fikosianin_melinda gabriella huri_12.70.0162_b_unika soegijapranata

25
Acara III ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN : PEWARNA ALAMI DARI ”BLUE GREEN SPIRULINA” LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT Disusun oleh : Nama : Melinda Gabriella Huri NIM : 12.70.0162 Kelompok B1 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Upload: reed-jones

Post on 26-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Praktikum Fikosianin dilaksanakan pada hari Rabu, 24 September 2014, pada pukul 3 sore.

TRANSCRIPT

Page 1: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

Acara III

ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN : PEWARNA

ALAMI DARI ”BLUE GREEN SPIRULINA”

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh :

Nama : Melinda Gabriella Huri

NIM : 12.70.0162

Kelompok B1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

2014

Page 2: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

1. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan untuk OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, dan Warna dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengukuran OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, dan Warna Fikosianin

KelBerat

biomassa kering (g)

Jumlah aquades yang ditambah

(ml)

Total filtrat yang diperoleh

(ml)OD 615 OD 652

KF (mg/ml)

Yield (mg/g)

Warna

Sebelum Sesudah

B1 8 100 50 0,0720 0,0258 0,011 0,069 + +B2 8 100 50 0,0726 0,0256 0,011 0,069 ++ +B3 8 100 50 0,0726 0,0255 0,011 0,069 +++ +B4 8 100 50 0,0726 0,0255 0,011 0,069 +++ +B5 8 100 50 0,0726 0,0255 0,011 0,069 ++ +B6 8 100 50 0,0726 0,0253 0,011 0,069 + +

Keterangan:Warna:+ = Biru muda++ = Biru tua+++ = Biru sangat tua

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa pada semua kelompok memiliki berat biomassa kering, jumlah aquades yang ditambahkan, dan

total filtrat yang diperoleh adalah sama secara berurutan yaitu 8 gram, 100 ml, dan 50 ml. Namun pada hasil OD 615 hanya pada kelompok

B1 yang memiliki hasil yang berbeda yaitu sebesar 0,0720, sedangkan untuk kelompok B2, B3, B4, B5, dan B6 memiliki hasil OD615 nya

adalah sama yaitu 0,0726, kemudian pada hasil OD652 didapatkan bahwa yang memiliki nilai tertinggi terdapat pada kelompok B1 yaitu

sebesar 0,0258, dan yang terendah nilai OD652 nya adalah kelompok B6 yaitu 0,0253. Pada hasil konsentrasi fikosianin (KF), didapatkan

bahwa pada semua kelompok memiliki hasil yang sama yaitu sebesar 0,011 mg/ml, dan tak hanya itu, yield yang dihasilkanpun memiliki

1

Page 3: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

2

hasil yang sama juga yaitu 0,069 mg/g. Kemudian untuk hasil pengukuran warna sebelum dioven, kelompok B3 dan B4 memiliki warna

biru sangat tua, kelompok B2 dan B5 memiliki warna biru tua, sedangkan pada kelompok B1 dan B6 menghasilkan warna biru muda.

Kemudian warna yang dihasilkan setelah dioven, pada semua kelompok menghasilkan warna yang sama yaitu biru muda.

Page 4: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

2. PEMBAHASAN

Fikosianin merupakan pewarna alami yang menghasilkan warna biru dari mikroalga

Spirulina. Pewarna alami ini sangat memiliki banyak kegunaan dan merupakan

produk yang komersial karena digunakan dalam berbagai bidang seperti dalam bidang

pangan, bidang farmasi, dan bidang kosmetik. Pigmen yang dihasilkan dari mikroalga

ini tidak bergantung pada cuaca maupun iklim, waktu dari pertumbuhan mikroalga

sendiri begitu cepat sehingga proses pemanenannya dalam waktu singkat atau pendek,

tidak memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan, dapat diproduksi secara terus

menerus, dan proses dari produksinya dapat dikendalikan sesuai dengan kebutuhan

(Borowitzka, 1988). Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilakukan

bahwa warna yang dihasilkan pada fikosianin adalah berwarna biru. Tak hanya

sebagai pewarna, menurut pendapat dari Sutomo (2005), bahwa mikroalga juga

bermanfaat dan memiliki banyak potensi, seperti di dalam bidang pangan, mikroalga

memiliki manfaat yang dapat menghasilkan berbagai senyawa aktif. Contoh dari

senyawa yang dihasilkan adalah pigmen, klorofil, dan asam lemak.

