fakultas tarbiyah institut agama islam...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM
PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I
DI MI MA’ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG
TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
Ngumrotun Baruroh NIM 093111367
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
2
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ngumrotun Baruroh
NIM : 093111367
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya
Semarang, Juni 2011 Saya yang menyatakan Ngumrotun Baruroh NIM 093111238
3
4
NOTA PEMBIMBING
Semarang, Juli 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I DI MI MA’ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG TAHUN 2010/2011
Nama : Umrotul Baruroh NIM : 093111367 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing,
Fakrurrozi, M.Ag NIP. 19691220 199503 1 001
5
MOTTO
� ا� ا���ث�� �� . ر�� ا� ��� و���!�ل ر �ل ا� �#ا� ��"� و � : ����+�ا آ'� رأ�)'�&� ا� *١ )روا0 ا/.�رى(
Dan dari Malik bin Al-Hawarits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda:
Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR: Ahmad dan Bukhari).
1* Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, (Semarang:
Thoha Putra, t.th.), hlm. 155
6
ABSTRAK
Judul : Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Shalat pada Siswa Kelas 1 di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang Tahun 2010/2011
Nama : Ngumrotun Baruroh NIM : 093111367
Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimanakah
penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang? 2) Problematika apa saja yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang?
Permasalahan tersebut di bahas melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, sumber data diperoleh dari sekolah dan buku-buku pendukung. Pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi, setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penyajian data, data yang yang terkumpul semata-mata bersifat deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara tanya jawab sesuai dengan pengalaman siswa, berikutnya pelaksanaan demonstrasi guru mencontohkan praktek materi yang diajarkan lalu menyuruh beberapa orang siswa mempraktekkannya di depan teman-teman siswa lain, diantara yang di peragakan degnan metode demonstrasi, tahap terakhir adalah kegiatan evaluasi/tindak lanjut dilakukan setelah proses demonstrasi selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut melakukan sendiri. Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan acuan nilai-nilai yang sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada pemberian informasi. 2) Problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang antara lain: problem yang berhubungan dengan latar belakang pendidikan siswa, tugas guru, alokasi waktu, sarana dan prasarana, pengelolaan kelas serta problem yang berhubungan dengan evaluasi.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Robbal alamin yang telah
melimpahkan nikmat, Taufik, hidayah dan inayah-Nya setelah penulis skripsi ini
dapat terselesaikan.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan skripsi
ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan
dengan baik, selama masa penelitian
2. Fakrur Rozi, M.Ag, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
4. Sutrisno, S.Pd., selaku Kepala MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur
Magelang yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam
penelitian.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda
dari Allah SWT.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya
semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, Juni 2011
Penulis
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .............................................................................. 6
1. Metode Demonstrasi ............................................................... 6
a. Pengertian Metode Demonstrasi ....................................... 6
b. Tujuan Metode Demonstrasi ............................................. 8
c. Aspek-Aspek dalam Metode Demonstrasi ........................ 9
d. Prinsip-prinsip Demonstrasi .............................................. 9
e. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi ........................... 10
f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi .............. 12
2. Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat Kelas 1................... 14
a. Pengertian Pembelajaran Fiqih ......................................... 14
b. Tujuan Pembelajaran Fiqih ................................................ 16
c. Materi Shalat dalam Pembelajaran Fiqih ........................... 16
B. Kerangka Berfikir ......................................................................... 18
9
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 28
B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 28
C. Fokus Penelitian ........................................................................... 28
D. Sumber Data Penelitian ................................................................ 29
E. Lokasi Penelitian .......................................................................... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 29
G. Metode Analisis Data ................................................................... 30
BAB IV IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM
PEMBELAJARAN SHALAT DI MI WRINGIN PUTIHI
BOROBUDUR MAGELANG
A. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI
Wringin Putih Borobudur Magelang ........................................... 33
1. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran
Shalat di MI Wringin Putih Borobudur Magelang ................ 33
2. Kegiatan evaluasi/tindak lanjut ............................................. 38
3. Pendekatan pembelajaran ..................................................... 39
B. Problematika yang Dihadapi dalam Menerapkan Metode
Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat pada
Siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang .............. 40
1. Problem yang berhubungan dengan latar belakang siswa ..... 40
2. Problem yang berhubungan dengan tugas guru .................... 40
3. Problem Sarana Prasarana .................................................... 41
4. Problem yang berhubungan dengan waktu (jam tatap muka) 41
5. Problem yang berhubungan dengan pengelolaan kelas ........ 41
6. Hambatan yang berhubungan dengan evaluasi ..................... 42
C. Analisis Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran
Shalat di MI Wringin Putihi Borobudur Magelang .................... 42
10
D. Analisis Solusi terhadap yang Dihadapi dalam Menerapkan Metode
Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat pada
Siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang .............. 46
1. Solusi yang berhubungan dengan latar belakang siswa
kaitannya dengan perencanaan pengajaran ........................... 46
2. Solusi yang berhubungan dengan tugas guru ........................ 47
3. Solusi yang Berhubungan dengan Kelengkapan Sarana dan
Prasarana ............................................................................... 48
4. Solusi yang Berhubungan dengan Waktu (jam tatap muka) . 48
5. Solusi yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas .......... 49
6. Solusi yang Berhubungan dengan Evaluasi .......................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 52
B. Saran-Saran ................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal
balik, yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik
itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Interaksi pada peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas,
tidak hanya sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi berupa
interaksi edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri
peserta didik yang sedang belajar.3
Salah satu materi yang tertuang dalam proses pembelajaran fiqih
adalah shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Salat merupakan tiang (rukun) sebagai tempat
tegaknya agama Islam, sarana untuk membuktikan tentang ke-Islaman dan
keimanan seseorang. Islam memberikan kewajiban shalat kepada mukhalaf
untuk menjalankan shalat fardhu (lima waktu) sehari semalam. Amalan shalat
ini perlu sekali ditanamkan kepada jiwa anak-anak oleh setiap orang tua. Anak
hendaknya diperintahkan shalat sejak umur 7 tahun bahkan diperintahkan
keras apabila telah mencapai 10 tahun, ketentuan ini sesuai dengan sabda
Rasul:
2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1995) cet.2 hlm. 2 3 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006), cet. 19, hlm. 4
12
���� ا�"� � 0456 !�ل، !�ل ر �ل ا� � 89"7 �'�و �� #���<ة وه# ا��; /: �" : ا� ��"� و ?��+وا اوAدآ# ��
"� �B� ;��وه# ا �C"� روا0 ا5ار�( وا����ه# �� ��� ا� ا��": /�ة' )�/5ا
Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu usia mereka meningkat tujuh tahun dan bila perlu pukullah mereka enggan mengerjakannya diwaktu usia mereka meningkat sepuluh tahun.4
Dalam mempelajari fiqih khususnya materi shalat, bukan sekedar teori
yang berarti tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus
mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila
berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan,
harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu, fiqih bukan saja untuk
diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau
pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamalkan sehari-
hari didahulukan dalam pelaksanaan pembelajarannya.5
Pembelajaran shalat pada usia anak sangat penting. Di samping
sebagai sarana untuk melatih anak dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
kepada Sang Khalik, shalat juga sangat besar manfaatnya dalam kehidupan
rohani manusia. Dengan demikian, selain sebagai tugas dari orang tua, guru
sebagai sosok pengganti orang tua dalam dunia pendidikan juga memiliki
persamaan tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran untuk anak didik, termasuk dalam pembelajaran shalat. Untuk
itu, dalam rangka pembelajaran shalat kepada anak didik, menurut Nana
Sudjana guru harus mengatur semua komponen yang ada dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM), antara lain, tujuan, bahan, metode, dan alat serta
penilaian pengajaran.6
4 Mujibur Rahman Muhammad Usman, Aunil Ma’bud syarah imam Abu Dawud Juz II,
(T. kp. Maktabah Assalafiah, t.th), hlm.162 5 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), Cet. 2, hlm. 85 6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004), hlm. 30-31.
13
Anak sekolah dasar seperti siswa 1 MI Wringin Putih Borobudur
Magelang adalah anak yang membutuhkan pembelajaran langsung dalam
setiap pembelajarannya, sebagaimana diungkapkan oleh Edga Dale yang
dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.7. banyak metode
dalam pembelajaran tetapi tidak semua metode itu dapat memberikan
pengalaman langsung pada setiap proses pembelajaran yang dilakukan.
Sebagaimana terdapat dalam Hadits
� ا� ا���ث�� �� . ا� ���ر�� و���!�ل ر �ل ا� #���� : ا� ��"� و ��+�ا آ'� رأ�)'�&� ا� ٨ )روا0 ا/.�رى(
Dan dari Malik bin Al-Hawarits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR: Ahmad dan Bukhari).
Demonstrasi sebagai salah satu metode pembelajaran memberikan satu
bentuk pembelajaran dimana siswa akan melihat langsung satu pembelajaran
dalam sebuah materi secara langsung berkaitan dengan pelajaran itu. Dengan
metode demonstrasi anak akan dapat menemukan satu pemahaman lebih
komplek dari pembelajaran.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik meneliti lebih jauh tentang
implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok
shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang tahun 2010/
2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan
penulis angkat adalah :
7 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
2003), hlm. 45-48 8 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, (Semarang:
Thoha Putra, t.th.), hlm. 155
14
Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran
Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih
Borobudur Magelang?
Problematika apa saja yang dihadapi dalam menerapkan metode
demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada
siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran
Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih
Borobudur Magelang .
b. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam menerapkan
metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat
pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan ini,
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang terkait.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori metode
demonstrasi pada pembelajaran fiqih materi pokok shalat.
b. Secara praktis
1) Bagi sekolah
Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah
dalam mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses
pembelajaran fiqih terutama materi shalat.
2) Bagi peserta didik
15
Diharapkan para peserta didik dapat terjadi peningkatan
hasil belajar dan motivasi belajar pada pembelajaran fiqih materi
pokok shalat
3) Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru
khususnya proses pembelajaran dengan metode demonstrasi pada
mata pelajaran fiqih materi pokok shalat.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metha” dan
“Hodos” metha berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara, jadi
metode adalah jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.9
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengajaran. Salah
satu metode yang digunakan dalam pengajaran adalah metode
demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang
sangat efektif, karena dapat membantu siswa untuk melihat secara
langsung proses terjadinya sesuatu.
Adapun beberapa ahli mendefinisikan, pengertian metode
demonstrasi:
1) Tayar Yusuf, demonstrasi berasal dari kata demonstration ( ) yang
berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan
sesuatu.10
2) Pius A. Partanto, demonstrasi berarti unjuk rasa, tindakan bersama-
sama untuk menyatakan proses pertunjukan mengenai cara
penggunaan suatu hal.11
3) Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang
guru atau orang lain yang sengaja diminta murid sendiri
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses suatu
kaifah melakukan sesuatu.12
9 Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 40. 10 Tayar Yusuf dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja
Grafindo, 2000), hlm. 45. 11 Pius. A. Partanto, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), hlm. 100. 12 Muhammad Zein, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, t.th),
hlm. 177.
