faktor-faktor yang berhubungan dengan...

183
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN PEMANIS SINTETIS SIKLAMAT BERLEBIH PADA PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN PONDOK BENDA, KELURAHAN PAMULANG BARAT DAN KELURAHAN PAMULANG TIMUR TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: NURUL FAJRIATI PRAPTIKA PUTRI 1111101000073 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Upload: hatram

Post on 05-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN

PEMANIS SINTETIS SIKLAMAT BERLEBIH PADA PANGAN JAJANAN

ANAK SEKOLAH (PJAS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN

PONDOK BENDA, KELURAHAN PAMULANG BARAT DAN

KELURAHAN PAMULANG TIMUR TAHUN 2015

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

Oleh:

NURUL FAJRIATI PRAPTIKA PUTRI

1111101000073

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan
Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, November 2015

Nama : Nurul Fajriati Praptika Putri NIM : 1111101000073

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Pemanis Sintetis

Siklamat Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di Sekolah

Dasar Negeri Wilayah Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan

Pamulang Timur Tahun 2015

(xi +164 halaman, 3 gambar, 19 tabel, 5 lampiran)

ABSTRAK

Siklamat merupakan pemanis sintetis yang tidak memiliki nilai kalori dan

memiliki rasa manis 30-80 kali lipat dibanding pemanis alami. Penggunaan

siklamat dalam pangan di sejumlah negara telah dilarang, namun di Indonesia

masih diperbolehkan dengan batas maksimal yang berbeda pada setiap jenis

pangan. Akan tetapi, laporan BPOM tahun 2011 menunjukkan bahwa 10,73%

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di Indonesia memiliki kandungan siklamat

melebihi batas maksimal yang ditentukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah di sekolah dasar wilayah pondok

benda, pamulang barat dan pamulang timur, yang dilaksanakan Agustus-Oktober

2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional study. Sampel penelitian adalah para pedagang PJAS sejumlah 76

sampel yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisisis data terdiri

dari analisis univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,3% PJAS memiliki kandungan

siklamat melebihi batas maksimum yang diperbolehkan. Selain itu, sebanyak 36

responden (47,4%) memiliki tingkat pengetahuan rendah, 35 orang responden

(46,1%) memiliki sikap positif terhadap siklamat, 30 responden (39,5%) percaya

manfaat siklamat, 21 responden (27,6%) menilai penggunaan siklamat penting, 52

responden (68,4%) beranggapan ketersediaan siklamat memadai, 39 responden

(51,3%) memiliki akses mudah dalam mendapatkan siklamat dan 35 responden

(45,5%) dipengaruhi pedagang lain dalam menggunakan siklamat. Faktor yang

berhubungan dengan penggunaan siklamat berlebih adalah ketersediaan siklamat

(pValue= 0,048) dan akses mendapatkan siklamat (pValue= 0,038). Adapun

variabel yang tidak berhubungan antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan,

nilai dan peran pedagang PJAS lain.

Peneliti menyarankan pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap

kualitas PJAS secara rutin dan meningkatkan pasokan pemanis alami. Pemerintah

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

juga perlu mempertegas pemberian sanksi hukum bagi para pedagang PJAS yang

menggunakan siklamat berlebih dalam PJAS yang mereka jual. Selain itu, pihak

sekolah sebaiknya memberikan sosialisasi pangan jajanan yang aman dan sehat

bagi para siswa dan orang tua.

Kata Kunci : Pangan jajanan anak sekolah, Perilaku, Siklamat, Pengetahuan,

Sikap, Kepercayaan, Nilai, Ketersediaan, Akses, Peran Pedagang PJAS lain.

Daftar Bacaan : 99 (1984 – 2015)

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

ENVIRONMENTAL HEALTH MAJOR

Undergraduate Thesis, November 2015

Name : Nurul Fajriati Praptika Putri 1111101000073

FACTORS THAT RELATED TO THE EXCESSIVE USE OF

CYCLAMATE ARTIFICIAL SWEETENER ON SCHOOL-FOODS THAT

SOLD AROUND STATE PRIMARY SCHOOL AT PONDOK BENDA,

PAMULANG BARAT AND PAMULANG TIMUR 2015

(xi +164 pages, 3 pictures, 19 tables, 5 attachments)

ABSTRACT

Cyclamate is an artificial sweetener which doesn’t has calorie and sweeter

30-80 times than natural sweetener. The use of cyclamate in foods and beverages

has been banned at several countries, but Indonesia still give permittion to use

cyclamate with maximum limit according to the food type. However, Indonesian

food and drugs control agency in 2011 reports that 10% school-foods that sold

around elementary school contain cyclamate over the limit. Therefore, this

research aims to determine the factors associated with excessive use of cyclamate

on school-foods that sold around state primary school at Pondok Benda, Pamulang

Barat and Pamulang Timur. This research carried out in August-October 2015.

This is an quantitative research with cross sectional study. Sample of this research

is sellers of school-food around state elementary school at Pondok Benda,

Pamulang Barat and Pamulang Timur which amounts to 76 peoples. Samples

selected by purposive sampling method. Data analysis consisted of univariate and

bivariate analysis using the chi square test.

The results showed that 51,3% of school foods that sold around

elementary school at Pondok Benda, Pamulang Barat and Pamulang Timur

contain cyclamate exceed the maximum allowed. Besides that, 36 respondents

(47.4%) had a low level of knowledge, 35 respondents (46.1%) have a positive

attitude towards cyclamate, 30 respondents (39.5%) believe the benefits of

cyclamate, 21 respondents (27,6%) assess that the use of cyclamate is important,

52 respondents (68.4%) considered that the availability of cyclamate is adequate,

39 respondents (51.3%) have easy access to getting cyclamate and 35 respondents

(45,5%) are influenced other sellers in the use of cyclamate. Factors that related

with excessive use of cyclamate are availability of cyclamate (pValue= 0,048) and

access to get cyclamate (pValue= 0,038). The variables those are not related with

excessive use of cyclamate are knowledges, attitudes, beliefs, values and influence

of another school-food sellers. Researcher recommend the government to improve

surveillance of the school-food quality and increase the supply of natural

sweetener as well as reduce the circulation of cyclamate. The Government also

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

needs to reinforce the legal sanctions for traders who use cyclamate excessive way

in school-food. In addition, the schools should provide socializations about safety

and healthy street food for students and their parents.

Keywords : Cyclamate, School-food, Behaviour, Knowledges, Attitudes,

Beliefs, Values, Availability, Access, Influence of Another School-Food Sellers.

Reference : 99 (1984 – 2015)

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

i

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

ii

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta

hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Pemanis Sintetis Siklamat

Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di Sekolah Dasar Negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang

Timur Tahun 2015”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada

Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis turut mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ayah Suprapto dan mama Rumiati serta Sakti yang selalu memberi dukungan

dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Ela Laelasari SKM, M.Kes dan Ibu Yuli Amran, MKM selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah membantu dan membimbing penulis hingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis selama masa perkuliahan.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

iv

6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM dan Dra.

Raiyan, MKM, Apt selaku penguji yang telah banyak memberi saran dan

masukan demi perbaikan skripsi ini.

7. Bapak Azib Rasyidi yang telah banyak membantu penulis selama

menyelesaikan masa perkuliahan

8. Teman-teman kesayangan (Amel, Deis, Nunuy dan Farah), jamaah kesling

2011(Ika, Shela, Tika, Alifia, Ila, Eka, Almen, Ibnu, Feela, Pewe, Onoy,

Chandra, Awal, Sarjeng, Ukhfiya, Ayu, Niken, Betti, Rachmatika, Hari, Efri,

Rois dan Ikoh) serta kesling 2012 yang selalu memberikan semangat dan

dukungan moral kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh anggota Kesmas UIN 2011 yang telah banyak membantu penulis dari

awal hingga akhir perkuliahan.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis dengan lapang dada akan menerima kritik dan saran yang

bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang membacannya.

Ciputat, Desember 2015

Penulis

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7

C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ 8

D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 10

1. Tujuan Umum ............................................................................................... 10

2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 10

E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 13

1. Bagi Sekolah ................................................................................................. 13

2. Bagi Instansi Pemerintah .............................................................................. 13

3. Bagi Peneliti Lain ......................................................................................... 13

F. Ruang Lingkup ................................................................................................ 14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 15

A. Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ............................................................ 15

1. Definisi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)............................................ 15

2. Kelompok Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)........................................ 16

3. Masalah Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ......................... 17

4. Pengawasan Kulitas Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ........................ 20

B. Keamanan Pangan ........................................................................................... 21

C. Penyakit Bawaan Makanan (Food Borne Disease) ........................................ 22

D. Bahan Tambahan Pangan (BTP) ..................................................................... 23

1. Definisi Bahan Tambahan Pangan................................................................ 23

2. Fungsi Bahan Tambahan Pangan.................................................................. 24

3. Jenis Bahan Tambahan Pangan .................................................................... 25

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

vi

E. Bahan Tambahan Pangan Pemanis ................................................................. 26

1. Pemanis Alami .............................................................................................. 27

2. Pemanis Sintetis ............................................................................................ 27

F. Siklamat .......................................................................................................... 28

1. Definisi Siklamat .......................................................................................... 28

2. Manfaat Siklamat .......................................................................................... 29

3. Regulasi ........................................................................................................ 31

4. Dampak Penggunaan Siklamat Berlebih Bagi Kesehatan ............................ 32

G. Perilaku ........................................................................................................... 34

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) ................................................... 35

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor) .......................................................... 44

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)............................................................ 46

H. Pedagang Pangan ............................................................................................ 47

I. Kerangka Teori ............................................................................................... 49

BAB III : KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................ 51

A. Kerangka Konsep ............................................................................................ 51

B. Definisi Operasional ....................................................................................... 54

C. Hipotesis ......................................................................................................... 57

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 59

A. Desain Penelitian ............................................................................................ 59

B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 59

C. Populasi ........................................................................................................... 59

D. Sampel ............................................................................................................. 60

E. Pengumpulan Data .......................................................................................... 61

1. Sumber Data ................................................................................................. 62

2. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 62

F. Validitas dan Reliabilitas ................................................................................ 67

A. Uji Validitas .................................................................................................. 68

B. Uji Reliabilitas .............................................................................................. 69

G. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................ 70

1. Pengolahan Data ........................................................................................... 70

2. Analisis Data ................................................................................................. 71

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

vii

BAB V : HASIL PENELITIAN ............................................................................ 73

A. Analisis Univariat ........................................................................................... 73

1. Gambaran Penggunaan Pemanis Sintetis Siklamat Berlebih pada Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ..................................................................... 73

2. Distribusi Pengetahuan Pedagang Mengenai Siklamat ................................ 73

3. Distribusi Sikap Pedagang terhadap Penggunaan Siklamat Berlebih........... 74

4. Distribusi Tingkat Kepercayaan Pedagang terhadap Siklamat ..................... 75

5. Distribusi Nilai terhadap Siklamat ............................................................... 76

6. Distribusi Ketersediaan Siklamat ................................................................. 76

7. Distribusi Akses Mendapatkan Siklamat ...................................................... 77

8. Distribusi Peran Pedagang PJAS Lain .......................................................... 78

B. Analisis Bivariat .............................................................................................. 78

1. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Penggunaan Pemanis Sintetis

Siklamat Berlebih ......................................................................................... 79

2. Hubungan Antara Sikap dengan Penggunaan Siklamat Berlebih ................ 80

3. Hubungan Antara Kepercayaan dengan Penggunaan Siklamat Berlebih ..... 81

4. Hubungan Antara Nilai dengan Penggunaan Siklamat Berlebih .................. 82

5. Hubungan Antara Ketersediaan Siklamat dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih......................................................................................................... 84

6. Hubungan Antara Akses Mendapatkan Siklamat dengan Penggunaan

Siklamat Berlebih ......................................................................................... 85

7. Hubungan Antara Peran Pedagang Lain dengan Penggunaan Siklama

Berlebih......................................................................................................... 86

BAB VI : PEMBAHASAN .................................................................................... 88

A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 88

B. Penggunaan Siklamat Berlebih Pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) 88

C. Pengetahuan dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ............................................................ 91

D. Sikap dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ........................................................................ 95

E. Kepercayaan dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ............................................................ 98

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

viii

F. Nilai dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ...................................................................... 102

G. Ketersediaan Siklamat dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) .................................. 105

H. Akses Mendapatkan Siklamat dan Hubungannya dengan Penggunaan

Siklamat Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ................... 108

I. Peran Pedagang PJAS Lain dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) .................................. 112

BAB VII : SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 116

A. SIMPULAN .................................................................................................. 116

B. SARAN ......................................................................................................... 118

1. Bagi Sekolah ............................................................................................... 118

2. Bagi Institusi Pemerintah ............................................................................ 118

3. Bagi Peneliti Lain ....................................................................................... 118

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 120

LAMPIRAN ......................................................................................................... 128

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Molekul Kimia Siklamat........................................................ 29

Gambar 2.2 Kerangka Teori ................................................................................... 49

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................... 53

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas Maksimum Penggunaan Siklamat Berdasarkan Kategori Pangan32

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................. 54

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ............................................... 68

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................................ 70

Tabel 5.1 Gambaran Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS di Sekolah Dasar

Negeri Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur Tahun

2015 ........................................................................................................................ 73

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pedagang terhadap Penggunaan

Pemanis Sintetis Siklamat Berlebih pada PJAS di Sekolah Dasar Negeri

Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur Tahun 2015 .... 74

Tabel 5.3 Distribusi Sikap Pedagang terhadap Penggunaan Siklamat pada PJAS di

Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan

Pamulang Timur Tahun 2015................................................................................. 75

Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Kepercayaan Pedagang terhadap Siklamat pada PJAS

di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan

Pamulang Timur Tahun 2015................................................................................. 75

Tabel 5.5 Distribusi Nilai terhadap Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS di

Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang

Timur Tahun 2015.................................................................................................. 76

Tabel 5.6 Distribusi Ketersediaan Siklamat Bagi Pedagang PJAS di Sekolah

Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur

Tahun 2015 ............................................................................................................ 77

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

xi

Tabel 5.7 Distribusi Akses Mendapatkan Siklamat Bagi Pedagang PJAS di

Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang

Timur Tahun 2015.................................................................................................. 77

Tabel 5.8Distribusi Peran Pedagang PJAS Lain Terhadap Penggunaan Siklamat

pada PJAS di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat

dan Pamulang Timur Tahun 2015 .......................................................................... 78

Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

PJAS di SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur

Tahun 2015 ............................................................................................................ 79

Tabel 5.10 Hubungan Sikap dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS di

SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur Tahun

2015 ........................................................................................................................ 80

Tabel 5.11 Hubungan Kepercayaan dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

PJAS di SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur

Tahun 2015 ............................................................................................................ 81

Tabel 5.12 Hubungan Nilai dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS di

SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur Tahun

2015 ........................................................................................................................ 83

Tabel 5.13 Hubungan Ketersediaan Siklamat dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih pada PJAS di SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan

Pamulang Timur Tahun 2015................................................................................. 84

Tabel 5.14 Hubungan Akses dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS di

SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur Tahun

2015 ........................................................................................................................ 85

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

xii

Tabel 5.15 Hubungan Peran Pedagang PJAS Lain dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih pada PJAS di SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan

Pamulang Timur Tahun 2015................................................................................. 86

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner .......................................................................................... 128

Lampiran 2 Hasil Uji Kuantitatif Siklamat .......................................................... 135

Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................... 139

Lampiran 4 Output Analisis Data Penelitian ....................................................... 141

Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................... 157

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu bagian yang penting bagi kesehatan

manusia, mengingat pangan merupakan salah satu media transmisi yang dapat

memindahkan agent penyakit dari lingkungan ke dalam tubuh manusia dan

menyebabkan penyakit berbasis makanan (food borne disease) (Achmadi,

2011). Aspek pangan yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia

adalah aspek keamanan. Keamanan pangan menurut Undang-Undang Nomor

18 tahun 2012 tentang Pangan pasal 1 ayat 5 adalah kondisi dan upaya yang

diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran kimia,

biologis dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan

membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

Pencemaran kimiawi dalam pangan dapat terjadi melalui penggunaan bahan

tambahan pangan yang berbahaya dan melebihi batas maksimal yang

diperbolehkan (Kemenkes, 2011). Salah satu jenis bahan tambahan pangan

yang sering dipergunakan melebihi batas maksimal yang diperbolehkan adalah

siklamat.

Penggunaan siklamat sebagai pemanis sintetis dalam pangan tidak

boleh melebihi batas maksimum yang diizinkan pemerintah. Penggunaan

siklamat berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Pengaruh

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

2

jangka pendek dari konsumsi siklamat berlebih dapat menimbulkan gelaja-

gejala yang sangat umum seperti pusing, mual, muntah, diare atau kesulitan

buang air besar (Kemenkes, 2011). Konsumsi siklamat dalam jangka panjang

dapat menyebabkan metabolisme siklamat menjadi senyawa cyclohexilamine.

Senyawa cyclohexylamine adalah senyawa bersifat toksik karena dapat

menimbulkan gangguan kardiovaskular dan terhentinya perkembangan testis

(Nollet, 2004). Selain itu, senyawa cyclohexilamine dapat menyebabkan

ketidaksuburan dan keguguran janin (Duslo, 2011). Paparan senyawa ini

berulang-ulang juga dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal (NJDH,

2010). Berdasarkan hasil uji laboratorium pada hewan uji, pemberian siklamat

dalam dosis tinggi dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru, limpa dan

menyebabkan kerusakan genetik (BPOM, 2008).

Siklamat sebagai pemanis sintetis umumnya sudah tidak digunakan di

sejumlah negara. Penggunaan siklamat sudah dilarang penggunaannya di

Amerika pada tahun 1970 karena produk degradasinya bersifat karsinogenik

(Saparinto & Hidayati, 2006). Selain itu, di Jepang dan beberapa negara

ASEAN penggunaan siklamat juga sudah dilarang terkait keamanan

penggunaannya (Cahanar & Suhanda, 2006). Akan tetapi, di Indonesia

penggunaan siklamat sebagai pemanis sintetis dalam pangan masih

diperbolehkan. Penggunaan siklamat sebagai pemanis sintetis dalam pangan

diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4

Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Pemanis.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

3

Regulasi mengenai penggunaan pemanis sintetis siklamat tidak

menjamin para pedagang pangan untuk tidak menggunakan siklamat secara

berlebih. Hasil survey nasional yang dilakukan oleh BPOM tahun 2011

menunjukkan bahwa sebanyak 10,73 % pangan jajanan di Indonesia memiliki

kandungan siklamat yang tidak memenuhi syarat karena berada dalam

konsentrasi yang melebihi batas maksimum yang telah ditentukan. Selain itu,

hasil penelitian Wariyah (2013) menunjukkan bahwa sebanyak 8% pangan

jajanan anak sekolah di wilayah Kulonprogo, DIY mengandung pemanis

buatan siklamat yang melebihi batas penggunaan. Hasil penelitian Noriko dkk

(2011) juga menyatakan bahwa 50% pangan jajanan di SDN Telaga Murni 03

dan Tambun 04 Kabupaten Bekasi memiliki kandungan siklamat yang

berlebih.

Penggunaan siklamat dalam pangan jajanan juga ditemukan di wilayah

Kota Tangerang Selatan. Data dari Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2013 menunjukkan bahwa 16% pangan jajanan anak sekolah di

wilayah Tangerang Selatan belum memenuhi syarat kesehatan karena

penggunaan bahan tambahan pangan yang melebihi batas maksimal yang

dipersyaratkan, termasuk siklamat. Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan peneliti pada bulan April 2015 diketahui bahwa sebanyak tiga

dari lima sampel PJAS berupa minuman es yang dijajakan di lima sekolah

dasar negeri di wilayah Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur

memiliki kandungan siklamat berlebih dengan dosis masing-masing 338,5

mg/kg, 276 mg/kg dan 290,8 mg/kg, dimana kadar siklamat tersebut melebihi

batas maksimal penggunaan siklamat yang diperbolehkan dalam minuman es

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

4

(250 mg/kg). Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa masih banyak

terdapat penggunaan siklamat dalam pangan secara berlebih dan tidak sesuai

dengan regulasi, khususnya dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang mengandung siklamat

berlebih dapat menimbulkan dampak buruk bagi pertumbuhan dan

perkembangan siswa yang mengkonsumsinya. Pangan dengan nilai nutrisi

yang buruk karena cemaran bahan kimia berbahaya bila dikonsumsi oleh anak

usia sekolah dasar dapat menurunkan kualitas fisik dan kecerdasannya

sehingga berdampak pada penurunan kualitas hidupnya di masa dewasa

(Supartini, 2002). Hal tersebut dikarenakan usia sekolah dasar merupakan

tahapan yang amat penting dalam perkembangan pribadi seseorang dan

memegang peranan penting yang akan menentukan kepribadian seseorang saat

dewasa (Anshoriy & Pembayun, 2008). Oleh karena itu, pangan jajanan yang

biasa dikonsumsi oleh para siswa sekolah dasar harus diawasi mutu, kualitas

dan keamanannya agar tidak membahayakan pertumbuhan dan perkembangan

para siswa, termasuk kadar penggunaan siklamat dalam pangan jajanan anak

sekolah (PJAS). Akan tetapi, PJAS yang berada di wilayah Sekolah Dasar

(SD) banyak mengandung bahan tambahan pangan (BTP) dalam konsentrasi

yang melebihi batas yang diizinkan, termasuk siklamat. Hal tersebut

dikarenakan siswa SD memiliki pengetahuan yang masih rendah mengenai

keamanan pangan jajanan yang mereka konsumsi, sehingga mereka cenderung

bebas dalam membeli pangan jajanan tanpa mempertimbangkan bahaya dari

pangan jajanan yang tercemar siklamat berlebih. Akibatnya, para pedagang

pangan jajanan pada umumnya merasa bebas untuk menggunakan bahan

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

5

tambahan pangan seperti siklamat dalam konsentrasi yang tinggi tanpa

khawatir PJAS yang mereka jual akan dihindari oleh para siswa (Anwar &

Khomsan, 2009).

Berdasarkan Rencana Strategis Kota Tangerang Selatan 2011-2016,

Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat merupakan salah

satu pusat lingkungan pengembangan pendidikan di Kota Tangerang Selatan.

Sebagai lokasi pengembangan pendidikan, semua aspek yang menunjang

pendidikan tentu perlu diperhatikan agar usaha pengembangan pendidikan

mencapai hasil maksimal, termasuk aspek pangan jajanan. Akan tetapi, hasil

studi pendahuluan menunjukkan bahwa masih terdapat pedagang pangan

jajanan anak sekolah di kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang

Barat yang menggunakan siklamat berlebih pada pangan jajanan dan dapat

memberi dampak negatif bagi kesehatan para siswa yanng mengkonsumsinya.

Penggunaan siklamat berlebih pada PJAS tersebut dapat disebabkan

oleh beberapa faktor. Pengetahuan pedagang pangan jajanan yang kurang

mengenai keamanan pangan jajanan anak sekolah dan sikap positif pedagang

pangan jajanan terhadap penggunaan siklamat dalam pangan jajanan yang

diproduksinya dapat mempengaruhi pedagang pangan untuk menggunakan

siklamat dalam pangan yang mereka produksi. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Purwaningsih dkk (2010) yang dilakukan pada penjual makanan

jajanan berupa es lilin di kelurahan Srondol, Kota Semarang, diketahui bahwa

terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan pedagang es lilin dengan

kadar natrium siklamat dalam es lilin yang diproduksinya (p=0,00), dan ada

hubungan yang nyata antara sikap pedagang es lilin dengan kadar natrium

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

6

siklamat dalam es lilin yang diproduksinya (p=0,00). Selain itu, penelitian

yang dilakukan Wariyah dan Dewi (2013) pada PJAS di wilayah Kulonprogo,

Yogyakarta menemukan hasil bahwa terdapat korelasi antara faktor

pengetahuan pedagang yang kurang dengan penggunaan siklamat pada PJAS.

Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan siklamat adalah adanya

kepercayaan bahwa siklamat mempunyai beberapa kelebihan yang

mengungguli pemanis murni, yaitu tidak menyebabkan peningkatan gula

darah sehingga aman bagi penderita diabetes, tidak menyebabkan kenaikan

berat badan, dan tidak menimbulkan kerusakan gigi seperti yang terjadi pada

kelebihan konsumsi pemanis alami (Vasudevan dkk, 2013). Selain itu,

ketersediaan siklamat yang memadai banyak dijual di pasar tradisional tanpa

merk dengan akses yang mudah dalam mendapatkannya turut menjadi

penyebab penggunaannya dalam pangan (Apriadji, 2007). Peran pedagang

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lain juga merupakan faktor yang

menyebabkan penggunaan siklamat berlebih, karena pada umumnya para

pedagang pangan mudah mendapatkan informasi mengenai penggunaan

siklamat dari teman sesama pedagang pangan (Saparinto & Hidayati, 2006).

Berdasarkan fakta-fakta mengenai penggunaan siklamat berlebih dan

tidak sesuai dengan batas maksimal yang diperbolehkan pada pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) tersebut, timbul ketertarikan untuk melakukan penelitian

dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur tahun 2015.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

7

B. Rumusan Masalah

Siklamat merupakan pemanis sintetis yang banyak digunakan oleh

pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Menurut Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas

Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis, penggunaan

siklamat pada pangan memiliki batas maksimal yang berbeda sesuai dengan

masing-masing jenis pangan. Akan tetapi, berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan peneliti diketahui bahwa tiga dari lima PJAS di Kelurahan

Pamulang Barat dan Pamulang Timur masih menggunakan siklamat dalam

jumlah yang melebihi batas maksimal sesuai dengan Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis. Beberapa faktor yang dapat

menyebabkan penggunaan siklamat berlebih tersebut antara lain pengetahuan

pedagang yang rendah mengenai siklamat, sikap positif pedagang mengenai

penggunaan siklamat berlebih, kepercayaan terhadap manfaat siklamat, nilai

mengenai penggunaan siklamat, ketersediaan siklamat yang memadai di

pasaran, kemudahan akses dalam mendapatkan siklamat serta peran pedagang

PJAS lain yang memberi pengaruh bagi pedagang PJAS untuk menggunakan

siklamat. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti faktor-faktor

yang berhubungan dengan penggunaan pemanis sintetis siklamat berlebih

pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur

tahun 2015.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

8

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran penggunaan siklamat berlebih pada Pangan Jajanan

Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda,

Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan pedagang Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS) mengenai siklamat di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok

Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur?

3. Bagaimana sikap pedagang Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

mengenai siklamat di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda,

Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur mengenai

penggunaan siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)?

4. Bagaimana tingkat kepercayaan pedagang Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS) terhadap manfaat siklamat di sekolah dasar negeri Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang

Timur?

5. Bagaimana nilai pedagang Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) terhadap

penggunaan siklamat di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda,

Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur?

6. Bagaimana gambaran ketersediaan siklamat menurut pedagang Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok

Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur?

7. Bagaimana akses dalam mendapatkan siklamat pada pedagang Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok

Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur?

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

9

8. Bagaimana pengaruh pedagang Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) lain

terhadap penggunaan siklamat di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok

Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur?

9. Bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan siklamat

berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur?

10. Bagaimana hubungan antara sikap dengan penggunaan siklamat berlebih

pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur?

11. Bagaimana hubungan antara kepercayaan dengan penggunaan siklamat

berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur?

12. Bagaimana hubungan antara nilai dengan penggunaan siklamat berlebih

pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur?

13. Bagaimana hubungan antara ketersediaan siklamat dengan penggunaan

siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah

dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur?

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

10

14. Bagaimana hubungan antara akses mendapatkan siklamat dengan

penggunaan siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang

Barat dan Kelurahan Pamulang Timur?

15. Bagaimana hubungan antara peran pedagang PJAS lain dengan

penggunaan siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang

Barat dan Kelurahan Pamulang Timur?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan

siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah

dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran penggunaan siklamat yang melebihi batas

maksimal sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan

Tambahan Pangan Pemanis pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang

Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

11

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan mengenai siklamat pada pedagang

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

c. Diketahuinya sikap pedagang terhadap penggunaan siklamat berlebih

pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

d. Diketahuinya kepercayaan terhadap manfaat siklamat pada pedagang

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

e. Diketahuinya nilai terhadap penggunaan siklamat pada pedagang

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

f. Diketahuinya ketersediaan siklamat menurut pedagang Pangan Jajanan

Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok

Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

g. Diketahuinya akses pedagang dalam mendapatkan siklamat yang

digunakan secara berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang

Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

12

h. Diketahuinya peran pedagang PJAS lain terhadap penggunaan siklamat

berlebih pada pedagang Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di

sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang

Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

i. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan

siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah

dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur.

j. Diketahuinya hubungan antara sikap dengan penggunaan siklamat

berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur.

k. Diketahuinya hubungan antara kepercayaan dengan penggunaan

siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah

dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur.

l. Diketahuinya hubungan antara nilai dengan penggunaan siklamat

berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur.

m. Diketahuinya hubungan antara ketersediaan siklamat dengan

penggunaan siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

13

n. Diketahuinya hubungan antara akses mendapatkan siklamat dengan

penggunaan siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

o. Diketahuinya hubungan antara peran pedagang PJAS lain dengan

penggunaan siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah untuk melakukan pengawasan terhadap

pangan jajanan yang dikonsumsi oleh para siswa untuk menghindari dampak

buruk bagi kesehatan yang ditimbulkan dari pangan jajanan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan.

2. Bagi Instansi Pemerintah

Sebagai masukan bagi pemerintah setempat untuk lebih memperhatikan

dan memperketat regulasi mengenai aspek kesehatan dari makanan jajanan

yang dijual di wilayah sekolah dasar yang kemudian dijadikan sebagai acuan

melakukan intervensi kepada para pedagang.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian

selanjutnya demi pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

14

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan penggunaan siklamat berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur tahun 2015. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2015. Sampel penelitian ini adalah

pedagang PJAS yang menggunakan pemanis di Sekolah Dasar Negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur yang diambil dengan teknik sampel jenuh. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Kandungan

siklamat diidentifikasi melalui uji laboratorium menggunakan metode

gravimetri. Variabel independen berupa faktor-faktor yang berhubungan

dengan penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, ketersediaan

siklamat, akses mendapatkan siklamat dan peran pedagang PJAS lain

didapatkan melalui kuesioner.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

1. Definisi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan,

bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU No.

18 tahun 2012).

Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) didefiniskan sebagai pangan siap

saji yang ditemui di lingkungan sekolah dan secara rutin dikonsumsi oleh

sebagian besar anak sekolah (Kemenkes RI, 2011). Pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) memegang peranan strategis menjadi salah satu penyumbang

sumber asupan gizi bagi anak-anak saat disekolah (Kemenkes RI, 2011).

Selain itu, berdasarkan hasil Survei Ekonomi Sosial Nasional (SUSENAS)

tahun 2004 diketahui bahwa pengeluaran keluarga untuk pangan jajanan di

Indonesia mencapai 18.84% perkapita perminggu dari total pengeluaran

untuk makanan dan minuman atau 10.36% dari total pengeluaran keluarga

(BPOM RI, 2006).

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

16

Kontribusi pangan jajanan terhadap pemenuhan gizi juga dilaporkan

cukup penting. Berdasarkan hasil Kegiatan Monitoring dan Verifikasi Profil

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional yang dilakukan

BPOM pada tahun 2008 diketahui bahwa total konsumsi pangan jajanan

sekolah bagi para siswa adalah sebesar 239,87 gr/kap/hari yang mengandung

384 kkal dan 9,4 gram protein. Hasil survey tersebut juga menunjukkan

bahwa pangan jajanan menyumbang 3,1% energi dan 27,4% protein dari

konsumsi pangan harian siswa (BPOM RI, 2009). Saat ini jajan menjadi salah

satu “kebutuhan primer” bagi anak-anak saat disekolah, bahkan setiap pagi

sang anak selalu rutin minta uang jajan dan selalu disisipkan oleh

orangtuanya sebelum berangkat ke sekolah (Kemenkes RI, 2011).

2. Kelompok Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) umumnya dapat dikelompokkan

menjadi tiga kategori (Kemenkes RI, 2011) :

a. Makanan utama

PJAS yang termasuk dalam kelompok makanan utama misalnya nasi

goreng, nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan

sejenisnya.

b. Penganan atau kue-kue

PJAS yang termasuk kelompok penganan antara lain tahu goreng,

cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly, dan sejenisnya.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

17

c. Minuman dan Buah-Buahan

PJAS yang termasuk kelompok minuman misalnya es campur, es

sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya. Sedangkan PJAS yang termasuk

kelompok buah-buahan adalah rujak, pepaya potong, melon potong, dan

sejenisnya.

3. Masalah Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Pangan merupakan sumber energi dan berbagai zat gizi untuk

mendukung hidup manusia, tetapi pangan juga dapat menjadi sumber

pengganggu kesehatan, bila pangan yang dikonsumsi tidak aman. Masalah

keamanan pangan jajanan yang sering ditemui di lingkungan sekolah

diantaranya disebabkan karena produk pangan olahan di lingkungan sekolah

yang tercemar bahan berbahaya (bahaya mikrobiologis dan kimia), pangan

siap saji di lingkungan sekolah belum memenuhi syarat higienitas, dan donasi

pangan yang bermasalah. Terjadinya masalah tersebut dikarenakan tata cara

penanganan pangan yang mengabaikan kaidah-kaidah keamanan pangan.

Kesalahan tersebut bisa dijumpai pada berbagai aspek mulai dari bahan baku,

penanganan (proses produksi, penyimpanan dan penyajian) serta tata cara

distribusinya. Selain itu, faktor ketidaktahuan konsumen, dalam hal ini anak-

anak sekolah dan guru, akan tingkat keamanan pangan jajanan juga

menyebabkan masalah keamanan pangan (BPOM RI, 2006).

Kemungkinan potensi bahaya yang timbul dalam PJAS antara lain

bahaya fisik, bahaya kimia, dan bahaya biologis, yang bila dikonsumsi

manusia, dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Bahaya tersebut

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

18

dapat terjadi melalui berbagai cara yaitu dari pekerja, makanan, peralatan,

proses pembersihan dan dari rambut, kuku, perhiasan, serangga mati, batu

atau kerikil, potongan ranting atau kayu, pecahan gelas atau kaca, potongan

plastik dan potongan kaleng yang dapat mencederai secara fisik. Benda asing

lainnya dapat menjadi pembawa mikroba berbahaya ke dalam pangan dan

menyebabkan keracunan pangan (Kemenkes RI, 2011). Bahaya fisik, kimia

dan biologis tersebut dapat terjadi melalui cara-cara sebagai berikut

(Kemenkes, 2011) :

a. Bahaya fisik dapat terjadi apabila pangan dijual di tempat terbuka dan

tidak disimpan dalam wadah tertutup, penjual mengenakan perhiasan

tangan, dan penjual menangani makanan dan bahan pangan dengan

ceroboh.

b. Bahaya kimia dapat terjadi karena penggunaan bahan berbahaya yang

memang tidak boleh digunakan pada makanan, yang hingga saat ini masih

kerap terjadi. Bahan berbahaya tersebut adalah penggunaan boraks dan

formalin sebagai pengawet makanan, penggunaan pewarna tekstil,

rhodamin (merah) dan methanil yellow (kuning) agar makanan menjadi

lebih menarik. Selain itu masih ditemukannya penggunaan bahan

tambahan pangan (BTP) yang melebihi batas yang diijinkan. Penggunaan

bahan-bahan tersebut masih sering dilakukan oleh pedagang-pedagang

kecil yang memang mereka belum tahu atau sudah tahu bahayanya namun

lebih memilih yang harganya lebih murah. Bahaya kimia lainnya misalnya

cairan pembersih, pestisida, cat, minyak, komponen kimia dari peralatan

atau kemasan yang lepas dan masuk ke dalam pangan. Logam berat masuk

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

19

melalui air yang tercemar, kertas koran yang digunakan untuk mengemas

pangan dan asap kendaraan bermotor.

c. Bahaya mikrobiologi dapat disebabkan Bahaya mikrobiologi dapat

disebabkan oleh mikroba dan binatang. Mikroba lebih sering

menyebabkan keracunan pangan dibandingkan bahan kimia (termasuk

racun alami) dan bahan asing (cemaran fisik). Sebagian mikroba tersebut

tidak berbahaya dan bahkan beberapa di antaranya dapat digunakan untuk

membuat produk pangan seperti yoghurt dan tempe. Tetapi, banyak juga

mikroba yang dapat menyebabkan infeksi dan intoksikasi pada manusia

dan hewan. Pangan menjadi beracun karena tercemar oleh mikroba

tertentu dan mikroba tersebut menghasilkan racun yang dapat

membahayakan konsumen. Jenis mikroba penyebab keracunan pangan

adalah virus, parasit, kapang dan bakteri.

Pangan jajanan anak sekolah belum seluruhnya memenuhi persyaratan

kesehatan. Hasil pengawasan kualitas PJAS nasional yang dilakukan oleh

BPOM pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 19,21% PJAS dari

15.917 sampel yang diuji tidak memenuhi syarat (TMS). Penyebab sampel

yang tidak memenuhi syarat dikarenakan menggunakan bahan berbahaya

yang dilarang untuk pangan, menggunakan bahan tambahan pangan melebihi

batas maksimal, mengandung cemaran logam berat melebihi batas maksimal

dan kualitas mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat (Kemenkes, 2011).

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

20

4. Pengawasan Kualitas Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri

Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

nomor 6 tahun 2014, nomor 73 tahun 2014, nomor 41 tahun 2014 dan nomor

81 tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan

Sekolah/Madrasah (UKS/M) menyebutkan bahwa pangan jajanan sebagai

bagian dari kegiatan UKS/M perlu diperhatikan dan diawasi mutu serta

kualitasnya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh Tim Pembina UKS/M, baik

ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan serta Tim Pelaksana

UKS/M yang berkedudukan di sekolah.

Pemerintah Daerah (Pemda) berperan membantu pembiayaan

pengadaan fasilitas kantin sekolah dan membuat peraturan-peraturan untuk

menunjang keamanan pangan di Sekolah Dasar, seperti pembentukan Tim

Pembina UKS, design bangunan fisik dan lingkungan warung sekolah yang

sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mewujudkan usaha

kesehatan sekolah. Tim UKS Puskesmas yang terdiri dari Promosi Kesehatan,

Tenaga Pelaksana Gizi/TPG, Tenaga Kesehatan Lingkungan/Kesling

berperan untuk turut membantu memberikan pengarahan dalam hal

menentukan makanan jajanan sekolah yang bernilai gizi dan aman

dikonsumsi selama berada di sekolah dan mengawasi para penjaja/penjual

agar menjual makanan yang memenuhi syarat kesehatan (Kemenkes, 2011).

Tim pelaksana UKS/M yang berkedudukan di sekolah, berperan

mengkoordinir semua kegiatan yang berhubungan dengan keamanan pangan

di sekolah. Keamanan pangan di sekolah yang dimulai dari siapa yang boleh

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

21

menjadi penjaja makanan disekolah (perizinan berjualan di sekolah) serta

menyediakan lokasi dan fasilitas lingkungan yang bersih. Selain itu, tim

pelaksana UKS/M di sekolah berperan dalam memberikan pendidikan,

bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik agar dapat memilih dan

membeli serta mengonsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi dan aman

dikonsumsi, serta mengawasi para penjaja agar menjual makanan dan

minuman yang telah memenuhi syarat kesehatan (Kemenkes, 2011).

B. Keamanan Pangan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang

Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan

upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran

biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia.

Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis

seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan

teknologi, sehingga diperlukan suatu sistem dalam mengawasi pangan sejak

diproduksi, diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta

dihidangkan kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas

kimiawi terhadap bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan

dari mulai saat pra-panen, pascapanen/pengolahan sampai saat produk pangan

didistribusikan dan dikonsumsi (Seto, 2001).

Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

22

mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan

konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses

penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat

penggunaan bahan tambahan (food additive) yang berbahaya bagi kesehatan

(Syah, 2005).

C. Penyakit Bawaan Makanan (Food Borne Disease)

Penyakit bawaan makanan adalah suatu gejala penyakit yang terjadi

akibat mengkonsumsi mikroorganisme atau toksin baik yang berasal dari

tumbuhan, bahan kimia, kuman maupun binatang (Chandra, 2007). Penyakit

bawaan makanan diakibatkan oleh konsumsi bahan makanan yang

terkontaminasi dengan mikroorganisme atau bahan kimia. Kontaminasi

makanan dapat terjadi pada setiap tahap proses produksi pangan dan dari

pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air, tanah atau udara (WHO,

2015).

Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu permasalahan

kesehatan masyarakat yang paling banyak dan membebani. Penyakit tersebut

menelan banyak korban dan menyebabkan sejumlah besar penderitaan

khususnya di kalangan bayi, anak, lansia dan orang-orang yang kekebalan

tubuhnya terganggu (WHO, 2000).

Presentasi klinis yang paling umum dari penyakit bawaan makanan

berbentuk gejala gastrointestinal. Akan tetapi, penyakit tersebut juga dapat

berbentuk gangguan neurologis, ginekologi, imunologi dan gejala lainnya.

Kegagalan multiorgan dan bahkan kanker dapat timbul akibat dari konsumsi

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

23

bahan makanan yang terkontaminasi, sehingga menyebabkan kecacatan dan

kematian (WHO, 2015).

D. Bahan Tambahan Pangan (BTP)

1. Definisi Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan (BTP) adalah segala substansi yang sengaja

ditambahkan untuk mempertahankan atau memperbaiki tampilan, tekstur,

rasa dan memperbaiki nilai gizi dari makanan tersebut serta untuk mencegah

pembusukan yang disebabkan oleh bakteri. Bahan-bahan yang termasuk

dalam bahan tambahan pangan adalah segala substansi yang digunakan dalam

proses manufaktur, pengolahan, persiapan, pengemasan, pengangkutan atau

penjagaan kualitas makanan (Vries, 1997). Sedangkan berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan,

bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang mempunyai atau tidak

mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk

tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuakn, pengepakan,

pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk

menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau

mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak

langsung.

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah agar produk olahan

yang dihasilkan mempunyai tampilan menarik, rasa yang enak, konsistensi

yang bagus dan tidak mudah rusak (Suyanti, 2010). Penggunaan bahan

tambahan pangan yang diizinkan dalam produk pangan dapat dibenarkan.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

24

Akan tetapi, penggunaan bahan tambahan pangan secara berlebih sehingga

melampaui ambang batas maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan

atau membayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan tersebut

(Saliswijaya, 2004).

2. Fungsi Bahan Tambahan Pangan

Terdapat empat fungsi utama bahan tambahan pangan (IFAC, 2013) yaitu :

a. Untuk memberikan nutrisi pada makanan.

Beberapa bahan tambahan pangan berfungsi untuk meningkatkan atau

mempertahankan kualitas gizi makanan. Misalnya, penambahan yodium

garam telah berkontribusi pada penghapusan virtual gondok sederhana.

Penambahan Vitamin D untuk susu dan produk susu lainnya telah

dilakukan hal yang sama sehubungan dengan rakhitis. Niacin dalam roti,

tepung jagung dan sereal telah membantu menghilangkan pellagra,

penyakit yang ditandai dengan sistem dan kulit gangguan saraf pusat.

b. Untuk menjaga kualitas produk dan kesegaran.

Makanan segar tidak dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama.

Makanan tersebut dapat cepat memburuk, menjadi tengik dan merusak.

Bahan tambahan pangan menunda kerusakan signifikan dan mencegah

pembusukan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme, bakteri

dan ragi dan juga oleh oksidasi (oksigen di udara bersentuhan dengan

makanan).

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

25

c. Untuk membantu dalam pengolahan dan persiapan makanan

Bahan tambahan pangan digunakan untuk mempertahankan

kualitas yang diinginkan tertentu yang terkait dengan berbagai makanan.

Sebagai contoh, pektin yang berasal dari kulit jeruk digunakan dalam jeli

untuk mempertahankan ketebalan yang diinginkan.

d. Untuk memperbaiki penampilan makanan

Mayoritas bahan tambahan pangan paling sering digunakan untuk

tujuan ini. Makanan yang tampak menarik bagi indera kita akan

meningkatkan selera. Bahan tambahan pangan seperti agen penyedap, zat

pewarna dan pemanis digunakan agar pangan terlihat dan terasa enak.

3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

Pada umumnya, bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua

bagian besar (Winarno, 1984) :

a. Aditif disengaja

Merupakan zat aditif yang diberikan dengan sengaja dan memiliki

maksud dan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi,

nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan

bentuk dan rupa serta tujuan lainnya.

b. Aditif tidak disengaja

Merupakan zat aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah

yang sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

26

Apabila dilihat dari asalnya, aditif dapat berasal dari sumber alamiah

seperti lesitin, asam sitrat, dan lain sebagainya. Zat aditif dapat juga disintesis

dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa benar dengan bahan alamiah

yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat metabolismenya seperti

misalnya β-karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan

sintetik mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah.

Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi

ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi

kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang

terjadi kanker pada hewan atau manusia (Winarno, 1984).

E. Bahan Tambahan Pangan Pemanis

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Nomor 4 tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan

Pangan Pemanis, pemanis (sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa

pemanis alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk

pangan.

Pemanis ada yang memiliki nutrisi seperti gula alkohol dan poliol, atau

yang tidak memiliki nutrisi seperti pemanis sintetis. Pemanis sintetis tidak

merubah besaran, kekentalan atau tekstur dari makanan dan minuman.

Pemanis yang tidak memiliki nutrisi harus dicampur dengan pemanis yang

memiliki nutrisi yang diperbolehkan penggunaannya (Smith, 1991).

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

27

1. Pemanis Alami

Pemanis alami adalah pemanis yang berasal dari ekstrak suatu produk

alami tanpa suatu perubahan kimia selama proses produksi atau ekstraksi.

Beberapa contoh pemanis alami yang sering dikonsumsi antara lain (Partana,

2008) :

a. Gula Pasir (gula tebu)

Gula pasir merupakan pemanis yang sering digunakan terutama di

kalangan rumah tangga. Gula pasir berasal dari tanaman tebu yang telah

cukup umur untuk diolah dan selanjutnya diambil sarinya. Sari tebu

tersebut kemudian dikristalisasi sehingga menjadi gula pasir. Kadar

sukrosa dalam tebu kurang lebih 6-20 %.

b. Gula kelapa

Gula kelapa terbuat dari nira yang diperoleh dari pelepah pohon

kelapa yang selanjutnya dipanaskan hingga menjadi cairan kental.

c. Pemanis alami lainnya

Pemanis alami lain yang sering dipergunakan adalah madu yang

berasal dari lebah, buah bit, fruktosa dan glukosa.

Pemanis alami jarang dipergunakan dalam proses produksi oleh industri

kerena menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi (Nuraini, 2007).

2. Pemanis Sintetis

Pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau

dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut,

namun kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula (Winarno,

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

28

1997). Pemanis sintetis sering ditambah ke dalam pangan sebagai pengganti

gula karena memiliki kelebihan dibanding pemanis alami karena beberapa

alasan (BPOM, 2002) :

a. Rasanya lebih manis.

b. Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis.

c. Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah

sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes).

d. Harganya lebih murah.

Penggunaan pemanis sintetis perlu diwaspadai karena dalam takaran

yang berlebih dapat menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan

manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis

sintetis berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik. Oleh

karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan batas-batas

yang disebut Acceptable Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per

hari terhadap penggunaan pemanis sintetis dalam pangan (Kemendikbud,

2014).

