farklin interaksi obat
TRANSCRIPT
BAB III
KASUS
Ny. F 30 tahun datang kedokter dengan keluhan, nyeri pada saat buang air
kecil dan sensasi rasa panas di perut ketika lapar selama 2 minggu belakangan ini.
pasien merupakan pasien hipertensi yang rutin mengkonsumsi bisoprolol 5 mg 1
kali sehari Ny. Farah adalah seorang pegawai disalah satu bank swasta dikotanya
sehingga sangat sulit mengatur pola makan. Dokter mendiagnosis ny. Farah
mengalami ISK dan Ulkus Peptikum. Sehingga diberi terapi
1. Neo-Sanmag Sirup 3 kali sehari I sendok takar
2. Ciprofloksin 250 mg 2 kali sehari
3. Simetidin 200 mg 3 kali sehari
A. Findings
Hasil pemeriksaan urinalisis yang dilakukan ahli nefrologi menunjukkan
peningkatan aktivitas penyakit ginjal dan hipertensi Nn RT.
1. Riwayat Penyakit
Peningkatan aktivitas gangguan fungsi ginjal
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien merupakan pasien hipertensi.
3. Riwayat Pengobatan
Terapi yang akan diberikan kepada Nn RT.oleh dokter adalah
1. Prednisone 15 mg p.o sekali pakai
2. Atenolol 25 mg p.o sekali pakai
3. Asetaminofen 500 mg p.o tiga kali sehari
Kesimpulan:
Terjadi peningkatan aktivitas gangguan fungsi ginjal Nn RT karena Nn RT pernah
menggunakan obat prednisone, dimana kontra indikasi obat tersebut dapat
menyebabkan, hipertensi melalui efek mineralokortikoid yaitu dengan
meningkatkan retensi natrium dan air di ginjal, ekspansi volume plasma, dan
akhirnya meningkatkan tekanan darah. Dosis minimal yang dapat menyebabkan
hipertensi yaitu 7,5 mg prednison dengan lama terapi selama 2 minggu. Dan
hipertensi dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi ginjal.
Di dalam darah antara lain dialiri asupan-asupan lemak ke sel-sel pembuluh darah.
Selanjutnya dinding pembuluh darah yang makin tebal karena lemak tersebut bisa
mempersempit pembuluh darah. Jika ini terjadi pada ginjal, tentu akan terjadi
kerusakan ginjal yang berakibat kepada penyakit gagal ginjal. Hipertensi pada
dasarnya merusak pembuluh darah. Jika pembuluh darahnya ada pada ginjal, tentu
ginjalnya yang mengalami kerusakan. Belum lagi salah satu kerja ginjal adalah
memproduksi enzim angio tension. Selanjutnya diubah menjadi angio tension II
yang menyebabkan pembuluh darah mengkerut atau menjadi keras. Pada saat
seperti inilah terjadi hipertensi.
Hipertensi bisa berakibat gagal ginjal. Sedangkan bila sudah menderita gagal
ginjal sudah pasti terkena hipertensi.
B. Assesmant
DRP’s
1. Interaksi Obat
1. Prednisone 15 mg p.o sekali pakai
2. Atenolol 25 mg p.o sekali pakai
3. Asetaminofen 500 mg p.o tiga kali sehari
C. Resolution
Alternatif terapi yang disarankan oleh kami adalah:
a) Farmakologi
1. Neo-Sanmag Sirup 3 kali sehari 1 sendok takar. Tetap sesuai dengan resep
dokter. Untuk mengurangi gejala kelebihan asam lambung seperti mual, nyeri
lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung yang tidak
dapat diatasi dengan antasida saja.