Spirulina termasuk ke dalam organisme yang multiseluer. Tubuhnya dapat berupa

filamen dengan warna hijau-biru dan memiliki bentuk silinder serta tidak bercabang

(Richmond 1988). Spirulina adalah alga hijau-biru yang kaya akan karotenoid,

protein, dan mikronutrien lainnya. Tak hanya itu, Spirulina juga kaya akan c-

fikosianin dan β-karoten. Kandungan nutrisi dan ekstrak dari Spirulina yang sangat

baik, dapat digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antivirus, dapat meningkatkan

kekebalan tubuh, hepatoprotektif, dan dapat menurunkan lemak. C-fikosianin adalah

biliprotein utama yang ada di dalam Spirulina. C-fikosianin ini dapat bermanfaat

untuk menghilangkan radikal bebas dan memiliki antioksidan yang banyak (Khan et

al., 2005). Sedangkan menurut Tri-Panji et. al. (1996), Spirulina dapat hidup di dalam

lingkungan yang sangat basa yaitu pH 8 - 11 dengan adanya kandungan senyawa

karbonat-bikarbonat yang tinggi. Di dalam hidupnya, Spirulina memerlukan CO2 dan

cahaya untuk melakukan fotosintesis.

Fikosianin adalah pigmen yang paling banyak atau yang paling dominan (major

pigment) terdapat pada alga hijau-biru, dan memiliki jumlah lebih dari 20% dari berat

kering alga (Richmond, 1988). Fikosianin menggunakan absorbansi pada panjang

3

Page 5: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

4

gelombang maksimum 546 nm (Ó Carra & Ó hEocha, 1976). Pigmen fikosianin

memiliki warna biru tua dan tak hanya itu, pigmen fikosianin juga dapat

memancarkan warna merah tua. Biliprotein pada fikosianin adalah pigmen yang dapat

terikat pada protein, hal ini diketahui dapat menghambat pembentukan dari koloni

kanker (Adams, 2005). Biliprotein memiliki fungsi sebagai penyerap cahaya pada

proses fotosintesis. Kelompok pigmen ini seperti C-phycoerythrin, B-phycoerythrin, ,

R-phycoerythrin, R-phycocyani, C-phycocyanin, dan allophycocyanin (Ó Carra & Ó

hEocha, 1976).

Dalam bidang pangan maupun produk pangan, fikosianin banyak digunakan dan

dimanfaatkan pada industri minuman ringan, wasabi, permen karet, popsicles, ice

sherberts, permen, dan dairy product (Romay et al., 2003). Sedangkan dalam

penggunaannya secara komersial, kebutuhan akan fikosianin di masa depan dapat

digunakan pula untuk pewarna tambahan dan obat-obatan (Furuki et al., 2003). Tak

hanya itu, pigmen dari fikosianin juga memiliki potensi yang bernilai jual tinggi

menjadi pewarna untuk produk kosmetika (Spolaore et al.,2006). Kelemahan atau

kekurangan dari fikosianin yaitu akan rusak pada suhu yang tinggi dan memiliki

stabilitas termal yang rendah (Furuki et al., 2003). Selain itu, larutan yang dihasilkan

oleh fikosianin akan mengalami pemudaran warna mencapai 30% setelah

penyimpanan 5 hari dan secara keseluruhan menjadi bening setelah 15 hari pada suhu

35°C (Mishra et al.,2008). Kelemahan dari fikosianin tersebut dapat dihindari maupun

dilindungi dengan adanya karbohidrat, seperti dekstrin (Furuki et al., 2003).

