faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan...

155
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Cindy Cinthia Devi NIM: 1113081000061 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: nguyenquynh

Post on 28-Jun-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG

PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2014-2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Cindy Cinthia Devi

NIM: 1113081000061

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H / 2017 M

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG

PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2014-2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Cindy Cinthia Devi

NIM: 1113081000061

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA

NIDN. 2004 1070 02

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Selasa 11 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiwa:

Nama : Cindy Cinthia Devi

NIM : 1113081000061

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang

Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2016

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Selasa 11 April 2017

1. Amalia, SE., MSM. ( )

NIP.19740821 200901 2 005 Penguji I

2. Lili Supriyadi, MM . ( )

NIP. 19600505 198903 1 005 Penguji II

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari Rabu, 23 Agustus 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa

Nama : Cindy Cinthia Devi

NIM : 1113081000061

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang

Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2016

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Agustus 2017

1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si

NIP. 1119731221 200501 2 002

2. Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA

NIDN. 2004 1070 02

3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB

NIP. 19741127 200112 1 002

4. Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA

NIDN. 2004 1070 02

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cindy Cinthia Devi

NIM : 1113081000061

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang

Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2016

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui

pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti

bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi

yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Agustus 2017

Yang Menyatakan

(Cindy Cinthia Devi) NIM. 1113081000061

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Cindy Cinthia Devi

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Desember 1995

3. Jenis Kelamin : Perrempuan

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04

Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514

6. No. Telepon : 0896 5384 5366

7. Email : [email protected]

B. PENDIDIKAN

1. SD (2001-2007) : SD Negeri 03 Cinere

2. SMP (2007-2010) : SMP Negeri 37 Jakarta

3. SMA (2010-2013) : SMK Negeri 20 Jakarta

4. S1 (2013-2017) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. DATA KELUARGA

1. Nama Ayah Kandung : Hartono Sukardi

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Juli 1970

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04

Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514

2. Nama Ibu Kandung : Sriyanti

Tempat & Tanggal Lahir : Medan, 25 Agustus 1975

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04

Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514

vi

D. ORGANISASI

1. Dewan Eksekutif Mahasiswa Tahun 2015-2016

(Departemen Kesekretariatan)

2. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Tahun 2014-2015

(Departemen Penelitian dan Pengembangan)

3. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Tahun 2013-2014

(Departemen Penelitian dan Pengembangan)

vii

ABSTRACT

The study aims to analyze the influence of Institutional Ownership,

Profitability, Liquidity, Firm Age, Firm Growth and Free Cash Flow to Debt Policy

in LQ45 companies period 2014 until 2016. Data’s study is annual financial report

of 15 LQ45 companies in Bursa Efek Indonesia (BEI) period 2014 until 2016. The

study is using the method of analysis of the regression panel data with a random

effect model by using program Eviews 9.0 and Microsoft Excel 2013.

The result show that according parcial Institutional Ownership negative

significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0079<0,05. Profitability

negative significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0002<0,05. Liquidity

negative significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0064<0,05. Firm

Growth positive significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0001<0,05.

Firm Age not influence to Debt Policy with the sig. 0.1035>0.05. Free Cash Flow

not influence to Debt Policy with the sig. 0.3196>0.05. The result show that

according simultan Institutional Ownership, Profitability, Liquidity, Firm Age,

Firm Growth and Free Cash Flow significant influence to Debt Policy with the sig.

0.000000<0.05.

Keyword: Debt Policy, Institutional Ownership, Profitability, Liquidity, Firm Age,

Firm Growth and Free Cash Flow

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan

Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan

Perusahaan, dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang pada perusahaan

LQ45 tahun 2014-2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

laporan keuangan tahunan 15 Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2014-2016. Penelitian ini menggunakan metode regresi panel

data dengan pendekatan model random effect menggunakan program Eviews 9 dan

Microsoft Excel 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Kepemilikan

Institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan

nilai sig. 0,0079 <0.05. Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap

Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0,0002<0,05. Likuiditas berpengaruh negatif

signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0,0064<0,05. Pertumbuhan

Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai

sig. 0,0001<0,05. Umur Perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan

Hutang dengan nilai sig. 0.1035>0.05. Free Cash Flow tidak memiliki pengaruh

terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0.3196>0.05. Hasil penelitian

menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel Kepemilikan

Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan

Perusahaan, dan Free Cash Flow berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang dengan

nilai sig. 0.000000<0.05.

Kata kunci : Kebijakan Hutang, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas,

Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Free Cash Flow

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang

mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna

mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hifayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis

dan telah memberikan kemudahan dalam kesulitan.

2. Kedua orangtua terutama ibu serta kak Meily, Jimmy dan Davi selaku

keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan dorongan

kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu, membimbing dan terus memberikan arahan

dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada penulis.

6. Ibu Titi Dewi Warnida, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan pengalaman belajar dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis

selama perkuliahan di kampus.

x

8. Seluruh jajaran Staff Tata Usaha, Karyawan, Office Boy, Cleaning Service,

Anak Magang dan tenaga kerja lainnya yang berada di kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menolong dan membantu segala kebutuhan

penulis selama kuliah di kampus.

9. Faiz Khaldun dan keluarga yang telah banyak membantu dan memberi

dukungan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini dan senantiasa

ada disaat susah dan senang.

10. Allian.She (Riska, Shaumi, Adel) dan Without Him (Kumi, Gita, Irma) yang

mau menjadi teman curhat keluh kesah penulis selama kuliah serta indi,

makay dan acong dan juga teman – teman manajemen keuangan 2013 yang

tidak dapat disebut satu persatu dan telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Segenap keluarga Manajemen yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu

yang telah banyak memberikan pengalaman bagi penulis selama berada di

bangku perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis

harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai tambahan

informasi serta pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Agustus 2017

Penulis

Cindy Cinthia Devi

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

ABSTRACK ........................................................................................................ vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................ 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15

A. Landasan Teori ........................................................................................ 15

1. Kebijakan Hutang ................................................................................ 15

2. Kepemilikan Institusional .................................................................... 20

3. Profitabilitas .......................................................................................... 22

4. Likuiditas .............................................................................................. 23

5. Umur Perusahaan ................................................................................. 25

6. Pertumbuhan Perusahaan ................................................................... 26

7. Free Cash Flow ..................................................................................... 27

B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen .......... 28

C. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 33

D. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 45

E. Hipotesis .................................................................................................... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 47

A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 47

xii

B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 47

1. Populasi ................................................................................................. 47

2. Sampel ................................................................................................... 48

C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 50

D. Metode Analisis Data ............................................................................... 50

1. Analisis Deskriptif ................................................................................ 51

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 51

3. Model Estimasi Regresi Data Panel .................................................... 55

4. Uji Hipotesis .......................................................................................... 59

5. Koefisien Determinasi (R²) .................................................................. 63

6. Koefisien Persamaan Regresi Data Panel .......................................... 64

E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 65

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 70

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 70

1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal ......................................... 70

2. Gambaran Umum Perusahaan LQ45 ................................................. 73

B. Pengujian dan Pembahasan .................................................................... 83

1. Deskriptif Variabel Penelitian ............................................................. 83

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 98

3. Estimasi Model Data Panel ................................................................ 100

4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 106

5. Koefisien Determinasi (R2) ................................................................ 111

6. Analisis Regresi Data Panel ............................................................... 112

7. Interpretasi .......................................................................................... 115

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 123

A. Kesimpulan ............................................................................................. 123

B. Saran ....................................................................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 126

LAMPIRAN ....................................................................................................... 132

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata Kebijakan Hutang (DER), Kepemilikan Institusional

(INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Umur Perusahaan (AGE),

Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free Cash Flow (FCF) pada

Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 – 2016 ............................5

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .........................................................38

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel ....................................................................49

Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ..................................................................49

Tabel 4.1 Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan .............85

Tabel 4.2 Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan .................................87

Tabel 4.3 Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan ......................................89

Tabel 4.4 Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan ..........................91

Tabel 4.5 Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan..............93

Tabel 4.6 Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan ............................95

Tabel 4.7 Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan .............97

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................................99

Tabel 4.9 Hasil Uji White ....................................................................................99

Tabel 4.10 Hasil Uji LM Test .............................................................................100

Tabel 4.11 Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM) ...........................101

Tabel 4.12 Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM) ................................102

Tabel 4.13 Regresi Data Panel Random Effect Model (REM) ............................103

Tabel 4.14 Hasil Uji Chow ..................................................................................105

Tabel 4.15 Hasil Uji Hausman ............................................................................106

Tabel 4.16 Uji T ..................................................................................................107

Tabel 4.17 Uji F ..................................................................................................110

Tabel 4.18 Koefisien Determinasi R2 .................................................................111

Tabel 4.19 Uji Terpilih (Random Effect Model) .................................................112

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Kinerja Perusahaan LQ45 tahun 2014-2016 ........................5

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................45

Gambar 4.1 Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan .........84

Gambar 4.2 Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan ..............................86

Gambar 4.3 Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan ..................................88

Gambar 4.4 Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan ......................90

Gambar 4.5 Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan ..........92

Gambar 4.6 Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan ........................94

Gambar 4.7 Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan .........96

Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas........................................................................98

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendanaan dalam sebuah perusahaan adalah salah satu komponen

penting dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Dalam mendanai

kegiatan operasional perusahaan, manajer keuangan mempunyai peran penting

dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kebijakan pendanaan perusahaan

haruslah bertujuan untuk memaksimalkan kemakmuran perusahaan. Dalam hal

ini kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dan menganalisis sumber-

sumber dana yang ekonomis guna membiayai kebutuhan dan investasi bagi

perusahaan. Terdapat dua macam sumber pendanaan, yaitu modal sendiri dan

hutang. Selain mendapatkan dana dari modal sendiri yaitu dengan

menggunakan laba ditahan, perusahaan juga dapat mendapatkan sumber dana

dari kreditur dengan menggunakan kebijakan hutang.

Keputusan pendanaan harus mampu meminimalkan risiko dan biaya

agar tujuan utama perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut,

maka perusahaan harus memiliki struktur modal yang optimal. Struktur modal

merupakan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri (I Made Sudana,

2011). Teori-teori struktur modal yang sering dikenal ada beberapa diantaranya

adalah pecking order theory, trade off theory, signaling theory, agency theory,

dan teori lainnya.

2

Berdasarkan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan

cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar dari teori

ini sangat sederhana, yaitu perusahaan memerlukan dana external jika dana

internal yang dimiliki tidak cukup dan sumber dana yang diutamakan adalah

hutang bukan saham (Steven dan Lina, 2011). Hirarki dari sumber pendanaan

menurut pecking order theory adalah laba di tahan, kemudian hutang dan yang

terakhir penerbitan saham. Sedangkan trade off theory lebih cenderung kepada

penggunaan modal eksternal atau dengan penambahan hutang.

Hutang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sebuah

perusahaan. Hutang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kapasitas

pendanaan sebuah perusahaan sehingga mampu untuk mendanai kelanjutan

suatu perusahaan tersebut. Tetapi pada umumnya hutang digunakan untuk

ekspansi perusahaan, mempunyai jumlah yang besar dan waktu yang lama.

(Rifai, 2015). Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan juga memiliki

kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dan dapat memberikan

keuntungan bagi perusahaan maupun merugikan perusahaan. Penggunaan

hutang oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh kepercayaan dari pihak kreditur

sebagai pemberi pinjaman dana. (Andina, 2013)

Keputusan tentang kebijakan hutang digunakan untuk memaksimalkan

kemakmuran perusahaan dan juga untuk memaksimalkan keuntungan

perusahaan. Tetapi apabila perusahaan menetapkan kebijakan untuk

menggunakan sumber dana dari hutang, berarti leverage keuangan perusahaan

akan meningkat dan perusahaan akan menanggung biaya tetap berupa bunga

3

yang harus dibayarkan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dengan

menggunakan hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran periodik

atas bunga. Membuat kebijakan hutang perusahaan sangat tidak mudah karena

dalam perusahaan terdapat banyak pihak yang memiliki kepentingan yang

berbeda-beda sehingga pembuatan keputusan tidak akan terlepas dari konflik

keagenan yang terjadi dalam perusahaan. Konflik keagenan ini biasanya

konflik kepentingan antara pemegang saham (stockholder), manajer

(manager), dan kreditor (creditor). (Meylani,2016)

Masalah kebijakan hutang merupakan masalah penting bagi setiap

perusahaan, karena baik buruknya kebijakan hutang perusahaan akan

mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansialnya. Hal ini sangat

mempengaruhi dimana hutang sangat dibutuhkan dalam membangun dan

menjamin kelangsungan perusahaan, di samping sumber daya, mesin dan

material sebagai faktor pendukung. Suatu perusahaan pasti membutuhkan

modal untuk melakukan ekspansi.

Kebijakan hutang dapat diukur dari rasio perbandingan antara total

hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio

(DER). Dalam perhitungannya DER dihitung dengan cara total hutang dibagi

dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi daripada

modal sendirinya besarnya rasio DER berada diatas satu, sehingga dana yang

digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak dari unsur

hutang daripada modal sendiri (equity). Oleh karena itu, investor cenderung

lebih tertarik pada tingkat DER yang besarnya kurang dari satu, karena jika

4

DER lebih dari satu menunjukkan jumlah hutang yang lebih besar dan resiko

perusahaan semakin meningkat. Kenaikan DER pada tingkat tertentu akan

meminimalkan biaya modal, tetapi bila penambahan terlalu berlebihan justru

berakibat meningkatnya biaya modal.

Perusahaan yang termasuk dalam LQ45 merupakan perusahaan yang

terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari

perusahaan-perusahaan yang tingkat likuiditasnya tinggi. Perusahaan yang

termasuk dalam perusahaan LQ45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan

diadakan review (awal bulan Februari dan Agustus). Apabila ada perusahaan

yang sudah tidak memenuhi kriteria akan diganti dengan perusahaan lain yang

memenuhi syarat. Saham-saham perusahaan LQ45 merupakan saham –saham

yang paling banyak diminati investor di pasar modal Indonesia, memiliki

tingkat likuiditas tinggi serta dijadikan patokan naik turunnya harga saham di

Bursa Efek Indonesia. Sehingga perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia bersaing untuk masuk dalam perusahaan LQ45. Selain itu

perusahaan yang masuk ke dalam LQ45 memiliki sinyal yang positif bagi

investor maupun kreditur untuk menanamkan modalnya pada perusahaan

tersebut. Fenomena pada tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa kinerja LQ45

cenderung meningkat.

5

Gambar 1.1

Grafik Kinerja Perusahaan LQ45 tahun 2014-2016

Sumber : Bisnis.com

Terlihat dari gambar 1.1 diatas bahwa peningkatan kinerja yang terjadi

yaitu pada tahun 2014 sebesar 117,443 triliun, pada tahun 2015 meningkat

menjadi 188,929 triliun dan pada tahun 2016 juga mengalami peningkatan

sebesar 205,031 triliun (Bisnis.com). Dengan meningkatnya kinerja

perusahaan LQ45 maka minat investor terhadap perusahaan akan semakin

meningkat. Sehingga perusahaan harus mengambil keputusan yang tepat dalam

hal pendanaan khususnya menggunakan hutang agar perusahaan terus

berkembang dan bersaing dengan perusahaan lainnya dan semakin diminati

oleh para investor baik investor dalam negeri maupun investor asing.

Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang

perusahaan menjadi hal yang penting sebagai dasar pertimbangan dalam

menentukan komposisi hutang perusahaan. Ada banyak faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi komposisi hutang perusahaan, tetapi dalam penelitian ini,

peneliti hanya membatasi beberapa faktor yang akan diteliti yang diduga

berpengaruh terhadap kebijakan hutang diantaranya kepemilikan institusional,

profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free

cash flow.

160

180

200

220

2014 2015 2016

Kinerja

6

Besarnya rata-rata keenam variabel independen (kepemilikan

institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, dan free cash flow), serta variabel dependen (DER) pada

perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2014-2016 dapat

dilihat pada Tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1

Rata-rata Kebijakan Hutang (DER), Kepemilikan Institusional (INST),

Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Umur Perusahaan (AGE),

Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free Cash Flow (FCF) pada

Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 – 2016

No Variabel Tahun

2014 2015 2016

1 Kebijakan Hutang (DER) (x) 0,883 0,900 0,815

2 Kepemilikan Institusional (INST) (%) 59,781 60,248 60,597

3 Profitabilitas (ROA) (%) 10,232 8,394 8,984

4 Likuiditas (CR) (x) 2,714 2,664 2,198

5 Umur Perusahaan (AGE) (Ln) 3,704 3,732 3,759

6 Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) (%) 0,159 0,086 0,074

7 Free Cash Flow (FCF) (Miliar Rp) -6404 -5777 -5057

Sumber: Data Idx yang Diolah

DER merupakan rasio perbandingan antar total hutang dengan modal

sendiri. Dapat dilihat dari tabel 1.1 DER mengalami fluktuasi dari tahun 2014

yaitu sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada

tahun 2015. Tetapi pada tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 0,085 kali

sehingga DER menjadi 0,815 kali.

Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan membandingkan

jumlah kepemilikan saham institusi dengan total saham yang beredar.

Kepemilikan institusional yang tinggi mengakibatkan penggunan hutang lebih

rendah, karena investor takut akan risiko gagal bayar dan risiko kebankrutan.

7

Sehingga dapat disimpulkan bahwa INST berpengaruh negatif terhadap DER.

Apabila INST mengalami kenaikan, maka DER mengalami penurunan begitu

pula sebaliknya. Pada tabel 1.1 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang

terjadi antara INST terhadap DER. Terlihat adanya peningkatan INST secara

konsisten dari tahun 2014-2016. Pada tahun 2014 INST sebesar 59,781% dan

mengalami peningkatan sebesar 0,467% pada tahun 2015 menjadi 60,248%.

Lalu pada tahun 2016 meningkat sebesar 0,349% menjadi sebesar 60,597%.

Peningkatan INST diikuti pula oleh peningkatan DER pada tahun 2014 yaitu

sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada tahun

2015. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila INST meningkat maka

DER menurun.