17
4) Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya
ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.13
5) Metode demonstrasi merupakan teknik mengajar yang sudah tua dan
digunakan sejak lama. Seorang ibu yang mengajarkan cara memasak
atau makanan kepada anak-anaknya atau dengan
mendemonstrasikan di muka mereka.14
6) Metode demonstrasi adalah metode pengajaran bagi guru atau orang
lain yang sengaja diminta siswa sekalipun memperlihatkan pada
seluruh kelas suatu proses. Misalnya, bagaimana cara bekerjanya
sebuah alat pencuci pakaian dengan otomatis.15
The demonstration is valuable in all areas. The learning in the
demonstration is concrete. It is essentially a doing method and it allows
for repetition and drill. The demonstration method is usually informal,
and it is effective with simple processes or complex projects.16 (metode
demonstrasi sangat penting disemua area (pembelajaran). Metode
pembelajaran ini sangat konkrit/nyata. Pada dasarnya metode ini adalah
pengimplementasian metode dan bisa dilakukan dengan pengulangan
kembali dan latihan-latihan. Biasanya metode ini bersifat informal dan
sangat efektif melalui proses yang sederhana dan perencanaan yang
komplek).
Jadi kesimpulannya adalah suatu metode mengajar dimana
seorang guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses untuk
memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses
13 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 102. 14 Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia cipta Utama, 2002), hlm.
107. 15 Winarno Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jamars, 2000), hlm.
86. 16 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya, 1989), hlm. 148
18
perbuatan tertentu kepada siswa, misalnya proses cara mengerjakan
shalat.
b. Tujuan Metode Demonstrasi
Sesuai dengan definisi metode demonstrasi yaitu
memperlihatkan, memperagakan dan mempraktikkan, maka tujuan
demonstrasi yaitu anak diarahkan dan dibimbing untuk menggunakan
mata dan telinganya secara terpadu sebagai hasil dari pengamatan.
Penerapan metode demonstrasi lebih banyak digunakan untuk
memperjelas cara mengerjakan atau kaifiyah suatu proses ibadah,
misalnya wudlu, shalat, haji, dan materi lain yang bersifat motorik.17
Metode demonstrasi merupakan suatu wahana untuk memberikan
pengalaman belajar agar anak dapat menguasai pelajaran lebih baik.
Dengan metode demonstrasi anak dilatih untuk menangkap unsur-unsur
penting untuk proses pengamatan, maka kemungkinan melakukan
kesalahan sangat kecil bila terus menirukan apa yang telah
didemonstrasikan oleh guru dibandingkan jika ia melakukan hal yang
sama hanya berdasarkan penjelasan lisan.
Demonstrasi memiliki makna penting bagi anak antara lain:
1) Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan/
dilaksanakan/ diperagakan.
2) Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan
peragaan.
3) Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti
dan cermat.
4) Membantu mengembangkan untuk melakukan segala pekerjaan
secara teliti dan cermat.
5) Membantu mengembangkan kemampuan menirukan dan pengenalan
secara tepat.18
17Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramdani, 2000), hlm. 83 18 Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Rineka
Cipta,1999 ), hlm. 27
19
Metode demonstrasi mempunyai pengaruh terhadap proses
belajar peserta didik dan bertujuan sebagai berikut:
1) Memberikan latihan keterampilan tertentu pada peserta didik.
2) Memudahkan penjelasan dan peserta didik terampil melakukannya.
3) Membantu peserta didik dalam memahami suatu proses secara
cermat dan teliti.19
c. Aspek-Aspek dalam Metode Demonstrasi
1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati oleh peserta didik.
2) Demonstrasi menjadi kurang efektif jika tidak diikuti oleh aktivitas
peserta didik.
3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan.
4) Hendaknya dilakukan dalam hal yang bersifat praktis.
5) Beri pengertian dan landasan teori yang akan didemonstrasikan.
6) Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.20
d. Prinsip-prinsip Demonstrasi
Melalui demonstrasi, seorang guru ingin menyampaikan suatu
pada siswa, melalui demonstrasi yang baik berarti guru telah
mengadakan komunikasi yang baik dengan para siswanya. Sehingga
siswa mengerti apa yang ingin guru sampaikan kepadanya.21
Oleh karena itu ada Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
antara lain:
1) Menciptakan suasana dan hubungan yang baik dengan siswa
sehingga ada keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan
apa yang hendak didemonstrasikan.
2) Mengusahakan agar demonstrasi itu jelas bagi siswa yang
sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat
19Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, hlm. 45-46 20 Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, hlm. 190 21 Suharyono, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2001), hlm.
35.
20
memahami apa yang dimaksudkan dalam demonstrasi karena
keterbatasan daya pikirnya.
3) Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu
pokok bahasan atau topik bahasan tertentu tentang adanya kesulitan
yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk
mengatasinya.
Dengan berpedoman ketiga prinsip di atas, maka kegiatan
demonstrasi akan kehilangan arah dan lepas kendali sehingga dapat
berjalan terarah seiring dengan tujuan yang telah digariskan
sebelumnya.22
Dalam pelaksanaan metode demonstrasi, ada beberapa langkah-
langkah yang perlu diperhatikan diantaranya:
1) Guru merencanakan dan menetapkan urutan-urutan penggunaan
bahan dan alat yang sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan.
2) Guru menunjukkan cara pelaksanaan metode demonstrasi
3) Guru menetapkan perkiraan waktu yang diperlukan untuk
demonstrasi dan perkiraan waktu yang diperlukan oleh anak-anak
untuk meniru.
4) Anak memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tersebut.
5) Guru memberikan motivasi atau penguat-penguat yang diberikan,
baik bila anak berhasil maupun kurang berhasil. 23
e. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu
ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik
adalah:
1) Perencanaan
Hal yang dilakukan adalah:
22 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama¸ (Malang FAK. Tarbiyah IAIN
Sunan Ampel, 2001), hlm. 297. 23 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 123-124.
21
a) Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau
kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode
demonstrasi berakhir.
b) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilaksanakan.
c) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
d) Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya
introspeksi diri apakah:
(1) Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh
peserta didik.
(2) Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang
baik sehingga setiap peserta didik dapat melihat.
(3) Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap
perlu.
e) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta
didik.24
2) Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.
b) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.
c) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan
agar demonstrasi mencapai sasaran.
d) Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya
mengikuti demonstrasi dengan baik.
e) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif
memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan
didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan.
f) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu
menciptakan suasana yang harmonis.25
24 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 192 25 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 193-194
22
3) Evaluasi
Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering
diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini
dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab
pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan
peserta didik mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang
dilakukan, apakah sudah berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan.26
f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan, dua sisi ini
perlu diperhatikan guru. Adapun kelebihan metode demonstrasi menurut
Syaiful Bahri Djamarah adalah:
1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau
kalimat).
2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3) Proses pengajaran lebih menarik.
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan dan mencoba melakukan sendiri.27
Sedangkan menurut Tayar Yusuf metode demonstrasi mempunyai
beberapa kebaikan antara lain:
1) Perhatian siswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap
penting bagi guru.
2) Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses
tertentu melalui pengamatan dan percobaan siswa mendapatkan
pengalaman praktis, yang biasanya bersifat tahan lama.
3) Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, di mana siswa
tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai
26Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 195 27 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, hlm. 102-103
23
mengucapkan tapi tidak mengerti maksudnya) serta catatan yang
diperlukan.
4) Selama demonstrasi berlangsung kita dapat mengajukan pertanyaan,
apakah keterangan itu dapat didengar oleh siswa dan apakah alat dapat
ditempatkan pada posisi yang tepat? dan lain sebagainya.
5) Menetapkan rencana penelitian mengenai hasil yang dicapai melalui
demonstrasi.
6) Dapat merekam kembali atau mengulangi kembali proses demonstrasi,
jika siswa merasa belum paham atau mengerti tentang masalah yang
dibicarakan. 28
Seperti ungkapan ini bahwa: the demonstration is valuable an all areas. The learning in the demonstration is concrete. It is essentially a doing method and it allows for repetition and drill. The demonstration method is usually informal, and it is effective with simple processes or complex projects. 29
Yang maksudnya: (metode) demonstrasi sangat penting di
semua area (pembelajaran). Metode pembelajaran ini sangat konkrit/
nyata. Pada dasarnya metode ini adalah pengimplementasian metode
dan bisa dilakukan dengan pengulangan kembali dan latihan-latihan.
Biasanya metode ini bersifat informal dan sangat efektif melalui proses
yang sederhana dan perencanaan yang komplek.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik
pemahaman bahwa kelebihan metode demonstrasi yang paling utama
adalah membuat siswa menjadi lebih jelas apa yang dipelajari karena
dipraktikkan secara langsung dan mendapatkan pengalaman yang
praktis serta bersifat tahan lama.
Adapun kekurangan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri
Djamarah adalah:
1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak
efektif.
28 Tayar Yusuf, Op.Cit. hlm. 50-52 29 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya, 1989), hlm. 148
24
2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di
samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.30
Sedangkan menurut Winarno Surachmat, metode demonstrasi
mempunyai kelemahan sebagai berikut:
1) Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa.
Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan tidak jelas.
2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah
aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan
menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga.
3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya
alat-alat yang sangat besar atau berada di tempat lain yang jauh dari
kelas.
4) Kadang-kadang bila sesuatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian
didemonstrasikan, siswa melihat suatu proses yang berlainan dengan
proses jika dalam situasi yang sebenarnya.31
2. Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat Kelas 1
a. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri
individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.32
Menurut S. Nasution pembelajaran atau ungkapan yang lebih
dikenal sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang
30 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, hlm. 103 31 Winarno Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, hlm. 88 32 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 100
25
berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan
sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.33
Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 bahwa
“Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.34
Sedangkan Fiqih menurut bahasa “tahu atau paham”.35
Firman Allah SWT.
…F� A #CG #C���! ��� :/Hن و�CJ)K��( )٨٧: ا
“…. dan hati mereka telah di kunci mati maka mereka tidak mengetahui” (QS. Atau-Taubah: 87).36
Adapun pengertian fiqih menurut istilah ada beberapa pendapat
sebagai berikut:
1) Abdul Wahhab Khallaf berpendapat
Fiqih adalah “hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis
(amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci”. 37
2) Menurut A. Syafi’i Karim
Fiqih ialah “suatu ilmu yang mempelajari syarat Islam yang
bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil hukum
yang terinci dari ilmu tersebut”.38
Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah
satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah,
terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara
33 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 102 34 Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No. 20
Tahun 2003), (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), hlm. 9 35 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieq, Pengantar Ilmu Fiqih, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 1997), hlm. 15. 36 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1989), hlm.
294 37 Ahmad Rofiq, Hukum-hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hlm. 5. 38 A. Syafi’i Karim, Fiqih-Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11
26
pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-
hari, serta Fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan
pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan
minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara
pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata
pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam
dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
ataupun lingkungannya.39
b. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
1) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik
yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama
manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.40
c. Materi Shalat dalam Pembelajaran Fiqih
Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
1) Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang
cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara
taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah Haji.
39 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67
40 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 59
27
2) Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan
pinjam meminjam.41
Dalam penelitian ini materi yang di kaji adalah materi shalat
berikut sedikit uraian tentang materi Haji
Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu
sebagai rukun dan tiang agama. Shalat merupakan rukun Islam yang
kedua. Shalat menjadi lambang hubungan yang kokoh antara Allah
SWT dan hamba-Nya. Pada saat melaksanakan shalat, hamba-hamba
Allah berada dalam keadaan bersih dan suci.
Ahli Fiqih mengartikan shalat menurut bahasa berarti doa,
sedang menurut istilah berarti ibadah yang tersusun dan memenuhi
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi
dengan salam dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.42
Pengertian shalat menurut Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakariya
al-Anshari dalam kitab Fatkhu al-Wahhab adalah:
#"�M(�� K'((.� �"/N( ٤٣ا?<ة ه� أ!�ال وا�8Gل �((FK ��اShalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam”.
