faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang...

116
SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 - 5 TAHUN DI RUANG PERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARA MAKASSAR SYAMRAWATY 3112007 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Upload: muhammadnasaruddin

Post on 21-Nov-2015

110 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Kwswhatan

TRANSCRIPT

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 - 5 TAHUN DI RUANGPERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARAMAKASSAR

SYAMRAWATY3112007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANGEMA INSAN AKADEMIKMAKASSAR

2014SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 - 5 TAHUN DI RUANGPERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARAMAKASSAR

Skripsiuntuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhisyarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan

SYAMRAWATY3112007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANGEMA INSAN AKADEMIKMAKASSAR2014HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 - 5 TAHUN DI RUANGPERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARAMAKASSAR

Disetujui oleh :

Pembimbing I

( Hj. Saenab Dasong, SKM, M. Kep )

Pembimbing II

( Sri Ranti, S.Kep, Ns )

Makassar, September 2014

HALAMAN PENGESAHAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 - 5 TAHUN DI RUANGPERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARAMAKASSAR

Telah diseminarkan pada tanggal 16 Juli 2014Konstributor Seminar :

1. Hj. Saenab Dasong, SKM, M.Kep.()

2. Sri Ranti, S.Kep, Ns.()

3. Sunni Hariati, S.Kep, Ns, M.Kep.()

4. Dr. H. Muh. Ikhsan Madjid, M.S, PKK.()

MengetahuiKetua STIK GIA MAKASSAR

(Hj. Hasniaty, A.G, S.Kp, M.Kep)

iv

ABSTRAKSYAMRAWATY. Faktor yang Berhubungan dengan Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0 - 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar. (dibimbing oleh Saenab Dasong dan Sri Ranti).

Kejadian kejang demam di Indonesia cukup bervariasi, sekitar 2% 5% per tahunnya dimana kasusnya bervariasi. Kejadian kejang demam di Sulawesi Selatan khususnya di kota makassar menurut badan pusat statistik Makassar pada tahun 2011 adalah 4115 kasus, pada tahun 2012 terjadi 3467 kasus, dan terjadi peningkatan kasus pada tahun 2013 adalah sebanyak 3657 kasus yang tersebar diberbagai rumah sakit dan puskesmas. Rumah Sakit Bhayangkara Pada tahun 2011 pasien rawat inap yang mengalami kejang demam berulang sebanyak 123 orang, tahun 2012 yaitu tercatat sebanyak 236 orang dan pada tahun 2013 mulai dari Januari hingga November yaitu 238 orang yang mengalami kejang demam berulang. Kejang demam berulang merupakan kejang yang terjadi lebih dari satu kali akibat terjadinya peningkatan suhu tubuh oleh berbagai faktor dimana faktor yang mendominasi adalah ekstrakranium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara Makassar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi sebanyak 126 orang dan penggunaan sampel menggunakan metode purvosive sampling dengan sampel sebanyak 56 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji Chi Square (=0,05). Hasil analisi bivariat didapatkan hubungan usia (p=0,016), suhu badan (p=0,018) dan faktor hereditas (p=0,027) Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara usia, suhu badan dan factor hereditas dengan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara Makassar.

Kata kunci: Usia, Suhu Badan, Faktor Hereditas, Kejang Demam BerulangKepustakaan: 19 (19982013)

ABSTRACTSYAMRAWATY There is a factor connected with cold temperature in children aged 0-5 years old in intensive care child Bhayangkara Makasaar Hospital (guided Saenab Dasong and Sri Ranti)

Incidence of temperature body of Indonesia is quited varied, approximately 2%-5% each year in which quited varied incidence of temperatures body in south Sulawesi specially in Makassar City. According to Makassar agency statistic center in 2001 year there is 4115 cases, in 2012 year accurred 3467 cases increase cases in 2013 year was 3657 cases, which scattered in the others hospital and healthy center. In 2011 year Bhayangkara Hospital patients stay who experience temperature body happen to 123 peoples, in 2012 year noted there are about 236 people from 2013 year starting from January until November there is 236 peoples was accurred temperature body by others factor because the factor is ekstrakratinium. Destination of this riset is to know a connected factor with temperature body a child aged 0-5 year in intensive care room Bhayangkara Makassar Hospital specific of this riset is analytic observational riset including cross sectional study riset planning, purposed sampling method until 56 peoples. To fix the data doing with questioner, data analysis including univariat analysis with looking frekuensi distribution, bivariat analysis with Chi Square test (=0,05). Bivariat analysis total getting connected ages (p=0,016), body temperature (p=0,018) and Hereditas Factor (p=0,027). The conclusion with this riset is there is a connected between age, body temperature and hereditas factor with cold that repeat to child with aged 0-5 years old in this intensive care child room, Bhayangkara Makassar Hospital.

Keyword: Age, temperature body, hereditas factor, repeat temperature fever.Literature: 19 (1998-2013)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hikmat dan berkat-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang mengambil judul FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 - 5 TAHUN DI RUANG PERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARA MAKASSAR, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak lain karena penulis merupakan peneliti pemula dalam kegiatan penelitian. Olehnya itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, guna kesempurnaan proposal ini.Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga bantuan Bapak/Ibu mendapat balasan dari Allah Subhanahu wataala. Ucapan terima kasih khusus saya haturkan kepada :1. Bapak H. A. Iwan Darmawan Aras, SE selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.2. Ibu Hj. Hasniaty AG, S.Kp, M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar yang merupakan sosok yang sangat tegas dan berani dalam membimbing dan mendidik, baik mahasiswa maupun karyawan dilingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.3. Ibu Hj. Saenab Dasong, SKM, M.Kep sebagai pembimbing I yang telah banyak membimbing,dan memberikan ilmunya yang sangat berarti selama saya dalam pendidikan.4. Ibu Sri Ranti, S. Kep, Ns. sebagai pembimbing II yang telah banyak membimbing,dan memberikan ilmunya yang sangat berarti selama saya dalam pendidikan.5. Bapak kepala RS. Bhayangkara makassar beserta staf yang telah banyak memberikan informasi selama penelitian.6. Para responden yang dengan sukarela di tengah kesibukan yang padat menyempatkan waktunya memberikan jawaban dan tanggapan mengenai penelitian yang dilakukan.7. Orang tuaku (Alm. H. Muh, Jafar dan Hj. Asseng), yang dengan Doa, kasih sayang dan semangatnya, telah menghantarkan saya pada penghujung terminal pendidikan.8. Kepada semua saudaraku yang telah banyak membantu dari segi motivasi, hiburan dan finansial sehingga saya bisa menyelesaikan studi ini dengan baik.9. Kepada rekan-rekan program studi S1 keperawatan B Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar angkatan 2012 yang saling memberi motivasi dan bekerja sama. 10. Kepada rekan-rekan di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar yang telah memberikan bantuan serta motivasinya. 11. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu baik yang sempat disebutkan namanya maupun yang tidak, sekali lagi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Makassar, Juli 2014

