fakultas ekonomi universitas sebelas maret …/analisis...ii analisis kinerja dan potensi pajak...

115
ii ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Diajukan guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : HAJAR SOLIKAH F0106042 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: dothuy

Post on 27-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ii

ANALISIS KINERJA DAN POTENSI

PAJAK PENERANGAN JALAN DI KABUPATEN

KARANGANYAR

Skripsi

Diajukan guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

HAJAR SOLIKAH

F0106042

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

iii

iv

v

MOTTO

“Pelajarilah ilmu”

Barangsiapa mempelajarinya karena ALLAH, itu Taqwa.

Menuntutnya, itu Ibadah.

Mengulang-ulangnya, itu Tasbih.

Membahasnya itu Jihad.

Mengajarkanya kepada orang yang tidak tahu, itu Sedekah

Memberikannya kepada ahlinya, Itu mendekatkan diri kepada Tuhan

(Abusy Syaikh Ibnu Hibban dan Ibnu Abdil Barr, Ilya Al-Ghozali)

Selalu bersikap tulus dalam memberi bantuan,

tanpa pernah mencoba mengungkit dan mempertanyanyakan kembali

kebaikan apa yang pernah kita perbuat pada seseorang

(penulis)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini Untuk :

Sang Maha Pencipta

Ibu dan Bapak ku tercinta

Adiku Anna Muslimah

Kakaku Winardi

Eko Mardiyanto

Almarhum Nenek

Seluruh keluarga besar

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT dengan segala

berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Kinerja

dan Potensi Pajak Penerangan Jalan” dapat diselesaikan oleh penulis. Penelitian ini

membahas mengenai kinerja salah satu jenis pajak daerah di Kabupaten Karanganyar

selam kurun waktu tahun 2005-2009 yaitu pajak penerangan jalan, selanjutnya adalah

menghitung potensi pajak tersebut untuk mengetahui efektivitas pemungutan pajak

penerangan jalan.

Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir di Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret, akan tetapi diharapkan skripsi ini juga dapat bermaanfaat bagi

masyarakat luas terutama mengenai pajak daerah dan kontribusinya terhadap

pendapatan asli daerah dan terhadap pembangunan daerah.

Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih atas segala bantuan

yang diberikan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi selama ini, yaitu

kepada :

1. Bapak Sumardi, SE. selaku pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu

dan pikiran dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Akt. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.si. selaku ketua jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

viii

4. Dra. Izza Mafruhah, M.si selaku sekretaris jurusan Ekonomi Pembangunan

Universitas Sebelas Maret.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi karena telah membagi ilmunya dan

memberi pembelajaran selama ini.

6. Bapak Drs. Sutomo, MS selaku Pembantu Dekan I dan sebagai pembimbing

akademik yang telah banyak memberikan saran dalam pengambilan mata kuliah

dan lain-lain.

7. Bapak Anwar Djatmadi, SE. selaku manajer UPJ PLN Karanganyar yang

memberikan kesempatan memperoleh data.

8. Seluruh jajaran pegawai PLN UPJ Karanganyar dan Palur atas bantuannya.

9. Orang tua, adik, kakak dan seseorang terkasih atas doa dan semangatnya.

10. Keluarga Pakde Tawi atas seluruh bantuanya selama ini.

11. Keluarga besar di Jawa Timur dan Karanganyar atas segala doa dan motivasinya

selama ini.

12. Sahabat-sahabat ku Vihi, Pipik, Shanti dan Berna atas bantuanya selama ini

13. Teman-teman yang tidak dapat kusebutkan semua yang selalu ada dan mengerti

keadaanku.

14. Seluruh staff pegawai administrasi di Fakultas Ekonomi

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan

akan tetapi diharapkan sebisa mungkin tidak mengurangi inti dari pembahasan

permasalahan, tujuan penelitian ini dan hasilnya yang merupakan gambaran yang

bersifat nyata dari obyek yang diteliti.

ix

Akhirnya segala kekurangan dan kesalahan adalah tanggung jawab penulis

dan apabila terdapat kebenaran semata karena ridho dan petunjuk Allah. Sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bermanfaat bagi

bersama dan dapat menjadi motivasi bagi pembangunan terutama daerah kita yang

hasilnya dapat dinikmati bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAKSI ............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah....................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah ............................................................................ 9

B. Keuangan Daerah .......................................................................... 12

C. Sumber Pendapatan Daerah .......................................................... 14

D. Produk Domestik Regional Bruto ................................................. 15

E. Teori Perpajakan ............................................................................ 17

1. Pengertian Pajak ........................................................................ 17

xi

2. Fungsi Pajak ............................................................................. 19

3. Prinsip Pemungutan Pajak ......................................................... 21

F. Pajak Daerah .................................................................................. 23

1. Timbulanya Pajak Daerah ......................................................... 23

2. Pengertian Pajak Daerah ........................................................... 25

3. Sistem Pemungutan Pajak Daerah ............................................. 28

G. Retribusi Daerah ........................................................................... 29

H. Batasan Pajak Penerangan Jalan ................................................... 30

1. Pengertian Pajak Penerangan Jalan ........................................... 30

2. Dasar Pengenaan Tarif .............................................................. 31

3. Subjek Pajak Penerangan Jalan ................................................. 32

4. Objek Penerangan Jalan ............................................................ 32

5. Sistem Pemungutan Pajak Penerangan Jalan ............................ 32

I. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 33

J. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 36

K. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 38

B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 38

C. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 38

D.Teknik dan Metode Analisis Data ................................................... 39

xii

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar ............................... 46

B. Analisis Data

1. Analisis Kinerja Pajak Penerangan Jalan ............................... 59

2. Analisis Potensi Pajak Penerangan Jalan ............................... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 84

B. Saran ........................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah ...................................................... 4

Tabel 1.2 Tabel Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Karanganyar

Tahun 2009 ........................................................................ 5

Tabel 3.1 Matrik Kinerja Pajak/Retribusi daerah. .............................. 42

Tabel 4.1 Jumlah Keluarga dan Penduduk dirinci menurut Jenis

dan Kecamatan Tahun 2008................................................. 48

Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Karanganyar

Tahun 2007-2008 ................................................................ 55

Tabel 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar

Harga Konstan Kabupaten Karanganyar

Tahun 2004- 2008 ............................................................... 56

Tabel 4.4 Inflasi Kab. Karanganyar 2004-2008 .................................. 58

Tabel 4.5 Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar

Tahun 2005-2009 ................................................................ 61

Tabel 4.6 Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar

Tahun 2005-2009 ............................................................... 62

Tabel 4.7 Target Pajak Daerah Kab. Karanganyar

Tahun 2005-2009 ................................................................ 62

Tabel 4.8 Realisasi Pajak Daerah Kab. Karanganyar

Tahun 2005-2009 ................................................................ 63

Tabel 4.9 Kontribusi Pajak Daerah Kab. Karanganyar

Tahun 2005-2009 ................................................................ 64

xiv

Tabel 4.10 Kontribusi Pajak penerangan Jalan (PJU)

Tahun 2005-2009 ................................................................ 66

Tabel 4.11 Kinerja Pajak Penerangan Jalan Tahun 2005-2009 ............ 69

Tabel 4.12 Kinerja Pajak Daerah Tahun 2005-2009 ............................. 70

Tabel 4.13 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pajak Penerangan

Jalan Tahun 2005-2009 ...................................................... 71

Tabel 4.14 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pos

Pajak Daerah Tahun 2005-2009 .......................................... 72

Tabel 4.15 Pertumbuhan Pajak Daerah Tahun 2005-2009 ................... 73

Tabel 4.16 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Rumah Tangga ......... 76

Tabel 4.17 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Bisnis........................ 77

Tabel 4.18 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Industri ..................... 78

Tabel 4.19 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Rumah Tangga ......... 79

Tabel 4.20 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Bisnis........................ 80

Tabel 4.21 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Industri ..................... 81

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pajak Penerangan Jalan ...................... 36

Gambar 4.1 Jumlah penduduk Kab. Karanganyar tahun 2004-2008 ....... 49

ii

ABSTRAKSI

HAJAR SOLIKAH

F0106042

ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN

DI KABUPATEN KARANGANYAR

Pajak penerangan jalan (PJU) adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik

dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang

rekeningnya dibayar oleh Pemerintah daerah. Secara garis besar penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui karakteristik obyek pajak penerangan jalan sebagai

pertimbangan layak tidaknya setoran pajak ke pemerintah Kabupaten Karanganyar,

mengetahui seberapa besar potensi dan kinerja pajak pajak penerangan jalan, yang

mempunyai kontribusi cukup besar bagi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD).

Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif untuk mengetahui gambaran

kinerja pajak penerangan jalan dan analisis kuantitatif yang digunakan untuk

mengkaji karakteristik obyek pajak dan perhitungan estimasi potensi pajak

penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar. Jenis data yang digunakan adalah data

sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Aset

Daerah (DPPKAD), Badan Pusat Statistik (BPS), dan PLN Unit Pelayanan Jaringan

(UPJ) Karanganyar dan Palur.

Berdasarkan penelitian tersebut kontribusi Pajak penerangan jalan terhadap

PAD pada tahun 2009 sebesar 29,65% dan kinerjanya pada tahun 2005-2008

tergolong prima dan pada tahun 2009 tergolong potensial. Untuk trend PJU untuk

lima tahun kedepan diperkirakan meningkat dari tahun ke tahun. Indeks coverage

ratio pajak penerangan jalan sebesar 52,29% artinya termasuk kriteria cukup baik

dalam proses pemungutanya.

Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah, Kinerja Pajak, Potensi Pajak Penerangan

Jalan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan

dari suatu daerah, akan tetapi untuk suatu daerah. Pembangunan daerah dapat

diartikan sebagai perencanaan untuk memperbaiki sumber daya publik yang

tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta

dalam menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung

jawab. Pengertian pembangunan adalah suatu proses yang multidimensional

yang melibatkan perubahan-perubahan yang mendasar dalam struktur sosial,

setiap masyarakat dan kelembagaan nasional, pengurangan kesenjangan

sosial dan pemberantasan kemiskinan absolut. Proses pembangunan harus

memiliki 3 (tiga) tujuan inti yaitu, (Todaro, 2000 : 23) :

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam

barang kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan kesehatan, dan

perlindungan keamanan).

2. Peningkatan standar kehidupan tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan, namun juga meliputi penambahan penyediaan lapangan

pekerjaan, perbaikan kualitas pendidikan serta peningkatan perhatian

atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan dimana semuanya tidak hanya

untuk memperbaiki kesejahteraan materil melainkan juga untuk

menumbuhkan jati diri pribadi, bangsa yang bersangkutan.

2

3. Perluasan pemilihan-pemilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

bangsa secara keseluruhan yakni membebaskan mereka dari sikap

ketergantungan.

Otonomi daerah dan pembagunan adalah suatu hal yang berkelanjutan. Pada

masa otonomi daerah Pemeritah Daerah diberi wewenang khusus untuk

mengelola potensi, dan hasilnya dapat digunakan seluas-luasnya demi

pembangunan daerah dan kemakmuran masyarakat tersebut. Untuk mencapai

tingkat pembangunan tentu diperlukan dana yang cukup tinggi, dalam hal ini

Pemda berperan mengelola potensi daerahnya untuk mendapatkan

pemasukan, dengan cara melalui mobilisasi masyarakat dari investasi yang

mempengaruhi Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah baik kabupaten, kota dan provinsi. Peranan

APBD setiap tahunnya terus diusahakan untuk semakin meningkat sesuai

dengan kebutuhan pengeluaran daerah.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah setidaknya membawa tiga

implikasi pokok (Linclon Arsyad, 1999 : 139) antara lain :

1. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistis memerlukan

pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan lingkungan nasional

secara nasional (vertikal dan horizontal) dimana daerah tersebut

merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antar keduanya

dengan konsekuensi akhir dan interaksi tersebut.

2. Perencanaan yang baik secara nasional belum tentu baik untuk digunakan

didaerah dan sebaliknya.

3

3. Perbedaan perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan

daerah dan pusat, selain itu derajat pengambilan kebijakan yang sangat

berbeda. Oleh karena itu, perencanaan daerah yang efektif harus bisa

membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat

dilakukan dengan menggunakan sumber daya yang dimilki agar diperoleh

manfaat maksimal.

Pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi diharapkan dapat

mempercepat kegiatan pembagunan yang berguna untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Peroses pelaksanaan

pembangunan daerah yang bertujuan demi kesejahteraan masyarakat, akan

tercapai apabila stabilitas nasional dapat berjalan berkelanjutan.

Pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk mendapat aspek pemerataan

yang berfungsi mempersempit kesenjangan pendapatan dan mengurangi

kemiskinan sehingga meningkatkan asas keadilan. Untuk itu melibatkan

peran masyarakat dalam pembangunan tentu sebuah keharusan, demi

menciptakan keharmonisan antara pemerintah daerah dan masyarakat. Peran

pemerintah daerah ditingkatkan agar dalam pembiayaan pembangunan

daerahnya tidak hanya tergantung pada subsidi atau dana alokasi yang

diberikan pemerintah pusat. Apabila hal itu terjadi maka secara tidak

langsung Pemda telah membatasi pembangunan itu sendiri.

Pembiayaan yang dilakukan pemerintah tidak hanya didapat dari

sektor-sektor unggulan ataupun dari pemberdayaan sektor swasta akan tetapi

didapat pula dari pungutan yang dilakuan oleh pemerintah kepada

4

masyarakat. Pungutan tersebut berupa retribusi atau pungutan yang dilakukan

secara langsung dan masyarakat dapat secara langsung menerima hasilnya,

dan pungutan lainya adalah berupa pajak daerah yang masyarakat tidak dapat

secara langsung menikmati pemanfaatanya. Kebijaksanaan dibidang

penerimaan daerah, berorientasi pada peningkatan kemampuan daerah untuk

membiayai urusan rumah tangga daerah sendiri, diprioritaskan pada

penggalian dan mobilisasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

disamping dari hasil pajak dan bukan pajak. Jenis pajak daerah kabupaten

atau kota yang dipungut antara lain pajak hotel, pajak restoran, pajak

reklame, pajak penerangan jalan dan pajak parkir dan pajak pengambilan

bahan galian golongan C. Pemilihan jenis pajak yang dipungut oleh daerah

propinsi atau kabupaten merupakan kewenangan yang dimiliki daerah

otonom, setelah diperbaharuinya Undang-Undang No. 34 Tahun 2000. Pajak

daerah merupakan salah satu pemberi kontribusi terbesar bagi komponen

pendapatan asli daerah, berikut ini dapat diuraikan :

Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Tahun Pajak daerah PAD Kontribusi

2005 13.158.093.041 34.302.564.901 38,36%

2006 14.543.182.743 46.052.120.123 31,58%

2007 19.053.558.538 56.927.110.040 33,47%

2008 21.874.872.161 64.455.300.801 33,93%

2009 21.664.560.819 66.967.520.033 32.35%

Sumber: DPPKAD Kabupaten Karanganyar, Tahun 2009

Berdasarkan realisasi komponen pajak daerah dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, akan tetapi pada tahun 2009

5

terdapat penurunan sebesar Rp 2.10.311.342 . Angka tersebut diperoleh dari

tahun 2008 ke tahun 2009, hal tersebut mungkin dikarenakan kinerja jenis-

jenis pajak daerah yang menurun. Untuk kontribusi terbesar pajak daerah

terhadap pendapatan asli terjadi pada tahun 2005 sebesar 38,36%,

selanjutnya menurun dalam kurun waktu lima tahun yang terendah adalah

pada tahun 2006 sebesar 31,58% dan pada tahun 2009, kontribusi pajak

daerah hanya sebesar 32.,35%. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

mencerminkan kemampuan atau kemandirian suatu daerah kabupaten atau

kota. Untuk Kabupaten Karanganyar peningkatan PAD dalam kurun waktu

lima tahun, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang cukup

signifikan.

