faktor-faktor penentu mutu benih kedelai

8

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU BENIH KEDELAI
Page 2: FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU BENIH KEDELAI

SUCAHYONO: INVIGORASI BENIH KEDELAI

19

tanaman yang mampu membentuk bintil akardengan baik, meskipun hanya dipupuk Urea0–50 kg/ha hingga umur 60 hari daun-daunnyamasih hijau, dan mampu memberikan hasil lebihtinggi (Harsono et al. 2009). Dengan demikiansalah satu alternatif yang murah untukmengurangi ketergantungan terhadap pupukUrea adalah mengoptimalkan peran bakteripembentuk bintil akar (Rhizobium) sebagaipupuk hayati.

Salah satu faktor pembatas produksi kedelaidi daerah tropis adalah cepatnya kemunduranbenih selama penyimpanan hingga mengurangipenyediaan benih bermutu tinggi. Kemunduranbenih merupakan proses penurunan mutusecara berangsur-angsur dan kumulatif sertatidak dapat balik (irreversible) akibat perubahanfisiologis yang disebabkan oleh faktor dalambenih. Proses penuaan atau mundurnya vigorsecara fisiologis tersebut ditandai denganpenurunan daya berkecambah, peningkatanjumlah kecambah abnormal, penurunan pemun-culan kecambah di lapangan (field emergence)terhambatnya pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman, meningkatnya kepekaanterhadap lingkungan yang ekstrim yang akhir-nya dapat menurunkan produksi tanaman(Copeland dan Donald dalam Danapriatna2012).

Rendahnya harga benih kedelai dibandingbenih komoditas lain serta karakteristiknya yangmudah rusak menyebabkan para pengusahabenih lebih melirik komoditas yang nilaiekonomisnya tinggi (dalam hal ini tanamanhortikultura) sehingga benih kedelai sulit dida-patkan di pasaran. Fenomena tersebut menye-babkan bidang perbenihan kedelai lebih banyakmenggunakan sistem Jabalsim (Jalur BenihAntar-Lapang dan Musim), di mana parapenangkar lokal berskala usaha kecil lebihbanyak berperan (Badan Litbang Pertanian2008). Dalam sistem Jabalsim, pengadaan benihsering dilakukan beberapa waktu sebelummusim tanam sehingga benih harus disimpanterlebih dahulu. Keterbatasan fasilitas danteknologi penyimpanan yang dimiliki penang-kar benih lokal menyebabkan mutu benihkedelai cepat menurun.

gunakan larutan osmotik) dan matricondi-tioning (conditioning dengan menggunakanmedia padat lembab) (Sutariadi 2002). Keduaterknik invigorasi tersebut juga dapat diintegra-sikan dengan aplikasi perlakuan benih lainnyaseperti penambahan zat pegatur tumbuh,insektisida dan inokulasi mikroba bermanfaatseperti rhizobium, bakteri pelarut P sertamikroba antagonis (Ilyas 2005).

FAKTOR-FAKTOR PENENTUMUTU BENIH KEDELAI

Karakteristik benih (komposisi kimia,struktur, dan morfologi biji), kondisi lapangsebelum benih dipanen dan penyimpananmerupakan faktor yang berpengaruh terhadapmutu benih kedelai. Mutu benih kedelai dika-takan menurun jika sudah mengalami kemun-duran, yaitu terjadinya perubahan yangmenyeluruh baik fisik (kulit keriput danberwarna kusam), fisiologi (menurunnya dayaberkecambah dan meningkatnya kecambahabnormal) maupun kimiawi (perubahan akti-vitas enzim, respirasi, laju sintesa, perubahanmembrane dan perubahan kromosom) yangakhirnya mengarah pada kematian (Justice danBass 1994). Benih kedelai yang mengalamikemunduran dapat dicerminkan oleh menu-runnya kadar fosfolipid, protein membrane,fosfor anorganik mitokondria, aktivitas spesifiksuksinat dehidrogenase, sitokrom oksidase danlaju respirasi.