SYAMRAWATY

DAFTAR ISIHalamanHALAMAN SAMPULiHALAMAN PERSETUJUANiiABSTRAKiiiABSTRACTivKATA PENGANTARvDAFTAR ISIviiDAFTAR TABELxiDAFTAR LAMPIRANxiiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah4C. Tujuan Penelitian4D. Manfaat Penelitian5E. Hipotesis Penelitian6BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Umum tentang Kejang Deman7B. Tinjauan Umum tentang Faktor yang Mempengaruhi Kejang Demam yang Berulang18C. Kerangka Teori26BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Kerangka Konseptual27B. Definisi Operasional28C. Desain Penelitian29D. Populasi dan Sampel30E. Kritera Sampel31F. Waktu dan Tempat Penelitian31G. Instrumen Penelitian32H. Teknik Pengumpulan Data32I. Pengolahan Data32J. Analisis Data34K. Etika Penelitian35BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil penelitian35B. Pembahasan41BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan47B. Saran48DAFTAR PUSTAKA49LAMPIRAN

DAFTAR TABEL HalamanTabel4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Ruang Perawatan Anak RS Bhayangkara Makassar35Tabel4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Anak di Ruang Perawatan Anak RS Bhayangkara Makassar36Tabel4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suhu Badan Anak di Ruang Perawatan Anak RS Bhayangkara Makassar36Tabel4.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Hereditas Responden di Ruang Perawatan Anak RS Bhayangkara Makassar37Tabel4.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejang Demam Berulang di Ruang Perawatan Anak RS Bhayangkara Makassar37Tabel4.6Hubungan antara Usia dengan Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0-5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS Bhayangkara Makassar38Tabel4.7Hubungan antara Suhu Badan dengan Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0-5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS Bhayangkara Makassar39Tabel4.8Hubungan antara Faktor Hereditas dengan Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0-5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS Bhayangkara Makassar40

DAFTAR LAMPIRANLampiran Halaman1. Permohonan Menjadi Responden 512. Lembar Persetujuan Responden dan Lembar KueisonerPenelitian523. Jadwal Kegiatan Penelitian554. Master Data565. Frequencis586. Crosstabs637. Surat Ijin Penelitian dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah8. Surat Ijin Penelitian dari RS. Bahayangkara Makassar

xiv

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKesehatan anak termasuk dalam kesehatan terpenting dan tidak dapat diabaikan dalam tercapainya tujuan pembangunan nasional, dimana anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak apapun bentuknya harus berdasarkan pada prinsip asuhan terapeutik.Salah satu masalah yang seringkali terjadi pada anak adalah kejang demam. Kejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau beberapa penyakit yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu fungsinya. Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang sangat berlebihan.Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak. Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4 % anak. Pada setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta rendahnya ambang kejang seorang anak. Hampir 1,5 juta kejadian KD (kejang demam) terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga 36 bulan, dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka kejadian KD (kejang demam) bervariasi di berbagai negara. Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat 2-4% angka kejadian kejang demam per tahunnya. Sedangkan di India sebesar 5-10% dan di Jepang 8,8%. Hampir 80% kasus adalah kejang demam sederhana (kejang 15 menit, fokal atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang).Kejang demam berulang merupakan kejang yang terjadi lebih dari satu kali. Dampak kejang demam hanya sekali memiliki resiko lebih minimal untuk terjadi kerusakan otak sedangkan kejang demam yang terjadi berulang-ulang akan merusak otak melalui mekanisme eksittotoksik.Kejadian kejang demam di Indonesia cukup bervariasi, sekitar 2% 5% per tahunnya dimana kasusnya bervariasi. Kejang demam sederhana tercatat 60% - 70% dari jumlah kasus kejang secara keseluruhan ,sedangkan 20% 30% digolongkan jenis kejang demam yang khas maupun kompleks.Kejadian kejang demam di Sulawesi Selatan khususnya di kota makassar menurut badan pusat statistik Makassar pada tahun 2011 adalah 4115 kasus, pada tahun 2012 terjadi 3467 kasus, dan terjadi peningkatan kasus pada tahun 2013 adalah sebanyak 3657 kasus yang tersebar diberbagai rumah sakit dan puskesmas. Menurut penelitian Yanuar Putra Widjaja tentang identifikasi faktor risiko pada kejang pertama dalam memprediksi timbulnya kejang berulang pada anak di Universitas Hasanuddin memperlihatkan frekuensi kejadian kejang berulang pada kelompok umur < 18 bulan saat kejang pertma kali, dengan rerata suhu 38,5oC dengan rentang 36,5 40,5oC, selain itu dari hasil penelitianya ditemukan pula bahwa 35% mempunyai riwayat kejang dalam keluarga.Rumah Sakit Bhayangkara Pada tahun 2011 pasien rawat inap dengan kejang demam di ruang perawatan anak sebanyak 126 orang dan yang mengalami kejang demam berulang sebanyak 123 orang, kejadian kejang demam terus mengalami peningkatan pada tahun 2012 yaitu tercatat sebanyak 236 orang, dimana dari 236 orang ini semuanya kejang demam berulang, sedangkan pada tahun 2013 mulai dari januari sampai dengan November terdapat 279 orang pasien dengan kejang demam, dan pasien dengan kejang demam berulang adalah 238 orang.Berdasarkan gambaran permasalahan diatas maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai Faktor apa yang berhubugan dengan kejadian kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara Makassar B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui Faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar ?C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umumDiketahuinya faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.2. Tujuan khususa. Diketahuinya hubungan usia dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.b. Diketahuinya hubungan suhu badan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.c. Diketahuinya hubungan faktor hereditas dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.

D. Manfaat Penelitian1. Manfaat InstitusiHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi sarana pelayanan kesehatan dan instansi terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya Faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.

2. Manfaat IlmiahHasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bacaan dan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya.3. Bagi Rumah SakitDapat dipakai sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit khususnya pada anak yang mengalami kejang demam berulang.E. Hipotesis Penelitian1. Hipotesis Nola. Tidak ada hubungan usia dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.b. Tidak ada hubungan suhu badan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.c. Tidak ada hubungan faktor hereditas dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.2. Hipotesis Alternatifa. Ada hubungan usia dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.b. Ada hubungan suhu badan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.c. Ada hubungan faktor hereditas dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.

