faktor faktor yang mempen g aruhi masyarakat … · faktor_ faktor yang mempengaruhi masyarakat...
TRANSCRIPT
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM
MEMILIH PRODUK RAHN DI KANTOR CABANG PEGADAIAN SYARIAH
CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memperoleh Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Serjana Ekonomi Islam (S.E,Sy)
Oleh
MUKHLIS ADIB
1110046100172
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1436 H
FAKTOR_ FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM
MEMILIH PRODUK RAHN DI KANTOR CABANG PBGADAIAN SYARIAH
CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih
Gelar Serjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)
Oleh:
MUKHLIS ADIB1r10046100t72
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 Mt 1436 H
Di Bawah Bimbingan
97205312007t0t002
PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI
Skripsi berjudul (6FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHTMASYARAKAT DALAM MEMILIH PRODUK RAHN DI KANTORCABANG PEGADAIAN SYARTAH CTPUTAT" telah diuji dalam sidangMunaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta padatanggal 22 Oktober 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Serjana Ekonomi Syariah (SE,Sy) pada program StudiMuamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 22 Oktober 2014Mengesahkan,Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
PANITIA UJIAN
Ketua H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag. MHNrP. 19740725200fi21001 (.. \J\
. .. .. .. .. ...... . . .. ..'. .. ./
Sekretaris Abdurrauf, Lc. MANrP. 1 973t21520050 1 I 002
Ahmad Chairul Hadi. MA.NrP. 1 9720 5312007 101002
Pembimbing
Penguji I Ir. H. MuhammNIP. I 96106241985121001
Penguji II
L)Yuke Rahmawati. S.Ag" MANIP. I 97509032007 012023
IMi9680812 I 99903 1
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan mencapai gelar Serjana Ekkonomi Syariah (S.E,Sy) di
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 5 Oktober 2014
Mukhlis Adib
iv
ABSTRAK
Mukhlis Adib, 1110046100172, “Faktor – Raktor Yang Mempengaruhi
Masyarakat Dalam Memilih Produk Rahn di Pegadaian Syariah Kantor Cabang
Ciputat” Strata 1, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas
Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Pegadaian merupakan lembaga jaminan yang telah sangat terkenal
dikehidupan masyarakat dalam upaya untuk mendapatkan dana guna mempermudah
berbagai kebutuhan transaksi. Gadai dalam Fiqih Islam disebut sebagai Ar-rahn. Ar-
rahn adalah suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai jaminan utang
dan banyak sekali faktor – faktor yang mendorong minat masyarakat memilih
pegadaian syariah sebagai mitra transaksi untuk memenuhi kebutuhan yang
dibutuhkan. Adapun aspek legal gadai berdasarkan sistem syariah ini berdasarkan
fatwa – fatwa dewan syariah nasional (DSN) majlis ulama indonesia (MUI) yakni
fatwa No. 25/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn yang disahkan pada tanggal 26 juni
2002 dan fatwa No. 26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas. Memberikan legalitas
kepada pegadaian yang cukup kuat untuk melakukan transaksi gadai berdasarkan
sistem syariah
Metode pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuntitatif melalui
penelitian lapangan (obsevasi) berupa penyebaran kuesioner kepada masyarakat yang
menggunakan produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat, menggunakan data
primer dan skunder dan studi keputakaan dengan metode statistik non parametrik.
Hasil penelitian yang dikaji adalah masyarakat memilih Pegadaian Syariah
untuk menggadai barang mereka karena faktor kebutuhan konsumsi dan
pengembangan usaha. Dalam penelitian ini penulis mengukur tiga faktor (aspek
lokasi, tarif ujroh, aspek syariah) yang mempunyai hubungan signifikan terhadap
keputusan masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang
Ciputat
Kata Kunci : faktor – faktor yang mempengaruhi masyarakat, rahn di
Pegadaian, keputusan masyarakat
Pembimbing : Ahmad Chaerul Hadi, MA.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis hantarkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, serta para keluarga – keluarganya dan para
sahabat – sahabatnya serta para ulama – ulama yang tetap istiqomah menyebarkan
agama islam sampai masa sekarang.
Perkenankanlah saya sebagai penulis untuk memberikan ucapan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada para pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan skripsi ini dan kepada para pihak yang telah mendukung selama saya
menjalankan studi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sampai selesai. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA., Ph.D. selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ah. Azharuddin Latif, M.Ag, M.H. selaku ketua jurusan muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Anwar Abbas, Dr., H., M.Ag. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan kritik serta saran kepada kenulis.
vi
4. Bapak Ahmad Chairul Hadi, MA. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu, pikiran, serta perhatian membantu penulis dalam
memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.
5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap staf akademik, staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, staf
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tua saya tercinta, Bapak Muhammad MZ dan Ibu Hasanah yang selama
ini selalu mendoa kan saya tanpa rasa lelah dimanapun saya berada, dan selalu
berdoa dalam penyelesaian skripsi ini, serta adik saya tercinta, Maria Ulpa.
8. Teman – teman seperjuangan angkatan 2010 khususnya teman PS D, terima
kasih atas informasi yang diberikan berkaitan studi ataupun tidak, dan untuk
suasana kekeluargaan yang diberikan selama masa kuliah.
9. Seorang muslimah yang bernama Farhah yang selalu mendukung dan
memberi support baik berupa tenaga, waktu dan pikiran dalam membantu
penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya. Hanya kepada Allah SWT penulis memohon bimbingan serta
menggantungkan semua harapan.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pokok Permasalahan .................................................................. 6
1. Indentifikasi, Pembatasan ...................................................... 6
2. Rumusan Masalah ................................................................ 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ................................................ 6
1. Tujuan Penulisan .................................................................. 6
2. Manfaat Penulisan ................................................................ 7
D. Kajian Pustaka............................................................................ 8
viii
E. Teknik Penulisan ...................................................................... 26
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 26
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Prilaku Konsumen .................................................................... 28
1. Pengertian Prilaku Konsumen ............................................. 28
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 29
3. Pembentukan Perubahan Sikap Konsumen ......................... 34
4. Prilaku Konsumen Dalam Islam ......................................... 36
B. Keputusan Konsumen ............................................................. 38
C. Rahn ........................................................................................... 41
1. Pengertian Rahn .................................................................. 41
2. Dasar Hukum Rahn ............................................................. 43
3. Rukun Dan Syarat Rahn ...................................................... 47
4. Resiko Kerusakan Barang Yang Digadaikan ...................... 50
5. Masalah Riba Dalam Gadai ................................................. 51
6. Pengambilan Manfaat Barang Gadai ................................... 51
7. Gadai Di Lembaga Keuangan Syariah ................................ 53
D. Biaya ........................................................................................... 55
ix
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 56
B. Sumber Data ......................................................................... 58
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 58
D. Populasi Dan Sampel ........................................................... 60
1. Populasi .......................................................................... 60
2. Sampel ............................................................................ 60
3. Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 61
4. Ketentuan Jumlah Sampel .............................................. 61
E. Teknik Analisis Data ........................................................... 63
1. Validitas Dan Reabilitas ................................................. 63
2. Hipotesis Penelitian ........................................................ 65
3. Operasional Variabel ............................................................ 66
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Profil PT pegadaian (persero) .................................................. 68
1. Sejarah Perusahaan ........................................................... 68
B. Gambaran Produk Rahn ................................................................. 70
1. Peraktek Rahn Pada Masa Rosulullah ......................................... 70
2. Peraktek Rahn Masa kini ............................................................ 71
C. Hasil Penelitian ....................................................................... 73
x
1. Profil Responden ............................................................... 73
2. Pembahasan Deskriptif Nasabah Berkaitan Dengan Produk
Rahn .................................................................................. 77
3. Pembahasan Deskriptif Aspek Lokasi .............................. 80
4. Pembahasan Deskriptif Tarif Ujroh ................................. 82
5. Pembahasan Deskriptif Aspek Syariah ............................. 85
6. Pembahasan Deskriptif Nasabah Dalam Memilih Produk
Rahn .................................................................................. 89
D. Pembahasan Korelasi ............................................................ 97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 100
B. Saran .............................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.D ............................................................................................................. 8
Tabel 2.1.E ........................................................................................................ 63
Tabel 3.1.E ........................................................................................................ 64
Tabel 4.2.2.A ..................................................................................................... 73
Tebel 5.1.B ........................................................................................................ 73
Tabel 6.1.B ........................................................................................................ 74
Tabel 7.1.B ........................................................................................................ 75
Tabel 8.1.B ........................................................................................................ 76
Tabel 9.2.B ........................................................................................................ 77
Tabel 10.2.B ...................................................................................................... 78
Tabel 11.2.B ...................................................................................................... 79
Tabel 12.3.B ...................................................................................................... 80
Tebel 13.3.B ...................................................................................................... 81
xii
Tabel 14.4.B ...................................................................................................... 82
Tabel 15.4.B ...................................................................................................... 83
Tabel 16.4.B ...................................................................................................... 84
Tabel 17.5.B ...................................................................................................... 85
Tabel 18.5.B ...................................................................................................... 86
Tabel 19.5.B ...................................................................................................... 87
Tabel 20.5.B ...................................................................................................... 88
Tabel 21.6.B ...................................................................................................... 89
Tabel 22.6.B ...................................................................................................... 90
Tabel 23.6.B ...................................................................................................... 91
Tabel 24.6.B ...................................................................................................... 92
Tabel 25.6.B ...................................................................................................... 93
Tabel 26.6.B ...................................................................................................... 94
Tabel 27.6.B ...................................................................................................... 95
xiii
Tabel 28.6.B ...................................................................................................... 96
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 .............................................................................................................. 41
Bagan II ............................................................................................................. 67
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Perbankan yang berlandaskan syariah muncul sebagai dinamika
perbankan konvensional. Di Indonesia hadir sebagai gerakan awal yaitu Bank
Muamalat Indonesia bank yang berlandaskan syariah yang ditopang oleh UU
No. 7 tahun 1992. Akan tetapi undang – undang yang menjadi regulasi
perbankan syariah tersebut belum begitu kokoh, namun tetap merupakan
tonggak penting bagi keberadaan bank syariah di Indonesia. Dengan
berkembang pesatnya bank syariah di Indonesia akhirnya pemerintah
merevisi UU No. 7 tahun 1992 dengan UU No. 10 tahun 1998 untuk
memperkokoh payung regulasi perbankan syariah di Indonesia. Bahkan dalam
undang – undang tersebut dijelaskan bahwa bank konvensional diperbolehkan
membuka unit yang berbasis syariah.1
Bank Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada tahun 1991, bank ini
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta
mendapat dukungan dari Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
beberapa pengusaha muslim.2
1 Amir Mahmud dan H. Rukmana, Bank Syariah : teori, kebijakan, dan studi empiris di
indonesia (Jakarta, penerbit Erlanggga, 2010) h.6. 2 Maryana Yunus, “Investasi Gadai Emas Syariah”, Majalah Sharing edisi 38 tahun IV,
Februari 2010, h. 18.
2
Salah satu lembaga ekonomi yang turut mewarnai pembangunan
ekonomi masyarakat adalah lembaga keuangan syariah. Seiring lahirnya
undang–undang yang mengandung eksisnya lembaga ekonomi dan keuangan
syariah, sejumlah individu yang peka terhadap perkembangan permasalahan
sosial ekonomi masyarakat memberikan respon positif yang secara kreatif
mengembangkan ide untuk mendirikan lembaga keuangan syariah baik
berbentuk bank maupun non bank.3
Rahn merupakan produk inovasi dari lembaga keuangan syariah yang
mendapat respon dari Majelis Ulama Indonesia dengan mengeluarkan Fatwa
Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Gadai
Emas membolehkan gadai emas berdasarkan prinsip Rahn sesuai dengan
fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn. Fatwa DSN Nomor
26/DSN-MUI/III/2002 mengatur tentang ongkos dan biaya penyimpanan
barang (marhun) ditanggung oleh pegadai, namun fatwa ini memberikan
batasan bahwa ongkos yang dibebankan kepada pegadai (rahin) besarnya
didasarkan pada pengeluaran yang nyata – nyata diperlukan. Berdasarkan
fatwa ini bank syariah tidak diperbolehkan mengambil keuntungan dari akad
qardh dan rahn kecuali hanya sebatas mengambil biaya – biaya yang nyata
3 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah (Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 31
3
diperlukan saja. Akan tetapi ada penambahan akad yaitu ijarah atas pinitipan
barang gadai.4
Rahn merupakan produk lembaga keuangan syariah berupa fasilitas
pembiayaan dengan cara memberikan utang (qardh) kepada nasabah dengan
jaminan emas (perhiasan/logam mulia). Dalam sebuah akad gadai (rahn) bank
mengambil upah (ujroh, fee) atas jasa penyimpanan yang dilakukan atas emas
yang merupakan barang jaminan tersebut berdasarkan akad ijarah. Akad
qardh dan rahn merupakan akad tabarru‟ (akad tolong menolong hanya
berharap mendapat ridha Allah SWT) sedangkan akad ijarah adalah akad
tijarah (akad komersial bersifat mendapat keuntungan).5
Masing – masing lembaga keuangan syariah yang menerapkan fasilitas
pembiayaan gadai emas tentu memiliki pelayanan yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Pelayanan yang diberikan Bank Syariah dan Pegadaian
merupakan daya tarik dan pilihan tersendiri bagi masyarakat dalam
menentukan tempat untuk menggadaikan emasnya. Namun pegadaian
merupakan lembaga gadai yang lebih dikenal dan lebih dekat dengan
masyarakat dalam hal gadai menggadai barang terutama emas.
