faktor-faktor internal yang berhubungan...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR
BALITA USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SITU GINTUNG CIPUTAT TAHUN 2013
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
YANTI MULYANTI
109104000031
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERT{TIBUNGAN I}ENGANKELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA USTA 1-5 TAHUN I}IWILAYAH KERJA PUSKESMAS SITU GINTUNG CIPUTAT TAHUN
2013
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedolcteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Ne.qeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
YANTI MUI,YANTI
Nnvr . tnotnil nnnn?tI \ lLYI t Lltf, IUtUUUUG!I
Darnhirnhinrt TTl vllrvllll(r1116 rr
Jamaludin. S.Kp.. M.Kep
NIP. 19680522200801 1007
PROGRAM STUDI IMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAhI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NrP. 19790520200901 i01
i435}J12014h,f
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERIITJBUNGAN DENGANKELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA USIA 1-5 TAHUN DIWILAYAH KERJA PUSKASMAS SITU GINTUNG CIPUTAT TAHUN
20i3
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :
YANTI MULYANTI
NIM: 109104000031
Pembimbing II
w-Jamaludin. S.KD.. M.Kep
NIP. 19680522200801 100?
Penguji I
M;Puspita Palupi. S.kep.. M.Kep.. Ns.SD.KeD.Mat
NIP. 19801 r 192S1 10l20t)6
Jamaludin. S.Kp..M.KeD
NIP. 19680522200901 1S07
ilr
Warfs Budi Ut
NIP. 19790520200901 101
Penguji II
Ns. WarasBudi
NrP. i9790520 2
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG UJIAI\ SKRIPSI
PROGRAM STTIDI ILMU KEPERAWATAII
FAKULTAS KEDOKTERAII DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ciputat, Januari 2014
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keprawatan
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadiudin. Sp. And
L
Hidayatullah Jakarta
Waras Budi U
NIP. 1979A520 200901
111
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karyaasli saya yangdiajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya
cantumkan dengan ketentuan
Ilmu Kesehatan Universitas
Jakarta.
gunakan dalam penulisan ini telah saya
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yangberlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Oktober 2013
IV
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yanti Mulyanti
Tempat, Tanggal Lahir : Cipanas, 27 Juli 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Kp. Gajrug RT 003 RW 001
Kel. Bintangresmi, Kec. Cipanas
Banten
Telepon/Hp : 087774560298
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Bintangresmi II (1997-2003)
2. MTS Tremas (2003-2006)
3. SMAT Daarussa’adah (2006-2009)
4. S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)
vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Oktober 2013
Yanti Mulyanti, NIM: 109104000031
Faktor-Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung Ciputat
tahun 2013
xix + 99 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 5 lampiran
ABSTRAK
Imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Hepatitis B, Polio, dan Campak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kelengkapan imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ
Gintung.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun sebanyak 100
orang dan data yang diperoleh menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil analisis univariat menunjukkan dari 100 responden terdapat 14 (14%)
responden tidak memberikan imunisasi dasar lengkap, 26% responden memiliki
pengetahuan kurang baik, 23% memiliki tingkat pendidikan rendah, 15% responden
bekerja, 17% memiliki penghasilan kurang dari UMR, 25% memiliki jarah jauh, dan
52% memiliki sikap negatif terhadap pemberian imunisasi. Hasil analisis bivariat
dengan uji statistik Chi-Square, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, jarak,
dan sikap (P value=0.000, 0.000, 0.000, 0.037, 0.000, 0.003) dengan imunisasi dasar
lengkap. Diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan penyuluhan dengan cara
yang lebih efektif dan mengevaluasi efektifitas kinerja setiap kader posyandu.
Kata Kunci: Imunisasi, Pengetahuan, Pendidikan, Status Pekerjaan, Pendapatan
Keluarga, Jarak, Sikap.
vii
THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCES
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA
Undergraduated thesis, October 2013
Yanti Mulyanti, NIM: 109104000031
Internal Factors Associated With Primary Immunization Completeness in 1-5
Years Children in Puskesmas Situ Gintung Cipuatat in 2013
xix + 99 pages + 14 tables + 2 schemes + 5 attachments
ABSTRACT
Immunization is disease prevention efforts to reduce morbidity, disability, and
death from diseases that can be prevented by immunization, ie Tuberculosis,
Diphtheria, Pertussis, Hepatitis B, Polio, and Measles. This study aims to determine
the factors related to the completeness of the basic immunization of children aged 1-5
years in the Puskesmas Situ Gintung.
This research is quantitative cross-sectional design. The sample was mothers
who have children aged 1-5 years as many as 100 people, and the data were obtained
using a questionnaire. Analysis of the data used were univariate and bivariate.
Univariate analysis showed results of 100 respondents there were 17 (14%) of
respondents are not fully immunized, 26% of respondents had poor knowledge, 23%
had a low educational level, 15% of respondents work, 17% have an income of less
than the minimum wage, 25% have long distance, and 52% have a negative attitude
towards immunization. Results of the bivariate analysis statistical test Chi-Square,
showing that there is a significant relationship between knowledge, education level,
employment status, family income, distance, and attitudes (P value = 0.000, 0.000,
0.000, 0.037, 0.000, 0.003) with complete basis immunization. Health workers are
expected to do counseling with a more effective way to evaluate the effectiveness and
performance of each posyandu.
Keywords: Immunization, Knowledge, Education, Employment status, family
income, distance, attitude.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan kelengkapan Imunisasi
Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung Tahun 2013”
yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana keperawatan.
Selama proses pendidikan dan penyusunan proposal skripsi ini, penulis
banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih
dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
pembimbing 1 yang telah membimbing dan banyak memberi banyak saran demi
terselesaikannya penulisan penelitian ini.
3. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep, MSc Selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Jamaludin selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan masukan dalam penulisan penelitian ini.
ix
5. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala pengalamannya
yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami selaku
mahasiswa.
6. Seluruh staf bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu kelancaran
hal-hal administratif.
7. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan beserta seluruh stafnya kerana
telah membantu dalam perizinan penelitian.
8. Kepala Puskesmas Situ Gintung Hj. Sri Naikowi Ningsih, S.ST yang telah
memberikan izin kepada kepada peneliti untuk melakukan penelitian di
tempatnya.
9. Kepala Puskesmas Ciputat Timur yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk uji validitas.
10. Bidan Elvira dan Bidan Devi selaku pembimbing lapangan yang telah membantu
dalam pemberian data, memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran.
11. Kader-kader Posyandu yang telah membantu dalam perizinan dan pengambilan
data penelitian.
12. Kedua Orang Tua saya, ayahanda tercinta Almarhum H. Marjuk yang telah
tenang berada di tempat peristirahatan terakhir semoga amal ibadahnya di terima
di sisi Mu Ya Rabb dan mendapatkan tempat yang nyaman yakni syurga Mu Ya
Rabb, Amiin Ya Rabbal’alamiin. Kemudian Ibu Hj. Erum tercinta yang selalu
memberikan kasih sayang, dukungan, do’a, pengorbanan baik moril maupun
materil dan semangat selama hidup ini demi terselesaikannya penelitian ini.
x
13. Kakakku tersayang Zainuddin, Siti Munawaroh, Dedi Hamdi, Neneng Nurlaila,
dan Adikku tersayang Riska Nurizkillah Al-Maulidah terimakasih Do’a dan
semangatnya.
14. Sahabat-sahabatku (She2, Inggar, Anggi, Ling2, Winda, Sumi) dan teman-
teman satu pembimbing (Eva dan Arum), dan seluruh angkatan 2009 yang telah
berjuang bersama dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu
Keperawatan.
Demikian penyusunan skripsi ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan. Oleh sebab itu kritik dan saran
untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Terimakasih untuk semua
bimbingan, arahan, kritikn dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga
Allah melimpahkan rahmat, kemudahan kepada kita semua.
Jakarta, Oktober 2013
Yanti Mulyanti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
ABSTRACT .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 13
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi ........................................................................................ 14
1. Definisi Imunisasi .................................................................... 14
2. Manfaat Imunisasi ................................................................... 15
3. Macam-macam Imunisasi ....................................................... 16
4. Imunisasi Dasar Pada Bayi ....................................................... 18
5. Pengembangan Program Imunisasi Di Indonesia .................... 23
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi ......... 24
1. Pengetahuan ............................................................................. 25
2. Tingkat Pendidikan ................................................................. 30
3. Status Pekerjaan ....................................................................... 33
4. Pendapatan Keluarga ................................................................ 34
5. Jarak Dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan ........................ 35
6. Sikap ........................................................................................ 36
C. Penelitian Terkait ............................................................................ 42
D. Kerangka Teori ............................................................................... 46
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ........................................................................... 47
B. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 48
C. Definisi Operasional ....................................................................... 49
xiii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................ 52
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................ 53
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 53
1. Populasi Penelitian .................................................................. 53
2. Sampel Penelitian .................................................................... 53
D. Teknik Pengambilan Sampling ...................................................... 56
E. Alat Pengumpul Data dan Prosedur Penelitian .............................. 56
1. Jenis Data ................................................................................ 56
2. Instrumen Penelitian ................................................................ 56
3. Uji Validitas dan Reabilitas ..................................................... 59
4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 61
F. Pengolahan Data ............................................................................. 62
G. Teknik Analisa Data ....................................................................... 64
H. Etika Penelitian .............................................................................. 65
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Situ Gintung .................................... 67
B. Analisa Univariat ........................................................................... 68
1. Gambaran Kelengkapan Imunisasi .......................................... 69
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu ....................................... 69
3. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu ......................................... 70
4. Gambaran Status Pekerjaan Ibu .............................................. 70
5. Gambaran Pendapatan Keluarga ............................................. 71
xiv
6. Gambaran Jarak Rumah .......................................................... 72
7. Gambaran Sikap Ibu ................................................................ 72
C. Analisa Bivariat .............................................................................. 73
1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki
Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi .......... 73
2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Yang Memiliki
Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi .......... 74
3. Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Yang Memiliki Balita
Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ..................... 75
4. Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Yang Memiliki Balita
Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ..................... 76
5. Hubungan Antara Jarak Rumah Yang Memiliki Balita Usia 1-5
Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi.................................... 77
6. Hubungan Antara Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-5
Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi.................................... 78
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat ........................................................................... 80
1. Gambaran Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ...................... 80
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu ....................................... 82
3. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu .......................................... 83
4. Gambaran Status Pekerjaan Ibu .............................................. 83
5. Gambaran Pendapatan Keluarga ............................................. 84
6. Gambaran Jarak Rumah .......................................................... 85
xv
7. Gambaran Sikap Ibu ................................................................ 86
B. Analisis Bivariat ............................................................................. 88
1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki
Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ........ 88
2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Yang Memiliki Balita
Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ................... 90
3. Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Yang Memiliki Balita
Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ..................... 91
4. Hubungan Antara Pendapatan keluarga Yang Memiliki Balita
Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ..................... 93
5. Hubungan Antara Jarak Rumah Yang Memiliki Balita Usia
1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ............................. 94
6. Hubungan Antara Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Usia
1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ............................. 95
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 97
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 98
B. Saran ............................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................. 50
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kelengkapan Imunisasi......................... 69
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu ...................... 69
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu ........................ 70
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu ............................. 70
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pendapatan keluarga ............................ 71
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jarak ..................................................... 72
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu .............................................. 72
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ..................................... 73
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ..................................... 74
Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ..................................... 75
Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Pendapatan Keluarga Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ..................................... 76
xvii
Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Jarak Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ..................................... 77
Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Sikap Ibu Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ..................................... 78
xviii
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori ....................................................... 46
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................... 47
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Concent
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Output Uji Validitas, Analisis Univariat dan Bivariat
Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, dan polio
merupakan penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas pada anak, sehingga
sangat penting untuk menggunakan cara preventif yang tersedia seperti
imunisasi. Semua tenaga kesehatan yang menangani seorang anak harus
menekankan perlunya imunisasi pada orang tua dan menjalankan kebijakan
ini. Karena anak memiliki hak untuk terlindung dari penyakit infeksi.
Imunisasi pada masyarakat meningkatkan imunitas kelompok, yang
menurunkan kemungkinan transmisi infeksi diantara anak-anak serta
memungkinkan terjadinya eradikasi penyakit. Hampir 2 juta anak meninggal
tiap tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dan lebih dari
90.000 anak menjadi korban polio paralitik (Meadow & Simon, 2005).
Salah satu upaya pencegahan penyakit adalah dengan dilakukannya
imunisasi. Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh
seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga kelak jika terpapar penyakit tidak
akan menderita penyakit tersebut. Imunisasi merupakan program upaya
pencegahan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I), yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Hepatitis B,
Polio, dan Campak. Imunisasi juga merupakan upaya nyata pemerintah untuk
1
2
mencapai Millenium Development Goals (MDGs), khususnya untuk
menurunkan angka kematian anak. Indikator keberhasilan pelaksanaan
imunisasi diukur dengan pencapain Universal Child Immunization (UCI) yaitu
minimal 80% bayi di desa atau kelurahan telah mendapatkan imunisasi
lengkap, yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan Campak.
Kementerian Kesehatan memiliki target bahwa pada tahun 2014, UCI
mencapai 100% (Depkes, 2010).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2008). Sesuai dengan
program organisasi dunia World Health Organization (WHO), pemerintah
mewajibkan imunisasi yang termasuk dalam Program Pengembangan
Imunisasi (PPI). Imunisasi tersebut adalah BCG, DPT-HB, Polio, Campak,
dan Hepatitis. Kelima imunisasi tersebut dikenal dengan Lima Imunisasi dasar
Lengkap (LIL) yang merupakan imunisasi wajib bagi anak di bawah 1 tahun.
Jumlah dan interval pemberian setiap imunisasi berbeda-beda, diantaranya
satu kali imunisasi BCG diberikan ketika bayi berumur kurang dari 3 bulan,
imunisasi DPT-HB diberikan ketika bayi berumur 2,3,4 bulan dengan interval
minimal 4 minggu, imunisasi polio diberikan pada bayi baru lahir dan tiga
kali berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat 4 minggu. Imunisasi
campak diberikan pada bayi berumur 9 bulan (Depkes, 2010).
3
Upaya imunisasi di Indonesia mulai diselenggarakan pada tahun 1956,
ini merupakan upaya kesehatan yang paling cost effective, karena dengan
imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia
dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Pada tahun 1977
upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam
rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) yaitu : tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus,
dan hepatitis B (Depkes, 2006). Menurut Depkes (2008) kurang dari separuh
(46%) anak usia satu tahun mendapat imunisasi dasar lengkap, (45%)
mendapat imunisasi dasar tidak lengkap, dan (9%) sama sekali tidak mendapat
imunisasi dasar.
Menurut data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (2010),
didapatkan hasil dengan persentase imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi
sampai terendah adalah untuk BCG (77,9%), campak (74,4%), polio4
(66,7%), dan terendah DPT-HB3 (61,9%). Bila dilihat masing-masing
imunisasi menurut provinsi, Banten menempati urutan ke 15 dengan hasil
BCG (76,3 %), Polio (64,5 %), DPT-HB ( 57,7 %), Campak ( 69,3%).
Adapun cakupan imunisasi dasar lengkap yang sudah di dapatkan anak umur
12-23 bulan sebesar 53,8 %, yang tidak lengkap sebesar 33,5 % dan yang
tidak imunisasi sebesar 12,7 %. Sedangkan jika dilihat dari segi pendidikan
orang tua tamat SD (48,8%), tamat SMP (57,0 %), SMA (61,1%), Perguruan
Tinggi (67,7%). Apabila dilihat dari segi pekerjaan, yang tidak bekerja
4
(57,7%), pegawai (67,7%), wiraswasta (57,4%), petani/ nelayan/ buruh
(47,2%). Ini menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat
pendidikan dan status ekonomi maka semakin tinggi pula status imunisasi
dasar balita.
Menurut Yendra (2009), anak usia satu tahun yang tidak mendapat
imunisasi dasar paling banyak di Jawa Barat (41,2 ribu anak), diikuti dengan
Sumatera Utara (40,8 ribu anak), Jawa Timur (36,9ribu anak), Banten (26,0
ribu anak) dan Sulawesi Selatan (20,1 ribu anak).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang (2008), terdapat 57.733 bayi di Kabupaten Tangerang yang
menjadi sasaran imunisasi. Sebanyak itu, baru 43,1 % (24.860) saja yang telah
mendapatkan vaksin BCG. Masih 56,9% lagi bayi yang belum mendapatkan
vaksin yang berfungsi mencegah penyakit TBC tersebut .
Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan, 54 kelurahan dengan
jumlah penduduk 1.365.385 jiwa dan 149.614 jiwa balita yang masih
memiliki masalah kesehatan, salah satunya adalah angka kematian bayi
(AKB) sebanyak 47 jiwa dan angka kematian balita (AKBal) sebanyak 20
jiwa. Dari kasus tersebut penyebabnya karena kelainan kongenital 15, asfiksia
13, BBLR 8, ikterus 1 ( Dinkes Tangerang Selatan, 2011 ).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ladifre (2006) Dari 234
responden ibu yang mempunyai anak berumur 12-59 bulan diperoleh hasil
sebesar (28,2%) yang melakukan imunisasi dasar lengkap. Adapun jika dilihat
5
dari segi jarak ke pelayanan kesehatan, dari 64 ibu dengan jarak terdekat > 2,5
km diperoleh 15 (23,4%) menunjukkan status imunisasi dasar anaknya
lengkap, dan 51 (30,0%) dari 170 dengan jarak ≤ 2,5 km menunjukkan status
imunisasi dasar anaknya lengkap. Dan menunjukkan masih cukup rendahnya
balita yang melakukan imunisasi dasar lengkap di kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil penelitian Jannah (2009) di Puskesmas Padarincang
Kabupaten Pandeglang, di dapatkan hasil bahwa dari 282 ibu yang memiliki
balita usia 12-23 diperoleh hasil 28 (9,9 %) yang status imunisasi dasarnya
lengkap. Sedangkan dilihat dari segi analisis data, terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu, pendidikan ibu, sikap ibu, dan dukungan keluarga dengan
status imunisasi dasar lengkap.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena
pada umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak diberikan pada orang
tua khususnya ibu. Oleh karena itu, pendidikan seorang ibu sangatlah penting
dalam mendidik seorang anak. Karena tingkat pendidikan ibu sangat
menentukan kemudahan dalam menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi
tingkat pendiidkan ibu, maka akan semakin cepat tanggap dengan perubahan
kondisi lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan
selanjutnya akan mengikuti perubahan itu (Notoatmodjo, 2003).
Status pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan dalam
mengimunisasai anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja akan mempunyai
kesempatan untuk mengimunisasikan anaknya dibanding dengan ibu yang
6
bekerja. Pada ibu-ibu yang bekerja diluar rumah sering kali tidak mempunyai
kesempatan untuk datang ke pelayanan imunisasi karena mungkin saat
dilakukan pelayanan imunisasi ibu masih bekerja ditempat kerjanya. Sering
juga ibu yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya lupa akan jadwal
imunisasi anaknya (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (2011), bahwa
dari 25 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang Selatan,
cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung tergolong rendah
karena presentase cakupan imunisasinya adalah BCG (84%), Polio (78,16%),
DPT+HB 1 (78,2%), DPT+HB3 (74,7%), Campak (71,9%). Dengan hasil
seperti itu, menunjukkan bahwa status imunisasi dasar lengkapnya belum
mencapai standar Universal Child Immunization (UCI), padahal standar UCI
sebesar 80%. Sedangkan data yang diperoleh dari Puskesmas Situ Gintung
(2013), dari 643 bayi hanya 629 bayi yang sudah mendapatkan imunisasi
lengkap. Adapun cakupan imunisasi yang diperoleh sampai dengan bulan
februari 2013 adalah BCG (17,3%), Polio (17,0%), DPT+HB 1 (17,0%),
DPT+HB 2 (16,6%), DPT+HB 3 (16,6%), Campak (16,5%).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Situ
Gintung pada hari kamis, 21 Maret 2013 dari 10 ibu yang memiliki balita
usia 1-5 tahun, dengan 9 ibu berpendidikan menengah dan 1 berpendidikan
tinggi. Serta 5 ibu pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, 4 ibu pekerjaannya
sebagai karyawan swasta, dan 1 ibu sebagai PNS. Adapun jarak rumah ke
7
tempat imunisasinya 6 ibu dengan jarak rumah dekat <500 meter dan 4 ibu
dengan jarak rumah ≥ 500 meter diperoleh hasil bahwa 3 balita yang tidak
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan 7 lainnya mendapatkan imunisasi
dasar lengkap. Adapun alasan dari 3 balita yang tidak mendapatkan imunisasi
dasar lengkap itu karena jarak rumah ke pelayanan kesehatannya jauh (> 500
meter) dan anak sering sakit-sakitan sehingga malas untuk dilakukan
imunisasi karena sudah melewati jadwal imunisasi.
Berdasarkan latar belakang di atas Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Situ Gintung Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Cakupan imunisasi di Puskesmas Situ Gintung masih rendah karena
belum mencapai target UCI, dengan presentase sebagai berikut BCG (84%),
Polio (78,16%), DPT+HB 1 (78,2%), DPT+HB3 (74,7%), Campak (71,9%).
Begitu pula dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Situ Gintung masih
terdapat balita yang tidak mendapatkan imunisai dasar lengkap karena masih
ada yang beranggapan bahwa bayi yang diberi imunisasi DPT akan demam
sehingga ibu tidak memberikan imunisasi pada bayinya. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mengetahui Faktor-Faktor Internal Yang Berhubungan
8
Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun Di Wilayah
Kerja Puskesmas Situ Gintung Ciputat Tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran status imunisasi dasar lengkap balita usia 1-5 tahun
di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap pada
ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ
Gintung?
3. Bagaimana gambaran pendidikan tentang imunisasi dasar lengkap pada
ibu yang memilki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ
Gintung?
4. Bagaimana gambaran status pekerjaan pada ibu yang memiliki balita usia
1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
5. Bagaimana gambaran pendapatan keluarga yang memiliki balita usia 1-5
tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
6. Bagaimana gambaran jarak rumah ke tempat imunisasi yang memiliki
balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
7. Bagaimana gambaran sikap tentang imunisasi dasar lengkap pada ibu
yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ
Gintung?
9
8. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan pada ibu yang memiliki
balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah
kerja Puskesmas Situ Gintung?
9. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan pada ibu yang memiliki
balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah
kerja Puskesmas Situ Gintung?
10. Bagaimana hubungan antara status pekerjaan pada ibu yang memiliki
balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah
kerja Puskesmas Situ Gintung?
11. Bagaimana hubungan antara pendapatan keluarga yang memiliki balita
usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja
Puskesmas Situ Gintung?
12. Bagaimana hubungan antara jarak rumah ke tempat imunisasi yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di
wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
10
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya gambaran status imunisasi dasar lengkap dan tidak
lengkap pada balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ
Gintung.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap
pada ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Situ Gintung.
c. Diketahuinya gambaran pendidikan tentang imunisasi dasar lengkap
pada ibu yang memilki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Situ Gintung
d. Diketahuinya gambaran status pekerjaan pada ibu yang memiliki balita
usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
e. Diketahuinya gambaran pendapatan keluarga yang memiliki balita usia
1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
f. Diketahuinya gambaran jarak rumah ke tempat imunisasi yang
memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ
Gintung.
g. Diketahuinya gambaran sikap tentang imunisasi dasar lengkap pada
ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Situ Gintung.
11
h. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan pada ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap
di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
i. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan pada ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap
di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
j. Diketahuinya hubungan antara status pekerjaan pada ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap
di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
k. Diketahuinya hubungan antara pendapatan keluarga yang memiliki
balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di
wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
l. Diketahuinya hubungan antara jarak rumah ke tempat imunisasi yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap
di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
m. Diketahuinya hubungan antara sikap pada ibu yang memiliki balita
usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja
Puskesmas Situ Gintung.
12
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi bagi
peserta didik dan referensi untuk acuan dalam penelitian selanjutnya di
masa yang akan datang mengenai status imunisasi dasar lengkap serta
faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi
dasar balita usia 1-5 tahun.
2. Bagi Puskesmas Situ Gintung
Diharapkan penelitian ini dijadikan masukan bagi Puskesmas Situ Gintung
dalam membuat kebijakan selanjutnya untuk meningkatkan persentase
kelengkapan imunisasi dasar dengan mengetahui faktor-faktor internal
yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita usia 1-5
tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung. Sehingga bisa menjadi
acuan buat Puskesmas melalui intervensi lebih lanjut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan serta dapat
digunakan sebagai landasan untuk penelitian yang akan datang mengenai
aspek lain yang dapat dikembangkan dalam penelitian imunisasi dasar
lengkap.
13
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki
balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung, dengan judul penelitian
mengenai “Faktor-Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Situ
Gintung Ciputat Tahun 2013”.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Definisi imunisasi
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody, yang dalam
bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut
antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman
atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke dalam
tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti
terhadap racun kuman yang disebut dengan antibodi (Riyadi & Sukarmin,
2009).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2009).
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang
dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah
dimodifikasi (Williams, 2003).
Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang
menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan, yang telah di lemahkan
14
15
atau dimatikan, atau diambil sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman
penyebab penyakit, yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh
seseorang atau kelompok orang, yang bertujuan merangsang timbulnya zat
anti penyakit tertentu pada orang-orang tersebut. Sebagai akibatnya, maka
orang yang diberi vaksin akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang
bersangkutan. (Achmadi, 2006)
Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat
anti yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk merangsang pembentukan zat
anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin
BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio
(Hidayat,2008).
2. Manfaat imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi terhadap penyakit-
penyakit menular, yang bahkan bisa membahayakan jiwa (Williams,
2003). Imunisasi juga merupakan upaya untuk pemusanahan penyakit
secara sistematis (Achmadi dkk, 2006). Sedangkan menurut Yusrianto
(2010), imunisasi bertujuan agar zat kekebalan tubuh balita terbentuk
sehingga resiko untuk mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil.
Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
16
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu
(Hidayat, 2008).
3. Macam-macam imunisasi
Macam – macam imunisasi itu ada dua macam, diantanya adalah :
a. Imunusisasi aktif :
Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri
yang akan membuat zat antibodi yang akan bertahan bertahun-tahun
lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada
imunisasi pasif (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Menurut Yusrianto (2010), imunisasi aktif adalah pemberian
kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dengan tujuan untuk meragsang tubuh memproduksi antiibodi sendiri.
Contohnya adalah imunisasi polio atau campak.
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh
mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon
seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon
(Hidayat, 2008). Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain:
17
1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat
atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa
poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri
dimatikan.
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan
3. Preservative, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk
menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi
antigen.
4. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imunisasi antigen.
b. Imunisasi pasif :
Pada imunisasi pasif tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan
tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikan bahan
atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut
mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan (Riyadi &
Sukarmin, 2009).
Sedangkan menurut Yusrianto (2010), imunisasi pasif adalah
penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh
meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang
18
terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kehamilan, misalnya antibodi terhadap campak.
Menurut Hidayat (2008), imunisasi pasif merupakan
pemberian zat (imunoglobin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau
binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah
masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
4. Imunisasi dasar pada bayi
Imunisasi adalah sarana untuk mencegah penyakit berbahaya, yang
dapat menimbulkan kematian pada bayi. Imunisasi bisa melindungi anak-
anak dari penyakit melalui vaksinasi yang bisa berupa suntikan atu
melalui mulut. Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi
oleh beberapa faktor, aiantaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada
saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara
pemberian imunisasi, dan status nutrisi terutama kecukupan protein
karena protein diperlukan untuk menyintesis antibodi (Hidayat, 2009).
Berikut beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah :
a. Imunisasi BCG
Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) dapat diberikan
sejak lahir. Imunisasi ini bertujuan untuk memberikan kekebalan
19
tubuh terhadap tuberculosis (TBC). Apabila BCG akan diberikan di
atas usia 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
BCG diberikan apabila hasil uji tuberculin negatif (Williams, 2003).
Menurut Hidayat (2008), imunisasi BCG merupakan imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat
sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan
imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak,
TBC Milier (pada seluruh lapang paru) atau TBC tulang.
Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada
daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas (Hidayat,
2009). Efek samping lainnya adalah setelah 3-6 minggu akan terdapat
eritema, indurasi, dan kadang ulserasi. Kelenjar getah bening aksilaris
mungkin membesar dan terasa nyeri. Tanda-tanda lokal menghilang
dalam 2-6 bulan (Meadow & Siwon, 2005).
b. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan untuk melindungi bayi dengan
memberi kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. yaitu penyakit
infesi lever yang dapat menyebabkan sirosis hati, kanker, dan
kematian (Suririnah, 2009).
Sedangkan Hidayat (2008), imunisasi hepatitis B merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
20
hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali dan
penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun.
c. Imunisasi polio
Imunisasi polio diberikan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis. Polio adalah penyakit yang dapat menyebabkan
kelumpuhan. Vaksin polio tidak menimbulkan efek samping
(Williams, 2003).
Sedangkan menurut Hidayat (2008), imunisasi polio
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak.
Hipersensitivitas berat terhadap antibiotika merupakan
kontraindikasi terhadap polio berupa penisilin, streptomisin, neomisin,
atau polimiksin (Meadow & Simon, 2005).
d. Imunisasi DPT ( difteri, pertusis, tetanus)
Difteri adalah penyakit infeksi tenggorokan berat yang dapat
menyebar ke jantung dan system syaraf sehingga menimbulkan
kematian. Pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari ) adalah penyakit
saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis
yang menyebabkan batuk berat dan lama, dengan komplikasi yang
berbahaya bila tidak di tangani dengan baik. Sedangkan tetanus adalah
21
penyakit bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan kejang otot dan
sakit yang luar biasa (Williams, 2003).
Pemberian imunisasi DPT untuk melindungi tubuh terhadap
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus yang berakibat fatal pada bayi
dan anak. Adapun efek samping vaksin DPT ini adalah demam tubuh
dalam 24-48 jam setelah vaksinasi, yang biasanya dapat diatasi dengan
obat penurun panas. Bila setelah imunisasi DPT terjadi demam 40°C,
demam lebih dari tiga hari, atau reaksi kejang, segera beritahukan
dokter anda (Williams, 2003).
Menurut Hidayat (2009), imunisasi DPT merupakan imunisasi
untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertussis, dan tetanus.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek
ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat
penyuntikan, dan demam. Efek samping berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan
penyakit difteri, pertussis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini
melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat
meningkatkan kematian bayi dan balita.
Reaksi minor akibat komponen pertusis dari imunisasi
Hib/DPT umum terjadi seperti gelisah, demam, dan menangis selama
22
beberapa jam setelah penyuntikan dengan lokasi penyuntikan terasa
sakit (Meadow & Simon, 2005).
e. Imunisasi campak
Imunisasi campak diberikan agar dapat melindungi anak
terhadap penyakit campak secara efektif. Campak adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus campak, yang dapat menyebabkan
komplikasi yang berbahaya seperti infeksi paru, kejang, dan kerusakan
otak. Ulangan imunisasi campak saat ini otomatis dilakukan saat
imunisasi MMR (measles= campak, mumps = gondongan, rubella =
campak jerman) (Williams (2003).
Dan menurut Hidayat (2008), imunisasi campak merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Imunisasi
campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek
samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas.
Hipersensitivitas berat terhadap antibiotika merupakan
kontraindikasi terhadap campak (neomisin atau kanamisin).
Anafilaksis sebelumnya terhadap telur merupakan kontraindikasi
terhadap MMR (Meadow & Simon, 2005).
23
Berikut tabel dosis dan cara pemberian imunisasi
Vaksin Dosis Cara pemberian
BCG 0,05 cc Intra cutan di daerah
muskulusdeltoideus
DPT 0,5 cc Intra muscular
Hepatitis B 0,5 cc Intra muscular
Polio 2 tetes Mulut
Campak 0,5 cc Subkutan daerah lengan kiri atas
(Sumber :Depkes 2000 dalam Hidayat 2008)
Berikut tabel jumlah, interval waktu pemberian imunisasi
Vaksin Jumlah
pemberian
Interval Waktu
pemberian
BCG 1 kali 0-11 bulan
DPT 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
Campak 1 kali 9-11 bulan
(Sumber :Depkes 2000 dalam Hidayat 2008)
5. Pengembangan program imunisasi di Indonesia
Di Indonesia terdapat program imunisasi yang disusun oleh
pemerintah melalui Departemen Kesehatan Program Pengembangan
Imunisai (PPI-Depkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang
menyusun satgas Imunisasi PP IDAI. Adapun Kelompok vaksin yang
diwajibkan ini disubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, baik dari segi
harga maupun ketersediaanya, vaksin-vaksin tersebut mudah dijangkau
oleh masyarakat luas melalui puskesmas dan posyandu. Sedangkan,
kelompok yang kedua adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam kelompok ini,
24
meskipun penting, belum diwajibkan karena biayanya masih cukup mahal
(Suririnah, 2009).