Penyimpanan merupakan salah satu matarantai terpenting dalam kegiatan perrbenihankedelai. Faktor-faktor yang mempengaruhiviabilitas benih selama penyimpanan adalahfaktor internal (sifat genetik, kondisi kulit dankadar air awal) dan faktor eksternal (kemasanbenih, komposisi gas, suhu dan kelembabanruang simpan (Justice dan Bass 1994). MenurutMugnisjah (2007), benih kedelai yang mempu-nyai kandungan lemak yang tinggi dan karbo-hidrat rendah lebih cepat turun viabilitasnyadaripada benih yang memiliki kandungan lemakrendah dan karbohidrat tinggi. Mugnisjah(2007) juga menyatakan bahwa benih kedelaiyang berukuran besar lebih cepat menurundibanding benih berukuran kecil. Hal inidisebabkan karena benih berukuran besarmemiliki nisbah selaput yang lebih rendahdibanding benih berukuran kecil.

Meningkatkan Vigor Benih Kedelai

Perlakuan invigorasi benih dimaksudkan

Usaha untuk meningkatkan mutu benihyang sudah mundur dapat dilakukan denganteknik invigorasi (meningkatkan vigor benih).Cara yang dapat dilakukan sehubungan denganperlakuan invigorasi benih sebelum tanam yaituosmoconditioning (conditioning dengan meng-

Page 3: FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU BENIH KEDELAI

20

BULETIN PALAWIJA NO. 25, 2013

untuk meningkatkan performansi benih, diantaranya dengan perlakuan hidrasi dengandirendam, pembasahan dan pengeringan, osmo-conditioning dan matriconditioning. MenurutIlyas (2006) perlakuan invigorasi benih dapatmeningkatkan aktivitas enzim amylase dandehidrogenase serta memperbaiki integritasmembrane. Enzim tersebut membantu memper-baiki organel sel penting yang mengalamikerusakan. Aktivitas enzim amylase dan dehi-drogenase menunjukkan daya hidup benih.

Potensial air biji kering yang masih hidup(selanjutnya disebut benih) menurut Rouhi etal. (2010) sangat rendah (sekitar –6 sampai –100 bar) sehingga penyerapan air ke dalambenih berlangsung dengan cepat. Perlakuanosmoconditioning dapat mengurangi kecepatanmasuknya air ke dalam benih pada saat imbibisikarena adanya larutan garam seperti polietilenglikol yang memiliki potensial air cukup rendah.

Perlakuan invigorasi benih pada dasarnyamerupakan proses untuk mengontrol hidrasi.Menurut Khan (1992) yang dimaksud denganosmoconditioning (disebut juga priming) adalahpenambahan air secara terkontrol denganmenggunakan larutan garam yang memilikipotensial osmotik rendah seperti PEG, KNO3,K3PO4, MgSO4, gliseral, dan mannitol. Arms-trong dan McDonald (1992) menggunakanlarutan PEG untuk osmoconditioning benihkedelai. Sediyama et al. (2012) juga mengemu-kakan bahwa teknik osmoconditioning padabenih kedelai dapat meningkatkan vigor. Hasilpenelitian Afzal et al. (2002) dan Rouhi et al.(2010) menunjukkan bahwa osmoconditioningyang disertai dengan zat pengatur tumbuhdapat meningkatkan vigor dan daya tumbuhbenih, pertumbuhan tanaman dan hasil padatanaman jagung hibrida dan clover.

Prinsip matriconditioning seperti halnyaosmoconditioning, yaitu suatu perlakuan yangdilakukan sebelum benih ditanam. Matricon-ditioning adalah peningkatan fisiologis danbiokimiawi dalam benih selama penghambatanperkecambahan oleh media imbibisi yang memi-liki potensial matrik rendah dan potensialosmotik yang dapat diabaikan (Khan 1992).Tujuan dari perlakuan matriconditioningadalah menyeimbangkan tekanan potensial airbenih guna merangsang metabolisme benihagar siap berkecambah tetapi pemunculanradikula terhambat. Terhambatnya pemun-culan radikula mengakibatkan perubahanfisiologi dan biokemis benih dapat dicapai

dengan cepat sehingga proses perkecambahanterjadi dengan serentak (Khan 1992). Selamaconditioning benih akan menyerap air tetapiradikula tidak muncul, dengan demikian prosesmetabolisme dalam benih berjalan secara op-timal sehingga terjadi kerempakan perkecam-bahan serta mengurangi tekaman lingkunganyang kurang kondusif (Leubner 2006). MenurutIlyas (2006), media matriconditioning yang baikharus memiliki sifat tidak larut dalam air dantetap utuh selama conditioning, memiliki kapa-sitas pegang air yang tinggi, kemampuan meng-alirkan air tinggi, kerapatan ruang besar, luaspermukaan besar, memiliki kemampuan me-lekat pada permukaan benih dan mudahtercampur dengan tanah ketika benih ditanam.

