fieldtrip pmda singosari devi dan nirmala edit modul 5
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM AGRIBISNIS
Di Dusun Krajan, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang
Disusun Oleh:
KELAS H
Devi Sri Warjani 115040101111091
Nirmala Kusuma Wardani 115040101111106
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan dilingkungan masyarakat
dengan upaya membangun pembangunan yang bertumpu pada masyarakat itu
sendiri. Tujuan dilakukannya pemberdayaan masyarakat adalah untuk membuat
masyarakat menjadi berdaya agar dapat bertahan dan mengembangkan diri untuk
mencapai kemajuan yaitu mandiri dan sejahtera. Suatu usaha hanya berhasil
dinilai sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau
masyarakat tersebut terjun langsung dalam program pemberdayaan atau dikenal
juga sebagai subyek bukan sebagai penerima manfaat.
Desa Klampok merupakan desa yang berada di kecamatan Singosari
Kabupaten Malang. Pada beberapa dusun di desa ini, sebagian masyarakatnya
bekerja sebagai penjual jamu terutama golongan ibu – ibu bahkan remaja. Dalam
desa ini belum pernah mendapatkan suatu program kegiatan pemberdayaan,
sehingga mereka berusaha mencukupi kebutuhan sehari – harinya dengan
berusaha sesuai dengan pengetahuan mereka sendiri dan keterampilan yang telah
diajarkan oleh orang tua. Dengan demikian, sangatlah penting diadakannya suatu
program kegiatan pemberdayaan pada desa ini agar taraf hidup masyarakat sekitar
dapat meningkat menjadi lebih baik dan lebih sejahtera dari sebelum adanya
pemberdayaan.
Fieldtrip PMDA yang dilaksanakan di desa Klampok bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat (dalam hal ini
responden bekerja sebagai penjual jamu), mengetahui bagaimana program –
program yang dijalankan pemerintah di desa tersebut apakah sudah berjalan
dengan baik atau sebaliknya belum menjangkau seluruh kalangan masyarakat
desa, selain itu membuat rancangan atau perencanaan program pemberdayaan
yang tepat dan sesuai untuk diterapkan kepada masyarakat di desa Klampok untuk
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Manurut Sutoro Eko (2002) pemberdayaan merupakan proses
mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar
menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan – kekuatan penekan
disegala bidang dan sektor kehidupan. Konsep pemberdayaan (masyarakat
desa) dapat dipahami bahwa pemberdayaan dimaknai dalam konteks
menempatkan posisi berdiri masyarakat bukanlah sebagai obyek penerima
manfaat melainkan melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau
partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri namun tidak lepas
dari tanggungjawab negara. (Cholisin, 2011)
2.2 TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Tujuan pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat terutama dari kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan, dan
ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator pemenuhan
kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu,
mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.
Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah,
sumberdaya manusia yang lemah, melemahnya pasar – pasar lokal/tradisional
karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional.
Kemudian ketidakberdayaan adalah melemahnya kapital sosial yang
ada di masyarakat (gotong royong, kepedulian, musyawarah, dan swadayaan)
yang pada gilirannya dapat mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang
semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan, dan kepedulian untuk
mengatasi persoalannya secara bersama. (Cholisin, 2011)
2.3 STRATEGI DAN PENDEKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Berdasarkan pendapat Sunyoto Usman (2004) ada beberapa strategi
yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian
2
diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam upaya memberdayakan
masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: pertama, menciptakan suasana
atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).
Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia memiliki
potensi atau daya yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi
atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering), upaya yang amat pokok
adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke
dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, lapangan kerja, dan
pasar. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah.
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam rangka perencanaan
dan penentuan kebijakan, atau dalam pengambilan keputusan. Model
pendekatan dari bawah mencoba melibatkan masyarakat dalam setiap tahap
pembangunan. Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar
melainkan dari dalam. Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan
bersama, sejumlah nilai dan sistem dipahami bersama. Model bottom
memulai dengan situasi dan kondisi serta potensi lokal. Dengan kata lain
model kedua ini menampatkan manusia sebagai subyek. Pendekatan “bottom
up” lebih memungkinkan penggalian dana masyarakat untuk pembiayaan
pembangunan. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih merasa
“memiliki”, dan merasa turut bertanggung jawab terhadap keberhasilan
pembangunan, yang nota bene memang untuk kepentingan mereka sendiri.