Beberapa jenis pajak daerah yang menjadi penyumbang komponen

pendapatan asli daerah, dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 1.2 Tabel Realisasi Pajak Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2009

No. Pos Pajak Daerah Realisasi Kontribusi

Tahun 2009

1 Pajak hotel 673.963.200 3,11%

2 Pajak restoran 341.932.742 1,57%

3 Pajak hiburan 254.092.442 1,17%

4 Pajak reklame 295.208.244 1,36%

5

Pajak penerangan

jalan 19.858.645.486 91,66%

6 Pajak pengolahan & 189.342.455 0,87%

pengambilan Gal. Gol

C

7 Pajak Parkir 31.376.250 0,14%

Total Pajak Daerah 21.664.560.819 100% Sumber : DPPKAD Kabupaten Karanganyar, 2009

Salah satu jenis pajak daerah yang menjadi penyumbang terbesar

penerimaan pajak daerah Kabupaten Karanganyar pada tahun 2009 adalah

6

Pajak Penerangan Jalan yaitu sebesar 91,66% dan yang terendah adalah pajak

parkir sebesar 0,14%. Walaupun dalam pelaksanaanya terjadi faktor-faktor

yang menghambat kinerja pajak tersebut. Maka semakin kondusifnya

keadaan perekonomian nasional, membawa dampak positif bagi ekonomi

daerah. Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendorong perekonomian

Kabupaten Karanyanyar berjalan berkelanjutan dan membawa dampak

meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat

kesejahteraan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat pemenuhan

kebutuhan mereka. Unit-unit usaha kecil dan menengah berjalan tanpa

hambatan berarti karena didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Karanganyar. Salah satu jenis kebutuhan masyarakat adalah

penerangan jalan yang tentu berguna bagi kehidupan mereka, dengan adanya

fasilitas tersebut maka tidak akan ada hambatan untuk segala bentuk aktivitas

yang memerlukan penerangan jalan.

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan

menganalisis kinerja dan potensi dari pungutan pajak daerah yaitu berupa

Pajak Penerangan Jalan yang mempunyai kontribusi cukup besar bagi

penerimaan pajak daerah. Apakah Pemda telah secara serius menangani jenis

pajak tersebut, baik pemanfaatanya untuk masyarakat dan untuk penerimaan

bagi pendapatan asli daerah di Kabupaten Karanganyar.

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka

perumusan masalah penelitian antara lain :

1. Bagaimana kondisi keuangan dilihat dari tingkat kontribusi pajak

penerangan jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Karanganyar pada tahun 2005-2009.

2. Bagaimana kinerja pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar jika

dilihat dari rasio proporsi dan rasio pertumbuhan dalam matrik kinerja

pajak penerangan jalan pada tahun 2005-2009.

3. Bagaimana tingkat potensi pajak penerangan jalan di Kabupaten

Karanganyar pada tahun 2009.

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian

yang ingin dicapai antara lain :

1. Untuk mengetahui kontribusi pajak penerangan jalan terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karanganyar pada periode tahun

2005-2009.

2. Untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan pada tahun 2005-2009,

apabila dilihat dari rasio proporsi dan rasio pertumbuhan.

3. Untuk mengetahui potensi pajak penerangan jalan di Kabupaten

Karanganyar pada tahun 2009.

8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengembangan Ilmu

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mengetahui gambaran mengenai

kinerja pajak penerangan jalan yang berperan pada penerimaan pendapatan

asli daerah, sehigga pemanfaatanya dapat dilakukan secara maksimal.

2. Bagi Penulis

Untuk mengetahui efektifitas dan kontribusi pajak daerah bagi penerimaan

pendapatan asli daerah.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini merupakan suatu bentuk pengabdian bagi masyarakat secara

luas, sehingga Pemerintah Daerah bersama-sama masyarakat dapat

mengoptimalkan pendapatan daerah mereka, sehingga perwujudan

pembangunan daerah terwujud dan meningkatkan ekonomi masyarakat

didalamnya.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah

Perwujudan pemerataan pendapatan nasional, bagi seluruh wilayah di

Indonesia diawali dengan pengembangan potensi dan kekayaan yang ada di

masing-masing daerah. Pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengelola

kekayaan daerah tersebut. Pembangunan nasional identik dengan

pembagunan daerah, hal tersebut merupakan pencerminan Undang-Undang

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah diarahkan agar dapat

meningkatkan perekonomian daerah. Kebijakan tersebut secara garis besar

mencakup 5 komponen utama (Halim, 2004 : 6) yaitu pertama adalah

kebijakan dibidang penerimaan daerah yang diprioritaskan pada penggalian

sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kedua adalah kebijakan

dibidang pengeluaran yang berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam

perencanaan, penyusunan program, pengambilan keputusan dalam memilih

kegiatan dan proyek-proyek daerah, serta pelaksanaanya. Ketiga adalah

peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah. Keempat adalah

usaha memeperluas sistem pemantauan dan pengendalian pemerintah daerah.

Kelima adalah mendorong partisipasi swasta dalam bidang pelayanan

masyarakat. Menurut lima komponen tersebut, yang menjadi penilaian bagi

keuangan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah, yang menjadi salah satu

tolok ukur kemajuan dan kemampuan suatu daerah. Penerimaan pajak dan

10

retribusi daerah merupakan sektor yang mempunyai peranan cukup baik bagi

PAD.

Sentralisasi maupun desentralisasi merupakan suatu sistem

administrasi pemerintahan dalam banyak hal, dan tidak dapat dilepaskan dari

suatu proses pertumbuhan Negara. Sejarah perekonomian mencatat

desentralisasi telah muncul ke permukaan sebagai paradigma baru. Adanya

desentralisasi semata bukan karena gagalnya sistem pemerintahan terpusat,

akan tetapi lebih dikarenakan untuk membentuk suatu strategi pertumbuhan

dengan pemerataan (growth with equity), dan juga merupakan suatu

kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan

penuh ketidakpastian. Mengenai hal tersebut maka suatu perencanaan

pembangunaan tidak akan mudah bila hanya dikendalikan oleh pusat. Ada

beberapa pengertian desentralisasi yaitu representatife local government dan

field administration (Leemans, 1970). Sedangkan pengertian yang lain

menyebut bahwa desentralisasi adalah sebagai proses dekosentrasi dan

devolusi (Maddick, 1983). Devolusi adalah penyerahaan kekuasaan untuk

melakukan fungsi–fungsi tertentu kepada pemerintah daerah, sedang

dekosentrasi adalah merupakan pendelegasian wewenang atas fungsi-fungsi

tertentu kepada staf pemerintah pusat yang tinggal diluar kantor pusat.

Sementara desentralisasi administrative (field administration) adalah kata lain

dari dekosentrasi.

Perencanaan pembangunan pasca 1 Januari 2001 terdiri dari proses

top-down dan bottom-up. Namun pada kenyataan dalam bidang pemerintahan

11

masih banyak didominasi oleh sistem top-down dimana pemerintah pusat

memainkan peran dalam menentukan alokasi anggaran untuk pemerintah

daerah tanpa mempertimbangkan kebutuhan lokal. Sedangkan proses bottom-

up merupakan proses konsultasi dimana setiap tingkat pemerintahan atau

daerah menyusun draft proposal pembangunan tahunan berdasarkan proposal

yang diajukan tingkat pemerintahan daerah. Hal tersebut merupakan ciri

pemerintahan desentralisasi atau prosedur pembangunan era otonomi, dimana

setiap tingkat pemerintahan atau daerah diberi kebebasan dan kepercayaan

untuk menganalisa sendiri apa yang menjadi prioritas kebutuhan lokal.

Penerapan kebijakan otonomi daerah menitik beratkan pada daerah

Kabupaten ( kabupaten menjadi basis otonomi daerah). Beberapa hal yang

melandasi daerah kabupaten atau kota sebagai titik berat pelaksanaan daerah

(Mudrajad Kuncoro, 1995:4).

a. Dari dimensi politik daerah kabupaten dan daerah kota kurang

mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga gerakan separatisme dan

peluang berkembangnya aspirasi masyarakat federalism secara relatif

bisa minim.

b. Dari dimensi administratif, penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan

kepada masyarakat dapat efektif.

c. Daerah kabupaten atau kota merupakan ujung tombak pelaksanaan

pembangunan sehingga daerah kabupaten atau kota yang lebih

mengetahui potensi rakyat dan daerahnya.

12

Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah

untuk mendekatkan pemerintah pusat kepada rakyat di masing-masing

derahnya. Sehingga pelayanan pemerintah pusat dapat berjalan lebih efisisen

dan efektif. Desentralisasi yang terfokus pada kabupaten dan kota akan lebih

efektif karena pada level pemerintahan tersebut rakyat yang dulu pada era

sentralisasi, dirasa belum mendapatkan pelayanan pemerintahan yang merata.

Secara politis memang otonomi daerah belum sepenuhnya menguntungkan

pemerintah pusat, karena semakin mandiri suatu daerah kabupaten atau kota

maka potensi untuk terjadinya disintegrasi makin besar. Akan banyak alasan

dan tuntutan kepada pemerintah pusat berkenaan pembangunan daerah

tesebut. Akan tetapi otonomi daerah memperkecil ketergantungan fiskal dari

suatu daerah kepada pemerintah pusat maka setiap wewenang dan kekuasaan

yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya

sendiri diatur secara sistematis dalam perundang-undangan. Hal tersebut

dikarenakan sebenarnya desentralisasi atau otonomi daerah merupakan

klasifikasi sistem administrasi pemerintah daerah yang tercermin dalam UUD

1945 pasal 18.

B. Keuangan Daerah

Menurut pasal 1 ayat (5) dari PP Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal I

ayat (6), Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang dimaksud dengan keuangan

daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam penyelenggaraan

pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang , termasuk didalamnya

segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

13

tersebut. Undang-undang RI Nomor 32 Tahub 2004 dan Undang-Undang RI

Nomor 33 Tahun 2004 telah dijelaskan bahwa keuangan daerah dikelola

secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,

efektif, transparan,dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas

keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Realitas hubungan fiskal

pusat dan daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses

pembangunan daerah. Indikator desentralisasi fiskal adalah rasio PAD

dengan total pendapatan daerah. PAD terdiri atas pajak-pajak daerah,

retribusi daerah, penerimaan dari dinas, laba bersih dari perusahaan daerah

(BUMD), dan penerimaan lain-lain.

Subsidi atau transfer dana dari pusat kepada daerah melalui tiga jalur :

Pertama, SDO (Subsidi Daerah Otonom), yaitu transfer kepada Pemda untuk

membiayai pengeluaran rutin. Kedua, Program Inpres (dana non DIP) baik

yang bersifat sektoral maupaun umum dan digunakan untuk membantu

Pemda (provinsi, kabupaten / kotamadya, desa) untuk membiayai

pengeluaran rutin dan pembangunan, sekaligus sebagai upaya mengatasi

ketidak seimbangan struktur keuangan antar daerah. Termasuk dalam

program Inpres adalah Inpres Kabupaten, Provinsi, Desa, SD, kesehatan,

pasar, penghijauan, dan jalan. Ketiga, DIP (pengeluaran sektoral) yang

dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek atau pengeluaran

pembangunan, sebagai perwujudan mekanisme dekosentrasi.

14

C. Sumber Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah adalah hak Pemerintah Derah yang diakui sebagai

penambah nilai kekeyaan bersih [UU No. 17/2003, Pasal 1, ayat (15)].

Sumber-sumber pendapatan daerah antara lain :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Merupakan pendapatan yang dimiliki oleh daerah yang didapat dari pajak

derah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan sumber-sumber lain PAD.

b. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN, yang

dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi.

1. Dana Bagi Hasil Daerah

Dana bagi hasil dibagi berdasarkan presentase bagi pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Antara lain bagian daerah (Dana Bagi

Hasil) dari PBB, BPHTB, PPh orang pribadi dan SDA (Sumber Daya

Alam) seperti minyak dan gas, pertambangan dan kehutanan.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana alokasi umum merupakan blok grant yang diberikan kepada

semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara

kapasitas dan kebutuhan fiskal suatu daerah, dan didistribusikan dengan

formula berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang secara umum

15

mengindikasikan bahwa daerah yang memiliki kekurangan keuangan

daerah akan mendapat prioritas oleh pusat.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana alokasi khusus ditujukan untuk daerah khusus yang terpilih untuk

tujuan khusus. Alokasi yang didistribusikan oleh pemerintah pusat

sepenuhnya merupakam wewenang pusat untuk tujuan nasional khusus,

antara lain untuk daerah terpencil yang tidak mempunyai akses

memadai ke daerah lain, untuk prasarana dan sarana fisik bagi daerah

yang menampung transmigrasi, untuk daerah pesisir, dan sarana fisik

guna mengatasi dampak kerusakan lingkungan.

c. Lain – Lain Pendapatan Yang Sah

Lain –lain pendapatan yang sah merupakan pendapatan daerah yang dapat

dikelompokan dalam jenis PAD dan Dana Perimbangan. Pos-pos lain

pendapatan yang sah yaitu :

1) Dana Otonomi Khusus

2) Dana Penyesuaian

3) Pendapatan Hibah

4) Pendapatan Dana Darurat, dan lainya

D. Produk Domestik Regional Bruto

Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah perhitungan disuatu

daerah dengan menjumlahkan dalam keadaan bruto produksi dari berbagai

sektor usaha penduduk di daerah itu. Produk regional adalah istilah untuk

produk regional netto yang dihitung atas dasar harga tetap yang tidak

16

dipengaruhi inflasi. Klasifikasi jenis usaha berdasarkan ketentuan tahun 2000

yaitu:

1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri pengolahan

4. Listrik, gas dan air minum

5. Bangunan atau konstruksi

6. Perdagangan, hotel dan restoran

7. Pengangkutan dan komunikasi

8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

9. Jasa-jasa

Dari nilai PDRB yang ditunjukkan suatu daerah maka dapat

menentukan kemakmuran daerah tersebut. Semakin besar PDRB artinya

pendapatan masyarakat juga besar, dan kemakmuran meningkat, sedangkan

untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan

ekonomi masing-masing daerah harus mengetahui dua indikator utama yaitu

perumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan

menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumber vertikal dan

rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumber horizontal, dan dibagi

menjadi empat klasifikasi daerah yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh

(high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but

lowg rowth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan

daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Pertumbuhan ekonomi

17

berdasarkan PDRB dapat dihitung dengan dua cara yaitu dengan minyak-gas

atau tanpa minyak-gas. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga dapat dihitung

dengan menggunakan PDRB riil (harga konstan) atau nominal (harga

berlaku). Tetapi pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan PDRB riil

akan memberikan gambaran pertumbuhan output secara nyata, karena PDRB

riil tidak memasukkan inflasi. (Mudrajad Kuncoro, 2004:84).

E. Teori Perpajakan

1. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara

langsung. Pajak dipungut pemerintah berdasarkan norma-norma hukum untuk

menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai

kesejahteraan umum. Lembaga pemerintah yang mengelola perpajakan

negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan

salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Depertemen

Keuangan Republik Indonesia. Pajak dari perspektif ekonomi dipahami

sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik.

Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan

dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu

dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan

jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan

barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan

kewenagan di Indonesia, pajak dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah.

18

Berdasarkan penertian pajak yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan

bahwa unsur-unsur pajak adalah :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan

perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan

pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur

dalam undang-undang."

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang

dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar

pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya

dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

3. Pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah

dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun

pembangunan dan pemungutan pajak dapat dipaksakan.

4. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban

perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan.

5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas

Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi

dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

Pajak berdasarkan golongannya terbagi menjadi dua yaitu pajak

langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang

19

menjadi tanggung jawab secara personal atau oleh wajib pajak yang

bersangkutan dan tidak dapat dikuasakan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Sedangkan pajak tidak langsung adalah kewajiban atas pajak tersebut dapat

dikuasakan atau dilimpahkan kepada orang lain. Kedua jenis pajak tersebut

mempunyai perbedaan dalam tujuan, untuk pajak langsung, seluruh

manfaatnya digunakan atau tertuju pada wajib pajak tersebut, tetapi untuk

pajak tidak langsung manfaatnya adalah kepada konsumen sedangkan yang

menjadi pihak pertama disini adalah produsen atau pengusaha yang berfungsi

sebagai pemungut pajak, untuk kepentingan pihak pertama.

2. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

Negara dan pada umumnya untuk daerah yang kini mempunyai hak untuk

mengelola daerahnya, pada khususnya pajak digunakan di dalam pelaksanaan

pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan untuk membiayai

semua termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka

pajak secara umum mempunyai beberapa fungsi, yaitu (Suandy : 2000) :

a) Fungsi anggaran (budgeter)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara

dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini

dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Saat ini pajak digunakan untuk

pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, operasional

pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang

20

dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri

dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun

harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang

semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

b) Fungsi mengatur (regulered)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan

pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,

baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas

keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,

pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

c) Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur

peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang

efektif dan efisien.

d) Fungsi retribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan

sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat.

