faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
MEROKOK PADA GAYA HIDUP ANAK USIA REMAJA
DI DESA SUKASARI KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN
BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
SEPTI DERI ADITIAS
NIM: 1112054100061
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ABSTRAK
Septi Deri Aditias, 1112054100061
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada
Gaya Hidup Anak Usia Remaja Di Desa Sukasari Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor
Permasalahan perilaku merokok saat ini sudah sangat
mengkhawatirkan, khususnya perilaku merokok dikalangan remaja.
Remaja menjadikan rokok sebagai identitasnya untuk menunjukan
lambang kedewasaannya, dengan merokok remaja merasa lebih
gagah dan percaya diri. Maraknya perilaku merokok pada remaja ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari pelaku
perokok yang berkontribusi membentuk perilaku merokok tersebut.
Berangkat dari permasalahan perilaku merokok pada remaja,
maka penelitian akan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada gaya
hidup anak usia remaja di Desa Sukasari Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor, serta dampaknya bagi remaja pelaku perokok
tersebut.
Adapun jenis metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dengan mewawancara
beberapa remaja yang menjadi seorang perokok aktif, yang
berlokasi Di Desa Sukasari Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa penyebab perilaku
merokok karena, memiliki kebiasaan untuk merokok, reaksi emosi
yang positif setelah merokok, mendapat reaksi penurunan emosi,
ketagihan dan alasan sosial. Selain itu terdapat juga dampak yang
dirasakan informan yaitu mengurangi stress, menekan perasaan
tidak enak, menimbulkan kenikmatan, lebih percaya diri,
mempererat pergaulan, menurunya kebugaran, ketergantungan, dan
pemborosan.
Kata kunci : Faktor perilaku merokok,Perilaku merokok, Remaja
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Melalui pertolongan-Nya skripsi ini terselesaikan dengan baik yang
berjudul, “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI
PERILAKU MEROKOK PADA GAYA HIDUP ANAK USIA
REMAJA DI DESA SUKASARI KECAMATAN RUMPIN
KABUPATEN BOGOR”. Shalawat serta salam terhaturkan
keharibaan Kanjeng Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga
dan sahabatnya, serta pengikutnya yang tercerahkan di jalan Allah
SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini terdapat banyak uluran tangan dari berbagai
pihak. Mulai dari niat sampai menyelesaikan penulisan ini, penulis
merasa mendapatkan banyak manfaat berupa ilmu pengetahuan,
pengalaman baru dalam penulisan karya ilmiah dan melatih
kesabaran. Penulis yakin tanpa dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik yang bersifat pribadi maupun suatu lembaga
tidaklah mungkin skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis
sampaikan kepada pihak-pihak, terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Dudung Hudori dan Ibu Dedeh
Kurniasih, yang telah mendidik, memberikan dukungan baik
secara moril maupun materil dan tidak lepas do’a dan restunya
beliau demi kelancaran studi dan penulisan skripsi ini.
2. Kaka tercinta Juhdi Siswandi, Dilah Putriyanti, dan Keponakan
Tercinta Audrey Suri Gelischa, yang telah memberikan
semangatnya kepada penulis.
3. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA, selaku Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Phd. selaku Dekan Fakultas Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Ketua Prodi Kesejahteraan
Sosial dan pembimbing penulisan skripsi ini, yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran dalam
memberikan arahan, motivasi serta bimbingan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku sekretaris Prodi
Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan arahan
serta informasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. sebagai dosen pendamping
akademik yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada
peneliti.
8. Seluruh Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial yakni ibu Siti
Napsiyah Ariefuzzaman, MSW, Ibu Ellies Sukmawati, M.Si, Ibu
Nurhayati Nurbus, M.Si, Bapak Ismet Firdaus, M.Si, Bapak Drs.
Helmi Rustandi, M.Ag yang telah memberikan berbagai ilmu
dan pengetahuan khususnya tentang ilmu Kesejahteraan Sosial.
9. Pimpinan Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Utama beserta
stafnya yang telah memberikan izin dan layanan kepustakaan
yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh pejabat Desa Sukasari Kecamatan Rumpin Kabupaten
Bogor, yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan
penelitian dan telah banyak memberikan informasi serta bantuan
saran dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh informan yang ada dalam skripsi, yang telah bersedia
untuk memberikan informasi.
12. Sahabat spesial Kesejahteraan Sosial Irfan Makruf, Muhammad
Norhalim, Fanhari Nugroho, Syarivan Komaruzaman, Ikhwanul,
Garsha Threesaputra, Fajri Yanuar Dan Tria Noviani.
Terimakasih atas suka duka yang telah kita lalui bersama.
13. Seluruh teman-teman angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang juga
memberikan kehidupan baru sejak awal kuliah, saling
menyemangati dan saling mendukung.
Mudah-mudahan semua amal baik mereka diterima oleh
Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya.
Akhirul kalam, ibarat tiada gading yang tak retak, mudah-mudahan
skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca. Amin.
Jakarta, 09 Juli 2019M
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah ....................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 11
D. Tinjauan Kajian Terdahulu ...................................................... 12
E. Metodelogi Penelitian ............................................................... 14
F. Pedoman Penulisan ................................................................... 21
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 21
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Teori Perilaku Merokok ........................................................... 24
1. Teori Perilaku ..................................................................... 24
2. Teori Perilaku Merokok .................................................... 25
3. Tipe Perilaku merokok ...................................................... 27
4. Dampak Perilaku Merokok................................................... 28
5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ............. 30
6. Tahap Perilaku Merokok .................................................. 33
B. Teori Remaja ............................................................................. 34
1. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
.............................................................................................. 35
2. Ciri Khas Remaja ............................................................... 38
BAB III. Gambaran Umum Latar Penelitian
A. Profil Desa Sukasari .................................................................. 43
1. Demografi Desa Sukasari .................................................. 46
2. Sistem Perekonomian Desa Sukasari ............................... 61
3. Perangkat Desa Sukasari ....................................................... 62
BAB IV. DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada
Remaja ........................................................................................ 65
1. Faktor Internal ..................................................................... 65
2. Faktor Eksternal .................................................................. 71
B. Dampak Perilaku Merokok ...................................................... 74
1. Dampak Positif .................................................................... 74
2. Dampak Negatif .................................................................. 75
BAB V. ANALISIS DATA DAN TEMUAN
A. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Merokok pada Remaja .............................................................. 79
1. Faktor Internal ..................................................................... 79
2. Faktor Eksternal .................................................................. 85
B. Analis Dampak Perilaku Merokok Pada Remaja .................. 87
1. Dampak Positif .................................................................... 87
2. Dampak Negatif .................................................................. 88
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 89
B. Saran ........................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................93
LAMPIRAN ....................................................................................96
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Nama Informan penelitian .......................................... 16
Tabel 2 Pemilihan Informan di Desa Sukasari ................................... 19
Tabel 3 Profil Umum Desa Sukasari ................................................... 44
Tabel 4 Keamanan dan Ketertiban Desa Sukasari ............................. 45
Tabel 5 Demografi Desa Sukasari........................................................ 47
Tabel 6 Struktur Desa Sukasari ............................................................ 63
Tabel 7 Analisis Data dan Temuan ...................................................... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja bisa dibilang merupakan masa-masa
yang paling indah, karena pada masa ini seseorang mulai
mengetahui, mempelajari dan melakukan hal-hal yang baru
dalam kehidupannya. Masa remaja sering disebut juga
sebagai masa transisi, sebab pada masa ini seseorang beralih
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja
terjadi pada usia belasan, yang juga dalam fase pencarian jati
diri. Pada saat remaja biasanya seseorang akan lebih
memperluas pergaulan dengan teman sebaya baik
dilingkungan rumah maupun sekolah, pergaulan menjadi
suatu hal yang sangat penting bagi mereka sebagai tempat
berinteraksi, karena remaja sangat identik dengan anak
tongkrongan. Untuk mengarahkan pergaulan remaja kearah
yang positif dalam proses perkembangan yang sedang sulit
dan masa-masa yang membingungkan dirinya, remaja
membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang-orang yang
dicintainya dan dekat dengannya terutama dari keluarga.
Menurujuk dasar pemikiran PSBR riau dalam
www.kemsos.go.id, bahwa sementara banyak orangtua yang
memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja
adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh
2
orangtua dan remaja itu sendiri dan menganggap anak
remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di
mata orangtua anak remaja masih belum siap menghadapi
tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi remaja,
tuntutan internal membawa mereka mempunyai keinginan
untuk mencari jatidiri yang mandiri dari pengaruh orangtua.
Keduanya memiliki kesamaan yang jelas: remaja adalah
waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang
dewasa (Kementerian Sosial RI, 2017). Proses perubahan
yang terjadi pada remaja disebabkan oleh adanya
pertambahan pengalaman dan usia yang merupakan hal yang
harus terjadi karena proses pematangan kepribadiannya.
Remaja sedikit demi sedikit memunculkan ke permukaan
sifat- sifat (trait) yang sebenarnya, yang harus berbenturan
dengan rangsangan- rangsangan luar (Sarwono, 2011, h. 86).
Menurut Richmond dan Sklansky (Sarwono, 2011, h. 86) inti
dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja
awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan.
Oleh karena itu kebanyakan remaja menanamkan konsep diri
yang salah yaitu dengan melakukan perilaku menyimpang
atau kenakalan.
Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko dalam
Susanto, 2011). Menurut Papalia dan Olds (Susanto, 2011),
masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai
3
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Selanjutnya
dijabarkan lagi bahwa ciri- ciri psikologis menurut Allport
(Sarwono, 2011, h. 81-82) yaitu pemeliharaan diri sendiri
(extension of the self), kemampuan melihat diri sendiri
secara objektif (self objectivication), memiliki falsafah hidup
tertentu (unifying philosophy of life).
Adapun berdasarkan kronologi dan berbagai
kepentingan, terdapat beberapa defenisi tentang remaja
yaitu:
1. Pada buku -buku pediatric, pada umumnya
mendefeniasikan remaja adalah apabila seorang anak
telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak
perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
2. Menurut Undang-Undang no. 4 tahun 1979
mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah
individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum
menikah.
3. Menurut Undang-Undang perburuhan, anak
dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18
tahun dan sudah menikah dan mempunyai tempat
untuk tinggal.
4. Menurut Undang-Undang perkawinan No. 1
tahun1979, anak dianggap remaja apabila cukup
matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk
perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
4
5. Menurut Diknas anak dianggap remaja apabila anak
sudah berumur 18 tahun, yang sesuai saat lulus
sekolah menengah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak mencapai umur 10-
18 tahun (Soetjiningsih, 2004).
Pada era modernisasi seperti sekarang ini kehidupan
para remaja bisa dibilang sangat memperihatinkan dengan
segala problematikanya, dimana para remaja mudah sekali
terjerumus kedalam hal-hal yang negatif dalam
pergaulannya. Selayaknya para remaja harus lebih bisa
memilih dalam berperilaku, apa lagi bila perilakunya itu
hanya mendatangkan kemudoratan dibanding dengan
manfaatnya yang tak seberapa. seperti yang terkandung
dalam al Qur’an dibawah ini.
Dalam surat al-Baqarah (ayat 219) Allah berfirman:
اس بير ومنافع للنم ك
ل فيهما إث
يسر ق
مر وال
خ
ك عن ال
ىه
ليسأ
لك ذ
عفى ك
ل ال
ا ينفقىن ق
ك ماذ
ىه
لفعهما ويسأ
بر من ه
ك
مهما أ
وإث
رونك
تف
م ت
ك
عل
يات ل
م لا
ك
ه ل
ن الل يبي
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari
keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir,” (al-Baqarah: 219), (Dewan
Penterjemah, 1971).
5
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah telah
menyuruh manusia untuk berfikir dalam melakukan sesuatu
dengan mempertimbangkan apa yang didapat dari yang
dilakukan, bila mudoratnya lebih banyak didapat dari pada
manfaatnya maka Allah melarang perbuatan tersebut untuk
dilakukan. Maka dari itu seharusnya para remaja bisa
mengambil pelajaran dari ayat al Qur’an tersebut untuk lebih
bijak dalam berprilaku, dengan berfikir apa yang dilakukan
akan mendatangkan manfaat-manfaat baik bagi dirinya dan
lingkungannya.
Memang perilaku dalam kehidupan pada anak usia
remaja merupakan suatu masalah yang sangat penting untuk
diperhatikan, apa lagi pada zaman seperti sekarang ini.
karena pada saat remaja itulah mereka mulai mencari jati diri
sebagai gaya hidup dengan mempelajari segala sesuatu yang
ada di sekitar mereka. Seperti dalam teori Kognisi-perilaku
berpendapat bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh persepsi
atau interpretasi terhadap lingkungan selama proses belajar
(Ariefuzzaman & Fuaida, 2011, h. 40). Berarti dapat dikatan
Perilaku pada anak usia remaja sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang ada sebagai acuan gaya hidup bagi
mereka.
