farmakologi obat tbc.pptx

47
FARMAKOLOGI OBAT TBC TUTUT CHYNTIA RIZCA 2013-146 DEVIANA ARISANDI 2013-147

Upload: deviana-a

Post on 07-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

FARMAKOLOGI OBAT TBC

FARMAKOLOGI OBAT TBCTUTUT CHYNTIA RIZCA 2013-146DEVIANA ARISANDI 2013-147Definisi Penyakit Tuberculosis (TBC)Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinyaBakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2008).

Etiologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Kuman penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis yaitu kuman batang aerobik dan tahan asam yang merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteri patogen,tetapi hanya strain bovin yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada sel darah merah (Wilson,2006).

Patofisiologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Mycobacterium tuberculosis merupakan Basil Tahan Asam atau BTA. Pada dinding sel M.tuberculosis, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.

Patofisiologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru,maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologibakteri TB ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.

Patofisiologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB akan menjadi dormant (istirahat).Bentuk-bentuk dormantinilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Patofisiologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk iniakan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak.

Patofisiologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positip terinfeksi TB.

Patofisiologi Penyakit Tuberculosis (TBC)

Patofisiologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Infeksi didalam paru ini dapat menyebar kepembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Gejala dan Tanda Penyakit Tuberculosis (TBC)Menurut Depkes RI (2009) tanda dan gejalanya diantara lain: Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk bercampur darah. Sesak nafas dan nyeri dada. Badan lemah. Nafsu makan berkurang. Berat badan turun. Rasa kurang enak badan (lemas). Demam meriang berkepanjangan. Berkeringat dimalam hari walaupun tidak melakukan kegiatan.

Gejala dan Tanda Penyakit Tuberculosis (TBC)

Terapi Farmakologi Penyakit Tuberculosis (TBC)OBAT PRIMERObat-obat ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi menimbulkan resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Maka terapinya selalu dilakukan dengan kombinasi dari 3-4 obat, karena bakteri yang sekaligus kebal terhadap dua atau lebih jenis obat sangatlah jarang terjadi. Paling sering banyak digunakan ialah kombinasi Isoniazid (INH), Rimfampisin dan Pirazinamida.

INH (Isoniazid)Mekanisme kerja :Kerja obat ini yakni dengan menghambat enzim esensial yang penting untuk sintesis asam mikolat dan dinding sel mikrobakteri.

Menghambat aksi enoyl-protein pembawa asil bentuk InhASintesis asam lemak komplek II (FAS-II)FAS-II terlibat dlm sintesis asam mycolic rantai panjangAsam mycolic merupakan komponen struktural penting dari dinding sel mikrobakteri dan melekat ke lapisan arabinogalactan. INH (Isoniazid)

RifampisinMekanisme kerja :Obat ini dapat meningkatkan aktivitas streptomisin dan INH, tetapi tidak untuk etambutol, dapat membunuh kuman yang persisten (dortmant) yang tidak dapat dibunuh oleh INH.Menghambat sintesis bakteri DNAMengikat beta subunit DNA dependent RNA polymerasaMenghambat peningkatan enzim tsb ke DNAMenghambat transkripsi messenger RNA (mRNA)Sintesis protein terhambatRifampisin

PirazinamidMekanisme kerja :

Menghambat aksi sintesis FAS-IFAS I terlibat dalam sintesis asam mycolic rantai pendekyang merupakan komponen struktural penting dari dinding sel mikobakteri dan melekat ke lapisan arabinogalactanObat ini bersifat bakterisidal, terutama dalam keadaan asam dan mempunyai aktivitas sterilisasi intraselulerPirazinamid

StreptomisinMekanisme kerja :

Menghambat sintesis protein pada ribosom mikobakterium dan bersifat bakterisid, terutama terhadap basil tuberkel ekstraseluler Streptomisin

EtambutolMekanisme kerja :

Menghambat sintesis metabolisme sel Menyebabkan kematian selEMB menghambat aksi arabinosyl (EmbB)EmbB adalah enzim membran terkait yang terlibat dalam sintesis arabinogalaktanArabinogalaktan merupakan komponen struktural penting dari dinding sel mikobakteriEtambutol

Berikut Mekanisme Kerja Obat TBC Gol. Primer Secara Keseluruhan . . .

Tabel 1 Dosis Obat PrimerNama ObatDosis yang DirekomendasikanDosis Pemberian Setiap HariDosis Pemberian Intermittenmg/kgBBMaksimum (mg)mg/kgBBMaksimum (mg) Isoniazid5 mg300 mg15 mg750 mg (1 minggu 2x)Rifampisin10 mg600 mg15 mg600 mg (1 minggu 2x)Pirazinamid35 mg2500 mg50 mgStreptomisin15-20 mg750-1000 mg15-20 mg750-1000 mgEtambutol15-25 mg1800 mgTabel 2 Indikasi dan Kontra Indikasi Obat Primer

Tabel 2 Indikasi dan Kontra Indikasi Obat Primer

Tabel 3 Efek Samping dan Penatalaksanaan Obat Primer

Tabel 3 Efek Samping dan Penatalaksanaan Obat Primer

Tabel 4 Penyimpanan Obat Primer

Tabel 4 Penyimpanan Obat Primer

Tabel 4 Penyimpanan Obat Primer

OBAT SEKUNDERObat ini memiliki aktivitas yang lemah dan bersifat lebih toksik, karena itu hanya digunakan bila terdapat resistensi atau intoleransi terhadap obat primer, atau juga terdapat infeksi MAI pada pasien HIV.

