fakultas tarbiyah institut agama islam negeri...

106
PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK TARBIYATUL ATHFAL 14 PLANTARAN KALIWUNGU KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Oleh : Oleh : Oleh : Oleh : ALIMATUN HASANAH 063111105 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: hoangminh

Post on 18-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK TARBIYATUL

ATHFAL 14 PLANTARAN KALIWUNGU KENDAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) Ilmu Tarbiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh :Oleh :Oleh :Oleh :

ALIMATUN HASANAH

063111105

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

ii

Page 3: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

iii

Page 4: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

iv

MOTTO

ßøtwΥ �Èà)tΡ y7 ø‹ n=tã z |¡ ômr& ÄÈ|Á s)ø9 $# !$yϑÎ/ !$ uΖø‹ ym÷ρr& y7 ø‹s9 Î) #x‹≈yδ tβ#u ö�à)ø9 $# βÎ)uρ |MΨà2

ÏΒ Ï& Î#ö7 s% z Ïϑs9 šÎ=Ï�≈ tó ø9 $# ∩⊂∪

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan

Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu sebelum (kami

mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.”

(QS. Yusuf: 3)1

1Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (semarang: PT. Kumudasmoro

Grafindo, 1994), hlm. 348.

Page 5: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

v

PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam

perjalanan hidupku, teruntuk orang-orang yang selalu hadir dan berharap keridho’an-Nya.

Tiada sesuatupun yang dapat memberikan rasa bahagia melainkan senyum manis penuh

bangga dengan penuh rasa bakti, cinta dan kasih sayang dan dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan Karya sederhana ini kepada:

� Ayahanda Bapak H.A.Badruddin dan Ibunda Hj.Asmanah tercinta yang telah mendidik

dan membesarkanku serta mencurahkan kasih sayangnya dengan penuh ketulusan dan

keikhlasan hati, kesabaran, ketabahan, serta selalu membasahi bibir mereka dengan

untaian doa yang tiada hentinya demi keberhasilan Ananda dalam meraih cita-cita dan

kesuksesan. Pengorbanan beliau merupakan semangat hidup agar diri ini dapat menjadi

orang yang lebih baik dan lebih berarti. Semoga kedamaian, kebahagiaan dan ridho ilahi

selalu menyertai keduanya.

� Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan dasar akhlaQuL

karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan. Semoga jasa-jasa

beliau mendapat balasan yang sebaik-baiknya oleh Allah.

� Sahabat-sahabat (Latuz, Yani, Endah dan wiwik) senasib seperjuangan yang telah

memberikan bantuan, motivasi inspirasi, nasehat, semangat hidup, pelajaran hidup dan

dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini

� Keluarga kost Mitra Data yang senantiasa membantu.

� Abangku yang selalu mendukung dan memotivasi untuk segera menyelesaikan tugas akhir

ini.

� Keponakan-keponakanku (Rahma, Raihan, Anjani dan Najwa) yang saya sayangi, yang

selalu memberikan banyak inspirasi dan membuat saya terus tanpa henti untuk

memberikan yang terbaik sebagai uswah kalian. Kalianlah yang saya banggakan, semoga

kalian menjadi anak yang sholeh dan Sholehah sehingga kelak mampu menjadi generasi

bangsa yang berguna bagi keluarga, ummat, agama, negara dan bangsa.

� Dan tak lupa pembaca budiman sekalian Semoga amal dan Baik mereka mendapat

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Page 6: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Juni 2011

Deklarator

Alimatun Hasanah

NIM. 063111105

Page 7: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

vii

ABSTRAK

ALIMATUN HASANAH (NIM. 063111105). Pelaksanaan Metode Cerita untuk

Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Dini di TK Tarbiyatul Athfal

14 Plantaran Kaliwungu Kendal. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri

Walisongo, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; Pelaksanaan Metode Cerita di

TK Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran Kaliwungu Kendal dalam Meningkatkan

Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Dini.

Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan dengan metode penelitian

deskriptif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif

analisis. Pendekatan deskriptif analisis.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui

triangulasi, yaitu dengan triangulasi sumber. Tahapan dari triangulasi yang

dilakukan peneliti, yaitu: peneliti mencari data tentang metode cerita yang

digunakan dalam pembelajaran dan kemampuan sosialisasi Anak Usia Dini di TK

Tarbiyatul Athfal 14 melalui kegiatan observasi. Observasi dilakukan secara

berulang-ulang untuk memperoleh data yang akurat. Data hasil observasi yang

diperoleh kemudian dicek dengan cara melakukan wawancara dengan pendidik.

Teknik analisis data penelitian adalah: 1) reduksi data yaitu dicatat secara jelas

dan rinci, kemudian dirangkum dan dipilih yang pokok dan penting, 2) penyajian

data berupa teks yang bersifat naratif dan tabel, dan 3) penarikan kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data: 1) Penggunaan Metode Cerita

pada awal pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14 dapat Meningkatkan

Kemampuan Sosialisasi Anak. Anak terlihat melakukan perilaku sosial, seperti

persaingan positif agar ditunjuk untuk bercerita di depan teman-teman. Peserta

didik berusaha supaya mendapatkan dukungan sosial dari pendidik dan teman

sebaya, dapat menimbulkan kerjasama antara pencerita dengan pendengar, timbul

rasa simpati dan empati, serta terjadi percakapan/konversasi pada saat tanya jawab

antara pendidik sebagai pencerita dan peserta didik sebagai pendengar. 2)

Penggunaan metode cerita pada akhir pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14

dapat Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi anak. Anak diajarkan untuk dapat

bekerjasama, simpati, empati, dukungan sosial, berperilaku akrab, komunikasi dan

mengungkapkan pendapat. Cerita juga dapat mengajarkan peserta didik untuk

meniru yaitu dengan menirukan tokoh dalam cerita. 3) Jenis cerita yang sering

digunakan oleh pendidik di TK Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran Kaliwungu adalah

cerita Fabel. Cerita Fabel lebih sering digunakan karena gambar dalam cerita

membuat peserta didik tertarik untuk memperhatikan cerita. Saran kepada

pendidik untuk lebih varietif dan selektif dalam memilih tema cerita agar lebih

menarik perhatian peserta didik.

Page 8: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah peneliti haturkan ke hadirat Illahi Robbi telah

melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas akhir guna

memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Tidak lupa, peneliti haturkan sholawat serta salam kepada junjungan kita,

Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah yang

penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat

menjadi bekal bagi kita dalam menjalani kehidupan baik di dunia dan di akhirat.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, peneliti sampaikan kepada

semua pihak yang telah memberikan informasi, pengarahan, bimbingan, motivasi,

semangat, dan bantuan apapun yang sangat besar artinya bagi peneliti. Ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti sampaikan terutama kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

yang telah memberikan izin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

2. Nasirudin, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah memberikan izin penelitian dalam

rangka penyusunan skripsi ini.

3. H. Mursid, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo.

4. Bapak H. Mursid, M.Ag selaku dosen pembimbing I dan Ibu Hj. Lift Anis

Ma’sumah, M.Ag, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Drs. Ani Hidayati, M.Pd., selaku wali studi.

6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

7. Ibu Siti Samsiyah, selaku kepala TK Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran

Kaliwungu Kendal yang berkenan memberikan izin kepada penulis untuk

mengadakan penelitian dalam pembuatan skripsi.

Page 9: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

ix

8. Teman-teman yang telah membantu baik materiil maupun dorongan

Kepada mereka semua peneliti tidak dapat memberikan apa-apa, hanya

ucapan terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah SWT membalas

semua amal kebaikan mereka dan melimpahkan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan

Inayah-Nya. Pada akhirnya peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa

penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya.

Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk

mengevaluasi dan memperbaikinya. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Amiiin...

Semarang, Juni 2011

Peneliti,

Alimatun Hasanah

NIM. 063111105

Page 10: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iii

MOTTO ...................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN .............................................................................................. v

DEKLARASI ..................................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………....... 1

B. Penegasan Istilah………………………………………………….. 5

C. Rumusan Masalah……………………………………………..….. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………… 7

E. Kajian Pustaka……………………………………………………. 7

F. Metodologi Penelitian…………………………………………….. 9

BAB II PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK

TARBIYATUL ATHFAL 14 PLANTARAN KALIWUNGU KENDAL

A. Metode Cerita................................................................................. 10

1. Pengertian Metode Cerita............................................................... 10

2. Tujuan Penggunaan Metode Cerita................................................ 18

3. Jenis Cerita..................................................................................... 18

4. Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Cerita............................. 21

B. Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Dini.............................................. 21

1. Pengertian Anak Usia Dini.............................................................. 21

2. Batasan Anak Usia Dini................................................................... 23

Page 11: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

xi

3. Perkembangan Anak Usia Dini....................................................... 26

4. Macam-macam Kemampuan Sosialisasi......................................... 32

5. Upaya untuk Meningkatkan Sikap Sosial Anak Melalui Metode

Cerita............................................................................................... 35

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

A. Tinjauan Umum TK Tarbiyatul Athfal 14............................................ 38

1. Sejarah Singkat TK Tarbiyatul Athfal 14....................................... 38

2. Visi, Misi dan Tujuan..................................................................... 39

3. Program Pembelajaran.................................................................... 40

4. Keadaan Pendidik........................................................................... 41

5. Keadaan Peserta Didik................................................................... 42

6. Keadaan Sarana dan Prasarana........................................................ 44

7. Struktur Organisasi.......................................................................... 45

B. Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi

Anak Usia Dini di TK Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran Kaliwungu Kendal

.............................................................................................................. 46

1. Tujuan............................................................................................. 46

2. Materi................................................................................. ............ 46

3. Pelaksanaan .................................................................................... 48

4. Media ............................................................................................. 58

5. Evaluasi .......................................................................................... 61

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI

A. Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi

di TK Tarbiyatul Athfal 14 .................................................................. 63

1. Persiapan ......................................................................................... 63

2. Materi dan Penyampaian ................................................................. 65

3. Media (Alat Peraga) ........................................................................ 68

B. Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Dini di TK Tarbiyatul Athfal 14

1. Perilaku Meniru ............................................................................. 70

Page 12: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

xii

2. Perilaku Bersaing (Persaingan Positif) .......................................... 71

3. Perilaku Kerjasama ........................................................................ 72

4. Simpati ........................................................................................... 72

5. Empati ............................................................................................ 73

6. Dukungan Sosial ............................................................................ 73

7. Perilaku Berbagi ............................................................................. 74

8. Perilaku Akrab ............................................................................... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 76

B. Saran .............................................................................................. 77

C. Penutup .......................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 13: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kurikulum TK Tarbiyatul Athfal 14 ................................................ 43

Tabel 2 Tenaga Pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 Tahun 2010-2011 ......... 44

Tabel 3 Perkembangan peserta didik TK Tarbiyatul Athfal 14 .................... 45

Tabel 4 Jumlah peserta didik tahun 2010-2011 ............................................ 45

Tabel 5 Pelaksanaan Metode Cerita di TK Tarbiyatul Athfal 14 ................. 51

Page 14: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat manusia. Pendidikan terpenting dan pertama yang harus diberikan

oleh seorang pendidik adalah menanamkan keyakinan pada anak, yang mana

ini diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak.1

Pembentukan kepribadian tersebut berlangsung secara berangsur-angsur dan

berkembang sehingga menjadi proses menuju kesempurnaan.2

Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara

efektif, maka perlu menerapkan berbagai metode mengajar yang sesuai

dengan tujuan, situasi dan kondisi yang ada guna meningkatkan pembelajaran

dengan baik. Hal ini dikarenakan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar

mengajar ditentukan oleh adanya metode pembelajaran yang merupakan suatu

bagian yang sangat urgen dalam sistem pembelajaran. Yang dimaksud dengan

metode disini adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, metode sangat diperlukan

oleh guru guna kepentingan proses pengajarannya.3

Masa kanak-kanak merupakan sebuah periode penaburan benih,

pendirian serta pondasi yang dapat disebut sebagai periode pembentukan

watak, kepribadian dan karakter dari seorang manusia. Agar manusia kelak

memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berdiri tegar dalam meniti

kehidupan.4

1Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hlm.135.

2Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

hlm. 106. 3Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), hlm. 152. 4Ahmad Rozak Husein, Hak Anak dalam Islam, alih bahasa oleh H. Azwar Butun, judul

Al-Islam wat Tifsul, (Jakarta: Fikahati, 1992), hlm. 13.

1

Page 15: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

2

Sebagaimana hadits Nabi:5

قال رسول اهللا صلى اهللا عليه و سلّم ما من مولود إالّ : عن أيب هريرة أنه قال )رواه مسلم(يولَد على الفطرة فأبواه يهودانِه و ينصرانِه و يمجسانِه

“Dari Abi Hurairoh sesungguhnya dia berkata bahwa rasulullah SAW. Bersabda:

Tidaklah ada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah,

kedua orang tualah yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau

Majusi”. (HR. Muslim).”

Pendidikan terhadap anak dipandang sebagai salah satu aspek yang

memiliki peranan pokok sebagai pembentukan manusia menjadi insan kamil

(manusia sempurna) atau yang memiliki kepribadian utama. Maka dari itu,

hendaklah pendidikan menyentuh aspek yang bersinggungan langsung dengan

ilmu umum agar mereka dapat hidup dan berkembang sesuai dengan cita-cita

pendidikan itu sendiri. Dalam sebuah cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi ,

bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur dalam cerita tersebut berpengaruh dalam

pembentukan pribadi anak. Untuk itulah tumbuh kepentingan dalam

mengambil manfaat dari adanya sebuah cerita.

Metode cerita tampaknya memang merupakan metode yang sederhana

namun dapat menarik interest seseorang lebih-lebih jika diterapkan untuk

pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, proses pendidikan pada anak dapat

dilakukan oleh orang tua dan para pendidik melalui suri tauladan dengan

contoh-contoh perilaku maupun dengan cerita-cerita yang dapat mendukung

sikap dan nilai-nilai yang baik.

Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi

perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah

tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai fakta di

lingkungan sebagai stimulan terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor,

kognitif maupun sosialnya. Pada usia dini tersebut anak masih mempunyai

pola pikir sederhana, mereka belajar apa yang mereka lihat dan apa yang

mereka dengar kemudian mereka cenderung mencontoh dari apa yang mereka

5 Imam Abi Husain, Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairy An-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz

XV, (Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, tt), hlm. 645.s

Page 16: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

3

lihat dan apa yang mereka dengar. Pengalaman tersebut nantinya akan terekam

kuat dalam otak mereka. Jika lingkungan di sekitarnya baik, maka besar

kemungkinan anak tersebut akan baik, begitu juga sebaliknya.

Awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia dua sampai enam tahun.

Orang tua menyebutnya sebagai usia problematis/usia sulit karena

memelihara/mendidik mereka sulit; disebut sebagai usia main karena sebagian

besar hidup anak waktunya dihabiskan untuk main. Masa ini dikatakan usia

pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar

perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang

diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas satu SD.6 Manusia

akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku

sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dimana ia

berada. Syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah adanya

interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin

berlangsung.7

Perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian sesudah tahun

pertama ditandai oleh beberapa proses-proses yang sangat fundamental.

Tingkah laku sosial interaktif seperti tingkah laku kooperatif, altruistis dan

agresif banyak dipengaruhi oleh latar belakang struktural yang disebut ‘‘role

taking” (pengambilan peran) dan egosentrisme. Dalam buku ‘‘Denken over

jezelf en ander” (berfikir tentang diri dan orang lain) (Gerris, jansen, dan

Badal, 1980) diterangkan bahwa perkembangan sosial dapat dibagi dalam tiga

bagian yaitu kognisi sosial, artinya pengertian akan tingkah laku orang lain:

kecakapan dalam bergaul dengan orang lain seperti sikap altruistis dan

kooperatif: dan nilai-nilai sosial, artinya ‘‘berfikir dan bertindak dalam

kenyataan sosial, berlangsung atas dasar pemilikan nilai-nilai”.8

6 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 2006), hlm. 152. 7 Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, (Jakarta: Rajawali Pres, 1982) cet. 4,

hlm. 9. 8 F. J. Monks, dkk., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1982), hlm. 107.

Page 17: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

4

Dalam filsafat perkembangan dan pertumbuhan, disamping

memperhatikan individualitas anak juga harus memperhatikan masyarakat

dimana ia tumbuh dan dewasa. Lingkungan sosial inilah yang memberi

fasilitas dan area-bermain pada anak untuk pelaksanaan realisasi-diri. Oleh

karena itu, anak tidak mungkin bisa berkembang sendiri tanpa bantuan dari

lingkungan sosialnya (orangtua, millieu, lembaga pendidikan, dll). Setiap

tingkah laku anak merupakan tingkah laku sosial, karena mempunyai relasi

kaitan dengan orang lain baik dengan teman sebaya ataupun dengan orang

dewasa.9

Usia dini merupakan masa peka yang sangat penting bagi pendidikan.

Untuk itu, saat yang paling baik memberikan pendidikan anak adalah pada

usia dini.10 Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dilakukan pada saat usia

dini yang dapat dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat. Masa ini

merupakan masa ekspresi kreativitas, seperti bermain boneka, suka

mendengarkan atau bercerita, permainan drama, menyanyi, menggambar dan

lain sebagainya.

Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat

dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru dapat

memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian,

keramahan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan

keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita juga memberikan

sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.

Proses pembelajaran akan berhasil apabila didukung oleh berbagai

faktor dan aspek tertentu, diantaranya adalah metode pembelajaran. Metode

pembelajaran merupakan suatu cara yang terarah dalam proses belajar

mengajar sehingga pengajaran menjadi lebih berkesan dan terarah untuk

9 Dra. Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Alumni, 1979), hlm.49-51.

10Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat

Publishing, 2005), cet.1, hlm. 2

Page 18: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

5

mencapai tujuan pembelajaran.11 Penggunaan metode yang tepat dapat

memudahkan pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kondisi riil yang terjadi di TK. Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran

Kaliwungu Kendal yaitu dalam penyampaian cerita masih memiliki banyak

kendala. Hal itu disebabkan kurangnya minat dari anak dalam mendengarkan

cerita yang disampaikan oleh guru dan kemampuan guru yang relatif rendah

dalam menyampaikan cerita yang menarik

Dari uraian dan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan mengangkat judul ‘‘Pelaksanaan Metode

Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Dini di TK.

Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran Kaliwungu.”

B. Penegasan Istilah

Untuk lebih menjelaskan maksud judul penelitian ini, agar tidak terjadi

kesalahpahaman, maka penulis mencantumkan beberapa penegasan istilah.

1. Metode Cerita

Metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan agar tercapai hasil yang baik seperti yang dikehendaki.12

Disamping itu menurut Imam Barnadib dalam bukunya yang berjudul

‘‘filsafat pendidikan sistem dan metode” menegaskan bahwa yang

dimaksud dengan metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji

dan menyusun data.

Cerita yaitu suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran

dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya

sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan.13

11Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), hlm. 9. 12 W.J.S. Poerwodarminto, kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: Balai pustaka,

1976), hlm. 202. 13Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), hlm. 160.

Page 19: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

6

Jadi metode cerita adalah cara yang digunakan dalam suatu

pembelajaran dengan memberikan suatu ungkapan/tulisan yang berisikan

runtutan peristiwa atau kejadian.

2. Kemampuan Sosialisasi

Kemampuan yaitu kesanggupan; kecakapan; kekuatan: kita

berusaha dengan diri sendiri.14

Sosialisasi yaitu usaha untuk mengubah milik perseorangan

menjadi milik umum (milik negara): tradisi tidak memperlancar proses-

perubahan milik keluarga.; proses belajar seorang anggota masyarakat

untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di

lingkungannya: tingkat permulaan dari proses manusia itu terjadi di

lingkungan keluarga; upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi

dikenal, dipahami oleh masyarakat; pemasyarakatan.15

3. Anak Usia Dini

Anak dalam perspektif islam merupakan amanah dari Allah

SWT. Dengan demikian, semua orangtua berkewajiban untuk mendidik

anaknya agar dapat menjadi insan yang shaleh, berilmu dan bertaqwa. Hal

ini merupakan suatu wujud pertanggung jawaban dari setiap orangtua anak

kepada khaliknya.16 Dalam tulisan ini, yang dimaksud anak usia dini

adalah anak-anak usia 4-6 tahun di TK.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ada pokok permasalahan yang

menjadi kajian penelitian:

Bagaimana penggunaan metode cerita untuk meningkatkan

kemampuan sosialisasi anak usia dini di TK. Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran

Kaliwungu Kendal?

14 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. Ketiga, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2005), hlm. 707. 15 Ibid, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1085.

16Jaudah Muhammad Awwad, Manhaj Al-islam Fi Tarbiyah al-Atfal; terjemahan

Shihabuddin, “Mendidik Anak Secara Islam”, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm.1

Page 20: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pelaksanaan metode cerita di TK. Tarbiyatul

Athfal 14 Plantaran Kaliwungu Kendal?

