fakultas tarbiyah institut agama islam...

96
PENGARUH POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAP AKHLAK ANAK DI MTs NU 07 PATEBON KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S I) Ilmu Tarbiyah Oleh: AGUS SAMSUL MOIN 3102145 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Upload: hoanglien

Post on 28-Mar-2018

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

PENGARUH POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA

TERHADAP AKHLAK ANAK DI MTs NU 07 PATEBON

KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S I)

Ilmu Tarbiyah

Oleh:

AGUS SAMSUL MOIN

3102145

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2008

Page 2: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

ii

DEPARTEMEN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. DR. Hamka (KampusII) Ngaliyan Telp. 024-7601295 Semarang50185

PENGESAHAN PENGUJI Nama Tanggal Tanda tangan Drs. Ikrom, M. Ag 22 Januari 2008 ____________ NIP. 150 268 786 Mufidah, M. Pd 22 Januari 2008 ____________ NIP. 150 279 728 Dra. Ani Hidayati, M. Pd 22 Januari 2008 ____________ NIP. 150 262 647 Siti Tarwiyah, SS., M. Hum 22 Januari 2008 ____________ NIP. 150 290 932

Page 3: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

iii

Drs. Abdul Wahid, M. Ag

Jl. Candi Prambanan VI/1444

Kalipancur Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 5 (Lima) Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

An. Sdr. Agus Samsul Moin

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini

saya kirim naskah saudara:

Nama : Agus Samsul Moin

N I M : 3102145

Judul : Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua Terhadap Akhlak

Anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan.

Demikian harap menjadikan maklum.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semarang, Juni 2007 Pembimbing Drs. Abdul Wahid, M. Ag NIP. 150 268 214

Page 4: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

iv

MOTTO

قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم أكرموا : لعن انس رضي اهللا عنه قا )رواه ابن ماجه. (اوالدكم وأحسنوا أدم

Dari Anas, Rasulullah saw bersabda: muliakanlah anak-anak kalian

dan bagusilah budi pekerti mereka. (HR. Ibnu Majah)

Page 5: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini persembahkan kepada:

Ayah dan Ibu (Munirun – Muyasaroh)

yang telah mendo’akan, mencurahkan kasih sayang, perhatiannya dan memberikan motivasi kepadaku dalam segala hal.

Saudara-saudara Ku (Nurul Hidayah, M. Abdul Azis Malik, Ana Lutfiana, Alfiana Izzati)

yang selalu membantu, mendo’akan dan memberi semangat dalam perjalanan hidupku.

Adikku Tercinta

(Novita Chusniawati) Yang selalu memberikan semangat dan senyum kebahagiaan bagi diriku

Sahabat-sahabat-Ku (Penghuni posko tercinta; Hida, Pondel, Toer, Nadzi, Akim)

yang selalu memberikan supportnya dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk sahabat-sahabatku senasib seperjuangan semua...

Yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Almamater-Ku Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

Page 6: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

vi

ABSTRAK

Agus Samsul Moin (NIM. 3102145). Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua Terhadap Akhlak Anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal. Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2008.

Pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dan para pendidik, anak merupakan generasi penerus dari sebuah bangsa dan sekaligus merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Bagaimana Pola Asuh Demokrtis Orang Tua di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal, 2) bagaimana akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal, 3) bagaimana pengaruh pola asuh demokratis orang tua terhadap akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis regresi satu prediktor. Subyek penelitian sebanyak 50 responden, menggunakan dua tahap pengambilan sampel. Pertama, pra sampel yang dilakukan dengan cara memberikan angket yang berisi sejumlah pertanyaan yang mencakup tiga pola asuh orang tua, yaitu pola asuh demokratis, otoriter, dan laissez-faire kepada semua populasi, yaitu siswa kelas I, II, dan III MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal yang berjumlah 390 siswa. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masing-masing pola asuh orang tua terhadap anak. Sehingga dari sini secara langsung akan diketahui berapa jumlah siswa yang diasuh orang tua dengan pola asuh demokratis. Kedua, dari pelaksanaan tahap pertama tersebut diketahui jumlah siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis adalah 205 siswa, Subyek dalam penelitian ini lebih dari 100 orang, oleh sebab itu penulis mengambil sampel 24,3% dari subyek yang ada, yaitu 49,81 atau dibulatkan menjadi 50 sehingga yang menjadi responden atas penelitian ini berjumlah 50 responden.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: 1) penerapan pola asuh demokratis orang tua termasuk dalam kategori cukup karena nilai rata-rata M= 78,61 pada interval 73 – 84 dengan prosentase 66%, 2) akhlak siswa MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal termasuk dalam kategori cukup, karena nilai rata-rata M= 78,94 pada interval 68 – 81 dengan prosentase 52%, 3) ada pengaruh positif yang signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal, karena hasil analisis regresi diperoleh persamaan regresi 34,9756,0 += XY . Persamaan tersebut diuji keberartiannya menggunakan uji F dan diperoleh Freg sebesar 14,63. Pada taraf signifikansi 5% dengan df (1:40) diperoleh Ftabel = 4,04 dan pada taraf signifikansi 1% dengan df (1:40) diperoleh Ftabel = 7,19. Karena Fhitung > Ftabel, yang berarti persamaan regresi tersebut signifikan.

Page 7: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

vii

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta masukan bagi orang tua agar lebih mensyukuri anugerah yang Allah berikan kepada mereka yaitu seorang anak jang merupakan amanah dari Allah yang harus mereka jaga sebaik-baiknya dengan cara mendidik, merawat, memperhatikan, memberi kasih sayang penuh serta memenuhi segala kebutuhannya. Orang tua hendaknya lebih pintar memilih dan menerapkan pola asuh yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sehingga diharapkan nantinya anak akan benar-benar menjadi generasi penerus bangsa yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama serta berakhlaqul karimah.

Page 8: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

viii

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini

tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Januari 2008

Deklarator

AGUS SAMSUL MOIN NIM. 3102145

Page 9: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Tiada untaian kata yang layak dan pantas penulis ungkapan selain bacaan

“Alhamdulillahi rabbil ‘alamin” atas rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya

sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua terhadap

Akhlak Anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal” ini ditulis untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Dengan selesainya penulisan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M, Ed selaku dekan fakultas tarbiyah institut agama

islam negeri walisongo semarang

2. Drs. Abdul Wahid, M. Ag selaku dosen wali sekaligus pembimbing yang

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiranuntuk membimbing dan

mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah Institut Islam Negeri Walisongo Semarang yang

telah memberikan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah

sekaligus penulisan skripsi ini

4. Semua staf dan karyawan perpustakaan yang telah melayani peminjaman buku

demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan karya tulis yang sederhana ini

5. Kepala MTs NU 07 Patebon dan segenap guru dan karyawan yang telah

memberikan ijin dan kesempatan serta membenatu terselesaikannya karya tulis

ini.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan seluruh kasih sayangnya serta

memberikan dukungan dan dorongan do’a dalam menuntut ilmu sehingga skripsi

ini selesai

7. Teman-teman yang memberikan semangat demi tercapainya tujuan penulisan

karya tulis ini

Page 10: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

x

8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini

Kepada mereka penulis tidak dapat membalas apapun hanya penulis

kembalikan kepada Allah SWT dan menjadi amal yang saleh, dengan iringan do’a

“fajazakumullah khairul jaza’ jazaa an katsira”.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ini belumlah berarti apa-

apa, namun semoga memberi manfaat pada penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalmu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Januari 2008

Penulis

Page 11: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

ABSTRAK PENELITIAN.................................................................................... vi

HALAMAN DEKLARASI................................................................................... viii

HALAMAN KATA PENGANTAR..................................................................... ix

HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ..................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 7

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS................... 9

A. Kajian Teoritis Mengenai Pengaruh Pola Asuh Demokratis

Orang Tua Terhadap Akhlak Anak .............................................. 9

1. Pengerttian Pola Asuh ............................................................ 9

2. Bentuk-bentuk Pola Asuh ...................................................... 11

3. Pengertian Akhlak................................................................... 26

4. Dasar Akhlak Islam................................................................. 28

5. Ruang Lingkup Akhlak dalam Agama Islam.......................... 30

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak ..... 37

B. Pendidikan Anak dalam Perspektif Ajaran Islam ......................... 38

C. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................... 43

D. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 45

Page 12: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

xii

BAB III : METODE PENELITIAN.................................................................... 45

A. Tujuan Penelitian .......................................................................... 45

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 45

C. Variabel Penelitian ........................................................................ 46

D. Metode Penelitian ......................................................................... 46

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 47

F. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 49

G. Teknik Analisis Data..................................................................... 50

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............... 54

A. Data Umum tentang MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal ..... 54

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................... 59

1. Analisis Pendahuluan.............................................................. 59

1) Data Pola Asuh demokratis Orang Tua di MTs Nu 07

Patebon.............................................................................. 60

2) Data Akhlak Anak di MTs NU 07 Patebon ...................... 64

2. Analisis Uji Hipotesis ............................................................. 69

3. Analisis Lanjut ........................................................................ 77

C. Keterbatasan Penelitian................................................................. 78

BAB V : KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP...................................... 80

A. Kesimpulan .................................................................................. 80

B. Saran-saran.................................................................................... 80

C. Penutup.......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Keadaan guru dan karyawan .............................................................. 55

Tabel 2 : Keadaan siswa MTs NU 07 Patebon................................................... 56

Tabel 3 : Sarana dan Prasarana MTs NU 07 Patebon ........................................ 57

Tabel 4 : Data Hasil Angket mengenai Pola Asuh Demokratis Orang Tua ....... 60

Tabel 5 : Distribusi, Frekuensi Pola Asuh Demokratis Orang Tua.................... 62

Tabel 6 : Kualifikasi Pola Asuh Demokratis Orang Tua.................................... 63

Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Skor Mean Variabel Pola Asuh Orang Tua ....... 63

Tabel 8 : Nilai Distribusi Frekuensi Relatif Variabel Pola Asuh Orang Tua..... 64

Tabel 9 : Data hasil angket mengenai Akhlak Siswa ......................................... 65

Tabel 10 : Distribusi, Frekuensi Akhlak Siswa.................................................... 67

Tabel 11 : Kualifikasi Akhlak Siswa.................................................................... 67

Tabel 12 : Distribusi Frekuensi Skor Mean Variabel Akhlak Anak .................... 68

Tabel 13 : Nilai Distribusi Frekuensi Relatif Variabel Akhlak Anak .................. 68

Tabel 14 : Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua terhadap Akhlak Anak

di MTs NU 07 Patebon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal........ 69

Tabel 15 : Ringkasan Rumus-rumus Analisis Regresi......................................... 74

Tabel 16 : Ringkasan Hasil Analisis Regresi ....................................................... 78

Page 14: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah

SWT kepada orang tuanya. Oleh karena itu orang tua berkewajiban untuk

menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak

menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus

mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah

SWT.1

Keluarga merupakan unit pertama dan institusi pertama yang bersifat

alamiah2 dalam masyarakat di mana hubungan-hubungan yang terdapat di

dalamnya, sebagian besarnya bersifat hubungan-hubungan langsung.3 Islam

memandang keluarga sebagai lingkungan atau millieu yang pertama bagi

individu di mana ia berinteraksi. Dari interaksi dengan millieu pertama itu

individu memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar daripada kepribadiannya.

Juga dari situ ia memperoleh akhlak, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan

emosinya dan dengan itu ia merubah banyak kemungkinan-kemungkinan,

kesanggupan-kesanggupan dan kesediaannya menjadi kenyataan yang hidup dan

tindaklaku yang tampak.4 Oleh karena itu pendidikan5 dari orang tua akan sangat

menentukan kepribadian anak kelak. Hal ini diterangkan dalam hadist nabi

berikut:

1 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),

Cet.1, hlm 103. 2 H. Muh. Said, Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT. Alumni, 1989), cet. 2, hlm. 119. 3 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,

(jakarta: PT. Al Husna Zikra, 1995), cet 3, hlm 346. 4 Ibid, hlm. 348. 5 Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Drs. M. Ngalim Purwanto, MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, edisi kedua, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), cet. 10, hlm. 10.

Page 15: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

2

بن اعي هراةير نان كه الق: ولقير اهللاولس ص لىيهل اهللا عو ملس :ا ممن ملوال ادوي لودل عطف الىا فةربواهي هوهاندو ينصهانرو يجمرواه ...(هانس

6)مسلم Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada suatu kelahiran kecuali lahir dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi…”(HR Muslim).

Pada umumnya seorang anak mempunyai sifat meniru pada orang tuanya.

Apa yang dilakukan anak biasanya berawal dari melihat dan menirukan apa yang

dilakukan oleh orang tuanya.7 Oleh karena itu, orang tua harus menjadi teladan

yang baik bagi anak-anaknya, mengarahkan dan membimbingnya agar anak

terjaga dari hal-hal yang tidak baik yang tidak diinginkan oleh orang tuanya

selanjutnya agar menjadi anak yang berakhlakul karimah.

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaq” merupakan bentuk jamak dari

kata “khuluq” yang berarti tabiat, budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru'ah

atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat.8 Ciri-ciri yang terdapat dalam

perbuatan akhlak yaitu; Pertama, perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa

seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan yang

dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ketiga, perbuatan yang timbul

dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa adanya paksaan atau tekanan

dari luar. Keempat, perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan

main-main atau karena bersandiwara. Kelima, perbuatan yang dilakukan karena

ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau karena ingin

mendapatkan suatu pujian.9

Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak

untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya

6 Imam Abi Husain Muslim bin Hujjaj, Shahih Muslim juz 4, (Beirut: Darul Kutub, tth), hlm. 2047.

7 Ahmad Tafsir (ed.), Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) Cet. 3, hlm. 7.

8 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997) Cet 2, hlm. 3. 9 Ibid, hlm. 5-7.

Page 16: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

3

oleh sebab mereka mendapat pengaruh daripadanya atas segala tingkah lakunya.

Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai

dengan contoh-contoh konkret untuk dihayati maknanya, yaitu dengan jalan

melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kepada orang tua,

bertingkah laku yang sopan baik dalam perilaku keseharian maupun dalam

bertutur kata. Dia juga mengajarkan nilai dan faedahnya berpegang teguh pada

akhlak di dalam hidup, membiasakan mereka berpegang kepada akhlak semenjak

kecil. Sebab manusia itu sesuai dengan sifat asasinya menerima nasehat jika

datangnya melalui rasa cinta dan kasih sayang, sedang ia menolaknya jika

disertai dengan kekerasan dan biadab.10

Pembentukan akhlak anak dimulai dari keluarga, dan salah satu faktor

penting yang menentukan terbentuknya akhlak seorang anak adalah bagaimana

pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya. Pola asuh merupakan suatu cara

terbaik yang dapat ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai

perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Dimana tanggung jawab

mendidik anak ini adalah merupakan tanggung jawab primer.11 Pendidikan orang

tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih

sayang terhadap anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat.

Namun banyak sekali orang tua yang tidak dapat menjalankan kewajiban

mereka untuk mendidik anak dengan baik. Artinya, ia baru merasa bangga pada

anaknya apabila anaknya diterima oleh kelompoknya, kompeten kalau bisa dalam

segala bidang, dan punya nilai lebih dimata orang lain seperti cantik, pintar,

mahir dalam melakukan sesuatu dan seterusnya.12 Ada juga orang tua yang

merasa khawatir kalau anak-anaknya akan terpengaruh oleh keadaan

sekelilingnya, yang penuh dengan kesukaran-kesukaran dan bahaya-bahaya serta

hal-hal yang kotor-kotor, sehingga mereka menahan anak-anaknya supaya di

rumah saja, tidak boleh bermain atau bergaul dengan anak-anak lain. Juga karena

kekhawatiran orang tua itu, banyak sekali orang tua yang menggunakan larangan

sebagai satu-satunya alat pendidikan. Akibatnya anak mempunyai rasa harga diri

10 Hasan Langgulung., op.cit, hlm. 374. 11 Chabib Thoha, op.cit, hlm. 109. 12 http://dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/?cat=5

Page 17: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

4

kurang, tidak berani berbuat dan bertindak atas inisiatif sendiri, selalu minta

pertolongan pada orang lain, dan juga sukar bargaul dengan teman-temannya.13

Menurut Abdul Azis al-Qussy sebagaimana yang dikutip oleh Chabib Thoha

dalam buku Kapita Selekta Pendidikan Islam menjelaskan bahwa merupakan

kewajiban orang tua untuk menolong anak dalam memenuhi kebutuhan hidup

mereka, akan tetapi tidak boleh berlebih-lebihan dalam menolong sehingga anak

tidak kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri nanti.14

Berkaitan dengan pernyataan di atas, Sutari Imam Barnadib berpendapat

bahwa mendidik anak yang baik tidak karena paksaan, tetapi karena kesadaran.

Biasanya anak meniru apa yang dilihatnya dan kurang senang terhadap perintah

atau larangan. Orang tua harus obyektif, tidak boleh terlalu melindungi atau

membiarkannya.15

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

sikap demokratis orang tua akan berpengaruh pada akhlak anak, dan orang tualah

sebagai penentu baik buruknya anak. Setiap pengalaman yang diterima, baik

melalui penglihatan, pandangan, maupun perlakuan orang tua yang berbeda-beda

terhadap anak-anaknya, akan menentukan pembinaan kepribadiannya.

Sikap demokratis orang tua dalam keluarga merupakan sikap yang cukup

bijaksana, dengan sikap ini orang tua akan memberikan kesempatan kepada anak

untuk ikut menentukan apa yang terbaik bagi dirinya di samping itu juga

memberikan bimbingan-bimbingan. Apabila anak terlanjur berbuat salah, orang

tua akan bersikap dan memperlakukan anak dengan mengedepankan nilai

edukatif dibandingkan dengan hukuman. Sehingga pola-pola yang ditetapkan

dalam rumah tangga yang demokratis yang mempengaruhi emosional anak

adalah antara lain:

1. Sanggup memikul beban dan tanggungjawab kehidupannya

2. Mampu berfikir secara sehat

13 M. Ngalim Purwanto, MP. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1998) Cet 10, hlm 81. 14 Chabib Thoha, op.cit, hlm.111. 15 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: FIP IKIP,

1984) hlm. 122.

