fibrinolisis
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Darah adalah suatu cairan yang diciptakan untuk memberi tubuh kita kehidupan. Pada saat
beredar di dalam tubuh, darah menghangatkan, mendinginkan, memberi makan, dan melindungi
tubuh dari zat-zat beracun. Selain itu, darah segera memperbaiki kerusakan apa pun pada dinding
pembuluh darah sehingga sistem tersebut pun diremajakan kembali.1
Rata-rata terdapat 1,32 galon (5 liter) darah dalam tubuh manusia yang memiliki berat 132
pon (60 kg). Jantung mampu mengedarkan seluruh jumlah ini di dalam tubuh dengan mudah
dalam sesaat. Bahkan, saat berlari atau berolah raga, tingkat peredaran ini meningkat hingga lima
kali lebih cepat. Pembuluh darah diciptakan dengan bentuk yang sempurna sehingga tidak ada
penyumbatan atau pun endapan yang terbentuk.1,2
Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus terbentuk segera untuk mencegah makhluk
hidup mengalami kematian, kemudian darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan
lebih penting lagi harus terbentuk tepat di atas dan tetap berada di atas luka tersebut. Di tempat
terjadinya pendarahan terbentuk gumpalan darah beku yang menyumbat dan menyembuhkan
luka. Hilangnya satu bagian saja dari sistem ini atau kerusakan apa pun akan menjadikan
keseluruhan proses tidak bekerja.2
Unsur terkecil dari sumsum tulang adalah keping-keping darah atau trombosit. Sel-sel ini
merupakan unsur terpenting dalam pembekuan darah dengan bantuan protein (faktor Von
Willebrand) memastikan agar keping-keping ini tidak membiarkan tempat luka terlewati.
Keping-keping yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang
mengumpulkan keping-keping lain yang tak terhingga banyaknya di tempat yang sama. Sel-sel
tersebut akhirnya menopang luka terbuka itu. Keping-keping tersebut mati setelah menjalankan
tugasnya menemukan luka. Pengorbanan diri ini hanyalah satu bagian dari sistem pembekuan
dalam darah.3
Mekanisme yang efisien dan cepat untuk menghentikan perdarahan dari lokasi kerusakan
pembuluh darah sangat penting dilakukan untuk bertahan hidup. Walaupun demikian, respons
seperti itu harus dikendalikan secara ketat untuk mencegah terbentuknya bekuan yang luas dan
untuk memecah bekuan tersebut setelah kerusakan diperbaiki. Oleh karena itu, sistem hemostasis
mencerminkan keseimbangan antara mekanisme prokoagulan dan antikoagulan yang dikaitkan
dengan proses fibrinolisis. Kelima komponen utama yang terlibat adalah trombosit, faktor
koagulasi, inhibitor koagulasi, fibrinolisis, dan pembuluh darah.1,2
Trombin adalah protein lain yang membantu proses pembekuan darah. Zat ini hanya
dihasilkan di tempat yang terluka. Jumlahnya tidak boleh melebihi atau pun kurang dari yang
diperlukan, dan juga harus dimulai dan berakhir tepat pada waktu yang diperlukan. Lebih dari
dua puluh jenis zat kimia tubuh (enzim) berperan dalam pembentukan trombin. Enzim-enzim
tersebut dapat merangsang perbanyakan trombin maupun menghentikannya. Proses ini terjadi
melalui pengawasan yang begitu ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar ada
luka sesungguhnya pada jaringan.3
Segera setelah enzim-enzim pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang memadai di
dalam tubuh, fibrinogen yang terbuat dari protein-protein pun terbentuk. Dalam waktu singkat,
sekumpulan serat membentuk jaring, yang terbentuk di tempat keluarnya darah. Sementara itu,
keping-keping darah yang sedang meronda, terus-menerus terperangkap dan menumpuk di
tempat yang sama. Gumpalan darah beku menyumbat luka yang terbentuk akibat penumpukan
ini. Ketika luka telah sembuh, gumpalan tersebut akan hilang.2,3
BAB II
PEMBEKUAN DARAH
II.1..HemostatisHemostasis adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh yang amat penting dalam
menghentikan perdarahan pada pembuluh darah yang luka. Mekanisme hemostasis mempunyai
dua fungsi primer yaitu untuk menjamin bahwa sirkulasi darah tetap cair ketika di dalam
pembuluh darah, dan untuk menghentikan perdarahan pada pembuluh darah yang luka.4.
