farmakologi diuretik

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na + . Diuretik modern semakin berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.Terkecuali spironolakton, diuretik kebanyakan berkembang secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme sistem transpor spesifik di nephron. Diuretik adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif, namun memiliki efek samping yang banyak pula (Ganiswarna, 1995). 1.2 Tujuan - Menjelaskan pengertian diuretik - Menjelaskan fungsi dari diuretik - Menjelaskan klasifikasi diuretik - Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi dari diuretik

Upload: nisha-althaf

Post on 16-Jul-2015

572 views

Category:

Health & Medicine


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: farmakologi Diuretik

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2

diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretik. 1930 Swartz menemukan bahwa

sulfanilamide sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada

pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na+. Diuretik modern semakin

berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat antimikroba yang

mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.Terkecuali spironolakton, diuretik

kebanyakan berkembang secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme sistem transpor

spesifik di nephron. Diuretik adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif,

namun memiliki efek samping yang banyak pula (Ganiswarna, 1995).

1.2 Tujuan

- Menjelaskan pengertian diuretik

- Menjelaskan fungsi dari diuretik

- Menjelaskan klasifikasi diuretik

- Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi dari diuretik

Page 2: farmakologi Diuretik

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diuretik

Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih atau

merangsang pengeluaran urin. Dengan kata lain diuretik ialah obat yang dapat menambah

kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua pengertian, ialah menunjukkan

adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-

zat terlarut dan air.

Diuretik adalah suatu sediaan yang dapat meningkatkan laju urinasi dan volume air seni.

Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis dilakukan untuk menurunkan volume cairan

ekstraseluler, khususnya pada penyakit yang berhubungan dengan edema dan hipertensi.

Diuretik juga dilaporkan dapat dijadikan sebagai terapi sirosis hati, asites , sindrom nefritis,

dan toksemia gagal ginjal. Sediaan diuretik dapat berasal dari senyawa kimia sintetik (buatan)

dan alami (sumber hayati).

2.2 Peranan Nephron

- Ginjal mengontrol volume ECF dengan menyesuaikan eksresi NaCl dan H2O

Page 3: farmakologi Diuretik

3

- Tiap ginjal memfiltrasi lebih dari 22 mol Na. Untuk menjaga keseimbangan NaCl ,

sekitar 3 lbs NaCl harus direabsorpsi oleh tubulus ginjal per hari.

- Tekanan darah dipengaruhi volume ECF

- Jika intake NaCl > output maka akan terjadi edema. Contohnya pada gagal jantung

kongestif, gagal ginjal.

- Reabsorpsi Na+ terjadi di membran basolateral (blood side) dari epitel nephron,

dibantu terutama oleh Na+K+ATP-ase

- Pertukaran 1 mol Na+ dengan 2 mol K+ membutuhkan energi sehingga konsentrasi

Na+ harus rendah dan K+ harus tinggi di intraseluler.

- Pada luminal side epitel nephron, transpor Na+ terjadi secara pasif, mengikuti gradien

elektrokimia dari lumen ke dalam sel. Mekanisme inilah yang menjadi dasar fisiologi

dari diuretik.

2.3 Farmakologi diuretik

Fungsi utama dari Diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti

mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali

menjadi normal.

- Tujuan utama terapi diuretik adalah mengurangi edema, yaitu. dengan cara mengurangi

volume ECF. Untuk mencapai hal ini, output NaCl HARUS > inputnya.

- Diuretik terutama mencegah masuknya Na+ ke dalam sel tubulus

- Semua diuretik kecuali spironolakton bekerja pada luminal side sel nephron.

- Diuretik masuk ke dalam cairan tubulus supaya kerjanya lebih efektif

Semua diuretik, kecuali spironolakton, terikat protein, dan mengalami sedikit filtrasi.

Mereka mencapai urine melalui sekresi pada tubulus proksimal (jalur sekresi asam organik

atau basa).

Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan

kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja

sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa. Ultrafiltrat

yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah,

yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian

disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen

yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat

ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak

berguna seperti ”sampah” perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar

Page 4: farmakologi Diuretik

4

tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran

pengumpul (ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat

akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.

Berkurangnya aliran darah ke ginjal atau gagal ginjal akan mengurangi efektifitas

diuretik, karena akan berkompetisi dengan obat lainnya dalam menggunakan secretory

pump. Contoh : probenesid berkompetisi dengan obat yang sifatnya asam, cimetidine

berkompetisi dengan obat dasar. 2.4 Klasifikasi Golongan Diuretik

Page 5: farmakologi Diuretik

5

2.4.1 Diuretik Osmotik

Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat

diekskresi oleh ginjal . Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat meningkatkan

ekskresi natrium dan air.

Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat :

1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus

2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal

3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert

4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.

Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.

Diuresis osmotik merupakan zat yang secara farmakologis lembam, seperti manitol

(satu gula). Diuresis osmotik diberikan secara intravena untuk menurunkan edema serebri

atau peningkatan tekanan intraoukular pada glaukoma serta menimbulkan diuresis setelah

overdosis obat. Diuresis terjadi melalui “tarikan” osmotik akibat gula yang lembam (yang

difiltrasi oleh ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi gula tersebut terjadi.

Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :

Tubuli proksimal

Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi

natrium dan air melalui daya osmotiknya.

Ansa enle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi

natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.

Duktus Koligentes

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat

reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat

yang tinggi, atau adanya faktor lain

Manitol

mekanisme : manitol sebagai diuretik osmotik yang non-

metabolizable akan difiltrasi ke dalam lumen tubulus sehingga

meningkatkan osmolalitas carian tubulus. Hal ini berakibat

terjadinya ketikdakseimbangan reabsorpsi cairan, sehingga

Eksresi air yang meningkat (disertai dengan ion Na+)

Page 6: farmakologi Diuretik

6

Farmakokinetik : diberikan melalui i.v. dan bekerja dalam sepuluh menit; apabila diberikan

secara p.o. dapat menyebabkan diare osmotik (tidak diabsorpsi dengan baik oleh usus). Pada

pasien dengan fungsi ginjal yang normal t1/2 berkisar 1.2 jam.

Indikasi

Manitol digunakan misalnya untuk :

1. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka

traumatik berat, atau tindakan operatif dengan penderita yang juga menderita ikterus berat

2. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan serebrospinal

3. Meningkatkan volume urine

4. Menurunkan tekanan intra-kranial

Kontraindikasi

Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem

paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan

kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi

ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.

Toksisitas

*Ekspansi cairan ekstraseluler & hiponatremia menimbulkan :

- gagal jantung kongestif

- edema paru

* sakit kepala

* mual & muntah

* Dehidrasi

* hipernatremia

Efek samping.

Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.

Sediaan dan dosis

Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume antara 50-1.000ml. dosis

untuk menimbulkan diuresis ialah 50-200g yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam

dengan kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam.

Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200 mg/kgBB

yang diberikan melalui infus selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis

Page 7: farmakologi Diuretik

7

masih kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam.Untuk mencegah gagal ginjal akut pada

tindakan operasi atau mengatasi oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa ialah 50-

100g.

2.4.2 Inhibitor karbonik anhidrase

Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi CO2 + H2O ↔ H2CO3.

Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata,

eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Enzim ini dapat dihambat aktivitasnya

oleh : sianida, azida, dan sulfida

Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan

intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai

diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan

mencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini

meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid,

diklorofenamid dan meatzolamid.

Aksi mekanisme : bikarbonat banyak diabsorpsi pada tubulus proksimal. Ion H+ dikeluarkan

dari lumen yang akan bergabung dengan bikarbonat (HCO3-) menjadi H2CO3 yang

kemudian diuabah menjadi CO2 dan H2O (dikatalisator oleh karbonik anhidrase). CO2

berdifusi ke tubulus proksimal dimana akan bergabung dengan H2O dan menjadi H2CO3

membentuk H+ dan HCO3-.

HCO3- keluar dari tubulus proksimal melalui pembuluh darah dimana H+ dikeluarkan

menuju lumen tubulus. Hal ini meyebabkan penyerapan dari HCO3-. Apabila aktifitas CA

dihambat, akan menyebabkan pengurangan reabsorpsi dan keluar dari tubulus proksimal

dalam jumlah besar. Karena Na+ kation terbanyak dalam cairan di tubulus proksimal, dimana

akan bergabung dengan HCO3- keluar dari tubulus proksimal. Pada nefron distal, Na+

banyak diabsorpsi (tidak seperti HCO3-) dan untuk pertukaran K+. Untuk itu asetazolamid

menyebabkan peningkatan dari HCO3-, K+ pada urine.

Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme pada tingkat molekul.

a. Karena struktur gugus sulfomil mirip dengan asam karbonat, diuretika yang mengandung

gugus sulonil seperti turunan sulfonamida dan tiazida, dapat menghambat enzim

karbonik anhidrase dan antagonis ini bukan tipe kompetitif. Hipotesis

pembentuka kompleks dan penghambatan enzim karbonik anhidrase dapat dilihat

pada gambar berikut :

Page 8: farmakologi Diuretik

8

Pembentukan kompleks dan penghambatan enzim karbonik anhidrase ada sisi aktif melalui

ikatan hidrogen.

b. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan bahwa adanya atom nitrogen pada

gugus sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat bereaksi dengan karbonik

anhidrase dan menghambat kerja enzim.