Page 18: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

5

3. Saling menolong

4. Anak percaya pada diri sendiri secara wajar dan disiplin serta sportif.

Hal ini perlu diperhatikan bagi setiap orang tua, agar mereka tidak

melakukan kesalahan dalam melaksanakan kewajiban mereka sebagai orang tua

sekaligus pendidik yang pertama sebelum anak mendapatkan pendidikan yang

lain. Baik atau buruknya akhlak anak sangat bergantung pada bagaimana cara

orang tua mendidiknya. Pendidikan keluarga merupakan pondasi awal atau dasar

dari pendidikan anak selanjutnya. Adapun hasil pendidikan yang diperoleh anak

dalam keluarga akan sangat menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di

sekolah maupun di masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan identifikasi

permasalahan dalam penelitian ini, yaitu ada tidaknya pengaruh sikap demokratis

orang tua terhadap akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal

B. PENEGASAN ISTILAH

Untuk memberikan gambaran serta menghindari kesalahpahaman dalam

pembahasan skripsi ini, maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat

dalam judul sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh mengandung arti daya yang ada atau timbul dari sesuatu

(orang, benda), yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang.16

Jadi pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu akibat

yang terjadi pada akhlak anak yang ditimbulkan oleh pola asuh orang tua

dalam keluarga.

2. Pola Asuh Demokratis Orang Tua

Terdiri dari dua kata, yaitu Pola “system, cara kerja”.17 dan Asuh:

menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil.18

16 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet.10, hlm. 747. 17 Ibid, hlm. 778. 18 Ibid., hlm. 63.

Page 19: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

6

Demokratis berasal dari kata demokrasi, yang berarti “…. Gagasan

atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban

serta perlakuan yang sama…”.19 Sedangkan demokratis berarti “bersifat

demokratis atau ciri-ciri demokratis”.20 Jadi, yang dimaksud pola asuh

demokratis adalah cara orang tua dalam mendidik dan merawat anak yang

mengutamakan persamaan hak dan kewajiban dalam memandang anak

sebagai individu yang sedang berkembang yang diikuti dengan kewibawaan

dalam memimpinnya.

Kepemimpinan itu disesuaikan dengan cita-citanya, anak ditempatkan

pada tempat yang semestinya dan diberi pertimbangan pendapat, sehingga

anak mempunyai sikap terbuka dan berusaha menghargai hak dari anggota

keluarga di rumah.21

Orang tua adalah ayah dan ibu kandung22 dari anak. Atau bukan

orang tua kandung yang menjadi pengganti orang tua apabila orang tua sudah

tidak ada lagi, dan menjadi penanggung jawab atas anak tersebut.23

Jadi, pola asuh demokratis orang tua berarti sikap atau perbuatan

orang tua dalam mendidik dan merawat anak sebagai individu yang sedang

berkembang dan memperlakukan anak sesuai dengan perkembangannya.

3. Akhlak

Akhlak mengandung arti budi pekerti, kelakuan.24

Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah ibarat (sifat atau keadaan) dari

perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh

perbuatan-perbuatan yang wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan

pertimbangan.25

19 Ibid. hlm. 220. 20 Ibid.,hlm. 221. 21 Sutari Imam Barnadib, Op.Cit., hlm. 124-125 22 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, loc. cit., hlm. 706. 23 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, ( Yogyakarta: Andi Offset,

1979 ), hlm. 39. 24 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, loc.cit, hlm. 17 25 Zainuddin, dkk, Seluk-Beluk Pendidikan dari al-Ghazali (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

Cet.1, hlm. 102

Page 20: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

7

Akhlak merupakan segala sesuatu yang terdapat pada seseorang baik

yang berupa ucapan maupun tingkah laku dan sesuatu itu merupakan bagian

dari diri seseorang yang dilakukan berulang kali sehingga telah menjadi

kebiasaan dan dilakukan dengan sadar tanpa adanya paksaan atau pengaruh

dari faktor lain.

4. Anak

Anak yaitu keturunan kedua, manusia yang masih kecil.26

Yang dimaksud anak dalam penelitian ini adalah siswa di MTs NU 07

Patebon Kabupaten Kendal.

C. RUMUSAN MASALAH

Berpijak dari apa yang telah diuraikan tersebut diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh demokratis orang tua siswa MTs NU 07 Patebon

Kabupaten Kendal?

2. Bagaimana akhlak siswa di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal?

3. Adakah pengaruh antara sikap demokratis orang tua terhadap akhlak siswa di

MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Sebagaimana perumusan masalah di atas, maka penelitian ini

dimaksudkan untuk :

1. Mengetahui penerapan pola asuh demokratis orang tua siswa MTs NU 07

Patebon Kabupaten Kendal.

2. Mengetahui akhlak siswa di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal.

3. Mengetahui pengaruh antara pola asuh demokratis orang tua terhadap akhlak

anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal.

26 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op.cit, hlm. 30.

Page 21: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

8

Adapun hasil dari penelitian yang berjudul Pengaruh Pola Asuh

Demokratis Orang Tua terhadap Akhlak Anak Di MTs NU 07 Patebon

Kabupaten Kendal ini akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

a. Segi Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan kontribusi wacana

keilmuan dan khazanah intelektual tentang pola asuh orang tua beserta

pengaruhnya terhadap akhlak anak. Selain itu penelitian ini juga dapat

digunakan sebagai bahan informasi bagi para peneliti lain yang hendak

mengadakan penelitian lebih lanjut.

b. Segi Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca

dan khususnya orang tua dalam menerapkan pola asuh terhadap anaknya, jadi

orang tua dapat memilih dan menerapkan pola asuh yang tapat terhadap anak

sehingga anak tersebut akan menjadi generasi penerus yang berakhlaqul

karimah dan berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya.

Page 22: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis Mengenai Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua

Terhadap Akhlak Anak

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Istilah pola asuh berasal dari kata “pola” dan “asuh”. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia pola berarti “system, cara kerja”.1 Sedangkan asuh

berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil.2

Definisi pola asuh menurut istilah, sebagaimana konsep yang

diajukan oleh para ahli psikologi, diantaranya konsep pola asuh yang

dikemukakan Kohn seperti yang dikutip oleh Chabib Thoha dalam buku

Kapita Selekta Pendidikan Islam, dia mendefinisikan pola asuh adalah:

“sikap orang tua dalam berhubungan dengan anak-anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua memberikan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap keinginan anak”.3

Sementara menurut M. Shochib, pola asuh adalah upaya orang tua yang

diaktualisasikan terhadap penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial-

internal dan eksternal, pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan

anak-anaknya, suasana psikologi, sosio budaya, perilaku yang ditampilkan

pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak, kontrol terhadap

perilaku anak-anak, dan menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar

berperilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak.4 Sedangkan menurut

Singgih D. Gunarso pola asuh orang tua adalah “sikap dan cara orang tua

dalam mempersiapkan anggota keluarga yang lebih muda termasuk anak

supaya dapat mengambil keputusan sendiri, bertindak sendiri, sehingga

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet.10, hlm. 778.

2 Ibid., hlm. 63. 3 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),

Cet.1, hlm. 110. 4 M. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),Cet. 1, hlm. 15.

Page 23: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

10

mengalami perubahan dari keadaan tergantung kepada orang tua menjadi

berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri”.5

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh orang

tua merupakan sikap orang tua dalam upaya mendidik anak dengan

melakukan penataan fisik, sosial, sosio-kultural, suasana psikologis yang

kesemuanya dilakukan dalam rangka menerapkan nilai-nilai moral kepada

anak sebagai dasar perilaku di kehidupan yang akan datang. Sehingga pola

asuh orang tua mencakup seluruh interaksi orang tua dengan anak dalam

kehidupan sehari-hari, baik yang berupa ucapan maupun perilaku mereka.

Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama, karena

orang tua mempunyai tanggung jawab untuk meletakkan dasar-dasar

pertama untuk pertumbuhan, perkembangan dan pendidikan bagi anak.

Pendidikan awal oleh keluarga (orang tua) merupakan fundamen bagi

perkembangan kepribadian anak.6 Dalam pembentukan Akhlak anak, sikap

dan tingkah laku orang tua dapat mendukung agar tujuan tercapai, sikap

orang tua seharusnya menerima keberadaan anak, sehingga anak merasa

aman. Anak yang merasa dirinya aman dan mencurahkan kesulitan yang

dihadapinya, karena merasa bahwa orang tuanya akan membantu

memecahkan masalah yang dihadapi anak tersebut. Dengan demikian anak

akan berani menghadapi masalah bukan menghindari.

Sedangkan menurut Henry Clay Lindgren menyebutkan:

The family, not the school, provides the first educational experiences begin in infancy, with the first attempts to guide and direct the child-to “train” him.7 “Keluarga, bukan sekolah, memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan yang pertama mulai pada masa pertumbuhan. Pengalaman-pengalaman ini dimulai di masa kecil dengan usaha-usaha yang pertama untuk membimbing dan mengarahkan anak untuk melatihnya”.

5 Singgih D. Gunarso dan Ny. Singgih D. Gunarso, Psikologi Remaja, (Jakarta: Gunung

Mulia, 1989), hlm. 109. 6 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung: Mandar Maju, 1992), Cet.1,

hlm. 115. 7 Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in the Classroom, Modern Asia Edition,

(New York: John Wiley & Sons, INC, 1960), hlm. 75.

Page 24: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

11

Tidak lepas dari tanggung jawab tersebut, merupakan suatu fitrah

bagi kedua orang tua untuk mencintai anaknya, memelihara, mengasihi,

dan menyayangi serta memperhatikan urusannya8 karena setiap anak yang

dilahirkan ke dunia ini akan membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan

kecukupan pemenuhan kebutuhan baik jasmani dan rohani dari orang

tuanya.

Kasih sayang dan perhatian orang tua sanagtlah penting bagi anak-

anak. Kepribadian, akhlak, bahkan keberhasilan seorang anak bisa

terbentuk dan terwujud semuanya berawal dari bagaimana cara orang tua

memperlakukan anaknya, seberapa besar kasih sayang dan perhatian yang

diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya.

2. Bentuk-bentuk Pola Asuh Orang Tua

Pola Asuh tidak pernah lepas dari konteks sosial suatu masyarakat.

Dan bahkan tingkah laku anak hanya dapat dipahami dengan konteks

sosialnya. Sebagian besar para orang tua mewarisi pola asuh yang

didapatkan secara turun temurun dari orang tua sebelumnya. Namun pada

saat pola asuh tersebut diterapkan pada anak tidak dapat memperoleh hasil

yang diharapkan karena telah terjadi pergeseran nilai tatanan dalam

masyarakat dahulu dan sekarang.

Ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yaitu:

1) Pola asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang

tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan

kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun sebenarnya anak

tidak dapat menerimanya. Pola asuh ini pemegang peranan adalah

orang tua.9 Anak sama sekali tidak mempunyai hak untuk

mengemukakan pendapat, semua keinginan dan cita-citanya tidak

8 Abdullah Nashih Ulwan, Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1996), Cet. 3, hlm. 20. 9 Sutari Imam Barnadib, Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm.

124.

Page 25: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

12

mendapatkan perhatian orang tua. Anak tidak mendapatkan

kesempatan untuk berekspresi dan bereksperimen sendiri, karena

semuanya ditentukan oleh orang tua, akibatnya anak sulit berkembang.

Pola asuh ini ditandai dengan cara memberikan peraturan dan

pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan.

Seorang anak dipaksa untuk berperilaku seperti orang tuanya. Pola

asuh ini juga ditandai dengan adanya hukuman yang berat, terutama

hukuman badan, jika terjadi kegagalan memenuhi harapan atau

keinginan orang tua.

Pada pola asuh orang tua yang otoriter ini seorang anak tidak

diberikan kebebasan dalam bertindak, orang tua tidak mendorong anak

untuk mandiri dan bisa mengambil keputusan sendiri yang

berhubungan dengan tindakan mereka. Sebaliknya orang tualah yang

menentukan apa yang harus dilakukan dan tidak menjelaskan mengapa

hal itu harus dilakukan. Jadi anak-anak kehilangan kesempatan untuk

belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri.10

Orang tua atau pendidik yang otoriter dicirikan sebagai orang

tua atau pendidik yang berorientasi pada diri sendiri, mendominasi

proses pendidikan, menuntut kepatuhan yang berlebihan, tidak

menggunakan pujian dan hadiah serta mengutamakan hukuman sebagai

alat pendidikan.

Perilaku yang dapat mencirikan orang tua atau pendidik yang

otoriter diantaranya sebagai berikut:

1) Anak harus mematuhi peraturan orang tua atau pendidik, dan tidak

boleh membantah

2) Kalau terdapat perbedaan pendapat orang tua atau pendidik dengan

anak, maka anak dianggap sebagai seorang yang suka melawan dan

membangkang.

3) Lebih cenderung memberikan perintah dan larangan terhadap anak.

10 Elizabeth B. Hourlock, Perkembangan Anak, Jilid II, alih bahasa: Meitasari Tjandrasa

(Jakarta: Erlangga, 1999), Cet. 5, hlm, hlm. 93.

Page 26: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

13

4) Lebih cenderung memaksakan disiplin

5) Orang tua atau pendidik lebih cenderung menentukan segala

sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksana (orang tua

atau pendidik berkuasa).11

Ditinjau dari aspek penerapan pendidikan agama dalam

keluarga, pola asuh bentuk otoriter ini lebih tepat untuk menekankan

akidah dan mengaktifkan ibadah bagi si anak. Contoh, orang tua harus

mampu menanamkan kepercayaan pada anak bahwa agama yang

paling benar dalam pandangan Allah adalah Islam. Juga dalam hal

menanamkan kedisiplinan shalat. Sabda Nabi SAW.

عنع مروبنش عيب عهب انع نالق : ال قهد جر اهللاولس ل صاهللاى لعهيو لسم :مرا اوالوكدبم ةالالصو هام باءن سبنس عينو راضبوهم لعيها وهام باءنع شر, قرفووا بينهملي ا فم12)رواه ابو داود( عاجض

“Suruhlah anakmu untuk menjalankan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah (jika tidak mau shalat) pada waktu mereka berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidurnya (dari orang tua)”. (HR. Abu Dawud).

Allah S.W.T. juga telah memerintahkan pada manusia

khususnya orang tua untuk menyuruh anaknya melaksanakan shalat,

seperti dalam firman-Nya:

ö ãΒ ù& uρ y7 n= ÷δ r& Íο 4θ n= ¢Á9 $$ Î/ ÷ É9 sÜ ô¹ $# uρ $ pκ ö n= tæ ( …

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat …”. (Q.S. Thoha: 132).

Atas dasar dua dalil di atas, memberikan indikasi bahwa orang

tua bertanggung jawab atas keselamatan dan kebahagiaan anaknya baik

di dunia maupun di akhirat kelak. Sehingga pola asuh ini boleh

diterapkan dalam rangka menanamkan akidah islamiyah dan ibadah

kepada anak. Tekanan yang seharusnya dilakukan pada pola asuh

11 Zahara Idris, Dasar-dasar Pendidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1987), hlm. 39-40. 12 Sunan Abu Daud, (Bairut: Daar al Kutub, tth), hlm. 80

Page 27: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

14

otoriter ini adalah bagaimana memahamkan tingkah laku tertentu bisa

diterima, sedang yang lain tidak.

Penerapan pola otoriter yang salah, yaitu bila diterapkan pada

anak dengan kadar yang berlebihan akan berakibat buruk pada anak itu

sendiri. Karena sebagai manusia kecil yang sedang tumbuh dan

berkembang, anak mempunyai keinginan untuk dihargai, mandiri,

ingin diperlakukan wajar, serta ingin mendapatkan kesempatan belajar

sendiri, bagaimana menghadapi masalah serta menunjukkan

kemampuannya.

Akibat kesalahan menaksir anak terlalu rendah, orang tua

terlalu banyak memberi nasehat, perintah, larangan bahkan hukuman

dengan harapan anak nantinya menjadi seorang yang sebagaimana

diinginkannya. Hal ini menjadikannya salah satu kesalahan dalam

proses pendidikan, yaitu mendidik dan membimbing anak dengan

banyak menasehati atau menghukum anak yang salah. Sehingga sering

kali orang mengira bahwa pendidikan itu terdiri atas perintah-perintah,

larangan-larangan dan nasehat-nasehat.

Ketika seorang anak dipaksa untuk melakukan perbuatan yang

sesuai dengan keinginan orang tua dan dengan cara yang dikehendaki

oleh orang tua maka anak akan kembali menuntut orang tuanya untuk

memberikan perhatian atau pujian kepadanya. Sebaliknya jika anak

tidak dapat memenuhi tuntutan orang tuanya maka dia akan merasa

hidupnya tidak berharga maka dia akan menarik dirinya dari

kehidupan.