Pada hemostasis primer terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera
sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Vasokonstriksi merupakan respon
segera terhadap cedera, yang diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding
pembuluh yang terpajan dengan cedera dengan perantara faktor von Willbrand. Trombosit yang
teraktivasi menyebabkan reseptor trombosit Gp IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan
terjadi agregasi trombosit dan membentuk plak trombosit yang menutup luka/truma . Proses ini
kemudian diikuti proses hemostasis sekunder yang ditandai dengan aktivasi koagulasi melalui
jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik.
II.2 Macam-macam luka dan Upaya pengendaliannya
Luka dapat didefinisikan sebagai rusaknya kesinambungan dinding pembuluh darah di
suatu tempat, sehingga terjadi hubungan langsung antara ruang intravaskuler dengan ruang
ekstravaskuler, termasuk dunia luar. 5
Dengan demikian, luka dapat digolongkan menjadi Luka Tertutup dan Luka terbuka. Dari
kedua luka tersebut mempunyai dampak yaitu terjadinya kehilangan cairan yang dapat membawa
pada renjatan atau shock bila tidak ada usaha untuk mengendalikannya. 5
Pengendalian luka oleh tubuh dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama ialah usaha untuk
mengendalikan luka, yang berakhir dengan terbentuknya gumpalan darah (clot) yang berguna
untuk menghentikan pendarahan. Tahap kedua ialah penghancuran gumpalan darah atau resorpsi.
Tahap ketiga ialah pembentukan kembali struktur semula (regenerasi) yang rusak pada waktu
luka.5
II.3.Pembekuan darah
II.3.1 Faktor Pembekuan Darah
Ada beberapa factor yang berperan dalam mekanisme pembekuan darah. Faktor-faktor
tersebut terdapat pada table dibawah ini
Faktor Nama
I
II
III
IV
V
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
HMW-K
Pre-K
Ka
PL
Fibrinogen
Protrombin
Tromboplastin ( faktor jaringan)
Ca2+
Proakselerin = globulin akselerator (Ac-glob)
Prokonvertin
Faktor antihemofilia, globulin antihemofilia (AHG)
Komponen Tromboplastin plasma (faktor christmas)
Faktor stuart-power
Anteseden tromboplastin plasma (PTA)
Faktor hageman
Faktor Penstabil fibrin, factor Laki-Lorand
Kininogen berberat moleul tinggi, factor Fitzgerald
Prekalikrein, factor Fletcher
Kalikrein
Fosfolipid trombosit
Tabel 1.1 faktor pembekuan darah. 8
II.3.2 Proses Pembekuan Darah ( Koagulasi )
Mekanisme pembekuan darah merupakan hal yang kompleks. Mekanisme ini dimulai
bila terjadi trauma pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang berdekatan, pada darah, atau
berkontaknya darah dengan sel edotel yang rusak atau dengan kolagen atau unsure jaringan
lainnya di luar sel endotel pembuluh darah. Pada setiap kejadian tersebut, mekanisme ini
menyebabkan pembentukan activator protrombin, yang selanjutnya akan mengubah protrombin
menjadi thrombin dan menimbulkan seluruh langkah berikutnya. 6
Mekanisme secara umum, pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama:
1. Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah yang ruak, maka rangkaian reaksi
kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan lebih dari selusin factor
pembekuan dara. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi
yang disebut activator protrombin.
2. Aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin menjadi thrombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
Mekanisme Koagulasi, terdiri dari dua jalur yaitu :
