farmakologi obat

111
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni menimbang (the art of weighing). Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik, seorang dokter dapat merupakan sumber bencana bagi pasien karena tidak ada obat yang aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan yang terlalu menggangu. Selain itu, pengetahuan mengenai efek samping obat memampukan dokter mengenal tanda dan gejala yang disebabkan obat. Hampir tidak ada gejala dari demam, gatal sampai syok anafilaktik, yang tidak terjadi dengan obat. Jadi obat selain bermanfaat dalam pengobatan penyakit, juga merupakan penyebab penyakit. Menurut suatu survey di Amerika Serikat, sekitar 5% pasien masuk rumah sakit akibat obat. Rasio fatalitas kasus akibat obat dirumah sakit bervariasi antara 2 – 12%. Efek samping obat meningkat sejalan dengan jumlah obat yang diminum. Melihat fakta tersebut, pentingnya pengetahuan obat bagi seorang dokter maupun apoteker tidak dapat diragukan. Salah satu bagian dalam ilmu farmakologi yaitu obat otonom dan saraf pusat yakni obat adrenergic atau simpatomimetika yaitu zat – zat yang dapat menimbulkan Farmakologi 1

Upload: triasayu

Post on 05-Nov-2015

255 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

obat

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni menimbang (the art of weighing). Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik, seorang dokter dapat merupakan sumber bencana bagi pasien karena tidak ada obat yang aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang cermat, obat akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan yang terlalu menggangu. Selain itu, pengetahuan mengenai efek samping obat memampukan dokter mengenal tanda dan gejala yang disebabkan obat. Hampir tidak ada gejala dari demam, gatal sampai syok anafilaktik, yang tidak terjadi dengan obat. Jadi obat selain bermanfaat dalam pengobatan penyakit, juga merupakan penyebab penyakit. Menurut suatu survey di Amerika Serikat, sekitar 5% pasien masuk rumah sakit akibat obat. Rasio fatalitas kasus akibat obat dirumah sakit bervariasi antara 2 12%. Efek samping obat meningkat sejalan dengan jumlah obat yang diminum. Melihat fakta tersebut, pentingnya pengetahuan obat bagi seorang dokter maupun apoteker tidak dapat diragukan.Salah satu bagian dalam ilmu farmakologi yaitu obat otonom dan saraf pusat yakni obat adrenergic atau simpatomimetika yaitu zat zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan simpaticus ( SS ) dan melepaskan noradrenalin ( NA ) di ujung ujung sarafnya. SS berfungsi meningkatkan penggunaan zat oleh tubuh dan menyiapkannya untuk proses disimilasi. Organisme disiapkan agar dengan cepat dapat menghasilkan banyak energy, yaitu siap untuk suatu reaksi fight, fright, or flight ( berkelahi, merasa takut, atau melarikan diri ). Oleh karena itu, adrenergika memiliki daya yang bertujuan mencapai keadaan waspada tersebut. Terkadang Obat tidak selamanya baik, kadang obat justru berbahaya, karena takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit. Obatadalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahas secara mendetail pada pembahasan selanjutnya.1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa definisi obat?1.2.2 Bagaimana cara penggolongan obat?1.2.3 Bagaimana cara penamaan obat?1.2.4 Apa saja yang termasuk ke dalam golongan obat saraf otonom?1.2.5 Apa saja yang termasuk ke dalam golongan obat susunan saraf pusat?1.2.6 Apa saja yang termasuk ke dalam golongan obat anestesi?

1.3 Tujuan1.3.1 Mengetahui definisi obat.1.3.2 Mengetahui cara penggolongan obat.1.3.3 Mengetahui cara penamaan obat.1.3.4 Mengetahui yang termasuk ke dalam golongan obat saraf otonom.1.3.5 Mengetahui termasuk ke dalam golongan obat susunan saraf pusat.1.3.6 Mengetahui termasuk ke dalam golongan obat anestesi.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian ObatMenurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk; 1. Pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan2. Dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh.Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa penggolongan obat yang lain, dimana penggolongan obat itu dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.2.2 Penggolongan ObatIlmu Farmasi :Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal, diantaranya :1. Penggolongan obat berdasarkanjenisnya2. Penggolongan obat berdasarkanmekanisme kerja obat3. Penggolongan obat berdasarkantempat atau lokasi pemakaian4. Penggolongan obat berdasarkancara pemakaian5. Penggolongan obat berdasarkanefek yang ditimbulkan6. Penggolongan obat berdasarkandaya kerja atau terapi7. Penggolongan obat berdasarkanasal obat dan cara pembuatannya

1. Penggolongan Berdasarkan Jenisnya

A. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang bebas/dapat diperoleh tanpa resep dari dokter, sehingga dapat dibeli langsung melalui Apotek, Toko Obat Berizin, Toko Modern maupun warung kelontong. Cara mengenali obat bebas adalah terdapat tanda logo lingkaran berwarnaHIJAUdengan garis tepi berwarna hitam pada kemasannya.Contoh Obat Bebas : Parasetamol (penurun demam dan pereda sakit kepala) Vitamin-Vitamin Ferrosulfat (penambah darah) Sediaan obat mengandung Calcium Antasid (untuk sakit maag) Ex : promag, mylantaB. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, sehingga dapat dibeli langsung melalui Apotek maupun Toko Obat Berizin namun memperolehnya dalam jumlah terbatas. Terdapat sediaan Obat Bebas Terbatas adalah campuran obat bebas dan obat keras. Cara mengenali obat bebas terbatas adalah terdapat tanda logo lingkaran berwarnaBIRUdengan garis tepi berwarna hitam pada kemasannya.Biasanya pada kemasan golongan obat ini terdapat peringatan-peringatan berkaitan dengan pemakaian/penggunaannya yang ditulis dalam kotak, supaya pasien/masyarakat dapat menggunakan obat ini dengan benar. Ada 6 macam tanda peringatan antara lain :a. P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya

Contoh : Sediaan Obat Pereda Flu / Pilek (Ex : Neozep, Ultraflu, Procold) Sediaan Obat Batuk (Ex : OBH, Woods, Komix, Actifed)b. P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, jangan ditelan

Contoh : Sediaan obat kumur mengandung Povidone Iodine (Ex : Betadine) Sediaan obat kumur yang mengandung Hexetidine (Ex : Hexadol)c. P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan

Contoh : Betadine Kalpanax Albothyl Sediaan salep/krim untuk penyakit kulit yang tidak mengandung antibiotik Sediaan tetes mata yang tidak mengandung antibiotik (Insto, Braito)d. P.No.4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar

Contoh : Sediaan untuk obat asma (berbentuk rokok) sudah tidak adae. P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan

Contoh : Sediaan obat Sulfanilamid puyer 5 g steril antibiotik untuk infeksi topikal/kulit termasuk untuk infeksi vagina Sediaan ovulaf. P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan ditelan

Contoh :Sediaan suppositoria untuk wasir/ambeienC. Obat Keras atau Daftar G (Gevaarlijk) atau berbahaya

Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperolehdengan resep dokter, dan resep hanya dapat ditebus di Apotek atau diserahkan melalui Rumah Sakit, Puskesmas, maupun Klinik. Namun demikian ada beberapa macam obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter yaitu obat-obat yang masuk dalamObat Wajib Apotek (OWA). Cara mengenali obat keras adalah terdapat tanda logo lingkaran berwarnaMERAHdengan garis tepi berwarna hitam dan terdapat huruf K (warna hitam) berada ditengah lingkaran dan menyentuh pada garis tepi pada kemasannya. Pada kemasan primer, sekuner, dan etiket biasanya mencantumkan kalimat Harus dengan resep dokterContoh : Sediaan Antibiotik(Ex : Amoxicillin, Ampicillin, Ciprofloxacin, Kloramfenicol, Tetracyclin, Sefadroksil, Metronidazol dll) Sediaan Obat Analgesik (Pereda Nyeri)(Ex : Piroksikam, Meloksikam, Phenylbutazon dll) Sediaan Obat Antihipertensi(Ex : Captopril, Nifedipin, Amlodipin, Candesartan, HCT dll) Sediaan Obat Antidiabet(Ex : Glibenklamid, Metformin dll) Sediaan Obat Kortikosteroid(Ex : Dexamethason, Metilprednison dll) Sediaan Obat Penyakit Gout/Asam Urat(Ex : Allopurinol) Sediaan Obat Penurun Kolesterol(Ex : Simvastatin, Atorvastatin, Gemfibrozil, dll)Sedangkan contoh beberapa obat yang masukObat Wajib Apotek (OWA) : Sediaan Obat Kontrasepsi(Ex : Lyndiol tablet, Mycrogynon tablet, Endometril tablet, dll) Sediaan Obat saluran Cerna(Ex : Decamag tab, Gastran tab, Dulcolax tab salut, Metoclopramide, Papaverin HCl tab, dll) Sediaan Obat Mulut dan Tenggorokan(Ex : Hexadol solution, Bactidol solutio, dll) Sediaan Obat Saluran Nafas(Ex : Salbutamol tablet/sirup, Terbutaline tablet/inhaler, Bromheksin tablet dll) Sediaan Obat Analgetik, depresan(Ex : Asam mefenamat tablet, Aspirin+caffein tablet, Alvita kaplet (Antalgin + Vitamin B1, B6, B12) dll) Sediaan Obat Kulit Topikal(Ex : Tetracycline salep, Kloramfenikol salep, Decoderm-3 krim, bufacort-N krim, New-Kenacomb krim dll) Sediaan Obat Antiparasit(Ex : Albendazol tablet/suspensi (obat cacing) dll) Sediaan Obat Antiradang-antireumatik(Ex : Ibuprofen kaplet/tablet/sirup, Natrium diklofenak gel/krim dll)D. Obat PsikotropikaPsikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasita psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat tyang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. (UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika). Obat ini merupakan obat yang digunakan untuk masalah gangguan kejiwaan/mental yang biasanya disebut dengan obat penenang dan antidepresan. Penggunaan obat ini dapat menyebabkan haliusinasi, depresi, stimulasi (tidak mengantuk, tidak lapar), dan gangguan fungsi motorik/otot (kepala bergerak naik turun/geleng-geleng).Psikotropika termasuk dalam Obat Keras Tertentu (OKT) yang logonya sama dengan obat keras yaitu lingkaran berwarnaMERAHdengan garis tepi berwarna hitam dan terdapat huruf K (warna hitam) berada ditengah lingkaran dan menyentuh pada garis tepi pada kemasannya sehingga untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter.Dikarenakan obat golongan ini dapat menimbulkan ketergantungan / kecanduan, pemerintah melakukan pengawasan dengan ketat (regulasi dan sanksi hukum) supaya tidak terjadi penyalahgunaan obat. Psikotropika digolongkan menjadi 4 (empat) golongan berdasarkan potensi efek ketergantungan :a. Psikotropika Golongan IHanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi kesehatan atau pengobatan karena dapat menyebabkan potensi sindrom ketergantungan yangsangat kuat.Contoh : DMA, MDMA, Meskalin dll1. Psikotropika Golongan IIDigunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan /terapi dan dapat menyebabkan potensi ketergantungan yangkuat.Contoh : Amfetamin, Metakualon, Sekobarbital dll1. Psikotropika Golongan IIIDigunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan /terapi dan mempunyai potensi sedangmengakibatkan sindrom ketergantungan.Contoh : Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital dll1. Psikotropika Golongan IVDigunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan /terapi dan mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.Psikotropika golongan IV inilah yang banyak digunakan untuk terapi/pengobatan dikarenakan efek ketergantungan yang dihasilkan ringan.Contoh : Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam, Alprazolam, Klordiazepoksid, Triazolam dll.Penyerahan obat narkotika dapat dilakukan oleh Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik berdasarkan resep dokter kepada pasien/pengguna langsung.2. Obat Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. (UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika).Cara mendapatkan Obat Narkotika harus dengan resep dokter dan obat dapat diserahkan melalui Apotek, Rumah sakit, Puskesmas ataupun Klinik. Logo obat narkotika adalah seperti tanda plus warna merah dalam lingkaran warna putih dengan garis tepi warna merah.Obat narkotika sangat bermanfaat dan diperlukan di bidang ilmu pengetahuan maupun bidang kesehatan. Meskipun demikian, masih ada yang menggunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan maupun sengaja disalahgunakan bahkan disertai peredaran narkotika secara gelap. Penyalahgunaan Narkotika serta Psikotropika merupakan kejahatan krimial dikarenakan hal tersebut merupakan ancaman yang dapat melemahkan ketahanan nasional dikarenakan dapat merusak moral/mental masyarakat khususnya generasi muda penerus bangsa. Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian peredaran obat narkotika dengan membuat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 yang diperbarui menjadi UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.Berdasarkan potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan, Narkotika digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Narkotika Golongan IHanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi kesehatan/pengobatan karena dapat menyebabkan potensi sindrom ketergantungan yangsangat tinggi.Contoh : TanamanPapaver Somniferum L, Opium mentah, Opium masak, tanaman koka (Erythroxylum coca), daun koka, kokain mentah, kokain, tanaman ganja, Heroin, THC dll.1. Narkotika Golongan IIBerkhasiat untuk pengobatan tetapi digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensitinggimengakibatkan ketergantungan.Contoh : Morfin, Opium, Petidin, Ekgonin, Hidromorfinol dll.1. Narkotika Golongan IIIBerkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Kodein dan Doveri biasa digunakan untuk obat batuk yang parah.Contoh : Kodein, Dihidrokodein, Etilmorfin, Doveri dll.Dari penggolongan obat diatas kita hanya dapat membeli obat dengan tujuan untuk pengobatan sendiri (self-medication) dari golongan obat bebas, obat bebas terbatas serta obat wajib apotek (OWA). Untuk memperoleh obat-obatan tersebut sebaiknya membeli di Toko Obat Berizin atau Apotek, dikarenakan di sarana tersebut mutu obat lebih terjaga (karena penyimpanan yang tepat, pemeriksaan masa kadaluarsa yang rutin) serta terhindar dari obat-obat palsu yang beredar.Namun perlu diingat bahwa masa pengobatan sendiri adalah 3 hari, jika selama 3 hari tidak sembuh maka harus berobat ke dokter.Jika kita tidak paham dengan obat yang diterima, kita wajib mengetahui/bertanya kepada dokter / apoteker mengenai aturan pakai, dosis, serta efek samping yang mungkin terjadi.2. Penggolongan Obat BerdasarkanMekanisme Kerja ObatPenggolongan ini dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :1) Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba. Contoh antibiotik.2) Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit. Contoh vaksin, dan serum.3) Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri. Contoh analgesic.4) Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang. Contoh vitamin dan hormon.5) Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. Contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.

3. Penggolongan Obat BerdasarkanTempat atau Lokasi PemakaianPeggolongan ini dibagi menjadi 2 golongan :1) Obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik, parasetamol tablet2) Obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur, dll

4. Penggolongan Obat Berdasarkan Cara PemakaianPenggolongan ini dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :1) Oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet, kapsul, serbuk, dll.2) Perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh.

3) Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon.

4) Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.

5) Langsung ke organ, contoh intrakardial.

6) Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

5. Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Yang DitimbulkanPenggolongan ini dibagi menjadi 2 :1) Sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah2) Lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll

6. Penggolongan Obat Berdasarkan Daya Kerja Atau TerapiPenggolongan ini dibagi menjadi 2 golongan:1) Farmakodinamik : obat-obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan vitamin.2) Kemoterapi : obat-obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit atau bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan Obat Berdasarkan Asal Obat dan Cara PembuatannyaPenggolongan ini dibagi menjadi 2 :1) Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral) tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll2) Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.

8. Saat ini obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka.1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu

2. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Obat herbal terstandar dalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.2.3 Cara Penamaan Obat1. Menggunakan Nama atau Bahasa LatinDengan beberapa pengecualian, nama latin ditulis dalam bentuk tunggal dan diperlukan sebagai kata benda netral deklinasi kedua. Nama garam ditulis dengan menyebutkan unsure logam dalam bentuk genetif, di ikuti nama bagian asam dalam bentuk nominative, baik dalam bentuk nominatif, baik dalam jenis netral deklinasi kedua maupun dalam jenis maskulin deklinasi ketiga. Untuk senyawa yang diturunkan dari asam yang tidak sesungguhnya kedua bagian ditulis dalam nomatif dengan menyebutkan nama bagian asamnya diikuti nama unsure logamnya. Misal : Paracetamol (Paracetamolum).Perhatikan contoh berikut: Acetaminophenum Acidum Ascorbicum Aethambubutoli Hydrochloridum Isoniazidum Pethdini Hydrochoridum2. Menggunakan Nama GenerikNama generik adalah nama obat yang sama dengan zat aktif berkhasiat yang dikandungnya, sesuai nama resmi International Non Propietary Names yang telah di tetapkan dalam Farmakope Indonesia. Contohnya: Parasetamol, Antalgin, Asam Mefenamat, Amoksisilin, Cefadroxyl, Loratadine, Ketoconazole, Acyclovir, dan lain-lain. Obat-obat tersebut sama persis antara nama yang tertera di kemasan dengan kandungan zat aktifnya.

3. Menggunakan Nama KimiaObat pada waktu ditemukan diberi nama kimia yang menggambarkan struktur molekulnya. Karena itu, nama kimia obat biasanya amat kompleks sehingga tak mudah diingat orang awam. Untuk kepentingan penelitian acapkali nama kimia ini disingkat dengan kode tertentu, misalnya PH 131. Setelah obat itu dinyatakan aman dan bermanfaat melalui uji klinis, barulah obat tersebut di daftarkan pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

4. Menggunakan Nama Paten/Nama DagangYang dimaksud obat paten/nama dagang adalah nama sediaan obat yang diberikan oleh pabriknya dan terdaftar di departemen kesehatan suatu negara, disebut juga sebagai merek terdaftar. Dari satu nama generik dapat diproduksi berbagai macam sediaan obat dengan nama dagang yang berlainan ,misal : Pehamoxil (berisi : Amoxicillin), Diafac (berisi : metformin) dll. Nama dagang ini sering juga disebut nama paten. Perusahaan obat yang menemukan obat tersebut dapat memasarkannya dengan nama dagang. Nama dagang biasanya diusahakan yang mudah diingat oleh pengguna obat. Jadi, pada dasarnya obat generik dan obat paten berbeda dalam penamaan, sedangkan pada prinsipnya komposisi obat generik dan obat paten adalah sama. Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten penemuan obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut masih berlaku, tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik dengan nama dagang dari pabrik peniru ataupun dijual dengan nama generiknya. Produksi obat generiknya baru dapat dilakukan setelah obat nama dagang tersebut berakhir masa patennya. Jika pabrik lain ingin menjual dengan nama generik atau dengan nama dagang dapat dilakukan dengan mengajukan ijin lisensi dari pemegang paten. Obat nama dagang yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda yang biasa disebut sebagai me-too product (di beberapa negara barat disebut branded generik) atau tetap dijual dengan nama generik.2.4 Golongan Obat Sistem Saraf OtonomA. Sistem Saraf OtonomSistem saraf otonom (SSO) disebut jugasusunan saraf vegetatif, meliputi antara lain saraf-saraf danganglia(majemuk dari ganglion = simpul saraf) yang merupakan persarafan ke otot polos dari berbagai organ ( bronchia, lambung, usus, pembuluh darah, dan lain-lain). termasuk keompok ini pula adalah, otot jantung (lurik) serta beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan).dengan demikian, SSO tersebar luas diseluruh tubuh dan ungsinya adalah mengatur secara otomatis keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan dan perearan darah, serta pernapasan.Berikut adalah organ dan reseptor dari saraf adrenergik dan saraf kolinergik :OrganReseptorEfek stimulasi

