faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja kerja

7
Artikel Penelitian J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011 387 Beberapa Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Hafizurrachman, 1,2 Laksono Trisnantoro, 1 Adang Bachtiar 2 1 Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2 Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan besaran variabel sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan kemampuan perawat dalam menghasilkan kinerja yang diharapkan akan bermanfaat untuk menyusun strategi kebijakan keperawatan berbasis kinerja di suatu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Metode potong lintang digunakan pada penelitian ini. Perawat yang bertugas di semua pelayanan pada suatu RSUD dipilih sebagai unit analisis dengan cara multistage random sampling dan terpilih 250 perawat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari-Agustus 2010. Data dianalisis dengan Structural Equation Model (SEM) menggunakan software Smart-PLS. Hasil analisis menunjukkan kinerja perawat di RSUD dipengaruhi oleh semua variabel, yang berarti model teoretis yang diusulkan pada penelitian ini dapat digunakan. Kemampuan perawat merupakan variabel terbesar yang mempengaruhi kinerja perawat (83,6%). Disimpulkan bahwa variabel kinerja perawat dipengaruhi oleh banyak variabel antara lain variabel sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan kemampuan perawat. Semua variabel yang digunakan pada penelitian ini layak dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi sehingga menghasilkan kinerja perawat yang prima di RSUD. J Indon Med Assoc. 2011;61:387- 93. Kata Kunci: Sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, kemampuan, kinerja perawat.

Upload: titha-awallunnisa

Post on 05-Dec-2014

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kerja

Artikel Penelitian

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011 387

Beberapa Faktor yang MemengaruhiKinerja Perawat dalam Menjalankan

Kebijakan Keperawatandi Rumah Sakit Umum Daerah

Hafizurrachman,1,2 Laksono Trisnantoro,1 Adang Bachtiar2

1Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.2Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan besaran variabel sejarah

kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan kemampuan perawat

dalam menghasilkan kinerja yang diharapkan akan bermanfaat untuk menyusun strategi

kebijakan keperawatan berbasis kinerja di suatu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Metode

potong lintang digunakan pada penelitian ini. Perawat yang bertugas di semua pelayanan

pada suatu RSUD dipilih sebagai unit analisis dengan cara multistage random sampling dan

terpilih 250 perawat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari-Agustus 2010. Data dianalisis

dengan Structural Equation Model (SEM) menggunakan software Smart-PLS. Hasil analisis

menunjukkan kinerja perawat di RSUD dipengaruhi oleh semua variabel, yang berarti model

teoretis yang diusulkan pada penelitian ini dapat digunakan. Kemampuan perawat merupakan

variabel terbesar yang mempengaruhi kinerja perawat (83,6%). Disimpulkan bahwa variabel

kinerja perawat dipengaruhi oleh banyak variabel antara lain variabel sejarah kesehatan

keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan kemampuan perawat. Semua

variabel yang digunakan pada penelitian ini layak dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi

sehingga menghasilkan kinerja perawat yang prima di RSUD. J Indon Med Assoc. 2011;61:387-

93.

Kata Kunci: Sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan,

kemampuan, kinerja perawat.

Page 2: Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kerja

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011388

Several Factors that Influence the Performance of Nurses

in Carrying Out Nursing Policy in a District Hospital

Hafizurrachman,1,2 Laksono Trisnantoro,1 Adang Bachtiar2

1Doctoral Program of Public Health, Faculty of Medicine

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.2Department of Health Policy Administration, Faculty of Public Health

Universitas Indonesia, Depok.

Abstract: This study aimid to look at the effect and magnitude of family health history, lifestyle,

environment, and the ability of nurses on their performance and provide useful information to

develop performance-based nursing policy in a District Hospital. This is a cross-sectional study.

Data were analyzed with the Structural Equation Model (SEM) approach using Smart-PLS soft-

ware. In this study nurses serving in all services at a district hospital was selected as the unit of

analysis, with 250 nurses were selected as the samples and multistage random sampling were

used. The study was conducted from February-August 2010. Analysis showed that the nurses‘

performance in a district hospital was influenced by all the variables, which means that the

theoretical model proposed in this study can be used. The nurses’ ability was the variable that

mostly affects the nurses’ performance (83.6%). In conclusion, the nurses’ performance is af-

fected by many variables, such as family health history, lifestyle, environment, and the ability of

nurses. Therefore all the variables offered in this study should be considered for intervention to

produce excellent nurses’s performance at a district hospital. J Indon Med Assoc. 2011;61:387-

93..

