faktorfaktoryang memengaruhi jam kerjatenaga

6
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 3 Nomor 4 AgustusDesember 2016 1 ISSN ISSNL 23376686 23383321 FAKTORFAKTOR YANG MEMENGARUHI JAM KERJATENAGA KERJAWANITABERSTATUS KAWIN DALAM SEMINGGU DI INDONESIA (ANALISIS DATA SAKERNAS 2014) Sarni Maniar Berliana dan Lukmi Ana Purbasari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Email: [email protected], [email protected] Abstrak: Wanita menikah memiliki peran ganda, yaitu sebagai pencari nafkah dan pengelola rumah tangga. Peran ganda wanita sebagai pencari nafkah dan pengelola rumah tangga tersebut menuntut wanita untuk dapat mengalokasikan waktu secara proporsional pada kedua peran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan tenaga kerja wanita berstatus kawin di Indonesia untuk bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu menggunakan data Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) tahun 2014. Pada penelitian ini terdapat 66.702 wanita berstatus kawin yang bekerja pada saat pencacahan, di mana 35% di antaranya bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan wanita kawin untuk bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu lebih tinggi pada (1) wanita yang berusia lebih muda, (2) memiliki tingkat pendidikan lebih rendah, (3) tinggal di daerah perkotaan, (4) memiliki ukuran rumah tangga lebih kecil, (5) tidak memiliki anak usia prasekolah, (6) tidak memiliki anak usia sekolah, (7) memiliki anggota rumah tangga dewasa, (8) bekerja dengan status sebagai karyawan atau wirausaha, dan (9) memiliki pasangan yang bekerja. Berdasarkan hasil ini, kami menyarankan bahwa (1) pemberdayaan perempuan melalui peningkatan pendidikan harus lebih dimajukan lagi dan (2) pencapaian program keluarga berencana, yaitu mewujudkan norma keluarga kecil merupakan faktor penting untuk memaksimalkan partisipasi wanita kawin dalam pasar kerja. Kata kunci: jam kerja, regresi logistik, sakernas Abstract: Marriedwomen have a dual role as a breadwinner and a household manager. The dual roles ……..The objective of the study is to examine the likelihood of marriedwomen in Indonesia to work more than 40 hours a week using the 2014 Labor Force Survey (LFS) data. Among 66,702 marriedwomen who worked within one week prior to enumeration, 35% worked more than 40 hours a week. The result showed that the likelihood of marriedwomen to work more than 40 hours a week is higher among women who are (1) at younger age, (2) have lower educational level, (3) live in urban areas, (4) have smaller household size, (5) have no preschoolage children, (6) have no schoolage children, (7) have adult household members, (8) work as employee or selfemployment, and (9) have working spouse. Based on these results, we suggest that (1) women's empowerment through increasing educational level should be more advanced further and (2) the achievement of family planning programs, which realize small family size norm is an important factor to maximize marriedwomen participation in labor market. Keywords: working hours, logistic regression, labor force survey (Sakernas) PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah bahwa peran wanita saat ini terus mengalami perkembangan, tidak hanya dalam ruang lingkup keluarga tetapi juga di bidang sosial, politik dan juga di bidang ketenagakerjaan. Peranan wanita dalam pasar kerja dicatat mengalami kemajuan yang terus meningkat. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita di Indonesia, yaitu 29,4% pada tahun 2000 menjadi 50,22%pada tahun 2014 (BPS,2014a). Tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi mengharuskan seorang ibu bekerja demi menambah pendapatan keluarga (Tjaja,2000:4). Pada kenyataannya, partisipasi wanita dalam bidang ketenagakerjaan banyak menemui kendala, baik secara kultural maupun struktural (Abdullah, 2001:145146). Data menunjukkan bahwa jabatan pekerjaan wanita relatif kurang strategis di bandingkan pria dimana dari 100 penduduk yang bekerja sebagai tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, 19 orang adalah wanita dan 81 laki laki. Sementara itu, tingkat upah wanita relatif lebih rendah dibandingkan tingkat upah pria dengan rasio upah pekerja wanita terhadap lakilaki secara keseluruhan adalah 79,77% serta rasio upah menurut sektor pertanian dan nonpertanian, masingmasing adalah 66,01% dan 88,89% (BPS, 2014b). Peran ganda wanita sebagai pencari nafkah dan pengelola rumah tangga menuntut wanita untuk dapat mengalokasikan waktu secara proporsional pada kedua peran tersebut (Sihite, 1995 dan Sadli 1988). Alokasi waktu untuk bekerja menyebabkan ber kurangnya waktu kebersamaan antara ibu dan anak dan ibu tidak dapat mengawasi anaknya secara maksimal, misalnya dalam hal pola makan yang sehat (Glick, 2002 dan Fertig dkk., 2009). Alokasi waktu untuk pekerjaan rumah tangga, pekerjaan yang dibayar atau bersantai mempertimbangkan produktivitas relatif dari masingmasing anggota