4 Nur Aptinah, “Kontribusi Komposisi Gadai Emas Terhadap Pendapatan Operasional
Utama PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor,” (Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) 5 Novita Pratiwi, “Multi Akad dan Klausul Akad Dalam Perjanjian Gadai Emas Di BRI
Syariah Dihubungkan Dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah,” (Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, 2013)
4
Untuk mengembangkan suatu usaha strategi menjadi faktor yang
sangat penting agar suatu usaha tetap bertahan dan mampu bersaing. Semakin
banyak pesaing semakin banyak pula pilihan bagi konsumen untuk memilih
produk yang sesuai dengan harapannya. Sehingga membuat konsumen lebih
pintar dan bijak dalam memilih setiap produk yang ditawarkan. Dalam proses
menawarkan produk, faktor harga menjadi faktor utama dari setrategi usaha
yang paling menentukan konsumen melakukan keputusan pembelian. Bagi
jenis usaha jasa seperti gadai ini faktor harga diarahkan kepada biaya – biaya
yang harus dikeluarkan oleh nasabah saat memilih bergadai di pegadaian
syariah.
Biaya - biaya yang terdapat dalam layanan usaha gadai adalah biaya
administrasi dan biaya sewa atau ijarah. Biaya administrasi adalah biaya
biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan produksi dan pemasaran
produk.6 Biaya administrasi sangat penting bagi suatu perusahaan, termasuk
perusahaan jasa lembaga keuangan syariah. Karena dari biaya administrasi
lembaga keuangan syariah mampu akan menjalankan kegiatan produksi,
pemasaran, serta menggaji karyawannya.
Sedangkan biaya sewa adalah pemakaian sesuatu dengan membayar
uang; uang yang dibayarkan karena memakai atau meminjamkan
6 Mulyadi, Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: STIE YKPN), h.13.
5
sesuatu;ongkos; biaya pengangkutan (transport).7 Keberadaan biaya sewa
merupakan merupakan hal yang tidak kalah penting bagi perusahaan lembaga
keuangan syariah. Sebab melalui biaya sewa keuntungan perusahaan
diperoleh. Penetapan biaya sewa atau ijarah yang sesuai dengan harapan
konsumen mampu mempengaruhi konsumen atau nasabah dalam memutuskan
memilih produk gadai yang tepat, seperti produk rahn.
Disamping kebutuhan masyarakat terhadap pegadaian syariah ada
beberapa faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat. Selain masyarakat
memperhatikan seberapa besar utang yang akan dikembalikan ke pegadaian
syariah dan pelayanan yang baik, masyarakat juga mempertimbangkan aspek
lokasi karena untuk mempermudah akses menuju lokasi pegadaian syariah
dan juga tidak menyita waktu dalam menjangkau lokasi pegadian syariah.
Begitu pula dengan tarif ujrah dan aspek syariah yang menjadi
pertimbangan masyarakat karena tinggi rendahnya tarif ujrah dapat menjadi
beban tersendiri bagi masyarakat karena masyarakat harus membayar biaya
sewa barang gadai yang ditahan oleh pihak pegadaian syariah. Pertimbangan
askep syariah menjadi tolak ukur bagi masyarakat yang mayoritas beragama
islam karena label syariah yang cenderung berkaitan dengan hukum – hukum
islam yang diterapkan dalam pegadaian syariah.
7 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet IV, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h. 1057.
6
B. Pokok Permasalahan
1. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Dari tema tentang rahn ini banyak yang dapat dibahas dari berbagai
aspek antara lain dari sisi prosedur pengajuan rahn, prospek
perkembangan rahn, kontribusi gadai emas terhadap pedapatan bank,
efektifitas gadai emas dalam menyalurkan pembaiayaan kepada
masyarakat dan lain - lain, namun penulis memfokuskan pada pembahasan
faktor – faktor yang mempengaruh masyarakat dalam memilih rahn.
2. Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih
produk rahn di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Ciputat?
2. Apakah ada hubungan aspek lokasi, tarif ujroh dan aspek syariah
terhadap keputusan nasabah dalam memilih produk rahn di Kantor
Cabang Pegadaian Syariah Ciputat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, yaitu
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor – faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam memilih produk rahn.
7
b. Untuk mengetahui apakah ada hubungan aspek lokasi, tarif ujroh, dan
aspek syariah terhadap keputusan nasabah dalam memilih produk
rahn.
2. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian diharapkan dapat membawa daya guna bagi
beberapa pihak, yakni sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk
meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual.
2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis
yang diperoleh di perkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia
kerja.
b. Bagi Institusi
1. Sebagai bahan tambahan pengetahuan tentang produk rahn.
2. Memberikan masukan yang relevan tentang produk rahn.
c. Bagi Pihak lain
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
bahan referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
8
D. Kajian Pustaka (Studi Terdahulu)
Tabel 1.D
Kumpulan Penelitian Terdahulu
No Nama penulis/fakultas/judul
skripsi, jurnal/tahun
Substansi Perbedaan
dengan penulis
1. Jurnal yang ditulis Rakhmasari
Rosalifa Jihad tahun 2013 tentang
“implementasi gadai emas secara
syariah di bank syariah alam
perspektif peraturan bank
indonesia nomor 10/17/pbi/2008
tentang produk bank syariah dan
unit usaha Syariah (studi di bank
syariah mandiri cabang mataram)”.
Dengan
menggunakan jenis
penelitian
normative dan
penelitian empiris
dengan pendekatan
yang digunakan
yaitu Statute
Approach,
Conseptual
Approach, dan
Sociological
Approach. Sumber
dan jenis data yang
digunakan adalah
data primer dan
Perbedaan dengan
penulis adalah
penulis
menggunakan
metode penelitian
statistik
nonparametrik
yang mengukur
hubungan
signifikansi dengan
mengangkat tiga
faktor yaitu aspek
lokasi, tarif ujroh
dan aspek syariah
terhadap keputusan
nasabah memilih
9
data sekunder, yang
dalam data
sekunder atau data
kepustakaan
mencakup tiga jenis
bahan hukum yaitu
bahan hukum
primer, sekunder
dan tersier.
Sedangkan teknik
pengumpulan data
dilakukan dengan
studi wawancara
(interview). Hasil
dari penelitian ini
menjelaskan bahwa
timbulnya
hubungan hak dan
kewajiban antara
pihak bank dan
nasabah. Dalam
produk rahn
10
hubungan ini
diterapkan prinsip
kepercayaan dan
kehati-hatian.
Bentuk
perlindungan
hukum terhadap
nasabah berupa
ganti rugi barang
jaminan apa bila
terjadi kerusakan
dan kehilangan
yang disebabkan
kelalaian pihak
bank.
2. Jurnal yang ditulis oleh Irham
Fachreza Anas tentang “analisa
produk gadai (rahn) emas ib”.
Jenis penelitian
yang digunaka
adalah Penelitian
Lapangan,
pendekatan
Perbedaan dengan
penulis adalah
jurnal ini
menggunakan jenis
penelitian kualitatif
11
penelitian adalah
pendekatan empiris.
Model analisa
kualitatif. Hasil
penelitian ini
menjelaskan
terdapat dua
mekanisme yang
diterapkan Di Bank
Pembangunan
Syariah yaitu
penyaluran
pembiayaan dan
ekskusi barang
gadai dan produk
gadai emas ib.
Berdasarkan hasil
analisa, Akad
Pinjaman Dengan
Gadai (Rahn) di
BPS tidak sesuai
sedangkan penulis
menggunakan jenis
penelitian
kuantitatif,
penelitian
kuantitatif
berkaitan dengan
angka - angka,
pengukuran
statistik
12
Syariah. BPS harus
memisahkan Akad
Qardh dan Akad
Rahn sehingga
dapat sesuai dengan
syariah. Agar akad
ijarah Gadai Emas
iB di BPS dapat
sesuai syariah,
sebaiknya callname
Akad Sewa Tempat
(Ijarah) yang dibuat
BPS diganti
menjadi Akad
Ijarah saja. Dalam
Akad Ijarah
tersebut juga harus
dinyatakan bahwa
BPS menyediakan
jasa penitipan
marhun, jasa
13
pemeliharaan
marhun dan jasa
administrasi
pembiayaan Gadai
Emas iB.
Perhitungan gadai
yang diterapkan
telah sesuai syariah
dengan
pertimbangan ; i)
Biaya Administrasi
yang dikenakan
untuk setiap
pembiayaan gadai
yang diberikan
kepada nasabah
adalah pro rata
sebesar Rp 50.000,-
sehingga tidak
terkait dengan
jumlah pembiayaan
14
(pinjaman) yang
diberikan. ii)
Besaran ujroh yang
harus dibayar
nasabah diakhir
masa pembiayaan
juga tidak terkait
dengan jumlah
pembiayaan
(pinjaman) yang
diberikan
melainkan pada
jumlah (gr) emas
yang digadaikan.
3. Jurnal yang ditulis oleh Dziauddin
Sharif Dkk pada tahun 2013
dengan judul “The Improvement of
Ar-Rahn (Islamic Pawn Broking)
Enhanced Product in Islamic
Banking System”
Penelitian ini
mengadopsi
pendekatan analisis
domain yang
mengacu pada
Spradley (Spradley,
Perbedaan dengan
penulis adalah
penulis tidak
membahas tentang
perbaikan produk
akan tetapi penulis
15
1979) yang
berdasarkan
identifikasi dalam
isi data topik utama,
disebut sebagai
domain, dan
hubungan antara
mereka. Analisis
dilakukan melalui
identifikasi masalah
utama atau 'domain'
dihasilkan dari
pengamatan
masalah. Dalam hal
ini, eksplorasi
kemampuan ar-rahn
untuk menjadi
alternatif yang baik
untuk produk
pembiayaan yang
ada akan diperiksa
membahas pentang
minat masyarakat
dalam memilih
pegadaian syariah
sebagai solusi
pembiayaan yang
mudah dalam
proses pencairan
dana pembiayaan.
16
dan discoursed.
Eksplorasi dari
setiap perubahan
fitur yang dianggap
perbaikan untuk
produk ar-rahn.
Dengan demikian,
Masalah utama dari
potensi ar-rahn
kemudian akan
dikelompokkan
secara lebih rinci
untuk membangun
taksonomi dari
subkategori
(subdomain).
Spesifikasi apa
yang sebenarnya
diteliti akan
dijelaskan dalam
rincian sub-domain.
17
Terakhir, final
gambaran
keseluruhan akan
dikenal dan
disimpulkan
sebagai proses
menjelajahi dari
antar-hubungan
antara berbagai
domain, subdomain
dan rinciannya
dikaitkan sepanjang
jalan.
Penelitian ini
berupaya
memperbaiki
produk yang ada
tanpa
menghilangkan
produk tersebut.
Dalam penelitian
18
ini ada empat solusi
yang berikan yaitu
1. Kombinasi
wadiah AJR bi
(kepercayaan
dengan upah
yang
diterapkan),
qardh hasan
(pinjaman
kebajikan) dan
rahn al-wadiah.
2. Kombinasi
Tawarruq
(melalui
Komoditi
Murabahah)
dan rahn
(gadai).
3. Qard Hassan
(pinjaman
19
kebajikan)
dengan
dorongan
pemberian
hibah (hadiah).
4. Kombinasi rahn
(gadai) dan
qardh hasan
(pinjaman
kebajikan).
4 Jurnal yang ditulis oleh Ahmad
Supriyadi pada tahun 2010 tentang
“struktur hukum pegadaian syariah
dalam perspektif hukum islam dan
hukum positif (suatu tinjauan
yuridis normatifterhadap praktek
pegadaian syariah di kudus)”
Penelitian ini
merupakan
deskriptif kualitatif
dengan
menggunakan
pendekatan yuridis
normatif yang
dilanjutkan dengan
analisis
hermeneutic. hasil
Perbedaan dengan
penulis adalah
penulis
menggunakan
metode statistik
nonparametrik dan
tidak membahas
tentang hukum
positif dan hukum
islam, melainkan
20
penelitian ini
menjelaskan
struktur hukum
perjanjian yang di
buat oleh para pihak
ada dua struktur
yaitu struktur
hukum gadai pada
perjanjian gadai dan
struktur hukum jual
beli pada skim
mulia. Struktur
hukum gadai yang
di lakukan di
Pegadaian Syariah
Kudus memuat :
suatu perbuatan
hukum oleh
seseorang atau
rahin mengikatkan
diri pada orang lain
membahas tentang
minat masyarakat
dalam memilih
produk rahn Di
Pegadaian Syariah
Cabang Ciputat
21
atau murtahin untuk
memperoleh
pinjaman uang
dengan jaminan
berupa benda
bergerak. Perjanjian
ini dalam struktur
hukum perdata
termasuk perjanjian
bernama yang
mempunyai sifat
timbal balik
(konsensuil
obligatoir).
