fikosianin_melinda gabriella huri_12.70.0162_b_unika soegijapranata
DESCRIPTION
Praktikum Fikosianin dilaksanakan pada hari Rabu, 24 September 2014, pada pukul 3 sore.TRANSCRIPT
Acara III
ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN : PEWARNA
ALAMI DARI ”BLUE GREEN SPIRULINA”
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun oleh :
Nama : Melinda Gabriella Huri
NIM : 12.70.0162
Kelompok B1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2014
1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan untuk OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, dan Warna dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, dan Warna Fikosianin
KelBerat
biomassa kering (g)
Jumlah aquades yang ditambah
(ml)
Total filtrat yang diperoleh
(ml)OD 615 OD 652
KF (mg/ml)
Yield (mg/g)
Warna
Sebelum Sesudah
B1 8 100 50 0,0720 0,0258 0,011 0,069 + +B2 8 100 50 0,0726 0,0256 0,011 0,069 ++ +B3 8 100 50 0,0726 0,0255 0,011 0,069 +++ +B4 8 100 50 0,0726 0,0255 0,011 0,069 +++ +B5 8 100 50 0,0726 0,0255 0,011 0,069 ++ +B6 8 100 50 0,0726 0,0253 0,011 0,069 + +
Keterangan:Warna:+ = Biru muda++ = Biru tua+++ = Biru sangat tua
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa pada semua kelompok memiliki berat biomassa kering, jumlah aquades yang ditambahkan, dan
total filtrat yang diperoleh adalah sama secara berurutan yaitu 8 gram, 100 ml, dan 50 ml. Namun pada hasil OD 615 hanya pada kelompok
B1 yang memiliki hasil yang berbeda yaitu sebesar 0,0720, sedangkan untuk kelompok B2, B3, B4, B5, dan B6 memiliki hasil OD615 nya
adalah sama yaitu 0,0726, kemudian pada hasil OD652 didapatkan bahwa yang memiliki nilai tertinggi terdapat pada kelompok B1 yaitu
sebesar 0,0258, dan yang terendah nilai OD652 nya adalah kelompok B6 yaitu 0,0253. Pada hasil konsentrasi fikosianin (KF), didapatkan
bahwa pada semua kelompok memiliki hasil yang sama yaitu sebesar 0,011 mg/ml, dan tak hanya itu, yield yang dihasilkanpun memiliki
1
2
hasil yang sama juga yaitu 0,069 mg/g. Kemudian untuk hasil pengukuran warna sebelum dioven, kelompok B3 dan B4 memiliki warna
biru sangat tua, kelompok B2 dan B5 memiliki warna biru tua, sedangkan pada kelompok B1 dan B6 menghasilkan warna biru muda.
Kemudian warna yang dihasilkan setelah dioven, pada semua kelompok menghasilkan warna yang sama yaitu biru muda.
2. PEMBAHASAN
Fikosianin merupakan pewarna alami yang menghasilkan warna biru dari mikroalga
Spirulina. Pewarna alami ini sangat memiliki banyak kegunaan dan merupakan
produk yang komersial karena digunakan dalam berbagai bidang seperti dalam bidang
pangan, bidang farmasi, dan bidang kosmetik. Pigmen yang dihasilkan dari mikroalga
ini tidak bergantung pada cuaca maupun iklim, waktu dari pertumbuhan mikroalga
sendiri begitu cepat sehingga proses pemanenannya dalam waktu singkat atau pendek,
tidak memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan, dapat diproduksi secara terus
menerus, dan proses dari produksinya dapat dikendalikan sesuai dengan kebutuhan
(Borowitzka, 1988). Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilakukan
bahwa warna yang dihasilkan pada fikosianin adalah berwarna biru. Tak hanya
sebagai pewarna, menurut pendapat dari Sutomo (2005), bahwa mikroalga juga
bermanfaat dan memiliki banyak potensi, seperti di dalam bidang pangan, mikroalga
memiliki manfaat yang dapat menghasilkan berbagai senyawa aktif. Contoh dari
senyawa yang dihasilkan adalah pigmen, klorofil, dan asam lemak.