ROA merupakan rasio profitabilitas yang dapat dihitung dengan

membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Perusahaan

lebih mengutamakan pendanaan secara internal daripada eksternal apabila laba

laba yang dihasilkan oleh perusahaan tinggi. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap DER. Apabila ROA mengalami

kenaikan, maka DER mengalami penurunan begitu pula sebaliknya. Pada tabel

1.1 menunjukkan ROA yang berfluktuasi. Pada tahun 2014 sebesar 10,232%

dan mengalami penurunan sebesar 1,838% menjadi 8,394%. Dan mengalami

peningkatan pada tahun 2016 sebesar 0,590% menjadi 8,984%.

CR merupakan rasio likuiditas yang dihitung dengan membandingkan

total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Perusahaan yang memiliki rasio

lancar yang besar, maka menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

8

memenuhi kewajiban jangka pendek juga besar. Semakin likuid suatu

perusahaan maka perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam membayar

hutang jangka pendek, sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa CR memiliki pengaruh negatif terhadap

DER. Apabila CR mengalami kenaikan, maka DER mengalami penurunan

begitu pula sebaliknya. Pada tabel 1.1 menunjukkan adanya

ketidakkonsistenan yang terjadi antara CR terhadap DER. Terlihat penurunan

CR yang konsisten yaitu sebesar 2,714 kali pada tahun 2014 dan menurun

sebesar 0,050 kali menjadi 2,664 kali pada tahun 2015. Pada tahun 2016 juga

mengalami penurunan sebesar 0,466 kali menjadi sebesar 2,198 kali.

Penurunan CR diikuti pula oleh penurunan DER pada tahun 2015 yaitu sebesar

0,900 kali dan pada 2016 terjadi penurunan sebesar 0,085 kali sehingga DER

menjadi 0,815 kali. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila CR menurun

maka DER meningkat.

Umur perusahaan dapat dihitung dengan logaritma natural dari tahun

observasi dikurangi dengan tahun berdiri perusahaan. Perusahaan yang sudah

lama berdiri akan mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi

perusahaan yang stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang

berasal dari dalam perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa AGE

berpengaruh negatif terhadap DER. Apabila AGE mengalami kenaikan, maka

DER mengalami penurunan begitu pula sebaliknya. Pada tabel 1.1

menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara AGE terhadap

DER. Terlihat adanya peningkatan yang konsisten untuk variabel AGE dari

9

2014-2016 yaitu sebesar 3,704 meningkat menjadi 3,732 dan masih mengalami

peningkatan menjadi 3,759. Peningkatan AGE diikuti pula oleh peningkatan

DER pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali

menjadi 0,900 kali pada tahun 2015. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya

apabila AGE meningkat maka DER menurun.

Pertumbuhan perusahaan dihitung dengan mengurangkan total aktiva

tahun berjalan dengan total aktiva tahun sebelumnya lalu dibagi dengan total

aktiva tahun sebelumnya. Ketika suatu perusahaan memiliki tingkat

pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka

mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Pendanaan

ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa GROWTH memiliki pengaruh positif terhadap DER.

Semakin tinggi GROWTH, maka semakin tinggi pula nilai DER. Pada tabel

1.1 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara GROWTH

terhadap DER. Terlihat adanya penurunan yang konsisten untuk variabel

GROWTH yaitu pada tahun 2014 sebesar 0,159% menurun sebesar 0,073%

menjadi 0,086% pada tahun 2015. Lalu pada tahun 2016 masih mengalami

penurunan sebesar 0,012% menjadi sebesar 0,074%. Penurunan GROWTH

diikuti dengan peningkatan DER pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,883 kali

meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada tahun 2015. Hal ini tidak

sesuai karena seharusnya apabila GROWTH menurun maka DER menurun

juga.

10

Variabel terakhir yaitu free cash flow dapat dihitung dengan

mengurangkan aliran kas operasi perusahaan pada tahun ini dengan

pengeluaran modal perusahaan pada tahun berjalan dan dengan modal kerja

bersih perusahaan pada tahun berjalan. Semakin besar free cash flow yang

dimiliki perusahaan, maka akan didistribusikan untuk para pemegang saham

sehingga kebijakan hutang yang diambil akan semakin besar pula. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa FCF memiliki pengaruh positif terhadap DER.

Semakin tinggi FCF, maka semakin tinggi pula nilai DER. Pada tabel 1.1

menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara FCF terhadap

DER. Terlihat adanya peningkatan yang konsisten pada tahun 2014-2016. pada

tahun 2014 sebesar -Rp 6.404.000.000.000 meningkat sebesar Rp

627.000.000.000 pada tahun 2015 menjadi –Rp 5.777.000.000. pada tahun

2016 masih mengalami peningkatan sebesar Rp 720.000.000.000 menjadi -Rp

5.057.000.000.000. Peningkatan FCF diikuti dengan penurunan DER pada

tahun 2015 yaitu sebesar 0,900 kali dan pada 2016 terjadi penurunan sebesar

0,085 kali sehingga DER menjadi 0,815 kali. Hal ini tidak sesuai karena

seharusnya apabila FCF meningkat maka DER meningkat juga.

Berdasarkan fenomena dari rasio-rasio keuangan yang masih fluktuatif

maka perlu diuji pengaruh dari ketujuh variabel independen (kepemilikan

institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, dan free cash flow) dalam mempengaruhi kebijakan hutang pada

perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode tahun 2014-2016. Selain

fenomena gap yang terjadi, ditemukan pula ketidakkonsistenan hasil dari

11

beberapa penelitian terdahulu mengenai kepemilikan institusional,

profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free

cash flow yang mempengaruhi kebijakan hutang. Penelitian mengenai

kepemilikan institusional (INST) menurut Trisnawati (2016), Purnianti dan

Putra (2016), dan juga Riki Sanjaya (2014) yang menemukan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan

hutang. Sedangkan menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan juga Surya

dan Rahayuningsih (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian mengenai profitabilitas (ROA) menurut Trisnawati (2016),

Sheisarvian dkk. (2015), Natasia dan Wahidahwati (2015), Margaretha (2014),

Vatavu (2013), dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012) yang menyatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.

Sedangkan menurut Riki Sanjaya (2015) dan juga Ashraf dan Rasool (2013)

menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

kebijakan hutang. Dan hasil yang berbeda ditemukan oleh Akoto dan Vitor

(2014) dan juga Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian mengenai likuiditas (CR) menurut Natasia dan Wahidahwati

(2015) dan Vatavu (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh

negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan hal yang bertolak

belakang diungkapkan oleh Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa

likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

12

Serta Akoto dan Vitor (2014) yang mengungkapkan bahwa likuiditas

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian mengenai

umur perusahaan (AGE) menurut Purnianti dan Putra (2016) yang menyatakan

bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan

hutang. Sedangkan hal yang bertolak belakang diungkapkan oleh Riki Sanjaya

(2014) dan Romagos (2012) yang mengungkapkan bahwa umur perusahaan

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian mengenai pertumbuhan perusahaan (GROWTH) menurut

Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Alkhatib (2012) yang

menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan

terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penemuan yang bertolak belakang

ditemukan oleh Margaretha (2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) yang

menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang. Serta menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan

Riki Sanjaya menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian mengenai free cash flow (FCF) menurut Natasia dan

Wahidahwati (2015), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Riki Sanjaya (2014)

menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap

kebijakan hutang. Sedangkan menurut Trisnawati (2016) menemukan bahwa

free cash flow berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Dari beberapa penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil

penelitian (research gap) dan terjadi ketidaksesuaian keadaan yang sebenarnya

13

dengan teori yang sudah dijelaskan (research problem) mengenai faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap kebijakan hutang, maka penulis tertarik untuk

melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang

berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Berdasarkan fenomena gap dan research gap yang diuraikan di atas,

maka penulis mengambil judul penelitian “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan

institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, dan free cash flow secara individual (parsial) terhadap

kebijakan hutang perusahaan?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan

institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, dan free cash flow secara bersama-sama (simultan) terhadap

kebijakan hutang perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel

kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,

14

pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow secara individual

(parsial) terhadap kebijakan hutang perusahaan.

b. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel

kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow secara bersama-sama

(simultan) terhadap kebijakan hutang perusahaan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pertimbangan dalam merumuskan kebijakan hutang yang akan

diambil.

b. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan, sehingga dapat

membantu pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya

pada perusahaan.

c. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan dan informasi dalam pengembangan penelitian yang lebih baik

lagi terutama yang berhubungan dengan manajemen keuangan,

khususnya mengenai keputusan pendanaan.

d. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini dapat menambah

pengetahuan serta wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan hutang perusahaan.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang merupakan sebuah keputusan yang sangat

penting bagi suatu perusahaan. Karena kebijakan hutang merupakan salah

satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan. Dimana kebijakan

hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam

rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat

digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Sumber

pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal eksternal. Modal

internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal berasal dari

pemilik dan para kreditur, peserta atau pengambil bagian di dalam

perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur merupakan hutang

perusahaan dan termasuk ke dalam modal eksternal. Hutang mempunyai

dua keuntungan. Pertama, bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk

tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang. Kedua,

pemegang hutang mendapat pengembalian yang tetap, sehingga pemegang

saham tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam

kondisi yang prima. Namun hutang juga mempunyai beberapa kelemahan.

Pertama, semakin tinggi rasio hutang semakin tinggi pula risiko

perusahaan, sehingga suku bunganya mungkin akan lebih tinggi. Kedua,

apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba

16

operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang

sahamnya harus menutupi kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut

jika mereka tidak sanggup. Terlalu banyak hutang akan menghambat

perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membuat

pemegang saham berpikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya

(Moeljadi, 2006).

Menurut Jensen dan Meckeling (1976) menyatakan bahwa dengan

hutang maka perusahaan akan melakukan pembayaran periodik atas bunga

dan pokok pinjaman. Kebijakan hutang akan memberikan dampak pada

pendisiplinan bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang

ada, karena dengan hutang yang cukup besar dapat menimbulkan kesulitan

keuangan dan atau risiko kebangkrutan.

Hutang merupakan salah satu cara yang digunakan oleh

perusahaan dalam memperoleh dana dari pihak eksternal. Beberapa teori

yang berkaitan dengan kebijakan hutang yaitu :

a. Trade off theory

Trade off theory (teori pertukaran) adalah teori yang

menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari

penggunaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan dari potensi

kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2011). Teori ini juga

menjelaskan semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai

perusahaan. Namun, setelah mencapai titik maksimum, penggunaan

hutang oleh perusahaan menjadi tidak menarik, karena perusahaan

17

akan menanggung biaya keagenan, kebangkrutan serta biaya bunga

yang menyebabkan nilai saham turun. Dengan kata lain trade off

theory menyatakan bahwa peningkatan penggunaan hutang akan

mengakibatkan penurunan nilai perusahaan namun dengan asumsi

penggunaan hutang telah mencapai struktur modal optimal.

b. Pecking Order Theory

Pecking order theory adalah teori yang menerangkan bahwa

perusahaan mempunyai urutan preferensi dalam penggunaan dana

dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan

laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir.

Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan

untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan penerbitan saham.

Pecking order theory menilai bahwa perusahaan cenderung

memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar dari teori

ini sangat sederhana, yaitu perusahaan memrlukan dana external jika

dana internal yang dimiliki tidak cukup dan sumber dana yang

diutamakan adalah hutang bukan saham (Steven dan Lina ,2011).

Brealey, Myer dan Marcus (2008) menjelaskan teori ini

menjadi dua hal yaitu:

1) Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini

terkumpul tanpa mengirim sinyal sebaliknya yang dapat

menurunkan harga saham.

18

2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menggunakan hutang

terlebih dahulu dan menerbitkan ekuitas adalah pilihan terakhir.

Pecking order ini muncul karena penerbit hutang tidak terlalu

diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila

dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.

c. Signaling theory

Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa sinyal adalah

suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang

memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen

memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang

menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan

mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan

menggunakan hutang yang melebihi target struktur modal yang

normal. Penggunaan hutang yang tinggi oleh manajer dapat digunakan

sebagai sinyal yang baik bahwa perusahaan yakin dengan prospek di

masa mendatang. Perusahaan dengan prospek yang kurang

menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya.

Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya

merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang

prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan

menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka

harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru

19

berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan

harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

d. Agency theory

Agency theory membahas mengenai hubungan keagenan

sebagai suatu kontrak antara pemilik perusahaan yang menggunakan

jasa orang lain atau agen dalam menjalankan aktivitas perusahaan.

Agency theory menimbulkan masalah antara kedua belah pihak yang

mempunyai tujuan berbeda. Pemegang saham menghendaki

bertambahnya kekayaan para pemilik modal, sedangkan para manajer

menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Hal

inilah yang menyebabkan konflik diantara pemilik perusahaan dengan

para manajer (Surya dan Rahayuningsih, 2012).

Konflik yang terjadi akan memperbesar biaya keagenen, untuk

itu konflik dapat diminimalisir dengan cara para pemilik perusahaan

mengadakan pengawasan terhadap kinerja para manajer. Atau dapat

pula menyejajarkan kepentingan-kepentingan antara kedua belah

pihak dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Hal ini

dilakukan agar para manajer berhati-hati dalam membuat keputusan,

terutama keputusan pendanaan (Murtiningtyas, 2012).

Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori tentang

biaya agensi yaitu biaya yang berhubungan dengan manajemen

pengawasan untuk memastikan bahwa pihak manajemen berprilaku

dalam cara yang konsisten kesepakatan kontraktual perusahaan

20

dengan para kreditor serta pemegang saham. Contohnya pemilik

hutang, karena mengantisipasi biaya pengawasan dan membebankan

bunga yang lebih tinggi. Semakin besar kemungkinan biaya

prngawasan, semakin tinggi biaya bunga dan semakin rendah nilai

perusahaan bagi para pemegang sahamnya. (Van Horne &

Wachowicz, 2007)

2. Kepemilikan Institusional

Menurut Anggraini (2011), kepemilikan institusional merupakan

kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau

lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset

management dan kepemilikan institusi lain). Surya dan Rahayuningsih

(2012) menyatakan institusi dapat memiliki saham mayoritas, disebabkan

institusi mempunyai sumber daya yang lebih besar jika dibandingkan

dengan pemegang saham lainnya yang umumnya perorangan.

Kepemilikan institusional yang tinggi akan mengakibatkan pihak

manajemen berhati-hati dalam menggunakan hutang karena apabila

hutang tersebut digunakan untuk membiayai proyek berisiko tinggi,

mungkin akan mengakibatkan pemegang saham menjual saham yang

dimilikinya. Crutchley, et. al. (1999) dalam Purnianti dan Putra (2016)

menyatakan bahwa kepemilikan institusional juga dapat menurunkan

biaya agensi, karena dengan adanya monitoring yang efektif oleh pihak

institusional menyebabkan penggunaan utang menurun.

21

Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa dalam

hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini

memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik

dibandingkan investor individual. Ada dua perbedaan pendapat mengenai

investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan

bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner)

sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan

pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional.

Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka

investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya

memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi

sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk

menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan

earnings management. Pendapat kedua memandang investor institusional

sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat

ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang

lebih besar relatif dari laba sekarang. Investor institusional menghabiskan

lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka

memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi

investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara

efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang

dilakukan manajer.

22

3. Profitabilitas

Menurut Brigham dan Houston (2009), profitabilitas merupakan

hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang diambil oleh

perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan (I Made

Sudana, 2011). Analisis profitabilitas menggambarkan kinerja

fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas

operasi perusahaan dalam memperoleh laba. (Harmono, 2014).

Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam

menentukan struktur modal. Profitabilitas menggambarkan pendapatan

yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi perusahaan yang

memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang

relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk

membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dalam kegiatan

operasional perusahaan termasuk investasi.

Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dapat dilakukan

dengan menggunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

Rasio ini juga memberikan memberikan ukuran tingkat efektivitas

manajemen suatu perusahaan yang dihasilkan dari penjualan dan

pendapatan investasi. (Kasmir, 2010)

23

Menurut Kasmir (2010), rasio profitabilitas memiliki beberapa

manfaat bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, antara lain:

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Rasio profitabilitas juga dapat digunakan sebagai bahan analisis

bagi penentuan kebijakan periode selanjutnya, karena setiap perubahan

yang terjadi akan berpengaruh terhadap pertimbangan pihak yang

berkepentingan dalam mengambil keputusan.

4. Likuiditas

Konsep likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam

melunasi sejumlah hutang jangka pendek yang umumnya kurang dari satu

tahun (Harmono, 2014). Sedangkan Kasmir (2009), mendefinisikan

likuiditas sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-

hutangnya yang telah jatuh tempo.

Menurut Moeljadi (2006), rasio likuiditas merupakan komponen

penting bagi setiap perusahaan karena di dalam perusahaan haruslah

24

mempunyai cadangan kas yang cukup untuk menunjang operasional

perusahaan. Likuiditas sendiri merupakan suatu indikator mengenai

kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek

atau jangka panjang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas merupakan

rasio yang menghubungkan kas dan aktiva lancar lainnya dengan

kewajiban lancar. Menurut Harmono (2014), pada prinsipnya tingginya

tingkat likuiditas suatu perusahaan maka menunjukkan semakin baik

kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya.

Perhitungan likuiditas perusahaan memberikan manfaat pada

berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemilik

dan manajemen perusahaan untuk menilai kemampuan mereka sendiri.

sedangkan dari pihak luar yang juga memiliki kepentingan yaitu kreditur

(penyedia dana), pengukuran likuiditas merupakan jaminan untuk

memberikan pinjaman selanjutnya (Kasmir, 2009). Perusahaan yang

mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu berarti

perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, namun jika sebaliknya maka

perusahaan tergolong unlikuid.

Menurut Brealey, Myer dan Marcus (2008), likuiditas merupakan

kemampuan perusahaan untuk menjual suatu aset guna mendapatkan kas

pada waktu singkat. Ukuran yang paling sering digunakan untuk

mengukur likuiditas perusahaan adalah current ratio atau rasio lancar.

Menurut Brigham dan Houston (2011), rasio lancar dihitung dengan

membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan

25

sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan

akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.

5. Umur Perusahaan

Menurut Purnianti dan Putra (2016), umur perusahaan adalah umur

sejak berdirinya hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya.

Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama perusahaan beroperasi maka

perusahaan akan terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga

kepercayaan kreditur pada perusahaan bertambah. Perusahaan akan

memanfaatkan pendanaan melalui hutang saat kepercayaan yang tinggi

dimiliki perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak eksternal. Hal ini

menjelaskan bahwa semakin lama perusahaan beroperasi maka perusahaan

akan terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga kepercayaan

kreditur pada perusahaan bertambah.