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTORFAKTORYANG MEMENGARUHI JAM KERJATENAGA

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 3 Nomor 4 Agustus­Desember 20161

ISSNISSN­L

2337­66862338­3321

FAKTOR­FAKTOR YANG MEMENGARUHI JAM KERJA TENAGAKERJA WANITA BERSTATUS KAWIN DALAM SEMINGGU DI

INDONESIA (ANALISIS DATA SAKERNAS 2014)

Sarni Maniar Berliana dan Lukmi Ana PurbasariSekolah Tinggi Ilmu Statistik

Email: [email protected], [email protected]

Abstrak: Wanita menikah memiliki peran ganda, yaitu sebagai pencari nafkah dan pengelola rumah tangga. Peran ganda wanita sebagaipencari nafkah dan pengelola rumah tangga tersebut menuntut wanita untuk dapat mengalokasikan waktu secara proporsional padakedua peran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan tenaga kerja wanita berstatus kawin di Indonesiauntuk bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu menggunakan data Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) tahun 2014. Padapenelitian ini terdapat 66.702 wanita berstatus kawin yang bekerja pada saat pencacahan, di mana 35% di antaranya bekerja lebih dari 40jam dalam seminggu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi logistik biner. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kecenderungan wanita kawin untuk bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu lebih tinggi pada (1)wanita yang berusia lebih muda, (2) memiliki tingkat pendidikan lebih rendah, (3) tinggal di daerah perkotaan, (4) memiliki ukuranrumah tangga lebih kecil, (5) tidak memiliki anak usia prasekolah, (6) tidak memiliki anak usia sekolah, (7) memiliki anggota rumahtangga dewasa, (8) bekerja dengan status sebagai karyawan atau wirausaha, dan (9) memiliki pasangan yang bekerja. Berdasarkan hasilini, kami menyarankan bahwa (1) pemberdayaan perempuan melalui peningkatan pendidikan harus lebih dimajukan lagi dan (2)pencapaian program keluarga berencana, yaitu mewujudkan norma keluarga kecil merupakan faktor penting untuk memaksimalkanpartisipasi wanita kawin dalam pasar kerja.Kata kunci: jam kerja, regresi logistik, sakernas

Abstract: Married­women have a dual role as a breadwinner and a household manager. The dual roles ……..The objective of the studyis to examine the likelihood of married­women in Indonesia to work more than 40 hours a week using the 2014 Labor Force Survey(LFS) data. Among 66,702 married­women who worked within one week prior to enumeration, 35% worked more than 40 hours a week.The result showed that the likelihood of married­women to work more than 40 hours a week is higher among women who are (1) atyounger age, (2) have lower educational level, (3) live in urban areas, (4) have smaller household size, (5) have no preschool­agechildren, (6) have no school­age children, (7) have adult household members, (8) work as employee or self­employment, and (9) haveworking spouse. Based on these results, we suggest that (1) women's empowerment through increasing educational level should be moreadvanced further and (2) the achievement of family planning programs, which realize small family size norm is an important factor tomaximize married­women participation in labor market.

Keywords: working hours, logistic regression, labor force survey (Sakernas)

PENDAHULUANLatar belakang penelitian ini adalah bahwa peran

wanita saat ini terus mengalami perkembangan, tidakhanya dalam ruang lingkup keluarga tetapi juga dibidang sosial, politik dan juga di bidangketenagakerjaan. Peranan wanita dalam pasar kerjadicatat mengalami kemajuan yang terus meningkat.Hal ini ditunjukkan dari peningkatan TingkatPartisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita diIndonesia, yaitu 29,4% pada tahun 2000 menjadi50,22%pada tahun 2014 (BPS,2014a).

