faktor-faktor yang berhubungan dengan...

211
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PELAPORAN BAHAYA PADA PEKERJA TEKNISI UNIT MAINTENANCE DI PT PELITA AIR SERVICE AREA KERJA PONDOK CABE, TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH: Dwi Nurvita NIM : 1111101000039 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2015 M

Upload: lamminh

Post on 02-Aug-2019

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PELAPORAN BAHAYA PADA PEKERJA TEKNISI UNIT

MAINTENANCE DI PT PELITA AIR SERVICE AREA KERJA

PONDOK CABE, TANGERANG SELATAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

Dwi Nurvita

NIM : 1111101000039

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2015 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Desember 2015

Dwi Nurvita

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Desember 2015

Dwi Nurvita, NIM : 1111101000039

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya

pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja

Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015

xxii + 186 halaman, 10 tabel, 5 gambar, 9 bagan, 8 lampiran

ABSTRAK

PT Pelita Air Service memiliki based maintenance di area Pondok Cabe

terdiri dari proses preflight dan postflight dengan potensi bahaya tinggi

menimbulkan kecelakaan kerja. PT Pelita Air Service memiliki kegiatan

pelaporan bahaya sebagai upaya preventif terjadinya kecelakaan dengan

mengobservasi perilaku rekan kerja dan lingkungan kerja. Berdasarkan hasil

observasi, masih terdapat kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman di

lingkungan kerja namun hanya sedikit pekerja yang melakukan pengisian kartu

pelaporan bahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit

maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan

Tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross

sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja teknisi unit

maintenance yang tercatat sebagai pekerja tetap maupun pekerja kontrak di PT

Pelita Air Service, area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan yang berjumlah

136 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan studi dokumen

safety report. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi-square dan uji T-test

Independen.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 78,7% pekerja tidak patuh dalam

melakukan pelaporan bahaya dan 21,3% pekerja patuh melakukan pelaporan

bahaya. Faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

bahaya adalah usia, masa kerja, sikap, frekuensi paparan pelatihan keselamatan

dan respon pihak pengawas. Sedangkan faktor-faktor yang terbukti berhubungan

dengan kepatuhan pelaporan bahaya adalah persepsi terhadap bahaya, sikap rekan

kerja dan pengaruh penghargaan.

Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar dibuatkan safety instruction

mengenai kewajiban pengisian kartu pelaporan bahaya, sosialisasi prosedur dan

proses pelaksanaan pelaporan bahaya, pengisian pelaporan bahaya sebagai unsur

penilaian Key Performance Indicator (KPI), pengawasan dan himbauan rutin dari

safety officer, keterlibatan manajemen dalam aktivitas program, penambahan

jumlah dan penyesuaian jenis kartu pelaporan bahaya di setiap wilayah yang

memiliki potensi bahaya, pekerja melakukan diskusi dalam forum atau meeting

satu kali seminggu dan melakukan kegiatan bulanan yaitu makan siang bersama.

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

iii

Kata Kunci : Pelaporan bahaya, Kepatuhan, Pengisian Kartu

Daftar Bacaan : 95 (1996-2014)

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, December 2015

Dwi Nurvita, NIM : 1111101000039

Factors Associated with Hazard Reporting Compliance in Unit Maintenance

Technician Worker at PT Pelita Air Service, Pondok Cabe Area, Tangerang

Selatan, Year 2015

xxii + 186 pages, 10 tables, 5 pictures, 9 chats, 8 attachments

ABSTRACT

PT Pelita Air Service has based maintenance in Pondok Cabe that consist

of preflight and post flight process with high hazard potential which can cause

work accident. PT Pelita Air Service has hazard reporting activities to prevent

accidents by observing the behavior of co-workers and the working environment.

Based on observation, there are still unsafe conditions and unsafe behavior in the

workplace, but many workers did not fill the hazard reporting card.This study

aims to determine the factors compliance with hazard reporting behavior in the

unit maintenance technician workers at PT Pelita Air Service, Pondok Cabe area,

Tangerang Selatan, 2015.

This study is a quantitative research with a cross sectional study design.

The sample for this study is all technicians in unit maintenance who registered as

permanent and contract workers. There are 136 workers at PT Pelita Air Service,

Pondok Cabe area, Tangerang Selatan. The data was collected from

questionnaires and safety report document. Bivariate analysis was used chi-square

test and T-test independent test.

Based on the results of the study, 78,7% of workers didn't do the hazard

reporting compliance and 21,3% of workers did the hazard reporting compliance.

Many factors are not associated with reporting hazard compliance, there are the

age, duration of work, attitude, frequency of exposure of safety training and

response of the supervisor. While the perception of hazard, the attitude of co-

workers and awards are associated with hazard reporting compliance.

Therefore, the researcher recommends to make a safety instruction for

filling reporting hazard card, the implementation of socialization procedures and

reporting hazard, filling reporting hazard as an element of assessment Key

Performance Indicator (KPI), supervision and routine appeal from safety officer,

management involvement of program activities, increasing the number and

customize the reporting hazard card in every area that has hazard potential, the

workers make a discussion in a forum or meeting once a week and have a lunch

together as a monthly activity.

Keywords: Hazard reporting, Compliance, Card Filling.

Reference: 95 (1996-2014)

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

v

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

vi

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Dwi Nurvita

Tempat,Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Desember 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ampera Raya RT. 008/002 No. 9 Kel. Cilandak

Timur, Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Tinggi/ Berat : 154 cm/ 48 kg

Telepon : 081517444641

Email : [email protected]

Pendidikan Formal

Tahun Sekolah/Universitas

2011- sekarang Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2008 – 2011 SMA Negeri 49 Jakarta

2005 – 2008 SMP Negeri 107 Jakarta

1999 – 2005 SDN Cilandak Timur 08 Pagi

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

viii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWI Yang Maha Pengasih Lagi Maha

Penyayang, puji dan syukur saya ucapkan kepada Ilahi Rabbi yang selalu

memberikan kenikmatan tak terhingga kepada kita. Atas segala kekuatan dan

rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi

Unit Maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang

Selatan Tahun 2015”. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad Saw yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan ke zaman

terang benderang seperti saat ini.

Penulisan skripsi ini semata-mata bukan murni usaha penulis melainkan

banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa doa, motivasi, dan

bimbingan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulisan skripsi ini kepada:

1. Keluarga saya tercinta (Mama yang sudah tenang di surga, Bapak, Kakak,

dan Adik) terima kasih untuk doa, dukungan dan segalanya.

2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes., selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku kepala program studi kesehatan

masyarakat yang senantiasa menjadikan program studi ini menjadi lebih

baik.

4. Ibu Dr. Iting Shofwati ST, MKKK selaku dosen peminatan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) Terima kasih ibu atas waktu, ilmu dan

pengalamannya.

5. Ibu Yuli Amran SKM, MKM selaku dosen pembimbing I yang selalu

sabar dan keikhlasannya memberikan bimbingannya. Terima kasih ibu

atas waktu, doa dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

ix

6. Ibu Dewi Utami Iriani, M. Kes, Ph. D selaku dosen pembimbing II yang

selalu siap memberikan bimbingannya dan arahan yang positif sehingga

penulis dapat menyelesaan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Iting Shofwati S.T, M.KKK, Ibu Catur Rosidati, M.KM, dan

Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, M.KKK selaku dosen penguji sidang skripsi,

terima kasih atas kesediaan ibu menjadi penguji dan memberikan sarannya

yang positif untuk perbaikan skripsi penulis

8. Bapak Ali selaku manajer QM&SHE yang sudah mengijinkan penulis

melaksanakan penelitian ini.

9. Pak Obie, Pak Andri, Bu Nitra, Bu Sanis dan seluruh pekerja di PT Pelita

Air Service yang telah bersedia membantu penelitian ini.

10. Makasih banyak kesayangan aku atas bantuan dan dukungannya: Kawan

Solihah (Lintang, Danti, Epi, Salsa, Ntis, Meta, Ajeng, Ayu, Ibo, Amel)

dan 8-xotis (Safira, Sarah, Iput, Rahma, Gia, Karin, Unik), dan semua

yang telah membantu .

11. Dan teman-teman Kesehatan Masyarakat 2011 tercinta, sukses selalu buat

kita semua

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap seluruh

kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang

membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu

mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Jakarta, November 2015

Dwi Nurvita

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................. Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xviii

DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xx

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xxi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xxii

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ xxiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 8

C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 9

D. Tujuan ............................................................................................................. 10

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xi

1. Tujuan Umum ............................................................................................ 10

2. Tujuan Khusus ........................................................................................... 10

E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 11

1. Bagi PT Pelita Air Service......................................................................... 11

2. Bagi Pekerja PT Pelita Air Service............................................................ 11

3. Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................................... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 12

A. Kepatuhan ....................................................................................................... 12

1. Definisi Kepatuhan .................................................................................... 12

B. Pelaporan Bahaya ........................................................................................... 12

1. Pelaporan ................................................................................................... 12

2. Kondisi Bahaya ......................................................................................... 13

3. Pelaporan Bahaya ...................................................................................... 14

4. Dasar Hukum Kegiatan Pelaporan Bahaya ............................................... 16

C. Teori Perubahan Perilaku ............................................................................... 19

1. Teori Green dan Kreuter, 2000 .................................................................. 19

2. Teori Geller, 2001...................................................................................... 21

D. Dampak Pelaporan Bahaya Tidak Lengkap ................................................... 24

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaporan Bahaya ............... 25

1. Faktor Internal ........................................................................................... 26

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xii

2. Faktor Eksternal ......................................................................................... 30

F. Kerangka Teori ............................................................................................... 40

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 42

A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 42

B. Definisi Operasional ....................................................................................... 46

C. Hipotesis ......................................................................................................... 49

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 50

A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................................ 50

B. Lokasi dan Waktu ........................................................................................... 50

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 50

1. Populasi ..................................................................................................... 50

2. Sampel ....................................................................................................... 51

D. Pengumpulan Data ......................................................................................... 52

E. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................ 52

F. Validitas dan Reabilitas Kuesioner ................................................................ 58

1. Validitas ..................................................................................................... 58

2. Reabilitas ................................................................................................... 59

H. Manajemen Data ............................................................................................ 60

1. Editing ....................................................................................................... 60

2. Coding ....................................................................................................... 61

3. Entry .......................................................................................................... 61

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xiii

4. Cleaning .................................................................................................... 62

I. Analisis Data .................................................................................................. 62

1. Analisis Univariat ...................................................................................... 62

2. Analisis Bivariat ........................................................................................ 63

J. Penyajian Data ................................................................................................ 64

BAB V HASIL ........................................................................................................... 65

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................................. 65

1. Profil PT Pelita Air Service ....................................................................... 65

2. Visi dan Misi PT Pelita Air Service .......................................................... 66

3. Gambaran Area Kerja Pondok Cabe ......................................................... 66

4. Kebijakan K3 ............................................................................................. 69

5. Pelaporan Bahaya di PT Pelita Air Service ............................................... 71

6. Tujuan, Prinsip dan Manfaat Kegiatan Pelaporan Bahaya ........................ 72

7. Personil dan Tempat Pelaksanaan Pelaporan Bahaya ............................... 72

8. Jenis Formulir Pelaporan Bahaya .............................................................. 73

9. Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja di PT Pelita Air Service ....... 75

B. Gambaran Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun

2015.............................................................................................................. 78

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xiv

C. Gambaran Faktor Internal (Usia, Masa Kerja, Sikap dan Persepsi Terhadap

Bahaya) pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service

Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015 ......................................................... 79

1. Usia ............................................................................................................ 80

2. Masa Kerja ................................................................................................. 80

3. Sikap .......................................................................................................... 81

4. Persepsi Terhadap Bahaya ......................................................................... 81

D. Gambaran Faktor Eksternal (Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan,

Respon Pihak Pengawas, Sikap Rekan Kerja dan Pengaruh Penghargaan)

pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area

Kerja Pondok Cabe Tahun 2015 .................................................................. 81

1. Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan ................................................ 82

2. Respon Pihak Pengawas ............................................................................ 83

3. Sikap Rekan Kerja ..................................................................................... 83

4. Pengaruh Penghargaan .............................................................................. 83

E. Hubungan antara Faktor Internal (Usia, Masa Kerja, Sikap dan Persepsi

Terhadap Bahaya) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja

Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok

Cabe Tahun 2015 ......................................................................................... 83

1. Hubungan antara Usia dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya................... 84

2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya ...... 84

3. Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya ................ 85

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xv

4. Hubungan antara Persepsi Terhadap Bahaya dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya ...................................................................................... 86

F. Hubungan antara Faktor Eksternal (Frekuensi Paparan Pelatihan

Keselamatan, Respon Pihak Pengawas, Sikap Rekan Kerja dan Pengaruh

Penghargaan) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi

Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe

Tahun 2015 .................................................................................................. 86

1. Hubungan antara Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan dengan

Kepatuhan Pelaporan Bahaya .................................................................... 87

2. Hubungan antara Respon Pihak Pengawas dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya ...................................................................................... 88

3. Hubungan antara Sikap Rekan Kerja dengan Kepatuhan Pelaporan

Bahaya ....................................................................................................... 89

4. Hubungan antara Pengaruh Penghargaan dengan Kepatuhan Pelaporan

Bahaya ....................................................................................................... 89

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 91

A. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 91

B. Gambaran Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun

2015.............................................................................................................. 92

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xvi

C. Hubungan Faktor Internal (Usia, Masa Kerja, Sikap dan Persepsi Terhadap

Bahaya) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun

2015.............................................................................................................. 97

1. Hubungan antara Usia dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya................... 97

2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya .... 100

3. Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya .............. 104

4. Hubungan antara Persepsi Terhadap Bahaya dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya .................................................................................... 109

D. Hubungan Faktor Eksternal (Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan,

Respon Pihak Pengawas, Sikap Rekan Kerja dan Pengaruh Penghargaan)

dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun

2015............................................................................................................ 113

1. Hubungan antara Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan dengan

Kepatuhan Pelaporan Bahaya .................................................................. 113

2. Hubungan antara Respon Pihak Pengawas dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya .................................................................................... 118

3. Hubungan antara Sikap Rekan Kerja dengan Kepatuhan Pelaporan

Bahaya ..................................................................................................... 122

4. Hubungan antara Pengaruh Penghargaan dengan Kepatuhan Pelaporan

Bahaya ..................................................................................................... 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 131

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xvii

A. Simpulan ....................................................................................................... 131

B. Saran ............................................................................................................. 133

1. Bagi PT Pelita Air Service....................................................................... 133

2. Bagi Pekerja PT Pelita Air Service.......................................................... 135

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................................ 136

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 137

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Operasional ...................................................................... ......46

Tabel 4. 1 Skoring Variabel Sikap..................................................................55

Tabel 4. 2 Kode Variabel ................................................................................... ...62

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi

Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe

Tahun 2015 ........................................................................................ 79

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Internal (Usia, Masa Kerja)

pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area

Kerja Pondok Cabe Tahun 2015 ........................................................... 80

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Internal (Sikap, Persepsi

Terhadap Bahaya) pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita

Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015............................... 80

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Eksternal (Frekuensi paparan

Pelatihan Keselamatan, Respon Pihak Pengawas, Sikap Rekan Kerja

dan Pengaruh Penghargaan) pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di

PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015 ............... 82

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Internal (Usia, Masa Kerja)

dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun

2015 ...................................................................................................... 84

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xix

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Internal (Sikap, Persepsi

Terhadap Bahaya) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja

Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok

Cabe Tahun 2015 .................................................................................. 85

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Eksternal dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita

Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015 ........................... 87

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xx

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Faktor yang Mempengaruhi Praktik Keselamatan Pekerja ................. 20

Bagan 2. 2 The Safety Triad .................................................................................. 21

Bagan 2. 3 Aspek internal dan eksternal pada individu yang dapat mempengaruhi

kesuksesan program keselamatan kerja ................................................................ 22

Bagan 2. 4 The ABC Model ................................................................................... 23

Bagan 2. 5 Kerangka Teori ................................................................................... 41

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep ................................................................................ 42

Bagan 5. 1 Proses Pre-Flight Pesawat .................................................................. 69

Bagan 5. 2 Proses Post-Flight Pesawat ................................................................. 70

Bagan 5. 3 Siklus Intervensi Kartu ....................................................................... 77

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Safety Accident Pyramid .................................................................. 15

Gambar 5. 1 Area Kerja Pondok Cabe PT Pelita Air Service ............................... 68

Gambar 5. 2 Safety Observation Form ................................................................. 75

Gambar 5. 3 Hazard Report .................................................................................. 76

Gambar 6. 1 Sertifikat Safety Awards ................................................................. 128

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Legalitas Penelitian................................................................. 145

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ............................................................... 146

Lampiran 3 Form Studi Dokumen ....................................................... ......150

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reabilitas ................................................. ...151

Lampiran 5 Hasil Studi Dokumen.............................................................. 155

Lampiran 6 Uji Normalitas ....................................................................... 168

Lampiran 7 Analisis Univariat ................................................................... 172

Lampiran 8 Analisis Bivariat...................................................................... 176

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

xxiii

DAFTAR ISTILAH

HSE : Health Safety and Environment

OHSAS : Occupational Health and Safety Assessment Series

APD : Alat Pelindung Diri

PP : Peraturan Pemerintah

PT : Perseroan Terbatas

BBS : Behavior Based Safety

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

CDC : Canadian Centre of Occupational Health and Safety

KPI : Key Performance Indicator

HR : Hazard Report

SOF : Safety Observation Form

STOP : Safety Training Observation Program

STOP 6 : Safety Toyota ―0‖ Accident Project

CCOHS : Centre for Disease Control and Prevention

KKL : Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan

QM&SHE : Quality Management and Safety, Health, Environment, Security

Aviation

WSH Council : Workplace Safety and Health Council

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS)

18001 tahun 2007 mengenai Persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) disebutkan bahwa pelaksanaan keselamatan

kerja salah satunya dengan melakukan pelaporan keadaan berbahaya. Hal

tersebut tertera pada klausul 4.5.3.2 mengenai pentingnya menerapkan

prosedur untuk mencatat ketidaksesuaian, tindakan perbaikan serta

mendokumentasikan tindakan pencegahan. Pelaksanaan pelaporan bahaya

juga didukung Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012, Lampiran II

tentang pedoman penilaian penerapan SMK3 poin 8.1 bahwa prosedur

pelaporan bahaya harus dimiliki perusahaan dan diketahui oleh tenaga kerja.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan Surat

Keputusan (SK) nomor SKEP/223/X/2009 tentang petunjuk dan tata cara

pelaksanaan sistem manajemen keselamatan (safety managemenet system)

operasi bandar udara, bagian 139-01 pada poin 4.1 menyatakan bahwa

setiap pegawai bertanggung jawab untuk melakukan identifikasi bahaya dan

melaporkan kepada safety manager/officer. Identifikasi bahaya yang ada di

bandar udara dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan pelaporan

bahaya namun tidak ditetapkan metode yang harus digunakan. Metode

identifikasi bahaya disesuaikan dengan ketetapan setiap bandar udara.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

2

Ketika menerapkan kegiatan pelaporan bahaya, setiap perusahaan

memiliki kewenangan untuk mengadopsi, memodifikasi atau merancang

sendiri kegiatan pelaporan bahaya yang telah disesuaikan dengan budaya

perusahaan. Selain itu, kegiatan pelaporan bahaya juga mengikutsertakan

peran seluruh pekerja agar kegiatan berjalan efektif dan dapat

meningkatkan kepedulian terhadap penerapan upaya pencegahan kecelakaan

dengan sukarela (Gunawan, 2013).

Pelaporan bahaya mencakup pelaporan kondisi tidak aman dan

perilaku tidak aman (WSH Council, 2014). Pelaporan bahaya oleh pekerja

merupakan sarana penting untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan

mencatat ketidaksesuaian sebelum kecelakaan. Pelaporan bahaya harus

menjadi prioritas program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karena

merupakan pencegahan dasar terjadinya kecelakaan (Human Resources and

Skills Development Canada, 2013). Pelaporan bahaya merupakan indikasi

adanya permasalahan dimana cidera bisa terjadi, meskipun belum

menimbulkan kerugian, tetapi pelaporan bahaya menghasilkan informasi

yang mengarah kepada tindakan perbaikan untuk menciptakan lingkungan

kerja yang aman (Healthyworkinglives.com, 2014).

Frekuensi pelaporan bahaya yang masih rendah seringkali

dikarenakan pekerja tidak mau berbicara mengenai masalah yang terjadi.

Ragain, dkk (2011) melakukan survei pada 2600 pekerja di 14 negara

bagian Amerika Serikat, menyatakan 97% pekerja tidak melaporkan

keadaan bahaya karena perusahaan memiliki kebijakan memberhentikan

pekerja jika melaporkan keadaan bahaya. Selain itu, sebagian pekerja yang

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

3

melaporkan keadaan bahaya, tidak disertai dengan tindakan menegur

(intervensi) kepada objek pengamatan. Sebesar 24,6% pekerja tidak

mengintervensi karena pekerja lain dapat marah ketika diintervensi dan

19,8% berpendapat intervensi tidak akan mengubah perilaku seseorang

(Ragain dkk, 2011). Ketika pekerja tidak mengubah keadaan bahaya maka

sejumlah besar cidera tidak dapat dicegah.

Di Indonesia, pelaporan bahaya dengan pengamatan kondisi dan

perilaku tidak aman juga belum maksimal. Penelitian Asril (2003) di PT

Apexindo Pratama Duta menyatakan pada bulan Desember 2002 hingga

Juni 2003, hanya 24 orang (22%) dari 109 pekerja yang mengisi kartu

pengamatan bahaya. Sejalan dengan itu, Nurhayati (2009) mengatakan

pelaksanaan program Safety Pro-active Activity yang merupakan jenis

pelaporan bahaya di PT Astra Daihatsu Motor masih memiliki kendala yaitu

pekerja belum paham cara pengisian check sheet tentang pelaporan bahaya.

Dampak yang timbul jika pelaporan bahaya tidak terlaksana dengan

baik adalah tidak akan teridentifikasinya kondisi-kondisi tidak aman

maupun perilaku tidak aman di lingkungan kerja yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan ataupun kejadian yang lebih besar. Oleh karena

itu, pentingnya dilakukan pelaporan bahaya sebagai tindakan pencegahan

pada perilaku dan kondisi tidak aman agar dapat menghindari terjadinya

kecelakaan kerja yang fatal.

Kecelakaan kerja walaupun kecil akan tetap mengganggu proses dan

menimbulkan kerugian dari cidera, kematian, rusaknya sarana, penurunan

produktivitas dan citra perusahaan (Marettia, 2011). Menurut Economic

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

4

Burden of Occupational Injury and Illness in the United States

menunjukkan bahwa kematian dan cidera akibat kerja mengeluarkan biaya

$192 milyar per tahun (CDC, 2014). Sedangkan jumlah klaim kecelakaan

kerja tahun 2013 di Indonesia mencapai Rp 618,49 miliar (BPJS, 2014).

PT Pelita Air Service merupakan perusahaan pernerbangan yang

memiliki komitmen untuk menerapkan K3 dalam kegiatan jasanya. PT

Pelita Air Service melayani jasa penyewaan pesawat (charter) dengan

memiliki fasilitas dasar pemeliharaan pesawat (based maintenance). Jasa

charter dilakukan untuk melayani penerbangan baik bagi perusahaan

minyak maupun masyarakat umum serta based maintenance pesawat

merupakan pusat untuk pemeliharaan pesawat baik pemeliharaan yang

dilakukan setiap hari maupun pemeliharaan bulanan serta tahunan.

Pada proses jasanya, PT Pelita Air Service terbagi dalam beberapa

departemen. Setiap departemen memiliki tugas dan fungsi yang berbeda

dalam menjalankan kegiatannya. Kegiatan administrasi dan kontrak charter

dilakukan pada bagian kantor sedangkan kegiatan based maintenance

dilakukan pada bagian hangar di area Pondok Cabe oleh pekerja teknisi unit

maintenance yang terdiri dari proses preflight dan postflight.

Para pekerja baik di kantor maupun pekerja teknisi di hangar memiliki

tingkat paparan sumber bahaya yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi

peneliti dan identifikasi bahaya yang dilakukan oleh Departemen Quality

Management & Safety Health Environment (QM&SHE), paparan bahaya

dan risiko yang diterima oleh para pekerja berbeda terutama paparan bahaya

fisik (kebisingan), bahaya kimia dan bahaya mekanik yang memiliki

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

5

intensitas paparan cukup tinggi. Paparan yang tinggi terutama terjadi dalam

proses preflight dan postflight yang dilakukan di area kerja Pondok Cabe

dapat menimbulkan peluang kecelakaan kerja lebih besar dibandingkan

dengan area kerja lain.

PT Pelita Air Service menerapkan kegiatan pelaporan bahaya sebagai

upaya preventif terjadinya kecelakaan demi menciptakan lingkungan kerja

yang aman dengan melibatkan partisipasi pekerja. Kegiatan pelaporan

bahaya dimana pekerja dilatih peka terhadap perilaku atau kondisi aman dan

tidak aman dengan mengisi form pelaporan bahaya. Form dikembangkan

sebagai alat keahlian observasi dan komunikasi guna memastikan tempat

kerja lebih aman karena perilaku dan kondisi tidak aman dapat terdeteksi

dan dilaporkan melalui form tersebut.

Berdasarkan Safety, Health and Environment Manual Chapter 3 yang

dikeluarkan PT Pelita Air Service mengenai implementation and

performance monitoring poin 3.4.2 menyatakan bahwa pekerja harus segera

melaporkan segala bentuk bahaya di tempat kerja, baik tindakan tidak aman

dan kondisi tidak aman. Sebelum melaporkan pekerja mengidentifikasi

bahaya di tempat kerja dengan mencatatnya di formulir hazard report dan

safety observation form kepada safety officer. Setelah formulir diisi oleh

pekerja kemudian form dapat diletakan pada safety drop box yang tersedia

di area kerja. Setiap bulan isi form yang ada di safety drop box dikumpulkan

oleh safety officer selanjutnya akan diberikan ke kantor pusat pada

Departemen QM&SHE untuk dianalisis, diamati dan ditindaklanjuti sesuai

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

6

prioritas perbaikan. Selain itu, form pelaporan bahaya juga dapat dikirim

langsung melalui fax atau email ke Departemen QM&SHE.

Kegiatan pelaporan bahaya dimulai pada tahun 2001, namun

pelaksanaan pelaporan bahaya berjalan kurang baik. Hasil pengamatan

peneliti selama tiga minggu dari 2 Februari 2015 sampai 9 Maret 2015 di

area Pondok Cabe terlihat bahwa pekerja masih melakukan perilaku tidak

aman dan terdapat kondisi berbahaya di sekitar pekerja. Beberapa perilaku

tidak aman yang terdeteksi yakni kelalaian penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD), sikap tubuh tidak ergonomis serta bercanda saat bekerja. Namun

hanya sebagian kecil pekerja yaitu 8 pekerja dari 20 pekerja (40%) yang

melaporkan keadaan berbahaya dengan melakukan pengisian pada kartu

pelaporan bahaya. Selain itu, hasil pengumpulan kartu pelaporan bahaya

pada tahun 2012, hanya terkumpul 84 pelaporan bahaya dari target 200

pelaporan bahaya (42%) dan tahun 2014 hanya 218 pelaporan bahaya dari

target 300 pelaporan bahaya (72,6%).

Pada tahun 2014, PT Pelita Air Service mengalami tiga kasus

kecelakaan kerja, satu First Aid Case, satu Property Damage dan satu

Vehicle Incident. Berdasarkan hasil investigasi Departemen QM&SHE,

kasus tahun 2014 disebabkan perilaku tidak aman pekerja. Adanya

kecelakaan kerja menunjukkan bahwa kegiatan pelaporan bahaya untuk

mencegah kecelakaan belum terlaksana dengan baik.

Mengatasi rendahnya dukungan pekerja terhadap pelaksanaan

kegiatan pelaporan bahaya dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku pelaporan bahaya. Berdasarkan penelitian

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

7

sebelumnya, perilaku pelaporan bahaya dipengaruhi 2 faktor yaitu faktor

internal (persepsi, sikap, usia, masa kerja) dan faktor eksternal (pelatihan,

penghargaan, pengawas serta rekan kerja).

Faktor internal yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

bahaya adalah sikap (Anugraheni, 2003). Sedangkan menurut Marettia

(2011) persepsi juga berhubungan dengan perilaku pelaksanaan Safety

Training Observation Program (STOP) Card yang merupakan jenis

pelaporan bahaya. Selanjutnya, masa kerja juga memiliki hubungan

dengan perilaku pekerja dalam pencegahan kecelakaan kerja (Al Faris,

2014). Penelitian kurniawan (2006) juga menyatakan bahwa ada hubungan

antara umur pekerja dengan praktik penerapan prosedur keselamatan kerja

termasuk kegiatan pelaporan bahaya.

Faktor eksternal yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

bahaya adalah pelatihan (Asril, 2003). Sedangkan menurut Halimah (2010)

peran pengawas dan peran rekan kerja juga berhubungan dengan perilaku

aman pekerja, pelaporan bahaya termasuk bagian dari perilaku aman

pekerja. Selanjutnya, menurut Anugraheni (2003) sanksi dan penghargaan

juga berhubungan dengan perilaku pekerja dalam program Safety Toyota

―0‖ Accident Project (STOP 6) yang merupakan jenis pelaporan bahaya.

Kegiatan pelaporan bahaya yang merupakan upaya pencegahan

kecelakaan di PT Pelita Air Service berjalan kurang baik, masih

ditemukannya perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman namun masih

rendanya pengisian kartu pelaporan bahaya terlihat dari hanya sedikit

pekerja yang mengisi kartu dan kejadian kecelakaan kerja yang masih

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

8

terjadi. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada

pekerja teknisi unit maintenance.

B. Rumusan Masalah

PT Pelita Air Service memiliki based maintenance di area kerja Pondok

Cabe terdiri dari proses preflight dan postflight yang dilakukan oleh pekerja

teknisi unit maintenance. Proses preflight dan postflight memiliki potensi

bahaya tinggi dalam menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan

area kerja lain. PT Pelita Air Service sudah memiliki kegiatan pelaporan

bahaya sebagai upaya preventif terjadinya kecelakaan dengan mengobservasi

perilaku rekan kerja dan lingkungan kerja.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama tiga minggu dari 2

Februari 2015 sampai 9 Maret 2015 di area kerja Pondok Cabe terlihat bahwa

pekerja masih melakukan perilaku tidak aman dan terdapat kondisi berbahaya

di sekitar pekerja. Beberapa perilaku tidak aman yang terdeteksi yakni

kelalaian penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), sikap tubuh tidak

ergonomis serta bercanda saat bekerja. Namun pengisian pelaporan bahaya

masih rendah, tidak ada pekerja yang melakukan pengisian kartu selama

periode tersebut.

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kepatuhan

pelaporan bahaya pada pekerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal (usia, persepsi, masa kerja,

sikap) dan faktor eksternal (pelatihan, pengawas, rekan kerja, sanksi dan

penghargaan). Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin meneliti

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

9

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area

kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi

unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe,

Tangerang Selatan Tahun 2015?

2. Bagaimana gambaran faktor internal (usia, masa kerja, sikap, persepsi

terhadap bahaya) pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran faktor eksternal (frekuensi paparan pelatihan

keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja, pengaruh

penghargaan) pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015?

4. Apakah ada hubungan antara faktor internal (usia, masa kerja, sikap,

persepsi terhadap bahaya) dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada

pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja

Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015?

5. Apakah ada hubungan antara faktor eksternal (frekuensi paparan

pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja,

pengaruh penghargaan) dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada

pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja

Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015?

