faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja kerja
TRANSCRIPT
Artikel Penelitian
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011 387
Beberapa Faktor yang MemengaruhiKinerja Perawat dalam Menjalankan
Kebijakan Keperawatandi Rumah Sakit Umum Daerah
Hafizurrachman,1,2 Laksono Trisnantoro,1 Adang Bachtiar2
1Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.2Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan besaran variabel sejarah
kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan kemampuan perawat
dalam menghasilkan kinerja yang diharapkan akan bermanfaat untuk menyusun strategi
kebijakan keperawatan berbasis kinerja di suatu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Metode
potong lintang digunakan pada penelitian ini. Perawat yang bertugas di semua pelayanan
pada suatu RSUD dipilih sebagai unit analisis dengan cara multistage random sampling dan
terpilih 250 perawat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari-Agustus 2010. Data dianalisis
dengan Structural Equation Model (SEM) menggunakan software Smart-PLS. Hasil analisis
menunjukkan kinerja perawat di RSUD dipengaruhi oleh semua variabel, yang berarti model
teoretis yang diusulkan pada penelitian ini dapat digunakan. Kemampuan perawat merupakan
variabel terbesar yang mempengaruhi kinerja perawat (83,6%). Disimpulkan bahwa variabel
kinerja perawat dipengaruhi oleh banyak variabel antara lain variabel sejarah kesehatan
keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan kemampuan perawat. Semua
variabel yang digunakan pada penelitian ini layak dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi
sehingga menghasilkan kinerja perawat yang prima di RSUD. J Indon Med Assoc. 2011;61:387-
93.
Kata Kunci: Sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan,
kemampuan, kinerja perawat.
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011388
Several Factors that Influence the Performance of Nurses
in Carrying Out Nursing Policy in a District Hospital
Hafizurrachman,1,2 Laksono Trisnantoro,1 Adang Bachtiar2
1Doctoral Program of Public Health, Faculty of Medicine
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.2Department of Health Policy Administration, Faculty of Public Health
Universitas Indonesia, Depok.
Abstract: This study aimid to look at the effect and magnitude of family health history, lifestyle,
environment, and the ability of nurses on their performance and provide useful information to
develop performance-based nursing policy in a District Hospital. This is a cross-sectional study.
Data were analyzed with the Structural Equation Model (SEM) approach using Smart-PLS soft-
ware. In this study nurses serving in all services at a district hospital was selected as the unit of
analysis, with 250 nurses were selected as the samples and multistage random sampling were
used. The study was conducted from February-August 2010. Analysis showed that the nurses‘
performance in a district hospital was influenced by all the variables, which means that the
theoretical model proposed in this study can be used. The nurses’ ability was the variable that
mostly affects the nurses’ performance (83.6%). In conclusion, the nurses’ performance is af-
fected by many variables, such as family health history, lifestyle, environment, and the ability of
nurses. Therefore all the variables offered in this study should be considered for intervention to
produce excellent nurses’s performance at a district hospital. J Indon Med Assoc. 2011;61:387-
93..
Keywords: family health history, lifestyle, environment, ability, performance of nurses.
Pendahuluan
Rumah sakit perlu memiliki kinerja prima untuk membantu
penyembuhan pasien.1 Proses perawatan di rumah sakit yang
lebih singkat akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh
pasien. Pemerintah secara tidak langsung akan mendapatkan
manfaat berupa berkurangnya subsidi di bidang kesehatan
yang harus dibayarkan mengingat pemberian subsidi dari
tahun ke tahun terus meningkat.2
Rasio orang sakit yang tinggi pada suatu populasi akan
menurunkan tingkat kompetitif dan produktivitas daerah
tersebut bila dibandingkan dengan daerah yang rasio orang
sakitnya rendah.3 Oleh karena itu upaya untuk memper-
tahankan keadaan sehat pada populasi sangat penting dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari peran perawat di
rumah sakit. Perawat harus bekerja secara prima dalam
membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.1
Untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, seorang
perawat rumah sakit harus memiliki status kesehatan prima.