21

3. Prinsip Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak pelaksanaanya tidak mudah, karena dalam

pelaksanaanya sebagai suatu beban terhadap masyarakat, walaupun pada

akhirnya digunakan untuk kepentingan bersama. Masing-masing kelompok

masyarakat mempunyai tingkat kemampuan keuangan yang berbeda, bila

dalam pemungutan pajak terlalu tinggi,maka masyarakat akan enggan

membayar pajak karena terlalu berat. Namun bila terlalu rendah, maka

pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak

menimbulkan berbagai maslah yang mengganggu proses tersebut, maka

pemungutan pajak harus memenuhi prinsip pemungutan pajak yaitu,

(Mardiasmo : 2003) :

a) Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum, pajak pun mempunyai tujuan untuk

menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-

undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Contohnya, dengan mengatur

hak dan kewajiban para wajib pajak, pajak diberlakukan bagi setiap warga

negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak, sanksi atas pelanggaran

pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.

b) Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang

bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak,

yaitu: Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU

22

tersebut harus dijamin kelancarannya jaminan hukum bagi para wajib pajak

untuk tidak diperlakukan secara umum jaminan hukum akan terjaganya

kerahasiaan bagi para wajib pajak.

c) Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan agar tidak mengganggu kondisi

perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.

Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan

menghambat lajunya usaha masyarakat sebagai pemasok pajak, terutama

masyarakat kecil dan menengah.

d) Pemungutan pajak harus efesien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus

diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada

biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak

harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib

pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi

penghitungan maupun dari segi waktu.

e) Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam

pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam

menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan

dampak positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam

pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang

akan semakin enggan membayar pajak. Contohnya, Bea materai

23

disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif Tarif PPN yang

beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10% Pajak

perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan

disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan

maupun perseorangan (pribadi).

Tolok ukur hasil kebijaksanaan anggaran pajak ada 3 (tiga) antara lain

(Devas, 1989:143) :

1. Hasil Guna (affectiveness)

Hasil guna pajak adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu

pajak dan potensi pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak

membayar pajak masing-masing dan membayar seluruh pajak terutang

masing-masing.

2. Daya Guna (efficiency)

Mengukur dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya

pemungutan atas pajak bersangkutan.

3. Upaya Pajak

Upaya pajak merupakan pengukuran hasil sistem suatu pajak

dibandingkan dengan kemampuan membayar pajak.

F. Pajak Daerah

1. Timbulnya Pajak Daerah

Pajak daerah timbul karena adanya otonomi daerah atau desentralisasi

baik dalam sistem pengelolaan administratif pemerintahan daerah dan bidang

fiskal. Hal tersebut mengakibatkan daerah-daerah otonom memberikan

24

kemungkinan bagi pelaksanaan asas tugas perbantuan. Dengan keberadaan

otonomi tersebut maka tiap daerah diberi hak dan wewenag untuk mengurus

rumah tangganya sendiri, khususnya dalam hal ini adalah mengenai

pemungutan dan pengelolaan pajak daerah. Ciri-ciri yang membedakan pajak

daerah dan pajak Negara atau pusat (Kano, 1990 : 130) yaitu :

a) Pajak daerah adalah berasal dari pajak Negara yang diserahkan

kepada daerah sebagai pajak daerah.

b) Penyerahan dilakuakan berdasarkan undang-undang

c) Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-

undang dan atau peraturan hukum lainya

d) Hasil pungutan pajak daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran

daerah sebagai badan hukum publik

Tolak ukur mengenai pajak daerah, indikator yang bisa digunakan untuk

menilai pajak dan maupun retribusi yaitu, (Modul POUD : 16-17) :

1) Hasil (Yield)

Mengetahui memadai atau tidaknya suatu pajak dalam kaitan dengan

berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya

memperkirakan hasil tersebut dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi,

pertumbuhan penduduk juga perbandingan antara hasil pajak dengan biaya

pemungutan.

2) Keadilan

Mengenai dasar pajak dan kewajiban pajak harus jelas dan tidak dilakukan

secara sewenang-wenang, pajak yang bersangkutan harus adil secara

25

horizontal dalam arti beban pajak haruslah sama besar antara kelompok

yang berbeda tetapi berkedudukan ekonomi yang sama.

3) Daya Ekonomi (Economic Efficiency)

Pajak hendaknya mendorong penggunaan sumber daya secara berdaya

guna dalam kehidupan ekonomi.

4) Kecocokan daerah sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as a

local revenue source)

Harus jelas darimana suatu pajak harus dibayarkan dan tempat memungut

pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak.

2. Pengertian pajak daerah

Pajak daerah yang selanjutnya disebut sebagai pajak merupakan iuran

wajib yang dilakukan oleh orang, pribadi atau badan usaha kepada daerah

dengan pemberian imbalan secara tidak langsung, dan dalam pelaksanaanya

oleh pemerintah daerah dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan

yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah

daerah dan pembangunan daerah yang bersangkutan ( UU No. 18 Tahun

1997, Pasal 1 ayat 6). Sedangkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000

tentang pajak daerah dan retribusi daerah, didalamnya memuat mengenai

jenis-jenis pajak daerah antarai lain :

1) Pajak Daerah Provinsi

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

Merupakan pajak yang dikenakan terhadap kepemilikan dana atau

penguasaan kendaraan bermotor atau kendaraan di atas air.

26

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas air

Merupakan pajak yang dikenakan terhadap penyerahan hak milik

kendaraan bermotor atau kendaraan diatas air sebagai akibat perjanjian dua

pihak atau sepihak.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

Merupakan pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap

digunakan oleh kendaraan bermotor.

d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air pemukaan

Merupakan pajak yang dikenakan terhadap pengambilan dan pemanfaatan

air, baik air bawah tanah maupun air permukaan untuk digunakan bagi

orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan

pertanian rakyat.

2) Pajak Daerah Kabupaten atau kota

a. Pajak hotel

Merupakan pajak yang dikenakan atas penggunaan pelayanan hotel.

b. Pajak restoran

Merupakan pajak atas pelayanan restoran.

c. Pajak hiburan

Merupakan pengenaan pajak atas penyelenggaraan hiburan, antara lain

pertunjukan, permainan, dan laian-lain yang melibatkan penonton atau

masyarakat dan untuk menikmati hiburan tersebut maka setiap orang

dipungut bayaran.

27

d. Pajak reklame

Merupakan pajak atas penyelenggaraan reklame, yang bertujuan untuk

komersial.

e. Pajak penerangan jalan

Merupakan pajak atas pengguanaan listrik dengan ketentuan bahwa

wilayah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh

pemerintah daerah.

f. Pajak pengambalian dan penggalian bahan galian golongan C

Merupakan pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C

sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

g. Pajak parkir

Merupakan pajak yang dikenakan atas tempat parkir yang disediakan oleh

pribadi atau badan.

Jenis-jenis pajak tesebut merupakan penelompokan jenis pajak yang

dapat dikelola oleh kotamadya maupun kabupaten, dengan kewenangan

penuh, sebagai konsekuensi dari adanya otonomi daerah.

a) Ciri-Ciri Pajak Daerah

Untuk mempertahankan prinsip-prinsip Pajak Daerah maka perpajakan

daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri yang dimaksud

sebagai berikut:

1. Pajak Daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan

antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos

pemungutannya.

28

2. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuatif terlalu

besar, kadang-kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun

secara tajam.

3. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan

(benefit) dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).

3. Sistem Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak daerah maupun retribusi adalah keseluruhan

rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak

atau retribusi, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai penagihan

kepada wajib pajak dan pengawasan penyetoranya. Berikut ini beberapa

macam sistem pemungutan pajak, yaitu ( Kesit Bambang, 2005 : 7) :

- Self Assesment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

kepercayaan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung,

membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutang dengan menggunakan

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

- Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak dengan cara

pembayaran dilakukan oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan

oleh kepala daerah atau pejabat daerah yang ditunjuk yaitu Dinas

Pengelolaan Pendapatan Kekayaan Aset Daerah (DPPKAD) melalui surat

ketetapan pajak daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.

- With Holding System yaitu sistem pemungutan pajak yang dipungut oleh

pemungut pajak pada sumbernya, antara lain Perusahaan Listrik Negara

(PLN).

29

G. Retribusi Daerah

Terminologi retribusi daerah menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang

pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan

UU No.34 Tahun 2000, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau

badan. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut

peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotongan retribusi tertentu.

a) Jenis-jenis Retribusi Daerah

1. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

pemanfaatan umum.

2. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan komersial dan dapat

pula disediakan oleh sektor swasta.

3. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu

pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada pribadi atau

badan.

Surat tagihan retribusi daerah (STRD) adalah surat untuk melakukan

tagihan retribusi dan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan dan dipungut dengan

menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang

30

dipersamakan. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada

waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga

2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi terutang. Atas pengembalian

pembayaran pajak atau retribusi, wajib pajak atau wajib retribusi dapat

mengajukan permohonana pengembalian kepada Kepala Daerah, dalam

jangka waktu paling 12 bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan

pembayaran pajak tersebut. Untuk menjaga dan menjamin kerahasiaan

mengenai perpajakan daerah agar tidak diberitahukan kepada pihak lain maka

perlu ketentuan mengatur tentang kerahasianya. UU pajak dan retribusi

daerah diatur dalam pasal 40 ayat (1), (2) dan (3). Segala pejabat dilarang

memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak, segala yang diketahui

atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka jabatan atau

perpajakan daerah, kecuali saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan.

Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibanya sehingga merugikan

keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau

denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.

H. Batasan Pajak Penerangan Jalan

1. Batasan Pajak Penerangan Jalan

Menurut Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam Peraturan Daerah

Nomor 16 Tahun 2002, yang dimaksud tentang pajak penerangan jalan

adalah :

a. Pajak penerangan jalan adalah pungutan daerah atas penggunaan pajak

daerah.

31

b. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang

Pajak Penerangan Jalan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku.

c. Perusahaan Listrik Negara yang selanjutnya disingkat PLN adalah

Perusahaan Listrik Negara (Persero).

d. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD

adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan

perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut peraturan

perundang-undangan perpajakan daerah.

e. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat

yang digunakan oleh wajib pajak pajak untuk melakukan pembayaran

atau penyetoran pajak terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang

ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah.

2. Dasar Pengenaan Tarif

Dasar pengenaan tarif pajak penerangan jalan serta subyek pajak

penerangan jalan adalah :

a) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual tenaga listrik

b) Nilai jual tenaga listrik adalah dalam hal tenaga listrik dari PLN

dengan pembayar, nilai jual tenaga listrik adalah tagihan biaya beban

ditambah dengan biaya pamakain kwh yang ditetapkan dalam

rekening listrik. Sedangkan dalam hal tenaga listrik bukan dari PLN

dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung

berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan tenaga listrik atau taksiran

32

penggunaan listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah

daerah yang bersangkutan.

c) Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak bumi dan gas

alam, nilai jual tenaga listrik ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh

persen).

d) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN bukan untuk industri

sebesar 9% (sembilan persen).

e) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN untuk tenaga

industri sebesar 9% (sembilan persen).

f) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN untuk industri

sebesar 9% (sembilan persen).

g) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN untuk industri

sebesar 5% ( lima persen).

3. Subyek Pajak Penerangan Jalan

Subyek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan tenaga listrik yang menjadi pungutan daerah atas penggunaan

tersebut dan diatur sesuai perundang-undangan.

4. Objek Pajak Penerangan Jalan

Adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah daerah yang tersedia

penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah,

dikecualikan dari objek pajak penerangan jalan yang dimaksud jika :

33

1) Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah pusat dan daerah,

penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh

kedutaan, konsulat perwakilan asing dan lembaga-lembaga international

dengan asas timbal balik.

2) Penggunaan tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan kapasitas

tertentu yang tidak memerlukan izin dan instansi terkait.

3) Penggunaan tenaga listrik lainya diatur dengan peraturan daerah.

5. Sistem Pemungutan Pajak Penerangan Jalan

Pemungutan pajak penerangan jalan sesuai dengan peraturan daerah

kabupaten Karanganyar, menggunakan with holding system yaitu sistem

pengenaan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pada sumbernya, dan

pejabat atau badan yang ditunjuk atas tugas tersebut adalah Perusahaan

Listrik Negara (PLN). Hal tersebut ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Karanganyar, Peraturan daerah Nomor 16 Tahun 2002 pasal 1.

I. Penelitian Terdahulu

Didit Welly Udjianto (2007) dengan judul Efisiensi Pajak Daerah

Suatu Tinjauan Elastisitas ( Studi kasus di Yogyakarta tahun 2001-2005).

Pada penelitian ini diketahui bahwa pajak daerah yang dipungut oleh

pemerintah Yogyakarta antara lain : pajak hotel dan restoran, pajak reklame,

pajak parkir dan pajak penerangan jalan. Dari kelima jenis pajak yang

dipungut tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak daerah pada

periode tahun 2001-2005 pemungutanya adalah sudah efektif, hal ini

34

ditunjukan dari hasil rata-rata setiap pajak yang menunjukan nilai elastisitas

lebih dari 1 (satu).

Selamat Bamim (2002) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendiskripsikan variabel-variabel yang mempengaruhi penerimaan pajak

kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. Analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitaf kemudian

diformulasikan dalam suatu model persamaan regresi berganda. Hasilnya

menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi,

jumlah kendaraan bermotor dan jumlah penduduk secara bersama-sama

berpengaruh terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor dan bea balik

namakendaraan bermotor secara signifikan yaitu dengan R2

= 0.9658.

Berdasarkan besaran elastisistas yang berpengaruh positif dan signifikan

secara statistik yaitu variabel PDRB dan inflasi sedangkan jumlah kendaraan

bermotor dan jumlah penduduk berpengaruh negatif dan tidak signifikan

secara statistik.

Daniel Satrio Pambudi (2004) dengan judul penelitianya adalah

Analisis Elastisitas, Efektifitas dan Efisiensi Pemungutan Pajak

Pembangunan I (PPI) dalam rangka meningkatkan PAD di kota Surakarta.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa elastisistas pajak hotel dan

restoran (PPI) kota Surakarta terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

bersifat elastis. Efektifitas (PPI) kota Surakarta terhadap PAD tahun 1999-

2002 bersifat elastis. Efektifitas (PPI) kota Surakarta pada tahun tersebut

35

berkisar antara 0.97 sampai dengan 1.28 hal ini menunjukkan bahwa realisasi

pajak hotel dan restoran selalu melebihi target yang ditetapkan. Dan dilihat

dari segi tingkat efisiensi rata-rata tiap tahunya sebesar 21,10% yang artinya

bahwa dengan biaya pemungutan yang kecil mampu menghasilkan

penerimaan yang besar.

36

J. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pajak Penerangan Jalan

Keterangan :

Komponen pajak penerangan jalan terdiri dari beberapa golongan wajib pajak

yang terkena pungutan pajak penerangan jalan yang dilaksanakan oleh PLN

dan hasil keseluruhanya dikelola oleh pemerintah daerah. Golongan wajib

pajak terdiri dari golongan Industri ( I ), Rumah tangga ( R ), Bisnis ( B ).

Pengenaan tarif pajak atau persentasenya diatur dalam Peraturan daerah

No. 16 Tahun 2002 tentang pajak penerangan jalan.

KINERJA PAJAK PENERANGAN JALAN

GOLONGAN WAJIB

PAJAK

TARIF PAJAK

ESTIMASI POTENSI

PAJAK PENERANGAN

JALAN

COVERAGE

RATIO

37

K. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara

yang akan dibuktikan kebenaranya. Dalam penelitian ini hipotesis yang

diajukan untuk menjawab tujuan penelitian yang dinyatakan diatas dengan

serangkaian uji coba, maka dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Diduga kondisi keuangan di Kabupaten Karanganyar dilihat dari tingkat

kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah

cenderung tinggi dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

2. Diduga kinerja pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar adalah

prima.

3. Diduga hasil realisasi pemungutan pajak penerangan jalan di Kabupaten

Karanganyar sesuai dengan tingkat potensi pajak penerangan jalan.

