faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT UNTUK TIDAK MEROKOK
PADA SISWA SMP ISLAM AL HASRA DEPOK TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh :
Randika Akhira
NIM : 1110101000039
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATPEMINATAN PROMOSI KESEHATANSkripsi, September 2016
Randika akhira, NIM : 1110101000039
Faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk tidak merokok siswa SMP Al Hasradepok tahun 2016
xiv+88 Halaman, 6 Tabel, 2 Bagan, 2 Lampiran
ABSTRAK
Niat merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya perilaku. Beberapapenelitian tentang niat merokok yang menggunakan Theory of planned behavior(TPB) mengatakan bahwa niat untuk merokok merupakan prediktor yang kuatuntuk menentukan perilaku merokok dikalangan para remaja. Theory of PlannedBehaviour (TPB) mengatakan bahwa niat merupakan faktor yang sangat pentingsebagai penentu terjadinya perilaku. Niat adalah keinginan atau kecenderunganseseorang untuk melakukan suatu perilaku yang dipengaruhi oleh sikap terhadapperilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1980).
Penelitian ini mengambil responden pada siswa kelas 7 dan 8 SMP Al Hasradengan jumlah sampel 186 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatifdengan desain studi Cross Sectional. Sumber data penelitian adalah data primerdengan menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan uji Fisherdilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan niatuntuk tidak merokok siswa SMP Al Hasra.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang berniat tidak merokoksebesar 54,8%. Berdasarkan hasil uji statistik analisis bivariat diketahui sikapterhadap perilaku merokok memiliki hubungan dengan niat untuk tidak merokoksiswa (P Value = 0,002), norma subjektif memiliki hubungan dengan niat untuktidak merokok siswa (P Value = 0,006), persepsi kontrol perilaku tidak memilikihubungan dengan niat untuk tidak merokok siswa (P Value = 0,736).
Sekolah dapat mempertahankan peraturan yang melarang merokokdisekolah dan terus meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya rokok danakibatnya.
Kata Kunci : Theory of Planned Behavior (TPB), Niat tidak merokok
Daftar Bacaan : 1991-2015
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
HEALTH PROMOTION
Undergraduate Thesis, September 2016
Randika akhira, NIM: 1110101000039
Factors that influence the intention to junior high school students do notsmoke Al Hasra depok 2016
xiv + 85 pages, 6 Tables, Chart 2, Appendix 2
ABSTRACT
Intention is a strong predictor for the occurrence of the behavior. Severalstudies about smoking intentions that use Theory of planned behavior (TPB) saidthat the intention to smoke a strong predictor for determining smoking behavioramong adolescents. Theory of Planned Behaviour (TPB) said that the intention is avery important factor as a determinant of the behavior. Intention is the desire ortendency of a person to perform a behavior that is influenced by the attitude towardthe behavior, subjective norms and perceived behavioral control (Fishbein andAjzen, 1980).
This study takes the respondents in grade 7 and 8 junior Al Hasra with asample of 186 students. This research is a quantitative research with cross sectionalstudy design. Source of research data is primary data using questionnaires.Statistical analysis using Fisher test was done to see what factors are associatedwith the intentions not to smoke Al Hasra junior high school students.
The results of this study showed that students who intend not to smoke by54.8%. Based on the statistical test bivariate analysis known attitude towardssmoking behavior has a relationship with the intention of not smoking students (PValue = 0.002), subjective norm has a relationship with the intention of not smokingstudents (P Value = 0.006), perceived behavioral control has no relationship withintentions not to smoke student (P Value = 0.736).
Schools can keep the rule that prohibits smoking in schools and continue toincrease students' knowledge about the dangers of smoking and its consequences.
Keywords: Theory of Planned Behavior (TPB), intention is not to smoke
Reading List : 1991-2015
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Randika Akhira
Tempat, Tanggal Lahir : Panyakalan, 22 Januari 1993
Alamat : Jl. Kertamukti no 1 RT 04 RW 17,
Pisangan, Ciputat timur
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : [email protected]
Telepon : 081266844009
Riwayat Pendidikan
1998 – 2004 : SDN 06 Kecamatan Kubung
2004 – 2007 : SLTP Islam Ar Risalah
2007 – 2010 : Madrasah Aliyah Ar Risalah
2010 – sekarang : Peminatan Promosi Kesehatan
Juusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor-
faktor yang mempengaruhi niat untuk tidak merokok siswa SMP Al Hasra
Depok tahun 2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah, peneliti ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, MKes, PhD, selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan penanggung jawab skripsi.
3. Ibu Raihana Nadra Al-Kaff, SKM, MMA, selaku penanggung jawab Peminatan
Promosi Kesehatan.
4. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si dan Catur Rosidati, MKM, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi, terima kasih atas arahan, nasehat, waktu serta bimbingannya
selama peneliti mengerjakan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ela Laelasari, M.Kes, Dela Aristi, MKM, dan ibu Gitalia Budi Utami,
MKM selaku penguji sidang yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
masukan pada skripsi ini.
6. Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM sebagai dosen Pembimbinga Akademik
yang sangat memperhatikan perkembangan skripsi saya.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.
8. Kedua orang tuaku tercinta, yang tak pernah lelah mendukung dan mendoakanku.
Terima kasih atas cinta, kasih sayang, kepercayaan, kesabaran, dan doa yang tiada
henti selama ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih dan sayangnya
kepada kalian.
viii
9. Adik-adikku tercinta Krisandi Agusto, Fajri Ilhami Umara dan Reino Hadi tumbuh
dan berkembanglah lebih baik lagi melebihi kakakmu ini, gapailah mimpi-
mimpimu dengan tekad yang kuat, dan jadilah anak yang lebih berbakti lagi kepada
orang tua.
10. Kepada sahabat-sahabatku Prima, Alul, Richo, Zaki Ismatullah dan Supriadi yang
selalu mendukung, menasihati, dan menghibur dikala peneliti sedang kehilangan
semangat. Semoga Allah SWT melancarkan segala urusan kalian.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan Promkes 2010 (Wahyunita, Furi, Zahrita, Siva,
Yuli, Ayu, Ilmi, Sariyati, Hervina,dan Dita) yang selalu mendukung peneliti
selama mengerjakan skripsi.
12. Kak Ida Farida yang telah memberikan banyak masukan serta berbagi ilmu dan
pengalaman kepada peneliti.
13. Dan tak lupa kepada rekan-rekan sesama pengunjung perpustakaan Ahmad Munir,
Enjar Riyanto, Ryantio Priyono, Bakar Al Shidiq, Wanda Jaya, Nizar dan teman-
teman lainnya yang telah membantu peneliti dalam proses penyetakan skripsi ini.
Skripsi yang telah dibuat oleh peneliti ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang
akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Jakarta, September 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISILEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. i
ABSTRAK....................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ............................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xiiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 6
1.3. Pertanyaan Penelitian............................................................................................ 7
1.4. Tujuan Penelitian................................................................................................... 8
1.4.1. Tujuan umum...................................................................................... 8
1.4.2. Tujuan khusus..................................................................................... 8
1.5. Manfaat penelitian................................................................................................. 9
1.5.1. SMP Al Hasra ..................................................................................... 9
1.5.2. Peneliti................................................................................................ 9
1.6. Ruang lingkup...................................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
2.1. Remaja .................................................................................................................. 11
2.1.1. Pengertian remaja ........................................................................................ 11
2.1.2. Ciri-ciri remaja.................................................................................. 11
2.1.3. Tugas perkembangan remaja ............................................................. 15
2.1.4. Faktor-faktor resiko merokok pada remaja ........................................ 22
x
2.2. Niat ........................................................................................................................ 28
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi niat tidak merokok.................................. 30
2.3.1. Sikap................................................................................................. 30
2.3.2. Norma subjektif ................................................................................ 31
2.3.3. Persepsi Kontrol Perilaku.................................................................. 32
2.4. Rokok .................................................................................................................... 33
2.4.1. Definisi rokok ................................................................................... 33
2.4.2. Zat berbahaya dalam rokok ............................................................... 34
2.4.3. Pengaruh rokok terhadap kesehatan................................................... 41
2.5. Teori Perilaku....................................................................................................... 49
2.5.1. Teori Perilaku Berencana (Theory of Planned Behavior) ................... 49
2.6. Kerangka Teori .................................................................................................... 55
2.7. Derajat Berat Merokok ....................................................................................... 55
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DANHIPOTESIS .................................................................................................. 58
3.1. Kerangka konsep ................................................................................................. 58
3.2. Definisi operasional ............................................................................................ 60
3.3. Hipotesis ............................................................................................................... 62
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 63
4.1. Desain penelitian ................................................................................................. 63
4.2. Lokasi dan waktu penelitian .............................................................................. 63
4.3. Populasi dan sample............................................................................................ 63
4.3.1. Populasi penelitian ............................................................................ 63
4.3.2. Sampel penelitian.............................................................................. 64
4.4. Metode pengumpulan data ................................................................................. 66
4.5. Pengolahan Data .................................................................................................. 66
4.6. Analisis Data ........................................................................................................ 68
BAB V HASIL PENELITIAN...................................................................... 69
5.1. Profil SMP Al Hasra ........................................................................................... 69
5.1.1. Latar belakang Berdiri Al Hasra........................................................ 69
5.1.2. Visi dan Misi .................................................................................... 69
5.1.3. Tujuan............................................................................................... 70
xi
5.1.4. Peraturan SMP Al Hasra tentang perilaku merokok........................... 71
5.2. Analisis Univariat .................................................................................... 71
5.2.1. Gambaran umur dan jenis kelamin siswa SMP Al hasra .................... 72
5.2.2. Gambaran Niat tidak merokok siswa SMP Al hasra .......................... 72
5.2.3. Gambaran Sikap siswa SMP Al hasra................................................ 73
5.2.4. Gambaran Norma Subjektif siswa SMP Al hasra............................... 74
5.2.5. Gambaran Persepsi Kontrol Perilaku siswa SMP Al hasra ................. 74
5.3. Analisis Bivariat .................................................................................................. 75
5.3.1. Hubungan sikap terhadap perilaku tidak merokok dengan niat untuktidak merokok............................................................................................. 76
5.3.2. Hubungan norma subjektif dengan niat untuk tidak merokok ............ 77
5.3.3. Hubungan persepsi kontrol perilaku dengan niat untuk tidak merokok………………………………………………………………………………78
BAB VI .......................................................................................................... 79
PEMBAHASAN............................................................................................ 79
6.1. Keterbatasan penelitian....................................................................................... 79
6.2. Pembahasan hasil analisis Univariat ................................................................. 79
6.3. Sikap terhadap perilaku merokok dengan niat untuk tidak merokok ........... 82
6.4. Norma subjektif terhadap niat untuk tidak merokok ...................................... 84
6.5. Persepsi kontrol perilaku terhadap niat untuk tidak merokok ....................... 87
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 90
7.1. Kesimpulan........................................................................................................... 90
7.2. Saran...................................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 90
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………………………..53
Tabel 4.1 Jumlah sampel …………………………………………………………58
Tabel 5.1 Gambaran niat untuk tidak merokok siswa SMP Al Hasra ……………65
Tabel 5.2 Gambaran sikap siswa SMP Al Hasra terhadap perilaku tidak merokok……………………………………………………………………………………66
Tabel 5.3 Gambaran norma subjektif siswa SMP Al Hasra ……………………..67
Tabel 5.4 Gambaran persepsi kontrol perilaku siswa SMP Al Hasra ……………68
Tabel 5.5 Hubungan Sikap terhadap perilaku merokok dengan niat untuk tidak
merokok siswa SMP Al Hasra 2016 ………………………………………….....69
Tabel 5.6 Hubungan Norma Subjektif dengan niat untuk tidak merokok siswa
SMP Al Hasra 2016……………………………………………………………...70
Tabel 5.7 Hubungan Sikap terhadap perilaku merokok dengan niat untuk tidak
merokok siswa SMP Al Hasra 2016………………………………………...….. 71
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ……………………………………………………….50
Bagan 3.1 Kerangka konsep ……………………………………………………..52
1
BAB I
PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Rokok merupakan produk tembakau yang memiliki zat adiktif yang bila
digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat.
Asap tembakau mengandung kurang lebih 4000 komponen. Beberapa
diantaranya bersifat racun, beberapa lainnya dapat merubah sifat sel-sel tubuh
menjadi ganas, setidaknya ada 43 zat dalam tembakau yang sudah diketahui
dapat menyebabkan kanker. 3 zat berikut ini adalah yang paling lazim kita
dengar, yaitu: nikotin, tar dan karbon monoksida (Pusat Promosi Kesehatan RI,
2011).
Merokok dapat menyebabkan efek jangka pendek atau jangka panjang.
Beberapa efek jangka pendek antaranya Rambut dan nafas berbau rokok,
kekurangan oksigen ke otak dan paru-paru, tekanan darah meningkat. Beberapa
efek jangka panjangnya adalah risiko kematian karena penyakit kardiovaskuler,
kanker paru-paru, mulut, tenggorokan, lambung, pankreas, usus besar, ginjal,
kandung kemih, prostat, lahir, leher Rahim dan payudara, infeksi saluran
pernafasan, penyakit penyumbatan paru-paru. Berdasarkan “American Council
on Health Science and Health” dan “National Cancer Institute USA”
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Perilaku merokok merupakan permasalahan di bidang kesehatan yang
sulit untuk di selesaikan, terbukti dengan terus meningkatnya jumlah perokok
setiap tahunnya. Pada tahun 1970, konsumsi rokok di Indonesia berjumlah 30
2
miliar batang sedangkan pada tahun 2009 jumlah tersebut meningkat sangat
drastis menjadi 260 miliar batang rokok atau meningkat lebih dari 700% selama
40 tahun. Sejalan dengan hal tersebut tingkat produksi rokok juga menunjukkan
peningkatan dari 260 miliar batang pada tahun 2010 menjadi 270 miliar batang
pada tahun 2011. Prevalensi merokok dan jumlah batang rokok yang
dikonsumsi di Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan. Dari tahun
1995 ke tahun 2011 terjadi peningkatan pervalensi perokok sebanyak 9,1%
mulai dari 27% pada 1995 menjadi 36.1% pada tahun 2011. (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, secara nasional terdapat 34,7%
perokok. Lebih dari separuh perokok (52,3%) menghisap 1-10 batang rokok
setiap hari, kemudian 2 dari 5 perokok saat ini merokok rata-rata 11-20 batang
setiap hari, sebanyak 4,7% perokok merokok 21-30 batang setiap hari dan 2,1
% perokok merokok lebih dari 30 batang setiap hari. Data Riskesdas 2013
menyebutkan bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan perilaku merokok
penduduk 15 tahun keatas dari 34,2% tahun 2007 menjadi 36,3% tahun 2013.
Selain itu juga ditemukan peningkatan perokok sebanyak 1,4% pada usia 10-14
tahun (Riskesdas 2010).
Global Youth Tobacco Survey tahun 2011 menyebutkan bahwa
peningkatan prevalensi perokok remaja usia 13-15 tahun yang selama kurun
waktu 3 tahun naik lebih dari 1,5 kali lipat yaitu dari 12,6% tahun 2006 menjadi
20,3% tahun 2009. Secara rinci Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan
Riskesdas selama sepuluh tahun terakhir ini (2001-2010) memberikan
gambaran tren perokok pemula remaja usia 10-14 tahun naik hampir 2 kali lipat,
3
dimana pada tahun 2001 prevalensi perokok usia 10-14 tahun sebanyak 9,5%
meningkat menjadi 17,5% pada tahun 2010. Pada tahun 2013 terjadi
peningkatan jumlah perokok usia 10-14 tahun sebesar 5% menjadi 18%
(Indonesia bebas rokok, 2013).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan tahun 2007 mengatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-7
terbesar dalam jumlah kematian yang disebakan oleh Kanker yakni sebanyak
188.100 orang pertahun. Kematian yang disebabkan oleh penyakit sistem
pembuluh darah berjumlah 468.700 orang. Kematian yang disebabkan oleh
penyakit sistem pernafasan adalah penyakit Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) yakni sebesar 73.100 orang (66,6%) sedangkan asma sebesar
13.690 (13,7%). Dan kematian yang disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis
sebesar 12.700 orang, menempati urutan ke-3 setalah India dan China. Akibat
rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit Paru Kronik
dan Emfisema pada tahun 2001 (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun
merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis
sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika
mereka pada umumnya secara sosial dan psikologis mampu mandiri
(Mohammad, 1994). Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa
peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual,
mengalami perubahan dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami
perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relative mandiri.