Betapa pun pendekatan bottom-up memberikan kesan lebih manusiawi dan
memberikan harapan yang lebih baik, namun tidak lepas dari kekurangannya,
model ini membutuhkan waktu yang lama dan belum menemukan bentuknya
yang mapan. (Cholisin, 2011)
3
2.4 PERMASALAHAN SOSIAL EKONOMI DALAM BIDANG
PERTANIAN
a) Jarak Waktu yang Lebar Antara Pengeluaran dan Penerimaan
Pendapatan dalam Pertanian
Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan
langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi
si petani pertanian juga merupakan bagian dari hidupnya, bahkan suatu
cara hidup (way of live), sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi
aspek-aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan
serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peranan penting dalam
tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian,
berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh
petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani.
Perbedaan yang jelas antara persoalan-persoalan ekonomi pertanian
dan persoalan ekonomi di luar bidang ekonomi pertanian adalah jarak
waktu (gap) antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha
pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu ini sering pula
disebut gestation period, yang dalam bidang pertanian jauh lebih besar
daripada dalam bidang industri. Di dalam bidang industri, sekali produksi
telah berjalan maka penerimaan dari penjualan akan mengalir setiap hari
sebagaimana mengalirnya hasil produksi. Dalam bidang pertanian tidak
demikian kecuali bagi para nelayan penangkap ikan yang dapat menerima
hasil setiap hari sehabis ia menjual ikannya. Jadi ciri khas kehidupan
petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya.
Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan
pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang-kadang
dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba.
b) Tekanan Penduduk dan Pertanian
Persoalan lain yang sifatnya lebih jelas lagi dalam ekonomi pertanian
adalah persoalan yang menyangkut hubungan antara pembangunan
4
pertanian dan jumlah penduduk. Malthus dalam tahun 1888 menerbitkan
buku yang terkenal mengenai persoalan-persoalan penduduk dan masalah
pemenuhan kebutuhan manusia akan bahan makanan. Penduduk
bertambah lebih cepat daripada pertambahan produksi bahan makanan.
Persoalan penduduk di Indonesia tidak hanya dalam kepadatannya tetapi
juga pembagian antardaerah tidak seimbang. Komposisinya menunjukkan
suatu penduduk yang muda dengan pemusatan penduduk di kota-kota
besar. Tingkat pertambahan penduduk tinggi, karena angka kelahiran
tinggi, sedangkan angka kematian menurun. Menurunnya angka kematian
disebabkan oleh kemajuan kesehatan dan sanitasi.
Ditinjau dari sudut ekonomi pertanian maka adanya persoalan
penduduk dapat dilihat dari tanda-tanda berikut:
1. persediaan tanah pertanian yang makin kecil
2. produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun
3. bertambahnya pengangguran
4. memburuknya hubungan-hubungan pemilik tanah dan bertambahnya
hutang-hutang pertanian.
c) Pertanian Subsisten
Pertanian yang subsisten diartikan sebagai suatu sistem bertani dimana
tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya
beserta keluarganya. Dalam kenyataannya petani subsisten ini sangat
berbeda – beda dalam hal luas dan kesuburan tanah yang dimilikinya dan
dalam kondisi – kondisi sosial ekonomi lingkungan hidupnya. Petani
susbsisten juga berfikir dalam pengertian biaya dan penerimaan, tetapi
tidak dalam bentuk pengeluaran biaya tunai melainkan dalam kerja,
kesempatan beristirahat dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan upacara
adat dan lain-lain. (Anonymous, 2014)
5
BAB III
METODOLOGI
3.1 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Wawancara kepada responden dilakukan di dusun Krajan, desa
Klampok, kecamatan Singosari, Malang. Waktu pelaksanaan fieldtrip adalah
pada tanggal 29 Desember 2013 dengan responden bernama ibu Sripah yang
saat ini berusia 110 tahun.
3.2 METODE WAWANCARA
Wawancara dilaksanakan secara langsung kepada responden yaitu ibu
Sripah yang bertempat tinggal di dusun Krajan, desa Klampok, RT 3 RW 1,
kecamatan Singosari, Malang. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan
data – data tentang kondisi sosial ekonomi dan mengetahui peran responden
dikalangan masyarakat (keikutsertaan dalam program pemberdayaan ataupun
tidak). Data – data sebagai bahan quisioner tersusun dalam bentuk form
pertanyaan yang telah disediakan oleh asisten praktikum mata kuliah PMDA.