2) Pola asuh Demokratis

Pola asuh ini merupakan pola asuh yang diwajibkan oleh Allah

SWT terhadap para utusannya. Berpijak kepada dorongan dan

konsekuensi dalam membangun dan memelihara fitrah anak. orang tua

menyadari bahwa anak adalah amanah Allah SWT pada mereka dia

merupakan makhluk yang aktif dan dinamis. Aktivitas mereka

bertujuan agar mereka dapat diakui keberadaannya, diterima

Page 28: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

15

kontribusinya dan dicintai dan dimiliki oleh keluarganya. Pola asuh

demokratis memandang anak sebagai individu yang sedang

berkembang dan perlu adanya kewibawaan orang tua. Jadi dalam

pelaksanaannya disesuaikan dengan taraf-taraf perkembangan anak

dengan cita-citanya, minatnya, bakatnya, kecakapan-kecakapan dan

pengalamannya. Anak ditempatkan sesuai dengan semestinya yang

mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif, namun tetap

mendapat bimbingan dan arahan dari orang tua.13

Pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis menjadikan

adanya komunikasi yang dialogis antara orang tua dan adanya

kehangatan yang membuat anak merasa diterima oleh orang tua

sehingga ada pertautan perasaan.14

Pola asuh demokratis ini sesuai dengan ajaran Islam,15

sebagaimana yang dijelaskan oleh al Qur’an Surat asy-Syura ayat 38:

...مهنيى بورش مهرأم٣٨: الشورى (...و( “....Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara

mereka....”. (QS. asy-Syura: 38).16

Menurut John S. Brubacher, dalam bukunya Modern

Philosophies of Education juga mengatakan:

Democracy makes of educational importance because it

believes in the essensial dignity of all person.17

“Demokrasi merupakan hal penting dalam pendidikan karena pada demokrasi mengakui akan hakikat kemuliaan pada semua orang”.

13 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, ( Yogyakarta: Andi Offset,

1979 ), hlm. 124 -125. 14 Moch. Shochib, op. cit., hlm. 6. 15 Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi (eds), PBM-PAI di Sekolah, (Semarang: Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998), Cet. 1, hlm. 138. 16 Sunarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 789 17 John S. Brubacher, Modern Philosophies of Education, fourth edition (New Delhi: Tata

Mc. Graw Hill Publishing LTD, 1981), hlm. 57.

Page 29: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

16

Jadi dalam pola asuh demokratis menggunakan metode

penjelasan, diskusi, penalaran, dan kebebasan mengeluarkan pendapat.

Selain itu juga menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan

penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah

keras dan biasanya tidak berbenuk hukuman badan. Hukuman hanya

digunakan bila terbukti bahwa anak-anak secara sadar menolak

melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua. Sebaliknya jika

perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan orang tua, mereka

diberikan penghargaan dengan bentuk pujian atau pernyataan

persetujuan yang lain.18

Dalam memperbaiki kesalahan anak orang tua menyadari

bahwa kesalahan itu muncul karena mereka belum terampil dalam

melakukan kebaikan, sehingga mereka akan mencoba untuk

membangun keterampilan tersebut dengan berpijak kepada kelebihan

yang anak miliki, lalu mencoba untuk memperkecil hambatan yang

mebuat anak berkecil hati untuk memulai kegiatan yang akan

menghantarkan mereka kepada kebaikan tersebut. Orang tua juga akan

berusaha menerima keadaan anak apa adanya tanpa membanding-

bandingkan mereka dengan orang lain atau bahkan saudara kandung

mereka sendiri, atau teman bermainnya.

Orang tua akan membiasakan diri berdialog dengan anak dalam

menemani pertumbuh-kembangan anak mereka. setiap kali ada

persoalan anak dilatih untuk mencari akar persoalan, dan kemudian

diarahkan untuk ikut menyelesaikan secara bersama. Pola demokratis

digambarkan sebagai orang tua atau pendidik yang memberi

bimbingan, tetapi tidak mengatur mereka memberi penjelasan tentang

yang mereka lakukan serta membolehkan anak memberi masukan

dalam pengambilan keputusan penting. Mereka menghargai

kemandirian anak-anaknya, tetapi menuntut mereka memenuhi standar

18 Elizabeth B. Hourlock, Op. Cit., hlm. 94.

Page 30: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

17

tanggung jawab yang tinggi pada keluarga, teman dan masyarakat serta

perilaku kekanak-kanakan tidak diberi tempat.19

Orang tua adalah penanggung jawab pertama terhadap

pendidikan anak-anaknya, sehingga pemberian bekal pengetahuan

teoritis maupun praktis mengenai pendidikan anak mutlak harus

dimiliki. Apalagi dimasa sekarang yang memasuki era globalisasi

dengan adanya penyempitan ruang dan waktu menjadi informasi

dengan cepat dapat diterima dengan cepat akan mudah mempengaruhi

anak, baik sikap anak-anak kita, pola pikir maupun tingkah laku

kesehariannya.

Adapun ciri-ciri sikap demokratis orang tua dalam mendidik

adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi orang tua dan anak

Mansyur Amin dan Muhammad Najib menerangkan bahwa

“Sikap demokratis itu berkembang dari kebiasaan komunikasi di

dalam rumah tangga. Melalui komunikasi seorang anak belajar

tentang sesuatu yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat mempercepat

pertumbuhan kreativitas anak dan kecerdasannya. Komunikasi juga

berperan sebagai sarana pembentukan emosi dan kepribadian anak

dan mampu mengerti kebutuhan anaknya secara lengkap baik lahir

maupun batin. Komunikasi juga berperan sebagai sarana

pembentukan moral anak. Melalui interaksi dengan orang tuanya,

anak mengetahui tentang apa yang baik dan apa yang buruk, apa

yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.20

Sikap demokratis orang tua dalam mendidik anaknya sangat

penting. Sebab hal itu akan sangat membantu dalam pertumbuhan

jiwa dan kepribadian anak, sehingga anak akan merasa aman

19 Lawrence S. Shopiro, Mengajarkan Emotional Intelegence, (Jakarta: Gramedia, 1999),

hlm. 28. 20 Mansyur Amin dan Muhammad Najib, Agama Demokrasi dan Transformasi Sosial,

(Yogyakarta: LPKSM NU DIY bekerja sama dengan The Asia Foundation Jakarta, 1993), hlm. 104.

Page 31: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

18

karena diliputi oleh rasa cinta kasih, merasa diterima oleh orang

tuanya.

Sebaliknya, orang tua yang bersikap acuh tak acuh atau

membebaskan anak tanpa ada aturan yang membatasi sedikitpun

tidak mempunyai ikatan emosional dengan anak, akan

mengakibatkan anak menjadi menentang, memberontak, keras

kepala, tidak disiplin, dan kurang bertanggung jawab. Dalam

pergaulannya, anak kurang disenangi oleh teman-temannya, sebab

anak memiliki sifat masa bodoh dalam bergaul dan bersikap.21 Di

samping itu, anak juga akan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitarnya, sebab pribadinya sudah matang. Sikap

matang ini ditunjukkan oleh kesadaran anak tentang dirinya sebagai

makhluk individu, susila, sosial, maupun sebagai makhluk agamis.

Peranan komunikasi dalam keluarga sangat penting dan

perlu dibina dan dilestarikan kelancaran dan efektivitasnya dalam

kehidupan sehari-hari. Sebab komunikasi antara orang tua dengan

anak dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan

perasaan kasih sayang, media menyatakan penerimaan atau

penolakan atas pendapat yang disampaikan, sarana untuk

menambah keakraban hubungan sesama warga dalam keluarga, dan

komunikasi menjadi barometer bagi baik buruknya kegiatan

komunikasi dalam sebuah keluarga.22

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

dalam keluarga tidak hanya sekedar hal yang nyata yang berupa

ucapan, namun juga berupa simbol-simbol yang mengarah pada

maksud dan tujuan penyampaian informasi atau pesan.

2. Menerima kritik

Sikap demokratis juga ditandai dengan adanya sikap terbuka

antara orang tua dan anaknya. Teknik disiplin demokratis

21 Ibid., hlm. 90. 22 Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1997), hlm. 80.

Page 32: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

19

menggunakan penjelasan, penalaran dan diskusi untuk membantu

anak mengapa perilaku tertentu itu diharapkan.23

Cara mendidik secara demokratis adalah dengan

menentukan peraturan, akan tetapi dengan memperhatikan keadaan

dan kebutuhan anak. Bentuk pendidikan seperti ini dalam

mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah. Dengan

demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan

sebagai kegiatan yang dipaksakan, tidak ada perasaan tertekan dan

takut, namun pemimpin selalu dihormati dan di segani secara

wajar.

Menanggapi permasalahan ini, Singgih D. Gunarsa,

menyatakan bahwa: “Cara pendidikan demokratis, anak boleh

mengemukakan pendapat sendiri, mendiskusikan pandangan-

pandangan mereka dengan orang tua, menentukan dan mengambil

keputusan, akan tetapi orang tua masih melakukan pengawasan dan

mengambil keputusan”.24

Jadi, di sini sikap demokratis menekankan aspek kepada

anak di mana orang tua menggunakan diskusi atau musyawarah dan

penalaran untuk membantu anak mengerti terhadap suatu sikap dan

perilaku orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengambil keputusan atas ide anak, sehingga anak terlatih untuk

berfikir dan bertindak mandiri. Dalam hal ini sangat membantu

dalam perkembangan anak selanjutnya.

Zaharini menegaskan bahwa: “orang tua hendaknya

memberi kesempatan kepada anak untuk mengajukan pendapat,

memberi pengarahan tentang perbuatan yang baik dan perlu

dipertahankan, yang tidak baik supaya ditinggalkan.25

23 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, terj. oleh Meitasari Tjandrasa, Perkembangan

Anak, Jilid II, (Jakarta: Erlangga, 1999), hlm. 93. 24 Singgih D. Gunarsa, dan Singgih P. Gunarsa, Op. Cit., hlm. 116. 25 Zuhairini dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 88.

Page 33: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

20

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap demokratis

orang tua ditandai dengan adanya pengakuan terhadap kemampuan

anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada

orang tua, memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa

yang terbaik bagi dirinya. Anak didengarkan pendapatnya

dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut

kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk

mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit

berlatih untuk bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.26

3. Memberikan pertimbangan

Dalam pandangan Islam, anak adalah perhiasan Allah yang

diberikan kepada manusia. Hadirnya anak akan membuat bahagia

ketika memandangnya, hati akan terasa tentram dan suka cita setiap

bercanda dengan mereka, dialah bunga kehidupan di dunia

sebagaimana ditegaskan dalam ayat-ayat al-Qur'an.

z⎯ Î iƒ 㗠Ĩ$ ¨Ζ= Ï9 = ãm ÏN≡ uθ yγ ¤±9 $# š∅ ÏΒ Ï™ !$ |¡ Ï iΨ9 $# t⎦⎫ ÏΖ t6 ø9 $# uρ Î ÏÜ≈ oΨ s) ø9 $# uρ

Íο t sÜΖ s) ßϑ ø9 $# š∅ ÏΒ É= yδ ©%! $# Ïπ Ò Ï ø9 $# uρ È≅ ø‹ y‚ ø9 $# uρ Ïπ tΒ §θ |¡ ßϑ ø9 $# ÉΟ≈ yè ÷Ρ F{ $# uρ

Ï^ ö ys ø9 $# uρ 3 š Ï9≡ sŒ ßì≈ tF tΒ Íο 4θ u‹ ys ø9 $# $ u‹ ÷Ρ ‘‰9 $# ( ª! $# uρ … çν y‰Ψ Ïã Ú∅ ó¡ ãm

É>$ t↔ yϑ ø9 $# .

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anakanak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran 14)27

Dari ayat di atas dapat disimpulkan, bahwa kedudukan anak

bagi orang tua merupakan amanah Allah dan sekaligus menjadi

tanggung jawabnya kepada Allah untuk mendidiknya. Allah

26 M. Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 111. 27 Soenarjo, op. cit., hlm. 77.

Page 34: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

21

memberikan dua potensi bagi anak untuk dikembangkan, yaitu bisa

menjadi baik dan bisa pula menjadi buruk atau dikenal dengan

fitrah adalah suci dan baik. Oleh karena itu, jika dikemudian hari

anak berperilaku buruk, maka bukan pengaruh potensi fitrahnya,

tetapi karena pengaruh lingkungan yang buruk. Dengan kata lain,

baik dan buruknya anak sangat erat kaitannya dengan pendidikan

yang diberikan oleh kedua orang tuanya.

Di bawah asuhan orang tua, dengan pengawasan dan

pengarahan serta disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak,

maka akan terbentuk kepribadian anak yang berkembang secara

wajar menuju kedewasaannya. Orang tua memberikan lingkungan

yang aman dan memberi semangat hingga anak-anak mempunyai

kesempatan untuk mengembangkan potensinya.28

Jamaluddin Ancok mengatakan: “Sikap demokrasi orang tua

adalah di mana anak diberikan kesempatan untuk berpendapat, dan

boleh membuat keputusan yang diinginkan di dalam melaksanakan

sesuatu, namun keputusan yang diambil si anak harus mendapat

persetujuan dari orang tua.29

Menurut Ahmadi: “bahwa orang tua sebagai pendidik yang

demokratis berusaha menciptakan suasana kekeluargaan,

menghormati, mempercayai dan memperhatikan satu dengan yang

lainnya. Anak diberi kesempatan untuk melahirkan pikiran dan

perasaannya, diajak mengamil keputusan dan mufakat.30

Sutari Imam Barnadib mengatakan bahwa: “orang tua

hendaknya terbiasa mengikutsertakan anak dengan apa yang

dipikirkan, baik yang mengembirakan maupun yang sedang

dipertimbangkan. Orang tua memberi penjelasan tentang berbagai

hal kepada anak mengenai apa yang sedang dibicarakan, kadang-

28 John Gray, Children Are from Heaven, terj. B. Dicky Soetadi, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2000), hlm. 25. 29 M. Mansur Amin dan Muh. Najib, op. cit., hlm., 105. 30 Achmadi, Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, (Salatiga, Saudara, 1992), hlm. 70

Page 35: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

22

kadang anak diajak berdiskusi untuk mengemukakan maksud dan

pendiriannya.31

Pemberian pertimbangan diberikan kepada anak oleh orang

tua anak juga harus memperhatikan waktu yang tepat dalam

membimbing dan mengarahkan anak sesuai dengan apa yang ia

inginkan. Sehingga dalam memberikan pengarahan dan bimbingan

ini, maka faktor yang paling penting adalah dalam rangka

membimbing anak agar dapat menjadi kebanggaan orang tuanya.

Sebab apabila pemberian pertimbangan dilakukan pada waktu yang

tepat, maka anak akan menerimanya dengan senang hati.32

Dari penjelasan di atas, dapat dimengerti bahwa orang tua

sebagai pendidik utama lebih memiliki tanggung jawab terhadap

pendidikan anaknya. Pendidikan orang tua yang demokratis lebih

menekankan sistem masyarakat dalam memecahkan suatu masalah.

Di sinilah, peran orang tua sebagai pusat penerima kritik dengan

keterbukaan ternyata begitu penting artinya bagi anak, karena

disamping anak dibiasakan untuk bertanggung jawab juga

dibiasakan untuk bersifat berkerjasama dengan orang tua sehingga

diharapkan anak mempunyai daya kreativitas yang besar, percaya

pada diri sendiri, mampu menyelesaikan permasalahan dirinya baik

di rumah maupun di luar rumah.

4. Memberikan penghargaan

Penghargaan dalam dunia pendidikan memiliki peran yang

positif dalam membangun emosional anak. W.H. Thomas melalui

teori The Four Wishes sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin

mengemukakan empat macam keinginan dasar yang menjadi

sumber kejiwaan seseorang, yaitu sebagai berikut:

31 Sutari Imam Barnadib, op. cit., hlm. 93. 32 Nur ‘Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, terj. Kuswandani dkk.,

(Bandung: Mizan, 1998), hlm. 292.

Page 36: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

23

a. Keinginan untuk selamat (security)

Keinginan ini tampak jelas dalam kenyataan manusia untuk

meperoleh perlindungan atau penyelamatan dirinya baik

berbentuk biologis ataupun non biologis.

b. Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognition)

Keinginan ini merupakan dorongan yang menyebabkan manusia

mendambakan adanya rasa ingin dihargai dan dikenal orang

lain. seseorang mendambakan dirinya untuk selalu menjadi

orang yang terhormat dan dihormati.

c. Keinginan untuk ditanggapi (response)

Keinginan ini menimbulkan rasa ingin mencintai dan dicintai

dalam pergaulan.

d. Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru (new

experience).33

Dari pendapat di atas jelas bahwa penghargaan merupakan

kebutuhan bagi seseorang. Sehingga pemberian penghargaan

kepada anak akan berpengaruh yang cukup besar terhadap jiwa

anak untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersifat

progresif. Di samping itu, penghargaan juga memiliki kekuatan

yang dapat mendorong anak untuk melakukan kebaikan. Karena

dengan penghargaan ini, anak merasa bahwa perbuatan baik yang

telah dilakukannya telah membuatnya semakin dihormati dan

disayangi orang lain, terutama oleh orang tuanya.34

Berbeda dengan penghargaan, pemberian hukuman atau

sangsi haruslah ditempuh sebagai jalan terakhir dalam proses

pendidikan. Orang tua yang bijaksana tidak seenaknya memberikan

hukuman fisik kepada anaknya, kecuali hanya sekedarnya saja dan

sesuai dengan kebutuhan.35

33 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 62. 34 Nur ‘Abdul Hafidz Suwaid, op. cit., hlm. 312-313. 35 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Perss, 2002), hal. 134.

Page 37: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

24

Penghargaan dapat memotivasi anak didik untuk belajar,

sebaliknya hukuman justru akan meninggalkan pengaruh buruk

pada jiwa anak, sehingga menghalanginya untuk faham, mengerti,

bahkan dapat mematikan semangatnya untuk berlaku disiplin dan

progresif.36 Jadi, penerapan sangsi dan hukuman sebagai alat untuk

menumbuhkan disiplin dan tanggung jawab, hanya dipergunakan

apabila sudah tidak ada lagi cara lain yang dipergunakan.