Spirulina termasuk ke dalam organisme yang multiseluer. Tubuhnya dapat berupa
filamen dengan warna hijau-biru dan memiliki bentuk silinder serta tidak bercabang
(Richmond 1988). Spirulina adalah alga hijau-biru yang kaya akan karotenoid,
protein, dan mikronutrien lainnya. Tak hanya itu, Spirulina juga kaya akan c-
fikosianin dan β-karoten. Kandungan nutrisi dan ekstrak dari Spirulina yang sangat
baik, dapat digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antivirus, dapat meningkatkan
kekebalan tubuh, hepatoprotektif, dan dapat menurunkan lemak. C-fikosianin adalah
biliprotein utama yang ada di dalam Spirulina. C-fikosianin ini dapat bermanfaat
untuk menghilangkan radikal bebas dan memiliki antioksidan yang banyak (Khan et
al., 2005). Sedangkan menurut Tri-Panji et. al. (1996), Spirulina dapat hidup di dalam
lingkungan yang sangat basa yaitu pH 8 - 11 dengan adanya kandungan senyawa
karbonat-bikarbonat yang tinggi. Di dalam hidupnya, Spirulina memerlukan CO2 dan
cahaya untuk melakukan fotosintesis.
Fikosianin adalah pigmen yang paling banyak atau yang paling dominan (major
pigment) terdapat pada alga hijau-biru, dan memiliki jumlah lebih dari 20% dari berat
kering alga (Richmond, 1988). Fikosianin menggunakan absorbansi pada panjang
3
4
gelombang maksimum 546 nm (Ó Carra & Ó hEocha, 1976). Pigmen fikosianin
memiliki warna biru tua dan tak hanya itu, pigmen fikosianin juga dapat
memancarkan warna merah tua. Biliprotein pada fikosianin adalah pigmen yang dapat
terikat pada protein, hal ini diketahui dapat menghambat pembentukan dari koloni
kanker (Adams, 2005). Biliprotein memiliki fungsi sebagai penyerap cahaya pada
proses fotosintesis. Kelompok pigmen ini seperti C-phycoerythrin, B-phycoerythrin, ,
R-phycoerythrin, R-phycocyani, C-phycocyanin, dan allophycocyanin (Ó Carra & Ó
hEocha, 1976).
Dalam bidang pangan maupun produk pangan, fikosianin banyak digunakan dan
dimanfaatkan pada industri minuman ringan, wasabi, permen karet, popsicles, ice
sherberts, permen, dan dairy product (Romay et al., 2003). Sedangkan dalam
penggunaannya secara komersial, kebutuhan akan fikosianin di masa depan dapat
digunakan pula untuk pewarna tambahan dan obat-obatan (Furuki et al., 2003). Tak
hanya itu, pigmen dari fikosianin juga memiliki potensi yang bernilai jual tinggi
menjadi pewarna untuk produk kosmetika (Spolaore et al.,2006). Kelemahan atau
kekurangan dari fikosianin yaitu akan rusak pada suhu yang tinggi dan memiliki
stabilitas termal yang rendah (Furuki et al., 2003). Selain itu, larutan yang dihasilkan
oleh fikosianin akan mengalami pemudaran warna mencapai 30% setelah
penyimpanan 5 hari dan secara keseluruhan menjadi bening setelah 15 hari pada suhu
35°C (Mishra et al.,2008). Kelemahan dari fikosianin tersebut dapat dihindari maupun
dilindungi dengan adanya karbohidrat, seperti dekstrin (Furuki et al., 2003).
Metode yang dilakukan dalam praktikum fikosianin ini adalah pertama-tama
biomassa dari spirulina dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu dilarutkan dengan
menggunakan aquadestilata dengan perbandingan biomassa dan aquadestilata 2 : 25
yaitu biomassa 8 gram dan aquadestilata 100 ml. Hal ini sesuai dengan pendapat
menurut Syah et al. (2005), pigmen fikosianin dapat larut pada pelarut polar seperti
air. Setelah itu, diaduk dengan menggunakan stirrer selama kurang lebih 2 jam, lalu
disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit hingga diperoleh endapan dan supernatan
yang merupakan cairan berisi fikosianin. Kemudian supernatan diukur kadar
fikosianinnya dengan menggunakan spektrofotometer yaitu OD 615 nm dan OD 652
nm. Bila suatu larutan mendapat radiasi dari sinar polikromatik, maka sinar yang
memiliki panjang gelombang tertentu tersebut akan diserap, sedangkan yang lainnya
5
akan diteruskan melalui larutan tersebut. Sehingga nilai absorbansi dari larutan
tersebut dapat diketahui (Khopkar, 1990).
