fakultas tarbiyah institut agama islam...

77
IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I DI MI MA’ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG TAHUN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh: Ngumrotun Baruroh NIM 093111367 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: trankhuong

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM

PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I

DI MI MA’ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG

TAHUN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1)

Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

Ngumrotun Baruroh NIM 093111367

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

2

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ngumrotun Baruroh

NIM : 093111367

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya

Semarang, Juni 2011 Saya yang menyatakan Ngumrotun Baruroh NIM 093111238

Page 3: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

3

Page 4: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

4

NOTA PEMBIMBING

Semarang, Juli 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS I DI MI MA’ARIF WRINGIN PUTIH BOROBUDUR MAGELANG TAHUN 2010/2011

Nama : Umrotul Baruroh NIM : 093111367 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing,

Fakrurrozi, M.Ag NIP. 19691220 199503 1 001

Page 5: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

5

MOTTO

� ا� ا���ث�� �� . ر�� ا� ��� و���!�ل ر �ل ا� �#ا� ��"� و � : ����+�ا آ'� رأ�)'�&� ا� *١ )روا0 ا/.�رى(

Dan dari Malik bin Al-Hawarits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda:

Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR: Ahmad dan Bukhari).

1* Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, (Semarang:

Thoha Putra, t.th.), hlm. 155

Page 6: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

6

ABSTRAK

Judul : Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Shalat pada Siswa Kelas 1 di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang Tahun 2010/2011

Nama : Ngumrotun Baruroh NIM : 093111367

Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimanakah

penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang? 2) Problematika apa saja yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang?

Permasalahan tersebut di bahas melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, sumber data diperoleh dari sekolah dan buku-buku pendukung. Pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi, setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penyajian data, data yang yang terkumpul semata-mata bersifat deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara tanya jawab sesuai dengan pengalaman siswa, berikutnya pelaksanaan demonstrasi guru mencontohkan praktek materi yang diajarkan lalu menyuruh beberapa orang siswa mempraktekkannya di depan teman-teman siswa lain, diantara yang di peragakan degnan metode demonstrasi, tahap terakhir adalah kegiatan evaluasi/tindak lanjut dilakukan setelah proses demonstrasi selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut melakukan sendiri. Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan acuan nilai-nilai yang sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada pemberian informasi. 2) Problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang antara lain: problem yang berhubungan dengan latar belakang pendidikan siswa, tugas guru, alokasi waktu, sarana dan prasarana, pengelolaan kelas serta problem yang berhubungan dengan evaluasi.

Page 7: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Robbal alamin yang telah

melimpahkan nikmat, Taufik, hidayah dan inayah-Nya setelah penulis skripsi ini

dapat terselesaikan.

Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan skripsi

ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah

membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan

dengan baik, selama masa penelitian

2. Fakrur Rozi, M.Ag, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.

4. Sutrisno, S.Pd., selaku Kepala MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur

Magelang yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam

penelitian.

Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga

budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda

dari Allah SWT.

Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan

dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat

konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya

semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.

Semarang, Juni 2011

Penulis

Page 8: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka .............................................................................. 6

1. Metode Demonstrasi ............................................................... 6

a. Pengertian Metode Demonstrasi ....................................... 6

b. Tujuan Metode Demonstrasi ............................................. 8

c. Aspek-Aspek dalam Metode Demonstrasi ........................ 9

d. Prinsip-prinsip Demonstrasi .............................................. 9

e. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi ........................... 10

f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi .............. 12

2. Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat Kelas 1................... 14

a. Pengertian Pembelajaran Fiqih ......................................... 14

b. Tujuan Pembelajaran Fiqih ................................................ 16

c. Materi Shalat dalam Pembelajaran Fiqih ........................... 16

B. Kerangka Berfikir ......................................................................... 18

Page 9: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

9

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 28

B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 28

C. Fokus Penelitian ........................................................................... 28

D. Sumber Data Penelitian ................................................................ 29

E. Lokasi Penelitian .......................................................................... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 29

G. Metode Analisis Data ................................................................... 30

BAB IV IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM

PEMBELAJARAN SHALAT DI MI WRINGIN PUTIHI

BOROBUDUR MAGELANG

A. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI

Wringin Putih Borobudur Magelang ........................................... 33

1. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran

Shalat di MI Wringin Putih Borobudur Magelang ................ 33

2. Kegiatan evaluasi/tindak lanjut ............................................. 38

3. Pendekatan pembelajaran ..................................................... 39

B. Problematika yang Dihadapi dalam Menerapkan Metode

Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat pada

Siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang .............. 40

1. Problem yang berhubungan dengan latar belakang siswa ..... 40

2. Problem yang berhubungan dengan tugas guru .................... 40

3. Problem Sarana Prasarana .................................................... 41

4. Problem yang berhubungan dengan waktu (jam tatap muka) 41

5. Problem yang berhubungan dengan pengelolaan kelas ........ 41

6. Hambatan yang berhubungan dengan evaluasi ..................... 42

C. Analisis Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran

Shalat di MI Wringin Putihi Borobudur Magelang .................... 42

Page 10: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

10

D. Analisis Solusi terhadap yang Dihadapi dalam Menerapkan Metode

Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat pada

Siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang .............. 46

1. Solusi yang berhubungan dengan latar belakang siswa

kaitannya dengan perencanaan pengajaran ........................... 46

2. Solusi yang berhubungan dengan tugas guru ........................ 47

3. Solusi yang Berhubungan dengan Kelengkapan Sarana dan

Prasarana ............................................................................... 48

4. Solusi yang Berhubungan dengan Waktu (jam tatap muka) . 48

5. Solusi yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas .......... 49

6. Solusi yang Berhubungan dengan Evaluasi .......................... 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 52

B. Saran-Saran ................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal

balik, yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik

itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.

Interaksi pada peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas,

tidak hanya sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi berupa

interaksi edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian

pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri

peserta didik yang sedang belajar.3

Salah satu materi yang tertuang dalam proses pembelajaran fiqih

adalah shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai

kedudukan yang sangat penting. Salat merupakan tiang (rukun) sebagai tempat

tegaknya agama Islam, sarana untuk membuktikan tentang ke-Islaman dan

keimanan seseorang. Islam memberikan kewajiban shalat kepada mukhalaf

untuk menjalankan shalat fardhu (lima waktu) sehari semalam. Amalan shalat

ini perlu sekali ditanamkan kepada jiwa anak-anak oleh setiap orang tua. Anak

hendaknya diperintahkan shalat sejak umur 7 tahun bahkan diperintahkan

keras apabila telah mencapai 10 tahun, ketentuan ini sesuai dengan sabda

Rasul:

2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1995) cet.2 hlm. 2 3 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2006), cet. 19, hlm. 4

Page 12: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

12

���� ا�"� � 0456 !�ل، !�ل ر �ل ا� � 89"7 �'�و �� #���<ة وه# ا��; /: �" : ا� ��"� و ?��+وا اوAدآ# ��

"� �B� ;��وه# ا �C"� روا0 ا5ار�( وا����ه# �� ��� ا� ا��": /�ة' )�/5ا

Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu usia mereka meningkat tujuh tahun dan bila perlu pukullah mereka enggan mengerjakannya diwaktu usia mereka meningkat sepuluh tahun.4

Dalam mempelajari fiqih khususnya materi shalat, bukan sekedar teori

yang berarti tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus

mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila

berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan,

harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Oleh karena itu, fiqih bukan saja untuk

diketahui, akan tetapi diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau

pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamalkan sehari-

hari didahulukan dalam pelaksanaan pembelajarannya.5

Pembelajaran shalat pada usia anak sangat penting. Di samping

sebagai sarana untuk melatih anak dalam melaksanakan tugas dan kewajiban

kepada Sang Khalik, shalat juga sangat besar manfaatnya dalam kehidupan

rohani manusia. Dengan demikian, selain sebagai tugas dari orang tua, guru

sebagai sosok pengganti orang tua dalam dunia pendidikan juga memiliki

persamaan tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran untuk anak didik, termasuk dalam pembelajaran shalat. Untuk

itu, dalam rangka pembelajaran shalat kepada anak didik, menurut Nana

Sudjana guru harus mengatur semua komponen yang ada dalam kegiatan

belajar mengajar (KBM), antara lain, tujuan, bahan, metode, dan alat serta

penilaian pengajaran.6

4 Mujibur Rahman Muhammad Usman, Aunil Ma’bud syarah imam Abu Dawud Juz II,

(T. kp. Maktabah Assalafiah, t.th), hlm.162 5 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2001), Cet. 2, hlm. 85 6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2004), hlm. 30-31.

Page 13: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

13

Anak sekolah dasar seperti siswa 1 MI Wringin Putih Borobudur

Magelang adalah anak yang membutuhkan pembelajaran langsung dalam

setiap pembelajarannya, sebagaimana diungkapkan oleh Edga Dale yang

dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa belajar yang paling baik adalah

belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman

langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi menghayati, terlibat langsung

dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.7. banyak metode

dalam pembelajaran tetapi tidak semua metode itu dapat memberikan

pengalaman langsung pada setiap proses pembelajaran yang dilakukan.

Sebagaimana terdapat dalam Hadits

� ا� ا���ث�� �� . ا� ���ر�� و���!�ل ر �ل ا� #���� : ا� ��"� و ��+�ا آ'� رأ�)'�&� ا� ٨ )روا0 ا/.�رى(

Dan dari Malik bin Al-Hawarits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR: Ahmad dan Bukhari).

Demonstrasi sebagai salah satu metode pembelajaran memberikan satu

bentuk pembelajaran dimana siswa akan melihat langsung satu pembelajaran

dalam sebuah materi secara langsung berkaitan dengan pelajaran itu. Dengan

metode demonstrasi anak akan dapat menemukan satu pemahaman lebih

komplek dari pembelajaran.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik meneliti lebih jauh tentang

implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok

shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang tahun 2010/

2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan

penulis angkat adalah :

7 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,

2003), hlm. 45-48 8 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, (Semarang:

Thoha Putra, t.th.), hlm. 155

Page 14: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

14

Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran

Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih

Borobudur Magelang?

Problematika apa saja yang dihadapi dalam menerapkan metode

demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada

siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran

Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih

Borobudur Magelang .

b. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam menerapkan

metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat

pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan ini,

diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang terkait.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis

Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori metode

demonstrasi pada pembelajaran fiqih materi pokok shalat.

b. Secara praktis

1) Bagi sekolah

Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah

dalam mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses

pembelajaran fiqih terutama materi shalat.

2) Bagi peserta didik

Page 15: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

15

Diharapkan para peserta didik dapat terjadi peningkatan

hasil belajar dan motivasi belajar pada pembelajaran fiqih materi

pokok shalat

3) Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru

khususnya proses pembelajaran dengan metode demonstrasi pada

mata pelajaran fiqih materi pokok shalat.

Page 16: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metha” dan

“Hodos” metha berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara, jadi

metode adalah jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.9

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengajaran. Salah

satu metode yang digunakan dalam pengajaran adalah metode

demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang

sangat efektif, karena dapat membantu siswa untuk melihat secara

langsung proses terjadinya sesuatu.

Adapun beberapa ahli mendefinisikan, pengertian metode

demonstrasi:

1) Tayar Yusuf, demonstrasi berasal dari kata demonstration ( ) yang

berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan

sesuatu.10

2) Pius A. Partanto, demonstrasi berarti unjuk rasa, tindakan bersama-

sama untuk menyatakan proses pertunjukan mengenai cara

penggunaan suatu hal.11

3) Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang

guru atau orang lain yang sengaja diminta murid sendiri

memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses suatu

kaifah melakukan sesuatu.12

9 Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), hlm. 40. 10 Tayar Yusuf dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja

Grafindo, 2000), hlm. 45. 11 Pius. A. Partanto, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), hlm. 100. 12 Muhammad Zein, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, t.th),

hlm. 177.