Selain status kesehatan, sejarah kesehatan keluarga yang
merepresentasikan faktor genetik,1,4 lingkungan kehidupan
yang kondusif,5 perilaku gaya hidup perawat,6 dan
kemampuan perawat merupakan faktor-faktor yang akan
mempengaruhi kinerja perawat.7 Status kesehatan perawat
tidak lepas dari sejarah kesehatan keluarganya seperti
keadaan fisik dan psikologis orang tua serta perkembangan
diri dalam menuju dewasa.8,9
Dalam kerangka konsep kemampuan, sejarah kesehatan
keluarga merupakan variabel eksogen yang mempengaruhi
variabel kinerja (variabel endogen). Sejarah kesehatan
keluarga mempengaruhi lingkungan kerja (variabel endogen)
dan memberikan pengaruhnya kepada variabel kinerja.7
Variabel lingkungan dipengaruhi oleh perilaku gaya hidup
yang merupakan variabel eksogen.4,6,10 Selain variabel utama
tersebut, masih banyak variabel yang dapat mempengaruhi
variabel kinerja perawat, seperti variabel motivasi kerja.11
Untuk menginvestigasi masalah dan variabel-variabel
yang mempengaruhi kinerja perawat pada suatu Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD), digunakan pendekatan ilmiah dalam
rangka mencari keterkaitan antarvariabel sehingga kinerja
perawat di RSUD dapat diukur. Hasil yang didapatkan akan
berguna bagi manajemen RS dalam merencanakan strategi
terbaik untuk meningkatkan atau mempertahankan kinerja
prima melalui perbaikan atau peningkatan terhadap variabel
prediktor kinerja atau variabel-variabel independennya. Hal
tersebut diperlukan untuk mengembangkan kebijakan tentang
keperawatan berbasis kinerja sehingga dapat meningkatkan
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011 389
kinerja perawat di RSUD. Sebagai hasil akhir, perawat yang
merupakan garda terdepan9 dalam pelayanan prima di RSUD
akan merasa nyaman dalam bekerja dan terlindung dari risiko
pekerjaan keperawatan.12
Saat ini kinerja perawat di RSUD tergolong rata-rata13
dan hasil ini akan mempersulit pencapaian visi dan misi
RSUD. Hal inilah yang akan diungkap oleh penelitian ini
sebagai upaya membuktikan bahwa confirmatory theoreti-
cal model dapat diterapkan sebagai cara berpikir dan tin-
dakan intervensi pada variabel prediktor dalam meningkatkan
kinerja perawat di RSUD, sehingga setiap intervensi yang
diberikan memiliki alasan yang kuat dan masuk akal serta
dapat disusun suatu strategi kebijakan keperawatan yang
berbasis kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan besaran (nilai) variabel sejarah kesehatan
keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan
kemampuan perawat dalam menghasilkan kinerja perawat.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai
Agustus 2011 di suatu RSUD. Populasi penelitian adalah
seluruh perawat yang bertugas di 8 unit pelayanan di RSUD
(unit rawat jalan, rawat inap, IGD, ICU, kamar bedah,
hemodialisis, kamar operasi, ambulans). Kriteria inklusi
adalah perawat pelaksana di 8 pelayanan tersebut yang telah
bertugas minimal 1 tahun, sedangkan kriteria eksklusi adalah
perawat yang sedang cuti dan menolak ikut serta dalam
penelitian.