Tingkat kemiskinan dan pengangguran yangtinggi mengharuskan seorang ibu bekerja demimenambah pendapatan keluarga (Tjaja,2000:4). Padakenyataannya, partisipasi wanita dalam bidangketenagakerjaan banyak menemui kendala, baiksecara kultural maupun struktural (Abdullah,2001:145­146). Data menunjukkan bahwa jabatanpekerjaan wanita relatif kurang strategis di­bandingkan pria dimana dari 100 penduduk yang

bekerja sebagai tenaga kepemimpinan danketatalaksanaan, 19 orang adalah wanita dan 81 laki­laki. Sementara itu, tingkat upah wanita relatif lebihrendah dibandingkan tingkat upah pria dengan rasioupah pekerja wanita terhadap laki­laki secarakeseluruhan adalah 79,77% serta rasio upah menurutsektor pertanian dan non­pertanian, masing­masingadalah 66,01% dan 88,89% (BPS, 2014b).

Peran ganda wanita sebagai pencari nafkah danpengelola rumah tangga menuntut wanita untuk dapatmengalokasikan waktu secara proporsional padakedua peran tersebut (Sihite, 1995 dan Sadli 1988).Alokasi waktu untuk bekerja menyebabkan ber­kurangnya waktu kebersamaan antara ibu dan anakdan ibu tidak dapat mengawasi anaknya secaramaksimal, misalnya dalam hal pola makan yang sehat(Glick, 2002 dan Fertig dkk., 2009). Alokasi waktuuntuk pekerjaan rumah tangga, pekerjaan yangdibayar atau bersantai mempertimbangkanproduktivitas relatif dari masing­masing anggota

Page 2: FAKTORFAKTORYANG MEMENGARUHI JAM KERJATENAGA

Sarni Maniar Berliana danLukmi Ana Purbasari,1 ­ 6

Faktor­Faktor yang Mempengaruhi jamKerja Tenaga Kerja Wanita Berstatus Kawin

dalam Seminggu di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 3 Nomor 4 Agustus­Desember 20162

rumah tangga (Becker, 1965).Faktor­faktor yangmemengaruhi alokasi waktu untuk pekerjaan rumahtangga di antaranya adalah ukuran keluarga dankeberadaan anak, tingkat pendapatan dan kesehatan,serta keberadaan fasilitas untuk efisiensi pekerjaanrumah tangga, seperti adanya pembantu rumah tangga(Nichols dan Metzen,1978; Lauk dan Meyer,2005).Keputusan untuk bekerja dan berapa lamadalam seminggu untuk bekerja bukanlah semata­matamempertimbangkan kepentingan pribadi tetapi jugakepentingan anggota keluarga yang lain(Simanjuntak, 1985).

Tujuan penelitian adalah untuk memperolehgambaran umum keadaan tenaga kerja wanita ber­status kawin dan menganalisis variabel­variabel yangmemengaruhi jam kerja wanita dalam seminggu.Penelitian ini menggunakan data SurveiKetenagakerjaan Nasional (Sakernas) Agustus 2014yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).Unit analisis penelitian adalah wanita berstatus kawinumur 15 tahun ke atas yang bekerja. Total wanitakawin yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah66.702 orang di mana 35% di antaranya bekerja diatas jam kerja normal. Metode analisis yang di­gunakan dalam penelitian ini adalah analisisdeskriptif dan analisisregresi logistik biner. Regresilogistik diaplikasikan karena variabel terikat dalampenelitian ini berupa data kategorik (Hosmer danLemeshow,2000).

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Tenaga Kerja Wanita BerstatusKawin

Persentase wanita kawin yang bekerja menurutjam kerja dalam seminggu dan beberapa karakteristiklatar belakang seperti yang terlihat pada Tabel 1berikut ini.

Tabel 1. Persentase Wanita Kawin yang BekerjaMenurut Jam Kerja Dalam Seminggudan Karakteristik Latar Belakang,Indonesia, 2014

Jam kerja wanita dalam seminggu dibagi menjadidua kelompok, yaitu kurang atau sama dengan 40 jamdan lebih dari 40 jam dalam seminggu. Konvensi ILOpertama pada tahun 1919 menetapkan bahwa standarlegal jam kerja maksimal dalam seminggu dengansatu hari libur adalah 48 jam seminggu atau 8 jamsehari. Pada tahun 1935, ILO menetapkan standarlegal jam kerja baru, yaitu 40 jam dalam seminggu.Perubahan ini untuk memajukan keseimbangan hidupdan kerja (Lee dkk.,2007:1).