Sedangkan pada
skim mulia
perjanjian yang di
bentuk termasuk
struktur hukum jual
beli, karena di satu
sisi ada penjual dan
22
di sisi lain ada
pembeli dan juga
ada obyek jual beli
berupa logam
mulia. Perjanjian
jual beli termasuk
perjanjian bernama
yang sifatnya juga
konsensuil
obligatoir karena
perjanjian ini
terbentuk dengan
adanya kata sepakat
dan tidak
diharuskan ada
formalitas tertentu
seperti barang tak
bergerak.
Berdasarkan
hubungan hukum,
perjanjian ini
23
termasuk perjanjian
timbal balik karena
ada hak dan
kewajiban secara
timbal balik antara
pembeli dan
penjual. Kedua
struktur hukum
tersebut telah di
atur dalam KUH
perdata dan telah di
atur dalam hukum
perdata yang
berasal dari hukum
Islam.
5 Jurnal yang ditulis oleh Shamsiah
Mohamad Safinar Salleh pada
tahun 2008 tentang “upah simpan
barang dalam skim ar-rahnu: satu
penilaian semula”
Daripada
pembahasan ini
dapat disimpulkan
bahawa upah
simpan barang
Perbedaan dengan
penulis adalah
penulit tidak
membahas tentang
boleh atau tidaknya
24
dalam skim Ar-
Rahnu di Malaysia
yang diasaskan
kepada konsep
wadi„ah yad
damanah adalah
bertentangan
dengan konsep dan
hakikat al-rahn
yang telah
diperkatakan di
atas. Apalagi
sekiranya bayaran
tersebut dijadikan
jalan untuk meraih
keuntungan
daripada transaksi
pajak gadai
berkenaan. Jelas
dalam Islam
bahawa, gadaian
mengambil upah
simpan barang
pada gadai
melainkan penulis
membahas tentang
Tarif Ujroh yang
menjadi
pertimbangan bagi
masyarakat dalam
memilih produk
rahn (gadai)
25
hanya berfungsi
sebagai jaminan
kepada bayaran
balik hutang
berkenaan dan
bukannya saluran
yang dibenarkan
syarak untuk
mencari
keuntungan. Akad
al-rahn
sebagaimana
diketahui adalah
akad yang hanya
boleh dilakukan
bersama-sama
dengan akad hutang
(pinjaman atau
mana-mana akad
yang berbentuk
hutang seperti jual
26
beli secara hutang).
Dalam transaksi
hutang, pihak yang
berhutang hanya
wajib membayar
balik jumlah hutang
yang diterimanya
sahaja dan adalah
haram pihak
pemiutang
menuntut bayaran
lebih.
Sumber: penelitian terdahulu
E. Teknik Penulisan
Teknik penulisan ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan
Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.
F. Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang, identifikasi,
27
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat, kajian pustaka (studi
terdahulu), teknik penulisan, sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang prilaku konsumen yang
mencakup pengertian prilaku konsumen, faktor – faktor yang mempengaruhi
prilaku konsume, prilaku konsumen dalam Islam dan keputusan konsumen
dan biaya dan rahn (gadai) yang mencakup pengertian rahn (gadai), dasar
hukum rahn (gadai), rukun dan syarat rahn (gadai), resiko kerusakan barang
yang digadaikan, masalah riba dalam gadai, pengambilan manfaat barang
gadai di lembaga keuangan syariah.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis membahas jenis penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, populasi dan sampel yang mencakup pengertian populasi
dan sampel, ketentuan jumlah sampel, teknik pengambilan sampel, dan teknik
analisis data yang mencakup hipotesis, validitas dan reabilitas.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini memaparkan tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi masyarakat dan hubungan signifikan variabel x1, x2,x3
terhadap variabel Y dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan singkat yang merupakan
jawaban dari rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya dan saran.
28
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Konsumen
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Engel, Blackwell, Miniard pemahaman perilaku konsumen
mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung dilakukan
konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk barang dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan tersebut. 8
Merujuk pada pendapat Hawkins dkk perilaku konsumen merupakan
tentang studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan proses
yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, dan
menghentikan produk barang dan jasa, pengalaman atau ide untuk
memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan
masyarakat.9
Sedangkan menurut Loudon dan Bitta perilaku konsumen adalah
mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan
8 Atikah “ Preferensi dan Keputusan Masyarakat Dalam Memilih Gadai Emas Pada
Pegadaian Syariah (Studi Kasus Pada Pegadaian Cabang Pondok Aren) “,Skripsi SI Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 9 Ibid,.
29
konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau
mendapatkan barang dan jasa.10
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen merupakan studi tentang tindakan langsung yang dilakukan
konsumen baik berupa cara mendapatkan, menggunakan, mengkonsumsi,
mengambil keputusan untuk memilih, dan menghentikan dalam memenuhi
kebutuhan terhadap barang dan jasa.11
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sebagai
berikut:
Keputusan pembelian yang dilakukan pembeli sangat dipengaruhi faktor
kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Konsumen (nasabah)
dalam memperoleh barang dan jasa semata – mata tidak hanya ingin memiliki,
tetapi ada faktor – faktor tertentu yang mempengaruhi yaitu:12
1. Faktor Budaya
Pengaruh budaya merupakan faktor penentu yang paling mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Faktor ini dipengaruhi oleh kelompok,
keagamaan, nasionalisme, ras dan letak geografis. Budaya merupakan
10
Ibid,. 11
Tatik suryani, Prilaku Konsumen; Implikasi Pada Setrategi Pemasaran, (Yogyakarta:
graha ilmu, 2008), h. 5 - 7 12
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Di Indonesia (Analisa Perencanaan Implementasi
dan pengendalian), (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h.224
30
kumpulan dari nilai – nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang
dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya. Sub-budaya yang lebih kecil
yang lebih memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk
para anggotanya. Faktor budaya dalam melakukan gadai emas dipengaruhi
oleh keluarga dan lingkungan organisasi.13
2. Faktor Sosial
Ada empat hal mendasar yang dapat menimbulkan kelas sosial
dimasyarakat yaitu:
a. Kekayaan
b. Kekuasaan
c. Kehormatan
d. Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung.14
Salah satu faktor sosial dalam melakukan gadai emas ini dapat
dipengaruhi oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yaitu adanya para
13
Nugroho J Setiadi, Prilaku Konsumen; Konsep Dan Implikasi Untuk Strategi Dan
Penelitian Pemasaran, (Jakarta, Prenada Media, 2003), h. 331 14
Ibid,.
31
pakar ekonomi Islam yang sangat handal dalam mendukung produk gadai
emas.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik peribadi
seperti umur dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya
hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Yang mempengaruhi faktor
ini adalah:
a. Umur dan tahapan siklus hidup
Konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Orang
dewasa biasanya mengalami perubahan tertentu ketik mereka menjalani
hidupnya.
b. Pekerjaan
Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang individu dalam prilaku
konsumsinya. Misalnya seorang pekerja kasar maka akan cenderung membeli
pakaian untuk pekerjaan kasar., sedangkan pekerjaan kantoran akan
cenderung membeli setelan kemeja atau jas.
c. Ekonomi
Dalam prilaku pembelian yang dimaksud dengan ekonomi seseorang
adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan harta.
d. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan
lingkungan, juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
32
e. Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian merupakan karakteristik psikologi yang berbeda dari setiap
orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif
konsisten.15
4. Faktor Psikologi
Pemilihan yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor
psikologi yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan. Motivasi
merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang
mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut.16
Dalam faktor psikologi ini adanya rasa aman dan nyaman yang
dirasakan seseorang dalam menggunakan produk rahn sehingga memiliki
kepuasan tersendiri.
5. Kelompok Referensi
Kolompok referensi bagi seseorang akan menimbulkan pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung terdiri dari dua yaitu primer dan sekunder.
Kelompok primer yaitu kelompok yang di dalamnya terjalin interaksi yang
berkesinambungan dan cenderung bersifat informal. Contoh keluarga, kawan,
teman, tetangga dan rekan kerja. Kelompok sekunder adalah kelompok yang
15
Leon G Schiffman, Prilaku Konsumen, (Jakarta: Indeks), ed 7, h. 106 16
Nurul Aini, “Motivasi Nasabah Dalam Menggunakan Prosuk Gadai Emas (Gambaran
Deskriptif Pada BRI Syariah KC BSD City). Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012
33
di dalamnya kurang terjalin interaksi yang berkesinambungan dan cenderung
formal, seperti organisasi keagamaan, himpunan profesi.17
6. Faktor Ekonomi
a. kebutuhan
Menurut teori Abraham Maslow, pada dasarnya semua manusia
memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukannya dalam 5 tingkatan yang
berbentuk pyramid, orang memulai dorongan dari tingkat terbawah lima
tingkatan kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow,
dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih
komplek; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi.
Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting. Lima tingkatan tersebut adalah Kebutuhan Fisiologis (rasa lapar, rasa
haus, dan sebagainya), kebutuhan rasa aman (merasa aman terlindungi, jauh
dari bahaya), Kebutuhan sosial akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi
dengan orang lain, diterima, memiliki), kebutuhan akan penghargaan
(berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan),
kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
17
Philip Kotler, manajemen pemasaran: analisis perencanaan dan pengendalian, (Jakarta:
erlangga, 1996), ed.5, h.181
34
potensinya) bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan
kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif – motif
yang lebih tinggi akan kurang signifikan.18
b. Investasi
Menurut James C Van Horn, Investasi merupakan suatu kegiatan
memanfaatkan kas pada masa sekarang dengan tujuan untuk menghasilkan
keuntungan di masa depan. Sedangkan menurut Fitz Gerald, investasi
merupakan suatu kegiatan usaha yang berkaitan dengan penarikan sumber –
sumber yang dipakai untuk mengadakan modal pada masa sekarang ini.
Barang modal tersebut akan menghasilkan aliran produk baru di masa yang
akan datang.
Dari pengertian di atas terlihat jelas bahwa investasi merupakan suatu
kegiatan yang berorientasi menggembirakan pada masa yang akan datang.
Untuk mendapatkan hasil tersebut seseorang harus mengorbankan pada masa
sekarang.19
3. Pembentukan sikap konsumen
Menurut Allport sikap adalah suatu mental dan saraf sehubungan
dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan
memiliki pengaruh yang mengarahkan dan dinamis terhadap perilaku. Jika
18
Nurul Aini, “Motivasi Nasabah Dalam Menggunakan Prosuk Gadai Emas (Gambaran
Deskriptif Pada BRI Syariah KC BSD City)”. Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012 19
Miyosi Ariefiansyah, Jago Investasi, Pasti Untung Tanpa Bunting, (jawa barat: lascar
askara), h. 3 - 4
35
dianalogikan dengan sikap konsumen terhadap suatu produk maka
konsumen akan mempelajari kecendrungan untuk mengevaluasi produk
baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Dapat
disimpulkan bahwa sikap mewakili perasaan senang atau tidak tehadap
suatu produk yang dipertanyakan. Kepercayaan dan keinginan untuk
bertindak dipandang memiliki hubungan dengan sikap tetapi merupakan
konsep kognitif yang terpisah bukan merupakan bagian dari sikap.20
Dalam sikap konsumen terdapat fungsi – fungsi sikap diantaranya:
1. Fungsi Utilitarian
Fungsi ini merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip
– prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini konsumen
mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar
apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan.
2. Fungsi Ekspresi Nilai
Konsumen mengembangkan suatu sikap terhadap suatu produk
bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan
atas kemampuan produk untuk mengekspresikan nilai – nilai yang
ada pada dirinya.
20
Setiadi Nugroho j, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana Grenada Media Group, 2010), h. 140 -
141
36
3. Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap yang dikembangkan konsumen cenderung untuk
melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal,
sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.
4. Fungsi Pengetahuan
Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang
begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi
pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi
ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi
yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhan.
4. Perilaku Konsumen Dalam Islam
Perilaku konsumsi Islam berdasarkan tuntunan Al-Qur‟an dan Hadis
perlu didasarkan atas rasionalitas yang disempurnakan yang
mengintegrasikan keyakinan kepada kebenaran yang „melampaui‟
rasionalitas manusia yang sangat terbatas ini. Bekerjanya „invisible hand‟
yang didasari oleh asumsi rasionalitas yang bebas nilai – tidak memadai
untuk mencapai tujuan ekonomi Islam yakni terpenuhinya kebutuhan
dasar setiap orang dalam suatu masyarakat.
Islam memberikan konsep adanya an-nafs al-muthmainnah (jiwa yang
tenang). Jiwa yang tenang ini tentu saja tidak berarti jiwa yang
mengabaikan tuntutan aspek material dari kehidupan. Disinilah perlu
37
diinjeksikan sikap hidup peduli kepada nasib orang lain yang dalam
bahasa Al-Qur‟an dikatakan „al-iitsar‟.
Berbeda dengan konsumen konvensional. Seorang muslim dalam
penggunaan penghasilanya memiliki 2 sisi, yaitu pertama untuk
memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya dan sebagiannya lagi untuk
dibelanjakan di jalan Allah.