Shalat merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT,
sehingga shalat merupakan kewajiban (fardhu’ain) bagi umat Islam,
firman Allah:
�آ�ة Q��ة و�RSا ا�? )٧٧: ا�M;. (وأ!"'�ا اDan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul supaya kamu diberi rahmat. (An-Nisa’: 77).44
41 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 63 42Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), hlm. 53 43 Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakariya al-Anshari, Fatkhu al-Wahhab, (Semarang: Toha
Putra) hlm. 29. 44 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 173
28
Kemudian Allah memerintahkan agar hambanya memelihara
shalat dan disarankan agar khusu’ hanya karena Allah, sebagaimana
firman Allah:
�����ة ا� �T و!���ا ?��ات وا�?�VG�Wا ��� ا )٢٣٨: ا/�Jة.(!�&)"
Periharalah segala shalat dan shalat wustha dan hendaklah kamu berdiri karena Allah yang khusyu’. (QS. AL-Baqarah: 238).45
B. Kerangka Berfikir
Metode mengajar menjamin tercapainya tujuan mengajar. Tujuan
mengajar ialah pemikiran dan tindakan yang berdikari, kreatif dan adaptif.
Supaya peserta didik dapat berfikir dan bertindak secara berdikari, kreatif dan
adaptif harus diberi kesempatan untuk menggunakan semua kemampuan dan
rohani jasmaninya perlahan-lahan, tahap demi tahap sampai mampu bertindak
sendiri.46
Cara mengajar yang ingin mencapai hasil maksimal harus memberi
keleluasaan secukupnya kepada peserta didik untuk melatih kemampuannya
dalam berbagai macam kegiatan yang menuntut sumbangan kemampuan
tersebut. Learning by doing, belajar sambil berbuat, itulah yang direncanakan
oleh pedagogik mutakhir. Tiap pengajaran wajib membantu proses belajar
dengan merangsang peserta didik untuk sendiri giat melakukan sesuatu. Dalam
kegiatan yang direncanakan dan dibuat sendiri peserta didik melatih
kemampuannya, dan meresapkan apa yang di dengarkan lewat pengalaman
yang pasti meningkatkan bekas yang bermanfaat dalam perangkat dirinya.47
Menyampaikan ajaran Islam, sekaligus mendidik dan membina
umatnya, Rasulullah menggunakan berbagai metode sesuai dengan keadaan,
kemampuan dan kebutuhan orang atau umat yang dihadapinya. Menurut Prof.
Dr. A. Alawi Al Maliki, Rasulullah dalam mengajar, mendidik, dan berdakwah
45 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya,, hlm. 58 46 Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 20. 47 Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, hlm. 21
29
menggunakan beberapa metode.48 Salah satunya adalah metode peragaan atau
yang kita sebut metode demonstrasi, yaitu suatu metode mendekatkan dan
menggambarkan suatu kenyataan. Rasulullah SAW, kadangkala memakai
sarana atau alat peraga yang memungkinkan, seperti menggambarkan seraya
menampakkan bentuk gambar itu dihadapan audiens atau umatnya sehingga
mereka lebih mengerti terhadap penjelasan Nabi SAW.49
Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang
guru atau orang lain diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh
kelas tentang sesuatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu (misalnya:
proses cara mengambil air wudlu, proses cara mengerjakan shalat, tayamum
dan sebagainya).50
Metode demonstrasi memang efektif dan dibutuhkan dalam bagian
daripadanya yang tepat sekali untuk dipergunakan. Sebagai contoh bagian-
bagian dari pelajaran shalat, wudlu dan tayamum pasti memerlukan metode
ini, karena dengan jalan mencoba dan mempertunjukkan akan lebih mudah
dan lebih cepat dipahami dan dipraktekkan. Jika hanya teori saja akan lebih
lama dan kurang jelas. Oleh karena itu, guru fiqih dapat mempergunakan
metode ini dalam hal seperti di atas dan juga seperti pada mengerjakan rukun-
rukun haji dan umrah.
Nabi Muhammad sendiri menyuruh memperhatikan dan meniru
bagaimana ia shalat. Ini juga suatu demonstrasi.51
�� ا� ��"� و �# !�ل� �/�� ا� ا���ث ان ا�� : و� ����+�ا آ'� رأ�)'�&� ا� ٥٢ )روا0 ا/.�رى(
“Dan dari Malik bin Al Hawairits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR Ahmad dan Bukhari).
48 Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 230 49 Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, hlm. 233 50 Muhammad Zein, Metodologi Agama,, hlm. 177 51 Muhammad Zein, Metodologi Agama, hlm. 35. 52 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I, (Semarang:
Toha Putra, t. th), hlm. 155.
30
Jadi metode demonstrasi sangatlah tepat digunakan dalam
penyampaian materi fiqih seperti shalat. Karena dengan mencoba,
mempertunjukkan dan mempraktekkan akan mudah dan lebih cepat dipahami.
Di dalam menggunakan metode ini juga, guru fiqih mempunyai tugas
dan aktivitas sebagai berikut:
1. Menyiapkan bahan-bahan yang akan didemonstrasikan
2. Menetapkan tujuan yang jelas dan proses atau pertanyaan apa yang hendak
di jadwal dari hasilnya nanti.
3. Menetapkan bagaimana cara mengadakan penilaian terhadap
berlangsungnya proses belajar itu.53
Ibadah shalat itu terdiri dari gerakan dan bacaan.. berijkut praktek
demonstrasi pada bacaan dan gerakan yang harus dibaca ketika shalat.
1. Niat shalat
Niat shalat dibaca dalam hati dan boleh diucapkan dengan lisan
perlahan dan dibaca bersamaan dengan takbiratul ikhram. Bacaan niat
harus sesuai dengan shalat yang dikerjakan. Berikut ini contoh bacaan niat
shalat wajib lima waktu:
a. Shalat subuh
��8R � اداء K�/J�G �4�ض ا?+/[ رآ8)" J(M�/\ ا� ا”Saya shalat subuh dua rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.
b. Shalat dhuhur
��8R � اداء K�/J�G �4�ض اC+V� ار�: رآ8�ت J(M�/\ ا� ا”Saya shalat dhuhur empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.
c. Shalat ashar
��8R � اداء K�/J�G �4�ض ا8?� ار�: رآ8�ت J(M�/\ ا� ا
53 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, hlm. 155
31
”Saya shalat ashar empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.
d. Shalat maghrib
�G �4�ض ا��8�اR � اداء K�/J'b�ب <ث رآ8�ت J(M�/\ ا ”Saya shalat maghrib tiga rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.
e. Shalat isya’
�K اداء �/J�G �4�ض ا�B8ء ار�: رآ8�ت J(M�/\ ا��8�اR ”Saya shalat isya empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.
2. Bacaan takbiratul ihram
Bacaan takbiratul ihram adalah Allahu Akbar �/ا� اآ
3. Bacaan doa iftitah
"cآ � 5'ا&�� . �ا و /�ن ا� N��ة وا�"<ا� اآ/� آ/"�ا وا�'� و�� M� �F"�W رضA�ات وا'�M�eي TG� ا� �C6و fC6و
� رب . ا&�� ا'B�آ" �R�'�"�ي وو� �NM&و �R>� �ان "'�8 9A��. ا"'�M'� وe�ا� ا��ت وا&�� ا � .
“Allah maha besar lagi sempurna kebesaran-Nya dan segala puji yang sebanyak-banyaknya bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore, kuhadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dalam keadaan cenderung kepada agama yang benar sebagai muslim, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan-Nya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diputuskan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah”..
4. Membaca surah Al Fatihah
Surah Al Fatihah dibaca setelah doa iftitah. Bacaan surah Al
Fatihah yaitu sebagai berikut:
32
W���M� #"W# ا� ا� ا'○ "'�8 � رب4 ا 5' ○ا'W��ا #"W�� ○ا�45� ��م ا��○ "8(M& ك��اه5&� ○ا���ك &8/5 وا�
#"J(M'�"k #C"� ○ا?4�اط ا� f'8&ا �e���اط ا ا'lb�ب "4��l�"C# وA ا�○
”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang .Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Yang menguasaihari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
5. Membaca ayat atau surah Al Qur’an
Sesudah membaca surah Al Fatihah dilanjutkan membaca ayat atau
surah Al Qur’an yang sudah dihafal, misalnya surah Al Ikhlas, Al Falaq,
Al ‘Asr, An nasr, atau surah Al Qur’an yang lain.
6. Bacaan ruku’
Pada waktu ruku’ yang dibaca adalah sebagai berikut:
/�ن ر�4� اV8"# و�'05“Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan segala puji-Nya”.
7. Bacaan i’tidal
Pada waktu I’tidal atau bangkit dari ruku’ doa yang dibaca adalah:
05'W ' ': ا� “Allah mendengar bagi siapa yang memuji-Nya”.
Sesudah berdiri tegak lurus dilanjutkan dengan bacaan:
� fm9�� رض و�\ءA�ات و�\ء ا'�M� ا'5 �\ء ا ���ر� �9ء �58
“Ya Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dengan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu”.
8. Bacaan sujud
Pada waktu sujud disunnahkan membaca tasbih seperti berikut:
33
�� و�'05�Aا � /�ن ر��“Maha suci Tuhanku yang Maha tinggi dan dengan segala puji-Nya”.
9. Duduk antara dua sujud
Pada waktu duduk antara dua sujud disunnahkan membaca doa
sebagai berikut:
� وارW'�� وا6/�&� وار8G�� وارز!�� واه5&� �Fkرب4 ا اo� 4���وG���� و
”Ya Tuhanku ampunilah dosaku, berilah aku rahmat, sempurnakanlah ibadahku, tingkatkanlah derajatku, berilah aku rezeki, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku”.
10. Membaca tasyahud awal
���?��ت ا'/�رآ�ت ا"�(��ا�"4/�ت T�<م ��"� أ�+�C . ات اMا�Rا� و��آ� K'Wور +�/���<م ��"�� و��� �/�دا� . اMا
"��?�5ار� �ل ا�.ا'� ��ا� و أ5C9 أنAإ ��إA 5 أنC9أ . 4\� �#C��5ا'� ���.
”Segala pengagungan yang berkah dan kebaikan yang baik itu adalah bagi Allah. Keselamatan semoga selalu dilimpahkan kepadamu wahai Nabi, begitu pula rahmat dan berkah Allah. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad”.
11. Tasyahud akhir
Bacaan tasyahud akhir ini terdiri dari bacaan tasyahud awal
ditambah dengan salawat Nabi Muhammad saw. dan salawat Nabi Ibrahim
a.s.
��� ا��اه"# f"����5 و��� ال �'�5 آ'� '� ��� 4\� �#C�ا� ���5 و��� ال �'�5 آ'� و��� ال ا��اه"# و��رك �'
5"'W �� ا&"'�8��� ا��اه"# و��� ال ا��اه"# �G ا f��رآ5"r��.
34
”Ya Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluaganya sebagaimana Engkau limpahkan rahmat-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya. Ya Allah limpahkanlah berkah-Mu kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau limpahkan berkah-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya di seluruh alam. Sesungguhnya Engkau dzat yang senantiasa dipuji dan diagungkan.”.
