fakultas ekonomi universitas sebelas maret …/analisis...ii analisis kinerja dan potensi pajak...
TRANSCRIPT
ii
ANALISIS KINERJA DAN POTENSI
PAJAK PENERANGAN JALAN DI KABUPATEN
KARANGANYAR
Skripsi
Diajukan guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
HAJAR SOLIKAH
F0106042
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
v
MOTTO
“Pelajarilah ilmu”
Barangsiapa mempelajarinya karena ALLAH, itu Taqwa.
Menuntutnya, itu Ibadah.
Mengulang-ulangnya, itu Tasbih.
Membahasnya itu Jihad.
Mengajarkanya kepada orang yang tidak tahu, itu Sedekah
Memberikannya kepada ahlinya, Itu mendekatkan diri kepada Tuhan
(Abusy Syaikh Ibnu Hibban dan Ibnu Abdil Barr, Ilya Al-Ghozali)
Selalu bersikap tulus dalam memberi bantuan,
tanpa pernah mencoba mengungkit dan mempertanyanyakan kembali
kebaikan apa yang pernah kita perbuat pada seseorang
(penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini Untuk :
Sang Maha Pencipta
Ibu dan Bapak ku tercinta
Adiku Anna Muslimah
Kakaku Winardi
Eko Mardiyanto
Almarhum Nenek
Seluruh keluarga besar
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Segala puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT dengan segala
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Kinerja
dan Potensi Pajak Penerangan Jalan” dapat diselesaikan oleh penulis. Penelitian ini
membahas mengenai kinerja salah satu jenis pajak daerah di Kabupaten Karanganyar
selam kurun waktu tahun 2005-2009 yaitu pajak penerangan jalan, selanjutnya adalah
menghitung potensi pajak tersebut untuk mengetahui efektivitas pemungutan pajak
penerangan jalan.
Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir di Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret, akan tetapi diharapkan skripsi ini juga dapat bermaanfaat bagi
masyarakat luas terutama mengenai pajak daerah dan kontribusinya terhadap
pendapatan asli daerah dan terhadap pembangunan daerah.
Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih atas segala bantuan
yang diberikan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi selama ini, yaitu
kepada :
1. Bapak Sumardi, SE. selaku pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu
dan pikiran dalam membantu penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Akt. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.si. selaku ketua jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
viii
4. Dra. Izza Mafruhah, M.si selaku sekretaris jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi karena telah membagi ilmunya dan
memberi pembelajaran selama ini.
6. Bapak Drs. Sutomo, MS selaku Pembantu Dekan I dan sebagai pembimbing
akademik yang telah banyak memberikan saran dalam pengambilan mata kuliah
dan lain-lain.
7. Bapak Anwar Djatmadi, SE. selaku manajer UPJ PLN Karanganyar yang
memberikan kesempatan memperoleh data.
8. Seluruh jajaran pegawai PLN UPJ Karanganyar dan Palur atas bantuannya.
9. Orang tua, adik, kakak dan seseorang terkasih atas doa dan semangatnya.
10. Keluarga Pakde Tawi atas seluruh bantuanya selama ini.
11. Keluarga besar di Jawa Timur dan Karanganyar atas segala doa dan motivasinya
selama ini.
12. Sahabat-sahabat ku Vihi, Pipik, Shanti dan Berna atas bantuanya selama ini
13. Teman-teman yang tidak dapat kusebutkan semua yang selalu ada dan mengerti
keadaanku.
14. Seluruh staff pegawai administrasi di Fakultas Ekonomi
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan
akan tetapi diharapkan sebisa mungkin tidak mengurangi inti dari pembahasan
permasalahan, tujuan penelitian ini dan hasilnya yang merupakan gambaran yang
bersifat nyata dari obyek yang diteliti.
ix
Akhirnya segala kekurangan dan kesalahan adalah tanggung jawab penulis
dan apabila terdapat kebenaran semata karena ridho dan petunjuk Allah. Sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bermanfaat bagi
bersama dan dapat menjadi motivasi bagi pembangunan terutama daerah kita yang
hasilnya dapat dinikmati bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAKSI ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah ............................................................................ 9
B. Keuangan Daerah .......................................................................... 12
C. Sumber Pendapatan Daerah .......................................................... 14
D. Produk Domestik Regional Bruto ................................................. 15
E. Teori Perpajakan ............................................................................ 17
1. Pengertian Pajak ........................................................................ 17
xi
2. Fungsi Pajak ............................................................................. 19
3. Prinsip Pemungutan Pajak ......................................................... 21
F. Pajak Daerah .................................................................................. 23
1. Timbulanya Pajak Daerah ......................................................... 23
2. Pengertian Pajak Daerah ........................................................... 25
3. Sistem Pemungutan Pajak Daerah ............................................. 28
G. Retribusi Daerah ........................................................................... 29
H. Batasan Pajak Penerangan Jalan ................................................... 30
1. Pengertian Pajak Penerangan Jalan ........................................... 30
2. Dasar Pengenaan Tarif .............................................................. 31
3. Subjek Pajak Penerangan Jalan ................................................. 32
4. Objek Penerangan Jalan ............................................................ 32
5. Sistem Pemungutan Pajak Penerangan Jalan ............................ 32
I. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 33
J. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 36
K. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 38
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 38
C. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 38
D.Teknik dan Metode Analisis Data ................................................... 39
xii
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar ............................... 46
B. Analisis Data
1. Analisis Kinerja Pajak Penerangan Jalan ............................... 59
2. Analisis Potensi Pajak Penerangan Jalan ............................... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 84
B. Saran ........................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah ...................................................... 4
Tabel 1.2 Tabel Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2009 ........................................................................ 5
Tabel 3.1 Matrik Kinerja Pajak/Retribusi daerah. .............................. 42
Tabel 4.1 Jumlah Keluarga dan Penduduk dirinci menurut Jenis
dan Kecamatan Tahun 2008................................................. 48
Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2007-2008 ................................................................ 55
Tabel 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar
Harga Konstan Kabupaten Karanganyar
Tahun 2004- 2008 ............................................................... 56
Tabel 4.4 Inflasi Kab. Karanganyar 2004-2008 .................................. 58
Tabel 4.5 Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar
Tahun 2005-2009 ................................................................ 61
Tabel 4.6 Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar
Tahun 2005-2009 ............................................................... 62
Tabel 4.7 Target Pajak Daerah Kab. Karanganyar
Tahun 2005-2009 ................................................................ 62
Tabel 4.8 Realisasi Pajak Daerah Kab. Karanganyar
Tahun 2005-2009 ................................................................ 63
Tabel 4.9 Kontribusi Pajak Daerah Kab. Karanganyar
Tahun 2005-2009 ................................................................ 64
xiv
Tabel 4.10 Kontribusi Pajak penerangan Jalan (PJU)
Tahun 2005-2009 ................................................................ 66
Tabel 4.11 Kinerja Pajak Penerangan Jalan Tahun 2005-2009 ............ 69
Tabel 4.12 Kinerja Pajak Daerah Tahun 2005-2009 ............................. 70
Tabel 4.13 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pajak Penerangan
Jalan Tahun 2005-2009 ...................................................... 71
Tabel 4.14 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pos
Pajak Daerah Tahun 2005-2009 .......................................... 72
Tabel 4.15 Pertumbuhan Pajak Daerah Tahun 2005-2009 ................... 73
Tabel 4.16 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Rumah Tangga ......... 76
Tabel 4.17 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Bisnis........................ 77
Tabel 4.18 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Industri ..................... 78
Tabel 4.19 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Rumah Tangga ......... 79
Tabel 4.20 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Bisnis........................ 80
Tabel 4.21 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Industri ..................... 81
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pajak Penerangan Jalan ...................... 36
Gambar 4.1 Jumlah penduduk Kab. Karanganyar tahun 2004-2008 ....... 49
ii
ABSTRAKSI
HAJAR SOLIKAH
F0106042
ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN
DI KABUPATEN KARANGANYAR
Pajak penerangan jalan (PJU) adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik
dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang
rekeningnya dibayar oleh Pemerintah daerah. Secara garis besar penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik obyek pajak penerangan jalan sebagai
pertimbangan layak tidaknya setoran pajak ke pemerintah Kabupaten Karanganyar,
mengetahui seberapa besar potensi dan kinerja pajak pajak penerangan jalan, yang
mempunyai kontribusi cukup besar bagi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD).
Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif untuk mengetahui gambaran
kinerja pajak penerangan jalan dan analisis kuantitatif yang digunakan untuk
mengkaji karakteristik obyek pajak dan perhitungan estimasi potensi pajak
penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Aset
Daerah (DPPKAD), Badan Pusat Statistik (BPS), dan PLN Unit Pelayanan Jaringan
(UPJ) Karanganyar dan Palur.
Berdasarkan penelitian tersebut kontribusi Pajak penerangan jalan terhadap
PAD pada tahun 2009 sebesar 29,65% dan kinerjanya pada tahun 2005-2008
tergolong prima dan pada tahun 2009 tergolong potensial. Untuk trend PJU untuk
lima tahun kedepan diperkirakan meningkat dari tahun ke tahun. Indeks coverage
ratio pajak penerangan jalan sebesar 52,29% artinya termasuk kriteria cukup baik
dalam proses pemungutanya.
Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah, Kinerja Pajak, Potensi Pajak Penerangan
Jalan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan
dari suatu daerah, akan tetapi untuk suatu daerah. Pembangunan daerah dapat
diartikan sebagai perencanaan untuk memperbaiki sumber daya publik yang
tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta
dalam menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung
jawab. Pengertian pembangunan adalah suatu proses yang multidimensional
yang melibatkan perubahan-perubahan yang mendasar dalam struktur sosial,
setiap masyarakat dan kelembagaan nasional, pengurangan kesenjangan
sosial dan pemberantasan kemiskinan absolut. Proses pembangunan harus
memiliki 3 (tiga) tujuan inti yaitu, (Todaro, 2000 : 23) :
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam
barang kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan kesehatan, dan
perlindungan keamanan).
2. Peningkatan standar kehidupan tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan, namun juga meliputi penambahan penyediaan lapangan
pekerjaan, perbaikan kualitas pendidikan serta peningkatan perhatian
atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan dimana semuanya tidak hanya
untuk memperbaiki kesejahteraan materil melainkan juga untuk
menumbuhkan jati diri pribadi, bangsa yang bersangkutan.
2
3. Perluasan pemilihan-pemilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan
bangsa secara keseluruhan yakni membebaskan mereka dari sikap
ketergantungan.
Otonomi daerah dan pembagunan adalah suatu hal yang berkelanjutan. Pada
masa otonomi daerah Pemeritah Daerah diberi wewenang khusus untuk
mengelola potensi, dan hasilnya dapat digunakan seluas-luasnya demi
pembangunan daerah dan kemakmuran masyarakat tersebut. Untuk mencapai
tingkat pembangunan tentu diperlukan dana yang cukup tinggi, dalam hal ini
Pemda berperan mengelola potensi daerahnya untuk mendapatkan
pemasukan, dengan cara melalui mobilisasi masyarakat dari investasi yang
mempengaruhi Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah baik kabupaten, kota dan provinsi. Peranan
APBD setiap tahunnya terus diusahakan untuk semakin meningkat sesuai
dengan kebutuhan pengeluaran daerah.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah setidaknya membawa tiga
implikasi pokok (Linclon Arsyad, 1999 : 139) antara lain :
1. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistis memerlukan
pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan lingkungan nasional
secara nasional (vertikal dan horizontal) dimana daerah tersebut
merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antar keduanya
dengan konsekuensi akhir dan interaksi tersebut.
2. Perencanaan yang baik secara nasional belum tentu baik untuk digunakan
didaerah dan sebaliknya.
3
3. Perbedaan perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan
daerah dan pusat, selain itu derajat pengambilan kebijakan yang sangat
berbeda. Oleh karena itu, perencanaan daerah yang efektif harus bisa
membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat
dilakukan dengan menggunakan sumber daya yang dimilki agar diperoleh
manfaat maksimal.
Pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi diharapkan dapat
mempercepat kegiatan pembagunan yang berguna untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Peroses pelaksanaan
pembangunan daerah yang bertujuan demi kesejahteraan masyarakat, akan
tercapai apabila stabilitas nasional dapat berjalan berkelanjutan.
Pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk mendapat aspek pemerataan
yang berfungsi mempersempit kesenjangan pendapatan dan mengurangi
kemiskinan sehingga meningkatkan asas keadilan. Untuk itu melibatkan
peran masyarakat dalam pembangunan tentu sebuah keharusan, demi
menciptakan keharmonisan antara pemerintah daerah dan masyarakat. Peran
pemerintah daerah ditingkatkan agar dalam pembiayaan pembangunan
daerahnya tidak hanya tergantung pada subsidi atau dana alokasi yang
diberikan pemerintah pusat. Apabila hal itu terjadi maka secara tidak
langsung Pemda telah membatasi pembangunan itu sendiri.
Pembiayaan yang dilakukan pemerintah tidak hanya didapat dari
sektor-sektor unggulan ataupun dari pemberdayaan sektor swasta akan tetapi
didapat pula dari pungutan yang dilakuan oleh pemerintah kepada
4
masyarakat. Pungutan tersebut berupa retribusi atau pungutan yang dilakukan
secara langsung dan masyarakat dapat secara langsung menerima hasilnya,
dan pungutan lainya adalah berupa pajak daerah yang masyarakat tidak dapat
secara langsung menikmati pemanfaatanya. Kebijaksanaan dibidang
penerimaan daerah, berorientasi pada peningkatan kemampuan daerah untuk
membiayai urusan rumah tangga daerah sendiri, diprioritaskan pada
penggalian dan mobilisasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
disamping dari hasil pajak dan bukan pajak. Jenis pajak daerah kabupaten
atau kota yang dipungut antara lain pajak hotel, pajak restoran, pajak
reklame, pajak penerangan jalan dan pajak parkir dan pajak pengambilan
bahan galian golongan C. Pemilihan jenis pajak yang dipungut oleh daerah
propinsi atau kabupaten merupakan kewenangan yang dimiliki daerah
otonom, setelah diperbaharuinya Undang-Undang No. 34 Tahun 2000. Pajak
daerah merupakan salah satu pemberi kontribusi terbesar bagi komponen
pendapatan asli daerah, berikut ini dapat diuraikan :
Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Tahun Pajak daerah PAD Kontribusi
2005 13.158.093.041 34.302.564.901 38,36%
2006 14.543.182.743 46.052.120.123 31,58%
2007 19.053.558.538 56.927.110.040 33,47%
2008 21.874.872.161 64.455.300.801 33,93%
2009 21.664.560.819 66.967.520.033 32.35%
Sumber: DPPKAD Kabupaten Karanganyar, Tahun 2009
Berdasarkan realisasi komponen pajak daerah dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, akan tetapi pada tahun 2009
5
terdapat penurunan sebesar Rp 2.10.311.342 . Angka tersebut diperoleh dari
tahun 2008 ke tahun 2009, hal tersebut mungkin dikarenakan kinerja jenis-
jenis pajak daerah yang menurun. Untuk kontribusi terbesar pajak daerah
terhadap pendapatan asli terjadi pada tahun 2005 sebesar 38,36%,
selanjutnya menurun dalam kurun waktu lima tahun yang terendah adalah
pada tahun 2006 sebesar 31,58% dan pada tahun 2009, kontribusi pajak
daerah hanya sebesar 32.,35%. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
mencerminkan kemampuan atau kemandirian suatu daerah kabupaten atau
kota. Untuk Kabupaten Karanganyar peningkatan PAD dalam kurun waktu
lima tahun, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang cukup
signifikan.