1. Melalui jalur Ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan
jaringan sekitarnya
2. Melalui jalur Instrinsik yang berawal di dalam darah itu sendiri.
Pada kedua jalur ini, baik Ekstrinsik maupun Instrinsik, berbagai protein plasma,
terutama betaglobulin, memegang peranan utama. Bersama dengan factor-faktor lain yang telah
diuraikan dan terlibat dalam proses pembekuan, semuanya disebut factor-faktor pembekuan
darah, dan pada umumnya, semua itu dalam bentuk enzim-enzim proteolitik yang inaktif. Bila
berubah menjadi aktif, kerja enzimmatiknya akan menimbulkan proses pembekuan berupa
reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat. 7
Mekanisme Pembekuan darah
Gambar mekanisme pembekuan darah8
Reaksi mendasar dalam pembekuan darah adalah konversi protein plasma yang larut
yaitu fibrinogen menjadi fibrin yang tidak larut. Proses ini mencakup pembebasan 2 pasang
polipeptida dari masing-masing molekul fibrinogen. Porsi yang tersisa, monomer fibrin,
kemudian mengalamai polimerisasi dengan molekul-molekul monomer lain sehingga
membentuk fibrin. Fibrin mula-mula berupa gumpalan longgar benang-benang yang saling
menjalin. Ini diubah dengan pembentukan ikatan-ikatan silang kovalen menjadi agregat yang
padat dan kencang. Reaksi yang terakhir ini dikatalisis oleh factor XIII yang telah diaktifkan dan
memerlukan Ca2+.
Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dikatalisis oleh thrombin. Trombin adalah suatu
serin protease yang terbentuk dari prekursornya di sirkulasi, protrombin, karena kerja factor X
yang telah diaktifkan. Faktor X dapat diaktifkan dengan reaksi-reaksi salah satu dari system,
system intrinsic dan system ekstrinsik.8
A. Mekanisme Intrinsik
Reaksi awal pada system intrinsic adalah konversi factor XII inaktif menjadi factor XII
aktif (XIIa). Aktivasi ini, yang dikatalisis oleh kininogen berberat molekul tinggi dan kallikrein,
dapat dilaksanakan in vitro dengan pemajanan darah terhadap permukaan mudah dibasahi yang
bermuatan elektronegatif seperti gelas dan serat kolagen. Aktivitas in vivo terjadi kalau darah
terpajan terhadapa serat-serat kolagen yang berada dibawah lapisan endotel pada pembuluh
darah. Faktor XII aktif kemudian mengaktifkan factor XI , dan factor XI aktif mengaktofkan
fakktor IX. Faktor IX yang telah diaktifkan membentuk suatu kompleks dengan factor VIII aktif,
yang menjadi aktif kalo terpisah dari factor von Willebrand. Kompleks IXa dan VIIIa
mengaktifkan factor X. Fisfolipid-fosfolipid dari trombosit yang mengelompok (PL) dan Ca2+
diperlukan untuk pengaktifan sempurna factor X.8
B. Mekanisme Ekstrinsik
Sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan tromboplastin jaringan, suatu campuran protein-
fosfolipid yang mengaktifkan factor VII. Tromboplastin jaringan dan factor VII. Tromboplastin
jaringan dan factor VII mengaktifkan factor factor IX dan X. Dengan adanya PL,Ca2+ , dan factor
V, Faktor X yang telah diaktifkan mengkatalisis konversi protrombin menjadi thrombin.
C. Peranan ion kalsium dalam jalur instrinsik dan ekstrinsik
Ion kalsium diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat semua reaksi. Oleh
karena itu, tanpa ion kalsium, pembekuan darah tidak terjadi. Kadar ion kalsium dalam tubuh
jarang sekali turun sedemikian rendah sehingga nyata mempengaruhi kinetic pembekuan darah.
Sebaliknya, bila darah di keluarkan dari tubuh manusia, pembekuan dapat dicegah dengan
menurunkan kadar ion kalsium sampai di bawah ambang pembekuan, dengan cara deionisasi
kalsium yaitu mereaksikannya dengan zat-zat lain seperti ion sitrat atau dengan mengendapkan
kalsium dngan ion oksalat.
D.Regulasi Thrombin
Thrombin yang aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya
harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau
pengaktifan trombosit.
Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap
reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara
aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
II.3.3 Resorpsi Gumpalan Darah
Apabila pembekuan darah sudah terbentuk secara sempurna, massa gumpalan itu sendiri
akan akan menyumbat bagian pembuluh darah yang mengalami cidera disekitarnya. Dalam
penyembuhan luka, kesinambungan pembuluh darah dapat dipulihkan, sehingga gumpalan darah
kemudian terkurung dalam suatu dalam pembuluh darah yang harus disingkirkan. Dalam hal ini
massa gumpalan harus dilenyapkan. Proses resorpsi massa gumpalan darah dinamai fibrinolisis,
yang juga memerlukan enzim, yaitu enzim proteolitik yang bernama fibrinolisis atau plasmin.