12. Bacaan salam
Bacaan salam disertai menengok ke kanan dan ke kiri sampai
terlihat pipinya dari belakang. Bacaan salam adalah sebagai berikut:
�<م ��"N# ورK'W ا�M ا”Keselamatan dan rahmat Allah atas kamu.” 54
Sedangkan gerakan dalam shalat
1. Berdiri tegak sempurna dan menghadap kiblat
Setiap muslim yang mampu berdiri wajib melakukannya bagi
yang tidak mampu, misalnya karena sakit, atau sudah tua, boleh
melakukan shalat sambil duduk atau berbaring. Ketika berdiri pandangan
mata diarahkan ke tempat sujud.
2. Takbiratul ihram
Takbiratul ihram adalah takbir pembuka shalat. Gerakan
takbiratul ihram dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sehingga
ujung-ujung jari sejajar dengan telinga kanan dan kiri. Gerakan
takbiratul ihram dilakukan sambil membaca takbir. Untuk laki-laki,
gerakan takbiratul ihram dilakukan dengan kedua tangan agak melebar
dan untuk wanita, posisi kedua tangan agak merapat ke tubuh.
3. Bersedekap
Setelah mengucapkan takbir, kedua tangan bersedekap. Kedua
telapak tangan diletakkan di antara dada dan pusar. Telapak tangan
kanan berada di atas punggung telapak kiri.
4. Ruku’
54 Ahmad Farichi, dkk, Khazanah Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Islam
untuk Kelas 3 SD, (Jakarta: Yudhistira, 2004), hlm. 71-80
35
Ruku’ adalah gerakan membungkukkan badan. Pada saat ruku’
posisi punggung dan kepala sejajar, kedua telapak tangan memegang
kedua lutut, pandangan mata diarahkan ke tempat sujud. Pada saat ruku’
membaca bacaan ruku’.
5. I’tidal
Gerakan i’tidal adalah gerakan yang dilakukan setelah ruku’.
Pada saat i’tidal kedua tangan diangkat seperti ketika takbiratul ihram,
saat mengangkat kedua tangan membaca sami’allaahuliman hamidah,
kedua tangan diturunkan kembali dan diletakkan di samping badan. Pada
saat tangan di samping badan membaca lanjutan bacaan i’tidal.
6. Sujud
Sujud adalah gerakan menempatkan wajah ke tempat sujud. Pada
saat bersujud, kening, hidung, kedua ibu jari kaki, kedua lutut dan kedua
telapak tangan menempel pada alas shalat.
Ketika sujud, kedua telapak kaki dalam posisi berdiri, posisi
punggung tidak terlalu melengkung dan tidak terlalu mendatar ke arah
depan.
7. Duduk di antara dua sujud
Setelah bangun dari sujud pertama, talapak kaki kiri diduduki,
posisi telapak kaki kanan berdiri tegak. Jari-jari kaki kanan menekan
lantai.
8. Duduk tasyahud awal
Duduk tasyahud awal juga disebut duduk iftirasy. Posisi duduk
iftirasy sama seperti duduk di antara dua sujud, saat iftirasy telunjuk
kanan disunnahkan menunjuk ke arah kiblat. Kecuali untuk shalat subuh
tidak ada duduk tasyahud awal, selesai rakaat kedua langsung duduk
tasyahud akhir.
9. Duduk tasyahud akhir
36
Duduk tasyahud akhir disebut juga duduk tawaruk. Tawaruk
dilakukan dilakukan pada rakaat terakhir, telapak kaki kiri dijulurkan di
bawah telapak kaki kanan, telapak kaki kanan tegak dengan jari-jari
menekan lantai, telunjuk tangan kanan disunnahkan menunjuk ke arah
kiblat.
10. Salam
Salam dilakukan setelah bacaan tasyahud akhir. Salam pertama
dilakukan dengan menengokkan kepala ke arah kanan, lalu ke arah kiri.
Saat melakukan salam kepala ditengokkan hingga pipi terlihat dari
belakang, gerakan dan ucapan salam mengakhiri pelaksanaan ibadah
shalat.55
11. I’tidal
Gerakan i’tidal adalah gerakan yang dilakukan setelah ruku’.
Pada saat i’tidal kedua tangan diangkat seperti ketika takbiratul ihram,
saat mengangkat kedua tangan membaca sami’allaahuliman hamidah,
kedua tangan diturunkan kembali dan diletakkan di samping badan. Pada
saat tangan di samping badan membaca lanjutan bacaan i’tidal.
12. Sujud
Sujud adalah gerakan menempatkan wajah ke tempat sujud. Pada
saat bersujud, kening, hidung, kedua ibu jari kaki, kedua lutut dan kedua
telapak tangan menempel pada alas shalat.
Ketika sujud, kedua telapak kaki dalam posisi berdiri, posisi
punggung tidak terlalu melengkung dan tidak terlalu mendatar ke arah
depan.
13. Duduk di antara dua sujud
Setelah bangun dari sujud pertama, talapak kaki kiri diduduki,
posisi telapak kaki kanan berdiri tegak. Jari-jari kaki kanan menekan
lantai.
55Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam,
Cet. 1, (Jakarta: Prenada Media, 2003) hlm.76-79
37
14. Duduk tasyahud awal
Duduk tasyahud awal juga disebut duduk iftirasy. Posisi duduk
iftirasy sama seperti duduk di antara dua sujud, saat iftirasy telunjuk
kanan disunnahkan menunjuk ke arah kiblat. Kecuali untuk shalat subuh
tidak ada duduk tasyahud awal, selesai rakaat kedua langsung duduk
tasyahud akhir.
15. Duduk tasyahud akhir
Duduk tasyahud akhir disebut juga duduk tawaruk. Tawaruk
dilakukan dilakukan pada rakaat terakhir, telapak kaki kiri dijulurkan di
bawah telapak kaki kanan, telapak kaki kanan tegak dengan jari-jari
menekan lantai, telunjuk tangan kanan disunnahkan menunjuk ke arah
kiblat.
16. Salam
Salam dilakukan setelah bacaan tasyahud akhir. Salam pertama
dilakukan dengan menengokkan kepala ke arah kanan, lalu ke arah kiri.
Saat melakukan salam kepala ditengokkan hingga pipi terlihat dari
belakang, gerakan dan ucapan salam mengakhiri pelaksanaan ibadah
shalat.56
56Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam,
hlm.76-79
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian tergolong sebagai penelitian lapangan (field
research). Oleh karena itu, obyek penelitiannya adalah berupa obyek di
lapangan yang sekiranya mampu memberikan informasi tentang kajian
penelitian. penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat atau
mempunyai karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan
sewajarnya atau sebagaimana adanya (Natural Setting) dengan tidak merubah
dalam bentuk simbol-simbol atau kerangka.57
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan suatu prinsip dasar atau landasan
yang digunakan untuk mengapresiasikan sesuatu. Dalam hal ini teori dasar
yang dipakai adalah pendekatan fenomenologi yang merupakan memahami
gejala yang aspek subyektif dari perilaku orang.58
Dengan pendekatan fenomenologi ini peneliti mencoba memahami dan
menggambarkan keadaan atau fenomena subyek yang diteliti dengan
menggunakan logika-logika serta teori-teori yang sesuai dengan lapangan.
Dalam hal ini proses penerapan pembelajaran fiqih materi shalat melalui
metode demonstrasi di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik.
C. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada kajian yakni :
1. Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok
shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang .
2. Problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam
pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin
Putih Borobudur Magelang
57 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 16, hlm. 12
58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 10.
39
D. Sumber Data Penelitian
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Jenis data primer adalah data pokok yang berkaitan dan diperoleh
secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber data primer
adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara
langsung.59 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara tentang problematika pembiasaan pada pembelajaran agama
Islam yang didapat dari guru pada proses penerapan pembelajaran fiqih
materi shalat melalui metode demonstrasi di MI Ma’arif Wringin Putih
Borobudur Magelang.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.60 Atau
dengan kata lain dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang dapat
memberikan informasi/data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah segala
sesuatu yang memiliki kompetensi dengan masalah yang menjadi pokok
dalam penelitian ini, baik berupa manusia maupun benda (majalah, buku,
koran, ataupun data-data resmi) diantaranya data dari kepala sekolah, buku
tentang pedoman shalat, pembelajaran fiqih dan lain-lain.
E. Lokasi Penelitian
Karena penelitian ini nantinya akan dijelaskan secara ilmiah, maka
lokasi penelitian dengan sasaran kelas 1 ini perlu ditekankan yaitu penerapan
metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Wringin Putih
Borobudur Magelang
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode observasi
59 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), cet. IV, hlm. 87 60 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91
40
Metode observasi yaitu melengkapi dengan format atau blanko
pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.61
Metode ini digunakan dengan cara mengadakan pengamatan pada waktu
sedang belajar. Dalam hal ini peneliti tidak terlibat di dalamnya, pengamat
berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan yang
mereka lakukan sehingga pengamat akan lebih mudah dalam menggali
munculnya tingkah laku.
Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui proses
pembelajaran Fiqih Kelas 1 di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur
Magelang dengan menggunakan metode demonstrasi.
2. Metode interview atau wawancara
Metode interview atau wawancara adalah suatu percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu
pewawancara (interviewer), yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewed) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.62
Metode ini digunakan untuk menggali data tentang bagaimana
penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran Fiqih Kelas 1 di MI
Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang. Sedangkan subyek yang
diwawncarai adalah guru fiqih kelas I MI Ma’arif Wringin Putih
Borobudur Magelang
3. Metode dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah yaitu mencari data mengenal hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar atau
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.63
Dengan metode ini akan diuraikan data tentang keadaan MI Ma’arif
Wringin Putih Borobudur Magelang dalam hal ini data yang
61 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, hlm. 22 62 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 135 63 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 234
41
didokumentasikan seperti grafik, sturktur organisasi, dan data lain yang
dapat melengkapi penulisan skripsi ini.
G. Metode Analisis Data
Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya
kedalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat di
temukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang
disarankan data.64
Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak
bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun
mempelajari implikasi.65
Metode deskriptif yang peneliti gunakan ini mengacu pada analisis
data secara induktif, karena: 1). Proses induktif lebih dapat menemukan
kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam data, 2). Lebih dapat membuat
hubungan peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan
akuntabel, 3). Lebih dapat menguraikan latar belakang secara penuh dan dapat
membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu
latar lainnya, 4). Analisa induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama
yang mempertajam hubungan-hubungan, 5). Analisis demikian dapat
memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian struktur analitik66
Langkah-langkah analisis data yang dimaksud sebagai berikut:
1. Data Reduction
Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
.Setelah data penelitian yang diperoleh di lapangan terkumpul, proses data
reduction terus dilakukan dengan cara memisahkan catatan antara data
yang sesuai dengan data yang tidak, berarti data itu dipilih-pilih.67
64 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 103 65 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, hlm. 6-7. 66 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosda
Karya, 2002), hlm. 5 67 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 92
42
Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan
data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode dokumenter.
Seperti data hasil observasi mulai dari penyiapan yang dilakukan guru
proses pelaksanaan yang dilakukan guru dan peserta didik. Semua data itu
dipilih-pilih sesuai dengan masalah penelitian yang peneliti pakai. Data
yang peneliti wawancara di lapangan juga dipilih-pilih mana data yang
berkaitan dengan masalah penelitian seperti hasil wawancara mengenai
penerapan demonstrasi mulai dari tujuan sampai evaluasi. Semua data
wawancara itu dipilih-pilih yang sangat mendekati dengan masalah
penelitian.
2. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini
dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan
sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.68
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono,
menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative
research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif.69
Data yang peneliti sajikan adalah data dari pengumpulan data
kemudian dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah
penelitian, selanjutnya data itu disajikan (penyajian data). Dari hasil
pemilihan data maka data itu dapat disajikan seperti data tentang proses
68 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 95 69 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 95
43
penerapan pembelajaran fiqih materi shalat melalui metode demonstrasi di
MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang.
3. Verification Data/ Conclusion Drawing
Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh sugiyono
mengungkapkan verification data/ conclusion drawing yaitu upaya untuk
mengartikan data yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman
peneliti. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan kesimpulan yang
kredibel. 70
Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses
dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilih-
pilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses
menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu
temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang
tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas.71
70 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 99 71 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 99
44
BAB IV
IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM
PEMBELAJARAN SHALAT DI MI WRINGIN PUTIHI BOROBUDUR
MAGELANG
A. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI
Wringin Putih Borobudur Magelang
1. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI
Wringin Putih Borobudur Magelang
Pelajaran fiqih dalam kurikulum madrsah ibtidaiyah adalah salah
satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan
untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya (Way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Pada dasarnya tujuan pembelajaran fiqih di MI Wringin Putih
Borobudur Magelang sesuai hasil wawancara peneliti kepada guru fiqih
dilandaskan pada sususunan tujuan pembelajaran fiqih yang telah
ditetapkan oleh BSNP yaitu Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat :
a. Mengetahui dan memahami pokok–pokok hukum Islam secara
terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli.
Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman
hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menimbulkan ketaatan
menjalankan hukum Islam, dengan disiplin dan tanggung jawab sosial
yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.72
72 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011
45
Ruang lingkup fiqih meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah Swt
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
c. Hubungan manusia dengan alam lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran fiqih di MI Wringin Putih
Borobudur Magelang terfokus pada aspek :
a. Fiqih Ibadah
b. Fiqih Muamalah. 73
Sedangkan kurikulum yang berlaku di MI Wringin Putih
Borobudur Magelang adalah menggunakan kurikulum yang mengacu pada
kurikulum nasional yaitu mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian (evaluasi) yang ditandai dengan ciri-ciri:
a. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain
penguasaan materi.
b. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumberdaya
pendidikan yang tersedia.
c. Memberikan kebebasan yang lebih luas pada pendidik di lapangan
untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.74
Proses pembelajaran fiqih di kelas 1 MI Wringin Putih
Borobudur Magelang pelaksanaan dalam kelas dimulai dengan semua
peserta didik membaca do’a, asmaul husna dan surat al-Fatihah, al-Ikhlas,
an-Nas, al-Falq, proses ini dilakukan setiap hari sebelum jam pertama
dimulai.
Alokasi dalam pelaksanaannya pembelajaran fiqih seperti mata
pelajaran biasa yaitu 35X2 menit dan disesuaikan dengan taraf
kemampuan peserta didik.75
73 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 74 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011
46
Dalam proses pembelajaran, metode merupakan elemen utama
dalam pendidikan, karena dengan metode guru dan peserta didik dapat
melaksanakan proses belajar mengajar berlangsung dengan kondusif.
Tanpa ada tekanan baik guru maupun peserta didik.
Dari observasi terhadap pembelajaran fiqih di kelas 1 MI Wringin
Putih Borobudur Magelang terutama dalam pembelajaran fiqih materi
shalat, kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang menggunakan
metode demonstrasi dalam proses pembelajarannya dan metode ini
menjadi metode yang sering digunakan untuk mengenalkan peserta didik
tata cara ibadah baik bacaan, gerakan dengan benar sesuai dengan rukun
maupun syaratnya.76
Metode demonstrasi dipandang oleh guru fiqih kelas 1 MI Wringin
Putih Borobudur Magelang merupakan metode mengajar yang efektif
karena dapat membantu peserta didik dalam melakukan sesuatu.
pelaksanaan metode demonstrasi dilaksanakan dengan cara: menjelaskan,
mempraktekkan dan mengarahkan.
Metode demonstrasi diharapkan agar peserta didik dapat
menguasai apa yang telah diajarkan oleh guru sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, peserta didik tidak hanya sekedar menghafal tata cara dan
gerakan-gerakannya saja, tetapi merupakan upaya untuk membuat peserta
didik dapat belajar, terdorong untuk belajar dan butuh belajar sehingga
tertarik untuk mengetahui bagaimana tata cara dan bagaimana gerakan-
gerakan shalat yang benar. Dengan adanya metode demonstrasi maka akan
terjadi hubungan antara pendidik dengan peserta didik akan harmonis serta
dapat mewujudkan apa yang dijadikan tujuan akhir dalam pembelajaran.
Dari observasi yang dilakukan peneliti pelaksanaan demonstrasi
pada materi shalat di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang bisa
dilakukan di dalam kelas, proses awal yaitu membaca do’a, Asmaul Husna
75 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2011 76 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2011
47
dan juz amma sesuai kelas masing-masing. Lalu dilanjutkan dengan post
tes yang dilakukan oleh guru fiqih tentang materi yang disampaikan sesuai
kelas dan kemampuan peserta didik.
Kegiatan selanjutnya guru menata kelas sebaik mungkin dengan
bentuk pembelajaran yang tidak seperti biasa yaitu guru di depan murid,
dari observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika terjadi pembelajaran
demonstrasi di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang guru fiqih
menata meja dan berdempet-dempet ditengah sebagai arena untuk
mendemonstrasikan shalat sedang peserta didik yang melihat demonstrasi
diletakkan melingkar dengan duduk secara rapi. Ada catatan tersendiri
pada pembelajaran shalat ini yaitu bahwa kemampuan yang diinginkan
guru fiqih tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik
setelah melakukan pembelajaran shalat yang disesuaikan dengan jenjang
tingkatan masing-masing peserta didik. 77
Berikut peneliti akan memberikan gambaran skenario
pembelajaran dengan alokasi waktunya. :
No Skenario Pembelajaran Alokasi waktu Teknik/metode
1 Pembacaan do’a, membaca al-
Qur'an juz amma dan asmaul
husna
5 menit Dilakukan
bersama sama
2 Pre test tentang materi Shalat
fardlu
10 menit Tanya jawab
3 Guru menerangkan materi
Shalat
10 Menit Ceramah
4 Guru mendemonstrasikan tata
cara shalat fardlu kepada peserta
didik
15 menit Praktek
5 Siswa mempraktekkan bersama-
sama
15 menit
77 Observasi Pada tanggal 30 Mei 2011
48
6 Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik yang
berani maju
10 Menit Dilakukan
secara
kompetisi
7 Evaluasi 5 menit tertulis
Berikut tata cara demonstrasi shalat Fardu yang dilakukan guru dan
siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang:
a. Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat
b. Takbiratul Ikhrom
ا� أآ/�
c. Doa iftitah
�� آ/"�ا وا'5 /�� اآ�آc"�ا و /�ن � N��ة �'�اتM�eى TG�ا� �C6و fC� وا�"< ا&�4 و6
�'� و�� ا&� � ا'B�آ" واAرضM� �F"�W . �ان� �R�'�"�ي وو� �NM&و �R>� A "'�8رب4 ا
� وe�ا� ا��ت وا&� � ا ���9 "'�M' . d. Membaca surat al-Fatihah
#"W�� ا'W�� ○M�# ا� ا"'�8 � رب4 ا 5' ○ا #"W�� ا'W�� ○ا�45��ك &8/5 وا���ك ا ○��� ��م ا�
"8(M&○ #"J(M' ○اه5&� ا?4�اط ا�e���اط ا "4��l�"k #C"� ا'lb�ب ��"C# وA ا� f'8&ا○
e. Rukuk
/�ن ر�4� اV8"# و�'05
f. I’tidal
' W'05 ': ا�
49
� fm9�� رض و�\ءA�ات و�\ء ا'�M� ا'5 �\ء ا ���ر� �9ء �58
g. Sujud
�� و�'05�Aا � /�ن ر��h. Duduk diantara dua sujud
��8Gوا6/�&� وار ��'Wوار ��Fkوارز!�� واه5&� رب4 ا�4�� o�وا ��G��و
i. Sujud Kedua
j. Duduk Tasyahud atau Takhiyat awal
���"4/�ت T��ات ا�?��ت ا'/�رآ�ت ا"�(�<م ��"� . اMا
�Rا� و��آ� K'Wور +�/���<. أ�+�C اMم ��"�� و��� �/�دا� ا "��?�5ار� �ل ا�.ا'� ��ا� و أ5C9 أنAإ ��إA 5 أنC9أ .
5�'� ��� 4\� �#C� .اk. Tasyahud Akhir
��� f"����5 و��� ال �'�5 آ'� '� ��� 4\� �#C�ا�5 و��� ال ا'� ����اه"# و��� ال ا��اه"# و��رك �
�G #"ال ا��اه ����� ا��اه"# و� f5 آ'� ��رآ�'�5"r�� 5"'W �� ا&"'�8 .ا
l. Salam.78
"��<م �M N# ورK'W ا�ا
2. Kegiatan evaluasi/tindak lanjut
78 Observasi Pada tanggal 30 Mei 2011
50
Evaluasi dalam proses belajar mengajar dimaksud adalah sebagai
alat untuk mencapai tujuan atau sebagai alat kontrol pelaksanaan program
mengajar.
Setelah proses demonstrasi selesai, guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk tindak lanjut melakukan sendiri atau lebih
dengan istilah unjuk kerja. Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan
acuan nilai-nilai yang sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada
pemberian informasi.
Penilaian/evaluasi juga dilakukan tanya jawab guru kepada murid
tentang materi-materi setelah proses pelaksanaan demonstrasi selesai,
evaluasi juga dilakukan dengan bentuk pertanyaan baik dengan bentuk
multiple choice atau uraian baik setelah melakukan demonstrasi, mid
semesteran, atau semesteran. Penilaian di kelas 1 MI Wringin Putih
Borobudur Magelang dilakukan dengan cara yaitu melalui penilaian proses
dan penilaian hasil berikut bentuk dari penilaian proses dan penilaian hasil
pada pembelajaran fiqih.
3. Pendekatan pembelajaran
Proses pembelajaran demonstrasi adalah sebuah metode yang
membutuhkan tingkat kesukaran tersendiri dan kontinuitas dari proses
pembelajaran agar tujuan tercapai, oleh karena itu dalam pelaksanaannya
dibutuhkan beberapa pendekatan di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur
Magelang dalam proses pembelajaran shalat terutama yang menggunakan
metode demonstrasi dalam kurikulum yang berlaku sekarang, yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka pembelajaran shalat harus
diadakan pendekatan-pendekatan:
a. Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil pengalaman isi mata pelajaran fiqih materi shalat
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan
melaksanakan shalat.
51
c. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa
peserta didik.
d. Fungsional, menyajikan materi fiqih shalat yang memberikan manfaat
nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
e. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan
guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai
cerminan individu yang mengamalkan materi pembelajaran fiqih
materi shalat.79
Pendekatan-pendekatan diatas digunakan dalam pembelajaran fiqih
terutama pada materi shalat dan wudlu untuk lebih meningkatkan
pemahaman dan pengamalan siswa.
B. Problematika yang Dihadapi dalam Menerapkan Metode Demonstrasi
dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat pada Siswa kelas 1 MI
Wringin Putih Borobudur Magelang
Dalam mengimplementasikan metode demonstrasi ada beberapa
problematika yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar Fiqh
terutama materi shalat sehingga proses belajar mengajar kurang efektif.