2. Ciprofloksasin 250 mg 2x sehari diberikan antibiotic karena pasien ini
didiagnosa mengalami infeksi saluran kemih atau (ISK)
3. Ranitidin 2 x sehari 150 mg diberikan sesudah makan karena untuk golongan
H2 bloker ini menghambat sekresi asam lambung
4. Bisoprolol tetap diberikan dalam terapi karena Ny. F adalah pasien hipertensi.
Tidak diganti karena pertimbangan Ny F telah rutin atas obat tersebut.
b. Non-farmakologi :
1. Banyak minum air putih (8-10 gelas/hari) hal ini dapat meringankan gejala
hipertensi dan ISK dari Ny. F
2. Berikan kompres air hangat pada bagian abdomen pasien untuk mengurangi rasa
nyeri.
3. Hindari konsumsi minuman soft drink, makanan berempah dan kopi semua
makanan atau minuman serta hal-hal ygdapat mengiritasi kandung kemih
4. Banyak mengkonsumsi vitamin secara teratur karena vit diketahui dapat
mengurangi jumlah bakteri di dalam urine (kecuali vit besifat asam)
5. Basuh bagian kemaluan dari arah depan ke belakang (anus)
D. Monitoring
a) Efek samping obat yang digunnakan dalam terapi
Diperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena adanya efek
samping dari obat diantaranya sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare,
mengantuk, kebingungan, agitasi, depresi, reaksi hipersensitif, gangguan GI,
reaksi anafilaktoid, reaksi hematologik.
b) Gejala ISK
Masih ada nyeri pada saat buang air kecil atau tidak. Melakukan tes pengecekan
apakah di dalam urin masih terdapat bakteriuria diantaranya tes sedimentasi, tes
nitrit dan lain-lain.
c) Gejala ulkus peptikum
Masih terasa nyeri atau tidak pada bagian perut dan pemeriksaan terhadap bakteri
Helicobacter pyrori
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyonya F berdasarkan diagnosa dokter dikatakan bahwa ia menderita ISK dan
ulkus peptikum (tukak lambung-usus), pasien juga memiliki riwayat sebagai
pasien hipertensi yang telah rutin mengkonsumsi bisoprolol. Dokter berencana
akan memberikan obat Neo-Sanmag Sirup 3 kali sehari I sendok takar,
Ciprofloksin 250 mg 2 kali sehari, dan Simetidin 200 mg 3 kali sehari. Menurut
kami pada terapi tersebut terdapat DRP’s berupa adanya interaksi obat dengan
obat yaitu interaksi antara obat bisoprolol dan cimetidin.. Sehingga kami
menyarankan pilihan terapi: mengganti cimetidin dengan ranitidin, sedangkan
obat yang lain tetap mengikuti anjuran terapi dari dokter yaitu neosanmagh,
ciprofloxasin dan bisoprolol.
B. Saran
1. Dalam hal ini pasien dengan diagnosa ISK dan ulkus peptikum keduanya
berhubungan dengan bakteri, sehingga ketakutan atas resistensi ntibiotik
amoxicillin harus tetap diperhatikan.
4T+1W berarti 4 tepat dan 1 waspada.
4 tepat meliputi :
- tepat indikasi
- tepat pasien
- tepat regimen dosis
- tepat jenis obat
1 waspada yaitu waspada terhadap efek samping
1. Tepat Indikasi
Prednisone
Indikasinya untuk demam rematik akut, asma bronkial, obat anti-inflamasi. Efek
utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan
kortison), umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy)
dalam kondisi defisiensi adrenokortikal. ;Sedangkan analog sintetiknya
(prednison) terutama digunakan karena efek imunosupresan dan anti radangnya
yang kuat. Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.
Atenolol
Indikasinya untuk hipertensi, angina pectoris dan mengatasi atau mencegah
serangan jantung.
Asetaminofen
Indikasinya untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengurangi demam. Nyeri yang
dapat ditangani meliputi sakit kepala, nyeri sendi, dan sakit gigi.
2. Tepat obat
Prednisone
Prednison merupakan salah satu obat yang termasuk dalam golongan
kortikosteroid. Obat ini memiliki efek antiinflamas atau meredakan inflamasi
dengan cara penekanan migrasi leukosit jenis polymorphonuclear.
Atenolol
Atenolol adalah obat yang disebut beta-blocker. Beta-blocker mempengaruhi
jantung dan peredaran darah (darah mengalir melalui arteri dan vena).