Beberapa jenis pajak daerah yang menjadi penyumbang komponen
pendapatan asli daerah, dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 1.2 Tabel Realisasi Pajak Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2009
No. Pos Pajak Daerah Realisasi Kontribusi
Tahun 2009
1 Pajak hotel 673.963.200 3,11%
2 Pajak restoran 341.932.742 1,57%
3 Pajak hiburan 254.092.442 1,17%
4 Pajak reklame 295.208.244 1,36%
5
Pajak penerangan
jalan 19.858.645.486 91,66%
6 Pajak pengolahan & 189.342.455 0,87%
pengambilan Gal. Gol
C
7 Pajak Parkir 31.376.250 0,14%
Total Pajak Daerah 21.664.560.819 100% Sumber : DPPKAD Kabupaten Karanganyar, 2009
Salah satu jenis pajak daerah yang menjadi penyumbang terbesar
penerimaan pajak daerah Kabupaten Karanganyar pada tahun 2009 adalah
6
Pajak Penerangan Jalan yaitu sebesar 91,66% dan yang terendah adalah pajak
parkir sebesar 0,14%. Walaupun dalam pelaksanaanya terjadi faktor-faktor
yang menghambat kinerja pajak tersebut. Maka semakin kondusifnya
keadaan perekonomian nasional, membawa dampak positif bagi ekonomi
daerah. Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendorong perekonomian
Kabupaten Karanyanyar berjalan berkelanjutan dan membawa dampak
meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat
kesejahteraan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat pemenuhan
kebutuhan mereka. Unit-unit usaha kecil dan menengah berjalan tanpa
hambatan berarti karena didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Karanganyar. Salah satu jenis kebutuhan masyarakat adalah
penerangan jalan yang tentu berguna bagi kehidupan mereka, dengan adanya
fasilitas tersebut maka tidak akan ada hambatan untuk segala bentuk aktivitas
yang memerlukan penerangan jalan.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan
menganalisis kinerja dan potensi dari pungutan pajak daerah yaitu berupa
Pajak Penerangan Jalan yang mempunyai kontribusi cukup besar bagi
penerimaan pajak daerah. Apakah Pemda telah secara serius menangani jenis
pajak tersebut, baik pemanfaatanya untuk masyarakat dan untuk penerimaan
bagi pendapatan asli daerah di Kabupaten Karanganyar.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
perumusan masalah penelitian antara lain :
1. Bagaimana kondisi keuangan dilihat dari tingkat kontribusi pajak
penerangan jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2005-2009.
2. Bagaimana kinerja pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar jika
dilihat dari rasio proporsi dan rasio pertumbuhan dalam matrik kinerja
pajak penerangan jalan pada tahun 2005-2009.
3. Bagaimana tingkat potensi pajak penerangan jalan di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian
Dengan melihat rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian
yang ingin dicapai antara lain :
1. Untuk mengetahui kontribusi pajak penerangan jalan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karanganyar pada periode tahun
2005-2009.
2. Untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan pada tahun 2005-2009,
apabila dilihat dari rasio proporsi dan rasio pertumbuhan.
3. Untuk mengetahui potensi pajak penerangan jalan di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2009.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengembangan Ilmu
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mengetahui gambaran mengenai
kinerja pajak penerangan jalan yang berperan pada penerimaan pendapatan
asli daerah, sehigga pemanfaatanya dapat dilakukan secara maksimal.
2. Bagi Penulis
Untuk mengetahui efektifitas dan kontribusi pajak daerah bagi penerimaan
pendapatan asli daerah.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini merupakan suatu bentuk pengabdian bagi masyarakat secara
luas, sehingga Pemerintah Daerah bersama-sama masyarakat dapat
mengoptimalkan pendapatan daerah mereka, sehingga perwujudan
pembangunan daerah terwujud dan meningkatkan ekonomi masyarakat
didalamnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah
Perwujudan pemerataan pendapatan nasional, bagi seluruh wilayah di
Indonesia diawali dengan pengembangan potensi dan kekayaan yang ada di
masing-masing daerah. Pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengelola
kekayaan daerah tersebut. Pembangunan nasional identik dengan
pembagunan daerah, hal tersebut merupakan pencerminan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah diarahkan agar dapat
meningkatkan perekonomian daerah. Kebijakan tersebut secara garis besar
mencakup 5 komponen utama (Halim, 2004 : 6) yaitu pertama adalah
kebijakan dibidang penerimaan daerah yang diprioritaskan pada penggalian
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kedua adalah kebijakan
dibidang pengeluaran yang berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam
perencanaan, penyusunan program, pengambilan keputusan dalam memilih
kegiatan dan proyek-proyek daerah, serta pelaksanaanya. Ketiga adalah
peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah. Keempat adalah
usaha memeperluas sistem pemantauan dan pengendalian pemerintah daerah.
Kelima adalah mendorong partisipasi swasta dalam bidang pelayanan
masyarakat. Menurut lima komponen tersebut, yang menjadi penilaian bagi
keuangan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah, yang menjadi salah satu
tolok ukur kemajuan dan kemampuan suatu daerah. Penerimaan pajak dan
10
retribusi daerah merupakan sektor yang mempunyai peranan cukup baik bagi
PAD.
Sentralisasi maupun desentralisasi merupakan suatu sistem
administrasi pemerintahan dalam banyak hal, dan tidak dapat dilepaskan dari
suatu proses pertumbuhan Negara. Sejarah perekonomian mencatat
desentralisasi telah muncul ke permukaan sebagai paradigma baru. Adanya
desentralisasi semata bukan karena gagalnya sistem pemerintahan terpusat,
akan tetapi lebih dikarenakan untuk membentuk suatu strategi pertumbuhan
dengan pemerataan (growth with equity), dan juga merupakan suatu
kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan
penuh ketidakpastian. Mengenai hal tersebut maka suatu perencanaan
pembangunaan tidak akan mudah bila hanya dikendalikan oleh pusat. Ada
beberapa pengertian desentralisasi yaitu representatife local government dan
field administration (Leemans, 1970). Sedangkan pengertian yang lain
menyebut bahwa desentralisasi adalah sebagai proses dekosentrasi dan
devolusi (Maddick, 1983). Devolusi adalah penyerahaan kekuasaan untuk
melakukan fungsi–fungsi tertentu kepada pemerintah daerah, sedang
dekosentrasi adalah merupakan pendelegasian wewenang atas fungsi-fungsi
tertentu kepada staf pemerintah pusat yang tinggal diluar kantor pusat.
Sementara desentralisasi administrative (field administration) adalah kata lain
dari dekosentrasi.
Perencanaan pembangunan pasca 1 Januari 2001 terdiri dari proses
top-down dan bottom-up. Namun pada kenyataan dalam bidang pemerintahan
11
masih banyak didominasi oleh sistem top-down dimana pemerintah pusat
memainkan peran dalam menentukan alokasi anggaran untuk pemerintah
daerah tanpa mempertimbangkan kebutuhan lokal. Sedangkan proses bottom-
up merupakan proses konsultasi dimana setiap tingkat pemerintahan atau
daerah menyusun draft proposal pembangunan tahunan berdasarkan proposal
yang diajukan tingkat pemerintahan daerah. Hal tersebut merupakan ciri
pemerintahan desentralisasi atau prosedur pembangunan era otonomi, dimana
setiap tingkat pemerintahan atau daerah diberi kebebasan dan kepercayaan
untuk menganalisa sendiri apa yang menjadi prioritas kebutuhan lokal.
Penerapan kebijakan otonomi daerah menitik beratkan pada daerah
Kabupaten ( kabupaten menjadi basis otonomi daerah). Beberapa hal yang
melandasi daerah kabupaten atau kota sebagai titik berat pelaksanaan daerah
(Mudrajad Kuncoro, 1995:4).
a. Dari dimensi politik daerah kabupaten dan daerah kota kurang
mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga gerakan separatisme dan
peluang berkembangnya aspirasi masyarakat federalism secara relatif
bisa minim.
b. Dari dimensi administratif, penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
kepada masyarakat dapat efektif.
c. Daerah kabupaten atau kota merupakan ujung tombak pelaksanaan
pembangunan sehingga daerah kabupaten atau kota yang lebih
mengetahui potensi rakyat dan daerahnya.
12
Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah
untuk mendekatkan pemerintah pusat kepada rakyat di masing-masing
derahnya. Sehingga pelayanan pemerintah pusat dapat berjalan lebih efisisen
dan efektif. Desentralisasi yang terfokus pada kabupaten dan kota akan lebih
efektif karena pada level pemerintahan tersebut rakyat yang dulu pada era
sentralisasi, dirasa belum mendapatkan pelayanan pemerintahan yang merata.
Secara politis memang otonomi daerah belum sepenuhnya menguntungkan
pemerintah pusat, karena semakin mandiri suatu daerah kabupaten atau kota
maka potensi untuk terjadinya disintegrasi makin besar. Akan banyak alasan
dan tuntutan kepada pemerintah pusat berkenaan pembangunan daerah
tesebut. Akan tetapi otonomi daerah memperkecil ketergantungan fiskal dari
suatu daerah kepada pemerintah pusat maka setiap wewenang dan kekuasaan
yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya
sendiri diatur secara sistematis dalam perundang-undangan. Hal tersebut
dikarenakan sebenarnya desentralisasi atau otonomi daerah merupakan
klasifikasi sistem administrasi pemerintah daerah yang tercermin dalam UUD
1945 pasal 18.
B. Keuangan Daerah
Menurut pasal 1 ayat (5) dari PP Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal I
ayat (6), Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang dimaksud dengan keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang , termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
13
tersebut. Undang-undang RI Nomor 32 Tahub 2004 dan Undang-Undang RI
Nomor 33 Tahun 2004 telah dijelaskan bahwa keuangan daerah dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan,dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Realitas hubungan fiskal
pusat dan daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses
pembangunan daerah. Indikator desentralisasi fiskal adalah rasio PAD
dengan total pendapatan daerah. PAD terdiri atas pajak-pajak daerah,
retribusi daerah, penerimaan dari dinas, laba bersih dari perusahaan daerah
(BUMD), dan penerimaan lain-lain.
Subsidi atau transfer dana dari pusat kepada daerah melalui tiga jalur :
Pertama, SDO (Subsidi Daerah Otonom), yaitu transfer kepada Pemda untuk
membiayai pengeluaran rutin. Kedua, Program Inpres (dana non DIP) baik
yang bersifat sektoral maupaun umum dan digunakan untuk membantu
Pemda (provinsi, kabupaten / kotamadya, desa) untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pembangunan, sekaligus sebagai upaya mengatasi
ketidak seimbangan struktur keuangan antar daerah. Termasuk dalam
program Inpres adalah Inpres Kabupaten, Provinsi, Desa, SD, kesehatan,
pasar, penghijauan, dan jalan. Ketiga, DIP (pengeluaran sektoral) yang
dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek atau pengeluaran
pembangunan, sebagai perwujudan mekanisme dekosentrasi.
14
C. Sumber Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah adalah hak Pemerintah Derah yang diakui sebagai
penambah nilai kekeyaan bersih [UU No. 17/2003, Pasal 1, ayat (15)].
Sumber-sumber pendapatan daerah antara lain :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Merupakan pendapatan yang dimiliki oleh daerah yang didapat dari pajak
derah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan sumber-sumber lain PAD.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN, yang
dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
1. Dana Bagi Hasil Daerah
Dana bagi hasil dibagi berdasarkan presentase bagi pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Antara lain bagian daerah (Dana Bagi
Hasil) dari PBB, BPHTB, PPh orang pribadi dan SDA (Sumber Daya
Alam) seperti minyak dan gas, pertambangan dan kehutanan.
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana alokasi umum merupakan blok grant yang diberikan kepada
semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara
kapasitas dan kebutuhan fiskal suatu daerah, dan didistribusikan dengan
formula berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang secara umum
15
mengindikasikan bahwa daerah yang memiliki kekurangan keuangan
daerah akan mendapat prioritas oleh pusat.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus ditujukan untuk daerah khusus yang terpilih untuk
tujuan khusus. Alokasi yang didistribusikan oleh pemerintah pusat
sepenuhnya merupakam wewenang pusat untuk tujuan nasional khusus,
antara lain untuk daerah terpencil yang tidak mempunyai akses
memadai ke daerah lain, untuk prasarana dan sarana fisik bagi daerah
yang menampung transmigrasi, untuk daerah pesisir, dan sarana fisik
guna mengatasi dampak kerusakan lingkungan.
c. Lain – Lain Pendapatan Yang Sah
Lain –lain pendapatan yang sah merupakan pendapatan daerah yang dapat
dikelompokan dalam jenis PAD dan Dana Perimbangan. Pos-pos lain
pendapatan yang sah yaitu :
1) Dana Otonomi Khusus
2) Dana Penyesuaian
3) Pendapatan Hibah
4) Pendapatan Dana Darurat, dan lainya
D. Produk Domestik Regional Bruto
Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah perhitungan disuatu
daerah dengan menjumlahkan dalam keadaan bruto produksi dari berbagai
sektor usaha penduduk di daerah itu. Produk regional adalah istilah untuk
produk regional netto yang dihitung atas dasar harga tetap yang tidak
16
dipengaruhi inflasi. Klasifikasi jenis usaha berdasarkan ketentuan tahun 2000
yaitu:
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas dan air minum
5. Bangunan atau konstruksi
6. Perdagangan, hotel dan restoran
7. Pengangkutan dan komunikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa
Dari nilai PDRB yang ditunjukkan suatu daerah maka dapat
menentukan kemakmuran daerah tersebut. Semakin besar PDRB artinya
pendapatan masyarakat juga besar, dan kemakmuran meningkat, sedangkan
untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi masing-masing daerah harus mengetahui dua indikator utama yaitu
perumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan
menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumber vertikal dan
rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumber horizontal, dan dibagi
menjadi empat klasifikasi daerah yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh
(high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but
lowg rowth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan
daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Pertumbuhan ekonomi
17
berdasarkan PDRB dapat dihitung dengan dua cara yaitu dengan minyak-gas
atau tanpa minyak-gas. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga dapat dihitung
dengan menggunakan PDRB riil (harga konstan) atau nominal (harga
berlaku). Tetapi pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan PDRB riil
akan memberikan gambaran pertumbuhan output secara nyata, karena PDRB
riil tidak memasukkan inflasi. (Mudrajad Kuncoro, 2004:84).
E. Teori Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut pemerintah berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum. Lembaga pemerintah yang mengelola perpajakan
negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan
salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Depertemen
Keuangan Republik Indonesia. Pajak dari perspektif ekonomi dipahami
sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik.
Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan
dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu
dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan
jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan
barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan
kewenagan di Indonesia, pajak dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah.
18
Berdasarkan penertian pajak yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa unsur-unsur pajak adalah :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang."
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya
dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
3. Pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah
dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun
pembangunan dan pemungutan pajak dapat dipaksakan.
4. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban
perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas
Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
Pajak berdasarkan golongannya terbagi menjadi dua yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang
19
menjadi tanggung jawab secara personal atau oleh wajib pajak yang
bersangkutan dan tidak dapat dikuasakan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Sedangkan pajak tidak langsung adalah kewajiban atas pajak tersebut dapat
dikuasakan atau dilimpahkan kepada orang lain. Kedua jenis pajak tersebut
mempunyai perbedaan dalam tujuan, untuk pajak langsung, seluruh
manfaatnya digunakan atau tertuju pada wajib pajak tersebut, tetapi untuk
pajak tidak langsung manfaatnya adalah kepada konsumen sedangkan yang
menjadi pihak pertama disini adalah produsen atau pengusaha yang berfungsi
sebagai pemungut pajak, untuk kepentingan pihak pertama.
2. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
Negara dan pada umumnya untuk daerah yang kini mempunyai hak untuk
mengelola daerahnya, pada khususnya pajak digunakan di dalam pelaksanaan
pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan untuk membiayai
semua termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka
pajak secara umum mempunyai beberapa fungsi, yaitu (Suandy : 2000) :
a) Fungsi anggaran (budgeter)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara
dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini
dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Saat ini pajak digunakan untuk
pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, operasional
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang
20
dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun
harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
b) Fungsi mengatur (regulered)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,
baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c) Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
d) Fungsi retribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
21
3. Prinsip Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak pelaksanaanya tidak mudah, karena dalam
pelaksanaanya sebagai suatu beban terhadap masyarakat, walaupun pada
akhirnya digunakan untuk kepentingan bersama. Masing-masing kelompok
masyarakat mempunyai tingkat kemampuan keuangan yang berbeda, bila
dalam pemungutan pajak terlalu tinggi,maka masyarakat akan enggan
membayar pajak karena terlalu berat. Namun bila terlalu rendah, maka
pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai maslah yang mengganggu proses tersebut, maka
pemungutan pajak harus memenuhi prinsip pemungutan pajak yaitu,
(Mardiasmo : 2003) :
a) Pemungutan pajak harus adil
Seperti halnya produk hukum, pajak pun mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-
undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Contohnya, dengan mengatur
hak dan kewajiban para wajib pajak, pajak diberlakukan bagi setiap warga
negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak, sanksi atas pelanggaran
pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.
b) Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang
bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak,
yaitu: Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU
22
tersebut harus dijamin kelancarannya jaminan hukum bagi para wajib pajak
untuk tidak diperlakukan secara umum jaminan hukum akan terjaganya
kerahasiaan bagi para wajib pajak.
c) Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan agar tidak mengganggu kondisi
perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.
Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan
menghambat lajunya usaha masyarakat sebagai pemasok pajak, terutama
masyarakat kecil dan menengah.
d) Pemungutan pajak harus efesien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada
biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak
harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib
pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi
penghitungan maupun dari segi waktu.
e) Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam
pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam
menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan
dampak positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam
pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang
akan semakin enggan membayar pajak. Contohnya, Bea materai
23
disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif Tarif PPN yang
beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10% Pajak
perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan
maupun perseorangan (pribadi).
Tolok ukur hasil kebijaksanaan anggaran pajak ada 3 (tiga) antara lain
(Devas, 1989:143) :
1. Hasil Guna (affectiveness)
Hasil guna pajak adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu
pajak dan potensi pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak
membayar pajak masing-masing dan membayar seluruh pajak terutang
masing-masing.
2. Daya Guna (efficiency)
Mengukur dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya
pemungutan atas pajak bersangkutan.
3. Upaya Pajak
Upaya pajak merupakan pengukuran hasil sistem suatu pajak
dibandingkan dengan kemampuan membayar pajak.
F. Pajak Daerah
1. Timbulnya Pajak Daerah
Pajak daerah timbul karena adanya otonomi daerah atau desentralisasi
baik dalam sistem pengelolaan administratif pemerintahan daerah dan bidang
fiskal. Hal tersebut mengakibatkan daerah-daerah otonom memberikan
24
kemungkinan bagi pelaksanaan asas tugas perbantuan. Dengan keberadaan
otonomi tersebut maka tiap daerah diberi hak dan wewenag untuk mengurus
rumah tangganya sendiri, khususnya dalam hal ini adalah mengenai
pemungutan dan pengelolaan pajak daerah. Ciri-ciri yang membedakan pajak
daerah dan pajak Negara atau pusat (Kano, 1990 : 130) yaitu :
a) Pajak daerah adalah berasal dari pajak Negara yang diserahkan
kepada daerah sebagai pajak daerah.
b) Penyerahan dilakuakan berdasarkan undang-undang
c) Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-
undang dan atau peraturan hukum lainya
d) Hasil pungutan pajak daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran
daerah sebagai badan hukum publik
Tolak ukur mengenai pajak daerah, indikator yang bisa digunakan untuk
menilai pajak dan maupun retribusi yaitu, (Modul POUD : 16-17) :
1) Hasil (Yield)
Mengetahui memadai atau tidaknya suatu pajak dalam kaitan dengan
berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya
memperkirakan hasil tersebut dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi,
pertumbuhan penduduk juga perbandingan antara hasil pajak dengan biaya
pemungutan.
2) Keadilan
Mengenai dasar pajak dan kewajiban pajak harus jelas dan tidak dilakukan
secara sewenang-wenang, pajak yang bersangkutan harus adil secara
25
horizontal dalam arti beban pajak haruslah sama besar antara kelompok
yang berbeda tetapi berkedudukan ekonomi yang sama.
3) Daya Ekonomi (Economic Efficiency)
Pajak hendaknya mendorong penggunaan sumber daya secara berdaya
guna dalam kehidupan ekonomi.
4) Kecocokan daerah sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as a
local revenue source)
Harus jelas darimana suatu pajak harus dibayarkan dan tempat memungut
pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak.
2. Pengertian pajak daerah
Pajak daerah yang selanjutnya disebut sebagai pajak merupakan iuran
wajib yang dilakukan oleh orang, pribadi atau badan usaha kepada daerah
dengan pemberian imbalan secara tidak langsung, dan dalam pelaksanaanya
oleh pemerintah daerah dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan
yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah yang bersangkutan ( UU No. 18 Tahun
1997, Pasal 1 ayat 6). Sedangkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
tentang pajak daerah dan retribusi daerah, didalamnya memuat mengenai
jenis-jenis pajak daerah antarai lain :
1) Pajak Daerah Provinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap kepemilikan dana atau
penguasaan kendaraan bermotor atau kendaraan di atas air.
26
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas air
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap penyerahan hak milik
kendaraan bermotor atau kendaraan diatas air sebagai akibat perjanjian dua
pihak atau sepihak.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
Merupakan pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap
digunakan oleh kendaraan bermotor.
d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air pemukaan
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap pengambilan dan pemanfaatan
air, baik air bawah tanah maupun air permukaan untuk digunakan bagi
orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan
pertanian rakyat.
2) Pajak Daerah Kabupaten atau kota
a. Pajak hotel
Merupakan pajak yang dikenakan atas penggunaan pelayanan hotel.
b. Pajak restoran
Merupakan pajak atas pelayanan restoran.
c. Pajak hiburan
Merupakan pengenaan pajak atas penyelenggaraan hiburan, antara lain
pertunjukan, permainan, dan laian-lain yang melibatkan penonton atau
masyarakat dan untuk menikmati hiburan tersebut maka setiap orang
dipungut bayaran.
27
d. Pajak reklame
Merupakan pajak atas penyelenggaraan reklame, yang bertujuan untuk
komersial.
e. Pajak penerangan jalan
Merupakan pajak atas pengguanaan listrik dengan ketentuan bahwa
wilayah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh
pemerintah daerah.
f. Pajak pengambalian dan penggalian bahan galian golongan C
Merupakan pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C
sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku.
g. Pajak parkir
Merupakan pajak yang dikenakan atas tempat parkir yang disediakan oleh
pribadi atau badan.
Jenis-jenis pajak tesebut merupakan penelompokan jenis pajak yang
dapat dikelola oleh kotamadya maupun kabupaten, dengan kewenangan
penuh, sebagai konsekuensi dari adanya otonomi daerah.
a) Ciri-Ciri Pajak Daerah
Untuk mempertahankan prinsip-prinsip Pajak Daerah maka perpajakan
daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri yang dimaksud
sebagai berikut:
1. Pajak Daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan
antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos
pemungutannya.
28
2. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuatif terlalu
besar, kadang-kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun
secara tajam.
3. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan
(benefit) dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).
3. Sistem Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak daerah maupun retribusi adalah keseluruhan
rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak
atau retribusi, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai penagihan
kepada wajib pajak dan pengawasan penyetoranya. Berikut ini beberapa
macam sistem pemungutan pajak, yaitu ( Kesit Bambang, 2005 : 7) :
- Self Assesment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
kepercayaan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung,
membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutang dengan menggunakan
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).
- Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak dengan cara
pembayaran dilakukan oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan
oleh kepala daerah atau pejabat daerah yang ditunjuk yaitu Dinas
Pengelolaan Pendapatan Kekayaan Aset Daerah (DPPKAD) melalui surat
ketetapan pajak daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.
- With Holding System yaitu sistem pemungutan pajak yang dipungut oleh
pemungut pajak pada sumbernya, antara lain Perusahaan Listrik Negara
(PLN).
29
G. Retribusi Daerah
Terminologi retribusi daerah menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
UU No.34 Tahun 2000, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau
badan. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotongan retribusi tertentu.
a) Jenis-jenis Retribusi Daerah
1. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
pemanfaatan umum.
2. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan komersial dan dapat
pula disediakan oleh sektor swasta.
3. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada pribadi atau
badan.
Surat tagihan retribusi daerah (STRD) adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan dan dipungut dengan
menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang
30
dipersamakan. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi terutang. Atas pengembalian
pembayaran pajak atau retribusi, wajib pajak atau wajib retribusi dapat
mengajukan permohonana pengembalian kepada Kepala Daerah, dalam
jangka waktu paling 12 bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan
pembayaran pajak tersebut. Untuk menjaga dan menjamin kerahasiaan
mengenai perpajakan daerah agar tidak diberitahukan kepada pihak lain maka
perlu ketentuan mengatur tentang kerahasianya. UU pajak dan retribusi
daerah diatur dalam pasal 40 ayat (1), (2) dan (3). Segala pejabat dilarang
memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak, segala yang diketahui
atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka jabatan atau
perpajakan daerah, kecuali saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan.
Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibanya sehingga merugikan
keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.
H. Batasan Pajak Penerangan Jalan
1. Batasan Pajak Penerangan Jalan
Menurut Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam Peraturan Daerah
Nomor 16 Tahun 2002, yang dimaksud tentang pajak penerangan jalan
adalah :
a. Pajak penerangan jalan adalah pungutan daerah atas penggunaan pajak
daerah.
31
b. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang
Pajak Penerangan Jalan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
c. Perusahaan Listrik Negara yang selanjutnya disingkat PLN adalah
Perusahaan Listrik Negara (Persero).
d. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD
adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah.
e. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat
yang digunakan oleh wajib pajak pajak untuk melakukan pembayaran
atau penyetoran pajak terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah.
2. Dasar Pengenaan Tarif
Dasar pengenaan tarif pajak penerangan jalan serta subyek pajak
penerangan jalan adalah :
a) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual tenaga listrik
b) Nilai jual tenaga listrik adalah dalam hal tenaga listrik dari PLN
dengan pembayar, nilai jual tenaga listrik adalah tagihan biaya beban
ditambah dengan biaya pamakain kwh yang ditetapkan dalam
rekening listrik. Sedangkan dalam hal tenaga listrik bukan dari PLN
dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung
berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan tenaga listrik atau taksiran
32
penggunaan listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah
daerah yang bersangkutan.
c) Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak bumi dan gas
alam, nilai jual tenaga listrik ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh
persen).
d) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN bukan untuk industri
sebesar 9% (sembilan persen).
e) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN untuk tenaga
industri sebesar 9% (sembilan persen).
f) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN untuk industri
sebesar 9% (sembilan persen).
g) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN untuk industri
sebesar 5% ( lima persen).
3. Subyek Pajak Penerangan Jalan
Subyek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan tenaga listrik yang menjadi pungutan daerah atas penggunaan
tersebut dan diatur sesuai perundang-undangan.
4. Objek Pajak Penerangan Jalan
Adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah daerah yang tersedia
penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah,
dikecualikan dari objek pajak penerangan jalan yang dimaksud jika :
33
1) Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah pusat dan daerah,
penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh
kedutaan, konsulat perwakilan asing dan lembaga-lembaga international
dengan asas timbal balik.
2) Penggunaan tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan kapasitas
tertentu yang tidak memerlukan izin dan instansi terkait.
3) Penggunaan tenaga listrik lainya diatur dengan peraturan daerah.
5. Sistem Pemungutan Pajak Penerangan Jalan
Pemungutan pajak penerangan jalan sesuai dengan peraturan daerah
kabupaten Karanganyar, menggunakan with holding system yaitu sistem
pengenaan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pada sumbernya, dan
pejabat atau badan yang ditunjuk atas tugas tersebut adalah Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Hal tersebut ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Karanganyar, Peraturan daerah Nomor 16 Tahun 2002 pasal 1.
I. Penelitian Terdahulu
Didit Welly Udjianto (2007) dengan judul Efisiensi Pajak Daerah
Suatu Tinjauan Elastisitas ( Studi kasus di Yogyakarta tahun 2001-2005).
Pada penelitian ini diketahui bahwa pajak daerah yang dipungut oleh
pemerintah Yogyakarta antara lain : pajak hotel dan restoran, pajak reklame,
pajak parkir dan pajak penerangan jalan. Dari kelima jenis pajak yang
dipungut tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak daerah pada
periode tahun 2001-2005 pemungutanya adalah sudah efektif, hal ini
34
ditunjukan dari hasil rata-rata setiap pajak yang menunjukan nilai elastisitas
lebih dari 1 (satu).
Selamat Bamim (2002) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendiskripsikan variabel-variabel yang mempengaruhi penerimaan pajak
kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitaf kemudian
diformulasikan dalam suatu model persamaan regresi berganda. Hasilnya
menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi,
jumlah kendaraan bermotor dan jumlah penduduk secara bersama-sama
berpengaruh terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor dan bea balik
namakendaraan bermotor secara signifikan yaitu dengan R2
= 0.9658.
Berdasarkan besaran elastisistas yang berpengaruh positif dan signifikan
secara statistik yaitu variabel PDRB dan inflasi sedangkan jumlah kendaraan
bermotor dan jumlah penduduk berpengaruh negatif dan tidak signifikan
secara statistik.
Daniel Satrio Pambudi (2004) dengan judul penelitianya adalah
Analisis Elastisitas, Efektifitas dan Efisiensi Pemungutan Pajak
Pembangunan I (PPI) dalam rangka meningkatkan PAD di kota Surakarta.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa elastisistas pajak hotel dan
restoran (PPI) kota Surakarta terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
bersifat elastis. Efektifitas (PPI) kota Surakarta terhadap PAD tahun 1999-
2002 bersifat elastis. Efektifitas (PPI) kota Surakarta pada tahun tersebut
35
berkisar antara 0.97 sampai dengan 1.28 hal ini menunjukkan bahwa realisasi
pajak hotel dan restoran selalu melebihi target yang ditetapkan. Dan dilihat
dari segi tingkat efisiensi rata-rata tiap tahunya sebesar 21,10% yang artinya
bahwa dengan biaya pemungutan yang kecil mampu menghasilkan
penerimaan yang besar.
36
J. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pajak Penerangan Jalan
Keterangan :
Komponen pajak penerangan jalan terdiri dari beberapa golongan wajib pajak
yang terkena pungutan pajak penerangan jalan yang dilaksanakan oleh PLN
dan hasil keseluruhanya dikelola oleh pemerintah daerah. Golongan wajib
pajak terdiri dari golongan Industri ( I ), Rumah tangga ( R ), Bisnis ( B ).
Pengenaan tarif pajak atau persentasenya diatur dalam Peraturan daerah
No. 16 Tahun 2002 tentang pajak penerangan jalan.
KINERJA PAJAK PENERANGAN JALAN
GOLONGAN WAJIB
PAJAK
TARIF PAJAK
ESTIMASI POTENSI
PAJAK PENERANGAN
JALAN
COVERAGE
RATIO
37
K. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara
yang akan dibuktikan kebenaranya. Dalam penelitian ini hipotesis yang
diajukan untuk menjawab tujuan penelitian yang dinyatakan diatas dengan
serangkaian uji coba, maka dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Diduga kondisi keuangan di Kabupaten Karanganyar dilihat dari tingkat
kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah
cenderung tinggi dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
2. Diduga kinerja pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar adalah
prima.
3. Diduga hasil realisasi pemungutan pajak penerangan jalan di Kabupaten
Karanganyar sesuai dengan tingkat potensi pajak penerangan jalan.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah dengan mengadakan penelitian
penerimaan pajak penerangan jalan di wilayah Kabupaten Karanganyar,
meliputi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Karanganyar, Kantor PLN Unit Pelayanan Jaringan
(UPJ) Karanganyar, Kantor PLN Unit pelayanan Jaringan (UPJ) Palur dan
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar.
B. Jenis dan Sumber Data.
Data Sekunder yaitu data yang di dapat lembaga atau instansi yang
terkait antara lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD) dan Perusahaan Listrik
Negara (PLN) di Kabupaten Karanganyar.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Pajak daerah adalah iuran pajak yang wajib yang dilakukan oleh orang,
pribadi atau badan usaha kepada daerah dengan pemberian imbalan secara
tidak langsung, dan dalam pelaksanaanya oleh pemerintah daerah dapat
dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah yang bersangkutan.
39
2. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan
jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
3. Subyek pajak penerangan jalan adalah adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan tenaga listrik yang menjadi pungutan daerah atas
penggunaan tersebut dan diatur sesuai perundang-undangan.
