farmakoterapi 2 mual dan muntah

Upload: amy-smith

Post on 09-Jan-2016

272 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

FARMAKOTERAPI

TRANSCRIPT

KASUS FARMAKOTERAPI 2MUAL DAN MUNTAH

KELOMPOK 9

NUR AFNIAH (1112102000013) - A

RINALDI (1112102000014) - A

DWI PUTRI R (11121020000 ) - A

FIKA HILMIYATU D (11121020000 ) C

MUAL DAN MUNTAHI. Deskripsi Penyakit

A. Definisi

Mual sering diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang dirasakan ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung, yang menandakan kepada seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi lambu ng melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat.B. Etiologi

Etiologi spesifik

Etiologi spesifik yang berhubungan dengan mual muntah :

Mekanisme Gastrointestinal

Obstruksi mekanik lambung

Penyakit motilitas

Gastroentritis

Addisons

Uremia

Intra abdominal

Gastroentritis akutDisebabkan oleh penggunaan terapi

Kemoterapi sitotoksik Terapi radiasi

Preparat teofillin (yang tidak dapat ditolerir, racun)

Preparat Antikosulvan (racun)

Preparat Digitalis (racun)

Obat yang mengandung Opium

Amfoterisin

Kolangitis Akut

Hepatitis Akut

Penyebab Kardiovaskular

Infrak Miokard akut

Gagal Jantunng Kongestif

Shock dan Kegagalan SirkulasiFaktor Psikologis

Faktor diri sendiri

Antisipasi

Proses Neurologi

Migrain

Kesalahan Vestibular

Trauma kepalaObat yang menyebabkan ketagihan

Opium

Benzodiazepin

Penyakit metabolik

Diabetes Mellitus

Penyakit pada GinjalPenyakit lainnya

Kehamilan

Iritasi saat menelan (obat, makanan)

Bau yang berbahaya

Prosedur operasi

Emetogenik Obat Kemoterapi

Zat sitotoksik spesifik yang digolongkan berdasarkan potensi emetogenik. Meskipun beberapa zat mempunyai potensi emetogenik yg lebih kuat dari yg lain, tetapi kombinasi beberapa zat, dosis tinggi, lingkungan klinik, kondisi psikologis, riwayat pengobatan sebelumnya dan rangsangan cahaya, bau atau rasa yang tidak biasa dapat mengubah respon pasien terhadap obat.

Emetogenik Kuat LemahModerat Emetogenik

AldosteronAltretamin

Carboplatin

Carmustin

Clorambucil

Cisplatin

Cyclophosphamida

Dacarbazine

Fludarabine

Dactinomisin

Fluorouracil

Daunorubucin

Hidroksiurea

Doksorubicin

Epirubicin

Merkaptopurin

Idarubucin

Metotreksat

Ifostamida

Irinocetan

Lomustin

Thioguanin

Mekloretamin

Vinca

Mitoksantron

Pentostatin

StreptozocinDocetaxel

Etoposide

Gemcitabin E

Mitomisin

Paclitaxel

Pegaspargase

Procarbazine

Thiotepa

Topotecan

AspargBleomisin

Busulfan

Cladribine

Sitarabine

Melphalan

Tamoksifen

Tenoposide

Alkaloid

Etiologi Non - Kemoterapi dari mual muntah pada pasien kankerBerbagai kemungkinan penyebab lain mual muntah pada pasien kanker.

Kelebihan cairan dan elektrolit tubuhKenaikan tekanan intrakinalUremia

Disebabkan oleh penggunaan obatPeritonitisInfeksi (septisema, lokal)

