ferry anka sugandar, s.h., m.h.eprints.unpam.ac.id/8638/1/fhk0054_hukum tata negara-full... ·...

348

Upload: others

Post on 30-Nov-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,
Page 2: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara i

HUKUM TATA NEGARA

Penyusun :

H Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H.

Asip Suyadi, S.H., M.H.

Wahib, S.H., M.H.

Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang

Gd. A, Ruang 211 Universitas Pamulang Tangerang Selatan - Banten

Page 3: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara ii

HUKUM TATA NEGARA Penulis:

H Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H.

Asip Suyadi, S.H., M.H.

Wahib, S.H., M.H.

ISBN: 978-602-5867-89-7

Editor:

Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.

Abdul Azis, S.H., M.H.

Desain Sampul:

Ubaid Al Faruq, M.Pd.

Tata Letak:

Aden, S.Si., M.Pd.

Penerbit:

Unpam Press

Redaksi :

Jl Surya Kencana No.1

Pamulang – Tangerang Selatan

Telp. 021 7412566

Fax. 021 74709855

Cetakan Pertama, 29 Januari 2020

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarag memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

apapun tanpa ijin penerbit

Page 4: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara iii

DATA PUBLIKASI UNPAM PRESS

Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Pamulang

Gedung A. R 212 Kampus 1 Universitas Pamulang

Jalan Surya Kencana Nomor 1. Pamulang Barat, Tangerang Selatan, Banten

Website: www.unpam.ac.id & [email protected]

Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi, Wahib-

1sted.

ISBN 978-602-5867-89-7

1. Hukum Tata Negara I. Muhamad Rezky Pahlawan. II. Asip Suyadi III. Wahib

M080-29012020-01

Ketua Unpam Press: Pranoto

Koordinator Editorial dan Produksi: Ubaid Al Faruq, Ali Maddinsyah

Koordinator Bidang Hak Cipta: Susanto

Koordinator Produksi: Pranoto

Koordinator Publikasi dan Dokumentasi: Aden

Desain Cover: Ubaid Al Faruq

Cetakan Pertama, 29 Januari 2020

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarag memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

apapun tanpa ijin penerbit

Page 5: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara iv

MATA KULIAH HUKUM TATA NEGARA

IDENTITAS MATA KULIAH

Program Studi : Ilmu Hukum Nama Mata Kuliah / Kode : Hukum Tata Negara Jumlah Sks : 4 Sks Mata Kuliah Prasyarat : Ilmu Negara Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah Hukum Tata Negara merupakan mata

kuliah wajib yang harus diampu oleh mahasiswa fakultas hukum jurusan ilmu hukum, dengan pokok bahasan dan landasan serta tujuan hukum tata negara, Hukum Tata Negara sebagai tatanan hukum yang berlahu di indonesia, Hukum Tata Negara bagian dari sejarah ketatanegaraan dan kumpulan peraturan yang dijuantahkan kedalam lembaga-lembaga negara sebagai roda pemeritahan dalam melaksanakan kehidupan berbangsa bernegara.

Capaian Pembelajaran : Setelah menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah Hukum Tata Negara mahasiswa mampu melaksanakan tatanan peraturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat dan dapat mengetahui tentang pengetahuan yang berhubungan dengan masalah- masalah kehidupan bebangsa dan bernegara, dengan penerapan berfikir yang berlandaskan tatanan peraturan pancasila dan UUD 1945.

Penyusun : 1. H. Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H. 2. Asip Suyadi, S.H., M.H. 3. Wahib, S.H., M.H.

Ketua Program Studi

Ilmu Hukum S-1

Ferry Anka Sugandar, SH., MH. NIDN. 0410067705

Ketua Tim Penyusun Hukum Tata Negara

H. Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H. NIDN. 0425019201

Page 6: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, akhirnya Modul Pembelajaran mata kuliah Hukum Tata Negara ini

dapat diselesaikan oleh Tim Teaching. Ada beberapa alasan yang mendorong penulis

berusaha menerbitkan Modul Pembelajaran HTN ini adalah diharapkan akan memberikan

sumbangan pemikiran yang signifikan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di

Fakultas Hukum Universitas Pamulang (FH UNPAM). Selain itu peningkatan kualitas

pembelajaran adalah salah satu bagian komitmen penting FH UNPAM dalam rangka

mewujudkan pendidikan tinggi hukum yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia.

Dengan adanya buku ini, diharapkan mahasiswa akan lebih mudah dalam mengikuti

perkuliahan HTN dengan lebih efektif dan efisien. Format modul terdiri dari tiga bagian,

yaitu bagian depan, bagian utama, dan bagian akhir.(Muhidin, A., Faruq, U. A., & Aden,

A.: 2018). Modul Pembelajaraan HTN ini berisikan uraian komprehensif tentang teori-teori

dasar di bidang HTN, termasuk di dalamnya bagaimana implementasi teori-teori HTN

tersebut diterjemahkan di Indonesia.

Dalam kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada

segenap Pimpinan Fakultas Hukum Universitas Pamulang yang telah memberikan

kesempatan kepada Tim Penulis untuk mengajukan membuat Modul pembelajaraan ini.

Ungkapan terima kasih tidak lupa pula kami haturkan kepada Pimpinan Universitas

Pamulang, kolega kami di Bagian HTN khususnya dan seluruh dosen dan staf FH UNPAM

serta semua pihak yang telah mendukung kami dalam menyusun naskah buku ajar HTN

ini. Terakhir, kami menyadari tidak ada gading yang tak retak, tidak ada pekerjaan

manusia yang sempurna karena manusia juga tidak sempurna oleh karena itu saran dan

kritik dari pembaca Modul Bahan Ajar Hukum Tata Negara ini sangat kami nantikan untuk

kesempurnaan dan lebih baik di masa datang.

Tangerang Selatan, 29 Januari 2020

Penulis

Page 7: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara vi

DAFTAR ISI

DATA PUBLIKASI UNPAM PRESS ................................................................................... iii

IDENTITAS MATA KULIAH ............................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vi

PERTEMUAN 1 ................................................................................................................. 1

RUANG LINGKUP TATA NEGARA ................................................................................... 1

A. Tujuan Pembelajaran ............................................................................................................. 1

B. Uraian Materi........................................................................................................................... 1

1. Definisi Hukum Tata Negara ........................................................................................... 1

2. Letak Hukum Tata Negara .............................................................................................. 5

3. Hukum Tata Negara Dalam Sistem Ilmu Hukum ......................................................... 7

C. Latihan Soal / Tugas ............................................................................................................ 13

D. Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 14

PERTEMUAN 2 ............................................................................................................... 15

HUBUNGAN HUKUM TATA NEGARA DENGAN CABANG ILMU HUKUM LAINNYA ..... 15

A. Tujuan Belajar ....................................................................................................................... 15

B. Uraian Materi......................................................................................................................... 15

1. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Cabang Ilmu Pengetahuan Lainnya ..... 15

2. Pengertian Sumber-sumber Hukum Tata Negara ..................................................... 18

3. Sumber – sumber Norma Hukum Tata Negara ......................................................... 24

C. Latihan Soal / Tugas ............................................................................................................ 26

D. Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 26

PERTEMUAN 3 ............................................................................................................... 27

SUMBER HUKUM TATA NEGARA (HTN) ....................................................................... 27

A. Tujuan Belajar ....................................................................................................................... 27

B. Uraian Materi......................................................................................................................... 27

1. Sumber-sumber Hukum Formil dan Hukum Materil .................................................. 27

2. Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia ....................................................... 31

Page 8: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara vii

3. Sumber-sumber Hukum Lainnya ................................................................................. 36

C. Latihan Soal/ Tugas ............................................................................................................. 39

D. Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 39

PERTEMUAN 4 ............................................................................................................... 40

ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA ............................................................................ 40

A. Tujuan Belajar ....................................................................................................................... 40

B. Uraian Materi......................................................................................................................... 40

1. Pengertian Asas-asas Hukum Tata Negara ............................................................... 40

2. Asas-asas Hukum Tata Negara ................................................................................... 40

3. Pokok-pokok Pikiran Hukum Tata Negara ................................................................. 48

C. Latihan Soal / Tugas ............................................................................................................ 51

D. Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 51

PERTEMUAN 5 ............................................................................................................... 52

SEJARAH KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA ............................................... 52

A. Tujuan Belajar ....................................................................................................................... 52

B. Uraian Materi......................................................................................................................... 52

1. Periode Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ............................................... 52

2. Periode Konstitusi RIS 27 Desember 1945 s.d. 17 Agustus 1950 ......................... 53

3. Periode 17 agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959 dan Orde Lama ...................................... 56

4. Periode Orde Baru.......................................................................................................... 59

5. Periode Reformasi .......................................................................................................... 63

C. Latihan Soal / Tugas ............................................................................................................ 66

D. Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 66

PERTEMUAN 6 ............................................................................................................... 67

OTONOMI DAERAH ........................................................................................................ 67

A. Tujuan Belajar ....................................................................................................................... 67

B. Uraian Materi......................................................................................................................... 67

1. Pengertian Otonomi Daerah ......................................................................................... 67

2. Asas-asas Otonomi Daerah .......................................................................................... 71

3. Tujuan dan Manfaat Otonomi Daerah ......................................................................... 74

C. Latihan Soal/ Tugas ............................................................................................................. 80

Page 9: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara viii

D. Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 80

PERTEMUAN 7 ............................................................................................................... 81

PARTISIPASI MASYARAKAT ......................................................................................... 81

A. Tujuan belajar ....................................................................................................................... 81

B. Uraian materi......................................................................................................................... 81

1. Pengertian Partisipasi Masyarakat .............................................................................. 81

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat ........................................................................ 83

3. Fungsi dan Tujuan Serta Pola Peran Serta Masyarakat .......................................... 89

C. Latihan soal / tugas .............................................................................................................. 95

D. Daftar pustaka....................................................................................................................... 95

PERTEMUAN 8 ............................................................................................................... 96

NEGARA HUKUM ........................................................................................................... 96

A. Tujuan Belajar ....................................................................................................................... 96

B. Uraian Materi......................................................................................................................... 96

1. Pengertian Negara Hukum ............................................................................................ 96

2. Ciri-ciri Negara Hukum dan Pelaksanaan Hukum di Indonesia .............................. 98

3. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi ........................................................ 102

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 107

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 108

PERTEMUAN 9 ............................................................................................................. 109

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ..................................... 109

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 109

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 109

1. Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia ................................................. 109

2. Lembaga Ketatanegaraan ........................................................................................... 111

3. Lembaga Negara Pasca Amandemen ...................................................................... 117

C. Latihan Soal/ Tugas ........................................................................................................... 119

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 119

PERTEMUAN 10 ........................................................................................................... 120

PEMERINTAHAN DAERAH ........................................................................................... 120

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 120

Page 10: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara ix

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 120

1. Pengertian Dasar Pemerintahan ................................................................................ 120

2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah .............................................. 124

C. Latihan Soal/ Tugas ........................................................................................................... 132

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 132

PERTEMUAN 11 ........................................................................................................... 134

TRIAS POLITICA ........................................................................................................... 134

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 134

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 134

1. Pengertian Trias Politica.............................................................................................. 134

2. Sejarah tentang Trias Politica ..................................................................................... 137

3. Fungsi dari Trias Politica ............................................................................................. 140

C. Latihan Soal/ Tugas ........................................................................................................... 145

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 145

PERTEMUAN 12 ........................................................................................................... 146

DEMOKRASI ................................................................................................................. 146

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 146

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 146

1. Pengertian Demokrasi ................................................................................................. 146

2. Sejarah Demokrasi ....................................................................................................... 149

3. Demokrasi yang terdapat di Indonsesia .................................................................... 152

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 156

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 156

PERTEMUAN 13 ........................................................................................................... 158

PEMILIHAN UMUM ....................................................................................................... 158

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 158

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 158

1. Pengertian Pemilihan Umum ...................................................................................... 158

2. Dasar-dasar Hukum dan Sistem Pemilihan Umum ................................................. 161

3. Asas-asas Pemilihan Umum ....................................................................................... 167

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 171

Page 11: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara x

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 171

PERTEMUAN 14 ........................................................................................................... 172

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN .......................................................................... 172

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 172

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 172

1. Pengertian dan Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan ........................... 172

2. Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan ................................................... 174

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 182

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 182

PERTEMUAN 15 ........................................................................................................... 184

ASAS KEWARGANEGARAAN DAN PEWARGANEGARAAN ....................................... 184

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 184

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 184

1. Asas-asas Kewarganegaraan .................................................................................... 184

2. Pengertian Pewarganegaraan .................................................................................... 186

3. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Di Indonesia .................. 188

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 195

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 196

PERTEMUAN 16 ........................................................................................................... 197

PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE ................................................................... 197

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 197

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 197

1. Pengertian Good Governance .................................................................................... 197

2. Prinsip dan Konsepsi Good Governance .................................................................. 201

3. Good Governance dalam Kerangka Otonomi daerah ............................................ 205

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 209

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 209

PERTEMUAN 17 ........................................................................................................... 210

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE ........................................................................... 210

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 210

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 210

Page 12: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara xi

1. Penerapan Good Governance di Sektor Publik ....................................................... 210

2. Penerapan Good Govenance di dalam Organisasi Pemerintahan ....................... 215

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 222

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 222

PERTEMUAN 18 ........................................................................................................... 224

PENGERTIAN, ALASAN, LANDASAN DAN TAHAP-TAHAP AMANDEMEN UUD 1945 224

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 224

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 224

1. Pengertian, Landasan, dan Tahap-tahap Amandemen UUD 1945 ...................... 224

2. Proses Perubahan Undang-undang Dasar 1945 .................................................... 229

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 234

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 234

PERTEMUAN 19 ........................................................................................................... 235

KONSTITUSI ................................................................................................................. 235

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 235

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 235

1. Pengertian Konstitusi ................................................................................................... 235

2. Hakikat dan Fungsi Konstitusi (UUD) ........................................................................ 237

3. Dinamika pelaksanaan konstitusi (UUD 1945) ........................................................ 238

4. Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi (UUD 1945) ................................ 245

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 248

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 248

PERTEMUAN 20 ........................................................................................................... 249

Hak Asasi Manusia ........................................................................................................ 249

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 249

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 249

1. Pengertian Hak Asasi Manusia .................................................................................. 249

2. Sejarah Perkembangan HAM ..................................................................................... 251

3. Dasar-dasar Hukum Hak Asasi Manusia .................................................................. 256

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 260

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 261

Page 13: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara xii

PERTEMUAN 21 ........................................................................................................... 262

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD 1945 ............................................... 262

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 262

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 262

1. Pengertian Lembaga Negara ...................................................................................... 262

2. Fungsi dan Tugas Lembaga Negara ......................................................................... 264

C. Latihan soal / tugas ............................................................................................................ 274

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 275

PERTEMUAN 22 ........................................................................................................... 276

LEMBAGA NEGARA DEPARTEMEN DAN LEMBAGA NEGARA NON DEPARTEMEN 276

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 276

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 276

1. Lembaga Negara Departemen ................................................................................... 276

2. Lembaga Negara Non Departemen .......................................................................... 280

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 287

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 288

PERTEMUAN 23 ........................................................................................................... 289

LEMBAGA-LEMBAGA INDEPENDEN ........................................................................... 289

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 289

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 289

1. Pengertian Lembaga Independen .............................................................................. 289

2. Kedudukan dan Keberadaan Lembaga Independen .............................................. 295

C. Latihan Soal / Tugas .......................................................................................................... 300

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 300

PERTEMUAN 24 ........................................................................................................... 301

BADAN PERADILAN ..................................................................................................... 301

A. Tujuan Belajar ..................................................................................................................... 301

B. Uraian Materi....................................................................................................................... 301

1. Macam-macam Lembaga Peradilan Hukum di Indonesia ..................................... 301

C. Latihan soal / tugas ............................................................................................................ 312

D. Daftar Pustaka .................................................................................................................... 313

Page 14: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara xiii

GLOSARIUM ................................................................................................................. 314

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 319

Page 15: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 1

PERTEMUAN 1

RUANG LINGKUP TATA NEGARA

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan pertemuan ke-1 mahasiswa mampu mendeskripsikan

Ruang Lingkup Hukum Tata Negara.

B. Uraian Materi

1. Definisi Hukum Tata Negara

Dalam bahasa Indonesia disebut Hukum Tata Negara, dalam bahasa belanda

staatrecht, constitutional law dengan variasi state law dalam bahasa Inggris, droit

constitutionel dalam bahasa Perancis dan dalam bahasa Jerman verfassungsrecht.

Adapun definisi dari hukum tata Negara ialah suatu kumpulan peraturan baik

yang tertulis ataupun yang tidak tertulis dimana mengatur suatu mekanisme

pembentukan tugas dan fungsi serta wewenang dari alat-alat perlengkapan Negara

serta hubungan alat perlengkapan negara dengan negara. 1

Ada dua cara tata penulisan tata negara:

a. Tata negara (dua kata)

b. Tatanegara (satu kata)

Contoh: buku yang ditulis Wirjono Prodjodikoro dengan judul “Azas-azas

Hukum Tatanegara di Indonesia” dan Buku yang ditulis oleh Syahran Basah dengan

judul “Hukum Tata Negara Perbandingan”.

Serta menurut para pakar Pengertian Hukum Tata Negara adalah :

A.V. Dicey mengatakan : hukum tata negara sebagian hukum yang

menunjukan segala peraturan yang berisi secara langsung atau tidak langsung

tentang pembagian kekuasaan dan pelaksaan tertinggi dalam suatu negara.

Cornelis Van Vollenhoven mengatakan : Hukum tata negara mengatur semua

masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya.

Masing-masing tingkat tersebut menentukan wilayah lingkungan rakyat, kemudian

menentukan badan-badan dan fungsinya masing-masing yang berkuasa dalam

lingkungan masyarakat hukum itu serta susunan wewenangnya dari badan-badan

1 B Hestu Cipto Handoyo, Kajian HTN, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009, hal. 23.

Page 16: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 2

tersebut. Van Apeldoorn mendefinisikan : Hukum tata negara dalam arti luas juga

mengenai hukum tata usaha negara. Hukum tata usaha negara dalam arti sempit

menunjukan orang yang memegang kekuasaan pemerintah dan batas-batas

kekuasaannya.

Lebih jauh menurut Jimly Assidiqie ilmu hukum tata negara ialah suatu cabang

ilmu hukum yang mana mempelajari suatu prinsip-prinsip serta norma-norma hukum

yang tertuang baik secara tertulis ataupun yang hidup dalam kenyataan praktek

kenegaraan yang berkenaan dengan:

a. Konstitusi yang berisi suatu kesepakatan kolektif komunitas rakyat yang

mengenai cita-cita hidup bersama pada suatu Negara;

b. Institusi-institusi kekuasaan serta fungsi negaranya;

c. Mekanisme hubungan antara setiap institusi;

d. Prinsip-prinsip hubungan antara warga Negara kepada institusi kekuasaan

negara.

Dalam hal kaitan hukum tata Negara dikenal dengan beberapa macam

pengertian dimana memiliki arti yang berbeda-beda, ialah:

a. Istilah yang di pergunakan di Inggris yang pada intinya berdasarkan pada alasan

bahwa Hukum Tata Negara lebih menitik beratkan kepada unsur unsur yang

terdapat di dalam konstitusi disebut Constitusional Law.

b. Istilah ini merupakan variasi dari istilah Constitusional law, dan di dasarkan pada

pertimbangan bahwa Hukum Negaralah yang lebih dipentingkan disebut State

Law

c. Droit Constitusional yang dilawankan dengan Droit Administrative. Isitlah ini

digunakan di Negara perancis dimana bertujuan untuk membedakan antara

Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara. Istilah ini parallel

dengan yang dipakai di Negara Jerman yakni Verfassungrecht dan

Vervaltungrecht2.

Dengan memahami pengertian pengertian yang dikemukakan oleh para pakar

terkait maka kita dapat memahami arti dari sebuah pengertian dari Ilmu Hukum Tata

Negara yang mana suatu ilmu yang mempelajari tentang Negara dalam keadaan

2 Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat

Kajian HTN-UI, Jakarta, 1983, hal. 23.

Page 17: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 3

diam yang artinya adanya stukturisasi sebuah kelembagaan Negara serta hal hal

yang berkaitan dengan tugas dari masing masing suatu kelembagaan atas hal hal

apa saja yang menjafi prioritas pokok suatu permasalahan dalam sebuah

strukturisasi kelembagaan. Hukum Tata Negara pun meliputi mempelajari tentang

trias political atau hal hal yang berkaitan dengan ketiga lembaga pembagian

kekuasaan yang telah dikemukakan oleh Montesque yang memberikan

pemaparannya bahwa sanya hal hal yang harus diciptakan agar terjalinnya sebuah

Negara hukum yang adil dibuat lah pembagian kekuasaan yaitu lembaga eksektufi,

legislative dan yudicatif yang masing masing memiliki pembagian kekuakasaannya

sendiri sendiri. Sedikit membahas terkait masalah Negara karena erat kaitanya

dengan ilmu Negara yang akan dibahsa dibawahnya maka, pertama kita harus tahu

dahulu apa arti dari Negara itu sendiri serta ruanglingkup serta asas asas yang

terkaitnya.

Untuk melihat sebuah realitas dan konektifitas antara Hukum Tata Negara ini

mari kita lihat di Indonesia, dimana individu yang sudah berumur 17 tahun ke atas

akan mendapatkan Kartu Tanda Penduduk. KTP menjadi bukti anda adalah Warga

Negara Indonesia, dengan demikian sadar tidak sadar maka anda adalah bagian

dari suatu “negara”. Sehingga saat anda sedang keluar negri, tentu diluar sana anda

akan ditanya, berasal dari Negara mana anda? Sama hal nya juga dengan

permainan sepak bola tingkat internasional maka banyak kesebelasan yang berasal

dari berbagai negara seperti Brasil, Argentina, Jepang dan lain-lain. Sehingga kita

akan membahas tentang negara baik yang berhubungan dengan alasan

terbentuknya negara, fungsi serta hubungan antara warga negara dengan negara.

Menurut ahli tata negara Sokrates, Aristoteles dan Plato, adanya negara dimulai 400

tahun sebelum masehi. Keberadaan negara di dalam masyarakat menurut Thomas

Van Aquino di dorong oleh dua hal yaitu dimana manusia adalah mahluk sosial

animal social dan mahluk politik animal politicum. Sehingga karena disebut makhluk

social maka manusia tidak dapat untuk hidup sendiri serta sebagai mahluk politik

mempunya keinganan kuat untuk berkuasa. Sehingga menurut dari Thomas

Hobbes, dimana suatu keberadaan negara amatlah diperlukan untuk tempat

berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari individu,

kelompok dan masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter), karena

Page 18: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 4

menurutnya, manusia dengan manusia lainnya memiliki sifat seperti srigala yang

disebut dengan homo homini lupus.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu Negara erat kaitannya dengan

hubungan ketatanegaraan dimana ini menciptakan suatu mekanisme pembentukan

negara yang mendapat legitimasi dari seluruh masyarakat secara bersama. Proses

teknis yang universal dan demokratis untuk pembentukan negara ialah salah

satunya adanya pemilihan umum. Dimana pemilu suatu wadah untuk menjalankan

kontrak sosial dengan mekanisme pemberian suara masyarakat kepada orang yang

dipilihnya yang untuk melindungi kepentingan seluruh masyrakat dalam suatu

negara. Dalam menjaga suatu eksistensi Negara, tentu memiliki kendala dan beban

yang cukup berat. Ada beberapa kendala dan masalah yang dihadapi negara adalah

masalah otonomi daerah dan globalisasi, walau kedua hal tersebut juga memiliki

suatu keuntungan. Dimana keuntungan otonomi daerah juga memberi suatu

kehidupan yang mandiri dalam mengelola dan mengeksplorasi sumber daya alam

dan manusia yang ada di daerahnya secara optimal. Adapun keuntungan globalisasi

bagi bangsa dan negara indonesia adalah dapat memberi nilai tambah berupa

kemudahan memperoleh informasi, teknologi, maupun pengetahuan yang

berkembang dan terjadi di seluruh dunia. Karena secara teoretis, masyarakat di

daerah itulah yang paling mengetahui segala potensi yang di miliki oleh daerah

tersebut. Salah satu dampak yang merugikan dari globalisasi adalah menipisnya

rasa kebanggaan serta nasionalisme sebagai anak angsa karena nilai budaya dan

teknologi asing masuk ke indonesia melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Ancaman lain juga timbul dengan adanya penerapan sistem negara kesatuan yang

bersifat desentralisasi yang berintikan kepada pemberian otonomi kepada daerah

tingkat kabupaten dan kota di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk

ancamannya adalah apabila konsistensi dan komitmen penyelenggaraan suatu

negara oleh pemerintah tidaklah memberi kesejahteraan yang adil dan merata

kepada keseluruhan rakyat, maka dapat melahirkan ancaman yang dapat

membahayakan disintegrasi atau perpecahan bangsa dan negara.

Page 19: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 5

2. Letak Hukum Tata Negara

Hukum dilihat dari segi isinya dibedakan atas hukum privat dan hukum publik.

hukum privat mengatur tentang hubungan antara seorang dengan orang lain

menyangkut hak dan kewajiban para pihak dalam suatu perbuatan hokum

sedangkan Hukum publik adalah hukum yang mengatur tentang kepentingan umum

Di dalam Hukum Publik terdapat : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara,

Hukum Pidana dan Hukum Publik Internasional. Sedangkan di dalam Hukum Privat

terdapat Hukum Perdata (BW), Hukum Dagang (WvK), dan Hukum Antar Golongan.

Menurut Logemann, bahwa hukum tata negara atau hukum organisasi negara hanya

merupakan suatu bagian dari hukum publik, sementara hukum privat sering juga

disebut hukum sipil. Menurut Jellinek, dia membedakan ilmu kenegaraan antara

“staatswissesnschaft” dan “rechtswissenschaft”. Dimaksud dengan

staatswissesnschaft adalah ilmu pengetahuan mengenai negara di mana titik berat

masalah diletakkan atau ditekankan pada negara sebagai objeknya, sedangkan

rechtswissenschaft adalah ilmu pengetahuan mengenai negara juga tetapi titik berat

masalah yang dibahas ditekankan pada segi yuridis atau segi hukumnya dari

negara. Lebih jauh menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim cara pendekatan

ilmu pengetahuan hukum dengan mempergunakan metode yuridis formal. Namun

dalam membicarakan hukum tata negara menggunakan cara yang demikian saja,

dirasakan masih belum lengkap karena ruang lingkup yang diselidiki tidak hanya

terbatas pada bangunan – bangunan hukum saja, bahkan juga meliputi asas – asas

dan pengertiannya.

Letak Hukum Tata Negara tidak dalam hal pespektif ilmu hukum bersifat

hukum public karena aturan aturan yang terkait didalamnya bersifat umum walaupun

adapun yang bersifat privat namun itu terbatas pada suatu Keputusan atau adalah

sebuah Beschiking dimana suatu keputusan pejabat Negara yang mengeluarkan

putusan untuk individu tertentu yang saling berkaitan dan bersinergi di dalamnya.

Pada prinsipnya kita harus dapat membedakan apa itu hukum privat dan apa itu

hukum public, walaupun sama sama merupakan suatu hukum namun dilihat dari

sifat objektifitasnnya, karena terkait masalah hukum privat tidak lah berlaku untuk

semua masyarakat bahkan juga bisa satu keputusan hanya berlaku untuk satu

subjek hukum atau seorang saja. Peletakan dalam hal hukum privat dan hukum

public bisa kita cermati dari objektifitasnya walauapun sesungguhnya hukum privat

Page 20: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 6

itu sendiri memiliki arti dan landasan dasar dari sebuah regeling atau aturan yang

bersifat umum, maka dalam cangkupan letak ruang lingkup dari Hukum Tata Negara

sangat lah luas penerapan dan pembelajaraanya berdasarkan hal hal ilmu yang

didapat kanya Sehingga apa apa yang menjadi objek dalam sebuah Hukum Tata

Negara tidak lepas dari apa itu pengertian Negara itu sendiri yang penegrtiannya

dapat dijabarkan oleh beberapa pakar itu sendiri dimana Negara berasal dari kata

state dalam bahasa Inggris, staat dalam bahasa Belanda, dan Etat dalam bahasa

prancis. State,Staat, dan Etat merupakan bahasa latin Status atau Statum yang

berarti kedaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang

tegak dan tetap. Kata Status atau Statum lazim di artikan sebagai Standing atau

Station atau kedudukan. DImana peristilahan ini dihubungkan pada kedudukan

persekutuan kehidupan manusia, yang juga sama dengan istilah Status civiatis atau

Status republicae. Pada abad ke-16 dimana pengertian inilah kata Status di kaitkan

dengan kata negara. Pengertian negara menurut beberapa ahl, ialah :

a. Negara menurut John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778) dalam buku

Ilmu Negara (1993), adalah suatu badan atau organisasi hasil daripada perjanjian

masyarakat.

b. Negara menurut Max Weber dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat

Madani (2000), adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam

penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.

c. Negara menurut Roger F. Soltau dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat

madani (2000), adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur

atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.

d. Negara menurut Mac Iver dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani

(2000), adalah suatu negara harus memenuhi tiga unsur pokok, yaitu

pemerintahan, komunitas atau rakyat, dan wilayah tertentu.

Dengan memahami penegrtian dari Negara itu sendiri maka sudah dapat

disimpulkan dari hal hal yang berkaitan dengan Hukum Tata Negara itu sendiri

berdasarkan erat kaitanya antara HTN dengan Ilmu Negara yang dibahas mendalam

proses pembelajaran hukum tata Negara dengan hal hal yang berlapis dalam

strukturisasi menjadi pembelajaran yang lebih komprehensif didalamnya

Page 21: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 7

3. Hukum Tata Negara Dalam Sistem Ilmu Hukum

Hukum dilihat dari segi isinya dibedakan atas hukum publik dan hukum

privat.Hukum publik adalah hukum yang mengatur tentang kepentingan umum dan

hukum privat mengatur tentang hubungan antara seorang dengan orang lain

menyangkut hak dan kewajiban para pihak dalam suatu perbuatan hukum. Di dalam

Hukum Publik terdapat : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum

Pidana dan Hukum Publik Internasional. Sedangkan di dalam Hukum Privat terdapat

: Hukum Perdata (BW), Hukum Dagang (WvK), dan Hukum Antar Golongan.

Menurut Logemann, bahwa hukum tata negara atau hukum organisasi Negara

hanya merupakan suatu bagian dari hukum publik, sementara hukum privat sering

juga disebut hukum sipil. Menurut Jellinek, dia membedakan ilmu kenegaraan antara

“staatswissesnschaft” dan “rechtswissenschaft”. Dimaksud dengan

staatswissesnschaft adalah ilmu pengetahuan mengenai negara di mana titik berat

masalah diletakkan atau ditekankan pada negara sebagai objeknya; sedangkan

rechtswissenschaft adalah ilmu pengetahuan mengenai negara juga tetapi titik berat

masalah yang dibahas ditekankan pada segi yuridis atau segi hukumnya dari

negara.

Lebih jauh menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim cara pendekatan ilmu

pengetahuan hukum dengan mempergunakan metode yuridis formal. Namun dalam

membicarakan hukum tata negara menggunakan cara yang demikian saja,

dirasakan masih belum lengkap karena ruang lingkup yang diselidiki tidak hanya

terbatas pada bangunan – bangunan hukum saja, bahkan juga meliputi asas – asas

dan pengertiannya. Perkembangan Hukum Tata Negara pada umumnya

menunjukan adanya kesinambungan pemikiran dalam arti ada persamaan

persamaan. Namun disamping itu ada pula perbedaan perbedaan karena adanya

penyesuaian penyesuaian dengan cara pandang, falsafah, maupun keadaan

keadaan khusus yang ada3. Dimana Hukum Tata Negara ini lebih menjelaskan hal

hal strukturisasi pejabat Negara yang saling berkesinambungan pada prinsip prinsip

Negara hukum akan menjadi tidak adil jika kita hanya menganggap teori Negara

hukum hanya aada satu di dunia, karena penerapan Negara dan hukum sangatlah

3 C.S.T. Kansil, Prof.Drs dan Christine S.T. Kansil, SH.MH., Hukum Tata Negara Republik

Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002, hal. 1.

Page 22: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 8

luas dan sangat bervariasi didalamnya menjadikan nya sebagai urusan urusan

kenegaraan yang bersifat abstrak dan kompleks. Sistematika ilmu dalam hal Negara

pun dapat diperjelas dari segi elemen-elemen kekuatan dalam Negara yang dimana

terpaparkan serta terjabarkan dalam suatu ketatanan kenegaraan yang harmonis

dalam sebuah aspek-aspek kompleks. Kekuatan suatu negara tergantung pada

beberapa elemen seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, kekuatan militer

dan teritorial negra tersebut. Berikut elemen kekuatan Negara, ialah :

a. Sumber Daya Manusia

Kekuatan negara tergantung seberapa banyak jumlah penduduknya serta

tingkat pendidikan warga dan juga pada nilai kebudayaan juga tingkat kesehatan

masyarakat. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin bermutu SDM, dan

semakin berkualitas tingkat kesehatan, sehingga negara akan

maju dan kuat.

b. Teritorial Negara

Kekuatan negara juga tergantung seberapa luas wilayah negara, yang

terdiri atas darat, laut dan udara,letak geografis dan situasi negara tetangga.

Semakin luas dan strategis, maka negara tersebut akan semakin kuat.

c. Sumber Daya Alam

Kekuatan negara tergantung pada kondisi alam atau material buminya,

berupa kandungan mineral, kesuburan, kekayaan laut dan hutan. Semakin tinggi

kekayaan alam, maka negara tersebut semakin kuat, negara yang kaya akan

minyak, agroindustri, dan manufaktur akan menjadi negara yang tangguh.

d. Kapasitas Pertanian dan Industri

Sektor pertanian memengaruhi kekuatan negara, karena pertanian

memasok kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan lauk pauk. Tingkat

budaya usaha warga negara dalam bidang pertanian, industri dan perdagangan

yang maju, menjamin kecukupan pangan atau swasembada pangan sehingga

negara menjadi kuat.

Page 23: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 9

e. Kekuatan Militer dan Mobilitasnya

Kekuatan militer dan mobilitasnya sangat menentukan kekuatan negara.

Negara yang mempunyai jumlah anggota militer, dan kualitas personel dan

peralatan yang baik akan meningkatkan kemampuan militer dalam

mempertahankan kedaulatan negara.

f. Elemen Kekuatan yang tidak berwujud

Segala faktor yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian dan

kepemimpinan, efesiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan internasional,

reputasi bangsa (nasionalisme), dan sebagainya.

Dengan memahami arti dari sebuah elemen elemen kekuatan suatu Negara

maka dapat dijabarkan letak hukum tata Negara dalam perspektif ilmu hukum yang

bersifat umum. Karena akan sanagt sulit jika mita tidfak memahami apa apa terkait

apa itu sebuah Negara dan unsur atau elemen apa saja yang menjadi dasar dalam

kekuatan suatu Negara karena Hukum Tata Negara pun akan menjadikan sebagai

pembagian kekuasaan menjadi materi yang erat dan kompleks serta bahan utama

dalam strukturisasi nya. Tidak adanya suatu strukturisasi nya apabila tidak ada

pembagian pembagian itu pula. Pada dasarnya setiap Negara meiliki fungsi masing

masing yang berbeda namun ada fungus Negara yang bersifat umum terkait

penerapannya karena hal hal demikian menjadi focus penting terhadap

strukturisasinya sebagai eleman dan fungsi menjadi letak penting dimana Hukum

Tata Negara eksis.

Secara umum setiap negara mempunyai empat fungsi utama bagi bangsanya,

yaitu :

a. Fungsi pertahanan dan keamanan

Negara melindungi rakyat, wilayah dan pemerintah dari ancaman

tantangan, hambatan, dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar yang

dapat mengganggu pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Contoh fungsi ini adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas

penjagaan daerah perbatasan oleh TNI.

Page 24: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 10

b. Fungsi pengaturan dan ketertiban

Negara menciptakan undang-undang (UU) dan peraturan pemerintah (PP)

serta menjalankannya demi terwujudnya tatanan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Contohnya antara lain, UU sistem pendididkan

nasional, UU tentang pemilu, dan sebagainya.

c. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran

Negara melakukan upaya eksplorasi sumber daya alam (SDA) maupun

sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,

sehingga terwujud kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat.

Contohnya antara lain, penguasaan SDA yang menguasai hajat hidup banyak

orang seperti listrik,air, dan bahan pangan.

d. Fungsi keadilan menurut hak dan kewajiban

Negara melakukan sebuah penegakkan hukum yang adil, tegas, dan

independen pada pemenuhan hak dan kewajiban yang telah di kontribusikan

kepada seluruh bangsa dan negara, sebagai contoh ialah negara menegakkan

keadilan dengan melalui proses hukum di lembaga peradilan.

Sejauh mana fungsi-fungsi negara itu terlaksana sangat tergantung kepada

partisipasi politik semua warga negara dan mobilisasi sumber daya kekuatan

negara.Dari sisi itupula lah bahwa Hukum Tata Negara memaparklan segala aspek

perilmuan nya dalam hal penjaga dan penerapan suatu roda pemerintahan dan

birokrasi regulasi yang tercipta dalam hal suatu penyelenggaraan seperti apa yang

sudah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indoneisa 1945.

Perkembangan sebuah Negara dipeloporin oleh filsuf yunani yang terkenal sampai

saat ini yaitu Plato yang menerangkan bahwa Negara Hukum atau rechtstaat dapat

dalam hal pengertian Politea yang mengedepankan sebuah tatanan kenegaraan.

Hal hal mendasar menjadi lebih relevan dan kompleks dalam peninjauan empiris

tekait penyelenggaraan sebuah birokrasi dan regulasi system pemerintahan yang

baik dan benar. Dengan adanya sebuah pemaparan yang menjadikan letak Hukum

Tata Negara maka perlu ada sebuah pengklasifikasian yang jelas terhadap Negara

Page 25: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 11

Karena suatu unsur letak dari Hukum Tata Negara tidak dapat dipukul rata, harus

adanya kajian empiric dahulu terhadap setiap Negara agar sebuah letak Hukum

Tata Negara menjadi sistemik, adapun klasifikasinya terjabarkan menjadu beberapa

bagian bagian. Klasifikasi negara dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator,

seperti jumlah orang yang berkuasa, bentuk negara dan asas pemerintahan.

a. Jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan

Dilihat pada suatu jumlahnya, orang yang berkuasa bias berjumlah satu

orang dan beberapa orang atau kelompok serta banyak orang. Orientasi

kekuasaan ada dua ialah apabila proses penyelenggara berorientasi terhadap

sebuah kepentingan pihak yang berkuasa disebut bentuk negatif, serta apabila

berorientasi kepada kepentingan umum atau rakyat disebut bentuk positif. Dalam

hal jumlah orang yang berkuasa serta orientasi kekuasaan, ada enam bentuk

klasifikasi negara. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang di pimpin oleh

banyak orang untuk kepentingan keseluruhan rakyat (bentuk positif). Mobokrasi

adalah bentuk pemerintahan yang di pimpin oleh banyak orang untuk

kepentingan penguasa saja (bentuk negatif). Aristokrasi adalah bentuk

pemerintahan yang di pimpin oleh beberapa orang untuk kepentingan

keseluruhan rakyat (bentuk positif). Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang di

pimpin oleh beberapa orang namun demi kepentingan beberapa orang tersebut

(bentuk negtaif). Monarki adalah bentuk pemerintahan yang di pimpin oleh satu

orang atau raja untuk kepentingan keseluruhan rakyat (bentuk positif). Tirani

adalah bentuk pemerintahan yang di pimpin oleh satu orang untuk kepentingan

satu orang atau penguasa saja (bentuk negatif).

b. Bentuk negara di tinjau dari sisi konsep dan teori modern terbagi menjadi dua,

yaitu :

1) Negara kesatuan (Unitaris)

Negara kesatuan atau Unitaris ialah negara merdeka dan berdaulat,

dalam satu pemerintah pusat yang berkuasa serta mengatur seluruh daerah

dalam satu negara. Pada pelaksanaanya, negara kesatuan atau Unitaris

terbagi dua yaitu :

Page 26: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 12

a) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi Negara, dimana seluruh

persoalan yang berkaitan dengan negara langsung di atur dan di urus oleh

pemerintah pusat.

b) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi Negara, dimana seorang

kepala daerah diberikan kekuasaan dan kesempatan untuk mengurus

rumah tangganya sendiri atau di kenal dengan nama otonomi daerah atau

swatantra.

2) Negara serikat (Federasi)

Negara serikat adalah bentuk negara yang merupakan gabungan dari

beberapa negara bagian dari negara serikat. Adapun suatu kekuasaan asli

dari negara federasi merupakan negara bagian, karena ia berhubungan

langsung dengan rakyatnya. Sementara negara federasi bertugas untuk

menjalankan urusan pertahanan negara, urusan pos dan keuangan, hubungan

luar negeri.

c. Asas penyelenggaraan kekuasaan, adalah memiliki berbagai tipe negara menurut

kondisinya, ialah :

1) Menurut ideologi bangsa

Negara sosialis, negra liberal, negara komunis, negara fasis, negara agama

dan sebagainya.

2) Menurut ekonomi

Negara agraris, negara industri, negara berkembang, negara sedang

berkembang, dan negara belum berkembang. Selain itu di kenal juga negara-

negara utara dan negara-negara selatan (negara utara : negara maju/kaya,

negara selatan: negara sedang berkembang/miskin).

3) Menurut sistem pemerintahan

Sistem pemerintahan presidensial, perlementer, junta militer, dan sebagainya.

4) Menurut politik

Negara demokratis,negara otoriter, negara totaliter, negara satu partai, negara

multipartai, dan sebagainya.

Page 27: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 13

Kesimpulan

Hukum Tata Negara memiliki objek pembelajaran yang luas sehingga

penerapan dalam konteks kajian ilmu sangat dinamis. Hukum Tata Negara memiliki

beberapa istilah yang mana dikenal ialah Constitusional Law adalah istilah yang di

pergunakan di inggris yang pada intinya berdasarkan pada alasan bahwa Hukum

Tata Negara lebih menitik beratkan kepada unsur unsur yang terdapat di dalam

konstitusi. State Law adalah Istilah ini merupakan variasi dari istilah Constitusional

law, dan di dasarkan pada pertimbangan bahwa Hukum Negaralah yang lebih

dipentingkan Droit Constitusional yang dilawankan dengan Droit Administrative.

Peristilahan ini digunakan di perancis dan bertujuan untuk membedakan antara

Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara. Istilah ini parallel dengan

yang dipergunakan di Jerman yakni Verfassungrecht dan Vervaltungrecht. Hukum

Tata Negara memiliki ruang lingkup dalam kaitan hukum publik Letak Hukum Tata

Negara tidak dalam hal pespektif ilmu hukum bersifat hukum public karena aturan

aturan yang terkait didalamnya bersifat umum walaupun adapun yang bersifat privat

namun itu terbatas pada suatu Keputusan atau adalah sebuah Beschiking dimana

suatu keputusan pejabat Negara yang mengeluarkan putusan untuk individu tertentu

yang saling berkaitan dan bersinergi di dalamnya. Adapun beberapa elemen dalam

konteks kekuatan Negara adalah adanya Sumber Daya Manusia, Teritorial Negara,

Sumber Daya Alam, Kapasitas Pertanian dan Industri, Kekuatan Militer dan

Mobilitasnya, Elemen Kekuatan yang tidak berwujud.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan hukum tata negara menurut A.V Dicey?

2. Apakah ada persamaan istilah hukum tata negara yang dimaksud oleh Indonesia

dan Belanda? Jelaskan!

3. Apa yang dimaksud dengan Hukum Publik dan Hukum Privat? Dan terdiri dari apa

saja hukum publik dan hukum privat? Jelaskan!

4. Apa prinsip-prinsip dan norma-norma hukum yang tertuang secara tertulis menurut

jimly assidiqie?

5. Apakah organisasi negara hanya bagian dari hukum public? Jelaskan!

Page 28: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 14

D. Daftar Pustaka

B Hestu Cipto Handoyo, Kajian HTN, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009,

Yogyakarta

C.S.T. Kansil, Prof.Drs dan Christine S.T. Kansil, SH.MH., Hukum Tata Negara

Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 200

Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim, 1983, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,

Pusat Kajian HTN-UI, Jakarta

Peraturan Perundang-Undangan :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

2. Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan

Peraturan Perundang-Undangan.

3. PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002 Tentang

Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh Mahkamah

Agung

Page 29: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 15

PERTEMUAN 2

HUBUNGAN HUKUM TATA NEGARA DENGAN CABANG ILMU HUKUM

LAINNYA

A. Tujuan Belajar

Setelah menyelesaikan materi pada pertemuan ke-2 ini, mahasiswa mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Hubungan Hukum Tata Negara dengan

Cabang Ilmu Hukum Lainnya

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tentang Pengertian Sumber sumber Hukum

Tata Negara

3. Mahasiswa dapat menjabarkan sumber-sumber Norma Hukum Tata Negara

B. Uraian Materi

1. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Cabang Ilmu Pengetahuan Lainnya

Perlu kita ketahui bersama bahwa sebuah Hukum Tata Negara memiliki erat

kaitannya dengan Hukum lainnya, yang artinya Hukum Tata Negara ini tidak berdiri

sendiri melainkan saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Dalam

mempelajari Hukum Tata Negara sebetulnya kita sedang mempelajari segala aspek

hokum dari sudut pandang strukturisasi Negara, dalam hal hal yang berkaitan

dengan pembagian kekuasaan, politik, hubungan internasioanl, juga hukum Pidana,

serta hukum Perdata, semua saling berkaitan dengan Hukum Tata Negara. Ilmu di

dipelajari seakan seperti teranalogikan mempelajari Negara dalam keadaan diam,

yang artinya segala strukturisasi nya serta pembagian kekuasaan dan tugas tugas

pokok suatu pejabat serta regulasi dan birokrasi yang dipelajari, lain hal nya pula

dengan Hukum Administrasi Negara dimana ilmu tersebut mempelajari Negara

dalam keadaan bergerak yang artinya mmpelajari hal hal yang berkaitan dengan

kebijakan praktis serta proses gugat mengguggat dalam hal Beschiking yang

merugikan dan melanggar Undang-undang. Dalam hal kaitan dengan kenegaaraan

pun ada tanggung jawab dan hak hak sebuah Negara dengan masyarakatnya serta

masyarakat terhadap negaranya. Dalam bernegara haruslah memiliki dan terjalin

suatu hubungan yang baik antara Negara sebagai lembaga dan warga negara

sebagai penghuni lembaga. Melindungi kepentingan keseluruhan rakyat tanpa

kecuali adalah merupakan tugas Negara. Dalam Undang-undang Dasar 1945,

dimana kewajiban negara kepada warga negara indonesiea ialah perihal pemberian

Page 30: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 16

jaminan dalam menjalankan agama yang dipercaya oleh masyarakat, memberikan

pendidikan demi kelangsungan hidup, memajukan kebudayaan nasional,

kesejahteraan sosial, memelihara fakir miskin dan anak terlantar, dan

menyelenggarakan pertahanan negara. Dimana kewajiban yang itu semua tidak bias

hanya mengandalkan peran serta Negara semata, melainkan butuh adanya

kontribusi nyata oleh setiap warga Negara Indonesia untuk menjalankan hak dan

kewajiban sebagai warga Negara agar Negara dapat berjalan sebagai mana

mestinya. Sehingga dengan demikian maka secara hakiki, warga negara itu

sendirilah yang mampu memahami dan mengetahui apa yang di butuhkan sesuai

dengan keperluan masing-masing. Sebagaimana ucapan mantan presiden Amerika

Serikat, John F. Kennedy yaitu ” jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan

kepadamu, tapi tanyakan apa yang bisa kau berikan kepada negaramu”.

Mata kuliah perbandingan Hukum Tata Negara yang dalam bahasa asing

digunakan istilah Comparative Constitutional Law, ataupun istilah Comparative

Government, maupun istilah Vergelijkenfe Staatsrecht sweetenschap, didalamnya

tersangkut suatu metode penyelidikan yang bersifat Comparative atau Vergelijkend

yakni perbandingan. Adapun metode perbandingan ialah suatu metode yang

mengadakan perbandingan diantara dua atau lebih obyek penyelidikan untuk

menambah dan memperdalam tentang obyek-obyek yang diselidiki dalam hal

perbandingan Hukum Tata Negara, yang dibandingkan Hukum Tata

Negara/Pemerintah Republik Indonesia dengan Hukum Tata Negara/Pemerintah

Negara atau Negara-negara lain tertentu4. Dengan demikian dengan kita akan

membandingkan suatu ilmu hokum dengan ilmu hokum lainnya kita harus sudah

mengetahui objek apa yang menjadi landasan dasar untuk membandingkannya

kerena terkadang suatu perbandingan yang dilakukan menjadi tidak jelas karena

ada hal hal yang masih abstrak dan bias terkait perbandingan Hukum Tata Negara

dengan hokum lainnya. Dalam suatu perbandingan yang mana akan dilakukan harus

lah pula melakukan suatu proses penyelidikan yang baik dan benar terkait hal hal

apa saja yang akan diperbandingkan, sehingga apabila adalah urusan tentang

Hukum Tata Negara maka objek nya adalah Constitusioanl Law atau hokum positif

yang menjadi landasan nya terhadap hokum lainnya atau Hukum Positif yang

4 Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,

2002, hal. 150.

Page 31: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 17

berlaku. Karena baik dalam Hukum Tata Negara dengan hokum lainnya maka tentu

objek dalam sebuah proses penyelidikan dan observasi adalah suatu objek dari

hokum positif atau Constitusional Law.

a. Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara

Yang menjadi pusat perhatian daripada ilmu negara adalah jenis susunan

masyarakat tertentu, sedangkan hukum tata negara menyelidiki hal ikhwal

sesuatu sesuatu bentuk kenegaraan, misalnya tata negara Amerika, Perancis,

Belanda, Republik Indonesia.

b. Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara

Menurut Oppenheim Lauterpact bahwa Hukum Tata Negara adalah suatu

cabang ilmu hukum yang melihat negara dalam keadaan diam (statis), sedangkan

Hukum Administrasi Negara melihat negara dalam keadaan bergerak atau

bekerja.

c. Hukum Tata Negara dengan Hukum Internasional Publik

Berkenaan dengan hubungan Hukum Internasional Publik dengan Hukum

Tata Negara ada yang berpendapat terbagi menjadi dua hal yang berkaitan erat

berikut :

1) Hukum Internasional Publik itu adalah Hukum Tata Negara yang diperlukan

secara diperlakukan secara Internasional.

2) Hukum Internasional Publik itu sebetulnya yang mempunyai perumusan

sendiri, berdiri sendiri, dan terlepas dari Hukum Tata Negara.

d. Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik

Menurut J. Barents, hubungan Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik dapat

dilihat dari aspek penyelidikan yang satu, adalah menyelidiki rangka yang

berdasar hukum dan yang lain memperhatikan “dagimg yang membalutnya”.

e. Hukum Tata Negara dengan Sejarah

Sejarah mempelajari dan merekonstruksi peristiwa-peristiwa yang terjadi

masa lalu. Termasuk yang dipelajari dan direkonstruksi ulang itu adalah peristiwa

hukum di bidang tata negara. Dengan bantuan sejarah perkembangan hukum

tata negara mempelajari juga sejarah perkembangan hukum tata negara.

Page 32: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 18

Metode dan Pendekatan Dalam Hukum Tata Negara . Sebagaimana

diketahui metode berasal dari kata Yunani “methodos” atau dari kata Latin

“methodus” yang berarti upaya untuk mencari pengetahuan atau ilmu yang

memeriksa secara rasional bahkan meneliti atau cara melakukan kegiatan

penyelidikan atau pengamatan terhadap suatu objek. Pada dasarnya apapun

yang menjadi objek suatu perbandingan hokum harus dilihat dari segi sisi yang

sama terkait apa dan bagaimana serta waktu dan tempat yang sama agar

perbandingan serta observasi perbandingannya jelas dan tidak bias atau abstrak

terhadap kebenaran ilmu yang menjadi dasar dasar Hukumnya.

2. Pengertian Sumber-sumber Hukum Tata Negara

Pengertian dari sumber sumber Hukum Tata Negara ialah istilah sumber

hukum mempunyai pengertian yang bermacam-macam tergantung dari sudut mana

orang melihatnya. Apeldoorn mengemukakan bahwa perkataan sumber hukum

dipakai dalam arti kemasyarakatan, sejarah, filsafat, dan formal. Seorang ahli

hukum memandang sumber hukum dalam arti material dan formal. Sumber hukum

formal adalah sumber hukum yang dirumuskan peraturannya dalam suatu bentuk.

Berdasarkan bentuknya maka hukum itu berlaku umum, mengikat, dan ditaati.

Sumber hukum material adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu. Di

Indonesia , Pancasila menjadi sumber hukum material sebagaimana dikemukakan

oleh pakar hokum Notonegoro yang dikatakannya merupakan staats

fundamentalnorm atau kaidah-kaidah kenegaraan yang mendasar atau fundamental.

Sehingga benarlah, bahwa Pancasila merupakan landasan dasar filosofis. Artinya,

setiap perundang-undangan yang dibentuk tidak boleh bertentangan dengan nilai-

nilai Pancasila. Apabila bertentangan, maka peraturan tersebut otomatis tidak boleh

berlaku. Sumber-sumber Hukum Tata Negara terdiri dari Hierarki perundang-

undangan yang telah diamantkan dan tertulis dalam Undang-undang no 12 tahun

2011 tentang peraturan pembentukan perundang-undangan. Negara dalam

ketatananan nya pada sebuah Ilmu Hukum Tata Negara adanya sebuah Staats

Grund Gesetz dimana ia merupakan sebuah Konstitusi suatu Negara atau Undang-

undang Dasar yang menjadi landasan nilai abstrak dalam sebuah pengaturan

kelembagaan dan tugas suatu Negara bergerak. Negara Republik Indonesia di

dalam alinea ke empat Pembukaan UUD 1945, mencantumkan susunan

Page 33: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 19

kemerdekaan kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia itu dalam suatu

Undang-undang Dasar 1945, artinya Negara Indonesia menuangkan dasar

hukumnya atau landasan konstitusinya kedalam sebuah hukum dasar tertulis,

disamping itu ditegaskan bahwa selain adanya hukum dasar tertulis ada juga hukum

dasar tidak tertulis ialah suatu aturan-aturan dasar yang lahir dan timbul serta

terpelihara pada tatanan praktek proses penyelenggaraan Negara sekalipun tidak

tertulis5. Sumber sumber hukum formal dalam Hukum Tata Negara Indonesia antara

lain :

a. Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 merupakan

Hukum dasar dalam tatanan norma yang ada di Negara Indonesia yang biasa kia

kenal sebagai Staats Grund Gesetz Adalah hukum dasar tertulis yang menjadi

dasar dasar dalam suatu perundangan dibawahnya yang mengatu segala aspek

regulasi dan birokrasi namun segala rujukan harus mengacu kepada Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sedang disamping itu Undang

undang dasar kita pun pernah mengalami amandeman atau perubahan sebanyak

empat kali sampai sekarang ini, Undang undang dasar pertama kita adalah pada

UUD 45 dari tahun 1945 – 1949 yang tepatnya dari tanggal 18 Agustu 1945 – 27

Desember 1949, lalu perubahan kedua Konstitusi RIS dari tahun 1949 – 1950

yang tepatnya pada tanggal 27 Desember 1949 sampai dengan tanggal 17

Agustus 1950, lalu amandemen ketiga adalaha UUDS 1950 yang berlaku pada

tanggal 1950-1959 yang tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli

1959, lalu perubahan amandemen yang terakhir ada pada UUD 1945 pada tahun

1959 yang tepatnya pada tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang UUD ini

berlaku juga hukum dasar tidak tertulis. Lalu adapun sumber Hukum Tata Negara

terletak pada Tap MPR yang terdapat pada Undang-undang No. 10 Tahun 2004

dihapuskan dari susunan hierarki peraturan Perundang-undangan, dimana pada

Undang-undang No. 12 Tahun 2011 dimunculkan kembali serta sekaligus berada

di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 seperti

juga pernah diatur pada Tap MPR No. III/MPR/2000. Adapun Hierarki secara

5 Ibid, hal 88

Page 34: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 20

sistemis diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan berikut :

1) Undang-undang Dasar 1945

Merupakan dasar dalam sebuah pengaturan hukum tertulis yang

menjadikan landasan hukum dalam setiap pembentukan aturan perundang-

undangan dibawahnya norma ini disebut juga dengan Staats Grund Gesetz

2) Ketetapan MPR

Merupakan sebuah ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang

memberikan ketetapan terkait hal hal yang bersifat strategis nasional.

3) Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – undang

(PERPU)

Merupakan sebuah aturan formil yang dibentuk dan dibuat terkait pada

sebuah teknis pembagian dan pelaksanaan tugas serta memperdalam aturan

yang bersifat konkrit, serta peraturan pemerintah pengganti undang undang

adalah suatu ketetapan yang dikelaurkan Presiden atas hal-hal bersifat

kegentingan Nasional serta membutuhkan penanganan cepat

4) Peraturan Pemerintah

Merupakan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden

dan Jajaran cabinet nya, dimana materi muatan nya terkait pelaksanaan

terhadap Undang-undang diatasnya

5) Keputusan Presiden

Merupakan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden

dimana materi muatan nya terkait pelaksanaan Undang-unang dan juga

Peraturan Pemerintah diatasnya

6) Peraturan Daerah tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota

Merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk dan dibuat

oleh dua lembaga yaitu eksekutif dan legislative atas persetujuan bersama

Page 35: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 21

untuk menjalankan roda pemerintahan di tingkat daerah yang norma ini

disebut juga Autonome Satzung atau peraturan otonomi.

b. Konvensi Ketatanegaraan merupakan suatu kebiasaan yang mana perbuatan

manusia yang sama dan tetap dilakukan secara terus menerus pada sesuatu hal

yang sama. Suatu Hukum kebiasaan yang mana dinamakan kebiasaan saja,

berisikan suatu peraturan-peraturan yang mana sekalipun tidak ditetapkan oleh

pemerintah, akan tetapi hal tersebut ditaati oleh seluruh masyarakat, dimana

suatu aturan tersebut diyakini adalah merupakan hukum juga yang berlaku yang

juga artinya harus ditaati.

c. Traktat merupakan perjanjian yang dilakukan oleh satu Negara dengan Negara

lain, traktat pada prinsipnya ialah perjanjian antar dua negara atau lebih.

Berdasarkan jumlah negara yang melakukan suatu perjanjian traktat memiliki 3

jenis berdasarkan partispasi jumlah yang melakukan perjanjian, ialah :

1) Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan antara dua Negara

2) Traktat multilateral, yaitu perjanjian yang diadakan oleh lebih dan dua negara.

3) Traktat kolekfif atau Traktat terbuka, adalah Traktat multilateral yang

memberikan sebuah kesempatan kepada setiap Negara yang pada permulaan

tidak turut mengadakan perjanjian.

Jika dikaitkan dengan definisi peraturan perundang-undangan, maka

penetapan TAP MPR (walaupun dibatasi pada Pasal 2 dan Pasal 4 TAP MPR No.

I/MPR/2003) dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, sebenarnya

tidak tepat, antara lain, jika dikaitkan dengan unsur “mengikat secara umum”. Hal ini

dikarenakan ketentuan dalam Tap-Tap tersebut bukan dalam kapasitas mengikat

secara umum (mengikat siapa pun/mengikat setiap orang), tetapi lebih kepada

arahan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika dikaitkan dengan lembaga

yang berwenang menguji, juga secara yuridis formal tidak terdapat ketentuan yang

mengaturnya, karena Pasal 24A UUDNRI Tahun 1945, MA berwenang menguji

peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-

Undang, dan Pasal 24C ayat (1) UUDNRI Tahun 1945, MK berwenang menguji

Undang-Undang terhadap UUD. Dengan demikian, untuk pengujian Tap

MPRS/MPR tidak terdapat dasar hukum lembaga mana yang berwenang

melakukan pengujian. UU No. 12 Tahun 2011 mengubah penjenjangan Perda, tidak

lagi menggunakan terminologi meliputi yang artinya berkedudukan sama, tetapi

menghierarkikan dengan ketentuan Perda Provinsi lebih tinggi dari Perda

Kabupaten/Kota. Sebagai konsekuensinya adalah Perda Kabupaten/Kota tidak

Page 36: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 22

boleh bertentangan dengan Perda Provinsi. Pasal 1 angka 3 UU No. 12 Tahun 2011

menegaskan bahwa Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang

dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

Saat ini banyak pendapat yang mengangap bahwa dengan amandemen UUD

1945, pergeseran dalam kekuasaan pembentukan UU telah terjadi. Dimana sebelum

UUD 1945 diamandemen, Presiden selaku eksekutif memiliki titk berat terhdap suatu

proses kenegaraan dalam hal pembentukan Undang-undang, akan tetapi setelah

adanya proses amandemen UUD 1945 kekuasaan pembentukan Undang-undang

bergeser ke Dewan Perwakilan Rakyat selaku legislatif. Hal ini tertuang di dalam

Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

yang berbunyi “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk

undang-undang.”

Dengan ketentuan demikian, maka kekuasaan proses pembentukan Undang-

undang saat ini ada di tangan Dewan Perwakilan Rakyat selaku legislatif, sedangkan

Presiden selaku eksekutif tidak lagi pemegang kekuasaan pembentukan UU,

melainkan hanya berhak mengajukan Rancangan Undang-undang kepada DPR.

Kendati demikian, dalam proses pembentukan UU tidak berarti DPR bisa berjalan

sendiri tanpa adanya unsur yang melibatkan dari Presiden selaku eksekutif. Dalam

hal ini, sehingga dimana ketentuan dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 UUDNRI

1945 memiliki suatu arti dimana kekuasaan membentuk Undnag-undang sejatinya

dipegang bersama-sama oleh Presiden dan DPR dengan saling memberi masukan

dan saran yang akan di sahkan oleh DPR. Maksud dari DPR “memegang kekuasaan

membentuk” UU yang tertuang pada Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 semestinya bisa diartikan dengan

“memegang kewenangan”, karena suatu kekuasaan atau macht, dimana pada hal

tersebut kekuasaan membentuk UU (wetgevendemacht), memanglah berisikan

kewenangan membuat Undang-undang. Akan tetapi, adapun rumusan pada Pasal

20 ayat (1) tersebut dalam hal kajian Perundang-undangan tidak serta merta

dilepaskan ataupun dipisahkan dalam ketentuan-ketentuan yang ada pada ayat-ayat

selanjutnya dalam Pasal 20 UUDNRI Tahun 1945.

Adanya ketentuan pada ayat (2) yang menyatakan: “Setiap rancangan

undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk

mendapat persetujuan bersama.” Merupakan suatu ketentuan yang

Page 37: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 23

mengesampingkan ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Ketentuan

tersebut masih diperkuat dengan rumusan pada ayat (3) yang menyatakan: “Jika

rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan

undang-undang itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan

Perwakilan Rakyat masa itu.” Dari rumusan dalam Pasal 20 ayat (2) dan ayat (3)

UUDNRI Tahun 1945 menunjukkan, bahwa keberadaan persetujuan bersama

antara DPR dan Presiden tersebut merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan

secara “bersama”, “secara serentak”, atau “berbarengan dengan” atau pun “pada

saat yang sama“ agar suatu UU disahkan menjadi UU. Frasa “persetujuan bersama”

dalam Pasal ini tidak selalu bermakna untuk “setuju”, tetapi bisa juga dimaknai untuk

“tidak setuju”. Makna “tidak setuju” secara tersirat terdapat dalam ketentuan Pasal

29 ayat (3) UUDNRI Tahun 1945, yang menentukan “Jika rancangan undang-

undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu

tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.”

Memang dalam Pasal 20 ayat (3) UUDNRI Tahun 1945 belum adanya

perumusan secara eksplisit dimana apabila tidak adanya persetujuan bersama,

maka Rancangan Undang-undang tersebut ditolak menjadi UU. Namun, kalimat

“rancangan undang-undang itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan

Dewan Perwakilan Rakyat masa itu” sehingga memiliki arti bahwa RUU tersebut

ditolak menjadi UU oleh DPR untuk masa persidangan itu. Syarat “persetujuan

bersama” ini berlaku, baik terhadap RUU yang datang dari DPR maupun RUU yang

datang dari Pemerintah. Lebih lanjut, Maria Farida Indrati Soeprapto menegaskan,

peranan Presiden dalam pembentukan UU terlihat lebih kuat, jika dihubungkan

dengan rumusan dalam Pasal 20 ayat (5) UUDNRI Tahun 1945, yang menyatakan:

“Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama

untuk menjadi undang-undang.” 6. Pendapat tersebut seringkali disangkal dengan

mengajukan sanggahan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 20 ayat (5) UUDNRI

Tahun 1945, yang menyatakan: “Dalam hal rancangan undang-undang yang telah

disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari

semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang

tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan”. Kedudukan Provinsi

6 Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 2007, hal. 188.

Page 38: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 24

dan Kabupaten/Kota ditetapkan oleh pemerintah daerah yang menyelenggarakan

otonomi dan masing-masing berhak menetapkan Perdanya sebagaimana bunyi

ketentuan Pasal 18 ayat (2), ayat (5), dan ayat (6) UUDNRI Tahun 1945:

“Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan”, “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ditentukan sebagai urusan

Pemerintah Pusat”, serta “Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan

daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan.” Penjenjangan Perda ini perlu mendapatkan penegasan dalam kaitan

dengan konsep negara kesatuan. Pasal 18 ayat (1) UUDNRI Tahun 1945 mengatur

tentang hal itu dengan menyatakan bahwa “Negara Kesatuan Repulik Indonesia

dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten

dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan

daerah”. Sebagai peraturan terendah dalam hierarki peraturan perundang-

undangan, Perda Kabupaten/Kota secara teoritik memiliki tingkat fleksibilitas yang

sempit karena tidak boleh menyimpang dari sekat-sekat peraturan perundang-

undangan tingkat pusat yang tak terhitung jumlahnya, ditambah lagi dengan Perda

Provinsi. Lalu isi frasa di dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 ini sejatinya

memiliki kesamaan pada isi Pasal 7 ayat (4) UU No. 10 Tahun 2004. UU No. 12

Tahun 2011 yang juga belum adanya penentuan secara rigid bagaimana

penjenjangan atau hierarki dari peraturan-peraturan tersebut dan bagaimana

kedudukan peraturan-peraturan tersebut terhadap peraturan yang telah ditetapkan

penjenjangannya dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011.

3. Sumber – sumber Norma Hukum Tata Negara

Bahwa sikap yang dipakai dalam penerapan suatu Hukum yang berkaitan

tentu kita harus melihat dari objektifitas yang sama terkait permasalahan hukum,

dalam Ilmu Perundang-undangan, Hukum Administrasi, Hukum Konstitusi, dan laim

lainnya memiliki persamaan terkait objektifitas Normatif nya yang berlaku. Perlu kita

ketahui bahwa norma memiliki tingkatan yang harus disikapi menjadi sebuah aturan

abstrak sampai pertauran paling bawah yang semakin konkrit dan lebih ter implikasi

didalamnya yaitu adalah

Page 39: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 25

a. Staats Fundamental Norm (Norma Dasar)

b. Staats Grund Gesetz (Konstitusi atau Hukum Dasar)

c. Formell Gesetz (Hukum Formil atau Undang-undang)

d. Verordnung (Pelaksana atau atau Peraturan Pelaksanaan)

e. Autonome Satzung ( Hukum Otonomi atau Peraturan Daerah)

Hal hal yang sama erat kaitannya maka akan saling mneguatkan antara ilmu

kajian hukum satu dengan ilmu kajian hukum yang lainnya, peneapan dan

implementasi dalam sebuah praktek empiris nya akan terasa dalam sebuah tatanan

kenegaraan yang saling berkesinambungan. Pengertian dan sebuah konektifitas

yang membaru memberi ruang terbuka terkait diskusi dan publikasi ilmu dan

pengetahuan yang terpadu . Juga dalam arti pengertian modern dimana

Konstitusional Law atau Hukum Tata Negara dalam sikap terhadap ilmu hukum

lainnya dimana merupakan sebuah seperangkatt aturan dan ketentuan yang

menggambarkan system ketatanegaraan suatu Negara. Undang-undang Dasar

merupakan suatu konstitusi tertulis di dalam Negara Indonesia, dimana ini

merupakan dokumen resmi yang mengandung suatu ketentuan serta aturan-aturan

yang bersifat pokok untuk pengaturan ketatanegaraan. Hierarki dalam peraturan

perundang-undangan dimana konstitusi memposisikan diri yang paing tinggi di

antara peraturan perundang-undangan di bawahnya. Konstitusi memiliki fungsi

sebagai pembatasan serta penentuan atas kekuasaan pada suatu negara, juga

sebagai pengaturan hubungan antara Negara dengan masyarakatnya7.

Kesimpulan

Perbandingan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Hukum lainnya menjadi

sebuah disiplin ilmu yang memiliki kaitan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya,

Hukum Tata Negara tidak lepas erat kaitannya dengan Hukum Administrasi Negara

juga Ilmu Perundang Undangan, Ilmu Negara, Ilmu Politik dan masih banyak lagi.

Karena memang Hukum Tata Negara merupakan Ilmu Hukum Yang mempelajari

Negara pada saat diam. Sumber hukum dapat dibedakan kedalam artian material

dan juga formal seperti yang dikemukakan oleh para pakar ahli hukum. Sumber

hukum formal adalah sumber hukum yang perumusannya dirumuskan peraturannya

dalam suatu prodak atau bentuk. Berdasarkan bentuknya maka hukum itu bersifat

7 Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintah Modern dalam Konstitusi Madinah, Sahifa,

Bandung, 2006, hal. 131.

Page 40: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 26

public atau berlaku umum, mengikat, dan ditaati. Sumber hukum material adalah

sumber hukum yang menentukan isi hukum itu. Dimana ada Hukum disitu ada

norma yang mengatur dan norma memiliki satuan hierarki yang mengsegmentasikan

suatu kaidah kaidah yang ada, norma tersebut ialah Staats Fundamental Norm

(Norma Dasar), Staats Grun Gesetz (Konstitusi atau Hukum Dasar), Formell Gesetz

(Hukum Formil atau Undang-undang), Verordnung (Pelaksana atau atau Peraturan

Pelaksanaan), Autonome Satzung ( Hukum Otonomi atau Peraturan Daerah).

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang menjadi pusat perhatian hukum tata Negara dengan ilmu hukum?

2. Apa yang dimaksud dengan hukum internasional public ?

3. Apa yang anda ketahui tentang hukum tata Negara juga merupakan cabang ilmu

dari hukum administrasi Negara ?

4. Apa yang dimaksud sumber hukum formal dan material?

5. Sebutkan sumber-sumber hukum tata negara!

D. Daftar Pustaka

Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintah Modern dalam Konstitusi Madinah, Bandung,

Sahifa, 2006

Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,

2002

Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 2007

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan

Peraturan Perundang-Undangan.

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh

Mahkamah Agung

Page 41: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 27

PERTEMUAN 3

SUMBER HUKUM TATA NEGARA (HTN)

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-3 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Sumber –sumber Hukum Formil dan Materil

2. Mahasiswa dapat menjabarkan Sumber sumber Hukum Tata Negara Indonesia

3. Mahasiswa dapat menunjukan Sumber sumber Hukum Tata Negara lainnya

B. Uraian Materi

1. Sumber-sumber Hukum Formil dan Hukum Materil

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah,

dsb, yang dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa

tertentu. Sumber hukum sering juga Disebut sebagai “source law” atau dikatakan

Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan atau melahirkan

hukum, atau segala sesuatu yang menjadi asal mulanya hukum. Sumber hukum

dalam arti formil adalah sumber hukum yang memiliki suatui bentuk atau prodak

yang nyata. Karena dari suatu bentuknya itu maka hal tersebut berlaku secara

umum, ditaati dan diketahui serta memiliki daya laku dan daya ikat. Disinilah suatu

kaidah memperoleh kwalifikasi sebagai kaidah hukum dan oleh yang berwenang ia

merupakan petunjukn hidup yang harus diberi perlindugan. Sumber hukum dalam

arti matril ialah merupakan suatu sumber hukum yang mana ditentukannya suatu isi

hukum, bagi para sarjana hukum yang paling penting ialah sumber hukum dalam arti

formil sebagai landasan yuridis. Akan tetapi akan kemudian dikatakan perlu jika ingin

mengetahui terkait akan asal usul dari hukum itu sendiri, ia akan memperhatikan

sumber hukum dalam arti matril8.

Sumber hukum dapat ditinjau dari:

a. Sumber Hukum Sejarah/Histori

b. Sumber Hukum Kemasyarakatan/Sosiologis

c. Sumber Hukum Ditinjau Dari Filsafat

d. Sumber Hukum Formil

8 Utrech, E., SH., Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ichtisar, Jakarta, 1999, hal. 133-134.

Page 42: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 28

e. Sumber Hukum Politis

Adapun macam-macam Sumber Hukum Terdiri dari:

a. Sumber Hukum Formil, yaitu:

Sumber hukum yang telah memiliki bentuk-bentuk formal tersendiri secara

yuridis telah diketahui dan berlaku secara umum. Bentuknya tertulis dan

mempunyai kualifikasi sebagai kaedah hukum.

Sumber hukum formil HTN Republik Indonesia:

TAP MPRS No. XX/MPRS/1996 tentang memorandum DPRGR mengenai sumber hukum RI dan tata urutan Perundangan RI:

Tata urutan Perundang-undangan RI:

1) Undang-undang Dasar 1945

2) Ketetapan MPR

3) Undang-undang?perpu

4) Peraturan Pemerintah

5) Keputusan Presiden

6) Peraturan pelaksana lainnya: Peraturan Menteri, Instruksi menteri dll.

Yang dimaksud dengan sumber-sumber Hukum Formil yang lain adalah:

1) Kebiasaan

2) Traktat

3) Yurisprudensi

4) Doktrin

b. Sumber Hukum Materil, yaitu:

Sumber-sumber hukum yang menentukan isi atau materi pada hukum

tersendiri, baik dengan cara yang langsung maupun tidak langsung. Kebanyakan

umumnya yang menjadi sumber hukum materil adalah segala gejala yang ada

dalam fakta kehidupan masyarakat pada berbagai aspek bidang, baik yang telah

Page 43: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 29

menjadi wujud peristiwa ataupun yang belum berwujud menjadi perisitwa,

sebagai contoh:

1) Adanya gejala/peristiwa korupsi dalam masyarakat menjadi sumber hukum

yang secara materil melahirkan peraturan-peraturan hukum yang secara

preventifr melarang dan mencegah terjadinya korupsi serta secara represif

menetapkan sanksi bagi setiap pelanggarnya.

2) Adanya gejala/peristiwa dalam masyarakat dimana orang tua tidak berusaha

menyekolahkan anaknya, sehingga menjadi sumber hukum yang materil

melahirkan undang-undang wajib belajar dan sebagainya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dapat menjadi sumber

hukum materil adalah segala unsur yang menjadi aspek-aspek kehidupan

masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh ialah :

TAP MPRS No. XX/MPRS/1996, menetapkan Pancasila sebagai sumber

dari segala sumber hukum dan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum

serta cita-cita moral meliputi suasa kejiwaan dan watak dari rakyat Negara

Indonesia. Menurut Tjipto Rahardjo “Sumber yang melahirkan hukum digolongkan

dari dua kategori, yaitu sumber-sumber yang bersifat hukum dan yang bersifat

sosial. Sumber yang bersifat hukum merupakan sumber yang diakui oleh hukum

sendiri sehingga secara langsung bias melahirkan atau menciptakan hukum”.