Keywords: family health history, lifestyle, environment, ability, performance of nurses.

Pendahuluan

Rumah sakit perlu memiliki kinerja prima untuk membantu

penyembuhan pasien.1 Proses perawatan di rumah sakit yang

lebih singkat akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh

pasien. Pemerintah secara tidak langsung akan mendapatkan

manfaat berupa berkurangnya subsidi di bidang kesehatan

yang harus dibayarkan mengingat pemberian subsidi dari

tahun ke tahun terus meningkat.2

Rasio orang sakit yang tinggi pada suatu populasi akan

menurunkan tingkat kompetitif dan produktivitas daerah

tersebut bila dibandingkan dengan daerah yang rasio orang

sakitnya rendah.3 Oleh karena itu upaya untuk memper-

tahankan keadaan sehat pada populasi sangat penting dan

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari peran perawat di

rumah sakit. Perawat harus bekerja secara prima dalam

membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.1

Untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, seorang

perawat rumah sakit harus memiliki status kesehatan prima.

Selain status kesehatan, sejarah kesehatan keluarga yang

merepresentasikan faktor genetik,1,4 lingkungan kehidupan

yang kondusif,5 perilaku gaya hidup perawat,6 dan

kemampuan perawat merupakan faktor-faktor yang akan

mempengaruhi kinerja perawat.7 Status kesehatan perawat

tidak lepas dari sejarah kesehatan keluarganya seperti

keadaan fisik dan psikologis orang tua serta perkembangan

diri dalam menuju dewasa.8,9

Dalam kerangka konsep kemampuan, sejarah kesehatan

keluarga merupakan variabel eksogen yang mempengaruhi

variabel kinerja (variabel endogen). Sejarah kesehatan

keluarga mempengaruhi lingkungan kerja (variabel endogen)

dan memberikan pengaruhnya kepada variabel kinerja.7

Variabel lingkungan dipengaruhi oleh perilaku gaya hidup

yang merupakan variabel eksogen.4,6,10 Selain variabel utama

tersebut, masih banyak variabel yang dapat mempengaruhi

variabel kinerja perawat, seperti variabel motivasi kerja.11

Untuk menginvestigasi masalah dan variabel-variabel

yang mempengaruhi kinerja perawat pada suatu Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD), digunakan pendekatan ilmiah dalam

rangka mencari keterkaitan antarvariabel sehingga kinerja

perawat di RSUD dapat diukur. Hasil yang didapatkan akan

berguna bagi manajemen RS dalam merencanakan strategi

terbaik untuk meningkatkan atau mempertahankan kinerja

prima melalui perbaikan atau peningkatan terhadap variabel

prediktor kinerja atau variabel-variabel independennya. Hal

tersebut diperlukan untuk mengembangkan kebijakan tentang

keperawatan berbasis kinerja sehingga dapat meningkatkan

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan

Page 3: Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kerja

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011 389

kinerja perawat di RSUD. Sebagai hasil akhir, perawat yang

merupakan garda terdepan9 dalam pelayanan prima di RSUD

akan merasa nyaman dalam bekerja dan terlindung dari risiko

pekerjaan keperawatan.12

Saat ini kinerja perawat di RSUD tergolong rata-rata13

dan hasil ini akan mempersulit pencapaian visi dan misi

RSUD. Hal inilah yang akan diungkap oleh penelitian ini

sebagai upaya membuktikan bahwa confirmatory theoreti-

cal model dapat diterapkan sebagai cara berpikir dan tin-

dakan intervensi pada variabel prediktor dalam meningkatkan

kinerja perawat di RSUD, sehingga setiap intervensi yang

diberikan memiliki alasan yang kuat dan masuk akal serta

dapat disusun suatu strategi kebijakan keperawatan yang

berbasis kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dan besaran (nilai) variabel sejarah kesehatan

keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan

kemampuan perawat dalam menghasilkan kinerja perawat.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain potong lintang.