MODIFIKASI MEDIAMATRICONDITIONING

Ilyas (2006) menyatakan bahwa penggunaanbahan padatan seperti serbuk gergaji, abu gosokdan pasir kuarsa sebagai bahan matricon-ditioning pada benih cabai lebih menguntung-kan karena lebih murah dan mudah didapat.Selanjutnya Hacisalihoglu dan White (2006)melaporkan bahwa matriconditioning padasuhu 30 oC dengan perbandingan benih 1 g, kal-sium silikat sintetis 0,5 g dan air sebanyak 0,5ml dapat meningkatkan vigor dan daya tumbuhbenih cabai.

Menurut Suhartiningsih (2003), juga menya-takan bahwa matriconditioning menggunakanarang sekam dapat meningkatkan viabilitasdan vigor benih kedelai. Bubuk arang sekammempunyai sifat yang ringan dan poroussehingga air yang tersedia bagi benih selamaproses matriconditioning dalam keadaan cukup.Selanjutnya Ilyas (2006), melaporkan bahwadibanding perlakuan invigorasi lainnya (osmo-conditioning), matriconditioning menggunakanabu gosok dan serbuk dengan perbandinganbenih:media:air masing-masing 9:6:10,5 selama17 jam dan 9:5:13 selama 12 jam lebih efektifmeningkatkan viabilitas dan vigor benih kedelaiyang telah disimpan selama 24 minggu.

Matriconditioning Plus

Matriconditioning dinilai efektif untukmeningkatkan perkecambahan berbagai jenisbenih. Kelebihan dari matriconditioning adalahdapat diintegrasikan dengan zat pengaturtumbuh, pestisida baik nabati maupun sintetis,atau mikroba yang berfungsi sebagai agenhayati (Ilyas 2006). Pengintegrasian teknik

Page 4: FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU BENIH KEDELAI

SUCAHYONO: INVIGORASI BENIH KEDELAI

21

matriconditioning dengan teknik aplikasi benihlainnya ini selanjutnya disebut sebagai matri-conditioning plus. Dengan demikian matricon-ditioning plus ini akan dapat digunakan untukmeningkatkan performansi benih sesuai kebu-tuhan.

Menurut Khan et al. (1992), bahwa fungisidayang ditambahkan pada benih wortel, tomat dancabai dapat dijadikan alternatif untuk perbaikanbenih dalam matriconditioning. SelanjutnyaIlyas (2005) juga melaporkan bahwa pada benihbeet, kombinasi matriconditioning denganmetalaxyl dan tolclofos-methyl efektif dibanding-kan dengan perlakuan matriconditioning sajaatau fungisida saja dalam memperbaiki penam-pakan dan mengurangi kematian benih padatanah yang terinfekti pathogen terbawa tanahRhizoctonia solani. Kombinasi perlakuanfungisida dan matriconditioning juga berpe-ngaruh dalam peningkatan rata-rata dan per-sentase kecambah muncul pada jagung manis(Hartz dan Caprile 1995). Hasil penelitian Ilyasdan Sudarsono (2002) juga menunjukkanbahwa pengintegrasian minyak cengkeh danmankozeb dalam perlakuan matriconditioningdengan media bubuk arang sekam dapatmenurunkan tingkat kontaminasi Colletotricumcapsisi dan meningkatkan viabilitas dan vigorbenih cabai. Menurut Kuo et al. (2006) dan Yukti(2009), matriconditioning plus B. subtilismampu meningkatkan indeks vigor, dayatumbuh, pertumbuhan tanaman, jumlah malaiproduktif dan berat gabah bernas per rumpunserta menurunkan tingkat infeksi cendawan danbakteri.