Salah satu masalah yang memperihatinkan pada
kehidupan anak usia remaja saat ini adalah perilaku
merokok, dimana merokok seakan-akan sudah menjadi suatu
kebiasaan yang tidak dapat dipisahkan dari gaya hidup anak
6
usia remaja. Walaupun sering ditulis di surat-surat kabar,
majalah dan media masa lain yang menyatakan bahaya
merokok. Bagi remaja pecandu rokok, mereka dengan
bangga menjadikan kegiatan menghisap rokok sebagai
indentitas dirinya, dengan merokok para remaja khususnya
pada remaja laki-laki ingin terlihat menjadi lebih jantan dan
keren, selain itu juga sebagai bentuk sebagi bagian dari suatu
kelompok dalam bergaul. Para remaja menjadikan kebiasaan
merokok seolah itu bukan perbuatan yang buruk. Sebenarnya
merokok itu jelas merugikan kesehatan, namun selain itu ada
kerugian lainnya, yakni masalah ekonomi, para remaja pada
umumnya masih tergantung secara ekonomi kepada orang
tuanya. Hal ini tentu saja akan menambah berat beban yang
harus ditanggung orang tua. Rokok mengandung nikotin
yang mengakibatkan kecanduan. Maka sekali merokok, akan
sulit untuk berhenti, kecuali ada kemauan yang keras dan
bantuan dari lingkungan sekitar. Selain itu, kurangnya
informasi mengenai bahaya rokok sejak dini menjadi
penyebab banyaknya remaja yang merokok. Padahal setiap
mereka menghisap rokok, sama saja menghisap ribuan bahan
kimia berbahaya yang justru merugikan kesehatan.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan
peningkatan prevalensi perokok dari 27% pada tahun 1995,
meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013, artinya jika 20
tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di
antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3
7
orang Indonesia 2 orang di antaranya adalah perokok
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Lebih memprihatinkan
lagi adalah kebiasaan buruk merokok juga meningkat pada
generasi muda, Riset Kesehatan Dasar 2018 menyatakan
bahwa terjadi peningkatan prevalensi perokok anak dan
remaja usia 10 18 tahun dari 7,2% di tahun 2013 menjadi
9,1% di tahun 2018., lalu data Riskesdas 2018 menunjukkan
jumlah perokok diatas 15 tahun sebanyak 33,8 %. Dari
jumlah tersebut 62,9 % merupakan perokok laki-laki
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Mengutip data hasil
penelitian di RS Persahabatan (2013) memperlihatkan bahwa
tingkat kecanduan atau adiksi pada anak SMA yang
merokok cukup tinggi, yaitu 16,8%, artinya 1 orang dari
setiap 5 orang remaja yang merokok, telah mengalami
kencaduan, Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa rata-
rata anak yang dilahirkan oleh ibu hamil yang merokok
memiliki berat badan yang lebih ringan (<2500gram) dan
lebih pendek (<45cm) dibandingkan dengan ibu yang tidak
merokok (>3000gram) dan lebih panjang (>50cm)
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Data-data tersebut
menunjukan fakta bahwa merokok jelas berakibat pada
buruk pada kesehatan masyarakat Indonesia. Merokok
merupakan faktor yang berakibat sangat besar terhadap
munculnya berbagai penyakit. Seorang perokok mempunyai
risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit jantung
koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang
8
penyakit kanker paru dan penyakit tidak menular (PTM)
lainnya.
Di Indonesia rokok juga sangat mematikan, hasil
Kajian Badan Litbangkes tahun 2015 menunjukkan,
Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat
konsumsi produk tembakau setiap tahunnya, lalu data
Globocan 2018 menunjukkan dari total kematian akibat
kanker di Indonesia, kanker paru menempati urutan pertama
penyebab kematian yaitu sebesar 12,6%, sementara
berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
87% kasus kanker paru berhubungan dengan merokok.
(Kementerian Kesehatan RI, 2019). Maka dari itu rokok bisa
menjadi ancaman yang sangat serius bagi kehidupan para
remaja yang merupakan sebagai generasi penerus bangsa.
Maka dari itu, dalam penanganan permasalahan
perilaku merokok pada remaja diperlukan dukungan dari
berbagai pihak terkait baik dari pemerintah, lembaga
pendidikan, masyasrakat, serta paling utama keluarga yang
berperan sebagai pengkontrol atas faktor-faktor yang dapat
menyebabkan perilaku merokok pada anak usia remaja.
Kerjasama yang dilakukan oleh banyak pihak ini akan
mempermudah penanganan masalah perilaku merokok pada
remaja dengan mencari serta mempelajari faktor-faktor
penyebab perilaku merokok pada remaja dan bagaimana
dampaknya terhadap mereka, dalam hal ini yaitu remaja.
9
Melihat untuk remaja perokok di daerah Kabupaten
Bogor, Sekitar 15% pelajar sekolah menengah atas di Kota
Bogor merupakan perokok aktif. Rata-rata remaja berumur
belasan ini tertarik merokok dari iklan dan lingkungan
sekitarnya. Berdasarkan data penelitian Pemerintah Kota
(Pemkot) pada 2016, dari 11.000 pelajar, ternyata ada 15%
siswa tersebut adalah perokok aktif. Bahkan, angka itu
bertambah setiap tahunnya seiring bertambahnya juga
populasi penduduk di Kota Bogor (Berita Satu.com, 2018).
Terkait dengan permasalahan tersebut, ini sejalan
dengan permasalahan yang terdapat di Desa Sukasari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, yang dimana menurut
Muhammad Arbawi selaku Kaur Pemerintahan bahwa para
remaja di desa tersebut sudah sangat terbiasa dengan
perilakunya sebagai perokok, bisa dikatakan remaja laki-laki
di desa Sukasari melakukan kegiatan menghisap tembakau
ini dalam kesehariannya. Mereka menjadikan merokok
sebagai simbol bahwa mereka sudah menginjak usia remaja
dan agar terlihat lebih jantan sebagai laki-laki, selain itu
memang sudah menjadi budaya masyarakat di Desa Sukasari
ini menjadi seorang perokok, khususnya bagi para kaum
laki-laki dewasa ataupun remaja (wawancara dengan
Muhammad Arbawi, Desember 2018). Para remaja biasanya
berkumpul diwarung dan tempat-tempat tongkrongan sambil
merokok dengan nikmatnya, mereka biasanya membeli
rokok dengan uang hasil kumpulan atau patungan antar
10
teman. Bagi yang masih bersekolah mereka rela
menyisihkan uang jajannya untuk membeli rokok batangan,
bahkan ada yang sampai berani mengambil atau mencuri
uang orang tuanya hanya untuk membeli rokok karena sudah
menjadi pecandu berat rokok.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Gaya
Hidup Anak Usia Remaja di Desa Sukasari Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah
penelitian di atas, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada gaya hidup anak
usia remaja dan dampak perilaku merokok pada gaya
hidup anak usia remaja di Desa Sukasari, Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Apakah faktor-faktor penyebab perilaku merokok
anak usia remaja di Desa Sukasari Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor ?
11
b. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku merokok anak usia remaja di Desa
Sukasari Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor ?
c. Bagaimana dampak perilaku merokok pada gaya
hidup anak usia remaja di Desa Sukasari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Di dalam kegiatan penelitian harus memiliki
tujuan jelas untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan
harapan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui penyebab perilaku merokok
anak usia remaja di Desa Sukasari Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada anak usia
remaja di Desa Sukasari Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor.
c. Untuk mengetahui bagaimana dampak perilaku
merokok pada gaya hidup anak usia remaja di
Desa Sukasari Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor.
2. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian yang dilakukan ini, diharapkan
dapat mempunyai manfaat;
12
a. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi ilmu Kesejahteraan Sosial
dalam hal faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada gaya hidup anak usia remaja.
Penelitian ini juga diharapkan mampu
memberikan kontribusi pengetahuan dan pemahaman
terhadap penelitian yang penulis lakukan.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan
yang berguna serta menjadi sumber informasi kepada
masyarakat luas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada gaya hidup
anak usia remaja.
Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi
referensi bagi pemerintah pusat atau daerah dan
lembaga-lembaga pendidikan dalam pembuatan suatu
program yang berkaitan dengan masalah tersebut,
untuk mengetahui dan memahami tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
gaya hidup anak usia remaja.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas
kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik
pembahasan penelitian yang dilakukan pada penelitian
skripsi ini yaitu:
13
1. Skripsi Nurul Aini Binti Abdul Halim tahun 2013,
dengan judul “Faktor-faktor Psikologis Yang
Menentukan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi
Kedokteran Di Universitas Hasanudin”. dalam skrips ini
membahas tentang apa saja faktor-faktor psikologis yang
menentukan perilaku merokok pada mahasiswi di
Universitas Hasanudin.
2. Skripsi Lukman tahun 2014, dengan judul “Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja Di
SMA Negeri 2 Mamuju Kabupaten Mamuju”. dalam
skripsi ini membahas apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok Pada Remaja Di SMA
Negeri 2 Mamuju Kabupaten Mamuju.
Peneliti mengacu kepada kedua skripsi tersebut
karena dalam skripsi pertama memiliki kemiripan dalam
penelitian yang dilakukan penulis yaitu faktor-faktor
psikologis yang menentukan perilaku merokok, tapi berbeda
objek penelitiannya. Sedangkan pada skripsi kedua memiliki
kesamaan dalam penelitian yang dilakukan yaitu faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja,
tetapi berbeda pada objek penelitianya.
Penelitian yang penulis lakukan membahas faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok serta
bagaimana dampak perilaku merokok pada gaya hidup anak
usia remaja di desa Sukasari Kecamatan Rumpun
Kabupaten Bogor.
14
Dari kedua skripsi tersebut peneliti mengambil
kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang membuat
skripsi dengan berjudul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Gaya Hidup
Anak Usia Remaja di Desa Sukasari Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor”
E. Metode Penelitian
1. Metode dan Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif. Menurut bogdan dan taylor
metode penelitian kualitatif adalah prosedur, penelitian
yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata
tertulis dari orang-orang atau pelaku, yang diamati
(Moleong, 2000, h. 3). Sedangkan Menurut Darmadi
(2011) pendekatan kualitatif adalah suatu proses
penelitian yang bergerak dari isu, tidak menguji teori,
tetapi menemukan teori, menggunakan data situs, adanya
key informan, dimana penelitian sebagai instrumen
utama. Dengan menggunakan pendekatan ini penulis
dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi perilaku merokok pada gaya hidup anak
usia remaja serta dampaknya di Desa Sukasari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Hal itu di
karenakan dengan pendekatan ini penulis dapat
mengetahui lebih dalam terkait permasalahan yang di
teliti.
15
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini
adalah deskriptif. Data tersebut bisa berasal dari
wawancara, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan
lapangan dan dokumen resmi lainnya. Penelitian
deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual
secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi, juga
menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam
menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana yang
akan datang (Moleong, 2000, h. 25). Sehingga dengan
menggunakan penelitian deskriptif ini, peneliti akan
mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada gaya hidup anak
usia remaja serta dampaknya di Desa Sukasari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
2. Sumber Data
penelitian yang dilakukan ini menggunakan dua
sumber data, yaitu data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui proses penelitian langsung
terhadap sasaran penelitian yang dilakukan dilapangan.
Sementara data sekunder diperoleh dari buku-
buku referensi dan dokumen terkait penelitian yang
dilakukan di Desa Sukasari Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor.
16
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan tiga teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Wawancara
Menurut Prabowo (1996) yang dikutip oleh Al-
Anshori (2009), wawancara adalah metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu
kepada seorang responden. Caranya adalah dengan
bercakap-cakap secara tatap muka.
Untuk memperoleh data akurat sesuai dengan
kebutuhan peneliti, maka penulis akan menggali
informasi atau melakukan wawancara secara
langsung kepada para perilaku perokok pada anak
usia remaja.
Penulis mewawancarai pihak pemerintah
setempat, orang tua remaja, dan remajanya itu sendiri
sebagai pelaku dari perilaku merokok, terkait dengan
permasalahan yang sedang diteliti di Desa Sukasari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
Tabel 1.1
Daftar Nama Informan Penelitian di Desa
Sukasari Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor
No Nama Umur Jenis
Kelamin
Jabatan
1 Muhammad 53 L Pegawai
17
Arbawi Desa
2 Masroni 42 L Ketua
RT
3 Andrean
(Embew)
16 L Remaja
4 Imam
Maulana
(Batak)
19 L Remaja
5 Abdul Khoris
(Kuntring)
20 L Remaja
b. Obsevasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek
pengamatan(Djaali & Muljono, 2008, h. 16).
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui realita
tentang penelitian yang dilakukan. Penulis membuat
sebuah catatan untuk menulis kejadian-kejadian
berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan.
c. Studi Kepustakaan
Hal ini digunakan untuk memperoleh data dengan
cara melakukan penelusuran data dengan menelaah
buku, jurnal, surat kabar, majalah, internet, dan
18
sumber lainnya yang berkaiatan dengan apa yang
sedang diteliti oleh penulis.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sukasari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Waktu penelitian
dimulai bulan November 2018 hingga bulan Mei 2019.
Dilokasi penelitian ini banyak dijumpai pelaku
perokok pada anak usia remaja. Mereka membiasakan
perilaku merokok dikala mereka menginjak usia remaja.
Karena itulah penulis tertarik untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok dan
dampak perilaku merokok terhadap gaya hidup anak usia
remaja di Desa Sukasari ini.
5. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian ini maka
pemilihan informan menentukan informasi kunci tertentu
serta informasi sesuai dengan fokus penelitian.
Selanjutnya, apabila dalam proses pengumpulan data
sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi maka
peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru.
19
Tabel 1.2
Pemilihan Informan di Desa Sukasari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor
Nama Umur Kterangan
Andrean 16 Remaja perokok
di Desa Sukasari
Imam Maulana 19 Remaja perokok
di Desa Sukasari
Abdul Khoris 20 Remaja perokok
di Desa Sukasari
Muhammad
Arbawi
53 Kaur
Pemerintahan
Desa Sukasari
Masroni 42 Salah satu RT. Di
Desa Sukasari
6. Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul akan dianalisa secara
kualitatif , yaitu akan dideskripsikan dan disimpulkan
melalui tahapan-tahapan berikut ini:
20
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara
teliti, maka perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya (Sugiono, 2013, h.
247).
b. Data Display
Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi
informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dapat dilakukan, penyajian-penyajian yang dimaksud
meliputi berbagai jenis matriks,grafik, jaringan, dan
bagan (Anggito & setiawan, 2018, h. 248).
c. Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel
(Sugiono, 2013, h. 252).
21
7. Teknik Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis
menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi
adalah pengumpulan data dengan menggunakan berbagai
macam teknik pengumpulan data (observasi, wawancara,
dan dokumentasi) (Suwendra, 2018, h. 66). Teknik
triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap
data tersebut.
F. Pedoman Penulisan Skripsi
Teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini
merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2017, sebagai pedoman penulisan skripsi ini.
G. Sitematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara
sistematis pembagiannya dibagi kedalam lima bab, yang
terdiri dari sub-sub bab, adapun sistematikanya sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Didalamnya peneliti menguraikan
latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat
22
penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penelitian skripsi. Pada bab ini akan
memberikan kerangka dari penelitian yang
dilakukan.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan landasan
teori yang digunakan dalam penlitian untuk
memaparkan kasus yang diteliti.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR
PENELITIAN
Pada bab ini membahas mengenai
gambaran umum latar atau tempat penelitian
di Desa Sukasari Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
DATA
Pada bab ini penulis akan
menguraikan temuan yang didapat terakit
masalah penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok pada
anak usia remaja di Desa Sukasari,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
23
BAB V PENUTUP
merupakan bab penutup yang berisi
kesimpulan, implikasi dan saran dari
pembahasan semua permasalahan yang ada
dalam skripsi sebagai bentuk dari hasil
analisa dalam penelitian penulis.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Perilaku Merokok
1. Teori Perilaku
Menurut Alisjahbana (1986: 96) bahwa perilaku yang
ditimbulkan oleh manusia tercermin dari segala tindakan dan
perbuatan untuk mencapai tujuannya dimana manusia
bergantung pada lingkungannya. Jujun (1994: 86) muncul
teori KAP (knowledge, attitude and practice) bahwa perilaku
orang dipengaruhi oleh sikap (attitude), pengetahuan
(knowledge), akan tetapi semua perilaku terdapat variabel
penting yang menjembataninya yaitu variabel motivasi.
Sedangkan, Kalangie (1994: 87) mengatakan bahwa
perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang untuk kepentingan atau
pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan,
kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang bersangkutan.
Sehubungan dengan perilaku sosial, David. O. Sears
(1995: 50) mengemukakan empat faktor yang
mempengaruhi dan membentuk perilaku sosial individu
yaitu:
25
a. Faktor genetik.
Faktor genetik adalah faktor yang dibawah sejak
lahir oleh manusia. Faktor genetik ini merupakan faktor
yang dibawah atau diwarisi oleh orang tua.
b. Faktor pengalaman.
Situasi dan kondisi yang dipetik atau yang
dialami serta diamati oleh seseorang dari peristiwa-
peristiwa yang dialami dari perjalanan hidupnya yang
akan membentuk perilaku yang berlainan pada setiap
individu dalam mengembangkan perilaku sosialnya.
c. Faktor lingkungan.
Situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang
sejak lahir, masa kanak-kanak hingga masa dewasa baik
dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
sekitarnya akan memberikan pengaruh yang berbeda
pada perkembangan masing-masing.
d. Faktor pendidikan.
Tingkat pendidikan yang berbeda akan
memberikan tanggapan yang berbeda pada kemampuan
individu untuk berinteraksi.
2. Teori Perilaku Merokok
Perillaku Merokok adalah sesuatu yang dilakukan
seseorang berupa membakar tembakau yang kemudian
dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa (Sitepoe, 2000: 20).
26
Pendapat lain menurut Levy (1984) menyatakan
bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan
seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta
dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-
orang disekitarnya.
Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000: 17)
menyatakan bahwa “seseorang akan menjadi perokok
melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis”.
Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah
untuk menunjukkan kejantanan (bangga diri),
mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan.
Dorongan fisiologis adalah nikotin yang dapat
menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus
merokok.
Sedangkan Merokok adalah proses mengisap
asap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar (Armstrong dalam
Nasution, 2011).
Medical Research Council on Symptoms 1986
dalam Kurniawati (2000), mengungkapkan bahwa
”seseorang dikatakan sebagai perokok adalah mereka
yang merokok sedikitnya 1 batang perhari sekurang-
kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukan perokok
merupakan orang yang tidak pernah merokok paling
banyak 1 batang perhari selama 1 tahun” (Komalasari
dan Alvin, 2007). Secara kesimpulannya, definisi prilaku
27
merokok adalah memasukkan bahan yang berasal dari
dedaunan (tembakau) yang mengandung zat tertentu
(khususnya nikotin) sebagai tindakan untuk memperoleh
kenikmatan.
3. Tipe Perilaku Merokok
Menurut Tomkinds (1991) ada 4 tipe perilaku
merokok sebagai berikut:
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh persaan
positif. Dengan merokok, seseorang merasakan
penambahan rasa yang positif. Ditambahkan, ada 3 sub
tipe ini yakni (1) merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya
merokok setelah minum kopi atau makan. (2) Merokok
hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan
perasaan, dan (3) kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok.
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan
negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk
mengurangi perasaan negatif. Misalnya bila ia marah,
cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak
terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak
enak.
28
c. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah
adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan
setiap saat setelah efek dari rokok yang diisapnya
berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah
membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia
khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia
menginginkannya.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
Mereka menggunakan rokok sama sekali merupakan
suatu perilaku yang sudah bersifat otomatis, seringkali
tanpa dipikirkan dan tanpa disadari ia menghidupkan api
rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar
habis.
4. Dampak Perilaku Merokok
Adapun Beberapa hal dianggap sebagai manfaat
dari merokok adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi stress, tekanan perasaan yang kurang
enak, secara tidak langsung menjadikan remaja lebih
berani.
b. Menimbulkan perasaan nikmat.
c. Mempererat pergaulan antar kawan, terutama bila
semua kawan merokok.
d. Meningkatkan keberanian dan perasaan jantan,
jagoan dan macho.
29
e. Mengurangi nafsu makan, sehingga bisa mencegah
kegemukan (PMI, 1996: 40).
Dibawah ini akan disampaikan kerugian dari
merokok antara lain:
a. Rokok mengandung 4000 jenis bahan racun yang
berbahaya bagi kesehatan, antara lain yang telah
dikenal baik adalah karbon monoksida (co) yang bisa
mematikan, nikotin yang mendorong pengapuran
jantung dan pembuluh darah, tar yang dapat
menyumbat dan mengurangi fungsi saluran nafas dan
menyebabkan kanker, serta berbagai racun pada hati,
otak dan pembentuk kanker.
b. Rokok menurunkan konsentrasi, misalnya sewaktu
mengemudi dan berpikir.
c. Rokok menurunkan kebugaran.
d. Rrokok bukan hanya meracuni para perokok sendiri,
namun juga orang disekitarnya (sebagai perokok
pasif) dengan bahaya yang sama.
e. Rokok menimbulkan ketergantungan dan perasaan
kehilangan sesuatu. Kalau rokok tidak tersedia, yang
berakibat pada penurunan prestasi belajar dan
bekerja.
f. Rokok memboroskan
g. Rokok dapat menyulut kebakaran (PMI, 1996: 40)
30
5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan
mengapa remaja merokok antara lain:
a. Pengaruh orang tua
menurut Baer & corado, remaja perokok
adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga
yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya, dibandingkan dengan
remaja yang berasal dari lingkungan keluarga yang
bahagia. remaja yang berasal dari keluarga
konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan
keluarga yang permisif, dan yang paling kuat
pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi
figur. Contoh yaitu perokok berat, maka anak-
anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.
Perilaku merokok lebih banyak didapati
pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua
(single parent).
b. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa
semakin banyak remaja merokok maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok
juga dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan
yang terjadi dari fakta tersebut, pertama remaja
tersebut terpengaruh oleh teman-temanyaatau
sebaliknya.
31
c. Faktor Kepribadian
Remaja mencoba untuk merokok karena
alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang
bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok)
ialah konformitas social. Pendapat ini didukung
Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas
social lebih menjadi perokok dibandingkan dengan
mereka yang memiliki skor yang rendah.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik
yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah
lambing kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti
yang ada dalam iklan tersebut.
Dikatakan oleh Leventhal dan Cleary (Cahyani,
1995) bahwa seseorang akan berperilaku merokok
karena sebelumnya ia telah memiliki persepsi tertentu
mengenai merokok Perilaku merokok merupakan
perilaku yang kompleks karena merupakan hasil
interaksi kognitif, lingkungan sosial, piskologis,
conditioning dan fisiologis. Menurut Laventhal &
Cleary (dalam Oskamp, 1984) menyatakan faktor
psikologis seseorang merokok pada umumnya faktor-
faktor tersebut terbagi dalam lima bagian, yaitu:
32
a. Kebiasaan Perilaku merokok menjadi sebuah
perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya
motif yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang
merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa
tujuan tertentu.
b. Reaksi emosi yang positif Merokok digunakan untuk
menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa
senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok
juga dapat menunjukkan kebanggaan diri atau
menunjukkan kedewasaan.
c. Reaksi untuk penurunan emosi Merokok digunakan
untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa,
ataupun kecemasan yang timbul karena adanya
interaksi dengan orang lain
d. Alasan sosial Merokok ditujukan untuk mengikuti
kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan
anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan
untuk menentukan image diri seseorang. Merokok
pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya
paksaan dari teman-temannya.
e. Kecanduan atau ketagihan Seseorang merokok
karena mengaku telah mengalami kecanduan.
Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang
terkandung di dalam rokok. Awalnya hanya
mencoba-coba rokok, akhirnya tidak dapat
menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan
tubuh akan nikotin.
33
6. Tahap Perilaku Merokok
Adapun tahap-tahap Perilaku Merokok Seperti
yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Cahyani,
1995) terdapat empat tahap dalam perilaku merokok
sehingga menjadi seorang perokok:
a. Tahap preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran
yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara
mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal ini
menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap invitation. Merupakan tahap perintisan merokok
yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau
tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah
mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang rokok
perhari, maka ia mempunyai kecenderungan untuk
menjadi seorang perokok.
d. Tahap maintenance of smoking. Tahap ini sudah
menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self
regulating). Merokok dilakukan untuk efek psikologis
yang menyenangkan.
Dikatakan oleh Leventhal dan Cleary (Cahyani,
1995) bahwa seseorang akan berperilaku merokok
karena sebelumnya ia telah memiliki persepsi tertentu
mengenai merokok Perilaku merokok merupakan
34
perilaku yang kompleks karena merupakan hasil
interaksi kognitif, lingkungan sosial, piskologis,
conditioning dan fisiologis. Adanya kepuasan terhadap
kebutuhan psikologis yang dapat dipenuhi melalui
merokok merupakan motivator kuat seseorang untuk
terus merokok (D’Hondt dalam Cahyani, 1995).
Brigham (Cahyani, 1995) mengemukakan tiga
faktor utama yang mempengaruhi seseorang untuk
merokok, yaitu: (1) sikap dan kepercayaan terhadap
merokok, (2) pengaruh proses sosial, (3) proses konsep
diri
Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang
diklasifikasi menurut banyaknya rokok yang dihisap:
a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang
rokok dalam sehari.
b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok
dalam sehari.
c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok
dalam sehari.
B. Teori Remaja
Definisi Remaja Remaja dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia diartikan sebagai mulai dewasa, sudah
sampai umur untuk kawin. B Hurlock (1999: 206)
35
menyatakan bahwa “secara psikologis masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa”.
Menurut Hurlock (1988) ada dua istilah yang
seringkali dipakai dalam pembahasan masalah remaja, yaitu
Pubertas dan Adolescen. Pubertas berasal dari kata Pubertiet,
yaitu berarti usia kedewasaan, kata ini lebih menunjuk pada
perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi
pada saat individu menjadi matang dan mampu memberikan
keturunan. Sedangkan istilah Adolescen berasal dari kata
latin Adolescere yang berarti tumbuh yaitu tumbuh menjadi
dewasa.
Sedangkan menurut Sarwono (2001) menyatakan
definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah
menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah.
1. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan
Remaja
a. Perkembanang Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja
terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya
tinggi dan berat badan serta kematangan sosial.
Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah
pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang
36
dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan
mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
b. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15)
pemikiran operasional formal berlangsung antara usia
11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal
lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran
operasional konkret. Piaget menekankan bahwa
bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya
karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri
biologis. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003:
110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal
bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja
berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-
anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan
aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam
berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari
diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir
secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan,
menyusun berbagai rencana untuk memecahkan
masalah dan secara sistematis menguji cara
pemecahan yang terpikirkan.
37
c. Perkembangan Sosial
Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa
perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja
sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini
adalah periode yang ditandai oleh mulainya
tanggung jawab dan asimilasi penghargaan
masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa
pada transisi sosial remaja mengalami perubahan
dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu
dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran
dari konteks sosial dalam perkembangan.
Membantah orang tua, serangan agresif terhadap
teman sebaya, perkembangan sikap asertif,
kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta
peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran
proses sosial-emosional dalam perkembangan
remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125)
juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk
memantau kognisi sosial mereka secara efektif
merupakan petunjuk penting mengenai adanya
kematangan dan kompetensi sosial mereka.
38
2. Ciri Khas Remaja
a. Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya
(peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat
usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget
dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003:
220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja
mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal
balik dan setara dengan melalui interaksi dengan
teman sebaya. Pada saat remaja, seseorang
memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai
membangun identitasnya sendiri. Secara emosional,
mereka menjalin hubungan yang lebih dekat dengan
kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas
ini membuat remaja mengalami rasa malu, takut, dan
gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah
dan di sekolah (Potter&Perry, 2010).
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat
untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206)
yaitu :
a. Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai
menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b. Bersikap menyenangkan, baik dan penuh
perhatian.
39
c. Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah
hati dan mau bekerja sama.
d. Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e. Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan
pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada
dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu
sama lain dengan memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi
penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock
(2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut
adalah :
a. Akan merasa kesepian karena kebutuhan social
mereka tidak terpenuhi.
b. Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c. Anak mengembangkan konsep diri yang tidak
menyenangkan, yang dapat menimbulkan
penyimpangan kepribadian.
d. Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang
dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e. Akan merasa sangat sedih karena tidak
memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman
sebaya mereka.
f. Sering mencoba memaksakan diri untuk
memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan
penolakan kelompok terhadap mereka semakin
40
memperkecil peluang mereka untuk mempelajari
berbagai keterampilan sosial.
g. Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi
social terhadap mereka, dan ini akan
menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat
peka.
h. Sering melakukan penyesuaian diri secara
berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan
penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298)
menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima
dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a. Merasa senang dan aman.
b. Mengembangkan konsep diri menyenangkan
karena orang lain mengakui mereka.
c. Memiliki kesempatan untuk mempelajari
berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial
dan keterampilan sosial yang membantu
kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d. Secara mental bebas untuk mengalihkan
perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh
minat pada orang atau sesuatu di luar diri
mereka.
e. Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok
dan tidak mencemooh tradisi sosial.