S.adrenergikS.kolinergik

Mata (pupil):diperbesar:diperkecil

Paru-paru (bronchia):dilatasi:konstriksi

Jantung:daya kontraksi diperkuat, denyutan dipercepat:diperlemah

Arteriola: konstriksi

Vena: konstriksiDiperlambat dilatasi

Lambung-usus (peristaltik dan sekresi):dikurangi relaksasi-

Kantong kemih dan empedu, rahim: relaksasiDiperbesar konstriksi berubah-ubah

Rahim yg megandung,: konstriksi-

Kulit, otot-otot: konstriksi-

B. Obat-obat Sistem Saraf OtonomObat-obat yang menghasilkan efek terapeutik utamanya dengan menyerupai atau mengubah fungsi sistem saraf otonom, disebut obat-obat otomon. Obat-obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom dibagi dalam dua subgrup sesuai dengan mekanisme kerjanya terhadap tipe neuron yang dipengaruhi.1. Agonis kolinergikAgonis kolinergik meniru efek asetilkolin dengan cara berikatan langsung pada kolinoseptor. Obat ini adalah ester sintetik kolin, seperti karbakol dan betanekol, atau alkaloid alam seperti pilokarpin.a. Agonis kolinergik langsungSemua obat kolinergik yang bekerja langsung mempunyai masa kerja lebih lama dibandingkan asetilkolin. Beberapa diantaranya yang sangat bermanfaat dalam terapi (pilokarpin dan betanekol) lebih mudah terikat pada reseptor muskarinik dan kadang-kadang dikenal sebagai obat muskarinik. Namun demikian, sebagai satu grup, maka agonis yang bekerja langsung ini menunjukkan kurang spesifik dalam kerjanya, yang sudah tentu akan membatasi penggunaan klinisnya. AsetilkolinAdalah suatu senyawa amonium kuartener yang tidak mampu menembus membran. Walaupun sebagai suatu neurotransmitter saraf parasimpatis dan kolinergik, namun dalam terapi zat ini kurang penting karena beragam kerjanya dan sangat cepat di-inaktifkan oleh asetilkolinesterase. Aktivitasnya berupa muskarinik dan nikotinik. Kerjanya termasuk : Menurunkan denyut jantung dan curah jantung Menurunkan tekanan darah BetanekolMempunyai struktur yang berkaitan dengan asetilkolin; asetatnya diganti dengan karbamat dan kolinnya dimetilasi.kerja nikotiniknya kecil atau tidak ada sama sekali, tetapi kerja muskariniknya sangat kuat. Masa kerjanya berlangsung sekitar 1 jam. Kerja: memacu langsung reseptor muskarinik, sehingga tonus dan motilitas usus meningkat, dan memacu pula otot detrusor kandung kemih sementara trigonum dan sfingter kemih melemas, sehingga urin terpencar keluar. Aplikasi terapi: untuk pengobatan urologi, obat ini digunakan untuk memacu knadung kemih yang mengalami atoni (atonis bladder) terutama retensi urin pasca persalinan dan pasca bedah non-obstruksi. Efek samping: dapat menimbulkan pacuan kolinergik umum. Termasuk dalam pacuan ini adalah keringat, salivasi, kemerahan, penurunan tekanan darah, mual, nyeri abdomen, diare dan bronkospasme.

Karbakol (karbamikolin)Bekerja sebagai muskarinik maupun nikotinik. Kerja: berefek sangat kuat terhadap sistem kardiovaskuler dan sistem pencernaan karena aktivitas pacu ganglion-nya dan mungkin tahap awalnya memacu dan kemudian mendepresi sistem tersebut. Penetesan lokal pada mata, dpat meniru efek asetilkolin yang menimbulkan miosis. Penggunaan terapi: karena potensi tinggi dan masa kerja yang relatif lama, maka ibat ini jarang digunakan untuk maksud terapi, kecuali pada mata sebagai obat miotikum untuk menyebabkan kontraksi pupil dan turunnya tekanan dalam bola mata. Efek samping: jika diberikan dalam dosis oftalmologi maka efek sampingnya kecil atau tidak ada sama sekali.

PilokarpinMenunjukkan kativitas muskarinik dan terutama digunakan untuk oftalmologi Kerja: dapat menimbulkan miosis dengan cepat dan kontraksi otot siliaris. Pada mata akan terjadi suatu spasme akomodasi, da penglihata akan terpaku pada jarak tertentu, sehingga sulit untuk memfokus suatu objek. Pilokarpin adalah salah satu pemacu sekresi kelenjar keringat, air mata, dan saliva, tetapi obat ini tidak digunkan untuk maksud demikian. Penggunaan terapi: merupakan obat terpilih dalam keadaan gawat yang dapat menurunkan tekanan bola matabaik glaukoma bersudut sempit maupun bersudut lebar Efek samping: pilokarpin dapat mencapai otak dan menimbulkan gangguan SSP. Obat ini merangsang keringat dan salivasi yang berlebihan.b. Inhibitor kolinesterasePada bagian sistem syaraf otonom terdapat suatu enzim yang sangat penting yaitu Asetilkolin asetil hidrolase (AchE) atau biasa disebut dengan asetilkolinesterase. Enzim ini ditemukan pada celah syaraf kolinergik, neuromuscular junction, dan darah. Enzim ini sangat penting karena berfungsi untuk memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Obat dalam hal ini bereaksi dengan menghambat enzim kolinesterase pada celah sinaptik. 2. Antagonis KolinergikAntagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat antikolinergik) mengikat kolinoreseptor tetapi tidak memicu efek intraseluler diperntarai reseptor seperti lazimnya. Yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara selektif.oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan.a. Obat antimuskarinikObat golongan ini seperti atropin dan skopolamin bekerja menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkan hambatan semua fungsi muskarinik. Selain itu, obat ini menyekat sedikit perkeualian neuron simpatis yang juga kolinergik, seperti saraf simpatis yang menuju kelenjar keringat. Bertentangan dengan obat agonis kolinerik yang kegunaan teraupetiknya tebatas, maka obat penyekat kolinergik ini sangat menguntungkan dalam sejumlah besar situasi klinis. Karena obat ini tidak menyekat nikotinik, maka obat antimuskarinik ini sedikit atau tidak mempengaruhi smbungan saraf otot rangka atau ganglia otonom. SkopolaminSkolapomin, alkaloid beladona lainnya, dapat menimbulkan efek tepi yang sama dengan efek atropin. Tetapi efe skopolamin lebih nyata pada SSP dan masa kerjanya lebih lama dibandingkan atropin. Efek: skopolamin merupakan salah satu obat anti mbauk perjalanan yang paling efektif. Obat ini menimbulkan pula efek penumpulan daya ingat jangka pendek. Bertolak belakang dengan atropin, obat ini menyebabkan sedasi, rasa megantuk, tetapi pada dosis yang lebih tinggi bahkan menimbulkan kegelisahan/kegaduhan. Penggunaan terapi: walaupun mirip dengan atropin, indikasi obat ini terbatas pada pencegahan mabuk perjalanan (obat ini memang sangat efektif) dan penumpulan daya ingat jangka pendek. Farmakokinetik dan efek samping: aspek ini persis sama seperti atropin

IpratropiumPenyedotan Ipratropium, suatu turunan kuartener atropin, bermanfaat untuk pengobatan asma dan penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) pada pasien yang tidak cocok menelan agonis adrenergik.

b. Penyekat ganglionikObat ini menunjukkan tidak adanya selektivitas terhadap ganglia simpatis maupun parasimpatis dan tidak efektif sebagai antagonis neuromuskular. Oleh karena itu, obat ini menghentikan semua keluaran sistem saraf otonom pada reseptor nikotinikrespon yang teramati memang kompleks dan sulit diduga, sehingga tidak mungkin meperoleh kerja yang selektif. Obat penyekat ganglionik jarang digunakan untuk maksud terapi saat ini. Tetapi obat ini ering digunakan sebagai alat dalam eksperimen farmakologi. NikotinSatu komponen dalam roko sigaret, nikotin memiliki sejumlah kerja yang kurang menyenangkan. Tergantung pada dosis, ikotin mendepolarisasi ganglia, menimbulkan pertama kali gejala pacuan dan kemudian diikuti oleh paralisis dari semua ganglia. Efek pacunya kompleks, termasuk peningkatan tekanan darah, pertambahan denyut jantung ( akibat pelepasan transmitter dari ujung saraf adrenergik dan medula adrenalis ), serta peningkatan peristaltis dan sekresi. Pada dosis lebih tinggi, teanan darah justru menurun karena penyekatan ganglionik, dan aktivitas saluran cerna otot-otot kandung kemih terhenti.

TrimetafanTrimetafan adalah obat penyekat ganglionik nikotinik bekerja singkat dan bersifat kompetitif yang harus diberikan secara infus intravena. Saat ini trimetafan digunakan untuk menurunkan tekanan darah dalam keadaan darurat seperti hipertensi yang disebabkan oleh edema paru atau pecahnya aneurisma aorta bila obat lain tidak dapat digunakan.

MekamilaminMekamilamin menyekat kompetitif ganglia nikotinik. Lam kerjanya berkisar 10 jam setelah pemberian tunggal. Ambilan obat melalui penyerapan oral baik, berbeda dengan trimetafan.

c. Obat penyekat neuromuskularPenyekat neuromuskular bermanfaat secara klinik selama opersi guna melemaskan otot secara sempurna tanpa memperbanyak obat anastesi yang sebanding dalam melemaskan otot. Obat penyekat neuromuskular ini strukturnya analog dengan asetilkolin dan bekerja baik sebagai antagonis (tipe nondepolarisasi) maupun agonis (tipe depolarisasi) terhadap reseptor yang terdapat cekungan sambungan neuromuskular.

Penyekat nondepolarisasi (kompetitif)Obat pertama yang mampu menyekat sambungan neuromuskular otot rangka adalah kurare, yang dipake oleh pemburu alam didaerah amazon Amerika Selatan untuk melumpuhkan binatang buruannya. Obattubokuarinakhirnya dimurnikan dengan baikdan dikenalkan dalam klinik pada awal tahun 1940-an. Obat penyekat neuromuskilat jelas mempertinggi tinggkat keamanan anastesi yang dibutuhkan untuk sampai ketingkat melemaskan otot tidak perlu terlalu banyak. Mekanisme kerja: pada dosis rendah obat penyekat neuromuskular nondepolarisasi bergabung dengan reseptor nikotinik dan mencegah pengikatan asetilkolin. Obat ini justru mencegah depolarisasi membran sel otot yang menghambat kontraksi otot. Karena obat ini bersaing dengan aetilkolin pada reseptor, maka disebut penyekat kompetitif. Kerjanya dapat dimusnahkan dengan memperbanyak kadar asetilkolin pada cela sinaptik, sebagai contoh pemberian obat penghambat kolinesterase seperti neostigmin atau edrofonium. Ahli anastesi sering menggunakan strategi ini untuk mempersingkat lama penyekatan neuromuskular. Pada dosis tinggi penyekat nondepolarisasi menghadang kanal ion pada cekungan. Keadaan ini menyebabkan pelemahan transmisi neuromuskular lebih lanjut dan mengurangi kemampuan obat penghambat asetilkolinesterase untuk menghilangkan kerja obat pelemas otot nondepolarisasi. Efek: tidak semua otot sama pekanya terhadap penyekatan oleh obat penyekat kompetitif. Otot-otot kecil yang berkontraksi cepat pada muka dan mata sangat peka sekali dan dilumpuhkan pertama kali, kemudian diikuti oleh otot jari-jari. Setelah itu otot tungkai dan lengan, lher, dan batang tutbuh dilumuhkan, kemudian otot sela iga terganggu dan terakhir otot diafragma lumpuh. Penggunaan terapi: obat penyekat ini digunakan dalam terapi sebagai obat pelengkap dalam anastesi selama operasi guna melemaskan otot rangka. Farmakokinetik: obat ini sulit menembus membran dan tidak mauk kedalam sel atau melintasi sawar darah otak. Kebanyakan obat ini tidak dimetabolisme; kerjanya diakhiri dengan cara penyebaran kembali. Sebagai contoh, tubokuarin, pankuronium, mivakurium, metokurin dan doksakurium diekskresikan kedalam urin dalam bentuk utuh. Atrikurium dihancurkan spontan didalam plasma dan dengan hidrolisis ester. Obat aminosteroid (vekuronium dan rokuronium) di-deastilasi dalam hati, dan bersihannya akan memanjang pada pasien dengan penyakit hepar. Obat ini diekskresi dalam bentuk utuh kedalam empedu. Interaksi obat : penghambat kolinesterase, anestesi hidrokarbon berhalogen, antibiotika aminoglikosida, penyekat kanal kalsium.