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi

terutama bagi guru sebagai pendidik

E. Kajian Pustaka

Mengkaji tentang Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan

Kemampuan Sosialisasi bukanlah suatu upaya tanpa landasan yang jelas

terhadap urgensi dari penelitian ini, sebab beberapa hasil penelitian yang telah

dipublikasikan dalam bentuk laporan penelitian, buku maupun dalam media

cetak lainnya menyatakan bahwa metode cerita/kisah adalah salah satu metode

yang dapat merangsang dan menumbuhkan motivasi yang tinggi bagi anak

dan memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotor. Untuk itu peran metode cerita/kisah yang disampaikan dapat

memotivasi anak untuk mengubah tingkah laku atau perilakunya dengan

tuntutan dan arahan dari cerita itu sendiri.

Penelitian ini bukan penelitian baru karena sebelumnya sudah ada

beberapa skripsi yang membahas tentang metode cerita. Untuk membedakan

antara penelitian ini dengan penelitian lainnya, sehingga tidak ada duplikasi.

Maka penulis dengan segala kemampuan dan berusaha menelaah berbagai

hasil karya yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya :

Pertama, Abdul Aziz Abdul Madjid dalam karyanya yang berjudul

‘‘Mendidik dengan Cerita”. Dalam buku ini terdapat muatan pendidikan

melalui cerita dan kisi-kisi agar cerita bisa diminati anak. Melalui cerita yang

mempunyai nilai-nilai agama dan menegaskan bahwa bercerita pada anak

sangat besar peranannya.17

17Abdul Aziz Abdul Madjid, Mendidik Anak Lewat Cerita; Dilengkapi 30 Kisah, terj.

Syarif Hade Masyah dan Mahfud Lukman Hakim, (Jakarta: Mustaqiim, 2003), hlm.3-7

Page 21: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

8

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Luthfiyatun Qurrota A’yunin

(3102169), PAI Fakultas Tarbiyah Tahun 2003 IAIN Walisongo Semarang

yang berjudul ‘‘Implementasi Metode Kisah Dalam Pembelajaran Akhlak di

TKIT Az-Zahra Demak Tahun 2007”. Penelitian ini menunjukkan bahwa

memilih metode yang tepat dalam pembelajaran akhlak memang sangatlah

penting, terutama pembelajaran akhlak pada anak usia Prasekolah atau masa

Taman Kanak-kanak. Metode kisah adalah suatu metode yang sangat relevan

diperuntukkan pada anak didik usia prasekolah. Di TKIT Az-Zahra Demak

telah diterapkan ‘‘metode kisah” ini, dan hasilnya benar-benar efisien. Hal ini

ditunjukkan dengan perilaku atau kualitas akhlak anak didik TKIT Az-Zahra

Demak semakin membaik dan hal ini diakui oleh masyarakat sekitar.18

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yuliatin Soleha (3101194), PAI

Fakultas Tarbiyah Tahun 2001 IAIN Walisongo Semarang dengan judul:

‘‘Belajar Melalui Cerita Menurut Abdul Hamid Al-Hasyimi dan Implikasinya

terhadap Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini”. Judul skripsi tersebut

berkesimpulan bahwa, belajar melalui cerita menurut Abdul Hamid Al-

Hasyimi, memiliki implikasi terhadap perkembangan akhlak anak usia dini, di

antaranya:

- Dapat membangun sikap positif.

- Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

- Memberi informasi.

- Memahami lingkungan fisik.

- Menanamkan nilai-nilai sosial.

Menurut Abdul Hamid Al-Hasyimi sebuah cerita memiliki peranan

besar agar cepat ditiru (dilaksanakan), berpengaruh kuat dan

berkesinambungan, apabila disampaikan dengan kata-kata yang wajar dan

tidak terikat, sebab cerita merupakan sebuah gambaran kehidupan dengan

18Luthfiyatun Qurrota A’yunin, (3102169), Implementasi Metode Kisah dalam

Pembelajaran Akhlak di TKIT Az-Zahra Demak, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, 2007).

Page 22: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

9

segenap maknanya yang mengandung spiritualitas, dinamika, pemikiran,

emosi dan situasi.19

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Muniroh (3100129), PAI

Fakultas Tarbiyah Tahun 2003 yang berjudul “Penerapan Metode Karyawisata

sebagai Upaya Menumbuhkan Interaksi Sosial di TK. Pertiwi Sedayu,

Kecamatan Sarupan Kabupaten Wonosobo.” Penelitian ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan Metode Karyawisata sudah cukup baik dan berjalan

lancar. Manfaat dari pelaksanaan metode Karyawisata dapat dilihat dari

perubahan perilaku anak didik. Interaksi sosial anak didik semakin luas

dibandingkan sebelumnya. Relasi sosial yang mereka jalin juga semakin

bertambah. Demikian juga beberapa keterampilan emosi, bahasa, moral,

bermain, dan sosial yang mereka kuasai semakin berkembang.20

Berbeda dengan yang penulis teliti dimana fokus penelitian ini adalah

penggunaan metode cerita kemudian aplikasinya dalam kemampuan

sosialisasi anak usia dini.

F. Metodologi Penelitian

1. Fokus Penelitian

Fokus yang akan penulis lakukan mengenai Pelaksanaan Metode

Cerita yaitu jenis metode cerita, persiapan dan pelaksanaan, media, dan

evaluasi.

2. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, karena

disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan dan

menganalisis tentang bagaimana penggunaan metode cerita untuk

meningkatkan kemampuan sosialisasi anak usia dini. Oleh karena itu

sasaran penelitian ini adalah pola-pola yang berlaku dan mencolok

19Yuliatin Soleha, (3101194), Belajar Melalui Cerita Menurut Abdul Hamid Al-Hasyimi

dan Implikasinya terhadap Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini, (Semarang: Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang, 2007). 20 Muniroh, (3100129), Penerapan Metode Karyawisata sebagai Upaya Menumbuhkan

Interaksi Sosial di TK. Pertiwi Sedayu, Kecamatan Sarupan Kabupaten Wonosobo , (Semarang:

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006).

Page 23: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

10

berdasarkan atas perwujudan dengan segala yang ada pada kehidupan

manusia. Jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah

dan individu tersebut secara holistik (menyeluruh).21

3. Teknik dan Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dipergunakan untuk memperoleh data

yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun

data yang dihasilkan dari data empiris.

Mengenai sumber empirik, penulis menggunakan beberapa teknik

sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data, diantaranya

adalah:

a) Observasi/pengamatan, yaitu metode pengumpulan data dengan

mengulas dan mencatat secara sistematis kejadian atau fenomena yang

sedang diteliti.22 Pengamatan yang dilakukan untuk melihat

pelaksanaan metode cerita dan sikap sosialisasi anak pada saat

aktivitas pengajaran di kelas ketika pembelajaran dengan

menggunakan metode cerita..

b) Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan

pedoman berupa pertanyaan yang diajukan langsung kepada obyek

untuk mendapatkan respon secara langsung.23 Dimana interaksi yang

terjadi antara pewawancara dan obyek penelitian ini menggunakan

interview terbuka, sehingga dapat diperoleh data yang lebih luas dan

mendalam. Wawancara disini adalah wawancara yang dilakukan

dengan kepala sekolah dan guru untuk mengetahui gambaran dan

profil yang ada di TK Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran Kaliwungu

Kendal

21Moleong, Lexi J., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, cet. X1V,

2001), hlm.3. 22S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 158.

23Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, cet.

VIII, 1998), hlm. 104.

Page 24: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

11

c) Dokumentasi, yaitu metode untuk mencari hal yang dapat dijadikan

sebagai informasi guna melengkapi data-data penulis sebagai sumber

data yang dapat digunakan untuk menguji atau menafsirkan. Metode

ini digunakan untuk mengetahui jumlah siswa, guru dll.

4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka mulai

dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai sumber

yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi dengan mengadakan

reduksi data. Yaitu data-data yang diperoleh di lapangan dirangkum

dengan memilih hal-hal yang pokok serta disusun lebih sistematis

sehingga mudah dikendalikan.

Maka dalam hal ini penulis menggunakan analisis data kualitatif,

dimana data dianalisis dengan metode deskriptif analisis non statistik

dengan cara mendeskripkan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan

keseluruhan kegiatan pada proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Oleh karena sasaran penelitian ini adalah pola-pola yang

berlaku dan mencolok berdasarkan atas perwujudan dengan gejala-gejala

yang ada pada kehidupan manusia. Jadi pendekatan ini sebagai prosedur

penelitian/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan

diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistik

(menyeluruh).24 Yang meliputi cara berfikir induktif, yaitu dalam meneliti

dimulai dari fakta empiris.

24Moleong, Lexi J., Op.cit. hlm. 3.

Page 25: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

12

BAB II

PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI

DI TK. TARBIYATUL ATHFAL 14 PLANTARAN KALIWUNGU KENDAL

A. Metode Cerita

1. Pengertian Metode Cerita

Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara

efektif, maka perlu menerapkan berbagai metode mengajar yang sesuai

dengan tujuan, situasi dan kondisi yang ada guna meningkatkan

pembelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan berhasil atau tidaknya

suatu proses belajar mengajar ditentukan oleh adanya metode

pembelajaran yang merupakan suatu bagian yang sangat urgen dalam

sistem pembelajaran. Yang dimaksud dengan metode disini adalah suatu

cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam proses pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru guna

kepentingan proses pengajarannya.1

Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran.2

Banyak sekali metode yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar antara lain adalah metode cerita/kisah. Metode cerita merupakan

salah satu dari metode-metode mengajar lainnya yang diajarkan dalam

kegiatan belajar mengajar.

Metode cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca

atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca.3 Di dalam cerita

terdapat suatu keindahan dan kenikmatan tersendiri bagi anak-anak

maupun orang dewasa yang mendengar ataupun menyimaknya.

1Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 152. 2Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2002), hlm. 6. 3 Abdul Aziz Abdul Madjid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2001), hlm. 8.

Page 26: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

13

Metode cerita adalah metode yang mengisahkan peristiwa-

peristiwa sebuah hidup manusia masa lampau yang menyangkut

ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Tuhan

yang dibawakan oleh Nabi dan Rasul yang hadir di tengah-tengah

mereka.4

Metode kisah atau cerita mengandung arti suatu cara dalam

menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis

tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya atau

rekaan saja.5 Metode cerita atau kisah ini merupakan salah satu metode

pendidikan yang masyhur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh

jiwa dan pikiran anak. Metode ini pun memiliki kelebihan salah satunya

dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat siswa. Metode ini juga

mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal, dengan

mengemukakan argumentasi yang logis.6 Sebagaimana firman Allah SWT

yang berbunyi

ßøtwΥ �È à)tΡ y7 ø‹n=tã z |¡ ôm r& ÄÈ |Á s)ø9$# !$ yϑÎ/ !$ uΖø‹ ym÷ρr& y7 ø‹s9 Î) #x‹≈yδ tβ#uö� à)ø9 $# βÎ)uρ

|MΨà2 ÏΒ Ï&Î#ö7 s% z Ïϑs9 šÎ=Ï�≈ tó ø9 $# ∩⊂∪

“kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan

mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu

sebelum (kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang

belum mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)7

… ÄÈÝÁ ø%$$ sù }È |Ás)ø9 $# öΝßγ ‾=yès9 tβρã� ©3x�tF tƒ ∩⊇∠∉∪

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka

berfikir.”(QS. Al-A’raf: 176)8

4H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 70. 5Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002), hlm. 70. 6A. Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Asy-

Syifa’, 1988), hlm. 77. 7Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (semarang: PT. Kumudasmoro

Grafindo, 1994), hlm. 348. 8Ibid., hlm. 251.

Page 27: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

14

Moeslichatoen R., dalam bukunya “Metode Pengajaran di Taman

Kanak-kanak” menjelaskan metode bercerita merupakan salah satu

pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita

secara lisan.9 Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang

perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan anak TK, serta isi

cerita harus dikaitkan dengan mereka yang penuh suka cita dan dalam

penyampaian cerita diusahakan mampu memberikan perasaan gembira

agar anak dapat memahami isi cerita yang disampaikan oleh guru. Dengan

bercerita guru dapat memanfaatkan cerita untuk menanamkan sifat

kejujuran, keberanian, keramahan, nilai-nilai moral dan keagamaan serta

sikap-sikap positif yang lain zdalam kehidupan baik lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat.

Secara bahasa, cerita diartikan sebagai tuturan yang

membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian dan

sebagainya) atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau

penderitaan orang, kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh terjadi

maupun yang hanya rekaan belaka).10

Kemudian dalam bahasa Arab cerita sama dengan Qishah yang

bentuk jamaknya adalah Qishash.11 Sedangkan dalam bahasa Inggris

adalah story, dan tale yang berarti pula cerita.12 Selain cerita menurut

bahasa, cerita juga memiliki arti secara terminologi atau istilah.

Menurut istilah, Muhaimin mengartikan cerita sebagai: ungkapan

peristiwa-peristiwa bersejarah yang mengandung nilai-nilai pendidikan

moral, rohani dan sosial bagi seluruh umat manusia di segala tempat dan

zaman. Baik yang mengenai kisah yang bersifat kebaikan maupun

9Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1999), hlm. 157. 10Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),

hlm. 202. 11Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 2002) cet. 5, hlm. 1125. 12John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Indonesia-Inggris, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1998) cet. 6, hlm. 115.

Page 28: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

15

kedhaliman atau juga ketimpangan jasmani, rohani, materiil dan spiritual

yang dapat melumpuhkan semangat manusia.13

Kisah (cerita) memiliki peranan penting dalam memperkokoh

ingatan anak dan kesadaran berfikir. Kisah (cerita) termasuk salah satu

metode pendidikan islam yang efektif, karena kisah (cerita) yang diberikan

kepada anak didik dapat mempengaruhi perasaannya dengan kuat.14 Dalam

pendidikan islam, kisah (cerita) mempunyai fungsi yang sangat penting

bagi perkembangan jiwa anak. Suatu kisah (cerita) bisa melahirkan sebuah

kebahagiaan perasaan terhadap anak. Jika kisah (cerita) yang diberikan

kepadanya kisah yang baik, maka ia akan berusaha menjadi anak yang

baik.

Kisah (cerita) yang diberikan kepada anak, seharusnya diangkat

dari Al-qur’an dan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk

menyampaikan ajaran islam yang terkandung dibalik cerita tersebut

misalnya aspek aqidah, ibadah maupun akhlak.15 Ketiga aspek ajaran islam

ini bisa diberikan kepada anak usia prasekolah melalui metode kisah

(cerita).

Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki

keindahan dan kenikmatan tersendiri, selain itu cerita juga bisa dibaca atau

hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca.16 Akan

menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa, jika pengarang,

pencerita, dan penyimaknya sama-sama baik.

Dari pengertian-pengertian tersebut sekurang-kurangnya dapat

disimpulkan bahwa cerita adalah suatu karya sastra yang dimaksudkan

sebagai sarana untuk mengungkapkan sepenggal atau seluruhnya dari

13Muhaimin dan Abdul Mujib, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: Trigenda

Karya, 1993), hlm. 260. 14Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Prasekolah: Upaya

Mengefektifkan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga, (Solo: Belukar, 2006),

hlm. 32. 15Ibid., hlm. 33.

16Abdul Aziz Abdul Madjid, Op.Cit., hlm. 8.

Page 29: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

16

kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi (nyata)

atau hanya rekaan (fiktif) belaka agar bisa diambil pelajaran.

Banyak jenis-jenis cerita, misalnya cerita islami yang dikenal

dengan sebutan kisah. Cerita islami tidak hanya meliputi cerita yang

bersumber dari kisah-kisah dalam Al-qur’an, tetapi juga cerita-cerita

kehidupan sehari-hari dan juga cerita tentang kehidupan binatang yang di

dalamnya memang terkandung nilai-nilai kebijakan atau moral ajaran

islam yang pantas diteladani oleh anak.

Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan, kisah mempunyai fungsi

edukatif yang tidak dapat digantikan dengan bentuk penyampaian lain

selain bahasa. Hal ini disebabkan kisah Qur’ani dan Nabawi memiliki

beberapa keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak psikologis

dan edukatif yang sempurna, rapi, dan jauh jangkauannya seiring dengan

perkembangan zaman. Disamping itu, kisah (cerita) edukatif itu mampu

memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya, memperbaiki tekadnya

sesuai dengan tuntutan pengarahan dari akhir kisah itu, serta mengambil

pelajaran darinya.17

Cerita yang sarat dengan hikmah-hikmah sangat baik untuk

diceritakan kepada anak. Dengan nuansa islami dan ilustrasi yang menarik,

buku-buku cerita sangat cocok sebagai media komunikasi untuk

menasehati anak-anak tanpa menggurui. Dalam kehidupan sehari-hari

selalu ada kebaikan dan kejahatan. Anak yang sering diberi cerita, akan

tahu bahwa kebaikan selalu menang dan dengan sendirinya anak terdorong

untuk melakukan hal-hal yang baik.

Melalui cerita inilah, seorang guru dapat menyampaikan pesan-

pesan kebijakan dan kebajikan kepada anak-anak. Langsung atau tidak

langsung, pesan bermakna dalam dan kadangkala mengandung arti nilai

falsafah hidup yang begitu tinggi itupun begitu mendalam diterima anak-

anak dan dikenang sepanjang hidupnya.

17Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan

Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 239.

Page 30: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

17

Dengan adanya kegiatan bercerita, guru dapat mendidik serta

mengajar anak dengan memberi contoh lebih efektif daripada

menasehatinya. Karena dengan bercerita akan lebih didengar daripada

nasehat murni.

Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai

yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau dongeng dapat

ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai

budaya, dan sebagainya. Kita mungkin masih ingat pada masa kecil dulu,

tidak segan-segannya orang tua selalu mengantarkan tidur anak-anaknya

dengan cerita atau dongeng. Tidaklah mudah untuk dapat menggunakan

metode bercerita. Dalam bercerita seorang guru harus menerapkan

beberapa hal, agar pesan yang terdapat dalam sebuah cerita dapat sampai

kepada anak didik. Beberapa hal yang dapat digunakan untuk memilih

cerita dengan fokus moral, diantaranya:

a. Pilih cerita yang mengandung nilai baik dan buruk yang jelas.

b. Pastikan bahwa nilai baik dan buruk itu berada pada batas jangkauan

kehidupan anak.

c. Hindari cerita yang “memeras” perasaan anak, menakut-nakuti secara

fisik.18

Dalam bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga

untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berfikir secara

abstrak. Alat peraga yang dapat digunakan antara lain: boneka, tanaman,

benda-benda tiruan, dan lain-lain. Selain itu juga bisa memanfaatkan

kemampuan olah vokal yang dimilikinya untuk membuat cerita itu lebih

hidup, sehingga lebih menarik perhatian anak. Strategi atau cara yang

dapat digunakan ketika guru memilih metode bercerita sebagai salah satu

metode yang digunakan dalam penanaman nilai moral adalah membagi

anak menjadi beberapa kelompok, misalnya dalam satu kelas dibagi ke

dalam 4 (empat) kelompok. Anak-anak yang mengikuti kegiatan bercerita

18Tadzkiroatun Musfiroh, Cerita dan Perkembangan Anak, (Yogyakarta: Novila,

2005), hlm. 27-28.

Page 31: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

18

duduk di lantai mengelilingi guru yang duduk di kursi kecil dikelilingi

oleh mereka. Anak-anak yang duduk di lantai akan mendengarkan cerita

yang disampaikan oleh guru. Sedangkan tiga kelompok yang lain duduk di

kursi meja lainnya dengan kegiatan yang berbeda-beda, misalnya ada yang

menggambar dan melipat kertas, sedangkan kelompok yang keempat

membentuk plastisin. Anak-anak yang mengikuti kegiatan bercerita pada

gilirannya akan mengikuti kegiatan menggambar, melipat kertas dan

membentuk plastisin. Melalui cara ini, masing-masing anak akan

mendapatkan kegiatan atau pengalaman belajar yang sama secara

bergantian.

Sekarang sudah banyak buku-buku cerita. Melalui cerita islami

seperti do’a anak muslim, seri 20 kisah teladan perjalanan hidup

Rasulullah yang meliputi judul “Aku adalah Gajah, Kisah Buroq, Aku

sumur Badar dan sebagainya.”19

Kegiatan bercerita memberikan sejumlah manfaat bagi aspek

perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor anak. Memberikan

pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan

perasaan, membangkitkan semangat, dan menimbulkan keasyikan

tersendiri. Sehingga memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak

TK.

Dari tema cerita yang disajikan guru dengan cara yang menarik

menjadikan anak larut dalam imajinatif dalam cerita itu. Anak akan

mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam cerita yang mempunyai sikap-sikap

yang baik dan menghindari berbuat seperti tokoh-tokoh cerita yang tidak

baik. Misalnya kalau guru bertutur cerita “Bawang Merah dan Bawang

Putih”. Maka anak akan mengidentifikasikan dirinya sebagai Bawang

Putih karena Bawang Putih itu anak yang berbakti kepada orangtua, yang

suka menolong, suka bersahabat, suka bekerja, tidak mendendam, rajin

dan sebagainya. Sebaliknya anak tidak menyukai Bawang Merah karena ia

19Tuti Handayu, Memaknai Cerita Mengasah Jiwa Panduan Menanamkan Nilai

Moral pada Anak Melalui Cerita, (Solo: Era Intermedia, 2001), hlm. 121-122.