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai

Agustus 2011 di suatu RSUD. Populasi penelitian adalah

seluruh perawat yang bertugas di 8 unit pelayanan di RSUD

(unit rawat jalan, rawat inap, IGD, ICU, kamar bedah,

hemodialisis, kamar operasi, ambulans). Kriteria inklusi

adalah perawat pelaksana di 8 pelayanan tersebut yang telah

bertugas minimal 1 tahun, sedangkan kriteria eksklusi adalah

perawat yang sedang cuti dan menolak ikut serta dalam

penelitian.

Pemilihan sampel dilakukan dengan cara multistage

random sampling dan didapat sampel sebanyak 250 dari

367 perawat. Instrumen yang digunakan berupa daftar

pertanyaan (kuesioner) yang mengukur ke-5 variabel yaitu

variabel kinerja perawat, kemampuan perawat, lingkungan

kehidupan perawat, perilaku gaya hidup perawat dan sejarah

kesehatan keluarga perawat. Variabel kemampuan dan kinerja

perawat diukur oleh tiga orang raters (penilai) terdiri atas

kepala ruangan (supervisor), kepala tim dan kolega perawat

tersebut. Seorang rater hanya boleh menilai maksimal 5 or-

ang perawat. Dengan demikian ada sebagian perawat dinilai

oleh 2-4 orang kolega tanpa disertai penilaian oleh supervi-

sor atau kepala tim. Tiga variabel lainnya diukur melalui

persepsi subjek.

Kuesioner menggunakan sistem skoring berdasarkan

pengukuran skala semantik diferensial dengan penilaian skala

nilai 1-5. Nilai 1 merupakan nilai terendah dan nilai 5

merupakan nilai tertinggi dari suatu penilaian atau persepsi

pada suatu pertanyaan. Untuk skala likert penilaian 1-2 untuk

nilai negatif, 3 untuk nilai netral, 4-5 untuk nilai positif. Jumlah

pertanyaan pada setiap variabel bervariasi 18-38 pertanyaan.

Kelima variabel memiliki 4-6 indikator. Variabel kinerja

terdiri atas indikator berdasarkan sasaran yang ditetapkan,

mengikuti prosedur inisiatif dalam bekerja, menyelesaikan

tugas pokok, kemampuan dalam bekerja sama dan melak-

sanakan standar asuhan keperawatan rumah sakit. Variabel

kemampuan terdiri atas indikator potensi memecahkan

masalah, kecepatan dalam mengambil dalam tindakan,

kompetensi diri dan kekuatan dinamis, kemampuan dalam

menerima perintah lisan dan tulisan serta stamina dan

ketahanan dalam bekerja. Variabel lingkungan terdiri atas

indikator peraturan kerja, tata ruang kerja, suhu ruangan,

suara dan cahaya di tempat bekerja dan tata ruang tempat

tinggal. Variabel perilaku gaya hidup terdiri atas indikator

berolahraga untuk kesehatan fisik, kebiasaan yang berkaitan

dengan pola konsumsi makanan dan minuman, aktivitas sosial

serta kebiasaan dan kebersihan individu serta lingkungan.

Variabel sejarah kesehatan keluarga terdiri atas indikator

keadaan fisik dan psikologis orang tua (ibu-ayah), keadaan

psikologis sosial pada masa kecil, pola hidup waktu kecil

serta pertumbuhan dan perkembangan diri. Setiap indikator

diukur dengan 4-9 butir pertanyaan.

Uji validitas butir pertanyaan untuk semua pertanyaan

pada variabel dan reliabilitas instrumen dilaksanakan

bersamaan dengan pengambilan data lapangan. Nilai

validitas butir pertanyaan setiap variabel yang nilainya < 0,145

tidak diikutsertakan dalam proses perhitungan selanjutnya.

Dihitung juga nilai reliabilitas instrumen.