41
b. Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik
Collins (dalam Santrock, 2002: 42)
menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat
remaja mereka berubah dari seorang anak yang
selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut,
melawan, dan menantang standar-standar orang tua.
Keluarga atau orang tualah yang pertama
dan utama memberikan dasar-dasar pendidikan
seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan
santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-
dasar mematuhi peraturan-peraturan, menanamkan
kebiasaan-kebiasaan, dan lain-lain sebagainya
(Idris, 1987, h. 36).
c. Keingintahuan tentang seks yang tinggi
Seksualitas mengalami perubahan sejalan
dengan individu yang terus tumbuh dan
berkembang (Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap
perkembangan memberikan perubahan pada fungsi
dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja
merupakan masa di mana individu menggali
orientasi seksual primer mereka lebih banyak dari
pada masa perkembangan manusia lainnya.
42
d. Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye
(1976) berpendapat bahwa stres adalah segala
situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan
seorang individu untuk berespons atau melakukan
tindakan.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Profil Desa Sukasari
Desa Sukasari terletak di Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak
hanya kurang lebih lima kilometer dari sentra perekonomian
Kota Tangerang Selatan, yaitu BSD City, yang sudah
berkembang sangat pesat khususnya di paruh tahun 2000-an.
luas daerah ini mencakup 855 hektar (8,55 Km2) dari
Kecamatan Rumpin. Desa Sukasari terdiri atas 38 RT, 8
RW, dan 3 Dusun. jalan utama desa ini adalah jalan Prajurit
Neneng, yang keadaannnya saat ini rusak berat, mengingat
tingginya mobilitas kendaraan seperti truk-truk
engkel, molen, dan tronton yang mengangkut beban lebih
dari 30 ton sehingga menjadikan jalan utama tersebut
sebagai lalu lintas pengangkutan pasir dan batu setiap
harinya. ketika terjadi cuaca yang tidak bersahabat, seperti
hujan, maka secara langsung akan terjadi genangan di sekitar
jalan utama itu dan di saat musim kemarau, debu yang
berasal dari komoditi yang diangkut dengan kendaraan
komersial akan sangat mengganggu aktivitas warga disana.
Sistem penggajian perangkat desa tidak menentu, hal
ini disebabkan oleh bantuan dan Biaya Operasional
Pemerintahan (BOP) Desa yang diterima juga tidak secara
44
rutin. besar BOP yang diterima oleh perangkat desa sebesar
Rp. 300.000,00 per-triwulan, dan dibagikan kepada seluruh
perangkat pemerintahan desa. Dengan demikian, perolehan
gaji perangkat pemerintahan desa berasal dari warga yang
mengurus surat-surat administrative kependudukan, seperti
Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Wilayah perbatasan Desa Sukasari dapat dibagi
kedalam tetrakotomi dasar, yaitu:
Utara : Desa Taman Sari
Timur : Kecamatan Ciseeng
Selatan : Desa Rumpin dan Desa Cipinang
Barat : Kecamatan Parung Panjang dan Cigudeg
Tabel 3.1
Profil Umum Desa Sukasari
Tahun 2014
Kode Desa (PUM) 3201182009
Desa/Kelurahan SUKASARI
Kecamatan RUMPIN
Kabupaten/Kota KABUPATEN BOGOR
Provinsi JAWA BARAT
Tahun Pembentukan 1960
Luas Desa/Kelurahan (Ha) 885
45
Penetapan Batas Ada
Dasar Hukum Perdes No .
Dasar Hukum Perda No.
Peta Wilayah Ada
Koordinat 106.63285 BT / -
6.422316 LS
T i p o l o g i PERTAMBANGAN
K l a s i f i k a s i SWADAYA
K a t e g o r i MADYA
Batas Wilayah :
a. Desa/Kelurahan Sebelah Utara Desa Tamansari/Desa
Kertajaya
b. Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Desa Rumpin/Desa
Cipinang
c. Desa/Kelurahan Sebelah Timur Kecamatan Ciseeng
d. Desa/Kelurahan Sebelah Barat Kecamatan Parung
Panjang
Sumber : Desa Sukasari 2014
Tabel 3.2
Keamanan dan Ketertiban Desa Sukasari
KEAMANAN DAN KETERTIBAN
Jumlah Anggota Hansip (Orang) 15
Jumlah Anggota Satgas Linmas (Orang) 15
46
Jumlah Pos Kamling (Buah) 38
Konflik SARA (Kasus)
Perkelahian Massal (Kasus)
Penyerobotan Tanah/Penjarahan (Kasus)
Pembunuhan (Kasus)
Pencurian/Perampokan (Kasus)
Mabuk akibat Narkoba (Kasus)
Meninggal akibat Narkoba (Kasus)
Lokalisasi Prostitusi (Lokasi)
Sumber : Desa Sukasari 2014
1. Demografi Desa Sukasari
Penduduk Desa Sukasari menurut data bulan Oktober
tahun 2010 sebesar 10.529 jiwa, yang terdiri dari 5.116
perempuan dan 5.431 laki-laki. etnis mayoritas yang
mengkonstruksikan demografi Desa Sukasari adalah etnis
Sunda. sebagian besar penduduk desa ini (98%) memeluk
agama Islam, sisanya sekitar 200 jiwa (2%) memeluk agama
Konghuchu, Budha atau Kristen, yang umumnya merupakan
keturunan etnis Tionghoa.
Hal yang menarik yang dapat dilihat dari komposisi
agama Desa Sukasari adalah kerukunan hidup dan adanya
toleransi, khususnya pada perayaan-perayaan hari besar
keagamaan tertentu. keterlibatan warga yang tidak
merayakan hari besar keagamaan dapat dikatakan cukup
signifikan, yaitu seperti memberikan sedekah. cirri khas
47
yang lain adalah banyak pemilik took-toko kecil-menengah
di Desa Sukasari seperti agen adalah warga yang beragama
Konghuchu.
Sebelum tahun 2000, pendidikan tertinggi mayoritas
penduduk Desa Sukasari adalah sampai dengan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan tingkat buta huruf wargadi
desa tersebut dapat digolongkan tinggi. akan tetapi, diparuh
tahun 2000-an pendidikan di desa tersebut sudah meningkat
secara signifikan, yaitu dengan adanya penduduk yang
meneruskan pendidiakn ke jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA) yaitu sekitar 40 %.
Fasilitas dan sarana pendidikan di Desa Sukasari
tergolong minim, sampai saat ini di Desa Sukasari masih
belum terdapat gedung sekolah untuk SMA, karena sekolah
setingkat SMA hanya dapat ditemukan di daerah kecamatan,
seperti Kecamatan Rumpin. fasilitas sekolah yang lain yaitu
16 bangunan Sekolah Dasar (SD), tiga unit pesantren, dan
beberapa unit Pesantren, dan beberap unit Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.
Tabel 3.3
Demografi Desa Sukasari
DATA UMUM
1. Tataguna Lahan dan Produksi
a. Tataguna Lahan
48
-- Sawah (Ha) 117
-- Tegal/Ladang
(Ha) 355
-- Pemukiman (Ha) 100
-- Pekarangan (Ha) 0
-- Tanah Rawa (Ha) 0
-- Pasang Surut (Ha) 0
-- Lahan Gambut
(Ha) 0
--
Situ/Waduk/Danau
(Ha)
0
-- Perkebunan (Ha) 355
-- Tanah Kas Desa
(Ha) 0,7
-- Fasilitas Umum
(Ha) 18,35
-- H u t a n (Ha) 0
-- Jumlah Luas
Wilayah (Ha) 924,05
b. Produksi
b.1. Total Nilai
Produksi Pangan
(Rp)
0
----- Komoditas
Unggulan
Kacang
panjang
49
Berdasarkan Luas
Panen
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan Nilai
Produksi
Kacang
panjang
b.2. Total Nilai
Produksi
Perkebunan (Rp)
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan Luas
Panen
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan Nilai
Produksi
b.3. Total Nilai
Produksi Perikanan
(Rp)
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan
Produktivitas
----- Komoditas
Unggulan
50
Berdasarkan Nilai
Produksi
b.4. Total Nilai
Produksi Hasil
Peternakan (Rp)
0
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan Nilai
Produksi
Daging
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan
Populasi Ternak
Angsa
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan Jumlah
Peternak
Angsa
b.5. Total Hasil
Produksi Buah-
Buahan (Ton)
60
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan Luas
Panen
Pisang
----- Komoditas
Unggulan Pisang
51
Berdasarkan
Produktivitas
b.6. Total Hasil
Produksi Apotik
Hidup (Ton)
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan Luas
Panen
----- Komoditas
Unggulan
Berdasarkan
Produktivitas
b.7. Komoditas
Unggulan Hasil
Hutan
2. Rawan Bencana dan Orbitasi
Tidak ada data untuk ditampilkan
3. Penduduk dan Kepala Keluarga
a. Jumlah Penduduk
Jumlah Laki-Laki
(orang) 6.312
Jumlah Perempuan
(orang) 5.502
Jumlah Total (orang) 11.815
Jumlah Kepala 3.036
52
Keluarga (KK)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/KM2)
0
b. Komposisi Usia Penduduk
Laki-Laki Peremp
uan
Usia 0 - 6 Tahun 585 Usia 0 -
6 Tahun 501
Usia 7 - 12 Tahun 793
Usia 7 -
12
Tahun
768
Usia 13 - 18 Tahun 766
Usia 13
- 18
Tahun
736
Usia 19 - 25 Tahun 922
Usia 19
- 25
Tahun
824
Usia 26 - 40 Tahun 1.696
Usia 26
- 40
Tahun
1.451
Usia 41 - 55 Tahun 954
Usia 41
- 55
Tahun
802
Usia 56 - 65 Tahun 362 Usia 56
- 65 255
53
Tahun
Usia 65 - 75 Tahun 174
Usia 65
- 75
Tahun
109
Usia > 75 Tahun 59
Usia >
75
Tahun
56
Jumlah Laki-Laki
(Orang) 6.252
Jumlah
Peremp
uan
(Orang)
5.446
c. Kesejahteraan Keluarga
Tidak ada data untuk ditampilkan
4. Pekerjaan/Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan Laki-Laki
(orang)
Perempuan
(orang)
Jumlah
(Orang)
Petani 37 1 38
Buruh Tani 58 2 60
Pegawai Negeri
Sipil 20 10 30
6 2 8
Pengrajin 113 1.018 1.131
Peternak 4 0 4
Montir 1 0 1
Dokter swasta 1 0 1
Perawat swasta 0 1 1
54
Bidan swasta 0 1 1
Pengusaha kecil,
menengah dan besar 12 0 12
Guru swasta 17 17 34
Pedagang Keliling 17 6 23
Penambang 2 0 2
Tukang Kayu 1 0 1
Tukang Batu 7 0 7
Pembantu rumah
tangga 1 9 10
Dukun Tradisional 0 8 8
Karyawan
Perusahaan Swasta 545 57 602
Karyawan
Perusahaan
Pemerintah
0 1 1
Wiraswasta 2.196 146 2.342
Belum Bekerja 2.211 1.823 4.034
Pelajar 818 677 1.495
Ibu Rumah Tangga 13 2.719 2.732
Purnawirawan/Pensi
unan 6 1 7
Perangkat Desa 6 0 6
Buruh Harian Lepas 200 12 212
Pemilik usaha jasa
transportasi dan 7 0 7
55
perhubungan
Kontraktor 1 0 1
Sopir 112 0 112
Tukang Jahit 1 0 1
Karyawan Honorer 2 0 2
Tukang Listrik 1 0 1
Pemuka Agama 3 1 4
Peneliti 2 0 2
Jumlah Total
(Orang) 6.421 6.512 12.933
5. Pendidikan dan Kesehatan
a. Rasio Murid dan Guru
Kategori
Tingkatan/J
enis
Sekolah
Jumlah Pengajar Jumlah
Siswa Rasio
Sekolah Formal SD 36 1 0
SMA 3 82 27
SMP 3 90 30
TK 6 60 10
Sekolah Islam Ponpes 4 0 0
Jumlah Total 52 233
b. Sarana Kesehatan
Jenis Sarana
Kesehatan
Jumlah
(Unit/Oran
g}
Dukun Bersalin 6
56
Terlatih
Bidan 1
6. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkatan
Pendidikan
Laki-Laki
(orang)
Perempuan
(orang)
Jumlah
(Orang)
Tamat SD/sederajat 1.488 1.379 2.867
Tamat
SMP/sederajat 1.061 868 1.929
Tamat
SMA/sederajat 723 364 1.087
Tamat D-1/sederajat 142 23 165
Tamat D-2/sederajat 92 59 151
Tamat D-3/sederajat 127 5 132
Tamat S-1/sederajat 45 19 64
Tamat S-2/sederajat 10 3 13
Jumlah Total
(Orang) 3.688 2.720 6.408
7. Sarana dan Prasarana
a. Kantor Desa/Kelurahan
- Gedung Kantor Ada
- Kondisi Baik
- Balai
Desa/Kelurahan/Seje
nisnya
Ada
- Listrik Ada
- Air Bersih Ada
57
- Telepon Tidak Ada
b. Kesehatan
Jenis Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit)
Poliklinik/balai pengobatan 2
Posyandu 17
Jumlah Total (Unit) 19
c. Pendidikan
Jenis Gedung Sewa (Gedung)
Milik
Sendiri
(Gedun
g)
Jumlah
(Gedun
g)
Gedung SMA/sederajat 17 1 18
Gedung SMP/sederajat 25 1 26
Gedung SD/sederajat 7 1 8
Gedung TK 1 1 2
Gedung Tempat Bermain Anak 68 4 72
Lembaga Pendidikan Agama 6 5 11
Jumlah Total (Gedung) 124 13 137
d. Peribadatan
Jenis Tempat Ibadah Jumlah
Masjid 16
Langgar/Surau/Mushola 28
Jumlah Total 44
e. Transportasi
Jenis Sarana/Prasarana Kondisi Baik
(Km/Unit)
Kondisi
Rusak
Jumlah
(Km/U
58
(Km/Un
it)
nit)
1. Jalan Desa/Kelurahan 7 3 10
Jalan Desa/Kelurahan (Aspal) 10 0 10
Jalan Desa/Kelurahan
(Makadam) 7 0 7
Jalan Desa/Kelurahan (Tanah) 9 0 9
Jalan Desa/Kelurahan (Sirtu) 2 0 2
3. Jalan Kabupaten yang
melewati Desa/Kelurahan 0 7 7
Jalan Kabupaten (Aspal) 4 1 5
Jalan Provinsi (Konblok/Beton) 4 0 4
Jembatan Beton 4 0 4
Jembatan Besi 1 0 1
f. Air Bersih
Sumur Pompa (Unit) 0
Sumur Gali (Unit) 1.500
Hidran Umum
(Unit) 0
Penampung Air
Hujan (Unit) 0
Tangki Air Bersih
(Unit) 0
Embung (Unit) 0
Mata Air (Unit) 0
Bangunan 0
59
Pengolahan Air
(Unit)
g. Irigasi
Panjang Saluran
Primer (M) 20
Panjang Saluran
Sekunder (M) 200
Panjang Saluran
Tersier (M) 25
Pintu Sadap (Unit) 2
Pintu Pembagi Air
(Unit) 0
h. Sanitasi
Sumur Resapan Air
Rumah Tangga
(Rumah)
1
MCK Umum (Unit) 2
Jamban Keluarga
(KK) 342
Saluran
Drainase/Saluran
Pembuangan Air
Limbah
Ada
Kondisi Saluran
Drainase/Saluran Ada
i. Olah Raga
60
Jenis Prasarana Olah Raga
Jumlah
(Unit/Gedung/L
okasi)
Lapangan bulu tangkis 3
Lapangan sepak bola 7
Meja pingpong 1
KELEMBAGAAN
a. Lembaga Kemasyarakatan
Jenis Lembaga Jumlah Pengurus (orang) Jenis
Kegiatan
LPMD/LPMK ATAU
SEBUTAN LAIN 0 7 0
PKK 0 21 0
RUKUN WARGA 8 24 0
RUKUN TETANGGA 38 76 0
Jumlah Total 46 128 0
b. Lembaga Adat
Pemangku
Adat Tidak Ada
Kepengurusan
Adat Tidak Ada
Rumah Adat Tidak Ada
Barang
Pusaka Tidak Ada
Naskah- Tidak Ada
61
Naskah
Lainnya Tidak Ada
Sumber : Desa Sukasari 2014
2. Sistem Perekonomian Desa Sukasari
Mata pencaharian penduduk Desa Sukasari mayoritas
berprofesi sebagai buruh kasar yang bekerja pada
pertambangan PT. Holcim, dan pengusaha lainnya yang
menyumbang persentase sebesar 80%. hal ini disebabkan
karena pertanian ditingkat desa tersebut hanya dapat
mengandalkan air hujan. sebagian kecil lainnya (20%
penduduk produkti) berprofesi sebagai karyawan biasa,
armada atau jasa angkutan umum yang terdiri dari dua
orang, pengusaha took atau warung,.ofesi tenaga kerja
informal lainnya seperti pembantu rumah tangga dikerjakan
oleh penduduk perempuan di desa tersebut.