F. Siklamat

1. Definisi Siklamat

Siklamat adalah pemanis non-kalori. Memiliki rasa manis 30 kali lebih

manis dibanding sukrosa (CCC, 2015). Siklamat pertama kali disintesis tahun

1973 oleh Michael Sveda dari Abbot Laboratories, Chicago. Siklamat

digunakan sebagai pemanis sejak pertengahan tahun 1950, dan menjadi

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

29

pemanis yang paling dominan digunakan pada tahun 1960 dalam bentuk

garam natrium dan kalsium (Smith, 1991).

Siklamat tidak memberikan after-taste seperti halnya sakarin. Meskipun

demikian, rasa manis yang dihasilkan oleh siklamat tidak terlalu baik

(smooth) jika dibandingkan dengan sakarin. Siklamat diperjual belikan dalam

bentuk garam Na atau Ca-nya. Siklamat memiliki nama dagang yang dikenal

sebagai Assugrin, Sucaryl, Sugar Twin dan Weight Watchers (Kemendikbud,

2014).

Gambar 2.1

Bentuk molekul kimia natrium siklamat

(Sumber : Makfoeld et al, 2002)

Siklamat merupakan produk kimia sintetis yang tidak terdapat di alam.

Siklamat disintesis dari sikloheksilamine yang berasal dari sulfonasi dari

berbagai bahan kimia yang diikuti dengan netralisasi oleh hidroksida (Branen

et al, 2002).

2. Kelebihan Siklamat dibanding Pemanis Alami

Seperti pemanis rendah kalori lainnya, siklamat bermanfaat untuk

mengontrol berat badan, mengelola diabetes, atau membantu mencegah

kerusakan gigi. Siklamat, baik dalam bentuk natrium siklamat atau kalsium

siklamat, stabil dan larut dalam air. Siklamat digunakan sebagai pemanis

dalam minuman diet dan makanan rendah kalori lainnya. Selain itu, siklamat

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

30

berguna sebagai penambah rasa. Stabilitas panas, tingkat kemanisan yang

tinggi dan keunggulan teknologi lainnya juga membuat siklamat digunakan

bagi banyak sediaan farmasi dan perlengkapan mandi (CCC, 2015).

Ketika siklamat dikombinasikan dengan pemanis rendah kalori lainnya,

hasil efek sinergis dari kedua pemanis tersebut akan menghasilkan kombinasi

rasa manis yang biasanya akan diharapkan dari jumlah pemanis individu.

Selain itu, aftertaste yang kadang-kadang disebabkan oleh penggunaan

pemanis tunggal dapat ditutupi dengan menggabungkan dua jenis pemanis.

Misalnya, campuran dari sepuluh bagian siklamat dan satu bagian sakarin

adalah kombinasi yang banyak digunakan dalam makanan dan minuman.

Siklamat dapat berfungsi sebagai pelengkap yang sangat baik untuk pemanis

rendah kalori lain yang tersedia. Sifat pemanis sinergis unik ini

memungkinkan lebih banyak jenis produk rendah kalori dengan rasa yang

baik. Siklamat stabil dalam panas dan dingin serta memiliki umur simpan

yang baik. Kelarutannya dalam cairan memungkinkan pemanis ini lebih

banyak digunakan dalam minuman (Sumawinata, 2004).

Pedagang pangan pada umumnya lebih memilih untuk menggunakan

siklamat dibanding pemanis alami karena memiliki tingkat kemanisan tiga

puluh kali lipat dibanding pemanis alami sehingga pemakaian sedikit sudah

menimbulkan rasa manis, tidak memiliki nilai kalori sehingga tidak

meningkatkan kandungan gula darah dan tidak menyebabkan rasa pahit

seperti kebanyakan pemanis buatan lainnya (Lanywati, 2001).

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

31

3. Regulasi

Siklamat disahkan sebagai bahan tambahan pangan oleh Food Drug

Administration (FDA) Amerika Serikat pada tahun 1949. Akan tetapi,

kemudian siklamat dilarang penggunaannya di Amerika Serikat tahun 1970

karena diketahui berisiko menimbulkan kejadian tumor pada hewan uji

(Smith, 1991). Organisasi Kesehatan Dunia Food and Agriculture

Organization's Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA)

melegalkan penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pangan dengan

nilai Acceptable Daily Intake atau konsumsi harian yang dapat diterima

sebesar 11 mg/kg (CCC, 2015).

Di Indonesia, penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan makanan

pemanis sintetis diatur dan diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012

tentang Bahan Tambahan Pangan, disebutkan bahwa bahan tambahan pangan

termasuk pemanis sintetik hanya boleh digunakan dengan tidak melebihi

batas maksimum penggunaan dalam kategori pangan. Batas maksimum

penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pangan diatur dalam Peraturan

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 4 tahun 2014 tentang

Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis. Batas

maksimum penggunaan siklamat berbeda pada setiap kategori pangan. Batas

maksimum penggunaan siklamat pada setiap kategori pangan berdasarkan

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 4 tahun

2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Pemanis adalah sebagai berikut.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

32

Tabel 2.1

Batas Maksimum Penggunaan Siklamat Berdasarkan Kategori Pangan

Kategori Pangan

Batas Maksimum

(mg/kg) sebagai

asam siklamat

Minuman berbasis susu yang berperisa dan/atau difermentasi.

Contohnya susu coklat, eggnog, minuman yoghurt, minuman

berbasis whey.

250

Makanan pencuci mulut berbahan dasar susu (misalnya

puding, yoghurt berperisa atau yoghurt dengan buah).

250

(Dihitung terhadap

produk siap konsumsi)

Makanan pencuci mulut berbasis lemak tidak termasuk

makanan pencuci mulut berbasis susu.

250 (Dihitung

terhadap produk siap

konsumsi)

Es untuk dimakan (edible ice), termasuk sherbet dan sorbet. 250

Buah dalam kemasan (pasteurisasi/sterilisasi). 250

Kembang gula/permen meliputi kembang gula / permen keras

dan lunak, nougat dan lain-lain.

500

Kembang gula karet / permen karet. 2000

Produk cokelat analog/pengganti cokelat. 500

Gula dan sirup lainnya (misalnya sirup mapel, xilosa, gula

hias). serta gula untuk hiasan kue (contohnya kristal gula

berwarna untuk kukis).

500

Selai, jelly, marmalad. 1000

Olesan berbasis kakao, termasuk isian (filling) 500

Sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 4 tahun

2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis

4. Dampak Penggunaan Siklamat Berlebih Bagi Kesehatan

Penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pangan tidak boleh

melebihi batas maksimum yang dipersyaratkan. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, batas maksimum konsumsi siklamat harian (Acceptable Daily

Intake) menurut Organisasi Kesehatan Dunia Food and Agriculture

Organization's Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) adalah

sebesar 11 mg/kg. Penggunaan siklamat secara berlebih dapat menyebabkan

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

33

gangguan kesehatan. Bakteri organik dalam saluran gastrointestinal dapat

mengubah siklamat yang dikonsumsi menjadi senyawa cyclohexilamine yang

lebih toksik dibanding siklamat itu sendiri (Lu, 1995). Dampak kesehatan

yang ditimbulkan oleh senyawa sikloheksilamin antara lain :

a. Efek testikular

Sejumlah studi toksikologi telah menunjukkan bahwa testis tikus

merupakan organ yang paling sensitif terhadap sikloheksilamin, dan efek

ini yang digunakan oleh JECFA dan lembaga lainnya sebagai dasar untuk

menentukan Acceptable Daily Intake (ADI) dari siklamat (Nabors, 2001).

Senyawa sikloheksilamin dalam tubuh dalam menyebabkan atropi

(penghentian pertumbuhan) testikular (Lu, 1995).

b. Efek kardiovaskular

Sebuah studi mengungkapkan bahwa sebanyak 0,1% siklamat yang

dikonsumsi akan bermetabolisme menjadi sikloheksilamin dalam urin.

Sebagian senyawa sikloheksilamin akan mengendap di dalam plasma

darah dan meningkatkan tekanan darah (Nabors, 2001).

c. Kerusakan Hati dan Ginjal

Paparan siklamat dan sikloheksilamin secara berulang-ulang dengan

dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal ((NJDH, 2010).

d. Kerusakan organ

Berdasarkan hasil uji laboratorium pada hewan uji, pemberian

siklamat dalam dosis tinggi dapat menyebabkan tumor kandung kemih,

paru, limpa dan menyebabkan kerusakan genetik (BPOM, 2008).

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

34

G. Perilaku

Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari

dalam maupun dari luar subjek. Menurut Green (2005) tiga kategori umum

faktor yang mempengaruhi perilaku individu adalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,

dan nilai-nilai.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi kinerja dari suatu tindakan oleh individu atau organisasi.

Faktor pemungkin terdiri dari ketersediaan, aksesibilitas dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan serta regulasi pemerintah.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat adalah konsekuensi dari tindakan yang

menentukan apakah seseorang menerima umpan balik positif atau negatif

dan didukung secara sosial. Contoh faktor penguat adalah sikap dan

perilaku dari keluarga, petugas kesehatan serta orang sekitar.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

35

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

a. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempermudah perilaku sesorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khusunya

mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2002). Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan atau

perilaku seseorang. Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Efendi &

Makhfudli, 2009).

Menurut Rogers (1974) sebelum orang mengadopsi perilaku baru,

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni

(Notoatmodjo, 2007):

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti megnetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

36

5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan, yaitu (Notoatmodjo, 2010):

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall atau mengingat memori yang

sebelumnya telah diamati. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa

orang tahu sesuatu dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan.

Ketidaktahuan pedagang pangan jajanan anak sekolah tentang bahaya

penggunaan siklamat berlebih dapat diketahui dengan melihat apakah

pedagang masih menggunakan siklamat secara berlebih dan jawaban

mereka mengenai bahaya penggunaan siklamat secara berlebih

sebagai pemanis sintetis dalam pangan jajanan anak sekolah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek adalah suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan secara benar. Seseorang dinyatakan telah

memahami bahaya penggunaan siklamat berlebih apabila dapat

menjelaskan secara efek kesehatan yang ditimbulkan terhadap

kesehatan jika mengonsumsi makanan yang menggunakan siklamat

sebagai pemanis sintetis dengan dosis berlebih.

3. Aplikasi (application)

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

37

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek dapat

mengaplikasikan prinsip yang diketahuinya tersebut pada situasi

sebenarnya. Seseorang pedagang pangan pada tingkat aplikasi dapat

menerapkan teori dengan memperhatikan dan tidak menggunakan

sebagai siklamat pada produk pangan jajanan yang diproduksinya

melebihi dosis yang diperbolehkan pemerintah.

4. Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Seseorang pada

tingkatan ini diharapkan mampu menghubungkan teori tentang

penggunaan siklamat sebagai pemanis sintetis dalam pangan jajanan

anak sekolah dan efek buruk bagi kesehatan jika mengonsumsi pangan

jajanan yang mengandung siklamat dalam dosis yang melebihi batas

maksimal yang diperbolehkan.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

38

sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam tingkat

ini seseorang dapat melakukan penilaian terhadap bahaya keberadaan

siklamat berlebih dalam pengan jajanan anak sekolah (PJAS) dan

tidak menggunakannya.

Salah satu faktor penyebab penggunaan siklamat yang melebihi

batas maksimum adalah pengetahuan pedagang pangan yang kurang

mengenai keamanan pangan jajanan anak sekolah. Kurangnya

pengetahuan tentang bahaya penggunaan bahan tambahan pangan

menyebabkan para pedagang makanan menggunakan bahan tambahan

pangan secara berlebih (Yuliani, 2007). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Purwaningsih dkk (2010) yang dilakukan pada penjual

makanan jajanan berupa es lilin di kelurahan Srondol, Kota Semarang,

diketahui bahwa terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan

pedagang es lilin dengan kadar natrium siklamat berlebih dalam es lilin

yang diproduksinya (p=0,00).

Cara untuk mengukur pengetahuan seseorang dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau

melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis melalui angket dan kuesioner.

Indikator pengetahuan kesehatan seseorang adalah “tingginya

pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase

kelompok responden tentang variabel-variabel atau komponen-komponen

kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

39

b. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup tersebut (Sunaryo, 2002). Sikap

menggambarkan suka atau tidak suka sesorang terhadap suatu objek dan

membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain

(Notoatmodjo, 2010).

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu

untuk berkelakukan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat

pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. Menurut Notoadmodjo

(2010), sikap juga merupakan respons tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-

tidak baik, dan sebagainya).

Sikap dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu sikap positif

dan sikap negatif. Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan

individu untuk mendekati, menyenangi atau mengharapkan objek tersebut.

Sedangkan sikap negatif merupakan kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, menolak atau tidak menyukai objek tersebut

(Kasemin, 2003). Sikap yang positif maupun negatif terhadap suatu hal

atau objek belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk perilaku yang

sesuai dengan sikapnya tersebut (Purnawanto, 2010). Suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

40

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan

berdasarkan intensitasnya, yakni sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap

kesehatan dapat dilihat dari kesadaran dan perhatian orang itu terhadap

promosi-promosi terutama mengenai makanan yang sehat.

b. Menanggapi atau merespon (responding)

Menanggapi yakni memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dengan

suatu usaha untuk mengerjakan tugas yang diberikan atau menjawab

pertanyaan. Misalnya sikap seseorang menyikapi penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap menghargai.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Seseorang yang memiliki sikap negatif terhadap penggunaan

siklamat berlebih memiliki kecenderungan untuk menggunakan siklamat

berlebih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Purwaningsih dkk (2010)

yang dilakukan pada penjual makanan jajanan berupa es lilin di kelurahan

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

41

Srondol, Kota Semarang, diketahui bahwa terdapat hubungan antara sikap

pedagang es lilin dengan kadar natrium siklamat berlebih dalam es lilin

yang diproduksinya (p=0,00).

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan

secara langsung dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat

dengan menggunakan kata “setuju”dan “tidak setuju” terhadap pertanyaan-

pertanyaan mengenai objek tertentu. Pengukuran sikap menurut skala

Lickert dapat dilakukan dengan melakukan pemberian skor pada setiap

jawaban sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):

5 = Sangat setuju

4 = Setuju

3= Biasa saja

2 = Tidak setuju

1 = Sangat tidak setuju

c. Kepercayaan

Kepercayan adalah suatu keyakinan bahwa fenomena atau objek

benar atau nyata (WHO, 2000). Agama, kepercayaan dan kebenaran

adalah kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan atau menyiratkan

kepercayaan. Pernyataan kepercayaan berorientasi kesehatan contohnya

adalah pernyataan seperti “saya tidak percaya bahwa obat dapat bekerja”

atau “olahraga tidak akan memberi efek apapun”. Kepercayaan sesorang

terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

42

penting dapat menimbulkan keyakinan positif pada diri seseorang untuk

melakukan suatu perilaku. Kepercayaan masyarakat terhadap suatu objek

mempengaruhi perilaku terhadap objek tersebut. (Green & Kreuter, 2005).

Kepercayaan merupakan salah satu faktor predisposisi yang

mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Kepercayaan adalah hal-hal

yang diyakini seseorang dan dianggap benar, mengenai diri sendiri, orang

lain dan dunia sekitarnya yang memengaruhi perasaan dan perilakunya

sehari-hari (Martono & Joewana, 2006). Kepercayaan seseorang mengenai

suatu hal dapat dipengaruhi lingkungan sekitarnya karena manusia bersifat

sistem terbuka yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan

sekitarnya (Suhaemi, 2002).Biasanya kepercayaan diterima tanpa bukti

bahwa kepercayaan tersebut terbukti kebenarannya (WHO, 2000).

Kepercayaan terhadap suatu produk akan mendorong konsumen

untuk menggunakan produk tersebut (Ramdan, 2009). Salah satu faktor

yang mendasari masyarakat untuk menggunakan siklamat adalah adanya

kepercayaan bahwa siklamat mempunyai beberapa kelebihan yang

mengungguli pemanis murni seperti tidak menyebabkan peningkatan gula

darah sehingga aman bagi penderita diabetes, tidak menyebabkan

kenaikan berat badan, dan tidak menimbulkan kerusakan gigi seperti yang

terjadi pada kelebihan konsumsi pemanis alami (Vasudevan, 2013).

d. Nilai

Nilai dapat diartikan sebagai hal-hal yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan (Hidayat, 2007). Nilai tak hanya dijadikan rujukan untuk

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

43

bersikap dan berbuat dalam masyarakat, tetapi juga dijadikan sebagai

ukuran benar tidaknya suatu fenomena perbuatan dalam masyarakat itu

sendiri. Apabila ada suatu fenomena sosial yang bertentangan dengan

sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, maka perbuatan tersebut

dinyatakan bertentangan dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat,

dan akan mendapatkan penolakan dari masyarakat tersebut (Hakim, 2012).

Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang

sedemikian rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya

sehingga menjadi pertimbangan terhadap suatu tindakan untuk mengambil

keputusan berperilaku (Suhaemi, 2002). Nilai pada hakikatnya

mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi tidak

menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah atau benar (Soeroso,

2006). Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan

dianggap sah artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan

nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana

tindakan itu dilakukan (Narwoko & Suyanto, 2004).

Nilai yang berlaku di dalam masyarakat berpengaruh terhadap

perilaku kesehatan. Nilai-nilai tersebut, ada yang menunjang dan ada yang

merugikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Nilai merupakan sesuatu yang

diyakini kebenarannya dan dianut serta dijadikan sebagai acuan dasar

individu dan masyarakat dalam menentukan sesuatu yang dipandang baik,

benar, bernilai maupun berharga (Hakim, 2012).

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

44

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

a. Ketersediaan Fasilitas

Ketersediaan fasilitas merupakan salah satu faktor pemungkin yang

menyebabkan suatu perubahan perilaku. Pengetahuan dan sikap saja

belum menjamin terjadinya perilaku, masih diperlukan sarana atau

fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut

(Notoatmodjo, 2010). Ketersediaan sumber daya sangat dipengaruhi oleh

lokasi, dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak, serta kecukupan

fasilitas tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang

memerlukannya (Effendy, 1997). Sebagai salah satu unsur utama dalam

kegiatan produksi, ketersediaan sumber daya merupakan hal yang sangat

berpengaruh bagi para pemiliki usaha. Ketersediaan sumber daya yang

memadai dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan pedagang akan

sumber daya yang dibutuhkan (Herjanto, 2008).

Ketersediaan bahan tambahan pangan dapat mempengaruhi

perilaku penggunaannya dalam masyarakat. Semakin banyak bahan

tambahan pangan yang tersedia dapat menjadi faktor pendorong yang

semakin memudahkan seseorang dalam menggunakan bahan tambahan

pangan tertentu (WHO, 2000). Salah satu bahan tambahan pangan yang

ketersediaannya memadai adalah siklamat, karena siklamat banyak dijual

di pasar tradisional tanpa merk (Apriadji, 2007).

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

45

b. Akses

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan

lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, sehingga menentukan

mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi.

Aksesibilitas dapat diartikan sebagai suatu konsep yang menggabungkan

antara sistem transportasi secara geografis dengan sistem jaringan

transportasi sehingga menimbulkan zona-zona dan jarak geografis yang

akan mudah dihubungkan oleh penyediaan sarana dan prasarana angkutan

(Black, 1981). Faktor jarak bukan satu-satunya elemen yang menentukan

tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas (Miro, 2004). Terlebih, kemajuan

teknologi yang membuat transportasi semakin mudah mengakibatkan

terjadinya percepatan arus perpindahan dari satu tempat ke tempat lain

(Sitompul, 2004).

Kemudahan akses dalam mendapatkan suatu produk

mempengaruhi keputusan untuk membeli dan menggunakan produk

tersebut, karena konsumen pada dasarnya menyukai produk yang mudah

didapat dan hanya memerlukan sedikit usaha untuk mendapatkannya

(Irmawati, 2014). Kemudahan akses dalam mendapatkan siklamat sebagai

bahan tambahan pangan pemanis merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku penggunaan siklamat pada pedagang pangan

(BPOM, 2012). Terlebih, pemanis buatan sakarin dan siklamat sangat

mudah didapatkan dan dijual bebas di pasaran (Kemenkes, 2011).

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

46

c. Komitmen Pemerintah

Komitmen pemerintah mengenai penggunaan siklamat tertuang

dalam regulasi yang mengatur batas maksimum penggunaan siklamat

dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Batas maksimum

penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pangan diatur dalam

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 4 tahun

2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Pemanis. Selain itu, pemerintah melalui BPOM melakukan intensifikasi

pengawasan pangan jajanan anak sekolah setiap tahunnya melalui

sampling dan pengujian laboratorium serta penindaklanjutan pada pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) yang terbukti memiliki kandungan siklamat

berlebih (BPOM, 2013).

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

a. Peran Pedagang Lain

Teman terkadang menjadi bagian penting dari faktor-faktor yang

memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang

tahu dan mampu melakukan perilaku sehat, tetapi tidak melakukannya

karena pengaruh dari teman (Notoatmodjo, 2010). Hal yang sama juga

terjadi pada perilaku penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan

anak sekolah (PJAS). Salah satu faktor yang mendorong penggunaan

siklamat pada pedagang pangan adalah karena adanya pengaruh dari

pedagang lain yang menggunakan siklamat (BPOM, 2012).

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

47

b. Peran Petugas Kesehatan

Peran petugas kesehatan melalui kegiatan pengawasan dan

pengendalian terkait penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) merupakan faktor yang penting. Tanpa adanya

pengawasan oleh petugas kesehatan, industri dan pengolah makanan

cenderung menggunakan bahan pengawet yang berbahaya dan melebihi

standar maksimal yang dipersyaratkan. Penggunaan bahan berbahaya

tersebut dapat disebabkan oleh ketidaktahuan tentang dampak bahan

pengawet dalam bentuk keracunan kronis akibat dosis kecil yang

kumulatif atau keracunan akut dalam dosis besar (Hartati, 2007).

H. Pedagang

Pedagang adalah setiap orang yang melakukan perbuatan perniagaan

sebagai pekerjaan sehari-hari, baik berupa bahan pokok kebutuhan sehari-hari

maupun kebutuhan tambahan yang diperoleh dari orang lain atau diproduksi

sendiri (Purwosutjipto, 1999). Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui

bahwa pedagang pangan merupakan setiap orang yang melakukan perniagaan

pangan sebagai pekerjaan sehari-hari, baik pangan yang diperoleh dari orang

lain maupun pangan yang diproduksi sendiri.

Idealnya bila semua pedagang pangan yang memproduksi sendiri pangan

yang dijualnya menerapkan perundangan dan peraturan yang berlaku tentang

keamanan pangan, tentu tidak ada pangan yang tidak aman yang beredar atau

diperdagangkan, dan tidak ada korban keracunan pangan. Akan tetapi, lebih

dari 70% makanan jajanan dihasilkan oleh industri rumahan dengan

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

48

penanganan secara tradisional. Dalam proses peroduksi pangan jajanan,

kebanyakan pedagang makanan kurang atau tidak menyadari dan memahami

sepenuhnya arti kebersihan dan keamanan pangan. Hal tersebut mengakibatkan

masih banyak pangan jajanan yang tidak aman dikonsumsi sehingga

menyebabkan penyakit atau keracunan makanan (Saparinto & Hidayati, 2006).