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari
sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah.
5. Target pendapatan adalah rencana pendapatan yang dianggarkan untuk
dapat diraih sesuai kemampuan institusi penghasil pendapatan.
6. Realisasi pendapatan adalah kemampuan pencapaian penerimaan
pendapatan yang sudah ditargetkan.
7. Potensi pajak penerangan jalan adalah jumlah keseluruhan pendapatan
atas pemungutan pajak penerangan jalan yang dapat dicapai berdasarkan
kondisi dan perkembangan yang nyata pada daerah tersebut.
D. Teknik dan Metode Analisis Data
Setelah berbagai data yang dibutuhkan terkumpul, maka akan
dilakukan analisis yang dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tahap analisis deskriptif
dan analisis kuantitatif. Analisis Deskriptif adalah untuk memberikan
gambaran tentang kinerja komponen pajak daerah termasuk mengenai kinerja
pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar, dari tahun ke tahun, dan
berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja pajak tersebut. Analisis
40
Kuantitatif adalah digunakan untuk mengkaji karakteristik objek pajak
penerangan jalan dan penghitungan estimasi potensi pajak penerangan jalan di
Kabupaten Karanganyar. Untuk kepentingan analisis akan dipaparkan
beberapa model analisis data sebagaimana yang telah dirumuskan dalam
tujuan penelitian.
ANALISIS DISKRIPTIF
1. Hipotesis I
Untuk mengetahui kondisi keuangan di Kabupaten Karanganyar
dilihat dari tingkat kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan
asli daerah dari tahun ke tahun maka digunakan analisis trend. Analisis
tesebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat
diberikan oleh pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
antara lain :
Kontribusi = Daerah Asli Pendapatan
Jalan PeneranganPajak X 100%
Dimana :
Pajak penerangan jalan = nilai PJU
Pendapatan Asli Daerah = nilai PAD
Perhitungan tersebut menghasilkan kontribusi pajak penerangan jalan
terhadap PAD. Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan pajak
penerangan jalan akan digunakan analisis trend. Alasannya untuk mengetahui
perkiraan trend, yaitu (Djarwanto, 1993 : 268) secara langsung dapat
membantu menyusun perancanaan. Misalnya bila trend penerimaan pajak
41
penerangan jalan selama beberapa tahun menunjukkan kenaikan maka secara
logika dapat diramalkan bahwa penerimaan pajak penerangan jalan untuk
tahun – tahun yang akan datang juga akan bertambah. Penelitian kali ini akan
menggunakan metode kuadrat terkecil (Least square method). Penggunaan
metode least square sebetulnya merupakan metode yang menggambarkan
garis trend linier dalam banyak peristiwa ekonomi, fluktuasi deret berkala
sekitar garis trendnya umumnya bukan bersifat independen. Penggunaan
metode least square guna menarik garis trend sebetulnya lebih disebabkan
oleh faktor kepraktisan daripada karena matematis (Dajan Anto, 1975:285).
Persamaan garis lurus dinyatakan dengan model Yo = a + bX
Dimana :
Yo = penerimaan pajak penerangan jalan
a = konstanta
b = besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit
variabel X
X = Tahun
Penggunaan model trend linier ini bertujuan untuk melihat perkembangan
hubungan variabel X dan variabel Y dan selama periode penelitian maupun
prospeknya dimasa mendatang
Bila b < 0, maka perkembangan Y dan X adalah turun
Bila b > 0, maka perkembangan hubungan Y dan X adalah naik
42
Dengan meggunakan tingkat signifikan 5%, analisa trend tersebut diuji
terlebih dahulu, apabila probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka persamaan
tersebut signifikan.
2. Hipotesis II
a) Matrik kinerja pajak daerah
Untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan dari tahun ke tahun
digunakan model matrik kinerja pajak penerangan jalan antara lain :
Tabel 3.1 Matrik Kinerja Pajak/Retribusi daerah
Proporsi
Pertumbuhan irataXRata
X
i≥ 1
irataXRata
X
i < 1
i
i
rataXRata
X
≥ 1 Prima Berkembang
Xtotal
iX< 1 Potensial Terbelakang
Catatan :
Xi = Nilai pajak/retribusi daerah
Rata-rata X = Nilai rata-rata pajak/retribusi daerah
X total = Jumlah total pajak/retribusi daerah
∆ = Pertumbuhan pajak/retribusi daerah
Ketentuan :
a. Prima, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai rasio tingkat
pertumbuhan terhadap tingkat pertumbuhan total pajak penerangan jalan
serta rasio proporsi nilai pajak penerangan jalan terhadap rata- ratanya
lebih dari 1.
43
b. Berkembang, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai rasio
tingkat pertumbuhan terhadap pertumbuhan pajak penerangan jalan lebih
besar daripada satu serta memliliki rasio proporsi dan rasio tambahan
pajak penerangan jalan terhadap rata-ratanya kurang dari satu.
c. Potensial, bila pajak penerangan jalan mempunyai rasio tingkat
pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak penerangan jalan yang
kurang dari satu serta memiliki rasio proporsi dan rasio tambahan pajak
penerangan jalan terhadap rata-ratanya yang lebih besar daripada satu.
d. Terbelakang, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai tingkat
pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak penerangan jalan serta
rasio proporsi dan rasio tambahan pajak penerangan jalan terhadap rata-
ratanya kurang dari satu atau bersifat negatif.
b) Analisis Rasio Pengumpulan (Collection ratio)
Rumus untuk menghitung pemungutan pajak daerah dalam hal ini
adalah pajak penerangan jalan, apakah sudah mencapai target atau belum
sesuai dengan target :
CLR = i
i
XTarget
X Realisasi
Dimana :
CLR = Rasio Pengumpulan (collection ratio)
Xi = Jenis pajak / retribusi daerah
44
Ketentuan :
1) Hasil perbandingan tingkat pencapaian diatas 100% artinya sangat efektif
2) Hasil perbandingan tingkat pencapaian 100% artinya efektif
3) Hasil perbandingan tingkat pencapaian dibawah 100% artinya tidak efektif
Efektifitas diartikan sebagai sejauh mana unit yang dikeluarkan mampu
mencapai tujuan yang ditetapkan. Efektifitas digunakan untuk mengukur
hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang
telah ditetapkan (Mardiasmo, 2002).
c) Analisis Pertumbuhan Pajak Daerah
Untuk mengetahui besarnya pertumbuhan pajak daerah, dalam hal ini
adalah pajak penerangan jalan, maka dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
P = 1
1-tt Xi-Xi
tX X 100%
Dimana :
P = Pertumbuhan
Xi = Jenis pajak daerah
ANALISIS KUANTITATIF
Analisis ini dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder yang
didapat dari PLN UPJ Karanganyar dan UPJ Palur, mengenai penjualan
tenaga listrik dalam kurun waktu satu tahun yaitu pada tahun 2009. Data
tersebut digunakan untuk menghitung potensi pajak penerangan jalan di
kabupaten Karanganyar. Walaupun yang digunakan hanya meliputi 2 (dua)
UPJ yaitu wilayah Palur dan Karanganyar, akan tetapi kontribusi kedua UPJ
45
tersebut cukup besar terhadap penerimaan pajak penerangan jalan di
Kabupaten Karanganyar, sehingga keduanya bisa mewakili potensi yang ada.
3. Hipotesis III
Potensi merupakan keseluruhan pendapatan yang memungkinkan
dapat dicapai berdasarkan kondisi dan perkembangan sumber pendapatan
yang dimaksud. Nilai potensi setiap sumber pendapatan daerah tersebut
belum terbiasa untuk dilaporkan sebagaimana nilai target dan realisasi
pendapatan. Hal itu dikarenakan instansi penghasil sebagai pengelola sumber
pendapatan belum menghitung secara komprehensif potensi pendapatan yang
menjadi tanggung jawab pengelola. Untuk menghitung potensi pajak
penerangan jalan digunakan rumus yaitu jumlah biaya tarif beban ditambah
biaya pemakaian listrik kwh , selanjutnya akan menghasilkan volume atau
realisasi penjualan tenaga listrik dan dikalikan dengan tarif pajak untuk
penerangan jalan( menurut golongan) sesuai dengan kriteria yang tercantum
dalam peraturan daerah mengenai pajak penerangan jalan.
Rumus potensi pajak penerangan jalan :
Realisasi penjualan tenaga listrik x tarif dasar listrik masing-masing
golongan.
Potensi Pajak penerangan jalan :
Coverage Ratio = jalan peneranganpajak Potensi
jalan peneranganpajak penerimaan Realisasi
46
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar
1. Keadaan Geogarfis
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen disebelah Utara,
Propinsi Jawa Timur di sebelah Timur Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo
didebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali disebelah
barat. Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten
Karanganyar terletak anatara 1100
40” – 1100
70” – 70
46” Lintang Selatan.
Ketinggian rata-rata 511 meter diatas permukaan laut serta beriklim tropis
dengan temperature 220
– 310. Curah hujan Berdasarkan data 6 (enam) stasiun
pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama
tahun 2008 adalah 95 hari dengan rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan
Maret dan terendah pada bulan Juli, Agustus dan September. Luas wilayah
Kabupaten Karanganyar adalah 77.378.64 Ha yang terdiri dari luas tanah
sawah 22.474,91 Ha dan luas tanah kering 54.902,74 Ha. Tanah sawah terdiri
dari irigasi teknis 12.929,62 Ha non teknis 7.587,62 Ha, dan tidak
berpengairan 1.957,67 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan atau
bangunan 21.171,97 Ha dan luas untuk tegalan atau kebun 17.863,40 Ha.
Kabupaten Karanganyar terdapat hutan Negara seluas 9.729 Ha dan
perkebunan seluas 3.251,50 Ha.
47
2. Pemerintahan
Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Karanganyar terdiri dari
17 Kecamatan yang meliputi 177 desa atau kelurahan (15 kelurahan 162
desa). Desa atau kelurahan tersebut terdiri dari 1091 dusun, 2313 dukuh,
1876 RW dan 6130 RT. Klasifikasi desa atau kelurahan pada tahun 2008
terdiri dari swadaya –desa/kel, swakarya –desa/kel, dan swasembada 177
desa/kel. Rumah penduduk di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008
sebanyak 200.812 unit, yang terdiri dari rumah permanen 169.813 unit, semi
permanen 15.285 unit dan non permanen 15.183 unit. DPRD Kabupaten
Karanganyar. Jumlah komisi di DPRD Kabupaten Karanganyar ada 4, dengan
jumlah anggota untuk masing-masing komisi, yaitu komisi A 11 anggota,
komisi B 11 anggota, dan komisi C 11 anggota dan komisi D 9 anggota.
Selama tahun 2008 telah dihasilkan sebanyak 39 SK DPRD, 24 SK Pimpinan
DPRD dan Peraturan Daerah. Sedangkan berdasarkan data yang masuk
Dewan Pengurus Cabang KOPRI Kabupaten Karanganyar maka jumlah
anggota KOPRI berdasarkan golongan antara lain, golongan I 2.306 orang,
golongan II 43.982 orang, golongan III 6.229 orang dan golongan IV 862
orang.
48
3. Penduduk Dan Tenaga Kerja
a). Kependudukan
Tabel 4.1 Jumlah Keluarga dan Penduduk dirinci menurut
Jenis kelamin dan Kecamatan Tahun 2008
Kecamatan Jumlah
Keluarga
Jumlah Penduduk
Laki-laki Permp. Jumlah
Jatipuro
Jatiyaso
Jumapolo
Jumantono
Matesih
Tawangmangu
Ngargoyoso
Karangpandan
Karanganyar
Tasikmadu
Jaten
Colomadu
Gondangrejo
Kebakkramat
Mojogedang
Kerjo
Jenawi
8.587
8.352
12.005
13.651
10.438
11.638
8.772
10.581
19.099
15.033
20.152
17.417
18.114
15.875
15.870
9.664
6.701
19.073
20.411
23.754
24.131
22.882
22.252
17.516
21.213
37.648
27.862
35.105
30.038
34.049
29.319
32.515
18.319
13.765
18.987
20.011
23.687
24.748
23.249
22.930
17.835
22.034
38.148
27.980
35.105
30.038
34.049
29.654
32.151
18.319
13.765
38.060
40.422
47.441
48.879
46.131
45.182
35.351
43.247
75.796
55.842
70.770
60.828
68.571
58.973
65.051
37.380
27.656
Jumlah Th.2008 221.949 429.852 435.728 865.580
Jumlah Th.2007
Jumlah Th.2006
Jumlah Th.2005
Jumlah Th.2004
218.808
215.432
208.354
202.884
421.717
418.183
414.867
410.985
429.649
426.451
423.315
419.655
851.366
844.634
838.182
830.640
Sumber : BPS Karanganyar, 2009
Jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasarkan regristrasi
tahun 2008 sebanyak 865.580 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 429.852 jiwa
dan perempuan 435.728 jiwa. Dibandingkan dengan tahun 2007, maka
terdapat pertambahan penduduk sebanyak 14.214 jiwa dan mengalami
49
pertumbuhan 1,67%. Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah
kecamatan Karanganyar, yaitu 75.769 jiwa (8,76%), kemudian kecamatan
Jaten yaitu 70.770 jiwa (8,18%), dan kecamatan Gondangrejo yaitu 68.571
jiwa (7,92%). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit
adalah kecamatan Jenawi yaitu 27.656 jiwa (3,20%), kemudian kecamatan
Ngargoyoso yaitu 35.351 jiwa (4,08%) dan kecamatan Kerjo, yaitu 37.380
jiwa (4.32%).
Gambar 4.1 Jumlah penduduk Kab. Karanganyar tahun 2004-2008
Sumber : BPS Kab. Karanganyar 2009
Dilihat dari golongan umur lima tahun, maka penduduk Kabupaten
Karanganyar masih menyerupai piramida. Penduduk 4 golongan pertama
(0-19) menunjukkan adanya kenaikan, tetapi golongan selanjutnya (20 dan
seterusnya) menunjukkan penurunan. Sejalan dengan pertumbuhan
penduduk, keluarga juga bertambah. Pada tahun 2008 tercatat sebanyak
221.949 keluarga atau mengalami pertumbuhan 1,44% dari tahun 2007. Rata-
rata banyaknya anggota keluarga sedikit meningkat pada tahun 2008 sebesar
3,90%. Seiring kenaikan penduduk maka kepadatan penduduk juga
50
mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 kepadatan penduduk kabupaten
Karanganyar mencapai 1.119 jiwa/km2.
Disisi lain persebaran penduduk
masih belum merata. Kepadatan penduduk di daerah perkotaan secara umum
lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan. Kecamatan dengan kepadatan
penduduk tinggi adalah kecamatan Colomadu, yaitu 3.889 jiwa/Km2
dan yang
paling rendah adalah kecamatan Jenawi, yaitu 493 jiwa/Km2
b). Tenaga Kerja
Sesuai dengan kondisi alam Kabupaten Karanganyar yang agraris,
maka sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor
pertanian (petani sendiri dan buruh tani), yaitu 222.794 orang (30,83%).
Kemudian sebagai buruh industri sebanyak 104.204 orang (14,65%), dan
buruh bangunan 49.099 orang (6,90%) dan pedagang sebanyak 44.762 orang
(6,19%). Selebihnya adalah sebagai pengusaha, di sektor pengangkutan,
PNS/TNI/POLRI, pensiunan, jasa-jasa dan lain-lain. Menurut data Dinas
Kependudukan, Tenaga kerja dan Transmigrasi (KTT) kabupaten
Karanganyar pada tahun 2008 jumlah pencari pekerjaan tercatat sebanyak
12.245 orang dengan rincian laki-laki 5.554 orang dan perempuan 6.691
orang. Dibandingkan tahun 2007 maka ada peningkatan pencari kerja di
hampir semua jenjang pendidikan yang terdaftar di Dinas KTT Kabupaten
Karanganyar. Dari jumlah tersebut, lulusan SLTA tercatat yang paling besar,
yaitu 5.689 orang (46,46%) dan paling sedikit adalah lulusan SD, yaitu 130
orang (1,06%). Pencari kerja yang sudah ditempatkan pada tahun 2008
51
sebanyak 1.382 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pencari
kerja yang belum mendapatkan pekerjaan.