6

1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kejang Demam1. Pengertian Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada suhu tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan binatang, suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.2. Etiologi Penyebab kejang demam masih belum dapat dipastikan. Sebagian besar anak , tingginya suhu tubuh tetapi bukan pada kecepatan kenaikan suhu yang menjadi faktor pencetus serangan kejang demam. Pada keadaan suhu demam melebihi 38,8oC dan terjadi pada saat tubuh naik bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama. Seorang anak memiliki risiko kejang demam akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti adanya riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga, kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam, dan kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal. Jika seseorang anak memiliki dua dari tiga faktor risiko yang ada tersebut maka dikemudian hari anak akan mengalami kejang tanpa demam sebesar 13 %. Jika hanya ada satu atau tidak ada faktor risiko sama sekali, serangan kejang tanpa demam sebesar 2 3 %. Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut (cairan telinga yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak akan menyebabkan kejang demam), pneumonia (setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus). Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas terutama pada anak-anak, gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.. Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam. Faktor lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam adalah: a. Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)b. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.c. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.d. Gabungan dari faktor-faktor diatas. 63. Patofisiologi Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Dari uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi.Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10oC akan menyebabkan kenaikan metabolisme basal (jumlah minimal energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh) sebanyak 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada anak balita aliran darah ke otak mencapai 65% dari aliran darah ke seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa aliran darah ke otak hanya 15%. Jadi, pada balita dengan kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran sel neuron tadi, sehingga mengakibatkan terjadinya pelepasan muatan listrik.Besarnya muatan listrik yang terlepas sehingga dapat meluas/menyebar ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter. Akibatnya terjadi kekakuan otot sehingga terjadi kejang.Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 oC.Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa, tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat, dll. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Olehkarena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.Terjadinya kejang demam yang dipengaruhi oleh faktor genetik diturunkan secara doamain dengan peneterasi yang berkurang dan ekspresi yang bervariasi atau melalui modus poligenik (gen resiko).4. KlasifikasiPada umumnya kejang demam dibagi menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Dalam hal ini terdapat beberapa pendapat mengenai penggolongan tersebut : a. Menurut Prichard dan Mc GrealKejang demam sederhana memiliki ciri bersifat simetris, usia 4 6 bulan, suhu 100 oF, lamanya kejang berlangsung kurang dari 30 menit, fungsi saraf normal dan setelah kejang juga normal, EEG setelah kejang normal. Sedangkan KD yang tidak khas adalah KD yang diluar ciri KD sederhana.b. Menurut LivingstonKejang demam sedehana adalah kejang yang bersifat umum, lamanya kejang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, usia waktu kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun, frekuensi serangan 1-4 kali satu tahun, EEG normal. Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri kejang demam sederhana maka digolongkan sebagai epilepsi yang dicetuskan oleh demam.

c. Menurut FukuyamaKejang demam sederhana tidak memiliki riwayat epilepsi, sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak, serangan pertama kali KD yang pertama terjadi antara 6 bulan 6 tahun, lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit, kejang tidak besifat fokal, tidak ada abnormalitas pasca kejang, kejang tidak berulang dalam waktu singkat, Jika kejang demam tidak memenuhi kriteria tersebut maka digolongkan sebagai kejang demam jenis kompleks. 5. Manifestasi klinisTerjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk :a. Tonik-klonik yaitu perpaduan kontraksi tonik klonikb. Tonik yaitu kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detikc. Klonik yaitu kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menitd. Fokal yaitu kejang yang berlangsung lama e. Akinetik biasanya melibatkan satu kelompok otot yang dikaitkan dengan hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak.Umumnya kejang berhenti sendiri, namun anak akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan neurologik.Gejala yang mungkin timbul saat anak mengalami Kejang Demam antara lain : Anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).Postur tonik , gerakan klonik, lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan. Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti:a. Anak hilang kesadaranb. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentakc. Sulit bernapasd. Busa di mulute. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruanf. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.10

6. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan laboratoriumPerlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi. Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu:1) Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit. Pemeriksaan darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan intraventikuler. 2) Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen, amonia dan analisis gas darah.3) Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi cairan serebro spinal4) Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia.5) Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.6) Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis yang pasti.7. PenatalaksanaanDalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :a. Mengatasi kejang secepat mungkinb. Pengobatan penunjangc. Memberikan pengobatan rutind. Mencari dan mengobati penyebabe. Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panasf. Pengobatan akutSebagai orang tua jika mengetahui seorang kejang demam, tindakan yang perlu kita lakukan secepat mungkin adalah semua pakaian yang ketat dibuka. Kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin. Dan bisa juga diberikan sesuatu benda yang bisa digigit seperti kain, sendok balut kain yang berguna mencegah tergigitnya lidah atau tertutupnya jalan nafas. Bila suhu penderita meninggi, dapat dilakukan kompres dengan es/alkohol atau dapat juga diberi obat penurun panas/antipiretik.Penatalaksanaan kejang demam dibagi menjadi dua yaitu : a. Manajemen Awal Kejang1) Pasang jalur infuse IV dan beri cairan2) Bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg tangani hypoglikemia.3) Bila bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang dalam beberapa jam terakhir beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg BB secara IV diberikan pelan-pelan dalam waktu 5 menit4) Bila kejang tidak berhenti dalam waktu 30 menit beri ulang fenobarbital 10 mg per IV atau IM5) Bila kejang masih berlangsung beri injeksii fenitoin 20 mg/kg6) Lanjutkan pemberian O2 bila bayi mengalami gangguan nafas. Kurangi pemberian O2 secara bertahap untuk memperbaiki gangguan nafas sampai batas terendah yang tidak menyebabkan sianosis sentral.b. Perawatan Lanjut Kejang1) Amati bayi untuk melihat kemungkinan kejang berulang.2) Bila kejang berulang dalam waktu 2 hari, beri fenobarbital 5 mg/kg/hari per oral sampai batas kejang selama 7 hari.3) Lanjutkan pemberian cairan IV4) Berikan perawatan umum untuk bayi 5) Bila bayi sudah 3 jam tidak kejang, dianjurkan bayi untuk menyusui ASI.6) Jelaskan pada ibu bahwa bila kejang sudah berhenti dan bayi dapat minum sampai dengan umur 7 hari, kemungkinan bayi akan sembuh sempurna.7) Anjurkan ibu untuk memegang dan mengelus bayinya untuk mengurangi iritabel. Prinsip manajemen penatalaksanaan dari kejang demam terdiri dari memberantas kejang sesegera mungkin, pengobatan penunjang, pengobatan rutin, serta mencari dan mengobati faktor penyebab.8. Dampak Kejang DemamSudah lebih dari 100 tahun masalah akibat buruk dari kejang demam diperbincangkan, menurut Westerlain dan Shirasaka pada tahun 1994, bangkitan kejang demam dapat merusak otak. Kerusakan ini terjadi antara lain melalui mekanisme eksitotoksik. Sel sel neuron yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat reseptor NMDA (N-methylD-aspartate) mengakibatkan ion kalsium yang bergantung kalsium dan merusak sel neuron secara irreversibel.Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi. Epilepsi merupakan suatu gangguan syaraf otak manusia yang disebabkan karena terjadinya aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan berbagai reaksi pada tubuh manusia.Kejadian epilepsi pada penderita kejang kira-kira 2 3x lebih banyak dari populasi umum, dan pada kejang demam yang berulang dua kali di banding kejang demam tidak berulang.Faktor risiko terjadinya epilepsi sebagai berikut :1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan.2. Adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsi) pada orang tua atau saudara kandung.3. Kejang berlangsung lebih lama dari 15 menit, multiple atau kejang fokal (kejang demam kompleks).