Obstruksi GastrointestinalMetastase Terapi radiasi

C. PatofisiologiTiga fase emesis mual (nuasea), muntah-muntah (retcing), dan muntah (vomiting). Nausea berupa kebutuhan untuk segera muntah retcing : gerakan yg diusahakan otot perut dan dada sebelum muntahvomit: pengeluaran isi lambung yang disebabkan oleh retroperistalsis GI. Muntah di pacu oleh impuls aferen ke pusat muntahinti sel pada medulla oblongata. Impuls diterimadari pusat muntah di medulla berupa sinya melalui CTZ ( chemoreceptor trigger zone). Hasil efferent impulses to the salivation center, respiratory center, and the pharyngeal, GI, and abdominal musclesvomiting.CTZ terletak di daerah postrema ventrikel otak, adalah organ chemosensory utama bagi emesis dan biasanyaterkait dengan muntah secara kimiawi. Karena lokasinya racundapatterbawaolehdarah dan cairan cerebrospinalyangmemiliki akses mudah keCTZmerangsang muntah. Beberapa reseptor neurotransmiterterletak di pusatmuntah, CTZ, dan saluran pencernaan,yaitukolinergik, histaminic, dopaminergik,opiat, serotonergik, neurokinin, dan reseptor benzodiazepine. Agen kemoterapidanmetabolitnya, atau senyawapenyebab muntahlain ygsecarateoritismemicu proses emesis melalui stimulasidari satu atau lebih dari reseptorini.D. Manifestasi Klinik1. Muntah umumnya didahului oleh rasa mual (nausea) dan mempunyai tanda seperti :Pucat,Berkeringat,Air liur berlebihan,Tachycardia, Pernafasan tidak teratur2. Rasa tidak nyaman, sakit kepala3. Kompleks: Berat badanmenurun, demam, sakit perut4. Gejala muntah juga tergantung pada beratnyapenyakitpasienmulai dari muntahringan sampai parahII. TerapiA. Tujuan Terapi

Tujuan terapi antiemetic adalah untuk mencegah atau menghilangkan mual dan muntah,tanpa menimbulkan efek samping atau efek tak diinginkan secara klinis.

B. Prinsip Umum

Sebagian besar mual muntah dapat sembuh sendiri, secara spontan membaik, dan hanya memerluka terapi simptomatik. Terapi antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan.C. Terapi non farmakologi Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi makanan dan minuman, dianjurkan menghindari masuknya makanan

Intervensi non farmakologi diklasifikasikan sebagai intervensi perilaku termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis, distraksi kognitif dan desensitisasi siseimatik

Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik Pasien dengan gejala penyakit sistemik sebaiknya mengobati kondisi yang mendasarinya Antisipasimual atau muntah pada pasien kanker post treatment dengan memberi antiemetik profilaksis.D. Prinsip-prinsip umum penatalaksanaan terapi:

Seringkali mual dan muntah berkaitan dengan suatu infeksi usus yang dapatsembuh sendiri atau kebanyakan makan atau minum alkohol. Keadaan-keadaan initidak memerlukan pengobatan spesifik.

Mual dan muntah yang menetap dihubungkan dengan stasis lambung. Stasislambung menyebabkan perlambatan absorpsi dari emetik-emetik atau obat-obat lainyang diberikan secara per-oral, ini merupakan salah satu sebab mengapa anti-emetik diberikan per-injeksi.

Bila muntah menetap, maka obat-obatan yang diberikan melalui oral akan hilangpercuma jika pasien muntah.

Dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa harus diobati secaratepat. Cairan intravena harus diberikan pada kasus-kasus yang mengalamidehidrasi, yaitu cairan garam isotonik dengan tambahan kalium.

Kasus-kasus mual dan muntah akibat pemberian obat dapat diatasi denganmemberikan obat tersebut bersama makanan atau dengan pemberian anti-emetikseperti metoklopramid secara teratur.

Retchingyaitu muntah tanpa isi yang dikeluarkan, lebih mengganggu daripada itusendiri. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan sedikit cairan, air garam,atau susu, dalam interval yang teratur

Antasid efektif pada mual menetap yang diinduksi oleh obat, karena dapatmeningkatkan laju pengosongan lambung.

Semua pasien yang mendapat anti-emetik harus diperingatkan akan kemungkinanterjadinya sedasi. Pasien-pasien ini harus diingatkan untuk berhati-hati jikamengemudi, menjalankan peralatan yang berbahaya dan lain-lain.

Pada kasus-kasus mual dan muntah yang berat dan menetap, pengalaman klinismenunjukkan bahwa pemberian kombinasi anti-emetik cukup efektif. Hal iniagaknya disebabkan oleh fakta bahwa anti-emetik tersebut bekerja pada reseptoryang berbeda.