Jadwal imunisasi departemen kesehatan (PPI-DEPKES)
Jenis
imunisasi
Jumlah
pemberian
Usia
pemberian
Interval
pemberian
Imunisasi
ulangan
BCG 1x 0-11 bulan - -
DPT 3x 2-11 bulan Min. 4
minggu
18 bln, 5
thn, 12 thn
Polio 4x 0-11 bulan Min. 4
minggu
18 bln, 5 thn
Campak 1x 9-11 bulan - 5-6 thn
Hepatitis B 3x 1-11 bulan Min. 4
minggu
-
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi
Seorang bayi dikatakan telah memperoleh imunisasi lengkap apabila
sebelum berumur 1 tahun bayi sudah mendapatkan lima imunisasi dasar
lengkap seperti satu kali imunisasi BCG diberikan ketika bayi berumur kurang
dari 3 bulan, imunisasi DPT-HB diberikan ketika bayi berumur 2,3,4 bulan
dengan interval minimal 4 minggu, imunisasi polio diberikan pada bayi baru
lahir dan tiga kali berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat 4 minggu.
Dan untuk imunisasi campak diberikan pada bayi berumur 9 bulan. Idealnya
seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya sehingga
kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dapat optimal (Depkes 2010).
Faktor penentu yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada
masyarakat adalah perilaku masyarakat tersebut. Dengan demikian, faktor
25
perilaku hanyalah sebagian dari masalah yang harus di upayakan untuk
menjadi individu dan masyarakat menjadi sehat. Faktor yang mempengaruhi
perilaku adalah pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan
keluarga, keterjangkauan jarak pelayanan, kedisiplinan petugas kesehatan,
motivasi petugas, serta kelengkapan alat dan kecukupan vaksin (mahfoedz,
2006). Akan tetapi, dalam penelitian ini yang akan di ambil hanya faktor
internalnya saja, yaitu tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan
keluarga, keterjangkauan jarak pelayanan, dan sikap ibu.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan seseorang adalah bagian dari perilaku
seseorang, awal dari seseorang melakukan suatu tindakan biasanya
disebabkan karena pengetahuan seseorang tentang yang akan dilakukan
tersebut. Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang
melakukan perubahan dalam tindakannya (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Rogers dalam Notoatmojo (2003), perilaku yang di dasarkan oleh
pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak di dasarkan
pengetahuan, dan urutan proses dalam diri seseorang sebelum mengadopsi
perilaku baru adalah sebagai berikut:
a) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Contohnya apabila
26
seseorang yang tadinya tidak mengetahui pentingnya imunisasi dasar
balita, menjadi tahu pentingnya imunisasi setelah di beritahu oleh
orang lain.
b) Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus. Contohnya setelah
orang itu tahu akan pentingnya imunisasi dasar balita, orang tersebut
mulai tertarik dan ingin memberikan imunisasi kepada anaknya.
c) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Contohnya setelah orang itu tertarik dan ingin
memberikan imunisasi kepada anaknya, orang tersebut menimbang
keuntungan dan kerugian jika anaknya tidak di beri imunisasi.
d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku tersebut. Contohnya setelah
orang itu menimbang dari keuntungan dan kerugian tidak memberikan
imunisasi, orang tersebut mulai memberikan imunisasi dasar kepada
anaknya.
e) Adoption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Contohnya dari seseorang
itu mulai mengetahui tentang imunisasi dasar balita hingga dia benar-
benar menerapkan cara pemberian imunisasi kepada anaknya hingga
lengkap usia 9 bulan.
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
27
a) Tahu
Diartikan sebagai mengingat suatu sebelumnya (recall/mengingat
kembali), sesuatu yang spesifik materi yang telah dipelajari dari
seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.
Contohnya seseorang yang tahu berapa lama imunisasi dasar lengkap
itu diberikan.
b) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrerprestasikan materi
tersebut secara benar. Contohnya setelah orang itu tahu berapa lama
pemberian imunisasi dasar lengkap, orang tersebut menyimpulkan dan
memikirkan dampak selanjutnya jika tidak di berikan imunisasi dasar.
c) Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Contohnya
setelah orang itu mengetahui, dan memikirkan ke dalam jangka
panjang, orang tersebut mulai melakukan untuk pemberian imunisasi
dasar dengan menggunakan buku-buku panduan atau materi mengenai
imunisasi dasar lengkap.
d) Analis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
28
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contohnya
setelah orang tersebut melakukan aplikasi dari apa yang dia ketahui,
dia bisa mengelompokkan manfaat-manfaat yang bisa di peroleh oleh
bayi, dan dirinya sendiri.
e) Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Contohnya apabila seseorang yang sudah mengetahui
manfaat dari imunisasi dasar yang di peroleh bayinya, dia akan mulai
merencakanan untuk pemberian imunisasi hingga 9 bulan sesuai
dengan teori dan pengetahuan yang dia dapat.
f) Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Contohnya jika
seseorang sudah bisa menerapkan pemberian imunisasi dasar
berdasarkan materi yang dia pelajari, dia akan bisa membedakan
antara pertumbuhan bayi yang di beri imunisasi dasar lengkap dan
bayi yang tidak diberi imunisasi dasar lengkap.
29
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan di atas.
Berdasarkan penelitian Mursyida (2013) dari 53 responden
pengetahuan ibu baik yang memberikan imunisasi dasar lengkap
sebanyak 84,38% dan pengetahuan ibu kurang dengan status imunisasi
lengkap sebanyak 47,62%. Sedangkan menurut penelitian Wati (2013)
dari 28 responden yang berpengetahuan baik semuanya memberikan
imunisasi dasar lengkap (100%) dan dari 17 responden yang
berpengetahuan cukup ternyata sebagian besar memilki imunisasi
lengkap yaitu sebanyak 10 responden (58,8%) dan dari 5 responden
yang berpengetahuan kurang sebagian besar ibu tidak memberikan
imunisasi dasar lengkap yaitu sebanyak 3 orang (60%).
Berdasarkan penelitian Asep (2009) menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar (85,7%)
status imunisasinya lengkap, responden yang memiliki pengetahuan
cukup dengan status imunisasinya lengkap sebesar (60,9%), dan
responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan status
imunisasinya tidak lengkap sebesar (61,5%). Sedangkan berdasarkan
penelitian Prayoga (2009) dari 87 responden ibu yang memiliki
30
pengetahuan kurang yang memberikan imunisasi dasar lengkap
sebanyak 3 responden (7,0%), dan ibu yang memiliki pengetahuan
cukup yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 17
responden (39,5%), sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan baik
yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 23 responden
(53,5%).
2. Tingkat Pendidikan
Menurut Langevelt dalam Maulana (2007), pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang dilakukan pada anak
untuk menjadi dewasa. Ciri orang dewasa ditunjukkan oleh kemampuan
secara fisik, mental, sosial, dan emosional. Sementara menurut
Notoatmodjo (2003) dalam Maulana (2007), pendidikan secara umum
adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Pengertian tersebut mengandung tiga unsur pendidikan yang meliputi
Input (sasaran dan pelaku pendidikan), Proses (upaya yang direncanakan),
dan Output ( perilaku yang diharapakan).
Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2003 pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
31
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Mahfoedz, 2006).
Tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemudahan dalam
menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi tingkat pendiidkan ibu, maka
akan semakin cepat tanggap dengan perubahan kondisi lingkungan,
dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan selanjutnya akan
mengikuti perubahan itu (Notoatmodjo, 2003).
Disamping itu, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin luas
pengetahuan sehingga akan semakin termotivasi menerima perubahan
baru. Adanya perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan
dan ini menyebabkan perbedaan dalam tanggapan terhadap suatu masalah.
Selain itu akan berbeda pula tingkat pemahaman terhadap penerimaan
pesan yang disampaikan dalam hal imunisasi. Demikian pula halnya
makin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin mudah pula
menerima inovasi-inovasi baru yang dihadapannya termasuk imunisasi
(Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang dapat
terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Kegiatan belajar
mempunyai ciri-ciri : belajar adalah kegiatan yang menghasilkan
perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang
belajar baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa
perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru yang berlaku
32
untuk waktu yang relatif lama. Ciri yang ketiga adalah bahwa perubahan
itu terjadi karena usaha, dan didasari bukan karena kebetulan
(Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan (jasmani dan rohani)
agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat (Notoatmojo, 2003).
Pendidikan merupakan pengalaman seseorang mengikuti pendidikan
formal yang dinilai berdasarkan ijazah tertinggi yang dimiliki, sehingga
pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan rendah (tingkat SD dan
SLTP) dan pendidikan tinggi (tingkat SMU keatas). Pendidikan dalam arti
formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan
oleh pendidik kepada sasaran pendidik (anak didik) guna mencapai
perubahan tingkah laku. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku
seseorang terutama dalam memotivasi sikap untuk berperan serta dalam
pembangunan kesehatan.
Berdasarkan penelitian Wati (2013) diperoleh hasil dari 6 responden
yang memiliki pendidikan tinggi semuanya memberikan imunisasi dasar
lengkap (100%), dari 30 responden yang berpendidikan menengah
sebagian besar atau 24 responden (80%) memberikan imunisasi lengkap
dan dari 4 responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar itu tidak ada
yang memberikan imunisasi dasar lengkap. Sedangkan menurut penelitian
Prayoga (2009) dari 87 responden ibu yang memiliki tingkat pendidikan
33
rendah yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 11 responden
(25,6%), ibu yang memiliki tingkat pendidikan menengah yang
memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 24 responden (55,8%), dan
ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yang memberikan imunisasi
dasar lengkap sebanyak 8 responden (18,6%).
3. Status Pekerjaan
Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan)
(Depdikbud, 2006). Ibu yang bekerja mempunyai waktu luang yang
sedikit bila dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja sehingga pada ibu
yang bekerja biasanya pemberian imunisasi dasar lengkap akan lebih
sedikit didapat daripada ibu yang tidak bekerja kecuali jika mempunyai
pembantu yang dapat membawa anaknya ke tempat pelayanan imunisasi.
Status pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan dalam
mengimunisasai anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja akan
mempunyai kesempatan untuk mengimunisasikan anaknya dibanding
dengan ibu yang bekerja. Pada ibu-ibu yang bekerja diluar rumah sering
kali tidak mempunyai kesempatan untuk datang ke pelayanan imunisasi
karena mungkin saat dilakukan pelayanan imunisasi ibu masih bekerja
ditempat kerjanya. Sering juga ibu yang terlalu sibuk dengan urusan
pekerjaannya lupa akan jadwal imunisasi anaknya (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan penelitian Mursyida (2013) dari 53 responden diperoleh
bahwa ibu bekerja yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak
34
81,08% dan ibu tidak bekerja yang memberikan imunisasi dasar lengkap
sebanyak 43,75%. Sedangkan berdasarkan penelitian Prayoga (2009) dari
87 responden diperoleh bahwa ibu bekerja yang memberikan imunisasi
dasar lengkap sebanyak 8 responden (18,6%), dan ibu tidak bekerja yang
memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 35 responden (81,4%).
4. Pendapatan Keluarga
Status ekonomi seseorang akan mempengaruhi kemampuan seseorang
membiayai pelayanan kesehatan. Sering kali terjadi seseorang semestinya
tahu masalah kesehatan ketika ia ataupun keluarganya sakit tidak dibawa
ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu membiayai. Begitu pula
dengan masalah imunisasi, bisa jadi seorang ibu ingin sekali
mengimunisasikan anak-anaknya akan tetapi tidak jadi karena tidak punya
biaya (Mahfoedz, 2006).
Pada sebagian ibu, bekerja di luar rumah dilakukkan karena tekanan
ekonomi dimana penghasilan suami belum dapat mencukupi kebutuhan
keluarga. Dampaknya ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya,
hal ini mengakibatkan ibu cenderung tidak membawa anaknya untuk
imunisasi karena ibu lebih memilih bekerja.
Berdasarkan penelitian Prayoga (2009) keluarga yang memiliki
penghasilan rendah yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak
36 responden (83,7%), keluarga yang memiliki penghasilan menengah
rendah sebanyak 7 responden (16,3%) memberikan imunisasi dasar
35
lengkap, sedangkan untuk keluarga yang memiliki penghasilan menengah
tinggi dan penghasilan tinggi tidak ada yang memberikan imunisasi dasar
lengkap.
5. Jarak dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan
Tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang akan
enggan untuk mendatanginya. Jauhnya tempat pelayanan bisa
menyebabkan membengkaknya akomodasi pelayanan, karena selain biaya
pelayanan kesehatan ada biaya tambahan yaitu biaya transportasi. Bagi
orang-orang yang akan berfikir sederhana mungkin akan memutuskan
untuk tidak datang ke sarana pelayanan kesehatan. Hal ini mungkin terjadi
adalah ketidakterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat
(Mahfoedz, 2006).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2013), jarak adalah ruang sela
(panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat. Jarak dekat adalah
ruang sela yang pendek antara dua benda atau tempat. Sedangkan jarak
jauh adalah ruang sela yang panjang antara dua tempat dsb.
Berdasarkan penelitian Prayoga (2009) dari 87 responden, ibu yang
memiliki jarak rumah dekat terhadap pelayanan imunisasi sebanyak 37
responden (86,0%) memberikan imunisasi dasar lengkap, dan ibu yang
memiliki jarak rumah jauh yang memberikan imunisasi dasar lengkap
sebanyak 6 orang (14,0%)
36
6. Sikap ibu
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Berkowitz (1972) dalam Azwar (2005), setiap orang yang
mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan
mempunyai sikap favorable terhadap objek itu, sedangkan individu yang
mempunyai perasaan negatif terhadap suatu objek psikologis dikatakan
mempunyai sikap yang unfavorable terhadap objek sikap tersebut. Jadi,
sikap ibu yang membawa anaknya untuk melakukan imunisasi merupakan
respon positif ibu terhadap imunisasi untuk menjadikan ananknya yang
sehat dan terhindar dari penyakit.
1) Sikap
a) Pengertian sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak
setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Menurut Campbell
dalam Notoatmodjo (2003), sikap adalah suatu sindroma atau
kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek,
sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan
gejala kejiwaan yang lain. Menurut Newcomb, sikap
37
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu.
b) Struktur sikap
Menurut Allport dalam Notoatmojo (2003), sikap terdiri dari 3
komponen yaitu:
1) Komponen kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep
terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan
pendapat atau pemikiran seseorang mengenai objek.
Contoh, seseorang mempunyai kepercayaan untuk tidak
memberikan imunisasi kepada anaknya
2) Setelah di imunisasi anaknya demam dan rewel
3) Komponen kehidupan emosional atau evaluasi seseorang
terhadap objek. Artinya bagaimana penilaian (terkandung
didalam faktor emosi) emosi orang tersebut terhadap objek.
Contohnya, seseorang mempunyai sikap negatif terhadap
pemberian imunisasi, ia tidak memberikan imunisasi
kepada bayinya karena menganggap bahwa imunisasi tidak
akan menjamin terhadap tumbuh kembang anak secara
optimal.
4) Komponen kecenderungan untuk bertindak (tend to
behave). Artinya sikap merupakan komponen yang
mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Contohnya
38
sikap seorang yang selalu mengupayaka pemberian
imunisasi terhadap anaknya.
c) Tingkatan sikap
Tingkatan sikap menurut intensitasnya adalah sebagai berikut:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek) misalnya sikap seseorang
terhadap imunisasi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian orang tersebut terhadap informasi mengenai
imunisasi.
2) Menanggapi (responding)
Memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau objek
yang dihadapi. Contohnya bila seorang ibu setelah
mengikuti penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi, di
tanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian
dia menjawab dan menanggapi.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu lain
(tetangganya, saudaranya dan lainnya) untuk memberikan
39
imunisasi lengkap adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut
telah memiliki sikap positif terhadap imunisasi.
4) Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu terhadap apa yang
telah diyakininya dengan segala resiko merupakan sikap
yang paling baik. Misalnya seorang ibu mau memberikan
imunisasi meskipun mendapat tantangan dari orang tuanya
sendiri.
d) Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai
pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian
kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang
hendak diungkapkan. Pernyataan sikap mungkin berisi atau
mengatakan hal-hal positif, atau mendukung obyek sikap,
pernyataan ini disebut dengan pernyataan favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisikan hal-hal
negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung
maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan ini yang tidak
favourable.
Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar
terdri atas pernyataan favourable dan tidak favorable dalam
jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang
40
disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif terhadap
objek sikap (azwar, 2008). Pengukuran sikap dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat
ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu
obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan
pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmojo, 2003).
Berdasarkan penelitian Asep (2009) menunjukkan
bahwa responden yang memiliki sikap positif sebagian besar
(84,8%) status imunisasinya lengkap dan responden yang
memiliki sikap negatif sebagian besar (77,8%) status
imunisasinya tidak lengkap.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) ada tiga
faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu :
1. Predisposing Factor (faktor pemudah/predisposisi)
Faktor penyebab seseorang yang mau mengimunisasikan anaknya,
karena dipengaruhi oleh :
a. Pengetahuan ibu
b. Tingkat pendidikan
c. Tingkat sosial ekonomi
d. Sikap
41
e. Nilai
2. Enambling Factor (faktor pemungkin)
Faktor yang menyebabkan seseorang selalu ikut program imunisasi
anaknya dipengaruhi oleh :
a. Status pekerjaan
b. Pendapatan Keluarga
c. Jarak dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
d. Ketersediaan Waktu
3. Reinforcing Factor (Faktor penguat)
Faktor yang menyebabkan masyarakat memperhatika kesehatannya
dipengaruhi oleh :
a. Motivasi Petugas
b. Kedisiplinan Petugas
c. Orang tua
Adapun teori Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa
ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu :
1. Faktor lingkungan
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Sosial Budaya
d. Fisik
e. Pendapatan
42
2. Faktor Perilaku
3. Faktor Pelayanan kesehatan
a. Pengobatan
b. Rehabilitasi
c. Pencegahan
4. Faktor Keturunan (Hereditas)
a. Jumlah
b. Distribusi
c. Pertumbuhan
d. Faktor genetic
C. Penelitian terkait
a. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Jannah Tahun 2009 dengan judul
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar Pada
Balita Usia 12-23 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Padarincang
Kabupaten Serang Tahun 2009. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel
pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 12-23 bulan
sebanyak 282 orang dengan menggunakan tehnik cluster sampling. Untuk
mengetahui adanya hubungan antara variabel digunakan uji statistik chi
43
square, dan correlation regresi logistic. Dari hasil uji statistik didapatkan
nilai (p value= 0.004, 0.001, 0.038, 0.039) sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan antara pengetahuan ibu, pendidikan ibu, sikap ibu dan
dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar. Sedangkan tidak
terdapat hubungan antara pekerjaan ibu, jarak ke pelayanan imunisasi,
sikap kader posyandu dan sikap petugas kesehatan (p value=0.0778,
0.705, 1, 0.645) dengan status imunisasi dasar.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Huda tahun 2009 dengan judul Gambaran
Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Tentang Imunisasi Dasar lengkap
Di Puskesmas Ciputat Tahun 2009. Skripsi Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sampel pada
penelitian ini adalah 108 ibu pengunjung puskesmas ciputat dengan cara
consecutive sampling. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan yang buruk (45.4%), sikap yang baik (50%), dan
memiliki perilaku yang baik (93.5%).
c. Penelitian yang dilakukan oleh Aliva tahun 2011 dengan judul Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi
Dan Balita Di RW 09 Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2011. Skripsi Program studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
44
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik kategorik tidak berpasangan dengan desain penelitian cross-
sectional serta teknik pengambilan sampel non random dengan cara
purposive sampling. Sampel berjumlah 72 orang. Berdasarkan hasil
penelitian, didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan diantara tingkat
pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi dan balita
dengan nilai p= 0,125 (p>0,05).
d. Penelitian yang dilakukan oleh Astrianzah tahun 2011 dengan Judul
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu, Tingkat Sosial Ekonomi
Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita. Skripsi Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro tahun 2011. Penelitian yang digunakan adalah observasional
dengan pendekatan studi cross sectional. Sampel berjumlah 50 orang
dengan kriteria semua ibu yang memiliki anak balita usia 1-2 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Manyaran. Hasil yang diperoleh dengan analisis
bivariate yaitu tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan stastus imunisasi dasar lengkap pada balita (p= 1.000) dan tidak
ada hubungan antara tingkat social ekonomi dengan status imunisasi dasar
lengkap pada balita (p=1,368).
e. Penelitian yang dilakukan oleh Irfani tahun 2010 dengan judul Pengaruh
Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi
Dasar Lengkap Di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang
45
Bedagai Tahun 2010. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan 2010. Jenis penelitian ini adalah survey dengan
tipe explantory research. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
yang mempunyai bayi berusia 9-12 bulan, yaitu sebanyak 286 ibu.
Adapun sampel berjumlah 74 orang diambil dengan tehnik simple random
sampling. Hasil dari penelitian ini adalah variabel yang berpengaruh
terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah
pendidikan (p=0,001) dan pengetahuan (p=0,000). Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar
lengkap adalah variabel umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap.
46
D. Kerangka teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Faktor-faktor predisposisi :
1. Pengetahuan ibu
2. Tingkat pendidikan ibu
3. Sikap ibu
Faktor- faktor pemungkin :
1. Status pekerjaan ibu
2. Pendapatan keluarga
3. Jarak dan keterjangkauan ke
tempat imunisasi
Kelengkapan
imunisasi dasar balita
Faktor- faktor penguat :
1. Orangtua
47
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-
hal khusus (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep penelitian adalah suatu
hubungan atau kaitan antara konsep yang satu terhadap yang lainnya dari
masalah yang ingin di teliti (setiadi, 2007).
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan
antara pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan
keluarga, dan jarak tempat imunisasi dengan kelengkapan imunisaasi balita.
Dalam penelitian ini kerangka konsep terdiri dari Variabel Independen
(pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga dan
jarak ke tempat imunisasi) dan variabel Dependen (kelengkapan imunisasi
balita). Secara sistematis uraian dalam pemikiran tersebut terdapat dalam
gambaran sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1 Kerangka Konsep
1. Pengetahuan
2. Tingkat pendidikan
3. Status pekerjaan
4. Pendapatan keluarga
5. Jarak ke tempat imunisasi
6. Sikap
Kelengkapan imunisasi
47
48
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Sedangkan menurut Notoatmodjo
(2010) hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan
duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian. Maka
hipotesis dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi balita
2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan
imunisasi balita
3. Ada hubungan antara status pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi
balita
4. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kelengkapan imunisasi
balita
5. Ada hubungan antara jarak pelayanan kesehatan dengan kelengkapan
imunisasi balita
6. Ada hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasi balita
49
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan
parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Hidayat, 2007).
50
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
Kelengkapan
Imunisasi
Suatu kegiatan
yang dilakukan ibu
untuk memenuhi
semua jenis
imunisasi dasar
yang didapatkan
oleh balitanya
sampai usia 1
tahun.
Kuesioner
dan KMS/
buku KIA
1. Tidak, bila
status
imunisasinya
tidak lengkap
2. Ya, bila status
imunisasinya
lengkap
Ordinal
Pengetahuan Segala sesuatu
yang diketahui
responden
mengenai
pemberian
imunisasi lengkap
balita
Kuesioner Dinyatakan dalam
tingkatan :
1. Pengetahuan
kurang
Apabila skor
tingkat
pengetahuan
responden ≤ 55%
2. Pengetahuan
cukup
Apabila skor
tingkat
pengetahuan
responden antara
56-75%
3. Pengetahuan baik
Apabila skor
tingkat
pengetahuan
responden lebih
dari 76-100%
(Arikunto, 2010)
Ordinal
Tingkat
pendidikan
Pendidikan terakhir
yang di tempuh
oleh responden
yang memiliki
balita usia 1-5
tahun sampai
penelitian ini
dilakukan.
Kuesioner 1. Pendidikan
rendah
Apabila tidak
sekolah, tidak
tamat SD, tamat
SD, tidak tamat
SLTP, dan tamat
SLTP.
2. Pendidikan
Tinggi
Apabila tamat
SLTA, dan
Perguruan tinggi.
Ordinal
Status
pekerjaan
Segala sesuatu
yang dikerjakan
oleh responden
yang memiliki
Kuesioner 1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Ordinal
51
Tabel 3.1 Definisi Operasional
balita usia 1-5
tahun yang
menghasilkan nilai
ekonomis.
Pendapatan
keluarga
Pendapatan yang
diperoleh keluarga
dalam 1 bulan
Kuesioner 1. Kurang : apabila
< UMR (<
2.200.000,-)
2. Cukup : apabila
=UMR
(2.200.000,-)
3. Lebih : apabila >
UMR (>
2.200.000,-)
Ordinal
Jarak Perjalanan yang
ditempuh oleh
responden yang
memiliki balita
usia 1-5 tahun
untuk mencapai
tempat imunisasi.
Kuesioner Numerik
(Meter)
Rasio
Sikap Penilaian, persepsi
pada responden
terhadap pemberian
imunisasi lengkap
balita
Kuesioner 1. Negatif : skor
responden <
nilai median
2. Positif : skor
responden ≥
nilai median
(Azwar,2013)
Ordinal
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah Cross Sectional. dengan
rancangan penelitian analitik kuantitatif. Penelitian Cross Sectional adalah
jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008).
Tentunya tidak semua subjek penelitian harus di observasi pada hari atau
waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel
dependen dinilai hanya satu kali saja. Penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya hubungan antara pengetahuan, tingkat pendidikan,
status pekerjaan, pendapatan keluarga, dan jarak tempat imunisasi dengan
kelengkapan imunisaasi balita. Dalam penelitian ini kerangka konsep terdiri
dari Variabel Independen ( pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan,
pendapatan keluarga jarak ke tempat imunisasi, dan sikap ) dan variabel
Dependen ( kelengkapan imunisasi balita ).
52
53
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
Alasan pemilihan lokasi di wilayah Puskesmas Situ Gintung adalah karena
berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (2011)
data imunisasi yang belum memasuki standar UCI (Universal Child
Immunization) berada di daerah Serua. Dan informasi dari petugas
kesehatan di Puskesmas Situ Gintung juga memiliki program imunisasi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 21-28 Agustus 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja puskesmas Situ Gintung.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006). Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti
atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat, 2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel
54
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria
yang dikehendaki peneliti yaitu ibu yang memiliki Kartu Menuju
Sehat (KMS) dan ada pada saat penelitian berlangsung (Nursalam,
2003). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita
usia 1-5 tahun pada tahun 2013.
a. Kriteria Sampel
Dalam penelitian keperawatan, membuat kriteria sampel
berdasarkan pada kriteria inklusi dan eklusi (Hidayat, 2008). Kriteria
inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat di masukkan atau layak
untuk diteliti dalam penelitian ini.
Kriteria inklusinya adalah :
1. Bersedia untuk menjadi responden
2. Responden adalah ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di
daerah Serua, Ciputat, Tangerang Selatan
3. Responden yang waktu penelitian berada di tempat penelitian
4. Responden memiliki kartu menuju sehat (KMS).
Kriteria ekslusi
Kriteria eklusi adalah kriteria yang tidak layak untuk diteliti, dalam
penelitian ini adalah :
1. Responden yang memiliki balita lebih dari 1, di perbolehkan
mengisi kuesioner 1 kali saja.
2. Responden tidak dapat diwakilkan oleh orang lain.
55
b. Jumlah Sampel
Besarnya sampel yang dibutuhkan dihitung menggunakan rumus
menurut Notoatmodjo (2005) :
Keterangan : N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan
diinginkan ( 0,1 )2
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 87
sampel di tambah 10 % menjadi 96 sampel, dan untuk
memaksimalkan menjadi 100 sampel, peneliti menggunakan
pengumpulan sampel dengan proporsi sampling.
56
D. Teknik Pengambilan Sampling
Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil
sampel dari populasi (Arikunto, 2002). Teknik sampling adalah suatu proses
seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,
sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada
(Hidayat, 2007). Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik accident sampling, yaitu pengambilan sampel
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada pada
saat penelitian.
E. Alat Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer.
Data diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui
kuesioner yang akan dijawab oleh ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner atau
angket. Kuesioner diberikan langsung kepada responden untuk diisi tanpa
melalui proses wawancara. Kuesioner yang telah dibuat mencakup
variabel independen yaitu pengetahuan, tingkat pendidikan, status
pekerjaan, pendapatan keluarga dan jarak ke tempat imunisasi dan
variabel dependennya kelengkapan imunisasi balita. Pertanyaan terdiri
57
dari tiga bagian yaitu, bagian A berisi tentang karakteristik responden
yang meliputi inisial ibu, kelengkapan imunisasi balita, status pendidikan
ibu, status pekerjaan ibu, jarak rumah ke tempat imunisasi, dan
penghasilan keluarga.
Bagian B berkaitan dengan tingkat pengetahuan responden terhadap
imunisasi dasar lengkap balita dalam bentuk pertanyaan tertutup tentang
imunisasi sebanyak 20 item. Bagian C berisi 14 pernyataan tentang sikap
mengenai pemberian imunisasi dasar lengkap balita dalam bentuk
pernyataan tertutup. Pernyataan positif berjumlah 7 point, yang terdiri dari
point C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, dan pernyataan negatif berjumlah 7
point, yang terdiri dari point C8, C9, C10, C11, C12, C13 dan C14.
Skala pengukuran pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap balita
menggunakan skala Guttman, skala yang bersifat tegas dan konsisten
dengan memberikan jawaban yang tegas. Skala Guttman dapat dibuat
dalam bentuk pilihan ganda atau dalam bentuk check list. Pada pertanyaan
kuesioner disini dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Skor penilaiannya jika
jawaban pertanyaan benar maka nilainya 1, sedangkan jika jawaban
pertanyaan salah maka nilainya 0.
Skala pengukuran sikap tentang pemberian imunisasi dasar lengkap
balita menggunakan Skala Likert. Dalam penilaian atau skor berdasarkan
Skala Likert berbeda antara pernyataan positif dengan pernyataan negatif.
58
Penilaian untuk pernyataan positif sikap tentang pemberian imunisasi
dasar lengkap balita yaitu :
Sangat setuju : 4
Setuju : 3
Tidak setuju : 2
Sangat tidak setuju : 1
Sedangkan penilaian pernyataan negatif sikap tentang pemberian
imunisasi dasar lengkap balita juga menggunakan skala Likert, yaitu :
Sangat tidak setuju : 4
Tidak setuju : 3
Setuju : 2
Sangat setuju : 1
Penilaian bagi sikap tentang pemberian imunisasi dasar lengkap balita
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah nilai jawaban dengan median,
apabila nilai responden < median dari nilai sikap tentang pemberian imunisasi
dasar lengkap balita maka termasuk responden yang tidak mendukung
terhadap upaya pemberian imunisasi dasar lengkap balita. Sedangkan apabila
nilai responden ≥ median dari nilai sikap tentang pemberian imunisasi dasar
lengkap balita maka termasuk responden yang mendukung terhadap upaya
pemberian imunisasi dasar lengkap balita.
Penilaian bagi pengetahuan dilakukan dengan cara membandingkan
jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian
59
dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase. Selanjutnya presentase
jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai
berikut :
Skor Penilaian Interpretasi Tingkat Pengetahuan
76-100% dari jawaban yang benar Baik
56-75% dari jawaban yang benar Cukup
0-55% dari jawaban yang benar Kurang
3. Uji Validitas dan Realiabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui kesahihan suatu alat ukur (Dahlan, 2010). Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk mendapatkan
data yang valid dan realiabel maka kuesioner tersebut harus diuji
validitas dan realibilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam
penelitian, kuesioner dilakukan uji validitas terlebih dahulu dengan
rumus Pearson Product Moment. Bila nilai r hitung lebih besar dari r
tabel berarti valid sedangkan jika nilai r hitungnya lebih kecil dari r
tabel berarti tidak valid (Hidayat, 2007).