Persentase wanita kawin yang bekerja di atas jamkerja normal lebih besar pada wanita kawin berusia30­44 tahun, berpendidikan SMA, memiliki pasanganberpendidikan SMA, tinggal di perkotaan, memilikijumlah anggota rumah tangga kurang atau samadengan 4 orang, tidak memiliki anak usia 0­4 tahun(balita), memiliki anak usia 5­14 tahun, memilikiorang dewasa usia 18 tahun ke atas dalam rumahtangganya, status pekerjaan berusaha, dan memilikipasangan yang tidak bekerja.

Determinan Jam Kerja Wanita Berstatus KawinSelama Seminggu

Kategori dalam variabel terikat pada penelitianini adalah bekerja sesuai jam kerja normal (kurangatau sama dengan 40 jam dalam seminggu) ataubekerja di atas jam kerja normal (lebih dari 40 jamdalam seminggu). Model regresi logistik di­aplikasikan untuk mengetahui pengaruh setiap

Usia wanita15­2930­4445+

Pendidikan WanitaSMP ke bawahSMAPendidikan tinggi

66,462,067,4

67,352,765,5

Variabel Bebas Alokasi Waktu Kerja

33,638,032,6

32,747,334,5

< 40 jam > 40 jam

(1) (2) (3)

Pendidikan pasanganSMP ke bawahSMAPendidikan tinggi

Daerah tempat tinggalPerkotaanPedesaan

Ukuran rumah tangga< 4> 4

Keberadaan anak usia 0­4 tahunTidak adaAda

Keberadaan anak usia 5­14 tahunTidak adaAda

Keberadaan orang dewasa 18 tahun ke atasTidak adaAda

Status pekerjaan wanitaPegawai/karyawanBerusahaPekerja bebas/tak dibayar

Partisipasi kerja pasanganTidak bekerjaBekerja

Jumlah

68,255,361,5

52,872,8

64,465,4

64,764,9

65,963,8

65,264,1

50,058,177,5

61,264,964,7

Variabel Bebas Alokasi Waktu Kerja

31,844,738,5

47,227,2

35,634,6

35,335,1

34,136,2

34,835,9

50,041,922,5

38,835,135,3

< 40 jam > 40 jam

(1) (2) (3)

Page 3: FAKTORFAKTORYANG MEMENGARUHI JAM KERJATENAGA

Sarni Maniar Berliana danLukmi Ana Purbasari,1 ­ 6

Faktor­Faktor yang Mempengaruhi jamKerja Tenaga Kerja Wanita Berstatus Kawin

dalam Seminggu di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 3 Nomor 4 Agustus­Desember 20163

variabel bebas terhadap variabel terikat besertakecenderungannya melalui nilai rasio kecenderungan(odds ratio). Model yang digunakan dalam penelitianini adalah model penuh (full model) dengan tingkatsignifikansi 5%. Model regresi logistik yangdiperoleh dalam penelitian ini menghasilkan nilai Gsebesar 6712,164 dengan p­value = 0,000. Hal iniberarti minimal terdapat satu variabel bebas yangmemiliki pengaruh signifikan terhadap ke­cenderungan wanita kawin untuk bekerja lebih dari40 jam dalam seminggu.

Estimasi parameter dan rasio kecenderunganwanita berstatus kawin untuk bekerja lebih dari 40jam dalam seminggu seperti terlihat pada Tabel 2berikut:

Tabel 2. Estimasi Parameter Dan Rasio Ke­cenderungan (Odds Ratio) WanitaKawin Untuk Bekerja Lebih Dari 40Jam Dalam Seminggu, Indonesia, 2014

Berdasarkan Tabel 2 tersebut, dapat diketahuibahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikanterhadap jam kerja wanita kawin dalam semingguadalah usia wanita, pendidikan wanita, pendidikan

pasangan, daerah tempat tinggal, jumlah anggotarumah tangga, keberadaan anak usia 0­4 tahun (anakbalita), keberadaan anak usia 5­14 tahun(anak berusiapendidikan dasar), keberadaan orang dewasa usia 18tahun ke atas, status pekerjaan wanita, dan partisipasikerja pasangan. Kesepuluh variabel bebas tersebutsignifikan pada tingkat signifikansi 0,05.