Hubungan struktur-aktivitas

a. Yang berperan terhadap aktivitas diuretik penghambat karbonik anhidrase adalah gugus

sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi pada gugus sulfamil akan menghilangkan

aktivitas diuretik karena pengikatan obat-reseptor menjadi lemah.

b. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid) dapat meningkatkan

aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja obat. Hal ini disebabkan karena

metazolamid mempunyai kelarutan dalam lemak lebih besar, absorpsi kembali pada

tubulus menjadi lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar. Metazolamid

mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih besar dibanding asetazolamid.

c. Modifikasi yang lain dari strutur asetazolamid secara umum akan menurunkan

aktivitas. Deasetilasi akan menurunkan aktivitas dan memperpanjang gugus

alkil pada rantai asetil akan meningkatkan toksisitas.

Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

Page 9: farmakologi Diuretik

9

Asetazolamid

Farmakodinamika: Efek farmakodinamika yang utama dari

asetazolamid adalah penghambatan karbonik anhidrase secara

nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan

pearubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.

Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata

pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak

sebesar pengaruh tiazid.

Farmakokinetik : Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui

saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal

sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan

sebagian direabsorpsi secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase,

sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit

dan korteks ginjal. Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh

ada tidaknya enzim karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya obat

itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk utuh

melalui urin.

Indikasi: Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit

glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness.

Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi

urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.

Efek Samping dan kontraindikasi : Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk

yang terus-menerus. Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena

berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat.

Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi

mental pada penderita sirosis hepatis. Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi

kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.

Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada hewan percobaan

obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.

Toksisitas

_Asidosis metabolit hiperkloremia

_ Batu ginjal

Page 10: farmakologi Diuretik

10

_ Hilangnya kalium ginjal

_ Rasa mengantuk

_ Parastesia

_ Hipersensitivitas

Sediaan dan posologi: Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk

pemberian oral.

Metazolamid

Dianjurkan sebagai penunjang pada pengobatan glaukoma

kronik. Penurunan tekanan intraokuler terjadi 4 jam setelah

pemberian oral, dengan efek puncak dalam 6-8 jam, dan masa kerja

10-18 jam. Dosis untuk pengobatan glaukoma : 50-100 mg 2-3 dd.

Etokzolamid

Mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih besar dibanding asetazolamid, digunakan

untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat

dicapai dalam ± 2 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja 8-12 jam. Dosis sebagai

diuretik dan untuk pengobatan glaukoma : 150-250 mg 2-4 dd.

Diklorfenamid

Aktivitas diuretiknya sama dengan metazolamid, digunakan

untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan

epilepsi. Dosis sebagai diuretik dan untuk pengobatan

glaukoma : 25-100 mg 2-4 dd.

2.4.3 Tiazid dan Derivatnya

Merupakan saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali ion-ion

Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi ion K+,

Mg++ dan HCO3- dan menurunkan ekskresi asam urat. Diuretik

turunan tiazid terutama digunakan untuk pengobatan sembab pada

keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada

Page 11: farmakologi Diuretik

11

pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan secara lengsung

menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. Turunan ini dalam sediaan sering

dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti resepin dan hidralazin, untuk

pengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi. Diuretika turunan tiazid

menimbulkan efek samping hipokalemi, gangguan keseimbangan elektrolit dan

menimbulkan penyakit pirai yang akut.

Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik maksimal

yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid,

seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini

menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan

klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan.

Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan

pada diabetes insipidus nefrogenik.

Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid,

hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid,

klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

Tempat Kerja Tiazid : Hulu tubuli distal dengan Penghambatan terhadap reabsorbsi natrium

klorida.

Mekanisme kerja : paling banyak diresepkan dari golongan diuretik tiazid mencegah

perpindahan Na+ dan Cl- pada lapisan korteks saluran tubulus distal. Tiazid memiliki aksi

yang lebih lemah daripada loop diuretik karena sisi nefron lebih sedikit menyerap Na+

dibandingkan lapisan tubulus yang naik. Apabila filtrasi glomerolous menurun, maka lebih

sedikit cairan yang sampai pada tubulus distal dan tiazid berefek sedikit pada Na+ dan sekresi

air. Hal ini menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada insufisiensi ginjal. Tiazid dapat

menyebabkan kontraksi volume dimana dapat menyebabkan reabsorpsi dari cairan dan

larutan. Tiazid menyebabkan peningkatan absorpsi dari Ca2+ dan asam urat pada tubulus

proksimal, sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan dari Ca2+ dan asam urat.