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

49

I. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Green & Kreuter (2005)

Keterangan : Tidak Diteliti

Diteliti

FAKTOR PREDISPOSISI

(PREDISPOSING)

Pengetahuan

Sikap

Kepercayaan

Nilai

FAKTOR PEMUNGKIN

(ENABLING)

Penggunaan Siklamat

berlebih pada Pangan

Jajanan Anak Sekolah

(PJAS)

Ketersediaan Siklamat Faktor Penguat (Reinforcing)

1. Keluarga

2. Teman

3. Tokoh masyarakat

Akses Mendapatkan

Siklamat

Komitmen Pemerintah

FAKTOR PENGUAT

(REINFORCING)

Peran Pedagang PJAS

Lain

Peran Petugas Kesehatan

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

50

Salah satu sumber pencemaran zat kimia pada Pangan Jajanan

Anak Sekolah (PJAS) disebabkan oleh penggunaan bahan tambahan

pangan melebihi batas maksimum yang diperbolehkan. Bahan tambahan

pangan yang sering dipergunakan secara berlebih dalam Pangan Jajanan

Anak Sekolah (PJAS) adalah siklamat (Kemenkes, 2011) . Perilaku

menurun Green & Kreuter (2005) dipengaruhi oleh faktor predisposisi,

faktor pemungkin (enabling) dan faktor penguat (reinforcing). Dari

paparan tersebut maka dibentuk suatu kerangka teori seperti diatas.

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

51

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang dijelaskan pada bab sebelumnya, diketahui

bahwa penggunaan zat kimia berupa bahan tambahan pangan (BTP) berlebih

dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan (food borne disease). Salah

satu bahan tambahan pangan yang banyak dipergunakan secara berlebih dan

melebihi batas maksimum yang diperbolehkan pemerintah adalah pemanis

sintetis jenis siklamat.

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku penggunaan siklamat berlebih pada pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri yang berada di wilayah

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Sedangkan

variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap,

kepercayaan, nilai, ketersediaan siklamat, akses mendapatkan siklamat serta

peran pedagang PJAS lain.

Adapun variabel lain yang tidak diteliti disebabkan oleh beberapa

faktor, yaitu :

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

52

a. Variabel Komitmen Pemerintah

Variabel ini tidak diteliti karena pemerintah telah menerapkan

batas maksimum penggunaan siklamat dalam pangan sebagai bentuk

komitmen pemerintah dalam menjaga mutu pangan dari cemaran siklamat

berlebih. Pemerintah juga telah melakukan sosialisasi mengenai regulasi

ini kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik maupun sosialisasi

secara langsung sehingga idealnya seluruh pedagang telah mengetahui

regulasi mengenai penggunaan siklamat tersebut, sehingga dikhawatirkan

variabel ini akan menghasilkan data yang homogen. Selain itu, persepsi

para pedagang mengenai komitmen pemerintah juga telah tergambar

dalam variabel pengetahuan melalui pertanyaan seputar regulasi batas

maksimum penggunaan siklamat dalam pangan. Oleh karena itu, variabel

komitmen pemerintah tidak termasuk dalam variabel yang diteliti.

b. Variabel Peran Petugas Kesehatan

Variabel ini tidak diteliti karena petugas kesehatan dari Dinas

Kesehatan setempat bertanggung jawab dalam menjaga mutu dan kualitas

pangan jajanan anak sekolah (PJAS), termasuk keberadaan siklamat

melalui kegiatan pemeriksaan keamanan dan kualitas pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) yang harus dilakukan secara rutin setiap tahun. Kegiatan

pemeriksaan kualitas pangan ini idealnya dilakukan terhadap seluruh

pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Oleh karena itu, variabel ini tidak

diteliti karena dikhawatirkan akan menghasilkan data yang homogen.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

53

Berdasarkan paparan tersebut, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

- Pengetahuan

- Sikap

- Kepercayaan

- Nilai

- Ketersediaan

Siklamat

- Akses Mendapatkan

Siklamat

- Peran Pedagang

PJAS Lain

Penggunaan Siklamat

berlebih pada pangan

jajanan anak sekolah

(PJAS).

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

54

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependen

1. Penggunaan

siklamat berlebih

pada pangan jajanan

anak sekolah

(PJAS).

Wujud dari sikap yang berupa

kegiatan atau aktivitas

penggunaan siklamat berlebih

pada pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) yang

diproduksi pedagang.

Uji

laboratorium

menggunakan

metode

gravimetri.

Neraca

Analitik

1 = Berlebih (kadar siklamat >

batas maksimal yang diizinkan

pada masing-masing jenis

pangan).

2 =Tidak berlebih (kadar siklamat

≤ batas maksimal yang diizinkan

pada masing-masing jenis

pangan).

(Peraturan Kepala BPOM No. 4

tahun 2014 tentang Batas

Maksimum Penggunaan Bahan

Tambahan Pangan Pemanis).

Ordinal

Variabel Independen

2. Pengetahuan Pemahaman dan kemampuan

responden dalam menjawab

pertanyaan mengenai siklamat

dan bahaya penggunaannya

secara berlebih dalam pangan

jajanan anak sekolah (PJAS)

Wawancara Kuesioner 1 = Rendah (jumlah skor < nilai

rata-rata skor seluruh responden).

2 = Tinggi (jumlah skor ≥ nilai

rata-rata (mean) skor seluruh

responden).

Ordinal

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

55

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

yang dijual.

3. Sikap Respon yang ditunjukkan

responden mengenai

penggunaan siklamat berlebih

dalam pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) yang dijual.

Wawancara Kuesioner 1. Positif (Jumlah skor < nilai

tengah (median) skor seluruh

responden).

2. Negatif (Jawaban benar ≥

nilai tengah (median) skor

seluruh responden).

Ordinal

4. Kepercayaan Keyakinan yang ditunjukkan

responden bahwa siklamat

menghasilkan manfaat yang

lebih baik dan lebih sehat

dibanding pemanis alami.

Wawancara Kuesioner 1 = Percaya (Jumlah skor < nilai

tengah (median) skor seluruh

responden)

2 = Tidak Percaya (jumlah skor ≥

nilai tengah (median) skor

seluruh responden)

Ordinal

5. Nilai. Pernyataan responden mengenai

pentingnya penggunaan siklamat

dalam pangan berupa kebiasaan

menggunakan siklamat,

kebiasaan menyimpan cadangan

siklamat dan merasa kurang bila

pangan tidak diberi siklamat.

Wawancara Kuesioner 1 = Penting (Jumlah skor < nilai

tengah (median) skor seluruh

responden)

2 = Tidak Penting (Jumlah skor ≥

nilai tengah (median) skor

seluruh responden)

Ordinal

6. Ketersediaan

siklamat.

Keberadaan siklamat di pasaran

yang sesuai dengan kebutuhan

pembeli, ditinjau dari

pemenuhan kebutuhan pembeli

Wawancara Kuesioner 1 = Memadai (Jumlah skor ≥ nilai

tengah (median) skor seluruh

responden).

Ordinal

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

56

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

terhadap siklamat, kuantitas

pembelian siklamat yang tidak

dibatasi dan adanya toko lain

yang menjual siklamat bila

persediaan siklamat di salah satu

toko habis.

2 = Tidak Memadai (Jumlah skor

< nilai tengah (median) skor

seluruh responden).

7. Akses Mendapatkan

Siklamat

Kemudahan responden dalam

mendapatkan siklamat dari

tempat tinggal responden ke

toko yang menjual siklamat

ditinjau dari jarak dan fasilitas

transportasi yang tersedia.

Wawancara Kuesioner 1 = Mudah Didapat (Jumlah skor

≥ nilai tengah (median) skor

seluruh responden).

2 = Sukar Didapat (Jumlah skor

< nilai tengah (median) skor

seluruh responden) .

Ordinal

8. Peran Pedagang

PJAS lain.

Perilaku pedagang PJAS lain

yang mempengaruhi keputusan

responden untuk menggunakan

siklamat berlebih dalam pangan

jajanan anak sekolah (PJAS).

Wawancara Kuesioner 1 = Dipengaruhi (Jumlah skor ≥

nilai tengah (median) skor

seluruh responden)

2 = Tidak Dipengaruhi (Jumlah

skor < nilai tengah (median)

skor seluruh responden).

Ordinal

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

57

C. Hipotesis

Penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan pedagang dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

2. Terdapat hubungan antara sikap pedagang dengan penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

3. Terdapat hubungan antara kepercayaan pedagang dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

4. Terdapat hubungan antara nilai dengan penggunaan siklamat berlebih pada

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

5. Terdapat hubungan antara ketersediaan siklamat dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

6. Terdapat hubungan antara akses mendapatkan siklamat dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

58

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

7. Terdapat hubungan antara peran pedagang PJAS lain dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar

negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur.

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

59

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan studi

cross sectional dimana pengukuran variabel dependen dan variabel

independen dilakukan secara bersamaan (Chandra, 2006). Desain ini

dianggap sesuai, terkait dengan kadar siklamat pada pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) yang harus segera dilakukan pengujian laboratorium untuk

mempertahankan kualitas sampel pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2015 di sekolah

dasar negeri yang berada di wilayah Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur.

C. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) yang menjual pangan bercita rasa manis di sebelas sekolah

dasar negeri di Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

60

diketahui bahwa terdapat 91 pedagang PJAS bercita rasa manis yang

menjajakan dagangannya di sebelas sekolah dasar negeri tersebut.

D. Sampel

Sampel adalah subunit populasi yang oleh peneliti dipandang dapat

mewakili populasi target (Danim, 2002). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive

sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria

tertentu yang ditentukan oleh peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2010). Adapun

kriteria pedagang PJAS bercita rasa manis yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah pedagang PJAS bercita rasa manis yang membuat sendiri

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang dijajakannya.

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan pada penelitian ini dihitung

berdasarkan rumus penelitian bivariat berikut (Budijanto, 2007).

√ √

Dimana :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

= Derajat kemaknaan 5% = 1,96

Z1- = Kekuatan uji 80%

P1 = Proporsi responden pada variabel penelitian

sebelumnya yang beresiko (memiliki pengetahuan

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

61

rendah dan menggunakan siklamat berlebih =

28,1%).

P2 = Proporsi responden pada variabel penelitian

sebelumnya yang tidak beresiko (memiliki

pengetahuan tinggi dan menggunakan siklamat

berlebih = 51,1%)

P = (P1 + P2) / 2 = 0,396

(Nilai P1 dan P2 diperoleh dari penelitian Purwaningsih, 2007)

√ √

69,867 dibulatkan menjadi 70

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah sampel minimal yang

dibutuhkan adalah sebanyak 70 sampel. Jumlah sampel minimal tersebut

mendekati jumlah pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) bercita rasa

manis yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel, yaitu sebanyak 76

orang. Oleh karena itu, seluruh pedagang PJAS bercita rasa manis dijadikan

sampel sehingga jumlah sample pada penelitian ini adalah sebanyak 76

sampel.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengujian

laboratorium. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data terkait

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

62

pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, akses serta peran pedagang PJAS lain.

Sedangkan pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar

siklamat dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang menjadi sampel.

1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang

terdiri dari data mengenai pengetahuan responden mengenai bahaya siklamat

berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS), sikap responden

mengenai keberadaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah,

kepercayaan responden mengenai manfaat siklamt, nilai terhadap penggunaan

siklamat, ketersediaan siklamat, akses mendapatkan siklamat, peran pedagang

PJAS lain dan perilaku penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan

anak sekolah (PJAS). Data mengenai pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai,

ketersediaan siklamat, akses dan peran pedagang PJAS lain didapatkan

melalui kuesioner. Sedangkan data mengenai perilaku penggunaan siklamat

berlebih didapatkan melalui uji laboratorium pada sampel pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) untuk menentukan kadar siklamat yang terkandung di

dalamnya menggunakan metode gravimetri.

2. Instrumen Penelitian

a. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan terdiri dari beberapa item pertanyaan yang

menyangkut data identitas responden, pengetahuan dan sikap responden.

Kuesioner ini diadopsi dan dimodifikasi dari penelitian Mandasari (2010)

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

63

mengenai Pengetahuan dan Sikap Pedagang Es Krim Tentang Penggunaan

Pemanis Buatan Di Beberapa Pasar Kota Medan Tahun 2010 serta Ariani

(2012) menganai Hubungan Antara Faktor Individu dan Lingkungan dengan

Konsumsi Minuman Ringan Berpemanis Pada Siswa/I SMA Negeri 1

Bekasi Tahun 2012.

1. Pengetahuan

Pertanyaan mengenai variabel pengetahuan terdapat pada no B1-

B9. Tingkat pengetahuan responden dikatakan “Tinggi” jika jawaban

benar responden lebih dari atau sama dengan dari nilai rata-rata (mean)

jumlah skor keseluruhan dan dikatakan “rendah” jika jumlah skor

responden lebih kecil dari nilai rata-rata jumlah skor keseluruhan.

2. Sikap

Pertanyaan mengenai variabel sikap terdapat pada no C1-C10.

Variabel sikap dikatakan positif atau mendukung penggunaan siklamat

berlebih jika jumlah skor responden lebih kecil dari nilai tengah (median)

skor keseluruhan dan dikatakan negatif atau tidak mendukung

penggunaan siklamat berlebih jika jumlah skor responden lebih besar

atau sama dengan nilai tengah (median) jumlah skor keseluruhan.

3. Kepercayaan

Pertanyaan mengenai variabel kepercayaan terdapat pada nomor

D1-D3. Responden dikatakan memiliki kepercayaan terhadap manfaat

siklamat apabila jumlah skor responden lebih kecil dari nilai tengah

(median)skor keseluruhan dan dikatakan percaya terhadap manfaat

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

64

siklamat jika jumlah skor responden lebih besar atau sama dengan nilai

tengah (median) jumlah skor keseluruhan.

4. Nilai

Dalam kuesioner, pertanyaan mengenai variabel nilai terdapat

dalam pertanyaan E1 sampai E4. Responden menilai bahwa siklamat

penting apabila jumlah skor responden lebih kecil dari nilai tengah

(median) jumlah skor keseluruhan dan dikatakan tidak penting jika

jumlah skor responden lebih besar atau sama dengan nilai tengah

(median) jumlah skor keseluruhan.

5. Ketersediaan Siklamat

Pertanyaan megenai ketersediaan siklamat terdapat pada nomor F1

sampai F4. Ketersediaan siklamat dikatakan memadai apabila jumlah

skor responden lebih besar atau sama dengan nilai tengah (median)

jumlah skor keseluruhan dan dikatakan tidak memadai apabila jumlah

skor responden lebih kecil dari nilai tengah (median) jumlah skor

keseluruhan.

6. Akses

Pertanyaan mengenai variabel akses terdapat pada nomor G1-G4.

Responden memiliki akses yang mudah dalam mendapatkan siklamat

apabila jumlah skor respondenlebih besar atau sama dengan nilai tengah

(median) jumlah skor keseluruhan, sedangkan jika jumlah skor responden

lebih kecil dari nilai tengah (median) jumlah skor keseluruhan maka

responden dinyatakan sukar untuk mendapatkan siklamat.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

65

7. Peran Pedagang PJAS lain

Pertanyaan mengenai variabel peran pedagang PJAS lain terdapat

pada nomor H1-H3. Responden dikatakan tidak dipengaruhi oleh

pedagang PJAS lain dalam penggunaan siklamat apabila jumlah skor

responden lebih besar atau sama dengan nilai tengah (median) jumlah

skor keseluruhan dan dikatakan dipengaruhi oleh pedagang PJAS lain

dalam penggunaan siklamat jika jumlah skor responden lebih kecil dari

nilai tengah (median) jumlah skor keseluruhan.

b. Neraca Analitik

Neraca analitik digunakan untuk memperoleh data pada variabel

penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah

melalui uji laboratorium. Neraca analitik digunakan untuk menimbang

kadar siklamat di dalam sampel pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Penentuan kadar siklamat dilakukan menggunakan uji gravimetri.

Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat

atau komponen dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan

murni (Khopkar, 1990).

Langkah-langkah pengujian siklamat menggunakan metode

gravimetri berdasarkan SNI 01-2893-1994 tentang cara uji pemanis

buatan adalah sebagai berikut.

a. Alat

- Tabung reaksi

- Beaker glass

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

66

- Corong kaca

- Gelas ukur

- Penghitung waktu (jam, stopwatch, dll).

- Kertas saring Whatman 42

- Hotplate stirrer

- Penjepit tabung reaksi

- Oven

- Cawan Petri

- Neraca Analitik

b. Bahan

- Spesimen pangan

- Larutan BaCl2 10%

- Larutan HCl Pekat

- Larutan NaNO2 10%

- Aquades

c. Cara Kerja

1. 10 gr spesimen pangan dan 100 ml aquadest diaduk selama 15

menit.

2. Campuran tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring

3. Tambahkan 10 ml HClp dan larutan BaCl2 10% dan aduk.

4. Biarkan selama 30 menit, jika terjadi endapan disaring.

5. Tambahkan 10 ml NaNO2 10% lalu aduk.

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

67

6. Panaskan diatas hotplate selama 2 jam. Bila terjadi endapan, maka

spesimen positif mengandung siklamat.

7. Saring spesimen yang mengandung endapan menggunakan kertas

saring Whatman 42 yang sudah ditimbang.

8. Keringkan kertas saring menggunakan oven selama 2 jam pada

suhu 200ºC lalu dinginkan.

9. Timbang kembali kertas saring yang telah dikeringkan. Hitung

kadar siklamat dengan cara massa kertas saring sebelum

dikeringkan dikurangi massa kertas saring setelah dikeringkan.

F. Validitas dan Reliabilitas

Sebelum instrument / alat ukur digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian, perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari kevalidan dan

reliabilitas alat ukur tersebut. Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keabsahan suatu alat ukur. Tinggi rendahnya validitas

alat ukur menunjukkan sejauh mana data yang trekumpul tidak menyimpang

dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Sedangkan reliabilitas

menunjuk bahwa suatu alat ukur cukup dapat dipercaya untuk digunkana

sebagai alat pengumpul data karena alat ukur tersebut sudah baik dan tidak

memiliki sifat tendesius atau mengarahkan responden untuk memilih jawaban

tertentu (Rangkuti, 2002). Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

dilakukan terhadap 30 responden diluar sampel penelitian yang memiliki

karakteristik serupa dengan sampel yang diamati (Pella & Inayati, 2011).

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

68

1. Uji Validitas

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan

korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Hasil

pengujian validitas dapat dilihat pada kolom corrected item-total

correlation dimana nilai r hitung yang terdapat pada kolom tersebut

dibandingkan dengan nilai r tabel. Bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r

tabel (r hitung > r tabel) maka dapat dikatakan instrument tersebut valid

(Hastono, 2011).

Responden dalam uji validitas instrumen penelitian ini berjumlah

30 responden sehingga didapatkan nilai R tabel adalah 0,3610.

Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui bahwa nilai r hitung dari setiap

pertanyaan lebih besar daripada nilai r tabel, sehingga seluruh pertanyaan

dalam instrumen penelitian ini dinyatakan valid. Hasil pengujian validitas

instrumen penelitian tertera pada tabel berikut.

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Corrected Item- Total

Correlation

Keterangan

Pengetahuan

B1 0,752 Valid

B2 0,577 Valid

B3 0,469 Valid

B4 0,617 Valid

B5 0,473 Valid

B6 0,458 Valid

B7 0,550 Valid

B8 0,728 Valid

B9 0,564 Valid

Sikap

C1 0,642 Valid

C2 0,428 Valid

C3 0,615 Valid

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

69

Variabel Corrected Item- Total

Correlation

Keterangan

C4 0,693 Valid

C5 0,736 Valid

C6 0,593 Valid

C7 0,724 Valid

C8 0,773 Valid

C9 0,484 Valid

C10 0,477 Valid

Kepercayaan

D1 0,540 Valid

D2 0,547 Valid

D3 0,561 Valid

Nilai

E1 0,578 Valid

E2 0,671 Valid

E3 0,647 Valid

E4 0,734 Valid

Ketersediaan

F1 0,565 Valid

F2 0,671 Valid

F3 0,554 Valid

Akses

G2 0,470 Valid

G3 0,635 Valid

G4 0,710 Valid

Peran Pedagang PJAS Lain

H1 0,702 Valid

H2 0,762 Valid

H3 0,710 Valid

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara melihat

nilai r pada kolom Cronbach’s alpha. Jika nilai r hitung lebih besar dari

pada r tabel (r hitung > r tabel) maka dapat dikatakan instrument tersebut

reliabel (Hastono, 2001). Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui bahwa

nilai Cronbach’s alpha lebih besar dibandingkan nilai r tabel (0,3610)

sehingga instrumen penelitian dinyatakan reliabel. Hasil perhitungan uji

reliabilitas instrumen penelitian tertera pada tabel berikut.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

70

Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Cronbach’s Alpha Jumlah

Pertanyaan

Keterangan

0,956 35 Reliabel

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Kode (Coding)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap

jawaban dari kuesioner yang dikumpulkan untuk memudahkan proses

pemasukan dan pengolahan data selanjutnya.

b. Menyunting Data (Data Editing)

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kelengkapan data dan

jawaban responden, sebelum data dimasukkan ke perangkat lunak untuk

diolah.

c. Data Entry

Data entry merupakan kegiatan memasukan data yang telah

terkumpul kedalam perangkat lunak komputer yang telah disiapkan.

d. Cleaning Data

Pengecekkan kembali data yang telah dimasukkan untuk

memastikan data tersebut tidak ada yang salah, baik kesalahan

pengkodean maupun kesalahan dalam menentukan jumlah skor dari

jawaban responden, sehingga data tersebut siap diolah dan dianalisis.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

71

2. Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis univariat dan analisis bivariat

sebagai berikut:

a. Univariat

Analisis univariat yang akan dilakukan pada penelitian ini

bertujuan untuk mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel

yang telah diteliti. Data akan disampaikan dalam bentuk distribusi

frekuensi menurut masing-masing variabel yang akan diteliti. Analisis

univariat dilakukan pada variabel pengetahuan pedagang PJAS terkait

siklamat, variabel sikap pedagang PJAS terkait penggunaan siklamat

berlebih pada PJAS, variabel kepercayaan pedagang mengenai manfaat

siklamat, variabel nilai yang dianut pedagang PJAS mengenai penggunaan

siklamat, variabel ketersediaan siklamat, variabel akses mendapatkan

siklamat, variabel peran pedagang PJAS lain dan variabel penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

b. Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.Varibel independen yang

dimaksud adalah variabel pengetahuan pedagang, sikap pedagang,

kepercayaan pedagang, akses serta peran pedagang PJAS lain. Analisis

bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square. Uji chi square

merupakan uji yang dilakukan dimana kedua variabel yang dihubungkan

adalah data kategorik.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

72

Untuk melihat hasil kemaknaan dinyatakan dalam p value dengan

tingkat kemaknaan (α) 5% (0,05). Ketentuan yang berlaku adalah sebagai

berikut (Hastono, 2001):

a. Bila nilai p value < 0,05 berarti terdapat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang diteliti.

b. Bila nilai p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen yang diteliti.

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

73

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Penggunaan Siklamat Berlebih pada Pangan Jajanan Anak

Sekolah (PJAS)

Hasil identifikasi penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda,

Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur tertera pada

tabel berikut.

Tabel 5.1

Gambaran Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS di

Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat

dan Pamulang Timur Tahun 2015

Penggunaan Siklamat Jumlah (N) Persentase (%)

Berlebih Padat

Cair

1

38

1,3

50

Tidak

berlebih

Padat

Cair

30

7

39,4

9,2

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa pedagang pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) di Sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda,

Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur yang

menggunakan siklamat berlebih lebih banyak jumlahnya (51,3%)

dibanding yang tidak menggunakan siklamat berlebih. Diantara pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) yang menggunakan siklamat berlebih, lebih

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

74

banyak pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang berbentuk cair (50%)

dibanding pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang berbentuk padat.

2. Distribusi Pengetahuan Pedagang Mengenai Siklamat

Distribusi pengetahuan pedagang terhadap penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.2

Distribusi Pengetahuan Pedagang PJAS mengenai Siklamat di

Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur Tahun 2015

Tingkat Pengetahuan Jumlah (N) Persentase (%)

Rendah

Tinggi

36

40

47,4

52,6

Total 76 100

Berdasarkan perhitungan statistik yang terlihat pada tabel 5.2

tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan

tinggi mengenai siklamat lebih banyak jumlahnya (52,6%) dibanding

responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai siklamat.