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah dengan mengadakan penelitian

penerimaan pajak penerangan jalan di wilayah Kabupaten Karanganyar,

meliputi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah

(DPPKAD) Kabupaten Karanganyar, Kantor PLN Unit Pelayanan Jaringan

(UPJ) Karanganyar, Kantor PLN Unit pelayanan Jaringan (UPJ) Palur dan

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar.

B. Jenis dan Sumber Data.

Data Sekunder yaitu data yang di dapat lembaga atau instansi yang

terkait antara lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD) dan Perusahaan Listrik

Negara (PLN) di Kabupaten Karanganyar.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Pajak daerah adalah iuran pajak yang wajib yang dilakukan oleh orang,

pribadi atau badan usaha kepada daerah dengan pemberian imbalan secara

tidak langsung, dan dalam pelaksanaanya oleh pemerintah daerah dapat

dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah yang bersangkutan.

39

2. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,

dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan

jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

3. Subyek pajak penerangan jalan adalah adalah orang pribadi atau badan

yang menggunakan tenaga listrik yang menjadi pungutan daerah atas

penggunaan tersebut dan diatur sesuai perundang-undangan.

4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari

sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah,

retribusi daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah.

5. Target pendapatan adalah rencana pendapatan yang dianggarkan untuk

dapat diraih sesuai kemampuan institusi penghasil pendapatan.

6. Realisasi pendapatan adalah kemampuan pencapaian penerimaan

pendapatan yang sudah ditargetkan.

7. Potensi pajak penerangan jalan adalah jumlah keseluruhan pendapatan

atas pemungutan pajak penerangan jalan yang dapat dicapai berdasarkan

kondisi dan perkembangan yang nyata pada daerah tersebut.

D. Teknik dan Metode Analisis Data

Setelah berbagai data yang dibutuhkan terkumpul, maka akan

dilakukan analisis yang dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tahap analisis deskriptif

dan analisis kuantitatif. Analisis Deskriptif adalah untuk memberikan

gambaran tentang kinerja komponen pajak daerah termasuk mengenai kinerja

pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar, dari tahun ke tahun, dan

berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja pajak tersebut. Analisis

40

Kuantitatif adalah digunakan untuk mengkaji karakteristik objek pajak

penerangan jalan dan penghitungan estimasi potensi pajak penerangan jalan di

Kabupaten Karanganyar. Untuk kepentingan analisis akan dipaparkan

beberapa model analisis data sebagaimana yang telah dirumuskan dalam

tujuan penelitian.

ANALISIS DISKRIPTIF

1. Hipotesis I

Untuk mengetahui kondisi keuangan di Kabupaten Karanganyar

dilihat dari tingkat kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan

asli daerah dari tahun ke tahun maka digunakan analisis trend. Analisis

tesebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat

diberikan oleh pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

antara lain :

Kontribusi = Daerah Asli Pendapatan

Jalan PeneranganPajak X 100%

Dimana :

Pajak penerangan jalan = nilai PJU

Pendapatan Asli Daerah = nilai PAD

Perhitungan tersebut menghasilkan kontribusi pajak penerangan jalan

terhadap PAD. Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan pajak

penerangan jalan akan digunakan analisis trend. Alasannya untuk mengetahui

perkiraan trend, yaitu (Djarwanto, 1993 : 268) secara langsung dapat

membantu menyusun perancanaan. Misalnya bila trend penerimaan pajak

41

penerangan jalan selama beberapa tahun menunjukkan kenaikan maka secara

logika dapat diramalkan bahwa penerimaan pajak penerangan jalan untuk

tahun – tahun yang akan datang juga akan bertambah. Penelitian kali ini akan

menggunakan metode kuadrat terkecil (Least square method). Penggunaan

metode least square sebetulnya merupakan metode yang menggambarkan

garis trend linier dalam banyak peristiwa ekonomi, fluktuasi deret berkala

sekitar garis trendnya umumnya bukan bersifat independen. Penggunaan

metode least square guna menarik garis trend sebetulnya lebih disebabkan

oleh faktor kepraktisan daripada karena matematis (Dajan Anto, 1975:285).

Persamaan garis lurus dinyatakan dengan model Yo = a + bX

Dimana :

Yo = penerimaan pajak penerangan jalan

a = konstanta

b = besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit

variabel X

X = Tahun

Penggunaan model trend linier ini bertujuan untuk melihat perkembangan

hubungan variabel X dan variabel Y dan selama periode penelitian maupun

prospeknya dimasa mendatang

Bila b < 0, maka perkembangan Y dan X adalah turun

Bila b > 0, maka perkembangan hubungan Y dan X adalah naik

42

Dengan meggunakan tingkat signifikan 5%, analisa trend tersebut diuji

terlebih dahulu, apabila probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka persamaan

tersebut signifikan.

2. Hipotesis II

a) Matrik kinerja pajak daerah

Untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan dari tahun ke tahun

digunakan model matrik kinerja pajak penerangan jalan antara lain :

Tabel 3.1 Matrik Kinerja Pajak/Retribusi daerah

Proporsi

Pertumbuhan irataXRata

X

i≥ 1

irataXRata

X

i < 1

i

i

rataXRata

X

≥ 1 Prima Berkembang

Xtotal

iX< 1 Potensial Terbelakang

Catatan :

Xi = Nilai pajak/retribusi daerah

Rata-rata X = Nilai rata-rata pajak/retribusi daerah

X total = Jumlah total pajak/retribusi daerah

∆ = Pertumbuhan pajak/retribusi daerah

Ketentuan :

a. Prima, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai rasio tingkat

pertumbuhan terhadap tingkat pertumbuhan total pajak penerangan jalan

serta rasio proporsi nilai pajak penerangan jalan terhadap rata- ratanya

lebih dari 1.

43

b. Berkembang, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai rasio

tingkat pertumbuhan terhadap pertumbuhan pajak penerangan jalan lebih

besar daripada satu serta memliliki rasio proporsi dan rasio tambahan

pajak penerangan jalan terhadap rata-ratanya kurang dari satu.

c. Potensial, bila pajak penerangan jalan mempunyai rasio tingkat

pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak penerangan jalan yang

kurang dari satu serta memiliki rasio proporsi dan rasio tambahan pajak

penerangan jalan terhadap rata-ratanya yang lebih besar daripada satu.

d. Terbelakang, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai tingkat

pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak penerangan jalan serta

rasio proporsi dan rasio tambahan pajak penerangan jalan terhadap rata-

ratanya kurang dari satu atau bersifat negatif.

b) Analisis Rasio Pengumpulan (Collection ratio)

Rumus untuk menghitung pemungutan pajak daerah dalam hal ini

adalah pajak penerangan jalan, apakah sudah mencapai target atau belum

sesuai dengan target :

CLR = i

i

XTarget

X Realisasi

Dimana :

CLR = Rasio Pengumpulan (collection ratio)

Xi = Jenis pajak / retribusi daerah

44

Ketentuan :

1) Hasil perbandingan tingkat pencapaian diatas 100% artinya sangat efektif

2) Hasil perbandingan tingkat pencapaian 100% artinya efektif

3) Hasil perbandingan tingkat pencapaian dibawah 100% artinya tidak efektif

Efektifitas diartikan sebagai sejauh mana unit yang dikeluarkan mampu

mencapai tujuan yang ditetapkan. Efektifitas digunakan untuk mengukur

hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang

telah ditetapkan (Mardiasmo, 2002).

c) Analisis Pertumbuhan Pajak Daerah

Untuk mengetahui besarnya pertumbuhan pajak daerah, dalam hal ini

adalah pajak penerangan jalan, maka dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

P = 1

1-tt Xi-Xi

tX X 100%

Dimana :

P = Pertumbuhan

Xi = Jenis pajak daerah

ANALISIS KUANTITATIF

Analisis ini dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder yang

didapat dari PLN UPJ Karanganyar dan UPJ Palur, mengenai penjualan

tenaga listrik dalam kurun waktu satu tahun yaitu pada tahun 2009. Data

tersebut digunakan untuk menghitung potensi pajak penerangan jalan di

kabupaten Karanganyar. Walaupun yang digunakan hanya meliputi 2 (dua)

UPJ yaitu wilayah Palur dan Karanganyar, akan tetapi kontribusi kedua UPJ

45

tersebut cukup besar terhadap penerimaan pajak penerangan jalan di

Kabupaten Karanganyar, sehingga keduanya bisa mewakili potensi yang ada.

3. Hipotesis III

Potensi merupakan keseluruhan pendapatan yang memungkinkan

dapat dicapai berdasarkan kondisi dan perkembangan sumber pendapatan

yang dimaksud. Nilai potensi setiap sumber pendapatan daerah tersebut

belum terbiasa untuk dilaporkan sebagaimana nilai target dan realisasi

pendapatan. Hal itu dikarenakan instansi penghasil sebagai pengelola sumber

pendapatan belum menghitung secara komprehensif potensi pendapatan yang

menjadi tanggung jawab pengelola. Untuk menghitung potensi pajak

penerangan jalan digunakan rumus yaitu jumlah biaya tarif beban ditambah

biaya pemakaian listrik kwh , selanjutnya akan menghasilkan volume atau

realisasi penjualan tenaga listrik dan dikalikan dengan tarif pajak untuk

penerangan jalan( menurut golongan) sesuai dengan kriteria yang tercantum

dalam peraturan daerah mengenai pajak penerangan jalan.

Rumus potensi pajak penerangan jalan :

Realisasi penjualan tenaga listrik x tarif dasar listrik masing-masing

golongan.

Potensi Pajak penerangan jalan :

Coverage Ratio = jalan peneranganpajak Potensi

jalan peneranganpajak penerimaan Realisasi

46

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar

1. Keadaan Geogarfis

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi

Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen disebelah Utara,

Propinsi Jawa Timur di sebelah Timur Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo

didebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali disebelah

barat. Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten

Karanganyar terletak anatara 1100

40” – 1100

70” – 70

46” Lintang Selatan.

Ketinggian rata-rata 511 meter diatas permukaan laut serta beriklim tropis

dengan temperature 220

– 310. Curah hujan Berdasarkan data 6 (enam) stasiun

pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama

tahun 2008 adalah 95 hari dengan rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan

Maret dan terendah pada bulan Juli, Agustus dan September. Luas wilayah

Kabupaten Karanganyar adalah 77.378.64 Ha yang terdiri dari luas tanah

sawah 22.474,91 Ha dan luas tanah kering 54.902,74 Ha. Tanah sawah terdiri

dari irigasi teknis 12.929,62 Ha non teknis 7.587,62 Ha, dan tidak

berpengairan 1.957,67 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan atau

bangunan 21.171,97 Ha dan luas untuk tegalan atau kebun 17.863,40 Ha.

Kabupaten Karanganyar terdapat hutan Negara seluas 9.729 Ha dan

perkebunan seluas 3.251,50 Ha.

47

2. Pemerintahan

Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Karanganyar terdiri dari

17 Kecamatan yang meliputi 177 desa atau kelurahan (15 kelurahan 162

desa). Desa atau kelurahan tersebut terdiri dari 1091 dusun, 2313 dukuh,

1876 RW dan 6130 RT. Klasifikasi desa atau kelurahan pada tahun 2008

terdiri dari swadaya –desa/kel, swakarya –desa/kel, dan swasembada 177

desa/kel. Rumah penduduk di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008

sebanyak 200.812 unit, yang terdiri dari rumah permanen 169.813 unit, semi

permanen 15.285 unit dan non permanen 15.183 unit. DPRD Kabupaten

Karanganyar. Jumlah komisi di DPRD Kabupaten Karanganyar ada 4, dengan

jumlah anggota untuk masing-masing komisi, yaitu komisi A 11 anggota,

komisi B 11 anggota, dan komisi C 11 anggota dan komisi D 9 anggota.

Selama tahun 2008 telah dihasilkan sebanyak 39 SK DPRD, 24 SK Pimpinan

DPRD dan Peraturan Daerah. Sedangkan berdasarkan data yang masuk

Dewan Pengurus Cabang KOPRI Kabupaten Karanganyar maka jumlah

anggota KOPRI berdasarkan golongan antara lain, golongan I 2.306 orang,

golongan II 43.982 orang, golongan III 6.229 orang dan golongan IV 862

orang.

48

3. Penduduk Dan Tenaga Kerja

a). Kependudukan

Tabel 4.1 Jumlah Keluarga dan Penduduk dirinci menurut

Jenis kelamin dan Kecamatan Tahun 2008

Kecamatan Jumlah

Keluarga

Jumlah Penduduk

Laki-laki Permp. Jumlah

Jatipuro

Jatiyaso

Jumapolo

Jumantono

Matesih

Tawangmangu

Ngargoyoso

Karangpandan

Karanganyar

Tasikmadu

Jaten

Colomadu

Gondangrejo

Kebakkramat

Mojogedang

Kerjo

Jenawi

8.587

8.352

12.005

13.651

10.438

11.638

8.772

10.581

19.099

15.033

20.152

17.417

18.114

15.875

15.870

9.664

6.701

19.073

20.411

23.754

24.131

22.882

22.252

17.516

21.213

37.648

27.862

35.105

30.038

34.049

29.319

32.515

18.319

13.765

18.987

20.011

23.687

24.748

23.249

22.930

17.835

22.034

38.148

27.980

35.105

30.038

34.049

29.654

32.151

18.319

13.765

38.060

40.422

47.441

48.879

46.131

45.182

35.351

43.247

75.796

55.842

70.770

60.828

68.571

58.973

65.051

37.380

27.656

Jumlah Th.2008 221.949 429.852 435.728 865.580

Jumlah Th.2007

Jumlah Th.2006

Jumlah Th.2005

Jumlah Th.2004

218.808

215.432

208.354

202.884

421.717

418.183

414.867

410.985

429.649

426.451

423.315

419.655

851.366

844.634

838.182

830.640

Sumber : BPS Karanganyar, 2009

Jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasarkan regristrasi

tahun 2008 sebanyak 865.580 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 429.852 jiwa

dan perempuan 435.728 jiwa. Dibandingkan dengan tahun 2007, maka

terdapat pertambahan penduduk sebanyak 14.214 jiwa dan mengalami

49

pertumbuhan 1,67%. Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah

kecamatan Karanganyar, yaitu 75.769 jiwa (8,76%), kemudian kecamatan

Jaten yaitu 70.770 jiwa (8,18%), dan kecamatan Gondangrejo yaitu 68.571

jiwa (7,92%). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit

adalah kecamatan Jenawi yaitu 27.656 jiwa (3,20%), kemudian kecamatan

Ngargoyoso yaitu 35.351 jiwa (4,08%) dan kecamatan Kerjo, yaitu 37.380

jiwa (4.32%).

Gambar 4.1 Jumlah penduduk Kab. Karanganyar tahun 2004-2008

Sumber : BPS Kab. Karanganyar 2009

Dilihat dari golongan umur lima tahun, maka penduduk Kabupaten

Karanganyar masih menyerupai piramida. Penduduk 4 golongan pertama

(0-19) menunjukkan adanya kenaikan, tetapi golongan selanjutnya (20 dan

seterusnya) menunjukkan penurunan. Sejalan dengan pertumbuhan

penduduk, keluarga juga bertambah. Pada tahun 2008 tercatat sebanyak

221.949 keluarga atau mengalami pertumbuhan 1,44% dari tahun 2007. Rata-

rata banyaknya anggota keluarga sedikit meningkat pada tahun 2008 sebesar

3,90%. Seiring kenaikan penduduk maka kepadatan penduduk juga

50

mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 kepadatan penduduk kabupaten

Karanganyar mencapai 1.119 jiwa/km2.

Disisi lain persebaran penduduk

masih belum merata. Kepadatan penduduk di daerah perkotaan secara umum

lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan. Kecamatan dengan kepadatan

penduduk tinggi adalah kecamatan Colomadu, yaitu 3.889 jiwa/Km2

dan yang

paling rendah adalah kecamatan Jenawi, yaitu 493 jiwa/Km2

b). Tenaga Kerja

Sesuai dengan kondisi alam Kabupaten Karanganyar yang agraris,

maka sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor

pertanian (petani sendiri dan buruh tani), yaitu 222.794 orang (30,83%).