Persamaan peluang regresi logistik yangterbentuk berdasarkan nilai koefisien β pada Tabel 2adalah sebagai berikut:

Keterangan : * signifikan pada taraf 5%

Model regresi dalam penelitian ini memperolehuji Hosmer and Lemeshow dengan p­value sebesar0,092. Dengan demikian hipotesis nol diterima, yangberarti bahwa model estimasi yang dihasilkan adalahbaik (fit).

Usia WanitaDalam penelitian ini, data variabel usia

berbentuk numerik. Koefisien regresi variabel usiabertanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa wanitakawin yang berusia lebih tua mempunyai ke­cenderungan yang lebih kecil untuk bekerja lebih dari40 jam dalam seminggu. Nilai odds ratio sebesar0,986, artinya setiap kenaikan satu tahun usia wanitakawin akan menurunkan kecenderungan wanitakawin bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu.

Tingkat Pendidikan Wanita dan PasanganTingkat pendidikan merupakan salah satu faktor

yang memengaruhi jam kerja wanita kawin selamaseminggu. Koefisien regresi pada kategori pendidikanSMP ke bawah dan SMA bertanda positif. Hal inimenunjukkan bahwa wanita kawin yang ber­pendidikan SMP ke bawah dan SMA lebih cenderunguntuk bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggudibandingkan mereka yang berpendidikan tinggi.Mereka yang berpendidikan SMP ke bawah memilikikecenderungan 1,851 kali dibandingkan wanita kawinberpendidikan tinggi untuk bekerja lebih dari 40 jamdalam seminggu. Sementara itu, wanita kawin

KonstantaUsia wanita (Age)Pendidikan Wanita (educ)SMP ke bawahSMAPendidikan tinggi

Pendidikan pasangan (Educ_s)SMP ke bawahSMAPendidikan tinggi

Daerah tempat tinggal (Loc)PerkotaanPedesaan

Ukuran rumah tangga (Size)< 4> 4

Keberadaan anak usia 0­4tahun (CH0_4)Tidak adaAda

Keberadaan anak usia 5­14tahun (CH5_14)Tidak adaAda

Keberadaan orang dewsa > 18tahun (Adult)Tidak adaAda

Status pekerjaan wanita(Status)Pegawai/karyawanBerusahaPekerja bebas/tak dibayar

Partisipasi kerja pasangan(Part_s)Tidak bekerjaBekerja

­1,521­0,015

0,6160,666

­

­0,0700,143

­

0,660­

0,065­

0,167­

0,055­

­0,065­

1,1100,837

­

­0,224­

Variabel Bebas

0,2180,986

1,8511,947

­

0,9321,154

­

1,936­

1,067­

1,182­

1,056­

0,937­

3,0332,309

­

0,799­

Odds Ratio

0,0000,000

0,0000,000

­

0,0650,000

­

0,000­

0,003­

0,000­

0,008­

0,002­

0,0000,000

­

0,000­

p­value

(1) (2) (3) (4)

Page 4: FAKTORFAKTORYANG MEMENGARUHI JAM KERJATENAGA

Sarni Maniar Berliana danLukmi Ana Purbasari,1 ­ 6

Faktor­Faktor yang Mempengaruhi jamKerja Tenaga Kerja Wanita Berstatus Kawin

dalam Seminggu di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 3 Nomor 4 Agustus­Desember 20164

berpendidikan SMA cenderung 1,947 kali untukbekerja lebih dari 40 jam dibandingkan wanita kawinberpendidikan tinggi.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwatingkat pendidikan merupakan salah satu faktor kuatyang memengaruhi jumlah jam kerja wanita kawindalam seminggu. Mereka yang berpendidikan lebihrendah cenderung bekerja dengan jam kerja lebihpanjang dibandingkan dengan mereka yang ber­pendidikan tinggi. Dengan demikian, pem­berdayaanwanita generasi muda perlu lebih di­majukan lagimelalui peningkatan pendidikan sebagai bekal untukmemasuki sektor formal yang memiliki jam kerjalebih layak. Selain itu, dengan pendidikan lebihtinggi wanita dapat memiliki alternatif pilihanpekerjaan yang lebih layak, misalnya dari sisi jamkerja selama seminggu.