Variasi jawaban semua daftar pertanyaan pada instrumen

diujikan terhadap 9 karakteristik responden tersebut untuk

mengetahui apakah variasi jawaban responden terjadi sebagai

akibat karakteristiknya. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan uji chi square dengan program SPSS. Bila nilai

uji chi square memiliki nilai p>0,05 maka pertanyaan atau

pernyataan pada instrumen tersebut tidak dipengaruhi variasi

karakteristik responden.

Data selanjutnya dianalisis menggunakan pendekatan

structural equation model (SEM) dengan software Smart-

PLS.14 Smart-PLS menghasilkan measurement model (outer

modelnya) lengkap dengan nilai confirmatory factor analy-

sis (CFA) dan goodness of fit (GOF). Nilai CFA diukur dengan

melihat hasil olahan Smart-PLS pada nilai lamda (loading fac-

tor). Nilai lamda harus lebih besar dari 0,5 pada pengujian

outer loading untuk mengatakan indikator tersebut

merupakan refleksi dari variabelnya. Bila nilai lamda kurang

dari 0,5 maka harus diuji ulang setelah dilakukan modifikasi

indikator pada variabel tersebut.

Outer loading test (nilai loading factor) dilengkapi

dengan penilaian pada analysis discriminant validity yaitu

menilai indikator reflektif suatu variabel dengan melihat nilai

cross loading antara nilai indikator pada variabel miliknya

dan nilai indikator tersebut pada variabel bukan miliknya atau

cukup membaca nilai average variance extractor (AVE). Nilai

AVE tersebut harus berada sama atau lebih besar dari 0,5.

Selanjutnya bila nilai semua measurement model sudah fit,

dilakukan penilaian untuk mengukur besaran reliabilitas

masing-masing lamda dengan melihat nilai composit reliabil-

ity. Nilai harus sama dengan atau lebih besar dari 0,7. Bila

nilai kurang dari 0,7 indikator dianjurkan untuk tidak

Page 4: Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kerja

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011390

dimasukan ke dalam model, khususnya untuk model

eksploratori. Composit reliability perlu diperkuat dengan

nilai alpha Cronbach dari masing masing variabel untuk

mengetahui tingkat kekuatan refleksi indikator terhadap

variabelnya. Hubungan yang kuat harus memiliki nilai lebih

besar dari 0,6. Semua perhitungan tersebut dapat dilihat pada

hasil PLS.

Nilai structural model yaitu besarnya nilai hubungan

antarvariabel yang dibangun oleh model dan telah memiliki

nilai goodness of fit yang cukup. Nilai tersebut dapat dilihat

pada perhitungan BT atau bootstrepping dengan melihat

nilai original sample yang merupakan nilai path dan nilai

significancy-nya yaitu nilai T statistik. Nilai path tersebut

signifikan bila nilai T lebih besar dari 1,96 yaitu dengan tingkat

kesalahan 5%.

Langkah selanjutnya adalah membangun persamaan

untuk model dan menghitung nilai Q2 atau goodness of fit

dari model yang dibangun, yaitu menilai besaran variasi data

penelitian terhadap fenomena yang dikaji dengan menghitung

R2 pada masing-masing variabel terlebih dahulu.

Hasil

Instrumen penelitian ini memiliki reliabilitas instrumen

sebesar 0,9046 (0,842-0,975). Karakteristik semua variabel

Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden

Variabel n %

Sebaran Umur

20-45 tahun 230 92,0

>45-50 tahun 13 5,2

>50 tahun 7 2,8

Jenis Kelamin

Laki-laki 39 15,6

Perempuan 211 84,4

Jenjang Pendidikan

D-III keperawatan 239 95,6

S-1/D-IVkeperawatan ke atas 11 4,4

Status Pernikahan

Menikah 228 91,2

Belum menikah 19 7,6

Janda/duda 3 1,2

Sebaran Tanggungan Termasuk Anak

Tidak punya 48 19,2

Satu tanggungan termasuk anak 61 24,4

Dua tanggungan termasuk anak 94 37,6

Lebih dari dua tanggungan termasuk anak 47 18,8

Ikut Pelatihan Tambahan

Belum pernah ikut pelatihan 187 74,8

Pernah ikut pelatihan 63 25,2

Status Kepegawaian

PNS 87 34,8

Kontrak 163 65,2

Sebaran lama kerja

1-3 tahun 36 14,4

>3-5Tahun 20 8,0

>5 tahun 194 77,6

Lama Perjalanan Ke Kantor

Sebentar (<45 menit) 105 42,0

Lama (>=45 menit) 145 58,0

endogen (independen atau dependen) dan eksogen

(independen) yang diteliti memiliki distribusi data yang nor-

mal dan homogen. Penyebaran karakteristik responden

digambarkan pada Tabel 1.