Pasien-pasien dengan penyebab muntah yang bersifat mekanik, seringkali tidakberespons terhadap anti-emetik. Fenotiazin tidak berguna dalam mengobati mabukmperjalanan, sementara obat-obatan antikolinergik dan antihistamin tampaknyadapat berefek.D. Terapi Farmakologi

Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikanuntuk mengobati mual muntah. Untuk pasien yang bisa mematuhi pemberiandosis oral, obat yang sesuai dan efektif dapat dipilih tetapi karena beberapapasien tidak dapat menggunakan obat oral, obat oral tidak sesuai. Pada pasientersebut ddisarankan penggunaan obat secara rectal atau parenteral.

Untuk sebagian besar kondisi, dianjurkan antiemetik tunggal; tetapi blapasien tidak memberikan respon dan pada pasien yang mendapat kemoterapiemetonik kuat, biasanya dibutuhkan regimen multi obat.

Terapi mual-muntah simpel biasanya membutuhkan terapi minimal. Obatbebas atau resesp berguna pada terapi ini pada dosis lazim efektif yang rendah

Penanganan mual-muntah komplek membutuhkan terai obat yang bekerjakuat, mungkin lebih dari 1 obat emetik

Faktor pemilihan terapi : Gejala berdasarkan Etiologi Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan Kemampuan pasien pada penggunaan oral, rectal, injeksi atau transdermal Telah berhasil digunakan sebagai anti emetika sebelumnya1. Antasid

Antasid OTC tunggal atau kombinasi, terutama yang mengandung magnesium hidroksida,aluminium hidroksida, dan atau kalsium karbonat, mungkin memberikan perbaikan yang cukuppada mual / muntah, terutama lewat penetralan asam lambung

Dosis umum adalah satu atau lebih dosis kecil antasid tunggal atau kombinasi.

2. Antihistamin, antikolinergik

Antagonis H2: simetidin, famotidin, nizatidin, ranitidine, mungkin dapat digunakan padadosis rendah untuk mual / muntah simple yang berkaitan dengan heartburn.

Antihistamin dan antikolinergik mungkin cocok untuk terapi simtomatis simple.

Reaksi yang tidak diinginkan termasuk mengantuk, bingung, pandangan, kabur, mulutkering, retensi urin, pada orang tua mungkin takikardia.

3. Fenotiazin

Untuk pasien mual ringan atau yang mendapat kemoterapi ringan.

Pemberian rectal lebih disarankan bila parenteral tidak praktis dan oral tidak dapatditerima.

Pada beberapa pasien, dosis rendah tidak efektif, sedangkan dosis tinggi fenotiazinmungkin menyebabkan resiko.

Yang dapat terjadi: reaksi ekstrapiramidal, reaksi hipersensitivitas: disfungsi hati, aplasiasumsum tulang dan sedasi berlebihan.

4. Kostikosteroid

Kortikosteroid sukses untuk menangani mual muntah karena kemoterapi dan setelahoperasi dengan sedikit problem.

Reaksi yang tidak diinginkan: perubahan mood dari cemas sampai euphoria, sakit kepala,rasa metal di mulut, perut tidak nyaman dan hiperglikemia.

5. Metoclopramid

Meningkatkan tonus sfingter esophagus, membantu pengosongan lambung danmeningkatkan perpindahan usus halus, kemungkinan lewat penglepasan asetilkolin.

Karena efek samping (efek ekstrapiramidal) pemberian IV difenhidramin 25-50mg harusdiberikan pencegahan atau antisipasi efek tersebut.

Reseptor penghambat serotonin selektif / Selective Serotonin Reseptor Inhibitor (SSRI).

Ondansetron, granisetron, dolasetron, palonosetron

Mekanisme kerja SSRI menghambat reseptor serotonin pre sinap di saraf sensoris vagus disaluran cerna.

6. Kemoterapi memicu terjadinya mual dan muntah / Chemotherapy Induced Nausea Vomiting (CINV)

Pasien yang menerima terapi regimen tingkat 2, dapat menggunakan deksametason 8 20mg, Iv atau oral sebagai pencegah mual-muntah. Proklorperazin 10 mg, IV atau oral jugadapat digunakan pada orang dewasa sebagai pilihan.