Page 17: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

17

4) Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan

memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,

situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya

ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.13

5) Metode demonstrasi merupakan teknik mengajar yang sudah tua dan

digunakan sejak lama. Seorang ibu yang mengajarkan cara memasak

atau makanan kepada anak-anaknya atau dengan

mendemonstrasikan di muka mereka.14

6) Metode demonstrasi adalah metode pengajaran bagi guru atau orang

lain yang sengaja diminta siswa sekalipun memperlihatkan pada

seluruh kelas suatu proses. Misalnya, bagaimana cara bekerjanya

sebuah alat pencuci pakaian dengan otomatis.15

The demonstration is valuable in all areas. The learning in the

demonstration is concrete. It is essentially a doing method and it allows

for repetition and drill. The demonstration method is usually informal,

and it is effective with simple processes or complex projects.16 (metode

demonstrasi sangat penting disemua area (pembelajaran). Metode

pembelajaran ini sangat konkrit/nyata. Pada dasarnya metode ini adalah

pengimplementasian metode dan bisa dilakukan dengan pengulangan

kembali dan latihan-latihan. Biasanya metode ini bersifat informal dan

sangat efektif melalui proses yang sederhana dan perencanaan yang

komplek).

Jadi kesimpulannya adalah suatu metode mengajar dimana

seorang guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri

memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses untuk

memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses

13 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

hlm. 102. 14 Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia cipta Utama, 2002), hlm.

107. 15 Winarno Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jamars, 2000), hlm.

86. 16 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya, 1989), hlm. 148

Page 18: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

18

perbuatan tertentu kepada siswa, misalnya proses cara mengerjakan

shalat.

b. Tujuan Metode Demonstrasi

Sesuai dengan definisi metode demonstrasi yaitu

memperlihatkan, memperagakan dan mempraktikkan, maka tujuan

demonstrasi yaitu anak diarahkan dan dibimbing untuk menggunakan

mata dan telinganya secara terpadu sebagai hasil dari pengamatan.

Penerapan metode demonstrasi lebih banyak digunakan untuk

memperjelas cara mengerjakan atau kaifiyah suatu proses ibadah,

misalnya wudlu, shalat, haji, dan materi lain yang bersifat motorik.17

Metode demonstrasi merupakan suatu wahana untuk memberikan

pengalaman belajar agar anak dapat menguasai pelajaran lebih baik.

Dengan metode demonstrasi anak dilatih untuk menangkap unsur-unsur

penting untuk proses pengamatan, maka kemungkinan melakukan

kesalahan sangat kecil bila terus menirukan apa yang telah

didemonstrasikan oleh guru dibandingkan jika ia melakukan hal yang

sama hanya berdasarkan penjelasan lisan.

Demonstrasi memiliki makna penting bagi anak antara lain:

1) Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan/

dilaksanakan/ diperagakan.

2) Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan

peragaan.

3) Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti

dan cermat.

4) Membantu mengembangkan untuk melakukan segala pekerjaan

secara teliti dan cermat.

5) Membantu mengembangkan kemampuan menirukan dan pengenalan

secara tepat.18

17Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramdani, 2000), hlm. 83 18 Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Rineka

Cipta,1999 ), hlm. 27

Page 19: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

19

Metode demonstrasi mempunyai pengaruh terhadap proses

belajar peserta didik dan bertujuan sebagai berikut:

1) Memberikan latihan keterampilan tertentu pada peserta didik.

2) Memudahkan penjelasan dan peserta didik terampil melakukannya.

3) Membantu peserta didik dalam memahami suatu proses secara

cermat dan teliti.19

c. Aspek-Aspek dalam Metode Demonstrasi

1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang

didemonstrasikan tidak dapat diamati oleh peserta didik.

2) Demonstrasi menjadi kurang efektif jika tidak diikuti oleh aktivitas

peserta didik.

3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan.

4) Hendaknya dilakukan dalam hal yang bersifat praktis.

5) Beri pengertian dan landasan teori yang akan didemonstrasikan.

6) Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.20

d. Prinsip-prinsip Demonstrasi

Melalui demonstrasi, seorang guru ingin menyampaikan suatu

pada siswa, melalui demonstrasi yang baik berarti guru telah

mengadakan komunikasi yang baik dengan para siswanya. Sehingga

siswa mengerti apa yang ingin guru sampaikan kepadanya.21

Oleh karena itu ada Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan

antara lain:

1) Menciptakan suasana dan hubungan yang baik dengan siswa

sehingga ada keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan

apa yang hendak didemonstrasikan.

2) Mengusahakan agar demonstrasi itu jelas bagi siswa yang

sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat

19Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, hlm. 45-46 20 Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, hlm. 190 21 Suharyono, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2001), hlm.

35.

Page 20: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

20

memahami apa yang dimaksudkan dalam demonstrasi karena

keterbatasan daya pikirnya.

3) Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu

pokok bahasan atau topik bahasan tertentu tentang adanya kesulitan

yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk

mengatasinya.

Dengan berpedoman ketiga prinsip di atas, maka kegiatan

demonstrasi akan kehilangan arah dan lepas kendali sehingga dapat

berjalan terarah seiring dengan tujuan yang telah digariskan

sebelumnya.22

Dalam pelaksanaan metode demonstrasi, ada beberapa langkah-

langkah yang perlu diperhatikan diantaranya:

1) Guru merencanakan dan menetapkan urutan-urutan penggunaan

bahan dan alat yang sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan.

2) Guru menunjukkan cara pelaksanaan metode demonstrasi

3) Guru menetapkan perkiraan waktu yang diperlukan untuk

demonstrasi dan perkiraan waktu yang diperlukan oleh anak-anak

untuk meniru.

4) Anak memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan

tersebut.

5) Guru memberikan motivasi atau penguat-penguat yang diberikan,

baik bila anak berhasil maupun kurang berhasil. 23

e. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi

Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu

ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik

adalah:

1) Perencanaan

Hal yang dilakukan adalah:

22 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama¸ (Malang FAK. Tarbiyah IAIN

Sunan Ampel, 2001), hlm. 297. 23 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 123-124.

Page 21: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

21

a) Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau

kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode

demonstrasi berakhir.

b) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang

akan dilaksanakan.

c) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

d) Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya

introspeksi diri apakah:

(1) Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh

peserta didik.

(2) Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang

baik sehingga setiap peserta didik dapat melihat.

(3) Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap

perlu.

e) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta

didik.24

2) Pelaksanaan

Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

a) Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.

b) Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.

c) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan

agar demonstrasi mencapai sasaran.

d) Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya

mengikuti demonstrasi dengan baik.

e) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif

memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan

didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan.

f) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu

menciptakan suasana yang harmonis.25

24 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 192 25 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 193-194

Page 22: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

22

3) Evaluasi

Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering

diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini

dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab

pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan

peserta didik mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang

dilakukan, apakah sudah berjalan efektif sesuai dengan yang

diharapkan.26

f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan, dua sisi ini

perlu diperhatikan guru. Adapun kelebihan metode demonstrasi menurut

Syaiful Bahri Djamarah adalah:

1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret

sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau

kalimat).

2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

3) Proses pengajaran lebih menarik.

4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori

dengan kenyataan dan mencoba melakukan sendiri.27

Sedangkan menurut Tayar Yusuf metode demonstrasi mempunyai

beberapa kebaikan antara lain:

1) Perhatian siswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap

penting bagi guru.

2) Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses

tertentu melalui pengamatan dan percobaan siswa mendapatkan

pengalaman praktis, yang biasanya bersifat tahan lama.

3) Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, di mana siswa

tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai

26Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 195 27 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, hlm. 102-103

Page 23: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

23

mengucapkan tapi tidak mengerti maksudnya) serta catatan yang

diperlukan.

4) Selama demonstrasi berlangsung kita dapat mengajukan pertanyaan,

apakah keterangan itu dapat didengar oleh siswa dan apakah alat dapat

ditempatkan pada posisi yang tepat? dan lain sebagainya.

5) Menetapkan rencana penelitian mengenai hasil yang dicapai melalui

demonstrasi.

6) Dapat merekam kembali atau mengulangi kembali proses demonstrasi,

jika siswa merasa belum paham atau mengerti tentang masalah yang

dibicarakan. 28

Seperti ungkapan ini bahwa: the demonstration is valuable an all areas. The learning in the demonstration is concrete. It is essentially a doing method and it allows for repetition and drill. The demonstration method is usually informal, and it is effective with simple processes or complex projects. 29

Yang maksudnya: (metode) demonstrasi sangat penting di

semua area (pembelajaran). Metode pembelajaran ini sangat konkrit/

nyata. Pada dasarnya metode ini adalah pengimplementasian metode

dan bisa dilakukan dengan pengulangan kembali dan latihan-latihan.

Biasanya metode ini bersifat informal dan sangat efektif melalui proses

yang sederhana dan perencanaan yang komplek.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik

pemahaman bahwa kelebihan metode demonstrasi yang paling utama

adalah membuat siswa menjadi lebih jelas apa yang dipelajari karena

dipraktikkan secara langsung dan mendapatkan pengalaman yang

praktis serta bersifat tahan lama.

Adapun kekurangan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri

Djamarah adalah:

1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena

tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak

efektif.

28 Tayar Yusuf, Op.Cit. hlm. 50-52 29 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya, 1989), hlm. 148

Page 24: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

24

2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak

selalu tersedia dengan baik.

3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di

samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin

terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.30

Sedangkan menurut Winarno Surachmat, metode demonstrasi

mempunyai kelemahan sebagai berikut:

1) Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang

didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa.

Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan tidak jelas.

2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah

aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan

menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga.

3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya

alat-alat yang sangat besar atau berada di tempat lain yang jauh dari

kelas.

4) Kadang-kadang bila sesuatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian

didemonstrasikan, siswa melihat suatu proses yang berlainan dengan

proses jika dalam situasi yang sebenarnya.31

2. Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat Kelas 1

a. Pengertian Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri

individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.32

Menurut S. Nasution pembelajaran atau ungkapan yang lebih

dikenal sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang

30 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar mengajar, hlm. 103 31 Winarno Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, hlm. 88 32 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 100

Page 25: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

25

berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan

sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,

ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.33

Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 bahwa

“Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.34

Sedangkan Fiqih menurut bahasa “tahu atau paham”.35

Firman Allah SWT.

…F� A #CG #C���! ��� :/Hن و�CJ)K��( )٨٧: ا

“…. dan hati mereka telah di kunci mati maka mereka tidak mengetahui” (QS. Atau-Taubah: 87).36

Adapun pengertian fiqih menurut istilah ada beberapa pendapat

sebagai berikut:

1) Abdul Wahhab Khallaf berpendapat

Fiqih adalah “hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis

(amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci”. 37

2) Menurut A. Syafi’i Karim

Fiqih ialah “suatu ilmu yang mempelajari syarat Islam yang

bersifat amaliah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil hukum

yang terinci dari ilmu tersebut”.38

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah

satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah,

terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara

33 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 102 34 Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No. 20

Tahun 2003), (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), hlm. 9 35 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieq, Pengantar Ilmu Fiqih, (Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 1997), hlm. 15. 36 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1989), hlm.

294 37 Ahmad Rofiq, Hukum-hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2000), hlm. 5. 38 A. Syafi’i Karim, Fiqih-Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11

Page 26: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

26

pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-

hari, serta Fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan

pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan

minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara

pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata

pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam

dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,

dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya

ataupun lingkungannya.39

b. Tujuan Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat:

1) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik

yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan

pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan

benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam

menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia

dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama

manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan

lingkungannya.40

c. Materi Shalat dalam Pembelajaran Fiqih

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

1) Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang

cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara

taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah Haji.

39 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar

Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67

40 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 59

Page 27: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

27

2) Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman

mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan

haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan

pinjam meminjam.41

Dalam penelitian ini materi yang di kaji adalah materi shalat

berikut sedikit uraian tentang materi Haji

Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu

sebagai rukun dan tiang agama. Shalat merupakan rukun Islam yang

kedua. Shalat menjadi lambang hubungan yang kokoh antara Allah

SWT dan hamba-Nya. Pada saat melaksanakan shalat, hamba-hamba

Allah berada dalam keadaan bersih dan suci.