Selanjutnya dilakukan pengujian antara sebaran

karakteristik responden dengan jawaban yang diberikan

responden secara bivariat dengan uji chi square. Hasilnya

menunjukkan tidak didapatkan variasi jawaban akibat variasi

karakteristik karena semua hasil uji chi square pada setiap

variabel memiliki nilai p>0,05 (0,090-0,655).

Hasil pengujian outer model pada tiap variabel dengan

indikatornya menghasilkan CFA dengan nilai alfa 0,54-0,94

dan nilai T 6,5-109,78. GOF measurement model memberikan

hasil seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan nilai GOF outer model memiliki

lamda >0,5 untuk semua indikator pada masing-masing

variabel (0,54-0,94) dengan nilai T yang signifikan (lebih

besar dari 1,96). Nilai validitas dan realibilitas juga tinggi (lebih

besar dari yang disyaratkan) sehingga proses pembacaan

dapat dilanjutkan untuk GOF inner modelnya (Gambar 1).

Tabel 2. Nilai GOF Outer Model

Variabel AVE Composite Cronbachs R

Reliability Alpha Square

Kinerja Perawat 0,737 0,944 0,927 0,834

Kemampuan 0,826 0,960 0,947 0

Lingkungan Kehidupan 0,632 0,872 0,806 0.372

Perilaku Gaya hidup 0,613 0,863 0,792 0

Sejarah Kesehatan 0,617 0,862 0,790 0

Keluarga

Catatan: Galat variabel kinerja yaitu 1-R2 adalah 1-0,834=0,166

1ζ 2ζ

Gambar 1. Structural Model (dengan path/rho dan nilai T dalam kurung)

-0,058

0,391

0,053

0,325

0,914

Sejarah Kemampua

n

Kinerja

Lingkungan Perilaku

Gambar 1. Structural Model (dengan path/rho dan nilai T

dalam kurung)

Page 5: Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kerja

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan

391

Gambar 1 menunjukkan bahwa semua hubungan

antarvariabel pada model memiliki hubungan yang signifikan

pada nilai T >1,96 yang berarti peningkatan atau penurunan

variabel prediktor terhadap variabel dependen sebesar 1 point

akan meningkatkan atau menurunkan nilai rho dengan tingkat

akurasi minimal 95%. Perbandingan terbalik hanya terjadi

antara variabel sejarah kesehatan keluarga dengan kinerja

perawat, karena nilai rho nya negatif.

Perhitungan persentase pengaruh antarvariabel terhadap

variabel kinerja digambarkan pada Tabel 4. Tabel 4 menun-

jukkan bahwa variabel prediksi (kemampuan, lingkungan,

sejarah kesehatan keluarga dan perilaku dalam gaya hidup)

memberikan pengaruh sebesar 84,29% kepada variabel kinerja

perawat dan 15,71% dipengaruhi variabel lain. Selanjutnya

kekuatan variabel eksogen dan atau variabel endogen yang

bersifat independen berkontribusi dalam membangun

variabel endogen yang bersifat dependen pada model teoretis

ini yaitu dengan melihat nilai R square pada variabel endogen

tersebut (Tabel 2).