4. Sosial
a). Pendidikan
Bedasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Karanganyar, pada tahun 2008 jumlah SD N sebanyak 483 buah, SD Swasta
15 buah, SLTP N 50 buah, SLTP Swasta 26 buah , SMU N 12 buah, SMU
Swasta 6 buah. SMK Swasta 25 buah dan dari kantor Depag Kabupaten
Karanganyar adalah 12 buah. Pada tahun 2008 penduduk Kabupaten
Karanganyar usia 5 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi ditamatkan
terdiri dari tidak/belum pernah sekolah : 65.060 orang, belum tamat SD :
81.167 orang, tidak tamat SLTA/MA/D1/D2 : 117.394 orang dan tamat
Perguruan Tinggi/Akedemi(D3, S1, S2, S3) : 29.597 orang.
b). Kesehatan
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, pada tahun
2008 jumlah fasilitas kesehatan yang terdiri dari 4 RS, 21 Puskesmas, 59
Puskesmas pembantu, 34 Balai pengobatan Swasta. Sementara itu tenaga
kesehatan (Tidak termasuk yang RS) yang tersedia terdiri dari dokter umum
84 orang, dokter gigi 32 orang, bidan 255 orang dan perawat kesehatan 384
orang.
5. Pertanian
Pertanian merupakan salah satu sektor dimana produk yang dihasilkan
menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat. Kabupaten Karanganyar sebagian
52
tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi
pengembangan tanaman agro industri. Data dari Dinas Pertanian Kabupaten
Karanganyar selama tahun 2008 diperoleh produksi padi sawah sebanyak
279.341 ton, jagung sebanyak 33.595 ton, ubi kayu sebanyak 158.048 ton dan
kacang tanah sebanyak 7.755 ton. Sebagian tanah di kabupaten Karanganyar
merupakan tanah pegunungan/perbukitan (Jatiyoso, Matesih, Tawangmangu,
Ngargoyoso, dan Jenawi) yang sangat potensial untuk tanaman sayur-
sayuran. Tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Karanganyar yang sangat
potensial adalah cengkeh yang mencapai luas sebesar 1.508,50 Ha dan
selama tahun 2008 produksinya mencapai 9571 ton. Tanaman lain yang
cukup potensial adalah teh dan karet.
Populasi ternak yang banyak diusahakan di Kabupaten Karanganyar
pada tahun 2008 misalnya dalah sapi perah sebanyak 47.768 ekor, ayam
pedaging 1.302.600 ekor, kambing 22.174 dan lain-lain. Perikanan selama
tahun 2008 produksi ikan mencapai 1.431.510 kg, yang berasal dari berbagai
jenis-jenis ikan yang diternakan.
6. Industri dan Perdagangan
a). Industri
Pada tahun 2008 di kabupaten Karanganyar terdapat industri besar,
sebanyak 78 unit dan industri sedang (tenaga kerja = 21-99). Dari 182
industri B/S yang paling banyak adalah produk tekstil/bahan dari tekstil, yaitu
61 unit (33,52%) dan industri makanan atau bahan makanan 32 unit (17,58%)
dan industri plastik atau kimia 19 unit. Kondisi politik dan perekonomian
53
yang berangsur-angsur membaik di Negara Indonesia ini, menyebabkan
sektor industri dan perdagangan akan kembali berkembang. Menurut data
dari Dinas Perindag, Pendal dan Kop. Kabupaten Karanganyar pada tahun
2007 banyaknya industri menengah dan besar dan non fasilitas sebanyak 117
perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 23.898 orang dan
industri kecil formal sebanyak 699 usaha dengan jumlah tenaga kerja 10.520
orang. Sedangakan industri kecil non formal (sentra industri dan non sentra
industri) sebanyak 9.760 usaha dengan jumlah tenaga kerja 30.329 orang.
Selama tahun 2007 penyerapan investasi pada industri menengah sebesar Rp
1.803.016.677 juta, industri kecil formal dan non formal Rp 49.832.903 juta.
b). Perdagangan dan Koperasi
Guna menunjang laju perekonomian di Kabupaten Karanganyar pada
tahun 2007 terdapat pasar 52 buah, toko/kios/warung 9.807 buah, KUD 17
buah dan koperasi simpan pinjam 910 unit. Dibandingkan tahun 2006,
khususnya toko/kios/warung dan koperasi simpan pinjam jumlahnya
mengalami peningkatan. Koperasi sebagai soko guru perekonomian di
Indonesia, sebagai usaha penigkatan kesejahteraan masyarakat, fungsi dan
perananya semakin besar. Pada tahun 2007 di Kabupaten Karanganyar
terdapat koperasi sebanyak 927 unit dengan jumlah anggota mencapai
153.299 oarang. Jenis koperasi terbanyak berasal dari golongan masyarakat
(KKT dan KSU), yitu 876 buah, KUD 17 buah, koperasi fungsional 76 buah
dan koperasi karyawan 79 buah.
54
7. Keuangan Daerah, Pendapatan Domestik Bruto (PDRB), dan Inflasi
a). Keuangan Daerah
Berdasarkan neraca daerah dan aliran kas kabupaten Karanganyar
tahun anggaran 2008, anggaran pendapatan ditetapkan sebesar
Rp. 754.751.460.070 dan telah terealisasi sebesar Rp. 771.365.016.736 atau
102,20%. Dengan rincian sebagai berikut : Pendapatan asli daerah
dianggarkan Rp. 58.400.628.420 realisasinya Rp. 64.470.676.168 (110,39%)
dan transfer Pemerintah Pusat (dana perimbangan dan lainya) dianggarkan
Rp. 622.798.763.400 dan relisasinya Rp. 625.513.131.963 (100,44%).
Transfer pemerintah propinsi dianggarkan Rp.45.432.068.250 realisasinya
Rp. 50.621.208.605 (111,42%) dan lain-lain pendapatan yang sah
dianggarkan Rp. 28.120.000.000 dan realisasinya Rp.30.760.000.000
(109,39%). Untuk belanja operasi dianggarkan Rp.646.131.989.810
realisasinya Rp. 579.033.727.070 (89,62%) dan belanja modal dianggarakan
Rp. 160.914.797.807 dan realisasinya Rp.579.033,727.070 (89,62%) dan
belanja modal dianggarkan Rp.160.914.797.807 dan relisasi
Rp. 149.886.535.906 (93,15%). Belanja tak terduga dianggarkan
Rp. 5.000.000.000 dan terealisasikan Rp 0 . Pembiayaan setelah perubahan
TA. 2008 terdiri dari penerimaan daerah dianggarkan Rp. 117.764.858.047
ralisasinya Rp. 115.779.858.047 (98,31%) dan pengeluaran daerah
danggarkan Rp. 15.193.757.000 ralisasinya Rp. 10.528.205.475 (69,29%).
Dari peneluaran daerah yersebut terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran
55
tahun berkenaan dianggarkan sebesar Rp. 0 dan terelisasikan
Rp. 103.782.305.568.
Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Karanganyar
tahun 2007-2008
Uraian 2007 2008
1. Aparatur Daerah
2. Pelayanan Publik
3. Belanja Bagi hasil &
bantuan Keuangaan
4. Belanja Tidak Terduga
107.531.629.865
473.571.546.088
37.358.777.194
1.527.581.140
149.886.535.905
578.033.727.070
43.914.100.765
0
Jumlah 619.989.543.287 772.834.363.740
Sumber : BPS kabupaten Karanganyar, 2009
Dari tabel tersebut maka dengan demikian kinerja keuangan kabupaten
Karanganyar cukup baik, karena 76,38% anggaran belanja daerah pada tahun
2007 digunakan untuk kepentingan pelayanan publik artinya pemerintah
daerah memprioritaskan kebutuhan masyarakat, dan terbesar kedua sebesar
17,34 % digunakan untuk belanja aparatur daerah, artinya aggaran belanja
tersebut digunakan untuk operasional pemda, demi kelancaran pembangunan
daerah. Pada tahun 2008 seiring dengan meningkatnya jumlah realisasi
anggaran belanja maka 74,79% digunakan untuk pelayanan publik dan untuk
aparatur daerah sebesar 19,39% artinya untuk kinerja realisasi anggaran
belanja kabupaten Karanganyar cukup baik karena anggaran tersebut paling
besar dialokasikan untuk pelayanan publik dan selajutnya untuk aparatur
56
daerah yang digunakan sebagai penunjang pelayanan terhadap publik dan
pembangunan daerah.
b). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator keberhasilan pembagnunan di Kabupaten Karanganyar
adalah diukur dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dan pada tahun 2006 Kabupaten Karanganyar atas dasar harga
berlaku (ADHB) sebesar 6.904.990,49 (jutaan Rp) dan atas dasar harga
konstan (ADHK) sebesar 4.654.054,50 (jutaan RP). Pertumbuhan ekonomi
yang ditunjukkan oleh perkembangan PDRB, pada tahun 2006, ADHB
sebesar 10,93% dan ADHK sebesar 5,74%.
Tabel 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2008
Tahun PDRB Adhb PDRB Adhk
Jumlah
(Juta Rp)
Laju
pertumbuhan
(%)
Jumlah
(Juta Rp)
Laju
pertumbuhan
(%)
2004 5.048.378,68 13,97 3.970.278,92 5,98
2005 6.621.289,46 11,35 4.188.330,50 5,49
2006 6.224.781,84 10.74 4.401.301,74 5,08
2007 6.904.990,49 11,59 4.645.054,50 5,74
2008 6.679.675,35 11,22 4.921.454,72 5,75
Sumber : BPS Karanganyar, 2009
Jika dilihat dari sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maka
sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi yang paling besar, yaitu
47,62%%, sektor pertanian 21,28%%, sektor perdagangan 11,42%, sektor
57
jasa-jasa 7,73% sedangkan sektor-sektor lain kurang dari 5%. Pada tahun
2008 kontribusi sektor pengolahan masih menjadi yang terbesar yaitu sebesar
46,59%, artinya terjadi penurunan kontribusi sektor pengolahan akan tetapi
pada sektor pertanian yang mengalami peningkatan, kontribusinya sebesar
22,15% sedangkan pada sektor-sektor seperti perdagangan, jasa-jasa
mengalami peningkatan dari tahun 2007 akan tetapi tidak signigikan masih
berkisaran angka 8% sampai 11%.
Jika dilihat PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) maka pada
tahun 2007 sektor pengolahan masih menjadi sektor unggulan yaitu dengan
kontribusi sebesar 52,87% dan 19,46% yaitu kontribusi dari sektor pertanian
dan untuk sektor jasa yaitu sebesar 8,03% dan sektor lainya kurang dari 5%.
Untuk tahun 2008 PDRB ADHK mengalami peningkatan tetapi kontribusi
sektor pengolahan mengalami penurunan dari tahun 2007, kontribusinya
menjadi 52,08%. Sektor pertanian mengalami peningkatan, kontribusinya
sebesar 20,07 dan sektor bangunan, air, listrik, gas dan bangunan
kontribusinya menjadi yang terendah yang belum mencapai 5% dari total
PDRB.
Laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku paling tinggi
dicapai pada tahun 2004 sebesar 13,97%, sektor-sektor usaha baik
perdagangan dan industri pengolahan mempunyai peran yang sangat besar.
Selanjutnya yang paling rendah adalah pada tahun 2006 sebesar 10,74%, dan
tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun-tahun
berikutnya dan pada tahun 2008 mencapai 11,22%. Untuk PDRB Atas Dasar
58
Harga Konstan laju pertumbuhan tidak befluktuasi secara tajam rata-rata >
5%, yaitu tertinggi pada tahun 2004 sebesar 5,98% dan terendah pada tahun
2006 yaitu 5,08% dan selanjutnya pada tahun 2008 laju pertumbuhan sebesar
5,75%. Dengan demikian sesuai dengan tabel tersebut pada tahun 2008 atas
dasar harga belaku sebesar 6.679.675,35 juta rupiah dan atas harga konstan
4.921.454,72 juta rupiah, maka terjadi peningkatan 1,52 kali untuk PDRB
atas dasar harga berlaku dan 1,24 kali untuk PDRB atas dasar harga konstan.
Hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa pembangunan dibidang
perekonomian di kabupaten Karanganyar memang terjadi peningkatan yang
belum cukup signifikan, akan tetapi terdapat potensi untuk mengarah pada
perbaikan perekonomian Kabupaten Karanganyar.
c). Inflasi
Tabel 4.4 Inflasi Kab. Karanganyar
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008
Inflasi 5,31 14,2 6,41 4,09 10,83
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Selama tahun 2008 inflasi di kabupaten Karanganyar mencapai
10,83%. Inflasi tertinggi jatuh pada bulan Juni, sebesar 2,34% dan terendah
pada bulan Desember -0,54%. Penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok
bahan makanan mencapai 20,17%, kemudian kelompok kesehatan sebesar
13,55%, dan ketiga adalah kelompok transportasi dan komunikasi sebesar
9,28%. Sedangkan penyumbang terendah adalah kelompok pendidikan,
rekreasi olah raga yaitu 2,49 dan kelompok sedang sebesar 3,23%.
Perkembangan sektor riil dan berbagai dampaknya pada kesejahteraan
59
masyarakat, tidak lepas dari peran investasi baik dalam bidang usaha besar,
kecil maupun menengah. Peran pemerintah sebagai regulator perekonomian
daerah, menyediakan fasillitas terutama perdagangan bagi masyarakat
menengah kebawah. Kabupaten Karanganyar pada tahun 2007 telah
mempunyai pasar sebagai aktivitas utama ekonomi bagi masyarakat, dengan
jumlah mencapai 50 unit, dengan uraian jumlah toko atau warung sebanyak
9.157 unit, KUD 17 unit dan Koperasi simpan pinjam 783 unit.
B. Analisis Data
1. Analisis Kinerja Pajak Penerangan Jalan Di Kabupaten Karanganyar
Pemungutan pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar diatur
dalam Peraturan daerah Nomor 16 Tahun 2002, sesuai dengan peraturan
Pemerintah Daerah Kab. Karanganyar. Pajak penerangan jalan adalah pajak
atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa wilayah daerah
tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemda.
Mekanisme pemungutan pajak penerangan jalan dengan cara With Holding
System yaitu sistem pemungutan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak
pada sumbernya. Untuk melaksanakan pemungutan pajak penerangan jalan
tersebut, tugas tersebut dilaksanakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Ketentuan perhitungan pajak penerangan telah diatur dalam peraturan daerah,
yaitu biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian atau dalam rekening
listrik tercatat volume atau realisasi penjualan listrik dikalikan tarif pajak
masing-masing golongan. Terdapat empat golongan pengguna listrik dari
PLN, yaitu Pemerintah (P), Rumah tangga (R), Industri (I), dan Sosial (S).
60
Penerapan pajak penerangan jalan hanya dikenakan pada 3 (tiga) golongan
wajib pajak yaitu Rumah tangga, Industri dan Bisnis. Untuk golongan lainya
tidak di wajibkan untuk membayar pajak tersebut karena hasil dari pajak
tersebut memang digunakan untuk pembiayaan listrik pemerintah dan sosial.
Sampai pada tahun ini, penerapan pajak penerangan jalan untuk ketiga
golongan sebesar 9%, tercantum dalam peraturan daerah Kabupaten
Karanganyar No. 16 Tahun 2002.
Penerapan tarif pajak penerangan jalan memang dirasa terlau tinggi
karena terbukti pelaksanaan pajak tersebut banyak terjadi beberapa masalah.
Terutama pada golongan industri, adanya penunggakan pembayaran listrik
dikarenakan perusahaan tidak dapat lagi menutupi biaya produksi yang
membengkak karena penerapan pajak yang mencapai 9%. Situasi ini terjadi
karena perekonomian yang sedang tidak stabil, bahan-bahan produksi yang
meningkat seiring peningkatan harga-harga dan harga output yang dihasilkan
tidak sebanding dengan biaya produksi. Tetapi apapun masalah yang terjadi
dalam bidang industri, pajak bersifat wajib dan memaksa yang diatur dalam
undang-undang dan harus dipatuhi setiap warga Negara Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan hasil dari pajak memang demi kepentingan masyarakat,
daerah dan Negara.
Untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan di Kabupaten
Karanganyar, pertama harus mengetahui penerapan pajak daerah di wilayah
tersebut. Bagaimana Pemda pada tiap tahun merencanakan target dan
akhirnya hasil yang didapat dari seluruh jenis pajak daerah, yaitu realisasi.
61
Pendapatan asli daerah (PAD) tidak terlepas dari kontribisi pajak daerah.
Semakin tinggi pajak daerah maka semakin tinggi pula PAD yang didapat.
Untuk hal tersebut dapat dibuktikan dengan analisis kinerja pajak daerah atau
secara khusus pajak penerangan jalan.
Pedapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari
sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi
daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah. Untuk
pertama menganalisa seberapa besar peran pajak daerah terhadap PAD, bagi
kabupaten Karanganyar.
Tabel 4.5 Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2005-2009
PAD 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak
Daerah 13.158.093.041 14.543.182.743 19.053.558.538 21.874.872.161 21.664.560.819
Retribusi
Daerah 11.175.915.881 13.820.693.294 15.802.859.089 17.367.149.208 11.672.721.538
Bagian Laba
BUMD 4.442.162.170 3.711.857.967 4.173.550.013 4.598.113.757 6.264.943.143
Penerimaan
lain 5.526.393.809 13.976.386.119 17.897.142.400 18.783.980.479 27.383.294.713
Total PAD 34.302.564.901 46.052.120.123 56.927.110.040 64.455.300.801 66.967.520.033
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009
Dapat dilihat dari tabel pendapatan asli daerah diatas, komponen pajak daerah
merupakan salah satu yang menjadi penyumbang terbesar bagi PAD. Pajak
daerah meningkat dari tahun ke tahun secara signifikan, akan tetapi pada
tahun 2008 ke tahun 2009 terjadi penurunan. Selanjutnya komponen retribusi
daerah , penerimaan lain-lain, dan terakhir keempat laba BUMD. Untuk
lebih jelasnya mengenai kontribusi masing-masing komponen,dapat dilihat
tabel berikut ini :
62
Tabel 4.6 Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar Tahun
2005-2009
PAD 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak Daerah 0,38 0,32 0,33 0,33 0,32
Retribusi
Daerah 0,33 0,31 0,27 0,27 0,17
Bagian Laba
BUMD 0,13 0,08 0,07 0,01 0,09
Penerimaan
Lain-Lain 0,16 0,30 0,31 0,29 0,41
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)
Selanjutnya dalam suatu perencanaan pendapatan daerah, dikenal
dengan istilah target dan realisasi. Target pendapatan merupakan rencana
pendapatan yang dianggarkan untuk diraih sesuai kemampuan institusi
penghasil pendapatan. Sedangkan realisasi merupakan kemampuan
pencapaian penerimaan pendapatan yang sudah ditargetkan. Maka dari tabel
dibawah ini dapat diketahui target pendapatan masing-masing pos pajak.
Tabel 4.7 Target Pajak Daerah Kab. Karanganyar 2005-2009 Pos Pajak
daerah 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak Hotel 325.000.000 375.000.0000 437.525.000 486.027.000 595.713.000
Pajak
restoran 200.000.000 225.000.000 251.400.000 291.384.000 341.712.000
Pajak
Hiburan 165.000.000 225.000.000 203.000.000 223.668.000 407.100.000
Pajak
Reklame 160.000.000 235.000.000 209.874.000 250.020.000 267.750.000
Pajak PJU 11.600.000.000 13.200.000.000 15.336.000.000 17.918.000.000 20.040.000.000
Pjk. Gal.
Gol C 95.000.000 100.000.000 150.013.520 171.855.540 183.787.000
Pajak Parkir 6000.000 6.250.000 7.100.000 14.525.460 20.684.000
Pajak
Daerah 12.551.000.000 17.741.250.000 16.594.912.520 19.355.480.000 21.856.746.000
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009
Penetapan target pendapatan dari masing-masing jenis pajak daerah, lebih
didasarkan pada kaedah incremental (meningkat persentase tertentu dari
63
tahun sebelumnya) bukan didasarkan pada potensi sumber pendapatan yang
benar-benar sesuai dengan situasi yang mempengaruhi pendapatan tersebut.
Pada tahun 2005-2009 pajak penerangan jalan tetap menjadi salah satu jenis
pajak daerah dengan pendapatan terbesar dan yang terendah adalah pajak
parkir.
Penetapan target yang telah dilaksanakan, selanjutnya anggaran
tersebut menjadi suatu pendapatan yang telah pasti yang didapat pada periode
tahun yang ditentukan. Realisasi pendapatan pajak daerah Kabupaten
Karanganyar, sebagai perbandingan dari target pendapatan pajak daerah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.8 Realisasi Pajak Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2005-2009
Pos
Pajak
daerah 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak
Hotel 325.695.699 377.673.020 440.428.766 575.420.710 673.963.200
Pajak
Restoran 201.345.473 227.759.587 254.303.867 367.613.892 341.932.742
Pajak
Hiburan 159.637.550 171.358.635 204.557.075 191.433.518 254.092.442
Pajak
Reklame 203.819.182 235.000.000 218.820.822 255.641.360 295.208.244
Pajak
PJU 12.154.288.134 13.367.578.789 17.749.147.173 20.280.324.727 19.858.645.486
Pjk. Gal.
Gol C 114.907.839 107.142.203 175.165.775 184.617.954 189.342.455
Pajak
Parkir 7.320.000 7.605.000 11.135.000 19.820.000 31.376.250
Pajak
Daerah 13.158.093.041 14.543.182.743 19.053.558.538 21.874.872.161 21.644.560.819
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009
Realisasi pajak daerah dari tahun 2005-2009 dari masing-masing pos
penerimaan pajak daerah hasilnya tidak begitu jauh dari penetapan target
sebelumnya. Ada yang melebihi target bahkan kurang dari target, akan tetapi
64
kisaran angka tidak. Tidak tepatnya kisaran angka yang melenceng jauh
antara target dan realisasi terjadi kelemahan mekanisme penetapan target
yang berdasarkan persentase meningkat dari tahun ke tahun, tanpa
mempertimbangkan rasio kecukupan (coverage ratio) yang mendekati
potensi. Dari tabel diatas tetap pajak penerangan jalan yang dominan akan
tetapi pada tahun 2009 target yang ditentukan tidak tercapai.
Realisasi dan target dari seluruh pos pajak daerah telah dijelaskan
secara rinci diatas, maka selanjutnya dari masing-masing jenis pajak daerah
tersebut untuk mengetahui seberapa besar peranan pos pajak daerah terhadap
pendapatan total pajak daerah di Kabupaten Karanganyar, maka dapat
diketahui kontribusinya dengan cara share antara pendapatan dari salah satu
jenis pajak dengan total pajak daerah yang menghasilkan kontribusi masing-
masing pos pajak daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.9 Kontribusi Pos Pajak terhadap Pajak Daerah Kab.
Karanganyar Tahun 2005-2009
Pos Pajak daerah 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak Hotel 2,47 2,59 2,31 2,63 3,11
Pajak Restoran 1,53 1,56 1,33 1,68 1,57
Pajak Hiburan 1,21 1.17 1,07 0,87 1,17
Pajak Reklame 1,54 1,61 1,14 1,16 1,36
Pajak PJU 92,37 91,91 93,15 92,71 91,66
Pjk. Gal. Gol C 0,87 0,73 0,91 0,84 0,87
Pajak Parkir 0,01 0,43 1,16 1,27 0,26
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)
65
Analisa mengenai pajak tersebut yaitu jenis pajak yang mempunyai
kontribusi 50% atau lebih dan positif maka jenis pajak tersebut sangat baik
kontribusinya bagi pendapatan pajak daerah. Dari tahun 2005-2009 jenis
pajak penerangan jalan tingkat kontribusinya lebih dari 50%. Nilai tertinggi
pada tahun 2007 yaitu sebesar 93,15% dan mengalami penurunan yang paling
rendah selama 5 tahun yaitu pada tahun 2009 menjadi 91,66%. Akan tetapi
jenis pajak ini selalu dominan dari tahun ke tahun. Kinerja jenis pajak daerah
yang lain dalam lima tahun tersebut, kontribusinya masih dibawah angka
50% akan tetapi kontribusinya selalu positif dan cenderung menigkat.
Kontribusi yang terendah adalah pajak galian golongan C yaitu sebesar 0,87
pada tahun 2009. Ketimpangan kontribusi yang cukup besar ini ini mungkin
dikarenakan jenis pajak yang kurang produktif dan penggalian potensinya
yang kurang efektif. Selanjutnya adalah jenis pajak parkir yang kontribusinya
selama kinerja 5 tahun masih dinggap rendah, mungkin dikarenakan jenis
pajak ini merupakan pajak baru, akan tetapi kontribusinya terus meningkat
hanya pada tahun 2009 terjadi penurunan hanya menjadi sebesar 0,26.
Kontribusi terendah dari seluruh jenis pajak, pada tahun 2009.
Analisa mengenai pendapatan asli daerah (PAD), pajak daerah dan
konribusi pajak daerah telah diuraikan selanjutnya dalam penelitian ini secara
khusus maka akan dibahas secara rinci mengenai salah satu jenis pajak yaitu
pajak penerangan jalan yang menjadi jenis pajak daerah yang mempunyai
kontribusi terbesar dalam kinerja 5 tahun ini.
66
Tabel 4.10 Kontribusi Pajak penerangan Jalan (PJU) Tahun 2005-2009
Tahun Nilai Pajak
Penerangan Jalan
(PJU)
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Kontribusi
2005 12.154.288.134 34.302.564.901 35,43%
2006 13. 154.288.134 46.052.120.123 29,02%
2007 17.749.147.173 56.927.110.040 31,17%
2008 20.280.324.727 64.455.300.801 31,46%
2009 19.858.645.486 66.967.520.033 29,65%
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)
Kontribusinya bagi pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar mengingat
bahwa pajak penerangan jalan adalah hanya salah satu sub komponen bagi
pendapatan asli daerah, yang masuk dalam total pajak daerah. Kontribusi
terbesar pada tahun 2005 mencapai 35,43% selanjutnya pada tahun 2006
menurun menjadi 29,02%, pada tahun 2007 dan tahun 2008 terjadi
peningkatan berkisar kurang lebih pada angka 30% dan kontribusinya
kembali melemah pada tahun 2009 yang hanya sebesar 29,65%. Penurunan
kontribusi pajak penerangan jalan, mungkin dikarenakan ketidakstabilan
perekonomian atau faktor internal dalam pemungutan pajak tersebut.
Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan pajak penerangan jalan
akan digunakan analisis trend. Alasannya untuk mengetahui perkiraan trend,
yaitu secara langsung dapat membantu menyusun perancanaan (Djarwanto,
1993 : 268). Misalnya bila trend penerimaan pajak penerangan jalan selama
beberapa tahun menunjukkan kenaikan maka secara logika dapat diramalkan
bahwa penerimaan pajak penerangan jalan untuk tahun – tahun yang akan
67
datang juga akan bertambah. Persamaan garis lurus dinyatakan dengan
model Yo = a + bX
Dimana :
Yo = penerimaan pajak penerangan jalan
a = konstanta
b = besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit
variabel X
X = Tahun
Sebelum memperkirakan trend pajak penerangan jalan dari tahun ke tahun
maka harus diadakan uji trlebih dahulu, bila b < 0 maka perkembangan Y dan
X adalah turun dan bila b > 0 atau positif maka perkembangan Y dan X
adalah naik, selanjutnya dengan menggunakan tingkat signifikasi 5% analisis
tersebut diuji terlebih dahulu apabila probabilitasnya lebih kecil dari 0,05
maka persamaan tersebut signifikan. Maka pengolahan data dengan
menggunakan SPSS 16.0 perhitungan regresi dari penerimaan pajak
penerangan jalan selama kurun waktu 2001-2009 menghasilkan persamaan
sebagai berikut :
Y = a + b(X)
= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12X
Nilai probabilitas X adalah 0,00 < 0,05 maka koefisien regresi tersebut
signifikan pada tingkat signifikasi 5%.
Berdasarkan persamaan regresi diatas maka nilai b adalah positif dan
lebih dari satu maka perkembangan nilai Y dan X adalah naik atau
68
penerimaan pajak penerangan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
dan tingkat signifikasinya adalah lebih kecil dari 0,05 maka persamaan diatas
adalah signifikan. Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diketahui
perkiraan tend pajak penerangan dari tahun ke tahun, bila trend pajak pajak
penerangan jalan selama bebrapa tahun menigkat maka secara logika dapat
diramalkan bahwa pajak penerangan jalan untu tahun ke tahun yang akan
datang juga akan bertambah, maka perkiraan penerimaan pajak penerangan
jalan selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan dapat disajikan pada
perhitungan berikut ini:
1. Prediksi untuk tahun 2010
Y’ = a + b (X)
= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (10)
= 22.768.696.964,39
2. Prediksi untuk tahun 2011
Y’ = a + b (X)
= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (11)
= 24.753.735183,51
3. Prediksi untuk tahun 2012
Y’ = a + b (X)
= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (12)
= 26.738.773.420,63
69
4. Prediksi untuk tahun 2013
Y’ = a + b (X)
= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (13)
= 28.723.811.657,75
5. Prediksi untuk tahun 2014
Y’ = a + b (X)
= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (14)
= 30.708.849.894,87
Kesimpulanya dari persamaan trend diatas maka untuk 5 tahun kedepan
penerimaan pajak penerangan jalan akan mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun.
Trend pajak penerangan jalan untuk 5 tahun diperkirakan akan
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selanjutnya untuk mengetahui
kinerja pajak penerangan jalan dapat diketahui dengan matrik kinerja pajak
daerah.. Berikut ini adalah kinerja pajak penerangan jalan yaitu pada tahun
2005-2009 yaitu :
Tabel 4.11 Kinerja Pajak Penerangan Jalan Tahun 2005-2009
Tahun Pertumbuhan Proporsi Kinerja
2005 1,00 6,46 Prima
2006 1,00 6,43 Prima
2007 1,03 6,52 Prima
2008 1,00 6,48 Prima
2009 0,20 6 ,42 Potensial
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)
70
Kinerja pajak penerangan jalan dalam 5 tahun dilihat dari rasio pertumbuhan
dan proporsi, jenis pajak tersebut kinerjanya mayoritas dalam tergolong
prima karena proporsi dan pertumbuhan ≥ 1. Artinya pajak penerangan
merupakan salah satu jenis pajak yang cukup berpotensi bagi penyumbang
pendapatan pajak daerah yang tentu kontribusinya mempengaruhi pendapatan
asli daerah. Pada tahun 2009 kinerja pajak penerangan jalan terjadi
penurunan, menjadi potensial, karena Pertumbuhan < 1 dan pertumbuhanya
≥ 1. Penurunan kinerja pajak tersebut harus dapat dari faktor internal maupun
eksternal. Internal yaitu PLN sebagai lembaga pemungut pajak dan eksternal
yaitu Pemda sebagai pengelola pajak tersebut. Selanjutnya sebagai
perbandingan dengan kinerja jenis pajak daerah lainnya maka dapat dilihat
dengan matrik kinerja pajak daerah brikut ini :
Tabel 4.12 Kinerja Pajak Daerah Tahun 2005-2009
Pos
Pajak
daerah 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak
Hotel Berkembang Berkembang Terbelakang Berkembang Terbelakang
Pajak
Restoran Berkembang Berkembang Terbelakang Berkembang Terbelakang
Pajak
Hiburan Terbelakang Terbelakang Terbelakang Terbelakang Terbelakang
Pajak
Reklame Berkembang Terbelakang Berkembang Terbelakang Terbelakang
Pajak
PJU Prima Prima Prima Prima Potensial
Pjk. Gal.
Gol C Berkembang Terbelakang Berkembang Terbelakang Terbelakang
Pajak
Parkir Berkembang Terbelakang Berkembang Berkembang Terbelakang
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)
71
Kinerja pajak penerangan jalan tetap menjadi salah satu jenis pajak yang
dominan walaupun pada tahun 2009 terjadi pelemahan kinerja. Melihat dari
tabel diatas kinerja teburuk adalah pajak hiburan dalam 5 tahun ini, yaitu
terbelakang. Hal tersebut dikarenakan nilai proporsi dan pertumbuhan < 1.