Sejarah pertambangan di Desa Sukasari dimulai
dengan dibukanya proyek Malopo pada tahun 1975,
dilanjutkan dengan proyek yang dicanangkan oleh
perusahaan Kuarimas, Trumix Beton. Ada dua jenis
pengusahaan tambang pasir dan batu disana, yaitu oleh
perusahaan dan oleh pemodal lokal. perusahaan asing juga
ikut mengelola sumber daya alam di desa tersebut adalah PT.
Holcim yang juga dibantu oleh pengusaha dan warga lokal
sekitar Desa Sukasari.
62
3. Perangkat Desa Sukasari
Kades Desa Sukasari saat ini adalah Suryanto yang
menjabat sejak tahun 2014 (dipilih setiap enam tahun sekali).
Kepala Desa saat ini sebenarnya masih keturunan dan
merupakan keluarga besar dengan Kades Sukasari
sebelumnya, bahkan jika dirunut dari kepemimpinan Kades
Sukasari sebelumnya, bahkan jika dirunut dari
kepemimpinan Kades yang pertama sampai dengan saat ini
hubungan diantaranya adalah keluarga dekat. Terdapat
empat Kepala urusan (Kaur) di Desa Sukasari, yaitu Kaur
Pemerintahan, Kesejahteraan Rakyat, Umum, dan Ekonomi.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Sukasari
beranggotakan Sembilan orang yang diketahui oleh Dadang
Saputra. Fungsi BPD yaitu sebagai pengamat dan pengawas
jalannya pemerintahan, seperti controlling terhadap dana
desa. Akan tetapi, ditengah struktur BPD yang jelas
keanggotaanya dan masih berjalannya fungsi pengawasan
terhadap keuangan desa, BPD masih belum memiliki
program kerja yang berkesinambungan. Hal ini dapat dilihat
dari minimnya fungsi yang dikerjakan oleh BPD di desa
tersebut.
63
Table 3.4
Struktur Desa Sukasari
PERSONIL
1. Kepala Desa/Lurah
-- Nama Suryanto
-- Pangkat/Golongan
-- NIP
-- Pendidikan Terakhir SLTP
-- Pelatihan yang pernah
diikuti Bimtek pemerintah Desa
-- Jenis Kelamin Laki-Laki
2. Sekretaris
Desa/Kelurahan
-- Nama Saepul Wahid
-- Pangkat/Golongan IIb
-- NIP 1,97003E+18
-- Pendidikan Terakhir S-1
-- Pelatihan yang pernah
diikuti
Bimtek pemerintah Desa
DiklatKepemimpinan
Diklat SKAU
-- Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Badan Permusyawaratan
Desa
-- Nama DADANG SAPUTRA
-- Pendidikan Terakhir SLTA
64
-- Pelatihan yang pernah
diikuti
-- Jenis Kelamin Laki-Laki
Sumber : Desa Sukasari 2014
65
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai
hasil temuan dalam penelitian yang dilakukan, terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja dan dampaknya
perilaku merokok pada remaja di Desa Sukasari Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada
Remaja
1. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud ialah faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri sendiri, dalam hal ini adalah dari dalam
diri pelaku perokok tersebut. Yaitu :
a. Kebiasaan
Menurut keterangan yang peneliti dapatkan dari
informan remaja perokok, bahwa perilaku merokok sudah
menjadi suatu kebiasaan.
a) Informan pertama (Andrean)
Andrean merokok sejak umur 5 tahun. Sedari kecil
Andrean sudah mulai merokok sehingga sekarang saat
remaja sudah sangat terbiasa dengan perilaku merokok. Hal
ini terlihat dari kata-kata Andrean :
“…saya ngerokok udah lama bang dari umur 5
tahunan, makannya sekarang saya terbiasa merokok, kalo
66
gak ngerokok sehari ajah, aduh… gak kuat udah asem aja
nih mulut…” (Andrean, Januari 2019).
Selain itu Andrean menuturkan bahwa merokok
sudah menjadi kebiasaan untuk mengisi waktu sambil
meminum segelas kopi. Berikut kata andre :
“…ngerokok itu asik bang buat ngisi waktu apa lagi
kalo di temenin segelas kopi sambil ngehayal, mantab….dah
pokoknya, hahahha…” (Andrean, Januari 2019).
b) Informan kedua (Imam Maulana)
Imam mulai merokok semasa duduk di bangku
sekolas SMP, sehingga sekarang setelah berhenti sekolah
saat kelas 2 SMA, tetapi kebiasaan merokok tersebut tidak
lantas ikut berhenti, tapi terus menjadi kebiasaan rutin
sehari-hari. Berikut pernyataan Imam :
“…saya mulai merokok itu sejak SMP bang, tapi
walaupun saya sudah berenti sekolah saat kelas 2 SMA
karena malas bersekolah, kebiasaan merokok enggak bisa
berenti bang, malahan makin menjadi, abis BT diem
dirumah terus…” (Imam Maulana, Januari 2019).
Imam juga mengatakan disaat selesai makan dia
selalu membiasakan untuk menghisap rokok. Berikut
ketrangannya :
“…apa lagi kalo habis makan itu harus aja saya
ngerokok bang, gak betah gitu perasaan kalo gak ngerokok
abis makan, kaya ditabokin orang cina, hahahah…” (Imam
Maulana, Januari 2019).
67
c) Informan ketiga (Abdul Khoris)
Abdul bisa dibilang masih baru menjadi remaja
perokok, dia mengatakan mulai merokok semenjak beberapa
bulan belakangan, awalnya Abdul hanya coba-coba saja
untuk menghilangkan kejenuhan karena tidak mempunyai
pekerjaan dan tidak melanjutkan sekolah, tapi setelah itu
Abdul menjadi terbiasa untuk merokok. Ini sesuai dengan
perkataan Abdul berikut :
“…saya sebenarnya merokok masih baru, semenjak
beberapa bulan belakangan ini mulai nyoba ngerokok,
soalnya jenuh kalo dirumah gak ada kegiatan, abisnya belom
dapet kerja jadi dirumah mulu sekolah juga kagak. Ehh…
jadi terbiasa deh ngerokok terus…” (Abdul Khoris, Januari
2019).
b. Reaksi emosi yang positif
seseorang berperilaku merokok untuk mendapat
perasaan yang positif didalam dirinya. Selain itu Merokok
juga dapat menimbulkan rasa bangga karena merokok
dijadikan sebagai lambing lambang kedewasaan.
a) Informan pertama (Andrean)
Andre beranggapan bahwa saat merokok dia menjadi
rilek karena merasa nikmat saat menghisap asap rokok.
Seperti pernyataannya berikut :
“…kalo lagi capek itu ngerokok bisa bikin badan
saya rileks bang, apalagi kalo lagi maen game di HP bisa
ngurangin tegang bang, ngerokok itu udah kaya minuman
kalo lagi haus, nikmat rasanya…” (Andre, Januari 2019).
b) Informan kedua (Imam Maulana)
68
Dengan merokok Imam merasa lebih bisa mengatasi
perasaan stresnya ketika mempunyai beban pikiran, sehingga
menjadi lebih rileks dan tenang. Sejalan dengan
perkataannya :
“…huh…..kalo gak ada rokok bisa pecah kepala
waktu pusing mikirin sesuatu, kalo langsung ngerokok kan
jadi ngefly jadi indah banyak bintang…” (Imam Maulana,
Januari 2019).
Selain itu Imam juga mengatakan bahwa dengan
merokok bisa menjadikan lebih percaya diri dihadapan
lawan jenis, jadi merasa sama seperti orang-orang dewasa.
Berikut penuturannya :
“…apalagi kalo lagi ngapel bang ke rumah cewek,
harus itu…ngerokok supaya keliatan gaul ama ceweknya,
jadi gak kaya bocah gitu bang…” (Imam Maulana, Januari
2019).
Selanjutnya Imam juga mengatakan saat berkumpul
dengan teman-temannya yang merupakan sesama perokok,
dia merasa bangga karena bisa mengikuti perilaku
kelompoknya. Sejalan dengan perkataannya :
“…kalo lagi kumpul ama temen-temen yang
ngerokok, malu lah kalo gak ngerokok kaya banci aja,
padahal banci juga ngerokok sih, hahahahha…., tapi emang
kalo kumpul ngerokok gitu ngerasa keren aja sih…”(Imam
Maulana, Januari 2019).
c) Informan ketiga (Abdul Khoris)
Saat bergaul Abdul merasa kurang dihargai oleh
teman-temannya karena sering direndahkan, temannya
menganggap Abdul seperti anak kecil karena tidak mau
merokok saat ditawari, sehingga membuat Abdul mencoba
untuk mulai merokok dan mulai menemukan kenikmatan
69
didalamnya dan meneruskan perilaku merokok tersebut.
Seperti pemaparannya :
“…dulu waktu belum ngerokok saya sering di ledek
bang kalo nolak pas ditawarin ngerokok, makannya saya
mulai nyoba ngerokok, ehhh…sampe sekarang jadi
keenakan, jadi ngarasa gagah terus gak diledek lagi ma nak-
anak tongkrongan…” (Abdul Khoris, Januari 2019).
c. Faktor reaksi penurun emosi.
Pada bagian ini akan dipaparkan data hasil penelitian
yang berhubungan dengan faktor perilaku merokok
disebabkan oleh reaksi penurunan emosi. Merokok
digunakan untuk mengurangi keadaan dimana seseorang
merasa adanya kenaikan emosi tertentu seperti tegang
cemas, dan sebagainya.
a) Informan pertama (Andrean)
Andrean beranggapan dengan merokok bisa
menghilangkan rasa marah dan kesal saat ada gesekan
dengan temannya disekolah. Seperti pengakuannya :
“…saya terkadang sering berantem bang ama temen
di sekolah, makanya kalo udah berantem pasti saya larinya
kerokok buat nenangin…” (Andrean, Januari 2019).
b) Informan kedua (Imam Maulana)
Imam berargumen dengan merokok dia merasa bisa
menurunkan ketegangannya setelah dimarahi oleh orang
tuanya. Berikut perkataannya :
“…kemaren tuh saya dimarahi bang sama bapak saya
soalnya cuma diem dirumah gak ngapa-ngapain udah gitu
gak lanjut sekolah lagi, mau jadi apa kamu kata bapak saya,
udah itu langsung saya masuk kamar bang ngambil rokok
70
dikamar terus ngerokok deh, buat nenangin hati supaya gak
ngerasa tegang lagi…” (Imam Maulana, Januari 2019).
c) Informan ketiga (Abdul Khoris)
Abdul khoris berpendapat merokok bisa menjadi
bahan pelarian saat merasa galau. Ini katanya :
“…kalau lagi galau ni bang soal cewe, pasti saya
ngerokok terus-terusan, bisa abis berapa bungkus tau sehari
juga, ya bisa dibilang perantara buat tempat curhat bang…”
(Abdul Khoris, Januari 2019).
d. Kecanduan atau ketagihan
Kecanduan atau ketagihan dalam merokok itu bisa
disebabkan karena intensitas merokok secara terus-menerus,
selain itu dalam rokok juga terdapat zat yang dapar
menyebabkan perokok tersebut menjadi pecandu.
a) Informan pertama (Andrean)
Menurut Andrean merokok merupakan kebutuhan
utama seperti kebutuhan dirinya untuk makan, terlebih lagi
Andrean menjadi perokok sejak kecil. Menurutnya saat tidak
menghisap rokok dari pagi sampai sore tubuhnya menjadi
lemah, kurang bersemangat dan tak bertenaga. Berikut
penjelasannya :
“…kalo disuruh milih nih bang mendingan ngerokok
dulu dari pada makan dulu, soalnya kalo pagi juga saya mah
ngerokok dulu baru sarapan…” (Andrean, Januari 2019).