B. Tinjauan Umum Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Kejang Demam Yang BerulangKejang demam berulang merupakan kejang yang terjadi lebih dari satu kali akibat terjadinya peningkatan suhu tubuh oleh berbagai faktor dimana faktor yang mendominasi adalah ekstrakranium. Dampak kejang demam hanya sekali memiliki resiko lebih minimal untuk terjadi kerusakan otak sedangkan kejang demam yang terjadi berulang-ulang akan merusak otak melalui mekanisme eksittotoksik.Terdapat beberapa faktor risiko berulangnya kejang demam :

1. UsiaUmur atau usia adalah suatu waktu yang mangukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun atau lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak lahir.Kejang demam umumnya dijumpai pada bayi dan anak. Hal ini belum dapat diterapkan dengan baik. Mungkin hal ini ada kaitannya dengan kematangan otak, bidang anatomi, fisiologi dan biokimia otak sendiri. Hirtz dan Nelson Mengemukakan bahwa usia rata-rata mulainya kejang demam berkisar antara 18 22 bulan. Sedangkan aicardi melaporkan usia rata- rata penderita kejang demam berkisar antara 17 23 bulan. Sesekali Kejang demam dijumpai pada usia yang lebih tua yaitu setelah usia 5 6 tahun.Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lumbantobing memperlihatkan bahwa usia waktu terjadinya kejang demam yang pertama kali pada 297 penderita bervariasi dimana usia kejang demam yang pertama kali pada usia 0 1 bulan dengan jumlah penderita 5 orang (1,7%), usia 1 6 bulan jumlah penderita 74 orang (25%), 6 12 bulan dengan jumlah penderita 89 orang (30%), 1 2 tahun dengan jumlah penderita 85 orang (28,6%), sedangkan pada usia 2 - 9 tahun jumlah penderita 44 orang (15,4%).Pada penelitian tersebut penulis dapatkan bahwa sebagian besar kejang demam pertama dialami pada kurun waktu 1 bulan sampai dengan 2 tahun yaitu sebanyak 83,6%. Pada penelitian Lennox Buchtal juga mengemukakan bahwa usia pertama kali kejang paling banyak ditemukan pada usia 0 sampai 2 tahun. Dimana penelitiannya dengan menggunakan sampel sebanyak 200 orang, dikemukakan bahwa usia pertama kali kejang pada usia 0 11 bulan sebanyak 26 % pada pria dan 22% pada wanita, usia 12 23 orang sebanyak 43 % pada pria dan 44 % pada wanita.Pada beberapa penelitian sebagian besar kejang demam pertama terjadi pada kurun usia 1 bulan sampai 1 tahun. Serangan kejang dapat terjadi satu kali, dua kali, tiga kali atau lebih selama satu episode demam. Selama anak masih demam kemungkinan untuk kambuhnya kejang demam ada dan cukup tinggi.Menurut penelitian Yanuar Putra Widjaja tentang identification of risk faktors at first seizure in predicting recurrent seizure in children pada tahun 2013 di Universitas Hasanuddin memperlihatkan karakteristik sampel penelitian frekuensi kejadian kejang berulang pada kelompok umur 39C : Beresiko Ada Riwayat Tidak Ada RiwatatKejang Demam Berulang

56

7

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini diteliti tentang Faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara Makassar. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejang demam berulang sedangkan variabel independent adalah usia suhu badan dan faktor hereditas. Variabel independent Variabel dependen Suhu BadanFaktor HereditasKejang Demam yang berulangUsia Keterangan : :Variabel Independen:Variabel Dependen

B. Definisi Operasional NoVariabelDefenisiKriteria objektifSkala

1Dependen :Kejang Demam BerulangSuatu keadaan dimana pasien mengalami kejang lebih dari satu kaliYa : jika pasien telah mengalami kejang demam lebih dari satu

Tidak : jika pasien baru pertama kali mengalami kejang demam.Ordinal

2Independen :Usia Usia anak ketika mengalami kejang pada saat serangan kejang untu pertama kalinya.

Beresiko : jika usia anak < 2 tahun

Kurang beresiko : jika usia anak 2 tahunOrdinal

3Suhu BadanSuhu badan anak yang di ukur dengan menggunakan termometer pada saat pasien kejang.

Kurang beresiko : jika suhu badan anak 38-39 oCBeresiko : jika suhu badan anak > 39 oC

Ordinal

4Faktor Hereditas Faktor terjadinya kejang demam yang terdapat dari dalam diri seseorang yang merupakan warisan atau turunan dari orang tuanya, baik fisik maupun psikis yang diwariskan melalui gen.Ada riwayat : jika ada salah satu keluarga dekat pasien mempunyai riwayat kejang demamTidak ada riwayat : jika tidak ada salah satu keluarga dekat pasien mempunyai riwayat kejang demamNominal

C. Desain penelitianPenelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan jenis penelitian cross sectional dimana penelitian melakukan pengukuran variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat penelitian menilai variabel dependen dan independent dan secara simultan pada suatu saat tidak ada follow up. Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 tahun di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara makassar.D. Populasi dan sample 1. PopulasiPopulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi yang dianggap subjek pada penelitian ini adalah semua pasien kejang demam yang dirawat di RS. Bhayangkara Makassar selama 3 bulan terakhir sebanyak 126 orang.2. SampelSampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tekhnik non probability sampling dengan purposive sampling yaitu tekhnik yang tidak memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.14 Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 56 orang. Rumus penarikan sampel yang digunakan adalah rumus slovin.

Keterangan:n: Ukuran sampelN: Ukuran populasie:Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerirE. Kriteria Sampel1. Kriteria inklusia. Pasien anak dengan kejang demam usia 0 5 tahun yang dirawat di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassarb. Orang tua yang bersedia menjadi responden. 2. Kriteria eksklusiPasien anak yang mengalami kejang demam dengan komplikasi penyakit lain(epilepsi, tetanus).F. Waktu dan Tempat Penelitian1. Waktu Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret sampai 25 April tahun 2014. 2. TempatPenelitian ini telah dilaksanakan di ruangan Perawatan anak RS. Bhayangkara Makassar.G. Instrumen Penelitian Alat pegumpulan data dirancang oleh peneliti sesuai dengan kerangka konsep yang telah dibuat. Instrumen yang digunakan adalah dengan mengunakan format observasi berupa kuesioner dan menggunakan alat ukur ( thermometer)H. Teknik pengumpulan Data1. Data primerDilakukan dengan cara wawancara berstruktur dan observasi langsung kepada anak yang dijadikan sampel. Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermometer dan kuesioner. Untuk mendapat informasi yang diinginkan, peneliti menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data yang dihubungkan berdasarkan literatur, dimana untuk menilai usia, suhu badan, dan faktor hereditas digunakan skala Ordinal dan nominal.Untuk mengobservasi suhu badan dengan menggunakan alat ukur termemoter selama 5 10 menit.2. Data sekunderData sekunder diperoleh dari Rumah Sakit Bhayangkara MakassarI. Pengolahan Data1. EditingProses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data. 2. KodingDilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan, yaitu memberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman daftar pertanyaan, nomor pertanyaan, nomor variabel dan kode.3. Tabulasi DataDilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa. Tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun tabel silang.J. Analisa Data Setelah data tersebut dilakukan editing, koding dan tabulasi maka selanjutnya dilakukan analisis sebagai berikut :1. Analisis UnivariatDilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap-tiap variabel yang diteliti