Kombinasi matriconditioning danRhizobium pada Benih Kedelai

Tanaman kedelai dapat bersimbiosis denganRhizobium yang menambat N2 dari udara danmemasok 60% dari total N yang diperlukantanaman (Shutsrirung et al. 2002). EfektivitasRhizobium dalam memasok N pada tanamaninang ditentukan oleh jenis tanaman, kesesuaiangenetik antara tanaman dan Rhizobium, sifatkimia dan biologi tanah (Ilyas et al. 2003;Sucahyono dan Soedarjo 2007). Kepadatan selRhizobium endogen pada tanah yang bukanbekas tanaman kacang-kacangan umumnyasangat rendah (sekitar 102 sel/g tanah), sedang-kan kebutuhan minimal untuk pembentukanbintil akar adalah 103 sel/g tanah (Soedarjo &Sucahyono 2006).

Salah satu upaya untuk mengembalikanmutu benih yang telah menurun adalah denganinvigorasi. Menurut Suhartiningsih (2003) danSopyan (2003), matriconditioning mengguna-kan arang sekam plus inokulan Bradyrhizobiumjaponicum dan Azospirillum lipoferum selama12 jam pada benih kedelai dapat meningkatkanpertumbuhan dan hasil kedelai kuning danmenghemat pemakaian pupuk N.

Kedelai hitam varietas Detam 1 dan Detam2 yang mendapat perlakuan matriconditioningserbuk arang sekam lembab (perbandinganbenih : serbuk arang sekam : air = 9 : 6 : 7) plusRhizobium menghasilkan jumlah bintil akartertinggi, lebih tinggi dibanding matricondi-tioning dan inokulan saja (Sucahyono 2011)(Gambar 1). Fenomena ini menunjukkan bahwaperlakuan matriconditioning plus inokulandapat meningkatkan jumlah bintil akar. Halini mengindikasikan bahwa inokulasi yang di-lakukan bersamaan dengan matriconditioningdapat meningkatkan infektivitas Rhizobium.Penelitian Suhartiningsih (2003) juga menun-jukkan bahwa matriconditioning plus inokulanB. japonicum dan A. lipoferum pada suhu kamardapat meningkatkan jumlah nodul, bobot keringakar dan bobot tajuk kedelai.

Perlakuan matriconditioning plus inokulanmempunyai kadar klorofil daun paling tinggidibanding perlakuan lainnya. Tanaman yangmendapat perlakuan matriconditioning mempu-nyai kadar klorofil daun tidak berbeda denganperlakuan inokulasi, namun demikian masihlebih tinggi dibanding kontrol (Gambar 1). Feno-mena ini mengindikasikan bahwa matricondi-tioning dapat meningkatkan efektifitas Rhizo-bium dalam meningkatkan kadar klorofil daundibanding inokulasi biasa dan kontrol tanpaperlakuan.

Perlakuan matriconditioning plus inokulanatau inokulan dapat meningkatkan hasil bijikering sehingga lebih tinggi dibanding kontroldan perlakuan matriconditioning saja, walau-pun secara statistik tidak berbeda nyata(Gambar 2). Menurut Soedarjo et al. (2003), ino-kulasi Rhizobium pada tanah yang mempunyaikandungan N cukup untuk tanaman tidak ber-pengaruh terhadap hasil. Namun demikianperlakuan matriconditioning plus rhizobiumsangat berpengaruh terhadap komponen hasilyaitu jumlah polong isi per tanaman (Gambar2). Inokulasi rhizobium yang dilakukan bersa-maan pada saat perlakuan matriconditioningmenghasilkan jumlah polong isi yang lebih

Page 5: FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU BENIH KEDELAI

22

BULETIN PALAWIJA NO. 25, 2013

tinggi dibanding inokulasi cara biasa. Deraanlingkungan berupa musim hujan yang berke-panjangan pada saat penelitian berlangsungdiduga menyebabkan pengaruh perlakuanterhadap hasil biji kering tidak terlihat.

