fenomena price reversal: analisis overreaction...

60
1 FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION HYPOTHESIS (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di BEI) Adhika Restu Setyawati LATAR BELAKANG PENELITIAN Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan (Husnan, 1996). Harga saham akan merespon secara cepat dan akurat saat menerima informasi baru. Hal ini disebabkan karena investor menggunakan semua informasi yang relevan dalam penetapan harga. Sehingga investor tidak mungkin mengetahui antara investasi yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan pada masa yang akan datang berdasarkan karakteristik-karakteristik saat ini (Haugen, 1993: 648, dalam Kusumawardhani, 2001). Dengan kata lain, investor tidak mungkin dapat mengidentifikasi suatu pola tertentu yang dapat digunakan untuk memprediksi harga suatu saham. Efficient Market Hypothesis (EMH) merupakan hipotesis pasar modal yang menjelaskan bahwa harga suatu saham akan selalu tercermin dari informasi yang tersedia di pasar. Hipotesis ini telah lama menjadi salah satu isu dalam penelitian keuangan karena di pasar modal sering terjadi gejala yang bertentangan dengan konsep tersebut. Ahli ekonomi mulai percaya bahwa harga saham dapat diprediksi berdasarkan pola tertentu di masa lalu (Malkiel, 2003). Pendapat tersebut memunculkan permasalahan tentang keberadaan pasar efisien. Zarowin (1990), Choi dan Jayaraman (2005), Leung (2009) dan Yull dan Kirmizi (2012). merupakan beberapa peneliti mengemukakan bahwa saham-saham dengan kinerja buruk akan berubah menjadi baik pada periode berikutnya. Fenomena pembalikan ini berlawanan dengan karakteristik pasar modal yang efisien.

Upload: trinhnhi

Post on 09-Jun-2019

243 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

1

FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION

HYPOTHESIS

(Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di BEI)

Adhika Restu Setyawati

LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga

sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan (Husnan,

1996). Harga saham akan merespon secara cepat dan akurat saat menerima

informasi baru. Hal ini disebabkan karena investor menggunakan semua informasi

yang relevan dalam penetapan harga. Sehingga investor tidak mungkin

mengetahui antara investasi yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan

pada masa yang akan datang berdasarkan karakteristik-karakteristik saat ini

(Haugen, 1993: 648, dalam Kusumawardhani, 2001). Dengan kata lain, investor

tidak mungkin dapat mengidentifikasi suatu pola tertentu yang dapat digunakan

untuk memprediksi harga suatu saham.

Efficient Market Hypothesis (EMH) merupakan hipotesis pasar modal

yang menjelaskan bahwa harga suatu saham akan selalu tercermin dari informasi

yang tersedia di pasar. Hipotesis ini telah lama menjadi salah satu isu dalam

penelitian keuangan karena di pasar modal sering terjadi gejala yang bertentangan

dengan konsep tersebut. Ahli ekonomi mulai percaya bahwa harga saham dapat

diprediksi berdasarkan pola tertentu di masa lalu (Malkiel, 2003). Pendapat

tersebut memunculkan permasalahan tentang keberadaan pasar efisien. Zarowin

(1990), Choi dan Jayaraman (2005), Leung (2009) dan Yull dan Kirmizi (2012).

merupakan beberapa peneliti mengemukakan bahwa saham-saham dengan kinerja

buruk akan berubah menjadi baik pada periode berikutnya. Fenomena pembalikan

ini berlawanan dengan karakteristik pasar modal yang efisien.

Page 2: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

2

Akibat adanya pembalikan tersebut, banyak peneliti yang kemudian

merujuk pada hipotesis reaksi berlebihan (overreaction hypothesis) (Yull dan

Kirmizi, 2012). Menurut DeBondt dan Thaler (1985), pembalikan harga (price

reversal) ke arah yang berlawanan menandakan bahwa pasar telah bereaksi secara

berlebihan terhadap informasi. Investor cenderung menetapkan harga terlalu

tinggi sebagai reaksi terhadap informasi yang dinilai positif. Sebaliknya, investor

akan menetapkan harga terlalu rendah sebagai reaksi terhadap informasi yang

dinilai negatif. Overreaction investor tersebut menyebabkan pembentukan dan

pergerakan harga saham menjadi abnormal. Selanjutnya pasar akan mengoreksi

melalui pembalikan harga sampai tingkat keseimbangan tercapai.

Kusumawardhani (2001) menyatakan bahwa pembalikan harga (price

reversal) harga saham dapat berubah dan diikuti oleh perubahan kembali ke arah

yang berlawanan. Kenaikan harga secara signifikan akan diikuti dengan

penurunan harga pada periode selanjutnya akibat overreaction. Hal ini

menunjukkan bahwa pasar dalam kondisi yang tidak efisien. Apabila pernyataan

tersebut benar, maka strategi kontrarian diterapkan yaitu dengan membeli saham

yang baru saja berkinerja buruk dan menjual saham pada saat kinerjanya bagus.

Beberapa penelitian terdahulu juga menemukan adanya karakteristik lain

terkait dengan pembalikan harga dalam kaitannya dengan overreaction, antara

lain ukuran perusahaan (firm size) dan likuiditas. Ukuran perusahaan

menunjukkan nilai pasar dari ekuitas perusahaan, sedangkan likuiditas dikaitkan

dengan elastisitas harga yang ditunjukkan oleh volume perdagangan saham.

Kedua faktor tesebut berpengaruh terhadap kondisi pasar saham dalam hal

perubahan ekuitas perusahaan akibat perubahan jumlah saham yang beredar dan

perubahan volume perdagangan. Kedua faktor tersebut juga merupakan faktor

yang menjadi pertimbangan para investor dalam melakukan investasi, terutama

berkaitan dengan informasi positif dan negatif. Informasi tersebut akan

mendorong investor untuk bereaksi berlebihan dan pada akhirnya menyebabkan

pembalikan harga.

Penelitian yang dilakukan oleh Zarowin (1990) misalnya, menguji kembali

penemuan DeBondt dan Thaler (1985) tentang keberadaan reaksi berlebihan.

Page 3: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

3

Zarowin (1990) menemukan bahwa fenomena pembalikan tidak semata-mata

karena overreaction dari investor, tetapi hal tersebut dipengaruhi oleh firm size.

Size dari perusahaan loser rata-rata lebih kecil dari winner, sehingga fenomena

yang ditemukan oleh DeBondt dan Thaler muncul karena pengaruh firm size,

bukan karena fenomena reaksi berlebihan.

Benou dan Richie (2003) meneliti adanya price reversal setelah adanya

penurunan harga pada perusahaan Amerika Serikat yang termasuk perusahaan-

perusahaan mapan yang tercatat di indeks S&P 100 mulai Mei 1990 hingga Mei

2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembalikan harga tersebut memang

disebabkan oleh overreaction. Lebih lanjut penelitian tersebut juga menyimpulkan

bahwa lama waktu pembalikan harga tergantung pada jenis perusahaan.

Di Indonesia penelitian tentang overreaction dilakukan oleh

Kusumawardhani (2001). Hasil penelitian menyatakan overreation hanya terjadi

pada saham loser dan pembalikan harga saham tersebut terjadi dalam waktu 5

hari. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yull dan

Kirmizi (2012) terhadap saham saham yang diperdagangkan di BEI selama tahun

2007-2010. Yull dan Kirmizi (2012) menyatakan bahwa saham-saham winner

tidak menunjukkan adanya overreaction. Overreaction hanya tejadi pada saham

loser yang kemudian diikuti dengan koreksi harga dalam waktu 2 hari.

Dinawan (2007) juga menguji adanya overreaction di Bursa Efek

Indonesia pada periode 2007-2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

price reversal terjadi pada saham winner maupun loser yang ditandai dengan

adanya overreaction. Yang membedakan adalah jangka waktu pembalikan harga

untuk kedua saham jenis tersebut. Saham winner mengalami periode pembalikan

selama 13 hari, sedangkan saham loser periode pembalikannya lebih pendek yaitu

selama 5 hari.

Beberapa hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa terdapat berbagai

pendapat mengenai overreaction dan fenomena price reversal serta

mengindikasikan bahwa fenomena tersebut juga terjadi di Indonesia. Selanjutnya

penelitian ini mengembangkan penelitian-penelitian tersebut dengan melihat

ketajaman overreaction dan perbedaan karakteristik perusahaan dalam hal firm

Page 4: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

4

size dan likuiditas antara perusahaan yang termasuk dalam saham winner dan

loser. Periode observasi yang digunakan yaitu 4 tahun mulai Januari 2010 hingga

bulan Desember tahun 2013 pada saham-saham yang tercatat di BEI. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam

mengetahui seberapa besar kemungkinan adanya overreaction dan pembalikan

harga saham, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan

penawaran saham. Sedangkan bagi pelaku pasar, hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk

berinvestasi di pasar modal.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka beberapa persoalan yang ingin

dijawab dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah terdapat hubungan antara reaksi berlebihan (overreaction)

investor yang menyebabkan terjadinya fenomena price reversal?

2. Bagaimana ketajaman overreaction saham winner dan saham loser?

3. Berapa lama waktu terjadi pembalikan harga saham winner dan loser pada

saat terjadi overreaction?

4. Bagaimana karakteristik perusahaan (firm size dan likuiditas) untuk saham

winner dan loser pada saat terjadi overreaction?

Page 5: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

5

KAJIAN PUSTAKA

Hipotesis Pasar Efisien

Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan oleh Eugene F. Fama

(1970). Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak ada investor yang dapat

memperoleh return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan

risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Harga-harga yang

terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau “stock prices

reflect all available information” (Fama, 1970). Penekanannya terletak pada dua

aspek, yaitu fully reflect dan information available. Fully reflect menunjukkan

harga-harga sekuritas dapat mencerminkan informasi yang ada secara akurat.

Sedangkan information available menunjukkan ketersediaan informasi. Sehingga,

informasi yang tersedia dapat digunakan investor untuk mengekspektasi harga

sekuritas dengan akurat (Yull dan Kirmizi, 2012).

Dalam mempelajari konsep pasar efisien, tingkat efisiensi pasar modal

ditentukan oleh sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat

mempengaruhi pasar yang tercermin dalam perubahan harga sekuritas

(Kusumawardhani, 2001). Terkait dengan hal tersebut, Haugen (2001) membagi

kelompok informasi menjadi tiga, yaitu (1) informasi harga saham masa lalu

(information in past stock prices), (2) semua informasi publik (all public

information) dan (3) semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam

(all available information including inside or private information). Masing-

masing kelompok informasi tersebut nantinya akan mencerminkan sejauh mana

tingkat efisiensi suatu pasar.

Reaksi Harga Saham terhadap Informasi

Pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas tidak terlalu jauh

menyimpang dari nilai instrinsiknya. Hal ini disebabkan karena informasi dapat

ditangkap oleh investor secara jelas, sehingga tidak terjadi kesalahan penetapan

harga dan harga saham akan berfluktuasi dalam batas tertentu dari nilai

sesungguhnya (Yull dan Kirmizi, 2012).

Page 6: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

6

Fama (1970) mendefinisikan pasar efisien sebagai suatu pasar sekuritas

yang harga-harga sekuritasnya mencerminkan secara penuh informasi yang

tersedia. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Beaver (1989) yang mengatakan

bahwa pasar efisien jika harga-harga sekuritas bertindak mengamati sistem

informasi yang ada. Beaver mengasumsikan bahwa investor bisa mempunyai

ekspektasi yang berbeda terhadap informasi yang ada. Adanya perbedaan

informasi diantara pelaku pasar tersebut dapat menimbulkan inefisiensi pasar.

Perbedaan informasi tersebut diakibatkan karena pelaku pasar cenderung

menitikberatkan informasi terkini dan mengabaikan informasi di masa lalu. Hal

ini menunjukkan adanya pemikiran investor yang tidak rasional (Yull dan

Kirmizi, 2012). Selanjutnya, reaksi berlebihan ini kemudian disadari investor

sehingga melakukan koreksi terhadap tindakan tersebut (Dinawan, 2007).

Fenomena Price Reversal (Pembalikan Harga)

Price reversal atau pembalikan harga merupakan perubahan harga saham

karena investor melakukan kesalahan dalam menetapkan harga saham

(misspricing) (Santosa, 2010). Fenomena price reversal terjadi ketika harga saham

bergerak secara eksesif menjauhi nilai intrinsiknya. Saham yang telah mengalami

kenaikan atau penurunan harga akan terus mengalami kenaikan atau penurunan

harga walaupun tidak ada informasi baru yang berkaitan dengan fundamental

perusahaan. Momentum harga tersebut akan berhenti dan diikuti pembalikan

akibat koreksi harga oleh para investor. Hal tersebut membuktikan bahwa harga

saham tidak selalu mencerminkan nilai intrinsik perusahaan sehingga investor

dapat memperoleh abnormal profit dari kondisi tersebut. Faktor psikologis

investor cenderung mendorong terjadinya mispricing pada saham-saham yang

relatif sulit untuk diprediksi seperti saham perusahaan kecil atau perusahaan yang

rentan terhadap kondisi eksternal. Keberhasilan memprediksi harga dalam jangka

pendek dapat menimbulkan overconfidence yang mendorong investor melakukan

strategi investasi tertentu, salah satunya strategi kontrarian (Yill dan Kirmizi,

2012).

Page 7: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

7

Faktor-faktor yang mempengaruhi Price Reversal

Overreaction hypothesis merupakan anomali yang pertama kali

dikemukakan oleh De Bondt dan Thaler (1985). Penelitian ini pada dasarnya

menyatakan bahwa pasar bereaksi berlebihan dan tidak tepat sebanding dengan

informasi baru. Saham yang sebelumnya berkinerja buruk (loser) pada periode

selanjutnya berkinerja baik dengan abnormal return positif. Sedangkan saham-

saham yang tadinya berkinerja baik (winner) pada periode selanjutnya mengalami

kinerja yang buruk dengan abnormal return negatif. Hal ini dilanjutkan dengan

adanya koreksi berupa fenomena pembalikan (reversal) pada periode selanjutnya.

