farmakoterapi mual dan muntah 2

Upload: mutia-ashril-karim

Post on 17-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Muntah dapat dianggap sebagai suatu cara perlindungan alamiah dari tubuh terhadap zat-zat merangsang dan beracun yang ada dalam makanan. Segera setelah zat-zat tersebut dikeluarkan dari saluran cerna, muntah juga akan berhenti. Namun demikian, sering kali muntah hanya merupakan gejala penyakit, misalnya dari kanker lambung, mabuk darat dan pada masa hamil. Tidak jarang muntah merupakan efek samping yang tidak nyaman dari obat-obat, seperti onkolitika/sitostatika, obat Parkinson, digoksin dan sebagai akibat radioterapi kanker. Dalam semua hal terakhir ini, muntah dapat diatasi dengan obat-obat antimual (antiemetika).Etiologi

Muntah pada umumya didahului oleh rasa mual (nausea), yang bercirikan muka pucat, berkeringat,liur berlebihan, tachycardia dan pernapasan tidak teratur. Pada saat ini lambung mengendur dan di usus halus timbul aktivitas antiperistaltik yang menyalurkan isi usus halus bagian atas ke lambung. Gejala-gejala tersebut kemudian disusul oleh menutupnya glottis (bagian pangkal tenggorok), napas ditahan, katup oesophagus dan lambung merelaks. Akhirnya timbul kontraksi ritmis dari diafragma serta otot-otot pernapasan disusul oleh lambung memuntahkan isinya. Muntah diakibatkan oleh stimulasi dari pusat muntah disumsum sambung (medulla oblongata) dan berlangsung menurut beberapa mekanisme, yaitu akibat rangsangan langsung melalui CTZ, atau melalui kulit otak (cortex).

a) Akibat rangsangan lambung dari saluran cerna. Bila peristaltik dan pelintasan lambung tertunda, terjadilah dispepsi dan mual. b) Secara tak langsung melalui CTZ. Chemoreceptor Trigger Zone adalah suatu daerah dengan banyak reseptor, yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah di sumsum sambung, tetapi diluar rintangan (barrier) darah-otak. Dengan bantuan neurotransmitter dopamin (DA), CTZ dapat menerima isyarat-isyarat mengenai kehadiran zat-zat kimiawi asing didalam sirkulasi. Rangsangan tersebut lalu diteruskan ke pusat muntah. c) Melalui kulit otak (cortex cerebri), misalnya adakala pada waktu melihat, mencium, atau merasakan sesuatu sudah cukup untuk menimbulkan mual dan muntah.Obat antimual adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan tiga kelompok besar dan beberapa obat tambahan, sbb:1. Antikolinergika: skopolamin dan antihistaminika tertentu (siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin dan dimenhidrinat). Obat-obat ini ampuh pada mabuk darat dan mual kehamilan. Efeknya berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkin juga karena blokade reseptor H1 di CTZ. 2. Antagonis dopamin. Terdapat sejumlah obat yang menyebabkan mual dan muntah sebagai efek samping akibat rangsangan langsung CTZ atau rangsangan mukosa lambung. Zat-zat ini berdaya melawan mual berdasarkan perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan blokade reseptor dopamin. Yang terpenting adalah: a) Propulsiva (prokinetika): metoklopramida dan domperidone. Karena DA berkhasiat pula mengurangi motolitas lambung-usus, maka zat-zat antagonis ini juga bekerja menstimulasi motilitas itu dan dengan demikian memperkuat efek antiemetisnya. Obat ini banyak digunakan pada segala jenis muntah.b) Derivat butirofenon: haloperidol dan droperidol terutama digunakan pada muntah-muntah sebagai efek samping zat-zat opioid atau setelah pembedahan.c) Derivat fenotiazin : proklorperazin dan thietilperazin (Torecan). Efek sampingnya (sedasi, efek ekstrapiramidal) membatasi penggunaannya.3. Antagonis serotonin : granisetron, ondansetron dan tropisetron.4. Lainnya

Kortikosteroida, a.l. deksametason dan metilprenisolon ternyata efektif untuk muntah-muntah yang diakibatkan oleh sitostatika dan radioterapi.