Obat depolarisasi Mekanisme kerja: tidak seperti asetilkolin yang segera dirusak oleh asetilkolinesterase, maka obat depolarisasi ini kadarnya teteap tinggi dalam celah sinaptik dan tetap melekat pada reseptor dalam jangka waktu yang relatif lama, dan terus menerus memacu reseptor. Efek: urutan kelumpuhan ungkin sedikit berbeda, tetapi sebagaimana yang terjadi pada penyekat kompetitif, otot-otot pernapasan limpuh belakangan. Suksinilkolin mengawali efeknya dengan lumpuh dalam beberapa menit. Obat ini tidak menyebabkan penyekatan ganglion, kecuai pada dosis tinggi, walaupun sebenarnya obat ini memacu secara lemah pelepasan histamin. Dalam keadaan normal, lama kerja suksinilkolin sangat singkat, karena obat ini cepat sekali dirusak oleh kolinesterase dalam plasma. Penggunaan terapi: karena mula kerjanya cepat dan lama kerja singkat, suksisnilkolin berguna sewaktu intubasi endotrakeal cepat dibutuhkn selama induksi anastesi. Obat ini digunakan juga selama terapi syok elektrokonvulsif (ECT). Farmakokinetik: suksisnilkolin disuntikkan intravena. Kerjanya yang sangat singkat (beberapa menit saja) disebabkan oleh hidrolisis cepat kolinesterase dalam plasma. Oleh karena itu, obat ini biasanya diberikan dalam bentuk nfus terus menerus. Efek samping: Hipertermia : bila halotan digunakan sebagai anastesi, maka pemberian suksinilkolin terkadang menyebabkan hipertemia sangat berat pada orang yang dasar genetiknya peka. Apnea : pasien yang dasar genetiknya berkaitan dengan defisiensi kolinesterase plasma atau adanya bentuk atipikal dari enzim tersebut sering terjadi apnea (tidak dapat bernapas) karena kelumpuhan otot diafragma.

3. Agonis AdrenergikAgonis adrenergik merupakan obat yang memacu atau meningkatkan syaraf adrenergik. Oleh karena itu obat-obat yang bekerja secara agonis adrenergik ini beraksi menyerupai neurotransmitternya, yaitu nor-adrenalin. Agonis adrenergik juga dinamakan dengan Adrenomimetik. Obat-obat yang bekerja dengan cara ini bereaksi dengan reseptor adrenergik, yaitu reseptor adrenergik & reseptor adrenergik . Obat agonis adrenergi memiliki 3 mekanisme kerja yaitu:a. Agonis bekerja langsung : yaitu obat-obat yang bekerja lngsung pada reseptor dan dengan menimbulkan efek mirip pacuan saraf simpatis atau pelepasan hormon epinefrin dari medula adrenalis, contoh obat agonis yang bekerja langsung : Epinefrin : epinefrin berinteraksi terhadap reseptor dan . Pada dosis rendah, efek (vasodilatasi) pada sistem vaskular menonjol sekali, sedangkan pada dosis tinggi, efek (vasokontriksi) menjadi efek terkuat. Kerja: kerja utama epinefrin adalah pada sistem kardiovaskuler. Senyawa ini memperkuat daya kontraksi otot jantung (miokard) (inotropik positif: kerja 1). Oleh sebab itu, curah jantung meningkat pula. Akibat dar efek ini maka kebutuhan oksigen otot jantung meningkat juga. Epinefrin mengkontriksi areriol dikulit, membran mukosa dan visera (efek ) dan mendilatasi pembuluh darah kehati dan otot rangka (efek 2). Aliran darah ke ginjal menurun. Oleh karena itu, efek kumulatif epinefrin adalah peningkatan tekanan sistolik bersama dengan sedikit penurunan tekanan diastolik yang akhirnya menimbulkan refleks perlambatan jantung. Respirasi: epinefrin menimbulkan bronkodilatasi kuat dengan bekerja langsung pada otot polos bronus (kerja 2). Kerja ini sangat membantu semua keadaan bronkokontriksi karena reaksi alergi atau pacu histamin. Pada kasus syok anafilaksis, obat ini dapat menyelamatkan nyawa. Hiperglikemia: epinefrin mempunyai efek hiperglikemia yang khas karena terjadinya glikogenolisis didalam hepar (efek 2) peningkatan pelepasan glukogen (efek 2) dan menurunkan pelepasan insulin (efek 2). Efek demikian diperantarai oleh AMP. Lipolisis: epinefrin mengawali lipoisis melalui aktivitas agonisnya pada reseptor beta jaringan lemak, yang pada stimulasi, mengaktifkan adenili siklase untuk meningkatkan kadar cAMP. cAMP ini kemudian memacu suatu lipase sensitif hormon yang selanjutnya menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Biotransformasi: epinefrin seperti katekolamin lainnya, dimetabolisme oleh 2 jalur enzimatik: COMT yang memiliki S-adenosilmetionin sebagai kofaktor, dan MAO. Hasil metabolit kahir yang dijumpai dalam urin adalah metanefrin dan asam vanilimendelat. Penggunaan terapi: Bronkospasme : epinefrin merupakan obat utama yang digunakan untuk pengobatan gawat setiap kondisi saluran napas yang ditandai oleh bronkokontriksi dengan kesulitan bernapas. Glaukoma : pada oftalmologi, larutan epinefrin 2% dapat digunakan secara topikal untuk mengurangi tekanan dalam bola matapada glaukoma sudut terbuka. Obat ini mapu mengurangi produksi cairan humor dengan memvasokontriksi pembuluh darah badan siliaris. Syok anafilatik : epinefrin merupakan obat pilihan untuk pengobatan reaksi hipersensitif tipe 1 dan responnya terhadap alergen. Pada anastesi : larutan anastesi lokal biasanya megandung 1:100.000 bagian epinefrin. Efeknya nyata sekali dalam memperpanjang kerja anastesi lokal. Farmakokinetik: epinefrin mempunyai awitan cepat, tetapi masa kerjanya singkat. Efek samping: Gangguan SSP : akibat epinefrin termasuk kecemasan, ketakutan, tegang, sakit kepala dan tremor. Pendarahan : obat ini dapat memacu pendarahan didalam otak akibat dari naiknya tekanan darah secara nyata. Aritmia jantung : obat ini dapat pula memacu aritmia jantung, terutama bagi pasien yang sedang mendapat digitalis Edema paru : epinefrin dapat menimbulkan edema baru. Interaksi Hipertiroidisme : epinefrin akan mempercepat kerja kardiovaskuler pada pasien hipertiroidisme, bisa digunakan kecuali dosis obat dikurangi. Kokain : bila didalam tubuh terdapat kokain, maka epinefrin akan menambah efek kardiovaskulernya. NorepinefrinObat ini akan memacu semua tipe reseptor adrenergik. Namun dalam kenyataannya, bila obat ini diberikan pada manusia dalam dosis terapi, maka reseptor adrenergik saja yang paling dipengaruhi. Kerja kardiovaskuler Vasokontriksi: norepinefrin menyebabkan kenaikan tahanan perifer akibat vasokontriksi kuat hampir semua lapangan vaskular, termasuk ginjal. Refleks baroreseptor : pada preparat jaringan jantung terpisah, norepinefrin akan memacu kontraktilitas jantung; namun secara invivo, pacuan ini hanya ringan sekali bila ada.ha in akibat dari peningkatan tekanan darah yang emacu suatu refleks berkaitan dengan aktivitas vagal melalui pacuan baroreseptor. Efek praterapi atropin : bila atropin diberikan sebelum norepinefrin, maka pacuan norepinefrin jelas akan menimbulkan takikardia. Penggunaan terapi : norepinefrin digunakan untuk pengobatan syok karena kemampuannya menaikkan tahanan tepi dan oleh karena itu menaikkan tekanan darah; namun demikian dopamin ternyata lebih baik, karena tidak mengurangi aliran darah keginjal seperti norepinefrin.

IsoproterenolBekerja langsung yang terutama memacu reseptor 1dan 2. Kerja: Kardiovaskular : pacuan obat ini seaktif epinefrin sehingga bermanfaat pada pengobatan blok antrioventrikular atau henti jantung. Isoproterenol mendilatasi pula arteriol otot rangka (kerja 2.), sehingga mengurangi tahanan perifer. Karena kerja pacu jantungnya, obat in mungkin enaikkan sedikit tekanan sistol, tetapi sangat menurunkan tekanan arteri rerata dan tekanan diastolik. Paru-paru : isoproterenol seaktif epinefrin dan cepat melegakkan seranan asma akut, bila diberikan secara inhalasi/sedotan. Kerja ini berakhir sekitar 1 jam dan sesudah itu dosis dapat diulangi kembali. Efek lainnya : terhadap reseptor , seperti peningkatan kadar gula darah dan lipolisis dapat dibuktikan, tetapi secara klinik efek ini tidak jelas. Penggunaan terapi: isoproterenol sekarang jarang digunakan sebagai obat bronkodilator pada asma. Farmakokinetik: diserap secara sistemik oleh mukosa sublingual tetapi lebih nyata diserap secara parental atau sedotan aerosol. Efek samping: mirip sekali dengan efek samping epinefrin.