Asetaminofen
Asetaminofen atau parasetamol merupakan golongan obat analgesik dan
antipiretik yang digunakan untuk meringankan sakit kepala dan mengurangi
demam.
3. Tepat pasien
Nona RT 23 tahun dengan riwayat gangguan fungsi ginjal. Hasil pemeriksaan
urinalisis yang dilakukan ahli nefrologi menunjukkan peningkatan aktivitas
penyakitnya. Selain itu nona RT menderita hipertensi. Riwayat pengobatan
yang diberikan prednisone 15 mg p.o sekali pakai, atenolol 25 mg p.o sekali
pakai dan asetaminofen 500 mg p.o tiga kali sehari.
4. Tepat Dosis
1. Prednisone 15 mg p.o sekali pakai
2. Atenolol 25 mg p.o sekali pakai
3. Asetaminofen 500 mg p.o tiga kali sehari
5. Waspada Efek Samping!
Prednisone
Efek Sampinya mual, penurun berat badan, jerawat, lemah, menipisnya tulang,
retensi cairan, ulkus reptikum, bingung.
Mual, anoreksia (kehilangan nafsu makan), nyeri otot, gelisah. Edema,
hipernatremia, hipokalemia, iritasi lambung.
Atenolol
Efek ke jantung: bradikardi (3%); hipotensi; (AV) blok atrioventrikular derajat
kedua atau tiga; dan mempercepat parahnya gagal jantung, yang biasanya terjadi
pada pasien yang sudah mempunyai disfungsi ventrikular kiri. Sick sinus
syndrome telah dilaporkan; dinginnya kaki tangan (0-12%), postural hipotensi (2-
4%, dikaitkan dengan syncope); dan sakit kaki (0-3%). Efek ke SSP: pusing, letih,
depresi. Lesu, mengantuk, mimpi yang tidak biasa, dan vertigo terjadi pada 3%
pasien. Sakit kepala dan halusinasi juga telah dilaporkan. Efek samping lain yang
terlihat pada penggunaan penyekat beta dapat juga terjadi pada penggunaan
atenolol seperti gangguan penglihatan, disorientasi, gangguan memori jangka
pendek, emosi yang labil, psikosis, dan katatonia. Efek ke saluran pencernaan:
diare dan mual (2-4%), dan mulut kering juga telah dilaporkan. Efek endokrin:
penggunaan penyekat β-adrenergik pada pasien hipertensi meningkatkan resiko (±
28%) tipe 2 diabetes mellitus. Penyekat β-adrenergik dapat menutupi tanda-tanda
dan gejala hipoglikemi (seperti palpitasi, tahikardi, tremor) dan memperkuat efek
hipoglikemi yang disebabkan oleh insulin. Efek samping yang lain: Ruam,
eksaserbasi psoriasis, sindroma lupus, mata kering, gangguan penglihatan,
alopesia yang reversibel, penyakit Peyronie, antinuclear antibodies (ANA),
impoten, meningkatnya konsentrasi enzim liver dan bilirubin, purpura, Raynauld's
phenomena, dan trombositopenia juga telah dilaporkan. Reaksi alergi: demam,
sakit kerongkongan, spasme laring, dan respiratory distress.1
Efek Samping :
- Anggota gerak dingin, lelah, gangguan saluran pencernaan, bradikardia.
- Kadang-kadang : sakit kepala, perubahan suasana hati, pusing, & kemunduran
gagal jantung.
- Jarang : gangguan tidur, kebotakan, trombositopenia, purpura, reksi kulit bentuk
psoriasis, eksaserbasi (kambuhnya penyakit atau gejala penyakit secara
mendadak) psoriasis, gangguan penglihatan, psikosis, halusinasi, blok jantung,
hipotensi postural yang mungkin berhubungan dengan sinkope (kehilangan
kesadaran sementara karena berkurangnya aliran darah ke otak).