“… perasaan kalo gak ngerokok tuh kurang semangat
gitu bang, males mau ngapa-ngapain juga…” (Andrean,
Januari 2019).
b) Informan kedua (Imam Maulana)
Disini imam menuturkan tidak bisa menahan
keinginannya merokok, bila perasaan ingin merokok itu
muncul. Berikut perkataannya:
71
“…kalo udah pengen ngerokok ni bang udah gak bisa
ketahan, tengah malam juga saya jabanin buat kewarung beli
rokok, gak tau kenapa…” ( Imam Maulana, januari 2019).
c) Informan ketiga (Abdul Khoris)
Abdul khoris pernah berusaha untuk berhenti
merokok tapi selalu ada perasaan menagih untuk merokok.
Berikut katanya:
“…saya udah pernah pengen berenti bang merokok,
mumpung belom lama-lama banget kan saya ngerokok bang,
tapi tetep aja gak bisa udah ketagihan kayanya…”(Abdul
Khoris, Januari 2019).
“…kalo udah ngeliat rokok bang udah langsung
ngambil…” (Abdul Khoris,Januari 2019).
2. Faktor Eksternal
a. faktor alasan sosial
faktor ini berasal dari luar diri seorang perokok yaitu
berasal dari lingkungan dimana dia tinggal yang dapat
mempengaruhi perilaku untuk merokok.
a) Informan pertama (Andrean)
Menurut Andrean selain pengaruh dari teman
perilaku merokok dirinya itu di pengaruhi juga oleh orang
tuannya, karena orang tuanya memberi kebebasan untuk
merokok dari kecil. Berikut perkataannya :
“…emang kalo buat sekarang saya ngerokok karena
termotivasi sama temen-teman, tapi sebenernya awal saya
ngerokok itu bang dari orang tua saya yang suka ngebebasin
ngerokok dari kecil, soalnya saya anak laki-laki satu-satunya
jadi bapak saya manjain saya bang, waktu itu saya iseng
maenin rokok terus pengen nyobain, ehh… bapak saya
72
ngebolehin saya ngerokok soalnya waktu itu saya marah
pengen nyoba ngerokok…”(Andre, Januari 2019).
b) Informan kedua (Imam Maulana)
Perilaku Imam sebagai perokok sangat dipengaruhi
oleh teman-teman. iya juga turut mencontoh perilaku
merokok orang tuanya, tetapi perilaku orang tuanya itu tidak
begitu berpengaruh besar. Ini perkataannya:
“orang tua saya juga ngerokok bang jadi secara gak
langsung bikin saya ingin tahu, tapi buat saya sih bang
ngerokok itu cara saya ngikutin kebiasaan teman-teman
tongkrongan saya, supaya saya bisa menjadi bagian dari
mereka…” (Imam Maulana, Januari 2019).
c) Informan ketiga (Abdul Khoris)
Menurut Abdul perilakunya merokok terpengaruh
besar dari lingkungan teman-temannya yang membuat
dirinya tergerak untuk merokok. Dan tidak ada ketertarikan
merokok dari orang tuanya.berikut yang dikatan :
“…saya sih ngerokok gara-gara terpengaruh ledekan
teman-teman aja bang, udah gitu jadi deh saya ngerokok...”
(Abdul Khoris, Januari 2019).
“…padahal orang tua saya merokok, tapi enggak ada
perasaan pengen ngerokok tadinya, tapi gara-gara temen
malah jadi ngerokok…” (Abdul Khoris, Januari 2019).
d) Informan keempat (Muhammad Arbawi/pegawain Desa)
Menurut beliau perilaku merokok pada remaja itu
juga bisa di sebabkan dari tidak adanya larangan-larangan
yang diberlakukan dilingkungan, tidak adanya penyuluhan-
73
penyuluhan yang berikan, selain itu budaya didalam
masyarakat juga yang sudah terbiasa dengan perilaku
merokok mempermudah para remaja untuk berani
melakukan perilaku merokok tersebut. Berikut penuturannya
beliau :
“…di Desa Sukasari ini memang banyak sekali
ditemukan remaja-remaja yang merokok, karena memang
tidak ada aturan khusus yang dapat menghambat perilaku
merokok remaja tersebut. Di desa ini juga tidak ada yang
namanya penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat
umumnya ataupun pada remaja khususnya, ini sulit
dilakukan karena budaya Merokok di Desa Sukasari ini
sudah mendarah daging didalam masyarakat, tentu ini
sanagat-sangat berpengaruh pada remaja-remaja dalam
perilakunya…” (Muhammmad Arbawi, Desember 2018).
e) Informan keempat (Masroni/Salah satu ketua RT)
Beliau menuturkan memang perilaku merokok pada
anak remaja sangat memperihatinkan. Beliau juga
mencontohkan dimana kampung dia menjabat sebagai RT
para remaja bebas merokok dimanapun mereka mau tanpa
adanya aturan dan teguran yang berarti. Berikut pernyataan
beliau :
“…Waduh….kalau untuk membicarakan masalah
perilaku merokok pada remaja, ampun lah pokonya, anak-
anak remaja sekarang sudah diperbudak dengan yang
namanya rokok, tanpa malu-malu, tanpa takut-takut mereka
morokok dimanapun mereka mau terkecuali mungkin
didepan orangtuanya itupun bagi yang masih punya perasaan
malu pada orangtuanya, bagi orangtuanya yang mempunyai
sifat masa bodo ya sudah makin makin menjadi aja mereka
mneghisap rokok seenaknya, tidak perduli didepan umum.
Memang ini juga di pengaruhi oleh tidak adanya peraturan
74
yang diberlakukan untuk menekan perilaku merokok pada
remaja, saya mengakui memang tidak ada. Juga budaya
didalam masysrakat terlalu kuat perihal perilaku
merokok…” (Masroni, Desember 2018).
B. Dampak Perilaku Merokok
Dalam penelitian yang dilakukan ditemukan dampak atas
perilaku merokok yang dibagi didalam 2 bagian yaitu :
1. Dampak Positif
Menurut temuan lapangan yang ditemukan dalam
penelitian perilaku merokok dianggap mempunyai dampak
positifnya seperti berikut :
a. Menurut informan yang pertama (Andrean)
Meroko dapat membuat Andrean menjadi merasakan
perasaan nikmat dan merasa rileks didalam dirinya. Seperti
keterangannya berikut :
“… kalo sedang ngeroko perasaan saya nikmat
banget, bikin badan santay juga jadi releks…” (Andrean,
Januari 2019).
“…makanya kalo udah berantem pasti saya larinya
kerokok buat nenangin…” (Andrean, Januari 2019).
b. Menurut informan yang kedua (Imam Maulana)
Menurutnya merokok dapat membuat Imam
mengurangi rasa stresnya disaat ada masalah. Seperti
keterangannya :
“…kalo udah ngerokok tuh stress ilang kalo lagi ada
masalah yang dipikirin…” (Imam Maulana, Januari 2019).
75
c. Menurut informan yang ketiga (Abdul Khoris)
Menurut abdul dengan merokok iya merasa menjadi
lebih gagah dan percaya diri dalam bergaul. Sesuai
keterangannya :
“…dengan meroko saya merasa lebih PD bang kalo
lagi sama temen-temen, jadi lebih gagah gitu…” (Abdul
Khoris, Januari 2019)
2. Dampak Negatif
a. Menurut informan yang pertama (Andrean)
Merokok menimbulkan perasaan ketergantungan,
dengan kata lain bila tidak merokok perasaan Andrean tidak
bisa menahan untuk tidak merokok. Seperti penuturannya
berikut :
“…aduh… kalo sehari ajah gak ngerokok, gak kuat
udah asem aja nih mulut…” (Andrean, Januari 2019).
b. Menurut informan yang kedua (Imam Maulana)
Imam merasa lemah saat tidak menghisap rokok
dalam jangka waktu yang lama tubuhnya merasa lemah tidak
segar merasa bersemangat. Seperti perkataannya:
“…kalo lagi nahan ngerokok, badan gak enak banget
lemes gitu kayanya kurang bergairah…” (Imam Maulana,
Januari 2019
c. Menurut informan yang ketiga (Abdul khoris)
Menurut Abdul perbedaan sangat dirasakan ketika
dia sebelum menjadi perokok dan sudah menjadi perokok,
walaupun dia belum lama ini menjadi perokok. Berikut
keterangannya:
76
“…semenjak jadi perokok saya jadi boros bang, uang
dipake terus buat beli rokok, padahal dulumah sebelum
ngerokok bisa ngirit-ngirit duit…” (Abdul Khoris, Januari
2019)
77
BAB V
ANALISIS DATA DAN TEMUAN
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti telah mendapatkan
temuan-temuan dari penelitian, yang digali dan diketahui melalui
informan-informan yang ada, dari informasi-informasi yang didapat
peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
pada remaja dan dampaknya terhadap perilaku merokok pada
remaja, maka peneliti akan menganalisis hasil temuan-temuan dari
penelitian tersebut yang telah di uraikan dalam bab IV.
Tabel 5.1
Analisis Data dan Temuan
No Informan Faktor
penyebab
Yang
menjadikan
perilaku
merokok
Dampak
1 Andre Internal
(Keluarga)
Kebiasaan,
reaksi
emosi yang
positif,
faktor
reaksi
penurun
emosi,
kecanduan
Perasaan
Nikmat dan
menjadi rileks
dan mulut tidak
enak bila tidak
merokok
78
atau
ketagihan
2 Imam
Maulana
Eksternal
(Teman)
Kebiasaan,
reaksi
emosi yang
positif,
faktor
reaksi
penurun
emosi,
kecanduan
Menghilangkan
stress dan
menurunya
kebugaran bila
tidak merokok
3 Abdul
Khoris
Eksternal
(Teman)
Kebiasaan,
reaksi
emosi yang
positif,
faktor
reaksi
penurun
emosi,
kecanduan
Membangkitkan
percaya diri dan
menjadi borors
79
A. Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Perilaku
Merokok pada Remaja
1. Faktor Internal
faktor internal adalah dimana faktor yang
memepengaruhi perilaku merokok yang datang dari dalam
dirinya sendiri dan bukan dari orang lain atau lingkungan
sekitar.
a. Kebiasaan.
Menurut Laventhal & Cleary (dalam Oskamp, 1984)
menyatakan Kebiasaan Perilaku merokok menjadi sebuah
perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang
bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya
untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu.
Menurut penuturaan informan pertama yaitu Andrean
bahwa dia merokok sudah sejak kecil yaitu sekitar berumur 5
tahun, sehingga sekarang saat menginjak masa remaja sudah
sangat terbiasa dengan perilaku merokok. Selain itu Andre
juga menyampaikan bahwa merokok sudah menjadi suatu
kebiasaan untuk mengisi waktu sambil meminum kopi. Ini
berarti perilaku merokok yang dilakukan Andre merupakan
kebiasaan yang dihasilkan dari perilaku merokok dia dimasa
kanak-kanak dan keterbiasaan untuk mengisi waktu sambil
meminum kopi.
Menurut penuturan informan yang kedua yaitu Imam
Maulana, perilaku merokok awalnya ia lakukan semasa
duduk di bangku SMP, sekarang perilaku tersebut sudah
80
menjadi kebiasaan Imam sehari-hari. Selain itu Imam juga
mengatakan bahwa dia selalu terbiasa menghisap rokok
disaat selesai makan. Berarti perilaku merokok Imam
didapat dikarenakan terbiasa dari awal merokok semasa
SMP dan karena membiasaan merokok setelah selesai
makan.
Sedangkan menurut informan yang ketiga yaitu
Abdul Khoris, perilaku merokok dia dapatkan dari hasil
coba-coba untuk menghilangkan kejenuhan sampai menjadi
terbiasa untuk melakukan perilaku merokok tersebut. Ini
berarti perilaku merokok yang dilakukan Abdul Khoris
karena terbiasa disaat awalnya hanya untuk coba-coba.
Merujuk dari keterangan tiga informan yang
merupakan remaja perilaku merokok di Desa Sukasari,
mereka melakukan kegiatan merokok sebagaimana kegiatan
rutinisan keseharian, aktifitas merokok diulang secara terus
menerus, mereka merokok sebagai bentuk kelanjutan dari
perintisan mereka menjadi seorang perokok, ini dikarenakan
kegiatan merokok tersebut telah mereka lakukan dalam
jangka waktu tertentu sehingga secara spontanitas untuk
terus dilakukan. Berarti faktor kebiasaan dalam merokok, ini
sejalan dengan yang terjadi dan dirasakan oleh informan
yang menjadi objek penelitian.
b. Reaksi emosi yang positif
Reaksi emosi yang positif merokok digunakan untuk
menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang,
relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat
81
menunjukkan kebanggaan diri atau menunjukkan
kedewasaan, menurut Laventhal & Cleary (dalam Oskamp,
1984).
Menurut pernyataan informan pertama yaitu
Andrean, saat merokok dia akan mendapat perasaan rileks
karena merasa nikmat saat menghisap asap rokok. Andre
menggunakan rokok sebagai suatu alat peredam ketika
merasakan lelah, karena menurut dia, dirinya akan menjadi
rilek dengan mendapatkan kenikmatan dari sebatang rokok.
Berarti dapat dipahami bahwa perilaku merokok yang
dilakukan Andre ditujukan agar mendapat reaksi-reaksi
emosi yang positif.
Adapun menurut informan yang kedua yaitu Imam
Maulana mengungkapkan bahwa dengan merokok Imam
merasa lebih bisa mengatasi perasaan stresnya sehingga bisa
menjadi lebih rileks dan tenang. Selain itu Imam juga
berpendapat merokok bisa membuat dirinya menjadi lebih
percaya diri dihadapan lawan jenis dan mersasa lebih
dewasa. Melengkapi pendapatnya imam juga menuturkan
merokok sebagai aktualisasi diri di dalam pergaulan antar
teman-temannya. Perilaku merokok Imam ini tujukan agar
mendapatkan reaksi-reaksi emosi positif seperti perasaan
rileks dan kepercayaan diri yang lebih.