Metode yang dilakukan dalam praktikum fikosianin ini adalah pertama-tama

biomassa dari spirulina dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu dilarutkan dengan

menggunakan aquadestilata dengan perbandingan biomassa dan aquadestilata 2 : 25

yaitu biomassa 8 gram dan aquadestilata 100 ml. Hal ini sesuai dengan pendapat

menurut Syah et al. (2005), pigmen fikosianin dapat larut pada pelarut polar seperti

air. Setelah itu, diaduk dengan menggunakan stirrer selama kurang lebih 2 jam, lalu

disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit hingga diperoleh endapan dan supernatan

yang merupakan cairan berisi fikosianin. Kemudian supernatan diukur kadar

fikosianinnya dengan menggunakan spektrofotometer yaitu OD 615 nm dan OD 652

nm. Bila suatu larutan mendapat radiasi dari sinar polikromatik, maka sinar yang

memiliki panjang gelombang tertentu tersebut akan diserap, sedangkan yang lainnya

Page 6: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

5

akan diteruskan melalui larutan tersebut. Sehingga nilai absorbansi dari larutan

tersebut dapat diketahui (Khopkar, 1990).

Supernatan tersebut, lalu ditambahkan dekstrin dengan perbandingan supernatan dan

dekstrin 1 : 1,25 yaitu 8 ml supernatan dan 10 gram dekstrin. Setelah itu, dituang dan

diratakan ke dalam wadah yang digunakan sebagai alas untuk proses pengeringan,

lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 45oC selama semalam atau sampai

kering dengan kadar air mencapai 7% (tidak perlu mengukur kadar airnya, cukup

dengan spatula dan dilihat masih kering atau menggempal). Hal ini sesuai dengan

pendapat menurut Desmorieux & Decaen (2006), bahwa pengeringan yang dilakukan

dengan pemanasan dan aliran udara pada pembuatan serbuk dari fikosianin memiliki

suhu antara 40-60°C. Kemudian setelah dioven, maka akan membentuk adonan

kering yang gempal, lalu dihancurkan dengan alat penumbuk supaya bentuknya

menjadi powder. Setelah itu, dianalisa fikosianinnya dengan cara supernatan atau

filtrate tersebut di spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm.

Untuk mengukur kadar fikosianinnya (mg/g), dapat menggunakan rumus :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = OD615-0,474 (OD652)

5,34

Yield (mg/g) = KF x Volume (total filtrat)

Gram (berat biomassa)

Proses sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan enzim sehingga terbentuk menjadi

dua fase, yaitu endapan dan supernatan (Wirahadikusumah, 1989). Sedangkan

menurut pendapat dari Kimball (1992), bahwa sentrifugasi digunakan untuk

memisahkan substansi berdasarkan berat jenis dari molekulnya dengan cara

memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang memiliki molekul yang lebih

berat akan berada di bawah, sedangkan substansi yang memiliki molekul lebih ringan

akan berada di atas. Penggunaan dekstrin pada praktikum ini memiliki manfaat

sebagai pembawa bahan pangan aktif, misalnya seperti pewarna dan flavor yang

sifatnya mudah larut dalam air dan bahan pengisi sehingga dapat meningkatkan berat

dari produk dalam bentuk bubuk atau serbuk (Ribut & Kumalaningsih, 2004).

Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi dan

Page 7: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

6

merupakan modifikasi dari pati dengan asam. Karena termasuk dalam golongan

karbohidrat, glukosa yang merupakan penyusun dari dekstrin dapat digunakan untuk

mengikat air, sehingga oksigen yang terlarut dapat dikurangi, dan proses dari oksidasi

tersebut dapat dicegah. Tak hanya itu, dekstrin lebih stabil terhadap suhu yang tinggi

dan dapat melindungi senyawa yang peka terhadap panas dan oksidasi serta dapat

melindungi senyawa volatil (Fennema, 1985).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa semakin besar

konsentrasi fikosianin (KF) yang didapat, akan semakin besar juga yield yang

dihasilkan. Konsentrasi fikosianin pada praktikum ini menghasilkan nilai yang sama

yaitu 0,011 mg/ml pada semua kelompok yaitu kelompok B1, B2, B3, B4, B5, dan

pada B6. Sedangkan yield yang dihasilkanpun juga memiliki nilai yang sama juga

pada semua kelompok yaitu 0,069 mg/g. Kemudian untuk hasil pengamatan pada

warna, didapatkan bahwa pada kelompok B1 dan B6 memiliki warna biru muda,

untuk kelompok B2 dan B5 memiliki warna biru tua, dan untuk kelompok B3 dan B4

memiliki warna biru sangat tua. Menurut pendapat dari Adams (2005), pigmen dari

fikosianin memiliki warna biru tua yang juga dapat memancarkan warna merah tua.

Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa, warna yang

dihasilkan ada yang berwarna biru tua. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari

Wiyono (2007), bahwa penambahan konsentrasi dekstrin yang semakin tinggi atau

banyak dapat membuat serbuk fikosianin menjadi memudar karena warna dari

dekstrin adalah putih.

2.1. Pembahasan Jurnal

2.1.1. Beneficial Effects of Blue Green Algae Spirulina and Yeast Saccharomyces

cerevisiae on Cocoon Quantitative Parameters of Silkworm Bombyx Mori

L

Dalam jurnal ini membahas tentang dampak dari penerapan probiotik pada daun

murbei dan menggunakannya pada ulat yang dipelihara. Gizi pada ulat adalah

prasyarat penting untuk eksploitasi komersial. Nutrisi dari ulat adalah satu-satunya

faktor yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari sutra. Suplemen makanan

seperti protein, vitamin, dan lipid dapat memberikan efek pada berbagai kegiatan

metabolisme dari ulat dan defisiensinya dapat menyebabkan penyakit dari ulat. Oleh

karena itu, perlu lagi untuk mempelajari dampak dari fortifikasi daun murbei dengan

Page 8: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

7

makanan mikroorganisme probiotik seperti Spirulina dan Saccharomyces cerevisiae

pada kepompong yang memiliki parameter kuantitatif seperti berat dari Cocoon, berat

shell, berat pupa, persentase shell dan panjang filamen dari cacing sutra Bombyx mori.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pertumbuhan dan produksi

dari sutra yang lebih baik bila menggunakan probiotik. Dua probiotik yang digunakan

dalam yaitu biru-hijau dari ganggang Spirulina dianggap lebih baik daripada

menggunakan Saccharomyces cerevisiae (Masthan, 2011). Pada jurnal ini digunakan

juga Spirulina yang sama juga pada praktikum yang telah dilakukan bahwa

menggunakan Spirulina juga untuk diambil pigmen fikosianinnya, pada jurnal ini

Spirulina memiliki manfaat dapat meningkatkan produksi dan pertumbuhan dari sutra.

2.1.2. Bioaccumulation of Cr (III) ions by Blue-Green alga Spirulina sp. Part I.

A Comparison with Biosorption

Dalam jurnal ini membahas tentang tentang kinetika dan kesetimbangan bioakumulasi

dari proses ion Cr (III) dengan biru-hijau alga Spirulina sp. Bioakumulasi ini

digambarkan dengan dua tahap proses, yaitu pasif (identik dengan biosorpsi) dan aktif

(akumulasi di dalam sel). Tahap pasif ini mirip seperti biosorpsi sendiri yang

ditemukan dengan proses yang cepat dan selanjutnya akan aktif pada tahap akumulasi

yang akan jauh lebih lambat dan diperlukan juga aktivitas metabolik dari sel.

Keseimbangan dari keseluruhan proses bioakumulasi dicapai setelah sekitar 30 jam.

Efisiensi bioakumulasi dibandingkan dengan kinerja biosorpsi pada sel tumbuh dalam

kondisi yang sama. Dua aplikasi bioakumulasi yang digunakan yaitu logam ion

removal dari air limbah dan logam ion yang mengikat biomassa untuk memproduksi

suplemen pada pakan biologis dengan menggunakan mikro. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kapasitas dari bioakumulasi lebih besar dari kapasitas biosorpsi.

Air limbah yang diolah dengan proses bioakumulasi terkandung konsentrasi ion

logam yang sisanya lebih rendah, hal ini diakibatkan pada perubahan keseimbangan

eksternal ion logam terhadap nilai yang lebih rendah, sehingga konsentrasi ion logam

yang rendah akan memiliki jumlah pengobatan yang lebih tinggi. Jika bioakumulasi

digunakan sebagai metode pengayaan biomassa untuk menghasilkan suplemen pada

pakan untuk ternak, bioakumulasi ini dapat mengikat mikro yang banyak, tidak hanya

pada permukaan dinding sel, tetapi juga di dalam sel (Katarzyna, 2007). Pada jurnal ini

juga digunakan Spirulina yang digunakan untuk kesetimbangan bioakumulasi dan

Page 9: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8

didapatkan hasil lebih banyak daripada menggunakan biosorpsi. Hal ini sama dengan

praktikum yang dilakukan karena sama-sama mengunakan Spirulina untuk mendapatkan

produk yang lebih baik.