- Klaudikasi intermiten (kompleks gejala terdiri atas rasa nyeri pada kaki atau
tungkai sewaktu berjalan dan sembuh sehabis beristirahat).
- Fenomena Raynaud.
- Bronkhospasme.
- Ruam dan mata kering, parestesi (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).
Asetaminofen
Sangat sedikit orang yang mengalami efek samping akibat penggunaan
parasetamol.
Namun, seperti pada obat apapun, ada sebagian orang yang mungkin mengalami
efek samping setelah mengambil parasetamol.
Efek samping berikut jarang terjadi, tetapi harus segera dikonsultasikan kepada
dokter jika Anda mengalaminya.
Demam yang disertai menggigil atau sakit tenggorokan yang tidak terkait dengan
penyakit sebelumnya menjadi tanda dari reaksi alergi terhadap parasetamol.
Luka, bintik-bintik putih di mulut dan bibir, dan luka pada mulut juga merupakan
efek samping lain yang bisa terjadi.
Selain itu, ruam kulit atau gatal-gatal dicatat pula sebagai efek samping yang lebih
umum, dan dalam beberapa kasus, terjadi perdarahan atau memar yang tidak
biasa.
Lemah, lelah, dan nyeri di punggung bagian bawah atau samping adalah efek
samping lain terkait dengan intoleransi terhadap parasetamol.
Interaksi Obat:
Prednisone
Fenitan, fenobarbital, efedrin, rifampin, meningkatkan bersihan obat ini. Merubah
respon anti koagulan bila diberi bersama, kejadian hiperkakemia meningkat bila
diberi bersama diuretika hemat kalsium.
sistem imun, anti radang.
1) Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital,
fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh sebab itu
jika terapi kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat tersebut, ;maka dosis
kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang
diharapkan.;2) Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat
menghambat metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens
atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan, maka
dosis ;kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid.;3)
Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan
secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan
apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan risiko toksisitas
salisilat. ;Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan bersama-
sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia. ;4)
Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa laporan
menunjukkan adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya
penurunan efek antikoagulan apabila diberikan bersama-sama dengan
kortikosteroid. ;Oleh sebab itu indeks koagulasi harus selalu dimonitor untuk
mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.
Atenolol
Reserpin: meningkatkan insiden hipotensi dan bradikardi, karena aktivitas
reserpin melenyapkan katekolamin. Obat hipotensif lain (misalnya antagonis
kalsium, hidralazin, metildopa): efek hipotensi aditif; dosis harus disesuaikan bila
diberikan bersamaan dengan atenolol. Klonidin: karena penyekat β-adrenergik
dapat menyebabkan eksaserbasi rebound hypertension yang mungkin terjadi bila
terapi klonidin dihentikan, atenolol harus diberhentikan beberapa hari sebelum
terapi klonidin bila terapi klonidin harus diberhentikan pada pasien yang
menerima atenolol dan klonidin bersamaan. Atenolol IV harus digunakan dengan
hati-hati pada pasien yang baru mendapatkan obat lain yang juga mempunyai efek
inotropik negatif terhadap miokardium. Penggunaan atenolol bersamaan dengan
verapamil dapat mengakibatkan reaksi efek samping yang serius, terutama pada
pasien-pasien dengan kardiomiopati yang parah, gagal jantung, atau yang baru
menderita infark miokard. NSAID: pengunaan inhibitor siklooksigenase
(misalnya indometasin) dapat menurunkan efek hipotensif dari penyekat β-
adrenergik.1
Asetaminofen
Parasetamol diduga dapat menaikkan aktivitas koagulan dari kumarin.
interaksi juga terjadi antara obat dengan makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Contoh, pada pasien hipertensi tidak dianjurkan mengkonsumsi obat
antihipertensi bersamaan dengan tembakau (merokok) dan makanan yang
mengandung banyak garam karena dapat memperburuk tekanan darah.
parasetamol. Interaksi dengan Makanan : jika diinginkan efek obat yang
cepat, minum obat ini dalam keadaan perut kosong karena makanan akan
memperlambat penyerapan obat.