Romagos dkk. (2012) mengungkapkan bahwa umur perusahaan

didefinisikan jumlah tahun sejak perusahaan didirikan, ini akan dihitung

untuk reputasi dari perusahaan publik yang mana berkaitan dengan tingkat

dari asimetri informasi yang diasosiasikan perusahaan. Semakin lama

berdirinya suatu perusahaan, semakin mampu untuk mengakumulasi dana

dan semakin sedikit melakukan pinjaman baik jangka panjang maupun

jangka pendek. Selain itu perusahaan yang sudah lama berdiri akan

mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang

stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari

dalam perusahaan. Di sisi lain perusahaan yang sudah lama berdiripun

26

masih membutuhkan hutang jangka panjang untuk pengeluaran yang

cukup besar (Riki Sanjaya, 2014).

6. Pertumbuhan Perusahaan

Brigham dan Gapenski (1996) dalam Natasia dan Wahidahwati

(2015) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi

cenderung membutuhkan dana dari luar perusahaan yang lebih besar.

Pendanaan ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang

karena lebih murah dibandingkan harus dengan mengeluarkan saham baru

dengan biaya emisi saham baru yang lebih besar daripada biaya hutang.

Menurut Rodoni dan Ali (2014) menyatakan pertumbuhan secara

tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan

walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah.

Hardiningsih dan Oktaviani (2012) Pertumbuhan perusahaan

merupakan gambaran bagaimana perkembangan usaha yang dilakukan

periode sekarang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Suatu

perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan

tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan/ laba. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi

menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan

pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki.

Dengan demikian, ketika suatu perusahaan memiliki tingkat

pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka

27

mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Kenyataan

tersebut mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan

hutang untuk memenuhi pendanaan tersebut.

7. Free Cash Flow

Free cash flow adalah kelebihan kas yang diperlukan untuk

mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif setelah

membagi dividen (Jensen, 1976). Menurut Brigham dan Houston (2011),

free cash flow menggambarkan seberapa besar kas tersedia untuk

dibagikan kepada investor. Perusahaan dengan tingkat free cash flow

besar yang memiliki level hutang yang tinggi akan menurunkan agency

cost free cash flow. Penurunan tersebut menurunkan sumber-sumber

discreationary, khususnya aliran kas dibawah kendali manajemen. Di sisi

lain, perusahaan dengan tingkat free cash flow rendah akan mempunyai

level hutang yang rendah, sebab perusahaan tidak harus mengandalkan

hutang sebagai mekanisme untuk menurunkan agency cost free cash flow.

Menurut Ross dkk. (2000) free cash flow merupakan kas

perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang

saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset

tetap. Free cash flow menggambarkan kepada investor bahwa dividen

yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar

dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Sementara bagi

perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan

mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah masih

28

mempunyai kemampuan dimasa depan dan yang tidak. Pasar akan

bereaksi jika terlihat ada free cash flow yang dapat meningkatkan harapan

mereka untuk mendapatkan dividen dimasa depan.

Jensen mengemukakan bahwa arus kas bebas yang besar dan

mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk,

yang bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Dengan

kata lain, manajer memiliki insentif untuk memegang arus kas bebas. Pada

suatu perusahaan konflik kepentingan ini terjadi manajemen dan

pemegang saham atau stockholder. Konflik kepentingan tersebut dapat

timbul dari adanya kelebihan aliran kas. Kelebihan arus kas cenderung

diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering digunakan untuk

konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan

utama perusahaan. Konflik tersebut dapat disebabkan perbedaan antara

pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi

dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara manajemen

lebih memeilih investasi dengan risiko lebih rendah untuk melindungi

posisinya (Arthur J Keown dkk, 2000).

B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

1. Pengaruh kepemilikan institusi terhadap kebijakan hutang

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham

perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga

(perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan

kepemilikan institusi lain). Institusi dapat mempunyai saham mayoritas

29

karena institusi memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan

dengan pemegang saham perorangan. Kepemilikan institusional yang

tinggi mengakibatkan penggunaan hutang dalam perusahaan rendah. Para

pemegang saham institusi takut akan risiko gagal bayar hingga risiko

kebankrutan, apabila perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang

besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Trisnawati (2016),

Purnianti dan Putra (2016), dan juga Riki Sanjaya (2014) yang menyatakan

bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap

kebijakan hutang.

2. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan.

Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam

menentukan struktur modal. Profitabilitas menggambarkan pendapatan

yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi perusahaan yang

memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang

relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk

membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dalam kegiatan

operasional perusahaan termasuk investasi.

Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menetapkan suatu

urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan

memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham

30

sebagai pilihan terakhir. Semakin tinggi profit yang diperoleh, maka

semakin kecil penggunaan hutang oleh perusahaan. Apabila kebutuhan

dana perusahaan belum terpenuhi, perusahaan dapat menggunakan hutang.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Trisnawati (2016), Sheisarvian

dkk. (2015), Natasia dan Wahidahwati (2015), Margaretha (2014), Vatavu

(2013), dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012) yang menyatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan

hutang.

3. Pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang

Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek. Jadi suatu

perusahaan dikatakan likuid jika dapat melunasi seluruh kewajiban

keuangannya pada saat jatuh tempo. Likuiditas diproksikan ke dalam rasio

lancar (current ratio) yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan menggunakan aktiva

lancar yang dimiliki. Perusahaan yang menjalankan operasinya

membutuhkan dana yang sangat besar. Kebutuhan dana tersebut tidak

dapat sepenuhnya didapat dari modal sendiri. Oleh karena itu, perusahaan

melakukan pinjaman dana ke pihak lain.

Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang besar, maka

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendek juga besar. Semakin likuid suatu perusahaan maka perusahaan

tersebut memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendek,

31

sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian oleh Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Vatavu

(2013) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang.

4. Pengaruh umur perusahaan terhadap kebijakan hutang

Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan

telah mampu menjalankan operasinya. Hal ini menjelaskan bahwa

semakin lama perusahaan beroperasi maka perusahaan akan terus

meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga kepercayaan kreditur

pada perusahaan bertambah. Perusahaan akan memanfaatkan pendanaan

melalui hutang saat kepercayaan yang tinggi dimiliki perusahaan untuk

memperoleh dana dari pihak eksternal. Perusahaan yang sudah lama

berdiripun masih membutuhkan hutang jangka panjang untuk pengeluaran

yang cukup besar. Tetapi perusahaan yang sudah lama berdiri juga akan

mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang

stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari

dalam perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Purnianti

dan Putra (2016) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh

negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.

5. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang

Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana

perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Ketika suatu perusahaan memiliki tingkat

32

pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka

mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Pendanaan

ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang karena

lebih murah dibandingkan harus dengan mengeluarkan saham baru dengan

biaya emisi saham baru yang lebih besar daripada biaya hutang. Kenyataan

tersebut mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan

hutang untuk memenuhi pendanaan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian oleh Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga

Alkhatib (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan

Margaretha (2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) menyatakan bahwa

pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap

kebijakan hutang.

6. Pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang

Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat

didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak

diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Semakin besar

free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka akan didistribusikan untuk

para pemegang saham sehingga kebijakan hutang yang diambil akan

semakin besar pula. Perusahaan dengan free cash flow yang semakin besar

yang memiliki tingkat hutang yang tinggi dapat menurunkan agency cost

of free cash flow dan penurunan tersebut akan menurunkan sumber-sumber

discretionary khususnya aliran kas dibawah kendali manajemen. Hal ini

33

sesuai dengan hasil penelitian oleh Natasia dan Wahidahwati (2015),

Akoto dan Vitor (2014), dan juga Riki Sanjaya (2014) menyatakan bahwa

free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Ita Trisnawati (2016) dengan judul

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non

Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan pada

tahun 2009-2011 dengan sampel 53 perusahaan non keuangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah

kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan dan struktur aktiva

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Sedangkan kebijakan dividen, free cash flow, dan ukuran perusahaan

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Purnianti dan I Wayan

Putra (2016) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kebijakan Utang Perusahaan Non Keuangan. Penelitian dilakukan pada tahun

2011-2013 dengan sampel 126 perusahaan non keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan

institusional dan umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap

34

kebijakan hutang. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Revi Maretta Sheisarvian, Nengah

Sudjana, dan Muhammad Saifi (2015) dengan judul Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, Kebijakan Dividen dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Periode 2010-2012).

Penelitian dilakukan pada tahun 2010-2012 dengan sampel sebanyak 13

perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kebijakan

dividen dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan

hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Weka Natasia dan Wahidahwati (2015)

dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang

Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada tahun 2009-2013

dengan sampel sebanyak 83 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah free cash flow

dan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.

Kepemilikan manajerial, profitabilitas, laba ditahan dan likuiditas berpengaruh

negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan

35

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan

institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Richard Kofi Akoto dan Dadson

Awunyo-Vitor (2014) dengan judul What Determines the Debt Policy of Listed

Manufacturing Firms in Ghana? Penelitian dilakukan pada tahun 2000-2009

dengan sampel seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Ghana

Stock Exchange. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan,

likuiditas, struktur aktiva dan kesempatan bertumbuh berpengaruh positif

signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan profitabilitas dan struktur

aset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Farah Margaretha (2014) dengan judul

Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company. Penelitian

dilakukan pada tahun 2007-2011 dengan sampel seluruh perusahaan sektor non

keuangan yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange. Metodologi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil

dari penelitian ini adalah profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan

berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan struktur

aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran

perusahaan dan pajak berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan

hutang. Non Debt Tax Shield berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

kebijakan hutang.

36

Penelitian yang dilakukan oleh Mudrika Alamsyah Hasan (2014)

dengan judul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow dan Ukuran

perusahaan terhadap Kebijakan Utang (Studi pada Perusahaan-Perusahaan

Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI). Penelitian dilakukan pada

tahun 2009-2011 dengan sampel sebanyak 37 perusahaan sektor industri dasar

dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian

ini adalah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap

kebijakan hutang. Sedangkan free cash flow dan ukuran perusahaan

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) dengan judul

Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Penelitian

dilakukan pada tahun 2012 ddengan sampel penelitian sebanyak 55 perusahaan

sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan institusional dan aset

tetap berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan ukuran

perusahaan, pertumbuhan perusahaan, umur perusahaan dan kredit karbon

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool

(2013) dengan judul Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms

37

Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory. Penelitian

dilakukan pada tahun 2005-2010 dengan sampel penelitian sebanyak 22

perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Karachi Stock Exchange Pakistan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan pertumbuhan

perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage, struktur aktiva

berpengaruh positif signifikan terhadap leverage. Sedangkan profitabilitas,

pajak dan non-debt tax shield berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

leverage. Dan risiko bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

leverage.

Penelitian yang dilakukan oleh Sorana Vatavu (2013) dengan judul

Determinants of Corporate Debt Ratios: Evidence from Manufacturing

Companies Listed on the Bucharest Stock Exchange. Penelitian dilakukan pada

tahun 2003-2012 dengan sampel penelitian sebanyak 196 perusahaan sektor

manufaktur yang terdaftar di Bucharest Stock Exchange. Metodologi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Hasil dari

penelitian ini adalah struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan

likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap debt ratio. Pajak dan suku

bunga berpengaruh positif signifikan terhadap debt ratio. Sedangkan risiko

bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap debt ratio.

38

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Metode Perbedaan Hasil

1. Ita

Trisnawa

ti (2016)

Faktor-Faktor

yang

Mempengaru

hi Kebijakan

Hutang pada

Perusahaan

Non

Keuangan

yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Tidak

menggunakan

perusahaan non

keuangan yang

terdaftar di BEI

periode 2009-

2011, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen

kepemilikan

manajerial,

kebijakan dividen,

ukuran perusahaan

dan struktur aset,

menjadi variabel

likuiditas dan umur

perusahaan.

Tidak

menggunakan

analisis regresi

linier berganda,

tetapi

menggunakan

analisis regresi

data panel.

Kepemilikan

institusional dan

profitabilitas

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap kebijakan

hutang.

Pertumbuhan

perusahaan dan

struktur aktiva

berpengaruh positif

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

Kepemilikan

manajerial

berpengaruh

negatif tidak

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

Sedangkan

kebijakan dividen,

free cash flow, dan

ukuran perusahaan

berpengaruh positif

tidak signifikan

terhadap kebijakan

hutang.

2. Ni

Komang

Ayu

Purnianti

dan I

Wayan

Putra

(2016)

Analisis

Faktor-Faktor

yang

Mempengaru

hi Kebijakan

Utang

Perusahaan

Non

Keuangan

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Tidak

menggunakan

perusahaan non

keuangan yang

terdaftar di BEI

periode 2011-

2013, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

Kepemilikan

institusional dan

umur perusahaan

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap kebijakan

hutang. Sedangkan

ukuran perusahaan

berpengaruh positif

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

39

No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Metode Perbedaan Hasil

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen

kepemilikan

manajerial dan

ukuran perusahaan

menjadi variabel

profitabilitas,

likuiditas,

pertumbuhan

perusahaan, dan

free cash flow.

Tidak

menggunakan

analisis regresi

linier berganda,

tetapi

menggunakan

analisis regresi

data panel.

Kepemilikan

manajerial

berpengaruh

negatif tidak

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

3. Revi

Maretta

Sheisarvi

an,

Nengah

Sudjana,

dan

Muham

mad

Saifi

(2015)

Pengaruh

Kepemilikan

Manajerial,

Kebijakan

Dividen dan

Profitabilitas

terhadap

Kebijakan

Hutang

(Studi pada

Perusahaan

Manufaktur

yang Tercatat

di BEI

Periode

2010-2012)

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Tidak

menggunakan

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

periode 2010-

2012, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen

kepemilikan

manajerial dan

kebijakan dividen

menjadi variabel

kepemilikan

institusional,

likuiditas, umur

perusahaan,

pertumbuhan

Kepemilikan

manajerial,

kebijakan dividen

dan profitabilitas

berpengarruh

negatif signifikan

terhadap kebijakan

hutang.

40

No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Metode Perbedaan Hasil

perusahaan, dan

free cash flow.

Tidak

menggunakan

analisis regresi

linier berganda,

tetapi

menggunakan

analisis regresi

data panel.

4. Weka

Natasia

dan

Wahidah

wati

(2015)

Faktor-Faktor

yang

Mempengaru

hi Kebijakan

Hutang

Perusahaan

yang

Terdaftar di

BEI

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Tidak

menggunakan

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

periode 2010-

2013, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen

kepemilikan

manajerial,

struktur aktiva dan

laba ditahan

menjadi variabel

free cash flow.

Tidak

menggunakan

analisis regresi

linier berganda,

tetapi

menggunakan

analisis regresi

data panel.

Free cash flow dan

struktur aktiva

berpengaruh positif

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

Kepemilikan

manajerial,

profitabilitas, laba

ditahan dan

likuiditas

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap kebijakan

hutang.

Pertumbuhan

perusahaan

berpengaruh positif

tidak signifikan

terhadap kebijakan

hutang.

Kepemilikan

institusional

berpengaruh

negatif tidak

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

5. Richard

Kofi

Akoto

dan

Dadson

Awunyo-

What

Determines

the Debt

Policy of

Listed

Manufacturin

Analisis

Regresi

Data Panel

Tidak

menggunakan

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di Ghana

periode 2000-

Ukuran

perusahaan,

likuiditas, struktur

aktiva dan

kesempatan

bertumbuh

41

No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Metode Perbedaan Hasil

Vitor

(2014)

g Firms in

Ghana?

2009, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen

struktur aktiva dan

ukuran perusahaan

menjadi variabel

kepemilikan

institusional, umur

perusahaan, dan

free cash flow.

berpengaruh positif

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

Sedangkan

profitabilitas dan

struktur aktiva

berpengaruh positif

tidak signifikan

terhadap kebijakan

hutang.

6. Farah

Margaret

ha

(2014)

Determinants

of Debt

Policy in

Indonesia’s

Public

Company

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Tidak

menggunakan

perusahaan non

keuangan yang

terdaftar di BEI

periode 2007-

2011, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen

struktur aktiva,

ukuran perusahaan,

pajak dan Non

Debt Tax Shield

menjadi variabel

kepemilikan

institusional,

likuiditas, umur

perusahaan, dan

free cash flow.

Tidak

menggunakan

analisis regresi

linier berganda,

tetapi

Profitabilitas dan

pertumbuhan

perusahaan

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap kebijakan

hutang. Sedangkan

struktur aktiva

berpengaruh positif

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

Ukuran perusahaan

dan pajak

berpengaruh positif

tidak signifikan

terhadap kebijakan

hutang. Non Debt

Tax Shield

berpengaruh

negatif tidak

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

42

No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Metode Perbedaan Hasil

menggunakan

analisis regresi

data panel.

7. Mudrika

Alamsya

h Hasan

(2014)

Pengaruh

Kepemilikan

Manajerial,

Free Cash

Flow dan

Ukuran

perusahaan

terhadap

Kebijakan

Utang (Studi

pada

Perusahaan-

Perusahaan

Industri

Dasar dan

Kimia yang

Terdaftar di

BEI)

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Tidak

menggunakan

perusahaan kimia

yang terdaftar di

BEI periode 2009-

2011, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen

kepemilikan

manajerial dan

ukuran perusahaan

menjadi variabel

profitabilitas,

likuiditas,

pertumbuhan

perusahaan, dan

free cash flow

Tidak

menggunakan

analisis regresi

linier berganda,

tetapi

menggunakan

analisis regresi

data panel.

Kepemilikan

manajerial

berpengaruh

negatif terhadap

kebijakan hutang.

Sedangkan free

cash flow dan

ukuran perusahaan

berpengaruh positif

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

8. Riki

Sanjaya

(2014)

Variabel-

Variabel

yang

Mempengaru

hi Kebijakan

Hutang

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Tidak

menggunakan

perusahaan industri

dasar dan kimia

yang terdaftar di

BEI periode 2012,

tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

Kepemilikan

institusional dan

aset tetap

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap kebijakan

hutang. Free cash

flow berpengaruh

positif signifikan

terhadap kebijakan

43

No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Metode Perbedaan Hasil

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen aset

tetap, kredit karbon

dan ukuran

perusahaan

menjadi variabel

likuiditas.