Kemudian sebagai buruh industri sebanyak 104.204 orang (14,65%), dan

buruh bangunan 49.099 orang (6,90%) dan pedagang sebanyak 44.762 orang

(6,19%). Selebihnya adalah sebagai pengusaha, di sektor pengangkutan,

PNS/TNI/POLRI, pensiunan, jasa-jasa dan lain-lain. Menurut data Dinas

Kependudukan, Tenaga kerja dan Transmigrasi (KTT) kabupaten

Karanganyar pada tahun 2008 jumlah pencari pekerjaan tercatat sebanyak

12.245 orang dengan rincian laki-laki 5.554 orang dan perempuan 6.691

orang. Dibandingkan tahun 2007 maka ada peningkatan pencari kerja di

hampir semua jenjang pendidikan yang terdaftar di Dinas KTT Kabupaten

Karanganyar. Dari jumlah tersebut, lulusan SLTA tercatat yang paling besar,

yaitu 5.689 orang (46,46%) dan paling sedikit adalah lulusan SD, yaitu 130

orang (1,06%). Pencari kerja yang sudah ditempatkan pada tahun 2008

51

sebanyak 1.382 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pencari

kerja yang belum mendapatkan pekerjaan.

4. Sosial

a). Pendidikan

Bedasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar, pada tahun 2008 jumlah SD N sebanyak 483 buah, SD Swasta

15 buah, SLTP N 50 buah, SLTP Swasta 26 buah , SMU N 12 buah, SMU

Swasta 6 buah. SMK Swasta 25 buah dan dari kantor Depag Kabupaten

Karanganyar adalah 12 buah. Pada tahun 2008 penduduk Kabupaten

Karanganyar usia 5 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi ditamatkan

terdiri dari tidak/belum pernah sekolah : 65.060 orang, belum tamat SD :

81.167 orang, tidak tamat SLTA/MA/D1/D2 : 117.394 orang dan tamat

Perguruan Tinggi/Akedemi(D3, S1, S2, S3) : 29.597 orang.

b). Kesehatan

Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, pada tahun

2008 jumlah fasilitas kesehatan yang terdiri dari 4 RS, 21 Puskesmas, 59

Puskesmas pembantu, 34 Balai pengobatan Swasta. Sementara itu tenaga

kesehatan (Tidak termasuk yang RS) yang tersedia terdiri dari dokter umum

84 orang, dokter gigi 32 orang, bidan 255 orang dan perawat kesehatan 384

orang.

5. Pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor dimana produk yang dihasilkan

menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat. Kabupaten Karanganyar sebagian

52

tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi

pengembangan tanaman agro industri. Data dari Dinas Pertanian Kabupaten

Karanganyar selama tahun 2008 diperoleh produksi padi sawah sebanyak

279.341 ton, jagung sebanyak 33.595 ton, ubi kayu sebanyak 158.048 ton dan

kacang tanah sebanyak 7.755 ton. Sebagian tanah di kabupaten Karanganyar

merupakan tanah pegunungan/perbukitan (Jatiyoso, Matesih, Tawangmangu,

Ngargoyoso, dan Jenawi) yang sangat potensial untuk tanaman sayur-

sayuran. Tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Karanganyar yang sangat

potensial adalah cengkeh yang mencapai luas sebesar 1.508,50 Ha dan

selama tahun 2008 produksinya mencapai 9571 ton. Tanaman lain yang

cukup potensial adalah teh dan karet.

Populasi ternak yang banyak diusahakan di Kabupaten Karanganyar

pada tahun 2008 misalnya dalah sapi perah sebanyak 47.768 ekor, ayam

pedaging 1.302.600 ekor, kambing 22.174 dan lain-lain. Perikanan selama

tahun 2008 produksi ikan mencapai 1.431.510 kg, yang berasal dari berbagai

jenis-jenis ikan yang diternakan.

6. Industri dan Perdagangan

a). Industri

Pada tahun 2008 di kabupaten Karanganyar terdapat industri besar,

sebanyak 78 unit dan industri sedang (tenaga kerja = 21-99). Dari 182

industri B/S yang paling banyak adalah produk tekstil/bahan dari tekstil, yaitu

61 unit (33,52%) dan industri makanan atau bahan makanan 32 unit (17,58%)

dan industri plastik atau kimia 19 unit. Kondisi politik dan perekonomian

53

yang berangsur-angsur membaik di Negara Indonesia ini, menyebabkan

sektor industri dan perdagangan akan kembali berkembang. Menurut data

dari Dinas Perindag, Pendal dan Kop. Kabupaten Karanganyar pada tahun

2007 banyaknya industri menengah dan besar dan non fasilitas sebanyak 117

perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 23.898 orang dan

industri kecil formal sebanyak 699 usaha dengan jumlah tenaga kerja 10.520

orang. Sedangakan industri kecil non formal (sentra industri dan non sentra

industri) sebanyak 9.760 usaha dengan jumlah tenaga kerja 30.329 orang.

Selama tahun 2007 penyerapan investasi pada industri menengah sebesar Rp

1.803.016.677 juta, industri kecil formal dan non formal Rp 49.832.903 juta.

b). Perdagangan dan Koperasi

Guna menunjang laju perekonomian di Kabupaten Karanganyar pada

tahun 2007 terdapat pasar 52 buah, toko/kios/warung 9.807 buah, KUD 17

buah dan koperasi simpan pinjam 910 unit. Dibandingkan tahun 2006,

khususnya toko/kios/warung dan koperasi simpan pinjam jumlahnya

mengalami peningkatan. Koperasi sebagai soko guru perekonomian di

Indonesia, sebagai usaha penigkatan kesejahteraan masyarakat, fungsi dan

perananya semakin besar. Pada tahun 2007 di Kabupaten Karanganyar

terdapat koperasi sebanyak 927 unit dengan jumlah anggota mencapai

153.299 oarang. Jenis koperasi terbanyak berasal dari golongan masyarakat

(KKT dan KSU), yitu 876 buah, KUD 17 buah, koperasi fungsional 76 buah

dan koperasi karyawan 79 buah.

54

7. Keuangan Daerah, Pendapatan Domestik Bruto (PDRB), dan Inflasi

a). Keuangan Daerah

Berdasarkan neraca daerah dan aliran kas kabupaten Karanganyar

tahun anggaran 2008, anggaran pendapatan ditetapkan sebesar

Rp. 754.751.460.070 dan telah terealisasi sebesar Rp. 771.365.016.736 atau

102,20%. Dengan rincian sebagai berikut : Pendapatan asli daerah

dianggarkan Rp. 58.400.628.420 realisasinya Rp. 64.470.676.168 (110,39%)

dan transfer Pemerintah Pusat (dana perimbangan dan lainya) dianggarkan

Rp. 622.798.763.400 dan relisasinya Rp. 625.513.131.963 (100,44%).

Transfer pemerintah propinsi dianggarkan Rp.45.432.068.250 realisasinya

Rp. 50.621.208.605 (111,42%) dan lain-lain pendapatan yang sah

dianggarkan Rp. 28.120.000.000 dan realisasinya Rp.30.760.000.000

(109,39%). Untuk belanja operasi dianggarkan Rp.646.131.989.810

realisasinya Rp. 579.033.727.070 (89,62%) dan belanja modal dianggarakan

Rp. 160.914.797.807 dan realisasinya Rp.579.033,727.070 (89,62%) dan

belanja modal dianggarkan Rp.160.914.797.807 dan relisasi

Rp. 149.886.535.906 (93,15%). Belanja tak terduga dianggarkan

Rp. 5.000.000.000 dan terealisasikan Rp 0 . Pembiayaan setelah perubahan

TA. 2008 terdiri dari penerimaan daerah dianggarkan Rp. 117.764.858.047

ralisasinya Rp. 115.779.858.047 (98,31%) dan pengeluaran daerah

danggarkan Rp. 15.193.757.000 ralisasinya Rp. 10.528.205.475 (69,29%).

Dari peneluaran daerah yersebut terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran

55

tahun berkenaan dianggarkan sebesar Rp. 0 dan terelisasikan

Rp. 103.782.305.568.

Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Karanganyar

tahun 2007-2008

Uraian 2007 2008

1. Aparatur Daerah

2. Pelayanan Publik

3. Belanja Bagi hasil &

bantuan Keuangaan

4. Belanja Tidak Terduga

107.531.629.865

473.571.546.088

37.358.777.194

1.527.581.140

149.886.535.905

578.033.727.070

43.914.100.765

0

Jumlah 619.989.543.287 772.834.363.740

Sumber : BPS kabupaten Karanganyar, 2009

Dari tabel tersebut maka dengan demikian kinerja keuangan kabupaten

Karanganyar cukup baik, karena 76,38% anggaran belanja daerah pada tahun

2007 digunakan untuk kepentingan pelayanan publik artinya pemerintah

daerah memprioritaskan kebutuhan masyarakat, dan terbesar kedua sebesar

17,34 % digunakan untuk belanja aparatur daerah, artinya aggaran belanja

tersebut digunakan untuk operasional pemda, demi kelancaran pembangunan

daerah. Pada tahun 2008 seiring dengan meningkatnya jumlah realisasi

anggaran belanja maka 74,79% digunakan untuk pelayanan publik dan untuk

aparatur daerah sebesar 19,39% artinya untuk kinerja realisasi anggaran

belanja kabupaten Karanganyar cukup baik karena anggaran tersebut paling

besar dialokasikan untuk pelayanan publik dan selajutnya untuk aparatur

56

daerah yang digunakan sebagai penunjang pelayanan terhadap publik dan

pembangunan daerah.

b). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator keberhasilan pembagnunan di Kabupaten Karanganyar

adalah diukur dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dan pada tahun 2006 Kabupaten Karanganyar atas dasar harga

berlaku (ADHB) sebesar 6.904.990,49 (jutaan Rp) dan atas dasar harga

konstan (ADHK) sebesar 4.654.054,50 (jutaan RP). Pertumbuhan ekonomi

yang ditunjukkan oleh perkembangan PDRB, pada tahun 2006, ADHB

sebesar 10,93% dan ADHK sebesar 5,74%.

Tabel 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga

Konstan Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2008

Tahun PDRB Adhb PDRB Adhk

Jumlah

(Juta Rp)

Laju

pertumbuhan

(%)

Jumlah

(Juta Rp)

Laju

pertumbuhan

(%)

2004 5.048.378,68 13,97 3.970.278,92 5,98

2005 6.621.289,46 11,35 4.188.330,50 5,49

2006 6.224.781,84 10.74 4.401.301,74 5,08

2007 6.904.990,49 11,59 4.645.054,50 5,74

2008 6.679.675,35 11,22 4.921.454,72 5,75

Sumber : BPS Karanganyar, 2009

Jika dilihat dari sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maka

sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi yang paling besar, yaitu

47,62%%, sektor pertanian 21,28%%, sektor perdagangan 11,42%, sektor

57

jasa-jasa 7,73% sedangkan sektor-sektor lain kurang dari 5%. Pada tahun

2008 kontribusi sektor pengolahan masih menjadi yang terbesar yaitu sebesar

46,59%, artinya terjadi penurunan kontribusi sektor pengolahan akan tetapi

pada sektor pertanian yang mengalami peningkatan, kontribusinya sebesar

22,15% sedangkan pada sektor-sektor seperti perdagangan, jasa-jasa

mengalami peningkatan dari tahun 2007 akan tetapi tidak signigikan masih

berkisaran angka 8% sampai 11%.

Jika dilihat PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) maka pada

tahun 2007 sektor pengolahan masih menjadi sektor unggulan yaitu dengan

kontribusi sebesar 52,87% dan 19,46% yaitu kontribusi dari sektor pertanian

dan untuk sektor jasa yaitu sebesar 8,03% dan sektor lainya kurang dari 5%.

Untuk tahun 2008 PDRB ADHK mengalami peningkatan tetapi kontribusi

sektor pengolahan mengalami penurunan dari tahun 2007, kontribusinya

menjadi 52,08%. Sektor pertanian mengalami peningkatan, kontribusinya

sebesar 20,07 dan sektor bangunan, air, listrik, gas dan bangunan

kontribusinya menjadi yang terendah yang belum mencapai 5% dari total

PDRB.

Laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku paling tinggi

dicapai pada tahun 2004 sebesar 13,97%, sektor-sektor usaha baik

perdagangan dan industri pengolahan mempunyai peran yang sangat besar.

Selanjutnya yang paling rendah adalah pada tahun 2006 sebesar 10,74%, dan

tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun-tahun

berikutnya dan pada tahun 2008 mencapai 11,22%. Untuk PDRB Atas Dasar

58

Harga Konstan laju pertumbuhan tidak befluktuasi secara tajam rata-rata >

5%, yaitu tertinggi pada tahun 2004 sebesar 5,98% dan terendah pada tahun

2006 yaitu 5,08% dan selanjutnya pada tahun 2008 laju pertumbuhan sebesar

5,75%. Dengan demikian sesuai dengan tabel tersebut pada tahun 2008 atas

dasar harga belaku sebesar 6.679.675,35 juta rupiah dan atas harga konstan

4.921.454,72 juta rupiah, maka terjadi peningkatan 1,52 kali untuk PDRB

atas dasar harga berlaku dan 1,24 kali untuk PDRB atas dasar harga konstan.

Hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa pembangunan dibidang

perekonomian di kabupaten Karanganyar memang terjadi peningkatan yang

belum cukup signifikan, akan tetapi terdapat potensi untuk mengarah pada

perbaikan perekonomian Kabupaten Karanganyar.

c). Inflasi

Tabel 4.4 Inflasi Kab. Karanganyar

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008

Inflasi 5,31 14,2 6,41 4,09 10,83

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

Selama tahun 2008 inflasi di kabupaten Karanganyar mencapai

10,83%. Inflasi tertinggi jatuh pada bulan Juni, sebesar 2,34% dan terendah

pada bulan Desember -0,54%. Penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok

bahan makanan mencapai 20,17%, kemudian kelompok kesehatan sebesar

13,55%, dan ketiga adalah kelompok transportasi dan komunikasi sebesar

9,28%. Sedangkan penyumbang terendah adalah kelompok pendidikan,

rekreasi olah raga yaitu 2,49 dan kelompok sedang sebesar 3,23%.

Perkembangan sektor riil dan berbagai dampaknya pada kesejahteraan

59

masyarakat, tidak lepas dari peran investasi baik dalam bidang usaha besar,

kecil maupun menengah. Peran pemerintah sebagai regulator perekonomian

daerah, menyediakan fasillitas terutama perdagangan bagi masyarakat

menengah kebawah. Kabupaten Karanganyar pada tahun 2007 telah

mempunyai pasar sebagai aktivitas utama ekonomi bagi masyarakat, dengan

jumlah mencapai 50 unit, dengan uraian jumlah toko atau warung sebanyak

9.157 unit, KUD 17 unit dan Koperasi simpan pinjam 783 unit.

B. Analisis Data

1. Analisis Kinerja Pajak Penerangan Jalan Di Kabupaten Karanganyar

Pemungutan pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar diatur

dalam Peraturan daerah Nomor 16 Tahun 2002, sesuai dengan peraturan

Pemerintah Daerah Kab. Karanganyar. Pajak penerangan jalan adalah pajak

atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa wilayah daerah

tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemda.

Mekanisme pemungutan pajak penerangan jalan dengan cara With Holding

System yaitu sistem pemungutan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak

pada sumbernya. Untuk melaksanakan pemungutan pajak penerangan jalan

tersebut, tugas tersebut dilaksanakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Ketentuan perhitungan pajak penerangan telah diatur dalam peraturan daerah,

yaitu biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian atau dalam rekening

listrik tercatat volume atau realisasi penjualan listrik dikalikan tarif pajak

masing-masing golongan. Terdapat empat golongan pengguna listrik dari

PLN, yaitu Pemerintah (P), Rumah tangga (R), Industri (I), dan Sosial (S).

60

Penerapan pajak penerangan jalan hanya dikenakan pada 3 (tiga) golongan

wajib pajak yaitu Rumah tangga, Industri dan Bisnis. Untuk golongan lainya

tidak di wajibkan untuk membayar pajak tersebut karena hasil dari pajak

tersebut memang digunakan untuk pembiayaan listrik pemerintah dan sosial.

Sampai pada tahun ini, penerapan pajak penerangan jalan untuk ketiga

golongan sebesar 9%, tercantum dalam peraturan daerah Kabupaten

Karanganyar No. 16 Tahun 2002.

Penerapan tarif pajak penerangan jalan memang dirasa terlau tinggi

karena terbukti pelaksanaan pajak tersebut banyak terjadi beberapa masalah.