Page 32: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

19

anak yang suka menjelek-jelekkan anak lain, suka curang, pemalas, mau

menang sendiri dan sebagainya.20

Bermacam nilai sosial, moral dan agama dapat ditanamkan melalui

kegiatan cerita. Nilai-nilai sosial yang dapat ditanamkan kepada anak

misalnya bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam hidup bersama

dengan orang lain, seperti saling menolong, saling menghormati dan lain-

lain.

Metode cerita adalah merupakan salah satu metode yang

digunakan pendidik di TK. Metode cerita merupakan salah satu pemberian

pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada

anak secara lisan.

Metode cerita diartikan sebagai teknik yang dilakukan dengan cara

bercerita yaitu mengungkapkan peristiwa-peristiwa bersejarah yang

mengandung nilai pendidikan moral, rohani, dan sosial bagi seluruh umat

manusia di segala tempat dan zaman, baik yang mengenai kisah yang

bersifat kebaikan maupun kedzaliman atau juga ketimpangan jasmani,

rohani, materi dan spiritual yang dapat melumpuhkan semangat manusia.21

Menurut Armai Arief, metode cerita adalah suatu cara dalam

menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis

tentang bagaimana terjadinya suatu hal baik yang sebenarnya atau rekaan

saja.22

Dalam Bahasa Inggris, cerita diartikan sebagai “Story atau Tale, is

a story from ancient times about people and event, that may not be true.”

Yang artinya, cerita kuno tentang orang-orang dan suatu kejadian yang

terjadi atau tidak mungkin terjadi. Sedangkan Tale is an imaginative story,

especially one that is full of action ang adventure.23 Artinya cerita

imajinasi yang khusus tentang aksi dan petualangan.

20Moeslichatoen, Op.Cit., hlm. 169.

21Muhaimin, Op.Cit., hlm. 260.

22Armai Arief, Op.Cit., hlm. 160.

23A. S. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English,

(Oxford: University Press, 1989), hlm. 734.

Page 33: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

20

Sedangkan dalam English Language Dictionaries, cerita diartikan

sebagai the general term for narrative or recital in fiction, a story is

usually co sidereal the presentation of struggle; cerita atau kisah adalah

istilah umum untuk periwayatan atau pengisahan dari suatu kejadian,

dalam karya fiksi. Cerita biasanya dianggap sebagai pertunjukan suatu

perjuangan.24

2. Tujuan Penggunaan Metode Cerita

Bercerita bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu

mendengarkan dengan berkonsentrasi dan mengekspresikan perasaannya

terhadap apa yang diceritakan. Adapun tujuan diberikannya metode

bercerita menurut Depdiknas yaitu:

a. Melatih daya tangkap anak

b. Melatih daya fikir anak

c. Melatih daya konsentrasi anak

d. Membantu perkembangan fantasi atau imajinasi anak

e. Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab di dalam kelas.

3. Jenis Cerita

Ada beberapa jenis cerita anak, yaitu cerita-cerita rakyat, fantasi

(khayal), cerita realistis, cerita sains, biografi, dan cerita keagamaan.

a. Cerita Rakyat

Cerita rakyat meliputi dongeng, legenda, mite, dan sage.

Keempat cerita rakyat tersebut memiliki beberapa perbedaan

menyangkut permasalahan cerita, tokoh cerita, serta anggapan pemilik

terhadap keberadaan cerita rakyat tersebut.

1) Dongeng meliputi fabel dan lelucon. Fabel yaitu dongeng yang

menggambarkan watak dan budi pekerti manusia yang pelakunya

diperankan binatang, misalnya dongeng Kancil dengan siput,

dongeng Bangau dengan kura-kura, dongeng Kancil mencuri

24Ibid., hlm. 1326.

Page 34: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

21

timun, dan lain-lain. Dongeng lelucon, yaitu dongeng yang

mengisahkan kebodohan seseorang yang disampaikan dengan

penuh lelucon, misalnya Joko Bodo, Si Kabayan, Pak Dogot, dan

lain-lain.

2) Legenda, yaitu cerita yang dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak

sakral oleh pemilik cerita. Menurut Hooykaas, legenda sebenarnya

didasarkan pada sejarah, misalnya cerita tentang seseorang yang

mengembangkan agama. Biasanya cerita ini menceritakan sesuatu

hal yang ajaib, yakni kejadian yang menandakan kesaktian.

Legenda juga berhubungan dengan sejarah kejadian atau keanehan

alam, seperti: kisah suatu negeri, munculnya suatu pulau,

lenyapnya sebuah kota, dan sebagainya. Barangkali, kejadian yang

sebenarnya tidak demikian, tetapi oleh sang pengarang dibuatlah

sebaik-baiknya. Isi ceritanya tentang asal-usul nama tempat, nama

gunung, nama sungai, nama danau, dan lain-lain, misalnya asal

mula Candi Prambanan, asal mulanya kota Surabaya, asal mula

Gunung Tangkuban Perahu, dan lain-lain.

3) Saga/sage, yaitu dongeng yang didalamnya mengandung unsur

sejarah, misalnya Ken Arok dan Ken Dedes, Damarwulan, Joko

Tingkir, dan lain-lain.

4) Mite, yaitu dongeng yang menceritakan tentang dewa-dewi atau

makhluk lain yang mempunyai sifat kedewaan, misalnya Nyi Rara

Kidul, Dewi Sri, Gerhana Bulan, dan lain-lain.25

b. Cerita Realistis

Sebagaimana namanya, cerita realistis berarti yang terjadi dalam

dunia atau kehidupan nyata. Cerita ini ditandai dengan munculnya

tokoh-tokoh manusia dengan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari

dengan penyampaian pesan-pesan moral. Jenis cerita ini paling banyak

mendominasi cerita yang berkembang saat ini, apalagi dengan

menjamurnya buku cerita anak.

25Tadkiroatun Musfiroh, Op.cit., hlm. 68.

Page 35: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

22

c. Cerita Sains (ilmiah)

Cerita sains ini bersifat ilmiah. Akhir-akhir ini cerita sains

berkembang pesat. Munculnya cerita sains ini dipengaruhi oleh

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Cerita di ruang

angkasa dan cerita robot merupakan contoh jenis cerita sains.

d. Cerita Khayal atau Fantasi

Cerita khayal (pesan disampaikan dengan cerita rekaan) ini

bersifat khayalan belaka atau cerita yang tidak terjadi dalam dunia atau

kehidupan nyata. Biasanya cerita fantasi ini ditandai dengan unsur

sulap, atau munculnya makhluk dari dunia lain yang berwujud dewa-

dewi.

e. Biografi

Biografi merupakan cerita yang berisi tentang riwayat hidup

seorang tokoh, misalnya riwayat pangeran Diponegoro, riwayat RA

Kartini, riwayat Thomas Alfa Edison, riwayat Einstein, dan seagainya.

Cerita seperti ini dapat memacu anak untuk melakukan kebaikan,

semangat berprestasi, dan semangat pantang menyerah. Pesan-pesan

kepahlawanan juga dapat dimunculkan dalam cerita ini.

f. Cerita Keagamaan

Dengan berkembangnya kesadaran beragama di kalangan

masyarakat, cerita keagamaan di kalangan anak-anak juga banyak

merebak, baik dalam bentuk buku-buku cerita maupun aktivitas

bercerita di sekolah. Dalam perkembangan lainnya, cerita keagamaan

juga banyak dikemas dalam bentuk cerita bergambar yang lebih

menarik untuk berbagai usia. Cerita keagamaan bisa diambil dari cerita

para Nabi, cerita sahabat Nabi, dan sebagainya. Pesan spiritual dan

pesan moral sangat dominan dalam cerita jenis ini.26

26Tadzkiroatun Musfiroh, Op.Cit., hlm. 68-72.

Page 36: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

23

4. Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Cerita

a. Kelebihan/manfaat Metode Cerita

1) Dapat membangkitkan minat anak

2) Menumbuhkan sikap perilaku yang positif pada anak

3) Menanamkan nilai-nilai moral

4) Melatih pendengaran

5) Mengendalikan emosi

6) Memperkaya kosa kata

7) Mengembangkan daya fakir

8) Menumbuhkan rasa cinta tanah air.27

b. Kekurangan/kelemahan Metode Cerita

1) Guru tidak dapat mengetahui secara pasti sampai dimana para

siswa telah mengerti (memahami) keterangan-keterangan dari

guru.

2) Dalam diri siswa kemungkinan besar akan terbentuk konsep-

konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan guru.

Kesukaran utama bagi siswa terletak dalam memahami dan

menafsirkan istilah-istilah.

3) Siswa cenderung bersifat pasif, kurang dapat mengemukakan

pendapat-pendapat sehingga inisiatif dan daya kreasinya tertahan.

4) Para siswa sukar mengkonsentrasikan perhatian mereka tarhadap

keterangan-keterangan guru, terutama pada siang atau sore hari.28

B. Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Setiap orang tua pasti mendambakan dan menanti-nantikan

kehadiran anak, selain sebagai suatu kebanggaan, juga diharapkan dapat

menjadi penerus keturunan bagi mereka. Tangisan bayi yang baru lahir

27H. Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Dirjen Bimbaga, 1998), hlm.

146. 28Ibid., hlm. 147.

Page 37: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

24

akan disambut dengan penuh gembira dan harapan dari kedua

orangtuanya.29

Anak adalah keturunan yang kedua setelah ibu bapak atau manusia

yang masih kecil. Masa dini adalah berkisar antara usia 3 sampai 6

tahun.30 Masa dini juga bisa dikatakan suatu masa pada anak yang belum

memasuki usia sekolah dasar. Pakar psikologi berbeda pendapat dalam

menetapkan batas usia anak usia dini, diantaranya:

Soemiarti Patmonodewo mengatakan anak usia dini adalah mereka

yang berusia 3 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program

prasekolah atau kindergarten. Masa ini umumnya anak usia prasekolah

yang mengikuti program penitipan anak antara 3 bulan sampai 5 tahun,

kelompok bermain 3 tahun, sedangkan usia 4 sampai 6 tahun anak

mengikuti program taman kanak-kanak.31

Jalaluddin membagi masa usia dini pada dua masa yaitu masa

antara 0 sampai 2 tahun, masa ini merupakan masa vital bagi anak dan

masa 3 sampai 6 tahun, masa ini merupakan masa estetik bagi anak. Masa

estetik adalah suatu masa yang akan dapat dididik secara langsung yaitu

melalui pembiasaan kepada hal-hal yang baik.32

Anak usia dini (0 sampai 6 tahun) adalah seseorang yang belum

baligh dan belum mempunyai beban taklif, yaitu belum dibebankan untuk

melaksanakan hukum-hukum syara’ baik yang terkait dengan ibadah,

mu’amalah, akhlaq, dan lain-lain. Namun tidak berarti pendidikan baru

diberikan kepada anak pada saat usia baligh. Rasulullah SAW telah

menuntun kita untuk memulai pendidikan sejak dini, Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW:

29Zainuddin, Anak dan Lingkungan Menurut Pandangan Islam, (Jakarta: Andes

Utama Prima, 1994) cet.1, hlm. 1. 30Hadi Subrata, Meningkatkan Intelegensi Anak Balita, (Jakarta: Gunung Mulia,

1988) cet 1., hlm. 69. 31Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Usia Prasekolah, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2000) cet.1, hlm. 19. 32Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001)

cet.1, hlm. 131.

Page 38: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

25

حدلالاىل اطلب العلم من املهدArtinya: Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat

33

Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh

ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang

secara seksual yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun

untuk pria. Selama periode ini (kira-kira 11 tahun yang signifikan, baik

secara fisik maupun psikologis). Sejumlah ahli membagi masa anak-anak

menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa

anak-anak awal berlangsung dari usia 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa

anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai anak matang secara seksual.34

2. Batasan Anak Usia Dini

Dalam undang-undang perlindungan anak UU PA Bab 1 pasal 1

ayat 1 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah “seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan.” Sedangkan menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab 1 pasal 1 ayat 14, yang dimaksud

anak usia dini adalah mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun.

Batasan tersebut diatas jelas menegaskan bahwa anak usia dini adalah

bagian dari usia anak.35

Sementara itu ada kategori lain menurut para ahli tufts University

misalnya, merinci 4 kategori yaitu: bayi (usia 0-2) tahun, usia dini (usia 2-

6) tahun, kanak-kanak (usia 6-13) tahun, dan remaja (usia 13-16) tahun.

Dua kelompok pertama pada kategori ini mencakup pengertian pembelajar

usia dini seperti yang digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003. Sementara

itu, Scott dan Ytreberg menyebut batasan usia 5 sampai 11 tahun sebagai

33

http://WWW.cahboyz.co.cc/2010/07/kewajiban-menuntut-ilmu.html/tgl 23

Mei 2011, jam 11.00 34Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1996), hlm. 108. 35Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2003,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 4.

Page 39: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

26

pembelajar muda (young learner). Slattery dan Willis mengajukan 2

kelompok kategorisasi: Pembelajar sangat muda (< 7) tahun dan

pembelajar muda (> 7) tahun. Meskipun tidak menyebut secara eksplisit,

kategorisasi terakhir ini mencakup pembelajar kanak-kanak namun

mengesampingkan pembelajar remaja. Apabila interpretasi ini benar, maka

pembelajar muda dalam kategori ini meliputi mereka yang memiliki usia

antara 7-13 tahun. Batasan ini mendekati batasan yang disebut oleh Scott

dan Ytreberg. Sedangkan menurut ahli dalam pendidikan, anak usia dini

adalah mereka yang berusia 0-8 tahun.36

Berdasarkan beberapa batasan pengertian di atas, maka yang

dimaksud anak usia dini adalah anak yang belum memasuki usia sekolah

dasar, berumur antara usia 3 sampai 6 tahun yang dididik langsung oleh

kedua orangtuanya di lembaga pendidikan informal (keluarga) serta

dididik oleh guru di lembaga pendidikan formal (TKA/TPA).37

Batasan yang digunakan oleh The National Association for The

Education of Young Children (NAEYC), dan para ahli pada umumnya,

yaitu:

a) Early Childhood (anak masa awal), adalah anak sejak lahir sampai

dengan usia 8 tahun. Batasan ini digunakan untuk anak yang belum

mencapai usia sekolah (preschool).

b) Early Childhood Setting (tatanan anak masa awal), menunjukkan

pelayanan untuk anak sejak lahir sampai dengan usia 8 tahun suatu

pusat penyelenggaraan, rumah, atau institusi seperti Kinderganten,

Sekolah Dasar dan program rekreasi yang menggunakan sebagian

waktu atau penuh.

c) Early Childhood Education (pendidikan awal masa anak) terdiri

pelayanan yang diberikan dalam tatanan awal masa anak.38

36

http://guruenglish.wordpress.com/2008/12/21/usia-dini-dan-pendidikan-

anak-usia-dini/tgl 17 Desember 2010 jam 13.49. 37Hadi Subrata, Op.Cit., hlm. 43.

38Soemoarti patmonodewo, Op.Cit., hlm. 43.

Page 40: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

27

Pendidikan anak usia dini adalah upaya “mencerdaskan kehidupan

bangsa” bagi mereka yang berusia antara 0-6 tahun, yaitu “upaya

pembinaan yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih

tinggi”.39 Bentuk penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat

dilakukan melalui berbagai cara. Menurut pasal 28, pendidikan anak usia

dini dapat diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar baik melalui

jalur pendidikan formal, yang dapat berbentuk Taman Kanak-kanak (TK),

Raudhatul Athfal, atau yang sederajat: non formal, yang dapat berbentuk

Kelompok Bermain (KB) atau Taman Penitipan Anak (TPA): dan jalur

pendidikan informal yang berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan

yang diselenggarakan masyarakat.40 Dalam pembelajaran bilingual pada

pendidikan anak usia dini dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai

modul pendidikan seperti yang dimaksud dalam pasal 28 tersebut di atas.

Namun demikian, sesuai dengan batasan tentang pengertian usia dini yang

digunakan dalam tulisan ini seperti yang dikemukakan di bagian

sebelumnya, pendidikan setingkat sekolah dasar dapat juga digunakan

sebagai modul pembelajaran bilingual.

Berdasarkan pada batasan usia sebagaimana telah disebutkan di

atas, anak usia dini dapat dikelompokkan menjadi: (1) masa Bayi, yaitu

usia lahir sampai 12 bulan; (2) masa Toddler (batita) yaitu usia 1 sampai

dengan 3 tahun; (3) dan masa prasekolah yaitu usia 3 sampai dengan 5

tahun.41 Sedangkan menurut pakar tahapan ini ditambah dengan satu

tahapan lagi yaitu (4) masa kelas awal Sekolah Dasar yaitu antara usia 6

sampai dengan 8 tahun.

PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan

yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan

39Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab 1

Pasal 1 Ayat 14, Log.Cit 40Ibid., hlm. 19.

41Soemiarti Patmonodewo, Op.Cit., hlm. 44.

Page 41: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

28

perkembangan fisik dan kecerdasan: daya fikir, daya cipta, emosi,

spiritual, berbahasa/komunikasi, dan sosial.

Oleh masyarakat, PAUD diidentikkan pendidikan TK. Tentu

pendapat ini kurang tepat mengingat pendidikan TK hanya dialami anak

satu atau dua tahun. Itu pun jika anak sempat merasakan pendidikan TK.

Mengingat batasan PAUD adalah usia anak sejak lahir hingga enam tahun,

PAUD lebih banyak dilaksanakan di lingkungan keluarga. Dengan

demikian, keluargalah yang paling bertanggung jawab pada PAUD.

3. Perkembangan Anak Usia Dini

Para ahli pendidikan sepakat bahwa setiap periode perkembangan

memiliki tugas perkembangan masing-masing. Pendidikan prasekolah bagi

anak seharusnya dirancang sesuai dengan tugas perkembangan anak,

supaya anak mampu mencapai tugas-tugas perkembangan mereka secara

optimal.42

Perkembangan atau development berarti serangkaian perubahan

progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan

pengalaman.43 Dalam kamus Psikologi ada tiga arti perkembangan yaitu:

pertama, perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam

organisme, mulai lahir sampai mati. Kedua, perubahan dalam bentuk dan

dalam integrasi dari jasmaniah. Ketiga, kedewasaan atau kemunculan

pola-pola dari tingkah laku yang tidak dipelajari.44

Dari ketiga arti di atas dapat dipahami bahwa perkembangan

adalah perubahan. Perubahan pada diri manusia terdiri dari dua perubahan

yaitu perubahan secara kualitatif akibat dari perubahan psikis dan

perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. Perubahan kualitatif

disebut perkembangan.45 Namun perubahan kualitatif yang dimaksud

42Theo RIyanto dan Martin Handoko, Pendidikan pada Usia Dini: Tuntutan

Psikologi dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orangtua, (Jakarta: PT Grasindo, 2004),

hlm. Vi. 43Abdul Mudjib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2002) cet.III, hlm. 91. 44Kartini Kartono, Kamus Psikologi, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hlm. 134.

45 Abdul Mudjib dan Jusuf Mudzakr, Log.Cit

Page 42: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

29

adalah perubahan kualitatif dari segi fungsional manusia. Perkembangan

tidak ditentukan dari segi material sebagaimana pada pertumbuhan, tetapi

dilihat dari segi fungsi-fungsi.

Perubahan kualitatif dari segi fungsi disebabkan oleh adanya

proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi dan

disebabkan oleh adanya perubahan tingkah laku pengalaman atau belajar.

Jadi dapat diartikan bahwa perkembangan adalah perubahan kualitatif dari

segi fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan pengalamn atau

belajar46

Dalam proses perkembangan terjadi perubahan kualitatif dari segi

fungsi. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa aspek baik fisik

maupun psikis. Adapun Aspek fisik yang berkembang yaitu

perkembangan fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh, fungsi sensorik

pada alat-alat indera, fungsi neurotik pada sistem saraf, fungsi seksual

pada bagian-bagian tubuh yang erotis, fungsi pernafasan pada alat

pernafasan, fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan.

Adapun aspek psikis yang berkembang pada manusia khususnya

anak usia prasekolah adalah perkembangan kognitif, perkembangan emosi

dan perkembangan sosial anak, perkembangan moral dan perkembangan

keberagamaan.47

a. Perkembangan Pikiran

Perkembangan pikiran selalu setingkat dan sejalan dengan

perkembangan sosial, bahasa adalah alat untuk berfikir. Karena itu

sering dikatakan bahwa berfikir adalah berbicara yang tidak diucapkan

dan bercakap adalah berfikir yang tidak diucapkan.

Pada masa ini anak baru berada dalam tingkat berfikir konkret.

Artinya fikirannya masih erat hubungannya dengan benda atau

46Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) cet.1,

hlm 5. 47Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung

Mulia, t, th), hlm. 49.

Page 43: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

30

keadaan-keadaan nyata. 48 Ia akan menolak memakan sesuatu makanan

apabila ia pernah mengalami sakit perut sesudah makan makanan

sejenis itu. Dengan demikian dapat dijelaskan betapa pentingnya

orangtua/guru melatih anak untuk menggunakan bahasa dengan teratur.

