faktor-faktor yang berhubungan dengan diabetes melitus...

Download FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES MELITUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25857/1/ERNIATI... · pengaruh globalisasi mengakibatkan ... dominan terhadap

If you can't read please download the document

Upload: doanhanh

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

    DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA LANJUT USIA

    DI POS PEMBINAAN TERPADU

    KELURAHAN CEMPAKA PUTIH

    TAHUN 2012

    SKRIPSI

    OLEH:

    ERNIATI

    NIM: 108101000019

    PEMINATAN GIZI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2013

  • FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN GIZI

    Skripsi, 22 Mei 2013

    ERNIATI, NIM : 108101000019

    Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Lanjut Usia

    di Pos Pembinaan Terpadu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    xiv + 89 halaman, 19 tabel, 9 Grafik, 5 lampiran

    ABSTRAK

    Meningkatnya populasi lansia dan juga terjadinya perubahan gaya hidup akibat

    pengaruh globalisasi mengakibatkan timbulnya transisi epidemiologi dimana terjadi

    pergeseran pola penyakit menular yang diganti oleh penyakit degeneratif. Salah satu

    penyakit degeneratif yang menjadi masalah penting pada lansia adalah diabetes melitus

    (DM) di mana jenis DM pada lansia umumnya adalah DM tipe 2.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

    DM tipe 2 pada lansia di posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini

    merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan

    data dilakukan melalui pengukuran gula darah dengan glucosemeter, wawancara dengan

    kuesioner dan FFQ semikuantitatif serta pengukuran lingkar pinggang dengan pita meteran.

    Responden penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun yang dipilih melalui metode

    simple random sampling. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis data

    univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan uji t independen serta analisis

    data multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM tipe 2 pada lansia sebesar

    21.5%. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan tingkat kemaknaan 10% dapat diketahui

    bahwa faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 adalah konsumsi serat, konsumsi

    magnesium, beban glikemik, aktivitas fisik, dan riwayat keluarga DM. Sedangkan faktor

    yang tidak berhubungan terhadap DM tipe 2 adalah konsumsi lemak, merokok, dan lingkar

    pinggang. Dan berdasarkan hasil uji multivariat diperoleh bahwa faktor risiko yang paling

    dominan terhadap DM tipe 2 adalah riwayat keluarga DM.

    Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan upaya pencegahan dan

    penanggulangan berupa peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat tentang gaya

    hidup sehat dan pola makan yang baik terutama mereka yang sudah memiliki riwayat

    keluarga DM melalui penyuluhan ke sekolah sekolah dengan materi penyuluhan yang

    spesifik untuk penyakit DM, pengadaan kegiatan jalan kaki sore atau senam lansia yang

    dipandu salah satu lansia, pemberian informasi tentang manfaat dan sumber serat yang baik,

    serta pembentukan lebih banyak posbindu agar bisa menjangkau semua lansia yang ada

    dalam kelurahan tersebut.

    Daftar bacaan : 57 (1991 2010)

  • FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

    SPECIALISATION OF NUTRITION

    Undergraduate Thesis, May 22nd

    ,2013

    ERNIATI, NIM: 108101000019

    The Factors That Associated with Type 2 Diabetes Mellitus in Elderly at Posbindu

    Cempaka Putih Village 2012

    xiv + 89 pages, 19 tables, 9 graphs, 5 attachments

    ABSTRACT

    Increased of elderly population and also a change in lifestyle due to the influence of

    globalization resulted in epidemiological transition in which a shift in the pattern of

    infectious diseases replaced by degenerative diseases. One of degenerative diseases which

    is an important problem in elderly is diabetes mellitus (DM) especially type 2 diabetes

    mellitus.

    This study aims to determine the factors that associated with type 2 diabetes in

    elderly at Posbindu Cempaka Putih Village in 2012. This study is an analytic epidemiologic

    study with cross-sectional design. Data is collected by measuring blood sugar with

    glucosemeter, interviews with questionnaires and semiquantitative FFQ and the

    measurement of waist circumference with measuring tape. Respondents of this study were

    elderly aged 60 years that were selected through simple random sampling method.

    Analysis of the data in this study consists of univariate analysis, bivariate analysis using the

    chi-square test and independent t-test and multivariate analysis using multiple logistic

    regression.

    The results showed that the prevalence of type 2 diabetes in the elderly was 21.5%.

    Based on the results of the bivariate test with a significance level of 10% can be known that

    the factors that are associated with type 2 diabetes is the consumption of fiber, magnesium

    intake, glycemic load, physical activity, and family history of diabetes. While the factors

    that are not related to type 2 diabetes is fat consumption, smoking, and waist circumference.

    And based on the results of multivariate analysis, it is found that family history of diabetes

    is the most dominant factor associated with type 2 diabetes mellitus.

    Therefore, it is advisable to carry out prevention and control efforts by increasing

    motivation and awareness of a healthy lifestyle and a good diet, especially those who

    already have a family history of diabetes through counseling to schools with counseling

    materials specific to diabetes, implementing afternoon walk activities or doing gymnastics

    which guided by one of the elderly, providing information about the benefits and good

    sources of fiber and magnesium, as well as the formation of more posbindu in order to

    reach all the elderly in the village.

    Reference: 57 (1991 - 2013)

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Erniati

    Tempat/Tanggal Lahir : Sidojadi, 14 November 1990

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Status : Belum Menikah

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Agama : Islam

    No Telepon/Hp : 085297774831

    Email : [email protected]

    Alamat : Desa Sidojadi, Kec. Bukit Malintang, Kab. Mandailing

    Natal, Sumatra Utara

    Riwayat Pendidikan:

    1996 2002 SD Indpres No 144446 Lumban Dolok

    2002 2005 MTsN Siabu

    2005 2008 MAN 2 Model Padangsidimpuan

    2008 Sekarang Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    UIN Jakarta

    mailto:[email protected]

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

    yang telah memberikan rahmat, karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2

    pada Lanjut Usia di Pos Pembinaan Terpadu Kelurahan Cempaka Putih Tahun

    2012. Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Orang tua dan Abang yang selalu mendoakan dan memberikan support agar

    penulis tetap semangat dalam proses penyusunan skripsi.

    2. Prof. Dr. (hc).dr. M.K Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen

    pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan

    skripsi ini.

    4. Ibu Catur Rosidati, SKM. MKM sebagai dosen pembimbing yang telah

    memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang sudah memberikan

    ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

  • viii

    6. Staf Puskesmas Ciputat Timur dan Kader Kelurahan Cempaka Putih yang telah

    membantu penulis dalam pengambilan data di Kelurahan Cempaka Putih.

    7. Para lansia yang sudah bersedia jadi responden dalam penelitian skripsi ini.

    8. Teman seperjuangan (Eka, Rini, dan Titi) yang telah membantu dalam

    pengambilan data skripsi.

    9. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis

    sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

    karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai

    pihak sehingga menjadi sebuah ilmu dan pembelajaran bagi penulis di masa yang

    akan datang.

    Wassalamualaikum, Wr. Wb.

    Jakarta, 22 Mei 2013

    ERNIATI

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. i

    ABSTRAK ........................................................................................................ ii

    LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iv

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

    DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv

    DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4

    1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 5

    1.4 Tujuan ........................................................................................... 7

    1.5 Manfaat .......................................................................................... 8

    1.6 Ruang Lingkup ............................................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10

    2.1 Lanjut Usia .................................................................................. 10

  • x

    2.2 Diabetes Melitus .......................................................................... 10

    2.3 Kerangka Teori ............................................................................ 22

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 24

    3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 24

    3.2 Definisi Operasional ................................................................... 27

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 30

    4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 30

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 30

    4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 30

    4.4 Pengumpulan Data ....................................................................... 33

    4.5 Pengolahan Data .......................................................................... 37

    4.6 Analisis Data ................................................................................ 40

    BAB V HASIL ................................................................................................. 43

    5.1 Gambaran Umum Posbindu Kelurahan Cempaka Putih ............. 43

    5.2 Analisis Univariat ....................................................................... 44

    5.2.1 Gambaran DM Tipe 2 ........................................................ 44

    5.2.2 Gambaran Konsumsi Serat ................................................ 45

    5.2.3 Gambaran Konsumsi Lemak ............................................. 46

    5.2.4 Gambaran Konsumsi Magnesium ..................................... 47

    5.2.5 Gambaran Beban Glikemik ............................................... 49

    5.2.6 Gambaran Aktivitas Fisik .................................................. 50

    5.2.7 Gambaran Kebiasaan Merokok ......................................... 50

  • xi

    5.2.8 Gambaran Riwayat Keluarga DM ..................................... 51

    5.2.9 Gambaran Lingkar Pinggang ............................................. 51

    5.3 Analisis Bivariat .......................................................................... 52

    5.3.1 Hubungan Konsumsi Serat dengan DM Tipe 2 ................. 52

    5.3.2 Hubungan Konsumsi Lemak dengan DM Tipe 2 .............. 52

    5.3.3 Hubungan Konsumsi Magnesium dengan DM Tipe 2 ...... 53

    5.3.4 Hubungan Beban Glikemik dengan DM Tipe 2 ................ 53

    5.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 .................. 54

    5.3.6 Hubungan Merokok dengan DM Tipe 2 ........................... 54

    5.3.7 Hubungan Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2 ...... 55

    5.3.8 Hubungan Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2 ............. 55

    5.4 Analisis Multivariat ..................................................................... 56

    BAB VI Pembahasan ....................................................................................... 59