Supernatan tersebut, lalu ditambahkan dekstrin dengan perbandingan supernatan dan
dekstrin 1 : 1,25 yaitu 8 ml supernatan dan 10 gram dekstrin. Setelah itu, dituang dan
diratakan ke dalam wadah yang digunakan sebagai alas untuk proses pengeringan,
lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 45oC selama semalam atau sampai
kering dengan kadar air mencapai 7% (tidak perlu mengukur kadar airnya, cukup
dengan spatula dan dilihat masih kering atau menggempal). Hal ini sesuai dengan
pendapat menurut Desmorieux & Decaen (2006), bahwa pengeringan yang dilakukan
dengan pemanasan dan aliran udara pada pembuatan serbuk dari fikosianin memiliki
suhu antara 40-60°C. Kemudian setelah dioven, maka akan membentuk adonan
kering yang gempal, lalu dihancurkan dengan alat penumbuk supaya bentuknya
menjadi powder. Setelah itu, dianalisa fikosianinnya dengan cara supernatan atau
filtrate tersebut di spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm.
Untuk mengukur kadar fikosianinnya (mg/g), dapat menggunakan rumus :
Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = OD615-0,474 (OD652)
5,34
Yield (mg/g) = KF x Volume (total filtrat)
Gram (berat biomassa)
Proses sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan enzim sehingga terbentuk menjadi
dua fase, yaitu endapan dan supernatan (Wirahadikusumah, 1989). Sedangkan
menurut pendapat dari Kimball (1992), bahwa sentrifugasi digunakan untuk
memisahkan substansi berdasarkan berat jenis dari molekulnya dengan cara
memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang memiliki molekul yang lebih
berat akan berada di bawah, sedangkan substansi yang memiliki molekul lebih ringan
akan berada di atas. Penggunaan dekstrin pada praktikum ini memiliki manfaat
sebagai pembawa bahan pangan aktif, misalnya seperti pewarna dan flavor yang
sifatnya mudah larut dalam air dan bahan pengisi sehingga dapat meningkatkan berat
dari produk dalam bentuk bubuk atau serbuk (Ribut & Kumalaningsih, 2004).
Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi dan
6
merupakan modifikasi dari pati dengan asam. Karena termasuk dalam golongan
karbohidrat, glukosa yang merupakan penyusun dari dekstrin dapat digunakan untuk
mengikat air, sehingga oksigen yang terlarut dapat dikurangi, dan proses dari oksidasi
tersebut dapat dicegah. Tak hanya itu, dekstrin lebih stabil terhadap suhu yang tinggi
dan dapat melindungi senyawa yang peka terhadap panas dan oksidasi serta dapat
melindungi senyawa volatil (Fennema, 1985).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa semakin besar
konsentrasi fikosianin (KF) yang didapat, akan semakin besar juga yield yang
dihasilkan. Konsentrasi fikosianin pada praktikum ini menghasilkan nilai yang sama
yaitu 0,011 mg/ml pada semua kelompok yaitu kelompok B1, B2, B3, B4, B5, dan
pada B6. Sedangkan yield yang dihasilkanpun juga memiliki nilai yang sama juga
pada semua kelompok yaitu 0,069 mg/g. Kemudian untuk hasil pengamatan pada
warna, didapatkan bahwa pada kelompok B1 dan B6 memiliki warna biru muda,
untuk kelompok B2 dan B5 memiliki warna biru tua, dan untuk kelompok B3 dan B4
memiliki warna biru sangat tua. Menurut pendapat dari Adams (2005), pigmen dari
fikosianin memiliki warna biru tua yang juga dapat memancarkan warna merah tua.