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan.
Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan
memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi
kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual.
Batasan konsumsi dalam Islam tidak hanya memperhatikan
aspek halal-haram saja tetapi termasuk pula yang diperhatikan adalah yang
baik, cocok, bersih, tidak menjijikan. Larangan israf dan larangan
bermegah-megahan.
Begitu pula batasan konsumsi dalam syari‟ah tidak hanya
berlaku pada makanan dan minuman saja. Tetapi juga mencakup jenis-
jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu
komoditi bukan tanpa sebab.
Pengharaman untuk komoditi karena zatnya karena antara lain
memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan spiritual.
38
Dalam Islam, asumsi dan aksioma yang sama (komplementer,
substitusi, tidak ada keterikatan), akan tetapi titik tekannya terletak pada
halal, haram, serta berkah tidaknya barang yang akan dikonsumsi sehingga
jika individu dihadapkan pada dua pilihan A dan B maka seorang muslim
(orang yang mempunyai prinsip keislaman) akan memilih barang yang
mempunyai tingkat kehalalan dan keberkahan yang lebih tinggi, walaupun
barang yang lainnya secara fisik lebih disukai.
Dalam Islam dikenal pula konsumsi sosial, dengan penjelasan sebagai
berikut:
Konsumsi dalam Islam tidak hanya untuk materi saja tetapi juga
termasuk konsumsi sosial yang terbentuk dalam zakat dan sedekah. Dalam
Al-Qur‟an disebutkan bahwa pengeluaran zakat sedekah mendapat
kedudukan penting dalam Islam. Sebab hal ini dapat memperkuat sendi -
sendi sosial masyarakat.21
B. Keputusan Konsumen
Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah
yang diarahkan pada sasaran. Inti dari prilaku konsumen adalah bagaimana
individu ini membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya yang telah
tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Sebelum melakukan
21
Deny Priyana, Teori Prilaku Konsumen Dalam Persepektif Ilmu Ekonomi Islam, Internet
Yang Di Akses Pada Tanggal 9 Mei Jam 15.55 Dari http://lppm.universitasazzahra.ac.id/teori-
perilaku-konsumen-dalam-perspektif-ilmu-ekonomi-islam/
39
pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang
mendasari pengambilan keputusan yaitu22
:
1. Pengenalan masalah (problem recognition) konsumen akan membeli suatu
produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapnya. Tanpa adanya
pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan
produk yang dibeli.
2. Pencarian informasi (information source) setelah memahami masalah
yang ada, konsumen akan termotivasi mencari informasi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.
Proses pencarian informasi berasal dari dalam memori (internal) dan
berdasarkan pengalaman orang lain.
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen
mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi
alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian. (purchase decision) setelah konsumen
mengevaluasi beberapa alternatif setrategis yang ada, konsumen akan
membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara
membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang
aktual tidak sama karena ada hal lain yang dipertimbangkan.
22
Setiadi Nugroho J, Perilaku Konsumen, (Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2010),
h.15 - 19
40
5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchace evaluation) merupakan proses
evaluasi yang dilakukaan konsumen tidak hanya berkahir pada tahap
pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut,
konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan
harapannya. Dalam hal ini terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen.
Konsumen akan merasa puas jika produk yang dibeli sesuai dengan
harapan dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan di masa
mendatang. Sebaliknya jika konsumen tidak merasa puas karena produk
yang dibelinya tidak sesuai harapan dan hal ini akan menurunkan
permintaan di masa mendatang.
Dari enam foktor perilaku konsumen yang dibahas dalam bab ini penulis
menspesifikasikan kedalam 3 faktor yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini
yaitu aspek lokasi yang dispesifikasikan dari faktor demografi yang merupakan sub
faktor budaya. Tarif ujroh yang merupakan spesifikasi dari faktor ekonomi dan aspek
syariah merupakan spesifikasi dari faktor sosial yang dilihat dari tingkat penguasaan
ilmu pengetahuan. Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan ini dibahas dalam faktor
sosial karena merupakan bagian dari strata dalam kehidupan sosial.23
23
Kesimpulan teori Philip Kotler, Nugroho J Setiadi dan leon G Schiffman
41
Bagan 1
Kesimpulan Teori Perilaku Konsumen
Sumber: Philip Kotler, Nugroho J Setiadi dan Leon G Schiffman
Faktor Budaya
Faktor Sosial
Faktor Pribadi
Faktor Psikologi
Faktor Refrensi
Faktor Ekonomi
Demografi sub dari
budaya
Tingkat ilmu
pengetahuan
merupakan strata
dalam kehidupan
sosial
Biaya merupakan
bagian dari ekonomi
Aspek Lokasi
Tarif Ujroh
Aspek Syariah
42
C. Rahn (Gadai)
1. Pengertian Rahn (Gadai)
Gadai (rahn) menurut fiqh adalah akad penyerahan barang atau harta dari
nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. Atau
rahn adalah menahan salah satu harta milik seseorang (peminjam) sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya.24
Sedangkan gadai emas syariah adalah pegadaian atau penyerahan hak
penguasaan secara fisik atas harta/barang berharga (berupa emas) dari nasabah
(arrahin) kepada bank (murtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar-Rahnu
yaitu sebagai jaminan (al marhun) atas pinjaman (al-murhinbih) yang
diberikan kepada nasabah/peminjam tersebut.
Gadai emas menurut UU Perdata pasal 1150 adalah suatu hak yang
diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh seorang
lain atasnya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang
itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan
daripada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya yang
24
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), h. 64
43
telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,
biaya – biaya mana harus didahulukan.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia NO. 14/7/DPbS/ 2002, qardh
beragunan emas adalah salah satu produk yang menggunakan salah satu
produk yang menggunakan akad qardh dengan agunan berupa emas yang
yang diikat dengan akad rahn, dimana emas yang diagunkan disimpan dan
oleh Bank Syariah atau UUS selama jangka waktu tertentu dengan membayar
biaya pinjaman dan pemeliharaan atas emas sebagai objek rahn yang diikat
dengan akad ijarah.
Menurut Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 bahwa rahn emas
hukumnya adalah boleh dan fatwa DSN Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002
membolehkan adanya ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) yang
ditanggung oleh pegadai (rahin). Besarnya ongkos didasarkan pada
pengeluaran yang nyata – nyata diperlukan dan biaya penyimpanan barang
dilakukan dengan akad ijarah.
2. Dasar Hukum Rahn (Gadai)
Dasar hukum rahn ini didasarkan pada surat Al – Baqarah ayat 283
ن امه بعضكم بعضا وان كىتم عل سفز ولم تجدوا كا تبا فزهه مقبىضت فا
فلؤد الذي اؤتمه امىته ولتق الله ربه ولا تكتمى ا الشهدة ومه كتمها فاوه ءاثم قلبه
والله بما تعملىن علم
44
Artinya: jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara
tunai) sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang ) berpiutang. Akan tetapi,
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada kepada Allah tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikan
persaksian, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.25
Dasar hukum rahn (gadai) berdasarkan hadits:
عه عاءشت رض الله عىها ان الىب صل الله عله وسلم اشتز ي طعاما مه
هىد ال اجل ورهىه درعا مه حدد
Artinya: “Dari Aisyah ra, Bahwa Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam pernah membeli bahan makanan dari seorang yahudi dan beliau
menggadaikan baju perang dari besi.” (HR Bukhari - Muslim).26
aR-rahn merupakan akad penyerahan barang dari nasabah kepada
bank/pegadaian sebagai jaminan sebagian atau seluruhnya atas hutang yang
dimiliki nasabah. Transaksi tersebut merupakan kombinasi/penggabungan
dari beberapa transaksi atau akad yang merupakan suatu rangkaian yang tidak
25
Mardani, Ayat – Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 81 26
Ibid, h. 140
45
terpisahkan, meliputi
a. Pemberian pinjaman dengan menggunakan transaksi / akad qard.
b. Penitipan barang jaminan berdasarkan transaksi / akad rahn
c. Penetapan sewa akad khasanah (tempat penyimpanan barang) atas
penitipan tersebut melalui transaksi / akad ijarah.
Dasar hukum rahn berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
Nomor 25 tahun 2002
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang
dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
Ketentuan Umum:
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun
(barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya,
Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin,
dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar
pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan
biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
46
5. Penjualan Marhun
a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk
segera melunasi utangnya.
b. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun
dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
c. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya
penjualan.
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban Rahin.
Ketentuan Penutup:
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrase Syari‟ah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan (26 Juni 2002) dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah
dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
47
Dasar hukum rahn emas berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional
MUI nomor 26 tahun 2002
Fatwa Pertama:
1. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn (lihat Fatwa DSN
Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn).
2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh
penggadai (rahin).
3. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada
pengeluaran yang nyata - nyata diperlukan.
4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad Ijarah.
Fatwa Kedua:
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan (28 Maret 2002) dengan ketentuan
jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah, yaitu :
a. Rukun Gadai Syariah :
1. Ar-rahin (orang yang menggadaikan) dan al-murtahin (penerima
gadai/yang memberikan pinjaman) adalah orang yang telah
dewasa, berakal dan dapat dipercaya.
2. Al-marhun (barang yang digadaikan) harus ada saat perjanjian
gadai dan barang tersebut merupakan milik sepenuhnya dari
48
pemberi gadai.
3. Al-marhunbih (utang) adalah sejumlah dana yang diberikan
murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.
4. Sighat, ijab dan qabul kesepakatan antara rahin dan murtahin
dalam melakukan transaksi gadai.27
b. Syarat Gadai Syariah
1. Rahin dan Murtahin
Pihak – pihak yang melakukan perjanjian rahn adalah rahin
dan murtahin harus mengikuti syarat – syarat berikut kemampuan,
yakni berakal sehat, kemampuan juga berarti kelayakan seseorang
untuk melakukan transaksi kepemilikan.
2. Sighat
a. Sighat tidak boleh terikat dengan syarat – syarat tertentu dan
juga dengan suatu waktu di masa depan.
b. Rahn memiliki sisi pelepasan barang dan pemberian utang
seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat dengan
syarat tertentu atau suatu waktu di masa depan.
3. Murhin bih
a. Harus merupakan hak yang wajib diberikan/diserahkan kepada
pemiliknya.
27
Abdul Rahman Ghazali Dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), h. 266.
49
b. Memungkinkan pemanfaatan. Bila sesuatu menjadi utang maka
tidak boleh dimanfaatkan.
c. Harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya. Bila tidak
dapat dihitung maka rahn tidak sah.
4. Marhun (barang)
Aturan pokok dalam madzab Maliki tentang masalah ini bahwa
gadai dapat dilakukan pada semua macam harga, pada semua
macam jual beli kecuali pada jual beli mata uang (sharf) dan
pokok modal pada salam yang berkaitan dengan tanggungan.
Demikian itu dikarenakan pada sharf diwajibkan tunai, oleh karena
itu tidak menjadi akad gadai menggadai. Menurut ulama
Syafi‟iyah barang yang digadaikan itu memiliki 3 syarat: pertama,
berupa utang karena barang nyata itu tidak digadaikan. Kedua,
menjadi tetap, karena sebelumnya tidak dapat digadaikan, seperti
jika orang menerima gadai dengan imbalan sesuatu yang
dipinjamkan. Tetapi Imam Malik membolehkan hal ini. Ketiga,
mengikatkan gadai tidak sedang proses penantian terjadi dan tidak
menjadi wajib, seperti gadai dalam kitabah.
Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu:
a. Harus diperjualbelikan.
b. Harus berupa harta yang bernilai.
50
c. Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.
d. Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang tidak sah
untuk digadaikan harus barang yang diterima secara langsung.
e. Harus dimiliki oleh rahin (peminjam/pegadai) setidaknya harus
seizin pemiliknya.28
4. Resiko Kerusakan Barang Yang Digadaikan
menurut Hendi Suhendi dalam bukunya Fiqh Muamalah menyatakan
bahwa, menurut Syafi‟iyah bila barang gadai atau al- marhun hilang di
bawah penguasaan al-murtahin, maka al-murtahin tidak wajib
menggantinya, kecuali bila rusak atau hilangnya itu karena kelalaian al-
murtahin atau karena disia – siakan. Konkretnya al-murtahin diwajibkan
memelihara al-murhan secara layak dan wajar. Sebab bila tidak demikian,
ketika ada cacat atau kerusakan apabila hilang menjadi tanggung jawab al-
murtahin.29
Dengan mengutip pendapat Hanafi dan Ahmad Azhar Basyir, Hendi
Suhendi menyatkan bahwa al-murtahin yang memegang al-marhun
menanggung resiko kerusakan atau kehilangan al-marhun, baik
dikarenakan kelalaian maupun tidak.30
Dengan adanya perbedaan pendapat di atas Hendi Suhendi
28
Heri Sudarmono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; deskripsi dan ilustrasi,
(yogyakarta: Ekonisia, 2008), edisi 3, h. 168-169. 29
Ibid,. 30
Ibid,.
51
menyatakan demi tertibnya akan ar-rahn dan tetapnya terjalin silaturrahmi
dari kedua belah pihak, sudah selayaknya al-marhun atau barang gadai
dijaga dengan sebaik-baiknya oleh al-murtahin.