DopaminDopamin dapat mengaktifkan reseptor adrenergik dan . Sebagai contoh, pada dosis tinggi obat ini menimbulkan vasokontriksi dengan mengaktifkan reseptor , sebaliknya pada dosis rendah, obat akan memacu reseptor jantung . Dobutamin Kerja: adalah suatu katekolamin sintetik, bekerja langsung yang merupakan agonis reseptor 1. Obat ini tersedia dalam bentuk campuraan resemik. Penggunaan terapi: dobutamin digunakan untuk meningkatkan curah jantung pada gagal jantung kongestif. Efek samping: dobutamin perlu diperhatikan bila diberikan pada pasien dengan fibrilasi atrial, karena obat ini meningkatkan konduksi atrioventrikular. Efek samping lainnya mirip dengan efek samping epinefrin.

FenilefrinFenilefterin adalah obat adrenergik sintetik langsung yang terutama mengikat reseptor 2. Fenilefterin adalah suatu vasokontriktor yang mampu meningkatkan tekanan sistolik maupun diastolik. Efeknya terhadap jantung langsung tidak ada, tetapi memacu refleks bradikardia bila diberikan parental. Obat ini digunakan untuk enaikkan tekanan darah dan menghentikan serangan tarikardiasupraventrikular. Dosis besar dapat menyebabkan sakit kepala hipertensif dan ketidakteraturan jantung.

MetoksaminMetoksamin adalah obat adrenergik sintetik bekerja langsung yang mengikat reseptor alpha, terlebih lagi reseptor 1dan 2. Obat ini digunakan juga untuk menanggulangi hipotensi selama operasi yang memperoleh anastesi halotan. Obat ini cenderung tidak memacu aritmia jantung pada pasien yang disensitisasi anastesi umum halotan. Efek samping yang terjadi berupa sakit kepala hipertensif dan muntah-muntah.

KionidinKionidin adalah agonis 2yang digunakan pada hipertensi esensial untuk menurunkan tekanan darah karena kerjanya pada SSP. Obat ini dapat digunakan juga untuk mengurangi gejala yang timbul akibat putus obat opiat atau benzodiazepin. MetaproterenolObat ini dapat idberikan peroral atau inhalasi. Obat ini bekerja terutama pada reseptor 2, menimbulkan efek ringan pada jantung. Obat ini menyebabkan dilatasi bronkiolus dan memperbaiki fungsi aliran udara. Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator pada pengobatan asma dan melegakan bronkospasme.

TerbutalinTetrabulin yang bersifat lebih selektif daripada metaproterenol dan masa kerjanya lebih lama. Obat ini diberikan baik secara oral ataupun subkutan. Digunakan sebagai bronkodilator dan mengurangi kontraksi rahim pada persalinan prematur.

AlbuterolAlbuterol adalah agonis 2selektif yang sifatnya mirip sekali dengan tetrabutalin. Obat ini banyak dignakan sebagai inhalan untuk mengatasi bronkospasme.

b. Agonis Adrenergik Bekerja Tidak LangsungObat-obat ini memperkuat efek norepinefrin endogen, tetapi tidak langsung mempengaruhi reseptor pasca sinaptik. AmfetaminAmfetamin sering diduga hanya bekerja sebagai pacu sentral kuat saja oleh pecandu penyaahgunaan obat. Sebenarnya obat ini dapat menaikkan tekanan darah dengan jelas karena kerja agonis -nya pada pembuluh darah sebagaimana juga efek pacu -nya pada jantung.

TiraminTiramin tidak digunakan dalam klinik, tetapi banyak ditemukan dalam makanan fermentasi, seperti keju dan anggur chianti. Obat ini adalah produk normal dari hasil metabolisme tirosin.

c. Agonis Adrenergik Bekerja Ganda EfedrinEfedrin adalah alkaloid tumbuhan, tetapi sekarang dapat dibuat secara sintetik. Obat ini adalah obat adrenergik bekerja ganda, berarti tidak saja melepas simpanan norepinefrin dari ujung saraf, tetapi mampu pula memacu langsung reseptor dan . Oleh karena itu, sejumlah besar kerja adrenergik yang muncul sering sekali dengan efek epinefrin, walaupun sedikit lebih lemah.

MetaraminolMetaraminol adalah obat adrenergik yang bekerja ganda dengan kerja yang mirip norepinefrin. Obat ini digunakan pada pengobatan syok dan untuk mengatasi hipotensi mendadak.

4. Antagonis AdrenergikAntagonis adrenergik mengikat adrenoseptor tetapi tidak menimbulkan efek intraseluler yang diperantarai reseptor seperti lazimnya.a. Obat penyekat adrenergik Obat-obat yang menyekat adrenoseptor sangat mempengaruhi tekanan darah. FenoksibenzaminKerja fenoksibenzamin ini berakhir sekitar 24 jam setelah pemberian tunggal. Setelah obat disuntikkan,belum erjadi penyekatan beberapa jam karena molekul harus dibiotransformasi lebih dulu menjadi bentuk aktif. Kerja: Efek kardiovaskular : penurunan resistensi perifer ini menimbulkan refleks takikardia. Lebih jauh kemampuan untuk menyekat reseptor 2presinaptik pada jantung justru menimbulkan peningkatan curah jantung. Reversal epinefrin : fenoksibenzamin tidak mempunyai efek terhadap kerja isoproterenol yang murni sebagai agonis . Penggunaan terapi: fenoksibenzamin digunakan untuk pengobatan feokromositoma, tumor pensekresi katekolamin sel-sel yang berasal dari medulla adrenalis. Efek samping: fenoksibenzamin dapat menyebabkan hipotensi postural, sumbatan hidung, mual dan muntah. FentolaminKebalikan dari fenoksibenzamin, fentolamin menimbulkan penyekatan kompetitif terhadap reseptor 1dan 2. Kerja obat ini berakhir setelah 4 jam pemberian tunggal. Fentolamin digunakan juga untuk terapi feokromositoma dan keadaan klinis lainnya ditandai dengan pelepasan katekolamin berlebihan.

Prazosin, terazosin, dan doksazosin Efek kardiovaskuler: prazosin dan terazosin menurunkan resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah arterial dengan melemaskan otot polos arteri dan vena. Penggunaan terapi:dosis awal obt ini menimbulkan respons hipotensi yang berlebihan bahkan menimbulkan sinkop(pingsan). Kerja demikian disebut sebagai efek dosis awal, dapat dikurangi dengan menyesuaikan dosis awal tersebut menjadi 1/3 atau dari dosis normal, dan obat diberikan menjelang tidur. Efek samping: parazosin dan terazosin mungkin menyebabkan pusing, kehilangan tenaga, hidung tersumbat, sakit kepala, megantuk, dan hipotensi ortostatik.

b. Obat penyeka adrenergik Semua obat penyekat yang digunakan dalam klinik bersifat antagonis kompetitif.

PropranololSuatu antagonis- non-selektif Kerja: kardiovaskular, vasokonstriksi perifer, bronkokonstriksi, peningkatan retensi natrium, menghambat kerja isoproterenol. Efek terapi: memberikan terapi pada hipertensi, glaukoma, migren, hipertiroid, angina pektoris, infark miokardial. Efek samping: bronkokonstriksi, aritmia, gangguan seksual, gangguan metabolisme, interaksi obat.

Timolol dan nadolol: antagonis- non-selektifTimolol menyekat juga adrenoseptor 1dan 2dan leih kuat dari propranolol. Nadolol kerjanya sangat panjang. Nadolol mengurangi produksi cairan humor mata dan digunakan secara topikal pada pengobatan glaukoma sudut terbuka menahun, dan dapat pula sesekali digunakan untuk pengobatan sistemik hipertensi.

Asebutolol, atenolol, metoprolol, dan esmolol antagonis selektif Kerja: obat-obat penyekat menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan meningkatkan toleransi latihan fisik dan angina. Penggunaan terapi dan hipertensi: karena obat-obat ini mempunyai efek kecil sekali terhadap reseptor 2vaskuler perifer, maka kedinginan anggota tubuh, suatu efek samping yang sering muncul pada terapi penyekat- sangat jarang terjadi.

Pindolol, dan asebutolol: antagonis dengan aktivitas agonis parsialKerja: pada kardiovaskular asebutolol dan pindolol bukan penyekat murni; melainkan mempunyai kemampuan memacu dengan lemah sekali reseptor 1dan 2dan oleh karena itu disebut memiliki aktivitas simpatomimetik intrinsik. Serta pengurangan efek metabolik.

Labetalol penyekat dan Kerja: obat ini tidak mengganggu kadar lipid atau glukosa darah alam serum. Penggunaan terapi pada hipertensi: labetalol berguna untuk pengobatan pasien hipertensi berusia tua. Labetalol dapat digunakan sebagai obat alternatif terhadap hidralazin untuk pengobatan hipertensi akibat kehamilan.

c. Obat-obat yang mempengaruhi pelepasan atau ambilan kembali neurotransmitter ReserpinAwal kerja obat ini lambat timbul tetapi masa kerjanya panjang. Bila obat dihentikan kerjanya menetap selama beberapa hari. GuanetidinObat ini sekarang jarang digunakan untuk pengobatan hipertensi karena sering menimbulkan hipotensi ortostatik dan mengganggu fungsi seksual pada lelaki.

KokainKokain adalah unik diantara anastesi lokal yang mampu menyekat enzim ATPase diaktifkan Na dan K melintas membran sel neuron adrenergik. Akibatnya, norepinefrin menumpuk dalam ruang sinaptik, menimbulkan bertambahnya aktivitas simpatetik dan memperkuat kerja epinefrin dan norepinefrin. Oleh karena itu, dosis kecil katekolamin mampu menimbulkan efek yang diperkuat pada pasien yang menelan kokain dibanding yang tidak menelannya.2.5 Golongan Obat Sistem Saraf PusatSusunan saraf yang mengkoordinasi sistem-sistem saraf lainnya di dalam tubuh manusia dibagi dalam dua golongan yaitu :1. Susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari : Otak Sumsum tulang belakang (spinal cord) 2. Susunan saraf perifer yang tediri atas : Syaraf otak dan tulang belakang Syaraf otonom Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu: 1. Merangsang atau menstimulasi, yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sum-sum tulang belakang beserta sarafnya.2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf - sarafnya.