Terutama pada golongan industri, adanya penunggakan pembayaran listrik

dikarenakan perusahaan tidak dapat lagi menutupi biaya produksi yang

membengkak karena penerapan pajak yang mencapai 9%. Situasi ini terjadi

karena perekonomian yang sedang tidak stabil, bahan-bahan produksi yang

meningkat seiring peningkatan harga-harga dan harga output yang dihasilkan

tidak sebanding dengan biaya produksi. Tetapi apapun masalah yang terjadi

dalam bidang industri, pajak bersifat wajib dan memaksa yang diatur dalam

undang-undang dan harus dipatuhi setiap warga Negara Indonesia. Hal

tersebut dikarenakan hasil dari pajak memang demi kepentingan masyarakat,

daerah dan Negara.

Untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan di Kabupaten

Karanganyar, pertama harus mengetahui penerapan pajak daerah di wilayah

tersebut. Bagaimana Pemda pada tiap tahun merencanakan target dan

akhirnya hasil yang didapat dari seluruh jenis pajak daerah, yaitu realisasi.

61

Pendapatan asli daerah (PAD) tidak terlepas dari kontribisi pajak daerah.

Semakin tinggi pajak daerah maka semakin tinggi pula PAD yang didapat.

Untuk hal tersebut dapat dibuktikan dengan analisis kinerja pajak daerah atau

secara khusus pajak penerangan jalan.

Pedapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari

sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi

daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah. Untuk

pertama menganalisa seberapa besar peran pajak daerah terhadap PAD, bagi

kabupaten Karanganyar.

Tabel 4.5 Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2005-2009

PAD 2005 2006 2007 2008 2009

Pajak

Daerah 13.158.093.041 14.543.182.743 19.053.558.538 21.874.872.161 21.664.560.819

Retribusi

Daerah 11.175.915.881 13.820.693.294 15.802.859.089 17.367.149.208 11.672.721.538

Bagian Laba

BUMD 4.442.162.170 3.711.857.967 4.173.550.013 4.598.113.757 6.264.943.143

Penerimaan

lain 5.526.393.809 13.976.386.119 17.897.142.400 18.783.980.479 27.383.294.713

Total PAD 34.302.564.901 46.052.120.123 56.927.110.040 64.455.300.801 66.967.520.033

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009

Dapat dilihat dari tabel pendapatan asli daerah diatas, komponen pajak daerah

merupakan salah satu yang menjadi penyumbang terbesar bagi PAD. Pajak

daerah meningkat dari tahun ke tahun secara signifikan, akan tetapi pada

tahun 2008 ke tahun 2009 terjadi penurunan. Selanjutnya komponen retribusi

daerah , penerimaan lain-lain, dan terakhir keempat laba BUMD. Untuk

lebih jelasnya mengenai kontribusi masing-masing komponen,dapat dilihat

tabel berikut ini :

62

Tabel 4.6 Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar Tahun

2005-2009

PAD 2005 2006 2007 2008 2009

Pajak Daerah 0,38 0,32 0,33 0,33 0,32

Retribusi

Daerah 0,33 0,31 0,27 0,27 0,17

Bagian Laba

BUMD 0,13 0,08 0,07 0,01 0,09

Penerimaan

Lain-Lain 0,16 0,30 0,31 0,29 0,41

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Selanjutnya dalam suatu perencanaan pendapatan daerah, dikenal

dengan istilah target dan realisasi. Target pendapatan merupakan rencana

pendapatan yang dianggarkan untuk diraih sesuai kemampuan institusi

penghasil pendapatan. Sedangkan realisasi merupakan kemampuan

pencapaian penerimaan pendapatan yang sudah ditargetkan. Maka dari tabel

dibawah ini dapat diketahui target pendapatan masing-masing pos pajak.

Tabel 4.7 Target Pajak Daerah Kab. Karanganyar 2005-2009 Pos Pajak

daerah 2005 2006 2007 2008 2009

Pajak Hotel 325.000.000 375.000.0000 437.525.000 486.027.000 595.713.000

Pajak

restoran 200.000.000 225.000.000 251.400.000 291.384.000 341.712.000

Pajak

Hiburan 165.000.000 225.000.000 203.000.000 223.668.000 407.100.000

Pajak

Reklame 160.000.000 235.000.000 209.874.000 250.020.000 267.750.000

Pajak PJU 11.600.000.000 13.200.000.000 15.336.000.000 17.918.000.000 20.040.000.000

Pjk. Gal.

Gol C 95.000.000 100.000.000 150.013.520 171.855.540 183.787.000

Pajak Parkir 6000.000 6.250.000 7.100.000 14.525.460 20.684.000

Pajak

Daerah 12.551.000.000 17.741.250.000 16.594.912.520 19.355.480.000 21.856.746.000

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009

Penetapan target pendapatan dari masing-masing jenis pajak daerah, lebih

didasarkan pada kaedah incremental (meningkat persentase tertentu dari

63

tahun sebelumnya) bukan didasarkan pada potensi sumber pendapatan yang

benar-benar sesuai dengan situasi yang mempengaruhi pendapatan tersebut.

Pada tahun 2005-2009 pajak penerangan jalan tetap menjadi salah satu jenis

pajak daerah dengan pendapatan terbesar dan yang terendah adalah pajak

parkir.

Penetapan target yang telah dilaksanakan, selanjutnya anggaran

tersebut menjadi suatu pendapatan yang telah pasti yang didapat pada periode

tahun yang ditentukan. Realisasi pendapatan pajak daerah Kabupaten

Karanganyar, sebagai perbandingan dari target pendapatan pajak daerah dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.8 Realisasi Pajak Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2005-2009

Pos

Pajak

daerah 2005 2006 2007 2008 2009

Pajak

Hotel 325.695.699 377.673.020 440.428.766 575.420.710 673.963.200

Pajak

Restoran 201.345.473 227.759.587 254.303.867 367.613.892 341.932.742

Pajak

Hiburan 159.637.550 171.358.635 204.557.075 191.433.518 254.092.442

Pajak

Reklame 203.819.182 235.000.000 218.820.822 255.641.360 295.208.244

Pajak

PJU 12.154.288.134 13.367.578.789 17.749.147.173 20.280.324.727 19.858.645.486

Pjk. Gal.

Gol C 114.907.839 107.142.203 175.165.775 184.617.954 189.342.455

Pajak

Parkir 7.320.000 7.605.000 11.135.000 19.820.000 31.376.250

Pajak

Daerah 13.158.093.041 14.543.182.743 19.053.558.538 21.874.872.161 21.644.560.819

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009

Realisasi pajak daerah dari tahun 2005-2009 dari masing-masing pos

penerimaan pajak daerah hasilnya tidak begitu jauh dari penetapan target

sebelumnya. Ada yang melebihi target bahkan kurang dari target, akan tetapi

64

kisaran angka tidak. Tidak tepatnya kisaran angka yang melenceng jauh

antara target dan realisasi terjadi kelemahan mekanisme penetapan target

yang berdasarkan persentase meningkat dari tahun ke tahun, tanpa

mempertimbangkan rasio kecukupan (coverage ratio) yang mendekati

potensi. Dari tabel diatas tetap pajak penerangan jalan yang dominan akan

tetapi pada tahun 2009 target yang ditentukan tidak tercapai.

Realisasi dan target dari seluruh pos pajak daerah telah dijelaskan

secara rinci diatas, maka selanjutnya dari masing-masing jenis pajak daerah

tersebut untuk mengetahui seberapa besar peranan pos pajak daerah terhadap

pendapatan total pajak daerah di Kabupaten Karanganyar, maka dapat

diketahui kontribusinya dengan cara share antara pendapatan dari salah satu

jenis pajak dengan total pajak daerah yang menghasilkan kontribusi masing-

masing pos pajak daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.9 Kontribusi Pos Pajak terhadap Pajak Daerah Kab.

Karanganyar Tahun 2005-2009

Pos Pajak daerah 2005 2006 2007 2008 2009

Pajak Hotel 2,47 2,59 2,31 2,63 3,11

Pajak Restoran 1,53 1,56 1,33 1,68 1,57

Pajak Hiburan 1,21 1.17 1,07 0,87 1,17

Pajak Reklame 1,54 1,61 1,14 1,16 1,36

Pajak PJU 92,37 91,91 93,15 92,71 91,66

Pjk. Gal. Gol C 0,87 0,73 0,91 0,84 0,87

Pajak Parkir 0,01 0,43 1,16 1,27 0,26

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

65

Analisa mengenai pajak tersebut yaitu jenis pajak yang mempunyai

kontribusi 50% atau lebih dan positif maka jenis pajak tersebut sangat baik

kontribusinya bagi pendapatan pajak daerah. Dari tahun 2005-2009 jenis

pajak penerangan jalan tingkat kontribusinya lebih dari 50%. Nilai tertinggi

pada tahun 2007 yaitu sebesar 93,15% dan mengalami penurunan yang paling

rendah selama 5 tahun yaitu pada tahun 2009 menjadi 91,66%. Akan tetapi

jenis pajak ini selalu dominan dari tahun ke tahun. Kinerja jenis pajak daerah

yang lain dalam lima tahun tersebut, kontribusinya masih dibawah angka

50% akan tetapi kontribusinya selalu positif dan cenderung menigkat.

Kontribusi yang terendah adalah pajak galian golongan C yaitu sebesar 0,87

pada tahun 2009. Ketimpangan kontribusi yang cukup besar ini ini mungkin

dikarenakan jenis pajak yang kurang produktif dan penggalian potensinya

yang kurang efektif. Selanjutnya adalah jenis pajak parkir yang kontribusinya

selama kinerja 5 tahun masih dinggap rendah, mungkin dikarenakan jenis

pajak ini merupakan pajak baru, akan tetapi kontribusinya terus meningkat

hanya pada tahun 2009 terjadi penurunan hanya menjadi sebesar 0,26.

Kontribusi terendah dari seluruh jenis pajak, pada tahun 2009.

Analisa mengenai pendapatan asli daerah (PAD), pajak daerah dan

konribusi pajak daerah telah diuraikan selanjutnya dalam penelitian ini secara

khusus maka akan dibahas secara rinci mengenai salah satu jenis pajak yaitu

pajak penerangan jalan yang menjadi jenis pajak daerah yang mempunyai

kontribusi terbesar dalam kinerja 5 tahun ini.

66

Tabel 4.10 Kontribusi Pajak penerangan Jalan (PJU) Tahun 2005-2009

Tahun Nilai Pajak

Penerangan Jalan

(PJU)

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Kontribusi

2005 12.154.288.134 34.302.564.901 35,43%

2006 13. 154.288.134 46.052.120.123 29,02%

2007 17.749.147.173 56.927.110.040 31,17%

2008 20.280.324.727 64.455.300.801 31,46%

2009 19.858.645.486 66.967.520.033 29,65%

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Kontribusinya bagi pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar mengingat

bahwa pajak penerangan jalan adalah hanya salah satu sub komponen bagi

pendapatan asli daerah, yang masuk dalam total pajak daerah. Kontribusi

terbesar pada tahun 2005 mencapai 35,43% selanjutnya pada tahun 2006

menurun menjadi 29,02%, pada tahun 2007 dan tahun 2008 terjadi

peningkatan berkisar kurang lebih pada angka 30% dan kontribusinya

kembali melemah pada tahun 2009 yang hanya sebesar 29,65%. Penurunan

kontribusi pajak penerangan jalan, mungkin dikarenakan ketidakstabilan

perekonomian atau faktor internal dalam pemungutan pajak tersebut.

Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan pajak penerangan jalan

akan digunakan analisis trend. Alasannya untuk mengetahui perkiraan trend,

yaitu secara langsung dapat membantu menyusun perancanaan (Djarwanto,

1993 : 268). Misalnya bila trend penerimaan pajak penerangan jalan selama

beberapa tahun menunjukkan kenaikan maka secara logika dapat diramalkan

bahwa penerimaan pajak penerangan jalan untuk tahun – tahun yang akan

67

datang juga akan bertambah. Persamaan garis lurus dinyatakan dengan

model Yo = a + bX

Dimana :

Yo = penerimaan pajak penerangan jalan

a = konstanta

b = besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit

variabel X

X = Tahun

Sebelum memperkirakan trend pajak penerangan jalan dari tahun ke tahun

maka harus diadakan uji trlebih dahulu, bila b < 0 maka perkembangan Y dan

X adalah turun dan bila b > 0 atau positif maka perkembangan Y dan X

adalah naik, selanjutnya dengan menggunakan tingkat signifikasi 5% analisis

tersebut diuji terlebih dahulu apabila probabilitasnya lebih kecil dari 0,05

maka persamaan tersebut signifikan. Maka pengolahan data dengan

menggunakan SPSS 16.0 perhitungan regresi dari penerimaan pajak

penerangan jalan selama kurun waktu 2001-2009 menghasilkan persamaan

sebagai berikut :

Y = a + b(X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12X

Nilai probabilitas X adalah 0,00 < 0,05 maka koefisien regresi tersebut

signifikan pada tingkat signifikasi 5%.

Berdasarkan persamaan regresi diatas maka nilai b adalah positif dan

lebih dari satu maka perkembangan nilai Y dan X adalah naik atau

68

penerimaan pajak penerangan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,

dan tingkat signifikasinya adalah lebih kecil dari 0,05 maka persamaan diatas

adalah signifikan. Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diketahui

perkiraan tend pajak penerangan dari tahun ke tahun, bila trend pajak pajak

penerangan jalan selama bebrapa tahun menigkat maka secara logika dapat

diramalkan bahwa pajak penerangan jalan untu tahun ke tahun yang akan

datang juga akan bertambah, maka perkiraan penerimaan pajak penerangan

jalan selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan dapat disajikan pada

perhitungan berikut ini:

1. Prediksi untuk tahun 2010

Y’ = a + b (X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (10)

= 22.768.696.964,39

2. Prediksi untuk tahun 2011

Y’ = a + b (X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (11)

= 24.753.735183,51

3. Prediksi untuk tahun 2012

Y’ = a + b (X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (12)

= 26.738.773.420,63

69

4. Prediksi untuk tahun 2013

Y’ = a + b (X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (13)

= 28.723.811.657,75

5. Prediksi untuk tahun 2014

Y’ = a + b (X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (14)

= 30.708.849.894,87

Kesimpulanya dari persamaan trend diatas maka untuk 5 tahun kedepan

penerimaan pajak penerangan jalan akan mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun.

Trend pajak penerangan jalan untuk 5 tahun diperkirakan akan

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selanjutnya untuk mengetahui

kinerja pajak penerangan jalan dapat diketahui dengan matrik kinerja pajak

daerah.. Berikut ini adalah kinerja pajak penerangan jalan yaitu pada tahun

2005-2009 yaitu :

Tabel 4.11 Kinerja Pajak Penerangan Jalan Tahun 2005-2009

Tahun Pertumbuhan Proporsi Kinerja

2005 1,00 6,46 Prima

2006 1,00 6,43 Prima

2007 1,03 6,52 Prima

2008 1,00 6,48 Prima

2009 0,20 6 ,42 Potensial

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

70

Kinerja pajak penerangan jalan dalam 5 tahun dilihat dari rasio pertumbuhan

dan proporsi, jenis pajak tersebut kinerjanya mayoritas dalam tergolong

prima karena proporsi dan pertumbuhan ≥ 1. Artinya pajak penerangan

merupakan salah satu jenis pajak yang cukup berpotensi bagi penyumbang

pendapatan pajak daerah yang tentu kontribusinya mempengaruhi pendapatan

asli daerah. Pada tahun 2009 kinerja pajak penerangan jalan terjadi

penurunan, menjadi potensial, karena Pertumbuhan < 1 dan pertumbuhanya

≥ 1. Penurunan kinerja pajak tersebut harus dapat dari faktor internal maupun

eksternal. Internal yaitu PLN sebagai lembaga pemungut pajak dan eksternal

yaitu Pemda sebagai pengelola pajak tersebut. Selanjutnya sebagai

perbandingan dengan kinerja jenis pajak daerah lainnya maka dapat dilihat

dengan matrik kinerja pajak daerah brikut ini :

Tabel 4.12 Kinerja Pajak Daerah Tahun 2005-2009

Pos

Pajak

daerah 2005 2006 2007 2008 2009

Pajak

Hotel Berkembang Berkembang Terbelakang Berkembang Terbelakang

Pajak

Restoran Berkembang Berkembang Terbelakang Berkembang Terbelakang

Pajak

Hiburan Terbelakang Terbelakang Terbelakang Terbelakang Terbelakang

Pajak

Reklame Berkembang Terbelakang Berkembang Terbelakang Terbelakang

Pajak

PJU Prima Prima Prima Prima Potensial

Pjk. Gal.