Pemimpin (orang tua) selalu berpihak pada kebenaran dan keadilan

yang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi justru untuk semua

anggota kelompok atau organisasi yang dipimpinnya.37

Dengan demikian anak akan merasakan bahwa hidupnya penuh

arti, sehingga dengan lapang dada dia akan merujuk kepada orang

tuanya jika dia mempunyai persoalan dalam kehidupannya. Yang

berarti pula orang tua dapat ikut bersama anak untuk mengantisipasi

bahaya yang mengintai kehidupan anak-anak setiap saat.

3) Pola asuh Laissez-faire (Permisif)

Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak

secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa yang bisa

melakukan apa saja yang dikehendaki. Semua yang dilakukan anak

dianggap benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan, atau

bimbingan. Karenanya kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah

dan juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi

anaknya.38

Pada dasarnya orang tua atau pendidik permisif berusaha

menerima dan mendidik sebaik mungkin, tetapi cenderung sangat pasif

ketika sampai ke masalah penetapan batas-batas atau menanggapi

ketidak patuhan. Pola permisif tidak begitu menuntut, juga tidak

36 Ibid., hal. 135. 37 Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (t.pt.: Gajah Mada

University Press, 1993), hlm. 14. 38 Chabib Thoha, op.cit., hlm. 112.

Page 38: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

25

menetapkan sasaran yang jelas bagi anak, karena meyakini bahwa anak

seharusnya berkembang sesuai dengan kecenderungan alamiahnya.

Pada pola asuh ini seorang anak diberi kebebasan penuh untuk

melakukan apa saja yang dikehendakinya dan dalam mengambil

keputusan apa saja sesuai dengan kehendak dan kepentingannya

sendiri.39 Jadi orang tua tidak ikut campur dengan segala urusan anak,

bahkan terkesan masa bodoh dengan apa yang dilakukan anak serta

tidak memperdulikan masalah-masalah yang menimpa seorang anak.

Ciri perilaku orang tua atau pendidik permisif yang dijabarkan

oleh Zahara Idris sebagai berikut:

1) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan

membimbingnya.

2) Lebih menentukan pemberian kebutuhan material pada anak

3) Membiarkan saja apa yang diberlakukan anak (terlalu membiarkan

kebebasan untuk mengatur dirinya tanpa ada peraturan-peraturan

dan norma-norma yang digariskan).

4) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dengan

keluarga maupun teman sebayanya.40

Pola asuh laissez fair mempunyai banyak kelemahan apabila

diterapkan dalam pendidikan agama anak. Dalam mendidik agama

anak orang tua tidak bisa membiarkan anak yang sudah berusia 7 tahun

tanpa memerintah anak untuk melaksanakan shalat, atau mempelajari

agama.

Dalam pendidikan, sebagain besar si terdidik masih bergabung

pada pendidikannya. Apabila orang tua menggunakan cara laissez fair

maka akan berakibat buruk pada anak, baik dalam hal keimanannya

maupun akhlak anak. Semakin luas orang tua memberi kebebasan

kepada anak, maka akan berakibat semakin jauh anak dari nilai-nilai

releigius yang ada, dan ini akan berakibat anak lebih banyak

39 Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Op. Cit., hlm. 98. 40 Zahara Idris, op. cit., hlm. 41.

Page 39: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

26

meninggalkan ajaran agama, terlebih lagi dalam masalah ibadah dan

akhlak karimah.

Dalam keluarga yang permisif tidak ada peraturan-peraturan

dan pembatasan. Apabila disiplin terlalu longgar, anak akan merasa

bingung dan kurang aman. Akibat dari pengalaman yang terbatas dan

kehidupan mental masih belum matang, mereka sulit membuat

keputusan tentang perilaku mana yang sesuai dengan harapan sosial,

mereka tidak tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh

dilakukan. Sebagai hasil dari itu mereka cenderung untuk menjadi

ketakutan, gelisah, dan sangat agresif.

Pada umumnya anak yang diasuh dengan pola ini merasa

dirinya ditolak di tengah-tengah keluarga mereka. Sehingga kenakalan

anak sering kali disebabkan karena anak tidak merasa betah tinggal di

rumah, rasa nyaman dan harmonis jauh dari harapan sang anak.

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, pola asuh ini dipandang tepat

diterapkan pada anak yang dewasa yang telah mempunyai kematangan

berfikir dalam memilih disiplin ilmu yang diminatinya. Sikap orang tua

memberikan kebebasan kepada anaknya yang telah dewasa, bukan berarti

tanpa pengawasan, justru orang tua dapat memberikan saran, pendapat,

bahkan kritik pada anaknya dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

dalam rumah tangga.

3. Pengertian Akhlak

Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (اخالق),

bentuk jamak dari khuluq (خلق) yang berarti budi pekerti. Sinonimnya etika

dan moral. Etika, berasal dari bahasa latin, etos yang berarti "kebiasaan".

Moral, berasal dari bahasa latin, mores, yang berarti “kebiasaan".41

41 Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), Jakarta, Pustaka Panjimas, 1996,

hlm. 26.

Page 40: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

27

Dari pengertian etimologi ini, dengan demikian dapatlah diketahui

bahwa akhlak (اخالق) yang merupakan bentuk jamak dari khuluq (خلق)

mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun (خلق) yang

berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq (خالق) yang berarti

pencipta, dan makhluq (مخلوق) yang berarti “sesuatu yang diciptakan”.42

Dari beberapa pengertian di atas jelas bahwa perkataan akhlak itu

timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan yang baik

antara manusia dengan sesamanya maupun dengan makhluk lainnya.

Adapun secara terminologi pengertian akhlak menurut para pakar

di bidang ini, antara lain Imam al-Ghazali (1059-1111 M) memberikan

pengertian tentang akhlak, yaitu:

سهولة ويسر من بخة عنها تصدر االفعالاس عن هيئة ىف النفس رةعبار فان كانت اهليعة حبيث تصدر عنها األفعال غري حاجة اىل فكر ورؤية

43 .مودة عقال وشرعااجلميلة احمل

“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan maka jiwa tersebut menimbulkan perbuatan baik secara akal dan syariat”.44

Sedangkan menurut Prof. Dr. Ahmad Amin akhlak merupakan

“Kebiasaan Kehendak”. Ini berarti bahwa kehendak itu bila telah melalui

proses membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.45 Adat

(kebiasaan) adalah perbuatan yang diulang-ulang. Ada dua syarat agar

sesuatu bisa dikatakan sebagai kebiasaan, yakni:1). Adanya kecenderungan

hati kepadanya; 2). Adanya pengulangan yang cukup banyak. sehingga

mudah mengerjakannya tanpa memerlukan pemikiran lagi. Dan yang

42 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar), Bandung,

CV. Diponegoro, 1988, hlm. 11. 43 Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, Ihya’ Ulum al Din, Juz III,

(Beirut: Dar al Kutub Ilmiyah, tth), hlm. 58. 44 Imam Abi Hamid Muhammad al Ghazali, Ihya’ Ulum al Din, Juz. III. Bairut: Dar al

Kutub,tth. hlm. 58 45 Ahmad Amin, al-Akhlak, (Terj. Prof. K.H. Farid Ma’ruf, "Ethika (Ilmu Akhlak)"), Jakarta,

Bulan Bintang, hlm. 62.

Page 41: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

28

dimaksud (iradah) adalah kemenangan dari keinginan setelah mengalami

kebimbangan.46

Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak ada yang

bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya,

bahkan secara substansial tampak saling melengkapi. Jadi dapat diambil

kesimpulan bahwa Akhlak merupakan segala sesuatu yang terdapat pada

seseorang baik yang berupa ucapan maupun tingkah laku dan sesuatu itu

merupakan bagian dari diri seseorang yang dilakukan berulang kali

sehingga telah menjadi kebiasaan dan dilakukan dengan sadar tanpa

adanya paksaan atau pengaruh dari faktor lain.

4. Dasar Akhlak Islam

a. Dasar Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius di sini adalah dasar yang

bersumber dari ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. al-Qur’an

mengajarkan umatnya untuk berbuat yang baik dan menjauhi perbuatan

yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh al-Qur’an

yakni firman Allah yang kebenarannya mutlak untuk diyakini.47

Sedangkan al-Hadits merupakan cerminan akhlak Nabi, yakni akhlak

yang berasal dari perbuatan, ucapan dan penetapan (taqrir) yang harus

diikuti dan diteladani. Di antara dasar religius tersebut adalah firman

Allah Swt dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

ô‰ s) ©9 tβ% x. öΝ ä3 s9 ’ Îû ÉΑθ ß™ u‘ «! $# îο uθ ó™ é& ×π uΖ |¡ ym ⎯ yϑ Ï j9 tβ% x. (#θ ã_ ö tƒ ©! $# tΠ öθ u‹ ø9 $# uρ

t Åz Fψ $# t x. sŒ uρ ©! $# # Z ÏV x. .

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (al-Ahzab:21).48

46 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren (Solusi Kerusakan Akhlak), Yogyakarta. Ittaqa

Press, 2001, hlm. 40. 47 A. Zainuddin, dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2 (Muamalah dan Akhlak ), Bandung,

CV. Pustaka Setia, 1999, hlm. 74. 48 Soenarjo, op. cit., hlm. 336

Page 42: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

29

Sedangkan sebagai suri teladan yang baik Rasulullah saw telah

dibekali tentang akhlak yang luhur melalui wahyu dari Allah Swt. Hal

ini kita jumpai dalam firman Allah Swt Surat Al-Qalam ayat 4:

y7 ¯Ρ Î) uρ 4’ n? yè s9 @, è= äz 5ΟŠ Ïà tã

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (al-Qalam 4).49

Kedua ayat tersebut di atas, mengandung pengertian bahwa

umat Islam harus mengikuti jejak Rasulullah Saw. Di dalam

kehidupan. Ini di sebabkan karena akhlak beliau amat luhur sehingga

dapat dijadikan panutan dan teladan bagi umatnya. Begitu juga praktek

kehidupan Rasulullah Saw. Adalah merupakan pendidikan akhlak

mulia yang merupakan faktor penting dalam membina suatu umat atau

membangun suatu bangsa. Dengan demikian, merupakan sebuah

kewajiban bagi setiap umat Islam untuk selalu menaati dan

menjalankan perintah Rasulullah saw.

b. Dasar Psikologis

Manusia normal pada dasarnya merasakan suatu rasa percaya

dan pengakuan akan adanya kekuatan dari luar dirinya, yaitu Dzat

Yang Mahakuasa, tempat berlindung dan memohon pertolongan. Hal

ini nampak terlihat di dalam sikap dan tingkah laku seseorang ataupun

mekanisme yang bekerja pada diri seseorang. Ini disebabkan karena

cara berpikir, bersikap dan berkreasi serta tingkah laku seseorang tidak

dapat dipisahkan dengan keyakinan yang dimiliki, di sinilah letaknya

keberadaan moral bahwasanya “kehidupan moral tidak dapat

dipisahkan dari keyakinan beragama”.50

Dengan demikian, manusia dalam rangka mendekatkan diri

kapada Dzat Yang Maha Kuasa atas dasar keyakinan dan agamanya,

memerlukan pendidikan akhlak untuk mengantarkan dirinya ke tingkat

49 Ibid., hlm. 451 50 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1979, hlm. 155

Page 43: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

30

kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Dari sini pula dapat

dikatakan bahwa pendidikan akhlak merupakan panggilan suci dari

Allah Swt dan Rasul-Nya yang wajib dipenuhi oleh manusia di dalam

mencapai kesempurnaan hidup di dalam kehidupan nyata.

5. Ruang Lingkup Akhlak dalam Agama Islam

Dalam berbagai literatur tentang Ilmu Akhlak Islami, dijumpai

uraian tentang akhlak yanag secara garis besar dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu akhlak yang baik (akhlak mahmudah) dan akhlak yang buruk

(akhlak madzmumah)

Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala tingkah

laku yang terpuji (yang baik) yang biasa dinamakan fadlilah (kelebihan).

Imam al Ghazali juga menggunakan perkataan munjiyat yang berarti

segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Dia juga

mengatakan bahwa akhlak itu mengacu pada keadaan batin manusia, maka

akhlak yang baik berarti keadaan batin yang baik.51

Sedangkan kebalikan dari akhlak mahmudah yaitu akhlak

madzmumah yang berarti segala tingkah laku yang tercela atau akhlak

yang jahat (qabihah) yang menurut istilah al-Ghazali disebut sebagai

muhlikat yang artinya segala sesuatu yang membinasakan atau

mencelakakan.52

Dari uraian tersebut mengandung arti bahwa akhlak terbagi dalam

dua kategori, yaitu:

a. Akhlak yang baik (Akhlaq al-Mahmudah) yaitu perilaku yang baik

dimana akal pikiran (rasio) maupun syari’at agama Islam tidak

menolaknya, artinya bahwa perilaku-perilaku tersebut sesuai dengan

norma dan ajaran-ajaran agama Islam.

51 Muhammad Abul Quasem, Etika al Ghazali, terj. J. Mahyudin, (Bandung: Pustaka, 1988),

Cet. 1, hlm. 82. 52 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), Cet. VI, hlm. 95.

Page 44: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

31

b. Akhlak yang tercela (Akhlaq al-Madzmumah) yaitu perilaku atau

perbuatan yang tidak sesuai (bertentangan) dengan akal pikiran dan

syari’at agama Islam.

Dalam bukunya Abudin Nata Akhlak Tasawuf, ruang lingkup akhlak

dalam Islam dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: 1) Akhlak terhadap Allah.

2) Akhlak terhadap sesama manusia. 3) Akhlak terhadap lingkungan.

a. Akhlak Terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk,

kepada Tuhan sebagai khalik.53 Banyak cara untuk berakhlak kepada

Allah diantaranya:

1) Ta’at

Melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi

larangan-larangan-Nya. Ta’at ini juga diartikan sebagai taqwa,

yakni memelihara diri agar selalu berada pada garis dan jalan-Nya

yang lurus.

2) Bersyukur atas nikmat Allah

Bersyukur artinya merasa senang karena memperoleh

kenikmatan dari Allah SWT, kemudian menambah semangat dalam

beribadah kepada Allah, hatinya bertambah iman dan makin

banyak berdzikir kepada Allah.

Orang yang salah dalam menggunakan kenikmatan, yaitu

untuk mengikuti hawa nafsu dianggap kufur yakni mengingkari

kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadanya. Orang seperti

ini akan diberi siksa oleh Allah dengan adzab yang pedih.

3) Bertawakal kepada Allah

Tawakal menurut ajaran Islam adalah menyerahkan diri

kepada Allah SWT sesudah bekerja dan berusaha keras. Sebagai

contoh ialah orang yang meletakan sepeda di depan rummah.

53 Abuddin Nata, op.cit., hlm. 147.

Page 45: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

32

Sesudah sepeda itu di kunci rapat, maka ia sudah dinamakan

tawakal. Artinya andaikata setelah dikunci masih juga hilang dicuri

orang, maka ia sudah disebut tawakal sebab sudah berusaha agar

tidak hilang. b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Manusia sebagai mahluk sosial tidak lepas dari hubungan

dengan manusia lainnya. Akhlak terhadap sesama manusia antara lain

meliputi akhlak pada manusia yang mengandung unsur kemanusiaan

yang harmonis sifatnya. Allah melarang perbuatan jahat yang

merugikan kepada orang lain. Juga melarang orang mengada-adakan

yang semestinya tidak pada tempatnya bagi Allah. Firman Allah dalam

surat al-A’raf: 33 sebagai berikut :

يغالبو الأثمو طنا بما وهمن را ظهم احشالفو يبر مرا حمقل إنبغير الحق وأن تشركوا بالله ما لم ينزل به سلطانا وأن تقولوا

)٣٣: عرافاال(على الله ما ال تعلمون Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang namppak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)54

Akhlak terhadap sesama manusia ini merupakan penjabaran

dari akhlak terhadap makhluk sebagaimana dituliskan diatas. Terdapat

banyak sekali perincian yang dikemukakan dalam al-Quran atau hadits

berkaitan dengan sikap dan perbuatan terhadap sesama manusia,

Diantaranya:

1) Berucap dengan ucapan yang tidak menyakiti perasaan, ucapan

yang baik dan benar (sesuai dengan lawan bicara), sebagaimana

54 Sunarjo, dkk, op. cit., hlm. 226.

Page 46: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

33

ditunjukkan dalam al-Quran Surat al-Baqoroh : 263, 83 dan al-

Ahzab : 70 sebagai berikut:

×Α öθ s% Ô∃ρ ã ÷è ¨Β îο t Ï øó tΒ uρ × ö yz ⎯ Ï iΒ 7π s% y‰ |¹ !$ yγ ãè t7 ÷K tƒ “ ]Œ r& 3 ª! $# uρ ;© Í_ xî ÒΟŠ Î= ym

“Perkataan yang baik dan pemberian ma`af, lebih baik dari sedekah yang diiringi sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha kaya lagi Maha penyantun”. (Q.S. al-Baqarah : 263)55

… (#θ ä9θ è% uρ Ĩ$ ¨Ψ= Ï9 $ YΖ ó¡ ãm …

“…Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia...” (Q.S. al-Baqoroh : 83)56

(#θ ä9θ è% uρ... Zω öθ s% # Y‰ƒ ω y™

“…Dan katakanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzab : 70)57

2) Mendahulukan kepentingan orang lain, sebagaimana disebutkan

dalam Qur`an Surat al-Hasyr : 9.

šχρ ã ÏO ÷σ ムuρ... #’ n? tã öΝ Íκ Ŧ àΡ r& ...

“…Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri...” (Q.S. al-Hasyr :9)58

3) Bertanggung jawab, sebagaimana disebutkan dalam Qur`an Surat

al-Isra’ : 15.

Ÿω uρ… â‘ Ì“ s? ×ο u‘ Η# uρ u‘ ø— Íρ 3“ t ÷z é& …

“…Dan seseorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain…” (Q.S. al-Isra’ : 15)59

Masih banyak lagi, seperti amanah, kasih saying,

mengembangkan harta anak-anak yatim, memaafkan, membalas

kejahatan dengan kebaikan, mengajak kepada kebaikan dan melarang

kejahatan dan lain-lain.