Adapun hambatan-hambatan tersebut antara lain:
a. Problem yang berhubungan dengan latar belakang siswa
Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi metode
demonstrasi dalam pembelajaran shalat, problematika yang dihadapi guru
yang berkaitan dengan latar belakang siswa sangat bervariasi. Hal ini
dapat terlihat dari latar belakang pendidikan siswa itu sendiri dan latar
belakang keluarga. Dan diketahui bahwa siswa yang berasal dari TK
Dharma Wanita 10 siswa semuanya mendapatkan pembelajaran tambahan
79 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011
52
di TPQ 10 siswa, sedangkan siswa yang tidak mendapatkan pelajaran
tambahan di luar sekolah ada 3.80
b. Problem yang berhubungan dengan tugas guru
Tugas guru tidak mutlak hanya mengajar, tetapi juga melengkapi
administrasi bahkan memegang tugas lain. Apabila guru yang mempunyai
kesibukan di luar jam mengajar, hal ini mungkin disebabkan karena
pekerjaan lain yang harus diemban, yaitu selain profesi guru juga
berwiraswasta atau yang lain kadang dilakukan pada jam mengajar. Hal ini
dapat menghambat tugas guru.
Selanjutnya ada guru yang mempunyai jadwal mengajar telalu
banyak. Menurut penulis bahwa yang mempunyai hambatan tersebut
disebabkan karena sekolah hanya mempunyai satu guru mata pelajaran
sedangkan kelas terlalu banyak.
Ada juga guru yang tidak mengalami hambatan. Menurut penulis,
guru tersebut sudah berpengalaman terutama dalam hal mengajar. Selain
itu dia sudah mendapatkan gelar sarjana penuh dari Fakultas Tarbiyah.81
c. Problem Sarana Prasarana
Dalam menerapkan metode demonstrasi pada materi shalat guru
membutuhkan sarana dan prasarana seperti mukena, sajadah, sarung,
masjid, mushola, dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya MI
Wringin Putih Borobudur Magelang belum memiliki mushola ataupun
masjid. Sedangkan mukena, sarung serta sajadah baru tersedia tiga buah,
maka pelaksanaan praktik shalat dilaksanakan di masjid / mushola terdekat
dan siswa membawa peralatan sendiri.82
d. Problem yang berhubungan dengan waktu (jam tatap muka)
Pengembangan materi dapat menjadikan keberhasilan proses
belajar mengajar dan upaya tersebut tergantung pada profesionalisme guru
dalam mengajar. Dalam hal ini jumlah jam tatap muka yang sangat
80 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 81 Wawancara dengan Kepala Sekolah Sutrisna, S.Pd, pada tanggal 31 mei 2011 82 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011
53
kurang, banyaknya materi yang harus dipelajari, serta kemampuan siswa
yang berbeda-beda.
Materi yang harus disampaikan guru dalam satu unsur pokok
mengandung 1-2 pokok bahasan dan satu pokok bahasan mengandung 2-5
pokok bahasan, sedangkan materi pelajaran yang harus diberikan sangat
banyak.
e. Problem yang berhubungan dengan pengelolaan kelas
Dalam pengelolaan kelas, sebelum pelajaran dimulai siswa diajak
ke luar kelas untuk diberikan pengarahan dalam pembagian kelompok atau
pembagian tugas. Namun ada beberapa hambatan yang dihadapi guru
dalam pengelolaan kelas, yaitu kemampuan siswa yang sangat bervariasi,
lingkungan sekolah yang kurang mendukung, atau tingkah laku siswa yang
terkadang over acting 83
f. Hambatan yang berhubungan dengan evaluasi
Problem guru yang berkaitan dengan evaluasi ini adalah waktu
yang terbatas. Dalam satu jam tatap muka hanya 30 menit, sehingga
pelaksanaan evaluasi sangat sedikit atau bahkan tidak ada dan akhirnya
guru memberikan tugas mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa).84
C. Analisis Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di
MI Wringin Putihi Borobudur Magelang
Sebuah proses belajar mengajar dalam pelaksanaannya membutuhkan
metode pengajaran yang tepat untuk mengantarkan kegiatan pembelajaran ke
arah yang dicita-citakan. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara
praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat
membuang waktu dan tenaga secara percuma.85
Prinsip dalam pendidikan Islam memandang bahwa tidak ada satupun
metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan. Untuk itu tidak
83 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 84 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 85 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, (Semarang: CV. As-
syifa Jilid II 1998)., hlm. 65.
54
dapat dihindari bahwa seorang guru hendaknya melakukan penggabungan
terhadap lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya di lapangan.
Oleh karena itu seorang guru dituntut harus mampu memilih dan menerapkan
metode pengajaran yang relevan dengan situasi dan suasana pembelajaran
agar tujuan yang direncanakan dapat tercapai.86
Pada dasarnya setiap lembaga pendidikan berusaha untuk
mengarahkan dan memaksimalkan keefektifan pengajaran dengan jalan
merencanakan dan mengorganisasikannya. Dalam melaksanakan hal tersebut,
perlu dipertimbangkan empat hal yang dikenal dengan istilah STUPA, yaitu
siswa, tujuan, pengajaran dan hasil. Dan keempat hal itu tidak akan berhasil
secara maksimal kalau tidak mempertimbangkan pelaksanaan metode, dalam
arti penggunaan metode dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi
terhadap minat dan kemauan siswa, tujuan yang akan dicapai, kegiatan belajar
mengajar dan hasil atau out put yang diperoleh.
Dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI
Wringin Putih Borobudur Magelang guru dituntut untuk kreatif dalam
menentukan metode yang tepat untuk mendukung proses pembelajarannya,
pada pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin
Putih Borobudur Magelang menentukan pilihan metode demonstrasi dalam
rangka meningkatkan proses pembelajarannya, karena materi ibadah
membutuhkan gerakan, ucapan, bahkan hafalan yang harus diketahui oleh
para peserta didik. Tanpa diperagakan atau didemonstrasikan maka proses
pembelajaran itu akan menjadi bayangan peserta didik tentunya dengan
didukung metode yang lain seperti ceramah, diskusi dan lain sebagainya.
Penyampaian materi pelajaran dengan metode demonstrasi menuntut
guru untuk lebih berperan aktif. Tugas guru fiqih di sini adalah
memperagakan atau memberi contoh di depan siswanya tentang gerakan
dalam shalat. Seperti memperagakan batas-batas yang harus di basuh, posisi
ruku’, sujud, takhiyat dan lainnya. Peragaan di sini dilakukan dengan dua hal,
86 Ibid., hlm. 74.
55
pertama guru Fiqih memperlihatkan dan memahamkan gambar orang
berwudlu dan shalat, yang kedua adalah memperagakan tata cara wudlu dan
shalat di depan siswa.
Peragaan ini dilakukan secara berulang-ulang agar siswa paham betul
tata cara berwudlu dan shalat. Sikap siswa selama peragaan diharuskan
memperhatikan dan mengamati secara seksama. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan M. Basyiruddin, metode demonstrasi atau peragaan sangat
diperlukan dalam pengajaran terutama siswa di tingkat dasar. Sesuatu hal akan
lebih berkesan dalam ingatan siswa apabila melalui pengalaman dan
pengamatan langsung. Peragaan ada 2 macam: pertama peragaan langsung
yaitu mengadakan percobaan yang bisa diamati langsung oleh siswa. Kedua,
peragaan tidak langsung yaitu dengan menunjukkan benda tiruan seperti
gambar, boneka, film.87
Seperti yang peneliti jelaskan, kedua jenis peragaan di atas telah
dilakukan oleh guru fiqih, dengan maksud memberikan pengalaman praktis
yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan ketrampilan dalam berbuat.
Nabi Muhammad dalam mengajar shalat pada sahabat-sahabatnya, juga
dilakukan dengan memperagakan atau mendemonstrasikan. Para sahabat
diperintah melaksanakan shalat seperti apa yang dilihat Nabi shalat.
����+�ا آ'� رأ�)'�&� أ� ٨٨ )روا0 ا/.�رى(Artinya: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya shalat”.
Sebelum demonstrasi dimulai seorang guru harus mempersiapkan diri
terlebih dahulu dan lebih jelas bila dilengkapi dengan gambar dan alat peraga
lainnya. Sesuatu yang meragukan harus diulang kembali supaya jangan
menyimpang dari pokok persoalannya. Dan apa saja materi serta alat
peragaannya harus dilihat dengan jelas oleh siswa.
87 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,
2002), hlm., hlm. 8. 88 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I, (Semarang:
Toha Putra, t. th), hlm. 155
56
Sebelum proses pembelajaran tidak terkecuali pembelajaran fiqih
dengan menggunakan metode demonstrasi dibutuhkan persiapan atau
perencanaan yang cukup dan tepat sebagai bekal pembelajaran. Komponen-
komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengajaran adalah
ketepatan perumusan tujuan pembelajaran, kesesuaian bahan dengan tujuan
pembelajaran, pemilihan metode yang tepat, pemilihan alat pengajaran,
pemilihan sumber belajar dan pemakaian prosedur, jenis dan evaluasi yang
sesuai.89
Guru Fiqih kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang melakukan
perencanaan pembelajaran dengan mempersiapkan silabus, RPP sebagai acuan
pembelajarannya. Karena metode membutuhkan ketelitian dan mengenal
aspek psikologis dan kemampuan siswa guru kelas 1 MI Wringin Putih
Borobudur Magelang pun menyiapkan pembelajaran dengan menata tempat
dengan setting yang menyenangkan dan bervariasi seperti menata tempat
duduk, membuat variasi pelaksanaan demonstrasi agar materi dapat mudah di
mengerti dan tidak membosankan. Dan tidak semua peserta didik dari tiap
kelas harus dipaksa memiliki kemampuan yang sama setelah melakukan
proses pembelajaran demonstrasi tetapi sesuai kan dengan jenjang dan
kemampuan seperti halnya kemampuan atau kompetensi disesuaikan dengan
kelas peserta didik kelas satu hanya diharapkan hanya mengetahui gerakannya
sedang peserta didik kelas empat harus mengetahui bacaan dan menghafalnya.
Selain itu upaya guru fiqih pembelajaran Fiqih materi pokok shalat
pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang yang membedakan
dengan Madrasah Ibtidaiyah lainnya menata proses pembelajaran dengan
metode demonstrasi dengan berbagai variasi pada dasarnya dilandaskan atas
asumsi bahwa dengan pengelolaan pembelajaran yang kepada suatu kondisi
belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan
89 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hlm. 78.
57
interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa
merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang
efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar
yang efektif.90
Penilaian atau evaluasi yang dilakukan di pembelajaran Fiqih materi
pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang
dilakukan dengan berbagai cara baik lesan maupun tulisan dengan bentuk
penilaian prose ini membuktikan bahwa pembelajaran Fiqih materi pokok
shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang dalam
proses pembelajaran terutama pembelajaran fiqih dengan metode demonstrasi
dilakukan dengan teori yang ada yang ditujukan untuk peningkatan
pemahaman dan pengamalan peserta didik terutaa dalam melaksanakan shalat
dengan benar.
D. Analisis Solusi terhadap Problematika yang dihadapi dalam Menerapkan
Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat
pada Siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang
Menurut data yang diperoleh, hambatan-hambatan yang dihadapi oleh
guru dalam menerapkan metode demonstrasi ini adalah sebagai berikut:
1. Solusi yang berhubungan dengan latar belakang siswa kaitannya dengan
perencanaan pengajaran
Sebagian besar hambatan guru dalam hubungannya dengan
perencanaan pengajaran adalah penjabaran SKKD.
Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan tingkat pengetahuan siswa, yaitu dari sejumlah 22
siswa, lulusan TK sebanyak 10 siswa, dan dari lulusan TK Islam 12 siswa.
Dan yang mendapatkan pendidikan tambahan pendidikan TPQ/ TPA 10
siswa sedangkan yang tidak mendapatkan pelajaran tambahan sebanyak 12
siswa yang lain.
90 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
Cet. II, hlm. 97.
58
Selain latar belakang pendidikan siswa, juga dipengaruhi oleh latar
belakang keluarga. Keluarga merupakan motivator utama dalam
pendidikan. Dari sejumlah siswa terdapat 2 siswa yang memiliki orang tua
yan berprofesi sebagai guru Agama. Sedangkan yang memiliki orang tua
dengan profesi sebagai guru umum berjumlah 8 siswa. Dan sisanya
sejumlah 12 siswa memiliki orang tua yang berprofesi sebagai
wiraswasta/tani. Siswa yang memiliki orang tua seorang guru Agama,
maka motivasi untuk belajar Agama cukup tinggi dibandingkan dengan
siswa yang memiliki orang tua dengan profesi lain.
Untuk mengatasi problem tersebut pada kelas 1 MI Wringin Putih
Borobudur Magelang mengadakan kegiatan membaca Al-Qur’an setiap
hari pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 07.15 WIB yang bertujuan
agar siswa lebih fasih dalam membaca Al-Qur’an. Langkah lain dalam
meminimalisasi hambatan tersebut dengan mengadakan pesantren kilat
khususnya pada Bulan Ramadhan, serta shalat berjamaah di
masjid/mushola terdekat.
2. Solusi yang berhubungan dengan tugas guru
Selain mengajar guru juga mempunyai kesibukan di luar mengajar.
Hal tersebut disebabkan karena pekerjaan lain yang harus diemban, yaitu
selain profesi guru juga berwiraswasta yang setiap saat akan dibutuhkan
oleh masyarakat.
Selanjutnya ada guru yang mempunyai jadwal mengajar telalu
banyak. Menurut penulis bahwa yang mempunyai hambatan tersebut
disebabkan karena sekolah hanya mempunyai satu guru mata pelajaran
sedangkan kelas terlalu banyak.
Ada juga guru yang tidak mengalami hambatan. Menurut penulis,
guru tersebut sudah berpengalaman terutama dalam hal mengajar. Selain
itu dia sudah mendapatkan gelar sarjana penuh dari Fakultas Tarbiyah/
FKIP dan mempunyai tambahan dari perguruan tinggi yang lain.
Langkah dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan
pembuatan Rencana Pembelajaran (RP), upaya guru adalah bertanya atau
59
tukar pengalaman dengan guru bidang studi Agama lainnya atau guru
bidang studi umum. Selain itu juga membaca buku-buku panduan yang
dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar
terutama dalam penerapan metode demonstrasi. Serta guru aktif mengikuti
kegiatan KKG MI yang dilaksanakan satu bulan sekali pada hari Sabtu
minggu kedua.
Dalam mengatasi jadwal mengajar yang terlalu banyak dan
kesibukan di luar jam mengajar, upaya yang dapat dilakukan oleh guru
adalah dengan meminta bantuan dari guru bidang studi lain yang
mempunyai kemampuan dalam bidang studi agama. Sebaiknya antara guru
bidang studi yang satu dengan lainnya saling membantu dan bekerja sama,
sehingga dapat meringankan guru yang bersangkutan dalam pembuatan
rencana pembelajaran.
3. Solusi yang Berhubungan dengan Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Yang harus dipersiapkan guru ketika menggunakan metode
demonstrasi adalah alat dan bahan. Apabila seandainya alat dan bahan
tersebut tidak tersedia secara otomatis metode demonstrasi tidak dapat
dilaksanakan. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru dapat
diketahui bahwa sarana dan prasarana di MI Wringin Putih Borobudur
Magelang sangat terbatas.
Metode demonstrasi yang dipakai dalam pembelajaran shalat agak
terlambat karena fasilitas ibadah di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur
Magelang tersebut tidak memadai. Namun pelaksanaan pembelajaran
shalat dengan menggunakan metode demonstrasi dapat berjalan dengan
peralatan yang sederhana dan apa adanya.
Agar proses pembelajaran shalat dengan metode demonstrasi dapat
berjalan dengan lancar masalah mengenai kekurangan sarana ibadah dapat
diatasi dengan cara siswa membawa alat ibadah sendiri dari rumah
sedangkan alas (tikar) meminjam dari masjid terdekat.
4. Solusi yang Berhubungan dengan Waktu (jam tatap muka)
60
Guru mempunyai masalah yang berhubungan dengan hambatan
dalam penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran shalat kaitannya
dengan alokasi waktu yang sangat terbatas. Itu disebabkan karena jam
tatap muka mengajar sangat sedikit yaitu 70 menit. Padahal satu jam
pelajaran pada sekolah lain 80 sampai dengan 90 menit. Sedangkan
metode demonstrasi dalam pembelajaran shalat ini membutuhkan waktu
yang cukup lama.
Untuk mengatasi hambatan tersebut seorang guru diharapkan untuk
profesional dalam hal pelayanan pada siswa yaitu penguasaan materi,
meringkas materi, serta berusaha untuk menyampaikan materi dengan
jelas dan singkat.
Sedangkan untuk mengatasi waktu yang terbatas, sebaiknya guru
dapat menguasai materi. Sebelum melakukan demonstrasi harus
memberikan penjelasan yang singkat dulu. Merumuskan tujuan yang jelas
dan tegas, menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa
sebelum dan sesudah melakukan demonstrasi shalat. Karena waktu yang
sangat terbatas guru harus terampil melakukan gerakan-gerakan shalat dan
usahakan semua siswa memperhatikan ketika guru sedang
mendemonstrasikan gerakan shalat, sehingga waktu dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin, serta yang lebih penting guru harus mampu menghafal
nama-nama setiap siswa agar mudah dalam mengevaluasi.
Maka tanpa memerlukan waktu yang banyak guru dapat
memberikan pertanyaan kepada siswa pada sela-sela mengajar atau
menggunakan metode mengajar dengan membawa catatan-catatan khusus.
Dan dengan mengetahui nama-nama siswa guru dapat mengetahui tingkah
laku siswa sehari-hari di sekolah.
5. Solusi yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas
Telah dijelaskan bahwa hambatan yang berhubungan dengan siswa
antara lain kemampuan siswa yang terlalu bervariasi. Ini disebabkan
karena latar belakang siswa yang berbeda-beda sebagaimana yang telah
61
dijelaskan di atas, akibatnya kemampuan mereka juga berbeda-beda dan
kurang termotivasi jika kemampuannya rendah.
Sedangkan latar belakang keluarga yang mendukung dan mungkin
karena faktor lain misalnya bahwa shalat itu mudah karena dilakukan
setiap hari minimal lima kali, tapi tidak dilakukan dengan benar.
Hambatan lain adalah tingkah laku siswa yang hiperaktif. Mungkin
ini disebabkan karena di rumah siswa tersebut sangat kurang perhatian dari
orang tuanya, sehingga siswa terseut menjadi aneh dan tidak mau diatur.
Kemudian hambatan dalam mengatur siswa pada posisi shalat
membutuhkan tempat yang luas, padahal ruang kelas di kelas 1 MI
Wringin Putih Borobudur Magelang agak sempit, sehingga penempatan
siswa pada posisi shaf shalat sangat berdesakan.
Dengan melihat hambatan yang ada cara yang digunakan oleh MI
Wringin Putih Borobudur Magelang adalah memperlakukan sama
terhadap siswa, mengadakan pengelolaan, sesuai dengan sifat dan masalah
(masalah kelompok atau individu).
Kemudian memberikan hukuman yang adil dan mendidik, guru
harus mengetahui karakteristik tiap-tiap siswa. Berusaha mengadakan
penanganan khusus pada siswa yang selalu bertingkah laku over acting
seperti menempatkan siswa di depan. Sehingga dapat menguasai dengan
menghafal nama-nama siswa.
Untuk mengatasi pusat perhatian siswa dalam hal ini biasanya
menambahkan seorang guru pemandu untuk mengawasi dan mengarahkan
siswa konsontrasi dalam pelaksanaan praktik shalat.
Untuk mengatasi kurang luasnya ruangan dalam pelaksanaan
demonstrasi pembelajaran shalat, guru memilih masjid/mushola terdekat
untuk praktik pelaksanaan shalat. Dan meminta salah satu untuk
mengawasinya agar siswa dapat dikendalikan.
Seorang guru harus kelamahan dan kelebihan suatu metode
pengajaran. Karena tidak ada satupun metode pengajaran yang paling
sempurna. Sebaiknya metode mengajar digunakan secara kombinasi
62
dengan metode yang lain agar metode yang satu dengan metode yang lain
saling melengkapi. Guru harus pandai mengkombinasikan antara metode
yang satu dengan metode yang lain.
6. Solusi yang Berhubungan dengan Evaluasi
problem guru antara lain adalah kesulitan dalam membuat standar
soal, ini disebabkan karena kemampuan siswa yang bervariasi dan guru
tidak mengetahui kemampuan siswa yang sesungguhnya.
Selanjutnya problem yang berkaitan dengan banyaknya tugas siswa
disebabkan karena pada mata pelajaran lain siswa juga mempunyai tugas-
tugas yang harus diselesaikan.
Dalam mengatasi masalah ini, upaya yang dilakukan oleh guru
adalah mengadakan pretest dan postest sebelum dan sesudah demonstrasi
pembelajaran shalat dilaksanakan. Di samping itu, saat mengajar catatan-
catatan khusus. Memberikan tugas, kemudian mengerjakan LKS (Lembar
Kerja Siswa).
63
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dipaparkan pada Bab
sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan:
1. Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok
shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang
dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara tanya jawab sesuai
dengan pengalaman siswa, berikutnya memberikan penjelasan materi
dilakukan memberikan pengertian/penjelasan garis-garis besar
pelaksanaan materi yang akan didemonstrasikan. Langkah selanjutnya
pelaksanaan demonstrasi dilakukan dengan pelaksanaan demonstrasi guru
mencontohkan praktek materi yang diajarkan lalu menyuruh beberapa
orang siswa mempraktekkannya di depan teman-teman siswa lain, diantara
yang di peragakan degnan metode demonstrasi, tahap terakhir adalah
kegiatan evaluasi/tindak lanjut dilakukan setelah proses demonstrasi
selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut
melakukan sendiri. Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan acuan
nilai-nilai yang sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada pemberian
informasi.
2. Problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam
pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin
Putih Borobudur Magelang antara lain: problem yang berhubungan dengan
latar belakang pendidikan siswa, problem yang berhubungan dengan tugas
guru, problem yang berhubungan dengan alokasi waktu, problem yang
berhubungan dengan sarana dan prasarana, problem yang berhubungan
dengan pengelolaan kelas serta problem yang berhubungan dengan
evaluasi, maka solusi yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatktkan
proses pembelajaran, melengkapi sarana prasarana juga peningkatan
64
kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran, penggunaan media
maupun efiensi waktu pembelajaran.