KanamisinMekanisme kerja :Obat ini termasuk golongan aminoglikosida dan bersifat bakteriosid dengan menghambat sintesis protein mikroba. Efeknya terhadap M tuberculosis hanyalah bersifat supresif. Pada pemberian IM obat ini diserap dengan cepat dan sempurna, kanamisin sukar masuk ke dalam CBF.Metabolismenya dapat diabaikan, eksresinya melalui ginjal kira-kira 90% dan dalam bentuk utuh. Waktu paruh obat ini sekitar 2 jam.

Asam AminosalisilatMekanisme kerja :Obat ini bersifat bakteriostatik yang bekerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap asam p-aminobenzoat (PABA) dalam biosintesis folat.

EtionamidMekanisme kerja :Etionamid efektif pada pemberian per oral dan didistribusikan secara luas keseluruh tubuh, termasuk cairan serebrospinalis. Etionamid dengan menghambat asetilasi isoniazid. Air kemih adalah tempat eksresinya yang utama.

SikloserinMekanisme kerja :Obat tuberkulostatik yang efektif per oral ini tampaknya mengantagonis langkah-langkah sintesis dinding sel bakteri yang melibatkan D-alanin. Distribusi seluruh tubuh termasuk cairan serebrospinalis baik. Sikloserin mengalami metabolisme dan oabt induk serta metabolismenya dieksresikan melalui urine. Pada insufiensi ginjal akan terjadi akumulasi obat.

Tabel 5 Dosis Obat SekunderNama obatDosis KanamisinInjeksi intramuskuler,250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam. Injeksi intravena: 15-30 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 8-12 jam.Asam aminosalisilatDosis oral 8-12 g sehari, dibagi dalam 3 atau 4 bagian dosis dan diminum setelah makan karena dapat mengiritasi lambung.EtionamidDosis awal ialah dua kali 250 mg sehari, kemudian dinaikkan setiap lima hari dengan 125 mg sampai maksimal 1 g/hariSikloserinDosis besar (250-500 mg tiap 6 jam) dapat digunakan dengan aman bila diberikan bersama piridoksin atau depresan SSP.Tabel 6 Indikasi dan Kontra Indikasi Obat SekunderNama obatIndikasiKontra indikasiKanamisinPengobatan infeksi virus karena bakteri gram negatif yang resisten terhadap antibiotik lainnyaKehamilan, miastenia gravisAsam aminosalisilat tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lainHipersensitivitas terhadap p-asam aminosalisilat, gangguan ginjal parahEtionamidObat ini dianjurkan untuk tuberculosis paruPenderita gangguan hati berat, wanita hamil dan menyusui SikloserinDalam kombinasi dengan obat-obat lain, tuberkulosis yang resisten terhadap obat-obat pilihan pertamaGangguan fungsi ginjal berat, epilepsi, depresi, ansietas berat, keadaan psikotik, ketergantungan alkohol; porfiriaTabel 7 Efek Samping Obat SekunderNama obatEfek sampingKanamisinGangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang, kolitis karena antibiotik.Asam aminosalisilatMual, muntah, diare, nyeri abdominal, demam, erupsi kulit, leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, jaundice, hepatitis, perikarditis, hipoglikemia, neuritis optik, enselopati, vaskulitis dan reduksi pada protrombin.EtionamidGangguan saluran cerna seperti, anoreksia, mual dan muntah. Bersifat toksik terhadap hati. Selain itu, dapat terjadi neuritis perifer.SikloserinTerutama neurologis, termasuk sakit kepala, pusing, vertigo, mengantuk, tremor, kejang, psikosis, depresi; ruam; anemia megaloblastik; perubahan pada uji fungsi hatiTabel 8 Penyimpanan Obat SekunderNama ObatPenyimpananKanamisindalam wadah tertutup rapat pada suhu kurang dari 40oC, lebih baik pada 15-30oC, pembekuan harus dihindari.Asam aminosalisilatCara penyimpanan obat harus memperhatikan faktor suhu, letak, dan waktu kadaluwarsa.Etionamidwadah kedap udara, pada suhu kamar dibawah 40oC.Sikloserinwadah kedap udara, pada suhu kamar dibawah 40oC terlindung dari cahaya matahari.Terapi Non-farmakologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Menurut Jack (2010) upaya pencegahan TB paru, yaitu: Makan cukup Gizi setiap hari. Bekerja tidak terlalu berat. Istirahat cukup dan teratur. Vaksinasi / Imunisasi BCG kepada bayi 0- 3 bulan. Usahakan agar sinar matahari dapat masuk setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau genting kaca, karena kuman TBC mati dengan sinar matahari.

Terapi Non-farmakologi Penyakit Tuberculosis (TBC)Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur. Setiap ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan alami dan ventilasi unutk pertukaran udara. Menjemur kasur, bantal secara teratur. Luas rumah mencukupi sebanding dengan jumlah penghuni. Rumah sehat dapat mencegah penularan penyakit TBC.

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.informasiobat.comhttp://pionas.pom.go.idhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39313/4/Chapter%20ll.pdfhttp://bukusakudokter.orghttp://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_TB.pdfKumpulan kuliah farmakologi/Sraf Pengajar Departemen Farmakologi Fakulktas Kedokteran Universitas Sriwijaya Ed2- Jakarta : EGC, 2008.Charles F. Lacy, at al. 2008-2009. Drug Information Handbook, Ed. 17th. American Pharmacist Association. Lexi-Comp.Djojodibroto, D., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGCPerhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Available from: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb.tb.htmlButler, R., J. Carr , 2007 dalam www3.niaid.nih.gov.

THANK YOU