De Bondt dan Thaler (1985) juga mengemukakan bahwa pada dasarnya pasar

telah bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi. Jika informasi yang

diterima dianggap baik, investor akan menilai saham terlalu tinggi dan segera

membeli dalam jumlah banyak dengan harapan memperoleh profit. Begitu juga

sebaliknya, ketika informasi yang diterima dianggap buruk, investor akan menilai

saham terlalu rendah dan ingin menjual saham yang dimiliki untuk

meminimalisasi kerugian. Peristiwa tersebut yang dinamakan overreaction.

Reaksi yang berlebihan tersebut terjadi karena pengambilan keputusan

investor didasari oleh emosi, pengalaman dan intuisi mereka (Mutiara, 2012).

Beberapa teori umum memang menyebutkan bahwa perilaku investor cenderung

untuk bereaksi terlalu berlebihan (overreact) terhadap peristiwa-peristiwa luar

biasa, informasi baru, dan cenderung mengabaikan informasi lama (Jones, 2000).

Informasi-informasi tersebut bersifat tidak terduga dan dramatis. Ketika pasar

bereaksi berlebihan, saham akan menjadi underpriced dan saham winner juga

akan menjadi overpriced. Berdasarkan peristiwa tersebut pembalikan harga dapat

diprediksi, sehingga adanya overreaction memungkinkan investor mendapatkan

keuntungan dari adanya abnormal return.

Fama (1970) mendefinisikan pasar efisien sebagai suatu pasar sekuritas

yang harga-harga sekuritasnya mencerminkan secara penuh informasi yang

tersedia sehingga tidak ada investor yang dapat memperoleh return tidak normal.

Terdapat tiga tingkat efisiensi pasar modal yang ditunjukkan oleh reaksi pasar

terhadap suatu informasi berdasarkan jenis informasi yang ada, antara lain

Page 8: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

8

efisiensi bentuk lemah berdasarkan informasi historis, efisiensi bentuk setengah

kuat berdasarkan informasi terpublikasi dan efisiensi bentuk kuat berdasarkan

informasi privat. Overreaction yang memberikan kemungkinan bagi investor

untuk mendapatkan abnormal return menunjukkan bahwa pasar sebenarnya tidak

selalu dalam kondisi yang efisien. Sedangkan abnormal return yang terjadi akibat

suatu event menunjukkan bahwa pasar tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.

Beberapa literatur mengaitkan overreaction dengan kemampuan investor

dalam menduga kecenderungan harga di pasar (behavioral finance). Barberis dan

Thaler (2003) dalam Bodie, Kane, dan Marcus (2008) menjelaskan behavioral

finance sebagai sebuah model pasar keuangan yang menekankan akibat dari faktor

psikologis yang mempengaruhi perilaku investor. De Bont dan Thaler (1995) juga

mengemukakan bahwa investor sering mengikuti pemikiran optimisme dan

pesimisme mereka sehingga menyebabkan pergerakan harga menjadi

menyimpang dari nilai fundamentalnya. Investor akan terlalu percaya pada

kemampuannya meramalkan harga saham. Hal ini dapat dibuktikan dari tetap

mendominasinya strategi manajemen aktif meskipun kinerja dari dana yang

dikelola secara aktif telah menunjukkan hasil yang mengecewakan.

Faktor lain yang diamati ketika terjadi price reversal antara lain ukuran

perusahaan (firm size). Menurut Zarowin (1990) firm size didefinisikan sebagai

ukuran perusahaan atau nilai pasar dari ekuitas perusahaan. Nilai pasar mengacu

pada kapitalisasi pasar atau nilai saham perusahaan yang beredar di pasaran.

Harga saham inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga

saham perusahaan naik, otomatis nilai perusahaan tersebut juga naik.

Menurut Agnes Sawir (2004:101-102 dalam Dewi, 2010), ukuran

perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana

dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal,

baik untuk obligasi maupun saham. Biaya peluncuran dari penjualan sejumlah

sekuritas juga menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan,

sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga

membutuhkan penentuan harga tersendiri agar investor mendapatkan hasil yang

memberikan return lebih tinggi. Banyaknya keterbatasan tersebut menyebabkan

Page 9: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

9

informasi yang dimiliki perusahaan kecil lebih sedikit dibandingkan dengan

perusahaan besar. Sehingga ketika perusahaan kecil mengeluarkan informasi

penting, reaksi investor akan lebih sensitif dibandingkan ketika informasi tersebut

dikeluarkan oleh perusahaan besar. Ketika perusahaan kecil mengeluarkan

informasi tertentu, hal tersebut cenderung akan mendorong perilaku overreaction

investor.

Penelitian Kang, Liu dan Ni (2002) juga menyimpulkan bahwa

kecenderungan investor untuk bereaksi berlebihan dipengaruhi oleh besar

kecilnya kapitalisasi pasar, dominasi investor tertentu dan kesenjangan informasi

pasar, terutama pada perusahaan kecil. Perusahan kecil yang hanya mempunyai

sedikit informasi menyebabkan investor menggunakan data masa lalu dan isu-isu

pasar untuk memprediksi harga. Sehingga semakin kecil ukuran perusahaan, maka

return saham perusahaan tersebut akan semakin besar pada hari pembalikan

harga.

Likuiditas saham tercermin dari volume transaksi perdagangan saham

tersebut di pasar modal (Wira dan Afriyani, 2008). Semakin tinggi fluktuasi

saham, semakin tinggi juga tingkat likuiditas saham tersebut. Tingginya frekuensi

transaksi berdampak pada peningkatan minat investor terhadap saham tersebut.

Minat yang tinggi diakibatkan karena semakin tinggi tingkat likuiditas saham,

semakin tinggi kemungkinan untuk mendapatkan return dibandingkan saham yang

likuiditasnya rendah (Yull dan Kirmizi, 2012). Sehingga hal tersebut berdampak

pada kenaikan dan penurunan harga saham.

Terkait dengan analisis overreaction hypothesis, tindakan sharesplit yang

dilakukan perusahaan dapat mengakibatkan peningkatan signifikan pada

permintaan saham tersebut. Tindakan sharesplit akan berdampak pada penurunan

harga saham, disertai dengan kenaikan jumlah saham secara proporsional (Rusliati

dan Farida, 2010). Investor mungkin merespon tindakan tersebut dengan

menyusun kembali portofolio investasinya berdasarkan berbagai pertimbangan.

Investor akan beranggapan kenaikan aktifitas perdagangan pada saham tersebut

akan kembali memicu kenaikan harga, dan pada akhirnya return saham. Pada

periode selanjutnya terjadi koreksi pasar dengan adanya pembalikan.

Page 10: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

10

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan price reversal dalam kaitannya

dengan overreaction salah satunya dilakukan oleh Kusumawardhani (2001). Hasil

penelitian menyatakan overreation hanya terjadi pada kategori saham loser

dengan periode pembalikan selama 5 hari. Hasil tersebut didukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Yull dan Kirmizi (2012) terhadap saham saham

yang diperdagangkan di BEI selama tahun 2007-2010. Periode pembalikan saham

loser dalam hasil penelitian Yull dan Kirmizi lebih singkat, yaitu selama 2 hari.

Wibowo dan Sukarno (2004) meneliti tentang overreaction dengan melihat

ukuran perusahaan. Wibowo dan Sukarno menguji saham harian di Bursa Efek

Indonesia. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan

antara ukuran perusahaan saham winner dan loser, baik perusahaan kecil maupun

perusahaan besar ketika terjadi momentum overreaction. Dalam penelitian

tersebut juga dikemukaan bahwa terdapat kecenderungan saham loser untuk

menjadi winner, tetapi tidak sebaliknya.

Sukmawati dan Hermawan (2003) melakukan penelitian mengenai

overreaction hypothesis dengan cara membentuk enam portofolio dimana

portofolio tersebut terdiri dari tiga portofolio golongan loser dan tiga portofolio

golongan winner. Selanjutnya, penelitian tersebut menguji keberadaan reaksi

berlebihan untuk memprediksikan apakah pola portofolio loser mengungguli pola

portofolio winner. Mereka menemukan bahwa portofolio loser terbukti

mengungguli portofolio winner dan terjadi secara terpisah selama beberapa waktu.

Dinawan (2007) juga menguji adanya overreaction di Bursa Efek

Indonesia pada periode 2007-2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

price reversal terjadi pada saham winner maupun loser. Pembalikan harga pada

hari peristiwa, baik peristiwa kenaikan maupun penurunan harga terjadi akibat

dari reaksi berlebihan investor. Derajat overreaction saham winner yang lebih

besar dibandingkan dengan loser menyebabkan periode pembalikan harga saham

winner lebih lama dibandingkan dengan saham loser.

Page 11: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

11

Pengembangan Hipotesis

Hubungan Overreaction Hypothesis dengan Price Reversal

De Bond and Thaler (1985) menyatakan bahwa pada dasarnya pasar telah

bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi. Sekuritas kategori loser yang

biasanya memiliki return rendah justru akan mempunyai abnormal return tinggi,

sedangkan sekuritas yang termasuk kategori winner justru mempunyai abnormal

return yang rendah (Sukmawati dan Hermawan, 2003). Anomali pasar ini disebut

hipotesis reaksi berlebihan (overreaction hypothesis).

Ketika terdapat informasi yang menyebabkan perilaku investor menjadi

overreaction pembentukan dan pergerakan harga saham menjadi abnormal.

Selanjutnya harga terkoreksi sehingga terjadi pembalikan harga (price reversal)

karena harga saham terkoreksi. Sehingga dapat dikatakan bahwa overreaction

dapat diketahui melalui adanya pembalikan harga setelah munculnya suatu

informasi baru (Yill dan Kirmizi, 2012).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1: Terdapat hubungan antara reaksi berlebihan (overreaction) dari

investor dengan fenomena price reversal.

Page 12: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

12

METODE PENELITIAN

Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu selama tahun 2010 –

2013. Teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan non probability

random sampling dengan metode purposive sampling. Dasar yang digunakan

untuk pengambilan sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria tertentu.

Kriteria-kriteria tersebut antara lain:

1. Saham tersebut termasuk saham yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek

Indonesia (BEI) berturut-turut dari awal 2010 sampai dengan akhir 2013.

Suatu saham dapat dikatakan aktif diperdagangkan apabila frekuensi

perdagangan dalam tiga bulan lebih dari 75 kali (berdasarkan surat edaran

PT. BEJ No. SE- 03/BEJ II/1/1/94).

2. Data saham perusahaan yang termasuk sampel harus tersedia. Apabila

terdapat ketidaktersediaan data, maka saham tersebut dikeluarkan dari

sampel.

3. Pada portofolio winner, sampel harga saham perusahaan diambil jika

harga tersebut mengalami kenaikan harian diatas rata-rata penurunan harga

saham pada hari peristiwa ( .

4. Pada portofolio loser, sampel harga saham perusahaan diambil jika harga

tersebut mengalami penurunan harian dibawah rata-rata penurunan harga

saham pada hari peristiwa ( .

5. Sampel saham winner maupun loser tersebut tidak mengadakan aksi

korporasi selama periode pengamatan. Dalam penelitian, aksi korporasi

dalam kriteria pengambilan sampel dilihat berdasarkan publikasi yang

terdapat dalam publikasi web masing-masing perusahaan.

Page 13: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

13

Tabel 1. Jumlah Sampel yang Memenuhi Syarat

Berdasarkan Kriteria Pengambilan Sampel

No. Kriteria Pengambilan Sampel

Jumlah

Sampel yang

Memenuhi Syarat

Populasi Penelitian: 461 perusahaan.

1. Termasuk saham yang aktif diperdagangkan.

Data tersedia mulai 1 Januari 2010 s/d 31

Desember 2013.

213

2.

Sampel Penelitian: 213 perusahaan.

3.

Sampel

Winner

Memiliki kenaikan diatas

7,2%* 89

Bebas dari aksi korporasi 69

Jumlah sampel winner: 69 perusahaan.

4.

Sampel

Loser

Memiliki kenaikan diatas

8,9%** 106

Bebas dari aksi korporasi 102

Jumlah sampel loser: 102 perusahaan.

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Ket.

* Rata-rata kenaikan harga saham perusahaan pada hari peristiwa positif

(26/05/10).

** Rata-rata penurunan harga saham perusahaan pada hari peristiwa negatif

(22/09/11).

Page 14: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

14

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel-variabel dalam penelitian antara lain overreaction dan price

reversal. Price reversal merupakan fenomena pembalikan arah harga saham

setelah terjadinya tren naik atau tren turun pada harga saham. Pembalikan harga

tersebut dapat diketahui melalui perubahan abnormal return pada average

abnormal return atau cumulative abnormal return. Penelitian ini menggunakan

Cumulative Abnormal Return (CAR) untuk mewakili price reversal. Menurut

Jogiyanto (2009), rumus perhitungan CAR adalah sebagai berikut:

CARi,t adalah cumulative abnormal return saham i pada periode ke-t. Nilai

CARi,t merupakan akumulasi dari abnormal return saham i, mulai dari awal

periode (a atau t3) hingga periode ke-t.

Overreaction didefinisikan sebagai reaksi yang berlebihan dari investor

terhadap harga saham karena adanya informasi yang bersifat baik maupun buruk

(Yill dan Kirmizi, 2012). Reaksi berlebihan tersebut dapat diketahui melalui

adanya pembalikan harga terhadap perubahan harga, baik kenaikan maupun

penurunan yang terjadi sebelumnya. Sehingga korelasi antara abnormal return

pada saat perubahan harga tersebut dengan abnormal return pada saat terjadinya

price reversal akan menunjukkan hubungan antara overreaction dengan fenomena

price reversal.

Menurut Jogiyanto (2009), rumus perhitungan abnormal return (AR) adalah

sebagai berikut:

ARi,t merupakan abnormal return saham i pada periode ke-t, dimana .

R merupakan nilai actual return. Sedangkan ER merupakan nilai expected return,

dimana keduanya merupakan nilai untuk saham i pada periode ke-t.

Variabel ukuran perusahaan (firm size) dan likuiditas digunakan untuk

menjelaskan karakteristik perusahaan pada saham winner dan loser pada saat

Page 15: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

15

terjadi momentum overreaction. Firm size didefinisikan sebagai nilai pasar dari

ekuitas perusahaan (Zarowin, 1990). Rumus perhitungan untuk mengukur firm

size adalah sebagai berikut:

saham x volume saham yang beredar

Likuiditas saham yang baik ditunjukkan dengan frekuensi transaksi yang

semakin tinggi. Sehingga likuiditas saham merupakan volume perdagangan saham

yang terjadi di pasar modal (Ferdian, 2009).