Validitas instrument diukur dengan rumus korelasi Pearson
Product Moment :
60
Keterangan :
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden
X = skor pertanyaan belahan pertama (dari nomor item ganjil)
Y = skor total belahan kedua ( dari nomor item genap )
Setelah dilakukan uji validitas dari 38 pertanyaan, maka
diperoleh jumlah pertanyaan yang valid. Pertanyaan yang dinyatakan
valid inilah yang digunakan dalam pertanyaan penelitian.
b. Realibilitas
Realibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang
sama (Hastono, 2008). Pengukuran realibilitas menggunakan bantuan
Software komputer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel
dikatakan realibel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >0,60
(Budiman, 2013).
c. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Uji coba kuesioner dilakukan pada tanggal 10-12 Juli 2013
terhadap 30 ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas
Ciputat Timur. Tujuan dari uji coba kuesioner ini untuk mengetahui
apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut valid serta dapat dimengerti
atau tidak dimengerti oleh responden. Adapun hasil dari uji coba
61
kuesioner, terdapat pertanyaan yang tidak valid pada varibel
pengetahuan. Sehingga peneliti memperbaiki redaksi pertanyaan dan 4
pertanyaan B4, B8, B14, dan B19 dibuang atau dihilangkan karena
sudah mewakili pertanyaan yang lainnya Sedangkan untuk variabel
sikap terdapat 2 item pernyataan yang tidak valid yaitu C1 dan C5,
sehingga peneliti memperbaiki redaksi pernyataan.
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam
penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti.
Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung
dengan prosedur sebagai berikut :
a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang ditunjukkan kepada Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan
b. Setelah mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan, peneliti menyerahkan surat permohonan tersebut kepada
Puskesmas Situ Gintung. Setelah itu peneliti melakukan penseleksian
calon responden dengan tehnik purposive sampling.
62
c. Peneliti mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian.
d. Meminta calon yang terpilih agar bersedia menjadi responden setelah
melakukan pendekatan dan menjelaskan kepada calon responden
tentang tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian serta hak dan
kewajiban selama menjadi responden. Responden yang bersedia
selanjutnya diminta menandatangani lembar informed concent.
e. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk
ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek
penelitian.
f. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
g. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
h. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner
i. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada
peneliti untuk diperiksa dan peneliti mengucapkan terima kasih kepada
responden.
F. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat
perangkat lunak. Teknik pengolahan data terdiri dari (Hidayat, 2008):
63
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan data menggunakan komputer. Biasanya pemberian kode
dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel
kontigensi.
4. Cleaning Data
Cleaning Data adalah kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di
entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada
saat meng entry data ke komputer.
64
G. Analisis Data
Analisa data untuk memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis
penelitian. Analisa dalam penelitian ini meliputi analisa univariat dan bivariat.
1. Analisa Univariat
Analisis univariat adalah analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan
menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk
tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis univariat ini digunakan untuk
memperjelas bagaimana distribusi dan presentase serta untuk mengetahui
proporsi masing-masing variabel independen dan dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu, pendidikan ibu,
status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jarak rumah ke tempat
imunisasi, dan sikap ibu. Sedangkan variabel dependen yaitu kelengkapan
imunisasi balita.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2005). Dengan
tujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
dependen, yaitu hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jarak rumah ke tempat imunisasi, dan
sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
65
Untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variabel tersebut
digunakan uji Chi Square. Hasil perhitungan diatas kemudian disignifikan
dengan nilai alpha 0,05. Jika nilai p ≤ α (0,05) maka disimpulkan ada
hubungan antara pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan,
pendapatan keluarga, jarak, dan sikap yang berhubungan dengan
kelengkapan imunisasi dasar baita. Jika p > α (0,05) maka tidak ada
hubungan antara pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan,
pendapatan keluarga, jarak, dan sikap yang berhubungan dengan
kelengkapan imunisasi dasar baita (Hastono, 2008).
H. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
(Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan anatara lain adalah
sebagai berikut :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antar peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari
Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian,
66
dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
mendatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormatinya.
2. Anonimity ( tanpa nama )
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaakn subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informsi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti.
Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas
responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan
menagajukan surat pernyataan persetujuan (Informed consent). Sebelum
menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian. Peneliti akan menjamin kerahasiaan
identitas responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka
data tersebut akan dimusnahkan.
67
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dari kuesioner beserta
hasil analisis data. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
Situ Gintung pada tanggal 21 sampai 28 Agustus 2013 yang dilakukan terhadap 100
ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun sebagai responden.
A. Gambaran umum Puskesmas Situ Gintung
Puskesmas Situ Gintung beralamat di jalan Serua Raya, Kp. Buaran RT. 08/02
Kel. Serua, Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan. dengan luas wilayah 379.153 Ha.
Wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung terdiri satu kelurahan saja, yaitu Kelurahan
Serua.
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Sarua Indah
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Benda Baru
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Jombang, Kelurahan
Ciater & Kecamatan Serpong
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Sarua Indah
Wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung terdiri dari 24 RW dan 159 RT dan
6447 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 27.953 orang, terdiri dari
14.166 laki-laki dan 13.787 perempuan. Adapun fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja puskesmas sebagai berikut :
1. Pemerintah
Puskesmas : 1 Buah
Puskesmas Pembantu : 1 Buah
Posyandu : 24 Buah
67
68
Posbindu : 4 Buah
Rumah Bersalin : 0 Buah
2. Swasta
Rumah Sakit Swasta : 0 Buah
Klinik swasta : 4 Buah
Bidan : 9 Orang
Praktek Dokter Umum : 8 Orang
Praktek Dokter Gigi : 1 Orang
Praktek Dokter Spesialis : 1 Orang
Apotik : 5 Buah
Toko Obat : 2 Buah
Pengobatan Tradisional : 8 Buah
Salon : 20 Buah
3. Masyarakat
Kader Kesehatan : 148 Orang
Dukun Bayi Terlatih : 1 Orang
Sedangkan, sarana dan prasarana Puskesmas
1. Gedung Puskesmas : 2 Buah
2. Kendaraan Roda Dua : 1 Buah ( Desember 2011 )
3. Ambulance : 1 Buah ( Oktober 2011 )
4. Pesawat Telepon : 1 Buah
B. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat adalah suatu kegiatan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan angka atau
nilai jumlah dan persentase dari masing-masing kategorik ditiap variabel dengan
mengeluarkan distribusi frekuensi, sehingga dapat menjadi informasi yang berguna.
69
Dari hasil univariat pada penelitian ini dapat dilihat data mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar Balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Situ Gintung tahun 2013, yaitu:
1. Gambaran kelengkapan imunisasi pada balita usia 1-5 tahun
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi kelengkapan imunisasi dasar pada Balita usia 1-5 tahun di
Puskesmas Situ Gintung Bulan Agustus 2013 (n=100)
Kelengkapan
imunisasi
Frekuensi Persentasi (%)
Tidak Lengkap 14 14%
Lengkap 86 86%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil (14%) atau 14 ibu yang
memiliki Balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung tidak memberikan
imunisasi dasar dengan lengkap, (86%) atau 86 ibu memberikan imunisasi dasar
dengan lengkap.
2. Gambaran tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun
terhadap kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Situ Gintung Bulan Agustus
tahun 2013 (n=100)
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang baik 26 26%
Cukup baik 16 16%
Baik 58 58%
Total 100 100%
70
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat di jelaskan bahwa (26%) atau 26 ibu yang memiliki
balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung memiliki pengetahuan kurang baik
mengenai imunisasi dasar lengkap, (16%) atau 16 ibu memiliki pengetahuan cukup
baik, (58%) atau 58 ibu memiliki pengetahuan baik mengenai imunisasi dasar
lengkap.
3. Gambaran tingkat pendidikan ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun
terhadap pemberian Imunisasi dasar di Puskesmas Situ Gintung Bulan Agustus 2013
(n=100)
Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan rendah 23 23%
Pendidikan tinggi 77 77%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil (23%) atau 23 ibu yang
memiliki Balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung memiliki tingkat
pendidikan rendah, (77%) atau 77 ibu yang memiliki balita 1-5 tahun memiliki
tingkat pendidikan tinggi.
4. Gambaran status pekerjaan ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi status pekerjaan ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun terhadap
Kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Situ Gintung Bulan Agustus 2013
(n=100)
Status pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Bekerja 15 15%
Tidak bekerja 85 85%
Total 100 100,0
71
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil (15%) atau 15 ibu yang
memiliki Balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung adalah ibu bekerja, (85%)
atau 85 ibu yang memiliki balita 1-5 tahun itu tidak bekerja.
5. Gambaran penghasilan keluarga yang memiliki Balita usia 1-5 tahun
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi penghasilan keluarga yang memiliki Balita usia 1-5 tahun
terhadap kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Situ Gintung Bulan Agustus
2013 (n=100)
Penghasilan keluarga Frekuensi Persentase (%)
Kurang 17 17%
Cukup 63 63%
Tinggi 20 20%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil (17%) atau 17 keluarga
yang memiliki Balita usia 1-5 tahun memiliki penghasilan kurang dari Upah
Minimum Regional (UMR), (63%) atau 63 keluarga memiliki penghasilan cukup,
(20%) atau 20 keluarga memiliki penghasilan tinggi dari Upah Minimum Regional
(UMR).
72
6. Gambaran jarak rumah yang memiliki Balita usia 1-5 tahun terhadap
kelengkapan imunisasi
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi jarak rumah yang memiliki Balita usia 1-5 tahun terhadap
kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Situ Gintung Bulan Agustus 2013 (n=100)
Jarak Frekuensi Persentase (%)
Jauh 25 25%
Dekat 75 75%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil (25%) atau 25 keluarga
yang memiliki Balita usia 1-5 tahun memiliki jarak rumah jauh ke pelayanan
imunisasi, (75%) atau 75 keluarga yang memiliki balita 1-5 tahun memiliki jarak
rumah dekat ke pelayanan imunisasi.
7. Gambaran sikap ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi sikap ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap
kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Situ Gintung Bulan Agustus 2013 (n=100)
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Negatif 52 52%
Positif 48 48%
Total 100 100%
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (52%) atau 52 ibu yang
memiliki Balita usia 1-5 tahun memiliki sikap negatif terhadap kelengkapan
imunisasi dasar, (48%) atau 48 ibu yang memiliki balita 1-5 tahun memiliki sikap
positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar.
73
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
signifikan antara dua variabel atau bisa juga digunakan untuk mengetahui
apakah adakah perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih kelompok
(sampel). Hasil analisis bivariat pada penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu yang memiliki Balita usia
1-5 tahun terhadap kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Situ
Gintung tahun 2013
Tabel 5.8
Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar di
Puskesmas Situ Gintung bulan Agustus
Tahun 2013
Tingkat
pengetahuan
Kelengkapan imunisasi Total P
Value
OR
(95%
CI) Tidak
lengkap
Lengkap
N % N % N %
Kurang baik
12
46,2
14
53,8
26
100
0,000
27.704
Cukup 0 0 16 100 16 100
Baik 2 3,4 56 96,6 100 100
Total 14 14,0 86 86,0 100 100
Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi
dasar pada balita usia 1-5 tahun dapat dijelaskan bahwa dari 26 ibu yang memiliki
pengetahuan kurang baik yang tidak memberikan Imunisasi dasar secara lengkap
sebanyak 12 orang ibu (46,2%) dengan yang memberikan sebanyak 14 orang ibu
(53,8%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yang tidak
memberikan imunisasi dasar lengkap tidak ada dengan yang memberikan sebanyak
74
16 orang ibu (100%), dan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik yang tidak
memberikan imunisasi sebanyak 2 orang ibu (3,4%) dengan yang memberikannya
sebanyak 56 orang ibu (96,6%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan 95% maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
kelengkapan imunisasi, nilai OR=27.704 yang berarti bahwa ibu yang memiliki
Balita usia 1-5 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik beresiko 27 kali
lebih besar untuk tidak memberikan imunisasi dasar lengkap terhadap balitanya
dibandingkan ibu yang berpengetahuan cukup dan baik.
2. Hubungan antara tingkat pendidikan terhadap kelengkapan imunisasi
dasar di Puskesmas Situ Gintung Tahun 2013
Tabel 5.9
Hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap di
Puskesmas Situ Gintung Bulan Agustus
Tahun 2013
Tingkat
pendidikan
Kelengkapan imunisasi Total P
value
OR
(95%
CI) Tidak
lengkap
Lengkap
N % N % N %
Rendah
12
52,2 11
47,8
23
100
0,000 36,15
3
Tinggi 2 2,6 75 97,4 77 100
Total 14 14,0 86 86,0 100 100
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan imunisasi
dapat dijelaskan bahwa dari 23 orang ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah
yang tidak memberikan Imunisasi dasar lengkap sebanyak 12 orang ibu (52,2%)
dengan yang memberikan Imunisasihanya 11 orang ibu (47,8%), sedangkan ibu yang
75
memiliki tingkat pendidikan tinggi yang tidak memberikan imunisasi 2 orang ibu
(2,6%) dengan yang memberikan sebanyak 75 orang ibu ( 97,4%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan 95%
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan terhadap kelengkapan imunisasi, nilai OR=36,153, yang berarti bahwa
ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki tingkat pendidikan rendah
memiliki resiko 36 kali lebih besar untuk tidak memberikan imunisasi terhadap
balitanya dibandingkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
3. Hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi di
Puskesmas Situ Gintung Bulan agustus tahun 2013.
Tabel 5.10
Hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi di Puskesmas Situ
Gintung Bulan Agustus tahun 2013.
Pekerjaan Kelengkapan imunisasi Total P
Value
OR
(95%
CI) Tidak
lengkap
Lengkap
N % N % n %
Bekerja
8
53,3
7
46,7
15
100
0,000 15.04
8
Tidak
bekerja
6 7,1 79 92,9 85 100
Total 14 14,0 86 86,0 100 100
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dapat
dijelaskan bahwa dari 15 ibu bekerja yang tidak memberikan imunisasi diantaranya 8
orang ibu (53,3%) dengan yang memberikan imunisasi hanya 7 orang (46,7%),
sedangkan ibu yang tidak bekerja 6 orang ibu (7,1%) tidak memberikan imunisasi
secara lengkap dengan yang memberikan imunisasi secara lengkap sebanyak 79
orang ibu (92,9%).
76
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan 95% maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan
kelengkapan imunisasi, nilai OR=15.048 yang berarti bahwa ibu yang memiliki
Balita usia 1-5 tahun yang bekerja beresiko 15 kali lebih besar untuk tidak
memberikan Imunisasi dasar lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang tidak
bekerja.
4. Hubungan antara tingkat penghasilan hasil keluarga yang memiliki
Balita usia 1-5 tahun terhadap kelengkapan imunisasi dasar di
Puskesmas Situ Gintung tahun 2013
Tabel 5.11
Hubungan antara tingkat penghasilan keluarga terhadap kelengkapan imunisasi dasar
di Puskesmas Situ Gintung bulan Agustus
Tahun 2013
Penghasilan Kelengkapan imunisasi Total P
Value
OR
(95%
CI) Tidak
lengkap
Lengkap
N % N % N %
Kurang
5
29,4
12
70,6
17
100
0,037
4.498
Cukup 8 12,7 55 87,3 63 100
Tinggi 1 5,0 19 95,0 20 100
Total 14 14,0 86 86,0 100 100
Hasil analisis hubungan antara penghasilan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada
balita usia 1-5 tahun dapat dijelaskan bahwa dari 17 ibu yang memiliki penghasilan
kurang yang tidak memberikan Imunisasi dasar secara lengkap sebanyak 5 orang ibu
(29,4%) dengan yang memberikan sebanyak 12 orang ibu (70,6%), sedangkan
keluarga yang memilki penghasilan cukup 8 orang ibu (12,7%) tidak memberikan
imunisasisecara lengkap dengan yang memberikan sebanyak 55 orang ibu (87,3%),
77
dan keluarga yang memiliki penghasilan tinggi 1 orang ibu (5,0%) tidak memberikan
imunisasi dasar lengkap dengan yang memberikan sebanyak
19 orang ibu (95,0%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,037 dengan tingkat kepercayaan 95% maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan
kelengkapan imunisasi, nilai OR=4.498yang berarti bahwa ibu yang memiliki Balita
usia 1-5 tahun yang memiliki penghasilan kurang beresiko 4 kali lebih besar untuk
tidak memberikan Imunisasi dasar lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang
berpenghasilan cukup dan tinggi.