Menurut Edward Jenk, terdapat tiga sumber hukum yang biasa ia sebut

dengan istilah “forms of law”yaitu:

1) Statutory 2) Literaty. 3) Judiciary

Menurut G.W. Keeton, sumber hukum terbagi atas :

Binding Sources (formal), yang terdiridari:

a. Custom b. Judicial precedents c. Legislation

Persuasive Sources (materiil), yang terdiri:

a. Professional opinion. b. Principles of morality or equity

Page 44: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 30

C.S.T. Kansil memberikan suatu pengertian dimana yang dimaksud dengan

sumber hukum adalah, apapun yang menjadi dapat menimbulkan aturan-aturan

yang memiliki kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang apabila

dilanggar mengakibatkan suatu sanksi yang tegas dan juga nyata. Maksud dari

segala apa saja, ialah suatu faktor-faktor yang dapat berpengaruh kepada

timbulnya hukum. Sedangkan faktor-faktor yang adalah sumber dari kekuatan

berlakunya hukum secara formal artinya adalah, hukum itu darimana dapat

ditemukan , hukum itu dari mana asalnya, dapat dicari di mana hukum itu atau

bagimana hakim dapat menemukan pusat dari hukum itu sendiri, sehingga dapat

diketahui bahwa sumber Formil dalam Hukum Tata Negara Indonesia tidah

terbatas pada sumber hukum tertulis9

Sedangkan sumber hukum menurut Sudikno Mertokusumo yaitu terbagi atas

dua hal :

a. Sumber Hukum Materiil

Adalah tempat dari mana materi itu diambil. Sumber hukum matriil ini

merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan

sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan

keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional,

keadaan geografis, dll.

b. Sumber Hukum Formal

Merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh

kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan

peraturan hukum itu formal berlaku. Yang diakui umum sebagai sumber hukum

formal ialah UU, perjanjian antarnegara, yuris prudensi dan kebiasaan.

Sumber Hukum Menurut Joeniarto terdiri dari :

a. Sumber hukum dalam penggunaan pengertian sebagai asalnya hukum positif

9 Penjelasan UUD 1945, Undang-undang Dasar sebagian dari hukum dasar. Undang-

undang Dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara. Undang-undang Dasar itulah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang Dasar itu berlaku jika hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis.

Page 45: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 31

b. Sumber hukum dalam penggunaan pengertian sebagai bentuk-bentuknya hukum

dimana sekaligus merupakan tempat diketemukannya aturan-aturan dan

ketentuan hukum positipnya.

c. Sumber hukum dalam penggunaan pengertian sebagai hal-hal yang seharusnya

menjadi isi hukum positif.

d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum RI

e. Proklamasi merupakan tindakan pertama dari Tata Hukum Indonesia

Sumber-sumber hukum dalam pengertian sosiologis

Sumber-sumber hukum dalam arti sosiologis merupakan lapangan pekerjaan

bagi seorang sosiolog hukum. Namun penelaahan sosiologis juga dapat relevan

gagi seorang yang mempelajari sumber-sumber hukum dalam arti formal. Sumber-

sumber tersebut terahir seringkali lebih baik dipahami dibandingkan dengan sumber-

sumber sosiologis hukum. Sumber hukum dalam pengertian sejarah dalam arti

sejarah istilah sumber hukum punya dua makna :

a. Sebagai sumber pengenal dari hukum yang berlaku pada suatu saat tertentu

b. Sebagai sumber tempat asal pembuat undang-undang menggalinya dalam

penyusunan suatu aturan menurut undang-undang.

Setelah kita pahami arti materil dari Negara hukum Indonesia, maka

masalahnya sekarang ialah bagaimana hal itu dapat dicapai, maka dengan demikian

kita masalahkan aspek aspek formal yuridis dari Negara Hukum Indonesia. Dalam

hal ini, dengan menarik pengalaman secara perbandingan dengan aspek aspek

formal Negara hukum liberal dan konsep Rule of Law10. Dalam pemikiran dari para

sejarawan hukum dimana suatu hal yang paling penting dan utama ialah sumber

pertama. Maksu dari sumber utama adalah buku-buku ilmiah, dokumen-dokemen

resmi kuno, majalah-majalah dan semacamnya.

2. Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia

Indonesia memiliki berbagai macam suku dan agama yang beragam dimana

setiap pengaturan hal hal yang berkaitan terhadap public dan privat haruslah teratur

dalam sebuah tatanan hukum yang eksplisit, perlu diketahui menurut statistic

keberagaman budaya dan adat di Indonesia ada kurang lebih seribuan lebih

10 Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,

2002, hal. 8.

Page 46: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 32

sehingga banyak sumber sumber hukum yang harus diakomodir menjadi hukum

Positif yang berlaku secara umum dan public. Perlu kita inngat kembali bahwa

Indonesia adalah Negara Hukum yang telah teramantkan dalam Undang undang

Dasar Negara Republik Indonesia pada pasal 1 ayat 1 bahwa Indonesia Negara

kesatuan republic Indonesia yang bentuk pemerintahannya republic dan bernegara

hukum atau rechtstaats. Dalam sumber hukum yang ada Indonesia memiliki

landasan dasar nilai norma yang menjadikan sebagai fundamental atau falsafah

bangsa yaitu Pancasila, dimana Pancasila ini menjadi sebuah Staats Fundamental

Normnya Negara Indonesia Pancasila sebagai sumber hukum Indonesia. Dinegara

Indonesia yang menjadi sumber dari segala sumber hukum ialah Pancasila, ini

memiliki artian bahwa Pancasila menjadi sebuah pandangan hidup, cita-cita hukum,

keadilan sosial, perikemanusiaan, dan tujuan hidup bangsa haruslah sesuai dengan

apa-apa yang teruang dan terkandung serta tidak menyimpang di dalam Pancasila.

Dimana kita ketahui bahwa hukum formal memiliki arti bahwa tempat digalinya

hukum yang dibuat positif oleh pemerintah yang berwenang. Adapun sumber hukum

administrasi pada artian formal dapat kita gambarkan skema sebagai berikut ini :

a. UUD 1945

b. Undang-undang dan atau PERPU

c. PERATURAN PEMERINTAH

d. KEPPRES

e. Peraturan Pelaksanaan Bawahan Lainnya

Dalam penjabaran yang lebih lanjut sumber-sumber hukum adalah sebagai

berikut:

a. Undang-undang dasar 1945

UUD 1945 yang mulai sah dan berlaku pada 18 agustus 1945 sampai

dengan 27 desember 1949, dan setelah itu terjadilah suatu perubahan dasar

negara yang mana menimbulkan UUD 1945 tidak berlaku, kendati demikian

dengan adanya dekrit Presiden pada tanggal 5 juli tahun 1959, ahirnya Undnag-

undang Dasar 1945 berlaku kembali dan terus berlaku sampai saat ini.

b. Ketetapan MPR

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau yang dikenal singkatan

TAP MPR ini merupakan prodak aturan yang dibuat oleh MPR dimana dalam

aturan ini memiliki ketentuan-ketentuan yang meliputi :

Page 47: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 33

1) Garis-garis besar dalam bidang legislatif yang diimplementasikan dengan

undang-undang;

2) Garis-garis besar dalam bidang eksekutif yang diimplementasikan dengan

keputusan Presiden selaku Eksekutif.

c. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang

Untuk diketahui sebelumnya bahwa Undang-undang ini merupakan prodak

bersama antara eksetufi ialah Presiden bersama dengan legislative ialah DPR,

pada proses pembentukan dari Undang-undang ini bias saja inisiatif dilakukan

oleh pihak eksekutif ialah Presiden dengan mengusulkan Rancangan Undang-

undang atau RUU kepada DPR yang kemudian akan disahkan dalam rapat

paripurna, dan juga bias sebaliknya. Dalam hierarki dimana Undang-undang dan

Perpu memiliki kedudukan atau suatu deraja yang sama, tidak lebih tinggi salah

satunya tidak lebih rendah salah satunya, kendati demikian memiliki beberapa

perbedaan yang mendasar, ialah:

1) Perpu dibuat hanya oleh presiden saja, tanpa adanya campur tangan dari DPR

2) Perpu akan dapat dibuat apabila Negara dalam keadaan darurat atau keadaan

genting saja.

Namun demikian bahwa tetap saja perpu ini pun kelak harus disetujui oleh

mayoritas di DPR agar perpu tersebut dapat menjadi Undang-undang dikemudian

hari. Sehingga apabila perpu tersebut di tolak oleh DPR maka perpu tersebut

haruslah dicabut dan harus dipikirkan akibat hukum yang akan timbul dari

pencabutannya.

d. Peraturan pemerintah (PP)

Menurut pasal 2 ayat (2) UUD 1945, Peraturan Pemerintah ini dibuat dan

dikeluarkan oleh lembaga eksekutif ialah seorang Presiden yang bertujuan untuk

melaksanakan Undang-undang. PP adalah hukum public sehingga ini memuat

aturan-aturan yang bersifat umum dan tidak boleh bertentangan dengan

Peraturan perundangan yang lebih tinggi misal UU sampai kepada Pancasila.

e. Keputusan presiden

Sama halnya dengan PP atau Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden

ini pun juga dikeluarkan oleh presiden selaku eksekutif. Adapun perbedaan dari

PP dan Kepres ialah dimana jika dilihat dari sifatnya, PP bersifat umum atau

bersifat publik sedangkan keppres bersifat khusus atau bersifat privat, sebagai

Page 48: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 34

contoh dari Kepres ini ialah mengangkat guru besar, duta besar ataupun jabatan

administrasi penting lainnya.

f. Peraturan menteri dan surat keputusan menteri

Peraturan menteri atau yang dikenal dengan singkatan Permen adalah

merupakan suatu peraturan yang mana dikeluarkan oleh menteri yang terdapat di

dalam Kabinet yang menjadi pembantu Presiden dalam urusan Negara dimana

peraturan ini berisi suatu ketentuan-ketentuan tentang ruang lingkup tugas dan

bidangnya. SK menteri dapat dibuat oleh satu kementrian ataupun beberapa

kementrian dengan disebut SK bersama yang mengatur peraturan terhadap

implementasi lintas kementrian.

g. Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah

Indonesia menganut system desentralisasi dimana Negara ini memiliki

daerah otonom yang memiliki otonomi nya masing-masing dalam hal

kepemerintahan pada lingkup daerah. Daerah otonom terdiri dari tingkat Provinsi

dan tingkat kabupaten atau kota. Perda dibuat oleh kepala daerah yang mana

juga disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sehingga ketentuan yang

akan dijadikan Perda harus atas persetujuan dan pengusulan bersama-sama

antara kepala Daerah dan DPRD. Perlu untuk dietahui bahwa Perda yang telah

ada ini tidak diperkenankan untuk bertentangan dengan peraturan perundangan

diatasnya dan juga tidak diperkenankan untuk mengatur mengenai segala hal

urusan rumah tangga daerah tingkat dibawahnya.

h. Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah suatu himpunan putusan-putusan pengadilan yang

memiliki kekuatan hukum tetap atau incraht serta tersusun yang secara sistemik

dari dan dalam badan peradilan yang mana kemudian dijadikan menjadi salah

satu rujukan hukum. Sehingga dengan adanya yurisprudensi ini maka hakim

apabila menghadapi suatu kekosongan hukum dimana suatu kasus yang belum

adanya peraturan serta sanksi yang mengatur, hakim dapat melihat suatu

yurisprudensi dimana kasus yang sama yang lalu sudah diputus dan incraht

dapat menjadi dasar dan rujukan bagi hakim untuk memutus suatu perkara yang

sedang digelar dengan adil dan transparan tanpa adanya pihak manapun yang

merasa terdzalimi.

Page 49: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 35

i. Hukum Internasional

Hukum internasional dapat disebut sebagai hukum bangsa-bangsa,

menurut para ahli hukum internasional, hukum internasional adalah suatu

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mana pengaturannya

mengatur tentang hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara,

yaitu

1) antara Negara dengan Negara

2) antara Negara dengan subjek hukum bukan Negara satu sama lain

Adapun hukum internasional biasanya bersumber pada suatu konvensi-

konvensi internasional dimana hal tersebut mengutamakan kepentingan

internasional.

j. Keputusan Tata usaha Negara (administratieve beschikking)

Keputusan tata usaha Negara adalah suatu keputusan yang bersifat privat

dimana ini memiliki pencapaian cita-cita Negara dan juga untuk keberlangsungan

hubungan dalam lingkup alat-alat perlengkapan Negara yang membuatnya

dengan seorang partikelir.

k. Doktrin

Doktrin adalah suatu pandangan dan pendapat dari para ahli dari bidang-

bidang tertentu yang menjadikan pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli

tersebut menjadi sumber rujukan juga bagi setiap hakim dalam hal pengambilan

keputusan.

l. Traktat

Sumber hukum yang lainnya adalah traktat menjadi sumber hukum dalam

Hukum Tata Negara ia merupakan suatu perjanjian, walaupun ia termasuk dalam

bidang Hukum Internasional, sepanjang traktat atau perjanjian itu menentukan

segi hukum ketatanegaraan yang hidup bagi Negara masing-masing yang terikat

di dalamnya. Bentuknya tidak selalu tertulis karena kemungkinan terjadi bahwa

perjanjian itu hanya diadakan dengan pertukaran nota atau surat saja11

11 Moh Kusnardi, Haemaily Ibrahim, SH., Hukum Tata Negara Indonesia, CV Sinar Bakti,

Jakarta, 1976, hal. 57.

Page 50: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 36

3. Sumber-sumber Hukum Lainnya

Dinegara Indonesia memiliki sumber hukum yang bersifat tertulis dan sumber

hukum yang tidak tertulis, dimana sumber hukum tertulis sudah dibahas terkait

adanya formil dan materil. Namun masih ada sumber hukum tidak tertulis yang

menjadi sumber hukum lainnya di Indonesia ini yaitu adalah Hukum Adat atau dalam

istilah Adat Law. Perlu kita ketahui bahwa Hukum Adat dikenal dan dikemukakan

pertama kali oleh seorang ahli sastra timur dari belanda ialah Prof. Snouck

Hurgrounje (1894). Sebelum adanya istilah hukum adat, dahulu dikenal sebagai

Adat Recht. Dimana kita ketahui bahwa Prof. Snouck Hurgrounje pada bukunya de

atjehers (Aceh) pada tahun 1893-1894 mengemukakan hukum rakyat Indonesia

yang tidak dikodifikasi atau dalam pengertiannya tidak dibukukan ialah de

atjehersAdapun isitlah ini pun dipakai juga oleh seorang sarjana sastra yang juga

sarjana hukum ialah Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven dimana iapun menjabat

sebagai Guru Besar pada Universitas Leiden di Belanda. Adapun dia menuliskan

suatu istilah Adat Recht ini kedalam karya bukunya yang berjudul Adat Recht van

Nederlandsch Indie (Hukum Adat Hindia Belanda) pada tahun 1901-1933. Perlu

untuk diketahui bersama bahwa Perundang-undangan di Hindia Belanda saat itu

secara resmi menggunakan istilah pengertian ini pada sekitar tahun 1929 dalam

Indische Staatsregeling (Peraturan Hukum Negeri Belanda), seperti sama halnya

Undang-undang Dasar Hindia Belanda, pada pasal 134 ayat (2) yang mana berlaku

pada tahun 1929. Istilah hukum adat di tengah masyarakat Indonesia saat itu tidak

banyak dikenal. Dimana perlu untuk kita ketahui pula bahwa pada saat itu istilah

tersebut hanyalah istilah teknis saja. Disebut demikian karena istilah itu lahir hanya

karena mengikuti pada proses penelitian dan riset yang dilakukan oleh para sarjana

atau para ahli untuk memberikan suatu istilah pada materi yang sedang dikaji agar

memudahkan dalam penentuan unit dan element yang terkandung di dalamnya.

Adat Law adalah istilah hukum adat yang diadopsi dari bahasa inggris, namun

perkembangan yang ada di Indonesia sendiri hanya dikenal istilah Adat saja, untuk

menyebutkan sebuah sistem hukum yang dalam dunia ilmiah dikatakan Hukum

Adat. Pendapat ini diperkuat dengan pendapat dari Muhammad Rasyid Maggis Dato

Radjoe Penghoeloesebagaimana dikutif oleh Prof. Amura : sebagai lanjutan

kesempuranaan hidupm selama kemakmuran berlebih-lebihan karena penduduk

sedikit bimbang dengan kekayaan alam yang berlimpah ruah, sampailah manusia

Page 51: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 37

kepada adat. Sedangkan pendapat Prof. Nasroe menyatakan bahwa adat

Minangkabau telah dimiliki oleh mereka sebelum bangsa Hindu datang ke Indonesia

dalam abad ke satu tahun masehi. Prof. Dr. Mohammad Koesnoe, S.H. di dalam

bukunya mengatakan bahwa istilah Hukum Adat telah dipergunakan seorang Ulama

Aceh yang bernama Syekh Jalaluddin bin Syekh Muhammad Kamaluddin Tursani

(Aceh Besar) pada tahun 1630. Prof. A. Hasymi menyatakan bahwa buku tersebut

(karangan Syekh Jalaluddin) merupakan buku yang mempunyai suatu nilai tinggi

dalam bidang hukum yang baik. Hukum adat apabila dilawankan dengan hukum

perundangan (hukum kodifikasi) maka hukum adat itu adalah hukum yang tidak

bersumber pada peraturan. Jadi hukum adat itu tidak meliputi peraturan-peraturan

desa dan peraturan-peraturan raja-raja. Pada teori Beslissingenleer (teori

keputusan) yang dikemukakan oleh Ter Haar mengungkapkan bahwa cakupan

dalam hukum adat seluruh peraturan-peraturan yang menjelma di dalam suatu

keputusan-keputusan oleh setiap pejabat hukum yang mana memiliki pengaruh dan

kewibawaan, adapun pada pelaksanaannya ada yang secara serta merta atau

spontan dan dijalankan dengan suka cita oleh mereka-mereka yang diatur dengan

keputusan tersebut. DImana keputusan dapat berupa juga persengketaan yang

tentu diawali dengan proses kerukunan dan musyawarah. Sumber hukum lainnya

yang ialah merupakan hukum adat dapat lahir dari suatu keputusan warga

masyarakat. Syekh Jalaluddin memberikan pandanganny bahwa dimana suatu

hukum adat pertama-tama adalah persambungan tali antara dulu dengan kemudian,

dimana pada pihak terdapat atau tiadanya yang dilihat pada suatu hal yang mana

dilakukan berulang-ulang. Hukum adat bukan terletak untuk peristiwa yang demikian

akan tetapi pada apa yang tidak tertulis di belakang peristiwa tersebut, sedang yang

tidak tertulis itu adalah ketentuan keharusan yang berada di belakang fakta-fakta

yang menuntuk bertautnya suatu peristiwa dengan peristiwa lain.

Adat menjadikan suatu kebiasaan yang sudah dikerjakan sejak dahulu kala

dan terus terpelihara dari generasi kegenari tanpa menghilangkan aspek moral dan

inntegritas terhadap kekayaan norma yang ada yang tanpa adanya sautu

penyimpangan dari landasan dasar Indonesia dalam sebuah ketatanegaraan yang

menjadi konstitusi ialah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam istilah

adat itu sendiri di dalam bahasa Indonesia menjadi suatu kebiasaan sehingga

apabila secara etimologis kita lihat bahwa hukum adat menjadi suatu aturan yang

Page 52: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 38

menjadi kebiasaan dari jaman dahulu sampai saat ini. Perlu untuk kita ketahui

bahwa hukum kebiasaan atau dengan kata lain adalah hukum adat adalah suatu

kompleksitas peraturan hukum yang lahir dan timbul dikarenakan kebiasaan berarti

demikian lamanya orang bisa bertingkah laku menurut suatu cara tertentu oleh

karenanya maka lahir suatu peraturan dan ketentuan baru yang diterima serta

diinginkan oleh lapisan masyarakat. Jadi, menurut Van Dijk, hukum adat dan hukum

kebiasaan itu memiliki perbedaan. Sedangkan menurut Soejono Soekanto, hukum

adat hakikatnya merupakan hukum kebiasaan, namun kebiasaan yang mempunyai

akhibat hukum das sein das sollen. Berbeda dengan kebiasaan (dalam arti biasa),

kebiasaan yang merupakan penerapan dari hukum adat adalah perbuatan-

perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama menuju kepada

Rechtsvaardige Ordening Der Semenleving. Sehingga jelas lah bahwa dalam

Negara Indonesia disamping memiliki sumber hukum formil dan sumber hukum

materil yang konkrit pengaturan yang baik tertulis dalam kodifikasi dan unifikasi

namun di satu sisi adapun hukum yang tidak tertulis yang merupakan salah satunya

adalah hukum adat yang secara sadar dan tidak sadar hukum adat menjadi bagian

dari sebuah sumber hukum lainnya yang ada di Indonesia yang mana memiliki

keragaman budaya dan adat yang sangat banyak.

Kesimpulan

Sehingga dalam suatu proses kesimpulan maka dapat kita simpulkan bahwa

sumber hukum dalam pengertian arti formil ialah suatu sumber hukum yang

diketahui dari bentuknya. Dengan karena bentuknya itulah maka menyebabkan

hukum berlaku secara umum, diketahui dan ditaati sumber-sumber hukum yang

menentukan da juga melahirkan isi materi suatu hukum itu tersendiri, yang baik

secara langsung ataupun baik secara tidak langsung. Pada umumnya yang menjadi

sumber hukum materil ialah aneka gejala yang ada dalam kehidupan masyarakat

(dalam segala bidang), baik yang telah menjelama menjadi peristiwa maupun yang

belum menjelama menjadi perisitwa Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang

dapat menjadi sumber hukum materil adalah segala unsur yang menjadi aspek-

aspek kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam sumber hukum yang ada Indonesia

memiliki landasan dasar nilai norma yang menjadikan sebagai fundamental atau

falsafah bangsa yaitu Pancasila, dimana Pancasila ini menjadi sebuah Staats

Page 53: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 39

Fundamental Normnya Negara Indonesia Pancasila sebagai landasan fundamental

Negara yang bersumber menjadi suatu hukum di Indonesia. Selain itu sumber

hukum lainya bisa living law yang ada di tengah masyarakat atau biasa kita kenal

adalah adat law atau hukum adat. Di Indonesia bisa kita lihat dimana adanya hukum

yang tertulis dan hukum tidak tertulis, hukum adat masih menjadi pilihan utama

masyarakat didaerah tertentu namun adapun yang sudah bersifat heterogen dan

mengutamakan hukum yang berlaku secara konstitutif. Namun baik itu hukum

tertulis ataupun hukum tidak tertulis maka sumber hukum yang paling utama adalah

moral yang ada di dalamnya karena Quid Leges Sine Moribus atau tidak ada artinya

hukum tanpa adanya nilai moral didalamnya.

C. Latihan Soal/ Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum?

2. Jelaskan macam-macam sumber hukum !

3. Sebutkan pengertian dari Yurisprudensi

4. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum formal lainnya?

5. Jelaskan yang dimaksud dengan Doktrin

D. Daftar Pustaka

Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,

2002.

Moh Kusnardi, Haemaily Ibrahim, SH., Hukum Tata Negara Indonesia, CV Sinar Bakti,

Jakarta, 1976.

Utrech, E., SH., Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ichtisar, Jakarta, 1999.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh

Mahkamah Agung

Page 54: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 40

PERTEMUAN 4

ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-4 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Asas-asas Hukum Tata Negara

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Asas-asas Hukum Tata Negara

3. Mahasiswa dapat menjabarkan tentang pokok-pokok pikiran Hukum Tata Negara

B. Uraian Materi

1. Pengertian Asas-asas Hukum Tata Negara

Perlu kita ketahui terlebih dahulu adapun pengertian dari asas itu sendiri

dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan asas

ialah pedoman, dasar, atau suatu hal yang menjadikan pokok dasar. Di dalam

Undang-Undang Dasar 1945 dimana asas-asas di dalam Hukum Tata Negara dapat

dilihat yang mana merupakan suatu hukum positif dan juga pengaturan tentang

suatu asas-asas serta pengertian-pengertian dalam penyelenggaraan Negara.

Sehingga asas memberikan sebuah arahan dan petunjuk dalam sebuah hukum atau

aturan yang menjadi sebuah pijakan apakah hal-hal bisa masuk kedalam sebuah

aturan atau tidak maka harus dilihat dan memenuhi segala unsur asas-asas yang

berlaku. Perlu diketahui asas merupakan inti dalam sebuah penerapan implementasi

segala aspek ilmu. Asas dapat kita temukan di berbagai disiplin ilmu dimana asas-

asas selalu menjadi pembatas dan garis merah dalam sebuah indicator materi pada

setiap aspek yang merujuk pada konsekuensi ilmu yang harus selalu diterapkan dan

sama dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pada setiap aturan

ataupun tatanan kehidupan dalam bernegara.

2. Asas-asas Hukum Tata Negara

a. Asas Pancasila

Pancasila merupakan falsafah bangsa dan juga ideologi yang melekat erat

di dalam Negara Indonesia dimana ini memiliki arti setiap tindakan atau

perbuatan baik tindakan pemerintah maupun perbuatan rakyat harus sesuai

Page 55: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 41

dengan ajaran Pancasila. Hukum materiil menjadikan jati diri yang menjelma di

dalam hukum Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber norma dan

kaidah, dengan demikian aturan peraturan perundang-undangan yang dibuat

tidak boleh bertentangan dengan fundamental bangsa Indonesia ialah yang kita

kenal bersama bernama Pancasila..

Landasan konstitusional bangsa Indonesia adalah Undang-undang Dasar

1945 yang menjadi hukum dasar dan secara hierarki tertinggi dari hukum positif

lainnya. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat inti

pikiran pokok yang menjadikan cita-cita hukum Bangsa Indonesia yang

melandasi hukum dasar Negara baik dalam hukum yang tertulis maupun dalam

hukum tidak tertulis.

Indonesia menerapkan Pancasila karena memiliki keberagaman yang kaya

dalam setiap daerah di seluruh nusantara dilihat dari hal-hal berikut :

1) Suku Bangsa di Indonesia golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif

(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis

kelamin. Perlu untuk di ketahui bahwa di Negara Indonesia memiliki sangat

banyak suku, budaya dan bangsa atau pun kelompok etnis dengan tidak

kurang lebih dari sekitar 300an lebih dialek bahasa.

2) Agama menjadi suatu kepercayaan yang melekat dalam hak yang ada pada

setiap warga Negara dimana di Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas

memiliki agama atau disebut agamis. Adapun agama yang berkembang cukup

cepat dan diakui oleh pemerintah dan Undang-undang ialah Islam, Kristen,

Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu..

3) Kebudayaan menjadi suatu ciri khas bangsa dalam hal kekayaan tradisi di

suatu Negara dimana pengetahuan kelompok manusia sebagai makhluk sosial

yang tidak dapat hidup seorang diri memiliki isi perangkat-perangkat dan

model-model pengetahuan yang secara kolektif atau berkelompok dapat

dipakai oleh para pendukung-pendukungnya untuk dapat menafsirkan serta

mengerti dari lingkungan yang dihadapi dan juga dapat untuk digunakan

sebagai tuntunan atau arah petunjuk pada pedoman yang bertindak dalam

bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan sesuai dengan lingkungan

yang dihadapi.

4) Bahasa adalah suatu kebutuhan primer bagi makhluk hidup merupakan unsur

penting dalam suatu identitas nasional yang juga melekat erat kepada setiap

individu. Bahasa yang melekat dijadikan sebagai sistem perlambang yang

mana secara arbiter dapat untuk dibentuk atas unsur-unsur bunyi dari ucapan

manusia serta yang juga dapat untuk digunakan sebagai sarana atau media

interaksi antar sesame manusia.

Page 56: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 42

Dan selain itu pada unsur-unsur Identitas Nasional Negara kesatuan

republic Indonesia tersebut diatas dapat pula dirumuskan pembagian yang

dijadikan menjadi tiga bagian, ialah :

1) Identitas Fundamental yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa,

Ideologi Negara., dan Dasar Negara;

2) Identitas Instrumental dimana Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 serta peraturan perundang-undanganya, Lambang Negara,

Bendera Negara, Bahasa Indonesia serta Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.

3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan

pluralisme dalam suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan

(agama).

Sehingga dengan demikian jelas bahwa Pancasila yang menjadi landasan

Fundamental, Falsafah, dan Ideologi Bangsa Indonesia menjadikannya sebagia

Staats Fundamental Norm juga merupakan asas asas dalam Hukum Tata Negara

di Indonesia yang kaya akan keberagaman.

b. Asas Negara Hukum

Setelah UUD 1945 diamandemen, maka telah ditegaskan dalam pasal 1

ayat 3 bahwa “ Negara Indonesia adalah Negara hukum dimana sebelumnya

hanya tersirat dan diatur dalam penjelasan UUD 1945”. Dengan demikian dalam

ketentuan yang tegas di atas sehingga sikap-sikap kebijakan serta tindakan

perbuatan alat Negara berikut seluruh rakyat harus berlandaskan sesuai dengan

aturan hukum.

Para pejabat dan alat-alat Negara tidak akan bertindak sewenang-wenang

dalam menjalankan kekuasaannya apabila itu semua dijalankan. Di dalam

Negara yang berlandaskan hukum, maka hukumlah yang menjadi komando

tertinggi pada proses penyelenggaraan kenegaraan dengan demikian maka yang

memimpin dalam penyelenggaraan Negara adalah hukum, dengan demikian

maka dapat dikatakan prinsip “ The Rule of Law and not of Man” akan berjalan

dengan baik. Pengertian dari Negara hukum adalah suatu terjemahan dari

Rechtstaat yang terkenal di eropa Kontinental pada sekitar abad XIX yang

memiliki suatu tujuan untuk menentang suatu pemerintahan Absolutisme. Adapun

sifat dasar dari Rechtstaat yang sesuai dengan paham dari Eropa Kontinental

ialah dimana suatu sistem Kodifikasi yang berarti semua peraturan hukum

Page 57: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 43

haruslah tersusun pada satu buku yang sesuai dengan jenisnya atau kodifikasi,

oleh karenanya maka sifat karakteristik dari Rechtstaat adalah bersifat

administratif.

Unsur-unsur atau ciri-ciri khas daripada suatu Negara hukum atau

Rechstaa, ialah :

1) Memiliki suatu pengakuan dan juga suatu perlindungan terhadap setiap

HAM yang juga mengandung suatu persamaan di dalam bidang ekonomi,

pendidikan, politik , sosial, dan kultur.

2) Memiliki badan peradilan yang independen serta bebas tanpa intervensi

darimanapun dan tidak memihak juga tidak dipengaruhi oleh suatu kekuasaan

atau kekuatan lain apapun.

3) Memiliki legalitas dalam artian hukum pada semua bentuknya.

4) Memiliki Staats Gruund Gesetz atau Hukum Dasar pada kedudukan tertinggi

pada suatu hierarki hukum positif dimana memuat ketentuan tertulis tentang

suatu hubungan antara rakyat dan penguasa.

5) Adanya suatu proses distribution of power atau pembagian kekauasaan

Negara.

Dengan demikian dapat kita lihat di atas adapun ciri-cirinya menunjukkan

bahwa Rechstaat ialah suatu proses pengakuan dan perlindungan terhadap

HAM tertumpu atas dasar prinsip suatu kebebasan dan juga persamaan. Adanya

UUD akan memberikan kepastian serta menjamin terhadap asas persamaan dan

kebebasan. Distribution of power menciptakan suatu system yang bertujuan untuk

menghindari penumpukkan kekuasaan pada satu tangan atau satu kekuasaan

semata yang dapat disalahgunakan terhadap suatu kekuasaan pada persamaan

dan kebebasan. Disamping itu, selain adanya konsep Rechstaat adapula yang

dikenal dengan konsep The Rule of Law yang juga sudah ada sebelum konsep

Rechstaat. Perlu untuk diketahui bahwa Rule of Law berkembang dan lahir di

Negara Anglo Saxon yang berlandaskan atau tertumpu kepada suatu sistem

hukum Common law serta bersifat yudicial yaitu dimana suatu keputusan-

keputusan ataupun yurisprudensi. Perlu untuk kita pahami bahwa istilah Rule of

Law dapat ditinjau dalam dua arti, ialah :

1) Pada arti formil, memiliki artian bahwasanya sebagai suatu kekuasaan publik

dimana tersistem serta terorganisasi dimana ini memiliki suatu tindakan dan

perbuatan atau kaidah-kaidah norma serta hukum yang didasarkan kepada

hierarki suatu perintah dari yang lebih tinggi.

Page 58: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 44

Unsur-unsur Rule of Law dalam arti formil meliputi :

a) Perlindungan terhadap HAM.

b) Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-

undangan.

c) Distribution of Power.

d) Adanya peradilan administrasi yang mandiri.

2) Pada artian matril maka Rule of Law merupakan idiologis yang mencakup

suatu ukuran terhadap hukum baik dan hukum tidak baik dimana meliputi :

a) Kesadaran ketaatan warga masyarakat terhadap kaidah-kaidah hukum

yang ditetapkan oleh yang berwenang.

b) Negara berkewajiban menjamin tercapainya suatu keadilan sosial dan

kebebasan, penghargaan, kemerdekaan yang wajar terhadap martabat

manusia.

c) Bahwa kaidah-kaidah tersebut harus selaras dengan HAM

d) Adanya peradilan yang bebas serta merdeka dari intervensi kekuasaan

dan kekuatan apapun.

e) Adanya tata cara yang jelas dalam proses untuk mendapatkan keadilan

terhadap perbuatan yang sewenang-wenang dari penguasa.

c. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi

Dalam kedaulatan dimana prinsip utama ialah persatuan dan kesatuan

yang teruang dalam suatu implementasi pada partisipasi berbangsa dan

bernegara adapun pengertian Kedaulatan adalah suatu kewenangan atau

kekuasaan yang tertinggi pada suatu daerah atau wilayah. Kedaulatan rakyat

memiliki artian dimana kekuasaan ada pada di tangan rakyat, dengan demikian

maka dalam suatu pemerintah melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan

keinginan masyarakat keseluruhan. J.J. Rousseaw mengatakan bahwa

pemberian kekuasaan kepada pemerintah melalui suatu perjanjian masyarakat

(social contract) dan apabila pemerintah dalam menjalankan tugasnya

bertentangan dengan keinginan rakyat, maka pemerintah dapat dijatuhkan oleh

rakyat. Istilah kedaulatan rakyat dalam berbagai macam pengertian bia relative

artinya bahwa kedaulatan itu tidak hanya dikenal pada Negara-negara yang

mempunyai kekuasaan penuh ke luar dan kedalam , tapi bias juga dikenakan

Page 59: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 45

kepada Negara-negara yang mempunyai ikatan atau terikat dalam satu perjanjian

yang berbentuk traktat atau dalam bentuk konfederasi atau federasi, dan yang

paling akhir jika kedaulatan itu hanya diartikan sebagai kekuasaan untuk

mengurus rumah tangga sendiri yang disebut sebagai otonomi12. Lalu dijelaskan

juga dalam sebuah undang undang dasar Negara republic Indonesia yang

menjadikan sebagai staats grund gesets yang dalam bentuk sebuah aturan

tertulis di Indonesia dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945

mengatakan :

“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”.

Rumusan ini secara tegas bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat yang diatur

dalam UUD 1945. UUD1945 menjadi dasar dalam pelaksanaan suatu

kedaulatan rakyat tersebut baik wewenang, tugas dan fungsinya ditentukan oleh

UUD 1945.

Seluruh ahli yang hamper semua berkata dari jaman dahulu sampai

sekarang yang namanya Negara yang bercorakan demokrasi dimana rakyat

menjadi pemiliki kedaulatan tertinggi. Suatu pemahaman kerakyatan atau system

demokrasi tidak boleh untuk dispisahkan dengan paham Negara hukum,

dikarenakan akhirnya hukumlah yang utama dalam proses pengaturan serta

pembatasan kekuasaan Negara atau pemerintah serta sebaliknya kekuasaan

diperlukan untuk menciptakan dan menjalankan proses hukum. Sebuah

kekeluargaanpun ikut di dalamnya dimana apabila suatu ikatan-ikatan itu

ditingkatkan dakam hubungan antar keluarga sampai pada hubungan antar

anggota keluarga yang lebih besar, maka hubungan itulah yang disebut

kekeluargaan. Kekeluargaan ini sebagai pengobyektifitasan dari keluarga yang

subyektifitasnya13.

Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa inil yang menjadikan bahwa

suatu hubungan antara hukum dan kekuasaan tidak akan dapat dipisahkan dan

juga sangatlah erat kaitannya. Pada suatu Negara dimana adanya untuk saling

12 Moh Kusnardi, Haemaily Ibrahim, SH., Hukum Tata Negara Indonesia, CV Sinar Bakti,

Jakarta, 1976, hal. 12. 13 M Nasroen, Prof.SH., Falsafah Indonesia, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1967, hal. 42-

43.

Page 60: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 46

percaya dimana maksud dari itu semua ilah kepercayaan dari rakyat tidak boleh

untuk disalahgunakan oleh setiap Negara dan juga sebaliknya perlu adanya

suatu harapan dari para penguasa dalam batasan tertentu juga diperlukan

kepatuhan dari rakyat terhadap pelaksanaan dari suatu kumpulan aturan yang

dibuat oleh Negara.

d. Asas Negara Kesatuan

Dengan melihat suatu asas Negara kesatuan maka pendeklarasian pada

saat menyatakan atau memproklamirkan kemerdekaaneh oleh para pendiri

Negara dengan suatu pernyataan kepada seluruh wilayah suatu sebagai bagian

ke pada suatu Negara. Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyatakan : “Negara

Indonesia sebagai suatu Negara kesatuan yang berbentuk Republik.” Negara

kesatuan adalah Negara kekuasaan tertinggi atas semua urusan Negara ada

ditangan pemerintah pusat atau pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara

ialaha pemerintah pusat. Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat menjadi

dasar suatu proses persatuan dan juga kesatuan dimana saling untuk mengingat

akan Bangsa Indonesia memiliki keragmanan suku, agama, bangsa, budaya

serta wilayah yang sangat luas dimana ini menjadi suatu warisan yang tidak boleh

disiasiakan dan harus tetap dipersatukan sesuai dengan “Bhineka Tunggal Ika”

dengan demikian Negara harus mengakomodir atas kekayaan yang ada untuk

menjadi suatu identitas demi terciptanya sebuah persatuan dan kesatuan yang

mana ini tertuang di dalam Pancasila yang menjunjung tinggi persatuan dan

kesatuan bangsa dan Negara.

e. Asas Pembagian Kekuasaan dalam Check and Balances

Dimana suatu proses pembagian kekuasaan untuk menghindari adanya

suatu kesewenangan kekuasaan yang dilakukan oleh oknum penguasa, adapun

pembagian kekuasaan menurut teori Montesque ialah “Trias Politikal” dimana

suatu kekuasaan dibagi menjad tiga bagian yang pertama ialah Eksekutif,

Legislatif, dan Yudikatif.

Dari ketiga kekuasaan itu masing-masing terpisah satu dama linnya

baik mengenai orangnya mapun fungsinya. Pembagian kekuasaan berarti

bahwa kekuasaan itu dibagi-bagi dalam beberapa bagian, tidak dipisahkan

Page 61: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 47

yang dapat memungkinkan adanya kerjasama antara bagian-bagian itu ( Check

and Balances). Tujuan adanya pemisahan kekuasaan agar tindakan sewenang-

wenang dari raja dapat dihindari dan kebebasan dan hak-hak rakyat dapat

terjamin. UUD 1945 setelah perubahan membagi kekuasaan Negara atau

membentuk lembaga-lembaga kenegaraan yang mempunyai kedudukan

sederajat serta fungsi dan wewenangnya masingmasing yaitu Dewan Perwakilan

Rakyat, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Pimpinan Daerah, Badan

Pemepriksa Keuangan, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung,

Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, Dan Lembaga-lembaga lainnya yang

kewenagannya diatur dalam UUD 1945 dan lembaga-lembaga yang

pembentukan dan kewenangannya diatur dengan UndangUndang.

Dengan demikian UU 1945 tidak menganut pemisahan kekuasaan Negara

seperti dikemukakan oleh John Locke dan Montesquieu seperti tersebut di atas,

akan tetapi UUD 1945 membagi kekuasaan Negara dalam lembaga- lembaga

tinggi Negara dan mengatur pula hubungan timbal balik antara lembaga

tinggi Negara tersebut dan akan dijelaskan dalam bab-bab berikutnya.

Pengertian pembagian kekuasaan pemisahan kekuasaan berarti bahwa

kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa bagian, baik menganai

orangnya maupun menganai fungsinya. Kenyataan menunjukkan bahwa suatu

pemisahan kekuasan yang murni tidak dapat dilaksanakan seperti tidak dapat

diuraikan di bawah ini, karena pembagian kekuasaan yang berarti kekuasaan itu

bahwa kekuasaan itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian, tetapai tidak

dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian itu

dimungkinkan adanya kerjasama.

Kalau kita berbicara tentang teori yang pertama kita bicarakan yaitu John

Locke dalam bukunya yang terkenal “Two Trites on Civil Governemtn” dimana

dalam bab XII yang berjudul “Of Legislatif Executive aand federative”. Kekuasaan

legislative kekuasaan untuk membuat UU, eksekutif kekuasaanh untuk

melaksanakan UU sedangkan federative adalah kekuasaan yuang meliputi

kekuasaan untuk menganai perang dan damai, membuat perserikatan dan aliansi

serta segala tindakan dengan nama orang dan badan-badan di luar negeri.

Adanya kekuasan federative yang mempunyai kekuasaan yang banyak

hubungannya dengan negara lain, disebabkan karena negara-negara Inggris

Page 62: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 48

pada waktu itu mempunyai banyak jajahan. Pendapat John Lock diperkuat oleh

Montesquuieu dalam bukunya “L Esprit des lois” mengemukakan bahwa dalam

setiap pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif dan

Yudikatif. Kekuasaan Eksekutif sama seperti John Lock diartikan sebagai

kekuasaan yang menjalankan UU hanya kekuasaan Yudikatif kekuasaan yang

berdiri sendiri dan bukan bagian dari eksekutif. Kekuasaan untuk mengadili

dilakukan oleh kekuasaan yudikatif. Dengan demikian pada hakekatnya pendapat

John Lock dan Pendapat Montesqueiu tidak berbeda jauh, namuan hanya

penekanannya pada kepentingan untuk di negara RI kita mengenai dengan

sebutan “Trias Politika” kenapa demikian. Karena praktek ketatanegaraan akhir-

akhir ini menunjukkan bahwa pembuatan UU yang seharusnya merupakan tugas

legislative saja, eksekutif juga telah diikutsertakan. Keadaan ini sudah merupakan

tuntutan jaman, kenapa demikian karena eksekutiflah yang mempunyai banyak

tenaga ahli, jika dibandingkan dengan legislative karena pengalaman dan

beberapa hal karena pengalaman dan banyak data-data yang diperlukan. Maka

eksekutif pulalah yang mempunyai fasilitas yang cukup untuk memikirkan dan

menyusun suatu RUU.

3. Pokok-pokok Pikiran Hukum Tata Negara

Pokok-pokok pikiran yang merupakan pandangan hidup bangsa dan Negara

yang tertruang menjadi sebuah tatanan kenegaraan yang terdapat dalam Hukum

Tata Negara yang memiliki dasar dasar atau pokok pokok pikiran, ialah :

a. Pokok Pikiran Pertama “ Negara “

“Negara menlindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan

Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dengan melihat uraian diatas

maka dapat dikatakan bahwa Negara Republik Indonesia menjadi suatu Negara

kesatuan yang berjuang secara penuh untuk dapat melindungi Bangsa Indonesia

serta mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan selain itu

Negara harus dapat untuk menyelesaikan suatu persoalan yang sangat banyak

dimana timbul pada suatu permasalahan yang sangat dihindari ialah perpecahan

dan Negara harus mengutamakan kepentingan warganya daripada kepentingan

Page 63: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 49

golongan. Karena Negara ialah merupakan organisasi berskala besar yang

menjamin kemerdekaan warga yang tinggal di negaranya dan menjamin

kesejahteraan dan layak hidup serta menjamin atas perlindungan dari segala

ancaman pihak luar. Negara harus mewujudkan keadilan social bagi seluruh

rakyat karena hakikatnya Negara berfungsi demikian dalam perwujudannya.

b. Pokok pikiran kedua adalah:

“Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Dalam

suatu proses berkeadilan dimana keadilan sesungguhnya menerapkan keadilan

social dimana tetap mengedepankan suatu proses pemecahan masalah yang

harus selesai karena keadilan social merupakan masalah yang tidak akan pernah

selesai karena setiap warga Negara memiliki hak dan juga kewajiban yang sama

terutama yang berkaitan dengan hukum positif, dimana perlu juga untuk diketahui

bahwa keadilan bukan hanya tugas Negara semata, melainkan juga tugas

bersama-sama seluruh element masyarakat. Keadilan Sosial yang dicita citakan

merupakan suatu mimpi bersama dalam mewujudkan Negara yang sejahtera dari

ketimpangan social, karena keadilan social akan bisa terwujud apabila suatu

ketimpangan social yang ada akan segera dihilangkan menjadi sebuah keadilan

social. Suatu perbandingan keadialan social dan ketimpangan social berbanding

terbalik karena suatu keadilan dan ketimpangan merupakan dua sisi yang

berbeda. Tidak akan terciptanya sebuah keadilan social bagi seluruh rakyat

Indonesia apabila pemberantasan ketimpangan social tidak dilakukan dan atau

cenderung yang menjadi lebih parahnya dibiarkan begitu saja sehingga batas

batas ketimpangan social dan tembok tembok keadilan semakin sirna dan pudar.

c. Pokok pikiran ketiga adalah:

“Negara yang berkedaulatan rakyat“ Dengan melihat pada pernyataan

terkait kedaulatan maka pantaslah baha rakyat menjdi suatu kedaulatan negara

yang utama menjadi salah satu unsur penting dan menjadikan kedaulatan ada di

tangan rakyat. Kedaulatan Rakyat sendiri ini ada dalam sebuah bentuk Negara

kesatuan atau unitaris dan bentuk pemerintahan republic serta system

pemerintahan presidensil dan corak pemerintahan demokrasi yang menjadikan

posisi rakyat memiliki kekuatan dalam penentuan atau pemilihan suatu pemimpin

Page 64: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 50

dalam Negara berdemokrasi yang baik. Kedaulatan Rakyat inipun haruslah pula

di awasi dan diperbaiki seiring berjalannya waktu berdemokrasi, karena

demokrasi bisa menjadi dua sisi mata pisau yang terkadang bisa menciptakan

keadilan bagi seluruh rakyat karena segala bentuk pemilihan ada ditangan dan

sebebas bebasnya rakyat yang memilih. Oleh karena nya kedaulatan ini harus

terus di edukasi kan mennjadi sebuah pokok pokok pemikiran dalam Hukum Tata

Negara agar suatu kedaulatan rakyat ini tidak disalahgunakan oleh oknum oknum

yang haus akan kekuasaan semata demi kepentingan pribadi atau kelompok

sendiri, kedaulatan ini bisa didapat dengan partisipasi seluruh rakyat dengan

penuh semangat demokrasi.

d. Pokok pikiran keempat

“Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang adil dan beradab”.

Memahami bahwa Negara harus bias untuk menjamin warganya dalam hal

pemelukan agam apapun serta harus menjadikan manusia dalam bersosial

mengedepankan keadilan yang diiringi keberadaban. Negara memberikan

sebebas bebasnya masyarakat untuk memilih agama apaun yang tentu di akui

oleh Negara. Agama adalah hal privat yang menjadi hak hak perorangan yang

tidak bisa dipaksakan oleh siapaun, karena hanya hidayah tuhan dan ikhtiar

manusia dalam pembelajarannya untuk mengenal Tuhan nya dan memperdalam

ilmu agama nya masing masing. Memeluk Agama adalah hal yang sangat penting

karena dalam Falsafah bangsa pun dalam sila kesatu dikatakan bahwa

Ketuhanan yang Maha Esa pun tertuang dalam sila pertama. Yang Artinya ini

adalah bahwa Negara dalam tatanan kenegaraannya juga mengatur sebuah

pengaturan memeluk agam yang dipercayai nya. Namun tetap agam di Negara

Indonesia terbatas menjadi enam saja yang boleh di anut atau yang tercatat

dalam kependudukan, ini dilakukan agar tidak ada agama atau ajaran yang sesat

didalamnya. Perlu kita ketahui suatu ajaran akan dikatakan agama apabila ada

Kitab yang diturunkan oleh Tuhan dan menjadikannya sebagai pedoman hidup

dalam berketuhanan dan beribadah didalamnya. Selain beragama perlu juga

adanya sebuah pokok pokok pemikiran Negara yang menjunjung tinggi keadilan

dan keberadaban karena suatu keadilan dan keberadaban suatu hal yang tidak

dapat dipisahkan dalam penerapan nilai nilai nya.

Page 65: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 51

Kesimpulan

Dalam Hukum Tata Negara kita mengenal asas asas yang memberikan dasar

pandangan dalam konteks kaitannya terhadap strukturisasi dan pergerkan roda

pemerintahan ada asas pancasila, asas Negara hukum, asas Kedaulatan, asas

Negara Kesatuan, asas Pembagian Kekuasaan. Dari kelima asas ini maka ilmu

disiplin Hukum Tata Negara memberikan landasan fundamental yang tidak boleh

dilupakan atau diabaikan karena kelima asas tersebut merupakan prinsip sederhana

dalam sebuah tatanan kenegaraan. Selain dari sebuah asas asas maka kita pun

mengetahui akan adanya sebuah Pokok-pokok Pikiran yang mana ialah Pokok

Pikiran Pertama “ Negara “ “Negara menlindungi segenap Bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan

mewujudkan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”Pokok pikiran kedua

adalah :“ Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Pokok

pikiran ketiga adalah “ Negara yang berkedaulatan rakyat “ Pokok pikiran keempat “

Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang adil dan beradab”.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan Azas Negara Hukum

2. Sebutkan Azas-Azas yang tertuang dalam Hukum Tata Negara!

3. Sebutkan definisi Azas Negara Kesatuan

4. Jelaskan Pengertian Kedaulatan Rakyat

D. Daftar Pustaka

Moh Kusnardi, Haemaily Ibrahim, SH., Hukum Tata Negara Indonesia, CV Sinar Bakti,

Jakarta, 1976.

M Nasroen, Prof.SH., Falsafah Indonesia, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1967.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Page 66: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 52

PERTEMUAN 5

SEJARAH KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-5 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode

Proklamasi atau Kemerdekaan

2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode

Konstitusi RIS

3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode

17 Agustus 1950 dan Orde Lama

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode

OrdMahasiswa dapat menjelaskan tentang Sejarah Ketatanegaraan Indonesia

Periode Reformasi

B. Uraian Materi

1. Periode Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Sejarah Indonesia mencatat suatu dinamika ketatanegaraan yang sangat

dinamis dimana dalam proses persiapan kemerdekaan Indonesia maka dibentuk

BPUPKI, pada cara pandang demokrasi modern semenjak Rousseau, maka tujuan

bernegara ialah persamaan dan kebebasan Man are born free and equal 14. Maka

telah berhasil membuat Rancangan Dasar Negara pada tanggal 25 Mei s.d. 1 Juni

1945 dan Rancangan UU Dasar pada tanggal 10 Juli s.d. 17 Juli 1945. Pada tanggal

11 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan dibentuk PPKI yang melanjutkan upaya-

upaya yang telah dilakukan oleh BPUPKI dan berhasil membuat UUD 1945 yang

mulai diberlakukan tanggal 18 Agustus 1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI

pada tanggal 17 Agustus 1945, maka hal- hal yang dilakukan adalah :

a. Pembentukan delapan propinsi oleh PPKI

14 C.S.T. Kansil, Prof.Drs dan Christine S.T. Kansil, SH.MH., Hukum Tata Negara Republik

Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002, hal. 73.

Page 67: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 53

b. Menetapkan UUD Negara RI pada tanggal 17 Agustus 1945

c. Menetapkan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden

d. Pembentukan Departemen-Departemen oleh Presiden

e. Pengangkatan anggota KNIP oleh Presiden

Tanggal 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan oleh Presiden dan dibentuk

Komite Nasional Indonesi Pusat (KNIP) yang mempunyai tugas membantu Presiden

dalam hal ini terserah kepada Presiden didalam bidang apa KNIP memberikan

bantuannya. Tanggal 16 Oktober 1945 Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat No.

X tahun 1945 yang menetapkan KNIP sebelum MPR dan DPR diberi kekuasaan

legislative dan ikut serta menetapkan GBHN. Bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari

berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja

yang dipilih antara mereka serta bertanggung jawab kepada KNIP. Kemudian

tanggal 14 Nopember 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah sebagai tindak

lanjut dari Maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945 yang menyatakan

Pembentukan Kabinet Baru, Kabinet ini bertanggung jawab kepada KNIP.

Perlu untuk diketahui dimana fakta sejarah memberikan suatu gambaran fakta

yang jelas bahwa maklumat-maklumat tersebut menimbulkan suatu persoalan yang

mendalam dimana pelaksanaan pemerintahan dalam hal aspek implementasinya

pelaksanaan pemerintahan mengenai system pemerintahan dimana menurut

Pasal 4 UUD 45 ditegaskan bahwa seorang Presiden memiliki suatu

kekuasaan penuh atas pemerintahan serta di dalam Pasal 17 juga menetapka

bahwa Menteri Negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung

jawab kepada Presiden, dimana untuk kita ketahui bahwa sistem seperti ini menurut

Undang-undang Dasar 1945 adalah merupakan suatu sistem Presidentil. Akan tetapi

menurut Maklumat yang dibahas diatas dikeluarhkan oleh Pemerintah dimana

meletakan proses pertanggung jawaban Kabinet kepda KNIP yang merupakan suatu

ciri dari pada sistem Parlementer.

2. Periode Konstitusi RIS 27 Desember 1945 s.d. 17 Agustus 1950

Lalu berlanjut kepada fakta sejarah dimana sesaat setelah Negara Indonesia

merdeka yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 dimana Belanda masih merasa

memiliki suatu kekuasaan atas Hindia Belanda yang tidak lain tidak bukan adalah

Indonesia pada penjajahan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Belanda , dimana

belanda berdalih dengan alasan :

Page 68: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 54

a. Ketentuan Hukum Internasional

Degan mengacu pada Hukum Internasional dimana suatu wilayah yang

diduduki sebelum statusnya tidak berubah, sehingga berarti bahwa Hindia-

Belanda yang saat itu diduduki oleh Bala Tentara Jepang masih merupakan

bagian dari Kerajaan Belanda, oleh karena itu setelah Jepang menyerah,

maka kekuasaan di Hindia- Belanda adalah Kerajaan Belanda sebagai pemilik

atau penguasa semula.

b. Perjanjian Postdan

Dimana pernjajian yang diadakan menjelang pada berakhirnya Perang

Dunia ke II yang saat itu diadakan oleh para Negara Sekutu dengan para pihak

Jerman, Italia, dan Jepang perjanjian ini menetapkan bahwa setelah Perang

Dunia ke II selesai, maka wilayah yang diduduki oleh ketiga Negara ini akan

dikembalikan kepada penguasa semula. Dengan demikian atas dasar perjanjian

tersebut, maka Negara Belanda masih merasa memiliki dari Kedaulatan atas

Hindia- Belanda secara De Jure. Akibat dari adanya suatu perjanjian dan

pandangan ini yang kemudian menimbulkan konflik senjata antara Tentara

Rakyat Indonesia (TRI) dengan NICA pada tanggal 10 Nopember 1946 di

Surabaya.

Sehingga untuk dapat segera mengakhiri segala konflik yang terjadi, maka

dianggap perlu untuk diadakannya suatu proses perundingan antara Negara

Indonesia dengan Negara Belanda yang saat itu jatuh pada tangga 25 Maret 1947

di Linggarjati yang antara lain perundingan tersebut menetapkan :

a. Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra,

di wilayah lain yang berkuasa adalah Belanda

b. Belanda dan Indonesia akan bekerja sama membentuk RIS

c. Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.

Page 69: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 55

Hasil perundingan ini menimbulkan penafsiran yang berbeda antara Belanda

Indonesa mengeani soal Kedaultan Indonesia-Belanda, yaitu :

a. Sebelum RIS terbentuk yang berdaulat menurut Belanda adalah Belanda,

sehingga hubungan luar negeri/ Internasional hanya boleh dilakukan oleh

Belanda.

b. Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah

Indonesia, terutama Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar

negeri juga boleh dilakukan oleh Indonesia.

c. Belanda meminta dibuat Polisi bersama, tetapi Indonesia menolak. Akibat adanya

penafsiran ini terjadi Clash I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Clash II tanggal 19

Desember 1948.

Dengan adanya agresi militer Belanda terhadap Indonesia menjadi sumber

akibat dari timbulnya konflik kembali. Berbedaa pula penafsiran dari Belanda

dimana bahwa terjadinya suatu agresi militer yang dilakukan oleh pihak Belanda

ialah yang memiliki maksud untuk melakukan penertiban wilayah Kedaulatan

Belanda. Bentrok senjata Indonesia-Belanda ini ini kemudian dilerai oleh PBB dan

melakukan genjatan senjata dan dibuat suatu perundingan baru di atas Kapal

Renville tahun 1948 yang menetapkan:

a. Belada dianggap berdaulat penuh di seluruh Indonesia sampai terbentuk

RIS

b. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Belanda

c. RI hanya merupakan bagian RIS.

Kemudian diadakan Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23

Agustus 1949 yang disepakati antara lain :

a. Mendirikan Negara Indoneis serikat

b. Penyerahan kedaulatan kepada RIS

c. Mendirikan UNI antara RIS dengan kerajaan Belanda.

Atas dasar Konfrensi Meja Bundar maka pada tanggal 27 Desember 1949

dibentuklah Negra RIS dengfan Konstitusi RIS. Berubahnya Negara Kesatuan

menjadi Negara Serikat tidak semata-mata campur tangan dari pihak luar ( PBB

dan Belanda ), akan tetapi juga kondisi Indonesia yang memberikan kontribusi

Page 70: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 56

yaitu adanya keinginan daerah-daerah untuk membentuk Negara/ memisahkan

diri dari Negara kesatuan dan membentuk Negara sendiri serta mereka tidak puas

terhadap kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah pusat tidak adil, yang pada

akhiornya banyak daerah-daerah melakukan pemberontakan. Disamping itu Belanda

telah berhasil dan makin banyak daerah-daerah membentuk Negara antara lain :

a. Negara Indonesia Timur tahun 1946

b. Negra Pasundan termasuk Distrik Jakarta

c. Negra Jawa Timur 16 Nopember 1948

d. Negara Madura 23 Januari 1948

e. Negara Sumatra Timur 24 Januari 1948

f. Negara Sumatra Selatan

Negara yang sedang dipersiapkan adalah Kalimantan Timur, Dayak Besar,

Banjar, Kalimantan Tenggara, Bangka, Belitung, Riau, Jawa Tengah. Adapun

penyusunan oleh delegasi kedua belah pihak untuk membuat naskah Konstitusi RIS.

Di dalam Negara RIS terdiri dari 16 negara bagian dan Ibu Kota Negara Indonesia

adalah Jogyakarta dengan Kepala Negara RIS Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta

diangkat sebagai Perdana Menteri. Dalam Konstitusi RIS dikenal adanya Senat yang

merupakan wakil dari Negara-negara bagian dan sikap Negara bagian 2 orang

dengan hak suara satu.

3. Periode 17 agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959 dan Orde Lama

Pada masa ini dimana Negara-negara bagian sangat sulit untuk diatur bahkan

sampai dapat menurunkan kewibawaan Negara federasi yang terus semakin

berkurang karena banyaknya ketidak sepahaman yang terus berjalan pada

implementasinya menginbat Indonesia memiliki keragaman suku, agama, buday

yang sangat melimpah, dengan demikian maka dengan hal ini yang terus terjadi dan

akan timbulnya perpecahan dikemudian hari maka semua sepakat untuk kembali

kepada Negara Unitaris atau kesatuan. Kemudian diadakan perundingan antara

Negara-negara serikat dengan RI Jogyakarta yang menetapkan bahwa pasal-

pasal dalam Konstitusi RIS yang bersifat federalis dihilangklan dan diganti dengan

pasal yang bersifat kesatuan, yang pada tanggal 19 Mei 1950 ditanda tangani

Piagam Persetujuan yang menghendaki dalam waktu sesingkta-singkatnya

Page 71: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 57

bersama-sama melaksanakan Negara kesatuan. Pada tanggal 17 Agustus 1950

Indonesia resmi kebali menjadi Negara Kesatuan RI berdasarkan UUDS tahun

1950, yang pada dasarnya merupakan Konstitusi RIS yang sudah diubah. Walaupun

sudah kembali kepada bentuk Negara kesatuan, namun perbedaan antara daerah

yang satu dengan daerah yang lain masih terasa, adanya ketidakpuasan,

adanya menyesal dan ada pula yang setuju yang pada akhirnya timbul

pemberontakn separatisme misalnya :

a. APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) di Bandung 23 Januari 1950

b. Pemberontakan Andi azaz Cs. Di Makasar 5 april 1950

c. Pemberontakan RMS di ambon 25 april 1950

d. Pemberontakan Ibnu Hajar Cs. Di Kalimantan Selatan 10 Oktober 1950

e. Pemberontakan DI/ TII, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan 17 agustus 1951

f. Pemberontakan Balaion 426 Jawa Tengah 1 Desember 1951

g. Pemberontkan DI/ TII Daud Beureuh di aceh 25 September 1953

h. Peristiwa Dewan banteng Sumatra Barat 20 Desember 1956

i. Pemberontakan PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia ) 15

Februari 1959

j. Permesta ( Pejuangan Rakyat Semesta ) 15 Pebrauari 1958.

Dengan demikian dimana Badan Konstituante juga bersama-sama para

pemerintah yang harus sesegera mungkin untuk dapat menyusun Undang-undang

Dasar Indonesia yang tentu untuk bertujuan menggantikan UUDS tahun 1950 (

Pasal 134 ), setelah itu kemudian pada bulan Desember 1955 lalu diadakan lah

proses Pemilihan Umum dimana untuk bertujuan memilih para anggota

Konstituante dengan dasar UU No. 7 tahun 1953 yang menyatakan :

a. Perubahan Konstitusi menjadi UUDS tahun 1950

b. Merelakan UUDS tahun 1950 mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1950

c. Terbentuknya Konstituante diresmikan di Kota Bandung 10 Nopember 1956

Kendati demikian dalam perjalanan proses nya dimana Majelis Konstituante

tidak berhasil menyelesaikan tugasnya menyusun UUD, sehingga Presiden

Soekarno mengeluarkan Dekrit tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan :

Page 72: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 58

a. Konstituante telah gagal

b. Membubarkan Majelis Konstituante

c. Memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD Negara RI.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 telah sisetyujui oleh DPR hasil Pemilu tahun 1959

secara aklamasi tangga; 22 Juli 1959, yang kemudian dikukuhkan oleh MPRS

dengan Ketetapan No. XX/MPRS/1966. Lalu berlanjut tidak berseling lama

munculah periode 17 Juli 1959 s.d. 1966. Dengan terjadinya suatu dekrit yang

dikeluarkan oleh Presiden maka kita kenal pada periode ini biasa disebut juga

sebagai Era Orde Lama ORLA dengan “Demokrasi Terpimpin” Konsep Demokrasi

Terpimpin dari Bung Karno yang mana konsep ini diterima sebagai dasar pada

proses penyelenggaraan Negara yang ditetapkan pada TAP MPRS No. VIII/1965.

Adapun pengertian dan tujuan hadirnya Demokrasi Terpimpin adalah untuk menjalin

musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai, maka persoalan itu akan

diserahkan kepada para pimpinan untuk mengambil keputusan sebagai perwakilan

yang menjadi pemimpin. Dengan demikian atas dasar demokrasi terpimpin ini maka

semua bidang dalam suatu susunan ketatanegaraan serba terpimpin. Dengan

berlakunya kembali UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka

pelaksanaannya tidak sesuai bahkan banyak terjadi penyimpangan antara lain

Lembaga-lembaga Negara yang ada bersifat sementara, Pengangkatan Presiden

Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup dengan TAP MPRS No. III tahun 1963.

Dimana pada masa itu banyaknya suatu penyimpangan yang kerap terjadi, baik

dalam bidang politik dan ekonomi sehingga akhirnya penyimpangan ini tejradi

puncak pada saat kejadian G30 S PKI, yang mana bahkan sampai saat ini masih

menjadi suatu perdebatan. Fakta sejarah memberikan fakta bahwa Peristiwa G30S

PKI melahirkan suatu kekacauan social, budaya dan ketidak stabilanya roda

pemerintahan serta politik praktisnya dan hukum ketata negaraan Indonesia yang

kemudian dikeluarkannya Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Letnan

Jenderal Soeharto yaitu Surat Perintah 11 Maret 1966 yang biasa kita kenal

dengan sebutan (SUPERSEMAR), dimana dikelurakannya SUPERSEMAR memiliki

tujuan untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam menjamin

suatu sistem keamanan dan ketentraman bagi kemaslahatan seluruh masyarakat

dan juga agar stabil jalannya pemerintahan.

Page 73: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 59

4. Periode Orde Baru

Setelah itu masuk kepada periode yang baru dimana biasa kita kenal adalah

Orde Baru atau ORBA dimana atas dasar Surat Perintah 11 Maret 1966

(SUPERSEMAR), merupakan awal dalam sebuah perubahan orde yang lama

menjadi orde yang baru yang proses ini diawali dengan jatuhnya Presiden Soekarno

dan tampak kekuasaan Negara dipegang oleh Jenderal Soeharto. Sehingga saat

periode ini dimana dalam kepemimpinan Jenderal soeharto suatu proses

penyelenggaraan pemerintahan dan juga kehidupan berdemokrasi menitik beratkan

kepada kestabilan politik serta keamanan Negara. Adapun beberapa hal yang

kiranya sangat menonjol dalam Pemerintahan Soeharto atau dekenal dengan Era

Orde Baru adalah :

a. Demokrasi Pancasila

b. Adanya penerapan konsep Dwifungsi ABRI

c. Adanya Golongan Karya

d. Kekuasaan ditangan Eksekutif atau Penumpukkan kekuasaan.

e. Adanya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga perwakilan

f. Penyederhanaan Partai Politik

g. Adanya rekayasa dalam Pemilihan Umum, Soeharto tetap menjadi

Presiden untuk beberapa kali.

Berbagai kelamahan dan penyelewengan Pemerintah Orde Baru Berbagai

kelamahan dan penyelewengan Pemerintahan Orde baru yang disampaikan para

tokoh reformasi dan hasil siding Istimewa MPR tahun 1998 melalui TAP

No.X/MPR/1998, adalah sebagai berikut Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)

meraejalela di bebragai bidang/sektor kehidupan bernegara dan bermasyarakat,

Pola kekuasaan dilaksanakan secara terpusat dan tertutup, Pemberian monopoli

sumber daya alam dan sektor ekonomi kepada para pengusaha terutama keturunan

cina yang dekat dengan elit kekuasaan.

Amandeman merupakan suatu prosedural penyempurnaan, dengan tidak perlu

untuk langsung mengubah Undang-undang Dasar dan merupakan pelengkap serta

rincian dari UUD yang asli. Proses dan mekanisme amandemen Undang-undang

Dasar 1945 sejatinya merupakan suatu kemerdekaan jika bangsa Indonesia

menginginkan adanya reformasi di berbagai bidang untuk mewujudkan negara yang

Page 74: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 60

demokratis sekaligus makmur. Rintisan dan Landasan Bangsa Indonesia

memandang amandemen UUD 1945 sebagai suatu keharusan. Sebagai langkah

awal menuju reformasi hukum, MPR pada siding istimewa tahun 1998 telah

mengeluarkan ketetapan MPR-RI nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa

Jbatan Presiden dan Wakil Presiden Repuiblik Indonesia. UUD 1945 setelah

dilakukan Amandemen dan peraturan perundang-undangan yang melaksanakan

Undang-undang Dasar tersebut adaproses-proses dan tahapan-tahapannya15.

Sehubungan dengan waktu untuk melakukan perubahan UUD 1945 sangat terbatas,

maka ketetapan MPR-RI Nomor IX/MPR/1999 menugaskan Badan Pekerja MPR-RI

untuk melanjutkan perubahan UUD 1945. Adapun sejarah dalam perubahan-

perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia yang memiliki

tahapan tahapan secara sistematis dalam perubahan beberapa pasal tertentu yang

menjadi perhatian adalahTahap-tahap adalah :

a. Tahap Pertama

Perubahan secararinci amandeman pertama UUD 1945 pada tanggal 19

Oktober 1999 adalah sebagai berikut: pasal-pasal UUD 1945 yang diubah

sebanyak 9 pasal, yaitu pasal 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, dan 21.

Beberapa perubahan penting sebagai berikut:

1) pasal 5 ayat (1) berbunyi: “Presiden memegang kekuasaan membentuk

Undang-undang dengan Persetujuan DPR. Diubah menjadi : Presiden berhak

mengajukan rancangan Undand-undang kepada DPR;”

2) Pasal 7 berbunyi : “Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya

selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Diubah menjadi :

Presiden dan wakil presiden memegang jawaban selama lima tahun dan

sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu

kali masa jabatan;”

3) Pasal 14 berbunyi: “Presiden member grasi, amnesty, abolisi dan rehabilitasi.

Diubah menjadi: Presiden member grasi dan rehabilitasi dengan

15 Dasriel Radjab, SH.MH, Hukum Tata Negara Indonesia,Penerbit Rineka CIpta, 2005,

Jakarta, hal 94-95

Page 75: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 61

memperlihatkan pertimbangan. Mahkamah Agung, Presiden member amnesty

dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Pasal 20 ayat (1)

berbunyi: Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan DPR. Diubah

menjadi: DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-undang.”

b. Tahap Kedua

Perubahan secara rinci pada amandemen kedua UUD 1945 pada tanggal

18 Agustus 2000 adalah sebagai berikut: Pasal-pasal UUD 1945 yang diubah

sebanyak 10 pasal, yaitu 18, 19, 20, 22, 25, 26, 27, 28, 30, dan 36. Beberapa

perubahan yang penting adalah sebagai berikut:

1) Pasal 26 ayat (2) berbunyi: Syarat-syarat mengenai kewargenegaraan

ditetapkan dengan Undang-undang.

2) Pasal 28 yang memuat 3 hak asasi manusia diperluas menjadi 13 hak asasi

manusia.

c. Tahap Ketiga

Perubahan secara rinci pada amandemen ketiga UUD 1945 pada tanggal 9

November 2001 adalah sebagai berikut: Pasal-pasal UUD 1945 yang diubah

sebanyal 10 pasal, yaitu pasal 1, 3, 6, 7, 8, 11, 17, 22, 23 dan 24. Beberapa

perubahan yang penting adalah sebagai berikut:

1) Pasal 1 ayat (20 berbunyi: “Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan

sepenuhnya oleh MPR. Diubah menjadi: Kedaulatan berada di tangan rakyat

dan dilaksanakan menurut UUD “

2) Ditambah pasal 6 A: “Presiden dan wakil presiden harus warga negara

Indonesia Sejak kelahirannya.”

3) Pasal 6 ayat (1): “Presiden ialah orang Indonesia Asli”. Diubah menjadi: “calon

presiden dan wakil presiden harus warga Negara Indonesia sejak

kelahirannya.”

4) Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah, sebagai berikut Pasal 24B

“Komisi yudisial bersifat mandiri, yang berwenang mengusulkan pengangkatan

Hakim Agung. Pasal 24C: mahkamah Konstitusi berwenang bersifat final untuk

menguji Undang-undang terhadap UUD.”

Page 76: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 62

d. Tahap Keempat

Perubahan secara rinci pada amandemen UUD 1945 pada tanggal 10

Agustus 2002 adalah sebagai berikut: pasal-pasal UUD 1945 yang diubah

sebanyak 14 pasal, antara lain pasal 2, 3, 6, 7, 8, 11, 17, 22, 23, 24. Beberapa

perubahan yang penting adalah sebagai berikut:

1) Pasal 2 ayat (1) berbunyi : “MPR terdiri atas Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui

pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.”

2) Bab IV Pasal 16 tentang Dewan Pertimbangan Agung DPA dihapus diganti

menjadi : “Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas

memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden, yang selanjutnya

diatur dalam Undang-undang.”

3) Pasal 29 ayat (1) berbunyi : “Negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa.

Pasal ini tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata:

dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya.”

4) Aturan peralihan Pasal III: mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya

pada tanggal 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala-segala

kewenangan dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Perlu diketahui dalam suatu fakta sejarah yang terjadi dimana adanya suatu

sistem gerakan reformasi pada tahun 1998 dan Presiden Soeharto meletakkan

jabatannya pada tanggal 20 Mei 1998 yang mana saat itu digantikan oleh Wakil

Presidennya saat itu yang ialah Bapak B.J. Habibie. Dimana pergejolakan

masyarakat pada Reformasi menginginkan suatu perubahan yang pada

akhirnya mejadi suatu penggantian berbagai peraturan perundang-undangan,

yang tidak sesuai dengan jiwa demokrasi pancasia serta prinsip-prinsip

kedaulatan rakyat yang juga terutama mangadakan amandemen UUD 45

sebanyak empat kali. Setelah amandemen ke IV UUD 1945, maka system

ketatanegaraan Republik Indonesia adalah NKRI harus tetap dipertahankan,

Kedaulatan ada di tangan rakyat , Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung

oleh rakyat, Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum, Sistem

Page 77: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 63

Pemerintahan adalah Presidensil, Sistem Parlemen menggunakan Bikanural

System, yaitu terdiri dari DPR dan DPD, Sistematika UUD 1945 terdiri dari

Pembukaan dan Pasal-pasal, MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi Negara,

Hubungan organisasi pemerintahan dalam garis vertical dengan asas

desentralisasi dengan otonomi luas, Adanya lembaga-lembaga baru yaitu,

Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial dalam UUD 1945. Dengan

amandemen I, II dan Iv maka mulai tanggal 10 Agustus 2002, struktur

ketatanegaraan Negara kesatuan Republik Indonesia telah berubah. Ada

beberapa pasal yang menjadi perhatian seperto yang sudah terjabarkan diatas

menjadi bukti sejarah dalam Hubungan Hukum Tata Negara dengan sejarah

Ketatanegaraan Negara Indonesia mengalami perubahan yang bisa dikatakan

cukup drastic dalam perombakan pembagian kekuasaan, regulasi, serta birokrasi

yang diharapkan mendekati kesempurnaan dalam bernegara menggerakan roda

pemerintahan yang memenuhi Asas asas umum Pemerintahan yang Baik.

5. Periode Reformasi

Dengan melihat suatu masa yang baru yaitu masa reformasi maka

dicanagkannyalah suatu kebijakan rekonstruksi pada suatu sistem ketatanegaraan

pada pemerintaan Negara Indonesia yang cukup penting dimana pelaksaaan

otonomi daerah menjadi pengaturan atas perimbangan keuangan antara pusat dan

daerah yang menjadika masa reformasi ini betul-betul mengedepankan kedaulatan

rakyat yang sepenuhnya tanpa ada intervensi atau pencitraan penguasa. Paradigma

yang semua tersentralisasi dimana semua berpusat hanya pada pemerintah pusat

saja namun pada masa ini dirubah menadi penyebaran daerah otonom yang

memiliki otonomi daera yang dinamakan desentralisasi sehingga hak-hak daerah

yang memiliki kekayaan alam dapat dikelola dengan efektif dan efisien tidak seperti

pada masa Orde Baru yang tidak memberi kewenangan kepada daerah secara utuh.

Dengan demikian maka desentralisiasi sangatlah penting karena dapat memberikan

pelayanan yang maksimal, efektif dan efisien dimana tidak adanya lagi suatu

kesemerawutan birokrasi yang berarti. Dengan desentralisasi ini juga memberikan

jaminan penegakan hukum yang adil dan tanpa adanya intervensi pusat sehingga

penanganan daerah bersifat variatif, mandiri, dan cepat.

Page 78: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 64

Perlu untuk diketahui dimana pada kehidupan berbangsa dan bernegara

selama ini sangatlah terpusat di Jakarta saja atau istilahnya Jakarta centris.