Tingkat pendidikan pasangan juga merupakansalah satu faktor yang memengaruhi alokasi waktukerja wanita kawin. Penelitian ini menunjukkanbahwa wanita kawin yang suaminya berpendidikanSMA memiliki kecenderungan 1,154 kali dibandingwanita kawin yang suaminya berpendidikan tinggiuntuk bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu.Pada pasangan wanita kawin dengan tingkatpendidikan SMP ke bawah menunjukkan hasil yangtidak signifikan.

Tempat TinggalPerbedaan tempat tinggal antara perdesaan dan

perkotaan berpengaruh terhadap alokasi waktu kerjawanita kawin. Wanita kawin yang tinggal diperkotaan cenderung 1,936 kali untuk bekerja lebihdari 40 jam dalam seminggu dibanding wanita kawinyang tinggal di perdesaan. Daerah perdesaan identikdengan pekerjaan di sektor pertanian. Pekerjaan disektor pertanian umumnya lebih fleksibel di­bandingkan sektor industri. Banyak wanita kawinbekerja di pertanian untuk membantu menambahpendapatan keluarga tanpa harus mengabaikan tugas­nya mengurus rumah tangga. Hal ini menyebabkanwanita kawin lebih mudah dalam membagi waktunyaantara bekerja dan mengurus rumah tangga.

Ukuran Rumah TanggaUkuran anggota rumah tangga juga berpengaruh

signifikan terhadap alokasi waktu kerja wanitakawin. Wanita kawin yang mempunyai jumlahanggota rumah tangga kurang dari sama denganempat mem­punyai kecenderungan 1,067 kali untuk

bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu dibandingwanita kawin dengan jumlah anggota rumah tanggalebih dari empat. Dengan demikian, jumlah anggotarumah tangga yang lebih besar merupakanpenghambat bagi wanita untuk turut serta dalampasar kerja.

Keberadaan anak usia prasekolah dan sekolahdalam rumah tangga, anak usia 0­4 tahunberpengaruh signifikan terhadap alokasi waktu kerjawanita kawin. Koefisien regresi yang bertanda positifberarti bahwa wanita kawin yang tidak memiliki anakusia 0­4 tahun lebih cenderung untuk bekerja lebihdari 40 jam daripada wanita kawin yang memilikianak usia 0­4 tahun dengan nilai odds ratio sebesar1,182. Bagi wanita kawin, ada tidaknya anak menjadipertimbangan khusus dalam memutuskan seberapalama waktu yang dialokasikan untuk bekerja. Anakmemerlukan pengawasan dan perawatan intensif dariseorang ibu. Berbeda dengan laki­laki, seorangwanita (ibu) memiliki kedekatan batin yang lebihdalam kepada anaknya. Anak menjadi pertimbanganpenting bagi wanita sebelum mereka memutuskanuntuk bekerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabelkeberadaan anak usia 5­14 tahun berpengaruhsignifikan terhadap jam kerja wanita kawin. Wanitakawin yang tidak memiliki anak usia 5­14 tahunmempunyai kecenderungan 1,056 kali dibandingwanita kawin yang memiliki anak usia 5­14 tahununtuk bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu. Adaatau tidaknya anak usia 5­14 tahun dalam rumahtangga berpengaruh signifikan terhadap jam kerjawanita kawin namun pengaruhnya relatif tidak besar.Hal ini dapat dilihat dari nilai odds ratio­nya, yaitu1,056. Anak usia sekolah 5­14 tahun memangmemerlukan perhatian dari ibunya, namun tidakseintensif bila memiliki anak balita.