5. Hubungan antara jarak rumah yang memiliki Balita usia 1-5 tahun ke
pelayanan imunisasiterhadap kelengkapan imunisasi dasar di
Puskesmas Situ Gintung tahun 2013
Tabel 5.12
Hubungan antara jarak terhadap kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Situ
Gintung bulan Agustus
Tahun 2013
Jarak Kelengkapan imunisasi Total P
Value
OR
(95%
CI) Tidak
lengkap
Lengkap
N % N % N %
Jauh
11
44,0
14
56,0
25
100
0,000
18.857
Dekat 3 4,0 72 96,0 75 100
Total 14 14,0 86 86,0 100 100
Hasil analisis hubungan antara jarak rumah ke pelayanan imunisasidengan
kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun dapat dijelaskan bahwa dari
25 ibu yang memiliki jarak rumah jauh yang tidak memberikan Imunisasi dasar
secara lengkap sebanyak 11 orang ibu (44,0%) dengan yang memberikan sebanyak
78
14 orang ibu (56,0%), sedangkan ibu yang memiliki jarak rumah dekat 3 orang ibu
(4,0%) tidak memberikan imunisasisecara lengkap dengan yang memberikan
sebanyak 72 orang ibu (96,0%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan 95% maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jarak dengan kelengkapan
imunisasi, nilai OR=18.857 yang berarti bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5
tahun yang memiliki jarak rumah jauh beresiko 19 kali lebih besar untuk tidak
memberikan Imunisasi dasar lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang
memiliki jarak rumah dekat ke pelayanan imunisasi.
6. Hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasidi Puskesmas
Situ Gintung Bulan agustus tahun 2013.
Tabel 5.13
Hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasidi Puskesmas Situ Gintung
Bulan agustus tahun 2013
Sikap Kelengkapan imunisasi Total P
Value
OR
(95%
CI) Tidak
lengkap
Lengkap
N % N % n %
Negatif
13
25,0
39
75,0
52
100
0,003 15.667
Positif 1 2,1 47 97,9 48 100
Total 14 14,0 86 86,0 100 100
Hasil analisis hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasidapat dijelaskan
bahwa dari 52 ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun dengan sikap negatif (tidak
mendukung pemberian imunisasi dasar lengkap) tidak memberikan
Imunisasisebanyak 13 orang ibu (25,0%) dengan yang memberikan
Imunisasisebanyak 39 orang ibu (75,0%), sedangkan ibu yang memiliki sikap positif
79
(mendukung pemberian imunisasi dasar lengkap) 1 orang ibu (2,1%) tidak
memberikan imunisasi dasar lengkap dengan yang memberikan sebanyak 47 orang
ibu (97,9%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,003 dengan tingkat kepercayaan 95% maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan
kelengkapan imunisasi, nilai OR=15.667, yang berarti bahwa ibu yang memiliki
Balita usia 1-5 tahun yang memiliki sikap negatif beresiko 16 kali lebih besar untuk
tidak memberikan Imunisasiterhadap balitanya dibandingkan ibu yang memiliki sikap
positif.
80
BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan ini akan menguraikan makna hasil penelitian yang dilakukan
tentang tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, jarak, dan sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar
balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung tahun 2013.
Pembahasan ini mencakup perbandingan antara hasil penelitian dengan konsep
teoritis dan penelitian sebelumnya. Bab ini juga akan menjelaskan tentang
keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.
A. Analisis Univariat
1. Gambaran kelengkapan imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2009).
Imunisasi bertujuan agar zat kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga
resiko untuk mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil. Tujuan
diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Hidayat, 2008).
Macam – macam imunisasi itu ada dua macam, diantanya adalah
imunisasi aktif dan pasif. Menurut Yusrianto (2010), imunisasi aktif adalah
80
81
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan dengan tujuan untuk meragsang tubuh memproduksi antibodi
sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan
imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar
antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS
(Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi
tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah
plasenta selama masa kehamilan, misalnya antibodi terhadap campak.
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terdapat 14 orang (14%) tidak memberikan
imunisasi dasar lengkap dengan kata lain ibu yang memiliki balita usia 1-5
tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung sebagian kecil tidak
memberikan imunisasi. Peneliti menganalisis masih adanya balita yang
tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Situ Gintung
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor kurangnya
pengetahuan ibu karena menganggap bahwa bayi yang di imunisasi akan
selalu demam atau sakit sehingga mereka tidak memberikan imunisasi
kepada bayinya. Selain itu kurangnya sumber informasi mengenai
imunisasi di masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya edukasi dari
petugas kesehatan, dan di dukung oleh jarak yang sangat jauh terhadap
82
tempat pelayanan imunisasi sehingga kesulitan untuk mencapai tempat
pelayanan.
2. Gambaran tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-5
tahun
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
diperoleh diantaranya melelui pendidikan formal, non formal dan media
masa. Pengetahuan atau domain kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Pengetahuan itu sendiri dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri
maupun dari orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil
responden memiliki pengetahuan kurang yaitu 26 responden (26%).
Dengan kata lain ibu yang tinggal diwilayah Puskesmas Situ Gintung
masih ada yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik mengenai
imunisasi karena peneliti menganalisis bahwa tingkat pengetahuan ibu
yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung di
pengaruhi oleh karakteristik tempat atau tingkat pendidikan, selain itu
kurangnya media informasi di tengah masyarakat menyebabkan informasi
tidak dapat diterima oleh masyarakat.
83
3. Gambaran tingkat pendidikan ibu balita usia 1-5 tahun
Menurut Notoatmodjo (2003), mengartikan pendidikan sebagai
bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak-
anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri
sendiri dan bagi masyarakat, maka tingginya tingkat pendidikan seseorang
maka makin mudah menerima informasi sehingga akan semakin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki.
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil ibu
balita usia 1-5 tahun, terdapat 23 orang (23%) memiliki tingkat pendidikan
rendah. dengan kata lain ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Situ Gintung memiliki tingkat pendidikan rendah, karena
masih ada ibu balita usia 1-5 tahun yang hanya tamat SD dan tamat SLTP.
Peneliti menganalisis bahwa masih adanya tingkat pendidikan rendah pada
ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung karena
di pengaruhi oleh faktor budaya masyarakat yang beranggapan bahwa
setinggi-tingginya wanita sekolah atau memiliki pendidikan tinggi,
akhirnya akan tetap ke dapur juga sehingga mereka beranggapan seorang
wanita tidak perlu memiliki tingkat pendidikan tinggi.
4. Gambaran pekerjaan ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun
Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan)
(Depdikbud, 2006). Dalam kelengkapan imunisasi tidak ada alasan untuk
84
ibu bekerja tidak memberikan imunisasi, karena untuk ibu yang bekerjapun
dapat memberikan imunisasi dengan cara mendatangi langsung ke
Puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lain.
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun, yang bekerja yaitu 15 orang (15%). Hal ini
dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat sehingga
sebagian ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas Situ Gintung bekerja
untuk menambah penghasilan keluarga tidak hanya mengandalkan dari
penghasilan suami sehingga daya beli keluarga tinggi yang akhirnya dapat
memenuhi kebutuhan keluarganya. Sedangkan sebagian besar ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung yang tidak
bekerja, dapat mengisi waktu luang hanya untuk mengurus keluarganya
sehingga mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk memberikan
imunisasi dasar lengkap kepada balitanya.
5. Gambaran pendapatan keluarga yang memiliki balita usia 1-5 tahun
Status ekonomi seseorang akan mempengaruhi kemampuan seseorang
membiayai pelayanan kesehatan. Sering kali terjadi seseorang semestinya
tahu masalah kesehatan ketika ia ataupun keluarganya sakit tidak dibawa
ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu membiayai. Begitu pula
dengan masalah imunisasi, bisa jadi seorang ibu ingin sekali
85
mengimunisasikan anak-anaknya akan tetapi tidak jadi karena tidak punya
biaya (Mahfoedz, 2006).
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa responden yang
memiliki penghasilan kurang yaitu 17 responden (17%). Dengan kata lain
ibu yang tinggal diwilayah Puskesmas Situ Gintung masih ada yang
memiliki penghasilan kurang dari UMR. Peneliti menganalisis bahwa
masih ada yang memiliki penghasilan kurang di Puskesmas Situ Gintung
di pengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pekerjaan keluarga.
6. Gambaran jarak rumah ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau
tempat. Jarak dekat adalah ruang sela yang pendek antara dua benda atau
tempat. Sedangkan jarak jauh adalah ruang sela yang panjang antara dua
tempat dsb (Depdikbud, 2013).
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil ibu
Balita usia 1-5 tahun yaitu 25 responden (25%) yang memiliki jarak
rumah jauh ke tempat pelayanan imunisasi. Peneliti menganalisis bahwa
ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung
sebagian kecil memiliki jarak rumah jauh ke tempat pelayanan imunisasi,
sehingga dapat mempengaruhi ibu dalam pengambilan keputusan terhadap
pemberian imunisasi dasar lengkap. Dalam hal ini ibu yang memiliki jarak
rumah dekat terhadap tempat pelayanan pemberian imunisasi dasar akan
86
memberikan kepada balitanya karena tidak perlu repot berjalan jauh atau
mengeluarka uang untuk ongkos kendaraan ke tempat pelayanan sedangka
ibu yang memiliki jarak rumah jauh akan merasa terbebani untuk pergi ke
tempat pelayanan imunisasi karena harus mengeluarkan tenaga atau uang
untuk ongkos kendaraan.
7. Gambaran sikap ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian ibu balita usia
1-5 tahun memiliki sikap negatif yaitu 52 orang atau (52%). dengan kata
lain ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah Puskesmas Situ
Gintung memiliki sikap negatif terhadap kelengkapan imunisasi. Peneliti
menganalisis bahwa ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas
Situ Gintung memiliki sikap negatif, karena sikap dapat mempengaruhi
perilaku seseorang yang berkaitan dengan objek tertentu. Dalam hal ini ibu
yang memiliki sikap positif tentang kelengkapan imunisasi karena ibu
mengetahui manfaat kelengkapan imunisasi bagi bayinya serta penyakit
apa saja yang dapat terjadi apabila ibu tidak memberikan imunisasi.
Sedangkan ibu yang memiliki sikap negatif terhadap kelengkapan
imunisasi karena ibu kurang mengetahui manfaat kelengkapan imunisasi
bagi balitanya, karena beranggapan bayi yang diberikan imunisasi akan
demam atau sakit sehingga hal tersebut mendorong untuk ibu tidak
memberikan imunisasi dasar lengkap.
87
Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Green
dalam Notoatmodjo (2003). Ini memperlihatkan bahwa sikap akan
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap apa yang dilakukan, selain
sikap, pengetahuan juga akan mempengaruhi perilaku seseorang karena
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, dan pengetahuan itu sendiri dapat diperoleh melalui
pengalaman diri sendiri maupun dari orang lain. Sehingga apabila seorang
ibu yang sudah mempunyai pengalaman baik dari diri sendiri maupun dari
orang lain tentang kelengkapan imunisasi akan memiliki sikap positif dan
memberikan imunisasi terhadap bayinya. Sebaliknya apabila seorang ibu
tidak memiliki pengalaman sama sekali tentang kelengkapan imunisasi,
mereka akan bersikap negatif dan tidak mau memberikan bayinya
imunisasi dasar lengkap.
Menurut Campbell, sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala
dalam merespon stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan
pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut
Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmojo, 2003).
88
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi
Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun dapat dijelaskan
bahwa dari 26 ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik yang tidak
memberikan imunisasi dasar secara lengkap sebanyak 12 orang ibu
(46,2%) dengan yang memberikan sebanyak 14 orang ibu (53,8%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan
95% maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=27.704 yang berarti
bahwa ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang baik beresiko 27 kali lebih besar untuk tidak
memberikan imunisasi dasar lengkap terhadap bayinya dibandingkan ibu
yang berpengetahuan cukup dan baik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Albertina (2008) bahwa ada
hubungan antara pengetahuan orang tua dengan kelengkapan imunisasi
dasar balita. Begitu pula dengan penelitian Ningrum (2008), Jannah (2009),
Ladifre (2009), Istriyati (2011), Widayati (2012) bahwa pengetahuan ibu
berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap balita. Tetapi
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Prayoga (2009), Astrianzah
(2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
imuisasi dasar lengkap balita.
89
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
diperoleh diantaranya melelui pendidikan formal, non formal dan media
masa. Pengetahuan atau domain kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Pengetahuan itu sendiri dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri
maupun dari orang lain (Notoatmodjo,2003).
Menurut Rogers dalam Notoatmojo (2003) suatu perilaku yang di
dasarkan oleh pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak di
dasarkan pengetahuan, dan urutan proses dalam diri seseorang sebelum
mengadopsi perilaku baru.
Peneliti menganalis bahwa pengetahuan tidak selalu di dapat dari
tingginya suatu tingkat pendidikan, karena pengetahuan juga dapat
diperoleh dari media massa, pengalaman pribadi ataupun pengalaman
orang lain. Suatu pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan, semakin baik pengetahuan ibu maka semakin
tinggi pula peluang ibu untuk kelengkapan imunisasi pada bayinya.
Untuk itu peneliti menyarankan Puskesmas Situ Gintung lebih
meningkatkan lagi upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai
imunisasi dengan cara meningkatkan penyuluhan-penyuluhan di dalam
kegiatan puskesmas dan posyandu di setiap desa dan pemberian Pendidikan
Kesehatan kepada para kader posyandu mengenai imunisasi.
90
2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan imunisasi
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan
imunisasi dapat dijelaskan bahwa dari 23 orang ibu yang memiliki tingkat
pendidikan rendah yang tidak memberikan Imunisasi dasar lengkap
sebanyak 12 orang ibu (52,2%) dengan yang memberikan Imunisasi hanya
11 orang ibu (47,8%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai P value=0,000 dengan tingkat
kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kelengkapan imunisasi, nilai
OR=36,153, yang berarti bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun
yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki resiko 36 kali lebih
besar untuk tidak memberikan imunisasi terhadap balitanya dibandingkan
ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jannah (2009), Ladifre (2009),
Istriyati (2011) bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
status imunisasi dasar balita. Berdasarkan penelitian Ningrum (2008)
disimpulkan bahwa pendidikan ibu yang tinggi akan membuat akses ke
pelayanan kesehatan anak semakin baik. Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Albertina (2008), Prayoga (2009).
Menurut Notoatmojo (2003), Pendidikan adalah pimpinan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam
pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
91
masyarakat. Pendidikan merupakan pengalaman seseorang mengikuti
pendidikan formal yang dinilai berdasarkan ijazah tertinggi yang dimiliki,
sehingga pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan rendah (tingkat
SD dan SLTP) dan pendidikan tinggi (tingkat SMU keatas). Pendidikan
dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidik (anak didik) guna
mencapai perubahan tingkah laku.
Peneliti menganalisis bahwa pendidikan dapat mempengaruhi ibu
dalam kelengkapan imunisasi. semakin tinggi pendidikan ibu maka
semakin mudah dalam menerima informasi sehingga peluang untuk ibu
memberikan imunisasi pada bayinya akan semakin tinggi.
3. Hubungan antara pekerjaan dengan pemberian imunisasi dasar
lengkap
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan
imunisasi dapat dijelaskan bahwa dari 15 ibu bekerja yang tidak
memberikan imunisasi diantaranya 8 orang ibu (53,3%) dengan yang
memberikan imunisasi hanya 7 orang (46,7%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan
95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=15.048 yang berarti
bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang bekerja beresiko 15
92
kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi dasar lengkap terhadap
balitanya dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Istriyati (2011) bahwa ada
hubungan antara status pekerjaan ibu dengan imunisasi dasar. Akan tetapi
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Prayoga (2009), Jannah
(2009).
Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan)
(Depdikbud, 2006). Ibu yang bekerja mempunyai waktu luang yang sedikit
bila dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja sehingga pada ibu yang
bekerja biasanya kelengkapan imunisasi akan lebih sulit dilakukan daripada
ibu yang tidak bekerja.