    6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 59

    6.2 Gambaran DM Tipe 2 ................................................................. 60

    6.3 Hubungan Konsumsi Serat dengan DM Tipe 2 ........................... 62

    6.4 Hubungan Konsumsi Lemak dengan DM Tipe 2 ........................ 64

    6.5 Hubungan Konsumsi Magnesium dengan DM Tipe 2................. 67

    6.6 Hubungan Beban Glikemik dengan DM Tipe 2 .......................... 68

    6.7 Hubungan Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 ............................. 71

    6.8 Hubungan Merokok dengan DM Tipe 2 ...................................... 73

    6.9 Hubungan Riwayat Keluarga DM dengan DM Tipe 2 ................ 74

  • xii

    6.10 Hubungan Lingkar Pinggang dengan DM Tipe 2 ...................... 76

    BAB VII Simpulan dan Saran .......................................................................... 79

    7.1 Simpulan ..................................................................................... 79

    7.2 Saran ........................................................................................... 81

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    No Tabel Judul Tabel Halaman

    3.1 Definisi Operasional 27

    4.1 Hasil Perhitungan Besar Sampel 31

    5.1 Jumlah Anggota Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    43

    5.2 Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Cempaka

    Putih Tahun 2012

    44

    5.3 Gambaran Konsumsi Serat Pada Lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    45

    5.4 Gambaran Konsumsi Lemak Pada Lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    46

    5.5 Gambaran Konsumsi Magnesium Pada Lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    47

    5.6 Gambaran Beban Glikemik Pada Lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    49

    5.7 Distribusi Rata-rata Konsumsi Serat Berdasarkan DM Tipe

    2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun

    2012

    52

    5.8 Distribusi Rata-rata Konsumsi Lemak Berdasarkan DM

    Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    52

    5.9 Distribusi Rata-rata Konsumsi Magnesium Berdasarkan DM

    Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    53

    5.10 Distribusi Rata-rata Beban Glikemik Berdasarkan DM Tipe

    2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun

    2012

    53

    5.11 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dengan DM

    Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    54

    5.12 Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok dengan

    DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

    Putih Tahun 2012

    54

    5.13 Distribusi Responden Menurut Riwayat Keluarga DM

    dengan DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    55

    5.14 Distribusi Responden Menurut Lingkar Pinggang dengan

    DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

    Putih Tahun 2012

    55

  • xiv

    No Tabel Judul Tabel Halaman

    5.15 Hasil Analisis Bivariat Hasil Analisis Bivariat Faktor-

    Faktor yang Berhubungan dengan DM Tipe 2 Pada Lansia

    di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    57

    5.16 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda antara

    Konsumsi Serat, Konsumsi Magnesium, Beban Glikemik,

    Aktivitas Fisik, dan Riwayat Keluarga DM dengan DM

    Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    57

    5.17 Hasil Analisis Multivariat antara Konsumsi Serat,

    Aktivitas Fisik, dan Riwayat Keluarga DM dengan DM

    Tipe 2 pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    58

    DAFTAR BAGAN

    No Bagan Judul Bagan Halaman

    2.1 Kerangka Teori 23

    3.1 Kerangka Konsep 26

    4.1 Tahapan Penentuan Status DM 35

  • xv

    DAFTAR GRAFIK

    No Grafik Judul Grafik Halaman

    5.1 Distribusi DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    45

    5.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Serat Pada Lansia Posbindu

    di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    46

    5.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak Pada Lansia

    Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    47

    5.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Magnesium Pada Lansia di

    Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    48

    5.5 Distribusi Frekuensi Beban Glikemik Pada Lansia

    Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    49

    5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Pada Lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    50

    5.7 Distribusi Merokok Pada Lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    50

    5.8 Distribusi Riwayat Keluarga DM Pada Lansia Posbindu di

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    51

    5.9 Distribusi Lingkar Pinggang Pada Lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    51

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Form Pernyataan Persetujuan Responden

    Lampiran 2 Form Kuesioner

    Lampiran 3 Form FFQ Semikuantitatif

    Lampiran 4 Hasil Analisis Data

    Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kemajuan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan teknologi yang tengah terjadi

    akibat adanya globalisasi berdampak pada perubahan karakteristik demografi

    masyarakat. Persaingan ekonomi telah mendorong orang untuk mementingkan karir dan

    menunda berkeluarga atau mempunyai anak. Demikian pula, harapan hidup dapat

    diperpanjang akibat kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang telah dicapai saat ini.

    (Sriyana, 2008). Akibat adanya pembangunan di segala bidang tersebut menimbulkan

    terjadinya transisi demografi di mana awalnya kondisi penduduk ditandai dengan tingkat

    fertilitas dan mortalitas yang tinggi yang berubah menjadi keadaan penduduk dengan

    tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah.

    Transisi demografi ini mengubah struktur populasi penduduk menuju ageing

    population yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia).

    Proporsi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama

    30 tahun terakhir dengan populasi 5,3 juta jiwa (4,48 persen dari total keseluruhan

    penduduk Indonesia) pada tahun 1971 menjadi 19,3 juta (8,37 persen dari total

    keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia, 2010). Dan

    menurut proyeksi Bappenas jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih akan meningkat

    dari 18.1 juta pada 2010 menjadi dua kali lipat (36 juta) pada 2025.

    Proses menua menghasilkan perubahan fisiologis yang menyebabkan disfungsi

    organ dan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Fatmah, 2010). Jenis

    1

  • 2

    penyakit yang sering dikaitkan dengan proses penuaan adalah penyakit degeneratif

    (Timmreck, 2004). Meningkatnya populasi lansia dan juga terjadinya perubahan gaya

    hidup akibat pengaruh globalisasi dapat mengakibatkan timbulnya transisi epidemiologi

    dimana terjadi pergeseran pola penyakit menular yang diganti oleh penyakit degeneratif.

    Salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah penting pada lansia adalah

    diabetes melitus (DM).

    DM merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik dimana penderita

    diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak

    mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan glukosa di

    dalam darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh. DM

    sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua

    organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi

    (Misnadiarly, 2006).

    DM jangka panjang menimbulkan rangkaian gangguan metabolik yang

    menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi

    mikrovaskuler yang berkaitan dengan DM meliputi retinopati, nefropati dan neuropati.

    Pengidap DM menghadapi peningkatan risiko untuk menderita penyakit kardiovaskular,

    serebrovaskular dan penyakit vascular perifer (Gibney, 2008).

    Pada lansia komplikasi DM akan lebih cepat muncul dibandingkan dengan

    kelompok usia lainnya. Hal ini disebabkan karena pada lansia sendiri sudah terjadi

    penurunan fungsi sistem organ tubuh yang menjadikan risiko terjadinya komplikasi DM

    pada lansia menjadi lebih besar. Misalnya penyakit katarak, penyakit ini biasa terlihat

    pada orang usia lanjut akibat adanya pengerasan lensa yang tak terhindarkan. Namun,

  • 3

    pada penderita DM penyakit ini bisa muncul sekitar 10 tahun lebih awal daripada non-

    DM (Ali, 2010).

    Pada tahun 2000 Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah pengidap

    diabetes terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dimana posisi

    Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan tetap bertahan dalam daftar 4 besar negara

    dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia dan diprediksi akan terjadi

    kenaikan jumlah pengidap DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi

    sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Wild, 2004).

    DM pada lansia umumnya adalah DM tipe 2 (Misnadiarly, 2006). Menurut hasil

    penelitian Handayani (2003), faktor-faktor risiko DM tipe 2 meliputi inaktivitas, riwayat

    keluarga DM, umur 45 tahun, dan praktik yang buruk dalam mencegah DM.

    Sedangkan menurut Bazzano (2005), faktor-faktor risiko DM yang dapat dimodifikasi

    terdiri dari obesitas, asupan alkohol, merokok, inaktivitas fisik, dan faktor diet seperti

    asupan lemak, serat, serta beban glikemik. Selain itu, Lopez-Ridaura (2004)

    membuktikan bahwa asupan magnesium memiliki hubungan berbanding terbalik dengan

    risiko DM.

    Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh

    bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 55-64 tahun

    menduduki ranking ke-2 baik pada laki-laki (10.5%) maupun perempuan (12%) di mana

    penyebab kematian ke-1 adalah stroke dengan persentase 22.5% pada laki-laki dan

    20.7% pada perempuan. Dan menurut data Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (Dinkes

    Tangsel) tahun 2011, DM juga merupakan penyakit kedua terbanyak pada lansia.

    Dengan demikian, DM masih menjadi masalah kesehatan yang penting pada lansia yang

  • 4

    berada di wilayah Tangerang Selatan, termasuk Kelurahan Cempaka Putih yang menjadi

    wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Itulah sebabnya penulis tertarik untuk

    mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada

    lansia di Kelurahan Cempaka Putih.

    1.2 Rumusan Masalah

    Menurut data Riskesdas (2007), prevalensi DM pada kelompok lansia sudah

    berada di atas prevalensi nasional 1,1%, yaitu sebesar 3,7% pada kelompok usia 55 64

    tahun, 3,4% pada kelompok usia 6574 tahun, dan 3,2% pada kelompok usia 75 tahun

    ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa DM merupakan masalah kesehatan yang penting

    bagi lansia. Menurut data Dinkes Tangsel (2011) DM merupakan penyakit kedua

    terbanyak pada lansia di wilayah Tangsel. Dan penyakit ini juga termasuk dalam daftar

    10 besar penyakit terbanyak pada lansia berdasarkan laporan bulanan (LB1) bulan

    Januari Juni tahun 2012 di Puskesmas Ciputat Timur. Berdasarkan hasil studi

    pendahuluan di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih diperoleh bahwa persentase lansia

    yang menderita DM sebanyak 30%. Persentase ini jauh berada di atas prevalensi

    nasional 1,1%. Dengan demikian, DM masih menjadi masalah kesehatan bagi lansia

    yang terdaftar di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih.

