fakultas farmasi universitas s anata dharm a … · t h e r e s a l w a y s a r y d a r k c l o u d...
TRANSCRIPT
PERSEPSI DOKTER, APOTEKER DAN PASIEN MENGENAI
KELENGKAPAN RESEP DAN KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN
DALAM RESEP(LEGIBILITY)
DI KABUPATEN SLEMAN
PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi(S. Farm)
Progam Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
BINTARI MARBUDIANA C.
NIM : 998114199
NIRM : 990051122004120174
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBA
Kasbagi manusia adalah ilmu dan hikmah(Prof. KH Alie Yafie).
demikian itu termasuk perbuatan yang mulia(Q.S 42: 43).
silver lining in eve
mamBlanchett).
lan yang telah anda hadapi dan keberanian yang
bertubi-tubi(Anonim).
a hormat dan baktiku ikku
HAN
ih Allah yang sangat penting
Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang
There’s always a
ry dark cloud(Anonim).
Kita menjadi dewasa karena dipercaya dan pu memegang kepercayaan itu(Samuel
Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah anda raih, namun kegagamembuat anda tetap berjuang melawan rintangan yang
Kupersembahkan buat: Ibu-Bapakku,
ungkapan rasKakak dan adTeman-teman dan sahabat Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Penulis memanjatkan puji syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang
DO
RE N KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM
FE
Sar arma Yogyakarta.
skr i berbagai pihak. Oleh
bes
enyelesaikan skripsi ini.
erikan kritik serta saran kepada penulis.
ang diberikan untuk melakukan penelitian di Kabupaten Sleman.
Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul PERSEPSI
KTER, APOTEKER DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN
SEP DA
RESEP(LEGIBILITY) DI KABUPATEN SLEMAN PERIODE JANUARI –
BRUARI 2007 dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
jana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dh
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan
ipsi ini tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dar
karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
arnya kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si, Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing dan penguji yang
telah sabar membantu dan membimbing dalam m
3. Bapak Drs Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji
dan memberikan masukan serta saran kepada penulis.
4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia
menguji dan memb
5. BAPPEDA Kabupaten Sleman dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman atas
ijin y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Bapak dan Ibu Dokter praktek swasta perseorangan di Kabupaten Sleman
yang telah bersedia membantu penulis selama penelitian dengan mengisi
kuisioner.
7. Bapak dan Ibu Apoteker di Kabupaten Sleman yang sudah bersedia
meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner.
8. Bapak, Ibu, Sdr/i responden pasien yang bersedia meluangkan waktu untuk
membantu peneliti dengan bersedia mengisi kuisioner.
9. Kedua orang tuaku untuk cinta dan kasih sayangnya serta dukungan secara
moril maupun materiil dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Mas Kelik dan dik Danang buat kasih sayang dan dukungan semangatnya
selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
11. Keluarga Ibu Fatimah Anton Mulyono terimakasih untuk dukungan dan
do’anya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga Om Eko dan Bulik Wuri terimakasih untuk do’a dan dukungannya
selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
13. Sr. Yunitri dan Sr. Okta yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan
saran kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
14. Dik Putri, May, mbak Ira, mbak Rini dan Hezky yang telah membantu penulis
selama penelitian.
15. Mas Ian untuk do’a, dukungan dan perhatiannya selama penyelesaian skripsi
ini.
16. Teman-temanku mbak Nita, Adi, Erni, Mita, Ari, Ari Widhi, Atok, Banar,
Widi, Agung, Veronika Yuli, Ratih dan mbak Cicil yang telah memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dukungan dan bantuan kepada penulis. Teman-teman kostku yang baru,
teri
satu yang telah membantu
.
makasih untuk semuanya.
17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tak ada gading yang tak retak demikian pula dengan apa yang tertuang
dalam skripsi ini yang masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu berbagai
saran dan kritik yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan skripsi
ini.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Aspek kelengkapan dari dan keterbacaan tulisan dokter dalam resep ( legibility ) menjadi hal yang sangat penting sebagai salah satu lan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran persepsi emudahan
pembacaan tulisan ( legibility ) pada resep di Kabupaten Sleman periode Januari-eskriptif.
Kelengkapan resep adalah resep yang sesuai persyaratan administratif 004 yang
meliputi nama; SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf ama obat,
potensi, dosis, jumlah yang minta; dan cara pemakaian yang jelas. Hasil penelitian nting oleh
dokter adalah aspek berat badan sebesar 46,51%. Sebanyak 81,40% apoteker mengenai
kemudahan pembacaan resep yang dilayani di apotek yang tulisannya tidak jelas 1% tidak
ada dan 55,81%(≤10%). Pasien berpendapat bahwa kelengkapan resep itu perlu an dokter
yang mereka terima kurang jelas/tidak terbaca.
Kata kunci : persepsi, kelengkapan resep, legibility.
sebuah resep
gkah preventif terhadap kejadian medication error.
dokter, apoteker dan pasien mengenai kelengkapan resep dan k
Februari 2007. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional d
pada skrining resep sesuai KepMenKes RI No 1027/MENKES/SK/IX/2
dokter; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; n
menunjukkan bahwa aspek kelengkapan resep yang dianggap tidak pe
berpendapat bahwa semua aspek kelengkapan resep itu penting dan
dalam 1 bulan terakhir sebanyak 4,65%(≥21%); 11,63%(11-20%); 27,8
dan mengenai kemudahan pembacaan resep 55,33% setuju bahwa tulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
ng doctor article in prescribe (legibility) become things which of vital importance as one of step Intention of This research is to get image of doctor perception, patient and pha of article (legibility) at prescribe in Sub-Province Sleman period Januari-Februari 2007. Thi Equipment of prescribe is appropriate prescribe of administrative clauses at RI No 1027/MENKES/SK/IX/2004 covering name; SIP and doctor address; date of prescri heavy of patient body; identity of drugs, potency, dose, amounts asking; and way of clear usage. e thought nothing of by doctor is body weight aspect equal to 46,51%. Counted 81,40% phaconcerning amenity of read of prescribe which served in pharmacy the article is diff (11-20%); 27,81% there no and 55,81%(≤10%). Patient have a notion that the prescribe equipm 33% agree that doctor article which they receiving less or hard to read. Keyword: Perception, equipment of prescribes legibility.
Equipment aspect from a prescription and amenity of readi
of preventive to occurrence of medication errors.
rmacist concerning equipment of prescribe and amenity of read
s research type is research of observational is descriptive.
screening prescribe according to KepMenKes
bing; signal or initial doctor; name, address, age, gender and
Research result indicate that aspect of equipment of prescrib
rmacist have a notion that any the prescribe equipment aspect is important and
icult to read in 1 month is last counted 4,65%(≥21%); 11,63%
ent needing and concerning amenity of read of prescribe of 55,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
an
HALAMA
HALAMA
HALAMA
PRAKATA
PERNYAT
INTISARI
ABSTRACT
DA
DA
DAFTAR M
DAFTAR
BAB I. PE
3.
B. Tujuan
1.
2.
iv
vii
viii
ix
x
xiv
xviii
1
1
2
2
3
5
5
Halam
N JUDUL. ............................................................................. i
N PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
N PERSEMBAHAN ............................................................. iii
..............................................................................................
AAN KEASLIAN KARYA .................................................
...............................................................................................
............................................................................................
FTAR ISI...........................................................................................
FTAR TABEL ...................................................................................
GA BAR ............................................................................. xvi
LAMPIRAN ..........................................................................
NDAHULUAN .....................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................
1. Perumusan masalah.........................................................
2. Keaslian penelitian ..........................................................
Manfaat penelitian...........................................................
Penelitian ........................................................................
Tujuan umum .................................................................. 5
Tujuan khusus .................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................
A. Definisi dan Kaidah Penulisan Resep .........................................
B. Per ................
C. Medica
D. Apotek
1. Pen
2. Tug d
E. Pelayan
F. Penulis R
G. Pasien .
H. Per s
1.
2.
I. Keteran
BA .....
.
.
.
.....
6
6
7
17
17
18
esepan Rasional......................................................
tion Error ........................................................................ 8
......................................................................................... 9
gertian apotek.................................................................. 9
as an fungsi apotek........................................................ 10
an Kefarmasian di Apotek .............................................. 11
an esep Oleh Dokter ..................................................... 13
.... .................................................................................... 14
sep i ....................................................................................... 15
Pengertian persepsi.......................................................... 15
Objek persepsi................................................................. 16
gan Empiris..................................................................... 16
B III. METODOLOGI PENELITIAN .....................................
A Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 17
B. Definisi Operasional Variabel....................................................
C Subyek Penelitian........................................................................ 18
D. Alat Pengumpulan Data .........................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Cara Penelitian ............................................................................ 19
4. Uji validitas isi ................................................................
5. Menentukan besar sampel dan teknik sampling..............
6. Penyebaran kuisioner ......................................................
7. Pengumpulan kuisioner...................................................
F. Tata Cara Analisis Hasil..............................................................
G. Kesulitan Penelitian ....................................................................
1. Kuisioner .........................................................................
2. Penyebaran kuisioner ......................................................
3. Kelemahan Penelitian .....................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................
A. Karakteristik Responden .............................................................
1. Karakteristik responden dokter .......................................
a. Usia ...........................................................................
b. Jenis kelamin.............................................................
c. Spesialisasi ................................................................
d. Tahun lulus................................................................
e. Lamanya praktek.......................................................
f. Jumlah tempat praktek ..............................................
g. Rata-rata pasien per harinya......................................
19
20
21
22
23
23
23
23
25
25
25
25
25
26
27
28
28
29
29
1. Analisis situasi dan penentuan masalah .......................... 19
2. Membuat instrumen penelitian........................................ 19
3. Penyusunan kuisioner ..................................................... 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Karakteristik responden Apoteker Pengelola
Apotek.............................................................................
a. Usia ...........................................................................
b. Jenis kelamin.............................................................
c. Tahun lulus apoteker .................................................
d. Pendidikan terakhir ...................................................
e. Lamanya menjadi APA.............................................
f. Rata-rata lembar resep perhari yang dilayani.............................
3. Karakteristik responden pasien .......................................
a. Usia ...........................................................................
b. Jenis kelamin.............................................................
c. Pendidikan terakhir ...................................................
B. Persepsi Responden Dokter Mengenai Kelengkapan Resep
dan Kemudahan Pembacaan Resep.............................................
C. Persepsi Responden Apoteker Mengenai Kelengkapan Resep
dan Kemudahan Pembacaan Resep.............................................
D. Persepsi Responden Pasien Mengenai Kelengkapan Resep
dan Kemudahan Pembacaan Resep.............................................
E. Rangkuman Pembahasan.............................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
30
30
31
32
32
33
34
34
35
35
36
37
45
52
58
60
60
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA.................................................................
ENULIS ............................................................
........... 62 LAMPIRAN........................................................................................... 65
BIOGRAFI P .............. 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Persepsi responden dokter mengenai aspek
kelengkapan dan keterbacaan resep........................ 37
42
43
44
45
49
50
51
51
abel X.
kelengkapan dan keterbacaan resep......................... 52
Tabel II. Aspek kelengkapan resep yang dianggap tidak
penting oleh responden dokter.................................
Tabel III. Pendapat/komentar responden dokter mengenai
tulisan dokter dalam resep yang tidak jelas.............
Tabel IV. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidaklengkapan penulisan resep...........................
Tabel V. Persepsi responden dokter mengenai aspek
kelengkapan dan keterbacaan resep.........................
Tabel VI. Aspek kelengkapan resep yang dianggap tidak
penting oleh responden apoteker.............................
Tabel VII. Tindakan yang dilakukan oleh responden apoteker
jika terdapat resep yang tidak lengkap.....................
Tabel VIII. Persentase resep yang tulisannya tidak jelas dalam
1 bulan terakhir........................................................
Tabel IX. Tindakan yang dilakukan responden apoteker jika
terdapat resep yang tulisannya tidak jelas/tidak
terbaca......................................................................
T Persepsi responden dokter mengenai aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI. Tindakan yang dilakukan responden pasien jika
resep yang diperoleh tidak dapat dilayani oleh
apotek karena resep tidak lengkap atau tulisan
yang tidak terbaca/tidak jelas................................... 57
abel XII. Perbandingan persentase antara responden dokter
poteker mengenai aspek
kelengkapan resep yang dianggap tidak penting..... 59
T
dan responden a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
n
ambar 5. Tahun lulus responden dokter ............................................
Gambar 6. Lamanya praktek responden dokter ...................................
Gambar 7. Jumlah tempat praktek responden dokter...........................
Gambar 8. Rata-rata pasien per hari yang datang ke tempat praktek
dokter .................................................................................
Gambar 9. Usia responden APA..........................................................
Gambar 10. Jenis kelamin responden APA ...........................................
Gambar 11. Tahun lulus responden AP ..............................................
Gambar 12. Pendidikan terakhir responden APA..................................
Gambar 13. Lamanya responden bekerja sebagai APA.........................
Gambar 14. Rata-rata lembar resep pe
Gambar 15. Usia responden pasien........................................................
Gambar 16. Jenis kelamin responden pasien .........................................
Gambar 17. Pendidikan terakhir responden pasien................................
Gambar 18. Persepsi responden dokter mengenai aspek kelengkapan
dan keterbacaan resep ........................................................
22
26
27
27
28
29
29
30
31
31
32
32
33
34
35
35
36
38
Halama
Gambar 1. Bagan jumlah sampel dan kuisioner ..................................
Gambar 2. Usia responden responden dokter.......................................
Gambar 3. Jenis kelamin responden dokter .........................................
Gambar 4. Spesialisasi responden dokter ............................................
G
A
r hari yang dilayani....................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 19. Persepsi responden dokter mengenai aspek kelengkapan
dan keterbacaan resep ........................................................
Gambar 20. Persepsi respon spek kelengkapan
46
den dokter mengenai a
dan keterbacaan resep ........................................................
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data hasil persepsi...........................................................
Lampiran 2. Kuisioner .........................................................................
Lampiran 3. Surat ijin penelitian .........................................................
65
74
83
Lampir
an 4. Surat ijin dari bappeda ....................................................
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nikasi yang memadai yang mampu secara optimal menghantarkan
a pesan. Berdasarkan hal tersebut maka resep harus
mempu
apoteker, maka sangat potensial untuk terjadi miss – communication yang dapat
mengakibatkan kerugian atau bahkan mengancam keselamatan pasien.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan issue kritis dan harus
ditangani dengan tepat karena menyangkut keselamatan pasien. Patient safety
menjadi tanggung jawab berbagai pihak yang terkait dengan pengobatan pasien.
Salah satu hal yang terkait dengan patient safety adalah medication error yang
merupakan suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang seharusnya dapat
dicegah dan masih dalam kontrol atau tanggung jawab tenaga kesehatan (Cohen,
1991).