A. Analgetika a. PengertianAnalgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi.Asam salisilat, paracetamol mampu mengatasi nyeri ringan sampai sedang, tetapi nyeri yang hebat membutuhkan analgetik sentral yaitu analgetik narkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat anti inflamasi berguna untuk mengobati radang sendi (artritis reumatoid) termasuk pirai /gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah sendi terjadi pembengkakan dan timbul rasa nyeri.Analgesik anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat dibedakan dalam tiga kategori: 1. Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dll), dapat diatasi dengan asetosal, paracetamol bahkan placebo. 2. Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgetik perifer kuat. 3. Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker ), harus diatasi dengan analgetik sentral atau analgetik narkotik.

b. Penggolongan Analgetik dibagi dalam dua golongan besar: 1. Analgetik narkotik (analgetik sentral)Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran), mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hampir semua perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgesik narkotik kecuali sensasi kulit.Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko besar terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal. Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan penggunaannya secara kronik, disamping untuk mengatasi nyeri hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan sebagai premedikasi dalam pembedahan karena dapat memperkuat anestesi umum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran selama anestesi. Penggolongan analgesik narkotik adalah sebagai berikut : 1) alkaloid alam: morfin, codein2) derivat semi sintesis: heroin 3) derivat sintetik: metadon, fentanil 4) antagonis morfin: nalorfin, nalokson dan pentazocin

c. Obat Generik, Indikasi, Kontra Indikasi dan Efek Samping 1. Morfin Indikasi: Analgesik selama dan setelah pembedahan, analgesi pada situasi lain. Kontra indikasi: Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala Efek samping: Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan: Morfin HCl (generik) sirup 5mg / 5ml, tablet 10mg, 30mg, 60mg, injeksi 10mg / ml, 20mg / ml

2. Kodein fosfat Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang Kontra indikasi: Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala Efek samping: Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan: Kodein fosfat (generik) tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg

3. Fentanil Indikasi: Nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker Kontra indikasi : Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala Efek samping : Mual, muntah, konsipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan: Bentuk sediaan dapat berupa injeksi atau cakram transdermal (lama kerja yang panjang)

4. Petidin HCl Indikasi: Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah Kontra indikasi: Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala Efek samping: Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan Sediaan: Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg

5. Tramadol HCl Indikasi: Nyeri sedang sampai berat Kontra indikasi: Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala Efek samping: Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan: Tramadol (generik) injeksi 50 mg/ml, tablet 50 mg

Nalorfin, NaloksonAdalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin, dan bersifat analgesik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetik narkotik.

2. Analgesik non opioid (non narkotik) Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam.Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya parasetamol, asetosal, dll. Dan berkhasiat pula sebagai anti inflamasi , anti radang atau anti flogistik.Anti radang sama kuat dengan analgesik, digunakan sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti radang yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja serentak sebagai anti radang dan analgesik contohnya indometazin.Penggolongan Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :a) Golongan salisilat.Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin .Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal makin banyak dipakai karena sifat anti plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral.Asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasiyang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Masalah efek samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat menjadi sediaan salut enterik (enteric-coated). Karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis

b) Golongan para aminofenol Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol). Tahun-tahun terakhir penggunaan asetaminofen yang di Indonesia lebih terkenal dengan nama parasetamol meningkat dengan pesat. Efek analgesik golongan ini serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Fenasetin karena toksisitasnya terhadap hati dan ginjal saat ini sudah dilarang penggunaannya. Efek samping parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.

c) Golongan pirazolon (dipiron) Fenilbutazon dan turunannya saat ini yang digunakan adalah dipiron sebagai analgesik antipiretik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Dibeberapa negara penggunaannya sangat dibatasi bahkan dilarang karena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya agranulositosis. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati arthritis rheumatoid.

d) Golongan antranilat (asam mefenamat) Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif dibanding dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul AINS (Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid).AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik juga memiliki efek anti inflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan dalam pengobatan rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen, indometasin, diklofenak, fenilbutazon dan piroxicam. Sebagian besar penyakit rheumatik membutuhkan pengobatan simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis, analgesik tunggal atau campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila nyeri dan kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang meradang harus diberikan pengobatan dengan AINS. 1) Ibuprofen Adalah turunan asam propionat yang berkhasiat anti inflamasi, analgesik dan anti piretik. Efek sampingnya kecil dibanding AINS yang lain, tetapi efek anti inflamasinya juga agak lemah sehingga kurang sesuai untuk peradangan sendi hebat seperti gout akut.2) Diklofenak Derivat fenilasetat ini termasuk AINS yang terkuat anti radangnya dengan efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat lainnya seperti piroxicam dan indometasin. Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok. Secara parenteral sangat efektif untuk menanggulangi nyeri kolik hebat (kandung kemih dan kandung empedu). 3) Indometasin Daya analgetik dan anti radang sama kuat dengan asetosal, sering digunakan pada serangan encok akut. Efek samping berupa gangguan lambung usus, perdarahan tersembunyi (okult), pusing, tremor dan lain-lain.

4) Fenilbutazon Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik yang lebih kuat daripada kerja analgetiknya. Karena itu golongnan ini khususnya digunakan sebagai obat rematik seperti halnya juga dengan oksifenilbutazon. Fenilbutazon ada kalanya dimasukan dengan diam-diam (tidak tertera pada etiket) dalam sediaan-sediaan dari pabrik-pabrik kecil asing, dengan maksud untuk mengobati keadaan-keadaan lesu dan letih, otot-otot lemah dan nyeri. Penyalahgunaannya dalam obat-obat penguat dan tonikum (dengan ginseng) adalah sangat berbahaya berhubung efek merusaknya terhadap sel-sel darah.5) Piroksikam Bekerja sebagai anti radang, analgetik dan antipiretik yang kuat. Digunakan untuk melawan encok. Efek samping berupa perdarahan dalam lambung usus.Obat generik :1. Acetosal /asam asetil salisilat Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang, demam, anti platelet Kontra indikasi: Anak dibawah usia 12 tahun, anak yang sedang disusui, gangguan saluran cerna, hemofilia penting untuk menjelaskan kepada keluarga bahwa acetosal adalah obat yang tidak cocok untuk anak yang berpenyakit ringan Efek samping: Ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna Sediaan: Acetosal (generik) tablet 100mg, 500 mg

2. Parasetamol Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang, demam Kontra indikasi: Perlu peringatan berkurangnya fungsi hati dan ginjal Efek samping: Ringan dan tidak sering yaitu iritasi saluran cerna Sediaan: Parasetamol (generik) siruf 120 mg / 5 ml, Tablet 100 mg, 500 mg

3. Dipiron/Methampiron Indikasi: - Kontra indikasi: - Efek samping: - Sediaan: Antalgin (generik) cairan injeksi 250 mg/ml 500 mg/ml, tablet 500 mg

4. Asam mefenamat Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang dan kondisi yang berhubungan dengan dismenore dan menoragi Kontra indikasi: Harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut peradangan usus besar, pada pengobatan jangka lama harus dilakukan tes darah Efek samping: Mengantuk, diare, trombositopenia, anemia, dan kejang-kejang pada over dosis Sediaan: Asam mefenamat (generik) kaptab 250 mg, 500 mg

5. Ibuprofen Indikasi: Nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya. Nyeri ringan sampai berat, termasuk dismenorea, analgesik, pasca bedah, nyeri dan demam pada anak-anak Kontra indikasi: Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal, payah jantung, pengidap tukak lambung aktif Efek samping: Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare, kadang-kadang pendarahan dan tukak lambung dan lain-lain) Sediaan: Ibuprofen (generik) tablet 200 mg, 400 mg, 600 mg

6. Diklofenak Indikasi: Nyeri dan radang pada penyakit reumatik, gangguan otot skelet gout akut dan nyeri pasca bedah. Kontra indikasi: Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal, payah jantung, pengidap tukak lambung aktif Efek samping: Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare, kadang-kadang pendarahan dan tukak lambung dan lain-lain) Sediaan: Kalium diklofenak (generik) tablet 25 mg, 50 mg

7. Indometasin Indikasi: Nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada kasus reumatik dan gangguan otot skeletal, gout akut, dismenorea. Kontra indikasi: Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal, payah jantung, pengidap tukak lambung aktif. Hati-hati juga pada kasus epilepsi, parkinson dan goncangan jiwa. Tidak dianjurkan untuk anak. Efek samping: Gangguan cerna, sakit kepala, pusing, kepala terasa ringan, hati-hati khususnya pengemudi Sediaan Indometasin (generik) kapsul 25 mg

8. Fenil butazon Indikasi: Penyakit jantung, gangguan paru, ginjal, dan hati kehamilan dengan riwayat tukak lambung, penyakit tiroid, anak dibawah usia 14 tahun. Kontra indikasi: Radang tenggorokan, sariawan, gangguan penglihatan, gangguan darah. Efek samping Radang tenggorokan, sariawan, gangguan penglihatan, gangguan darah. Sediaan: Phenylbutazone (generik) kaplet 200 mg.

9. Piroksikam Indikasi Nyeri dan radang pada penyakit reumatik, gangguan otot skelet gout akut. Kontra indikasi: Hati-hati pada anak umumnya tidak dianjurkan. Efek samping: Gangguan saluran cerna, tukak lambung, nyeri dapat timbul ditempat penyuntikan. Suppositoria menyebabkan iritasi rektum kadang-kadang pendarahan. Sediaan: Piroxicam (generik) tablet 10 mg, 20 mg Spesialite AnalgetikaNOGENERIKDAGANGPABRIK

1Acetosal (Acidum Acetylosalicylicum)AspirinAspilets BayerUAP

2Parasetamol (Acetaminophenum)BodrexinCafenolFarmasalAspimecPanadolDuminTempraBiogesicTempo Scan PSterling WFahreinheitMecosinSterlingDumexBristol MBiomedis

3Asam Mefenamat(Acidum Mefenamicum)PonstanMefinalBenostanMectanAsam Mefenamat Indo

Parke DavisSanbe FarmaBernofarmPrafa

4Antalgin (Methampyronum)NovalginRonalginUnagen HoechstDexa MedicaUAP

5TramadolTramal Pharos

6Diklofenak NatriumCataflamFlamarVoltaren NovartisSanbe FarmaNovartis

7Piroksikam (Piroxicamum)FeldeneIndeneBiogesic PfizerKalbe FarmaBiomedis

8Fenilbutazon IrgapanDexa Medica

9Ibuprofen ArthifenDolofen fIbufenDofen200/400ArmoxindoTempo ScanBernofarmDexa Medica

10Indomethacin BenocidConfortidDialonBernofarmDumex AEisai

B. Anti Emetika a. PengertianAnti emetika adalah obat-obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan perasaan mual dan muntah. Karena muntah hanya suatu gejala, maka yang penting dalam pengobatan adalah mencari penyebabnya. Muntah dapat disebabkan antara lain:1. Rangsangan dari asam lambung-usus ke pusat muntah karena adanya kerusakan mukosa lambung-usus, makanan yang tidak cocok, hepatitis, dan lain-lain. 2. Rangsangan tidak langsung melalui chemo reseptor trigger one (CTZ) yaitu suatu daerah yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah. Rangsangan disebabkan oleh obat-obatan (seperti tetrasiklin, digoksin, estrogen, morfin dll), gangguan keseimbangan dalam labirin, gangguan metabolisme (seperti asidosis, uremia, tidak stabilnya hormon estrogen pada wanita hamil).3. Rangsangan melalui kulit korteks (cortex cerebri) dengan melihat, membau, merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

b. Penggunaan Anti emetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :1. Mabuk jalan (motion sickness)Disebabkan oleh pergerakan kendaraan darat, laut maupun udara dengan akibat stimulasi berlebihan di labirin yang kemudian merangsang pusat muntah melalui chemo reseptor trigger one (CTZ).