Metode Analisis Data

Mengidentifikasi Hari Peristiwa ( t = 0 )

Penentuan hari peristiwa terjadinya perubahan (kenaikan atau penurunan)

harga secara signifikan mengacu pada perubahan return IHSG. IHSG dijadikan

sebagai indikator awal adanya perubahan harga secara besar-besaran yang diikuti

oleh pembalikan ke arah yang berlawanan (price reversal). Return IHSG tersebut

kemudian digunakan untuk membedakan perubahan harga menurut kejadiannya.

Metode penentuan jenis kejadian mengikuti metode yang digunakan Dinawan

(2007), antara lain:

a) Kejadian positif adalah kejadian dimana .

b) Kejadian negatif adalah kejadian dimana .

c) Bukan kejadian adalah perubahan harga dimana

.

Keterangan:

Rt : return pada hari t

: rata-rata return selama periode penelitian

Page 16: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

16

Penentuan untuk peristiwa kenaikan harga secara besar-besaran

dilakukan dengan memilih kejadian positif yang bernilai paling besar. Sedangkan

penentuan untuk peristiwa penurunan harga secara besar-besaran dilakukan

dengan memilih kejadian negatif yang bernilai paling rendah. Sehingga, selama

periode penelitian terdapat dua hari peristiwa, antara lain peristiwa kenaikan harga

dan peristiwa penurunan harga.

Mengidentifikasi Terjadinya Price Reversal

Langkah untuk mengidentifikasi terjadinya price reversal setelah

mengetahui hari peristiwa perubahan harga yang signifikan dapat dilakukan

dengan melihat average abnormal return saham winner dan loser pada periode

pengamatan. Periode pengamatan yang digunakan adalah ( ) sampai

dengan ( ). Periode pengamatan ini mengikuti periode pengamatan yang

digunakan oleh Wibowo dan Sukarno (2004) dan Dinawan (2007). Alasan

digunakannya periode pengamatan ( ) adalah untuk menghindari bias

akibat event lain yang kemungkinan bersifat dramatik. Sedangkan digunakan

periode (t = 20) setelah perubahan besar harga saham adalah untuk mengetahui

adanya pembalikan yang terjadi. Apabila periode setelah momentum harga terlalu

pendek, maka akan sulit untuk mengidentifikasi adanya pembalikan.

Berdasarkan periode pengamatan tersebut, jika abnormal return setelah hari

peristiwa signifikan dan mengalami perubahan kearah yang berlawanan, maka

terdapat pembalikan harga (Kusumawardhani, 2001). Langkah-langkah yang

perlu dilakukan untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan menghitung

abnormal return untuk masing-masing saham winner dan loser selama periode

pengamatan. Nilai abnormal return dihitung dengan menggunakan Market

Adjusted Model. Perhitungan Market Adjusted Model adalah sebagai berikut

(Jogiyanto, 2009):

1. Menghitung return saham harian untuk masing-masing saham winner dan

loser selama periode pengamatan (Daily Return).

Page 17: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

17

2. Menentukan expected return dengan menggunakan nilai return pasar

(Daily Return Market)

3. Menghitung abnormal return untuk masing-masing saham

4. Menghitung Cumulative Abnormal Return

5. Mengitung Average Abnormal Return

6. Mengitung Cumulative Average Abnormal Return

Keterangan :

: Return harian saham i pada periode t

: Harga closing price saham pada periode t

: Harga closing price saham pada periode t-1

: Return pasar pada periode t

: Indeks Harga Saham Gabungan periode t

: Indeks Harga Saham Gabungan periode t-1

: Abnormal return saham i pada hari t

: Return saham pada periode t

: Cumulative Abnormal Return saham i pada hari t

Page 18: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

18

: Average Abnormal Return saham i pada hari t

: Cumulative Average Abnormal Return saham pada periode t

n : Jumlah saham yang diteliti

Teknik Analisis Data

Pengujian terhadap overreaction dilakukan dengan melakukan uji korelasi

terhadap abnormal return pada hari peristiwa ( ) dengan CAR pada hari

pembalikan harga. Korelasi negatif antara overreaction dan price reversal

menandakan bahwa return positif yang makin besar di hari tertentu akan diikuti

dengan return negatif. Pembalikan tersebut yang menandakan terjadinya price

reversal. Langkah-langkah pengujian adalah dengan menghitung koefisien

korelasi pearson yang diolah dengan software SPSS Statistics 20.

Page 19: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

19

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambaran Umum Sampel

Saham perusahaan yang dijadikan obyek penelitian adalah saham yang aktif

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut selama tahun 2010

hingga tahun 2013. Suatu saham dikatakan aktif diperdagangkan apabila frekuensi

perdagangannya lebih dari 75 kali dalam 3 bulan. Berdasarkan kriteria pemilihan

sampel tersebut, terdapat 213 saham perusahaan yang digunakan sebagai sampel

dalam penelitian. Saham-saham yang termasuk dalam sampel penelitian

ditunjukkan dalam Lampiran 1.

Selanjutnya sampel tersebut diklasifikasikan menjadi dua antara lain sampel

saham winner dan sampel saham loser. Sampel yang termasuk saham winner

merupakan saham yang mengalami kenaikan harga harian diatas rata-rata

kenaikan harga saham pada hari kemungkinan terjadinya kenaikan harga saham

secara besar-besaran. Sedangkan saham loser merupakan saham yang mengalami

penurunan harga harian dibawah rata-rata penurunan harga saham pada hari

kemungkinan terjadinya penurunan harga saham secara besar-besaran. Saham-

saham yang termasuk dalam sampel saham winner dan loser ditunjukkan dalam

Lampiran 2 dan 3.

Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 69 perusahaan yang termasuk

portfolio saham winner dan 102 perusahaan yang termasuk portfolio saham loser.

Penguatan bursa Asia yang dibarengi dengan meningkatnya harga minyak mentah

dunia juga ikut mempengaruhi bursa saham Indonesia sehingga menyebabkan

terjadinya peningkatan harga saham terutama saham untuk sektor komoditas (http:

//bisnis.news.viva.co.id/news/read/153553-regional_menguat__ihsg_berhasil_re

Bound). Namun jumlah sampel saham loser yang lebih besar dibandingkan

winner mengindikasikan bahwa terdapat kejadian negatif yang memberikan

dampak yang lebih kuat pada bursa dibandingkan dengan kejadian positif,

sehingga mengakibatkan saham-saham emiten mengalami penurunan harga yang

signifikan. Kejadian negatif tersebut adalah anjloknya bursa saham Indonesia

Page 20: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

20

hingga 8,9 persen pada tanggal 22 September 2011 (Publikasi PT Prudential Life

Assurance, 26/09/11). Faktor utama yang menyebabkan anjloknya bursa saham

Indonesia adalah ketidakpastian kondisi ekonomi di AS dan krisis hutang kawasan

Eropa. Ketidakpastian tersebut menimbulkan kekhawatiran investor lokal dan

asing sehingga aksi jual segera dilakukan untuk mengamankan investasi mereka

dari risiko. Nilai tukar rupiah yang terkoreksi cukup cepat menambah terjadinya

aksi jual yang lebih besar. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut secara umum

merupakan refleksi atas penguatan yang terjadi atas dolar Amerika Serikat.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data.

Deskripsi tersebut dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean)

dan standar deviasi data. Statistik deskriptif dari variabel penelitian yang

digunakan ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Statistik Deskriptif Saham Winner dan Loser

Saham Winner

AAR* Firm Size Likuiditas*

Min 0,0005 20.583.517.500 0,0000

Max 0,4473 120.554.000.000.000 0,0434

Mean 0,0734 8.601.340.215.728 0,0058

St. Deviasi 0,0842 20.131.673.575.928 0,0082

Sumber: Data JKSE yang diolah

Ket. * dalam rasio

** dalam Rupiah

Saham Loser

AAR* Firm Size ** Likuiditas*

Min -0,1502 46.920.000.000 0,0000

Max 0,0366 163.204.023.340.300 0,0403

Mean -0,0353 12.145.348.889.281 0,0040

St. Deviasi 0,0897 27.483.495.275.164 0,0071

Page 21: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

21

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa portofolio saham winner

menghasilkan rata-rata abnormal return yang positif dan portofolio saham loser

memiliki rata-rata abnormal return yang negatif. Portfolio saham winner rata-rata

mendapatkan abnormal return sebesar 7,34 persen. Nilai abnormal return

tertinggi dimiliki oleh PT. Energi Mega Persada sebesar 44,73 persen. Salah satu

penyebab tingginya abnormal return yang dimiliki PT. Energi Mega Persada

adalah akibat meningkatnya likuiditas saham tersebut. Bahkan saham tersebut

merupakan saham yang paling likuid pada hari peristiwa. Sedangkan portfolio

saham loser memiliki abnormal return negatif sebesar -3,53 persen, dengan nilai

maksimal return hanya 3,66 persen. Fenomena yang terjadi selama periode

pengamatan mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan terjadi anomali

winner-loser pada emiten di pasar modal Indonesia. Hal tersebut mendukung hasil

penelitian DeBond dan Thaler yang menemukan bahwa saham-saham yang

awalnya memberikan return sangat positif (winner) atau return sangat negatif

(loser), kondisinya akan berbalik pada periode-periode berikutnya.

Likuiditas saham yang baik ditunjukkan dengan frekuensi transaksi yang

semakin tinggi. Berdasarkan tabel diatas, rata-rata likuiditas saham winner yang

lebih tinggi dari saham loser mengindikasikan bahwa portfolio saham winner

memang memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan portfolio saham

loser pada hari peristiwa. Rasio likuiditas tertinggi untuk saham winner dimiliki

oleh PT. Energi Mega Persada dengan nilai 0,0434. Sedangkan likuiditas tertinggi

untuk saham loser dimiliki oleh PT. Berlina Tbk dengan nilai 0,0403; walaupun

PT tersebut memiliki ukuran perusahaan paling kecil dengan nilai kapitalisasi

pasar sebesar 46.920.000.000.

Terkait dengan ukuran perusahaan (firm size), ketika terjadi penurunan

harga saham secara signifikan, portfolio saham loser justru dimiliki oleh

perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan kecil yang jarang mengeluarkan

informasi membuat investor lebih sensitif sehingga peluang untuk bereaksi

berlebihan menjadi lebih besar. Dalam penelitian, nilai minimum, maximum dan

rata-rata ukuran perusahaan saham loser lebih besar dibandingkan saham winner.

Hal tersebut disebabkan adanya overreaction akibat pengaruh ancaman dari

Page 22: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

22

default Yunani yang diikuti dengan kebijakan Operation Twist yang dikeluarkan

bank sentral Amerika Serikat sehingga nilai rupiah melemah

(http://investasi.kontan.co.id/news/anjlok-32-rupiah-terseret-ke-posisi-terlemah-

dalam-setahun--1/2011/09/22). Faktor-faktor tersebut menyebabkan tekanan jual

yang tinggi, tidak terkecuali pada saham-saham berkapitalisasi besar seperti Bank

Mandiri dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar 163.204.023.340.300. Selanjutnya,

saham-saham perusahaan yang biasanya memberikan return positif, malah

mendapatkan return negatif di hari peristiwa. Investor yang sahamnya telah masuk

dalam kategori loser tidak akan mengambil risiko kerugian lebih banyak dengan

menahan saham perusahaan yang dimiliki. Apalagi portofolio saham loser

sebagian besar merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang besar.

Mengidentifikasi Hari Peristiwa

Hari peristiwa terjadinya kenaikan dan penurunan saham secara besar-

besaran ditentukan dengan menggunakan tingkat perubahan dalam IHSG.

Penentuan untuk peristiwa kenaikan harga saham secara besar-besaran

dilakukan dengan memilih kejadian positif yang memiliki tingkat perubahan yang

paling besar. Sedangkan penentuan untuk peristiwa penurunan harga

saham secara besar-besaran dilakukan dengan memilih kejadian negatif yang

memiliki tingkat perubahan yang paling rendah.

Berikut adalah hasil penentuan tiga kejadian positif dengan nilai terbesar

dan tiga kejadian negatif dengan nilai terendah.

Tabel 3. Kejadian Positif

Tanggal IHSG Return (Rt) Rata-rata

Return ( ) Rt- Ket.

26/05/2010 2696,8 0,0727 0,0006 0,0721

dipilih

menjadi

27/09/2011 3473,94 0,0476 0,0006 0,0469

19/09/2013 4670,73 0,0465 0,0006 0,0459

Sumber: Data JKSE yang diolah.

Page 23: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

23

Tabel 4. Kejadian Negatif

Tanggal IHSG Return (Rt) Rata-rata

Return ( ) Rt- Ket.

22/09/2011 3369,14 -0,0888 0,0006 -0,0894

dipilih

menjadi

03/10/2011 3348,71 -0,0564 0,0006 -0,0570

19/07/2013 4313,52 -0,0558 0,0006 -0,0564

Sumber: Data JKSE yang diolah.

Berdasarkan hasil perhitungan sesuai kriteria yang terdapat dalam bab

sebelumnya, kejadian positif dengan tingkat perubahan paling tinggi terjadi pada

tanggal 26 Mei 2010. Pemicu utama sentimen positif pada pergerakan IHSG pada

tanggal tersebut adalah adanya penguatan indeks di bursa Asia, seiring dengan

pergerakan positif harga minyak mentah dunia. Pergerakan positif tersebut

kemudian diikuti aksi beli investor terhadap saham-saham terutama di sektor

komoditas (http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/153677-bursa_regional_pe

rkasa__ihsg_melonjak_7_).

Sedangkan kejadian negatif dengan tingkat perubahan paling rendah terjadi

pada tanggal 22 September 2011. Penurunan sebesar 8,9 persen tersebut

disebabkan oleh ancaman dari default Yunani yang diikuti dengan kebijakan

Operation Twist yang dikeluarkan bank sentral Amerika Serikat. Kebijakan

tersebut memancing orang untuk membeli obligasi AS sehingga mengakibatkan

rupiah melemah hingga level Rp 9367 per dolar AS (http://investasi.

kontan.co.id/news/anjlok-32-rupiah-terseret-ke-posisi-terlemah-dalam-setahun--

1/2011/09/22). Banyak investor asing dan lokal yang khawatir dan memilih untuk

keluar dari bursa domestik sehingga memicu tekanan jual yang tinggi. Tekanan

tersebut menyebabkan indeks turun drastis.