2. Analisis BivariatAnalisa data ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan () : 0,05. Uji statistik yang digunakan adalah Fisher, dengan menggunakan program SPSS.K. Etika PenelitianDalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Setelah mendapatan persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi: 1. Informed consentLembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.2. Anonimity (tanpa nama)Untuk manjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi lembar tersebut diberikan kode.3. Confidentiality Kerahasian informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.28BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Maret sampai 25 April tahun 2014 di RS. Bhayangkara Makassar. Responden dalam penelitian ini sebanyak 56 orang yaitu pasien anak yang mengalami kejang demam yang di rawat di ruang perawatan anak RS. Bhayangkara yang memenuhi kriteria inklusi dan disajikan dalam bentuk analisis univariat dan bivariat sebagai berikut:1. Karakteristik Respondena. Jenis kelaminTabel 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar

Jenis KelaminFrekuensi (n)Persentase (%)

Laki-laki3460,7

Perempuan2239,3

Jumlah56100,0

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak (60,7%) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (39,3 %).

2. Analisis Univariata. Jenis Usia AnakTabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Anak di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar

UsiaFrekuensi (n)Persentase (%)

Beresiko2951,8

Kurang beresiko2748,2

Jumlah56100,0

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan lebih banyak responden yang beresiko mengalami kejang demam (51,8 %) disbanding dengan yang kurang beresiko (35,7 %).b. Suhu Badan AnakTabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suhu Badan Anak di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar

SuhuFrekuensi (n)Persentase (%)

Kurang beresiko2035,7

Beresiko3664,3

Jumlah56100,0

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan lebih banyak responden yang beresioko mengalami kejang demam (64,3 %) disbanding dengan yang kurang beresiko (35,7 %).

c. Faktor Hereditas AnakTabel 4. 4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Hereditas Responden di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar

Faktor hereditasFrekuensi (n)Persentase (%)

Tidak Ada Riwayat1425,0

Ada Riwayat4275,0

Jumlah56100,0

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan lebih banyak responden yang memiliki faktor hereditas (75 %) dibandingkan dengan yang tidak memiliki faktor hereditas (25 %).d. Kejang Demam Berulang Pada AnakTabel 4. 5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejang Demam Berulang di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar

Kejang demam berulangFrekuensi (n)Persentase (%)

Tidak Berulang2239,3

Berulang3460,7

Jumlah56100,0

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan lebih banyak responden yang mengalami kejang demam berulang (60,7 %) dibandingkan dengan yang tidak mengalami kejang demam berulang (39,3 %).

3. Hasil Analisis Bivariata. Hubungan antara Usia dengan Kejadian Kejang Demam yang BerulangTabel 4.6Hubungan antara Usia dengan Kejadian Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar

UsiaKejadian kejang demam berulangTotalP value

Tidak BerulangBerulang

n%n%n%

BeresikoKurang beresiko71524,155,6221275,944,42927100,0100,00.016

Total2239,33460,756100,0

Sumber : Data Primer, 2014

Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 29 responden (100 %) yang beresiko 7 responden (24,1 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang dan 22 responden (75,9 %) yang mengalami kejang demam berulang.Dari 27 responden (100 %) yang kurang beresiko terdapat 12 responden (44,4 %) yang mengalami kejang demam berulang dan 15 responden (55,6 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang.Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square memperoleh nilai p= 0,016 dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < , ini berarti H0 ditolak atau ada hubungan antara usia dengan kejang demam yang berulang pada anak usi 0-5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar.b. Hubungan antara Suhu Badan dengan Kejadian Kejang Demam yang BerulangTabel 4.7Hubungan antara Suhu Badan dengan Kejadian Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar

Suhu badanKejadian kejang demam berulangTotalP value

Tidak Berulang Berulang

n%n%n%

Kurang beresikoBeresiko121060,027,882640,072,22036100,0100,00.018

Total2239,33460,756100,0

Sumber : Data Primer, 2014

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 20 responden (100 %) yang kurang beresiko mengalami kejang demam berulang terdapat 12 responden (60,0 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang dan terdapat 8 responden (40,0 %) yang mengalami kejang demam berulang.Dari 36 responden (100 %) yang beresiko mengalami kejang demam berulang terdapat 10 responden (27,8 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang dan 26 responden (72,2 %)yang mengalami kejang demam berulang.Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square memperoleh nilai p= 0,018 dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < , ini berarti H0 ditolak atau ada hubungan antara suhu badan dengan kejang demam yang berulang pada anak usi 0-5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar.c. Hubungan antara Faktor Hereditas dengan Kejadian Kejang Demam yang BerulangTabel 4.8Hubungan antara Faktor Hereditas dengan Kejadian Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar

Faktor hereditasKejadian kejang demam berulangTotalP value

Tidak BerulangBerulang

n%n%n%

Tidak Ada RiwayatAda Riwayat91364,331,052935,769,01442100,0100,00.027

Total2239,33460,756100,0

Sumber : Data Primer, 2014

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 14 responden (100 %) yang tidak memiliki faktor hereditas terdapat 9 responden (64,3 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang dan terdapat 5 responden (35,7 %) yang tidak memiliki faktor hereditas yang mengalami kejang demam berulang.Dari 42 responden (100 %) yang memiliki faktor hereditas terdapat 13 responden (31,0 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang dan terdapat 29 responden (69,0 %) pyang memiliki faktor hereditas yang mengalami kejang demam berulang.Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square memperoleh nilai p= 0,027 dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < , ini berarti H0 ditolak atau ada hubungan faktor hereditas badan dengan kejang demam yang berulang pada anak usi 0-5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar.B. Pembahasan1. Hubungan antara Usia dengan Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara MakassarUmur atau usia adalah suatu waktu yang mangukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun atau lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak lahir. Kejang demam umumnya dijumpai pada bayi dan anakBerdasarkan tabel 4.6 dengans hasil uji statistic Fisher memperoleh nilai p = 0,016 dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < , ini berarti Ho ditolak atau ada hubungan antara usia dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar.Distribusi responden berdasarkan usia yang beresiko mengalami kejang demam berulang sebanyak 29 responden (100 %) yang mana hal ini menunjukkan bahwa yang beresiko mengalami kejang demam berulang sebanyak 22 responden (75,9 %) sesuai dengan penelitian Yanuar Putra Widjaja (2013) yang mengatakan bahwa kejadian kejang demam berulang pada kelompok umur muda lebih tinggi 2,9 kali dibandingkan dengan yang lebih tua.Adapun anak beresiko yang tidak mengalami kejang demam berulang sebanyak 7 responden (24,1 %), dalam penelitian ini disebabkan karena anak tersebut pada umumnya berusia 1-5 bulan dan mengalami kejang demam pertama kali di rumah sakit sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudarti (2010) sebagian besar kejang demam pertama terjadi pada kurun waktu 1 bulan sampai 1 tahun.Dari hasil penelitian ini didapatkan usia yang kurang beresiko mengalami kejang demam berulang sebanyak 27 responden (100 %) yang kurang beresiko terdapat 12 responden (44,4 %) yang mengalami kejang demam berulang dan 15 responden (55,6 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lumbangtobing (2005) diamana kejang demam umumnya dijumpai pada bayi dan anak, hal ini belum dapat diterapkan dengan baik. Mungkin hal ini ada kaitannya dengan kematangan otak, bidang anatomi, fisiologi dan biokimia otak itu sendiri.2. Hubungan antara Suhu Badan dengan Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0 - 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar.Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin atau substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas dan produksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang kelingkungan luar. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi atau demam.Berdasarkan tabrl 4.7 dengan hasil uji statistic Fisher memperoleh nilai p = 0,018 dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < , ini berarti Ho ditolak atau ada hubungan antara suhu badan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar.Distribusi responden berdasarkan suhu yang kurang beresiko mengalami kejang demam berulang sebanyak 20 responden (100 %) yang kurang beresiko mengalami kejang demam berulang terdapat 12 responden (60,0 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang dan terdapat 8 responden (40,0 %) yang mengalami kejang demam berulang, hal ini sejalan dengan pernyataan Yupi Supartini (2009) bahwa setiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40C.Dari penelitian ini didapatkan yang beresiko mengalami kejang demam berulang sebanyak 36 responden (100%). Dimana terdapat 10 responden (27,8 %), dalam penelitian ini yang tidak mengalami kejang demam berulang disebabkan karena orang tua membawa anak ke rumah sakit setelah mengalami kejang dirumah, sesuai dengan pernyataan Lumbangtobing (2005) pada umumnya orang tua membawa anaknya kerumah sakit setelah anak mengalami serangan kejang dan penatalaksanaan kejang demam segera dilaksanakan dirumah sakit, ini juga sesuai dengan pendapat Ngastiah (2009) bahwa prinsip menejemen penatalaksanaan dari kejang demam terdiri dari memberantas kejang sesegara mungkin, pengobatan penunjang, pengobatan rutin, serta mencari dan mengobati faktor penyebab.Adapun anak yang beresiko mengalami kejang demam berulang sebanyak 26 responden (72,2 %) sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudarti (2010) serangan kejang demam dapat terjadi satu kali, dua kali, tiga kali atau lebih selama satu episode demam. Selama anak masih demam kemungkinan untuk kambuhnya kejang demam ada dan cukup tinggi. 3. Hubungan antara Faktor Hereditas dengan Kejang Demam yang Berulang pada Anak Usia 0 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara MakassarFaktor hereditas merupakan warisan atau turunan dari orang tua baik fisik maupun psikis yang diwariskan melalui gen. Kejang demam diturunkan secara dominan dengan penetrasi yang mengurang dan ekspresi yang bervariasi atau melalui modus poligenik.Berdasarkan tabel 4.8 dengan hasil uji statistic Fisher memperoleh nilai p = 0,027 dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < , ini berarti H0 ditolak atau ada hubungan antara faktor hereditas dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 - 5 Tahun di Ruang Perawatan Anak RS. Bhayangkara Makassar.Distribusi responden berdasarkan faktor hereditas menunjukkan bahwa dari 14 responden (100 %) yang tidak memiliki faktor hereditas terdapat 9 responden (64,3 %), dalam penelitian ini yang tidak mengalami kejang demam berulang ini sebabkan karena kejang demam berulang bukan hanya disebabkan oleh faktor hereditas saja tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti usia dan peningkatan suhu badan. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sudarti (2010) bahwa seorang anak memiliki resiko kejang demam akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti produk toksik mikroorganisme terhadap otak, respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi dan perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.Dari penelitian ini didapatkan 5 responden (35,7 %) yang tidak memiliki faktor hereditas yang mengalami kejang demam, sesuai dengan penelitian Darto Saharso (2011) bahwa faktor resiko berdasarkan faktor hereditas yaitu yang memiliki riwayat kejang dalam keluarga sebannyak 64, 9% yang mengalami kejang demam berulang dan 35, 1% yang tidak mengalami kejang demam berulang.17

Adapun anak yang memiliki faktor hereditas yang mengalami kejang demam terdapat 42 responden (100 %) terdiri dari 13 responden (31,0 %) yang tidak mengalami kejang demam berulang, sesuai dengan pernyataan Lumbangtobing (2005) bahwa pada penderita kejang demam resiko saudara kandung berikutnya mendapat kejang demam adalah 10%. Namun bila salah satu dari orang tuanya dan satu saudara pernah pula mengalami kejang demam kemungkinan akan meningkat menjadi 50%.Terdapat 29 responden (69,0 %) memiliki faktor hereditas yang mengalami kejang demam berulang, sesuai dengan pernyataan Lumbangtobing (2005) bahwa 20%-25% penderita kejang demam mempunyai keluarga dekat (orang tua dan saudara kandung) yang juga pernah menderita kejang demam. Kejang demam diturunkan secara dominan dengan penetrasi yang mengurang dan ekspresi yang bervariasi atau melalui poligenik.

35BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanDari hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang demam yang berulang pada anak usia 0 5 tahun di ruang perawatan anak RS Bhayangkara Makassar yang dilaksanakan pada bulan tanggal 25 Maret 25 April 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang, sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Ada hubungan antara usia dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 5 tahun di ruang perawatan anak RS Bhayangkara Makassar.2. Ada hubungan antara suhu badan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 5 tahun di ruang perawatan anak RS Bhayangkara Makassar.3. Ada hubungan faktor hereditas dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 5 tahun di ruang perawatan anak RS Bhayangkara Makassar.B. SaranBerdasarkan hasil dan pembahasan tentang faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 5 tahun di ruang perawatan anak RS Bhayangkara Makassar, maka peneliti memberi saran sebagai berikut:

1. Bagi InstitusiInstansi pendidikan sekiranya dapat memberikan pengetahuan yang lebih terhadap mahasiswa yang berkaitan dengan penelitian faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang pada anak usia 0 5 tahun di ruang perawatan anak RS Bhayangkara Makassar.2. Bagi Peneliti SelanjutnyaPerlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai faktor yang berhubungan dengan kejang demam yang berulang seperti faktor tiksik mikroorganisme terhadap otak, respon alergi dan perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit pada anak usia 0 5 tahun di ruang perawatan anak RS Bhayangkara Makassar pada responden yang memiliki karakteristik yang berbeda.3. Bagi Rumah SakitPetugas kesehatan yang bertugas di bagian perawatan anak dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penanganan kejang demam dan hendaknya memperhatikan aspek faktor yang ikut serta dalam penyebab terjadinya kejang demam berulang.