Ahli Fiqih mengartikan shalat menurut bahasa berarti doa,

sedang menurut istilah berarti ibadah yang tersusun dan memenuhi

perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi

dengan salam dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.42

Pengertian shalat menurut Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakariya

al-Anshari dalam kitab Fatkhu al-Wahhab adalah:

#"�M(�� K'((.� �"/N( ٤٣ا?<ة ه� أ!�ال وا�8Gل �((FK ��اShalat adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam”.

Shalat merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT,

sehingga shalat merupakan kewajiban (fardhu’ain) bagi umat Islam,

firman Allah:

�آ�ة Q��ة و�RSا ا�? )٧٧: ا�M;. (وأ!"'�ا اDan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul supaya kamu diberi rahmat. (An-Nisa’: 77).44

41 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 63 42Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), hlm. 53 43 Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakariya al-Anshari, Fatkhu al-Wahhab, (Semarang: Toha

Putra) hlm. 29. 44 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 173

Page 28: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

28

Kemudian Allah memerintahkan agar hambanya memelihara

shalat dan disarankan agar khusu’ hanya karena Allah, sebagaimana

firman Allah:

�����ة ا� �T و!���ا ?��ات وا�?�VG�Wا ��� ا )٢٣٨: ا/�Jة.(!�&)"

Periharalah segala shalat dan shalat wustha dan hendaklah kamu berdiri karena Allah yang khusyu’. (QS. AL-Baqarah: 238).45

B. Kerangka Berfikir

Metode mengajar menjamin tercapainya tujuan mengajar. Tujuan

mengajar ialah pemikiran dan tindakan yang berdikari, kreatif dan adaptif.

Supaya peserta didik dapat berfikir dan bertindak secara berdikari, kreatif dan

adaptif harus diberi kesempatan untuk menggunakan semua kemampuan dan

rohani jasmaninya perlahan-lahan, tahap demi tahap sampai mampu bertindak

sendiri.46

Cara mengajar yang ingin mencapai hasil maksimal harus memberi

keleluasaan secukupnya kepada peserta didik untuk melatih kemampuannya

dalam berbagai macam kegiatan yang menuntut sumbangan kemampuan

tersebut. Learning by doing, belajar sambil berbuat, itulah yang direncanakan

oleh pedagogik mutakhir. Tiap pengajaran wajib membantu proses belajar

dengan merangsang peserta didik untuk sendiri giat melakukan sesuatu. Dalam

kegiatan yang direncanakan dan dibuat sendiri peserta didik melatih

kemampuannya, dan meresapkan apa yang di dengarkan lewat pengalaman

yang pasti meningkatkan bekas yang bermanfaat dalam perangkat dirinya.47

Menyampaikan ajaran Islam, sekaligus mendidik dan membina

umatnya, Rasulullah menggunakan berbagai metode sesuai dengan keadaan,

kemampuan dan kebutuhan orang atau umat yang dihadapinya. Menurut Prof.

Dr. A. Alawi Al Maliki, Rasulullah dalam mengajar, mendidik, dan berdakwah

45 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya,, hlm. 58 46 Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 20. 47 Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, hlm. 21

Page 29: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

29

menggunakan beberapa metode.48 Salah satunya adalah metode peragaan atau

yang kita sebut metode demonstrasi, yaitu suatu metode mendekatkan dan

menggambarkan suatu kenyataan. Rasulullah SAW, kadangkala memakai

sarana atau alat peraga yang memungkinkan, seperti menggambarkan seraya

menampakkan bentuk gambar itu dihadapan audiens atau umatnya sehingga

mereka lebih mengerti terhadap penjelasan Nabi SAW.49

Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang

guru atau orang lain diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh

kelas tentang sesuatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu (misalnya:

proses cara mengambil air wudlu, proses cara mengerjakan shalat, tayamum

dan sebagainya).50

Metode demonstrasi memang efektif dan dibutuhkan dalam bagian

daripadanya yang tepat sekali untuk dipergunakan. Sebagai contoh bagian-

bagian dari pelajaran shalat, wudlu dan tayamum pasti memerlukan metode

ini, karena dengan jalan mencoba dan mempertunjukkan akan lebih mudah

dan lebih cepat dipahami dan dipraktekkan. Jika hanya teori saja akan lebih

lama dan kurang jelas. Oleh karena itu, guru fiqih dapat mempergunakan

metode ini dalam hal seperti di atas dan juga seperti pada mengerjakan rukun-

rukun haji dan umrah.

Nabi Muhammad sendiri menyuruh memperhatikan dan meniru

bagaimana ia shalat. Ini juga suatu demonstrasi.51

�� ا� ��"� و �# !�ل� �/�� ا� ا���ث ان ا�� : و� ����+�ا آ'� رأ�)'�&� ا� ٥٢ )روا0 ا/.�رى(

“Dan dari Malik bin Al Hawairits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (HR Ahmad dan Bukhari).

48 Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),

hlm. 230 49 Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, hlm. 233 50 Muhammad Zein, Metodologi Agama,, hlm. 177 51 Muhammad Zein, Metodologi Agama, hlm. 35. 52 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I, (Semarang:

Toha Putra, t. th), hlm. 155.

Page 30: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

30

Jadi metode demonstrasi sangatlah tepat digunakan dalam

penyampaian materi fiqih seperti shalat. Karena dengan mencoba,

mempertunjukkan dan mempraktekkan akan mudah dan lebih cepat dipahami.

Di dalam menggunakan metode ini juga, guru fiqih mempunyai tugas

dan aktivitas sebagai berikut:

1. Menyiapkan bahan-bahan yang akan didemonstrasikan

2. Menetapkan tujuan yang jelas dan proses atau pertanyaan apa yang hendak

di jadwal dari hasilnya nanti.

3. Menetapkan bagaimana cara mengadakan penilaian terhadap

berlangsungnya proses belajar itu.53

Ibadah shalat itu terdiri dari gerakan dan bacaan.. berijkut praktek

demonstrasi pada bacaan dan gerakan yang harus dibaca ketika shalat.

1. Niat shalat

Niat shalat dibaca dalam hati dan boleh diucapkan dengan lisan

perlahan dan dibaca bersamaan dengan takbiratul ikhram. Bacaan niat

harus sesuai dengan shalat yang dikerjakan. Berikut ini contoh bacaan niat

shalat wajib lima waktu:

a. Shalat subuh

��8R � اداء K�/J�G �4�ض ا?+/[ رآ8)" J(M�/\ ا� ا”Saya shalat subuh dua rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.

b. Shalat dhuhur

��8R � اداء K�/J�G �4�ض اC+V� ار�: رآ8�ت J(M�/\ ا� ا”Saya shalat dhuhur empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.

c. Shalat ashar

��8R � اداء K�/J�G �4�ض ا8?� ار�: رآ8�ت J(M�/\ ا� ا

53 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, hlm. 155

Page 31: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

31

”Saya shalat ashar empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.

d. Shalat maghrib

�G �4�ض ا��8�اR � اداء K�/J'b�ب <ث رآ8�ت J(M�/\ ا ”Saya shalat maghrib tiga rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.

e. Shalat isya’

�K اداء �/J�G �4�ض ا�B8ء ار�: رآ8�ت J(M�/\ ا��8�اR ”Saya shalat isya empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta’ala”.

2. Bacaan takbiratul ihram

Bacaan takbiratul ihram adalah Allahu Akbar �/ا� اآ

3. Bacaan doa iftitah

"cآ � 5'ا&�� . �ا و /�ن ا� N��ة وا�"<ا� اآ/� آ/"�ا وا�'� و�� M� �F"�W رضA�ات وا'�M�eي TG� ا� �C6و fC6و

� رب . ا&�� ا'B�آ" �R�'�"�ي وو� �NM&و �R>� �ان "'�8 9A��. ا"'�M'� وe�ا� ا��ت وا&�� ا � .

“Allah maha besar lagi sempurna kebesaran-Nya dan segala puji yang sebanyak-banyaknya bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore, kuhadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dalam keadaan cenderung kepada agama yang benar sebagai muslim, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan-Nya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diputuskan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah”..

4. Membaca surah Al Fatihah

Surah Al Fatihah dibaca setelah doa iftitah. Bacaan surah Al

Fatihah yaitu sebagai berikut:

Page 32: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

32

W���M� #"W# ا� ا� ا'○ "'�8 � رب4 ا 5' ○ا'W��ا #"W�� ○ا�45� ��م ا��○ "8(M& ك��اه5&� ○ا���ك &8/5 وا�

#"J(M'�"k #C"� ○ا?4�اط ا� f'8&ا �e���اط ا ا'lb�ب "4��l�"C# وA ا�○

”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang .Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Yang menguasaihari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.

5. Membaca ayat atau surah Al Qur’an

Sesudah membaca surah Al Fatihah dilanjutkan membaca ayat atau

surah Al Qur’an yang sudah dihafal, misalnya surah Al Ikhlas, Al Falaq,

Al ‘Asr, An nasr, atau surah Al Qur’an yang lain.

6. Bacaan ruku’

Pada waktu ruku’ yang dibaca adalah sebagai berikut:

/�ن ر�4� اV8"# و�'05“Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan segala puji-Nya”.

7. Bacaan i’tidal

Pada waktu I’tidal atau bangkit dari ruku’ doa yang dibaca adalah:

05'W ' ': ا� “Allah mendengar bagi siapa yang memuji-Nya”.

Sesudah berdiri tegak lurus dilanjutkan dengan bacaan:

� fm9�� رض و�\ءA�ات و�\ء ا'�M� ا'5 �\ء ا ���ر� �9ء �58

“Ya Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dengan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu”.

8. Bacaan sujud

Pada waktu sujud disunnahkan membaca tasbih seperti berikut:

Page 33: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

33

�� و�'05�Aا � /�ن ر��“Maha suci Tuhanku yang Maha tinggi dan dengan segala puji-Nya”.

9. Duduk antara dua sujud

Pada waktu duduk antara dua sujud disunnahkan membaca doa

sebagai berikut:

� وارW'�� وا6/�&� وار8G�� وارز!�� واه5&� �Fkرب4 ا اo� 4���وG���� و

”Ya Tuhanku ampunilah dosaku, berilah aku rahmat, sempurnakanlah ibadahku, tingkatkanlah derajatku, berilah aku rezeki, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku”.

10. Membaca tasyahud awal

���?��ت ا'/�رآ�ت ا"�(��ا�"4/�ت T�<م ��"� أ�+�C . ات اMا�Rا� و��آ� K'Wور +�/���<م ��"�� و��� �/�دا� . اMا

"��?�5ار� �ل ا�.ا'� ��ا� و أ5C9 أنAإ ��إA 5 أنC9أ . 4\� �#C��5ا'� ���.

”Segala pengagungan yang berkah dan kebaikan yang baik itu adalah bagi Allah. Keselamatan semoga selalu dilimpahkan kepadamu wahai Nabi, begitu pula rahmat dan berkah Allah. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad”.

11. Tasyahud akhir

Bacaan tasyahud akhir ini terdiri dari bacaan tasyahud awal

ditambah dengan salawat Nabi Muhammad saw. dan salawat Nabi Ibrahim

a.s.

��� ا��اه"# f"����5 و��� ال �'�5 آ'� '� ��� 4\� �#C�ا� ���5 و��� ال �'�5 آ'� و��� ال ا��اه"# و��رك �'

5"'W �� ا&"'�8��� ا��اه"# و��� ال ا��اه"# �G ا f��رآ5"r��.

Page 34: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

34

”Ya Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluaganya sebagaimana Engkau limpahkan rahmat-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya. Ya Allah limpahkanlah berkah-Mu kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau limpahkan berkah-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya di seluruh alam. Sesungguhnya Engkau dzat yang senantiasa dipuji dan diagungkan.”.