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia. Masa
4
remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kana-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan sosial (Notoadmodjo, 2007).
Niat adalah keinginan atau kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu perilaku yang dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif
dan persepsi kontrol perilaku. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu
memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana kalau dia
memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari
orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.. Niat merupakan
indikasi dari keinginan seseorang untuk mencoba, seberapa besar upaya yang
dikerahkan untuk melakukan suatu perilaku. Semakin kuat niat seseorang untuk
berperilaku semakin besar kemungkinan perilaku dapat diwujudkan (Fishbein
dan Ajzen, 1980).
Niat merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya perilaku.
Beberapa penelitian tentang niat merokok yang menggunakan Theory of
planned behavior (TPB) mengatakan bahwa niat untuk merokok merupakan
prediktor yang kuat untuk menentukan perilaku merokok dikalangan para
remaja. Theory of Planned Behaviour (TPB) mengatakan bahwa niat
merupakan faktor yang sangat penting sebagai penentu terjadinya perilaku. Niat
adalah keinginan atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
perilaku yang dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan
persepsi kontrol perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1980).
Fishbein dan Ajzen dalam Theory of Planned Behavior (TPB)
mengatakan bahwa niat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu sikap terhadap perilaku,
5
norma subjektif dan persepsi pengendalian perilaku. TPB merupakan
pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang lebih dahulu
ditemukan oleh ajzen. TPB dikembangkan dengan menambahkan Perceived
Behavioral Control (persepsi pengendalian perilaku) sebagai prediktor ketiga
yang mempengaruhi niat untuk berperilaku sehingga TPB sangat cocok
digunakan untuk meprediksi niat dan perilaku. Ajzen dan Fishbein
menambahkan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ngu Ling Yee 2015,
ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi niat merokok pada siswa-siswi
SMP di Jatinangor. Beberapa faktor yang berpengaruh adalah sikap terhadap
perilaku merokok, orang tua yang merokok, pengaruh teman sebaya yang
merokok, dan iklan rokok. Selain itu Asghar Mohammadpoorasl dan kawan-
kawan tahun 2010 dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi niat merokok pada remaja SMP di Tabriz Iran.
Beberapa faktor yang berpengaruh diantaranya adalah, sikap terhadap perilaku
merokok, anggota keluarga merokok dan merasa tenang melakukan perilaku
yang beresiko (Althea Medical Journal, 2015).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Lindawati terhadap kepala
sekolah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok siswa-
siswi SMP di daerah jakarta selatan tahun 2011 diketahui bahwa sebagian besar
SMP di Jakarta Selatan melarang siswa-siswinya untuk merokok dan jika
ketahuan merokok maka siswa-siswi yang bersangkutan akan diberikan sanksi
yang berat dan bahkan sampai dikeluarkan dari sekolah. Tetapi berdasarkan
6
hasil penelitian diketahui terdapat 39,4% siswa-siswa SMP di Jakarta Selatan
yang merokok (Lindawati, 2011).
SMP Al-Hasra merupakan sekolah swasta Islam yang juga memiliki
peraturan ketat terkait perilaku merokok siswanya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah SMP Al-Hasra diketahui bahwa SMP Al-
Hasra melarang siswa-siswinya untuk merokok. Jika terdapat siswa-siswi yang
merokok maka sekolah akan memberikan sanksi terhadap siswa terkait.
Dari hasil studi pendahuluan berupa pertanyaan menggunakan kuisioner
yang dilakukan terhadap 45 orang siswa di SMP Al-Hasra diketahui bahwa
tidak ada siswa SMP Al Hasra yang sedang aktif merokok. Studi pendahuluan
tersebut menjelaskan bahwa siswa SMP Al Hasra adalah siswa yang bukan
perokok dan tidak memiliki niat untuk merokok. Hal ini sangat bertentangan
dengan tren yang terjadi dikalangan siswa sekolah menengah di sekolah lainnya
yang cenderung mengalami peningkatan jumlah siswa yang merokok.
1.2. Rumusan Masalah
Niat merupakan variabel yang paling tepat untuk mempediksi terjadinya
sebuah perilaku. Theory of Planned Behavior mengatakan bahwa ada 3 faktor
yang menyebabkan terbentuknya niat yaitu sikap terhadap perilaku, norma
subjektif serta persepsi Kontrol perilaku.
Peningkatan jumlah perokok pemula pada usia 10-14 tahun bisa
menimbulkan masalah kesehatan baru bagi negara untuk kedepannya. Memulai
merokok pada usia lebih dini berarti akan meningkatkan resiko penyakit yang
ditimbulkan oleh rokok. Sebagian besar penyakit yang ditimbulkan oleh rokok
7
merupakan penyakit yang menyebabkan kematian seperti kanker paru, kanker
mulut, kanker kandung kemih, penyakit jantung, gangguan kehamilan dan
penyakit lainnya.
Dari studi pendahuluan yang dilakuan diketahui bahwa semua responden
tidak sedang aktif merokok,namun ditemukan 6 orang responden yang pernah
merokok. Dari hasil studi pendahuluan ini diketahui bahwa tidak ditemukan
siswa yang aktif merokok di SMP Al-Hasra meskipun secara nasional diketahui
bahwa terjadi peningkatan jumlah perokok pemula usia 10-14 tahun.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi niat untuk tidak merokok seorang
siswa, antara lainnya pengetahuan, pengaruh teman sebaya, pendidikan orang
tua dan lainnya. Berdasarkan faktor tersebut, peneliti tertarik mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi niat siswa dan siswi SMP Al – Hasra
untuk tidak merokok.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Diketahui bagaimana gambaran sikap siswa SMP Islam Al Hasra tentang
perilaku tidak merokok terhadap niat untuk tidak merokok ?
2. Diketahui bagaimana gambaran norma subjektif siswa SMP Islam Al Hasra
tentang perilaku tidak merokok terhadap terhadap niat untuk tidak
merokok?
3. Diketahui bagaimana gambaran persepsi kontrol siswa SMP Islam Al Hasra
tentang perilaku tidak merokok terhadap terhadap niat untuk tidak merokok
4. Diketahui bagaimana gambaran niat untuk tidak merokok siswa SMP Islam
Al Hasra ?
8
5. Diketahui apakah ada hubungan antara sikap terhadap perilaku tidak
merokok siswa SMP Islam Al Hasra dengan niatnya untuk tidak merokok ?
6. Diketahui apakah ada hubungan antara norma subjektif terhadap perilaku
tidak merokok siswa SMP Islam Al Hasra dengan niatnya untuk tidak
merokok ?
7. Diketahui apakah ada hubungan persepsi kontrol perilaku tidak merokok
siswa SMP Islam Al Hasra dengan niatnya untuk tidak merokok ?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk tidak
merokok pada siswa SMP Islam Al Hasra Depok tahun 2016.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya gambaran sikap siswa SMP Islam Al Hasra tentang
perilaku tidak merokok terhadap terhadap niat untuk tidak merokok
2. Diketahuinya gambaran norma subjektif siswa SMP Islam Al Hasra
tentang perilaku tidak merokok terhadap terhadap niat untuk tidak
merokok
3. Diketahuinya gambaran persepsi kontrol siswa SMP Islam Al Hasra
tentang perilaku tidak merokok terhadap terhadap niat untuk tidak
merokok
4. Diketahuinya gambaran niat untuk tidak merokok siswa SMP Islam
Al Hasra
5. Diketahuinya hubungan antara sikap terhadap perilaku tidak merokok
siswa SMP Islam Al Hasra dengan niatnya untuk tidak merokok
9
6. Diketahuinya hubungan antara norma subjektif terhadap perilaku
tidak merokok siswa SMP Islam Al Hasra dengan niatnya untuk tidak
merokokDiketahuinya hubungan persepsi kontrol perilaku merokok
siswa SMP Islam Al Hasra dengan niatnya untuk tidak merokok
1.5. Manfaat penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang berjudul faktor-faktor yang
mempengaruhi niat untuk tidak merokok pada remaja SMP Islam Al Hasra
Depok tahun 2016 diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.5.1. SMP Al Hasra
Sebagai bahan kajian untuk membuat program pengendalian
rokok di lingkungan sekolah seperti program pendidik sebaya.
1.5.2. Peneliti
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian terkait niat untuk berhenti merokok.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan terkait perilaku keseha
tan yang telah didapatkan diperkuliahan.
c. Belatih pola pikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah kh
ususnya dalam bidang kesehatan.
10
1.6. Ruang lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi niat untuk tidak merokok pada siswa SMP Al Hasra Depok
tahun 2016. Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa Promosi kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2010 Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan mei 2016. Populasi penelitian adalah
siswa SMP Al Hasra. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian
kuantitatif dengan pendekatan survei cross sectional.
11
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Pengertian remaja
Menurut World Health Organization (WHO) remaja merupakan
individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-
angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan dari jiwa
kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan
ekonomi dari ketergantungan menjadi relative mandiri. Masa remaja
merupakan salah satu periode perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kana-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis,
dan perubahan sosial (Notoadmodjo, 2007)
Mohammad (1994) mengemukakan bahwa remaja adalah anak
berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas
pada umumnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami
kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada
umumnya secara sosial dan psikologis mampu mandiri.
2.1.2. Ciri-ciri remaja
Menurut Kementerian Kesehatan, ciri perkembangan remaja
dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal (10-12 tahun), masa
remaja tengah (13-15 tahun) dan masa remaja akhir (16-19 tahun). Masa
remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai
12
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun,
merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode
pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan munculnya tanda-
tanda seks primer, dan tanda-tanda seks sekunder (Depkes, 2001).
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual semua remaja akan melewati
tahapan berikut yaitu:
1. Masa remaja awal (Early adolescence), berusia 10-13 tahun
2. Masa remaja pertengahan (Middle Asdolescence), berusia 14-
16 tahun
3. Masa remaja lanjut (Late Asdolescence), berusia 17-20 tahun
Dua aspek pokok dalam perubahan remaja yaitu perubahan
biologis dan perubahan psikologis.
1. Perubahan biologis
Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat
cepat dan biasanya disebut pubertas. Santrock (1993)
mengatakan puberty is a rapid change to physical maturation
involving hormonal and bodily changes that occur primarlu
during early adolescence. Dengan adanya perubahan yang
cepat itu terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti
pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja atau bbiasa
13
disebut pertumbuhan dan kematangan seksual sebagai hasil
dari perubahan hormonal.
Coleman and Hendy (1990) dan Walton (1994)
mengatakan bahwa kematangan seksual pada remaja pria
biasanya terjadi pada usia 10-13,5 tahun sedangkan pada
remaja putri terjadi pada usia 9-15 tahun. Bagi anak laki-laki
perubahan ditandai oleh perkembangan organ seksual, mulai
tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara dan juga
ejakulasi pertama melalui wet dream atau mimpi basah.
Sedangkan pada remaja putri ditandai dengan menarche (haid
pertama), perubahan pada dada, tumbuhnya rambut kemaluan
dan juga perbesaran panggul.
Dari penelitian 100 tahun terakhir diketahui bahwa ada
kecendrungan semakin cepatnya remaja mengalami menarche
. pada tahun 1860 rata-rata usia remaja mengalami menarche
adalah 16 tahun 8 bulan dan pada tahun 1975 umur 12 tahun 3
bulan. Adanya penurunan umur menarche disebabkan karena
adanya perbaikan gizi, perbaikan pelayanan kesehatan dan
lingkungan masyarakat. Semakin cepat seseorang mengalami
menarche maka semakin cepat pula ia memasuki masa
reproduksi.
14
2. Perubahan psikologis
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa
kana-kanak dan masa dewasa. Masa transisi sering kali
menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang
membingungkan, di satu pihak ia masih kanak-kanak dan di
lain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa.
Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering
menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung dan
kalau tidak dikontrol bisa menimbulkan kenakalan.
Masa remaja merupakan masa dimana banyak terjadi
perubahan fisik sebagai akibat mulai berfungsinya kelenjar
endokrin yang menghasilkan berbagai hormon yang akan
mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan dan
pertumbuhan organ seks pada khususnya. Masa remaja sering
disebut sebagai masa mencari identitas. Kenakalan remaja
pada umumnya terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan seperti kebutuhan prestasi, kebutuhan konformitas,
kebutuhan seksual kebutuhan yang berhubungan dengan
kehidupan keluarga dan kebutuhan akan identitas diri serta
kebutuhan popularitas.
Pada masa remaja, labilnya emosi erat kaitannya
dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan
emosi dalam bentuk amarah, sensitif, bahkan perbuatan nekad.
15
Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa
ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan
kemampuan intelektual pada remaja cendrung membuat
mereka bersikap kritis, tersalur melalui perbuatan-perbuatan
yang sifatnya eksperimen dan eksploratif. Tindakan dan sikap
seperti ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik tentu
akan berakibat konstruktif dan berguna. Tetapi seringkali
pengaruh faktor di luar diri remaja, seperti peer group dan
adanya sekelompok orang cenderung memanfaatkan potensi
tersebut untuk perbuatan yang negatif sehingga mereka
tejerumus dalam kegiatan yang tidak bermanfaat, berbahaya
bahkan destruktif (Wibowo, 1994).
2.1.3. Tugas perkembangan remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya
kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai
dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Remaja
tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka tidak masuk golongan
anak-anak tapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa.
Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan
kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk
mengatasinya. Pada masa remaja mereka memiliki dua tugas
utama yaitu mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari
16
orang tua dan membentuk identitas untuk tercapainya integrasi
diri dan kematangan pribadi.
1. Kebebasan dan ketergantungan
Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan
dan konflik antara remaja dengan orang tuanya. Pada saat ini
ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat
membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua, misalnya
dalam hal memilih teman ataupun melakukan aktifias.
Pada awal usia remaja, perjuangan kemandiriannya
ditandai dengan perubahan dari sifat tergantung kepada
orang tua menjadi tidak tergantung. Pada saat ini umumnya
remaja sudah tidak tertarik lagi dengan aktifitas bersama
orang tua, tidak mau mendengar nasehat dan kritik dari orang
tua. Ikatan emosional dengan orang tua menjadi berkurang.
Bila remaja tidak mempunyai kelompok yang suportif maka
kejadian ini dapat menimbulkan kekosongan perasaan yang
diakibatkan perasaan terpisah dari orang tua sehingga
memungkinkan timbulnya masalah-masalah perilaku.
Remaja akan mencari figure yang dicintai sebagai pengganti
orang tuanya.
Pada usia pertengahan, ikatan dengan orang tua
semakin longgar dan mereka lebih banyak menghabiskan
waktunya bersama teman sebayanya. Pada akhir masa
17
remaja mereka akan berusaha mengurasi kegelisahannya dan
meningkatkan integritas pribadinya, identittas diri lebih
kuat, minat lebih stabil dab mampu membuat keputusan dan
mengadakan kompromi.
Akhir masa remaja adalah tahap akhir perjuangan
remaja dalam mencapai identitas diri. Bila tahap awal dan
pertengan dapat dilalui dengan baik, yaitu adanya keluarga
dan kelompok sebaya yang suportif, maka remaja akan
mempunyai kesiapan untuk mampu mengatasi tugas dan
tanggung jawab sebagai orang dewasa.
2. Pembentukan identitas diri
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses
yang panjang dan kompleks, yang membutuhkan kontinuitas
dari masa lalu, sekarang dan yang akan dating dari kehidupan
individu. Hal ini akan membentuk kerangka berpikir utnuk
mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku ke dalam
berbagai bidang kehidupan.
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri
dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka
ingin mencari identitas diri. Pada saat bersamaan ketika remaja
merasakan ketidakpastian akan dirinya, lingkungan
masyarakat sekitar mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan remaja.