Serat fibrin sendiri mengaktifkan suatu factor yang terdapat didalam darah dan berbagai
jaringan, yaitu profibrinokinase (profibrinolisokinase) menjadi bentuk aktif, yaitu fibrinokinase
(fibrinolisokinase). Selanjutnya, fbrinokinase ini akan mengaktifkan plasmin (fibrinolisin) yang
didalam darah berada dalam bentuk tidak aktif, yaitu plasminogen (profibrinolisis). Plasmin atau
fibrinolisin yang aktif ini adalah suatu enzim proteolitik yang sangat kuat, sehingga serat-serat
fibrin yang tidak larut dan selanjutnya dipecah menjadi peptida kecil-kecil. 5
Bakteri stafilokokus menghasilkan enzim stafilokinase, sedangkan bakteri stertokokus
menghasilkan stertokinase. Kedua enzim ini mampu mengaktifkan plasminogen atau
profibrinolisin menjadi plasmin atau fibrinolisin. 5
Dalam keadaan sehari-hari pristiwa resorpsi gumpalan darah ini dapat dilihat dengan
mudah pada luka yang terjadi dipermukaan tubuh. Biasanya luka tersebut akan ditutupi oleh
gumpalan darah, yang kemudian mengering dan bercampur dengan lapisan tanduk dari kulit
untuk menjadi keropeng (krusta). Bila keropeng ini ditekan, akan kelihatan cairan serum yang
tidak berwarna terperas keluar. Keropeng ini dari hari ke hari makin mengecil dan akhirnya akan
terlepas dan di bawahnya digantikan oleh jaringan baru yang telah bertaut. Tindakan untuk
menjaga kebersihan luka di permukaan tubuh menjadi sangat penting, mengingat adanya
sejumlah kuman yang mampu mengaktifkan plasminogen atau prifibrinolisin menjadi plasmin
atau fibrinolisin dalaam jumlah yang berlebihan. Akibatnya gumpalan darah penutup luka dan
yang dimaksudkan juga untuk menghalangi masuknya kuman, Menjadi rusak sehingga kuman
dapat masuk. 5
II.4. SISTEM FIBRINOLISIS
Sistem fibrinolisis penting untuk menyingkirkan deposit fibrin yang berlebihan. Sistim
fibrinolisis juga merupakan suatu sistim multikomponen yang terdiri dari proenzim, aktifator
plasminogen dan inhibitor-inhibitor. Plasminogen, adalah suatu glikoprotein rantai tunggal
dengan amino terminal glutamic acid glutamic acid yang mudah dipecah oleh proteolisis
menjadi bentuk modifikasi dengan suatu terminal lysine, valine atau methionin.
Pada tempat jaringan yang rusak (tissue injury), fibrinolisis dimulai dengan perubahan
plasminogen menjadi plasmin. Plasmin mempunyai banyak fungsi seperti degradasi dari fibrin,
inaktifasi faktor V dan faktor VIII dan aktifasi dari metaloproteinase yang berperan penting
dalam proses penyembuhan luka dan perbaikan jaringan (tissue-remodeling).
Aktifator-aktifator plasminogen memecah peptide dari plasminogen dan membentuk
plasmin rantai dua. Aktifasi menjadi plasmin dapat terjadi melalui tiga jalur yaitu :
Jalur intrinsik, melibatan aktifasi dari proaktifator sirkulasi melalui faktor XIIa.
Jalur ekstrinsik, dimana aktifator-aktifator dilepaskan ke aliran darah dari jaringan yang
rusak,sel-sel atau dinding pembuluh darah (semua aktifator juga protease).
Jalur eksogen, dimana plasminogen diaktifasi dengan adanya obat trombolitik, seperti
streptokinase.