12. Bacaan salam

Bacaan salam disertai menengok ke kanan dan ke kiri sampai

terlihat pipinya dari belakang. Bacaan salam adalah sebagai berikut:

�<م ��"N# ورK'W ا�M ا”Keselamatan dan rahmat Allah atas kamu.” 54

Sedangkan gerakan dalam shalat

1. Berdiri tegak sempurna dan menghadap kiblat

Setiap muslim yang mampu berdiri wajib melakukannya bagi

yang tidak mampu, misalnya karena sakit, atau sudah tua, boleh

melakukan shalat sambil duduk atau berbaring. Ketika berdiri pandangan

mata diarahkan ke tempat sujud.

2. Takbiratul ihram

Takbiratul ihram adalah takbir pembuka shalat. Gerakan

takbiratul ihram dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sehingga

ujung-ujung jari sejajar dengan telinga kanan dan kiri. Gerakan

takbiratul ihram dilakukan sambil membaca takbir. Untuk laki-laki,

gerakan takbiratul ihram dilakukan dengan kedua tangan agak melebar

dan untuk wanita, posisi kedua tangan agak merapat ke tubuh.

3. Bersedekap

Setelah mengucapkan takbir, kedua tangan bersedekap. Kedua

telapak tangan diletakkan di antara dada dan pusar. Telapak tangan

kanan berada di atas punggung telapak kiri.

4. Ruku’

54 Ahmad Farichi, dkk, Khazanah Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Islam

untuk Kelas 3 SD, (Jakarta: Yudhistira, 2004), hlm. 71-80

Page 35: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

35

Ruku’ adalah gerakan membungkukkan badan. Pada saat ruku’

posisi punggung dan kepala sejajar, kedua telapak tangan memegang

kedua lutut, pandangan mata diarahkan ke tempat sujud. Pada saat ruku’

membaca bacaan ruku’.

5. I’tidal

Gerakan i’tidal adalah gerakan yang dilakukan setelah ruku’.

Pada saat i’tidal kedua tangan diangkat seperti ketika takbiratul ihram,

saat mengangkat kedua tangan membaca sami’allaahuliman hamidah,

kedua tangan diturunkan kembali dan diletakkan di samping badan. Pada

saat tangan di samping badan membaca lanjutan bacaan i’tidal.

6. Sujud

Sujud adalah gerakan menempatkan wajah ke tempat sujud. Pada

saat bersujud, kening, hidung, kedua ibu jari kaki, kedua lutut dan kedua

telapak tangan menempel pada alas shalat.

Ketika sujud, kedua telapak kaki dalam posisi berdiri, posisi

punggung tidak terlalu melengkung dan tidak terlalu mendatar ke arah

depan.

7. Duduk di antara dua sujud

Setelah bangun dari sujud pertama, talapak kaki kiri diduduki,

posisi telapak kaki kanan berdiri tegak. Jari-jari kaki kanan menekan

lantai.

8. Duduk tasyahud awal

Duduk tasyahud awal juga disebut duduk iftirasy. Posisi duduk

iftirasy sama seperti duduk di antara dua sujud, saat iftirasy telunjuk

kanan disunnahkan menunjuk ke arah kiblat. Kecuali untuk shalat subuh

tidak ada duduk tasyahud awal, selesai rakaat kedua langsung duduk

tasyahud akhir.

9. Duduk tasyahud akhir

Page 36: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

36

Duduk tasyahud akhir disebut juga duduk tawaruk. Tawaruk

dilakukan dilakukan pada rakaat terakhir, telapak kaki kiri dijulurkan di

bawah telapak kaki kanan, telapak kaki kanan tegak dengan jari-jari

menekan lantai, telunjuk tangan kanan disunnahkan menunjuk ke arah

kiblat.

10. Salam

Salam dilakukan setelah bacaan tasyahud akhir. Salam pertama

dilakukan dengan menengokkan kepala ke arah kanan, lalu ke arah kiri.

Saat melakukan salam kepala ditengokkan hingga pipi terlihat dari

belakang, gerakan dan ucapan salam mengakhiri pelaksanaan ibadah

shalat.55

11. I’tidal

Gerakan i’tidal adalah gerakan yang dilakukan setelah ruku’.

Pada saat i’tidal kedua tangan diangkat seperti ketika takbiratul ihram,

saat mengangkat kedua tangan membaca sami’allaahuliman hamidah,

kedua tangan diturunkan kembali dan diletakkan di samping badan. Pada

saat tangan di samping badan membaca lanjutan bacaan i’tidal.

12. Sujud

Sujud adalah gerakan menempatkan wajah ke tempat sujud. Pada

saat bersujud, kening, hidung, kedua ibu jari kaki, kedua lutut dan kedua

telapak tangan menempel pada alas shalat.

Ketika sujud, kedua telapak kaki dalam posisi berdiri, posisi

punggung tidak terlalu melengkung dan tidak terlalu mendatar ke arah

depan.

13. Duduk di antara dua sujud

Setelah bangun dari sujud pertama, talapak kaki kiri diduduki,

posisi telapak kaki kanan berdiri tegak. Jari-jari kaki kanan menekan

lantai.

55Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam,

Cet. 1, (Jakarta: Prenada Media, 2003) hlm.76-79

Page 37: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

37

14. Duduk tasyahud awal

Duduk tasyahud awal juga disebut duduk iftirasy. Posisi duduk

iftirasy sama seperti duduk di antara dua sujud, saat iftirasy telunjuk

kanan disunnahkan menunjuk ke arah kiblat. Kecuali untuk shalat subuh

tidak ada duduk tasyahud awal, selesai rakaat kedua langsung duduk

tasyahud akhir.

15. Duduk tasyahud akhir

Duduk tasyahud akhir disebut juga duduk tawaruk. Tawaruk

dilakukan dilakukan pada rakaat terakhir, telapak kaki kiri dijulurkan di

bawah telapak kaki kanan, telapak kaki kanan tegak dengan jari-jari

menekan lantai, telunjuk tangan kanan disunnahkan menunjuk ke arah

kiblat.

16. Salam

Salam dilakukan setelah bacaan tasyahud akhir. Salam pertama

dilakukan dengan menengokkan kepala ke arah kanan, lalu ke arah kiri.

Saat melakukan salam kepala ditengokkan hingga pipi terlihat dari

belakang, gerakan dan ucapan salam mengakhiri pelaksanaan ibadah

shalat.56

56Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam,

hlm.76-79

Page 38: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian tergolong sebagai penelitian lapangan (field

research). Oleh karena itu, obyek penelitiannya adalah berupa obyek di

lapangan yang sekiranya mampu memberikan informasi tentang kajian

penelitian. penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat atau

mempunyai karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan

sewajarnya atau sebagaimana adanya (Natural Setting) dengan tidak merubah

dalam bentuk simbol-simbol atau kerangka.57

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan suatu prinsip dasar atau landasan

yang digunakan untuk mengapresiasikan sesuatu. Dalam hal ini teori dasar

yang dipakai adalah pendekatan fenomenologi yang merupakan memahami

gejala yang aspek subyektif dari perilaku orang.58

Dengan pendekatan fenomenologi ini peneliti mencoba memahami dan

menggambarkan keadaan atau fenomena subyek yang diteliti dengan

menggunakan logika-logika serta teori-teori yang sesuai dengan lapangan.

Dalam hal ini proses penerapan pembelajaran fiqih materi shalat melalui

metode demonstrasi di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang yang

dilakukan oleh guru dan peserta didik.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada kajian yakni :

1. Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok

shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang .

2. Problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam

pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin

Putih Borobudur Magelang

57 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 16, hlm. 12

58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 10.

Page 39: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

39

D. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Jenis data primer adalah data pokok yang berkaitan dan diperoleh

secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber data primer

adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara

langsung.59 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil

wawancara tentang problematika pembiasaan pada pembelajaran agama

Islam yang didapat dari guru pada proses penerapan pembelajaran fiqih

materi shalat melalui metode demonstrasi di MI Ma’arif Wringin Putih

Borobudur Magelang.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.60 Atau

dengan kata lain dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang dapat

memberikan informasi/data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah segala

sesuatu yang memiliki kompetensi dengan masalah yang menjadi pokok

dalam penelitian ini, baik berupa manusia maupun benda (majalah, buku,

koran, ataupun data-data resmi) diantaranya data dari kepala sekolah, buku

tentang pedoman shalat, pembelajaran fiqih dan lain-lain.

E. Lokasi Penelitian

Karena penelitian ini nantinya akan dijelaskan secara ilmiah, maka

lokasi penelitian dengan sasaran kelas 1 ini perlu ditekankan yaitu penerapan

metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Wringin Putih

Borobudur Magelang

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode observasi

59 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), cet. IV, hlm. 87 60 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91

Page 40: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

40

Metode observasi yaitu melengkapi dengan format atau blanko

pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item

tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.61

Metode ini digunakan dengan cara mengadakan pengamatan pada waktu

sedang belajar. Dalam hal ini peneliti tidak terlibat di dalamnya, pengamat

berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan yang

mereka lakukan sehingga pengamat akan lebih mudah dalam menggali

munculnya tingkah laku.

Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui proses

pembelajaran Fiqih Kelas 1 di MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur

Magelang dengan menggunakan metode demonstrasi.

2. Metode interview atau wawancara

Metode interview atau wawancara adalah suatu percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu

pewawancara (interviewer), yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewed) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu.62

Metode ini digunakan untuk menggali data tentang bagaimana

penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran Fiqih Kelas 1 di MI

Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang. Sedangkan subyek yang

diwawncarai adalah guru fiqih kelas I MI Ma’arif Wringin Putih

Borobudur Magelang

3. Metode dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah yaitu mencari data mengenal hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar atau

majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.63

Dengan metode ini akan diuraikan data tentang keadaan MI Ma’arif

Wringin Putih Borobudur Magelang dalam hal ini data yang

61 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, hlm. 22 62 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 135 63 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 234

Page 41: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

41

didokumentasikan seperti grafik, sturktur organisasi, dan data lain yang

dapat melengkapi penulisan skripsi ini.

G. Metode Analisis Data

Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya

kedalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat di

temukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang

disarankan data.64

Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak

bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun

mempelajari implikasi.65

Metode deskriptif yang peneliti gunakan ini mengacu pada analisis

data secara induktif, karena: 1). Proses induktif lebih dapat menemukan

kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam data, 2). Lebih dapat membuat

hubungan peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan

akuntabel, 3). Lebih dapat menguraikan latar belakang secara penuh dan dapat

membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu

latar lainnya, 4). Analisa induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama

yang mempertajam hubungan-hubungan, 5). Analisis demikian dapat

memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian struktur analitik66

Langkah-langkah analisis data yang dimaksud sebagai berikut:

1. Data Reduction

Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

.Setelah data penelitian yang diperoleh di lapangan terkumpul, proses data

reduction terus dilakukan dengan cara memisahkan catatan antara data

yang sesuai dengan data yang tidak, berarti data itu dipilih-pilih.67

64 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, hlm. 103 65 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, hlm. 6-7. 66 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosda

Karya, 2002), hlm. 5 67 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan

Laporan Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 92

Page 42: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

42

Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan

data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode dokumenter.

Seperti data hasil observasi mulai dari penyiapan yang dilakukan guru

proses pelaksanaan yang dilakukan guru dan peserta didik. Semua data itu

dipilih-pilih sesuai dengan masalah penelitian yang peneliti pakai. Data

yang peneliti wawancara di lapangan juga dipilih-pilih mana data yang

berkaitan dengan masalah penelitian seperti hasil wawancara mengenai

penerapan demonstrasi mulai dari tujuan sampai evaluasi. Semua data

wawancara itu dipilih-pilih yang sangat mendekati dengan masalah

penelitian.

2. Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini

dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan

sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.68

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono,

menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative

research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif.69

Data yang peneliti sajikan adalah data dari pengumpulan data

kemudian dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah

penelitian, selanjutnya data itu disajikan (penyajian data). Dari hasil

pemilihan data maka data itu dapat disajikan seperti data tentang proses

68 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan

Laporan Penelitian, hlm. 95 69 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan

Laporan Penelitian, hlm. 95

Page 43: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

43

penerapan pembelajaran fiqih materi shalat melalui metode demonstrasi di

MI Ma’arif Wringin Putih Borobudur Magelang.

3. Verification Data/ Conclusion Drawing

Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh sugiyono

mengungkapkan verification data/ conclusion drawing yaitu upaya untuk

mengartikan data yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman

peneliti. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan kesimpulan yang

kredibel. 70

Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses

dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilih-

pilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses

menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu

temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang

tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas.71

70 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan

Laporan Penelitian, hlm. 99 71 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan

Laporan Penelitian, hlm. 99

Page 44: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

44

BAB IV

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM

PEMBELAJARAN SHALAT DI MI WRINGIN PUTIHI BOROBUDUR

MAGELANG

A. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI

Wringin Putih Borobudur Magelang

1. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di MI

Wringin Putih Borobudur Magelang

Pelajaran fiqih dalam kurikulum madrsah ibtidaiyah adalah salah

satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan

untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati

dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan

hidupnya (Way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Pada dasarnya tujuan pembelajaran fiqih di MI Wringin Putih

Borobudur Magelang sesuai hasil wawancara peneliti kepada guru fiqih

dilandaskan pada sususunan tujuan pembelajaran fiqih yang telah

ditetapkan oleh BSNP yaitu Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat :

a. Mengetahui dan memahami pokok–pokok hukum Islam secara

terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli.

Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman

hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan

benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menimbulkan ketaatan

menjalankan hukum Islam, dengan disiplin dan tanggung jawab sosial

yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.72

72 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011

Page 45: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

45

Ruang lingkup fiqih meliputi keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah Swt

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan

c. Hubungan manusia dengan alam lingkungan.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran fiqih di MI Wringin Putih

Borobudur Magelang terfokus pada aspek :

a. Fiqih Ibadah

b. Fiqih Muamalah. 73

Sedangkan kurikulum yang berlaku di MI Wringin Putih

Borobudur Magelang adalah menggunakan kurikulum yang mengacu pada

kurikulum nasional yaitu mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan

dan penilaian (evaluasi) yang ditandai dengan ciri-ciri:

a. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain

penguasaan materi.

b. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumberdaya

pendidikan yang tersedia.

c. Memberikan kebebasan yang lebih luas pada pendidik di lapangan

untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai

dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.74

Proses pembelajaran fiqih di kelas 1 MI Wringin Putih

Borobudur Magelang pelaksanaan dalam kelas dimulai dengan semua

peserta didik membaca do’a, asmaul husna dan surat al-Fatihah, al-Ikhlas,

an-Nas, al-Falq, proses ini dilakukan setiap hari sebelum jam pertama

dimulai.

Alokasi dalam pelaksanaannya pembelajaran fiqih seperti mata

pelajaran biasa yaitu 35X2 menit dan disesuaikan dengan taraf

kemampuan peserta didik.75

73 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 74 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011

Page 46: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

46

Dalam proses pembelajaran, metode merupakan elemen utama

dalam pendidikan, karena dengan metode guru dan peserta didik dapat

melaksanakan proses belajar mengajar berlangsung dengan kondusif.

Tanpa ada tekanan baik guru maupun peserta didik.

Dari observasi terhadap pembelajaran fiqih di kelas 1 MI Wringin

Putih Borobudur Magelang terutama dalam pembelajaran fiqih materi

shalat, kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang menggunakan

metode demonstrasi dalam proses pembelajarannya dan metode ini

menjadi metode yang sering digunakan untuk mengenalkan peserta didik

tata cara ibadah baik bacaan, gerakan dengan benar sesuai dengan rukun

maupun syaratnya.76

Metode demonstrasi dipandang oleh guru fiqih kelas 1 MI Wringin

Putih Borobudur Magelang merupakan metode mengajar yang efektif

karena dapat membantu peserta didik dalam melakukan sesuatu.

pelaksanaan metode demonstrasi dilaksanakan dengan cara: menjelaskan,

mempraktekkan dan mengarahkan.

Metode demonstrasi diharapkan agar peserta didik dapat

menguasai apa yang telah diajarkan oleh guru sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, peserta didik tidak hanya sekedar menghafal tata cara dan

gerakan-gerakannya saja, tetapi merupakan upaya untuk membuat peserta

didik dapat belajar, terdorong untuk belajar dan butuh belajar sehingga

tertarik untuk mengetahui bagaimana tata cara dan bagaimana gerakan-

gerakan shalat yang benar. Dengan adanya metode demonstrasi maka akan

terjadi hubungan antara pendidik dengan peserta didik akan harmonis serta

dapat mewujudkan apa yang dijadikan tujuan akhir dalam pembelajaran.

Dari observasi yang dilakukan peneliti pelaksanaan demonstrasi

pada materi shalat di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang bisa

dilakukan di dalam kelas, proses awal yaitu membaca do’a, Asmaul Husna

75 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2011 76 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2011

Page 47: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

47

dan juz amma sesuai kelas masing-masing. Lalu dilanjutkan dengan post

tes yang dilakukan oleh guru fiqih tentang materi yang disampaikan sesuai

kelas dan kemampuan peserta didik.

Kegiatan selanjutnya guru menata kelas sebaik mungkin dengan

bentuk pembelajaran yang tidak seperti biasa yaitu guru di depan murid,

dari observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika terjadi pembelajaran

demonstrasi di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang guru fiqih

menata meja dan berdempet-dempet ditengah sebagai arena untuk

mendemonstrasikan shalat sedang peserta didik yang melihat demonstrasi

diletakkan melingkar dengan duduk secara rapi. Ada catatan tersendiri

pada pembelajaran shalat ini yaitu bahwa kemampuan yang diinginkan

guru fiqih tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik

setelah melakukan pembelajaran shalat yang disesuaikan dengan jenjang

tingkatan masing-masing peserta didik. 77

Berikut peneliti akan memberikan gambaran skenario

pembelajaran dengan alokasi waktunya. :

No Skenario Pembelajaran Alokasi waktu Teknik/metode

1 Pembacaan do’a, membaca al-

Qur'an juz amma dan asmaul

husna

5 menit Dilakukan

bersama sama

2 Pre test tentang materi Shalat

fardlu

10 menit Tanya jawab

3 Guru menerangkan materi

Shalat

10 Menit Ceramah

4 Guru mendemonstrasikan tata

cara shalat fardlu kepada peserta

didik

15 menit Praktek

5 Siswa mempraktekkan bersama-

sama

15 menit

77 Observasi Pada tanggal 30 Mei 2011

Page 48: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

48

6 Guru memberikan kesempatan

kepada peserta didik yang

berani maju

10 Menit Dilakukan

secara

kompetisi

7 Evaluasi 5 menit tertulis

Berikut tata cara demonstrasi shalat Fardu yang dilakukan guru dan

siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang:

a. Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat

b. Takbiratul Ikhrom

ا� أآ/�

c. Doa iftitah

�� آ/"�ا وا'5 /�� اآ�آc"�ا و /�ن � N��ة �'�اتM�eى TG�ا� �C6و fC� وا�"< ا&�4 و6

�'� و�� ا&� � ا'B�آ" واAرضM� �F"�W . �ان� �R�'�"�ي وو� �NM&و �R>� A "'�8رب4 ا

� وe�ا� ا��ت وا&� � ا ���9 "'�M' . d. Membaca surat al-Fatihah

#"W�� ا'W�� ○M�# ا� ا"'�8 � رب4 ا 5' ○ا #"W�� ا'W�� ○ا�45��ك &8/5 وا���ك ا ○��� ��م ا�

"8(M&○ #"J(M' ○اه5&� ا?4�اط ا�e���اط ا "4��l�"k #C"� ا'lb�ب ��"C# وA ا� f'8&ا○

e. Rukuk

/�ن ر�4� اV8"# و�'05

f. I’tidal

' W'05 ': ا�

Page 49: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

49

� fm9�� رض و�\ءA�ات و�\ء ا'�M� ا'5 �\ء ا ���ر� �9ء �58

g. Sujud

�� و�'05�Aا � /�ن ر��h. Duduk diantara dua sujud

��8Gوا6/�&� وار ��'Wوار ��Fkوارز!�� واه5&� رب4 ا�4�� o�وا ��G��و

i. Sujud Kedua

j. Duduk Tasyahud atau Takhiyat awal

���"4/�ت T��ات ا�?��ت ا'/�رآ�ت ا"�(�<م ��"� . اMا

�Rا� و��آ� K'Wور +�/���<. أ�+�C اMم ��"�� و��� �/�دا� ا "��?�5ار� �ل ا�.ا'� ��ا� و أ5C9 أنAإ ��إA 5 أنC9أ .

5�'� ��� 4\� �#C� .اk. Tasyahud Akhir

��� f"����5 و��� ال �'�5 آ'� '� ��� 4\� �#C�ا�5 و��� ال ا'� ����اه"# و��� ال ا��اه"# و��رك �

�G #"ال ا��اه ����� ا��اه"# و� f5 آ'� ��رآ�'�5"r�� 5"'W �� ا&"'�8 .ا

l. Salam.78

"��<م �M N# ورK'W ا�ا

2. Kegiatan evaluasi/tindak lanjut

78 Observasi Pada tanggal 30 Mei 2011

Page 50: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

50

Evaluasi dalam proses belajar mengajar dimaksud adalah sebagai

alat untuk mencapai tujuan atau sebagai alat kontrol pelaksanaan program

mengajar.

Setelah proses demonstrasi selesai, guru memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk tindak lanjut melakukan sendiri atau lebih

dengan istilah unjuk kerja. Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan

acuan nilai-nilai yang sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada

pemberian informasi.

Penilaian/evaluasi juga dilakukan tanya jawab guru kepada murid

tentang materi-materi setelah proses pelaksanaan demonstrasi selesai,

evaluasi juga dilakukan dengan bentuk pertanyaan baik dengan bentuk

multiple choice atau uraian baik setelah melakukan demonstrasi, mid

semesteran, atau semesteran. Penilaian di kelas 1 MI Wringin Putih

Borobudur Magelang dilakukan dengan cara yaitu melalui penilaian proses

dan penilaian hasil berikut bentuk dari penilaian proses dan penilaian hasil

pada pembelajaran fiqih.

3. Pendekatan pembelajaran

Proses pembelajaran demonstrasi adalah sebuah metode yang

membutuhkan tingkat kesukaran tersendiri dan kontinuitas dari proses

pembelajaran agar tujuan tercapai, oleh karena itu dalam pelaksanaannya

dibutuhkan beberapa pendekatan di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur

Magelang dalam proses pembelajaran shalat terutama yang menggunakan

metode demonstrasi dalam kurikulum yang berlaku sekarang, yaitu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka pembelajaran shalat harus

diadakan pendekatan-pendekatan:

a. Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan

merasakan hasil pengalaman isi mata pelajaran fiqih materi shalat

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan

melaksanakan shalat.

Page 51: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

51

c. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam

menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa

peserta didik.

d. Fungsional, menyajikan materi fiqih shalat yang memberikan manfaat

nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

e. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan

guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai

cerminan individu yang mengamalkan materi pembelajaran fiqih

materi shalat.79

Pendekatan-pendekatan diatas digunakan dalam pembelajaran fiqih

terutama pada materi shalat dan wudlu untuk lebih meningkatkan

pemahaman dan pengamalan siswa.

B. Problematika yang Dihadapi dalam Menerapkan Metode Demonstrasi

dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat pada Siswa kelas 1 MI

Wringin Putih Borobudur Magelang

Dalam mengimplementasikan metode demonstrasi ada beberapa

problematika yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar Fiqh

terutama materi shalat sehingga proses belajar mengajar kurang efektif.