Populasi Rhizobium endogen tanah darilahan percobaan relatif rendah (sekitar 400 sel/g tanah) (Tabel 1). Hal ini disebabkan karenalahan percobaan merupakan bekas tanamanubijalar dan tanaman cabai. Penanaman tana-man selain kacang-kacangan dapat memutussiklus hidup Rhizobium sehingga populasinyarendah (Soedarjo dan Sucahyono 2006). Padalahan bekas penelitian, populasi Rhizobiumendogen meningkat antara 1200 sel/g tanah

(pada petak kontrol) hingga 6000 sel/g tanah(pada petak perlakuan matriconditioning plusinokulan). Hal ini disebabkan karena padatanaman di petak matriconditioning plus ino-kulan mempunyai banyak bintil akar sehinggapopulasi Rhizobium sangat tinggi. Perlakuanmatriconditioning plus inokulan dapat mening-katkan populasi Rhizobium endogen sebesar 15kali lipat dibanding sebelum inokulasi. Populasitersebut sudah sangat layak untuk pemben-tukan bintil akar sehingga pada musim tanamberikutnya tidak diperlukan inokulasi.

Kandungan N tanah setelah penelitian me-ningkat. Peningkatan tertinggi dicapai padatanah bekas petak perlakuan matriconditioning

Gambar 1. Pengaruh perlakuan matriconditioning terhadap jumlah bintilakar dan kadar klorofil daun kedelai hitam. Mo-Io: kontrol, M-1:Matriconditioning, I-1: Inokulasi rhizobium, M1-I1: matriconditioningplus rhizobium.

Sumber: Sucahyono (2011).

Gambar 2. Pengaruh perlakuan matriconditioning terhadap jumlah polongisi/tanaman dan hasil biji (t/ha) kedelai hitam. Mo-Io: kontrol, M-1:Matriconditioning, I-1: Inokulasi rhizobium, M1-I1: matriconditioningplus rhizobium.

Sumber: Sucahyono (2011).

Page 6: FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU BENIH KEDELAI

SUCAHYONO: INVIGORASI BENIH KEDELAI

23

plus inokulan (17,6%), diikuti matriconditioning(16,0%), inokulan (14,3%) dan terakhir kontrol(12,5%) (Tabel 5). Diduga tambahan N dariRhizobium inokulan komersial dan Rhizobiumendogen ditambah residu N dari sisa pemupu-kan menyebabkan pada petak perlakuanmatriconditioning plus inokulan mempunyaikandungan N tanah paling tinggi. Pada kontrol,peningkatan kandungan N tanah didapat daritambahan N yang berasal dari Rhizobiumendogen dan residu N dari pupuk.

Posisi matriconditioning dalam SistemPerbenihan Kedelai

Menurut Justice dan Bass (1994), benihkedelai mengandung protein cukup tinggi(+37%). Komposisi kimia benih yang didominasiprotein menyebabkan sangat higroskopissehingga mudah menahan dan menyerap uapair. Protein juga bersifat mudah mengalamidenaturasi. Kondisi ini menyebabkan benihkedelai mudah sekali mengalami kemunduran.Selain faktor dari luar benih, kemunduran benihjuga dipengaruhi oleh faktor dari dalamdiantaranya denaturasi protein. Denaturasiprotein terjadi pada protein histon dan kromo-som yang dapat menghambat aktivitas DNA,pada protein enzim yang dapat menghambatreaksi-reaksi biokimia dalam benih, dan padaprotein membrane yang menyebabkanmenurunnya integritas membrane.

Kondisi ruang simpan yang tidak optimalsangat memungkinkan benih kedelai banyakmenyerap uap air sehingga berakibat cepatmengalami kemunduran. Fenomena ini akanmenjadi masalah yang serius dalam sistemJabalsim yang sangat berperan dalam pengem-

bangan benih kedelai. Dengan demikian untukwaktu-waktu mendatang, teknik invigorasibenih sangat diperlukan.

Keberadaan pupuk kimia N yang semakinlangka dan mahal menyebabkan perananbakteri penambat N dalam hal ini Rhizobiumsangat penting. Pupuk hayati Rhizobiumdengan harga yang lebih murah danterjangkau sudah mampu menggantikan pupukkimia N yang selain mahal juga berdampaknegatif pada tanah. Rhizobium yang sudahdiaplikasikan akan dapat bertahan hidup didalam tanah sehingga untuk penanamanberikutnya tidak memerlukan inokulasi lagi.

Kombinasi antara teknik invigorasi dalamhal ini matriconditioning dengan inokulasiRhizobium akan sangat bermanfaat. Banyakhal yang dapat didapatkan dari penggabungandua perlakuan tersebut yaitu meningkatnyainfektifitas dan efektifitas Rhizobium, pertum-buhan dan hasil tanaman, serta penguranganpenggunaan pupuk kimia N.