Dalam kehidupan sehari-hari istilah pikiran sering dianggap

identik dengan istilah penalaran, kecerdasan, dan intelegensi. Tetapi

bisa pula diartikan bahwa pikiran adalah hasil kegiatan berfikir.

Kegiatan berfikir menggunakan sarana atau alat yang disebut akal atau

otak.49 Dengan demikian yang dimaksud dengan perkembangan pikiran

adalah hal-ihwal kemampuan berfikir manusia pada masa kanak-kanak.

b. Perkembangan Daya Ingat

Ingatan adalah suatu daya jiwa yang dapat menerima,

menyimpan dan memproduksi kembali pengertian-pengertian atau

tanggapan-tanggapan. Ingatan dipengaruhi oleh sifat perorangan,

keadaan di luar jiwa (misalnya alam sekitar, keadaan jasmani) dan

keadaan jiwa (misalnya kemauan, perasaan) serta umur.50

Daya ingatan anak akan bersifat tetap jika anak telah mencapai

umur 4 tahun. Selanjutnya daya ingatan anak akan mencapai intensitas

terbesarnya jika anak berumur 8 sampai 12 tahun.

Sebelum berumur setengah tahun (0;6), pada umumnya anak

belum mengenal benda disekitarnya secara hakiki. Misalnya seorang

ibu menyodorkan sendok makan kepadanya, anak mengenal keadaan

itu, tetapi jika sendok itu ditaruh atau diletakkan di atas meja, maka

anak sudah tidak mengenal benda itu lagi. Baru setelah berumur lebih

dari satu tahun, secara perlahan-lahan anak mulai mengenal

lingkungannya.51

c. Perkembangan Bahasa

48Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.

72. 49Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahib, Psikologi: Suatu Pengantar

dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004) cet.1, hlm. 63-64. 50Agus Suyanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1979), hlm. 49.

51Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Op.Cit., hlm. 58.

Page 44: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

31

Pada akhir tahun pertama kelahiran anak dan menjelang tahun

kedua, ada perkembangan anak yang menonjol yakni mulai

menunjukkan kemampuannya untuk dapat berjalan sendiri dan

kemampuan berbahasa atau berbicara. Penggunaan bahasa berikutnya

secara berangsur, anak akan mengikuti bakat serta ritme perkembangan

yang dialami.52

Perkembangan bahasa merupakan salah satu perubahan psikis

yang harus diperhatikan oleh orang tua sebagai pendidik untuk anak-

anaknya. Pada masa ini sebaiknya orang tua membiasakan kepada

anaknya untuk senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik, sehingga

anak dapat terbiasa untuk mengucapkannya hingga usia dewasa.

d. Perkembangan Perasaan

Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai dengan

perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang.

Perasaan biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari individu

pada suatu waktu misalnya orang merasa sedih, senang, terharu dan

sebagainya.53

Bagi anak-anak, perkembangan perasaan itu sangat cepat dan

besar sekali sehinggga umumnya anak-anak akan lebih emosional

dibandingkan dengan orang dewasa. Pandangan mereka akan mudah

merasa senang, periang, sedih dan susah atau justru kesenangan orang

lain pun belum mereka hayati dengan baik.

e. Perkembangan Fantasi

Fantasi adalah imajinasi untuk membentuk tanggapan-

tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan-tanggapan yang baru itu

tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.54 Pada

masa usia prasekolah berkembangan rasa fantasi pada anak, karena

pada masa ini disebut juga masa fantasi. Mereka menyenangi kreasi

52 Ibid, hlm. 59.

53Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Op.Cit., hlm. 152.

54Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 27.

Page 45: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

32

yang bersifat fantasi baik dalam mendengar dan membuat cerita

ataupun menciptakan sesuatu secara sederhana.

Periode ini merupakan periode yang penting bagi perkembangan

kognitif anak. Imajinasi memberi kesempatan pada anak untuk

mencoba ide dan mengembangkan cara menyelesaikan masalah. Anak

mulai tertarik untuk mengetahui segala sesuatu dan bertanya secara

terus menerus.

f. Perkembangan Sosial

Pada masa antara 3 sampai 5 tahun, sikap sosial yang positif

bagi anak akan muncul dan mulai berkembang. Perkembangan sikap

sosial didukung oleh perkembangan emosi dan proses berfikir yang

semakin meningkat. Perkembangan merupakan faktor yang penting

bagi anak-anak untuk mencapai sukses dalam melaksanakan tugas

perkembangannya.55

Pada usia ini, anak berkembang dari kemelitan egosentris

(egocentric curiosity) ke kapasitas untuk bergaul dengan sebayanya.

Mereka cenderung ke sifat egosentris, dimana cenderung memikirkan

kepentingan diri sendiri dari pada orang lain.

g. Perkembangan Emosi

Utami Munandar mengemukakan bahwa anak kecil atau usia

prasekolah cenderung melampiaskan emosi dalam perilakunya. Anak

masih bersifat egosentris (terpusat pada diri sendiri) yang tampak dalam

perilakunya yang sering kurang terkendali. Perkembangan emosi

ditandai dengan munculnya sikap egosentris pada diri setiap anak.

Perkembangan emosi ini muncul disebabkan oleh kesadaran

anak bahwa dirinya mempunyai kemauan dan kehendak sendiri yang

dapat berbeda dengan orang lain. Kesadaran itu merupakan awal dari

usaha untuk mewujudkan diri sebagai suatu individu dengan

menunjukkan bahwa dirinya tidak sama dengan orang lain.

55Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Op.Cit., hlm 131.

Page 46: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

33

Masa ini merupakan masa kritis pertama yang sangat

memerlukan kesabaran dan kebijaksanaan. Orangtua sebaiknya sebagai

pendidik tidak memaksakan kehendak kepada anak, akan tetapi anak

harus ditumbuhkan kebiasaan melakukan sesuatu yang baik.

h. Perkembangan Moral

Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap

moralitas terhadap kelompok sosialnya (orangtua, saudara dan teman

sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain (orangtua,

saudara dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang kegiatan

atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak

boleh/tidak disetujui.56

i. Perkembangan Keagamaan

Anak dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun

psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki

kemampuan bawaan (hereditas). Potensi bawaan ini memerlukan

pengembangan melalui bimbingan dan arahan. Salah satu potensi

bawaan yang dibawa manusia adalah potensi beragama. Potensi

beragama berperan penting di dalam mengarahkan potensi tersebut.

Perkembangan beragama pada anak-anak melalui tiga tingkatan,

salah satunya adalah perkembangan beragama usia 3-6 tahun atau

prasekolah. Pada tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak

dipengaruhi oleh kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama

pun anak masih menggunakan konsep fantasi.57

Menurut Milton dan Hurlock menyatakan “masa kanak-kanak

meramalkan masa dewasa, sebagaimana pagi hari meramalkan hari

baru.”

56Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 175. 57Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) cet.VI,

hlm. 66.

Page 47: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

34

Kebanyakan psikolog anak mengatakan bahwa tahun-tahun

prasekolah dari usia sekitar 2-5 tahun adalah paling penting dari seluruh

tahap-tahap perkembangan dan suatu analisis fungsional tahapan

tersebut jelas menunjukkan kesimpulan yang sama. Karena pada fase

ini merupakan periode diletakkannya dasar struktur perilaku kompleks

yang dibangun sepanjang kehidupan anak.

Sedangkan menurut Jean Piaget seorang ahli perkembangan

anak menyatakan tentang tahap perkembagan kognitif anak, pada usia

2-4 tahun anak berada pada tahap Preoperational Phrase. Pada tahap

ini, anak sangat self-centered dan egosentris; ia hanya memahami

kehidupan dari perspektifnya. Maka tidak heran bila mereka sering

tidak memahami pendapat orang lain, termasuk orangtuanya sendiri.

4. Macam-macam Kemampuan Sosial

Awal masa kanak-kanak sering disebut sebagi masa pra

kelompok dasar. Untuk sosialisasi pada awal kanak-kanak (usia dini)

dapat dilihat dari meningkatnya hubungan sosial antara anak-anak

dengan teman sebayanya dari tahun ke tahun. Menurut Hurlock, bahwa

anak usia 2 dan 3 tahun telah menunjukkan minat yang nyata untuk

melihat anak-anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan

mereka.58

Yusuf LN mengemukakan bahwa perkembangan sosial

merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial sebagai

proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma

kelompok, moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi satu

kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama.59 Sedangkan

menurut Suenn Robinson Ambron dalam buku karya Yusuf LN,

mengartikan sosialisasi sebagai proses belajar yang membimbing anak

58Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit., hlm. 17.

59Syamsu Yusuf LN, Op.Cit., hlm. 122.

Page 48: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

35

kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi

anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.60

Menurut Soemiarti Padmonodewo, anak prasekolah memiliki

ciri sosial sendiri. Ciri sosial anak prasekolah adalah sebagai berikut:

Anak prasekolah biasanya memiliki satu atau dua orang teman,

namun pertemanan itu tidak berlangsung lama; Kelompok bermainnya

cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik; Anak yang

lebih muda biasanya bermain dengan anak yang lebih besar; Pola

bermain anak prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan

kelas sosial dan gender; Perselisihan terjadi tapi tidak lama kemudian

sudah berbaikan kembali; Telah menyadari peran jenis kelamin dan sex

typing.61

Hurlock memaparkan pola perilaku sosial anak sebagai berikut:

a. Meniru

Anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia

kagumi agar sama dengan kelompok.

b. Persaingan

Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain

sudah tampak pada usia 4 tahun. Ini dimulai di rumah dan

kemudian berkembang dalam bermain dengan anak diluar rumah.

c. Kerjasama

Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif kelompok mulai

berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya

berlangsung.

d. Simpati

Simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan

emosi orang lain. Maka hal ini hanya kadang-kadang timbul

sebelum usia 3 tahun.

60Syamsu Yusuf LN, Op.Cit., hlm. 123.

61 Soemiarti Padmonodewo, Op.Cit., hlm 35.

Page 49: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

36

e. Empati

Empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan

emosi orang lain tetapi disamping itu juga membutuhkan

kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain,

seperti halnya bermain.

f. Dukungan Sosial

Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, dukungan

sosial dari teman-taman menjadi lebih penting dari pada

persetujuan orang dewasa.

g. Membagi

Anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh

persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya terutama

mainan untuk anak lain, hal tersebut karena adanya pengalaman

bersama orang lain.

h. Perilaku Akrab

Anak berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada

orang lain diluar rumah.62

Sikap anak-anak terhadap orang lain dan pengalaman sosial

dan seberapa baik mereka dapat bergaul dengan orang lain,

sebagian besar akan tergantung pada pengalaman belajar selama

bertahun-tahun awal kehidupan yang merupakan masa

pembentukan. Apakah mereka akan belajar menyesuaikan diri

dengan tuntutan sosial dan menjadi pribadi yang dapat

bermasyarakat tergantung pada empat faktor.

Pertama, kesempatan yang penuh untuk sosialisasi adalah

penting karena anak-anak tidak dapat belajar hidup bermasyarakat

dengan orang lain jika sebagian besar waktu mereka dipergunakan

seorang diri. Kedua, dalam keadaan bersama-sama anak-anak tidak

hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat

dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang

62Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit., hlm. 118.

Page 50: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

37

topik yang dapat difahami dan menarik bagi orang lain. Ketiga,

anak akan belajar sosialisasi hanya apabila mereka mempunyai

motivasi untuk melakukannya. Motivasi sebagian besar bergantung

pada tingkat kepuasan yang dapat diberikan oleh aktivitas sosial

kepada anak. Keempat, metode belajar yang efektif dengan

bimbingan adalah penting.63

5. Upaya untuk Meningkatkan Sikap Sosial Anak Melalui Metode

Cerita

Menurut Sujiono dan Nurani, setiap anak akan melalui proses

yang panjang dalam perkembangan sosial. Berikut ini adalah proses

sosialisasi pada setiap individu mulai dari kecil sampai dewasa:

a. Proses Imitasi

Prroses ini berupa peniruan terhadap tingkah laku atau sikap

serta cara pandang orang dewasa (model) dalam aktifitas anak yang

dilihat pada saat belajar bergaul dengan orang-orang terdekatnya

(orang tua).

b. Proses Identifikasi

Prose ini berupa proses terjadinya pengaruh sosial pada

seseorang yang didasarkan pada orang tersebut untuk menjadi seperti

individu yang dikaguminya.

c. Proses Internalisasi

Proses ini berupa proses penanaman serta penyerapan nilai-

nilai.

Sebagai makhluk sosial, individu mengalami sosialisasi

sepanjang kehidupannya sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia.

Menurut Burger dan Lukman, sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap:

a) Sosialisasi Primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu

semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat. Dalam

tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke

63Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak; Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga,

1978), hlm. 251-252.

Page 51: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

38

dalam dunia umum dan keluarga yang berperan sebagai agen

sosialisasinya.

b) Sosialisasi Sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang

memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam

sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.64

Menurut Talcot Parson proses sosialisasi pada masa kanak-kanak

awal terjadi dalam beberapa fase. Fase-fase tersebut dalam proses

sosialisasi dijlaskan sebagai berikut:

Fase pertama, yaitu Fase Laten. Dalam fase ini sosialisasi yang

berlangsung belum terlihat nyata. Pengenalan anak terhadap diri sendiri

tidak jelas dan anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri

sendiri dan dapat melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Fase

kedua, yaitu Fase adaptasi. Dalam fase ini anak mulai mengadakan

penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Fase ketiga, yaitu Fase-

fase pencapaian tujuan. Tingkah laku anak yang sudah mencapai fase ini

dalam proses sosialisasinya tidak lagi hanya sekedar penyesuaian diri,

tetapi lebih terarah untuk maksud dan tujuan tertentu. Fase keempat, yaitu

Fase Integrasi. Dalam fase ini tidak lagi hanya sekedar penyesuaian

(adaptasi) atau pun untuk mendapatkan penghargaan dari orang tuanya

(tujuan), namun sudah menjadi bagian dari dirinya sendiri yang memang

ingin dilakukannya (integrasi dalam dirinya sendiri).

Menstimulasi perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Salah satunya adalah memberikan pengertian tentang

konsekuensi dari setiap perilaku sosial. Perilaku sosial yang positif seperti

kemampuan bersahabat, kemampuan memahami perbedaan, kemampuan

melakukan aktivitas yang dipuji secara sosial, dan kemampuan mengatasi

konflik perlu ditanamkan sejak dini. Guru atau orangtua dapat

mentransmisikan nilai-nilai sosial kepada anak melalui kegiatan yang

menyentuh kognisi dan afeksi anak. Menurut Musfiroh, Transmisi yang

64Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1999), hlm. 32.

Page 52: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

39

paling menyentuh adalah dengan mengajak anak berbicara dengan

perumpamaan yang teridentifikasi oleh anak.65 Kegiatan yang dimaksud

adalah bercerita.

Aspek perkembangan sosial yang perlu dikembangkan melalui

kegiatan bercerita adalah:

a) Kecakapan bersahabat yang meliputi asosiasi, konversasi

(percakapan), dan persahabatan.

b) Kecakapan berbuat baik meliputi kecakapan merawat, bersikap

lembut, kecakapan menolong, dermawan, melindungi,

mengembangkan kepekaan dan kepedulian.

c) Kecakapan berteman dan berbalas kasih yang meliputi kemampuan

menerima perbedaan bangsa, suku, agama, dan usia.66

Cerita atau dongeng merupakan media informasi dan komunikasi

yang digemari anak-anak, melatih kemampuan mereka dalam memusatkan

perhatian dalam beberapa waktu terhadap objek tertentu. Anak-anak

memperoleh banyak hal dari cerita atau dongeng. Dalam proses

perkembangannya, cerita atau dongeng senantiasa mengaktifkan tidak

hanya aspek-aspek intelektualnya saja, tetapi juga aspek kepekaan,

kehalusan budi, emosi, seni, fantasi, dan imajinasi.

65Tadzkiroatun Musfiroh, Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita untuk

Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 57. 66Ibid., hlm. 57-58.

Page 53: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

40

BAB III

KAJIAN OBJEK PENELITIAN

A. Tinjauan Umum TK Tarbiyatul Athfal 14

1. Sejarah Singkat TK Tarbiyatul Athfal 14

Taman Kanak-Kanak Tarbiyatul Athfal merupakan pendidikan

Anak Usia Dini yang dikelola oleh yayasan muslimat NU dan pengurus

muslimat yang berdiri berdasarkan hasil keputusan bersama antara

masyarakat sekitar dan pengurus tertanggal 1 Juni 2008 di Plantaran.

Taman Kanak-Kanak Tarbiyatul Athfal didirikan pada tahun 2008.

Awal mula didirikannya TK Tarbiyatul Athfal karena adanya keresahan

masyarakat sekitar dengan berdirinya TK yang cenderung mengarahkan

masyarakat untuk mengikuti ajaran kristian. Selain itu, lokasi TK yang

bernuansa Islam juga sangat jauh dari lingkungan sekitar. Karena itu

tokoh-tokoh masyarakat Islam tergerak hatinya untuk mendirikan TK yang

berlandaskan ajaran Islam. Awal dibukanya TK Tarbiyatul Athfal,

kegiatan belajar mengajar berada di gedung TPQ Miftahul Athfal dengan

meminjam dua ruangan yaitu ruang kantor dan satu ruang kelas, serta

halaman parkir untuk tempat bermain di luar kelas. Semua itu disebabkan

karena TK Tarbiyatul Athfal belum memiliki gedung sendiri.

Pada tahun Pertama, TK tarbiyatul Athfal telah membuka dua kelas

yakni kelas A dan kelas B dengan jumlah anak didik 20 orang. Terbagi

dalam 9 anak kelas A dan 11 anak kelas B dengan guru pengajar 2 orang

dan 1 kepala sekolah.

Tahun 2011 merupakan peresmian gedung TK Tarbiyatul Athfal

dan MDA Miftahul Athfal yang dibangun dari dana bantuan pemerintah

melalui program PNPM dan dari dana swadaya masyarakat. Gedung TK

Tarbiyatul Athfal yang baru dibangun, berada satu lokasi dengan gedung

MDA Miftahul Athfal.1

1Siti Samsiyah, Arsip TK Tarbiyatul Athfal 14 th. 2008/2009.

Page 54: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

41

Pada tahun ajaran kedua yaitu tahun 2010 semakin banyak

orangtua yang mendaftarkan anaknya untuk masuk kesekolah tersebut,

sehingga masing-masing kelas A dan B bertambah dengan jumlah peserta

didiknya 42 orang yang terbagi dalam 17 anak kelas A dan 25 anak kelas

B. Begitu juga dengan guru pengajar yang bertambah 1 orang.

Lokasi TK Tarbiyatul Athfal sendiri berada di Desa Plantaran

Dukuh Tangkisan Rt: 01 Rw: VII Kec. Kaliwungu Selatan Kab. Kendal.

Sebelah Utara TK Tarbiyatul Athfal yaitu merupakan kebun pisang milik

warga, sebelah Timur yaitu merupakan halaman dan jalan perbatasan

antara dukuh Tangkisan dengan Patukangan, sebelah Selatan yaitu

merupakan jalan desa, dan sebelah Barat yaitu merupakan rumah

penduduk.

Pelaksanaan pembelajarannya dilaksanakan 6x dalam seminggu,

yaitu dari hari senin sampai sabtu. Lama kegiatannya adalah 2 jam dimulai

dari pukul 07.30 dan berakhir pada pukul 09.30.2

2. Visi, Misi dan Tujuan

1. Visi TK

Menjadi Lembaga Pendidikan yang tangguh untuk

mewujudkan generasi yang berilmu dan bertaqwa.

2. Misi TK

1) Memberikan layanan pendidikan dengan menitik beratkan pada

kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan

kecerdasan Spiritual (SQ).

2) Menciptakan suasana belajar berbasis bermain, eksploratif, kreatif

dan menyenangkan.

3) Memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas dalam rangka

mengemban amanat Allah SWT.

4) Mendidik dan menanamkan budi pekerti serta suri tauladan yang

baik, serta melatih kreativitas anak.

2Arsip Tk Tarbiyatul Athfal 14 th 2008/2009.

Page 55: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

42

5) Mengokohkan pondasi kepribadian anak sebagai tahapan bagi

perkembangan dan pembentukan perilaku anak dalam tumbuh

kembangnya sebagai pribadi dan warga masyarakat.

3. Tujuan TK

1) Meletakkan dasar dan menanamkan nilai-nilai agama islam dalam

jiwa anak sejak dini, agar dikemudian hari menjadi manusia yang

bertaqwa, berbudi luhur dan cerdas.

2) Mengembangkan aktivitas dan kreativitas anak melalui berbagai

kegiatan edukatif, agar anak memiliki keterampilan, kemampuan

dan pengalaman yang bermanfaat bagi pertumbuhan kepribadian

dan pengembangan kehidupan di masa mendatang.