Besarnya galat variabel kinerja perawat (R1

2) sebesar

0,166 artinya 16,6% kinerja perawat dipengaruhi oleh faktor-

faktor selain sejarah kesehatan keluarga, kemampuan dan

perilaku gaya hidup. Dengan diketahuinya besarnya nilai

variabel lain yang mempengaruhi variabel kinerja perawat

selain variabel pada model, maka dapat dibuat persamaan

model matematik sebagai berikut:

23321211212 ζξγξγηβη ++= +

atau

23914,01058,01053,02 ζξξηη += +−

Kinerja Perawat = 0,053 Lingkungan Kehidupan – 0,058

Sejarah Kesehatan Keluarga + 0,914 Ability Perawat + 0,166

Tabel 3. Nilai Path/Rho Langsung Ke Variabel Kinerja dengan T Statistiknya dan Signifikansinya pada

Hubungan Antarvariabel pada Structural Model

Hubungan Antar Variabel Original Sampel (Rho) Nilai T H0

Tingkat Signifikansi

kemampuan -> kinerja 0,914 66,427 Gagal ditolak Signifikan

lingk -> kinerja 0,053 2,162 Gagal ditolak Signifikan

sejarah -> kinerja -0058 2,032 Gagal ditolak Signifikan

Tabel 4. Persentase Pengaruh Antarvariabel Terhadap Variabel Kinerja Pada Model Teoretis

Sumber Via Direct Rho Indirect Rho Total Direct % Indirect % Total %

Kemampuan Kinerja 0,914 0 0,914 0,8 0,00 83,60

Lingkungan Kinerja 0,053 0 0,053 0,0 0,00 0,28

Sejarah Kinerja -0,058 0 -0,058 0,0 0,00 0,36

  Lingkungan 0,324 0,017 -0,040

Perilaku Kinerja 0 0 0 0,0 0,00 0,04

  Lingkungan 0,391 0,021 0,021

Jumlah Total 84,29

Pengaruh variabel lain di luar model yang dapat mempengaruhi variabel kinerja memiliki nilai persentase sebesar 15,71

Model persamaan matematika tersebut menjelaskan

pengaruh variabel prediktif langsung yaitu lingkungan

kehidupan, sejarah kesehatan keluarga dan kemampuan

terhadap variabel kinerja perawat adalah 83,4% dan 16,6%

dipengaruhi variabel di luar model, termasuk pengaruh tidak

langsung variabel prediktor terhadap kinerja yang besarnya

0,89% (selisih 84,29-83,40%). Selanjutnya dihitung nilai Q-

square yang berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau

variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji

dan hasilnya sebagai berikut:

Nilai Q-square (Q Square predictive relevance):

Q2 = 1 – (1-R1

2)(1-R2

2)(1-R3

2)(1-R5

2)

=1– {(1-0,834329)*(1-0)*(1-0,371974)*(1-0)}=0,895954

atau 89,59%

Galat Model = 100% - 89,59% = 10,41%

Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat

menjelaskan 89,59% keragaman data dan mampu mengkaji

fenomena yang dipakai pada penelitian, sedangkan 10,41%

dijelaskan komponen lain yang tidak ada pada model ini.

Diskusi

Penelitian ini membuktikan bahwa model teoretis yang

ditawarkan secara statistik dapat diterapkan pada populasi

ini. Selanjutnya diskusi difokuskan kepada hasil berupa

pemberian arti pada angka statistik yang didapat sehingga

memberikan makna pada pengambilan keputusan dan menjadi

bahan pelajaran untuk rumah sakit sekelas.

Di RSUD, pengaruh terbesar pada kinerja perawat akan

terjadi bila semua variabel diintervensi bersama-sama.

Sementara itu secara sendiri variabel kemampuan memberikan

kontribusi pengaruh terbesar pada kinerja perawat, diikuti

Page 6: Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kerja

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011392

oleh variabel sejarah kesehatan keluarga, lingkungan kehi-

dupan dan terakhir perilaku gaya hidup. Artinya, kemampuan

perawat sebagai komponen terbesar harus diperhatikan oleh

semua pihak untuk menghasilkan kinerja perawat yang baik.

Perhatian khusus, dapat ditujukan pada indikator yang

berhubungan dengan kemampuan yaitu tingkat kecepatan

dalam mengambil tindakan, peningkatan kompetensi diri

perawat dan dynamic strength, melalui upaya pelatihan dan

pendidikan jangka panjang.