47DAFTAR PUSTAKA1. Alimul aziz., (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2, Salemba Medika : Jakarta

2. Ngastiyah., (2009), Perawatan anak sakit, EGC : Jakarta

3. Sodikin., (2012), Prinsip Perawatan demam pada anak, Pustaka Pelajar : Yogyakarta

4. Prastiya Indra Gunawan., (2012), Faktor resiko Kejang Demam Berulang pada Anak (Online), http://ejournal.udip.ac.d/index.php/mmi/article/view/4226, diakses 22 oktober 2013

5. Yanuar Putra Widjaja., (2013), Identifikasi Faktor-Faktor Risiko Pada Kejang Pertama Dalam Memprediksi Timbulnya Kejang Berulang Pada Anak, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin : Makassar.

6. Sudarti., (2010), Kelainan Empat Penyakit Pada Bayi Dan Anak, Nuha Medika : Yogyakarta

7. Lumbantobing., (2005), Kejang Demam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

8. Yupi Supartini., (2009), Konsep Dasar Keperawatan Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

9. Sujono Riyadi., (2009), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Graha Ilmu : Yogyakarta

10. Harold S Korlewich., (2005), Penyakit Anak, Diagnosa dan Penanganannya, Prestasi pustaka : Jakarta

11. Wong., (2008), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

12. Sudarti., (2010), Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak, Nuha Medika : Yogyakarta

13. Afroh Fauzia., (2012), Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Anak dan Balita, Nuha Medika : Yogyakarta

14. Iskandar, Syarif., (1998), Kejang Demam Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No 2, http://fk.unand.ac.id/in/riset-a-publikasi/pediatric, diakses tanggal 18 November 2013 15. Alimul Aziz., (2008), Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan, Salemba Medika : Jakarta

16. Setadi., (2012), Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2 , Graha Ilmu :Yogyakarta

17. Darto Saharso., (2012), Faktor Resiko Kejang Demam Berulang Pada Anak, Media MedikaIndonesiana : Jawa Timur

18. Supartini, Yupi., (2009), Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC : Jakarta

19. Hidayat, A. aziz Alimul., (2008), Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Salemba Medika: Jakarta

Lampiran 1PERMOHONAN MENJADI RESPONDENKepada Yth.Bpk/Ibu/Saudara(i)Di TempatDengan hormat,Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a: SYAMRAWATYNim: 3112007

Adalah mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan STIK GIA Makassar yang mengadakan penelitian tentang FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 5 TAHUN DI RUANG PERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARA MAKASSAR dengan tujuan untuk melihat sejauh mana hubungan usia, suhu badan dan factor hereditas dengan kejang demam berulang. Kegiatan yang diharapkan dari Bapak/Ibu/Saudara(i) adalah mengisi lembar kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan menjawab pertanyaan yang diberikan, akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja serta bila tidak digunakan lagi akan dimusnahkan.Apabila Bapak/Ibu/Saudara(i) bersedia, mohon tanda tangan di lembar persetujuan yang terlampir. Demikian atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara(i) diucapkan banyak terima kasih.Peneliti

SYAMRAWATYLampiran 2LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a: Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden di dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan STIK GIA Makassar atas nama SYAMRAWATY.Denga judul : FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 5 TAHUN DI RUANG PERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARA MAKASSAR.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun dan kiranya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, / /2014Responden

( )

KUESIONER PENELITIAN

A. Identitas responden1. Nama AnaK :2. Umur :3. Jenis kelamin : ( ) pria ( ) wanita B. Identitas Orang Tua1. Nama :2. Umur :3. Pekerjaan:4. Alamat: C. Usia Pertama kali kejang.Pada umur berapa klien mengalami kejang untuk yang pertama kalinya? Bulan/ tahunD. Suhu BadanSuhu badan klien pada saat terjadi kejang demam berulang? oCE. Pertanyaan tentang faktor hereditas1. Apakah ada riwayat dalam keluarga mengalami kejang demam?Ya Tidak 2. Bila ya anggota keluarga siapa yang pernah mengalami kejang ..F. Pertanyaan Kejang Berulang 1. Apakah pasien sudah pernah mengalami kejang sebelumnya?Ya Tidak 2. Bila ya, kapan terakhir kali pasien mengalami kejang?..3. Berapa kali jumlah kejang yang pernah dialami anak sebelumnya?.

Lampiran 3

Lampiran 4Lampiran 4

MASTER DATAFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG DEMAM YANG BERULANG PADA ANAK USIA 0 - 5 TAHUN DI RUANGPERAWATAN ANAK RS. BHAYANGKARAMAKASSAR

Nama RespondenJenis KelaminUsiaSuhu Badan (C)Faktor HereditasKejang Demam Berulang