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa, warna yang
dihasilkan ada yang berwarna biru tua. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari
Wiyono (2007), bahwa penambahan konsentrasi dekstrin yang semakin tinggi atau
banyak dapat membuat serbuk fikosianin menjadi memudar karena warna dari
dekstrin adalah putih.
2.1. Pembahasan Jurnal
2.1.1. Beneficial Effects of Blue Green Algae Spirulina and Yeast Saccharomyces
cerevisiae on Cocoon Quantitative Parameters of Silkworm Bombyx Mori
L
Dalam jurnal ini membahas tentang dampak dari penerapan probiotik pada daun
murbei dan menggunakannya pada ulat yang dipelihara. Gizi pada ulat adalah
prasyarat penting untuk eksploitasi komersial. Nutrisi dari ulat adalah satu-satunya
faktor yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari sutra. Suplemen makanan
seperti protein, vitamin, dan lipid dapat memberikan efek pada berbagai kegiatan
metabolisme dari ulat dan defisiensinya dapat menyebabkan penyakit dari ulat. Oleh
karena itu, perlu lagi untuk mempelajari dampak dari fortifikasi daun murbei dengan
7
makanan mikroorganisme probiotik seperti Spirulina dan Saccharomyces cerevisiae
pada kepompong yang memiliki parameter kuantitatif seperti berat dari Cocoon, berat
shell, berat pupa, persentase shell dan panjang filamen dari cacing sutra Bombyx mori.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pertumbuhan dan produksi
dari sutra yang lebih baik bila menggunakan probiotik. Dua probiotik yang digunakan
dalam yaitu biru-hijau dari ganggang Spirulina dianggap lebih baik daripada
menggunakan Saccharomyces cerevisiae (Masthan, 2011). Pada jurnal ini digunakan
juga Spirulina yang sama juga pada praktikum yang telah dilakukan bahwa
menggunakan Spirulina juga untuk diambil pigmen fikosianinnya, pada jurnal ini
Spirulina memiliki manfaat dapat meningkatkan produksi dan pertumbuhan dari sutra.
2.1.2. Bioaccumulation of Cr (III) ions by Blue-Green alga Spirulina sp. Part I.
A Comparison with Biosorption
Dalam jurnal ini membahas tentang tentang kinetika dan kesetimbangan bioakumulasi
dari proses ion Cr (III) dengan biru-hijau alga Spirulina sp. Bioakumulasi ini
digambarkan dengan dua tahap proses, yaitu pasif (identik dengan biosorpsi) dan aktif
(akumulasi di dalam sel). Tahap pasif ini mirip seperti biosorpsi sendiri yang
ditemukan dengan proses yang cepat dan selanjutnya akan aktif pada tahap akumulasi
yang akan jauh lebih lambat dan diperlukan juga aktivitas metabolik dari sel.
Keseimbangan dari keseluruhan proses bioakumulasi dicapai setelah sekitar 30 jam.
Efisiensi bioakumulasi dibandingkan dengan kinerja biosorpsi pada sel tumbuh dalam
kondisi yang sama. Dua aplikasi bioakumulasi yang digunakan yaitu logam ion
removal dari air limbah dan logam ion yang mengikat biomassa untuk memproduksi
suplemen pada pakan biologis dengan menggunakan mikro. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kapasitas dari bioakumulasi lebih besar dari kapasitas biosorpsi.
Air limbah yang diolah dengan proses bioakumulasi terkandung konsentrasi ion
logam yang sisanya lebih rendah, hal ini diakibatkan pada perubahan keseimbangan
eksternal ion logam terhadap nilai yang lebih rendah, sehingga konsentrasi ion logam
yang rendah akan memiliki jumlah pengobatan yang lebih tinggi. Jika bioakumulasi
digunakan sebagai metode pengayaan biomassa untuk menghasilkan suplemen pada
pakan untuk ternak, bioakumulasi ini dapat mengikat mikro yang banyak, tidak hanya
pada permukaan dinding sel, tetapi juga di dalam sel (Katarzyna, 2007). Pada jurnal ini
juga digunakan Spirulina yang digunakan untuk kesetimbangan bioakumulasi dan
8
didapatkan hasil lebih banyak daripada menggunakan biosorpsi. Hal ini sama dengan
praktikum yang dilakukan karena sama-sama mengunakan Spirulina untuk mendapatkan
produk yang lebih baik.