Tidak

menggunakan

analisis regresi

linier berganda,

tetapi

menggunakan

analisis regresi

data panel.

hutang. Sedangkan

ukuran perusahaan,

pertumbuhan

perusahaan, umur

perusahaan dan

kredit karbon

berpengaruh positif

tidak signifikan

terhadap kebijakan

hutang. Profitbilitas

berpengarruh

negatif tidak

signifikan terhadap

kebijakan hutang.

9. Tanveer

Ashraf

dan

Safdar

Rasool

(2013)

Determinants

of Leverage

of

Automobile

Sector Firms

Listed in

Karachi

Stock

Exchange by

Testing

Packing

Order Theory

Analisis

Regresi

Linier

Berganda

Tidak

menggunakan

perusahaan sektor

otomotif yang

terdaftar di KSE

periode 2005-

2010, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen ukuran

perusahaan,

struktur aktiva,

pajak, Non Debt

Tax Shield, dan

risiko bisnis

menjadi variabel

kepemilikan

institusional,

likuiditas, umur

perusahaan, dan

free cash flow.

Tidak

menggunakan

Ukuran perusahaan

dan pertumbuhan

perusahaan

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap leverage,

struktur aktiva

berpengaruh positif

signifikan terhadap

leverage.

Sedangkan

profitabilitas, pajak

dan non-debt tax

shield berpengaruh

negatif tidak

signifikan terhadap

leverage. Dan

risiko bisnis

berpengaruh positif

tidak signifikan

terhadap leverage.

44

No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Metode Perbedaan Hasil

analisis regresi

linier berganda,

tetapi

menggunakan

analisis regresi

data panel.

10. Sorana

Vatavu

(2013)

Determinants

of Corporate

Debt Ratios:

Evidence

from

Manufacturin

g Companies

Listed on the

Bucharest

Stock

Exchange

Analisis

Regresi

Data Panel

Tidak

menggunakan

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BSE

periode 2003-

2012, tetapi

menggunakan

perusahaan LQ45

yang terdaftar di

BEI periode 2014-

2016.

Mengganti variabel

independen

struktur aktiva,

ukuran perusahaan,

pajak, suku bunga,

dan risiko bisnis

menjadi variabel

kepemilikan

institusional, umur

perusahaan,

pertumbuhan

perusahaan, dan

free cash flow.

Struktur aktiva,

ukuran perusahaan,

profitabilitas dan

likuiditas

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap debt ratio.

Pajak dan suku

bunga berpengaruh

positif signifikan

terhadap debt ratio.

Sedangkan risiko

bisnis berpengaruh

positif tidak

signifikan terhadap

debt ratio.

45

D. Kerangka Pemikiran

Dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, maka susunan kerangka berpikir

teoritis yang dibangun adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Uji f Uji t Adjusted R2

Interprestasi

Uji Hausman Uji Chow

Uji Statistik

Pemilihan Model Regresi Panel Data

Laporan Keuangan BEI

Variabel Dependen (Y) Variabel Independen (X)

Metode Estimasi Panel Data

Common Effect Fixed Effect Random Effect

Uji Asumsi Klasik

46

E. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Parsial

H0 : bi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang

perusahaan.

Ha : bi ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan

institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang perusahaan.

2. Simultan

H0 : b1–b6 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang

perusahaan.

Ha : b1–b6 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang

perusahaan.

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Data yang digunakan selama penelitian yaitu laporan keuangan

perusahaan LQ45 periode 2014-2016. Data-data yang digunakan untuk

keperluan analisis adalah data sekunder dalam laporan keuangan tahunan yang

dipublikasikan oleh BEI (Bursa Efek Indonesia).

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data

kepemilikan institusional, data profitabilitas, data likuiditas, data umur

perusahaan, data pertumbuhan perusahaan, data free cash flow, serta data

kebijakan hutang perusahaan.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan dari objek

penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh

perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-

2016.

48

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel dengan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh

peneliti. Dalam penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan

beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan yang masuk daftar LQ45 selama tahun 2014-2016

berturut-turut di Bursa Efek Indonesia.

b. Perusahaan LQ45 yang menerbitkan laporan keuangan selama periode

tahun 2014-2016.

c. Perusahaan LQ45 yang menyajikan laporan keuangan dalam satuan

rupiah (Rp) tidak dalam bentuk satuan mata uang asing.

d. Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun 2014-2016.

e. Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang lengkap terkait dengan

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan pemilihan kriteria sampel tersebut, maka pada

penelitian ini sampel perusahaan LQ45 yang memenuhi kriteria berjumlah

15 perusahaan. Untuk proses pemilihan sampel secaa lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

49

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

No Keterangan Jumlah

Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia 45

1

Perusahaan yang tidak masuk daftar LQ45 selama

tahun 2014-2016 berturut-turut di Bursa Efek

Indonesia

(16)

2 Perusahaan LQ45 yang tidak menerbitkan laporan

keuangan selama periode tahun 2014-2016 (3)

3

Perusahaan LQ45 yang tidak menyajikan laporan

keuangan dalam satuan rupiah (Rp) tidak dalam

bentuk satuan mata uang asing

(2)

4 Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun

2014-2016 (1)

5

Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang

lengkap terkait dengan variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian.

(8)

Jumlah Sampel 15

Tahun Penelitian 3

Jumlah Observasi Penelitian 45

Sumber: Data Idx yang Diolah

Dalam penelitian ini jumlah perusahaan LQ45 yang memenuhi kriteria

berjumlah 15 perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang menjadi sampel

dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Daftar Sampel Perusahaan

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1. AKRA AKR Corporindo Tbk.

2. ASII Astra International Tbk.

3. ASRI Alam Sutera Realty Tbk.

4. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

5. GGRM Gudang Garam Tbk.

6. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

7. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.

8. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

9. JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.

10. KLBF Kalbe Farma Tbk.

11. LPKR Lippo Karawaci Tbk.

12. MNCN Media Nusantara Citra Tbk.

50

13. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)

Tbk.

14. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

15. UNTR United Tractors Tbk.

Sumber: Data Idx yang Diolah

C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain adalah :

1. Studi Kepustakaan, yaitu memperoleh berbagai data dari buku-buku,

jurnal-jurnal yang dipublikasikan, maupun literatur yang berhubungan erat

dengan pokok permasalahan yang akan diteliti.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau data yang

telah tersedia. Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan dioleh sendiri data

yang sudah tersedia. Data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek

Indonesia (idx.co.id).

D. Metode Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data

panel. Menurut Suliyanto (2011), yang dimaksud dengan analisis regresi data

panel adalah regresi yang menggunakan data panel atau pool data yang

merupakan kombinasi dari data time series dan data cross section. Penulis

menggunakan software Eviews 9.0 dan Microsoft Excel 2013 sebagai bantuan

dalam melakukan analisis data.

51

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis data yang

dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskn variabel yang diteliti berupa

angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan,

dimana dalam penelitian ini terdiri dari mean, standar deviasi, minimum

dan maksimum.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

dependen variabel, independen variabel ataupun keduanya

mempunyai distribusi yang normal atau tidak (Ghozali, 2009).

Sementara itu Suliyanto (2011) mengatakan bahwa uji normalitas

dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah

distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak.

Dalam melakukan uji normalitas, terdapat beberapa metode yaitu uji

normalitas dengan analisis grafik, uji normalitas dengan metode

signifikansi Skewness dan Kurtois, uji normalitas dengan Jarque-

Bera (JB Test) dan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.

Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas metode signifikansi

Skewness dan Kurtois. Adapun persamaan uji normalitas dapat ditulis

sebagai berikut:

52

keterangan:

N : Banyaknya data

Sk : Skewness (kemencengan)

K :Kurtosis (peruncingan)

dengan:

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Suliyanto (2011), multikolinearitas merupakan

peristiwa dimana terjadi linier yang mendekat sempurna antar dua

variable bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atauu sempurna

diantara variable bebas atau tidak. menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Adanya

multikolinieritas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen

dapat dideteksi dengan beberapa cara, salah satunya yaitu Tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF). Dalam penelitian ini

53

menggunakan uji multikolinieritas metode Tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF) dimana nilai batas korelasi antar variabel

independen tidak lebih dari 0.90. (Ghozali, 2013) Adapun persamaan

uji multikolinearitas sebagai berikut:

𝑉𝐼𝐹 = 1

(1−𝑅12)

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Suliyanto (2011), heteroskedastisitas berarti ada

varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Uji

heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu

homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual (Ghozali,

2009). Ada dua cara untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas yaitu metode grafik dan metode statistik. Metode

grafik relatif lebih mudah dilakukan namun memiliki kelemahan yang

cukup signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi

tampilannya. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit

menginterprestasikan hasil grafik plots. Sementara itu, metode

statistik memiliki beberapa cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas

diantaranya yaitu Glesjer, White, Breusch-Pagan-Godfrey, Harvey,

Park. Dalam penelitian ini, cara yang digunakan dalam mendeteksi

54

heteroskedastisitas adalah metode statistik cara Uji White. Adapun

persamaan deteksi heteroskedastisitas dengan Uji White dapat ditulis

sebagai berikut:

𝑌𝑖 = 𝐵1 + 𝐵2𝑋2𝑖 + 𝐵3𝑋3 + µ𝑖

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi

lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data rentet waktu (time series)

karena “gangguan” pada seorang individu kelompok cenderung

mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok yang sama pada

periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah

autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi

yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi

(Ghozali, 2013). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi diantaranya yaitu metode

Durbin-Watson (DW test), metode Lagrange Multiplier (LM test),

metode Breusch-Godfrey (B-G test) dan metode Run Test. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM test)

55

untuk mendeteksi autokorelasi. Adapun rumus uji autokorelasi secara

umum dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑦 = 𝛽0 + 𝛽1𝑥 + 𝑢

Sementara itu, untuk deteksi autokorelasi dengan uji Lagrange

Multiplier (LM test) dapat ditulis persamaan sebagai berikut:

𝐿𝑀 = (𝑛 – 𝑞)𝑅2𝑢

3. Model Estimasi Regresi Data Panel

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis regresi

panel data. Regresi panel data merupakan penelitian yang menggabungkan

antara cross section (data silang) dengan time series (runtut waktu). Dalam

menganalisis data menggunakan metode analisis regresi data panel,

diawali dengan melakukan pooling data dalam bentuk workfile. Berikut

ini langkah-langkah dalam estaimasi model regresi panel data, diataranya

yaitu: (Ghozali, 2013)

a. Model dengan Semua Koefisien Konstan terhadap Waktu dan

Individu (Common Effect)

Model seperti ini dikatakan sebagai model paling sederhana,

dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan ruang yang

dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk mengestimasi

dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS (Ordinary Least

Square). sehingga sering disebut pooled OLS atau common OLS

model.

56

Bila kita punya asumsi bahwa α dan ß akan sama (konstan)

untuk setiap data time series dan cross section, maka α dan ß dapat

diestimasi dengan model berikut: (Suliyanto, 2011)

𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + 𝜀𝑖

Keterangan :

i : unit cross section

t : periode waktu

b. Koefisien Slope Konstan tetapi Intersep Bervariasi Antar Individu

(Fixed Effect Model)

Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas”

setiap perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan

membuat intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap

berasumsi bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan.

Model regresinya sebagai berikut: (Suliyanto, 2011)

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4D1i + β5D2i +...+ Ɛit

Keterangan :

i : unit cross section

t : periode waktu

Istilah Fixed Effect menunjukkan walaupun intersep mungkin

berbeda untuk setiap individu tetapi intersep setiap individu tersebut

tidak bervariasi terhadap waktu (time invariant). Dalam model ini

juga disumsikan bahwa koefisien slope tidak bervariasi baik terhadap

57

individu maupun waktu (konstan). Pemikiran inilah yang menjadi

dasar pemikiran pembentukan model tersebut.

c. Model Efek Random (Random Effect)

Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar-individu dan

atau waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek

Random, perbedaam tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini

juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang

time series dan cross section. Model persamaan regresinya sebagai

berikut: (Suliyanto, 2011)

Yit = α + α1DX1 it + α2DX2 it + α3DX3 it + α4DX4 it +

α5DX5 it + ß1X1 it ß2X2 it + γ1 (X1) + γ2 (X2) + γ3 (X3)

+ γ4 (X4) + γ5 + µit

Keterangan :

i : unit cross section

t : periode waktu

d. Uji Chow

Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara model

Common Effect dengan Fixed Effect Model. Nilai yang harus

diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik.

Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut:

H0 : Common Effect Model (CEM)

Ha : Fixed Effect Model (FEM)

58

Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat

signifikasi (5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai

probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka

menerima H0. Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan

menggunakan F-statistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut:

𝐶ℎ𝑜𝑤 == (𝑅𝑅𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆) / (𝑁−1)

(𝑈𝑅𝑆𝑆)/ (𝑁𝑇−𝑁−𝐾)

keterangan:

RRSS : Restricted Residual Sum Square ( diperoleh dari estimasi data

panel dengan metode pooled least square ).

URSS : Unrestricted Residual Sum Square ( diperoleh dari estimasi

data panel dengan metode fixed effect ).

N : Jumlah data cross section

T : Jumlah data time series

K : Jumlah Variabel bebas

e. Uji Hausman

Uji Hausman bertujuan untuk memilih antara Fixed Effect

Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Nilai yang harus

diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Cross-

section random. Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah

sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model (REM)

Ha : Fixed Effect Model (FEM)

59

Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat

signifikasi (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai

probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka

menerima H0. Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai

berikut:

H=(βRE - βFE)1 (ΣFE – ΣRE)-1 (βRE – βFE)

keterangan:

βRE : Random Effect Estimator

βFE : Fixed Effect Estimator

ΣFE : Matriks Kovarians Fixed Effect

ΣRE : Matriks Kovarians Random Effect

4. Uji Hipotesis

a. Uji T (Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam

menerangkan variabel dependen. (Ghozali, 2009) Apabila thitung >

ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel

independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%, jika

nilai thitung > ttabel maka secara satu persatu variabel independen

mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan

melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada

0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara

60

satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika

nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen

secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara

variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua arah atau

two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah penolakan

H yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua

arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada hipotesis nol

dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=)

dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan

untuk dua arah. Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat

berdasarkan uji hipotesis dengan membandingkan t hitung dengan

ttabel. Apabila - t hitung < - ttabel atau t hitung > ttabel maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen,

variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh siginifikan.

Apabila thitung ≤ ttabel atau thitung ≥ ttabel maka H0 diterima dan

Ha ditolak artinya variabel independen secara parsial tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Selain

61

itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas

lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka

variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap

variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari

pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen. (Purwanto, 2009:88-89)

Adapun persamaan uji t dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑡𝑖 =𝑏𝑗

𝑆𝑏𝑗

keterangan:

ti : Nilai t hitung

bj : Koefisien regresi

Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi

Dimana:

Sbj = 𝑆𝑒2

𝐷𝑒𝑡 {𝐴} (𝐾𝑖𝑖)

keterangan:

Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi

Se : Kesalahan baku estimasi

Det [A] : Determinasi Maktriks A

Kii : Kofaktor Matriks A

dimana:

SeΣ(Y− Ỹ)²

n−k

62

keterangan:

Se : Kesalahan baku estimasi

(Y - Ỹ)2 : Kuadrat selisih nilai Y riil dnegan nilai Y prediksi

n : ukuran sampel

k : Jumlah variabel yang diamati

b. Uji F (Simultan)

Uji f digunakan bertujuan untuk membuktikan apakah

variabel-variabel independen (X) secara simultan bersama-sama

pempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Apabila

Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti

variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen dengan munggunakan tingkat signifikansi sebesar

5%. Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka secara bersama-sama seluruh

variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu,

dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas

lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar

daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1) H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

63

2) Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara

varibel independen terhadap variabel dependen.

Adapun persamaan uji signifikansi simultan dapat ditulis sebagai

berikut:

.

Keterangan:

F : Nilai F hitung

R2 : koefisien determinasi

n : jumlah cross section

T : jumlah time series

K : jumlah variabel independen

5. Koefisien Determinasi (R²)

Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

Adapun persamaan koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑅2 = 𝐸𝑆𝑆

𝑇𝑆𝑆

64

keterangan:

R2 : koefisien determinasi

ESS : Explained Sum of Square

TSS : Total Sum of Square

6. Koefisien Persamaan Regresi Data Panel

Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besarnya

keterikatan dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah

diketahui besarnya. (Santoso, 2010) Variabel-variabel yang terdiri dari

variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Variabel terikat terdiri dari satu

variabel, yaitu Kebijakan Hutang (DER), dan variabel bebas yang terdiri

dari Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas

(CR), Umur Perusahaan (AGE), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH),

dan Free Cash Flow (FCF). Dari variabel-variabel tersebut akan diteliti

suatu analisa apakah adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y

dalam analisis regresi panel data.

𝒀𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑿𝟏𝒊𝒕 + 𝜷𝟐𝑿𝟐𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝑿𝟑𝒊𝒕 + 𝜷𝟒𝑿𝟒𝒊𝒕 + 𝜷𝟓𝑿𝟓𝒊𝒕 + 𝜷𝟔𝑿𝟔𝒊𝒕 + 𝒆

keterangan:

α : Konstanta

Yit : Kebijakan Hutang (DER)

β0-β6: Koefisien Regresi

𝑿𝟏𝒊𝒕 : Kepemilikan Institusional (INST)

𝑿𝟐𝒊𝒕 : Profitabilitas (ROA)

65

𝑿𝟑𝒊𝒕 : Likuiditas (CR)

𝑿𝟒𝒊𝒕 : Umur Perusahaan (AGE)

𝑿𝟓𝒊𝒕 : Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH)

𝑿𝟔𝒊𝒕 : Free Cash Flow (FCF)

𝒆 : Error Term

E. Operasional Variabel Penelitian

Berikut peneliti sajikan rumus-rumus mengenai perhitungan dari

variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini, baik variabel independen

dan variabel dependen. Dimana variabel independen terdiri dari kepemilikan

institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, dan free cash flow. Sedangkan variabel dependennya adalah

kebijakan hutang.

1. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak

manajemen dalam rangka memperoleh pembiayaan bagi perusahaan,

sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional

perusahaan (Moeljadi, 2006). Kebijakan hutang diberi simbol DER. Pada

penelitian ini kebijakan hutang diprokasikan dengan Debt to Equity Ratio

(DER). Debt to Equity Ratio ini menunjukkan perbandingan antara total

hutang dengan total ekuitas/total modal sendiri. Rumus DER

menggunakan skala rasio. Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai

berikut:

𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

66

2. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham

perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga

(perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan

kepemilikan institusi lain) (Anggraini, 2011). Kepemilikan institusional

diberi simbol INST. Untuk menghitung kepemilikan institusional

memakai rumus perbandingan antara jumlah saham institusional dengan

total saham yang beredar. Skala yang digunakan dalam rumus ini adalah

skala rasio. Kepemilikan institusional dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐼𝑁𝑆𝑇 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

3. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan.

Profitabilitas diberi simbol ROA. Profitabilitas pada penelitian ini akan

diukur melalui Return on Asset (ROA) yang dihitung dengan

membandingkan antara laba operasional setelah pajak dengan total aktiva

perusahaan. Rumus ini menggunakan skala rasio. Return on Asset dapat

dirumuskan sebagai berikut:

𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

67

4. Likuiditas

Likuiditas secara umum dapat diartikan sebagai tingkat

kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutangnya

yang telah jatuh tempo (Kasmir, 2010). Likuiditas diberi simbol CR.

Likuiditas pada penelitian ini akan diukur melalui Current Ratio (CR)

yang dihitung dengan membandingkan antara total aktiva lancar dengan

total hutang lancar. Rumus ini menggunakan skala rasio. Current Ratio

dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐶𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

5. Umur Perusahaan

Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan

telah mampu menjalankan operasinya (Purnianti dan Putra, 2016). Umur

perusahaan diberi simbol AGE. Umur perusahaan pada penelitian ini

dihitung dengan pengurangan logaritma natural antara tahun observasi

dengan tahun berdiri perusahaan. Rumus ini menggunakan skala rasio.

Umur perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐴𝐺𝐸 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 − 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑑𝑖𝑟𝑖)

6. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana

perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan

68

dengan periode sebelumnya (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012).

Pertumbuhan perusahaan diberi simbol GROWTH. Pertumbuhan

perusahaan dihitung dengan mengurangkan total aktiva tahun berjalan

dengan total aktiva tahun sebelumnya lalu dibagi dengan total aktiva tahun

sebelumnya. Rumus ini menggunakan skala rasio. Pertumbuhan

perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡−1

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡−1

7. Free Cash Flow

Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat

didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak

diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap (Ross dkk,

2000). Free cash flow diberi simbol FCF. Rumus FCF menggunakan skala

rasio. Free cash flow dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐹𝐶𝐹𝒊𝒕 = 𝐴𝐾𝑂𝒊𝒕 − 𝑃𝑀𝒊𝒕 − 𝑁𝑊𝐶𝒊𝒕

Keterangan:

𝐹𝐶𝐹𝒊𝒕 = Free Cash Flow

𝐴𝐾𝑂𝒊𝒕 = Aliran Kas Operasi Perusahaan i pada tahun t

𝑃𝑀𝒊𝒕 = Pengeluaran Modal Perusahaan i pada tahun t

𝑁𝑊𝐶𝒊𝒕 = Modal Kerja Bersih Perusahaan i pada tahun t

69

a. Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari aktivitas penghasil

utama pendapatan perusahaan (principal revenue producing

aktivities) dan bukan aktivitas lain yang bukan aktivitas pendanaan.

b. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada aset tetap yaitu

aset tetap bersih akhir periode dikurang dengan aset tetap bersih awal

periode.

c. Modal Kerja (Net Working Capital), adalah selisih antara aset lancar

dengan hutang lancar di tahun yang sama.

70

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal

Pasar Modal Indonesia mengalami pasang surut sejak didirikannya

oleh pemerintah Belanda pada tahun 1912 di Jakarta untuk menarik dana

dari masyarakat dalam bentuk saham dan obligasi guna membiayai

perusahaan perkebunan milik Belanda. Kemudian pada tahun 1925,

didirikan Bursa Efek di Surabaya dan Semarang. Pertumbuhan Bursa Efek

pada waktu itu cukup baik namun dengan meletusnya perang dunia kegiatan

kedua pasar modal tersebut akhirnya berhenti.

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan, kegiatan pasar modal

dihidupkan kembali dengan dipasarkannya obligasi pemerintah Republik

Indonesia pada tahun 1950. Keberadaan pasar modal pada era kemerdekaan

diatur dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 yang sebelumnya

merupakan Undang-undang Darurat tentang Bursa Nomor 13 Tahun 1951.

Namun perkembangan pasar modal sejak tahun 1950-an sampai dengan

tahun 1970-an kurang menggembirakan yang diakibatkan oleh inflasi yang

sangat tinggi.

Oleh karena itu, pemerintah pada tahun 1977 membentuk Badan

Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) yang sekarang menjadi Badan Pengawas

Pasar Modal untuk dapat mendorong peran pasar modal dalam memobilisasi

71

dana dari masyarakat guna membiayai pembangunan. Sejak tahun 1977

sampai 1983, perkembangan pasar modal cukup mengembirakan yaitu dari

1 emiten di tahun 1977 menjadi 23 emiten di tahun 1983. Namun sejak tahun

1984 sampai dengan 2007, pertumbuhan jumlah emiten mencapai 30%

setiap tahunnya.

Adanya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

lebih menjamin kepastian hukum kepada semua pelaku pasar modal untuk

melakukan kegiatan di pasar modal. Disamping itu, dengan diintroduksinya

sistem baru dalam melakukan transaksi jual beli sekuritas yang semula

dengan sistem manual diganti dengan sistem perdagangan otomatis (JATS :

The Jakarta Automated Trading System) telah terjadi peningkatan yang

sangat besar baik dari sisi volume perdagangan, rata-rata nilai perdagangan

dan jumlah transaksi. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal

di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :

Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia

oleh Pemerintah Hindia Belanda.

1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di

Semarang dan Surabaya ditutup.

1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang

Dunia II.

72

1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin

tidak aktif.

1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden

Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar

Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go

public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten

hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen

perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)

yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan

Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat

meningkat.

2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan

dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),

sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88

(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go

public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar

modal.

73

16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan

dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek

Surabaya.

13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan

dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No.

8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai

diberlakukan mulai Januari 1996.

1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh

(remote trading).

2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

02 Maret 2009 : Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT

Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

2. Gambaran Umum Perusahaan LQ45

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan

74

karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penentuan

sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan yang masuk daftar LQ45 selama tahun 2014-2016

berturut-turut di Bursa Efek Indonesia.

b. Perusahaan LQ45 yang menerbitkan laporan keuangan selama periode

tahun 2014-2016.

c. Perusahaan LQ45 yang menyajikan laporan keuangan dalam satuan

rupiah (Rp) tidak dalam bentuk satuan mata uang asing.

d. Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun 2014-2016.

e. Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang lengkap terkait dengan

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini jumlah perusahaan LQ45 yang terdaftar di

BEI periode 2014-2016 yang memenuhi kriteria berjumlah 15 perusahaan.

Berikut ini adalah penjelasan dari 15 perusahaan yang termasuk dalam

sampel penelitian :

1) PT. AKR Corporindo Tbk.

PT AKR Corporindo Tbk., selanjutnya disebut AKR, lahir

sebagai usaha pedagangan bahan kimia dasar lebih dari 55 tahun yang

lalu di Surabaya dan pada hari ini telah berkembang menjadi salah

satu distributor swasta terbesar untuk bahan kimia dasar, Bahan Bakar

Minyak (BBM), logistik dan solusi rantai pasokan di Indonesia. Bpk

Soegiarto Adikoesoemo, wiraswasta dan pengusaha dari Surabaya

merintis bisnis ini pada tahun 1960an dan membentuk PT Aneka

75

Kimia Raya pada 28 November 1977. Perseroan memindahkan kantor

pusatnya ke Jakarta pada tahun 1985.

AKR sekarang dikenal sebagai penyedia jasa logistik

terkemuka pihak ketiga, infrastruktur rantai pasokan di Indonesia.

AKR memperluas usahanya pada operasi pelabuhan di Cina dengan

mengakuisisi lima pelabuhan sungai di Guigang, Provinsi Guangxi

China dan sejak dimodernisasi dan diperluas ke pelabuhan kontainer

modern dan pelabuhan komoditas massal menawarkan operasional

pelabuhan yang efisien di sungai Pearl.

2) PT. Astra International Tbk.

Astra mengawali bisnis di Jakarta pada tahun 1957 sebagai

sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama PT Astra

International Inc. yang kemudian telah mengalami perubahan nama

menjadi PT Astra International Tbk pada tahun 1990, seiring dengan

pelepasan saham ke publik beserta pencatatan saham Perseroan di

Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dengan ticker ASII. Dari waktu

ke waktu, Astra terus mengembangkan usahanya untuk dapat

mencapai tujuan “Sejahtera Bersama Bangsa”. Berdasarkan anggaran

dasar yang terakhir, kegiatan usaha Astra saat ini meliputi bidang

perdagangan umum, perindustrian, pertambangan, pengangkutan,

pertanian, pembangunan, jasa dan konsultan.

76

3) PT. Alam Sutera Realty Tbk.

PT Alam Sutera Realty Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada

tanggal 3 Nopember 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal

oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga yang memfokuskan

kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan mengganti nama

menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19

September 2007 No. 71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H.,

notaris di Jakarta. Pada 18 Desember 2007, Perusahaan menjadi

perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di Bursa Efek

Indonesia.

Setelah lebih dari 19 tahun sejak didirikan, Perusahaan telah

menjadi pengembang properti terintegrasi yang memfokuskan

kegiatan usahanya dalam pembangunan dan pengelolaan perumahan,

kawasan komersial, kawasan industri, dan juga pengelolaan pusat

perbelanjaan, pusat rekreasi dan perhotelan (pengembangan kawasan

terpadu).

4) PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (”Perseroan”) didirikan

di Indonesia dengan nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal

Feedmill Co. Limited. Kegiatan usaha utama adalah industri makanan

ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya,

industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi,

termasuk unit-unit cold storage. Selain itu, menjual makanan ternak,

77

makanan, daging ayam dan sapi, bahan-bahan asal hewan di wilayah

Republik Indonesia, maupun ke luar negeri dengan sejauh diizinkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5) PT. Gudang Garam Tbk.

Perusahaan rokok Gudang Garam adalah salah satu industri

rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak tahun 1958 di

kota Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal

luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil

rokok kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa

ditemukan dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL),

sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-

mesin (SKM). Bagi Anda para penikmat kretek sejati, komitmen kami

adalah memberikan pengalaman tak tergantikan dalam menikmati

kretek yang terbuat dari bahan pilihan berkualitas tinggi.

6) PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02

September 2009 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1

Oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha

Divisi Mi Instan dan Divisi Penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk

(INDF), pemegang saham pengendali. Kantor pusat Indofood CBP

berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jl. Jend.

Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta 12910, Indonesia, sedangkan pabrik

78

perusahaan dan anak usaha berlokasi di pulau Jawa, Sumatera,

Kalimatan, Sulawesi dan Malaysia.

7) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14

Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai

kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF

berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 21, Jl. Jend.

Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia. Sedangkan pabrik

dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di

pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.

8) PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement” atau

“Perseroan”) mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada

Agustus 1975. Dalam kurun waktu 39 tahun, Indocement telah

menjadi salah satu produsen semen terbesar di Indonesia.

Perseroan didirikan pada 16 Januari 1985 melalui

penggabungan enam perusahaan semen, yang pada saat itu memiliki

delapan pabrik. Indocement didirikan berdasarkan akta pendirian No.

227 tanggal 16 Januari 1985 yang dibuat di hadapan Notaris Ridwan

Suselo, SH. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha utama

Perseroan meliputi manufaktur semen dan bahan bangunan,

penambangan, konstruksi dan perdagangan. Saat ini, Perseroan dan

Entitas Anak bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi

79

manufaktur dan penjualan semen (sebagai bisnis inti), memroduksi

beton siap-pakai, agregat dan trass.

9) PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) didirikan tanggal 01 Maret

1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978.

Kantor pusat JSMR beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia

Indah, Jakarta 13550 – Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JSMR adalah turut serta

melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah

di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,

khususnya pembangunan dibidang pengusahaan jalan tol dengan

sarana penunjangnya dengan menerapkan prinsip-prinsip perusahaan

terbatas. Saat ini, Jasa Marga mengoperasikan 11 ruas jalan tol yang

dikelola oleh 9 Kantor Cabang dan 14 anak usaha.

10) PT. Kalbe Farma Tbk.

Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September

1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966.

Kantor pusat Kalbe berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend.

Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510, sedangkan fasilitas

pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H.

Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan

80

dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang

pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi, produk

obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan minuman kesehatan

hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan primer.

11) PT. Lippo Karawaci Tbk.

Lippo Karawaci Tbk (LPKR) didirikan tanggal 15 Oktober

1990 dengan nama PT Tunggal Reksakencana. Kantor pusat LPKR

terletak di Jl. Boulevard Palem Raya No. 7, Menara Matahari Lantai

22-23, Lippo Karawaci Central, Tangerang 15811, Banten –

Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup

kegiatan LPKR adalah dalam bidang real estat, pengembangan

perkotaan (urban development), pembebasan/pembelian, pengolahan,

pematangan, pengurugan dan penggalian tanah; membangun sarana

dan prasarana/infrastruktur; merencanakan, membangun,

menyewakan, menjual, dan mengusahakan gedung-gedung,

perumahan, perkantoran, perindustrian, perhotelan, rumah sakit, pusat

perbelanjaan, pusat sarana olah raga dan sarana penunjang, termasuk

tetapi tidak terbatas pada lapangan golf, klub-klub, restoran, tempat-

tempat hiburan lain, laboratorium medik, apotik beserta fasilitasnya

baik secara langsung maupun melalui penyertaan (investasi) ataupun

pelepasan (divestasi) modal; menyediakan pengelolaan kawasan siap

bangun, membangun jaringan prasarana lingkungan dan

81

pengelolaannya, membangun dan mengelola fasilitas umum, serta jasa

akomodasi.

12) PT. Media Nusantara Citra Tbk.

PT Media Nusantara Citra Tbk, atau MNC, telah

mengoperasikan 4 dari 11 stasiun free-to-air (FTA) TV dan memiliki

bisnis inti dalam memproduksi dan mendistribusikan konten - konten

televisi. Perseroan yang didirikan pada tanggal 17 Juni 1997

merupakan perusahaan publik yang sahamnya telah tercatat dalam

Bursa Efek Jakarta (BEI) sejak tanggal 22 Juni 2007, dengan kode

saham ‘MNCN’. Selain 4 stasiun TV FTA Perseroan – RCTI,

MNCTV, GlobalTV dan iNewsTV – serta 22 channel yang disiarkan

di TV-berlangganan MNC Channel. MNC juga memiliki radio, media

cetak, talent management dan perusahaan produksi TV, dimana

kegiatan usaha tersebut mendukung penuh fokus inti bisnis dari MNC.

Maksud dan tujuan Perseroan sebagaimana disebutkan dalam

Anggaran Dasar, adalah untuk terlibat dalam usaha perdagangan

umum, perindustrian, agrikultur, pengangkutan, percetakan,

multimedia melalui perangkat satelit dan perangkat lainya, jasa serta

investasi.

13) PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.

Pertambangan di Tanjung Enim dimulai pada masa

pemerintahan Kolonial Belanda di tahun 1919 dengan

mengoperasikan tambang bersistem pertambang terbuka di Air Laya.

82

Dengan menggunakan metode pertambangan dalam tanah, kegiatan

pertama dimulai pada tahun 1923 dan bertahan sampai tahun 1940,

sementara produksi komersil dimulai pada tahun 1938.

Pada tahun 1981, PN TABA mengubah status perusahaan

menjadi perseroan tertutup dibawah nama PT Tambang Batubara

Bukit Asam (Persero) Tbk, yang seterusnya menjadi nama perusahaan

ini. Untuk mengembangkan perusahaan pertambangan batubara di

Indonesia, pada tahun 1990 pemerintah meleburkan Perum Tambang

Batubara dengan PTBA. Pada 23 Desember 2002 PTBA terdaftar

sebagai perseroan terbuka di Indonesian Stock Exchange dibawah

bendera "PTBA".

14) PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk biasa dikenal dengan

nama Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) pada mulanya

merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada

tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi perseroan terbatas milik

negara (“Persero”). Kantor pusat Telkom berlokasi di Jalan Japati No.

1, Bandung, Jawa Barat. Kegiatan usaha utama Telkom Indonesia

adalah menyediakan layanan telekomunikasi yang mencakup

sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak

bergerak, komunikasi selular, layanan jaringan dan interkoneksi serta

layanan internet dan komunikasi data. Selain itu, Telkom Indonesia

83

juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan

edutainment, termasuk cloud-based dan server-based managed

services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan

portal lainnya.

15) PT. United Tractors Tbk.

PT. United Tractors Tbk. didirikan pada 13 Oktober 1972, UT

melaksanakan penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Jakarta

dan Bursa Efek Surabaya pada 19 September 1989 menggunakan

nama PT United Tractors Tbk (UNTR), dengan PT Astra International

Tbk sebagai pemegang saham mayoritas. Penawaran umum saham

perdana ini menandai komitmen United Tractors untuk menjadi

perusahaan kelas dunia berbasis solusi di bidang alat berat,

pertambangan dan energi guna memberi manfaat bagi para pemangku

kepentingan. Tidak puas hanya menjadi distributor peralatan berat

terbesar di Indonesia, Perusahaan juga memainkan peran aktif di

bidang kontraktor penambangan dan baru-baru ini telah memulai

usaha pertambangan batu bara. UT menjalankan berbagai bisnisnya

melalui tiga unit usaha yaitu Mesin Konstruksi, Kontraktor

Penambangan dan Pertambangan.

B. Pengujian dan Pembahasan

1. Deskriptif Variabel Penelitian

Untuk mengetahui gambaran kondisi dari variabel dalam penelitian

ini maka dilakukan analisis deskriptif. Variabel yang digunakan dalam

84

penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel dependen. Variabel

independen dalam penelitian ini yaitu Kepemilikan Institusional,

Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan

Free Cash Flow, sedangkan variabel dependennya dalah Kebijakan Hutang.

a. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham

perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga

(perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management

dan kepemilikan institusi lain) (Anggraini, 2011).