2.1.3. Effect of Different Conditions on The Production of Chlorophyll by

Spirulina platensis

Dalam jurnal ini membahas tentang Cyanobacterium Spirulina platensis adalah salah

satu sumber alternatif yang menarik dari klorofil pigmen, yang dapat digunakan

sebagai warna alami dalam produk makanan, kosmetik, maupun dalam farmasi.

Pengaruh intensitas cahaya dan suhu menggunakan 2 media yaitu Zarrouk media dan

RM-6 media untuk pertumbuhan dan klorofil dari S. platensis. Budidaya dilakukan di

kapal budaya 3 L, dengan 2 Klux, 3 Klux, 4 Klux, 5 Klux dan dengan intensitas

cahaya pada suhu konstan 28 ± 10C, dan 260C, 280C, 300C, 320C. Kemudian

pertumbuhan yang terbaik diamati dengan 5 Klux dan 280C, sedangkan klorofil yang

tertinggi pada biomassa diamati dengan 2 Klux dan 280C. Secara keseluruhan,

produktivitas klorofil terbaik dengan intensitas cahaya 3 ± 1 Klux dan suhu 280C

(Chauhan, 2010). Pada praktikum ini juga digunakan Spirulina yang dapat juga

digunakan sebagai produk makanan, kosmeti maupun farmasi, hal ini sesuai dengan

praktikum yang telah dilakukan, bahwa digunakan Spirulina juga untuk memberikan

pewarna pada makanan.

2.1.4. Production of Biomass and Nutraceutical Compounds by Spirulina

platensis Under Different Temperature and Nitrogen Regimes

Dalam jurnal ini membahas tentang Cyanobacterium Spirulina platensis yang

digunakan oleh manusia karena memiliki effek gizi dan obat. Pengaruh suhu dan

konsentrasi nitrogen dalam medium pada produksi biomassa oleh cyanobacterium ini

dan komposisi biomassa senyawa protein, lipid dan senyawa fenolik. Ditemukan

bahwa pada suhu 35°C ada effek negatif pada produksi biomassa tetapi juga

ditemukan effek positif pada produksi protein, lipid dan pada fenolat, perolehan

tertinggi senyawa ini diperoleh di dalam medium Zarrouk yang berisi 1.875 atau

2.500 gl¡1 natrium nitrat. Kepadatan dan produktivitas biomassa yang tertinggi

diperoleh pada suhu 30°C yang dibandingkan dengan suhu 35°C, tetapi konsentrasi

nitrogen tampaknya tidak memiliki effek pada jumlah protein, lipid dan pada fenolat,

hal ini menunjukkan bahwa pada suhu 30°C dengan konsentrasi natrium nitrat dalam

Page 10: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

9

medium Zarrouk ini (2.50 gl¡1) dapat dikurangi tanpa terjadi kehilangan produktivitas

(Luciane, 2007). Pada jurnal ini juga digunakan Spirulina yang ternyata memiliki efek

gizi, obat dan dapat mengurangi kehilangan produktivitas. Sesuai dengan praktikum

yang telah dilakukan bahwa juga menggunakan Spirulina yang memiliki banyak

keuntungan.

2.1.5. Optimization of Biomass Production of Spirulina maxima

Dalam jurnal ini membahas tentang Spirulina maxima yang bermanfaat bagi manusia

pada hampir semua aspek kehidupan termasuk dari kesehatan, makanan dan kosmetik.