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

10

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita

Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja

teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok

Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

b. Diketahuinya gambaran faktor internal (usia, masa kerja, sikap,

persepsi terhadap bahaya) pada pekerja teknisi unit maintenance di

PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan

Tahun 2015.

c. Diketahuinya gambaran faktor eksternal (frekuensi paparan

pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja,

pengaruh penghargaan) pada pekerja teknisi unit maintenance di PT

Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan

Tahun 2015.

d. Diketahuinya hubungan antara faktor internal (usia, masa kerja,

sikap, persepsi terhadap bahaya) dengan kepatuhan pelaporan

bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

11

e. Diketahuinya hubungan antara faktor eksternal (frekuensi paparan

pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja,

pengaruh penghargaan) dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada

pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja

Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi PT Pelita Air Service

a. Sebagai sumber informasi mengenai pelaksanaan pelaporan

bahaya pada pekerja di PT Pelita Air Service.

b. Bahan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelaporan bahaya

di PT Pelita Air Service dengan meninjau faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pekerja.

2. Bagi Pekerja PT Pelita Air Service

Sebagai gambaran dan bahan evaluasi diri pekerja mengenai

dukungan pekerja serta faktor-faktor yang berhubungan dalam pelaporan

bahaya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi dan kepentingan pengembangan penelitian

selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

pelaporan bahaya pada pekerja.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

12

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit

maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang

Selatan Tahun 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja teknisi

unit maintenance di area kerja Pondok Cabe, PT Pelita Air Service.

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember tahun 2015 di PT

Pelita Air Service. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara

mengumpulkan data primer melalui pengisian kuesioner dan data sekunder

melalui studi dokumen safety report untuk mengetahui pengisian pelaporan

bahaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi

cross sectional.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan

1. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan (compliance) merupakan salah satu bentuk perilaku

yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal (Ruhyandi,

2008). Geller (2001) pada teori safety triad juga menyatakan kepatuhan

merupakan salah satu faktor pada komponen behavior yang dipengaruhi

oleh interaksi faktor pada komponen person dan environment. Ramdayana

(2009) mengemukakan bahwa kepatuhan akan menghasilkan perubahan

tingkah laku (behaviour change) yang bersifat sementara dan individu

yang berada di dalamnya akan cenderung kembali ke

perilaku/pandangannya yang semula jika pengawasan kelompok mulai

mengendur dan perlahan memudar atau jika individu tersebut dipindahkan

dari kelompok asalnya.

B. Pelaporan Bahaya

Kegiatan pelaporan bahaya dilakukan oleh pekerja dalam rangka

mencegah kecelakaan kerja serta untuk menciptakan lingkungan kerja

yang lebih aman.

1. Pelaporan

Pelaporan adalah pertukaran informasi secara lisan atau tulisan

sebagai pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan sesuai dengan

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

13

hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responibility) yang

ada antara mereka. Selain itu, pelaporan merupakan salah satu cara

pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.

Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi karena

hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesama pekerja

dalam suatu organisasi yang terjalin baik dan dapat mewujudkan sebagian

dari keberhasilan organisasi tersebut (Haryanto, 2007).

2. Kondisi Bahaya

Bahaya adalah suatu objek atau situasi yang berpotensi

menyebabkan kerusakan, gangguan efek kesehatan yang mempengaruhi

sesuatu atau seseorang di bawah kondisi-kondisi tertentu di tempat kerja

(CCOHS, 2008). Keberadaan bahaya dapat mengakibatkan terjadinya

kecelakaan dan insiden yang membawa dampak terhadap manusia,

peralatan, material dan lingkungan (Ramli, 2010). Berdasarkan modifikasi

piramida kecelakaan dari Heinrich’s Accident Triangle bahwa situasi

berbahaya terdiri dari pelaporan kondisi tidak aman dan perilaku tidak

aman (WSH Council, 2014).

Kondisi tidak aman (unsafe condition) yaitu kondisi lingkungan

kerja yang mengandung potensi atau faktor bahaya yang dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja, antara lain:

a. Keadaan mesin, peralatan kerja, pesawat

b. Lingkungan kerja: licin, panas, terlalu dingin, terlalu panas, berdebu,

dan terdapat bahan beracun dan berbahaya (Ernawati, 2009).

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

14

Sedangkan tindakan tidak aman (unsafe action) yaitu suatu

tindakan atau tingkah laku yang tidak aman sehingga dapat menyebabkan

kecelakaan kerja, misalnya:

a. Cara kerja yang tidak benar

b. Sikap kerja yang tergesa-gesa

c. Kurang pengetahuan dan ketrampilan

d. Kelelahan dan kejenuhan, dll (Ernawati, 2009).

3. Pelaporan Bahaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengharuskan adanya

pelaporan bahaya di tempat kerja. Pelaporan dilaporkan kepada atasan atau

supervisor untuk dapat mengurangi potensi bahaya yang akan

menghasilkan dampak negatif (EHS Carleton Univesity, 2009).

Menurut CCOHS (2008) proses pelaporan bahaya memungkinkan

pekerja untuk melaporkan kondisi berbahaya yang mereka lihat secara

langsung dengan mengisi formulir sederhana yang tersedia. Prosedur ini

memungkinkan untuk pelaporan cepat dan tindakan perbaikan berikutnya

tanpa menunggu inspeksi rutin.

Penyelidikan dan analisis dari semua kejadian berbahaya adalah

cara yang efektif untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja.

Penyelidikan dan analisis harus menghasilkan informasi yang mengarah ke

tindakan korektif yang mencegah atau mengurangi jumlah kejadian

berbahaya (Human Resources and Skills Development Canada, 2013).

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

15

Sehingga adanya kegiatan dalam pelaporan bahaya atas tindakan

dan kondisi tidak aman harus dilaksanakan dengan baik. Hal ini juga

sesuai dengan teori safety accident pyramid sebagai berikut :

Gambar 2.1

Safety Accident Pyramid

Teori ini menggunakan ratio perbandingan 1: 10 : 30 : 600 yang

dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Rasio perbandingan 1 adalah untuk kecelakaan berat atau fatal

artinya bahwa setiap satu kali kecelakaan berat atau fatal terjadi,

sebelumnya ada sepuluh kali kejadian yang berakibat luka ringan.

b. Rasio perbandingan 10 adalah untuk kecelakaan dengan luka

ringan artinya bahwa sepuluh kali kecelakaan luka ringan terjadi,

sebelumnya ada tiga puluh kali kejadian kerusakan harta benda.

c. Rasio perbandingan 30 adalah untuk kecelakaan kerusakan harta

benda, artinya bahwa setiap tiga puluh kali kejadian kerusakan

harta benda yang timbul, sebelumnya ada enam ratus kali kejadian-

kejadian yang tidak berakibat luka atau cidera maupun kerusakan

harta benda (nyaris celaka).

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

16

d. Rasio perbandingan 600 adalah untuk kecelakaan yang tidak

berakibat luka atau kerusakan (nyaris celaka), artinya bahwa setiap

enam ratus kali kejadian-kejadian yang tidak berakibat orang luka

maupun kerusakan harta benda yang terjadi, kejadian seperti inilah

yang perlu kita kendalikan agar tidak terjadi yang rasio

perbandingan kecelakaan 30, 10 maupun 1.

Piramida tersebut menunjukkan bahwa kontribusi tindakan yang

tidak aman akan menyebabkan cidera yang parah, satu kecelakaan terjadi

akibat akumulasi nearmiss yang merupakan at risk behaviour dan keadaan

berbahaya yang terdiri dari perilaku kerja yang tidak aman maupun kondisi

tidak aman (Bird, 1986) dalam (Roughton, 2002). Sejalan dengan itu,

menurut WSH Council (2014) incident yang terjadi mencakup kejadian

near-miss incident dan hazardous situation (situasi berbahaya) terbagi

menjadi unsafe conditions dan at risk behaviour (WSH Council, 2014).

Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk mencegah situasi berbahaya

(perilaku dan kondisi tidak aman) sebelum terakumulasi dan menyebabkan

kecelakaan dan cidera lebih serius. Salah satunya dengan melaksanakan

kegiatan pelaporan bahaya yang ada di PT Pelita Air Service.

4. Dasar Hukum Kegiatan Pelaporan Bahaya

a. OHSAS tahun 2007

OHSAS 18001 tahun 2007 mendefinisikan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau

akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk

pekerja kontrak dan kontraktor) dan juga tamu atau orang lain berada

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

17

di tempat kerja. Dalam OHSAS:18001 klausul 4.5.3.2 mengatakan

bahwa organisasi harus menerapkan prosedur untuk mencatat

ketidaksesuaian, tindakan perbaikan serta mendokumentasikan

tindakan pencegahan.

OHSAS menyatakan bahwa pelaporan bahaya harus

diterapkan disetiap perusahan melalui pencatatan ketidaksesuaian

yang ada di area kerja oleh pekerja sehingga dapat tercipta

lingkungan kerja yang aman.

b. PP No. 50 Tahun 2012

Agar memudahkan pelaksanaan K3 di tempat kerja,

Departemen Tenaga Kerja juga mengeluarkan berbagai peraturan

yang berhubungan dengan K3, salah satunya Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah di Indonesia dalam PP No. 50 Tahun 2012

tentang SMK3 menyatakan bahwa setiap perusahaan yang

mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik

proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan

kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3. Tertera pada Pasal 12

menyatakan bahwa dalam melaksanakan kegiatan K3 harus

melibatkan seluruh pekerja. Serta dalam lampiran II poin 8.1

menyatakan bahwa prosedur pelaporan bahaya harus dimiliki

perusahaan dan prosedur tersebut diketahui oleh tenaga kerja.

PP No. 50 Tahun 2012 menyatakan bahwa prosedur pelaporan

bahaya harus dimiliki perusahan dan diketahui oleh tenaga kerja

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

18

sehingga pelaksanaan K3 diperusahaan melibatkan seluruh pekerja

agar tercipta lingkungan kerja yang aman.

c. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor

SKEP/223/X/2009

Direktur Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan Surat

Keputusan (SK) Nomor SKEP/223/X/2009 tentang petunjuk dan tata

cara pelaksanaan sistem manajemen keselamatan (safety

managemenet system) operasi bandar udara, bagian 139-01 pada poin

4.1 menyatakan bahwa setiap pegawai bertanggung jawab untuk

melakukan identifikasi bahaya dan melaporkan kepada safety

manager/officer. Identifikasi bahaya yang ada di bandar udara

dilakukan salah satunya berdasarkan kegiatan pelaporan bahaya

namun tidak ditetapkan metode yang harus digunakan. Metode

identifikasi hazard disesuaikan dengan ketetapan setiap bandar udara.

SK Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor

SKEP/223/X/2009 juga menyatakan bahwa setiap bandar udara harus

memiliki sistem manajemen keselamatan salah satunya adalah

identifikasi bahaya yang dilakukan oleh seluruh pekerja di bandar

udara. Metode identifikasi bahaya tidak ditentukan oleh Direktur

Jenderal Perhubungan Udara, perusahaan memiliki kewenangan

sendiri untuk prosedur dalam identifikasi bahaya, salah satunya adalah

dengan kegiatan pelaporan bahaya. Selain itu, setiap perusahaan

memiliki kewenangan untuk mengadopsi, memodifikasi atau

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

19

merancang sendiri kegiatan pelaporan bahaya pada perusahaannya

sendiri.

C. Teori Perubahan Perilaku

1. Teori Green dan Kreuter, 2000

Kepatuhan merupakan salah satu bentuk perilaku (Ruhyandi,

2008). Menurut Green dan Kreuter tahun 2000 perilaku dibentuk dan

dipengaruhi dari tiga faktor yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, nilai dan faktor demografi.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) yang terwujud dalam

tersedianya sumber daya yang mendorong perilaku, aksesibilitas

sumber daya.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors) berupa dukungan keluarga,

teman sebaya, pemberi pekerjaan, penyedia layanan kesehatan dan

pengajar.

Dedobbeleer dan German pada tahun 1987 sudah mengaplikasikan

teori Green kedalam occupational settings yaitu faktor yang mempengaruhi

praktik keselamatan pekerja. Kepatuhan pelaporan bahaya merupakan

bagian dari praktik keselamatan pekerja. Teori ini bisa digeneralisasikan

kepada kepatuhan pekerja secara umum termasuk pekerja maintenance

pernerbangan. Faktor yang mempengaruhi praktek keselamatan terbagi tiga

faktor yaitu faktor predisposisi yang merupakan dasar dimana semua faktor

penentu lainnya mungkin memiliki efek dari faktor ini, serta merupakan

faktor yang berasal dari diri manusia itu sendiri yang juga mencakup faktor

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

20

demografi seperti umur dan masa kerja. Faktor pemungkin yang merupakan

faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau kepatuhan

keselamatan pekerja dan faktor penguat adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku termasuk kepatuhan.

Berikut adalah teori Green dan Kreuter yang sudah diaplikasikan ke

occupational settings oleh Dedobbeleer dan German tahun 1987 (Green,

2000) seperti pada bagan 2.2:

Bagan 2.1

Faktor yang mempengaruhi Praktik Keselamatan Pekerja

Faktor Predisposisi

Pengetahuan mengenai keselamatan

Sikap terhadap kinerja keselamatan

Persepsi terhadap cidera

Pengendalian keselamatan atas pekerjaan sendiri

Riwayat cidera

Adanya rekan kerja yang terluka

Faktor Pemungkin

Paparan pelatihan keselamatan

Instruksi pada awal pekerjaan

Ketersediaan peralatan yang sesuai dan aman

Paparan rapat keselamatan

Work pace (kecepatan kerja)

Praktik

Keselamatan

Pekerja

Faktor Penguat

Sikap manajemen puncak terhadap

keselamatan

Peraturan manajemen puncak

Pengawasan kearah keselamatan

Sikap rekan kerja kearah keselamatan

Sikap keluarga kearah keselamatan

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

21

2. Teori Geller, 2001

Perilaku taat atau patuh terhadap peraturan merupakan langkah awal

menuju budaya keselamatan E. Scott Geller tahun 2001 mengemukakan

model Total Safety Culture yang memperhatikan 3 faktor yang

dinamakan The Safety Triad seperti pada bagan 2.3:

Pengetahuan, Keterampilan, Mesin, Peralatan

Kemampuan, Intelegensi housekeeping,

Motif,Kepribadian Standar prosedur

operasi& engienee

Persetujuan, Pelatihan,

Pengenalan, Komunikasi,

Menunjukkan kepedulian yang aktif

Bagan 2.2

The Safety Triad

Tiga faktor tersebut bersifat dinamis dan interaktif. Perubahan pada

salah satu faktor dapat mempengaruhi faktor lainnya. Budaya

keselamatan yang baik merupakan hasil interaksi perilaku K3, faktor

pribadi dan juga faktor organisasi. Faktor perilaku dan personal orang

tersebut menunjukkan kedinamisan manusia dalam keselamatan kerja.

Kedua faktor tersebut sangat penting untuk mencapai budaya

keselamatan yang baik. Pendekatan ini berfungsi untuk memahami dan

mengelola elemen manusia untuk mencegah kecelakaan kerja (Geller,

2001).

Budaya

Keselamatan

Orang Lingkungan

Perilaku

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

22

Selain itu, ada aspek internal dan eksternal pada individu yang

dapat mempengaruhi kesuksesan program keselamatan kerja (Geller,

2001). Pendekatan ini digunakan untuk mengubah perilaku seseorang

seperti pada bagan 2.3:

Bagan 2.3

Aspek internal dan eksternal pada individu

yang mempengaruhi kesuksesan program keselamatan kerja

Selain itu, Geller (2001) juga menggunakan teori ABC (Antecedent

-Behavior-Consequence) atau (Aktivator-Perilaku-Konsekuensi) model

yang dikemukakan oleh B.F Skinner untuk mengintervensi perubahan

perilaku termasuk kepatuhan. Model ini dapat digunakan untuk

mendiagnosis faktor yang berkontribusi dalam insiden atau perilaku

berisiko maupun kepatuhan dan menentukan tindakan koreksi. Dalam

model ini aktivator dapat merangsang timbulnya perilaku dan

konsekuensi dapat memotivasi perilaku.

Manusia

Internal

Status ciri-ciri:

Sikap, kepercayaan, pemikiran,

kepribadian, persepsi, nilai-nilai

dan tujuan

Eksternal

Perilaku :

Pelatihan, pengenalan,

persetujuan, komunikasi, dan

kepedulian secara aktif

Pendidikan

Person Based

Teori Kognitif

Survey Persepsi

Pelatihan

Behaviour based

Ilmu perilaku

Audit perilaku

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

23

- Diskusi -Pengisian kartu -Umpan Balik

-Kebijakan -menggunakan APD -Positif/negatif

-Ceramah -mengingatkan -Hadiah/

-Demonstrasi rekan kerja hukuman

-Perjanjian

Bagan 2.4

The ABC Model

Antecedent ialah sesuatu yang datangnya lebih dahulu sebelum

terjadi perilaku atau behavior. Antecedent dapat dikatakan sebagai

pemicu suatu perilaku atau dapat dikatakan mengapa orang berperilaku

seperti itu. Consequence ialah sesuatu yang mengikuti perilaku atau

dengan kata lain akibat dari perilaku yang dilakukan (Irliyanti, 2014).

Teori dalam model perilaku ABC ini sesuai dengan The lawfullness

of behavior dalam ilmu perilaku yang disampaikan oleh Irliyanti (2014)

mengemukakan bahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya

stimulus, tidak ada tingkah laku manusia yang terjadi tanpa adanya

stimulus, stimulus merupakan sebab terjadinya perilaku, dan semakin

besar stimulus yang ada maka semakin besar kemampuannya untuk

menggerakkan tingkah laku.

Penggunaan model perilaku ABC merupakan cara yang efektif

untuk memahami mengapa perilaku bisa terjadi dan merupakan cara yang

efektif untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan ataupun kepatuhan

karena dalam model perilaku ini terdapat konsekuensi yang digunakan

untuk memotivasi agar frekuensi perilaku yang diharapkan dapat

meningkat serta model perilaku ABC ini berguna untuk mendesain

Aktivator Perilaku Konsekuensi

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

24

intervensi yang dapat meningkatkan perilaku, individu, kelompok, dan

organisasi (Geller, 2005). Dalam hal ini perilaku yang diharapkan

frekuensinya meningkat ialah kepatuhan pengisian kartu pelaporan

bahaya untuk mendukung meningkatnya perilaku aman pada pekerja.

D. Dampak Pelaporan Bahaya Tidak Lengkap

Dampak yang timbul jika pelaporan bahaya tidak terlaksana dengan

baik adalah tidak akan teridentifikasi bahwa terdapat kondisi-kondisi tidak

aman maupun perilaku tidak aman di lingkungan kerja yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan ataupun kejadian yang lebih besar. Ketika cidera

tidak dilaporkan, pekerja terluka melepaskan hak-hak mereka untuk

mendapatkan kompensasi pekerja dan perusahaan tetap tidak menyadari

masalah keselamatan yang terjadi. Kedua, pekerja dapat terus melakukan

pekerjaan dengan cara yang tidak aman karena mereka tetap tidak yakin

bahwa perilaku seperti itu mungkin mengakibatkan kecelakaan. Namun,

pekerja keliru, perilaku yang tidak aman adalah penyebab utama kecelakaan

yang bisa menyebabkan kematian (Human Resources and Skills Development

Canada, 2013).

Menurut Tarwaka (2008) kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang

tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga yang dapat menimbulkan

kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang

terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

Banyak sekali kerugian yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja diantaranya

adalah jumlah kerugian untuk korban kecelakaan kerja ditambah dengan

kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang diakibatkan oleh

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

25

kecelakaan kerja diantaranya kerugian-kerugian (biaya-biaya) dari biaya

langsung kecelakaan kerja yaitu biaya pengobatan dan perawatan korban

kecelakaan kerja serta biaya kompensasi (yang tidak diasuransikan). Selain

itu, biaya tidak langsung dikarenakan adanya kerusakan bangunan, alat dan

mesin, kerusakan produk dan bahan atau material, gangguan dan terhentinya

produksi, biaya administratif, pengeluaran sarana dan prasarana darurat, sewa

mesin sementara, waktu untuk investigasi, pembayaran gaji untuk waktu yang

hilang, nama baik, dan sebagainya (Marettia, 2010).

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Kepatuhan pelaporan bahaya pekerja dan faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pelaporan bahaya merupakan salah satu yang harus

diperhatikan untuk mencapai keselamatan dan lingkungan kerja yang aman.

Faktor terbagi menjadi dua faktor yang mempengaruhi kepatuhan pelaporan

bahaya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kepatuhan pelaporan bahaya

merupakan salah satu program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja di perusahaan. Setiap perusahaan

memiliki kartu pelaporan bahaya dengan sebutan yang berbeda diantaranya

Kartu Keselamatan Kesehatan Lingkungan (KKL), Safety Training

Observation Program (STOP), Safety Toyota ―0‖ Accident Project (STOP6)

dan kartu observasi bahaya.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

26

1. Faktor Internal

a. Usia

Semakin matang usia seseorang biasanya cenderung bertambah

pengetahuan dan tingkat kedewasaannya. Penelitian Shiddiq (2013) di PT

Semen Tonasa juga mengatakan bahwa pada umumnya dengan

bertambahnya usia akan semakin rasional, makin mampu mengendalikan

emosi dan makin toleran terhadap pandangan dan perilaku yang

membahayakan. Menurut Septiano (2004) proporsi kepatuhan pekerja

yang berumur <30 tahun memiliki kepatuhan yang lebih baik jika

dibandingkan dengan kepatuhan pekerja yang memiliki usia ≥ 30 tahun.

Sebaliknya, penelitian Asril (2003) yang mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam mengisi Kartu

Pengamatan KKL menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara kategori umur dengan perilaku pekerja dalam mengisi kartu

pengamatan KKL yang berfungsi untuk mencatat perilaku dan kondisi

tidak aman di PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Selain itu, tenaga kerja

yang masih muda mempunyai kemampuan kerja yang lebih baik dari

tenaga kerja yang sudah tua. Umur yang terlalu tua dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan kerja lebih parah disebabkan oleh penurunan

kemampuan reaksi dan kesulitan dalam penyesuaian diri dengan pekerjaan

(Helda, 2007).

b. Masa Kerja

Masa kerja pekerja berkorelasi positif dengan perilaku pelaporan

bahaya karena pengalaman untuk waspada terhadap kecelakaan kerja

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

27

bertambah baik sesuai dengan pertambahan lama bekerja di tempat kerja

yang bersangkutan (Helda, 2007). Menurut Hadiyani (2010) masa kerja

pendek menyebabkan keterlibatan sosial yang dibangun juga masih rapuh,

sehingga komitmen organisasi yang dimiliki oleh pekerja dengan masa

kerja yang pendek cenderung lebih rendah. Semakin lama pekerja bekerja

di dalam suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan pekerja

mengetahui keadaan sesungguhnya yang terjadi di dalam perusahaan

(Kusuma, 2011). Salah satu bentuk keterlibatan sosial di dalam organisasi

adalah bentuk kesadaran pekerja untuk dapat melaporkan kondisi dan

perilaku berbahaya di lingkungan kerja. Bertentangan dengan itu menurut

penelitian Suryatno (2012) di perusahaan MontD‟Or Oil Tungkat Ltd.

menunjukkan tidak ada hubungan masa kerja dengan kualitas

implementasi kartu observasi bahaya.

c. Sikap

Sebuah sikap merupakan suatu keadaan mental, yang dipelajari dan

diorganisasi menurut pengalaman, dan menyebabkan timbulnya pengaruh

khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan

situasi-situasi dengan siapa dia berhubungan (Winardi, 2004). Menurut

Notoatmodjo (2010) sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dan

berpersepsi. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi. Notoatmodjo

(2010) menguraikan sikap memiliki tiga komponen pokok, antara lain:

1) Kepercayaan, ide dan konsep terhadap objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

28

3) Kecederungan untuk bertindak

Ketiga komponen tersebut akan saling mendukung dan bersama-

sama akan membentuk suatu sikap secara utuh (Nasrullah, 2014).

Penelitian Anugraheni (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan

bermakna antara sikap dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan

STOP6 yang berfungsi untuk mencatat adanya perilaku dan kondisi

berbahaya. Selain itu, menurut penelitian penelitian Asril (2003)

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam

mengisi Kartu Pengamatan KKL di PT Apexindo Pratama Duta Tbk

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan

perilaku pekerja dalam pengisian kartu pengamatan KKL yang berfungsi

untuk mencatat perilaku dan kondisi tidak aman di PT Apexindo

Pratama Duta Tbk. STOP6 dan KKL merupakan salah satu jenis kegiatan

pelaporan bahaya.

d. Persepsi Terhadap Bahaya

Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian memproses

informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang

telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau

memperoleh dan menginterprestasi stimulus (rangsangan) yang diterima

oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung (Shiddiq, 2013).

Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan

dan menginterpretasikan kesan-kesan sensori mereka untuk memberi

makna lingkungannya (Sanusi, 2012). Persepsi terhadap bahaya

menunjukkan penilaian pekerja terhadap bahaya yang berpotensi

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

29

menyebabkan kecelakaan dan cidera yang bisa terjadi pada diri dan

sekitarnya. Penelitian Marettia (2011) yang menyatakan ada hubungan

bermakna antara persepsi pekerja terhadap bahaya dengan perilaku pekerja

dalam melaksanakan program STOP yang merupakan kartu untuk

mencatat perilaku tidak aman di lingkungan kerja.

e. Pengendalian Keselamatan atas Pekerjaan Sendiri

Pengendalian keselamatan atas pekerjaan sendiri merupakan

kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dan menunjukkan

pribadi yang profesional dalam bekerja termasuk dalam melaksanakan

program perusahaan seperti kegiatan pelaporan bahaya atau kemampuan

seseorang dalam mengontrol emosinya dalam bekerja (Maulana, 2009).

Setiap pekerja dapat memberikan kontribusi bagi kesuksesan ataupun

kegagalan organisasi melalui upaya kontrol terhadap dirinya. Misalnya,

pekerja melakukan kontrol pada perilakunya yang berhubungan dengan

kinerja, seperti bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas atau

kegiatan yang ditetapkan perusahaan dan melakukan kontrol agar tidak

berperilaku merusak dan membahayakan (Fox dan Spector, 2005).

Penelitian Fausiah (2013) menyatakan bahwa kontrol perilaku

berpengaruh signifikan terhadap intensi pekerja di Unit PLTD PT PLN

(Persero) Sektor Tello. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan

Wardani, dkk (2012) bahwa usaha secara proaktif terhadap pengalaman

demi kepentingannya sendiri (opennes to experience) tidak berpengaruh

pada munculnya perilaku dalam organisasi, perilaku pelaporan bahaya

merupakan salah satu bentuk perilaku dalam organisasi.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

30

f. Riwayat Cidera

Semakin tidak aman perilaku seseorang dalam bekerja maka

semakin tinggi tingkat kejadian kecelakaan kerja yang dapat terjadi.

Ketika pekerja tidak melakukan kegiatan pelaporan bahaya dengan baik

maka secara tidak langsung pekerja telah melalukan tindakan yang tidak

aman. Riwayat cidera merupakan kejadian kecelakaan akibat kerja yang

pernah dialami oleh pekerja. Adanya riwayat cidera dapat memberikan

kewaspadaan lebih untuk patuh untuk melakukan pelaporan bahaya pada

diri pekerja.

Kepatuhan pekerja dalam bekerja dapat menciptakan munculnya

risiko yang berkaitan dengan keselamatan kerja. Munculnya perilaku yang

berisiko atau tidak patuh menjadi manifestasi sehingga individu merasa

kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kerja dan performance kerja

yang dimunculkan tidak lagi sesuai dengan kemampuan sebenarnya

dan berdampak menimbulkan kecelakaan kerja (Wibisono, 2013).

Penelitian Al Faris (2014) menunjukkan bahwa perilaku tenaga kerja

berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan yang terjadi dengan.

Sebaliknya, penelitian Utami (2014) menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara cidera atau sakit dengan perilaku K3 pada pekerja

Departemen Operasi II PT Pusri Palembang.

2. Faktor Eksternal

a. Adanya Rekan Kerja yang Terluka

Attwood (2006) menunjukkan bahwa kecelakaan kerja dipengaruhi

oleh iklim keselamatan, respon supervisor dan respon rekan kerja.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

31

Dengan memiliki rekan kerja yang baik, para pekerja akan saling

membantu dan memiliki rekan bicara dalam pekerjaan. Seringkali

pekerja berperilaku tidak melakukan pelaporan bahaya karena rekannya

yang lain juga berperilaku demikian.

Geller (2001) juga menyebutkan tekanan rekan kerja semakin

meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan

saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau

berpengalaman. Sejalan dengan itu Jayatri (2014) yang berjudul faktor

individu dan faktor pembentuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) dengan perilaku k3 menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara peran rekan kerja dengan perilaku aman. Perilaku pelaporan bahaya

merupakan bagian dari perilaku aman pada pekerja.

b. Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan

yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk

perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja (Kusuma,

2011). Pelatihan K3 bertujuan agar pekerja dapat memahami dan

berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi

potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja,

menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan

pemadaman kebakaran serta menyusun program pengendalian

keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan salah satunya kegiatan

pelaporan bahaya (Hargiyarto, 2008).

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

32

Menurut penelitian Marettia (2011) di PT SIM Plant Tambun II

menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pelatihan dengan

perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP yang merupakan kartu untuk

mencatat perilaku tidak aman di lingkungan kerja. Semakin baik

pelatihan yang diberikan pada pekerja dapat meningkatkan perilaku aman

dalam pelaksanaan STOP. Penelitian Asril (2003) mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam mengisi Kartu

Pengamatan KKL di PT Apexindo Pratama Duta Tbk juga menyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan perilaku

pekerja dalam mengisi kartu pengamatan KKL yang berfungsi untuk

mencatat perilaku dan kondisi tidak aman di PT Apexindo Pratama Duta

Tbk. Sebaliknya, penelitian Anugraheni (2003) menghasilkan yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pelatihan

dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP 6 yang berfungsi

untuk mencatat perilaku dan kondisi berbahaya. STOP, STOP 6, dan

kartu KKL merupakan salah satu jenis kegiatan pelaporan bahaya yang

diterapkan di perusahaan.

c. Instruksi pada Awal Pekerjaan

Instruksi pada awal pekerjaan atau yang biasa disebut safety

briefing merupakan bentuk komunikasi terhadap pekerja. Menurut

Notoatmodjo (2007), komunikasi adalah proses pengoperasian

rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau

gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi orang lain. Disamping untuk

menyampaikan perintah dan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan,

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

33

komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja digunakan untuk

mendorong perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk bekerja dengan

selamat dan melakukan perilaku tertentu, termasuk perilaku pelaporan

bahaya (Noviandry, 2013). Penelitian Marettia (2011) menyatakan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara komunikasi dengan perilaku pekerja

dalam melaksanakan STOP yang merupakan kartu untuk mencatat

perilaku tidak aman di lingkungan kerja. STOP merupakan salah satu

jenis kegiatan pelaporan bahaya di perusahaan.

d. Ketersediaan Peralatan yang Sesuai dan Aman

Mesin atau peralatan sering juga menimbulkan potensi bahaya

maka seluruh peralatan kerja harus didesain, dipelihara dan digunakan

dengan baik. Pengendalian potensi bahaya dapat dipengaruhi oleh bentuk

peralatan, ukuran, berat ringannya peralatan, kenyamanan operator, dan

kekuatan yang diperlukan untuk menggunakan atau mengoperasikan

peralatan kerja dan mesin-mesin (Tarwaka, 2008). Penelitan Hayati

(2004) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

ketersediaan APD dengan perilaku kepatuhan Terhadap Pelaksanaan

Standar Operating Procedure pada Pekerja di Bagian Welding PT

Krama Yudha Ratu Motor.

Namun bertentangan dengan itu, hasil penelitian yang dilakukan

oleh Sumbung (2000) dalam Iqbal (2014) menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara ketersediaan APD dengan perilaku kepatuhan

penggunaan APD.