Perhatian mengenai medication error (ME) pada beberapa tahun
belakangan ini makin meningkat seiring dengan meningkatnya sikap kritis dari
pasien. Medication error sangat potensial untuk terjadi pada proses komunikasi
non verbal antara dokter dan apoteker mengenai pengobatan pasien. Resep
merupakan alat komunikasi antara dokter dan apoteker pada proses komunikasi
non verbal. Salah satu persyaratan sebuah komunikasi yang ideal adalah adanya
media komu
pesan ke pihak penerim
nyai kemampuan yang optimal dalam menyampaikan permintaan dari
dokter kepada apoteker mengenai terapi obat bagi pasien. Jika resep tidak bisa
berfungsi secara optimal sebagai media komunikasi non verbal antara dokter dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widayati dan Hartayu (2006)
mengem
an dokter dalam
ca oleh apoteker maupun asisten apoteker di apotek.
keterba
penting kter
pen
error.
1. Peru
an di atas maka
pen
si apoteker mengenai aspek kelengkapan resep dan
2. Kea
Penelitian tentang persepsi dokter, apoteker dan pasien mengenai
kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep ( legibility) di Kabupaten
Sleman belum pernah dilakukan. Pramudiarja (2006) melakukan penelitian
ukakan bahwa dari 1978 buah resep yang diteliti, tidak ada satupun yang
memenuhi aspek kelengkapan resep. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Pramudiarja (2006) mengungkapkan bahwa terdapat masalah tulis
resep yang tidak terba
Oleh karena itu, aspek persyaratan kelengkapan dari sebuah resep dan
caan tulisan dokter dalam resep (legibility) menjadi hal yang sangat
. Aspek kelengkapan sebuah resep seharusnya dipenuhi oleh do
ulis resep sebagai salah satu langkah preventif terhadap kejadian medication
musan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapk
elitian ini akan mengangkat permasalahan sebagai berikut:
a. seperti apakah persepsi dokter mengenai aspek kelengkapan resep dan
kemudahan pembacaan resep (legibility) yang ditulisnya?
b. seperti apakah persep
kemudahan pembacaan resep (legibility) yang akan dilayaninya?
c. seperti apakah persepsi pasien mengenai aspek kelengkapan resep dan
kemudahan pembacaan resep (legibility) yang diterimanya?
slian penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan judul ”Potensi medication er sep anak di 10 apotek di kota
Yogyak
(2001) melakukan penelitian dengan judul ”Kajian Penulisan
Res
ah Sakit Dr. Sardjito
awati, Oetari dan Mulyaningsih (2004) mengindentifikasi
dal
men medication error.
seb
penelitian ini respondennya adalah dokter, apoteker dan pasien atau pengantar
Dal
mengenai kelengkapan resep serta kemudahan pembacaan tulisan dalam resep
ibility).
3. Manfaat penelitian
asil penelitian persepsi dokter, apoteker dan pasien mengenai
kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep (legibility) di Kabupaten
Sleman dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
ror dalam re
arta periode Januari – Maret 2005 dan persepsi pembaca resep yang
menanganinya ( Tinjauan aspek kelengkapan dan kejelasan resep)”.
Rahmawati
ep : Tinjauan Aspek Legalitas / Kelengkapan Resep di Apotek – apotek
Kotamadya Yogyakarta”. Dalam penelitian yang berjudul ”Tingkat Efisiensi
Sistem Distribusi Unit Dose pada bangsal Bougenvil Rum
Yogyakarta”, Rahm
jenis – jenis penulisan resep yang berpotensi menimbulkan medication error
am Kartu Instruksi Pengobatan (KIPO) dan tindakan yang diambil untuk
angani masalah
Yang membedakan penelitian ini dari penelitian yang pernah dilakukan
elumnya adalah pada lokasi pengambilan dan juga dari respondennya. Pada
pasien yang menebuskan obat dan lokasi pengambilan data di Kabupaten Sleman.
am penelitian ini fokusnya adalah persepsi dari dokter, apoteker dan pasien
(leg
H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran
mengenai persepsi responden dokter, apoteker dan pasien mengenai kelengkapan
resep dan kemudahan
b. Ma
t dijadikan bahan acuan untuk apoteker bagi
rguna untuk menambah pengetahuan bagi
pembacaan tulisan dalam resep (legibility).
nfaat praktis
1) hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi pengembangan
model-model resep yang ideal di Indonesia sehingga diperoleh model
resep baru yang mengakomodasi upaya pencegahan medication error.
2) hasil penelitian ini dapa
peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek terutama dalam hal
pelayanan resep dengan melihat dari kelengkapan resep yang diterima
sebagai upaya mencegah terjadinya medication error.
3) hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk dokter agar memberikan
peresepan yang rasional terutama dari segi kelengkapan dan kemudahan
pembacaaan tulisan dalam resep dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan bagi pasien.
4) hasil penelitian ini dapat be
pasien tentang kelengkapan resep sehingga mereka bisa memperoleh
pelayanan kesehatan yang optimal dan mereka juga bisa berperan dalam
upaya pencegahan medication error.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. T
M sepsi dokter, apoteker dan pasien
terhadap kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan tulisan (legibility) pada
resep
2. T
a. Men ngenai aspek kelengkapan resep dan
j
d
b. Mengetahui persepsi responden apoteker mengenai aspek kelengkapan resep
dan juga kemudahan pembacaan tulisan dalam resep (legibility) dari resep
yang dilayaninya.
c. Me
ujuan umum
endapatkan gambaran mengenai per
di Kabupaten Sleman periode Januari – Maret 2007.
ujuan khusus
getahui persepsi responden dokter me
uga kemudahan pembacaan tulisan dalam resep (legibility) dari resep yang
itulisnya.
ngetahui persepsi responden pasien mengenai aspek kelengkapan resep dan
juga kemudahan pembacaan tulisan dalam resep (legibility) dari resep yang
diterimanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Definisi dan kaidah penulisan resep
Definisi resep terdapat I No.1027/ MenKes/SK/ IX/
2004 te
arus ditulis secara jelas dan mudah dimengerti. Penulisan resep
yang bi
hindari. Resep harus
ang pada umumnya
ditulis
dihindarkan, karena dapat meragukan makna (Joenoes, 1995).
dalam KepMenKes R
ntang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Resep adalah permintaan
tertulis dari dokter , dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan
yang berlaku ( Anonim, 2004a).
Resep h
sa menimbulkan ketidakjelasan, keraguan, atau salah pengertian mengenai
nama obat serta takaran yang harus diberikan seharusnya di
memuat unsur-unsur informasi mengenai pasien, pengobatan yang diberikan dan
siapa dokternya. Informasi tentang pasien mencakup nama, jenis kelamin, dan
umur. Di beberapa unit pelayanan kesehatan di negara-negara tertentu, diagnosis
juga sering ditulis dalam resep. Ini memungkinkan dilakukannya pengecekan
ulang oleh apoteker (Anonim,2000).
Dalam resep digunakan bahasa latin, tidak hanya untuk penulisan nama-
nama obat tetapi juga untuk ketentuan-ketentuan mengenai pembuatan atau
bentuk obat, termasuk petunjuk aturan pemakaian obat y
berupa singkatan. Untuk menghindari kesalahan interpretasi, singkatan-
singkatan Bahasa Indonesia untuk obat dan juga aturan pakainya sedapat mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut ketentuan Tata Cara Pengelolaan Apotek (Surat keputusan
MenKes No 280/Menkes/SK/V/1981), resep selain memenuhi PerMenKes No 26
tahun 1
hewan.
c. tanda R/ pada bagian kiri resep, nama obat atau komposisi obat
d. aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura) rundang-
undangan yang berlaku (subscriptio) f. g. tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
h. resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
memberi tanda ”segera”, ”cito”, ”statim” atau ”urgent” pada bagian s
B. Peresepan Rasional
sional adalah resep yang tepat dan aman. Resep yang
atan baik di negara maju
981, harus memuat juga :
a. nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, dan dokter
b. tanggal penulisan resep (inscriptio)
(invocatio)
e. tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan pe
jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
jumlahnya melebihi dosis maksimal
i. resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri sesuai dengan
j. untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat
kanan ata
Resep yang ra
rasional harus memenuhi syarat yaitu setelah dosisnya tepat maka kemudian
dalam memilih obatnya tepat sesuai dengan penyakitnya dan aman digunakan.
Diberikan dengan dosis yang tepat dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan
pada waktu yang tepat, dengan cara yang tepat untuk penderita yang tepat
(Christina, 2002)
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga tidak
ekonomis atau yang lebih popular dengan istilah tidak rasional, saat ini telah
menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan keseh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maupun negara berkembang. Masalah ini dijumpai di unit pelayanan kesehatan,
isalny
, 2000)
bangkan oleh sebuah Dewan Koordinasi Nasional yaitu The National
edication Error Reporting and Prevention (NCC
MERP)
ventable event that may cause or lead to inappropriate medication use or patient harm while the medication is in the co o
De
da d
tidak layak atau yang bersifat merugikan pasien padahal pengobatan tersebut
berada dalam pantauan tenaga kesehatan, pasien atau konsumen. Beberapa
kejadian dapat berhubungan dengan praktisi kesehatan, produk kesehatan,
iskomunikasi, pelabelan,
enyediaan, pendistribusian,
adm
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek mendefinisikan medication
m a di rumah sakit, puskesmas, praktek pribadi maupun di masyarakat luas
(Anonim
C. Medication error
Secara harafiah, medication error dapat diartikan sebagai suatu kesalahan
dalam suatu proses pengobatan. Definisi tentang medication error pertama kali
dikem
Coordinating Council for M
, yaitu:
a medication error is any pre
ntr l of the health care professional, patient or consumer.
ngan demikian medication error (ME) dapat diartikan suatu kejadian yang
pat icegah yang bisa sebagai penyebab atau berperan dalam pengobatan yang
prosedur, dan sistem pengobatan termasuk peresepan, m
pengemasan, dan penamaan produk, pencampuran, p
inistrasi obat, edukasi, dan penggunaan (Anonim, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
error (ME) sebagai suatu kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.
Dwiprahasto (2004) berpendapat bahwa medication error dapat terjadi
dalam setiap langkah penyiapan obat mulai dari proses pemilihan obat, permintaan
melalui resep, pembacaan resep, formulasi obat, penyerahan obat kepada pasien
hingga penggunaannya oleh pasien atau petugas kesehatan. Kesalahan yang
Hospital Association (cit., Dwiprahasto, 2004),
medication error antara lain meliputi; informasi pasien yang
tidak lengkap, tidak skomunikasi dalam
peresep
, tempat
dilakuk
a. lahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, p yerahan obat atau bahan obat.
b. penga rahan perbekalan farmasi lainn
c. pelayanan inform
dimaksud dapat berasal dari manusia maupun lemahnya sistem yang ada.
Menurut American
kejadian-kejadian
diberikan informasi yang layak, mi
an, pelabelan kemasan yang tidak jelas, serta faktor lingkungan kerja yang
kurang memadai.
D. Apotek
1. Pengertian apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1027 / MENKES/ SK/ IX/
2004, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu
an pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Permenkes No 922/MENKES/SK/X/1993
pasal 10 menyebutkan bahwa pengelolaan apotek meliputi:
pembuatan, pengoenyimpanan, dan pen
daan, penyimpanan, penyaluran, dan penyeya.
asi mengenai perbekalan farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam pas a disebutkan
bahwa :
a. pelayanan in (c) meliputi :
dibe nya maupun kep
2) penbah
b. pelayanan d dalam ayat 1 wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat.
2. Tugas dan f
Peratur
fungsi apotek a
a. tempat er yang telah mengucapkan s
b. sarana pencam u bahan obat.
c. s p an farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperluk
Selain
922/MENKES/PER/X/1993 menyebutkan :
Apotek wajibprofesinya yan Sedangkan meApotek n informasi:
a. yang beb. penggu
Apotek
pada keuntung
dengan menye
al 11 Permenkes No 922/MENKES/SK/X/1993 jug
formasi yang dimaksud dalam pasal 10 huruf1) pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
rikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainada masyarakat. gamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, aya, dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya. informasi yang dimaksu
ungsi apotek
an Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 1 menyebutkan tugas dan
dalah sebagai berikut :
pengabdian profesi seorang apotekumpah jabatan.
farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, puran dan penyerahan obat ata
arana enyalur perbekalan masyarakat secara meluas dan merata.
itu menurut Pasal 15 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan No
melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian g dilandasi pada kepentingan masyarakat.
nurut Pasal 15 ayat (4) menyebutkan : er wajib memberika
rkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien naan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat
berfungsi sebagai unit sarana kesehatan yang tidak berorientasi
an (non profit oriented), yaitu memberikan pelayanan kesehatan
diakan perbekalan farmasi dan alat kesehatan di bawah tanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jawab alam menjalankan fungsi ini harus
mengutamakan
memperhatikan kelengkapan sediaan obat dan barang yang dijual di apotek agar
diusahakan tidak ada resep atau permintaan konsumen yang ditolak karena
keti
yan
harus mampu bertindak sebagai manajer dengan bekal ilmu manajerial yang
dim
E. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Sistem pelayanan kefarmasian dapat diartikan sebagai bagian integral dari
sistem pelayanan kesehatan yang utuh dan terpadu, terdiri dari struktur dan fungsi
jaringan pelayanan kefarmasian. Praktek kefarmasian adalah upaya
penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian dalam rangka pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit bagi perorangan, keluarga, kelompok dan atau
masyarakat. Sistem pelayanan kefarmasian meliputi struktur sistem pelayanan
kefarmasian dan fungsi sistem pelayanan kefarmasian (Anonim, 2004a).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
jenis pelayanan yang diberikan seorang apoteker di apotek meliputi:
1. Pelayanan resep 1.1.
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
i. Nama, SIP dan alamat dokter. ii. Tanggal penulisan resep.
seorang apoteker. Seorang apoteker d
kepuasan konsumen (customer satisfaction) antara lain dengan
daklengkapan sediaan. Selain itu apotek juga berfungsi sebagai sarana bisnis
g diharapkan dapat memberi keuntungan (profit oriented). Apoteker di tuntut
ilikinya (Anief, 2001).
Skrining resep
1.1.1. Persyaratan administratif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep. iv. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
s.
osis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). ep hendaknya dikonsultasikan
kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan
kan etiket pada wadah.
obat serta
Etiket harus jelas dan dapat dibaca. 1.2.3. Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dike rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan
obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat
1.2.5. Informasi obat r harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi
ra penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, sehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
rmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. seperti cardiovascular, diabetes, ronis lainnya, apoteker harus
v. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta. vi. Cara pemakaian yang jela
vii. Informasi yang lainnya. 1.1.2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, d
1.1.3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
Jika ada keraguan terhadap res
dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
1.2. Penyiapan obat 1.2.1. Peracikan
merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberiDalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah penulisan etiket yang benar.
1.2.2. Etiket
mas dengan
1.2.4. Penyerahan obat
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan
dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.
Apoteke
obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, ca
1.2.6. Konseling
pengobatan, dan perbekalan ke
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan faUntuk penderita penyakit tertentu TBC, asthma, dan penyakit kmemberikan konseling secara berkelanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.2.7. Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
unaaan obat, terutama untuk s, TBC, asthma, dan
nnya.
2. Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara si dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antar lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktifitas
n dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi
pelayan
un di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Repub
melaksanakan pemantauan penggpasien tertentu seperti cardiovascular, diabetepenyakit kronis lai
aktif dalam promo
lain-lainnya.
3. Pelayanan residensial (Home Care)
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok
ini apoteker harus membuat catatan pengobatan (medication record).
F. Penulisan resep oleh Dokter
Dokter da
an kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu
pelayanan yang diberikan ( Anonim, 2004c).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, definisi dokter atau dokter gigi adalah dokter, dokter
spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi baik di dalam maup
lik Indonesia sesuai peraturan perundang-undangan.
Standar pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada pasal 44
meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut
3) Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Sedangkan kewajiban dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran terdapat pada pasal 51 yang meliputi:
1) memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
2) merujuk pasien ke dokter atau ke dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
pemeriksaan atau pengobatan;
setelah pasien itu meninggal dunia;
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
atau kedokteran gigi.
G. Pasien
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter maupun apoteker
ditujukan kepada konsumen, en. Dalam Undang-Undang
jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Dalam Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran pada pasal 52 pasien berhak untuk:
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tidakan medis yang sekurang-kurangnya mencakup:
1. diagnosis dan tata cara tindakan medis; 2. tujuan tindakan medis yang dilakukan; 3. alternatif tindakan lain dan risikonya;
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
3) merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
4) melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
5) menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
dalam hal ini adalah pasi
No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada pasal 4 ayat (3), pasien
berhak mendapatkan:
Hak atas informasi yang benar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. risiko dan komplikasi yang terjadi;dan 5. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
b. meminta pendapat dokc. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. menolak tindakan medis; dan e. mendapatkan isi rekam medis.
H. Persepsi
1. Pengertian persepsi
Menurut Gibson dkk (cit., Budirahayu, 2003), persepsi merupakan
penafsiran terhadap stimulus yang terorganisir yang mempengaruhi sikap dan
perilaku. Persepsi merupakan bagian yang penting bagi seseorang dalam
mengambil keputusan. Persepsi seseorang terhadap suatu objek akan menentukan
tindakan yang akan dilakukan terhadap objek yang bersangkutan. Bentuk atau
sifat tindakannya tergantung dari keadaan individu yang mengamati dan
menginterpretasi.
Persepsi menurut Solso (Cit.,Wardoyo, 2002), merupakan aktivitas yang
integrated, maka seluruh apa yang ada dalam individu seperti penilaian,
pengalaman, keyakinan, dan aspek-aspek yang lain yang ada dalam diri individu
akan ikut berperan dalam individu tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi hasil
dari setiap individu dapat berbeda. Keadaan tersebut memberikan gambaran
bahwa persepsi bersifat individual.
Menurut Walgito (1994), persepsi merupakan suatu proses yang didahului
oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indera. Proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan simulus tersebut
diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses
mungkin
ter atau dokter gigi lain;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi dan proses penginderaan
upakan proses pendahulu dari proses persepsi. Stimulus yang diindera oleh mer
individu akan diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari,
2. O
sega diri dapat menjadi
dise
atas . Objek persepsi yang berwujud
pers ocial perception atau
I. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan mengenai persepsi dokter,
apoteke
mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi.
bjek persepsi
Menurut Walgito (2002), objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu
la sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia itu sen
objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek persepsi
but sebagai persepsi diri (self-perception). Objek persepsi dapat dibedakan
objek yang bukan manusia dan manusia
manusia disebut dengan person perception atau social perception sedangkan
epsi yang objeknya bukan manusia disebut sebagai non s
things perception.
memberikan gambaran
r dan pasien terhadap kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan resep
(legibility) di Kabupaten Sleman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
ut keadaan apa adanya,
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang dapat
diartikan
kiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat
sekaran
No 1027/MENKES/SK/IX/2004
Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang meliputi nama, SIP
da
A.Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif. Penelitian
observasional menurut Pratiknya (2001) adalah penelitian yang observasinya
dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menur
tanpa adanya manipulasi peneliti.
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melu
g berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi,
2003).
B. Definisi Operasional Variabel
1. kelengkapan resep adalah resep yang sesuai persyaratan administratif pada
skrining resep berdasarkan KepMenKes RI
tentang Standar
n alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis
resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat,
potensi,dosis, jumlah yang minta; cara pemakaian yang jelas dan informasi
yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. kemudahan pembacaan resep adalah bila resep yang ditulis oleh dokter
tulisannya jelas sehingga bisa dimengerti dan tidak menimbulkan persepsi
penelitian ini adalah dokter praktik swasta perseorangan,
dalam
Kabupaten Sleman.
ulisan dalam resep.
D. Alat Pengumpulan Data
ang digunakan adalah kuisioner yang dibagikan kepada
responden.
lain.
3. responden dalam
apoteker dan pasien yang ada di wilayah Kabupaten Sleman.
4. responden dokter dalam penelitian ini yaitu dokter praktek swasta
perseorangan yang ada dalam wilayah Kabupaten Sleman
5. responden apoteker dalam penelitian ini yaitu apoteker pengelola apotek yang
berada di wilayah Kabupaten Sleman yang data apoteknya tercantum
data Dinas Kesehatan
6. responden pasien dalam penelitian ini adalah yang datang ke apotek untuk
menebus resep baik pasien itu sendiri atau keluarganya.
7. persepsi merupakan pendapat responden dokter, apoteker dan pasien
terhadap kelengkapan dan kemudahan pembacaan t
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian adalah dokter praktek swasta perseorangan,
apoteker pengelola apotek dan pasien atau keluarganya yang datang ke apotek
untuk menebus obat di wilayah Kabupaten Sleman.
Alat penelitian y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E.Cara Penelitian
1. Ana s situ
Analisis situasi pertama yang dilakukan penulis adalah dengan membaca
penelit a mengenai kelengkapan resep dan potensi
medication error, setelah itu penulis menentukan masalah penelitian. Penulis
Dinas Kesehatan Kabupaten tentang jumlah dokter
praktek pribadi dan apotek di wilayah Kabupaten Sleman.
2. Mem
3. Penyusunan kuisioner
i dua bagian yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan
terbuk
jaw
set
pe
pe
4.
an diuji validitasnya untuk mengetahui
kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana
item-it
hen
professional judgment. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan-
perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional. Maka tidaklah
lisi asi dan penentuan masalah
ian-penelitian sebelumny
kemudian mencari data di
buat instrumen penelitian
Kuisioner dibuat melalui tahap penyusunan kuisioner dan uji validitas isi.
Kuisioner terdiri dar
a. Kuisioner dibuat mengacu pada skala Likert yang memuat alternatif
aban bagi responden yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak
uju (TS), sangat tidak setuju (STS), namun tidak dilakukan skoring. Untuk
rtanyaan terbuka, responden diberi kebebasan menjawab sesuai dengan
ndapat, pengetahuan maupun pengalamannya.
Uji validitas isi
Kuisioner yang telah dibuat kemudi
em pertanyaan dalam angket mencakup seluruh kawasan isi obyek yang
dak diukur. Validitas isi kuisioner diuji berdasarkan analisis rasional atau lewat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diharapkan setiap orang akan sama atau sependapat mengenai sejauh mana
validita
jumlah apotek yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
erdasarkan Perda no 16 tahun 2004 periode Februari 2006 sebanyak 55 apotek,
alah satunya telah berganti sebagai toko obat. Berdasarkan data ini, semua
opulasi apotek diambil sebagai responden apoteker.
Responden pasien
Responden pasien tidak diketahui jumlah populasinya, sehingga dilakukan
erhitungan jumlah sampel minimum terlebih dahulu. Teknik pengambilan
ampelnya secara accidental sampling yaitu penelitian yang strategi pengambilan
ampelnya didasarkan pada kemudahan dari arah peneliti.
enentuan sampel untuk pasien digunakan penentuan besar sampel minimum dari
penelitian (Nawawi, 2003)
n : jumlah sampel mi
s isi kuisioner telah tercapai (Azwar, 2003).
5. Menentukan besar sampel dan teknik sampling
a. Responden dokter
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten sebanyak 453 dokter.
Berdasarkan data tersebut, teknik sampling yang digunakan adalah secara non
random (purposive sampling). Purposive sampling merupakan metode pemilihan
subyek berdasarkan ciri-ciri tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Penelitian
ini memiliki jumlah sampel minimum, sebesar 10% dari jumlah populasi.
b. Responden apoteker
Data
b
s
p
c.
p
s
s
P
n ≥ pq (z½α / b)²
nimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
p=q= 0,5 : pro imum) z½α : derajat koefisien konfidensi pada 95% = 1,96
menentukan ukuran sampel = 10 %
n ≥ pq (z½α / b)²
a.
Kuisioner yang d kuisioner dan
sar kuisioner ditinggal sehingga ada beberapa kuisioner yang tidak
kem
sehatan Kabupaten, jumlah apotek yang sesuai dengan
perd
isioner untuk responden pasien
kem ali.
porsi populasi yang tersedia (harga maks
b : persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam
n ≥ 0,5 × 0,5 ( 1,96/ 0,1)²
n ≥ 96,04
6. Penyebaran kuisioner
Responden dokter
isebar untuk responden dokter sebanyak 60
sebagian be
bali.
b. Responden apoteker
Data dari Dinas Ke
a no 16 tahun 2004 periode Pebruari 2006 yaitu 55 apotek. Dari 55 apotek
yang ada, 1 apotek hanya sebagai toko obat bukan apotek dan sebanyak 4
apotek sudah tidak aktif lagi. Dari data ini semua populasi apotek diambil
untuk responden apoteker. Kuisioner yang disebar untuk responden apoteker
sebanyak 50 kuisioner dan sebagian besar kuisioner ditinggal sehingga ada
beberapa kuisioner yang tidak kembali.
c. Responden pasien
Penyebaran kuisioner untuk responden pasien dilakukan pada saat
penelitian berlangsung sehingga semua ku
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Pengumpulan kuisioner
ut mengisi kuisioner dengan
san sibuk dan tidak mengembalikan kuisioner sewaktu peneliti hendak
engambil kuisioner yang telah disebarkan. Sedangkan dari responden pasien
diperoleh data sebanyak 105 kuisioner.
Gambar 1. Bagan populasi,jumlah sampel,teknik sampling dan penyebaran
kuisioner
Kuisioner yang diberikan kepada responden pasien dikumpulkan saat itu
juga. Untuk responden dokter dan apoteker kuisioner diambil setelah beberapa
hari. Jumlah kuisioner yang disebar untuk responden dokter sebanyak 60
kuisioner tetapi yang kembali hanya 43 kuisioner. Jumlah kuisioner yang disebar
untuk responden apoteker sebanyak 50 kuisioner hanya kembali sebanyak 43
karena ada beberapa apotek yang menolak untuk ik
ala
m
Dokter Apoteker Pasien
453 50 Semua sampel pasien Jumlah populasi
Purposive sampling
Semua populasi diambil
Accidental sampling Tekn sampling ik
Minimal 10% populasi (45)
Semua populasi (50)
Minimal 96 responden Jum h sampel la
60 50 105 Jumlah kuisioner yang disebarkan
43 43 105 Jumlah kuisioner
yang kembali (data)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang telah d ulasi data dengan cara
melakukan perhitungan jawaban kuisioner, mengelompokkan masing – masing
jawaban dan menghitun yang sama kemudian
d lo tnya dipersentase dengan jumlah total
0%
. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian
1. K r
D
kem
2. P
Sela
men
apo
kuis
bers
wak a hilang atau lupa
d k
mak
iperoleh kemudian dilakukan tab
g persentasenya. Jawaban
ike mpokkan dan dijumlahkan selanju
10 . Data ditampilkan dalam bentuk diagram.
G
uisione
alam kuisioner terdapat beberapa pertanyaan yang masih perlu ditelaah
bali isinya sehingga tidak akan menimbulkan makna lain.
enyebaran kuisioner
Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2007.
ma penelitian kesulitan yang dihadapi adalah beberapa apotek menolak
gisi kuisioner dengan alasan sibuk atau karena apotekernya jarang datang ke
tek, sedangkan dari pihak dokter banyak yang tidak bersedia untuk mengisi
ioner dengan alasan sibuk dan tidak punya banyak waktu. Kalaupun mereka
edia untuk menerima kuisioner tersebut tapi pada saat akan diambil sesuai
tu yang telah disepakati sebelumnya ternyata kuisionerny
ibawa e tempat praktek. Karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti
a kuisioner tersebut dianggap tidak kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. K
mempunyai kelemahan dari jumlah data responden dokter
yang tidak memenuhi jumlah minimal sampel 10% dari jumlah populasi. Hal ini
dikarenakan jumlah kuisioner responden dokter yang kembali kurang dari jumlah
minimal pengambilan sampel walaupun pada saat penyebaran sudah dilebihkan.
Jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 60 dan kuisioner yang kembali sebanyak
43 sedangkan jumlah minimal sampel sebanyak 45.
elemahan penelitian
Penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Dokter
Kar is in, spesialisasi,
tahun
ini(18-35 tahun) mempunyai ciri
rang muda sudah beranjak menjadi dewasa yang mandiri,
am
gga
menjadi pembawa norma serta pembuat keputusan. Orang dalam masa dewasa
lanjut(lebih dari 60 tahun) kurang mam l baru yang tidak
an masa lalu, dan cenderung lebih
mengingat dengan baik hal-hal yang telah lam
akter tik responden dokter meliputi usia, jenis kelam
lulus, lamanya praktek (tahun), jumlah tempat praktek dan rata-rata
pasien per harinya.
a. Usia
Menurut Hurlock (1999), masa dewasa d
dimana orang-o
m pu menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru, dan
membuat komitmen baru, yang akan menjadi landasan pembentukan pola
hidup, tanggung jawab dan komitmen di kemudian hari. Masa dewasa
madya(35-60 tahun) mempunyai ciri suka berpikir dan mawas diri sehin
pu mempelajari hal-ha
mudah diintegrasikan dengan pengalam
a dipelajari.
Usia responden berkisar antara 26 tahun sampai 68 tahun. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dokter praktek swasta perseorangan yang
berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 53,49%, 31 sampai 40 tahun sebanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23,26%, 41 sampai 50 tahun 20,93% sedangkan yang berusia diatas 51 tahun
sebanyak 2,33%.
Usia dokter
53,49%23,26%
20,93% 2,33% <30
31-40
41-50
>51
Gambar 2. Usia responden dokter
b. Jenis Kelamin
Menurut Kartono (1977) pria lebih mengutamakan intelek dan rasio
sedangkan wanita lebih menonjolkan emosi dan perasaan dan hal ini
mem galaman-
pen eadaan perasaan atau minat tiap-tiap
orang
198
per
den
pengaruhi pola pikir mereka. Persepsi juga dipengaruhi oleh pen
galaman dan cara berpikir serta k
sehingga persepsi seringkali dipandang bersifat subyektif (Sarwono,
3). Berdasarkan hasil penelitian dari 43 responden dokter praktek swasta
seorangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah wanita
gan persentase sebesar 51,16% dan sisanya adalah pria sebesar 48,84%.