Pasien anak atau dewasa yang menerima terapi tingkat 3 5, harus menggunakankombinasi deksametason dan SSRI.

Ondansetron dapat diberikan secara IV 30 menit sebelum kemoterapi. Harus digunakandosis efektif terkecil, 8 32 mg. terapi oral disarankan 8 24 mg, 30 menit sebelumkemoterapi.

Pada dewasa dan anak di atas 2 tahun, granisetron dapat diberikan secara infus IV 10mcg/kgBB selama 5 menit, 30 menit sebelum diberikan kemoterapi, hanya pada pemberiankemoterapi. Pada dewasa dapat diberikan granisetron 1 2 mg per oral.

Dolasetron dapat diberikan dalam dosis tunggal 1,8 mg/kg pada orang dewasa atau dalamdosis tetap 100 mg IV dalam 30 detik atau infus (diencerkan) 15 menit. Untuk anak umur 2 16 tahun dolasentron dapat diberikan dengan dosis sama.

Aprepitan, reseptor antagonis senyawa P/NK1, dikombinasi dengan SSRI dankortikosteroid, per oral (125 mg hari 1 dan 80 mg hari ke 2 dan ke 3) menunjukkanefektivitas akut pada pengendalian mual muntal akibat regimen dasar sisplatin dosis tinggi.

Pilihan lain unutk mencegah mual-muntah sebelum kemoterapi adalah palonestron 025 mgIV selama 30 detik, 30 menit sebelum kemoterapi.

Pasien pasien yang mengalami mual muntah, selain mendapat terapi profilaksis juga diberikan proklorperazin, lorazepam atau kortikosteroid direkmendasikan untuk pasienanak. SSRI tidak lebih unggul dari terapi antiemetik konvensional untuk terapi gejalasesudah kemoterapi.

Deksametason, metoklopramid atau SSRI direkomendasikan untuk emesis post kemoterapi yang muncul terlambat

7. Benzodiazepin

Benzodiazepin terutama lorazepam, terapi alternatif yang terbaik untuk mengantisipasimual muntah karena kemoterapi. Dosisregimen,satu dosis satu malam sebelum kemoterapi dandosis ganda pada setiap terapi kemoterapi.

8. Mual-muntah sesudah operasi

Dengan atau tanpa terapi emetik, metode non farmakologi (mengatur gerakan,perhatian pada pemberian cairan dan pengedalian nyeri) dapat efektif menurunkan emesissesudah operasi.

Antagonis serotonin selektif efektif untuk mencegah mualmuntah sesudah operasi,tetapi biayanya lebiih tinggi dibanding antiemetik lainnya.

9. Mual muntah akibat radiasi

Pasien yang menerima radiasi hemibodi atau radiasi dosis tinggi tunggal pada daerah peruatas, harus menerima terapi profilaksis granisetron 2mg atau ondansetron 8 mg.Emesis karena gangguan keseimbangan.

10. Emesis karena gangguan keseimbangan

Emesis karena gangguan keseimbanganefektif diatasi oleh antihistamin-antikolinergikterutama skopolamin transdermal.

Antihistamin atau antikolinergik nampaknya tidak cukup bermanfaat untukmotionsickness.

11. Antiemetic selama kehamilan

Obat yang umum digunakan adalah fenotiazin (prokloperazin, prometazin), antihistamin-antikolinergik (dimenhidrinat, dipenhidramin, meklizin, skopolamin), metoklopramid danpiridoksin

Efikasi antiemetik dipertanyakan, sementara pengendalian cara lain seperti pengaturancairan dan elektrolit, suplemen vitamin dan bantuan penurunan keluhan psikosomatik, lebihdirekomendasikan.

Pertimbangan teratogenik sangat diperhatikan, dan faktor penentu pilihan obat.Dimenhidrinat, diphenhidramin, doksilamin, hidroksizin, dan meklizin adalah obat yangtidak teratogenik.

12. Antiemetic untuk anak-anak

Efektifitas dan efikasi regimen SSRI untuk antiemetik anak telah ditegakan tapi dosisbelum ditegakan. Penanganan lebih ditekankan pada penggantian cairan tubuh dari terapi farmakologi.Daftar Pustaka Anonin. 2009.Informasi Spesialite Obat. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan

Neal M.J. 2006.At Glance Farmakologi Medis Edisi V. Penerbit Erlangga.Jakarta.