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

34

e. Paparan Rapat Keselamatan

Paparan rapat keselamatan atau safety meeting merupakan bentuk

dari komunikasi dalam K3. Menurut Notoatmodjo (2007), komunikasi

adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang

atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi orang

lain. Marettia (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara komunikasi dengan perilaku pekerja dalam

melaksanakan program STOP yang merupakan kartu untuk mencatat

perilaku tidak aman di lingkungan kerja. Program STOP merupakan salah

satu jenis pelaporan bahaya. Sebaliknya, penelitian Utami (2014)

menghasilkan bahwa tidak ada hubungan antara safety meeting dengan

perilaku aman (safe behavior) pekerja Departemen Operasi II PT Pusri

Palembang.

f. Work Pace (Kecepatan Kerja)

Work pace adalah jumlah absolut dari beban kerja dan kecepatan

kerja atau waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Putra

(2010) mengungkapkan bahwa work pace merupakan hal yang

mempengaruhi perilaku pekerja dan kesehatan mental pekerja termasuk

perilaku pelaporan bahaya. Kecepatan kerja merupakan bagian dari beban

kerja yaitu tugas yang harus diselesaikan sesuai dengan tanggung jawab

yang dimiliki yang terdiri dari kuantitatif dan kualitatif. Namun penelitian

Saputra (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja

dengan perilaku aman pengemudi dump truck PT X Tanjung Enim,

Sumatera Selatan.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

35

g. Sikap Manajemen Puncak

Sikap manajemen puncak merupakan faktor penting dalam

mempengaruhi sikap pekerja untuk mengikuti praktik keselamatan

termasuk pada kegiatan pelaporan bahaya. Rundmo dan Hale (2003)

dalam Idirimanna (2011) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku K3 dengan melakukan studi terhadap sikap (attitude) manajemen

terhadap keselamatan dan pencegahan terjadi kecelakaan. Hasil studi

menunjukkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh sikap.

Sikap yang ideal untuk manajemen adalah komitmen yang tinggi,

kefatalan rendah, toleransi terhadap pelanggaran rendah, emosi dan

kekhawatiran tinggi dan prioritas keselamatan tinggi. Sejalan dengan itu,

penelitian Marettia (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara sikap manajemen dan perilaku dalam pelaksanaan STOP

yang merupakan kartu untuk mencatat perilaku tidak aman di lingkungan

kerja. STOP merupakan salah satu jenis kartu pelaporan bahaya.

h. Peraturan Manajemen Puncak

Peraturan merupakan dokumen tertulis yang mendokumentasikan

standar, norma, dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller,

2001). Dalam hal ini perilaku yang diharapkan adalah perilaku pelaporan

bahaya. Peraturan memiliki peran besar dalam menentukan perilaku yang

dapat diterima dan tidak dapat diterima (Syaaf, 2008).

Sejalan dengan itu, penelitian Susryandini (2015) menyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara peraturan dengan kepatuhan

pekerja dalam menggunakan APD. Namun menurut penelitian Marettia

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

36

(2011) menghasilkan bahwa tidak ada hubungan antara prosedur yang baik

atau yang tidak baik terhadap perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP

yang merupakan kartu untuk mencatat perilaku tidak aman di lingkungan

kerja. STOP merupakan salah satu jenis kartu pelaporan bahaya.

i. Respon Pihak Pengawas

Tujuan pengawasan adalah memastikan bahwa tujuan dan target

sesuai dengan kebutuhan, memastikan bahwa pekerja dapat

menanggulangi kesulitan yang mereka temui, meningkatkan motivasi,

membantu meningkatkan keterampilan dan kemampuannya (Geller, 2001).

Dalam penelitian ini respon pihak pengawas menggambarkan

bagaimana pendapat pekerja mengenai umpan balik yang dilakukan safety

officer dalam pelaksanaan pelaporan bahaya yaitu ada respon atau tidak

ada respon dari pihak pengawas. Apabila umpan balik yang dilakukan

safety officer sesuai dengan kebutuhan pekerja, dalam arti safety officer

melakukan umpan balik secara teratur terhadap pekerja, memberikan

perhatian, pengarahan, dan petunjuk serta memperbaiki kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh pekerja dalam pelaksanaan kegiatan

pelaporan bahaya, maka pekerja akan menyatakan ada respon pihak

pengawas sehingga dari adanya respon pihak pengawasakan menentukan

perilaku karyawan dalam bekerja seperti perilaku melakukan pelaporan

bahaya.

Sebaliknya jika respon pihak pengawas yang dilakukan safety

officer tidak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh pekerja,

dalam arti tidak pernah memberikan umpan balik secara teratur, tidak

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

37

memberikan petunjuk dan pengarahan dalam pelaksanaan kegiatan

pelaporan bahaya, maka hal ini akan dinilai tidak ada respon pihak

pengawas oleh pekerja. Dari pendapat yang menyatakan tidak ada respon

oleh pekerja akan menentukan perilaku pengawas yaitu ditunjukan dengan

ketidakdisiplinan dalam kegiatan pelaporan bahaya.

Menurut penelitian Halimah (2010) di PT SIM Plant Tambun II

menyatakan bahwa ada hubungan antara peran pengawas dengan perilaku

pekerja, termasuk perilaku pelaporan bahaya pada pekerja. Namun

menurut penelitian Marettia (2011) menyatakan tidak ada hubungan antara

peran pengawasan terhadap perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP

yang merupakan kartu untuk mencatat perilaku tidak aman di lingkungan

kerja di PT X. Sejalan dengan itu, penelitian Anugraheni (2003) di PT

Toyota Astra Motor Jakarta yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan

antara pengawasan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP 6

yang berfungsi untuk mencatat perilaku dan kondisi berbahaya. STOP dan

STOP 6 merupakan salah satu jenis kartu pelaporan bahaya yang

diterapkan di perusahaan.

j. Sikap Rekan Kerja

Rekan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

individu lainnya. Persepsi sesama pekerja kesehatan dan keselamatan

mempengaruhi tingkat individu tentang kepatuhan terhadap keselamatan

(Idirimanna, 2011). Seringkali pekerja tidak berperilaku pelaporan bahaya

dengan baik karena rekannya yang lain juga berperilaku demikian. Geller

(2001) juga menyebutkan tekanan rekan kerja semakin meningkat saat

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

38

semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan saat anggota

grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau

berpengalaman.

Penelitian Karyani (2005) pada 113 pekerja di Schlumberger

Indonesia diperoleh bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap

perilaku aman setelah peran pengawas/supervisor adalah peran dari rekan

kerja. Peran rekan kerja yang tinggi menujukkan peluang pekerja untuk

berperilaku aman lebih besar dibandingkan pekerja yang mempunyai

peran rekan kerja yang rendah.

k. Sikap Keluarga

Faktor dalam pekerjaan akan mempengaruhi kehidupan keluarga

dan sebaliknya faktor dalam keluarga akan mempengaruhi pekerjaan.

Perilaku pelaporan bahaya merupakan salah satu kewajiban yang harus

dilakukan pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Beberapa penelitian

meneliti masalah konflik pekerjaan dan keluarga yang terdiri dari dua

komponen yaitu pekerjaan berpengaruh negatif maupun pengaruh positif

terhadap keluarga dan sebaliknya. Balmforth dan Gardner (2006)

mengatakan nilai positif pekerjaan dan keluarga terjadi ketika peran yang

dilakukan dalam pekerjaan dan peran yang dilakukan dalam keluarga

saling memberikan konstribusi positif dan keuntungan. Sebaliknya,

penelitian Susanti (2013) menyatakan tidak ada hubungan antara konflik

pekerjaan dan keluarga dengan peran pekerjaan.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

39

l. Penghargaan dan Sanksi

Menurut Geller (2001) hukuman adalah konsekuensi yang diterima

individu atau kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak

diharapkan. Hukuman dapat menekan atau melemahkan perilaku termasuk

pada perilaku pelaporan bahaya. Hukuman tidak hanya berorientasi untuk

menghukum pekerja yang melanggar peraturan, melainkan sebagai kontrol

terhadap lingkungan kerja sehingga pekerja terlindung dari insiden.

Sedangkan penghargaan adalah konsekuensi positif yang diberikan kepada

individu atau kelompok dengan tujuan mengembangkan, mendukung dan

memelihara perilaku yang diharapkan (Geller, 2001).

Menurut penelitian Anugraheni (2003) menyatakan bahwa ada

hubungan bermakna antara sanksi dan penghargaan dengan perilaku

pekerja dalam melaksanakan STOP 6 yang berfungsi untuk mencatat

kondisi dan perilaku berbahaya. Namun sebaliknya penelitian Marettia

(2011) tidak ada hubungan antara reward/punishment terhadap perilaku

pekerja dalam pelaksanaan STOP yang merupakan kartu untuk mencatat

perilaku tidak aman di lingkungan kerja. Selain itu, penelitian penelitian

Asril (2003) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

pekerja dalam mengisi Kartu Pengamatan KKL di PT Apexindo Pratama

Duta tbk menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

kebutuhan akan penghargaan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan

kartu pengamatan KKL yang berfungsi untuk mencatat perilaku dan

kondisi tidak aman di PT Apexindo Pratama Duta Tbk. STOP, STOP 6

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

40

dan kartu KKL merupakan jenis dari kartu pelaporan bahaya yang

diterapkan di perusahaan.

F. Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan pada tinjauan

pustaka, kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi

berdasarkan teori Green dan Kreuter (2000) serta Geller (2001).

Dedobbeleer dan German (1987) sudah mengaplikasikan teori Green dan

Kreuter kedalam occupational settings yang tercantum dalam buku Green

dan Kreuter (2000) yaitu faktor yang mempengaruhi praktik keselamatan

pekerja. Kepatuhan pelaporan bahaya pekerja termasuk bagian dari praktik

keselamatan pekerja. Teori yang digunakan dalam penelitian Dedobbeleer

dan German tahun 1987 sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan

penelitian di PT Pelita Air Service, sedangkan untuk teori Geller (2001)

merupakan teori yang dapat mendiagnosis faktor yang berkontribusi dalam

insiden atau perilaku berisiko serta adanya aspek internal dan eksternal pada

individu dapat mempengaruhi kesuksesan kegiatan keselamatan kerja

(Geller, 2001). Modifikasi teori tersebut dapat digambarkan seperti pada

bagan 2.5:

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

41

Green, Kreuter (2000) dan Geller (2001)

Bagan 2.5

Kerangka Teori

Praktik Keselamatan

Pekerja

(Kepatuhan Pelaporan

Bahaya)

Faktor Internal

1. Usia

2. Masa Kerja

3. Pengetahuan

4. Sikap

5. Persepsi terhadap Bahaya

6. Pengendalian Keselamatan atas

Pekerjaan Sendiri

7. Riwayat Cidera

Faktor Eksternal

1. Adanya Rekan Kerja yang

Terluka

2. Frekuensi Paparan Pelatihan

Keselamatan

3. Instruksi pada Awal Pekerjaan

4. Ketersediaan Peralatan yang

Sesuai dan Aman

5. Paparan Rapat Keselamatan

6. Work Pace (Kecepatan Kerja)

7. Sikap Manajemen Puncak

8. Peraturan Manajemen Puncak

9. Respon Pihak Pengawas

10. Sikap Rekan Kerja

11. Sikap Keluarga

12. Penghargaan dan Sanksi

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

42

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat

dibentuk suatu kerangka konsep untuk dapat mendeskripsikan variabel-

variabel yang akan diteliti dengan variabel dependen yaitu kepatuhan

pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service seperti pada bagan 3.1:

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Kepatuhan Pelaporan

Bahaya

Faktor Internal

1. Usia

2. Masa Kerja

3. Sikap

4. Persepsi terhadap

Bahaya

Faktor Eksternal

1. Frekuensi Paparan

Pelatihan Keselamatan

2. Respon Pihak Pengawas

3. Sikap Rekan Kerja

4. Pengaruh Penghargaan

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

43

Berdasarkan bagan 3.1, dijelaskan bahwa variabel-variabel yang akan

diteliti adalah usia, masa kerja, sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi

paparan pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan

pengaruh penghargaan.Variabel pengendalian keselamatan atas pekerjaan

sendiri, pengetahuan, adanya rekan kerja yang terluka di tempat kerja, riwayat

cidera, instruksi pada awal pekerjaan, ketersediaan peralatan yang sesuai dan

aman, paparan rapat keselamatan, work pace, sikap manajemen puncak,

peraturan manajemen puncak, sikap keluarga tidak diteliti dalam penelitian ini.

Peneliti tidak meneliti variabel sanksi karena PT Pelita Air Service

tidak menerapkan sistem sanksi/ punishment pada kegiatan pelaporan bahaya.

Variabel pengendalian keselamatan atas pekerjaan sendiri tidak diteliti karena

kepatuhan pelaporan bahaya dilakukan dengan fokus memperhatikan

keselamatan rekan kerja atau orang lain di sekitar pekerja bukan diri sendiri.

Walaupun pekerja juga memperhatikan kondisi tidak aman untuk keselamatan

diri pekerja sendiri.

Variabel adanya rekan kerja yang terluka di tempat kerja tidak diteliti

dikarenakan untuk pertanyaan ini pekerja dituntut untuk mengingat apa yang

terjadi pada rekan kerja bukan dirinya sendiri sehingga dapat menimbulkan

bias informasi yang cukup besar dan variabel riwayat cidera tidak diteliti

dikarenakan sulit untuk memastikan bahwa yang dipersepsikan pekerja sebagai

cidera, benar-benar cidera atau bukan. Selain itu untuk variabel adanya rekan

kerja yang terluka dan riwayat cidera tidak dimungkinkan untuk dilakukan

studi dokumen karena dokumen pelaporan kecelakaan kerja di PT Pelita Air

Service hanya mencatat cidera yang masuk dalam klasifikasi cukup parah

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

44

sedangkan cidera ringan tidak termasuk, padahal variabel yang diteliti

mencakup cidera parah maupun cidera ringan.

Instruksi pada awal pekerjaan tidak diteliti dalam penelitian ini

dikarenakan variabel ini dianggap akan homogen karena instruksi selalu

dilakukan diawal pekerjaan secara bersamaan untuk seluruh pekerja teknisi

yang bertugas. Sejalan dengan itu, variabel paparan rapat keselamatan juga

tidak diteliti karena rapat keselamatan juga diadakan setiap minggu dan

diwakilkan oleh setiap pekerja teknisi yang akan dilakukan bergantian.

Variabel work pace (kecepatan kerja) juga tidak diteliti, walaupun

terdapat 5 tingkatan jabatan di divisi maintenance yaitu direksi, vice president

(VP), manajer, supervisor dan pekerja. Untuk populasi penelitian ini, jabatan

direksi, VP dan manajer tidak masuk dalam populasi penelitian dan beban kerja

tingkatan yang lain dirasa tidak jauh berbeda sehingga sampel dianggap akan

homogen karena supervisor dan pekerja teknisi memiliki tugas yang hampir

sama pada saat pre-flight dan post-flight pesawat serta pengaturan shift kerja

yang sudah diatur agar setiap pekerja mendapatkan beban kerja yang sama

walaupun tanggung jawabnya dimungkinkan berbeda. Variabel ketersediaan

peralatan yang sesuai dan aman tidak diteliti dikarenakan variabel ini juga

dianggap akan homogen, ketersediaan APD selalu dipantau setiap bulan oleh

safety officer serta pergantian APD oleh manajemen dilakukan setiap setahun

sekali.

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

45

Variabel pengetahuan tidak diteliti dikarenakan diduga homogen pada

populasi pekerja teknisi karena setelah dilakukan observasi diketahui bahwa

pekerja sudah mengetahui mengenai adanya kegiatan pengisian kartu pelaporan

bahaya.

Sikap manajemen puncak dan peraturan manajemen puncak tidak

diteliti karena variabel ini sudah dapat terlihat dengan adanya kegiatan

pelaporan bahaya. Kegiatan pelaporan bahaya menunjukkan adanya komitmen

dan langkah penegakan untuk praktik kerja aman melalui kegiatan pencegahan

kecelakaan dan cidera. Sikap keluarga tidak diteliti, menurut peneliti tidak

signifikan mempengaruhi perilaku pelaporan bahaya, keluarga tidak selalu

berinteraksi disaat pekerja bekerja. Untuk dukungan bagi para pekerja sudah

terdapat pada variabel sikap rekan kerja dan persepsi kegiatan pengawasan.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

46

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependen

Kepatuhan Pelaporan Bahaya Pengisian kartu hazard report

dan safety observation form

yang dilakukan pekerja selama

satu tahun terakhir.

Studi dokumen Dokumen safety

report periode

2014-2015

0. Tidak, jika pekerja tidak

pernah mengisi form

1. Ya, jika pekerja pernah

mengisi form

Ordinal

Variabel Independen

Usia Masa hidup pekerja dalam

tahun dihitung dari tahun lahir

sampai tahun saat penelitian.

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Kuesioner

Tahun

Rasio

Masa Kerja Jumlah waktu yang telah dilalui

pekerja di PT PAS, dimulai

dari tahun pertama bekerja

sampai tahun saat penelitian.

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Kuesioner

Tahun

Rasio

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

47

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Sikap Kecenderungan pekerja

terhadap pernyataan mengenai

kepedulian terhadap

pelaporan bahaya

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Kuesioner 0. Negatif, jika skor < mean

1. Positif, jika skor > mean

Ordinal

Persepsi terhadap bahaya Pendapat, penilaian, dan

penafsiran yang timbul dalam

diri pekerja mengenai

kerentanan terhadap bahaya

yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan dan cidera pada diri

pekerja dan sekitarnya

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Kuesioner 0. Negatif, jika skor < mean

1. Positif, jika skor > mean

Ordinal

Frekuensi Paparan Pelatihan

Keselamatan

Berapa kali dalam satu tahun

terakhir pekerja pernah

mengikuti kegiatan pemberian

informasi yang mengenai

pelaporan bahaya

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Kuesioner 0. Jarang, jika pekerja < 2 kali

mengikuti pelatihan

1. Sering, jika pekerja > 2 kali

mengikuti pelatihan

Ordinal

Respon Pihak Pengawas Pendapat pekerja mengenai

kegiatan umpan balik yang

dilakukan safety officer

terhadap pekerja dalam

pelaksanaan pelaporan bahaya

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Kuesioner

0. Tidak ada, jika skor < mean

1. Ada, jika skor > mean

Ordinal

Sikap rekan kerja Kecenderungan pekerja

terhadap pernyataan terkait

dukungan/ support dari rekan

kerja dalam kegiatan pelaporan

bahaya

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Kuesioner 0. Kurang mendukung, jika skor

< median

1. Mendukung, jika skor >

median

Ordinal

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

48

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Pengaruh Penghargaan Pendapat pekerja terhadap

apresiasi yang diberikan

perusahaan kepada pekerja

dalam melaksanakan kegiatan

pelaporan bahaya

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Kuesioner

0. Tidak ada pengaruh, jika skor

< mean

1. Ada pengaruh, jika skor >

mean

Ordinal

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

49

C. Hipotesis

1. Adanya hubungan antara faktor internal (usia, masa kerja, sikap, persepsi

terhadap bahaya) dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi

unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang

Selatan Tahun 2015.

2. Adanya hubungan antara faktor eksternal (frekuensi paparan pelatihan

keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja, pengaruh

penghargaan) dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit

maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang

Selatan Tahun 2015.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi

cross sectional dimana pengukuran variabel independen dan dependen

diambil pada waktu yang sama. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah usia, masa kerja, sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi paparan

pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan

pengaruh penghargaan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kepatuhan pelaporan bahaya.

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PT Pelita Air Service, area kerja Pondok

Cabe, Tangerang Selatan karena area kerja Pondok Cabe merupakan Based

Maintenance dan dilaksanakan pada bulan Mei-Desember tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja teknisi yang

tercatat sebagai pekerja tetap maupun pekerja kontrak yang bertugas di

hangar II dan hangar III PT Pelita Air Service, area kerja Pondok Cabe,

Tangerang Selatan. Jumlah Pekerja Teknisi unit maintenance berjumlah

136 pekerja sehingga total populasi sebesar 136 pekerja.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

51

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh total populasi dari

pekerja teknisi yang bertugas di hangar II dan hangar III PT Pelita Air

Service, area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Berdasarkan jumlah

populasi yang ada, didapatkan jumlah responden pada penelitian ini

sebanyak 136 pekerja. Untuk mengetahui kekuatan dari jumlah sampel

tersebut, dilakukan perhitungan tingkat uji (Z1- β) menggunakan rumus berikut

ini:

( )2 (

√ ( ))2

]

( ) ( )]

Keterangan :

n = besar sample minimal

Z1 – α/2 = derajat kemaknaan

Z1 - β = tingkat kekuatan uji

P1 = Proporsi pekerja dengan sikap negatif dan berperilaku pelaporan bahaya

buruk berdasarkan penelitian sebelumnya (0,765) (Anugraheni, 2003)

P2 = Proporsi pekerja dengan sikap positif dan berperilaku pelaporan bahaya

buruk berdasarkan penelitian sebelumnya (0,529) (Anugraheni, 2003)

P = (P1+P2)/2= 0,647

Berdasarkan rumus diatas, didapatkan tingkat kekuatan uji untuk

sampel sebanyak 136 pekerja teknisi sebesar 996,3% sehingga dapat

dikatakan bahwa jumlah sampel tersebut cukup kuat untuk digunakan

dalam menguji hipotesis penelitian ini.

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

52

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian

kuesioner oleh pekerja teknisi unit maintenance area kerja Pondok Cabe, PT

Pelita Air Service. Sebelum mengisi kuesioner, peneliti meminta persetujuan

pekerja untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan memberikan informed

consent dan pekerja dijelaskan mengenai maksud dan tujuan penelitian serta

cara pengisian kuesioner. Data yang dikumpulkan berupa usia, masa kerja,

sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi paparan pelatihan keselamatan,

respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan pengaruh penghargaan. Selain

itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan studi dokumen safety report

untuk mengetahui pengisian pelaporan bahaya yang dilakukan pada masing-

masing pekerja.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang dibuat mencakup beberapa variabel yang diteliti, yaitu

variabel dependen dan variabel independen. Kuesioner dibagikan langsung

kepada para pekerja. Kuesioner yang digunakan ini sebelumnya pernah

digunakan oleh Anugraheni (2003) dan Marettia (2011) dan kuesioner ini

telah dimodifikasi oleh peneliti dan disesuaikan dengan lokasi kerja dan

perkembangan teori yang ada.

Dalam kuesioner ini dibagi menjadi beberapa kategori besar, seperti

kategori sikap dengan enam pertanyaan menggunakan empat skala likert yaitu

sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Kategori persepsi

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

53

terhadap bahaya dengan pertanyaan mengenai lima jenis bahaya yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan menggunakan tiga skala likert yaitu

sering terjadi, mungkin terjadi, tidak mungkin terjadi. Kategori frekuensi

paparan pelatihan keselamatan dengan satu pertanyaan dengan beberapa

alternatif jawaban dan lima pertanyaan mengenai materi pelatihan

keselamatan dengan dua skala likert yaitu ya dan tidak. Kategori pengaruh

penghargaan dengan dua pertanyaan dan beberapa alternatif jawaban. Serta

kategori respon pihak pengawas sebanyak 3 pertanyaan dengan beberapa

alternatif jawaban.

Untuk mengukur sikap rekan kerja menggunakan kuesioner dari

Gemma Batemann Tahun 2009 yang berisi empat pertanyaan dengan enam

skala pengukuran yaitu tidak pernah, sangat jarang, kadang-kadang, sering,

sangat sering, setiap saat (Batemann, 2009).

Selain kuesioner, peneliti juga melakukan studi dokumen safety report

periode 2014-2015 kepada tiap pekerja yang menjadi sampel penelitian. Studi

dokumen dilakukan tanpa sepengetahuan para pekerja dengan instrumen form

pelaporan bahaya. Form pelaporan bahaya digunakan untuk mengetahui

apakah pekerja pernah mengisi form atau tidak.

1. Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Untuk variabel kepatuhan pelaporan bahaya peneliti melakukan

dengan studi dokumen, jika nama pekerja terdapat di dokumen safety

report pada periode 2014-2015 maka pekerja diberi skor 1 (satu)

sedangkan pekerja yang namanya tidak terdapat di dokumen safety report

maka pekerja diberi skor 0 (nol). Bila pekerja pernah mengisi form

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

54

pelaporan bahaya maka dikategorikan pekerja patuh dalam melakukan

pelaporan bahaya sedangkan bila pekerja tidak pernah mengisi form

pelaporan bahaya maka dikategorikan pekerja tidak patuh dalam

melakukan pelaporan bahaya.

2. Usia

Untuk variabel usia dilihat dari selisih tahun lahir pekerja dan

tahun dilakukan penelitian. Perhitungan nilai rata-rata untuk usia tiap

pekerja dilakukan dengan membagi antara total usia pekerja dengan

jumlah pekerja.

3. Masa Kerja

Untuk variabel masa kerja dilihat dari masa kerja pekerja dalam

tahun, dilihat dari selisih tahun pertama pekerja bekerja dan tahun

dilakukan penelitian. Perhitungan nilai rata-rata untuk masa kerja tiap

pekerja dilakukan dengan membagi antara total masa kerja pekerja

dengan jumlah pekerja.

4. Sikap

Untuk pertanyaan sikap dengan menggunakan skala likert dengan

menggunakan empat alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan

kuesioner. Pekerja dapat memilih salah satu dari empat alternatif jawaban

yang disediakan. Empat alternatif jawaban yang dikemukakan serta

pembobotannya seperti:

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

55

Tabel 4.1

Skoring Variabel Sikap

Favorable (+) Unfavorable (-)

Skor 1 bila jawaban STS Skor 4 bila jawaban STS

Skor 2 bila jawaban TS Skor 3 bila jawaban TS

Skor 3 bila jawaban S Skor 2 bila jawaban S

Skor 4 bila jawaban SS Skor 1 bila jawaban SS

Sumber : Azwar, 2009

Terdiri dari enam pernyataan dan memiliki skor maksimal 24 dan

skor minimal 6. Sebuah skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat yang

lebih tinggi dari sikap pekerja. Bila pekerja menjawab dengan jumlah

skor lebih dari sama dengan mean dikategorikan memiliki sikap yang

positif sedangkan bila pekerja menjawab dengan jumlah skor kurang

dari mean/median dikategorikan memiliki sikap negatif.

5. Persepsi Terhadap Bahaya

Untuk pertanyaan persepsi terhadap bahaya terdiri dari lima jenis

bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan cidera pada

pekerja dan sekelilingnya dengan menggunakan tiga skala likert yang

disebutkan dalam kuesioner. Pekerja dapat memilih salah satu dari tiga

skala likert yang disediakan. Tiga skala likert yang dikemukakan serta

pembobotannya seperti:

a. Skor 1 bila jawaban tidak mungkin terjadi

b. Skor 2 bila jawaban mungkin terjadi

c. Skor 3 bila jawaban sering terjadi

Terdiri dari lima pertanyaan dan memiliki skor maksimal 15 dan

skor minimal 5. Sebuah skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat yang

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

56

lebih tinggi mengenai penilaian terhadap bahaya. Bila pekerja menjawab

dengan jumlah skor lebih dari sama dengan mean dikategorikan memiliki

persepsi positif terhadap bahaya sedangkan bila pekerja menjawab

dengan jumlah skor kurang dari mean/median dikategorikan memiliki

persepsi negatif terhadap bahaya.

6. Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan

Untuk variabel frekuensi paparan pelatihan keselamatan, setiap

jawaban dari pekerja akan dikategorikan, jika pada periode 2014-2015

pekerja mengikuti > 2 kali pelatihan maka diberi skor 1 (satu) sedangkan

jika pada periode 2014-2015 pekerja mengikuti < 2 kali pelatihan maka

diberi skor 0 (nol). Bila bila pekerja > 2 kali mengikuti pelatihan maka

dikategorikan sering sedangkan bila pekerja < 2 kali mengikuti pelatihan

maka dikategorikan pekerja jarang.

7. Respon Pihak Pengawas

Untuk variabel respon pihak pengawas, setiap jawaban dari

pertanyaan sesuai mendapatkan skor 1 (satu), jika jawaban tidak sesuai

maka akan mendapatkan skor 0 (nol). Bila pekerja menjawab dengan

jumlah skor lebih dari sama dengan mean dikategorikan ada respon pihak

pengawas sedangkan bila pekerja menjawab dengan jumlah skor kurang

dari mean dikategorikan tidak ada respon pihak pengawas.

8. Sikap Rekan Kerja

Untuk variabel sikap rekan kerja dengan menggunakan skala likert.

Skala likert menggunakan enam alternatif jawaban atau tanggapan atas

pernyataan kuesioner. Pekerja dapat memilih salah satu dari enam

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

57

alternatif jawaban yang disediakan. Enam alternatif jawaban yang

dikemukakan serta pembobotannya adalah:

a. Skor 6 bila jawaban setiap saat

b. Skor 5 bila jawaban sangat sering

c. Skor 4 bila jawaban sering

d. Skor 3 bila jawaban kadang-kadang

e. Skor 2 bila jawaban sangat jarang

f. Skor 1 bila jawaban tidak pernah

Terdiri dari empat pertanyaan dan memiliki skor maksimal 24 dan

skor minimal 4. Sebuah skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat yang

lebih tinggi dari sikap rekan kerja. Bila pekerja menjawab dengan jumlah

skor lebih dari sama dengan median dikategorikan sikap rekan kerja

mendukung sedangkan bila pekerja menjawab dengan jumlah skor

kurang dari median dikategorikan sikap rekan kerja tidak mendukung.

9. Pengaruh Penghargaan

Untuk variabel penghargaan, setiap jawaban dari pertanyaan

mendapatkan skor 1 (satu) jika menjawab ”butuh” dan “bermanfaat”,

sedang yang menjawab ”tidak butuh”, „biasa saja” dan “tidak

bermanfaat” mendapatkan skor 0 (nol). Bila pekerja menjawab dengan

jumlah skor lebih dari sama dengan mean dikategorikan ada pengaruh

penghargaan sedangkan bila pekerja menjawab dengan jumlah skor

kurang dari mean dikategorikan tidak ada pengaruh penghargaan.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

58

F. Validitas dan Reabilitas Kuesioner

1. Validitas

Validitas merupakan indeks yang digunakan untuk menunjukkan

alat ukur dapat mengukur objek secara tepat atau tidak. Pengujian validitas

kuesioner dilakukan untuk mengetahui item kuesioner yang valid maupun

tidak valid untuk membuat keputusan tetap mempertahankan atau

menghapus setiap item. Item kuesioner yang tidak valid tidak dapat

digunakan untuk dilakukan pengukuran dan pengujian.

Pengujian validitas dapat menggunakan rumus statistik koefisien

cronbach alpha pada setiap item pertanyaan untuk jenis pertanyaan berupa

skala likert seperti variabel sikap, variabel persepsi terhadap bahaya, dan

variabel sikap rekan kerja sedangkan untuk jenis pertanyaan pilihan

dengan alternatif jawaban yang berbeda disetiap pertanyaan seperti

variabel frekuensi paparan pelatihan keselamatan, variabel respon pihak

pengawas dan variabel pengaruh penghargaan pengujian validitas dengan

menggunakan validitas isi dengan mengevaluasi tanggapan dari pekerja

untuk masing-masing item pada instrumen dengan melihat rentang waktu

pekerja menjawab dan ada tidaknya pengulangan pembacaan item

kuesioner untuk melihat apakah pekerja mengerti atas item pertanyaan

yang diberikan oleh peneliti.

Pada nilai koefisien cronbach alpha, setiap item pertanyaan dapat

dianggap valid jika hasil perhitungan statistik koefisien cronbach alpha

pada tiap pertanyaan memiliki rentang nilai 0,4–0,7 karena korelasi masih

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

59

dapat diterima, jika koefisien cronbach alpha 0,3 menunjukkan validitas

sedang, cenderung menunjukkan korelasi kecil sampai sedang, dan rentang

koefisien cronbach alpha <0,2 menunjukkan korelasi rendah (Di Lorio,

2005).

Pada hasil pengujian validitas isi dilihat dari tanggapan pekerja

menjawab, setiap item pertanyaan dapat dianggap valid jika pekerja bisa

langsung menjawab tanpa adanya keraguan dalam memahami maksud

item pertanyaan serta tidak meminta adanya pengulangan pembacaan

pertanyaan, jika rentang waktu pekerja dalam menjawab pertanyaan cukup

lama dan juga adanya permintaan pengulangan pertanyaan karena pekerja

kurang memahami item pertanyaan maka item tersebut dinyatakan tidak

valid dan harus dilakukan modifikasi item untuk memperjelas makna pada

item pertanyaan atau membuang item jika item pertanyaan tidak penting.