Selanjutnya untuk masing-masing kejadian digunakan untuk

menentukan sampel saham winner dan loser. Suatu saham dikategorikan sebagai

sampel saham winner jika tingkat kenaikan perubahan saham tersebut lebih tinggi

Page 24: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

24

daripada rata-rata perubahan sampel pada hari peristiwa kenaikan saham besar-

besaran. Sebaliknya, saham tersebut dikategorikan sebagai sampel saham loser

jika tingkat penurunan saham tersebut lebih rendah daripada rata-rata perubahan

sampel pada hari peristiwa penurunan saham besar-besaran. Berdasarkan kriteria

tersebut, suatu saham termasuk sampel saham winner apabila memiliki tingkat

perubahan harga diatas 7,20 persen. Sedangkan sampel saham loser memiliki

tingkat penurunan harga dibawah -8,92 persen.

Analisis Data

Identifikasi Pembalikan Harga Saham (Price Reversal)

Terjadinya pembalikan harga saham (price reversal), baik untuk sampel

saham winner maupun sampel saham loser, diidentifikasi dengan melakukan uji t

sehingga tingkat signifikansi average abnormal return (AAR) dari masing-masing

hari perdagangan selama periode pengamatan dapat diketahui. Periode

pengamatan yang digunakan adalah hingga . Selanjutnya terjadi

pembalikan harga diasumsikan sebagai perubahan harga menuju ke arah yang

berlawanan dengan peristiwa yang terjadi pada . Price reversal terjadi ketika

nilai average abnormal return (AAR) signifikan tidak sama dengan nol dan

mengalami kenaikan atau penurunan. Selain itu price reversal juga dapat

diidentifikasi melalui grafik CAAR.

Analisis Pembalikan Harga (Price Reversal) untuk Saham Winner

Pembalikan harga yang terjadi pada saham winner dapat diketahui jika

Average Abnormal Return (AAR) pada hari setelah signifikan dan bernilai

negatif. Pembalikan harga juga dapat diketahui dengan membuat scatter plot pada

hasil Cumulative Average Abnormal Return (CAAR).

Page 25: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

25

Tabel 5. AAR dan CAAR Winner

Periode Pengamatan t-5 sampai dengan t+20

t Tanggal AAR CAAR Signifikansi

-5 19/05/10 0,0021 0,0021 0,661

-4 20/05/10 -0,0014 0,0007 0,788

-3 21/05/10 -0,0200 -0,0193 0,000

-2 24/05/10 -0,0339 -0,0532 0,000

-1 25/05/10 -0,0658 -0,1190 0,000

0 26/05/10 0,0734 -0,0456 0,000

1 27/05/10 0,0079 -0,0377 0,185

2 31/05/10 -0,0041 -0,0418 0,413

3 01/06/10 0,0225 -0,0193 0,008

4 02/06/10 -0,0041 -0,0234 0,467

5 03/06/10 -0,0029 -0,0263 0,470

6 04/06/10 0,0034 -0,0229 0,598

7 07/06/10 -0,0029 -0,0258 0,558

8 08/06/10 -0,0018 -0,0276 0,641

9 09/06/10 0,0078 -0,0198 0,046

10 10/06/10 0,0189 -0,0009 0,000

11 11/06/10 -0,0084 -0,0093 0,007*

12 14/06/10 -0,0006 -0,0099 0,839

13 15/06/10 -0,0038 -0,0137 0,339

14 16/06/10 0,0056 -0,0081 0,275

15 17/06/10 -0,0024 -0,0105 0,491

16 18/06/10 -0,0071 -0,0176 0,014*

17 21/06/10 0,0033 -0,0143 0,364

18 22/06/10 -0,0012 -0,0155 0,668

19 23/06/10 0,0105 -0,005 0,008

20 24/06/10 0,0007 -0,0043 0,835

Sumber: Data JKSE yang diolah.

Page 26: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

26

Berdasarkan tabel diatas, pembalikan harga untuk saham winner terjadi

pada dengan tingkat signifikansi 0,007. Grafik CAAR berikut juga

memperlihatkan bahwa tren naik berakhir pada kemudian diikuti dengan

penurunan harga walaupun pembalikan tersebut tidak terlalu signifikan.

Gambar 1. CAAR Winner Periode Pengamatan t-5 sampai dengan t+20

Sumber: Data JKSE yang diolah.

Analisis Pembalikan Harga untuk Saham Loser

Pembalikan harga yang terjadi pada saham loser dapat diketahui jika

Average Abnormal Return (AAR) pada hari setelah signifikan dan bernilai

positif. Pembalikan harga juga dapat diketahui dengan membuat scatter plot pada

hasil Cumulative Average Abnormal Return (CAAR).

Tabel 6. AAR dan CAR Loser Periode Pengamatan t-5 sampai dengan t+20

t Date AAR CAAR Signifikansi

-5 15/09/2011 -0,0014 -0,0014 0,535

-4 16/09/2011 -0,0017 -0,0031 0,590

-3 19/09/2011 -0,0072 -0,0103 0,002

-2 20/09/2011 0,0025 -0,0078 0,424

-1 21/09/2011 -0,0026 -0,0104 0,362

0 22/09/2011 -0,0353 -0,0457 0,000

-0.1400

-0.1200

-0.1000

-0.0800

-0.0600

-0.0400

-0.0200

0.0000

0.0200

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 27: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

27

1 23/09/2011 -0,0049 -0,0506 0,227

2 26/09/2011 -0,0226 -0,0732 0,000

3 27/09/2011 0,0239 -0,0493 0,000*

4 28/09/2011 -0,0126 -0,0619 0,001

5 29/09/2011 -0,0068 -0,0687 0,023

6 30/09/2011 -0,0087 -0,0774 0,017

7 03/10/2011 -0,0086 -0,0860 0,013

8 04/10/2011 -0,0075 -0,0935 0,040

9 05/10/2011 0,0044 -0,0891 0,380

10 06/10/2011 0,0119 -0,0772 0,008*

11 07/10/2011 -0,0044 -0,0816 0,132

12 10/10/2011 0,0001 -0,0815 0,986

13 11/10/2011 0,0037 -0,0778 0,193

14 12/10/2011 0,0020 -0,0758 0,594

15 13/10/2011 0,0109 -0,0649 0,024*

16 14/10/2011 0,0105 -0,0544 0,008*

17 17/10/2011 0,0235 -0,0309 0,000*

18 18/10/2011 -0,0145 -0,0454 0,000

19 19/10/2011 0,0075 -0,0379 0,026*

20 20/10/2011 -0,0007 -0,0386 0,768

Sumber: Data JKSE yang diolah.

Tabel diatas menunjukkan nilai AAR positif yang signifikan terdapat pada

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Pada grafik CAAR, tren penurunan

juga berhenti pada dan terjadi pembalikan harga ke arah berlawanan.

Walaupun pembalikan harga tersebut hanya terjadi satu hari dilanjutkan dengan

tren penurunan kembali pada periode selanjutnya.

Page 28: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

28

Gambar 2. CAAR Loser Periode Pengamatan t-5 sampai dengan t+20

Sumber: Data JKSE yang diolah.

Pengujian Normalitas Data

Uji normalitas dalam penelitian dilakukan dengan melihat nilai signifikansi

data pada uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pada uji K-S, data yang berdistribusi

normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05.

Tabel 7. Hasil Uji Kormogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Saham Winner

AR0 CAR11

N 69 69

Normal Parametersa,b

Mean ,073422 -,009206

Std.

Deviation ,0842166 ,1411647

Most Extreme

Differences

Absolute ,197 ,099

Positive ,197 ,099

Negative -,193 -,061

Kolmogorov-Smirnov Z 1,638 ,820

Asymp. Sig. (2-tailed) ,091 ,512

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

-0.1000

-0.0800

-0.0600

-0.0400

-0.0200

0.0000

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 29: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

29

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Saham Loser

AR0 CAR3

N 102 102

Normal Parametersa,b

Mean -,035285 -,049196

Std.

Deviation ,0314100 ,0745696

Most Extreme

Differences

Absolute ,115 ,048

Positive ,105 ,045

Negative -,115 -,048

Kolmogorov-Smirnov Z 1,162 ,488

Asymp. Sig. (2-tailed) ,134 ,171

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Ouput SPSS yang diolah.

Distribusi data yang normal dapat dilihat pada tabel hasil uji Kolmogorov-

Smirnov yang menunjukkan nilai signifikansi di atas 0,05. Nilai signifikansi hari

peristiwa saham winner dan loser, serta hari pembalikan harga masing-masing

saham berturut-turut adalah 0,91; 0,134; 0,512 dan 0,171 membuktikan bahwa

data dalam penelitian telah berdistribusi normal.

Analisis Data

Pengujian Hipotesis 1 untuk Saham Winner

Pengujian hipotesis 1 untuk saham winner dilakukan dengan menghitung

koefisien korelasi antara abnormal return (AR) saham winner pada hari peristiwa

( ) dengan cumulative abnormal return (CAR) saham winner pada hari

pembalikan harga yaitu , pada 69 saham perusahaan yang termasuk dalam

kategori saham winner.

Page 30: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

30

Tabel 8. Hasil Uji Korelasi Saham Winner

Correlations

AR0 CAR11

AR0

Pearson Correlation 1 -,156

Sig. (2-tailed)

,201

N 69 69

CAR11

Pearson Correlation -,156 1

Sig. (2-tailed) ,201

N 69 69

Sumber: Output SPSS yang diolah.

Tabel tersebut menunjukkan adanya korelasi negatif antara AR dan

CAR sebesar -0,156. Namun korelasi tersebut memiliki nilai signifikansi

0,201. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, nilai tersebut tidak signifikan

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat overreaction investor yang

menyebabkan terjadinya fenomena pembalikan harga.

Pengujian Hipotesis 1 untuk Saham Loser

Pengujian hipotesis 1 untuk saham loser dilakukan dengan menghitung

koefisien korelasi antara abnormal return (AR) saham winner pada hari peristiwa

( ) dengan cumulative abnormal return (CAR) saham winner pada hari

pembalikan harga yaitu , pada 102 saham perusahaan yang termasuk dalam

kategori saham loser.

Tabel 9. Hasil Uji Korelasi Saham Loser

Correlations

AR0 CAR3

AR0

Pearson Correlation 1 -,252*

Sig. (2-tailed) ,011

N 102 102

CAR3

Pearson Correlation ,252* 1

Sig. (2-tailed) ,011

N 102 102

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Output SPSS yang diolah.

Page 31: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

31

Hasil output menunjukkan terdapat korelasi negatif antara AR dan

CAR sebesar -0,252 dengan nilai signifikansi 0,011. Nilai signifikansi

tersebut kurang dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat reaksi

berlebihan dari investor yang menyebabkan terjadinya fenomena price reversal.

Korelasi yang negatif antara abnormal return pada hari peristiwa dengan

cumulative abnormal return pada hari pembalikan harga menunjukkan bahwa

return negatif yang terjadi pada akan diikuti dengan return positif sebagai

akibat dari adanya koreksi harga. Koefisien korelasi yang signifikan pada tingkat

kepercayaan 95 persen berarti menerima Ha yaitu terdapat hubungan antara reaksi

berlebihan (overreaction) investor yang menyebabkan terjadinya fenomena price

reversal pada saham loser dan menolak Ho.

Pembahasan

Peristiwa Price Reversal untuk Saham Winner

Perhitungan average abnormal return dengan menggunakan metode Market

Adjusted Model pada tabel 4 menunjukkan bahwa penurunan harga untuk saham

winner terjadi pada hari ke-11 dan 16 setelah hari peristiwa ( ). Peningkatan

harga saham sampel winner ketika hari peristiwa menyebabkan saham tersebut

memiliki abnormal return positif. Nilai average abnormal return setelah hari

peristiwa yang signifikan dan negatif menandakan kemungkinan tejadinya

pembalikan harga sebagai koreksi akibat adanya pergerakan harga yang tidak

normal ketika hari peristiwa.

Terjadinya pembalikan harga juga dapat diketahui dengan melihat

pergerakan cumulative abnormal return (CAAR) portfolio saham winner selama

periode pengamatan yaitu Pergerakan CAAR

saham winner ditunjukkan dalam grafik berikut.

Page 32: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

32

Gambar 3. CAAR Winner Periode Pengamatan t-5 sampai dengan t+20

Sumber: Data JKSE yang diolah.

Grafik diatas menunjukkan pergerakan harga yang terus menurun di awal

periode pengamatan. Selanjutnya terjadi peristiwa kenaikan harga saham secara

besar-besaran yang ditunjukkan dengan grafik CAAR yang meningkat secara

signifikan pada . Pada periode setelah , harga masih bergerak naik.

Walaupun pada beberapa periode harga kembali turun, namun secara keseluruhan

harga masih menunjukkan tren kenaikan. Tren tersebut berakhir pada pe .

Pada periode , harga mulai terkoreksi dan menurun secara perlahan.

Penurunan kembali terjadi pada hingga harga bergerak relatif stabil.

Walaupun terdapat korelasi negatif antara abnormal return dengan

cumulative abnormal return yang menunjukkan adanya kenaikan harga

saham yang signifikan diikuti dengan pembalikan harga, namun nilai tersebut

tidak signifikan. Hal tersebut berarti kenaikan ekstrim pada harga saham tersebut

tidak disebabkan oleh overreaction dari investor.

Walaupun sama-sama digunakan untuk menentukan posisi aksi jual dan beli

saham, overreaction berbeda dengan trend. Suatu trend harga naik diamati dengan

melihat pergerakan harga dalam beberapa periode atau bahkan dalam jangka

panjang. Identifikasi adanya trend dilakukan dengan membuat garis trend yang

dihubungkan dari beberapa support (Kusumawati, 2011). Sedangkan overreaction

hanya terjadi dalam satu periode (satu hari) dan kenaikan harga yang terjadi

terlihat sangat signifikan akibat adanya peristiwa tertentu. Overreaction juga

-0.1400

-0.1200

-0.1000

-0.0800

-0.0600

-0.0400

-0.0200

0.0000

0.0200

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 33: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

33

ditandai dengan pembalikan harga pada periode berikutnya akibat koreksi harga.