    Faktor risiko terjadinya DM tipe 2 terdiri dari faktor genetik dan faktor

    lingkungan. Faktor genetik terdiri dari riwayat keluarga DM dan etnis/ras. Sedangkan

    faktor risiko lingkungan yang utama untuk terjadinya DM meliputi: usia, obesitas dan

    obesitas pada bagian perut, faktor makanan/gizi serta jarang melakukan aktivitas fisik

    (Gibney, 2008). Faktor diet yang berperan dalam timbulnya DM terdiri dari asupan serat,

  • 5

    konsumsi lemak, alkohol, magnesium dan beban glikemik (Bazzano (2005) dan Lopez

    Ridaura (2004)). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan diperoleh persentase

    lansia yang memiliki tingkat aktivitas fisik kurang sebesar 60%, merokok sebesar 10%,

    yang mempunyai riwayat keluarga DM sebesar 30%, dan yang memiliki ukuran lingkar

    pinggang berisiko sebesar 60%. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

    faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih.

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    1) Bagaimana gambaran DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

    Putih Tahun 2012?

    2) Bagaimana gambaran konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012?

    3) Bagaimana gambaran konsumsi lemak pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012?

    4) Bagaimana gambaran konsumsi magnesium pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012?

    5) Bagaimana gambaran beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012?

    6) Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

    Putih Tahun 2012?

    7) Bagaimana gambaran merokok pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

    Putih Tahun 2012?

  • 6

    8) Bagaimana gambaran riwayat keluarga DM pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    9) Bagaimana gambaran lingkar pinggang pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012?

    10) Apakah ada hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian DM tipe 2 pada

    lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

    11) Apakah ada hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian DM tipe 2 pada

    lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

    12) Apakah ada hubungan antara konsumsi magnesium dengan kejadian DM tipe 2

    pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

    13) Apakah ada hubungan antara beban glikemik dengan kejadian DM tipe 2 pada

    lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

    14) Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2 pada

    lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

    15) Apakah ada hubungan antara merokok dengan kejadian DM tipe 2 pada lansia di

    Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

    16) Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM tipe 2

    pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

    17) Apakah ada hubungan antara lingkar pinggang dengan kejadian DM tipe 2 pada

    lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012?

    18) Apa faktor yang paling dominan berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di

    Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012?

  • 7

    1.4 Tujuan

    1.4.1 Tujuan Umum

    Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia di

    Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    1) Mengetahui gambaran DM tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    2) Mengetahui gambaran konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    3) Mengetahui gambaran konsumsi lemak pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    4) Mengetahui gambaran konsumsi magnesium pada lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    5) Mengetahui gambaran beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    6) Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    7) Mengetahui gambaran merokok pada lansia di Posbindu Kelurahan

    Cempaka Putih Tahun 2012

    8) Mengetahui gambaran riwayat keluarga DM pada lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    9) Mengetahui gambaran lingkar pinggang pada lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

  • 8

    10) Mengetahui hubungan antara konsumsi serat dengan kejadian DM tipe 2

    pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    11) Mengetahui hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian DM tipe 2

    pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    12) Mengetahui hubungan antara konsumsi magnesium dengan kejadian DM

    tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    13) Mengetahui hubungan antara beban glikemik dengan kejadian DM tipe 2

    pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    14) Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2

    pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    15) Mengetahui hubungan antara merokok dengan kejadian DM tipe 2 pada

    lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    16) Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga DM dengan kejadian DM

    tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    17) Mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dengan kejadian DM tipe 2

    pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    18) Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan DM tipe 2

    pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012

    1.5 Manfaat

    1.5.1 Bagi Puskesmas Ciputat Timur

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk

    merancang program kegiatan untuk mengatasi permasalahan DM pada lansia.

  • 9

    1.5.2 Bagi Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

    Kelurahan Cempaka Putih terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada

    lansia sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk menerapkan pola hidup sehat

    yang dapat mencegah penyakit DM.

    1.5.3 Bagi Peneliti lain

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peneliti lain

    untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2 pada lansia secara lebih

    mendetail dan mendalam.

    1.6 Ruang Lingkup

    Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan terhadap DM

    tipe 2 pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini

    merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan

    pada bulan September 2012 Mei 2013 oleh mahasiswa peminatan Gizi Program

    Studi Kesehatan Masyarakat. Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran gula

    darah dengan glucosemeter, wawancara dengan kuesioner dan FFQ semikuantitatif

    serta pengukuran lingkar pinggang dengan pita meteran. Responden penelitian ini

    adalah lansia yang berusia 60 tahun yang dipilih melalui metode simple random

    sampling.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Lanjut Usia

    Lansia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

    perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia

    dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:

    1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45 59 tahun

    2. Lansia (elderly) : usia 60 74 tahun

    3. Lansia tua (old) : usia 75 90 tahun

    4. Usia sangat tua (very old) : usia di atas 90 tahun

    Sedangkan Depkes RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut:

    1. Virilitas (prasenium): masa persiapan usia lanjut yang menampakkan

    kematangan jiwa (usia 55 -59 tahun).

    2. Usia lanjut dini (senescen): kelompok yan mulai memasuki masa usia lanjut dini

    (usia 60 64 tahun).

    3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif: usia di atas

    65 tahun (Fatmah, 2010).

    2.2 Diabetes Melitus (DM)

    2.2.1 Definisi DM

    DM adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa

    darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk

    10

  • 11

    berespons terhadap insulin dan/atau penurunan atau tidak adanya pembentukan

    insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat

    menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan

    sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis (HHNK). Hiperglikemia jangka

    panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit

    ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan

    peningkatan kejadian penyakit makrovaskular, termasuk infark miokard, stroke, dan

    penyakit vascular perifer (Baughman, 2000).

    2.2.2 Diagnosis DM

    Diagnosis harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak

    dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan

    diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara

    pemeriksaaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan

    adalah pemeriksaaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma

    vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya

    dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya (yang melakukan program

    pemantauan kendali mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai dengan kondisi

    setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler

    dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai

    pembakuan oleh WHO (Soegondo, 2005).

    Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM

    berupa poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat

    dijelaskan sebabnya. Jika ada keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu

  • 12

    200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar

    glukosa darah puasa 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM.

    Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang

    baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.

    Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik

    kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl

    pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan

    kadar glukosa darah pasca pembebanan 200 mg/dl (Soegondo, 2005).

    2.2.3 Klasifikasi Etiologi DM

    Klasifikasi etiologi DM dapat dilihat pada tabel berikut

    Tabel Klasifikasi Etiologi Kelainan Glikemia (DM)

    Tipe 1

    (5 10% penderita

    diabetic adalah tipe I)

    Ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial

    atau total oleh sel-sel pankread. Faktor penyebab masih

    belum dimengerti dengan jelas tetapi beberapa virus

    tertentu, penyakit autoimun, dan faktor-faktor genetik

    mungin turut berperan

    Tipe 2

    (90 95% penderita

    diabetic adalah tipe II)

    Ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin

    diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau

    dengan bentuk yang tidak efektif. Ada korelasi genetik

    yang kuat pada tipe diabetes ini dan proses terjadinya

    berkaitan dengan obesitas

    Tipe spesifik lainnya Defek genetik pada sel

    Defek genetik pada kerja insulin

    Penyakit pada kelenjar ensokrin pancreas

    Endokrinopati

    Ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia

  • 13

    Infeksi

    Bentuk immune-mediated diabetes yang langka

    Kadang-kadang sindrom genetik lain yang disertai

    diabetes

    Diabetes gestasional Bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan.

    Kebanyakan, tapi tidak semuanya, akan sembuh setelah

    melahirkan

    Sumber : (Gibney, 2008)

    2.2.4 Faktor Risiko Terjadinya DM Tipe 2

    DM tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan

    lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya

    penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya

    hidup, sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah (Gibney, 2008).

    a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    1) Riwayat Keluarga (Genetik)

    Bukti adanya komponen genetik berasal dari koefisien keselarasan

    (corcodance) DM yang meningkat kepada kembar monozigot, prevalensi DM

    yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes, dan

    prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu (Gibney, 2008).

    Menurut Handayani (2003), riwayat keluarga memiliki pengaruh bermakna

    dengan kejadian DM tipe 2. Risiko untuk terjadi DM tipe 2 pada subyek yang

    memiliki riwayat keluarga DM tipe 2 sebesar 5,9 kali dibandingkan dengan

    mereka yang tidak tahu keluarganya menderita DM tipe 2.

    2) Usia

  • 14

    Pertambahan usia merupakan faktor risiko yang penting untuk DM.

    Hasil penelitian Handayani (2003) membuktikan bahwa umur 45 tahun

    memiliki pengaruh yang bermakna dengan kejadian DM tipe 2. Orang yang

    berusia 45 tahun berisiko terkena DM tipe 2 sebesar 7,5 kali dibandingkan

    dengan mereka yang berumur

  • 15

    b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

    1) Obesitas dan Obesitas pada Perut

    Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya DM.

    Hubungannya dengan DM tipe 2 sangat kompleks. Sekalipun masih berada di

    dalam kisaran berat badan yang dapat diterima, namun kenaikan berat badan

    dapat meningkatkan risiko DM, khususnya jika ada predisposisi familial. Di

    antara faktor-faktor lingkungan, obesitas memiliki korelasi yang paling kuat.