3) Menyiapkan anak untuk mengikuti pendidikan selanjutnya dengan

kualitas yang baik secara intelektual dan agamis.3

3. Program Pembelajaran

Program pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14 meliputi dua

bidang pengembangan kemampuan, yaitu: bidang pembentukan

kemampuan pembiasaan (pengembangan diri) dan bidang pengembangan

kemampuan dasar. Program pengembangan diri meliputi aspek

perkembangan moral, dan nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial,

emosional dan kemandirian. Program kemampuan dasar merupakan

kegiatan yang dipersiapkan oleh pendidik untuk meningkatkan

kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya,

yaitu: bahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni. Seluruh kegiatan

terintegrasi dalam pengembangan agama Islam. Berikut ini adalah tabel

kurikulum TK Tarbiyatul Athfal 14:

3Arsip TK Tarbiyatul Athfal 14 tahun 2008/2009, Ibid.

Page 56: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

43

Tabel 3.1

Kurikulum TK Tarbiyatul Athfal 144

No Keterampilan Dasar Kegiatan Pembelajaran

1. Keterampilan

Fisik/motorik

Memasukan dan mengeluarkan benda

dari wadah, membuat garis tegak, miring

dan melengkung.

2. Kognitif Mengenal benda-benda dari sekitarnya,

memahami konsep sederhana dalam

kehidupan sehari-hari (meniru,

mengumpulkan benda sejenis,

menunjukkan rasa ingin tau yang besar).

3. Kemampuan

Bahasa

Menggunakan bahasa isyarat (seperti

menganggukan kepala, gerakan tubuh,

tangan dan mata), mengerti perintah

sederhana, mampu menguasai

perbendaharan kata dan mengucapkannya

dengan baik.

4. Perkembangan Seni Tepuk tangan mengikuti irama musik,

bernyanyi bebas sesuai dengan irama

musik, menggambar bebas dan mewarnai.

5. Perkembangan

Akhlak dan Sosial

Emosi

Terbiasa menolong, mudah bergaul,

mengerti miliknya sendiri, dapat

mengetahui identitas diri, menunjukkan

rasa percaya diri, dapat menjaga diri

sendiri serta hidup sehat.

6. Perkembangan

Moral dan Nilai-

nilai Agama

Meniru gerakan do’a/sholat yang

sederhana, megikuti aturan serta mampu

belajar berperilaku baik dan sopan,

menyayangi dan memelihara semua

ciptaan Tuhan.

4. Keadaan Pendidik

Dalam pelaksanaan pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14,

dipandu oleh 4 orang pendidik. Berdasarkan data yang ada, masing-

masing pendidik sama-sama berasal dari lingkungan akademik

sebagaimana yang terdapat dalam tabel berikut ini:

4Arsip TK Tarbiyatul Athfal 14 tahun 2008/2009, Ibid.

Page 57: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

44

Tabel 3.2

Tenaga Pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 Tahun 2010-20115

NO Nama L/P Jabatan Pendidikan

Terakhir

Alamat

1 Siti Samsiyah, S.Ag P Kepala

Sekolah

IAIN

Walisongo

Bumen Asri

Plantaran

2 Rahayu Kurniasih,

S.Fil.I

P Guru IAIN

Walisongo

Bumen Asri

Plantaran

3 Indah Qurotul ‘Aini

P Guru UNNES Tangkisan

Plantaran

4 Misronah, SE P Guru Unnisula Gentansari

Plantaran

5. Keadaan peserta didik

TK Tarbiyatul Athfal 14 Ds. Tangkisan-Plantaran Kec. Kaliwungu

Kab. Kendal dari awal berdiri hingga sekarang senantiasa mengalami

peningkatan jumlah peserta didiknya. Hal ini disebabkan karena TK

Tarbiyatul Athfal 14 senantiasa berusaha meningkatkan kualitas anak

didiknya. TK Tarbiyatul Athfal 14 bertekad untuk memberikan pelayanan

maksimal melalui tenaga pendidik yang profesional dalam mendidik anak

didiknya dengan penuh kesabaran, murah senyum, ramah, lugas,

berwibawa, menguasai materi dan memiliki kesiapan dalam

menyampaikan materi serta didukung dengan kurikulum yang

dipersiapkan dengan baik. Selain itu TK Tarbiyatul Athfal 14 juga

dilengkapi sarana dan prasarana yang sangat menunjang kegiatan belajar

5Arsip TK Tarbiyatul Athfal 14 th 2010/2011.

Page 58: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

45

mengajar, sehingga menjadi tempat proses belajar mengajar yang baik,

kondusif dan menyenangkan bagi anak didiknya.6

Berdasarkan dokumentasi data peserta didik yang masuk di TK

Tarbiyatul Athfal 14 yang mulai dari awal tahun pertama didirikan sampai

sekarang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Perkembangan peserta didik TK Tarbiyatul Athfal 147

NO Tahun Pelajaran Jumlah peserta didik

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2010-1011 22 19 41

2 2009-2010 21 21 42

3 2008-2009 12 8 20

Dari uraian jumlah peserta didik yang masuk pada tahun ajaran

2008/2009 sampai tahun ajaran 2010/2011 jumlahnya cenderung naik

turun.

Kondisi peserta didik TK Tarbiyatul Athfal 14 terbagi menjadi

dua kelas yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.4

Jumlah peserta didik tahun 2010-20118

Kelas Jumlah Peserta Didik

Laki-laki Perempuan Jumlah

A 8 9 17

B 14 10 24

Jumlah 22 19 41

Latar belakang anak didik sangat beragam, ada yang berasal

dari keluarga petani, buruh pabrik, pedagang dan penjual jasa (ojek/

6Wawancara dengan Siti Samsiyah, kepala TK Tarbiyatul Athfal 14, 16 Februari 2011

7Arsip TK Tarbiyatul Athfal 14 tahun 2010/2011, Op.Cit..

8Op.Cit.

Page 59: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

46

sopir). Namun latar belakang dari keluarga buruh pabrik yang paling

sangat dominan, karena secara geografis TK Tarbiyatul Athfal 14

berada di lingkungan yang dekat dengan pabrik-pabrik.

6. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan di TK

Tarbiyatul Athfal 14 merupakan salah satu aspek yang mempunyai peran

yang sangat penting untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Dalam perkembangannya, TK Tarbiyatul Athfal 14 mempunyai beberapa

sarana dan prasarana yang selalu diusahakan dengan baik.

TK Tarbiyatul Athfal 14 sendiri berada satu lokasi dengan gedung

MDA Miftahul Athfal yang memiliki 7 ruang. Ke 7 ruang tersebut terbagi

atas satu ruang kepala sekolah dan tata usaha untuk TK dan MDA, 5 ruang

kelas yang terbagi atas 2 ruang kelas untuk TK dan 3 ruang kelas untuk

MDA. Untuk tempat penyimpanan alat-alat bermain sendiri berada di

ruang kelas masing-masing, sedangkan alat peraga pembelajaran berada di

ruang kepala sekolah TK. Sedangkan untuk taman baca berada di tengah-

tengah ruang kepala sekolah TK dan MDA. Selain itu ada halaman yang

cukup luas untuk arena bermain.

TK Tarbiyatul Athfal 14 juga dilengkapi dengan sarana dan

prasarana anak seperti ayunan, perosotan, bola dunia, jungkat-jungkit,

tangga melengkung dan mangkok putar.9

9Wawancara dengan Siti Samsiyah (kepala sekolah TK Tarbiyatul Athfal 14), 24 Februari

2011

Page 60: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

47

7. Struktur Organisasi

Susunan Pengurus TK Tarbiyatul Atfal 1410

Ketua

10Arsip TK Tarbiyatul Athfal 14 tahun 2010/2011, Op.Cit.

Penanggung

Jawab Penasehat Pelindung

BENDAHARA 1. Ambar Astuti

2. Zahrotuddiniyah

SEKRETARIS I

Sigit Purnomo

SEKRETARIS II

Misronah, SE

Seksi Pendidikan

1. Siti Samsiyah,

S.Ag

2. Rahayu

Kurniasih, S.Fil.I

3. Indah Qurrotul

Aini

Seksi Usaha / Dana

1. Bayu Adi P

2. Wawan

3. Kamim

Seksi Sarpras

1. Surahman

2. M. Jayuli

3. Mufidin

4. Ngadiyo Jabir

Seksi Humas

1. Agus Wahyudi

2. Istirochah

3. Azizah

4. Siswanto

Page 61: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

48

B. Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan

Sosialisasi Anak Usia Dini di TK Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran

Kaliwungu Kendal

Setiap Taman Kanak-Kanak selalu berusaha untuk mengembangkan

aspek-aspek perkembangan yang dimiliki anak usia dini sebagai peserta didik

agar dapat berkembang secara optimal. Salah satu aspek yang dikembangkan

di TK Tarbiyatul Athfal 14 adalah kemampuan sosialisasi anak usia dini. Agar

dapat memperoleh informasi tentang Pelaksanaan Metode Cerita sebagai salah

satu metode pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14, maka peneliti

melakukan pengamatan dan wawancara dengan bu Indah selaku guru pengajar

disana. Beliau mengungkapkan bahwa metode cerita digunakan sebagai salah

satu metode pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14. Menurut bu Indah,

dengan menggunakan metode cerita beberapa aspek perkembangan yang

dimiliki peserta didik dapat dikembangkan termasuk kemampuan sosialisasi

anak.

1. Tujuan

Tujuan pelaksanaan pembelajaran dengan metode cerita adalah

untuk membiasakan peserta didik senang membaca melalui cerita.

2. Materi

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita di TK

Tarbiyatul Athfal 14, pendidik disana memilih beberapa materi. Materi-

materi tersebut berasal dari beberapa buku pegangan. Diantara buku

pegangan yang digunakan pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 dalam

pembelajaran dengan metode cerita yaitu LKS dan majalah yang

didalamnya terdapat kisah ataupun cerita tentang Nabi dan Rasul.

Namun buku pegangan tersebut tidak ada yang paten. Untuk itu

pendidik diberikan kebebasan mencari sendiri referensi yang dianggap

relevan dengan materi dan mempunyai unsur pendidikan yang sesuai

dengan usia anak. Diantara materi yang diajarkan adalah:

Page 62: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

49

a) Kisah Nabi dan Rasul

Kisah Nabi dan Rasul disini maksudnya adalah kisah-kisah

tentang para Nabi dan Rasul yang membawa syiar islam. Yang berisi

tentang keteladanan mereka. Diantaranya adalah:

1. Kisah Nabi Ibrahim, yang berisi tentang perintah Allah untuk

menyembelih Ismail.

2. Kisah Nabi Muhammad, yang berisi tentang perang Badar.

3. Kisah Nabi Ibrahim, yang berisi tentang mu’jizatnya dan

kedzaliman raja Namrut dan rakyatnya yang menyembah berhala.

4. Kisah Nabi Zakaria, yang berisi tentang telaga Zam-zam.

5. Kisah Nabi Adam, yang berisi tentang kejadiannya sebagai

manusia pertama.

6. Kisah Nabi Yunus, yang berisi tentang ikan paus.

7. Kisah Nabi Muhammad, yang berisi tentang kelahirannya dan

pasukan gajah raja Abrahah yang menyerang ka’bah.

b) Kisah tokoh teladan

1. Kisah sahabat Nabi

2. Kisah tentang asal mula daerah

3. Kisah Walisongo

4. Kisah pahlawan-pahlawan Nasional

5. Kisah-kisah fiksi lainnya.

c) Kisah teladan makhluk hidup

1. Kisah semut dan kupu-kupu yang baik hati

2. Kisah kucing yang rakus

3. Kisah kura-kura dan dua bangau

4. Kisah ayam dan bebek (sang juara).

d) Kisah-kisah imajinasi lainnya.11

11Wawancara dengan Bu Indah, Pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14, tgl 24 Maret 2011.

Page 63: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

50

3. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita di TK

Tarbiyatul Athfal 14, pendidik disana mengawali dengan persiapan.

Diantaranya adalah:

a. Persiapan pribadi

Pendidik di TK Tarbiaytul Athfal 14 mempersiapkan

pribadinya untuk menjalankan aktifitasnya mendidik anak didiknya,

seperti mempersiapkan kondisi tubuh yang prima mulai dari badan

secara keseluruhan dan suara. Persiapan ini tidak hanya dilakukan saat

melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita, tetapi dilaksanakan

pada semua pembelajaran sehari-hari di TK Tarbiyatul Athfal 14.

Selain persiapan fisik, pendidik juga mempersiapkan materi-

materi cerita sebelum pembelajaran. Dari materi cerita tersebut, hanya

cerita-cerita yang memiliki nilai-nilai pendidikan dan sesuai dengan

perkembangan peserta didik saja yang dipilih dan digunakan. Akan

tetapi sebelum masuk kedalam kelas, terlebih dahulu pendidik

membaca dan memahami isi cerita agar pesan yang terkandung dalam

cerita dapat diserap/dipahami dengan baik oleh peserta didik.

b. Persiapan teknis

Persiapan teknis yang dilakukan pendidik TK Tarbiyatul Athfal

14 diantaranya:

1. Administrasi

Administrasi yang dipersiapkan oleh pendidik TK Tarbiyatul

Athfal 14 antara lain:

a) SKH

b) Absen kelas

c) Daftar perkembangan anak didik.

Para pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 melakukan program

perencanaan persiapan mengajar, dengan melihat jadwal mengajar

dan kurikulum yang digunakan.

Page 64: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

51

Dalam pelaksanaan metode cerita terlebih dahulu pendidik

menentukan tema yang akan diberikan kepada peserta didik, yang

sebelumnya pendidik telah menyiapkan rencana pembelajaran

dalam satuan kegiatan harian. Kegiatan harian tersebut dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam menyusun satuan

kegiatan harian maupun mingguan, pendidik TK Tarbiyatul Athfal

14 desa Tangkisan-Plantaran kec. Kaliwungu Selatan Kab. Kendal

mengacu pada standar kompetensi dalam kurikulum 2004

Departemen Pendidikan Nasional.

2. Alat tulis

Alat tulis yang digunakan dalam pembelajaran antara lain:

a) Buku tulis

b) Kapur tulis dan warna

c) Pensil

d) Spidol

e) Pulpen

f) Penggaris panjang.

Tabel 3.5

Pelaksanaan Metode Cerita di TK Tarbiyatul Athfal 1412

No Penggunaan

Cerita

Proses Cerita Kemampuan Sosialisasi

1. Awal

Pembelajaran

a. Peserta didik diberi

kesempatan untuk

menceritakan

pengalaman pribadi di

luar lingkungan

sekolah.

b. Anak yang bercerita

berdiri dan teman-

• Persaingan

• Kerjasama

• Simpati

• Empati

• Dukungan

Sosial

• Perilaku

Akrab

12Hasil Observasi tgl 25 Maret 2011

Page 65: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

52

teman yang

mendengarkan duduk

di tempat duduk

masing-masing.

c. Teman-teman yang

menjadi pendengar

diperbolehkan untuk

bertanya.

d. Setelah anak selesai

bercerita, teman-teman

yang lain bertepuk

tangan.

e. Cerita dilakukan secara

bergiliran oleh 3-4

anak.

• Percakapan/

konversasi

2. Akhir

Pembelajaran

a. Pendidik bercerita

kepada peserta didik

dengan berbagai alat

peraga seperti buku,

boneka, gambar dan

audio visual (video

player).

b. Tema yang

dimunculkan

bermacam-macam.

c. Pendidik menyiapkan

peserta didik sebelum

bercerita dengan cara

melakukan gerak dan

lagu bersama-sama.

d. Pendidik berdiri di

• Meniru

• Kerjasama

• Simpati dan

Empati

• Dukungan

sosial

• Perilaku

akrab

• Percakapan/

konversasi

• Tema yang disajikan

juga dapat membantu

meningkatkan

beberapa aspek

perkembangan,

Page 66: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

53

depan dan peserta

didik duduk di tempat

duduk masing-masing.

termasuk

kemampuan

sosialisasi anak.

Metode cerita yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan sosialisasi di TK Tarbiyatul Athfal 14 Kaliwungu Selatan,

akan dijelaskan seperti berikut. Metode cerita digunakan oleh pendidik

sebagai salah satu metode dalam kegiatan pembelajaran yang

dilakukan pada awal pembelajaran dan akhir pembelajaran. Pada awal

pembelajaran peserta didik diberi kesempatan untuk menceritakan

pengalamannya masing-masing seperti; pengalaman setelah pulang

sekolah, sebelum tidur, makanan yang dimakan, belanja atau

pengalaman sebelum berangkat sekolah dan pengalaman pada saat

liburan sekolah. Peserta didik diajarkan untuk membuka cerita dengan

percakapan seperti berikut ini;

“ Teman-teman!” kata anak yang akan bercerita untuk mendapat

dukungan sosial dari teman-teman yang lain.

“ Iya…” jawab teman-teman yang lain secara bersamaan sebagai tanda

dukungan sosial kepada teman yang akan bercerita.

“ Aku punya cerita” kata anak sebelum mulai bercerita.

“ Cerita apa?” Tanya teman-teman yang lain.

Setelah terjadi percakapan pembuka dalam memulai kegiatan bercerita

tersebut barulah anak menceritakan pengalaman pribadinya. Teman-

teman yang lain yang menjadi pendengar diperbolehkan bertanya

tentang pengalaman tersebut, kapan terjadinya dan ada pula yang

berkata bahwa pengalaman temannya itu sama dengan dirinya. Setelah

anak selesai bercerita, maka teman-teman yang lain diminta untuk

bertepuk tangan. Hal tersebut mengajarkan anak untuk menunjukkan

rasa simpati kepada teman yang bercerita. Biasanya kegiatan cerita

tentang pengalaman pribadi tersebut dilakukan secara bergiliran sekitar

3 sampai 4 anak. Anak-anak terlihat berebut (mengacungkan jari atau

Page 67: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

54

maju ke depan dan menghampiri guru) untuk menceritakan

pengalamannya masing-masing. Hal tersebut bisa mengajarkan anak

untuk melakukan persaingan secara positif dan mengajarkan anak

untuk mendapatkan dorongan sosial dari guru.

Pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14 untuk

mengembangkan perilaku meniru yaitu dengan mengajak peserta didik

melakukan gerakan-gerakan senam sederhana/bernyanyi sambil

menari sesuai irama lagu dan syair lagu. Metode cerita juga dapat

digunakan dalam mengajarkan perilaku meniru atau mencontoh

perilaku yang baik dari tokoh cerita dan tidak diperbolehkan meniru

perilaku yang tidak baik. Apabila ada anak yang berperilaku tidak baik

seperti memukul, menendang/mendorong teman maka pendidik akan

mengingatkan mereka bahwa apabila berperilaku seperti itu maka anak

akan diumpamakan seperti tokoh dalam cerita. Contoh lain bahwa

cerita dapat digunakan sebagai metode untuk mengajarkan perilaku

meniru yaitu pada cerita fabel. Sebelum pendidik bercerita, pendidik

bertanya kepada anak mengenai tokoh dalam cerita yang akan

diceritakan. Misalnya pendidik bercerita tentang kucing, maka

pendidik bertanya “Anak-anak pernah melihat kucing? Bagaimana

bunyi suara kucing itu ya?”. Dengan pertanyaan tersebut maka peserta

didik akan berusaha untuk menirukan suara kucing yaitu dengan

berkata “Meong”.

Pembelajaran yang dilakukan untuk mengembangkan perilaku

bersaing (persaingan positif) yaitu dengan memberikan penghargaan

bagi anak yang tertib dan berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan

dengan baik. Pendidik juga akan memberikan pujian di depan teman-

teman apabila ada anak yang tertib dan berhasil mengerjakan tugas

yang diberikan, sehingga peserta didik akan termotivasi untuk

mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Kegiatan bercerita

juga menjadi salah satu metode untuk mengembangkan perilaku

bersaing (persaingan positif). Sebagai contohnya yaitu ketika anak

Page 68: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

55

diberi kesempatan untuk bercerita tentang pengalaman mereka

bersama orang tua atau anggota keluarga yang lain pada saat di luar

lingkungan sekolah atau pada saat liburan di depan teman-temannya.

Pendidik akan menunjuk anak yang terlihat mengacungkan jari untuk

maju ke depan dan bererita kepada guru dan teman-temannya. Semua

anak diajak untuk menyimak cerita yang disampaikan temannya dan

diperbolehkan untuk bertanya kepada teman yang bercerita. Apabila

anak sudah selesai bercerita, maka teman-temannya diajak bertepuk

tangan sebagai salah satu wujud penghargaan kepada anak yang sudah

bercerita, sehingga peserta didik yang lain termotivasi untuk bercerita

kepada teman-teman dan gurunya di depan kelas. Kegiatan cerita

tersebut juga dapat mengajarkan kepada anak dalam melakukan

percakapan dengan orang lain.

Pembelajaran untuk mengembangkan perilaku kerjasama

dengan orang lain yaitu dengan mengajak peserta didik untuk bekerja

dan bermain secara bersama-sama. Selain itu, peserta didik diajak

untuk membantu membereskan mainan/alat-alat belajar yang sudah

selesai digunakan. Metode cerita juga dapat digunakan untuk

mengembangkan perilaku kerjasama, misalnya pendidik mengajak

peserta didik membuat sebuah lingkaran sebelum pendidik memulai

kegiatan atau dengan selalu mengingatkan peserta didik untuk tetap

menyimak cerita yang diberikan. Selain itu, cerita yang dimunculkan

juga bisa digunakan sebagai cara untuk mengajarkan kerjasama yaitu

dengan memunculkan tema kerjasama.