Sedangkan dalam trend, perubahan harga dari trend naik menjadi turun disebut

retracement (Kusumawati, 2011). Perubahan tersebut bukan akibat koreksi pasar,

melainkan akibat adanya pembeli yang menutup posisinya dengan tujuan

memperoleh keuntungan.

VIVAnews (Rabu, 26/05/10) mempublikasikan bahwa pemicu utama

sentimen positif bagi pergerakan IHSG dan kenaikan harga saham tersebut adalah

penguatan indeks di bursa Asia sejak pembukaan pada hari yang sama. Penguatan

bursa di Asia sendiri disebabkan oleh naiknya harga komoditas, seiring dengan

pergerakan positif harga minyak mentah dunia dan melemahnya mata uang yen

Jepang terhadap euro Eropa setelah beberapa hari terus mengalami pelemahan

(http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/153677-bursa_regional_perkasa__

ihsg_melonjak_7_ ). Penurunan indeks harga saham gabungan bursa Indonesia

selama lima hari sebelumnya akibat kecemasan krisis utang Yunani akhirnya

terhenti. Menurut tim riset PT Mega Capital, sentimen positif bursa gobal dan

regional, serta harga minyak mentah yang berbalik arah menguat (rebound)

diprediksi mampu memberikan angin segar di pasar saham domestik. Hal tersebut

dapat dimanfaatkan kembali oleh investor dalam memburu saham-saham

unggulan (http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/153553-regional_menguat__

ihsg_berhasil_rebound).

IHSG pada penutupan transaksi sesi kedua tanggal 26 Mei 2010 memang

melonjak 182,66 poin atau 7,26 persen ke level 2.696,78. Sebanyak 226 saham

menguat, 31 melemah, 24 stagnan, serta sebanyak 222 sedang tidak terjadi

transaksi. Bursa Asia saat IHSG ditutup hari ini juga bergerak positif. Indeks

Hang Seng naik 1,11 persen ke level 19.196,45, Nikkei 225 menguat 0,66 persen

di posisi 9.522,66, dan Straits Times terangkat 1,71 persen menjadi 2.696,02

(http://www.yiela.com/view/1128632/bursa-regional-menguat-ihsg-melonjak-7-).

Di Bursa Efek Indonesia, saham unggulan (blue chips) yang memberikan

kontribusi dalam penguatan IHSG, antara lain PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

terangkat Rp 4.250 atau 13,20 persen ke level Rp 36.000, PT Astra International

Tbk (ASII) menguat Rp 3.650 (10,02 persen) menjadi Rp 40.050, dan PT Indo

Page 34: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

34

Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik Rp 3.050 atau 10,09 persen di posisi Rp

33.250 (hhtp://bisnis.news.viva.co.id/news/read/153677-bursa_regional_perkasa_

_ihsg_melonjak_7_).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga

saham pada saham-saham winner pada hari peristiwa bukan diakibatkan oleh

perilaku investor yang bereaksi berlebihan terhadap suatu informasi positif,

namun lebih kepada pengaruh penguatan indeks bursa Asia dan kenaikan harga

minyak mentah dunia.

Peristiwa Price Reversal untuk Saham Winner

Perhitungan average abnormal return dengan menggunakan metode Market

Adjusted Model pada tabel 5 menunjukkan bahwa pembalikan harga pertama

untuk saham loser terjadi pada hari ke-3 setelah hari peristiwa ( ). Berikut

adalah pergerakan CAAR saham loser selama periode pengamatan yaitu dari

Gambar 4. CAAR Loser Periode Pengamatan t-5 sampai dengan t+20

Sumber: Data JKSE yang diolah.

Berdasarkan grafik tersebut, tren pergerakan harga yang turun sebenarnya

telah terlihat sejak sebelum . Pada periode , harga sempat naik

walaupun pada akhirnya turun kembali pada periode berikutnya. Selanjutnya

terjadi penurunan yang signifikan dimana hari tersebut merupakan hari peristiwa

penurunan saham secara besar-besaran ( ). Penentuan hari pembalikan harga

-0.1000

-0.0800

-0.0600

-0.0400

-0.0200

0.0000

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 35: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

35

dilihat berdasarkan nilai average abnormal return setelah yang signifikan

dan bernilai positif. Sehingga kenaikan harga saham-saham loser terjadi pada hari

ke-3, 10, 15, 16, 17 dan 19. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa penurunan harga

saham sampel loser ketika hari peristiwa menyebabkan saham tersebut memiliki

abnormal return negatif. Nilai average abnormal return setelah hari peristiwa

yang signifikan dan positif menandakan kemungkinan tejadinya pembalikan harga

sebagai koreksi akibat adanya pergerakan harga yang tidak normal ketika hari

peristiwa.

Penurunan harga yang terjadi akibat overreaction juga berbeda dengan

trend. Harga memiliki trend menurun apabila garis trend dalam pergerakan harga

semakin rendah. Garis trend dibuat dengan menghubungkan beberapa ressistance

(Kusumawati, 2011). Sehingga trend turun diamati dalam beberapa periode atau

jangka panjang. Sedangkan penurunan harga dalam overreaction hanya terjadi

dalam satu periode (satu hari) dengan penurunan yang sangat signifikan akibat

pengaruh adanya peristiwa negatif. Overreaction juga ditandai dengan

pembalikan harga pada periode berikutnya akibat koreksi harga. Dalam trend,

perubahan harga dari trend turun menjadi naik disebut retracement (Kusumawati,

2011). Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya penjual yang menutup

posisinya dengan tujuan memperoleh keuntungan dan bukan akibat koreksi pasar.

Pada tanggal 22 September 2011, IHSG di Bursa Efek Indonesia turun

sangat signifikan ke zona negatif. IHSG terpuruk 328,35 poin atau 8,89 persen ke

level 3.369,14. Bahkan pelemahan IHSG tersebut merupakan yang terbesar

dibandingkan bursa kawasan Asia Pasifik (http://bisnis.news.viva.co.id/news/read

/249291-indeks-terpuruk-300-poin).

Pergerakan negatif IHSG tersebut dipicu oleh berbagai faktor. Faktor

pertama adalah pelemahan bursa global, terutama Amerika Serikat dan Eropa.

Kondisi tersebut kemudian merembet ke pasar saham Asia akibat outlook

ekonomi AS yang memburuk. Outlook negatif ekonomi AS dan krisis utang

Eropa yang berkepanjangan akan berimplikasi pada outlook ekonomi dunia. Hal

tersebut akan tentunya juga akan berpengaruh pada ekonomi Asia, termasuk

Page 36: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

36

Indonesia (http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/249291-indeks-terpuruk-300-

poin).

Selain itu, terpuruknya bursa Indonesia juga diakibatkan pasar keuangan

yang melemah. Hal tersebut terlihat dari nilai tukar rupiah yang terkoreksi cukup

cepat. Kondisi pelamahan nilai rupiah menambah ketidakpastian investor asing

dan domestik, sehingga mereka cenderung untuk meminimalisir risiko dengan

menjual lebih dahulu. Adanya informasi negatif dibarengi dengan ketidakpastian

menyebabkan investor, baik domestik maupun asing bereaksi berlebihan sehingga

tekanan jual menjadi tinggi. BI dan pemerintah mulai mempersiapkan

pencadangan dana buyback (http://internasional.kompas.com/read/2011/09

/22/15260963/Hatta.Pelaku.Pasar.Modal.Jangan.Panik). BEI sendiri menyarankan

untuk membeli saham asing sehingga keuntungan dapat dihasilkan pada periode

selanjutnya (http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/249246-bursa-ri-terpuruk--

ini-saran-otoritas-bei). Namun antisipasi tersebut tidak terlalu mempengaruhi

keputusan investor, karena investor yang sahamnya telah masuk dalam kategori

loser tidak berani mengambil risiko kerugian lebih banyak dengan menahan

saham perusahaan yang dimiliki. Apalagi portofolio saham loser sebagian besar

merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang besar.

Ketajaman Overreaction dan Jangka Waktu Pembalikan Harga Saham

Winner dan Loser

Berdasarkan grafik CAAR sebelumnya, terlihat bahwa derajat ketajaman

overreaction saham winner lebih besar dibandingkan dengan saham loser. Secara

psikologis, pelaku pasar memang cenderung memberikan aksi yang lebih

dramatik terhadap berita yang buruk akibat keinginan investor untuk

meminimalisasi risiko. Investor yang sahamnya telah masuk dalam kategori loser

tidak akan mengambil risiko kerugian lebih banyak dengan menahan saham

perusahaan yang dimiliki. Selanjutnya aksi tersebut akan diikuti oleh reaksi yang

jangka waktunya tergantung pada jenis informasi yang menyebabkan perilaku

aksi tersebut.

Page 37: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

37

Jusuf (2008) menyatakan bahwa berita positif hanya mengakibatkan reaksi

“lembut” yang kurang mencerminkan efisiensi pasar. Investor bereaksi dengan

segera, namun berlangsung dalam waktu yang lama. Sedangkan even negatif

mengakibatkan reaksi yang lebih kuat. Pergerakan ekstrim pada harga saham akan

diikuti dengan pergerakan arah sebaliknya, dan semakin pendek durasi pergerakan

harga saham maka durasi reaksi yang terjadi juga semakin singkat. Hal tersebut

sesuai dengan pergerakan harga dalam grafik CAAR saham winner dan loser.

Saham winner yang mempunyai derajat overreaction lebih besar daripada saham

loser membutuhkan waktu 11 hari dalam koreksi harga. Sedangkan pada saham

loser, pembalikan harga terjadi dalam periode yang lebih singkat yaitu selama 3

hari. Kedua hasil identifikasi tersebut menunjukkan bahwa semakin besar

pergerakan harga ketika hari peristiwa, maka semakin besar pula jangka waktu

pembalikan harga selama hari penyesuaian.

Tabel 10. Perbandingan Ketajaman Overreaction dan Jangka Waktu

Pembalikan Harga Saham Winner dan Loser

Saham Winner Saham Loser

Kenaikan Return IHSG 0,0721 -0,0894

Koefisien Korelasi -0,156 -0,252

Derajat Overreaction 7,34 % 3,53 %

Periode Pembalikan Harga

Jangka Waktu Pembalikan Harga 11 hari 3 hari

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Karakteristik Perusahaan Saham Winner dan Loser ketika Terjadi

Overreaction

Penelitian overreaction selalu mengelompokkan data menjadi dua jenis

saham, antara lain kelompok saham winner dan saham loser. Perusahaan-

perusahaan yang termasuk saham winner mengalami kenaikan harga secara

signifikan pada hari peristiwa sehingga abnormal returnnya bernilai positif.

Sebaliknya perusahaan yang termasuk dalam saham loser mengalami penurunan

Page 38: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

38

harga yang signifikan, sehingga abnormal return perusahaan-perusahaan tersebut

menjadi negatif.

Beberapa penelitian terdahulu, diantaranya Kusumawardhani (2001),

Dinawan (2007) serta Yull dan Kirmizi (2012) menggunakan variabel firm size,

likuiditas dan bid-ask spread sebagai faktor yang mempengaruhi price reversal

dalam penelitian overreaction. Namun dalam penelitian ini, variabel bid-ask

spread tidak digunakan akibat sulitnya memperoleh data historis bid dan ask. Data

bid dan ask yang bersifat intraday menyebabkan data historis tidak tersedia pada

website-website bursa. Padahal variabel tersebut merupakan salah satu variabel

yang mempengaruhi adanya reaksi berlebihan investor yang akhirnya memicu

pembalikan harga. Pendekatan lain dalam menghitung variabel bid-ask spread

telah dilakukan namun masih belum dapat merepresentasikan variabel tersebut.

Sehingga penelitian ini hanya menganalisis perbedaan likuiditas dan ukuran

perusahaan pada saham winner dan loser sebagai karakteristik perusahaan yang

diamati dalam penelitian overreaction.

Likuiditas saham adalah seberapa mudah dan cepat suatu aset dijual dan

berada dekat dengan nilai wajarnya (Rusliati dan Farida, 2010). Tingginya

frekuensi transaksi berdampak pada peningkatan minat investor terhadap saham

tersebut. Minat yang tinggi dimungkinkan karena semakin tinggi tingkat likuiditas

saham, semakin tinggi kemungkinan untuk mendapatkan return dibandingkan

saham yang likuiditasnya rendah (Yull dan Kirmizi, 2012).

Terkait dengan analisis overreaction hypothesis, tindakan sharesplit yang

dilakukan perusahaan dapat mengakibatkan peningkatan signifikan pada

permintaan saham tersebut. Tindakan sharesplit akan berdampak pada penurunan

harga saham, disertai dengan kenaikan jumlah saham secara proporsional (Rusliati

dan Farida, 2010). Investor mungkin merespon tindakan tersebut dengan

menyusun kembali portofolio investasinya berdasarkan berbagai pertimbangan.

Investor akan beranggapan kenaikan aktifitas perdagangan pada saham tersebut

akan kembali memicu kenaikan harga, dan pada akhirnya return saham. Sehingga

semakin likuid suatu saham, semakin sensitif pula reaksi investor terhadap saham

tersebut.

Page 39: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

39

Dalam penelitian kenaikan harga saham yang signifikan memang bukan

disebabkan karena perilaku reaksi berlebihan investor. Namun saham winner yang

pada hari peristiwa memiliki kinerja diatas rata-rata saham terlihat memiliki

tingkat likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham loser. Lebih lanjut

periode pembalikan harga saham winner yang lebih cepat dibandingkan dengan

saham loser sesuai dengan pendapat Cox dan Peterson (1994) yang menyatakan

bahwa semakin likuid suatu saham, maka derajat pembalikan harga yang terjadi

akan semakin cepat.

