femina-sept1996 - pacitaabad.com · batik dan tenun ikat indonesia yang artistik, dan khazanah...

8

Upload: vohuong

Post on 13-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Femina-Sept1996 - pacitaabad.com · Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita,
Page 2: Femina-Sept1996 - pacitaabad.com · Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita,
Page 3: Femina-Sept1996 - pacitaabad.com · Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita,
Page 4: Femina-Sept1996 - pacitaabad.com · Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita,
Page 5: Femina-Sept1996 - pacitaabad.com · Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita,
Page 6: Femina-Sept1996 - pacitaabad.com · Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita,

Lukisan Wayang Pacita Abad Heryus Saputro Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita, seorang wanita Filipina. Kancing umumnya digunakan untuk pakalan, seperti misainya, kemeja, blazer, atau kebaya. Tapi Pacita Abed (50) berpikir lain. Bahan keperluan jahit-menjahit itu justru digunakan sebagal aksen untuk memperlndah karya-karya iukisannya. Wanita pelukis asal Filipina itu juga memanfaatkan untaian rends, pernak-pemik payet, sobekan kain batik dan tenun ikat, potongan cermin, pecahan kaca, bahkan guntingan kaleng softdrink. Lihat misalnya lukisan berjudul Pretty in Pink. Puluhan butir kancing baju ditambalkan sedemikian rupa di antara komposisi bentuk garis dan warns di alas kanvas. Suatu lukisan abstrak yang menarik untuk dipandang. Atau bahan rends dan potongan kain perca dalam lukisan berjudul Sugriwa, jugs pemanfaatan payet-payet bahkan bros permata sepertl dalam lukisan Arimbi & Antareja. Ituiah salah satu days tank lukisan Pacita Abad. Sekitar 100 karya lukisan (puluhan di antaranya berukuran sekitar 2 X 3 meter) is gelar dalam pameran bertajuk Exploring the Spirit di Gedung Pameran Seni Rupa di depan Staslun Gambir dl Jakarta. Pameran yang berlangsung pads 10-28 Juli lalu itu, dibuka oleh Mendikbud Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro. “Ini lukisan atau bed cover ?" celetuk seorang remaja pelajar yang bersama beberapa temannya menyaksikan pameran tunggal Pacita Abad. Celetukan yang naif, yang ada baiknya untuk disimak. Sebab -sebagaimana kesan yang tertangkap oleh si remaja tersebut- memang banyak karya Pacita yang sepintas mirip bed cover atau lapisan penutup ranjang. Ya, kalangan awam umumnya memang mengenal lukisan sebagai salah satu bentuk karya seni rupa, yang dibuat dengan cara memulas atau mencoret-coretkan bahan pewarna di alas lembaran kenvas, dan diberi bingkai. Tapi lepas dari pomahaman awam, pencapaian bentuk dalam karya seni rupa memang terns berkembang. Yang disebut lukisan misalnya, kini tak lagi terpaku pads pengertian konvensional di alas. Selain dengan zat pewarna, bentuk lukisan bisa dikerjakan secara mix-media, dengan snake ragam elemen. Pacita Abed mlsalnya, merasa tak cukup melukis hanya dengan cat atau bahan pewarna di alas kanvas deter. "Untuk mencapai dimensi barn, mencapai nuansa dan nilai-nilai artistik tertentu, ragam media bisa dimanfaatkan untuk melukis." katanya. Sekilas karya-karya Pacita mengingatkan kits pads gays lukisan kolase. Tapi Pacita sendiri lebih suka menyebutnya sebagai trapunto painting. Ya, Pacita memang tak sekadar menempel-nempelkan elemen ke bidang kanvas seperti dalam proses kerja membuat kolase, tapi jugs menambal-sulam elemen-elemen tersebut. Bahkan is juga memasukkan kapas, batu, gumpalan kain, atau sabut kelapa ke lapisan dalam 'kanvas' lukisannya, dan menjahitnya dengan benang hingga menghasitkan efek tiiga dimensi. Kata trapunto sendiri, yang ia pungut dari bahasa Itali, memang mengandung anti 'melukis, menjahit, dan mengisi sesuatu ke dalam lapisan kain'. "Tapi trapunto painting ashi temuan saya," katanya. Bisa jadi begitu. Sebab sebelum Pacita, memang tak tampak pelukis lain menggunakan teknik seperti ini. Pacita lahir di Pulau Basco, Filipina, 5 Oktober 1946. Anak ke-5 dari 12 bersaudara, putri pasangan Aurora Barssana dan Jorge Abad. Lulusan jurusan politik pada Universitas Filipina dan gelar master dari University of San Fransisco - California ini, belajar melukis di Balai Pendidikan Seni di Corcoran School of Art di Washington DC dan Lembaga Kemahasiswaan Seni (The Art Students League) di New York City, USA.