KESIMPULAN

1. Teknik invigorasi benih yang paling sesuaidan dapat digunakan untuk mengatasimasalah kemunduran benih kedelai adalahmatriconditioning, yaitu priming denganmenggunakan serbuk arang sekam lembab(perbandingan benih : serbuk arang sekam :air = 9 : 6 : 7) selama 12 jam.

2. Perlakuan matriconditioning yang dikom-binasi dengan Rhizobium dapat meningkat-kan populasi Rhizobium endogen, infekti-vitas dan efektifitas Rhizobium dan mening-katkan pertumbuhan dan hasil kedelai.

Tabel 1. Peningkatan populasi Rhizobium endogen tanah setelah penelitian

Peningkatan PeningkatanPopulasi Rhizobium (sel/g tanah) populasi Rhizobium kandungan N

endogen (x lipat) tanah (%)Sebelum perlakuan Luar petak Dalam petak Rata-rata ––––––––––––––––––––––––––––––––––––

305 500 400 ––––––––––––––––––––––––––––––––––––Setelah perlakuan Detam 1 Detam 2 Rata-rataKontrol 1000 1400 1200 3,0 12,5Matriconditioning 2800 500 1650 4,1 16,0Inokulan 1000 2000 1500 3,8 14,3Matri +inokulan 8000 4000 6000 15,0 17,6Keterangan: Matri= matriconditioning. Sumber: Sucahyono (2011).

Page 7: FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU BENIH KEDELAI

24

BULETIN PALAWIJA NO. 25, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Afzal I, Shahzad MAB, Ahmad N, Cheema MA,Warraich EA, and Khalid A. 2002. Effect of prim-ing and growth regulator treatments on emergenceand seedling growth of hybrid maize (Zea mays L.).Internat J of Agri and Biol 4(2) 303–306.

Amstrong H and MB McDonald. 1992. Effecs ofosmoconditioning on water uptake and electricalconductivity in soybean seeds. Seed Sci. Tech.20:391–400.

Badan Litbang Pertanian. 2008. Ketersediaan Tekno-logi dalam Mendukung Peningkatan ProduksiKedelai Menuju Swasembada. http://agri-research.or.id/press/one/14/pdf/ Ketersediaan%20Teknologi% 20dalam% 20 Mendukung% 20Peningkatan% 20Produksi%20Kedelai% 20Menuju % 20Swasembada.pdf [26 Mei 2010].

Badan Litbang Pertanian 2012. Inovasi teknologiuntuk mewujudkan swasembada kedelai 2014.Bahan diskusi mencapai swasembada kedelai diKementerian Pertanian tgl 5 September 2012.

BPS 2012. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik.Indonesia. WWW.PBS.go.id.

Danapriatna N. 2012. Pengaruh penyimpananterhadap viabilitas benih kedelai. www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/131 [3-32013]

Hacisalihoglu G and White J. (2006). Optimum matri-conditioning treatments for improving pepper seedgermination. Proc. Fla. State Hort. Soc. 119: 282–283.

Harsono A.,D. Sucahyono, Suryantini dan Prihastuti,2009. Teknologi perakitan pupuk hayati padatanaman kacang-kacangan di lahan keringmasam. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Pangan. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian. 51 hlm.

Hartz TK and J Caprile. (1995). Germination of sh2sweet corn following seed desinfestation, sollid-ma-trix priming and microbial seed treatment. Hort.Science. 30(7):1400–1402.

Ilyas S, Surahman M, Saraswati R, Gunarto L,Adisarwanto T. 2003. Peningkatan mutu benih danproduktivitas kedelai dengan teknik invigorasibenih menggunakan matriconditioning daninokulan mikroba. Laporan Hasil Penelitian. LPPMIPB. Bogor. 61 hlm.

Ilyas S dan Sudarsono. 2002. Correlation among lev-els of Colletotricum capsisi infection, emergence,germination of hot pepper (Capsicum annum L.)seed. Second Workshop on Management of SeedHealth of Important Vegetable Crop. Bogor, 7–11Oktober 2002. IPB Plant Research InternationalEnza Zaden (tidak dipublikasikan).