5. Masalah Riba Dalam Gadai
Pada dasarnya akad ar-rahn adalah akad atau transaksi utang piutang,
hanya saja dalam gadai ada jaminannya. Menurut Hendi Suhendi
setidaknya ada 3 faktor yang dapat menimbulkan unsur riba dalam akad
gadai.31
1. Apabila dalam akad gadai tersebut ditentukan bahwa ar-rahin
(pegadai) harus memberi tambahan kepada al-murtahin (penerima
gadai) ketika membayar utangnya.
2. Apabila akad gadai ditentukan syarat - syarat, kemudian syarat
tersebut dilaksanakan.
3. Apabila ar-rahin tidak mampu membayar utangnya hingga waktu
yang ditentukan, kemudian al-murtahin menjual al-marhun dengan
tidak memberi kelebihan harga marhun kepada al-rahin. Padahal
utang al-rahin lebih kecil dari nilai ar-marhun.
6. Pengambilan Manfaat Barang Gadai
Menurut Syafi‟iyah Pengambilan manfaat barang gadai adalah boleh
walaupun tanpa seizing al-murtahin. Tetapi usaha untuk menghilangkan
31
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah, (Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 270 -
271
52
miliknya dari barang itu atau mengurangi harga barang tidak
diperbolehkan kecuali dengan izin al-murtahin. Maka tidak sah orang
yang menggadaikan menjual barang gadai selama dalam masa digadaikan,
begitu pula menyewakannya apabila sewa - menyewa itu dalam masa
digadaikan.32
Menurut Hanafiyah bahwa ar-rahin tidak boleh memanfaatkan barang
gadai tanpa seizin al-murtahin, begitu pula al-murtahin tidak boleh
memanfaatkannya tanpa seizin ar-rahin. Mereka beralasan barang gadai
harus tetap dikuasai al-murtahin selamanya. Pendapat ini senada dengan
Hanabilah, sebab manfaat barang gadai pada dasarnya termasuk rahn atau
gadai, akan tetapi sebagian ulama Hanafiyah ada yang bolehkan untuk
memanfaatkan barang gadai jika seizin ar-rahin dan sebagian lagi tidak
membolehkan mengambil manfaat barang gadai sekalipun mendapat izin
dari ar-rahin bahkan mereka mengkategorikan sebagai riba. jika
disyaratkan ketika akad untuk memanfaatkan barang gadai maka
hukumnya haram, sebab termasuk riba.33
Jumhur ulama selain Hanabilah berpendapat bahwa al-murtahin boleh
memanfaatkan barang gadai, kecuali ar-rahin tidak mau membiayai
barang gadai tersebut. Dalamm hal ini al-murtahin diperbolehkan
mengambil manfaat barang gadai hanya untuk sekedar mengganti ongkos
32
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 310 33
Ibid,.
53
pembiayaan. Ulama Hanabilah berpendapat bahwa al-murtahin boleh
mengambil manfaat barang gadai berupa kendaraan atau hewan seperti
diperbolehkan untuk mengendarai atau mengambil susunya, sekedar
pengganti biaya.34
Ulama Malikiyah membolehkan al-murtahin memanfaatkan barang
gadai jika seizing ar-rahin atau disyaratkan ketika akad, dan barang gadai
tersebut merupakan barang yang dapat diperjualbelikan serta ditentukan
waktunya jelas. Demikian pula pendapat Syafi‟iyah.
Pendapat ulama Hanabilah berbeda dengan jumhur ulama. Mereka
berpendapat bahwa al-murtahin boleh mengambil manfaat barang gadai
berupa kendaraan atau hewan untuk sekedar pengganti biaya walaupun
tanpa seizin al-rahin. Adapun barang gadai selain kendaraan atau hewan
tidak boleh memanfaatkannya kecuali seizin ar-rahin.35
7. Gadai Di Lembaga Keuangan Syariah
Dalam lembaga keuangan syariah akad rahn menggunakan metode fee
based income atau mudharabah karena nasabah dalam menggunakan
marhun bih (uang pinjaman) mempunyai tujuan yang berbeda – beda.
Misalnya untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal
kerja, penggunaan metode mudharabah belum tepat penggunaanya. Oleh
karena itu, lembaga keuangan syariah menggunakan metode fee based
34
Ibid,. 35
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah, (Kencana Prenada Media Group, 2010), h.
269 - 270
54
income. Sebagai penerima gadai atau murtahin kan mendapat surat bukti
rahn (gadai) berikut akad pinjam meminjam yang disebut akad gadai
syariah dan akad sewa tempat (ijarah).36
Dalam akad gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak
diperpanjang maka pegadai menyetujui agunan (marhun) milikinya dijual
oleh murtahin guna melunasi pinjaman. Sedangkan akad sewa tempat
merupakan kesepakatan antara pegadai (rahin) dengan penerima gadai
(murtahin) untuk penyimpanan barang gadai (marhun). Pada dasarnya
pegadaian syariah berjalan atas tiga akad transaksi syariah yaitu:37
a. Akad Qardh
Pada akad ini di gunakan sebagai akad utang piutang antara
pegadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin) tanpa ada tambahan
pengembalian dari utang tersebut.38
b. Akad Rahn
Pada akad ini dimaksudkan untuk menahan harta dari pegadai
sebagai jaminan atas utang, pihak penerima gadai memperoleh
jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian atas
piutangnya.39
36
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), H. 108 -
109 37
Ibid,. 38
Ibid,. 39
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah, (Kencana Prenada Media Group, 2010),
h.265
55
c. Akad Ijarah
Pada akad ini digunakan sebagai pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan jaminan (marhun). Melalui akad ini lembaga
keuangan syariah dimungkinkan untuk menarik sewa atas
penyimpanan barang jaminan milik nasabah yang telah melakukan
akad gadai syariah.40
D. Biaya
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat
penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai
tujuan. Dimana tujuan dapat tercapai bila biaya yang keluarkan sebagai
bentuk pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah
diperhitungkan secara tepat. Dalam menentukan apakah suatu pengorbanan
merupakan biaya atau tidak, maka harus dipahami terlebih dahulu pengertian
mengenai biaya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, biaya adalah suatu yang harus
dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan, dan sebagainya)
suatu; ongkos; belanja; pengeluaran.41
Menurut Supriyono, biaya adalah
harapan perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
40
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah, (Kencana Prenada Media Group, 2010),
h.277 41
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.146
56
memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan.42
Menurut Henry Simamora, biaya adalah kas atau nilai setara kas yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada
saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.43
42
Supriyono, Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 16 43
Henry Simamora, Akuntasi Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h.36
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif,
yaitu suatu metode yang menggambarkan suatu fakta yang kemudian dianalisa
untuk mendapatkan sebuah kesimpulan dari data yang telah diolah. Kuantitatif
merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai
dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya.44
Metode analisis yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah
motede statistik non parametrik. Analisis ini disebut juga dengan statistik
bebas distribusi karena data yang dipakai adalah data kuantitatif yang tidak
berdistribusi normal dan berskala ordinal (bertingkat).45
44
M. Subono, sudrajat, Dasar – Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV pustaka stia, 2005),
h. 25 45
Sidney Siegel, Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial, (Jakarta: Gramedia, 2011), h.
38
58
B. Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.46
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian Lapangan
Dalam penelitian lapangan penulis meninjau langsung objek penelitian
untuk memperoleh data primer dengan cara melalui wawancara kepada
pihak yang bersangkutan.
2. Survey Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif
(option) jawaban yang telah tersedia sehingga responden tinggal memilih
jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat
pribadinya. Alternatif jawaban yang disediakan dalam kuesioner bertujuan
membatasi jawaban yang relevan, tidak bermaksud menggiring ataupun
menjebak responden. Pembatasan tersebut dimaksudkan untuk
46
Husein Umar, Metode Penelitian; Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 42
59
memudahkan tabulasi dan analis data. Oleh karena itu, dalam menentukan
option jawaban- di samping memahami “teknologi” pembuatan instrumen
penelitian - penelitian haruslah cukup ide sehingga diperoleh option
jawaban yang possible dan rasional, tentu saja pendekatan teoritis sangat
mendukung dalam pembuatan kuesioner. Dalam penelitian, penggunaan
kuesioner merupakan hal pokok untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan sesuai pokok permasalahan dan tujuan penelitian hasil
koesioner tersebut berupa jawaban (pilihan) dari responden yang harus
diolah, diedit, di-coding (diberi kode) lalu ditabulasi (dihitung bersama
koesioner lainnya secara menyeluruh). Akhirnya menjelma kenjadi data
kuantitatif berupa angka – angka, tabel - tabel, analisis statistik. Dalam
laporan hasil penelitian, data dari koesioner akan menjadi uraian deskriptif
dan teoritis, mengajukan hipotesis yang diajukan (jika ada hipotesisnya)
dan akhirnya diperoleh kesimpulan.47
3. Studi Kepustakaan
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami
data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literatur, serta mencatat teori
– teori yang didapat dari buku – buku, majalah, artikel, atau karya ilmiah
yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
47
Bagong Suyanto, Sutinah, Metode Penelitian Social, Berbagai Alternative Pendekatan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 60 - 61
60
D. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi (universe) adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang
ciri – cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan menjadi populasi
sampling dan populasi sasaran. Sebagai contoh apabila mengambil suatu
rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanya anggota
rumah tangga yang bekerja sebagai petani, maka seluruh rumah tangga
dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedangkan seluruh
petani dalam wilayah penelitian disebut penelitian sasaran.48
2. Sampel
Sampel adalah sebagian, atau subset (himpunan bagian), dari suatu
populasi. Populasi dapat berisi data yang besar sekali jumlahnya, yang
mengakibatkan tidak mungkin atau sulit untuk dilakukan pengkajian
terhadap seluruh data tersebut, sehingga pengkajian dilakukan terhadap
sampelnya saja. Jadi, sampel merupakan bagian dari populasi, data yang
diperoleh tidaklah lengkap. Namun jika pengambilan sampel dilakukan
dengan mengikuti kaidah - kaidah ilmiah, maka biasanya sangat mungkin
diperoleh hasil-hasil dari sampel cukup akurat untuk menggambarkan
populasi yang diperlukan dalam kajian yang dilakukan.
3. Teknik Pengambilan Sampel
48
Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES), h. 152
61
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan desain
pemilihan sampel secara accidental sampling. Sampling aksidental
(Accidental Sampling) teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yakni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat
digunakan sebagai sampel, dan layak sebagai sumber data.49
Walaupun teknik sampel yang digunakan adalah accidental sampling,
tetapi penelitian ini diharapkan dapat mewakili populasi dengan
pertimbangan biaya dan waktu. Karena salah satu syarat yang menjadi
alasan mendasar teknik accidental sampling dapat digeneralisir yaitu
karekteristik populasinya yang tidak terbatas. Populasi tidak terbatas
(populasi tak terhingga), yaitu populasi yang tidak dapat ditentukan
batasan – batasannya secara kuantitatif, apabila dimintai keterangan lebih
lanjut mengenai jumlah yang pasti tidak dapat menjawab saat itu juga.50
4. Ketentuan Jumlah Sampel
Penentuan besarnya ukuran sampel penelitian ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
(
)
49
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h.62 50
Irvan Haq Dzul Karoma, “ Pengertian Populasi”, artikel diakses pada 19 oktober 2014 dari
http://pengertianpopulasi.htm
62
Keterangan:
n = jumlah sampel
z = tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel
95% = 1,96
p = proporsi responden dapat memberikan informasi dengan
tepat untuk kinerja yang diteliti sebesar 95% 51
q = proporsi responden tidak dapat memberikan informasi
dengan tepat (1 - p) = (1 – 0,95) = 0,5
E = tingkat kesalahan yang ditolerir 5%
Dengan tingkat kesalahan sebesar 5%, nilai z sebesar 1,96 (tingkat
kepercayaan 95%), nilai p sebesar 0,95 dan q sebesar 0,05, maka jumlah
sampel adalah:
51
Penetapan estimasi yang dilakukan kepada pegadaian syariah berdasarkan survey terdahulu yang
pernah dilakukan oleh perusahaan dengan hasil bahwa pegadaian syariah menyebutkan 95 dari 100
kuesioner yang disebar mampu memberikan informasi dengan tepat dan benar. Berikut penjelasannya :
Keterangan: p = proporsi
X = jumlah orang yang menjawab benar
N = sampel
63
Dari hasil penghitungan diperoleh ukuran sampel minimal adalah 73
orang. Dalam penelitian ini sampel yang diambil pada Pegadaian Syariah
Cabang Ciputat adalah 73 orang pengguna jasa produk rahn.
E. Teknik Analisis Data
1. Validitas Dan Reliabilitas Penelitian
Untuk uji validitas kuesioner penulis melakukan uji kepada 36 orang
responden dengan tingkat signifikansi 5% maka. Untuk menentukan
validitas tiap butir pertanyaan dilakukan dengan cara membandingkan
output corrected item dengan r tabel yaitu 0.361.