Sukandar,E.Y dkk. 2008.ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFILinn

Tan. 2008.Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Alex Media Kompetindo

KASUS1. Subjective

Wanita berumur 35 tahun menjalani kemoterapi siklus pertama dan mengalami mual dan muntah, menderita kanker ovarium stadium 2.

Pengobatan kemoterapi : carboplatin AUC 6 IV 30 menit dan paclitaxel (175 mg/m3 IV selama 3 jam) diulang setiap 21 hari selama 6 siklus.

30 menit sebelum kemo : ondansentron 24 mg PO dan dexamethason 12 mg PO.

Mengalami mual muntah saat meninggalkan klinik maka : sebelum pulang diberi ondansentron IV 8 mg dan diberi resep prochlorperazine, lorazepam, metochlopramide, dan dexamethasone.

Mual muntah berlangsung selama 2 hari.

Objective

K : 3,0 mEq/L => rendah (dehidrasi)

Cl : 94 mEq/L => rendah (dehidrasi)

BUN : 30 mg/dl => tinggi (kerusakan hati)

Hct : 43%

WBC : 3,4 x 10^3 / mm3

Lymps : 43% => tinggi (infeksi hepatitis)

Assessment

Pasien menderita CINV dengan resiko :

Moderate (30-90%) akibat carboplatin

Low (10-30%) akibat paclitaxel

Adapun penyakit yang perlu diwaspadai berdasarkan hasil lab :

Penyakit hati, hepatitis

Dehidrasi

Migrain

Plan

Tujuan terapi

Mengobati kanker ovarium stadium 2, mencegah/menghilangkan mual muntah dengan atau tanpa efek samping yang tidak dikehendaki secara klinis, dan menghilangkan migrain. Obat yang digunakan adalah kombinasi regimen obat :

SSRI dan dexametason untuk mencegah CINV akut dan delay. Bisa ditambah NK1 antagonis. Hal ini berdasarkan Guideline NCCN.

Pertanyaan

1. Apa yang menjadi faktor resiko mual dan muntah pd pasien?

Karena penggunaan obat dalam kemoterapi untuk pengobatan kanker ovarium stadium 2.

2. Apa tujuan terapi pada kasus ini?

3. Mengobati kanker ovarium stadium 2, mencegah/menghilangkan mual muntah dengan atau tanpa efek samping yang tidak dikehendaki secara klinis, dan menghilangkan migrain.

4. Buatlah satu perencanaan pengobatan yang efektif untuk regimen antiemetik pada pasien ini ? perencanaan berdasarkan guidlines NCCNSebelum kemo :

5HT3-RA : palonosentron 0,25 mg IV, 15-30 mg PO.

Dexametason : 8 mg dalam 50 ml salin normal IV, 10-15 menit PO

Alasan :

5HT3-RA (palanosentron) : ES paling kecil terhadap hati dibanding 5HT3-RA lain.

Dexametason : efektif dan aman untuk mencegah CINV.

Setelah kemo :

Injeksi NK1 antagonis : aprepitan 125 mg IV sebelum pulang

Dexametason

Lorazepam Alasan :

Mengganti injeksi ondansentron IV dengan injeksi aprepitan karena penggunaannya kurang tepat. Ondansentron lebih tepat digunakan untuk terapi sebelum kemoterapi.

Dexametason dan 5HT3-RA (palonosentron) : baik dan tidak toksik terhadap hati. Lorazepam sebaiknya diberikan karena pasien menderita migrain juga.

obat yang sebelumnya diresepkan diganti karena :

Prochlorperazine : meningkatkan kerusakan hati dan kurang efektif untuk pasien CINV Metoklopramid : kurang efektif

5. Bagaimana mengedukasi pasien ttg regimen anti emetiknya ?

Menjelaskan bahwa mual muntah adalah efek dari kemo dan ESO yang wajar terjadi.

Menjelaskan tata cara penggunaan kombinasi obat yang diterima.