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara multistage
random sampling dan didapat sampel sebanyak 250 dari
367 perawat. Instrumen yang digunakan berupa daftar
pertanyaan (kuesioner) yang mengukur ke-5 variabel yaitu
variabel kinerja perawat, kemampuan perawat, lingkungan
kehidupan perawat, perilaku gaya hidup perawat dan sejarah
kesehatan keluarga perawat. Variabel kemampuan dan kinerja
perawat diukur oleh tiga orang raters (penilai) terdiri atas
kepala ruangan (supervisor), kepala tim dan kolega perawat
tersebut. Seorang rater hanya boleh menilai maksimal 5 or-
ang perawat. Dengan demikian ada sebagian perawat dinilai
oleh 2-4 orang kolega tanpa disertai penilaian oleh supervi-
sor atau kepala tim. Tiga variabel lainnya diukur melalui
persepsi subjek.
Kuesioner menggunakan sistem skoring berdasarkan
pengukuran skala semantik diferensial dengan penilaian skala
nilai 1-5. Nilai 1 merupakan nilai terendah dan nilai 5
merupakan nilai tertinggi dari suatu penilaian atau persepsi
pada suatu pertanyaan. Untuk skala likert penilaian 1-2 untuk
nilai negatif, 3 untuk nilai netral, 4-5 untuk nilai positif. Jumlah
pertanyaan pada setiap variabel bervariasi 18-38 pertanyaan.
Kelima variabel memiliki 4-6 indikator. Variabel kinerja
terdiri atas indikator berdasarkan sasaran yang ditetapkan,
mengikuti prosedur inisiatif dalam bekerja, menyelesaikan
tugas pokok, kemampuan dalam bekerja sama dan melak-
sanakan standar asuhan keperawatan rumah sakit. Variabel
kemampuan terdiri atas indikator potensi memecahkan
masalah, kecepatan dalam mengambil dalam tindakan,
kompetensi diri dan kekuatan dinamis, kemampuan dalam
menerima perintah lisan dan tulisan serta stamina dan
ketahanan dalam bekerja. Variabel lingkungan terdiri atas
indikator peraturan kerja, tata ruang kerja, suhu ruangan,
suara dan cahaya di tempat bekerja dan tata ruang tempat
tinggal. Variabel perilaku gaya hidup terdiri atas indikator
berolahraga untuk kesehatan fisik, kebiasaan yang berkaitan
dengan pola konsumsi makanan dan minuman, aktivitas sosial
serta kebiasaan dan kebersihan individu serta lingkungan.
Variabel sejarah kesehatan keluarga terdiri atas indikator
keadaan fisik dan psikologis orang tua (ibu-ayah), keadaan
psikologis sosial pada masa kecil, pola hidup waktu kecil
serta pertumbuhan dan perkembangan diri. Setiap indikator
diukur dengan 4-9 butir pertanyaan.
Uji validitas butir pertanyaan untuk semua pertanyaan
pada variabel dan reliabilitas instrumen dilaksanakan
bersamaan dengan pengambilan data lapangan. Nilai
validitas butir pertanyaan setiap variabel yang nilainya < 0,145
tidak diikutsertakan dalam proses perhitungan selanjutnya.
Dihitung juga nilai reliabilitas instrumen.
Variasi jawaban semua daftar pertanyaan pada instrumen
diujikan terhadap 9 karakteristik responden tersebut untuk
mengetahui apakah variasi jawaban responden terjadi sebagai
akibat karakteristiknya. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji chi square dengan program SPSS. Bila nilai
uji chi square memiliki nilai p>0,05 maka pertanyaan atau
pernyataan pada instrumen tersebut tidak dipengaruhi variasi
karakteristik responden.
Data selanjutnya dianalisis menggunakan pendekatan
structural equation model (SEM) dengan software Smart-
PLS.14 Smart-PLS menghasilkan measurement model (outer
modelnya) lengkap dengan nilai confirmatory factor analy-
sis (CFA) dan goodness of fit (GOF). Nilai CFA diukur dengan
melihat hasil olahan Smart-PLS pada nilai lamda (loading fac-
tor). Nilai lamda harus lebih besar dari 0,5 pada pengujian
outer loading untuk mengatakan indikator tersebut
merupakan refleksi dari variabelnya. Bila nilai lamda kurang
dari 0,5 maka harus diuji ulang setelah dilakukan modifikasi
indikator pada variabel tersebut.