Adapun hambatan-hambatan tersebut antara lain:

a. Problem yang berhubungan dengan latar belakang siswa

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi metode

demonstrasi dalam pembelajaran shalat, problematika yang dihadapi guru

yang berkaitan dengan latar belakang siswa sangat bervariasi. Hal ini

dapat terlihat dari latar belakang pendidikan siswa itu sendiri dan latar

belakang keluarga. Dan diketahui bahwa siswa yang berasal dari TK

Dharma Wanita 10 siswa semuanya mendapatkan pembelajaran tambahan

79 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011

Page 52: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

52

di TPQ 10 siswa, sedangkan siswa yang tidak mendapatkan pelajaran

tambahan di luar sekolah ada 3.80

b. Problem yang berhubungan dengan tugas guru

Tugas guru tidak mutlak hanya mengajar, tetapi juga melengkapi

administrasi bahkan memegang tugas lain. Apabila guru yang mempunyai

kesibukan di luar jam mengajar, hal ini mungkin disebabkan karena

pekerjaan lain yang harus diemban, yaitu selain profesi guru juga

berwiraswasta atau yang lain kadang dilakukan pada jam mengajar. Hal ini

dapat menghambat tugas guru.

Selanjutnya ada guru yang mempunyai jadwal mengajar telalu

banyak. Menurut penulis bahwa yang mempunyai hambatan tersebut

disebabkan karena sekolah hanya mempunyai satu guru mata pelajaran

sedangkan kelas terlalu banyak.

Ada juga guru yang tidak mengalami hambatan. Menurut penulis,

guru tersebut sudah berpengalaman terutama dalam hal mengajar. Selain

itu dia sudah mendapatkan gelar sarjana penuh dari Fakultas Tarbiyah.81

c. Problem Sarana Prasarana

Dalam menerapkan metode demonstrasi pada materi shalat guru

membutuhkan sarana dan prasarana seperti mukena, sajadah, sarung,

masjid, mushola, dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya MI

Wringin Putih Borobudur Magelang belum memiliki mushola ataupun

masjid. Sedangkan mukena, sarung serta sajadah baru tersedia tiga buah,

maka pelaksanaan praktik shalat dilaksanakan di masjid / mushola terdekat

dan siswa membawa peralatan sendiri.82

d. Problem yang berhubungan dengan waktu (jam tatap muka)

Pengembangan materi dapat menjadikan keberhasilan proses

belajar mengajar dan upaya tersebut tergantung pada profesionalisme guru

dalam mengajar. Dalam hal ini jumlah jam tatap muka yang sangat

80 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 81 Wawancara dengan Kepala Sekolah Sutrisna, S.Pd, pada tanggal 31 mei 2011 82 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011

Page 53: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

53

kurang, banyaknya materi yang harus dipelajari, serta kemampuan siswa

yang berbeda-beda.

Materi yang harus disampaikan guru dalam satu unsur pokok

mengandung 1-2 pokok bahasan dan satu pokok bahasan mengandung 2-5

pokok bahasan, sedangkan materi pelajaran yang harus diberikan sangat

banyak.

e. Problem yang berhubungan dengan pengelolaan kelas

Dalam pengelolaan kelas, sebelum pelajaran dimulai siswa diajak

ke luar kelas untuk diberikan pengarahan dalam pembagian kelompok atau

pembagian tugas. Namun ada beberapa hambatan yang dihadapi guru

dalam pengelolaan kelas, yaitu kemampuan siswa yang sangat bervariasi,

lingkungan sekolah yang kurang mendukung, atau tingkah laku siswa yang

terkadang over acting 83

f. Hambatan yang berhubungan dengan evaluasi

Problem guru yang berkaitan dengan evaluasi ini adalah waktu

yang terbatas. Dalam satu jam tatap muka hanya 30 menit, sehingga

pelaksanaan evaluasi sangat sedikit atau bahkan tidak ada dan akhirnya

guru memberikan tugas mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa).84

C. Analisis Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Shalat di

MI Wringin Putihi Borobudur Magelang

Sebuah proses belajar mengajar dalam pelaksanaannya membutuhkan

metode pengajaran yang tepat untuk mengantarkan kegiatan pembelajaran ke

arah yang dicita-citakan. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara

praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat

membuang waktu dan tenaga secara percuma.85

Prinsip dalam pendidikan Islam memandang bahwa tidak ada satupun

metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan. Untuk itu tidak

83 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 84 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 85 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, (Semarang: CV. As-

syifa Jilid II 1998)., hlm. 65.

Page 54: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

54

dapat dihindari bahwa seorang guru hendaknya melakukan penggabungan

terhadap lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya di lapangan.

Oleh karena itu seorang guru dituntut harus mampu memilih dan menerapkan

metode pengajaran yang relevan dengan situasi dan suasana pembelajaran

agar tujuan yang direncanakan dapat tercapai.86

Pada dasarnya setiap lembaga pendidikan berusaha untuk

mengarahkan dan memaksimalkan keefektifan pengajaran dengan jalan

merencanakan dan mengorganisasikannya. Dalam melaksanakan hal tersebut,

perlu dipertimbangkan empat hal yang dikenal dengan istilah STUPA, yaitu

siswa, tujuan, pengajaran dan hasil. Dan keempat hal itu tidak akan berhasil

secara maksimal kalau tidak mempertimbangkan pelaksanaan metode, dalam

arti penggunaan metode dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi

terhadap minat dan kemauan siswa, tujuan yang akan dicapai, kegiatan belajar

mengajar dan hasil atau out put yang diperoleh.

Dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI

Wringin Putih Borobudur Magelang guru dituntut untuk kreatif dalam

menentukan metode yang tepat untuk mendukung proses pembelajarannya,

pada pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin

Putih Borobudur Magelang menentukan pilihan metode demonstrasi dalam

rangka meningkatkan proses pembelajarannya, karena materi ibadah

membutuhkan gerakan, ucapan, bahkan hafalan yang harus diketahui oleh

para peserta didik. Tanpa diperagakan atau didemonstrasikan maka proses

pembelajaran itu akan menjadi bayangan peserta didik tentunya dengan

didukung metode yang lain seperti ceramah, diskusi dan lain sebagainya.

Penyampaian materi pelajaran dengan metode demonstrasi menuntut

guru untuk lebih berperan aktif. Tugas guru fiqih di sini adalah

memperagakan atau memberi contoh di depan siswanya tentang gerakan

dalam shalat. Seperti memperagakan batas-batas yang harus di basuh, posisi

ruku’, sujud, takhiyat dan lainnya. Peragaan di sini dilakukan dengan dua hal,

86 Ibid., hlm. 74.

Page 55: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

55

pertama guru Fiqih memperlihatkan dan memahamkan gambar orang

berwudlu dan shalat, yang kedua adalah memperagakan tata cara wudlu dan

shalat di depan siswa.

Peragaan ini dilakukan secara berulang-ulang agar siswa paham betul

tata cara berwudlu dan shalat. Sikap siswa selama peragaan diharuskan

memperhatikan dan mengamati secara seksama. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan M. Basyiruddin, metode demonstrasi atau peragaan sangat

diperlukan dalam pengajaran terutama siswa di tingkat dasar. Sesuatu hal akan

lebih berkesan dalam ingatan siswa apabila melalui pengalaman dan

pengamatan langsung. Peragaan ada 2 macam: pertama peragaan langsung

yaitu mengadakan percobaan yang bisa diamati langsung oleh siswa. Kedua,

peragaan tidak langsung yaitu dengan menunjukkan benda tiruan seperti

gambar, boneka, film.87

Seperti yang peneliti jelaskan, kedua jenis peragaan di atas telah

dilakukan oleh guru fiqih, dengan maksud memberikan pengalaman praktis

yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan ketrampilan dalam berbuat.

Nabi Muhammad dalam mengajar shalat pada sahabat-sahabatnya, juga

dilakukan dengan memperagakan atau mendemonstrasikan. Para sahabat

diperintah melaksanakan shalat seperti apa yang dilihat Nabi shalat.

����+�ا آ'� رأ�)'�&� أ� ٨٨ )روا0 ا/.�رى(Artinya: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya shalat”.

Sebelum demonstrasi dimulai seorang guru harus mempersiapkan diri

terlebih dahulu dan lebih jelas bila dilengkapi dengan gambar dan alat peraga

lainnya. Sesuatu yang meragukan harus diulang kembali supaya jangan

menyimpang dari pokok persoalannya. Dan apa saja materi serta alat

peragaannya harus dilihat dengan jelas oleh siswa.

87 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,

2002), hlm., hlm. 8. 88 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I, (Semarang:

Toha Putra, t. th), hlm. 155

Page 56: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

56

Sebelum proses pembelajaran tidak terkecuali pembelajaran fiqih

dengan menggunakan metode demonstrasi dibutuhkan persiapan atau

perencanaan yang cukup dan tepat sebagai bekal pembelajaran. Komponen-

komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengajaran adalah

ketepatan perumusan tujuan pembelajaran, kesesuaian bahan dengan tujuan

pembelajaran, pemilihan metode yang tepat, pemilihan alat pengajaran,

pemilihan sumber belajar dan pemakaian prosedur, jenis dan evaluasi yang

sesuai.89

Guru Fiqih kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang melakukan

perencanaan pembelajaran dengan mempersiapkan silabus, RPP sebagai acuan

pembelajarannya. Karena metode membutuhkan ketelitian dan mengenal

aspek psikologis dan kemampuan siswa guru kelas 1 MI Wringin Putih

Borobudur Magelang pun menyiapkan pembelajaran dengan menata tempat

dengan setting yang menyenangkan dan bervariasi seperti menata tempat

duduk, membuat variasi pelaksanaan demonstrasi agar materi dapat mudah di

mengerti dan tidak membosankan. Dan tidak semua peserta didik dari tiap

kelas harus dipaksa memiliki kemampuan yang sama setelah melakukan

proses pembelajaran demonstrasi tetapi sesuai kan dengan jenjang dan

kemampuan seperti halnya kemampuan atau kompetensi disesuaikan dengan

kelas peserta didik kelas satu hanya diharapkan hanya mengetahui gerakannya

sedang peserta didik kelas empat harus mengetahui bacaan dan menghafalnya.

Selain itu upaya guru fiqih pembelajaran Fiqih materi pokok shalat

pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang yang membedakan

dengan Madrasah Ibtidaiyah lainnya menata proses pembelajaran dengan

metode demonstrasi dengan berbagai variasi pada dasarnya dilandaskan atas

asumsi bahwa dengan pengelolaan pembelajaran yang kepada suatu kondisi

belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan

sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang

menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan

89 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), hlm. 78.

Page 57: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

57

interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa

merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang

efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar

yang efektif.90

Penilaian atau evaluasi yang dilakukan di pembelajaran Fiqih materi

pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang

dilakukan dengan berbagai cara baik lesan maupun tulisan dengan bentuk

penilaian prose ini membuktikan bahwa pembelajaran Fiqih materi pokok

shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang dalam

proses pembelajaran terutama pembelajaran fiqih dengan metode demonstrasi

dilakukan dengan teori yang ada yang ditujukan untuk peningkatan

pemahaman dan pengamalan peserta didik terutaa dalam melaksanakan shalat

dengan benar.

D. Analisis Solusi terhadap Problematika yang dihadapi dalam Menerapkan

Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Pokok Shalat

pada Siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang

Menurut data yang diperoleh, hambatan-hambatan yang dihadapi oleh

guru dalam menerapkan metode demonstrasi ini adalah sebagai berikut:

1. Solusi yang berhubungan dengan latar belakang siswa kaitannya dengan

perencanaan pengajaran

Sebagian besar hambatan guru dalam hubungannya dengan

perencanaan pengajaran adalah penjabaran SKKD.

Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran, guru harus

mempertimbangkan tingkat pengetahuan siswa, yaitu dari sejumlah 22

siswa, lulusan TK sebanyak 10 siswa, dan dari lulusan TK Islam 12 siswa.