Pembelajaran yang dilaksanakan di TK Tarbiyatul Athfal 14

untuk mengembangkan sikap simpati yaitu dengan mengajarkan anak

bertepuk tangan apabila ada teman yang berhasil menyelesaikan cerita.

Selain rasa simpati, pendidik juga mengajarkan sikap empati. Apabila

ada anak yang mendorong temannya sehingga temannya tersebut

menangis, maka pendidik akan mengajak peserta didik untuk meminta

maaf dan mengajak peserta didik yang lain untuk menghibur teman

Page 69: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

56

yang menangis agar temannya tersebut tidak menangis lagi. Tentunya

cerita juga dapat digunakan untuk mengajarkan sikap empati, sebagai

contohnya cerita lisan bergambar yang dilakukan oleh bu Indah

sebagai pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 pada saat kegiatan cerita

kepada peserta didik TK Tarbiyatul Athfal 14. Beliau bercerita tentang

“semut dan kupu-kupu”. Bu Indah melakukan kegiatan cerita dengan

memperlihatkan gambar tokoh yaitu semut dan kupu-kupu. Cerita

tersebut menggambarkan tentang semut yang sombong karena merasa

dirinya hebat dibandingkan dengan kepompong yang hanya bisa

bergerak ke kanan dan ke kiri saja di dalam daun. Pada saat hujan

turun dengan sangat lebat dan banjir, sementara si semut tidak bisa

kemana-mana selama tiga hari di atas pohon pisang. Si semut berteriak

minta tolong karena kelaparan supaya bisa keluar dari banjir,

kemudian datang seekor kupu-kupu mendekati semut dan

membawanya terbang. Saat si semut sadar bahwa yang menolongnya

adalah kepompong yang di ejek, kemudian semut meminta maaf dan

berterima kasih pada kupu-kupu. Berdasarkan cerita tersebut, peserta

didik tidak hanya belajar tentang perilaku menolong tetapi juga

perilaku memaafkan atau meminta maaf dan tidak sombong.

Pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengembangkan sikap

berbagi yaitu dengan mengajarkan peserta didik untuk menyedekahkan

sesuatu yang dimilikinya, misalnya mainan, makanan dan lain-lain.

Sebagai contoh peserta didik diajarkan untuk menyisihkan sebagian

uang yang dimilikinya untuk diinfaqkan kepada orang-orang yang

membutuhkan seperti anak-anak yang berada di panti asuhan. Hal kecil

yang diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik dalam

mengembangkan sikap berbagi yaitu ketika peserta didik diberi waktu

untuk bermain. Mereka diajarkan untuk tidak berebut mainan tetapi

mereka diajarkan untuk dapat menggunakan mainan secara bersama-

sama.

Page 70: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

57

a. Tema cerita kisah semut dan kupu-kupu

Pembelajaran dimulai ketika anak-anak masuk kedalam kelas.

Pendidik masuk ke dalam kelas dengan mengucapkan salam,

kemudian anak-anak menjawab salam secara bersama-sama. Setelah

anak-anak dikondisikan untuk duduk ditempatnya masing-masing

dengan rapi dan tenang, kemudian pendidik berdiri di depan.

Sebelum pendidik bercerita, terlebih dahulu anak-anak disuruh

menyanyikan yel-yel “aku anak TK” dengan tujuan agar anak-anak

bisa duduk tenang memperhatikan pendidik bercerita. Pendidik mulai

bercerita dengan tema ‘kisah semut dan kupu-kupu. Kisah tersebut

mengandung pesan saling tolong menolong. Kisah semut dan kupu-

kupu diceritakan pada peserta didik agar mereka senang menolong

seperti cerita semut dan kupu-kupu tersebut.

Pendidik bercerita ‘kisah semut dan kupu-kupu’ dengan

menggunakan media teks yang berupa buku cerita. Di dalam buku

cerita tersebut juga dilengkapi dengan gambar tokoh-tokoh dalam

cerita yaitu semut dan kupu-kupu. Ketika pendidik bercerita, peserta

didik mendengarkan dengan seksama dan sesekali ada anak yang

mengajukan pertanyaan meskipun cerita belum selesai. Ketika terjadi

hal demikian, pendidik mengarahkan anak agar mendengarkan dulu

cerita sampai selesai setelah itu anak boleh bertanya.

Kegiatan bercerita sudah selesai kemudian pendidik

mengadakan evaluasi yang berupa pertanyaan-pertanyaan post test.

Biasanya pendidik hanya memberi pertanyaan 2 saja yaitu:

1) Apa judul cerita yang diceritakan pendidik?

2) Siapakah yang menolong semut?

b. Tema cerita kisah Nabi Ibrahim

Sebelum penddidik bercerita, terlebih dahulu menetapkan

rancangan pembelajaran dengan menyusun atau menentukan tema

yaitu “mu’jizat Nabi Ibrahim” dengan tujuan untuk mengajarkan

peserta didik bersikap sabar apabila mendapat cobaan.

Page 71: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

58

Kegiatan bercerita dimulai dari pendidik dengan mengucapkan

salam dan peserta didik menjawab salam secara bersama-sama,

sebelumnya pendidik telah mengatur tempat duduk anak. Pendidik

mengawali wawasan anak tentang 25 nabi yaitu dengan menanyakan

“siapa saja Nabi-nabi yang mendapatkan mu’jizat dari Allah”, dan

peserta didik menyebutkan dengan suara yang gaduh. Setelah itu

pendidik mengajak anak untuk bersikap tenang lalu mengatakan salah

satu Nabi yang mendapatkan mu’jizat yaitu “Nabi Ibrahim yang tidak

hangus ketika dibakar” sambil menyalakan laptop.

Setelah peserta didik tenang, pendidik mulai menyuruh mereka

untuk menonton kisah “Nabi Ibrahim” dengan media Audio Visual

yang di dalamnya terdapat gambar patung-patung yang disembah.

Pendidik menceritakan kegigihan Ibrahim menyuruh rakyatnya untuk

tidak menyembah patung (berhala) dan kembali menyembah Allah

SWT.

Peserta didik menonton kisah “Nabi Ibrahim” sambil duduk di

atas lantai. Di tengah menonton anak-anak mulai gaduh bahkan tidak

memperhatikan dan setelah pendidik mengetahuinya, pendidik pun

memanggil namanya dan apabila mereka tidak mau tenang maka tidak

akan dilanjutkan lagi nontonnya sehingga mereka mulai bersikap

tenang dan memperhatikan kembali. Di dalam kegiatan cerita tersebut

pendidik mampu menimbulkan suasana emosional pada anak ketika

menonton kisah “Nabi Ibrahim” yang di hukum karena telah

menghancurkan Tuhan (berhala) dengan dibakar. Perasaan emosional

anak diungkapkan dengan ucapan yang spontan “kejam sekali, lalu

bagaimana bu?” kata-kata tersebut menunjukkan bahwa pendidik

mampu membangkitkan rasa emosional peserta didik sehingga mereka

merasa kasihan terhadap Nabi Ibrahim yang dihukum oleh raja Namrut

karena telah menghancurkan Tuhan (berhala) mereka dalam kisah.

Selesai menonton, pendidik lalu memberikan pesan-pesan yang

terkandung dalam kisah tersebut yaitu harus senantiasa bersujud

Page 72: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

59

kepada Allah dan jangan putus asa dalam menghadapi cobaan.. Serta

jangan sampai menyekutukan atau menyembah selain Allah. Setelah

itu barulah pendidik membuka pertanyaan dan ada anak yang bertanya.

Setelah pertanyaan peserta didik dijawab oleh pendidik, kemudian

pendidik mengadakan evaluasi dengan memberi pertanyaan kepada

mereka yaitu “apa judul cerita/kisah yang ditonton tadi?” anak

menjawab tetapi dengan dibantu pendidik dengan nama Ibrahim.

Selesai mengevaluasi kegiatan bercerita, pendidik menutup kegiatan

tersebut dengan salam dan mereka menjawab salam secara bersama-

sama.

Dari contoh-contoh cerita/kisah diatas yang disampaikan

pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 merupakan salah satu metode yang

digunakan untuk membantu perkembangan sosial dan emosional

peserta didik. Dengan cerita/kisah-kisah tersebut peserta didik

diharapkan dapat bersosialisasi dan tumbuh berkembang dengan baik,

mempunyai akhlak yang baik serta dapat menjalin hubungan sosial

dengan teman sebaya ataupun dengan orang yang lebih tua.

Dalam pembelajaran tentang penanaman nilai-nilai keagamaan,

metode ini digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, akhlak

ataupun sosial. Menyampaikan nilai-nilai tersebut melalui cerita/kisah

biasanya akan lebih didengarkan dari pada nasehat murni.

Penyampaian materi keagamaan dengan menggunakan metode

cerita dapat berupa materi tentang akhlak yang biasanya dicontohkan

dari cerita islami atau kisah para Nabi dan para sahabat Rasulullah

SAW.13

4. Media

Penggunaan metode cerita di TK Tarbiyatul Athfal 14 sangat

bervariasi. Guru sebagai pendidik menggunakan berbagai macam cara atau

media untuk menyampaikan cerita kepada peserta didik yang membuat

mereka menjadi antusias dalam mendengarkan cerita.

13Hasil observasi tgl 12 April 2011

Page 73: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

60

Media yang digunakan pendidik dalam pembelajaran dengan

metode cerita antara lain:

a) Buku cerita

Buku cerita menjadi media yang dominan karena

didalamnya terdapat gambar-gambar, seperti gambar semut dan

kupu-kupu saat pendidik menjelaskan materi “kupu-kupu yang

baik hati”; gambar paus, saat pendidik menjelaskan materi “kisah

Nabi Nuh”. Penggunaan media ini dikuatkan karena mudahnya

pendidik dalam mendapatkannya serta mudah untuk

menjalankannya.

b) Boneka tangan

Media boneka digunakan sebagai pelengkap dari media

buku cerita. Jumlahnya pun relatif sedikit Media ini digunakan

seperti pada penyampaian cerita pasukan gajah raja Abrahah dan

lain sebagainya. Media ini dirasakan pendidik agak sulit

mendapatkannya. Disamping itu harganya yang tidak murah juga

menjadi faktor bagi pendidik untuk menjadikannya sebagai media.

c) Audio visual

Media audio visual digunakan untuk memberikan suasana

yang baru. Media ini digunakan pada saat peserta didik mulai

bosan dengan materi cerita yang selalu menggunakan media buku

cerita. Media ini digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai

keagamaan, seperti pada cerita/kisah para Nabi dan sahabat-

sahabat Rasulullsh SAW. Media ini jarang digunakan karena

kurangnya peralatan yang ada. Disamping itu kondisi tempat yang

tidak kondusif juga menjadi faktor enggannya pendidik untuk

menjadikannya sebagai media.

d) Papan tulis

Papan tulis (black board) digunakan dalam menyampaikan

materi. Fungsi media ini sebagai pendamping dari media buku

Page 74: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

61

cerita. Seperti pada saat penyampaian cerita “semut dan kupu-

kupu”.14

Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode cerita

yang dilakukan di TK Tarbiyatul Athfal 14 sangat menarik perhatian

peserta didik. Pada awalnya peserta didik tidak begitu antusias untuk

melihat dan mendengarkan cerita dari pendidik. Setelah melihat dan

mendengarkan cerita, mereka menjadi lebih menyukai kegiatan

bercerita, dan terkadang sebelum waktunya bercerita sudah meminta

pendidik untuk bercerita.

Isi dari sebuah cerita tidak akan tersampaikan pesannya apabila

pendidik tidak dapat menguasai materi cerita dan keadaan di dalam

kelas. Keadaan peserta didik di dalam kelas menjadi prioritas utama

bagi pendidik agar kegiatan bercerita dapat berjalan dengan lancar.

Sebelum melakukan kegiatan cerita, pendidik harus menyiapkan

peserta didik agar mau mengikuti kegiatan cerita yang akan

disampaikan pendidik. Peneliti melihat bahwa dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengikuti kegiatan cerita, pendidik sering

menggunakan gerak dan lagu seperti yel-yel “aku anak TK”. Setelah

peserta didik siap untuk menyimak cerita tidak semua pendidik

bercerita, hanya satu pendidik saja yang bercerita, sementara pendidik

satunya duduk bersama peserta didik mendengarkan cerita sambil

membantu pendidik yang bercerita agar peserta didik tetap

memperhatikan cerita yang disampaikan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, pendidik di

TK Tarbiyatul Athfal 14 terlihat sangat menguasai setiap materi cerita

yang disampaikan dan terkadang mereka melakukan improvisasi agar

cerita lebih menarik perhatian peserta didik. Pendidik juga terlihat

melakukan pembukaan dan penutupan cerita dengan baik. Pembukaan

dalam setiap cerita dilakukan pendidik dengan cara yang berbeda-beda

disesuaikan dengan tema atau tokoh dalam cerita, sehingga dapat

14Wawancara dengan bu Indah, Pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 tgl 14 April 2011.

Page 75: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

62

menarik perhatian peserta didik. Sebagai contohnya pada saat pendidik

akan memulai cerita fabel, maka pendidik menanyakan tentang tokoh

dalam cerita kepada peserta didik dan mengajak mereka untuk

menirukan tokoh dalam cerita tersebut. Seperti menirukan burung yang

mempunyai sayap untuk terbang dengan merentangkan kedua tangan

ke kanan dan ke kiri, sehingga menyerupai burung yang terbang.

Melalui kegiatan pembukaan tersebut, maka peserta didik lebih

antusias dan penasaran dengan cerita yang akan disampaikan oleh

pendidik. Pada saat kegiatan cerita berlangsung tidak jarang peserta

didik bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan cerita.

Selama pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pendidik di TK

Tarbiyatul Athfal 14 selalu menjawab pertanyaan setiap anak. Mereka

mengatakan bahwasanya hal tersebut dilakukan agar peserta didik

tidak kecewa karena merasa diabaikan.

Apabila peserta didik sudah terlihat bosan dalam

mendengarkan cerita dan terlihat gaduh, maka pendidik akan

memotong cerita dan mengalihkan cerita dengan melakukan kegiatan

gerak dan lagu atau dengan tepuk, misalnya dengan tepuk diam.

Melalui kegiatan tersebut biasanya peserta didik mau memperhatikan

kembali cerita yang disampaikan pendidik. Hal lain yang dilakukan

pendidik untuk membuat peserta didik agar tetap memperhatikan cerita

yaitu dengan memanggil anak yang terlihat kurang memperhatikan dan

menanyakan sesuatu berdasarkan isi cerita yang sedang diberikan,

kepada anak yang bersangkutan dengan nada yang tidak terlihat

membentak tetapi dengan nada lembut. Berdasarkan pengamatan, hal

tersebut biasanya berhasil dan anak mulai memperhatikan kembali

cerita yang disampaikan pendidik.

Penutupan untuk cerita juga menjadi hal yang sangat penting

dalam keberhasilan penyampaian sebuah cerita. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pendidik di TK Tarbiyatul

Athfal 14 mampu melakukan penutupan cerita dengan baik. Mereka

Page 76: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

63

mampu melakukan penutupan dengan memberi penjelasan secara

operasional seperti dengan menyimpulkan isi cerita secara bersama-

sama dengan peserta didik (bertanya tentang isi cerita dan memberikan

penjelasan pada setiap jawaban anak) dan menggunakan

perumpamaan, sehingga pesan yang terkadung dalam cerita dapat

tersampaikan. Hal tersebut dapat menguatkan cerita yang disampaikan

kepada peserta didik, sehingga peserta didik mengerti maksud dari

cerita.

5. Evaluasi

Setelah tahap persiapan sampai pelaksanaan metode cerita

dilalui, pendidik di TK Tarbiyatul Athfal 14 mengadakan evaluasi.

Tahap evaluasi (penilaian) dilakukan dengan cara tanya jawab antara

pendidik dengan peserta didik untuk mengetahui sejauh mana mereka

mengetahui dan memahami maksud isi cerita yang disampaikan.

Selain itu pendidik juga melakukan pengamatan terhadap perilaku

peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehari-hari di

lingkungan sekolah. Cara itu lebih efektif dilakukan oleh pendidik

karena selain mampu mengetahui kemampuan anak dalam memahami

maksud cerita yang disampaikan, juga melatih peserta didik untuk

lebih mengembangkan seluruh aspek yang dimiliki.

Evaluasi yang dilakukan di TK Tarbiyatul Athfal 14

Kaliwungu Kendal tidak hanya pada ranah kognitif, akan tetapi

mengarah juga pada ranah afektif dan psikomotorik yaitu melalui sikap

dan perhatian mereka sebelum maupun setelah mengikuti kegiatan

cerita. Dalam kegiatan pembelajaran lainnya, pendidik juga melakukan

evaluasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam pengamatan peneliti, pendidik di TK Tarbiyatul Athfal

14 Kaliwungu Kendal telah melakukan evaluasi dengan baik dan

sudah sesuai dengan perkembangan peserta didik. Selain melakukan

evaluasi secara berkala, pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 Kaliwungu

Kendal melakukan evaluasi pada saat pembelajaran berlangsung

Page 77: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

64

melalui pre test dan post test. Tes ini berbentuk lisan dan praktek.

Melakukan pre test dan post test pada saat pelajaran selesai juga

merupakan salah satu bentuk dalam memahami tingkat kecerdasan

peserta didik.15

15Wawancara dengan ibu Indah, Pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14, tgl 19 April 2011

Page 78: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

BAB IV

ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI

A. Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi

di TK Tarbiyatul Athfal 14

1. Persiapan

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita di TK

Tarbiyatul Athfal 14, pendidik disana melakukan beberapa persiapan.

Diantaranya yaitu persiapan pribadi dan persiapan teknis. Hal ini penting,

karena tanpa persiapan pembelajaran dengan metode cerita ataupun

metode-metode lainnya tidak dapat berjalan sesuai dengan yang

diinginkan.

Persiapan teknis yang dilakukan pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14

seperti keadministrasian (administrasi program tahunan, program

semester, satuan kurikulum mingguan, satuan kurikulum harian, absen

kelas, daftar perkembangan peserta didik) merupakan keharusan jika

dihadapkan pada target pencapaian tujuan pembelajaran dengan metode

cerita ini. Apa jadinya jika pelaksanaan pembelajaran dengan metode

cerita ini tidak ada perencanaan seperti SKM (satuan kurikulum

mingguan) dan sebagainya, semuanya akan kacau balau.

Pemberian cerita tidak secara eksplisit tertera dalam SKM di TK

Tarbiyatul Athfal 14. Namun pada kenyataannya, cerita yang disampaikan

pada peserta didik sudah didasarkan pada SKM yang ada dan dari SKM

tersebut setidaknya harus memenuhi beberapa kompetensi dasar,

diantaranya pengembangan bahasa, pengembangan kognitif,

pengembangan fisik/motorik, dan pengembangan seni.

Bagaimanapun juga, peranan persiapan sangat diperlukan dalam

rangka stabilitas dan efektifitas proses pembelajaran khususnya dalam segi

administrasi. Dengan adanya persiapan administrasi, rangkaian

pembelajaran berikutnya akan berjalan dengan lancar, paling tidak sesuai

65

Page 79: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

66

dengan aturan dan koridor yang telah ada. Selain persiapan administrasi,

pendidik juga melakukan persiapan pribadi yaitu dengan mempersiapkan

kondisi fisik dan mempersiapkan materi cerita. Persiapan materi cerita

yang dilakukan pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 adalah dengan cara

membaca, menghafal dan memahami pesan-pesan yang terkandung dalam

cerita. Dengan menguasai alur cerita, pendidik dapat melakukan

improfisasi dalam menyampaikan materi cerita kepada peserta didik jika

peserta didik terlihat tidak semangat dalam mendengarkan cerita. Sebaik

apapun materi pelajaran dan pengalaman dari seorang pendidik, rangkaian

pembelajaran tidak akan berhasil jika tidak adanya persiapan yang matang

dari pendidik sendiri sebelum memasuki kelas dan proses pembelajaran

menjadi tidak stabil dan efektif.

Kaitannya dengan persiapan buku pegangan, pendidik memilih

buku pegangan seperti buku cerita Nabi, buku kisah Islami yang sesuai

dengan perkembangan Anak Usia Dini dan referensi pendukung yang

terdapat di TK Tarbiyatul Athfal 14.

Hal tersebut sangat bagus untuk menunjang dalam kegiatan cerita.

Karena tanpa adanya buku pegangan, kegiatan cerita tidak akan terlaksana

dengan baik. Akan tetapi pendidik juga harus lebih teliti dalam memilih

tema cerita yang sesuai dengan usia maupun perkembangan Anak Usia

Dini dan yang memiliki nilai pendidikan sesuai dengan usia mereka.

Sehingga dalam kegiatan bercerita, pesan yang terkandung di dalamnya

dapat diterima dan diserap dengan baik oleh peserta didik.