2. Mabuk kehamilan (morning sickness) Pada kasus ringan sebaiknya dihindari agar tidak berakibat buruk pada janin, sedangkan pada kasus berat dapat dipakai golongan antihistamin atau fenotiazin (prometazin) yang kadang dikombinasikan dengan vitamin B6, penggunaannya sebaiknya dibawah pengawasan dokter.

3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu, seperti pada pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatika. Penggolongan dibagi menjadi 4 yaitu : 1) Anti histamin Sebenarnya kurang efektif tetapi nyaman dipakai dengan efek samping mengantuk. Anti histamin yang dipakai adalah sinarizin, dimenhidrinat dan prometazin teoklat.2) Metoklopramid dan fenotiazin Bekerja secara selektif di chemo reseptor triger zone (CTZ) tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat yang dipakai adalah klorpromazin HCl, perfenazin, proklorperazin dan trifluoperazin.3) Domperidon Bekerja berdasarkan perintangan reseptor dopamin ke CTZ. Efek samping jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipakai pada kasus mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika. 4) Antagonis 5 HT3 Bermanfaat pada pasien mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.

c. Obat Generik, Indikasi, Kontra Indikasi dan Efek Samping 1. Sinarizin Indikasi: Kelainan vestibuler seperti vertigo, tinitus, mual dan muntah Kontra indikasi: Kehamilan/menyusui, hipotensi dan serangan asma Efek samping: Gejala ekstra piramidal, mengantuk, sakit kepala, dll Sediaan: Cinnarizine (generik) tablet 25 mg

2. Dimenhidrinat Indikasi: Mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin Kontra indikasi: Serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan Efek samping: Mengantuk dan gangguan psikomotor Sediaan: Generik -

3. Klorpromazin HCl Indikasi: Mual dan muntah Kontra indikasi: Gangguan hati dan ginjal Efek samping: Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll Sediaan: Klorpromazin generik tablet 25, 100 mg

4. Perfenazin Indikasi: Mual dan muntah berat Kontra indikasi: Gangguan hati dan ginjal Efek samping: Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll Sediaan: Perfenazin (Generik) tablet 2, 4, 8 mg

5. Proklorperazin Indikasi: Mual dan muntah akibat gangguan pada labirin Kontra indikasi: Gangguan hati dan ginjal Efek samping: Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll Sediaan: Generik

6. Trifluoperazin Indikasi: Mual dan muntah berat Kontra indikasi: Gangguan hati dan ginjal Efek samping: Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll Sediaan: Trifluoperazin HCl (generik) tabl. 1,5 mg

Spesialite Anti EmitikaNOGENERIKDAGANGPABRIK

1Difenhidramin Teoklat(Dimenhydrinatum)AntimoDramamineWisatamexPharprosSohoKonimex

2Betahistine MesylateMerislonEisai

3MetoclopramideVomitrolPrimperan PharosSoho

4Hyoscine HBrBuscopan Boehringer

5Klorpromazin HClLargactilMeprosetilPromactil AventisMeprofarmCombiphar

6Domperidom Motilium Jansen

7Pyranthiazine Theoclate + Vitamin B6Mediamer Darya Varia

C. Anti Epilepsi a. Pengertian Epilepsi dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal dengan penyakit ayan, adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala biasanya disertai perubahan kesadaran. Penyebab epilepsi adalah pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh: luka di otak (absen, tumor, arteriosklerosis), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang dapat memprodvokasi serangan epilepsi.

b. Jenis-jenis epilepsi 1. Grand mal (tonik-klonik umum) Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa, mata membeliak dan lain-lain disusul dengan pingsan dan sadar kembali. 2. Petit mal Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang. Dalam kasus ini bila serangan berlangsung berturut-turut dengan cepat dapat juga terjadi status epileptikus. 3. Psikomotor (serangan parsial kompleks) Kesadaran terganggu hanya sebagian tanpa hilangnya ingatan dengan memperlihat kan prilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.

c. Penggunaan Tujuan pengobatan pada penderita epilepsi adalah: Menghindari kerusakan sel-sel otak Mengurangi beban sosial dan psikologi pasien maupun keluarganya. Profilaksis / pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang Dewasa ini terapi obat pada pasien eplepsi apapun jenisnya selalu dimulai dengan obat tunggal . Pilihan obat ditentukan dengan melihat tipe epilepsi. Dengan pemberian obat tunggal diperoleh keuntungan sebagai berikut: Mudah mengevaluasi hasil pengobatan Mudah mengevaluasi kadar obat dalam darah Efek samping obat minimal Interaksi obat dapat dihindari. Tetapi dalam kenyataannya ternyata 1/3 kasus yang terjadi tidak dapat dikendalikan dengan obat tunggal, harus dengan obat kombinasi. Pemberian obat anti epilepsi selalu dimulai dengan dosis rendah dinaikkan bertahap sampai epilepsi terkendali. Pemutusan obat secara mendadak harus dihindari terutama untuk golongan barbiturat dan benzodiazepin karena dapat memicu kambuhnya serangan.Tindakan non medis yang dilakukan pada penderita epilepsi saat ini adalah menghilangkan penyebab penyakit setelah dilakukan operasi otak serta menjauhkan dari segala factor penyebab (stress, alkohol dll.)

d. Penggolongan 1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir semua jenis epilepsi, contoh fenitoin. 2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering digunakan karena paling murah terutama digunakan pada serangan grand mal. Biasanya untuk pemakaian lama dikombinasi dengan kofein atau efedrin guna melawan efek hipnotiknya. Tetapi tidak dapat digunakan pada jenis petit mal karena dapat memperburuk kondisi penderita. Contoh fenobarbital dan piramidon.3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif. Digunakan pada jenis grand mal dan psikomotor dengan efektifitas sama dengan fenitoin. 4. Golongan benzodiazepin, memiliki khasiat anksiolitika, relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsiv. Yang termasuk golongan ini adalah diazepam yang dalam hati akan di biotransformasi menjadi desmetildiazepam yang aktif, klorazepam yaitu derivat klor yang berdaya anti konvulsiv kuat dan klobazepam yaitu derivat 1,5 benzodiazepin yang berkhasiat sebagai anti konvulsiv sekuat diazepam dipasarkan sebagai transquilizer.5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsi umum tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan meningkatnya kadar asam gama amino butirat acid (GABA) di dalam otak.

e. Obat Generik, Indikasi, Kontra Indikasi, dan Efek Samping 1. Fenitoin (Ditalin, Dilantin)Zat hipnotik ini terutama efektif pada grand mal dan serangan psikomotor, tidak untuk serangan-serangan kecil karena dapat memprofokasi serangan. Indikasi: Semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus Kontra indikasi: Gangguan hati, hamil, menyusui DS: oral 1-2x sehari @ 100-300mg. Efek samping: Gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia dll Sediaan: Phenytoin (generik) kapsul 100 mg, 300 mg

2. PenobarbitalZat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi grand mal/besar, biasanya dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan efek hipnotisnya. Indikasi: Semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus Kontra indikasi: Depresi pernafasan berat, porfiria DS: oral 3x sehari @25-75 mg maksimal 400mg (dalam 2 dosis) Efek samping: Mengantuk, Letargi, depresi mental dll Sediaan: Phenobarbital (generik) tabl. 30 lmg, 50 mg cairan inj. 100 mg/ml

3. Karbamazepin (Tegretol)Senyawa trisiklik ini mirip imipramin. Digunakan pada epilepsi grand mal dan psikomotor. Indikasi: Epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus Kontra indikasi: Gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang DS: diminum dengan dosis rendah dan dinaikkan berangsur-angsur sampai 2-3x sehari @200-400mg Efek samping: Mual, muntah, pusing, mengantuk, ataksia, bingung. Sediaan: Karbamazepine (generik) tablet 200 mg

4. Klobazam Indikasi: Terapi tambahan pada epilepsi penggunaan jangka pendek untuk ansietas Kontra indikasi: Depresi pernafasan Efek samping: Mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi Sediaan Clobazam (generik) tablet 10 mg

5. Diazepam Selain bersifat sebagai anksiolitika, relaksan otot, hipnotik, juga berkhasiat antikolvusi. Maka digunakan sebagai obat status epileptikus dalam bentuk injeksi. Indikasi: Status epileptikus, konvulsi akibat keracunan Kontra indikasi: Depresi pernafasan DS: oral 2-3x sehari @2-5mg Efek samping: Mengantuk, pandangan kabur, bingung, ataksia, amnesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala, vertigo Sediaan: Diazepam (generik) tablet 2 mg. 5 mgSpesialite Anti EpilepsiNOGENERIKDAGANGPABRIK

1Fenitoin Natrium/Difenilhidantoin Natrium (Phenytoin Natricum)Dilantin Phenilep Parke DavisPrafa

2Karbamazepin(Carbamazepinum)Tegretol Teril Novartis Merck

3Klonazepam(Clonazepamum)Rivotril Roche

No Obat Dosis Kadar terapi dalam serum (Range: g/ml)Kadar mantap tercapai (hari)Sediaan

1Asam valproatDD: 5-15mg/kgBB/hariDA:10-30mg/kgBB/hari50-1001-4Sirup 250mg/5mlTablet 250mg (Na divalproat)

2Diazepam DD: 0,2mg/kgBB/hariDA:0,15-0,3 mg/kgBB/hari0,61-4 jam

3Fenitoin DD: 300mg/kgBB/hariDA: 5mg/kgBB/hari10-207-8Kapsul 100mgAmpul 100mg/2ml

4Fenobarbital DD: 2-3mg/kgBB/hariDA: 3-5mg/kgBB/hari10-4014-21

5Karbamazepin DD: 1000-2000mg/ hariDA: 15-25mg/kgBB/hari4-123-4Kaplet salut film 200 mg

6Klonazepam DD: 1,5mg/hari (max 20mg/hari)DA:0,01-0,03 mg/kgBB/hari (max 0,25-0,5mg/hari)0,02-0,0086Tablet salut film 2mg