Peneliti menganalisis bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi ibu dalam
kelengkapan imunisasi, karena pada ibu yang tidak bekerja memiliki waktu
luang yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bekerja, sehingga
ibu yang tidak bekerja memiliki peluang yang lebih besar untuk
kelengkapan imunisasi pada bayinya.
Untuk itu peneliti dapat memberikan saran kepada para ibu yang
memiliki Balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ gintung.
Upaya bagi ibu yang bekerja tapi tetap memberikan Imunisasi kepada
balitanya yaitu dengan cara mendatangi langsung ke tempat pelayanan
kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit saat ibu sedang memiliki
waktu luang.
93
4. Hubungan antara pendapatan terhadap kelengkapan imunisasi
Hasil analisis hubungan antara penghasilan dengan kelengkapan
imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun dapat dijelaskan bahwa dari 17
ibu yang memiliki penghasilan kurang yang tidak memberikan Imunisasi
dasar secara lengkap sebanyak 5 orang ibu (29,4%) dengan yang
memberikan sebanyak 12 orang ibu (70,6%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,037 dengan tingkat kepercayaan
95% maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
penghasilan dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=4.498 yang berarti
bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki penghasilan
kurang beresiko 4 kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi dasar
lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang berpenghasilan cukup
dan tinggi.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Istriyati (2011),
Astrianzah (2011) bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan
imunisasi dasar lengkap balita.
Peneliti menganalisis bahwa status ekonomi seseorang akan
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam membiayai pelayanan
kesehatan. Sering kali seseorang kalau sakit ataupun keluarganya yang
sakit tidak dibawa ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu
membiayai. Begitu pula dengan masalah imunisasi, bisa jadi seorang ibu
94
ingin sekali mengimunisasikan anak-anaknya akan tetapi tidak jadi karena
tidak punya biaya (Mahfoedz, 2006).
5. Hubungan antara jarak rumah ke tempat imunisasi terhadap
kelengkapan imunisasi
Hasil analisis hubungan antara jarak rumah ke pelayanan imunisasi
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun dapat
dijelaskan bahwa dari 25 ibu yang memiliki jarak rumah jauh yang tidak
memberikan Imunisasi dasar secara lengkap sebanyak 11 orang ibu
(44,0%) dengan yang memberikan sebanyak 14 orang ibu (56,0%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan
95% maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jarak
dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=18.857 yang berarti bahwa ibu
yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki jarak rumah jauh
beresiko 19 kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi dasar
lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang memiliki jarak rumah
dekat ke pelayanan imunisasi.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ningrum (2008), Jannah
(2009), Prayoga (2009) bahwa tidak ada hubungan antara jarak rumah ke
pelyanan imunisasi dengan imunisasi dasar lengkap balita. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia (2013), jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh)
antara dua benda atau tempat. Jarak dekat adalah ruang sela yang pendek
95
antara dua benda atau tempat. Sedangkan jarak jauh adalah ruang sela yang
panjang antara dua tempat dsb.
Peneliti menganalisis bahwa tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa
jadi membuat orang akan enggan untuk mendatanginya. Jauhnya tempat
pelayanan bisa menyebabkan membengkaknya akomodasi pelayanan,
karena selain biaya pelayanan kesehatan ada biaya tambahan yaitu biaya
transportasi. Bagi orang-orang yang akan berfikir sederhana mungkin akan
memutuskan untuk tidak datang ke sarana pelayanan kesehatan. Hal ini
mungkin terjadi adalah ketidakterjangkauan sarana pelayanan kesehatan
oleh masyarakat.
6. Hubungan antara Sikap dengan kelengkapan imunisasi
Hasil analisis hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasi
dapat dijelaskan bahwa dari 52 ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun
dengan sikap negatif yang tidak memberikan imunisasi sebanyak 13 orang
ibu (25,0%) dengan yang memberikan imunisasi sebanyak 39 orang ibu
(75,0%).
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,003 dengan tingkat kepercayaan
95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
sikap dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=15.667, yang berarti bahwa
ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki sikap negatif
96
beresiko 16 kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi terhadap
bayinya dibandingkan ibu yang memiliki sikap positif.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jannah (2009) bahwa ada
hubungan antara sikap ibu dengan status imunisasi dasar lengkap balita.
Akan tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian Albertina, dkk
(2008).
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu. Robert Kwick dalam notoatmojo (2003), menyatakan bahwa
sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap
suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk
menyenangi atau tidak menyenangi objek tertentu.
Peneliti menganalisi bahwa sikap dapat mempengaruhi kelengkapan
imunisasi, karena ibu yang memiliki sikap positif biasanya memiliki
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi mengenai Imunisasi yang
diperoleh melalui media massa/elektronik dan penyuluhan-penyuluhan dari
petugas kesehatan sudah sangat baik. dan ibu dengan sikap positif akan
memberikan bayinya Imunisasi agar bayinya mencapai tumbuh kembang
yang optimal.
97
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti merasa bahwa penelitiannya ini belum mencapai hasil yang
diharapkan karena ada beberapa kendala. Selain itu penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional,
sehingga tidak bisa memberikan penjelasn hubungan sebab akibat, tetapi
hubungan yang didapatkan dari penelitian ini hanya menunjukkan adanya
keterkaitan saja, dan hanya mengkaji variabel independen dan variabel
dependen secara bersama pada saat berlangsungnya penelitian.
Adapun instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan bentuk
tertutup, yaitu kuesioner yang sudah disediakan alternatif jawabannya
sehingga responden dapat memilih jawaban dengan bebas. Sedangkan kualitas
jawaban kuesioner tergantung dari kejujuran responden dalam menjawab
setiap pertanyaan dan pernyataan sehingga bisa saja terdapat bias karena
responden menjawab sesuai dengan keinginan responden tersebut. Analisa
data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat.
98
BAB VII
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari tujuan penelitian dan hasil penelitian yang diperoleh tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita usia
1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung tahun 2013, maka penulis
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian kecil ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ
Gintung tidak memberikan imunisasi, memiliki tingkat pendidikan tinggi,
memiliki tingkat pengetahuan baik tentang imunisasi, tidak bekerja, memiliki
pendapatan/ penghasilan cukup, jarak rumah dekat ke tempat imunisasi dan
memiliki sikap negatif terhadap kelengkapan imunisasi.
2. Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara faktor pengetahuan,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, jarak rumah ke tempat
imunisasi dan sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi di Puskesmas Situ
Gintung tahun 2013.
98
99
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Situ Gintung
Diharapkan agar dapat meningkatkan tingkat pengetahuan ibu mengenai
kelengkapan imunisasi dengan cara meningkatkan penyuluhan-penyuluhan di
setiap desa dan memberikan Pendidikan Kesehatan kepada para Kader
posyandu agar dapat membantu petugas kesehatan dalam peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar menjadi salah satu institusi kesehatan mampu membantu
dalam upaya penyediaan informasi tentang Imunisasi dan memberdayakan
atau melibatkan mahasiswa/i dalam upaya tersebut sebagai bagian proses
belajar mahasiswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tentang motivasi petugas
pelayanan kesehatan dan motivasi keluarga terhadap sikap ibu dalam
kelengkapan imunisasi dasar.
Daftar Pustaka
Achmadi, U. F. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta Penerbit Buku Kompas. 2006
Aliya, L.S. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Peberian Imunisasi Dasar
Pada Bayi Dan Balita Di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat
Timur Tahun 2011. Fakultas Kedokteran. Jurusan Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011
Arikunto, S. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 2010
Astrianzah, D. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu, Tingkat Sosial Ekonomi
Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita. Jurusan Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro.2011
Azwar, S. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2005
Budiarto, E. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC. 2003
Budiman, A.R. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika. 2013
Dahlan, M. S. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto. 2010
. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Sagung Seto. 2008
Departemen Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010: Jakarta. 2010
. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007: Jakarta. 2008
Depkes 2010. Kemenkes Targetkan Tahun 2014 Seluruh Desa/ Kelurahan 100%
UCI. http://depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-
newsslider/1106-kemkes-tergetkan-tahun-2014-seluruh-desakelurahan-100-
uci.html. Diakses pada hari selasa, 2 April 2013 jam 09.15 WIB
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Dinas Kesehatan Kab. Kebumen 2012. Sekilas Tentang Penyakit Yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Yang Menjadi Program Pemerintah. http://dinkeskebumen.wordpress.com/2012/11/09/sekilas-tentang-penyakit-yang-
dapat-dicegah-dengan-imunisasi-pd3i-yang-menjadi-program-pemerintah/.
Diakses pada hari minggu , 17 Maret 2013, 19.26 WIB
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Profil Kesehatan Tangerang Selatan. Tangerang
: Banten. 2011
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Tangerang : Banten. 2008
Hastono, S.P. Analisa Data Kesehatan. Jakarta : FKM UI
Hidayat, A. A. A. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika.
2008
. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. 2009
. Riset Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika. 2007
. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika. 2008
Huda, N. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Tentang Imunisasi Dasar
Lengkap Di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2009. Fakultas Kedokteran.
Jurusan Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2009
Irfani. Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian
Imunisasi Dasar Lengkap Di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan. 2010
Istriyati, E. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Pada Bayi Di Desa Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.
http://lib.unnes.ac.id/. Diakses Pada Tanggal 6 September 2013. Pukul 10:15
WIB
Jannah, N.M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar
Pada Balita Usia 12-23 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Padarincang
Kabupaten Serang Tahun 2009. Fakultas Kedokteran. Jurusan Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009
Ladifre, R. Hubungan Karakteristik Ibu, Jarak Ke Pelayanan Kesehatan Dan
Pengeluaran Keluarga Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita
Di Kabupaten Tangerang Tahun 2006 Melalui Analisis Data Sekunder
Kinerja Berdasarkan Indikator Kabupaten Tangerang Sehat 2010. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2006
Machfoed, Ircham dan Eko Sunaryani. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit F. Tramaya. 2006
Maulana, H. D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. 2007
Meadow, Sir Roy dan Simon J. Newell. Lecture Notes Pediatrika. Edisi ke tujuh.
Jakarta : Penerbi Erlangga. 2005
Methilda. M. Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita Dan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit Di Jakarta Dan
Sekitarnya Pada Bulan Maret 2008.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125308S5678Hubungan%20karakte
ristik- Analisis.pdf . Diakses pada tanggal 2 Juni 2013. Pukul 10.11 WIB
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
2003
. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005
. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.2007
. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta. 2010
. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2010
Ningrum , E.P. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar
Pada Bayi Di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/460/1b.pdf?sequ
ence=1. Diakses pada tanggal 6 September 201. Pukul 13.49 WIB
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika. 2008
Prayoga, A. 2009. Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Anak Usia 1 – 5 tahun.
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-3.pdf . Diakses pada tanggal 4 juni
2013. Pukul 14.30 WIB
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu. 2009
Santoso, S. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo. 2010
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007
Sidney, S. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama. 1997
Suriadi dan Yuliani Rita. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto.2010
Suriririnah. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama. 2009
Widayati. S. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio
Dengan Status Kelengkapan Imunisasi Polio Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanon I Sragen. http://jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/ . Diakses pada tanggal 6
September 2013. Pukul 11.43 WIB
Williams, Frances. Baby Care Pedoman Lengkap Perawatan Bayi. Terjemahan
Wahyuni R. Kamah. Jakarta : Erlangga. 2003
Yendra, Melvi. Indonesia Economic 1, Outlook 2010 :Ekonomi Makro, Demografi,
Ekonomi Syariah. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). 2009
Yusrianto. 100 Tanya Jawab Kesehatan Harian Untuk Balita. Jogjakarta : Power
Books. 2010
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Ibu
Di Tempat
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program S1 Ilmu Keperawatan,
saya akan melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Situ Gintung Tahun 2013”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kelengkapan
imunisasi dasar pada balita serta faktor apa saja yang mempengaruhinya. Untuk
keperluan tersebut saya mohon bersedia/ tidak bersedia*) ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon bersedia/ tidak bersedia*)
ibu untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya.
Jawaban saudara di jamin kerahasiaannya.
Demikian, lembar persetujuan ini saya buat. Atas bantuan dan partisipasinya saya
sampaikan terimakasih.
Ciputat, …. Agustus 2013
Responden Peneliti
…………. ……….
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN
IMUNISASI DASAR BALITA USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SITU GINTUNG TAHUN 2013
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap pertanyaan
2. Pertanyaan di bawah ini mohon di isi semuanya
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Ibu paling sesuai dengan kondisi
yang dialami dengan memberikan tanda cek list (√)
4. Isilah titik yang tersedia dengan jawaban yang benar
A. Karakteristik responden
1. Inisial Ibu :………………………………
2. Apakah anak ibu diberikan imunisasi dengan lengkap :
a. Ya b. Tidak
3. Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu :
1. Tidak Sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SLTP
4. Tamat SLTA
5. Perguruan Tinggi
4. Status Pekerjaan Ibu :
1. Ibu Rumah Tangga
2. Karyawan Swasta
3. PNS
5. Berapa jarak rumah ibu ke tempat imunisasi :
……………………………………….
6. Berapa penghasilan keluarga dalam satu bulan :
………………………………………...
B. Pengetahuan
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar.
1. Apakah pengertian imunisasi itu …..
a. Suatu upaya untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
b. Suatu upaya untuk menyembuhkan penyakit menular
c. Upaya untuk bebas dari kuman
d. Pemberian makanan tambahan
2. Penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan imunisasi…..
a. Polio, campak, hepatitis B, TBC, difteri, pertusis, tetanus
b. DBD, malaria, dan tifus
c. Hanya polio dan TBC
d. Hanya campak dan Tetanus
3. Apa manfaat imunisasi….
a. Sebagai pencegahan terhadap penyakit
b. Sebagai pengobatan penyakit menular
c. Supaya menambah nafsu makan pada anak
d. Tidak tahu
4. Sejak umur berapakah bayi boleh diimunisasi….
a. Sejak umur 0 bulan
b. Sejak umur > 1 tahun
c. 2 tahun
d. 5 tahun
5. Apakah ibu mengetahui jenis imunisasi apa yang harus diberikan kepada bayi
baru lahir….
a. DPT
b. HB 0
c. Campak
d. Polio
6. Jenis imunisasi apa saja yang harus diberikan kepada bayi kurang dari 9
bulan….
a. DPT, BCG, Polio
b. Hepatitis B, Campak
c. TT
d. MMR
7. Imunisasi apa yang digunakan untuk mencegah penyakit Hepatitis B….
a. Hepatitis B
b. BCG
c. Campak
d. Polio
8. Bagaimana cara pemberian imunisasi Hepatitis B….
a. Suntik
b. Tetes
c. Diminum
d. Dioles
9. Dimanakah imunisasi Hepatitis B diberikan ….
a. Rumah
b. Posyandu/ puskesmas/ RS
c. Kantor kelurahan
d. Tidak tahu
10. Apakah ibu mengetahui, umur berapa bayi harus diberi imunisasi campak….
a. 0-7 hari
b. 2 bulan
c. 5 bulan
d. 9-11 bulan
11. Berapa kali bayi harus diberi imunisasi campak….
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
12. Apakah ibu mengetahui bagaimana cara pemberian imunisasi campak….
a. Ditetes
b. Disuntik
c. Diminum
d. Tidak tahu
13. Berapa kali bayi diberi imunisasi BCG….
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
14. Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit apa….
a. TBC
b. Tifus
c. Campak
d. Polio
15. Apakah ibu mengetahui berapa kali bayi diberi imunisasi DPT….
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
16. Apakah ibu mengetahui berapa kali bayi diberi imunisasi polio…
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
17. Menurut ibu imunisasi polio untuk mencegah penyakit apa….
a. TBC
b. Tifus
c. Campak
d. Polio
18. Menurut ibu bagaimana cara pemberian imunisasi polio….
a. Disuntik
b. Ditetes
c. Diminum
d. Tidak tahu
19. Dimanakah imunisasi polio diberikan….
a. Di RS/ puskesmas/ posyandu
b. Di rumah kader
c. Di kelurahan
d. DI kecamatan
20. Imunisasi apa yang diberikan terakhir kali….
a. DPT
b. BCG
c. Campak
d. Polio
C. Sikap
Keterangan :
STS : sangat tidak setuju
TS : tidak setuju
S : setuju
SS : sangat setuju
Berilah tanda check list (√)
No Pernyataan STS TS S SS
1 Menurut saya bayi yang baru lahir (0-7
hari) boleh langsung diberikan
imunisasi.