2.1.3. Effect of Different Conditions on The Production of Chlorophyll by
Spirulina platensis
Dalam jurnal ini membahas tentang Cyanobacterium Spirulina platensis adalah salah
satu sumber alternatif yang menarik dari klorofil pigmen, yang dapat digunakan
sebagai warna alami dalam produk makanan, kosmetik, maupun dalam farmasi.
Pengaruh intensitas cahaya dan suhu menggunakan 2 media yaitu Zarrouk media dan
RM-6 media untuk pertumbuhan dan klorofil dari S. platensis. Budidaya dilakukan di
kapal budaya 3 L, dengan 2 Klux, 3 Klux, 4 Klux, 5 Klux dan dengan intensitas
cahaya pada suhu konstan 28 ± 10C, dan 260C, 280C, 300C, 320C. Kemudian
pertumbuhan yang terbaik diamati dengan 5 Klux dan 280C, sedangkan klorofil yang
tertinggi pada biomassa diamati dengan 2 Klux dan 280C. Secara keseluruhan,
produktivitas klorofil terbaik dengan intensitas cahaya 3 ± 1 Klux dan suhu 280C
(Chauhan, 2010). Pada praktikum ini juga digunakan Spirulina yang dapat juga
digunakan sebagai produk makanan, kosmeti maupun farmasi, hal ini sesuai dengan
praktikum yang telah dilakukan, bahwa digunakan Spirulina juga untuk memberikan
pewarna pada makanan.
2.1.4. Production of Biomass and Nutraceutical Compounds by Spirulina
platensis Under Different Temperature and Nitrogen Regimes
Dalam jurnal ini membahas tentang Cyanobacterium Spirulina platensis yang
digunakan oleh manusia karena memiliki effek gizi dan obat. Pengaruh suhu dan
konsentrasi nitrogen dalam medium pada produksi biomassa oleh cyanobacterium ini
dan komposisi biomassa senyawa protein, lipid dan senyawa fenolik. Ditemukan
bahwa pada suhu 35°C ada effek negatif pada produksi biomassa tetapi juga
ditemukan effek positif pada produksi protein, lipid dan pada fenolat, perolehan
tertinggi senyawa ini diperoleh di dalam medium Zarrouk yang berisi 1.875 atau
2.500 gl¡1 natrium nitrat. Kepadatan dan produktivitas biomassa yang tertinggi
diperoleh pada suhu 30°C yang dibandingkan dengan suhu 35°C, tetapi konsentrasi
nitrogen tampaknya tidak memiliki effek pada jumlah protein, lipid dan pada fenolat,
hal ini menunjukkan bahwa pada suhu 30°C dengan konsentrasi natrium nitrat dalam
9
medium Zarrouk ini (2.50 gl¡1) dapat dikurangi tanpa terjadi kehilangan produktivitas
(Luciane, 2007). Pada jurnal ini juga digunakan Spirulina yang ternyata memiliki efek
gizi, obat dan dapat mengurangi kehilangan produktivitas. Sesuai dengan praktikum
yang telah dilakukan bahwa juga menggunakan Spirulina yang memiliki banyak
keuntungan.
2.1.5. Optimization of Biomass Production of Spirulina maxima
Dalam jurnal ini membahas tentang Spirulina maxima yang bermanfaat bagi manusia
pada hampir semua aspek kehidupan termasuk dari kesehatan, makanan dan kosmetik.