Diperlukan uji kompetensi yang berkesinambungan

sebagai upaya untuk menjaga tingkat kemampuan yang

tinggi.15 Kemampuan dasar yang harus dimiliki dan terus

diasah oleh perawat adalah memiliki keterampilan yang tinggi,

cakap, dan tanggap dalam melayani pasien. Selain itu perawat

juga harus dapat mengembangkan kepekaan diri terhadap

situasi yang dihadapi pasien (berempati), berperilaku ramah

dan cakap dalam hubungan interpersonal, memahami perintah

atasan dan mampu berdiskusi.16

Stamina fisik seorang perawat juga perlu menjadi per-

hatian sebab keadaan fisik dan stamina yang prima menjadi

dasar untuk bekerja dengan baik.17 Kondisi fisik perlu

diperhatikan oleh manajemen dengan melaksanakan kegiatan

olah raga bersama secara rutin atau membangun fasilitas olah

raga seperti gym. Selanjutnya peningkatan kondisi fisik ini

dilengkapi dengan perhatian manajemen kepada upaya

membuka kesempatan untuk memberikan pendidikan bergelar

atau mengikuti pelatihan materi keperawatan yang spesifik

berupa pendidikan berkelanjutan dan mengikuti berbagai

seminar tentang keperawatan dalam rangka peningkatan

kemampuan perawat tersebut. 17

Kemampuan perawat dan keadaan lingkungan kehi-

dupan yang kondusif terutama ketersediaan tempat kerja atau

suasana kerja yang menyenangkan, aturan yang lebih jelas

dan melindungi perawat akan lebih meningkatkan kinerja.5

Walaupun lingkungan kehidupan hanya memberikan

kontribusi 0,2%, tetap penting untuk diperhatikan karena

dengan peningkatan pengetahuan selalu diperlukan

lingkungan yang lebih baik. Peningkatan pengetahuan pada

diri seseorang dapat mengubah perilaku seseorang dalam

memandang lingkungan kehidupan.18

Perilaku gaya hidup pribadi dan sejarah kesehatan

keluarga yang dimanifestasikan dalam status kesehatan

perawat tidak terlalu besar berkontribusi terhadap kinerja

perawat karena nilainya kurang dari 0,5%. Meskipun demikian

karena kematangan perawat dalam bekerja dan telah

menguasai sikap profesional, maka rendahnya besaran

pengaruh variabel ini terhadap variabel kinerja dapat diatasi.

Dengan perkataan lain sikap profesionalisme perawat

menutupi kelemahan fakor variabel ini.19

Variabel sejarah kesehatan keluarga perawat merupakan

landasan untuk menjaga lingkungan yang lebih baik dalam

menghasilkan kinerja yang baik pula.5 Secara statistik

pengaruh langsung sejarah kesehatan keluarga perawat

berbanding terbalik dengan kinerjanya. Hal itu dapat diartikan

bahwa karena keadaan masa lalu yang kurang baik dan agar

keadaan tersebut tidak terulang maka mereka perlu lebih

waspada dalam menjaga kondisi kesehatannya. Dengan

demikian perawat akan lebih berupaya memiliki status

kesehatan yang prima sehingga dapat menghasilkan kinerja

yang tinggi.20

Manajemen rumah sakit masih belum cukup

memperhatikan keempat variabel saja karena hasil penelitian

menunjukkan pengaruh variabel secara bersama-sama hanya

84,29% dan terdapat variabel lain yang memberikan kontribusi

sebesar 15,71% kepada kinerja perawat. Studi lain

menunjukkan variabel motivasi kerja dan kepemimpinan juga

memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kinerja. 21

Sebelum penelitian dilakukan diketahui bahwa tingkat

kinerja perawat di RSUD adalah biasa saja. Berdasarkan hasil

penelitian maka kinerja perawat dapat ditingkatkan dengan

terencana dan lebih fokus. Sementara itu, upaya untuk

meningkatkan kemampuan perawat menjadi pilihan

manajemen RSUD sebagai upaya meningkatkan kinerja

perawat namun semua variabel yang ditawarkan pada model

ini dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja perawat.

Upaya yang sungguh-sungguh dari manajemen untuk

meningkatkan kinerja perawat sebagai modal dalam

meningkatkan citra rumah sakit perlu dilengkapi dengan

aturan atau kebijakan keperawatan yang berbasis kinerja.