Outer loading test (nilai loading factor) dilengkapi
dengan penilaian pada analysis discriminant validity yaitu
menilai indikator reflektif suatu variabel dengan melihat nilai
cross loading antara nilai indikator pada variabel miliknya
dan nilai indikator tersebut pada variabel bukan miliknya atau
cukup membaca nilai average variance extractor (AVE). Nilai
AVE tersebut harus berada sama atau lebih besar dari 0,5.
Selanjutnya bila nilai semua measurement model sudah fit,
dilakukan penilaian untuk mengukur besaran reliabilitas
masing-masing lamda dengan melihat nilai composit reliabil-
ity. Nilai harus sama dengan atau lebih besar dari 0,7. Bila
nilai kurang dari 0,7 indikator dianjurkan untuk tidak
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011390
dimasukan ke dalam model, khususnya untuk model
eksploratori. Composit reliability perlu diperkuat dengan
nilai alpha Cronbach dari masing masing variabel untuk
mengetahui tingkat kekuatan refleksi indikator terhadap
variabelnya. Hubungan yang kuat harus memiliki nilai lebih
besar dari 0,6. Semua perhitungan tersebut dapat dilihat pada
hasil PLS.
Nilai structural model yaitu besarnya nilai hubungan
antarvariabel yang dibangun oleh model dan telah memiliki
nilai goodness of fit yang cukup. Nilai tersebut dapat dilihat
pada perhitungan BT atau bootstrepping dengan melihat
nilai original sample yang merupakan nilai path dan nilai
significancy-nya yaitu nilai T statistik. Nilai path tersebut
signifikan bila nilai T lebih besar dari 1,96 yaitu dengan tingkat
kesalahan 5%.
Langkah selanjutnya adalah membangun persamaan
untuk model dan menghitung nilai Q2 atau goodness of fit
dari model yang dibangun, yaitu menilai besaran variasi data
penelitian terhadap fenomena yang dikaji dengan menghitung
R2 pada masing-masing variabel terlebih dahulu.
Hasil
Instrumen penelitian ini memiliki reliabilitas instrumen
sebesar 0,9046 (0,842-0,975). Karakteristik semua variabel
Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden
Variabel n %
Sebaran Umur
20-45 tahun 230 92,0
>45-50 tahun 13 5,2
>50 tahun 7 2,8
Jenis Kelamin
Laki-laki 39 15,6
Perempuan 211 84,4
Jenjang Pendidikan
D-III keperawatan 239 95,6
S-1/D-IVkeperawatan ke atas 11 4,4
Status Pernikahan
Menikah 228 91,2
Belum menikah 19 7,6
Janda/duda 3 1,2
Sebaran Tanggungan Termasuk Anak
Tidak punya 48 19,2
Satu tanggungan termasuk anak 61 24,4
Dua tanggungan termasuk anak 94 37,6
Lebih dari dua tanggungan termasuk anak 47 18,8
Ikut Pelatihan Tambahan
Belum pernah ikut pelatihan 187 74,8
Pernah ikut pelatihan 63 25,2
Status Kepegawaian
PNS 87 34,8
Kontrak 163 65,2
Sebaran lama kerja
1-3 tahun 36 14,4
>3-5Tahun 20 8,0
>5 tahun 194 77,6
Lama Perjalanan Ke Kantor
Sebentar (<45 menit) 105 42,0
Lama (>=45 menit) 145 58,0
endogen (independen atau dependen) dan eksogen
(independen) yang diteliti memiliki distribusi data yang nor-
mal dan homogen. Penyebaran karakteristik responden
digambarkan pada Tabel 1.
Selanjutnya dilakukan pengujian antara sebaran
karakteristik responden dengan jawaban yang diberikan
responden secara bivariat dengan uji chi square. Hasilnya
menunjukkan tidak didapatkan variasi jawaban akibat variasi
karakteristik karena semua hasil uji chi square pada setiap
variabel memiliki nilai p>0,05 (0,090-0,655).