Dan yang mendapatkan pendidikan tambahan pendidikan TPQ/ TPA 10

siswa sedangkan yang tidak mendapatkan pelajaran tambahan sebanyak 12

siswa yang lain.

90 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),

Cet. II, hlm. 97.

Page 58: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

58

Selain latar belakang pendidikan siswa, juga dipengaruhi oleh latar

belakang keluarga. Keluarga merupakan motivator utama dalam

pendidikan. Dari sejumlah siswa terdapat 2 siswa yang memiliki orang tua

yan berprofesi sebagai guru Agama. Sedangkan yang memiliki orang tua

dengan profesi sebagai guru umum berjumlah 8 siswa. Dan sisanya

sejumlah 12 siswa memiliki orang tua yang berprofesi sebagai

wiraswasta/tani. Siswa yang memiliki orang tua seorang guru Agama,

maka motivasi untuk belajar Agama cukup tinggi dibandingkan dengan

siswa yang memiliki orang tua dengan profesi lain.

Untuk mengatasi problem tersebut pada kelas 1 MI Wringin Putih

Borobudur Magelang mengadakan kegiatan membaca Al-Qur’an setiap

hari pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 07.15 WIB yang bertujuan

agar siswa lebih fasih dalam membaca Al-Qur’an. Langkah lain dalam

meminimalisasi hambatan tersebut dengan mengadakan pesantren kilat

khususnya pada Bulan Ramadhan, serta shalat berjamaah di

masjid/mushola terdekat.

2. Solusi yang berhubungan dengan tugas guru

Selain mengajar guru juga mempunyai kesibukan di luar mengajar.

Hal tersebut disebabkan karena pekerjaan lain yang harus diemban, yaitu

selain profesi guru juga berwiraswasta yang setiap saat akan dibutuhkan

oleh masyarakat.

Selanjutnya ada guru yang mempunyai jadwal mengajar telalu

banyak. Menurut penulis bahwa yang mempunyai hambatan tersebut

disebabkan karena sekolah hanya mempunyai satu guru mata pelajaran

sedangkan kelas terlalu banyak.

Ada juga guru yang tidak mengalami hambatan. Menurut penulis,

guru tersebut sudah berpengalaman terutama dalam hal mengajar. Selain

itu dia sudah mendapatkan gelar sarjana penuh dari Fakultas Tarbiyah/

FKIP dan mempunyai tambahan dari perguruan tinggi yang lain.

Langkah dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan

pembuatan Rencana Pembelajaran (RP), upaya guru adalah bertanya atau

Page 59: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

59

tukar pengalaman dengan guru bidang studi Agama lainnya atau guru

bidang studi umum. Selain itu juga membaca buku-buku panduan yang

dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar

terutama dalam penerapan metode demonstrasi. Serta guru aktif mengikuti

kegiatan KKG MI yang dilaksanakan satu bulan sekali pada hari Sabtu

minggu kedua.

Dalam mengatasi jadwal mengajar yang terlalu banyak dan

kesibukan di luar jam mengajar, upaya yang dapat dilakukan oleh guru

adalah dengan meminta bantuan dari guru bidang studi lain yang

mempunyai kemampuan dalam bidang studi agama. Sebaiknya antara guru

bidang studi yang satu dengan lainnya saling membantu dan bekerja sama,

sehingga dapat meringankan guru yang bersangkutan dalam pembuatan

rencana pembelajaran.

3. Solusi yang Berhubungan dengan Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Yang harus dipersiapkan guru ketika menggunakan metode

demonstrasi adalah alat dan bahan. Apabila seandainya alat dan bahan

tersebut tidak tersedia secara otomatis metode demonstrasi tidak dapat

dilaksanakan. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru dapat

diketahui bahwa sarana dan prasarana di MI Wringin Putih Borobudur

Magelang sangat terbatas.

Metode demonstrasi yang dipakai dalam pembelajaran shalat agak

terlambat karena fasilitas ibadah di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur

Magelang tersebut tidak memadai. Namun pelaksanaan pembelajaran

shalat dengan menggunakan metode demonstrasi dapat berjalan dengan

peralatan yang sederhana dan apa adanya.

Agar proses pembelajaran shalat dengan metode demonstrasi dapat

berjalan dengan lancar masalah mengenai kekurangan sarana ibadah dapat

diatasi dengan cara siswa membawa alat ibadah sendiri dari rumah

sedangkan alas (tikar) meminjam dari masjid terdekat.

4. Solusi yang Berhubungan dengan Waktu (jam tatap muka)

Page 60: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

60

Guru mempunyai masalah yang berhubungan dengan hambatan

dalam penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran shalat kaitannya

dengan alokasi waktu yang sangat terbatas. Itu disebabkan karena jam

tatap muka mengajar sangat sedikit yaitu 70 menit. Padahal satu jam

pelajaran pada sekolah lain 80 sampai dengan 90 menit. Sedangkan

metode demonstrasi dalam pembelajaran shalat ini membutuhkan waktu

yang cukup lama.

Untuk mengatasi hambatan tersebut seorang guru diharapkan untuk

profesional dalam hal pelayanan pada siswa yaitu penguasaan materi,

meringkas materi, serta berusaha untuk menyampaikan materi dengan

jelas dan singkat.

Sedangkan untuk mengatasi waktu yang terbatas, sebaiknya guru

dapat menguasai materi. Sebelum melakukan demonstrasi harus

memberikan penjelasan yang singkat dulu. Merumuskan tujuan yang jelas

dan tegas, menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa

sebelum dan sesudah melakukan demonstrasi shalat. Karena waktu yang

sangat terbatas guru harus terampil melakukan gerakan-gerakan shalat dan

usahakan semua siswa memperhatikan ketika guru sedang

mendemonstrasikan gerakan shalat, sehingga waktu dapat dimanfaatkan

sebaik mungkin, serta yang lebih penting guru harus mampu menghafal

nama-nama setiap siswa agar mudah dalam mengevaluasi.

Maka tanpa memerlukan waktu yang banyak guru dapat

memberikan pertanyaan kepada siswa pada sela-sela mengajar atau

menggunakan metode mengajar dengan membawa catatan-catatan khusus.

Dan dengan mengetahui nama-nama siswa guru dapat mengetahui tingkah

laku siswa sehari-hari di sekolah.

5. Solusi yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas

Telah dijelaskan bahwa hambatan yang berhubungan dengan siswa

antara lain kemampuan siswa yang terlalu bervariasi. Ini disebabkan

karena latar belakang siswa yang berbeda-beda sebagaimana yang telah

Page 61: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

61

dijelaskan di atas, akibatnya kemampuan mereka juga berbeda-beda dan

kurang termotivasi jika kemampuannya rendah.

Sedangkan latar belakang keluarga yang mendukung dan mungkin

karena faktor lain misalnya bahwa shalat itu mudah karena dilakukan

setiap hari minimal lima kali, tapi tidak dilakukan dengan benar.

Hambatan lain adalah tingkah laku siswa yang hiperaktif. Mungkin

ini disebabkan karena di rumah siswa tersebut sangat kurang perhatian dari

orang tuanya, sehingga siswa terseut menjadi aneh dan tidak mau diatur.

Kemudian hambatan dalam mengatur siswa pada posisi shalat

membutuhkan tempat yang luas, padahal ruang kelas di kelas 1 MI

Wringin Putih Borobudur Magelang agak sempit, sehingga penempatan

siswa pada posisi shaf shalat sangat berdesakan.

Dengan melihat hambatan yang ada cara yang digunakan oleh MI

Wringin Putih Borobudur Magelang adalah memperlakukan sama

terhadap siswa, mengadakan pengelolaan, sesuai dengan sifat dan masalah

(masalah kelompok atau individu).

Kemudian memberikan hukuman yang adil dan mendidik, guru

harus mengetahui karakteristik tiap-tiap siswa. Berusaha mengadakan

penanganan khusus pada siswa yang selalu bertingkah laku over acting

seperti menempatkan siswa di depan. Sehingga dapat menguasai dengan

menghafal nama-nama siswa.

Untuk mengatasi pusat perhatian siswa dalam hal ini biasanya

menambahkan seorang guru pemandu untuk mengawasi dan mengarahkan

siswa konsontrasi dalam pelaksanaan praktik shalat.

Untuk mengatasi kurang luasnya ruangan dalam pelaksanaan

demonstrasi pembelajaran shalat, guru memilih masjid/mushola terdekat

untuk praktik pelaksanaan shalat. Dan meminta salah satu untuk

mengawasinya agar siswa dapat dikendalikan.

Seorang guru harus kelamahan dan kelebihan suatu metode

pengajaran. Karena tidak ada satupun metode pengajaran yang paling

sempurna. Sebaiknya metode mengajar digunakan secara kombinasi

Page 62: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

62

dengan metode yang lain agar metode yang satu dengan metode yang lain

saling melengkapi. Guru harus pandai mengkombinasikan antara metode

yang satu dengan metode yang lain.

6. Solusi yang Berhubungan dengan Evaluasi

problem guru antara lain adalah kesulitan dalam membuat standar

soal, ini disebabkan karena kemampuan siswa yang bervariasi dan guru

tidak mengetahui kemampuan siswa yang sesungguhnya.

Selanjutnya problem yang berkaitan dengan banyaknya tugas siswa

disebabkan karena pada mata pelajaran lain siswa juga mempunyai tugas-

tugas yang harus diselesaikan.

Dalam mengatasi masalah ini, upaya yang dilakukan oleh guru

adalah mengadakan pretest dan postest sebelum dan sesudah demonstrasi

pembelajaran shalat dilaksanakan. Di samping itu, saat mengajar catatan-

catatan khusus. Memberikan tugas, kemudian mengerjakan LKS (Lembar

Kerja Siswa).

Page 63: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

63

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dipaparkan pada Bab

sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan:

1. Penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih materi pokok

shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang

dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara tanya jawab sesuai

dengan pengalaman siswa, berikutnya memberikan penjelasan materi

dilakukan memberikan pengertian/penjelasan garis-garis besar

pelaksanaan materi yang akan didemonstrasikan. Langkah selanjutnya

pelaksanaan demonstrasi dilakukan dengan pelaksanaan demonstrasi guru

mencontohkan praktek materi yang diajarkan lalu menyuruh beberapa

orang siswa mempraktekkannya di depan teman-teman siswa lain, diantara

yang di peragakan degnan metode demonstrasi, tahap terakhir adalah

kegiatan evaluasi/tindak lanjut dilakukan setelah proses demonstrasi

selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut

melakukan sendiri. Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan acuan

nilai-nilai yang sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada pemberian

informasi.

2. Problematika yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi dalam

pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin

Putih Borobudur Magelang antara lain: problem yang berhubungan dengan

latar belakang pendidikan siswa, problem yang berhubungan dengan tugas

guru, problem yang berhubungan dengan alokasi waktu, problem yang

berhubungan dengan sarana dan prasarana, problem yang berhubungan

dengan pengelolaan kelas serta problem yang berhubungan dengan

evaluasi, maka solusi yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatktkan

proses pembelajaran, melengkapi sarana prasarana juga peningkatan

Page 64: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

64

kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran, penggunaan media

maupun efiensi waktu pembelajaran.

B. Saran-saran

1. Untuk Sekolah

a. Hendaknya sekolah menyediakan atau melengkapi sarana dan

prasarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar, untuk

memperlancar kegiatan tersebut sehingga dapat tercapai tujuan

pembelajaran.

b. Hendaknya pihak sekolah menyediakan perlengkapan shalat (mukena,

sajadah, dan lainnya) dimushola agar saat istirahat siswa dapat

melaksanakan shalat dengan baik dan khusuk.

c. Hendaknya guru tidak terlalu sibuk di luar jam mengajar sehingga

tidak merugikan salah satu pihak, baik siswa maupun sekolah.

d. Dalam menambah personil guru, hendaknya pihak sekolah menyeleksi

terlebih dahulu calon guru tersebut, sebisanya dari yang berlatar

belakang pendidikan.