Untuk variabel pada kuesioner akan dilakukan uji validitas kepada

subjek yang karakteristik hampir mirip dengan populasi pekerja teknisi

yang ada di area kerja Pondok Cabe dan memiliki kegiatan pelaporan

bahaya yaitu pada pekerja teknisi PT Garuda Maintenance Facilities

(GMF) AeroAsia karena dikhawatirkan jika di populasi yang sama maka

sampel yang ada pada populasi akan semakin berkurang.

2. Reabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas biasanya

menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat terlihat konsisten

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

60

bila dilakukan berulang kali dengan menggunakan kuesioner yang sama.

Pengujian reliabilitas salah satunya dapat dilakukan dengan melihat

konsistensi internal menggunakan rumus statistik cronbach alpha

keseluruhan dengan melihat nilai koefisien alpha. Hasil analisis reliabilitas

tersebut nantinya memiliki rentang 0-1 dengan nilai standar koefisien

alpha sebesar 0,7. Apabila hasil perhitungan statistik koefisien alpha

keseluruhan >0,7 maka alat ukur yang digunakan dianggap memliki

keandalan tinggi jika koefisien alpha di rentang 0,6 keandalan masih bisa

diterima, jika <0,6 maka alat ukur dianggap memiliki keandalan rendah

(Di Lorio, 2005).

Untuk variabel sikap rekan kerja menggunakan instumen dari

Batemann (2009) yang telah memiliki reabilitas 0,89. Untuk reliabilitas

variabel lain juga akan dilakukan uji reabilitas kepada subjek yang

karakteristik hampir mirip dengan populasi pekerja teknisi yang ada di

area kerja Pondok Cabe dan memiliki kegiatan pelaporan bahaya yaitu

pada pekerja teknisi PT Garuda Maintenance Facilities (GMF) AeroAsia

karena dikhawatirkan jika di populasi yang sama maka sampel yang ada

pada populasi akan semakin berkurang.

H. Manajemen Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah

dengan menggunakan program komputer meliputi:

1. Editing

Proses ini meliputi pengecekan data terhadap lembaran kuisioner

yang dilakukan selama proses pengumpulan data yang bertujuan untuk

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

61

memastikan semua variabel, baik variabel independen (usia, masa kerja,

sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi paparan pelatihan keselamatan,

respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan pegaruh penghargaan) terisi.

Pengecekan data tehadap lembaran form pelaporan bahaya yang

dilakukan selama proses pengumpulan data melalui studi dokumen dari

variabel dependen perilaku pelaporan bahaya. Selama proses tersebut

dilakukan penyuntingan data oleh peneliti agar data yang salah atau

meragukan dapat langsung ditelusuri kembali kepada pekerja yang

bersangkutan.

2. Coding

Proses pengkodean dilakukan terhadap setiap variabel yang ada

dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data.

Berikut ini merupakan kode variabel penelitian:

Tabel 4.2 Kode Variabel

Variabel Kode

Identitas Pekerja IR1-IR3

KepatuhanPelaporan Bahaya B1

Faktor Internal A1-A6

Usia A1

Masa Kerja A2

Sikap A51 – 156

Persepsi terhadap bahaya A61 – 165

Faktor Eksternal C1-C4

Frekuensi Paparan pelatihan keselamatan C11-C12

Respon Pihak Pengawas C31-C33

Sikap Rekan Kerja C41-C44

Pengaruh Penghargaan C21-C22

3. Entry

Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan dalam program

software statistik SPSS untuk dilakukan analisis data. Data yang di entry

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

62

adalah nama pekerja, departemen, nomor telepon, kepatuhaan pelaporan

bahaya, usia, masa kerja, sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi

paparan pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja

dan pengaruh penghargaan.

4. Cleaning

Pembersihan data atau pengecekan kembali dilakukan untuk

memastikan tidak ada kesalahan dalam melakukan pengkodean ataupun

pada saat melakukan entry data. Variabel yang dilakukan pengecekan

adalah nama pekerja, departemen, nomor telepon, kepatuhan pelaporan

bahaya, usia, masa kerja, sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi

paparan pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja

dan pengaruh penghargaan. Proses ini dilakukan dengan cara melakukan

tabulasi frekuensi dari setiap variabel baik variabel independen maupun

variabel dependen penelitian agar terlihat apabila terdapat data yang tidak

sesuai.

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel penelitian baik variabel dependen

(kepatuhan pelaporan bahaya) dan variabel independen (usia, masa kerja,

sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi paparan pelatihan keselamatan,

respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan pengaruh penghargaan).

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

63

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat perlu dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen. Dalam penelitian ini

dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui adakah hubungan antara usia,

masa kerja, sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi paparan pelatihan

keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan pengaruh

penghargaan dengan kepatuhan pelaporan bahaya.

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan dua jenis uji yaitu uji chi-square dan uji T-test Independen.

Uji chi-square dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

kategorik dengan variabel kategorik yaitu sikap, persepsi terhadap bahaya,

paparan pelatihan keselamatan, persepsi kegiatan pengawasan, sikap rekan

kerja dan penghargaan. Sedangkan uji T-test Independen dilakukan untuk

melihat hubungan antara variabel kategorik dengan variabel numerik yaitu

usia dan masa kerja.

Adapun rumus uji chi-square adalah sebagai berikut:

( )

df = (k-1)(b-1)

Keterangan:

O = Nilai observasi

E = Nilai ekspektasi (harapan)

k = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

Untuk mengetahui adanya kemaknaan hubungan antara dua

variabel maka dilihat nilai Pvalue dengan menggunakan α 5%. Bila Pvalue

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

64

< α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya hubungan yang

bermakna. Sebaliknya jika nilai Pvalue > α , Ho gagal ditolak, berarti data

sampel tidak mendukung adanya hubungan yang bermakna.

Uji chi-square hanya dapat mengetahui ada atau tidak perbedaan

proporsi antara kelompok atau hubungan dua variabel kategorik. Uji chi-

square tidak dapat menentukan kelompok mana yang memiliki risiko lebih

besar dibandingkan kelompok lain. Untuk melihat kekuatan hubungan

antara variabel dependen dan independen maka dilihat nilai Odds Ratio

(OR).

J. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan untuk menyusun informasi secara baik dan

akurat sehingga memudahkan pengambilan kesimpulan. Hasil analisis

penelitian ini disajikan dalam tabel silang analisis perilaku pelaporan bahaya

dengan variabel-variabel independen dengan mencantumkan nilai Pvalue

dan OR disertai uraian mengenai isi tabel tersebut.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

65

BAB V

HASIL

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

PT Pelita Air Sevice merupakan perusahaan penerbangan terkemuka

yang melayani jasa charter baik bagi perusahan minyak maupun masyarakat

umum. Beralamat di Jalan Abdul Muis No. 52-56 Jakarta didirikan pada

tanggal 22 Januari 1970. PT. Pelita Air Service memiliki beberapa area kerja

di Balikpapan, Halim, Pondok Cabe, Matak dan Dumai. Area Kerja Pondok

Cabe merupakan based Maintenance PT Pelita Air Service.

1. Profil PT Pelita Air Service

Eksplorasi dan produksi industri minyak modern memerlukan

dukungan penerbangan dalam menghadapi setiap kegiatan. Adanya

kebutuhan mengenai dukungan penerbangan mendorong Pertamina

mendirikan organisasi penerbangan untuk mendukung perusahaan di tahun

1968 yang bernama PT Pelita Air Service. Berikut sejarah singkat PT

Pelita Air Service:

a. Pada tahun 1970 perusahaan memulai dengan daerah operasi

dari Provinsi Aceh di barat sampai Merauke di Papua Timur

yang berbasis kegiatan dan melayani penerbangan regional.

b. Pada tahun 1981 PT Pelita Air Service memperoleh kemandirian

finansial dari Pertamina untuk meningkatkan daya saing di luar

industri penerbangan domestik komersial dan bersaing

internasional.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

66

c. Pada tahun 1987, PT Pelita Air Service mendirikan anak

perusahaan yang bernama PT Indopelita Aircraft Service.

d. Pada tahun 2000 hingga 2005 PT Pelita Air Service memperluas

bidang dengan melayani penerbangan reguler untuk masyarakat

dan alat transportasi udara untuk presiden.

e. Pada tahun 2005 sampai sekarang PT Pelita Air Service

memutuskan untuk berkonsentrasi pada penerbangan charter

bagi perusahaa minyak dan menutup penerbangan reguler.

2. Visi dan Misi PT Pelita Air Service

Demi mencapai pekerjaan yang profesional, berfokus pada kualitas

dan keamanan layanan PT Pelita Air Service memiliki visi dan misi

sebagai berikut:

Visi

Menjadi Perusahaan Penerbangan Terpandang di Wilayah (To Be The

Respectful Aviation Service In The Region).

Misi

Memberikan Layanan Prima Sesuai Kebutuhan (Deliver High Quality &

Customized Services) (Pelita Air Service, 2015).

3. Gambaran Area Kerja Pondok Cabe

PT Pelita Air Service memiliki sarana dan prasarana sendiri untuk

pemberangkatan penumpang dan tempat pemeliharaan pesawat (Based

Maintenance) yang terletak di area kerja Pondok Cabe, 20 km sebelah

selatan Jakarta, dengan luas area 179 ha dan sebuah landasan pesawat

sepanjang 2120 m, memiliki dua hangar utama yang digunakan dalam

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

67

proses maintenance yaitu hangar II dan hangar III. Dilengkapi dengan area

GSE (Ground Support Equipment) yang merupakan unit produksi

peralatan kerja.

Penelitian dilakukan di area hangar II dan hangar III karena pekerja

baik di kantor maupun pekerja teknisi di hangar memiliki tingkat paparan

sumber bahaya dan karakteristik pekerjaan yang berbeda. Berdasarkan

hasil observasi peneliti dan identifikasi bahaya yang dilakukan oleh

Departemen Quality Management & Safety Health Environment

(QM&SHE), paparan bahaya dan risiko yang diterima oleh para pekerja

berbeda terutama paparan bahaya fisik (kebisingan), bahaya kimia dan

bahaya mekanik yang memiliki intensitas paparan cukup tinggi. Paparan

yang tinggi terutama terjadi dalam proses preflight dan postflight yang

dilakukan di area kerja Pondok Cabe dapat menimbulkan peluang

kecelakaan kerja lebih besar dibandingkan dengan area kerja lain.

Perbedaan area kerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan pekerja juga

dapat menyebabkan kesadaran pekerja dalam melakukan pelaporan bahaya

berbeda.

Gambar 5.1

Area Kerja Pondok Cabe PT Pelita Air Service

Hangar II

Hangar

III

GSE

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

68

Pada proses maintenance yang dilakukan di area kerja Pondok

Cabe terbagi menjadi dua proses yaitu Pre-Flight dan Post Flight. Pre

Flight merupakan tahap penyiapan pesawat sebelum pesawat lepas landas.

pengecekan pesawat (Preflight Check) pertama dilakukan oleh teknisi dan

Preflight Check kedua dilakukan oleh pilot yang bertugas. Setelah

pengecekan selesai pesawat dibawa kebagian luar hangar untuk dilakukan

proses mengisi baterai pesawat (Ground Power Battery) sekaligus

dilakukan proses barbage and cargo handling dimana barang-barang

penumpang diletakan dipesawat. Setelah proses barbage and cargo

handling selesai dilakukan pengisian bahan bakar pesawat (Hot

Refueling). Selanjutnya start enginee dan pesawat siap diberangkatkan.

Berikut adalah bagan proses pre-flight :

Bagan 5.1

Proses Pre-Flight Pesawat

Sedangkan proses Post-Flight dilakukan setelah pesawat lepas

landas dan kembali ke hangar. Kegiatan yang dilakukan adalah compresor

wash yaitu melakukan pencucian pada mesin pesawat dan dilakukan

pendinginan pesawat terlebih dahulu. Setelah itu start enginee selama 15

Preflight check

(teknisi)

(1)

Preflight check (pilot)

(2)

Ground Power Battery

(3)

Barbage dan

Cargo Handling

(4)

Hot Refueling

(5)

Start Enginee

(6)

Flight

(7)

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

69

detik, selanjutnya memasukan pesawat ke dalam hangar untuk

maintenance mesin pesawat dilanjutkan melakukan perbaikan jika ada

complain pilot selama penerbangan dan terakhir dilakukan proses

pencucian badan pesawat eksternal (cleaning wash). Berikut adalah bagan

proses post-flight :

Bagan 5.2

Proses Post Flight Pesawat

4. Kebijakan K3

Berbagai proses yang dilakukan di seluruh area kerja PT. Pelita

Air Service, terutama area kerja Pondok Cabe yang merupakan based

maintenance memiliki risiko tinggi dan berpotensi menyebabkan

kecelakan kerja. PT Pelita Air Service membentuk departemen yang

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengkajian penelitian, audit,

pengawasan, evaluasi dan penyusunan pedoman K3 agar tercapai

keselamatan dan kesehatan kerja serta lindung lingkungan dikegiatan

operasional perusahaan yaitu Departemen Quality Management & Safety

Health Environment (QM&SHE). QM&SHE merupakan departemen yang

berfokus terhadap masalah K3.

Pendingan mesin

pesawat

(1)

Compresor Wash

(2)

Start Enginee

(3)

Postflight Check

(4)

Service Complain

pilot

(5)

Cleanning Wash

(6)

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

70

Sebagai komitmen untuk terciptanya keselamatan dan kesehatan

kerja serta lindung lingkungan, maka PT Pelita Air Service menetapkan

arah kebijakan pada tanggal 5 Oktober 2009 sebagai berikut :

a. Pelita Air Service bertekad untuk mencapai kinerja terbaik dalam

pengoperasian dan perawatan pesawat sesuai persyaratan

keselamatan dan keamanan serta mutu pelayanan terbaik yang

terfokus pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

b. Pelita Air Service juga bertekad untuk menciptakan tempat kerja

yang sehat dan aman bagi seluruh pekerjanya dan melindungi

lingkungan dalam melaksanakan semua aspek kegiatan operasional

perusahaan.

Selain itu, Departemen QM & SHE juga memiliki sasaran kerja

dalam pelaksanaan kerjanya, diantaranya:

a. Memunculkan budaya keselamatan ―Safety Culture‖ kepada

seluruh pekerja dari level rendah sampai tingkat manajemen.

b. Meningkatkan kesadaran pekerja untuk selalu dalam kondisi aman

dan nyaman melalui sistem pelaporan pekerja.

c. Memberikan situasi dan lingkungan kerja yang aman, melalui

pemberian APD sebagai tindakan pengamanan bagi kondisi kerja

yang dimiliki potensi bahaya cukup besar (high risk).

d. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja terhadap pekerja/ aset yang

meliputi pengawasan dan monitoring terhadap pekerjaan, cara kerja

aman sesuai prosedur ataupun regulasi.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

71

e. Mencanangkan gerakan penghematan energi “go green”. dengan

mengurangi penggunaan energi dalam keseharian.

f. Meningkatkan keselamatan dalam bidang OSHA dengan

memanfaatkan Web base OSMS Platinum, Safety & Hazard

Observation Report.

g. Meningkatkan keselamatan dengan memakai modul Hazard

Identification and Risk Analysis (HIRA) dari OSMS Platinum.

5. Pelaporan Bahaya di PT Pelita Air Service

Pelaporan bahaya merupakan bentuk komitmen dari PT Pelita Air

Service dalam pelaksanaan K3 di lingkungan kerjanya. Khususnya sebagai

upaya preventif terjadinya kecelakaan dengan melibatkan partisipasi

pekerja dalam identifikasi bahaya melalui pelaporan perilaku dan kondisi

tidak aman. Pelaporan bahaya merupakan kegiatan tahunan dari

Departemen QM & SHE dalam mengobservasi tindakan/ kondisi yang

tidak aman yang dilakukan orang lain disekitar lingkungan kerja.

Kegiatan ini diaplikasikan dalam bentuk form yang dapat diisi dan

dilaporkan oleh pekerja. Form yang disediakan PT Pelita Air Service

diadaptasi dari STOP Card milik DuPont yang sudah disesuaikan dengan

kondisi di lingkungan kerja perusahaan. PT Pelita Air Service hanya

mengadaptasi namun tidak menggunakan STOP Card sebagai alat

pelaporan perilaku tidak aman karena PT Pelita Air Service

mempertimbangkan biaya yang tinggi yang harus dibayarkan untuk setiap

lembar STOP Card. Namun Form ini juga digunakan untuk mencatat

perilaku atau keadaan yang sudah aman. Memberikan wewenang setiap

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

72

orang untuk melakukan intervensi dari tindakan maupun kondisi untuk

dapat menekan tindakan tidak aman di tempat kerja

6. Tujuan, Prinsip dan Manfaat Kegiatan Pelaporan Bahaya

Prinsip dari pelaporan bahaya ini yaitu semua cidera dan penyakit

akibat kerja dapat dicegah, keselamatan kerja merupakan tanggung jawab

dari seluruh pekerja, proses kerja aman harus diperkuat dan semua

tindakan tidak aman ataupun kondisi tidak aman harus segera diperbaiki.

Tujuan aplikasi dari kedua jenis kartu ini tertera dalam Safety Observation

Form F-QSE/07/2001 Rev. 3 disebutkan bahwa kartu ini didesain sebagai

sistem proaktif yang membantu dimana pekerja dapat menghentikan

kejadian atau kondisi yang tidak diinginkan dan kejadian yang dapat

menyebabkan kecelakaan serta untuk meningkatkan tingkat kesadaran

keselamatan pada pekerja. Selain itu, untuk jangka panjang diharapkan

program ini dapat membentuk safety culture pada pekerja.

Manfaat kegiatan ini adalah memberikan peringatan dini terhadap

potensi bahaya kecelakaan baik dari perilaku maupun kondisi yang ada

dan mendorong keterlibatan pekerja pada kegiatan K3, mengarahkan

konsep berfikir pada pencegahan kecelakaan, serta dapat meningkatkan

keahlian pengamatan dan kualitas komunikasi di organisasi.

7. Personil dan Tempat Pelaksanaan Pelaporan Bahaya

Kegiatan pelaporan bahaya ditujukan untuk seluruh pekerja di PT

Pelita Air Service dilakukan oleh seluruh pekerja dan semua orang yang

berada di area kerja. Mengobservasi tindakan tidak aman orang lain dan

kondisi tidak aman dilakukan di lingkungan kerja maupun disekitar

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

73

lingkungan kerja sehingga perilaku dan kondisi tidak aman dapat

terdeteksi di seluruh area.

Pada Safety, Health & Environment Manual Chapter 3 poin 3.4.2

identification of workplace hazard menyatakan bahwa pekerja harus

segera melaporkan segala bentuk bahaya di tempat kerja, baik tindakan

tidak aman dan kondisi tidak aman. Mengidentifikasi bahaya di tempat

kerja dapat dilakukan dengan mengirimkan dan menyerahkan laporan dari

pekerja melalui Hazard Report dan Safety Observation Form.

8. Jenis Formulir Pelaporan Bahaya

Form yang digunakan dalam pelaporan bahaya di PT Pelita Air

Service terbagi menjadi dua kategori yaitu pengisian Safety Observation

Form dan pengisian Hazard Report. Ketika melakukan pengamatan nama

orang yang diobservasi tidak boleh dicantumkan dalam form. Perbedaan

kedua form ini hanya pada cakupannya dimana Hazard Report hanya

berfokus pada kondisi tidak aman sedangkan Safety Observation Form

(SOF) dilakukan fokus untuk perilaku tidak aman/ aman namun dilengkapi

untuk kondisi tidak aman.

SOF sendiri diadaptasi dari STOP Card milik dupont. Form ini

sudah dirubah sesuai dengan kebutuhan. SOF terdiri dari dua sisi, sisi

pertama berisi identitas pelapor dan sisi kedua dilengkapi dengan pedoman

pengisian. Berikut adalah Safety Observation Form yang ada di PT Pelita

Air Service seperti pada gambar 5.2:

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

74

Gambar 5.2

Safety Observation Form

Sedangkan untuk Hazard Report dirancang sendiri oleh PT Pelita

Air Service dan didokumentasikan di AQS (Aviation Quality System).

Hazard Report ini hanya terdiri dari satu sisi. Berisikan identitas pengirim,

penjelasan mengenai keadaan bahaya serta tindakan perbaikan yang

disarankan, jika memungkinkan disertai dengan bukti gambar. Berikut

adalah Hazard Report yang ada di PT Pelita Air Service seperti pada

gambar 5.3:

PEDOMAN FORMULIR OBSERVASI KESELAMATAN

Perbuatan Tidak Aman Pelanggaran aturan HSE, tidak mengikuti

prosedur, perilaku yang tidak baik.

Kondisi Tidak Aman Paparan bahaya / pelindung yang tidak dapat diterima berdasarkan standar operasi Penerbangan & HSE di tempat kerja.

Perbuatan / Perilaku Aman

Aktivitas kerja individu dan / atau kelompok dilakukan secara aman dan kondisi lingkungan kerja yang aman sesuai standar operasi Penerbangan dan HSE di tempat kerja.

1. Kartu Observasi ini didesain untuk melayani dua tujuan berikut :

a. Sebagai sistem proaktif, yang membantu anda dimana kita dapat

menghentikan kejadian yang tidak kita inginkan dan dapat

menyebabkan kecelakaan seperti cedera, pencemaran lingkungan

atau kerusakan.

b. Menjelaskan adanya perbuatan aman yang sangat baik/prosedur

kerja aman yang baik diketahui oleh Pengamat dimana ia perhatian

terhadap kinerja orang.

2. Untuk melaksanakan pengamatan, lakukanlah dengan cara melihat dan

memperhatikan apakah adanya perbuatan dan/atau kondisi aman atau

tidak aman, lalu berpikir dan bertindak untuk menghentikan situasi yang

tidak aman, lakukan diskusi masalah, kesepakatan peningkatan prilaku

aman dan laporkan pengamatan anda dalam kartu ini.

3. Sampaikan kartu yang telah diisi kepada Pengawas di tempat kerja,

atau kepada Safety Officer, atau memasukannya ke dalam “Safety

Drop Box” yang ada di tempat kerja anda.

Terima Kasih Untuk Partisipasi Anda

SAFETY OBSERVATION FORM ( Formulir Observasi Keselamatan )

F-QSHE/ 07 / 2001.

Rev.: 3

Please SEND or FAX to Q & SHES Division

KIRIM atau FAX ke Divisi Q&SHES FAX: 021-3522094

E-mail : [email protected]

SUBMITTED BY Dilaporkan oleh

PHONE Telepon

LOCATION

Lokasi

DATE Tanggal

UNSAFE ACT Perbuatan Tidak Aman

SAFE ACT Perbuatan Aman

UNSAFE CONDITION Kondisi Tidak Aman

SAFE CONDITION Kondisi Aman

OBSERVE DESCRIPTION: Gambaran Observasi

IMMEDIATE CORRECTIVE ACTION (for Unsafe condition) : Tindakan perbaikan segera ( untuk situasi tidak aman)

YOUR SUGGESTION FOR IMPROVING THE SAFETY:

Saran Anda untuk meningkatkan keselamatan

FOR OFFICIAL USE ONLY -- Untuk digunakan oleh Petugas

Ref. No. Responded by Action Date

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

75

Gambar 5.3

Hazard Report

9. Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja di PT Pelita Air Service

Kepatuhan pelaporan merupakan indikator penting dalam

keberhasilan terlaksananya kegiatan pelaporan bahaya yang dapat dilihat

dari pengisian kartu pelaporan bahaya oleh pekerja. Menurut Geller (2001)

bahwa pengamatan berbasis keselamatan seperti pelaporan bahaya terdiri

dari proses empat langkah terus-menerus yang biasa disebut dengan DOIT,

yaitu D (Define): Tentukan perilaku sasaran kritis, O (Observe): Amati

perilaku sasaran selama periode awal pra-intervensi untuk mengatur tujuan

perubahan perilaku dan memahami faktor yang mempengaruhi perilaku

sasaran, I (Intervene): Intervensi untuk mengubah perilaku sasaran dan

terakhir T (Test): Melihat hasil dari intervensi dengan terus mengamati

dan merekam/mencatat perilaku sasaran selama program intervensi.

CONFIDENTIAL HAZARD

REPORT ( Laporan Rahasia Keadaan Bahaya )

F 403.01.AUG.2000 Rev.: 2

Please SEND or FAX to Q & SHES Division KIRIM atau FAX ke Divisi Q&SHES

FAX: 021-3522094

E-mail : [email protected]

LOCATION Lokasi

DATE Tanggal

SUBMITTED BY Dilaporkan oleh

( Optional / Tambahan )

PHONE Telepon

DESCRIPTION OF HAZARD Penjelasan tentang Keadaan Bahaya

SUGGESTED CORRECTIVE ACTION Tindakan Perbaikan Yang Disarankan

INSTRUCTIONS:

Use the reverse side for the Description of Hazard if the above column is not sufficient, then send to Q&SHES Division. Bila kolom di atas tidak mencukupi, gunakan sisi sebaliknya, kemudian kirimkan ke Divisi Q&SHES.

Thank you for your interest in Aviation Safety Program. Terima kasih atas perhatian anda untuk Keselamatan Penerbangan.

FOR OFFICIAL USE ONLY Untuk digunakan oleh Petugas

Ref. No. Response by Action Date

Rev 2, Jan. 2009

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

76

Penilaian kepatuhan pelaporan bahaya pekerja di PT Pelita Air

Service dilihat dari pengisian form yang dilakukan pekerja. Ketika pekerja

bekerja dan mengetahui ada perilaku kerja yang tidak aman maka

pekerjaan tersebut harus segera dihentikan agar tidak terjadi akumulasi

dari perilaku ataupun kondisi tidak aman disekitar pekerja, serta harus

segera diperbaiki perilaku atau kondisi tersebut dengan demikian

kecelakaan kerja dapat dicegah pada saat itu. Sehingga ketika pekerja

melihat rekan kerja ataupun orang lain berperilaku tidak aman dan adanya

kondisi tidak aman disekitar lingkungan kerja, pekerja harus melakukan

pengisian form yang telah disediakan agar dapat mencegah perilaku dan

kondisi tidak aman terulang dengan mengikuti siklus intervensi yang ada.

Pengisian kartu pelaporan bahaya pekerja melalui 5 siklus

intervensi agar tujuan dari kegiatan dapat tercapai dengan baik. Berikut

adalah siklus intervensi pengisian form yang dilakukan pekerja seperti

pada bagan 5.3:

Bagan 5.3

Siklus Intervensi Kartu

5 1

Melaporkan Melihat

4 2

Berdiskusi Berfikir

3

Bertindak

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

77

a. Dimulai ketika pekerja melihat terdapat perilaku tidak aman yang

terjadi pada orang lain atau kondisi berbahaya. Kemudian

mengamati lebih dekat orang dan kondisi agar dapat melihat jelas

apa yang sedang dilakukan ataupun keadaan yang terjadi,

memperhatikan dengan seksama, sistematis apa perbuatan yang

dilakukan yang menunjukkan perilaku atau kondisi tidak aman.

b. Berfikir apakah benar-benar terdapat tindakan atau kondisi yang

tidak aman. Pekerja harus memutuskan apakah keadaan yang

diamati merupakan tindakan yang tidak aman atau aman. Jika tidak

aman, disarankan untuk bertindak membenarkan situasi dan

pencegahan penanggulangannya.

c. Pekerja harus bertindak dengan melakukan intervensi kepada objek

pengamatan ketika perilaku tersebut adalah perilaku tidak aman.

Untuk kondisi tidak aman dapat dilakukan intervensi dengan

memperbaiki kondisi tidak aman dengan cara sederhana terlebih

dahulu, jika tidak dapat diperbaiki tidak dipaksakan karena tidak

semua kondisi berbahaya dapat diperbaiki langsung terutama yang

berhubungan dengan biaya. Untuk perilaku tidak aman dapat

dilakukan dengan menghentikan pekerjaan dan melakukan

pembenaran terhadap perilaku tersebut.

d. Untuk perilaku tidak aman, pengamat harus melakukan diskusi

dengan pekerja yang melakukan perilaku tidak aman. Saat

berdiskusi mencakup berbicara dengan mendiskusikan masalah

tindakan yang dilakukan sampai dia mengerti mengapa tindakan

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

78

atau perilaku tersebut berbahaya. Setelah berdiskusi memperbaiki

perilaku tidak aman pekerja dengan objek pengamatan (pekerja

lain), pekerja mengadakan kesepakatan mengenai tindakan

perbaikan guna mencegah terjadinya pengulangan.

e. Tahapan terakhir adalah melaporkan keadaan yang dihadapi

pekerja pada form yang tersedia. Untuk pengamatan kondisi tidak

aman dapat menggunakan hazard report dan safety observation

form namun untuk pengamatan perilaku tidak aman hanya dapat

menggunakan safety observation form. Tetapi bila memungkinkan

setiap pengisian Hazard Report pada kondisi berbahaya dilengkapi

dengan bukti gambar.

B. Gambaran Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun

2015

Pada penelitian ini kepatuhan pelaporan bahaya yang diteliti yaitu

kepatuhan pelaporan bahaya yang diterapkan di PT Pelita Air Service dilihat

dari pengisian form yang dilakukan pekerja. Kategori kepatuhan pelaporan

bahaya ditentukan dari pernah atau tidak pernahnya pekerja mengisi kartu

pelaporan bahaya. Data diperoleh dari hasil studi dokumen yang dilakukan

peneliti. Ketidakpatuhan pelaporan bahaya dapat memicu kondisi dan

perilaku tidak aman terulang dan menyebabkan kejadian kecelakaan kerja

serta kerugian lainnya. Berikut ini adalah hasil analisis distribusi frekuensi

berdasarkan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit

maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe Tahun 2015

seperti pada tabel 5.1:

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

79

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Pelaporan Bahaya

pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service

Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015

Kepatuhan

Pelaporan Bahaya

Jumlah Pekerja Persentase

n %

Tidak 107 78,7

Ya 29 21,3

Total 136 100,0

Berdasarkan tabel 5.1, terlihat bahwa lebih banyak pekerja di PT

Pelita Air Service yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya

dibandingkan dengan pekerja yang melakukan pelaporan bahaya, yaitu

sebanyak 107 pekerja (78,7%) dari 136 pekerja.

C. Gambaran Faktor Internal (Usia, Masa Kerja, Sikap dan Persepsi

Terhadap Bahaya) pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita

Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015

Pendeskripsian faktor internal yang berkaitan dengan kepatuhan

pelaporan bahaya terdiri dari empat variabel, antara lain usia, masa kerja,

sikap dan persepsi terhadap bahaya dimana data tersebut didapatkan dari

jawaban pada kuesioner yang diisi oleh pekerja. Berikut ini adalah hasil

analisis distribusi frekuensi faktor internal pada pekerja teknisi unit

maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe Tahun 2015

seperti pada tabel 5.2 dan tabel 5.3:

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

80

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Internal (Usia, Masa

Kerja) pada PekerjaTeknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service

Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015

Faktor Eksternal Mean ± SD Min- Max 95% CI n

Usia 43,11 ± 13,75 22- 62 40,78-45,44 136

Masa Kerja 19,22 ± 14,19 1- 39 16,81-21,63 136

1. Usia

Berdasarkan tabel 5.2, terlihat bahwa rata-rata usia pekerja di PT

Pelita Air Service yaitu 43 tahun dengan tingkat kepercayaan 95% berada

pada rentang nilai 40,78-45,44. Usia termuda adalah 22 tahun sedangkan usia

tertua adalah 62 tahun.