Jelaskan alasan penggunaan kombinasi obat dan dosisnya

Memberitahu terapi non farmakologi untuk mencegah dan menangani mual muntah

Memberitahu pasien untuk konsul saat gejala yang timbul memburuk atau memperburuk kondisi pasien.

8.

Regimen Pro Cons

Lactulosa Pengobatan pertama karena menurunkan efek katartik-amonia neurotoksik.

Alternatif utk sembelit akut.

Harga lebih murah. ES : diare, kembung dan kram perut

Menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.

Neomisin Sama efektifnya dengan laktulosaDosis > dari rifaximin.

Penyerapan 1-3 % dlm jangka panjang harus hati2 karena nefrotoksik.

Pemberian obat lebih susah

Rifaximin Sama efektif dengan laktulosa.

Toleransi lebih baik.

Dosis < neomisin.

Tidak diserap di sal.cerna.

Tidak toksik. Harga lebih mahal.

Dapat menyebabkan infeksi bakteri dan jamur.

9. apa tindakan yang paling baik untuk mencegah perdarahan variseal dan mengatur pada pasien acites?

Pria 58 tahun dengan riwayat alkohol (6-10 bir per hari) telah terdiagnosa Child Pugh class B sirosis. Dua minggu yang lalu, dia dirujuk untuk screening endoskopi, yang menunjukan adanya beberapa vairses eshopagheal yang besar terikat. Pada kunjungan hari ini, dia mempunyai abdominal distention, nafas yang pendek saat berbaring dan pembengkakan ankle. Pengujian fisiknya menunjukkan distended abdomen with dullness dan gelombang cairan yang tidak nyaman. Dia juga mempunyai 2+ lower extermity edema. Riwayat obatnya adalah signifikan untuk asma dan hipertensi.

Diagnosa menunjukkan cairan asites kekuning-kuningan. Analisis laboratorium cairan menunjukan konsentrasi albumin 0,9 g/dL dan menunjukkan WBC 20/mm3 (45% polymorphonuclear neutrophils [PMNs}). Serum laboratorium menunjukan SCr 0,8 mg/dL, AST 110 IU/mL, ALT 90 IU/mL, serum albumin 2,8 g/dL, prothrombin time 16 detik, dan total biliribun 2,1 mg/dL. Tanda vitalnya termasuk suhu 37oC (98,6 F), detak jantung (HR) 79 beats/menit, pernafasan (RR) 24 nafas/ menit, tekanan darah (BP) 138/79 mm Hg. Dia mendapatkan HCT 25 mg/ hari, fluticason 220 mcg 2 inhalasi 2 kali sehari, dan albuterol MDI dibutuhkan.

Subjektif : Abdominal distention, nafas yang pendek saat berbaring dan pembengkakan ankle. distended abdomen with dullness and positive fluid wave, with no rebound tenderness.

Objektif : Screening endoskopi, yang menunjukan adanya beberapa varises eshopagheal yang besar terikat.

SCr 0,8 mg/dL, AST 110 IU/mL, ALT 90 IU/mL, serum albumin 2,8 g/dL, prothrombin time 16 detik, dan total biliribun 2,1 mg/dL. Tanda vitalnya termasuk suhu 37oC (98,6 F), detak jantung (HR) 79 beats/menit, pernafasan (RR) 24 nafas/ menit, tekanan darah (BP) 138/79 mm Hg.

Assesment : Hipertensi, asma, acites, varises eshophageal, Child Pugh class B sirosis

Planning : 1. Tujuan terapi :

Mengobati acites dan varises eshophageal

Meminimalisir gejala atau penyakit yang timbul akibat hipertensi dan asma

Mencegah komplikasi penyakit

2. Sasaran terapi :

Pria berusia 58 tahun

Rencana terapi :

3. Terapi farmakologi :

HCT 25mg/hari

Fluticasone 20 mcg 2 inhalasi 2kali sehari

Albuterol

Spironolakton 25 mg/hari

EVL (endoscopic variceal ligation)

4. Terapi non-farmakologi :

Berhenti meminum alkohol

Tidak meminum obat golongan NSAID

Penjelasan obat

Hydrochlorothiazide (HCT) : anti-hipertensi golongan tiazid.