Dengan demikian, penelitian tentang variabel yang memiliki

kontribusi langsung atau tidak langsung kepada kinerja perlu

diperbanyak. Peningkatan kinerja perawat dan jaminan aturan

yang melindungi perawat dalam jangka panjang akan

memberikan kontribusi secara tidak langsung berupa

penurunan angka kesakitan untuk tingkat kabupaten

Tangerang.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa variabel

kinerja perawat dipengaruhi oleh banyak variabel antara lain

variabel sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup,

lingkungan kehidupan dan kemampuan. Oleh karena itu bila

manajemen ingin meningkatkan kinerja perawat di RSUD atau

di RSU sekelas, variabel prediktor ini dapat dipertimbangkan

untuk diintervensi.

Daftar Pustaka

1. Cherry B, Jacob SR. Contemporary nursing: issues, trends and

management. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005. [cited:

2009 April 12]. Available from: http://evolve.elsevier.com.

2. Clark RE. The economic benefits of supported employment for

persons with mental illness. J Mental Health Policy Econ.

2008;187:63-7.

3. Cole MA, Neumayer E. The impact of poor health on total

factor productivity. Journal of Development Studies. 2006;42

(6):918-38.

4. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan

kesehatan gigi. Jakarta: EGC; 2010.

5. Ulrich BT, Lavandero R, Hart KA, Woods D, Legget J, Friendman

D, et al. Critical care nurses’ work environments 2008: a follow-

up report. Crit Care Nurse. 2009;29:93-102.

6. Green L. Precede - proceed model of health program planning

and evaluation: new features and updated citations in new 4th

Page 7: Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kerja

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011 393

edition of health program planning “an educational and ecologi-

cal approach”; 2005. [cited: 2010 July 27]. Available from: http:/

/www.lgreen.net

7. Bohlander GW, Snell, S. Managing human resources, 2007. [cited:

2010 July 28]. Available from: http://www.books.google.co.id.

8. Robbins SP. Organizational behavior: human behavior at work.

New Jersey: Prentice Hall Pearson Education Inc; 2003.

9. Barnum BS, Karlene M, Kerfoot KM. The nurse as executive. 7th

ed. Gaithersburg: Aspen Publishers; 2005.

10. Mathis RL, Jackson JH. Human resources management. Jakarta:

Salemba Empat; 2006.

11. Kivimäki MP, Voutilainen P, Koskinen P. Job enrichment, work

motivation, and job satisfaction in hospital wards: testing the job

characteristics model. J Nursing Management. 2008;310:87–91.

12. Nasri SM. Modul kuliah K3 dasar. Program strata dua (S2) magis-

ter kesehatan masyarakat kelas e-learning, Departemen K3.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI; 2009.

13. Rumah Sakit Umum Tangerang. Profil Rumah Sakit Umum

Tangerang tahun 2010. Tangerang: RS Tangerang; 2010.

14. Ghozali I. Structural equation modelling: metode alternatif dengan

partial least square (PLS). 2nd Ed. Semarang: Badan Penerbit Uni-

versitas Diponegoro; 2008.

15. Neelam M. Motivating nursing personnel. Nursing J India.

2004;95(4):83-4.

16. Schumacker RE, Lomax RG. A beginner’s guide to SEM. New

Jersey: Lawrence Erlbaum Assoc. Inc. Pub; 1996.

17. Quinn FM. Continuing professional development in nursing: a

guide for practitioners and educators. New York: Nelson Thornes

Publishers; 2004.

18. Gifford DB, Zammuto RF, Goodman EA, Hill KS. The relation-

ship between hospital unit culture and nurses’ quality of work life.

J Healthcare Management. 2007;247:281-4.

19. Stein-Parbury J. Patient and person: interpersonal skills in nurs-

ing. 4th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone; 2009.

20. Dauvergne M, Turner J. Heath status and health indicators. 2001

March [cited: 2009 Jan 17]; 211(3); [about 27 p]. Available

from: http://www.statcan.gc.ca.

21. Hafizurrachman HM. Health status, ability, and motivation in-

fluenced district hospital nurse performance. Med J Indones.

2009;18(4);283-9.

MH