2. Masa Kerja

Berdasarkan tabel 5.2, terlihat bahwa rata-rata masa kerja pekerja

di PT Pelita Air Service yaitu 19 tahun dengan tingkat kepercayaan 95%

berada pada rentang nilai 16,81-21,63. Masa kerja terendah adalah 1 tahun

sedangkan masa kerja tertinggi adalah adalah 39 tahun.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Internal (Sikap dan

Persepsi Terhadap Bahaya) pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance

di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe

Tahun 2015

Faktor Internal Jumlah Persentase

n %

Sikap

Negatif 72 52,9

Positif 64 47,1

Total 136 100,0

Persepsi Terhadap

Bahaya

Negatif 80 58,8

Positif 56 41,2

Total 136 100,0

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

81

3. Sikap

Berdasarkan tabel 5.3, terlihat bahwa lebih banyak pekerja di PT

Pelita Air Service yang memiliki sikap negatif dibandingkan pekerja yang

memiliki sikap positif, yaitu sebanyak 72 pekerja (52,9%) dari 136

pekerja.

4. Persepsi Terhadap Bahaya

Berdasarkan tabel 5.3, terlihat bahwa lebih banyak pekerja di PT

Pelita Air Service yang memiliki persepsi negatif terhadap bahaya

dibandingkan pekerja yang memiliki persepsi positif terhadap bahaya,

yaitu sebanyak 80 pekerja (58,8%) dari 136 pekerja.

D. Gambaran Faktor Eksternal (Frekuensi Paparan Pelatihan

Keselamatan, Respon Pihak Pengawas, Sikap Rekan Kerja dan

Pengaruh Penghargaan) pada Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT

Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015

Pendeskripsian faktor eksternal yang berkaitan dengan kepatuhan

pelaporan bahaya terdiri dari empat variabel, antara lain frekuensi paparan

pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan

pengaruh penghargaan dimana data didapatkan dari jawaban pada kuesioner

yang diisi pekerja. Berikut ini adalah hasil analisis distribusi frekuensi faktor

eksternal pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area

kerja Pondok Cabe Tahun 2015 pada tabel 5.4:

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

82

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Eksternal (Frekuensi

Paparan Pelatihan Keselamatan, Respon Pihak Pengawas, Sikap Rekan

Kerja dan Pengaruh Penghargaan) pada Pekerja Teknisi

Unit Maintenance di PT Pelita Air Service

Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015

Faktor Eksternal Jumlah Pekerja Persentase

n %

Frekuensi Paparan

Pelatihan Keselamatan

Jarang 112 82,4

Sering 24 17,6

Total 136 100,0

Respon Pihak Pengawas

Tidak ada 40 29,4

Ada 96 70,6

Total 136 100,0

Sikap Rekan Kerja

Kurang Mendukung 45 33,1

Mendukung 91 66,9

Total 136 100,0

Pengaruh Penghargaan

Tidak Ada Pengaruh 51 37,5

Ada Pengaruh 85 62,5

Total 136 100,0

1. Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan

Berdasarkan tabel 5.4, terlihat bahwa lebih banyak pekerja di PT

Pelita Air Service yang memiliki frekuensi paparan pelatihan keselamatan

jarang dibandingkan pekerja dengan frekuensi paparan pelatihan

keselamatan yang sering, yaitu sebanyak 112 pekerja (82,4%) dari 136

pekerja.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

83

2. Respon Pihak Pengawas

Berdasarkan tabel 5.4, terlihat bahwa lebih banyak pekerja di PT

Pelita Air Service yang menyatakan ada respon pihak pengawas

dibandingkan pekerja yang menyatakan tidak ada respon pihak pengawas,

yaitu sebanyak 96 pekerja (70,6%) dari 136 pekerja.

3. Sikap Rekan Kerja

Berdasarkan tabel 5.4, terlihat bahwa lebih banyak pekerja di PT

Pelita Air Service yang menyatakan sikap rekan kerja mendukung

dibandingkan pekerja yang menyatakan bahwa sikap rekan kerja kurang

mendukung, yaitu sebanyak 91 pekerja (66,9%) dari 136 pekerja.

4. Pengaruh Penghargaan

Berdasarkan tabel 5.4, terlihat bahwa lebih banyak pekerja di PT

Pelita Air Service yang menyatakan adanya pengaruh dari penghargaan

dibandingkan pekerja yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari

penghargaan, yaitu sebanyak 85 pekerja (62,5%) dari 136 pekerja.

E. Hubungan antara Faktor Internal (Usia, Masa Kerja, Sikap dan Persepsi

Terhadap Bahaya) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja

Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok

Cabe Tahun 2015

Faktor internal merupakan faktor dalam diri pekerja yang dapat

mempengaruhi kepatuhan pelaporan bahaya. Adapun faktor internal yang

dapat mempengaruhi kepatuhan pelaporan bahaya, yaitu usia, masa kerja,

sikap dan persepsi terhadap bahaya. Berikut ini adalah hasil analisis bivariat

hubungan antara faktor-faktor internal dengan kepatuhan pelaporan bahaya

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

84

pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja

Pondok Cabe Tahun 2015 seperti pada tabel 5.5 dan tabel 5.6:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Internal (Usia, Masa

Kerja) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe

Tahun 2015

Faktor

Internal

Kategori

Dependen Mean SD n 95% CI Pvalue

Usia Tidak patuh 42,53 13,94 107 -8,404-2,987 0,349

Patuh 45,24 13,02 29

Masa Kerja Tidak patuh 18,43 14,24 107 -9,361-1,945 0,139

Patuh 22,14 13,14 29

1. Hubungan antara Usia dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata usia pekerja

yang patuh dalam melakukan pelaporan bahaya lebih besar yaitu 45 tahun

dengan nilai standar deviasi sebesar 13,02. Sedangkan rata-rata usia

pekerja yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya yaitu 43

tahun dengan standar deviasi 13,94. Berdasarkan hasil uji statistik T-test

Independen, didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,349 yang menyatakan

bahwa pada α 5%, tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan

kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT

Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe Tahun 2015.

2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata masa kerja

pekerja yang patuh dalam melakukan pelaporan bahaya lebih besar yaitu

22 tahun dengan nilai standar deviasi sebesar 13,14. Sedangkan rata-rata

masa kerja pekerja yang tidak patuh melakukan pelaporan bahaya yaitu 18

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

85

tahun dengan standar deviasi 14,24. Berdasarkan hasil uji statistik T-test

Independen, didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,139 yang menyatakan

bahwa pada α 5%, tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja

dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance

di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe Tahun 2015.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Internal (Sikap, Persepsi

Terhadap Bahaya) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja

Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service

Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015

Faktor

Internal

Kepatuhan Pelaporan

Bahaya Total Pvalue OR (95% CI)

Tidak Ya

n % n % n %

Sikap

Negatif 60 83,3 12 16,7 72 100,0 0,231 1,809 (0,787-4,155)

1,00 (Reference) Positif 47 73,4 17 26,6 64 100,0

Total 107 78,7 29 21,3 136 100,0

Persepsi Terhadap

Bahaya

Negatif 78 97,5 2 2,5 80 100,0 0,000 36,310 (8,116-162,445)

1,00 (Reference) Positif 29 51,8 27 48,2 56 100,0

Total 107 78,7 29 21,3 136 100,0

3. Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pekerja yang

memiliki sikap negatif lebih banyak yang tidak patuh dalam melakukan

pelaporan bahaya (83,3%) daripada pekerja yang memiliki sikap positif

(73,4%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, didapatkan nilai Pvalue

sebesar 0,231 yang artinya pada α 5%, tidak ada hubungan yang

bermakna antara sikap dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja

teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe

Tahun 2015. Didapatkan juga nilai OR sebesar 1,809 (95%CI: 0,787-

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

86

4,155) yang artinya pekerja dengan sikap negatif memiliki risiko sebesar

1,809 kali untuk tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya

dibandingkan pekerja dengan sikap positif.

4. Hubungan antara Persepsi Terhadap Bahaya dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pekerja yang

memiliki persepsi negatif terhadap bahaya lebih banyak yang tidak patuh

dalam melakukan pelaporan bahaya (97,5%) daripada pekerja yang

memiliki persepsi positif terhadap bahaya (51,8%). Berdasarkan hasil uji

statistik chi-square, didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,000 yang artinya

pada α 5%, ada hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap bahaya

dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance

di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe Tahun 2015 dengan OR

sebesar 36,310 (95% CI 8,116-162,445), artinya pekerja yang memiliki

persepsi negatif terhadap bahaya berisiko 36,310 kali tidak patuh dalam

melakukan pelaporan bahaya daripada pekerja yang berpersepsi positif

terhadap bahaya.

F. Hubungan antara Faktor Eksternal (Frekuensi Paparan Pelatihan

Keselamatan, Respon Pihak Pengawas, Sikap Rekan Kerja dan

Pengaruh Penghargaan) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada

Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja

Pondok Cabe Tahun 2015

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri pekerja yang dapat

mempengaruhi kepatuhan pelaporan bahaya. Adapun faktor eksternal yang

dapat mempengaruhi kepatuhan pelaporan bahaya, yaitu frekuensi paparan

pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

87

pengaruh penghargaan. Berikut ini adalah hasil analisis bivariat hubungan

antara faktor-faktor eksternal dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada

pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok

Cabe Tahun 2015 seperti pada tabel 5.7:

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Eksternal dengan

Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi

Unit Maintenance di PT Pelita Air Service

Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015

Faktor

Internal

Kepatuhan Pelaporan

Bahaya Total Pvalue OR (95% CI)

Tidak Ya

n % n % n %

Frekuensi Paparan

Pelatihan

Keselamatan

Jarang 86 76,8 26 23,2 112 100,0 0,374 0,473 (0,130-1,711)

1,00 (Reference) Sering 21 87,5 3 12,5 24 100,0

Total 107 78,7 29 21,3 136 100,0

Respon Pihak

Pengawas

Tidak ada 35 87,5 5 12,5 40 100,0 0,164 2,333 (0,821-6,633)

1,00 (Reference) Ada 72 75,0 24 25,0 96 100,0

Total 107 78,7 29 21,3 136 100,0

Sikap Rekan Kerja

Kurang Mendukung 43 95,6 2 4,4 45 100,0 0,002 9,070 (2,050-40,141)

1,00 (Reference) Mendukung 64 70,3 27 29,7 91 100,0

Total 107 78,7 29 21,3 136 100,0

Pengaruh

Penghargaan

Tidak Ada Pengaruh 46 90,2 5 9,8 51 100,0 0,020 3,620 (1,284-10,208)

1,00 (Reference) Ada Pengaruh 61 71,8 24 28,2 85 100,0

Total 107 78,7 29 21,3 136 100,0

1. Hubungan antara Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan dengan

Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pekerja yang

memiliki frekuensi paparan pelatihan keselamatan jarang lebih sedikit

yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (76,8%) daripada

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

88

pekerja yang memiliki frekuensi paparan pelatihan keselamatan sering

(87,5%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, didapatkan nilai Pvalue

sebesar 0,374yang artinya pada α 5%, tidak ada hubungan yang bermakna

antara frekuensi paparan pelatihan keselamatan dengan kepatuhan

pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service area kerja Pondok Cabe Tahun 2015. Didapatkan juga nilai OR

sebesar 0,473 (95%CI: 0,130-1,711), artinya pekerja yang memiliki

frekuensi paparan pelatihan keselamatan jarang memiliki efek proteksi

sebesar 0,473 kali terhadap ketidakpatuhan dalam melakukan pelaporan

bahaya dibandingkan dengan pekerja yang memiliki frekuensi paparan

pelatihan keselamatan sering.

2. Hubungan antara Respon Pihak Pengawas dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pekerja yang

menyatakan tidak ada respon pihak pengawas lebih banyak yang tidak

patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (87,5%) daripada pekerja yang

menyatakan ada respon pihak pengawas (75%). Berdasarkan hasil uji

statistik chi-square, didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,164 yang artinya

pada α 5%, tidak ada hubungan yang bermakna antara respon pihak

pengawas dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit

maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe Tahun

2015. Didapatkan juga nilai OR sebesar 2,333 (95%CI: 0,821-6,633),

artinya pekerja yang menyatakan tidak ada respon pihak pengawas

memiliki risiko sebesar 2,333 kali untuk tidak patuh dalam melakukan

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

89

pelaporan bahaya dibandingkan pekerja yang menyatakan ada respon

pihak pengawas.

3. Hubungan antara Sikap Rekan Kerja dengan Kepatuhan Pelaporan

Bahaya

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pekerja yang

menyatakan bahwa sikap rekan kerja kurang mendukung lebih banyak

yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (95,6%) daripada

pekerja yang menyatakan bahwa sikap rekan kerja mendukung (70,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, didapatkan nilai Pvalue sebesar

0,002 yang artinya pada α 5%, ada hubungan yang bermakna antara sikap

rekan kerja dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit

maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe Tahun 2015

dengan OR sebesar 9,070 (95% CI: 2,050-40,141), artinya pekerja yang

menyatakan bahwa sikap rekan kerja kurang mendukung berisiko 9,070

kali tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya daripada pekerja yang

menyatakan bahwa sikap rekan kerja mendukung.

4. Hubungan antara Pengaruh Penghargaan dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pekerja yang

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari penghargaan lebih banyak

yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (90,2%) daripada

pekerja yang menyatakan bahwa ada pengaruh dari penghargaan (71,8%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, didapatkan nilai Pvalue sebesar

0,020 yang artinya pada α 5%, ada hubungan yang bermakna antara

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

90

pengaruh penghargaan dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja

teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe

Tahun 2015. Didapatkan juga nilai OR sebesar 3,620 (95%CI: 1,284-

10,208), artinya pekerja yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari

penghargaan memiliki risiko sebesar 3,620 kali untuk tidak patuh dalam

melakukan pelaporan bahaya dibandingkan pekerja yang menyatakan

bahwa ada pengaruh dari penghargaan.

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

91

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang merupakan

keterbatasan dalam penelitian dan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Adapun keterbatasan penelitian yaitu:

1. Variabel pengawasan yang diteliti pada penelitian ini hanya mencakup

pada respon atau umpan balik yang dilakukan pihak pengawas terhadap

pekerja terkait kegiatan pelaporan bahaya. Sehingga varibel yang diteliti

bukan murni pengawasan secara keseluruhan, pengawasan seharusnya

melihat bagaimana peran pengawas dalam menjamin kegiatan pelaporan

bahaya berjalan sesuai prosedurmeliputi kelengkapan fasilitas pendukung

seperti ketersediaan dan kecocokan kartu, memastikan bahwa semua

pekerja melakukan pelaporan bahaya, serta umpan balik terhadap hasil

pelaporan yang diberikan pengawas kepada pekerja.

2. Variabel frekuensi paparan pelatihan pada pekerja dalam penelitian ini

hanya berfokus pada frekuensi paparan pelatihannya saja tidak sampai

mendalam kepada informasi yang diterima pekerja dan frekuensi paparan

pelatihan keselamatan pada penelitian ini hanya berfokus pada pelatihan

terkait kegiatan pelaporan bahaya. Seharusnya variabel dapat meneliti

secara keseluruhan pelatihan-pelatihan dasar lainnya.

3. Keterbatasan jumlah pertanyaan pada kuesioner terkait variabel respon

pihak perusahaan dan frekuensi paparan pelatihan keselamatan.

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

92

4. Kuesioner yang digunakan menggunakan tipe self-report sehingga

memungkinkan pekerja untuk mengisi tidak sesuai dengan kondisi aktual

sehingga kualitas data yang diperoleh tergantung dari motivasi pekerja

pada saat pengisian kuesioner dilakukan.

B. Gambaran Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun

2015

Pelaporan bahaya adalah cara yang efektif untuk mencegah

kecelakaan di tempat kerja. Pelaporan bahaya mencakup pelaporan kondisi

tidak aman dan perilaku tidak aman (WSH Council, 2014). Kepatuhan

pelaporan bahaya merupakan indikator penting dalam keberhasilan

terlaksananya kegiatan pelaporan bahaya yang dilakukan oleh pekerja.

Menurut Geller (2001), pengamatan berbasis keselamatan seperti

pelaporan bahaya terdiri dari empat langkah yang disebut dengan DOIT, yaitu

D (Define): Menentukan perilaku sasaran kritis, O (Observe): Amati perilaku

selama periode awal pra-intervensi untuk mengatur tujuan perubahan perilaku

dan memahami faktor yang mempengaruhi perilaku, I (Intervene): Intervensi

untuk mengubah perilaku sasaran dan terakhir T (Test): Melihat hasil dari

intervensi dengan terus mengamati dan mencatat perilaku sasaran selama

program intervensi. Dalam penelitian di PT Pelita Air Service yang dimaksud

dengan kepatuhan pelaporan bahaya adalah tindakan pekerja dalam

melakukan pengisian safety observation form atau hazard report selama satu

tahun terakhir.

Hasil penelitian yang dilakukan di PT Pelita Air Service area kerja

Pondok Cabe Tahun 2015 menyatakan bahwa pekerja yang tidak patuh dalam

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

93

melakukan pelaporan bahaya, berjumlah lebih banyak yaitu sebesar 78,7%.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Asril (2003) mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam mengisi Kartu

Pengamatan KKL di PT Apexindo Pratama Duta Tbk juga menyatakan

bahwa jumlah pekerja yang tidak mengisi kartu pengamatan Keselamatan

Kesehatan Lingkungan (KKL) adalah sebesar 78%. Selain itu, Marettia

(2011) di PT X Indonesia yang menunjukkan bahwa jumlah pekerja yang

memiliki perilaku buruk dalam pelaksanaan program STOP yang merupakan

salah satu jenis kartu pelaporan bahaya yaitu sebesar 66%. Hasil serupa

dengan penelitian Marettia (2011) juga ditemukan pada penelitian

Anugraheni (2003) di PT Toyota Astra Motor Jakarta yang menyatakan dari

85 sampel dalam penelitiannya, 57 (67,1%) diantaranya memiliki perilaku

kurang dalam melaksanakan program Safety Toyota ―0‖ Accident Project

(STOP 6).

Penelitian Zubaedah (2009) di PT Trakindo Utama (PTTU) Cabang

Jakarta menyatakan hasil yang berbeda dengan penelitian ini, dimana jumlah

pekerja yang memiliki perilaku kurang baik dalam program observasi

keselamatan lebih sedikit yaitu sebesar 31,1%. Begitu juga dengan hasil

penelitian yang dilakukan Ragain, dkk (2011) pada 2600 pekerja di 14 negara

bagian Amerika Serikat hanya 2 dari 7 pekerja (39%) yang mengobservasi

perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman di tempat kerja.

Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian lain menurut

peneliti dimungkinkan terjadi karena adanya keberagaman karakteristik setiap

individu maupun lingkungan tempat pekerja bekerja termasuk karakteristik

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

94

pekerjaan yang dilakukan. Notoatmodjo (2012) mengungkapkan bahwa

perilaku atau kepatuhan seseorang selaras dengan lingkungan dan individu

yang bersangkutan. Keterpaduan antara faktor internal dan eksternal dapat

mempengaruhi perilaku individu sehingga respon dan kesadaran pekerja

terhadap program keselamatan kerja akan terlihat pada kepatuhannya di

tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan serta rekan kerja.

Faktor internal dan faktor eksternal pada individu tersebut yang dapat

mempengaruhi kesuksesan program keselamatan kerja (Geller, 2001).

Meskipun kepatuhan pelaporan bahaya para responden cenderung

lebih banyak pada pekerja yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan

bahaya tetapi faktor-faktor yang melatarbelakangi kepatuhan pekerja tersebut

secara statistik terbukti berhubungan signifikan dengan beberapa faktor

internal dan faktor eksternal. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat

tiga variabel yang diketahui, yaitu persepsi terhadap bahaya, sikap rekan

kerja, dan penggaruh penghargaan. Hal ini membuktikan bahwa pihak

manajemen sebaiknya melakukan langkah pencegahan dan pengendalian

untuk dapat mengurangi ketidakpatuhan dalam melakukan pelaporan bahaya.

Dampak yang timbul jika pelaporan bahaya tidak terlaksana dengan

baik adalah tidak akan teridentifikasi kondisi-kondisi tidak aman maupun

perilaku tidak aman di lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan ataupun kejadian yang lebih besar. Kecelakaan kerja walaupun

kecil akan tetap mengganggu proses dan menimbulkan kerugian dari cidera,

kematian, rusaknya sarana, penurunan produktivitas dan citra perusahaan

(Marettia, 2011).

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

95

PT Pelita Air Service memiliki safety instruction sebagai media yang

digunakan untuk mensosialisasikan kebijakan melalui penyebaran informasi

pada suatu lembaran yang wajib disebarkan dan dibaca oleh seluruh pekerja.

Namun faktanya, target minimal pelaporan bahaya tahun 2015 yaitu 1

pekerja/1 kartu pelaporan/ 1 tahun belum dikomunikasikan dan

disosialisasikan menyeluruh kepada pekerja secara tertulis dalam kebijakan

atau safety instruction mengenai adanya standar minimal pengumpulan kartu

pelaporan bahaya masing-masing pekerja. Sehingga pekerja belum

mengetahui mengenai adanya kewajiban pengisian kartu pelaporan bahaya.

Dorongan yang ada dalam diri pekerja untuk melakukan pengisian

pelaporan bahaya juga harusnya didukung perusahaan dengan penciptaan

lingkungan yang memfasilitasi terjadinya kepatuhan pelaporan bahaya di

tempat kerja. Sehingga sebaiknya dilakukan pembuatan safety instruction

baru sehingga dapat dikomunikasikan dan disosialisasikan segera kepada

pekerja mengenai target pelaporan bahaya tahun 2015 bahwa setiap orang

wajib mengisi minimal 1 kartu/tahun.

Menurut Prasetyoningtyas (2010) mengungkapkan bahwa perusahaan

hendaknya mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang

dikeluarkan pemerintah secara taat, dan penting untuk membuat prosedur dan

manual tentang bagaimana mengatasi keselamatan kerja di lingkungan kerja

mereka. Diperkuat oleh PP No.50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3,

pasal 13 bahwa pengusaha harus menyebarluaskan dan mengkomunikasikan

setiap kebijakan yang ditetapkan kepada seluruh pekerja/buruh yang berada

di perusahaan dan pihak lain yang terkait.

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

96

Selain itu, hasil studi dokumen masih ditemukan ada pekerja yang

tertukar dalam pengisian kartu pelaporan bahaya, pekerja masih bingung yang

mana yang harus diisi dengan Safety Observation Form, mana yang diisi

dengan Hazard Report walaupun sebenarnya pekerja sudah diberikan

pelatihan keselamatan berkala. Diketahui juga bahwa terdapat jenis kartu

pelaporan bahaya yang belum diperbaharui masih digunakan pekerja di area

kerja Pondok Cabe yaitu Safety Suggestion Form (Formulir Saran

Keselamatan). Safety Suggestion Form yang merupakan kartu pelaporan

bahaya untuk kondisi dan praktek kerja tidak aman yang sudah mengalami

perubahan semenjak tahun 2012 menjadi Safety Observation Form (SOF).

Ada baiknya segera dilakukan penggantian isi kartu secara keseluruhan agar

dapat mendukung kesesuaian program yang dijalankan oleh PT Pelita Air

Service. Hal ini diperkuat dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo

(2003) bahwa perilaku dapat dibentuk oleh 3 faktor, salah satunya adalah

faktor pemungkin (enabling) yaitu ketersediaan fasilitas dan sarana.

Ketersediaan sarana seperti form merupakan salah satu bentuk dari faktor

pendukung perilaku, jika terdapat fasilitas yang kurang mendukung maka

akan berpengaruh terhadap perilaku dan kepatuhan pekerja.

Selain itu, penemuan berbagai kondisi tidak aman atau perilaku tidak

aman pada pekerja terkadang juga ditemukan secara tidak sengaja oleh

pekerja sehingga ada kecederungan pekerja lupa untuk menuliskan pada

kartu, untuk mengatasi hal itu, sebaiknya pekerja menuliskan terlebih dahulu

hasil observasi pada sebuah kertas atau gadget, selanjutnya baru

menuliskannya pada kartu pelaporan bahaya. Hasil observasi peneliti juga

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

97

diketahui bahwa safety drop box beserta form sulit untuk ditemukan, dari

seluruh area kerja Pondok Cabe yang diobservasi hanya dua area yang

menyediakan safety drop box yaitu di hangar II dan hangar III. Namun kartu

yang tersedia pun diletakan di dalam kantor yang tidak selalu dilihat para

pekerja teknisi. Oleh sebab itu, ada baiknya peletakan box kartu pelaporan

bahaya menyebar dengan penambahan jumlah box kartu pelaporan bahaya

pada tiap hangar dan tempat istirahat sehingga pekerja mudah menjangkau

kartu pelaporan bahaya. Menurut Rofik (2012) dalam prinsip tata ruang

kantor diketahui bahwa perlengkapan kantor sebaiknya diletakkan dekat

pekerja yang menggunakannya.

C. Hubungan Faktor Internal (Usia, Masa Kerja, Sikap dan Persepsi

Terhadap Bahaya) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada pekerja

Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok

Cabe Tahun 2015

1. Hubungan antara Usia dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Usia mempunyai hubungan langsung dengan logika berpikir

dan pengetahuan seseorang. Semakin matang usia seseorang, biasanya

cenderung bertambah pengetahuan dan tingkat kecerdasannya. Pada

umumnya dengan bertambahnya usia akan semakin rasional, semakin

mampu mengendalikan emosi dan semakin toleran terhadap pandangan

serta perilaku yang membahayakan termasuk kepatuhan pelaporan bahaya

untuk mencegah kecelakaan (Shiddiq, 2013).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa rata-

rata usia pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area

kerja Pondok Cabe Tahun 2015 (Standar Deviasi) yaitu 43 tahun (13,75).

Hasil penelitian ini memiliki rata-rata usia lebih tinggi dibandingkan

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

98

dengan hasil penelitian Riyadi (2005) di PT Peni Cilegon Indonesia yang

menyatakan bahwa rata-rata usia pekerja adalah 30 tahun. Sejalan dengan

penelitian Riyadi (2005) , penelitian Larasati (2011) di Proyek residence

dharrmawangsa juga didapatkan bahwa rata-rata usia pekerja 30,92 tahun.

Walaupun demikian perbedaan rata-rata usia pekerja tidak terlalu

signifikan.

Kecenderungan dengan bertambahnya usia akan semakin mampu

mengendalikan emosi dan semakin toleran terhadap perilaku yang

membahayakan terbukti pada hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa

rata-rata usia pekerja yang melakukan pelaporan bahaya lebih besar

yaitu 45 tahun dengan nilai standar deviasi sebesar 13,02. Sedangkan rata-

rata usia pekerja yang tidak melakukan pelaporan bahaya yaitu 42 tahun

dengan standar deviasi 13,94. Meskipun demikian, rata-rata usia pekerja

yang patuh dan tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya tidak jauh

berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan tidak menemukan adanya

perbedaan yang bermakna antara usia dengan kepatuhan pelaporan

bahaya. Dengan demikian, hipotesis tidak terbukti karena tidak

ditemukannya perbedaan yang bermakna antara usia dengan kepatuhan

pelaporan bahaya.

Tidak banyak penelitian yang menghubungkan usia dengan

kepatuhan pelaporan bahaya. Penelitian Asril (2003) mendukung hasil

penelitian ini yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara kategori umur dengan perilaku pekerja dalam mengisi kartu

pengamatan KKL dengan Pvalue 0,74. Hasil serupa juga ditemukan

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

99

dalam penelitian Septiano (2004) menunjukkan tidak ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan kepatuhan pekerja harian terhadap

peraturan keselamatan perusahaan di Kujang 1B Project dengan Pvalue

0,760.

Hubungan yang tidak bermakna antara usia pekerja dengan

kepatuhan pelaporan bahaya terjadi karena rata-rata usia pekerja yang

patuh dan tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya tidak jauh

berbeda. Tidak adanya hubungan antara kedua variabel ini juga

dimungkinkan terjadi karena ada faktor lainnya yang dapat mempengaruhi

kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja seperti persepsi pekerja

mengenai bahaya disekitar pekerja. Pada penelitian ini didapatkan pekerja

yang berusia > 48 tahun lebih banyak yang memiliki persepsi terhadap

bahaya yang negatif. Hal tersebut didukung oleh teori oleh Helda (2007)

yang menyatakan bahwa tenaga kerja yang masih muda mempunyai

kemampuan kerja yang lebih baik dari tenaga kerja yang sudah tua. Umur

yang terlalu tua dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja lebih

parah dikarenakan penurunan kemampuan reaksi, berkurang tingkat

kewaspadaan akan kecelakaan dan kesulitan dalam penyesuaian diri

dengan pekerjaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan pelaporan

bahaya tidak dipengaruhi oleh usia pekerja. Walaupun demikian terdapat

kecenderungan bahwa pekerja yang berusia > 48 tahun lebih banyak yang

yang memiliki persepsi terhadap bahaya yang negatif daripada pekerja

yang berusia lebih muda. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pembinaan pada

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

100

pekerja dengan melakukan sosialisasi prosedur pemantauan perilaku

pelaporan bahaya dan proses pelaksanaan pelaporan bahaya yang benar.

Selain itu, perlu adanya umpan balik khusus pada kegiatan safety morning

atau tips-tips keselamatan di papan pengumuman, bertujuan untuk

mengkomunikasikan temuan observasi ataupun keselamatan yang perlu

diperhatikan saat bekerja. Komunikasi dilakukan kepada seluruh pekerja

baik usia muda maupun usia tua untuk dapat meningkatkan persepsi

pekerja terhadap bahaya sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah secara

dini dengan dilakukannya pelaporan bahaya dengan baik.

Sesuai dengan teori Spigener (1999) dalam Byrd (2007) bahwa

inisiatif Behavior Based Safety (BBS) mengandalkan empat langkah:

mengidentifikasi perilaku kritis, mengumpulkan data, umpan balik yang

berkelanjutan, dan menghilangkan hambatan. Selain itu, teori Cooper

(2009) bahwa dalam program observasi keselamatan terdapat komunikasi

dua arah antara orang yang mengobservasi dan yang diobservasi serta

berupa briefing dalam periode tertentu, dimana data hasil observasi akan

dianalis untuk mengetahui perilaku yang spesifik.

2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Masa kerja pekerja berkorelasi positif dengan kepatuhan pelaporan

bahaya karena pengalaman untuk waspada terhadap kecelakaan kerja

bertambah baik sesuai dengan pertambahan lama bekerja di tempat kerja

yang bersangkutan (Helda, 2007). Semakin lama pekerja bekerja di dalam

suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan pekerja mengetahui

keadaan sesungguhnya yang terjadi di dalam perusahaan dan lebih

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

101

memahami kegiatan yang ada di perusahaan termasuk kegiatan pelaporan

bahaya (Kusuma, 2011).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata masa kerja

pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja

Pondok Cabe Tahun 2015 yaitu 19 tahun. Penelitian Park dan Jung (2003)

menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki pengalaman kerja dalam level

sedang (10‐12,99 tahun) cenderung kurang patuh terhadap peraturan

keselamatan yang berlaku dan ditemukan bahwa pekerja dengan level

pengalaman kerja tinggi (lebih dari 13 tahun) menunjukkan perilaku

kepatuhan terhadap peraturan keselamatan yang berlaku di tempat kerja.

Hasil penelitian tidak menemukan adanya perbedaan yang

bermakna antara masa kerja dengan kepatuhan pelaporan bahaya. Dengan

demikian, hipotesis tidak terbukti dengan tidak ditemukannya perbedaan

yang bermakna antara masa kerja dengan kepatuhan pelaporan bahaya.

Hasil penelitian Septiano (2004) mendukung hasil penelitian ini bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kepatuhan

pekerja harian terhadap peraturan keselamatan perusahaan di Kujang 1B

Project dengan Pvalue 0,084. Hasil serupa juga ditemukan dalam

penelitian Suryatno (2012) yang menunjukkan tidak ada hubungan masa

kerja dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya dengan Pvalue

0,507.

Hubungan tidak bermakna antara masa kerja dengan kepatuhan

pelaporan bahaya dapat dimungkinkan terjadi karena rata-rata masa kerja

pekerja yang patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (22 tahun) dengan

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

102

yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (18 tahun) tidak

jauh berbeda. Sehingga diketahui bahwa pekerja dengan masa kerja yang

lebih cepat cenderung tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya

daripada pekerja dengan masa kerja lebih lama.