Sehingga pembangunan di wilayah lain tidak diperhatikan atau terlalaikan. Selain itu

pembangunan di beberapa daerah lain banyaknya ketimpangan atau ketidak

merataan pembangunan. Sehingga hal ini bisa dilihat dari hampir 60% lebih

perputaran uang serta kesibukan dan kepadatan penduduk mayoritas berada di

Jakarta, sedangkan di daerah lain sekitar 40% saja yang digunakan untuk diluar

Jakarta. Dengan kita melihat pada rasio penduduk nya maka dapat kita komparasi

kan bahwa dimana di Indonesia penduduk yang berjumlah sekitar 12 juta di Jakarta,

maka ketimpangan sangat terlihat yang dapat memicu kecemburun social yang

teramat tinggi, karena daerah diluar Jakarta dengan penduduk hampir 190 juta

hanya menggunakan 40% dari perputaran uang secara nasional. Dan bukan hanya

itu saja, dimana hampir seluruh proses dalam hal yang berkaitan dengan perizinan

investasi juga berada di tangan pemerintah pusat di Jakarta. Selain itu dalam

sebuah pembagian suatu kekayaan terasa adanya suatu ketidak adilan serta tidak

merata. Daerah-daerah yang memiliki sumber kekayaan alam melimpah berupa

tambang, hasil hutan, minyak dang lain-lainpada daerah Papua, Aceh, Riau,

Sulawesi, dan Kalimantan ternyata tidak menerima perolehan dana yang layak dari

pemerintah pusat, dibandingkan dengan daerah yang relatif tidak memiliki banyak

sumber daya alam. Juga sangat terasa jelas akan sebuah kesenjangan sosial dalam

makna yang seluas-luasnya dimana perkembangan pembangunan serta

infrastruktur yang tidak merata menciptakan suatu pergejolaka kecemburuan social

yang tinggi di berbagai aspek seperti pendidikan, kesehatan dan juga ekonomi yang

harus menjadi perhatian dalam suatu masa yang di idam-idamkan saat ini ialah

reformasi, desentralisasi dalam masa reformasi ini diharapkan memiliki jawaban atas

ketidak merataan ini.

Kesimpulan

Dalam perkembangan sejarah di setiap Negara memiliki karakteristik masing-

masing di Indonesia memiliki beberapa fase atau periode dimana suatu masa

memiliki catatan sejarah masing masing diantaranya pada Sejarah Ketatanegaraan

Indonesia Periode Proklamasi atau Kemerdekaan Menetapkan Undang-undang

Dasar Negara Repubnlik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 Menetapkan

Page 79: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 65

Ir.Soekarno dan Moh. Hatta menjadi seorang Presiden dan Wakil Presiden pertama

di Negara Indonesia, selain itu Pembentukan Departemen-Departemen oleh

Presiden, Pengangkatan anggota KNIP oleh Presiden, Pembentukan delapan

propinsi oleh PPKI, Pembentukan Kabinet Baru, Kabinet ini bertanggung jawab

kepada KNIP. Sejarah Ketatanegaraan Indonesia Periode Konstitusi RIS Ketentuan

Hukum Internasional Perjanjian Postdan, Negara Belanda mengakui Republik

Indonesia berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra, di mana

wilayah lain selain yang disebutkan adalah masih menjadi kekuasaan negara

Belanda, dan selain itu Negara Belanda dan Indonesia akan bekerja bersama untuk

membentuk RIS, Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.

Dimana sebelum adanya RIS terbentuk maka yang berdaulat menurut Belanda

adalah Belanda, sehingga hubungan luar negeri atau Internasional hanya boleh

dilakukan oleh Negara Belanda selaku Negara yang masih menguasai Indonesia.

Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah

Indonesia, terutama Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar

negeri juga boleh dilakukan oleh Indonesia, Belanda meminta dibuat Polisi bersama,

tetapi Indonesia menolak. Akibat adanya penafsiran ini terjadi Clash I pada tanggal

21 Juli 1947 dan Clash II tanggal 19 Desember 1948. Sejarah Ketatanegaraan

Indonesia Periode 17 Agustus 1950 dan Orde Lama yang saat itupula Indonesia

memiliki perombakan konstitusi dan diteruskan kepada hal pengangkatan presiden

pertama Ir Soekarno dan wakil presiden pertama Moh Hatta. Sejarah

Ketatanegaraan Indonesia Periode Orde Baru dimulai terjadinya kejadian G 30 SPKI

dimana gerakan ini sampai saat ini masih menjadi perdebatan terkait fakta sejarah,

dimasa ini Presiden kedua Soeharto memimpin Negara ini selama kurang lebih 32

tahun lamanya setelah itu masuk kepada masa Sejarah Ketatanegaraan Indonesia

Periode Reformasi yang dimulai dari runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998

dan dimulainya Negara Indonesia memulai suatu perubahan Ketatanegaraan dari

segi strukturisasi dan substansi.

Page 80: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 66

C. Latihan Soal / Tugas

1. Jelaskan sejarah terbentuknya sebuah negara !

2. Apa yang melatarbelakangi penjajah menguasi di bumi persada Nusantara?

3. Kapankah negara Indonesia itu terbentuk ?

4. Apa yang terjadi tragedi tahun 1998 ?

5. Apa yang melatarbelakangi terjadinya silang pendapat antara kelompok muda dan

kelompok tua?

D. Daftar Pustaka

C.S.T. Kansil, Prof.Drs dan Christine S.T. Kansil, SH.MH., Hukum Tata Negara

Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002

Dasriel Radjab, SH.MH, Hukum Tata Negara Indonesia,Penerbit Rineka CIpta, Jakarta,

2005.

Page 81: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 67

PERTEMUAN 6

OTONOMI DAERAH

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-6 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Pengertian Otonomi Daerah

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Asas-asas Otonomi Daerah

3. Mahasiswa dapat menjabarkan tujuan dan manfaat Otonomi Daerah

B. Uraian Materi

1. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi merupakan suatu hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengatur sendiri

ursan dalam hal pemerintahan dan kepentingan masyarajat di daerah masing-

masing yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harafiah

dimana otonomi daerah memili arti kata yang berasal dari kata otonomi dan daerah,

dalam bahasa Yunani dimana otonomi ialah berasal dari kata autos dan namos.

Dimana pengertian dari autos adalah memiliki arti ‘sendiri’ dan namos adalah aturan

atau perundang-undangan, dengan demikian dapat diartikan dimana arti dari

Otonomi adalah kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk

membuat aturan guna mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan arti dari

daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mana memiliki suatu batasan

wilayah. Adapun suatu pelaksanaan otonomi daerah selain juga berlandaskan

kepada acuan norma dan hukum, kendati demikian juga sebagai suatu implementasi

tuntutan globalisasi yang mana harus diperdayakan dengan cara memberikan

daerah kewenangan yang lebih luas, lebih tajam, lebih nyata serta bertanggung

jawab, terutama dalam mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam dan

kekayaan yang terkandung didalamnya masing-masing dengan tanpa bertentangan

dengan Peraturan Perundang-undangan. Perlu untuk diketahui bahwa reformasi

memberikan ruang untuk setiap warga Negara untuk mebrkan ruang dalam

berpartisipasi untuk mengeluarkan aspirasinya agar di dengar oleh pemerintah,

maka otonomi ini lahir menjadi suatu kesempurnaan kepemrintahan dalam masa

Page 82: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 68

reformasi ini. Masyarakat dituntut untuk kritis dalam berbagai bidang aspek seperti

kadilan ekonomi, social, budaya, politik, serta pelayanan aparatur Negara. Dimana

dimasa orde baru selama puluhan tahun banyak memberikan kesenjangan dimana

ketidak merataan dan semua masih terpusat atau sentralisasi yang sangat

menyeluruh, kesenjangan ini pada aspek pendapatan daerah yang jauh berbeda

dan juga pendapatan daerah yang dikuasai oleh pemerintahan pusat.

Adapun desentralisasi menurut M. Turner dan D. Hulme adalah

transfer/pemindahan kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa pelayanan

kepada masyarakat dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sementara

desentralisasi menurut Shahid Javid Burki dan kawan-kawan adalah proses

pemindahan kekuasaan politik, fiskal, dan administratif kepada unit dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah. Jadi, otonomi daerah dapat diaktifkan pelimpahan

ewenangan dan tanggungjawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Dalam pola pikir demikian, otonomi daerah adalah suatu instrumen politik dan

instrumen administrasi/manajemen yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber

daya lokal, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan

masyarakat di daerah, terutama menghadapi tantangan global, mendorong

pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan kreatifitas, meningkatkan peran serta

masyarakat, dan mengembangkan demokrasi.

Dengan adanya suatu sistem desentralisasi maka dikenal adanya suatu

otonomi daerah yang memiliki suatu latar belakang sejarah yang panjang terhadap

penerapannya dimana Indonesia memiliki dan mengalami yang namanya krisis

ekonomi dan politik yang sangat luar biasa dimana ini melanda Indonesia pada

tahun 1997 yang telah merusak dan menghancurkan hampir seluruh sendi-sendi

politik dan juga ekonomi sehingga semakin multi krisis karena yang tidak

berkesudahan dari suatu kekacauan ini maka Negara pun tunduk dan takluk

terhadap gejolak besar yang dilahirkan oleh lapisan masyarakat. Kekacaun itu terjadi

karena tidak adanya suatu sistem yang baik terhadap manajemen keuangan dan

politik agar adanya suatu pemeratan terhadap tiap masing-masing daerah,

dikarenakan daerah saat itu tidak memiliki wewenang untuk mengelola dan

mengatur daerahnya sendiri.

Sehingga dengan segala daya dan upaya maka lahirlah suatu respon yang

menjadi suatu titik terang ditengah kegelapan dimana ini merupakan jalan keluar

Page 83: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 69

terhadap permasalahan krisis ketimpangan yang sudah tidak dapat dibendung ialah

reformasi, dalam masa reformasi dicanangkannya suatu kebijakan restrukturisasi

sistem pemerintahan yang cukup penting yang salah satunya ialah adanya

pelaksanaan sistem otonomi daerah dan pengaturan perimbangan keuangan yang

antara pusat dan daerah teralin.Paradigma yang jaman orde baru adalah sentralisasi

dirubah menjadi desentralisasi. Dengan adanya otonomi daerah memberikan ruang

bagi tiap daerah untuk mengelola kekayaan dan pendapatanya sehingga akan

munculnya suatu kesetaraan dan persamaan dalam aspek birokasi dan regulasi

yang adil dan tanpa diskriminasi. Otonomi Daerah menjadi jawaban tuntutan

pemerataan pembangunan social, ekonomi, serta penyelenggaraan birokrasi di

dalam aspek pelayanan masyarakat luas. Adapun beberapa alasan mengapa

kebutuhan terhadap otonomi daerah di Negara Indonesia sangat mendesak, yaitu :

a. Kehidupan berbangsa danbernegara selama ini sangat terpusat di Jakarta

(Jakarta centris). Sementara itu, pembangunan di beberapa wilayah lain

dilalaikan. Hal ini bisa terlihat bahwa hampir 60% lebih perputaran uang berada di

Jakarta, sedangkan 40% digunakan untuk diluar Jakarta. denga penduduk sekitar

12 juta di Jakarta, maka ketimpangan sangat terlihat, karena daerah diluar

Jakarta dengan penduduk hampir 190 juta hanya menggunakan 40% dari

perputaran uang secara nasional. Selain itu, hampir seluruh proses perizinan

investasi juga berada di tangan pemerintah pusat di Jakarta.

b. Pembagian suatu kekayaan yang mana dirasakan tidak merata dan tidak adil.

Daerah-daerah yang memiliki sumber kekayaan alam melimpah berupa minyak,

hasil tambang dan hasil hutan, seperti Riau, Irian Jaya, Aceh Kalimantan, dan

Sulawesi yang mana tidak menerima suatu perolehan dana yang layak dari

pemerintah pusat, dibandingkan dengan daerah yang relatif tidak memiliki banyak

sumber daya alam.

c. Kesenjangan sosial (dalam makna seluas-luasnya) dimana perkembangan suatu

pembangunan dan infrastruktur masih mendominasi di daerah jawa saja terutama

ibu kota karena adanya suatu ketimpangan dan tidak memiliki kewenangan yang

berarti dari suatu daerah-daerah yang masih mengalami kesenjangan social yang

sangat tinggi, sehingga daerah banyak yang perkembangannya lamban dan

bahkan terbenkalai begitu saja tanpa adanya perhatian pemerintah pusat.

Page 84: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 70

Dimana perlu kita ketahui dalam setiap sistem tentu harus memiliki landasan

hukum untuk menjadi sebuah legalitas. Dimana termasuk sistem desentralisasi yang

melahirkan otonomi daerah di Indonesia ini agar dapat memahami lebih jelas

tentang hal-hal yang diatur dalam Undang-undang Dasar kita, maka Dalam UUD

1945 hasil amandemen, ketentuan yang mengatur Pemerintahan Daerah diatur

dalam BAB VI yang meliputi Pasal 18, Pasal 18A dan pasal 18B.

a. Pasal 18

Ayat (1) : “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah Provinis, Kabupaten, dankota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten

dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-

undang.”

Ayat (2) : “Pemerintah Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan

kota mengatur dan mengrusu sendiri urusan pemrintahan menurut asas ekonomi

dan tugas pembantuan.”

Ayat (3) : “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten

dan kota memiliki Dewan Perwakilan rakyat Daerah yang anggota-anggotanya

dipilih melalui Pemilihan Umum.”

Ayat (4) : “Gubernur, Bupati, dan walikota masing-masing

sebagai kepala pemerintah daerah provinsi \, kabup[aten dan kota dipilih secara

demokratis. “

Ayat (5) : “Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-

luasnya, kecuali urusan pemerintah pusat.”

Ayat (6) : “pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan

daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan”

Ayat (7) : “Susunan dan tata cara penyelenggaraan

pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.”

b. Pasal 18A

Ayat (1) : “Hubungan wewenang antara pemreintah pusat dan

pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan

Page 85: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 71

kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan

kekhusussan dan keragaman daerah”

Ayat (2) : “Hubungan keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam lain antara pemerintah daerah diatur dan

dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.”

c. Pasal 18B

Ayat (1) : “Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan

pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur

dengan Undang-undang.”

Ayat (2) : “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-

kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang

masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”

Sehingga dengan melihat pasal-pasal tersebut yang terkandung di dalam

Undang-undang Dasar 1945 dimana konstitusi menghendaki untuk adanya suatu

penyerahan wewenang kepada daerah dari pusat yang menjadi suatu sistem

desentralisasi yang akan melahirkan otonomi daerah sehingga tiap-tiap daerah

dapat untuk mengurus rumah tangga nya masing-masing sesuai dengan kebutuhan

dan karakteristik daerah yang tentu berbeda-beda.

2. Asas-asas Otonomi Daerah

Otonomi daerah mempunyai suatu asas yang mana mengelilingi dari pada

setiap sisi pada suatu pelaksanaan sistem dari Otonomi Daerah tersebut, dimana

kita ketahui adanya tiga asas yang akan dibahas terlepas pada keterkaitan suatu

persoalan terhadap pemisahan kekuasaan dan juga pembagian kekuasaan,

pembatasan kekuasaan serta juga keterkaitan dengan sentralisasi, desentralisasi,

dan dekonsentrai16. Adapun asas-asasny, ialah :

16 Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,

Konstitusi Press, 2006, Jakarta, hal 26

Page 86: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 72

a. Asas Sentralisasi

Yiatu sistem pemerintahan dimana segala kekuasaan dipusatkan di

pemerintahan pusat dimana tidak diserahkannya kepada pemerintahan daerah.

Suatu urusan yang terpusat atau tersentralisasi yang tetap dipegang oleh

pemerintah pusat di Indonesia adalah enam hal pokok yang tertuang di dalam

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang

diperbaharui kembali dalam perubahan kedua ialah Undang-undang No. 9 tahun

2015 Tentang Pemerintaha Daerah dalam hal-hal enam pokok tersebut, yaitu :

1) Politik Luar Negeri.

2) Pertahanan

3) Keamanan

4) Yustisi

5) Moneter dan Viskal Nasional

6) Agama

b. Asas Desentralisasi

Yaitu urusa pemberian kewenangan yang diberikan kepada pemerintah

daerah dari pemerintah pusat untuk dikelola secara mandiri dan dilaksanakan

sesuai peraturan perundang-undangan. Dimana pemerintah pusat memberikan

suatu kewenangan yang penuh di dalam segala aspek yang berifat terbatas

dalam wilayah serta kebebasan yang mana diberikanpun tidak boleh melanggar

dari Undang-undang dan juga Konstitusi yang mengatur atau hukum Positif yang

berlaku. Adapun pendapat dari seorang Dennis A. Rondinelli, Jhon R. Nellis, dan

juga G. Shabbir Cheema mengemukakan bahwa pembentukan atau penguatan

segala unit dari pemerintahan “sub-nasional” yang juga kegiatannya secara

substansial ada pada di luar jangkauan kendali pemerintahan pusat17.

Maka dengan demikian berikut adalah segala urusan wajib yang mana

menjadi suatu kewenangan dari pemerintahan daerah, meliputi 16 bidang, ialah :

1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

2) Penyelenggaraan, ketertiban umum, dan ketentraman masyarakat.

17 Khrisna D. Darumurti, Umbu Rauta, Otonomi Daerah : Perkembangan Pemikiran,

Pengaturan dan Pelaksanaan, Citra Aditya Bakti, 2003, Bandung, hal 47

Page 87: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 73

3) Penyediaan saranana dan prasarana umum.

4) Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota.

5) Penanganan bidang kesehatan.

6) Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial.

7) Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota.

8) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, termasuk

lintas kabupaten/kota.

9) Pengendalian lingkunagn hidup.

10) Pelayanan administrasi umum pemerintahan.

11) Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota.

12) Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil.

13) Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota.

14) Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.

15) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan

oleh kabupaten/kota.

16) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Selain itu adapun dari urusan wajib yang menjadi kewenangan dari

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang juga meliputi 15 bidang, ialah :

1) Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.

2) Penyediaan sarana dan prasarana umum.

3) Penyelenggaraan, ketertiban umum, dan ketentraman masyarakat.

4) Penanganan bidang pendidikan.

5) Penanggulangan masalah sosial.

6) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah.

7) Pelayanan bidang ketenagakerjaan.

8) Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

9) Pengendalian lingkungan hidup.

10) Pelayanan pertahanan.

11) Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil.

12) Pelayanan administrasi penanaman modal.

13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan.

14) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

15) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya.

Page 88: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 74

c. Asas Dekonsentrasi

Yaitu Penugasan sebagian urusan pemerintah pusat atau pemerintah

daerah provinsi kepada daerah kabupaten / kota untuk melaksanakan sebagian

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi, namun

pelimpahan ini hanya bersifat wewenang administrative saja namun kewenangan

politik tetap di tangan pemerintahan pusat atau tersentraliasasi. Sehingga bisa

dikatakan Dekonsentrasi ini bisa merupakan gabungan dari Sentralisasi dan juga

Desentralisasi. Sebagai contoh seorang Presiden melimpahkan wewenang

kepada Guberur untuk melaksanakan ASEAN GAMES yang akan

diselenggarakan di daerah Gubernur tertunjuk, dan juga pelayanan pajak di

kantor pajak.

3. Tujuan dan Manfaat Otonomi Daerah

Perlu kita ketahui segala suatu birokrasi dan regulasi serta sistem yang

dibangun tentu memiliki fungsi dan tujuan yang hendak dicapai baik jangka panjang,

menengah, dan panjang. Otonomi daerah menciptakan suatu prinsip Negara yang

berkeadilan dan juga transparan sehingga segala regulasi dan birokrasi yang ada

berjalan sebagai mana mestinya yang diharapkan (das sollen), berikut ini adalah

merupakan hal-hal yang menjadi tujuannya yaitu :

a. Peningkatan terhadap pelayanan untuk masyarakat yang menjadi lebih baik

b. Pembangunan kehidupan yang lebih demokrasi

c. Berkeadilan sosial

d. Pemerataan disetiap wilayah NKRI

e. Pemeliharaan hubungan antara daerah dengan pusat serta daerah dengan

daerah dalam rangka keutuhan NKRI

f. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.

g. Menumbuhkan prakarsa dan juga kreatifitas, meningkatkan peran serta

keterlibatan masyarakat yang menjadi kedaulatan rakyat salah satunya adalah

partisipasi masyarakat, dan pegembangan peran serta fungsi dari DPRD.

Dengan berlandaskan secara konseptual dimana kita ketahui bahwa Negara

Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama dimana tujuan tersebut ialah tujuan

Page 89: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 75

politik, tujuan ekonomi, tujuan administrative. Dimana hal yang akan dicapai melalui

suatu tujuan politik adalah dengan upaya mewujudkan demokrasi politik yang sesuai

dengan penerapan nilai Pancasila dan dengan cara melalui partai politik serta

lembaga Negara baik eksekutif, legislative, yudikatif baik di pusat dan di daerah.

Adapun tujuan administrative ialah dengan adanya pembagian antara urusan

pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah, yang mana termasuknya kepada

sumber keuangan serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan daerah.

Sedangkan yang terkahir dari tiga tujuan utama tersebut ialah tujuan ekonomi

dimana ekonomi menjadi tujuan setiap Negara yang tidak bisa terlepaskan erat

kaitannya dengan perkembangan dalam Negara, dimana untuk meningkatkan

indeks pembangunan manusia atas kesejahteraan perekonomian dan meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat. Sehingga dengan demikian tujuan ekonomi, politik

dan administrative memberikan suatu peranan masing-masing yang saling

berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya karena tidak bisa masing-

masing unsur tidak saling melengkapi.

Jika kita lihat pada sebagian para ahli di dalam kepemerintahan juga

mengemukakan pendapat dimana alasan serta dasar yang menjadikan sebagai

tujuan perlunya ekonomi desentralisasi yaitu untuk terciptanya sebuah efisiensi dan

efektifitas penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah memiliki suatu fungsi

pengelolaan dan berbagai dimensi kehidupan, dimana peran serta ekonomi,

pertahanan, keamanan, keuangan politik dan kesejahteraan masyarakat, sehingga

dengan melihat pelayanan tersebut tentu tidak dapat bisa hantya didasarkan pada

sentralisasi saja, yang memberikan wewenang hanya kepada pusat semata, karena

apa yang sudah disebutkan diatasterkait pelayanan masyarakat yang menjadi

kebutuhan pokok bersama ialah perlu adanya pembagian tugas yang menyeluruh

diseluruh aspek agar adanya kemudahan mobilasisi dan control yang nyata agar

tidak adanya masyarakat yang dilalaikan, sehingga Negara berperan aktif diseluruh

lini kehidupan warga negaranya. Adapun kita lihat contoh dalam aspek perpolitikan

dikaji dalam tinjauan desentralisasi ini maka, akan menumbuhkan semangar baru

bagi setiap masyarakat yang tidak memiliki kesempatan dan akses untuk masuk

dalam kancah poltik di tingkat nasional, masih ada peluang untuk ikut serta dalam

politik local baik pemilihan umum local, ataupun juga peluang dalam pembuatan

kebijakan publik. Dengan melihat adanya suatu kestabilan politik dan memberi

Page 90: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 76

kesempatan yang luas kepada setiap masyarakat maka akan terhindarnya apa

yang dinamakan suatu pergolakan di daerah yang mungkin akan terjadi karena

daerah melihat kenyataan kekuasan pemerintah Jakarta dalam artian pemerintah

pusat sangat dominan. Dimana ini menjadi suatu contoh konkrit terhadap suatu

hubungan antara kestabilan politik dengan pemerintahan daerah kalau pemerintah

nasional tidak menjalankan otonomi dengan tepat, kesetaraan politik (political

equality). Masyarakat di tingkat lokal, sebagaimana halnya dengan masyarakat di

pusat pemerintahan, akan mempunyai kesempatan yang sama untuk terlibat dalam

politik, entah melalui pesta demokrasi pada suara waktu pemilihan kepala desa,

Bupati atau Walikota bahkan setingkat Gubernur tidak menutup kemungkinan terjadi.

Disamping itu, warga masyarakat baik sendiri-sendiri ataupun secara berkelompok

akan ikut serta dalam memengaruhi pemerintahnya untuk dapat membuat suatu

kebijakan, yang mana menyangkut kepentingan mereka, akuntabilitas publik.

Demokrasi memberikan ruang dan peluang kepada masyarakat di daerah untuk

berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan penyelenggaraan negara. Keterlibatan

ini sangat dimungkinkan sejak dari awal tahap pengambilan keputusan sampai

dengan tahap evaluasi. Dengan demikian, maka kebijakan yang dibuat dapat diawas

secara langsung, dan dapat dipertanggungjawabkan karena masyarakat terlibat

langsung dlampenyelenggaraan pemerintahan.

Adapun Manfaat dari Otonomi Daerah Berikut ini berbagai macam manfaat

otonomi daerah yang harus diketahui oleh masyarakat luas :

a. Pelaksanaan Otonomi Daerah Bisa Disesuaikan Dengan Kepentingan

Masyarakat Daerah Itulah manfaat terpenting dalam otonomi daerah, masyarakat

yang terlibat dalam otonomi daerah bisa disesuaikan kepentingannya. Mengingat

masyarakat dalam otonomi daerah sifatnya adalah heterogen atau bermacam-

macam jenis dan memiliki kepentingan yang berbeda pula. Melalui otonomi

daerah ini kepentingannya bisa disesuaikan.

b. Dengan adanya otonomi daerah juga akan memangkas birokrasi yang sangat

rumit dimana disetiap daerah bisa mengurus segala birokrasinya di daerah

masing-masing.

c. Lebih Realistik Berbagai macam keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah

pelaksanaannya akan lebih ralistik atau nyata dibandingkan dengan keputusan

Page 91: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 77

pemerintah pusat, yang tidak menganut otonomi daerah. Pelaksanaannya akan

lebih sulit.

d. Penetrasi Yang Lebih Baik Di Daerah Terpencil dengan adanya otonomi daerah,

asas desentralisasi bisa membuat penetrasi yang baik antara pemerintah pusat

dengan daerah terpencil yang letaknya jauh dari pemerintah pusat. Karena hal

tersebut, sering membuat masyarakat yang jauh dari pemerintah pusat tersebut

tidak memahami apa saja kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah pusat. Hambatan pemahaman masyarakat daerah terpencil tersebut

adalah elite lokal dan juga sedikitnya dukungan terhadap program yang dibuat

oleh pemerintah pusat.

e. Presentasi Ke Kelompok yang lebih luas peraturan pemerintah yang dibuat akan

dipresentasikan kembali ke kelompok yang lebih luas. Terdapat kesamaan ketika

akan mengalirkan sumber daya dan juga modal yang dimiliki pemerintah.

Presentasi itu akan dilakukan kepada kelompok politik, kelompok etnis dan juga

berbagai kelompok keagamaan

f. Peningkatan Kapasitas Teknis manfaat Otonomi daerah berguna dalam

peningkatan kapasitas teknis yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Sehingga

pemerintah pusat berfungsi sebagai lembaga yang melakukan privat terhadap

masyarakat yang ada di daerah

g. Meningkatkan Efisiensi Pemerintah Pusat Otonomi daerah bisa meningkatkan

efisiensi dari pemerintah pusat, karena pemerintah pusat bukanlah puncak

kepemimpinan melainkan pemerintahan di daerah otonom diserahkan kepada

pejabat-pejabat yang ada di daerah otonom itu sendiri

h. Masyarakat Otonom Ikut Berpasrtisipasi Dalam Kebijakan Pemerintah dalam

daerah otonom, masyarakat otonomnya tidak hanya diam saja mengikuti

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Manfaat otonomi daerah bagi

masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam perencanaan dan juga pelaksanaan

berbagai macam program yang dilakukan dan dikeluarkan oleh pemerintah

sehingga masyarakat otonomnya lebih aktif.

i. Meningkatkan Pengawasan Otonomi daerah dimana memiliki suatu kemanfaatan

untuk dapat meningkatkan segala pengawasan terhadap berbagai suatu macam

kegiatan yang dapat dilakukan oleh elit lokal. Dimana ini menjadi sebuah dilemma

dimana terkadang tidak jarang elit lokal yang tidak perduli atau bahkan acuh

Page 92: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 78

terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah pusat. Sehingga kelompok tersebut

tidak mau turut andil dalam proses pembangunan nasional.

j. Memberikan suatu kemudahan dalam hal aspek administrai pemerintahan

dimana otonomi daerah ini bisa menyesuaikan dan memudahkan penataan dan

juga sistematis yang ada di lapangan sehingga jika daerah tersebut telah berhasil

melakukannya maka akan baik pula pada administrasi pemerintahannya. Bahkan

daerah tersebut dapat menjadi daerah percontohan bagi daerah lainnya.

k. Pemantapan stabilitas politik dibidang politik bisa diperbaiki dengan suatu

koordinasi dan mobilisasi di tingat daerah sehingga stabilitas akan terjaga antara

pusat dengan daerah dan juga memberikan kesempatan pada masyarakat di

daerah untuk dapat terjun langsung dalam berpartisipasi kepada suatu kebijakan

public yang hendak dirumuskan dalam bentuk partisipasi melalu dewan dan atau

partai politik di tiap daerah otonom.

l. Meningkatnya barang dan jasa dari manfaat otonomi daerah dalam kehidupan

masyarakat dimana peningkatan barang dan jasa di daerah lokal tersebut akan

lebih murah dibandingkan di daerah lain, sehingga dalam pelaksanaannya

pemerintah pusat tidak lagi repot dan sibuk mengurusi barang dan jasa yang

notabenenya merupakan kebutuhan di tiap-tiap daerah masing-masing.

m. Tidak Ada Pemusatan Kekuasaan Dengan adanya otonomi daerah, kekuasaan

tidak dipusatkan. Artinya adalah tidak semua kekuasaan diserahkan kepada

pemerintah pusat namun kekuasaan itu ada yang dilimpahkan kepada

pemerintah daerah sehingga penyelenggaraan pemerintahan yang ada di

Indonesia lebih berjalan lancer

n. Pemerintahan yang ada di pemerintahan daerah menjadi panjang tangan dari

pemerintahan pusat dalam hal penyelenggaraan pelayanan administrasi kepada

masyarakat di tiap-tiap daerah masing-masing.

o. Kesejahteraan Meningkat Masyarakat otonom akan memiliki kesejahteraan yang

meningkat, hal itu dikarenakan pembangunan yang ada di berbagai daerah

otonom disesuaikan dengan kebutuhannya. Hal itu akan berbanding terbalik jika

pemerintahan diserahkan oleh pemerintah pusat bukan pemerintah daerah,

pemerintah pusat tidak akan jeli terhadap berbagai macam kebutuhan yang ada

di masing-masing daerah. Hal itu disebabkan banyaknya daerah yang ada di

Page 93: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 79

Indonesia dan belum ada pemerintah yang mengaturnya. Tentu pemerintah pusat

tidak akan jeli melihatnya satu persatu.

p. Meningkatkan segala potensi dan kekreatifitasannya karena, sebab masyarakat

di daerah otonom di tuntut untuk bisa menunjukan diri akan kelebihan ditiap

daerah masing-masing dibandingkan daerah otonom lannya.

q. Melatih Inovasi yang menjadi proses pembaharuan baik dibidang industri,

ekonomi, dan bahkan politik dikarenakan bukan hanya kreatif namun harus

inovatif pada segala bidang aspek demi peningkatan mutu daerah masing-masing

r. Peningkatan Lembaga Masyarakat yang membawahi masyarakat secara

langsung menyentuh dimana ini akan mengalami suatu peningkatan

pemberdayaan terutama pada aspek sosial dan kesejahteraan umat. Lembaga itu

menaungi dan membawahi masyarakat di daerah otonom.

Kesimpulan

Bahwa kita ketahui dimana otonomi daerah merupakan suatu sistem

pemerintahan yang mengedepankan pelimpahan wewenang dari pusat menuju ke

daerah, sehingga diharapkan adanya suatu kemandirian tanpa membebani urusan

pusat yang notabenenya urusan pusat sudah sangat banyak terkait birokrasi

kenegaraan skala nasioanl. Desentralisasi merupakan cara yang lahir dengan

seiring adanya era reformasi yang tumbuh kembang dengan baik. Selain itu tujuan

dari desentralisasi selain juga dalam aspek kemandirian ekonomi adapula

kemandirian lingkungan, maksudnya adalah pelestarian llingkungan yang harus di

jaga oleh setiap daerah untuk nyaman dan berih. Adapun macam-macam asas yang

mendasari dari sebuah nilai-nilai otonomi daerah ialah sentralisasi, desentralisasi,

dekonsentrasi. Dimana asas-asas ini memberikan sebuah acuan dalam hal

penerapan pergerakan roda pemerintahan dalam konteks kekuasaan dan

pengelolaan kekayaan dan penerimaan pendapatan. Dimana kita ketahui bahwa

Otonomi daerah ini memiliki fungsi dan tujuan yang mulai demi menciptakan Negara

yang adil dan makmur serta kemerataan pembangunan, memberantas kesenjangan

sosial yang tinggi, dan prinsip keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 94: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 80

C. Latihan Soal/ Tugas

1. Apa yang saudara ketahui tentang otonomi daerah?

2. Sebutkan dasar hukum otonomi daerah?

3. Jelaskan asas asas otonomi daerah!

4. Apa yang dimaksud dengan desentralisasi ?

5. Jelaskan asas pembantuan ?

D. Daftar Pustaka

Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,

Konstitusi Press, 2006, Jakarta.

Khrisna D. Darumurti, Umbu Rauta, Otonomi Daerah : Perkembangan Pemikiran,

Pengaturan dan Pelaksanaan, Citra Aditya Bakti, 2003, Bandung.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Undang- undang

No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Page 95: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 81

PERTEMUAN 7

PARTISIPASI MASYARAKAT

A. Tujuan belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-7 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tentang Partisipasi Masyarakat

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

3. Mahasiswa dapat menjabarkan Tujuan dan Manfaat Serta Pola Peran Serta

Masyarakat

B. Uraian materi

1. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Jadi, keikutsertaan

kamu dalam kegiatan sekolah dan rumah merupakan wujud partisipasi kamu

ditempat tersebut. Bagaimana dengan partisipasi masyarakat dalam perumusan

kebijakan public didaerah. Menurut Ach. Wazir Ws dimana partisipasi merupakan

suatu keterlibatan dimana seseorang yang secara sadar ke dalam ineraksi sosial di

dalam situasi tertentu. Dengan melihat pengertian itu, seseorang bisa dapat untuk

berpartisipasi bila menemukan dirinya dengan atau dalam suatu kelompok, dengan

melewati segala proses dengan orang lain dimana hal nilai, perasaan, tradisi,

kesetiaan, tanggung jawab, dan kepatuhan. Adapun partisipasi masyarakat yang

dikemukakan oleh Isbandi Rukminto adalah keikutsertaan masyarakat dalam suatu

proses pengidentifikasian suatu masalah serta potensi yang mana ada di tengah

masyarakat, dimana pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk suatu

penanganan permasalahan, keterlibatan masyarakat, upelaksanaan upaya

mengatasi masalah di dalam suatu aspek proses evaluasi perubahan yang terjadi18.

Adapun pendapat dari seorang Mikkelsen yang membagi partisipasi menjadi 6

(enam) pengertian, ialah19:

18 Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran

menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007, hal 27 19 Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999, hal 64

Page 96: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 82

a. Partisipasi ialah suatu pengkontribusian yang sukarela di tengah masyarakat

kepada proyek tanpa suatu ikatan untuk partisipasi dalam keputusan.

b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat yang untuk

memberi peningkatan kemauan serta menerima dan kemampuan dalam

menanggapi suatu proyek-proyek di pembangunan.

c. Partisipasi merupakan suatu keberlangsungan terkait keterlibatan sukarela dari

dan untuk masyarakat dalam aspek perubahan yang ditentukan sendiri.

d. Partisipasi merupakan proses yang aktif, dimana pemandangan yang memiliki arti

bahwa orang atau kelompok yang terkait, pengambilan inisiatif serta

menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

e. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para

staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya

memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak social.

f. Partisipasi merupakan suatu keterlibatan masyarakat di dalam suatu proses

pembangunan diri, lingkungan serta kehidupan meraka.

Dari tiga kara yang memberikan suatu pendapatnya mengenai pengertian dari

partisipasi maka dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa suatu partisipasi merupakan

suatu keterlibatan aktif dari seseorang, dan atau sekelompok masyarakat yang

secara sadar dalam pengimplementasian terhadap kontribusi sukarela di dalam

program pembangunan serta keterlibatan dari perencanaan, pelaksanaan,

monitoring, dan evaluasi.

Pentingnya partisipasi dimana yang pertama adalah dimana partisipasi

masyarakat merupakan suatu alat guna perolehan informasi yang mengenai suatu

kebutuhan, sikap, dan kondisi masyarakat setempat dimana dengan tanpa adanya

suatu kehadirannya maka program pembangunan serta proyek strategis

pembangunan bangsa akan gagal. Masyarakat akan merasa percaya apabila suatu

pembangunan ataupun proyek pembangunan bangsa dimana apabila masyarakat

itu sendiri merasa untuk dilibatkan, sehingga peranan masyarkat akan terasa secara

langsung dan transparan tanpa adanya suatu unsur kedzaliman yang menjadi

pikiran buruk dari masyarakat apabila tidak dilibatkan. Perlu untuk diketahui dimana

corak pemerintahan yang berdemokrasi merupakan suatu unsur penting yang akan

melahirkan masyarakat dalam hal partisipasi, karena partisipasi merupakan salah

satu contoh dari demokrasi itu sendiri. Partisipasi ini memberikan peningkatan

pemberdayaan setiap orang yang terlibat baik langsung ataupun tidak langsung

dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam

pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang

Page 97: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 83

lebih panjang. Adapun kita lihat terhadap suatu prinsip-prinsip dalam proses

partisipasi masyarakat ialah:

a. Prinsip cakupan dimana semua orang atau wakil dari suatu kelompok masyarakat

yang terkena dampak dari hasil atas keputusan atau proses proyek

pembangunan.

b. Prinsip kesetaraan dan kemitraan dimana suatu prinsip yang mengedepankan

proses dialog tanpa perhitungan atas jenjang dan struktur para pihak,

dikarenakan setiap manusia memiliki kemampuan serta ketrampilan yang

menjadikan sebagai prakarsa untuk terlibat dalam proses pembangunan.

c. Prinsip kerja sama diperlukan adanya suatu sinergitas antara satu orang dengan

kelompok dan kelompok dengan kelompok agar partisipasi berjalan beriringan

dan menutup kelemahan di beberapa sektor.

d. Prinsip transparansi dimana suatu partisipasi yang menumbuhkan rasa

komunkatif dan terciptanya suatu dialog yang terbuka serta iklim yang kondusif.

e. Prinsip pemberdayaan (Empowerment) yang mana melibatkan segala pihak yang

tak lepas dari segala power dan weakness yang dimiliki setiap orang dan

kelompok, dengan demikian dengan keterlibatan aktif pada proses kegiatan,

adanya suatu proses yang saling belajar dan memberdayakan antara sesama.

f. Prinsip kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) segala pihak

harus dapat mendistriubusikan kewenangannya sesuai dengan aturan yang

berlaku agar tidak adanya suatu dominasi kelompok tertentu.

g. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak

mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya

kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses

pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk partispasi masyarakat dapat berupa partispasi harta, uang, benda,

tenaga, buah pemikiran, keterampilan, sosial, representative, dan partispasi alam

proses pengambilan keputusan. Dengan demikian suatu partisipasi memiliki

beberapa bentuk yang sudah disebutkan sehingga macam-macam dari partisipasi

masyarakat dapat beraneka ragam dan bermacam-macam tergantung kapasitas dan

kapabilitas seseorang. Sehingga partisipasi dalam bentuknya dibagi menjadi dua

bagian yang pertama ialah partisipasi nyata atau berwujud dan partisipasi tidak

nyata atau abstrak. Adapun contoh dari partisipasi yang nyata ialah, harta benda,

uang, ketrampilan, tenaga adapun contoh dari partisipasi masyarakat yang tidak

nyata adalah buah pemikiran, partisipasi sosial, partisipasi pengambilan keputusan

dan representatitf. Dimana untuk kita ketahui bahwa sebagai contoh dalam hal

Page 98: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 84

kaitannya dengan partisipasi uang maka uang menjadikan suatu unsur untuk

memperlancar usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan

secara nyata adapun jika partisipasi harta benda adalah menyumbang harta dan

juga benda yang dimiliki, partisipasi tenaga adalah suatu bentuk partisipasi untuk

memberikan tenaga untuk menunjang usaha yang menjadikan keberhasilan lebih

terasa, adapun partisipasi keterampilan merupakan suatu partisipasi dengan

memberikan suatu dorongan melalui keterampilan yang dimiliki untuk diberikan atau

disalurkan kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.

Dengan demikian tujuan dimana orang tersebut untuk dapat melakukan suatu

kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Partisipasi buah pikiran

lebih merupakan partisipasi berupa sumbang ide dan atau pendapat yang konstruktif

baik dalam suatu penyusunan program ataupun untuk memperlancar atas

pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberi suatu

pengalaman dan pengetahuan guna dalam tahap pengembangan atas kegiatan

yang diikutinya. Adapun partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan ialah

dimana masyarakat terlibat dalam suatu diskusi ataupun forum dalam rangka untuk

mengambil keputusan yang mana ini terikat kepada suatu kepentingan umum atau

kepentingan bersama. Selain itu adapun dari partisipasi representative ialah

melakukan suatu partisipasi dengan melalui pemberian kepercayaan atau suatu

mandate kepada wakilnya yang duduk di dalam organisasi atau kepanitiaan.

Kendati demikian tidak adanya suatu kepastian dan jaminan dimana suatu

program berkelanjutan melalui partisipasi bersama semata, dimana kita ketahui

harus dilihat juga sampai pada sejauh dan seserius apa partispasi masyarakat itu

terlaksana dalam suatu proses penerapannya. Dengan demikian harus dilihat juga

sampai sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap sautu program sehingga ia

turut serta berpaetisipasi. Dalam suatu proses partisipasi yang mana pada berbagai

program pembangunan para praktisi atau pelaku partisipasi pembangunan pun telah

melakukan persiapan sosial agar supaya program tersebut betul-betul langsung

bersentuhan pada aspek kepentingannya, kebutuhan dan juga masalah masyarakat

melalui tahapan keikut sertaan masyarakat menyeluruh. Adapun maksud pada

proses persiapan sosial dimaksudkan agar dimana paket dalam pembangunan

dapat terkomunikasikan secara efektif dan juga efisien. Perlu juga untuk diketahui

bersama bahwa analisis pada proses partisipasi atau kontribusi dalam hal

Page 99: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 85

keikutsertaan masyarakat ini menjadi penting diakrenakan akan memperoleh suatu

pembangunan ke dalam masyarakat yang mendapatkan hasil maksimal. Adapun

maksud dari analisis yang disebutkan adalah :

a. Tahapan pencarian dan pembentukan ide dimana untuk memberi suatu

perencanaan pembangunan dalam tahap yang harus dilihat dan diperhatikan

adalah pada suatu proses pelaksanaan program tersebut yang harus didasarkan

atas gagasan atau suatu ide yang lahir dari masyarakat itu sendiri. Sehingga

apabila suatu ide yang tumbuh langsung dari masyarakat maka tingkat partisipasi

tersebut akan semakin nyata dan baik karena ide tersebut lahir dan tumbuh

langsung dari masyarakat, sehingga partisipasi dapat berjalan beriringan sejalan

dengan gagasan yang dimunculkan. Sehingga apabila masyarakat diberikan

keikutsertaan dalam membangun daerahnya, maka masyarakat akan merasa

dihargai suatu partisipasinya maka jika sudah demikian maka potensi-potensi

yang ada dapat tersalurkan dengan baik.

b. Tahap pengambilan keputusan dengan melihat suatu landasan filosofi dimana

tahap ini adalah setiap orang yang akan merasa dihargai jika mereka diajak untuk

berkompromi, memberikan pikiranya dalam membuat suatu keputsan untuk

membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya. Keikutsertaan

anggota atau seseorang di dalam pengambilan keputusan secara psikososial

telah memaksa anggota masyarakat yang bersangkutan untuk turut bertanggung

jawab atas segala pelaksanaan dalam suatu pengembangan paket program yang

telah dikomunikasikan bersama. Dengan demikian adanya suatu saling percaya

dan menjaga serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar dikarenakan meras

terlibat dalam hal yang berkaitan pertisipasi pembangunan sosial.

c. Tahap pelaksanaan dan evaluasi dengan memberikan suatu landasan filosofi

maka masyarakat berdasarkan prinsip learning by doing diharapkan masyarkat

dapat belajar untuk mampu mandiri dengan menjalankan prinsip partispasi yang

baik dengan metode apapun yang menghasilka pemikiran positif, sehingga tidak

adanya suatu ketergantungan masyarakat yang terus menerus kepada pihak luar

atau komunikator atau penyuluh untuk melestarikan suatu program pada jangka

panjang. Setalah itu terkait evaluasi masyarakat dapat menilai sendir apa yang

sudah dikerjakan, karena segala sesuatu yang bersumber dari masyarakat maka

akan lebih mudah pula untuk dapat menilai serta mengkoreksi apa saja yang

menjadi kekurangan dalam penerapan dari partisipasi masyarakat ini. Mereka

memiliki kebebsan untuk menilai sesuatu dengan apa yang ada di benaknya,

kelebihan, kekurangan, pengalaman, hambatan, manfaat, dan factor lainnya

terhadap program tersebut.

Page 100: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 86

d. Tahap pembagian pembagian keuntungan adalah menekankan kepada suatu

tahap dimana adanya pemanfaatan program pembangunan yang mana

memberikan secara merata kepada anggota masyarakat. Adapun suatu

pertimbangan pokok dalam penerapannya jika dilihat pada aspek keuntungan

ekonomis adalah program tersebut akan memberikan kesuksesan secara

ekonomis kepada seluruh anggota dan masyarakat.

Kendati demikian walaupun tahapan yang sudah dipaparkan cukup jelas dan

tersistematis akan tetapi karena adanya suatu keterbatasan pengetahuan serta

keterampilan masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

evaluasi serta penghitungan kemanfaatan secara ekonomis. Namun dengan itu

semua apabila diterapkannya sistem partisipasi bottom up planning yang berjalan

seimbang dengan top down planning akan menghasilkan suatu partisipasi yang baik.

Dalam partispasi yang telah dibahas ada beberapa cara yang efektif yang diterapkan

oleh Asian Development Bank dalam suatu unsur kegiatan yang mereka laksanakan

dimana diantaranya ialah :

a. Partisipasi dengan memberikan serta mengumpulkan informasi ujung pasif pada

setiap skala partisipasi dari bawah sampai keatas yang ialah menyebarluaskan

suatu informasi kepada para stakeholder.

b. Partisipasi dengan cara melalui konsultasi atau mendapatkan suatu umpan balik

konsultasi yang mana ini mencari salah atu cara bagi Asian Development Bank

dan instansi lain dalam pelaksanaan pemerinahan untuk mengikutsertakan para

stakeholder dalam prakarsa pada pembangunan..

c. Partisipasi dengan melalui suatu pemberdayaan dan kendali bersama atas

kedalaman partisipasi maksimal yang tercapai dengan melalui adanya

pembedayaan atau kendali bersama ini dimana diharapkan adanya suatu

pengembangan rencana yang dilakukan masyarakat untuk melaksanakan suatu

tindakan dan pengelolaan kegiatan mereka sendiri, sehingga para lembaga donor

dan professional pembangunan lebih bersifat memperlancar dan mendukung,

daripada mengarahkan pembangunan suatu daerah. Kelompok masyarakat

mengendalikan keputusan daerah yang meningkatkan kepentingan mereka

dalam suatu pertahanan bangunan dan praktek fisik kelembagaan.

d. Partisipasi melalui suatu kolaborasi dan pembuatan keputusan bersama dimana

konsltasi yang akan digunakan sebagai suatu metode partisipasi memperlihatkan

bahwa para stakeholder di harapkan untuk dapat menyaurakan gagasan dan

pikiran mereka secara bersama-sama untuk merekomendasikan solusia, kendati

demikian suatu solusi terkait konsultasi yang ada terbatas karena tidak

memberikan kendali pembuatan keputusan kepada para stakeholder. Untuk satu

dan lain alasan, maka lembaga sponsor memilih untuk mempertahankan suatu

kekuatan yang akan diterima untuk menolak segala saran stakeholder. Akan

Page 101: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 87

tetapi kolaborasi berbeda dengan konsultasi diakrenakan para stakeholder

diundang untuk dapat mempengaruhi isi suatu proyek atau program.

Dengan mengikutsertakan suatu pendekatan dengan metode yang partisipatif

partisipasi berkisar dari yang bawah sampai pada pertukaran informasi yang pasif

dimana suatu komitmen akan tercapai sampai penuh. Stakeholder dapat

diikutsertakan dalam berbagai hal, misal seperti pembangunan yang sedang

berlangsung sampai mengambil bagian dalam suatu proyek-proyek yang dapat

membantu mereka bertanggung jawab atas pembangunan mereka sendiri. Segala

informasi yang dikumpulkan melibatkan sangat banyak penyebarluasan informasi

terkait program yang akan direncanakan atau meminta para stakeholder untuk dapat

memberikan suatu informasi yang berguna dimana informasi tersebut yang nantinya

akan digunakan untuk merencakan atau mengevaluasi proyek kegiatan lain yang

nantinya akan juga digunakan oleh para pihak lain. Dengan pembuatan suatu

keputusan bersama dan pemberdayaan kendali dimana bersama sama mewakili

segala apa yang menjadi kebanyakan pelaku pembangunan partisipatif dianggap

sebagai suatu hal yang sejati. Perlu kita untuk ketahui bahwa pada tiap tahap setiap

stakeholder terlibat aktif dan menyelesaikan pencapaian hasil yang berkelanjutan.

Sebagai contoh dalam suatu kolaborasi orang dari luar diundang untuk memenuhi

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dimana para professional dan atau

organisasi pembangunan mengidentifikasikan suatu problem atau masalah yang

akan dibahas dan menghimpun suatu kelompok untuk berkolaborasi membahas

topik tersebut. Akan tetapi stakeholder mungkin tidak memprakarsai kolaborasi itu,

namun demikian bahwa secara signifikan mempengaruhi hasil. Suatu kelompok

ataupun subkelompok dibuat agar pembangunan jaringan serta meningkatnya mutu

struktur tatanan praktek. Karena suatu pekerjaan yang dilakukan akan berubah

terkait interaksi yang telah dilakukan baik itu menjadi positif atau negative, karena

setiap gagasan para stakeholder mengubah desain proyek ataupun juga bahkan

rencana pelaksanaan serta menyumbang pada kebijakan atau strategi baru. Dimana

yang paling penting ialah professional agar segala sudut pandang akan sejalan dan

selaras demi pembangunan untuk kemakmuran dan kesejahteraan.

Kendali bersama ini harus memberi partispasi yang lebih dalam daripada

kolaborasi itu sendiri. Dengan demikian maka apabila peran serta diberikan peran

lebih maka akan semakin bertanggung jawab dengan apa yang menjadi

Page 102: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 88

perkembangan pembangunan yang sedang dibangun terhadap sautu perspektif

yang nyata dan tegas. Fasilitator yang harus berperan adalah para profesional

pembangunan terhadap suatu proses yang sedang dibanung oleh suatu daerah.

Pemegang kendali adalah juga para stakeholder serta pemilikan atas komponen

mereka pada suatu proyek dan juga suatu program, dalam membuat suatu

keputusan yang sesuai dengan hal tersebut. Dimana pada tahap ini, suatu peran

partisipasi daerah sangat amat berkelanjutan dikarenakan masyarakat yang

bersangkutan mempunyai kepentingan yang ada di dalam dimana pertahanan

struktur atau praktek tercapai. Pemantauan partisipatif di mana setiap orang-

orang, kelompok atau organisasi mengevaluasi suatu tindakan mereka sendiri

dengan memakai suatu prosedur dan juga indikator kinerja yang mereka pilih saat

mereka menyelesaikan rencananya yang juga memperkuat pemberdayaan dan

keberlanjutan. Dengan demikian karena lebih bersifat kepada unsur pelengkap,

daripada pengganti untuk, pemantauan eksternal, pemantauan partisipatif telah

disebut “penyempurna” pembangunan partisipatif.

Dengan demikian maka apabila dulu tidak adanya suatu partispasi yang

secara signifikan, maka suatu proses pengumpulan informasi dan atau konsultasi

dapat dipandang sebagai suatu tonggak penting, karena disamping itu adanyan

suatu tantangan dan kendala serta peluang khusus yang akan diberikan oleh tiap

masing-masing konteks yang mengartikan bahwa hal-hal demikian ini terkadang

dapat dinilai pada segala cara partisipsi yang juga paling sesuai. Adapun

kesempatan yang lain ialah dimana setiap hal dapat melengkapi dan saling

mendukung dalam bentuk partisipati yang lebih rumit. Banyak suatu kasus yang

dilihat adalah pada eksperimen atau kumpulan langkah pertama yang dirancang

untuk memperkenalkan stakeholder didalam dan diluar kepada suatu teknik-teknik

partisipasi. Adapun selainitu ialah banyak suatu kegiatan yang sulit dan rumit

dengan menggunakan beberapa suatu bentuk partisipasi, terkadang mulai dari

tingkat satu dan menjadi lebih dalam saat para professional pembangunan dan

stakeholder daerah belajar bersama. Sehingga segala aspek tertentu dari tiap-tiap

kasus disoroti dengan upaya suatu makalah atau proposal agar memperjelas segala

bentuk partisipasi tersebut.

Page 103: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 89

3. Fungsi dan Tujuan Serta Pola Peran Serta Masyarakat

Pada perkembangannya dimana partisipasi terbagi menjadi dua pola yang

pertama ialah pola partisipasi secara individu dan yang kedua adalah pola partisipasi

secara kelompok. Seseoramg yang aktif dan juga inovatif dalam segala

pembangunan akan sangat memberikan sumbangsih yang nyata bagi dirinya,

keluarga, daerah, bangsa dan Negara dalam aspek peningkatan ekonomi dan

spiritual. Kendati demikian manusia merupakan makhluk sosial yang mana ini harus

dikembangkan menjadi suatu kelompok atau anggota lainnya sehingga dengan

terjalinnya ini akan lahir lah suatu pola partisipasi masyarakat atau kelompok

dikarenakan setiap kelompok memiliki suatu unsur dan elemen yang beraneka

ragam dimana antara perbedaan tersebut memiliki suatu interaksi yang kaya akan

sebuah konsep-konsep. Pada pengembanganya dimana partisipasi anggota secara

kelompok perlu menggunakan pendekatan ‘Partisipation Action Model (PAM)’ yang

dikembangkan oleh Prof. S. Chamala untuk pengembangan Group Skill

Management Forland Care. Dimana metode ini dikembangkan atas dasar

pertimbangan :

a. Tujuan dalam proses pembangunan ialah untuk dapat memberikan peningkatan

kemampuan setiap anggota dan juga masyarakat.

b. Setiap orang memiliki hak dan juga kewajiban yang sama untuk turut serta dalam

berpartisipasi pada suatu proses pembangunan nasional.

c. Dengan melalui pendekatan “Partisipation Action Model” diharapkan setiap orang

dapat mengembangkan potensi dirinya dan siap untuk ikut serta dalam proses

pembangunan.

d. Partisipation Action Model” dibutuhkan karena :

1) Pembangunan dizaman sekarang yang semakin kompleks;

2) Pemerintah memiliki keterbatasan yang harus didukung segala pihak;

3) Dibutuhkan suatu partispasi masyarakat yang memiliki kemampuan inovasi

yang lebih baik sehingga dapat berkembang cepat dan tepat.

Metode Partisipation Action Model berasaskan pada suatu hal sebagai

berikut : “telling adults provokes reaction, showing them triggers the imagination,

involving them gives them understanding, empowering them leads to commitment

and action “, memberitahu orang dewasa dapat memprovokasi reaksi, sedangkan

Page 104: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 90

menunjukan kepada mereka dapat memicu imajinasi, melibatkan mereka memberi

mereka pemahaman, memperdayakan mereka mengarah ke komitmen dan

tindakan. Adapun factor yang kiranya dapat untuk mempengaruhinya ada bebrapa

factor dimana partisipasi masyarakat dalam suatu program dan juga sifat dari faktor

tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program yang namun ada pula yang

memiliki sifat dapat menghambat keberhasilan program..

Sebagai contoh dari faktor terbatasnya harta benda, faktor usia, faktor

pekerjaan, faktor pendidikan dan faktor penghasilan. Angell mengatakan partisipasi

yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu20:

a. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok

usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma

masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi

daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

b. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan

bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa

dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus

rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah

bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang

semakin baik.

c. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap

lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan

seluruh masyarakat.

20 Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row

Publisher,New York, 1967, hal 130

Page 105: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 91

d. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang

akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan

penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong

seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung

oleh suasana yang mapan perekonomian.

e. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal didaerah tersebut dimana ini akan

mempengruhi tingkat persentase yang akan timbul dalam aspek partispasinya

dengan semakin lama ia tinggal di dalam lingkungan tertentu, maka akan memiliki

rasa yang lebih terkait keperdulian terhadap lingkungannya.

Setiap kebijakan yang dikeluarkan atas suatu partispasi masyarakat yang telah

di bahas sebelumnya terkait pola pola dan bentuk suatu partispasi atau ditetapkan

oleh pemerintah pasti memiliki tujuan. Sesuai dengan pendapat Chandler dan Plano

”Kebijakan publik adalah Pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-

sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah public atau

pemerintah”21. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam perumusan

kebijakan publik Karen beberapa alasan berikut:

a. Kebijakan publik yang mana pada dasarnya untuk demi kepentingan setiap

masyarakat, dengan demikian maka kebijakan publik haruslah bertumpu kepada

keinginan, tuntutan, harapan serta kebutuhan dari masyarakat.

b. Sebagai suatu subyek dari ketentuan kebijakan publik, dimana masayrakat

merupakan suatu unsur pelaksana dari kebijakan publik itu.

c. Dengan tanpa adanya dukungan dari setiap orang maka suatu kebijakan publik

tidak akan dapat terlaksana dengan baik atau bahkan lebih parah dar itu yaitu

memunculkan suatu protes dan pergejolakan.

21 Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003,

hal 1

Page 106: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 92

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah sebagai pelasana

roda pemerintahan di daerah sangat membutuhkan partisipasi masyarkat. Terutama

dalam membuat kebijakan untuk kepentingan masyarakat. Adapun partisipasi dari

masyarakat tersebut memiliki suatu tindakan yang dapat dilaksanakan dengan

memberikan konsep atau gagasan yang dapat di masukan menjadi suatu prodak

kebijakan publik yang dari rakyat itu sendiri hasil gagasannya. Adapun terkait usualn

dan saran yang diberikan oleh masyarakat terkait kebijakan publik daerah bisa untuk

disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD melalui suatu diskusi

dan wawancara dengan para anggota dewan dan bisa juga dengan membuat surat

tertulis yang akan di tujukan kepada kantor DPRD dan atau menulis di media massa

seperti koran dan sebagainya.

Dengan menjadikan suatu kebijakan public yang akan dirumuskan bersama-

sama dengan masyarakat akan mengahsilkan kebijakn yang baik. Sebab kebijakan

tersebut akan dapat diterima dan dilaksanakan secara konsekwen oleh masyarakat.

Selain itu, partisipasi masyarakat dalam merumuskan kebijakan public terutama di

daerah akan memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarkat daerah.

Dampak positifnya yaitu, sebagai berikut.

a. Adanya perubahan tingkat kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban dan

peningkatan kapasitas kelembagaan masyarkat dalam proses perumusan

kebijakan public.

b. Terbentuk dan berperannya Forum Stkaeholder (Pihak yang terkait dan

berkepentngan dengan kebijakan public) di darah dalam rangka penyampaian

aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.

c. Berkembangnya nuansa kehidupan demokrasi dalam pelaksanaan kegiatan

pemerintahan dan pembanguan.

d. Pengelolaan keuangan daerah lebih transfaran sejak awal pembahasan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)

e. Adanya perubahan pola piker dan prilaku dari aparat pemerintah dalam

mewujudkan kepernerintahan yang baik.

f. Terbukanya ruang bagi masyarakat dalam melakukan pengawasan sosial.

Page 107: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 93

Menurut Thomas Dye menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah pilihan

pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Definisi kebijakan publik

dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa22 :

a. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi

swasta;

b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan

oleh badan pemerintah

Winarno memberikan pendapat bahwa suatu keputusan kebijakan mencakup

setiap suatu tindakan yang oleh seorang pejabat ataupun lembaga resmi untuk

mengubah, menyetujui, atau menolak suatu alternatif kebijakan yang dipilih. Adapun

tahapan pada suatu perumusan kebijakan itu terlahir dari beberapa tahapan atau

langkah-langkah mekanisme pembuatan sebuah kebijakan, yaitu23:

a. Perumusan Masalah

Menggali serta merumuskan masalah merupakan langkah yang paling

fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk itu maka dapat merusukan

kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah public harus dikenali dan

didefinisikan dengan baik pula. Kebijakan public pada dasarnya dibuat untuk

memecahkan segala permasalahan yang timbul di tengah masyarakat..

b. Agenda Kebijakan

Tidak semua masalah publik akan masuk ke dalam agenda kebijakan.

Masalah- masalah tersebut saling berkompetisi antara satu dengan yang lain.

Hanya masalah-masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam

agenda kebijakan. Suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan harus

memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti masalah tersebut mempunyai dampak

yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera

dilakukan.

22 Subarsono,Ag., Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal 2 23 Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008, hal 119-

123

Page 108: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 94

c. Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk Memecahkan Masalah

Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para

perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut ke dalam

agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan

masalah. Para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif

pilihan kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah

d. Tahap Penetapan Kebijakan

Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil

sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir

dalam pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut

sehingga mmempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

Kesimpulan

Partisipasi merupakan suatu hal kegiatan dalam konteks keikutsertaan dan

masyarakat adalah warga Negara yang bertempat tinggal mendiami suatu wilayah,

sehingga partisipasi masyarakat merupakan suatu kegiatan hal keikutsertaan warga

Negara di suatu wilayah tempat berdiam untuk melakukan suatu pergerakan

kenegaraan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu bentuk-

bentuk partisipasi masyarakat bisa dalam konteks partisipasi kemasyarakatan,

partisipasi uang, partisipasi demokrasi, partisipasi politik dan masih banyak lagi

contoh dari bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang ada di setiap Negara. Fungsi

dan Tujuan dari adanya sebuah peranan Partisipasi Masyarakat ini lebih

menghidupkan kehidupan bernegara yang berlandaskan transparansi, independ,

dan keadilan yang merata. Partisipasi Masyarakat tidak bisa terlepas dari konteks

corak kenegaraan yang bersifat Demokrasi karena secara etimologis Demokrasi

adalah dari dan untuk rakyat itu sendiri, sehingga peranan masyarakat di dalam

ketatanegaraan sangatlah penting peranannya dalam sebuah pergerakan roda

pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 109: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 95

C. Latihan soal / tugas

1. Apa yang dimaksud dengan Partisipasi Masyarakat ?

2. Sebutkan manfaat dari partisipasi masyarakat!

3. Sebutkan faktor –faktor yang mempengaruhi partisipasi!

4. Hal apa sajakah yang dilakukan masyarakat dalam partisipasi?

5. Sebutkan kelemahan kelemahan dari partisipasi !

D. Daftar pustaka

Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari

Pemikiran menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007.

Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999.

Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and

Row Publisher,New York, 1967.

Subarsono,Ag., Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta,

2003

Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008

Page 110: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 96

PERTEMUAN 8

NEGARA HUKUM

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-8 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tentang Negara Hukum

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Ciri-ciri dan Pelaksanaan Hukum Indonesia

3. Mahasiswa dapat menjabarkan Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi

B. Uraian Materi

1. Pengertian Negara Hukum

Perlu kita ketahui apa itu Negara sebelum kita masuk kedalam konteks Negara

hukum itu sendiri. Defini entititas tentang Negara menjadi sangat sulit lantaran

beraneka ragamnya obyek yang biasa dinyatakan secara tegas oleh istilah tersebut.

Kadang-kadang istilah Negara digunakan dalam pengertian yang sangat luas untuk

menyebut masyrakat atau bentuk khusus dari masyrakat, namun isitilah itupun

sering dipakai dalam arti sempit untuk menyebut suatu organ khusus misalnya

pemerintah atau para subyek pemerintah, bangsa, atau wilayah yang mereka

diami24. Di Indonesia, individu yang sudah berumur 17 tahun ke atas akan

mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). KTP menunjukan bahwa anda adalah

warga negara indonesia yang bertempat tinggal di wilayah kecamatan tertentu.

Secara sadar anda adalah bagian dari sesuatu yang di sebut “negara”. Apabila anda

ke luar negeri, maka anda akan banyak mendapatkan pertanyaan, anda berasal dari

negara mana ? demikian pula apabila kita menonton piala dunia, maka banyak

kesebelasan yang berasal dari berbagai negara seperti Argentina, Brasil, Korea

selatan dan sebagainya. Dalam bab ini, kita akan membahas tentang negara baik

menyangkur alasan terbentuknya negara,fungsi dan hubungan antara warga negara

dengan negara. Menurut ahli tata negara Sokrates, Aristoteles dan Plato (SPA),

adanya negara dimulai 400 tahun sebelum masehi. Keberadaan negara di dalam

masyarakat menurut Thomas Van Aquino di dorong oleh dua hal yaitu manusia

24 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa media dan Nuansa, 2006,

Bandung, hal 261

Page 111: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 97

sebagai mahluk sosial (animal social) dan mahluk politik (animal politicum). Manusia

sebagai mahluk sosial mempunyai sifat tidak bisa hidup sendiri dam juga sebagai

mahluk politik memiliki naluri untuk berkuasa. Oleh karena itu menurut Thomas

Hobbes, keberadaan negara sangat di perlukan sebagai tempat berlindung bagi

individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari individu, kelompok dan

masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter), karena menurutnya, manusia

dengan manusia lainnya memiliki sifat seperti srigala (homo homini lupus).

Keberadaan negara sebagaimana uraian di atas menimbulkan kesadaran

masyarakat untuk menciptakan mekanisme pembentukan negara yang mendapat

legitimasi(pengakuan) dari seluruh masyarakat secara bersama. Mekanisme yang

demokratis dan universal bagi pembentukan negara adalah pemilihan umum

(pemilu). Pemilu merupakan wadah untuk melakukan kontrak sosial dengan cara

memberikan suara kepada orang yang di pilihnya guna melindungi kepentingan

keseluruhan rakyat dalam suatu negara.

Negara dalam menjalani kehidupannya tentu menghadapi berbagai masalah

dalam menjaga eksistensinya. Masalah yang di hadapi oleh negara pada saat ini

antara lain adalah masalah globalisasi dan otonomi daerah, meskipun kedua hal

tersebut juga dapat memberi keuntungan bagi kemajuan suatu negara. Keuntungan

globalisasi bagi bangsa dan negara indonesia adalah dapat memberi nilai tambah

berupa kemudahan memperoleh informasi, teknologi, maupun pengetahuan yang

berkembang dan terjadi di seluruh dunia.Sama halnya otonomi daerah juga memberi

keuntungan yang besar bagi bangsa indonesia untuk dapat hidup mandiri dalam

mengelola dan mengeksplorasi sumber daya alam dan manusia yang ada di

daerahnya secara optimal. Karena secara teoretis, masyarakat di daerah itula yang

paling mengetahui segala potensi yang di miliki oleh daerah tersebut. Salah satu

dampak yang merugikan dari globalisasi adalah menipisnya rasa kebanggaan serta

nasionalisme sebagai anak angsa karena nilai budaya dan teknologi asing masuk ke

indonesia melalui teknologi informasi dan komunikasi. Ancaman lain juga timbul

dengan adanya penerapan sistem negara kesatuan yang bersifat desentralisasi

yang berintikan kepada pemberian otonomi kepada daerah tingkat kabupaten dan

kota di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Bentuk ancamannya

adalah apabila komitmen dan konsistensi penyelenggaraan negara oleh penguasa

(pemerintah) tidak memberi kesejahteraan secara adil dan merata kepada

Page 112: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 98

keseluruhan rakyat, maka dapat melahirkan ancaman yang dapat membahayakan

disintegrasi (perpecahan) bangsa dan negara.

Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam

negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan

hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum25.

Dengan demikian dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum,

bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang

berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara

hukum. Supremasi hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan,

kemanfaatan, dan kepastian. Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak

boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”. Negara-negara komunis atau

negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak gagasan tentang

konstitusionalisme sehingga tidak dapat dikatakan sebagai negara hukum dalam arti

sesungguhnya. Jimly Asshiddiqie (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan bahwa

negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami sebagai suatu konsep

hukum. Dikatakan sebagai konsep yang unik karena tidak ada konsep lain. Dalam

negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan sistem hukum yang berpuncak

pada konstitusi atau undang-undang dasar. Negara tidak campur tangan secara

banyak terhadap urusan dan kepentingan warga negara. Namun seiring

perkembangan zaman, negara hukum formil berkembang menjadi negara hukum

materiil yang berarti negara yang pemerintahannya memiliki keleluasaan untuk turut

campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut

bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri

dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

2. Ciri-ciri Negara Hukum dan Pelaksanaan Hukum di Indonesia

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of

Law. Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan

ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut :

25 Winarno, Dwi, Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan

Tinggi, Bumi Aksara, 2006, Jakarta, hal 15

Page 113: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 99

a. Hak asasi manusia.

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang

biasa dikenal sebagai Trias Politika.

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.

d. Peradilan administrasi dalam perselisihan

Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule

of Law sebagai berikut :

a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga

seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.

b. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi

pejabat.

c. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan

Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep

negara hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas

terlihat bahwa peranan pemerintah hanya sedikit karena ada dalil bahwa

“Pemerintah yang sedikit adalah pemerintah yang baik”. Dengan munculnya konsep

negara hukum materiil pada abad ke-20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum

sebagaimana dikemukakan oleh Stahl dan Dicey di atas kemudian ditinjau lagi

sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas pemerintahan yang tidak boleh

lagi bersifat pasif. Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam International

Comunition of Jurits pada konferensi Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri

pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis. Ciri-ciri tersebut

adalah

a. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selai daripada menjamin

hak-hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh

perlindungan atas hak-hak yang dijamin.

b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.

d. Pemilihan umum yang bebas.

e. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi.

f. Pendidikan civics (kewarganegaraan)

Page 114: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 100

Disamping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai

pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli.

Menurut Montesquieu, negara yang paling baik adalah negara hukum, sebab di

dalam konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu :

a. Perlindungan HAM.

b. Ditetapkan ketatanegaraan suatu Negara.

c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara.

Prof. Sudargo Gautama mengemukakan 3(tiga) ciri atau unsur dari negara

hukum, yakni sebagai berikut :

a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya

negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh

hukum, individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak

terhadap penguasa.

b. Asas legalitas Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah

diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau

aparaturnya.

c. Pemisahan kekuasaan Agar hak-hak asasi betul-betul terlindungi, diadakan

pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-

undangan, melaksanakan dan badan yang mengadilin harus terpisah satu sama

lain tidak berada dalam satu tangan.

Frans Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri negara

hukum sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi. Kelima ciri negara hukum

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan

ketetapan sebuah undang-undang dasar.

b. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. Karena

tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak

asasi manusia memastikan bahwa pemerintah tidak dapat menyalahgunakan

hukum untuk tindakan yang tidak adil atau tercela.

c. Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya

taat pada dasar hukum yang berlaku.

Page 115: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 101

d. Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan

dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.

e. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.

Adanya suatu tiga ciri khas negara hukum, ialah:

a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia Di dalam ciri ini

terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum dijamin adanya

perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum. Jaminan itu

umumnya dituangkan dalam konstitusi negara bukan pada peraturan perundang-

undangan di bawah konstitusi negara. Undang-undang dasar negara berisi

ketentuan-ketentuan tentang hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan

konstitusionalisme.

b. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak. Dalam

ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga peradilan dan

badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan

hukum, tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif.

Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain,

diharapkan negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan.

c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya Bahwa segala tindakan

penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum

yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada

Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah

Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945

menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa

negara Indonesia adalah dan harus merupakan Negara hukum. Sebelumnya,

landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD

1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara. Indonesia adalah negara yang berdasar

atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat),

tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat). Sistem Konstitusional.

Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat

absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Berdasarkan perumusan di atas,

Page 116: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 102

negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh

konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental.

Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil,

yang dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat

dijadikan landasan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab

XIV tentang Perekonomian Nagara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD

1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas

perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat. Negara Hukum Indonesia menurut

UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.

b. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.

c. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.

d. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD

1945).

e. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).

f. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.

g. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).

h. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah.

i. Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan social.

j. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J

UUD 1945).

3. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi

Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa

negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum

belum tentu negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara

demokrasi. Franz Magnis Suseno menyatakan adanya 5 gugus ciri hakiki dari

negara demokrasi. Kelima ciri tersebut adalah26 :

26 Ibid, hal 25

Page 117: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 103

a. Negara hukum.

b. Pemerintahan di bawah kontrol nyata masyarakat.

c. Pemilihan umum yang bebas.

d. Prinsip mayoritas

e. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.

Berdasarkan sejarah, tumbuhnya negara hukum, baik formal maupun materiil

bermula dari gagasan demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi yang

berdasar atas konstitusi. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-19

menghasilkan negara hukum klasik (formil) dan gagasan demokrasi konstitusional

abad ke-20 menghasilkan Rule of Law yang dinamis (negara hukum materiil). Pada

dasarnya Negara hukum memiliki erat kaitannya dengan demokrasi karena dengana

danya Negara ukum maka demokrasi lah lahir. Sejarah mencatat bahwa demokrasi

di Indoensia memiliki perbaikan perbaikan yang mnedasar dan bertahap. Negara

Republik Indonesia lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 melalui pernyataan

Proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama

bangsa Indonesia. Naskah proklamasi ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung

Hatta, dibacakan oleh Bung karni di depan rumah yang terletak di Jalan pegangsaan

Timur No. 56 Jakarta, jam 10 pagi. Pembacaan naskah prokalamsi oleh Bung Karno

dilanjutkan dengan pidato proklamasi.

Dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berarti bahwa sejak saat itu

negara Indonesia telah ada dan bangsa Indonesia sudah bertekad untuk

menentukan nasib sendiri, tidak bersandar dan menggantungkan nasibnya kepada

bangsa lain manapun. Dengan lahirnya negara Republik Indonesia maka bersamaan

itu pula tata hukum dan tata negara Indonesia berdiri. Kesimpulannya, Proklamasi

kemerdekaan Republik Indonesia mengandung arti:

a. Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Sebagai puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia

yangdihayati sejak tanggal 20 Mei 1908.

c. Titik tolak pelaksanaan amanat penderitaan rakyat.

Page 118: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 104

Maka oleh karena itu pada tanggal 29 April 1945 pemerintah bala tentara

Jepang di Jakarta membentuk suatu badan yang diberi nama Dokuritsu Zyunbi

Tyoosakai atau Badan penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI). BPUPKI terdiri atas 62 orang anggota yang diketuai oleh IR. Radjiman

Wedyodiningrat. Badan ini mengadakan sudang dua kali Sidang I tanggal 29 Mei

1945 sampai dengan 2 Juni 1945 dan Sidang II tanggal 10 Juli 1945 sampai dengan

16 Juli 1945. BPUPKI membentuk panitia kecil yang merumuskan hasil siding yang

beranggotakan Sembilan orang, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, MR. AA

Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdulkahar Muzakir, Haji AGus Salim, Mr.

Achmad Subardjo, KH. A Wachid Hasyim, dan Mr. Muhammad Yamin. Setelah itu

lalu pada Tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI berhasil menyusun naskah rancangan

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan tanggal 16 Juli 1945 selesai

menyusun naskah rancangan UUD 1945, setelah itu BPUPKI dibubarkan. Tanggal 9

Agustus 1945 dibentuk badan baru dengan nama Dokuritzu Zyumbi atau panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan

Wakil Ketua oleh Drs. Mohammad Hatta, anggotanya 21 orang, kemudian ditambah

6 orang, sehingga menjadi 27 orang. PPKI kemudian dijadikan “Komite Nasional”.