18
Erikson mengatakan bahwa perubahan-perubahan
yang diakibatkan terjadinya kematangan seksual dan tuntutan-
tuntutan psikososial menempatkan remaja pada suatu keadaan
yang disebut sebagai krisis identitas. Krisis identitas
merupakan tahap untuk membuat keputusan terhadap
permasalahan-permasalahan penting yang berkaitan dengan
pertanyaan tentang identitas dirinya.
Remaja harus menemukan apa yang mereka yakini,
sikap dan nilai-nilai idealnya, yang dapat memberikan suatu
peran dalam kehidupan sosialnya. Karena ketika remaja tahu
tentang dirinya, remaja tahu tentang apa yang dia lakukan,
maka remaja akan tahu perannya dalam masyarakat. Apabila
remaja memperoleh peran dalam masyarakat, maka dia akan
mencapai sense of identity, menemukan identitas diri.
Pembentukan identitas diri remaja dipengaruhi oleh
sumber-sumber. Sumber-sumber yang dapat mempengaruhi
pembentukan identitas diri remaja adalah lingkungan sosial,
dimana remaja tumbuh dan berkembang, juga kelompok-
kelompok yang terbentuk ketika mereka memasuki masa
remaja.
Remaja dalam kehidupan sosialnya akan selalu
dihadapkan kepada berbagai peran yang ditawarkan oleh
lingkungan keluarga maupun kelompok sebaya, yang kadang-
19
kadang membingungkan dan sering menimbulkan benturan-
benturan. Maka dalam hal ini remaja harus mampu
mengintegrasikan berbagai peran tersebut kedalam diri pribadi
dan apabila terjadi benturan-benturan berbagai tuntutan peran
harus dapat diselesaikan.
3. Remaja dan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi
seorang remaja yang meletakkan dasar-dasar kepribadian
sehingga keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar
bagi perkembangan remaja. Pola asuh orang tua sangat besar
pengaruhnya bagi remaja.
Dinamika dan hubungan-hubungan antara anggota
keluarga memainkan peran yang cukup penting bagi remaja.
Kedekatan anak dengan ayah yang mengesampingkan ibunya
atau sebaliknya, kedekatan ibu dan anak sehingga ayah merasa
dikesampingkan dapat menghambat perkembangannya.
Persaingan tidak sehat antara saudara kandung akibat
perlakuan berbeda dari orang tua juga dapat berpengaruh bagi
perkembangan remaja.
Ketika anak memasuki usia remaja dimana sangat
membutuhkan kebebasan dan mereka mulai sering
meninggalkan rumah, maka orang tua hasu dapat melakukan
penyesuaian terhadap keadaan tersebut. Remaja membutuhkan
20
dukungan yang berbeda dari masa sebelumnya, karena pada
saat ini remaja sedang mencari kebebasan dalam
mengeksplorasi diri sehingga dengan sendirinya keterikatan
dengan orang tua berkurang. Pengertian dan dukungan orang
tua sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja.
4. Remaja dan kelompok sebaya
Ketika remaja mulai memisahkan driri dari orang tua,
maka saat itu juga remaja mulai memperluas hubungan dengan
teman sebaya. Pada umumnya remaja menjadi anggota
kelompok usia sebaya (peer group). Kelompok sebaya
menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan sosial remaja. Kelompok sebaya merupakan wadah
untuk belajar kecakapan-kecakapan sosial, karena melalui
kelompok remajadapat mengambil berbagai peran.
Didalam kelompok sebaya remaja menjadi sangat
bergantung kepada teman sebagai sumber kesenangannya dan
ketertarikannya. Kecenderungan keterikatan (kohesi) dalam
kelompok tersebut akan bertambah dengan meningkatnya
frekuensi interaksi diantara anggota-anggotanya.
Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat dapat
berkembang iklim kelompok dan norma-norma kelompok
tertentu. Meskipun norma-norma kelompok bukan norma
yang buruk, namun dapat membahayakan pembentukan
21
identitas diri remaja karena dalam hal ini remaja akan lebih
mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada
mengembangkan pola norma diri sendiri.
Nilai moral dalam kelompok dapat berbeda sekali
dengan nilai-nilai yang dibawa remaja dari keluarga, yang
sudah lebih dihayatinya karena sejak kecil diajarkan orang
tuanya. Apabila nilai-nilai moral kelompok lebih baik dari
nilai-nilai moral keluarga, meka hal tersebut tidak akan
menimbulkan masalah asalkan remaja betul-betul
meyakininya. Namun apabila tejadi pemaksaan dari nila-nilai
kelompok sehingga nilai kelompok begitu menguasai dan
membatasi kebebasan dalam berperilaku, maka hal tersebut
dapat menyulitkan serta menghambat perkembangan
kepribadian remaja.
Pada awal usia remaja, keterlibatan remaja dala
kelompok sebaya ditandai dengan persahabatan dengan teman,
utamanya teman sejenis, hubungan mereka begitu akrab
karena melibatkan emosi yang begitu kuat. Hubungan dengan
teman lawan jenis biasanya terjadi dalam kelompok yang lebih
besar.
Pada usia pertengahan, keterlibatan remaja dalam
kelompok semakin besar, dirandai dengan terjadinya perilaku
konformitas terhadap kelompok. Remaja mulai bergabung
22
dengan kelompok-kelompok minat tertentu sepeti olah raga,
musik, gang-gang dan kelompok-kelompok lainnya. Pada usia
ini remaja juga sudah menjalin hubungan-hubungan khusus
dengan lawan jenisnya yang diwujudkan dengan berpacaran.
Pada akhir usia remaja, ikatan dengan kelompok
sebaya menjadi berkurang, dan nilai-nilai dalam kelompok
menjadi kurang begitu penting karena pada umumnya remaja
lebih merasa senang dengan nilai-nilai dan identitas dirinya.
2.1.4. Faktor-faktor resiko merokok pada remaja
Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan
kecanduan pagi perokok (WHO, 2006), namun di lain pihak dapat
memberikan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun
orang-orang disekitarnya.
Bila telah kecanduan, sangatlah susah untuk menghentikan
kebiasaan merokok. angka kejadiannya pada remaja-remaja di Amerika
Serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada
orang dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun
1988. Angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi di pedesaan
daripada perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam jumlah hal merokok
mencerminkan interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga rokok,
ketersediaan rokok, budaya, stress, keturunan, jenis kelamin, dan
reklame rokok (Soetjiningsih, 2010).
23
Nikotin umumnya merupakan zat pertama yang digunakan oleh
kaum muda yang masuk ke dalam rangkaian penggunaan zat seperti
tembakau, alkohol, marijuana, dan penyalahgunaan obat lainnya. Mereka
yang menggunakan nikotin 15 kali lebih mungkin menggunakan obat
lainnya dari pada tidak pernah merokok.
Seperti penggunaan zat-zat lainnya, terdapat beberapa faktor
risiko bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok. Faktor-faktor
tersebut antara lain faktor psikologik, faktor biologik, dan faktor
lingkungan serta regulasi atau peraturan penjualan rokok.
1. Faktor psikologik
a. Faktor perkembangan sosial
Aspek perkembangan pada remaja antara lain
menetapkan kebebasan dan otonomi, membentuk identitas
diri, penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan
maturase fisik. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi
mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya
yang merokok. Istirahat/santai dan kesenangan, tekanan-
tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stress,
kebosanan, ingin kelihatan gagah, dan sifat suka menentang,
merupakan hal yang mengkontribusi mulainya merokok.
sedangkan faktor risiko lainnya adalah rasa rendah diri,
hubungan antar-perorangan yang jelek, kurang mampu
mengatasi stress, putus sekolah, sosial ekonomi yang rendah,
24
tingkat pendidikan orang tua yang rendah, serta tahun-tahun
transisi antar sekolah dasar dan sekolah menengah.
Merokok sering dihubungkan dengan remaja dengan
nilai di sekolah yang jelek, aspirasi yang rendah, penggunaan
alkohol serta obat-obat lainnya, absen sekolah, kemungkinan
putus sekolah, rendah diri, suka melawan, dan pengetahuan
tentang bahaya merokok yang rendah.
b. Faktor psikiatrik
Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan
asosiasi antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti
skizofrenia, depresi, cemas, dan penyalah gunaan zat-zat
tertentu. Pada remaja didapatkan asosiasi antara merokok
dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada
remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok
berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor
dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang
memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai risiko
yang lebih tinggi untuk memulai merokok daripada remaja
yang asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas bisa
menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang
mereka alami.
25
3. Faktor biologik
a. Faktor kognitif
Faktor lain yang mungkin mengkontribusi
perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya
efek bermanfaat dari nikotin. Telah dibuktikan bahwa
deprivasi nikotin mengganggu perhatian dan kemampuan
kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi
nikotin atau rokok. Studi-studi yang dilakukan dengan
dewasa perokok dan bukan perokok memperlihatkan bahwa
nikotin dapat meningkatkan finger-tapping rate, respon
motorik dalam tes fokus perhatian, perhatian terus-menerus
dan pengenalan memori. Pada remaja efek nikotin dalam
meningkatkan penampilan tidak diketahui, dengan
demikian tidak jelas apakah nikotin memegang peranan
penting dalam memulai atau mempertahankan merokok
pada remaja.
b. Faktor jenis kelamin
Patut diperhatikan bahwa belakangan ini kejadian
merokok meningkat pada remaja wanita. Wanita perokok
dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang, dan
secara sosial cakap, keadaan ini berbeda dengan laki-laki
perokok yang secara sosial tidak aman.
26
c. Faktor etnik
Di Amerika Serikat, angka kejadian merokok
tertinggi pada orang kulit putih dan penduduk asli Amerika,
serta terendah pada orang-orang Amerika keturunan Afrika
dan Asia. Laporan tersebut memberi kesan bahwa
perbedaan asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh
kotinin antara perokok dewasa Amerika keturunan Afrika
denganorang kulit putih adalah substansial. Ini sebagian
dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan risiko pada
beberpa etnik dalam hal penyakit yang berhubungan dengan
merokok.
d. Faktor genetik
Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor
dopamine dan enzim hati yang memetabolisme nikotin.
Konsekuensinya adalah meningkatnya risiko kecanduan
nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikoti dapat
diperantarai oleh polimorfisme gen resptor dopamine yang
mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya ganjaran dan
mudah kecanduan obat.
Pada studi genetik molekuler akhir-akhir ini,
individu dengan alela TaqIA (A1 dan A2) dan TaqIB (B1
dan B2) dari gen reseptor dopamine D2 lebih mungkin
merokok 100 atau lebih dalam hidupnya dan mereka lebih
27
awal memulai merokok serta lebih sedikit usaha untuk
meninggalkannya. Kecanduan nikotin melibatkan faktor
lingkungan dan genetic yang multipel. Faktor genetic dapat
menjelaskan banyaknya variasi penggunaan tembakau pada
remaja serta tampak mempengaruhi reaksi farmakologi
terhadap nikotin, beberapa darinya tampak berkaitan
dengan gen yang mempengaruhi ekspresi alkoholisme.
4. Faktor lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
pengunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung
maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklama
tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua
memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok,
didapatkan 75% salah satu atau kedua orang tuanya merokok.
sebuah studi kohort pada anak-anak SMU mendapatkan
prediktor yang bermakna dalam peralihan dari kadang-kadang
merokok menjadi merokok secara teratur adalah orang tua
merokok dan konflik keluarga.
Reklame tembakau diperkirankan mempunyai
pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau
teman sebaya, mungkin karena dipengaruhi persepsi remaja
terhadap penampilan dan manfaat merokok.
28
Memulai menggunakan tembakau lebih erat
hubungannya dengan faktor-faktor lingkungan, sedangkan
peningkatan dari merokok pertama ke kecanduan rokok
tampaknya dipengaruhi oleh faktor personal dan
farmakologik.
5. Faktor regulatori
Peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang
tinggi, akan menurunkan pembelian dan konsumsi. Pembatasa
fasilitas untuk merokok, dengan menetapkan ruang/daerah
bebas rokok, diharapkan mengurangi konsumsi. Tetapi
kenyataannya terdapat peningkatan kejadian memulai
merokok pada remaja, walaupun telah dibuat usaha-usaha
untuk mencegahnya.
2.2. Niat
Niat merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih, melakukan
atau tidak melakukan suatu perilaku. Menurut Fishbein dan Azjen (1991) niat
berperilaku dapat memprediksi tentang bagaimana seseorang bertingkah laku
dalam situasi tertentu. Niat untuk melaksanakan sesuatu atau berperilaku
tertentu akan muncul apabila adanya sikap yang positif, dukungan norma
subjektif dan kemampuan diri untuk melakukan hal tersebut. Sebuah perilaku
cenderung akan dilakukan apabila individu mempunyai dasar pengetahuan dan
secara emosional berkomitmen untuk melakukan perilaku tersebut. Niat adalah
29
prediktor kuat untuk menunjukkan seberapa jauh seseorang akan mencoba
membuat keinginannya terwujud.
Menurut Azjen (1991), setiap individu memiliki pilihan untuk
mengambil keputusan untuk berperilaku tertentu atau tidak, tergantung
seberapa jauh individu akan menampilkan perilaku, yang mana perilaku
tersebut juga dipengaruhi kesempatan, waktu, uang, dan bantuan dari pihak lain.
Niat diasumsikan juga sebagai faktor motivasional yang mempengaruhi
perilaku dimana niat menjadi indikasi kuat yang menentukan seberapa keras
usaha individu untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Semakin keras niat
seseorang untuk berperilaku, maka akan semakin besar pula kecenderungannya
untuk benar – benar melakukan perilaku tersebut.
Niat seseorang untuk berperilaku merupakan kecenderungan seseorang
untuk memilih melakukan atau tidak suatu perilaku yang ditentukan oleh sejauh
mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tersebut, dan sejauh mana
dia mendapatkan dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam
kehidupannya. Menurut Ajzen (1991), semakin menyenangkan suatu sikap dan
norma subjektif terhadap perilaku, serta semakin besar control terhadap
perilaku yang diterima, maka akan semakin besar pula niat individu untuk
menampilkan suatu perilaku tertentu / pentingnya sikap, norma subjektif dan
kontrol pribadi dalam memprediksi niat seseorang tergantung pada situasi yang
dihadapi seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aninda
Dwi Wayanthy (2012) yaitu dari hasil penelitian menyatakan bahwa norma
subjektif merupakan faktor yang paling berkontribusi dalam pembentukan niat.
30
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi niat tidak merokok
2.3.1. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1996)
mendifinisikan sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk
berespon terhadap suatu obyek dalam suasana menyenangkan atau tidak
menyenangkan secara konsisten. Scifman dan Kanuk (1997)
memandang sikap dari segi perasaan, mereka yang menyatakan sikap
adalah ekspresi perasaan yang mencerminkan apakah seseorang senang
atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju
terhadap suatu obyek. Obyek dapat berupa merek,layanan, orang,
perilaku dan lain-lain.
Menurut para ahli psikologi sosial sikap terdiri dari tiga
komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen
kognitif adalah pengetahuan dan keyakinan seseorang mengenai suatu
obyek. Komponen afektif merupakan perasaan seseorang terhadap
obyek sikap. Komponen konatif adalah kecenderungan melakukan
sesuatu terhadap obyek sikap.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aninda Dwi
Wayanthy (2012) dengan sikap yang kuat, norma subjektif yang kuat
dan persepsi kontrol perilaku yang rendah, seseorang masih memiliki
kecenderungan untuk berniat merokok. Dari penelitiannya ditemukan
bahwa seseorang masih akan cenderung untuk merokok meskipun orang
31
disekitarnya tidak memberi pengaruh terhadapnya, hal ini disebabkan
karena seseorang memiliki keyakinan yang tinggi dalam dirinya untuk
merokok.
2.3.2. Norma subjektif
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari
beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk
menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk
dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif
(normative beliefs). Seorang individu akan berniat menampilkan
suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain
yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang
lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini
diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah
orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak
setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud Aninda Dwi
Wayanthy (2012)
Norma subjektif (subjective norm) adalah persepsi atau
pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain
yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Norma subjektif merupakan
fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau lebih
orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui
32
perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi
mereka (Ajzen, 1991).