3. Distribusi Sikap Pedagang terhadap Penggunaan Siklamat Berlebih

Distribusi sikap pedagang terhadap penggunaan siklamat berlebih

pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur tertera pada tabel berikut.

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

75

Tabel 5.3

Distribusi Sikap Pedagang terhadap Penggunaan Siklamat pada

PJAS di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur Tahun 2015

Sikap Jumlah (N) Persentase (%)

Positif

Negatif

35

41

46,1

53,9

Total 76 100

Berdasarkan perhitungan statistik yang terlihat pada tabel 5.3

tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki sikap negatif terhadap

penggunaan siklamat pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih

banyak jumlahnya (53,9%) dibanding responden yang memiliki sikap

positif terhadap penggunaan siklamat pada pangan jajanan anak sekolah

(PJAS).

4. Distribusi Tingkat Kepercayaan Pedagang terhadap Siklamat

Distribusi tingkat kepercayaan pedagang terhadap siklamat pada

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar wilayah Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang

Timur tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.4

Distribusi Kepercayaan Pedagang terhadap Siklamat pada PJAS di

Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur Tahun 2015

Tingkat Kepercayaan Jumlah (N) Persentase (%)

Percaya

Tidak Percaya

30

46

39,5

60,5

Total 76 100

Berdasarkan perhitungan statistik yang terlihat pada tabel 5.4

tersebut diketahui bahwa responden yang tidak percaya bahwa siklamat

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

76

lebih bermanfaat daripada pemanis alami lebih banyak (60,5%) dibanding

responden yang percaya bahwa siklamat lebih bermanfaat daripada

pemanis alami.

5. Distribusi Nilai terhadap Penggunaan Siklamat Berlebih

Distribusi nilai terhadap penggunaan siklamat berlebih pada

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang

Timur tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.5

Distribusi Nilai terhadap Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS

di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat

dan Pamulang Timur Tahun 2015

Kategori Nilai Jumlah (N) Persentase (%)

Penting

Tidak Penting

21

55

27,6

72,4

Total 76 100

Berdasarkan perhitungan statistik yang terlihat pada tabel 5.5

tersebut diketahui bahwa responden yang menilai tidak penting

penggunaan siklamat pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih

banyak jumlahnya (72,4%) dibanding responden yang menilai penting

penggunaan siklamat pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

6. Distribusi Ketersediaan Siklamat

Distribusi ketersediaan siklamat bagi pedagang pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda,

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

77

Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur tertera pada

tabel berikut.

Tabel 5.6

Distribusi Ketersediaan Siklamat Bagi Pedagang PJAS di Sekolah

Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat

dan Kelurahan Pamulang Timur Tahun 2015

Tingkat Ketersediaan Jumlah (N) Persentase (%)

Memadai

Tidak Memadai

52

24

68,4

31,6

Total 76 100

Berdasarkan perhitungan statistik yang terlihat pada tabel 5.6

tersebut diketahui bahwa responden yang berpendapat bahwa ketersediaan

siklamat memadai lebih banyak jumlahnya (68,4%) dibanding responden

yang berpendapat bahwa ketersediaan siklamat siklamat tidak memadai.

7. Distribusi Akses Mendapatkan Siklamat

Distribusi akses mendapatkan siklamat bagi pedagang pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok

Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur tertera

pada tabel berikut.

Tabel 5.7

Distribusi Akses Mendapatkan Siklamat Bagi Pedagang PJAS di

Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur Tahun 2015

Kategori Akses Jumlah (N) Persentase (%)

Mudah

Sukar

39

37

51,3

48,7

Total 76 100

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

78

Berdasarkan perhitungan statistik yang terlihat pada tabel 5.7

tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki akses mudah dalam

mendapatkan siklamat lebih banyak jumlahnya (51,3%) dibanding

responden yang memiliki akses sukar dalam mendapatkan siklamat.

8. Distribusi Peran Pedagang PJAS Lain

Distribusi peran pedagang lain terhadap penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.8

Distribusi Peran Pedagang PJAS Lain Terhadap Penggunaan

Siklamat Berlebih pada PJAS di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang

Timur Tahun 2015

Kategori Pengaruh Jumlah (N) Persentase (%)

Dipengaruhi

Tidak Dipengaruhi

35

41

46,1

53,9

Total 76 100

Berdasarkan perhitungan statistik yang terlihat pada tabel 5.8

tersebut diketahui bahwa responden yang tidak dipengaruhi pedagang

PJAS lain untuk menggunakan siklamat lebih banyak jumlahnya (53,9%)

dibanding responden yang dipengaruhi pedagang PJAS lain.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan tahap lanjutan dari analisis univariat yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

79

variabel dependen. Analisis hubungan antara pengetahuan, sikap,

kepercayaan, nilai, ketersediaan, akses dan pengaruh pedagang lain dengan

penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

dilakukan menggunakan uji Chi-square.

1. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Penggunaan Siklamat Berlebih

Hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan siklamat berlebih

pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur

tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.9

Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

PJAS di SDN Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur Tahun 2015

Pengetahuan

Penggunaan Siklamat

Total Pvalue

OR

(95% CI) Berlebih

Tidak

Berlebih

N % N % N %

Rendah 15 41,7 21 58,3 36 100

0,168

0,476

(0,191-1,190) Tinggi 24 60 16 48,7 40 100

Total 39 51,3 37 42,4 76 100

Berdasarkan hasil analisa statistik seperti yang tertera pada tabel

5.9, diketahui bahwa diantara responden yang menggunakan siklamat

berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS), lebih banyak

responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi mengenai siklamat

(60%) dibanding responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah

mengenai siklamat.

Nilai pValue sebesar 0,168. Hasil ini menunjukkan pvalue > 0,05

yang berarti pada α=5% (0,05) tidak terdapat hubungan yang bermakna

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

80

antara tingkat pengetahuan pedagang dengan penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Analisis statistik juga

menunjukkan nilai odds ratio (OR) sebesar 0,476 yang berarti bahwa

responden yang memiliki pengetahuan yang rendah mengenai siklamat

memiliki kecenderungan untuk menggunakan siklamat berlebih dalam

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) 0,476 kali dibanding responden yang

memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai siklamat.

2. Hubungan Antara Sikap dengan Penggunaan Siklamat Berlebih

Hubungan antara sikap dengan penggunaan siklamat berlebih pada

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang

Timur tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.10

Hubungan Sikap dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS

di SDN Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur Tahun 2015

Sikap

Penggunaan Siklamat

Total pValue

OR

(95% CI) Berlebih

Tidak

Berlebih

N % N % N %

Positif 16 45,7 19 54,3 35 100

0,49

0,659

(0,266 – 1,632) Negatif 23 56,1 18 43,9 41 100

Total 39 51,3 37 48,7 76 100

Berdasarkan hasil analisa statistik seperti yang tertera pada tabel

5.10 tersebut, diketahui bahwa diantara responden yang menggunakan

siklamat berlebih, lebih banyak yang memiliki sikap negatif terhadap

penggunaan siklamat (56,1%) dibanding responden yang memiliki sikap

positif terhadap penggunaan siklamat.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

81

Nilai pValue sebesar 0,49. Hasil ini menunjukkan nilai pvalue >

0,05 yang berarti pada α=5% (0,05) tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara sikap pedagang dengan penggunaan siklamat berlebih

pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Analisis statistik juga

menunjukkan nilai odds ratio (OR) sebesar 0,659 yang berarti bahwa

responden yang memiliki sikap positif terhadap penggunaan siklamat

memiliki kecenderungan untuk menggunakan siklamat berlebih dalam

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) 0,659 kali dibanding responden yang

memiliki sikap negatif mengenai penggunaan siklamat.

3. Hubungan Antara Kepercayaan dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih

Hubungan antara kepercayaan dengan penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.11

Hubungan Kepercayaan dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

PJAS di SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan

Pamulang Timur Tahun 2015

Kepercayaan

Penggunaan Siklamat

Total P

Value

OR

(95% CI) Berlebih

Tidak

Berlebih

N % N % N %

Percaya 13 43,3 17 56,7 30 100

0,348

0,588

(0,233 – 1,488) Tidak Percaya 26 56,5 20 43,5 46 100

Total 39 51,3 37 48,7 76 100

Berdasarkan hasil analisa statistik seperti yang tertera pada tabel

5.11 tersebut, diketahui bahwa diantara responden yang menggunakan

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

82

siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS), lebih banyak

yang tidak percaya bahwa siklamat lebih baik daripada pemanis alami

(56,5%) dibanding responden yang percaya bahwa siklamat lebih baik

daripada pemanis alami.

Nilai pValue sebesar 0,348. Hasil ini menunjukkan pvalue > 0,05

yang berarti pada α=5% (0,05) tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kepercayaan pedagang dengan penggunaan siklamat berlebih pada

pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Analisis statistik juga menunjukkan

nilai odds ratio (OR) sebesar 0,588 yang berarti bahwa responden yang

percaya siklamat lebih baik daripada pemanis alami memiliki

kecenderungan untuk menggunakan siklamat berlebih dalam pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) 0,588 kali dibanding responden yang tidak

percaya siklamat lebih baik daripada pemanis alami.

4. Hubungan Antara Nilai dengan Penggunaan Siklamat Berlebih

Hubungan antara nilai dengan penggunaan siklamat berlebih pada

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri Kelurahan

Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang

Timur tertera pada tabel berikut.

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

83

Tabel 5.12

Hubungan Nilai dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS di

SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang Timur

Tahun 2015

Nilai

Penggunaan Siklamat

Total pValue

OR

(95% CI) Berlebih

Tidak

Berlebih

N % N % N %

Penting 9 42,9 12 57,1 21 100

0,445

0,625

(0,227 – 1,723) Tidak

Penting 30 54,5 25 45,5 55 100

Total 39 51,3 37 48,7 76 100

Berdasarkan hasil analisa statistik seperti yang tertera pada tabel

5.12 tersebut, diketahui bahwa diantara responden yang menggunakan

siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS), lebih banyak

responden yang menilai tidak penting penggunaan siklamat (54,5%)

dibanding responden yang menilai penting penggunaan siklamat.

Nilai pValue sebesar 0,445. Hasil ini menunjukkan nilai pvalue >

0,05 yang berarti pada α=5% (0,05) tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara nilai dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan

jajanan anak sekolah (PJAS). Analisis statistik juga menunjukkan nilai

odds ratio (OR) sebesar 0,625 yang berarti bahwa responden yang menilai

penting penggunaan siklamat memiliki kecenderungan untuk

menggunakan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) 0,625 kali dibanding responden menilai tidak penting penggunaan

siklamat.

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

84

5. Hubungan Antara Ketersediaan Siklamat dengan Penggunaan

Siklamat Berlebih

Hubungan antara ketersediaan siklamat dengan penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah dasar negeri

Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.13

Hubungan Ketersediaan Siklamat dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih pada PJAS di SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang

Barat dan Pamulang Timur Tahun 2015

Ketersediaan

Penggunaan Siklamat

Total P

Value

OR

(95%

CI)

Berlebih Tidak

Berlebih

N % N % N %

Memadai 31 59,6 21 40,4 52 100

0,048

2,952

(1,072–

8,134) Tidak

Memadai 8 33,3 16 66,7 24 100

Total 39 51,3 37 48,7 76 100

Berdasarkan hasil analisa statistik seperti yang tertera pada tabel

5.13 tersebut, diketahui bahwa diantara responden yang menggunakan

siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS), lebih banyak

responden yang berpendapat bahwa ketersediaan siklamat memadai

(59,6%) dibanding responden yang beranggapan bahwa ketersediaan

siklamat tidak memadai.

Nilai pValue sebesar 0,048. Hasil ini menunjukkan nilai pvalue <

0,05 yang berarti pada α=5% (0,05) terdapat hubungan yang bermakna

antara ketersediaan siklamat dengan penggunaan siklamat berlebih pada

pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Analisis statistik juga menunjukkan

nilai odds ratio (OR) sebesar 2,952 yang berarti bahwa responden yang

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

85

berpendapat bahwa ketersediaan siklamat memadai memiliki

kecenderungan untuk menggunakan siklamat berlebih dalam pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) 2,952 kali dibanding responden yang

berpendapat bahwa ketersediaan siklamat tidak memadai.

6. Hubungan Antara Akses Mendapatkan Siklamat dengan Penggunaan

Siklamat Berlebih

Hubungan antara akses mendapatkan siklamat dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah

dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur tertera pada tabel berikut.

Tabel 5.14

Hubungan Akses dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada PJAS

di SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Barat dan Pamulang

Timur Tahun 2015

Akses

Penggunaan Siklamat

Total P

Value

OR

(95% CI) Berlebih

Tidak

Berlebih

N % N % N %

Mudah 25 64,1 14 35,9 39 100

0,038

2,934

(1,155 - 7,454) Sukar 14 37,8 23 62,2 46 100

Total 39 51,3 37 48,7 76 100

Berdasarkan hasil analisa statistik seperti yang tertera pada tabel

5.14 tersebut, diketahui bahwa diantara responden yang menggunakan

siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS), lebih

banyak responden yang memiliki akses mudah dalam mendapatkan

siklamat (64,1%) dibanding responden yang memiliki akses sukar dalam

mendapatkan siklamat.

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

86

Nilai pValue sebesar 0,038. Hasil ini menunjukkan nilai pvalue <

0,05 yang berarti pada α=5% (0,05) terdapat hubungan yang bermakna

antara akses mendapatkan siklamat dengan penggunaan siklamat berlebih

pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Analisis statistik juga

menunjukkan nilai odds ratio (OR) sebesar 2,934 yang berarti bahwa

responden yang memiliki akses mudah dalam mendapatkan siklamat

memiliki kecenderungan untuk menggunakan siklamat berlebih dalam

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) 2,934 kali dibanding responden yang

memiliki akses sukar dalam mendapatkan siklamat.

7. Hubungan Antara Peran Pedagang PJAS Lain dengan Penggunaan

Siklamat Berlebih

Hubungan antara peran pedagang PJAS lain dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di sekolah

dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan

Kelurahan Pamulang Timur tertera pada tabel berikut

Tabel 5.15

Hubungan Peran Pedagang PJAS Lain dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih pada PJAS di SDN Kelurahan Pondok Benda, Pamulang

Barat dan Pamulang Timur Tahun 2015

Peran

Pedagang

Lain

Penggunaan Siklamat

Total P

Value

OR

(95%

CI)

Berlebih Tidak

Berlebih

N % N % N %

Dipengaruhi 17 48,6 18 51,4 35 100

0,818

0,816

(0,330 –

2,013) Tidak

Dipengaruhi 22 53,7 19 46,3 41 100

Total 39 51,3 37 48,7 76 100

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

87

Berdasarkan hasil analisa statistik seperti yang tertera pada tabel

5.15 tersebut, diketahui bahwa diantara responden yang menggunakan

siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS), responden

yang tidak dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan siklamat

lebih banyak jumlahnya (53,7%) dibanding responden yang dipengaruhi

pedagang PJAS lain untuk menggunakan siklamat.

Nilai pValue sebesar 0,818. Hasil ini menunjukkan nilai pvalue >

0,05 yang berarti pada α=5% (0,05) tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara peran pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lain

dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah

(PJAS). Analisis statistik juga menunjukkan nilai odds ratio (OR) sebesar

0,816 yang berarti bahwa responden yang dipengaruhi pedagang PJAS lain

untuk menggunakan siklamat memiliki kecenderungan untuk

menggunakan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) 0,816 kali dibanding responden yang tidak dipengaruhi pedagang

PJAS lain untuk menggunakan siklamat.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

88

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu data pada variabel independen

tidak dapat diperoleh melalui kegiatan observasi dan hanya diperoleh melalui

kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Hal tersebut memungkinkan

terjadinya bias informasi karena peneliti tidak dapat menilai kejujuran

responden dalam melakukan pengisian kuesioner.

B. Penggunaan Siklamat Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS)

Penggunaan siklamat di Indonesia diatur dalam Peraturan Kepala Badan

Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 4 tahun 2014 tentang Batas

Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis. Regulasi tersebut

menjelaskan bahwa siklamat dapat dipergunakan sebagai bahan tambahan

dalam makanan dan minuman dengan memperhatikan batas maksimal yang

diperbolehkan. Makanan pencuci mulut berbasis buah, kue, dan es memiliki

batas maksimal siklamat 250 mg/kg. Sedangkan permen dan kembang gula

memiliki batas maksimal 500 mg/kg (BPOM, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan pedagang pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) di Sekolah dasar negeri Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan

Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur yang menggunakan siklamat

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

89

berlebih lebih banyak jumlahnya (51,3%) dibanding yang tidak menggunakan

siklamat berlebih (48,7%). Hasil tersebut membuktikan pernyataan

Kemenkes (2011) bahwa pangan jajanan anak sekolah (PJAS) banyak

tercemar bahan tambahan kimia, salah satunya siklamat berlebih. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh penelitian Wariyah (2013) yang juga

menunjukkan bahwa sebanyak 8% pangan jajanan anak sekolah di wilayah

Kulonprogo, DIY mengandung pemanis buatan siklamat yang melebihi batas

penggunaan. Selain itu, penelitian Meirina dkk (2012) juga menunjukkan

bahwa 57,1% pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di wilayah MTs Syarif

Hidayah Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan juga positif mengandung

siklamat.

Penggunaan siklamat yang dilakukan 51,3% responden pada umumnya

dikarenakan para pedagang pangan jajanan berusaha untuk mengurangi biaya

produksi sehingga harga jual pangan jajanan yang mereka tawarkan

terjangkau bagi para siswa sekolah dasar. Beberapa orang responden secara

spontan mengatakan bahwa siklamat dapat mengurangi biaya operasional

yang mereka keluarkan untuk produksi pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahanar & Suhanda (2006) yang

menyatakan bahwa harga siklamat lebih murah dibanding gula putih alami

sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Selain itu, penggunaan siklamat

dilakukan karena siklamat paling mudah larut dalam air dibanding pemanis

sintetis lain. Hal ini terlihat dalam hasil studi ini yang menunjukkan bahwa

pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang menggunakan siklamat lebih

banyak berasal dari jenis minuman (89,2%) dibanding makanan. Hasil ini

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

90

juga sekaligus membenarkan pernyataan Sumawinata (2004) yang

menyatakan bahwa siklamat banyak dipergunakan dalam pangan yang

memiliki bahan baku air karena paling mudah larut dalam air.

Alasan lain yang mendorong penggunaan siklamat dalam pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) adalah rasanya yang lebih manis dibanding pemanis

alami. Sebanyak 46% responden setuju bahwa siklamat jauh lebih manis

dibanding pemanis alami. Alasan ini sekaligus membenarkan pernyataan

Lanywati (2001) yang mengatakan bahwa para pedagang pangan lebih

memilih untuk menggunakan siklamat dibanding pemanis alami karena

memiliki tingkat kemanisan tiga puluh kali lipat dibanding pemanis alami

sehingga pemakaian sedikit sudah menimbulkan rasa manis, tidak memiliki

nilai kalori sehingga tidak meningkatkan kandungan gula darah dan tidak

menyebabkan rasa pahit seperti kebanyakan pemanis buatan lainnya.

Maraknya penggunaan siklamat dalam pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah, pihak sekolah

maupun orang tua siswa. Hal tersebut dikarenakan konsumsi siklamat

berlebih dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Bakteri organik dalam

saluran gastrointestinal dapat mengubah siklamat yang dikonsumsi menjadi

senyawa cyclohexilamine (Lu, 1995). Senyawa cyclohexylamine adalah

senyawa bersifat toksik karena dapat menimbulkan gangguan kardiovaskular

dan terhentinya perkembangan testis (Nollet, 2004). Selain itu, senyawa

cyclohexilamine dapat menyebabkan ketidaksuburan dan keguguran janin

(Duslo, 2011). Paparan senyawa ini berulang-ulang juga dapat menyebabkan

kerusakan hati dan ginjal (NJDH, 2010). Berdasarkan hasil uji laboratorium

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

91

pada hewan uji, pemberian siklamat dalam dosis tinggi dapat menyebabkan

tumor kandung kemih, paru, limpa dan menyebabkan kerusakan genetik

(BPOM, 2008).

Langkah yang dapat dilakukan aparat pemerintah dan dinas kesehatan

setempat untuk mengantisipasi bahaya konsumsi pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) yang mengandung siklamat berlebih di wilayah Kelurahan Pondok

Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pamulang Timur adalah

dengan memperketat pengawasan terhadap kualitas dan keamanan pangan

jajanan anak sekolah (PJAS). Pihak sekolah berperan dalam memberikan

edukasi bagi pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) dan melakukan

pemeriksaan mutu dan keamanan PJAS secara berkala. Sedangkan orang tua

berperan dalam mengawasi kebiasaan jajan anak, mengarahkan dan

memberikan pemahaman terhadap anak dalam memilih pangan jajanan yang

aman dan bergizi.

C. Pengetahuan dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih

pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah

perilaku sesorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan hasil dari

tahu yang terjadi melalui proses sensori khusunya mata dan telinga terhadap

objek tertentu (Sunaryo, 2002). Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Pengalaman dan

penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

92

lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Efendi & Makhfudli, 2009).

Pertanyaan mengenai variabel pengetahuan diukur menggunakan

kuesioner melalui 8 buah pertanyaan tentang pengertian, regulasi dan dampak

penggunaan siklamat bila dilakukan secara berlebih. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan

tinggi mengenai siklamat lebih banyak jumlahnya (52,6%) dibanding

responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai siklamat.

Sebanyak 46 responden (60,5%) telah mengetahui bahwa siklamat merupakan

pemanis buatan yang diperbolehkan penggunaannya dengan batas maksimal

yang telah ditetapkan pemerintah, meskipun mereka belum mengetahui secara

pasti berapa batas maksimal penggunaan siklamat dalam makanan dan

minuman. Selain itu, 53 responden (69,7%) juga mengetahui bahwa

penggunaan siklamat berlebih dapat menimbulkan gangguan kesehatan dalam

jangka waktu yang panjang (kronis) meskipun mereka belum mengetahui

secara spesifik jenis gangguan kesehatan yang terjadi akibat konsumsi

siklamat berlebih.

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan pedagang dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hasil penelitian

tersebut tidak membuktikan teori Green dan Kreuter (2005) yang menyatakan

bahwa pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku

seseorang. Penelitian Larasati (2007) juga mendukung hasil studi ini dengan

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

93

pengetahuan pedagang dengan penggunaan siklamat dalam sirup tanpa merk

di Semarang.

Salah satu faktor yang menyebabkan tidak terdapatnya hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan pedagang dengan penggunaan siklamat

berlebih adalah ketidaksesuaian antara pengetahuan responden dengan

perilaku yang ditunjukkan. Menurut Yuliani (2007), kurangnya pengetahuan

tentang bahaya penggunaan bahan tambahan pangan menyebabkan para

pedagang makanan menggunakan bahan tambahan pangan secara berlebih.

Akan tetapi, penelitian ini menunjukkan hasil yang bertentangan dengan

pernyataan tersebut. Hasil tersebut didukung dengan hasil analisa tabel silang

yang menunjukkan bahwa diantara responden yang menggunakan siklamat

berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang diproduksi, lebih

banyak responden (60%) yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai

siklamat dibanding responden yang memiliki pengetahuan yang rendah

mengenai siklamat. Hasil penelitian ini membuktikan pernyataan Sarwono

(2007) yang mengatakan bahwa pengetahuan yang positif atau tinggi tidak

selamanya akan diikuti dengan praktik yang sesuai.