Selain itu juga karena adanya faktor internal lainnya yang mampu

mempengaruhi kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja di luar dari masa

kerjanya seperti persepsi terhadap bahaya yang dimiliki pekerja. Pada

penelitian diketahui bahwa pekerja yang memiliki masa kerja > 19 tahun

lebih banyak yang memiliki persepsi terhadap bahaya yang negatif. Hal ini

diperkuat oleh teori Petersan (1998) dalam Halimah (2010) yang

mengemukakan bahwa seorang pekerja cenderung melakukan perilaku

tidak selamat karena tingkat persepsi yang buruk terhadap adanya bahaya

atau risiko di tempat kerja, mengganggap tidak penting kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja, menganggap rendah biaya yang harus

dikeluarkan jika terjadi kecelakaan kerja.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan pelaporan bahaya

tidak dipengaruhi oleh masa kerja pekerja. Walaupun demikian, terdapat

kecenderungan bahwa masa kerja baru lebih banyak yang tidak patuh

melakukan pelaporan bahaya daripada pekerja dengan masa kerja lama.

Oleh sebab itu, diperlukan adanya kewajiban untuk mengikuti pelatihan

keselamatan kerja terutama mengenai pelaporan bahaya disertai

konsekuensi jika tidak mengikutinya sebagai upaya pencegahan

kecelakaan, baik sebelum masuk kerja maupun pelatihan berkala yang

wajib dilakukan pada masa kerja. Hal ini diperlukan agar baik pekerja

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

103

dengan masa kerja baru dan masa kerja lama sama-sama menerima

informasi yang sama mengenai pekerjaan mereka dan senantiasa tidak

melupakan kegiatan yang harusnya dilakukan dan dihindari untuk

meminimalisir kecelakaan.

Sesuai dengan teori Mangkuprawira (2004) bahwa pelatihan bagi

pekerja merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian

tertentu serta sikap agar pekerja semakin terampil dan mampu

melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan

standar. Teori ILO (1998) dalam Demak (2014) juga menyatakan bahwa

pekerja lama bukan merupakan jaminan bahwa mereka tidak akan

melakukan tindakan tidak aman termasuk tidak patuh dalam melakukan

pelaporan bahaya.

Didukung pula dengan ketersediaan fasilitas agar kepatuhan dalam

melakukan pengisian kartu pelaporan bahaya meningkat. Hasil observasi

peneliti ditemukan bahwa safety drop box beserta form pelaporan bahaya

cukup sulit untuk ditemukan, dari seluruh area kerja Pondok Cabe yang

diobservasi hanya dua area yang menyediakan safety drop box yaitu di

hangar II dan hangar III. Namun kartu yang tersedia pun diletakan di

dalam kantor yang tidak selalu dilihat para pekerja teknisi. Sehingga,

untuk memudahkan pekerja melakukan pengisian kartu pelaporan bahaya

ada baiknya peletakan box kartu pelaporan bahaya menyebar dengan

penambahan jumlah box kartu pelaporan bahaya pada tiap hangar dan

tempat istirahat sehingga pekerja mudah menjangkau kartu pelaporan

bahaya. Menurut Rofik (2012) dalam prinsip tata ruang kantor diketahui

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

104

bahwa perlengkapan kantor sebaiknya diletakkan dekat pekerja yang

menggunakannya.

3. Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak. Sikap adalah

respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang

melibatkan faktor pendapat dan emosi (Notoatmodjo, 2010). Semakin

buruk sikap seorang pekerja akan cenderung menghasilkan kepatuhan

yang buruk pula (Anugraheni, 2003).

Hasil penelitian menyatakan bahwa pekerja yang memiliki sikap

negatif lebih banyak, jumlah pekerja dengan sikap negatif pada pekerja

teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe

Tahun 2015 adalah sebesar 52,9%. Hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian Asril (2003) di PT Apexindo Pratama Duta Tbk menghasilkan

bahwa jumlah pekerja yang memiliki sikap negatif lebih sedikit yaitu

hanya sebesar 0,9%. Selain itu, hasil yang hampir serupa dengan

penelitian ini, juga ditemukan pada penelitian Anugraheni (2003) di PT

Toyota Astra Motor Jakarta yang menyatakan dari 85 sampel dalam

penelitiannya, 51 (60%) diantaranya memiliki sikap negatif mengenai

Program Safety Toyota ―0‖ Accident Project (STOP 6).

Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa pekerja yang memiliki

sikap negatif lebih banyak yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan

bahaya (83,3%) daripada pekerja yang memiliki sikap positif (73,4%).

Meskipun demikian, jumlah pekerja yang memiliki sikap negatif dan sikap

positif hampir merata. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa pekerja

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

105

dengan sikap negatif memiliki risiko sebesar 1,809 kali untuk tidak patuh

dalam melakukan pelaporan bahaya. Namun besarnya risiko tersebut

berbeda-beda untuk setiap individu, sampel pekerja dengan sikap negatif

dalam penelitian ini memiliki risiko untuk tidak patuh dalam melakukan

pelaporan bahaya mulai dari 0,787- 4,155 kali dibandingkan dengan

pekerja dengan sikap positif. Hasil penelitian tidak menemukan adanya

perbedaan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan pelaporan

bahaya. Maka dari itu, hipotesis tidak terbukti dengan tidak ditemukannya

perbedaan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan pelaporan

bahaya.

Penelitan Septiano (2004) juga tidak bisa membuktikan hipotesis

dari teori Notoatmodjo (2003), hasil uji chi-square menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kepatuhan

pekerja harian terhadap peraturan keselamatan perusahaan di Kujang 1B

Project dengan Pvalue 0,084. Serupa dengan penelitan Septiano (2004)

penelitian Asril (2003) di PT Apexindo Pratama Duta Tbk, juga

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan

perilaku pekerja dalam pengisian kartu pengamatan KKL dengan Pvalue

1,00. Namun sebaliknya, penelitian Anugraheni (2003) menghasilkan

Pvalue 0,043 yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara

sikap dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP 6 dengan OR

sebesar 2,889 bahwa pekerja yang bersikap buruk akan cenderung untuk

berperilaku buruk sebesar 2,889 kali pekerja yang bersifat baik.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

106

Hubungan tidak bermakna antara sikap pekerja dengan kepatuhan

pelaporan bahaya terjadi karena perbedaan proporsi yang kecil antara

pekerja dengan sikap negatif dan tidak patuh dalam pelaporan bahaya

dengan pekerja yang memiliki sikap positif dan tidak patuh dalam

pelaporan bahaya. Selain itu, tidak adanya hubungan antara kedua variabel

ini juga dimungkinkan terjadi karena ada faktor internal lainnya yang

mampu mempengaruhi kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja seperti

persepsi terhadap bahaya. Berdasarkan hasil analisis diketahui pula bahwa

pekerja yang memiliki sikap negatif lebih banyak yang memiliki sikap

rekan kerja yang kurang mendukung pula. Sikap sesama pekerja

mempengaruhi tingkat individu tentang kepatuhan terhadap keselamatan

(Idirimanna, 2011). Seringkali pekerja tidak melaporkan bahaya karena

rekannya yang lain juga melakukan hal demikian. Selain itu, Griffiths

(2003) juga menyatakan bahwa seorang pekerja harus memiliki hubungan

sosial yang baik dengan pekerja yang lain, dimana masing-masing pekerja

harus mengawasi rekan kerja agar bertindak dengan aman dan

mengingatkan apabila ada kesalahan.

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan

dari pihak lain. Pembentukkan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan

melalui proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara

individu dengan individu-individu lain di sekitarnya (Demak, 2014).

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

107

Upaya untuk dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan baik

dengan sesama rekan kerja, sebaiknya dilakukan diskusi dalam forum

minimal satu kali seminggu untuk membiasakan komunikasi dua arah

antara teman dalam mengintervensi ketika melihat perilaku tidak aman

serta dukungan maupun hubungan sosial dari rekan kerja dapat semakin

menguat. Didukung oleh penelitian Cooper (2007) yang menyatakan

bahwa salah satu kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan program

behavior safety adalah umpan balik, yang dapat berbentuk umpan balik

verbal atau komunikasi yang langsung diberikan saat mengintervensi dan

umpan balik berupa briefing.

Hasil penelitian yang tidak konsisten ini dapat disebabkan oleh

perbedaan karakteristik pekerjaan yang dilakukan serta pengaruh dari

faktor lain seperti , peran rekan kerja dan dukungan dari manajemen yang

sangat penting untuk dapat mengajak pekerja berpartisipasi. Di PT Pelita

Air Service, dukungan manajemen masih kurang dalam terlaksananya

pelaporan bahaya terlihat dari jarangnya manajemen memantau langsung

perkembangan kegiatan pelaporan bahaya pada pekerja. Pengisian

kuesioner oleh pekerja pun memungkinkan pekerja untuk mengisi tidak

sesuai dengan kondisi aktual sehingga kualitas data yang diperoleh

tergantung dari motivasi pekerja pada saat pengisian kuesioner dilakukan.

Selain itu, masih terdapat pekerja yang bersikap negatif yaitu tidak

melakukan pengisian kartu pelaporan bahaya atau acuh tak acuh terhadap

kegiatan pelaporan bahaya. Safety drop box yang tersedia di area kerja

Pondok Cabe pun masih kosong, banyak pekerja yang tidak mau

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

108

melakukan pengisian kartu pelaporan bahaya. Hal ini bisa disebabkan

karena belum adanya peraturan atau konsekuensi yang sesuai yang dapat

menguatkan pekerja untuk bersikap positif. Ada baiknya, dilakukan

pemberian sanksi ketika pekerja tidak melakukan pelaporan bahaya selama

setahun untuk mendukung agar pekerja mau bersikap lebih displin dan

positif. Menurut Geller (2001) hukuman merupakan konsekuensi yang

diterima individu atau kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang

tidak diharapkan.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa kepatuhan pelaporan bahaya tidak dipengaruhi oleh sikap pekerja.

Walaupun demikian terdapat kecenderungan pekerja yang tidak patuh

melakukan pelaporan bahaya memiliki sikap yang negatif. Oleh sebab itu,

komitmen manajemen sebaiknya tidak hanya membuat program, kebijakan

atau prosedur tetapi juga terlibat dalam setiap aktivitas program.

Manajemen harus memastikan secara langsung sejauh mana aplikasi

komitmennya berjalan di lapangan karena dengan keterlibatan manajemen,

partisipasi dari pekerja akan meningkat. Menurut Langford, dkk (2008)

menemukan bahwa ketika pekerja percaya bahwa manajemen peduli

terhadap keselamatan mereka, maka pekerja akan lebih dapat bekerja sama

untuk meningkatkan atau memperbaiki performa dan perilaku

keselamatan.

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

109

4. Hubungan antara Persepsi Terhadap Bahaya dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya

Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian memproses

informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang

telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau

memperoleh dan menginterprestasi stimulus (rangsangan) yang diterima

oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung (Shiddiq, 2013).

Persepsi bahaya yang baik memiliki peluang yang lebih besar untuk

berperilaku dan patuh dalam melakukan pelaporan bahaya sehingga dapat

meminimalisir kejadian kecelakaan pada dirinya (Marettia, 2011). Persepsi

terhadap bahaya dalam penelitian ini menunjukkan penilaian pekerja

terhadap bahaya yang berpotensi menyebabkan kecelakaan dan cidera

yang bisa terjadi pada dirinya dan sekitarnya.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pekerja yang memiliki persepsi

negatif terhadap bahaya lebih banyak dibandingkan pekerja yang memiliki

persepsi positif terhadap bahaya yaitu 58,8%. Hasil penelitian ini berbeda

dengan penelitian Marettia (2011) di PT X Indonesia jumlah pekerja yang

memiliki persepsi terhadap bahaya negatif lebih sedikit yaitu sebesar

43%. Selain itu, hasil serupa juga ditemukan pada penelitian Larasati

(2011) di proyek apartemen the residences at dharmawangsa 2

menyatakan dari 50 sampel dalam penelitiannya, hanya 14 (28%) yang

memiliki persepsi negatif.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pekerja yang memiliki

persepsi negatif terhadap bahaya lebih banyak yang tidak patuh dalam

melakukan pelaporan bahaya (97,5%) daripada pekerja yang memiliki

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

110

persepsi positif terhadap bahaya (51,8%). Hasil uji chi-square

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara persepsi

terhadap bahaya dengan kepatuhan pelaporan bahaya. Berdasarkan hasil

perhitungan Odds Ratio menunjukkan pekerja dengan persepsi negatif

terhadap bahaya memiliki risiko 36,310 kali untuk tidak patuh dalam

melakukan pelaporan bahaya daripada pekerja yang memiliki persepsi

positif terhadap bahaya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif

persepsi tentang bahaya pekerja maka akan semakin patuh dalam

melakukan pelaporan bahaya dan semakin negatif persepsi sesorang maka

semakin kecil kemungkinan pekerja untuk patuh dalam melakukan

pelaporan bahaya. Hal ini juga menunjukkan bahwa positif atau negatifnya

persepsi tentang bahaya pekerja mempengaruhi kepatuhan pelaporan

bahaya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Marettia (2011)

menghasilkan Pvalue 0,05 yang menyatakan ada hubungan bermakna

antara persepsi pekerja terhadap bahaya dengan perilaku pekerja dalam

melaksanakan program STOP dan diperoleh juga nilai OR sebesar 1,4

yang artinya pekerja yang memiliki persepsi yang baik mempunyai

peluang 1,4 untuk berperilaku yang aman dalam melaksanakan program

STOP dibandingkan pekerja dengan persepsi terhadap bahaya yang tidak

baik. Didukung pula dengan penelitian Larasati (2011) hasil uji chi-square

menunjukkan pekerja yang memiliki persepsi negatif cenderung 11 kali

untuk mematuhi peraturan dan program keselamatan kerja daripada

pekerja yang memiliki persepsi positif. Sedangkan, pada pekerja yang

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

111

mempunyai persepsi yang tidak baik mengenai bahaya mempunyai

kecenderungan melakukan perilaku yang tidak aman lebih tinggi.

Hubungan bermakna antara persepsi pekerja terhadap bahaya

dengan kepatuhan pelaporan bahaya terjadi karena persepsi bahaya

menunjukkan sejauh mana penilaian pekerja terhadap bahaya yang dapat

berpengaruh pada keputusan dan berefek pada tingkah laku yang terwujud

pada pekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan safety officer,

menyatakan bahwa masih terdapat pekerja yang sebenarnya mengetahui

bahaya di lingkungan kerja, tetapi pekerja menganggap tidak penting

bahaya tersebut, mereka acuh, tidak waspada sehingga mengabaikan

keselamatan diri mereka sendiri. Hal ini didukung oleh teori Petersan

(1998) dalam Halimah (2010) yang mengemukakan bahwa seorang

pekerja cenderung melakukan perilaku tidak selamat karena tingkat

persepsi yang buruk terhadap adanya bahaya atau risiko di tempat kerja,

mengganggap tidak penting kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja,

menganggap rendah biaya yang harus dikeluarkan jika terjadi kecelakaan

kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa apa yang dipersepsikan

seseorang terhadap risiko suatu bahaya dan besaran konsekuensinya

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan

seseorang dalam melakukan pelaporan bahaya.

Manajemen sebaiknya mengadakan kegiatan yang dapat terus

meningkatkan persepsi pekerja agar pekerja senantiasa waspada dan patuh

terhadap program perusahaan terutama dalam melakukan pekerjaan

mereka. Misalnya dengan program khusus pada kegiatan safety morning

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

112

atau tips-tips keselamatan di papan pengumuman yang dilakukan berkala

dan terus menerus. Hal tersebut bertujuan untuk mengkomunikasikan

temuan observasi ataupun keselamatan yang perlu diperhatikan dalam

bekerja yang dapat berisiko fatal serta bahaya-bahaya yang dapat terjadi,

ketika pekerja tidak bekerja dengan aman. Sehingga kecelakaan kerja

dapat dicegah secara dini dengan dilakukannya pelaporan bahaya dengan

baik. Selain itu, manajemen juga perlu untuk terlibat dalam setiap

aktivitas program. Manajemen harus memastikan secara langsung sejauh

mana pelaksanaan kegiatan berjalan di lapangan.

Sesuai dengan teori Spigener (1999) dalam Byrd (2007) bahwa

inisiatif Behavior Based Safety (BBS) mengandalkan empat langkah:

mengidentifikasi perilaku kritis, mengumpulkan data, umpan balik yang

berkelanjutan, dan menghilangkan hambatan. Selain itu, teori Cooper

(2009) bahwa dalam program observasi keselamatan terdapat komunikasi

dua arah antara orang yang mengobservasi dan yang diobservasi serta

berupa briefing dalam periode tertentu, data hasil observasi akan dianalis

untuk mengetahui perilaku yang spesifik. Untuk keterlibatan manajemen

dalam aktivitas program didukung oleh teori yang dikemukakan Langford,

dkk (2008) bahwa ketika pekerja percaya bahwa manajemen peduli

terhadap keselamatan mereka, maka pekerja akan lebih dapat bekerja sama

untuk meningkatkan atau memperbaiki performa dan perilaku

keselamatan.

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

113

D. Hubungan Faktor Eksternal (Frekuensi Paparan Pelatihan

Keselamatan, Respon Pihak Pengawas, Sikap Rekan Kerja dan

Pengaruh Penghargaan) dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada

pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja

Pondok Cabe Tahun 2015

1. Hubungan antara Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan dengan

Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Pelatihan K3 bertujuan agar pekerja dapat memahami dan

berperilaku dengan mementingkan keselamatan dan kesehatan kerja,

mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan

kecelakaan kerja, menggunakan alat pelindung diri, melakukan

pencegahan dan pemadaman kebakaran serta menyusun program

pengendalian K3 perusahaan termasuk kegiatan pelaporan bahaya

(Hargiyarto, 2008). Semakin sering dan baik pelatihan yang diberikan

maka kecenderungan pekerja melakukan kegiatan pelaporan bahaya lebih

besar daripada kecenderungan tidak melakukan kegiatan pelaporan bahaya

(Marettia, 2011).

Pelatihan di PT Pelita Air Service dilakukan untuk seluruh pekerja.

Pelatihan yang diberikan tergabung dalam HSE Training yang diadakan

setiap dua tahun sekali untuk pekerja di kantor dan satu tahun sekali untuk

pekerja maintenance. Pelatihan mencakup materi pengenalan mengenai

pentingnya K3, implementasi dalam lingkungan kerja sehari-hari dan

memunculkan budaya K3, klasifikasi kecelakaan, teori pencegahan

kecelakaan, menjelaskan bagaimana keadaan atau perilaku yang tidak

aman, kondisi tidak aman, APD, cara pengisian formulir pelaporan bahaya

serta penjelasan mengenai program safety awards.

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

114

Hasil penelitian menyatakan bahwa pekerja yang memiliki

frekuensi paparan pelatihan keselamatan jarang lebih banyak sebesar

82,4%. Meskipun demikian, masih ada pekerja yang memiliki frekuensi

paparan pelatihan keselamatan sering yaitu sebesar 17,6%. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Anugraheni (2003) di PT Toyota Astra Motor

Jakarta bahwa jumlah pekerja yang kurang dalam mendapatkan pelatihan

keselamatan lebih besar yaitu sebesar 84,7%. Selain itu, hasil serupa juga

ditemukan pada penelitian Novraswinda (2015) pada pekerja di unit

radiologi diagnostik menyatakan dari 41 sampel dalam penelitiannya, 18

(44%) diantaranya mendapatkan pelatihan yang kurang. Sedangkan, hasil

penelitian Marettia (2011) di PT X Indonesia memiliki jumlah pekerja

dengan pelatihan keselamatan kurang yang lebih sedikit yaitu 14%.

Penelitian Zubaedah (2009) di PT Trakindo Utama (PTTU) Cabang

Jakarta menyatakan hasil yang hampir serupa namun lebih banyak dengan

hasil penelitian ini, dimana jumlah pekerja yang belum pernah mengikuti

pelatihan sebesar 21,3%.

Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa pekerja yang memiliki

frekuensi paparan pelatihan keselamatan jarang lebih sedikit yang tidak

patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (76,8%) daripada pekerja yang

memiliki frekuensi paparan pelatihan keselamatan sering (87,5%). Hasil

uji chi-square diketahui juga bahwa pekerja yang memiliki frekuensi

paparan pelatihan keselamatan jarang memiliki efek proteksi sebesar

0,8374 kali terhadap tidak patuhnya melakukan pelaporan bahaya.

Besarnya efek poteksi ini berbeda-beda untuk setiap individu. Pada

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

115

penelitian ini, rentang efek proteksi yang dimiliki oleh setiap pekerja yang

memiliki frekuensi paparan pelatihan keselamatan jarang adalah 0,130

kali hingga 1,711 kali terhadap ketidakpatuhan melakukan pelaporan

bahaya dibandingkan dengan pekerja yang memiliki frekuensi paparan

pelatihan keselamatan sering.

Hasil penelitian tidak menemukan adanya perbedaan yang

bermakna antara frekuensi paparan pelatihan keselamatan dengan

kepatuhan pelaporan bahaya. Dengan demikian, hipotesis tidak terbukti

dengan tidak ditemukannya perbedaan yang bermakna antara frekuensi

paparan pelatihan dengan kepatuhan pelaporan bahaya. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian Anugraheni (2003) yang menghasilkan Pvalue

1,00 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara

pelatihan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP 6.

Namun sebaliknya penelitian Marettia (2011) di PT X

menghasilkan Pvalue 0,04 yang menyatakan bahwa ada hubungan

bermakna antara pelatihan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan

STOP. Serupa dengan penelitian Marettia (2011), penelitian Asril (2003)

di PT Apexindo Pratama Duta Tbk juga menyatakan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara pelatihan dengan perilaku pekerja dalam mengisi

kartu pengamatan KKL dengan Pvalue 0,03.

Hubungan tidak bermakna antara frekuensi paparan pelatihan

keselamatan dengan kepatuhan pelaporan bahaya dapat terjadi karena

penelitian ini hanya berfokus pada frekuensi paparan pelatihan terkait

kegiatan pelaporan bahaya saja tidak sampai mendalam kepada informasi

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

116

yang diterima pekerja. Seharusnya variabel dapat meneliti secara

keseluruhan pelatihan lainnya dikarenakan untuk dapat melakukan

pelaporan bahaya, pekerja harus memiliki pengetahuan-pengetahuan dasar

lainnya bukan hanya mengenai kegiatan pelaporan bahayanya saja.

Sehingga untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat menggali lebih

dalam mengenai paparan pelatihan keselamatan secara menyeluruh.

Tidak ditemukannya hubungan bermakna antara frekuensi paparan

pelatihan dengan kepatuhan pelaporan bahaya juga dapat disebabkan

karena penggunaan kuesioner memungkinkan pekerja untuk mengisi tidak

sesuai dengan kondisi aktual sehingga kualitas data yang diperoleh

tergantung dari motivasi pekerja pada saat pengisian kuesioner dilakukan.

Serta adanya perbedaan karakteristik pekerjaan yang dilakukan dan sistem

dari pelatihan pada perusahaan. Berdasarkan hasil analisis diketahui pula

bahwa pekerja yang memiliki frekuensi paparan pelatihan kesalamatan

yang jarang lebih banyak yang memiliki persepsi terhadap bahaya negatif.

Didukung oleh teori Sastrohadiwiryo (2002) dalam Silalahi (2012)

pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh

efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang

melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan,

pengetahuan, sikap dan persepsi yang layak.

Selain dorongan yang ada dalam diri pekerja untuk melakukan

pengisian pelaporan bahaya, dukungan dari perusahaan dengan penciptaan

lingkungan yang memfasilitasi terjadinya kepatuhan pelaporan bahaya di

tempat kerja juga sangat diperlukan. Penggunaan safety instruction

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

117

sebagai media yang digunakan untuk mensosialisasikan kebijakan melalui

penyebaran informasi pada suatu lembaran yang wajib disebarkan dan

dibaca oleh seluruh pekerja dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga

sosialisasi bahwa kewajiban pengisian kartu pelaporan bahaya dapat

diketahui pekerja secara menyeluruh.

Faktanya, target minimal pelaporan bahaya tahun 2015 yaitu 1

pekerja/1 kartu pelaporan/ 1 tahun belum dikomunikasikan dan

disosialisasikan menyeluruh kepada pekerja secara tertulis dalam

kebijakan atau safety instruction.Sehingga sebaiknya dilakukan pembuatan

safety instruction baru sehingga dapat dikomunikasikan dan

disosialisasikan segera kepada pekerja mengenai target pelaporan bahaya

tahun 2015 bahwa setiap orang wajib mengisi minimal 1 kartu/tahun.

Didukung oleh PP No.50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3, pasal 13

bahwa pengusaha harus menyebarluaskan dan mengkomunikasikan setiap

kebijakan yang ditetapkan kepada seluruh pekerja/buruh yang berada di

perusahaan dan pihak lain yang terkait.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya sehingga dapat disimpulkan

bahwa kepatuhan pelaporan bahaya tidak dipengaruhi oleh frekuensi

paparan pelatihan keselamatan. Oleh sebab itu, sebaiknya manajemen

perlu mensosialisasikan mengenai kewajiban pengisian pelaporan bahaya

melalui pembuatan safety instruction baru sehingga dapat

dikomunikasikan dan disosialisasikan segera kepada pekerja mengenai.

Serta perlu dilakukan pelatihan-pelatihan keselamatan lainnya yang

merupakan dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

118

berkala agar pekerja bisa menyadari betapa pentingnya pekerja untuk

berperilaku aman bagi diri pekerja maupun lingkungan sekitarnya sebelum

mengajak pekerja untuk dapat melakukan kegiatan pelaporan bahaya.

2. Hubungan antara Respon Pihak Pengawas dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya

Pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan dan target

sesuai dengan kebutuhan, memastikan pekerja dapat menanggulangi

kesulitan yang mereka temui, meningkatkan motivasi, membantu

meningkatkan keterampilan dan kemampuannya (Geller, 2001). Ketika

peran pengawas kurang mendukung maka pekerja akan cenderung

berperilaku tidak aman. Selain itu, peran pengawas merupakan faktor yang

paling dominan berhubungan dengan perilaku pekerja (Halimah, 2010).

Pengawasan pelaksanaan kegiatan pelaporan bahaya di PT Pelita Air

Service dilakukan oleh safety officer di area kerja.

Respon pihak pengawas menggambarkan bagaimana pendapat

pekerja mengenai umpan balik yang dilakukan safety officer dalam

pelaksanaan pelaporan bahaya yaitu ada respon atau tidak ada respon dari

pihak pengawas. Apabila umpan balik yang dilakukan safety officer

sesuai dengan kebutuhan pekerja, dalam arti safety officer melakukan

umpan balik secara teratur terhadap pekerja, memberikan perhatian,

pengarahan, dan petunjuk serta memperbaiki kesalahan-kesalahan yang

dilakukan oleh pekerja dalam pelaksanaan kegiatan pelaporan bahaya,

maka pekerja akan menyatakan ada respon pihak pengawas sehingga dari

adanya respon pihak pengawas akan menentukan perilaku karyawan dalam

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

119

bekerja seperti perilaku melakukan pelaporan bahaya begitupun

sebaliknya.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pekerja yang menyatakan ada

respon pihak pengawas lebih banyak sebesar 70,6%. Meskipun demikian,

masih ada pekerja yang menyatakan tidak ada respon pihak pengawas

yaitu sebesar 29,4%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Marettia (2011) di PT X Indonesia, jumlah pekerja yang menyatakan

bahwa pengawasan tidak baik lebih besar yaitu sebesar 47%. Sejalan

dengan itu, hasil penelitian Hayati (2004) di PT Krama Yudha Ratu Motor

juga menunjukan bahwa pekerja yang menyatakan pengawasan buruk

lebih banyak yaitu sebesar 92,1%.

Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa pekerja yang

menyatakan tidak ada respon pihak pengawas lebih banyak yang tidak

patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (87,5%) daripada pekerja yang

menyatakan ada respon pihak pengawas (75%). Hasil uji chi-square

menunjukkan bahwa pekerja yang menyatakan tidak ada respon pihak

pengawas memiliki risiko sebesar 2,333 kali untuk tidak patuh melakukan

pelaporan bahaya pula. Namun besarnya risiko tersebut berbeda-beda

untuk setiap individu, sampel pekerja yang memiliki kegiatan pengawasan

buruk dalam penelitian ini memiliki risiko untuk tidak patuh melakukan

pelaporan bahaya mulai dari 0,821-6,633 kali dibandingkan dengan

pekerja yang menyatakan bahwa ada respon pihak pengawas.

Hasil penelitian tidak menemukan adanya perbedaan yang

bermakna antara respon pihak pengawas dengan kepatuhan pelaporan

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

120

bahaya. Dengan demikian, hipotesis tidak terbukti dengan ditemukannya

perbedaan yang bermakna antara respon pihak pengawas dengan

kepatuhan pelaporan bahaya. Penelitian Marettia (2011) juga tidak bisa

membuktikan hipotesis dari teori Geller (2001) yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan antara peran pengawasan terhadap perilaku pekerja

dalam pelaksanaan STOP di PT X dengan Pvalue 1,0 melebihi nilai alpha.

Didukung pula oleh penelitian Anugraheni (2003) di PT Toyota Astra

Motor Jakarta yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

pengawasan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP 6 dengan

Pvalue 0,979. Sebaliknya, penelitian Hayati (2004) bisa membuktikan

hipotesis dari teori Geller (2001) di PT Krama Yudha Ratu Motor yang

menyatakan ada hubungan antara pengawasan dengan tingkat kepatuhan

terhadap pelaksanaan SOP pada pekerja bagian welding.

Hubungan tidak bermakna antara respon pihak pengawas dengan

kepatuhan pelaporan bahaya dikarenakan variabel pengawasan yang

diteliti pada penelitian ini hanya mencakup pada respon atau umpan balik

yang dilakukan pihak pengawas terhadap pekerja terkait kegiatan

pelaporan bahaya. Sehingga varibel yang diteliti bukan murni pengawasan

secara keseluruhan. Menurut Geller (2001) pengawasan dilakukan untuk

memastikan bahwa tujuan dan target sesuai dengan kebutuhan,

memastikan pekerja dapat menanggulangi kesulitan yang mereka temui,

meningkatkan motivasi, membantu meningkatkan keterampilan dan

kemampuannya. Sehingga untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk

lebih bisa menggali mengenai variabel pengawasan yang utuh.

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

121

Selain itu, hubungan tidak bermakna kemungkinan terjadi karena

pada saat pengisian kuesioner yang dilakukan oleh pekerja, pekerja

mengisi tidak sesuai dengan kondisi aktual sehingga kualitas data yang

diperoleh tergantung dari motivasi pekerja pada saat pengisian kuesioner

dilakukan. Hal ini didukung oleh pernyataan Anugraheni (2003) bahwa

seperti halnya peraturan, pengawasan dilakukan untuk memberi motivasi

kepada pekerja untuk melaksanakan pengisian kartu observasi kesematan

sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak.

Hasil penelitian yang tidak konsisten ini dapat disebabkan oleh

perbedaan dari sistem pengawasan dalam kegiatan pelaporan bahaya pada

perusahaan dan pengaruh dari faktor lain seperti sikap dan pengaruh rekan

kerja serta karakteristik pengawas itu sendiri. Namun, pengawasan dari

saffety officer terhadap sarana untuk menunjang kegiatan pelaporan

bahaya juga belum optimal, hasil studi dokumen ditemukan masih terdapat

jenis kartu pelaporan bahaya yang belum diperbaharui yaitu Safety

Suggestion Form (Formulir Saran Keselamatan) yang berisi kartu untuk

kondisi dan praktek kerja tidak aman yang sudah mengalami perubahan

semenjak tahun 2012 menjadi Safety Observation Form (SOF). Ada

baiknya segera dilakukan penggantian isi kartu secara keseluruhan agar

dapat mendukung kesesuaian program yang dijalankan oleh PT Pelita Air

Service.