    Risiko terjadinya diabetes meningkat seiring indeks massa tubuh (IMPT)

    meningkat, dan keadaaan ini menunjukkan korelasi dose-response antara

    lemak tubuh dan resistensi insulin. Faktor-faktor yang mungkin

    mempengaruhi resistensi insulin pada obesitas meliputi kadar asam lemak

    yang tinggi di dalam darah yang beredar dan intrasel. Kadar asam lemak

    bebas yang tinggi di dalam darah dan sel ini dapat mempengaruhi fungsi

    insulin (lipotoksisitas) dan sejumlah sitokin yang dilepaskan oleh jaringan

    adipose (adipoksin); sitokin ini meliputi leptin, adinopektin, dan resistin.

    Dibandingkan dengan obesitas, distribusi lemak tubuh lebih penting

    artinya sebagai prediktor DM. Adipositas tubuh bagian atas/obesitas pada

    perut memiliki keterkaitan yang lebih erat dengan DM pada sejumlah

    penelitian cross-sectional dan prospektif (Gibney, 2008). Obesitas pada perut

    atau berbentuk apel (lingkar pinggang> 40 inci untuk pria > 35 inci untuk

    wanita) adalah faktor risiko yang sangat potensial untuk resistensi insulin.

    Resistensi insulin mengurangi pasokan glukosa ke dalam sel. Hal ini akan

    mendorong sel-sel beta pankreas untuk memproduksi dan mengeluarkan

  • 16

    insulin tambahan. Kadar insulin yang lebih tinggi dari normal umumnya

    cukup untuk menjaga glukosa darah terkendali selama beberapa tahun.

    Namun, sel-sel dalam pankreas akan menjadi lelah, karena terlalu banyak

    pekerjaan. Dalam kasus tersebut, produksi insulin semakin lambat atau akan

    terhenti dan, sebagai akibatnya, glukosa menumpuk dalam darah (Brown,

    2005).

    2) Aktivitas Fisik

    Pentingnya gaya hidup kurang gerak sebagai faktor risiko untuk

    diabetes dan efek protektif aktivitas fisik sudah banyak diteliti. Orang yang

    mempertahankan gaya hidup aktif secara fisik mengalami gangguan toleransi

    glukosa dan DM tipe 2 lebih jarang daripada mereka yang memiliki gaya

    hidup kurang gerak. Helmrich dkk (1991) menguji aktivitas fisik pada waktu

    senggang dan perkembangan diabetes pada 5.990 alumni laki-laki dari

    University of Pennsylvania selama 14 tahun. Mereka menemukan bahwa pria

    yang berolahraga secara teratur, dengan intensitas sedang atau berat,

    memiliki risiko 35% lebih rendah menderita DM tipe 2 daripada pria kurang

    gerak.

    Aktivitas fisik diduga dapat meningkatkan pembuangan glukosa yang

    dirangsang insulin pada dosis insulin yang ditetapkan. Selain itu, orang yang

    terlatih secara fisik mungkin mengalami peningkatan yang lebih kecil dalam

    konsentrasi insulin plasma sebagai respons terhadap beban glukosa

    dibandingkan dengan orang yang memiliki gaya hidup sedentari/kurang

  • 17

    gerak. Hal ini menunjukkan bahwa training/olahraga dapat meningkatkan

    sensitivitas jaringan terhadap insulin (Bazzano, 2005).

    3) Konsumsi Karbohidrat Kompleks/Serat

    Karbohidrat biasanya digolongkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu

    monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Pengelompokan tersebut

    berdasarkan susunan kimia yang dimiliki tiap jenis. Namun, pengelompokan

    yang hanya berdasarkan susunan kimia tidak memberikan panduan yang

    penting untuk kesehatan. Yang lebih penting adalah klasifikasi berdasarkan

    kemampuan mereka untuk dicerna dan diserap di usus kecil manusia,

    sehingga memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung kepada

    karbohidrat glikemik; dalam klasifikasi ini karbohidrat yang tidak dicerna

    dan diserap di usus kecil manusia disimpan terpisah dari karbohidrat

    glikemik, dan di antara mereka serat makanan merupakan kelompok yang

    paling penting pengaruhnya bagi kesehatan terutama pada penyakit DM

    (Parillo, 2004).

    Efek menguntungkan dari serat makanan diperoleh mungkin karena

    kandungan magnesiumnya yang tinggi, sehingga dapat melindungi dari

    diabetes mengingat perannya sebagai kofaktor penting bagi enzim yang

    terlibat dalam metabolisme glukosa dan pengaruhnya terhadap kerja insulin

    dan homeostasis glukosa (Larsson, 2007). Selain itu, menurut Hopping dkk

    (2010) asupan serat total dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes baik

    pada pria dan wanita. Sementara asupan tinggi serat gandum dapat

    mengurangi resiko diabetes secara signifikan sebesar 10% pada pria dan

  • 18

    wanita. Dan asupan tinggi serat sayuran dapat menurunkan risiko sebesar

    22% pada pria.

    4) Indeks glikemik dan Beban glikemik

    Indeks glikemik (GI) adalah skala yang membagi tingkatan makanan

    yang mengandung karbohidrat melalui berapa banyak makanan tersebut

    dapat meningkatkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan standar

    makanan. Standar makanan yang digunakan adalah glukosa dan roti putih.

    Meskipun mekanisme pasti bagaimana diet tinggi GI dapat mengubah risiko

    diabetes tipe 2 belum jelas, namun ada 2 jalur utama yang sudah sering

    dipaparkan, yaitu:

    Pertama, makanan tinggi GI menghasilkan konsentrasi glukosa darah yang

    lebih tinggi dan permintaan insulin yang lebih besar daripada makanan

    rendah GI meskipun jumlah karbohidrat yang dikandungnya sama. Dengan

    meningkatnya permintaan insulin secara kronis menimbulkan kelelahan

    pankreas yang dapat mengakibatkan intoleransi glukosa (Willet, 2002).

    Kedua, diet makanan tinggi GI secara langsung dapat meningkatkan

    resistensi insulin. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap hewan, diet

    tinggi amilopektin atau glukosa menghasilkan resistensi insulin lebih cepat

    dan lebih parah daripada diet berbasis amilosa (Higgins, 1996).

    Meskipun GI mengukur kualitas karbohidrat, namun GI tidak

    memperhitungkan jumlah/kuantitas karbohidrat dan dengan demikian tidak

    dapat menjelaskan keseluruhan potensi peningkatan kadar glukosa dari diet

    karbohidrat. Beban glikemik (GL) menyesuaikan nilai GI makanan untuk

  • 19

    jumlah karbohidrat yang terkandung dalam makanan. GL, sebuah konsep

    divalidasi oleh Brand-Miller dan rekan, dihitung sebagai produk dari GI dan

    jumlah diet karbohidrat. Untuk makanan individu, GL lebih relevan daripada

    GI (Roberts, 2009).

    5) Konsumsi Magnesium

    Magnesium berperan penting dalam produksi dan fungsi insulin.

    Kekurangan magnesium akan menurunkan sekresi insulin di pankreas dan

    meningkatkan resistensi insulin dalam jaringan tubuh (Sendih, 2006). Hal

    serupa juga dikemukakan oleh Larsson dkk (2007) yang menyatakan bahwa

    peran proteksi asupan magnesium terhadap diabetes tipe 2 dapat disebabkan

    oleh peningkatan sensitivitas insulin.

    Asupan magnesium memiliki hubungan berbanding terbalik dengan

    kejadian diabetes tipe 2. Peningkatan konsumsi makanan kaya magnesium

    seperti biji-bijian, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun

    hijau dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2 (Lopez-Ridaura, 2004 dan

    Larsson, 2007).

    6) Konsumsi Lemak

    Lemak makanan dapat berkontribusi pada etiologi diabetes tipe 2.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thanopoulou dkk (2003) diperoleh

    temuan bahwa asupan lemak sangat terkait dengan DM tipe 2 baik diabetes

    tipe 2 yang sudah terdiagnosis atau diabetes tipe 2 tidak terdiagnosis. Adanya

    diabetes tipe 2 ini terutama dikaitkan dengan asupan lemak hewani.

    Distribusi kasus diabetes terakumulasi/menumpuk pada kuartil asupan lemak

  • 20

    hewani yang lebih tinggi. Dengan kata lain, peningkatan konsumsi lemak

    hewani dapat menyebabkan peningkatan kejadian/insiden diabetes.

    Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meyer dkk

    (2001). Setelah dilakukan adjustmet faktor kovariat diet dan non-diet, Meyer

    dkk (2001) menemukan bahwa lemak nabati memiliki hubungan berbanding

    terbalik dengan insidens diabetes pada populasi lansia perempuan Iowa.

    Selain itu, mereka juga mengungkapkan bahwa mengganti asam lemak jenuh

    dengan asam lemak tak jenuh ganda dapat mengurangi laju/perkembangan

    diabetes.

    7) Konsumsi Alkohol

    Konsumsi alkohol dalam jumlah yang rendah sampai sedang dapat

    menurunkan perkembangan diabetes dengan meningkatkan sensitivitas

    insulin dan memperlambat penyerapan glukosa dari makanan. Sedangkan

    asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan asupan energi yang

    berlebih dan obesitas, induksi pankreatitis, gangguan metabolisme

    karbohidrat dan glukosa, dan gangguan fungsi hati (Bazzano, 2005).

    Menurut Facchini dkk (1994), perbedaan asupan alkohol berperan

    dalam perubahan dalam metabolisme insulin. Konsumsi alkohol dalam

    jumlah rendah sampai sedang pada pria dan wanita sehat berhubungan

    dengan peningkatan penyerapan glukosa yang diperantarai insulin,

    menurunkan glukosa plasma dan konsentrasi insulin dalam respon terhadap

    glukosa oral, dan konsentrasi kolesterol HDL lebih tinggi. Facchini dkk

    (1994) juga mengungkapkan bahwa individu yang diklasifikasikan sebagai

    peminum alkohol ringan sampai sedang relatif memiliki insulin lebih sensitif

  • 21

    dan memiliki kadar insulin plasma yang lebih rendah dibandingkan yang

    bukan peminum .