Artinya dari tahun ke tahun pendapatan dari jenis pajak ini tidak ada
peningkatan yang cukup signifikan. Jenis pajak restoran dan hotel cenderung
cukup baik karena pendapatan dari jenis pajak tersebut terus terjadi
peningkatan, terlepas dari keadaan perekonomian yang dapat mengguncang
kestabilan pendapatanya. Hal tersebut juga terjadi pada jenis pajak lain
seperti pajak reklame, pajak parkir, dan pajak bahan galian golongan C. Pada
tahun 2009 seluruh kinerja pos pajak daerah menurun menjadi terbelakang
kecuali pajak penerangan jalan kinerjanya tergolong potensial.
Kinerja masing-masing pos pajak daerah telah diketahui dari uraian
sebelumnya. Selanjutnya sebagai pelengkap data kinerja dari keseluruhan
pajak maka akan dibahas mengenai collection ratio dan rasio pertumbuhan.
Pertama, collection ratio dari pajak penerangan jalan. Salah satu jenis pajak
yang diulas secara rinci dalam penelitian ini.
Tabel 4.13 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pajak Penerangan
Jalan Tahun 2005-2009
Tahun Realisasi Target Collection Ratio
2005 12.154.288.134 11.600.000.000 104,77%
2006 13.367.578.789 13.200.000.000 101,26%
2007 17.749.147.173 15.336.000.000 115,73%
2008 20.280.324.727 17.918.000.000 113.18%
2009 19.858.645.486 20.040.000.000 99,09%
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)
72
Rasio pengumpulan pajak penerangan jalan rata-rata diatas 100% artinya dari
tahun 2005-2008 jenis pajak ini tergolong mencapai target yang ditentukan
oleh Pemda atau sangat efektif. Pada tahun 2009 terjadi penurunan rasio
pengumpulan yaitu dibawah 100% artinya pendapatan pajak penerangan
jalan pada tahun tersebut belum mencapai target yang ditentukan Pemda atau
tidak efektif, rasionya hanya sebesar 99,09%. Terjadi penurunan yang cukup
signifikan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai
pembanding pajak penerangan jalan dengan jenis-jenis pajak lainya dapat
dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.14 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pos Pajak
Daerah Tahun 2005-2009
Pos Pajak
daerah
2005
(%)
2006
(%)
2007
(%)
2008
(%)
2009
(%)
Pajak Hotel 100,21 100,71 93,01 118,39 113,13
Pajak Restoran 100,67 101,24 101,15 126,16 100,06
Pajak Hiburan 96,77 76,15 100,76 85,58 62,41
Pajak Reklame 127,38 100 104,26 102,24 110,25
Pajak PJU 104,77 101,26 115,73 113,18 99,09
Pjk. Gal. Gol C 120,95 107,14 169,52 107,42 103,02
Pajak Parkir 122 121,68 156,83 136,45 151,69
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)
Seluruh jenis pajak daerah rata-rata pendapatanya telah mecapai target yang
ditentukan oleh Pemda. Pada tahun 2009 seluruh jenis pajak daerah rasionya
diatas 100%. Hanya pada jenis pajak hiburan dan pajak penerangan jalan
yang belum mencapai target yang ditentukan. Pada tahun 2005 hanya pos
pajak hiburan yang tidak efektif karena kurang dari 100% sedangkan pos
pajak yang lain dalam kategori sangat efektif karena rasionya diatas 100%.
73
Hal tersebut juga terjadi pada tahun 2006, pajak hiburan dalam kategori tidak
efektif, dan pajak reklame 100% artinya efektif, dan pos pajak lainya sangat
efektif, pada tahun 2007 pos pajak hotel masuk dalam kategori tidak efektif
karena CLR sebesar 93,01% dan pos pajak lainya tergolong sangat efektif.
Pada tahun 2008 pos pajak hiburan kembali menjadi jenis pajak yang ada
dalam kategori tidak efektif sedangkan pos pajak lainya masuk dalam
kategori sangat efektif. Untuk tahun 2009 ada dua pos pajak daerah yang
masuk dalam kategori tidak efektif yaitu pajak hiburan dengan indeks CLR
sebesar 62,41 dan pajak penerangan jalan sebesar indeks CLR 99,09, padahal
PJU adalah adalah satu jenis pajak yang dominan pendapatanya dalam tahun
ke tahun.
Kedua, rasio pertumbuhan. Untuk mengetahui seberapa besar
pertumbuhan jenis-jenis pajak daerah. Rasio pertumbuhan seluruh jenis pajak
daerah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.15 Pertumbuhan Pajak Daerah Tahun 2005-2009
Pos Pajak daerah 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak Hotel 0,24 0,15 0,16 0,30 0,17
Pajak Restoran 0,28 0,13 0,11 0,44 -0,06
Pajak Hiburan 0,11 0,07 0,19 -0,06 0,32
Pajak Reklame 0,57 0,15 -0,07 0,16 0,15
Pajak PJU 0,13 0,09 0,33 0,14 -0,02
Pjk. Gal. Gol C 0,25 -0,07 0,63 0,05 0,02
Pajak Parkir 0,42 0,03 0,46 0,78 0,58
Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)
Pertumbuhan keseluruhan pos pajak daerah cenderung positif akan tetapi
fluktuatif. Terjadi peningkatan dan penurunan pertumbuhan selama kurun
74
waktu 5 tahun. Pada tahun 2009 pajak restoran dan pajak penerangan jalan
pertumbuhanya negatif artinya pendapatan tahun ini tidak ada peningkatan
atau terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Sedangkan jenis pajak lain
seperti pajak reklame, pajak hotel, pajak parkir dan pajak bahan galian
golongan C tarjadi peningkatan pendapatan dari tahun sebelumnya.
2. Analisis Potensi Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Karanganyar
Peraturan daerah tentang pajak penerangan jalan di Kabupaten
Karanganyar daiatur dalam Peraturan daerah No. 16 tahun 2002. Jenis pajak
ini merupakan salah satu jenis pajak yang dominan kontribusinya terhadap
pendapatan pajak daerah. Hal tersebut telah dibuktikan dalam kinerja dan
kontribusi jenis pajak tersebut sebelumnya. Pajak penerangan jalan
pemungutanya dengan cara with holding system. Pemerintah daerah
Kabupaten Karanganyar telah memberi wewenang tugas pemungutan ini
kepada PLN. Hasil pendapatan dari pajak tersebut diteruskan kepada Pemda
dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD), untuk dikelola. Selama ini Pemda hanya mengenal
istilah target dan realisasi sebagai penetapan pendapatan dari tahun ke tahun.
Penetapan target hanya bersifat meningkat dari persentase sebelumnya
(incremental) metode tersebut terjadi kelemahan karena tanpa
mempertimbangkan coverage ratio atau sejauhmana realisasi telah dapat
mendekati potensi yang ada. Ketentuan dalam coverage ratio adalah :
1. Indeks coverage ratio 0% - 25% artinya rendah sekali
2. Indeks coverage ratio 25% - 50% artinya rendah
75
3. Indeks coverage ratio 50% - 75% artinya sedang atau cukup
4. Indeks coverage ratio 75% - 100% artinya tinggi
Mengukur kemampuan pemungutan penerimaan daerah dapat dilakukan
berdasarkan potensi yang ada dengan relisasi yang diterima. Adanya potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, akan terjadi pula
perbedaan pola hubungan. (Abdul Halim : 2004)
Bedasarkan teori potensi keuangan daerah tersebut maka tingkat
potensi pemungutan pos pajak daerah bagi penerimaan pajak daerah berbeda-
beda dengan tingkat kemampuan masing-masing sumber daya yang ada.
Potensi adalah keseluruhan pendapatan yang memungkinkan dapat dicapai
berdasarkan kondisi dan perkembangan objek sumber pendapatan yang
dimaksud dalam hal ini adalah pajak penerangan jalan. Dalam perhitungan
potensi pajak penerangan jalan ini, penelitian menggunakan data sekunder
dari 2 (dua) wilayah yaitu Karanganyar dan Palur. Keduanya termasuk dalam
UPJ Karanganyar dan UPJ Palur. Rumus yang digunakan untuk menghitung
potensi pajak penerangan jalan adalah realisasi penjualan tenaga listrik x tarif
masing-masing golongan. Selanjutnya setelah diketahui potensi yang ada
maka efektifitas potensi pajak penerangan jalan dapat diketahui dengan
rumus coverage ratio dengan cara pembagian antara realisasi penerimaan
pendapatan pajak penerangan jalan dengan potensi pajak penerangan jalan.
Pertama adalah penelitian yang dilaksanakan pada UPJ Karanganyar.
Wilayah ini mayoritas pelanggan PLN adalah rumah tangga, dan selanjutnya
76
adalah golongan industri dan bisnis, tabel realisasi penjualan tenaga listrik
akan disajikan berikut ini :
Penjualan Tenaga Listrik
PLN UPJ Karanganyar
Tahun 2009
Tabel 4.16 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Rumah Tangga
Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL
Biaya Beban
(Rp)
Biaya Pemakaian
(Rp)
KWH KVARH
Januari 738.685.220 2.475.154.155 - 3.213.839.375
Februari 738.138.445 2.297.648.475 - 3.305.786.902
Maret 745.116.310 2.335.760.030 - 3.080.876.340
April 738.384.720 2.327.878.470 - 3.066.263.190
Mei 737.847.915 2.385.280.895 - 3.123.128.810
juni 736.154.815 2.547.785.320 - 3.283.940.135
Juli 735.129.075 2.450.150.605 - 3.185.279.680
Agustus 734.733.180 2.482.024.785 - 3.216.757.965
September 734.130.150 2.548.719.495 - 3.318.849.645
Oktober 732.814.815 2.695.521.325 - 3.428.336.140
November 731.700.360 2.664.727.635 - 3.396.427.995
Desember 731.206.280 2.606.143.630 - 3.337.349.910
Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 38.686.836.105
Sumber : PLN UPJ Karanganyar, 2009
77
Tabel 4.17 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Bisnis
Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL
Biaya Beban
(Rp)
Biaya Pemakaian
(Rp)
KWH KVARH
Januari 76.489.700 521.541.655 68.990 598.109.345
Februari 75.442.125. 544.838.630 374.530 620.655.285
Maret 72.942.415 541.777.100 - 614.714.515
April 73.000.380 541.966.270 356.260 615.094.780
Mei 72.822.705 564.294.225 - 673.116.930
juni 72.731.790. 589.655.460 - 662.116.930
Juli 72.490.575 595.954.810 - 668.445.385
Agustus 72.386.780 578.895.720 - 651.264.500
September 72.234.690 608.728.190 - 680.962.880
Oktober 72.165.300 563.810.565 714.560 636.690.425
November 73.032.240 591.704.115 - 664.736.355
Desember 71.729.330 611.789.275 128.130 683.346.735
Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 7.713.829.385
Sumber : PLN UPJ Karanganyar, 2009
78
Tabel 4.18 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Industri
Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL
Biaya Beban
(Rp)
Biaya Pemakaian
(Rp)
KWH KVARH
Januari 64.193.760 425.806.450 29.800 490.030.010
Februari 65.161.360 457.043.785 874.030 523.079.175
Maret 65.208.560 530.443.535 - 603.652.095
April 63.792.500 531.747.955 - 595.540.515
Mei 63.792.560 501.917.210 927.925 566.637.695
Juni 64.642.160 516.511.395 40.195 581.193.750
Juli 64.476.960 578.729.160 21.355.035 600.084.195
Agustus 62.234.390 638.100.040 33.555.205 733.689.635
September 56.163.860 686.949.660 32.660.395 775.773.915
Oktober 55.290.660 557.130.985 25.291.730 637.713.375
November 55.715.460 674.005.610 11.248.775 740.969.845
Desember 55.525.660 593.459.663 - 648.986.325
Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 7.497.350.530
Sumber : PLN UPJ Karanganyar, 2009
Ketiga tabel tersebut merupakan data realisasi penjulan tenaga listrik
dari tiga golongan wajib pajak penerangan jalan yaitu Rumah tangga (R),
Industri (I), dan Bisnis (B) dari UPJ PLN Karanganyar. Selanjutnya adalah
realisasi penjualan tenaga listrik UPJ PLN Palur, data tersebut disajikan pada
tabel berikut ini :
79
Penjualan Tenaga Listrik
PLN UPJ PALUR
Tahun 2009
Tabel 4.19 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Rumah Tangga
Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL
Biaya Beban
(Rp)
Biaya Pemakaian
(Rp)
KWH KVARH
Januari 391.906.990 1.511.849.375 - 1.903.756.365
Februari 390.949.325 1.446.135.835 - 1.837.085.160
Maret 390.781.290 1.391.250.020 - 1.782.031.310
April 390.831.670 1.529.836.250 - 1.920.667.920
Mei 390.166.215 1.549.626.785 - 1.939.793.000
Juni 389.006.660 1.625.730.095 - 2.014.736.755
Juli 389.615.155 1.554.797.960 - 1.944.413.115
Agustus 388.506.456 1.574.569.135 - 1.963.075.600
September 386.479.030 1.598.182.215 - 1.984.661.245
Oktober 385.709.310 1.652.553.680 - 2.038.262.900
November 385.677.375 1.712.964.225 - 2.098.641.600
Desember 384.720.640 1.683.163.350 - 2.067.883.990
Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 23.505.018.050
Sumber : PLN UPJ Palur, 2009
80
Tabel 4.20 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Bisnis
Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL
Biaya Beban
(Rp)
Biaya Pemakaian
(Rp)
KWH KVARH
Januari 146.683.495 1.054.995.165 - 1.201.678.660
Februari 145.521.315 1.078.993.715 - 1.224.515.030
Maret 144.144.060 978.284.680 - 1.122.428.740
April 144.427.965 1.095.318.965 - 1.239.746.930
Mei 144.470.005 1.148.324.545 - 1.292.794.550
Juni 141.515.215 1.224.703.550 - 1.366.218.765
Juli 140.490.420 1.204.318.575 - 1.344.808.995
Agustus 140.193.995 1.166.960.250 - 1.307.154.245
September 139.549.520 1.131.312.320 - 1.270.861.840
Oktober 139.104.425 1.041.111.295 - 1.180.215.720
November 138.258.190 1.253.250.780 - 1.391.508.970
Desember 138.068.765 1.123.637.375 - 1.261.706.140
Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 15.202.638.585
Sumber : PLN UPJ Palur, 2009
81
Tabel 4.21 Penjualan Tenaga Listrik Golongan Industri
Bulan Rupiah Penjualan Tenaga Listrik Rupiah PAL
Biaya Beban
(Rp)
Biaya Pemakaian
(Rp)
KWH KVARH
Januari 2.722.711.630 22.808.974.570 24.743.205 25.556.429.405
Februari 2.739.763.905 23.762.132.170 25.874.050 26.527.770.125
Maret 2.758.045.080 24.292.042.245 21.493.215 27.071.580.540
April 2.800.506.930 25.389.400.090 25.252.240 28.215.159.260
Mei 2.813.289.520 24.591.682.705 27.409.395 27.432.381.620
Juni 2.826.781.695 26.026.990.640 28.030.530 28.881.802.865
Juli 2.629.350.805 25.533.352.970 11.916.440 28.174.620.215
Agustus 2.664.664.630 25.672.013.680 11.709.225 28.328.387.535
September 2.634.004.915 25.650.054.830 12.588.245 28.296.647.990
Oktober 2.627.511.780 20.864.857.325 26.002.155 23.518.371.260
November 2.642.196.080 26.304.076.540 31.945.145 28.978.217.765
Desember 2.629.142.205 25.693.527.260 49.900.805 28.372.570.270
Total Realisasi Penjualan Tenaga Listrik 329.353.956.850
Sumber : PLN UPJ Palur, 2009
Ketiga tabel diatas merupakan data yang menunjukkan realisasi
penjualan tenaga listrik dari UPJ PLN Palur. Untuk mengetahui potensi
keseluruhanya atau 2 (dua) UPJ PLN yaitu Karanganyar dan Palur maka
selanjutnya akan dijelaskan dalam perhitungan potensi pajak penerangan
jalan yaitu :
82
Perhitungan Potensi Pajak Penerangan Jalan
Keterangan
1. UPJ PLN Karanganyar
Gol. Rumah Tangga
Gol. Industri
Gol. Bisnis
2. UPJ PLN Palur
Gol. Rumah Tangga
Gol. Industri
Gol. Bisnis
Realisasi Penjualan
Tenaga Listrik
38.686.836.105
7.497.350.530
7.713.829.385
23.505.018.050
329.353.956.850
15.202.638.585
53.898.016.020
368.061.613.485
421.959.629.505
Estimasi Potensi = Realisasi Penjulaan Tenaga listrik X Tarif
Pajak
= 421.969.629.505 X 9%
= 37.976.366.655,45
Coverage Ratio =jalan peneranganpajak Potensi
jalan peneranganpajak penerimaan Realisasi
= 19.858.645.486
37.967.366.665,45
= 0,5229
83
Berdasarkan perhitungan potensi pajak penerangan jalan pada tahun 2009,
untuk UPJ PLN Karanganyar yaitu dengan jumlah Rp 4.850.821.441,8 dan
untuk UPJ PLN Palur adalah Rp 33.125.545.213,65. Total potensi pajak
penerangan jalan dari kedua UPJ PLN tersebut adalah Rp 37.976.366.655,45.