Selain itu menurut informan yang ketiga Abdul
Khoris, pada awalnya dia melakukan perilaku merokok
hanya untuk sekedar coba-coba, tetapi setelah itu Abdul
mulai menemukan kenikmatan tertentu yang ada didalam
82
rokok sehingga membuatnya meneruskan perilaku perokok
tersebut.
Merangkum keterangan dari ketiga informan diatas,
bahwa perilaku merokok yang mereka lakukan dapat
memberikan reaksi emosi yang positif, kegiatan merokok ini
mereka lakukan sebagai kebutuhan untuk mendapatkan
perasaan senang, nikmat, dan rileks.
c. Faktor reaksi penurun emosi
Reaksi untuk penurunan emosi Merokok digunakan
untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun
kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan
orang lain, menurut Laventhal & Cleary (dalam Oskamp,
1984).
Menurut informan pertama yaitu Andrean, merasa
dengan merokok dapat menurunkan emosinya dikala dalam
keadaan marah ataupun kesal bila sedang ada suatu masalah.
Ini berarti menjadikan perilaku Andrean merokok
dimaksudkan untuk mendapatkan reaksi penurunan emosi
yaitu disaat dia merasa marah atau kesal.
Menurut informan yang kedua yaitu Imam Maulanan,
dengan merokok dia merasa bisa menurunkan perasaan
ketegangan yang ada didalam dirinya. Disaat dalam keadaan
adanya ketegangan ini mempengaruhi Imam untuk
melakukan perilaku merokok, sebagai penurun rasa
ketegangan tersebut. Berarti tindakan merokok pada Imam
Maulana dimaksudkan agar dapat reaksi penurunan emosi
yaitu disaat merasa adanya ketegangan.
83
Sedangkan menurut informan yang ketiga yaitu
Abdul Khoris, perilaku merokok menjadi pelarian disaat
adanya perasaan kegaulauan, dengan merokok Abdul khoris
berusaha untuk mengurangi persaan galaunya tersebut.
Berarti tindakan merokok Abdul Khoris dimaksudkan agar
mendapat reaksi penurunan emosi yaitu disaat adanya
perasaan galau yang dirasakan.
Dari pendapat ketiga ketiga informan diatas perilaku
merokok yang mereka lakukan dapat menurunkan reaksi
penururnan emosi. Kegiatan merokok ini mereka lakukan
berdasarkan dengan adanya perasaan yang ingin mereka
dapatkan yaitu penurunan perasaan-perasaan emosional
mereka seperti marah, tegang dan kegalauan.
d. Kecanduan atau ketagihan
Kecanduan atau ketagihan Seseorang merokok
karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan
terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam
rokok. Awalnya hanya mencoba-coba rokok, akhirnya tidak
dapat menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan
tubuh akan nikotin, menurut Laventhal & Cleary (dalam
Oskamp, 1984).
Menurut informan yang pertama yaitu Andrean,
Menurut merokok merupakan kebutuhan utama seperti
kebutuhan dirinya untuk makan, terlebih lagi Andrean
menjadi perokok sejak kecil. Menurutnya saat tidak
menghisap rokok dari pagi sampai sore tubuhnya menjadi
lemah, kurang bersemangat dan tak bertenaga. Keadaan ini
84
terjadi karena sudah adanya ketergantungan atau kecanduan
terhadap rokok, bisa dilihat dari rokok menjadi kebutuhan
seperti makan dan tubuh merasa bergairah bila tidak
mengkonsumsi rokok.
Menurut informan yang kedua yaitu Imam Maulana
mengatakan tidak bisa menahan keinginannya untuk
merokok bila perasaan ingin merokok itu muncul, bahkan
disaat tengah malampun bila sudah ada perasaan ingin
merokok Imam pergi untuk membeli rokok tersebut. Ini
terjadi karena Imam sudah memiliki ketergantungan dan
kecanduan terhadap rokok sehingga perasaan ingin merokok
tak bisa dihindari ketika sudah muncul.
Menurut informan yang ketiga yaitu Abdul Khoris
mengatakan disaat dia pernah berusaha untuk berhenti
merokok tapi selalu ada perasaan menagih untuk merokok
lagi. Ini dikarenakan sudah adanya ketrgantungan atau
kecanduan Abdul Khoris terhadap rokok sehingga ketika ada
keinginan untuk berhenti perasaan ingin merokok itu tetap
ada dan terus mempengaruhinya untuk terus merokok.
Dari keterangan ketiga informan tersebut merokok
sudah mendarah daging didalam diri mereka sehinnga
merokok sudah menjadi kebutuhan utama, ini terjadi karena
mereka sudah mempunyai ketergantungan atau kecanduan
terhadap rokok tersebut, hal ini bisa dikarenakan sudah
lamanya mereka menjadi seorang perokok dan juga seberapa
seringkah mereka dalam merokok.
85
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok yang berasal dari
lingkungan luar dan bukan dari dalam diri sendiri, seperti
dari keluarga, teman dan lingkungan masyarakat dimana ia
tinggal.
a. Alasan sosial
menurut Laventhal & Cleary (dalam Oskamp, 1984).
Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok
(umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan
perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang.
Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya
paksaan dari teman-temannya.
Dalam hal ini, dibagi kedalam beberapa faktor yang
ada seperti berikut :
a) Pengaruh orang tua
Menurut Andrean (informan remaja perokok), selain
pengaruh dari teman perilaku merokok dirinya itu di
pengaruhi juga oleh orang tuannya, karena orang tuanya
memberi kebebasan untuk merokok dari kecil.
Pemaparan Ini diperkuat dengan dengan pengakuan
dari orang tua Andre, yaitu Sahrudin (informan orang tua
perokok), beliau mengatakan dia membebaskan anaknya
untuk merokok dari Andrean masih kanak-kanak,
dikarenakan ingin memanjakan anaknya.
86
Ini menjadi faktor bagi Andre untuk menjadi seorang
perokok, karena orang tuanya sendiri member kebebasan
untuk andre menjadi seorang perokok, padahal orang tua
seharusnya menjadi pengontrol dari perilaku merokok yang
terjadi pada remaja.
b) Pengaruh teman
Dari pemaparan yang diberikan oleh Imam Maulana
(informan remaja perokok), bahwa pengaruh teman menjadi
pemicu bagi dia untuk menjadi seorang perokok, karena
pengaruh temannya tersebut Imam Maulana mengikuti
kebiasaan teman-temannya sebagai perokok.
Selain itu pemaparan Abdul khoris (informan remaja
perokok), Menurut Abdul perilakunya merokok terpengaruh
besar dari lingkungan teman-temannya yang membuat
dirinya tergerak untuk merokok.
Dari keterangan-keterangan informan diatas dapat
dipahami bahwa pengaruh teman yang merokok sangat
berpengaruh besar bagi individu yang menjadi perokok.
c) Lingkungan masyarakat
Menurut Muhammad Arbawi (informan pejabat Desa
Sukasari), beliau berpendapat perilaku merokok pada remaja
itu juga bisa di sebabkan dari tidak adanya larangan-larangan
yang diberlakukan dilingkungan, tidak adanya penyuluhan-
penyuluhan yang berikan, selain itu budaya didalam
masyarakat juga yang sudah terbiasa dengan perilaku
merokok mempermudah para remaja untuk berani
melakukan perilaku merokok tersebut.
87
Selain itu Masroni (salah satu ketua RT) menuturkan,
menurut beliau memang perilaku merokok pada anak remaja
sangat memperihatinkan. Beliau juga mencontohkan dimana
kampung dia menjabat sebagai RT para remaja bebas
merokok dimanapun mereka mau tanpa adanya aturan dan
teguran yang berarti.
Dari keterangan dua pejabat yang berada wilayah di
Sukasari dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang
berpengaruh pada maraknya perilaku merokok pada remaja
ialah karena lingkungan masyarakat itu sendiri yang
membentuk para remaja untuk menjadi seorang perokok.
B. Analisis Dampak Perilaku Merokok Pada Remaja
1. Dampak Positif
Adapun Beberapa hal dianggap sebagai manfaat dari
merokok adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi stress, tekanan perasaan yang kurang enak,
secara tidak langsung menjadikan remaja lebih berani.
b. Menimbulkan perasaan nikmat.
c. Mempererat pergaulan antar kawan, terutama bila semua
kawan merokok.
d. Meningkatkan keberanian dan perasaan jantan, jagoan
dan macho.
Sejalan dengan apa yang dipaparkan diatas, menurut
keterangan dari para informan penelitian yaitu remaja pelaku
perilaku bisa dikatakan dengan perilaku merokok mereka
88
memperoleh beberapa dampak yang dirasakan positif saat
merokok yaitu dapat mengurangi stress, tekana perasaan
yang kurang enak, menjadikan remaja lebih percaya diri,
menimbulkan perasaan nikmat dan mempererat pergaulan
anatar teman.
2. Dampak Negatif
Dibawah ini akan disampaikan kerugian dari
merokok antara lain:
a. Rokok menurunkan kebugaran.
b. Rokok menimbulkan ketergantungan dan perasaan
kehilangan sesuatu. Kalau rokok tidak tersedia, yang
berakibat pada penurunan prestasi belajar dan
bekerja.
c. Rokok memboroskan
Melihat dari paparan diatas tentang dampak
negatif dari perilaku merokok, maka merujuk pada
keterangan dari informan penelitian tentang dampak
negatif perilaku merokok bagi mereka adalah
merokok menyebabkan menurunnya kebugaran, roko
menimbulkan adanya ketergantungan, dan merokok
menjadikan pemborosan.
89
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah selesai melaksanakan penelitian dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada
Gaya Hidup Anak Usia Remaja di Desa Sukasari Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor”, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
gaya hidup anak usia remaja di Desa Sukasari Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor, antara lain faktor internal yang
meliputi faktor kebiasaan, reaksi emosi yang positif, reaksi
penurunan emosi, ketagihan dan kecanduan dan kepuasan
eksternal dari alasan sosial. Beberapa hal lainnya yang dapat
disimpulkan antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a. Kebiasaan yang melatar belakangi perilaku merokok
adalah perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang
harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat
negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk
meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. Kebiasaan
merokok dimulai dengan adanya rokok yang pertama
kali dicoba. Mereka menggunakan rokok sama sekali
bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka,
tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.
90
b. Reaksi emosi yang positif adalah perilaku merokok
digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif,
misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa.
Merokok juga dapat menunjukkan kebanggaan diri atau
menunjukkan kedewasaan. Selain itu, perilaku merokok
hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan
yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum
kopi atau makan.
c. Reaksi penurunan emosi adalah merokok untuk
mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya
merokok bila marah, cemas, stress, rokok dianggap
sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila
perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari
perasaan yang lebih tidak enak.
d. Ketagihan atau kecanduan terjadi dimana seseorang
menjadi pecandu atau ketergantungan pada rokok.
Remaja yang sudah kecanduan merokok pada umumnya
tidak dapat menahan keinginan untuk merokok. Mereka
cenderung sensitif terhadap efek dari nikotin. Selain itu,
keinginan untuk merokok kembali timbul agar mereka
tidak menjadi stress.
2. Faktor Eksternal
Yang dipengaruhi oleh alasan sosial, yang dimana
merupakan hasil identifikasi dari perokok lain dan
lingkungan.
91
a. Pengaruh orang tua, dimana perilaku orang tua
menjadi contoh anak-anaknya, dan fungsi orang tua
sebagai pengkontrol bagi anak-anaknya agar tidak
terjerumus menjadi seorang perokok.
b. Pengaruh teman, pengaruh teman merupakan faktor
yang paling berpengaruh dalam masalah perilaku
merokok pada remaja, karena teman dapat menjadi
contoh teman lainnya dalam merokok, bahkan tidak
jarang secara tidak langsung seorang teman memaksa
untuk teman lainnya untuk menjadi perokok.
c. Lingkungan masyasrakat adalah tempat seorang
individu itu tinggal atau menetap, lingkungan juga
sangat berpengaruh bagi para remaja dalam
melakukan perilaku merokok, ini dimungkinkan
dengan tidak adanya peraturan khusus bagi para
remaja yang merokok, dank arena budaya masyarakat
tersebut sudah terbiasa dengan perilaku merokok.
3. Adapun dampak-dampak yang ditimbulkan dari perilkau
merokok remaja tersebut seperti berikut ini:
a. Dampak positif, dampak positif yang didapatkan para
remaja perokok adalah dapat mengurangi stress,
menekan perasaan yang kurang enak, menjadikan
remaja lebih percaya diri, menimbulkan perasaan
nikmat dan mempererat pergaulan anatar teman.
b. Dampak negatif, merokok sudah pasti mempunyai
dampak negatif bagi para remaja diantaranya adalah,
merokok menyebabkan menurunnya kebugaran, roko
92
menimbulkan adanya ketergantungan, dan merokok
menjadikan pemborosan.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang muncul setelah melakukan
penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Informan perilaku merokok, hendaknya harus
berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan rokok karena
bahaya dari merokok sangat besar.
2. Bagi institusi kesehatan, seperti puskesmas, hendaknya
meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
dampak negatif merokok, terutama kepada para remaja
yang paling sering mencontoh orang sekitarnya untuk
merokok.
3. Bagi pemerintah Desa Sukasari Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor yang merupakan tempat penelitian,
diharapkan untuk bisa membuat suatu program atau
kebijakan untuk menekan pertumbuhan perokok di Desa
Sukasari.
4. Bagi masyarakat hendaknya tidak memandang remeh
kesehatan dan mulai menyadari bahwa tingkah laku
mereka dapat menjadi contoh bagi generasi muda
mereka, menyadari bahwa perilaku merokok mereka
merupakan contoh bagi anakanak kecil di sekeliling
mereka.
93
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, s. Takdir. 1986. Antropologi Baru, Nilai-Nilai
Sebagai tenaga Integrasi Dalam Pribadi Masyarakat dan
Kebudayaan. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Anggito, Albi, and Johan Setiawan. 2018. Metodologi
penelitian kualitatif. Sukabumi : CV Jejak (Jejak Publisher).