3.3 LANGKAH KERJA (WAWANCARA)
6
Menentukan lokasi dan responden yang akan diwawancarai
Buat dalam laporan
Buat analisa atas informasi yang telah didapatkan
Catat informasi yang didapatkan dan dokumentasi
Lakukan wawancara dengan responden
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 IDENTITAS RESPONDEN
Pada fieldtrip mata kuliah PMDA, responden yang diwawancarai
bernama ibu Sripah yang pada saat ini berumur 110 tahun. Ibu Sripah
merupakan salah satu penduduk di dusun Krajan, desa Klampok, kecamatan
Singosari, Malang yang bekerja sebagai penjual jamu. Ibu Sripah tinggal
bersama anak perempuannya bernama ibu Sujiati yang saat ini berumur 49
tahun, namun beliau masih belum menikah. Ibu Sripah bekerja sebagai
penjual jamu tradisional yang dalam pemasarannya dibantu oleh ibu Sujiati
untuk menjual jamu kepada orang yang memesan jamu tersebut. Pendidikan
terakhir dari ibu Sripah adalah sampai SD karena keterbasan biaya sehingga
ibu Sripah tidak dapat meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih
tinggi.
4.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN
Ibu Sripah merupakan seorang janda yang memiliki jumlah anggota
keluarga dua yaitu ibu Sripah dan anaknya (ibu Sujiati). Rumah yang saat ini
ditempati ibu Sripah merupakan rumah milik sendiri yang luasnya 12 x 8 m
dan luas pekarangan yang dimiliki adalah 2 x 3 m sedangkan untuk
kebutuhan air ibu Sripah menggunakan air swadaya yang ada di sungai
setempat. Barang berharga yang dimiliki beliau hanya sebuah anting
peninggalan dari suaminya.
Dalam kesehariannya, ibu Sripah hanya mengkonsumsi nasi dengan
lauk – pauk yaitu tahu, tempe dan sayur – sayuran. Beliau tidak suka
memakan daging dan ikan karena menurut beliau makanan tersebut kurang
baik bagi kesehatan selain itu harga yang cukup mahal sehingga beliau
kurang sanggup untuk membelinya.
Adapun pengeluaran untuk bahan konsumsi yang dikeluarkan oleh ibu
Sripah meliputi beras ½ kg/hari seharga Rp 4.000,-. Untuk lauk pauknya
beliau menggunakan tahu seharga Rp. 1.000,- dan tempe seharga Rp. 2.000,-.
7
Kebutuhan minyak goreng ¼ kg/minggu seharga Rp. 2.800,-. Kebutuhan kopi
1 bungkus/minggu seharga Rp. 1.000,- sedangkan untuk kebutuhan gula ¼
kg/minggu seharga Rp. 2.800,-. Kebutuhan sayuran diperoleh dari hasil
pekarangan dan lahan pertanian milik tetangga. Untuk pengeluaran bukan
konsumsi meliputi biaya listrik sebesar Rp. 15.000/bulan dan air swadaya
sebesar Rp. 5.000/bulan.
Ibu Sripah maupun anaknya tidak memiliki usaha lain (pertanian
maupun peternakan) sehingga hanya mengandalkan hasil dari penjualan jamu
yaitu 1 botol jamu (1,5 liter) dijual seharga Rp. 15.000,-. Untuk modal usaha
ibu Sripah menggunakan modal sendiri tanpa keikutsertaan dalam KUD
maupun meminjam modal di Bank.
4.3 KEIKUTSERTAAN DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Selama ini ibu Sripah tidak pernah mendapatkan dan ikut serta dalam
program pemberdayaan yang ada di desanya. Bahkan sosialisasi dari
pemerintah tentang peningkatan potensi SDA dan SDM di desa Klampok,
apalagi saat wawancara beliau mengatakan enggan untuk mengikuti kegiatan
sosialisasi dan kelembagaan yang ada di desanya.
Pembuatan jamu yang dilakukan beliau masih menggunakan sistem
tradisional, serta bahan baku didapatkan dari tanaman yang ada di pekarangan
beliau. Sistem penjualan jamu dilakukan dengan mendatangi orang yang
memesan jamu tersebut, biasanya yang sering menjadi pelanggan jamu beliau
hanya orang terdekat beliau.
8
4.4 PERUMUSAN IDE
4.5 LATAR BELAKANG PEMBERDAYAAN
Pemerintah di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia
telah mencanangkan berbagai macam program pembangunan pedesaan.
Program-program pembangunan tersebut antara lain terkemas dalam apa yang
disebut dengan istilah: (1) pembangunan pertanian (agricultural
development); (2) industrialisasi pedesaan (rural industrialization); (3)
pembangunan masyarakat desa terpadu (integrated rural development), serta
strategi pusat pertumbuhan (growth centre strategy).