Tingkat penggalian potensi pajak penerangan jalan di Kabupaten
Karanganyar adalah sebesar 52,29% artinya berdasarkan indeks coverage
ratio masuk dalam kategori sedang atau cukup. Proses pemungutan pajak
penerangan jalan selama tahun 2009 cukup baik, akan tetapi adanya selisih
antara realisasi penerimaan pajak penerangan jalan dengan pontensi sebesar
Rp 18.117.721.169,45 artinya bahwa masih terdapat sejumlah potensi yang
belum bisa dioptimalkan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD). Penggalian
potensi pajak penerangan jalan memiliki sejumlah faktor yang mendukung
tingkat penggalian potensi pajak penerangan jalan di Kabupaten
Karanganyar. Faktor-faktor tersebut antara lain PLN sebagai institusi yang
diberi wewenang oleh Pemda untuk mengadakan pemungutan pajak, wajib
pajak adalah orang atau badan yang mempunyai kewajiban untuk melunasi
jenis pajak yang terutang, dan terakhir adalah Pemerintah daerah yang
sebagai otoritas tertinggi untuk mengatur peratuaran daerah termasuk pajak
daerah, untuk dalam hal ini pengelolaan pajak penerangan jalan dikelola oleh
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah di Kabupaten
Karanganyar.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan dalam
penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan
disajikan kesimpulan dan saran, antara lain sebagai berikut :
1. Kinerja Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Karanganyar
a. Kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah dari
tahun ke tahun cenderung menurun dari tahun ke tahun. Kontribusi
terbesar pada tahun 2005 mencapai 35,43% selanjutnya pada tahun 2006
menurun menjadi 29,02%, pada tahun 2007 naik menjadi 31,17% dan
tahun 2008 sebesar 31,46 dan kontribusinya kembali menurun pada tahun
2009 yang hanya sebesar 29,65%. Untuk analisis trend dalam kurun waktu
5 (lima) tahun kedepan diprediksi akan mengalami peningkatan jumlah
penerimaan pajak penerimaan pajak penerangan jalan.
b. Kinerja pajak penerangan jalan pada tahun 2009 adalah potensial dengan
tingkat pertumbuhan 0,20 dan proporsi 6,42. Dalam kurun waktu 5 tahun
kinerja pajak penerangan jalan yang terburuk adalah tahun 2009. Karena
pada tahun 2005-2008 kinerja pajak penerangan jalan kinerjanya adalah
prima. Pada tahun 2009 tidak hanya pajak penerangan jalan yang
mengalami penurunan kinerja. Pos pajak lain dalam tahun tersebut
kinerjanya adalah terbelakang hal tersebut dikarenakan tingkat proporsi
85
dan pertumbuhan < 1. Penurunan tersebut dikarenakan penerimaan
pedapatan tahun ini lebih kecil daripada tahun sebelumnya.
c. Pajak penerangan jalan berdasarkan collection ratio pada tahun 2005
sebesar 104,77%, tahun 2006 sebesar 101,26%, 2007 sebesar 115,73% dan
2008 sebesar 113,18% artinya sangat efektif pada tahun 2009 sebesar
99,09% tidak efektif, artinya berdasarkan raiso pengumpulan dari 2005-
2008 pajak penerangan jalan telah mencapai target yang ditetapkan karena
> 100%. Sedangkan pada tahun 2009 menurun < 100% artinya penerimaan
pajak tersebut tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan.
d. Rasio pertumbuhan pajak penerangan jalan pada tahun 2005 sebesar 0,13,
tahun 2006 sebesar 0,09, tahun 2007 sebesar 0,33, tahun 2008 sebesar 0,14
dan pada tahun 2009 sebesar -0,02. Selama kurun waktu 2005-2008,
pertumbuhanya positif artinya pendapatan yang diterima pada tahun
tersebut lebih besar dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2009
pertumbuhan pajak penerangan jalan negatif artinya pandapatan pada
tahun 2009 lebih kecil daripada tahun sebelumnya atau terjadi penurunan
penerimaan pendapatan pajak penerangan jalan.
2. Potensi Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Karanganyar
Potensi pajak penerangan jalan yang didapat dari 2 (dua) Unit
Pelayanan Jaringan (UPJ) Karanganyar dan Palur menunjukkan jumlah
potensinya sebesar Rp 37.976.366.655,45, perhitungan tersebut didapat dari
realisasi penjualan tenaga listrik dari 2 (dua) UPJ dikalikan dengan tarif pajak
penerangan jalan, sesuai dengan Perda No. 16 tahun 2002, golongan wajib
86
pajak yaitu golongan rumah tangga, industri dan bisnis adalah senesar 9%.
Berdasarkan indeks coverage ratio yaitu sebesar 52,29% maka termasuk
dalam kategori sedang atau cukup. Selisih antara realisasi penerimaan dengan
potensi adalah sebesar Rp 18.117.721.169,45. Artinya pemungutan pajak
penerangan jalan yang belum optimal ini harus digali kembali berdasarkan
potensi yang ada, dan inilah tugas wajib pajak, aparat pemungut pajak dan
pengelola pajak agar memperbaiki potensi yang seharusnya dimiliki oleh
Kabupaten Karanganyar.
B. Saran
1. Kinerja pajak yang tidak stabil pada 5 (lima) tahun ini, menjadi tugas berat
bagi Pemerintah Daerah Karangayar. Maka diharapkan Pemda secara
berkesinambungan mengadakan review atas cara kerja seluruh jajaran
pegawai yang termasuk dalam wilayah keuangan daerah yaitu segala
macam bentuk penghimpunan dan pengelolaan pendapatan asli daerah
terutama penerimaan pajak.
2. Pemerintah daerah diharapakan tidak hanya mengembangkan atau
memberikan akses yang luas atau kemudahan dalam pelaksananya pada
satu jenis pajak yang mempunyai kinerja prima, sehingga pos pajak yang
lain yang sama-sama potensial menjadi kinerjanya tidak optimal, yang
tentu akan mempengaruhi penerimaan pendapatan asli daerah.
87
3. Perekrutan sumber daya manusia (SDM) sebaiknya dilaksanakan dengan
test yang kompetitif dan professional, sehingga bagian-bagian pekerjaan
daerah ditempati oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya.
4. Instansi pemungutan pajak yang telah diberi wewenang yang dilindungi
secara penuh oleh undang-undang artinya atas nama hukum yang berlaku
di Indonesia, harus melakukan tugasnya secara profesional dengan tidak
memihak atau melindungi seseorang, badan ataupun pihak yang lainya
yang melenceng dari ketentuan perundang-undangan terutama dalam
bidang pajak.
5. Dinas pengelolaan pendapatan daerah, sebaiknya memulai untuk
memperhitungkan potensi dari segala pos pajak daripada hanya mengacu
pada realisasi dan target yang hanya bersifat incremental dan tidak hanya
mengembangkan salah satu jenis pajak yang dominan dan mencoba
menambah jenis pajak daerah baru yang penerimaanya akan lebih kecil
dari biaya pemungutanya karena tidak efisien.
6. Hasil dari pajak penerangan jalan harus digunakan secara efektif dan
efisien bagi kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang penerangan
jalan agar masyarakat secara nyata merasakan manfaat pajak tersebut
88
DAFTAR PUSTAKA
Bamim, Selamat. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Daerah.
Kajian Ekonomi, Vol. I. No. 1
Dajan, Anto. 1975. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Jakarta: LP3ES
Devas, CN. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: UI
Press
Didit Welly Udjianto. 2007. Efisiensi Pajak Daerah Suatu Tindakan
Elastisitas (Studi kasus di Yogyakarta). Jurnal Ekonomi, Vol xvii
No. 1
Ditjen PUOD. 1989. Manual Pendapatan Daerah. Jakarta : Departemen
Dalam Negeri
Djarwanto, PS. 1993. Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE
Guritno, Mangkusubroto. 1996. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE
Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah : Edisi Revisi.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Kano, Josef Riwu. 1990. Prospek Otonomi Daerah di Republik Indonesia:
Identifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi
penyelenggaraanya. Jakarta: Rajawali Pers
Kesit Bambang Prakosa. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta:
UII Pers
Linclon, Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi Daerah. BPFE. Yogyakarta
Mangkusubroto, Guritno. 1996. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE
Mardiasmo. 2003. Perpajakan Edisi . Yogyakarta : Andi
Mudrajad, Kuncoro. 1995. Desentralisasi Fiskal di Indonesia. Jakarta:
Jurnal Prisma No. 4
89
Mudrajad, Kuncoro. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah:
Reformasi, perancanaan, strategi dan peluang. Yogyakarta:
Erlangga
Munawir. 1997. Perpajakan. Yogyakarta : Liberty
Peraturan Daerah No. 16. Tentang Pajak Penerangan Jalan. Tahun 2002.
Karanganyar
Pemerintah Republik Indonesia. UU No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan
Retribusi Daerah
Pemerintah Republik Indonesia. PP No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak
Daerah
Soemitro, Rochmat. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak
Pendapatan. Bandung: PT. Eresco
Suandy, Erly. 2000. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat
91
1. Matrik Kinerja Pos Pajak Daerah
Pajak Penerangan Jalan
Tahun Pertumbuhan Proporsi
2005 1 6,46
2006 1 6,43
2007 1,03 6,52
2008 1 6,48
2009 0.20 6,42
Pajak Hotel
Tahun Pertumbuhan Proporsi
2005 1,92 0,17
2006 1,6 0,18
2007 0,51 0,16
2008 2,21 0,18
2009 -1,77 0,21
Pajak Restoran
Tahun Pertumbuhan Proporsi
2005 2,15 0,10
2006 1,3 0,13
2007 0,35 0,09
2008 3,14 0,11
2009 0,72 0,11
92
Pajak Hiburan
Tahun Pertumbuhan Proporsi
2005 0,84 0,08
2006 0,7 0,08
2007 0,61 0,07
2008 -0,42 0,08
2009 -3,44 0,08
Pajak Reklame
Tahun Pertumbuhan Proporsi
2005 4,38 0,10
2006 1,5 0,11
2007 -0,23 0,08
2008 1,14 0,08
2009 -1,56 0,09
Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Gol. C
Tahun Pertumbuhan Proporsi
2005 1,92 0,06
2006 -0,7 0,05
2007 2,03 0,06
2008 0,35 0,5
2009 -0,20 0,06
93
Pajak Parkir
Tahun Pertumbuhan Proporsi
2005 3,23 0,0038
2006 0,4 0,036
2007 1,48 0,004
2008 5,57 0,006
2009 -6,04 0,01
2. Pertumbuhan Pos Pajak
Pajak Penerangan Jalan
Tahun Realisasit Pertumbuhan
2005 12.154.288.134 0,1269
2006 13.367.578.789 0,0998
2007 17.749.147.173 0,3277
2008 20.280.324.727 0,1426
2009 19.858.645.486 -0,020
Pajak Pajak Hotel
Tahun Realisasit Pertumbuhan
2005 325.695.699 0,2456
2006 377.673.020 0,1595
2007 440.428.766 0,1661
2008 575.420.710 0,3065
2009 673.963.200 0,171
94
Pajak Restoran
Tahun Realisasit Pertumbuhan
2005 201.345.473 0,28
2006 227.795.587 0,13
2007 254.303.867 0,11
2008 367.613.892 0,44
2009 341.932.742 -0,06
Pajak Hiburan
Tahun Realisasit Pertumbuhan
2005 159.637.550 0,11
2006 171.358.635 0,07
2007 204.557.075 0,19
2008 191.433.518 -0,06
2009 254.092.442 0,32
Pajak Reklame
Tahun Realisasit Pertumbuhan
2005 203.819.182 0,57
2006 235.000.000 0,15
2007 218.820.822 -0,07
2008 255.641.360 0,16
2009 295.208.244 0,15
95
Pajak Pengambilan dan pengolahan bahan Gal. Gol C
Tahun Realisasit Pertumbuhan
2005 114.907.839 0,25
2006 107.142.203 -0,07
2007 175.165.775 0,63
2008 184.617.954 0,05
2009 189.342.455 0,02
Pajak Parkir
Tahun Realisasit Pertumbuhan
2005 7.320.000 0,42
2006 7.605..000 0,03
2007 11.135.000 0,46
2008 19.820.000 0,78
2009 31.367.250 0,58
96
3. Collection Ratio
Pajak Hotel
Tahun Realisasi Target CLR (%)
2005 325.695.699 325.000.000 100,21
2006 377.673.020 225.000.000 100,71
2007 440.428.766 437.525.000 93,01
2008 575.420.710 486.027.000 118,39
2009 673.963.200 595.713.000 113,13
Pajak Restoran
Tahun Realisasi Target CLR (%)
2005 201.345.473 200.000.000 100,67
2006 227.795.587 225.000.000 101,24
2007 254.303.867 251.400.000 101,15
2008 367.613.892 291.384.000 85,58
2009 341.932.742 341.712.000 62,41
97
Pajak Hiburan
Tahun Realisasi Target CLR (%)
2005 159.637.560 165.000.000 96,77
2006 171.358.635 225.000.000 76,15
2007 204.557.075 203.000.000 100,76
2008 191.433.518 223.668.000 85,58
2009 254.092.442 407.100.000 62,41
Pajak Reklame
Tahun Realisasi Target CLR (%)
2005 203.819.182 160.000.000 127,38
2006 235.000.000 235.000.000 100
2007 218.820.822 209.874.000 104,26
2008 255.641.360 250.020.000 102,24
2009 295.208.244 267.750.000 110,25
Pajak Penerangan Jalan
Tahun Realisasi Target CLR (%)
2005 12.154.288.134 11.600.000.000 104,77
2006 13.367.578.789 13.200.000.000 101,26
2007 17.749.147.173 15.336.000.000 115,73
2008 20.280.324.727 17.918.000.000 113,18
2009 19.858.645.486 20.040.000.000 99,09
98
Pajak Bahan Gal. Gol C
Tahun Realisasi Target CLR (%)
2005 114.907.839 95.000.000 120,95
2006 107.142.203 100.000.000 107,14
2007 254.303.867 150.013.520 165,52
2008 184.617.954 171.855.540 107,42
2009 189.342.455 183.787.250 103,02
Pajak Parkir
Tahun Realisasi Target CLR (%)
2005 7.320.000 6.000.000 122
2006 7.605.000 6.250.000 121,68
2007 11.135.000 7.100.000 156,83
2008 19.820.000 14.525.460 136,45
2009 31.376.250 20.684.000 151,69
99
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Xa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Y
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .985a .970 .965 1.027E9
a. Predictors: (Constant), X
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.364E20 1 2.364E20 224.078 .000a
Residual 7.386E18 7 1.055E18
Total 2.438E20 8
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.918E9 7.462E8
3.911 .006
X 1.985E9 1.326E8 .985 14.969 .000
a. Dependent Variable: Y