Dari penelitian yang dilakukan Aninda Dwi Wayanthy (2012)
diketahui bahwa dengan norma subjektif yang tinggi seseorang masih
memiliki kecenderungan untuk berniat merokok meskipun dia memiliki
persepsi kontrol diri yang rendah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
teman-temannya yang mendorong dan mengajak merokok.
2.3.3. Persepsi Kontrol Perilaku
Orang-orang yang percaya bahwa mereka tidak memiliki
sumber daya yang ada dan kesempatan untuk melakukan perilaku
tertentu mungkin tidak akan membentuk niat-niat perilaku yang kuat
untuk melakukannya meskipun mereka memiliki sikap yang positif
terhadap perilakunya dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui
seandainya mereka melakukan perilaku tersebut. Kontrol perilaku
persepsian yang telah berubah akan memengaruhi perilaku yang
ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan yang diniatkan.
Persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control)
didefinisikan oleh Ajzen (1991) sebagai kemudahan atau kesulitan
persepsi untuk melakukan perilaku. Kontrol perilaku persepsi ini
merefleksikan pengalaman masa lalu dan mengantisipasi halangan-
halangan yang ada sehingga semakin menarik sikap dan norma
subjektif terhadap perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsi,
semakin kuat pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang
33
sedang dipertimbangkan. Kontrol perilaku persepsian yang telah
berubah akan memengaruhi perilaku yang ditampilkan sehingga tidak
sama lagi dengan yang diniatkan. Persepsi pengendalian perilaku
memainkan peran penting dalam teori direncanakan perilaku. Bahkan,
teori perilaku terencana berbeda dari teori tindakan beralasan selain
atas persepsi pengendalian perilaku.
Menurut Aninda Dwi Wayanthy (2012) persepsi kontrol
perilaku seseorang dikatagorikan menjadi persepsi kontrol perilaku
lemah dan kuat. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa seseorang yang memiliki persepsi kontrol perilaku yang kuat
akan lebih bersikap positif. Persepsi kontrol diri berhubungan
signifikan dengan niat seseorang dalam melakukan suatu tindakan
tertentu.
2.4. Rokok
2.4.1. Definisi rokok
Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun
nipah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Rokok adalah salah satu
produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau
dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan
tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
34
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran oanjang sekitar 70-
120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok merupakan
produk yang berbahaya & adiktif (menimbulkan ketergantungan)
karena didalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69
diantaranya merupakan zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker).
2.4.2. Zat berbahaya dalam rokok
Asap tembakau mengandung kurang lebih 4000 komponen.
Beberapa diantaranya bersifat racun, beberapa lainnya dapat merubah
sifat sel-sel tubuh menjadi ganas, setidaknya ada 43 zat dalam tembakau
yang sudah diketahui dapat menyebabkan kanker. 3 zat berikut ini
adalah yang paling lazim kita dengar, yaitu: nikotin, tar dan karbon
monoksida (Pusat Promosi Kesehatan RI, 2011).
Tjandra Yoga Adiatma dalam bukunya mengatakan bahwa
secara umum bahan-bahan pada rokok dibagi menjadi 2 golongan yaitu
komponen gas dan komponen padat atau partikel. Komponen padat
dibagi menjadi nikotin dan tar (Tjandra Yoga Adiatma, 2011).
Tar adalah kumpulan dari ratusan bahkan ribuat zat kimia dalam
komponen oadat asap rokok setelah dikurangi nikotin dan air (Tjandra
Yoga Adiatma, 2011). Tar ini mengandung bahan-bahan karsinogen
(dapat menyebabkan kanker) seperti Arsenic, Benzene, Chromium,
Nickel, Vinyl Chloride. Nikotin adalah suatu bahan adiktif, bahan yang
35
dapat membuat orang menjadi ketagihan (euforia) dan menimbulkan
ketergantungane (WHO, 2006).
Menurut badan penelitian kanker Inggris, ketika sebuah rokok
dibakar maka rokok tersebut akan menghasilkan lebih dari 5000
senyawa kimia. Sebagian besar dari senyawa kimia tersebut
menyebabkan kanker, ratusan senyawa merupakan racun dan terdapat
banyak senyawa adiktif lainnya yang membuat perokok terus merokok.
Beberapa zat berbahaya dalam rokok diantaranya:
1. Tar
Tar merupakan kumpulan partikel padat yang terhirup
oleh seorang perokok ketika rokok dibakar. Tar terdiri dari
banyak zat kimia yang menyebabkan kanker. Ketika dihisap
tar mengendap karena memiliki sifat yang lengket. Hal ini
menyebabkan perubahan warna pada gigi, kuku jari dan paru-
paru menjadi berwarna coklat.
2. Arsenic
Arsenic merupakan zat yang paling berbahaya dalam
rokok. Ikan dan makanan laut bisa menjadi sumber arsenik,
namun dalam bentuk yang kurang beracun dan lebih mudah
dikeluarkan dari tubuh. Sebaliknya, asap tembakau
mengandung Arsenic dalam bentuk yang lebih berbahaya.
Setiap hari perokok menghirup sekitar sepuluh kali jumlah
arsenik dibandingkan non-perokok.
36
Arsenic dapat menyebabkan kanker serta merusak
jantung dan pembuluh darah. Di samping meningkatkan
tingkat kerusakan DNA, dapat memperburuk efek dari bahan
kimia lain dengan mengganggu kemampuan kita untuk
memperbaiki DNA kami.
3. Benzene
Benzene merupakan pelarut yang digunakan untuk
memproduksi bahan kimia lainnya. Hal ini dapat menjelaskan
bahwa Benzene merupakan penyebab kanker, terutama
leukemia. Hal ini dapat menjelaskan bahwa setengah dari
sepuluh kematian akibat leukemia disebabkan oleh rokok.
4. Cadmium
Cadmium merupakan logam yang sebagan besar
digunakan dalam pembuatan baterai. Cadmium diketahui
sebagai penyebab kanker dan juga dapat merusak ginjal dan
lapisan arteri. Sebagaian besar Cadmium yang terdapat dalam
tubuh kita berasal dari paparan asap tembakau. Perokok dapat
memiliki hingga empat kali lebih banyak Cadmium dalam
darah mereka dibandingkan non-perokok.
5. Formaldehyde
Formaldehyde merupakan zat kimia berbau yang
digunakan untuk membunuh bakteri dan mengawetkan
37
mayat. Asap tembakau merupakan salah satu sumber paparan
formaldehyde. Formaldehyde merupakan salah satu
penyebab kanker khususnya kanker nasofaring dan leukemia.
Formaldehyde ini merupakan zat yang paling mungkin
menjadi penyebab pada penyakit saluran pernapasan.
6. Chromium
Chromium merupakan logam yang digunakan untuk
membuat campuran logam, pewarna, cat dan sejenisnya.
Chromium III atau kromium trivalen adalah salah satu bentuk
yang lebih aman dan sering digunakan. Sebaliknya chromium
IV atau hexavalen kromium merupakan zat yang sangat
beracun. Hexavalen kromium sering ditemukan pada asap
tembakau, dan merupakan salah satu penyebab kanker.
Chromium IV memungkinkan zat kimia lainnya yang
juga penyebab kanker seperti hidrokarbon aromatic polisiklik
menjadi lebih kuat di DNA dan meningkatkan kerusakan.
7. Nitrosamin khusus tembakau
Nitrosamin merupakan zat kimia yang dapat merusak
DNA secara langsung. Nitrosamin hanya dapat ditemukan di
produk tembakau, baik tembakau yang dibakar maupun yang
di kunyah.
38
Nitrosamin khusus tembakau merupakan bahan kimia
penyebab kanker yang kuat. Nitrosamin merupakan salah satu
penyebab dari berbagai jenis kanker berbeda termasuk paru-
paru, rongga mulut, hati, pankreas dan kanker esofagus.
Tingkat nitrosamin khusus tembakau dalam sebatang
rokok tergantung pada jenis tembakau yang digunakan dan
proses pembuatannya.
8. Nikotin
Nikotin adalah zat kimia yang terkandung secara
alami dalam tanaman tembakau. Apabila tembakau dibakar,
nikotin berpindah ke dalam asap. Nikotin dikenal oleh
otoritas kesehatan masyarakat sebagai zat yang menimbulkan
kecanduan dalam asap tembakau. Nikotin merupakan zat
yang menyebabkan kecanduan sama seperti heroin dan
kokain. Nikotin bersifat sangat adiktif seperti heroin dan
kokain sehingga menyebabkan seseorang sangat sulit untuk
berhenti merokok.
Nikotin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah termasuk pembuluh darah koroner yang memberi
oksigen pada jantung. Karena penyempitan pembuluh darah,
maka jantung akan bekerja keras, sehingga memerlukan
oksigen lebih banyak yang menyebabkan aliran darah
dipercepat dan terjadi kenaikan tekanan darah, bila terjadi
39
penyumbatan arteri koroner, tidak ada aliran oksigen ke otot
jantung yang mengakibatkan serangan jantung.
9. Hydrogen cyanide
Sianida pada rokok berbentuk gas hidrogen sianida.
Hidrogen sianida biasanya digunakan untuk bahan
pembuatan plastik dan pestisida. Sianida merupakan racun
yang mematikan. Hydrogen sianida merupakan zat kimia
yang sangat merusak bagi jantung dan pembuluh darah.
Racun ini akan menghambat tubuh menyerap oksigen untuk
mempertahankan hidup. Sianida akan diserap tubuh dan
mematikan sel karena kehabisan oksigen. Pada dosis tertentu
hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian hanya dalam
waktu 15 menit saja.
10. Carbone monoxide
Karbon monoksida merupak gas beracun yang tidak
berwarna dan tidak berbau. Karbon monoksida dihasilkan
dari hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung karbon,
seperti gas kompor atau bensin mobil.
Ketika gas karbon monoksida dihisap dan masuk
kedalam tubuh, gas karbon monoksida akan menempel pada
sel darah merah menggantikan oksigen. Gas karbon
monoksida lebih mudah diserap oleh hemoglobin daripada
oksigen. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen
40
yang diangkut oleh sel darah merah dan mengakibatkan tubuh
kekurangan oksigen. Tubuh yang menyerap gas karbon
monoksida akan berakibat pusing karena kekurangan
oksigen, muntah-muntah, sesak nafas, pingsan bahkan dapat
menyebabkan kematian.
11. Nitrogen oxides
Nitrogen oksida merupakan zat kimia yang berupa
gas dan dapat ditemukan di knalpot kendaraan dan asap
rokok. Di dalam tubuh manusia terdapat nitrogen oksida
dalam jumlah yang sedikit, berfungsi sebagai molekul sinyal
intraselular.
Nitrogen oksida akan menjadi racun bagi manusia
ketika jumlahnya sangat banyak. Ketika nitrogen oksida
dihisap maka nitrogen oksida akan menyebabkan saluran
pernapasan menjadi lebar sehingga memudahkan paru-paru
menyerap nikotin dan bahan kimia lainnya. Ketika seorang
perokok tidak merokok hal tersebut menyebabkan
berhentinya produksi nitrogen oksida dalam tubuh sehingga
seorang perokok akan menjadi sulit bernapas.
12. Ammonia
Amonia adalah senyawa kimia berupa gas dan
berbau tajam yang khas. Ammonia digunakan dalam
beberapa pembersih toilet. Beberapa penelitian
41
menunjukkan bahwa amonia dapat meningkatkan kekuatan
adiktif nikotin, dengan mengubah nikotin menjadi gas yang
lebih mudah diserap ke dalam paru-paru, saluran udara dan
aliran darah.
Amonia merupakan zat kimia yang dapat merusak
kesehatan karena amonia adalah gas beracun jika terhirup
tubuh. Jika terkena paparan amonia dalam konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan sampai pada
kematian.
2.4.3. Pengaruh rokok terhadap kesehatan
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan berbagai masalah bagi
tubuh, mulai dari kepala (serangan stroke ataau gangguan pembuluh
darah otak), gangguan di paru dan jantung, keluhan diperut, gangguan
pada proses kehamilan sampai gangguan pembuluh darah di kaki
(WHO, 2006). Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh rokok antara
lain :
1. Kanker paru
Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 80-90%
kanker paru pada pria dan 70% pada wanita disebabkan oleh
kebiasaaan merokok. Penelitian di Inggris menununjukkan
bahwa sekita 87% kematian akibat kanker paru dan 82%
kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
terjadi akibat merokok. Paparan asap rokok pada orang yang
42
tidak merokok (perokok pasif) meningkatkan kemungkinan
terjadinya kanker paru sampi 30% lebih tinggi.
Kanker secara umum terbagi dalam tiga golongan
besar. Golongan pertama adalah kanker yang dapat dicegah,
golongan kedua adalah kanker yang ditemukan dalam
stadium dini, dan golongan ketika adalah kanker yang dapat
diobati. Kanker paru termasuk golongan pertama, kanker
yang dapat dicegah dengan dengan menghindarkan diri dari
kebiasaan merokok. Seorang perokok mempunyai
kemungkinan 4 sampai 14 kali lebih tinggi untuk
mendapatkan kanker paru jika dibandingkan dengan bukan
perokok.
Salah satu bahan di dalam rokok yang merupakan
penyebab kanker adalah tar. Jika seseorang menghisap rokok
dalam jangka lama maka di dalam parunya akan terjadi
berbagai perubahan akibat asap rokok. Proses kanker di paru
dimulai dengan masa prakanker. Perubahan pertama terjadi
pada masa ini disebut sebagai metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk sel epitel pada permukaan
saluran napas dan rusaknya silia atau bulu getar yang ada pada
permukaan saluran napas di paru. Bila rangsangan asap rokok
berlangsung terus maka metaplasia skuamosa dapat berubah
menjadi dysplasia, karsinoma in situ, dan menjadi kanker
paru.
43
Jika seseorang berhenti merokok pad amasa
prakanker yang awal maka prosesnya tidak akan berlanjut
menjadi kanker. Timbulnya kanker paru berhubungan dengan
jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok
yang dihisap dan juga berhubungan dalam tidaknya hisapan
yang dilakukan. Semakin banyak rokok yang dihisap,
semakin lama kebiasaan merokok, makin tinggi kadar tar
rokok yang dihisap dan makn dalam seorang menghisap
rokok makan akan semakin tingggi kemungkinan seseorang
mendapat kanker paru.
2. Kanker lain
Beberapa kanker lain yang disebabkan oleh rokok
diantaranya kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker
kandung kemih dan kanker leher Rahim. Risiko bagi laki-laki
perokok terkena kanker mulut adalah 5 kali lebih besar
dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko kanker
tenggorokan 9 kali lebih tinggi dan risiko kandungkemih 2-3
kali lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.
3. Penyakit jantung
Penyakit jantung coroner berhubungan dengan
penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah koroenr,
yaitu pembuluh darah yang berfungsi memberikan aliran
darah bagi jaringan jantung.
44
Dua zat dalam asap rokok yang menyebabkan
penyakit jantung adalah nikotin dan gas CO. Asap rokok
mengandung 0,5% sampai 3% nikotin, dan ketika dihisap
kadar nikotin dalam darah akan berkisar 40-50 mg/ml.
Nikotin dapat mengganggu jantung, membuat irama janung
menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah,
menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari pembuluhan
darah dan menimbulkan pengumpulan darah.
Kebiasaan merokok juga diketahui meningkatkan
kadar kolesterol dan asam lemak bebas. Nikotin
mempengaruhi metabolism lemak dan mempermudah
terjadinya penyempitan pembuluh darah di jantung. Gas CO
(karbon monoksida) mengganggu kemampuan darah kita
untuk berikatan dengan oksigen. Gas CO mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin dalam darah 200 kali
lebih kuat dari oksigen. Hal tersebut akan berakibat
hemoglobin tidak mengikat oksigen dan tubuh akan menjadi
kekurangan oksigen. Setiap batang rokok mengandung 3%
sampai 6% kadar CO. kadar CO dalam perokok berat sekitar
5%.