Jenis kelamin Dokter
51,16%
48,84% Perempuan
Laki-laki
Gambar 3. Jenis kelamin responden dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Spesialisasi
Gambaran mengenai spesialisasi dokter dapat dilihat pada gambar 4.
Spesialisasi dokter praktek
83,72%
9,30%
2,33%
2,33%
2,33%
Umum
Anak
Penyakit dalam
Kulit dan kelamin
Ob-Gin
Gambar 4. Spesialisasi responden dokter
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,72% merupakan dokter
umum, dokter anak sebanyak 9,30%, dokter kulit 2,33%, dokter penyakit
dalam sebanyak 2,33% sedangkan spesialisasi obstetric dan ginekologi (ahli
kandungan dan kebidanan) sebanyak 2,33%.
d. Tahun lulus
Berdasarkan hasil penelitian dokter yang lulus tahun 1970 sampai
dengan 1980 sebanyak 2,33%, 1981 sampai 1990 sebanyak 6,98%, dan
30,23% pada tahun 1991 sampai 2000 sedangkan 60,47% setelah tahun 2001.
Gambaran mengenai tahun kelulusan dokter dapat dilihat pada gambar 5.
Tahun lulus Kedokteran
2,33% 6,98%
1970 -1980
1981 -199030,23%
60,471991 -20% 00
>2001
Gambar 5. Tahun lulus responden dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Lamanya praktek
Berdasarkan dari hasil penelitian yang didapatkan lamanya praktek
dokter sangat menentukan profesionalisme dari sebuah profesi dokter. Dokter
yang melakukan praktek antara 0 sampai 10 tahun sebanyak 76,74%, dan
dokter yang melakukan praktek selama 11 sampai 20 tahun sebanyak 16,28%.
Sedangkan yang telah berpraktek selama 21 sampai dengan 30 tahun sebanyak
5 tuk yang berpraktek selama 30 tahun lebih. 4,6 % dan 2,33% un
Lamanya dokter melakukan praktek
76,74%
16,28%4,65% 2,33% < 10 th
11 - 20 th
21 - 30 th
31 -40 th
Gambar 6. Lamanya praktek responden dokter
f. Jumlah tempat praktek
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dokter yang mempunyai
tempat praktek sebanyak 1 tempat sebesar 9,30%, yang mempunyai 2 tempat
praktek sebanyak 74,42% dan 3 tempat praktek sebesar 16,28%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Banyaknya tempat praktek dokter
9,30%
74,42%
16,28%1
2
3
Gambar 7. Jumlah tempat praktek responden dokter
g. Rata-rata pasien per harinya
Ber n per harinya
adalah selama 5 sampai 7 menit.
dasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata pasie
1 sampai 10 sebanyak 93,02%, sedangkan untuk jumlah pasien sebanyak
10 sampai 20 sebanyak 6,98 %. Dokter biasanya melakukan praktek
selama 2 jam dan waktu rata-rata yang dibutuhkan dokter untuk memeriksa
pasien serta menuliskan resepnya
rata-rata pasien per hari yang datang ke
6,98%
tempat praktek dokter
93,02%
<10orang
11-20orang
Gambar 8. Rata-rata pasien per hari yang datang ke tempat praktek dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. ek
Karakteristik responden APA meliputi umur, jenis kelamin, tahun
lulus apoteker, pendidikan terakhir, lama menjadi APA, dan rata-rata lembar
resep per harinya.
a. Usia
Berdasarkan gambar 9, usia responden APA rata-rata berusia kurang dari
30 tahun sebanyak 55,81%, yang berusia 31 sampai 40 tahun sebanyak
23,26% dan yang berusia 41 sampai 50 tahun sebanyak 9,30% sedangkan yang
berusia 51 sampai 60 tahun sebanyak 11,63%.
Karakteristik Responden Apoteker Pengelola Apot
Usia apoteker
55,81%23,26%
9,30%11,63%
<30
31 - 40
41 - 50
51 - 60
Growth Study, proses
intelegensi diawali pada usia remaja dan
tik dan dapat menguji secara sistematik berbagai penjelasan mengenai
-kejadian tertentu dan dapat memahami prinsip-prinsip abstrak yang
berlaku (Azwar, 1999).
Gambar 9. Usia responden APA
Menurut penelitian yang dilakukan Havard
pertumbuhan dan perkembangan
mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Pada usia tersebut mampu berpikir
hipote
kejadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin Apoteker
25,58%
74,42%
Perempuan
Laki-laki
Gambar 10. Jenis kelamin responden APA
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data 74,42%
berjenis kelamin perempuan sedangkan 25,58% berjenis kelamin laki-laki.
c. Tahun lulus Apoteker
Berdasarkan data yang diperoleh tahun kelulusan APA antara tahun 1971
sampai 1980 anyak 9,30%,
ah
sebanyak 9,30%, tahun 1981 sampai 1990 seb
t un 1991 sampai 2000 sebanyak 20,93% dan diatas tahun 2001 sebanyak
60,47%.
Tahun lulus Apoteker
1971-1980
9,30%9,30%
20,93%60,47%
1981-1990
1991-2000
>2001
Gambar 11. Tahun lulus responden APA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Pendidikan terakhir
Pendidikan terakhir Apoteker
86,05%
11,63% 2,33%
Apoteker
Apt + S 2
Apt + S 3
Gambar 12. Pendidikan terakhir responden APA
Berdasarkan dari data diperoleh pendidikan terakhir responden APA
sebanyak 86,05% adalah profesi apoteker, yang telah menempuh pendidikan
profesi apoteker dan S 2 sebanyak 11,63% dan 2,33% telah menempuh
pendidikan profesi ap
e. Lamanya menjadi APA
Lama masa kerja menjadi APA sangat me p
ke bek maka pelayanan
kefarmasian akan semakin meningkat karena apoteker akan semakin tahu jenis
pe n hasil p litian dip ol a
jik mengabdikan dirinya dalam kurun
waktu 1-10 tahun sebanyak 83,72% dan yang bekerja kurang dari 1 tahun
sebanyak 11,63% sedangkan 4,65% telah menjalani profesinya sebagai APA
sel
oteker dan S 3.
nentukan mutu elayanan
farmasian di apotek. Semakin lama APA erja
layanan yang dibutuhkan pasien. Berdasarka ene er eh dat
a sebagian besar responden APA telah
ama 11-20 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lamanya kerja menjadi APA
11,634,65% %
83,72%
< 1 th
1 - 10 th
1 - 20 th
Gambar 13. Lamanya responden bekerja sebagai APA
f. Rata-rata lembar resep per hari yang dilayani
Rata-rata lembar resep
55,81%27,91%
11,63% 4,65% <10 lmbr
11-20 lmbr
21-30 lmbr
>31 lmbr
Gambar 14. Rata-rata lembar resep per hari yang dilayani
Berdasarkan gambar 14 bisa dilihat bahwa rata-rata lembar resep yang
diterima di tiap-tiap apotek sebagian besar kurang dari 10 lembar resep per
harinya yaitu sebanyak 55,81%. Apotek yang menerima dan melayani resep
antara 11 sampai 20 lembar sebesar 27,91%, antara 21 sampai
30 lembar resep
n dalam resep yang mereka terima.
sebanyak 11,63% sedangkan sebanyak 4,65% menerima resep diatas 31
lembar resep. Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
resep yang dilayani tiap harinya semakin sedikit maka apoteker lebih punya
banyak waktu untuk lebih meneliti kelengkapan resep dan kemudahan
pembacaan tulisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. K
a
arakteristik Responden Pasien
Karakteristik responden pasien meliputi usia, jenis kelamin dan pendidikan
terakhir.
. Usia
Usia pasien
12,38%
69,53%
9,52%5,71%2,86% <20
21-30
31-40
41-50
>51
Gambar 15. Usia responden pasien
Berdasarkan gambar 15 bisa disimpulkan jika sebagian besar responden
pasien berumur 21 sampai 30 tahun. Responden yang berumur kurang dari 20
tahun sebanyak 12,38% dan yang berumur 31 sampai 40 tahun sebanyak
9,52%. Responden sebanyak 2,86% berumur antara 41 sampai 50 tahun, yang
berumur di atas 51 tahun sebanyak 5,71 % .
b. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Pasien
63,81%
36,19%Perempuan
Laki-laki
Gambar 16. Jenis kelamin responden pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh data jika sebagian responden pasien
adalah perempuan yaitu sebanyak 63,81% dan responden pasien laki-laki
sebanyak 36,19%.
c
b
. Pendidikan Terakhir
Perkembangan pola pikir seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang telah mereka terima. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka pola pikir, wawasan dan pengetahuan menjadi lebih
erkembang dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah
sehingga seseorang akan semakin kritis dalam menanggapi setiap
permasalahan yang timbul dalam masyarakat.
Pendidikan terakhir Pasien
31,43%SLTP
SLTA
0,95%
54,29%
13,33%
D 3
S 1
Gambar 17. Pendidikan terakhir responden pasien
Berdasarkan gambar 17 peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar
responden pasien menempuh pendidikan terakhir di SLTA, sedangkan yang
menempuh pendidikan terakhir di SLTP hanya 0,95%. Pendidikan terakhir D3
sebanyak 13,33% dan yang menempuh pendidikan terakhir di S1 sebanyak
31,43%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Persepsi Responden Dokter Mengenai Aspek Kelengkapan Resep dan
Kemudahan Pembacaan Resep
Tabel I. Persepsi responden dokter mengenai aspek kelengkapan dan
keterbacaan resep (dalam %)
Kecenderungan No
Pernyataan Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
1 Resep harus memuat identitas dokter 100 0 02 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal
penulisan 2,33 0 97,67
3 Resep harus memuat identitas pasien 100 0 04 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat 2,33 0 97,675 Resep harus mencantumkan aturan pakai 100 0 06 Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat
(Contoh: 10 mg, 20 mg, dll) 2,33 11,63 86,047 Resep harus mencantumkan berat badan dan
umur pasien 81,4 13,95 4,658
alamat pasien 6,97 2,33 90,7Resep tidak perlu mencantumkan nama dan
9 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter 79,07 18,6 2,3310 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas 97,67 2,33 011 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas 0 0 10012 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan
jelas 100 0 013 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena
menjadi ciri khas dokter 0 0 10014 Jika tulisan dalam resep tdak dapa
maka apoteker harus menghubungi t dibaca jelas dokter 100 0 0
15 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter 13,95 9,3 76,74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil persepsi responden dokter mengenai aspek kelengkapan dan keterbacaan resep
120
0
40
60
100
10 11 12 13 14
pernyataan
pers
enta
se 80 SETUJU
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 15
RAGU-RAGUTIDAK SETUJU
Gambar 18. Persepsi responden dokter mengenai aspek kelengkapan dan
keterbacaan resep
e n Repub onesia No
1027/MENKES/SK/IX/2004 Bab III tentang pelayanan an bahwa
ministratif dalam pelayanan resep dimana tanggal penulisan resep
haru
ep harus memuat identitas
pasien, 100% responden setuju jika dalam sebuah resep memuat identitas pasien
yang meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin dan juga berat badan pasien.
nurut Keputusan Menteri KesehataM lik Ind
menyebutk
dalam skrining resep persyaratan administratif resep meliputi nama, surat ijin
praktek (SIP), dan alamat dokter. Pada pernyataan pertama, semua responden
setuju bahwa dalam sebuah resep harus memuat identitas dokter.
Pernyataan kedua menyebutkan bahwa dalam resep tidak perlu mencantumkan
tanggal penulisan resep, sebagian besar responden (97,67%) tidak setuju jika
dalam resep tidak memuat tanggal penulisan resep. Hal ini sesuai dengan
persyaratan ad
s dicantumkan.
Pernyataan ketiga yang menyebutkan bahwa res
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan keempat yang menyebutkan bahwa resep tidak perlu
m
tidak setuju dan 2,33% s teri Kesehatan Republik
Indonesia No esep harus tumkan
nam ob . Pencantum ah obat
dalam se dari terjad esalahan
pemb ia s obat di ap ek.
P y ep harus tumkan
atura pa am sebuah resep dicantumkan
aturan pakai dari obat yang diresepkan agar nantinya pasien rti cara
enggunaan obat tersebut sehingga pasien dapat sembuh karena kepatuhan pasien
dalam meminum obat.
Pernyataan keenam yang menyebutkan resep tidak harus mencantumkan
kekuatan obat, sebanyak 86,04% responden tidak setuju jika dalam penulisan
resep tidak dituliskan kekuatan obatnya karena bila kekuatan obat tidak dituliskan
dapat terjadi kesalahan pemberian obat.
Pernyataan ketujuh yang menyebutkan bahwa resep harus mencantumkan
berat badan dan umur pasien, sebagian besar responden (81,4%) setuju jika dalam
resep dicantumkan berat badan dan umur pasien. Sebanyak 13,95% responden
ragu-ragu jika dalam resep harus dicantumkan berat badan dan umur pasien.
Beberapa responden berpendapat jika umur harus dicantumkan tapi berat badan
tidak harus dicantumkan. Pada pasien pediatri, umur dan berat badan harus
dicantumkan untuk mengetahui dosis obat yang akan diberikan.
encantumkan jumlah obat, sebagian besar dari responden sebanyak 97,67%
etuju. Menurut Keputusan Men
1027/MENKES/SK/IX/2004, sebuah r mencan
a at, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta an juml
buah resep sangat diperlukan untuk menghin in kya
er n jumlah obat kepada pasien saat pasien menebu ot
ern ataan kelima yang menyebutkan bahwa res mencan
n kai, semua responden setuju bila dal
menge
p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pern an
nama dan alamat pasien, sebanyak 90,7% responden tidak setuju jika dalam resep
tidak dicantum a dan alamat pasien perlu
dica m g bagi apotek jika terjadi kesalahan n obat.
P n p haru tumkan
tanda tangan dokter. Sebagian besar responden (79,07%) setuju dengan
reka berpendapat jika tulisan dalam resep ditulis tidak jelas bisa
engakibatkan kesalahan pembacaan resep bahkan sampai kesalahan pemberian
bat.
Pernyataan keduabelas menyebutkan bahwa tulisan dalam resep harus ditulis
engan jelas. Semua responden (100%) setuju dengan pernyataan ini karena
yataan kedelapan menyebutkan bahwa resep tidak harus mencantumk
kan nama dan alamat pasien. Nam
ntu kan untuk monitorin pemberia
er yataan kesembilan menyebutkan bahwa dalam rese s n menca
pernyataan ini dan sebanyak 18,60% ragu-ragu dengan pernyataan tersebut karena
mereka berpendapat bahwa tanda tangan dengan paraf itu berbeda, kalau paraf
mereka setuju apabila dicantumkan dalam resep tetapi apabila harus
mencantumkan tanda tangan mereka kurang setuju.
Pernyataan kesepuluh menyebutkan tulisan dalam resep harus ditulis dengan
jelas, sebagian besar responden (97,67%) setuju dengan pernyataan ini karena
dengan penulisan resep yang jelas bisa mencegah terjadinya kesalahan pemberian
obat. Jika terjadi kesalahan pemberian obat karena tulisan yang kurang jelas dan
kesalahan pembacaan resep dapat berakibat fatal bagi penderita.