Hal ini diperkuat dengan Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo

(2003) bahwa perilaku dapat dibentuk oleh 3 faktor, salah satunya adalah

faktor pemungkin (enabling) yaitu ketersediaan fasilitas dan sarana.

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

122

Ketersediaan sarana seperti kartu pelaporan bahaya merupakan salah satu

bentuk dari faktor pendukung perilaku, jika terdapat fasilitas yang kurang

mendukung maka akan berpengaruh terhadap perilaku.

Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan pelaporan bahaya tidak

dipengaruhi oleh respon pihak pengawas. Pekerja yang tidak patuh

melakukan pelaporan bahaya menyatakan tidak ada respon pihak

pengawas. Oleh sebab itu, perlu adanya pengawasan dan umpan balik dari

safety officer dilakukan rutin baik pengawasan pada pekerja maupun

pengawasan sarana pendukung program agar apabila ada kondisi yang

berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui dan diperbaiki

secepatnya. Sesuai dengan penelitian Halimah (2010) pengawasan secara

teratur atau konsisten perlu dilakukan sehingga apabila ada kondisi yang

berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui dengan segera

dan dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.

3. Hubungan antara Sikap Rekan Kerja dengan Kepatuhan Pelaporan

Bahaya

Rekan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

seorang individu. Persepsi sesama pekerja mempengaruhi tingkat individu

tentang kepatuhan terhadap keselamatan (Idirimanna, 2011). Seringkali

pekerja tidak melakukan kegiatan pelaporan bahaya karena rekannya yang

lain juga melakukan hal demikian. Geller (2001) juga menyebutkan

tekanan rekan kerja semakin meningkat saat semakin banyak orang terlibat

dalam perilaku tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu

terlihat relatif kompeten atau berpengalaman. Ketika dalam satu grup

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

123

banyak pekerja yang tidak patuh melakukan pelaporan bahaya maka

pekerja lain juga ikut tidak patuh melakukan pelaporan bahaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang menyatakan

bahwa sikap rekan kerja mendukung lebih banyak (66,9%), meskipun

masih ada yang menyatakan bahwa sikap rekan kerja kurang mendukung

yaitu sebesar 33,1%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Riyadi

(2005) di PT Peni Cilegon, jumlah pekerja yang menyatakan bahwa peran

rekan kerja berpengaruh sama besar dengan pekerja yang menyatakan

rekan kerja kurang berpengaruh yaitu 50%. Sedangkan, hasil penelitian

Karyani (2005) di Schlumberger Indonesia memiliki jumlah pekerja yang

menyatakan peran rekan kerja rendah lebih banyak yaitu 55,75%.

Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa pekerja yang

menyatakan sikap rekan kerja kurang mendukung lebih banyak yang tidak

patuh melakukan pelaporan bahaya (95,6%) daripada pekerja yang

menyatakan sikap rekan kerja mendukung (70,3%). Hasil uji chi-square

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara sikap rekan

kerja dengan kepatuhan pelaporan bahaya. Hasil perhitungan Odds Ratio

menunjukkan pekerja yang menyatakan sikap rekan kerja kurang

mendukung memiliki risiko 9,070 kali untuk tidak patuh melakukan

pelaporan bahaya daripada pekerja yang memiliki sikap rekan kerja yang

mendukung. Hal ini menunjukkan semakin mendukung sikap rekan kerja

maka akan semakin baik untuk patuh dalam melakukan pelaporan bahaya,

sebaliknya semakin kurang mendukung sikap rekan kerja pada seseorang

maka semakin kecil kemungkinan pekerja untuk patuh melakukan

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

124

pelaporan bahaya. Hal ini juga menunjukkan bahwa mendukung atau tidak

mendukungnya sikap rekan kerja pada pekerja mempengaruhi kepatuhan

pelaporan bahaya.

Penelitian Karyani (2005) juga dapat membuktikan hipotesis dari

teori Geller (2001), penelitian pada 113 pekerja di Schlumberger Indonesia

diperoleh bahwa salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap

perilaku aman adalah peran dari rekan kerja. Didukung pula oleh

penelitian Halimah (2010) di PT SIM Plant Tambun II yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara peran rekan kerja dengan perilaku aman

dengan Pvalue 0,000.

Hubungan bermakna antara sikap rekan kerja dengan kepatuhan

pelaporan bahaya disebabkan karena sikap rekan kerja sangat penting

untuk dapat menjaga dan mengawasi keselamatan pekerja lain di area

kerja. Seringkali pekerja berperilaku buruk atau tidak aman karena

rekannya yang lain juga berperilaku demikian. Sebagaimana Geller

(2001) menyebutkan tekanan rekan kerja semakin meningkat saat semakin

banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan saat anggota grup yang

berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau berpengalaman.

Griffiths (2003) juga menyatakan bahwa seorang pekerja harus memiliki

hubungan sosial yang baik dengan pekerja yang lain, dimana masing-

masing pekerja harus mengawasi rekan kerja agar bertindak dengan aman

dan mengingatkan apabila ada kesalahan.

Persamaan hasil penelitian ini dimungkinkan terjadi karena kondisi

setiap individu mayoritas dipengaruhi dari hasil interaksi dengan rekan

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

125

kerja yang cukup kuat. Selain itu rekan kerja juga mampu mempengaruhi

pekerja lain untuk memiliki kepatuhan pelaporan bahaya yang baik.

Menurut Idirimanna (2011) persepsi sesama pekerja mempengaruhi

tingkat individu tentang kepatuhan terhadap keselamatan. Seringkali

pekerja tidak patuh melakukan pelaporan bahaya karena rekannya yang

lain juga bertindak demikian.

Fakta di lapangan rata-rata usia pekerja di PT Pelita Air Service

yaitu 43 tahun, merupakan pekerja berusia tua sehingga budaya yang

tumbuh di lingkungan kerja adalah adanya rasa tidak enak atau sungkan

ketika pekerja harus menegur orang yang lebih tua. Ketika pekerja yang

lebih tua melakukan tindakan tidak aman, adanya rasa sungkan memicu

pekerja muda lebih baik diam dan tidak mengisi kartu pelaporan bahaya.

Selain itu, menurut safety officer pengisian kurang juga dikarenakan ada

keharusan untuk mengintervensi dalam pengisian kartu sehingga ada rasa

sungkan atau tidak enak dengan teman ataupun atasan jika ingin

menuliskan perilaku tidak aman maupun menegur.

Dapat disimpulkan bahwa sikap rekan kerja dapat berpengaruh

terhadap kepatuhan pelaporan bahaya. Pekerja yang menyatakan sikap

rekan kerja kurang mendukung memiliki risiko 9,070 kali tidak patuh

melakukan pelaporan bahaya. Oleh sebab itu, rasa sungkan pekerja untuk

menegur dan berkomunikasi pada rekan kerja maupun atasan ketika

melihat terdapat perilaku tidak aman harus segera diminimalisir.

Upaya untuk mengurangi rasa sungkan dalam berkomunikasi dan

menegur dapat dilakukan dengan mengadakan diskusi dalam forum atau

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

126

meeting yang dapat dilakukan satu kali seminggu untuk membiasakan

komunikasi dua arah antara teman maupun dengan atasan dan

mengurangi rasa sungkan pada pekerja dalam mengintervensi ketika

melihat perilaku tidak aman. Diperkuat oleh penelitian Cooper (2007)

yang menyatakan bahwa salah satu kriteria yang sangat penting bagi

pelaksanaan program behavior safety adalah umpan balik, yang dapat

berbentuk umpan balik verbal atau komunikasi yang langsung diberikan

saat mengintervensi dan umpan balik berupa briefing. Selain itu untuk

mengurangi rasa sungkan pada pekerja dapat dilakukan dengan

mengadakan kegiatan kumpul bulanan bersama pekerja yang bertujuan

untuk menciptakan suasana lingkungan kerja lebih akrab serta dukungan

dari rekan kerja dapat semakin menguat. Kegiatan yang bisa dilakukan

adalah makan siang bersama.

4. Hubungan antara Pengaruh Penghargaan dengan Kepatuhan

Pelaporan Bahaya

Penghargaan adalah konsekuensi positif yang diberikan kepada

individu atau kelompok dengan tujuan mengembangkan, mendukung dan

memelihara perilaku atau tindakan yang diharapkan (Geller, 2001).

Pekerja yang memiliki penilaian bahwa penghargaan tidak memadai dapat

cenderung untuk berperilaku ke arah yang tidak aman (Marettia, 2011).

PT Pelita Air Service menyediakan penghargaan untuk memotivasi

setiap pekerja dalam meningkatkan keselamatan dan budaya pelaporan

bahaya. Persyaratan penerima penghargaan adalah setiap pekerja

melaporkan minimum empat Hazard Report atau Safety Observation Form

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

127

atau kombinasi keduanya, dalam satu bulan selama tiga bulan berturut-

turut. Penghargaan berbentuk hadiah dan dilengkapi dengan sertifikat yang

diberikan kepada pekerja satu tahun sekali. Berikut adalah contoh

sertifikat yang diterima pekerja, seperti pada gambar 6.1:

Gambar 6.1

Sertifikat Safety Awards

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja yang menyatakan ada

pengaruh dari penghargaan berjumlah 62,5%. Meskipun demikian, masih

ada yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari penghargaan yaitu

sebesar 37,5%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Anugraheni

(2003) di PT Toyota Astra Motor Jakarta jumlah pekerja yang

menyatakan bahwa pengaruh penghargaan kurang lebih banyak yaitu

sebesar 75,3%. Sedangkan, penelitian Asril (2003) di PT Apexindo

Pratama Duta Tbk menyatakan bahwa jumlah pekerja yang menyatakan

tidak butuh penghargaan lebih sedikit yaitu 4,65%. Hasil penelitian

Marettia (2011) di PT SIM Plant Tambun II memiliki hasil yang hampir

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

128

serupa dengan penelitian ini, dimana jumlah pekerja yang menyatakan

pengaruh penghargaan baik sebesar 41%.

Selain itu, hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa pekerja yang

berpendapat penghargaan tidak ada pengaruh lebih banyak yang tidak

patuh dalam melakukan pelaporan bahaya (90,2%) daripada pekerja yang

berpendapat penghargaan ada pengaruh (71,8%). Hasil uji chi-square

menunjukkan bahwa pekerja yang menyatakan bahwa ada pengaruh dari

penghargaan memiliki risiko sebesar 3,620 kali untuk tidak patuh

melakukan pelaporan bahaya pula. Namun besarnya risiko tersebut

berbeda-beda untuk setiap individu, pekerja yang menyatakan bahwa tidak

ada pengaruh dari penghargaan dalam penelitian ini memiliki risiko untuk

tidak patuh dalam pelaporan bahaya mulai dari 1,284-10,208 kali

dibandingkan dengan pekerja yang menyatakan bahwa ada pengaruh dari

penghargaan.

Hasil penelitian menemukan adanya perbedaan yang bermakna

antara pengaruh penghargaan dengan kepatuhan pelaporan bahaya.

Dengan demikian, hipotesis terbukti dengan ditemukan adanya perbedaan

yang bermakna antara penghargaan dengan kepatuhan pelaporan bahaya.

Penelitian Anugraheni (2003) juga bisa membuktikan hipotesis dari teori

Geller (2001) dengan Pvalue 0,055 menyatakan bahwa ada hubungan

bermakna antara sanksi dan penghargaan dengan perilaku pekerja dalam

melaksanakan STOP 6.

Hubungan bermakna antara pengaruh penghargaan dengan

kepatuhan pelaporan bahaya terjadi karena ketika penghargaan digunakan

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

129

dengan baik dan sebagai mestinya, penghargaan dapat memberikan

manfaat yang besar kepada setiap orang karena penghargaan dapat

menumbuhkan motivasi, membentuk perasaan percaya diri, pengendalian

diri, optimisme, dan rasa memiliki pada diri pekerja (Halimah, 2010).

Perbedaan hasil penelitian ini, mungkin terjadi karena perbedaan

karakteristik pekerjaan yang dilakukan pekerja itu sendiri dan sistem

penghargaan pada tiap perusahaan serta kondisi setiap individu yang

berbeda-beda dalam melihat manfaat dari penghargaan. Penghargaan dapat

memberikan motivasi pada pekerja untuk patuh dalam melakukan

pelaporan bahaya. Didukung oleh teori Geller (2001) bahwa penghargaan

merupakan konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau

kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan, mendukung dan

memelihara perilaku yang diharapkan. Sejalan dengan itu, menurut

Mangkunegara (2005) imbalan yang diberikan kepada pekerja sangat

berpengaruh terhadap motivasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan pelaporan bahaya

dipengaruhi oleh pengaruh penghargaan. Pekerja yang tidak patuh

melakukan pelaporan bahaya menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari

penghargaan. Oleh karena itu, sebaiknya memasukkan pengisian

pelaporan bahaya yang dilakukan pekerja sebagai unsur penilaian Key

Performance Indicator (KPI). Setiap pengisian satu lembar kartu

pelaporan bahaya maka akan dilipatgandakan sesuai banyaknya pengisian

yang dilakukan pekerja dan menjadi penambahan gaji pada pekerja yang

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

130

telah mengisi sebagai upaya peningkatan motivasi pekerja untuk

melakukan kegiatan pelaporan bahaya.

Menurut Mangkunegara (2005), imbalan yang diberikan kepada

pekerja sangat berpengaruh terhadap motivasi. Oleh karena itu pimpinan

perlu membuat perencanaan pemberian imbalan dalam bentuk uang yang

memadai agar pekerja terpacu motivasinya dan melakukan tindakan aman

berupa kegiatan pelaporan bahaya. Menurut penelitian Edmin Locke

(1980) dalam Mangkunegara (2005), menyebutkan bahwa imbalan berupa

uang jika pemberiannya dikaitkan dengan tujuan pelaksanaan tugas sangat

berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja pekerja.

Serta perlu diterapkan adanya hukuman (punishment) ketika

pekerja tidak melakukan observasi pelaporan bahaya dalam setahun agar

pekerja lebih patuh dalam mengobservasi perilaku maupun kondisi tidak

aman yang pekerja temui di tempat kerja. Hukuman merupakan

konsekuensi yang diterima individu atau kelompok sebagai bentuk akibat

dari perilaku yang tidak diharapkan (Geller, 2011).

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

131

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 136 pekerja di

PT Pelita Air Service tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa:

1. Pekerja yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya lebih

banyak yaitu berjumlah 107 pekerja (78,7%).

2. Gambaran faktor internal (usia, masa kerja, sikap, persepsi terhadap

bahaya) adalah sebagai berikut:

a. Rata-rata usia pekerja di PT Pelita Air Service yaitu 43 tahun.

b. Rata-rata masa kerja pekerja di PT Pelita Air Service yaitu 19

tahun.

c. Sebagian besar pekerja memiliki sikap negatif yaitu berjumlah 72

pekerja (52,9%).

d. Sebagian besar pekerja memiliki persepsi negatif terhadap bahaya

yaitu berjumlah 80 pekerja (58,8%).

3. Gambaran faktor eksternal (frekuensi paparan pelatihan keselamatan,

respon pihak pengawas, sikap rekan kerja, pengaruh penghargaan)

adalah sebagai berikut:

a. Sebagian besar pekerja memiliki frekuensi paparan pelatihan

keselamatan yang jarang yaitu berjumlah 112 pekerja (82,4%).

b. Sebagian besar pekerja menyatakan ada respon pihak pengawas

yaitu berjumlah 96 pekerja (70,6%).

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

132

c. Sebagian besar pekerja memiliki pendapat bahwa sikap rekan

kerja mendukung yaitu berjumlah 91 pekerja (66,9 %).

d. Sebagian besar pekerja memiliki pendapat bahwa ada pengaruh

penghargaan lebih banyak yaitu berjumlah 85 pekerja (62,5%).

4. Hubungan antara faktor internal (usia, masa kerja, sikap, persepsi

terhadap bahaya) dengan kepatuhan pelaporan bahaya adalah sebagai

berikut:

a. Tidak ada hubungan antara usia dengan perilaku pelaporan

bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

b. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan perilaku pelaporan

bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

c. Tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku pelaporan

bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

d. Ada hubungan antara persepsi terhadap bahaya dengan perilaku

pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT

Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan

Tahun 2015.

5. Hubungan antara faktor eksternal (frekuensi paparan pelatihan

keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja, pengaruh

penghargaan) dengan kepatuhan pelaporan bahaya adalah sebagai

berikut:

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

133

a. Tidak ada hubungan antara frekuensi paparan pelatihan

keselamatan dengan perilaku pelaporan bahaya pada pekerja

teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service area kerja

Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

b. Tidak ada hubungan antara respon pihak pengawas dengan

perilaku pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance

di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang

Selatan Tahun 2015.

c. Ada hubungan antara sikap rekan kerja dengan perilaku pelaporan

bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air

Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015.

d. Ada hubungan antara pengaruh penghargaan dengan perilaku

pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT

Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe, Tangerang Selatan

Tahun 2015.

B. Saran

1. Bagi PT Pelita Air Service

a. Dilakukan pembuatan safety instruction baru sehingga dapat

dikomunikasikan dan disosialisasikan segera kepada pekerja

mengenai target pelaporan bahaya tahun 2015 bahwa setiap orang

wajib mengisi minimal 1 kartu/tahun.

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

134

b. Dilakukan sosialisasi prosedur pemantauan perilaku pelaporan

bahaya dan proses pelaksanaan pelaporan bahaya yang benar.

Selain itu, perlu adanya umpan balik khusus pada kegiatan safety

morning atau tips-tips keselamatan di papan pengumuman untuk

mengkomunikasikan temuan observasi yang dapat berisiko fatal

sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah secara dini.

c. Pemberian reward dapat dilakukan dengan memasukkan pengisian

pelaporan bahaya yang dilakukan pekerja sebagai unsur penilaian

Key Performance Indicator (KPI), dimana disetiap lembar kartu

pelaporan bahaya yang diisi oleh pekerja akan dikalikan sesuai

banyaknya pengisian yang dilakukan pekerja dan menjadi

penambahan gaji pada pekerja.

d. Pengawasan dari safety officer sebaiknya dilakukan rutin baik

pengawasan pada pekerja maupun pengawasan sarana pendukung.

Pengawasan dari safety officer sebaiknya juga mengandung unsur

partisipastif dari pekerja serta sosialisasi program dilakukan rutin

setiap hari dalam safety morning agar pekerja bisa selalu diingatkan

mengenai pentingnya program.

e. Sebaiknya manajemen memberikan pelatihan-pelatihan lain

mengenai dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja terlebih

dahulu agar pekerja sudah mengerti pentingnya keselamatan

sehingga pelaksanaan kegiatan pelaporan bahaya dapat terlaksana

dengan baik.

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

135

f. Komitmen manajemen sebaiknya tidak hanya membuat program,

tetapi juga terlibat dalam setiap pelaksanaannya untuk dapat

menumbuhkan sikap positif para pekerja.

g. Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah box dan penyesuaian

jenis kartu pelaporan bahaya di setiap wilayah yang memiliki

potensi terjadinya bahaya seperti pada setiap hangar dan tempat

istirahat.

h. Diterapkan sistem hukuman (punishment) ketika pekerja tidak

melakukan kegiatan pelaporan bahaya dalam setahun agar pekerja

lebih patuh dalam mengobservasi perilaku maupun kondisi tidak

aman yang pekerja temui di tempat kerja.

2. Bagi Pekerja PT Pelita Air Service

a. Sebaiknya pekerja juga melakukan kegiatan pelaporan bahaya

untuk mencegah terjadinya kecelakaan tidak hanya di area kerja,

tetapi juga dilakukan di sekitar jalan area kerja, asrama dan kantin.

b. Ketika pekerja menemukan bahaya secara tidak sengaja, agar tidak

lupa sebaiknya pekerja menuliskan temuan terlebih dahulu pada

sebuah kertas atau gadget selanjutnya baru menuliskan pada kartu

pelaporan bahaya.

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

136

c. Dilakukan diskusi dalam forum atau meeting yang dapat dilakukan

seminggu sekali serta mengadakan kegiatan kumpul bulanan

bersama pekerja yang bertujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan kerja lebih akrab, membiasakan pekerja berkomunikasi

dua arah dan tidak sungkan untuk menegur teman dalam

mengintervensi saat melakukan kegiatan pelaporan bahaya serta

dukungan dari rekan kerja dapat semakin kuat. Kegiatan bulanan

yang bisa dilakukan adalah makan siang bersama.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Melakukan penelitian mengenai perilaku pelaporan bahaya sampai

kepada melihat pengaruh perilaku pelaporan bahaya terhadap

kejadian kecelakaan.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel

lain yang diduga berhubungan dengan perilaku pelaporan bahaya

yang tidak dapat diteliti pada penelitian ini.

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

137

DAFTAR PUSTAKA

Al Faris, Iqbal, dkk. 2014. Pengaruh Perilaku Tenaga Kerja dan Lingkungan

Kerja yang Dimoderasi Faktor Pengalaman Kerja dan Tingkat Pendidikan

Terhadap Kecelakaan Kerja Konstruksi Di Surabaya. Seminar Nasional X –

2014 Teknik Sipil ITS. Surabaya. ISBN 978-979-99327-i-257

Anugraheni, Titani Suci Novemiawati. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Perilaku Pekerja dalam Melaksanakan Program Safety Toyota ―0‖

Accident Project (STOP 6) Di Stamping Tools Division – Sunter II Plant

PT Toyota Astra Motor Jakarta–2003. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia

Asril. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pekerja PT

Apexindo Pratama Duta Tbk Dalam Mengisi Kartu Pengamatan

Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan (HSE Observation Card) Di

Bojonegara Yard dari Bulan Desember 2002-Juni 2003. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Attwood, Daryl, dkk. 2006. Occupational accident model-Where have we been

and where are we going?. Journal of Loss Prevention in the Process

Industries, 19, 664-682

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar:

Jakarta

Balmforth, K. dan Gardner, D. 2006. Conflict and Facilitation between Work

and Family: Realizing the Outcomes for Organizations.

New Zealand Journal of Psychology, 35

Bateman, Gemma. 2009. Employee Perceptions of Co-Worker Support and Its

Effect on Job Satisfaction, Work Stress and Intention to Quit. Department of

Psychology. University of Canterbury

Bird, Frank E, dkk, 1996. Loss Control Management: Practical Loss Control

Leadership. Det Norske Veritas (USA), Inc, 4th edition

Byrd, Herbert. 2007. A Comparison of Three Well Known Behavior Based Safety

Programs: DuPont STOP Program, Safety Performance Solutions and

Behavioral Science Technology. Thesis. Rochester Institute of Technology.

BPJS, 2014. Laporan Tahunan BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2013.

Cahayani, Dewi. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak

Aman pada Pekerja Pabrik Billet Baja PT Krakatau Stell, Cilegon, Jawa

Barat Tahun 2004. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

138

Canadian Centre for Occupational Health and Safety. 2008. Hazard Reporting

For Employee. Canada. Diakses pada 20 Mei 2015 dari

http://www.ccohs.a/oshanswers/hsprograms/report.html

CDC. 2014. Traumatic occupational injuries. Centers for diasease control and

prevention. Diakses pada 10 maret 2015 dari

http://www.cdc.gov/niosh/injury/

Cooper, Dominic. 2007. Behavioral Safety Approaches. CEO BSMS Inc,

Franklin. USA.

Cooper, Dominic. 2009. Behavioral Safety A Framework for success. Indiana:

BSMS Inc.

Di Lorio, Colleen Konicki. 2005. Measurement In Health Behavior, Methods for

Research and Education. Jossey-Bass: A Wiley Imprint 989 Market Street,

San Francisco

Direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2009. Petunjuk dan Tata Cara

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System)

Operasi Bandar Udara, Bagian 139-01 (Advisory Circular 139-01, Airport

Safety Management System). Departemen Perhubungan.

Demak, Denisa Listy Kiay. 2014. Analisis Penyebab Perilaku Aman Bekerja

Pada Perawat Di RS Islam Asshobirin Tangerang Selatan Tahun 2013.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Environmental Health and Safety Carleton University. 2009. Hazard

Identification and Reporting. Ottawa, ON, K1S 5B6. Diakses pada 15 Mei

2015 dari http://carleton.ca/ehs/programs/working-workshop/hazard-

reporting/

Ernawati, Oktavia Dwi. 2009. Inspeksi K3 Terhadap Potensi Bahaya Kecelakaan

di Tempat Kerja di PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang

Semarang. Program Diploma III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Fausiah, Masyitha Muis, dkk. 2013. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Dan

Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Intensi Pekerja Untuk Berperilaku K3

Di Unit PLTD PT PLN (Persero) Sektor Tello Wilayah Sulselbar.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM Universitas Hasanudin. Makassar

Fox, S. dan Spector, P. 2005. Counterproductive Work Behavior: Investigations of

Actors and Targets. Washington, DC: American Psychological Association

Geller, E. S. 2005. Behavior-Based Safety and Occupational Risk. Management in

Behavior Modification, Vol. 29, No. 3, 539-561. Sage Publication.

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

139

Geller, E.S. 2001. The Physcology Of Safety Handbook. Lewis Publisher. Boca

Raton London. New York Washington, D.C

Griffiths, A. 2003. Work organization and stress. Switzerland: WHO

Green, Lawrence W, dkk. 2000. Health Promotion Planning An Educational and

Environment Approach. Second Edition. Mayfield Publishing Company.

Toronto, London

Gunawan, F.A. 2013. Safety Leadership Kepemimpinan Keselamatan Kerja.

Jakarta, Dian Rakyat.

Hadiyani, Martha Indah, dkk. 2010. Perbedaan Komitmen Organisasi ditinjau

dari Masa Kerja Pekerja. Prosiding Seminar Nasional Peran Budaya

Organisasi Terhadap Efektivitas dan Efisiensi Organisasi

Halimah, Siti. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman Pekerja

di PT SIM Plant Tambun II Tahun 2010. Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hargiyarto, Putut, dkk. 2008. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta

Pencegahan Kecelakaan Kerja bagi Guru dan Teknisi SMK

Muhammadiyah 3 Yogyakarta: Pengabdian Pada Masyarakat.

Haryanto, Syahmuddin, dkk. 2007. Akutansi Sektor Publik Edisi Pertama. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang

Hayati. 2004. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Tingkat Kepatuhan

Terhadap Pelaksanaan Standar Operating Procedure pada Pekerja di

Bagian Welding PT Krama Yudha Ratu Motor. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Indonesia

Healthy Working Lives. 2014. Recording and Reporting Accidents, Ill Health and

Near Misses. Diakses pada 25 April 2015 dari

http://www.healthyworkinglives.com/advice/Legislation-and-

policy/Workplace-Health-and-Safety/recording-reporting-accidents

Helda. 2007. Hubungan Karakteristik Tenaga Kerja dan Faktor Pekerjaan

Dengan Kecelakaan Kerja di Perusahaan Meuble Kayu Kelurahan Oesapa

Kota Kupang. MKM Vol. 02 No. 01 Juni 2007

Hikmat, Pascalis Guntur. 2009. Analisis Hubungan Iklim Keselamatan Kerja dan

Perilaku Aman Dalam Bekerja Pada Proyek Konstruksi. Program Studi

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Human Resources and Skills Development Canada. 2013. A Guide to the

Investigation and Reporting of Hazardous Occurrences. Diakses pada 10

April 20 15 dari

http://www.labour.gc.ca/eng/health_safety/pubs_hs/hoir_guide.shtml.

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

140

Idirimanna, Jayawardena. 2011. Factors Affecting The Health And Safety

Behavior Of Factory Workers. 11th Global Conference on Business &

Economics. Manchester Metropolitan University, UK. ISBN: 978-0-

9830452-1-2.

Iqbal, Mochammad M.S. 2014. Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Di Departemen Metalforming

PT Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014. Peminatan Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

Irliyanti, Ayu dan Dwiyanti, Endang. 2014. Analisis Perilaku Aman Tenaga Kerja

Menggunakan Model Perilaku ABC (Antecedent Behavior Consequence).

The Indonesian Journal Of Occupational Safety And Health, Vol. 3, No. 1

Jan-Jun 2014:94-106

Irwansyah, Riki. 2010. Pengaruh Variabel Individual,Keorganisasian Dan

Psikologikal terhadap Perilaku Kerja Pekerja PT Indofood Sukses Makmur

Tbk. Cabang Medan, Tj. Morawa. Universitas Sumatera Utarafakultas

Ekonomi Program Strata-1 Medan.

Jayatri, Enda Agus. 2014. Faktor Individu dan Faktor Pembentuk Budaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku K3 di Unit

Operational PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE Tahun 2014. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Karyani. 2005. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Perilaku Aman (safe

behavior) di Schlumberger Indonesia Tahun 2005. Tesis. FKM UI Depok

Kurniawan, Bina, dkk. 2006. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Praktik

Penerapan Prosedur Keselamatan Kerja di PT Bina Buna Kimia Ungaran.

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006.

Kusuma, Ibrahim Jati. 2011. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja Pekerja PT Bitratex Industries Semarang. Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang

Langford, Peter H, Parkes. 2008. Work-life Balance or Work-life Alignment?: a

Test Of The Importance of Work-life Balance for Employeee Engagement

and Intention to Stay in Organisations. Volume 14 Issue 3. Journal of

Management and Organization.

Larasati, Karina. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan

Pekerja Konstruksi Terhadap Peraturan dan Program Keselamatan Kerja

pada Proyek Apartemen The Residences At Dharmawangsa 2, Jakarta

Selatan, Tahun 2011. S1. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Indonesia

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

141

Larasati, Nadia Enfika. 2011. Perbedaan Sikap Terhadap Alasan Merokok Pada

Remaja Yang Konfom dan Remaja yang Tidak Konform Dio Pondok

Pesantren Miftahul Huda Kota Malang. Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Malang.

Marettia, Argihta. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pelaksanaan Program STOP di PT X Indonesia Tahun 2011. S1. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Marlia, Elfina. 2007. Pengaruh Program Pendidikan dan Pelatihan Terhadap

Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Inti (PERSERO) Bandung. Skripsi.

Fakultas Bisnis Dan Manajemen Universitas Widyatama.

Maulana, Thernando. 2009. Analisa Perilaku Kerja Pekerja di De Boliva

Surabaya Town Square. Manajemen Perhotelan, Universitas Kristen Petra,

Surabaya, Indonesia.

Mangkuprawira, Sjafri. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.

Jakarta. Ghalia Indonesia

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM, Bandung : Penerbit

PT Refika Aditama

Nasrullah, Mohammad dan Suwandi, Tjipto. 2014. Hubungan Antara Knowledge,

Attitude, Practice Safe Behavior Pekerja Dalam Upaya untuk Menegakkan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta :

PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Noviandry, Ilham. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Pekerja Dalam Penggunaan APD pada Industri Pengelasan Informal di

Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Novia, Dwi Reguning. 2012. Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan

Pekerja di Koperasi Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Periode

2010-2011. S1 Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

142

Novraswinda, Susryandini. 2015. Kepatuhan Penggunaan APD Pada Pekerja

Radiasi di Unit Radiologi Diagnostik. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Indonesia

Nurhayati, Afnu. 2009. Analisa Efektifitas Pelaksanaan Program Safety Pro-

Active Activity di PT Astra Daihatsu Motor - Assembly Plant Jakarta Utara.

Program D-III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja. Universitas Sebelas

Maret Surakarta

OHSAS 18001:2007. Persyaratan Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja

Park, J. dan Jung, W. 2003. The operatorsʹ non compliance next term behavior

to conduct emergency operating procedures—comparing with the previous

termwork experiencenextterm and the complexity of procedural steps.

Reliability Engineering & System Safety, 82

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012. Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta

Pratiwi, Shinta Dwi. 2009. Tinjauan Faktor Perilaku Kerja Tidak Aman pada

Pekerja Konstruksi Bagian Finishing PT Waskita Karya Proyek

Pembangunan Fasilitas dan Sarana Gelanggang Olahraga (GOR) Boker,

Ciracas, Jakarta Timur 2009. Skripsi. Depok: FKMUI.