Dengan menyelidiki bagaimana kombinasi satu set parameter, yaitu suhu, pH,

intensitas cahaya, dan agitasi yang dapat mempengaruhi produksi maksimum dari

biomassa, klorofil a dan protein. Melalui memanipulasi dari kondisi lingkungan pada

pertumbuhan alga, seseorang dapat memodifikasi produksi dari biomassa. Dalam

penyelidikan ini produksi dari Spirulina maxima dioptimalkan dalam jumlah

biomassa dan metabolitnya. Berat kering Spirulina maxima yang digunakan adalah

0.73g / 500 ml dan protein serta klorofil konten yang sebesar 63.8% dan 13.1 mg / gm

dengan pada pH 9. Pada 5 intensitas cahaya Klux ini, memiliki berat kering dari

Spirulina maxima adalah 0.72g / 500 ml, sementara kadar protein dan klorofil a nya

sebesar 64,2% dan 9.5 mg / gm. Aerasi juga merupakan faktor yang juga sangat

penting untuk produksi dari Spirulina. Pencampuran dari media kultur diperlukan

untuk stratifikasi termal dan mencegah tenggelamnya sel yang dapat mempertahankan

distribusi, nutrisi dan dapat untuk menghilangkan kelebihan oksigen. Dalam hal aerasi

dan non-aerasi nilai-nilai yang didapat adalah 2,35 g / 500 ml dalam sistem aerasi dan

1.81 g / 500 ml untuk sistem non-aerasi (Pandey, 2010). Pada jurnal ini digunakan

Spirulina yang memiliki banyak manfaat dan juga digunakan aerasi untuk

meningkatkan produksi dari Spirulina. Hal ini sesuai dengan praktikum yang telah

dilakukan bahwa dengan menggunakan bahan Spirulina dapat memberikan banyak

manfaat dan dapat digunakan untuk berbagai bidang.

Page 11: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

3. KESIMPULAN

Spirulina adalah alga hijau-biru yang kaya akan karotenoid, protein, dan

mikronutrien yang lain.

Pigmen dari fikosianin berwarna biru tua dan dapat juga memancarkan warna

merah tua.

Fikosianin adalah biliprotein dan salah satu pigmen terbesar dalam alga.

Kelemahan fikosianin adalah dapat rusak pada suhu yang tinggi dan memiliki

stabilitas termal rendah.

Ketidakstabilitas pada termal dapat dilindungi dan dihindari dengan adanya

karbohidrat, seperti dekstrin.

Semakin tinggi konsentrasi fikosianin yang didapatkan, maka yield yang

dihasilkan juga akan semakin meningkat atau tinggi.

Pigmen fikosianin larut dalam pelarut polar seperti pada air.

Tujuan sentrifugasi adalah untuk memisahkan endapan dan supernatan sehingga

tidak mengganggu pada proses absorbansi yang menggunakan spektrofotometer.

Penggunaan dekstrin adalah sebagai bahan pengisi yang dapat meningkatkan berat

dari produk dalam bentuk serbuk dan memiliki sifat yang mudah larut dalam air.

Pengeringan fikosianin dilakukan pada suhu 45oC untuk mencegah terjadinya

degradasi dari fikosianin.

Semarang, 2 Oktober 2014

Praktikan. Asisten Dosen

Agita Mustikahandini

Melinda Gabriella Huri

12.70.0162

10

Page 12: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

4. DAFTAR PUSTAKA

Adams, M. (2005). Superfood for Optimum Health: Chlorella and Spirulina. New York: Truth Publishing International, Ltd.

Borowitzka, M.A. (1988). Algal Growth Media Sources Of Algal Cultures. In: M.A. Borowitzka & L.J. Borowitzka (Eds.). Microalgal Biotechnology: 456 - 465.

Chauhan, U.K. (2010). Effect of Different Conditions on The Production of Chlorophyll by Spirulina platensi. J. Algal Biomass Utln. 2010, 1 (4): 89 – 99.

Desmorieux H. Decaen N. (2006). Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal Of Food Engineering, 77:64-70.

Fennema, O.R. (1985). Principles of Foods Science. Marcel Dekker. Inc. New York.

Furuki, Takao; Shuichi Maeda; Satoshi Imajo; Tetsuya Hiroi; Tsutomu Amaya; Takahiko Hirokawa; Kazuo Ito; and Hiroko Nozawa. (2003). Journal of Applied Phycology 15: 319–324, 2003.