Pernyataan kesebelas menyebutkan bahwa tulisan dalam resep harus ditulis
tidak jelas. Dalam hal ini semua responden tidak setuju dengan pernyataan
tersebut karena me
m
o
d
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
den a
kesalahan dalam pembacaan atau epada pasien.
s
dipertahankan karena menjad nden (100%) tidak
setuju dengan pernyata tulisan yang tidak jelas sebenarnya bukan ciri
kh do ndapa a h ni terja karena
ke sa pas ng kunjun ak
pa al ter e
berkisar antara 5 sam
ern jika tulisan dalam resep tidak dapat
dib a i dokter dan semua responden
setuju suai dengan PerMenKes RI No
26 EN an Perizinan Apotik pasal 12
ayat (4) las atau tidak lengkap, apoteker
wajib m
rn tulisan dalam resep tidak dapat
dib minta pasien kembali ke dokter.
Se a de an per ataan in rena
responden kasihan dengan pasiennya jika m in mbali lagi ke
do rpendapat sebaiknya apoteker
elasan ke dokter ya nulis resep.
gan adanya tulisan yang jelas dalam resep akan menghindari terjadiny
pun pemberian obat k
Pernyataan ketigabelas menyebutkan bahwa tulisan tidak jelas haru
i ciri khas dokter. Semua respo
an ini karena
as kter. Beberapa dokter dan pasien berpe t bahw al i di
bia an menulis cepat dan juga karena jumlah ien ya ber g bany
dah waktu rata-rata yang disediakan oleh dok untuk m meriksa satu pasien
pai 7 menit.
P yataan keempatbelas menyebutkan
ac jelas maka apoteker harus menghubung
dengan pernyataan tersebut. Hal ini se
/M KES/PER/1/1981 tentang Pengelolaan d
apabila resep tidak dapat dibaca dengan je
enanyakan pada penulis resep.
Pe yataan kelimabelas menyebutkan jika
aca dengan jelas maka apoteker harus me
bagi n besar responden (76,74%) tidak setuju
ereka harus dim
ng ny i ka
ta ke
kter padahal mereka sedang sakit, responden be
otek meminta penjatau petugas ap ng me
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aspek kelengkapan resep pada dasarnya meliputi: identitas dokter, tanggal
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/cara pakai,
nama pasien, umur, alamat dan berat badan.
Tabel II. Aspek kelengkapan resep yang dianggap tidak penting oleh
responden dokter
No
Aspek kelengkapan resep yang dianggap tidak penting oleh
responden dokter Persentase(n=43)
1 Berat badan 46,51% 2 Semua penting 30,23% 3 Alamat dan berat badan 9,30% 4 Alamat 6,98% 5 Berat badan dan umur 2,33% 6 Kekuatan obat, alamat dan berat badan 2,33% 7 Tidak menjawab 2,33% Total 100,00%
Asp
enyebutkan
bah
rikut ini:
ek kelengkapan resep yang paling banyak dianggap tidak penting oleh
responden dokter adalah berat badan, responden berpendapat bahwa berat badan
penting untuk pasien pediatri tapi tidak untuk pasien dewasa sedangkan menurut
KepMenKes RI No 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek pada bagian persyaratan administratif resep m
wa dalam sebuah resep harus memuat nama, alamat, jenis kelamin dan berat
badan pasien.
Pendapat / komentar responden dokter mengenai tulisan dokter dalam resep
yang tidak jelas dapat dilihat pada tabel 3 be
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Pendapat/komentar responden dokter mengenai tulisan dokter
dalam resep yang tidak jelas
No Pendapat responden dokter mengenai tulisan Persentase dokter dalam resep yang tidak jelas (n=43)
1
Tidak setuju karena bisa menyebabkan kesalahan dalam melayani pemberian resep
76,74%
dan bisa membahayakan keselamatan pasien 2 bisa menulis cepat dan tulisan kadang menjadi
Banyaknya pasien menyebabkan dokter harus
susah untuk dibaca oleh pasien
9,30%
3 Perlu penulisan yang jelas untuk menghindari 6,98% kesalahan peresepan 4 Tulisan dalam resep cukup terbaca oleh 4,65% apoteker, pasien tidak harus bisa membacanya 5 Tidak menjawab 2,33%
Total 100,00% Sebagian besar responden dokter tidak setuju mengenai tulisan dokter dalam resep
yang tidak jelas sebab tulisan yang tidak jelas bisa menyebabkan kesalahan dalam
melayani pemberian resep dan bisa membahayakan pasien. Banyaknya pasien
juga sebagai salah satu sebab resep yang ditulis oleh dokter menjadi tidak jelas.
Sebanyak 6,98% responden berpendapat bahwa perlu penulisan resep yang jelas
untuk menghindari kesalahan peresepan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan penulisan resep dapat
dilihat dari tabel IV berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan
penulisan resep
No Faktor-faktor yang mempengaruhi Persentase(n=43) ketidaklengkapan penulisan resep 1 Banyaknya pasien 48,84% 2 Terbatasnya waktu 25,58% 3 Lupa, tidak hafal nama paten atau kekuatan obat 13,95% 4 Tidak ada alasan untuk tidak lengkap 9,30% 5 Tidak menjawab 2,33%
Total 100,00%
dasarkan tabel IV faktor yang paling banyak mempengaruhi ketidaklengkapan
penulisan resep menurut responden dokter adalah banyaknya pasien. Menurut
beberapa responden dokter banyaknya pasien m
Ber
enuntut dokter untuk menuliskan
rese
ng ada cukup untuk lebih
me
p dengan cepat sehingga resep yang dituliskan menjadi tidak lengkap padahal
waktu yang disediakan oleh dokter dalam setiap kali praktek untuk memeriksa dan
menuliskan resep berkisar antara 5 sampai 7 menit. Berdasarkan data karakteristik
di depan dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien yang datang ke tempat praktek
dokter tiap harinya antara 1 sampai 10 pasien dan dokter melakukan praktek
sekitar 2 jam, seharusnya waktu praktek ya
mperhatikan aspek kelengkapan dari resep yang ditulisnya. Terbatasnya waktu
juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan penulisan
resep oleh dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Persepsi Responden Apoteker Mengenai Aspek Kelengkapan dan
Keterbacaan Resep
Tabel V. Persepsi responden apoteker mengenai aspek kelengkapan dan
keterbacaan resep (dalam %)
Kecenderungan No
Pernyataan Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
1 Resep harus memuat identitas dokter 100 0 0 2 Resep t
penulisidak perlu mencantumkan tanggal an 2,33 0 97,67
3 Resep harus memuat identitas pasien 97,67 0 2,33 4
obat 0 0 100 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah
5 Resep h i 100 0 0 arus mencantumkan aturan paka6 se
ekuatan obat (Con g, 20 mg, dll) 2,33 2,33 95,34 Re p tidak perlu mencantumkan
toh: 10 mk7 es erat badan
an sien 100 0 R ep harus mencantumkan bd umur pa 0
8 es u mencantumkan nama an 0 100
R ep tidak perld alamat pasien 0
9 es anda tangan 0
R ep harus mencantumkan tdokter 100 0
10 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas 100 0 0
10 97,67
1 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas 2,33
12 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas 100 0 0
13 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter 0 0 100
1
93,02 4,65 2,33
4 Jika tulisan dalam resep tdak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter
15
pasien kembali k 9,3 72,09
Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta
e dokter 18,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil persepsi responden APA mengenai aspe keterbacaan resep
0
60
100
1
pern
kkelengkapan dan
20
20
40
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
yataan
enpe
rsta
se SETUJURAGU-RAGUTIDAK SETUJU
Gam
Menurut Keputusan Menter tan Republik Indonesia No
1027/M E an potek
pada bab I m i persyaratan administratif saat apoteker an skrining
resep m pu IP, dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda
tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jeni dan berat
as dokter dapat
memp
ditulis tidak jelas.
rn k perlu nggal
pen lisan. Hal i Keputusan Menteri Kes atan Republik
Indonesia No 280/MENKES/SK/V/1981 pasal 2 yang menyatakan bahwa dalam
bar 19. Persepsi apoteker mengenai kelengkapan dan keterbacaan resep
i Keseha
ENK S/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayan Kefarmasian di A
II engena melakuk
eli ti nama, S
s kelamin,
badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta; cara pemakaian yang
jelas dan informasi lainnya.
Pernyataan pertama menyebutkan resep harus memuat identitas dokter, semua
responden menyatakan setuju. Dengan adanya identit
ermudah apoteker untuk menghubungi dokter penulis resep jika resep yang
Pe yataan kedua menyebutkan resep tida
ni tidak sesuai dengan
mencantumkan ta
u eh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
res h lisan resep. D agian besar
res nd ju dengan pernyata
er tiga m harus memuat identitas Dan
den (97,67%) menyatakan setuju jika dalam sebuah resep harus
entukan berapa banyaknya jumlah obat kepada pasien yang
enebus obat di apotek.
Pernyataan kelima menyebutkan bahwa resep harus mencantumkan aturan
akai dan semua responden setuju dengan pernyataan ini. Aturan pakai perlu
icantumkan untuk mencegah pengkonsumsian obat secara berlebihan oleh
asien.
Pernyataan keenam menyebutkan bahwa resep tidak perlu mencantumkan
kek n o uju
dengan pernyataan ini kare at tidak dicantumkan bisa
men
Pernyataan ketujuh menyebutkan bahwa resep harus mencantumkan berat
ba dan umur pasien nden setuju deng at
er sep tidak perlu mencantumkan
na d en tidak setuju dengan pernyataan ini
ep arus juga mencantumkan tanggal penu an seb
po en (97,67%) menyatakan tidak setu an ini.
P nyataan ke enyatakan resep pasien.
sebagian respon
memuat identitas pasien. Jika pihak apotek melakukan kesalahan saat pemberian
obat maka identitas pasien sangat berguna.
Pernyataan keempat menyatakan resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat
dan semua responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan ini karena jika
jumlah obat tidak dicantumkan, apoteker atau petugas di apotek akan kesulitan
memberikan atau men
m
p
d
p
uata bat. Sebagian besar responden (95,34%) menyatakan tidak set
na bila kekuatan ob
yebabkan kesalahan pemberian obat.
d na . Semu respoa an perny aan ini.
P nyataan kedelapan menyebutkan bahwa re
ma an alamat pasien. Semua respond
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena bila resep tanpa nama dan alamat pasien bisa menyebabkan kekeliruan
ya fa sampai ada pasien dengan penyakit
ya s ang ya m h anak nak
sed g agai monitoring bagi apotek.
er ep encantumk a
ta nyataan tersebut.
Pernyataan kesepuluh menyebutkan bahwa tulisan dalam resep harus ditulis
de n ata bu
r isan resep harus ditulis
tidak je ak s ng ny i
ka a esep yang bisa ditulis dengan
je a
Per nyebutkan bahwa tulisan dalam resep harus dapat
dibaca dengan jelas. Semua responden setuju dengan pernyataan tersebut.
Pernyataan ketigabelas menyebutkan bahwa tulisan tidak jelas harus
dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter. Semua responden tidak setuju
dengan pernyataan tersebut.
Pernyataan keempatbelas menyebutkan jika tulisan dalam resep tidak dapat
dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter. Hal ini sesuai dengan
PerMenKes RI No 26/MENKES/PER/1/1981 tentang Pengelolaan dan Perizinan
Apotik pasal 12 ayat (4) apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak
l
responden (93,02%) setuju dengan pernyataan ini.
ng tal saat pemberian obat ke pasien jika
ng ama tapi yang satu sudah dewasa dan y satun asi -a
an kan nama dan alamat pasien berfungsi seb
P nyataan kesembilan menyebutkan bahwa res harus m an tand
ngan dokter. Semua responden setuju dengan per
nga jelas. Semua responden setuju dengan perny an terse t.
Pe nyataan kesebelas menyebutkan bahwa tul
las. Sebagian besar responden (97,67%) tid
dalam
etuju de an per ataan in
ren mereka berpendapat resep yang baik adalah r
las d n tidak menimbulkan kesalahan pembacaan.
nyataan keduabelas me
engkap, apoteker wajib menanyakan pada penulis resep. Sebagian besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P
eminta pasien kembali ke dokter.
Seba
an resep pada dasarnya meliputi: identitas dokter, tanggal
penu
ernyataan kelimabelas menyebutkan jika tulisan dalam resep tidak dapat
dibaca dengan jelas maka apoteker harus m
gian besar responden (72,09%) tidak setuju dengan pernyataan ini karena
menurut responden kalau resep yang diperoleh tidak dapat dibaca dengan jelas
maka apoteker wajib untuk menanyakan ke dokter penulis resep dan meminta
konfirmasinya. Jika dokter penulis resep tidak bisa dihubungi maka apoteker
dengan terpaksa harus menolak resep tersebut dan meminta pasien untuk kembali
ke dokter praktek yang menulis resep dan meminta resep yang baru yang lebih
jelas.
Aspek kelengkap
lisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/cara pakai,
nama pasien, umur, alamat dan berat badan. Aspek kelengkapan resep yang
dianggap tidak penting oleh Bapak/Ibu Apoteker dalam sebuah resep dapat dilihat
pada tabel VI.
Tabel VI. Aspek kelengkapan resep yang dianggap tidak penting oleh
responden Apoteker
No
Aspek kelengkapan resep yang dianggap tidak penting oleh responden
apoteker Persentase(n=43)
1 Tidak ada (semua penting) 81,40% 2 Alamat 6,98% 3 Berat badan 6,98% 4 Alamat dan umur 2,33% 5 Alamat dan kekuatan obat 2,33% Total 100,00%
Berdasarkan tabel VI di atas sebagian besar responden apoteker menganggap
semua aspek kelengkapan resep penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tindakan yang dilakukan oleh Bapak/Ibu Apoteker jika mendapati resep yang
tidak lengkap dapat dilihat dari tabel VII berikut ini.
Tabel VII. Tindakan yang dilakukan oleh responden apoteker jika
terdapat resep yang tidak lengkap
No
Tindakan yang dilakukan oleh responden apoteker jika terdapat resep
yang tidak lengkap Persentase(n=43)
1 Menghubungi/konfirmasi dengan dokter 53,49% penulis resep 2 Menanyai pasien terlebih dahulu baru 32,56% menghubungi dokter 3 Menanyakan kepada pasien 9,30% 4 Mengecek kembali 2,33% 5 Mengembalikan resep kepada pasien 2,33%
Total 100,00%
Berdasarkan tabel VII di atas tindakan yang sebagian besar responden apoteker
lakukan jika terdapat resep yang tidak lengkap adalah dengan menghubungi atau
konfirmasi dengan dokter penulis resep.