Mekanisme : obat golongan ini bekerja dengan menghambat transport bersama (symport) Na-Cl di tubulus ginjal, sehingga ekskresi Na dan Cl meningkat. Tiazid sering dikombinasikan dengan antihipertensi lain dengan mekanisme kerja yang berbeda sehingga dosisnya dapat dikurangi. Tiazid mencegah retensi cairan oleh antihipertensi lain sehingga efek obat-obat tersebut dapat bertahan.

Penggunaan : merupakan obat utama dalam terapi hipertensi.

Efek samping: hipokalemia

Dosis

: 25 mg/ hari

Sediaan: tablet

Fluticasone: untuk pengobatan asma sebagai terapi profilaksis, untuk pasient yang menggunakan kortikosteroid oral untuk terapi asma.

Mekanisme: sebagai agonis reseptor glukokortikoid manusia dengan afinitas 18x

daripada deksametason

Efek samping: Nausea, muntah,demam, permasalahan pada gigi, nyeri sendi,dll.

Interaksi obat: ritonavir

Dosis

: 220 mcg 2 inhalasi 2 kali sehari

Sediaan: inhaler

Albuterol:

Mekanisme: albuterol memiliki efek yang khusus pada reseptor -adregenik daripada isoproterenol. Albuterol merelaksasi otot polos, dari trakea ke terminal bronchiol. Albuterol bekerja sebagai antagonis untuk merelaksasi pernafasan dari spasmogen yang terlibat sehingga melindungi bronchoconstritorPenggunaan: sebagai bronkodilator

Efek samping: diabetes melitus, depres,i mulut kering, pusing, dll

Interaksi obat: Beta-bloker, MAOI

Dosis

: 108 mcg albuterol sulfat (equivalen dengan 90 mcg albuterol base)

Sediaan: PROVENTIL (Inhalasi)

Spironolakton: diuretik hemat kalium, antagonis aldesteron

Mekanisme: bekerja tidak mempengaruhi kadar Ca 2+ dan gula darah

Penggunaan: hipertensi essensial, udem akibat sirosis hati dengan atau tanpa asites

Efek samping: ginekomastia, mastodinia, penurunan libudo pada pria

Interaksi obat: -

Dosis

: 25 mg dan 100 mg

Sediaan: tablet (CARPIATON)

Alasan Pemilihan obat untuk pencegahan perdarahan variceal dan pengaturan ascites :

Spironolakton merupakan golongan diuretik yang digunakan untuk pengobatan ascites.

Penggunaan HCT diganti dengan furosemid karena efek diuresis lebih cepat

EVL (endoscopic variceal ligation) digunakan untuk mencegah perdarahan varices eshopagheal. Pemilihan EVL ini digunakan apabila pasien mempunyai kontraindikasi dengan -blocker non selektif. Pasien pada kasus ini memiliki kontraindikasi -blocker non selektif karena mempunyai penyakit asma.

6. Seorang wanita 57 tahun telah diberi terapi untuk mengobati ulkus duodenal yaitu dengan amoxicillin, clarithromycin, dan pantoprazole selama 7 hari dua minggu yang lalu. Hari ini diketahui bahwa gejala pada gastrointestinal yang diderita sudah jauh lebih baik, tetapi nilai IgG H. pylori serum wanita ini positif. Sehingga, perlu dilakukan eradikasi terhadap infeksi H. pylori tersebut. Karena sebelumnya wanita ini sudah pernah melakukan terapi menggunakan amoxicillin dan clarithromycin, tetapi masih ada infeksi dari H. pylori, maka eradikasi dilakukan bukan dengan regimen three drug, tetapi dengan regimen four-drug. Regimen four-drug terdiri dari garam bismuth, 2 antibiotik, serta obat antisekretori. Antibiotic yang digunakan sebaiknya bukan antibiotic yang telah digunakan sebelumnya. Serta digunakan obat antisekretori untuk meningkatkan aktivitas serta stabilitas dari antibiotic, sehingga eradikasi berjalan dengan maksimal. Obat four-drug yang dipakai yaitu iubismuth subsalisilat, metronidazole, tetrasiklin, dan obat inhibitor pompa proton, misalnya omeprazole. Terapi ini dilakukan selama 10-14 hari. Jika ternyata terdapat resistensi terhadap metronidazole, maka dapat diganti dengan furazolidone (100 mg 4 kali sehari).