Hasil pengujian outer model pada tiap variabel dengan
indikatornya menghasilkan CFA dengan nilai alfa 0,54-0,94
dan nilai T 6,5-109,78. GOF measurement model memberikan
hasil seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan nilai GOF outer model memiliki
lamda >0,5 untuk semua indikator pada masing-masing
variabel (0,54-0,94) dengan nilai T yang signifikan (lebih
besar dari 1,96). Nilai validitas dan realibilitas juga tinggi (lebih
besar dari yang disyaratkan) sehingga proses pembacaan
dapat dilanjutkan untuk GOF inner modelnya (Gambar 1).
Tabel 2. Nilai GOF Outer Model
Variabel AVE Composite Cronbachs R
Reliability Alpha Square
Kinerja Perawat 0,737 0,944 0,927 0,834
Kemampuan 0,826 0,960 0,947 0
Lingkungan Kehidupan 0,632 0,872 0,806 0.372
Perilaku Gaya hidup 0,613 0,863 0,792 0
Sejarah Kesehatan 0,617 0,862 0,790 0
Keluarga
Catatan: Galat variabel kinerja yaitu 1-R2 adalah 1-0,834=0,166
1ζ 2ζ
Gambar 1. Structural Model (dengan path/rho dan nilai T dalam kurung)
-0,058
0,391
0,053
0,325
0,914
Sejarah Kemampua
n
Kinerja
Lingkungan Perilaku
Gambar 1. Structural Model (dengan path/rho dan nilai T
dalam kurung)
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan
391
Gambar 1 menunjukkan bahwa semua hubungan
antarvariabel pada model memiliki hubungan yang signifikan
pada nilai T >1,96 yang berarti peningkatan atau penurunan
variabel prediktor terhadap variabel dependen sebesar 1 point
akan meningkatkan atau menurunkan nilai rho dengan tingkat
akurasi minimal 95%. Perbandingan terbalik hanya terjadi
antara variabel sejarah kesehatan keluarga dengan kinerja
perawat, karena nilai rho nya negatif.
Perhitungan persentase pengaruh antarvariabel terhadap
variabel kinerja digambarkan pada Tabel 4. Tabel 4 menun-
jukkan bahwa variabel prediksi (kemampuan, lingkungan,
sejarah kesehatan keluarga dan perilaku dalam gaya hidup)
memberikan pengaruh sebesar 84,29% kepada variabel kinerja
perawat dan 15,71% dipengaruhi variabel lain. Selanjutnya
kekuatan variabel eksogen dan atau variabel endogen yang
bersifat independen berkontribusi dalam membangun
variabel endogen yang bersifat dependen pada model teoretis
ini yaitu dengan melihat nilai R square pada variabel endogen
tersebut (Tabel 2).