An. SPerempuan1 Th 2 Bln40Ada riwayatBerulang

An. Z Perempuan1 Th39,3Ada riwayatBerulang

An. A Laki-laki1 Th 9 Bln40,1Ada riwayatBerulang

An. S Laki-laki3 Th41Ada riwayatBerulang

An. A Perempuan2 Th39,5Ada riwayatBerulang

An. D Perempuan9 Bln39,4Ada riwayatBerulang

An. L Laki-laki1 Th 1 Bln39Ada riwayatBerulang

An. G Perempuan1 Th 5 Hr40Tidak ada riwayatTidak berulang

An. D Perempuan2 Th 2 Bln40,5Tidak ada riwayatTidak berulang

An. N Perempuan7 Bln38,9Ada riwayatBerulang

An. Y Laki-laki2 Th 5 Bln39Ada riwayatTidak berulang

An. I Laki-laki1 Th39,6Ada riwayatBerulang

An. P Laki-laki3 Th 5 Bln39,8Ada riwayatTidak berulang

An. C Laki-laki2 Th39Tidak ada riwayatTidak berulang

An. N Laki-laki6 Bln41Ada riwayatBerulang

An. D Perempuan1 Th 8 Bln40,8Ada riwayatBerulang

An. C Perempuan1 Th 20 Hr42Tidak ada riwayatBerulang

An. T Laki-laki3 Th 6 Bln41,2Ada riwayatTidak berulang

An. P Laki-laki10 Bln40,5Ada riwayatBerulang

An. J Laki-laki2 Th 1 Bln39Ada riwayatTidak berulang

An. D Laki-laki2 Th39,6Tidak ada riwayatBerulang

An. S Perempuan1 Th 3 Bln38,9Ada riwayatBerulang

An. T Perempuan2 Th 5 Bln39Ada riwayatTidak berulang

An. S Perempuan3 Th39,9Tidak ada riwayatTidak berulang

An. R Laki-laki8 Bln40Ada riwayatTidak berulang

An. H Laki-laki1 Th 3 Bln39Tidak ada riwayatTidak berulang

An. A Perempuan1 Th 8 Bln39,5Ada riwayatBerulang

An. S Laki-laki4 Th39,8Ada riwayatBerulang

An. D Laki-laki10 Bln38Ada riwayatBerulang

An. K Laki-laki2 Th40Tidak ada riwayatTidak berulang

An. T Laki-laki2 Th 11 Bln39Ada riwayatTidak berulang

An. T Laki-laki3 Th 5 Bln39Tidak ada riwayatTidak berulang

An. A Laki-laki6 Bln39,8Ada riwayatBerulang

An. L Laki-laki2 Th 3 Bln39,8Ada riwayatBerulang

An. R Laki-laki1 Th38,8Tidak ada riwayatTidak berulang

An. D Perempuan1 Th 11 Bln39,9Ada riwayatTidak berulang

An. E Perempuan4 Th40Ada riwayatBerulang

An. A Perempuan2 Th 7 Bln40,5Tidak ada riwayatTidak berulang

An. I Laki-laki1 Th41Ada riwayatBerulang

An. D Perempuan2 Th 5 Bln39Tidak ada riwayatBerulang

An. R Laki-laki3 Th39,8Ada riwayatBerulang

An. S Laki-laki2 Th 1 Bln39Ada riwayatTidak berulang

An. M Laki-laki3 Th41Tidak ada riwayatBerulang

An. Z Laki-laki7 Bln42Ada riwayatBerulang

An. H Perempuan6 Bln39,9Ada riwayatBerulang

An. C Perempuan1 Th40Ada riwayatBerulang

An. T Laki-laki2 Th 2 Bln39Ada riwayatBerulang

An. T Laki-laki3 Th38,9Tidak ada riwayatBerulang

An. S Perempuan7 Bln39Ada riwayatTidak berulang

An. I Perempuan1 Th 4 Bln39,9Ada riwayatTidak berulang

An. P Laki-laki1 Th39,9Ada riwayatBerulang

An. P Laki-laki11 Bln39Ada riwayatBerulang

An. N Laki-laki2 Th 7 Bln40Ada riwayatBerulang

An. C Laki-laki4 Th 5 Bln38,9Ada riwayatTidak berulang

An. D Perempuan6 Bln41Ada riwayatBerulang

An. A Laki-laki2 Th 3 Bln39Ada riwayatTidak berulang

Lampiran 5

Frequencies

[DataSet1]D:\STIKGIA\SYAMRA\FAKTORYANGBERHUBUNGANDENGANKEJANGDEMAMYANGBERULANGPADAANAKUSIA0-5TAHUNDIRUANGPERAWATANANAKRSBHAYANGKARAMAKASSAR\SPSSSyamrah.sav

Statistics

Jenis KelaminUsiaSuhu BadanFaktor HereditasKejang Demam Berulang

NValid5656565656

Missing00000

FrequencyTableJenis Kelamin

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validlaki-laki3460.760.760.7

Perempuan2239.339.3100.0

Total56100.0100.0

Usia

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidBeresiko2951.851.851.8

Kurang beresiko2748.248.2100.0

Total56100.0100.0

Suhu Badan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidKurang beresiko2035.735.735.7

Beresiko3664.364.3100.0

Total56100.0100.0

Faktor Hereditas

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidTidak ada riwayat1425.025.025.0

Ada riwayat4275.075.0100.0

Total56100.0100.0

Kejang Demam Berulang

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidTidak berulang2239.339.339.3

Berulang3460.760.7100.0

Total56100.0100.0

Lampiran 6

CROSSTABS

Crosstabs

[DataSet1]D:\STIKGIA\SYAMRA\FAKTORYANGBERHUBUNGANDENGANKEJANGDEMAMYANGBERULANGPADAANAKUSIA0-5TAHUNDIRUANGPERAWATANANAKRSBHAYANGKARAMAKASSAR\SPSSSyamrah.sav

Case Processing Summary

Cases

ValidMissingTotal

NPercentNPercentNPercent

Usia * Kejang Demam Berulang56100.0%0.0%56100.0%

Suhu Badan * Kejang Demam Berulang56100.0%0.0%56100.0%

Faktor Hereditas * Kejang Demam Berulang56100.0%0.0%56100.0%

Usia*KejangDemamBerulang

Crosstab

Kejang Demam BerulangTotal

TidakYa

UsiaBeresikoCount72229

Expected Count11.417.629.0

% within Usia24.1%75.9%100.0%

% within Kejang Demam Berulang31.8%64.7%51.8%

% of Total12.5%39.3%51.8%

Kurang beresikoCount151227

Expected Count10.616.427.0

% within Usia55.6%44.4%100.0%

% within Kejang Demam Berulang68.2%35.3%48.2%

% of Total26.8%21.4%48.2%

TotalCount223456

Expected Count22.034.056.0

% within Usia39.3%60.7%100.0%

% within Kejang Demam Berulang100.0%100.0%100.0%

% of Total39.3%60.7%100.0%

Chi-Square Tests

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square5.786a1.016

Continuity Correctionb4.5441.033

Likelihood Ratio5.8911.015

Fisher's Exact Test.028.016

Linear-by-Linear Association5.6831.017

N of Valid Casesb56

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.61.

b. Computed only for a 2x2 table

SuhuBadan*KejangDemamBerulang

Crosstab

Kejang Demam BerulangTotal

TidakYa

Suhu BadanKurang beresikoCount12820

Expected Count7.912.120.0

% within Suhu Badan60.0%40.0%100.0%

% within Kejang Demam Berulang54.5%23.5%35.7%

% of Total21.4%14.3%35.7%

BeresikoCount102636

Expected Count14.121.936.0

% within Suhu Badan27.8%72.2%100.0%

% within Kejang Demam Berulang45.5%76.5%64.3%

% of Total17.9%46.4%64.3%

TotalCount223456

Expected Count22.034.056.0

% within Suhu Badan39.3%60.7%100.0%

% within Kejang Demam Berulang100.0%100.0%100.0%

% of Total39.3%60.7%100.0%

Chi-Square Tests

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square5.597a1.018

Continuity Correctionb4.3271.038

Likelihood Ratio5.5801.018

Fisher's Exact Test.024.019

Linear-by-Linear Association5.4971.019

N of Valid Casesb56

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.86.

b. Computed only for a 2x2 table

FaktorHereditas*KejangDemamBerulang

Crosstab

Kejang Demam BerulangTotal

Tidak berulangBerulang

Faktor HereditasTidak ada riwayatCount9514

Expected Count5.58.514.0

% within Faktor Hereditas64.3%35.7%100.0%

% within Kejang Demam Berulang40.9%14.7%25.0%

% of Total16.1%8.9%25.0%

Ada riwayatCount132942

Expected Count16.525.542.0

% within Faktor Hereditas31.0%69.0%100.0%

% within Kejang Demam Berulang59.1%85.3%75.0%

% of Total23.2%51.8%75.0%

TotalCount223456

Expected Count22.034.056.0

% within Faktor Hereditas39.3%60.7%100.0%

% within Kejang Demam Berulang100.0%100.0%100.0%

% of Total39.3%60.7%100.0%

Chi-Square Tests

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square4.891a1.027

Continuity Correctionb3.5941.058

Likelihood Ratio4.8191.028

Fisher's Exact Test.055.030

Linear-by-Linear Association4.8041.028

N of Valid Casesb56

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.

b. Computed only for a 2x2 table

49Sheet1JADWAL PENELITIANNOURAIAN KEGIATANJANUARIFEBRUARIMARETAPRILMEIJUNI123412341234123412341231Pengambilan Data Awal2Penyusunan dan Konsul Proposal3Seminar Proposal4Perbaikan Proposal5Pengumpulan Data6Pengolahan dan Aanalisis Data7Konsul Hasil8Seminar Hasil