Prasetyoningtyas, Ari Anggarani Winadi. 2011. Pentingnya Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Pekerja.

Forum Ilmiah Volume 8, Nomor 3 September 2011.

Putra, Yanuar Surya dan Mulyadi, Hari. 2010. Pengaruh Faktor Job Demand

Terhadap Kinerja Dengan Burnout Sebagai Variabel Moderating Pada

Pekerja Bagian Produksi PTTripilar Betonmas Salatiga.

Pelita Air Service. 2015. Jakarta. PT. Pelita Air Service http://www.pelita-

air.com/v1/index.php?option=com_content&view=article&id=48&Itemid=5

7 diakses pada 4 Mei 2015

Ragain, Phillip, dkk. 2011. A Study of Safety Intervention: The Causes and

Consequences of Employees’ Silence. EHS Today Vol. 4 Issue 7, Juli 2011.

Ramdayana. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan

Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. Skripsi

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS

1800. Jakarta. Dian Rakyat.

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

143

Riyadi, Selamat. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan

Pekerja Operator Departemen Produksi dalam Mengikuti Prosedur Operasi

di PT Peni Cilegon Tahun 2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia

Robbins, P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima. Erlangga :

Jakarta

Rofik, Ainur. 2012. Sarana dan Prasarana Kantor. Universitas Negeri Malang,

Jawa Timur, Indonesia.

Roughton, James E. 2002. Developing an Effective Safety Culture : A Leadership

Approach. Butterworth–Heinemann: Boston Oxford Auckland

Johannesburg Melbourne New Delhi

Ruhyandi dan Candra, Evi. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD Pada Pekerja Bagian Press Shopdi

PT Almasindo II Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008. Jurnal Kesehatan

Kartika Stikes A. Yani

Safety Observation Program And Pre Task Planning Guideline. 2011. Version 4

July 2011. Intel

Sanusi, Azwar. 2012. Pengaruuh Motivasi Kerja dan Iklim Komunikasi

Organisasi Terhadap Komitmen Keorganisasian Pegawai Arsip Nasional

Republik Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi

Magister Ilmu Komunikasi. Universitas indonesia.

Saputra, Aprian Een. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Aman Pengemudi Dump Truck PT X District MTBU Tanjung Enim,

Sumatera Selatan Tahun 2008. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Septiano, Sidria. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pekerja

Harian Bidang Konstruksi Terhadap Peraturan Keselamatan Perusahaan

di Kujang 1B Project Tahun 2004. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia

Shiddiq, Sholihin, dkk. 2013. Hubungan Persepsi K3 Pekerja Dengan Perilaku

Tidak Aman Di Bagian Produksi Unit IV PT Semen Tonasa Tahun 2013.

Bagian K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Makassar

Silalahi, Lidya. 2012. Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT Chevron

Pacific Indonesia Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Straughen, Mike, dkk. 2001. A Practical Guide for Behavioural Change in the Oil

and Gas Industry. STEP Change.

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

144

Susanti, Sri. 2013. Peran Pekerjaan, Peran Keluarga dan Konflik Pekerjaan

Pada Perawat Wanita. Jurnal Psikologi Indonesia Mei 2013, Vol. 2, No. 2,

hal 183 – 190

Susilowati, Ika Rahma. 2014. Interval Recording. Diakses pada 2 November 20

15 dari http://ikarahma.lecture.ub.ac.id/files/2014/05/Interval-

Recording.pdf

Suryatno. 2012. Evaluasi Implementasi Kartu Observasi Bahaya. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Syaaf, Fathul Masruri. 2008. Analisis Perilaku Berisiko (At Risk behaviour) pada

Pekerja Unit Usaha Las Sektor Informal di kota X Tahun 2008. Program

Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Indonesia

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Surakarta:Harapan Press

Utami, Dwi Pratiwi. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku

Aman (Safe Behavior) Pekerja Departemen Operasi II PT Pupuk

Sriwidjaja Palembang Tahun 2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sriwijaya

Wardani, Atika Kusuma. 2012. Faktor Kepribadian dan Organizational

Citizenship Behavior Pada Polisi Pariwisata. Program Studi Psikologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga. Jurnal Humanitas, Vol. IX No.2 Agustus 2012.

Wibisono, Bayu. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Tambang Pasir Gali Di Desa Pegiringan

Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang

2013

Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Cetakan kedua. Kencana

Prenada Media Group. Jakarta.

WSH Concil. 2014.WHS Guide to Behavioural Observation and Intervention.

Zubaedah, Siti. 2009. Evaluasi Implementasi Program Observasi Keselamatan di

Service Departement PT Trakindo Utama (PTTU) Cabang Jakarta Tahun

2009. S1. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

145

Lampiran 1 Legalitas Penelitian

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

146

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PELAPORAN BAHAYA PADA PEKERJA TEKNISI UNIT

MAINTENANCE DI PT PELITA AIR SERVICE AREA KERJA PONDOK

CABE, TANGERANG SELATAN TAHUN 2015

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Saya Dwi Nurvita mahasiswa semester 8 peminatan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya akan melakukan penelitian mengenai

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada

Pekerja Teknisi Unit Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok

Cabe, Tangerang Selatan Tahun 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan bahaya pada

pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe,

Tangerang Selatan Tahun 2015.

Saya memohon kesediaan saudara menjadi pekerja dalam penelitian ini dan

memberikan informasi mengenai kepatuhan, usia, masa kerja, sikap, persepsi terhadap

bahaya, frekuensi paparan pelatihan keselamatan, penghargaan, respon pihak pengawas

dan sikap rekan kerja. Semua informasi yang saudara berikan, terjamin kerahasiaannya.

Kejujuran saudara dalam menjawab setiap pertanyaan sangat diharapkan demi kevalidan

dan kebenaran data.

Setelah saudara membaca maksud dan tahapan penelitian di atas, maka saya

mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini sebagai persetujuan. Demikian

lembar persetujuan ini saya buat. Atas perhatian dan kerjasama saudara, saya ucapkan

terimakasih.

Contact Person : 0815174441641 (Dwi Nurvita)

No. Pekerja (Diisi Oleh Peneliti):

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi partisipan dalam

penelitian dan bersedia mengisi kuesioner dengan tanpa paksaan

Jakarta, September 2015

Partisipan

( )

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

147

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah setiap pertanyaan dan setiap pilihan jawaban dengan seksama

2. Isilah setiap pertanyaan pada kolom jawaban yang tersedia

3. Beri tanda ceklis (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia untuk tipe

pertanyaan dengan skala Sangat Tidak Setuju / Tidak Setuju / Setuju / Sangat

setuju / Sangat Sangat Setuju / ataupun Sering Terjadi/ Mungkin Terjadi /Tidak

Mungkin Terjadi serta Tidak Pernah/ Sangat Jarang/ Kadang-kadang / Sering/

Sangat Sering/ Setiap saat

4. Beri tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia untuk tipe

pertanyaan pilihan ganda a, b,c, d atau e

IDENTITAS DIRI IR1 Nama Lengkap

IR2 No. Handphone

IR3 Departemen

A. INFORMASI PRIBADI

No Pertanyaan Jawaban

A1 Tanggal Lahir

A2 Tahun berapa saudara mulai bekerja di PT Pelita Air Service?

A5. SIKAP

Pertanyaan di bawah ini berkaitan dengan pengisian kartu pelaporan

bahaya selama beberapa bulan terakhir. Isilah dengan memberi tanda ceklis (√)

pada kolom pilihan sesuai dengan kepedulian saudara terhadap program.

STS :Sangat tidak setuju TS :Tidak Setuju

S : Setuju SS :Sangat setuju

No Pertanyaan STS TS S SS

1 Saudara setuju mengenai adanya kegiatan pelaporan

bahaya dalam rangka pencegahan kecelakaan kerja

2 Saudara setuju jika sesama pekerja harus saling

mengingatkan kepada rekan kerja dan melakukan

tindakan perbaikan langsung bila menemukan perilaku

tidak aman

3 Saudara setuju jika pekerja boleh tidak melaporkan

adanya perilaku tidak aman dan tidak melakukan

tindakan perbaikan pada perilaku tersebut

4 Saudara setuju bahwa setiap perilaku aman maupun

tidak aman dilaporkan pada kartu pengamatan

pelaporan bahaya (Hazard Report and Safety

Observation Report)

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

148

5 Saudara setuju jika pada saat melaporkan bahaya

harusmencantumkan nama seseorang yang sedang

diamati dalam pelaporan perilaku tidak aman

6 Saudara setuju jika ketika mengisi kartu pelaporan

bahaya harus secara lengkap (termasuk melakukan

perbaikan langsung dan menuliskan feed back)

A6. PERSEPSI TERHADAP BAHAYA

Berikut adalah bahaya-bahaya yang muncul di lingkungan kerja,

khususnya pada Area Kerja Hangar. Isilah dengan memberi tanda ceklis (√)

pada kolom salah satu pilihan, apakah bahaya dibawah ini berpotensi

menyebabkan kecelakaan dan gangguan kesehatan pada saudara dan

lingkungan saudara.

No Jenis Bahaya Sering

Terjadi

Mungkin

Terjadi

Tidak Mungkin

Terjadi

1 Posisi tubuh tidak benar / postur janggal

2 Kebisingan

3 Terjatuh, tertimpa, tergores

4 Iritasi mata dan iritasi kulit akibat bahan

kimia

5 Kebakaran

C1. FREKUENSI PAPARAN PELATIHAN KESELAMATAN

Beri tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia

sesuai dengan yang telah saudara lakukan

1. Berapa kali saudara mengikuti pelatihan mengenai pelaporan bahaya yang

diselenggarakan oleh perusahaan dalam setahun?

a. Tidak pernah

b. 1 kali setahun

c. 2 kali setahun

d. <2 kali setahun

2. Materi mana yang saudara dapatkan saat mengikuti pelatihan mengenai

pelaporan bahaya yang diadakan diperusahaan? (Beri tanda silang (x) pada

salah satu pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan yang saudara ingat)

MATERI JAWABAN

a Teori Pencegahan Kecelakaan a. Ya b. Tidak

b Jenis Form yang tersedia a. Ya b. Tidak

c Tahapan pengisian Form a. Ya b. Tidak

d Perilaku dan Kondisi tidak aman a. Ya b. Tidak

e Dampak pelaporan bahaya tidak

dilakukan a. Ya b. Tidak

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

149

C2. PENGARUH PENGHARGAAN

Beri tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia

sesuai dengan pendapat saudara

1. Apakah saudara membutuhkan adanya penghargaan dari pihak perusahaan

untuk meningkatkan partisipasi dalam pengisian kartu pelaporan bahaya?

a. Butuh

b. Tidak butuh

2. Menurut saudara, bagaimana kegunaan penghargaan tersebut?

a. Bermanfaat

b. Biasa saja

c. Tidak bermanfaat

C3. RESPON PIHAK PENGAWAS

Beri tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia

sesuai dengan pendapat saudara

1. Apakah pengawas menyediakan fasilitas umpan balik (feed back) untuk

pekerja?

a. Hanya menyediakan fasilitas umpan balik setahun sekali

b. Menyediakan fasilitas umpan balik jika diminta

c. Menyediakan fasilitas umpan balik secara teratur setiap bulan

d. Menyediakan fasilitas umpan balik yang spesifik dalm rentang waktu 2

minggu

2. Apakah reaksi pengawas dalam menerima umpan balik (feedback) dari

pekerja?

a. Reaksi negatif pada umpan balik yang diterima

b. Reaksi positif pada umpan balik yang diterima

c. Menerima umpan balik dan melakukan perubahan

d. Mencoba mengumpulkan umpan balik dari orang banyak

3. Apakah pengawas menyampaikan isu keselamatan pada pekerja?

a. Jarang menginformasikan tentang isu keselamatan pada pekerja

b. Kadang kadang menginformasikan isu keselamatan pada pekerja

c. Menginformasikan isu keselamatan secara teratur dalam rapat

d. Menyediakan informasi terbaru dan relevan secara efektif

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

150

C4. SIKAP REKAN KERJA

Pertanyaan di bawah ini berkaitan dengan sikap rekan kerja dalam pengisian

kartu pelaporan bahaya. Isilah dengan memberi tanda ceklis (√) pada kolom pilihan

sesuai dengan keadaan saudara dalam tiga bulan terakhir.

No Pertanyaan Tidak

Pernah

Sangat

Jarang

Kadang-

kadang

Sering Sangat

Sering

Setiap

saat

1 Rekan kerja saudara setuju dan mendukung

tentang adanya kegiatan pelaporan bahaya di

tempat kerja

2 Rekan kerja saudara menunjukkan kepedulian

dengan memberi informasi dan masukan dalam

pelaksanaan pelaporan bahaya

3 Rekan kerja saudara bersimpatik dan

memberikan nasehat ketika anda bertindak tidak

aman

4 Rekan kerja saudara sangat membantu dalam

memberikan umpan balik dan pemahaman dari

yang saudara lakukan

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

151

Lampiran 3 Form studi dokumen

FORM PERILAKU PELAPORAN BAHAYA PERIODE 2014-2015

Tujuan : Untuk mengetahui perilaku pelaporan bahaya pekerja teknisi unit maintenance

D. Perilaku Pelaporan Bahaya

NOMOR RESPONDEN PADA FRAME SAMPLING

Ket

No Indikator Kriteria

1. Pengisian Form

(Safety Observation

Form)

Nama pekerja terdapat di

dokumen safety report ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

2. Pengisian Form

(Hazard Report)

Nama pekerja terdapat di

dokumen safety report ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Catatan : ______________________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________________

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

152

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji Validitas dan Reabilitas (Skala Likert)

No Variabel Koefisien

Cronbach

alpha

Rentang Kesimpulan (Validitas) Cronbach

alpha

keseluruhan

Kesimpulan

(Reabilitas)

1 Sikap 1 0,628 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

0,656

Keandalan

masih bisa

diterima

2 Sikap 2 0,622 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

3 Sikap 3 0,597 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

4 Sikap 4 0,608 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

5 Sikap 5 0,703 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

6 Sikap 6 0,524 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

7 Persepsi 1 0,602 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

0,659

Keandalan

masih bisa

diterima

8 Persepsi 2 0,670 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

9 Persepsi 3 0,569 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

10 Persepsi 4 0,509 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

11 Persepsi 5 0,644 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

12 Pelatiahan 3a 0,707 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

0,775 Keandalan

tinggi

13 Pelatiahan 3b 0,685 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

14 Pelatiahan 3c 0,740 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

15 Pelatiahan 3d 0,761 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

16 Pelatiahan 3e 0,766 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

17 Persepsi

pengawasan 6 0,747 0,4-0,7

Validitas dapat diterima

0,703 Keandalan

tinggi

18 Persepsi

Pengawasan 7 0,674 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

19 Persepsi

Pengawasan 8 0,517 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

20 Persepsi

Pengawasan 9 0,713 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

21 Persepsi

Pengawasan 10 0,539 0,4-0,7

Validitas dapat diterima

22 Rekan kerja 1 0,884 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

0,853 Keandalan

tinggi

23 Rekan kerja 2 0,796 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

24 Rekan kerja 3 0,774 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

25 Rekan kerja 4 0,800 0,4-0,7 Validitas dapat diterima

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

153

Output Validitas Dan Reabilitas (Skala Likert)

SIKAP Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.656 .692 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

sikap 1 16.49 3.257 .344 .238 .628

sikap 2 16.63 3.123 .362 .306 .622

sikap 3 16.69 2.987 .437 .204 .597

sikap 4 17.11 3.104 .409 .232 .608

sikap 5 17.37 2.652 .265 .189 .703

sikap 6 16.86 2.714 .650 .486 .524

PERSEPSI BAHAYA

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.659 .646 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

persepsi 1 6.97 1.382 .427 .198 .602

persepsi 2 7.40 1.776 .249 .150 .670

persepsi 3 6.63 1.417 .493 .302 .569

persepsi 4 6.63 1.123 .587 .358 .509

persepsi 5 6.54 1.726 .326 .180 .644

MATERI PELATIHAN Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.775 .781 5

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

154

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

pelatihan 3a 5.40 1.894 .648 .433 .707

pelatihan 3b 5.20 1.635 .676 .604 .685

pelatihan 3c 5.11 1.751 .535 .532 .740

pelatihan 3d 5.40 2.071 .460 .346 .761

pelatihan 3e 5.17 1.852 .461 .367 .766

PERSEPSI PENGAWASAN 6 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.703 .687 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

pengawasan 6 4.94 1.585 .204 .249 .747

pengawasan 7 4.89 1.339 .412 .548 .674

pengawasan 8 4.71 .975 .719 .614 .517

pengawasan 9 5.00 1.588 .289 .320 .713

pengawasan 10 4.91 1.139 .720 .554 .539

REKAN KERJA Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.853 .867 4

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

rekankerja 1 11.86 6.773 .566 .347 .884

rekankerja 2 12.23 6.711 .731 .546 .796

rekankerja 3 12.20 7.165 .806 .734 .774

rekankerja 4 12.14 7.420 .738 .697 .800

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

155

UJI VALIDITAS (BERBAGAI ALTERNATIF JAWABAN)

Melihat respon pekerja atas pertanyaan yang diberikan :

Pertanyaan

Pekerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

D U D U D U D U D U D U D U D U D U D U

Pelatihan1 √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Pelatihan2 √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Penghargaan1 √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Penghargaan2 √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Persepsi

Pengawasan1

√ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Persepsi

Pengawasan2

√ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Persepsi

Pengawasan3

√ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Persepsi

Pengawasan4

√ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Persepsi

Pengawasan5

√ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x √ x

Ket = D : Tidak membutuhkan durasi waktu lama untuk menjawab

U : Meminta pengulangan pembacaan soal

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

156

Lampiran 5 Hasil Studi Dokumen

FORM PERILAKU PELAPORAN BAHAYA PERIODE 2014-2015

Tujuan : Untuk mengetahui perilaku pelaporan bahaya pekerja teknisi unit maintenance

D. Perilaku Pelaporan Bahaya NOMOR RESPONDEN PADA FRAME SAMPLING

Ket

No Indikator Kriteria

1. Pengisian Form

(Safety Observation

Form)

Nama pekerja terdapat di

dokumen safety report 23 29 40 44 54 56 65 69 74 79 86 105 120 125 136

2. Pengisian Form

(Hazard Report)

Nama pekerja terdapat di

dokumen safety report 14 25 34 48 49 52 63 64 81 95 107 108 119 130

Catatan : ______________________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________________

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

157

STUDI DOKUMEN SAFETY REPORT (SAFETY OBSERVATION FORM)

1 2 3

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

158

4 5 6

Page 184: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

159

7 8 9

Page 185: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

160

10 11 12

Page 186: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

161

13 14 15

Page 187: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

162

STUDI DOKUMEN SAFETY REPORT (HAZARD REPORT)

16 17

Page 188: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

163

18 19

Page 189: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

164

20 21

Page 190: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

165

22 23

Page 191: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

166

24 25

Page 192: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

167

26(Terdapat kartu yang belum diperbaharui) 27 28

Page 193: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

168

29

Page 194: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

169

Lampiran 6 Uji Normaltas

Variabel Mean Median Skewness Standar

Error

Hasil Keputusan Min Max

Usia 43,11 51,50 -0,409 0,208 -1,96 Normal 22 62

Masa Kerja 19,22 30,00 -1,81 0,208 -8,7 Normal 1 39

Sikap 18,59 18 -0,265 0,208 -1,2 Normal 12 24

Persepsi 11,31 11 0,182 0,208 0,87 Normal 8 15

Penghargaan 1,38 2 -0,810 0,208 -3,89 Normal 0 2

Persepsi Pengawasan 2 2 -0,594 0,208 -2,85 Normal 0 3

Rekan Kerja 14,76 14 0,669 0,208 3,2 Tidak Normal 9 24

Descriptives

Statistic Std. Error

umur Mean 43.11 1.179

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 40.78

Upper Bound 45.44

5% Trimmed Mean 43.29

Median 51.50

Variance 189.062

Std. Deviation 13.750

Minimum 22

Maximum 62

Range 40

Interquartile Range 28

Skewness -.409 .208

Kurtosis -1.590 .413

Page 195: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

170

Descriptives

Statistic Std. Error

lama kerja Mean 19.22 1.217

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 16.81

Upper Bound 21.63

5% Trimmed Mean 19.22

Median 30.00

Variance 201.536

Std. Deviation 14.196

Minimum 1

Maximum 39

Range 38

Interquartile Range 29

Skewness -.181 .208

Kurtosis -1.869 .413

Descriptives

Statistic Std. Error

SkorSikap Mean 18.59 .180

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 18.23

Upper Bound 18.94

5% Trimmed Mean 18.63

Median 18.00

Variance 4.407

Std. Deviation 2.099

Minimum 12

Maximum 24

Range 12

Interquartile Range 2

Skewness -.265 .208

Kurtosis 1.023 .413

Page 196: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

171

Descriptives

Statistic Std. Error

SkorPersepsiiii Mean 11.31 .108

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 11.09

Upper Bound 11.52

5% Trimmed Mean 11.30

Median 11.00

Variance 1.593

Std. Deviation 1.262

Minimum 8

Maximum 15

Range 7

Interquartile Range 2

Skewness .182 .208

Kurtosis -.115 .413

Descriptives

Statistic Std. Error

SkorPenghargaan Mean 1.38 .074

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.23

Upper Bound 1.52

5% Trimmed Mean 1.42

Median 2.00

Variance .740

Std. Deviation .860

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 2

Skewness -.810 .208

Kurtosis -1.160 .413

Page 197: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

172

Descriptives

Statistic Std. Error

skorresponpengawasan Mean 2.0074 .08382

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.8416

Upper Bound 2.1731

5% Trimmed Mean 2.0637

Median 2.0000

Variance .956

Std. Deviation .97750

Minimum .00

Maximum 3.00

Range 3.00

Interquartile Range 2.00

Skewness -.594 .208

Kurtosis -.734 .413

Descriptives

Statistic Std. Error

SkorRekanKerja Mean 14.76 .253

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 14.26

Upper Bound 15.26

5% Trimmed Mean 14.63

Median 14.00

Variance 8.718

Std. Deviation 2.953

Minimum 9

Maximum 24

Range 15

Interquartile Range 4

Skewness .669 .208

Kurtosis .648 .413

Page 198: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

173

Lampiran 7 Analisis Univariat

Kepatuhan Pelaporan Bahaya

Statistics

PerilakuPelaporanBahaya

N Valid 136

Missing 0

PerilakuPelaporanBahaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid buruk 107 78.7 78.7 78.7

baik 29 21.3 21.3 100.0

Total 136 100.0 100.0

Usia

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur 136 100.0% 0 .0% 136 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

umur Mean 43.11 1.179

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 40.78

Upper Bound 45.44

5% Trimmed Mean 43.29

Median 51.50

Variance 189.062

Std. Deviation 13.750

Minimum 22

Maximum 62

Range 40

Interquartile Range 28

Skewness -.409 .208

Kurtosis -1.590 .413

Page 199: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

174

Masa Kerja

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama kerja 136 100.0% 0 .0% 136 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

lama kerja Mean 19.22 1.217

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 16.81

Upper Bound 21.63

5% Trimmed Mean 19.22

Median 30.00

Variance 201.536

Std. Deviation 14.196

Minimum 1

Maximum 39

Range 38

Interquartile Range 29

Skewness -.181 .208

Kurtosis -1.869 .413

Sikap Statistics

Sikappekerja

N Valid 136

Missing 0

Page 200: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

175

Sikap Pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif 72 52.9 52.9 52.9

positif 64 47.1 47.1 100.0

Total 136 100.0 100.0

Persepsi terhadap bahaya

Statistics

Persepsi bahaya

N Valid 136

Missing 0

Persepsi bahaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang waspada 80 58.8 58.8 58.8

Waspada 56 41.2 41.2 100.0

Total 136 100.0 100.0

Frekuensi Paparan pelatihan keselamatan

Statistics

Pelatihan2

N Valid 136

Missing 0

Pelatihan2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid jarang 112 82.4 82.4 82.4

sering 24 17.6 17.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

Page 201: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

176

Respon Pihak Pengawas

Statistics

ResponPengawas

N Valid 136

Missing 0

ResponPengawas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada 40 29.4 29.4 29.4

ada 96 70.6 70.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

Sikap rekan kerja

Statistics

Sikap Rekan Kerja

N Valid 136

Missing 0

Sikap Rekan Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang mendukung 45 33.1 33.1 33.1

Mendukung 91 66.9 66.9 100.0

Total 136 100.0 100.0

Penghargaan Statistics

Penghargaan pekerja

N Valid 136

Missing 0

Penghargaan pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada pengaruh 51 37.5 37.5 37.5

ada pengaruh 85 62.5 62.5 100.0

Total 136 100.0 100.0

Page 202: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

177

Lampiran 8 Analisis Bivariat

Usia dengan kepatuhan pelaporan bahaya

Group Statistics

Perilaku

Pelapor

anBaha

ya N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

umur buruk 107 42.53 13.943 1.348

baik 29 45.24 13.021 2.418

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

umur Equal variances

assumed 1.988 .161 -.941 134 .349 -2.709 2.880 -8.404 2.987

Equal variances

not assumed

-.978 46.912 .333 -2.709 2.768 -8.278 2.861

Masa kerja dengan kepatuhan pelaporan bahaya

Group Statistics

Perilaku

Pelapor

anBaha

ya N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

lama kerja buruk 107 18.43 14.424 1.394

baik 29 22.14 13.147 2.441

Page 203: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

178

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

lama kerja Equal variances

assumed 8.367 .004 -1.250 134 .213 -3.708 2.966 -9.574 2.158

Equal variances

not assumed

-1.319 47.904 .193 -3.708 2.811 -9.361 1.945

Sikap dengan kepatuhan pelaporan bahaya

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sikap Pekerja *

PerilakuPelaporanBahaya 136 100.0% 0 .0% 136 100.0%

Sikap Pekerja * PerilakuPelaporanBahaya Crosstabulation

PerilakuPelaporanBahaya

Total buruk baik

Sikap Pekerja negatif Count 60 12 72

% within Sikap Pekerja 83.3% 16.7% 100.0%

positif Count 47 17 64

% within Sikap Pekerja 73.4% 26.6% 100.0%

Total Count 107 29 136

% within Sikap Pekerja 78.7% 21.3% 100.0%

Page 204: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

179

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.978a 1 .160

Continuity Correctionb 1.432 1 .231

Likelihood Ratio 1.979 1 .160

Fisher's Exact Test .209 .116

Linear-by-Linear Association 1.963 1 .161

N of Valid Casesb 136

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,65.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap Pekerja

(negatif / positif) 1.809 .787 4.155

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

buruk

1.135 .948 1.358

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

baik

.627 .325 1.211

N of Valid Cases 136

persepsi terhadap bahaya dan kepatuhan pelaporan bahaya

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persepsi bahaya *

PerilakuPelaporanBahaya 136 100.0% 0 .0% 136 100.0%

Page 205: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

180

Persepsi bahaya * PerilakuPelaporanBahaya Crosstabulation

PerilakuPelaporanBahaya

Total buruk baik

Persepsi bahaya kurang waspada Count 78 2 80

% within Persepsi bahaya 97.5% 2.5% 100.0%

waspada Count 29 27 56

% within Persepsi bahaya 51.8% 48.2% 100.0%

Total Count 107 29 136

% within Persepsi bahaya 78.7% 21.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 41.034a 1 .000

Continuity Correctionb 38.354 1 .000

Likelihood Ratio 44.687 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 40.732 1 .000

N of Valid Casesb 136

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,94.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Persepsi

bahaya (kurang waspada /

waspada)

36.310 8.116 162.445

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

buruk

1.883 1.459 2.430

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

baik

.052 .013 .209

N of Valid Cases 136

Page 206: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

181

Frekuensi Paparan pelatihan keselamatan dan kepatuhan pelaporan bahaya

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pelatihan2 *

PerilakuPelaporanBahaya 136 100.0% 0 .0% 136 100.0%

Pelatihan2 * PerilakuPelaporanBahaya Crosstabulation

PerilakuPelaporanBahaya

Total buruk baik

Pelatihan2 jarang Count 86 26 112

% within Pelatihan2 76.8% 23.2% 100.0%

sering Count 21 3 24

% within Pelatihan2 87.5% 12.5% 100.0%

Total Count 107 29 136

% within Pelatihan2 78.7% 21.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.352a 1 .245

Continuity Correctionb .789 1 .374

Likelihood Ratio 1.494 1 .222

Fisher's Exact Test .288 .189

Linear-by-Linear Association 1.342 1 .247

N of Valid Casesb 136

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,12.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 207: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

182

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pelatihan2

(jarang / sering) .473 .130 1.711

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

buruk

.878 .731 1.053

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

baik

1.857 .612 5.640

N of Valid Cases 136

Respon Pihak Pengawas dan kepatuhan pelaporan bahaya

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ResponPengawas *

PerilakuPelaporanBahaya 136 100.0% 0 .0% 136 100.0%

ResponPengawas * PerilakuPelaporanBahaya Crosstabulation

PerilakuPelaporanBahaya

Total buruk baik

ResponPengawas tidak ada Count 35 5 40

% within ResponPengawas 87.5% 12.5% 100.0%

ada Count 72 24 96

% within ResponPengawas 75.0% 25.0% 100.0%

Total Count 107 29 136

% within ResponPengawas 78.7% 21.3% 100.0%

Page 208: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

183

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.630a 1 .105

Continuity Correctionb 1.937 1 .164

Likelihood Ratio 2.844 1 .092

Fisher's Exact Test .115 .079

Linear-by-Linear Association 2.610 1 .106

N of Valid Casesb 136

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,53.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

ResponPengawas (tidak ada

/ ada)

2.333 .821 6.633

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

buruk

1.167 .990 1.375

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

baik

.500 .205 1.218

N of Valid Cases 136

Sikap Rekan kerja dan kepatuhan pelaporan bahaya

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sikap Rekan Kerja *

PerilakuPelaporanBahaya 136 100.0% 0 .0% 136 100.0%

Page 209: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

184

Sikap Rekan Kerja * PerilakuPelaporanBahaya Crosstabulation

PerilakuPelaporanBahaya

Total buruk baik

Sikap Rekan Kerja kurang mendukung Count 43 2 45

% within Sikap Rekan Kerja 95.6% 4.4% 100.0%

mendukung Count 64 27 91

% within Sikap Rekan Kerja 70.3% 29.7% 100.0%

Total Count 107 29 136

% within Sikap Rekan Kerja 78.7% 21.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11.421a 1 .001

Continuity Correctionb 9.967 1 .002

Likelihood Ratio 13.926 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 11.337 1 .001

N of Valid Casesb 136

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,60.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap Rekan

Kerja (kurang mendukung /

mendukung)

9.070 2.050 40.141

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

buruk

1.359 1.172 1.575

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

baik

.150 .037 .602

N of Valid Cases 136

Page 210: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

185

Pengaruh Penghargaan dan kepatuhan pelaporan bahaya

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Penghargaan pekerja *

PerilakuPelaporanBahaya 136 100.0% 0 .0% 136 100.0%

Penghargaan pekerja * PerilakuPelaporanBahaya Crosstabulation

PerilakuPelaporanBahaya

Total buruk baik

Penghargaan pekerja tidak ada pengaruh Count 46 5 51

% within Penghargaan

pekerja 90.2% 9.8% 100.0%

ada pengaruh Count 61 24 85

% within Penghargaan

pekerja 71.8% 28.2% 100.0%

Total Count 107 29 136

% within Penghargaan

pekerja 78.7% 21.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.454a 1 .011

Continuity Correctionb 5.403 1 .020

Likelihood Ratio 7.059 1 .008

Fisher's Exact Test .016 .008

Linear-by-Linear Association 6.407 1 .011

N of Valid Casesb 136

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,88.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 211: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37719/1/DWI NURVITA-FKIK.pdf · faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaporan

186

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Penghargaan

pekerja (tidak ada pengaruh

/ ada pengaruh)

3.620 1.284 10.208

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

buruk

1.257 1.070 1.477

For cohort

PerilakuPelaporanBahaya =

baik

.347 .141 .853

N of Valid Cases 136