Penggunaan siklamat berlebih yang dilakukan oleh responden dengan

tingkat pengetahuan yang tinggi pada umumnya dikarenakan adanya manfaat

finansial yang mereka dapatkan dari penggunaan siklamat juga dapat

mendorong responden dengan tingkat pengetahuan yang tinggi untuk

menggunakan siklamat secara berlebihan dalam pangan jajanan yang mereka

produksi. Sebanyak 32 responden (42,1%) menyatakan sikap setuju bahwa

penggunaan siklamat dapat mengurangi biaya operasional dibanding

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

94

penggunaan gula murni. Selain itu, ketidakpedulian pedagang akan dampak

kesehatan yang terjadi bila konsumen mengkonsumsi pangan yang

mengandung siklamat berlebih. Salah satu responden secara spontan

mengatakan bahwa dampak kesehatan akibat mengkonsumsi pangan jajanan

yang mengandung siklamat berlebih menjadi urusan konsumen, bukan

merupakan tanggung jawab para pedagang pangan jajanan anak sekolah

(PJAS).

Faktor lain yang menyebabkan penggunaan siklamat berlebih oleh

pedagang dengan pengetahuan yang tinggi mengenai siklamat adalah akses

yang mudah dalam mendapatkan siklamat dan ketersediaannya yang

memadai turut mempengaruhi perilaku penggunaan siklamat berlebih yang

dilakukan responden. Sebanyak 61,7% responden mengaku bahwa

ketersediaan siklamat memadai dan dapat mereka peroleh setiap saat ketika

dibutuhkan. Akses yang mereka miliki dalam mendapatkan siklamat juga

tergolong mudah. Sebanyak 64,1% responden yang menggunakan siklamat

berlebih mengaku mudah mendapatkan siklamat. Akses yang mudah dan

ketersediaan siklamat semakin mempermudah para pedagang pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) untuk menggunakannya secara berlebih.

Peran pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kepedulian

pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) terhadap bahaya konsumsi

siklamat berlebih pada konsumen mereka. Pemerintah melalui dinas

kesehatan maupun instansi terkait lainnya perlu meningkatkan pengawasan

mengenai mutu dan kualitas pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang

beredar. Selain itu, perlu pemerintah perlu mempertegas pemberian sanksi

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

95

bagi para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang masih

menggunakan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

yang diproduksinya.

D. Sikap dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup tersebut (Sunaryo, 2002). Sikap menggambarkan

suka atau tidak suka sesorang terhadap suatu objek dan membuat seseorang

mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini mengukur sikap responden menggunakan kuesioner

dengan pernyataan negatif yang diberi jawaban sangat setuju, setuju, biasa

saja, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Variabel sikap dikelompokkan

menjadi dua, yaitu sikap positif dan sikap negatif. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa responden yang memiliki sikap negatif mengenai

penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih

banyak jumlahnya (53,9%) dibanding responden yang memiliki sikap positif

mengenai penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah

(PJAS). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Purwaningsih (2010)

yang mengemukakan bahwa sebagian besar pedagang es lilin di Kelurahan

Srondol Wetan dan Pedalangan (64%) tidak mendukung penggunaan pemanis

sintetis berlebih pada pangan yang dijualnya. Selain itu, hasil penelitian ini

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

96

juga didukung oleh penelitian Novita dan Adriyani (2013) juga menunjukkan

bahwa 53% pedagang jajanan di SDN Pucang I dan IV Sidoarjo tidak

mendukung penggunaan pemanis sintetis berlebih pada pangan yang

dijualnya.

Sikap terhadap suatu objek akan mempengaruhi perilaku seseorang

terhadap objek tersebut. Kasemin (2003) mengungkapkan bahwa seseorang

yang memiliki sikap negatif terhadap suatu objek cenderung untuk tidak

setuju, menjauhi, menghindari, membenci, menolak atau tidak menyukai

objek tersebut. Seseorang yang memiliki sikap negatif terhadap penggunaan

siklamat berlebih memiliki kecenderungan untuk menghindari penggunaan

siklamat berlebih. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak membuktikan

pernyataan tersebut. Analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara

responden yang menggunakan siklamat berlebih, lebih banyak yang memiliki

sikap negatif terhadap siklamat berlebih (56,1%) dibanding responden yang

memiliki sikap positif terhadap siklamat berlebih.

Ketidaksesuaian antara sikap negatif responden dengan perilaku

penggunaan siklamat berlebih tersebut membuktikan pernyataan Purnawanto

(2010) yang mengatakan bahwa sikap yang positif maupun negatif terhadap

suatu hal atau objek belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk perilaku

yang sesuai dengan sikapnya tersebut. Selain itu, hasil ini juga membuktikan

pernyataan Efendi & Makhfudli (2009) yang mengatakan bahwa suatu sikap

belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.

Penggunaan siklamat berlebih yang lebih banyak dilakukan oleh

responden dengan sikap negatif terhadap penggunaan siklamat dalam

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

97

penelitian ini menyebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara

sikap pedagang dengan penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan

anak sekolah (PJAS). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Larasati

(2007) yang juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara sikap pedagang dengan penggunaan siklamat dalam sirup tanpa merk

di Semarang.

Sikap negatif responden terhadap siklamat berlebih yang tidak

diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Salah satu faktor yang menyebabkan responden yang memiliki sikap negatif

namun tetap menggunakan siklamat berlebih adalah adanya pengaruh dari

orang lain. Salah satu responden sempat mengatakan kepada penulis bahwa ia

menggunakan siklamat karena ayahnya menggunakan bahan baku ini

sebelumnya. Selain itu, responden lainnya mengatakan bahwa pemilik toko

bahan kue yang menjual siklamat sering menawarkan siklamat kepada para

pedagang pangan.

Faktor lain yang menyebabkan responden dengan sikap negatif tetap

menggunakan siklamat berlebih adalah ketidaktahuan mereka secara pasti

mengenai batas maksimal siklamat dalam makanan dan minuman. Sebanyak

71 orang responden (93,4%) tidak mengetahui secara pasti berapa kadar

maksimal siklamat dalam makanan dan minuman meskipun mereka

mengetahui bahwa siklamat boleh dipergunakan dalam makanan dan

minuman dengan batas tertentu. Selain itu, manfaat finansial dari penggunaan

siklamat mendorong para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

untuk menggunakan siklamat diabnding pemanis alami. Seperti yang telah

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

98

dijelaskan sebelumnya, pemanis alami yang disubstitusi dengan siklamat

dapat mengurangi biaya produksi pangan.

Cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sikap negatif terhadap

penggunaan siklamat menjadi suatu perbuatan yang nyata adalah dengan

sosialisasi mengenai kadar maksimal siklamat yang diperbolehkan dalam

pangan kepada para pedagang pangan jajanan anak sekolah. Selain itu,

kegiatan promosi kesehatan dengan teknik pendidik sebaya (peer education)

juga dapat dilakukan agar para pedagang pangan dapat saling mengingatkan

untuk tidak terpengaruh pihak lain yang menawarkan penggunaan siklamat

sebagai bahan baku pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang mereka

produksi

E. Kepercayaan dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih

pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Kepercayaan merupakan keyakinan bahwa suatu fenomena atau objek

benar atau nyata (WHO, 2000). Kepercayaan merupakan salah satu faktor

predisposisi yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Kepercayaan

adalah hal-hal yang diyakini seseorang dan dianggap benar, mengenai diri

sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya yang memengaruhi perasaan dan

perilakunya sehari-hari (Martono & Joewana, 2006). Biasanya kepercayaan

diterima tanpa bukti bahwa kepercayaan tersebut terbukti kebenarannya

(WHO, 2000).

Kepercayaan dalam penelitian ini diukur dengan tiga buah pertanyaan

seputar mitos bahwa penggunaan siklamat lebih baik dibanding pemanis

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

99

alami menggunaan pilihan percaya atau tidak percaya. Pernyataan yang

digunakan adalah siklamat lebih baik dibanding pemanis alami karena tidak

menyebabkan kenaikan gula darah, dapat membantu mengontrol berat badan

(diet) dan lebih baik untuk kesehatan gigi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak

percaya siklamat lebih baik dibanding pemanis alami jumlahnya lebih banyak

(60,5%) dibanding responden yang percaya siklamat lebih baik dibanding

pemanis alami. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masih ada responden yang

mempercayai manfaat siklamat yang lebih baik dibanding pemanis alami

meskipun jumlahnya lebih sedikit dibanding yang tidak percaya bahwa

siklamat yang lebih baik dibanding pemanis alami. Oleh karena itu, dapat

dikatakan hasil ini membuktikan pernyataan dari Calorie Control Council

(2015) yang menyebutkan bahwa sebagian masyarakat percaya bahwa

siklamat lebih baik dan lebih bermanfaat dibanding pemanis alami karena

tidak menyebabkan kenaikan gula darah sehingga cocok untuk penderita

diabetes, cocok untuk menjaga berat badan bagi orang yang sedang diet

karena tidak memiliki nilai kalori sehingga tidak menyebabkan kenaikan

berat badan dan tidak menyebabkan kerusakan gigi seperti pemanis alami

pada umumnya.

Pedagang tidak percaya siklamat lebih baik dibanding pemanis alami

seperti yang terlihat dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh tingkat

pengetahuan sebagian besar responden yang juga tinggi. Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, responden dengan tingkat pengetahuan tinggi

mengenai siklamat lebih banyak jumlahnya (52,6%) dibanding responden

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

100

yang mempunyai pengetahuan rendah. Kepercayaan berhubungan dengan

dunia pemikiran dan praktek dengan dunia perilaku sehingga kepercayaan

dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan gagasan (Parekh, 2008). Oleh karena

itu, pengetahuan yang tinggi mengenai bahaya penggunaan siklamat berlebih

pada sebagian besar responden akan mempengaruhi tingkat kepercayaan

responden sehingga responden tidak percaya bahwa siklamat membawa

manfaat lebih baik dibanding penggunaan pemanis alami.

Faktor lain yang dapat menyebabkan responden tidak percaya bahwa

siklamat lebih baik dibanding pemanis alami adalah kepercayaan responden

yang dipengaruhi oleh sesama pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Menurut Suhaemi (2002), kepercayaan seseorang mengenai suatu hal dapat

dipengaruhi lingkungan sekitarnya karena manusia bersifat sistem terbuka

yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Oleh

karena itu, para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang tidak

percaya bahwa penggunaan siklamat lebih baik dibanding pemanis alami

dapat mempengaruhi para pedagang lain sehingga pedagang lain juga

memiliki anggapan bahwa siklamat tidak lebih baik dibanding pemanis alami

sehingga memiliki kepercayaan serupa mengenai penggunaan siklamat

berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang

menggunakan siklamat, lebih banyak yang tidak percaya bahwa siklamat

lebih baik daripada pemanis alami (56,5%) dibanding responden yang

percaya bahwa siklamat lebih baik daripada pemanis alami. Hasil ini

bertentangan dengan pernyataan Ramdan (2009) bahwa kepercayaan terhadap

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

101

suatu produk akan mendorong konsumen untuk menggunakan produk

tersebut. Selain itu, hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara kepercayaan pedagang dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hasil ini juga

tidak membuktikan pernyataan Green & Kreuter (2005) yang menyebutkan

bahwa kepercayaan masyarakat terhadap suatu objek mempengaruhi perilaku

terhadap objek tersebut.

Meskipun tidak mempercayai manfaat siklamat, namun responden lebih

banyak yang menggunakan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak

sekolah (PJAS). Hal tersebut dapat terjadi karena para pedagang pangan

merasakan manfaat finansial dari penggunaan siklamat dalam proses produksi

pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Keadaan tersebut diperparah dengan

kenyataan bahwa siklamat mudah didapatkan di pasaran dengan jumlah yang

sangat memadai. Penulis sempat melakukan observasi untuk mengetahui

kemudahan mendapatkan siklamat dengan mendatangi toko yang

menyediakan bahan baku kue di sekitar pasar tradisional serta Kelurahan

Pamulang Barat dan Pondok Benda dan bertanya apakah toko-toko tersebut

menjual siklamat. Berdasarkan observasi tersebut diketahui bahwa siklamat

dapat dengan mudah diperoleh di toko kue yang banyak terdapat di sekitar

pemukiman penduduk maupun pasar tradisional.

Pemerintah perlu menanggulangi maraknya penggunaan siklamat dengan

melakukan penyediaan bahan baku pemanis alami bagi para pedagang pangan

jajanan dengan harga yang relatif terjangkau. Hal tersebut dimaksudkan agar

para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) tidak berminat untuk

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

102

menggunaan siklamat secara berlebih demi mendapat keuntungan finansial.

Langkah tersebut diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

gangguan kesehatan bagi para siswa sekolah dasar akibat konsumsi siklamat

berlebih dari pangan jajanan yang mereka konsumsi.

F. Nilai dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat Berlebih pada

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman berarti atau

tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan

seseorang, tetapi tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah

atau benar (Soeroso, 2006). Nilai adalah suatu bagian penting dari

kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat diterima

kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh

masyarakat di mana tindakan itu dilakukan (Narwoko & Suyanto, 2004).

Pengukuran mengenai nilai terhadap penggunaan siklamat dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu penting dan tidak penting.

Pengukuran nilai dilakukan menggunaan empat buah pertanyaan mengenai

kepentingan penggunaan siklamat dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

menurut responden. Penilaian penting terhadap penggunaan siklamat dapat

diwujudkan dalam tindakan menggunakan siklamat dalam pangan yang

diproduksinya, menyimpan cadangan siklamat dan merasa suatu kesalahan

atau kekurangan bila tidak menggunakan siklamat dalam pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) yang diproduksi.

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

103

Hasil penelitian menunujukkan bahwa responden yang menilai tidak

penting penggunaan siklamat lebih banyak jumlahnya (72,4%) dibanding

responden yang menilai penting penggunaan siklamat. Hasil penelitian ini

bertentangan dengan pernyataan Praja (2015) yang mengatakan bahwa bahan

tambahan pangan kimiawi, seperti siklamat dinilai penting bagi sebagian

besar industri pangan karena dapat memberi keuntungan maksimal dalam

proses produksi makanan atau minuman.

Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang

menggunakan siklamat, lebih banyak responden yang menilai tidak penting

penggunaan siklamat (54,5%) dibanding responden yang menilai penting

penggunaan siklamat. Hasil tersebut juga diperkuat dengan hasil uji statistik

yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

nilai dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah

(PJAS). Hasil penelitian ini berlawanan dengan pernyataan Suhaemi (2002)

yang mengatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang berharga, keyakinan

yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati

nuraninya sehingga menjadi pertimbangan terhadap suatu tindakan untuk

mengambil keputusan berperilaku. Seseorang yang menilai tidak penting

terhadap penggunaan siklamat seharusnya menghindari penggunaanya, akan

tetapi hasil penelitian ini menunjukkan hasil sebaliknya karena responden

yang menilai tidak penting penggunaan siklamat justru sebagian besar

menggunakannya secara berlebih.

Penggunaan siklamat berlebih yang tidak berhubungan dengan penilaian

pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) menunjukkan bahwa siklamat

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

104

bukan merupakan bahan baku yang diutamakan oleh pedagang dalam

produksi pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini terlihat dari hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang menilai tidak penting

penggunaan pemanis sintetis sikalamat beranggapan bahwa mereka tidak

merasakan suatu hal yang janggal apabila tidak menggunakan siklamat dalam

pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Penggunaan siklamat dinilai tidak penting oleh sebagian besar responden.

Akan tetapi, sebagian besar responden yang menganggap tidak penting

penggunaan siklamat tersebut menggunakan siklamat berlebih dalam pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) yang diproduksinya. Hal tersebut dikarenakan

kebutuhan para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) untuk

mendapatkan produk yang memiliki cita rasa manis sesuai dengan keinginan

konsumen namun tetap dapat menekan biaya produksi. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, siklamat merupakan pemanis sintetis yang memiliki

tingkat kemanisan 30-80 kali dibanding pemanis alami. Penggunaan pemanis

sintetis ini meskipun dalam jumlah sedikit sudah menimbulkan rasa manis

sehingga dapat menekan biaya produksi (Lanywati, 2001). Hal tersebut

terlihat dalam hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 26

responden (34,2%) menyatakan sikap setuju bahwa siklamat dapat membuat

biaya produksi menjadi lebih murah. Selain itu siklamat yang tidak

meninggalkan rasa pahit membuat pedagang pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) lebih memilih siklamat dibanding pemanis sintetis lainnya.

Penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) dapat membahayakan kesehatan para konsumen yang sebagian besar

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

105

merupakan anak usia sekolah. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah

antisipasi dalam meningkatkan kesadaran pedagang pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) untuk menghindari penggunaan siklamat berlebih. Langkah

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan promosi kesehatan melalui

petugas kesehatan, pendidik sebaya dan TOT (training of trainer). Selain itu,

dinas kesehatan setempat juga perlu melakukan pemeriksaan laboratorium

kandungan siklamat dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS) secara rutin

untuk menghindari kemungkinan konsumsi siklamat oleh para siswa sekolah

dasar.

G. Ketersediaan Siklamat dan Hubungannya dengan Penggunaan Siklamat

Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Ketersediaan fasilitas merupakan salah satu faktor pemungkin yang

menyebabkan suatu perubahan perilaku. Pengetahuan dan sikap saja belum

menjamin terjadinya perilaku, masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk

memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Ketersediaan fasilitas sangat dipengaruhi oleh lokasi, dapat dijangkau oleh

masyarakat atau tidak, serta kecukupan fasilitas tersebut sesuai dengan

kebutuhan masyarakat yang memerlukannya (Effendy, 1997). Ketersediaan

siklamat dalam penelitian ini diukur menggunakan empat buah pertanyaan

dalam kuesioner seputar jumlah siklamat yang tersedia di toko dimana para

responden biasa membeli siklamat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpendapat bahwa

ketersediaan siklamat memadai lebih banyak jumlahnya (67,1%) dibanding

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

106

responden yang memiliki persepsi bahwa ketersediaan siklamat siklamat

tidak memadai (32,9%). Hasil tersebut menggambarkan bahwa siklamat

mudah didapatkan oleh para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di

wilayah Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan

Pamulang Timur. Sebanyak 45 responden (59,2%) mengaku biasa

mendapatkan dan menemukan siklamat di toko kue yang berlokasi di sekitar

tempat tinggal mereka. Hasil ini mendukung pernyataan Apriadji (2007)

bahwa siklamat banyak dijual di pasar tradisional tanpa merk dengan nama

“gula biang”. Hasil ini juga didukung oleh penelitian Lestari (2012) melalui

kegiatan observasi yang menyatakan bahwa pemanis buatan yang berada di

Pasar Gubug Kota Semarang tersedia dalam jumlah yang sangat banyak

sekali.

Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang

menggunakan siklamat, lebih banyak responden yang berpendapat bahwa

ketersediaan siklamat memadai (60,8%) dibanding responden yang

berpendapat bahwa ketersediaan siklamat tidak memadai (32%). Hasil

tersebut didukung dengan uji statistik chi square yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan siklamat dengan

penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Hasil penelitian tersebut membuktikan teori yang dikeluarkan WHO (2002)

yang mengungkapkan bahwa semakin banyak bahan tambahan pangan yang

tersedia dapat menjadi faktor pendorong yang semakin memudahkan

seseorang dalam menggunakan bahan tambahan pangan tertentu, termasuk

dalam hal ini bahan tambahan pangan berupa siklamat.

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

107

Hubungan antara ketersediaan siklamat yang memadai dengan

penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

dapat terjadi karena pemanis merupakan salah satu bahan baku utama dalam

kegiatan produksi pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang bercita rasa

manis. Beberapa alasan finansial mendorong para pedagang pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) untuk menggunakan siklamat sebagai pengganti

pemanis alami dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang

diproduksinya. Ketersediaan bahan baku yang memadai dapat mempermudah

seorang pedagang pangan untuk memproduksi pangan yang hendak dijajakan.

Semakin banyak bahan baku yang tersedia dalam suatu proses produksi,

maka semakin mudah seorang pedagang menggunakannya dalam proses

produksi. Semakin banyak bahan tambahan pangan yang tersedia dapat

menjadi faktor pendorong yang semakin memudahkan seseorang dalam

menggunakan bahan tambahan pangan tertentu, termasuk siklamat (WHO,

2000). Oleh karena itu, tersedianya siklamat yang memadai memberi

pengaruh kepada para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) untuk

menggunakannya dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang mereka

produksi.

Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) pada umunya mengetahui

bahwa siklamat tersedia di toko yang menyediakan bahan baku pembuatan

kue berdasarkan informasi yang diberikan oleh pemilik toko. Beberapa orang

responden sempat mengatakan kepada penulis bahwa pemilik toko tempat

mereka membeli bahan baku PJAS seringkali memberitahu bahwa toko

mereka menyediakan siklamat yang mereka kenal dengan gula biang dan

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

108

menawarkannya kepada para penjual pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Akan tetapi, meskipun mereka mengetahui bahwa ketersediaan siklamat

banyak ditemui di pasaran, tidak semua pedagang PJAS membeli siklamat

sebagai bahan baku pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang mereka jual.

Menurut Kasali (2005), sebagian dari industri pangan berskala kecil tidak

terpengaruh untuk menggunakan bahan tambahan pangan berbahaya untuk

mempertahankan citra mereka di hadapan konsumen sehingga mereka dapat

mempertahankan target konsumen dari produk yang dihasilkan.

Pemerintah sebagai lembaga yang berwenang dalam peredaran bahan

baku produksi pangan perlu menerapkan langkah untuk mengantisipasi

banyaknya pedagang yang menggunakan siklamat berlebih dalam pangan

jajanan anak sekolah (PJAS). Cara yang dapat dilakukan untuk

mengantisipasi bahaya siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah

adalah dengan membatasi produksi dan pasokan siklamat di pasaran.

Pemerintah juga perlu memperbanyak pasokan pemanis alami dengan harga

yang terjangkau dan kualitas yang baik. Ketersediaan pemanis alami yang

lebih banyak dibanding siklamat diharapkan dapat mengurangi penggunaan

siklamat yang dilakukan oleh para pedagang pangan.

H. Akses Mendapatkan Siklamat dan Hubungannya dengan Penggunaan

Siklamat Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi

tata guna lahan yang berinteraksi satu sama lain, sehingga menentukan mudah

atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Aksesibilitas dapat

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

109

diartikan sebagai suatu konsep yang menggabungkan antara sistem

transportasi secara geografis dengan sistem jaringan transportasi sehingga

menimbulkan zona-zona dan jarak geografis yang akan mudah dihubungkan

oleh penyediaan sarana dan prasarana angkutan (Black, 1981).

Pengukuran akses mendapatkan siklamat dalam penelitian ini dilakukan

menggunakan kuesioner mengenai pendapat responden mengenai kemudahan

dalam menemukan lokasi penjualan siklamat beserta jaraknya dari tempat

tinggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki akses

mudah dalam mendapatkan siklamat lebih banyak (51,3%) dibanding

responden yang memiliki akses sukar dalam mendapatkan siklamat (48,7%).

Hasil ini membuktikan pernyataan Kemenkes (2011) bahwa pemanis buatan

sakarin dan siklamat sangat mudah didapatkan dan dijual bebas di pasaran.

Kemudahan para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) dalam

mendapatkan siklamat salah satunya dikarenakan kemudahan sarana

transportasi. Untuk menuju tempat penjualan siklamat pedagang pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) dapat menggunakan kendaraan pribadi. Seperti

dikatehui, sebagian besar penduduk Indonesia telah memiliki kendaraan

pribadi masing-masing, terlebih di wilayah Pamulang Barat yang notabene

merupakan daerah perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak

83,4% responden mengaku menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju

tempat penjualan siklamat yang mereka gunakan. Selain itu, akses

mendapatkan siklamat juga dapat diperoleh melalui sarana transportasi umum

yang banyak terdapat di wilayah Kecamatan Pamulang.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

110

Sebanyak 67% responden mengaku bahwa jarak tempat tinggal mereka

dengan lokasi membeli siklamat lebih dari 500 meter. Akan tetapi, mereka

berpendapat bahwa aksessibilitas mereka mendapatkan siklamat tergolong

mudah. Hal tersebut dikarenakan kemudahan transportasi yang berasal dari

kendaraan pribadi maupun umum. Kondisi ini membuat faktor jarak bukan

satu-satunya elemen yang menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas

(Miro, 2004). Terlebih, kemajuan teknologi yang membuat transportasi

semakin mudah mengakibatkan terjadinya percepatan arus perpindahan dari

satu tempat ke tempat lain (Sitompul, 2004). Percepatan teknologi tersebut

turut mempengaruhi kemudahan para pedagang pangan dalam mendapatkan

siklamat.

Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang

menggunakan siklamat, lebih banyak responden yang memiliki akses mudah

dalam mendapatkan siklamat (64,1%) dibanding responden yang memiliki

akses sukar dalam mendapatkan siklamat (37,8%). Uji chi square

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara akses

mendapatkan siklamat dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan

jajanan anak sekolah (PJAS). Hasil ini membuktikan pernyataan Irmawati

(2014) bahwa kemudahan akses dalam mendapatkan suatu produk

mempengaruhi keputusan untuk membeli dan menggunakan produk tersebut,

karena konsumen pada dasarnya menyukai produk yang mudah didapat dan

hanya memerlukan sedikit usaha untuk mendapatkannya. Mudahnya akses

mendapatkan siklamat secara otomatis mempermudah para pedagang pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) untuk menggunakannya dalam pangan jajanan

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

111

yang mereka produksi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Lestari (2011)

yang menyatakan bahwa penjual jamu gendong yang dijual di pasar gubug

menjual jamu gendong yang menggunakan siklamat karena mudahnya

mendapatkan siklamat.

Kemudahan akses dalam mendapatkan siklamat dapat mendorong para

pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) untuk menggunakannya

sebagai bahan baku pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang mereka

produksi. Hal tersebut dikarenakan para pedagang membutuhkan pemanis

sebagai bahan baku pangan jajanan yang mereka produksi. Penggunaan

pemanis alami dapat menyebabkan biaya produksi meningkat, sehingga para

pedagang perlu bahan baku lain pengganti pemanis alami. Keberadaan

siklamat yang mudah didapat tentu merupakan sebuah peluang besar bagi

para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal tersebut terlihat dari

pernyataan salah satu responden yang mengatakan bahwa siklamat yang

mudah didapat merupakan salah satu alasan kuat bagi para pedagang pangan

untuk menggunakannya dalam pangan yang mereka produksi.

Pemerintah perlu membatasi akses para pedagang pangan dengan

siklamat. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberi lisensi dan

persayaratan khusus bagi setiap orang atau badan usaha yang menjual

siklamat agar tidak setiap orang dengan mudah menjual siklamat. Dengan

cara tersebut maka diharapkan penjual siklamat tidak terlalu banyak dan

memiliki jarak yang berdekatan. Selain itu, pembelian siklamat juga perlu

dibatasi agar tidak menimbulkan resiko penjualan kembali (reseller) oleh

oknum yang tidak bertanggung jawab.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

112

I. Peran Pedagang PJAS Lain dan Hubungannya dengan Penggunaan

Siklamat Berlebih pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang. Faktor lingkungan yang mendorong perilaku seseorang

adalah kerabat, teman sejawat maupun lingkungan sekitar lainnya.

Lingkungan kerja, termasuk teman sejawat merupakan elemen organisasi

yang mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan perilaku individu.

Pengukuran variabel peran pedagang PJAS lain dilakukan dengan tiga

buah pertanyaan dalam kuesioner seputar peran pedagang PJAS lain dalam

mengenal siklamat, ajakan pedagang PJAS lain dan informasi kadar siklamat

yang diperbolehkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

responden (50%) dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan

siklamat dan sebagian lainnya (50%) tidak dipengaruhi pedagang PJAS lain

untuk menggunakan siklamat dalam pangan jajanan yang diproduksinya. Dari

hasil tersebut dapat diketahui bahwa para pedagang pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) tidak seluruhnya mengenal siklamat dari rekan sesama

pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hasil ini membuktikan

pernyataan Kemenkes (2011) yang mengatakan pengetahuan terhadap suatu

objek tidak hanya berasal dari lingkungan, akan tetapi media juga turut

berperan dalam mengenalkan masyarakat terhadap suatu objek yang dapat

mempengaruhi perilaku individu (Kemenkes, 2011).

Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang

menggunakan siklamat, lebih banyak responden yang tidak dipengaruhi

pedagang PJAS lain untuk menggunakan siklamat (55,3%) dibanding

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

113

responden yang dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan

siklamat (47,4%). Selain itu, hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara peran pedagang PJAS lain dengan

penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS).

Hasil ini bertentangan dengan teori dari BPOM (2012) yang mengungkapkan

bahwa salah satu faktor yang mendorong penggunaan bahan tambahan

pangan pada pedagang pangan adalah karena adanya pengaruh dari pedagang

lain yang menggunakan bahan tambahan pangan tersebut.

Peran pedagang PJAS lain yang tidak berhubungan dengan perilaku

penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

dikarenakan tidak semua pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

mengenal siklamat dari rekan sesama pedagang PJAS. Berdasarkan hasil

penelitian, diketahui bahwa sebanyak 78% responden mengaku tidak

memperoleh informasi mengenai siklamat dari pedagang pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) lain.

Informasi mengenai siklamat di kalangan pedagang pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) tidak hanya berasal dari sesama pedagang pangan jajanan

anak sekolah (PJAS). Informasi dapat pula berasal dari media massa,

lingkungan lain atau pengaruh keluarga. Sebanyak 49% responden mengaku

mengetahui siklamat atau yang mereka kenal dengan nama gula biang dari

pemilik toko tempat mereka membeli bahan baku pangan jajanan. Selain itu,

sebanyak 28% responden mengaku mengenal siklamat karena informasi dari

orang tua atau keluarganya yang juga memiliki profesi sebagai pedagang

pangan jajanan.

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

114

Penggunaan siklamat dalam pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang

diproduksi oleh pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang

mengenal siklamat dari orang tua atau keluarganya merupakan suatu hal yang

lumrah. Hal tersebut dikarenakan keluarga merupakan tempat dimana

seseorang pertama kali melakukan interaksi dengan orang lain. Keluarga

memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan watak seseorang.

Keadaan keluarga akan sangat mempengaruhi perilaku orang yang menjadi

anggota keluarga tersebut (Sugiharsono, et. al, 2008).

Media berperan dalam menumbuhkan pengetahuan masyarakat yang

dapat mempengaruhi perilaku individu (Kemenkes, 2011). Salah satu sumber

yang dapat mengenalkan siklamat pada masyarakat adalah media massa,

terutama media elektronik berupa internet. Dewasa ini, media online melalui

internet bukan merupakan suatu hal yang asing bagi masyarakat. Hampir

seluruh lapisan masyarakat saat ini dapat menggunakan internet karena akses

yang semakin mudah. Para pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

juga berpotensi untuk mengenal siklamat dari media online karena

banyaknya iklan penjualan siklamat yang terpasang melalui media internet,

sehingga semakin memudahkan para pedagang pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) untuk mengenal dan memperoleh siklamat sebagai bahan baku

pangan jajanan yang mereka produksi.

Penggunaan siklamat berlebih dalam pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) perlu dikendalikan. Pengendalian dapat dilakukan dengan memberi

kesadaran kepada pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) bahwa

penggunaan siklamat berlebih merupakan suatu tindakan yang merugikan

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

115

konsumen melalui kegiatan penyuluhan kepada para pedagang pangan

jajanan anak sekolah (PJAS). Selain itu, para pedagang pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) dianjurkan untuk tidak memperkenalkan siklamat kepada

keluarganya, teman sesama pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

maupun rekan lainnya.

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

116

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih banyak yang

menggunakan siklamat berlebih (51,3%).

2. Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih banyak yang

memiliki tingkat pengetahuan tinggi mengenai siklamat (52,6%).

3. Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih banyak yang

memiliki sikap negatif terhadap penggunaan siklamat berlebih (53,9%).

4. Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih banyak yang tidak

percaya manfaat siklamat (60,5%).

5. Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih banyak yang menilai

tidak penting penggunaan siklamat (72,4%).

6. Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih banyak yang

beranggapan bahwa ketersediaan siklamat siklamat memadai (68,4%).

7. Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih banyak yang

memiliki akses mudah dalam mendapatkan siklamat (51,3%).

8. Pedagang pangan jajanan anak sekolah (PJAS) lebih banyak yang tidak

dipengaruhi pedagang PJAS lain untuk menggunakan siklamat (46,1%).

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

117

9. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

pedagang dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) (pValue = 0,168).

10. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap pedagang dengan

penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

(pValue= 0,49).

11. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepercayaan pedagang

dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) (pValue= 0,348).

12. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara nilai dengan penggunaan

siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) (pValue=

0,445).

13. Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan siklamat dengan

penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS)

(pValue= 0,048).

14. Terdapat hubungan yang bermakna antara akses mendapatkan siklamat

dengan penggunaan siklamat berlebih pada pangan jajanan anak sekolah

(PJAS) (pValue= 0,038).

15. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara peran pedagang pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) lain dengan penggunaan siklamat berlebih

pada pangan jajanan anak sekolah (PJAS) ) (pValue= 0,818).

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

118

B. SARAN

1. Bagi Sekolah

a. Memperketat pengawasan dan memantau secara berkala kualitas pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) di wilayah sekolah masing-masing.

b. Memberi penyuluhan dan sosialisasi kepada orangtua dan siswa untuk

lebih cermat dalam memilih pangan jajanan anak sekolah (PJAS) guna

menghindari bahaya konsumsi siklamat berlebih oleh para siswa.

c. Melakukan penyaringan (screening) sehingga pedagang pangan jajanan

anak sekolah (PJAS) yang berjualan di sekitar sekolah hanyalah

pedagang yang telah memenuhi persyaratan keamanan pangan sehingga

tidak berbahaya bila dikonsumsi para siswa..

2. Bagi Instansi Pemerintah

a. Memperketat pengawasan terhadap peredaran dan kualitas pangan

jajanan anak sekolah (PJAS).

b. Menyediakan pasokan pemanis alami yang lebih memadai dengan harga

yang terjangkau.

c. Mempertegas pemberian sanksi bagi para pedagang pangan jajanan anak

sekolah (PJAS) yang menggunakan siklamat berlebih dalam pangan yang

mereka produksi.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang

diduga berhubungan dengan perilaku penggunaan siklamat berlebih.

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

119

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melihat perilaku penggunaan

siklamat berlebih pada jenis makanan lain.

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

120

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.

Jakarta : Rajawali Press

Anshoriy, Nasruddin & GKR Pembayun. 2008. Pendidikan Berwawasan

Kebangsaan. Yogyakarta : LkiS

Anwar, Faisal & Ali Khomsan. 2009. Makanan Tepat, Badan Sehat.

Jakarta:Hikmah

Apriadji, Wied Harry. 2007. Cake dan Kue Manis Tanpa Gula, Tanpa Pewarna

Sintetis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Badan Keamanan Pangan Bangka. 2014. Pentingnya Keamanan Pangan Segar.

Bangka : Bidang Ketahanan Pangan Subbid Konsumsi dan Keamanan

Pangan. Diakses dari http://bkp.bangka.go.id/donlot/pentingnya.pdf tanggal

12 Mei 2015 pukul 21.50 WIB

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2006.

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah. Diakses dari

http://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/146/KEAMANAN-

PANGAN-JAJANAN-ANAK-SEKOLAH--PJAS-.html tanggal 13 Mei 2015

pukul 20.32 WIB

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2008.

Kajian Keamanan Bahan Tambahan Pangan. Dikutip dari

www2.pom.go.id/nonpublic/makanan/standard/News1.html tanggal 2 Mei

2014 pukul 4.52 WIB

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2002.

Materi Penyuluhan Keamanan Pangan Bagi Penyuluh Keamanan Pangan

Industri Rumah Tangga. Jakarta : Deputi Bidang Pengawasan Keamanan

Pangan dan Bahan Berbahaya Direktorat Surveilans dan Penyuluhan

Kemanan Pangan BPOM RI

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2012.

Laporan Tahunan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 2011.

Jakarta : BPOM RI

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 2014. Sehat Duniaku Menuju

Generasi Emas yang Sehat dan Berkualitas. Dikutip dari

http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/225/Sehat-Duniaku-Menuju-

Generasi-Emas---yang-Sehat-dan-Berkualitas.html tanggal 1 Mei 2015 pukul

4:48 WIB

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

121

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan. 2011.

Rencana Strategis Pembangunan Kota Tangerang Selatan 2011-2016.

Tangerang Selatan : Bappedal Kota Tangerang Selatan

Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 01-2893-1994 tentang Cara Uji Pemanis

Buatan. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional

Bere, E et al. 2006. Determinants of Adolescents’s soft drink Consumption.

Journal of Public Health (Online) Vol. 11 No. 1. Dikutip dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov tanggal 1 Juli 2015

Bintarto, R. 1989. Interaksi Kota Desa dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia

Indonesia

Black, J.A. 1981. Urban Transporting Planning : Theory and Practice. London :

Cromm Helm

Budijanto, Didik. 2007. Populasi, Sampling dan Besar Sampel. Jakarta : Pusat

Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

Callahan, Joan R. 2011. 50 Health Scares That Fizzled. California : ABC-CLIO,

LLC

Calorie Control Council (CCC). 2015. Cyclamate. Diakses dari

http://www.caloriecontrol.org/sweeteners-and-lite/sugar-

substitutes/cyclamate#Regulatory-Status tanggal 30 Agustus 2015 pukul

13.23 WIB

Cahanar, P. & Irwan Suhanda. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta : Kompas

Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta :

EGC

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC

Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2009. Sistem Keamanan

Pangan Terpadu : Pangan Jajanan Anak Sekolah. Jakarta : BPOM RI

Damayanti, Diana. 2011. Makanan Anak Usia Sekolah : Tips Memberi Makan

Anak Usia Sekolah plus 25 Resep Praktis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Danim, Sudarwan. 2002. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta :

EGC

Duslo. 2011. GPS Safe Summary : Cyclohexylamine. Dikutip dari

www.duslo.sk/sites/default/files/gps_cha.pdf tanggal 2 Mei 2015 pukul 02.05

Efendi, Ferrry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunnitas : Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

122

Effendy, Nasrul. 1997. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta : EGC

Fuad, M; Christine H. Nurlela; Sugiarto; Paulus; Y.E.F. 2006. Pengantar Bisnis.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Green, Lawrence W & Marshall Kreuter. 2005. Health Program Planning : an

Educational and Ecological Approach 4th edition. New York : McGraw-Hill

Habsah. 2012. Gambaran Pengetahuan Pedagang Mi Basah Terhadap Perilaku

Penambahan Boraks dan Formalin pada Mi Basah di Kantin-Kantin

Universitas X Depok Tahun 2012. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia

Hakim, Lukman. 2012. Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam

Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-

Muttaqin Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim vol. 10

No.1-2012. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hastono, S. P. 2001. Modul Analisis Data. Jakarta : Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Hartati, Hendri. 2007. Analisis Manajemen Pengawasan dan Pengendalian

Penyalahgunaan Formalin di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 2, Oktober 2007.

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo

International Food Additional Council. 2013. Food Additives Booklet. Diakses

dari http://www.foodadditives.org/pdf/Food_Additives_Booklet.pdf tanggal

13 Mei 2015

Irmawati, L.1. 2015. Manajemen Pemasaran di Rumah Sakit : Buku Ajar

Pedoman Praktis S1 Administrasi Rumah Sakit. Kediri : Institut Ilmu

Kesehatan University Press

Kasdu, Dini. 2004. Anak Cerdas. Jakarta : Puspa Swara

Kasali, Rhenald. 2005. Sembilan Fenomena Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Kasemin, Kasiyanto. 2003. Analisis Wacana Pencabutan TAP MPRS/XXV/1966.

Yogyakarta: LKiS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2011. Jejaring

Informasi Pangan dan Gizi. Volume XVII No.2 tahun 2011. Diakses dari

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/LEMBAR-

INFORMASI-NO-2-2011.pdf tanggal 13 Mei 2015 pukul 20.37 WIB

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

123

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2011. Pedoman

Kemanan Pangan di Sekolah Dasar. Jakarta : Direktorat Bina Gizi

Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2011. Hati-hati

Jangan Jajan Sembarangan. Diakses dari

http://www.gizikia.depkes.go.id/837/ tanggal 15 Desember 2015 pukul 14.30

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Dasar Proses Pengolahan Hasil

Pertanian dan Perikanan. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia

Press

Lanywati, Endang. 2001. Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Kanisius

Larasati, Marissa. 2007. Hubungan Keberadaan Sakarin dan Siklamat pada Sirup

Tanpa Merk dengan Pengetahuan, Sikap dan Tingkat Pendidikan Pedagang

Es di Pasar Johar Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro

Lestari, Dewi. 2011. Analisis Adanya Kandungan Pemanis Buatan (Sakarin dan

Siklamat)pada Jamu Gendong di Pasar Gubug Grobogan. Skripsi. Semarang

: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik. Yogyakarta : LkiS

Makfoeld, Djarir dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta :

Kanisius

Martono, L.H & Satya Joewana. 2006. Modul Latihan Pemulihan Pecandu

Narkoba Berbasisi Masyarakat. Jakarta : Balai Pustaka

Maulana, Heri D. J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Miro, Fedel. 2004. Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga

Mulyatiningsih, Rudi. 2004. Bimbingan Pribadi-Sosial, Belajar dan Karir :

Petunjuk Praktis Diri Sendiri. Jakarta : Grasindo

Nabors, Lyn O’Brien. 2001. Alternative Sweeteners Third Edition. New York :

Marcel Dekker

Narwoko, J Dwi & Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta : Kencana Media Grup

New Jersey Department of Health (NJDH). 2010. Cyclamate: Hazardous

Substance Fact. Trenton : New Jersey Department of Health

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

124

Nollet, Leo M.L. 2004. Handbook of Food Analysis : Second Edition. New York :

Marcell Decker

Noriko, Nita, Eka Pratiwi, Angelia Yulita dan Dewi Elfidasari. 2011. Studi Kasus

Terhadap Zat Pewarna, Pemanis Buatan dan Formalin pada Jajanan Anak di

SDN Telaga Murni 03 dan Tambun 04 Kabupaten Bekasi. Jurnal Al-Azhar

Indonesia Seri Sains dan Teknologi Vol.1 No.2, September 2011

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :

Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta :

Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Novita, Santi & Retno Adriyani. 2013. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pedagang

Jajanan tentang Pemakaian Natrium Siklamat dan Rhodamin B. Jurnal

Promosi Kesehatan Vol.1 No. 2 Desember 2013: 192-200

Nuraini, Heny. 2007. Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal.

Jakarta : Qultum Media

Parekh, Bhikhu. 2008. Rethinking Multiculturalism : Keberagaman Budaya dan

Teori Politik. Yogyakarta : Kanisius

Partana, Crys Fajar. 2008. Seri IPA Kimia 2. Jakarta : Quadra

Pella, Darmin Ahmad & Afifah Inayati. 2011. Talent Management. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan,

Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 6

tahun 2014, nomor 73 tahun 2014, nomor 41 tahun 2014 dan nomor 81 tahun

2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan

Sekolah/Madrasah

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 4 tahun 2014

tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan

Pangan

Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu dan Gizi

Pangan

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

125

Praja, Denny Indra. 2015. Zat Aditif Makanan : Manfaat dan Bahayanya.

Yogyakarta : Garudhawaca

Purnawanto, Budy. 2010. Manajemen SDM Berbasis Proses: Pola Pikir Baru

Mengelola SDM pada Era Knowledge Economy. Jakarta : Grasindo

Purwaningsih, Retno; Rahayu Astuti & Trixie Salawati. 2010. Penggunaan

Natrium Siklamat pada Es Lilin Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap

Pedagang di Kelurahan Srondol Wetan dan Pedalangan Kota Semarang.

Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 Nomor 02 Tahun 2010

Purwosutjipto, H.M.N. 1999. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1

Pengetahuan Dasar Hukum Dagang. Jakarta : Djambatan

Ramdan, Anton. 2009. Membongkar Jaringan Bisnis Yahudi di Indonesia. Jakarta

: Media Islamika

Rangkuti, Freddy. 2002. The Power of Brands : Teknik Mengelola Brand Equity

dan Strategi Pengembangan Mereka + Analisis Kasus dengan SPSS. Jakarta :

Gramedia pustaka Utama

Saliswijaya, Aan Dani. 2004. Himpunan Peraturan Tentang Class Action. Jakarta

: Gramedia Pustaka Utama

Saparinto, Cahyo & Diana Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta

: Kanisius

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori

Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka

Seto, Sagung. 2001. Pangan dan Gizi. Bogor : Penerbit Institut Pertanian Bogor

Press

Simamora, Bilson. 2000. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama

Sitompul, Einar M. 2004. Gereja Menyikapi Peubahan. Jakarta : BPK Gunung

Mulia

Smith, James. 1991. Food Additive User’s Handbook. London : Blackie and Son

Soeroso, Andreas. 2006. Sosiologi SMA Kelas X. Jakarta : Yudhistira

Sugiharsono, I. Wayan Legawa, Teguh Dalyono. 2008. Contextual Learning Ilmu

Pengetahuan Sosial. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

126

Sugiharto, B & Agus Rachmat. 2000. Wajah Baru Etika dan Agama. Yogyakarta :

Kanisius

Suhaemi, Mimin Emi. 2002. Etika Keperawatan : Aplikasi pada Praktik. Jakarta :

EGC

Sukmadinata, N.S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Sumawinata, Narlan. 2004. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

Sunaryo. 2002. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Suyanti. 2010. Panduan Mengolah 20 Jenis Buah. Jakarta : Penebar Swadaya

Syah, Dahrul. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor :

Penerbit Institut Pertanian Bogor

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Bandung : Imperial Bahakti Utama

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 Tentang Pangan

Vries, John De. 1996. Food Safety and Toxicity. Heerlen : Open University of

Netherland

Vasudevan, D.M, Sreekumari S dan Kannan Vaidyanathan. 2013. Textbook of

Biochemistry for Medical Students : Seven Edition. New Delhi : Jaypee

Brothers Medical Publishers

Wariyah, Chatarina & Sri Hartati Candra Dewi. 2013. Penggunaan Pengawet dan

Pemanis Buatan pada Pangan Janjanan Anak Sekolah (PJAS) di Wilayah

Kabupaten Kulonprogo-DIY. Jurnal Agritech Vol.33 Nomor 2, Mei 2013

Wasis. 2006. Pedomen Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC

Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

World Health Organization (WHO). 2000. Food Borne Disease : a Focus for

Health Education. Geneva : World Health Organization

World Health Organization (WHO). 2015. Food Borne Disease. Diakses dari

http://www.who.int/topics/foodborne_diseases/en/ tanggal 15 Mei 2015 pukul

12.06 WIB

Yuliani, Sri. 2007. Formalin dan Masalahnya. Warta Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Vol.29 No.5 Tahun 2007. Jakarta : Balai Besar

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

127

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Depatemen Pertanian

Republik Indonesia

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

128

LAMPIRAN 1

LEMBAR KESEDIAAN RESPONDEN

Assalamualaikum Wr.Wb

Saya Nurul Fajriatipratika Putri mahasiswa Kesehatan Lingkungan Program

Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang

melakukan penelitian mengenai FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN PEMANIS SINTETIS

SINKLAMAT BERLEBIH PADA PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

(PJAS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN PONDOK BENDA,

KELURAHAN PAMULANG BARAT DAN KELURAHAN PAMULANG

TIMUR TAHUN 2015.

Saya berharap bapak/ibu bersedia menjadi responden penelitian saya dengan

menjawab pertanyaan yang ada di kuesioner ini. Tidak ada jawaban yang benar

maupun salah dalam setiap jawaban yang anda berikan.Informasi yang anda

berikan akan kami jaga kerahasiaannya. Jika anda bersedia dimohon untuk

menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.