Perokok akan mengalami serangan jantung tiga kali
lebih sering dibandingkan dengan bukan perokok. Kebiasaan
merokok juga meningkatkan kematian dua kali lebih tinggi
45
pada perokok yang sebelumnya pernah mendapatkan
serangan jantung.
Merokok yang dimulai dari usia muda menyebabkan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner dua kali lebih
tinggi dibandingkan bukan perokok. Kebiasaan merokok
dapat memperburuh keadaan penderita tekanan darah tinggi
serta meningkatkan kemungkinan mendapat penyakit
koroner pada wanita yang meminum pil KB (kontrasepsi
oral).
4. Gangguan kehamilan
Kebiasaan merokok pada calon ibu membawa akibat
buruk padaanak yang akan dilahirkannya. Wanita hamil
yang merokok lebih banyak melahirkan bayi yang
meninggal dibandingkan dengan wanita hamil yang bukan
perokok. Seandainya bayi itu lahir normal, maka bayi wanita
perokok lebih sering meninggal pada bulan-bulan pertama.
Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya kurang
dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi pada ibu perokok
lebih rendah 40-400 gram dibandingkan dengan bayi yang
lahir dari ibu bukan perokok. Sebanyak 7% ibu-ibu hamil
yang merokok satu bungkus sehari melahirkan anak yang
beratnya kurang dari 2500 gram, dan persentase ini
46
meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang
menghabiskan dua bungkus rokok seharinya.
Penurunan berat badan bayi pada ibu perokok terjadi
kerena beberapa hal. Rokok yang dihisap ibu akan
mengganggu oksigenisasi di tubuh janin karena ikut
masuknya karbon monoksida ke peradaran darah janin dan
adanya gangguan enzim-enzim pernapasan janin dalam
kandungan. Gizi pada ibu perokok biasanya lebih buruk dari
ibu bukan perokok karena kebiasaan merokok dapat
menurunkan nafsu makan.
Nikotin merupakan zat vasokonstriktor yang
berakibat mengganggu metabolisme protein dalam tubuh
janin yag sedang berkembang, serta nikotin dapat
menyebabkan jantung janin berdenyut lebih lambat dan
menimbulkan gangguan pada sistem saraf. Kejadian abortus
juga lebih sering terjadi pada wanita-wanita perokok.
Menurut para ahli terdapat gangguang tumbuh-kembang
anak-anak dari ibu perokok, baik dari fisik, emosi maupun
kecerdasan.
5. Penyakit paru lainnya
Paru-paru seorang perokok merupakan organ tubuh
yang berhubungan langsung dengan asap rokok. Kebiasaan
merokok sering menimbulkan batuk serta dahak yang
47
banyak. Saluran napas yang kecil menjadi meradang dan
menyempit. Serangan asma akan menjadi lebih sering dan
lebih berat dirasakan, dan infeksi paru akan lebih sering
terjadi.
Kebiasaan merokok dapat menurunkan kemampuan
paru seseorang untuk bernapas dengan baik. Penurunan
kemampuan paru ini berakibat kepada penurunan volume
ekpirasi paksa detik 1 (VEP 1) pertahun. Secara umum
terjadi penurunan VEP 1 pada perokok sekitar 10-20 ml
lebih banyak dari bukan perokok.
Pengaruh asap rokok terhadap paru dapat berupa
peradangan kronik dari saluran napas. Jumlah sel radang
akan meningkat dua sampai empat kali. Oksidan yang
dikeluarkan asap rokok dapat secara langsung menimbulkan
kerusakan pada jaringan paru. Asap rokok dapat
mengganggu fungsi rambut getar dalam paru sehingga
mengganggu proses pembersihan paru dan saluran napas.
Pada perokok dapat terjadi perubahan epitel saluran
napas ke arah timbulnnya kanker di paru. Ada dua penyakit
pada paru selain kanker yang banyak dihubungkan dengan
kebiasaan merokok yaitu bronchitis kronik dan emfisema
paru. Kedua penyakit ini tidak jarang terjadi bersama-sama,
dan disebut PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik).
48
Penderita PPOK akan mengeluh karena batuk
berdahak dan juga sesak napas. Penderita PPOK bersifat
irreversible artinya tidak dapat kembali normal. Kematian
akibat PPOK pada perokok adalah sepuluh kali lebih tinggi
dibandingkan dengan bukan perokok.
Asap rokok sangat berhubungan dengan semakin
beratnya penyakit asma. Kebiasaan merokok merupakan
faktor penting pencetus serangan asma, memperberat
serangan dan memperburuk kemampuan pernapasan.
Kebiasaan merokok sangat berhubungan dengan
meningkatnya kadar Immunoglobulin E (Ig E) yang spesifik.
Kadar antibody terhadap bahan ini dapat mencapai lima kali
lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan
perokok (Tjandra Yoga Aditama, 2011).
6. Penyakit lain
Kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan
timbulnya beberapa penyakit seperti maag dan tukak
lambung. Selain itu kebiasaan merokok juga dapat
menyebabkan alergi dan penurunan daya tahan tubuh.
Seorang perokok yang menderita kencing manis mempunyai
kemungkinan lebih sering mendapatkan serangan jantung.
Tar pada rokok berhubungan dengan kerusakan
kromosom pada manusia. Asap rokok menyebabkan
49
perubahan genetik, gangguan kromosom, menghambat
perbaikan DNA (Deoxyribonucleic Acid) yang rusak serta
mengganggu sistem enzimatik (Tjandra Yoga Adiatma,
2011).
2.5. Teori Perilaku
2.5.1. Teori Perilaku Berencana (Theory of Planned Behavior)
Teori ini sebelumnya dikenal sebagai Theory of Reasoned Action
(TRA), dikembangkan di tahun 1967, kemudian Icek Ajzen dan Martin
Fishbein mengembangkan dan meperluar teori ini. Mulai tahun 1980
teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk
mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada tahun
1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada
tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB),
untuk mengatasi kekurang adekuatan yang ditemukan oleh Ajzen dan
Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan
TRA.
Theory of Planned Behavior adalah teori yang meramalkan
pertimbangan perilaku karena perilaku dapat dipertimbangkan dan
direncanakan. Teori ini berguna untuk memperbaiki daya prediksi dari
teori tindakan beralasan dengan memasukkan kontrol perilaku yang
dirasakan. Ini adalah salah satu teori persuasi yang paling prediktif. Ini
telah diterapkan pada studi tentang hubungan antara keyakinan , sikap,
50
perilaku niat dan perilaku dalam berbagai bidang seperti periklanan ,
public relations , kampanye iklan , dan kesehatan.
Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa
manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-
informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang memikirkan
implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.
Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap
terhadap perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting
perilaku seseorang adalah intensi untuk berperilaku. Intensi individu
untuk menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk
menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu
terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku,
evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-
kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.
TPB menjelaskan ada 3 faktor utama yang mempengaruhi niat
seseorang dalam berperilaku. Tiga faktor ini adalah attitude toward the
behavior (sikap terhadap perilaku), subjective norm (norma subjektif)
dan perceived behavioral control (persepsi pengendalian perilaku).
Sikap seseorang tergantung pada persepsinya terhadap hasil
suatu perilaku. Jika seseorang memiliki persepsi bahwa suatu perilaku
akan memiliki hasil yang positif maka orang tersebut akan bersikap
positif terhadap perilaku tersebut, begitu sebaliknya. Norma subjektif
51
seseorang lebih dipengaruhi oleh pandangan orang lain terhadap suatu
perilaku. Jika orang lain memandang suatu perilaku merupakan hal yang
positif maka seseorang tersebut akan termotivasi untuk memenuhi
harapan orang lain tersebut maka inilah yang disebut norma subjektif
positif dan begitu sebaliknya.
Perceived behavioral control menunjuk suatu derajat dimana
seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku
adalah berada di bawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan
membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku
tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan
untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia
percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan
menyetujuinya. Perceived behavioral control dapat mempengaruhi
perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur
langsung dari Perceived behavioral control ke perilaku diharapkan
muncul ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenai kendali
dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku.
Faktor utama dalam TPB adalah niat seseorang untuk
berperilaku. Niat merupakan indikasi dari keinginan seseorang untuk
mencoba, seberapa besar upaya yang dikerahkan untuk melakukan suatu
perilaku. Semakin kuat niat seseorang untuk berperilaku semakin besar
kemungkinan perilaku dapat diwujudkan.
52
TPB berasal dari asusmsi bahwa manusia akan berperilaku
berdasrkan akal sehat mereka, manusia menyerap informasi baik secara
implisit ataupun eksplisit, manusia akan memprtimbangkan implikasi
dari perbuatan mereka. Dalam TPB ada 3 determinan yang dimiliki oleh
perilaku yaitu faktor personal, faktor sosial dan faktor isu Kontrol.
Menurut Ajzen (2005) dalam Neila Ramadhani (2008) Model
teoritik dari Theory of Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan)
mengandung berbagai variabel yaitu :
1. Latar belakang ( background factors), seperti usia, jenis
kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat
kepribadian, dan pengetahuan mempengaruhi sikap dan
perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang
pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang,
yang dalam model Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek
O (organism). Di dalam kategori ini Ajzen memasukkan tiga
faktor latar belakang, yakni Personal, Sosial, dan Informasi.
Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap
sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup
(values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor
sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis,
pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah
pengalaman, pengetahuan dan ekspose pada media.
2. Keyakinan Perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang
diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi
53
positif dan negatif, sikap terhadap perilaku atau
kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu
perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku
tersebut.
3. Keyakinan Normatif (Normative Beliefs), yang berkaitan
langsung dengan pengaruh lingkungan yang secara tegas
dikemukakan oleh Lewin dalam Field Theory Pendapat
Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui PBT.
Menurut Ajzen, faktor lingkungan sosial khususnya orang-
orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu (significant
others) dapat mempengaruhi keputusan individu.
4. Norma subjektif (Subjective Norm) adalah sejauh mana
seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan
orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (Normative
Belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya
untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan
ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan
mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan
dilakukannya. Fishbein & Ajzen (1975) menggunakan istilah
motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini,
yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang
berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.
5. Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control
beliefs) diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah
54
pengalaman melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau
pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain
(misalnya teman, keluarga dekat) melaksanakan perilaku itu
sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat
melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu perilaku
akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan
waktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya
fasilitas untuk melaksanakannya, dan memiliki kemampuan
untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat
pelaksanaan perilaku.
6. Persepsi kemampuan mengontrol (Perceived Behavioral
Control), yaitu keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah
melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku
tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk
melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan
estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya
kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk
melaksanakan perilaku itu. Ajzen menamakan kondisi ini
dengan “persepsi kemampuan mengontrol” (perceived
behavioral control).
7. Niat untuk melakukan perilaku (Intention) adalah
kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau
tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh
55
sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku
tertentu, dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan
perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang
lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.
2.6. Kerangka Teori
Theory of Planned Behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh
Ajzen dan Martin Fishbein dari Theori of Reasoned Action (TRA) yang sudah
ditemukan sebelumnya. TPB menjelaskan bahwa niat berperlaku merupakan
hasil dari kombinasi keyakinan. Niat merupakan koseps dari tindakan
terencana dalam mencapai tujuan berperilaku.
Ajzen dan Martin Fishbein menyebutkan bahwa niat terbentuk akibat
sikap terhadap perilaku (Attitude towar behavior), norma subjektif (Subjective
norm) dan persepsi pengendalian perilaku (Perceived behavioral control).
Selanjutnya faktor tersebut dipengaruhi oleh beberapa latar belakang pribadi,
sosial demografi dan informasi seseorang.
2.7. Derajat Berat Merokok
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003 mengatakan bahwa
kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting
dalam timbulnya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Bronkitis kronik
dan Emfisema, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam
pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
56
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam
tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : > 600
57
Berikut kerangka teori berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Ajzen dan Martin Fishbein :
Faktor latar belakang
Faktor personal
Sikap umumseseorang terhadapsesuatu
Sifat kepribadian
Nilai hidup
Emosi
Kecerdasan
Faktor sosial
Usia, Jenis kelamin
Etnis
Pendidikan
Agama
Faktor informasi
Pengetahuan
Pengalaman
Ekspos pada media
Keyakian padaperilaku Sikap
terhadapperilaku
Normasubjektif
Keyakinannormatif
Keyakinankontrol
Persepsikontrolperilaku
Niat Perilaku
ActualBehavioralControl
Evaluasi padaperilaku
Motivasiuntuk patuh
Kemampuanyang
dirasakan
58
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka konsep
Theory of Planned Behavior (Ajzen, 2005) menjelaskan bahwa intensi
(niat) untuk melakukan sesuatu perilaku merupakan indikasi kecenderungan
individu untuk melakukan suatu perilaku. Dalam teori ini disebutkan bahwa niat
seseorang untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga domain perilaku yaitu sikap
seseorang terhadap perilaku tertentu, norma subjektif dan Kontrol perilaku.
Tiga domain perilaku dalam teori ini dipengaruhi oleh tiga faktor latar
belakang yaitu personal, sosial dan informasi. Faktor personal meliputi nilai
hidup (values), emosi dan kecerdasan. Faktor sosial antara lain usia, jenis
kelamin, etnis, pendidikan, penghasilan dan agama. Faktor informasi terdiri dari
pengalaman, pengetahuan dan eksposur media.
Pada kerangka konsep ini peneliti tidak memasukkan semua variabel
yang terdapat dalam kerangka teori, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor
yang masuk dalam kerangka konsep merupakan faktor-faktor yang secara
langsung mempengaruhi niat siswa untuk tidak merokok. Adapun faktor yang
tidak diteliti yaitu :
- Variabel perilaku
Perilaku tidak diteliti karena diketahui bahwa terdapat alumni Al
Hasra yang merokok.
59
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Sikap Terhadap Perilaku tidakMerokok
Norma subjektif
Persepsi kontrol perilaku
Niat untuk tidak merokoksiswa SMP Al Hasra
60
3.2.Definisi operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Pengertian Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Niat untuk tidak
merokok
Kecenderungan seseorang untuk memilih,
melakukan atau tidak melakukan perilaku tidak
merokok yang dipengaruhi oleh sikap, norma
subjektif dan persepsi kontrol perilaku
Kuisioner Wawancara ≤ 23 = Niat kuat
> 23 = Niat lemah (Median)
Ordinal
SikapTerhadapperilaku tidakmerokok
Sikap merupakan reaksi atau respon responden
terhadap perilaku tidak merokok yang di
dasarkan pada pengetahuan, perasaan dan
kecenderungan untuk berperilaku tidak
merokok dan dibentuk oleh keyakinan pada
perilaku dan evaluasi pada perilaku
Kuisioner Wawancara ≤ 48 = Sikap negatif
> 48 = Sikap positif
(Median)
Ordinal
61
Norma subjektif Persepsi atau pandangan seseorang terhadap
kepercayaan-kepercayaan orang lain (orang tua,
guru, teman) yang akan mempengaruhi minat
untuk melakukan atau tidak melakukan
perulaku tidak merokok yang dibentuk oleh
keyakinan normatif dan motivasi untuk patuh.
Kuisioner Wawancara ≤ 16 = Norma subjektif kuat
> 16 = Norma subjektif lemah
(Median)
Ordinal
Persepsi kontrolperilaku
Penliaian dan pertimbangan responden pada
kemampuan dirinya untuk tidak berniat
merokok yang dibentuk oleh keyakinan kontrol
dan kemampuan yang dirasakan.
Kuisioner Wawancara ≤ 70 = Persepsi kontrol perilaku kuat
> 70 = Persepsi kontrol perilaku lemah
(Median)
Ordinal
62
1.3.Hipotesis
1. Ada hubungan antara sikap terhadap perilaku tidak merokok
dengan niat untuk tidak merokok siswa SMP Al Hasra.
2. Ada hubungan antara norma subjektif terhadap perilaku tidak
merokok dengan niat untuk tidak merokok siswa SMP Al Hasra.
3. Ada hubungan antara persepsi Kontrol diri terhadap perilaku tidak
merokok dengan niat untuk tidak merokok siswa SMP Al Hasra.