Gambar 4.1

Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

Sumber : Data yang Diolah

0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

1,200

85

Tabel 4.1

Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

No Kode 2014 2015 2016 Rata-Rata

1 AKRA 0,588 0,592 0,586 0,588

2 ASII 0,970 0,962 0,965 0,966

3 ASRI 0,517 0,517 0,519 0,518

4 CPIN 0,555 0,555 0,555 0,555

5 GGRM 0,755 0,755 0,755 0,755

6 ICBP 0,805 0,805 0,805 0,805

7 INDF 0,501 0,501 0,501 0,501

8 INTP 0,640 0,640 0,514 0,598

9 JSMR 0,028 0,028 0,028 0,028

10 KLBF 0,992 0,989 0,978 0,987

11 LPKR 0,179 0,231 0,413 0,274

12 MNCN 0,759 0,759 0,759 0,759

13 PTBA 0,650 0,650 0,650 0,650

14 TLKM 0,433 0,458 0,464 0,452

15 UNTR 0,595 0,595 0,595 0,595

Rata-rata 0,598 0,602 0,606 0,602

Sumber : Data yang Diolah

Pada gambar 4.1 diatas terlihat bahwa rata-rata kepemilikan

institusional tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki

oleh perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) sebesar 0,987 atau

98,7% dan kepemilikan institusional terendah dimiliki oleh perusahaan

PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,028 atau 2,8%.

Sedangkan jika dilihat dari rata-rata kepemilikan institusional setiap

tahunnya periode 2014-2016, kepemilikan institusional terbaik terjadi

pada tahun 2016 sebesar 0,606 dan kepemilikan institusional terburuk

terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,598.

86

Banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh institusi membuat

manajer lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan pendanaan

yang berasal dari hutang. semakin tinggi kepemilikan institusional

maka investor akan semakin efektif dalam memonitor perilaku

manajemen (Trisnawati, 2016).

b. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan. Analisis profitabilitas menggambarkan kinerja

fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan

efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. (Harmono,

2014).

Gambar 4.2

Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

Sumber : Data yang Diolah

0,000

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

87

Tabel 4.2

Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

No Kode 2014 2015 2016 Rata-Rata

1 AKRA 5,345 6,964 6,613 6,307

2 ASII 9,376 6,361 6,989 7,576

3 ASRI 6,954 3,657 2,528 4,380

4 CPIN 8,372 7,424 9,194 8,330

5 GGRM 9,267 10,161 10,600 10,009

6 ICBP 10,163 11,006 12,564 11,244

7 INDF 5,988 4,039 6,409 5,479

8 INTP 18,326 15,763 12,837 15,642

9 JSMR 3,815 3,592 3,370 3,592

10 KLBF 17,071 15,024 15,440 15,845

11 LPKR 8,303 2,478 2,691 4,491

12 MNCN 13,840 8,822 10,414 11,025

13 PTBA 13,632 12,058 10,898 12,196

14 TLKM 15,000 14,032 16,242 15,091

15 UNTR 8,028 4,525 7,977 6,843

Rata-rata 10,232 8,394 8,984 9,203

Sumber : Data yang Diolah

Pada gambar 4.2 diatas terlihat bahwa rata-rata profitabilitas

tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh

perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) sebesar 15,845% dan

profitabilitas terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga

(Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 3,592%. Sedangkan jika dilihat dari

rata-rata profitabilitas setiap tahunnya periode 2014-2016, profitabilitas

terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 10,232 dan profitabilitas

terburuk terjadi pada tahun 2015 sebesar 8,394.

Semakin tinggi laba atau profitabilitas yang dihasilkan oleh

perusahaan maka kebutuhan pinjaman akan semakin menurun hal ini

88

dikarenakan perusahaan telah mampu mendanai investasinya dari

pendanaan internal (Sheisarvian dkk, 2015).

c. Likuiditas

Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam

melunasi sejumlah hutang jangka pendek yang umumnya kurang dari

satu tahun (Harmono, 2014).

Gambar 4.3

Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

Sumber : Data yang Diolah

0,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

89

Tabel 4.3

Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

No Kode 2014 2015 2016 Rata -Rata

1 AKRA 1,087 1,496 1,271 1,284

2 ASII 1,310 1,379 1,239 1,309

3 ASRI 1,137 0,719 0,898 0,918

4 CPIN 2,241 2,106 2,173 2,173

5 GGRM 1,620 1,770 1,938 1,776

6 ICBP 2,183 2,326 2,407 2,305

7 INDF 1,807 1,705 1,508 1,674

8 INTP 4,934 4,887 4,525 4,782

9 JSMR 0,844 0,482 0,696 0,674

10 KLBF 3,404 3,698 4,131 3,744

11 LPKR 5,233 6,913 5,455 5,867

12 MNCN 9,717 7,431 1,581 6,243

13 PTBA 2,075 1,544 1,656 1,758

14 TLKM 1,061 1,353 1,200 1,205

15 UNTR 2,060 2,148 2,299 2,169

Rata-rata 2,714 2,664 2,198 2,525

Sumber : Data yang Diolah

Pada gambar 4.3 diatas terlihat bahwa rata-rata likuiditas tahun

2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan

PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) sebesar 6,243 atau 624,3%

dan likuiditas terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga

(Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,674 atau 67,4%. Sedangkan jika

dilihat dari rata-rata likuiditas setiap tahunnya periode 2014-2016,

likuiditas terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 2,714 dan likuiditas

terburuk terjadi pada tahun 2016 sebesar 2,198.

Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka akan menurunkan

penggunaan hutang perusahaan karena semakin besar likuiditas suatu

90

perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya (Kasmir, 2009).

d. Umur Perusahaan

Umur perusahaan didefinisikan jumlah tahun sejak perusahaan

didirikan, ini akan dihitung untuk reputasi dari perusahaan publik yang

mana berkaitan dengan tingkat dari asimetri informasi yang

diasosiasikan perusahaan (Romagos dkk, 2012).

Gambar 4.4

Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

Sumber : Data yang Diolah

0,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

91

Tabel 4.4

Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

No Kode 2014 2015 2016 Rata -Rata

1 AKRA 3,611 3,638 3,664 3,637

2 ASII 4,043 4,060 4,078 4,060

3 ASRI 3,045 3,091 3,135 3,090

4 CPIN 3,714 3,738 3,761 3,737

5 GGRM 4,025 4,043 4,060 4,043

6 ICBP 3,466 3,497 3,526 3,496

7 INDF 3,178 3,219 3,258 3,218

8 INTP 3,664 3,689 3,714 3,689

9 JSMR 3,584 3,611 3,638 3,611

10 KLBF 3,871 3,892 3,912 3,892

11 LPKR 3,178 3,219 3,258 3,218

12 MNCN 2,833 2,890 2,944 2,889

13 PTBA 4,554 4,564 4,575 4,564

14 TLKM 5,063 5,069 5,075 5,069

15 UNTR 3,738 3,761 3,784 3,761

Rata-rata 3,704 3,732 3,759 3,732

Sumber : Data yang Diolah

Pada gambar 4.4 diatas terlihat bahwa rata-rata umur

perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki

oleh perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)

sebesar 5,069 dan umur perusahaan terendah dimiliki oleh perusahaan

PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) sebesar 2,889. Sedangkan

jika dilihat dari rata-rata umur perusahaan setiap tahunnya periode

2014-2016, umur perusahaan terbaik terjadi pada tahun 2016 sebesar

3,732 dan umur perusahaan terburuk terjadi pada tahun 2014 sebesar

3,704.

92

Perusahaan yang sudah lama berdiri akan mengurangi jumlah

pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang stabil dan

cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari dalam

perusahaan seperti laba ditahan.

e. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana

perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan

dengan periode sebelumnya (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012).

Gambar 4.5

Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

Sumber : Data yang Diolah

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

93

Tabel 4.5

Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

No Kode 2014 2015 2016 Rata -Rata

1 AKRA 0,011 0,028 0,041 0,027

2 ASII 0,103 0,040 0,067 0,070

3 ASRI 0,173 0,105 0,079 0,119

4 CPIN 0,327 0,183 -0,019 0,164

5 GGRM 0,147 0,091 -0,009 0,076

6 ICBP 0,171 0,066 0,088 0,109

7 INDF 0,100 0,069 -0,105 0,021

8 INTP 0,086 -0,043 0,091 0,044

9 JSMR 0,123 0,153 0,457 0,244

10 KLBF 0,098 0,102 0,112 0,104

11 LPKR 0,206 0,094 0,103 0,135

12 MNCN 0,415 0,064 -0,016 0,154

13 PTBA 0,268 0,141 0,100 0,170

14 TLKM 0,108 0,172 0,081 0,120

15 UNTR 0,051 0,024 0,037 0,037

Rata-rata 0,159 0,086 0,074 0,106

Sumber : Data yang Diolah

Pada gambar 4.5 diatas terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan

perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki

oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,244

atau 24,4% dan pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh

perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) sebesar 0,021

atau 2,1%. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan

perusahaan setiap tahunnya periode 2014-2016, pertumbuhan

perusahaan terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,159 dan

pertumbuhan perusahaan terburuk terjadi pada tahun 2016 sebesar

0,074.

94

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan

yang tinggi dan semakin meningkat maka mengisyaratkan adanya

kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Kenyataan tersebut mendorong

perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan hutang untuk

memenuhi pendanaan tersebut. Perusahaan yang sedang tumbuh akan

membutuhkan banyak dana yang akan berakibat pada peningkatan

hutang (Trisnawati, 2016).

f. Free Cash Flow

Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat

didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak

diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap (Ross dkk,

2000).

Gambar 4.6

Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

(Dalam Miliar Rupiah)

Sumber : Data yang Diolah

-40000

-30000

-20000

-10000

0

10000

20000

30000

95

Tabel 4.6

Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

(Dalam Miliar Rupiah)

No Kode 2014 2015 2016 Rata -Rata

1 AKRA 431 -1278 -1446 -764

2 ASII -21181 -4117 -13095 -12798

3 ASRI -1840 -669 741 -589

4 CPIN -9259 -6421 -1826 -5835

5 GGRM -16614 -16572 -13438 -15541

6 ICBP -4873 -5766 -5248 -5296

7 INDF -8360 -17567 -6765 -10897

8 INTP -10516 -7104 -8912 -8844

9 JSMR -1073 2957 2648 1511

10 KLBF -3905 -4569 -5801 -4758

11 LPKR -24017 -31382 -31547 -28982

12 MNCN -8815 -7247 -1328 -5797

13 PTBA -4064 -2678 -2310 -3017

14 TLKM 23108 20437 25643 23063

15 UNTR -5082 -4684 -13174 -7647

Rata-rata -6404 -5777 -5057 -5746

Sumber : Data yang Diolah

Pada gambar 4.6 diatas terlihat bahwa rata-rata free cash flow

tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh

perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)

sebesar RP 23.063.000.000.000dan free cash flow terendah dimiliki

oleh perusahaan PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) sebesar –Rp

28.982.000.000.000. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata free cash flow

setiap tahunnya periode 2014-2016, free cash flow terbaik terjadi pada

tahun 2016 sebesar –Rp 5.057.000.000.000 dan free cash flow terburuk

terjadi pada tahun 2014 sebesar 6.404.000.000.000.

96

Semakin besar free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka

akan didistribusikan untuk para pemegang saham sehingga kebijakan

hutang yang diambil akan semakin besar pula. Menurut Jensen (1986),

menyatakan bahwa ketika free cash flow tinggi maka perusahaan akan

cenderung menggunakan hutang untuk pendanaan perusahaannya.

g. Kebijakan Hutang (DER)

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak

manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi

perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas

operasional perusahaan.

Gambar 4.7

Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

Sumber : Data yang Diolah

0,000

0,500

1,000

1,500

2,000

2,500

97

Tabel 4.7

Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan

Tahun 2014-2016

No Kode 2014 2015 2016 Rata-Rata

1 AKRA 1,481 1,087 0,961 1,176

2 ASII 0,964 0,940 0,872 0,925

3 ASRI 1,656 1,834 1,808 1,766

4 CPIN 0,906 0,965 0,710 0,860

5 GGRM 0,752 0,671 0,591 0,671

6 ICBP 0,656 0,621 0,562 0,613

7 INDF 1,084 1,130 0,870 1,028

8 INTP 0,175 0,158 0,153 0,162

9 JSMR 1,788 1,969 2,274 2,011

10 KLBF 0,266 0,252 0,222 0,246

11 LPKR 1,140 1,185 1,066 1,130

12 MNCN 0,449 0,513 0,501 0,488

13 PTBA 0,708 0,819 0,432 0,653

14 TLKM 0,649 0,779 0,702 0,710

15 UNTR 0,563 0,572 0,501 0,546

Rata-rata 0,883 0,900 0,815 0,866

Sumber : Data yang Diolah

Pada gambar 4.7 diatas terlihat bahwa rata-rata kebijakan

hutang (DER) perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan

LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)

sebesar 2,011 atau 201,1% dan kebijakan hutang (DER) perusahaan

terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakasa

Tbk. (INTP) sebesar 0,162 atau 16,2%. Sedangkan jika dilihat dari rata-

rata kebijakan hutang setiap tahunnya periode 2014-2016, kebijakan

hutang terbaik terjadi pada tahun 2016 sebesar 0,815 dan kebijakan

hutang terburuk terjadi pada tahun 2015 sebesar 0,900.

98

Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang

besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan

mengunakan utang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan

dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat

meningkatkan operasional perusahaan. Ketika perusahaan

menggunakan utang yang terus meningkat maka akan semakin besar

kewajibannya (Hidayat, 2013).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik dilakukan agar mendapatkan estimator yang

linear, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE (Best

Linear Unbiased Estimator). Persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi

yaitu sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Gambar 4.8

Hasil Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

Series: Residuals

Sample 1 45

Observations 45

Mean 3.01e-16

Median 0.034245

Maximum 0.351364

Minimum -0.499080

Std. Dev. 0.194711

Skewness -0.516164

Kurtosis 2.784275

Jarque-Bera 2.085449

Probability 0.352493

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

99

Pada hasil grafik histogram Kebijakan Hutang (DER) diatas

dapat diketahui bahwa nilai probability JB lebih besar > 0.05

(0.352493>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dipakai

dalam penelitian ini berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Tabel 4.8

Hasil Uji Multikolinieritas

INST ROA CR AGE GROWTH FCF

INST 1.000000 0.492743 0.117466 0.119591 -0.258130 -0.115621

ROA 0.492743 1.000000 0.266621 0.482422 0.019483 0.313392

CR 0.117466 0.266621 1.000000 -0.381743 0.183778 -0.450491

AGE 0.119591 0.482422 -0.381743 1.000000 0.006740 0.510333

GROWTH -0.258130 0.019483 0.183778 0.006740 1.000000 0.033313

FCF -0.115621 0.313392 -0.450491 0.510333 0.033313 1.000000

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

Dari tabel diatas terlihat bahwa hubungan antara variabel

independen tidak ada yang menunjukkan nilai korelasi > 0,90 sehingga

dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini

terbebas dari masalah multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.9

Hasil Uji White

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 2.260583 Prob. F(27,17) 0.0416

Obs*R-squared 35.19680 Prob. Chi-Square(27) 0.1340

Scaled explained SS 22.39118 Prob. Chi-Square(27) 0.7172 Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel uji heteroskedatisitas dengan mengunakan uji

uji white diatas dapat diketahui bahwa probability chi-square sebesar

0.1340>0.05, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data

100

dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya masalah

heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Tabel 4.10

Hasil Uji LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.775148 Prob. F(2,36) 0.1840

Obs*R-squared 4.039497 Prob. Chi-Square(2) 0.1327 Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi dengan menggunakan

uji LM Test di atas dapat diketahui bahwa nilai probability Chi-Square

> 0.05 (0.1327>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa data dalam

penelitian ini menunjukkan tidak terjadi gejala autokorelasi.

3. Estimasi Model Data Panel

Regresi data panel merupakan penelitian yang menggabungkan

antara cross section (data silang) dengan time series (runtut waktu). Dalam

menganalisis data menggunakan metode analisis regresi data panel, dikenal

tiga macam pendekatan estimasi yaitu pendekatan kuadrat terkecil atau

Common Effect Model (CEM), pendekatan efek tetap atau Fixed Effect

Model (FEM) dan pendekatan efek acak atau Random Effect Model (REM).

a. Common Effect Model (CEM)

Common Effect Model (CEM) dikatakan sebagai model paling

sederhana, dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan

ruang yang dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk

101

mengestimasi dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS

(Ordinary Least Square). sehingga sering disebut pooled OLS atau

common OLS model (Suliyanto, 2011).

Berikut ini adalah tampilan Common Effect Model (CEM) yang

didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0.

Tabel 4.11

Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM)

Dependent Variable: DER?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/22/17 Time: 13:05

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 15

Total pool (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INST? -0.080843 0.263988 -0.306240 0.7611

ROA? -0.109061 0.018853 -5.784669 0.0000

CR? 0.012775 0.035229 0.362629 0.7188

AGE? 0.458989 0.045710 10.04139 0.0000

GROWTH? 1.614788 0.519093 3.110787 0.0035

FCF? 4.08E-15 6.54E-15 0.624933 0.5357 R-squared 0.607345 Mean dependent var 0.865735

Adjusted R-squared 0.557005 S.D. dependent var 0.507296

S.E. of regression 0.337645 Akaike info criterion 0.789925

Sum squared resid 4.446173 Schwarz criterion 1.030813

Log likelihood -11.77331 Hannan-Quinn criter. 0.879726

Durbin-Watson stat 0.555400

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

b. Fixed Effect Model (FEM)

Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas”

setiap perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan

membuat intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap

berasumsi bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan

(Suliyanto, 2011).

102

Berikut ini adalah tampilan Fixed Effect Model (FEM) yang

didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0.