55 Ibid., hal. 66 56 Ibid., hal. 23 57 Ibid., hal. 680 58 Ibid., hal. 917 59 Ibid., hal. 427

Page 47: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

34

Adanya hubungan dengan sesama manusia, terdapat hak dan

kewajiban masing-masing yaitu amar ma’ruf nahi munkar.60 Antara

sesama manusia wajib mengajak kepada perbuatan yang baik dan

mencegah segala perbuatan yang keji dan munkar, sebagaimana firman

Allah dalam surat Ali Imran :

ون بالمرأمير ويون إلى الخعدة يأم كممن كنلتن ووهنيوف ورع عن المنكر وأولئك هم المفلحون

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S Ali Imron: 104)61

Oleh karena itu muslim yang satu harus saling mengenal dan

membantu muslim yang lain. Terhadap sesama manusia baik tetangga

ataupun teman wujud bantu membantu atau kerja sama sangatlah

penting dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: menjenguk orang yang

sakit, membantu anak yatim, menolong orang miskin, memberi salam

bila bertemu di jalan dan sebagainya. Di antara sesama manusia, selalu

berusaha untuk berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan yang

buruk.

c. Akhlak Terhadap Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud di sini adalah alam sekitar.

“Manusia sebagai khalifah, pengganti dan pengelola alam, sementara

di sisi lain mereka diturunkan ke bumi ini adalah agar membawa

rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya, termasuk lingkungan dan

manusia secara keseluruhan”.62

Manusia ditunjuk sebagai wakil Tuhan di bumi, manusia diberi

amanat untuk mewujudkan kemakmuran di bumi dengan kekuasaannya

yang kreatif. Dengan kreativitas yang dimilikinya, memungkinkan

60 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 74. 61 Sunarjo, dkk, op. cit., hlm. 93. 62 Amin Syukur, op. cit., hlm. 145.

Page 48: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

35

manusia mengolah dan memberdayakan alam untuk kepentingan

hidupnya. Namun perlu diingat bahwa pemberdayaan lingkungan

jangan sampai merusak lingkunganya sendiri.

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur’an terhadap

lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai kholifah.

Kekholifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta

bimbingan agar setiap mahluk mencapai tujuan penciptaannya.

Kekholifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya

dan manusia terhadap alam. Al-Qur’an al-Jatsiyah ayat: 13,

menyatakan:

... الأرض جميعا منهوسخر لكم ما في السماوات وما في

“Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu semua yang ada di langit dan di bumi semuanya sebagai rahmat darinya....” (Q.S. al-Jatsiyah: 13)63

Ini berarti bahwa alam raya telah ditunjukkan Allah untuk

manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Hubungan manusia dengan alam sekitar akan selaras apabila tercipta

suatu hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Manusia

tidak diperkenankan berlaku semena-mena terhadap makhluk lain,

seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia berhak mengambil

bumi dan isinya sebagai alat untuk memperbaiki kesejahteraan

masyarakat dalam aspek kehidupan, serta dalam rangka mengabdi

kepada Allah. Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, baik

dengan jalan membangun, memakmurkan maupun menyejahterakan isi

bumi adalah tugas suci setiap muslim dari Allah SWT.64

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. dalam surat Huud

ayat 61

. ..هو أنشأكم من الأرض واستعمركم فيها...

63 Sunarjo, dkk, op. cit., hlm. 816. 64 Anwar Masy’ari, Akhlaq Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 51.

Page 49: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

36

“....Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya....”. (Q.S: Hud: 61).65

Memakmurkan bumi Allah dan alam sekitarnya adalah

termasuk akhlak yang baik yang di lakukan terhadap lingkungan,

sekalipun lingkungan itu berwujud alam flora dan fauna (alam tumbuh-

tumbuhan dan binatang).

Sebaliknya merusak terhadap lingkungan alam sekitar adalah

perbuatan yang dilarang oleh agama. Hal ini seperti disebutkan dalam

firman Allah surat al-A’raf ayat 85 :

... متإن كن لكم ريخ ا ذلكمالحهإص دعض بوا في الأرفسدال تو مننيؤم

“…dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman”. (Q.S: al-A’raf : 85).66

Ayat di atas dengan jelas Allah melarang membuat kerusakan di

muka bumi ini. Namun kemajuan ilmu dan teknologi dunia barat yang

menyilaukan terkadang membuat semuanya terlena dengan dampak

yang sebenarnya sangat besar baik di darat maupun dilaut. Dan semua

itu tidak lain menurut Rachmat Djatnika adalah karena adanya

kemauan. Sedang kemauan menurutnya ada dua, yaitu kemauan untuk

melaksanakan dan kemauan untuk meninggalkan.67

Dari kedua macam kemauan inilah kemudian terjadi berbagai

macam kejahatan dan kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya

perbuatan yang buruk adalah akibat dari kemauan yang buruk dan

meninggalkan yang baik.

65 Sunarjo, dkk, op. cit., hlm. 336. 66 Ibid., hlm. 235. 67 Rachmat Djatnika, op. cit., hlm. 169.

Page 50: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

37

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak

Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya

akhlak ada tiga aliran yang sudah sangat populer, yaitu aliran Nativisme,

Empirisme dan aliran Konvergensi.

Aliran Nativisme dikembangkan oleh filsuf Arthur Schoppenhauer

(1788-1860) yang memandang minat dan bakat semata faktor kodrati

yang ditentukan oleh hereditas atau bawaan. Menurut aliran ini bahwa

faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang

adalah faktor pembawaan dari dalam. Jika seseorang sudah memiliki

pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan

sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampak kurang

menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan

pendidikan.68

Selanjutnya menurut aliran Empirisme bahwa faktor yang paling

berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,

yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang

diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan itu baik maka

seseorang akan menjadi baik, begitupun sebaliknya. Aliran ini tampak

lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia

pendidikan dan pengajaran.69

Sedangkan aliran Konvergensi (William Stern) berpendapat bahwa

pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal (pembawaan) dan

faktor eksternal (luar) yaitu pendidikan dan pembinaan yang dilakukan

secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan

kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia di bina

secara intensif melalui berbagai metode.70 Hal itu sesuai dengan ajaran

Islam yakni dalam surat al-Nahl: 78, yaitu:

68 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), Cet. 12, hlm. 59. 69 Abudin Nata, op. cit., hlm. 165. 70 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 5, hlm. 96.

Page 51: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

38

عمالش ل لكمعجئا وين شولمعال ت تكمهن امطوب من كمجراهللا اخولكمة لعاالفئدو ارصاالبن ووكرشت

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. Al-Nahl: 78)71

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi

untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi

tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan

pendidikan.72

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak

ada dua, yaitu faktor dari dalam yakni potensi fisik, intelektual, dan hati

(rohaniah) yang dibawa seseorang sejak lahir. Dan kedua adalah faktor

dari luar yaitu orang tua, sekolah dan tokoh-tokoh serta pemimpin dalam

masyarakat.

B. Pendidikan Anak dalam Perspektif Ajaran Islam

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam

lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan

tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh

dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam

pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya. Sebab pada

masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas,

sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Anak adalah amanat bagi

orang tua, hatinya yang suci bagaikan mutiara yang bagus dan bersih dari

setiap kotoran dan goresan. Anak merupakan anugerah dan amanah dari Allah

kepada manusia yang menjadi orang tuanya.73

Pertumbuhan dan perkembangan anak diisi oleh pendidikan yang

dialami dalam hidupnya, baik dalam keluarga, masyarakat dan sekolahnya.

Karena manusia menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya ditempuh

71 Sunarjo, dkk, op. cit., hlm. 413. 72 Abudin Nata, op. cit., hlm. 166. 73 Wira, http://anakmuslim.wordpress.com

Page 52: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

39

melalui pendidikan, maka pendidikan anak sejak awal kehidupannya,

menempati posisi kunci dalam mewujudkan cita-cita “menjadi manusia yang

berguna”.

Para ulama Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui

keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran

kedua orangtua dalam pendidikan mengatakan: “Ketahuilah, bahwa anak kecil

merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci

merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap

diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan

kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam

kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dari akherat, juga

setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan

sebagai mana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa.

Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah ia

memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik,

menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang

dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan

umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa.”74

Anak sebagai amanah dari Allah, membentuk 3 dimensi hubungan,

dengan orang tua sebagai sentralnya. Pertama, hubungan kedua orang tuanya

dengan Allah yang dilatarbelakangi adanya anak. Kedua, hubungan anak

(yang masih memerlukan banyak bimbingan) dengan Allah melalui orang

tuanya. Ketiga, hubungan anak dengan kedua orang tuanya di bawah

bimbingan dan tuntunan dari Allah.75

Mendidik anak-anak menjadi manusia yang taat beragama Islam ini,

pada hakekatnya adalah untuk melestarikan fitrah yang ada dalam setiap diri

pribadi manusia, yaitu beragama tauhid, agama Islam.

Seorang anak itu mempunyai “dwi potensi”yaitu bisa menjadi baik dan

buruk. Oleh karena itu orang tua wajib membimbing, membina dan mendidik

74 Wira, http://anakmuslim.wordpress.com 75 Bakir Yusuf Barmawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak,

(Semarang: Dina Utama, 1993), hlm. 5.

Page 53: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

40

anaknya berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Allah dalam agama-Nya, agama

Islam agar anak-anaknya dapat berhubungan dan beribadah kepada Allah

dengan baik dan benar. Oleh karena itu anak harus mendapat asuhan,

bimbingan dan pendidikan yang baik, dan benar agar dapat menjadi remaja,

manusia dewasa dan orang tua yang beragama dan selalu hidup agamis.

Sehingga dengan demikian, anak sebagai penerus generasi dan cita-cita orang

tuanya, dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dapat

memenuhi harapan orang tuanya dan sesuai dengan kehendak Allah.76

Dalam kaitannya dengan pemeliharaan dan pengasuhan anak ini, ajaran

Islam yang tertulis dalam al-Qur’an, Hadits, maupun hasil ijtihad para ulama

(intelektual Islam) telah menjelaskannya secara rinci, baik mengenai pola

pengasuhan anak pra kelahiran anak, maupun pasca kelahirannya. Allah SWT

memandang bahwa anak merupakan perhiasaan dunia. Hal ini sebagaimana

ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 46;

ãΑ$ yϑ ø9 $# tβθ ãΖ t6 ø9 $# uρ èπ uΖƒ Η Íο 4θ uŠ ys ø9 $# $ u‹ ÷Ρ ‘‰9 $# ( àM≈ uŠ É)≈ t7 ø9 $# uρ àM≈ ys Î=≈ ¢Á9 $# î ö yz y‰Ζ Ïã y7 Î n/ u‘

$ \/# uθ rO î ö yz uρ Wξ tΒ r&

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalanamalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. QS. al-Khafi: 46)77

Dalam ayat lain Allah berfirman;

$ pκ š‰ r' ¯≈ tƒ t⎦⎪ Ï% ©! $# (#θ ãΖ tΒ# u™ (# þθ è% ö/ ä3 |¡ àΡ r& ö/ ä3‹ Î= ÷δ r& uρ # Y‘$ tΡ …

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka … (QS. at-Tahrim: 6)78

Dengan demikian mendidik dan membina anak beragama Islam adalah

merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita dapat

terjaga dari siksa neraka. Cara menjaga diri dari api neraka adalah dengan

jalan taat mengerjakan perintah-perintah Allah.

76 Ibid. hlm. 5. 77 Sunarjo, dkk, op. cit., hlm. 238 78 Ibid, hlm. 448

Page 54: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

41

Ada beberapa aspek yang sangat penting sebagai bentuk materi

pendidikan agama (Islam) untuk diperhatikan orang tua, yaitu:

1) Pendidikan ibadah

2) Pokok-pokok ajaran Islam dan membaca al-Qur'an

3) Pendidikan akhlak

4) Pendidikan akidah Islamiyah.79

Aspek inilah yang menjadi tiang utama dalam pendidikan Islam.

Pendidikan ibadah, khususnya pendidikan shalat disebutkan dalam ayat 13 surat

Lukman yang berbunyi:

¢© o_ ç6≈ tƒ ÉΟ Ï% r& nο 4θn=¢Á9 $# ö ãΒù& uρ Å∃ρã ÷èyϑø9 $$Î/ tµ ÷Ρ$# uρ Ç⎯ tã Ì s3Ζ ßϑø9 $# ÷ É9ô¹ $# uρ 4’ n? tã !$tΒ y7 t/$|¹ r& ( ¨βÎ)

y7 Ï9≡ sŒ ô⎯ ÏΒ ÇΠ ÷“ tã Í‘θãΒW{ $#

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah orang berbuat baik dan laranglah dia berbuat munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk sesuatu yang diwajibkan Allah”. (Q.S. Lukman: 17).80

Pendidikan shalat ini tidak terbatas pada kaifiyah untuk menjalankan

shalat yang lebih bersifat fiqhiyah saja, melainkan termasuk menanamkan nilai-

nilai di balik pelaksanaan ibadah shalat. Mereka harus mampu tampil sebagai

pelopor amar ma’ruf dan nahi munkar serta jiwanya teruji menjadi orang yang

sabar.

Mengenai pendidikan akhlak menjadi sangat penting untuk dikemukakan

dalam pendidikan keluarga, sebagaimana disebutkan dalam surat Lukman:

Ÿω uρ ö Ï iè |Á è? š‚ £‰ s{ Ĩ$ ¨Ζ= Ï9 Ÿω uρ Ä· ôϑ s? ’ Îû ÇÚ ö‘ F{ $# $ ·m t tΒ ( ¨β Î) ©! $# Ÿω = Ït ä† ¨≅ ä.

5Α$ tF øƒ èΧ 9‘θ ã‚ sù

“Dan Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah

79 Chabib Thoha, op.cit., hlm. 105. 80 Sunarjo, dkk, op. cit., hlm. 655

Page 55: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

42

tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”(QS.Luqman : 18).81

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa tekanan utama pendidikan

keluarga dalam Islam adalah pendidikan akhlak, dengan jalan melatih anak

membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kepada kedua orang tua,

bertingkah laku sopan baik dalam perilaku keseharian maupun dalam bertutur

kata.

Aspek berikutnya dalam pendidikan Islam pada keluarga adalah

pendidikan akidah. Akidah yang merupakan inti dari dasar keimanan seseorang

yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Hal ini telah disebutkan

dalam surat Lukman ayat 13:

øŒ Î) uρ tΑ$ s% ß⎯≈ yϑ ø) ä9 ⎯ ϵ ÏΖ ö/ eω uθ èδ uρ … çµ Ýà Ïè tƒ ¢© o_ ç6≈ tƒ Ÿω õ8 Î ô³ è@ «! $$ Î/ ( χ Î) x8 ÷ Å e³9 $# íΟ ù= Ýà s9

ÒΟŠ Ïà tã

“Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya: “hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mensekutukan (Allah) adalah dosa yang besar”. (Q.S. Lukman ayat 13).82

Dari ayat tersebut Lukman telah diangkat kisahnya oleh Allah S.W.T.

dalam al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan menjadi

dasar pedoman hidup setiap muslim. Ini berarti bahwa pola umum pendidikan

keluarga menurut Islam dikembalikan kepada pola yang dilaksanakan Lukman

dan anaknya.

Keempat aspek inilah yang dapat dipedomani bagi umat Islam, yakni

pendidikan ibadah. Pendidikan nilai dan pengajaran al-Qur'an, pendidikan akhlak

al-karimah, serta pendidikan akidah.

Oleh karena itu pada setiap muslim, pemberian jaminan bahwa setiap

anak dalam keluarga akan mendapatkan asuhan yang baik, adil, merata dan

bijaksana, merupakan suatu kewajiban bagi kedua orang tua. Lantaran jika

asuhan terhadap anak-anak tersebut sekali saja kita abaikan, maka niscaya

81 Ibid. 82 Ibid, hlm. 654

Page 56: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

43

mereka akan menjadi rusak. Minimal tidak akan tumbuh dan berkembang

secara sempurna.83

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Telaah pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap

penelitian atau karya ilmiah yang ada, baik mengenai kekurangan ataupun

kelebihan yang ada sebelumnya. Selain itu, telaah pustaka juga mempunyai

andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya

tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh

landasan teori ilmiah.

Telaah pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap

penelitian atau karya ilmiah yang ada, baik mengenai kekurangan ataupun

kelebihan yang ada sebelumnya. Selain itu, telaah pustaka juga mempunyai

andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya

tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh

landasan teori ilmiah.

1. Sri Korina (3199070) dalam skripsinya yang berjudul "Kepemimpinan

Orang Tua Pengaruhnya Terhadap Kenakalan Remaja (Studi kasus di

Desa Mlatiharjo Gajah Demak)", lulus tahun 2004 yang dalam

pembahasannya menghubungkan ketiga tipe kepemimpinan orang tua

yaitu otoriter, demokratis dan permissif dengan kenakalan remaja.

2. Nur Hidayati (3199014) yang berjudul "Pengaruh Pola Asuh Orang Tua

Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Motifasi Belajar Membaca Al-

Qur'an di TPQ Al-Istiqomah Pekauman Tegal" lulus tahun 2004,

memaparkan tentang motifasi belajar membaca Al-Qur'an yang

dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungan keluarga.

3. Soimah (3100197) dalam skripsinya yang berjudul "Pengaruh Pola Asuh

Orang Tua (Thariqah Al-Hadanah Al-Walidaini) Dan Bimbingan Guru

Terhadap Kemandirian Siswa Madrsah Aliyah Negeri Kutowinangun

Kebumen" lulus tahun 2005, dalam penelitian tersebut dikaji tentang

83 Abdur Razak Husain, Hak dan Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: Fikahati Aneska, t.t.), hlm. 62.

Page 57: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

44

bagaimana pola/cara orang tua dan guru dalam meningkatkan kemandirian

siswa.