Tanggal 17 Agustus 1945 PPKI menyaksikan pembacaan Proklamasi. Tanggal 18

Agustus 1945 bersidang dan hasilnya menetapkan:

a. Pembukaan Undang-undang Dasar 1945

b. Undang-undang Dasar 1945 sebagai udnang-undang dasarnegara Republik

Indonesia.

c. Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad hatta masing-masing sebagai Presiden dan

Wakil Presiden Republik Indonesia;

d. Pekerjaan Presiden untuk sementara dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Tanggal 19 agustus 1945, PPKI bersidang lagi dan hasilnya menetapkan:

a. Pembentukan 12 Departemen pemerintahan;

b. Pembagian wilayah Republik Indonesia menjadi 8 Provinsi dan tiapa provinsi

dalam karesidenan-karesidenan.

Page 119: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 105

Dengan terpilihnya presiden dan wakil-wakil presiden atas dasar UUD 1945 itu

maka secara formal sempurnalah negara Republik Indonesia. Sejak saat itu semua

syarat yang lazim diperlukan oleh setiap organisasi negara telah ada, yaitu adanya

rakyat negara, adanya wilayah negara, adanya pemerintahan, dan tujuan negara,

yaitu sebagai berikut:

a. Rakyat Indonesia, yaitu bangsa Indonesia

b. Wilayah negara Indonesia, yaitu Tanah Aiar Indonesia yang dahulu dinamakan

Hindia Belanda.

c. Pemerintah negara Indonesia telah ada semenjak terpilihnya presiden dan atas

dasar UUD 1945 sebagai pucuk pimpinan pemerintahan dalam negara.

d. Tujuan negara adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adail dan

makmur berdasarkan pancasila.

e. Bentuk Negara Indonesia menurut pasal 1 ayat (1) UUD 1945 adalah Negara

Kesatuan.

Dan hal tersebut terus berlanjut sampai pada tanggal 28 September 1950,

Indonesia dengan resmi menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)

sebagai anggota ke-60. PPKI telah menetapkan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus

1945. Adapun yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah Konstitusi Republik

Indonesia yang terdiri atas berikut ini :

a. Pembukaan, meliputi 4 alenia.

b. Batang tubuh atau isi UUD 1945 meliputi 16 bab 37 pasal, 4 pasal aturan

peralihan dan 2 aturan tambahan.

c. Penjelasan resmi UUD 1945.

Hukum Tata Negara merupakan skumpulan peraturan hukum yang mengatur

negara dan membahas perihal:

a. Organisasinya;

Organisasi adalah bentuk kerjasama mencapaisautu tujuan. Dalam

organisasi terdapat pembagian kerja, dan bagian-bagiannya itu mempunyai

ikatan dengan keseluruhannya. Dalam organisasi itu ditentukan bagaimana

Page 120: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 106

bentuk negara dan bentuk pemerintahan yang diinginkan, serta pembagian

wilayah negara menurut tingkatannya.

b. Hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertical dan horizontal;

Hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertical dan

horizontal. Yang dimaksud bagian-bagian dari organisasi adalah alat-alat

perlengkapan negara dengan wewenang dan kewajiobannya maisng-masing

yang dalam melakukan kegiatannya menimbulkan hubungan antar

alatperlengkapan negara yang satu dengan lainnya. Hubungan yang bersifat

vertical adalah praktik pembagian kerja antara pusat dan daerah. Hal ini

tergantung dari susunan negara yang diterapkan, ada yang dinamakan

sentralisasi atau desentralisasi. Pada dasarnya hubungan yang bersifat vertical

berarti Hukum Tata Negara yang berbicara tentang system pemerintah daerah.

Khususnya untuk Indonesia. Hubungan yang bersifat horizontal adalah hubungan

antara kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudikatif. Pada dasarnya merupakan

sistem pemerintahan di tingkat pusat.

c. Kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya.

Dasar untuk menentukan seseorang masuk menjadi warga suatu negara

adalah didasarkan pada Asas keturunan atau his sanguinis, dan Asas tempat

kelahiran atau his soli.

Kesimpulan

Negara Hukum adalah sebuah negara yang menjalan roda pemerintahannya

berdasarkan asas-asas Hukum yang berlaku dimana konteks disini adalah satuan

kehidupan yang tidak lepas erat kaitannya dengan law and jutice. Dengan demikian

dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum, bukan kekuasaan

belaka serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham

konstitusionalisme Menurut ahli tata negara Sokrates, Aristoteles dan Plato, adanya

negara dimulai 400 tahun sebelum masehi. Keberadaan negara di dalam

masyarakat menurut Thomas Van Aquino di dorong oleh dua hal yaitu manusia

sebagai mahluk sosial (animal social) dan mahluk politik (animal politicum). Didalam

Negara Hukumpun memiliki ciri-ciri suatu Negara bisa dikatakan sebagai Negara

Page 121: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 107

hukum yang mana ciri-ciri tersebut ialah Hak asasi manusia, pemisahan atau

pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa dikenal

sebagai Trias Politika, Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan, Peradilan

administrasi dalam perselisihan. Sehingga dari ciri ciri tersebut Negara tidak boleh

melaksanaakan proses kenegaraannya tanpa di dasari prinsip-prisnip pemerintahan

yang baik yang berlandaskan Hukum yang berlaku dalam tatanan kenegaraan.

Negara Hukum sendiripun tidak bisa lepas kaitannya terhadap sebuah corak

pemerintahan yang berdemokrasi karena di Negara Kesatuan Republik Indonesia

adanya corak pemerintahan yang demokrasi menjadikan Hukum yang ada haruslah

mengakomodir dari sebuah semangat demokrasi yang ada. Di Indonesia yang

menjadikan Negara Hukum tidak bisa dilepaskan dari sebuah sejarah Demokrasi

karena dalam masa-masa penjajahan Indonesia penuh dengan perjuangan untuk

bisa sampai sekarang dalam artian kepastian dari sebuah Rechtstaat bukan

Machstaat.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang saudara ketahui tentang Negara Hukum ?

2. Apakah hukum di Negara kita telah sesuai ?

3. Bagaimanakah pendapat saudara tentang keberadaan hukum di Negara kita?

4. Jelaskan ciri-ciri negara hukum

5. Jelaskan hubungan hukum dengan demokrasi

Page 122: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 108

D. Daftar Pustaka

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa media dan Nuansa,

2006, Bandung.

Winarno, Dwi, Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan

Tinggi, Bumi Aksara, 2006, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh

Mahkamah Agung

Page 123: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 109

PERTEMUAN 9

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-9 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Sistem Pemerintahan Negara Repupblik

Indonesia

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Lembaga Ketatanegaraan

3. Mahasiswa dapat menjabarkan perbedaan Lembaga Negara Pasca Amandemen

B. Uraian Materi

1. Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Terdapat tiga fungsi kekuasaan yang dikenal secara klasik dalam teori hukum

maupun politik, yaitu fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Baron de Montesquieu

memberikan sebuah pandangan dan pemikirannya bahwa ketiga fungsi kekuasaan

negara itu dilembagakan masing-masing dalam tiga organ negara. Satu organ hanya

dapat diperbolehkan menjalankan satu fungsi dan tidak boleh saling mencampuri

urusan masing-masing dalam arti yang mutlak atau sparation of power. Dengan

demikian artinya bahwa jika tidak diatur secara demikian, atas nama kebebasan

akan terancam atau hancur karena saling mengintervensi sebuah kebijakan yang

saling tumpang tindih27. Sistem pemerintahan negara dalam arti luas adalah meliputi

seluruh lembaga pemerintah negara yang ada, yaitu badan legislatif, badan

eksekutif, dan badan yudikatif. Menurut teori Trias Politika, ketiga badan tersebut

memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Badan Legislatif

Adalah badan yang berfungsi sebagai pembuat undang-undang (UU) atau

peraturan daerah (perda) yang pengesahannya di lakukan bersama dengan

presiden atau kepala daerah. Lembaga ini meliputi DPR, DPRD I, dab DPRD II

yang masing-masing menjalankan tugas dan funsinya menurut tingkatannya.

Badan lain yang memiliki hubungan langsung dengan DPR adalan badan

27 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Konstitusi Press, Jakarta, 2006, hal 9

Page 124: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 110

pemerika keuangan (BPK). Badan ini yang memiliki fungsi sebagai auditor

(pemeriksa) keuangan negara, yang hasil pemeriksaannya di sampaikan secara

rutin setiap tiga bulan kepada DPR sebagai bahan masukan bagi DPR untuk

mengawasi penggunaan keuangan negara.

b. Badan Eksekutif

Adalah badan yang berfungsi menjalankan undang-undang yang mendapat

persetujuan secara bersama-sama antara DPR dengan presiden. Lembaga ini

meliputi presiden, wakil presiden, para menteri departemen dan non departemen,

gubernur beserta muspida, bupati/walikota beserta muspida, camat, lurah/desa.

c. Badan Yudikatif

Adalah badan yang berfungsi mengadili penerapan undang-undang.

Lembaga ini meliputi Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi

Yudisial. Secara khusus, tugas dan fungsi krtiga lembaga tersebut adalah

sebagai berikut Mahkamah Agung (MA) berfungsi memberi pertimbangan kepada

presiden tentang pemberian grasi, amnesti, abolisi, rehabilitasi yang merupaka

hak prerogratif presiden dalam bidang hukum. Di samping juga menjalamkan

tinjauan yudisial (yudicial review) yaitu melakukan uji peraturan pemerintah yang

bertentangan dengan UU yang ada di atasnya.

Mahkamah Konstitusi (MK) berfungsi melakukan uji undang-undang terhadap

UUD 1945, menyelesaikan konflik antar lembaga negara dan melakukan

pembubaran partai politik bila melakukan pelanggaran UUD1945. Komisi Yudisial

(KY) berwenang merekrut dan menyeleksi calon hakim agung. Fungsi pengawasan

hakim dari tingkat pengadilan negeri sampai mahkamah agung maupun hakim

konstitusi yang semula di lakukan oleh komisi yudisial telah di batalkan oleh

Mahkamah Konstitusi,sehingga fungsi pegawasan hakim di kembalikan ke

Mahkamah Agung di bawah tanggung jawab wakil ketua MA bidang yudisial.

Badan atau lembaga penegak hukum yang berada langsung di bawah kendali

pemerintahan negara adalah kepolisian negara, kejaksaan agung dan

pengadilan.Ketiga lembaga ini memiliki fungsi dan tugas yang saling terkait dan

bersifat hirarkis hingga ke tingkat daerah tingkat kabupaten/kota, sedangkan khusus

Page 125: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 111

polisi berada hingga tingkat lurah/desa. Lalu system pemerintahan dalam arti sempit

adalah eksekutif yang bekerja dalam proses pelaksana undang undang yang

menjadikan sebuah lembaga yang dikepalai oleh seorang Presiden dalam

mengkoordinasi dan melaksanakan amanat dari rakyat.

2. Lembaga Ketatanegaraan

Sistem Pemerintah Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945 pasca

perubahan keempat tahun 2002 telah menetapkan tentang pembentukan susunan

dan kekuasaan/ wewenang badan-badan kenegaraan adalah sebagai berikut :

a. Dewan Perwakilan Rakyat

b. Dewan Perwakilan Daerah

c. Majelis Permusyawaratan Rakyat

d. Badan Pemeriksa Keuangan

e. Presiden dan Wakil Presiden

f. Mahkamah Agung

g. Mahkamah konstitusi

h. Komisi Yudisial

i. Badan Pemeriksaan Keuangan

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memiliki tugas MPR adalah ( Pasal 3

UUD 1945) ialah :

a. Mengubah dan menetapkan UUD 1945

b. Melantik Presiden dan Wakil Presiden

c. Dapat memeberhentikan Presiden dan Wakil Presiden

Presiden dalam masa jabatan menuurut UUD Pasal1(2) UUD 1945,

Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut UUD. Sebelumnya MPR

adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau pemegang kedaulatan rakyat,

sebagai pemegang kekuasaan Negara tertinggi, MPR membawahi lembaga-

lembaga yang lain. Dengan adanya perubahan ini, maka :

a. MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi Negara

b. Tidak lagi memegang kedaulatan rakyat

Page 126: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 112

c. Tidak lagi memilih Presidendan Wakil Presiden karena rakyat memilih secara

langsung.

Mengenai memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa

jabatanya, MPR mempunyai kewenagan apabila :

a. Ada usulan dari DPR

b. Mahkamah Konstitusi memeriksa, mengadili, dan memutuskan bahwa

Presiden dan/ atau Eakil Presiden bersalah.

Alasan kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi Negara dan pemegang

kedaulatan rakyat ditiadakan adalah, karena MPR bukan satu-satunya lembaga

yang melaksanakan kedaulatan rakyat, setiap lembaga yang mengembang

tugas-tugas politik Negara dan pemerintahan adalah pelaksana kedaulatan

rakyat dan harus tunduk dan bertanggung jawab kepada rakyat. Mengenai susunan

keanggotaan MPR menurut pasal 2 (1) mengatakan MPR terdiri atas anggota DPR

dan Anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut

dengan undang-undang. Dengan demikian keanggotaan MPR terdiri :

a. Seluruh anggota DPR

b. Anggota DPD

Adanya anggota DPD agar lebih demokratis dan meningkatkan keikutsertaan

daerah dalam penyelenggaraan sehari-hari praktek Negara dan pemerintahan

disamping sebagai forum memperjuangkan kepentingan daerah. Mengenai

perubahan UUD 1945 diatur mekanisme perubahan UUD dalam pasal 37 UUD

1945.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki tugas dan wewenang DPR ialah :

a. DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang

b. DPR berfungsi Budget dan Pengawasan

c. DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan

pandapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta

hak imunitas.

d. DPR memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam mengangkat Duta Besar

dan menerima penempatan duta Negara lain, memberikan Amnesty dan Abolisi.

Page 127: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 113

e. DPR memberikan persetujuan bila Presiden hendak membuat perjanjian bidang

ekonomi, perjanjian damai, mengadakan perang serta perjanjian internasional

lainnya, dan memilih anggota-anggota BPK, mengangkat dan memberhentikan

Anggota Komisi Yudisial dan menominisasikan 3 orang Mahkamah Konstitusi.

f. DPR memberikan persetujuan kepada Presiden dalam hal Presiden hendak

mengangkat seorang Panglima TNI, Kepala Kepolisian.

g. DPR diberi wewenang untuk memilih/ menyeleksi Anggota Komisi

Pemberantasan Korupsi, Gubernur Bank Indonesia dan Anggota Komisi Nasional

HAM.

h. DPR dapat mengusulkan untuk memberhentikan Presiden dan/ atau Wakil

Presiden, setelah Mahkamah Konstitusi memeriksa, mengadili dan memutuskan

bahwa Presiden bersalah.

Apabila dilihat tugas, wewenang, fungsi dan hak-hak DPR tersebut sangat

banyak dan luas sekali, bahkan hamper semua bidang kekuasaan Presiden dimiliki

DPR. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia, fungsi legislasi

ini biasanya memang dianggap yang paling penting28.

Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) ialah diatur dalam pasal 22c dan 22d UUD

1945, anggota DPD dipilih dari setiap propinsi melalui pemilihan umum. Jumlah

anggota DPD setiap propinsi tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. DPD

besidang sedikitnya sekali dalam setahun. Susunan dan kedudukan DPD diatur

dengan Undang-Undang. Wewenang DPD ( Pasal 22d) ialah :

a. DPD dapat mengajukan kepada DPR Rancangan Undang-Undang yang

berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan

pemekaran, dan penggabungan daerah, pengolahan sumber daya alam dan

sember daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.

b. DPD melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang mengenai

otonomi daerah, pembentukan pemekaran, dan penggabungan daerah,

hubungan pusat dan daerah pengolahan sumber daya alam dan sember daya

ekonomi lainnya , pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja Negara,

28Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,

Konstitusi Press, 2006, Jakarta, hal 34

Page 128: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 114

pajak, pendidikan dan Agama serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada

DPR.

c. DPD sebagai bagian dari kelembagaan MPR, mempunyai tugas melantik dan

memberhentikan Presiden dan/ atau Wakil Presiden, mengubah UUD 1945,

memilih Presiden dan/ atau Wakil Presiden apabila dalam waktu yang bersamaan

keduanya berhalangan tetap.

Disamping itu Dewan Perwakilan Daerah pun memiliki suatu hak hak tertentu

yang dapat diberikan kepada lembaga tersebut yang mana hak hak tersebut adalah :

a. Menyampaikan usul dan pendapat

b. Memilih dan dipilih

c. Membela diri

d. Memerintah

e. Protokoler

f. Keuangan dan Administrasi

g. Presiden dan Wakil Presiden

Presiden RI memegang kekuasaan Pemerintahan menurut UUD. Presiden

dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan

sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali

masa jabatan. UUD 1945 menempatkan kedudukan lembaga-lembaga tinggi

Negara sederajat sehingga tidak dapat saling menjatuhkan dan/ atau membubarkan

Pasal 8 UUD 1945 mengatakan :

a. Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan

kewajiban dalam masa jabatan, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai

habis masa jabatannya.

b. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden selambat-lambatnya dalam waktu

60 hari MPR menyelenggarakan siding untuk memilih Wakil Presiden dari dua

calon yang diusulkan oleh Presiden.

c. Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak

dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,

pelaksanaan tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam

Page 129: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 115

Negeri dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama, selambat-lambatnya

tiga puluh hari setelah itu MPR menyelenggarakan siding untuk memilih Presiden

dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai

politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden meraih suara

terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai

berakhir masa jabatannya.

Adapun Mahkamah Agung ( MA ) didalam UUD 1945 menegaskan bahwa

Indonesia adalah Negara hukum. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (

rechtsstaat ) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka ( machtsstaat).

Pemerintahan berdasarkan system Konstitusi, tidak bersifat absolutisme (

kekuasaan yang tidak terbatas). Prinsip dalam suatu Negara hukum adalah

jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari

pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarkan peradilan guna penegakan

hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah

Agung dan badan- badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan.

a. Peradilan Umum

b. Peradilan Agama

c. Peradilan Militer

d. Peradilan Tata Usaha Negara

e. dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

UU No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman telah mencabut UU No.

14 Tahun 1970 dan UU No. 35 Tahun 1994, dimana segala urusan mengenai

peradilan baik teknis yudisial, organisasi administrasi dan financial berada di bawah

satu atap yaitu Kekuasaan Mahkamah Agung. Negara Indonesia adalah Negara

demokratis dimana kedaulatan ada ditangan rakyat dan juga Indonesia adalah

Negara hukum atau kedaulatan hukum, keduanya menyatu dalam konsepsi

Negara hukum yang demokratis atau Negara demokratsi yang berdasarkan

hukum, dan selanjutnya sebagai perwujudan keyakinan bangsa Indonesia akan

kedaulatan Tuhan dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan berdasarkan

Pancasila,

Mahkamah Konstitusi ( MK ) pada Pasal 24 c UUD 1945 mengatakan :

Page 130: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 116

a. Mahkamah Konstitusi berwenang pada tingkat pertama dan terakhir yang

putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap UUD.

b. Memutus sengketa-sengketa kewenangan lembaga Negara yang wewenang

diberikan oleh UUD.

c. Memutus pembubaran partai politik.

d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

e. Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan

pelanggaran oleh Presiden dan/ atau Wakil Presiden menurut UUD.

Perbandingan antara Mahkamah Agung dengan Mahkamah Konstitusi adalah

Kedua-duanya sama-sama merupakan pelaku kekuasaan kehakiman. Mahkamah

agung merupakan pengadilan keadilan ( Court of Justice), sedangkan Mahkamah

Konstitusi Lembaga Pengadilan Hukum (Court of Law).

Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) yang juga diatur dalam BAB III A, pasal

23 E yang berbunyi :

a. Untuk memeriksa pengolahan dan tanggung jawab tentang keuangan

Negara didalam suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

b. Hasil pemeriksaan keuangan itu diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD

sesuai dengan kewenangannya.

c. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau

badan sesuai dengan UU

d. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD

dan diresmikan oleh Presiden. BPK juga berwenang melakukan pemeriksaan

APBD, perusahaan daeah, BUMN, dan perusahaan swasta dimana didalmnya

terdapat kekayaan Negara.

Komisi Yudisial ( KY ) diatur dalam pasal 24 B UUD 1945 dan UU No 22

Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Komisi Yudisial adalah lembaga Negara yang

bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan

atau pengaruh dari kekuasaan lainnya. Anggota Komisi Yudisial diangkat oleh

Presiden dengan persetujuan DPR. Wewenang Komisi Yudisial adalah Mengusulkan

pengangkatan Hakim Agung kepada DPR, menegakkan kehormatan dan keluhuran

martabat serta menjaga prilaku hakim.

Page 131: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 117

Tugas Komisi Yudisial yaitu :

a. Melakukan pendaftaran Calon Hakim Agung

b. Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung

c. Menetapkan Calon Hakim Agung

d. Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR

e. Melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim

f. Mengajukan usul penjatuhan sanksi terhadap hakim kepada pimpinan MA dan/

atau MK

3. Lembaga Negara Pasca Amandemen

Dengan amandemen I, II dan IV maka mulai tanggal 10 Agustus 2002, struktur

ketatanegaraan Negara kesatuan Republik Indonesia telah berubah. Dimana suda

tidak ada lagi salah satu kedudukan lembaga yang paling tinggi, dengan adnaya

perubahan amandemen maka keduudkan lembaga Negara semua sama dan saling

cek and balance. Berikut gambaran lembaga Negara sebelum dan sesudah

amandemen. Pada prinsip nya pembagian kekuasaan ini dimaksudkan agar

mengedepankan prinsip keadilan dan keterbukaan serta transparansi yang baik.

Dalam sebuah perubahan amandemen undang-undang dasar 1945 ini maksud

dalam sebuah tujuan jangka jauh dan jangka pendek sangat terasa, sehingga

mengurangi atau diharapkan dapat menghilangkan praktek praktek korupsi, kolusi,

dan nepotisme yang merajalela. Dahulu lembaga Negara yaitu Majelis

Permusyawaratan Rakyat atau yang disingkat adalah MPR memiliki kekuasaan

penuh dalam sebuah penanganan dan pelantikan serta pemilihan dalam arti sebuah

kekuasaan yang sangat super pada sebuah system ketatanegaraan pada era orde

baru. Lalu ini disadari menjadi sebuah kelemahan dari system ketatanegaraan saat

itu, maka lahirnya sebuah proses era baru yang kita kenal sekarang adalah era

reformasi yang mengedapnkan kesetaraan kekuasaan baik dari eksekutif,

legislative, dan yudikatif. Kesemuaanya memiliki peran masing-masing dalam

menjalankan roda pemerintahan yang baik dan benar sesuai dengan asas-asas

umum pemerintahan yang baik seperti yang dituangkan dalam Undang-undang no

30 tahun 2014 tentang administasi pemerintahan. Pemerintah sendiri memiliki arti

luas dan arti sempit seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, yang artinya jika

kita meihat arti secara luas maka pemerintah atau seseorang yang

Page 132: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 118

menyelenggarakan roda birokrasi dan regulasi adalah keseluruhan elemen lembaga

baik itu eksekutif, legislative, dan yudiaktif. Maka menjaga Negara dengan baik

adalah tugas dari kesemua seluruh elemn masyarakat dan lembaga Negara dalam

hal penerapan penerapan yang transparan dan independent. Perlu kita pahami

bahwa sekalipun ada perbedaan pandangan dalam hal sebuah penyelenggaraan

pemrintahan baik itu eksekuif kepada legislative dan juga sebaliknya maka itulah

pula tujuan utama adanya reformasi dalam sebuah revisi amandemen dalam

Undang-undang Dasar 1945 yang kita pahami.

Pembagian kekuasaan yang merata akan menciptakan cek and balance yang

baik agar iklim dan atmosfir sebuah Negara menjadi lebih baik agar tidak terciptanya

kekuasaan yang over power atau agar tidak adanya sebuah oknum yang berkuasa

melampaui batas batas kewajaran yang ada. Tentu jika tidak terantispasi maka akan

mengakibatkan kerugian bagi Negara dan rakyatnya itu sendiri, bahkan bisa sampai

suatu Negara mengalami kegagalan dalam hal penyelenggaraan pemerintahan

karena adanya sebuah kekuasaan yang terlampau dipegang penuh oleh salah satu

lembaga sehingga lembaga yang lain tidak dapat berkutik atau tidak dapat menjadi

penyeimbang dalam sebuah pergerakan politik dan ekonomi suatu Negara

Kesimpulan

Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia adalah memiliki corak

Pemerintahan Demokrasi dan sistem pemerintahan yang bersifat presidensil dimana

Presiden menjadi kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan di Negara. Dalam

sebuah pergerakan roda pemerintahan kekuasaan di Negara Indonesia dibagi

menjadi tiga besaran yang ialah eksekutif, legislative, dan yudikatif yang masing

masing memiliki peran serta yang berbeda namun saling mengawasi satu sama

lainnya. Sehiingga tidak ada lembaga manapun yang memiliki kedudukan paling

tinggi diantara lembaga lain setelah pasca amandemen. Adapun kelembagaan

organic yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik

Indonesia tahun 1945 ialah Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Presiden dan Wakil

Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah konstitusi, Komisi Yudisial, Badan

Pemeriksaan Keuangan, Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Page 133: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 119

C. Latihan Soal/ Tugas

1. Jelaskan definisi tentang Lembaga Negara !

2. Gambarkan bagan lembaga negara Pasca Amandemen!

3. Apa yang dimaksud dengan Kekuatan Hukum Tetap?

4. Berikan contoh dari Negara Hukum !

5. Apa yang dimaksud “RULE OF LAW”?

D. Daftar Pustaka

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Konstitusi Press, Jakarta, 2006.

Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,

Konstitusi Press, 2006, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

UU No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman

Page 134: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 120

PERTEMUAN 10

PEMERINTAHAN DAERAH

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-10 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Pemerintahan Daerah

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah

B. Uraian Materi

1. Pengertian Dasar Pemerintahan

Pemerintahan Daerah merupakan panjang tangan dari pemerintahan pusat

yang diberi wewenang secara mandiri untuk mengelola terkait birokrasi, regulasi,

dan ekonomi suatu daerah tertentu. Mengingat Indonesia merupakan Negara yang

memiliki banyak pulau-pulau serta suku dan budaya yang beragm maka tidak

dimungkinkan untuk segala roda pemerintahan di kuasai sepenuhnya oleh pusat.

Oleh karena nya pendiri bangsa ini The Founding Fathers Negara Republik

Indonesia ini bersepakat menetapkan bentuk Negara kesatuan dengan system

otonimi yang di berikan oleh Pemerintahan Daerah29 sebagaimana yang telah

dituangkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

yang berbunyi ‘’Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan

bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan

memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam system pemerintahan

Negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa’’ Dengan

menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kata “Pemerintah” dan

“Pemerintahan”, kedua kata tersebut berasal dari kata “perintah” berarti sesuatu

yang harus dilaksanakan. Di dalam kata “perintah” tersimpul beberapa unsur yang

merupakan ciri khasnya, yaitu :

a. Adanya keharusan, menunjukkan kewajiban untuk melaksanakan apa yang

diperintahkan.

b. Adanya dua pihak, yaitu yang memberi perintah dan yang menerima perintah.

29 Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal 119

Page 135: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 121

c. Adanya wewenang atau kekuasaan unruk memberi perintah.

Di dalam bahsa Inggris istilah pemerintahan dan pemerintah tidak memiliki

perbedaan yang disebut dengan “government”. Istilah ini bersumber dari latin yaitu

“gubernauculum” yang berarti kemudi. Kata government dapat bermakna :

a. Melaksanakan wewenang pemerintahan. Cara atau sistem memerintah.

b. Fungsi atau kekuasaan untuk memreintah.

c. Wilayah atau Negara yang diperintah.

Badan yang terdiri dari orang-orang yang melaksanakan wewenang dan

administrasi hukum dalam suatu Negara. Untuk lebih memudahkan pemahaman

terhadap konsep pemerintah dan pemerintahan, dapat dibandingkan dengan

beberapa pendapat berikut :

a. Robert mac Iver

Pemerintahn sebagai pemerintahan politik berarti sebagai organisasi yang

dipusatkan untuk mempertahankan suatu sistem ketertiban atas suatu

masyarakat.

b. Wallace S. Sayre

Pemerintahan adalah alat perwakilan yang terorganisir yang menyatakan

dan menggunakan kekuasaan daripada Negara.

c. Pressly S. Silas dan John E. Stoner

Pemerintahan adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh badan

pemerintahan untuk mencapai tujuan Negara.

d. Mr. S.L.S Danurejo

Pemerintahan adalah segala daya upaya Negara untuk mencapai tujuan.

Tujuan tersebut bergantung pada tipe yang melekat pada Negara tersebut.

Andaikan suatu Negara bertipe Negara kemakmuran, maka Negara itu berarti

segala upaya untuk menciptakan kemakmuran bagi warganya.

Page 136: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 122

e. Mr. Amrah Muslimin

Pemerintahan suatu Negara merupakan cara mengendalikan Negara

tersebut untuk mencapai tujuannya.

Dengan memerhatikan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

konsep pemerintahan mengandung makna antara lain :

a. Kumpulan dari berbagai kegiatan atau aktivitas sebagai suatu fungsi yang

sifatnya dinamis.

b. Kagiatan atau aktivitas yang dimaksud meliputi tugas dan wewenang.

c. Kegiatan atau aktivitas yang diselenggarakan oleh suatu subjek, yakni organisasi,

badan, lembaga dan pejabat-pejabat pemerintahan suatu Negara.

Karena pemerintahan bertujuan untuk mencapai tujuan Negara, maka dengan

sendirinya pemerintahan merupakan bagian dari Negara. Sedangkan yang

dimaksud dengan konsep pemerintahan adalah badan, lembaga, aparat atau

instansi yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan tersebut. Dengan kata lain

bahwa untuk mencapai tujuan Negara perlu diadakan suatu lembaga yang bertugas

menjalankan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas pemerintahan dalam Negara

tersebut. Hal ini disebut juga sebagai pemerintah.

Montesquie membagi fungsi pemerintahan menjadi 3, yaitu :

a. Pembentukan undang-undang (legislative power = wetgeving).

b. Pelaksanaan undang-undang (executive power = uitvoering).

c. Peradilan (judicial power = rechtspraak).

Dengan mengacu pendapat seorang filsuf prancis di atas (Montesquie), maka

yang disebut dengan pemerintahan dalam arti luas adalah seluruh fungsi

pemerintahan, baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Van Hollen Hoven

menambah pembagian fungsi pemerintahan menjadi empat, yaitu dengan

memasukkan unsur kepolisian sebagai bagaian dari fungsi pemerintahan. Ajarannya

terkenal dengan sebutan catur praja yang meliputi :

a. Bestuur atau pemerintahan, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan tujaun Negara.

Page 137: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 123

b. Politie, yaitu kekuasaan kepolisian untuk menjamin keamanan dan ketertiban

umum dalam Negara.

c. Rechspraak atau peradilan, yaitu kekuasaan untuk menjamin keamanan dalam

Negara.

d. Regeling atau pengaturan perundang-undangan, yaitu kekuasaan untuk

membuat peraturan-peraturan umum dalam Negara.

Berbeda halnya dengan A.M. Donner yang merumuskan pemerintahan dalam

arti luas sebagai berikut :

a. Badan-badan pemerintahan di pusat yang menentukan haluan Negara.

b. Instansi yang melaksanakan keputusan badan-badan tersebut.

Dengan memerhatikan konsep pemerintah dan pemerintahan di atas, semakin

jelas perbedaan kedua istilah tersebut. Dengan demikian penggunaan kedua kata itu

dalam setiap pembahasan dan kajian sistem pemerintahan di Indonesia

memudahkan setiap pelajar dan ilmuan untuk menyesuaikan konteks dan makna

yang diingankan. Sistem pemeintahan yang di anut oleh indonesia adalah sistem

pemerintahan presidensial. Dalam sistem ini, presiden memiliki hak prerogratif untuk

memilih dan mengangkat serta memberhentikan para menteri sebagai

pembantunya. Dalam implementasinya, sistem pemerintahan indonesia menerapkan

sistem disentralisasi yang berintikan pada pemberian otonomi kepada kepala daerah

tingkat 1 dan kabupaten/kota untuk mengelola dan mengeksplorasi sumber daya

alam maupun manusia yang ada di daerah untuk kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat di daerahnya secara optimal. Otonomi ini termasuk pula menyelenggarakan

pemilihan kepala daerah (PILKADA) di daerahnya masing-masing. Sekarang ini,

pemerintah pusat hanya memiliki kekuasaan pada bidang politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, yustisi (hukum), moneter dan fiskal nasional, serta agama.

Kepala pemerintahan indonesia di pilih secara langsung oleh rakyat melalui

pemilihan umum langsung presiden dan wakil presiden. Organ Negara dapat

dianggap berkedudukan lebih tinggi terhadap orang perseorangan, bukan karena

Page 138: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 124

organ ini mewakili Negara, tetapi karena organ ini diberi kuasa untuk mewajibkan

orang perseorangan melalui pernyataan kehendak sepihak30.

2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Didalam sebuah tatanan Otonomi Daerah adapun Asas-asas untuk

menyelenggarakan pemerintahan daerah sehingga Otonomi Daerah tidak bisa lepas

erat kaitanntya dengan konteks Pemerintahan Daerah, karena Otonimi Daerah

merupakan salah satu bagian dari Pemerintahan Daerah itu sendiri. Pemerintah

Daerah adalah pemerintah pusat yang menguasai daerah sedangkan otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pada dasarnya ada 3

(tiga) asas yang terkait kepada Otonomi Daerah, yaitu:

a. Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah

kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di

wilayah tertentu.

c. Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau

desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari

pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Dimana desentralisasi ini dari tingkat pusat sampai desa-desa adapun

pengertian desa Menurut R. Bintarto, berdasarkan tinajuan geografi yang

dikemukakannya, desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis, sosial, politik,

dan cultural yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik

dengan daerah lain31. Sistem desentralisasi ini dapat menciptakan sebuah lemahnya

dekonsentrasi beriringan dengan persoalan kompleksitas negara bangsa dan

pluralitas masyarakatnya serta luasnya geografi menambah rumit fakta tersebut dan

30 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa media dan Nuansa, 2006,

Bandung, hal 293 31 R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia,1989,

Jakarta, hal 44.

Page 139: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 125

oleh karena nya negara dapat menerapkan asas desentralisasi. Dari hal tersebut lah

maka desentralisasi melahirkan otonomi daerah dan adanya daerah otonom.

Dimana desentralisasi ini di satu sisi memiliki keunggulan system dalam sebuah

tatanan hukum Negara ialah :

a. Transfer of authority.

b. Policy making and policy executing.

c. Hal yang diserahi adalah satuan politik atas dasar wilayah—masyarakat hukum

yang disebut sebagai daerah otonom.

d. Munculnya lembaga representative di tingkat lokal dengan pemilihan (election

system)

e. Wilayahnya dibentuk dalam jangkauan yurisdiksi tertentu.

f. Terdapat otonomi karena adanya penyerahan wewenang pengambilan kebijakan

dan pelaksanaan.

g. Keputusan pejabat dalam pemerintahan daerah tidak dapat langsung dibatalkan

oleh Pemerintah Pusat.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa sesuatu pemerintahan dalam

pengelolaan pelayanan masyarakat untuk kesejahteraantidak dapat dilakukan

sepenuhnya oleh sentral yang mana pusat hanya dapat menjadikan enam hal pokok

yang tetap dipegang sepenuhnya oleh senteal. Karena ketidak mampuan

sentralisasi, negara dapat menerapkan asas dekonsentrasi. Seperti yang dikatakan

oleh Prof. Koeswara Kertapradja, Camat tidak lagi berkedudukan sebagai kepala

wilayah kecamatan dan sebagai alat pemerintah pusat dalam menjalankan tugas-

tugas dekonsentrasi, namun telah beralih menjadi perangkat daerah yang hanya

memiliki sebagian kewenangan otonomi daerah dan penyelengaraan tugas-tugas

umum pemerintahan dalam wilayah kecamatan. Sedangkan dalam Pasal 126 ayat

(3) huruf a Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015, Camat memiliki kewenangan

untuk membina penyelenggaraan pemerintahan desa. Yang dimaksud membina

dalam ketentuan ini adalah dalam bentuk fasilitasi pembuatan peraturan desa dan

terwujudnya administrasi tata pemeritahan yang baik32. Dengan demikian, Fungsi

32 Nuji, Fungsi Camat Dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan desa di Desa

Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabaupaten Kutai Timur, Universitas Mulawarman, 2012, hal. 33

Page 140: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 126

Camat dalam penyelenggaraan pementahan lebih sebagai pemberi makna

Pemerintahan di wilayah kecamatan Muara Bengkal, Atas dasar pertimbangan

demikian, maka Camat secara filosofis Pemerintahan dipandang masih relevan

untuk menggunakan tanda jabatan khusus sebagai perpanjangan tangan dari

bupati/walikota di wilayah kerjanya33.

Konsep Statis, suatu keadaan dalam organisasi negara proses pengambilan

kebijakan berada di puncak hirarki organisasi, tetapi proses pelaksanaan kebijakan

tersebar di luar puncak hirarki organisasi atau tersebar di seluruh pelosok wilayah

Negara. Selain itu adapun konsep dinamis, suatu proses penyebaran kekuasaan

(wewenang) untuk mengimplementasikan kebijakan di luar puncak organisasi atau di

seluruh pelosok wilayah negara. Implikasi konsep di atas:

a. Fungsinya sama dengan sentralisasi.

b. Hukum nasional tetap efektif melalui aparatus pemerintah pusat yang ada di

daerah.

c. Pengambilan keputusan tetap berada di pucuk pimpinan organisasi,

pelaksanaannya dilakukan oleh elemen di luar pucuk pimpinan organisasi.

d. Secara geografi, pengambilan keputusan tetap berada di pusat pemerintahan,

tetapi pelaksanaan keputusan dilimpahkan kepada aparatusnya di daerah.

e. Tercipta administrasi lapangan (field administration).

Hubungan yang terjadi antara Pemerintah Pusat dan daerah otonom adalah

hubungan antar Organisasi. Dimana pemerintah pusat memberikan wewenang

penuh terhadap pemerintahan daerah dalam hal pelayanan public dan birokrasi.

Bentuk Negara Indonesia adalah Unitaris atau kesatuan dan bentuk

pemerintahannya adalah republic serta system pemerintahannya adalah presidensil

lalu corak pemerintahannya adalah demokrasi. Dekonsentrasi ini pun memiliki

keunggulan system dalam sebuah hukum tata negara ialah

a. Delegation of authority.

b. Policy executing authority only.

c. Yang diserahi adalah pejabat pusat ditempatkan di pelosok tanah air.

33 Widjaja, A.W, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2001, hal. 33

Page 141: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 127

d. Munculnya aparat pusat di pelosok tanah air yang dilakukan dengan penunjukan

(appointment system).

e. Aparat pusat tersebut memiliki wilayah kerja dengan jangkauan yurisdiksi

tertentu.

f. Wilayahnya disebut wilayah administrasi.

g. Keputusan pejabat lokal dapat ditiadakan atau dibatalkan oleh pejabat atasannya.

h. Hubungan yang terjadi antara Pejabat yang tersebar di pelosok tanah air dengan

atasannya adalah hubungan intra organisasi

Tugas Pembantuan (Medebewind) adalah tugas pembantuan dalam bahasa

Belanda disebut medebewind. Tugas pembantuan dapat diartikan sebagai

pemberian kemungkinan kepada pemerintah pusat/ pemerintah daerah yang

tingkatannya lebih atas untuk dimintai bantuan kepada pemerintah

daerah/pemerintah daerah yang tingkatannya lebih rendah di dalam

menyelenggarakan tugas-tugas atau kepentingankepentingan yang termasuk urusan

rumah tangga daerah yang dimintai bantuan tersebut34. Tujuan diberikannya tugas

pembantuan adalah :

a. Untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efesiensi penyelenggaraan

pembangunan serta pelayanan umum kepada masyarakat.

b. Bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian

permasalahan serta membantu mengembangkan pembangunan daerah dan desa

sesuai dengan potensi dan karakteristiknya35.

Ada beberapa latar belakang perlunya diberikan tugas pembantuan kepada

daerah dan desa, yaitu

a. Adanya peraturan perundang-undangan yang membuka peluang dilakukannya

pemberian tugas pembantuan dari pemerintah kepada daerah dan desa dan dari

pemerintah daerah kepada desa (Pasal 18A UUD 1945 sampai pada UU

pelaksananya: UU Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah menjadi UU Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004

34 Fauzan Muhammad, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan

Antara Pusat dan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2006, hal 69 35 Wasistiono, Sadu, Prospek Pengembangan Desa, Fokusmedia, Bandung, 2006, hal 2

Page 142: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 128

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan

Daerah).

b. Adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan pelayanan yang

lebih baik kepada seluruh lapisan masyarkat dengan prinsip lebih murah, lebih

cepat, lebih mudah dan lebih akurat.

c. Adanya keinginan politik untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan

dan pemberian pelayanan kepada masyarakat secara lebih ekonomis, lebih

efesien dan efektif, lebih transparan dan akuntabel.

d. Kemajuan negara secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh kemajuan

daerah dan desa yang ada di dalam wilayahnya.

e. Citra masyarakat akan lebih mudah diukur oleh masyarakat melalui maju atau

mundurnya suatu desa atau daerah. Citra inilah yang akan memperkuat atau

memperlemah dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sedang

berkuasa36.

Menurut Ateng Syafrudin37, dasar pertimbangan pelaksanaan asas tugas

pembantuan antara lain :

a. Keterbatasan kemampuan pemerintah dan atau pemerintah daerah.

b. Sifat sesuatu urusan yang sulit dilaksanakan dengan baik tanpa

mengikutsertakan pemerintah daerah.

c. Perkembangan dan kebutuhan masyarakat, sehingga sesuatu urusan

pemerintahan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila ditugaskan

kepada pemerintah daerah.

Berikut merupakan perubahan undang-undang terkait tentang pemerintahan

daerah dan sejenisnya dari tahun ke tahun untuk menjadikan sebagai referensi

undang-undang dalam sebuah formell gesetz atau undang-undang formil nya

Pelaksanaan desentralisasi atau peneapan otonimi daerah yang diberikan

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah di Indonesia telah mengalami

perubahan bebapa kali yang ditandai dengan perubahan UU Pemerintahan Daerah /

Otonomi Daerah, yaitu :

36 Ibid, hal 2-3 37 Fauzan Muhammad,Op.Cit, hal 73

Page 143: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 129

a. UU No. 1 tahun 1945, tentang pemerintahan daerah. Dalam Undang-undang ini

ditetapkan daerah otonom adalah keresidenan, kabupaten, dan kota. Tetapi tidak

ada Peraturan Pemerintah (PP)-nya, sehingga tidak dilaksanakan dan usianya

hanya 3 tahun.

b. UU No. 22 tahun 1948, tentang susunan Pemda yang Demokratis. Dalam

undang-undang ini ada dua jenis daerah otonom yaitu, daerah otonom biasa dan

daerah otonom istimewa. Juga ditetapkan tingkatan daerah otonom yaitu,

provinsi, kabupaten/kota besar dan desa/kota kecil. Dala undang-undang ini,

pemerintah pusat memberikan hak istimewa kepada beberapa daerah di Jawa,

Bali, Minangkabau, dan Palembang. Untuk menghormati daerah tersebut guna

melakukan pengturan sendiri daerahnya mengenai hak dan asal-usul daerah.

c. UU No. 1 tahun 1957, tentang Pemerintah Daerah yang berlaku menyeluruh dan

bersifat seragam.

d. UU No. 18 tahun 1965, tentang Pemerintah Daerah yang menganut otonomi yang

seluas-luasnya.

e. UU No. 5 tahun 1974, tentang pokok-pokok penyelenggaraan Pemerintah Pusat

di Daerah. Undang-undang ini usianya paling panjang yaitu 25 tahun.

f. UU No. 22 tahun 1999, tentang Otonomi Daerah.

g. UU No 25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

h. UU No 32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah. Dalam undang-undang ini

terlihat jelas pembagian urusan pemerintahan, dimana pemerintah pusat

menjaankan urusan dalam pembuatan perundangan, politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, yustisi, kebijakan viskal dan moneter, serta agama.

Pemerintah daerah mempunyai kekuasaan selain wewenang pusat, yaitu bidang

ekonomi, perdagangan, industri, pertanian, tata ruang, pendidikan, kesejahteraan,

dan menjalankan fungsi pemerintahan umum sebagai wakil pemerintahan pusat.

i. UU No. 33 tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah. UU ini mengatur pembiayaan pembangunan daerah yang bersumber

Page 144: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 130

dari PAD, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain. UU ini juga mengatur

pembagian penerimaan antara pemerintah pusat dan daerah yaitu : penerimaan

hasil hutan (pusat 20%, daerah 80%), penerimaan dana reboisasi (pusat 60%,

daerah 40%), pertambangan umum dan perikanan (pusat 20%, daerah 80%),

pertambangan minyak (pusat 69.5%, daerah 30.5%), dan panas bumi (pusat

20%, daerah 80%).

j. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dikeluarkan untuk

menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan,

ketatanegaraan. dan tuntuuan pernyelenggaraan pemerintahan daerah. UU

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah disempurnakan

sebanyak dua kali. Penyempurnaan yang pertama dengan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah. Adapun perubahan kedua ialah dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Serangkaian UU Nomor 23 Tahun

2014 beserta perubahan-perubahannya tersebut menyebutkan adanya

perubahan susunan dan kewenangan pemerintahan daerah. Seusunan

pemerintahan daerah menurut UU ini meliputi pemerintahan daerah provinsi,

pemerintahan daerah kebupaten, dan DPRD. Pemerintahan daerah terdiri atas

kepala daerah dan DPRD dibantu oleh perangkat daerah. Pemerintahan daerah

provinsi terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi. Aadapun

pemerintah daerah kabupaten/kota terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota

dan DPRD kabupaten/kota.

k. Undang-undang No 9 Tahun 2015 merupakan undang undang tentang

penmerintahan daerah yang ketentuan nya mencabut Undang-undang no 23

tahun 2014.

Berikut adalah sedikit perkembangan undang-undang pemerintahan daerah

dan undang undang terkait dengan otonimi daerah yang menjadikan dasar dan

rujukan sebagai sarana dalam sebuah pergerakan desentralisasi dan pergerakan

Page 145: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 131

otonimi yang mandiri dan menciptakan perluasan birokrasi di setiap daerah

mempunyai kualitas yang baik dan transparan maka diubah beberapa kali

pengaturannya agar lebih pas dengan perkembangan jaman yang secara dinamis

terus berubah dalam penerapannya. Maka sebagai akademisi atau pengamat ilmu

hukum tata Negara hendaknya selain pengertian dan juga asas-asas maka

perlunkita ketahui juga terkait perkembangan dan perubahan secara umum yang

pernah terjadi di Negara kita Indonesia. Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah, secara eksplisit

memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan

mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah38.

Kesimpulan

Pemerintahan Daerah merupakan panjang tangan dari Pemerintah Pusat

dimana pemerintah dalam arti sempit adalah eksekutif yang menggerakan roda

pemerintahan baik itu di pusat ataupun di daerah, sehingga dalam Negara yang

menganut sistem pemerintahan presidensil maka kepala Negara dan kepala

pemerintahan sekaligus di pegang oleh Lembaga Kepresidenan. Pemerintahan

adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh badan pemerintahan untuk mencapai

tujuan Negara. Perkembangan Undang-undang Pemeirntahan daerah di Indonesia

memiliki beberapa kali perubahaan sampai sekarang Undang-undang Pemerintahan

Daerah adalah Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah

perubahan dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah. Sehingga perlu kita ketahui apa beda dari Otonomi Daerah dan Pemerintah

Daerah, sehingga Pemerintah Daerah merupakan Panjang Tangan dari Pemerintah

Pusat yang menguasai daerah suatu wilayah di Indonesia sedangkan Otonomi

Daerah merupakan hak dalam pengelolaan dan weweang yang diberikan penuh

oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, sehingga konteksnya antara

government dan governance atau Pemerintah dan Kepemerintahan. Asas-asas

Desentralisasi, Sentralisasi, dan Dekonsentrasi merupakan sebuah landasan utama

dalam pergerakan sebuah kepemerintahan yang baik dan bijak. Dalam undang-

undang dijelaskan pula adapun Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik yang

38 Mahrizal Efendi, Pembinaan Ekonomi dan budaya Indonesia, Penerbit PN Balai

Pustaka, Jakarta, 2003, hal. 23

Page 146: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 132

tercantumkan dalam Undang-undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan dan Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara.

C. Latihan Soal/ Tugas

1. Sebutkan tiga asas penyelenggaraan daerah dan jelaskan yang anda ketahui

tentang asas-asas tersebut?

2. Apa yang dimaksud dengan asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah?

3. Kenapa harus terdapat tugas pembantuan dalam daerah yang sudah memiliki

system otonomi daerah?

4. Apa dasar pertimbangan pelaksanaan asas tugas pembantuan?

5. Apa yang dimaksud dengan Political Will?

D. Daftar Pustaka

Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005.

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa media dan Nuansa,

2006, Bandung.

Fauzan Muhammad, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan

Keuangan Antara Pusat dan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2006.

Mahrizal Efendi, Pembinaan Ekonomi dan budaya Indonesia, Penerbit PN Balai

Pustaka, Jakarta, 2003

Nuji, Fungsi Camat Dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan desa di Desa

Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabaupaten Kutai Timur,

Universitas Mulawarman, 2012

R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia,1989,

Jakarta

Wasistiono, Sadu, Prospek Pengembangan Desa, Fokusmedia, Bandung, 2006.

Widjaja, A.W, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2001

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Page 147: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 133

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh

Mahkamah Agung

Page 148: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 134

PERTEMUAN 11

TRIAS POLITICA

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-11 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian dari Trias Politica

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Sejarah tentang Trias Politica

3. Mahasiswa dapat menjabarkan fungsi dari Trias Politica

B. Uraian Materi

1. Pengertian Trias Politica

Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut

diberbagai negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di

suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik

melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda. Salah satu ciri

Negara hukum, yang dalam bahasa inggris disebut dengan legal state atau based

on the rule of law, dalam bahasa Belanda dan Jerman disebut rechtsstaat, adalah

adanya ciri pembatasan kekuasaan dalam penyelenggaraan kekuasaan Negara.

Meskipun kedua istilah tersebut itu memiliki latar belakang sejarah dan pengertian

yang berbeda, tetapi sama-sama mengandung ide pembatasan kekuasaan39. Trias

Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3

lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga

untuk membuat undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan

undang-undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya

pemerintahan dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang

jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan

manapun yang melanggar undang-undang. Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3

lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan jalannya pemerintahan negara tidak

timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan

memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling mengimbangi).

39 Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Raja Grafindo

Persada, 2009, Jakarta, hal 281

Page 149: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 135

Walaupun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya serupa,

mulus atau tanpa halangan. Pengertian pembagian kekuasaan pemisahan

kekuasaan berarti bahwa kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa

bagian, baik menganai orangnya maupun menganai fungsinya. Kenyataan

menunjukkan bahwa suatu pemisahan kekuasan yang murni tidak dapat

dilaksanakan seperti tidak dapat diuraikan di bawah ini, karena pembagian

kekuasaan yang berarti kekuasaan itu bahwa kekuasaan itu memang dibagi-bagi

dalam beberapa bagian, tetapai tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi

bahwa diantara bagian-bagian itu dimungkinkan adanya kerjasama. Jika kita

berbicara tentang teori yang pertama kita bicarakan yaitu John Locke dalam

bukunya yang terkenal “Two Trites on Civil Governemtn” dimana dalam bab XII yang

berjudul “Of Legislatif Executive aand federative”. Kekuasaan legislative kekuasaan

untuk membuat UU, eksekutif kekuasaanh untuk melaksanakan UU sedangkan

federative adalah kekuasaan yuang meliputi kekuasaan untuk menganai perang dan

damai, membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan nama orang

dan badan-badan di luar negeri. Adanya kekuasan federative yang mempunyai

kekuasaan yang banyak hubungannya dengan negara lain, disebabkan karena

negara-negara Inggris pada waktu itu mempunyai banyak jajahan.

Pendapat John Lock diperkuat oleh Montesquuieu dalam bukunya “L Esprit

des lois” mengemukakan bahwa dalam setiap pemerintahan terdapat tiga jenis

kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Kekuasaan Eksekutif sama

seperti John Lock diartikan sebagai kekuasaan yang menjalankan UU hanya

kekuasaan Yudikatif kekuasaan yang berdiri sendiri dan bukan bagian dari eksekutif.

Kekuasaan untuk mengadili dilakukan oleh kekuasaan yudikatif. Dengan demikian

pada hakekatnya pendapat John Lock dan Pendapat Montesqueiu tidak berbeda

jauh, namuan hanya penekanannya pada kepentingan untuk di negara RI kita

mengenai dengan sebutan “Trias Politika” kenapa demikian. Karena praktek

ketatanegaraan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pembuatan UU yang seharusnya

merupakan tugas legislative saja, eksekutif juga telah diikutsertakan. Keadaan ini

sudah merupakan tuntutan jaman, kenapa demikian karena eksekutiflah yang

mempunyai banyak tenaga ahli, jika dibandingkan dengan legislative karena

pengalaman dan beberapa hal karena pengalaman dan banyak data-data yang

diperlukan.

Page 150: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 136

Maka eksekutif pulalah yang mempunyai fasilitas yang cukup untuk

memikirkan dan menyusun suatu RUU. Yang dimaksud dengan Negara Hukum ialah

negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga

negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya kebahagiaan hidup untuk

warga negaranya dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa

susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Demikian

pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu

mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antara warga negaranya. Bagi

Aristoteles yang memerintahkan dalam negara bukanlah manusia sebenarnya,

melainkan pikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang

hukum dan keseimbangan saja. Kesusilaan yang menentukan baik dan tidaknya

suatuperaturan UU dan membuat UU adalah sebagian dari kaca pan menjalankan

pemerintahan negara. Oleh karena itu kata Aristoteles, bahwa yang terpenting

adalah mendidik manusia menjadi warga negara yang baik, karena dari sikapnya

yang adil akan terjamin kebahagiaan hidup warga negaranya, dengan demikian

ajaran Aristoteles ini sampai sekarang masih menjadi idam-idaman bagi para

negarawan guna menciptakan negara hukum. Suatu negara akan bisa dikatakan

berjalan dengan baik, apabila di suatu negara tersebut adanya terdapat sebuah

wilayah atau daerah teritorial yang sah, dimana didalamnya terdapat suatu

pemerintahan yang sah diakui dan berdaulat secara konstitutif, serta diberikan

kekuasaan yang sah untuk mengatur setiap rakatnya40. Karena banyak campur

tangan pemerintah terhadap urusan penyelenggaraan kepentingan umum yang

harus ditanggulangi sehubungan dengan pesatnya perkembangan kebutuhan

masyarakat, maka seringkali tugas membuat UU itu ketinggalan jaman, sedangkan

selain pihak pemerintah harus bertindak cepat, sehingga azas negara hukum dalam

arti sempit yaitu mencegah campur tangan pmerintah dalam urusan kesejahteraan

rakyat ditinggalkan. Akibarnya maka sering terjadi pergeseran kekuasaan karena

pemerintah tidak dapat menunggu UU yang dibuat badan legislatif sehingga dalam

kenyataannya pada negara semacam ini (welfare state) kekuasaan legislative

berpindah kepada pemerintah, dan supremasi dari legislatif bergeser padasupremasi

dari eksekutif. Lain dari pada negara Eropa Barat, di Inggris sebutan bagi negara

40 Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi ,Paradigma, Yogyakarta,

2010, hal 78

Page 151: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 137

hukum (rechtstaat) adalah “The Rule of Law” sedangkan Amerika Serikat diucapkan

sebagai “Government of Law but not or man”. The Rule of Law ini antara lain

dikemukakan oleh A.V. Dicey yang meliputi tiga unsur yaitu:

a. Supremasi hukum, artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi

didalam negara adalah hukum (kedaulatan hukum).

b. Persamaan dalam kedudukan hukum bagi setiap orang.

c. Konstitusi itu tidak merupakan sumber dari hak-hak asasi manusia dan jika hak-

hak azasi manusia itu diletakkan dalam konstitusi itu hanya sebagai penegas

bahwa hak asasi itu harus dilindungi.

Di Indonesia symposium mengenai negara hukum pernah diadakan pada

tahun 1966 di Jakarta. Dalam symposium itu diputuskan sebagai sifat negara hukum

itu ialah dimana alat perlengkapannya hanya dapat bertindak menurut dan terikat

kepada aturan-aturan yang telah ditnetukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan

yang dikuasakan untuk mengadakan aturan itu atau singkatnya disebut prinsip Rule

of Law. Ciri-ciri khas bagi suatu negara hukum adalah:

a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung

persamaan dalam politik,hukum, social ekonomi dan budaya (poleksosbud)

b. Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh suatu

kekuasaan atau kekuatan apapun juga.

c. Legalitas dalam arti dari segala bentuknya.

2. Sejarah tentang Trias Politica

Pada masa lalu, bumi dihuni masyarakat pemburu primitif yang biasanya

mengidentifikasi diri sebagai suku. Masing-masing suku dipimpin oleh seorang

kepala suku yang biasanya didasarkan atas garis keturunan ataupun kekuatan fisik

atau nonfisik yang dimiliki. Kepala suku ini memutuskan seluruh perkara yang ada di

suku tersebut. Pada perkembangannya, suku-suku kemudian memiliki sebuah

dewan yang diisi oleh para tetua masyarakat. Contoh dari dewan ini yang paling

kentara adalah pada dewan-dewan Kota Athena (Yunani). Dewan ini sudah

menampakkan 3 kekuasaan Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan

Page 152: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 138

yudikatif. Bahkan di Romawi Kuno, sudah ada perwakilan daerah yang disebut

Senat, lembaga yang mewakili aspirasi daerah-daerah. Kesamaan dengan

Indonesia sekarang adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Namun, keberadaan

kekuasaan yang terpisah, misalnya di tingkat dewan kota tersebut mengalami

pasang surut. Tantangan yang terbesar adalah persaingan dengan kekuasaan

monarki atau tirani. Monarki atau Tirani adalah kekuasaan absolut yang berada di

tangan satu orang raja. Tidak ada kekuasaan yang terpisah di keduanya. Pada abad

Pertengahan (kira-kira tahun 1000 – 1500 M), kekuasaan politik menjadi

persengketaan antara Monarki (raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum bangsawan.

Kerap kali Eropa kala itu, dilanda perang saudara akibat sengketa kekuasaan antara

tiga kekuatan politik ini. Sebagai koreksi atas ketidakstabilan politik ini, pada tahun

1500 M mulai muncul semangat baru di kalangan intelektual Eropa untuk mengkaji

ulang filsafat politik yang berupa melakukan pemisahan kekuasaan. Tokoh-tokoh

seperti John Locke, Montesquieu, Rousseau, Thomas Hobbes, merupakan contoh

dari intelektual Eropa yang melakukan kaji ulang seputar bagaimana kekuasaan di

suatu negara/kerajaan harus diberlakukan.

Untuk keperluan mata kuliah ini, cukup akan diberikan gambaran mengenai

2 pemikiran intelektual Eropa yang berpengaruh atas konsep Trias Politika. Pertama

adalah John Locke yang berasal dari Inggris, sementara yang kedua adalah

Montesquieu, dari Perancis.

a. John Locke (1632-1704)

Pemikiran John Locke mengenai Trias Politika ada di dalam Magnum Opus

(karya besar) yang ia tulis dan berjudul Two Treatises of Government yang terbit

tahun 1690. Dalam karyanya tersebut, Locke menyebut bahwa fitrah dasar

manusia adalah “bekerja (mengubah alam dengan keringat sendiri)” dan “memiliki

milik (property)." Oleh sebab itu, negara yang baik harus dapat melindungi

manusia yang bekerja dan juga melindungi milik setiap orang yang diperoleh

berdasarkan hasil pekerjaannya tersebut. Mengapa Locke menulis sedemikian

pentingnya masalah kerja ini.

Dalam masa ketika Locke hidup, milik setiap orang, utamanya bangsawan,

berada dalam posisi yang rentan ketika diperhadapkan dengan raja. Kerap kali

raja secara sewenang-wenang melakuka akuisisi atas milik para bangsawan

Page 153: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 139

dengan dalih beraneka ragam. Sebab itu, kerap kali kalangan bangsawan

mengadakan perang dengan raja akibat persengkataan milik ini, misalnya

peternakan, tanah, maupun kastil. Negara ada dengan tujuan utama melindungi

milik pribadi dari serangan individu lain, demikian tujuan negara versi Locke.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu adanya kekuasaan terpisah, kekuasaan

yang tidak melulu di tangan seorang raja/ratu. Menurut Locke, kekuasaan yang

harus dipisah tersebut adalah Legislatif, Eksekutif dan Federatif.

1) Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang. Hal

penting yang harus dibuat di dalam undang-undang adalah bahwa masyarakat

ingin menikmati miliknya secara damai. Untuk situasi ‘damai’ tersebut perlu

terbit undang-undang yang mengaturnya. Namun, bagi John Locke,

masyarakat yang dimaksudkannya bukanlah masyarakat secara umum

melainkan kaum bangsawan. Rakyat jelata tidak masuk ke dalam kategori

stuktur masyarakat yang dibela olehnya. Perwakilan rakyat versi Locke adalah

perwakilan kaum bangsawan untuk berhadapan dengan raja/ratu Inggris.

2) Eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan amanat undang-undang.

Dalam hal ini kekuasaan Eksekutif berada di tangan raja/ratu Inggris. Kaum

bangsawan tidak melaksanakan sendiri undang-undang yang mereka buat,

melainkan diserahkan ke tangan raja/ratu.

3) Federatif adalah kekuasaan menjalin hubungan dengan negara-negara atau

kerajaan-kerajaan lain. Kekuasaan ini mirip dengan Departemen Luar Negara

di masa kini. Kekuasaan ini antara lain untuk membangun liga perang, aliansi

politik luar negeri, menyatakan perang dan damai, pengangkatan duta besar,

dan sejenisnya. Kekuasaan ini oleh sebab alasan kepraktisan, diserahkan

kepada raja/ratu Inggris.

Dari pemikiran politik John Locke dapat ditarik satu simpulan, bahwa dari 3

kekuasaan yang dipisah, 2 berada di tangan raja/ratu dan 1 berada di tangan

kaum bangsawan. Pemikiran Locke ini belum sepenuhnya sesuai dengan

pengertian Trias Politika di masa kini. Pemikiran Locke kemudian disempurnakan

oleh rekan Perancisnya, Montesquieu.

Page 154: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 140

b. Montesquieu (1689-1755)

Montesquieu (nama aslinya Baron Secondat de Montesquieu) mengajukan

pemikiran politiknya setelah membaca karya John Locke. Buah pemikirannya

termuat di dalam magnum opusnya, Spirits of the Laws, yang terbit tahun 1748.

Sehubungan dengan konsep pemisahan kekuasaan, Montesquieu menulis

sebagai berikut “Dalam tiap pemerintahan ada tiga macam kekuasaan:

kekuasaan legislatif; kekuasaan eksekutif, mengenai hal-hal yang berkenan

dengan dengan hukum antara bangsa; dan kekuasan yudikatif yang mengenai

hal-hal yang bergantung pada hukum sipil.

1) Dengan kekuasaan pertama, penguasa atau magistrat mengeluarkan hukum

yang telah dikeluarkan. Dengan kata lain yang kita kenal saat ini adalah

Legislatif

2) Dengan kekuasaan kedua, ia membuat damai atau perang, mengutus atau

menerima duta, menetapkan keamanan umum dan mempersiapkan untuk

melawan invasi. Dengan kata lain yang kita kenal saat ini adalah Eksekutif

3) Dengan kekuasaan ketiga, ia menghukum penjahat, atau memutuskan

pertikaian antar individu-individu. Yang akhir ini kita sebut kekuasaan yudikatif.

Dengan demikian, konsep Trias Politika yang banyak diacu oleh negara-

negara di dunia saat ini adalah Konsep yang berasal dari pemikir Perancis ini.

Namun, konsep Trias Politika ini terus mengalami persaingan dengan konsep-

konsep kekuasaan lain semisal Kekuasaan Dinasti (Arab Saudi), Wilayatul Faqih

(Iran), Diktatur Proletariat (Korea Utara, Cina, Kuba).

3. Fungsi dari Trias Politica

Fungsi-fungsi Kekuasaan Legislatif adalah struktur politik yang fungsinya

membuat undang-undang. Di masa kini, lembaga tersebut disebut dengan Dewan

Perwakilan Rakyat (Indonesia), House of Representative (Amerika Serikat), ataupun

House of Common (Inggris). Lembaga-lembaga ini dipilih melalui mekanisme

pemilihan umum yang diadakan secara periodik dan berasal dari partai-partai politik.

Melalui apa yang dapat kami ikhtisarkan dari karya Michael G. Roskin, et.al,

termaktub beberapa fungsi dari kekuasaan legislatif sebagai Lawmaking,

Constituency Work, Supervision and Critism Government, Education, dan

Page 155: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 141

Representation. Lawmaking adalah fungsi membuat undang-undang. Di Indonesia,

undang-undang yang dikenal adalah Undang-undang Ketenagakerjaan, Undang-

undang Sistem Pendidikan Nasional, Undangundang Guru Dosen, Undang-undang

Penanaman Modal, dan sebagainya. Undang-undang ini dibuat oleh DPR setelah

memperhatikan masukan dari level masyarakat.

Constituency Work adalah fungsi badan legislatif untuk bekerja bagi para

pemilihnya. Seorang anggota DPR/legislatif biasanya mewakili antara 100.000 s/d

400.000 orang di Indnesia. Tentu saja, orang yang terpilih tersebut mengemban

amanat yang sedemikian besar dari sedemikian banyak orang. Sebab itu, penting

bagi seorang anggota DPR untuk melaksanakan amanat, yang harus ia suarakan di

setiap kesempatan saat ia bekerja sebagai anggota dewan. Supervision and

Criticism Government, berarti fungsi legislatif untuk mengawasi jalannya

pelaksanaan undang-undang oleh presiden/perdana menteri, dan segera

mengkritiknya jika terjadi ketidaksesuaian. Dalam menjalankan fungsi ini, DPR

melakukannya melalui acara dengar pendapat, interpelasi, angket, maupun

mengeluarkan mosi kepada presiden/perdana menteri. Education, adalah fungsi

DPR untuk memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat. Anggota

DPR harus memberi contoh bahwa mereka adalah sekadar wakil rakyat yang harus

menjaga amanat dari para pemilihnya. Mereka harus selalu memberi pemahaman

kepada masyarakat mengenai bagaimana cara melaksanakan kehidupan bernegara

yang baik. Sebab, hampir setiap saat media massa meliput tindak-tanduk mereka,

baik melalui layar televisi, surat kabar, ataupun internet. Representation, merupakan

fungsi dari anggota legislatif untuk mewakili pemilih. Seperti telah disebutkan, di

Indonesia, seorang anggota dewan dipilih oleh sekitar 300.000 orang pemilih. Nah,

ke-300.000 orang tersebut harus ia wakili kepentingannya di dalam konteks negara.

Ini didasarkan oleh konsep demokrasi perwakilan. Tidak bisa kita bayangkan jika

konsep demokrasi langsung yang diterapkan, gedung DPR akan penuh sesak

dengan 300.000 orang yang datang setiap hari ke Senayan. Bisa-bisa hancur

gedung itu. Masalah yang muncul adalah, anggota dewan ini masih banyak yang

kurang peka terhadap kepentingan para pemilihnya. Ini bisa kita lihat dari masih

banyaknya demonstrasi-demonstrasi yang muncul di aneka isu politik.

Fungsi-fungsi Kekuasaan Eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan

undang-undang yang dibuat oleh Legislatif. Fungsi-fungsi kekuasaan eksekutif ini

Page 156: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 142

garis besarnya adalah : Chief of state, Head of government, Party chief, Commander

in chief, Chief diplomat, Dispenser of appointments, dan Chief legislators. Eksekutif

di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau Perdana Menteri. Chief

of State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau Perdana Menteri

merupakan kepada suatu negara, simbol suatu negara. Apapun tindakan seorang

Presiden atau Perdana Menteri, berarti tindakan dari negara yang bersangkutan.

Fungsi sebagai kepala negara ini misalnya dibuktikan dengan memimpin upacara,

peresmian suatu kegiatan, penerimaan duta besar, penyelesaian konflik, dan

sejenisnya. Head of Government, artinya adalah kepala pemerintahan. Presiden

atau Perdana Menteri yang melakukan kegiatan eksekutif sehari-hari. Misalnya

mengangkat menteri-menteri, menjalin perjanjian dengan negara lain, terlibat dalam

keanggotaan suatu lembaga internasional, menandatangi surat hutang dan

pembayarannya dari lembaga donor, dan sejenisnya. Di dalam tiap negara,

terkadang terjadi pemisahaan fungsi antara kepala negara dengan kepala

pemerintahan. Di Inggris, kepala negara dipegang oleh Ratu Inggris, demikian pula

di Jepang. Di kedua negara tersebut kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana

Menteri. Di Indonesia ataupun Amerika Serikat, kepala negara dan kepala

pemerintahan dipegang oleh Presiden. Party Chief berarti seorang kepala eksekutif

sekaligus juga merupakan kepala dari suatu partai yang menang pemilu. Fungsi

sebagai ketua partai ini lebih mengemuka di suatu negara yang menganut sistem

pemerintahan parlementer. Di dalam sistem parlementer, kepala pemerintahan

dipegang oleh perdana menteri yang berasal dari partai yang menang pemilu.

Namun, di negara yang menganut sistem pemerintahan presidensil terkadang tidak

berlaku kaku demikian.

Di masa pemerintahan Gus Dur (di Indonesia) menunjukkan hal tersebut. Gus

Dur berasal dari partai yang hanya memenangkan 9% suara di Pemilu 1999, tetapi

ia menjadi presiden. Selain itu, di sistem pemerintahan parlementer, terdapat

hubungan yang sangat kuat antara eksekutif dan legislatif oleh sebab seorang

eksekutif dipilih dari komposisi hasil suara partai dalam pemilu. Di sistem presidensil,

pemilu untuk memilih anggota dewan dan untuk memilih presiden terpisah.

Commander in Chief adalah fungsi mengepalai angkatan bersenjata. Presiden atau

perdana menteri adalah pimpinan tertinggi angkatan bersenjata. Seorang presiden

atau perdana menteri, meskipun tidak memiliki latar belakang militer memiliki peran

Page 157: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 143

ini. Namun, terkadang terdapat pergesekan dengan pihak militer jika yang menjadi

presiden ataupun perdana menteri adalah orang bukan kalangan militer. Sekali lagi,

ini pernah terjadi di era Gus Dur, di mana banyak instruksi-instruksinya kepada pihak

militer tidak digubris pihak yang terakhir, terutama di masa kerusuhan sektarian

(agama) yang banyak terjadi di masa pemerintahannya. Chief Diplomat, merupakan

fungsi eksekutif untuk mengepalai duta-duta besar yang tersebar di perwakilan

negara di seluruh dunia. Dalam pemikiran trias politika John Locke, termaktub

kekuasaan federatif, kekuasaan untuk menjalin hubungan dengan negara lain.

Demikian pula di konteks aplikasi kekuasaan eksekutif saat ini. Eksekutif adalah

pihak yang mengangkat duta besar untuk beroperasi di negara sahabat, juga

menerima duta besar dari negara lain. Dispensen Appointment merupakan fungsi

eksekutif untuk menandatangani perjanjian dengan negara lain atau lembaga

internasional. Dalam fungsi ini, penandatangan dilakukan oleh presiden, menteri luar

negeri, ataupun anggota-anggota kabinet yang lain, yang diangkat oleh presiden

atau perdana menteri. Chief Legislation, adalah fungsi eksekutif untuk

mempromosikan diterbitkannya suatu undangundang. Meskipun kekuasaan

membuat undang-undang berada di tangan DPR, tetapi di dalam sistem tata negara

dimungkinkan lembaga eksekutif mempromosikan diterbitkannya suatu undang-

undang oleh sebab tantangan riil dalam implementasi suatu undang-undang banyak

ditemui oleh pihak yang sehari-hari melaksanakan undang-undang tersebut.

Fungsi-fungsi Kekuasaan Yudikatif berwenang menafsirkan isi undang-undang

maupun memberi sanksi atas setiap pelanggaran atasnya. Fungsi-fungsi Yudikatif

yang bisa dispesifikasikan kedalam daftar masalah hukum berikut: Criminal law

(petty offense, misdemeanor, felonies); Civil law (perkawinan, perceraian, warisan,

perawatan anak); Constitution law (masalah seputar penafsiran kontitusi);

Administrative law (hukum yang mengatur administrasi negara); International law

(perjanjian internasional). Criminal Law, penyelesaiannya biasanya dipegang oleh

pengadilan pidana yang di Indonesia sifatnya berjenjang, dari Pengadilan Negeri

(tingkat kabupaten), Pengadilan Tinggi (tingkat provinsi, dan Mahkamah Agung

(tingkat nasional). Civil law juga biasanya diselesaikan di Pengadilan Negeri, tetapi

khusus umat Islam biasanya dipegang oleh Pengadilan Agama. Constitution Law,

kini penyelesaiannya ditempati oleh Mahkamah Konstitusi. Jika individu, kelompok,

lembaga-lembaga negara mempersoalkan suatu undang-undang atau keputusan,

Page 158: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 144

upaya penyelesaian sengketanya dilakukan di Mahkamah Konstitusi. Administrative

Law, penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara, biasanya kasus-

kasus sengketa tanah, sertifikasi, dan sejenisnya. International Law, tidak

diselesaikan oleh badan yudikatif di bawah kendali suatu Negara melainkan atas

nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kesimpulan

Trias Politica merupakan sebuah pembagian kekuasaan yang

mengedepankan cek and balance antara setiap pemangku kekuasaan agar tidak

terciptanya sebuah kejahatan politik dan kejahatan ekonomi dimana abuse of power

yang sangat harus dihindari bersama sama. Teori trias politica ini dikemukakan oleh

Montesque seorang pemikir politik Perancis yang hidup pada era perpecahan. Model

Negara hukum menurutnya sangatlah berdampak luas terhadap teori konstitusi

dunia barat yang kemudian menyebar keseluruh dunia termasuk saat ini adalah

Indonesia Negara tercinta kita termasuk yang menggunakan teori Negara hukum

atas pembagian kekuasaan yang di bagi menjadi tiga bagian ialah ekeskutif,

legislative , dan yudikatif seperti apa yang sudah di kemukakan oleh Montesque,

walaupun sebetulnya ada beberapa pakar hukum juga yang mengemukakan teori

pembagian kekuasaan namun yang paling relevan terhadap dewasa ini adalah teori

trias politica yang dikemukakan oleh Montesque. Disatu sisi trias politica ini memiliki

fungsi yang sangat ampuh terhadap pergerakan roda pemerintahan di setiap Negara

baik itu Negara maju atau Negara berkembang, karena adanya prinsip cek and

balance yang menjadikan sebuah Negara di pegang oleh penguasa yang tidak

sewenang wenang karena segala aspek kepemrintahannya ada yang mengawasi.

Sebagai contoh adalah Eksekutif ialah pemerintah yang baik itu di pusat ataupun di

daerah yang bertugas menjalankan Undang-undang, lalu legislative yang ialah

anggota legislasi yang bertugas membuat undang-undang, dan terakhhir adalah

yudikatif yang bertugas sebagai lembaga peradilan yang berfungsi dan bertugas

mengawasi dan mengadili apabila adanya sebuah pelanggaran yang terjadi di dalam

sebuah kepemerinahan di suatu Negara.