Alat peraga juga sebagai salah satu hal terpenting dalam kegiatan

cerita. Semua itu telah dipersiapkan oleh pendidik di TK Tarbiyatul Athfal

14 sebelum kegiatan cerita dimulai dengan menyesuaikan dari tema cerita

yang telah dipilih. Alat peraga yang digunakan oleh pendidik TK

Tarbiyatul Athfal 14 seperti buku cerita, boneka tangan, papan tulis (black

board) dan video player sudah cukup bagus namun masih perlu

pengembangan yang lebih variatif lagi.

Page 80: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

67

Secara umum persiapan yang dilakukan pendidik dalam rangka

meningkatkan kemampuan peserta didik sudah cukup bagus dan sesuai

dengan perkembangan anak.

2. Materi dan Penyampaian

a) Materi

Berdasarkan data dalam bab terdahulu, pelaksanaan pembelajaran

dengan metode cerita di TK Tarbiyatul Athfal 14 digunakan dalam

beberapa materi. Diantaranya kisah tentang para Nabi dan para Rasul yang

membawa syiar Islam, berisi tentang keteladanan mereka; kisah teladan

makhluk hidup dan kisah-kisah imajinasi lainnya.

Materi-materi tersebut dituangkan kedalam beberapa judul, seperti:

1) Kisah Semut dan Kupu-kupu

2) Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrut

3) Kisah Ayam dan bebek (sang juara)

Dari materi cerita tersebut, pendidik harus bisa memilih cerita

sesuai dengan tema yang tercantum dalam SKM. Cerita yang akan

disampaikan pun juga harus memiliki nilai-nilai pendidikan yang sesuai

dengan perkembangan dan mampu meningkatkan kemampuan sosialisasi

mereka.

Materi-materi yang diberikan di TK Tarbiyatul Athfal 14 menurut

pengamatan peneliti sudah cukup baik untuk kriteria Anak Usia Dini.

Karena jika dilihat dari usia anak TK, metode cerita sangat disukai. Selain

terdapat gambar, tema yang ada juga sangat variatif dan beragam. Tidak

hanya cerita fabel yang disampaikan, namun juga cerita-cerita Islami

seperti kisah para Nabi, sahabat-sahabat Nabi dan kisah teladan lainnya.

Akan tetapi pendidik harus lebih selektif dalam memilih cerita yang sesuai

dan mudah dipahami oleh peserta didik. Melalui cerita tersebut

kemampuan yang dimiliki peserta didik dapat berkembang dengan baik,

seperti kemampuan sosialisasi. Karena dengan bercerita guru dapat

memanfaatkan untuk menanamkan sifat kejujuran, keberanian, keramahan,

Page 81: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

68

nilai-nilai moral dan keagamaan serta sikap-sikap positif yang diperlukan

dalam kehidupan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Disamping itu, sebagai TK yang bervisi Islami, materi-materi di

TK Tarbiyatul Athfal 14 sudah memenuhi kualifikasi materi Islami.

Karena peserta didik TK Tarbiyatul Athfal 14 adalah cikal bakal generasi

muda muslim, mereka harus diberikan cerita yang mengandung muatan-

muatan agama sesuai dengan Al-Qur’an dan hadist Nabi SAW. yang

dikenal dengan istilah “kisah Qur’ani dan kisah Nabawi”. Kedua sumber

tersebut memiliki substansi cerita yang falid dan tidak diragukan lagi

kebenarannya. Dalam pendidikan Islam, dampak edukatif cerita sulit

digantikan oleh bentuk-bentuk bahasa lainnya. Dimana cerita/kisah Al-

Qur’an dan Nabawi atau cerita-cerita Islami yang lain dapat memberikan

dampak psikologis dan edukatif yang sangat baik, konstan, dan cenderung

mendalam sampai kapanpun.

Secara umum, materi-materi diatas sudah memenuhi syarat materi

sebagaimana terkonsep dalam program pembelajaran, kerangka dasar

kurikulum pendidikan Anak Usia Dini yang meliputi dua bidang

pengembangan kemampuan yaitu: 1)Bidang pengembangan kemampuan

kebiasaan (pengembangan diri) yang meliputi aspek perkembangan moral,

nilai-nilai agama, perkembangan sosial, emosional dan kemandirian.

2)Bidang pengembangan kemampuan dasar yang merupakan kegiatan

yang dipersiapkan oleh pendidik untuk meningkatkan kemampuan dan

kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu: berbahasa,

kognitif, fisik-motorik, dan seni. Semua kegiatan tersebut terintegrasi

dalam pengembangan agama Islam.

Semua materi diatas sudah mengakomodir dari SKM yang telah

dipersiapkan oleh pendidik disana. Dengan tidak melencengnya materi

dari SKM, menjadikan bukti bahwa materi-materi yang dipilih oleh

pendidik sudah sangat bagus. Karena bagaimanapun juga, materi

pembelajaran di tingkat TK khususnya dan pada pembelajaran tingkat di

Page 82: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

69

atasnya, harus berpegang pada perencanaan , baik yang tertuang dalam

Silabus, Prota, Promes, SKM maupun RPP.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materi-materi yang

digunakan di TK Tarbiyatul Athfal 14 sudah baik dan sesuai dengan teori

yang ada.

b) Penyampaian

Setelah semuanya terkonsep dalam persiapan, materi-materi

tersebut disampaikan dengan penuh seksama oleh pendidik di TK

Tarbiyatul Athfal 14. Berbagai tahapan yang dilakukan oleh pendidik

mulai dari apersepsi, penyampaian hingga evaluasi telah dilakukan. Semua

itu tergantung dari materi cerita dan situasi serta kondisi yang dialami

peserta didik.

Misalnya dalam penyampaian metode cerita pada tema cerita kisah

Semut dan Kupu-kupu. Peserta didik diupayakan dengan seksama dalam

mengikuti cerita dan dibiasakan untuk interaktif dengan pendidik. Semua

itu dimulai saat penguasaan kelas yang dilakukan oleh pendidik.

Pembelajaran dimulai ketika peserta didik masuk ke dalam kelas dan

diikuti pendidik dengan mengucapkan salam, kemudian peserta didik

menjawab salam secara bersama-sama. Setelah mereka dikondisikan oleh

pendidik untuk duduk di tempat duduk masing-masing, kemudian

pendidik berdiri di depan peserta didik dengan membawa buku cerita.

Setting lain yang disesuaikan oleh pendidik yaitu pada tema kisah

Nabi dan Rasul. Untuk kegiatan cerita ini pendidik mengatur posisi peserta

didik untuk duduk berdampingan di atas lantai sambil mengatur postur

tubuh, yaitu anak yang lebih kecil duduk di depan dan yang lainnya

menyesuaikan. Sedangkan pendidik duduk di depan agak ke samping.

Seorang pendidik harus bisa menguasai keadaan kelas dan kondisi

dari peserta didik, agar cerita yang disampaikan dapat dipahami dan

berjalan dengan baik serta membuat peserta didik (pendengar) merasa

nyaman sebelum cerita dimulai dan cerita yang disampaikan dapat terlihat

dengan jelas oleh peserta didik (pendengar). Langkah tersebut sangat

Page 83: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

70

penting untuk mengoptimalkan penguasaan kelas yang dilakukan oleh

pendidik dalam menyampaikan cerita dari awal sampai akhir. Dengan

memperhatikan pengaturan tempat dan suasana tersebut, membantu

peserta didik untuk meningkatkan kemampuan/potensi yang dimiliki.

Dalam menyampaikan materi cerita, Pendidik senantiasa

menggunakan variasi-variasi atau cara-cara yang menarik agar peserta

didik antusias dalam mendengarkan dan memperhatikan cerita yang

disampaikan pendidik. Apabila peserta didik merasa bosan dalam

mendengarkan cerita yang disampaikan, pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14

menghentikan cerita dengan melakukan gerak dan lagu sehingga mampu

membuat peserta didik kembali fokus untuk mendengarkan kembali isi

cerita. Jika ditengah-tengah cerita ada salah satu anak yang gaduh,

pendidik langsung menghentikan cerita dan memanggil nama anak dengan

nada yang lembut dan menyuruh anak tersebut supaya memperhatikan

kembali isi cerita.

3. Media (Alat Peraga)

Penggunaan metode cerita di TK Tarbiyatul Athfal 14 sangat

bervariasi. Guru sebagai pendidik menggunakan berbagai macam cara atau

media dalam menyampaikan cerita kepada peserta didik yang dapat

membuat mereka menjadi antusias untuk mendengarkan cerita.

Media yang digunakan pendidik dalam pembelajaran dengan

metode cerita antara lain: Buku Cerita, Boneka Tangan, Papan Tulis, dan

Video Player. Semua media tersebut digunakan pendidik sebagai

penunjang/pelengkap dari metode cerita dan penggunaan media sangat

efektif untuk membuat peserta didik tertarik dan antusias mendengarkan

cerita.

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode cerita, media

menjadi salah satu hal penting dalam proses pembelajaran. Dengan media,

pesan-pesan yang terkandung dalam cerita mampu diserap dengan baik

oleh peserta didik dan akan selalu diingat sepanjang hidupnya.

Page 84: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

71

Penggunaan media dalam pembelajaran cerita di TK Tarbiyatul

Athfal 14 sudah cukup baik, namun pendidik harus lebih variatif dalam

memanfaatkan media (alat peraga) yang tersedia dan tidak hanya satu

media saja yang digunakan. Media yang digunakan juga disesuaikan

dengan materi cerita yang dipilih serta situasi dan kondisi dari peserta

didik itu sendiri.

Dalam pelaksanaannya, media sudah digunakan dengan baik dan

efisien. Akan tetapi pendidik harus memperhatikan kualitas dan kuantitas

serta hal-hal yang menjadi pelengkap dari media-media yang ada. Seperti

contoh dalam penggunaan media video player (audio visual), peralatan

yang dibutuhkan masih belum lengkap karena di TK Tarbiyatul Athfal 14

hanya menyediakan kaset cerita, sedangkan televisi dan VCD player

belum ada. Untuk memanfaatkan kaset yang ada, pendidik seringkali

meminjam/membawa laptop sendiri untuk menggunakannya dalam

pembelajaran metode cerita.

Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa media

(alat peraga) yang digunakan pendidik TK Tarbiyatul Athfal belum sesuai

dengan yang ada.

4. Evaluasi

Bentuk evaluasi disini diartikan dalam dua hal yaitu evaluasi dari

cerita itu sendiri dan evaluasi rangkaian proses cerita.

Evaluasi yang dilakukan pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 yaitu

dengan melakukan observasi dan tanya jawab pada saat kegiatan bercerita

berlangsung dari awal sampai akhir. Pendidik mencatat dan mengamati

perilaku-perilaku yang dimunculkan oleh peserta didik. Pengamatan dan

tanya jawab dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik

memahami cerita yang disampaikan oleh pendidik.

Dalam pengamatan peneliti, pendidik di TK Tarbiyatul Athfal 14

Kaliwungu Kendal telah melakukan evaluasi dengan baik dan sudah sesuai

dengan perkembangan peserta didik. Selain melakukan evaluasi secara

berkala, pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 Kaliwungu Kendal melakukan

Page 85: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

72

evaluasi pada saat pembelajaran berlangsung melalui pre test dan post test.

Tes ini berbentuk lisan dan praktek. Melakukan pre test dan post test pada

saat pelajaran selesai juga merupakan salah satu bentuk dalam memahami

tingkat kecerdasan peserta didik.

Dari evaluasi yang dilakukan oleh pendidik secara keseluruhan

sudah cukup bagus karena dalam pembelajaran metode cerita, pendidik

melibatkan peserta didik secara langsung dalam kegiatan bercerita maupun

kegiatan lainnya.

B. Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Dini di TK Tarbiyatul Athfal 14

1. Perilaku Meniru

Pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14 untuk mengembangkan

perilaku meniru yaitu dengan mengajak peserta didik melakukan gerakan-

gerakan senam sederhana/bernyanyi sambil menari sesuai irama lagu dan

syair lagu. Metode cerita juga dapat digunakan dalam mengajarkan

perilaku meniru atau mencontoh perilaku yang baik dari tokoh cerita dan

tidak diperbolehkan meniru perilaku yang tidak baik. Apabila ada anak

yang berperilaku tidak baik seperti memukul, menendang/mendorong

teman maka pendidik akan mengingatkan mereka bahwa apabila

berperilaku seperti itu maka anak akan diumpamakan seperti tokoh dalam

cerita. Contoh lain bahwa cerita dapat digunakan sebagai metode untuk

mengajarkan perilaku meniru yaitu pada cerita fabel. Sebelum pendidik

bercerita, pendidik bertanya kepada anak mengenai tokoh dalam cerita

yang akan diceritakan. Misalnya pendidik bercerita tentang kucing, maka

pendidik bertanya “Anak-anak pernah melihat kucing? Bagaimana bunyi

suara kucing itu ya?”. Dengan pertanyaan tersebut maka peserta didik

akan berusaha untuk menirukan suara kucing yaitu dengan berkata

“Meong”.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, penyampaian

yang dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi

peserta didik kaitannya dengan perilaku meniru sudah sangat berhasil.

Page 86: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

73

Pendidik terlihat memberikan arahan dan penjelasan kepada peserta didik

terhadap perilaku yang dimunculkan dalam tokoh cerita dengan

melakukan perumpamaan jika peserta didik melakukan kesalahan.

2. Perilaku Bersaing (Persaingan Positif)

Pembelajaran yang dilakukan untuk mengembangkan perilaku

bersaing (persaingan positif) yaitu dengan memberikan penghargaan bagi

anak yang tertib dan berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan dengan

baik. Pendidik juga akan memberikan pujian di depan teman-teman

apabila ada anak yang tertib dan berhasil mengerjakan tugas yang

diberikan, sehingga peserta didik akan termotivasi untuk mengerjakan

tugas yang diberikan dengan baik. Kegiatan bercerita juga menjadi salah

satu metode untuk mengembangkan perilaku bersaing (persaingan positif).

Sebagai contohnya yaitu ketika anak diberi kesempatan untuk bercerita

tentang pengalaman mereka bersama orang tua atau anggota keluarga

yang lain pada saat di luar lingkungan sekolah atau pada saat liburan di

depan teman-temannya. Pendidik akan menunjuk anak yang terlihat

mengacungkan jari untuk maju ke depan dan bercerita kepada guru dan

teman-temannya. Semua anak diajak untuk menyimak cerita yang

disampaikan temannya dan diperbolehkan untuk bertanya kepada teman

yang bercerita. Apabila anak sudah selesai bercerita, maka teman-

temannya diajak bertepuk tangan sebagai salah satu wujud penghargaan

kepada anak yang sudah bercerita, sehingga peserta didik yang lain

termotivasi untuk bercerita kepada teman-teman dan gurunya di depan

kelas. Kegiatan cerita tersebut juga dapat mengajarkan kepada anak dalam

melakukan percakapan dengan orang lain.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, kegiatan belajar

mengajar untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi peserta didik

kaitannya dengan perilaku bersaing (persaingan positif) sudah cukup

berhasil, namun pendidik harus lebih selektif dalam menunjuk peserta

didik yang akan bercerita tentang pengalaman pribadi agar anak yang

pendiam dan pemalu menjadi aktif dan berani.

Page 87: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

74

3. Perilaku Kerjasama

Pembelajaran untuk mengembangkan perilaku kerjasama yaitu

dengan mengajak peserta didik untuk bekerja dan bermain secara bersama-

sama. Selain itu, peserta didik diajak untuk membantu membereskan

mainan/alat-alat belajar yang sudah selesai digunakan. Metode cerita juga

dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku kerjasama, misalnya

pendidik mengajak peserta didik membuat sebuah lingkaran sebelum

pendidik memulai kegiatan atau dengan selalu mengingatkan peserta didik

untuk tetap menyimak cerita yang disampaikan. Selain itu, cerita yang

dimunculkan juga bisa digunakan sebagai cara untuk mengajarkan

kerjasama yaitu dengan memunculkan tema kerjasama.

Berdasarkan pengamatan peneliti, kegiatan yang dilakukan

pendidik untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi peserta didik

kaitannya dengan perillaku kerjasama sudah sangat baik. Semua itu

terbukti dengan perilaku yang ditunjukkan peserta didik baik dalam

kegiatan pembelajaran dengan Metode Cerita ataupun tidak.

4. Simpati

Pembelajaran yang dilaksanakan di TK Tarbiyatul Athfal 14 untuk

mengembangkan sikap simpati yaitu dengan mengajarkan anak bertepuk

tangan apabila ada teman yang berhasil menyelesaikan cerita.

Dari pengamatan peneliti menunjukkan bahwa kegiatan yang

dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi peserta

didik untuk mengajarkan sikap simpati sudah bagus. Terbukti ketika

peserta didik diminta untuk bercerita tentang pengalaman pribadi masing-

masing. Pada saat kegiatan bercerita selesai, peserta didik terlihat bertepuk

tangan sebagai wujud rasa simpati mereka terhadap teman yang sudah

bercerita.

5. Empati

Pembelajaran untuk mengembangkan perilaku kerjasama yaitu

mengajarkan sikap empati. Apabila ada anak yang mendorong temannya

sehingga temannya tersebut menangis, maka pendidik akan mengajak

Page 88: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

75

peserta didik untuk meminta maaf dan mengajak peserta didik yang lain

untuk menghibur teman yang menangis agar temannya tersebut tidak

menangis lagi. Tentunya cerita juga dapat digunakan untuk mengajarkan

sikap empati, sebagai contohnya cerita lisan bergambar yang dilakukan

oleh bu Indah sebagai pendidik TK Tarbiyatul Athfal 14 pada saat

kegiatan cerita kepada peserta didik TK Tarbiyatul Athfal 14.

Dari pengamatan peneliti menunjukkan bahwa metode cerita yang

disampaikan pendidik untuk mengajarkan sikap empati sangat berhasil.

Karena pada saat penyampaian cerita, pendidik mampu menimbulkan

suasana emosional anak sehingga mereka seakan-akan ikut merasakan apa

yang dialami tokoh dalam cerita.

6. Dukungan Sosial

Metode cerita yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan

sosialisasi di TK Tarbiyatul Athfal 14 Plantaran Kaliwungu Kendal

kaitannya dengan dukungan sosial yaitu pada saat awal pembelajaran.

Peserta didik diberi kesempatan untuk menceritakan pengalaman pribadi

masing-masing seperti; pengalaman setelah pulang sekolah, sebelum tidur,

makanan yang dimakan, belanja atau pengalaman sebelum berangkat

sekolah dan pengalaman pada saat liburan sekolah. Peserta didik diajarkan

untuk membuka cerita dengan percakapan seperti berikut ini;

“ Teman-teman!” kata anak yang akan bercerita untuk mendapat dukungan

sosial dari teman-teman yang lain.

“ Iya…” jawab teman-teman yang lain secara bersamaan sebagai tanda

dukungan sosial kepada teman yang akan bercerita.

“ Aku punya cerita” kata anak sebelum mulai bercerita.

“ Cerita apa?” Tanya teman-teman yang lain.

Setelah terjadi percakapan pembuka dalam memulai kegiatan

bercerita tersebut barulah anak menceritakan pengalaman pribadinya. dan

mereka terlihat berebut (mengacungkan jari atau maju ke depan dan

menghampiri guru) untuk mendapatkan dorongan sosial dari pendidik.

Page 89: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

76

Berdasarkan pengamatan peneliti, Kegiatan yang dilakukan

pendidik untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi kaitannya dengan

dukungan sosial sudah baik dan berhasil. Terbukti dari percakapan diatas

menunjukkan adanya interaksi sosial antara peserta didik dengan pendidik

dan peserta didik dengan teman sebaya sebagai wujud untuk mendapatkan

dukungan sosial dari mereka.

7. Perilaku Berbagi

Pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengembangkan sikap

berbagi yaitu dengan mengajarkan peserta didik untuk menyedekahkan

sesuatu yang dimilikinya, misalnya mainan, makanan dan lain-lain.

Sebagai contoh peserta didik diajarkan untuk menyisihkan sebagian uang

yang dimilikinya untuk diinfaqkan kepada orang-orang yang

membutuhkan seperti anak-anak yang berada di panti asuhan. Hal kecil

yang diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik dalam mengembangkan

sikap berbagi yaitu ketika peserta didik diberi waktu untuk bermain.

Mereka diajarkan untuk tidak berebut mainan tetapi mereka diajarkan

untuk dapat menggunakan mainan secara bersama-sama.

Dari hasil pengamatan, kegiatan yang dilakukan pendidik untuk

meningkatkan kemampuan sosialisasi peserta didik kaitannya dengan

perilaku berbagi sudah cukup berhasil. pendidik memberikan penjelasan

kepada peserta didik bahwasanya kita tidak dapat hidup tanpa bantuan

orang lain, Peserta didik terlihat tidak berebut mainan pada saat

menggunakannya. dengan teman-teman mereka selalu menggunakan

pendidik senantiasa mengajak peserta didik untuk Anak mengetahui

bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan

membagi miliknya terutama mainan untuk anak lain, hal tersebut karena

adanya pengalaman bersama orang lain.