63
BAB IV
METODE PENELITIAN4.1. Desain penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional, dimana desain penelitian
ini digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data dan pengukuran variable independen dan variable independen dilakukan
sekaligus pada suatu waktu. Pemilihan desain ini berdasarkan tujuan
penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat
untuk tidak merokok pada remaja SMP Islam Al Hasra Depok 2016.
4.2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di SMP Islam Al
Hasra Depok.
4.3. Populasi dan sample
4.3.1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Islam
Al Hasra Sawangan. Populasi siswa SMP Al Hasra dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas 7 dan 8 yang berjumlah 245 orang ditahun
2016. Mayoritas (100%) dari subjek yang berpartisipasi berstatus tidak
merokok
64
4.3.2. Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah siswa SMP Islam Al Hasra
yang didapatkan setelah melakukan perhitungan sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah non random sampling dengan pengambilan sampel
menggunakan quota sampling. Yaitu peneliti mengambil sampel dari
kelas 7 dan 8 sampai memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan.
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perhitungan rumus
uji hipotesis beda dua proporsi berdasarkan tujuan penelitian untuk
menguji hipotesis, dengan asumsi penelitian sebelumnya yaitu bahwa
proporsi adanya siswa yang memiliki niat merokok rendah 45% dan niat
merokok tinggi 54% (Aninda Dwi Wayanthy, 2012).
Pada penelitian ini peneliti menginginkan tingkat kepercayaan
sebesar 95% dengan menggunakan derajat kemaknaan 5% dengan
kekuatan uji 80% sebagaiberikut :
= 2 (1 − ) + 1(1 − 1) + 2(1 − 2)( 1 − 2)²Keterangan :
n : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian1 − /2 : Derajat kepercayaan (Confident Interval / CI) = 95%
: Kekuatan Uji 80%
65
P1 : Proporsi siswa niat tidak merokok lemah pada sikap kuat 14,6%
Ngu ling Yee (2015).
P2 : Proporsi siswa niat tidak merokok lemah pada sikap lemah
29,65% Ngu ling Yee (2015).
P̅ : (P1+P2)/2 = 0,5
Tabel 4.1.JumlahSampel
Penelitian Variabel P1 P2JumlahSampel
Ngu ling Yee (2015) Sikap 0,15 0,3 82
Berdasarkan perhitungan sampel dengan beberapa nilai P dari
penelitian terdahulu, maka hasil perhitungan jumlah sampel ini adalah
82 responden. Karena penelitian dilakukan secara cross sectional maka
jumlah sampel yang seharusnya di ambil adalah
82 = 44100 × ′= 10044 × 49= 186
Maka jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini
adalah sebanyak 186 orang .Untuk menentukan jumlah sampel tiap
kelas maka digunakan rumus berikut
n =
66
Keterangan :
n : sampel yang dibutuhkan
∑ : jumlah murid kelas X
N : Jumlah keseluruhan populasi (245)
186 : Jumlah sampel yang dibutuhkan
Kelas 1 : = 96 Kelas 2 : =90
4.4. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer. Data primer
diperoleh dengan cara membagikan kuisioner kepada siswa SMP Al Hasra.
Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik siswa (nama, usia, kelas,
jenis kelamin), perilaku merokok siswa, pengetahuan siswa tentang rokok,
sikap siswa terhadap rokok, ketersediaan rokok, keterjangkauan
(penghasilan/jajan), perilaku keluarga, perilaku teman, perilaku guru dan
peringatan kesehatan pada bungkus rokok.
4.5. Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan
agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisi atau interpretasi (Yuli,
2012). Pengolahan data dapat dikelompokan menjadi :
1. Data Coding
Data coding yaitu merupakan kegiatan
mengklasifikasikan data dan memberi kode untuk masing –
masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data.
67
2. Data Editing
Data editing adalah penyuntigan data dilakukan
sebelum proses pemasukan data. Penyuntingan data
sebaiknya dilakukan di lapangan agar data yang salah atau
meragukan masih dapat ditelusuri kembali kepada responden
atau informasi yang bersangkutan.
3. Data Structure
Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis
yang akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang
dipergunakan. Pada saat melakukan data structure, bagi
masing – masing variabel perlu ditetapkan ; nama, skala ukur
variabel, jumlah digit.
4. Data Entry
Data entry merupakan proses memasukkan data
kedalam program atau fasilitas analisis data. Dalam penelitian
ini entry data dilakukan dengan program pengolahan data.
5. Data Cleaning
Data cleaning merupakan proses pembersihan data
setelah data di entri. Cara yang dilakukan yaitu dengan
melihat distribusi frekuensi dari variabel – variable dan
menilai kelogisannya.
Setelah data cleaning, maka data siap untuk di analisis
dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu dan
menggunakan program analisis data.
68
4.6. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Analisa univariat untuk melihat distribusi responden dan
masing-masing variabel yaitu variabel predisposisi,
pendukung, dan kebutuhan.
2. Analisa bivariat untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan dependen. Masing-masing variabel
independen dengan variabel niat sebagai variabel dependen
dilakukan dengan uji non-parametrik fisher. Hasil dari uji fiser
berupa nilai probabilitas (p value). Penelitian ini
menggunakan tingkat kemaknaan (α) sebesar 0,05 (derajat
kepercayaan 95%), sehingga apabila hasil uji fischer exact
didapatkan nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang
signifikan diantara kedua variabel tersebut. Namun jika nilai
p > 0,05 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan signifikan
antara kedua variabel tersebut
69
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Profil SMP Al Hasra
5.1.1. Latar belakang Berdiri Al Hasra
SMP Al-Hasra pertama kali dibuka pada tahun 1985 dan secara
resmi mendapat ijin operasional dari Kepala Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat melalui
SK No. 905/I02/Kep/E-88. Seiring dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan kualitas pendidikan yang lebih baik, maka SMP Al-
Hasra menyelenggarakan Kelas Plus sejak Tahun Pelajaran 2000/2001.
Sekolah yang berlokasi di Jl. Raya Ciputat Parung Km. 24Jawa
Barat, Depok ini memiliki 350 orang siswa yang terdiri dari yang terbagi
menjadi 127 orang siswa kelas 7, 118 orang siswa kelas 8 dan 105 orang
siswa kelas 9. Siswa SMP Al Hasra terdiri dari 195 orang siswa laki-
laki dan 155 orang siswa perempuan.. SMP Al Hasra memiliki 17 orang
guru termasuk didalamnya kepala sekolah yang juga mengajar sebagai
guru IPS.
5.1.2. Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya lulusan pendidikan dasar yang islami, mampu
teknologi dan bahasa asing.
70
Misi
1. Melaksanakan pendidikan dasar sembilan tahun mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
2. Menanamkan aqidah Islam agar menumbuhkan kesadaran
dan menjalankan ibadah dan menunjukkan perilaku akhlakul
karimah.
3. Meningkatkan kemampun penguasaan teknologi dan bahasa
asing.
4. Meningkatkan potensi peserta didik dibidang akademik dan
non akademik (pengembangan diri).
5.1.3. Tujuan
1. Terwujudnya pendidikan dasar sembilan tahun mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
2. Tercapainya pemenuhan 8 SNP secara bertahap sesuai
dengan kemampuan sekolah.
3. Terwujudnya kesadaran pelaksanaan ibadah oleh seluruh
warga sekolah.
4. Terwujudnya kepribadian akhlakul karimah bagi seluruh
warga sekolah.
5. Tercapainya peningkatan keterampilan penggunaan
teknologi.
6. Tercapainya peningkatan Kemampuan berbahasa asing.
7. Tercapainya peningkatan rata-rata kelulusan.
71
8. Terwujudnya pengembangan kreatifitas peserta didik dalam
bidang akademik dan non akademik.
9. Tercapainya peningkatan 7K (Keamanan, Ketertiban,
Kedisiplinan, Kekeluargaan, Kerindangan dan Kesehatan).
5.1.4. Peraturan SMP Al Hasra tentang perilaku merokok
SMP Al Hasra adalah sekolahyang didirikan dengan tujuan
membentuk pribadi muslim yang cerdas dan berakhlak mulia. Maka
dari karena itu SMP Al Hasra memiliki peraturan yang ketat terkait
perilaku merokok yang dilakukan oleh para siswa nya. Berikut
beberapa peraturan SMP Al Hasra terhadap siswa yang melakukan
perilaku merokok.
1. Rokok dilarang di lingkungan sekolah
2. Siswa yang ketahuan merokok disekolah 1 kali maka akan
dikenakan Surat Peringatan pertama (SP 1), memanggil
orang tua ke sekolah dan membuat perjanjian dengan
sekolah.
3. Jika ketahuan merokok untuk yang ke 2 kali maka akan
langsung dikeluarkan dari sekolah.
5.2. Analisis Univariat
Analisis Univariat pada penelitian ini dilakukan untuk memberikan
gambaran distribusi frekuensi dari tiap variabel yang diteliti baik dependen
maupun independen.
72
5.2.1. Gambaran umur dan jenis kelamin siswa SMP Al hasra
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dilakukan diketahui
bahwa rata-rata umur siswa SMP Al Hasra yang jadi responden pada
penelitian ini adalah berumur 13 tahun dengan umur 12 tahun menjadi
yang paling kecil dan 15 tahun yang paling besar. Menurut jenis
kelamin maka diketahui jumlah siswa Al Hasra yang jadi responden
pada penelitian ini adalah sebagian besar siswa yaitu sebanyak 100
orang (53,8%) responden adalah siswa laki-laki
5.2.2. Gambaran Niat tidak merokok siswa SMP Al hasra
Niat untuk tidak merokok adalah keinginan dan usaha yang
dilakukan responden untuk tidak merokok. Dalam penelitian ini di ukur
seberapa kuat keinginan siswa untuk tidak merokok. Setelah dilakukan
pengumpulan data, kemudian data di skoring dan dikategorikan
berdasarkan cut off point dari median data tersebut yaitu 23, hasilnya
dapat dilihat sebagai berikut;
Tabel 5.1
Gambaran niat tidak merokok siswa SMP Al hasra tahun 2016
Niat untuk tidak merokok Jumlah (orang) Persentase
Kuat 102 54,8
Lemah 84 45,2
Total 186 100
73
Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa Al
Hasra yaitu sebanyak 102 orang (54,8%) responden memiliki niat untuk
tidak merokok kuat.
5.2.3. Gambaran Sikap siswa SMP Al hasra
Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data di skoring
dan dikategorikan berdasarkan cut off point dari median data tersebut
yaitu 48, hasilnya dapat dilihat sebagai berikut;
Tabel 5.2
Gambaran sikap siswa SMP Al hasra terhadap perilaku tidak
merokok tahun 2016
Sikap terhadap perilaku tidak
merokok
Jumlah
(orang)
Persentase
Positif 112 60,2
Negatif 74 39,8
Total 186 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar siswa
SMP Al Hasra yaitu sebanyak 112 orang (60,2%) responden yang
memiliki sikap positif terhadap perilaku tidak merokok.
74
5.2.4. Gambaran Norma Subjektif siswa SMP Al hasra
Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data di skoring
dan dikategorikan berdasarkan cut off point dari median data tersebut
yaitu 16, hasilnya dapat dilihat sebagai berikut;
Tabel 5.3
Gambaran norma subjektif siswa SMP Al hasra
terhadap perilaku tidak merokok tahun 2016
Norma Subjektif Jumlah (orang) Persentase
Kuat 108 58,1
Lemah 78 41,9
Total 186 100
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar siswa
yaitu sebanyak 108 orang (58,1%) responden yang memiliki norma
subjektif yang kuat
5.2.5. Gambaran Persepsi Kontrol Perilaku siswa SMP Al hasra
Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data di skoring
dan dikategorikan berdasarkan cut off point dari median data tersebut
yaitu 70, hasilnya dapat dilihat sebagai berikut;
75
Tabel 5.4
Gambaran persepsi kontrol perilaku siswa SMP Al hasra
tahun 2016
Persepsi Kontrol Perilaku Jumlah (orang) Persentase
Kuat 96 51,6
Lemah 90 48,4
Total 186 100
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar siswa
SMP Al Hasra yaitu sebanyak 96 orang (51,6%) responden yang
memiliki persepsi kontrol perilaku yang kuat.
5.3. Analisis Bivariat
Tahap analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji fisher, dimana variabel-
variabel yang diteliti baik variabel dependen maupun independen berbentuk
data kategorik, sehingga dapat dilihat ada-tidaknya asosiasi antara dua variabel
tersebut. Dikatakan bermakna jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak bermakna jika p >
0,05.
76
5.3.1. Hubungan sikap terhadap perilaku tidak merokok dengan niat
untuk tidak merokok
Tabel 5.7Hubungan Sikap terhadap perilaku merokok dengan niat untuk tidak
merokok siswa SMP Al hasra 2016
Sikap terhadap
perilaku tidak
merokok
Niat untuk tidak merokok
Total P Value
Kuat Lemah
jumlah % jumlah % jumlah %
0,002Negatif 72 64,3 40 35,7 112 100
Positif 30 40,5 44 59,5 74 100
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 112 siswa responden
yang memiliki sikap negatif terhadap perilaku merokok terdapat
sebanyak 72 siswa (64,3%) responden memiliki niat yang kuat untuk
tidak merokok. Dan dari 74 orang siswa responden yang memiliki sikap
terhadap perilaku merokok positif diketahui sebanyak 30 siswa (40,5%)
responden memiliki niat kuat untuk tidak merokok .
Hasil uji fisher diperoleh nilai p sebesar 0,002 sehingga pada
tingkat kemaknaan 5% menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara sikap terhadap perilaku merokok dengan niat untuk tidak
merokok siswa SMP Al hasra.
77
5.3.2. Hubungan norma subjektif dengan niat untuk tidak merokok
Tabel 5.8Hubungan Norma Subjektif dengan niat untuk tidak merokoksiswa SMP
Al hasra 2016
Norma
Subjektif
Niat untuk tidak merokok
Total P Value
Kuat Lemah
jumlah % jumlah % jumlah %
0,006Kuat 69 63,9 39 36,1 108 100
Lemah 33 42,3 45 57,7 78 100
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 108 siswa responden
yang memiliki norma subjektif kuat terdapat sebanyak 69 siswa (63,9%)
responden memiliki niat yang kuat untuk tidak merokok. Dan dari 78
orang siswa responden yang memiliki norma subkjektif lemah terdapat
sebanyak 33 siswa (42,3%) responden memiliki niat kuat untuk tidak
merokok.
Hasil uji fisher diperoleh nilai p sebesar 0,006 sehingga pada
tingkat kemaknaan 5% menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara norma subjektif dengan niat untuk tidak merokok siswa SMP Al
hasra.
78
5.3.3. Hubungan persepsi kontrol perilaku dengan niat untuk tidak
merokok
Tabel 5.9Hubungan Persepsi Kontrol Perilaku dengan niat untuk tidak
merokok siswa SMP Al hasra 2016
Persepsi Kontrol
Perilaku
Niat untuk tidak merokok
Total P Value
Kuat Lemah
jumlah % jumlah % jumlah %
0,736Kuat 51 53,1 45 46,9 96 100
Lemah 51 56,7 39 43,3 90 100
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 96 siswa responden
yang memiliki persepsi kontrol perilaku kuat terdapat sebanyak 51
siswa (53,1%) responden memiliki niat yang kuat untuk tidak merokok.
Dan dari 90 orang siswa responden yang memiliki persepsi kontrol
perilaku lemah terdapat sebanyak 51 siswa (56,7%) responden memiliki
niat kuat untuk tidak merokok.
Hasil uji fisher diperoleh nilai p sebesar 0,736 sehingga pada
tingkat kemaknaan 5% menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara norma subjektif dengan niat untuk tidak merokok
siswa SMP Al Hasra.
79
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yatu peneliti tidak
menggunakan teknik pengambilan sampel secara proporsional random
sampling seperti yang dicantumkan sebelumnya di proposal penelitian, tetapi
peneliti menggunakan metode quota sampling pada saat pengambilan data. Hal
ini terjadi karena pada saat melakukan penelitian sekolah sedang sibuk untuk
persiapan ujian semester dan ketika melakukan penelitian peneliti hanya
menyebutkan jumlah sampel yang peneliti butuhkan sehingga guru yang
membantu penelitian memberitahu kelas yang bisa dimasuki sehingga jumlah
sampel memenuhi kuota yang dibutuhkan.