9
Ketidakberdayaan penjual jamu di desa Klampok kecamatan Singosari :- Pendapatan belum maksimal- Nilai tawar rendah
Faktor intern :Ketersediaan dana
Keberdayaan penjual jamu :- Kemandirian- Peningkatan
Pendapatan- Peningkatan kualitas
hidup- PartisipasiProgram pemberdayaan:
- Program kemitraan modal usaha
- Program pengembangan skill dan kreativitas melalui pembuatan produk inovasi (jelly) bahan baku jamu
- Program sosialisasi alur pemasaran
Pengembangan kapasitas penjual jamu :1. Teknik pembuatan inovasi produk2. Cara memperoleh dukungan
permodalan3. Pengawasan kegiatan pembuatan
inovasi produk agar terjamin kehigienisan & keamanan produk bagi kesehatan
Pengembangan kapasitas kelembagaan :- Menjalin hubungan kerjasama antar
kelembagaan didalam komunitas- Membangun jejaring antar
kelembagaan antar komunitas.- Mempertautkan kelembagaan dengan
lembaga layanan publik melalui usahausaha kreatif, inovatif dan selalu mencari terobosan-terobosan baru dalam mengembangkan usaha inovasi produk
Faktor ekstern :1. Kelembagaan2. Informasi pasar
Berbagai program pembangunan yang diarahkan untuk membantu
masyarakat pedesaan telah banyak dilaksanakan, namun sampai saat ini
program – program tersebut belum bisa mencakup semua kalangan
masyarakat pedesaan. Pada umumnya, program – program pembangunan
seperti subsidi atau bantuan dana justru dinikmati kalangan pemilik modal
atau sebagian kecil elit desa yang memiliki jabatan lebih tinggi di pedesaan.
Sedangkan bagi masyarakat yang tidak memiliki jabatan di desanya atau
masyarakat yang kurang mampu tidak bisa menikmati subsidi yang
semestinya mereka terima.
Pada lokasi fieldtrip PMDA yaitu di desa Klampok, kecamatan
Singosari berdasarkan informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara
dengan salah satu narasumber, dapat dianalisis bahwa terdapat beberapa
kendala yang menyebabkan ketidakberdayaan penjual jamu yang terdapat di desa
tersebut. Kendala tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal
yang ditujukan dengan ketersediaan dana dimana untuk permodalan usahanya
menggunakan modal sendiri karena sedikitnya lembaga permodalan atau lembaga
keuangan yang lainnya di desa tersebut. Untuk faktor eksternalnya adalah masalah
kelembagaan di daerah tersebut yang pasif selain itu tidak informasi pasar yang
kurang terjangkau oleh semua masyarakat di desa Klampok tersebut. Hal ini
tentunya memberikan dampak terhadap pendapatan yang diperoleh belum maksimal
untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari (terutama bagi penjual jamu skala kecil)
karena para penjual jamu ini kurang menguasai informasi pasar sehingga nilai tawar
produk mereka rendah.
10
11
Program Kreativitas Perempuan (PKP)
Sebagai Pengembangan Skill yang dimiliki Ibu-
Ibu PKK di Desa Klampok, Kecamatan
Singosari,Malang
Kurangnya informasi pasar sehingga penjual jamu tidak dapat mengimbangi harga saing dipasaran terutama harga saing dari penjual
jamu modern.
Berbagai program pembangunan yang diarahkan untuk membantu masyarakat pedesaan telah banyak dilaksanakan, namun sampai saat ini
program – program tersebut belum bisa mencakup semua kalangan masyarakat pedesaan.
Banyak negara berkembang mencanangkan program pembangunan pedesaan agar taraf hidup masyarakatnya dapat lebih baik dan lebih sejahtera, namun pada kenyataannya kebanyakan program yang dijalankan tersebut hanya menguntungkan salah satu pihak yaitu pihak yang
berkuasa.
4.6 PERUMUSAN TUJUAN
4.6.1 Masalah – masalah dari fenomena marginalisasi yang terjadi di daerah
tersebut ialah:
1) Masyarakat terutama yang berprofesi sebagai penjual jamu kurang
memperoleh informasi mengenai peningkatan SDA dan SDM
sehingga berdampak pada tingkat pendapatan yang rendah
2) Lemahnya daya saing penjual jamu tradisional karena tidak bisa
meningkatkan daya tawar produk mereka selain itu kurangnya
promosi yang dilakukan karena masih menggunakan sistem yang
sangat tradional
4.6.2 Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan tujuan dari program ini
adalah:
1) Pemberian informasi mengenai peningkatan SDA dan SDM maka
masyarakat terutama yang berprofesi sebagai penjual jamu dapat
meningkatkan potensi yang ada pada dirinya.