8. Perilaku Akrab

Pembelajaran yang dilaksanakan di TK Tarbiyatul Athfal 14 untuk

mengembangkan perilaku akrab yaitu dengan melibatkan peserta didik

secara langsung di setiap kegiatan pembelajaran.

Page 90: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

77

Berdasarkan hasil pengamatan, kegiatan yang dilakukan pendidik

untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi peserta didik kaitannya

dengan perilaku akrab sudah baik dan menyeluruh. Dalam setiap kegiatan

pembelajaran, pendidik berinteraksi langsung dengan peserta didik dan

melakukan kontak sosial dengan mereka.

Dari kemampuan sosialisasi peserta didik diatas dapat disimpulkan

bahwa setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan pendidik di TK

Tarbiyatul Athfal 14 sepenuhnya melibatkan peserta didik dalam setiap

kegiatan, baik itu kegiatan dengan metode cerita ataupun tidak dan

kegiatan tersebut telah berhasil dalam meningkatkan potensi/kemampuan

sosialisasi peserta didik

Page 91: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

78

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan dari Pelaksanaan

Metode Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Dini

di TK Tarbiyatul Athfal 14 yaitu:

Pelaksanaan Metode Cerita pada awal pembelajaran di TK Tarbiyatul

Athfal 14 dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi peserta didik. Peserta

didik terlihat melakukan perilaku sosial, seperti persaingan positif agar

ditunjuk untuk bercerita dan berusaha mendapatkan dukungan sosial dari

pendidik dan teman sebayanya, dapat menimbulkan kerjasama antara

pencerita dan pendengar (pendidik dan peserta didik), timbul rasa simpati dan

empati, terjadi percakapan atau konversasi pada saat tanya jawab antara

pendengar dan yang bercerita; Pelaksanaan Metode Cerita pada akhir

pembelajaran di TK Tarbiyatul Athfal 14 dapat meningkatkan kemampuan

Sosialisasi Anak. Melalui cerita, pendidik dapat mengajarkan berbagai hal.

Peserta didik diajarkan untuk dapat bekerja sama, simpati, empati, dukungan

sosial, berperilaku akrab, komunikasi dan mengungkapkan pendapat. Cerita

juga dapat mengajarkan peserta didik untuk meniru, yaitu dengan menirukan

tokoh dalam cerita; Jenis cerita yang digunakan dalam pembelajaran di TK

Tarbiatul Athfal 14 adalah cerita Fabel, cerita dengan alat peraga boneka,

cerita dengan gambar di black board dan dengan video player. Namun jenis-

jenis cerita yang sering digunakan oleh pendidik adalah cerita Fabel, karena

dalam cerita tersebut mampu menarik perhatian peserta didik dan cerita Fabel

itu sendiri memiliki tema yang beragam.

B. Kritik dan Saran

Setelah mengadakan penelitian pelaksanaan metode cerita untuk

meningkatkan kemampuan sosialisasi Anak Usia Dini di TK Tarbiyatul Athfal

14 Plantaran Kaliwungu Kendal, maka peneliti mencoba memberikan saran-

Page 92: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

79

saran yang dapat dijadikan masukan bagi pendidik, maupun pihak-pihak yang

berkompeten:

1. Kepada pendidik di TK Tarbiyatul Athfal 14, dalam menggunakan cerita

pada pembelajaran untuk lebih variatif dan lebih meningkatkan

kemampuannya dalam bercerita agar peserta didik selalu tertarik dan

antusias dengan cerita.

2. Pendidik perlu memilih cerita-cerita dengan tema yang lebih menarik dan

mengkaji jenis cerita selain Fabel yang menarik untuk dapat digunakan

dalam pembelajaran guna mengembangkan berbagai aspek perkembangan

anak.

3. Kepada pendidik untuk memberikan cerita yang sesuai dengan pedoman

supaya dalam menyampaikan cerita lebih mudah dan terarah, serta dapat

memperoleh manfaat cerita sesuai dengan tujuan dari awal cerita.

4. Pendidik perlu melakukan pendekatan kepada peserta didik yang tidak

mau bercerita tentang pengalaman pribadinya, agar mereka terlatih untuk

tampil di depan teman-teman yang lain dan mampu melakukan

komunikasi.

C. Penutup

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,

karena dengan rahmat, taufiq, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan

dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna

dan bermanfaat.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

bagi penulis pada khususnya. Amin.

Page 93: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Madjid, Abdul Aziz. (2003). Mendidik Anak Lewat Cerita; Dilengkapi 30

Cerita, terj. Syarif Hade Masyah dan Mahfud Lukman Hakim. Jakarta :

Mustaqiim.

Abdul Madjid, Abdul Aziz. (2001). Mendidik dengan Cerita. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ahmadi, Abu. (1991). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta, cet.1.

Munawir, Ahmad Warson. (2002). Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka

Progresif, cet. 5.

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan

Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.

An-Naisaburi, Imam Abi Husain, Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Muslim,

Juz XV, Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, tt.

Arief, Armai. (2002). Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat

Pers.

Arifin. (1996). Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.

Azmi, Muhammad. (2006). Pembinaan Akhlak Anak Usia Prasekolah: Upaya

Mengefektifkan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga. Solo:

Belukar.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia ed.

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2000). guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Jakarta: Rineka Cipta.

Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.

Handayu, Tuti. (2001). Memaknai Cerita Mengasah Jiwa Panduan Menanamkan

Nilai Moral pada Anak Melalui Cerita. Solo: Era Intermedia.

Hasyim, Umar. (1983). Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya : Bina Ilmu.

Hornby, A. S. (1989). Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.

Oxford: University Press.

Page 94: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak; Edisi Keenam. Jakarta:

Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Husein, Ahmad Rozak. (1992). Hak Anak dalam Islam, alih bahasa oleh H. Azwar

Butun, judul Al-Islam wat Tifsul. Jakarta: Fikahati.

http://WWW.cahboyz.co.cc/2010/07/kewajiban-menuntut-ilmu.html/tgl 23 Mei

2011, jam 11.00.

http://guruenglish.wordpress.com/2008/12/21/usia-dini-dan-pendidikan-anak-

usia-dini/tgl 17 Desember 2010, 13.49.

Ihromi. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Jalaluddin. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet.VI.

Jalaluddin. (2001). Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet.1.

Kartono, Kartini. (1989). Kamus Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Kartono, Kartini. (1979). Psikologi Anak. Bandung: Alumni.

Lexi J, Moleong. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, cet

X1V.

Mansyur. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Bimbaga.

Margono, S. (2000). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

M. Echols, John dan Hasan Sadily. (1998). Kamus Indonesia-Inggris. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, cet. 6.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Rineka

Cipta.

Monks, F. J. dkk. (1982). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mudjib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. (2002). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta:

Raja Grafindo Persada, cet.III.

Muhadjir, Noeng. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake

Sarasih, cet. VIII.

Page 95: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

Muhammad Awwad, Jaudah. (1995). Manhaj Al-islam Fi Tarbiyah al-Atfal;

terjemahan Shihabuddin, “Mendidik Anak Secara Islam”. Jakarta : Gema

Insani.

Muhaimin dan Abdul Mujib. (1993). Mendidik dengan Cerita. Bandung: Trigenda

Karya.

Muniroh. (2006). Penerapan Metode Karyawisata sebagai Upaya Menumbuhkan

Interaksi Sosial di TK. Pertiwi Sedayu, Kecamatan Sarupan Kabupaten

Wonosobo. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Musfiroh, Tadzkiroatun. (2005). Cerita dan Perkembangan Anak. Yogyakarta:

Novila.

Musfiroh, Tadzkiroatun. (2008). Memilih. Menyusun dan Menyajikan Cerita untuk

Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Patmonodewo, Soemiarti. (2000). Pendidikan Anak Usia Prasekolah. Jakarta:

Rineka Cipta, cet.1.

Poerwodarminto, W.J.S. (1976). kamus umum bahasa indonesia. Jakarta : Balai

pustaka

Qurrota A’yunin, Luthfiyatun. (2007). Implementasi Metode Kisah dalam

Pembelajaran Akhlak di TKIT Az-Zahra Demak. Semarang : Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Riyanto, Theo dan Martin Handoko. (2004). Pendidikan pada Usia Dini: Tuntutan

Psikologi dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orangtua. Jakarta: PT

Grasindo.

Sabri, M. Alisuf. (2006). Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya.

Saleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahib. (2004). Psikologi: Suatu

Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media, cet.1.

Soenarjo, (1994). Al-Qur’an dan Terjemahannya. semarang: PT. Kumudasmoro

Grafindo.

Soekanto, Soerjono. (1982) . Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pres, cet.

4.

Soemanto, Wasty. (1998). Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemmpin

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 96: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

Soleha, Yuliatin. (2007). Belajar Melalui Cerita Menurut Abdul Hamid Al-Hasyimi

dan Implikasinya terhadap Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini.

Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Subrata, Hadi.( 1988). Meningkatkan Intelegensi Anak Balita. Jakarta: Gunung

Mulia, cet 1.

Sudjana, Nana. (2002). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Suyanto, Agus. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyanto, Agus. (1979). Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Baru.

Suyanto, Slamet. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat Publishing, cet.1.

Ulwan, A. Nasih. (1988). Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Asy-

Syifa’.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2003. (2008).

Jakarta: Sinar Grafika.

Yusuf LN, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Zainuddin. (1994). Anak dan Lingkungan Menurut Pandangan Islam. Jakarta: Andes

Utama Prima, cet.1.

Zainuddin, dkk. (1991). Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi

Aksara.

Page 97: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Alimatun Hasanah

Nomor Induk Mahasiswa : 063111105

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

TTL : Kendal, 9 September 1987

Alamat Asal : Tangkisan RT 01/VII Kaliwungu Kendal

Pendidikan Formal :

1. SDN 2 PLantaran lulus tahun 2000

2. MTs Futuhiyyah 2 lulus tahun 2003

3. MAN Kendal lulus tahun 2006

4. IAIN Walisongo Semarang Fak. Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama

Islam angkatan 2006

Yang menyatakan,

Alimatun Hasanah

Page 98: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

LAMPIRAN 1

Contoh SKH (Satuan Kegiatan Harian) TK Tarbiyatul Athfal 14

Kelompok : A

Semester/Minggu : II/10

Tema/Sub Tema : Alat Komunikasi/Guna Alat Komunikasi

Hari, Tanggal : Rabu, 9 Maret 2011

Waktu : 07.30-09.30

Indikator:

a. Berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan (pembiasaan)

b. Menunjukkan jumlah yang sama, tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit

dari kumpulan benda

c. Membaca beberapa kata berdasarkan gambar, tulisan dan benda yang

dikenal/dilihatnya

d. Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut

e. Mewarnai bentuk gambar sederhana dengan jari

f. Menggunakan konsep waktu (hari ini, nanti, sekarang, besok, kemarin)

g. Memiliki kemampuan mendengar yang baik

h. Mentaati peraturan yang berlaku

I. Kegiatan Awal

1. Berbaris, berdo’a dan mengucapkan salam

2. Membaca Asma’ul Husna

3. Area Kognitif

4. Memberi tanda (=) pada benda yang jumlahnya sama, dan tanda (≠) bila tidak

sama

II. Kegiatan Inti

1. Area Bahasa

a. Pintar membaca tulisan berdasarkan gambar

Page 99: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

b. Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita “Kupu-kupu yang baik

hati”

2. Area Seni

Mewarnai gambar “TV, perangko dan amplop”

3. Area Kognitif

Dapat menggunakan konsep waktu. Misalnya: hari ini Rabu, besok:

Kamis, dll.

4. Area Fisik/Motorik

Memiliki kemampuan mendengar yang baik

III. Istirahat

1. Merapikan tempat duduk

2. Bermain bebas.

IV. Kegiatan Akhir

1. Area Sikap/Perilaku

Dapat mentaati peraturan yang berlaku, misalnya: tidak bermain saat

kegiatan belajar.

2. Do’a, salam, pulang.

Alat / Sumber Belajar

Alat/sumber belajar yang digunakan pada hari itu disesuaikan dengan

kegiatan yang diprogramkan guru.

Penilaian Perkembangan Anak

Penilaian dilaksanakan dengan observasi, percakapan, penugasan,

hasil karya, dan unjuk kerja serta percakapan antara pendidik dengan peserta

didik di sudut-sudut kegiatan secara individu. Pendidik harus menilai dan

mencatat kegiatan yang dilakukan peserta didik di sudut-sudut kegiatan

sesuai dengan kegiatan yang disukai mereka.

Page 100: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

LAMPIRAN 2

Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pendidik

Variabel Indikator Nomor Urut

Pelaksanaan Metode Cerita 1. Metode Pembelajaran yang

Digunakan

2. Minat Anak terhadap Cerita

3. Materi Cerita

4. Keterampilan Bercerita

5. Alat Peraga

1 – 3

4 – 5

6 – 10

11 – 13

14

Jenis-jenis Cerita 1. Cerita Lisan

2. Cerita Tulis

3. Cerita Panggung

4. Cerita dengan Alat Peraga

5. Cerita dengan Membawa

Buku

6. Cerita dengan Bahasa Isyarat

7. Cerita Melalui Alat Pandang

Gerak (Audio Visual)

1

2

3

4

5

6

7

Page 101: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

LAMPIRAN 3

Hasil Wawancara Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan

Kemampuan Sosialisasi dengan Pendidik

A. Pelaksanaan Metode Cerita

1. Apa sajakah metode pembelajaran yang digunakan di TK Tarbiyatul Athfal

14 Plantaran Kaliwungu Kendal?

Jawab : Metode Pembiasaan, Metode Keteladanan, Metode Cerita, dan

Metode Bermain.

2. Apakah Metode Cerita/Dongeng merupakan salah satu metode pembelajaran

di TK Tarbiyatul Athfal 14?

Jawab : Iya. Seperti yang sudah saya katakana tadi, bahwa Metode Cerita

juga digunakan untuk pembelajaran.

3. Apakah Metode Cerita/Dongeng digunakan setiap hari dalam pembelajaran?

Kapan pelaksanaannya? Apakah di awal, di tengah/di akhir pembelajaran?

Jawab :

� Iya, hampir setiap hari kami menggunakannya.

� Pada awal dan akhir pembelajaran. Setelah melakukan kegiatan awal

seperti gerak, lagu, dan do’a. Biasanya anak diminta untuk bercerita

didepan teman-temannya tentang penglaman pribadi.

4. Apakah peserta didik menyukai pembelajaran dengan menggunakan metode

Cerita/dongeng? Bagaimana antusias mereka ketika pembelajaran dengan

Cerita akan dimulai?

Jawab :

� Iya, anak-anak sangat menyukainya.

� Anak-anak sangat tertarik dan biasanya sangat menurut.

Page 102: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

5. Siapakah tokoh dalam Cerita yang sering menjadi idola peserta didik?

Apakah tokoh protagonis atau antagonis?

Jawab : Emm….. protagonis. Tapi kadang-kadang ada juga anak yang suka

tokoh Antagonis. Biasanya mereka menirukan tokoh yang jahat itu

seperti apa, hanya untuk pengetahuan saja bukan untuk meniru

perilaku atau perbuatannya.

6. Apakah sebelum pembelajaran dengan Metode Cerita dimulai, pedidik telah

mempersiapkan materi cerita? Apakah materi Cerita tersebut sesuai dengan

SKH (Satuan Kegiatan Harian)?

Jawab :

� Iya, kita persiapkan sehari sebelum Cerita.

� Belum tentu. Kalau tema SKH itu yang sesuai biasanya untuk

kegiatan intinya.

7. Apakah sebelum bercerita pendidik telah mengkaji terlebih dahulu cerita

yang akan diberikan kepada pesereta didik? Bagaiman pendidik mengkaji

cerita tersebut? Apakah pendidik membuat catatan ringkas mengenai alur

Cerita tersebut?

Jawab :

� Iya, kita membaca terlebih dahulu Ceritanya untuk memahami isi

cerita dan pesan apa saja yang terkandung dalam Cerita tersebut.

� Belum tentu, tergantung alat peraga yang digunakan. Kalau yang

digunakaan pada saat itu buku cerita yang tipis, ya tidak perlu

8. Apa Persiapan yang dilakukan pendidik sebelum kegiatan Cerita dimulai?

Jawab : Biasanya mempersiapkan peserta didik, dengan gerak dan lagu.

9. Bagaimana pendidik merancang pembukaan untuk memulai cerita yang akan

disampaikan kepada peserta didik sehingga mereka tertarik untuk

memperhatikan?

Jawab : Biasanya dengan menanyakan tokoh dalam cerita, apakah mereka

mengetahui tentang tokoh yang ada dalam cerita. Seperti “Anak-

anak, siapa yang tahu tentang ini ya?

Page 103: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

10. Bagaimana pendidik menutup Cerita sehingga Cerita yang disampaikan

memberikan kesan yang mendalam bagi peserta didik?

Jawab : Emm….dengan membuat kesimpulan. Tapi kadang-kadang kita

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi Cerita.

11. Apakah pendidik memiliki cara atau trik untuk memberi penguatan agar

pesan yang terkandung dalam Cerita dapat tersampaikan kepada peserta didik

dengan baik?

Jawab : Emm…tentu. Pada saat bercerita kita bertanya seputar cerita supaya

anak mengetahui ceritanya.

12. Bagaimana pendidik menanggapi pertanyaan peserta didik apabila Cerita

yang disampaikan belum selesai dibacakan? Apakah langsung ditanggapi

atau diberi pengertian untuk menunggu sampai Cerita selesai dibacakan?

Jawab :

� Ya dijawab, satu persatu.

� Iya. Biasanya Cerita dipotong dulu untuk menjawab pertanyaan

peserta didik supaya mereka tidak merasa diabaikan, kan tidak boleh

anak diabaikan.

13. Bagaimana cara pendidik menenangkan peserta didik bila mereka mulai

bosan dan jenuh?

Jawab : Emm…..biasanya cerita dipotong atau dihentikan dulu sambil

mengajak anak bernyanyi atau dengan tepuk diam, supaya mereka

memperhatikan lagi.

14. Apakah pendidik menggunakan alat peraga dalam setiap kegiatan Cerita

yang dilakukan? Apa alasannya?

Jawab : Ya. Seperti dengan boneka tangan, buku cerita bergambar atau

gambar yang saya buat sendiri di papan tulis karena itu akan lebih

menarik.

Page 104: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

B. Jenis-jenis Cerita

1. Apakah pendidik melakukan kegiatan Cerita secara lisan? Apakah melalui

Cerita lisan yang digunakan, pendidik dapat mengembangkan kemampuan

sosialisasi anak? Kemampuan sosialisasi apa saja yang dikembangkan?

Jawab :

� Ya. Menurut saya bisa, karena itu untuk melatih anak yang tadinya

tidak berani menjadi berani. Kadang karena tertarik dengan ceritanya,

anak jadi bertanya.

� Mungkin percakapan atau komunikasinya, bahasa juga. Cerita juga

bisa untuk motorik halusnya, karena terkadang anak suka menirukan

gaya binatang yang ada dalam cerita.

2. Apakah pendidik melakukan kegiatan cerita tulis (menulis cerita sendiri)

untuk peserta didik?

Jawab : Tidak pernah

3. Apakah pendidik melakukan kegiatan cerita panggung yang melibatkan

anak? Apakah kegiatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi

mereka?

Jawab :

� Emm…belum pernah.

� Bisa, karena terjadi percakapan antar peserta didik.

4. Apakah pendidik melakukan kegiatan Cerita tanpa alat peraga atau dengan

menggunakan alat peraga seperti boneka? Apa alasannya? Apa kemampuan

sosialisasi yang dapat dikembangkan melalui kegiatan cerita tersebut?

Jawab :

� Ya kadang-kadang menggunakan alat peraga, tapi kadang juga tidak.

� Kalau menggunakan alat peraga itu lebih menarik.

� Menurut saya bisa, karena pada saat bercerita itu guru melakukan

tanya jawab kepada anak.

5. Apakah pendidik melakukan kegiatan cerita dengan membaca buku? Apakah

pernah pendidik menggunakan buku cerita yang tebal? Apa yang dilakukan

pendidik? Meringkasnya atau bagaimana?

Page 105: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

Jawab :

� Ya. Seringnya kita menggunakan buku fable, cerita binatang.

� Pernah.

� Biasanya cerita bersambung dan disampaikan pada pertemuan

berikutnya.

6. Apakah pendidik melakukan kegiatan cerita dengan bahasa isyarat? Apa

alasannya?

Jawab : Belum pernah. Kayaknya susah ya.

7. Apakah pendidik melakukan kegiatan cerita melalui alat pandang gerak

(Audio Visual) Apa alasannya?

Jawab :

� Iya, tapi kadang-kadang.

� Lebih menarik.

Page 106: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

LAMPIRAN 4

Dokumentasi Gambar Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan

Sosialisasi

Metode Cerita dengan Alat Peraga Metode Cerita dengan Alat Peraga

Audio Visual Buku (Fabel)

Metode Cerita dengan Alat Peraga Perilaku Meniru

Papan Tulis

Perilaku Akrab dengan Guru/Orang Dewasa Perilaku Kerjasama dengan Teman