Besarnya galat variabel kinerja perawat (R1
2) sebesar
0,166 artinya 16,6% kinerja perawat dipengaruhi oleh faktor-
faktor selain sejarah kesehatan keluarga, kemampuan dan
perilaku gaya hidup. Dengan diketahuinya besarnya nilai
variabel lain yang mempengaruhi variabel kinerja perawat
selain variabel pada model, maka dapat dibuat persamaan
model matematik sebagai berikut:
23321211212 ζξγξγηβη ++= +
atau
23914,01058,01053,02 ζξξηη += +−
Kinerja Perawat = 0,053 Lingkungan Kehidupan – 0,058
Sejarah Kesehatan Keluarga + 0,914 Ability Perawat + 0,166
Tabel 3. Nilai Path/Rho Langsung Ke Variabel Kinerja dengan T Statistiknya dan Signifikansinya pada
Hubungan Antarvariabel pada Structural Model
Hubungan Antar Variabel Original Sampel (Rho) Nilai T H0
Tingkat Signifikansi
kemampuan -> kinerja 0,914 66,427 Gagal ditolak Signifikan
lingk -> kinerja 0,053 2,162 Gagal ditolak Signifikan
sejarah -> kinerja -0058 2,032 Gagal ditolak Signifikan
Tabel 4. Persentase Pengaruh Antarvariabel Terhadap Variabel Kinerja Pada Model Teoretis
Sumber Via Direct Rho Indirect Rho Total Direct % Indirect % Total %
Kemampuan Kinerja 0,914 0 0,914 0,8 0,00 83,60
Lingkungan Kinerja 0,053 0 0,053 0,0 0,00 0,28
Sejarah Kinerja -0,058 0 -0,058 0,0 0,00 0,36
Lingkungan 0,324 0,017 -0,040
Perilaku Kinerja 0 0 0 0,0 0,00 0,04
Lingkungan 0,391 0,021 0,021
Jumlah Total 84,29
Pengaruh variabel lain di luar model yang dapat mempengaruhi variabel kinerja memiliki nilai persentase sebesar 15,71
Model persamaan matematika tersebut menjelaskan
pengaruh variabel prediktif langsung yaitu lingkungan
kehidupan, sejarah kesehatan keluarga dan kemampuan
terhadap variabel kinerja perawat adalah 83,4% dan 16,6%
dipengaruhi variabel di luar model, termasuk pengaruh tidak
langsung variabel prediktor terhadap kinerja yang besarnya
0,89% (selisih 84,29-83,40%). Selanjutnya dihitung nilai Q-
square yang berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau
variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji
dan hasilnya sebagai berikut:
Nilai Q-square (Q Square predictive relevance):
Q2 = 1 – (1-R1
2)(1-R2
2)(1-R3
2)(1-R5
2)
=1– {(1-0,834329)*(1-0)*(1-0,371974)*(1-0)}=0,895954
atau 89,59%
Galat Model = 100% - 89,59% = 10,41%
Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat
menjelaskan 89,59% keragaman data dan mampu mengkaji
fenomena yang dipakai pada penelitian, sedangkan 10,41%
dijelaskan komponen lain yang tidak ada pada model ini.
Diskusi
Penelitian ini membuktikan bahwa model teoretis yang
ditawarkan secara statistik dapat diterapkan pada populasi
ini. Selanjutnya diskusi difokuskan kepada hasil berupa
pemberian arti pada angka statistik yang didapat sehingga
memberikan makna pada pengambilan keputusan dan menjadi
bahan pelajaran untuk rumah sakit sekelas.
Di RSUD, pengaruh terbesar pada kinerja perawat akan
terjadi bila semua variabel diintervensi bersama-sama.
Sementara itu secara sendiri variabel kemampuan memberikan
kontribusi pengaruh terbesar pada kinerja perawat, diikuti
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011392
oleh variabel sejarah kesehatan keluarga, lingkungan kehi-
dupan dan terakhir perilaku gaya hidup. Artinya, kemampuan
perawat sebagai komponen terbesar harus diperhatikan oleh
semua pihak untuk menghasilkan kinerja perawat yang baik.
Perhatian khusus, dapat ditujukan pada indikator yang
berhubungan dengan kemampuan yaitu tingkat kecepatan
dalam mengambil tindakan, peningkatan kompetensi diri
perawat dan dynamic strength, melalui upaya pelatihan dan
pendidikan jangka panjang.
Diperlukan uji kompetensi yang berkesinambungan
sebagai upaya untuk menjaga tingkat kemampuan yang
tinggi.15 Kemampuan dasar yang harus dimiliki dan terus
diasah oleh perawat adalah memiliki keterampilan yang tinggi,
cakap, dan tanggap dalam melayani pasien. Selain itu perawat
juga harus dapat mengembangkan kepekaan diri terhadap
situasi yang dihadapi pasien (berempati), berperilaku ramah
dan cakap dalam hubungan interpersonal, memahami perintah
atasan dan mampu berdiskusi.16
Stamina fisik seorang perawat juga perlu menjadi per-
hatian sebab keadaan fisik dan stamina yang prima menjadi
dasar untuk bekerja dengan baik.17 Kondisi fisik perlu
diperhatikan oleh manajemen dengan melaksanakan kegiatan
olah raga bersama secara rutin atau membangun fasilitas olah
raga seperti gym. Selanjutnya peningkatan kondisi fisik ini
dilengkapi dengan perhatian manajemen kepada upaya
membuka kesempatan untuk memberikan pendidikan bergelar
atau mengikuti pelatihan materi keperawatan yang spesifik
berupa pendidikan berkelanjutan dan mengikuti berbagai
seminar tentang keperawatan dalam rangka peningkatan
kemampuan perawat tersebut. 17
Kemampuan perawat dan keadaan lingkungan kehi-
dupan yang kondusif terutama ketersediaan tempat kerja atau
suasana kerja yang menyenangkan, aturan yang lebih jelas
dan melindungi perawat akan lebih meningkatkan kinerja.5
Walaupun lingkungan kehidupan hanya memberikan
kontribusi 0,2%, tetap penting untuk diperhatikan karena
dengan peningkatan pengetahuan selalu diperlukan
lingkungan yang lebih baik. Peningkatan pengetahuan pada
diri seseorang dapat mengubah perilaku seseorang dalam
memandang lingkungan kehidupan.18
Perilaku gaya hidup pribadi dan sejarah kesehatan
keluarga yang dimanifestasikan dalam status kesehatan
perawat tidak terlalu besar berkontribusi terhadap kinerja
perawat karena nilainya kurang dari 0,5%. Meskipun demikian
karena kematangan perawat dalam bekerja dan telah
menguasai sikap profesional, maka rendahnya besaran
pengaruh variabel ini terhadap variabel kinerja dapat diatasi.
Dengan perkataan lain sikap profesionalisme perawat
menutupi kelemahan fakor variabel ini.19
Variabel sejarah kesehatan keluarga perawat merupakan
landasan untuk menjaga lingkungan yang lebih baik dalam
menghasilkan kinerja yang baik pula.5 Secara statistik
pengaruh langsung sejarah kesehatan keluarga perawat
berbanding terbalik dengan kinerjanya. Hal itu dapat diartikan
bahwa karena keadaan masa lalu yang kurang baik dan agar
keadaan tersebut tidak terulang maka mereka perlu lebih
waspada dalam menjaga kondisi kesehatannya. Dengan
demikian perawat akan lebih berupaya memiliki status
kesehatan yang prima sehingga dapat menghasilkan kinerja
yang tinggi.20
Manajemen rumah sakit masih belum cukup
memperhatikan keempat variabel saja karena hasil penelitian
menunjukkan pengaruh variabel secara bersama-sama hanya
84,29% dan terdapat variabel lain yang memberikan kontribusi
sebesar 15,71% kepada kinerja perawat. Studi lain
menunjukkan variabel motivasi kerja dan kepemimpinan juga
memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kinerja. 21
Sebelum penelitian dilakukan diketahui bahwa tingkat
kinerja perawat di RSUD adalah biasa saja. Berdasarkan hasil
penelitian maka kinerja perawat dapat ditingkatkan dengan
terencana dan lebih fokus. Sementara itu, upaya untuk
meningkatkan kemampuan perawat menjadi pilihan
manajemen RSUD sebagai upaya meningkatkan kinerja
perawat namun semua variabel yang ditawarkan pada model
ini dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja perawat.
Upaya yang sungguh-sungguh dari manajemen untuk
meningkatkan kinerja perawat sebagai modal dalam
meningkatkan citra rumah sakit perlu dilengkapi dengan
aturan atau kebijakan keperawatan yang berbasis kinerja.