    Penelitian dengan topik yang sama juga dilakukan oleh Wei dkk (2000).

    Namun, kriteria sampel yang diteliti pada dua studi tersebut agak berbeda

    karena Facchini dkk (1994) hanya meneliti pada peminum alkohol ringan

    sampai sedang dan bukan peminum, sedangkan Wei dkk (2000) memiliki

    kriteria sampel yang lebih luas, yaitu peminum alkohol ringan, sedang, dan

    peminum berat serta yang bukan peminum.

    Walaupun kriteria sampelnya agak berbeda namun hasil penelitian

    Facchini dkk (1994) selaras dengan penelitian Wei dkk (2000). Wei dkk

    (2000) menemukan hubungan yang berbentuk U antara konsumsi alkohol dan

    insiden diabetes, peminum moderat memiliki resiko terendah untuk diabetes,

    dan bukan peminum dan peminum berat memiliki risiko lebih tinggi.

    8) Merokok

    Merokok dapat meningkatkan risiko terkena diabetes melalui beberapa

    cara. Merokok telah terbukti dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi

    glukosa darah dan dapat meningkatkan resistensi insulin. Seperti

    dikemukakan oleh Frati dkk (1996) merokok secara akut dapat menyebabkan

    toleransi glukosa terganggu dan menurunkan sensitivitas insulin.

    Dari hasil studi yang dilakukan oleh Rimm dkk (1993) diketahui bahwa

    di antara peserta dari Nurses Health Study, wanita yang merokok lebih dari

    25 batang per hari memiliki risiko 42% lebih besar (95% CI, 1,18-1,72)

    terkena diabetes dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok, setelah

  • 22

    disesuaikan dengan obesitas dan faktor risiko lainnya. Pada perempuan,

    merokok mungkin memiliki efek "antiestrogenik", menyebabkan perubahan

    negatif dalam rasio pinggang-pinggul. Rasio pinggang-pinggul yang

    meningkat telah terbukti secara signifikan berkorelasi positif dengan

    resistensi insulin, kadar glukosa plasma dan overt diabetes. Oleh karena itu,

    efek merokok terhadap perkembangan diabetes mungkin dimediasi melalui

    perubahan dalam distribusi lemak.

    Studi tentang merokok dan risiko DM juga dilakukan oleh Sairenchi

    dkk (2004) yang menemukan bahwa merokok secara independen terkait

    dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2 pada laki-laki dan perempuan

    yang tergolong dalam kelompok middle-aged dan lansia.

    2.3 Kerangka Teori

    Menurut Gibney (2008), faktor risiko terjadinya DM tipe 2 terdiri dari faktor

    genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik terdiri dari riwayat keluarga DM dan

    etnis/ras di mana menurut Oldroyd (2005) terdapat bukti bahwa kelompok etnis tertentu

    memiliki kecenderungan untuk mengidap diabetes tipe 2 dengan adanya faktor risiko

    yang sama. Misalnya, pada orang dewasa Asia Selatan terdapat tingkat obesitas dan

    distribusi lemak pusat yang lebih tinggi yang mengakibatkan resistensi insulin

    dibandingkan dengan populasi kulit putih serta tingkat kebiasaan aktivitas fisik yang

    lebih rendah juga berperan dalam meningkatkan risiko diabetes pada populasi ini.

    Sedangkan faktor risiko lingkungan yang utama untuk terjadinya DM meliputi: usia,

  • 23

    obesitas dan obesitas pada bagian perut, jarang melakukan aktivitas fisik serta faktor

    makanan/gizi (Gibney, 2008).

    Faktor diet yang berperan dalam timbulnya DM menurut Bazzano (2005) terdiri

    dari asupan serat, lemak dan konsumsi alcohol serta beban glikemik. Selain itu, Lopez-

    Ridaura (2004) menemukan bahwa asupan magnesium juga berhubungan dengan DM

    tipe 2. Berdasarkan beberapa teori tersebut, kerangka teori yang digunakan dalam

    penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut.

    Bagan 2.1

    Kerangka Teori

    Sumber: Bazzano (2005), Gibney (2008), Lopez-Ridaura (2004), dan Oldroyd (2005)

    GI/GL

    Usia

    Ras

    Konsumsi

    Alkohol

    Konsumsi

    Lemak

    Konsumsi

    Magnesium

    Merokok

    Genetik/

    Riwayat

    Keluarga DM

    Obesitas dan

    obesitas pada

    perut/lingkar

    pinggang Aktivitas

    Fisik

    DM tipe 2

    Konsumsi

    Serat

  • 24

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1 Kerangka Konsep

    Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya DM tipe 2 yang

    terdiri dari faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

    Faktor-faktor tersebut tidak semuanya diteliti. Dalam penelitian ini ada 8 faktor yang

    akan diteliti meliputi:

    1) Konsumsi serat

    Konsumsi serat berpengaruh terhadap DM tipe 2 dengan cara memperbaiki

    respon glukosa darah dan indeks insulin dalam tubuh.

    2) Konsumsi lemak

    Konsumsi lemak berperan dalam DM tipe 2 dikarenakan asam lemak

    mempengaruhi metabolisme glukosa dengan mengubah fungsi membran sel,

    aktivitas enzim dan sinyal insulin.

    3) Konsumsi magnesium

    Konsumsi magnesium berperan dalam DM tipe 2 dikarenakan kadar magnesium

    intraseluler penting untuk menjaga sensitivitas insulin pada otot rangka atau

    jaringan adiposa.

    4) Beban glikemik

    Beban glikemik berpengaruh terhadap DM tipe 2 melalui perannya dalam

    perubahan kadar CRP dan IL-6 yang merupakan biomarker inflamasi. Inflamasi

    24

  • 25

    berhubungan dengan disfungsi atau perubahan permeabilitas endotel. Perubahan

    permeabilitas endotel dan berkurangnya aliran darah perifer dapat membatasi

    pengiriman insulin dan meningkatkan resistensi insulin pada jaringan aktif secara

    metabolik.

    5) Aktivitas fisik

    Aktivitas fisik berperan dalam DM tipe 2 karena dapat mempengaruhi resistensi

    insulin.

    6) Merokok

    Merokok berpengaruh terhadap DM tipe 2 karena merokok secara langsung

    dapat merusak fungsi sel atau menginduksi peradangan pankreas kronis

    sehingga dapat menganggu sekresi insulin.

    7) Riwayat keluarga DM

    Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang

    penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM di

    mana dalam kasus DM tipe 2 persentase yang memiliki riwayat keluarga untuk

    menderita DM sebesar 30%.

    8) Lingkar pinggang

    Lingkar pinggang berperan dalam DM tipe 2 karena lemak pada organ organ

    perut lebih mudah diolah untuk memperoleh energi. Ketika lemak diolah untuk

    memperoleh energi, kadar asam lemak meningkat yang dapat meningkatkan

    resistensi terhadap insulin melalui aksinya terhadap hati dan otot otot tubuh.

    Sedangkan faktor-faktor yang tidak diteliti terdiri dari: konsumsi alcohol, ras,

    dan usia. Faktor konsumsi alkohol tidak diteliti karena berdasarkan data Riskesdas

  • 26

    (2007) tingkat konsumsi alkohol masyarakat di wilayah Tangerang masih rendah

    yaitu sebesar 2,3%. Persentase ini masih berada di bawah persentase konsumsi

    alkohol secara nasional yaitu 4,6%. Dan faktor ras tidak diteliti karena masyarakat di

    Kelurahan Cempaka Putih sebagian besar berasal dari ras yang sama. Sedangkan

    faktor usia tidak diteliti karena hasil penelitian Handayani (2003) membuktikan

    bahwa faktor yang menjadi risiko terjadinya DM tipe 2 yaitu berusia 45 tahun.

    Dalam penelitian ini responden yang diteliti semuanya berusia minimal 60 tahun.

    Dengan kata lain, semua responden sudah berisiko terkena DM tipe 2. Hal ini

    nantinya akan mempengaruhi hasil analisis data karena data variabel usia tidak

    variatif mengingat tidak ada responden yang berusia di bawah 45 tahun.

    Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1

    Faktor Diet

    1. Lemak

    2. Serat

    3. Magnesium

    4. Beban glikemik

    Aktivitas Fisik

    DM tipe 2

    Riwayat keluarga DM

    Merokok

    Lingkar pinggang

    Bagan 3.1

    Kerangka Konsep

  • 27

    3.2 Definisi Operasional

    Tabel 3.1

    Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    1 DM tipe 2

    Status penyakit DM yang

    diderita oleh lansia

    berdasarkan diagnosis

    dokter atau hasil ukur gula

    darah kapiler sewaktu

    200 mg/dl dengan ada

    tidaknya keluhan khas

    berupa poliuri, polidipsi,

    polifagi, dan penurunan

    berat badan drastis.

    Pengambilan

    spesimen

    darah

    responden

    Glucosemeter 0. DM, jika: a) Terdiagnosa oleh dokter

    atau;

    b) Ada keluhan khas dan hasil pengukuran kadar

    gula darah sewaktu 200

    mg/dl atau;

    c) Tidak ada keluhan khas dan 2 kali hasil

    pengukuran kadar gula

    darah sewaktu 200

    mg/dl yang diukur pada

    hari yang berbeda.