Pada umumnya penelitian tentang pendidikan (pola asuh) orang tua

sudah banyak dikaji, namun dalam penelitian kali ini penulis mencoba

mencari hubungan dari pola asuh orang tua dengan akhlak anak, dan apakah

pola asuh yang diterapkan orang tua dengan cara demokratis yang diberikan

kepada anak akan mempengaruhi akhlak anak. Oleh karena itu layak kiranya

jika penulis mengangkat judul tersebut sebagai bahan kajian yang akan

disusun dalam bentuk skripsi, yang nantinya diharapkan dapat memberikan

sumbangsih kekayaan wacana dalam dunia pendidikan.

D. Pengajuan Hipotesis

Dalam suatu penelitian, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar

dan mungkin salah. Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu dan akan

diterima jika fakta-fakta membenarkannya.84

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: Ada

pengaruh positif yang signifikan antara pola asuh demokratis orang tua

terhadap akhlak anak.

84 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi, 2001), Cet 3, hlm. 63.

Page 58: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

46

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah suatu proses pengumpulan yang sistematis dan

analisis yang logis terhadap informasi (data) untuk tujuan tertentu. Sedangkan

metode penelitian (juga seringkali disebut metodologi) adalah cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang dikembangkan

untuk memperoleh pengetahuan dan menggunakan prosedur yang reliabel dan

terpercaya.1

Sedangkan metodologi mengandung makna yang lebih luas

menyangkut prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan

untuk menjawab masalah penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis.2

A. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan pokok dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan pola asuh demokratis orang tua siswa MTs NU 07

Patebon Kabupaten Kendal.

2. Mengetahui akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal.

3. Mengetahui pengaruh antara pola asuh demokratis orang tua terhadap

akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang berjudul Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua

terhadap Akhlak Anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal ini adalah

penelitian lapangan yang dilaksanakan mulai tanggal 9 April 2007 sampai

dengan 18 April 2007.

1 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 10. 2 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung; Sinar Baru

Algensindo, 2001), hlm. 16.

Page 59: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

47

Adapun tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Madrasah

Tsanawiyah NU 07 Patebon Kabupaten Kendal Daerah Provinsi Jawa Tengah.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian.3 Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Yaitu variable yang berperan memberikan pengaruh. Dalam penelitian ini

adalah: Pola Asuh Demokratis Orang Tua dengan indikator:

• Komunikasi orang tua dan anak

• Menerima kritik

• Memberikan pertimbangan

• Memberikan penghargaan

2. Variabel terikat (Dependent Variable)

Yaitu variable yang mendapatkan pengaruh. Dalam penelitian ini adalah:

Akhlak anak dengan indikator:

• Akhlak Terhadap Allah

• Akhlak Terhadap Sesama Manusia

• Akhlak Terhadap Lingkungan

D. Metode penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

maksudnya adalah penelitian yang langsung dilakukan di kancah atau medan

terjadinya gejala-gejala4, yang bersifat kuantitatif 5, dan metode yang

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka

Cipta, 2002), hlm. 15. 4 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I ,( Yogyakarta: Andi, 2001), Cet 32, hlm. 10. 5 Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan

data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin dekitahui. Penelitian kuantitatif dapat berupa penelitian hubungan, penelitian korelasi, penelitian kuasi-eksperimental, dan penelitian eksperimental. Lihat dalam Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) Cet 2, hlm. 105-106.

Page 60: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

48

digunakan adalah metode survey 6 untuk memperoleh data tentang pengaruh

pola asuh orang tua dan akhlak anak

Sedangkan teknik yang digunakan untuk menetukan pengaruh antara

dua gejala variabel dalam penelitian ini digunakan analisis regresi, yaitu

analisis regresi satu prediktor untuk mengetahui pengaruh pola asuh

demokratis orang tua terhadap akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten

Kendal.

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.7 Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan siswa MTs NU 07 Patebon tahun

pelajaran 2006/2007. Adapun jumlah keseluruhan siswa dari kelas VII,

VIII dan IX adalah 390 siswa yang terbagi dalam tiga kelas. Perincian

pembagian kelas tersebut adalah:

⇒ Kelas VII terdiri dari 160 siswa dalam 4 kelas, dengan perincian:

kelas VII.A terdiri dari 39 siswa, kelas VII.B terdiri dari 40 siswa,

kelas VII.C terdiri dari 39 siswa, kelas VII.D terdiri dari 42 siswa

⇒ Kelas VIII terdiri dari 120 siswa dalam 3 kelas, dengan perincian:

kelas VIII.A terdiri dari 40 siswa, kelas VIII.B terdiri dari 40 siswa,

kelas VIII.C terdiri dari 40 siswa

⇒ Kelas IX terdiri dari 110 siswa dalam 3 kelas, dengan perincian: kelas

IX.A terdiri dari 38 siswa, kelas IX.B terdiri dari 36 siswa, kelas IX.C

terdiri dari 36 siswa

2. Sampel

Sampel adalah penarikan sebagian dari populasi.8 Adapun jika

subyeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua

6 Survey adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan

yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu. Lihat dalam Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) Cet 2, hlm. 29.

7 Sutrisno Hadi, op. cit., hlm. 108. 8 Ibid., hlm. 109.

Page 61: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

49

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya

apabila subyeknya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil antara

10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung pada situasi dan kondisi.9

Populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 orang, oleh sebab itu penulis

mengambil sampel 23.1% dari populasi yang ada. Dengan demikian

sampel yang penulis ambil adalah 23.1% dari 390 siswa yaitu 90.09 atau

dibulatkan menjadi 90 siswa.

3. Tekhnik Pengambilan Sampel

Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah stratified random sampling yaitu cara mengambil sampel pada

setiap strata/tingkatan kelompok dari jumlah populasi yang ada.10 Tekhnik

ini dipandang sangat tepat karena pada sekolah tersebut terdapat tingkatan-

tingkatan kelas yakni kelas VII, VIII dan IX, sehingga sampel yang ada

tidak seragam atau bersifat heterogen.

Setelah angket yang diisi oleh siswa terkumpul, kemudian

dilakukan penskoran dengan masing-masing kategori nilai untuk

mengelompokkan masing-masing pola asuh orang tua sebagai berikut:

a. Jumlah prosentase tertinggi untuk jawaban a merupakan pola asuh

demokratis. Jumlah anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter adalah

50 anak.

b. Jumlah prosentase tertinggi untuk jawaban b merupakan pola asuh

otoriter. Jumlah anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis adalah

28 anak.

c. Jumlah prosentase tertinggi untuk jawaban c merupakan pola asuh

laissez-faire. Jumlah anak yang diasuh dengan pola asuh laissez-faire

adalah 12 anak.

Dari pelaksanaan tahap pertama tersebut diketahui jumlah siswa

yang diasuh orang tua dengan pola asuh Demokratis adalah 50 siswa,

9 Ibid, hlm.112. 10 Ibid, hlm.115.

Page 62: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

50

sehingga yang menjadi responden atas penelitian ini berjumlah 50

responden.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan berbagai metode pengumpulan data sebagai

berikut:

1) Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.11

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi

dan kondisi umum MTs NU 07 Patebon. Metode ini juga digunakan untuk

mengetahui sarana dan prasarana yang ada, tinjauan historis, letak

geografis serta untuk mengumpulkan data-data statistik lembaga

pendidikan yang bersangkutan. Misalnya menyangkut jumlah siswa,

jumlah guru, dan sebagainya.

2) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, dan sebagainya.12 Metode ini

dipergunakan untuk memperoleh data tentang keadaan guru, jumlah siswa,

keadaan sekolah, dan data-data lain yang bersifat dokumen. Metode ini

dimaksudkan sebagai tambahan untuk bukti penguat.

3) Angket/Quesioner

Metode angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia

memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.13 Metode ini

digunakan untuk menggali data tentang bagaimana pola asuh orang tua

dan akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal

11 S. Margono, op.cit., hlm. 10. 12 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 206. 13 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet.5,

hlm.136.

Page 63: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

51

G. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data yang peneliti peroleh, peneliti menggunakan

analisis regresi satu prediktor, yaitu menganalisis seberapa besar pengaruh

pola asuh demokratis orang tua terhadap akhlak anak di MTs NU 07 Patebon

Kabupaten Kendal.

Dalam analisis ini peneliti menggunakan tekhnik analisis statistik.

Adapun tahapan analisisnya adalah sebagai berikut:

1. Analisis Pendahuluan

Analisis pendahuluan adalah untuk mengetahui gambaran mengenai

penerapan Pola Asuh Demokratis Orang Tua dan akhlak anak di MTs

NU 07 Patebon Kabupaten Kendal, serta sejauh mana pengaruh pola asuh

demokratis orang tua terhadap akhlak anak di MTs NU 07 Patebon

Kabupaten Kendal.

Pada tahap ini data yang telah diperoleh dari hasil angket yang

disebarkan dan telah diberi skor atau bobot nilai pada setiap alternatif

jawaban dengan mengubah data yang bersifat kualitatif menjadi data

kuantitatif. Adapun dalam pemberian skor atau bobot nilai tersebut

peneliti mengkategorikannya sebagai berikut:

- Untuk alternatif jawaban SS dengan skor 4

- Untuk alternatif jawaban S dengan skor 3

- Untuk alternatif jawaban KS dengan skor 2

- Untuk alternatif jawaban TS dengan skor 1

Setelah data terkumpul, penulis melakukan penyusunan data dari

hasil angket jawaban responden mengenai pola asuh orang tua dan

akhlak anak. Dari tabel masing-masing variabel tersebut kemudian dicari

mean atau nilai rata-rata dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

M = ΝΣΜ

Dimana M = Nilai rata-rata

ΣM = Jumlah keseluruhan nilai rata-rata yang dicari

Page 64: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

52

N = Jumlah responden

2. Analisis Uji Hipotesis

Analisis uji hipotesis adalah menghitung lebih lanjut pada distribusi

frekuensi dan dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Analasis ini

bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan dengan

cara menghitung lebih lanjut hasil total dari scoring penelitian.

Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus regresi satu prediktor,

adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Mencari korelasi antara kriterium (Y) dengan prediktor (X)

Korelasi antara prediktor (X) dengan kriterium (Y) melalui teknik

korelasi product moment dari Pearson, sebagai berikut:

rxy = ( )( )22 yx

xyΣΣ

Σ

b. Menguji apakah korelasi itu signifikan ataukah tidak

Untuk menguji apakah harga (rxy) itu signifikan atau tidak, kita dapat

berkonsultasi dengan tabel r – teoritik dengan (N) atau derajat

kebebasan (db = N-2), pada taraf signifikansi 1% dan 5%.

c. Mencari persamaan garis regresinya.

Kita dapat membuat garis regresi untuk prediksi dengan rumus garis

regresi satu prediktor, yaitu:

Y = aX + K

Keterangan:

Y = kriterium; X = prediktor

a = intercept (bilangan koefisien prediktor)

K = bilangan konstan

d. Mencari signifikansi persamaan regresi

Freg = res

reg

RKRK

Keterangan:

Freg : harga bilangan-F untuk garis regresi;

Page 65: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

53

RKreg : rerata kuadrat garis regresi,

RKres : rerata kuadrat garis residu.

Langkah selanjutnya setelah diperoleh hasil penghitungan Freg

adalah mengkonsultasikan Freg hasil penghitungan (F observasi) dengan

F yang ada dalam tabel (Ft). Dengan kata lain apabila dalam

penghitungan ternyata Freg sama atau lebih besar dari harga Ft yang

tertera dalam tabel sesuai dengan taraf signifikansi 1% dan 5% maka

kesimpulannya ada pengaruh yang meyakinkan antara variabel X dan

variabel Y. Akan tetapi apabila dari penghitungan ternyata Freg lebih

kecil dari harga Ft pada taraf signifikansi 1% dan 5% maka

kesimpulannya tidak ada pengaruh yang meyakinkan antara variabel X

dan variabel Y.

3. Analisis Lanjut

Analisis ini dilakukan dengan cara menarik kesimpulan secara

verbal mengenai pengaruh pola asuh demokratis orang tua terhadap

akhlak anak di MTs. NU 07 Patebon Kabupaten Kendal berdasarkan atas

hasil dari penghitungan harga F hitung dengan rumus regresi satu

prediktor tersebut setelah dikonsultasikan dengan harga F pada tabel.

Page 66: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

54

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Umum tentang MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal

1) Sejarah Berdirinya MTs NU 07 Patebon

Berawal dari latar belakang untuk melestarikan kader-kader

Nahdlatul Ulama’ di wilayah Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, maka

pada masa kepengurusan MWC NU yang Ro’is Syuriyah masih dipegang

oleh Ky. Muhtas Nuri Azizi mempunyai insisiatif untuk mendirikan sebuah

sarana pendidikan. Dengan berbagai tahap musyawarah di rumah beliau yaitu

di dukuh Padatan Desa Lanji Kecamatan Patebon, maka pada tanggal 22

Desember 1977 di sepakati didirikannya lembaga pendidikan yang bernama

MTs NU 07 Patebon.

Kegiatan belajar mengajar pertama kali dilaksanakan dengan

menumpang di SD Inpres Kebonharjo yaitu masuk sekolah pada sore hari.

Setelah berjalan selama beberapa tahun ternyata kegiatan belajar mengajar ini

sempat mengalami kefakuman. Namun dengan semangat dari para pengurus

MWC NU Patebon dan dukungan dari semua pihak, sekolah ini dapat

berjalan aktif kembali dengan cara menumpang di MDA (Madrasah Dinniyah

Awwaliyah) al-Itqon.

Sekarang MTs NU 07 Patebon telah berkembang dengan pesat dan

sudah berstatus akreditasi B pada tahun 2005. Bahkan saat memiliki gedung

yang tidak kalah lengkapnya dengan sekolah-sekolah negeri lainnya. MTs

NU 07 Patebon telah mengalami perkembangan yang berarti dari tahun ke

tahun, dan akan terus berkiprah dengan segala kegiatan dan pembelajaran

serta perbaikan ke arah yang lebih maju.

Adapun para tokoh pendiri MTs Nu 07 Patebon antara lain adalah:

a. Ky. Muhtas Nuri Azizi

b. Ky. Munawwar

c. Ky. Dahlan Aini

Page 67: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

55

2) Keadaan Geografis MTs NU 07 Patebon

MTs NU 07 Patebon beralamatkan di jalan KH. Abu Bakar No. 08

Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal 51351 Jawa Tengah.

Madrasah ini berada pada dataran rendah dengan lingkungan pekerjaan

pertanian dan masuk pada wilayah pedesaan. Madrasah ini juga berbatasan

dengan berbagai berbagai tempat antara lain:

a. Di sebelah utara dengan kantor KPN Kecamatan Patebon

b. Di sebelah timur dengan STM Bhenika

c. Di sebelah selatan dengan SMP Negeri Patebon

d. Di sebelah barat dengan Polsek Patebon

3) Keadaan Guru dan Karyawan MTs NU 07 Patebon

Jumlah guru di MTs NU 07 Patebon seluruhnya adalah berjumlah 23

orang dengan 15 guru laki-laki dan 8 guru perempuan. Sedangkan jumlah

karyawan sebanyak 6 orang yaitu 4 orang tenaga administrasi dan 2 orang

pembantu sekolah. Untuk lebih jelasnya berikut akan ditampilkan tabel

keadan guru dan karyawan serta jabatan-jabatannya.

Tabel. 01

Keadaan Guru dan karyawan MTs Nu 07 Patebon Tahun 2007

a) Guru

No Nama Ijazah

Terakhir Jabatan Mapel

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Muchlish, S.Ag

Maddah Azizi

Drs. H. Muh Lazim

Romdlon, BA

H. Fathurrohman

Dra. Hj. Fatchiyah

Siti Sutarni, S.Ag

Fitriyah, A.Md

Rosidah Fitriyanti, S.Pd

S1

DIP.LIPIA

S1

Sarmud

MA

S1

S1

D3

S1

KaMad

Wk. Kurikulum

Wk. Kesiswaan

Wk. Sarana Prasarana

Wk. Humas

Wali Kelas VIIA

Wali Kelas VIIB

Wali Kelas VIIC

Wali Kelas VIID

Fisika

B.Indonesia

SKI, KeNUan

Qur’an Hadits

B. Inggris

B. Indonesia

B.Indonesia

Matematika

Page 68: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

56

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

Siti Simyanah, S.Ag

Drs. Muntholib

M. Nasikhin Ch

Siti Umi Masruroh, S.Pd

Dra. Hj. Samiah

Sunarimo

Mukhmmad Isrok, S.Ag

Ahmad Ayub HM

Ach. Zaeni

H. Achmad Chumaidi

Fahrurrozi

A. Djazuli, BA

Pariyati, S.Ag

Masturi

Achmad Noer Sodiq

Siti Mahmudah

Nur Hidayati

Nur Abidah

Ali Usman

A. Zaenuri

S1

S1

PGA

S1

S1

MA

S1

PGA

PGA

PGA

PGA

Sarmud

S1

S1

MA

SMEA

SMEA

SMEA

MTs

SD

Wali Kelas VIIIA

Wali Kelas VIIIB

Wali Kelas VIIIC

Wali Kelas IXA

Wali Kelas IXB

Wali Kelas IXC

Pengg. OSIS

-

-

-

-

-

-

-

Kepala TU

Staf TU

Bendahara

Petugas Perpustakaan

Penjaga Sekolah

Penjaga Sekolah

Biologi

Aqidah Akhlak

Sejarah

PPKn,Kewiraan

B. Inggris

B. Arab

Matematika

B. Arab

B. Jawa, Mulok

KeNUan,Mulok

Fiqih

Pend. Seni

Biologi

Penjaskes

4) Keadaan siswa di MTs NU 07 Patebon.