2) Meningkatkan daya tawar produk melalui pengembangan produk
jamu yang dipasarkan dengan mengolahnya menjadi suatu produk
inovasi untuk memberikan nilai tambah produk jamu tersebut.
12
4.7 KELUARAN
1) Masyarakat terutama yang berprofesi sebagai penjual jamu tidak hanya
menjadi orang yang pasif tetapi menjadi orang yang aktif karena
termotivasi untuk mengembangkan kreativitas dan skill yang dimiliki
demi meningkatkan pendapatannya dan mencapai kesejahteraan hidup.
2) Pengolahan produk jamu menjadi suatu produk inovasi dapat memberi
nilai tambah untuk produk tersebut selain itu dapat menarik selera
konsumen karena produk jamu yang dijual dipasarkan dalam bentuk lain.
4.8 PERUMUSAN METODE PELAKSANAAN
No Tujuan Aktifitas-aktifitas Bahan yang diperlukan1 Membantu masyarakat
untuk meningkatkan
potensi SDA dan SDM
dengan mengembangkan
kreativitas dan skill yang
dimiliki
1. Mengadakan sosialisasi melalui forum diskusi
2. Mendirikan sekolah lapang3. Melakukan pembinaan dan
pelatihan tentang pengolahan inovasi produk sebagai program kreativitas kepada para penjual jamu di desa Klampok
1. Ruang pertemuan2. Alat tulis dan papan tulis3. Alat dan bahan baku
pembuatan produk inovasi
2 Meningkatkan daya
tawar penjual jamu
dengan memberikan
pelatihan mengenai
pengembangan produk
jamu tradisional melalui
pengolahan inovasi
produk jamu.
1. Mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang cara meningkatkan promosi produk untuk meningkatkan daya tawar
2. Mengadakan pendampingan pada masyarakat binaan
3. Melakukan kontrol produk inovasi untuk menjamin kehigienisan dan tingkat kesehatan produk yang dihasilkan
1. Ruang pertemuan2. Alat tulis dan papan tulis3. Transportasi untuk
melakukan pemasaran produk inovasi
4.9 PERKIRAAN PEMBIAYAAN
Justifikasi Anggaran Pemberdayaan
A. HonorariumJumlah
Pelaksana
Jumlah Jam/Minggu
Jumlah Minggu
Honor/jam Total Nilai
1. Fasilitator Utama
2 12 20 20.000 9.600.000
13
2. Fasilitator Pendamping
2 12 20 15.000 7.200.000
Total 16.800.000
14
B. Bahan Satuan UnitBiaya Satuan
(Rp)Nilai (Rp)
Tinta printer Unit 1 35.000 35.000Spidol boardmaker dan maker
Set 2 100.000 200.000
Meja dada Buah 10 10.000 100.000Dokumentasi foto Lembar 100 3.000 300.000Kertas A3 Lembar 50 5.000 250.000Sewa komputer unit/
bulan1 500.000 500.000
Sewa printer unit/bulan
1 150.000 150.000
Bahan inovasi produk (jelly tanaman obat):- Jahe- Kunyit- Asem- Gula pasir- Jeruk- Es batu- Keragenan- Kemasan/cup- Sendok- Label- Pewarna makanan
Alat inovasi produk (jelly tanaman obat):- Kompor- Panci- Blender- Loyang- Gelas ukur- Saringan- Irus- Sendok makan- Pisau- Toples- Galon
OnsOnsBuahKgKgBuahOnsBuahBuahLembarBotol
160 ons160 ons120 buah24 kg6 kg96 buah30 ons12.00012.00012004 botol
242402344312
2000200050011.0008000200011.000170502.4002.000
300.00030.000160.0007.00012.0002.0004.0001.0002.0005.00050.000
320.000320.00060.000264.00048.000192.000330.0002.040.000600.0002.880.0008.000
600.000144.000320.000280.00024.0006.00016.0004.0006.00015.000100.000
White board Unit 2 50.000 100.000Total 10.212.000
Transportasi ke lokasi penelitian ( Kota/Tempat Tujuan )
C. Transportasi Satuan VolumeBiaya Satuan
(Rp)Nilai (Rp)
6 kali kunjungan, 4 orang
PP 10 50.000 500.000
Akomodasi (4 orang, 6 kali)
Paket 10 30.000 300.000
Total 800.000
D. Biaya Penggalian Data Satuan Unit Biaya satuan Nilai
1 Cetak kuisioner Lembar 25 200 5.000
2. Fotocopy kuisioner Lembar 1250 150 187.500
Total 192.500
E. Laporan Satuan Unit Biaya
satuan
Nilai
1 Biaya Analisis
Data