Page 159: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 145

C. Latihan Soal/ Tugas

1. Apa yang saudara ketahui tentang Trias Politica ?

2. Jelaskan kekuasan Trias Politica di Indonesia dengan Negara lain

3. Bagaimanakah pendapat saudara tentang pelaksanaan Trias Politica di Indonesia?

4. Adakah kesamaan pandangan pendapat John Locke dengan Montesquieu

5. Apa yang dimaksud fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif

D. Daftar Pustaka

Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Raja Grafindo

Persada, 2009, Jakarta.

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi ,Paradigma,

Yogyakarta, 2010.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Page 160: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 146

PERTEMUAN 12

DEMOKRASI

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-12 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian dari Demokrasi

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Sejarah Demokrasi

3. Mahasiswa dapat menjabarkan Demokrasi yang terdapat di Indonesia

B. Uraian Materi

1. Pengertian Demokrasi

Istilah Demokrasi berasal dari perkataan Yunani Demokratia, arti pokok demos

adalah rakyat, kratos adalah kekuatan, jadi kekuatan rakyat, atau suatu bentuk

pemerintahan Negara, dimana rakyat berpengaruh di atasnya, singkatnya,

pemerintahan rakyat41. Demokrasi merupakan asas dan system dalam

penyelenggaraan Negara/ketatanegaraan PBB tahun 1950 melalui Unesco telah

melakukan studi yang disponsori oleh PBB dan hasil studi menentukan bahwa

“Tidak ada satu negarapun yang menolak system demokrasi sebagai landasan dan

system yang paling tepat dan ideal bagi semua organisasi politik dan organisasi

modern, termasuk para sarjana-sarjana Barat “. Persoalannya adalah bagaimana

mengimplementasikan Demokrasi itu. Tiap-tiap Negara telah menentukan cara

sendiri-sendiri dalam melaksanakan demokrasi yang pada dasarnya tidak

demokrasi. Pengertian umum pada waktu sekarang ialah bahwa demokrasi itu juga

di artikan sebagai perbandingan separuh + satu, jadi golongan mana telah

memperoleh suara paling sedikit separuh + satu suara, maka menanglah golongan

ini atas golongan lain42 Pengertian Demokrasi pun memiliki beberapa penafsiran

oleh para pakar, sehingga definisi yang pasti memiliki perbedaan namun memiliki

kesamaan dalam hal fungsi dan tujuan serta visi dan misi dar sebuah corak

pemerintahan yang berdemokrasi, berikut pakar yang mengemukakan definisi dari

demokrasi ialah :

41 Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, PT

Rinneka Cipta, Jakarta, 2003, hal 42 42 Ibid, hal 43

Page 161: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 147

a. R.Kranenburg kata demokrasi artinya pemerintahan oleh rakyat (Government

of Rule by the people)

b. M. Downger, demokrasi adalah cara pemerintahan dimana golongan yang

diperintah mempunyai hak sama.

c. Menurut Hannry B. Mayo Dalam demokrasi suatu kebijaksanaan umum

ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang secara efektif diawasi oleh

rakyat melalui berbagai macam pemilihan yang dilakukan berdasarkan pada

prinsip kesamaan politik serta diselenggarakan dalam suasana dimana

kebebasan politik terjadi.

d. Menurut Abraham Lincoln Dalam pidato Gettyburgnya, Presiden Amerika Serikat

yang ke-16 Abraham Lincoln menyatakan bahwa demokrasi merupakan suatu

sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

rakyat. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa rakyat merupakan

pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu pemerintahan, dimana masing-

masing dari mereka memiliki hak dalam memperoleh kesempatan serta hak

dalam bersuara yang sama dalam upaya mengatur kebijakan pemerintahan.

Dalam sitem ini, keputusan diambil berdasarkan hasil suara terbanyak.

e. Menurut H. Harris Soche Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan

rakyat. Artinya rakyat atau orang banyak merupakan pemegang kekuasaan

dalam pemerintahan. Mereka memiliki hak untuk mengatur, mempertahankan,

serta melindungi diri mereka dari adanya paksaan dari wakil-wakil mereka, yaitu

orang-orang atau badan yang diserahi wewenang untuk memerintah43.

f. Menurut Sidney Hook Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan dimana

keputusan-keputusan penting pemerintah baik secara langsung maupun tidak

langsung berdasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan rakyat yang

telah berusia dewasa secara bebas.

g. Menurut C.F. Strong Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan dimana

kebanyakan dari anggota dewan yang berasal dari masyarakat turut serta dalam

kegiatan politik yang berdasarkan pada sistem perwakilan, dimana pada akhirnya

43 Soche, Harris, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, Hanindita,

Yogyakarta, 1985, hal 13

Page 162: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 148

pemerintah dapat menjamin serta mempertanggungjawabkan segala tindakannya

pada mayoritas tersebut.

h. Menurut John L Esposito Pada dasarnya, demokrasi merupakan suatu bentuk

pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat. Oleh karena itu, rakyat memiliki hak

untuk ikut berpartisipasi, baik berperan aktif maupun pada saat melakukan

pengontrolan terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Selain daripada itu, dalam lembaga resmi pemerintahan terdapat pemisahan

berbagai macam unsur seperti unsur eksekutif, legislatif, maupun unsut yudikatif

secara jelas.

i. Menurut Hans Kelsen Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat dan untuk

rakyat. Dalam hal ini, wakil-wakil rakyat yang terpilih merupakan pelaksana

kekuasaan negara, dimana rakyat telah memiliki keyakinan bahwa segala

kehendak serta kepentingan mereka akan selalu diperhatikan dalam pelaksanaan

pemerintahan tersebut.

j. Menurut Sumarno AP dan Yeni R. Lukiswar Demokrasi berasal dari kata demos

yang berarti rakyat, serta kratos atau cratein yang berarti pemerintahan. Jadi

demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat. Dalam Declaration

of Independent, demokrasi berarti of the people, for the people, and by the

people.

k. Menurut Joseph A. Schumpete Suatu sistem politik bisa dikatakan bersifat

demokratis apabila para pengambil keputusan kolektifnya yang terkuat dipilih

melalui suatu pemilihan umum yang dilakukan secara berkala yang di dalamnya

terdapat hak bagi manusia dewasa untuk memilih. Sebuah demokrasi mencakup

2 hal, yaitu persaingan dan partisipasi.

l. Menurut Ranny Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan dimana

penataan serta pengorganisasiannya dilakukan berdasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai Kedaulatan rakyat (popular soveragnity), Kesamaan politik (political

equality), Konsultasi atau dialog dengan masyarakat (political consultation),

Aturan mayoritas

m. Menurut Philippe C. Schmitter Demokrasi merupakan suatu teori yang

menyatakan bahwa suatu negara supaya tanggap terhadap kebutuhan maupun

kepentingan warganya, dimana mereka harus ikut berpartisipasi dalam

merumuskan kebutuhan serta mengungkapkan kepentingan-kepenting secara

Page 163: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 149

aktif dan bebas. Tidak hanya harus berpengertian jelas, tetapi harus memiliki

berbagai sumber serta keinginan untuk melibatkan dirnya dalam perjuangan

politik yang diperlukan agar preferensi mereka nantinya menjadi suatu bahan

pertimbangan bagi para penguasa atau juga dengan berusaha menduduki

jabatan di pemerintahan.

n. Menurut Sarjen Tiap-tiap sistem demokrasi selalu didasarkan pada ide-ide bahwa

negara harus terlibat dalam berbagai macam hal tertentu baik secara langsung

maupun melalui wakil-wakil yang telah mereka pilih di dewan perwakilan di

bidang pembuatan keputusan-keputusan politik.

2. Sejarah Demokrasi

a. Dimulai pada zaman Yunani Kuno abad 6 s.d. 3 SM

Dilaksanakan secara langsung di City State (Negara Kota) dan

sekitarnya, bersifat sederhana dan terbatas. Ciri-cirinya :

1) Demokrasi dilaksanakan secara langsung.

2) Wilayah kota dan sekitarnya.

3) Jumlah penduduk terbatas yang mayoritas budak-budak dan para pedagang

terbatas golongan warga Negara yaitu hanya laki-laki, sedangkan kaum

pendatang , budak-budak dan kaum wanita tidak diperkenankan untuk ikut

berdemokrasi, bebas menyampaikan pendapat.

b. Demokrasi pada abad Pertengahan (1600-1400)

Demokrasi Yunani mulai hilang pada waktu Bangsa Romawi dengan

struktur social bersifat feudal dan munculnya agama Kristen/ Spiritual yang

dikuasai oleh Paus dan Pejabat-pejabat agama. Ciri-cirinya :

1) Ideologi yang dikembangkan adalah kekuasaan yang ada di dunia ini

berasal dari Tuhan. Raja atau Paus sebagai wakil Tuhan di dunia ini.

2) Perenana Gereja sebagai lembaga membawahi Negara, sehingga muncul

paham “Teori Kedaulatan Tuhan” yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh

Paus.

3) Rakyat tidak mempunyai hak untuk menentukan aktivitas kenegaraan.

Page 164: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 150

4) Muncul perebutan kekuasaan antara para bangsawan yang mempengaruhi

Paus.

5) Muncul konsep demokrasi melalui Piagam Magnacharta tahun 1215 di

Inggris oleh Raja John yang merupakan kontrak perjanjian antara para

bangsawan dengan Raja mengenai adanya pengakuan terhadap hak-hak dan

privilege para bangsawan yang pada akhirnya berlaku bagi seluruh rakyat.

c. Zaman Renaisance (1350-1650 dan 1500-1600),

Renaisance adalah suatu ajaran yang berusaha menghidupkan

kembali kesastraan dan kebudayaan Romawi di Yunani dan munculnya

paham Rasionalitas yaitu paham yang mengutamakan kepentingan

kebebasan manusia untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran yang rasional.

Cir-cirinya :

1) Urusan agama dan urusan Negara harus dipisahkan.

2) Kekuasaan Negara harus dibatasi

3) Muncul gagasan dalam bidang politik

4) Paham Rasionalisme digunakan sehingga muncul Teori Kontrak Sosial

(The Social Contrac) yang berlandaskan bahwa dunia ini dikuasai oleh

hukum alam yang mengandung prinsip-prinsip keadilan universal dan

Negara ada karena adanya perjanjian masyarakat.

d. Demokrasi Konstitusional (Abad XIX dan Negara Hukum)

Dengan konstitusi, maka dapat terjamin hak-hak politik rakyat dan adanya

pembatasan kekuasaan pemerintah. Sehingga sudah semakin jelas kedudukan

demokrasi terhadap regulasi dan birokrasi terhadap sebuah tatanan kenegaraan

yang menyertai pada hal hal yang erat dalam sebuah kekuasaan. Dimana ciri-

cirinya ialah:

1) Adanya pembagian kekuasaan daripada Negara (konstitusional).

2) Pemerintah merupakan kumpulan aktivitas yang diselenggrakan oleh

rakyat.

3) Pemerintah tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan

Page 165: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 151

4) Negara berdasarkan konstitusi atau UUD yang menentukan dan membatasi

kekuasaan pemerintah serta menjamin hak-hak rakyat dan warga Negara.

5) Ajaran konstitusi menimbulkan terjadinya suatu Negara Hukum / Recht Staat.

Yang mana Unsur-unsur Negara Hukum terdiri dari pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, adanya pembagian kekuasaan

Negara , pemerintahan berdasarkan hukum ( Rule of Law), adanya peradilan

yang bebas dan merdeka, supermasi Hukum , kedudukan yang sama dalam

bidang hukum, terjaminnya hak-hak rakyat.

e. Konstitusional Demokrasi Modern (Abad XX) dan Rule of Law

Dalam sejarah peradaban modern bangsa yang telah mengadopsi

konstitusi demokrasi adalah Republik Korsika pada tahun 1755. Konstitusi

Korsika didasarkan pada prinsip-prinsip Pencerahan dan sudah mengizinkan hak-

hak suara wanita, dimana hak-hak terhadap wanita ini baru diberikan atau di ikuti

oleh Negara Negara lain pada abad ke 20an . Pada tahun 1789, Negara Perancis

pasca-Revolusi memakai Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara dan

Konvensi Nasional dipilih oleh semua warga negara pria pada tahun 1792. Suatu

penetapan hak-hak suara laki-laki universal di Negara Perancis pada tahun 1848

ialah peristiwa sangat penting pada sejarah demokrasi. Hak suara laki-laki

universal ditetapkan di Perancis pada bulan Maret 1848 sesaat sesudah Revolusi

Perancis 1848. Lalu pada tahun 1848, kejadian revolusi tak dapat ditahan dan

pecah di Eropa setelah para pemimpin negara berhadapan dengan penuntutan

konstitusi liberal dan suatu pemerintahan yang corak pemerintahannya

diharapkan lebih demokrasi daripada jika dibandingkan dengan rakyatnya sendiri.

Adapun ciri-cirinya ialah :

1) Pada Muncul konsep Welfare State/ Negara Kesejahteraan. Fungsi Negara

adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan umum warganya.

2) Penyelenggaraan pemerintahan yang demokrasi didasarkan pada peraturan

hukum / Rule of Law.

3) ICJ (International Commision of Yurist) telah membuat rumusan tentang

demokrasi.

Page 166: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 152

Demokrasi suatu bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan

politik diselenggarakan oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih dan mereka

harus bertanggung jawab. Menurut Henry B. Mayer demokrasi didasarkan

beberapa nilai, yaitu menyelesaikan perselisihan dengan damai dan melembaga,

menjamin terselenggaranya perubahan dengan damai dalam masyarakat,

penggantian pimpinan dengan teratur dan damai, pembatasan penggunaan

kekerasan, mengakui adanya keagamaan/ keanekaragaman dalam masyarakat

(pendapat, kepentingan, budaya dan tinkah laku dsb),m enjamin tegaknya

hukum. Oleh karenanya untuk dapat melaksanakan nilai-nilai demokrasi maka

diperlukanya :

1) Pemerintahan yang bertanggung jawab

2) Adanya Dewan Perwakilan Rakyat

3) Adanya suatu organisasi politik yang terdiri atas partai-partai politik.

4) Adanya Pers dan Media yang bebas untuk menyatakan pendapat

3. Demokrasi yang terdapat di Indonsesia

Hampir semua para ahli teoritis dari zaman dahulu hingga sekarang

mengatakan yang berkuasa dalam system demokrasi adalah rakyat. Paham Negara

Hukum tidak dapat dipisahkan dengan paham kerakyatan/ demokrasi sebab

pada akhirnya hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan Negara/

pemerintah dan sebaliknya kekuasaan diperlukan untuk membuat dan

melaksanakan hukum. Dalam Negara adanya saling percaya yaitu kepercayaan

dari rakyat tidak boleh disalahgunakan dan sebaliknya. Di Indonesia sendiri

perkembangan demokrasi berubah seiring perkembangan zaman berikut secara

singkat perkembangan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa. Sistem

Demokrasi Parlementer di Negara Indonesia sistem demokrasi parlementer ini

diberlakukan pada masa-masa kemerdekaan Negara Indonesia. Sebetulnya sistem

demokrasi ini didalam praktiknya sudah berlaku sejak bulan November tahun 1945,

kendati demikian secara hukum konstitusional baru ditetapkan pada tahun 1950

sejak disahkannya UUDS 1950. Sebetulnya system demokrasi parlemen ini bukan

lah merupakan system demokrasi yang di anut pertama kali di indonesia, setelah

pasca proklamasi kemerdekaan. Pemerintahan pada waktu itu menerapkan sistem

Page 167: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 153

presidensil tepat satu bulan setelah proklamasi kemerdekaan. Penerapan pada

sistem presidensil ini mengacu pada Pasal 4 ayat (1) UUD 1945. Tetapi beberapa

bulan ketika setelah diberlakukannya sistem presidensil ini digantikan dengan sistem

demokrasi parlementer, tepatnya pada bulan November tahun 1945. Pergantian

sistem presidensil ini dimaksudkan menjadi maklumat yang di dasari wakil presiden

no X November 1945. Sistem presidensil yang mengkiblat kepada eropa dianggap

terlalu memberi kekuasaan terlampau besar kepada hanya sesosok

seorang presiden saja. Pertama kali pendapat ini dikemukakan oleh Sutan Syahrir

berdasarkan kekawatiranya terhadap anggapan dunia internasional bahwasanya

kemerdekaan Indonesia terjadi tidak lain adalah karena bantuan Jepang dan

penerapan sistem presidensil yang menganut sistem negara eropa ini dijadikan

sebagai daya tarik agar negara eropa mau mengakui kemerdekaan Indonesia.

Namun ada juga beberapa pihak yang menganggap Sutan Syahrir ingin menjadikan

posisi Ir.Soekarno hanya sebatas simbol kekuatan negara. Setelah resmi digantikan

dengan sistem demokrasi parlementer tepat pada 15 Agustus 1950 melalui

disahkannya UUDS 1945. Kesalahan-kesalahan pada sistem demokrasi parlementer

:

a. Kedudukan badan eksekutif bergantung pada dukungan parlemen,

mengakibatkan kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen sewaktu-waktu.

b. Badan eksekutif tidak bisa ditentukan masa berakhirnya sesuai dengan masa

jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat dibubarkan oleh parlemen.

c. Kabinet bisa mengendalikan parlemen. Hal ini dapat terjadi jika anggota anggota

kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Oleh sebab

itu pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai maka anggota anggota

kabinet pun dapat mengusai parlemen.

d. Parlemen dapat dijadikan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif,

berbeda dengan sistem presidensial. Pengalaman mereka menjadi anggota

parlemen akan sangat bermanfaat dan menjadi cikal bakal karakter yang penting

untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

Sistem Demokrasi Terpimpin dimana saat sesudah mengalami perubahan dari

sistem presidensil menjadi sistem demokrasi parlementer, beberapa pihak masih

merasa banyaknya kekurangan yang ada dalam sebuah pemerintahan negara.

Page 168: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 154

Dimana pada sistem presidensil dianggap presiden terlalu didewakan, kini untuk

sistem demokrasi parlementer, peran presiden dianggap hanya sebatas simbol atau

kepala negara saja, seluruh kekuasaan pemerintahan dikuasai dan digerakan

oleh partai politik. Untuk mengantisipasi dan menutup konflik yang terjadi pada

sistem demokrasi parlementer, maka dikeluarkanlah Dekrit Presiden 5 Juli 1959

yang berisi.

a. Pembubaran Konstituante.

b. Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.

c. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Dengan dibuat atas kemunculan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ini menghasilkan

dampak positif dan dampak negatif pada jalannya roda pemerintahan Indonesia.

Dampak positif berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

a. Menyelamatkan pemerintahan negara dari perpecahan dan krisis politik

berkepanjangan.

b. Memberikan pedoman yang jelas, yaitu Undang-undang Dasar 1945 bagi

kelangsungan pemerintahan negara.

c. Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga tinggi

negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi Parlemen tertertunda

pembentukannya.

Dampak Negatif berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

a. Berdasarkan kenyataannya UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan

konsekuen. UUD 1945 harusnya dijadikan dasar hukum konstitusional

penyelenggaraan pemerintahan, namun pelaksanaannya hanya menjadi slogan-

slogan kosong belaka.

b. Memberi kekeuasaan berlebih pada presiden, MPR dan lembaga tinggi negara.

Hal itu terlihat pada masa demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai Orde Baru.

c. Memberi peluang untuk pihak militer terjun kedalam politik. Sejak Dekrit, militer

terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin

terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.

Demokrasi Masa Order Baru dan Masa Reformasi Saat runtuhnya rezim

pemerintahan Ir Soekarno dan telah digantikan oleh rezim Soeharto, pemberlakuan

Page 169: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 155

sistem demokrasi di Indonesia dianggap kacau. Sebenarnya pemberlakuan

demokrasi Pancasila yang dilakukan pada masa orde baru ini sangatlah sesuai

dengan hati dan kepribadian rakyat Indonesia, namun berjalan waktu, nilai-nilai

demokrasi Pancasila mulai diacuhkan dan fungsi-fungsi pengatur dalam demokrasi

Pancasila mulai ditinggalkan. Sehingga membuat kepribadian bangsa yang

berlandaskan asas pancasila sirna dan tak sesuai dengan nilai luhur dan

kebudayaan di Indonesia. Pada masa presiden Soeharto, kebebasan rakyat dalam

berpendepat sangat dibatasi. Secara tidak langsung Golkar menjadi satu-satunya

partai politik yang sangat dominan dan menguasai segala lini pemerintahan. Lalu

untuk waktu yang lama kedudukan Presiden Soeharto tak tergantikan. Presiden

Soeharto terlalu lama memonopoli kekuasaan, kalaupun ada kursi kekuasaan yang

berganti hanya untuk kalangan pejabat sekelas lurah, camat atauun bupati dan

walikota. Masyarakat diwajibkan untuk menjadikan Golkar sebagai partai politik yang

paling utama. Dengan adanya ketidakadilan ini, maka amarah rakyat melonjak

hingga terjadilah konflik di tahun 1998 untuk menggulirkan kekuasaan presiden

Soeharto. Saat Runtuhnya kekuasaan Soeharto kemudian digantikan dengan B.J

Habibie menjadi presiden. Lalu penerapan sistem demokrasi Pancasila masih

diberlakukan, namun beberapa kesalahan dan penyelewengan yang terjadi pada

masa orde baru mulai dibenahi. Ciri Masa Demokrasi Pancasila Reformasi adanya

sistem multi partai, diberlakukan pemilihan langsung pemilu kepala pemerintahan,

diberlakukan supermasi hukum, adanya pembagaian kekuasan yang lebih tegas,

kebebasan hak politik rakyat (kebebasan berpendapat dan informasi publik & pers).

Dan sampai sekaran nilai-nilai Demokrasi masih terus dijaga dan diperbaiki agar

penerapan dan nilai-nilai terus terlaksana sesuai apa yang di cita citakan.

Kesimpulan

Pengertian dari Demokrasi berasal dari perkataan Yunani Demokratia, arti

pokok demos adalah rakyat, kratos adalah kekuatan, jadi kekuatan rakyat, atau

suatu bentuk pemerintahan Negara, yang mana rakyat berpengaruh di atasnya,

singkatnya, pemerintahan rakyat. Demokrasi ini merupakan sebuah corak

pemerintahan yang apabila dianut dalam sebuah kenegaraan maka asas kedaulatan

menjadi poin penting dari Negara yang memakai corak ini. Kedaulatan Rakyat

merupakan poin penting dan krusial terhadap sebuah tatanan perkembangan

Page 170: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 156

kenegaraan yang ada. Adapun sejarah perkembangan sebuah sistem dan corak

pemrintahan yang demokrasi ini adalah dimulai pada zaman Yunani Kuno abad 6

s.d. 3 SM, Demokrasi pada abad Pertengahan (1600-1400), Zaman Renaisance

(1350-1650 dan 1500-1600), Demokrasi Konstitusional (Abad XIX dan Negara

Hukum) , Konstitusional Demokrasi Modern (Abad XX) dan Rule of Law dan hingga

sampai saat ini Negara yang menggunakan sistem demokrasi terus dan terus di

perbaiki dalam hal efektifitas penerapannya. Sejarah perkembangan Demokrasi di

Indonesia pun tidak kalah menariknya karena walau dikatakan demokrasi namun

Indonesia dalam penerapannya tidak sepenuhnya demokrasi pada awal awal

pembentukan Negara Indonesia dimana ada fase fase yang telah dilewati menjadi

sebuah catatan sejarah bersama yang perlu diketahui dimulai dari Sistem Demokrasi

Parlementer, Sistem Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Masa Order Baru dan Masa

Reformasi sampai sekaran terus diperbaiki dalam hal hal aspek penerapan dan

efektifitas kenegaraan yang menganut asas kedaulatan rakyat di Negara yang

berdemokrasi ini.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang saudara ketahui tentang Demokrasi?

2. Sebutkan Perbedaan Demokrasi Pancasila dengan Liberal !

3. Bagaimanakah saudara dapat memaknai Demokrasi di Indonesia ?

4. Apa pendapat saudara tentang pelaksanaan Demokrasi di Indonesia?

5. Jelaskan macam-macam demokrasi yang saudara ketahui!

D. Daftar Pustaka

Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, PT

Rinneka Cipta, Jakarta, 2003.

Soche, Harris, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, Hanindita,

Yogyakarta, 1985.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Page 171: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 157

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh

Mahkamah Agung

Page 172: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 158

PERTEMUAN 13

PEMILIHAN UMUM

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-13 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian dari Pemilihan Umum

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Dasar-dasar Hukum dan Sistem Pemilu

3. Mahasiswa dapat menjabarkan Asas-asas Pemilihan Umum

B. Uraian Materi

1. Pengertian Pemilihan Umum

Pemilu merupakan kontestasi politik yang di selenggarakan secara periodik

untuk memilih pemimpin Negara yang dipilih secara langsung oleh masyarakatnya

untuk warga Negara yang mencalonkan dirinya sebagai calon-calon pemimpin. Di

Indonesia sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat atau corak pemerintahan

berbentuk demokrasi oleh karena nya Pemilihan Umum Pemilu dilaksanakan oleh

Komisi Pemilihan Umum (KPU) yaitu suatu lembaga independent dan trasnparan

tidak terintervensi oleh siapapun dan dalam bentuk apapun yang dibentuk dengan

suatu undang-undang. Pemilihan Umum (pemilu) adalah proses memilih orang

untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka

ragam dimulai dari Presiden, Wakil Rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai

kepala desa44. Pemilihan Umum memiliki tujuan yang paling tidak di Negara

Indonesia memiliki tiga tujuan dalam penerapan pemilihan umum ini, ketiga tujuan

pemilihan umum tersebut ialah45 :

a. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib.

b. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat.

c. Dalam rangka melaksanakan hak-hak azasi warga Negara.

Adapun Pemilihan Umum memilliki Fungsi sebagai pembangunan Negara

ialah :

44 Rahmat Hollyson, Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna, Bestari, Jakarta, 2015, hal 80 45 Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi

Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hal 330.

Page 173: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 159

a. Rakyat sebagai pengawas untuk Pemerintah yang mana rakyat dapat memilih

wakil-wakil rakyat yang sesuai dengan keinginan dan masa depan mereka yaitu

dengan mengikuti prosedur pemungutan suara secara demokrasi yaitu tidak

dipaksakan atau dibayar oleh pihak pihak tertentu dalam mengikuti pemilu.

Pemilu bersifat individu dan tidak dapat diancam atau dipaksakan oleh pihak

manapun. fungsi pemilu ini dapat disebut sebagain fungsi perwakilan rakyat atau

kedaulatan warga negara.

b. Pilihan rakyat yang memiliki kekuatan dan keabsahan siapapun wakil rakyat yang

telah berhasil dipilih oleh rakyat dan akan bekerja melayanin asoirasi rakyat yang

belum terlaksana dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keluhan

masyarakatnya. Pemerintahan yang telah terbentuk karena pemilu disebut

sebagai pilihan rakyat yang memiliki kekuatan dan keabsahan , karena itu

pemerintah yang sudah terbentuk akibat menang dalam pemilu berhak

menyusun, menetapkan dan merumuskan segala program yang menguntungkan

masyarkat serta membuat kebijakan kebijakan yang nantinya harus ditaati dan

diapatuhi oleh segenap warga negara sebagai bentuk konsekuensi dan setuju

atas partisipasi politik mereka yang telah masyarakat berikan aspirasi untuk

kebangsaan dan kepemimpinan yang terpilih.

c. Merubah serta mengganti pejabat politik karena adanya pemilu dapat mengganti

dan merubah pejabat politik yang sebelumnya telah terpilih, diantara presiden,

wakil presiden beserta menteri menterinya. Pemilu dapat merubah elit politik

dengan mekanisme yang baru melalui rakyat .jika rakyat tidak meninginkan

pemimpin yang pernah mereka pilih untuk kembali memimpin, maka ketika

pemimpin tersebut lengser segala bentuk tatanan negara , peraturan dan jajaran

elit politik akan menemui perubahan atau pergantian.

d. Sebagai pendidikan politik yang transparan pemilu dapat dikatakan sebagai

pendidikan politik yang bersifat transparan, langsung, rahasia, dan tidak bisa

dipaksakan . hal ini adalah bentuk dari demokratis yang harus tetap dilestarikan

hingga genersai berikutnya.

Page 174: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 160

Adapun pengertian Pemilihan Umum menurut para pakar ialah :

a. Menurut Ali Moertopo

Pengertian Pemilihan Umum ialah sebagai berikut: “Pada hakekatnya,

pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn kedaulatannya

sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu

sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-

anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya

bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan politik dan

jalannya pemerintahan negara”.

b. Menurut Suryo Untoro

Pengertian Pemilihan Umum ialah sebagai berikut “Bahwa Pemilihan

Umum (yang selanjutnya disingkat Pemilu) adalah suatu pemilihan yang

dilakukan oleh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, untuk memilih

wakil-wakilnya yang duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat, yakni Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I dan

Tingkat II (DPRD I dan DPRD II46.

c. Menurut Harris G. Warren dan kawan-kawan

Pengertian Pemilihan Umum ialah sebagai berikut: “Elections are the

accostions when citizens choose their officials and cecide, what they want the

government to do. ng these decisions citizens determine what rights they want to

have and keep.”

d. Menurut Ramlan

Pemilihan Umum ialah sebagai berikut Pemilu diartikan sebagai “

mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan

kepada orang atau partai yang dipercayai.

46 Cholisin, Dasar-Dasar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 2000

Page 175: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 161

2. Dasar-dasar Hukum dan Sistem Pemilihan Umum

Serangkaian peraturan perundang-undangan diperlukan guna menjamin

penyelenggaraan pemilu yang sesuai dengan prinsip-prinsip pemilu demokratis, atau

dalam konsteks Indonesia sesuai dengan asas pemilu: langsung, umum, bebas,

rahasia, serta jujur dan adil. Mengikuti hirarki peraturan perundang-undangan,

pemilu dan penyelenggaraan pemilu juga diatur oleh konstitusi atau undang-undang

dasar, undang-undang, dan peraturan pelaksanaan. Pada tingkat pertama, undang-

undang dasar menetapkan lembaga-lembaga negara yang pejabatnya dipilih melalui

pemilu, menentukan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemilu dan periodesasinya,

serta menujuk lembaga penyelenggara. Pada tingkat kedua, undang-undang

menetapkan tujuan pemilu yang diaturnya, menentukan penggunaan sistem

pemilihan, mengatur proses pelaksanaan, serta menjamin agar setiap peraturan

ditaati. Pada tingkat ketiga, peraturan pelaksanaan atau peraturan teknis,

memberikan pedoman dan prosedur teknis pelaksanaan pemilu. Adanya

penambahan tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang diatur di dalam Peraturaan

Perundang-Undangan, yaitu tahapan pendaftaran bakal calon dan tahapan uji

publik, menjadikan adanya penambahan waktu selama 6 bulan dalam

penyelenggaraan pemilihan. Dalam pasal 22E ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945

berbunyi, pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap dan mandiri47. Segala aspek tatanan peraturan dalam

sebuah Negara baik dalam sebuah birokrasi dan regulasi tentu memiliki

pengaturannya sendiri sendiri, termasuk dalam system pemilihan umum ini memiliki

dasar hukum yang jelas untuk menjadikan sebagia dasar penerapan dalam sebuah

tatanan kenegaraan, berikut sumber-sumber hukum Pemilihan Umum :

Pasal 22E UUD 1945 yang berbunyi :

a. Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil

setiap lima tahun sekali.

b. Pemilu diselenggarakan utnuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil

Presiden dan DPRD.

c. Peserta Pemilu untuk memilih DPR dan anggota DPRD adalah Partai Politik.

47 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal 26

Page 176: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 162

d. Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan.

e. Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat

nasional, tetap dan mandiri

f. Ketentuan lebih tentang Pemilu diatur oleh undang-undang.

Undang-undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum di dalam Pasal

12 KPU memiliki tugas :

a. Merencanakan penyelenggaraan Pemilu

b. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan Pemilu

c. Mengkoordinasikan, penyelenggaraan, mengandalikan semua tahapan

pelaksanaan Pemilu.

d. Menetapkan peserta Pemilu.

e. Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi dan calon anggota DPR, DPD,

DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.

f. Menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan pemungutan

suara.

g. Menetapkan hasil Pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota DPR,

DPD, DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota.

h. Melakukan evaluasi dan pelaporan hasil Pemilu.

i. Melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diatur undang- undang.

Adapun UU Pemilu yang baru yang mana telah disetujui dalam Rapat

Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 21 Juli 2017, Presiden Joko

Widodo pada 15 Agustus 2017 lalu telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu). Dimana UU ini terdiri atas 573

pasal, penjelasan, dan 4 lampiran. Ini ditegaskan dalam UU Pemilu baru, Pemilu

dilaksanakan berdasarkan asas Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Dan dalam menyelenggarakan pemilu, penyelenggara pemilu harus melaksanakan

Pemilu berdasarkan pada -asas sebagaimana dimaksud, dan penyelenggaraannya

harus memenuhi prinsip:

a. Mandiri

b. Jujur

c. Adil

Page 177: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 163

d. Berkepastian hukum

e. Tertib

f. Terbuka

g. Proporsional

h. Professional

i. Akuntabel

j. Efektif

k. Efisien.

Adapun yang menjadi perhatian dalam UU Pemilu yang baru adalah adanya

pasal 222 UU Pemilu yang mengatur tentang Presidential Threshold dimana bunyi

pasal dalam UU Pemilu yang baru adalah Sementara bunyi Pasal 222 UU Pemilu,

yaitu: Pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik

peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% dari

jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah secara nasional pada

Pemilu anggota DPR sebelumnya48. Selain itu dimana seluruh pasangan calon

kepala daerah menggunakan atribut kampanye untuk memperkenalkan diri kepada

masyarakat pemilih sehingga diharapkan dapat meningkatkan elektabilitas dan

memenangkan pemilihan. Berikut mengenai ketentuan atau salah satu aturan baru

dalam UU No.7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Partai politik adalah sebuah

wadah berkumpulnya kepentingan public dikarenakan sudah menjadikannya

demikian karena adanya sistem pemilihan umum, mengartikulasikannya dalam

sebuah kebijakan dan membangun struktur untuk individu-individu untuk turut serta

dalam berpartisipasi di kancah politik, selain itupun partai politik juga turut serta dan

berperan aktif dalam mengontrol pemerintah dari luar sistem dengan menjadi

oposisi49. Sistem Pemilihan Umum yang ada di Indonesia tentu selalu merujuk pada

norma yang tertingi dalam tatanan Konstitusi yang menjadikan undang-undang

sebagai aturan turunannya. Sistem pemilihan umum memiliki sistem-sistem dalam

sebuah pemilihan pejabat Negara baik itu eksekutif, legislatif.

48 Pasal 222, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum 49 Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif

Teoritis dan Praktis, National Democratic Institute, Whasington DC, 2011, hal 3

Page 178: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 164

a. Sistem Pemilu guna menentukan seseorang menjadi pejabat Negara (Presiden

dan Wakil Presiden) melalui dua cara :

1) Pemilihan secara langsung artinya para pemilih melakukan pemilihan orang

atau kontestan yang disukai.

2) Pemiliah tidak langsung (betingkat) yaitu para pemilih melakukan

pemilihanorang-orang untuk menjadi anggota suatu lembaga kenegaraan

yang mempunyai wewenang untuk memilih orang yang akan menjadi pejabat

Negara tersebut, missal Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang

dilakukan oleh MPR sebelum amandemen UUD 45.

b. Sistem Pemilihan anggota DPR/DPD, ada dua macam :

1) Sistem Pemilihan Organis, yaitu untuk mengisi keanggotaan lembaga

perwakilan rakyat melalui pengangkatan dan penunjukkan.

2) Sistem Pemilihan Mekanis yaitu melalui pemilihan umum.

c. Adapun sistem pemilihan ada yang bersifat organis dan mekanis dimana, sistem

Pemilihan Organis Dasar pemilihanya ialah :

1) Rakyat dalam suatu Negara dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup

bersama dalam beraneka ragam persekutuan hidup seperti Geniologis,

Teritorial, Fungsional, Industri, lapisan-lapisan social (buruh, tani, nelayan

(LSM).

2) Persekutuan-persekutuan itu mempunyai kewenangan untuk menentukan

wakil-wakilnya yang duduk sebagai anggota parlemen.

3) Partai-partai politik tidak diperlukan sebab mekanisme pemilihan dilakukan

langsung oleh masing-masing persekutuan hokum.

Jadi lembaga perwakilan rakyat ini merupakan “Lembaga Perwakilan

Persekutuan Hidup”. Sehingga lembaga ini hanya mengurus kepentingan khusus

dari persekutuan-persekutuan hidup. Lalu adapun Sistem Pemilihan Mekanis ialah

dasar pemilihannya

a. Rakyat dalam suatu Negara dipandang sebagai individu-individu yang sama.

b. Rakyat bertindak sehingga mempunyai hak sendiri (hak pilih aktif)/ hak suara.

c. Peranan partai politik sebagai koordinator pemilih

Page 179: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 165

Jadi lembaga perwakilan rakyat merupakan lembaga politik rakyat. Sistem

Pemilihan Mekanis dapat digolongkan dua macam, yaitu sistem Pemilihan Distrik

dan Sistem Pemilihan Proposional

a. Sistem Pemilihan Distrik

Wilayah suatu Negara dibagi atas distrik-distrik pemilihan sesuai dengan

jumlah kursi yang tersedia di parlemen dan setiap distrik hanya memilih satu

orang wakil yang duduk di parlemen dari beberapa calon. Apabila pembagian

distrik dirasakan terlalu banyak, maka dapat kursi yang ada di parlemen dibagi

dua, sehingga distrik/ setiap distrik dapat memperoleh dua orang calon di

parlemen. Contoh : jumlah kursi di parlemen 500, maka wilayah Negara dibagi

dalam 500 distrik atau 500/2 = 250 distrik dan setiap distrik terdapat 2 calon.

Kebaikan dari system ini hubungan antara wakil dengan rakyat relative dekat,

rakyat cukup kenal calonnya, mendorong menyatukan beberapa partai,

memungkinkan terjadi koalisi., pelaksanaannya sederhana, jumlah partai akan

lebih berkurang. Kelemahan system distrik Banyak suara yang terbuang,

misalnya Calon A = 50 suara Calon B = 45 suara Calon C = 40 suara Calon D =

30 suara Yang menang adalah Calon A dan menjadi wakil distrik. Apabila

dibandingkan suara antara A dengan B, C, dan D, maka presentasi Calon A

di distrik tersebut adalah rendah ( low representative), menyulitkan bagi

partai kecil untuk memperoleh kursi ( wakil di parlemen).

b. Sistem Pemilihan Proposional

Kursi yang tersedia di parlemen, diperebutkan dalam suatu pemilihan

umum, dibagi kepada partai-partai politik dan golongan-golongan politik yang ikut

serta dalam Pemilu sesuai dengan imbangan suara dalam Pemilu. Misal 1 :

400.000 pemilih mempunyai1 kursi artinya satu orang wakil memperoleh

dukungan 400.000 pemilih. Negara sebagai daerah pemilihan dantiap suara

dihitung suara yang diperoleh dari satu daerah ditambahkan dengan suara yang

diperoleh dari daerah yang lain, sehingga besar kemungkinan setiap organisasi

peserta pemilu memperoleh kursi.. Mengingat wilayah Negara begiru luas dan

jumlah penduduk yang besar, maka dibentuk daerah pemilihan (bukan distrik)

yaitu wilayah Negara dibagai dalam daerah-daerah pemilihan. Kursi yang tersedia

Page 180: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 166

di parlemen terlebih dahulu dibagikan ke daerah- daerahpemilihan, dimana suatu

daerah pemilihan kursi yang diperebutkan suatu daerah harus lebih dari dari satu

kursi dan disebut Multi Member Constituency. Contoh : Misalnya suatu Negara

mempunyai 100 kursi yang diperebutkan. Langkah-langkah yang harus

ditempuh 100 kursi dibagi ke daerah-daerah pemilihan misalnya 4 daerah

pemilihan. Dengan pertimbangan wilayah Negara, jumlah penduduk dan

sebagainya, maka ditentukan daerah pemilihan A = 30 kursi daerah pemilihan B

= 25 kursi Daerah Pemilihan C = 25 kursi Daerah Pemilihan D = 20 kursi.

Kursi di wilayah A berjumlah 30 dibagikan kepada golongan politik peserta

pemilu sesuai dengan imbangan suara diperoleh dalam pemilu yang

bersangkutan. Hasil yang diperoleh tersebut, partai politik dapat menentukan

anggota-anggotanya yang duduk di parlemen berdasarkan pada daftar calon

anggota parlemen atau berdasarkan nomor urut, sehingga nomor urut yang

paling ataslah yang terpilih. Dalam perhitungan suara, maka akan diketahui

jumlah kursi yang diperoleh masing-masing partai politik dengan bilangan

pembagi pemilih (BPP), sedangkan sisa suara yang ada tidak dapat

dipindahkan ke daerah pemilihan yang lain. Kebaikan Sistem Proposional Jumlah

suara yang terbuang sangat kecil, merangkup partai-partai kecil dan golongan-

golongan minoritas untuk duduk dalam parlemen. Kelemahan Sistem ini

mudahnya timbul partai-partai baru/ munculnya bermacam-macam golongan

dan mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada, muncul banyak aliran-

aliran yang syarat dengan konflik dan idiologis, wakil-wakil terpilih lebih dekat

dengan induk organisasinya yaitu partai politik, dan kurang memiliki loyalitas

kepada rakyat yang memilihnya, dengan anggapan bahwa partai politiklah

yang menentukan mereka sebagai anggota parlemen dari pada kemapuan

mereka/wakil, rakyat hanya memilih partai daripada memilih wakilnya, sulit

membentuk pemerintahan yang stabil sebab penentuan pemerintahan didasarkan

padaa koalisi dari dua atau lebih partai politik.

c. Sistem Proposional dengan Daftar Calon Terbuka.

Sistem ini sama dengan system Proposional, hanya dalam menentukan

wakil- wakil rakyat yang duduk di parlemen telah disusun dalam daftar abjad (

bukan nomor urut). Dalam pelaksanaan pemungutan suara rakyat memilih

Page 181: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 167

disamping partai politik (mencoblos), mereka juga memilih nama-nama orang

calon yang diajukan oleh partai politik yang bersangkutan. Sistem ini muncul

atas respon atas keprihatinan terhadap kualitas wakil-wakil rakyat yang lebih

condong mementingkan kepentingan partai, daripada memperjuangkan aspirasi

rakyat.

3. Asas-asas Pemilihan Umum

Pelaksanaan Pemilihan Umum dimanapun selalu bernuansa : manipulatif,

tidak jujur, sewenang-wenang, politik uang, prokasi dan sebagainya. Asas-asas

Pemilu dapat dilihat dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia Pasal 21

ayat 3, mengatakan Kemauan rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah,

kemauan ini harus dinyatakan dalam pemiliha-pemilihan berkala yang jujur dan

yang dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan berkesamaan serta

dengan pemungutan suara rahasia ataupun menurut cara-cara lain yang juga

menjamin kebebasan mengeluarkan suara. Pemilu merupakan sebuah kontestasi

politik yang memiliki periodic tertenu dan pegawai negri sipil lah yang dituntut untuk

netral dan independen karena merupakan sebagai Aparatur Pegawai Negri Sipil

yang konsisten. Sebagaimana terlihat sepanjang sejarah, maka kedudukan dan

peranan Pegawai Negeri adalah penting dan menentukan, karena Pegawai Negeri

adalah unsur Aparatur Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan

pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan Nasional50. Jadi menurut

deklarasi PBB di atas, Asas-asas Pemilu adalah berkala, jujur, umum, berkesamaan

dan rahasia. Menurut pasal 22E UUD 45 yang sudah diamandemen tahu 2004,

mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan secara lebih

berkualitas dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya atas dasar prinsip

demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan beradab. Sistem

Pemilihan Umum merupakan metode yang mengatur serta memungkinkan warga

negara memilih dan mencoblos para wakil rakyat diantara mereka sendiri.Metode

berhubungan erat dengan aturan dan prosedur merubah atau mentransformasi

suara ke kursi di parlemen. Mereka sendiri maksudnya adalah yang memilih ataupun

50 Nuansa Aulia, Pokok-Pokok Kepegawaian Dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nuansa

Aulia, Jakarta, 2009, hal 11

Page 182: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 168

yang hendak dipilih juga merupakan bagian dari sebuah entitas yang sama51. Dari

ketentuan-ketentuan dia atas maka asas-asas Pemilu adalah :

a. Langsung, artinya seorang pemilih memberikan suaranya tanpa perantara,

haruslangsung kecuali melalui Jasa Kantor Pos, maka petugas pos

meneruskan pilihannya dalam amplop tertutup.

b. Umum, artinya setiap warga Negara tanpa pandang bulu, kaya, miskin, suku,

ras, dan agama, jenis, tingkat pendidikan dan dimanapun tempat tinggal,

pekerjaan, status serta idiologisnya asal memenuhi syarat mempunyai hak

pilih dan dipilih, syarat umur 17 tahun, tidak sakit ingatan/gila, hak pilih

tidakdicabut dan tidak dihukum lebih dari 5 tahun.

c. Bebas artinya bebas menyatakan pendapat aspiranya dan pilihannya, bebas

untuk menghadiri atau tidak menghadiri suatu kampanye serta bebas dari

intimidasi tidak ada paksaan, bebas dari tindakan sewenang-wenanag dari

manapun juga.

d. Rahasia artinya memberikan pilihannya tanpa diketahui oleh siapapun, kecuali

atas persetujuan pemilih dimana ia harus mendapat tuntunan karena umurnya

sudah lanjut atau karena menyandang cacat tertentu.

e. Jujur, artinya pelaksanaan pemilu dilakukan sesua dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, sesuai dengan etika dan moralitas, tidak ada

paksaan manipulasi, penipuan, pembelian suara dan korupsi.

f. Adil, artinya setiap warga Negara mempunyai hak yang sama, setiap partai politik

atau kandidat dan setiap daerah diperlakaukan sama, juga dalam proses yang

sama setiap kasus yang timbul dan sebagainya.

g. Akuntabel Transparans dimana pemilu harus mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas dan wewenang kepada publik baik secara politik maupun

hokum

h. Edukatif pelaksanaan pemilu itu tidak saja demokratis tetapi juga pemilu

harus dapat bersifat mendidik secara politik, artinya setiap earga Negara yang

berhak memilih tidak saja dapat diperlakukan secara manusiawi pada setiap

tahapan pelaksanaan pemilu tetapi juga harus diberi informasi perihal seluruh

51 Indra Pahlevi, Pemilu Serentak Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia, Azza Grafika,

Yogyakarta, 2015

Page 183: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 169

tahapan pelaksanaan pemilu, sehingga dapat mengambil keputusan sendiri.

KPU hendaknya juga melaksanakan fungsi mendidik pemilih. Kampanye yang

dilakukan partai politik dan atau calon harus dapat menjadi arena

pembelajaran dan pencerdasan baik bagi pemilih , baik partai politik dan para

calon.

i. Praktis (efisien dan lancar ) Pelaksanaan pemilu dilakukan secara praktis, waktu,

biaya, tenaga maupun organisasi dan tatat kerja untuk semua tahapan

pelaksanaan pemilu. Pelaksanaan pemilu sesuai dengan jadwal, waktu,

alokasi anggaran, distribusi logistic pemilu, berlangsung tanpa hambatan.

Komunikasi, transportasi, spesialisasi efisinsi, koordinasi, monitoring dan control

menjadi factor yang menentukan kelancaran pekerjaan besar

penyelenggaraan pemilu. Pada jaman Orde Baru asas pemilu yang

digunakan adalah LUBER ( langsung, umum, bebas dan rahasia), asas-asas ini

hanya digunakan pada saat pemungutan suara di TPS sedangkan proses

tahapan lainnya patut dipertanyakan .

Dengan penjabaran diatas maka dapat kita telaah terkait normative dan

susunan sistematika secara administrative dengan pengolahan dan pendekatan

yang dinamis sehingga oleh karena itu, sistem politik mau tidak mau turut

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan oleh partai politik.

Melihat bahwa komunikasi politik merupakan salah satu masukan yang menentukan

bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik. Komunikasi politik menyambungkan

semua bagian dari sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan

menjadi berbagai kebijaksanaan52.

Kesimpulan

Pemilu merupakan sebuah pemilihan umum yang menjadikan sebuah

kontestasi politik yang dinamis, transparan, dan independen. Dimana setiap putra

putri bangsa diberikan hak yang sama dalam mencapai cita-cita nya sebagai

pemimpin di Negara. Pemilihan umum ini dilakukan setiap periodic lima tahunan

sekali, sehingga Negara akan selalu melaksanakan sebuah pesta demokrasi yang

menjadikan putra putri bangsa diberikan kesempatan seluas luasnya dan sama rata

52 Handri Raharjo, Sistem Hukum Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016, hal 90

Page 184: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 170

bagi sesiapa yang hendak mencalonkan dirinya menjadi Pemimpin Negara. Namun

perlu diketahui bersama bahwa baru baru ini ada undang-undang no 7 tahun 2017

tentang Pemilihan Umum yang mana point krusial dan paling penting yang harus di

ketahui ada pembahasn menarik terkait presidensial threshold dimana memberikan

ambang batas minimal 20% pemenang pemilihan legislative yang lalu menjadi

rujukan utama pra syarat yang harus dipenuhi. Sehingga tidak memunginkan bagi

partai-partai baru yang belum memiliki legislative di senayan untuk bisa ikut andil

dalam pesta demokrasi lima tahunan ini dalam mencari pemimpin Negara. Adapun

asas asas pemilihan umum yang harus di jaga dan dilakukan oleh setiap calon

peserta juga panitia dan masyarakat luas dimana harus mengedepankan adanya

asas-asasUmum, Bebas, Rahasia, Jujur, Adil, Akuntabel, Edukatif, Praktis. Dasar

dasar hukum adanya sebuah pemilihan umum didasari dari konstitusi kita atau stats

grund gesetz ialah Undang-undang Dasar 1945 Pasal 22E yang berbunyi :

a. Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil

setiap lima tahun sekali.

b. Pemilu diselenggarakan utnuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil

Presiden dan DPRD.

c. Peserta Pemilu untuk memilih DPR dan anggota DPRD adalah Partai Politik.

d. Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan.

e. Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat

nasional, tetap dan mandiri

f. Ketentuan lebih tentang Pemilu diatur oleh undang-undang.

Dengan demikian diharapkan adanya pesta demokrasi yang memiliki perode

waktu tertentu adanya sebuah regenerasi kepemimpinan yang baik, karena suatu

kekuasaan apabila tidak adanya sebuah regenerasi maka tinggal menunggu saja

adanya sebuah kehancuran Negara karena ketamakan dan keserakahan yang akan

timbuk dikemudian hari.

Page 185: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 171

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan Sistim Profesional Terbuka ?

2. Sebutkan perbedaan sistim profesional terbuka dan tertutup !

3. Sebutkan azas-azas pemilihan umum !

4. Apa yang dimaksud dengan Sistim Distrik ?

5. Sebutkan kelemahan dari Sistim distrik !

D. Daftar Pustaka

Cholisin, Dasar-Dasar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 2000

Indra Pahlevi, Pemilu Serentak Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia, Azza Grafika,

Yogyakarta, 2015

Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat

Studi Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983.

Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif

Teoritis dan Praktis, National Democratic Institute, Whasington DC, 2011.

Nuansa Aulia, Pokok-Pokok Kepegawaian Dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nuansa

Aulia, Jakarta, 2009

Rahmat Hollyson, Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna, Bestari, Jakarta, 2015

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Sinar Grafika, Jakarta, 2012

Handri Raharjo, Sistem Hukum Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Page 186: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 172

PERTEMUAN 14

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-14 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian dan Latar Belakang dari Pendidikan

Kewarganegaraan

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

B. Uraian Materi

1. Pengertian dan Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah menganali suatu sistem

kompensasi dasar, tujuan dan ruang lingkup materi Pendidikan Kewarganegaraan,

menyadari arti penting Pendidikan Kewarganegaraan sebagai media pembentukan

kepribadian bangsa. Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu

masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan

kehidupan generasi penerusnya. Sebagai masyarakat, warga bangsa dan negara,

secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan mereka

yang selalu berunah dan selalu terkait dengan konteks dinamika

budaya,bangsa,negara dan hubungan international,maka pendidikan tinggi tidak

dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarka sebagai

perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak keterdugaan.

Dalam kehidupan kampus di seluruh perguruan tinggi indonesia,harus

dikembangkan menjadi lingkungan ilmiah yang dinamik,berwawasan budaya

bangsa,bermoral keagamaan dan berkepribadianindonesia.Untuk pembekalan

kepada para mahasiswa di indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai,sikap

dan kepribadian,diandalkan kepada pendidikan pancasila,Bela Negara,Ilmu Sosial

Dasar,Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi nilai dalma

kehidupan,yang disebut Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK). Latar

Belakang Pendidikan Kewarganegaraan:

a. Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama

penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai

Page 187: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 173

dengan mengisi kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda-

beda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap

bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nulai kejuangan bangsa yang

dilandasi jiwa,tekad dan semangat kebangsaan. Semangat perjuangan bangsa

yang tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik

Indonesia

b. Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika

perjalanan kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang

ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi,

Komunikasi dan Transportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang seolah-

olah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang

demikian menciptakan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara Indonesia serta mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan

masyarakat Indonesia.

c. Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan

menghadapi globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan

kesadaran bernegara,sikap dan perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan

persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi utuh dan

tegaknya NKRI.

Maksud dan Tujuan dari sebuah pendidika kewarganegaraan ialah :

a. Maksud

Untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang pengetahuan

dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara

dengan negara serta PPBN sebagai bekal, agar menjadi warga negara yang

dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

b. Tujuan

Agar para mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan hak dan

kewajibannya secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas. Memupuk sikap

dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, patriotisme, cinta tanah air

dan rela berkorban bagi bangsa dan negara. Menguasai pengetahuan dan

memahami aneka ragam masalah dasar kehidupan masyarakat, bangsa dan

Page 188: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 174

negara yang akan diatasi dengan pemikiran berdasarkan Pancasila, Wawasan

Nusantara dan Ketahanan Nasional secara kritis dan betanggung jawab.

2. Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.

Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati.

Hukum atau aturan baku diatas tidak selalu dalm bentuk tertulis. Landasan hukum

dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatn pendidikan.

Pendidikan Menurut Undang-undang Dasar 1945 Undang-undang Dasar 1945

adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Ia mendasari semua perundang-

undangan yang ada yang muncul kemudian. Pasal-pasal yang bertalian dengan

pendidikan yaitu pasal 31 dan pasal 32. Pasal 31 ayat 1 berbunyi: Tiap-tiap warga

Negara berhak mendapt pengajaran. Dan ayat 2 berbunyi: Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional, yang

diatur dengan undang-undang. Pasal 32 berbunyi:

Pemerintah mengajukan kebudayaan nasional Indonesia. Kebuyaan dan

pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama lain. Adapum

dengan adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, maka dalam hal pembagian kekuasaan terhadap lembaga

negara atau lembaga pemerintah di Indonesia, juga mengalami suatu perubahan.

Secara teoritis, perubahan yang terjadi ialah setidak tidaknya membawa suatu

perubahan struktural dan juga sautu mekanisme penyelenggaraan Negara dimana

kependidikan yang harus diajarkan53. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Diantara peraturan perundang-undangan RI

yang ppalin banyak membicarakan pendidikan adlah undang-undang RI Nomor 20

tahun 2003. Pasal 1 ayat 1 berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembagkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasn, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

53 Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2012, hal 87

Page 189: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 175

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 10 ayat

(2), pasal 11 ayat (4), pasal 13 ayat (2), pasal 14 ayat (2), pasal 16 ayat (4), pasal

(18) ayat (4), pasal 19 ayat (3), pasal 21 ayat (2), pasal 22 ayat (2), pasal 25 ayat

(2), pasal 26 ayat (2), pasal 28 ayat (5), pasal 29 ayat (5), pasal 35 ayat (3), pasal 37

ayat (5) dan pasal 40 ayat (3).

Beberapa PP tentang Pendidikan dan GBHN 1993. Beberapa Peraturan

Pemeintah tentang pendidikan yang akan dibahas yaitu:

a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.

c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.

d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tujuan adalah untuk membangun dan

menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang

mencintai tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara,

serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang

dan mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi serta seni.

Dangan hal berbeda bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang

berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung

jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental

yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai

perilaku yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta

menghayati nilai-nilai falsafah bangs, berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam

masnyarakat berbangsa dan bernegara, rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan

kewajiban warga Negara, bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela

Negara, aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk

kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. Melalui pendidikan

Kewarganegaraan , Rakyat Republik indonesia diharapkan mampu memahami,

menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat ,

bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan

tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD 1945. Dalam

Page 190: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 176

kaitanya suatu pendidikan kewarganegaraan ada Pengertian Bangsa dan Negara,

berikut pengertian dari masing-masing :

a. Bangsa

1) Menurut Hans Kohn bahwa bangsa terbentuk oleh persamaan bahasa, ras,

agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan.

2) Sedangkan Ernest Renan menyatakan bahwa bangsa (nation) adalah suatu

solidaritas, suatu jiwa, suatu asas spiritual, suatu solidaritas yang dapat

tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah lampau dan bersedia dibuat di

masa yang akan datang54.

Meskipun dikalangan pakar kenegaraan belum terdapat persamaan

pengertian bangsa, namun faktor objektif yang terpenting dari suatu Bangsa

adalah kehendak atau kemauan bersama yang lebih dikenal dengan

nasionalisme. Fredrich Hertz dalam bukunya “Nationality in History and Politics”

mengemukakan bahwa setiap bangsa mempunyai 4 (empat) unsur aspirasi

sebagai berikut:

1) Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial,

ekonomi, politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.

2) Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional

sepenuhnya, yaitu bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa asing

terhadap urusan dalam negerinya.

3) Keinginan dalam kemandirian, keunggulan, individualisme, keaslian, atau

kekhasan.

4) Keinginan untuk menonjol (unggul) diantara bangsa-bangsa dalam mengejar

kehormatan, pengaruh, dan prestise.

b. Negara

Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di

mana terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya,

pertahanan keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal

terdapat unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat

54 Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Paradigma, Yogyakarta, 2002,

hal 212-213

Page 191: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 177

serta pengakuan dari negara lain. Pengertian Negara Berdasarkan Pendapat

Para Ahli :

1) Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau

mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.

2) Georg Jellinek : Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok

manusia yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu.

3) Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau

kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republic yang

telah diakui oleh dunia internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah

darat, laut dan udara yang luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan

pemerintah daerah yang berkuasa. Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat

negara tersebut untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang

dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut. Indonesia memiliki Undang-Undang

Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa secara bersama-sama. Adapun suatu

Hak dan Kewajiaban Warga Negara yang melekat di dalam dirinya selama hidup

sampai mati kepada negaranya. Pengertian Warga Negara Warga negara adalah

orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi merupakan anggota resmi dari

suatu Negara tertentu,atau dengan kata lain warganegara adalah warga suatu

Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Oleh karena

itu seorang warga negara senantiasa berinteraksi dengan negara, dan bertanggung

jawab atas keberlangsungan kehidupan negaranya. Menurut Pasal 26 ayat 1 bahwa

“yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-

orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”.

Perkataan “asli” di atas mengandung syarat biologis bahwa asal usul atau turunan

menentukan kedudukan sosial seseorang itu “asli” atau “tidak asli”. Keaslian

ditentukan oleh turunan atau adanya hubungan darah antara yang melahirkan dan

yang dilahirkan. Dengan demikian penentuan keaslian bisa didasarkan atas tiga

alternatif, yaitu:

a. turunan atau pertalian darah (geneologis)

b. ikatan pada tanah atau wilayahnya (territorial)

Page 192: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 178

c. turunan atau pertalian darah dan ikatan pada tanah atau wilayah (geneologis-

territorial)

Hak dan Kewajiaban didalam Pasal-pasal dalam UUD 1945 yangmenetapkan

hak dan kewajiban sebagai warga negara mencakup pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31,

33 dan 34. Hak-hak warga negara yang substansial pada prinsipnya antara lain

meliputi:

a. Hak untuk memilih/memberikan suara

b. Hak kebebasan berbicara

c. Hak kebebasan pers

d. Hak kebebasan beragama

e. Hak kebebasan bergerak

f. Hak kebebasan berkumpul

g. Hak kebebasan dari perlakuan sewenang-wenang oleh sistem politik dan atau

hukum

Sedangkan CCE (Center for Civic Education) mengajukan hak-hak individu

yang perlu dilindungi oleh negara, meliputi: hak pribadi (personal rights), hak politik

(political rights), hak ekonomi (economic rights) Kewajiban warga negara merupakan

aspek dari tanggung jawab warga negara (citizen responsibility/civic responsibilities)

CCE 1994. Contoh yang termasuk tanggung jawab warga negara antara lain:

a. melaksanakan aturan hukum

b. menghargai orang lain

c. memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya

d. melakukan kontrol terhadap para pemimpin yang dipilihnya dalam melakukan

tugas-tugasnya

e. melakukan komunikasi dengan para wakil di sekolah, pemerintah lokal,

pemerintah nasional

Disatu sisi sebagai akademisi yang menunjang hierarki tertinggi sebagai

pelajar maka selain warga Negara adapun hak dan kewajiban mahasiawa. Hak dan

kewajiban mahasiswa menurut pasal 109 dan 110 PP No. 60 Tahun 1999 sebagai

berikut :

Page 193: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 179

a. Hak Mahasiswa :

1) Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk

menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku

dalam lingkungan akademik.

2) Memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan bidang akademik

sesuai dengan minat, bakat, kegemaran dan kemampuan.

3) Memanfaatkan fasilitas perguruan tinggi dalam rangka kelancaran proses

belajar.

4) Mendapatkan bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program

studi yang diikuti serta hasil belajarnya.

5) Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yang

diikutinya serta hasil belajarnya.

6) Menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang ditetapkan sesuai dengan

persyaratan yangberlaku.

7) Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

8) Memanfaatkan sumber daya perguruan tinggi melalui perwakilan/organisasi

kemahasiswaaan untuk mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat dan

tata kehidupan bermasyarakat.

9) Pindah ke perguruan tinggi lain atau program studi lain, bilamana daya

tampung perguruan tinggi atau program yang bersangkutan memungkinkan.

10) Ikut serta dalam organisasi mahasiswa pada perguruan tinggi yang

bersangkutan.

b. Kewajiban Mahasiswa :

1) Mematuhi semua peraturan/ketentuan yang berlaku pada perguruan tinggi

yang bersangkutan.

2) Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan

keamanan perguruan tinggi yang bersangkutan.

3) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali bagi mahasiswa

yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

4) Menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.

5) Menjaga kewibawaan dan nama baik perguruan tinggi yang bersangkutan.

Page 194: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 180

6) Menjunjung tinggi kebudayaan nasional.

Mahasiswa tentunya harus mengetahui dan melaksanakan Tri Dharma

Perguruan Tinggi yang tercantum dalam UU sisdiknas pasal 20 ayat 3 menerangkan

bahwa kewajiban perguruan tinggi terdiri dari tiga hal, yaitu:

a. Pendidikan dan pengajaran berarti berlangsungnya proses pewarisan ilmu

pengetahuan. Disini terlihat peran guru pengajar dan kakak mahasiswa yang

memberikan kita informasi mengenai ilmu pengetahuan dan informasi yang

didapat selama duduk di bangku kuliah. Dan kewajiban untuk kita untuk

mewariskan ilmu tersebut kepada adik kelas mahasiswa kelak dan yang

membutuhkan.

b. Yang kedua, yaitu penelitian dan pengembangan, kegiatan ini sangat penting

dilakukan karena jika kita hanya menguasai teori semata tentu tidak akan ada

gunanya. Seperti pepatah mengatakan, “teori tanpa praktek lumpuh dan praktek

tanpa teori buta”. Jadi hubungan antara ilmu dan penelitian serta pengembangan

itu sangat erat dan tidak bisa dipisahkan satu sama yang lainnya. Disini penelitian

berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang kita dapat. Penelitian di

perguruan tinggi juga tidak hanya dilakukan untuk penelitian yang bisa langsung

diterapkan dalam jangka pendek tetapi juga sekaligus yang berguna bagi masa

mendatang saat mahasiswa telah bergabung dalam masyarakat.

c. Tri dharma yang terakhir yaitu pengabdian kepada masyarakat, para mahasiswa

yang telah mendapatkan ilmu pengetahuan melalui berbagai macam penelitian

bisa langsung diterapkan dengan terjun mengabdi kepada masyarakat. Dapat

terlihat jelas hasil penerapan dari ilmu dan penelitian yang kita lakukan selama

duduk di perguruan tinggi. Aktivitas ini sendiri dapat dilakukan atas inisiatif

individu maupun kelompok tanpa mencari keuntungan tetapi dengan cara

mengabdi tadi. Kegiatan ini sangat menguntungkan dari berbagai pihak, yaitu

sangat membantu masyarakat, membanggakan bagi almamater perguruan tinggi

dan juga bisa menjadi mahasiswa yang terlatih tentunya mengharumkan nama

baik orang tua.

Dengan memahami latar belakang filosofis Pendidikan Kewarganegaraan di

Perguruan Tinggi Umum, maka diharapkan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Page 195: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 181

Kewarganegaraan dapat dipertanggungjawabkan dengan alasan bahwa melalui

Pendidikan Kewarganegaraan, paradigma pendidikan demokrasi secara sistemik

dengan pengembangan civic intellegence, civic participation, and civic responcibility

dari “civic eduction” merupakan wahana pendidikan demokrasi yang diharapkan

dapat menghasilkan manusia berkualitas dengan keahlian profesional serta

berkeadaban khas Pancasila.

Kesimpulan

Pendidikan kewarganegaraan yang diselenggarakan bertujuan untuk

membekali para mahasiswa selaku calon pemimpin di masa yang akan dating

dengan kesadaran bela Negara serta kemampuan berpikir secara komprehensif

integral dan logis dalam rangka ketahanan nasional kesadaran bela Negara ini

berwujud sebagai kerelaan dan kesadaran melakukan kelangsungan hidup bangsa

dan Negara melalui bidang keterampilan, keahlian, dan profesinya masing-masing.

Berfikir secara komprehensif integral disini memmiliki pengertian berfikir secara

menyeluruh tanpa keluar dari pokok permasalahan atau pembahasan. Menjunjung

tinggi nilai-nilai Pancasila baik dalam penerapan dilingkungan akademis dan juga

kehidupan social. Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana

untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada

budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku

kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila adalah dasar Negara Republik

Indonesia, ideologi Negara Indonesia, sekaligus menjadi pandangan hidup bangsa.

Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik

Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai

perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan.

Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia,

setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi

pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga

kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah. Adapun landasan Hukum dari

sebuah pendidikan Kewarganegaraan yang ialah

Page 196: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 182

a. UUD 1945 :

1) Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan

aspirasi Bangsa Indonesia tentang kemerdekaanyaa

2) Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan

pemerintahan.

3) Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.

4) Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan

keamanan negara.

5) Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.

b. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat pentingnya arti

dari sebuah pendidikan kewarganegaraan karena kaitannya terhadap pertahanan

dan keamanan Negara serta menjunjung tinggi visi misi Negara menuju Negara

yang bersih dan maju. Oleh karenanya landasan landasan tersebut menjadi

acuan dan rujukan utama dari sebuah konstitusi yang telah di setujui bersama

menjadi sebuah Undang-undang Dasar 1945

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan kewarganegaraan ?

2. Sebutkan undang –undang yang berhubungan dengan kewarganegaraan !

3. Hal-hal apa saja yang menjadi hak warga negara?

4. Jelaskan tujuan kewarganegaraan !

5. Apa manfaat bagi warganegara terhadap negara?

D. Daftar Pustaka

Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2012.

Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Paradigma, Yogyakarta,

2002.

Page 197: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 183

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan

Peraturan Perundang-Undangan.

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Kewarganegaraan

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Page 198: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 184

PERTEMUAN 15

ASAS KEWARGANEGARAAN DAN PEWARGANEGARAAN

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-15 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Asas Kewarganegaraan

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan pengertian Pewarganegaraan

3. Mahasiswa dapat menjabarkan syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan

B. Uraian Materi

1. Asas-asas Kewarganegaraan

Asas Kewarganegaraan Pemerintah saat menjalankan sebuah

kepemerintahannya, pemerintah memerlukan setidaknya suatu “Sistem

Pemerintahan”. Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari 2 istilah yaitu

“Sistem” dan “Pemerintahan”. Sistem adalah suatu keseluruhan atau cara yang

tersistematik menjadi kesatuan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai

hubungan fungsionil baik antara bagian-bagian maupun hubungan terhadap

keseluruhan, sehingga hubungan itu menimbulkan ketergantungan antara kerangka-

kerangka yang akibatnya juka salah satu kerangkanya tidak bekerja dengan baik

akan mempengaruhi keseluruhannya dari sebuah sistem itu semua55. Didalam

sebuah aturan Negara semua tentang pengaturan dari kewarganegaraan diatur

sedemikian rupa agar setiap masyarakat memiliki status dan legalitas tempat tinggal

yang mengedepankan Hak Asasi Manusia maka dari oleh karenanya disetiap

Negara pengaturannya bisa berbeda beda. Di Indoneia undang-undang No.12

tahun 2006 bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat

Undang-Undang Dasar 1945 maka asas kewarganegaraan meliputi asas

kewarganegaraan umum atau universal yaitu asas ius sanguinis, ius soli, dan

campuran. Adapun asas yang dianut dalam UU No. 12 tahun2006 adalah berikut ini.

55 Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi

Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hal 171

Page 199: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 185

a. Asas Ius Soli

Adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan

negara tempat kelahiran. Bagi negara indonesia penentuan yang diberlakukan

terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-

undang tersebut.

b. Asas Ius Sanguinis

Adalah penenuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan atau pertalian

darah. Artinya penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan

kewarganegaraan orang tuanya, bukan berdasarkan negara tempat tinggalnya.

c. Asas Kewarganegaraan Tunggal

Adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

d. Asas Kewaganegaraan Ganda Terbatas

Adalah asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. Undang-undang ini

pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun

tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan

kepada anak dalam undang-undang ini merupakan suatu pengecualian. Namun

ada suatu negara dalam menentukan kewarganegaraannya hanya menggunakan

asas ius soli atau ius sanguinis saja, maka dapat mengakibatkan dua

kemungkinan yang terjadi yaitu bipatride dan apatride.

Bipatride (dwi kewarganegaraan) yaitu kewarganegaraan rangkap/ganda.

Dengan demikian mengakibatkan ketidakpastian status orang yang bersangkutan

dan kerumitan administrasi tentang kewarganegaraan tersebut. Apatride (tanpa

kewarganegaraan) yaitu seseorang tanpa memiliki kewarganegaraan. Dengan

demikian keadaan apatride ini mengakibatkan seseorang tidak akan mendapat

perlindungan dari negara manapun juga. Contoh negara yang menerapkan asas ius

soli adalah Amerika Serikat, sedangkan yang menerapkan asas ius sanguinis adalah

Cina. Seorang warga negara Cina yang meahirkan anak di Amerika Serikat, menurut

asas yang dianut oleh masing-masing negara tersebut memiliki dua

Page 200: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 186

kewarganegaraan yaitu warga negara Amerika Serikat dan warga negara Cina.

Sebaliknya warga negara Amerika Serikat yang melahirkan seorang anak di Cina

menurut asas tersebut tidak memiliki kewarganegaraan (apatride). Australia,

Canada, untuk tahap pertama akan lebih menguntungkan apabila menganut azas

ius soli, sebab dengan lahirnya anak-anak dari imigran di Negara-negara tersebut

akan mnejadi putuslah hubungannya dengan Negara asal orang tuanya56. Untuk

mengatasi keslitan diatas diadakan perundingan dengan negara lain untuk

menentukan pewarganegaraan seseorang terdapat 2 macam stetsel yaitu stetsel

pasif dan aktif. Stetsel pasif adalah semua penduduk diakui sebagai wargnegara

kecuali ia menolak menjadi warga negara atau hak repudiasi. Stetsel aktif adalah

untuk menjadi warga negara seseorang harus menggunakan hak opsi atau hak

untuk memilih menjadi warga negara.

2. Pengertian Pewarganegaraan

Negara Republik Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing (bukan

warga negara) untuk menjadi warga negara. Dalam hal permohonan

kewarganegaraan atau naturalisasi. Naturalisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

naturalisasi biasa dan istimewa.

a. Naturalisasi Biasa

Persyaratan menjadi kewarganegaraan Republik Indonesia menurut

undang-undang kewarganegaran adalah sebagai berikut.

1) Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin

2) Pada waktu pengajuan permohonan sudah bertempat tinggal diwilayah negara

sedikitnya 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.

3) Sehat jasmani dan rohani.

4) Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui dasar negara Pancasila dan UUD

1945.

5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena tindak pidana yang diancam sanksi

penjara 1 tahun atau lebih.

6) Tidak menjadi berkewarganegaraan ganda.

7) Mempunyai pekerjaan atau penghasilan tetap.

56 Gouw Giok Siong, Warga Negara dan Orang Asing, Keng Po, Jakarta, 1960, hal 12

Page 201: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 187

8) Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara sebesar ketentuan

peraturan pemerintah.

b. Naturlisasi Istimewa (Luar Biasa)

Nauralisasi istemewa di neara RI dapat diberikan kepada warga negara

asing yang status kewarganegaraannya sebagai berikut.

1) Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau

belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.

2) Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun secara sah sebagai anak

oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI.

3) Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang

tuanya yang WNI, atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI

meskipun status kewarganegaraan orang tuanya tidak jelas berakibat anak

berkewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.

4) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan

disampaikan kepada pjabat dengan melampirkan dokumen sebbagaimana

ditentukan dalam perundang-undangan.

5) Perbuatan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling

lambat 3 tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.

6) Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan pernyataannya

sendiri (permohonan) untuk menjadi warga negara RI, atau dapat diminta oleh

negara RI. Kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia. Cara ini

diberikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

c. Akibat Pewarganegaraan

Pewarganegaraan membawa akibat hukum pasangan kawin campuran dan

anak-anaknya yang menjadi warga negara karena pewarganegaraan. Berikut

adalah akibat dari pewarganegaraan:

1) Setiap orang yang bukan WNI diperlakukan seperti orang asing.

2) Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikat perkawinan

sah tidak menyebabkan kehilangan status kewarganegaraan itu.

3) Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai

hubungan hukum

4) kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh

kewarganegaraan RI turut memperoleh kewarganegaraan RI.

5) Seorang anak yang lahir dari perkawinan WNA dan WNI tanpa memandang

kedudukan hukum ayahnya baik sah maupun tidak sebelum usia 18 tahun

Page 202: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 188

memiliki kewarganegaran ganda. Setelah 18 tahun diharuskan memilih

kewaranegaraan.

6) Anak yang lahir di wilayah negara RI yang saat lahir tidak jelas kedudukan

orang tuanya atau tidak diketahui orang tuanya merupakan kewarganegaraan

RI.

7) Anak dibawah usia 5 tahun telah ditetapkan secara sah sebagai anak WNA

berdasarkan pengadilan, tetap diakui sebagai WNI.

3. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Di Indonesia

Adapun syarat jika seseorang ingin memperoleh kewarganegaraan Inndonesia

yang seperti sudah di atur dalam Undang-undang No 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan ialah:

a. Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui

pewarganegaraan.

b. Permohonan pewarganegaraan dapat juga diajukan oleh pemohon jika

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin

2) pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah

negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau

paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut.

3) sehat jasmani dan rohani

4) dapat berbahasa Indonesia serta mengikuti dasar negara Pancasila dan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5) tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun

atau lebih

6) jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi

berkewarganegaraan ganda;

7) mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan membayar uang

pewarganegaraan ke Kas Negara

c. Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara

tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermaterai cukup kepada Presiden

melalui Menteri. Berkas permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud

disampaikan kepada pejabat.

Page 203: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 189

d. Menteri meneruskan permohonan disertai dengan pertimbangan kepada Presiden

dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan

diterima.

e. Permohonan pewarganegaraan dikenai biaya. Biaya tersebut dapat dilihat dalam

Tarif Keimigrasian .

f. Presiden mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan.