Keberadaan Orang Dewasa Dalam RumahTangga

Keberadaan orang dewasa selain wanita ber­status kawin dan suami dalam rumah tangga memilikipengaruh signifikan terhadap alokasi waktu kerjawanita kawin. Dari hasil penelitian diperoleh nilaiodds ratio sebesar 0,937. Hal ini berarti bahwawanita kawin yang di dalam rumah tangganya tidakada orang dewasa selain suaminya mempunyaikecenderungan lebih kecil untuk bekerja lebih dari 40jam dalam seminggu dibanding wanita kawin yang didalam rumah tangganya ada orang dewasa usia 18

Page 5: FAKTORFAKTORYANG MEMENGARUHI JAM KERJATENAGA

Sarni Maniar Berliana danLukmi Ana Purbasari,1 ­ 6

Faktor­Faktor yang Mempengaruhi jamKerja Tenaga Kerja Wanita Berstatus Kawin

dalam Seminggu di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 3 Nomor 4 Agustus­Desember 20165

tahun ke atas. Orang dewasa dapat membantu wanitakawin dalam mengurus anak maupun membantudalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Halini dapat membuat wanita kawin lebih leluasa dalammenggunakan waktunya untuk bekerja.

Ukuran keluarga yang lebih besar, adanya balita,dan anak usia pendidikan dasar membutuhkanperanan wanita dalam rumah tangga lebih besardibandingkan dengan keluarga berukuran lebih kecil,tidak memiliki anak balita dan anak usia sekolahdasar. Namun, dengan adanya orang dewasa di dalamrumah tangga tersebut dapat meringankan bebankerja wanita kawin dalam pekerjaan rumah tangga.Hal ini membuktikan bahwa ukuran keluarga kecilmemberikan keleluasaan bagi wanita untuk me­masuki pasar kerja. Dengan ukuran keluarga yanglebih kecil maka wanita dapat memaksimalkanperannya dalam bidang ketenagakerjaan. Oleh karenaitu, Badan Kependudukan dan Keluarga BerencanaNasional (BKKBN) sebagai motor pelaksanaprogram keluarga berencana dalam rangka me­wujudkan norma keluarga kecil harus didukungsecara penuh pelaksanaannya oleh instansi terkaitbaik di pusat maupun di daerah.

Status Pekerjaan WanitaWanita kawin yang berstatus berusaha sendiri

atau berusaha dengan dibantu buruh mempunyaikecenderungan 3,033 kali dibanding wanita kawinpekerja bebas atau tak dibayar untuk bekerja lebihdari 40 jam dalam seminggu, sedangkan wanitakawin yang bekerja sebagai pegawai atau karyawanmemiliki kecenderungan untuk bekerja melebihi jamkerja normal sebesar 2,309 kali dibanding denganwanita kawin pekerja bebas atau tak dibayar.

Status pekerjaaan wanita memiliki nilai oddsratio terbesar dibandingkan dengan nilai odds ratiovariabel bebas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwamereka yang bekerja sebagai pegawai atau yangmemiliki usaha sangat rentan dengan jam kerjapanjang dibandingkan dengan mereka yang bekerjasebagai pekerja bebas atau pekerja tidak dibayar.Perlindungan kepada tenaga kerja, khususnya wanitakawin dalam hal lama jam kerja selama semingguperlu mendapat perhatian lebih oleh penyelenggarausaha (perusahaan) dan pengawasan oleh pemerintahmelalui instansi terkait, seperti KementerianKetenagakerjaan dan Transmigrasi (Kemenakertrans)mengingat peran ganda yang mereka emban.

Partisipasi Kerja PasanganPenelitian ini juga melihat pengaruh partisipasi

kerja pasangan terhadap jam kerja wanita kawindalam seminggu. Hasil penelitian menunjukkanbahwa variabel partisipasi kerja pasangan ber­pengaruh signifikan terhadap jam kerja wanita kawindan diperoleh koefisien regresi bertanda negatif. Halini berarti wanita kawin yang suaminya tidak bekerja(menganggur atau bukan angkatan kerja) memilikikecenderungan lebih rendah untuk bekerja lebih dari40 jam dengan nilai odds ratio sebesar 0,799.Penjelasan yang mungkin untuk hasil ini adalahbahwa wanita kawin tersebut kemungkinan bekerja disektor formal di mana jam kerja di atas jam kerjanormal diatur dengan ketat dan akan memberikankonsekuensi finansial yang lebih besar bagiperusahaan sebagai kompensasi jam kerja yangberlebih tersebut.