6.2. Pembahasan hasil analisis Univariat
Penelitian ini dilakukan pada 186 orang siswa kelas 7 sampai dengan
kelas 8 SMP Al hasra dengan rentang umur antara 12 sampai dengan 15 tahun.
Pada penelitian ini berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar siswa
SMP Al hasra memiliki niat yang kuat untuk tidak merokok. Ajzen (2005)
mengatakan bahwa niat individu untuk berperilaku dapat diukur melalui tiga
prediktor utama yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi
kontrol perilaku. Ajzen mengatakan bahwa semakin positif sikap seorang
terhadap perilaku, semakin kuat norma subjektif seseorang dan semakin kuat
persepsi kontrol perilaku maka akan semakin besar niat untuk berperilaku.
80
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar SMP Al hasra
memiliki sikap yang kuat terhadap perilaku tidak merokok, norma subjektif
yang kuat dan persepsi kontrol perilaku yang kuat.
Berdasarkan hasil analisis univariat pada tabel 5.2 diketahui bahwa
sebagian besar siswa SMP Al hasra memiliki sikap yang positif terhadap
perilaku tidak merokok. Hal ini menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMP
Al hasra setuju dengan perilaku tidak merokok. Ajzen (2005) mengatakan
bahwa sikap terbentuk dari kepercayaan yang disebut sebagai kepercayaan
terhadap perilaku. Kepercayaan terhadap perilaku adalah kepercayaan individu
mengenai konsekuensi positif dan negatif yang akan diperoleh individu dari
melakukan perilaku.
MacGuire (1960) sebagaimana juga Fishbein & Ajzen (1975) meyakini
bahwa sikap individu ditentukan oleh keyakinan (beliefs) yang sudah
dimilikinya. Mengenai model probabilogical ini, Eagly mengemukakan
bahwa sikap akan terbentuk jika individu mempunyai keyakinan logis
berkaitan dengan objek sikap tertentu. Keyakinan adalah penilaian subjektif
yang mungkin dimiliki individu atau subjective probability judgements (Neila
Ramdhani, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa siswa SMP Al hasra
merasa tenang dan nyaman jika tidak merokok, para siswa juga percaya bahwa
tidak merokok tidak akan berdampak buruk terhadap kesehatan mereka serta
para siswa juga percaya bahwa tidak merokok tidak akan membuang-buang
uang jajan mereka.
81
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui juga bahwa sebagian besar siswa SMP
Al hasra juga memiliki norma subjektif yang kuat terhadap perilaku tidak
merokok. Ajzen (2005) mengatakan bahwa norma subjektif merupakan fungsi
yang didasarkan oleh kepercayaan yang disebut dengan kepercayaan normatif,
yaitu mengenai kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang maupun kelompok
yang penting bagi individu terhadap suatu perilaku. Masa remaja merupakan
masa peralihan sehingga remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka
berada diantara anak-anak dan dewasa.
Pada penelitian ini diketahui bahwa ternyata kepercayaan siswa
terhadap pendapat orang-orang disekitarnya seperti orang tua, guru dan teman
sangat berpengaruh dalam mempengaruhi norma subjektif siswa.
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan
dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Pada
saat bersamaan ketika remaja merasakan ketidakpastian akan dirinya,
lingkungan masyarakat seitar mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan remaja. Remaja dalam kehidupan sosialnya akan selalu dihadapkan
kepada berbagai peran yang ditawarkan oleh lingkungan keluarga maupun
kelompok sebaya, yang kadang-kadang membingungkan dan sering
menimbulkan benturan-benturan.
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui juga bahwa sebagian besar siswa SMP
Al hasra memiliki persepsi kontrol perilaku yang kuat terhadap perilaku tidak
merokok. Ajzen (2005) mengatakan bahwa persepsi kontrol perilaku adalah
fungsi yang didasarkan oleh kepercayaan yaitu kontrol kepercayaan, yaitu
82
kepercayaan individu mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat
untuk melakukan suatu perilaku.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru sekolah diketahui
bahwa SMP Al hasra memiliki peraturan tegas terkait perilaku merokok.
Dalam penelitian ini peraturan bisa menjadi faktor pendukung siswa untuk
tidak merokok yang juga dapat membantu siswa mencari jati dirinya sebagai
seorang remaja.
6.3. Sikap terhadap perilaku merokok dengan niat untuk tidak merokok
Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel 5.7 dapat
disimpulkan bahwa sikap terhadap perilaku merokok memiliki hubungan yang
signifikan dengan niat untuk tidak merokok.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Al Hasra yang memiliki sikap
yang positif terhadap perilaku tidak merokok memiliki niat yang kuat untuk
tidak merokok. Begitu pula sebaliknya. Menurut TPB, semakin positif
tanggapan seseorang terhadap perilaku maka semakin kuat niat seseorang
untuk berperilaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Aninda dwi wayanthy tahun 2012
tentang studi mengenai intensi untuk merokok pada siswa kelas 2 SMAN 22
Bandung melalui pendekatan deskriptif mengatakan bahwa semakin positif
Sikap terhadap perilaku, Norma subjektif dan Persepsi kontrol perilaku siswa
terhadap perilaku merokok maka akan semakin kuat intensinya untuk
merokok,begitu pula sebaliknya, semakin negatif Sikap terhadap perilaku,
Norma subjektif dan Persepsi kontrol perilaku untuk merokok, maka akan
83
semakin lemah intensi merokoknya. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku merokok dengan niat
untuk merokok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pakawadee Promnuch
tahun 2006 tentang factors related to intention to smoke cigarettes in
secondary school students mengatakan bahwa responden yang memiliki sikap
positif terhadap perilaku merokok maka akan memiliki niat yang kuat untuk
merokok. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
sikap terhadap perilaku merokok dengan niat merokok.
Penelitian Isti Kumalasari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
intensi untuk berhenti merokok pada santri putra di kabupaten Kudus
mengatakan bahwa sikap berpengaruh signifikan terhadap intensi berhenti
merokok dengan nilai T statistik sebesar 3,522.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suci Dwi Pratiwi tentang
pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap
intensi berhenti merokok mengatakan bahwa sikap memiliki pengaruh
terhadap intenti untuk berhenti merokok. Jika terjadi peningkatan terhadap
sikap maka intensi juga akan mengalami peningkatan.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa semakin besar sikap siswa SMP
Al hasra terhadap perilaku tidak merokok semakin besar pula niat siswa untuk
tidak merokok. Ajzen (2005) mengatakan bahwa sikap merupakan anteseden
pertama dari niat. Sikap terhadap perilaku merupakan fungsi yang didasarkan
oleh belief yang disebut behavioral beliefs, yaitu kepercayaan individu
84
mengenai konsekuensi positif dan negatif yang akan diperoleh individu dari
melakukan suatu perilaku. Ajzen juga mengatakan bahwa secara umum,
semakin individu memiliki penilaian bahwa suatu perilaku akan menghasilkan
konsekuensi positif maka individu akan cenderung bersikap positif terhadap
perilaku tersebut dan begitu sebaliknya. Sikap dipercaya memiliki pengaruh
langsung terhadap niat dan dihubungkan dengan norma subjektif dan persepsi
kontrol perilaku.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa sikap dibentuk oleh kepercayaan
siswa SMP Al hasra terhadap perilaku tidak merokok dan hasil evaluasi siswa
SMP Al hasra terhadap perilaku tidak merokok. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa siswa SMP Al hasra tidak merokok tidak akan mempengaruhi percaya
diri mereka, mereka setuju bahwa tidak merokok tidak berdampak buruk
terhadap kesehatan dan mereka juga setuju bahwa merokok adalah hal yang
tidak bermanfaat dan dapat merusak kesehatan.
6.4. Norma subjektif terhadap niat untuk tidak merokok
Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel 5.8 dapat
disimpulkan bahwa norma subjektif memiliki hubungan yang signifikan
dengan niat untuk tidak merokok.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Al Hasra yang memiliki norma
subjektif yang kuat juga memiliki niat yang kuat untuk tidak merokok, begitu
pula sebaliknya. Menurut TPB semakin kuat norma subjektif seseorang maka
semakin kuat niat seseorang untuk berperilaku.
85
Penelitian yang dilakukan oleh Pakawadee promnuch pada tahun 2006
tentang factors related to intention to smoke cigarettes in secondary school
students mengatakan bahwa semakin kuat norma subkjektif seseorang makan
semakin kuat juga niat seseorang untuk merokok, begitu pula sebaliknya.
Penelitian ini mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
norma subjektif dengan niat untuk merokok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ngu Ling Yee pada tahun
2013 tentang factors related to the intention to cigarette smoking among junior
high school students in Jatinangor subdistrict,West java mengatakan bahwa
teman sebaya merupakan sumber tekanan bagi individu untuk memutuskan
merokok atau tidak merokok.
Penelitian Isti Kumalasari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
intensi untuk berhenti merokok pada santri putra di kabupaten Kudus
mengatakan bahwa norma subjektif berpengaruh signifikan terhadap intensi
berhenti merokok dengan nilai T statistik sebesar 2,943
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suci Dwi Pratiwi tentang
pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap
intensi berhenti merokok mengatakan bahwa norma subjektif memiliki
pengaruh dengan intensi untuk berhenti merokok. Hasil penelitiannya
mengatakan bahwa setiap terjadi peningkatan terhadap variabel norma
subjektif maka akan terjadi peningkatan terhadap intensi.
Norma subjektif adalah Pengaruh orang sekitar responden (keluarga,
orang tua, teman, guru) terhadap keputusan responden untuk tidak berniat
86
merokok. Remaja SMP merupakan remaja yang berada pada tahap awal
perkembangannya yaitu berada pada usia 10-13 tahun. Keluarga merupakan
lingkungan sosial pertama bagi seorang remaja yang akan sangat membantu
mereka dalam masa awal perkembangannya.
Pengaruh norma subjektif terhadap niat untuk tidak merokok siswa
SMP Al Hasra sangat mungkin dibentuk oleh teman sebaya yang tidak
merokok. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang mengatakan bahwa
sebagian besar siswa SMP Al Hasra memiliki niat yang kuat untuk tidak
merokok. Dari penelitian ini diketahui bahwa siswa SMP Al Hasra sangat
percaya terhadap pendapat teman sebaya tentang perilaku tidak merokok.
mereka mengatakan bahwa mereka percaya dan mengikuti pendapat teman
tentang perilaku tidak merokok. Mereka juga merasakan bahwa teman-
temannya berfikir seharusnya mereka tidak merokok.
Di tahap remaja seorang individu megalami banyak perubahan ini
dikarenakan aktifnya hormon endokrin yang menghasilkan berbagai hormone
yang akan mempengaruhi pertumbuhan. Sebagai seorang remaja individu
memiliki beberapa tugas dalam perkembangannya salah satunya adalaha
menemukan identitas diri. Pada masa remaja, individu berusaha melepaskan
diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari
identitas diri. Pada saat bersamaan ketika remaja merasakan ketidakpastian
akan dirinya, lingkungan masyarakat sekitar mulai menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan remaja.
87
Remaja dalam kehidupan sosialnya akan selalu dihadapkan kepada
berbagai peran yang ditawarkan oleh lingkungan keluarga maupun kelompok
sebaya, yang kadang-kadang membingungkan dan sering menimbulkan
benturan-benturan. Maka dalam hal ini remaja harus mampu mengintegrasikan
berbagai peran tersebut kedalam diri pribadi dan apabila terjadi benturan-
benturan berbagai tuntutan peran harus dapat diselesaikan.
Seiring dengan perkembangannya hubungan remaja dengan teman
sebaya semakin menguat. Maka dalam tahap perkembangannya teman sebaya
adalah orang yang juga menentukan norma subjektif remaja sebagai orang
terdekatnya. Pada perkembangan remaja awal dan pertengahan terjadi
kelonggran hubungan dengan orang tua dan remaja berusaha mencari
kelompok suportif dan figur yang dicintai sebagai pengganti orang tua. Maka
akan sangat bagus bagi remaja jika menemukan teman sebaya yang bisa
membawa mereka ke hal yang positif.
6.5. Persepsi kontrol perilaku terhadap niat untuk tidak merokok
Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel 5.9 dapat
disimpulkan bahwa persepsi kontrol tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan niat untuk tidak merokok.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Al Hasra yang memiliki
persepsi kontrol perilaku yang kuat tidak memiliki niat yang kuat untuk tidak
merokok, begitu pula sebaliknya. Hal ini sangat berbeda dengan TPB. Menurut
TPB semakin kuat persepsi kontrol perilaku makan semakin kuat niat
seseorang untuk berperilaku.
88
Ajzen mengatakan bahwa persepsi kontrol perilaku adalah sejauh mana
seseorang merasa mampu untuk menampilkan perilaku. Persepsi kontrol
perilaku terdiri atas dua aspek yaitu seberapa banyak seseorang memiliki
kontrol atas perilaku dan seberapa yakin seseorang merasa mampu untuk
menampilkan atau tidak menampilkan perilaku. Ajzen mengatakan dalam TPB
bahwa persepsi kontrol perilaku dipengaruhi oleh kontrol perilaku yaitu
keyakinan tentang adanya faktor yang memfasilitasi atau menghambat
perilaku. Persepsi kontrol perilaku juga dipengaruhi pengalaman masa lalu.
Penelitian yang dilakukan oleh Aninda dwi wayanthy tahun 2012
tentang studi mengenai intensi untuk merokok pada siswa kelas 2 SMAN 22
Bandung melalui pendekatan deskriptif mengatakan bahwa persepsi kontrol
perilaku memberikan pengaruh yang tidak terlalu besar dalam pembentukan
perilaku merokok siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Pakawadee promnuch pada tahun 2006
tentang factors related to intention to smoke cigarettes in secondary school
students mengatakan bahwa persepsi kontrol perilaku memiliki hubungan yang
signifikan dengan niat merokok. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya di Thailand yang mengatakan bahwa persepsi kontrol perilaku
dapat memprediksi niat merokok seseorang.
Ajzen mengatakan bahwa semakin kuat persepsi kontrol perilaku
seseorang semakin kuat niat seseorang untuk menampilkan perilaku. Hal ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan. Pada penelitian ini
kuatnya persepsi kontrol perilaku tidak mempengaruhi niat siswa SMP Al
89
Hasra untuk tidak merokok. Hal ini dapat terjadi karena ada faktor lain yang
lebih kuat yang mempengaruhi niat siswa untuk tidak merokok.
Dalam penelitian ini diketahui juga bahwa sekolah sekolah pernah
mengadakan razia rokok. Sekolah memiliki peraturan yang ketat terhadap
perilaku merokok siswa. Jika siswa kedapatan merokok sekali maka akan
dilakukan tindakan tegas berupa pemberian surat peringatan pertama serta
pemanggilan orang tua. Jika kedapatan merokok untuk kedua kalinya, maka
siswa bersangkutan akan dikeluarkan dari sekolah.
Dari hasil penelitian ini siswa SMP Al Hasra merupakan remaja awal
yang masih melakukan pencarian identitas diri. Pada masa ini orang sekitar
siswa sangat berpengaruh terhadap siswa. Pada masa ini juga para siswa
menjadi lebih jauh dari orang tua dan lebih dekat dengan teman sebaya. Dalam
penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar siswa SMP Al Hasra berniat
untuk tidak merokok hal ini dapat sangat berpengaruh terhadap niat siswa
lainnya untuk tidak merokok. Dengan demikian meskipun sekolah memiliki
peraturan ketat terhadap perilaku merokok yang sangat membantu dan
memudahkan siswa untuk tidak merokok ternyata tidak berpengaruh terhadap
niat untuk tidak merokok siswa karena ternyata siswa SMP Al Hasra berniat
untuk tidak merokok lebih kuat dipengaruhi oleh teman sebaya yang juga tidak
merokok dan memiliki niat untuk tidak merokok.
90
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN7.1. Kesimpulan
1. Sebagian besar siswa SMP Al hasra memiliki niat yang kuat untuk tidak
merokok yaitu sebanyak 54,8%.