MTs NU 07 Patebon Tahun Ajaran 2006/2007 mempunyai siswa

keseluruhan berjumlah 381 siswa yang terdiri dari 191 siswa laki-laki dan

190 siswa perempuan. Adapun seluruh siswa MTs NU 07 Patebon ini

beragama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Table. 02

Keadaan Siswa MTs NU 07 Patebon Tahun 2007

No Kelas Siswa Siswi Jumlah

1

2

VIIA

VIIB

18

18

20

20

38

38

Page 69: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

57

3

4

VIIC

VIID

20

19

20

20

40

39

Jumlah 75 80 155

5

6

7

VIIIA

VIIIB

VIIIC

18

19

20

21

20

20

39

39

40

Jumlah 57 61 118

8

9

10

IXA

IXB

IXC

22

18

19

16

18

15

38

36

34

Jumlah 59 49 108

TOTAL 191 190 381

5) Sarana dan Prasarana MTs NU 07 Patebon 2007

a. Keliling tanah seluruhnya seluas 1. 313 m, yang sudah dipagar permanen

(termasuk pagar hidup) seluas 871 m

b. Luas Tanah/Persil yang Dikuasai Sekolah menurut Status Pemilikan dan

Penggunaan

Tabel. 03

Sarana dan Prasarana MTs NU 07 Patebon 2007

Penggunaan Setatus

Pemilikan

Luas Tanah

Seluruhnya Bangunan Halaman/

Taman

Lapangan

Olah Raga Kebun

Lain-

lain

Sertifikat 871 m2 541 m2 330 m2 - - - Milik

Belum 442 m2 - - 442 m2 - -

Bukan Milik - - - - - -

c. Perlengkapan

1. Perlengkapan administrasi

Mesin Komputer Printer Ketik Hitung FotoCopyRak

BukuFilling Cabinet Lemari Meja Kursi

2 1 2 1 - 3 6 7 7 7

Page 70: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

58

2. Perlengkapan belajar mengajar

Komputer Printer LCD Meja Guru

Kursi Guru

Meja Siswa

Kursi Siswa Lemari TV/Audio

20 - - 22 22 185 325 2 2

3. Buku dan alat pendidikan tiap mata pelajaran

Buku Alat Peraga

Pegangan Guru Teks. Siswa Penunjang No Mata Pelajaran

Jml. Judul

Jml. Eks

Jml. Judul

Jml. Eks

Jml. Judul

Jml. Eks

Peraga (set)

Praktik (set)

Software Pemb. (set)

1 Al-Qur’an Hadist 2 93

2 Aqidah Akhlak 1 22

3 Fiqih 2 90

4 B. Arab 1 36

5 Sej. Keb. Islam 1 35

6 B. Indonesia 4 4 4 492

7 B. Inggris 5 5 5 464

8 Matematika 7 7 7 652

IPA

a. Fisika 4 4 4 325 1

b. Biologi 4 4 4 300 1

9

c. Kimia 2 2 2 254

IPS

a. Sosiologi 3 3 3 373

13

b. Geografi 3 3 3 373 1

4. Ruang menurut jenis, status pemilikan, kondisi dan luas

Milik

Baik Rusak Ringan Rusak Berat No Jenis Ruangan

Jml. Luas (m2) Jml. Luas (m2) Jml. Luas (m2)

1 Teori/Kelas 7 392 3 168

2 Aula 2 336

Page 71: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

59

3 Lab.Komputer 1 56

4 Kep.Madrasah 1 12

5 Guru 1 56

6 BP 1 10

7 TU 1 36

8 Perpustakaan 1 56

9 UKS 1 10

10 Koperasi/toko 1 5

11 OSIS 1 10

12 Gudang 1 18

13 Mushola 1 56

14 K.M. Guru 1 5

15 K.M. Murid 1 5

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Pengumpulan data mengenai pola asuh demokratis orang tua dan akhlak

anak adalah menggunakan metode angket yang dilakukan melalui dua tahap,

yaitu dengan cara memberikan angket tentang pola asuh orang tua kepada 90

siswa MTs NU 07 Patebon yang digunakan untuk menjaring atau

mengidentifikasi siswa yang diasuh dengan pola asuh demokratis. Kemudian dari

hasil angket tersebut terdapat 50 siswa yang diasuh dengan pola asuh Demokratis

sehingga responden atas penelitian ini berjumlah 50 siswa.

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan untuk memudahkan

jalannya analisis adalah dengan melalui tiga tahapan yaitu analisis pendahuluan,

analisis uji hipotesis dan analisis lanjut.

1. Analisis Pendahuluan

Analisis ini merupakan pengolahan awal dari data yang telah

terkumpul melalui angket yang telah disebarkan kepada responden selama

penelitian. Data tersebut dimasukkan ke dalam tabel persiapan dengan

memberi skor pada setiap alternatif jawaban responden. Masing-masing

Page 72: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

60

pertanyaan pada data pola asuh demokratis orang tua maupun akhlak anak

terdiri dari empat alternatif jawaban a, b, c dan d dengan skor masing-masing

4, 3, 2 dan 1. Data tersebut akan didistribusikan sebagai berikut :

Untuk mengetahui pola asuh demokratis orang tua dan akhlak siswa

MTs NU 07 Patebon, maka berikut ini peneliti sajikan tentang tabel yang

memuat jawaban responden melalui angket yang telah peneliti berikan

dengan nilai pada tabel tersebut merupakan nilai dari jawaban responden

yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut

1) Data Pola Asuh Demokratis Orang Tua di MTs Nu 07 Patebon

Tabel. 04

Data Hasil Angket mengenai Pola Asuh Demokratis Orang Tua

Jawaban Nilai No Resp A B C D 4 3 2 1

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. 15 5 3 2 60 15 6 2 83 2. 14 5 4 2 56 15 8 2 81 3. 12 5 7 1 48 15 14 1 78 4. 12 7 5 1 48 21 10 1 80 5. 12 7 5 1 48 21 10 1 80 6. 19 5 1 0 76 15 2 0 93 7. 13 4 5 3 52 12 10 3 77 8. 10 7 5 3 40 21 10 3 74 9. 12 5 6 2 48 15 12 2 77 10. 10 7 8 0 40 21 16 0 77 11. 11 7 7 0 44 21 14 0 79 12. 7 4 9 5 28 12 18 5 63 13. 11 5 5 4 44 15 10 4 73 14. 19 4 2 0 76 12 4 0 92 15. 17 5 5 1 68 15 10 1 94 16. 12 7 5 1 48 21 10 1 80 17. 11 8 5 1 44 24 10 1 79 18. 8 5 10 2 32 15 20 2 69 19. 16 5 2 2 64 15 4 2 85 20. 10 11 4 0 40 33 8 0 81

Page 73: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

61

21. 6 2 14 3 24 6 28 3 61 22. 8 4 11 2 32 12 22 2 68 23. 8 8 9 0 32 24 18 0 74 24. 10 0 10 5 40 0 20 5 65 25. 12 2 10 1 48 6 20 1 75 26. 12 7 6 0 48 21 12 0 81 27. 13 1 9 2 52 3 18 2 75 28. 16 3 6 0 64 9 12 0 85 29. 15 3 6 1 60 9 12 1 82 30. 12 3 10 0 48 9 20 0 77 31. 9 10 6 0 36 30 12 0 78 32. 8 8 8 1 32 24 16 1 73 33. 9 8 7 1 36 24 14 1 75 34. 12 8 5 0 48 24 10 0 82 35. 9 9 7 0 36 27 14 0 77 36. 12 1 9 3 48 3 18 3 72 37. 13 3 3 6 52 9 6 6 73 38. 11 6 8 0 44 18 16 0 78 39. 15 0 7 3 60 0 14 3 77 40. 7 9 6 3 28 27 12 3 70 41. 9 10 6 0 36 30 12 0 78 42. 6 12 7 0 24 36 14 0 74 43. 18 5 2 0 72 15 4 0 91 44. 17 6 2 0 68 18 4 0 90 45. 11 7 6 1 44 21 12 1 78 46. 16 8 1 0 64 24 2 0 90 47. 10 8 7 0 40 24 14 0 78 48. 10 3 8 4 40 9 16 4 69 49. 8 12 5 0 32 36 10 0 78 50. 22 2 1 0 88 6 2 0 96

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan nilai tertinggi

dari Pola Asuh Demokratis Orang Tua di MTs NU 07 Patebon adalah 96

dan nilai terendah 61.

Page 74: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

62

a. Mencari interval nilai, untuk menentukan kualifikasi dan interval di

gunakan rumus sebagai berikut:

KRI =

R = H – L

K = 1 + (3.3) log N

Keterangan:

I = Lebar interval

R = Rentang (range)

N = Banyaknya sampel

K = Banyaknya kelas

R = 96 – 61 = 35

K = 1 + (3,3) log 50

= 1 + (3,3) (1,699)

= 6,607 dibulatkan menjadi 7

I = 5735

=

Dari perhitungan data di atas, diperoleh kualifikasi dan

interval nilai sebagai berikut:

Tabel. 05

Distribusi, Frekuensi Pola Asuh Demokratis Orang Tua

Nilai Interval Frekuensi

91 – 96 1

86 – 90 6

81 – 85 8

76 – 80 18

71 – 75 10

66 – 70 4

61 – 65 3

Page 75: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

63

Tabel. 06

Kualifikasi Pola Asuh Demokratis Orang Tua

Nilai Interval Frekuensi Kualifikasi

61 – 72 8 Kurang

73 – 84 33 Cukup

85 – 96 9 Baik

b. Mencari nilai rata-rata (mean)

Tabel. 07

Distribusi Frekuensi Skor Mean Variabel Pola Asuh Orang Tua

Nilai

Interval X1 Frekuensi FX1 Distribusi

91 – 96 93,5 1 93,5 86 – 90 88 6 528 81 – 85 83 8 664 76 – 80 78 18 1404 71 – 75 78 10 780 66 – 70 68 4 272 61 – 65 63 3 189

Jumlah 50 3930,5

∑∑

=f

fXM 1

505,3930

=

78,61=

Dapat diketahui bahwa Pola Asuh Demokratis Orang Tua di MTs

NU 07 Patebon Kabupaten Kendal mempunyai nilai rata-rata sebesar

78,61 pada interval 73 – 84 atau ada dalam kategori cukup

Setelah data dalam distribusi frekuensi skor mean, data kemudian

diubah ke dalam bentuk nilai distribusi frekuensi seperti dalam tabel

berikut.

Page 76: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

64

Tabel. 08

Nilai Distribusi Frekuensi Relatif Variabel Pola Asuh Orang Tua

Nilai Interval Frekuensi Prosentase

91 – 96 1 2 %

86 – 90 6 12 %

81 – 85 8 16 %

76 – 80 18 36 %

71 – 75 10 20 %

66 – 70 4 8 %

61 – 65 3 6 %

Berdasarkan data tentang distribusi frekuensi skor mean dan nilai

distribusi frekuensi di atas, kemudian divisualisasikan dalam bentuk

histogram seperti dalam gambar berikut:

0

5

10

15

20

25

30

35

40

61 – 65 66 – 70 71 – 75 76 – 80 81 – 85 86 – 90 91 – 96

Frekuensi

Prosentase

Gambar. 1 Histogram Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua

2) Data Akhlak Anak di MTs NU 07 Patebon

Untuk mengetahui nilai kuantitatif data tentang Akhlak Anakdi

MTs NU 07 Patebon dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor

jawaban angket dari responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 77: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

65

Tabel. 9

Data hasil angket mengenai Akhlak Siswa

Jawaban Nilai No Resp A B C D 4 3 2 1

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. 16 1 8 0 64 3 16 0 83 2. 17 8 0 0 68 24 0 0 92 3. 12 4 9 0 48 12 18 0 78 4. 12 4 9 0 48 12 18 0 78 5. 12 4 9 0 48 12 18 0 78 6. 17 8 0 0 68 24 0 0 92 7. 12 5 8 0 48 15 16 0 79 8. 13 11 1 0 52 33 2 0 87 9. 5 10 10 0 20 30 20 0 70 10. 13 11 1 0 52 33 2 0 87 11. 10 13 2 0 40 39 4 0 83 12. 7 12 6 0 28 36 12 0 76 13. 16 7 2 0 64 21 4 0 89 14. 10 15 0 0 40 45 0 0 85 15. 11 13 1 0 44 39 2 0 85 16. 16 3 6 0 64 9 12 0 85 17. 5 17 3 0 20 51 6 0 77 18. 10 9 5 1 40 27 10 1 78 19. 9 6 10 0 36 18 20 0 74 20. 5 13 7 0 20 39 14 0 73 21. 8 10 7 0 32 30 14 0 76 22. 8 10 7 0 32 30 14 0 76 23. 7 12 6 0 28 36 12 0 76 24. 9 0 16 0 36 0 32 0 68 25. 5 11 8 1 20 33 16 1 70 26. 10 12 0 3 40 36 0 3 79 27. 3 12 10 0 12 36 20 0 68 28. 6 13 6 0 24 39 12 0 75 29. 11 8 5 1 44 24 10 1 79 30. 3 6 16 0 12 18 32 0 62 31. 2 13 10 0 8 39 20 0 67

Page 78: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

66

32. 7 11 7 0 28 33 14 0 75 33. 0 4 21 0 0 12 42 0 54 34. 16 8 1 0 64 24 2 0 90 35. 14 10 0 1 56 30 0 1 87 36. 9 0 16 0 36 0 32 0 68 37. 16 5 4 0 64 15 8 0 87 38. 9 11 5 0 36 33 10 0 79 39. 6 14 5 0 24 42 10 0 76 40. 13 10 2 0 52 30 4 0 86 41. 8 12 5 0 32 36 10 0 78 42. 4 9 11 0 16 27 22 0 65 43. 20 5 0 0 80 15 0 0 95 44. 19 6 0 0 76 18 0 0 94 45. 2 16 7 0 8 48 14 0 70 46. 11 14 0 0 44 42 0 0 86 47. 11 11 3 0 44 33 6 0 83 48. 7 10 5 3 28 30 10 3 71 49. 9 16 0 0 36 48 0 0 84 50. 17 8 0 0 68 24 0 0 92

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan nilai tertinggi

dari Akhlak siswa MTs NU 07 Patebon adalah 95 dan nilai terendah 54

a. Mencari interval nilai, untuk menentukan kualifikasi dan interval di

gunakan rumus sebagai berikut:

KRI =

R = H – L

K = 1 + (3.3) log N

Keterangan:

I = Lebar interval

R = Rentang (range)

N = Banyaknya sampel

K = Banyaknya kelas

R = 95 – 54 = 41

Page 79: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

67

K = 1 + (3,3) log 50

= 1 + (3,3) (1,699)

= 6,607 dibulatkan menjadi 7

I = 86,5741

=

Dibulatkan menjadi 6

Dari perhitungan data di atas, diperoleh kualifikasi dan

interval nilai sebagai berikut:

Tabel. 10

Distribusi, Frekuensi Akhlak Siswa

Nilai Interval Frekuensi

90 – 95 6 84 – 89 11 78 – 83 12 72 – 77 10 66 – 71 8 60 – 65 2 54 – 59 1

Tabel. 11

Kualifikasi Akhlak Siswa

Nilai Interval Frekuensi Kualifikasi

54 – 67 4 Kurang

68 – 81 26 Cukup

82 – 95 20 Baik

b. Mencari nilai rata-rata (mean)

Page 80: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

68

Tabel. 12

Distribusi Frekuensi Skor Mean Variabel Akhlak Anak

Nilai

Interval X1 Frekuensi FX1 Distribusi

90 – 95 92,5 6 555 84 – 89 86,5 11 951,5 78 – 83 80,5 12 966 72 – 77 74,5 10 745 66 – 71 68,5 8 548 60 – 65 62,5 2 125 54 – 59 56,5 1 56,5

Jumlah 50 3947

∑∑

=f

fXM 1

= 50

3947

= 78,94

Dapat diketahui bahwa Akhlak Anak di MTs NU 07 Patebon

Kabupaten Kendal mempunyai nilai rata-rata sebesar 78,94 pada interval

68 – 81 atau ada dalam kategori cukup

Setelah data dalam distribusi frekuensi skor mean, data kemudian

diubah ke dalam bentuk nilai distribusi frekuensi seperti dalam tabel

berikut.

Tabel. 13

Nilai Distribusi Frekuensi Relatif Variabel

Akhlak Anak

Nilai Interval Frekuensi Prosentase

90 – 95 6 12 % 84 – 89 11 22 % 78 – 83 12 24 % 72 – 77 10 20 % 66 – 71 8 16 % 60 – 65 2 4 % 54 – 59 1 2 %

Page 81: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

69

Berdasarkan data tentang distribusi frekuensi skor mean dan nilai

distribusi frekuensi di atas, kemudian divisualisasikan dalam bentuk

histogram seperti dalam gambar berikut:

0

5

10

15

20

25

54 – 59 60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 – 89 90 – 95

FrekuensiProsentase

Gambar. 2

Histogram Akhlak Anak

2. Analisis Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis merupakan analisis yang dilakukan untuk

membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan. Adapun

hipotesis yang penulis ajukan adalah Ada pengaruh pola asuh orang tua

terhadap akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kecamatan Patebon Kabupaten

Kendal.