Tabel 4.12

Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: DER?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/22/17 Time: 13:06

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 15

Total pool (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.619879 3.409997 1.354805 0.1881

INST? 0.119539 0.584169 0.204630 0.8396

ROA? -0.029198 0.013209 -2.210474 0.0369

CR? -0.036374 0.022098 -1.646057 0.1128

AGE? -0.944126 0.903513 -1.044950 0.3065

GROWTH? 0.698851 0.250939 2.784947 0.0103

FCF? 2.89E-15 6.37E-15 0.453095 0.6546

Fixed Effects (Cross)

AKRA--C 0.134550

ASII--C 0.280130

ASRI--C 0.081835

CPIN--C -0.072390

GGRM--C 0.126645

ICBP--C -0.450610

INDF--C -0.375730

INTP--C -0.421451

JSMR--C 0.750772

KLBF--C -0.277262

LPKR--C -0.150044

MNCN--C -1.037132

PTBA--C 0.575025

TLKM--C 1.155463

UNTR--C -0.319801 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.972843 Mean dependent var 0.865735

Adjusted R-squared 0.950212 S.D. dependent var 0.507296

S.E. of regression 0.113194 Akaike info criterion -1.214706

Sum squared resid 0.307508 Schwarz criterion -0.371596

Log likelihood 48.33088 Hannan-Quinn criter. -0.900403

F-statistic 42.98754 Durbin-Watson stat 2.308651

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

103

c. Random Effect Model (REM)

Pada Random Effect Model (REM), perbedaan antar-individu

dan atau waktu diakomodasi lewat error. Teknik ini juga

memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time

series dan cross section (Suliyanto, 2011).

Berikut ini adalah tampilan Random Effect Model (REM) yang

didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0.

Tabel 4.13

Regresi Data Panel Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: DER?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 06/22/17 Time: 13:07

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 15

Total pool (balanced) observations: 45

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.413969 0.427482 5.646955 0.0000

INST? -0.647746 0.230906 -2.805231 0.0079

ROA? -0.042494 0.010403 -4.084939 0.0002

CR? -0.055258 0.019129 -2.888693 0.0064

AGE? -0.189132 0.113363 -1.668376 0.1035

GROWTH? 0.983610 0.218633 4.498913 0.0001

FCF? 4.58E-15 4.55E-15 1.008424 0.3196

Random Effects (Cross)

AKRA--C 0.132835

ASII--C 0.259864

ASRI--C 0.354853

CPIN--C -0.132329

GGRM--C 0.027991

ICBP--C -0.085749

INDF--C -0.088743

INTP--C -0.216656

JSMR--C 0.216424

KLBF--C 0.006539

LPKR--C 0.016167

MNCN--C -0.180055

PTBA--C -0.012614

TLKM--C 0.027806

UNTR--C -0.326333 Effects Specification

S.D. Rho

104

Cross-section random 0.196061 0.7500

Idiosyncratic random 0.113194 0.2500 Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765

Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809

S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282

F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.809294 Mean dependent var 0.865735

Sum squared resid 2.159430 Durbin-Watson stat 0.405571

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

d. Uji Chow

Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara

Common Effect Model (CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM). Nilai

yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-

Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai

berikut:

H0 : Common Effect Model (CEM)

Ha : Fixed Effect Model (FEM)

Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat

signifikasi (5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai

probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka

menerima H0.

105

Tabel 4.14

Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: PERUSAHAAN

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 7.585230 (14,24) 0.0000

Cross-section Chi-square 76.093462 14 0.0000 Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

Hasil uji Chow menunjukan nilai probabilitas F-statistik model

sebesar 0.0000 < 0,05 maka menolak H0. Dengan demikian metode data

panel yang tepat antara Common Effect Model (CEM) dengan Fixed

Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM). Sehingga

kesimpulan yang diambil adalah menolak H0 dan model yang dipilih

adalah Fixed Effect Model (FEM).

e. Uji Hausman

Setelah tahapan ujian signifikansi antara Common Effect Model

(CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM) yang diperoleh adalah Fixed

Effect Model (FEM) lebih baik daripada model Common Effect Model

(CEM). Kemudian dilakukan pengujian kembali dengan menggunakan

Uji Hausman yang digunakan untuk memilih model yang tepat antara

Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM).

Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai

probabilitas dari Cross-section random. Hipotesis yang digunakan

dalam uji hausman adalah sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model (REM)

106

Ha : Fixed Effect Model (FEM)

Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat

signifikasi (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai

probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka

menerima H0.

Tabel 4.15

Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: PERUSAHAAN

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 12.040373 6 0.0611 Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

Hasil uji hausman menunjukan nilai probabilitas F-statistik

model sebesar 0.0611 > 0,05 maka menerima H0. Dengan demikian

metode data panel yang tepat antara Fixed Effect Model (FEM) dengan

Random Effect Model (REM) adalah Random Effect Model (REM).

Sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima H0 dan model

yang dipilih adalah Random Effect Model (REM).

4. Uji Hipotesis

a. Uji T (Secara Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam

menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2009). Jika nilai probabilitas

lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel

107

independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel

dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05

maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat

dari tabel berikut :

Tabel 4.16

Uji T

Dependent Variable: DER?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 06/22/17 Time: 13:07

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 15

Total pool (balanced) observations: 45

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.413969 0.427482 5.646955 0.0000

INST? -0.647746 0.230906 -2.805231 0.0079

ROA? -0.042494 0.010403 -4.084939 0.0002

CR? -0.055258 0.019129 -2.888693 0.0064

AGE? -0.189132 0.113363 -1.668376 0.1035

GROWTH? 0.983610 0.218633 4.498913 0.0001

FCF? 4.58E-15 4.55E-15 1.008424 0.3196

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

1) Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan nilai coefficient kepemilikan institusional sebesar

-0.647746 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan

probabilitas kepemilikan institusional sebesar 0.0079<0.05

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan

bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap kebijakan hutang.

108

2) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan nilai coefficient profitabilitas sebesar -0.042494

menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas

profitabilitas sebesar 0.0002<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.

3) Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan nilai coefficient likuiditas sebesar -0.055258

menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas

likuiditas sebesar 0.0064<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.

4) Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan nilai coefficient umur perusahaan sebesar -0.189132

menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas

umur perusahaan sebesar 0.1035>0.05 sehingga H0 diterima dan

Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

109

5) Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan nilai coefficient pertumbuhan perusahaan sebesar

0.983610 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan

probabilitas pertumbuhan perusahaan sebesar 0.0001<0.05

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan

bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kebijakan hutang.

6) Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan nilai coefficient free cash flow sebesar

0.00000000000000458 menunjukkan bahwa arah koefisien positif,

sedangkan probabilitas free cash flow sebesar 0.3196>0.05

sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan

bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

kebijakan hutang.

b. Uji F (Secara Simultan)

Uji f digunakan bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-

variabel independen (X) secara simultan bersama-sama pempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Jika nilai probabilitas lebih

kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05

110

maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel

berikut :

Tabel 4.17

Uji F

Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.196061 0.7500

Idiosyncratic random 0.113194 0.2500 Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765

Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809

S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282

F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas F-statistik sebesar

11.27152, dengan menggunakan tingkat keyakinan = 5%, dimana

tingkat signifikansi prob(F-statistik) sebesar 0.000000 berarti

ditemukan siginifikasi antara variabel independen kepemilikan

institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan

perusahaan dan free cash flow secara simultan terhadap variabel

dependen kebijakan hutang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur

perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow secara

111

simultan atau secara bersama-sama terhadap variabel dependen

kebijakan hutang.

5. Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Koefisien

determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18

Koefisien Determinasi R2

Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765

Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809

S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282

F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel diatas besarnya nilai koefisien determinasi R-

squared sebesar 0.640251 atau 64,02%. Hal ini menunjukkan bahwa

pengaruh variabel independen (kepemilikan institusional, profitabilitas,

likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow)

adalah sebesar 64,02% terhadap variabel dependen (kebijakan hutang).

112

Sisanya sebesar 35,98% variabel kebijakan hutang dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak terdapat pada model penelitian.

6. Analisis Regresi Data Panel

Dalam penelitian ini menguji pengaruh variabel independen yaitu

Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR),

Umur Perusahaan (AGE), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free

Cash Flow (FCF) terhadap variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang

(DER) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2014-2016. Setelah dilakukan uji Chow dan uji Hausman, maka

pemilihan model estimasi yang paling tepat untuk digunakan adalah dengan

menggunakan Random Effect Model.

Tabel 4.19

Uji Terpilih (Random Effect Model)

Dependent Variable: DER?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 06/22/17 Time: 13:07

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 15

Total pool (balanced) observations: 45

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.413969 0.427482 5.646955 0.0000

INST? -0.647746 0.230906 -2.805231 0.0079

ROA? -0.042494 0.010403 -4.084939 0.0002

CR? -0.055258 0.019129 -2.888693 0.0064

AGE? -0.189132 0.113363 -1.668376 0.1035

GROWTH? 0.983610 0.218633 4.498913 0.0001

FCF? 4.58E-15 4.55E-15 1.008424 0.3196

Random Effects (Cross)

AKRA--C 0.132835

ASII—C 0.259864

ASRI--C 0.354853

CPIN--C -0.132329

GGRM--C 0.027991

ICBP--C -0.085749

INDF--C -0.088743

113

INTP--C -0.216656

JSMR--C 0.216424

KLBF--C 0.006539

LPKR--C 0.016167

MNCN--C -0.180055

PTBA--C -0.012614

TLKM--C 0.027806

UNTR--C -0.326333 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.196061 0.7500

Idiosyncratic random 0.113194 0.2500 Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765

Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809

S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282

F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.809294 Mean dependent var 0.865735

Sum squared resid 2.159430 Durbin-Watson stat 0.405571

Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0

Dari hasil analisis regresi data panel dengan menggunakan Random

Effect Model maka diperoleh persamaan model regresi antara variabel

dependen (Kebijakan Hutang) dan variabel independen (Kepemilikan

Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan

Perusahaan, dan Free Cash Flow) sebagai berikut :

DERit = 2.413969 - 0.647746INSTit - 0.042494ROAit - 0.055258CRit +

0.983610GROWTHit + e

Berdasarkan persamaan regresi diatas, maka dapat diinterpretasikan

sebagai berikut :

a. Berdasarkan persamaan diatas besarnya konstanta Kebijakan Hutang

sebesar 2.413969. Hal ini mengindikasikan bahwa jika variabel

114

independen yang terdiri dari Kepemilikan Institusional (INST),

Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Pertumbuhan Perusahaan

(GROWTH) bernilai 0 maka akan meningkatkan nilai variabel

dependen Kebijakan Hutang (DER) sebesar 2.413969 atau 241,3969%.

b. Besarnya koefisien regresi X1 atau Kepemilikan Institusional (INST)

sebesar -0.647746 mengartikan bahwa jika variabel X1 atau

Kepemilikan Institusional (INST) mengalami kenaikan sebesar 1%

sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka

akan menurunkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DER)

sebesar -0.647746.

c. Besarnya koefisien regresi X2 atau Profitabilitas (ROA) sebesar -

0.042494 mengartikan bahwa jika variabel X2 atau Profitabilitas (ROA)

mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan

bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau

Kebijakan Hutang (DER) sebesar -0.042494.

d. Besarnya koefisien regresi X3 atau Likuiditas (CR) sebesar -0.055258

mengartikan bahwa jika variabel X3 atau Likuiditas (CR) mengalami

kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai

konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau

Kebijakan Hutang (DER) sebesar -0.055258.

e. Besarnya koefisien regresi X5 atau Pertumbuhan Perusahaan

(GROWTH) sebesar 0.983610 mengartikan bahwa jika variabel X5 atau

Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) mengalami kenaikan sebesar

115

1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap,

maka akan meningkatkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang

(DER) sebesar 0.983610.

7. Interpretasi

Hasil interpretasi terhadap penelitian ini adalah sebagi berikut :

a. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang

Koefisien regresi Kepemilikan Institusional menunjukkan

hubungan yang negatif yaitu -0.647746 dan probabilitas Kepemilikan

Institusional sebesar 0.0079<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kepemilikan Institusional

memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kebijakan Hutang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Trisnawati (2016), Purnianti dan Putra (2016) dan Riki

Sanjaya (2014) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional

berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang. Namun

tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natasia

dan Wahidahwati (2015) dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012)

yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif

tidak signifikan terhadap Kebijakan Hutang.

Nilai koefisien Kepemilikan institusional yang negatif

menunjukkan semakin tinggi Kepemilikan Institusional maka akan

menurunkan penggunaan hutang perusahaan. Hal ini berarti semakin

tinggi Kepemilikan Institusional maka investor semakin efektif dalam

116

memonitor perilaku manajemen. Adanya monitoring yang efektif oleh

investor institusional menyebabkan penggunaan hutang menurun,

karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring agency cost

sudah diambil ahli oleh investor institusional.

b. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang

Koefisien regresi Profitabilitas menunjukkan hubungan yang

negatif yaitu -0.042494 dan probabilitas Profitabilitas sebesar

0.0002<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat

disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan

negatif terhadap Kebijakan Hutang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Trisnawati (2016), Sheisarvian, dkk (2015), Natasia dan

Wahidahwati (2015), Margaretha (2014), Vatavu (2013) dan Surya dan

Rahayuningsih (2012) yang menyatakan bahwa Profitabilitas

berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang. Namun

tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Riki

Sanjaya (2015) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) menemukan bahwa

profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan

hutang. Dan hasil yang berbeda dan tidak sejalan ditemukan oleh Akoto

dan Vitor (2014) dan juga Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan

hutang.

117

Nilai koefisien Profitabilitas yang negatif menunjukkan

semakin tinggi Profitabilitas maka akan menurunkan penggunaan

hutang perusahaan. Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan pecking

order theory yang menyatakan bahwa bila perusahaan membutuhkan

dana maka prioritas utama adalah dengan cara menggunakan dana

internal yaitu dari laba ditahan namun jika harus mencari pendanaan dari

luar (eksternal) maka hutang akan menjadi prioritas utama. Berdasarkan

teori ini dengan memprioritaskan pendanaan internal maka akan

mengurangi pendanaan dari luar yaitu hutang. Kesimpulan dari teori ini

yaitu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan

dapat menghasilkan dana pada perusahaan yang lebih banyak sehingga

dapat digunakan sebagai penutup kewajiban sehingga dapat berdampak

pada berkurangnya tingkat penggunaan hutang oleh perusahaan.

c. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang

Koefisien regresi Likuiditas menunjukkan hubungan yang

negatif yaitu -0.055258 dan probabilitas Likuiditas sebesar 0.0064<0.05

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa

variabel Likuiditas memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap

Kebijakan Hutang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Vatavu (2013)

yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang. Namun tidak sejalan dengan penelitian

118

terdahulu yang dilakukan oleh Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa

likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan

hutang. Dan hasil yang berbeda dan tidak sejalan ditemukan oleh Akoto

dan Vitor (2014) yang mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh

positif signifikan terhadap kebijakan hutang.

Nilai koefisien Likuiditas yang negatif menunjukkan semakin

tinggi Likuiditas maka akan menurunkan penggunaan hutang

perusahaan. Hasil temuan ini konsisten dengan teori yang menyatakan

bahwa semakin besar likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (Kasmir, 2010). Hasil

penlitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki current

ratio yang tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk

melunasi hutang lancranya. Dengan demikian demakin likuid suatu

perusahaan, maka perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam

melunasi hutang jangka pendeknya, sehingga akan cenderung

mengurangi total hutangnya. Hasil tersebut juga didukung oleh pecking

order theory, dimana struktur pendanaan perusahaan mengikuti suatu

urutan sumber pendanaan yang akan dipilih perusahaan, dan perusahaan

akan memprioritaskan sumber pendanaan internal daripada sumber

pendanaan eksternal.

d. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang

Koefisien regresi Umur Perusahaan menunjukkan hubungan

yang negatif yaitu -0.189132 dan probabilitas Umur Perusahaan sebesar

119

0.1035<0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa variabel Umur Perusahaan tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) dan Romagos (2012) yang

mengungkapkan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap kebijakan. Namun tidak sejalan dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Purnianti dan Putra (2016) yang

menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang

diajukan. Hal ini dapat timbul diduga karena umur perusahaan yang

diprediksi berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam

mengumpulkan dana ternyata tidak tepat karena umur perusahaan tidak

menentukan perusahaan dapat mengakumulasi dana atau tidak.

Pendanaan yang diakumulasi perusahaan bukan tergantung pada

umurnya tetapi pada hasil usaha perusahaan tersebut apakah

menghasilkan laba atau tidak. Bagaimana perusahaan tersebut

mengelola keuangan sehingga umur perusahaan tidak berpengaruh

terhadap kebijakan hutang perusahaan.

e. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang

Koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan menunjukkan

hubungan yang positif yaitu 0.983610 dan probabilitas Pertumbuhan

120

Perusahaan sebesar 0.0001<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Pertumbuhan Perusahaan

memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kebijakan Hutang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga

Alkhatib (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun tidak

sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Margaretha

(2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) yang menemukan bahwa

pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap

kebijakan hutang. Serta menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan

Riki Sanjaya menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.

Nilai koefisien Pertumbuhan Perusahaan yang positif

menunjukkan semakin tinggi Pertumbuhan Perusahaan maka akan

meningkatkan penggunaan hutang perusahaan. Perusahaan yang sedang

tumbuh akan membutuhkan banyak dana yang akan berakibat pada

peningkatan hutang. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka

penggunaan hutang untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan akan

semakin besar. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana

yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Dalam pecking

order theory, dinyatakan bahwa perusahaan akan cenderung

121

mengutamakan penggunaan dana internal, tapi jika tidak mencukupi,

dana eksternal yang menjadi alternatif pertama adalah hutang.

f. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang

Koefisien regresi Free Cash Flow menunjukkan hubungan yang

positif yaitu 0.00000000000000458 dan probabilitas Free Cash Flow

sebesar 0.3196<0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa variabel Free Cash Flow tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap kebijakan hutang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Natasia dan Wahidahwati (2015), Akoto dan Vitor

(2014), dan juga Riki Sanjaya (2014) menyatakan bahwa free cash flow

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun tidak

sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trisnawati

(2016) menemukan bahwa free cash flow berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap kebijakan hutang.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang

diajukan. Free cash flow merupakan dana lebih yang dimiliki

perusahaan setelah perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan dana

untuk investasi dan kegiatan operasionalnya. Hasil penelitian tidak

sejalan diduga karena pada penelitian ini rata-rata free cash flow yang

dimiliki oleh perusahaan rendah sehingga dapat dikatakan perusahaan

aktif dalam memanfaatkan free cash flow dengan maksimal. Dengan

rendahnya free cash flow juga karena perusahaan mengelola free cash

122

flow tersebut untuk investasi, artinya bahwa perusahaan aktif dalam

memanfaatkan free cash flow dengan maksimal, atau karena perusahaan

agresif dalam mencari proyek yang menguntungkan sehingga

perusahaan tidak memerlukan hutang.