2. Sebanyak 60,2% siswa SMP Al hasra memiliki sikap yang positif terhadap
perilaku tidak merokok.
3. Sebanyak 58,1% siswa SMP Al hasra memiliki norma subjektif yang kuat
terhadap perilaku tidak merokok.
4. Sebanyak 51,6% siswa SM Al hasra memiliki persepsi kontrol perilaku
yang kuat terhadap perilaku tidak
5. Ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku tidak
merokok dengan niat untuk tidak merokok siswa SMP Al hasra.
6. Ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan niat untuk
tidak merokok siswa SMP Al hasra.
7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol perilaku tidak
merokok dengan niat untuk tidak merokok siswa SMP Al Hasra.
91
7.2. Saran
1. SMP Al hasra
Sekolah dapat membuat program untuk pengendalian rokok
disekolah dengan menggunakan metode pendidik sebaya.
2. Peneliti lain
Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian faktor-faktor
yang mempengaruhi niat untuk tidak merokok, diharapkan melakukan
observasi dan wawancara mendalam agar dapat memperoleh hasil analisis
yang lebih dalam.
92
DAFTAR PUSTAKA
Achmat, Zakarija. Theory of Planned Behavior masihkah relevan?
Adiatma, Tjandra Yoga. Rokok dan kesehatan. Jakarta: UI-Press 2011
Adminsidiknas. Sekolah Menengah Pertama. 26 maret 2012.
Ajzen, Icek (1991). “The Theory of Planned Behavior”. Organizational Behavior
and Human Decision Processes, Vol 50 ,pp.179-211
Ajzen, Icek. Attitudes, Personality and Behavior. New York: Open University Press
2005
Ariawan, Iwan. Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Jakarta:
Jurusan biostatistik dan kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Aula, Lisa Ellizabet. Stop Merokok. Yogyakarta: Gerailmu 2010
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Kementerian Kesehatan RI 2008
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Kementerian Kesehatan RI 2010
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Kementerian Kesehatan RI 2013
Batubara, Jose RL. Asdolescent development (perkembangan remaja). Sari Pediatri,
12 (2010)
93
Dwi wayanthy, Aninda. Studi mengenai intensi untuk merokok pada siswa kelas 2
SMAN 22 Bandung melalui pendekatan deskriptif. Universitas Islam
Bandur 2012
Edberg, Mark. Kesehatan masyarakat teori sosial dan perilaku. Jakarta: EGC
penerbit buku kedokteran, 2007
Have You Ever Wondered What's In a Cigarette? Cigarette Ingredients. 23 Maret
2015. http://www.quitsmokingsupport.com/whatsinit.htm
Hassandra, Mary. “RESEARCH ARTICLE Predicting students’ intention to smoke
by theory of planned behaviour variables and parental influences across
school grade levels”. Psycologhy and Health, Vol. 26, No. 9, September
2011
How Smoking Cause Cancer. 23 maret 2015.
http://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/causes-of-cancer/smoking-
and-cancer/how-smoking-causes-cancer
Kumalasari , Isti. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi untuk berhenti
merokok pada santri putra di kabupaten Kudus. Fakultas Kedokteran
Universitas PadjajaranBandung.
Lindawati dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok siswa-siswi
SMP di daerah Jakarta Selatan tahun 2011. Jurnal Health Quality 2012
Machrus, Hawa’im. Pengukuran perilaku berdasarkan Theory of Planned
Behavior. Insan, 12 (2010)
Mardiya. Seputar perkembangan psikologis remaja
94
Moule, Jodie. The A-B-C of Behavior Changing behavior through good design on
step at a time. 22 januari 2011.
Ngu Ling Yee, “Factors Related to the Intention to Cigarette Smoking among
Junior High School Students in Jatinangor Subdistrict, West Java”. Althea
Medical Journal, Vol 3, No 314, Februari 2015
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 2010
Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan masyarakat ilmu dan perilaku. Jakarta: Rineka
cipta 2007
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
2010
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Penyakit Paru Obstuktif Kronik (PPOK)
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. PDPI 2003.
Promnuch, Pakawadee. Factors related to intention to smoke cigarettes in
secondary school students. Mahidol University 2006.
Pusat Promosi Kesehatan. Pedoman pengembangan kawasan tanpa rokok.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011
Pusat Promosi Kesehatan. Pedoman pengembangan kawasan tanpa rokok.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011
Rachmat, Muhammad. Perilaku merokok remaja sekolah menengah pertama.
Bagian Pomosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar 2007
Reimonds, Anna. The 2010 greater Jakarta transition to adulthood survey Policy
Background No. 2 Smoking and Young adults in Indonesia. Australian
95
Demographic and Social Research Institute The Australian National
University 2012
Sentra Informasi Keracunan Nasional Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan
POM. Remaja rokok dan tembakau.
Soetjiningsih. Buku ajar tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta:
2010
Susanta. Sikap: konsep dan pengukuran. Yogyakarta 2006
Tobacco Control Support Center – IAKMI. Masalah rokok di Indonesia. Jakarta
Selatan 2011
WHO (2016, June). Tobacco Fact sheets. 3 Juni 2016.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en/
Kuesioner penelitian skripsi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Kesehatan Masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk tidak merokok pada siswa SMP
Islam Al Hasra Depok tahun 2016
Assalamualaikum/Selamat pagi/siang, saya Randika Akhira mahasiswa Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 11 dan saat ini sedang
menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk tidak
merokok pada siswa SMP Islam Al Hasra Depok tahun 2016. Kuesioner yang sedang
teman-teman pegang ini adalah alat bantu untuk mendapatkan data tentang niat untuk tidak
merokok siswa SMP Al Hasra di Depok dan faktor-faktor yang berkaitan dengan hal
tersebut. Saya sangat mengharapkan kejujuran teman-teman dalam mengisi kuesioner ini.
Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pengisian kuesioner ini. Semua jawaban
dan identitas teman-teman akan dirahasiakan. Saya ucapkan terima kasih atas kerja sama
dan partisipasi yang teman teman berikan.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Kelas :
Nama sekolah :
Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
INSTRUKSI UNTUK NO 1-9 [Outcome Evaluation]
A. Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan apa yang
dirasakan bila adik - adik merokok
1. Bagi saya tidak merokok itu tidak mempengaruhi percaya
diri saya
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
2. Bagi saya tidak merokok itu tidak membuat saya merasa terbebas dari
stress dan masalah
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
3. Bagi saya tidak merokok itu tidak membuat saya merasa lebih dewasa
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
4. Bagi saya tidak merokok tidak membuat saya merasa tenang dan
nyaman
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
5. Bagi saya tidak merokok berdampak buruk terhadap kesehatan
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
6. Bagi saya tidak merokok dapat mengurangi jatah uang jajan
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
7. Bagi saya tidak merokok merupakan kegiatan yang tidak bermanfaat
yang menghabiskan uang
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
8. Bagi saya tidak merokok merupakan sesuatu yang merusak kesehatan
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
9. Bagi saya tidak merokok adalah masalah yang dapat diselesaikan
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
INSTRUKSI UNTUK NO 10-22 [Intention]
B. Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan seberapa besar
kecenderungan adik - adik untuk tidak merokok
10. Bagi saya untuk tidak merokok adalah hal yang ….
Sangat sulit : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat mudah
11. Kebanyakan orang yang penting bagi saya, seperti orang tua dan
guru berfikir bahwa
Saya tidak akan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Saya akan merokok
12. Saya … berencana untuk tidak merokok
Sangat tidak mungkin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat mungkin
13. Keputusan saya untuk tidak merokok atau merokok adalah
sepenuhnya terserah kepada saya
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
14. Sebagian teman saya yang tidak terlalu saya kenal juga banyak
yang tidak merokok
Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai
15. Bagi saya tidak merokok adalah hal yang
Sangat bermanfaat : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak
bermanfaat
16. Saya yakin jika saya ingin, saya pasti bisa untuk tidak merokok
Sangat tidak yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat yakin
17. Orang tua dan guru mengharapkan saya untuk tidak merokok
Sangat tidak setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat setuju
18. Bagi saya tidak merokok adalah hal yang
Sangat mungkin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak mungkin
19. Saya akan berusaha untuk tidak merokok
Sangat tidak setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat setuju
20. Kebanyakan orang terdekat saya berpendapat bahwa mereka
mendukung saya untuk tidak merokok
Sangat tidak sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai
21. Bagi saya tidak merokok adalah hal
Sangat penting : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak penting
22. Saya berniat untuk tidak merokok
Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai
INSTRUKSI UNTUK NO 23-25 [Motivation to Comply]
C. Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan seberapa kuat
keinginan adik - adik untuk memenuhi harapan dari orang-orang
terdekat untuk tidak merokok
23. Saya percaya dan mengikuti pendapat teman saya tentang perilaku
tidak merokok
Sangat tidak percaya : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat percaya
24. Saya percaya dan mengikuti pendapat orang tua saya tentang perilaku
tidak merokok
Sangat tidak percaya : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat percaya
25. Saya percaya dan mengikuti pendapat guru saya tentang perilaku tidak
merokok
Sangat tidak percaya : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat percaya
INSTRUKSI UNTUK NO 26-34 [Behavioral Belief]
D. Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan seberapa yakin adik -
adik atas keuntungan tidak merokok
26. Tidak merokok membuat saya percaya diri
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
27. Tidak merokok membuat saya terbebas dari stress
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
28. Tidak merokok membuat saya terlihat lebih dewasa
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
29. Tidak merokok membuat saya merasa tenang dan nyaman
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
30. Tidak merokok membawa dampak yang buruk bagi kesehatan
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
31. Tidak merokok hanya membuang-buang uang jajan saya
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
32. Tidak merokok sebagai pelampiasan yang tidak bermanfaat, seperti
menghabiskan uang
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
33. Merokok adalah hal yang tidak bermanfaat sebab merusak kesehatan
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
34. Merokok membuat masalah yang saya hadapi tidak dapat diselesaikan
Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin
INSTRUKSI UNTUK NO 35-44 [Control Belief]
E. Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan keyakinan terhadap
faktor-faktor yang mendorong atau menghambat adik - adik untuk
tidak merokok
35. Seberapa sering anda melihat teman-teman anda merokok di depan
anda?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
36. Seberapa sering anda melihat teman anda membawa rokok?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
37. Seberapa sering anda berkumpul bersama teman-teman anda yang
merokok?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
38. Seberapa sering anda menemukan area bebas merokok?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
39. Seberapa sering anda berada di rumah?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
40. Seberapa sering anda bersama dengan orang tua anda?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
41. Seberapa sering orang tua anda tidak memberikan uang jajan?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
42. Seberapa sering anda mematuhi tata-terib sekolah ?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
43. Seberapa sering anda bertemu dengan guru di sekolah?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
44. Seberapa sering sekolah anda mengadakan razia rokok ?
Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering
INSTRUKSI UNTUK NO 45-54 [Perceived Power]
F. Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan penghayatan
terhadap faktor-faktor yang menghambat atau mendorong adik
- adik untuk tidak merokok
45. Jika saya bertemu dengan teman-teman yang merokok, akan membuat
saya lebih mudah untuk merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
46. Jika saya bertemu dengan teman saya yang membawa rokok, akan
membuat saya lebih mudah untuk merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
47. Jika saya berkumpul dengan teman-teman yang merokok, akan
membuat saya lebih mudah untuk merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
48. Jika saya berada di rumah, akan membuat saya lebih sulit untuk
merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
49. Jika saya bersama orang tua, akan membuat saya lebih sulit untuk merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
50. Jika saya menemukan area bebas rokok, akan membuat saya lebih sulit
untuk merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
51. Jika orang tua saya tidak memberikan saya uang jajan, membuat saya lebih
sulit untuk membeli rokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
52. Jika saya mematuhi tata-tertib sekolah, membuat saya lebih sulit untuk
merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
53. Jika banyak guru yang memantau di sekolah, membuat saya lebih sulit
untuk merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
54. Jika diadakan razia di dalam sekolah, membuat saya lebih sulit untuk merokok
Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju
INSTRUKSI UNTUK NO 55-57 [Normative Belief]
G. Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan bagaimana adik-adik
mempersepsi tekanan dari orang-orang terdekat adik - adik untuk tidak
merokok
55. Teman-teman saya berfikir bahwa saya seharusnya tidak merokok
Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai
56. Orang tua saya berfikir bahwa saya seharusnya tidak merokok
Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai
57. Guru saya berfikir bahwa saya seharusnya tidak merokok
Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai
Frequencies
Statistics
Sikap_terhadap_p
erilaku_merokok1 Norma_subjektif1
Persepsi_kontrol_
perilaku1
Niat_tidak_meroko
k
N Valid 186 186 186 186
Missing 0 0 0 0
Median 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
Std. Deviation .49078 .49479 .50109 .49900
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 2.00 2.00 2.00 2.00
Frequency Table
Sikap_terhadap_perilaku_merokok1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kuat 112 60.2 60.2 60.2
lemah 74 39.8 39.8 100.0
Total 186 100.0 100.0
Norma_subjektif1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kuat 108 58.1 58.1 58.1
lemah 78 41.9 41.9 100.0
Total 186 100.0 100.0
Persepsi_kontrol_perilaku1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kuat 96 51.6 51.6 51.6
lemah 90 48.4 48.4 100.0
Total 186 100.0 100.0
Niat_tidak_merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kuat 102 54.8 54.8 54.8
lemah 84 45.2 45.2 100.0
Total 186 100.0 100.0
CrosstabsCase Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap_terhadap_perilaku_merok
ok1 * Niat_tidak_merokok186 100.0% 0 .0% 186 100.0%
Sikap_terhadap_perilaku_merokok1 * Niat_tidak_merokok Crosstabulation
Count
Niat_tidak_merokok
Totalkuat lemah
Sikap_terhadap_perilaku_merok
ok1
kuat 72 40 112
lemah 30 44 74
Total 102 84 186
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 10.145a 1 .001
Continuity Correctionb 9.208 1 .002
Likelihood Ratio 10.192 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.090 1 .001
N of Valid Casesb 186
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Sikap_terhadap_perilaku_merok
ok1 (kuat / lemah)
2.640 1.443 4.829
For cohort Niat_tidak_merokok
= kuat1.586 1.165 2.159
For cohort Niat_tidak_merokok
= lemah.601 .440 .820
N of Valid Cases 186
CrosstabsCase Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Norma_subjektif1 *
Niat_tidak_merokok186 100.0% 0 .0% 186 100.0%
Norma_subjektif1 * Niat_tidak_merokok Crosstabulation
Count
Niat_tidak_merokok
Totalkuat lemah
Norma_subjektif1 kuat 69 39 108
lemah 33 45 78
Total 102 84 186
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 8.517a 1 .004
Continuity Correctionb 7.668 1 .006
Likelihood Ratio 8.553 1 .003
Fisher's Exact Test .005 .003
Linear-by-Linear Association 8.472 1 .004
N of Valid Casesb 186
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,23.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Norma_subjektif1 (kuat / lemah)2.413 1.329 4.381
For cohort Niat_tidak_merokok
= kuat1.510 1.124 2.029
For cohort Niat_tidak_merokok
= lemah.626 .457 .857
N of Valid Cases 186
CrosstabsCase Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Persepsi_kontrol_perilaku1 *
Niat_tidak_merokok186 100.0% 0 .0% 186 100.0%
Persepsi_kontrol_perilaku1 * Niat_tidak_merokok Crosstabulation
Count
Niat_tidak_merokok
Totalkuat lemah
Persepsi_kontrol_perilaku1 kuat 51 45 96
lemah 51 39 90
Total 102 84 186
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .235a 1 .628
Continuity Correctionb .114 1 .736
Likelihood Ratio .235 1 .628
Fisher's Exact Test .660 .368
Linear-by-Linear Association .234 1 .629
N of Valid Casesb 186
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 40,65.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Persepsi_kontrol_perilaku1
(kuat / lemah)
.867 .486 1.545
For cohort Niat_tidak_merokok
= kuat.938 .722 1.217
For cohort Niat_tidak_merokok
= lemah1.082 .787 1.487
N of Valid Cases 186