Tabel 11. Perbandingan Nilai Firm Size dan Likuiditas

Saham Winner dan Loser

Saham Winner Saham Loser

Firm Size Likuiditas Firm Size Likuiditas

Min 20.583.517.500 0,0000 46.920.000.000 0,0000

Max 120.554.000.000.000 0,0434 163.204.023.340.300 0,0403

Mean 8.601.340.215.728 0,0058 12.145.348.889.281 0,0040

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Terkait dengan ukuran perusahaan (firm size), Zarowin (1990), Choi (2005)

dan Leung (2009) merupakan sebagian peneliti mengemukakan bahwa saham-

saham yang yang berkinerja buruk pada satu periode waktu cenderung untuk

membaik pada periode berikutnya, begitu juga sebaliknya. Saham dengan kinerja

buruk biasanya merupakan saham perusahaan kecil yang memiliki sedikit

informasi. Sedangkan saham dengan kinerja baik biasanya merupakan saham-

saham unggulan yang informasinya selalu tersedia di pasar dan sering

mendapatkan return positif.

Dalam penelitian, tidak seluruh saham winner merupakan perusahaan

dengan ukuran yang kecil. Namun nilai minimum, nilai maksimum dan rata-rata

kapitalisasi pasar saham winner yang lebih rendah jika dibandingkan dengan

saham loser. Momentum saham loser yang diakibatkan oleh overreaction

menyebabkan saham perusahaan berkapitalisasi besar yang pada awalnya

Page 40: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

40

memiliki kinerja yang baik berubah menjadi loser. Saham-saham perusahaan

besar yang biasanya memberikan return positif, malah mendapatkan return negatif

di hari peristiwa. Investor yang sahamnya telah masuk dalam kategori loser tidak

akan mengambil risiko kerugian lebih banyak dengan menahan saham perusahaan

yang dimiliki. Apalagi portofolio saham loser sebagian besar merupakan

perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang besar.

Pada saham winner, momentum harga bukan disebabkan oleh overreaction

investor melainkan akibat penguatan indeks di bursa Asia, seiring dengan

pergerakan positif harga minyak mentah dunia. Pergerakan positif tersebut

kemudian diikuti aksi beli investor terhadap saham-saham terutama di sektor

komoditas (http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/153677-bursa_regional_per

kasa_ihsg_melonjak_7_). Aksi beli tersebut menyebabkan harga saham komoditas

naik sehingga memberikan return positif pada hari peristiwa. Selain itu, sentimen

positif bursa gobal dan regional, serta harga minyak mentah yang menguat juga

dimanfaatkan kembali oleh investor dalam memburu saham-saham unggulan

(http://bisnis.news.viva.co.id/153553regional_menguat__ihsg_berhasil_rebound).

Page 41: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

41

KESIMPULAN

Dari pengujian dan analisis data yang telah dilaksanakan, diperoleh

kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara reaksi berlebihan dari investor

dengan fenomena price reversal. Reaksi investor yang berlebihan dalam menilai

saham tersebut ditunjukkan dengan korelasi negatif yang signifikan antara

abnormal return hari peristiwa ( ) dengan CAR pada saham loser.

Sedangkan momentum harga yang terjadi pada saham winner bukan disebabkan

oleh reaksi berlebihan investor, melainkan karena penguatan bursa di Asia akibat

naiknya harga komoditas.

Kesimpulan selanjutnya adalah mengenai keterkaitan ketajaman

overreaction dengan lama pembalikan harga. Semakin ekstrim pergerakan harga

saham pada hari peristiwa, semakin lama pula durasi pembalikan harga sebagai

akibat dari adanya pergerakan abnormal tersebut. Saham winner yang mempunyai

derajat overreaction lebih besar daripada saham loser membutuhkan waktu 11

hari dalam koreksi harga. Sedangkan saham loser membutuhkan waktu 3 hari

dalam koreksi harga. Selanjutnya, momentum saham loser yang diakibatkan oleh

overreaction menyebabkan saham perusahaan berkapitalisasi besar yang pada

awalnya memiliki kinerja yang baik berubah menjadi loser. Sedangkan

momentum saham winner menyebabkan saham sektor komoditas dan saham-

saham unggulan mengalami kenaikan harga.

Implikasi Manajerial

Bagi investor, waktu untuk melakukan aksi jual dan beli dapat diketahui

dengan mengamati pergerakan CAAR pada saat terjadi overreaction.

Overreaction menyebabkan harga menjadi abnormal, sehingga untuk saham

winner aksi jual dapat dilakukan ketika harga masih mengalami overreact pada

saat hari peristiwa. Harga tersebut masih menguntungkan apabilabelum mencapai

harga keseimbangan setelah terjadi overreaction.

Page 42: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

42

Sebaliknya untuk saham losser, aksi beli dapat dilakukan ketika saham

masih mengalami penurunan harga. Dengan harapan ketika terjadi koreksi pasar

harga akan naik menuju tingkat keseimbangan dan pada akhirnya investor dapat

memperoleh profit. Namun aksi beli tersebut juga perlu mempertimbangkan baik

buruknya aspek fundamental dari perusahaan loser yang bersangkutan.

Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang

1. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan variabel firm size, likuiditas

dan bid-ask spread sebagai faktor yang mempengaruhi price reversal dalam

kaitannya dengan analisis overreaction. Namun dalam penelitian ini,

variabel bid-ask spread tidak digunakan. Sulitnya mencari data bid-ask

menjadi kendala dalam penelitian. Data bid dan ask yang bersifat intraday

menyebabkan data historis tidak tersedia pada website. Pendekatan lain

dalam menghitung variabel bid-ask spread telah dilakukan namun masih

belum dapat merepresentasikan variabel tersebut.

2. Identifikasi terjadinya overreaction dilakukan dengan melihat perubahan

harga yang terjadi pada sampel winner dan loser yang memenuhi beberapa

kriteria. Kriteria terakhir mengharuskan sampel winner dan loser bebas dari

seluruh aksi korporasi yang dilakukan perusahaan selama periode

pengamatan sampai dengan . Pada kenyataannya aksi korporasi

bisa saja dilakukan setiap hari oleh suatu perusahaan. Kendala lain adalah

sulitnya mencari seluruh media yang digunakan sebagai media publikasi

aksi korporasi atau bahkan terdapat kemungkinan beberapa aksi korporasi

tidak dipublikasikan. Dalam penelitian, aksi korporasi dalam kriteria

pengambilan sampel hanya dilihat berdasarkan publikasi yang terdapat

dalam ICMD.

3. Penelitian selanjutnya dapat mengajukan permohonan permintaan data ke

Indonesian Capital Market Library (ICaMEL) dan Pusat Informasi Pasar

Modal (PIPM) di kota-kota besar, sehingga didapatkan data historis bid-ask

yang akurat.

Page 43: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

43

4. Sebagian besar penelitian menngenai price reversal di Indonesia telah

menggunakan variabel firm size, likuiditas dan bid-ask spread sebagai

faktor yang berpengaruh. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan

variabel-variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi price reversal.

Page 44: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

44

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Robert. 2011. Hatta: Pelaku Pasar Modal Jangan Panik.

http://internasional.kompas.com/read/2011/09/22/15260963/Hatta.Pelaku.Pa

sar.Modal.Jangan.Panik. 10 Maret 2014

Ardi, Azhar, Kiryanto, dan Dista Amalia. 2008, “Over Reaksi Pasar terhadap

Harga Saham Perusahaan-Perusahaan di Indonesia”, Simposium Nasional

Akuntansi ke 11, Pontianak, Mei 2008.

Barberis, N. and Thaler, R. 2003, “Survey of Behavioral Finance,” Handbook of

the Economics of Finance.

Benou, G. and Nivine Richie, 2003, “The Reversal of Large Stock Price Declines:

The Case of Large Firms”, Journal of Economics and Finance.

Beaver, W.H., 1989, Financial Reporting: An Accounting Revolution,

Englewood Cliffs: NJ: Prentice-Hall Inc., second edition.

Bodie, Zvi; Alex Kane, dan Alan J. Marcus, 2008, “Investments”, Seventh

Edition Mc-Graw Hill, page 347, 605-621.

Choi, Hyung-Suk dan Narayanan Jayaraman, 2005, “Is Reversal of Large Stock-

Price Declines Caused by Overreaction or Information Asymetry: Evidence

from Stock and Option Markets”, Working Paper of Georgia Institute of

Technology, USA.

Cox, Don R dan David Peterson, 1994, “Stock Returns Following Large One Day

Declines:Evidence on Short-Term Reversals and Longer-Term Performance”,

The Journal of Finance, March, Vol. XLIL, No. 1, 255-267.

DeBondt, W. dan R Thaler. 1985, “Does the Stock Market Overreact?”, Journal

of Finance, Vol. XI No. 3 July: 793-805.

Dewi, Diastiti Okkarisma, 2010, “Pengaruh Jenis Usaha, Perusahaan dan

Financial Leverage terhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang

Page 45: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

45

Terdaftar di BEI (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia)”, Skripsi UNDIP,

2010.

Dinawan, Muhammad Rizkada, 2007, “Analisis Overreaction Hyphothesis, Dan

Pengaruh Firm Size, Likuiditas & Bid-Ask Spread Terhadap Fenomena

Price Reversal Di Bursa Efek Jakarta“, Tesis UNDIP, Semarang.

Dupla Kartini. 2011. Anjlok 3,2&, Rupiah Terseret ke Posisi Terlemah Dalam

Setahun. http://investasi.kontan.co.id/news/anjlok-32-rupiah-terseret-ke-

posisi-terlemah-dalam-setahun--1/2011/09/22. 25 Februari 2014.

Fama, Eugene, 1970, “Efficient Capital Markets – A Review of Theory and

Empirical Work”, Journal of Finance Vol. 25 No. 2.

Hermawan, Daniel dan Sukmawati, 2002, “Overreact Hypothesis dan Price

Earning Ratio Anomaly Saham – Saham Sektor Manufaktur Di BEJ”,

Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi, Februari, Vol. 2, No.

1: 57 – 76

Husnan, Suad, 1998, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,

Edisi Ketiga, BPFE UGM, Yogyakarta.

Jogiyanto, H.M., 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE,

Yogyakarta.

Jones, Charles P, 2000, Investment Analysis and Management, New

Hamphshire : John Wiley & Sons Inc.

Jusuf, A An Arief, 2008, ”Reaksi Pasar Yang Berlebihan”, Jurnal

Kewirausahaan.

Kusumawardhani, Srihartati, 2001, “Analisis Reaksi Berlebihan, Efek Bid-Ask,

Firm Size, dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal di Bursa Efek

Jakarta”, Tesis UNDIP, Semarang.

Leung, W.K., 2009, “Price Reversal and Firm Size in the US Stock Markets, New

Evidence”, The World Congress on Engineering, Vol. II, July: 1-3.

Malkiel, Burton G., 2003, “The Efficient Market Hypothesis and Its Critics“,

Journal of Economy Perspective, Vol. 17 No. 1, pp. 59-82.

Page 46: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

46

Mutiara, M., 2012, “Analisis Return Portofolio dan Saham Berdasarkan Tingkat

Mispricing”, Tesis Universitas Indonesia, Jakarta.

Kang, Joseph, Ming-Hua Liu dan Sophie Xiaoyan Ni, 2002, ”Contrarian and

momentum strategies in the China stock marker: 1993-2000”, Pasific-Basin

Finance Journal, Vol. 10: 243-256.

Latif, Syahid dan Iwan Kurniawan. 2011. Bursa RI Terpuruk,Ini Saran

Otoritas BEI. http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/249246-bursa-ri-

terpuruk--ini-saran-otoritas-bei. 10 Maret 2014

PT Prudential Life Assurance. 2011. News Investment.

http://www.prudential.co.id/export/sites/default/prudential_in_id/resources/d

ownloads/investmenthighlights/01_Investment_News_September_2011_Inve

stment_News_26_Sept_2011.pdf. 3 Maret 2014.

Reza Ferdian, 2009, “Pengaruh Likuiditas Saham dan Return On Equity

Perusahaan Terhadap Tingkat Pengembalian Saham”, Skripsi Universitas

Widyatama, Bandung.

Rusliati, Ellen dan Esti Nur Farida, 2010, “Pemevahan Saham Terhadap

Likuiditas dan Return Saham”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 3,

Desember: 161-174.

Santosa, Perdana W. 2010. Fenomena Overreaction di Pasar Modal.

http://www.financeindonesia.org/archive/index.php/t-204.html. 13 November

2013.

Sukmawati dan Daniel H., 2003, “Overreact Hipothesis dan Price Earning Ratio

Anomaly Saham – Saham Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal

Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 3, No. 1.

Tri Saputro. 2010. Bursa Regional Menguat, IHSG Melonjak 7%.

http://www.yiela.com/view/1128632/bursa-regional-menguat-ihsg-melonjak-

7-. 4 Maret 2014.

Page 47: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

47

Yull, Elline dan Kirmizi, 2012, “Analisis Overreaction Hypothesis dan Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Bid-Ask Spread dan Likuiditas Saham terhadap

Fenomena Price Reversal”, Pekbis Jurnal. Maret, Vol. 4 No. 1 Maret: 1-16.

VIVAnews. 2010. Bursa Regional Menguat, IHSG Melonjak 7%.

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/153677bursa_regional_perkasa__ihsg

_melonjak_7_. 24 Maret 2014.

VIVAnews. 2010. Regional Menguat IHSG Berhasil Rebound.

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/153553regional_menguat__ihsg_berh

asil_rebound. 3 Maret 2014.

VIVAnews. 2011. Indeks Bursa Anjlok 328 Poin. http://bisnis.news

.viva.co.id/news/read/249291-indeks-terpuruk-300-poin. 10 Maret 2014.

Wibowo, Agus dan Agus Sukarno, 2004, “Reaksi Pasar Berlebihan dan Pengaruh

Ukuran Perusahaan Terhadap Price reversal Di Bursa Efek Jakarta”,

Wahana, Februari, Vol. 7, No 1: 57-73.

Wira, Variyetmi dan Endang Afriyani, 2008, “Pengaruh Insider Ownership

Terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek

Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3, No. 2 Oktober.

Zarowin, Paul, 1990, “Size, Seasonality, and Stock Market Overreaction”,

Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol. 25 No.1 March:

113 – 125.

http://finance.yahoo.com/q;_ylt=AwrSyCQD_I1TPGcAzEaTmYlQ?s=%5EJKSE

http://finance.yahoo.com/q/cp?s=%5EJKSE+Components

http://www.idx.co.id/

Page 48: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

48

Lampiran 1

Sampel Penelitian

No. Kode Nama Emiten

No. Kode Nama Emiten

1 AALI Astra Agro Lestari Tbk. 21 ASIA Asia Natural

Resources Tbk

2 ABBA. Mahaka Media Tbk. 22 ASRI Alam Sutera Realty

Tbk.