Farmakodinamika

Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan

sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi

elektrolit pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah

Page 12: farmakologi Diuretik

12

bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol

sehingga terjadi vasodilatasi.

Mekanisme kerja :

bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan menghambat

kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.

Farmakokinetik :

Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak setelah 1 jam.

Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif,

tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam

sudah diekskresi dari badan.

Indikasi

1. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan

sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada

penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya

hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis.

2. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat tunggal

atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.

3. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria pada

penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.

Efek samping

1. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas dan

kelainan darah.

2. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita diabetes yang

laten.

3. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekanisme

yang tidak diketahui.

4. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid langsung

megurangi aliran darah ginjal.

Toksisitas

* Alkalosis metabolik hipokalemia & hiperurisemia

* Toleransi gangguan karbohidrat _ hiperglikemia

* Hiperlipidemia

Page 13: farmakologi Diuretik

13

* Hiponatremia

* Reaksi alergi

* Lain :

- lemah

- rasa capek/lelah

- parastesia

- impotensi

Hidroklortiazid (H.C.T), Merupakan obat pilihan untuk mengontrol sembab jantung

dan sembab yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid atau hormon estrogen.

Hidroklortiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi ringan, kadang-kadang

dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin (Ser-Ap-Es) atau

β-bloker, seperti asebutolol (Sectrazid). Awal kerja obat terjadi ± 2 jam setelah pemberian

secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4 jam, dengan masa kerja ± 10 jam.

Ketersediaanhayatinya ± 65% dan dapat meningkat menjadi ± 75% bila diberikan bersama-

sama makanan. Dosis diuretik : 25-200 mg 1-2 dd, untuk mengontrol hipertensi : 25-50 mg 1-

2 dd.

Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretik yang lebih tinggi dan masa

kerja yang lebuh panjang (± 18 jam) dibanding hidroklortiazid. Bendroflumetiazid digunakan

untuk mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk mengontrol sembab : 5 mg 1 dd,

mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.

Xipamid (diurexan),

Merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup kuat,

digunakan untuk pengobatan hipertensi yang moderat dan berat

serta untuk mengatasi sembab yang berhubungan dengan penyakit

jantung, ginjal, hati dan rematik. Masa kerja antihipertensinya ±

24 jam, dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis: 10-40 mg/hari.

Indapamid (natrilix),

Merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat, digunakan

untuk pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat. Indapamid

dapatmenurunkan kontraksi pembuluh darah sel otot polos karena

Page 14: farmakologi Diuretik

14

mempengaruhi pertukaran ion antar membran, terutama Ca, dan merangsang sintesis

prostaglandin PGE, sehingga terjadi vasodilatasi dan efek hipotensi. Absorpsi

indapamiddalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar darah tertinggi dicapai 1-2 jam

setelah pemberian oral, dan ± 79% obat terikat oleh plasma protein. Waktu paro eliminasinya

± 15-18 jam. Dosis : 2,5 mg/hari.

Klopamid,

Merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat,

digunakan untuk pengobatan hipertensi yang ringan dan

moderat. Absorpsi klopamid dalam saluran cerna cepat dan

sempurna, ± 40-50%, obat terikat oleh plasma protein dengan

waktu paro eliminasi ± 6 jam. Dosis : 5 mg/hari.

Klortalidon (hygroton),

Merupakan diuretik kuat dengan masa kerja panjang (±48-

72 jam). Klortalido juga dipergunakan untuk hipertensi

ringan, kadang-kadang dikombinasi dengan β-bloker, seperti

atenolol(tenoretik) dan oksprenolol (transitensin). Absorpsi

klortalidon relatif lambat dan tidak sempuna, waktu paro

absorpsi ± 2-6 jam, kadar darah maksimal dicapai setelah ± 2-

4 jam. Klortalidon terikat secara kuat dalam sel darah merah

sehingga mempuyai wktu paro plasma cukup panjang ± 35-60 jam. Dosis oral untuk

diuretik : 50-100 mg, 3 kali per minggu, sesudah makan pagi. Dosis untuk mengotrol

hipertensi : 25 mg, 1 kali sehari.

2.4.4 Loop Diuretik

Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada

segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini

termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan

hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan

dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat ini.

Bekerja menghambat reabsorbsi ion-ion Na, Cl dan peningkatan ekskresi ion K, Ca, Mg

pada Loop Henle sehingga efeknya lebih kuat. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam

etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan

Page 15: farmakologi Diuretik

15

secara oral maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-

N-furfuril-5-sulfomail antranilat masih tergolong derivat sulfonamid.