Persentase resep yang dilayani di apotek yang tulisannya tidak jelas/tidak
terba
terakhir
ca dalam 1 bulan terakhir dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Persentase resep yang tulisannya tidak jelas dalam 1 bulan
No
Persentase jumlah resep yang tulisannya tidak jelas dalam 1 bulan
terakhir Persentase(n=43)
1 <10% 55,81% 2 Tidak ada 27,91% 3 11-20% 11,63% 4 >21% 4,65%
Total 100,00%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perse
ak terbaca
ntase resep yang tulisannya tidak jelas dalam 1 bulan terakhir paling
sebagian besar kurang dari 10% dari jumlah resep yang masuk.
Tindakan yang dilakukan oleh Bapak/Ibu Apoteker jika terdapat resep yang
tulisannya tidak jelas/tidak terbaca dapat dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Tindakan yang dilakukan responden apoteker jika terdapat
resep yang tulisannya tidak jelas/tid
No
Tindakan yang dilakukan responden apoteker jika terdapat resep yang
tulisannya tidak jelas Persentase(n=43)
1 Menanyakan kepada dokter yang 41,86% bersangkutan
2 Menanyakan kepada pasien baru kemudian 37,21% menelepon dokter yang menulis resep
3 Mengembalikan resep kepada pasien 20,93% kalau dokter penulis resep tidak bisa dihubungi Total 100,00%
Tindakan yang dilakukan sebagian besar responden apoteker jika terdapat resep
yang tulisannya tidak jelas atau tidak terbaca adalah dengan menanyakan kepada
dokter yang bersangkutan. Sebanyak 37,21% responden apoteker menanyakan
kepa
da pasien baru kemudian menelepon dokter yang menulis resep dan sebanyak
20,93% responden mengembalikan resep kepada pasien kalau dokter penulis resep
tidak bisa dihubungi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Persepsi Responden Pasien Mengenai Aspek Kelengkapan dan
Keterbacaan Resep
Tabel X. Persepsi responden pasien mengenai aspek kelengkapan dan
keterbacaan resep (dalam %)
Kecenderungan No
Pernyataan
Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju
1 Tulisan dokter dalam resep yang saya peroleh, tidak jelas dan tidak terbaca 79,05 2,86 18,09
2 Resep harus memuat identitas dokter 96,19 0,95 2,86 3 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal
penulisan 3,81 1,9 94,29 4 Resep harus memuat identitas pasien 95,24 0 4,76 5 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah
obatnya, cukup nama obatnya saja 4,76 0 95,24 6 Resep harus mencantumkan aturan pakai obat 100 0 0 7 Resep harus mencantumkan nama pasien 100 0 0 8 Resep harus mencantumkan berat badan dan
umur pasien 56,19 24,76 19,05 9 Resep tidak perlu mencantumkan alamat pasien 19,05 6,67 74,28
10 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter 93,33 5,71 0,95 11 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas
agar tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan resep di apotek 91,43 2,86 5,71
12 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas agar tidak sembarang orang bisa membacanya 33,33 3,81 62,86
13 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas 87,62 2,86 9,52
14 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak mudah ditiru 25,71 9,52 64,76
15 Apoteker di apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep walaupun secara umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca 91,43 1,9 6,67
16 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di beberapa apotek maka pasien harus kembali ke dokter 60 1,9 38,09
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil persepsi responden pasien mengenai aspek kelengkapan resep dan keterbacaan tulisan
dalam resep
020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
4068
1012
pernyataan
pnt
ase
0000
erse
SETUJUR GUAGU-RATIDAK SETUJU
resep Gambar 20. Persepsi pasien mengenai aspek kelengkapan dan keterbacaan
Gambaran mengenai persepsi pasien mengenai kelengkapan dan keterbacaan
resep bisa dilihat dari tabel X dan gambar 20.
Pernyataan pertama menyebutkan mengenai tulisan dokter dalam resep yang
responden pasien peroleh, tidak jelas dan tidak terbaca. Sebagian besar responden
pasien (79,05%) setuju bila tulisan dokter dalam resep yang mereka terima tidak
jelas dan tidak terbaca. Sebanyak 18,09% tidak setuju dan 2,86% ragu-ragu. Hal
ini menunjukkan jika saat ini masih banyak tulisan dokter yang tidak jelas dan
tidak terbaca. Dan mungkin hanya apoteker yang bisa mengerti atau memahami
tulisan tersebut karena apoteker mungkin telah terbiasa membaca tulisan dokter
yang bersangkutan.
Pernyataan kedua menyebutkan mengenai resep yang harus memuat identitas
dokter. Sebagian besar responden (96,19%) menyatakan setuju jika resep harus
memuat identitas dokter dan sebanyak 2,86% menyatakan tidak setuju dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden menginginkan resep yang
memuat identitas dokter yang meliputi nama dokter, alamat dokter, nomor surat
setu t.
kan
nama ie ipe emua setuju
dengan pernyataan mengenai resep yang haru antumkan nama pasien.
Nam a itu merupakan identitas pasien yang utama.
ijin praktek bila perlu no telepon, jam dan hari praktek.
Pernyataan ketiga menyebutkan mengenai resep tidak perlu mencantumkan
tanggal penulisan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagian besar
responden (94,29%) tidak setuju dan 3,81% setuju jika dalam sebuah resep tidak
perlu mencantumkan tanggal penulisan.
Pernyataan keempat menyebutkan mengenai resep harus memuat identitas
pasien. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil 95,24% responden pasien
setuju dan 4,76% tidak setuju bila dalam sebuah resep harus memuat identitas
pasien agar nantinya tidak terjadi kesalahan pemberian obat apabila ada pasien
dengan nama yang sama.
Pernyataan kelima menyebutkan mengenai resep tidak perlu mencantumkan
jumlah obatnya, cukup nama obatnya saja. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
hasil 95,24% responden pasien tidak setuju dan 4,76% setuju jika resep tidak
perlu mencantumkan jumlah obatnya, cukup nama obatnya saja.
Pernyataan keenam menyebutkan mengenai resep harus mencantumkan
aturan pakai obat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil semua responden
ju dengan pernyataan mengenai resep harus mencantumkan aturan pakai oba
Pernyataan ketujuh menyebutkan mengenai resep harus mencantum
pas n. Berdasarkan hasil penelitian d roleh hasil s responden
s menc
a p sien harus ditulis karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tanp ad n bisa menyebabkan kesalahan pemberian
obat
rn tkan meng p harus tumkan
berat badan dan umur pasien. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
dan 19,05% responden tidak setuju dan
sebanyak 24,76% responden ragu-ragu dengan hal ini karena mereka beranggapan
ur harus dicantumk kan, akan
dicantumkan dalam resep.
Pernyataan kesembilan menyebutkan mengenai resep tidak perlu
mencantumkan alamat pasien. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
sebagian besar responden (74,28%) tidak setuju dan 19,05% responden setuju jika
resep tidak perlu mencantumkan alamat pasien karena bila alamat tidak
dicantumkan dalam sebuah resep ditakutkan akan terjadi kesalahan pemberian
obat bila ternyata ada pasien dengan nama yang sama.
Pernyataan kesepuluh menyebutkan mengenai resep harus mencantumkan
tanda tangan dokter. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagian besar
responden pasien (93,33%) setuju dan 0,95% tidak setuju jika resep harus
mencantumkan tanda tangan dokter.
Pernyataan kesebelas menyebutkan mengenai tulisan dalam resep harus
ditulis dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan resep di apotek.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil jika sebanyak 91,43% setuju, 5,71%
a anya penulisan nama pasie
.
Pe yataan kedelapan menyebu enai rese mencan
sebagian besar responden (56,19%) setuju
um an sedangkan berat badan tidak perlu dicantum
tetapi jika pasiennya anak-anak mereka setuju jika berat badan dan umur harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak setuju dan 2,86% ragu-ragu dengan pernyataan tulisan dalam resep harus
ditulis dengan jelas agar yanan resep di apotek.
Pernyataan keduabelas menyebutkan mengenai tulisan dalam resep harus
ditulis tidak jelas agar tidak sem membacanya. Berdasarkan
hasil p
Pernyataan ketigabelas menyebutkan mengenai tulisan dalam resep harus
seb
rag
dip
Ber
tida
jela
diti
yebutkan mengenai apoteker di apotek harus
suli
resp
bah
wal
tidak terjadi kesalahan dalam pela
barang orang bisa
enelitian diperoleh hasil sebagian besar responden (62,86%) tidak setuju,
33,33% setuju dan 3,81% ragu-ragu dengan pernyataan tulisan dalam resep harus
ditulis tidak jelas agar tidak sembarang orang bisa membacanya.
dapat dibaca dengan jelas. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil jika
agian besar responden (87,62%) setuju, 9,52% tidak setuju dan 2,86% ragu-
u dengan pernyataan tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas.
Pernyataan keempatbelas menyebutkan mengenai tulisan tidak jelas harus
ertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak mudah ditiru.
dasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagian besar responden (64,76%)
k setuju, 25,71% setuju dan 9,52% ragu-ragu dengan pernyataan tulisan tidak
s harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak mudah
ru.
Pernyataan kelimabelas men
dapat membaca tulisan dalam resep walaupun secara umum tulisan tersebut sangat
t dibaca. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebanyak 91,43%
onden setuju, 6,67% tidak setuju dan 1,91% ragu-ragu dengan pernyataan
wa apoteker di apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep
aupun secara umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan keenambelas menyebutkan mengenai jika tulisan dalam resep
k dapat dibaca dengan jelas oleh aptida oteker di beberapa apotek maka pasien
bes
per
beb
sien jika resep yang diperoleh tidak dapat
dilayani apotek karena resep tidak lengkap atau tulisan dokter tidak terbaca/tidak
jelas dapat dilihat pada tabel XI.
Ta ika resep yang
tulisan yang tidak terbaca/tidak jelas
harus kembali ke dokter. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagian
ar responden (60%) setuju, 38,09% tidak setuju dan 1,91% ragu-ragu dengan
nyataan jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di
erapa apotek maka pasien harus kembali ke dokter.
Tindakan yang dilakukan oleh pa
bel XI. Tindakan yang dilakukan responden pasien j
diperoleh tidak dapat dilayani apotek karena resep tidak lengkap atau
No Tindakan Persentase (n=105) 1 Kembali ke dokter 75,24% 2 Meminta apotek menghubungi dokter 18,10% 3 Mencari apotek lain 3,81% 4 Apoteker harus bisa membaca resep dokter 2,86%
Total 100,00%
Berdasarkan tabel XI tindakan yang dilakukan sebagian besar responden pasien
atau mbali ke dokter. Beberapa
mer
jika resep yang diperoleh tidak dapat dilayani apotek karena resep tidak lengkap
tulisan tidak terbaca/tidak jelas adalah ke
responden pasien berpendapat dengan kembali ke dokter yang menuliskan resep
eka bisa mendapatkan penjelasan dari dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Rangkuman Pembahasan
Dari hasil pengamatan, secara umum rsepsi dokter dan apoteker mengenai
kelen embacaan tulisan dalam resep menunjukkan
poteker terutama pada pertanyaan tertutup, responden mempunyai
kecen
sep harus memuat identitas dokter, resep harus mencantumkan aturan pakai,
tulisa dengan jelas dan tulisan tidak jelas harus
empunyai jawaban yang sama atas pernyataan tersebut.
A
nama ai/cara pakai, nama pasien,
persentase terbesar responden dokter mengenai aspek kelengkapan resep yang
sponden apoteker adalah tidak ada aspek kelengkapan resep yang dianggap
tidak adanya persamaan persepsi
Hal itu dapat dicapai antara lain dengan adanya persamaan metode pembelajaran
genai
alama
pe
gkapan resep dan kemudahan p
kesamaan. Hal tersebut bisa dilihat dari jawaban kuisioner responden dokter dan
a
derungan yang sama dalam menjawab setiap pernyataan. Pernyataan tentang
re
n dalam resep harus dapat dibaca
dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter semua responden(100%)
m
spek kelengkapan resep meliputi identitas dokter, tanggal penulisan resep,
obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pak
umur, alamat dan berat badan. Berdasarkan tabel XII di bawah bisa dilihat bahwa
dianggap tidak penting adalah pada berat badan sedangkan persentase terbesar
re
penting(semua penting). Oleh karena itu, perlu
antara dokter dan apoteker tentang kelengkapan resep demi kepentingan pasien.
antara dosen fakultas farmasi dengan dosen fakultas kedokteran men
kelengkapan resep sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Aspek
t antara responden dokter dan apoteker mempunyai persentase yang sama;
aspek berat badan, alamat dan berat badan mempunyai perbedaan persentase yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
agak besar antara dokter dan apoteker. Perbedaan persentase yang paling besar
antar
elengkapan resep yang dianggap tidak penting(semua penting) sebesar 51,17%.
Tabel XII. Perbandingan persentase antara responden dokter dan responden
ak penting
a responden dokter dan apoteker adalah pada tidak adanya aspek
k
apoteker mengenai aspek kelengkapan resep yang dianggap tid
No
Aspek kelengkapan resep yang
dianggap tidak penting
Persentase responden
dokter(n=43)
Persentase responden
apoteker(n=43) 1 Alamat 6,98% 6,98% 2 Berat badan 46,51% 6,98% 3 Alamat dan berat badan 9,30% 0% 4 Alamat dan umur 0% 2,33% 5 Alamat dan kekuatan obat 0% 2,33% 6 Berat badan dan umur 2,33% 0% 7 Kekuatan obat, alamat dan berat
badan 2,33% 0%
8 Tidak ada (semua penting) 30,23% 81,40% 9 Tidak menjawab 2,33% 0% TOTAL 100,00% 100,00%
Keterangan:
= persentase tertinggi responden dokter
=
persentase tertinggi responden apoteker
Untuk responden pasien, sebagian besar berpendapat bahwa resep yang mereka
terima dari dokter, tidak jelas dan tidak terbaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
asien mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan Pembacaan Tulisan dalam
Resep
i:
. Persepsi dokter mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan
tuli
kel
bahwa berat badan penting untuk pasien pediatri tapi tidak penting untuk
p
ditulisnya dokter berpendapat jika t lisan dalam resep harus ditulis dengan
jelas agar mudah dalam pembacaannya dan tidak menimbulkan kesalahan
dalam peresepan walaupun karena keterbatasan waktu dan banyaknya pasien
menuntut dokter untuk menulis cepat sehingga tulisan jadi tidak mudah dibaca
oleh pihak apotek atau pasien.
2. Persepsi apoteker mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan
tulisan dalam resep (legibility) menyatakan bahwa semua aspek dalam
kelengkapan resep itu penting dan mengenai kemudahan pembacaan resep,
persentase resep yang dilayani oleh apotek yang tulisannya tidak jelas/tidak
terbaca oleh apoteker dalam 1 bulan terakhir yang persentasenya kurang dari
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Persepsi Dokter, Apoteker dan
P
(Legibility) di Kabupaten Sleman, dapat disimpulkan beberapa hal berikut
in
1
san dalam resep (legibility) yang ditulisnya adalah semua aspek
engkapan resep itu penting tapi sebagian besar (46,51%) berpendapat
asien dewasa. Sedangkan mengenai kemudahan pembacaan resep yang
u
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10% sebanyak 55,81%; 27,91% tidak ada; antara 11-20% sebanyak 11,63%,
dan lebih dari 21% sebanyak 4,65%.
3. Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan
tuli d
resep itu perlu dan mengenai kemudahan pembacaan tulisan dalam resep
sebagian besar (53,33%) setuju bahwa tulisan dokter dalam resep yang mereka
teri
B. Saran
ri penelitian ini adalah :
1. n lanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan topik yang sama, bila
r dengan wawancara langsung dengan responden tetapi dalam lingkup
il yang lebih luas.
2. r ila
dok de
resep (leg
3. Perlu adanya persamaan persepsi antara dokter dan apoteker mengenai
kelengkapan resep demi kepentingan pasien.
4. Perlu adanya persamaan persepsi antara dosen fakultas kedokteran dengan
fakultas farmasi mengenai kelengkapan resep sesuai peraturan perundang-
und an
san alam resep (legibility), responden menyatakan bahwa kelengkapan
ma kurang jelas/tidak terbaca.
Saran yang dapat diberikan da
U
pe
w
Pe
tuk se
lu
ayah
lu d kukannya penelitian tentang korelasi antara persepsi responden
ter ngan kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan tulisan dalam
ibility)
ang yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
A ri dan Praktek, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
A RI No 26 Menkes/ Per/ 1981, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan No 922/ MENKES/ SK/ X/ 1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Departemen
m, 1994, Guide to Good Prescribing, diterjemahkan oleh Zunilda S.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
A tan Republik Indonesia No 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas PerMenKes RI No
uan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1027/ MENKES/ SK/ IX/
2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Menkes RI,
A donesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2004c, Undang-undang Republik Indonesia No 29 tentang Praktik
Kedokteran, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2006, Tenaga dan Sarana Pelayanan Kesehatan Berijin di Kabupaten
an, Yogyakarta.
Azwar, S., 2003, Penyusunan Skala Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. B rsepsi terhadap Faktor Internal
Perusahaan dengan Motivasi Kerja Karyawan PT. Columbia cabang Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Cohen, M.R., 1991, Causes of Medication Error, in: Cohen, M.R., (Ed), Medication Error, American Pharmaceutical Association, Washington, DC.
nief, M., 1999, Ilmu Meracik Obat – Teo
nonim, 1981, Keputusan Menteri Kesehatan
Kesehatan RI, Jakarta.
AnoniBustami, Penerbit ITB, Bandung.
nonim, 2002, Keputusan Menteri Keseha
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketent
Jakarta.
nonim, 2004b, Standar Kompetensi Farmasis In
Sleman periode Februari 2006, Dinas Kesehatan Kabupaten Slem
udirahayu, C.A., 2003, Hubungan antara Pe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Erlan, M., 2004, Persepsi Pasien terhadap Peran Apoteker Pengelola Apotek
sebagai Pemberi Informasi Obat di Apotek Kota Yogyakarta, Skripsi, akultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
rdjono, A.M., 2002, Pekerja Profesional, Kanisius, Yogyakarta.
rlock
Joenoes, N.Z., 1995, University Press, Surabaya.
rton
Nawawi, H.,2003, Metode Penelitian Bidang Sosial, cetakan sepuluh, UGM Press, Yogyakarta.
NurdinAnak di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Februari - April 2003 (Ditinjau dari Aspek Transcribing: Kesulitan Membaca Tulisan pada Resep dan Kesulitan Membaca Penulisan Angka Desimal), Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta.
Error dalam Resep Pediatri di 10 A
mbaca Resep yang menanganinya (Tinjauan Aspek Kelengkapan dan K
., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dalam K
iyanttahun XXV.
wati, F., 2001, Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas/Kelengkapan Resep di Apotek-Apotek Kotamadya Yogyakarta, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
F Ha
Hu
, E.B., 1999, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta.
Ars Prescribendi Resep yang Rasional, jilid 1, Airlangga
Ka
o, K., 1977, Psikologi Wanita, Alumni, Bandung.
, F., Medication Error 2005, Studi Potensial pada Peresepan di Bangsal
Pramudiarja, U., 2006, Potensi Medication
potek di Kota Yogyakarta periode Januari-Maret 2006 dan Persepsi Pe
eterbacaan Resep), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pratiknya, A.W
ancah Penelitian, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. Pr o, 1999, Turunkan Harga atau Rasionalkan Penggunaan Obat, Medika no.
7 Rahma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rahmawati, F., Oetari, RA., dan Mulyaningsih, K., 2004, Tingkat Efisiensi System Distribusi Unit Dose pada Bangsal Bougenvil Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, Risalah Seminar Nasional Hasil Penelitian Fakultas Farmasi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta.
Sarwono, S., 1983, Teori-teori Psikologi Sosial, PT Raja Grafindo, Jakarta. Simbolon, R.T, 2005, Persepsi Pembaca Resep Mengenai Resep yang Berpotensi
Menyebabkan Medication Error di Apotek di Kota Yogyakarta Periode as Farmasi USD, Yogyakarta.
Wardoyo, Y.S., 2002, Hubungan antara Pria terhadap Tampilan Fisik Wanita
Seksual, Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Walgito, B.,2002, Pengantar Psikologi Umum, ANDI, Yogyakarta.
WidObat Untuk Pediatri Yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error Di 10 Apotek Kota Yogyakarta Dan 2 Rumah Sakit Di Yogyakarta, Laporan Penelitian, LPPM USD – Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Wijayanti, R.I., 2005, Persepsi Dokter tentang Peran Apoteker di Apotek di Kota
Magelang periode Juni-September 2005, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Januari-Februari 2005, Skripsi, Fakult
dengan Intensi Melakukan Pelecehan
ayati, A., Hartayu, T.S., 2006, Kajian Kelengkapan Resep dan Kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Data hasil persepsi responden
DATA PE
ernyataan No
1 P 2 P 3
P 4
P
P
P
P
P
P 1
P 1
P 1
P 13
P 14
P 15
RSEPSI DOKTER
P P
5 6 7 8 9 0 1 2
1 1 1 1 1 2 2 2 1 5 1 5 1 41 42 1 4 2 4 2 4 2 2 4 2 4 2 31 43 1 5 1 4 2 5 2 2 5 2 4 1 51 54 1 5 1 5 3 3 1 3 5 1 4 1 41 15 1 5 1 5 1 5 2 1 5 1 5 1 41 56 1 5 1 5 4 5 2 1 5 1 5 1 51 57 1 5 1 4 2 5 3 2 5 1 5 1 32 58 1 4 1 3 3 4 3 1 5 1 5 1 41 49 1 5 1 5 2 5 2 1 5 1 5 1 51 5
10 1 5 1 5 2 4 2 2 4 2 4 1 41 411 1 5 1 5 2 5 2 1 5 1 5 1 51 512 1 5 1 5 2 4 2 2 4 2 4 1 41 413 2 5 2 4 2 4 2 2 5 2 5 1 21 514 1 5 1 3 1 1 5 1 5 1 5 1 51 515 1 4 1 4 2 4 2 1 4 1 4 1 41 416 2 4 1 4 2 4 3 1 4 1 5 1 41 417 1 5 1 3 1 1 3 1 5 1 5 1 51 518 1 5 1 5 1 5 1 2 4 2 4 1 11 519 1 4 1 3 3 4 3 1 4 1 4 1 41 420 1 5 1 4 2 4 2 2 5 2 5 2 21 521 1 5 1 4 4 4 2 1 5 1 4 1 31 522 1 4 1 3 3 4 3 1 4 1 4 1 41 423 1 5 1 4 2 5 1 1 5 1 5 1 31 524 1 4 1 4 3 4 3 1 4 1 4 1 41 425 1 5 1 5 2 4 1 1 5 1 5 1 51 526 1 4 1 4 2 4 1 1 4 1 4 1 41 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan No
P 1
P 2
P 3
P 4
P 5
P 6
P 7
P 8
P 9
P 10
P 11
P 12
P 13
P 14
P 15
1 5 1 5 1 5 2 5 41 2 4 2 427 228 1 4 5 2 41 5 1 2 1 4 2 4 1 429 1 4 1 5 1 5 2 5 2 1 5 2 4 1 530 5 4 1 5 2 5 2 1 5 1 5 1 41 131 4 4 1 4 2 5 2 1 5 1 4 1 41 132 4 4 1 4 2 4 2 2 4 2 4 1 41 233 4 4 1 5 2 4 2 1 5 2 4 1 41 134 4 4 1 4 3 4 2 2 5 1 4 1 41 135 4 4 1 4 2 4 2 1 4 1 5 1 41 236 5 4 1 4 2 4 2 1 4 2 5 2 41 137 5 4 1 4 2 4 2 2 4 2 5 1 21 138 4 4 1 4 2 5 2 2 5 2 5 2 21 139 4 4 1 5 2 5 3 2 5 2 5 1 21 240 4 5 1 5 2 4 2 2 5 2 5 2 41 241 4 5 1 5 2 4 2 2 5 2 5 2 41 242 4 5 1 4 2 4 2 2 5 2 4 2 41 143 4 4 2 4 2 4 2 2 4 2 4 2 41 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DATA PERSEPSI APOTEKER
o
1
2
3
P
P
1
1
1
1
1
Pernyataan N
P
P
P
P
4 P
5 P
6 P
7
8 9 P
0 P
1 P
2 P
3 P
4 P
15
1 2 51 5 1 5 1 5 1 1 5 1 5 1 52 1 51 5 1 5 1 5 1 1 5 1 5 2 53 2 41 5 2 4 2 4 2 2 4 2 4 2 24 2 41 5 2 5 2 5 2 2 4 2 4 2 45 2 51 5 1 5 1 5 1 1 5 1 5 2 26 2 41 5 1 5 1 5 2 2 4 2 5 3 37 1 41 4 1 4 1 4 2 1 4 1 4 2 48 2 41 5 1 5 2 5 2 1 5 1 5 1 39 1 51 5 1 5 1 5 2 1 5 1 5 1 5
10 1 51 5 1 5 1 5 1 1 5 1 5 1 511 2 41 4 1 5 1 4 2 1 5 1 5 2 412 2 41 5 1 5 1 4 1 1 5 2 5 2 413 2 41 5 2 5 1 4 2 2 4 2 4 2 414 2 41 5 1 5 1 5 1 1 5 1 5 2 215 2 41 5 1 5 1 3 2 2 5 1 4 2 416 2 51 5 1 5 1 5 1 1 5 1 5 2 517 2 42 4 2 5 1 4 1 1 5 1 4 2 418 2 51 5 2 5 1 5 1 1 5 1 4 2 419 2 51 4 2 5 1 5 2 1 4 1 4 1 220 2 41 4 1 5 1 5 2 1 5 1 5 2 421 2 51 5 1 5 1 4 2 1 4 2 4 2 422 1 51 5 1 5 1 5 1 1 5 2 5 1 523 2 51 5 2 5 1 5 1 2 2 1 4 4 424 1 51 5 1 5 1 5 1 1 5 1 5 1 225 2 51 4 1 5 1 4 1 2 4 1 4 2 426 2 41 4 1 5 1 4 2 1 4 1 4 2 427 1 51 5 1 5 1 4 1 1 5 1 5 1 428 1 51 5 1 5 1 5 1 1 5 1 5 2 529 1 5 1 5 1 4 2 5 2 1 5 1 5 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan No
1
2
P
P
6
7
8
9
0
1
2
3
P
P
P
3
4
5 P
P
P
P
P 1
P 1
P 1
P 1
P 1
4 P
15
30 5 1 5 1 1 5 1 5 1 51 5 1 5 131 5 2 5 1 1 5 1 5 1 41 4 1 5 132 4 2 5 1 2 5 2 5 2 21 5 1 5 133 4 2 5 2 2 4 2 4 2 42 4 2 5 234 5 1 5 2 1 5 1 5 2 41 5 1 5 135 5 1 5 1 1 5 1 5 1 51 5 1 5 136 5 1 4 1 1 5 1 5 1 41 4 1 5 137 5 2 5 1 2 4 2 4 2 31 5 1 5 138 4 2 5 1 1 4 1 5 1 41 2 1 5 139 5 1 4 2 1 5 1 4 2 41 5 2 5 140 5 1 5 1 1 5 1 5 1 11 5 1 5 141 2 1 4 2 1 4 2 4 3 22 5 4 4 242 5 1 5 2 2 4 1 4 1 41 5 1 5 143 5 2 5 1 2 5 2 4 2 42 4 1 4 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DATA PERSEPSI PASIEN
a NO
P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 P 16 Perny taan P 1 P 2
1 2 1 4 2 5 1 2 2 3 2 1 4 2 3 2 2 2 3 3 4 2 5 1 2 2 2 2 4 2 4 2 1 4 3 1 1 5 1 5 1 1 2 4 1 2 4 2 3 1 4 4 1 1 5 1 5 2 1 4 4 2 2 2 4 3 1 5 5 2 2 4 2 4 2 1 4 4 2 1 4 1 4 2 4 6 4 1 4 1 4 2 2 3 4 2 2 4 2 4 2 4 7 4 4 4 4 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 4 2 4 2 2 3 3 2 2 4 2 4 2 5 9 1 1 1 2 1 2 1 4 4 2 1 4 2 4 2 1 10 2 1 3 2 4 1 2 2 2 1 3 2 4 2 1 2 11 2 1 4 1 4 1 1 1 4 1 1 4 2 4 3 4 12 2 1 5 2 5 1 1 1 4 2 3 3 3 4 4 5 13 2 1 5 1 5 1 1 1 4 1 1 4 1 4 2 2 14 4 2 4 2 4 2 2 3 4 2 1 4 2 3 1 3 15 2 5 4 2 2 1 2 5 5 1 2 2 1 4 2 1 16 4 2 4 2 5 1 1 2 4 2 2 4 2 4 2 5 17 1 2 5 1 4 1 1 3 2 1 1 5 2 1 1 1 18 2 2 5 2 4 2 2 2 2 1 2 5 2 4 2 1 19 1 2 5 4 5 1 2 2 2 2 1 4 1 5 4 1 20 1 2 5 2 5 1 2 2 4 2 1 2 2 5 2 4 21 2 1 5 1 5 1 1 1 2 1 4 2 4 2 1 5 22 1 2 4 2 4 1 2 4 2 1 1 3 2 5 1 2 23 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 5 1 5 1 1 24 2 1 4 1 5 1 1 3 4 3 2 2 3 5 1 1 25 2 1 5 1 4 1 1 3 4 1 4 2 2 4 1 5 26 1 2 2 4 4 1 1 4 2 3 2 4 2 4 1 2 27 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 28 1 2 5 2 5 2 2 2 4 1 1 5 1 5 1 5 29 4 1 4 2 4 2 1 2 4 3 2 4 2 4 2 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyata NO
P 1 P 2 P 3 P 6 P 9 P P Pan P 4 P 5 P 7 P 8 P 10 P 11 P 12 13 14 P 15 16
30 1 1 4 1 3 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 4 31 1 1 5 1 2 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 5 32 4 2 4 1 2 2 4 2 2 1 1 1 4 1 2 5 33 2 1 4 1 3 2 3 1 1 3 1 1 4 2 2 4 34 2 1 4 1 3 1 3 1 1 3 1 1 5 1 1 4 35 1 1 5 1 4 1 5 1 1 4 1 1 1 2 2 5 36 2 1 4 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 2 1 5 37 2 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 4 38 1 2 4 2 3 2 4 2 2 2 4 2 3 2 2 2 39 2 2 4 2 3 4 2 2 1 4 4 2 4 4 4 2 40 2 2 4 2 5 1 4 2 2 2 4 2 3 2 1 4 41 1 2 4 1 4 2 4 2 1 2 4 1 2 1 1 4 42 1 1 4 2 2 4 2 4 5 2 4 2 3 1 1 4 43 1 2 4 2 1 4 2 4 4 2 5 2 2 1 1 5 44 2 1 2 1 4 2 4 1 2 5 4 2 2 3 2 4 45 2 2 2 2 4 2 4 2 2 4 4 2 3 3 2 4 46 1 2 1 1 4 1 4 1 5 2 2 1 1 1 1 5 47 2 2 2 4 4 2 1 5 1 4 2 2 2 1 4 2 48 1 2 2 2 2 4 1 1 2 4 4 2 2 2 1 5 49 2 2 2 4 2 5 1 5 1 5 4 1 1 1 1 4 50 5 2 2 4 2 4 2 5 5 2 4 2 4 2 4 2 51 1 1 1 1 5 2 1 2 2 5 5 1 1 1 1 4 52 2 1 2 2 4 2 4 4 2 4 4 2 1 1 1 4 53 2 2 2 2 4 2 4 2 4 4 5 2 3 2 2 2 54 4 2 4 2 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 4 4 55 4 2 4 2 2 4 2 4 2 2 2 3 2 2 4 5 56 2 2 4 2 4 2 2 2 4 2 2 4 2 4 2 4 57 4 2 4 2 4 2 2 3 4 3 2 2 4 2 4 4 58 2 2 4 2 5 2 2 3 4 2 2 4 2 4 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
NO
Pernyataan P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 P 16 P 9