Paket 1 500.000 500.000
2. Laporan
pendahuluan
Eksemplar 6 100.000 600.000
3. Laporan Akhir Eksemplar 6 150.000 900.000
4. Softcopy Laporan CD 6 5.000 30.000
5. Laporan Keuangan
Bulanan
Eksemplar 6 75.000 450.000
Total 1.670.000
Rekapitulasi Anggaran PemberdayaanRekapitulasi Nilai
A. Honorarium 16.800.000B. Bahan 10.212.000C. Pengadaan alat dan transportasi 800.000D. Biaya penggalian data 192.500E. Koordinasi dan laporan 1.670.000Total 29.674.500
4.10 JADWAL KEGIATAN
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
15
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Ijin dan pengumpulan data sekunderObservasi lapang-pemetaan kawasan
Intervew pengumpulan data primer dan Analisis data
Sosialisasi
Penyusunan model
kelembagaan
Persiapan pembuatan
produk inovasi
Pembuatan produk
inovasi dan Pemasaran
Evaluasi
Penyusunan Pelaporan
4.11 PENUTUP
Berharap Program Kreativitas Perempuan (PKP) dapat berjalan dengan
baik dan diterima oleh masyarakat desa Klampok. Dengan pelaksanaan
“Program Kreativitas Perempuan (PKP) Sebagai Pengembangan Skill yang
Dimiliki PKK di Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Malang” bertujuan
untuk meningkatkan kualitas SDM dan peningkatan pendapatan dari setiap
indvidu. Kegiatan program pemberdayaan yang ditawarkan untuk ibu-ibu di
desa Klampok ialah pengolahan jamu menjadi jelly sebagai produk inovasi dari
16
jamu (terutama berasal dari jamu cair) untuk meningkatkan kreativitas inovasi
produk dari jamu, meningkatkan nilai jual dan daya tarik selera konsumen dari
jamu tradsional agar mampu bersaing dengan jamu modern yang ada saat ini.
17
BAB V
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Pendapatan dan sosial di desa klampok kurang merata akibat akses
informasi kepada warga kurang mencangkup seluruh masyarakat. Ditambah
lagi sikap dari masyarakat yang kolod atau tidak terbuka oleh modernisasi.
Contohnya pada responden yang kami wawancarai yaitu ibu Sripah yang
enggan untuk memperoleh informasi baru, ini dipicu akibat pendapatan ibu
sripah yang dibawah rata-rata. Hasil penjualan jamunya tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari, sehingga solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu
dengan mengembangkan kreativitas ibu-ibu melalui Program Kreativitas
Perempuan (PKP) untuk meningkatkan kualitas SDM dan peningkatan
pendapatan dari setiap indvidu.
1.2 SARAN
Diharapkan bagi ibu-ibu di desa Klampok dapat bergabung dengan
anggota PKK yang nantinya dapat mengikuti “Program Kreativitas
Perempuan (PKP) Sebagai Pengembangan Skill” sehingga tidak hanya
menjadi warga yang pasif melainkan menjadi warga yang aktif dalam suatu
kegiatan di desanya. Dengan mengikuti program ini ibu-ibu dapat memiliki
wawasan yang lebih sehingga pola pikir mereka akan lebih maju. Sedangkan
untuk pemerintah diharapkan dapat turut serta membantu pelaksanaan
program ini agar dapat berjalan dengan lancar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2014. Permasalahan dan Kebijakan di Bidang Pertanian. (Online)
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4415/Permasalahan%20dan
%20Kebijakan%20di%20Bidang%20Pertanian.doc. Diakses pada tanggal
10 Januari 2014
Cholisin, 2011. Pemberdayaan Masyarakat. (Online). http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/ tmp/PEMBERDAYAAN %20MASYARAKAT.pdf. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2014
19
LAMPIRAN
20
Gambar 1. Dokumentasi Nirmala dengan ibu Sripah
Gambar 2. Dokumentasi Devi dengan ibu Sripah