    1. Non DM, jika tidak sesuai dengan kriteria DM.

    (Soegondo, 2005)

    Ordinal

    2 Konsumsi

    Lemak

    Rata-rata lemak dari

    makanan yang dikonsumsi

    lansia dalam sehari

    Wawancara

    Semi-Quantitatif

    FFQ

    Konsumsi lemak dalam gram Rasio

    3 Konsumsi

    serat

    Rata-rata serat dari

    makanan yang dikonsumsi

    lansia dalam sehari

    Wawancara

    Semi-Quantitatif

    FFQ

    Konsumsi serat dalam gram Rasio

  • 28

    No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    4 Beban

    glikemik

    Rata-rata nilai beban

    glikemik dari makanan

    yang dikonsumsi lansia

    dalam sehari

    Wawancara

    Semi-Quantitatif

    FFQ

    - Rasio

    5 Konsumsi

    Magnesium

    Rata-rata magnesium dari

    makanan yang dikonsumsi

    lansia dalam sehari

    Wawancara Semi-Quantitatif

    FFQ

    Konsumsi magnesium dalam mg Rasio

    6

    Riwayat

    Keluarga

    DM

    Ada atau tidaknya anggota

    keluarga sedarah (ayah,

    ibu, saudara laki-laki dan

    perempuan sekandung)

    yang terkena DM

    berdasarkan diagnosis

    dokter

    Wawancara

    Kuesioner 0. Ada 1. Tidak ada

    (Handayani, 2003)

    Ordinal

    7 Merokok Kebiasaan lansia

    menghisap rokok. Wawancara

    Kuesioner 0. Merokok, jika responden masih aktif merokok

    sampai pengumpulan

    data.

    1. Tidak merokok, jika responden tidak pernah

    merokok atau sudah

    berhenti merokok lebih

    dari 1 tahun sebelum

    pengumpulan data

    dilakukan.

    (Qiao, 1999)

    Ordinal

  • 29

    No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    8 Aktivitas

    Fisik

    Segala aktivitas fisik yang

    dilakukan terus menerus

    selama 10 menit atau lebih

    dalam setiap kali kegiatan

    dan dikumulasikan selama

    seminggu.

    Wawancara

    Kuesioner

    0. Kurang/rendah, jika: a) Melakukan aktivitas fisik

    berat < 20 menit/hari

    selama 3 hari.

    b) Melakukan aktivitas fisik sedang < 5 hari atau

    berjalan < 30 menit/hari.

    1. Cukup/sedang, jika: a) Melakukan aktivitas fisik

    berat minimal 20

    menit/hari selama 3 hari

    atau lebih, atau

    b) Melakukan aktivitas fisik sedang selama 5 hari atau

    lebih atau berjalan paling

    sedikit 30 menit/hari.

    (Junita S, 2010)

    Ordinal

    9 Lingkar

    pinggang

    Ukuran keliling pinggang

    lansia yang diukur melalui

    pusar.

    Pengukuran

    lingkar

    pinggang

    Pita meteran

    0. Berisiko, jika 80 cm untuk wanita dan 90 cm untuk laki-

    laki.Tidak berisiko, jika

  • 30

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain

    penelitian cross-sectional di mana pengambilan data variabel independen dan

    variabel dependen dilakukan dalam waktu bersamaan. Penelitian ini bersifat analitik

    karena akan melihat hubungan antara varibel independen dan varibel dependen.

    Variabel independen yang diteliti adalah konsumsi serat, lemak, magnesium, beban

    glikemik, aktivitas fisik, merokok, riwayat keluarga DM, dan lingkar pinggang.

    Sedangkan variabel independennya adalah DM tipe 2.

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cempaka Putih pada bulan September 2012

    Mei 2013.

    4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    4.3.1 Populasi Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar di Pos pembinaan

    terpadu (Posbindu) Kelurahan Cempaka Putih.

    4.3.2 Sampel Penelitian

    a. Besar Sampel

    30

  • 31

    Jumlah sampel pada penelitian ini diperoleh melalui rumus uji hipotesis beda

    proporsi (Ariawan, 1998) yaitu:

    Keterangan:

    N = jumlah sampel yang dibutuhkan

    Z1-a/2 = derajat kemaknaan

    Z1- = kekuatan uji

    P = proporsi gabungan, P = (P1 +P2)/2

    Nilai P1 dan P2 diperoleh dari hasil penelitian Handayani (2003) sehingga jumlah

    sampel berdasarkan perhitungan dengan rumus uji hipotesis beda proporsi adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 4.1

    Hasil Perhitungan Besar Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian Handayani (2003)

    Variabel P1 P2 (%) (%) n

    Diet kecukupan

    lemak

    0, 431 0, 569 1 80 306

    90 389

    95 465

    99 626

    5 80 205

    90 274

    95 339

    99 478

    10 80 162

    90 223

    95 282

    99 410

    Riwayat keluarga 0,375 0,625 1 80 92

    90 117

    95 140

    99 142

  • 32

    Dari hasil perhitungan sampel pada tabel 4.1 dipilih jumlah sampel sebanyak

    32 orang dengan tingkat kemaknaan sebesar 10% dan kekuatan uji 80% sehingga

    jumlah sampel minimal menjadi:

    Variabel P1 P2 (%) (%) n

    Riwayat keluarga 0,375 0,625 5 80 62

    90 82

    95 101

    99 142

    10 80 49

    90 67

    95 84

    99 122

    Obesitas 0,653 0,347 1 80 61

    90 77

    95 92

    99 123

    5 80 41

    90 54

    95 67

    99 94

    10 80 32

    90 44

    95 56

    99 80

    Inaktivitas 0,944 0,056 1 80 6

    90 7

    95 8

    99 9

    5 80 4

    90 5

    95 5

    99 5

    10 80 3

    90 4

    95 4

    99 5

  • 33

    b. Kriteria Sampel

    Kriteria inklusi adalah :

    Berusia 60 tahun

    Bersedia menjadi responden

    Bersedia diperiksa kadar glukosa darah

    Kriteria eksklusi adalah:

    Tergantung insulin/ menjalani pengobatan injeksi insulin

    c. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling

    dengan menggunakan jumlah proporsional per posbindu. Pengambilan

    sampel dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

    1) Menyusun kerangka sampel yang berisi daftar nama lansia yang terdaftar

    di posbindu.

    2) Melakukan pengambilan secara acak (pengundian) dari kerangka sampel

    sampai terambil sebanyak 93 orang dari 136 lansia yang terdaftar.

    4.4 Pengumpulan Data

    4.4.1 Sumber Data

    a. Data Primer

  • 34

    Data primer yang dikumpulkan meliputi:

    1) Data variabel dependen (DM tipe 2)

    2) Data variabel independen (konsumsi serat, konsumsi lemak, konsumsi

    magnesium dan beban glikemik serta variabel merokok, aktivitas fisik,

    riwayat keluarga DM dan lingkar pinggang).

    b. Data Sekunder

    Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data penyakit yang

    terdapat dalam LB1 Puskesmas Ciputat Timur bulan Januari Juni tahun 2012,

    data 10 penyakit terbesar pada lansia di Tangerang Selatan tahun 2011, dan

    profil Kelurahan Cempaka Putih.

    4.4.2 Cara Pengumpulan Data

    a. Data DM diperoleh melalui beberapa tahapan berikut:

    1) Menanyakan apakah responden menderita DM berdasarkan hasil

    diagnosa dokter. Jika responden menjawab ya berarti responden

    dikategorikan menderita DM.

    2) Jika responden menjawab tidak, maka responden ditanyakan apakah

    memiliki keluhan khas berupa berupa poliuria, polidipsi, polifagia,

    dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

    serta diperiksa gula darahnya. Jika ada keluhan khas dan

    pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl berarti responden

    dikategorikan menderita DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas

    DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja

  • 35

    abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.

    Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi

    angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar

    glukosa darah sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain (Soegondo,

    2005).

    Menanyakan apakah

    responden menderita DM

    berdasarkan hasil diagnosa

    dokter

    Responden menjawab

    Ya

    Diabetes Melitus

    Responden menjawab

    Tidak atau Belum

    pernah memeriksakan ke

    Dokter

    Memeriksa kadar gula

    darah dan Menanyakan

    keluhan khas DM

    Keluhan khas (-) dan

    kadar gula darah 200

    Keluhan khas (+) dan

    glukosa darah 200

    Diabetes Melitus

    Pemastian diagnosa dgn

    cara pemeriksaan kadar

    gula darah lagi

    Diperoleh kadar/angka

    abnormal

    Diabetes Melitus

    Bagan 4.1

    Tahapan Penentuan Status DM

  • 36

    Pengukuran glukosa darah dilakukan oleh peneliti yang merupakan

    mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat melalui tahapan sebagai

    berikut:

    1) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu glucosemeter dengan

    merk Easy Touch GCU model ET 301, alkohol, kasa/kapas, jarum

    penusuk (lancet) dan alat penusuk (lancing device) dan test strip

    2) Memasukkan jarum penusuk (lancet) ke dalam alatnya (lancing

    device). Jarum yang dimasukkan harus masih baru dan steril dan

    hanya digunakan untuk sekali pakai.

    3) Membersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kasa atau kapas

    beralkohol untuk menghindari infeksi.

    4) Menusukkan jarum ke ujung jari responden.

    5) Memasukkan test strip ke alat pengukur (glucose meter) dan

    memastikan bahwa test strip yang digunakan belum kadaluwarsa.

    6) Menempelkan ujung test strip ke bulatan darah sampai terbasahi

    merata bagian untuk sampelnya. Jangan meneteskan darah ke strip

    dan jangan terlalu keras menempelkan test strip. Bila sampel

    darah sudah memadai maka alat akan mulai mengukur (waktu

    pengukuran terlihat di display dalam hitungan mundur).

    7) Menempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang

    tertusuk untuk menghentikan perdarahan.

    8) Melihat hasil pengukuran di glucose meter.