59 2 3 2 4 2 4 2 2 4 2 4 2 4 2 4 2 60 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 4 2 4 2 4 2 61 2 3 4 2 2 4 4 2 4 4 2 4 2 4 1 2 62 2 3 4 2 2 4 4 2 4 2 2 4 2 4 2 2 63 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 64 2 3 4 2 2 4 4 2 2 2 2 4 2 4 2 1 65 2 2 4 2 2 4 22 2 1 2 4 2 4 2 1 66 4 2 1 2 4 2 22 2 4 2 4 1 1 2 4 67 4 2 1 2 4 2 24 1 4 2 4 1 1 4 5 68 2 2 4 2 4 1 2 3 2 1 1 3 2 2 2 2 69 2 1 4 2 4 2 1 2 4 2 1 5 1 5 1 1 70 2 2 4 2 4 1 2 3 4 4 2 2 2 4 2 4 71 2 2 4 1 4 2 2 2 5 2 2 4 2 4 1 2 72 2 1 4 1 4 1 1 2 5 2 2 5 2 4 1 4 73 2 1 4 1 5 1 2 2 4 2 2 2 2 4 1 2 74 2 2 4 1 5 1 1 4 4 2 1 4 2 2 1 4 75 2 1 4 1 5 1 2 3 4 2 2 4 2 2 1 4 76 2 1 4 1 5 2 1 2 4 2 1 4 2 4 2 2 77 2 1 4 1 4 1 1 2 4 2 2 4 2 4 2 4 78 4 1 4 1 4 1 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 79 5 2 1 2 2 2 2 22 2 5 1 4 1 1 2 80 2 1 4 2 5 1 1 2 4 2 1 2 2 4 1 2 81 2 1 4 2 5 1 1 4 4 2 2 2 1 4 1 2 82 2 1 4 1 4 1 1 2 4 1 1 4 2 2 1 2 83 2 1 4 1 5 1 2 2 4 2 1 2 2 2 1 2 84 2 1 4 2 4 1 2 2 4 2 1 2 1 4 2 4 85 2 1 4 2 4 1 1 2 4 2 1 5 2 2 1 4 86 2 1 4 2 4 1 1 4 4 2 1 2 1 2 1 2 87 2 1 4 2 4 2 2 2 4 2 1 4 2 2 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan NO
P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 P 16
88 4 1 1 4 1 1 4 2 4 3 4 2 1 4 1 1 89 3 2 2 2 1 3 2 4 2 1 2 2 1 4 1 2 90 5 2 4 4 2 1 4 2 4 2 1 1 1 4 2 1 91 5 1 5 4 1 2 4 1 3 1 5 5 2 5 2 1 92 1 5 1 2 34 1 2 4 2 1 4 1 5 1 1 93 3 4 2 2 2 12 2 2 2 4 4 2 5 1 2 94 5 5 1 5 3 15 1 2 4 1 5 2 5 1 1 95 1 4 2 4 3 5 12 1 1 2 2 2 4 1 2 96 2 5 1 1 2 2 12 1 2 4 5 1 5 1 1 97 2 5 1 1 1 4 1 1 4 2 2 1 5 1 1 4 98 1 5 2 2 2 4 2 2 5 2 4 2 5 1 1 2 99 1 5 4 2 2 2 2 4 1 5 4 1 2 5 1 1
100 1 5 1 1 3 2 1 5 2 1 1 1 2 4 2 1101 2 4 2 2 5 5 1 2 2 1 4 2 1 2 4 1102 4 4 2 2 3 4 2 1 4 2 3 1 3 2 4 2103 4 4 2 1 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 5 1104 4 5 1 1 1 5 1 2 3 2 2 2 2 1 5 1105 3 5 1 1 1 5 2 2 1 2 2 1 1 5 1 1
rangan: P = Pernyataan P = Pernyataan P = Pernyataan P = Pernyataan P = Pernyataan
= Pernyataan 6 P 7 = Pernyataan 7 P 8 = Pernyataan 8 P 9 = Pernyataan 9
1 2 3 4 5
Kete
1 2 3 4 5
P 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P 10 = Pernyataan 10 P 11 = Pernyataan 11 P 12 = Pernyataan 12 P 13 = Pernyataan 13 P 14 = Pernyataan 14 P 15 = Pernyataan 15 P 16 = Pernyataan 16 1 = Sangat set2 = Setuju 3 = Ragu-ragu 4 = Tidak setu5 = Sangat tidak setuju
uju
ju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LA
asp
di tempat
ng
hu tian saya un k gas akhir (skripsi) di Fakultas
yang berjudul “PERSEPSI
DOKTER, APOTEKER DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP N CAAN TULISA DALAM RESEP (LEGIBILITY)“ ka r un k erkenan membantu saya dalam
pengisian kuisioner. Bersama ini saya lampirkan pula: Ijin penelitian
Jawab kan sang an d
penelitian ini. Semua jawaban Dokter semata – mata de entin litian
esar harapan saya para Dokter mendukung
asilnya nanti dapat bermanfaat bagi peningkatan
hatan khususnya kefarmasian.
Yogyakarta, Januari 2007.
Peneliti,
Bintari Marbudiana C.
MPIRAN 2. KUISIONER
Kep da Yth. Re onden (Dokter)
De an hormat,
Se bungan dengan peneli tu tu
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
DA KEMUDAHAN PEMBA N
ma saya mohon bantuan Dokte tu b
an Dokter a at memb tu saya alam mengumpulkan data
mi kep
gan pene
dan akan dirahasiakan.
Demikian permohonan saya, b
penelitian saya ini, sehingga h
pelayanan kese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Kuisioner Persepsi Keterbacaa
Dokter Men nai Aspek Kelengkapan Resep dan n Resep
Jawaban
ge
No Pertanyaan 1 Nama (dapat tidak diisi) :
2 Umur (th) :
3 Jenis kelamin :
4 spesialisasi : Umum / spesialis....................
5 Tahun lulus Fakultas Kedokteran :
6 Lamanya praktek (tahun)
:
7 Praktek di berapa tempat :
8 Rata – rata pasien/hari/tempat praktek
:
No
SS S R TS STS gat ak
Setuju)
Pernyataan (Sangat Setuju)
(Setuju) (Ragu – ragu)
(Tidak Setuju)
(SanTid
1 Resepidentitas dokter
harus memuat
2 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan
3 Resep harus memuat identitas pasien
4 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat
5 Resep harus mencantumkan aturan pakai
6 Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll)
7 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien
8 Resep tidak perlu mencantumkan nama dan alamat pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter
10 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas
11 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas
12 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas
13 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter
14 Jika tulisan dalam resep tdak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter
15 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter
Mohon mengisi jawaban di bawah ini, untuk menyampaikan komentar/pendapat tentang: 1. Aspek kelengkapan resep pada dasarnya meliputi: identitas dokter, tanggal
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/cara pakai, nama pasien, umur, alamat, berat badan. Manakah yang dokter anggap tidak penting? Mengapa?
2. Apa pendapat / komentar dokter mengenai tulisan dokter dalam resep yang tidak jelas?
3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi ketidaklengkapan penulisan
resep?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kepada Yth. Responden Apoteker Pengelola Apotek (APA) Di Kabupaten Sleman Dengan hormat, Sehubungan dengan penelitian saya untuk tugas akhir (skripsi) di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “PERSEPSI
DOKTER, APOTEKER DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP DAN KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM RESEP (LEGIBILITY)“ maka saya mohon bantuan Bapak/Ibu Apoteker untuk berkenan membantu saya
dalam pengisian kuisioner. Bersama ini saya lampirkan pula: Ijin penelitian
Jawaban Bapak/Ibu Apoteker akan sangat membantu saya dalam mengumpulkan
data penelitian ini. Semua jawaban Bapak/Ibu Apoteker semata – mata demi
kepentingan penelitian dan akan dirahasiakan.
Demikian permohonan saya, besar harapan saya Bapak / Ibu Apoteker
mendukung penelitian saya ini, sehingga hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi
peningkatan pelayanan kefarmasian.
Yogyakarta, Januari 2007
Peneliti,
Bintari Marbudiana C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kuisioner Persepsi Apoteker Mengenai Aspek Kelengkapan Resep dan Keterbacaan Resep
No Pertanyaan Jawaban 1 Nama (dapat tidak diisi) :
2 Umur (th) :
3 Jenis kelamin :
4 Tahun lulus Apoteker :
5 Pendidikan terakhir :
6 Lamanya menjadi APA :
7 Rata – rata lembar resep / hari
:
No
Pernyataan SS
(Sangat Setuju)
S (Setuju)
R (Ragu –
ragu)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak
Setuju) 1 Resep harus memuat
identitas dokter
2 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan
3 Resep harus memuat identitas pasien
4 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obat
5 Resep harus mencantumkan aturan pakai
6 Resep tidak perlu mencantumkan kekuatan obat (Contoh: 10 mg, 20 mg, dll)
7 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien
8 Resep tidak perlu mencantumkan nama dan alamat pasien
9 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas
11 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas
12 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas
13 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter
14 Jika tulisan dalam resep tdak dapat dibaca jelas maka apoteker harus menghubungi dokter
15 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca dengan jelas maka apoteker harus meminta pasien kembali ke dokter
Mohon mengisi jawaban di bawah ini, untuk menyampaikan komentar/pendapat tentang: 1. Aspek kelengkapan resep pada dasarnya meliputi: identitas dokter, tanggal
penulisan resep, nama obat, jumlah obat, kekuatan obat, aturan pakai/cara pakai, nama pasien, umur, alamat, berat badan. Manakah yang Bapak / Ibu Apoteker anggap tidak penting? Mengapa?
2. Jika terdapat resep yang tidak lengkap, tindakan apakah yang Bapak / Ibu Apoteker lakukan?
3. Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa persenkah resep yang tulisannya tidak
jelas / tidak terbaca? 4. Jika terdapat resep yang tulisannya tidak jelas / tidak terbaca, tindakan apa yang Bapak/Ibu Apoteker lakukan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kepada Yth. Responden / pasien di tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penelitian Saya untuk tugas akhir (skripsi) di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “PERSEPSI
DOKTER, APOTEKER DAN PASIEN MENGENAI KELENGKAPAN RESEP DAN KEMUDAHAN PEMBACAAN TULISAN DALAM RESEP (LEGIBILITY)“ maka saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk berkenan membantu saya dalam
pengisian kuisioner. Bersama ini saya lampirkan pula: Ijin penelitian
Jawaban Bapak/Ibu akan sangat membantu saya dalam mengumpulkan data
penelitian ini. Semua jawaban Bapak/Ibu semata – mata demi kepentingan
penelitian dan akan dirahasiakan.
Demikian permohonan saya, besar harapan saya Bapak / Ibu mendukung
penelitian saya ini, sehingga hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya kefarmasian.
Yogyakarta, Januari 2007
Peneliti,
Bintari Marbudiana C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Kuisioner Persepsi Pasien Mengenai Aspek Kelengkapan Resep dan Keterbacaan Resep
No Pertanyaan Jawaban 1 Nama (dapat tidak diisi) :
2 Umur (th) :
3 Jenis kelamin :
4 Pendidikan terakhir :
No Pernyataan SS (Sangat Setuju)
S (Setuju)
R (Ragu –
ragu)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak
Setuju) 1 Tulisan dokter dalam resep
yang saya peroleh, tidak jelas dan tidak terbaca
2 Resep harus memuat identitas dokter
3 Resep tidak perlu mencantumkan tanggal penulisan
4 Resep harus memuat identitas pasien
5 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obanya, cukup nama obatnya saja
6 Resep harus mencantumkan aturan pakai obat
7 Resep harus mencantumkan nama pasien
8 Resep harus mencantumkan berat badan dan umur pasien
9 Resep tidak perlu mencantumkan alamat pasien
10 Resep harus mencantumkan tanda tangan dokter
11 Tulisan dalam resep harus ditulis dengan jelas agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan resep di apotek
12 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak jelas agar tidak sembarang orang bisa membacanya
13 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca dengan jelas
14 Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar tidak mudah ditiru
15 Apoteker di apotek harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep walaupun secara umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca
16 Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh apoteker di beberapa apotek maka pasien harus kembali ke dokter
Mohon diisi dengan jawaban yang singkat dan jelas, terimakasih. Jika resep yang anda peroleh tidak dapat dilayani apotek karena resep tidak lengkap atau tulisan dokter tidak terbaca / tidak jelas, tindakan apa yang anda lakukan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul ”Persepsi dokter, apoteker dan
pasien mengenai kelengkapan resep dan kemudahan
pembacaan tulisan dalam resep (legibility) di Kabupaten
Sleman periode Januari – Februari 2007” bernama Bintari
Marbudiana C., merupakan putri dari pasangan Bapak Sukadi
dan Ibu Siti Rahayu yang lahir di Wonogiri, 11 Maret 1981.
Pendidikan yang ditempuh, yaitu taman kanak-kanak Bulusulur II. Penulis
melanjutkan di Sekolah Dasar Purworejo I hingga tahun 1993, lalu melanjutkan ke
SMP Negeri 2 Wonogiri hingga tahun 1996. Tahun 1999 lulus SMA Negeri 1
Wonogiri dan penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta sampai sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI