farmakologi rhinitis

23
Tujuan Terapi •Tujuan akhir dari penanganan adalah untuk meminimalisasi atau mencegah gejala dengan tidak ada atau sedikit efek samping dan biaya pengobatan yang masuk akal •Pasien harus dapat mempertahankan pola hidup normal, termasuk berpartisipasi dalam kegiatan luar ruangan dan bermain dengan hewan peliharaan sesuai keinginan.

Upload: mardiyati-alwi

Post on 24-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Rhinitis

TRANSCRIPT

Tujuan Terapi

Tujuan TerapiTujuan akhir dari penanganan adalah untuk meminimalisasi atau mencegah gejala dengan tidak ada atau sedikit efek samping dan biaya pengobatan yang masuk akalPasien harus dapat mempertahankan pola hidup normal, termasuk berpartisipasi dalam kegiatan luar ruangan dan bermain dengan hewan peliharaan sesuai keinginan.

Tatalaksana terapiNon-farmakologi:Hindari pencetus (alergen)

Farmakologi :1. Jika tidak bisa menghindari pencetus, gunakan obat-obat anti alergi baik OTC maupun ethical

2. Jika tidak berhasil, atau obat-obatan tadimenyebabkan efek samping yang tidak bisaditerima, lakukan imunoterapiTata laksana terapi

Menghindari pencetus (alergen)

Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus(debu, serbuk sari, bulu binatang, dll)

Jika perlu, pastikan dengan skin test

Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindarikegiatan berkebun. Jika harus berkebun, gunakanmasker wajahTatalaksana terapi2. Menggunakan obat untuk mengurangi gejalaAntihistaminDekongestanKortikosteroid nasalSodium kromolinIpratropium bromida Leukotriene antagonis

3. Imunoterapi : terapi desensitisasiAntihistaminAntagonis reseptor histamin H1,berikatan dengan reseptor H1 tanpa mengaktivasinya. Lebih efektif dalam mencegah respons histamin.Antihistamin mengantagonis permeabilitas kapiler, pembentukan rasa panas dan gatal.Terjadi efek pengeringan (efek antikolinergik) yang berperan dalam efikasi. Perbedaan gejala sebagian disebabkan oleh sifat anti kolinergik, yang bertanggung jawab pada efek pengeringan yang mengurangi hipersekresi kelenjar hidung,saliva dan air mata.antihistamin mengantagonis permeabiliats kapiler,pembentukan bengkak dan rasa panas seta gatal

Efek samping yang mungkin terjadi : mulut kering, kesulitan dalam mengeluarkan urin, konstipasi, efek kardiovaskular. Antihistamin harus diberikan secara hati-hati pada pasien yang memiliki kecenderungan retensi urin, peningkatan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, penyakit kardiovaskulaAntihistamin harus diberikan secara hati-hati pada pasien yang memiliki kecenderungan retensi urin, peningkatan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, penyakit kardiovaskularDapat juga terjadi efek samping pada sistem cerna : hilang nafsu makan, mual, muntah, gangguan ulu hati. Dapat dicegah dengan mengkonsumsi obat bersama makanan atau segelas air.Lebih efektif bila dimakan 1-2 jam sebelum paparan alergen

Klorfeniramin MaleatIndikasi : rhinitis alergi, urtikaria, hay feverKontraindikasi: hipersensitivitas, Hindari penggunaan pada bayi prematur atau baru lahir karena kemungkinan mengalami SIDS.Efek samping: mulut kering, mengantuk, pandangan kabur, retensi urin, mengentalkan sekresi bronkial.Dosis : Dewasa dan remaja : Dosis oral : Dosis yang disarankan adalah 4 mg tiap 4-6 jam, hingga 24 mg/hari. Anak-anak 6-12 tahun: Dosis yang disarankan adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr. Anak-anak umur 2-5 tahun: Dosis yang disarankan adalah 1 mg setiap 4-6 jam maksimal 4 mg/hari.

Perhatian : Penderita yang menggunakan obat ini sebaiknya tidak mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin. Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.Interaksi obat: Dengan obat lain : Penghambat CYP3A4 : Dapat meningkatkan kadar klorfeniramin. Contoh obat ini meliputi antifungi azole, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid, nefazodon, nikardipin, propofol, enghambat protease, quinidin, dan verapamil. Etanol/Nutrisi/Herbal. Etanol : Hindari penggunaan etanol (dapat meningkatkan depresi SSP). Dengan makanan : makanan dapat memperlambat absorpsi tetapi tidak mengurangi bioavailabilitasnyaPengaruh: Ibu hamil : antagonis H1 umumnya, tidak disarankan penggunaan obat ini pada 2 minggu menjelang kelahiran karena potensial terjadinya retrolental fibroplasia pada bayi prematur. Ibu menyusui : Klorfeniramine harus digunakan hati-hati pada ibu menyusui. Manifestasi efek samping pada bayi biasanya berupa iritabilitas, gangguan pola tidur, mengantuk, hipereksitabilitas, atau rewel. Dosis tunggal sebelum tidur setelah menyusui terakhir, dapat meminimalkan pemaparan pada bayi. Diperlukan penggantian ASI apabila ibu menyusui perlu penggunaan Klorfeniramin secara rutin.Anak anak : Klorfeniramin disarankan pada anak-anak > 2 tahun. Pada beberapa anak, antihistamin dapat menstimulasi paradoksikal SSP.

Sediaan yang beredar : Allergan, Alermak, Alleron, Ce Te Em, Chlorphenon, Decamphenon, Hufaphenon, Dehista, Tiramin, Pehachlor, dll.Difenhidramin HidrokloridaIndikasi : Pencegahan dan pengobatan rinitis alergi, selesma, pruritus, urtikaria atau reaksi alergiKontra indikasi: hipersensitivitas, asthma akut karena aktivitas antikolinergik antagonis H1 dapat mengentalkan sekresi bronkial pada saluran pernapasan sehingga memperberat serangan asma akut; pada bayi baru lahir karena potensial menyebabkan kejang atau menstimulasi SSP paradoksikal.Efek samping: Kardiovaskuler : Hipotensi, palpitasi, takikardia. Sistem saraf pusat : Sedasi, mengantuk, pusing, gangguan koordinasi, sakit kepala, kelelahan, kejang paraksikal, insomnia, euforia, bingung. Mual, muntah, sakit perut, diare, retensi urin, pengelihatan kabur, sekret bronkial kental.Dosis: Dewasa dan remaja : 25-50 mg tiap 4-6 jam, maksimal 300 mg sehari. Anak-anak 6-12 tahun : 12.5-25 mg tiap 4-6 jam, maksimal 150 mg sehari. Anak-anak < 6 tahun dengan berat > 9.1 kg : 12.5-25 mg 3-4 kali per hari, dengan interval 4-6 jam. Alternatif lain, 5 mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis. Dosis maksimal 150 mg/hr. Anak-anak < 6 tahun dengan berat 1500 mg/hari, pada beberapa pasien terjadi kandidiasis mulut dan tenggorokan, serak, batuk luka pada tenggorokanDosis : >12 th 1 inhalasi (42 mcg) per lubang hidung 2-4 kali sehari (max: 336 mcg/ahari)6-12 th : 1 semprotan 3 kali sehariIpratropium bromidaMerupakan zat antikolinergik yang berguna dalam rhinitis alergi menetap.Bersifat antisekretori ketika diberikan secara lokal dan meredakan gejala rinorea yang berkaitan dengan alergi dan bentuk lain rinitis kronis.Larutan 0,03% diberikan dua semprotan 2-3 kali sehariEfek samping : sakit kepala, epistaksis, hidung kering

MontelukastAntagonis reseptor leukotrien untuk mengatasi rhinitis alergi musimanEfektif baik dalam bentuk tunggal maupun bila dikombinasikan dengan antihistamin. Tidak lebih efektif bila dibandingkan dengan antihistamin selektif perifer.Dosis untuk umur >15 tahun : 1 tablet 10 mg/hari. Anak-anak usia 6-14 th : 1 tablet kunyah 5 mg/hari, anak-anak usia 2-5 th : 1 tablet kunyah 4 mg atau 1 bungkus serbuk/hari.

Imunoterapi desensitisasiBersifat kausatifImunoterapi merupakan proses yang lambat dan bertahap dengan menginjeksikan alergen yang diketahui memicu reaksi alergi pada pasien dengan dosis yang semakin meningkat.Tujuannya adalah agar pasien mencapai peningkatan toleransi terhadap alergen, sampai dia tidak lagi menunjukkan reaksi alergi jika terpapar oleh senyawa tersebut.