Responden

(...........................)

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN PEMANIS SINTETIS

SIKLAMAT BERLEBIH PADA PANGAN JAJANAN ANAK

SEKOLAH (PJAS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN

PONDOK BENDA, KELURAHAN PAMULANG BARAT DAN

KELURAHAN PAMULANG TIMUR TAHUN 2015

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

129

A. Identitas Responden

A.1 Nama

A.3 Lokasi Berjualan

A.2 Nomor Telpon

B. Pengetahuan

Berilah tanda silang (√) pada salah satu pilihan jawaban di bawah!

No. Pertanyaan Jawaban

B.1 Gula biang adalah pemanis buatan yang lebih manis

30 kali lipat daripada gula biasa.

1. Benar

2. Salah

3. Tidak Tahu

[ ]

B.2 Gula biang dipakai untuk orang yang terkena

penyakit kencing manis supaya gula darahnya tidak

naik.

1. Benar

2. Salah

3. Tidak Tahu

[ ]

B.3 Apakah gula biang boleh dipakai dalam makanan

dan minuman?

1. Boleh

2. Tidak Boleh

3. Tidak tahu.

[ ]

B.4 Apakah pemakaian gula biang harus dibatasi?

1. Tidak (Bebas)

2. Ya

[ ]

Nomor

r

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

130

3. Tidak tahu.

B.5 Apakah anda tahu batas maksimal pemakaian gula

biang dalam makanan dan minuman?

1. Tahu (Tulis jumlahnya ......)

2. Tidak tahu

[ ]

B.6 Kelebihan gula biang daripada gula murni adalah

rasanya lebih manis, tidak ada rasa pahit dan

harganya lebih murah.

1. Benar

2. Salah

3. Tidak Tahu

[ ]

B.7 Berapa lama waktu terjadinya penyakit kalau banyak

mengkonsumsi gula biang?

1. Cepat (Langsung sakit)

2. Lama (bertahun-tahun)

3. Tidak Tahu

[ ]

B.8 Mandul, penyakit jantung, penyakit hati dan penyakit

ginjal adalah penyakit yang muncul karena banyak

makan gula biang.

1. Benar

2. Salah

3. Tidak Tahu

[ ]

B.9 Tidak ada manfaat gula biang bagi badan kita, yang

ada hanya penyakit.

1. Benar

2. Salah

3. Tidak Tahu

[ ]

C. Sikap

Berilah tanda chekclist (√) pada salah satu pilihan jawaban berikut !

No. Pertanyaan Sangat

Setuju

Setuju Biasa

Saja

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

131

Setuju

C.1 Gula biang lebih baik

dari gula murni karena

lebih manis dari gula

murni dan cocok dengan

makanan dingin atau

panas..

C.2 Gula biang harganya

lebih murah dibanding

gula murni.

C.3 Menggunakan gula

biang pada

makanan/minuman lebih

hemat daripada gula

murni.

C.4 Menggunakan gula

biang dalam jumlah

banyak pada makanan

jajanan diperbolehkan.

C.5 Penggunaan gula biang

dalam jumlah banyak

tidak menimbulkan

penyakit.

C.6 Memakai gula biang

tidak usah diatur

batasnya.

C.7 Konsumsi gula biang

berguna bagi tubuh.

C.8 Memakai gula biang

dalam jumlah banyak

pada makanan jajanan

tidak membahayakan

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

132

pertumbuhan dan

kecerdasan para siswa.

C.9 Penggunaan gula biang

pada makanan jajanan

lebih aman daripada

penggunaan gula murni.

C.10 Penggunaan gula biang

dalam pangan jajanan

anak sekolah tidak perlu

dicampur gula murni.

D. Kepercayaan

Berilah tanda chekclist (√) pada salah satu kolom jawaban yang anda pilih

dari setiap penyataan berikut !

No. Pertanyaan Percaya Tidak

Percaya

D.1 Gula biang lebih sehat daripada gula murni

karena tidak menyebabkan penyakit kencing

manis.

D.2 Gula biang cocok untuk diet karena tidak

membuat gemuk.

D.3 Gula biang tidak membuat sakit gigi.

E. Nilai

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda

pada pernyataan berikut!

(E.1) Anda sering memakai gula biang dalam membuat makanan dan

minuman.

a. Ya

b. Tidak

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

133

(E.2) Anda punya cadangan gula biang (stock) di rumah.

a. Ya

b. Tidak

(E.3) Anda merasa kalau memakai gula biasa dalam makanan rasanya kurang

manis.

a. Ya

b. Tidak

(E.4) Bila tidak menggunakan gula biang dalam makanan/minuman manis,

anda merasa ada sesuatu yang kurang.

a. Ya

b. Tidak

F. Ketersediaan Gula biang

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda

pada pertanyaan berikut!

(F.1) Apakah toko yang menjual gula biang membatasi jumlah pembelian?

a. Ya

b. Tidak

(F.2) Apakah menurut anda banyak jumlah toko yang menjual gula biang di

sekitar tempat tinggal anda?

a. Ya

b. Tidak

(F.3) Apakah menurut anda jumlah gula biang di pasaran dapat mencukupi

kebutuhan pembeli?

a. Ya

b. Tidak

G. Akses

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda

pada pertanyaan berikut!

(G.1) Dimana anda biasa menemukan gula biang ?

a. Pasar

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

134

b. Warung

c. Lainnya (sebutkan) ........................................

(G.2) Apakah menurut anda tempat yang menjual gula biang mudah dicari?

a. Mudah

b. Susah

(G.3) Berapa kira-kira jarak antara rumah anda dengan tempat membeli gula

biang ?

a. Tidak lebih dari 2 kilometer

c. Lebih dari 2 kilometer

(G.4) Bagaimana cara anda pergi ke tempat yang menjual gula biang?

a. Naik angkutan umum / kendaraan pribadi

b. Jalan kaki

H. Peran Pedagang PJAS Lain

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda

pada pertanyaan berikut!

(H.1) Apakah anda mengenal gula biang dari pedagang lain?

a. Ya

b. Tidak

(H.2) Apakah pedagang itu pernah memberi tahu berapa batas gula biang

yang boleh dipakai dalam makanan?

a. Ya

b. Tidak

(H.3) Apakah pedagang itu pernah mengajak anda memakai gula biang

dalam jajanan yang anda jual?

a. Ya

b. Tidak

TERIMA KASIH :)

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

135

LAMPIRAN 2

HASIL UJI KUANTITATIF PEMANIS SINTETIS SIKLAMAT PADA

PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) DI KELURAHAN

PONDOK BENDA, KELURAHAN PAMULANG BARAT DAN

KELURAHAN PAMULANG TIMUR TAHUN 2015

Padat

No. Jenis PJAS Lokasi Batas

Maksimum

yang

Diizinkan

(mg/kg)

Kadar

Siklamat

(mg/kg)

Keterangan

1 Roti isi SDN Parakan 1 dan 2 500 0 Tidak

Berlebih

2 Pisang coklat SDN Parakan 1 dan 2 500 10 Tidak

Berlebih

3 Kue leker SDN Pondok Benda 1,

4 & 5

500 170 Tidak

Berlebih

4 Pisang coklat SDN Pondok Benda 2,

3 & 6

500 0 Tidak

Berlebih

5 Crepes SDN Pondok Benda 2,

3 & 6

500 0 Tidak

Berlebih

6 Gulali SDN Pondok Benda 2,

3 & 6

500 70 Tidak

Berlebih

7 Martabak SDN Pondok Benda 2,

3 & 6

500 70 Tidak

Berlebih

8 Selai roti isi SDN Pamulang 1 1000 0 Tidak

Berlebih

9 Kue cubit SDN Pamulang 1 500 0 Tidak

Berlebih

10 Kue lumpur SDN Pamulang 1 500 0 Tidak

Berlebih

11 Pisang coklat SDN Pamulang 1 500 0 Tidak

Berlebih

12 Gulali SDN Pamulang

Permai

500 620 Berlebih

13 Pisang keju SDN Pamulang

Permai

500 20 Tidak

Berlebih

14 Kue leker selai

strawberry

SDN Pamulang

Permai

1000 0 Tidak

Berlebih

15 Selai roti bakar SDN Pamulang 1000 180 Tidak

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

136

Permai Berlebih

16 Martabak mini SDN Pamulang 2 500 0 Tidak

Berlebih

17 Kue pancong SDN Pamulang 2 500 0 Tidak

Berlebih

18 Kue coklat SDN Pamulang 2 500 180 Tidak

Berlebih

19 Kue ape SDN Pamulang Barat 500 30 Tidak

Berlebih

20 Klepon SDN Pamulang Barat 500 0 Tidak

Berlebih

21 Pisang coklat SDN Pamulang Barat 500 0 Tidak

Berlebih

22 Gulali SDN Pamulang Barat 500 30 Tidak

Berlebih

23 Kue putu SDN Pamulang

Timur 1 dan 2

500 0 Tidak

Berlebih

24 Martabak selai

blueberry

SDN Pamulang

Timur 1 dan 2

1000 0 Tidak

Berlebih

25 Kue cubit coklat SDN Pamulang Indah 500 80 Tidak

Berlebih

26 Martabak mini

coklat

SDN Pamulang Indah 500 120 Tidak

Berlebih

27 Kue leker SDN Pamulang Indah 500 0 Tidak

Berlebih

28 Es selendang

mayang

SDN Pamulang Indah 250 420 Berlebih

29 Crepes SDN Pamulang Indah 500 0 Tidak

Berlebih

30 Gulali S SDN Pamulang

Timur 3

500 0 Tidak

Berlebih

31 Kue laba-laba SDN Pamulang Timur

3

500 0 Tidak

Berlebih

Cair

No. Jenis PJAS Lokasi Batas

Maksimum

yang

Diizinkan

(mg/kg)

Kadar

Siklamat

(mg/kg)

Keterangan

(Berlebih /

Tidak

Berlebih)

1. Es mambo SDN Parakan 1 dan 2 250 250 Tidak Berlebih

2. Es teh SDN Parakan 1 dan 2 250 330 Tidak Berlebih

3. Es campur SDN Parakan 1 dan 2 250 360 Berlebih

4. Es potong SDN Parakan 1 dan 2 250 970 Berlebih

5. Es sirup SDN Parakan 1 dan 2 250 530 Berlebih

6. Es SDN Pondok Benda 1, 4 & 250 800 Berlebih

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

137

No. Jenis PJAS Lokasi Batas

Maksimum

yang

Diizinkan

(mg/kg)

Kadar

Siklamat

(mg/kg)

Keterangan

(Berlebih /

Tidak

Berlebih)

selendang

mayang

5

7. Es doger SDN Pondok Benda 1, 4 &

5

250 350 Berlebih

8. Es susu

coklat

SDN Pondok Benda 1, 4 &

5

250 620 Berlebih

9. Es potong SDN Pondok Benda 1, 4 &

5

250 400 Berlebih

10. Es teh SDN Pondok Benda 1, 4 &

5

250 440 Berlebih

11. Es teh SDN Pondok Benda 2, 3 &

6

250 183 Tidak Berlebih

12. Es susu

coklat

SDN Pondok Benda 2, 3 &

6

250 330 Berlebih

13. Es kue SDN Pondok Benda 2, 3 &

6

250 360 Berlebih

14. Es susu

kocok

SDN Pondok Benda 2, 3 &

6

250 800 Berlebih

15. Es mambo SDN Pondok Benda 2, 3 &

6

250 380 Berlebih

16. Es teh SDN Pamulang 1 250 320 Berlebih

17. Es susu

coklat

SDN Pamulang 1 250 280 Berlebih

18. Es goyang SDN Pamulang 1 250 470 Berlebih

19. Es oyen SDN Pamulang Permai 250 400 Berlebih

20. Jus apel SDN Pamulang Permai 250 280 Berlebih

21. Es campur SDN Pamulang Permai 250 270 Berlebih

22. Es susu

kedelai

SDN Pamulang Permai 250 300 Berlebih

23. Es doger SDN Pamulang 2 250 360 Berlebih

24. Agar-agar SDN Pamulang 2 1000 1328 Berlebih

25. Milkshake SDN Pamulang 2 250 150 Tidak Berlebih

26. Es podeng SDN Pamulang 2 250 360 Berlebih

27. Es cincau SDN Pamulang 2 250 410 Berlebih

28. Es lilin SDN Pamulang Barat 250 260 Berlebih

29. Agar-agar SDN Pamulang Barat 1000 0 Tidak Berlebih

30. Es teh SDN Pamulang Barat 250 320 Berlebih

31. Es serut

sirup

SDN Pamulang Barat 250 250 Tidak Berlebih

32. Es teh manis SDN Pamulang Timur 1

dan 2

250 350 Berlebih

33. Es buah SDN Pamulang Timur 1 250 220 Tidak Berlebih

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

138

No. Jenis PJAS Lokasi Batas

Maksimum

yang

Diizinkan

(mg/kg)

Kadar

Siklamat

(mg/kg)

Keterangan

(Berlebih /

Tidak

Berlebih)

segar dan 2

34. Es capucino

cincau

SDN Pamulang Timur 1

dan 2

250 0 Tidak Berlebih

35. Es dawet

ayu

SDN Pamulang Timur 1

dan 2

250 310 Berlebih

36. Agar-agar SDN Pamulang Timur 1

dan 2

1000 0 Tidak Berlebih

37. Es potong SDN Pamulang Timur 1

dan 2

250 340 Berlebih

38. Es cendol SDN Pamulang Indah 250 450 Berlebih

39. Es susu

campur

SDN Pamulang Tengah 250 320 Berlebih

40. Es teh manis SDN Pamulang Tengah 250 340 Berlebih

41. Es susu

kedelai

SDN Pamulang Tengah 250 300 Berlebih

42. Agar-agar SDN Pamulang Tengah 1000 0 Tidak Berlebih

43. Es potong SDN Pamulang Timur 3 250 420 Berlebih

44. Es teh manis SDN Pamulang Timur 3 250 270 Berlebih

45. Es mambo SDN Pamulang Timur 3 250 410 Berlebih

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

139

LAMPIRAN 3

OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

.956 .958 35

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

B1 63.30 136.493 .752 . .953

B2 63.40 138.662 .577 . .955

B3 63.23 139.840 .469 . .955

B4 63.23 138.116 .617 . .954

B5 63.30 139.734 .473 . .955

B6 63.37 139.964 .458 . .955

B7 63.33 138.851 .550 . .955

B8 63.33 136.782 .728 . .954

B9 63.27 138.685 .564 . .955

C1 62.07 134.892 .642 . .954

C2 62.03 138.378 .428 . .956

C3 62.10 137.679 .615 . .954

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

140

C4 62.13 136.533 .693 . .954

C5 62.10 135.128 .736 . .953

C6 62.07 137.237 .593 . .955

C7 62.03 132.999 .724 . .954

C8 62.20 136.441 .773 . .953

C9 62.13 136.533 .484 . .956

C10 62.10 137.334 .477 . .956

D1 63.23 139.013 .540 . .955

D2 63.37 138.930 .547 . .955

D3 63.30 138.700 .561 . .955

E1 63.20 138.648 .578 . .955

E2 63.23 137.495 .671 . .954

E3 63.23 137.771 .647 . .954

E4 63.30 136.700 .734 . .954

F1 63.40 138.800 .565 . .955

F2 63.23 137.495 .671 . .954

F3 63.20 138.924 .554 . .955

G2 63.27 139.789 .470 . .955

G3 63.27 137.857 .635 . .954

G4 63.30 136.976 .710 . .954

H1 63.37 137.137 .702 . .954

H2 63.23 136.461 .762 . .953

H3 63.33 136.989 .710 . .954

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

141

LAMPIRAN 4

OUPUT ANALISIS DATA PENELITIAN

Statistics

Pengetahuan

N Valid 76

Missing 1

Mean 11.29

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pengetahuan .111 76 .062 .968 76 .085

a. Lilliefors Significance Correction

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

142

Statistics

Sikap

N Valid 76

Missing 1

Mean 34.14

Median 35.00

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sikap .151 76 .000 .894 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

143

KategoriSikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Positif 35 45.5 46.1 46.1

Negatif 41 53.2 53.9 100.0

Total 76 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 77 100.0

Statistics

Kepercayaan

N Valid 76

Missing 1

Mean 4.74

Median 5.00

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kepercayaan .224 76 .000 .816 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

TingkatKepercayaan

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

144

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Percaya 30 39.0 39.5 39.5

Tidak Percaya 46 59.7 60.5 100.0

Total 76 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 77 100.0

Statistics

Nilai

N Valid 76

Missing 1

Mean 5.91

Median 6.00

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Nilai .185 76 .000 .874 76 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

145

KategoriNilai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid penting 21 27.3 27.6 27.6

Tidak Penting 55 71.4 72.4 100.0

Total 76 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 77 100.0

Statistics

Ketersediaan

N Valid 76

Missing 1

Mean 5.03

Median 5.00

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Ketersediaan .249 76 .000 .852 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

146

KategoriKetersediaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memadai 52 67.5 68.4 68.4

Tidak Memadai 24 31.2 31.6 100.0

Total 76 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 77 100.0

Statistics

Akses

N Valid 76

Missing 1

Mean 4.53

Median 5.00

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Akses .185 76 .000 .870 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

147

KategoriAkses

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Mudah 39 50.6 51.3 51.3

Sukar 37 48.1 48.7 100.0

Total 76 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 77 100.0

Statistics

Pengaruh_Teman

N Valid 76

Missing 1

Mean 3.71

Median 4.00

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pengaruh_Teman .177 76 .000 .856 76 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

148

PeranTeman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dipengaruhi 35 45.5 46.1 46.1

Tidak Dipengaruhi 41 53.2 53.9 100.0

Total 76 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 77 100.0

Tingkat_Pengetahuan * Status_Siklamat Crosstabulation

Status_Siklamat

Total Berlebih Tidak Berlebih

Tingkat_Pengetahuan Rendah Count 15 21 36

% within

Tingkat_Pengetahuan 41.7% 58.3% 100.0%

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

149

% within Status_Siklamat 38.5% 56.8% 47.4%

Tinggi Count 24 16 40

% within

Tingkat_Pengetahuan 60.0% 40.0% 100.0%

% within Status_Siklamat 61.5% 43.2% 52.6%

Total Count 39 37 76

% within

Tingkat_Pengetahuan 51.3% 48.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 100.0% 100.0% 100.0%

KategoriSikap * Status_Siklamat Crosstabulation

Status_Siklamat

Total Berlebih Tidak Berlebih

KategoriSikap Positif Count 16 19 35

% within KategoriSikap 45.7% 54.3% 100.0%

% within Status_Siklamat 41.0% 51.4% 46.1%

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

150

Negatif Count 23 18 41

% within KategoriSikap 56.1% 43.9% 100.0%

% within Status_Siklamat 59.0% 48.6% 53.9%

Total Count 39 37 76

% within KategoriSikap 51.3% 48.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 100.0% 100.0% 100.0%

TingkatKepercayaan * Status_Siklamat Crosstabulation

Status_Siklamat

Total Berlebih Tidak Berlebih

TingkatKepercayaan Percaya Count 13 17 30

% within

TingkatKepercayaan 43.3% 56.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 33.3% 45.9% 39.5%

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

151

Tidak Percaya Count 26 20 46

% within

TingkatKepercayaan 56.5% 43.5% 100.0%

% within Status_Siklamat 66.7% 54.1% 60.5%

Total Count 39 37 76

% within

TingkatKepercayaan 51.3% 48.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 100.0% 100.0% 100.0%

KategoriNilai * Status_Siklamat Crosstabulation

Status_Siklamat

Total Berlebih Tidak Berlebih

KategoriNilai penting Count 9 12 21

% within KategoriNilai 42.9% 57.1% 100.0%

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

152

% within Status_Siklamat 23.1% 32.4% 27.6%

Tidak Penting Count 30 25 55

% within KategoriNilai 54.5% 45.5% 100.0%

% within Status_Siklamat 76.9% 67.6% 72.4%

Total Count 39 37 76

% within KategoriNilai 51.3% 48.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .831a 1 .362

Continuity Correctionb .429 1 .512

Likelihood Ratio .833 1 .362

Fisher's Exact Test .445 .256

Linear-by-Linear Association .820 1 .365

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,22.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for KategoriNilai

(penting / Tidak Penting) .625 .227 1.723

For cohort Status_Siklamat =

Berlebih .786 .453 1.361

For cohort Status_Siklamat =

Tidak Berlebih 1.257 .786 2.012

N of Valid Cases 76

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

153

KategoriKetersediaan * Status_Siklamat Crosstabulation

Status_Siklamat

Total Berlebih Tidak Berlebih

KategoriKetersediaan Memadai Count 31 21 52

% within

KategoriKetersediaan 59.6% 40.4% 100.0%

% within Status_Siklamat 79.5% 56.8% 68.4%

Tidak Memadai Count 8 16 24

% within

KategoriKetersediaan 33.3% 66.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 20.5% 43.2% 31.6%

Total Count 39 37 76

% within

KategoriKetersediaan 51.3% 48.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.540a 1 .033

Continuity Correctionb 3.549 1 .060

Likelihood Ratio 4.601 1 .032

Fisher's Exact Test .048 .029

Linear-by-Linear Association 4.481 1 .034

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,68.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

154

Odds Ratio for

KategoriKetersediaan

(Memadai / Tidak Memadai)

2.952 1.072 8.134

For cohort Status_Siklamat =

Berlebih 1.788 .973 3.286

For cohort Status_Siklamat =

Tidak Berlebih .606 .392 .936

N of Valid Cases 76

KategoriAkses * Status_Siklamat Crosstabulation

Status_Siklamat

Total Berlebih Tidak Berlebih

KategoriAkses Mudah Count 25 14 39

% within KategoriAkses 64.1% 35.9% 100.0%

% within Status_Siklamat 64.1% 37.8% 51.3%

Sukar Count 14 23 37

% within KategoriAkses 37.8% 62.2% 100.0%

% within Status_Siklamat 35.9% 62.2% 48.7%

Total Count 39 37 76

% within KategoriAkses 51.3% 48.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.243a 1 .022

Continuity Correctionb 4.244 1 .039

Likelihood Ratio 5.304 1 .021

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

155

Fisher's Exact Test .038 .019

Linear-by-Linear Association 5.174 1 .023

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,01.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

KategoriAkses (Mudah /

Sukar)

2.934 1.155 7.454

For cohort Status_Siklamat =

Berlebih 1.694 1.053 2.724

For cohort Status_Siklamat =

Tidak Berlebih .577 .354 .942

N of Valid Cases 76

PeranTeman * Status_Siklamat Crosstabulation

Status_Siklamat

Total Berlebih Tidak Berlebih

PeranTeman Dipengaruhi Count 17 18 35

% within PeranTeman 48.6% 51.4% 100.0%

% within Status_Siklamat 43.6% 48.6% 46.1%

Tidak Dipengaruhi Count 22 19 41

% within PeranTeman 53.7% 46.3% 100.0%

% within Status_Siklamat 56.4% 51.4% 53.9%

Total Count 39 37 76

% within PeranTeman 51.3% 48.7% 100.0%

% within Status_Siklamat 100.0% 100.0% 100.0%

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

156

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .196a 1 .658

Continuity Correctionb .045 1 .832

Likelihood Ratio .196 1 .658

Fisher's Exact Test .818 .416

Linear-by-Linear Association .193 1 .660

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,04.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for PeranTeman

(Dipengaruhi / Tidak

Dipengaruhi)

.816 .330 2.013

For cohort Status_Siklamat =

Berlebih .905 .581 1.411

For cohort Status_Siklamat =

Tidak Berlebih 1.110 .700 1.759

N of Valid Cases 76

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

157

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

158

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

159

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

160

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

161

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

162

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

163

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29633/1/NURUL... · Fungsi Bahan Tambahan Pangan..... 24 3. Jenis Bahan Tambahan Pangan

164

` ̀