Katarzyna, C. (2007). Bioaccumulation of Cr (III) ions by Blue-Green alga Spirulina sp. Part I. A Comparison with Biosorption. American Journal of Agricultural and Biological Sciences 2 (4): 218-223, 2007.

Khan, Mahmood; Jagdish Chandra Shobha; Iyyapu Krishna Mohan; Madireddi Umamaheswara Rao Naidu; Challa Sundaram; Shashi Singh; Periannan Kuppusamy; and Vijay Kumar Kutala. (2005). Phytother. Res. 19, 1030–1037.

Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. IndonesiaUniversity Press. Jakarta.

Kimball, J.W. (1992). Biologi jilid 1 edisi 5. Erlangga. Jakarta.

Luciane M. C. (2007). Production of Biomass and Nutraceutical Compounds by Spirulina platensis Under Different Temperature and Nitrogen Regimes. Bioresource Technology 98 (2007) 1489–1493.

Masthan, K. (2011). Beneficial Effects of Blue Green Algae Spirulina and Yeast Saccharomyces cerevisiae on Cocoon Quantitative Parameters of Silkworm Bombyx Mori L. Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env. Sc. Vol. 13, No. (1) : 2011 : 205-20.

Mishra SK; Shrivastav A; and Mishra S. (2008). Effect of preservatives for food grade C-PCfrom Spirulina platensis. Process Biochemistry 43:339–345.

Ó Carra, P and Ó hEocha C.(1976). Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW editor. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: Academic press inc. Hal 328-371.

11

Page 13: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

12

Pandey, J. P. (2010). Optimization of Biomass Production of Spirulina maxima. J. Algal Biomass Utln. 2010, 1 (2): 20-32.

Ribut, S. dan S. Kumalaningsih. (2004). Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dextrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta.

Richmond A. (1988). Spirulina. Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor.Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.

Romay, C; González R; Ledón N; Remirez D; and Rimbau V. (2003). C-phycocyanin: a biliprotein with antioxidant, anti-inflammatory and neuroprotective effects. Current Protein and Peptide Science 4:207-216.

Spolaore, P; Joanis-Carson C; Duran E;and Isambert A. (2006). Comercial application ofmicroalgae. Journal of bioscience and bioenginering 101(2):87-96.

Sutomo. (2005). Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp.dan Chaetoceros gracilis) dan Pemgaruh Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan C. Gracilis di Laboratorium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. No. 37 :43-58. Pusat Penelitian Oseanografi.

Syah et al. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Tri-Panji, S. Achmadi & E. Tjahjadarmawan. (1996). Produksi Asam Gammalinolenat dari Ganggang Mikro Spirulina platensis Menggunakan Limbah Lateks Pekat. Menara Perkebunan, 64 (1), 34-44.

Wirahadikusumah, M. (1989). Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. ITB. Bandung.

Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat.

Page 14: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

5. LAMPIRAN

5.1. Perhitungan

Perhitungan Fikosianin

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=OD 615−0,474 (OD 652)

5,34

Yield (mgg )= KFx volume (total filtrat )

g(berat biomassa )

Kelompok B1

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0720−0,474 (0,0258)

5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg / g)=0,011 x508

= 0,069 mg/g

Kelompok B2

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0256)

5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg / g)=0,011 x508

= 0,069 mg/g

Kelompok B3

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0255)

5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg / g)=0,011 x508

= 0,069 mg/g

13

Page 15: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

14

Kelompok B4

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0255)

5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg / g)=0,011 x508

= 0,069 mg/g

Kelompok B5

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0255)

5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg / g)=0,011 x508

= 0,069 mg/g

Kelompok B6

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0253)

5,34

= 0,011 mg/ml

Yield (mg / g)=0,011 x508

= 0,069 mg/g

5.2. Foto

Gambar 1. Fikosianin kelompok B4, B2, dan B6

Page 16: Fikosianin_Melinda Gabriella Huri_12.70.0162_B_UNIKA SOEGIJAPRANATA

15

Gambar 2. Fikosianin Kelompok B5, B3, dan B1

Gambar 3. Fikosianin Bubuk

5.3. Laporan Sementara

5.4. Diagram Alir

5.5. Viper