B. Saran-saran
1. Untuk Sekolah
a. Hendaknya sekolah menyediakan atau melengkapi sarana dan
prasarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar, untuk
memperlancar kegiatan tersebut sehingga dapat tercapai tujuan
pembelajaran.
b. Hendaknya pihak sekolah menyediakan perlengkapan shalat (mukena,
sajadah, dan lainnya) dimushola agar saat istirahat siswa dapat
melaksanakan shalat dengan baik dan khusuk.
c. Hendaknya guru tidak terlalu sibuk di luar jam mengajar sehingga
tidak merugikan salah satu pihak, baik siswa maupun sekolah.
d. Dalam menambah personil guru, hendaknya pihak sekolah menyeleksi
terlebih dahulu calon guru tersebut, sebisanya dari yang berlatar
belakang pendidikan.
2. Untuk Orang Tua
Hendaknya orang tua memperhatikan putra putrinya dan
memotivasi waktu shalat. Disamping itu, memberikan contoh agar anak
bias menirukan gerakan shalat yang dilakukan orang tuanya. Karena
dengan motivasi dan contoh tersebut akan menjadikan anak mempunyai
semangat dalam mengerjakan shalat dan akan membuat anak dalam
berperilaku sesuai dengan ajaran agama serta mempunyai akhlak yang
mulia.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakariya al-, Fatkhu al-Wahhab, Semarang: Toha Putra
Arif, Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Bukhari, Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al, Shahih Bukhari Juz I, Semarang: Thoha Putra, t.th
Darajat, Zakiah,dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2003
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk, Strategi Belajar mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Farichi, Ahmad, dkk, Khazanah Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Islam untuk Kelas 3 SD, Jakarta: Yudhistira, 2004
Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya, 1989
Karim, A. Syafi’I, Fiqih-Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Moleong, Lexy J. , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002
Muchtar, Heri Jauhari, Fiqih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002
Nasution, S., Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999
Partanto, Pius. A., dkk., Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2001
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah
66
R., Moeslichatun, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta : Rineka Cipta,1999
Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006
Raya, Ahmad Thib, dan Mulia, Siti Musdah, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam, Cet. 1, Jakarta: Prenada Media, 2003
Rofiq, Ahmad, Hukum-hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000
Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, Jakarta: PT. Gramedia, 1989
Shiddieq, Teungku Muhammad Hasbi Ash-, Pengantar Ilmu Fiqih, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995
Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: Thoha Putra, 1989, hlm. 294
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005
Suharyono, Strategi Belajar Mengajar, Semarang: IKIP Semarang Press, 2001
Surahmad, Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung: Jamars, 2000
Undang-undang SISDIKNAS, Sistem Pendidikan Nasional, 2003, UU RI No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003
Usman, Basyirudin, dkk, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia cipta Utama, 2002
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006
67
Usman, Mujibur Rahman Muhammad, Aunil Ma’bud syarah imam Abu Dawud Juz II, T. kp. Maktabah Assalafiah, t.th
Yusuf, Tayar, dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo, 2000
Zein, Muhammad, Metodologi Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, t.th,
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama¸ Malang FAK. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2001
-------, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramdani, 2000
68
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana proses pelaksanaan metode dalam pembelajaran fiqih materi shalat
2. Pendekatan apa yang di gunakan dalam pelaksanaan metode demonstrasi
pembelajaran fiqih materi shalat
3. Bagaimana pengelolaan kelasnya
4. Media apa yang digunakan
5. Bagaimana peran kepala sekolah dalam mendukung pembelajaran fiqih materi
shalat dengan menggunakan metode demonstrasi
6. Faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan metode
demonstrasi dalam pembelajaran fiqih materi shalat
69
HASIL WAWANCARA
1. Bagaimana proses pelaksanaan metode dalam pembelajaran fiqih materi shalat
Jawab
Proses pembelajaran fiqih di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur
Magelang pelaksanaan dalam kelas dimulai dengan semua peserta didik
membaca do’a, asmaul husna dan surat al-Fatihah, al-Ikhlas, an-Nas, al-Falq,
proses ini dilakukan setiap hari sebelum jam pertama dimulai.
Kegiatan selanjutnya guru menata kelas sebaik mungkin dengan
bentuk pembelajaran yang tidak seperti biasa yaitu guru di depan murid, dari
observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika terjadi pembelajaran
demonstrasi di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang guru fiqih
menata meja dan berdempet-dempet ditengah sebagai arena untuk
mendemonstrasikan shalat sedang peserta didik yang melihat demonstrasi
diletakkan melingkar dengan duduk secara rapi. Ada catatan tersendiri pada
pembelajaran shalat ini yaitu bahwa kemampuan yang diinginkan guru fiqih
tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah melakukan
pembelajaran shalat yang disesuaikan dengan jenjang tingkatan masing-
masing peserta didik
2. Pendekatan apa yang di gunakan dalam pelaksanaan metode demonstrasi
pembelajaran fiqih materi shalat
Jawab
a. Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil pengalaman isi mata pelajaran fiqih materi shalat dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan
melaksanakan shalat.
c. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa
peserta didik.
70
d. Fungsional, menyajikan materi fiqih shalat yang memberikan manfaat
nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
e. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru
serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan
individu yang mengamalkan materi pembelajaran fiqih materi shalat
3. Problematika apa saja yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi
dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin
Putih Borobudur Magelang
Jawab
a. Problem yang berhubungan dengan latar belakang siswa
Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi metode
demonstrasi dalam pembelajaran shalat, problematika yang dihadapi guru
yang berkaitan dengan latar belakang siswa sangat bervariasi. Hal ini
dapat terlihat dari latar belakang pendidikan siswa itu sendiri dan latar
belakang keluarga. Dan diketahui bahwa siswa yang berasal dari TK
Dharma Wanita 10 siswa semuanya mendapatkan pembelajaran tambahan
di TPQ 10 siswa, sedangkan siswa yang tidak mendapatkan pelajaran
tambahan di luar sekolah ada 3.91
b. Problem yang berhubungan dengan tugas guru
Tugas guru tidak mutlak hanya mengajar, tetapi juga melengkapi
administrasi bahkan memegang tugas lain. Apabila guru yang mempunyai
kesibukan di luar jam mengajar, hal ini mungkin disebabkan karena
pekerjaan lain yang harus diemban, yaitu selain profesi guru juga
berwiraswasta atau yang lain kadang dilakukan pada jam mengajar. Hal ini
dapat menghambat tugas guru.
Selanjutnya ada guru yang mempunyai jadwal mengajar telalu
banyak. Menurut penulis bahwa yang mempunyai hambatan tersebut
disebabkan karena sekolah hanya mempunyai satu guru mata pelajaran
sedangkan kelas terlalu banyak.
91 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011
71
Ada juga guru yang tidak mengalami hambatan. Menurut penulis,
guru tersebut sudah berpengalaman terutama dalam hal mengajar. Selain
itu dia sudah mendapatkan gelar sarjana penuh dari Fakultas Tarbiyah.92
c. Problem Sarana Prasarana
Dalam menerapkan metode demonstrasi pada materi shalat guru
membutuhkan sarana dan prasarana seperti mukena, sajadah, sarung,
masjid, mushola, dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya MI
Wringin Putih Borobudur Magelang belum memiliki mushola ataupun
masjid. Sedangkan mukena, sarung serta sajadah baru tersedia tiga buah,
maka pelaksanaan praktik shalat dilaksanakan di masjid / mushola terdekat
dan siswa membawa peralatan sendiri.93
d. Problem yang berhubungan dengan waktu (jam tatap muka)
Pengembangan materi dapat menjadikan keberhasilan proses
belajar mengajar dan upaya tersebut tergantung pada profesionalisme guru
dalam mengajar. Dalam hal ini jumlah jam tatap muka yang sangat
kurang, banyaknya materi yang harus dipelajari, serta kemampuan siswa
yang berbeda-beda.
Materi yang harus disampaikan guru dalam satu unsur pokok
mengandung 1-2 pokok bahasan dan satu pokok bahasan mengandung 2-5
pokok bahasan, sedangkan materi pelajaran yang harus diberikan sangat
banyak.
e. Problem yang berhubungan dengan pengelolaan kelas
Dalam pengelolaan kelas, sebelum pelajaran dimulai siswa diajak
ke luar kelas untuk diberikan pengarahan dalam pembagian kelompok atau
pembagian tugas. Namun ada beberapa hambatan yang dihadapi guru
dalam pengelolaan kelas, yaitu kemampuan siswa yang sangat bervariasi,
92 Wawancara dengan Kepala Sekolah Sutrisna, S.Pd, pada tanggal 31 mei 2011 93 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011
72
lingkungan sekolah yang kurang mendukung, atau tingkah laku siswa yang
terkadang over acting 94
f. Hambatan yang berhubungan dengan evaluasi
Problem guru yang berkaitan dengan evaluasi ini adalah waktu
yang terbatas. Dalam satu jam tatap muka hanya 30 menit, sehingga
pelaksanaan evaluasi sangat sedikit atau bahkan tidak ada dan akhirnya
guru memberikan tugas mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa).95
94 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 95 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011
73
PEDOMAN OBSERVASI KEGIATAN DEMONSTRASI SISWA
No Nama Gerakan dan Bacaan Shalat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 Keterangan 1. Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat 2. Takbiratul Ikhrom 3. Doa iftitah 4. Membaca surat al-Fatihah 5. Membaca surat pendek 6. Rukuk 7. I’tidal 8. Sujud 9. Duduk diantara dua sujud 10. Sujud Kedua 11. Duduk Tasyahud atau Takhiyat awal 12. Tasyahud Akhir 13. Salam
74
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Sekolah : MI Wringin Putih Borobudur Magelang
Mata Pelajaran : Demonstrasi Shalat Fardhu
Nama Guru : Siti Khatijah, S.Pd.I
No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan/Bukti 1. 2.
Persiapan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran salat
a. Guru membuat rencana pengajaran
sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran
b. Guru mempersiapkan anak didik
c. Guru mengadakan tes awal
d. Guru menyampaikan materi
Pelaksanaan Pembelajaran Salat
a. Guru menggunakan beberapa
pendekatan berupa:
1. Pendekatan Pengalaman
2. Pendekatan Pembiasaan
3. Pendekatan Emosional
4. Pendekatan Rasional
5. Pendekatan Fungsional
b. Guru menyampaikan materi dengan
metode Demontrasi :
1. Pengelolaan kelas
2. Memperagakan shalat
3. menyuruh peserta didik untuk
memperagakan shalat
c. Guru mengadakan evaluasi
1. Tes Tertulis
75
2. Tes Perbuatan (Praktek)
d. Hasil nilai yang telah diperoleh siswa
disajikan dalam bentuk raport
76
HASIL OBSERVASI
Nama Sekolah : MI Wringin Putih Borobudur Magelang
Mata Pelajaran : Demonstrasi Shalat
Nama Guru : Siti Khatijah, S.Pd.I
No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan 1. 2.
Persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
salat
e. Guru membuat rencana pengajaran sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran
f. Guru mempersiapkan anak didik
g. Guru mengadakan tes awal
h. Guru menyampaikan materi
Pelaksanaan Pembelajaran Shalat
e. Guru menggunakan beberapa pendekatan
berupa:
1. Pendekatan keteladanan
2. Pendekatan Nasehat
3. Pendekatan Pembiasaan
f. Guru/kyai menyampaikan materi dengan
metode Demontrasi :
1. Sorogan
2. Bandongan
3. Wetonan
g. Guru mengadakan evaluasi
1. Tes Tertulis
2. Tes Perbuatan (Praktek)
h. Hasil nilai yang telah diperoleh siswa
disajikan dalam bentuk raport
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
RPP Foto RPP Foto RPP RPP RPP Foto Foto RPP dan Foto Raport
77
akhir