Dronabinol (marihuana, THC=tetrahidroca nabinol). Efektif dalam dosis tinggi pada muntah akibat sitostatika (MTX, kombinasi siklofosfamida, adriamisin, dan fluorurasil).

Alizaprida (Litican) digunakan setelah pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

Benzodiazepin mempengaruhi system kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasien terhadap peristiwa muntah.

Jenis-jenis mual-muntah

1. Mabuk darat (Motion Sickness)Penyebabnya : diperkirakan mabuk darat disebabkan oleh gerakan kendaraan. Gerakan-gerakan ini merangsang secara berlebihan labirin dibagian dalam telinga dan kemudian juga pusat muntah melalui CTZ. Akan tetapi penyebab utama mabuk darat adalah pertentangan antara informasi yang disalurkan oleh organ keseimbangan ke otak di satu pihak dan informasi dari indera-indera di lain pihak.Tindakan pencegahan : guna menghindari mabuk darat, penting sekali untuk duduk di mobil atau bus di bagian depan, di samping pengemudi, agar mata dapat selalu diarahkan ke jalanan. Sebaiknya jendela dibuka agar hawa segar masuk dengan cukup. Selain itu, tidak dianjurkan makan terlalu banyak sebelum memulai perjalanan atau merokok.

Obat-obat pencegah: sebagai pencegahan dapat digunakan siklizin untuk perjalanan singkat (sampai 4 jam) atau meklizin dan skopolamin untuk perjalanan sampai 16 jam lamanya. obat yang sangat efektif adalah kombinasi dari sinarizin 20 mg + domperidon 15 mg. Jahe sejak dahulu kala sudah digunakan sebagai obat tradisional ampuh untuk mencegah mabuk darat dan juga untuk mengatasi mual kehamilan.2. Muntah kehamilan (morning sickness)

Jenis muntah ini biasanya terjadi antara minggu ke-6 dan ke-14 dari masa kehamilan akibat kenaikan pesat dari HCG (human chorion-gonadotropin). Gejalanya pada umumnya tidak hebat dan hilang dengan sendirinya, maka sedapat mungkin jangan diobati agar tidak mengganggu perkembangan organ-organ janin. Jahe sejak dahulu digunakan di China untuk mengurangi muntah kehamilan.3. Muntah akibat sitostatikaSitostatika dapat menimbulkan muntah-muntah akibat rangsangan langsung dari CTZ, stimulasi dari retroperistaltik dan pelepasan serotonin di saluran lambung-usus. Emesis akut timbul selama 24 jam pertama setelah kemoterapi, sedangkan muntah yang baru dimulai pada hari ke-2 sampai ke-6 disebut muntah terlambat.Kerja emetogen kuat dari beberapa sitostatika, terutama senyawa-senyawa platina dan doksorubisin sering kali sukar ditangani, terlebih pula dari bentuk delayed dan bila pasien sudah pernah diobati dengan sitostatika. Penanganan terbaik adalah prevensi mual melalui penggunaan suatu antiemetikum yang cocok sejak permulaan terapi. Karena bila sudah timbul muntah, maka jauh lebih sulit untuk menanggulanginya. Berhubung sitostatika biasanya diberikan dalam kombinasi, maka untuk memperoleh hasil yang optimal juga perlu digunakan kombinasi dari beberapa jenis antiemetika.

4. Muntah akibat radioterapi dan pasca-bedah

Dengan membagi secara merata dosis total dari penyinaran, maka frekuensi mual dan muntah dapat dikurangi. Daerah lambung adalah paling sensitif dan radiasinya masih sering menimbulkan muntah yang tidak begitu hebat. Penanganan dapat dilakukan dengan metoklopramida i.v./i.m. 2-3 dd 10-20 mg atau secara rektal dengan dosis ganda. Deksametason dapat ditambahkan untuk memperkuat efeknya. Bila tidak memberikan efek, biasanya suatu antagonis-serotonin lebih ampuh.