2 Saya akan memberikan imunisasi DPT
walaupun nantinya akan demam
3 Saya akan tetap memberikan imunisasi
pada anak saya walaupun biayanya
mahal
4 Saya akan tetap memberikan imunisasi
pada anak walaupun petugasnya kurang
ramah.
5 Saya akan tetap memberikan imunisasi
pada anak saya walaupun sedang sakit.
6 Saya akan tetap memberikan imunisasi
pada anak saya walaupun dilarang oleh
keluarga
7 Walapun saya sibuk bekerja, saya akan
tetap memberikan imunisasi..
8 Saya tidak akan memberikan imunisasi
pada anak saya karena anak akan
demam
9 Saya tidak akan memberikan imunisasi
pada anak saya karena jaraknya sangat
jauh.
10 Menurut saya imunisasi tidak perlu
diberikan kepada anak saya karena tidak
ada manfaatnya
11 Saya tidak akan memberikan imunisasi
kepada anak saya sebelum usianya
diatas satu bulan
12 Anak yang di imunisasi lebih sering
sakit dibandingkan dengan anak yang
tidak di imunisasi
13 Saya tidak akan memberikan imunisasi
kepada anak saya karena kasihan bila di
suntik
14 Saya datang ke posyandu hanya untuk
menimbang bukan untuk imunisasi
Output Analisa Univariat dan Bivariat
Analisa Univariat
Kelengkapan Imunisas i
14 14.0 14.0 14.0
86 86.0 86.0 100.0
100 100.0 100.0
Tidak Lengkap
Lengkap
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tingkat pengetahuan
26 26.0 26.0 26.0
16 16.0 16.0 42.0
58 58.0 58.0 100.0
100 100.0 100.0
Kurang
Cukup
Baik
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Tingkat pendidikan
23 23.0 23.0 23.0
77 77.0 77.0 100.0
100 100.0 100.0
Rendah
Tinggi
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Peker jaan
15 15.0 15.0 15.0
85 85.0 85.0 100.0
100 100.0 100.0
Bekerja
Tidak Bekerja
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Penghas ilan
17 17.0 17.0 17.0
63 63.0 63.0 80.0
20 20.0 20.0 100.0
100 100.0 100.0
KURANG (apabila <
UMR)
CUKUP (Apabila= UMR)
TINGGI (Apabila > UMR)
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jarak
25 25.0 25.0 25.0
75 75.0 75.0 100.0
100 100.0 100.0
JAUH ( Apabila
>500 meter)
DEKAT (Apabila
<500 meter)
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
SIKAP
52 52.0 52.0 52.0
48 48.0 48.0 100.0
100 100.0 100.0
Negatif
Positif
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Analisa Bivariat
Tingkat pengetahuan * Kelengkapan Im unisasi Cr osstabulation
12 14 26
46.2% 53.8% 100.0%
0 16 16
.0% 100.0% 100.0%
2 56 58
3.4% 96.6% 100.0%
14 86 100
14.0% 86.0% 100.0%
Count
% w ithin Tingkat
pengetahuan
Count
% w ithin Tingkat
pengetahuan
Count
% w ithin Tingkat
pengetahuan
Count
% w ithin Tingkat
pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Tingkat
pengetahuan
Total
Tidak
Lengkap Lengkap
Kelengkapan
Imunisas i
Total
Chi-Square Tes ts
30.294a 2 .000
27.704 2 .000
23.374 1 .000
100
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.24.
a.
Risk Estimate
aOdds Ratio for
Tingkat pengetahuan
(Kurang / Cukup)
Value
Risk Estimate s tatistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table w ithout empty cells.
a.
Tingkat pendidikan * Ke lengkapan Im unisas i Crosstabulation
12 11 23
52.2% 47.8% 100.0%
2 75 77
2.6% 97.4% 100.0%
14 86 100
14.0% 86.0% 100.0%
Count
% w ithin Tingkat
pendidikan
Count
% w ithin Tingkat
pendidikan
Count
% w ithin Tingkat
pendidikan
Rendah
Tinggi
Tingkat pendidikan
Total
Tidak
Lengkap Lengkap
Kelengkapan
Imunisas i
Total
Chi-Square Tes ts
36.153b 1 .000
32.153 1 .000
30.601 1 .000
.000 .000
35.791 1 .000
100
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.
22.
b.
Risk Estimate
40.909 8.054 207.796
20.087 4.842 83.323
.491 .320 .754
100
Odds Ratio for Tingkat
pendidikan (Rendah /
Tinggi)
For cohort Kelengkapan
Imunisas i = Tidak
Lengkap
For cohort Kelengkapan
Imunisas i = Lengkap
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
Peker jaan * Kelengkapan Imunisas i Crosstabulation
8 7 15
53.3% 46.7% 100.0%
6 79 85
7.1% 92.9% 100.0%
14 86 100
14.0% 86.0% 100.0%
Count
% w ithin Pekerjaan
Count
% w ithin Pekerjaan
Count
% w ithin Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Pekerjaan
Total
Tidak
Lengkap Lengkap
Kelengkapan
Imunisas i
Total
Chi-Square Tes ts
22.676b 1 .000
18.996 1 .000
16.888 1 .000
.000 .000
22.449 1 .000
100
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.
10.
b.
Risk Estim ate
15.048 4.057 55.806
7.556 3.056 18.678
.502 .291 .865
100
Odds Ratio for Pekerjaan
(Bekerja / Tidak Bekerja)
For cohort Kelengkapan
Imunisas i = Tidak
Lengkap
For cohort Kelengkapan
Imunisas i = Lengkap
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
Penghas ilan * Ke lengkapan Imunisas i Crosstabulation
5 12 17
29.4% 70.6% 100.0%
8 55 63
12.7% 87.3% 100.0%
1 19 20
5.0% 95.0% 100.0%
14 86 100
14.0% 86.0% 100.0%
Count
% w ithin Penghasilan
Count
% w ithin Penghasilan
Count
% w ithin Penghasilan
Count
% w ithin Penghasilan
KURANG (apabila <
UMR)
CUKUP (Apabila= UMR)
TINGGI (Apabila > UMR)
Penghasilan
Total
Tidak
Lengkap Lengkap
Kelengkapan
Imunisas i
Total
Chi-Square Tests
4.788a 2 .091
4.498 2 .106
4.352 1 .037
100
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.38.
a.
Risk Estimate
a
Odds Ratio for
Penghas ilan (KURANG
(apabila < UMR) / CUKUP
(Apabila= UMR))
Value
Risk Estimate s tatistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table w ithout empty cells.
a.
Jarak * Kelengkapan Imunisas i Cross tabulation
11 14 25
44.0% 56.0% 100.0%
3 72 75
4.0% 96.0% 100.0%
14 86 100
14.0% 86.0% 100.0%
Count
% w ithin Jarak
Count
% w ithin Jarak
Count
% w ithin Jarak
JAUH ( Apabila
>500 meter)
DEKAT (Apabila
<500 meter)
Jarak
Total
Tidak
Lengkap Lengkap
Kelengkapan
Imunisas i
Total
Chi-Square Tes ts
24.917b 1 .000
21.705 1 .000
21.505 1 .000
.000 .000
24.668 1 .000
100
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.
50.
b.
Risk Estimate
18.857 4.654 76.400
11.000 3.334 36.291
.583 .411 .828
100
Odds Ratio for Jarak
(JAUH ( Apabila >500
meter) / DEKAT (Apabila
<500 meter))
For cohort Kelengkapan
Imunisas i = Tidak
Lengkap
For cohort Kelengkapan
Imunisas i = Lengkap
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
SIKAP * Ke lengkapan Im unisasi Cross tabulation
13 39 52
25.0% 75.0% 100.0%
1 47 48
2.1% 97.9% 100.0%
14 86 100
14.0% 86.0% 100.0%
Count
% w ithin SIKAP
Count
% w ithin SIKAP
Count
% w ithin SIKAP
Negatif
Positif
SIKAP
Total
Tidak
Lengkap Lengkap
Kelengkapan
Imunisas i
Total
Chi-Square Tes ts
10.887b 1 .001
9.067 1 .003
12.788 1 .000
.001 .001
10.778 1 .001
100
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.
72.
b.
Risk Estimate
15.667 1.962 125.126
12.000 1.631 88.293
.766 .651 .901
100
Odds Ratio for SIKAP
(Negatif / Pos itif )
For cohort Kelengkapan
Imunisas i = Tidak
Lengkap
For cohort Kelengkapan
Imunisas i = Lengkap
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
KEMENTERIAN AGAMAI-INTvE,RSITAS ISLAM NEGEfu t UIN )SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JI. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
Telp. . (62-21)74716118 Fax: (62-21)14M98sWebsite : www.uinjkt.ac.id; E-mail : [email protected]
I ltL.\ilI I
cipura! r8 nli zanNomor : Un.0l /F I O/KM -Al .21 ,L\7 n013Lampiran : -
Hal : Permohonan Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
Kepada Yang Terhorma!Kepala Dinas Kesehatan Tangerang SelatanJl. Witanaharja Komp. Sasmita Jaya Pamulangdi
Tangerang Selatan
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswadiperlukan penyusunan Skripsi yang berjudul "Faltor-faktor yangBerhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 tahun diWilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung".
Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan ujivaliditas dan reliabilitas atas nama :
Nama
NIMSemester
Program Studi
Fakultas
Tembusan:l. Dekan FKIK2. Ka. UPT Puskesmas Ciputat Timur3. Ka. UPT Puskesmas Situ Gintung
Yanti Mulyanti
r 09 I 0400003 I
VIII
Ilmu Keperawatan
Kedokteran dan llmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
A,n. DekanWakil DekanBi Akademik,
iauhari Widjajakusumah, AIF., PFK
KEMENTERIAN AGAMATJMVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )SYARIF HIDAYATILLAH JAKARTA
FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputar 15419Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : fl<[email protected]
Ciputat, l) Jtni}Al3Nomor : Un.0l/Fl0/KM.01.2/ AJoT /20t3Lampiran : -Hal : Perrnohonan rzin uji valitlitas dan Relibititas
Kepada Yang Terhormat,Kepala Puskesmas Ciputat Timurdi
Ciputat
Assalamutalaikum'Wr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswadiperlukan penyusunan Slaipsi yang berjuduf "Faktor-faktor yangBerhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 tahun diWilayah Keda Puskesmas Situ Gintung".
Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan ujivaliditas dan relibilitas atas nama :
Yanti Mulyanti
I 09 I 0400003 IVMIlmu Keperawatan
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan IIIN SyarifHidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan banfuan saudara kami ucapkan terimakasih.
Wassalamunalaikum Wr-'Wb.
.Djauhari Widjajakusumah, AIF., PFK
Nama
NIMSemester
hogram Studi
Fakultas
Ternbusan:Dekan FKIK
KEMEI{TBRIAN AGAMALINTVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419Telp. : (62-21)74716718 Fax : (62-21) 7404985Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : [email protected]
I IID.Lrn I
ciputal/E Juli 2013Nomor : Un.OllF i 0/I(M .Al .213d fb n}l3Lampiran : -Hal : Permohonan lzin Penelitian
Nama
NIM
Semester
Tembusan:I. Dekan FKIK7. Ka. UPT Puskesmas Ciputat'Iimur3. Ka. UPT Puskesmas Situ Cintung
Kepada Yang Terhormat,Kepala Dinas Kesehatan Tangerang SelatanJl. Witanaharja Komp. Sasmita Jaya Parnulangdi
Tangerang Selatan
Assalamu'alaikum lVr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswadiperlukan penyusunan Skripsi yang berjudul "Faktor-faktor yangBerhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia l-5 tahun diWilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung".
Sehubungan dengan itu kami mohc'n diberikan izin melaksanakanpenelitian atas nama :
: Yanti Mul,vanti
: 109104000031
: VlllProgram Studi : ilrnu Keperarvatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidavatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara karni ucapkan terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
A.'n, l)ekan
Widiajakusumah, AIF., PFK
'',
KEMENTERIAN AGAMAT.INIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
r. Kertamukti No. 5 pisans'n ciputat r54re l;l** ; $#llJ:Xlilif ;fif:';Uffi:i.,.
Nomor : Un.0l/F10/I(M.0 1.2f?-70 ZtzanLampiran : -Hal : Permohonan lzin Penelitian
Ciputat 17 lwlzDn
Kepada Yang TerhormatKepala Puskesmas Situ GintungJl. Kampung Bulak Rt 03 Rw 0l Serua Ciputatdi
Tangerang Selatan
Assalamu'alaikum'Wr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perk*liahan mahasiswadiperlukan penyusunan Skripsi yang berjudul "Fakf,or-faktor yangBerhubungan Dengan Kelengkapan lmunisasi Dasar Balita Usia 1-5 tahun diWilay'ah Kerja Puskesmas Situ Gintung".
Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin nnelaksanakanpenelitian atas nama :
Nama
NIMSemester
Program Studi
Fakultas
Yanti Mulyanti
I 09 I 0400003 IVIIIIlmu Keperawatan
Kedokteran dan Ilmu I(esehatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatiart dan bantuan saudara kami ucapkan terimakasih.
Fdr.n.M i Widjajakusumafu AIF., PFKTembusan:Dekan FKIK
lYassalam u'alaikn m Wr.#h,"^I,ffi.Uf.{r#'=r.{ffi
PIMIRII{TAH KOTA TANGERAI\G SELATAI{
DII{ASKESEMNJl. Witana Harja Komp. Sasmita Jaya No. 27
Telp. 021 - 7441557, Fa>r. 021 - 744lLi6 - pamulang
Nomor
Lampiran
Perihal
800 /or:q6 / Dinkes/ Vll / 2013
Pemberian lzin Uji Validasi
Pan Reliabilitasi
Pamulang,24 Juli2013
I(epada Yth,
Dekan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas l(edokteran dan Ilmu Kesehatan
di -
TEMPAT
Sehubungan dengan adanya surat dari UIN Syarif Hidayatullah Jakafta Fakultas
Kedokteran dan llmu Kesehatan, Nomor : Un.O1/ F10/KM.0l.2l 3657 12013, tanggal 1g
Jrrli 2013 perihal :Permohonan lzin UjiValidasi dan Reliabilitasi atas nama:
Nama
NIM
Program Studi
Tema
Tembusan :Ythl. Wali l(ota Tangerang Selatan, (sebagai
Z. I(epala UPT Puskesmas Situ Gintung di3. Yang Bersangkutan.
Yanti Mu lyanti
I 09 I 0400003 I
Ilmu Keperawatan
"Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan
lmunisasi Dasar Balita Usia l-5 tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas S itu Gintung"
Iaporan) ;
I(ota Tangerang Selatan;
Pada dasarnya kami tidak keberatan untuk memberikan Izin Uji Validasi dan
Reliabilitasi yang di{akukan oleh Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, aclapun
dalam hal petaksanaannya harap untuk berkoordinasi kepada Kepala UPT Puskesmas
yang akan dikunj r"rngi.
Demil<ian atas perhatian dan kerja saman erima kasih.
KEPALA DIN KESEHATANNG SELATANKOT.A TANGE
7DADANG, S.Ip.N'I. Epid
embina Tk I1990031 006
PBI}IHRIFF,fAH KOTA TAFTGNTT*AryC $ELATAFTI}$TA$ KESfrHATAN I(T}:FA TAilTGE*ANG SSLATAN
PTT$KESMAS $ITTT GINTT}NGJa'lan Serna Raya Kampnng Bueran RTIRW'S8i(}2, Keeanatffi Ciputat - Tangvrang Selatan
SURAT KETERANGAN
Nomor: 8001 005/PKM.SG/I}U20 13
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Jabatan : Kepala UPT Puskesmas Situ Gintung
Dengan ini menerangkan batrwa :
Nama
NIM
Fakultas
.Iurusm
Yanti Mulyanti
1 09 1 0400003 1
Kedokteran dan IImu Kesehatan
Ilmu Keperawatan
Menyatakan telah melakukan penelitian di Puskesrnas Situ Gintung dari tan ggal 2lAgustus sampai dengan 28 Agustus 2013.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestirrya.
Seru& 9 Agusers 2013
Kep*l* UPT Puskesm*s SifE Ginfung
Kota Tangerang Selatan
ffi. Sri Naikowati Ninesih,S.ST.
IwP. t97'04A2 tggtOl 2 001