2. Untuk Orang Tua

Hendaknya orang tua memperhatikan putra putrinya dan

memotivasi waktu shalat. Disamping itu, memberikan contoh agar anak

bias menirukan gerakan shalat yang dilakukan orang tuanya. Karena

dengan motivasi dan contoh tersebut akan menjadikan anak mempunyai

semangat dalam mengerjakan shalat dan akan membuat anak dalam

berperilaku sesuai dengan ajaran agama serta mempunyai akhlak yang

mulia.

Page 65: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

65

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakariya al-, Fatkhu al-Wahhab, Semarang: Toha Putra

Arif, Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998

Bukhari, Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al, Shahih Bukhari Juz I, Semarang: Thoha Putra, t.th

Darajat, Zakiah,dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2003

Djamarah, Syaiful Bahri, dkk, Strategi Belajar mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Farichi, Ahmad, dkk, Khazanah Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Islam untuk Kelas 3 SD, Jakarta: Yudhistira, 2004

Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya, 1989

Karim, A. Syafi’I, Fiqih-Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, 1997

Moleong, Lexy J. , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002

Muchtar, Heri Jauhari, Fiqih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002

Nasution, S., Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Partanto, Pius. A., dkk., Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2001

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah

Page 66: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

66

R., Moeslichatun, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta : Rineka Cipta,1999

Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006

Raya, Ahmad Thib, dan Mulia, Siti Musdah, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam, Cet. 1, Jakarta: Prenada Media, 2003

Rofiq, Ahmad, Hukum-hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000

Rooljakers, Mengajar dengan Sukses, Jakarta: PT. Gramedia, 1989

Shiddieq, Teungku Muhammad Hasbi Ash-, Pengantar Ilmu Fiqih, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995

Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: Thoha Putra, 1989, hlm. 294

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005

Suharyono, Strategi Belajar Mengajar, Semarang: IKIP Semarang Press, 2001

Surahmad, Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung: Jamars, 2000

Undang-undang SISDIKNAS, Sistem Pendidikan Nasional, 2003, UU RI No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003

Usman, Basyirudin, dkk, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia cipta Utama, 2002

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006

Page 67: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

67

Usman, Mujibur Rahman Muhammad, Aunil Ma’bud syarah imam Abu Dawud Juz II, T. kp. Maktabah Assalafiah, t.th

Yusuf, Tayar, dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo, 2000

Zein, Muhammad, Metodologi Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, t.th,

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama¸ Malang FAK. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2001

-------, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramdani, 2000

Page 68: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

68

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana proses pelaksanaan metode dalam pembelajaran fiqih materi shalat

2. Pendekatan apa yang di gunakan dalam pelaksanaan metode demonstrasi

pembelajaran fiqih materi shalat

3. Bagaimana pengelolaan kelasnya

4. Media apa yang digunakan

5. Bagaimana peran kepala sekolah dalam mendukung pembelajaran fiqih materi

shalat dengan menggunakan metode demonstrasi

6. Faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan metode

demonstrasi dalam pembelajaran fiqih materi shalat

Page 69: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

69

HASIL WAWANCARA

1. Bagaimana proses pelaksanaan metode dalam pembelajaran fiqih materi shalat

Jawab

Proses pembelajaran fiqih di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur

Magelang pelaksanaan dalam kelas dimulai dengan semua peserta didik

membaca do’a, asmaul husna dan surat al-Fatihah, al-Ikhlas, an-Nas, al-Falq,

proses ini dilakukan setiap hari sebelum jam pertama dimulai.

Kegiatan selanjutnya guru menata kelas sebaik mungkin dengan

bentuk pembelajaran yang tidak seperti biasa yaitu guru di depan murid, dari

observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika terjadi pembelajaran

demonstrasi di kelas 1 MI Wringin Putih Borobudur Magelang guru fiqih

menata meja dan berdempet-dempet ditengah sebagai arena untuk

mendemonstrasikan shalat sedang peserta didik yang melihat demonstrasi

diletakkan melingkar dengan duduk secara rapi. Ada catatan tersendiri pada

pembelajaran shalat ini yaitu bahwa kemampuan yang diinginkan guru fiqih

tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah melakukan

pembelajaran shalat yang disesuaikan dengan jenjang tingkatan masing-

masing peserta didik

2. Pendekatan apa yang di gunakan dalam pelaksanaan metode demonstrasi

pembelajaran fiqih materi shalat

Jawab

a. Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan

merasakan hasil pengalaman isi mata pelajaran fiqih materi shalat dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan

melaksanakan shalat.

c. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam

menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa

peserta didik.

Page 70: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

70

d. Fungsional, menyajikan materi fiqih shalat yang memberikan manfaat

nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

e. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru

serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan

individu yang mengamalkan materi pembelajaran fiqih materi shalat

3. Problematika apa saja yang dihadapi dalam menerapkan metode demonstrasi

dalam pembelajaran Fiqih materi pokok shalat pada siswa kelas 1 MI Wringin

Putih Borobudur Magelang

Jawab

a. Problem yang berhubungan dengan latar belakang siswa

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi metode

demonstrasi dalam pembelajaran shalat, problematika yang dihadapi guru

yang berkaitan dengan latar belakang siswa sangat bervariasi. Hal ini

dapat terlihat dari latar belakang pendidikan siswa itu sendiri dan latar

belakang keluarga. Dan diketahui bahwa siswa yang berasal dari TK

Dharma Wanita 10 siswa semuanya mendapatkan pembelajaran tambahan

di TPQ 10 siswa, sedangkan siswa yang tidak mendapatkan pelajaran

tambahan di luar sekolah ada 3.91

b. Problem yang berhubungan dengan tugas guru

Tugas guru tidak mutlak hanya mengajar, tetapi juga melengkapi

administrasi bahkan memegang tugas lain. Apabila guru yang mempunyai

kesibukan di luar jam mengajar, hal ini mungkin disebabkan karena

pekerjaan lain yang harus diemban, yaitu selain profesi guru juga

berwiraswasta atau yang lain kadang dilakukan pada jam mengajar. Hal ini

dapat menghambat tugas guru.

Selanjutnya ada guru yang mempunyai jadwal mengajar telalu

banyak. Menurut penulis bahwa yang mempunyai hambatan tersebut

disebabkan karena sekolah hanya mempunyai satu guru mata pelajaran

sedangkan kelas terlalu banyak.

91 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011

Page 71: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

71

Ada juga guru yang tidak mengalami hambatan. Menurut penulis,

guru tersebut sudah berpengalaman terutama dalam hal mengajar. Selain

itu dia sudah mendapatkan gelar sarjana penuh dari Fakultas Tarbiyah.92

c. Problem Sarana Prasarana

Dalam menerapkan metode demonstrasi pada materi shalat guru

membutuhkan sarana dan prasarana seperti mukena, sajadah, sarung,

masjid, mushola, dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya MI

Wringin Putih Borobudur Magelang belum memiliki mushola ataupun

masjid. Sedangkan mukena, sarung serta sajadah baru tersedia tiga buah,

maka pelaksanaan praktik shalat dilaksanakan di masjid / mushola terdekat

dan siswa membawa peralatan sendiri.93

d. Problem yang berhubungan dengan waktu (jam tatap muka)

Pengembangan materi dapat menjadikan keberhasilan proses

belajar mengajar dan upaya tersebut tergantung pada profesionalisme guru

dalam mengajar. Dalam hal ini jumlah jam tatap muka yang sangat

kurang, banyaknya materi yang harus dipelajari, serta kemampuan siswa

yang berbeda-beda.

Materi yang harus disampaikan guru dalam satu unsur pokok

mengandung 1-2 pokok bahasan dan satu pokok bahasan mengandung 2-5

pokok bahasan, sedangkan materi pelajaran yang harus diberikan sangat

banyak.

e. Problem yang berhubungan dengan pengelolaan kelas

Dalam pengelolaan kelas, sebelum pelajaran dimulai siswa diajak

ke luar kelas untuk diberikan pengarahan dalam pembagian kelompok atau

pembagian tugas. Namun ada beberapa hambatan yang dihadapi guru

dalam pengelolaan kelas, yaitu kemampuan siswa yang sangat bervariasi,

92 Wawancara dengan Kepala Sekolah Sutrisna, S.Pd, pada tanggal 31 mei 2011 93 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011

Page 72: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

72

lingkungan sekolah yang kurang mendukung, atau tingkah laku siswa yang

terkadang over acting 94

f. Hambatan yang berhubungan dengan evaluasi

Problem guru yang berkaitan dengan evaluasi ini adalah waktu

yang terbatas. Dalam satu jam tatap muka hanya 30 menit, sehingga

pelaksanaan evaluasi sangat sedikit atau bahkan tidak ada dan akhirnya

guru memberikan tugas mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa).95

94 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011 95 Wawancara dengan Guru Fiqih Siti Khatijah, S.Pd.I pada tanggal 30 Mei 2011

Page 73: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

73

PEDOMAN OBSERVASI KEGIATAN DEMONSTRASI SISWA

No Nama Gerakan dan Bacaan Shalat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 Keterangan 1. Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat 2. Takbiratul Ikhrom 3. Doa iftitah 4. Membaca surat al-Fatihah 5. Membaca surat pendek 6. Rukuk 7. I’tidal 8. Sujud 9. Duduk diantara dua sujud 10. Sujud Kedua 11. Duduk Tasyahud atau Takhiyat awal 12. Tasyahud Akhir 13. Salam

Page 74: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

74

PEDOMAN OBSERVASI

Nama Sekolah : MI Wringin Putih Borobudur Magelang

Mata Pelajaran : Demonstrasi Shalat Fardhu

Nama Guru : Siti Khatijah, S.Pd.I

No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan/Bukti 1. 2.

Persiapan guru dalam pelaksanaan

pembelajaran salat

a. Guru membuat rencana pengajaran

sebagai pedoman pelaksanaan

pembelajaran

b. Guru mempersiapkan anak didik

c. Guru mengadakan tes awal

d. Guru menyampaikan materi

Pelaksanaan Pembelajaran Salat

a. Guru menggunakan beberapa

pendekatan berupa:

1. Pendekatan Pengalaman

2. Pendekatan Pembiasaan

3. Pendekatan Emosional

4. Pendekatan Rasional

5. Pendekatan Fungsional

b. Guru menyampaikan materi dengan

metode Demontrasi :

1. Pengelolaan kelas

2. Memperagakan shalat

3. menyuruh peserta didik untuk

memperagakan shalat

c. Guru mengadakan evaluasi

1. Tes Tertulis

Page 75: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

75

2. Tes Perbuatan (Praktek)

d. Hasil nilai yang telah diperoleh siswa

disajikan dalam bentuk raport

Page 76: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

76

HASIL OBSERVASI

Nama Sekolah : MI Wringin Putih Borobudur Magelang

Mata Pelajaran : Demonstrasi Shalat

Nama Guru : Siti Khatijah, S.Pd.I

No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan 1. 2.

Persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran

salat

e. Guru membuat rencana pengajaran sebagai

pedoman pelaksanaan pembelajaran

f. Guru mempersiapkan anak didik

g. Guru mengadakan tes awal

h. Guru menyampaikan materi

Pelaksanaan Pembelajaran Shalat

e. Guru menggunakan beberapa pendekatan

berupa:

1. Pendekatan keteladanan

2. Pendekatan Nasehat

3. Pendekatan Pembiasaan

f. Guru/kyai menyampaikan materi dengan

metode Demontrasi :

1. Sorogan

2. Bandongan

3. Wetonan

g. Guru mengadakan evaluasi

1. Tes Tertulis

2. Tes Perbuatan (Praktek)

h. Hasil nilai yang telah diperoleh siswa

disajikan dalam bentuk raport

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √

RPP Foto RPP Foto RPP RPP RPP Foto Foto RPP dan Foto Raport

Page 77: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/111/jtptiain-gdl... · Borobudur Magelang dilakukan dengan guru melakukan Pre tes dengan cara

77

akhir