3 ABDA Asuransi Bina Dana

Arta Tbk. 23 ASII

Astra International

Tbk.

4 ACES Ace Hardware

Indonesia Tbk. 24 ATPK ATPK Resources Tbk.

5 ADES Akasha Wira

International Tbk. 25 AUTO Astra Otoparts Tbk.

6 ADHI. Adhi Karya (Persero)

Tbk. 26 BACA

Bank Capital

Indonesia Tbk.

7 ADMF Adira Dinamika Multi

Finance Tb 27 BAYU Bayu Buana Tbk

8 ADMG Polychem Indonesia

Tbk 28 BBCA

Bank Central Asia

Tbk.

9 ADRO Adaro Energi Tbk.

29 BBKP Bank Bukopin Tbk.

10 AGRO Bank Rakyat Indonesia

Agroniaga 30 BBLD Buana Finance Tbk.

11 AISA Tiga Pilar Sejahtera

Food Tbk. 31 BBNI

Bank Negara

Indonesia (Persero)

12 AKRA AKR Corporindo Tbk. 32 BBRI Bank Rakyat

Indonesia (Persero)

13 AMAG Asuransi Multi Artha

Guna Tbk.

33 BBTN Bank Tabungan

Negara (Persero)

14 AMFG Asahimas Flat Glass

Tbk.

34 BDMN Bank Danamon

Indonesia Tbk.

15 AMRT Sumber Alfaria

Trijaya Tbk

35 BEKS Bank Pundi Indonesia

Tbk.

16 ANTM Aneka Tambang

(Persero) Tbk. 36 BFIN

BFI Finance Indonesia

Tbk

17 APLI Asiaplast Industries

Tbk. 37 BHIT MNC Investama Tbk.

18 ARNA Arwana Citra Mulia

Tbk. 38 BISI

BISI International

Tbk.

19 ARTI Ratu Prabu Energi

Tbk

39 BKDP Bukit Darmo Property

Tbk.

20 ASGR Astra Graphia Tbk. 40 BKSL Sentul City Tbk.

Page 49: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

49

No. Kode Nama Emiten

No. Kode Nama Emiten

41 BMRI Bank Mandiri

(Persero) Tbk. 61 CMNP

Citra Marga

Nusaphala Persada T

42 BMTR Global Mediacom

Tbk.

62 CNKO

Exploitasi Energi

Indonesia Tbk

43 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 63 COWL Cowell Development

Tbk.

44 BNBR Bakrie & Brothers

Tbk 64 CPIN

Charoen Pokphan

Indonesia Tbk

45 BNGA Bank CIMB Niaga

Tbk. 65 CSAP

Catur Sentosa Adiprana

Tbk.

46 BNII Bank Internasional

Indonesia Tb 66 CTRA

Ciputra Development

Tbk.

47 BNLI Bank Permata Tbk. 67 CTRP Ciputra Property Tbk.

48 BRNA Berlina Tbk. 68 CTRS Ciputra Surya Tbk.

49 BRPT Barito Pacific Tbk. 69 CTTH Citatah Tbk.

50 BSDE Bumi Serpong Damai

Tbk. 70 DART

Duta Anggada Realty

Tbk.

51 BTEK Bumi Teknokultura

Unggul Tbk 71 DEWA Darma Henwa Tbk

52 BTEL Bakrie Telecom Tbk. 72 DGIK Nusa Konstruksi

Enjiniring Tbk.

53 BTON Betonjaya

Manunggal Tbk. 73 DILD

Intiland Development

Tbk.

54 BTPN Bank Tabungan

Pensiunan Nasional 74 DOID

Delta Dunia Makmur

Tbk

55 BUDI BUDI STARCH &

SWEE 75 DVLA

Drya Varya

Laboratoria Tbk

56 BUMI Bumi Resources Tbk 76 EKAD Ekadharma

International Tbk.

57 BVIC Bank Victoria

International Tbk 77 ELSA Elnusa Tbk.

58 BWPT BW Plantation Tbk. 78 ELTY Bakrieland

Development Tbk

59 BYAN

Bayan Resources

Tbk.

79 ENRG Energi Mega Persada

Tbk

60 CFIN Clipan Finance

Indonesia Tbk. 80 ETWA

Eterindo Wahanatam

Tbk

Page 50: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

50

No. Kode Nama Emiten

No. Kode Nama Emiten

81 EXCL XL Axiata Tbk 101 INDR Indo-Rama Synthetics

Tbk

82 FORU Fortune Indonesia Tbk

102 INDY Indika Energy Tbk

83 FPNI LOTTE CHEM

TITAN

103 INKP Indah Kiat Pulp &

Paper Tbk

84 FREN SMARTFREN

Telecom Tbk 104 INPC

Bank Artha Graha

Internasional

85 GDST Gunawan Dianjaya

Steel Tbk

105 INTA Intraco Penta Tbk.

86 GGRM Gudang Garam Tbk 106 INTP Indocement Tunggal

Prakasa Tbk

87 GJTL Gajah Tunggal Tbk 107 INVS Inovisi Infracom Tbk.

88 GPRA Perdana Gapuraprima

Tbk

108 ISAT Indosat Tbk

89 GTBO Garda Tujuh Buana

Tbk. 109 ITMG

Indo Tambangraya

Megah Tbk

90 GZCO Gozco Plantations Tbk 110 JECC Jembo Cable Company

Tbk

91 HADE, HD Capital Tbk 111 JPFA Japfa Comfeed

Indonesia Tbk.

92 HEXA, Hexindo Adiperkasa

Tbk 112 JPRS Jaya Pari Steel Tbk

93 HMSP HM Sampoerna Tbk

113 JSMR Jasa Marga (Persero)

Tbk

94 IDKM Indosiar Karya Media

Tbk

114 KAEF Kimia Farma Tbk

95 IGAR Champion Pacific

Indonesia Tbk 115 KARK

Dayaindo Resources

International

96 INAF Indofarma Tbk 116 KBLI KMI Wire & Cable

Tbk

97 INAI Indal Aluminium

Industry Tbk 117 KBRI

Kertas Basuki

Rachmat Indonesia

98 INCI Intanwijaya

Internasional Tbk

118 KIAS Keramika Indonesia

Assosiasi Tbk.

99 INCO Vale Indonesia Tbk

119 KIJA Kawasan Industri

Jababeka Tbk

100 INDF Indofood Sukses

Makmur Tbk 120 KBLF Kalbe Farma Tbk.

Page 51: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

51

No. Kode Nama Emiten

No. Kode Nama Emiten

121 KPIG MNC Land Tbk 141 MNCN Media Nusantara Citra

Tbk

122 KREN Kresna Graha

Sekurindo Tbk. 142 MPPA

Matahari Putra Prima

Tbk.

123 LMPI Langgeng Makmur

Industri Tbk 143 MRAT Mustika Ratu Tbk

124 LPCK Lippo Cikarang Tbk 144 MTDL Metrodata Electronics

Tbk

125 LPKR Lippo Karawaci Tbk 145 MYOR Mayora Indah Tbk

126 LPLI Star Pacific Tbk 146 MYTX Apac Citra Centertex

Tbk

127 LPPS Lippo Securities

Tbk. 147 NIKL

PELAT TIMAH

NUSANTARA IDR100

128 LSIP PP London Sumatra

Indonesia Tbk. 148 NISP Bank OCBC NISP Tbk

129 LTLS Lautan Luas Tbk 149 OKAS Ancora Indonesia

Resources Tbk

130 MAIN Malindo Feedmill

Tbk 150 PANR

Panorama Sentra

Wisata Tbk.

131 MAPI Mitra Adiperkasa

Tbk 151 PANS Panin Sekuritas Tbk

132 MASA Multistrada Arah

Sarana Tbk. 152 PBRX Pan Brothers Tbk.

133 MDLN Modernland Realty

Ltd. Tbk. 153 PGAS

Perusahaan Gas Negara

(Persero)

134 MDRN Modern

International Tbk. 154 PJAA

Pembangunan Jaya

Ancol Tbk

135 MEDC Medco Energy

International Tbk. 155 PKPK

Perdana Karya Perkasa

Tbk

136 META Nusantara

Infrastucture Tbk 156 PLAS Polaris Investama Tbk

137 MFIN Mandala

Multifinance Tbk 157 PNBN

Bank Pan Indonesia

Tbk

138 MICE Multi Indocitra Tbk 158 PNIN Panin Insurance Tbk

139 MITI Mitra Investindo

Tbk 159 PNLF Panin Financial Tbk

140 MLPL Multipolar Tbk. 160 POLY Asia Pacific Fibers Tbk

Page 52: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

52

No. Kode Nama Emiten

No. Kode Nama Emiten

161 PTBA Tambang Batubara

Bukit Asam (Pe 181 SMSM

Selamat Sempurna

Tbk

162 PTSN Sat Nusapersada Tbk 182 SPMA Suparma Tbk

163 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk 183 SRSN Indo Acidatama Tbk

164 PWON Pakuwon Jati Tbk. 184 SSIA Surya Semesta

Internusa Tbk.

165 PYFA Pyridam Farma Tbk 185 SULI PT SLJ GLOBAL

TBK

166 RAJA Rukun Raharja Tbk 186 TBLA Tunas Baru Lampung

Tbk

167 RALS Ramayana Lestari

Sentosa Tbk 187 TINS Timah (Persero) Tbk.

168 RBMS Ristia Bintang

Mahkotasejati Tb 188 TIRT

Tirta Mahakam

Resources Tbk

169 RMBA Bentoel Internasional

Investama 189 TKIM

Pabrik Kertas Tjiwi

Kimia Tbk

170 RUIS Radiant Utama

Interinsco Tbk 190 TLKM

Telekomunikasi

Indonesia (Persero)

171 SCMA Surya Citra Media Tbk. 191 TMAS Pelayaran Tempuran

Emas Tbk

172 SDPC Millennium Pharmacon

Internatio 192 TMPI AGIS Tbk

173 SDRA Bank Himpunan

Saudara 1906 Tbk 193 TMPO Tempo Intimedia Tbk

174 SGRO Sampoerna Agro Tbk 194 TOTL Total Bangun Persada

Tbk

175 SHID Hotel Sahid Jaya

International 195 TPIA

Chandra Asri

Petrochemical Tbk

176 SIPD Sierad Produce Tbk 196 TRAM Trada Maritime Tbk.

177 SMCB Holcim Indonesia Tbk 197 TRIL Triwira Insanlestari

Tbk

178 SMGR Semen Indonesia

(Persero) Tbk 198 TRIM

Trimegah Securities

Tbk

179 SMMA Sinarmas Multiartha

Tbk 199 TRIO Trikomsel Oke Tbk.

180 SMRA, Summarecon Agung

Tbk 200 TRST Trias Sentosa Tbk

Page 53: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

53

Lampiran 2

Kriteria Pengambilan Sampel Saham Winner

No Kode Nama Emiten Return %

1 ADES. Akasha Wira International

Tbk. 0,1 10 > 7,2

2 ADHI. Adhi Karya (Persero) Tbk. 0,1071 10,71 >

7,2

3 ADMG. Polychem Indonesia Tbk 0,0756 7,56 > 7,2

4 ANTM. Aneka Tambang (Persero)

Tbk. 0,0909 9,09 > 7,2

5 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 0,0895 8,95 >

7,2

6 ASIA. Asia Natural Resources Tbk 0,0833 8,33 > 7,2

7 BAYU. Bayu Buana Tbk 0,1192 11,92 > 7,2

8 BBKP. Bank Bukopin Tbk. 0,0947 9,47 >

7,2

9 BBLD. Buana Finance Tbk. 0,1522 15,22 > 7,2

10 BBTN Bank Tabungan Negara

(Persero) 0,0982 9,82 > 7,2

11 BISI. BISI International Tbk. 0,0917 9,17 >

7,2

12 BKSL. Sentul City Tbk. 0,28 28 >

7,2

No. Kode Nama Emiten

No. Kode Nama Emiten

201 TRUB

Truba Alam

Manunggal

Engineerin

208 VRNA Verena Multi Finance

Tbk.

202 TSPC Tempo Scan Pacific

Tbk 209 WEHA

Panorama Transportasi

Tbk

203 TURI Tunas Ridean Tbk. 210 WICO Wicaksana Overseas

Internationa

204 ULTJ Ultra Jaya Milk

Industry & Trad 211 WIKA

Wijaya Karya (Persero)

Tbk.