Dalam keadaan fisiologik, aktifasi plasminogen terutama oleh tissue plasminogen
activator yang disintesis dan dilepas dari sel-sel endotelium pembuluh darah dalam respons
terhadap trombin dan pada kerusakan sel. Setelah distimulasi t-PA release oleh exercise, statis,
atau desmopressin (DDAVP), masa paruhnya dalam sirkulasi sangat pendek (sekitar 5 menit),
berhubungan dengan inhibisi oleh PAI-1 dan clearance dihati. Aktifator lain, urokinase-type
plasminogen avtivator (u-PA), diproduksi diginjal dan ditemukan terutama dalam urine. Akan
tetapi sejumlah kecil prourokinase plasma atau single-chain u-PA ( scuPA) dapat dirobah
menjadi bentuk aktif melalui sistim kontak oleh kallikrein.
Proses fibrinolitik diatur pada tiap-tiap tahap enzimatik oleh inhibitor-inhibitor protease
spesifik. Aktifitas plasminogen diatur oleh inhibitor-inhibitor plasmin seperti -2 antiplasmin, 2-
makroglobulin, dan juga oleh plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1), yang merupakan
inhibitor fisiologi dari tPA dan uPA.
Plasmin mempunyai fibrinogen dan fibrin sebagai substrat utamanya yang terpenting
untuk produksi fragmen-fragmen spesifik yang secara kolektif disebut fibrinogen-fibrin
degradation product (FDP).
Plasmin juga memecah faktor V dan faktor VIII:C. Ledakan fibrinolisis dihambat oleh
inhibitor poten -2 antiplasmin dan oleh -2 makroglobulin. Plasmin bebas dalam plasma segera
di inaktifkan oleh - 2 antiplasmin, sedangkan plasmin yang terikat fibrin dalam plug hemostasis
lokal terlindungi dari -2 antiplasmin dan dapat memecah fibrin menjadi FDP. Inhibitor dari
aktifator plasminogen juga memegang peranan penting dalam mengatur fibrinolisis dan
membatasinya pada bagian luka.
BAB III
KESIMPULAN
Ketika luka pada tubuh mulai mengeluarkan darah, sebuah enzim yang disebut
tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi dengan kalsium dan
protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan
membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras. Lapisan sel-sel paling atas akhirnya
mati, dan mengalami penandukan sehingga membentuk keropeng. Di bawah keropeng ini, atau
lapisan pelindung, sel-sel baru sedang dibentuk. Ketika sel-sel yang rusak telah selesai
diperbaharui, keropeng tersebut akan mengelupas dan jatuh.
Sistem yang memungkinkan pembentukan darah beku, yang mampu menentukan sejauh
mana proses pembekuan harus terjadi, dan yang dapat memperkuat serta melarutkan gumpalan
darah beku yang telah terbentuk, sudah pasti memiliki kerumitan luar biasa yang tak mungkin
dapat disederhanakan. Sistem tersebut bekerja tanpa kesalahan sekecil apa pun bahkan hingga
pada bagian-bagiannya yang terkecil sekalipun.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.majalah-farmacia.com
2. http://sibermedik.files.wordpress.com/2010/11/histopatologi_memar.pdf
3. http://forum.melayu.sg.
4. A.J. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss. 2005. Kapita Selekta : Hematologi. Edisi 4. Jakarta :
EGC. Hlm 221-229.
5. Sadikin, Mohamad. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.
6. Guyton, Arthur C., dan John E Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
7. Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M.Wilson. 2005. Patofisologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit Edisi6. Jakarta:EGC
8. Gannong,William F.1999.Buku Ajar Fisisologi Kedokteran.Jakarta :EGC.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena hanya atas
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berupa makalah
yang berjudul “Mekanisme Pembekuan Darah dan Fibrinoisis”. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fisiologi Molekuler pada Fakultas Farmasi Pasca
Sarjana Unhas.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna sempurnanya makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya
Makassar,26 September 2012
Penulis
Tugas Kelompok Fisiologi Molekuler
Mekanisme Pembekuan Darah dan Fibrinolisis
Disusun oleh :
Kelompok II
Andi Dian Astriani
Dian Munasari Solo
Maulita Indrisari
Rizky Afdaliah
Ritha Pratiwi
Fakultas Farmasi Pasca Sarjana Unhas
Makassar
2012
Tugas Metodologi Penelitian
Rizky Afdaliah
P2500212009
Fakultas Farmasi Pasca Sarjana Unhas
Makassar
2012