7Lamotrigin DD:100-500 mg/kgBB/hariDA: 1,2 mg/kgBB/hari33-5Tablet 50mg, 100mg

8Levetirasetam DD: 2x500 mg 2x1500 mg/hariDA: --2Tablet 250 mg dan 500 mg

9GabapentinDD: 900mg 2,4 g/hariDA: --24 jamTablet 300 mg

10Topiramat DD: 200-600mg/hari-4-8Tablet 25 mg, 50mg, 100mg

D. Psikofarmaka a. Pengertian Psikofarmaka adalah obat-obat yanng berkhasiat terhadap susunan saraf pusat dengan mempengaruhi fungsi psikis dan proses mental. Dalam pembahasan psikofarmaka ini hanya akan dibicarakan obat-obat penyakit jiwa sejati tidak termasuk obat-obat hipnotika, sedativa, anti konvulsi dan amfetamin.Perubahan dan kemajuan farmakoterapi diawali dengan ditemukannya klorpromazin, reserpin sampai ke meprobramat dan senyawa benzodiazepin yang digunakan sebagai transquilizer, tetapi obat-obat modern tersebut tidak dapat menggantikan terapi shock atau terapi renjatan listrik (ECT = Electro Convulsive Therapy) yang masih digunakan oleh psikiater untuk mengatasi depresi hebat dengan kecenderungan bunuh diri. Tetapi keuntungan pengobatan menggunakan obat-obatan ini adalah mudah, murah dan pasien tidak perlu menginap di rumah sakit. Obat-obatan psikofarmaka bekerja langsung terhadap saraf otak dengan mempengaruhi kerja neurotransmitter yaitu suatu neurohormon yang meneruskan impuls dari sistem adrenergik di otak seperti noradrenalin, serotonin dan dopamin.

b. Penggolongan Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu:1. Obat-obat yang menekan fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2, yaitu:1) Neuroleptika, yaitu obat yanng bekerja sebagai anti psikotis dan sedativa yang dikenal dengan mayor tranquilizer.2) Ataraktika / anksiolitika, yaitu obat yang bekerja sedativa, relaksasi otot dan anti konvulsi yang digunakan dalam keadaan gelisah, takut dan stress, dikenal dengan minor transquilizer.

2. Obat-obat yang menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Anti depressiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeretika yaitu menghilangkan inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa.2) Psikostimulansia, yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman (euforia) dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi (disforia).3. Obat-obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu antara lain psikodisleptika seperti zat-zat halusinasi, contoh : LSD dan fenasklidin. (a) NeuroleptikaMemiliki beberapa khasiat, yaitu: Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan schizoprenia. Sedativa, yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina. Anti emetika, yaitu merintangi neurotransmiter ke pusat muntah, contoh proklorperazin. Analgetika, yaitu menaikan ambang rasa nyeri, contoh haloperidol.Obat-obatan ini tidak dapat dikombinasikan dengan obat-obat golongan adrenergik seperti adrenalin, efedrin dan wekamin, karena dapat mengakibatkan penimbunan noradrenalin sehingga menyebabkan hipertensi dan aritmia.Hampir semua obat-obatan neuroleptika memiliki efek samping, antara lain : Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak, karena disebabkan kekurangan kadar dopamin dalam otak. Gejala ini dapat dihilangkan dengan mengurangi dosis atau menggunakan neuroleptika yang lain. Sedativa, disebabkan efek anti histamin antara lain mengantuk, lelah dan pikiran keruh. Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir dan rahang). Hipotensi, disebabkan adanya blokade reseptor alfa adrenergik dab vasodilatasi. Efek anti kolinergik dengan ciri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan penglihatan. Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi napsu makan. Galaktorea yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan. (b) Ataraktika / Anksiolitika Perbedaan antara ataraktika/anksiolitika dengan neuroleptika adalah pada ataraktika/anksiolitika tidak berkhasiat anti psikotis, tidak berkhasiat langsung terhadap sistem saraf otak serta tidak menyebabkan efek ekstrapiramidal.Obat-obat ataraktika memiliki sifat-sifat lain yaitu toksisitasnya ringan, indeks terapinya luas dan dapat menyebabkan adiksi terutama meprobramat. Oleh jarena itu pemberiannya harus hati-hati dengan jangka waktu pemakaian paling lama 4 6 minggu.Pada pemakaiannya golongan benzodiazepin seringkali dikombinasikan dengan neuroleptika atau anti depresif untuk mendapatkan efek yang lebih kuat. Sebaiknya dihindaripemakaian obat ini bersama alkohol karena dapat memperkuat kerja obat tersebut. Pengolongan obat-obat ataraktika, dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Derivat BenzodiazepinGolongan ini paling banyak digunakan diseluruh dunia. Menurut lama kerjanya dibagi menjadi 2 golongan yaitu: 1) Yang bekerja long acting (plasma t lebih dari 20 jam) dengan pemberian dosis tunggal pada malam hari, contohnya klordiazepoksida, klorazepam, klobazam, diazepam dan medazepam. 2) Yang bekerja short acting (plasma t kurang dari 14 jam) dengan pemberian beberapa kali sehari agar efeknya bertahan, contohnya oksazepam, oksazolam, lorazepam dan temazepam. 2. Kelompok lain Contoh : Benzoktamin, Hidroksizin dan Meprobramat

(c) Anti depresiva Obat-obat anti depresiva bekerja dengan jalan menghambat penyerapan kembali neurotransmitter noradrenalin dan serotonin sehingga otak kekurangan neurotransmiter tersebut.Dikenal 5 macam depresi, yaitu : 1. Depresi endogen atau dikenal dengan melankolia2. Depresi eksogen yang disebabkan efek samping penggunaan obat seperti obat hipertensi, kortikosteroid, pil KB dan benzodiazepin long acting . 3. Depresi post natal, terjadi pada sementara wanita pasca persalinan4. Depresi post menopause, terjadi setelah haid terhenti 5. Depresi sinilis, terjadi pada usia lanjut diatas 70 75 tahun.Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan, yaitu : 1. Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dengan efek samping gangguan pada sisten otonom dan jantung, contohnya imipramin dan amitriptilin. 2. Anti depresiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mianserin. Semua anti depresiva menunjukan kelambatan dalam efek anti depresivnya setelah pengobatan dimulai yang dikenal dengan waktu laten berkisar 2-4 minggu. Satu kurun pengobatan anti depresiva umumnya diteruskan selama sedikitnya 4 bulan dan tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan mimpi buruk. Penghentian dilakukan dengan mengurangi dosis sedikit demi sedikit berangsur menurun. Anti depresiva tidak boleh diberikan kepada penderita epilepsi, glaukoma dan prostitis. E. Hipnotika dan Sedativa a. Pengertian Hipnotika atau obat tidur berasal dari kata hypnos yang berarti tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan sedativa adalah obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Setiap mahluk hidup memerlukan waktu tidur yang cukup berkisar antara 6 sampai 8 jam guna mencegah timbulnya pengaruh yang merugikan karena kurang tidur. Pusat tidur terletak di otak yang mengatur fisiologi yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Pada saat tidur aktivitas saraf-saraf parasimpatis dipertinggi yang menyebabkan penyempitan pupil mata (miosis), perlambatan pernafasan dan sirkulasi darah (broncho kontriksi), menurunnya kegiatan jantung dan stimulasi aktivitas saluran cerna dimana peristaltik dan sekresi getah lambung diperkuat. Jadi pada saat tidur proses pengumpulan energi dan pemulihan tenaga dari organisma diperkuat.

b. Insomnia dan Pengobatanya Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh faktor-fsktor seperti: batuk, rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan ataupun depresi. Faktor penyebab inilah yang pertama-tama harus dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai seperti: antitussiva, analgetika, obat-obat vasodilator, antidepresiva, sedativa atau transquilizer. Dianjurkan agar penderita mengembangkan kebiasaan tidur yang tetap dan teratur, hindari kopi dan alkohol untuk menahan kantuk.Bila penanganan diatas tidak berhasil, barulah digunakan obat-obat hipnotika dengan dosis serendah mungkin. Hipnotika ini efektif dalam mempercepat dan memperpanjang waktu tidur dengan mengurangi frekwensi bangun dan memperbaiki kualitas tidur. Penggunaannya sebaiknya dihentikan segera setelah penderita dapat tidur normal untuk mencegah habituasi dan adiksi.

c. Persyaratan obat tidur yang idealObat tidur yang ideal harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain : Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan dengan tidur normal Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari sistem saraf pusat maupun organ lainnya kecil Tidak tertimbun dalam tubuh Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negatif pada keesokan harinya Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang

d. Efek samping Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yang mirip dengan morfin, antara lain: Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contohnya flurazepam, kloralhidrat dan paraldehida Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturat Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepin dan barbiturate Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotika bersifat lipofil Lain-lain, seperti toleransi dan ketergantungan dan bahaya bunuh diri, contohnya glutetimid dan derivatnya, metaqualon dan derivatnya serta golongan barbiturate.

e. Penggolongan Secara kimiawi, obat-obat hipnotika digolongkan sebagai berikut :1. Golongan barbiturat, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital, heksobarbital dan lain-lain 2. Golongan benzodiazepin, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan triazolam 3. Golongan alkohol dan aldehida, seperti kloralhidrat dan turunannya serta paraldehida 4. Golongan bromida, seperti garam bromida (kalium, natrium dan amonium) dan turunan urea seperti karbromal dan bromisoval 5. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida) dan metaqualon

f. Obat Generik, Indikasi, Kontra Indikasi, dan Efek Samping 1. Diazepam Indikasi: Hipnotika dan sedativa, anti konvulsi, relaksasi otot dan anti ansietas (obat epilepsi) Kontra indikasi: - Efek samping: - Sediaan: Diazepam (generik) tablet 2 dan 5 mg

2. Nitrazepam Indikasi: Hipnotika dan sedativa, anti konvulsi, relaksasi otot dan anti ansietas (obat epilepsi) Kontra indikasi: - Efek samping: Pada penggunaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang over), gangguan koordinasi dan melantur Sediaan: -

3. Flunitrazepam Indikasi: Hipnotik, sedativa, anestetik premedikasi operasi Kontra indikasi: - Efek samping: Amnesia (hilang ingatan) Sediaan: -

4. Kloral Hidrat Indikasi: Hipnotika dan sedativa Kontra indikasi: - Efek samping: Merusak mukosa lambung usus dan ketagihan Sediaan: Diazepam

5. Luminal Indikasi: Sedativa, epilepsi, tetanus dan keracunan strikhnin Kontra indi