205 UNSP Bakrie Sumatra

Plantations Tbk 212 WOMF

Wahana Ottomitra

Multiartha Tbk

206 UNTR United Tractors

Tbk 213 YPAS Yana Prima Persada

207 UNVR Unilever Indonesia

Tbk

Page 54: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

54

13 BMTR Global Mediacom Tbk. 0,2333 23,33 > 7,2

14 BNBR. Bakrie & Brothers Tbk 0,2308 23,08 > 7,2

15 BRPT. Barito Pacific Tbk. 0,0941 9,41 >

7,2

16 BSDE. Bumi Serpong Damai Tbk. 0,1053 10,53 > 7,2

17 BTEL. Bakrie Telecom Tbk. 0,0992 9,92 >

7,2

18 BTON. Betonjaya Manunggal Tbk. 0,2 20 > 7,2

19 BTPN Bank Tabungan Pensiunan

Nasional 0,1967 19,67 > 7,2

20 BUMI. Bumi Resources Tbk 0,1988 19,88 > 7,2

21 BWPT BW Plantation Tbk. 0,0833 8,33 > 7,2

22 CFIN. Clipan Finance Indonesia

Tbk. 0,1458 14,58 > 7,2

23 CNKO. Exploitasi Energi Indonesia

Tbk 0,2167 21,67 > 7,2

24 CPIN Charoen Pokphan Indonesia

Tbk 0,1263 12,63 > 7,2

25 CSAP. Catur Sentosa Adiprana Tbk. 0,1096 10,96 >

7,2

26 CTRP. Ciputra Property Tbk. 0,0741 7,41 > 7,2

27 CTTH. Citatah Tbk. 0,1017 10,17 > 7,2

28 DART. Duta Anggada Realty Tbk. 0,1157 11,57 > 7,2

29 DEWA. Darma Henwa Tbk 0,3833 38,33 >

7,2

30 DGIK. Nusa Konstruksi Enjiniring

Tbk. 0,1316 13,16 > 7,2

31 ELSA. Elnusa Tbk. 0,1667 16,67 > 7,2

32 ENRG, Energi Mega Persada Tbk 0,52 52 > 7,2

33 FPNI, LOTTE CHEM TITAN 0,0769 7,69 >

7,2

34 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk 0,092 9,2 > 7,2

35 GGRM, Gudang Garam Tbk 0,1321 13,21 > 7,2

36 HMSP, HM Sampoerna Tbk 0,0797 7,97 >

7,2

37 IDKM Indosiar Karya Media Tbk 0,1412 14,12 > 7,2

38 INAI, Indal Aluminium Industry

Tbk 0,0753 7,53 >

7,2

39 INCO, Vale Indonesia Tbk 0,1172 11,72 > 7,2

Page 55: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

55

40 ITMG, Indo Tambangraya Megah

Tbk 0,101 10,1 > 7,2

41 JPRS, Jaya Pari Steel Tbk 0,2222 22,22 > 7,2

42 JSMR, Jasa Marga (Persero) Tbk 0,0791 7,91 > 7,2

43 KARK Dayaindo Resources

International 0,2063 20,63 > 7,2

44 KBLI, KMI Wire & Cable Tbk 0,1077 10,77 >

7,2

45 KBRI Kertas Basuki Rachmat

Indonesia 0,1077 10,77 > 7,2

46 KIJA, Kawasan Industri Jababeka

Tbk 0,1734 17,34 >

7,2

47 MNCN, Media Nusantara Citra Tbk 0,1818 18,18 > 7,2

48 NIKL PELAT TIMAH

NUSANTARA IDR100 0,1277 12,77 > 7,2

49 PLAS, Polaris Investama Tbk 0,1034 10,34 >

7,2

50 PNBN, Bank Pan Indonesia Tbk 0,15 15 > 7,2

51 PNLF, Panin Financial Tbk 0,0732 7,32 > 7,2

52 POLY, Asia Pacific Fibers Tbk 0,1343 13,43 > 7,2

53 PWON Pakuwon Jati Tbk. 0,1071 10,71 > 7,2

54 PYFA, Pyridam Farma Tbk 0,1047 10,47 > 7,2

55 RAJA, Rukun Raharja Tbk 0,125 12,5 > 7,2

56 RBMS, Ristia Bintang Mahkotasejati

Tb 0,1455 14,55 > 7,2

57 SDPC, Millennium Pharmacon

Internatio 0,1273 12,73 > 7,2

58 SGRO, Sampoerna Agro Tbk 0,1082 10,82 > 7,2

59 SMGR, Semen Indonesia (Persero)

Tbk 0,1558 15,58 > 7,2

60 SRSN, Indo Acidatama Tbk 0,0769 7,69 > 7,2

61 SULI, PT SLJ GLOBAL TBK 0,1935 19,35 > 7,2

62 TINS Timah (Persero) Tbk. 0,0773 7,73 > 7,2

63 TIRT, Tirta Mahakam Resources

Tbk 0,1231 12,31 > 7,2

64 TMAS, Pelayaran Tempuran Emas

Tbk 0,0828 8,28 > 7,2

65 TMPI, AGIS Tbk 0,3471 34,71 > 7,2

Page 56: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

56

66 TRIL, Triwira Insanlestari Tbk 0,1406 14,06 > 7,2

67 TRUB, Truba Alam Manunggal

Engineerin 0,3857 38,57 > 7,2

68 UNSP, Bakrie Sumatra Plantations

Tbk 0,2963 29,63 > 7,2

69 UNVR, Unilever Indonesia Tbk 0,0897 8,97 > 7,2

Lampiran 3

Kriteria Pengambilan Saham Loser

No Symbol Name Return

%

1 ABBA.JK Mahaka Media Tbk. -0.1583 -15.83 < -8.921

2 ADES.JK

Akasha Wira

International Tbk. -0.1157 -11.57 < -8.921

3 ADHI.JK

Adhi Karya (Persero)

Tbk.

-0.1053

-10.53 < -8.921

4 ADMG.JK

Polychem Indonesia

Tbk

-0.1471

-14.71 < -8.921

5 ADRO JK Adaro Energi Tbk.

-0.1000

-10.00 < -8.921

6 AMAG.JK Asuransi Multi Artha

Guna Tbk. -0.2049 -20.49 < -8.921

7 ANTM.JK

Aneka Tambang

(Persero) Tbk. -0.0899 -8.99 < -8.921

8 APLI.JK

Asiaplast Industries

Tbk.

-0.1161

-11.61 < -8.921

9 ARTI.JK Ratu Prabu Energi Tbk

-0.1304

-13.04 < -8.921

10 ASGR.JK Astra Graphia Tbk. -0.0917 -9.17 < -8.921

11 ASRI.JK

Alam Sutera Realty

Tbk. -0.1084 -10.84 < -8.921

12 ASII JK Astra International Tbk.

-0.0945

-9.45 < -8.921

13 AUTO JK Astra Otoparts Tbk. -0.0949 -9.49 < -8.921

14 BAYU.JK Bayu Buana Tbk

-0.1296

-12.96 < -8.921

15 BBKP.JK Bank Bukopin Tbk. -0.1148 -11.48 < -8.921

16 BBLD.JK Buana Finance Tbk.

-0.0909

-9.09 < -8.921

17 BBNI.JK Bank Negara Indonesia -0.1484 -14.84 < -8.921

Page 57: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

57

(Persero)

18 BBRI JK Bank Rakyat Indonesia

(Persero) -0.1311 -13.11 < -8.921

19 BBTN JK Bank Tabungan Negara

(Persero) -0.1783 -17.83 < -8.921

20 BEKS.JK

Bank Pundi Indonesia

Tbk.

-0.1127

-11.27 < -8.921

21 BFIN JK BFI Finance Indonesia

Tbk -0.0952 -9.52 < -8.921

22 BHIT JK MNC Investama Tbk.

-0.1050

-10.50 < -8.921

23 BISI.JK BISI International Tbk. -0.1416 -14.16 < -8.921

24 BKDP JK Bukit Darmo Property

Tbk. -0.1228 -12.28 < -8.921

25 BKSL.JK Sentul City Tbk.

-0.0893

-8.93 < -8.921

26 BMRI JK Bank Mandiri (Persero)

Tbk.

-0.1452

-14.52 < -8.921

27 BNGA.JK Bank CIMB Niaga Tbk. -0.1040 -10.40 < -8.921

28 BRNA JK Berlina Tbk. -0.0909 -9.09 < -8.921

29 BRPT.JK Barito Pacific Tbk. -0.1313 -13.13 < -8.921

30 BTON.JK

Betonjaya Manunggal

Tbk. -0.1045 -10.45 < -8.921

31 BTPN JK Bank Tabungan

Pensiunan Nasional -0.1141 -11.41 < -8.921

32 BUMI.JK Bumi Resources Tbk -0.1262 -12.62 < -8.921

33 CNKO.JK

Exploitasi Energi

Indonesia Tbk

-0.1261

-12.61 < -8.921

34 COWL.JK

Cowell Development

Tbk. -0.1304 -13.04 < -8.921

35 CPIN JK Charoen Pokphan

Indonesia Tbk -0.1619 -16.19 < -8.921

36 CSAP.JK

Catur Sentosa Adiprana

Tbk. -0.1400 -14.00 < -8.921

37 CTRA JK Ciputra Development

Tbk. -0.1161 -11.61 < -8.921

38 DEWA.JK Darma Henwa Tbk

-0.1573

-15.73 < -8.921

39 DGIK.JK

Nusa Konstruksi

Enjiniring Tbk. -0.0990 -9.90 < -8.921

40 DILD JK Intiland Development

Tbk. -0.1154 -11.54 < -8.921

41 DOID JK Delta Dunia Makmur -11.39 < -8.921

Page 58: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

58

Tbk -0.1139

42 EKAD.JK

Ekadharma

International Tbk. -0.2034 -20.34 < -8.921

43 ELSA.JK Elnusa Tbk. -0.1111 -11.11 < -8.921

44 ENRG,JK

Energi Mega Persada

Tbk

-0.1131

-11.31 < -8.921

45 GDST JK Gunawan Dianjaya

Steel Tbk -0.1184 -11.84 < -8.921

46 GJTL,JK Gajah Tunggal Tbk -0.1101 -11.01 < -8.921

47 GTBO JK Garda Tujuh Buana

Tbk. -0.1726 -17.26 < -8.921

48 HMSP,JK HM Sampoerna Tbk

-0.1009

-10.09 < -8.921

49 IDKM JK Indosiar Karya Media

Tbk -0.1474 -14.74 < -8.921

50 IGAR,JK

Champion Pacific

Indonesia Tbk -0.1250 -12.50 < -8.921

51 INAF,JK Indofarma Tbk -0.1000 -10.00 < -8.921

52 INCO,JK Vale Indonesia Tbk -0.1348 -13.48 < -8.921

53 INDF,JK

Indofood Sukses

Makmur Tbk

-0.1300

-13.00 < -8.921

54 INDR,JK

Indo-Rama Synthetics

Tbk

-0.1020

-10.20 < -8.921

55 INDY,JK Indika Energy Tbk -0.0965 -9.65 < -8.921

56 INTP,JK

Indocement Tunggal

Prakasa Tbk -0.1515 -15.15 < -8.921

57 INVS JK Inovisi Infracom Tbk. -0.2957 -29.57 < -8.921

58 JECC,JK

Jembo Cable Company

Tbk

-0.1000

-10.00 < -8.921

59 JPFA JK Japfa Comfeed

Indonesia Tbk.

-0.1429

-14.29 < -8.921

60 JPRS,JK Jaya Pari Steel Tbk -0.0909 -9.09 < -8.921

61 JSMR,JK

Jasa Marga (Persero)

Tbk

-0.0949

-9.49 < -8.921

62 KIJA,JK

Kawasan Industri

Jababeka Tbk -0.1528 -15.28 < -8.921

63 KBLF JK Kalbe Farma Tbk. -0.1691 -16.91 < -8.921

64 LMPI,JK

Langgeng Makmur

Industri Tbk

-0.1961

-19.61 < -8.921

65 LPCK,JK Lippo Cikarang Tbk

-0.1344

-13.44 < -8.921

66 LPLI,JK Star Pacific Tbk -0.1340 -13.40 < -8.921

Page 59: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

59

67 LPPS JK Lippo Securities Tbk. -0.1700 -17.00 < -8.921

68 LSIP JK PP London Sumatra

Indonesia Tbk. -0.1070 -10.70 < -8.921

69 LTLS,JK Lautan Luas Tbk

-0.1196

-11.96 < -8.921

70 MAPI,JK Mitra Adiperkasa Tbk

-0.1582

-15.82 < -8.921

71 MEDC JK Medco Energy

International Tbk.

-0.1224

-12.24 < -8.921

72 MICE,JK Multi Indocitra Tbk -0.1795 -17.95 < -8.921

73 MLPL JK Multipolar Tbk. -0.0897 -8.97 < -8.921

74 OKAS,JK

Ancora Indonesia

Resources Tbk

-0.1228

-12.28 < -8.921

75 PANS,JK Panin Sekuritas Tbk -0.0960 -9.60 < -8.921

76 PGAS JK Perusahaan Gas Negara

(Persero) -0.1287 -12.87 < -8.921

77 PJAA,JK

Pembangunan Jaya

Ancol Tbk -0.2286 -22.86 < -8.921

78 PNIN,JK Panin Insurance Tbk -0.1373 -13.73 < -8.921

79 PNLF,JK Panin Financial Tbk -0.1094 -10.94 < -8.921

80 POLY,JK Asia Pacific Fibers Tbk -0.1154 -11.54 < -8.921

81 PTSN,JK Sat Nusapersada Tbk -0.1071 -10.71 < -8.921

82 PYFA,JK Pyridam Farma Tbk -0.1243 -12.43 < -8.921

83 RMBA,JK

Bentoel Internasional

Investama -0.1071 -10.71 < -8.921

84 RUIS,JK

Radiant Utama

Interinsco Tbk -0.1207 -12.07 < -8.921

85 SGRO,JK Sampoerna Agro Tbk -0.1136 -11.36 < -8.921

86 SIPD,JK Sierad Produce Tbk -0.1176 -11.76 < -8.921

87 SMRA,JK

Summarecon Agung

Tbk -0.1000 -10.00 < -8.921

88 SPMA,JK Suparma Tbk -0.1321 -13.21 < -8.921

89 SULI,JK PT SLJ GLOBAL TBK -0.0949 -9.49 < -8.921

90 TINS JK Timah (Persero) Tbk. -0.1095 -10.95 < -8.921

91 TIRT,JK

Tirta Mahakam

Resources Tbk -0.0984 -9.84 < -8.921

92 TMAS,JK

Pelayaran Tempuran

Emas Tbk -0.1489 -14.89 < -8.921

93 TMPI,JK AGIS Tbk -0.2390 -23.90 < -8.921

94 TMPO,JK Tempo Intimedia Tbk -0.1552 -15.52 < -8.921

95 TRIL,JK Triwira Insanlestari Tbk -0.1053 -10.53 < -8.921

96 TRST,JK Trias Sentosa Tbk -0.1154 -11.54 < -8.921

Page 60: FENOMENA PRICE REVERSAL: ANALISIS OVERREACTION …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5691/3/T1_212010060_Full text.pdf1 . FENOMENA . PRICE REVERSAL: ANALISIS . OVERREACTION HYPOTHESIS

60

97 ULTJ,JK

Ultra Jaya Milk

Industry & Trad -0.1017 -10.17 < -8.921

98 UNTR,JK United Tractors Tbk -0.0948 -9.48 < -8.921

99 VRNA JK Verena Multi Finance

Tbk. -0.1410 -14.10 < -8.921

100 WICO,JK

Wicaksana Overseas

Internationa -0.1207 -12.07 < -8.921

101 WIKA JK Wijaya Karya (Persero)

Tbk. -0.1111 -11.11 < -8.921

102 WOMF,JK

Wahana Ottomitra

Multiartha Tbk -0.1385 -13.85 < -8.921