Pengabulan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud ditetapkan

dengan Keputusan Presiden. Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud

ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak permohonan diterima oleh

Menteri dan diberitahukan kepada pemohon paling lambat 14 (empat belas) hari

terhitung sejak Keputusan Presiden ditetapkan. Penolakan permohonan

pewarganegaraan sebagaimana dimaksud harus disertai alasan dan

diberitahukan oleh Menteri kepada yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga)

bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima oleh Menteri.

g. Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan

pewarganegaraan berlaku efektif terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan

sumpah atau menyatakan janji setia. Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak

Keputusan Presiden dikirim kepada pemohon, Pejabat memanggil pemohon

untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. Dalam hal setelah

dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah atau

menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak

hadir tanpa alasan yang sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi hukum.

Dalam hal pemohon tidak dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji

setia pada waktu yang telah ditentukan sebagai akibat kelalaian Pejabat,

pemohon dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia di hadapan

Pejabat lain yang ditunjuk Menteri.

h. Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud

dilakukan di hadapan pejabat. Pejabat sebagaimana dimaksud membuat berita

acara pelaksanaan pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. Paling

lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau

pernyataan janji setia, Pejabat sebagaimana dimaksud menyampaikan berita

acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri.

Page 204: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 190

i. Sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam point 7

adalah: Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpahnya sebagai berikut:

“Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan

seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia

kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan

sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara

kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.” Yang

menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai berikut: “Saya berjanji

melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk,

dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya

dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan

negara kepada sayasebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.”

j. Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, pemohon wajib

menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya kepada

kantor imigrasi dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung

sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia.

k. Salinan Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan sebagaimana dimaksud

dan berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dari Pejabat

sebagaimana dimaksud menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik Indonesia

seseorang yang memperoleh kewarganegaraan. Menteri mengumumkan nama

orang yang telah memperoleh kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Adapun bunyi frasa pasal dalam konteks syarat dan tata cara memperoleh

kewarganegaraan menurut Undang-undang no 12 tahun 2006 ialah : SYARAT DAN

TATA CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

menurut Undang-undang No. 12 Tahun 2006 tentang KEWARGANEGARAAN.

Pasal 8 Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui

pewarganegaraan.

Page 205: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 191

Pasal 9 Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika

memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun

atau sudah kawin; b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal

di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut

atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut; c. sehat jasmani dan

rohani; d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan

UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; e. tidak pernah

dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

penjara 1 (satu) tahun atau lebih; f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan

Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda; g. mempunyai

pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan h. membayar uang pewarganegaraan

ke Kas Negara.

Pasal 10 (1) Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh

pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup

kepada Presiden melalui Menteri. (2) Berkas permohonan pewarganegaraan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pejabat.

Pasal 11 Menteri meneruskan permohonan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 disertai dengan pertirnbangan kepada Presiden dalam waktu paling lambat

3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima.

Pasal 12 (1) Permohonan pewarganegaraan dikenai biaya. (2) Biaya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13 (1) Presiden mengabulkan atau menolak permohonan

pewarganegaraan. (2) Pengabulan permohonan pewarganegaraan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden. (3) Keputusan

Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling lambat 3 (tiga)

bulan terhitung sejak permohonan diterima oleh Menteri dan diberitahukan kepada

pemohon paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak Keputusan Presiden

ditetapkan. (4) Penolakan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus disertai alasan dan diberitahukan oleh Menteri kepada yang

bersangkutan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan

diterima oleh Menteri.

Pasal 14 (1) Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan

pewarganegaraan berlaku efektif terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan

Page 206: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 192

sumpah atau menyatakan janji setia. (2) Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak

Keputusan Presiden dikirim kepada pemohon, Pejabat memanggil pemohon untuk

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. (3) Dalam hal setelah dipanggil

secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

pada waktu yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir tanpa alasan yang

sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi hukum. (4) Dalam hal pemohon tidak

dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah

ditentukan sebagai akibat kelalaian Pejabat, pemohon dapat mengucapkan sumpah

atau menyatakan janji setia di hadapan Pejabat lain yang ditunjuk Menteri.

Pasal 15 (1) Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dilakukan di hadapan Pejabat. (2) Pejabat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat berita acara pelaksanaan

pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. (3) Paling lambat 14 (empat belas)

hari terhitung sejak pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia, Pejabat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan berita acara pengucapan

sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri.

Pasal 16 Sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (1) adalah: Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpahnya sebagai

berikut : Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan

seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia

kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan

sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara

kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tutus dan ikhlas. Yang

menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai berikut : Saya berjanji

melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk,

dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan

UndangIJndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan

membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang

dibebankan negara kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus

dan ikhlas.

Pasal 17 Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia,

pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya

Page 207: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 193

kepada kantor imigrasi dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja

terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia.

Pasal 18 (1) Salinan Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan berita acara pengucapan

sumpah atau pernyataan janji setia dari Pejabat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 ayat (2) menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik Indonesia

seseorang yang memperoleh kewarganegaraan. (2) Menteri mengumumkan nama

orang yang telah memperoleh kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pasal 19 (1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga

Negara Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan

menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat. (2)

Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila yang

bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling

singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut, kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan

berkewarganegaraan ganda. (3) Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan

ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang bersangkutan dapat diberi izin

tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundangundangan. (4) Ketentuan lebih

lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi Warga Negara

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan

Peraturan Menteri.

Pasal 20 Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia

atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik

Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda.

Pasal 21 (1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum

kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari

ayah atau ibu yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan

sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia. (2) Anak warga negara asing

yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan

Page 208: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 194

pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara Indonesia memperoleh

Kewarganegaraan Republik Indonesia. (3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) memperoleh kewarganegaraan ganda, anak tersebut

harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6.

Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengajukan dan

memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Peraturan

Pemerintah57

Kesimpulan

Asas-asas kewarganegaraan memiliki beberapa aspek dalam hal penetapan

suatu individu atau subjek hukum dalam mendapatkan kewarganegaraan dimana

kita ketahui adanya asas Asas Ius SoliAdalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran. Bagi negara

indonesia penentuan yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam undang-undang tersebut. Asas Ius Sanguinis Adalah

penenuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan atau pertalian darah. Artinya

penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kewarganegaraan orang

tuanya, bukan berdasarkan negara tempat tinggalnya. Asas Kewarganegaraan

Tunggal Adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

Asas Kewaganegaraan Ganda Terbatas Adalah asas menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam undang-undang ini. Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).

Adapun warga Negara asing yang menginginkan medapatkan kewarganegaraan

Republik Indonesia ialah memiliki beberapa ketentuan dan syarat yang tidak

terkecuali, sehingga apabila ada warga Negara asing ingin menjadi WNI maka

diperbolehkan selama memenuhi syarat syarat dimana satu hal yang paling konsen

diutamakan setelah penjabaran yang mendalam maka ada satu dua hal yang pailing

pokok dan utama ialah dapat berbahasa Indonesia dan harus menerima bahwa

Ideologi, falsafah, dan fundamental Negara Indonesia adalah Pancasila yang tidak

57 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Bab III, Pasal 8-22.

Page 209: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 195

boleh satupun di nafikan menjadi sebuah landasan penting dalam berkehidupan

berbangsa dan bernegara.

Setiap warga Negara asing yang telah memiliki warga Negara indoensia yang

tentunya dengan melalui prosedur dan ketentuan semua maka ia berhak

mendapatkan hak pilih sama halnya seperti WNI yang sudah ada sebelumnya. Maka

dengana danya sebuah hak pilih ini maka dalam hal naturalisasi atau

pewarganegaraan ini harus betul-betul dilihat dalam hal kemanfaatan atau tujuan

dari individu yang menginginkannya. Dalam hal ini maka harus adanya pengawasan

bersama agar jangan sampai suatu proses pewarganegaraan ini dapat dijadikan

celah bagi para oknum untuk dapat memudahkan tujuan kotor nya menguasai

kontestasi politik dengan memanfaatkan wargan Negara asing yang baru menjadi

warga Negara Indonesia. Untuk syarat syarat sudah dijelaskan dan dikutip panjang

lebar, tinggal penerapan dari itu semua jangan sampai adanya sebuah

penyelewengan. Karean antara das sollen atau apa yang dicita-citakan akan

berbeda apa yang menjadi das sein atau realitas yang ada, sehingga

pewarganaeraan ini di atur ketat dalam undang-undang.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Sebutkan syarat –syarat memperoleh kewarganegaraan !

2. Apa perbedaan kewarganegaraan dengan pewarganegaraan ?

3. Apa yang dimaksud dengan warga negara?

4. Lembaga apakah yang diberikan kewenangan untuk memproses pewarganegaraan

seseorang?

5. Jelaskan Dasar hukum kewarganegaraan yang saudara ketahui ?

Page 210: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 196

D. Daftar Pustaka

Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat

Studi Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hal 171

Gouw Giok Siong, Warga Negara dan Orang Asing, Keng Po, Jakarta, 1960, hal 12

,Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

Page 211: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 197

PERTEMUAN 16

PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-16 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Good Governance

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Prinsip dan Konsepsi Good Governance

3. Mahasiswa dapat menjabarkan Good Governance dalam Kerangaka Otonomi

Daerah

B. Uraian Materi

1. Pengertian Good Governance

Perlu kita ketahui bahwa pada dekade abad ke-21, bangsa Indonesia

menghadapi gelombang besar pada masa reformasi berupa meningkatnya tuntutan

demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi. Sekalipun keadaan serupa pernah

terjadi pada beberapa kurun waktu yang lalu, namun tuntutan saat ini mengandung

nuansa yang berbeda sesuai dengan kemajuan zaman. Pegawai Negeri mempunyai

peranan yang sangat penting dikarenakan pegawai negeri merupakan unsur

aparatur Negara dalam hal penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dalam

rangka mencapai tujuan Negara kita, seperti terdapat dalam pembukaan UUD 1945

adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpa darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia. Dari keempat tujuan sebuah Negara ini hanya bisa dicapai dengan

adanya pembangunan nasional yang dilakukan dengan perencanaan matang,

realistik, terarah dan terpadu, terhadap bersungguh - sungguh, berdaya guna dan

berhasil guna58. Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh

wilayah pemerintahan negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan

pemerintahan, termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi

perekonomian antar daerah dan antar bangsa berlangsung lebih efisien. Kunci

keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan kunci dari daya

58 BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok- Pokok Hukum dan Administrasi Negara,

Liberty, Yogyakarta, 2000, hal 98

Page 212: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 198

saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan kepstian

kebijakan publik. Kunci keberhasilan pembangunan pereknomian adalah daya saing

; dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan kepastian

kebijakan publik.Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat

yang perlu dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur

dan prinsip tata kelola (good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan

negara, sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. United Nations

Development Program (UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang berjudul

“Governance for Sustainable Human Development” 1977, mendefinisikan

kepemerintahan governance sebagai berikut : “Governance is the exercise of

economic, political, and administrative authority to a country’s affairs at all levels and

means by which states promote social cohesion, integration, and ensure the well

being of their population” (kepemimpinan adalah pelaksanaan

kewenangan/kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan administratif untuk

mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan merupakan

instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan

integritas dan kohesitas sosial dala masyarakat).

Pemerintah atau “government” dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “The

autoritative direction and administration of the affairs of men-woman in a nation,

state, city, etc” (pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-

orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi

semantik, kebahasaan governance berarti tata kepemerintahan dan good goverance

bermakna tata kepemerintahan yang baik. Di satu sisi istilah good governance dapat

dimaknai secara berlainan, sedangkan sisi yang lain dapat diartikan sebagai kinerja

suatu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan, perusahaan atau organisasi

kemasyarakatan. Adapun suatu pemerintahan yang baik terdapat Aparatur Sipil

Negara yang harus menghindari pengaruh tersebut sehingga ia harus menjalankan

tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal untuk

menghindari pengaruh partai politik, seorang Aparatur Sipil Negara tidak boleh

menjadi anggota aktif dan atau pengurus partai politik. Sehingga dalam pelaksanaan

Page 213: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 199

semua peraturan-peraturan kepegawaian dan pada umumnya dalam pelaksanaan

semua peraturan perundang-undangan59.

Apabila istilah ni dirujuk pada asli kata dalam bahasa Inggris : governing, maka

artinya adalah mengarahkan atau mengendalikan, karena itu good governance

dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengarahkan, mengendalikan, atau

memengaruhi masalah publik. Oleh karena itu ranah good governance tidak terbatas

pada negara atau birokrasi pemerintahan, tetapi juga pada ranah masyarakat sipil

yang dipresentasikan oleh organisasi nonpemerintah dan sektor swasta. Singkatnya,

tuntutan terhadap good governance tidak hanya ditujukan kepada penyelenggara

negara atau pemerintah, melainkan juga pada masyarakat diluar struktur birokrasi

pemerintahan. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pemerintahan yang baik adalah baik dalam proses maupun hasilnya. Semua unsur

dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan,

memperoleh dukungan dari rakyat, serta terbebas dari gerakan-gerakan anarkis

yang bisa menghambat proses dan laju pembangunan. Pemerintahan juga bisa

dikatakan baik jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan

ekonomi rakyat meningkat, baik dalam aspek produktivitas maupun dalam daya

belinya ; kesejahteraan spiritualnya meningkat dengan indikator rasa aman, bahagia,

dan memiliki rasa kebangsaan yang tinggi. Penerapan good governance di

Indonesia dilatarbelakangi oleh dua hal yang sangat mendasar ;

a. Tuntutan eksternal : pengaruh globalisasi telh memaksa kita untuk menerapkan

good governance. Good governance telah menjadi ideologi baru negara dan

lembaga donor internasional dalam mendorong negara-negara anggotanya

menghormati prinsip-prinsip ekonomi pasar dan demokrasi sebagai prasyarat

dalam pergaulan internasional. Istilah good governance mulai mengemuka di

Indonesia pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan interaksi antara pemerintah

Indonesia dengan negara-negara luar dan lembaga-lembaga donor yang

menyoroti kondisi objektif situasi perkembangan ekonomi dan politik dalam negeri

Indonesia.

59 Djatmika Sastra, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta , 1995, hal 95

Page 214: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 200

b. Tuntutan internal : masyarakat melihat dan merasakan bahwa salah satu

penyebab terjadinya krisis multidemensional saat ini adalah terjadinya abuse of

power yang terwujud dalam bentuk KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) dan

sudah sedemikian rupa mewabah dalam segala aspek kahidupan. Proses check

and ballance tidak terwujud dan dampaknya menyeret bangsa Indonesia pada

keterpurukan ekonomi dan ancaman disintegrasi. Berbagai kajian ikhwal korupsi

di Indonesia memperlihatkan korupsi berdampak negatif terhadap pembangunan

melalui kebocoran, mark up yang menyebabkan produk high cost dan tidak

kompetitif di pasar global (high cost economy), merusakkan tatanan masyarakat

dan kehidupan bernegara. Masyarakat menilai praktik KKN yang paling mencolok

kualitas dan kuantitasnya adalah justru yang dilakukan oleh cabang-cabang

pemerintahan, eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hal ini mengarahkan wacana

pada bagaimana menggagas reformasi birokrasi pemerintahan (governance

reform).

Dengan adanya sebuah kenyataan tersebut maka adanya kedisiplinan yang

baik maka perlu kita ketahui definisi dari disiplin itupun berasal dari bahasa latin

disciplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan tabiat. Hal ini menekankan pada bantuan kepada pegawai untuk

mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan merupakan cara

pengawas dalam membuat peranannya dalam hubungan dengan disiplin60. Di dalam

buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

disiplin adalah “sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku

perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap

peraturan-peraturan yang ditetapkan Pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang

berlaku dalam masyarakat61. Dengan demikian maka realitas sejarah ini menggiring

kita pada wacana bagaimana mendorong negara menerapkan nilai-nilai kedisplinan,

transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan desentralisasi penyelenggaraan

pemerintahan. Good goverance ini dapat berhasil bila pelaksanaannya dilakukan

dengan efektif, efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, serta dalam suasana

demokratis, akuntabel, dan transparan.

60 Dolet Unardjan, Manajemen Disiplin, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,

2003, hal 8 61 Wirjo Surachmad, Wawasan Kerja Aparatur Negara, Pustaka Jaya, Jakarta, 1993, hal 24

Page 215: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 201

2. Prinsip dan Konsepsi Good Governance

Prinsip dasar yang melandasi perbedaan antara konsepsi kepemerintahan

governance dengan pola pemerintahan yang tradisional adalah terletak pada adanya

tuntutan yang demikian kuat agar peranan pemerintah dikurangi serta peranan

masyarakat (termasuk dunia usaha dan dan lembaga swadaya

masyarakat/organisasi nonpemerintah) semakin ditingkatkan dan semakin terbuka

aksesnya. Dalam rencana strategis Lemabaga Administrasi Negara tahun 2000-

2004, disebutkan perlunya pendekatan baru dalam penyelenggaraan negara dan

pembangunan yang terarah pada terwujudnya kepemerintahan yang baik good

governance, yakni “ proses pengelolaan pemerintahan yang demokratis, profesional,

menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manuisa, desentralisasi,

partisipatif, transparan, adil, bersih dan akuntabel, selain berdaya guna, berhasil

guna, dan berorientasi pada peningkatan daya saing bangsa”. Disatu sisipun adanya

sebuah kewajiban dan hak-hak yang melekat dari aparatur salah satunya ialah

Pegawai Negeri Sipil memiliki hak dan kewajiban, hak merupakan konsekuensi dari

kewajiban, secara logika keduanya memiliki hubungan timbal balik, hak seseorang

dapat dipenuhi karena telah menjalankan kewajiban sebagaimana yang telah

ditentukan sesuai dengan syarat untuk mendapatkan hak tersebut. Satjipto Rahardjo

menyatakan “antara hak dan kewajiban terdapat hubungan yang erat yang satu

mencerminkan adanya yang lain62. Selain itu, Gambir Bhatta 1996 mengungkapkan

pula bahwa unsur utama good governance, terdiri atas akuntabilitas accountability,

transparansi transparency, keterbukaan open, serta aturan hukum rule of law

ditambah dengan kompetensi manajemen (management comptence) dan hak-hak

asasi manusia (human right). Berikutnya, UNDP 1997 mengemukakan bahwa

karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktik

penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, meliputi :

a. Partisipasi (partisipation)

Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan,

memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik

langsung maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan

aspirasinya masing-masing.

62 Satjipto Rahardjo, Pengantar Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 54

Page 216: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 202

b. Aturan hukum (rule of law)

Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan harus berkeadilan,

ditegakkan, dan dipatuhi secara utuh, terutama aturan hukum tentang hak asasi

manusia.

c. Transparansi (transparency)

Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi.

d. Daya tanggap (responsiveness)

Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani

berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).

e. Berorientasi konsensus (consensus orientation)

Pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi

berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau

kesempatan yang terbaik nagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika

dimungkinkan juga dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan

prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.

f. Berkeadilan (equity)

Pemerintahan yang baik akan memberi kesempatan yang baik terhadap

laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan

memelihara kualitas hidupnya.

g. Efektif dan efisien (effectivieness and efficiency)

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk

menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui

pemanfaatan berbagai sumber-sumber yang tersedia dengan sebaik-

baiknya.

h. Akuntabilitas (accountability)

Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta,

dan masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas)

kepada publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para

pemilik kepentingan (stakeholders)

i. Visi strategis (strategic vision)

Page 217: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 203

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan

jangka panjang tentenag penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan

pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk

pembangunan tersebut.

Keseluruhan karakteristik atau prinsip good governance tersebut saling

memperkuat dan terkait serta tidak berdiri sendiri., konsepsi good governance

Pemerintah atau government dalam bahasa Inggris adalah : “the authoritative

direction and administration of the affairs of men/woman in a nation, state, city, etc.”

Atau dalam bahasa Indonesia berarti “pengarahan dan administrasi yang berwenang

atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota dan

sebagainya” bisa juga berarti “the governing body of nation, state, city, etc.” Atau

lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan negara, negara bagian

atau kota, dan sebagainya. Sedangkan istilah “kepemerintahan” atau dalam bahasa

Inggris ”governance” adalah “the act, fact, manner of governing” berarti “tindakan,

fakta, pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan.” Dengan demikian

governance adalah suatu kegiatan (proses), sebagaimana dikemukakan oleh

kooiman 1993 bahwa governance lebih merupakan “serangkaian proses interaksi

sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yag

berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerinth atas

kepentingan-kepentingan tersebut.” Istilah “governance” tidak hanya berarti

kepemerintahan sebagai suatu kegiatan, tetapi juga mengandung arti pengurusan,

pengelolaan, pengarahan, pmbinaan, penyelenggaraan serta bisa juga diartikan

pemerintahan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila terdapat istilah public

governance, private governance, corporate governance, dan banking governance.

Governance sebagai terjemahan dan pemerintahan kemudian berkembang dan

menjadi populer dengan sebutan kepemerintahan atau tata kelola, sedangkan

praktik terbaiknya disebut kepemerintahan atau tata kelola yang baik (good

governance). Secara konseptual, pengertian kata baik dalam istilah kepemerintahan

yang baik good governance mengandung dua pemahaman :

a. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat

meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan (nasional) kemandirian,

pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial.

Page 218: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 204

b. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan

tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Selanjutnya, lembaga administrasi negara mengemukakan bahwa good

governance berorientasi pada :

a. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional.

b. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam

melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi pertama mengacu pada

demokratitasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-elemen konstitusinya

seperti : legitimacy (apakah pemerintah dipilih oleh dan mendapat kepercayaan

dari rakyatnya), accountability scuring of human right, autonomy, and devolution

of power dan assurance of civian control. Sedangkan orientasi kedua, bergantung

pada sejauh mana struktur serta mekanisme politik dan administrasinya berfungsi

secara efektif dan efisien.

Lembaga Administrasi Negara menyumpulkan bahwa wujud good governance

adalah menyelenggarakan pemerintahan negara yang solid dan bertanggungjawab,

serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif

diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Selain itu,

peraturan pemerintah no. 101 tahun 2000 merumuskan arti good governance

sebagai berikut : “kepemerintahan yang mengemban dan menerapkan prinsip-

prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi,

efisiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh

masyarakat.” Dengan demikian, pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan

dalam kepemerintahan (governance stakeholders) dapat dikelompokkan menjadi

tiga kategori yaitu :

a. Negara/pemerintahan. Konsepsi kepemrintahan pada dasarnya adalah kegiatan

kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan

kelembagaan masyarakat madani.

b. Sektor swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif

dalam interaksi sistem pasar, seperti : industri pengelolaan perdagangan,

perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.

c. Masyarakat madani. Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada

dasarnya berada diantara atau ditengah-tengah antara pemerintah dan

peroragan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat

yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi.

Page 219: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 205

Adapun dari konsepsi nya bisa kita lihat dari tiga jenis yang ialah :

a. Diskuinya semangat pluralisme. Artinya pluralitas telah menjadi sebuah

keniscayaan yang tidak dapat dielakan sehingga mau tidak mau pluralitas telah

menjadi suatu kaidah yang abadi. Dengan kata lain, pluraritas merupakan

sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan. Pluralisme bertujuan

mencerdaskan umat melalui perbedaan konstrukrif dan dinamis, dan merupakan

sumber dan motivator terwujudnya kreativitas yang terancam keberadaannya jika

tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah

sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta apabila manusia memiliki sifat

yang inklusif dan kemampuan (ability) menyesuaikan diri trhadap lingkungan

sekitar. Namun, dengan catatan, identitas sejati atas parameter-parameter otentik

agama tetap terjaga.

b. Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara sesama agama maupun

terhadap umat agama lain. Secara sederhana toleransi dapat diartikan sebagai

sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain.

Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan agama

tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama,

namun juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup,

berdampingan dan saling menghormati.

c. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan

persaingan, demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama

membangun dan memperjuangkan perikehidupan warga masyarakat yang

semakin sejahtera.

Masyarakat madani mempunya ciri-ciri ketakwaan yang tinggi kepada

Tuhan, hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan

nilai hidup modern dan progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak,

dan moral yang baik, mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat

keputusan, serta menentukan nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial,

politik dan lembaga masyarakat.

3. Good Governance dalam Kerangka Otonomi daerah

Desentralisasi bagi penyeleggaraan pemerintah yang baik (good governance)

dan pembangunan regional menjadi topik utama di United National Center for

Development (UNHCRD) sejak pertemuan Nagoya tahun 1981. Hal tersebut diikuti

dengan perhatian yang lebih mendalam terhadap berbagai pandangan dan

pengalaman negara-negara dalam mendesain dan mengimplementa sikan program-

program pembangunan. Rakyat merupakan salah satu unsure bagi terbentuknya

suatu Negara, disamping unsure wilayah dan unsure pemerintah. Suatu Negara

Page 220: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 206

tidak akan terbentuk tanpa ada rakyat walaupun mempunyai wilayah tertentu dan

pemerintah yang berdaulat, demikian pula kalau rakyat ada yang berdiam pada

wilayah tertentu akan tetapi tidak memiliki pemerintahan sendiri yang berdaulat ke

dalam dan keluar, maka Negara itupun jelas tidak bakal ada63. Pemerintah dalam

halnya lembaga penggerak roda pemerintahan di dalam Negara harus menerapkan

prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dengan menjadikan warga nya untuk

sejahtera seperti yang diamanatkan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27

menegaskan :

(1) Segala Warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada

kecualinya.

(2) Tiap-tipa Warga Negara berhak atas perkerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.

(3) Setiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelan negara.

Ketentuan pasal seperti ini memberikan penegasan akan perlindungan terhadap

Warga Negara.

Pasal 29 menegaskan :

(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya masing-masing dan

untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Ketentuan pasal seperti ini jelas memperlihatkan adanya perlindungan bagi

seluruh penduduk. Apakah mereka ini Warga Negara ataupun bukan Warga Negara

ataupun bukan Warga Negara. Pendek kata siapapun yang berdomisili di wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia di jamin haknya untuk memeluk agama dan

beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Berbagai literatur dalam

63 RG Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, Bina Kasara, Jakarta, 1987, hal

211

Page 221: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 207

desentralisasi sebagaimana dikemukakan oleh Walter O. Oyugi memberikan

penenkanan bahwa desentralisasi merupakan prasyarat bagi terciptanya good

governance. Dasar asumsinya adalah bahwa good governance menyangkut situasi

dimana terdapat pembagian kekuasaan (power sharing) antara pusat dan daerah

dalam proses pengambilan keputusan. Pemerintah lokal sebagai salah satu bentuk

desentralisasi memberikan kontribusi bagi local self-government, dengan asumsi

bahwa self-government juga memiliki makna tersebut. Alasan lainnya adalah bahwa

pemerintahan lokal akan memelihara berbagai penerimaan masyarakat (grassroot)

terhadap demokrasi. Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintah daerah,

dari sentralisasi ke desentralisasi, dari pusat kekuasaan pada pemerintah dan

pemerintah daerah (eksekutif) ke power sharing antara eksekutif dan legislatif

daerah, harus ditindaklanjuti dengan perubahan manajemen pemerintahan daerah.

Dari sisi manajemen pemerintahan daerah harus terjadi perubahan nilai yang

semula menganut proses manajemen yang berorientasi pada kepentingan internal

organisasi pemerintah ke kepentingan eksternal disertai dengan peningkatan

pelayanan pemerintah ke masyarakat.

Dalam rangka membangun good governance di daerah, prinsip-prinsip

fundamental yang menopang tegaknya good governance harus diperhatikan dan

diwujudkan tanpa terkecuali. Penyelenggaraan otonomi daerah pada dasarnya akan

betul-betul terealisasi dengan baik apabila dilaksanakan dengan memakai prinsip-

prinsip good governance. Bahkan, sebenarnya otonomi daerah dengan berbagai

seluk beluknya memberikan ruang yang lebih kondusif bagi terciptanya good

governance.

Kesimpulan

Kita ketahui bahwa adanya sebuah Negara karena adanya aparatur yang

menjalankan roda pemerintahan dalam konteks administrasi juga strukturisasi

kelembagaan. Didalam pemerintahan ada nama yang kita kenal adalah Governance

atau Kepemerintahan, arti kepemrintahan ini adalah sebuah aktifitas penggerak roda

pemerintahan yang menjadikan landasan dasar dalam sebuah aspek kinerja dan

integritas yang dilakukan oleh setiap lapisan Aparatur Sipil Negara. Kepemimpinan

adalah pelaksanaan kewenangan/kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan

administratif untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan

Page 222: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 208

merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi

kesejahteraan integritas dan kohesitas sosial dala masyarakat. Pengarahan dan

administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara,

negara bagian, kota, dan sebagainya dilakukan semua oleh Struktur Negara dimana

di dalamnya adalah Aparatur Sipil Negara yang menjalankan Good Governance

sebagai Government didalamnya. Akan terciptanya sebuah kepemerintahan yang

baik apabila terciptanya sebuah Partisipasi yang dimana setiap orang atau warga

masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki hak suara yang sama dalam

proses pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan,

sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing.

Selain itu adapun Aturan hukum yang menjadikan kerangka aturan hukum dan

perundang-undangan harus berkeadilan, ditegakkan, dan dipatuhi secara utuh,

terutama aturan hukum tentang hak asasi manusia, dan transparansi harus

dibangun dalam kerangka kebebasan keluar masuknya suatu informasi. Pemerintah

disatu sisi harus pula menjadikan dirinya responsiveness karena setiap institusi dan

prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang

berkepentingan stakeholders. Dalam bernegara terutama Aparatur dalam

menjalankan roda kepemrintahan maka harus pula menjadikan sebuah keadilan

yang baik akan memberi kesempatan yang baik juga terhadap laki-laki maupun

perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas

hidupnya. Ketepatan dan juga akuntabilitas para pengambil keputusan dalam

organisasi sektor publik, swasta, dan masyarakat madani memiliki pertanggung

jawaban akuntabilitas kepada publik masyarakat umum, sebagaimana halnya

kepada para pemilik kepentingan stakeholders sehingga visi misinya bersifat

strategis dalam upaya-upaya para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif

yang luas dan jangka panjang tentenag penyelenggaraan pemerintahan yang baik

dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk

pembangunan tersebut. Dalam hal konteks Otonomi daerah tentu menjadi sesuatu

yang teramat konsen diperhatikan artian dalam perihal pelayan public, karena

pelayanan public erat kaitannya dengan partisipasi masyarakat yang menjadi subjek

dalam penerima layanan para aparat juga sebagai pengawas sekaligus kedaulatan

yang dipegang teguh dalam corak pemerintahan yang berdemokrasi.

Page 223: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 209

C. Latihan Soal / Tugas

1. Jelaskan pengertian good governance

2. Uraikan karakter dan prinsip good governance

3. Jelaskan persamaan dan perbedaan penerapan good governance pada

pemerintahan dan swasta

4. Bagaimana mengubah struktur organisasi dan budaya organisasi dalam

menerapkan efisiensi

5. Jelaskan apakah good governance cocok untuk era otonomi daerah

D. Daftar Pustaka

BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok- Pokok Hukum dan Administrasi Negara,

Liberty, Yogyakarta, 2000

Djatmika Sastra, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta , 1995

Dolet Unardjan, Manajemen Disiplin, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,

2003

RG Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, Bina Kasara, Jakarta, 1987

Satjipto Rahardjo, Pengantar Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Wirjo Surachmad, Wawasan Kerja Aparatur Negara, Pustaka Jaya, Jakarta, 1993

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh

Mahkamah Agung

Page 224: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 210

PERTEMUAN 17

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-17 ini diharapkan mampu:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Penerapan Good Governance di sektor Publik

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Penerapan Good Govenance di dalam

Organisasi Pemerintahan

B. Uraian Materi

1. Penerapan Good Governance di Sektor Publik

Penerapan sembilan prinsip good governance hendaknya dapat diterapkan

diseluruh sektor pembangunan, dengan memperhatikan agenda kebijakan

pemerintah untuk beberapa tahun mendatang yang perlu disesuaikan dan diarahkan

kepada :

a. Stabilitas moneter, khususnya kurs dolar AS (USD) hingga mencapai target

wajar, dan stabilitas herga kebutuhan pokok pada tingkat yang terjangkau.

b. Penanganan dampak krisis moneter, khususnya pengembangan proyek padat

karya untuk mengatasi pengangguran dan percukupan kebutuhan pangan bagi

yang kekurangan.

c. Rekapitalisasi perusahaan kecil dan menengah yang sebenarnya sehat dan

produktif.

d. Operasional langkah reformasi meliputi kebijksanaan moneter, sistem perbankan,

kebijakan fiskal, dan anggaran serta penyelesaian utang swasta dan

restrukturisasi sektor riil.

e. Malanjutkan langkah menghadapi era globalisasi, khususnya untuk meningkatkan

ketahanan dan daya saing ekonomi.

Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur

kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban-kewajiban tidak ditaati atau

Page 225: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 211

dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil64. Adapun kinerja Menurut Sadili Samsudin

kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau

divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan65. Disamping itu perlu

juga diperhatikan adanya keberhasilan pembangunan aparatur negara dalam rangka

mewujudkan kepemerintahan yang baik dalam era revormasi dewasa ini. Hal ini

paling tidak dapat dilihat dari seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan

revormasi sebagaimana tercantum dalam ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1998,

bab III yang mencakup :

a. Mengatasi krisis ekonomi dalam waktu sesingkat-singkatnya terutama untuk

menghasilkan stabilitas moneter yang tanggap terhadap pengaruh global dan

pemulihan aktivitas usaha nasional.

b. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat,

berbangsa, dan bernegara melalui perluasan dan peningkatan partisipasi politik

rakyat secara tertib untuk menciptakan stabilitas nasional.

c. Meletakan dasar-dasar kerangka dan agenda revormasi pembangunan, agama

dan sosial budaya dalam usaha mewujudkan masyarakat madani.

Sedangkan agenda aksi revormasi pemerintahan dalam rangka mewujudkan

kepemerintahan yang baik di Indonesia adalah perlunya pengarahan terhadap

beberapa hal pokok sebagai berikut66 :

a. Perubahan sistem politik kearah sistem politik yang demokratis, partisipatif, dan

egalitarian.

b. Reformasi dalam sistem birokrasi militer (TNI), dimana kekuatan militer harus

menjadi kekuatan yang profesional dan independen, bukan menjadi alat politik

partai atau kekuasaan pemerintah (presiden), yang mendudukannya sebagai

kekuatan pertahanan negara.

64 Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia, Liberty ,Yogyakarta, 1988, hal 121 65 Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia, Bandung, 2005,

hal. 159 66 Tjokroamidjojo Bintoro, Good Government (Paradigma Baru Manjemen Pembangunan),

Universitas Indonesia Press, Jakarta,2000, hal 88

Page 226: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 212

c. Reformasi dalam bidang administrasi publik perlu diarahkan pada peningkatan

profesionalisme birokrasi pemerintah dalam rangka meningkatkan pengabdian

umum, pengayoman, dan pelayanan publik.

d. Reformasi pemerintahan yang juga penting adalah perubahan dari pola

sentralisasi ke desentralisasi, bukan dalam rangka separatisme atau federalisme.

Agenda aksi reformasi lain yang juga strategis adalah menciptakan pemerintah

yang bersih (clean government) yang terdiri atas tiga pokok agenda, yaitu :

a. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktik-praktik korupsi, kolusi,

kronisme, dan nepotisme (KKKN).

b. Disiplin penerimaan dan penggunaan uang/dana rakyat, agar tidak lagi

mengutamakan pola deficit funding dan menghapuskan adanya dana publik

nonbudgeter.

c. Penguatan sistem pengawasan dan akuntabilitas publik aparatur negara.

Penerapan good governance pada sektor publik tidak dapat terlepas dari visi

masa depan Indonesia sebagai fokus tujuan pembangunan kepemerintahan yang

bauk. Pemerintah yang baik dapat dikatakan sebagai pemerintah yang menghormati

kedaulatan rakyat dan meiliki tugas pokok yang mencakup :

a. Melindungi segenap bagsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

b. Memajukan kesejahteraan umum.

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dipahami pula bahwa dalam

ketetapan MPR No. VII/MPR/2001 telah ditetapkan visi masa depan Indonesia

dalam kurun waktu 20 tahun yang disebut visi Indonesia 2020 yaitu : “terwujudnya

masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera,

maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.” Sedangkan

pada bab IV butir 9 ditegaskan nahwa baik dan bersih dalam penyelenggaraan

negara adalah mencakup :

Page 227: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 213

a. Terwujudnya penyelenggaraan negara yang profesional, transparan, akuntabel,

memiliki kredibilitas dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.

b. Terbentuknya penyelenggaraan negara yang peka dan tanggap terhadap

kepentingan dan aspirasi rakyat di seluruh wilayah negara termasuk daerah

terpencil dan perbatasan; dan berkembangnya transparansi dalam budaya dan

prilaku serta aktivitas politik dan pemerintahan.

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap

pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta

cita-cita bangsa bernegara. Dengan demikian, diperlukan pengembangan dan

penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan legitimate, sehingga

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara

berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari

korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sejalan dengan hal tersebut, dan dalam rangka pelaksanaan ketetapan MPR

RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas

Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999

tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Kolusi, Korupsi dan

Nepotisme sebagai tindak lanjut dan ketetapan MPR tersebut, telah diterbitkan

instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintahan. Dalam Pasal 3 Undang-Undang tersebut dinyatakan tetang asas-

asas umum penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan,

asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas. Menurut

penjelasan undang-undang tersebut, asas akuntabilitas adalah asas yang

menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan

negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai

pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Presiden berkewajiban

mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan pemerintahan secara periodik kepada

MPR. Pertanggungjawaban presiden tersebut merupakan akumulasi dari

keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan

Page 228: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 214

instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang perlu disampaikan pula

kepada DPR atau DPRD.

Oleh sebab itu, Inpres No. 7 Tahun 1999 mewajibkan setiap instansi

pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara mulai pejabat

eselon II ke atas untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijaksanaan yang

dipercayakan kepadanya berdasarkan perencanaan strategis yang dirumuskan

sebelumnya. Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah :

a. Disampaikan kepada atasan masing-masing, kepada lembaga-lembaga

pengawasan dan penilaian akuntabilitas yang berkewenangan, dan akhirnya

kepada presiden selaku kepala pemerintahan.

b. Dilakukan melalui sistem akuntabilitas dan media pertanggungjawaban yang

harus dilaksanakan secara periodik dan melembaga.

Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun

1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tersebut, presiden

menugaskan Kepala Lembaga Administrasi Negara untuk menetapkan Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai bagian

dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemeritah.

Dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No.

589/IX/6/Y/99, yang diperbarui oleh No. 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerntah, diutarakan bahwa

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu

instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkn melalui pertanggungjawaban secara perodik. Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah pada pokoknya adalah instrumen yang digunakan instansi

pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri atas berbagai

komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategis, serta

perencanaan, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja. Lapora Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah dokumen yang berisi gambaran

Page 229: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 215

perwujudan LAKIP yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan

melembaga. LAKIP bermanfaat antara lain untuk :

a. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum

pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (good governance) yang

didasarkan pada peraturan perundang-undangn yang berlaku, kebijaksanaan

yang transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Menjadikan instansi pemerintah lebih akuntabel sehingga dapat beroperasi

secara efisien, efektif, dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan

lingkungannya.

c. Menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan

dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah.

2. Penerapan Good Govenance di dalam Organisasi Pemerintahan

Dengan telah dipahaminya pemahaman prinsip good governance pada sektor

publik, maka untuk mengaitkannya dengan penerapan good governance di sektpr

swasta berikut ini perlu dipahami tentang good corporate governance. Berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. EP-117/M-MBU/2002

tentang Penerapan Praktik Goog Corporate Governance pada Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), maka ditetaplan bahwa corporate governance adalah suatu proses

dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan

usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham

dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder

lainnya, berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Stakeholders

adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN, baik langsung

maupun tidak langsung, yaitu pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan

pengawas, direksi dan karyawan serta pemerintah, kreditor dan pihak

berkepentingan lainnya. Adanya prinsip-prinsip good corporate governance (GCG)

yang dimaksud dalam keputusan ini meliputi

a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relavan

mengenai perusahaan.

b. Kemandirian, yaitu suatu kejadian dimana perusahaan di kelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

Page 230: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 216

manapum yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban

organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

d. Pertanggung jawaban yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat.

e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pola interaksi dan kolaborasi antara pemerintah dengan swasta dan

masyarakat yang sering di sebut dengan istilah kemitraan, semakin di tuntut untuk

lebih di implementasikan di berbagai sektor, seperti dalam program penanggulangan

kemiskinan, penanggulangan bencana, pelestarian lingkungan, penyelenggaraan

pendidikan dan sebagainya. Kaitannya dengan akuntabilitas, saat ini walaupun

laporan akuntabilitas instansi pemerintah telah di buat oleh masing-masing instansi

pemerintah,namun pada kenyataannya instansi pemeintah pada umumnya masih

belum atau kurang meiliki akuntabilitas yang di harapkan atau belum mampu

memenuhi atau mempertemukan tuntutan dan harapan publik dengan standar

kinerja tertentu. Hal tersebut salah satunya di sebabkan oleh belum jelasnya standar

kinerja. Sifat pekerjaan dan individu birokrat kadang-kadang bersikap overacting dan

melampaui wilayah kewenangannya, di samping tidak cukupnya pengetahuan,

informasi dan standar pengukuran kinerja. Pemikiran seperti ini menjadikan

pelayanan publik pemerintah bertindak sebagai kekuatan yang netral dari pengaruh

kepentingan kelas atau kelompok tertentu67. Sedangkan kaitannya dengan

transparansi, pada kenyataannya transparansi masih bersifat semu, hal ini dapat di

lihat antara lain dan cukup banyaknya kebijakan publik yang berupa peraturan yang

di tentukan sepihak dan pemerintah,selain itu misalnya juga dalam memberi

kesepakatan usaha untuk proses tender masih tidak/belum transparan.Berkaitan

dengan keterbukaan, saat ini masih terlihat bahwa legislatif, yudikatif, dan eksekutif

dalam menjalankan fungsi, ketiga fungsi tersebut masih sangat lemah, belum/kurang

67 Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Prenada Media Group,

Yogyakarta, 2008, hal 21

Page 231: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 217

ada keterbukaan. Sedangkan kaitannya dengan aturan hukum, pada hakikatnya

tampak bahwa supremasi hukum belum berjalan sebagaimana yang di harapkan.

Tidak atau kurang adanya kepastian hukum menyebabkan orang enggan hal

tersebut secara nyata terlihat dalam berbagai upaya kolaborasi dalam penyusunan

peraturan perundang-undangan, pengendalian, dan pengawasan jalannya

pemerintahan oleh masyarakat dan swasta., penyelenggaraan program

pembangunan dan pelayanan publik.dewasa ini telah banyak berkembang

organisasi non pemerintah atau lembaga swadaya ,asyarakat (LSM) yang berfungsi

mengawasi dan mengendalikan jalannya pemerintah dan pelayanan publik seperti

Masyarakat Transparan Indonesia (MTI), Indonesia Corruption Watch (ICW),

Kontras, Walhi, YLKI, dan sebagainya, selain banyak lagi perusahaan swasta yang

menjalankan usaha produksi barang dan jasa publikberdasarkan lisensi dan

pemerintah.

Dari sinilah kemudian muncul pemikiran baru yang mengarah pada perubahan

pola penyelenggaraan pemerintahan, yaitu dari pola traditional atau konpensional

menjadi pola baru penyelenggaraan pemerintah yang melibatkan kolaborasi antara

pemerintah dengan swasta dan masyarakat, atau lebih di kenal dengan pergeseran

paradigma dar pemerintah (Governmant) menjadi kepemerintahan (Governance)

Sebagai wujud interaksi sosial politik antar pemrintah dengan masyarakat dalam

meghadapi berbagai permasalahan kontemporer yang demikian kompleks, dinamis,

dan beraneka ragam (kooiman,1993). Dalam konteks reformasi pemerintahan yang

sedang berjalan dewasa ini di Indonesia, perubahan paradigma tersebut, memiliki

relevansi yang signifikan, khususnya dalam rangka mengembalikan kepercayaan

masyarakat, meningkatkan keberdayaan partisipasi masyarakat serta dalam upaya

mencegah dan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Proses

demokratisasi politik dan pemerintahan dewasa ini tidak hanya menurut

profesionalitas serta kemampuan aparatur dalam pelayanan publik, akan tetapi

secara fundamental menurut terwujudnya kepemerintahan yang baik, bersih dan

bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (governance and clean governmant).

Berdasarkan konsepsi kepemerintahan yang baik yang pada hakikatnya terdiri

atas tiga pilar, yaitu pemerintah, dunia usaha atau sektor swasta, dan sepsi dan

prinsip “reinventing government” sebagaimana di rekomdasi oleh david obsorne dan

Ted gaebler (1992), bahwa pemerintah (negara) hendaknya berperan sebagai

Page 232: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 218

katalis (catalytic government) dimana pemerintah/negara hanya akan di batasi pada

peran “steering rather than rowing” (peranan mengendalikan dan pada peran

melaksanakan). Keberhasilan pemerintahan era Reformasi nasional dewasa ini

harus dapat di ukur dari kinerja mengatasi krisis ekonomi, mewujudkan kedaulatan

rakyat dalam seluruh sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

menegakan hukum secara berkeadilan, serta mewujudkan masyarakat madani

indonesia. Agenda reformasi nasional untuk menjamin kelancaran jalannya

pemerintahan dalam upaya mewujudkan sasaran tersebut antara lain mencakup :

a. Perubahan sistem politik kearah sistem yang demokratis, partisipatif, dan

egaliterian.

b. Reformasi kedududkan kelembagaan militer (TNI).

c. Reformasi administrasi negara yang di arahkan pada peningkatan

profesionalisme aparatur dalam menjalankan tugas pemerintahan, pembangunan,

dan pelayanan publik.

d. Reformasi sistem penyelenggaraan pemerintahan dan sentralisasi pada sistem

desentralisasi dalam rangka peningkatan kemampuan pemerintahan daerah

otonom.

e. Reformasi pemerintahan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean

government) melalui pemberantasan KKN, peningkatan disiplin pelaksanaan

APBN, serta peningkatan akuntabilitas publik para penyelenggara negara.

Dalam menyelenggarakan pemerintahan yang baik (goog governance)

mengkehendaki adanya akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, dan rule of law.

Sementara pemerintahan yang bersih menuntut terbebasnya praktik yang

menyimpang (mal-administration) dari “etika administrasi negara”. Sedangkan

pemerintah yang berwibawa menuntut adanya ketundukan, ketaatan dan kepatuha

(compliance) rakyat terhadap undang-undang, pemerintah, dan kebujakan

pemerintah juga adanya sebuah korelasi sebuah pegawai. Menurut Musanef

pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapat imbalan

jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta68.

Sedangkan pemerintahan yang berwibawa berkaitan dengan

“ketaatan,kepatuhan, dan ketundukan masyarakat kepada pemerintah, peraturan

68 Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1984, hal 5

Page 233: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 219

perundang-undangan, da kebijakan yang di buat oleh pemerintah.”ketaatan,

kepatuhan, dan ketundukan masyarakat sering muncul atau di temukan karena

pemerintah menggunakan “otoritas kekuasaan” yang mereka miliki. Compliance

masyarakat sering pula terjadi di sertai dengan rasa takut. Mereka taat, patuh, dan

tunduk pada suatu peraturan perundangan. Kebujakan publik yang di sebut oleh

pemerintah bukan dari kesadaran sendiri dan memang harus di taati, melainkan

karena takut dan ancaman yang mungkin timbul dari tidak taatnya peraturan

perundangan atau kebijakan publik.

Kepatuhan masyarakat karena pemerintah menggunakan otoritas

kewenangan yang di miliki dan karena takut tadi sekalipun dapat membawa

“efektivitas dan efisiensi” kewibawaan yang demikian tadi tidak selalu dapat

menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuhnya keberdayaan masyarakat.

Karenanya, pemerintahan yang berwibawa dalam arti yang sesungguhnya adalah

pemerintahan yang bijaksana. Pemerintahan yang bijaksana memiliki arti yang lebih

mendalam, yakni tidak sekedar mengandalkan legalitas hukum (otoritas) yang di

miliki untuk menjalankan administrasi publik, akan tetapi juga berusaha

menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa bertanggung jawab

(sense of responsible) masyarakat terhadap proses administrasi publik dan hasil-

hasil pembangunan yang di capai69Kerenanya, pemerintah harus memberikan

kesempatan dan peluang atau menciptakan keberdayaan dan kualitas masyarakat

yang lebih baik. Berksitsn dengan hal tersebut, maka karakteristik clean governance

diharapkan dapat diwujudkan dengan cara melakukan pembangunan kualitas

manusia sebagai pelaku good governance, yaitu :

a. Pembangunan oleh dan untuk masyarakat.

b. Pokok pikiran community information planning system, dapat diwujudkan dengan

“sharing” sumber daya terutama sumber daya informasi yang dimiliki oleh

pemerintah kepada masyarakat.

69 Karhi, Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi dan

Pembangunan Vol 1 No 2, 1997, hal 123

Page 234: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 220

c. Lembaga legislatif perlu berbagi informasi dengan masyarakat atas apa yang

mereka ketahui mengenai sumber daya potensial yang diperlukan birokrat

kepada masyarakat.

d. Birokrat harus menjalin kerja sama dengan rakyat, yaitu dengan membuat

program-programnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh mereka agar

mereka tidak dihadapkan pada berbagai macam tekanan.

e. Birokrasi membuka dialog dengan masyarakat, untuk memperkuat interaksi yang

lebih besar antara birokrat dengan rakyat atau pejabat yang dipilih, dengan cara

ini mempermudah melakukan konfersi sumber daya yang diperlukan dalam

melakukan kontrol.

f. Nilai manajemen strategis, maksudnya berupaya untuk mengembangkan

organisasi yang mempu beradaptasi dengan lingkungannya, menanggapi

tuntutan lingkungannya.

Dengan dimaksudkan dalam sebuah tujuan mendidik dan membina Pegawai

Negeri Sipil, bagi mereka yang melakukan pelanggaran atas kewajian dan larangan

dikenakan sanksi berupa hukuman disiplin70. Oleh karenannya mewujudkan “clean

and good governance” diperlukan pula manajemen penyelenggaraan pemerintah

yang baik dan andal, yakni manajemen yang kondusif, responsif, dan adaptif. Untuk

dapat menciptakan administrasi publik yang mengandung unsur sisstem koperasi

dan pendekatan pelayanan publik yang relevan bagi masyarakat, maka Institute for

Governance (1996), hal tersebut dapat ditempuh dengan menciptakan beberapa hal

sebagai berikut71 :

a. Kerangka kerja tim (team work) antarorganisasi, departemen, dan antar wilayah.

b. Hubungan kemitraan (partnership) anatara pemerintah dengan setiap unsur

dalam masyarakat negara yang bersangkutan tadi tidak sekadar kemitraan

internal diantara jajaran instansi pemerintah.

c. Pemahaman dan komitmen akan manfaat dan arti pentingnya tanggungjawab

bersama dan kerja sama (cooperation) dalam suatu keterpaduan serta

sinergisme dalam pencapaian tujuan.

70 M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, Jakarta , PT. Purel

Mundial, 1992, hal 85 71 Winardi, Nisjar, Karhi., Teori Sistem dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang Manajemen,

CV. Mandar Maju, 1997, Bandung, hal 34

Page 235: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 221

d. Adanya dukungan dan sistem kemampuan dan keberadaan menanggung resiko

(risk taking) dan keberanian menanggung resiko (risk taking dan berinisiatif,

sepanjang hal ini secara realistik dapat dikembangkan).

e. Adanya kepatuhan dan ketaan terhadap nila-nilai internasional (kode etik)

administrasi publik, juga terhadap nilai-nilai etika dan moralitas yang diakui dan

dijunjung tinggi secara bersama-sama dengan masyarakat yang dilayani.

f. Adanya pelayanan administrasi publik yang berorientasi kepada masyarakat yang

dilayani, inklusif (mencerminkan layanan yang mencakup secara merata seluruh

masyarakat bangsa yang bersangkutan, tanpa ada perkecualian), administrasi

publik yang mudah dijangkau masyarakat, dan bersifat bersahabat, berasaskan

pemerataan yang berkeadilan dalam setiap tindakan dan layanan dalam setiap

tindakan. Layanan yang diberikan kepada masyarakat mencerminkan wajah

pemerintah yang sebenarnya atau tidak menerapkan standar ganda dalam

menentukan kebijakan. Memberikan layanan terhadap masyarakat berfokus pada

kepentingan masyarakat dan bukannya kepentingan internal organisasi

pemerintah, bersikap profesional, dan bersikap tidak memihak.

. Yang mana pelaksanaan atas sebuah prinsip-prinsip good governance

adalah setiap warga negara Inonesia yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 mempunyai kesempatan yang

sama untuk melamar dan diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara. Hal ini berarti

bahwa pengadaan Aparatur Sipil Negara harus didasarkan syarat-syarat objektif

yang telah ditentukan dan tidak boleh didasarkan semata-mata atas syarat-syarat

objektif yang telah ditentukan dan tidak boleh didasarkan atas golongan, agama atau

daerah. Adapun yang menjadi dasar hukum mengenai masalah pengadaan ini

terdapat dalam pasal 16 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 tentang pengadaan

Aparatur Sipil72 NegaraBerkaitan dengan hal tersebut, apabila penerapan good

governance atau kepemerintahan sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan apa

yang seharusnya, maka scara otomatis hal tersebut akan memudahkan

pelaksanaan kegiatan disegala bidang, hal tersebut juga dapat membantu

penerapan good corporate governance di sektor swasta.

72 Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Aparatur Sipil Negara, Jakarta, Rineka Cipta, 1990,

hlm. 40

Page 236: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 222

Kesimpulan

Penerapan Good Governance di dalam sector public ataupun organisasi

pemerintahan memiliki sebuah landasan utama atau pegangan penting dalam

berpedoman berkenegaraan dimana adanya Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara dan juga Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014

tentang Administasi Pemerintahan yang mengedepankan suatu nilai nilai sebagai

aparat yang baik dituangkan dalam Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik

AAUPB. Sehingga dalam sektor public atau pun sector organisasi pemerintahan

lebih mengedepankan suatu asas asas yang sudah di amanatkan Undang-undang

sebagai substansi nya kepada para aparat nya atau strukturnya. Dari apa yang telah

diutarakan, maka jelas bahwa pemerintah memainkan peranan sentral dalam

membentuk frame work legal institusional dan regulator dimana dalam frame work ini

“governance systems” dikembangkan. Tanpa ada framework yang kebijakan yang

mencakup hal-hal seperti hak-hak legal para pemegang saham dan kemampuan

untuk menuntut pertanggungjawaban bila hak-hak mereka dilanggar

C. Latihan Soal / Tugas

Soal :

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penerapan good governance sector public

2. Jelaskan pengertian dari penerapan good governance dalam sector organisasi

pemerintahan

3. Bagaimana penerapan good governance di Indonesia

4. Faktor apa saja yang dapat menghambat penerapan good governance

D. Daftar Pustaka

Karhi, Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi

dan Pembangunan Vol 1 No 2, 1997

M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, Jakarta , PT. Purel

Mundial, 1992.

Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Prenada Media Group,

Yogyakarta, 2008.

Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia, Liberty ,Yogyakarta, 1988

Page 237: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 223

Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1984

Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Pustaka Setia, Tahun

2005.

Tjokroamidjojo Bintoro, Good Government (Paradigma Baru Manjemen

Pembangunan), Universitas Indonesia Press, Jakarta,2000.

Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Aparatur Sipil Negara, Jakarta, Rineka Cipta,

1990.

Winardi, Nisjar, Karhi., Teori Sistem dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang

Manajemen, CV. Mandar Maju, 1997, Bandung

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah

Undang-undang No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Page 238: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 224

PERTEMUAN 18

PENGERTIAN, ALASAN, LANDASAN DAN TAHAP-TAHAP AMANDEMEN UUD

1945

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-18 ini diharapkan mampu

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian, Landasan, dan Tahap-tahap

Amandemen Undang-undang Dasar 1945

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Proses Perubahan Undang-undang Dasar 1945

B. Uraian Materi

1. Pengertian, Landasan, dan Tahap-tahap Amandemen UUD 1945

Pengertian Amandemen adalah prosedur penyempurnaan, tanpa harus

langsung mengubah UUD dan merupakan pelengkap serta rincian dari UUD asli.

Menurut Hukum Tata Negara, amandemen merupakan salah satu hak legislatif

untuk mengusulkan perubahan dalam suatu rancangan UU yang diajukan

pemerintah. Secara estimologis, amandemen berasal dari Bahasa Inggris to amend

yang artinya adalah sebagai to make better, to remove the faults. Selanjutnya

amandemen diartikan sebagai a change for the better; a correction of error, faults.

System Amandement adalah bila suatu konstitusi yang asli tetap berlaku sedang

hasil amandemen tersebut merupakan bagian atau dilampirkan dalam konstitusi asli,

sistem ini dianut di Negara-negara Anglo Saxon73. Sujatmiko berpendapat bahwa

amandemen yang pokok itu tidak serampangan dan merupakan hal yang serius.

Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi bernegara. Beliaupun memberikan

pandangan dan pendapatnya bahwa konstitusi di negara kita ini ialah tidak atau

belum sepenuhnya sempurna seutuhnya. Jika ingin menyempurnakan konstitusi

satu-satunya pilihan ialah amandemen. Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga

sekarang di Indonesia telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar dalam

empat periode yaitu Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949, Periode 27

Desember 1949- 17 Agustus 1950, Periode 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959, Periode 5

73 Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni, Bandung,

1987, hal 51

Page 239: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 225

Juli 1959- sampai sekarang74. Alasan Amandemen UUD 1945 adalah karena

disusun pada masa persiapan kemerdekaan Indonesia dalam situasi yang serba

mendesak, maka ada beberapa pasal tidak lagi sesuai dengan situasi dan persoalan

kenegaraan sekarang, adanya penafsiran para pemimpin terdahulu (Orba) terhadap

beberapa pasal diarahkan untuk keuntungan diri sendiri. Adapun Landasan

Amandemen UUD 1945 :

a. Pasal 1 Tap MPR No. XIII/MPR/1998 (tentang Pembatasan Masa Jabatan

Presiden dan Wakii Presiden)“Presiden dan Wakii Presiden memegang jabatan

selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang

sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”.

b. Pasal 37 UUD 1945 tentang wewenang MPR untuk mengubah UUD 1945.

Sidang Umum MPR tanggal 14-21 Oktober 1999.

c. Tap MPR No. IX/MPR/1999 tentang Penugasan BP MPR Rl untuk Melanjutkan

Perubahan UUD Negara Rl Tahun 1945.

Konstitusi merupakan konsep yang dinamis, yang berarti konstitusi harus

dapat mengikuti perkembangan dan situasi sosial suatu negara. Ramano Prodi

sebagaimana dikutip oleh Denny Indrayana menyatakan bahwa konstitusi yang tidak

dapat diubah adalah konstitusi yang lemah, karena konstitusi tidak bisa beradaptasi

dengan realitas, padahal sebuah konstitusi harus bisa diadaptasikan dengan realitas

yang terus berubah75. Tahap Tahap Amandemen UUD 1945 sebagai konstitusi

negara Rl sampai saat ini telah mengalami empat kali (empat tahap) amandemen

(perubahan) yang terjadi di era reformasi. Keempat tahap amandemen tersebut,

sebagai berikut:

a. Tahap I

Tanggal penetapan 19 Oktober 1999, Pasal-pasal yang mengalami

perubahan dan penambahan, yaitu: pasal 5 (1) , pasal 7, pasal 9, pasal 13(2),

pasal 14, pasal 15, pasal 17(2) dan (3), pasal 20, pasal 21 , pasal-pasal yang

74 Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi

Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hal 86

75 Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antar Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2007, hal 71

Page 240: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 226

diubah untuk mengurangi kekuasaan presiden. , pelaksanaan amandemen

pertama terhadap UUD 1945 berdasarkan hasil rapat paripurna sidang umum

MPR-RI ke-12 tanggal 10 Oktober 1999, yang kemudian disahkan pada tanggal

19 Oktober 1999 memiliki dasar politis Mempelajari, menelaah, dan

mempertimbangkan dengan seksama dan sungguh- sungguh hal-hal yang

bersifat mendasar yang dihadapi rakyat, bangsa dan negara. Dasar yuridis

Menggunakan kewenangan bedasarkan pasal 37 UUD 1945

b. Tahap II

Tanggal penetapan 18 Agustus 20002) Pasal-pasal yang mengalami

perubahan dan penambahan, yaitu pasal 18, pasal 18A, pasal 18C ,pasal 19,

pasal 20 (5), pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, pasal 25E , pasal 26 (2) dan (3),

pasal 27 (3), pasal 28A, Pasal 28B, pasal 28D , pasal 28C, pasal 28E, pasal 28F,

pasal 28G, pasal 28H, pasal 28I , pasal 28J, pasal 30, pasal 36A, pasal 36B,

pasal 39C

Pasal-pasal yang di ubah dan ditambahkan mengatur tentang pemda,

wilayah Negara, DPR, WNI/penduduk, HAM, Hankam, Lambang Negara, Lagu

kebangsaan.

c. Tahap III

Pada tanggal penetapan 10 nopember 2001, pasal pasal yang mengalami

perubahan dan penambahan, yaitu : pasal 1 (2) dan (3) , pasal 3 (1) (3) dan (4),

pasal 6 (1) dan (2), pasal A (1) (2) (3) dan (5) , pasal 7A, pasal 7B (1) s/d (7),

pasal 7C, pasal 8 (1) dan (2), pasal 11 (2) dan (3), pasal 17 (4), pasal 22C (1) s/d

(4), pasal 22D (1) s/d (4), pasal 22E (1) s/d (5), pasal 23 (1) s/d (3), pasal 23A,

pasal 23C, pasal 23E (1) s/d (3), pasal 23F (1) dan (2), pasal 23G (1) dan 2,

pasal 24 (1) dan (2), pasal 24A (1) s/d(5), pasal 24B (1) s/d (4), pasal 24C (1) s/d

(6)

Pasal-pasal yang diubah dan ditambahkan mengatur tentang, kedaulatan

rakyat yang dilaksanakan menurut UUD, Negara Indonesia adlah Negara hokum,

Wewenang MPR, Kepresidenan, Pembentukan mahkamah konstitusi,

Pelaksanaan perjanjian internasional, DPR, Pemilu untuk memilih DPR,DPD, dan

Presiden/wakil Presiden, APBN, BPK, Kekuasaan kehakiman.

Page 241: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 227

d. Tahap IV

Tahap penetapan 10 Agustus 2002, Pasal-pasal yang mengalamii

perubahan dan penambahan. Yaitu Pasal 2 (1), Pasal 6A (4), Pasal 8 (3), Pasal

11 (1), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24 (3) , Pasal 31 (1) s/d (4), Pasal

32 (1) dan (2), Pasal 33 (4) dan (5), Pasal 34 ( 1) s/d (4), Pasal 37 (1) s/d (5),

Aturan peralihan pasal I,II,dan III, Aturan penambahan pasal I dan I.

Pasal-pasal yang diubah dan ditambahkan mengatur tentang MPR, Pemilihan

Presdien dan Wakil Presiden, Mekanisme pemilihan jika Presiden dan Wakil

Presiden berhalangan tetap, Persetujuan pembuatan perjanjian internasional,

penghapusan DPA, penetapan mata uang dan pembentukan bank sentral, Badan-

badan yang memegang kekuasaan kehakiman, Hak dan kewajiban warga Negara

dalam hal pendidikan dan kebudayaan , Perekonomian nasional dan kesejahteraan

social, mekanisme perubahan UUD 1945, Aturan peralihan (pasal III ) tentang

pembentukan Mahkamah Konstitusi, Aturan tambahan (pasal I) tentang tugas MPR

untuk meninjau status hokum Ketetapan MPRS dan MPR untuk diambil putusan

pada siding MPR tahun 2003, Aturan tambahan (pasal II ) tentang isi UUd 1945

yang terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Beberapa hal pokok yang menjadi isi

konstitusi Negara RI berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen sebagai

berikut:

a. Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yag bentuk pemerintahannya reublik

(pasal 1 ayat 1)

b. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar (

pasal 1 ayat 2)

c. Negara Indonesia menganut pembagian kekuasaan dengan adanya tiga lembaga

Negara, yaitu lembaga legislative, eksekutif, dan yudikatif ( pasal 2,4,19, dan 22

C)

d. Lembaga legislative terdiri atas Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan

Perwakilan Rakyat ( DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) (pasal 2, 9, 22

C)

e. Lembaga eksekutif adalah Presiden dan Wakil Presiden

Page 242: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 228

f. Lembaga Yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

(pasal 24)

g. Indonesia memakai system peerintahan yang presidensial dengan presiden

sebagai keapala Negara dan kepala pemerintahan (pasal 4)

h. Presiden Republik Indonesia dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan lima

tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali sekali (pasal 6A ayat 1 pasal 7)

i. Parlemen terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan

Daerah (DPD). Anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui pemilu, sedang anggota

DPD dipilih dari masing –masing propinsi melalui pemilu (pasal 19 dan pasal

22C)

j. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) berwenang mengubah dan menetapkan

undangundang dasa, melantik presiden dan wakil, serta memberhentikan,

presiden dan wakil presiden dalm masa jabatannya ( pasal 2 Ayat 1, 2 , dan 3)

k. Mahkamah agung dan badan-badan peradilan dibawahnya menjalankan fungsi

peradilan (pasal 24 ayat 2).

l. Mahkamah konsitusi bertugas menguji undang-undnag terhadap UUD (yudical

review), memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga Negara, memutus

pembubaran partai politik dan memutus snegketa hasil pemilu, ( pasal 24C ayat

1)

m. Selain lembaga-lembaga diatas, terdapat Dewan Pertimbangan, Badan

Pemeriksa Keuangan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Republik

Indonesia, Pemerintah Daerah sebagai lembaga otonom yang menyelenggarakan

kekuasaan pemerintah di daerah.

Dengan demikian UUD 1945 memiliki beberapa perubahan dalam hal-hal point

yang harus di ubah dan kelemahan yang tidak dapat dipakai maka UUD 1945

sebagai landasan konstitusional telah mengalami beberapa amandemen pada :

a. Amandemen ke I disahkan 19 Oktober 1999

b. Amandemen ke II disahkan 18 agustus 2000

c. Amandemen ke III disahkan 10 November 2001

d. Amandemen ke IV disahkan 10 Agustus 2002

Page 243: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 229

Amandemen ini dilakukan bermaksud untuk tujuan menyempurnakan Undang-

undang Dasar yang sudah ada agar tetap sesuai dengan perkembangan zaman dan

agar membawa bangsa ini menuju pada perubahan yang lebih baik di berbagai

bidang dengan senantiasa selalu memperhatikan kepentingan rakyat karena Salus

Populi Supreme Lex yang artinya kepentingan rakyat adalah hukum tertinggi.

2. Proses Perubahan Undang-undang Dasar 1945

a. Awal Perubahan UUD 1945

Tuntutan reformasi yang menghendaki agar Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 diubah, sebenarnya telah diawali dalam Sidang

Istimewa MPR tahun 1998. pada forum permusyawaratan MPR yang pertama

kalinya diselenggarakan pada era reformasi tersebut, MPR telah menerbitkan tiga

ketetapan MPR. Ketetapan itu memang tidak secara langsung mengubah

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tetapi telah

menyentuh muatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Partisipasi Publik dalam proses perubahan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, Badan Pekerja MPR menyadari

pentingnya pertisipasi publik dalam mewujudkan rancangan perubahan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang sesuai dengan

aspirasi dan kepentingan bangsa dan negara. Untuk itu, Badan Pekerja MPR

melalui alat kelengkapannya, yakni Panitia Ad Hoc I, menyusun secara sistematis

program partisipasi publik, antara lain dengan melakukan penyerapan aspirasi

masyarakat. Bentuk kegiatannya antara lain, berupa rapat dengar pendapat

umum (RDPU), kunjungan kerja ke daerah, dan seminar. Oleh karena waktu yang

tersedia sangat singkat, yakni hanya satu minggu, Panitia Ad Hoc III hanya

melakukan rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan beberapa pakar hukum

tata negara.

b. Dinamika Pembahasan

Dinamika pembahasan proses perubahan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 pada era reformasi dimulai dengan

pemandangan umum fraksi-fraksi MPR dalam rapat Badan Pekerja MPR masa

sidang 1999-2000. dalam pandangan umum itu, fraksi-fraksi MPR menyatakan

Page 244: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 230

sikapnya secara tegas untuk melakukan perubahan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan mengajukan usul-usul materi

perubahan, termasuk latar belakang, maksud dan tujuan serta implikasinya.

Tingkat-tingkat Pembicaraan proses perubahan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 mengikuti ketentuan Pasal 92 Peraturan Tata

Tertib MPR mengenai tingkat-tingkat pembicaraan dalam membahas dan

mengambil putusan terhadap materi sidang MPR. Tingkat-tingkat pembicaraan

sebagaimana tercantum dalam Pasal 92 Peraturan Tata Tertib adalah sebagai

berikut :

1) Tingkat I

Pembahasan oleh Badan Pekerja Majelis terhadap bahan-bahan yang

masuk dan hasil dari pembahasan tersebut merupakan rancangan Majelis

sebagai bahan pokok Pembicaraan Tingkat II

2) Tingkat II

Pembahasan oleh Rapat Paripurna Majelis yang didahului oleh

penjelasan Pimpinan dan dilanjutkan dengan Pemandangan Umum Fraksi-

fraksi.

3) Tingkat III

Pembahasan oleh Komisi/Panitia Ad Hoc Majelis terhadap semua hasill

pembicaraan Tingkat I dan II. Hasil pembahasan pada Tingkat III merupakan

rancangan putusan Majelis.

4) Tingkat IV

Pembambilan putusan oleh Rapat Paripurna Majelis setelah mendengar

laporan dari Pimpinan Komisi/Panitia Ad Hoc Majelis dan bilamana perlu

dengan kata akhir dari fraksi-fraksi.

c. Jenis Perubahan UUD 1945

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dilakukan untuk menyempurnakan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Page 245: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 231

Indonesia Tahun 1945, bukan untuk mengganti Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu jenis perubahan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan oleh MPR

adalah mengubah, membuat rumusan baru sama sekali, menghapus atau

menghilangkan, memindahkan tempat pasal atau ayat sekaligus mengubah

penomoran pasal atau ayat. Untuk itu dapat dikemukakan contoh adalah

mengubah rumusan yang telah ada Sebagai contoh rumusan Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang semula

berbunyi :

Pasal 2 (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah

dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan undang-undang.

Setalah diubah menjadi : Pasal 2 (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas

anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan

Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan

undang-undang.

d. Ketentuan Umum

Dalam proses dan hasil Perubahan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 terdapat beberapa hal yang perlu dijelaskan agar

diperoleh kesamaan dan keseragaman pendapat dalam memahami Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, termasuk menjadi acuan

bagi para narasumber dalam melakukan kegiatan sosialisasi UndangUndang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Beberapa ketentuan tersebut.

Secara resmi kata yang dipakai dalam perubahan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 adalah kata perubahan. Istilah amandemen yang

berasal dari bahasa Inggris tidak digunakan sebagai istilah resmi. Istilah

amandemen banyak dipakai oleh kalangan akademis dan LSM serta orang asing.

Penyebutan Undang-Undang Dasar 1945 secara resmi adalah Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penyebutan resmi ini diputuskan

dalam Sidang Paripurna Majelis pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000. Dalam

melakukan perubahan Undang-undang Dasar 1945, MPR menyepakati cara

penulisan cara adendum yakni naskah asli Undang-Undang Dasar Negara

Page 246: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 232

Republik Indonesia Tahun 1945 tetap dibiarkan utuh sementara naskah

perubahan diletakkan setelah naskah asli. Dengan demikian naskah resmi

undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah naskah yang

terdiri dari atas lima bagian :

1) Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Perubahan Pertama undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945

3) Perubahan Kedua undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945

4) Perubahan Ketiga undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Agar Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat lebih

mudah dipahami oleh berbagai kalangan, disusun risalah Undang-undang Dasar

Negara Indonesia Tahun 1945 dalam satu naskah yang berisikan pasal-pasal

dari Naskah Asli yang tidak berubah dan pasalpasal dari empat naskah hasil

perubahan.

1) Penyebutan nama Undang-Udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 telah termasuk juga perubahannya oleh karena itu, tidak perlu

disebutkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dan perubahannya atau UUD 1945 dan perubahannya.

2) Kata “pembukaan’ merupakan penyebutan resmi utuk menunjuk pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri dari

atas dua bagian, yaitu Pembukaan dan Pasal-Pasal.

4) Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

tidak berlaku lagi sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Aturan tambahan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

5) Rumusan diatur dengan Undang-Undang yang terdapat dalam pasal atau ayat

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diberi makna

hal yang diatur dalam ketentuan itu harus dirumuskan dalam sebuah undang-

undang yang khusus diterbitkan untuk kepentingan itu.

Page 247: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 233

Kesimpulan

Pengertian dari Amandemen itu sendiri adalah proses perubahan terhadap

ketentuan yang terdapat didalam sebuah peraturan. Baik itu berupa penambahan

maupun pengurangan/penghilangan ketentuan tertentu. Amandemen hanya

merubah sebagian kecil dari peraturan yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan

penggantian peraturan terhadap ketentuan dalam UUD 1945. Dengan demikian

UUD 1945 memiliki beberapa perubahan dalam hal-hal point yang harus di ubah dan

kelemahan yang tidak dapat dipakai maka UUD 1945 sebagai landasan

konstitusional telah mengalami beberapa amandemen pada :

Amandemen ke I disahkan 19 Oktober 1999

Amandemen ke II disahkan 18 agustus 2000

Amandemen ke III disahkan 10 November 2001

Amandemen ke IV disahkan 10 Agustus 2002

Terjadinya amandemen dikarenakan adanya sebuah keperluan mendesak

yang harus dilakukan karena aturan atau peraturan yang ada sudah tidak dapat lagi

mengakomodir dari segala aspek aspek kehidupan bersosial, berbangsa, dan

bernegara. Amandemen merupakan sebuah solusi terakhir dalam tatanan

kenegaraan dalam penerapan sebuah norma-norma atau kaidah-kaidah yang

berlaku sebelumnya. Landasan dari amandemen di dalam Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 sendiri sudah diatur terkait pelaksanaan sebuah

amandemen apabila diperlukan. Dari lembaga apa yang berwenang dan teknis serta

mekanisme tahapan-tahapan dalam melaksanakan proses amandemen atau

perubahan sebagian kecil dari pasal-pasal dan atau ayat-ayat di dalam suatu

peraturan dalam konteks ini adalah Undang-undang Dasar 1945.

Rakyat berperan penting dalam proses perubahan suatu undang-undang

dasar ini, dikarenakan dalam sistem pemerintahan presidensil yang bercorakan

pemerintah demokrasi maka asas kedaulatan rakyat haruslah dijunjung tinggi dalam

setiap penerapan kaidah-kaidah norma yang akan diberlakukan. Dikatakan

kedaulatan rakyat karena perlu diketahui bahwa lembaga yang bertugas dalam

proses perubahan dari peraturan dasar ini ialah anggota legislative yang namun

perlu diketahui bersama tidak juga serta merta anggota legislative dapat merubah

Page 248: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 234

atas kehendaknya sendiri tanpa melihat dari aspek social, budaya, politik, dan

partisipasi masyarakt itu sendiri. Oleh karenanya di dalam Undang-undang Dasar

baik secara tersirat ataupun tertulis maka amandemen ini sebetulnya merupakan

Hak dan juga Kewajiban bagi semua warga Negara Indonesia, karena proses proses

penerapannya melibatkan segala aspek dan segala segmen masyarakat di dalam

erat kaitannya partisipasi masyarakat dalam sebuah tatanan demokrasi di dalam

corak pemerintahan Negara Indonesia.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Sebutkan jenis-jenis perubahan terhadap UUD 1945!