Ilyas S. 2005. Invigorasi benih. Makalah Magang VigorBenih. Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 6–19 Desember.Ilyas S. 2006. Seed treatments using matriconditioning

to improve vegetable seed quality. Bul. Agron. (34)(2)124–132.

Justice OL dan LN Bass. 1994. Prinsip PraktekPenyimpanan Benih. Terjemahan Rennie Roesli.PT Raja Grafindo. Jakarta. 446 hlm.

Khan AA. 1992. Preplant physiological seed condi-tioning. Di dalam: Janick J, editor. HorticultureReview. Willey and Sons Inc. p: 131–181.

Kuo LC, Cheng WY, Wu RY, Huang CJ, Lee KT. 2006.Hydrolysis of black soybean isoflavone glycosidesby Bacillus subtilis natto. Appl Microbiol Bio-technol. 73:314–320

Leubner G. 2006. The Seed Biology Place. http://www.seedbiology.de [11–01–13]

Mugnisjah Q. 2007. Komposisi kimia beberapa varie-tas kedelai (Glycine max (L.) Merr) dan hubungan-nya dengan viabilitas benih. http://kecubung6.com/index2.php? option= com_ content &do_pdf=1&id=180. [03–03–2013].

Mulyani, A. 2006. Potensi lahan kering masam untukpengembangan pertanian. Warta Penelitian danPengembangan Pertanian. 28 (2) : 16–17.

Rouhi AR, Afshari RT, Moosavi SA and GharinehMH. 2010. Effect of osmopriming on germinationand vigour traits of Bersim Clover (Trifoliumalexandricum L.)

Shutsrirung A, Sutigolabud P, Santasup S, Seno K,Tajima S, Hisamatsu M, Bhromsiri A. 2002. Sym-biotic, efficiency and compatibility of native rhizo-bia in nothern Thailand with different soybeancultivars. Soil Sci. Plant Nutr. 48: 491–499.

Soedarjo M, Manshuri AG, Adie MM, Ishiki K. 2003.Effectiveness of comercial Rhizobial inocula on thegrowth and seed yield of improve soybean varietieson Upland Alfisol in East Java. Japanese Journalof Tropical Agriculture 47(3): 175–181

Soedarjo M dan Sucahyono D. 2006. Estimasi densitasdan efektivitas Rhizobium endogen (alam) lahankering Alfisol pada tanaman kedelai. Dalam:Suharsono, Makarim AK, Rahmianna AA, AdieMM, Taufiq A, Rozi F, Tastra IK, Harnowo D, edi-tor. Prosiding Seminar Peningkatan ProduksiKacang-kacangan dan Umbi-umbian MendukungKemandirian Pangan. Balitkabi Malang. hlm 431–440.

Sopyan 2003. Matriconditioning plus inokulan B.japonicum dan A. lipoferum serta fungisidaterhadap pertumbuhan dan penambatan nitro-gen kedelai (Glycine max (L.) Merr). [skripsi].Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sucahyono D, Soedarjo M. 2007. KompatibilitasRhizobium endogen tanah Entisol Kendalpayakdengan beberapa varietas kacang hijau. Di dalam:Prosiding Seminar Peningkatan ProduksiKacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung

Page 8: FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU BENIH KEDELAI

SUCAHYONO: INVIGORASI BENIH KEDELAI

25

Kemandirian Pangan. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. hlm 286–298.

Sucahyono D. 2011. Pengaruh pelakuan matricon-ditioning plus inokulan terhadap pertumbuhantanaman, hasil dan mutu benih kedelai hitam (Gly-cine soja (L.) Merr). [tesis] Sekolah PascasarjanaIPB Bogor. 57 hlm.

Suhartiningsih. 2003. Peningkatan mutu benih danpertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max (L.)Merr) dengan matriconditioning yang diintegra-sikan dengan inokulan mikroba. [tesis]. Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor. JurusanBudidaya Pertanian. IPB, Bogor. 45 hlm.

Sediyama CAZ, Reis MS, Sediyama CS, Dias MA,Sediyama T, Fernandes DC and Dias S. 2012. Physi-ological quality of soybean seed cultivars byosmoconditioning. Comunicata Sientiae 3(2):90–97,2012.

Yukti AM. 2009. Efektivitas matriconditioning plusagens hayati dalam mengendalikan patogenterbawa benih, peningkatan vigor, dan hasil padi.[tesis] Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. 71 hlm.