Gol C Berkembang Terbelakang Berkembang Terbelakang Terbelakang

Pajak

Parkir Berkembang Terbelakang Berkembang Berkembang Terbelakang

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

71

Kinerja pajak penerangan jalan tetap menjadi salah satu jenis pajak yang

dominan walaupun pada tahun 2009 terjadi pelemahan kinerja. Melihat dari

tabel diatas kinerja teburuk adalah pajak hiburan dalam 5 tahun ini, yaitu

terbelakang. Hal tersebut dikarenakan nilai proporsi dan pertumbuhan < 1.

Artinya dari tahun ke tahun pendapatan dari jenis pajak ini tidak ada

peningkatan yang cukup signifikan. Jenis pajak restoran dan hotel cenderung

cukup baik karena pendapatan dari jenis pajak tersebut terus terjadi

peningkatan, terlepas dari keadaan perekonomian yang dapat mengguncang

kestabilan pendapatanya. Hal tersebut juga terjadi pada jenis pajak lain

seperti pajak reklame, pajak parkir, dan pajak bahan galian golongan C. Pada

tahun 2009 seluruh kinerja pos pajak daerah menurun menjadi terbelakang

kecuali pajak penerangan jalan kinerjanya tergolong potensial.

Kinerja masing-masing pos pajak daerah telah diketahui dari uraian

sebelumnya. Selanjutnya sebagai pelengkap data kinerja dari keseluruhan

pajak maka akan dibahas mengenai collection ratio dan rasio pertumbuhan.

Pertama, collection ratio dari pajak penerangan jalan. Salah satu jenis pajak

yang diulas secara rinci dalam penelitian ini.

Tabel 4.13 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pajak Penerangan

Jalan Tahun 2005-2009

Tahun Realisasi Target Collection Ratio

2005 12.154.288.134 11.600.000.000 104,77%

2006 13.367.578.789 13.200.000.000 101,26%

2007 17.749.147.173 15.336.000.000 115,73%

2008 20.280.324.727 17.918.000.000 113.18%

2009 19.858.645.486 20.040.000.000 99,09%

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

72

Rasio pengumpulan pajak penerangan jalan rata-rata diatas 100% artinya dari

tahun 2005-2008 jenis pajak ini tergolong mencapai target yang ditentukan

oleh Pemda atau sangat efektif. Pada tahun 2009 terjadi penurunan rasio

pengumpulan yaitu dibawah 100% artinya pendapatan pajak penerangan

jalan pada tahun tersebut belum mencapai target yang ditentukan Pemda atau

tidak efektif, rasionya hanya sebesar 99,09%. Terjadi penurunan yang cukup

signifikan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai

pembanding pajak penerangan jalan dengan jenis-jenis pajak lainya dapat

dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.14 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pos Pajak

Daerah Tahun 2005-2009

Pos Pajak

daerah

2005

(%)

2006

(%)

2007

(%)

2008

(%)

2009

(%)

Pajak Hotel 100,21 100,71 93,01 118,39 113,13

Pajak Restoran 100,67 101,24 101,15 126,16 100,06

Pajak Hiburan 96,77 76,15 100,76 85,58 62,41

Pajak Reklame 127,38 100 104,26 102,24 110,25

Pajak PJU 104,77 101,26 115,73 113,18 99,09

Pjk. Gal. Gol C 120,95 107,14 169,52 107,42 103,02

Pajak Parkir 122 121,68 156,83 136,45 151,69

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Seluruh jenis pajak daerah rata-rata pendapatanya telah mecapai target yang

ditentukan oleh Pemda. Pada tahun 2009 seluruh jenis pajak daerah rasionya

diatas 100%. Hanya pada jenis pajak hiburan dan pajak penerangan jalan

yang belum mencapai target yang ditentukan. Pada tahun 2005 hanya pos

pajak hiburan yang tidak efektif karena kurang dari 100% sedangkan pos

pajak yang lain dalam kategori sangat efektif karena rasionya diatas 100%.

73

Hal tersebut juga terjadi pada tahun 2006, pajak hiburan dalam kategori tidak

efektif, dan pajak reklame 100% artinya efektif, dan pos pajak lainya sangat

efektif, pada tahun 2007 pos pajak hotel masuk dalam kategori tidak efektif

karena CLR sebesar 93,01% dan pos pajak lainya tergolong sangat efektif.

Pada tahun 2008 pos pajak hiburan kembali menjadi jenis pajak yang ada

dalam kategori tidak efektif sedangkan pos pajak lainya masuk dalam

kategori sangat efektif. Untuk tahun 2009 ada dua pos pajak daerah yang

masuk dalam kategori tidak efektif yaitu pajak hiburan dengan indeks CLR

sebesar 62,41 dan pajak penerangan jalan sebesar indeks CLR 99,09, padahal

PJU adalah adalah satu jenis pajak yang dominan pendapatanya dalam tahun

ke tahun.

Kedua, rasio pertumbuhan. Untuk mengetahui seberapa besar

pertumbuhan jenis-jenis pajak daerah. Rasio pertumbuhan seluruh jenis pajak

daerah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.15 Pertumbuhan Pajak Daerah Tahun 2005-2009

Pos Pajak daerah 2005 2006 2007 2008 2009

Pajak Hotel 0,24 0,15 0,16 0,30 0,17

Pajak Restoran 0,28 0,13 0,11 0,44 -0,06

Pajak Hiburan 0,11 0,07 0,19 -0,06 0,32

Pajak Reklame 0,57 0,15 -0,07 0,16 0,15

Pajak PJU 0,13 0,09 0,33 0,14 -0,02

Pjk. Gal. Gol C 0,25 -0,07 0,63 0,05 0,02

Pajak Parkir 0,42 0,03 0,46 0,78 0,58

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Pertumbuhan keseluruhan pos pajak daerah cenderung positif akan tetapi

fluktuatif. Terjadi peningkatan dan penurunan pertumbuhan selama kurun

74

waktu 5 tahun. Pada tahun 2009 pajak restoran dan pajak penerangan jalan

pertumbuhanya negatif artinya pendapatan tahun ini tidak ada peningkatan

atau terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Sedangkan jenis pajak lain

seperti pajak reklame, pajak hotel, pajak parkir dan pajak bahan galian

golongan C tarjadi peningkatan pendapatan dari tahun sebelumnya.

2. Analisis Potensi Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Karanganyar

Peraturan daerah tentang pajak penerangan jalan di Kabupaten

Karanganyar daiatur dalam Peraturan daerah No. 16 tahun 2002. Jenis pajak

ini merupakan salah satu jenis pajak yang dominan kontribusinya terhadap

pendapatan pajak daerah. Hal tersebut telah dibuktikan dalam kinerja dan

kontribusi jenis pajak tersebut sebelumnya. Pajak penerangan jalan

pemungutanya dengan cara with holding system. Pemerintah daerah

Kabupaten Karanganyar telah memberi wewenang tugas pemungutan ini

kepada PLN. Hasil pendapatan dari pajak tersebut diteruskan kepada Pemda

dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (DPPKAD), untuk dikelola. Selama ini Pemda hanya mengenal

istilah target dan realisasi sebagai penetapan pendapatan dari tahun ke tahun.

Penetapan target hanya bersifat meningkat dari persentase sebelumnya

(incremental) metode tersebut terjadi kelemahan karena tanpa

mempertimbangkan coverage ratio atau sejauhmana realisasi telah dapat

mendekati potensi yang ada. Ketentuan dalam coverage ratio adalah :

1. Indeks coverage ratio 0% - 25% artinya rendah sekali

2. Indeks coverage ratio 25% - 50% artinya rendah

75

3. Indeks coverage ratio 50% - 75% artinya sedang atau cukup

4. Indeks coverage ratio 75% - 100% artinya tinggi

Mengukur kemampuan pemungutan penerimaan daerah dapat dilakukan

berdasarkan potensi yang ada dengan relisasi yang diterima. Adanya potensi

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, akan terjadi pula

perbedaan pola hubungan. (Abdul Halim : 2004)

Bedasarkan teori potensi keuangan daerah tersebut maka tingkat

potensi pemungutan pos pajak daerah bagi penerimaan pajak daerah berbeda-

beda dengan tingkat kemampuan masing-masing sumber daya yang ada.

Potensi adalah keseluruhan pendapatan yang memungkinkan dapat dicapai

berdasarkan kondisi dan perkembangan objek sumber pendapatan yang

dimaksud dalam hal ini adalah pajak penerangan jalan. Dalam perhitungan

potensi pajak penerangan jalan ini, penelitian menggunakan data sekunder

dari 2 (dua) wilayah yaitu Karanganyar dan Palur. Keduanya termasuk dalam

UPJ Karanganyar dan UPJ Palur. Rumus yang digunakan untuk menghitung

potensi pajak penerangan jalan adalah realisasi penjualan tenaga listrik x tarif

masing-masing golongan. Selanjutnya setelah diketahui potensi yang ada

maka efektifitas potensi pajak penerangan jalan dapat diketahui dengan

rumus coverage ratio dengan cara pembagian antara realisasi penerimaan

pendapatan pajak penerangan jalan dengan potensi pajak penerangan jalan.

Pertama adalah penelitian yang dilaksanakan pada UPJ Karanganyar.

Wilayah ini mayoritas pelanggan PLN adalah rumah tangga, dan selanjutnya

76

adalah golongan industri dan bisnis, tabel realisasi penjualan tenaga listrik

akan disajikan berikut ini :

Penjualan Tenaga Listrik

PLN UPJ Karanganyar

Tahun 2009

Tabel 4.16 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Rumah Tangga

Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL

Biaya Beban

(Rp)

Biaya Pemakaian

(Rp)

KWH KVARH

Januari 738.685.220 2.475.154.155 - 3.213.839.375

Februari 738.138.445 2.297.648.475 - 3.305.786.902

Maret 745.116.310 2.335.760.030 - 3.080.876.340

April 738.384.720 2.327.878.470 - 3.066.263.190

Mei 737.847.915 2.385.280.895 - 3.123.128.810

juni 736.154.815 2.547.785.320 - 3.283.940.135

Juli 735.129.075 2.450.150.605 - 3.185.279.680

Agustus 734.733.180 2.482.024.785 - 3.216.757.965

September 734.130.150 2.548.719.495 - 3.318.849.645

Oktober 732.814.815 2.695.521.325 - 3.428.336.140

November 731.700.360 2.664.727.635 - 3.396.427.995

Desember 731.206.280 2.606.143.630 - 3.337.349.910

Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 38.686.836.105

Sumber : PLN UPJ Karanganyar, 2009

77

Tabel 4.17 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Bisnis

Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL

Biaya Beban

(Rp)

Biaya Pemakaian

(Rp)

KWH KVARH

Januari 76.489.700 521.541.655 68.990 598.109.345

Februari 75.442.125. 544.838.630 374.530 620.655.285

Maret 72.942.415 541.777.100 - 614.714.515

April 73.000.380 541.966.270 356.260 615.094.780

Mei 72.822.705 564.294.225 - 673.116.930

juni 72.731.790. 589.655.460 - 662.116.930

Juli 72.490.575 595.954.810 - 668.445.385

Agustus 72.386.780 578.895.720 - 651.264.500

September 72.234.690 608.728.190 - 680.962.880

Oktober 72.165.300 563.810.565 714.560 636.690.425

November 73.032.240 591.704.115 - 664.736.355

Desember 71.729.330 611.789.275 128.130 683.346.735

Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 7.713.829.385

Sumber : PLN UPJ Karanganyar, 2009

78

Tabel 4.18 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Industri

Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL

Biaya Beban

(Rp)

Biaya Pemakaian

(Rp)

KWH KVARH

Januari 64.193.760 425.806.450 29.800 490.030.010

Februari 65.161.360 457.043.785 874.030 523.079.175

Maret 65.208.560 530.443.535 - 603.652.095

April 63.792.500 531.747.955 - 595.540.515

Mei 63.792.560 501.917.210 927.925 566.637.695

Juni 64.642.160 516.511.395 40.195 581.193.750

Juli 64.476.960 578.729.160 21.355.035 600.084.195

Agustus 62.234.390 638.100.040 33.555.205 733.689.635

September 56.163.860 686.949.660 32.660.395 775.773.915

Oktober 55.290.660 557.130.985 25.291.730 637.713.375

November 55.715.460 674.005.610 11.248.775 740.969.845

Desember 55.525.660 593.459.663 - 648.986.325

Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 7.497.350.530

Sumber : PLN UPJ Karanganyar, 2009

Ketiga tabel tersebut merupakan data realisasi penjulan tenaga listrik

dari tiga golongan wajib pajak penerangan jalan yaitu Rumah tangga (R),

Industri (I), dan Bisnis (B) dari UPJ PLN Karanganyar. Selanjutnya adalah

realisasi penjualan tenaga listrik UPJ PLN Palur, data tersebut disajikan pada

tabel berikut ini :

79

Penjualan Tenaga Listrik

PLN UPJ PALUR

Tahun 2009

Tabel 4.19 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Rumah Tangga

Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL

Biaya Beban

(Rp)

Biaya Pemakaian

(Rp)

KWH KVARH

Januari 391.906.990 1.511.849.375 - 1.903.756.365

Februari 390.949.325 1.446.135.835 - 1.837.085.160

Maret 390.781.290 1.391.250.020 - 1.782.031.310

April 390.831.670 1.529.836.250 - 1.920.667.920

Mei 390.166.215 1.549.626.785 - 1.939.793.000

Juni 389.006.660 1.625.730.095 - 2.014.736.755

Juli 389.615.155 1.554.797.960 - 1.944.413.115

Agustus 388.506.456 1.574.569.135 - 1.963.075.600

September 386.479.030 1.598.182.215 - 1.984.661.245

Oktober 385.709.310 1.652.553.680 - 2.038.262.900

November 385.677.375 1.712.964.225 - 2.098.641.600

Desember 384.720.640 1.683.163.350 - 2.067.883.990

Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 23.505.018.050

Sumber : PLN UPJ Palur, 2009

80

Tabel 4.20 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Bisnis

Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL

Biaya Beban

(Rp)

Biaya Pemakaian

(Rp)

KWH KVARH

Januari 146.683.495 1.054.995.165 - 1.201.678.660

Februari 145.521.315 1.078.993.715 - 1.224.515.030

Maret 144.144.060 978.284.680 - 1.122.428.740

April 144.427.965 1.095.318.965 - 1.239.746.930

Mei 144.470.005 1.148.324.545 - 1.292.794.550

Juni 141.515.215 1.224.703.550 - 1.366.218.765

Juli 140.490.420 1.204.318.575 - 1.344.808.995

Agustus 140.193.995 1.166.960.250 - 1.307.154.245

September 139.549.520 1.131.312.320 - 1.270.861.840

Oktober 139.104.425 1.041.111.295 - 1.180.215.720

November 138.258.190 1.253.250.780 - 1.391.508.970

Desember 138.068.765 1.123.637.375 - 1.261.706.140

Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 15.202.638.585

Sumber : PLN UPJ Palur, 2009

81

Tabel 4.21 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Industri

Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL

Biaya Beban

(Rp)

Biaya Pemakaian

(Rp)

KWH KVARH

Januari 2.722.711.630 22.808.974.570 24.743.205 25.556.429.405

Februari 2.739.763.905 23.762.132.170 25.874.050 26.527.770.125

Maret 2.758.045.080 24.292.042.245 21.493.215 27.071.580.540

April 2.800.506.930 25.389.400.090 25.252.240 28.215.159.260

Mei 2.813.289.520 24.591.682.705 27.409.395 27.432.381.620

Juni 2.826.781.695 26.026.990.640 28.030.530 28.881.802.865

Juli 2.629.350.805 25.533.352.970 11.916.440 28.174.620.215

Agustus 2.664.664.630 25.672.013.680 11.709.225 28.328.387.535

September 2.634.004.915 25.650.054.830 12.588.245 28.296.647.990

Oktober 2.627.511.780 20.864.857.325 26.002.155 23.518.371.260

November 2.642.196.080 26.304.076.540 31.945.145 28.978.217.765

Desember 2.629.142.205 25.693.527.260 49.900.805 28.372.570.270

Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 329.353.956.850

Sumber : PLN UPJ Palur, 2009

Ketiga tabel diatas merupakan data yang menunjukkan realisasi

penjualan tenaga listrik dari UPJ PLN Palur. Untuk mengetahui potensi

keseluruhanya atau 2 (dua) UPJ PLN yaitu Karanganyar dan Palur maka

selanjutnya akan dijelaskan dalam perhitungan potensi pajak penerangan

jalan yaitu :

82

Perhitungan Potensi Pajak Penerangan Jalan

Keterangan

1. UPJ PLN Karanganyar

Gol. Rumah Tangga

Gol. Industri

Gol. Bisnis

2. UPJ PLN Palur

Gol. Rumah Tangga

Gol. Industri

Gol. Bisnis

Realisasi Penjualan

Tenaga Listrik

38.686.836.105

7.497.350.530

7.713.829.385

23.505.018.050

329.353.956.850

15.202.638.585

53.898.016.020

368.061.613.485

421.959.629.505

Estimasi Potensi = Realisasi Penjulaan Tenaga listrik X Tarif

Pajak

= 421.969.629.505 X 9%

= 37.976.366.655,45

Coverage Ratio =jalan peneranganpajak Potensi

jalan peneranganpajak penerimaan Realisasi

= 19.858.645.486

37.967.366.665,45

= 0,5229

83

Berdasarkan perhitungan potensi pajak penerangan jalan pada tahun 2009,

untuk UPJ PLN Karanganyar yaitu dengan jumlah Rp 4.850.821.441,8 dan

untuk UPJ PLN Palur adalah Rp 33.125.545.213,65. Total potensi pajak

penerangan jalan dari kedua UPJ PLN tersebut adalah Rp 37.976.366.655,45.