Atkinson. 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.
Cahyani, B. 1995. Skripsi Hubungan antara Persepsi
terhadap Merokok dan Kepercayaan Diri dengn Perilaku Merokok
pada Siswa STM Muhammadiyah Pakem Sleman Yogyakarta.
Yogyakarta: UGM
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung : Alfabeta.
DEWAN PENTERJEMAH. 1971. Al-qur’an dan
terjemahnya jilid ke 4 jakarta : yayasan penyelenggara
penterjemah/pentafsiran al-qur,an
.David, O. Sears. 1995. Psikologi Sosial. Erlangga : Jakarta.
Djaali, dan muljono, pudji. 2008. Pengukuran dalam bidang
pendidikan. Jakarta : grasindo.
Hurlock, B Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: PT Gramedia.
Jujun Sumantri, 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Individu. Jakarta : Ady Sakti
Kalangie, Nicolaas Silvanus. 1994. Kebudayaan dan
kesehatan: pengembangan pelayanan kesehatan primer melalui
pendekatan sosiobudaya. Megapoin, Divisi dari Kesaint Blanc.
Komalasari, Dian. 2007. Tesis Faktor-Faktor Penyebab
Perilaku Merokok pada Remaja. Diakses pada tanggal 22 februari
2009.
94
Komalasari D, Helmi AF. 2000. Faktor-Faktor Penyebab
Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas
Gadjah Mada,2. Yogyakarta : UGM Press.
Levy, M.R. 1984. Life and Health. New York: Ramdom
House.
lexy, moleong. 2000. Metode penelitian kualitatif. bandung :
pt remaja rosdakarya
Mu’tadin,Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan
Psikologis Pada Remaja.
:http://www.epsikologi.com/remaja/050602.html
Muslich, Anshori, and Sri Iswati. 2009. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan UNAIR (AUP).
Nafsiyah, siti. Dan fuaida, lisma diawati. 2011. Belajar teori
pekerjaan sosial. Ciputat : lembaga penelitian uin syarif hidayatullah
Jakarta
Nasution, Indri Kemala. 2011. “Jurnal Perilaku Merokok
pada Remaja”.http://respository.usu.ac.id/perilaku-merokok-pada-
remaja/132316815.pdf. Diakses pada 30 Mei 2011. 10:51:06 WIB.
Oskamp, Stuart. 1984. Applied Social Psychology.
New Jersey: Prentice Hall.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2005. Fundamental
Keperawatan Vol.1. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2010. Fundamental
Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sarwono S. W. 2001. psikologi remaja. Jakarta : raja
grafindo persada.
Sitepoe. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta :
Gramedia.
95
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Sugiono. 2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan
R&D. bandung: Alfabeta.
Suwendra, I. Wayan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif
dalam Ilmu Sosial, Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan.
Nilacakra.
Soetjiningsih. 2004. tumbuh kembang remaja dan
permasalahannya. Jakarta : sagung seto.
Santrock, J.W. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja.
Alih bahasa oleh : Shinto B. A. dan S. Saragih. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Susanto, Eko. 2011. “Psikologi Remaja
”.http://eko13.wordpress.com/2008/05/02/psikologi-remaja. Diakses
pada 10 Juni 2011. 14:23:55 WIB.
TIM PMI, 1996. Pendidikan Remaja Sebaya Tentang
Kesehatan dan Kesejahteraan Remaja. Mabes Palang Merah
Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. Rokok Ilegal Merugikan
Bangsa dan Negara. 2017.
http://www.depkes.go.id/article/print/15060900001/rokok-illegal-
merugikan-bangsa-dan-negara.html. diakses 8 mei 2019
Departemen Kesehatan RI. 2018. Materi Rakorpop.
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf. Diakses
15 juli 2019
Kementerian Sosial RI. 2016. Kemensos RI : PSBR Rumbai
Pekan Baru.
https://www.kemsos.go.id/page/psbr-rumbai-pekanbaru. diakses 30
juni 2019
Berita Satu.com. 2018. Pelajar SMA Kota Bogor Merokok
https://www.beritasatu.com/kesehatan/524666/15-pelajar-sma-kota-
bogor-merokok. diaskses 15 juli 2019
96
TRANSKIP WAWANCARA
P : Peneliti
I : Informan
A. Informan pertama
Nama : Andrean
Alamat : Desa Sukasari
Usia : 16 tahun
P : Boleh saya mewawancara kamu dre.?
I : Boleh bang kebeneran lagi santai juga ni
P : apakamu seorang perokok dre.?
I : iya bang pastinya…. Kenapa emang bang ?
P : kapan kamu mulai merokok.?
I : saya ngerokok udah lama bang dari umur 5 tahunan,
makannya sekarang saya terbiasa merokok, kalo gak
ngerokok sehari ajah aduh… gak kuat udah asem aja nih
mulut
P : kenapa bisa seperti itu dre?
97
I : ngerokok itu asik bang buat ngisi waktu apa lagi kalo di
temenin segelas kopi sambil ngehayal, mantab….dah
pokoknya, hahahha
P : apa hal yang kamu rasakan kalo saat merokok.?
I : kalo lagi capek itu ngerokok bisa bikin badan saya rileks
bang, apalagi kalo lagi maen game di HP bisa ngurangin
tegang bang, ngerokok itu udah kaya minuman kalo lagi
haus, nikmat rasanya.
P : setelah itu ?
I : saya terkadang sering berantem bang ama temen di
sekolah, makanya kalo udah berantem pasti saya larinya
kerokok buat nenangin
P : apa yang kamu rasakan bila tidak merokok ?
I : kalo disuruh milih nih bang mendingan ngerokok dulu
dari pada makan dulu, soalnya kalo pagi juga saya mah
ngerokok dulu baru sarapa, perasaan kalo gak ngerokok tuh
kurang semangat gitu bang, males mau ngapa-ngapain juga
P : apa yang membuat kamu menjadi seorang perokok ?
I : emang kalo buat sekarang saya ngerokok karena
termotivasi sama temen-teman, tapi sebenernya awal saya
ngerokok itu bang dari orang tua saya yang suka ngebebasin
ngerokok dari kecil, soalnya saya anak laki-laki satu-satunya
jadi bapak saya manjain saya bang, waktu itu saya iseng
98
maenin rokok terus pengen nyobain, ehh… bapak saya
ngebolehin saya ngerokok soalnya waktu itu saya marah
pengen nyoba ngerokok
P : apa dampak dari merokok yang kamu rasakan. ?
I : kalo sedang ngeroko perasaan saya nikmat banget, bikin
badan santay juga jadi releks
P : terima kasih untuk waktunya dre.
I : sama-sama bang
B. informan kedua
Nama : Imam Maulana
Alamat : Desa Sukasari
Usia : 19 tahun
P : sekarang giliran kamu Imam, boleh saya mewawancara
kamu ?
I : boleh aja bang saja saya amah.
P : apakah kamu merokok imam?
I : iya bang sama Ngerokok.
P : kapan kamu mulai menjadi perokok?
I : saya mulai meroko itu sejak SMP bang, tapi walaupun
saya sudah berenti sekolah saat kelas 2 SMA karena malas
99
bersekolah, kebiasaan merokok enggak bisa berenti bang,
malahan makin menjadi, abis BT diem dirumah terus
P : apa yang kamu rasakan dengan merokok ?
I : huh…..kalo gak ada rokok bisa pecah kepala waktu
pusing mikirin sesuatu, kalo langsung ngerokok kan jadi
ngefly jadi indah banyak bintang
P : apa dampak yang kamu rasakan dengan merokok?
I : enak terus kalo lagi ngrokoknya mah. Tapi kalo lagi
nahan ngerokok, badan gak enak banget lemes gitu kayanya
kurang bergairah
P : apa meroko itu menjadi keharusan untuk kamu.?
I : ya bisa dibilang gitu bang. apalagi kalo lagi ngapel bang
ke rumah cewek, harus itu…ngerokok supaya keliatan gaul
ama ceweknya, jadi gak kaya bocah gitu bang.
P : apa yang membuat kamu menjadi perokok. ?
I : biasa bang namanya juga anak muda, kalo lagi kumpul
ama temen-temen yang ngerokok, malu lah kalo gak
ngerokok kaya banci aja, padahal banci juga ngerokok sih,
hahahahha…., tapi emang kalo kumpul ngerokok gitu
ngerasa keren aja sih
P. terima kasih imam atas waktunya untuk diwawancara.
I : iya sama-sama bang.
100
C. Informan yang ketiga
Nama : Abdul Khoris
Alamat : Desa Sukasari
Usia : 20 tahun
P : boleh saya mewawancara kamu Abdul ?
I : boleh bang, gak apa-apa.
P : baik. Apakah kamu seorang perokok.?
I : ngerokok juga bang,
P : kapan kamu mulai merokok Dul?
I : saya sebenarnya merokok masih baru, semenjak beberapa
bulan belakangan ini mulai nyoba ngeroko, soalnya jenuh
kalo dirumah gak ada kegiatan, abisnya belom dapet kerja
jadi dirumah mulu sekolah juga kagak. Ehh… jadi terbiasa
deh ngerokok terus
P : kenapa kamu bisa menjadi seorang perokok ?
I : dulu waktu belum ngerokok saya sering di ledek bang
kalo nolak pas ditawarin ngerokok, makannya saya mulai
nyoba ngerokok, ehhh…sampe sekarang jadi keenakan, jadi
ngarasa gagah terus gak diledek lagi ma nak-anak
tongkrongan
P : apayang membuat kamu menjadi seorang perokok?
101
I : aduh jadi agak malu juga saya ngomongnya bang,
P : tidak apa-apa, tidak usah malu.
I : hehehe….. siaap dah… biasanya kalau lagi galau ni bang
soal cewe, pasti saya ngerokok terus-terusan, bisa abis
berapa bungkus tau sehari juga, ya bisa dibilang perantara
buat tempat curhat bang
P : apa yang kamu rasakan dengan merokok ?
I : ya lumayan bang jadi rilek gitu perasaan, jadi
santay….ngefly… jadi agak ilang galaunya..
P : apa efek lain yang kamu rasakan dengan merokok ?
I : dengan meroko saya merasa lebih PD bang kalo lagi sama
temen-temen, jadi lebih gagah gitu.. hehehehe
P : apa dampak yang kamu rasakan menjadi perokok ?
I : kalu dampaknya paling larinya kemasalah keuangan,
semenjak jadi perokok saya jadi boros bang, uang dipake
terus buat beli rokok, padahal dulumah sebelum ngerokok
bisa ngirit-ngirit duit
D. Informan ke empat
Nama : Muhammad Arbawi (pegawai Desa Sukasari)
Alamat : Desa Sukasari
Usia : 53 tahun
102
P : Mohon maaf pak, boleh saya mewawancara bapak
sebentar ?
I : boleh saja, kalau mau wawancara saya.
P. baik pak. Apa jabatan bapak di Desa Sukasari ini ?
I : saya disini sebagai Kaur Pemerintahan Desa Sukasari.
P : apakah bapak mengetahui tentang remaja perokok di
Desa Sukasari ?
I : iya memang di Desa Sukasari ini memang banyak sekali
ditemukan remaja-remaja yang merokok.
P : apakah ada program atau aturan khusus di Desa Sukasari
ini tentang masalah merokok ?
I : karena memang tidak ada aturan khusus yang dapat
menghambat perilaku merokok remaja tersebut, dan di desa
ini juga tidak ada yang namanya penyuluhan-penyuluhan
kepada masyarakat umumnya ataupun pada remaja
khususnya.
P : apa yang menyebabkan tidak adanya program atau aturan
tentang merokok ?
I : ini sulit dilakukan karena budaya Merokok di Desa
Sukasari ini sudah mendarah daging didalam masyarakat,
tentu ini sanagat-sangat berpengaruh pada remaja-remaja
dalam perilakunya.
103
P : baik pak, mungkin cukup wawan cara yang saya lakukan
terhadap bapak.
I : baik kalu begitu, kebetulan saya sedang sibuk juga, jadi
tidak bisa berlama-lama.
P : terima kasih banyak pak. ?
I : sama-sama.
E. Informan kelima.
Nama : Masroni (salah satu RT. Di Desa Sukasari )
Alamat : Kampung Jampang Desa sukasari.
Usia : 42 tahun
P : Mohon Maaf pak RT, boleh kah saya mewawancarai
bapak ?
I : boleh, mau wawancara soal apa ?
P : soal perokok remaja di Desa sukasari ini pak.?
I : owh… iya baik silahkan.
P : apa bapak mengetahui bagaimana perokok di wilayah
Desa Sukasari ini pak .?
I : Waduh….kalau untuk membicarakan masalah perilaku
merokok pada remaja, ampun lah pokonya, anak-anak
remaja sekarang sudah diperbudak dengan yang namanya
rokok.
104
P : bagaimana perilaku remaja perokok tersebut pak. ?
I : mereka sudah tanpa malu-malu, tanpa takut-takut mereka
morokok dimanapun mereka mau terkecuali mungkin
didepan orangtuanya itupun bagi yang masih punya perasaan
malu pada orangtuanya.
P : apakah tanggapan keluarga atau masyarakat sekitar pak ?
I : bagi orangtuanya yang mempunyai sifat masa bodo ya
sudah makin makin menjadi aja mereka mneghisap rokok
seenaknya tidak perduli didepan umum, masyarakat pun
sudah memandangnya sesuatu hal yang biasa
P : apakah ada peraturan khusus bagi para perokok pak ?
I : Memang ini juga di pengaruhi oleh tidak adanya
peraturan yang diberlakukan untuk menekan perilaku
merokok pada remaja, saya mengakui memang tidak ada.
Juga budaya didalam masysrakat terlalu kuat perihal perilaku
merokok. Itu juga menjadi contoh bagi para remaja.
P : baik pak, terima kasih atas waktunya apak, cukup untuk
wawancara saya kali ini, mohon maaf kalau saya
mengganggu.?
I : iya kalau begitu, sama-sama. Tidak apa-apa tidak
mengganggu saya juga kok.
105
DOKUMENTASI
Kegiatan merokok remaja yang menjadi informan di Desa Sukasari
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
106
kegiatan wawancara terhadap informan remaja perokok di Desa
Sukasari Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
107