Tabel. 14

Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua terhadap Akhlak Anak di MTs

NU 07 Patebon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal

No X Y X2 Y2 XY

1. 83 83 6889 6889 6889 2. 81 92 6561 8464 7452 3. 78 78 6084 6084 6084 4. 80 78 6400 6084 6240 5. 80 78 6400 6084 6240 6. 93 92 8649 8464 8556 7. 77 79 5929 6241 6083

Page 82: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

70

8. 74 87 5476 7569 6438 9. 77 70 5929 4900 5390 10. 77 87 5929 7569 6699 11. 79 82 6241 6724 6478 12. 63 76 3969 5776 4788 13. 73 89 5329 7921 6497 14. 92 85 8464 7225 7820 15. 94 85 8836 7225 7990 16. 80 85 6400 7225 6800 17. 79 77 6241 5929 6083 18. 69 78 4761 6084 5382 19. 85 74 7225 5476 6290 20. 81 73 6561 5329 5913 21. 61 76 3721 5776 4636 22. 68 76 4624 5776 5168 23. 74 76 5476 5776 5624 24. 65 68 4225 4624 4420 25. 75 70 5625 4900 5250 26. 81 79 6561 6241 6399 27. 75 68 5625 4624 5100 28. 85 75 7225 5625 6375 29. 82 79 6724 6241 6478 30. 77 62 5929 3844 4774 31. 78 67 6084 4489 5226 32. 73 75 5329 5625 5475 33. 75 54 5625 2916 4050 34. 82 90 6724 8100 7380 35. 77 87 5929 7569 6699 36. 72 68 5184 4624 4896 37. 73 87 5329 7569 6351

Page 83: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

71

38. 78 79 6084 6241 6162 39. 77 76 5929 5776 5852 40. 70 86 4900 7396 6020 41. 78 78 6084 6084 6084 42. 74 65 5476 4225 4810 43. 91 95 8281 9025 8645 44. 90 94 8100 8836 8460 45. 78 70 6084 4900 5460 46. 90 86 8100 7396 7740 47. 78 80 6084 6400 6240 48. 69 71 4761 5041 4899 49. 78 84 6084 7056 6552 50. 96 92 9216 8464 8832 Jml. 3915 3941 309395 314421 310169

Dari tabel kerja di atas diketahui nilai-nilai sebagai berikut:

N = 50

ΣX = 3915 ΣX2 = 309395

ΣY = 3941 ΣY2 = 314421

ΣXY = 310169

78,350

3915X ==ΝΣΧ

=

78,8250

3941YY ==ΝΣ

=

Setelah hasil data tersebut diketahui, langkah selanjutnya adalah

memasukkan hasil data tersebut ke dalam rumus regresi satu prediktor

dengan skor deviasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari skor deviasi:

a. ( )222 X

ΝΣΧ

−Σ=Σx

Page 84: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

72

= ( )50

39153093952

= 50

15327225309395 −

= 309395 - 306544,5

= 2850,5

b. ( )222

ΝΣΥ

−ΣΥ=Σy

= ( )50

39413144212

= 50

15531481314421−

= 310629,62 144213 −

= 3791,38

c. ( )( )ΝΣΥΣΧ

−ΣΧΥ=Σxy

= ( )( )50

39413915310169 −

= 50

15429015310169 −

= 308580,3310169 −

= 1588,7

2. Mencari koefisien korelasi

( )( )∑∑∑=

22 yx

xyrxy

= ( )( )38,37915,2850

7,1588

= 3287,45

7,1588910807328,6

7,1588=

= 0,483

r2 = 0,2304 dibulatkan menjadi 0,23

Page 85: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

73

Hasil rxy tersebut dicocokkan dengan tabel r-teoritik. Pada taraf

signifikansi 1% didapat nilai 0,354 dan pada taraf 5% didapat nilai 0,273.

berarti nilai/harga rxy = 0,483 lebih besar (signifikan) dan penghitungan

dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya.

Dari harga koefisien korelasi tersebut juga dapat dicari koefisien

determinasi dengan rumus:

Kp = r2.100 %

= 0,23.100 %

= 23 %

3. Mencari persamaan garis regresi, dengan rumus:

Y = aX

( )XXaYY −=−

harga a diperoleh dari persamaan:

∑∑= 2x

xya

5,28501588,7

=

0,5573408=

dibulatkan menjadi 0,56

( )XXaYY −=−

( ) YXXaY +−=

( ) 82,783,7856,0 +−= XY

82,7843,8556,0 +−= XY

34,9756,0 += XY

4. Mencari harga F dengan skor deviasi, dengan rumus:

Setelah persamaan garis regresi diketahui, langkah selanjutnya

adalah mencari harga F dengan menggunakan rumus-rumus regresi

sebagaimana terdapat dalam tabel berikut:

Page 86: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

74

Tabel. 15

Ringkasan Rumus-rumus Analisis Regresi

(Satu Prediktor dengan Score Deviasi)

Sumber db JK RK Freg

Regresi (reg) 1 ( )∑∑

2

2

xxy

reg

regdbJK

res

regRKRK

Residu (res) N – 2 ( )∑∑∑ − 2

2

2

xxy

y res

resdb

JK -

Total (T) N – 1 ∑ 2y - -

Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan dalam data yang

sudah diketahui:

N = 50 2xΣ = 2850,5 2yΣ = 3791,38

xyΣ = 1588,7

a. ( )2

2

JKregxxyΣΣ

=

( )5,2850

7,1588 2=

5,28502523967,69

=

885,447356=

dibulatkan menjadi 885,45

b. ( )2

22 JKres

xxyyΣΣ

−Σ=

( )5,2850

7,158838,37912

−=

Page 87: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

75

5,285069,252396738,3791 −=

45,88538,3791 −=

2905,93=

c. K

JKreg RKreg =

145,885

=

45,885=

d. 1-K-N

JKres RKres =

115093,2905−−

=

4893,2950

=

60,540=

dibulatkan menjadi 60,54

e. RKresRKreg Freg =

54,6045,885

=

14,625867=

dibulatkan menjadi 14,63

f. ∑= 2totJK y

38,3791=

Untuk mengecek perhitungan analisis regresi (Freg) sudah benar

ataukah belum, dapat digunakan rumus langsung, yaitu:

( )( )2

2reg

11F

RmmNR

−−=

Diketahui: R2 = 0,23

N = 50

Page 88: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

76

m = dbreg = 1

( )( )23,011

115023,0−

−−=regF

( )( )77,01

4823,0=

0,7711,04

=

14,3376623=

dibulatkan menjadi 14,34

Hasil analisis diatas dapat dibuktikan kebenarannya melalui uji t

dengan menggunakan rumus:

( )( )21

2

R

Nrxyt

−=

( )23,01250483,0

−−

=

0,7748483,0

=

( )0,878

6,928483,0=

0,8783,346

=

3,8109=

dibulatkan menjadi 3,811

Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel nilai t yang menunjukkan:

T = 3,811 > t tabel 5% = 2,01 (signifikan)

T = 3,811 > t tabel 1% = 2,68 (signifikan)

Hal ini berarti variabel X mengkontribusi secara signifikan terhadap garis

regresi Y.

Page 89: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

77

3. Analisis Lanjut

Tahap ini merupakan analisis pengolahan lebih lanjut dari hasil-hasil

penghitungan yang diperoleh dengan cara membandingkan harga Freg yang

telah diketahui dengan tabel (Ft 5% dan 1%) dengan kemungkinan sebagai

berikut:

1. Jika Freg lebih besar dari Ft

5% dan 1% maka rumus hipotesis yang

menyatakan ada pengaruh pola asuh demokratis orang tua terhadap

akhlak anak di MTS NU 07 Patebon Kabupaten Kendal dapat diterima.

2. Jika Freg lebih kecil dari Ft

5% dan 1% maka rumus hipotesis yang

menyatakan ada pengaruh pola asuh demokratis orang tua terhadap

akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal ditolak

Adapun dalam table regresi dengan N = 50 baik pada taraf

signifikansi 5% maupun 1% adalah sebagai berikut:

1. Untuk taraf signifikansi 5 %

Freg = 14,34

Ft = 4,04

Maka Freg > Ft 5 % (1,40)

2. Untuk taraf signifikansi 1 %

Freg = 14,34

Ft = 7,19

Maka Freg > Ft 1 % (1,40)

Berarti signifikan

Berdasarkan perhitungan nilai antara variable X (Pola Asuh

Demokratis Orang Tua) dengan Y (Akhlak Anak) diperoleh hasil yang

signifikan. Artinya: Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pola

asuh demokratis orang tua terhadap akhlak anak.

Jadi yang peneliti ajukan bahwa: Terdapat pengaruh positif yang

signifikan antara pola asuh demokratis orang tua terhadap akhlak anak di

MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal adalah benar dan dapat diterima.

Artinya bahwa semakin tinggi pola asuh demokratis orang tua, maka semakin

Page 90: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

78

tinggi pula akhlak anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal. Dengan

demikian, hipotesis yang peneliti ajukan dapat diterima.

Hasil perhitungan di atas dapat disubstitusikan dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel. 16

Ringkasan Hasil Analisis Regresi

(Satu Prediktor dengan Score Deviasi)

F tabel Sumber

Variasi

Derajat

Bebas (db)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Rata2 Jumlah

Kuadrat (RK)Freg

5% 1%1 2 3 4 5 6 7

Regresi (reg) 1 885,45 45,885 14,34 4,04 7,19

Residu (res) 48 2905,93 60,54 -

Total 49 38,3791 - -

Freg > Ft5%

dan 1%

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian pasti banyak kendala dan

hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan. Namun terjadi karena

keterbatasan dalam melakukan penelitian. Adapun beberapa keterbatasan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan Lokasi

Penelitian ini hanya dilakukan di MTs NU 07 Patebon dan yang

menjadi sample adalah siswa MTs NU 07 Patebon. Oleh karena itu hasil

penelitian ini hanya berlaku bagi siswa MTs NU 07 Patebon dan tidak

berlaku bagi siswa dari sekolah lain.

2. Keterbatasan biaya

Biaya bukan satu-satunya faktor yang menghambat penelitian ini,

akan tetapi biaya memegang peranan penting dalam menyukseskan penelitian

ini. Dari sini pun peneliti menyadari bahwa dengan biaya yang minimpun

penelitian juga akan terhambat

Page 91: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

79

3. Keterbatasan waktu

Disamping faktor lokasi dan faktor biaya, faktor waktu pun juga

memegang peranan yang sangat penting. Namun demikian, peneliti

menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini peneliti kurang dapat

membagi waktu. Hal ini terjadi karena sering terbenturnya kegiatan sehari-

hari peneliti. Disamping itu jangka waktu yang sangat singkat dan tidak

sesuai dengan rencana waktu penelitian yang telah ditentukan.

Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam

penelitian ini. Peneliti bersyukur bahwa penelitian ini dapat berjalan dengan

lancar.

Page 92: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

80

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Pola Asuh Orang tua terhadap

Akhlak Anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal, sebagaimana telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pola asuh demokratis yang diterapkan dalam keluarga adalah cukup karena

nilai rata-rata M = 78,61 berada pada interval 73 – 84.

2. Akhlak Anak di MTs NU 07 Patebon Kabupaten Kendal termasuk dalam

kategori cukup, karena nilai rata-rata M = 78,94 berada pada interval 68 – 81.

3. Ada pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang tua terhadap Akhlak Anak di

MTs NU 07 Patebon Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, karena hasil

analisis regresi diperoleh persamaan regresi 34,9756,0 += XY . Persamaan

tersebut diuji keberartiannya menggunakan uji F dan diperoleh Freg sebesar

14,63. Pada taraf signifikansi 5% dengan df (1,40) diperoleh Ftabel = 4,04 dan

pada taraf signifikansi 1% dengan df (1,40) diperoleh Ftabel = 7,19. Karena

Fhitung > Ftabel, yang berarti persamaan regresi tersebut signifikan.

Jadi hipotesis yang peneliti ajukan bahwa ada pengaruh positif antara

pola asuh demokratis orang tua terhadap akhlak anak di MTs NU 07 Patebon

Kabupaten Kendal dapat diterima. Artinya: bahwa semakin tinggi pola asuh

demokratis orang tua maka semakin tinggi pula akhlak anak

B. SARAN-SARAN

1. Bagi Orang tua

Bagi para orang tua hendaknya lebih mensyukuri anugerah yang Allah

berikan kepada mereka yaitu seorang anak yang merupakan amanah dari

Allah yang harus mereka jaga sebaik-baiknya dengan cara mendidik,

merawat, memperhatikan, memberi kasih sayang penuh serta memenuhi

segala kebutuhannya. Oleh karena itu, para orang tua hendaknya lebih pintar

memilih dan menerapkan pola asuh yang baik bagi pertumbuhan dan

Page 93: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

81

perkembangan jiwa anak, sehingga diharapkan nantinya anak akan benar-

benar menjadi generasi penerus bangsa yang berguna bagi nusa, bangsa dan

agama serta berakhlaqul karimah.

2. Bagi Siswa

Siswa diharapkan agar taat dan patuh pada orang tua dan dapat merespon

baik dan benar bahwa apa yang dilakukan orang tua baik itu berupa nasehat

ataupun perintah, sebab semuanya itu demi kebaikan anak sendiri. Seorang

anak harus lebih bisa mandiri dan pintar memilih mana yang baik bagi

dirinya, lebih bisa memotivasi dirinya sendiri terlebih dalam hal pendidikan

yang nantinya akan berpengaruh dan menentukan masa depannya.

3. Bagi Guru

Bagi para guru hendaknya lebih meningkatkan peran mereka sebagai seorang

pendidik, bukan hanya sebagai seorang pengajar. Sehingga, disamping

mentransfer pengetahuan juga mendidik siswanya menjadi pribadi yang

berakhlaqul karimah. Karena guru merupakan orang tua kedua dari para

siswa yang diharapkan bisa memberi teladan dan motivasi bagi anak.

C. PENUTUP

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

baik dalam menyusun kata, landasan teori, pemuatan data dan juga analisisnya.

Untuk itu, kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah jualah penulis berserah diri dan kepada-Nyalah

penulis memohon semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi para pembaca yang budiman, serta betapapun sederhananya

penulisan skripsi ini semoga dapat pula bermanfaat bagi agama dan bangsa.

Amin.

Page 94: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

DAFTAR PUSTAKA

Abi Hamid, Imam, Muhammad bin Muhammad al Ghazali, Ihya’ Ulum al Din, Juz III, Beirut: Dar al Kutub Ilmiyah, tth.

Abul Quasem, Muhammad, Etika al Ghazali, terj. J. Mahyudin, Bandung: Pustaka, 1988. Cet. 1.

Achmadi, Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, Salatiga, Saudara, 1992

Amin, Ahmad, al-Akhlak, Terj. Prof. K.H. Farid Ma’ruf, "Ethika (Ilmu Akhlak)", Jakarta, Bulan Bintang.

Amin, Mansyur dan Muhammad Najib, Agama Demokrasi dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: LPKSM NU DIY bekerja sama dengan The Asia Foundation Jakarta, 1993.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Perss, 2002.

Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, Cet. 5.

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, Cet.5.

, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 2002.

Barnadib, Sutari Imam, Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset, 1995

, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset, 1979.

Basri, Hasan, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Brubacher, John S., Modern Philosophies of Education, fourth edition, New Delhi: Tata Mc. Graw Hill Publishing LTD, 1981.

Burhanudin, Tamyiz, Akhlak Pesantren (Solusi Kerusakan Akhlak), Yogyakarta. Ittaqa Press, 2001.

Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1979

Djatmika, Rahmat, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), Jakarta, Pustaka Panjimas, 1996.

Gray, John, Children Are from Heaven, terj. B. Dicky Soetadi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000

Page 95: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

Gunarso, Singgih D. dan Ny. Singgih D. Gunarso, Psikologi Remaja, Jakarta: Gunung Mulia, 1989

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I , Yogyakarta: Andi, 2001, Cet 3.

Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Hourlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jilid II, alih bahasa: Meitasari Tjandrasa, Jakarta: Erlangga, 1999, Cet. 5,

http://dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/?cat=5

Idris, Zahara, Dasar-dasar Pendidikan, Padang: Angkasa Raya, 1987.

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Kartono, Kartini, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Bandung: Mandar Maju, 1992, Cet.1.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: PT. Al Husna Zikra, 1995, cet 3.

Lindgren, Henry Clay, Educational Psychology in the Classroom, Modern Asia Edition, New York: John Wiley & Sons, INC, 1960.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, Cet 2.

Masy’ari, Anwar, Akhlaq Al-Qur’an, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990.

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993.

Muslim, Imam Abi Husain, bin Hujjaj, Shahih Muslim juz 4, Beirut: Darul Kutub, tth

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997, Cet 2

Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, t.pt.: Gajah Mada University Press, 1993.

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. 12.

Razak Husain, Abdur, Hak dan Pendidikan Anak Dalam Islam, Semarang: Fikahati Aneska, t.t.

Said, Muh., Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Alumni, 1989, cet. 2.

Page 96: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl... · agus samsul moin 3102145 fakultas tarbiyah institut agama islam negeri

Shochib, M., Pola Asuh Orang Tua, Jakarta: Rineka Cipta, 2000,Cet. 1.

Shopiro, Lawrence S., Mengajarkan Emotional Intelegence, Jakarta: Gramedia, 1999.

Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung; Sinar Baru Algensindo, 2001.

Sunarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989

Suwaid, Nur ‘Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, terj. Kuswandani dkk., Bandung: Mizan, 1998

Tafsir, Ahmad (ed.), Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 Cet. 3.

Thoha, Chabib dan Abdul Mu’thi (eds), PBM-PAI di Sekolah, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998, Cet. 1.

Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, Cet.1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Cet.10.

Ulwan, Abdullah Nashih, Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996, Cet. 3.

Wira, http://anakmuslim.wordpress.com

Ya’qub, Hamzah, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1993, Cet. VI.

Yusuf Barmawi, Bakir, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak, Semarang: Dina Utama, 1993.

Zainuddin, A., dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2 (Muamalah dan Akhlak), Bandung, CV. Pustaka Setia, 1999.

Zainuddin, dkk, Seluk-Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, Cet.1

Zuhairini dkk., Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani, 1993.