  • 37

    Pada penelitian ini, kadar glukosa responden diperoleh melalui glukosa

    darah kapiler yang diukur dengan menggunakan alat glucosemeter.

    Pemilihan metode pengukuran ini berdasarkan beberapa pertimbangan,

    yaitu alatnya praktis, mudah dibawa kemana-mana, cepat memberikan

    hasil, dan keterbatasan dana peneliti.

    b. Data konsumsi zat gizi berupa serat, lemak, dan magnesium serta beban

    glikemik diperoleh melalui wawancara tentang kebiasaan konsumsi jenis

    makanan yang terdapat dalam FFQ semikuantitatif.

    c. Data aktifitas fisik, riwayat keluarga, merokok diperoleh melalui

    wawancara dengan kuesioner.

    d. Data lingkar pinggang diperoleh melalui pengukuran lingkar pinggang

    dengan pita meteran.

    4.5 Pengolahan Data

    Data-data yang telah terkumpul akan diolah melalui tahapan berikut:

    1. Editing Data

    Tahap ini merupakan tahap kegiatan pengecekan data yang telah diisi.

    Kegiatan yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan dari sisi

    kelengkapan, relevansi dan konsistensi jawaban.

    Kelengkapan data diperiksa dengan cara memastikan bahwa jumlah kuesioner

    yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang ditentukan dan

    memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam kuesioner sudah terjawab dengan

    lengkap dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban diperiksa dengan cara

  • 38

    melihat apakah ada data yang bertentangan dengan data yang lain. Misal: pada

    data usia responden tercantum 65 tahun dan tanggal lahir 14 September 1942.

    Data tersebut sudah berarti tidak konsisten karena usia responden berdasarkan

    tanggal kelahirannya adalah 70 tahun. Jika ada data yang tidak lengkap dan

    tidak konsisten, maka responden akan dihubungi kembali melalui nomor

    kontak yang sudah ditanyakan pada saat wawancara.

    2. Coding Data

    Setelah melakukan editing data, selanjutnya adalah melakukan kegiatan coding.

    Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

    berbentuk angka/bilangan. Misal: untuk jawaban ya diberi kode 1 dan untuk

    jawaban tidak diberi kode 0. Berikut pengkodingan yang dilakukan pada tiap

    variabel dalam penelitian ini:

    a) DM tipe 2: 0 = DM, jika: Terdiagnosa oleh dokter atau; ada keluhan khas

    dan hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl atau; tidak ada

    keluhan khas dan 2 kali hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu 200

    mg/dl yang diukur pada hari yang berbeda dan 1 = Non DM, jika tidak

    sesuai dengan kriteria DM.

    b) Merokok: 0 = Merokok, jika responden masih aktif merokok sampai

    pengumpulan data dan 1 = Tidak merokok, jika responden tidak pernah

    merokok atau sudah berhenti merokok lebih dari 1 tahun sebelum

    pengumpulan data dilakukan.

    c) Aktivitas fisik: 0 = Kurang, jika melakukan aktivitas fisik berat < 20

    menit/hari selama 3 hari atau; melakukan aktivitas fisik sedang < 5 hari

  • 39

    atau berjalan < 30 menit/hari dan 1 = Cukup/sedang, jika melakukan

    aktivitas fisik berat minimal 20 menit/hari selama 3 hari atau lebih, atau

    melakukan aktivitas fisik sedang selama 5 hari atau lebih atau berjalan

    paling sedikit 30 menit/hari.

    d) Riwayat keluarga: 0 = Ada, jika ada anggota keluarga sedarah (ayah, ibu,

    saudara laki-laki atau perempuan sekandung) yang pernah mengidap DM

    dan 1 = tidak, jika tidak ada anggota keluarga sedarah yang menderita DM.

    e) Lingkar pinggang: 0 = Berisiko, jika 80 cm untuk wanita dan 90 cm

    untuk laki-laki dan 1 = Tidak berisiko, jika

  • 40

    Tahap ini merupakan tahapan memeriksa kembali data yang telah masuk dalam

    komputer, apakah ada kesalahan-kesalahan yang terjadi di dalamnya. Cleaning

    data dapat dilakukan dengan mengamati distribusi frekuensi atau diagram tebar

    tiap variabel dan memeriksa apakah ada nilai-nilai yang menyimpang. Misal:

    pada variabel lingkar pinggang ada nilai 2, padahal kode untuk variabel lingkar

    pinggang hanya 0 dan 1.

    4.6 Analisis Data

    Jenis analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

    4.6.1 Analisis Univariat

    Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-

    masing variabel yang diteliti. Analisi univariat bertujuan untuk mendapat

    gambaran atau deskripsi dari variabel dependen dan independen pada penelitian ini,

    yaitu variabel DM tipe 2, konsumsi serat, konsumsi lemak, konsumsi magnesium,

    serta variabel merokok, aktivitas fisik, riwayat keluarga, dan obesitas.

    4.6.2 Analisis Bivariat

    Analisis bivariat merupakan suatu analisis untuk melihat hubungan antara

    variabel dependen dan independen. Dalam penelitian ini, ada dua uji yang

    digunakan yaitu uji chi square dan uji t independen. Uji chi square merupakan uji

    yang dipakai untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel

    dependen yang masing-masing memiliki data kategorik. Sedangkan uji t

    independen dipakai untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yang

    memiliki jenis data numerik dan variabel dependen yang mempunyai jenis data

  • 41

    kategorik. Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

    aktivitas fisik, merokok, riwayat keluarga DM dan lingkar pinggang dengan

    variabel DM tipe 2. Sementara uji t digunakan untuk mengetahui hubungan antara

    variabel konsumsi serat, konsumsi lemak, konsumsi magnesium dan beban

    glikemik dengan variabel DM tipe 2.

    Dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.1 (10%) dengan

    pertimbangan responden yang diteliti adalah lansia yang sudah mengalami

    penurunan daya ingat, sementara data konsumsi makanan diperoleh dengan

    mengandalkan ingatan dan alat yang digunakan adalah glucosemeter yang

    menggunakan bahan darah kapiler di mana menurut Ningsih dkk (2008) jika

    menggunakan sampel darah kapiler masih akan ditemukan peluang kesalahan

    sebesar 10,1%. Dari uji statistik nantinya akan diperoleh nilai p. Hubungan antara

    dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p 0.1 dan dikatakan tidak

    bermakna jika mempunyai nilai p > 0.1.

    4.6.3 Analisis Multivariat

    Analisis multivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel

    dependen dengan seluruh variabel independen, sehingga dapat diketahui variabel

    independen mana yang paling dominan berpengaruh terhadap pola penyakit pada

    lansia dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Uji regresi logistik ganda

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prediksi dengan tujuan untuk

    memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap

    terbaik memprediksi kejadian variabel dependen. Tahapan dalam permodelan ini

    adalah:

  • 42

    a) Memasukkan hasil uji bivariat yang mempunyai nilai Pvalue 0.1 dikeluarkan satu persatu secara bertahap

    dimulai dari variabel yang memiliki nilai Pvalue paling besar.

    c) Melakukan uji interaksi sesama variabel independen, apabila secara substansi

    diduga terjadi interaksi antara variabel independen. Penentuan variabel

    interaksi sebaiknya melalui pertimbangan logika substantif. Pengujian interaksi

    dilihat dari kemaknaan uji statistik (Pvalue 0.1). Bila variabel mempunyai

    nilai bermakna, maka variabel interaksi penting dimasukkan dalam model.

    d) Menginterpretasikan model terakhir.

  • 43

    BAB V

    HASIL

    5.1 Gambaran Umum Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih

    5.1.1 Letak dan Jenis Kegiatan Posbindu

    Posbindu adalah Posbindu yang ada di Kelurahan Cempaka Putih berjumlah 3

    yaitu Posbindu Kenanga, Anggrek, dan Cempaka. Ketiga posbindu tersebut terletak

    pada alamat berikut:

    1. Posbindu Kenanga : Jl. Mesjid Al-Husaini RT 02 RW 04

    2. Posbindu Anggrek : Jl. Jambu RT 04 RW 05

    3. Posbindu Cempaka : Jl. Sukun RT 03 RW 06

    Kegiatan di posbindu terdiri dari:

    a. Pemeriksaan tekanan darah

    b. Pengukuran tinggi badan dan berat badan

    c. Pemeriksaan gula darah

    d. Konseling

    5.1.2 Gambaran Populasi

    Tabel 5.1

    Jumlah Anggota Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Posbindu Jumlah Anggota Usia 60 Tahun

    Laki-Laki Perempuan Jumlah

    Kenanga 5 21 26

    Anggrek 16 54 70

    Cempaka 9 31 40

    Total 30 106 136

    *Sumber: Data Posbindu di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    43

  • 44

    Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah anggota posbindu yang paling banyak

    ada di Posbindu Anggrek dan yang paling sedikit ada di Posbindu Kenanga.

    5.1.3 Gambaran Karakteristik Responden

    Tabel 5.2

    Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Jenis Kelamin Jumlah (Orang)

    Laki-Laki 20

    Perempuan 73

    Total 93

    Lama Menderita DM Tipe 2

    < 5 Tahun 9

    5 Tahun 11

    Total 20

    Jumlah Batang Rokok yang Dihisap

    < 20 Batang 11

    20 Batang 3

    Total 14

    Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis

    kelamin perempuan. Untuk responden yang menderita DM sebagian besar sudah

    mengidap penyakit tersebut selama jangka waktu lebih dari 5 tahun. Dan untuk

    responden yang merokok sebagian besar menghisap rokok lebih kecil dari 20 batang.