Dengan demikian, penelitian tentang variabel yang memiliki
kontribusi langsung atau tidak langsung kepada kinerja perlu
diperbanyak. Peningkatan kinerja perawat dan jaminan aturan
yang melindungi perawat dalam jangka panjang akan
memberikan kontribusi secara tidak langsung berupa
penurunan angka kesakitan untuk tingkat kabupaten
Tangerang.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa variabel
kinerja perawat dipengaruhi oleh banyak variabel antara lain
variabel sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup,
lingkungan kehidupan dan kemampuan. Oleh karena itu bila
manajemen ingin meningkatkan kinerja perawat di RSUD atau
di RSU sekelas, variabel prediktor ini dapat dipertimbangkan
untuk diintervensi.
Daftar Pustaka
1. Cherry B, Jacob SR. Contemporary nursing: issues, trends and
management. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005. [cited:
2009 April 12]. Available from: http://evolve.elsevier.com.
2. Clark RE. The economic benefits of supported employment for
persons with mental illness. J Mental Health Policy Econ.
2008;187:63-7.
3. Cole MA, Neumayer E. The impact of poor health on total
factor productivity. Journal of Development Studies. 2006;42
(6):918-38.
4. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan
kesehatan gigi. Jakarta: EGC; 2010.
5. Ulrich BT, Lavandero R, Hart KA, Woods D, Legget J, Friendman
D, et al. Critical care nurses’ work environments 2008: a follow-
up report. Crit Care Nurse. 2009;29:93-102.
6. Green L. Precede - proceed model of health program planning
and evaluation: new features and updated citations in new 4th
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011 393
edition of health program planning “an educational and ecologi-
cal approach”; 2005. [cited: 2010 July 27]. Available from: http:/
/www.lgreen.net
7. Bohlander GW, Snell, S. Managing human resources, 2007. [cited:
2010 July 28]. Available from: http://www.books.google.co.id.
8. Robbins SP. Organizational behavior: human behavior at work.
New Jersey: Prentice Hall Pearson Education Inc; 2003.
9. Barnum BS, Karlene M, Kerfoot KM. The nurse as executive. 7th
ed. Gaithersburg: Aspen Publishers; 2005.
10. Mathis RL, Jackson JH. Human resources management. Jakarta:
Salemba Empat; 2006.
11. Kivimäki MP, Voutilainen P, Koskinen P. Job enrichment, work
motivation, and job satisfaction in hospital wards: testing the job
characteristics model. J Nursing Management. 2008;310:87–91.
12. Nasri SM. Modul kuliah K3 dasar. Program strata dua (S2) magis-
ter kesehatan masyarakat kelas e-learning, Departemen K3.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI; 2009.
13. Rumah Sakit Umum Tangerang. Profil Rumah Sakit Umum
Tangerang tahun 2010. Tangerang: RS Tangerang; 2010.
14. Ghozali I. Structural equation modelling: metode alternatif dengan
partial least square (PLS). 2nd Ed. Semarang: Badan Penerbit Uni-
versitas Diponegoro; 2008.
15. Neelam M. Motivating nursing personnel. Nursing J India.
2004;95(4):83-4.
16. Schumacker RE, Lomax RG. A beginner’s guide to SEM. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Assoc. Inc. Pub; 1996.
17. Quinn FM. Continuing professional development in nursing: a
guide for practitioners and educators. New York: Nelson Thornes
Publishers; 2004.
18. Gifford DB, Zammuto RF, Goodman EA, Hill KS. The relation-
ship between hospital unit culture and nurses’ quality of work life.
J Healthcare Management. 2007;247:281-4.
19. Stein-Parbury J. Patient and person: interpersonal skills in nurs-
ing. 4th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone; 2009.
20. Dauvergne M, Turner J. Heath status and health indicators. 2001
March [cited: 2009 Jan 17]; 211(3); [about 27 p]. Available
from: http://www.statcan.gc.ca.
21. Hafizurrachman HM. Health status, ability, and motivation in-
fluenced district hospital nurse performance. Med J Indones.
2009;18(4);283-9.
MH