2. Apa yang menjadi dasar dilaksanakannya perubahan UUD 1945? Bagaimana

penerapan good governance di Indonesia

3. Bagaimanakah dinamika perubahan yang saudara ketahui?

4. Apa yang menjadi landasan dilaksanakannya perubahan ?

5. Lembaga apakah yang diberikan kewenangan untuk melakukan Amandemen?

6. Sebutkan tahapan – tahapan pelaksanaan Amandemen!

D. Daftar Pustaka

Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni, Bandung,

1987.

Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat

Studi Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983.

Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antar Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan

Pustaka, Bandung, 2007.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh

Mahkamah Agung

Page 249: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 235

PERTEMUAN 19

KONSTITUSI

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-19 ini diharapkan mampu :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Konstitusi

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Hakikat dan Fungsi Konstitusi

3. Mahasiswa dapat menjabarkan Dinamika Pelaksanaan Konstitusi

4. Mahasiswa dapat menjabarkan Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi

B. Uraian Materi

1. Pengertian Konstitusi

Istilah konstitusi berasal dari bahasa prancis (constituer) yang berarti

membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang di maksud ialah pembentukan suatu

begara atau menyusun dan menyatakan aturan suatu negara76. Sedangkan istilah

undang-undang dasar (UUD) merupakan terjemahan istilah dari bahasa belanda

Gronwet. Perkataan wet di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia undang-undang

dasar, dan grond berarti tanah atau dasar. Di negara-negara yang menggunakan

menggunakan bahasa inggris di pakai istilah Constitution yang di indonesiakan

menjadi konstitusi. Pengertian konstitusi dalam praktik dapat di artikan lebih luas

daripada pengertian undang-undang dasar. Dalam ilmu politik, constitution

merupakan suatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan baik

yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara

bagaimana sesuatu pemerintahan di selenggarakan dalam suatu masyarakat.

Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume

dan statuere. Cume adalah sebuah presposisi yang berarti “bersama-sama

dengan....” sedangkan statuere mempunyai arti berdiri. Atas dasar itu, kata statuere

mempunyai arti “membuat sesuatu agar berdiri atau

mendirikan/menetapkan,”dengan demikian, bentuk tunggal dari konstitusi adalah

menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamak dari konstitusi berarti

segala yang di tetapkan. Definisi Konstitusi (UUD) Para ahli hukum ada yang

76 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989, hal 10

Page 250: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 236

membedakan konstitusi dengan undang-undang dasar dan ada juga yang

menyamakan arti keduanya. Persmaan dan perbedaannya adalah sebagai berikut :

a. L.J. Van Apeldoorn membedakan konstitusi dengan UUD. Menurutnya konstitusi

adalah memuat peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis, sedangkan undang-

undang dasar (gronwet) adalah bagian tertulis dari konstitusi.

b. Sri Sumantri menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktik, ketatanegaraan

di sebagian besar negara-negara dunia termasuk indonesia.

c. E.C.S. Wade mengartikan undang-undang dasar adalah naskah yang memberika

tangka dan tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan

menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Apabila negara di

pandang sebagai suatu kekuasaan atau organisasi kekuasaan maka undang-

undang dasar dapat di pandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang

menetapkan bagaimana kekuasaan di bagi antara beberapa lembaga

kenegaraan, misalnya antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Undang-

undang dasar menetapkan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini

bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain, merekam hubungan

kekuasaan dalam suatu negara.

d. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu Konstitusi

mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan

(mengandung arti politis dan sosiologis), Konstitusi adalah suatu kaidah yang

hidup dalam masyarakat (mengandung arti hukum atau yuridis), Konstitusi adalah

kesepakatan yang di tulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang

tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.

e. C.F. Strong memberikan pengertian konstitusi suatu kumpulan asas-asas yang

menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan (arti luas), hak-hak dari pemerintah

dan hubungan antara pemerintah dan yang di perintah (menyangkut hak-hak

asasi manusia).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa konstitusi

meliputi peraturan tertulis dan tidak tertulis.undang-undang dasar merupakan

konstitusi yang tertulis. Dengan demikian konstitusi dapat di artikan sebagai berikut :

Page 251: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 237

a. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembataan kekuasaan

kepada para penguasa.

b. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu

sistem politik.

c. Suatu gambaran dari lembaga-lembaga negara.

d. Suatu gambaran yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia.

Materi muatan konstitusi/Undang-undang Dasar dalam rangka untuk

membatasi kekuasaan dalam negara sekurang-kurangnya berisi jaminan adanya

perlindungan Hak Asasi Manusia, susunan kekuasaan suatu negara yang

mendasar, pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga

mendasar77.

2. Hakikat dan Fungsi Konstitusi (UUD)

a. Hakikat isi konstitusi (UUD)

Pada hakikatnya konstitusi (UUD) itu berisi tiga hal pokok, yaitu :

1) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia an warga negaranya.

2) Di tetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental.

3) Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat

fundamental.

b. Fungsi konstitusi (UUD)

Konstitusi (UUD) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara memiliki arti dan makna yang sangat penting. Hal ini berarti bahwa

konstitusi (UUD) menjadi “tali” pengikat setiap warga negara dan lembaga negara

dalam keehidupan negara. Dalam krangka kehidupan negara, konsttusi (UUD)

secara umum memiliki fungsi sebagai :

1) Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanen (lembaga

suprastruktur dan infrastruktur politik).

2) Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga negara serta dengan

warga negara lain.

77 Sri Soemantri M, Hukum Tata Negara Indonesia, Pemikiran dan Pandangan, PT Remaja

Rosda Karya, Bandung, 2014, hal 20.

Page 252: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 238

3) Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturab dan

perundang-undangan yang berlaku harus mengacu pada konstitusi (UUD).

Secara khusus,fungsi konstitusi(UUD) dalam negara demokrasi dan negara

komunis adalah :

a. Fungsi konstitusi (UUD) dalam negara demokrasi konstitutional

1) Membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga

penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang (absolut).

2) Sebagai cara yang efektif dalam membagi kekuasaan.

3) Sebagai perwujudan dari hukum yang tertinggi (supremasi hukum) yang harus

di taati oleh rakyat dan penguasanya.

b. Fungsi konstitusi (UUD) dalam negara komunis

1) Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah di capai dalam

perjuangan ke arah masyarakat komunis.

2) Sebagai pencatatan formal (legal) dari perjuangan yang telah di capai.

3) Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang di cita-citakan dam

dapat di ubah setiap kali ada pencapaian kemajuan dalam masyarakat

komunis.

3. Dinamika pelaksanaan konstitusi (UUD 1945)

Dalam gerak pelaksanaannya, konstitusi (UUD 1945) banyak mengalami

perubahan mengikuti perubahan sistem politik negara indonesia. Peristiwa

perubahan ini berlangsung dalam beberapa kali dengan periode waktu tertentu.

Perubahan tersebut secara sistematis dapat di kemukakan sebagai berikut :

a. UUD 1945,Berlaku 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949

Dalam kurun waktu di atas, pelaksanaan UUD tidak dapat di laksanakan

dengan baik, karena bangsa indonesia sedang dalam masa pancaroba, artinya

dalam masa upaya membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru di

proklamasikan, sedangkan pihak kolonial belanda masih ingin menjajah kembali

negara indonesia.

Page 253: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 239

b. Konstitusi RIS, berlaku 27 desember 1949 sampai 17 agustus 1950

Rancangan konstitusi (UUD) ini di sepakati bersama di negara belanda

antara wakil-wakil pemerintah RI dengan wakil-wakil pemerintah negara BFO

(Bijeenkomst Voor Federaal Overleg), yaitu negara-negara buatan belanda di luar

negara RI. Peristiwa ini terjadi di kota pantai scheveningen, tanggal 29 oktober

1949, pada saat berlangsungnya KMB(konferensi meja bundar). Rancangan

konstitusi RIS inidi setujui pada tanggal 14 desember 1949 di jakarta oleh wakil-

wakil pemerintah dan KNIP RI dan wakil masing-masing pemeeintah serta DPR

negara-negara BFO. Namun demikian, konstitusi RIS ini tidak dapat berlangsung

dalam waktu yang cukup lama, melainkan hanya lebih kurang delapan bulan (27

desember 1949 sampai 17 agustus 1950). Hal ini terjadi karena adanya tuntutan

masyarakat dari berbagai daerah untuk kembali ke bentuk negara kesatuan dan

meninggalkan bentuk negara RIS sangat tinggi. Kenyataan ini membuat negara

RIS bubar dan kembali bergabung ke bentuk negara kesatuan yang ibu kotanya

di yogyakarta pada tahun 1950, negara RIS yang belum bergabung dengan NKRI

adalah negara bagian indonesia timur dan negara bagian sumatera timur, namun

dalam jangka waktu yang tidak lama di capai kesepakatan antara NKRI dengan

kedua negara bagian tersebut. Dengan kesepakatan itu, maka pada tanggal 17

agustus 1950 negara RIS resmi bergabung dengan NKRI.

c. UUDS, berlaku 15 agustus 1950 sampai 5 juli 1959

Undang-undang dasar sementara 1950 (UUDS 1950) ini merupakan

undang-undang yang ke tiga bagi indonesia. Menurur UUDS ini, sistem

pemerintahan yang di anut adalah sistem pemerintahan parlementer dan bukan

sistem kabinet presidensial lagi seperti dalam UUD 1945, menurut sistem

parlementer yang tertuang dalam UUDS ini presidn dan wakil presiden adalah

presiden dan wakil presiden konstitusional dan tidak dapat di ganggu

gugat.karena yang bertanggung jawab adalah para menteri kepada parlemen

(DPR). UUDS ini berpijak pada pemikiran liberal yang mengutamakan kebebasan

individu, sedangkan UUD 1945, berpijak pada landasan demokrasi pancasila

yang berintikan sila ke empat.

Page 254: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 240

Dalam pelaksanaannya sistem parlementer yang di anut oleh UUDS ini

menyebakan tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan, karena sering

bergantinya kabinet yang di dasarkan pada dukungan suara di parlemen. Selama

tahun 1950-1959, terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali, sehingga

implikasinya, banyak program kabinet yang tidak berjalan dan

berkesinambungan. Di samping itu, sidang dewan konstituante merupakan hasil

pemilu demokratis pada bula september dan desember pada tahun 1955,

mendapat tugas untuk menyusun rancangan UUD baru sebagai pengganti UUD

1945 sebagai wujud akomodasi dari aspirasi masyarakat yang menginginkan

adanya perubahan dari UUDS ke UUD baru mengalami kemacetan (stagnan)

selama dua tahun. Mengingat dampak dari satgnannya pembahasan RUUD baru

tersebut dalam waktu yang relatif lama menimbulkan kekhawatiran bahwa dewan

konstituante akan gagal menyelesaikannya. Kondisi politik yang demikian

membuat pemerintah (presiden Ir Soekarno) mengeluarkan Dekrit Presiden 5 juli

1959 yang isinya kita kembali ke UUD 1945.

d. UUD 1945, berlaku 5 juli 1959 sampai 1966

Dalam kurun waktu 1959-1999, penyelenggaraan pemerintahan negara

terklasifikasi dalam dua kurun waktu, yaitu kurun waktu 1959-1966 yang di kenal

dengan istilah orde lama (ORLA) dan kurun waktu 1966-1999 yang di kenal

dengan istilah orde baru (ORBA). Pada kurun waktu yang pertama, pemerintahan

negara di pimpin oleh presiden soekarno dan pada kurun waktu yang kedua di

pimpin oleh presiden soeharto.

Pelasanaan UUD 1945 pada kurun waktu kepemimpinan presiden Ir

soekarno adalah beberapa hal yang perlu di catat mengenai penyimpangan

konstitusi (UUD 1945) yaitu:

1) Presiden merangkap sebagai penguasa eksekutif dan legislatif

2) Mengeluarkan UU dalam bentuk penetapan presiden dengan tanpa

persetujuan DPR.

3) MPRS menggangkat presiden seumur hidup.

4) Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak

mengajukan RUU APBN untuk mendapat persetujuan DPR.

Page 255: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 241

5) Pimpinan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara di angkat menjadi

menteri-menteri negara dan presiden menjadi ketua DPA.

Sedangkan dalam kepemimpinan presiden soeharto, hal-hal yang perlu di

catat mengenai pelaksanaan konstitusi (UUD) yaitu :

1) Membentuk lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 yang di

tetapkan dengan undang-undang.

2) Menyelenggarakan mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan, yaitu

melaksanakan pemilu DPR, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,

mengangkat kabinet, laporan pertanggung jawaban dalam sidang umum MPR,

dan seterusnya.

3) Menggunakan sisten pemerintahan presidensial sebagaimana di atur dalam

konstitusi (UUD 1945) ,dan lain-lain.

e. UUD 1945 pada tahun 1966 sampai dengan 1999

Hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu tahun

1966-1999 ini dapat di klasifikasikan dalam 4 bagian,yaitu :

1) Pelaksanaan UUD 1945 tahun 1966-1999 pelaksanaan UUD 1945 kurun

waktu tahun 1966-1999 memiliki nilai penting bagi kelangsungan kehidupan

bangsa dan negara indonesia pasca pemerintahan presiden Soekarno.

Pemerintahan yang kita kenal dengan sebuta orde laa, yaitu pemerintahan

yang menjalankan tatanan kehidupan bernamgsa dan bernegara dengan

tatanan yang belum sesuai dengan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen. Kenyataan (realitas) ini secara bertahap di lakukan perbaikan dan

koreksi dalam berbagai bidang kehidupan bangsa dan negara oleh

pemerintahan orde baru, yaitu pemerintahan yang menjalankan tatanan

kehidupan berbangsa dan bernegara menurut pancasila dan UUD 1945

secara murni dan konsekuen.

2) Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1966-1970 Pelaksanaan UUD 1945

dalam kurun waktu tersebut di atas dapat di kemukakan lahirnya surat perintah

sebelas maret (supersemar 1966) Lahirnya supersemar 1966 ini di awali

dengan adanya tindakan PKI yang menghianati negara, bangsa, pancasila,

Page 256: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 242

dan UUD 1945. Tindakan PKI ini menimbulkan “situasi konflik” antara rakyat di

satu pihak dan presiden di lain pihak. Situasi ini semakin lama semakin

meruncing, sehingga keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak

terkendalikan. Di tambah lagi dengan aksi unjuk rasa (demonstrasi yang di

pelopori oleh pemuda, mahasiswa, dan rakyat) di halaman istana negara,

jakarta. tuntutan yang di usung oleh pengunjuk rasa tersebut adalah di sebut

dengan tritura (tri tuntutan rakyat) isi tritura tersebut adalah Bubarkan PKI,

bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI, turunkan harga-harga/perbaikan

ekonomi. Kenyataan tersebut mendorong presiden soekarno mengeluarkan

surat perintah seblas maret (supersemar) 1966 kepasa mayjen TNI Soeharto

yang pada saat itu menjabat sebagai panglima komando strategis angkatan

darat (pangkostrad) yang berkedudukan di jakarta untuk mengemdalikan

situasi konflik tersebut, sehingga situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban

masyarakat ibukota dan daerah tetap terkendali dengan baik. Pelaksanaan

sidang umum MPRS ke VI tahun 1966. Sidang umum MPRS ke VI tahun 1966

menghasilkan ketetapan-ketetapan yang sangat penting bagi bangsa dan

negara sebagai pelaksanaan UUD 1945. Hasil-hasil yang di capai dalam

sidang umum MPRS tersebut meliputi ketetapan penting bagi bangsa dan

negara, yaituk ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, tentang pengukuhan

supersemar, keteapan MPRS No. XX/MPRS/1966, tentang pembubaran PKI

dan ormas-ormasnya, ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966, tentang

pembaruan landasan politik luar negeri, ketetapan MPRS No.

XXIII/MPRS/1966, tentang pembaruan landasan di bidang ekonomi dan

pembangunan, ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966, tentang memorandum

DPR-GR mengenai sumber tertib hukum RI dan tata urutan peraturab

perundangan RI, ketetapan MPRS No. XXII/MPRS/1966, tentang kepartaian,

keormasan dan kekaryaan. Pelaksanaan sidang istimewa MPRS Tahun 1967

Pelaksanaan sidang istimewa di adakan atas permintaab DPR yang

menganggap presiden pada waktu itu telah sungguh-sungguh melanggar UUD

1945. Hasil sidang istimewa tersebut adalah memutuskan menarik kembali

mandat MPRS dari presiden soekarno, karena di anggap tidak dapat

menjalankan haluan negara dan putusan majelis sebagaimana layaknya.

Mengeluarkan ketetapan MPRS No XXXIII/MPRS/1967, tentang

Page 257: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 243

pengangkatan jenderal soeharto sebagai pejabat presiden RI. Pelaksanaan

sidang umum MPRS tahun 1968Sidang umum MPRS tahun 1968

menghasilkan ketetapan-ketetapan yang lebih menentukan lagi bagi bangsa

dan negara. Ketetapan itu adalah ketetpan MPRS No. XLIV/MPRS/1966,

tentang pengankatan jenderal soeharto pengemban ketetapan MPRS No.

IX/MPRS/1966, sebagai presiden tetap sampai terpilihnya presiden oleh MPR

hasil pemilihan umum.

3) Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu1970-1997. Pelaksanaan UUD 1945

dalam kurun ini mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan yang di maksud

di lihat dari adanya manifestasi pelaksanaan sisten politik indonesia yang

berlangsung secara comprehensive integral (menyeluruh terpadu) dalam

praktek penyelenggaraan pemerintah negara. Praktek penyelenggaraan

negara yang comprehensive tersebut di wujudkan dalam suatu sistem

penyelenggaraan negara yang di sebut dengan mekanisme kepemimpinan

nasional 5 tahunan yang berlangsung secara lancar dan sustainable

(berkesinambungan). Mekanisme kepemimpinan nasional 5 tahunan secara

garis besar meliputi kegiatan kenegaraan sebagai Pemilihan umum untuk

memilih anggota MPR, DPR, DPRD I, DPRD II di adakan sekali dalam 5

tahunan, MPR yang terdiri atas seluruh anggota DPR, utusan daerah dan

golongan-golongan mengadakan sidang umum sekali dalam 5 tahun,

Presiden/wakil presiden menjalankan tugas dan fungsi menurut UUD 1945

yang meliputi, mengangkat anggota lembaga tinggi dan tertinggi negara yang

meliputi BPA dan BPK, melaksanakan pemilihan umum tiap 5 tahun sekali,

Presiden menyusun REPELITA dan mengajukan RAPBN sesuai dengan

GBHN, DPR menjalankan fungsi pengawasan terhadap tugas presiden baik

melaui hak bujetnya dengan menyetujui APBN setiap tahunnya, lembaga

tinggi dan tertinggi negara menjalankan tugasnya menurut UUD 1945 dan di

angkat serta di berhentikan oleh presiden setiap 5 tahun sekali.

4) Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1997-1999Pelaksanaan UUD 1945

dalam kurun waktu di atas, tidak berlangsung dengan lancar dan teratur

menurut UUD 1945. Tidak lancarnya dan teraturnya pelaksanaan UUD 1945

terlihat dari adanya reformasi yang menimbulkan pergantian kepemimpinan

nasional dari presiden soeharto kepada wakil presiden Prof. Dr. B.J. Habibie

Page 258: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 244

pemerintahan presiden habibie di sebut sebagai pemerintahan transis dan

terjadi pemilihan umum yang di percepat. Dalam kurun waktu ini juga terjadi

berbagai peristiwa kenegaraan yang sangat penting, antara lain adalah di

laksanakannya pemilu legislatif dengan sistem multipartai, sidang umum MPR

serta pemilihan presiden secara langsung(voting) melalui pemungutan suara

anggota MPR/DPR secara langsung.

f. UUD 1945 Amandemen 1999, berlaku pada tahun 1999 sampai sekarang.

Dalam penerapan konstitusi (UUD 1945) amandemen, sistem pemerintahan

negara mengalami perubahan sangat signifikan dengan penerapan sistem

pemerintahan pada konstitusi (UUD 1945) praamandemen.

Inti penerapan sistem pemerintahan pascaamandemen konstitusi (UUD

1945) antara lain :

1) Perubahan ideologi politik sosialis demokrat (orba) menjadi libaral yang

berintikan demokrasi dan kebebasan individu serta pasar bebas.

2) Penyelenggaraan otonomi daerah kepada pemda tingkat I dan II (kab/kota)

3) Pelaksanaan pemilu langsung presiden dan wakil presiden.

4) Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab.

5) Perubahan UU politik yang berintikan pemilu langsung dan sisten multipartai.

6) Pelaksanaan amandemen konstitusi (UUD 1945) yang berintikan perubahan

struktur ketatanegaraan indonesia yang di tandai dengan di tetapkannya

konstitusi (UUD 1945) sebagai lembaga tertinggi negara, dan lain-lain.

g. Proses perubahan UUD 45

1) Sidang umum MPR 19 September 1999. Perubahan pertama UUD Delapan

pasal tentang hak dan kewajiban presiden dan wakil presiden serta hak

legislative

2) Sidang tahunan MPR 18 Agustus 2000. Perubahan ke dua UUD 45 Tambahan

dan perubahan lima bab 25 pasal mengenai otonomi daerah, DPR, wilayah

negara, kewarganegaraan, hak dasar (HAM), pertahanan dan keamanan,

serta perkengkapan negara.

3) Sidang tahunan MPR 9 November 2001. Perubahan ke tiga UUD 45

Tambahan dan perubahan tiga bab 24 pasal tentang kedaulatan dan negara

indonesia, MPR, pencalonan presiden dan wakil presidren, pemakzulan, hak-

Page 259: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 245

hak presiden, kementerian negara, dewan perwakilan daerah, pemilihan

umum, keuangan negara, badan pemeriksa keuangan, Mahkamah Agung dan

kekuasaan kehakiman, Komisi Yudisial, serta Mahkamah Konstitusi.

4) Sidang tahunan MPR 10 Agustus 2002 Perubahan ke empat UUD 45.

Perubahan UUD 1945 (pertama, kedua, ketiga, keempat) di tetapkan sebagai

UUD 1945, penambahan bagian akhir pada perubahan kedua UUD Negara

Republik Indonesia tahun 1945 dengan kalimat, “perubahan tersebut di

putuskan dalam rapat paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18 Agustus 2000 Sidang

Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal di tetapkan, perubahan

penomoran pasal 3 ayat 3 dan ayat 4, perubahan ke tiga UUD 1945 menjadi

pasal 3 ayat 2 dan ayat 3; pasal 25-E perubahan ke dua UUD 1945 menjadi

pasal 25-A, penghapusan judul bab IV tentang DPA dan penghapusan

substansi pasal 16 serta penempatannya kedalam bab III tentang kekuasaan

pemerintah Negara, pengubahan dan/atau penambahan : keanggotaan MPR,

pemilihan pasangan presiden dan wakil presiden secara langsung,

pemakzulan presiden dan wakil presiden, hak presiden, dewan penasihat

presiden, mata uang, bank sentral, kekuasaan kehakiman, pendidikan dan

kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, fakir miskin

dan anak terlantar, perubahan konstitusi, aturan peralihan serta aturan

tambahan.

4. Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi (UUD 1945)

a. Institusi legislasi

Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi (UUD 1945)

dan peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya meliputi dua (2)

instusi (lembaga) yaitu badan legislatif (DPR) dan badan eksekutif

(presiden).kedua institusi ini bertugas untuk membuat undang-undang,

sedangkan untuk tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-masing gubernur

bersama DPRD tingkat I dan bupati/walikota bersama DPRD tingkat II. Institusi

lain di luar kedua institusi (lembaga) di atas, baik yang bersifat infrastruktur

maupun suprastruktur politik memiliki tugas memberi dukungan sesuai dengan

Page 260: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 246

peran kompetensinya. Bentuk produk peraturan perundang-undangan yang di

hasilkan oleh institusi di atas, adalah berupa UUD, UU, PERPU, PERDA, dan PP.

b. Mekanisme amandemen konstitusi (UUD)

Proses pembuatan peraturan perundang-undangan di atas, dapat di

jelaskan sebagai berikut :

1) Amandemen konstitusi (UUD 1945)

Sebagai usaha untuk mengembalikan kehidupan negara yang

berkedaulatan rakyat berdasarkan UUD 1945, salahsatu aspirasi yang

terkandung di dalam semangat reformasi adalah melakukan amandemen

terhadap UUD 1945, maka pada awal reformasi, MPR telah mengeluarkan

seperangkat ketetapan sebagai landasan konstitusionalnya, yaitu :

a) Pencabutan ketetapan MPR tentang referendum (dengan Tap. No.

VIII/MPR/1998).

b) Pembatasan masa jabatan presiden dan waki presiden (Tap. No.

XIII/MPR/1998).

c) Pernyataan hak asasi manusia (Tap. No. XVII/MPR/1998).

d) Pencabutan ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang P4 dan

penetapan tentang penegasan pancasila sebagai dasar negara (Tap. No.

XVIII/MPR/1998).

e) Perubahan pertama UUD 1945 pada tanggal 19 okteober 1999.

f) Perubahan kedua UUD 1945 pada tanggal 18 agustus 2000.

g) Sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan (Tap. No.

III/MPR/2000).

h) Perubahan ketiga pada tanggal 1-10 november 2001.

i) Perubahan ke empat (terakhir) UUD 1945, 1-11 Agustus 2002.

Di sahkannya perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat UUD

1945 dalam sidang umum MPR tahun 2002 menandai sebuah lomapatan

besar ke depan bagi bangsa indonesia, karena bengsa indonesia telah

mempunyai sebuah UUD yang lebih sempurna di bandingkan dengan UUD

Page 261: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 247

1945 sebelumnya. Namun demikian, MPR tetap menyadari bahwa konstitusi

(UUD) yang di amandemen belum sempurna. Untuk itu MPR membentuk

komisi konstitusi akan bertugas untuk menyempurnakan perubahan konstitusi

(UUD) itu. Dengan pengesahan perubahan UUD 1945 MPR telah

menuntaskan reformasi konstitusi sebagai suatu langkah demokrasi dalam

upaya menyempurnakan UUD 1945 menjadi konstitusi yang demokratis.

Perubahan itu merupakan suatu lembaran sejarah lanjutan setelah bung karno

dan bung hatta dan rekan-rekannya berhasil menegaskan UUD 1945 dalam

rapat-rapat BPUPKI dan PPKI.

2) Mekanisme amandemen konstitusi (UUD) 1945,

Dalam pelaksanaan amandemen konstitusi (UUD) 1945, MPR

menggunakan mekanisme sebagai berikut :

a) MPR mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh badan kelengkapan

MPR dan anggotanya yaitu DPR 1945 dan DPD.

b) Mendapatkan persetujuan 2/3 anggota DPR/MPR atas rencana

amandemen UUD 45 tersebut.

c) MPR membentuk panitia perumus badan pekerja (BP-MPR) yang bertugas

merumuskan RUUD 1945. Dalam pembahasan panitia perumus

mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan elemen-elemen

yang meliputi pemerintah, profesional, pengusaha,partai politik, LSM, OKP,

ormas, tokoh masyarakat, dan unsur-unsur lain yang terkait.

d) Hasil perumusan Panitia Badan Pekerja MPR RI menyerahkan hasil

perumusan RUU kepada pimpinan MPR RI.

e) Pimpinan MPR menyelenggarakan sidang umum MPR RI tahunan untuk

mendengarkan pandangan umum fraksi-fraksi yang ada di di DPR RI guna

menetapkan rancangan UUD 1945 (konstitusi) amandemen menjadi UUD

1945 amandemen.

Kesimpulan

Bahwa Konstitusi merupakan sebuah Staats Grund Gesetz bagis setiap

Negara, dimana ia merupakan sebuah norma dasar dari semua norma yang ada.

Page 262: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 248

Dikatakan dasar yang artinya suatu nilai-nilai masih terlalu abstrak dalam konteks

penerapan realisnya, karena semakin tinggi suatu hierarki norma maka akan

semakin abstrak sebuah pencapaian implementasi realisnya. Konstitusi ini memiliki

fungsi dalam artian yang sangat luas dan abstrak namun menjadikan landasan

utama dalam sebuah batasan wewenang dari suatu lembaga Negara dan juga

memberikan kepastian Hukum terhadap sebuah lembaga Negara yang organic atau

lembaga amat dari Konstitusi. Dalam sebuah pencapaian kemerdekaan dan

kemenangan suatu Negara di tandai dengan adanya konstitusi yang menjadikannya

sebagai landasan utama penerapannya karena selalu erat kaitan dengan sebuah

kebebasan atau kemandirian suatu kenegaraan.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Jelaskan definisi konstitusi berdasarkan pendapat para ahli!

2. Apa yang membedakan konstitusi dengan UUD 1945?

3. Sebutkan sifat – sifat daripada konstitusi

4. Sebutkan unsur-unsur daripada konstitusi

5. Jelaskan fungsi dari pada konstitusi

D. Daftar Pustaka

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit Dian Rakyat,

Jakarta, 1989.

Sri Soemantri M, Hukum Tata Negara Indonesia, Pemikiran dan Pandangan, PT

Remaja Rosda Karya, Bandung, 2014.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

Page 263: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 249

PERTEMUAN 20

Hak Asasi Manusia

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-20 ini diharapkan mampu :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Hak Asasi Manusia

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Sejarah Perkembangan HAM

3. Mahasiswa dapat menjabarkan Dasar-dasar Hukum HAM

B. Uraian Materi

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Dari catatan sejarah kuno terbukti bahwa masalah HAM merupakan salah astu

pemkiran yang sudah ada dan terbangun sejak zaman Yunani kuno. “Setiap

kekuatan akan berhadapan dengan hukum keabadian(hukum alam) yang berintikan

menghormati HAM”78. Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau

universal, karena di yakini bahwa beberapa hak yang di miliki manusia tidak

memandang bangsa, ras, atau jenis kelamin. Dasar dari hak asasi adalah bahwa

manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat

dan cita-citanya. Secara definitif, “hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi

sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan, serta menjamin

adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak asasi

manusia juga bersifat supralegal artinya tidak bergantung pada negara atau undang-

undang dasar, dan kekuasaan pemerintah, bahkan HAM memiliki kewenangan lebih

tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi, yaitu tuhan. Di indonesia, hal ini

di tegaskan dalam UU No. 39/1999 tentang hak asasi manusia yang mendefiisikan

hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan

manusia sebagai mahluk Tuhan YME.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM di atas, di peroleh suatu

kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang

bersifat kodrati dan fundamental sebagai salah satu anugerah tuhan yang harus di

78 Efendi, Masyhur, Prof. dan Evandri, Sukmana, Taufani, S.H., M.H., HAM Dalam Yuridis

Dimensi/Dinamika Yuridis Sosial Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2007, hal 1

Page 264: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 250

hormati, di jaga, dan di lindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau negara.

Dengan demikian, hakikat penghormatan dan perlindunganterhadap HAM ialah

menjaga eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan. Yaitu

keseimbangan antara hak dan kewajiban serta keseimbangan antara kepentingan

perseorangan dengan kepentingan umum. Negara atau pemerintah tidak

diperkenankan untuk merampas dan atau mengganggu Hak Asasi Manusia yaitu

merupakan hak alamiah atau life, liberty, property yang mana telah dituangkan oleh

Jhon Locke dalam buku Two Treaties of Civil Government :

“But thought men when they enter into society give up the equality, liberty, and

executive power thet had in the state of nature into the hand of society, to be so far

disposed of by the legislativas the good society shall require, yet it being only with

the intention in everyone the better preserve himself, his liberty and property,… the

power of the society or legislative constitute by them can never be supposed to

extend further than the common good but is obliged to secure everyone’s property

by providing against those three defect above mentioned that made the state of

Nature an uneasy”79.

Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM menjadi

kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu dan pemerintah (aparatur

pemerintah baik sipil maupun militer) bahkan negara. Jadi dalam memenuhi

kebutuhan menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan kewajiban yang

harus di laksanakan. Begitu juga dalam memenuhi kebutuhan perseorangan tidak

boleh merusak orang banyak (kepentingan umum). Jadi, dapat di simpulkan bahwa

hakikat dari asasi manusia adalah keterpaduan antara hak asasi manusia (HAM)

kewajiban asasi manusia (KAM), dan tanggung jawab asasi manusia (TAM) yang

berlangsung secara sinergis dan seimbang. Bila ketiga unsur asasi yang melekat

pada setiap individu manusia baik dalam tatanan kehidupan pribadi,

kemasyarakatan, kebangsaan, kenegaraan, dan pergaulan global dapat di pastikan

tidak akan menimbulkan kekacauan, anarkisme, dan kesewenang-wenangan dalam

tata kehidupan umat. Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat di tarik

kesimpulan tentang beberapa pokok hakikat HAM yaitu :

79 Clarence Morris(eds), The Great Legal Philosophers, University of Pennsylvania Press,

Philadelphia, 1979, hal 152.

Page 265: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 251

a. HAM tidak perlu di berikan, dibeli ataupun di warisi. HAM adalah bagian dari

manusia secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,

pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsa.

c. HAM tidak bisa dinafikan atau dianggap siapapun tidak mempunyai hak untuk

membatasi hak dari orang lain. HAM dimiliki oleh setiap orang sekalipun sebuah

negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

Ruang lingkup HAM meliputi :

a. Hak sosial politik (hak alamiah), yang di bawa oleh manusia sejak ia di lahirkan,

contohnya : hak hidup, hak milik dan hak untuk mengusahakan kebahagiaan.

b. Hak sosial ekonomi-sosial budaya, yaitu hak yang di peroleh manusia dari

masyarakatnya, contohnya : hak mendapatkan pekerjaan, hak menerima upah

yang layak, hak berserikat/berorganisasi, hak mengemukakan pendapat

(lisan/tertulis), hak mendapatkan pendidikan, dan hak mendapatkan pelayanan

kesehatan. Hak-hak ini bersifat nonuniversal.

2. Sejarah Perkembangan HAM

Setiap manusia yang ada di seluruh dunia memiliki derajat dan martabat yang

sama. Untuk itu setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk

berusaha melindungi hak asasinya dari adanya tindakan pelanggaran oleh manusia

lain yang dapat merugikan kelangsungan hak asasinya. Dalam kaitan hak asasi di

atas, maka adalah hal yang sangat wajar,rasional serta perlu mendapat dukungan

yang nyata (riil) bagi setiap manusia yang berfikir dan berjuang untuk memperoleh

hak asasinya dimana dia berada. Sejarah telah mencatat nenerapa monumen yang

berupa piagam sebagai bentuk penghargaan atas pemikiran/perjuangan dalam

memperoleh pengakuan HAM dari pemerintah atau negara. Piagam mengenai

perkembangan pemikiran dan perjuangan HAM adalah sebagai berikut :

Page 266: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 252

a. Magna charta (piagam agung 1215)

Piagam magna charta ini adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan

perjuangan HAM yang di lakukan oleh rakyat inggris kepada raja John yang

berkuasa pada tahun 1215. Isi piagam magna charta ini adalah :

1) Rakyat inggris menuntut kepada raja agar berlaku adil kepada rakyat

2) Manuntut raja apabila melanggar harus di hukum (di denda) berdasarkan

kesamaan dan sesuai dengan pelanggaran yang di lakukannya.

3) Menuntut raja menyampaikan pertanggungjawaban kepada rakyat

4) Menuntut raja untuk segera menegakan hak dan keadilan bagi rakyat

b. Bill of right (UU Hak 1689)

Bill of right adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan perjuangan

HAM oleh rakyat kepada penguasa negara atau pemerintah di inggris pada tahun

1689.inti dari tuntutan yang di perjuangkannya adalah “rakyat inggris menuntut

agar rakyat di perlakukan sama di muka hukum (equality before the law),

sehingga tercapai kebebasan.” implikasi adanya tuntutan ini memberi inspirasi

kepada para ahli untuk menciptakan teori yang berkenaan dengan kesamaan hak

yang di perjuangkan di atas.para ahli yang mengemukakan teori tersebut adalah

J.J Rousseu dalam teori kontrak sosial (cocial contrac theory), Montesque

dengan teori trias politika, John locke dengan teori hukum kodrati, dan F.D.

Roosevelt dengan teori lima kebebsan dasar manusia yang di canangkannya.

c. Declaration des droits de L’homme et du citoyen (deklarasi hak asasi manusia

dan warga negara prancis tahun 1789)

Deklarasi ini di kenal dengan declaration des droits de L’homme et du

citoyen, di berlakukannya pernyataan HAM dan hak warga negara prancis. Isi

deklarasi ini antara lain :

1) Manusia di lahirkan merdeka

2) Hak milik di anggap suci dan tidak boleh di ganggu gugat oleh siapa pun

Page 267: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 253

3) Tidak boleh ada penangkapan dan penahanan dengan semena-mena atau

tanpa alasan yang sah serta surat izin dari pejabat yang berwenang.

d. Bill of right (UU Hak Virginia 1789)

Undang-undang hak virginia 1976, yang di masukan ke dalam UUD

amerika serikat tahun 1791. Dikenal juga sebagai the bill of right ini UU HAM

amerika serikat, merupakan amandemen tambahan terhadap konstitusi amerika

serikat yang di atur secara tersendiri dalam 10 pasal tambahan, meskipun secara

prinsip hal mengenai HAM telah termuat dalam deklarasi kemerdekaan

(declaration of indefendence) amerika serikat.

e. Declarations of human rights PBB

Piagam PBB lahir pada tanggal 12 desember 1948, di jenewa yang

merupakan usul serta kesepakatan seluruh anggota PBB . isi pembukaan piagam

declarations of human rights, PBB yang mencakup 20 hak yang di peroleh

manusia seperti hak hidup, kebebasan dan keamanan pribadi, hak atas benda,

dan lain-lain.

Maksud dan tujuan PBB mendeklarasikan HAM seperti tertuang dalam

piagam mukadimahnya :

1) Hendak menyelamatkan keturunan manusia yang ada dan yang akan datang

dari bencana perang.

2) Meneguhkan sikap dan keyakinan tentang HAM yang asasi, tentang harkat

dan derajat manusia, dan tentang persamaan kedudukan antara laki-laki dan

perempuan, juga antara bangsa yang besar dan yang kecil.

3) Menumbulkan suasana dimana keadilan dan penghargaan atas berbagai

kewajiban yang muncul dari segala perjanjian dan lain-lain sumber hukum

internasional menjadi dapat di pelihara.

4) Memajukan masyarakat dan tingkat hidup yang lebih baik dalam suasana

kebebasan yang lebih leluasa.

Page 268: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 254

f. Piagam atlantic charter

Piagam ini merupakan kesepakatan antara F.D. Roosevelt dan churchil

pada tanggal 14 agustus 1941. Isinya adalah : “bahwa selenyapnya kekuasaan

nazi yang zalim itu akan tercapainyasuatu keadaan damai yang memungkinkan

tiap-tiap negara hidup dan bekerja dengan aman menurut batas-batas wilayahnya

masing-masing serta jaminan kepada setiap manusia suatu kehidupan yang

bebas dari rasa takut dan kesengsaraan.”

Dalam pidatonya yang di tujukan kepada semua manusia di dunia pada

bulan juli 1940, F.D. Roosevelt menyebutkan 5 kebebasan dasar manusia, yakni :

1) Freedom from fear (bebas dari rasa takut)

2) Freedom of religion (bebas memeluk agama)

3) Freedom of expression (bebas menyatakan pendapat/perasaan)

4) Freedom of information (bebas dari hal pemberitaan)

5) Freedom from want (bebas dari kekurangan/kemelaratan).

Secara garis besar menurut Prof. Dr. Bagir Manan, dalam bukunya

perkembangan pemikiran HAM di indonesia (2001), membagi perkembangan

pemikiran HAM dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan (1908-

1945) dan periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)80.

a. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)

Perkembangan pemikiran HAM dalam periode ini dapat di jumpai dalam

organisasi pergerakan sebagai berikut :

1) Budi oetomo, pemikirannya, “hak kebebasan berserikat dan mengemukakan

pendapat”

2) Penghimpunan indonesia, pemikirannya, “hak untuk menentuka nasib sendiri

(the right of self determination)”

3) Sarekat islam, pemikirannya, “hak penghidupan yang layak dan bebas dari

penindasan dan diskriminasi rasial”

80 Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di

Indonesia, Alumni, Bandung, 2001, hal 31.

Page 269: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 255

4) Partai komunis indonesia, pemikirannya, “hak sosial dan berkaitan dengan

alat-alat produksi”

5) Indische party, pemikirannya, “hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan

perlakuan yang sama”

6) Partai nasional indonesia, pemikirannya, “hak untuk memperoleh

kemerdekaan (the right of self determination)”

7) Organisasi pendidikan nasional indonesia, pemikirannya meliputi hak untuk

menentukan nasib sendiri, hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk

berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka umum, hak untuk turut

dalam penyelenggaraan Negara

b. Periode sesudah kemerdekaan (1945-sekarang)

1) Periode 1945-1950. Pemikiran HAM pada periode ini menekankan pada hak-

hak mengenai hak untuk merdeka (self determination), hak kebebasan untuk

berserikat melalui organisasi politik yang di dirikan, hak kebebasab untuk

menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Sebagai implementasi

pemikiran HAM di atas, pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah pada

tanggal 3 november 1945, tentang partai politik dengan tujuan untuk mengatur

segala aliran yang ada di dalam masyarakat dan pemerintah berharap partai

tersebut telah terbentuk sebelum pemilu DPR pada bulan januari 1946.

2) Periode 1950-1959. Pemikiran HAM pada periode ini menekankan pada

semangat kebebasan demokrasi liberal yang berintikan kebebasan individu.

Implementasi pemikiran HAM pada periode ini lebih memberi ruang hidup bagi

tumbuhnya lembaga demokrasi yang , partai politik dengan beragam

ideologinya, kebebasan pers yang bersifat liberal, pemilu dengan sisten

multipartai, parlemen sebagai lembaga kontrol pemerintah, wacana pemikiran

HAM yang kondusif karena pemerintah memberi kebebasan.

3) Periode 1959-1966. Pada periode ini pemikiran HAM tidak mendapat ruang

kebebasan dari pemerintah atau dengan kata lain pemerintah memasung

HAM, yaitu hak sipil, seperti hak untuk berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pikiran dengan tulisan. Sikap pemerintah bersifat resrktif

(pembatasan yang ketat oleh kekuasaan) terhadap hak sipil dan hak politik

warga negara, salah satu penyebabnya adalah pada periode ini sistem

pemerintahan parlementer berubah menjadi demokrasi terpimpin.

Page 270: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 256

4) Periode 1966-1998. Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat di lihat dalam

tiga kurun waktu yang berbeda.kurun waktu yang pertama tahun 1967 (awal

pemerintahan presiden soeharto), berusaha melindungi kebebasan dasar

yang di tandai dengan adanya hak uji materiil (judicial review) yang di berikan

kepada mahkamah agung; kedua kurun waktu tahun 1970-1980,pemerintah

melakukan pemasungan HAM, dengan sikaf defensif (bertahan) dan refresif

(kekerasan) yang di cerminkan dengan produk hukum yang bersifat resriktif

(membatasi) terhadap HAM. Alasan pemerintah adalah bahwa HAM

merupakan produk pemikiran barat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur

budaya bangsa yang tercermin dalam pancasila; ketiga kurun waktu 1990an

pemikiran HAM tidak lagi hanya bersifat wacana saja melainkan sudah di

bentuk lembaga penegakan HAM, seperti komnas HAM berdasarka Keppres

No. 50 tahun 1993, tanggal 7 juni 1993. Selain itu, pemerintah memberikan

kebebasan yang sangat besar menurut UUD 1945 amandemen, piagan PBB,

dan piagam mukadimah.

5) Periode 1998-sekarang. Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang

resmi dari pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna

menjamin HAM dan menetapkan undang-undang nomor 39 tahun 1999

tentang hak asasi manusia. Artinya bahwa pemerintah memberi perlindungan

yang signifikan terhadap kebebasan HAM dalam segala aspek, yaitu aspek

hak politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan hukum, dan pemerintahan.

3. Dasar-dasar Hukum Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Klasik yang terdiri 4 Pasal di dalam Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 29 ayat 1, Pasal 28, Pasal 29 ayat 2, Pasal

30 ayat 1. Hak Asasi Manusia yang bersifat sosial yaitu Pasal 27 ayat 2, Pasal 31

ayat, Pasal 34. Pada masa orde lama dengan demokrasi terpimpin dan masa orde

baru dengan Demokrasi Pancasila, ternyata pelaksanaan demokrasi dan hak

asasi manusia hanya terbatas pada Retorika Politik dari pemegang kekuasaan

masing-masing era tersebut/ Demokrasi semu. Reformasi tahu 1998 membuka

jalan untuk melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi dalam segala bidang dan

penghargaan terhadap hak asasi manusia, melalui TAP MPR No. XVII. 1998 –

Page 271: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 257

Bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat duniapatutmenghormati hak asasi

manusia yang tercantum dalam Declaration Universal hak asasi manusia PBB

serta berbagai aturan Internasional hanya mengurus hak asasi manusia. Pasal 1

Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi Negara dan seluruh aparatur

pemerintahuntuk menghormati, menegakkan dan menyebarluasakan pemahaman

hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat. Pasal 2 Menugaskan kepada

Presiden RI dan DPR untuk meratifikaasi berbagai instrument PBB tentang hak

asasi manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila, Amandemen

UUD 45 Mengenai hak asasi manusia diatur dalam BAB X dan XI. UU No. 39/1999.

Tentang hak asasi manusia. Undang-undang ini dibentuk sedemikian rupa yaitu

memperhatikan hak asasi manusia secara Universalitas. Secara Universalitas

artinya mengandung individualistic dan secara penuh menerima seluruh deklarasi

sedunia mengenai hak asasi manusia. Secara Konstuktualitas yaitu yang

mengandung deklarasi budaya yang berlaku dimasyarakat- yaitu memperhatikan

komunitas-kominitas masyarakat dan budaya Indonesia serta mendapatkan

perlindungan terhadap eksistensinya. UU No 26/2000, Tentang Peradilan Hak Asasi

Manusia ( Pengadilan HAM), yaitu Pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak

asasi manusia yang berat. Yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia

berat (Pasal7) adlah :

a. Kejahatan Genosida

b. Kejahatan terhadap kemanusian

Kejahatan Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan

maksuduntukmenghancurkanataumemusnahkanseluruhatau sebagian kelompok

bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara :

a. Membunuh anggota kelompok

b. Mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota

kelompok .

c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang mengakibatkan kerusakan

secara fisik baik seluruhnya maupun sebagian.

Page 272: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 258

d. Memaksakantindakan-tindakanyangbertujuan mencegahkelahiran didalam

kelompok atau

e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

Kejahatan kemanusian adalah ( Pasal 9) Salah satu perbuatan yang

dilakukan sebagai bagian dari yang meluas dan sistematik dan ditujukan

secara langsung terhadap penduduk sipil yang berupa:

a. Perburuhan

b. Purusuhan

c. Perbudakan

d. Pengusiran/ pemindahan penduduk secara paksa

e. Perampasan Kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik secara

sewenangwenangyangmelanggarpokok-pokokHukum Internasional.

f. Penyiksaan

g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,

pemandulan/Struksasi atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lainnya.

h. Penganiayaan suatu kelompok tertentu, paham politik, ras, etnis, budaya, agama,

jenis kelamin, dan alasan-alasan lain yang diakui secara universal sebagai hal

yang dilarang menurut Hukum Internasional.

Organisasi yang berwenang melakukan Penegakan dan Perlindungan HAM

adalah

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia

Pada tahun 2002, Polri telah ditetapkan sebagai lembaga yang memberikan

perlindungan HAM rakyat Indonesia. Komnas (Komisi Nasional) HAM

b. Komisi Nasional HAM

Berdasarkan Keppres (Keputusan Presiden) No. 50 Tahun 1993,

pemerintah membentuk Komnas HAM untuk meningkatkan pelaksanaan HAM di

Indonesia.

Page 273: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 259

c. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Komnas Perempuan bertujuan untuk memberikan perlindungan pada kaum

perempuan.

d. Komnas Perlindungan Anak Indonesia

KPAI memiliki fokus untuk melindungi HAM anak-anak. Didirikannya

lembaga ini didasarkan pada UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas perlindungan terhadap anak

e. Pengadilan HAM

Pada tahun 2000 dibentuklah Pengadilan HAM melalui UU No. 26 Tahun

2000. Pengadilan ini dibentuk secara khusus untuk mengadili macam-macam

Pelanggaran HAM. Pengadilan HAM berkedudukan di kota atau kabupaten yang

mana daerah hukumnya meliputi daerah hukum Pengadilan Negeri yang

bersangkutan.

f. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

YLBHI merupakan termasuk salah satu LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) yang berdiri sejak tanggal 26 Oktober 1970. Yayasan ini berdiri atas

inisiatif dari Dr. Adnan Buyung Nasution, S. H dan tidak luput dari dukungan

Gubernur Jakarta yang menjabat pada saat itu ialah Ali Sadikin. Bertujuan untuk

mendukung kinerja LBH yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. YLBHI

memberikan bantuan hukum kepada rakyat miskin untuk memperjuangkan hak-

haknya sebagai korban pelanggaran HAM.

g. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan Tinggi

Sama halnya dengan LBH swasta, BKBH juga merupakan sebuah LBH

namun naungannya berada di bawah perguruan tinggi. Dalam memberikan

bantuan hukum, BKBH melakukan berbagai pelayanan yang terbagi dalam

berbagai kegiatan bidang layanan hukum, bidang konsultasi hukum, bidang

kajian dan penelitian, bidang advokasi.

Page 274: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 260

Kesimpulan

Bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak mendasar yang harus Negara

jamin kemerdekaan bagi setiap nyawa yang hidup di Negara tersebut. HAM ini

menjadi sebuah konsen utama bagi dunia internasional dalam sebuah pencapaian

kedamian diseluruh dunia. Saat berkata HAM maka dibenak adalah sebuah hak

manusia untuk bebas dalam menjalankan Hidup sesuai kehendaknya yang perlu

diingat adalah tidak keluar dari koridor norma yang berlaku. Dengan demikian,

hakikat penghormatan dan perlindunganterhadap HAM ialah menjaga eksistensi

manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan. Dalam artian Keseimbangan

merupakan sebuah kesamaan atau kesetaraan antara hak dan kewajiban bagi

setiap warga Negara dalam memenuhi kehidupannya, karena Negara pun memiliki

ha katas warga negaranya begitupula sebaliknya bahwa masyarakat memiliki hak

atas negaranya.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia?

2. Sebutkan peradilan HAM yang ada di Indonesia !

3. Apa yang saudara ketahui tentang HAM Berat ?

4. Sebutkan Undang –Undang Hak Asasi Manusia !

5. Jelaskan perbedaan Ham Berat dan Ham Ringan!

Page 275: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 261

D. Daftar Pustaka

Efendi, Masyhur, Prof. dan Evandri, Sukmana, Taufani, S.H., M.H., HAM Dalam Yuridis

Dimensi/Dinamika Yuridis Sosial Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2007.

Clarence Morris(eds), The Great Legal Philosophers, University of Pennsylvania Press,

Philadelphia, 1979.

Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di

Indonesia, Alumni, Bandung, 2001.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang No 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat

diDepan Umum

Undang-undang No 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Page 276: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 262

PERTEMUAN 21

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD 1945

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-21 ini diharapkan mampu :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Lembaga Negara

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Fungsi dan Tugas Lembaga Negara

B. Uraian Materi

1. Pengertian Lembaga Negara

Pengertian dari lembaga Negara jika kita merujuk kepada suatu pemahaman

dari Hans Kelsen tentanh the concept of the State-Organ dalam bukunya General

Theory of Law and State. Hans Kelsen menguraikan bahwa “Whoever fulfills a func-

tion determined by the legal order is an organ”. Siapapun yang menjalankan suatu

fungsi yang ditetapkan oleh tatanan hukum merupakan sebuah organ81. Dimana

organ negara itu tidak akan selalu berbentuk organik saja. Di satu sisi organ yang

berbentuk organik, lebih luas lagi, semua jabatan yang telah ditetapkan oleh hukum

juga dapat disebut sebagai organ, selama fungsi-fungsinya itu bersifat membuat

norma norm creating atay bersifat menjalankan norma norm applying. Menurut

Kelsen, sebuah organ Negara yang menetapkan sebuah undang-undang dan juga

para masyarakat atau warga Negara yang memilih para wakilnya di parlemen juga

merupakan sebuah organ yang diambil dalam arti luas. Demikian pula hakim yang

mengadili dan menghukum penjahat dan terpidana yang menjalankan hukuman

tersebut di lembaga pemasyarakatan, adalah juga merupakan organ negara.

Singkatnya bahwa individu siapapun yang menjalankan fungsi sebuah kenegaraan

maka disebut sebagai organ. Inilah yang disebut sebagai jabatan publik atau jabatan

umum public offices dan pejabat publik atau pejabat umum public officials.

Adapun dalam arti sempit ialah pengertian organ dalam arti materiil. Individu

dikatakan organ negara hanya apabila ia secara pribadi memiliki kedudukan hukum

81 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit

Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006, hal 276

Page 277: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 263

yang tertentu (...he personally has a specific legal position). Suatu transaksi hukum

perdata, misalnya, kontrak, adalah merupakan tindakan atau perbuatan yang

menciptakan hukum seperti halnya suatu putusan pengadilan. Lembaga pun ada

yang dalam artian lembaga departemen adapun lembaga non departemen atau

lembaga yang dibentuk oleh konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 adapun

lembaga Negara yang dibentuk oleh Undang-undang, dan bahkan ada yang

dibentuk oleh Peraturan Presiden. Hirarki nya sesuai dengan hierarki yang terdapat

dalam undang-undang terkait norma yang mengaturnya Lemabag Negara yang

dibentuk oleh Undang-undang Dasar 1945 maka disebut sebagai organ konstitusi

dan lembaga Negara yang dibentuk oleh Undang-undang disebut organ Undang-

undang. Adapun lembaga yang dibentuk oleh kepres maka lebih rendah lagi

kedudukannya juga jika lembaga dimaksud dibentuk dan diberi kekuasaan berda-

sarkan Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi tingkatannya. Terkait sebuah

fungsi nya mengenai organisasi negara, ada dua unsur pokok yang saling berkaitan,

yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk atau wadahnya, sedangkan

functie adalah isinya organ adalah status bentuknya Inggris: form, Jerman: vorm ,

sedangkan functie adalah gerakan wadah itu sesuai maksud pembentukannya.

Yang tercantumkan di dalam naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, organ-organ yang dimaksud, ada yang disebut secara

eksplisit namanya, dan ada pula yang disebutkan eksplisit hanya fungsinya. Ada

pula lembaga atau organ yang disebut bahwa baik namanya maupun fungsi atau

kewenangannya akan diatur dengan peraturan yang lebih rendah. Secara garis

besar dan pada umum nya apa apa yang telah di kemukakan oleh Hans Kelsen

banyak sekali berdasar pada filsafat Plato dan Aristoteles dan juga beberapa pemikir

lain yang hidup pada zaman Yunani kuno. Ada beberapa alas an mengapa zaman

yunani kuno dapat memberikan sebuah kontribusi yang besar dan nyata dalam

sebuah perkembanagn hukum yang ada sekarang dari teori teori yang dikemukakan.

Hal-hal yang berkecenderungan untuk selalu berpikir spekulatif serta persepsi

intelektualnya untuk menyadari adanya sebuah kehidupan manusia dan konflik-

konflik dalam kehidupan dunia ini, seperti terlihat dalam karya-karya filsafat dan

kesusasteraannya82.

82 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan ke lima, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal

Page 278: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 264

2. Fungsi dan Tugas Lembaga Negara

Susunan lembaga-lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

telah dilakukan penyempurnaan sesuai dengan aspirasi rakyat, sehingga mengalami

beberapa perubahan. Perubahan yang sangat jelas terlihat pada kedudukan Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sebelum UUD 1945 diamandemen, kedudukan

MPR berada lebih tingggi dari lembaga-lembaga tinggi lainnnya. Setiap lembaga

Negarapun memiliki sebuah fungsi dan tujuan yang dibuat bebeda-beda namun

tetap pada satu kesatuan dalam hal sebuah pembangunan bangsa yang lebih baik.

Adanya sebuah korelasi dan kerja sama antara lembaga menjadi tujuan utama

dalam sebuah pembentukan organ baik itu organic ataupun non organic Namun,

setelah UUD 1945 mengalami amandemen kedudukan MPR disejajarkan dengan

lembaga-lembaga tinggi lainnnya, seperti DPR, MA, DPA, BPK, dan Presiden.

Disamping itu juga dibentuk lembaga-lembaga tinggi negara lain. Lembaga negara

yang memegang kekuasaan menurut UUD 1945 hasil amandemen adalah MPR,

DPR, presiden, DPD, KY, MA, MK, dan BPK. Maka di dalam Negara yang menganut

corak pemerintahan yang berdemokrasi prinsip mayoritas pada masyarakat

demokratis, dapat dijalankan hanya saja jika seluruh warga masyarakat dalam

sebuah negara dapat diperbolehkan turut serta dalam pembentukan tatanan hukum.

Inilah yang kemudian melahirkan istilah kompromi83.

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih

melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan

presiden. Masa jabatan anggota MPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada

saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku

jabatannya, anggota MPR mengucapkan sumpah/janji bersama-sama yang

dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Sebelum

UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara.

Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada yang ada

hanya lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan UUD 1945 yang telah

diamandemen maka MPR termasuk lembaga negara. Sesuai dengan Pasal 3

256

83 Hans Kelsen,Op.Cit, hal 407

Page 279: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 265

Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan wewenang sebagai

berikut:

1) mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;

2) melantik presiden dan wakil presiden;

3) memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut

undang-undang dasar.

Menurut pasal 2 ayat 1 UUD 1945, anggota MPR terdiri dari Anggota DPR

Utusan dari daerah-daerah dan Golongan-golongan jumlahnya 692 MPR

bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya, MPR memiliki hak diantaranya:

1) mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;

2) menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;

3) memilih dan dipilih;

4) membela diri;

5) imunitas;

6) protokoler;

7) keuangan dan administratif.

Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:

1) mengamalkan Pancasila;

2) melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan;

3) menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan

nasional;

4) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan

golongan;

5) melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.

b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai

lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu

Page 280: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 266

yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat,

sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang

berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota. Berdasarkan UU Pemilu

N0. 7 Tahun 2017 ditetapkan sebagai berikut:

1) jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;

2) jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-

banyak 100 orang;

3) jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-

banyaknya 50 orang.

Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR

berdomisili di ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan

berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum

memangku jabatannya, anggota DPR mengucapkan sumpah/ janji secara

bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang

paripurna DPR. Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini:

1) Fungsi Legislasi. Fungsi legislasi artinya DPR berfungsi sebagai lembaga

pembuat undangundang.

2) Fungsi Anggaran. Fungsi anggaran artinya DPR berfungsi sebagai lembaga

yang berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN).

3) Fungsi Pengawasan. Fungsi pengawasan artinya DPR sebagai lembaga yang

melakukan pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-

undang.

DPR memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapat

persetujuan bersama;

2) membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti

undang-undang;

3) menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan

DPD yang

Page 281: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 267

4) berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam

pembahasan;

5) memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN

dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,

dan agama;

6) menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan

DPD;

7) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang,

anggaran pendapatan dan belanja negara, serta kebijakan pemerintah;

8) membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD

terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan

daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan

APBN, pajak, pendidikan, dan agama;

9) memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan

pertimbangan DPD;

10) membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban

keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;

11) memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan

pemberhentian anggota Komisi Yudisial;

12) memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial

untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden;

13) memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya

kepada presiden untuk ditetapkan;

14) memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta,

menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan

dalam pemberian amnesti dan abolisi;

15) memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang,

membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat

perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan

negara dan/atau pembentukan undang-undang;

Page 282: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 268

16) menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat; dan

17) melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam undang-

undang.

18) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang ,

pelaksanaan APBN, kebijakan pemerintah sesuai dengan jiwa UUD 1945.

Disatu sisi Lembaga DPR pun memiliki hak-hak yang diantaranya adalah

sebagai berikut :

1) Hak Interpelasi. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan

kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan

strategis serta berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.

2) Hak Angket. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan

terhadap suatu kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan

dengan peraturan perundangundangan.

3) Hak Menyatakan Pendapat. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk

menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah mengenai kejadian

yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi

penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan

hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk komisi-

komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.

c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang

sebelumnya tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang

berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi

yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi

tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-banyaknya empat orang. Jumlah seluruh

anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Keanggotaan DPD

diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPD berdomisili di daerah

pemilihannya, tetapi selama bersidang bertempat tinggal di ibu kota Republik

Indonesia. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun. Sesuai dengan Pasal

22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara lain sebagai berikut:

Page 283: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 269

1) Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan

pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.

2) Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,

hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.

3) Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan

undang-undang, RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.

4) Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-

undang otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dengan daerah,

pajak, pendidikan, dan agama.

d. Presiden dan Wakil Presiden

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.

Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.

Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus

sebagai kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan

wakil presiden dipilih oleh MPR, tetapi setelah amandemen UUD1945 presiden

dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.

Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan

sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Presiden

dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau

mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah

dilantik, presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan

program yang telah ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan pemerintahan,

presiden dan wakil presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.

Presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan

negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Kekuasaan Presiden

dibedakan atas 2 macam, yaitu :

Page 284: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 270

1) Kekuasaan tanpa persetujuan DPR. Kekuasaan tanpa persetujuan DPR

antara lain,

a) kekuasaan eksekutif atau kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.

b) kekuasaan untuk menetapkan peraturan pemerintah.

c) kekuasaan untuk memegang kekuasaan tertinggi atau angkatan

bersenjata.

d) kekuasaan untuk menyatakan negara dalam keadaan bahaya.

e) Kekuasaan untuk mengangkat / menerima duta dan konsul.

f) Kekuasaan untuk memberikan hak prerogatif, yaitu :

(1) Grasi : Ampun yang diberikan oleh presiden kepada terdakwa setelah

Hakim memutuskan perkara.

(2) Amnesti : Ampun yang diberikan oleh presiden kepada seseorang,

beberapa orang, dengan

(3) jalan membatalkan segala tuntutan hukum. Ampun diberikan karena

adanya perubahan kekuasaan hukum.

(4) Abolisi : Ampun yang diberikan oleh presiden kepada tertuduh sebelum

hakim memutuskan perkaranya.

(5) Rehabilitasi : Usaha pemulihan nama baik seseorang yang telah

tercemar namanya

g) Kekuasaan untuk memberi gelar, tanda-tanda jasa dan tanda-tanda

kehormatan.

h) Kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

2) Kekuasaan dengan persetujuan DPR. Kekuasaan dengan persetujuan DPR

anatara lain,

a) kekuasaan legislatf

b) kekuasaan untuk menyatakan perang, membuat perdamaian atau membuat

perjanjianperjanjian dengan negara lain

c) kekuasaan untuk membuat APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara)

e. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang

kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang

Page 285: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 271

merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu

diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum,

peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).

Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:

1) berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan

perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan

mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;

2) mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;

3) memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

Lembaga ini terdiri dari pimpinan, hakim anggota, panitera, dan seorang

sekretaris. Pimpinan dan hakim anggota Mahkamah Agung adalah hakim agung.

jumlah hakim agung paling banyak 60 (enam puluh) orang.

f. Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga baru setelah adanya perubahan

UUD 1945. Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang

melakukan kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi berkedudukan di ibu

kota negara. Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim

kontitusi yang ditetapkan dengan keputusan presiden. Susunan Mahkamah

Konstitusi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua

merangkap anggota dan tujuh orang anggota hakim konstitusi. Ketua dan wakil

ketua dipilih dari dan oleh hakim konstitusi untuk masa jabatan selama tiga tahun.

Hakim konstitusi adalah pejabat negara. Sesuai dengan Pasal 24 C UUD 1945

maka wewenang dan kewajiban Mahkamah Konstitusi, antara lain sebagai

berikut:

1) mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final

untuk menguji undang-undang terhadap UUD;

2) memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

diberikan oleh UUD;

Page 286: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 272

3) memutuskan pembubaran partai politik;

4) memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;

5) wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan

pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia menurut

UUD.

Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi

yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh

Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang

oleh Presiden. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh

hakim konstitusi.

g. Komisi Yudisial (KY)

Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang

berikut ini:

1) mengusulkan pengangkatan hakim agung;

2) menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim.

Tujuan Komisi Yudisial:

1) Agar dapat melakukan monitoring secara intensif terhadap penyelenggaraan

kekuasaan kehakiman dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat.

2) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kekuasaan kehakiman baik yang

menyangkut rekruitmen hakim agung maupun monitoring perilaku hakim.

3) Menjaga kualitas dan konsistensi putusan lembaga peradilan, karena

senantiasa diawasi secara intensif oleh lembaga yang benar-benar

independen.

4) Menjadi penghubung antara kekuasaan pemerintah dan kekuasaan

kehakiman untuk menjamin kemandirian kekuasaan kehakiman.

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman

di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.

Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan

Page 287: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 273

persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap

anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota.

Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.

h. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan

Pemeriksan Keuangan yang bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah

memeriksa pengelolaan keuangan negara. Hasil pemeriksaan BPK diserahkan

kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Berdasarkan

UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih oleh DPR dengan

memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. BPK

berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

Demikian, semoga bermanfaat. Keanggotaan BPK diatur dalam UU Nomor 5

Tahun 1975, Menurut UU tersebut susunan BPK sebagai berikut :

1) Ketua merangkap anggota.

2) Wakilketua merangkap anggota.

3) Anggota-anggota BPK.

Dalam UU 1945 hasil amandemen, keanggotaan BPK telah diatur

dengan jelas dalam pasal 23F sebagai berikut :

1) Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD

dan diresmikan oleh Presiden.

2) Pimpinan BPK dipilih dari dan olah anggota. BPK mempunyai 9 orang

anggota, dengan susunan 1 orang Ketua merangkap anggota, 1 orang Wakil

Ketua merangkap anggota, serta 7 orang anggota. Anggota BPK memegang

jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali

masa jabatan.

Page 288: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 274

Kesimpulan

Lembaga Negara meruapakan salah satu unsur penting dalam sebuah

pergerakan roda pemerintahan didalam suatu Negara. Tidak akan berjalannya suatu

fungsi Negara dengan baik apabila tidak adanya sebuah keefektifitasan dan

keefisiensian suatu lembaga Negara dalam bekerja. Namun Lembaga Negara tidak

beridiri atas kehendaknya sendiri dimana dalam Negara hukum segala sesuatu

aspek roda pemerintahan ada norma dan kaidah pula yang mengatur. Lembaga

organic merupakan lembaga Negara yang ada karena diamanatkan secara langsung

oleh konstitusi atau di Indonesia adalah Undag-undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945. Adapun Lembaga-lembaga yang dimaksud adalah Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat , Dewan Perwakilan Daerah,

Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi

Yudisial, Badan Pemeriksa Keuangan. Dengan adanya lembaga-lembaga tersebut

diharapkan mampu menjalankan fungsinya masing-masing sesuai das sollen yang

ada agar terciptanya suat Negara yang maju dan berkembang sesuai cita-cita.

Lembaga ini jika di kualifikasikan kedalam sebuah pembagian kekuasaan maka

akan mengerucut pada tiga lembaga utama yang ialah eksekutif, legislative, dan

yudikatif.

C. Latihan soal / tugas

1. Jelaskan definisi tentang Lembaga Negara !

2. Gambarkan bagan lembaga negara Pasca Amandemen!

3. Apa yang dimaksud dengan Kekuatan Hukum Tetap?

4. Berikan contoh dari Negara Hukum !

5. Apa yang dimaksud “RULE OF LAW”?

Page 289: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 275

D. Daftar Pustaka

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit

Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan ke lima, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah

Undang-undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh

Mahkamah Agung

Page 290: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 276

PERTEMUAN 22

LEMBAGA NEGARA DEPARTEMEN DAN LEMBAGA NEGARA NON

DEPARTEMEN

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-22 ini diharapkan mampu :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian dari Lembaga Departemen

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Pengertian dari Lembaga Non Departemen

B. Uraian Materi

1. Lembaga Negara Departemen

Organisasi pemerintahan di bawah Presiden di Negara yang mengikuti system

demokratis ada dua macam , yakni departemen yang dipimpin oleh Menteri dan

nondepertemen yang dipimpin oleh bukan menteri. Negara sebagai suatu organisasi

memiliki alat perlengkapan untuk merealisasikan tujuan dan keinginan-keinginan

negara staatswill84. Lembaga executife agency ini esensinya sama dengan

departemen yang dipimpin secretari atau menteri tersebut, akan tetapi tidak diberi

lebel departemen. Di Indonesia ada departemen yang dipimpin oleh menteri adapula

nondeperteen yang dipimpin seorang kepala atau ketua. Bedanya kedua lembaga

itu antara lain, organisasi depertemen dipimpin oleh pejabat politik yang disebut

secretari atau menteri. Adapun lembaga nondepartemen dipimpin bukan pejabat

politik, melainkan oleh pejabat yang provisional di bidangnya, atau pejabat birokrasi

karier. Seharusnya lembaga nondepartemen ini tidak boleh dipimpin atau dirangkap

oleh menteri. Kedua-duanya mempunyai hubungan pertikal langsung kepada

presiden. Untuk mencapai tujuan tersebut negara dituntut menjalan fungsi secara

tepat, cepat, dan komprehensip dari semua lembaga negara yang ada. Dengan kata

lain persoalan yang dihadapai oleh negara semakin kompleks dan rumit sehingga

penanganannya tidak dapat dimonopoli dan diselesaikan secara otonom oleh

negara tertentu saja, melainkan perlu adanya kerjasama antar lembaga negara yang

84 A. Fickar Hadjar Ed. Al, Pokok-Pokok Pikiran Dan Rancangan Undang-Undang

Mahkamah Konstitusi, KRHN Dan Kemitraan, Jakarta, 2003, hal 4

Page 291: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 277

ada85. Lembaga atau institusi telah dijelaskan pengertiannya dalam ensiklopedi

sosiologi. Beberapa ahli memberikan pendapat yang berbeda mengenai pengertian

lembaga.

a. Thomas dan Adelman

Kedua ahli sosiologi tersebut memberi definisi lembaga sebagai suatu

bentuk interaksi manusia yang terdiri dari minimal 3 tingkatan, diantaranya :

1) Nilai kultural yang digunakan sebagai pijakan bagi lembaga bawahannya.

Baca : Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

2) Hukum dan peraturan yang harus ditaati. Baca : Lembaga Penegak Hukum

3) Pengaturan yang bersifat kontraktual untuk kelancaran dan kejelasan segala

proses dalam lembaga. Baca : Peran Konstitusi dalam Negara Demokrasi

Ketiga tingkatan dalam lembaga tersebut disesuaikan dengan tingkat ruang

lingkup lembaga dalam masyarakat. Biasanya, lembaga yang berada di lingkup

desa hanya memiliki peraturan lisan untuk mengatur orang-orang di dalam

lembaga dan bagaimana lembaga desa tersebut berjalan.

Sementara untuk masyarakat patembayan atau perkotaan, lembaga akan

mencapai tingkat paling tinggi dari ketiga tingkat di atas. Bahkan lembaga di

daerah perkotaan memiliki aturan sejak berdiri hingga detail proses

perjalanannya.

b. Macmillan

Menurut beliau, lembaga adalah seperangkat hubungan norma-norma,

keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai nyata, yang terpusat pada kebutuhan sosial

dan serangkaian tindakan yang penting dan berulang.

c. Koentjaraningrat

Nama Koentjaraningrat sudah sangat familiar di telinga para pelajar yang

mengambil jurusan ilmu-ilmu sosial. Beliau memberikan banyak sumbangsih

85 Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan DPRD

Dan Kepala Daerah, Alumni, Jakarta, 2006, hal 74

Page 292: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 278

terhadap perkembangan keilmuan sosial di Indonesia. Dalam pandangan beliau,

lembaga sama dengan pranata yang dibagi ke dalam 8 golongan berdasarkan

kebutuhan hidup manusianya.

d. Hendropuspito

Ahli yang keempat ini juga berasal dari Indonesia. Beliau mendefinisikan

lembaga sebagai bentuk lain organisasi yang tersusun secara tetap dari pola-pola

kelakuan, peranan-peranan dan relasi sebagai cara yang mengikat guna

tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Di dalam lembaga yang lebih

senang disebutnya sebagai institusi ini ada 4 unsur yang melandasi suatu

lembaga.

e. Norman T. Uphoff

Peneliti yang satu ini amat menyukai penelitian sosial yang bersifat lokal

dan kedaerahan. Beliau merasa sangat sulit memberikan pengertian yang jelas

untuk memberi pemahaman tentang lembaga. Alasannya karena pengertian

lembaga dan organisasi terlanjur sama di mata masyarakat.

Departemen-Departemen yang mana memiliki suatu kedudukan Departemen

a. Depertemen dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya

dalam keputusan Presiden ini disebut Depertemen, merupakan unsur pelaksana

pemerintah

b. Departemen dipimpin oleh menteri Negara yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Presiden.

Struktur Departemen Pemerintahan

Departemen terdiri dari:

a. Departemen Dalam Negeri

b. Departemen Luar Negeri

c. Departemen Pertahanan

d. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

e. Departemen Komunikasi dan Informatika

Page 293: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 279

f. Departemen Keuangan

g. Departemen Perdagangan

h. Departemen Perindustrian

i. Departemen Perhubungan

j. Departemen Pekerjaan Umum

k. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

l. Departemen Pertanian

m. Departemen Kehutanan

n. Departemen Kelautan dan Perikanan

o. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

p. Departemen Kesehatan

q. Departemen Pendidikan Nasional

r. Departemen Sosial

s. Departemen Agama

t. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Tugas Dan Fungsi Departemen-Departemen

a. Departemen Dalam Negeri

Tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas

pemerintahan di bidang urusan dalam negeri. Fungsi pelaksanaan urusan

pemerintahan di bidang urusan dalam negeri dan otonomi daerah.

b. Departemen Luar Negeri

Tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan

pemerintahan di bidang politik dan hubungan luar negeri. Fungsi Perumusan

kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang politik

dan hubungan luar negeri.

Page 294: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 280

c. Departemen Pertahanan

Tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan

pemerintahan di bidang pertahanan. Fungsi pelaksaan urusan pemerintahan di

bidang pertahanan.

d. Departemen Keuangan

Tugas Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas

pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Fungsi perumusan

kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang

keuangan dan kekayaan negara.

e. Departemen Perdagangan

Tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas

pemerintah di bidang perdagangan. Fungsi perumusan kebijakan nasional,

kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang perdagangan.

f. Departemen Perhubungan Fungsi perumusan kebijakan nasional, kebijakan

pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang perhubungan;

2. Lembaga Negara Non Departemen

Lembaga Negara Non Departemen merupakan lembaga yang dibangun untuk

menunjang tugas dalam sebuah roda pemerintahan yang ada. Lembaga-lembaga itu

berada di bawah Presiden, dan bertanggung jawab kepada Presiden. Sehingga

lembaga tersebut bukan lah merupakan lembaga yang berada di bawah kementrian.

Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian/ LPNK bertanggung jawab secara

penuh kepada Presiden melalui menteri terkait. Sebagi contoh misalnya BNN

(Badan Narkotika Nasional) merupakan salah satu jenis LPNK dimana kepala BNN

biasanya Jendral kepolisian bintang 3 melaksanakan tugas berdasarkan arahan dari

presiden. Dengan kemunculan lembaga negara yang dalam pelaksanaan fungsinya

tidak secara jelas berada pada posisi diri sebagai salah satu dari tiga lembaga

triaspolitica mengalami perkembangan pada tiga dasawarsa terakhir abad ke-20 di

negara-negara yang telah mapan berdemokrasi,. Istilah “lembaga negara bantu”

merupakan yang paling umum digunakan oleh para pakar dan sarjana hukum tata

Page 295: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 281

negara, yang pada fakta terdapat pula yang berpendapat bahwa istilah “lembaga

negara penunjang” atau “lembaga negara independen” lebih tepat untuk menyebut

jenis lembaga tersebut. M. Laica Marzuki memberikan istilah state auxiliary

institutions alih-alih “lembaga negara bantu” agar tidak terjadinya kerancuan dengan

lembaga lain yang berkedudukan di bawah lembaga negara konstitusional.