123

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan data yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian secara parsial melalui uji t dengan tingkat signifikansi α

5% atau 0,05 menyatakan bahwa variabel independen kepemilikan

institusional (INST) dengan tingkat coefficient sebesar -0.647746

menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat signifikan

sebesar 0.0079<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan

hutang. Profitabilitas (ROA) dengan tingkat coefficient sebesar -

0.042494 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat

signifikan sebesar 0.0002<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap

kebijakan hutang. Likuiditas (CR) dengan tingkat coefficient sebesar -

0.055258 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat

signifikan sebesar 0.0064<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap

kebijakan hutang. Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) dengan tingkat

coefficient sebesar 0.983610 menunjukkan bahwa arah koefisien positif,

dan tingkat signifikan sebesar 0.0001<0.05 berpengaruh positif

signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan variabel umur

perusahaan (AGE) dan free cash flow (FCF) tidak berpengaruh terhadap

kebijakan hutang.

124

2. Hasil pengujian secara parsial melalui uji t dengan tingkat signifikansi α

5% atau 0,05 menyatakan bahwa secara keseluruhan atau simultan

variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROA), likuiditas (CR),

umur perusahaan (AGE), pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan free

cash flow (FCF) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

yaitu kebijakan hutang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis

mengemukakan beberapa implikasi yang mungkinbermanfaat bagi pihak –

pihak yang berkepentingan dibawah ini sebagai berikut :

1. Bagi Investor

Para investor diharapkan dapat lebih mempertimbangkan faktor-

faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang seperti kepemilikan

institusional (INST), profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), umur

perusahaan (AGE), pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan free cash

flow (FCF). Sehingga dengan menganalisis faktor-faktor tersebut

investor diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam

berinvestasi, karena tentunya setiap investor menginginkan prospek yang

kebih baik bagi perusahaan yang diinvestasikannya di masa yang akan

datang serta mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.

125

2. Bagi Perusahaan

Perusahaan diharapkan bisa melakukan pertimbangan terhadap

keputusan pendanaan yang akan diambil guna mengurangi masalah

keagenan, apakah akan menggunakan dana internal atau menggunakan

dana eksternal karena keputusan pendanaan yang akan diambil akan

berpengaruh terhadap kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan

dimasa yang akan datang.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan

referensi untuk penelitian yang sejenis. Untuk peneliti selanjutnya

sebaiknya objek penelitian di perbanyak serta periode penelitian

diperbaharui. Selain itu bisa menggunakan metode penelitian yang

berbeda.

126

DAFTAR PUSTAKA

Akoto, Richard Kofi dan Dadson Awunyo-Vitor. “What Determines the Debt

Policy of Listed Manufacturing Firms in Ghana?”. International Business

Research, Vol 7(1). 2014

Alkhatib, Khalid. “The Determinants of Leverage of Listed Companies”.

Economics and Business Review,Vol.3(1). 2012

Andina, Zulfia. “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan

Penjualan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar di BEI Periode 2008-2010)” Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 2013

Anggraini, Ririn Dwi. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan

Asing Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan

dalam Annual Report (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang

Tercatat di BEI Tahun 2008-2009)”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 3(2).

2011.

Ashraf, Tanveer dan Safdar Rasool. “Determinants of Leverage of Automobile

Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order

Theory”. Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 4(3). 2013

Brealey. Richard A. Myers, Stewart C. and Marcus, Alan J. “Fundamentals of

Corporate Fiannce, Third Edition (International Edition)”.New York: The

McGraw-Hill Cimpanies, Inc. 2008

127

Brigham, Eugene dan Houston, Joel. “Fundamentals of Financial Management ”.

Jakarta: Salemba Empat. 2009

Brigham, Eugene dan Houston, Joel. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Buku

2. Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. 2011

Ghazali, I. “Analisis Multivariat dan Ekonometrika”. Semarang: UNDIP. 2013

Ghozali, I. “Aplikasi Analisis Multivariate”. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro. 2009

Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. “Determinan

Kebijakan Hutang (dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory)”.

Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, 1(1): 11-24. 2012.

Harmono. “Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan

Teori, Konsep dan Riset Bisnis”. Edisi 1, Cetakan 3. Jakarta:Bumi Aksara.

2014

Hasan, Mudrika Alamsyah. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow

Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang (Studi Pada

Perusahaan-Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di

BEI)”. JurnalAkuntansi, Vol. 3(1): 90-100. 2014

Hidayat, M. Syafiudin. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen,

Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan

terhadap Kebijakan Hutang”. Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1(1): 12-25.

2013

128

Jensen, Michael C. “Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance and

Takeovers”. American Economic Review. Vol. 76: 232-239. 1976.

Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta:Rajawali Pers. 2009.

Kasmir. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Jakarta:Prenada Media Grup. 2010

Keown, Arthur J, dkk. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Edisi 7.

Jakarta:Salemba Empat. 2000

Margaretha, Farah. “Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company”.

Integrative Business and Economics Review, Vol. 3(2). 2014

Meylani, Ratna. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). (

Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Periode Tahun 2011-2014)”. Jurnal Akuntansi, Vol. 5(2). 2016

Moeljadi. “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”. Jilid 1.

Malang:Bayu Media Publishing. 2006

Murtiningtyas, Andhika Ivona. “Pengaruh Kebijakan Deviden, Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Resiko Bisnis

Terhadap Kebijakan Hutang”. Accounting Analysis Journal. AAJ Vol. 1(2).

2012.

Natasia, Weka dan Wahidahwati.“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan

Hutang Perusahaan yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Imu dan Riset

Akuntansi Vol. 4(12). 2015

129

Purnianti, Ni Komang Ayu dan I Wayan Putra. “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan”. Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana Vol. 12(1): 91-117. 2016.

Putri, Meidera Elsa Dwi. “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur

Sektor Industri Makanan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

Jurnal manajemen, 1(1). 2012.

Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi.

2007

Rifai, Mohammad Hidayat. “Pengaruh Risiko Bisnis, Pertumbuhan Perusahaan,

Ukuran Perusahaan Dan Struktur Aktiva Terhadap Kebijakan Hutang Pada

Perusahaan Sektor Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia”. Jurnal Manajemen, Vol. 12(4). 2015

Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. “Manajemen Keuangan Modern”.Jakarta: Mitra

Wacana Media. 2014.

Romagos, C.P., Almenar, K.Q, Singson, A.F. dan Sio, M.J.”Corporate Debt

Financing In the Philiphines:Examining the Role of Firm-Level Factors

Through Binary Choice Model.” Journal of International Business

Research. Hal 105-120.2012

Ross, Stephen A., Westerfield, and Jaffe. “Corporate Finance”. Edisi 5.

USA:McGraw-Hill. 2000

130

Sanjaya, Riki.”Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang”. Jurnal

Bisnis dan Akuntansi Vol. 16: 46-60. 2014

Santoso. “Statistik Parametrik”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2010

Sheisarvian, Revi Maretta, Nengah Sudjana dan Muhammad Saifi. “Pengaruh

Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen Dan Profitabilitas Terhadap

Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di

BEI Periode 2010-2012)”. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 22(1). 2015

Steven dan Lina. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang

Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13 (3): 163-

181. 2011

Sudana, I Made. ”Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang

Perusahaan”. Jurnal Ekonomi, Vol. 2(3). 2011

Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”. Bandung: Alfabeta.

2010

Suliyanto. “Ekonometrika Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS”.

Yogyakarta: ANDI. 2011

Surya, Dennys dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih. “Faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan non keuangan yang terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 14(3): 213-

225. 2012

131

Trisnawati, Ita. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada

Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 18(1): 33-42. 2016

Van Horne, James C. Dan Jhon M. Machowicz, JR. “Prinsip-Prinsip Manajemen

Keuangan Buku 2”. Jakarta:Salemba Empat. 2007

Vatavu, Sorana. “Determinants Of Corporate Debt Ratios: Evidence From

Manufacturing Companies Listed On The Bucharest Stock Exchange”.

Timisoara Journal of Economics and Business, Vol. 6(20): 99-126. 2013

www.idx.co.id

132

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Sampel Perusahaan

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1. AKRA AKR Corporindo Tbk.

2. ASII Astra International Tbk.

3. ASRI Alam Sutera Realty Tbk.

4. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

5. GGRM Gudang Garam Tbk.

6. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

7. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.

8. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

9. JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.

10. KLBF Kalbe Farma Tbk.

11. LPKR Lippo Karawaci Tbk.

12. MNCN Media Nusantara Citra Tbk.

13. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.

14. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

15. UNTR United Tractors Tbk.

133

Lampiran 2 : Data Rasio Keuangan Perusahaan

Perusahaan Tahun DER ROA INST CR AGE GROWTH FCF

AKRA 2014 1,481 5,345 0,588 1,087 3,611 0,011 431046390000

AKRA 2015 1,087 6,964 0,592 1,496 3,638 0,028 -1278128271000

AKRA 2016 0,961 6,613 0,586 1,271 3,664 0,041 -1445879197000

ASII 2014 0,964 9,376 0,970 1,310 4,043 0,103 -21181000000000

ASII 2015 0,940 6,361 0,962 1,379 4,060 0,040 -4117000000000

ASII 2016 0,872 6,989 0,965 1,239 4,078 0,067 -13095000000000

ASRI 2014 1,656 6,954 0,517 1,137 3,045 0,173 -1840258937000

ASRI 2015 1,834 3,657 0,517 0,719 3,091 0,105 -669109934000

ASRI 2016 1,808 2,528 0,519 0,898 3,135 0,079 741068028000

CPIN 2014 0,906 8,372 0,555 2,241 3,714 0,327 -9258681000000

CPIN 2015 0,965 7,424 0,555 2,106 3,738 0,183 -6420866000000

CPIN 2016 0,710 9,194 0,555 2,173 3,761 -0,019 -1825979000000

GGRM 2014 0,752 9,267 0,755 1,620 4,025 0,147 -16613900000000

GGRM 2015 0,671 10,161 0,755 1,770 4,043 0,091 -16571507000000

GGRM 2016 0,591 10,600 0,755 1,938 4,060 -0,009 -13438437000000

ICBP 2014 0,656 10,163 0,805 2,183 3,466 0,171 -4872616000000

ICBP 2015 0,621 11,006 0,805 2,326 3,497 0,066 -5766063000000

ICBP 2016 0,562 12,564 0,805 2,407 3,526 0,088 -5248075000000

INDF 2014 1,084 5,988 0,501 1,807 3,178 0,100 -8359589000000

INDF 2015 1,130 4,039 0,501 1,705 3,219 0,069 -17567226000000

INDF 2016 0,870 6,409 0,501 1,508 3,258 -0,105 -6764690000000

INTP 2014 0,175 18,326 0,640 4,934 3,664 0,086 -10516242000000

INTP 2015 0,158 15,763 0,640 4,887 3,689 -0,043 -7104235000000

INTP 2016 0,153 12,837 0,514 4,525 3,714 0,091 -8912219000000

JSMR 2014 1,788 3,815 0,028 0,844 3,584 0,123 -1072862083000

JSMR 2015 1,969 3,592 0,028 0,482 3,611 0,153 2957237472000

JSMR 2016 2,274 3,370 0,028 0,696 3,638 0,457 2647511391000

KLBF 2014 0,266 17,071 0,992 3,404 3,871 0,098 -3905244550712

KLBF 2015 0,252 15,024 0,989 3,698 3,892 0,102 -4569314464933

KLBF 2016 0,222 15,440 0,978 4,131 3,912 0,112 -5801088369644

LPKR 2014 1,140 8,303 0,179 5,233 3,178 0,206 -24017123407674

LPKR 2015 1,185 2,478 0,231 6,913 3,219 0,094 -31381846329457

LPKR 2016 1,066 2,691 0,413 5,455 3,258 0,103 -31546714845221

MNCN 2014 0,449 13,840 0,759 9,717 2,833 0,415 -8815138000000

MNCN 2015 0,513 8,822 0,759 7,431 2,890 0,064 -7246727000000

MNCN 2016 0,501 10,414 0,759 1,581 2,944 -0,016 -1327869000000

PTBA 2014 0,708 13,632 0,650 2,075 4,554 0,268 -4064405000000

PTBA 2015 0,819 12,058 0,650 1,544 4,564 0,141 -2678321000000

PTBA 2016 0,432 10,898 0,650 1,656 4,575 0,100 -2310114000000

134

TLKM 2014 0,649 15,000 0,433 1,061 5,063 0,108 23108000000000

TLKM 2015 0,779 14,032 0,458 1,353 5,069 0,172 20437000000000

TLKM 2016 0,702 16,242 0,464 1,200 5,075 0,081 25643000000000

UNTR 2014 0,563 8,028 0,595 2,060 3,738 0,051 -5081977000000

UNTR 2015 0,572 4,525 0,595 2,148 3,761 0,024 -4683721000000

UNTR 2016 0,501 7,977 0,595 2,299 3,784 0,037 -13174193000000

135

Lampiran 3 : Hasil Output Uji Asumsi Klasik

Hasil Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

Series: Residuals

Sample 1 45

Observations 45

Mean 3.01e-16

Median 0.034245

Maximum 0.351364

Minimum -0.499080

Std. Dev. 0.194711

Skewness -0.516164

Kurtosis 2.784275

Jarque-Bera 2.085449

Probability 0.352493

Hasil Uji Multikolinieritas

INST ROA CR AGE GROWTH FCF

INST 1.000000 0.492743 0.117466 0.119591 -0.258130 -0.115621

ROA 0.492743 1.000000 0.266621 0.482422 0.019483 0.313392

CR 0.117466 0.266621 1.000000 -0.381743 0.183778 -0.450491

AGE 0.119591 0.482422 -0.381743 1.000000 0.006740 0.510333

GROWTH -0.258130 0.019483 0.183778 0.006740 1.000000 0.033313

FCF -0.115621 0.313392 -0.450491 0.510333 0.033313 1.000000

136

Hasil Uji Heterokedastisitas (White)

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 2.260583 Prob. F(27,17) 0.0416

Obs*R-squared 35.19680 Prob. Chi-Square(27) 0.1340

Scaled explained SS 22.39118 Prob. Chi-Square(27) 0.7172

Hasil Uji Autokorelasi (LM Test)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.775148 Prob. F(2,36) 0.1840

Obs*R-squared 4.039497 Prob. Chi-Square(2) 0.1327

137

Lampiran 4 : Hasil Output Uji Regresi Data Panel

Common Effect Model (CEM)

Dependent Variable: DER?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/22/17 Time: 13:05

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 15

Total pool (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INST? -0.080843 0.263988 -0.306240 0.7611

ROA? -0.109061 0.018853 -5.784669 0.0000

CR? 0.012775 0.035229 0.362629 0.7188

AGE? 0.458989 0.045710 10.04139 0.0000

GROWTH? 1.614788 0.519093 3.110787 0.0035

FCF? 4.08E-15 6.54E-15 0.624933 0.5357 R-squared 0.607345 Mean dependent var 0.865735

Adjusted R-squared 0.557005 S.D. dependent var 0.507296

S.E. of regression 0.337645 Akaike info criterion 0.789925

Sum squared resid 4.446173 Schwarz criterion 1.030813

Log likelihood -11.77331 Hannan-Quinn criter. 0.879726

Durbin-Watson stat 0.555400

138

Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: DER?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/22/17 Time: 13:06

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 15

Total pool (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.619879 3.409997 1.354805 0.1881

INST? 0.119539 0.584169 0.204630 0.8396

ROA? -0.029198 0.013209 -2.210474 0.0369

CR? -0.036374 0.022098 -1.646057 0.1128

AGE? -0.944126 0.903513 -1.044950 0.3065

GROWTH? 0.698851 0.250939 2.784947 0.0103

FCF? 2.89E-15 6.37E-15 0.453095 0.6546

Fixed Effects (Cross)

AKRA—C 0.134550

ASII—C 0.280130

ASRI—C 0.081835

CPIN—C -0.072390

GGRM—C 0.126645

ICBP—C -0.450610

INDF—C -0.375730

INTP—C -0.421451

JSMR—C 0.750772

KLBF—C -0.277262

LPKR—C -0.150044

MNCN—C -1.037132

PTBA—C 0.575025

TLKM—C 1.155463

UNTR—C -0.319801 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.972843 Mean dependent var 0.865735

Adjusted R-squared 0.950212 S.D. dependent var 0.507296

S.E. of regression 0.113194 Akaike info criterion -1.214706

Sum squared resid 0.307508 Schwarz criterion -0.371596

Log likelihood 48.33088 Hannan-Quinn criter. -0.900403

F-statistic 42.98754 Durbin-Watson stat 2.308651

Prob(F-statistic) 0.000000

139

Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: DER?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 06/22/17 Time: 13:07

Sample: 1 3

Included observations: 3

Cross-sections included: 15

Total pool (balanced) observations: 45

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.413969 0.427482 5.646955 0.0000

INST? -0.647746 0.230906 -2.805231 0.0079

ROA? -0.042494 0.010403 -4.084939 0.0002

CR? -0.055258 0.019129 -2.888693 0.0064

AGE? -0.189132 0.113363 -1.668376 0.1035

GROWTH? 0.983610 0.218633 4.498913 0.0001

FCF? 4.58E-15 4.55E-15 1.008424 0.3196

Random Effects (Cross)

AKRA--C 0.132835

ASII--C 0.259864

ASRI--C 0.354853

CPIN--C -0.132329

GGRM--C 0.027991

ICBP--C -0.085749

INDF--C -0.088743

INTP--C -0.216656

JSMR--C 0.216424

KLBF--C 0.006539

LPKR--C 0.016167

MNCN--C -0.180055

PTBA--C -0.012614

TLKM--C 0.027806

UNTR--C -0.326333 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.196061 0.7500

Idiosyncratic random 0.113194 0.2500 Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765

Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809

S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282

F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.809294 Mean dependent var 0.865735

Sum squared resid 2.159430 Durbin-Watson stat 0.405571

140

Lampiran 5 : Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel

Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: PERUSAHAAN

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 7.585230 (14,24) 0.0000

Cross-section Chi-square 76.093462 14 0.0000

Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: PERUSAHAAN

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 12.040373 6 0.0611