Page 7: Femina-Sept1996 - pacitaabad.com · Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita,

Sebagai seniman lukis, Pacita telah berpameran di banyak negara di Asia, Afrika. Amerika Latin. Eropa, dan Amerika Serikat. Berbagai penghargaan untuk karyanya juga is terima, balk berskala nasional maupun internasional. Bagi publik seni rupa di Indonesia sendiri, Pacita tidakIah asing. Setidaknya dua tahun lalu, is pernah menggelar karya-karyanya di Museum Nasional di Jakarta. Pameran bertajuk Wayang, lrian dan Sumba itu diselenggarakan sebagai salah sate peristiwa seni yang penting dalam rangka acara pertemuan APEC. Yang menarik dari wanita pelukis asal Filipina ini, adalah perhatiannya pada bentukbentuk seni tradisional Indonesia, khususnya seni tekstil dan wayang. Dalam pameran tunggalnya kali ml. nimsainva. tajuk Exploring the Spirit yang dipiiihnya sungguh menggarnbarkan suatu penatsiran hasii dari ekspforasinya yang panjang -dan belum selesaiterhadap seni budaya tradisional Indonesia. Khususnya seni ukir, motif-motif tenun ikat, dan corak batik, serta sosok wayang. Pacita mengenal Indonesia tahun 1983. Saat itu is mengikuti suaminya, tinggal selama empat pekan di Jakarta. Pada kesempatan itu is mufai bersinggungan dengan seni tradisional Indonesia, khususnya motif-motif tenun ikat dan ragam corak hiss batik. Tak heran jika warns lokal Indonesia (ragam batik dan tenun ikat) lantas menjadi bagian dari ciri khas karya-karya Pacita Abad. Tak cuma keluar masuk pasar (atau desa-desa) untuk urusan batik dan tenun ikat, "Saya merupakan angan-angannya sejak lama. Sebagai orang yang lahir dan besar di Filipina, Pacita heran, "Mengapa Filipina tak punya tradisi puppet?" katanya. "Padahal negeri-negeri di sekitarnya punya tradisi itu. Sebut saja Jepang, Korea, Cina, Vietnam, Khmer, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia, semua punya tradisi seni puppet. Kenapa di negeri says tidak ada?" tanya wanita yang beberapa tahun terakhir ini bermukim di Indonesia. Di Indonesia, Pacita benarbenar menemukan impiannya. Yang menarik menurut Pacita, juga kecanduan nonton Wayang Orang Barata," ungkap Pacita yang jugs senang menjelajah dan mendaki gunung. Dani gedung pertunjukan di dekat Pasar Senen itulah is Iantas tertarik pads khazanah seni wayang. Mempelajari seni wayang "Tradisi seni wayang di Indonesia sangat jauh lebih beragam, dibandingkan yang ada di negara lain. Di Indonesia, tradisi wayang tak cuma tampil dalam bentuk-bentuk seni pertunjukan di banyak daerah - yang masing-masing punya ciri khas- tapi jugs sosok wayang deism produk bentuk seni rupa." Sebagai seniman, daya tarik itu merupakan inspirasi yang menarik untuk dituangkan ke deism bentuk karya lukis. "wayang itu amat penuh karakter, dan penuh nuansa warna. Says seperti menemukan suatu Inspirasi yang akan menjadi gays lukisan says," katanya. Dart situ ia lantas mendalami tentang tekstur dan karakter wayang yang kemudian is tumpahkan ke datam kanvas. Dari sekitar 40 lukisan wayang yang digelar deism Exploring the Spirit, tergambar bahwa Pacita cukup mengenal name-name tokoh wayang. Tak carne Pandawa Lima, ataupun Aama dan Sinta, ataupun Hanuman, tapi jugs tokoh-tokoh seperti Baladewa, Kumbakama, Subali, Antareja, Arimbi, Durna, Bisma, dan lain-lain. Namun demikian, sebagaimana umumnya mats seorang turfs yang hanya berkesempatan melihat secara sepintas, tense sekali bahwa pengamatan Pacita belum sampai pads tingkat pemahaman yang dalam tentang wayang. Pacita tertawa sambil mengangguk-angguk, ketika femina mengatakan bahwa is belum memahami makna simbolik dari wujud sesosok wayang. Pacita belum paham bahwa posisi duduk ataupun bentuk wayang ada pakemnya. Sosok wayang kulit Arjuna mlsalnya, is lukis dengan posisi wajah mendongak. Padahal dalam

Page 8: Femina-Sept1996 - pacitaabad.com · Batik dan tenun ikat Indonesia yang artistik, dan khazanah wayang yang keys akan bentuk corak dan warns, merupakan inspirasi lukisan-lukisan Pacita,

pakem, Arjuna selalu digambarkan dengan posisi kepals tertunduk. la juga masih belum menangkap arti-arti warna yang berkaitan dengan tokohnya. Misalnya Batara Kresna, yang deism pakem pewayangan berkulit hitam (termasuk wajahnya), justru disajikan Pacita deism warns maroon. Atau Hanurnan si kera putih, yang justru Ia pakaikan baju berwarna biru. "Soalnya saya merasa lebih excited dengan memberi warna itu," katanya tertawa.