Tingkat penggalian potensi pajak penerangan jalan di Kabupaten

Karanganyar adalah sebesar 52,29% artinya berdasarkan indeks coverage

ratio masuk dalam kategori sedang atau cukup. Proses pemungutan pajak

penerangan jalan selama tahun 2009 cukup baik, akan tetapi adanya selisih

antara realisasi penerimaan pajak penerangan jalan dengan pontensi sebesar

Rp 18.117.721.169,45 artinya bahwa masih terdapat sejumlah potensi yang

belum bisa dioptimalkan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD). Penggalian

potensi pajak penerangan jalan memiliki sejumlah faktor yang mendukung

tingkat penggalian potensi pajak penerangan jalan di Kabupaten

Karanganyar. Faktor-faktor tersebut antara lain PLN sebagai institusi yang

diberi wewenang oleh Pemda untuk mengadakan pemungutan pajak, wajib

pajak adalah orang atau badan yang mempunyai kewajiban untuk melunasi

jenis pajak yang terutang, dan terakhir adalah Pemerintah daerah yang

sebagai otoritas tertinggi untuk mengatur peratuaran daerah termasuk pajak

daerah, untuk dalam hal ini pengelolaan pajak penerangan jalan dikelola oleh

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah di Kabupaten

Karanganyar.

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan dalam

penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan

disajikan kesimpulan dan saran, antara lain sebagai berikut :

1. Kinerja Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Karanganyar

a. Kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah dari

tahun ke tahun cenderung menurun dari tahun ke tahun. Kontribusi

terbesar pada tahun 2005 mencapai 35,43% selanjutnya pada tahun 2006

menurun menjadi 29,02%, pada tahun 2007 naik menjadi 31,17% dan

tahun 2008 sebesar 31,46 dan kontribusinya kembali menurun pada tahun

2009 yang hanya sebesar 29,65%. Untuk analisis trend dalam kurun waktu

5 (lima) tahun kedepan diprediksi akan mengalami peningkatan jumlah

penerimaan pajak penerimaan pajak penerangan jalan.

b. Kinerja pajak penerangan jalan pada tahun 2009 adalah potensial dengan

tingkat pertumbuhan 0,20 dan proporsi 6,42. Dalam kurun waktu 5 tahun

kinerja pajak penerangan jalan yang terburuk adalah tahun 2009. Karena

pada tahun 2005-2008 kinerja pajak penerangan jalan kinerjanya adalah

prima. Pada tahun 2009 tidak hanya pajak penerangan jalan yang

mengalami penurunan kinerja. Pos pajak lain dalam tahun tersebut

kinerjanya adalah terbelakang hal tersebut dikarenakan tingkat proporsi

85

dan pertumbuhan < 1. Penurunan tersebut dikarenakan penerimaan

pedapatan tahun ini lebih kecil daripada tahun sebelumnya.

c. Pajak penerangan jalan berdasarkan collection ratio pada tahun 2005

sebesar 104,77%, tahun 2006 sebesar 101,26%, 2007 sebesar 115,73% dan

2008 sebesar 113,18% artinya sangat efektif pada tahun 2009 sebesar

99,09% tidak efektif, artinya berdasarkan raiso pengumpulan dari 2005-

2008 pajak penerangan jalan telah mencapai target yang ditetapkan karena

> 100%. Sedangkan pada tahun 2009 menurun < 100% artinya penerimaan

pajak tersebut tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan.

d. Rasio pertumbuhan pajak penerangan jalan pada tahun 2005 sebesar 0,13,

tahun 2006 sebesar 0,09, tahun 2007 sebesar 0,33, tahun 2008 sebesar 0,14

dan pada tahun 2009 sebesar -0,02. Selama kurun waktu 2005-2008,

pertumbuhanya positif artinya pendapatan yang diterima pada tahun

tersebut lebih besar dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2009

pertumbuhan pajak penerangan jalan negatif artinya pandapatan pada

tahun 2009 lebih kecil daripada tahun sebelumnya atau terjadi penurunan

penerimaan pendapatan pajak penerangan jalan.

2. Potensi Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Karanganyar

Potensi pajak penerangan jalan yang didapat dari 2 (dua) Unit

Pelayanan Jaringan (UPJ) Karanganyar dan Palur menunjukkan jumlah

potensinya sebesar Rp 37.976.366.655,45, perhitungan tersebut didapat dari

realisasi penjualan tenaga listrik dari 2 (dua) UPJ dikalikan dengan tarif pajak

penerangan jalan, sesuai dengan Perda No. 16 tahun 2002, golongan wajib

86

pajak yaitu golongan rumah tangga, industri dan bisnis adalah senesar 9%.

Berdasarkan indeks coverage ratio yaitu sebesar 52,29% maka termasuk

dalam kategori sedang atau cukup. Selisih antara realisasi penerimaan dengan

potensi adalah sebesar Rp 18.117.721.169,45. Artinya pemungutan pajak

penerangan jalan yang belum optimal ini harus digali kembali berdasarkan

potensi yang ada, dan inilah tugas wajib pajak, aparat pemungut pajak dan

pengelola pajak agar memperbaiki potensi yang seharusnya dimiliki oleh

Kabupaten Karanganyar.

B. Saran

1. Kinerja pajak yang tidak stabil pada 5 (lima) tahun ini, menjadi tugas berat

bagi Pemerintah Daerah Karangayar. Maka diharapkan Pemda secara

berkesinambungan mengadakan review atas cara kerja seluruh jajaran

pegawai yang termasuk dalam wilayah keuangan daerah yaitu segala

macam bentuk penghimpunan dan pengelolaan pendapatan asli daerah

terutama penerimaan pajak.

2. Pemerintah daerah diharapakan tidak hanya mengembangkan atau

memberikan akses yang luas atau kemudahan dalam pelaksananya pada

satu jenis pajak yang mempunyai kinerja prima, sehingga pos pajak yang

lain yang sama-sama potensial menjadi kinerjanya tidak optimal, yang

tentu akan mempengaruhi penerimaan pendapatan asli daerah.

87

3. Perekrutan sumber daya manusia (SDM) sebaiknya dilaksanakan dengan

test yang kompetitif dan professional, sehingga bagian-bagian pekerjaan

daerah ditempati oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya.

4. Instansi pemungutan pajak yang telah diberi wewenang yang dilindungi

secara penuh oleh undang-undang artinya atas nama hukum yang berlaku

di Indonesia, harus melakukan tugasnya secara profesional dengan tidak

memihak atau melindungi seseorang, badan ataupun pihak yang lainya

yang melenceng dari ketentuan perundang-undangan terutama dalam

bidang pajak.

5. Dinas pengelolaan pendapatan daerah, sebaiknya memulai untuk

memperhitungkan potensi dari segala pos pajak daripada hanya mengacu

pada realisasi dan target yang hanya bersifat incremental dan tidak hanya

mengembangkan salah satu jenis pajak yang dominan dan mencoba

menambah jenis pajak daerah baru yang penerimaanya akan lebih kecil

dari biaya pemungutanya karena tidak efisien.

6. Hasil dari pajak penerangan jalan harus digunakan secara efektif dan

efisien bagi kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang penerangan

jalan agar masyarakat secara nyata merasakan manfaat pajak tersebut

88

DAFTAR PUSTAKA

Bamim, Selamat. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Daerah.

Kajian Ekonomi, Vol. I. No. 1

Dajan, Anto. 1975. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Jakarta: LP3ES

Devas, CN. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: UI

Press

Didit Welly Udjianto. 2007. Efisiensi Pajak Daerah Suatu Tindakan

Elastisitas (Studi kasus di Yogyakarta). Jurnal Ekonomi, Vol xvii

No. 1

Ditjen PUOD. 1989. Manual Pendapatan Daerah. Jakarta : Departemen

Dalam Negeri

Djarwanto, PS. 1993. Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE

Guritno, Mangkusubroto. 1996. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE

Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah : Edisi Revisi.

Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Kano, Josef Riwu. 1990. Prospek Otonomi Daerah di Republik Indonesia:

Identifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi

penyelenggaraanya. Jakarta: Rajawali Pers

Kesit Bambang Prakosa. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta:

UII Pers

Linclon, Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan

Ekonomi Daerah. BPFE. Yogyakarta

Mangkusubroto, Guritno. 1996. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE

Mardiasmo. 2003. Perpajakan Edisi . Yogyakarta : Andi

Mudrajad, Kuncoro. 1995. Desentralisasi Fiskal di Indonesia. Jakarta:

Jurnal Prisma No. 4

89

Mudrajad, Kuncoro. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah:

Reformasi, perancanaan, strategi dan peluang. Yogyakarta:

Erlangga

Munawir. 1997. Perpajakan. Yogyakarta : Liberty

Peraturan Daerah No. 16. Tentang Pajak Penerangan Jalan. Tahun 2002.

Karanganyar

Pemerintah Republik Indonesia. UU No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan

Retribusi Daerah

Pemerintah Republik Indonesia. PP No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak

Daerah

Soemitro, Rochmat. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak

Pendapatan. Bandung: PT. Eresco

Suandy, Erly. 2000. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat

90

91

1. Matrik Kinerja Pos Pajak Daerah

Pajak Penerangan Jalan

Tahun Pertumbuhan Proporsi

2005 1 6,46

2006 1 6,43

2007 1,03 6,52

2008 1 6,48

2009 0.20 6,42

Pajak Hotel

Tahun Pertumbuhan Proporsi

2005 1,92 0,17

2006 1,6 0,18

2007 0,51 0,16

2008 2,21 0,18

2009 -1,77 0,21

Pajak Restoran

Tahun Pertumbuhan Proporsi

2005 2,15 0,10

2006 1,3 0,13

2007 0,35 0,09

2008 3,14 0,11

2009 0,72 0,11

92

Pajak Hiburan

Tahun Pertumbuhan Proporsi

2005 0,84 0,08

2006 0,7 0,08

2007 0,61 0,07

2008 -0,42 0,08

2009 -3,44 0,08

Pajak Reklame

Tahun Pertumbuhan Proporsi

2005 4,38 0,10

2006 1,5 0,11

2007 -0,23 0,08

2008 1,14 0,08

2009 -1,56 0,09

Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Gol. C

Tahun Pertumbuhan Proporsi

2005 1,92 0,06

2006 -0,7 0,05

2007 2,03 0,06

2008 0,35 0,5

2009 -0,20 0,06

93

Pajak Parkir

Tahun Pertumbuhan Proporsi

2005 3,23 0,0038

2006 0,4 0,036

2007 1,48 0,004

2008 5,57 0,006

2009 -6,04 0,01

2. Pertumbuhan Pos Pajak

Pajak Penerangan Jalan

Tahun Realisasit Pertumbuhan

2005 12.154.288.134 0,1269

2006 13.367.578.789 0,0998

2007 17.749.147.173 0,3277

2008 20.280.324.727 0,1426

2009 19.858.645.486 -0,020

Pajak Pajak Hotel

Tahun Realisasit Pertumbuhan

2005 325.695.699 0,2456

2006 377.673.020 0,1595

2007 440.428.766 0,1661

2008 575.420.710 0,3065

2009 673.963.200 0,171

94

Pajak Restoran

Tahun Realisasit Pertumbuhan

2005 201.345.473 0,28

2006 227.795.587 0,13

2007 254.303.867 0,11

2008 367.613.892 0,44

2009 341.932.742 -0,06

Pajak Hiburan

Tahun Realisasit Pertumbuhan

2005 159.637.550 0,11

2006 171.358.635 0,07

2007 204.557.075 0,19

2008 191.433.518 -0,06

2009 254.092.442 0,32

Pajak Reklame

Tahun Realisasit Pertumbuhan

2005 203.819.182 0,57

2006 235.000.000 0,15

2007 218.820.822 -0,07

2008 255.641.360 0,16

2009 295.208.244 0,15

95

Pajak Pengambilan dan pengolahan bahan Gal. Gol C

Tahun Realisasit Pertumbuhan

2005 114.907.839 0,25

2006 107.142.203 -0,07

2007 175.165.775 0,63

2008 184.617.954 0,05

2009 189.342.455 0,02

Pajak Parkir

Tahun Realisasit Pertumbuhan

2005 7.320.000 0,42

2006 7.605..000 0,03

2007 11.135.000 0,46

2008 19.820.000 0,78

2009 31.367.250 0,58

96

3. Collection Ratio

Pajak Hotel

Tahun Realisasi Target CLR (%)

2005 325.695.699 325.000.000 100,21

2006 377.673.020 225.000.000 100,71

2007 440.428.766 437.525.000 93,01

2008 575.420.710 486.027.000 118,39

2009 673.963.200 595.713.000 113,13

Pajak Restoran

Tahun Realisasi Target CLR (%)

2005 201.345.473 200.000.000 100,67

2006 227.795.587 225.000.000 101,24

2007 254.303.867 251.400.000 101,15

2008 367.613.892 291.384.000 85,58

2009 341.932.742 341.712.000 62,41

97

Pajak Hiburan

Tahun Realisasi Target CLR (%)

2005 159.637.560 165.000.000 96,77

2006 171.358.635 225.000.000 76,15

2007 204.557.075 203.000.000 100,76

2008 191.433.518 223.668.000 85,58

2009 254.092.442 407.100.000 62,41

Pajak Reklame

Tahun Realisasi Target CLR (%)

2005 203.819.182 160.000.000 127,38

2006 235.000.000 235.000.000 100

2007 218.820.822 209.874.000 104,26

2008 255.641.360 250.020.000 102,24

2009 295.208.244 267.750.000 110,25

Pajak Penerangan Jalan

Tahun Realisasi Target CLR (%)

2005 12.154.288.134 11.600.000.000 104,77

2006 13.367.578.789 13.200.000.000 101,26

2007 17.749.147.173 15.336.000.000 115,73

2008 20.280.324.727 17.918.000.000 113,18

2009 19.858.645.486 20.040.000.000 99,09

98

Pajak Bahan Gal. Gol C

Tahun Realisasi Target CLR (%)

2005 114.907.839 95.000.000 120,95

2006 107.142.203 100.000.000 107,14

2007 254.303.867 150.013.520 165,52

2008 184.617.954 171.855.540 107,42

2009 189.342.455 183.787.250 103,02

Pajak Parkir

Tahun Realisasi Target CLR (%)

2005 7.320.000 6.000.000 122

2006 7.605.000 6.250.000 121,68

2007 11.135.000 7.100.000 156,83

2008 19.820.000 14.525.460 136,45

2009 31.376.250 20.684.000 151,69

99

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Xa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Y

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .985a .970 .965 1.027E9

a. Predictors: (Constant), X

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.364E20 1 2.364E20 224.078 .000a

Residual 7.386E18 7 1.055E18

Total 2.438E20 8

a. Predictors: (Constant), X

b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.918E9 7.462E8

3.911 .006

X 1.985E9 1.326E8 .985 14.969 .000

a. Dependent Variable: Y

100