Tabel 2.1.E
Uji Validitas Kuesioner
Pertanyaan r hitung Syarat Keterangan
Lokasi strategis 0,816 0,361 Valid
Lokasi dekat rumah 0,708 0,361 Valid
Adm murah 0,798 0,361 Valid
Tarif Ujroh 0,802 0,361 Valid
64
Marhun aman 0,751 0,361 Valid
Prinsip syariah 0,516 0,361 Valid
Bebas bunga 0,814 0,361 Valid
Transaksi halal 0,863 0,361 Valid
DPS 0,661 0,361 Valid
Keputusan 1 0,753 0,361 Valid
Keputusan 2 0,684 0,361 Valid
Keputusan 3 0,641 0,361 Valid
Keputusan 4 0,746 0,361 Valid
Keputusan 5 0,677 0,361 Valid
Keputusan 6 0,752 0,361 Valid
Keputusan 7 0,536 0,361 Valid
Keputusan 8 0,740 0,361 Valid
Tebel 3.1.E
Uji Reabilitas Kuesioner
Cronbach’s Alpha N of items
0,940 17
Setelah melakukan uji validitas kedua penulis mendapatkan hasil yang
positif dimana dari 17 pertanyaan yang diujikan dengan hasil lebih besar
dari nilai yang disyaratkan (0,361). Maka semua item dinyatakan valid.52
Pengujian reabilitas dapat dilakukan dengan cara Alpha Cronbach,
dimana batasan reabilitas sudah ditentukan:
a) Koefesien alpha mendekati 1 : sangat baik
52
Toni wijaya, analisis data penelitian menggunakan SPSS, (yogyakarta: universitas atma jaya yogyakarta, 2009), h. 117
65
b) Koefesien alpha diatas 0,80 - 84 : baik
c) Koefesien alpha dibawah 0,70 : kurang baik.53
Jika dilihat dari tabel Reliability Statistics diatas didapatkan hasil 0,940 >
0,70 maka instrument penelitian dikatakan reliabilitas.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan
mengenai apa saja yang sedang diamati dalam usaha untuk
memahaminya.54
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Hipotesis pertama
Ho1 : Aspek lokasi tidak mempunyai hubungan terhadap keputusan
masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang
Ciputat.
Ha1 : Aspek lokasi mempunyai hubungan terhadap keputusan
masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang
Ciputat.
53
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h.86 54
Bagong Suyanto dan Sutianah, Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan,
( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 45
66
b. Hipotesis kedua
Ho2 : Tarif Ujroh tidak mempunyai hubungan signifikan terhadap
keputusan masyarkat dalam memilih produk rahn di pegadaian syariah
cabang ciputat
Ha2 : Tarif Ujroh mempunyai hubungan terhadap keputusan
masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang
Ciputat.
c. Hipotesis ketiga
Ho3 : Aspek Syariah tidak mempunyai hubungan terhadap keputusan
masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang
Ciputat.
Ha3 : Aspek lokasi mempunyai hubungan terhadap keputusan
masyarkat dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang
Ciputat.
3. Operasional Vaeriabel
1. Variabel Independent
a. Aspek lokasi, yaitu tentang lokasi/posisi keberadaan Perbankan
Syariah/Pegadaian Syariah.
b. Tarif Ujroh yaitu sebuah harga yang harus dibayar oleh nasabah
untuk mendapatkan transaksi gadai emas, besar kecilnya harga
tergantung dari barang gadai.
67
c. Aspek Syariah, yaitu tentang persepsi masyarakat dalam hal
transaksi yang halal dan bebas bunga menurut pandangan islam
2. Variabel Dependent
a. Pengenalan masalah, yaitu tentang kebutuhan yang mendorong
nasabah melakukan gadai emas.
b. Pencarian informasi, yaitu tentang pengenalan produk gadai emas
dengan cara mencari informasi yang berkaitan.
c. Evaluasi alternatif, yaitu sebelum bergadai terlebih dahulu
meminta saran dan masukan dari orang terdekat
d. Keputusan bergadai, yaitu berupa alasan – alasan yang menjadi
keputuan nasabah dalam bergadai.
e. Pemahaman syariah, yaitu pengetahuan menganai syariah oleh
para nasabah.
Bagan II
Variabel X dan Variabel Y
Aspek Lokasi (X1)
Tarif Ujroh (X2)
Aspek Syariah(X3)
Keputusan Masyarakat Dalam
memilih Produk Rahn (Y)
68
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Profil PT Pegadaian (persero)
1. Sejarah Perusahaan
Sejarah Pegadaian dimulai pada abad XVIII ketika Vereenigde
Oost Indische Compagnie (VOC) suatu maskapai perdagangan dari
Belanda datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang. Dalam rangka
memperlancar kegiatan perekonomiannya VOC mendirikan Bank van
Leening yaitu lembaga kredit yang memberikan kredit dengan system
gadai. Bank van Leening didirikan pertama di Batavia pada tanggal 20
Agustus 1746 berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Van Imhoff.
Pada tahun 1800 setelah VOC dibubarkan, Indonesia berada di bawah
kekuasaan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda melalui Gubernur
Jenderal Daendels mengeluarkan peraturan yang merinci jenis barang
yang dapat digadaikan seperti emas,perak, kain dan sebagian perabot
rumah tangga, yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif singkat.
Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari tangan
Belanda (1811-1816), Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811)
memutuskan untuk membubarkan Bank van Leening dan mengeluarkan
peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang boleh mendirikan usaha
pegadaian dengan ijin (licentie) dari pemerintah daerah setempat. Dari
69
penjualan lisensi ini pemerintah memperoleh tambahan pendapatan Ketika
Belanda kembali berkuasa di Indonesia (1816), pemerintah Belanda
melihat bahwa pegadaian yang didirikan pada masa kekuasaan Inggris
banyak merugikan masyarakat, pemegang hak banyak melakukan
penyelewengan, mengeruk keuntungan untuk diri sendiri dengan
menetapkan bunga pinjaman sewenang-wenang. Berdasarkan penelitian
oleh lembaga penelitian yang dipimpin oleh Wolf van Westerrode pada
tahun 1900 disarankan agar sebaiknya kegiatan pegadaian ditangani
sendiri oleh pemerintah sehingga dapat memberikan perlindungan dan
manfaat yang lebih besar bagi masyarakat peminjam. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, pemerintah mengeluarkan Staatsblad No.131 tanggal
12 Maret 1901 yang pada prinsipnya mengatur bahwa pendirian pegadaian
merupakan monopoli dan karena itu hanya bisa dijalankan oleh
pemerintah. Berdasarkan undang-undang ini maka didirikanlah Pegadaian
Negara pertama di kota Sukabumi (Jawa Barat) pada tanggal 1 April 1901.
Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun
Pegadaian. Sejak awal kemerdekaan, pegadaian dikelola oleh Pemerintah
dan sudah beberapa kali berubah status,yaitu sebagai Perusahaan Negara
(PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP. No.7/1969 menjadi
Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.10/1990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah
No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM), serta
70
berdasarkan PP. N0. 51/2011 berubah menjadi Perusahaan perseroan
(Persero).55
Visi : Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu
menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang
terbaik untuk masyarakat menengah kebawah
Misi :
• Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman dan selalu
memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
• Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang
memberikan kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam
mempersiapkan diri menjadi pemainregional dan tetap menjadi pilihan
utama masyarakat.
• Membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
golonganmenengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam
rangka optimalisasi sumber daya perusahaan.
2. Gambaran Produk Rahn
1. Praktek rahn pada masa rasulullah
Pegadaian pada masa rasulullah maupun pada masa sahabat
dan perkembangannya telah banyak dipraktekkan oleh umat islam, hal
ini didasari bahwa gadai itu adalah syariat karena disebutkan dalilnya.
55
www. Pegadaian.co.id
71
Meskipun di dalam Al qur’an disebutkan dalam keadaan tertentu,
tetapi itu tidak membatasi orang untuk melakukan gadai. Seperti yang
telah dicontohkan Rasulullah bahwa beliau melakukan gadai tidak
dalam keadaan safar seperti yang disebutkan dalam al qur’an.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan pada esensinya gadai itu
dilakukan pada saat orang ingin bernuamalah tapi tidak secara tunai.
jika diteliti banyak hadits – hadits yang mengindikasikan bahwa telah
banyak praktek gadai pada masaa rasulullah, sehingga rasul
menunjukan tata cara pengambilan manfaat barang gadai melalui
haditsnya.bahkan ada salah satu sumber menyebutkan bahwa pada
zaman jahiliyah, jika rahin tidak bisa membayar hutang pada waktu
yang telah ditetapkan maka barang agunan langsung menjadi milik
murtahin. Lalu praktek ini dibatalkan oleh islam. Rasulullah bersabda:
“agunan (barang gadai) itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya
yang telah menggadaikannya, ia berhak atas kelebihan (manfaat) dan
wajib menanggung kerugian (penyusutan) (HR as Syafi’I, al Baihaki,
ibn Hibban dan ad Daruqutni).”56
2. Praktek rahn masa kini
Pembiayaan rahn dari pegadaian syariah adalah solusi tepat
kebutuhan dana cepa sesuai syariah. Cepat prosesnya, aman
56
Rudiyansyah, “Pegadaian”, Artikel diakses Pada Tanggal 2 November 2014
darihttp://www.bukuriau.com/2012/06/pegadaian-oleh-rudiansyah.html?m=1
72
penyimpanannya. Jaminanannya barang perhiasan, barang elektronik
atau kendaraan bermotor. Lima belas menit dana pun cair.57
Persyaratan :
Fotocopy KTP atau identitas resmi lainnya.
Menyerahkan barang jaminan.
untuk kendaraan bermotor membawa BPKB dan STNK asli.
nasabah menandatangani surat bukti rahn.
Keunggulan:
layanan syariah tersedia di outline Pegadaian Syariah di seluruh
Indonesia.
Prosedur pengajuannya sangat mudah. Calon nasabah hanya perlu
membawa agunan berupa perhiasan emas dan barang berharga lainnya
ke outline Pegadaian.
Proses peminjaman sangat cepat, hanya butuh waktu 15 menit.
Pinjaman (marhun bih) mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 200.000.000
atau lebih
Jangka waktu maksimal 4 bulan atau 120 hari dan dapat diperpanjang
dengan cara membayar ijarah saja atau mengangsur uang pinjaman.
Pelunasan dapat dilakukan sewaktu – waktu.
Nasabah menerima pinjaman dalam bentuk tunai.
57 www. Pegadaian.co.id
73
Tabel 4.2.2.A
Ketentuan besaran uang pinjaman pergolongan
Golongan Category Plafon Marhun Bih Tarif Biaya
Administrasi
Jangka waktu
A 50.000 – 150.000 2.000 120 hari
B1 550.000 – 1.000.000 8.000 120 hari
B2 1.050.000 – 2.500.000 15.000 120 hari
B3 2.550.000 – 5.000.000 25.000 120 hari
C1 5.100.000 – 10.000.000 40.000 120 hari
C2 10.100.000 – 15.000.000 60.000 120 hari
C3 15.100.000 – 20.000.000 80.000 120 hari
D 20.100.000 – ke atas 100.000 120 hari
Sumber: www.Pegadaian.co.id
B. Hasil Penelitian
1. Profil responden
Tabel 5.1.B
Jenis Kelamin responden
74
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadain Syariah Cabang Ciputat berjenis kelamin laki – laki sebanyak 35 orang
atau 47,95% dan perempuan sebanyak 38 orang atau 52,05% dari 73 responden.
Tingginya jumlah wanita yang melakukan gadai menunjukan bahwa kebanyakan
orang yang melakukan gadai adalah para ibu rumah tangga.
Tabel 6.1.B
Usia Responden
Dari tabel usia di atas dapat dijelaskan bahwa responden (nasabah) yang
melakukan gadai di Pegadain Syariah Cabang Ciputat adalah usia 20 -30 tahun
sebanyak 17 orang atau 23,29%, usia 31 – 40 tahun sebanyak 29 orang atau 39,73%,
usia > 40 tahun sebanyak 27 orang atau 39,99%. Dengan tingginya jumlah persentase
75
usia 31 – 40 tahun menunjukan bahwa rata – rata orang yang melakukan gadai dalam
masa usia produktif.
Tabel 7.1.B
Pendidikan Terakhir Responden
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden (nasabah) yang melakukan
gadai di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat adalah berpendidikan SMA sebanyak 8
orang atau 10,96%, diploma I,II sebanyak 18 orang atau 24,66%, diploma III
sebanyak 20 orang atau 27,40%, SI sebanyak 21 orang atau 28,27% dan SII sebanyak
6 orang atau 8,22%. Tingginya persentase pendidikan SI yaitu sebanyak 28,8%
menunujukan kebanyakan orang yang melakukan gadai adalah orang yang
memahami tentang konsep atau mekanisme gadai.
76
Tabel 8.1.B
Pekerjaan Responden
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat memiliki pekerjaan PNS sebanyas 9 orang atau
12,33%, berdagang sebanyak 21 orang atau 28,77%, ibu rumah tangga sebanyak 14
orang atau 19,18%, wiraswasta sebanyak 17 orang atau 23,29%, pegawai sebanyak
12 orang atau 16,44%. Tingginya persentase pekerjaan berdagang menunjukan bahwa
responden (nasabah) yang melakukan gadai adalah berdagang dan kemungkinan
besar mereka melakukan gadai adalah untuk pertambahan modal usaha.