PENUTUP

KesimpulanKecenderungan wanita kawin untuk bekerja di

atas jam kerja normal (lebih dari 40 jam dalamseminggu) lebih tinggi pada wanita yang berusialebih muda, memiliki tingkat pendidikan lebihrendah, tinggal di daerah perkotaan, memiliki ukuranrumah tangga lebih kecil, tidak memiliki anak usiaprasekolah, tidak memiliki anak usia sekolah,memiliki anggota rumah tangga dewasa, bekerjadengan status sebagai karyawan atau wirausaha, danmemiliki pasangan yang bekerja.

Saran­Saran1. Perlindungan kepada tenaga kerja wanita kawinkhususnya dalam hal jam kerja selama semingguperlu mendapat perhatian lebih oleh penyelenggarausaha (perusahaan) dan pengawasan oleh pemerintahmelalui instansi terkait, seperti Kemenakertransmengingat peran ganda yang mereka emban.2. Wanita kawin dan pasangannya yangberpendidikan rendah perlu lebih diberdayakandengan meningkatkan keahlian dan keterampilanmerekamelalui kerjasama antara lembaga pendidikanseperti universitas dalam hal ini unit pengabdiankepada masyarakat dan Kemenakertrans.3. Pelayanan KB perlu ditingkatkan untukmewujudkan ukuran keluarga kecil sehinggamemberikan keleluasan bagi wanita untukberpartisipasi dalam pasar kerja.

Page 6: FAKTORFAKTORYANG MEMENGARUHI JAM KERJATENAGA

Sarni Maniar Berliana danLukmi Ana Purbasari,1 ­ 6

Faktor­Faktor yang Mempengaruhi jamKerja Tenaga Kerja Wanita Berstatus Kawin

dalam Seminggu di Indonesia

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 3 Nomor 4 Agustus­Desember 20166

4. Penyelenggara usaha perlu memperhatikan fasilitasdi tempat kerja demi kenyamanan karyawan/pegawaiagar dapat mengurangi dampak negatif dari jam kerjapanjang, seperti kelelahan, stres, dan kebosanan.

DAFTAR PUSTAKAAbdullah, Irwan, Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan,

Tarawang Press, Yogyakarta, 2001.Agresti, Alan, Categorical Data Analysis Second Edition, John

Wiley & Sons, New York, 2002.Becker, Gary S,A Theory of the Allocation of Time, The

Economic Journal,75. 1965.Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia

Agustus 2014, JakartaBadan Pusat Statistik, Keadaan Pekerja di Indonesia Agustus

2014, Jakarta, 2014.Fertig, Angela, Gerhard Glomm, dan Rusty Tchernis, The

Connection Between Maternal Employment and ChilhoodObesity: Inspecting The Mechanisms. Review of Economicsof the Household, 7, 2009.

Glick, Peter, Women’s Employment and Its Relation to Children’sHealth and Schooling in Developing Countries: ConceptualLinks, Empirical Evidence, and Policies, Cornell Food andNutrition Policy Program Working Paper No. 131, 2002.

Hosmer, David W. dan Lemeshow,Stanley, Applied LogisticRegression Second Edition, A John Wiley & Sons, USA,2000.

Lauk, Martina dan Meyer, Susanne, Women, Men andHousework Time Allocation: Theory and Empirical Result,Darmstadt Discussion Papers in Economic No. 143,Darmstadt, 2005.

Lee, Sangheon, McCann, Deirdre dan Messenger, John C.,Working Time Around the World: Trends in Working Hours,Laws and Policies in a Global Comparative Perspective,Routledge, Swiss, 2007.

Nichols, Sharon Y., dan Metzen,Edward J., Housework Time ofHusband and Wife,Home Economics Research Journal,7(2), 1978.

Sadli, Saparinah, Faktor Pendukung dan Penghambat terhadapPengembangan Jati Diri Perempuan, Dalam buku Wanitadalam Masyarakat Indonesia, Penyunting: H.M. AthoMudzar dkk,Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 2001.

Sihite, Romany,Peranan dan Pola Kegiatan Wanita di SektorInformal (Khususnya Pedagang Sayur di Pasar), Dalambuku Kajian Wanita dalam Pembangunan .Penyunting:T.O.Ihromi,Yayasan Obor Indonesia, 1995.

Simanjuntak, Payaman J., Pengantar Ekonomi Sumber DayaManusia, Universitas Indonesia, Jakarta, 1985.

Tjaja,Ratna P.,Wanita Bekerja dan Implikasi Sosial, PerencanaanPembangunan, 20, Jakarta, 2000.