Kedudukan lembaga-lembaga ini tidak berada dalam ranah cabang kekuasaan

eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Tetapi tidak juga lembaga-lembaga tersebut

dapat diperlakukan sebagai organisasi swasta ataupun lembaga non-pemerintah

yang lebih sering disebut ornop (organisasi non-pemerintah) atau NGO non-

governmental organization). Lembaga negara bantu atau lembaga Negara non

departemen ini sekilas memang menyerupai NGO karena berada di luar struktur

pemerintahan eksekutif. Akan tetapi, keberadaannya yang bersifat publik, sumber

pendanaan yang berasal dari publik, serta bertujuan untuk kepentingan publik,

membuatnya tidak dapat disebut sebagai NGO dalam arti sebenarnya. Secara

teoritis, lembaga negara bantu bermula dari kehendak negara untuk membuat

lembaga negara baru yang pengisian anggotanya diambil dari unsur non-negara,

diberi otoritas negara, dan dibiayai oleh negara tanpa harus menjadi pegawai

negara.

Gagasan lembaga negara bantu sebenarnya berawal dari keinginan negara

yang sebelumnya kuat ketika berhadapan dengan masyarakat, rela untuk

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengawasi. Jadi, meskipun

negara masih tetap kuat, ia diawasi oleh masyarakat sehingga tercipta akuntabilitas

vertikal dan akuntabilitas horizontal. Munculnya lembaga negara bantu dimaksudkan

pula untuk menjawab tuntutan masyarakat atas terciptanya prinsip-prinsip demokrasi

dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan melalui lembaga yang akuntabel,

independen, serta dapat dipercaya. Selain itu, faktor lain yang memicu terbentuknya

lembaga Negara bantu adalah terdapatnya kecenderungan dalam teori administrasi

kontemporer untuk mengalihkan tugas-tugas yang bersifat regulatif dan administratif

menjadi bagian dari tugas lembaga independen. Berkaitan dengan sifatnya tersebut,

John Alder mengklasifikasikanjenis lembaga ini menjadi dua, yaitu regulatory, yang

berfungsi membuat aturan serta melakukan supervisi terhadap aktivitas hubungan

yang bersifat privat advisory, yang berfungsi memberikan masukan atau nasihat

kepada pemerintah. Jennings, sebagaimana dikutip Alder dalam Constitutional and

Page 296: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 282

Administrative Law, menyebutkan lima alasan utama yang melatarbelakangi

dibentuknya lembaga negara bantu dalam suatu pemerintahan, alasan-alasan itu

adalah sebagai berikut86:

a. Adanya kebutuhan untuk menyediakan pelayanan budaya dan pelayanan yang

bersifat personal yang diharapkan bebas dari risiko campur tangan politik.

b. Adanya keinginan untuk mengatur pasar dengan regulasi yang bersifat non-

politik.

c. Perlunya pengaturan mengenai profesi-profesi yang bersifat independen, seperti

profesi di bidang kedokteran dan hokum.

d. Perlunya pengadaan aturan mengenai pelayanan-pelayanan yang bersifat teknis.

e. Munculnya berbagai institusi yang bersifat semiyudisial dan berfungsi untuk

menyelesaikan sengketa di luar pengadilan (alternative dispute resolution/

alternatif penyelesaian sengketa)

Kedudukan Nondepertemen

a. Lembaga pemerintahan nondepartemen dalam pemerintahan Negara Republik

Indonesia, yang selanjutnya dalam keputusan Presiden ini disebut LPND adalah

lembaga pemerintahan pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas

pemerintahan tertentu dari presiden.

b. LPDN berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

c. LPDN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari

presiden sesuai

Lembaga Pemerintahan Non Departemen Terdiri Dari

a. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

b. Badan Intelijen Negara (BIN)

c. Badan Kepegawaian Negara (BKN)

d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

e. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

f. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)

86 John Alder, Constitutional & Administrative Law, Macmillan Professional Masters,

London, 1989, hal 232-233

Page 297: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 283

g. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

h. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

i. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI)

j. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

k. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)

l. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

m. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

n. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

o. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

p. Badan Pusat Statistik (BPS)

q. Badan SAR Nasional (Basarnas)

r. Badan Standardisasi Nasional (BSN)

s. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

t. Lembaga Administrasi Negara (LAN)

u. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

v. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas)

w. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

x. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)

y. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas)

Tugas dan fungsi Nondepartemen

a. Arsip Nasional Republik Indonesia

Tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan yang berlaku.

b. Badan Intelijen Negara

Tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang intelijen.

c. Badan Kepegawaian Negara

Tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen

kepegawaian negara.

Page 298: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 284

d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

Tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keluarga berencana

dan keluarga sejahtera.

e. Badan Koordinasi Penanaman Modal

Tugas untuk merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman

modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

f. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

tugas melaksanakan survei dan pemetaan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan yang berlaku.

g. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi.

Tugas pokok BNP2TKI adalah: melakukan penempatan atas dasar perjanjian

secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara Pengguna TKI atau

Pengguna berbadan hukum di negara tujuan penempatan.

h. Badan Pengawas Tenaga Nuklir

Tugas Pokok BAPETEN: melaksanakan pengawasan terhadap segala

kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir dengan menyelenggarakan peraturan,

perizinan dan inspeksi. Fungsi perumusan kebijaksanaan nasional di bidang

pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir. Penyusunan rencana dan program

nasional di bidang pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir.

i. Badan Pusat Statistik

fungsi pokok sebagai penyedia data statistik dasar, baik untuk pemerintah

maupun untuk masyarakat umum, secara nasional maupun regional dan etiap

sepuluh tahun sekali BPS menyelenggarakan:

Page 299: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 285

1) Sensus Penduduk (SP) yaitu pada setiap tahun berakhiran "0" (nol),

2) Sensus Pertanian (ST) pada setiap tahun berakhiran "3" (tiga), dan

3) Sensus Ekonomi (SE) pada setiap tahun berakhiran "6" (enam).

4) Lembaga Administrasi Negara Tugas pemerintahan di bidang administrasi

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Dapat disimpulkan bahwa kedudukan departemen dan nondepartemen sama.

Dimana departemen dan nondepartemen sama-sama berada dibawah dan tanggung

jawab kepada Presiden. Lembaga Pemerintahan Nondepartemen adalah lembaga

pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari

Presiden. Depertemen dipimpin oleh pejabat politik yang disebut secretari atau

menteri. Adapun lembaga nondepartemen dipimpin bukan pejabat politik, melainkan

oleh pejabat yang provisional di bidangnya, atau pejabat birokrasi karier.

Seharusnya lembaga nondepartemen ini tidak boleh dipimpin atau dirangkap

jabatan oleh orang yang berkedudukan di kementrian. Masyarakat yang semakin

berkembang ternyata menghendaki negara memiliki struktur organisasi yang lebih

responsif terhadap tuntutan mereka. Sebagai jawaban atas tuntutan perkembangan

tersebut, berdirilah lembaga-lembaga negara baru yang berupa dewan, komisi,

komite, badan atau otorita. Yang mana salah satu contoh lembaga negara bantu

atau lembaga non kemetrian atau lembaga non departemen yang dibentuk pada era

reformasi adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Permasalahan yang

diangkat adalah apa kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia dan bagaimana pengaturan, fungsi, tugas dan wewenang

Komisi pemberantasan Korupsi ( KPK ) agar tidak berbenturan dengan lembaga lain.

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode yuridis normatif dan juga

sosiologis. Berdasarkan penelitian tersebut kedudukan Komisi Pemberantasan

Korupsi adalah sebagai lembaga negara bantu yang independen. Keberadaan KPK

dengan segala tugas dan wewenangnya, tidak berbenturan dengan Kepolisian dan

Kejaksaan dalam melakukan tugas dan wewenangnya dalam pemberantasan tindak

pidana korupsi. Lembaga Kepolisian, Kejaksaan dan KPK diharapkan dapat bekerja

sama demi memberantas tindak pidana korupsi.

Page 300: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 286

Kesimpulan

Dari tahun ke tahun setiap Negara akan terus mengalami yang namanya

sebuah perubahan dan juga perkembangan baik dari sisi kedaulatan maupun juga

fungsi dari Negara itu sendiri. Melihat fungsi awal dari sebuah Negara dibentuk

adalah sebagai penjaga atau penjamin kehidupan masyarakatnya namun saat ini

Negara sudah dituntut untuk dapat mensejahterakan menciptakan kebahagiaan

yang adil dan merata. Perubahan dan perlahian fungsi dan tugas Negara ini

membuat banyak Negara membuat lembaga-lembaga baru untuk dapat membant

kinerja dari Negara itu sendiri. Lembaga tersebut memiliki macam-macam yang

sangat banyak dimana harus menyesuaikan dari kebutuhan dan juga sifat atau

karakteristik masing-masing Negara.

Di Negara kita tercinta Indonesia ada seratus empat belas lembaga yang

dapat dikatakan salah satu jenis lembaga non departemen atau lembaga diluar

kementrian. Pembentukan lembaga ini selain mendatangkan bantuan dan manfaat

yang sangat besar untuk Indonesia karena lembaga-lembaga non departemen ini

memberikan kontriubusi nyata atas segala aspek pergerakan roda pemerintahan

dimana bisa kita lihat ini merupakan contoh-contoh lembaga non departemen Arsip

Nasional Republik Indonesia (ANRI), Badan Intelijen Negara (BIN), Badan

Kepegawaian Negara (BKN), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Koordinasi Survei

dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten),

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Perencanaan, Pembangunan Nasional

(Bappenas), Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Pusat Statistik (BPS),

Badan SAR Nasional (Basarnas), Badan Standardisasi Nasional (BSN), Badan

Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Lembaga Administrasi Negara (LAN), Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas),

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Lembaga Sandi Negara

(Lemsaneg), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Page 301: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 287

Dimana ini merupakan bagian bagian contoh dari lembaga Negara

nonkementrian atau lembaga non departemen. Adapun lembaga departemen atau

lembaga kementrian yang ialah Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar

Negeri, Departemen Pertahanan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Keuangan, Departemen

Perdagangan, Departemen Perindustrian, Departemen Perhubungan, Departemen

Pekerjaan Umum, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen

Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan,

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Kesehatan,

Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Sosial Departemen Agama,

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Sehingga dapat kita lihat apa perbedaan

dari kedua lembaga tersebut dimana Lembaga Departemen dipimpin oleh seorang

menteri di dalam cabinet kepresidenan yang merupakan pembantu presiden dalam

hal tugas-tugas dan melaksanakan perbantuan pemerintahan di departemen yang

dia pimpin, dan merupakan kabinet bentukan dari seorang presiden yang

mememiliki kewenangan penuh dalam hal penetapannya. Lalu selain lembaga

departemen adapun Lembaga Pemerintah Non Departemen disingkat LPND adalah

lembaga negara yang dibentuk dan dibuat untuk membantu proses pelaksanaan

tugas pemerintahan tertentu atau spesifik dari Presiden. Kepala LPND berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sehingga perbedaan

mendasar dari kedua lembaga tersebut antara Lembaga Departemen dan Lembaga

Non Departemen adalah departemen dipimpin oleh seorang menteri yang menjadi

anggota cabinet hasil penunjukan dari seorang Presiden, sedangkan non

departemen dipimpin oleh seorang ketua dan bukan anggota kabinet.

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang melatar belakangi dibentuknya lembaga non departemen ?

2. Jelaskan lembaga non departemen yang mendapatkan pengesahan dari pemerintah

!

3. Jelaskan keuntungan terbentuknya lembaga non departemen

4. Sebutkan tugas dan fungsi non departemen ?

5. Apa yang saudara ketahui tentang organisasi lembaga departemen?

Page 302: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 288

D. Daftar Pustaka

A. Fickar Hadjar Ed. Al, Pokok-Pokok Pikiran Dan Rancangan Undang-Undang

Mahkamah Konstitusi, KRHN Dan Kemitraan, Jakarta, 2003.

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan DPRD

Dan Kepala Daerah, Alumni, Jakarta, 2006.

John Alder, Constitutional & Administrative Law, Macmillan Professional Masters,

London, 1989.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Page 303: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 289

PERTEMUAN 23

LEMBAGA-LEMBAGA INDEPENDEN

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-23 ini diharapkan mampu :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian dari Lembaga Independen

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan Kedudukan dan Keberadaan Lembaga

Independen

B. Uraian Materi

1. Pengertian Lembaga Independen

Pengertian dasar dari istilah 'independent' adalah adanya kebebasan,

kemerdekaan, kemandirian, otonom (otonomi), tidak dalam dominasi personal

maupun institusional. Sehingga, ada pelaksanaan kehendak bebas (free will) yang

dapat terwujud tanpa ada pengaruh yang secara signifikan merubah pendiriannya

untuk membuat keputusan atau kebijakan. Secara filosofis, person atau institusi

yang independen (otonom) dibatasi oleh tujuan-tujllan mulia yang ditetapkan sendiri

atau ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi (Iebih berwenang) yang dalam

operasional selanjutnya tidak lagi dapat mencampuri pelaksanaan fungsinya yang

independen. Sri Soemantri menafsirkan lembaga Negara hasil amandemen adalah

BPK, DPR, DPD, MPR, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Konstitusi, Komisi

Yudisial (8 lembaga Negara) yang didasarkan pada 1 Pasal 1 ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945. pembagian menjadi 3 fungsi/bidang yaitu, pertama perundang-

undangan, kedua berkaitan dengan pengawasan dan ketiga bidang pengangkatan

hakim agung87. Pada tingkat pertama, muncul kesadaran yang sangat kuat bahwa

badan-badan negara tertentu seperti organisasi Tentara, organisasi Kepolisian,

kejaksaan Agung, serta Bank Sentral harus dikembangkan secara independen.

Independensi lembaga-lembaga ini diperlukan untuk kepentingan menjamin

pembatasan kekuasaan dan demokratisasi yang lebih efektif.dari keempatnya, yang

sekarang telah resmi menikmati kedudukan yang independen adalah organisasi

87 Sri Soemantri, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945, Alumni, Bandung, 1986,

hal 59

Page 304: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 290

Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara (POLRI), dan Bank Indonesia

sebagai bank sentral, sedangkan Kejaksaan Agung sampai sekarang belum

ditingkatkan kedudukannya menjadi lembaga yang independen. Pada tingkatan

kedua, juga muncul perkembangan berkenaan dengan lembaga-lembaga khusus

seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemilihan

Umum (KPU), Lomisi Ombudsman, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), dan lain

sebagainya.

a. Komisi Pemilihan Umum.

Salah satu hasil perubahan UUD 1945 adalah adanya ketentuan mengenai

pemilihan umum (pemilu) dlam UUD 1945. Ketentuan ini dimaksudkan untuk

memberi landasan hukum yang lebih kuat bagi pemilu sebagai salah satu wahana

pelaksanaan kedaulatan rakyat. Dengan adanya ketentuan ini dalam UUD1945,

maka lebih menjamin waktu penyelenggaraan pemilu yaitu langsung, umum,

bebas, jujur, dan rahasia (luber) serta jujur, dan adil (jurdil).Ketentuan mengenai

pemilu diatur dalam pasal 22E UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut.

1) Pemilihan umum diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat

dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah

adalah perseorangan.

5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

Di dalam UU No. 22 Tahun 2007 diatur mengenai penyelenggara pemilu

yang dilaksanakan oleh suatu komisi pemilihan umum, selanjutnya disebut Komisi

Page 305: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 291

Pemilihan Umum (KPU), yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional

mencerminkan bahwa wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai

penyelenggara pemilu mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai lembaga yang menjalankan

tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu.

Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan dan melaksanakan

pemilu bebas dari pengaruh pihak mana pun.

b. Komisi Komnas HAM (komnas HAM).

Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap manusia kian masa

semakin tak bisa dibendung banyak faktor penyebnya bagai penderitaan,

kesenggasaraan dan kesenjangan sosial yang disebabkan oleh perilaku tidak adil

dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, warna kulit, budaya, bahasa, agama,

golongan jenis kelamin, dan status sosial lainnya. Pada kenyataannya selama

lebih lima puluh tahun usia Indonesia, namun pelaksanaan penghormatan,

perlindungan, dan penegakan hak asasi manusia masih jauh dari memuaskan.

Masih terjadi pelanggaran-pelanggaran baik pembunuhan, pemerkosaan dll,

bahkan selain itu terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik dan

aparat negara yang seharusnya menjadi penegak hukum dan pemelihara

keamanan dan pelindungan rakyat, tetapi justru mengintimidasi, menganiaya,

menghilangkan paksa atau menghilangkan nyawa. Untuk melaksanaka kewajiban

yang diatur dalam UUD 1945 tersebut, MPR dengan Ketetapan MPR

No.XVII/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Menugaskan kwpada seluruh

lembaga-lembaga negara dan seluruh aparatur negara untuk menghormati,

menegkkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 mengatur tentang keanggotaan Komnas

HAM, pasal 76 atay (2) menyatakan: “ Komnas HAM beranggotakan tokoh

masyrakat yang prefesional, berdedikasi, dan berintegritas tinggi; menghayati

cita-cita negara hukum dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan,

menghormati hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia”. Kemudian dalam

pasal 83 ditegaskan “Anggota Komnas HAM berjumlah 35 orang yang dipilih oleh

DPR berdasarkan usulan dari komnas dan diresmikan oleh Presiden selaku

Kepala Negara.” Berdasarkan persetujuan informal, para anggota Komnas akan

Page 306: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 292

mengirimkan daftar nama calon yang diajukan ke DPR yang berjumlah dua kali

dari jumlah kursi keanggotaan yang tersedia. DPR kemudian akan memilih dari

daftar tersebut. Dengan kata lain, aturan baru tersebut mencabut kewenangan

komnas HAM untuk memilih anggotanya sendiri, tetapi hanya memiliki

kewenangan untuk mengajukan calon anggota untuk kursi yang tersedia.

Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 dapat diketahui bahwa kedudukan Komnas

HAM adalah sebagai lembaga independen yang membantu pemerintah

mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia di

Indonesia, maka kedudukannya (status) dalam struktur ketatanegaraannya

berbeda pada lembaga yang membentuknya, yakni Presiden dan DPR. Dilihat

dari fungsi yang dijalankannya, Komnas HAM bertugas dan berwenang

melakukan pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan

terhadap perkara tertentu masalah publik dan acara pemiriksaan oleh pengadilan

yang diberitahukan oleh hakim kepada para pihak. Dari fungsi peradilan (smi

judicial) sehingga berada di bawah pengawasan Mahkamah Agung.

c. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara.

Perubahan UUD 1945 mengenai Tentara Nasional (TNI) dan Kepolisia

Republik Indonesia (POLRI) sebagaimana tercantum dalam pasal 30 ayat (3) dan

ayat (4), dengan rumusan sebagai berikut Tentara Nasional Indonesia terdiri atas

Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara

bertugas mempertahankan, melindungi, memelihara keutuhan, dan kedaulatan

negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga

keamana dan ketertiban masyrakat berrtugas melindungi, mengayomi, melayani

masyarakat, serta menegakkan hukum.

Ketentuan ini menegaskan adanya pemisahan antara TNI dan POLRI

dalam menjalankan tugasnya. Dalam bidang pertahanan negara menjadi tugas

TNI, sedangkan untuk bidang keamanan dan ketertiban masyarakat diakukan

oleh POLRI. Pada masa sebelumnya ada kebijakan dalam bidang pertahanan

dan keamanan dilakukan penggabungan Angkatan Darat, Angkatan Laut,

Angkatan Udara, dan Kepolisian RI dalam Angkatan Bersenjata RI (ABRI).

Sebagai akibat dari penggabungan tersebut, terjadi kerancuan dan tumpang

tindih antara peran dan fungsi TNI sebagai kekuatan pertahanan negara dengan

Page 307: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 293

fungsi Kepolisian Negara RI sebagai kekuatan keamanan dan ketertiban

masyarakat. Demikian pula peran sosial politik dalam dwifungsi ABRI telah

menyebabkan terjandinya penyimpangan peran dan fungsi TNI dan POLRI yang

berakibat tidak berkembangnya sendi-dendi demokrasi dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat.

Dalam hal pertahanan terdapat tiga aspek di dalamnya, yakni masalah

keutuhan negara, kedaulatn negara, dan keselamatan negara. Di luar ketiga

aspek tersebut masuk ke dalam kategori keamanan yang menjaddi tugas

kepolisian sebagai lembaga penegak hukum. Pembagian tugas yang demikian itu

diharapkan mampu meningkatkan profesionalisme TNI dan Kepolisian.

Pengaturan dalam pasal 30 ayat (4) menampakkan adanya semacam “dwifungsi”

tugas Kepolisian yaitu, alat keamanan dan penegak hukum. Sebagai alta

keaman, Kepolisian berugas menjaga dan menjamin keamanan, ketertiban, dan

ketetntraman umum. Sebagai penegak hukum, Kepolisian bertugas menyelidiki

dan menyidik tindak pidana sebagai bagian dari sistem penegakan hukum pidana

terpadu ( integrated criminal justice system).

Dua tugas Kepolisian tersebut sangat berbeda satu sama lain. Kepolisian

Negara RI berada dibawah Presiden, Kepolisian dipimpin oleh seorang Kapolri

yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR disertai

dengan alasanya. Persetujuan atas penolakan DPR terhadap usul Presiden dan

harus diberikan dalam jangka waktu paling lambat dua puluh hari terhitung sejak

tanggal surat Presiden diterima oleh DPR. Dalam hal DPR tidak memberikan

jawaban dalam waktu dua puluh hari, calon yang diajukan oleh Presiden

dianggap disetujui oleh DPR. Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat

mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan

DPR. Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian RI yang masih aktif dengan

memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.

Menurut UU No.34 tahun 2004, yang juga sudah direvisi menjadi UU No.

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam pengarahan dan penggunaa

kekuatan militer, TNI berkedudukan di bawah Presiden. Dalam kebijakan dan

strategi pertahanan serta dukungan administrasi, TNI di bawah koordinasi

Departemen Pertahanan. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan

dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik

Page 308: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 294

negara. Tugas pokok TNI sebagaimana disebutkan dalam pasal 7 adalah

menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa

dan negara. TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan oleh DPR.

Pengangkatan dan pemberhentian panglima dilakukan berdasarkan kepentingan

organisasi TNI. Untuk mengangkat panglima, Presiden mengusulkan satu orang

calon pnglima untuk mendapat persetujuan DPR.

d. Bank Indonesia.

Ketentuan baru dalam UUD 1945 adalah mengenai suatu bank sentral,

yang dirumuskan dlam pasal 23D yang berbunyi: “ Negara memiliki suatu bank

sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan

independensinya diatur dalam undang-undang.” Kedudukan hukum yang jelas

kepada bank senral sebagai lembaga yang sangt penting dalam suatu negara

yang mengatur dan melaksanakan fungsi kebijakan moneter. Sebagai tindak

lanjut diaturnya bank sentral di dalam UUD 1945, dikeluarkanlah UU No. 3 Tahun

2004 tentang perubahan atas UU RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia. Pasal 4 menyatakan:

1) Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia

2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang idenpenden dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan

pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur

dalam UU.

3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini. Untuk

keanggotaan didalam Bank Indonesia itu diatur dalam pasl 41. UU No. 3

Tahun 2004 pasal 47 memberikan rambu-rambu larangan bagi Anggota

Dewan Gubernur, baik sendiri maupun bersama-sama mengenai hal-hal

berikut:

Page 309: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 295

a) mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung pada perusahaan

mana pun juga.

b) merangkap jabatan lembaga lain, kecuali karena kedudukannya wajib

memangku jabatan tersebut.

Dalam hal Anggota Dewan Gubernur melakukan salah satu atau leih

larangan, anggota Dewan Gubernur tersebut wajib mengundurkan dirinya dari

jabatannya. Dalam hal Anggota Dewan Gubernur tidak bersedia mengundurkan

diri, Presiden menetapkan Anggota Dewan gubernur tersebut berhenti dari

jabatan dengan persetujuan DPR. Didalam pasal 54 ditegaskan bahwa

pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia atau mengundang Bank

Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan,

dan keuangan yang berkaitan dengan dengan tugas Bank Indonesia atau

masalah lain yang termasuk kewenangan Bank Indonesia wajib memberikan

pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan APBN

serta kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.

2. Kedudukan dan Keberadaan Lembaga Independen

Berdirinya lembaga negara independen merupakan salah satu bentuk

perkembangan baru dalam suatu sistem ketatanegaraan, khusunya Indonesia.

Untuk menentukan institusi yang disebut sebagai lembaga negara independen dapat

melalui analisa dalam hal dasar pembentukan lembaga negara.

Pascaperubahan konstitusi, Indonesia membagi lembaga-lembaga negara dalam

tiga kelompok. Yang pertama adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan

atas Undang-Undang Dasar 1945. Kedua, lembaga negara yang dibentuk

berdasarkan Undang-undang. Menurut Bintan R Saragih menggolongkan lembaga

Negara secara fungsional dalam kaitannya dengan penyelenggaraan Negara,

meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam ketatanegaraan Indonesia

saat ini lembaga Negara berdasarkan UUD 1945 terdapat 14 jenis yaitu88:

a. Majelis Permusyawartan Rakyat.

b. Dewan Perwakilan Rakyat.

88 Bintan R. Saragih, Komisi-Komisi Negara-Negara Dalam Sistem Pemerintahan yang

Berubah, KRHN, Jakarta, 2004, hal 57

Page 310: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 296

c. Dewan Perwakilan Daerah.

d. Presiden.

e. Mahkamah Agung.

f. Badan Pemeriksa Keuangan.

g. Pemerintahan daerah (Gubernur, DPRD tingkat Provinsi, Walikota/Bupati, dan

DPRD tingkat Kabupaten/Kota.

h. Komisi Pemilihan Umum.

i. Komisi Yudisial.

j. Mahkamah Konstitusi.

k. Bank Sentral.

l. TNI.

m. POLRI.

n. Dewan Pertimbangan Presiden

Dan yang ketiga, lembaga negara yang dibentuk berdasarkan atas perintah

keputusan presiden untuk menjalankan sebuah kebijakan Negara dalam arti

pergerakan roda pemerintahan yang tidak tercakup dalam lembaga organ konstitusi.

Pada tatanan praktik ketatanegaraan Republik Indonesia, suatu lembaga negara

dapat dikatakan sebagai lembaga negara independen adalah jika telah memenuhi

prasyarat tertentu, yaitu sebagai berikut :

a. Dasar hukum pembentukannya menyatakan secara tegas kemandiriannya atau

independen dari lembaga negara tersebut. Hal itu terkait dengan pelaksanaan

tugas dan fungsinya (syarat normatif).

b. Independen, dalam artian bebas dari pengaruh, kehendak, ataupun kontrol dari

kekuasaan eksekutif maupun cabang keuasaan eksekutif.

c. Pemberhentian dan pengangkatan anggota komisi menggunakan mekanisme

tertentu yang diatur khusus bukan berdasarkan atas kehendak Presiden.

d. Kepemimpinan lembaga tersebut bersifat kolektif kolegial, jumlah anggota

ataupun komisioner bersifat ganjil dan keputusan diambil.

Menurut plato “Negara muncul atau timbul karena adanya kebutuhan dan

keinginan manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan meraka harus

berkejasama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sejalan dengan pemikiran

Page 311: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 297

tersebut, aristoteles sebagai salah satu muid plato, mengungkapkan bahwa

munculnya negara itu merupakan sebuah keharusan atau berdasarkan kodrat.

Manusia sebagai anggota keluarga menurut kodratnya tidak biasa dipisahkan dari

negara. Manusia adalah mahluk sosial atau zoon politicon, maka dari itu tidak dapat

dipisahkan dari masyarakat atau negara.”89. Oleh karena nya maka suatu lembaga

independen harus jauh dari unsur intervensi dan juga campur tangan kekuatan

politik, karena manusia tidak akan bisa lepas dari suatu keinginan dan keberpihakan

dalam konteks politik. Kepemimpinan komisi atau lembaga independen tidak di

pimpin oleh suatu partai karena harus adanya sebuah indepensi dan transparansi

serta kecukupan dalam kaitannya terhadap sebuah kebebasan dari intervensi politik

penguasa. Masa jabatan pemimpin komisi definitive, habis secara bersamaan. Dan

dapat diangkat kembali untuk satu periode berikutnya. Keanggotaan lembaga

negara tersebut ditujukan untuk menjaga keseimbangan perwakilan yang bersifat

partisipan dan tidak dapat untuk di intervensi oleh suatu kekuatan apapun yang

dapat menciptakan sebuah kerusakan dalam hal tujuan tujuan utama dari sebuah

pembentukan lembaga independen itu sendiri. Pada Negara Indonesia sendiri,

setidaknya terdapat 16 lembaga negara yang bersifat independen, adapun berikut

merupakan sebuah contoh lembaga independen ialah:

a. Komisi Yudisial (KY)

b. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

c. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KomnasHAM)

d. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (KOmnas Perempuan)

e. Komisi Pengawas Persaingan Usaha

f. Ombudsman Republik Indonesia (ORI)

g. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

h. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK)

i. Komisi Perlindungan Anak (KPA)

j. Dewan Pers

k. Dewan Pendidikan

l. Pusat Pelaporan Transaksi Keuangan (PPATK)

89 Ellydar Chaidir, Negara Hukum, Demokrasi dan Konstalasi Ketatanegaraan Indonesia,

Cetakan Pertama, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007, hal 2

Page 312: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 298

m. Komisi Informasi

n. Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU)

o. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)

p. Bank Indonesia (BI)

Jika dilihat berdasarkan konstitusi yang ada saat ini, maka kedudukan

lembaga negara independen dapat dikatakan samar-samar ataupun bisa disebut

dengan antara ada dan tidak ada. Hal itu dikarenakan konstitusi yang ada saat ini

cenderung menganut sistem pemerintahan Trias Politica, yakni sistem pemerintah

yang membagi kekuasaannya menjadi tiga. Yaitu eksekutif, yudikatif, serta

legislative di dalam pemahaman pembagian kekuasaan trias political. Tapi, apabila

dilihat berdasarkan teori The New Sepparation of Power (Pemisahan Kekuasaan

Baru) yang berkembang di Amerika, maka lembaga negara yang bersifat

independen masuk di poros keempat.

Kesimpulan

Lembaga Independen merupakan lembaga yang dibuat yang tidak ada

hubungan dengan penguasa atau pemerintah, dalam artian lembaga tersebut bebas

dari intervensi penguasa. Mengapa harus ada lembaga independen, dikarenakan

lembaga tersebut memiliki tugas dan fungsi yang sangat strategis dalam hal

penanganan dan pengawasaan atas segala aspek-aspek yang tidak diigninkan

terjadi. Adapun hal-hal yang dimaksud adalah segala kemungkinan penyelewengan

atau penggunaan yang salah atas lembaga independen tersebut oleh salah satu

pihak yang tidak bertanggung jawab. Independen merupakan kebebasan,

kemerdekaan, kemandirian, otonom otonomi, tidak dalam dominasi personal

maupun institusional. Sehingga, ada pelaksanaan kehendak bebas free will yang

dapat terwujud tanpa ada pengaruh yang secara signifikan merubah pendiriannya

untuk membuat keputusan atau kebijakan. Sehingga adapun lembaga lembaga

independen di Indonsia adalah .Komisi Pemilihan Umum termuat di dalam Pasal 1

UU NO 12 Tahun 2003 “KPU Adalah Lembaga yang Bersifat Nasional ,Tetap dan

Mandiri Untuk Menyelenggarakan Pemilihan Umum”. Bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pemilu laporan tahapan-tahapan pemilu di sampaikan ke Presiden

dan DPR. Lalu Komisi Nasional HAM Komisi HAM Atas dasar pemilihan dan amanat

Page 313: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 299

ketetapan MPR No.XII/MPR/1998, pada tanggal 23 september 1999 di berlakukan

UU No. 39 tahun 1999. Di dalam UU ini, mengatur mengenai hak asasi manusia

yang berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi manusia PBB, Konvensi PBB tentang

penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, Konvensi PBB tentang

Hak Anak, dan berbagai instrument internasional lain yang mengatur hak asasi

manusia. Enam tahun kemudian DPR mengesahkan UU No. 39 tahun 1999 pasal 75

tentang hak asasi manusia.

Setalah itu dalam konteks pertahanan dan keamanan Tentara Nasional

Indonesia dan Kepolisian Negara teramanatkan dalam Undang-undang No 2 Tahun

2002 Tentang Kepolisan Republik Indonesia dan Undang-undang No 34 Tahun 2004

Tentang Tentara Nasional Indonesia. Bank Indonesia Di dalam UUD 1945,

dikeluarkan UU no. 3 tahun 2004 tentang perubahan atas UU RI nomor 23 tahun

1999 tentang Bank Indonesia, pasal 4 menyatakan bahwa Bank Indonesia adalah

bank sentral republic Indonesia, Bank Indonesia adalah lembaga Negara yang

independen dalam melaksanakan tugas dan wewenang, bebas dari campur tangan

pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam

Undang-undang, Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang

ini. Dengan memhamai arti dari independen maka kita dapat melihat pula contoh

dari lembaga tersebut maka sudah dapat kita simpulkan bahwa lembaga

independen memiliki fungsi startegis dalam konteks pergerakan roda pemerintahan

yang bersifat khusus dalam artian memiliki tugas yang tidak diberikan kepada

eksekutif selaku pemerintah dalam arti sempit. Suatu lembaga Independen apabila

tidak menjaga suatu netralitas dan lebih berpihak kepada suatu golongan maka tidak

akan terciptanya sebuah keadilan hukum yang menjunjung tinggi arti dari sebuah

nilai-nilai Pancasila. Karena Lembaga Independen diciptakan untuk menjaga Negara

tetap utuh menjadi benteng dalam sebuah perthanan dan juga keamanan suatu

Negara.

Page 314: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 300

C. Latihan Soal / Tugas

1. Apa yang saudara ketahui tentang pemberantasan korupsi.?

2. Sebutkan macam-macam HAM yang sesuai dengan Undang-Undang No. 39

Tahun 1999!

3. Bagaimanakah cara melakukan penegakkan HAM ?

4. Sebutkan macam –macam lembaga Non Departemen!

5. Sebutkan tugas TNI dan POLRI pasca Amandemen UUD 1945!

D. Daftar Pustaka

Sri Soemantri, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945, Alumni, Bandung, 1986.

Bintan R. Saragih, Komisi-Komisi Negara-Negara Dalam Sistem Pemerintahan yang

Berubah, KRHN, Jakarta, 2004.

Ellydar Chaidir, Negara Hukum, Demokrasi dan Konstalasi Ketatanegaraan Indonesia,

Cetakan Pertama, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No 2 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang

No. 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia

Undang-undang No 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia

Undang-undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang No. 3 tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-undang No. 23

tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Page 315: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 301

PERTEMUAN 24

BADAN PERADILAN

A. Tujuan Belajar

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-24 ini, mahasiswa dapat

menjelaskan dan menjabarkan Macam-macam Lembaga Peradilan Hukum di Negara

Indonesia.

B. Uraian Materi

1. Macam-macam Lembaga Peradilan Hukum di Indonesia

Dalam sebuah pembentukan Negara tentulah harus memiliki suatu badan

peradilan dikarenakan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara tidak mungkin

tidak adanya sebuah konflik atau sengketa yang akan terjadi dikemudian hari. Oleh

karena Negara merupakan sebuah Negara Hukum maka proses penyelesaian

sengketa apapun dan dimanapun harus memalui proses hukum yang berlaku agar

tidak adanya sebuah diskriminasi dan ketidak adilan yang tidak merata terjadi

dimana mana karena adanya hukum rimba yang mana menang kalah ditentukan

oleh kekuatan semata bukan ditentukan oleh kepastian dan juga fakta hukum yang

ada. Di Negara Indonesia yang memiliki bentu Negara Unitaris atau Kesatuan dan

bentuk pemerintahan republic serta sistem pemrintahan Presidensil maka Negara

hukum atau rechtstaat merupakan sebuah landasan utama yang tertuang di dalam

Konstitusi. Kelaziman di Indonesia, hakim satu memakai undang undang sebagai

dasar keuputusannya, yang lain memakai hukum adat sebagai dasar putuannya,

bahkan juga menggunakan jurisprudensi sebagai dasar putusannya maka sangat

perlu mencoba membandingkan paradigma hukum antara civil law system dengan

common law system90. Hal ini sangat beralasan, mengingat masyarakat Indonesia

termasuk tepologi yang sesuai dengan kepraktisan. Sabian Usman menyatakan

bahwa system common law yang dianggap praktis dan efisien ketimbang civil law

system Dasar hukum yang secara khusus mengatur tentang lembaga peradilan di

Indonesia adalah pasal 24 ayat (2) dan pasal 24B ayat (1) UUD Tahun 1945.

Berdasarkan isi kedua pasal tersebut, kita dapat mengetahui badan-badan atau

90 Sabian Utsman, Menuju Penegakan Hukum Responsive, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hal 71

Page 316: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 302

lembaga-lembaga dalam peradilan di Indonesia. Lembaga peradilan disetiap Negara

memiliki peranan penting dalam menyelesaikan permasalahan hukum baik itu dalam

konteks pidana, perdata, ataupun administrative. Sehingga sanksi hukum sampai

saat ini masih saja merupakan alat yang paling ampuh untuk menjaga wibawa

hukum atau dengan kata lain agar setiap orang patuh terhadap hukum itu sendiri91.

Lembaga-lembaga yang dimaksud dalam Negara Indonesia adalah Mahkamah

Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya, yaitu peradilan umum,

peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Selain itu,

terdapat juga lembaga Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial. Penjelasan dari

lembaga-lembaga tersebut sebagai berikut.

a. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung merupakan sebuah pengadilan umum yang mana ia

adalah lembaga tertinggi dari lembaga Umum yang lainnya dikarenakan suatu

tindakan dalam proses peradilan yang terjadi maka upaya terakhir yang akan bisa

ditempuh adalah final sampai di tingkat Mahkamah Agung. Mahkamah Agung

berada di pusat dan tidak memiliki cabang di daerah sehingga ia bersifat sentral

dari seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Mahkamah Agung merupakan

lembaga pengadilan tertinggi di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas,

Mahkamah Agung terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh

lainnya. Hal itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 mengenai Mahkamah

Agung. Tempat kedudukan Mahkamah Agung adalah di ibu kota negara dan

wilayah hukumnya meliputi seluruh wilayah Indonesia. Kekuasaan dan wewenang

Mahkamah Agung sebagai berikut :

1) Memeriksa dan memutuskan permohonan kasasi, sengketa tentang

kewenangan mengadili, serta permohonan peninjauan kembali putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

91 Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997,

hal 147

Page 317: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 303

2) Memberikan pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak

pada lembaga tinggi negara.

3) Memberikan nasihat hukum kepada presiden sebagai kepala negara untuk

pemberian dan penolakan grasi.

4) Menguji secara materiil peraturan perundang-undangan di bawah undang-

undang.

5) Melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang.

Jabatan ketua Mahkamah Agung periode 2009–2014 dipegang oleh Harifin

A. Tumpa yang dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal

10 Februari 2009. Harifin A. Tumpa ini menggantikan Bagir Manan.

b. Peradilan Umum

Peradilan umum merupakan salah satu lembaga pelaksana kekuasaan

kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Lembaga yang termasuk

dalam peradilan umum adalah Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.

1) Pengadilan Negeri

Pengadilan Negeri adalah lemabag peradilan yang dibentuk untuk

memproses suatu kasus ditingkat pertama, dimana ini memiliki badan

pengadilan disetiap daerah sehingga memungkinkan setiap kasus yang ada

dapat di proses dan ditampung di dalamnya sesuai dengan kenetuan yang

ada. Pengadilan Negri inipun juga merupakan sebuah lembaga kekuasaan

kehakiman yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Daerah

hukumnya mencakup wilayah kabupaten atau kota tersebut. Kewenangan

Pengadilan Negeri sebagai memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan

perkara pidana dan perdata pada tingkat pertama, memberikan keterangan,

pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi, pemerintah di daerahnya

apabila diminta, ketua Pengadilan Negeri berkewajiban melakukan

pengawasan atas pekerjaan penasihat hukum dan notaris di daerah hukumnya

dan melaporkan hasil pengawasannya kepada ketua Pengadilan Tinggi, ketua

Mahkamah Agung, dan menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi

jabatan notaris.

Page 318: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 304

2) Pengadilan Tinggi

Pengadilan Tinggi merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang

berkedudukan di ibu kota provinsi. Wilayah kerja Pengadilan Tinggi meliputi

wilayah provinsi itu. Susunan Pengadilan Tinggi terdiri atas pimpinan, hakim

anggota, panitera, dan sekretaris. Kewenangan yang dimiliki oleh Pengadilan

Tinggi sebagai mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding,

mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili

antara Pengadilan Negeri di wilayah hukumnya, memberikan keterangan,

pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi pemerintah di daerahnya

apabila diminta, ketua Pengadilan Tinggi berkewajiban melakukan

pengawasan terhadap jalannya peradilan di tingkat Pengadilan Negeri dan

menjaga supaya peradilan dilaksanakan dengan saksama dan sewajarnya.

c. Peradilan Agama

Keberadaan peradilan agama diatur dalam Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama. Lembaga peradilan yang berada dalam lingkup

peradilan agama adalah Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.

1) Pengadilan Agama

Pengadilan Agama dikhususkan hanya untuk wargan Negara Indonesia

yang mempercayai agama islam, dikarenakan mayoritas penduduk di

Indonesia adalah Islam sehingga pembentukan Pengadilan Agama dilakukan

melalui undang-undang dengan daerah hukum meliputi wilayah kota atau

kabupaten. Bidang-bidang yang menjadi cakupannya adalah perkawinan;

warisan, wasiat, hibah; wakaf dan shadaqah; serta ekonomi syariah.

Wewenang peradilan agama sebagai memeriksa, memutuskan, dan

menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang di

bidang perkawinan, hak waris, wasiat, hibah yang berdasarkan hukum Islam,

wakaf, dan shadaqa, bidang-bidang perkawinan, yaitu hal-hal yang diatur

dalam undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku, bidang kewarisan,

yaitu penentuan seseorang untuk menjadi hak waris, penentuan harta

Page 319: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 305

peninggalan, penentuan bagian hak waris, dan melaksanakan pembagian

harta peninggalan itu. Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat

pertama. Pengadilan Agama adalah organ kekuasaan kehakiman dalam

lingkungan peradilan agama yang berkedudukan di kota atau di ibu kota

kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten.

2) Pengadilan Tinggi Agama

Pengadilan Tinggi Agama adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang

berada di lingkup kerja peradilan agama. Pengadilan ini merupakan

pengadilan tingkat banding. Kedudukan Pengadilan Tinggi Agama adalah di

ibu kota provinsi dengan wilayah kerja meliputi daerah provinsi tersebut. Tugas

dan wewenang Pengadilan Tinggi Agama sebagai mengadili perkara yang

menjadi kewenangan Pengadilan Agama tingkat banding, mengadili di tingkat

pertama dan terakhir sengketa kewenangan antar-Pengadilan Agama di

wilayah hukumnya.

d. Peradilan Militer

Peradilan Militer diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997.

Peradilan Militer adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di

lingkungan angkatan bersenjata, yang meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan

Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan Militer Tempur.

Peradilan Militer ini tidak dimaksudkan untuk memproses suatu peradilan yang

mana suatu kasus yang sedang di alami oleh warga Negara biasa atau sipil,

karena sifatnya khusus maka peradilan militer ini masuk kedalam kategori

peradilan khusus yang hanya menangani person nya adalah seseorang yang

memiliki status sebagagai Militer di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun

wewenang Pengadilan Militer sebagai berikut:

1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu

melakukan tindak pidana adalah seorang prajurit, yang berdasarkan undang-

undang dipersamakan dengan prajurit, anggota suatu golongan atau jawatan

atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai prajurit

berdasarkan undang-undang.

Page 320: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 306

2) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan

bersenjata yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan

sebagai akibat tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, sekaligus

memutuskan kedua perkara tersebut dalam suatu putusan.

Adapun badan yang melaksanakan suatu proses kekuasaan kehakiman di

dalam lingkungan angkatan bersenjata yang apabila ada sebuah pelanggaran

ataupun kejahatan yang dilakukan oleh suatu angkatan militer, ialah Pengadilan

Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan

Militer Tempur sebagai berikut :

1) Pengadilan Militer

Tugas Pengadilan Militer adalah memeriksa dan memutuskan pada

tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang

pangkatnya kapten ke bawah. Dalam hal memeriksadan memutus perkara

pidana pada tingkat pertama makasusunan persidangan pada Pengadilan

Militer terdiri atas seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota yang

dihadiri olehseorang oditur militer/oditur militer tinggi dan dibantu

seorangpanitera. Dalam persidangan Pengadilan Militer hakim ketua paling

rendah berpangkat mayor, sedangkan hakim anggota dan oditur militer paling

rendah berpangkat kapten.

2) Pengadilan Militer Tinggi

Susunan perangkat persidangan dalam Pengadilan Militer Tinggi sama

dengan Pengadilan Militer. Perbedaan susunan pejabat terjadi jika memeriksa

dan menuntut perkara sengketa tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat

pertama. Dalam hal ini susunannya meliputi satu orang hakim ketua, dua

orang hakim anggota, dan dibantu seorang panitera. Pangkat hakim ketua

dalam lembaga ini paling rendah adalah kolonel dan hakim anggotanya yang

paling rendah adalah letnan kolonel. Kewenangan Pengadilan Militer Tinggi

sebagai memeriksa dan memutuskan perkara di tingkat pertama, perkara

pidana yang terdakwanya adalah prajurit atau salah satu prajuritnya

Page 321: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 307

berpangkat mayor ke atas, serta menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan

bersenjata, memeriksa dan memutuskan pada tingkat banding perkara pidana

yang telah diputus oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang

dimintakan banding, memutus pada tingkat pertama dan terakhir sengketa

kewenangan mengadili antarPengadilan Militer dalam wilayah hukumnya.

3) Pengadilan Militer Utama

Kewenangan lembaga peradilan ini adalah memeriksa dan memutus

pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa tata usaha angkatan

bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer

Tinggi yang dimintakan banding.

4) Pengadilan Militer Pertempuran

Pengadilan Militer Pertempuran bersidang untuk memeriksadan

menuntut perkara sengketa tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat

pertama. Susunan perangkat pengadilannya sama dengan Pengadilan Militer.

Kewenangan Pengadilan MiliterPertempuran adalah memeriksa dan

memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang telah

dilakukan oleh seorang prajurit di daerah pertempuran. Dengan begitu,

Pengadilan Militer Pertempuran berkedudukan di daerah pertempuran.

e. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Dalam lingkungan peradilan tata usaha negara terdapat dua lembaga

kekuasaan kehakiman, yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan

Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN). Keputusan Tata Usaha Negara adalah

merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata

Usaha Negara berdasarkan atas peraturan perundang undangan yang bersifat

konkrit, individual atau privat dan final92.

92 Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika,

Jakarta, 1994, hal 4

Page 322: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 308

1) Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk melalui keputusan presiden.

Kedudukan lembaga ini berada di daerah kota atau kabupaten. Tugas

Pengadilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, memutuskan, dan

menyelesaikan sengketa tata usaha negara tingkat pertama. Pengadilan Tata

Usaha Negara adalah pengadilan tingkat pertama.

2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN)

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) merupakan sebuah

lembaga yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Daerah hukumnya

meliputi wilayah provinsi. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan

pengadilan tingkat banding. Sebagai sebuah lembaga keperadilan, PTTUN

memiliki tugas dan kewenangan sebagai memeriksa dan memutuskan

sengketa tata usaha negara di tingkat banding, memeriksa dan memutuskan di

tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar-

Pengadilan tata usaha negara dalam wilayah hukumnya, memeriksa,

memutuskan, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa tata usaha

negara.

f. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah lembaga kehakiman di negara

Indonesia. Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga negara yang

melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan

peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Lembaga ini memiliki beberapa

kekuasaan dalam hal-hal yang bersifat apabila ada sengketa memberikan solusi

yang final dan tidak dapat diganggu gugat atau upaya banding dan kasasi.

Mahkamah Konstitusi berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia.

Mahkamah Konstitusi dibentuk setelah terjadi perubahan atau amendemen UUD

1945 yang keempat. Pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri

atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap

anggota, dan tujuh orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan

Page 323: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 309

keputusan presiden. Dengan demikian, seluruh hakim konstitusi berjumlah

sembilan orang hakim. Didalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24 ayat (2)

UUD 1945 menyatakan, Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam

lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan

militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi. Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah Konstitusi merupakan

salah satu pelaku kekuasaan kehakiman selain Mahkamah Agung. Kekuasaan

kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan

peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dengan demikian, Mahkamah

Konstitusi adalah suatu lembaga peradilan, sebagai cabang kekuasaan yudikatif,

yang mengadili perkara-perkara tertentu yang menjadi kewenangannya

berdasarkan ketentuan UUD 1945.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003, kewenangan Mahkamah

Konstitusi adalah menguji undang-undang terhadap UUD 1945; memutus

sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh

UUD 1945; memutus pembubaran partai politik; dan memutus perselisihan

tentang hasil pemilihan umum. Selain itu, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai

dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan lagi oleh Pasal 10

ayat (2) UU 24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan

keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah

melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, atau tidak memenuhi

syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam

UUD 1945.

Suatu lembaga peradilan baik itu dala badan peradilan umum dan atau

badan peradilan khusus maka adapun hakim yang akan menjadi tuan rumah atau

yang memberikan sebuah proses peradilan itu berjalan. Hakim konstitusi harus

memenuhi syarat, yaitu memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,

adil, serta negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan. Sembilan

hakim konstitusi ditunjuk oleh presiden dengan masa jabatan tiga tahun. Ketua

Mahkamah Konstitusi pertama dipegang oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie diganti

oleh Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D. untuk periode 2008–2011. Mahkamah

Page 324: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 310

Konstitusi memiliki wewenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir,

yang putusannya bersifat final yaitu untuk menguji undang-undang terhadap UUD

1945, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

diberikan UUD 1945. Dalam hubungannya dengan partai politik dan pemilihan

umum, Mahkamah Konstitusi dapat memutuskan pembubaran partai politik.

Mahkamah Konstitusi juga berhak memutuskan perselisihan tentang hasil

pemilihan umum.

g. Komisi Yudisial

Komisi Yudisial dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2004. Menurut undang-undang ini, Komisi Yudisial merupakan lembaga negara

yang bersifat mandiri. Dalam pelaksanaan wewenangnya, Komisi Yudisial bebas

dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lain. Komisi Yudisial terdiri atas

pimpinan dan anggota yang berjumlah tujuh orang. Mereka berasal dari mantan

hakim, praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat. Adapun

dasar-dasar Hukumnya adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 24A ayat (3):Calon hakim agung diusulkan Komisi

Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan

selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. Pasal 24B Komisi

Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim

agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat,serta perilaku hakim, Anggota Komisi Yudisial

harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki

integritas dan kepribadian yang tidak tercela, Anggota Komisi Yudisial diangkat

dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,

Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-

undang.

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.

2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.

3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Hakim.

Page 325: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 311

4) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.

5) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

6) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

7) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.

Komisi Yudisial berwenang untuk mengusulkan pengangkatan hakim

agung. Selain itu, lembaga ini juga berwenang untuk menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Komisi Yudisial terdiri atas

pimpinan dan anggota. Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua dan

seorang wakil ketuayang merangkap anggota. Komisi Yudisial mempunyai tujuh

orang anggota yang merupakan pejabat negara yang direkrut dari mantan hakim,

praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat. Tugas dari Komisi

Yudisial sebagai berikut:

1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung. Tugas itu dilakukan dengan cara

melakukan pendaftaran calon hakim agung, melakukan seleksi terhadap calon

hakim agung, menetapkan calon hakim agung.

2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim. Untuk melaksanakan tugas itu, Komisi Yudisial melakukan hal-hal

sebagai menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku hakim,

melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim,

membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang disampaikan

kepada Mahkamah Agung dan tembusannya disampaikan kepada presiden

dan DPR. Mengidentifikasi Alat Kelengkapan Lembaga Peradilan.

Kesimpulan

Hukum lahir dan diciptakan untuk mencari dan mewujudkan kehidupan

masyarakat yang damai, tenteram, adil, dan berprikemanusiaan. Agar hukum dapat

berjalam efektif maka perlu diadakan penegakan hukum. Menurut Laurence M

Friedman akan terciptanya sebuah keadilan Hukum apabila memenuhi tiga unsur

Page 326: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 312

utama yang ialah Substansi atau Hukum norma norma yang berlaku lalu, struktur

atau aparat yang menjadikan nya sebagai penggerak dan juga pelaksana norma

tersebut , lalu yang terakhir adalah living law atau adat law dimana kebudayaan

menjadikan sebuah unsur utama penting dalam proses penegakan hukum. Karena

akan percuma apabila hukum sudah bagus lalu aparat sudah bagus namun

mayoritas kebudayaan dan kebiasaan masyarakat masih saja melanggar hukum dan

cenderung sering dilakukan. Oleh karenanya suatu Negara wajib memfasilitasi dan

mengakomodir suatu badan peradilan yang bebas intervensi dan independen.

Karena peradilan adalah harapan terakhir dalam sebuah proses penegakan keadilan

bagi mereka mereka yang merasa di dzalimi atau dirugikan baik secara matril dan

juga non matril. Penegakan hukum yang dimaksud juga adalah termasuk pemberian

hukuman atau sanksi pidana ataupun perdata) bagi pelanggar hukum. Untuk itu,

dibutuhkan lembaga penegak hukum dan pejabat hukum. Lembaga peradilan adalah

alat perlengkapan negara yang bertugas mempertahankan tetap tegaknya hukum

nasional. Jika terjadi pelanggaran hukum maka pelaku pelanggaran hokum harus

dihadapkan ke muka pengadilan. Pengadilan atau badan peradilan merupakan satu

lembaga penegakan hukum di Indonesia. Dengan kata lain, proses penegakan

hukum dan lembaga yang melaksanakannya biasa disebut peradilan dan

pengadilan. Pengertian antara peradilan dan pengadilan memiliki perbedaan.

Dimana peradilan merupakan suatu prosesnya namun lain halnya pengadilan

merupakan suatu badannya atau tempat proses peradilan dilaksanakan.

C. Latihan soal / tugas

1. Apa yang saudara ketahui tentang badan peradilan ?

2. Jelaskan badan peradilan yang berada di Negara Indonesia

3. Sebutkan jenis-jenis badan peradilan !

4. Apa yang saudara ketahui tentang lembaga Mahkamah Agung

5. Jelaskan secara singkat keberadaan Mahkamah Konstitusi !

Page 327: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 313

D. Daftar Pustaka

Sabian Utsman, Menuju Penegakan Hukum Responsive, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2008.

Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997.

Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika,

Jakarta, 1994.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-undang no 49 Tahun 2009 Perubahan Kedua atas Undang-undang No 2

Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum

Page 328: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 314

GLOSARIUM

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah

rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah

rencana keuangan tahunan Pemerintah Pusat yang ditetapkan dengan undang-

undang.

3. Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah inspektorat jenderal kementerian, unit

pengawasan lembaga pemerintah nonkementerian, inspektorat provinsi, dan

inspektorat kabupaten/kota.

4. Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

berdasarkan Otonomi Daerah.

5. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

6. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

7. Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

8. Cakupan Wilayah adalah Daerah kabupaten/kota yang akan menjadi Cakupan

Wilayah Daerah provinsi atau kecamatan yang akan menjadi Cakupan Wilayah

Daerah kabupaten/kota.

9. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan

mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

10. Daerah Persiapan adalah bagian dari satu atau lebih Daerah yang bersanding yang

dipersiapkan untuk dibentuk menjadi Daerah baru.

11. Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauan adalah Daerah provinsi yang memiliki

karakteristik secara geografis dengan wilayah lautan lebih luas dari daratan yang di

dalamnya terdapat pulau-pulau yang membentuk gugusan pulau sehingga menjadi

satu kesatuan geografis dan sosial budaya.

Page 329: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 315

12. Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAK adalah dana yang bersumber

dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan

untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah.

13. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU adalah dana yang bersumber

dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi.

14. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber dari

pendapatan tertentu APBN yang dialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan

angka persentase tertentu dengan tujuan mengurangi ketimpangan kemampuan

keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

15. Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,

kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan

bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.

16. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

17. Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat

kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.

18. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga

perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

19. Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah yang selanjutnya disebut Forkopimda adalah

forum yang digunakan untuk membahas penyelenggaraan urusan pemerintahan

umum.

20. Hari adalah hari kerja.

Page 330: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 316

21. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem

pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan

bertanggung jawab.

22. Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah

nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada

daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka Dekonsentrasi.

23. Kawasan Khusus adalah bagian wilayah dalam Daerah provinsi dan/atau Daerah

kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan

fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional yang diatur

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

24. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang

memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang

mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

25. Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dari Daerah

kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.

26. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

dalam negeri.

27. Kewarganegaraan adalah merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan

politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk

berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian

disebut warga negara.

28. Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan

pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.

29. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

30. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

31. Partisipasi Masyarakat adalah peran serta warga masyarakat untuk menyalurkan

aspirasi, pemikiran, dan kepentingannya dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah.

32. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga

negara.

33. Pembentukan Daerah adalah penetapan status Daerah pada wilayah tertentu.

Page 331: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 317

34. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

35. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah otonom.

36. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan

menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

37. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

38. Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

39. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam

penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

40. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan nama

lain adalah Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota.

41. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Perkada adalah peraturan

gubernur dan peraturan bupati/wali kota.

42. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima

sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga

Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

43. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah

program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada

Perangkat Daerah untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana

kerja dan anggaran satuan kerja Perangkat Daerah.

44. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat

RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

Page 332: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 318

45. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD

adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

46. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja

Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan

Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

47. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan

Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap

warga negara secara minimal.

48. Trias Politica adalah sebuah ide bahwa sebuah pemerintahan berdaulat harus

dipisahkan antara dua atau lebih kesatuan kuat yang bebas, mencegah satu orang

atau kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu banyak.

49. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom

untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah

kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah provinsi.

50. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan

Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan

penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan,

dan menyejahterakan masyarakat.

51. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

52. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh semua Daerah.

53. Wilayah Administratif adalah wilayah kerja perangkat Pemerintah Pusat termasuk

gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah dan wilayah

kerja gubernur dan bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum

di Daerah.

Page 333: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 319

DAFTAR PUSTAKA

A. Fickar Hadjar Ed. Al, Pokok-Pokok Pikiran Dan Rancangan Undang-Undang

Mahkamah Konstitusi, KRHN Dan Kemitraan, Jakarta, 2003

A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan

Kewarganegaran, Kanisius, Yogyakarta, 2007

A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2001

Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran

menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007

Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia,

Alumni, Bandung, 2001

BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok- Pokok Hukum dan Administrasi Negara,

Liberty, Yogyakarta, 2000

Cholisin, Dasar-Dasar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 2000

Clarence Morris(eds), The Great Legal Philosophers, University of Pennsylvania Press,

Philadelphia, 1979

Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012

Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005

Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintah Modern dalam Konstitusi Madinah, Bandung,

Sahifa, 2006.

Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antar Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan

Pustaka, Bandung, 2007

Djatmika Sastra, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta , 1995

Dolet Unardjan, Manajemen Disiplin, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2003

Drs. Musanaf, Sistem Pemerintahan di Indonesia, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1989.

Page 334: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 320

Efendi Masyhur, Prof. dan Evandri Sukmana Taufani, S.H., M.H., HAM Dalam Yuridis

Dimensi/Dinamika Yuridis Sosial Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2007

Fauzan Muhammad, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan

Antara Pusat dan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2006.

Gouw Giok Siong, Warga Negara dan Orang Asing, Keng Po, Jakarta, 1960

Handri Raharjo, Sistem Hukum Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit

Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006.

Indra Pahlevi, Pemilu Serentak Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia, Azza Grafika,

Yogyakarta, 2015

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Sinar Grafika, Jakarta, 2012

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Konstitusi Press, Jakarta, 2006

Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia,

Konstitusi Press, Jakarta, 2006.

Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2009.

John Alder, Constitutional & Administrative Law, Macmillan Professional Masters, London,

1989

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan DPRD Dan

Kepala Daerah, Alumni, Jakarta, 2006

Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Paradigma, Yogyakarta, 2002

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi ,Paradigma, Yogyakarta,

2010

Page 335: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 321

Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, PT

Rinneka Cipta, Jakarta, 2003

Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta,

2002.

Karhi, Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi dan

Pembangunan Vol 1 No 2, 1997

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Khrisna D. Darumurti, Umbu Rauta, Otonomi Daerah : Perkembangan Pemikiran,

Pengaturan dan Pelaksanaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003

Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi

Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, 1983

M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, Jakarta , PT. Purel

Mahrizal Efendi, Pembinaan Ekonomi dan budaya Indonesia, Penerbit PN Balai Pustaka,

Jakarta, 2003

Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 2007.

Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Prenada Media Group,

Yogyakarta, 2008

Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999

Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia, Liberty ,Yogyakarta, 1988

Muhidin, A., Faruq, U. A., & Aden, A. (2018). Booklet RPS & Modul: Manual dan Prosedur

Penyusunan dan Penerbitan Modul Kuliah Universitas Pamulang.

Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1984

Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif Teoritis

dan Praktis, National Democratic Institute, Whasington DC, 2011

Page 336: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 322

Nuansa Aulia, Pokok-Pokok Kepegawaian Dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nuansa Aulia,

Jakarta, 2009

Nuji, Fungsi Camat Dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan desa di Desa

Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabaupaten Kutai Timur, Universitas

Mulawarman, 2012,

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Prof. Drs. S. Pamuji, MPA., Perbandingan Pemerintahan, Bina Kasara, Jakarta, 1985.

Prof.Dr. Mr. H.S. Prajudi Atmosudirdjo, Office Management, Ghalia, Jakarta,1973.

Prof.Dr. Sri Sumantri,S.H., Sistem-Sistem Negara-Negara, Tarsito, Bandung, 1976.

Prof.Dr.Moh. Mahfud,M.D.,S.H.,S.U., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, PT.

Rineka Cipta, Jakarta, 1993.

R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia,1989,

Jakarta

Rahmat Hollyson, Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna, Bestari, Jakarta, 2015

RG Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, Bina Kasara, Jakarta, 1987

Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row

Publisher,New York, 1967

Sabian Utsman, Menuju Penegakan Hukum Responsive, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2008

Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Pustaka Setia, Tahun

2005

Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislatif:Menguatnya Model Legislasi Parlementer Dalam

Sistem Presidensial Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2010

Satjipto Rahardjo, Pengantar Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan ke lima, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Page 337: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 323

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Lembaga Administrasi

Soche, Harris, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, Hanindita,

Yogyakarta, 1985

Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika,

Jakarta, 1994

Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni, Bandung,

1987

Subarsono,Ag., Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003

Tjokroamidjojo Bintoro, Good Government (Paradigma Baru Manjemen Pembangunan),

Universitas Indonesia Press, Jakarta,2000

Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Aparatur Sipil Negara, Jakarta, Rineka Cipta, 1990.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001.

Wasistiono, Sadu, Prospek Pengembangan Desa, Fokusmedia, Bandung, 2006.

Widjaja, A.W, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2001

Winardi, Nisjar, Karhi., Teori Sistem dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang Manajemen,

CV. Mandar Maju, 1997, Bandung

Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008

Winarno, Dwi, Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan

Tinggi, Bumi Aksara, 2006, Jakarta.

Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997

Perundang-undangan

Page 338: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 324

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah

Undang-undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-undang No. 49 Tahun 2009 Perubahan Kedua atas Undang-undang No 2 Tahun

1986 Tentang Peradilan Umum

Undang-undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Undang-undang No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Undang-undang No.10 Tahun 2016 Tentang Perubahan kedua atas Undang-undang No. 1

Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Menjadi Undang-undang

Undang-undang No.9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.

23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Page 339: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 325

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Program Studi : Ilmu Hukum S-1 Sks : 4 Mata Kuliah/Kode : Hukum Tata Negara/ FHK0054 Prasyarat : Ilmu Negara

Semester : 2 Kurikulum : KKNI Deskripsi Mata Kuliah

: Mata kuliah Hukum Tata Negara (htn) merupakan mata kuliah wajib prgram studi ilmu Hukum S-1 yang harus ditempuh oleh mahasiswa, yang mencakup pokok-pokok bahasan meliputi Ruang Lingkup HTN, Hubungan HTN denga Cabang Ilmu Hukum Lainnya, Sumber-sumber HTN, Asas-asas HTN, Sejarah Ketatanegaraan RI, Otonomi Daerah, Partisipasi Masyarakat, Negara Hukum, Sistem Pemerintahan, Pemda, Trias Political, Demokrasi, Pemilu, Kewarganegaraan, Prinsip Good Governance, Konstitusi, dan Lembaga-lembaga Negara di Indonesia. ,

Capaian Pembalajaran

: Setelah menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah Hukum Tata Negara, Mahasiswa mampu menganalisis secara kritis konsep ketatanegaraan sesuai dengan Pancasila dan Konstitusi.

Penyusun : 1. H Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H. (Ketua) 2. Asip Suyadi, S.H., M.H. (Anggota 1) 3. Wahib, S.H., M.H. (Anggota 2) 4. Indah Puspa Sari , S.H., M.H. (Anggota 3)

Page 340: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 326

PERTEMUAN KE-

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

BAHAN KAJIAN (MATERI AJAR)

METODE PEMBELAJARAN

PENGALAMAN BELAJAR

MAHASISWA

KRITERIA PENILAIAN

BOBOT NILAI

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Mahasiswa mampu Mendeskripsikan Ruang Lingkup HTN

Ruang Lingkup HTN Ceramah, Tanya Jawab

Menyimak, mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, Kualitas Narasi, kemampuan komunikasi, disiplin

4

2.

Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang Hubungan HTN Dengan Cabang Ilmu Yang Lainnya

Hubungan HTN denga

Cabang Ilmu Hukum

Lainnya

Ceramah,, Tanya Jawab Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

3.

Mahasiswa Dapat Menjelsakan Tentang Sumber Hukum Formil dan Sumber Hukum Materil

Sumber-Sumber HTN

Ceramah, Tanya Jawab Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

4.

Mahasiswa Dapat mendeskripsikan Asas-Asas Yang Tertuang Dalam HTN

Asas-asas HTN Diskusi, Tanya Jawab Mengerjakan tugas meresume beserta contoh-contohnya hasil materi yang telah diberikan.

Kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

5.

Mahasiswa mampu menganalisis

Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mengerjakan tugas meresume beserta

Kerapian sajian,

6

Page 341: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 327

Kemerdekaan Yang Diperjuangkan Oleh Bangsa Indonesia

contoh-contohnya hasil materi yang telah diberikan.

kreativitas ketepatan analisis

6.

Masiswa Dapat Memahami Tentang Otonomi Daerah Dan Dapat Menjelaskan Manfaat Otonimi Daerah

Otonomi Daerah Ceramah, Tanya Jawab Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

7. Mahasiswa Dapat Memahami Tentang Partisipasi Masyarakat Dan Dapat Melaksanakan Bentuk- Bentuk Partisipasi

Partisipasi

Masyarakat

Ceramah, Tanya Jawab Mendengarkan, mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

8 Mahasiswa Dapat Mendeskripsikan Tentang Negara Hukum, Tata Negara Dan Ciri-Ciri Negara Hukum

Negara Hukum Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

9 Mahasiswa Dapat Menjelaskan Tentang Sistem Pemerintahan NKRI

Sistem Pemerintahan NKRI

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

10 Mahasiswa Dapat memahami Dan Menjelaskan Tentang Pemerintah Daerah

Pemerintahan

Daerah

Diskusi, Tanya Jawab Mengerjakan tugas meresume beserta contoh-contohnya hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

Page 342: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 328

11 Mahasiswa Dapat Menjelaskan Tentang Teori Trias Politika.

Trias Politika

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mengerjakan tugas meresume beserta contoh-contohnya hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ketepatan analisis

4

12 Mahasiswa Dapat menganalisis Pelaksanaan Demokrasi

Demokrasi Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

13 Mahasiswa Dapat Memahami Dan Mengerti Tentang Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia

Pemilihan Umum Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

14 Mahasiswa dapat mendeskripsikan Tentang Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaran

Pendidikan Kewarganegaraan

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

15 Mahsiswa Dapat Memahami Dan Menjelsakan Tentang Asas Kewarganegaraan

Asas-asas Kewarganegaraan dan

Pewarganegaraan

Presentasi Tugas membuat makalah

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

Page 343: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 329

16 Mahasiswa mampu mendeskripsikan Prinsip-prinsip Good Governance (GG)

Prinsip-prinsip Good Governance

Presentasi Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

17 Mahasiswa mampu menganalisa Penerapan Good Governance

Penerapan Good Governance

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume beserta contoh-contohnya hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin, ketepatan analisis

4

18 Mahasiswa menjabarkan Pengertian Alasan dan tahapan Amandemen UUD 45

Pengertian, Alasan, Landasan,&Tahap-tahap Amandemen UUD 45

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume beserta contoh-contohnya hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin, ketepatan analisis

5

19 Mahasiswa Dapat Memahami Dan Menjelaskan Tentang Definisi Konstitusi

Konstitusi

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

20 Mahasiswa Dapat Memahami Dan Menjelsakan Tentang HAM

Hak Asasi Manusia

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

Page 344: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 330

21 Mahasiswa dapat menjabarkan Tentang Lembaga Negara

Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 45

Presentasi Tugas membuat makalah

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

22 Mahasiswa dapat mendekripsikan Lembaga Departeme dan Lembaga Non Departemen.

Lembaga Negara Departemen dan Lembaga Negara Non Departemen

Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

23 Mahasiswa dapat menjabarkan dan mendeskripsikan Lembaga-lembaga Independen.

Lembaga-Lembaga Independen

Presentasi Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin

4

24 Mahasiswa mampu menjabarkan dan mendeskripsikan tentang Badan-badan Peradilan

Badan Beradilan Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Mendengarkan, , mengerjakan tugas meresume beserta contoh-contohnya hasil materi yang telah diberikan.

Kerapian sajian, kreativitas ide, kemampuan komunikasi, disiplin, ketepatan analisis

5

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Referensi/Sumber: A. Fickar Hadjar Ed. Al, Pokok-Pokok Pikiran Dan Rancangan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, KRHN Dan Kemitraan, Jakarta, 2003

A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaran, Kanisius, Yogyakarta, 2007

A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2001

Page 345: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 331

Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007

Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Alumni, Bandung, 2001

BN. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok- Pokok Hukum dan Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta, 2000

Cholisin, Dasar-Dasar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 2000

Clarence Morris(eds), The Great Legal Philosophers, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1979

Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012

Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005

Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintah Modern dalam Konstitusi Madinah, Bandung, Sahifa, 2006.

Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antar Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2007

Djatmika Sastra, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta , 1995

Dolet Unardjan, Manajemen Disiplin, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2003

Drs. Musanaf, Sistem Pemerintahan di Indonesia, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1989.

Efendi Masyhur, Prof. dan Evandri Sukmana Taufani, S.H., M.H., HAM Dalam Yuridis Dimensi/Dinamika Yuridis Sosial Politik, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 2007

Fauzan Muhammad, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2006.

Gouw Giok Siong, Warga Negara dan Orang Asing, Keng Po, Jakarta, 1960

Handri Raharjo, Sistem Hukum Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006.

Indra Pahlevi, Pemilu Serentak Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia, Azza Grafika, Yogyakarta, 2015

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2012

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Konstitusi Press, Jakarta, 2006

Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2006.

Jimly Asshiddiqie, Prof.,DR., SH., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.

John Alder, Constitutional & Administrative Law, Macmillan Professional Masters, London, 1989

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan DPRD Dan Kepala Daerah, Alumni, Jakarta, 2006

Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Paradigma, Yogyakarta, 2002

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi ,Paradigma, Yogyakarta, 2010

Page 346: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 332

Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2, PT Rinneka Cipta, Jakarta, 2003

Kansil, C.S.T., Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002.

Karhi, Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi dan Pembangunan Vol 1 No 2, 1997

Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, Tentang Sumber Hukum dan Tata

Khrisna D. Darumurti, Umbu Rauta, Otonomi Daerah : Perkembangan Pemikiran, Pengaturan dan Pelaksanaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,

2003

Kusnardi, Moh. S.H., Ibrahim,Harmaily. S.H., Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI dan CV Sinar Bakti, Jakarta,

1983

M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, Jakarta , PT. Purel

Mahrizal Efendi, Pembinaan Ekonomi dan budaya Indonesia, Penerbit PN Balai Pustaka, Jakarta, 2003

Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 2007.

Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi, Prenada Media Group, Yogyakarta, 2008

Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999

Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia, Liberty ,Yogyakarta, 1988

Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1984

Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif Teoritis dan Praktis, National Democratic Institute, Whasington

DC, 2011

Nuansa Aulia, Pokok-Pokok Kepegawaian Dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nuansa Aulia, Jakarta, 2009

Nuji, Fungsi Camat Dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan desa di Desa Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabaupaten

Kutai Timur, Universitas Mulawarman, 2012,

PEraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2002

Prof. Drs. S. Pamuji, MPA., Perbandingan Pemerintahan, Bina Kasara, Jakarta, 1985.

Prof.Dr. Mr. H.S. Prajudi Atmosudirdjo, Office Management, Ghalia, Jakarta,1973.

Prof.Dr. Sri Sumantri,S.H., Sistem-Sistem Negara-Negara, Tarsito, Bandung, 1976.

Prof.Dr.Moh. Mahfud,M.D.,S.H.,S.U., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993.

R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia,1989, Jakarta

Rahmat Hollyson, Pilkada Penuh Euforia Miskin Makna, Bestari, Jakarta, 2015

Page 347: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 333

RG Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, Bina Kasara, Jakarta, 1987

Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row Publisher,New York, 1967

Sabian Utsman, Menuju Penegakan Hukum Responsive, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008

Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Pustaka Setia, Tahun 2005

Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislatif:Menguatnya Model Legislasi Parlementer Dalam Sistem Presidensial Di Indonesia, Rajawali Pers,

Jakarta, 2010

Satjipto Rahardjo, Pengantar Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan ke lima, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Lembaga Administrasi

Soche, Harris, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, Hanindita, Yogyakarta, 1985

Soegijatno Tjakra Negara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , Sinar Grafika, Jakarta, 1994

Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni, Bandung, 1987

Subarsono,Ag., Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003

Tjokroamidjojo Bintoro, Good Government (Paradigma Baru Manjemen Pembangunan), Universitas Indonesia Press, Jakarta,2000

Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Aparatur Sipil Negara, Jakarta, Rineka Cipta, 1990.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001.

Wasistiono, Sadu, Prospek Pengembangan Desa, Fokusmedia, Bandung, 2006.

Widjaja, A.W, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001

Winardi, Nisjar, Karhi., Teori Sistem dan Pendekatan Sistem Dalam Bidang Manajemen, CV. Mandar Maju, 1997, Bandung

Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008

Winarno, Dwi, Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, Bumi Aksara, 2006, Jakarta.

Zairin Harahap, Hukum Acara Peradulan Tata Usaha Negara, Rajawali, Jakarta, 1997

Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Page 348: Ferry Anka Sugandar, S.H., M.H.eprints.unpam.ac.id/8638/1/FHK0054_HUKUM TATA NEGARA-FULL... · 2020. 5. 16. · Dasar Ilmu Hukum Tata Negara/ Muhamad Rezky Pahlawan, Asip Suyadi,

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Hukum Tata Negara 334

Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah

Undang-undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-undang No. 49 Tahun 2009 Perubahan Kedua atas Undang-undang No 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum

Undang-undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Undang-undang No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Undang-undang No.10 Tahun 2016 Tentang Perubahan kedua atas Undang-undang No. 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang

Undang-undang No.9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Tangerang Selatan, November 2019 Ketua Program Studi Ilmu Hukum S-1 Ketua Tim Penyusun

Aria Dimas Harapan, S.H., M.H. H. Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H. NIDN. 0307086801 NIDN. 0425019201