10.

Nama obatPeran dalam terapi hepatitis

LamivudineDigunakan sebagai terapi hepatitis B. memiliki onset kerja yang cepat, sehingga digunakan sebagai pengobatan lini pertama pada pasien hepatitis yang beresiko. Lamivudine bekerja dengan cara memutus proses pemanjangan rantai DNA virus sehingga dapat menghambat replikasi virus hepatitis B, tetapi lamivudine tidak secara langsung menghilangkan virus hepatitis B dari hati.

EntecavirMerupakan analog nukleosida. Digunakan sebagai terapi hepatitis B pada orang dewasa dan anak di atas 2 tahun.

TenofovirMerupakan analog nukleotida sehingga dapat menghentikan pemanjangan rantai DNA. Efikasi dalam melawan HBV sama dengan lamivudine. Tenofovir dapat mengurangi resiko kanker hati.

AdefovirAdefovir merupakan analog nukleotida yang digunakan untuk menekan replikasi virus hepatitis B. adefovir dapat digunakan pada pasien hepatitis B yang resisten terhadap lamivudine

TelbivudineMerupakan analog nukleosida, bekerja dengan cara menekan replikasi virus hepatitis B.

Pegylated interferon -2a atau 2bDigunakan sebagai terapi hepatitis b atau c. pada terapi hepatitis c, digunakan sebagai terapi tunggal atau kombinasi bersama ribavirin.

TelaprevirDigunakan pada terapi infeksi virus hepatitis c. terapi dilakukan selama 14 hari. Telapravir menghilangkan RNA HVC dengan terjadi sedikit sitotoksitas. Kombinasi dengan interferon akan meningkatkan efikasi telaprevir daripada penggunaan telaprevir secara tunggal.

BoceprevirDigunakan pada terapi infeksi virus hepatitis c.

RibavirinMerupakan analog nukleosida, dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau kombinasi bersama -interferon.

7. Subjek :

Pria 25 tahun BB 79 kg Depresi dan schizoprenia Telah meminum 40 tablet 325mg acetaminofen 20 jam lalu Gangguan status mental, jaundice, nyeri abdomen

Objek :

WBC normal

Platelet 100 x 10 gr/mm3 (rendah) SCr 2.7 mg/dL (tinggi)

K 4.9 mEq/dL (normal)

BUN 65 mg/dL (tinggi)

INR 4.1 (tinggi)

AST 3000 IU/mL (tinggi)

ALT 4500 IU/mL (tinggi)

Assesment :

Cegah toksisitas dan pendarahan

Planning :

Non- Farmakologi :

Pulihkan mukosa dengan menjaga asupan nutrisi

Farmakologi :

H2RA dosis tinggi PO atau infus atau IV intermitten

Gunakan simetidin ( satu-satunya yang diteria FDA untuk mencegah SRMD

Tetapi ES nya adalah trombositopenia

Sukralfat 500 mg/ mL 2 sendok teh 4 x sehari

PPI omeprazol 30 mg/hari 3 x 1 hari untuk menurunkan asam lambung.5. menjelaskan pro dan kontra dari rejimen pengobatan helicobacter pylori berikut PPI = Proton pump inhibitor apa tindakan terbaik untuk mengelola infeksi H. pylori ini pasien saat ini?

REGIMENPROSCONS

Amoxicillin/ claritomicyn+ PPI1. Eradikasi H.Pylori menunjukan memiliki pengurangan resiko 54% untuk duodenal ulcer dan 38 % mengurangi gastric ulcer yang berulang

2. Memiliki durasi kerja 10-14 hari

3. Keefktifannya 10-85%4. Ditemukan sekitar 20% pasien menunjukan adanya infeksi H. Pylori pasca regimen

Bismuth + Metronidazole+tetracyline+PPI1. Digunakan untuk 14 hri terapi awal jika terapi dengan 3 obat gagal atau pasien mengalami intoleransi terhadap pengobatan terapi tiga obat

2. Durasi kerja 14 hari

3. Efektifannya 75-90%4. Jadwal konsumsi obat yang rumit

5. Insiden efek samping lebih besar