Dengan menyelidiki bagaimana kombinasi satu set parameter, yaitu suhu, pH,
intensitas cahaya, dan agitasi yang dapat mempengaruhi produksi maksimum dari
biomassa, klorofil a dan protein. Melalui memanipulasi dari kondisi lingkungan pada
pertumbuhan alga, seseorang dapat memodifikasi produksi dari biomassa. Dalam
penyelidikan ini produksi dari Spirulina maxima dioptimalkan dalam jumlah
biomassa dan metabolitnya. Berat kering Spirulina maxima yang digunakan adalah
0.73g / 500 ml dan protein serta klorofil konten yang sebesar 63.8% dan 13.1 mg / gm
dengan pada pH 9. Pada 5 intensitas cahaya Klux ini, memiliki berat kering dari
Spirulina maxima adalah 0.72g / 500 ml, sementara kadar protein dan klorofil a nya
sebesar 64,2% dan 9.5 mg / gm. Aerasi juga merupakan faktor yang juga sangat
penting untuk produksi dari Spirulina. Pencampuran dari media kultur diperlukan
untuk stratifikasi termal dan mencegah tenggelamnya sel yang dapat mempertahankan
distribusi, nutrisi dan dapat untuk menghilangkan kelebihan oksigen. Dalam hal aerasi
dan non-aerasi nilai-nilai yang didapat adalah 2,35 g / 500 ml dalam sistem aerasi dan
1.81 g / 500 ml untuk sistem non-aerasi (Pandey, 2010). Pada jurnal ini digunakan
Spirulina yang memiliki banyak manfaat dan juga digunakan aerasi untuk
meningkatkan produksi dari Spirulina. Hal ini sesuai dengan praktikum yang telah
dilakukan bahwa dengan menggunakan bahan Spirulina dapat memberikan banyak
manfaat dan dapat digunakan untuk berbagai bidang.
3. KESIMPULAN
Spirulina adalah alga hijau-biru yang kaya akan karotenoid, protein, dan
mikronutrien yang lain.
Pigmen dari fikosianin berwarna biru tua dan dapat juga memancarkan warna
merah tua.
Fikosianin adalah biliprotein dan salah satu pigmen terbesar dalam alga.
Kelemahan fikosianin adalah dapat rusak pada suhu yang tinggi dan memiliki
stabilitas termal rendah.
Ketidakstabilitas pada termal dapat dilindungi dan dihindari dengan adanya
karbohidrat, seperti dekstrin.
Semakin tinggi konsentrasi fikosianin yang didapatkan, maka yield yang
dihasilkan juga akan semakin meningkat atau tinggi.
Pigmen fikosianin larut dalam pelarut polar seperti pada air.
Tujuan sentrifugasi adalah untuk memisahkan endapan dan supernatan sehingga
tidak mengganggu pada proses absorbansi yang menggunakan spektrofotometer.
Penggunaan dekstrin adalah sebagai bahan pengisi yang dapat meningkatkan berat
dari produk dalam bentuk serbuk dan memiliki sifat yang mudah larut dalam air.
Pengeringan fikosianin dilakukan pada suhu 45oC untuk mencegah terjadinya
degradasi dari fikosianin.
Semarang, 2 Oktober 2014
Praktikan. Asisten Dosen
Agita Mustikahandini
Melinda Gabriella Huri
12.70.0162
10
4. DAFTAR PUSTAKA
Adams, M. (2005). Superfood for Optimum Health: Chlorella and Spirulina. New York: Truth Publishing International, Ltd.
Borowitzka, M.A. (1988). Algal Growth Media Sources Of Algal Cultures. In: M.A. Borowitzka & L.J. Borowitzka (Eds.). Microalgal Biotechnology: 456 - 465.
Chauhan, U.K. (2010). Effect of Different Conditions on The Production of Chlorophyll by Spirulina platensi. J. Algal Biomass Utln. 2010, 1 (4): 89 – 99.
Desmorieux H. Decaen N. (2006). Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal Of Food Engineering, 77:64-70.
Fennema, O.R. (1985). Principles of Foods Science. Marcel Dekker. Inc. New York.
Furuki, Takao; Shuichi Maeda; Satoshi Imajo; Tetsuya Hiroi; Tsutomu Amaya; Takahiko Hirokawa; Kazuo Ito; and Hiroko Nozawa. (2003). Journal of Applied Phycology 15: 319–324, 2003.
Katarzyna, C. (2007). Bioaccumulation of Cr (III) ions by Blue-Green alga Spirulina sp. Part I. A Comparison with Biosorption. American Journal of Agricultural and Biological Sciences 2 (4): 218-223, 2007.