77
2. Pembahasan Deskriptif Nasabah Berkaitan Dengan Produk Rahn
Tabel 9.2.B
Responden Mengetahui Produk Rahn
Dari tabel pertanyaan 1 di atas dapat dijelaskan bahwa responden (nasabah) yang
melakukan gadai di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat mengetahui produk rahn
(gadai) dari televisi sebanyak 4 orang atau 5,48%, media massa (surat kabar, majalah,
tabloid) sebanyak 10 orang atau 13,70%, internet 11 orang atau 15,07%, buku
sebanyak 16 orang atau 21,92%, teman 8 orang atau 11,96%, brosur/spanduk
sebanyak 24 orang atau 32,88%. Tingginya persentase brosur/spanduk menunjukan
bahwa responden (nasabah) mengetahui produk rahn (gadai) berasal dari media
visual
78
Tabel 10.2.B
Kebutuhan Responden Melakukan Gadai
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden (nasabah) yang melakukan
gadai di pegadaian syariah cabang ciputat adalah mereka yang membutuhkan biaya
pendidikan sebanyak 4 orang atau 5,48%, biaya kesehatan sebanyak 9 orang atau
12,33%, biaya konsumsi 23 orang atau 31,51%, biaya usaha sebanyak 23 orang atau
31,51%, biaya investasi sebanyak 14 orang atau 19,18%. Tingginya pensentase biaya
konsumsi dan biaya usaha menunjukan bahwa responden (nasabah) melakukan gadai
untuk kebutuhan biaya konsumsi sehari – hari dan biaya pengembangan usaha
79
Tabel 11.2.B
Barang Yang Digadaikan Responden
Dengan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden (nasabah) yang
melakukan gadai di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat adalah mereka yang
menggadaikan barang perhiasan sebanyak 39 orang atau 53,42%, barang eloktronik
34 orang atau 46,58% dan kendaraan bermotor 0 atau 0%. Tingginya persentase
barang pehiasan menunjukan bahwa nilai perhiasan lebih tinggi daripada nilai barang
elektronik.
80
3. Pembahasan Deskriptif Aspek lokasi
Tabel 12.3.B
Responden Melakukan Gadai Karena Letak Yang Strategis
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Cabang Ciputat adalah responden memilih lokasi pegadaian syariah
yang strategis didominasi oleh pilihan netral sebanyak 28 orang atau 38,36%, setuju
sebanyak 19 orang atau 26,03%, sangat setuju 12 orang atau 16,44%, tidak setuju
sebanyak 14 orang atau 19,18%. Tingginya pilihan netral menunjukan bahwa
memang lokasi Pegadaian Syariah yang setratigis tidak menjadi tolak ukur untuk
tempat bergadai karena dengan adanya kebutuhan sehingga masyarakat akan
mendatangkan Pegadaian Syariah dimanapun berada.
81
Tabel 13.3.B
Responden Melakukan Gadai Karena Dekat Dengan Tempat Tinggal
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat merupakan mereka yang bertempat tinggal
tidak jauh dengan pegadaian syariah yaitu pilihan netral sebanyak 6 orang atau
8,22%, setuju sebanyak 46 orang atau 63,01%, sangat setuju sebanyak 21 orang atau
28,77%. Tingginya pilihan setuju menunjukan bahwa responden (nasabah) yang
melakukan gadai adalah kebanyakan yang tempat tinggal mereka dekat dengan
Pegadaian Syariah Cabang Ciputat.
82
4. Pembahasan Deskriptif Tarif Ujroh
Tabel 14.4.B
Responden Memilih Produk Rahn Karena Biaya Administrasi Yang Murah
Tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai di
Pegadaian Syariah Ciputat adalah dikarenakan administrasi yang murah dengan
pilihan tidak setuju 7 orang atau 9,59%, netral 19 orang atau 26,03%, setuju 34 orang
atau 46,58%, sangat setuju sebanyak 13 orang atau 17,81%. Tingginya persentase
pilihan setuju menunjukan bahwa yang mendorong minat responden (nasabah)
melakukan gadai dikarenakan murahnya biaya administrasi seingga membuat
masyarakat tidak merasa terbebani.
83
Tabel 15.4.B
Tarif Ujroh Yang Murah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat didominasi oleh pilihan setuju sebanyak 41
orang atau 56,16%, sangat setuju 15 orang atau 20,55%, netral sebanyak 15 orang
atau 20,55%, dan tidak setuju sebanyak 2 orang atau 2,74%. Tingginya pilihan setuju
menunjukan bahwa responden (nasabah) melakukan gadai adalah karena dorongan
Tarif Ujroh yang murah sehingga masyarakat tidak merasa terbebani dengann biaya –
biaya yang harus dikeluarkan.
84
Tabel 16.4.B
Responden Bergadai Karena Percaya Barang Aman
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat adalah didominasi pilihan setuju sebanyak 43
orang atau 58,90%, sangat setuju sebanyak 13 orang atau 17,81%, netral 14 orang
atau 19,18% dan pilihan tidak setuju 3 orang atau 4,11%. Tingginya pilihan setuju
menunjukan bahwa responden (nasabah) melakukan gadai adalah karena masyarakat
merasa aman melakukan gadai di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat.
85
5. Pembahasan Deskriptif Aspek syariah
Tabel 17.5.B
Renponden Memilih Produk Rahn di Pegadaian Syariah Karena Sesuai Syariah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah )yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat adalah didominasi pilihan setuju sebanyak 37
orang atau 50,68%, sangat setuju 22 orang atau 30,14%, netral 12 orang atau 16,44%
dan tidak setuju 2 orang atau 2,74%. Tingginya pilihan setuju menunjukan bahwa
responden (nasabah) yang melakukan gadai karena mereka percaya produk rahn
Pegadaian Syariah sudah sesuai dengan sistem syariah.
86
Tabel 18.5.B
Renponden Memilih Produk Rahn di Pegadaian Syariah Karena Bebas Bunga
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat adalah didominasi pilihan setuju sebanyak 43
orang atau 58,90%, netral sebanyak 13 orang atau 17,81%, sangat setuju 14 orang
atau 19,18%, tidak setuju 3 orang atau 4,11%. Tingginya pilihan setuju menunjukan
bahwa responden (nasabah) percaya transaksi di Pegadaian Syariah adalah transaksi
bebas bunga.
87
Tabel 19.5.B
Responden Memilih Produk Rahn di Pegadaian Syariah Karena Bisa
Melakukan Transaksi Secara Halal
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat didominasi pilihan setuju sebanyak 32 orang
atau 42,84%,netral sebanyak 14 orang atau 19,18%, sangat setuju sebanyak 23 orang
atau 31,51%, tidak setuju 4 orang atau 5,48% Tingginya pilihan setuju menunjukan
bahwa responden (nasabah) percaya transaksi di Pegadaian Syariah adalah transaksi
yang halal.
88
Tabel 20.5.B
Responden Mimilih Produk Rahn Di Pegadaian Syariah Karena Diawasi Dewan
Pengawas Syariah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat adalah didominasi pilihan setuju sebanyak 44
orang atau 60,27%, sangat setuju sebanyak 22 orang atau 30,14%, netral sebanyak 7
orang atau 9,59%. Tingginya pilihan setuju menunjukan bahwa responden (nasabah)
melakukan gadai setuju dengan keberadaan dewan pengawas syaariah (DPS) di
Pegadaian Syariah Cabang Ciputat.
89
6. Pembahasan Deskriptif Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk
Rahn
Tabel 21.6.B
Responden Membutuhkan Jasa Pegadaian Syariah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat membutuhkan jasa Pegadaian Syariah
didominasi pilihan setuju sebanyak 42 orang atau 57,53%, sangat setuju 12 orang
atau 16,44%, netral 15 orang atau 20,55% dan tidak setuju 4 orang atau 5,48%.
Tingginya pilihan setuju menunjukan bahwa responden (nasabah) saat ini sangat
membutuhkan jasa Pegadaian Syariah untuk mempermudah transaksi dan
mempermudah akses dana instan.
90
Tabel 22.6.B
Responden Membutuhkan Kehadiran Produk Rahn
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat membutuhkan kehadiran produk rahn yaitu
hampir separuh responden memilih setuju dengan jumlah 41 orang atau 56,16%,
sangat setuju sebanyak 26 orang atau 35,62%, netral 6 orang atau 8,22%. Tingginya
pilihan setuju menunjukan bahwa responden (nasabah) membutuhkan kehadiran
produk rahn untuk mempermudah akses dana instan
91
Tabel 23.6.B
Responden Mencari Lembaga Keuangan Syariah Yang Menawarkan Produk
Rahn
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Mencari Lembaga Keuangan Syariah yang
menawarkan produk rahn didominasi pilihan setuju sebanyak 50 orang atau 68,49%,
sangat setuju 19 orang atau 26,03%, netral sebanyak 4 orang atau 5,48%. Tingginya
pilihan setuju menunjukan bahwa responden (nasabah) sebelum melakukan gadai di
Pegadaian Syariah, mereka mencari Lembaga Keuangan Syariah yang menawarkan
produk rahn (gadai).
92
Tabel 24.6.B
Responden Mengetahui Produk Rahn Dari Berbagai Media
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan
gadai di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat memperoleh informasi mengenai
produk rahn melalui promosi di berbagai media kebanyakan mereka memilih
netral sebanyak 10 orang atau 13,70%, setuju sebanyak 42 orang atau 57,53%,
sangat setuju sebanyak 21 orang atau 28,77%. Tingginya pilihan setuju
menunjukan bahwa keputusan responden (nasabah) melakukan gadai karena
promosi mengenai produk rahn diberbagai media.
93
Tabel 25.6.B
Responden Meminta Keputusan Orang Terdekat Sebelum Bergadai
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden (nasabah) yang melakukan gadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat selalu meminta saran orang terdekat sebelum
melakukan gadai didominasi pilihan setuju sebanyak 47 orang atau 64,38%,sangat
setuju 21 orang atau 28,77%, netral 5 orang atau 6,85%. Tingginya pilihan setuju
menunjukan bahwa responden (nasabah) meminta saran orang terdekat terlebih
dahulu sebelum melakukan gadai.
94
Tabel 26.6.B
Responden Meminta Saran Memilih Lembaga Untuk Bergadai
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang melakukan gadai di
Pegadaian Syariah Cabang Ciputat dalam memilih lembaga untuk bergadai selalu
minta saran orang terdekat didominasi pilihan setuju sebanyak 44 orang atau 60,27%,
sangat setuju sebanyak 18 orang atau 24,66%, netral 11 orang atau 15,07%.
Tingginya pilihan setuju menunjukan bahwa responden (nasabah) dalam memilih
tempat untuk bergadai selalu meminta saran orang terdekat terlebih dahulu.
95
Tabel 27.6.B
Responden Membandingkan Produk Rahn Dengan Produk Lembaga Keuangan
Lain
Dilihat dari tabel diatas menunjukan bahwa responden (nasabah) yang
melakukan gadai di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat selalu membandingkan
produk rahn dengan produk rahn dilembaga yang berbeda didominasi pilihan setuju
sebanyak 51 orang atau 69,86%, sangat setuju sebanyak 17 orang atau 23,29%, netral
5 orang atau 6,85%. Tingginya pilihan setuju menunjukan bahwa responden
(nasabah) membandingkan produk rahn dibeberapa Lembaga Kuangan sebelum
melakukan gadai.
96
Tabel 28.6.B
Responden Memilih Pegadaian Syariah Karena Mudah Terjangkau
Daritabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang melakukan gadai di
Pegadaian Syariah Cabang Ciputat memilih produk rahn di Pegadaian Syariah karena
mudah terjangkau didominasi pilihan setuju sebanyak 48 orang atau 65,75%, sangat
setuju sebanyak 17 orang atau 23,29%, netral sebanyak 8 orang atau 10,96%.
Tingginya pilihan setuju menunjukan bahwa responden (nasabah) memilih bergadai
di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat karena mudah dijangkau.
97
C. Pembahasan Korelasi
Dari tabel diatas didapat hasil koefesien korelasi aspek lokasi terhadap
keputusan nasabah bernilai 0,972. Artinya korelasi variabel aspek lokasi dan
keputusan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat kuat. Koefesien korelasi
bernilai postif menyatakan bahwa semakin strategis lokasi Pegadaian Syariah maka
keputusan masyarakat dalam memilih produk rahn pun meningkat karena lokasi yang
strategis menuntun masyarakat dalam efesien waktu dan dan mudah dijangkau.Nilai
signifikan 0,000 < α 0,05 maka variabel aspek lokasi mempunyai hubungan
Correlations
Aspek
lokasi Tarif Ujroh Aspek Syariah
Keputusan
Nasabah
Spearman's rho Aspek lokasi Correlation Coefficient 1.000 .974** .935** .972**
Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000
N 73 73 73 73
Tarif Ujroh Correlation Coefficient .974** 1.000 .947** .981**
Sig. (2-tailed) .000 . .000 .000
N 73 73 73 73
Aspek Syariah Correlation Coefficient .935** .947** 1.000 .960**
Sig. (2-tailed) .000 .000 . .000
N 73 73 73 73
Keputusan
Nasabah
Correlation Coefficient .972** .981** .960** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .
N 73 73 73 73
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
98
signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih produk rahn di pegadain
Syariah Cabang Ciputat.
Koefesien korelasi tarif ujroh terhadap keputusan nasabah adalah 0,981,
artinya koefesien korelasi korelasi variabel tarif ujroh dan keputusan nasabah
mempunyai hubungan yang sangat kuat. Nilai koefesien korelasi bernilai positif,
maksudnya ketika tarif ujroh meningkat maka keputusan masyarakat dalam memilih
produk rahn juga akan meningkat. Masyarakat lebih memilih menggadaikan
perhiasan emas mereka daripada menjual langsung karena harga emas yang
cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga membuat masyarakat tetap
memperoleh dana instan dari Pegadaian syariah tanpa harus menjual emas mereka,
jadi masyarkat dalam memenuhi kebutuhan hanya dengan menggadaikan emas saja
tanpa harus menjual perhiasan emas tersebut. Nilai signifikan 0,000 < α 0,05
menunjukan tarif ujroh mempunyai hubungan signifikan terhadap keputusan nasabah
dalam memilih produk rahn di Pegadaian Syariah Cabang Ciputat.
Koefeisen korelasi aspek syariah terhadap keputusan masyarakat adalah
0,960. Artinya koefesien korelasi aspek syariah dan keputusan masyarakat
mempunyai hubungan yang sangat kuat, nilai koefesien korelasi bernilai positif
menjelaskan bahwa ketika aspek syariah diterapkan semakin tinggi maka keputusan
masyarakat dalam memilih produk rahn juga akan meningkat. Nilai signifikan dari
tabel diatas terlihat 0,000 < α 0,05 menunjukan ada hubungan signifikan variabel
99
aspek syariah terhadap keputusan masyarakat dalam memilih produk rahn di
Pegadaian Syariah Cabang Ciputat.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah yang dirumuskan maka penulis
mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian dengan menyebarkan kuesioner
kepada nasabah adalah pendorong minat masyarakat memilih produk rahn di
Pegadaian Syariah karena adanya kebutuahan yaitu berupa kebutuhan konsumsi
dan kebutuhan untuk modal usaha dan proses pencairan dana pun mudah. Selama
proses penaksiran barang gadai berlangsung, nasabah hanya menunggu sekitar 15
menit untuk pencarian dana dari barang yang digadaikan dan persyaratannya pun
tidak memberatkan nasabah. Hanya dengan menunjukan KTP asli dan barang
yang akan digadaikan.
Berikut ini adalah hasil Korelasi Aspek lokasi, Tarif Ujroh, Aspek syariah
terhadap keputusan masyarakat dalam memilih produk rahn di Pegadaian
Syariah Cabang Ciputat.
1. Dari penelitian yang telah dianalisis penulis pada bab 4 bahwa nilai
signifikan aspek lokasi 0,000 < dari nilai α 0,05 maka hipotesis yang
diajukan penulis adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Maksudnya aspek
lokasi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap keputusan
masyarakat dalam memilih produk rahn di Pergadaian Syariah Cabang
Ciputat.
101
2. Nilai signifikan tarif ujroh adalah 0,000 < dari nilai α 0,05 maka
hipotesis yang diajukan penulis adalah Ho ditolak dan Ha diterima.
Maksudnya tarif ujroh mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
keputusan masyarakat dalam memilih produk rahn di Pergadaian
Syariah Cabang Ciputat.
3. Nilai signifikan aspek syariah adalah 0,000 < dari nilai α 0,05 maka
hipotesis yang diajukan penulis adalah Ho ditolak dan Ha diterima.
Maksudnya aspek syariah mempunyai signifikan terhadap keputusan
masyarakat dalam memilih produk rahn di Pergadaian Syariah Cabang
Ciputat.
Dari penjelasan diatas menunjukan bahwa aspek lokasi, tarif ujroh Dan
aspek syariah menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih produk
rahn untuk memenuhi kebutuhan.
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, aspek lokasi, tarif ujroh dan aspek
syariah merupakan komponen yang sangat penting dalam perkembangan
perusahaan. Perusahaan harus tepat memilih lokasi penempatan kantor cabang
maupun kantor unit usaha karena letak yang strategsi mempengaruhi masyarkat
untuk menjangkau tempat bergadai dan penetapan tarif ujroh menjadi
pertimbangan bagi masyarakat juga. Masyarakat akan memilih biaya yang lebih
murah karena tidak menjadi beban bagi mereka, jika tarif ujroh sudah tepat
selama ini dan masyarakat merasa tidak terbebani maka pertahankan. Demikian
102
juga dengan penerapam perinsip syariah akan menjadi pertimbangan karena
mayoritas masyarakat beragama islam akan merasa nyaman dengan penerapan
sistem syariah yang berlandaskan Al – quran dan Hadits.
Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan – kekurangan maka dari
itu penulis mohon maaf atas kekurangan itu. Untuk para peneliti selanjutnya
masih banyak pembahasan mengenai produk rahn ini yang perlu diteliti. Seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan maka akan mudah mengidentifikasi masalah –
masalah mengenai produk rahn ini diantaranya evaluasi penerapan produk rahn
di lembaga keuangan syariah baik Bank Syariah, BPRS, maupun Pegadaian
Syariah.
103
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Di Indonesia: Analisis, Perencanaa,
Implementasi Dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat 2002
Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Jakarta: PT Index,
2009
Setiadi, Nugroho J. Prilaku konsumen; konsep dan implikasi untuk strategi dan
penelitian pemasaran, Jakarta: Prenada Media, 2003
Schiffman, Leon G dan Lazar Kanuk Leslie. Prilaku Konsumen, Jakarta: Indeks,
2004
Anshari, Abdul Ghofur. Gadai Syariah di Indonesia: Konsep, Implementasi dan
Institusionalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2011.
Arifin, Zainul. Dasar – dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet
2006.
Setiadi Nogroho J. perilaku konsumen, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010
Arthesa, Ade dan Handiman, Edia. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Jakarta: PT. INDEKS Kelompok Gramedia, 2004.
Darmawi, Herman. Manajemen Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta: 2011.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta 2011.
Siegel Sidney. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial, Gramedia, Jakarta: 2011
Ariefiansyah Miyosi, Jago Investasi, Laskar Aksara, Jawa Barat.
Ascarya, Akad dan produk Bank Syariah, RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011.
Hakim, Abdul. Ekonomi Pembangunan, Ekonisia, Yogyakarta: 2010.
Ghazali, Abdul Rahman Dkk, Fiqh Muamalat, Prenada Media Group, Jakarta: 2010.
Muhammad, Hadi Solikhul. Pegadaian Syariah: Suatu Alternatif Konstruksi Sistem
Pegadian Nasional, Edisi 1. Jakarta: Salemba Diniyah, 2003.
www. Pegadaian.co.id
104
Rais, Sasli. Pegadaian Syariah (Konsep dan Sistem O perasional). Jakarta: UI Press,
2006.
Ahmad, Rodini. Investasi Syariah. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009
Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007.
Sudarmono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi Dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2008.
Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero), PT Pegadaian (Persero), Jakarta: PT
Pegadaian (Persero), 2011
Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero), PT Pegadaian (Persero), Jakarta: PT
Pegadaian (Persero), 2013
Mulyadi, Akuntansi Biaya, Yogyakarta, STIE YKPN, 2001
Nisfinnoor, Muhammad. Pendekatan Statistik Modern Untuk Ilmu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika, 2009
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004
Supriyono, Akuntasnsi Biaya, Yogyakarta: BPFE, 2000
Wijaya, Tony. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, 2010
Harni, Tristia. “Pengaruh Biaya Administrasi,Dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Gadai Emas”,Skripsi SI
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
Antho, Mudzhar, Yusuf Chairul Fuad, dkk. FATWA MAJLIS ULAMA INDONESIA
(MUI) Dalam Perspektif Hukum dan Perundang – Undangan, Jakarta: Puslitbang dan
Diklat Kementrian Agama RI, 2011.
DATA RESPONDEN
Nama : ……………………………………………..( boleh tidak diisi)
Jenis Kelamin : [ pilih salah satu jawaban dengan tanda silang (X) ]
1) Pria
2) Wanita
Usia : [ pilih salah satu jawaban dengan tanda silang (X) ]
1) 20 – 30 tahun
2) 31 – 40 tahun
3) >40 tahun
Pendidikan Terakhir : [ pilih salah satu jawaban dengan cara melingkari ( O ) ]
1) SMA
2) Diploma I, II
3) Diploma III
4) Strata I (S1)
5) Strata II (S2)
6) Strata III (S3)
7) Lain – lain ……….
Pekerjaan : [ pilih salah satu jawaban dengan cara meligkari ( O ) ]
1) Tani
2) PNS
3) Nelayan
4) Berdagang
5) Ibu rumah tangga
6) Lainnya ………………
1. Darimana anda mengetahui produk gadai emas di Bank Syariah Mandiri?
A. Televisi
B. Media massa (surat kabar, majalah, tabloid )
C. Internet
D. Buku
E. Teman
F. Brosur / spanduk
2. Untuk apa anda melakukan gadai emas?
A. Biaya Pendidikan D. Biaya Usaha
B. Biaya Kesehatan E. Biaya Investasi
C. Biaya Konsumsi F. Biaya Memabangun Rumah
3. Jenis emas apa yang bisa anda gadaikan di Bank Syariah Mandiri?
A. Emas perhiasan C. Barang elektronik
B. Kendaraan bermotor
Isilah pertanyaan dibawah ini dengan cara mencontreng (√) salah satu
jawaban yang tersedia: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak
Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.
Deskripsi masyarakat dalam memilih gadai emas
No Pertanyaan Pilihan
Aspek Lokasi SS S N TS STS
1 Bapak/Ibu melakukan gadai emas di Bank Syariah
Mandiri karena letak yang strategis
2 Bapak/Ibu melakukan gadai emas di Bank Syariah
Mandiri karena dekat dengan rumah
Aspek Biaya/harga
1 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah
Mandiri karena biaya administrasi yang murah
2 Tarif ujrah/ijarah ( biaya sewa) adalah biaya yang
harus dibayar atas jasa sewa tempat penitipan dan
pemeliharaan barang gadai kepada Bank
Syariah/Pegadaian Syariah dan tarifnya murah
3 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah
Mandiri karena yakin barang yang digadaikan akan
aman sampai ditebus kembali
Aspek Syariah
1 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah
Mandiri sesuai dengan prinsip syariah
2 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah
Mandiri bebas bunga
3 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah
Mandiri kerana bisa melakukan transaksi secara
halal
4 Bapak/Ibu memilih gadai emas di Bank Syariah
Mandiri karena setiap transaksi di Bank Syariah
Mandiri diawasi Dewan Pengawas Syariah
Keputusan masyarakat dalam memilih gadai emas syariah
No Pertanyaan SS S N TS STS
1 Dalam keadaan tertentu Bapak/Ibu sangat
membutuhkan jasa Perbankan Syariah/Pegadaian
Syariah
2 Bapak/Ibu membutuhkan kehadiran produk gadai
emas
3 Bapak/Ibu mencari lembaga keuangan syariah
yang menawarkan produk gadai emas
4 Bapak/Ibu memperoleh informasi mengenai
produk gadai emas melalui promosi diberbagai
media
5 Sebelum melakukan keputusan bergadai Bapak/Ibu
selalu meminta saran kepada orang terdekat
6 Dalam memilih lembaga yang tepat untuk bergadai
Bapak/Ibu selalu meminta saran orang terdekat
7 Bapak/Ibu selalu membandingkan produk gadai
emas perbankan Syariah/Pegadaian Syariah dengan
produk lembaga keuangan lainnya
8 Bapak/Ibu melakukan gadai emas di Perbankan
Syariah/Pegadaian karena mudah terjangkau
Validitas Kuesioner Realibitas Kuesioner
Component Matrixa
Component
1
lokasi1 .816
lokasi2 .708
ujroh1 .798
ujroh2 .802
ujroh3 .751
syariah1 .516
syariah2 .814
syariah3 .863
syariah4 .661
keputusan1 .753
keputusan2 .684
keputusan3 .641
keputusan4 .746
keputusan6 .677
keputusan7 .752
keputusan8 .536
keputusan9 .740
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.940 17
Analisis Korelasi Spearman
Correlations
Aspek
lokasi Tarif ujroh
Aspek
syariah
Keputusan
nasabah
Spearman's rho Aspek lokasi Correlation Coefficient 1.000 .974** .935
** .972
**
Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000
N 73 73 73 73
Tarif ujroh Correlation Coefficient .974** 1.000 .947
** .981
**
Sig. (2-tailed) .000 . .000 .000
N 73 73 73 73
Aspek syariah Correlation Coefficient .935** .947
** 1.000 .960
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 . .000
N 73 73 73 73
Keputusan
nasabah
Correlation Coefficient .972** .981
** .960
** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .
N 73 73 73 73
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).