    5.2 Analisis Univariat

    5.2.1 Gambaran DM Tipe 2

  • 45

    Grafik 5.1

    Distribusi DM Tipe 2 Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Grafik 5.1 menunjukkan bahwa lansia yang menderita DM tipe 2 lebih sedikit

    dibandingkan dengan lansia yang tidak menderita DM tipe 2.

    5.2.2 Gambaran Konsumsi Serat

    Hasil penelitian seperti yang terlihat dalam tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-

    rata konsumsi serat pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih berada pada

    interval 14.5 16.4 gram.

    Tabel 5.3

    Gambaran Konsumsi Serat Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    Konsumsi (gr)

    Rata-rata pada CI 90% 14.5 16.4

    Standar Deviasi 5.5

    Nilai Terendah 6.8

    Nilai Tertinggi 30.3

    Sedangkan distribusi konsumsi serat dapat dilihat pada grafik 5.2 berikut

    DM tipe 2 21.5%

    Bukan DM 78.5%

  • 46

    Grafik 5.2

    Dari grafik 5.2 dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi serat paling banyak

    ada pada interval 13.3 15.0 gram.

    5.2.3 Gambaran Konsumsi Lemak

    Tabel 5.4

    Gambaran Konsumsi Lemak Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    Konsumsi (gr)

    Rata-rata pada CI 90% 63.1 67.5

    Standar Deviasi 12.8

    Nilai Terendah 41.1

    Nilai Tertinggi 95.6

  • 47

    Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi lemak pada lansia di

    Posbindu Kelurahan Cempaka Putih berada pada interval 63.1 67.5 gram. Untuk

    lebih jelasnya, sebaran data konsumsi lemak bisa dilihat pada grafik 5.3

    Grafik 5.3

    Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak Pada Lansia di Posbindu

    Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Dari grafik 5.3 dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi lemak paling banyak

    ada pada interval 56.7 60.0 gram.

    5.2.4 Gambaran Konsumsi Magnesium

    Tabel 5.5

    Gambaran Konsumsi Magnesium Pada Lansia

    di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

  • 48

    Tabel 5.5 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi magnesium pada lansia di

    Posbindu Kelurahan Cempaka Putih berada pada rentang 399.3 443.2 mg. Untuk

    lebih jelasnya, distribusi konsumsi lemak bisa dilihat pada grafik 5.4

    Grafik 5.4

    Dari grafik 5.4 dapat diketahui bahwa frekuensi paling banyak ada pada

    rentang 433.3 466.6 miligram.

    Konsumsi (mg)

    Rata-rata pada CI 90% 399.3 443.2

    Standar Deviasi 127.5

    Nilai Terendah 193.3

    Nilai Tertinggi 694.3

  • 49

    5.2.5 Gambaran Beban Glikemik

    Hasil penelitian seperti yang terdapat dalam tabel 5.6 menunjukkan bahwa

    rata-rata beban glikemik pada lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih berada

    pada rentang 92.2 102.8.

    Tabel 5.6

    Gambaran Beban Glikemik Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    Konsumsi

    Rata-rata pada CI 90% 92.2 102.8

    Standar Deviasi 30.8

    Nilai Terendah 47.0

    Nilai Tertinggi 195.9

    Sedangkan distribusi beban glikemik dapat dilihat pada grafik 5.5 berikut

    Grafik 5.5

    Grafik 5.5 dapat menunjukkan bahwa frekuensi paling banyak ada pada

    rentang 80 90.

  • 50

    5.2.6 Gambaran Aktivitas Fisik

    Distribusi aktivitas fisik pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka

    Putih dapat dilihat pada grafik 5 di bawah ini.

    Grafik 5.6

    Distribusi Aktivitas Fisik Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    Dari grafik 5.6 dapat diketahui bahwa persentase lansia yang memiliki aktivitas fisik

    kurang lebih besar daripada lansia yang memiliki aktivitas fisik cukup.

    5.2.7 Gambaran Merokok

    Grafik 5.7

    Distribusi Merokok Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    Kurang 55.9%

    Cukup 44.1%

    0

    50

    100

    MerokokTidak Merokok

    15.1

    84.9

    Persentase

  • 51

    Dari grafik 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia yang menjadi

    responden termasuk kategori bukan perokok.

    5.2.8 Gambaran Riwayat Keluarga DM

    Grafik 5.8

    Distribusi Riwayat Keluarga DM Pada Lansia Posbindu

    di Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Grafik 5.8 menunjukkan bahwa prevalensi lansia yang memiliki riwayat keluarga

    menderita DM lebih kecil daripada lansia yang tidak memiliki riwayat keluarga DM.

    5.2.9 Gambaran Lingkar Pinggang

    Grafik 5.9

    Distribusi Lingkar Pinggang Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih

    Tahun 2012

    Persentase0

    100

    Ada

    Tidak Ada

    Ada Tidak Ada

    Persentase 23.7 76.3

    Berisiko 64.5%

    Tidak Berisiko 35.5%

  • 52

    Grafik 5.9 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang menjadi responden

    memiliki ukuran lingkar pinggang yang berisiko.

    5.3 Analisis Bivariat

    5.3.1 Hubungan Konsumsi Serat Dengan DM Tipe 2

    Dari hasil analisis didapatkan ratarata konsumsi serat lansia lebih rendah pada

    lansia menderita DM tipe 2 dibandingkan lansia yang bukan DM tipe 2. Berdasarkan

    hasil uji statistik seperti tercantum dalam tabel 5.7 dapat diketahui bahwa ada

    hubungan signifikan antara konsumsi serat dengan DM Tipe 2 pada lansia karena p

    value < 0.1.

    Tabel 5.7 Distribusi Rata-rata Konsumsi Serat Berdasarkan DM Tipe 2 Pada Lansia di

    Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Status DM n (93) Mean SD Pvalue

    DM Tipe 2 20 13.64 4.893 0.094

    Bukan DM 73 15.98 5.631

    5.3.2 Hubungan Konsumsi Lemak Dengan DM Tipe 2

    Salah satu syarat uji t adalah data berdistribusi normal. Data konsumsi lemak

    tidak memenuhi syarat tersebut sehingga tidak bisa dilakukan uji t. Untuk

    menganalisisnya digunakan uji Mann-whitney.

    Tabel 5.8 Distribusi Rata-rata Konsumsi Lemak Berdasarkan DM Tipe 2 Pada

    Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Status DM n (93) Mean SD Pvalue

    DM Tipe 2 20 63.62 9.63 0.815

    Bukan DM 73 65.81 13.57

  • 53

    Tabel 5.8 menunjukkan bahwa ratarata konsumsi lemak lansia yang menderita

    DM tipe 2 lebih kecil dibandingkan lansia yang bukan DM tipe 2. Hasil uji statistik

    menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara konsumsi lemak dengan

    DM Tipe 2 pada lansia karena p = 0.815, yang berarti nilai p > 0.1.

    5.3.3 Hubungan Antara Konsumsi Magnesium Dengan DM Tipe 2

    Dari hasil analisis dalam tabel 5.9 dapat diketahui bahwa ratarata konsumsi

    magnesium lansia yang menderita DM tipe 2 lebih rendah daripada lansia yang

    bukan DM tipe 2. Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa pada alpha 10% ada

    hubungan signifikan antara konsumsi magnesium dengan DM Tipe 2.

    Tabel 5.9 Distribusi Rata-rata Konsumsi Magnesium Berdasarkan DM Tipe 2 Pada

    Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Status DM n (93) Mean SD Pvalue

    DM Tipe 2 20 367.58 123.399 0.033

    Bukan DM 73 435.97 125.428

    5.3.4 Hubungan Beban Glikemik Dengan DM Tipe 2

    Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel beban

    glikemik dengan DM tipe 2 adalah uji Mann-whitney karena data beban glikemik

    tidak memiliki distribusi data normal sehingga uji yang digunakan bukanlah uji t.

    Tabel 5.10 Distribusi Rata-rata Beban Glikemik Berdasarkan DM Tipe 2 Pada

    Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Status DM n (93) Mean SD Pvalue

    DM Tipe 2 20 88.58 29.13 0.048

    Bukan DM 73 99.94 30.99

    Tabel 5.10 menunjukkan bahwa ratarata beban glikemik lansia yang

    menderita DM tipe 2 lebih rendah daripada rata-rata beban glikemik pada lansia

  • 54

    yang bukan DM tipe 2. Berdasarkan hasil uji statistik dalam tabel 5.10 dapat terlihat

    bahwa pada alpha 10% terdapat hubungan signifikan antara beban glikemik dengan

    DM Tipe 2 pada lansia.

    5.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan DM Tipe 2

    Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dengan DM Tipe 2 Pada

    Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

    Aktivitas Fisik

    Status DM

    Pvalue DM Tipe 2 Bukan DM

    n % n %

    Kurang 15 75 37 50.7

    0.092 Cukup 5 25 36 49.3

    Jumlah 20 100 73 100

    Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa lansia yang menderita DM tipe 2

    lebih banyak yang memiliki aktivitas fisik yang kurang. Berdasarkan hasil uji

    statistik diperoleh nilai p value < 0.1 yang berarti ada hubungan signifikan antara

    aktivitas fisik dengan DM Tipe 2.

    5.3.6 Hubungan Merokok Dengan DM Tipe 2

    Tabel 5.12 menunjukkan bahwa masing-masing pada penderita DM tipe 2 dan

    bukan DM tipe 2 lebih banyak yang memiliki status tidak merokok. Hasil uji statistik

    diperoleh nilai p = 1, berarti pada alpha 10% terlihat tidak ada hubungan signifikan

    antara kebiasaan merokok dengan DM Tipe 2.

    Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok dengan DM Tipe 2

    Pada Lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih Tahun 2012

  • 55

    Kebiasaan

    Merokok

    Status DM

    Pvalue DM