Khan, Mahmood; Jagdish Chandra Shobha; Iyyapu Krishna Mohan; Madireddi Umamaheswara Rao Naidu; Challa Sundaram; Shashi Singh; Periannan Kuppusamy; and Vijay Kumar Kutala. (2005). Phytother. Res. 19, 1030–1037.
Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. IndonesiaUniversity Press. Jakarta.
Kimball, J.W. (1992). Biologi jilid 1 edisi 5. Erlangga. Jakarta.
Luciane M. C. (2007). Production of Biomass and Nutraceutical Compounds by Spirulina platensis Under Different Temperature and Nitrogen Regimes. Bioresource Technology 98 (2007) 1489–1493.
Masthan, K. (2011). Beneficial Effects of Blue Green Algae Spirulina and Yeast Saccharomyces cerevisiae on Cocoon Quantitative Parameters of Silkworm Bombyx Mori L. Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env. Sc. Vol. 13, No. (1) : 2011 : 205-20.
Mishra SK; Shrivastav A; and Mishra S. (2008). Effect of preservatives for food grade C-PCfrom Spirulina platensis. Process Biochemistry 43:339–345.
Ó Carra, P and Ó hEocha C.(1976). Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW editor. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: Academic press inc. Hal 328-371.
11
12
Pandey, J. P. (2010). Optimization of Biomass Production of Spirulina maxima. J. Algal Biomass Utln. 2010, 1 (2): 20-32.
Ribut, S. dan S. Kumalaningsih. (2004). Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dextrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta.
Richmond A. (1988). Spirulina. Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor.Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.
Romay, C; González R; Ledón N; Remirez D; and Rimbau V. (2003). C-phycocyanin: a biliprotein with antioxidant, anti-inflammatory and neuroprotective effects. Current Protein and Peptide Science 4:207-216.
Spolaore, P; Joanis-Carson C; Duran E;and Isambert A. (2006). Comercial application ofmicroalgae. Journal of bioscience and bioenginering 101(2):87-96.
Sutomo. (2005). Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp.dan Chaetoceros gracilis) dan Pemgaruh Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan C. Gracilis di Laboratorium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. No. 37 :43-58. Pusat Penelitian Oseanografi.
Syah et al. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Tri-Panji, S. Achmadi & E. Tjahjadarmawan. (1996). Produksi Asam Gammalinolenat dari Ganggang Mikro Spirulina platensis Menggunakan Limbah Lateks Pekat. Menara Perkebunan, 64 (1), 34-44.
Wirahadikusumah, M. (1989). Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. ITB. Bandung.
Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat.
5. LAMPIRAN
5.1. Perhitungan
Perhitungan Fikosianin
Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=OD 615−0,474 (OD 652)
5,34
Yield (mgg )= KFx volume (total filtrat )
g(berat biomassa )
Kelompok B1
Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0720−0,474 (0,0258)
5,34
= 0,011 mg/ml
Yield (mg / g)=0,011 x508
= 0,069 mg/g
Kelompok B2
Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0256)
5,34
= 0,011 mg/ml
Yield (mg / g)=0,011 x508
= 0,069 mg/g
Kelompok B3
Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0255)
5,34
= 0,011 mg/ml
Yield (mg / g)=0,011 x508
= 0,069 mg/g
13
14
Kelompok B4
Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0255)
5,34
= 0,011 mg/ml
Yield (mg / g)=0,011 x508
= 0,069 mg/g
Kelompok B5
Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0255)
5,34
= 0,011 mg/ml
Yield (mg / g)=0,011 x508
= 0,069 mg/g
Kelompok B6
Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0726−0,474 (0,0253)
5,34
= 0,011 mg/ml
Yield (mg / g)=0,011 x508
= 0,069 mg/g
5.2. Foto
Gambar 1. Fikosianin kelompok B4, B2, dan B6
15
Gambar 2. Fikosianin Kelompok B5, B3, dan B1
Gambar 3. Fikosianin Bubuk
5.3. Laporan Sementara
5.4. Diagram Alir
5.5. Viper