Mekanisme kerja :

Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang

lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden

pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari

membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun

a. Penghambatan enzim Na+-K+ ATPase

b. Penghambatan atau pemindahan siklik-AMP

c. Penghambatan glikolisis.

Farmakokinetik

Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-beda.

Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat terikat

pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat

sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari

asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan

dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian

lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama,

hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi dalam

bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.

Efek samping

Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas :

1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi

2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi.

Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada furosemid.

Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.

Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap. Ketulian sementara

dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali

disebabkan oleh perubahan komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan

suatu efek samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretik kuat ini dapat

menurunkan bersihan litium.

Page 16: farmakologi Diuretik

16

Indikasi

Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran cerna

yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat

gangguan jantung, hati atau ginjal.

Sediaan

Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari. Sediaan

IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.

Furosemid (lasix, farsix, salurix, impugan),

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan

preparat suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang

dari 600 mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat

ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.

Bumetanid(burinex),

Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-

2mg sehari. Dosis maksimal per hari 10 mg. Obat ini

tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV

atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam

maksimum 10mg/kg.

Toksisitas

* Alkalosis metabolik hipokalemia

* Ototoksisitas

* Hiperurisemia

* Hipomagnesemia

* Reaksi alergi

* Dehidrasi

2.4.5 Hemat kalium

Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium

dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan

amilorid.

Page 17: farmakologi Diuretik

17

Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas natriuretik rigan dan

dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. senyawatersebut bekerja pada tubulus distal

dengan cara memblok pertukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+, menyebabkan retensi ion

K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya

diberikan bersama-sama dengan diuretik turunan tiazid. Kombinasi ini menguntungkan

karena dapat mengurangi sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan

menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat

memperberat penyakit diabetes dan pirai, sertadapat menyebabkan gangguan pada saluran

cerna.

Mekanisme kerja

Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan

pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi

ion K+ sehingga meningkatkan sekresi ion Na+ dan Cl- dalam urin.

Antagonis Aldosteron

Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat.

Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium

dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang

merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan

bersaing dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron

sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini

juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium

lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan

reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron

bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan

kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat

golongan diuretik kuat.

Farmakokinetik

70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan

metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami

interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.

Efek samping

Page 18: farmakologi Diuretik

18

Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering

terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi

efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada

penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan

reversibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna

Indikasi: Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem

yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi

ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.

Sediaan dan dosis

Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar

antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.

Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg,

serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.

Triamteren dan Amilorid

Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan

klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi

bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan

ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli

distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih

mudah larut dalam air sehingga lebihmudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti.

Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek

diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap

kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.

Efek samping

Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia. Triamteren juga

dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing. Efek

samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit

kepala.

Indikasi

Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila

diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.

Page 19: farmakologi Diuretik

19

Sediaan

Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk tiap

penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri. Amilorid terdapat dalam bentuk tablet

5 mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan

hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet.

2.5 Indikasi Diuretik

1. Hipertensi

Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah menurun.

Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretic lengkungan pada jangka

panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra

indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan

berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek

antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-

efek obat hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan

thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh mendadak karena dapat

menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi.Diuretik

golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita.

Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya

hipokalemia.

2. Payah jantung kronik kongestif

Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal.

Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan

fungsi ginja. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada

bahaya hipokalemia.

3. Udem paru akut

Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)

4. Sindrom nefrotik

Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.

5. Payah ginjal akut

Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang

harus diganti dengan hati-hati.

6. Penyakit hati kronik

spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).

Page 20: farmakologi Diuretik

20

7. Udem otak

Diuretik osmotik

8. Hiperklasemia

Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.

9. Batu ginjal

Diuretik tiazid

10. Diabetes insipidus

Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam

11. Open angle glaucoma

Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.

12. Acute angle closure glaucoma

Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah.

Page 21: farmakologi Diuretik

21

DAFTAR PUSTAKA

Agunu A, Abdurahman EM, Andrew GO, Muhhammed Z. 2005. Diuretic activity of the

stem-bark extracts of Steganotaenia araliaceahoehst. J of ethnopharmacol

Angeli P et al. 2009. Combined versus sequential diuretic treatment of ascites in non-

azotaemic patients with cirrhosis: results of an open randomised clinical trial. Int J

Gastroenterol and Hepatol [terhubung berkala].

http://gut.bmj.com/content/59/01/98.abstract

Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nefrialdi. 1995.Farmakologi dan

Terapi. Ed ke-4. Jakarta: Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11. Philadelphia: Elvesier

inc.

Web :

http://s1farmasiayu.blogspot.com/2013_01_01_archive.html

http://indahhusada.blogspot.com/p/obat-diuretika.html