fa ltkk 2012.indb

498
Maintenance Fiscal Sustainability Menjaga Fiskal Keberlanjutan Annual Report of Ministry of Finance Laporan Tahunan Kementerian Keuangan 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ministry of Finance of Republic Indonesia

Upload: vannhan

Post on 20-Dec-2016

370 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: FA LTKK 2012.indb

Maintenance Fiscal Sustainability

Menjaga

FiskalKeberlanjutan

Annual Report of Ministry of FinanceLaporan Tahunan Kementerian Keuangan

2012

KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIAMinistry of Finance of Republic Indonesia

Page 2: FA LTKK 2012.indb

2012

Laporan TahunanKementerian Keuangan

Tahun Anggaran

Page 3: FA LTKK 2012.indb

2Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Kilas Kinerja 2012Performance Summary 2012

BABChapter

Pengelolaan Kinerja Organisasi Organizational Performance Management

Highlight Laporan KeuanganFinance Statement Highlights

Realisasi Anggaran Actual Budget Report

NeracaBalance Statement

Catatan atas Laporan KeuanganNotes on the Finance Report

Peristiwa Penting Event Highlights

Sambutan Menteri Keuangan Republik Indonesia Pada Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012Foreword Minister of Finance of The Republic of Indonesia In 2012 Annual Report of Ministry of Finance

18

21

22

23

25

24

39

Daftar IsiTable of Content

01

Page 4: FA LTKK 2012.indb

3

3UR �ͤO�.HPHQWHULDQ0LQLVWHULDO�3UR �ͤOH

BABChapter

Visi, Misi dan Tata NilaiVision, Mision and Values

Sejarah Kementerian KeuanganHistory of the Ministry of Finance

Bagan Organisasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Chart of Financial Ministry’s Organization Republic Indonesia

Pro! l PejabatPro! le of the O" cials

46

50

54

56

Daftar IsiTable of Content

02

Page 5: FA LTKK 2012.indb

4Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Daftar IsiTable of Content

4 Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

BABChapter

Pro! l SDMHuman Resource Pro! le

Berdasarkan Jenjang PendidikanBased On Quali! cations Berdasarkan UsiaBased on Age

Berdasarkan JabatanBased on Position

Berdasarkan GenderBased on Gender

Pendidikan dan PelatihanEducation and Training

72

72

73

73

74

75

03

Page 6: FA LTKK 2012.indb

5

Daftar IsiTable of Content

Pendidikan dan Pelatihan PrajabatanPre-Employment Education and Training

Pendidikan dan Pelatihan Dalam JabatanEmployment Education and Training

Pengembangan Kapasitas SDM LainOther Human Resources Capacity Development

Pendidikan Tinggi KedinasanO" cial Institute of Further Education

Pengembangan Sumber Daya Manusia di Luar BPPKHuman Resource Development Outside BPPK

Pengelolaan KinerjaRecruitement

Pengelolaan Kinerja PegawaiEmployee Performance Management

Pengawasan dan Penegakan DisiplinSupervision and Enforcement of Discipline

Pengukuran Kepuasan PegawaiEmployee Satisfaction Measurement

76

76

77

83

77

86

78

92

79

Page 7: FA LTKK 2012.indb

6Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 201266Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Daftar IsiTable of Content

Analisis KinerjaPerformance Analysis

BABChapter

Perumusan Kebijakan FiskalFiscal Policy Formulation

Kebijakan Pendapatan NegaraGovernment Revenues Policy

Kebijakan APBNState Budget Policies

Kebijakan Ekonomi MakroMacro Economic Policy

Kebijakan Pengelolaan Risiko FiskalFiscal Risk Management Policy

100

100

101

104

105

04

Page 8: FA LTKK 2012.indb

7

Daftar IsiTable of Content

Pengelolaan Keuangan NegaraState Finance Management

Pengelolaan AnggaranBudget Management

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)Non-Tax Revenues (PNBP)

Target dan Realisasi PNBPTarget and Realization of Non-Tax Revenues

Regulasi PNBPNon-Tax Government Revenues Regulations

Sistem Informasi Bidang PNBPInformation System in Non-Tax Revenues (PNBP) Sector

Kebijakan Sistem PenganggaranBudgeting System Policy

Standar Biaya Cost Standard

Evaluasi Kinerja PenganggaranBudgeting Performance Evaluation

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)Budget Allocation List (DIPA)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)State Budget (APBN)

APBN Perubahan Tahun 2012State Budget Review 2012

APBN Tahun 2013State Budget 2013

PerbendaharaanTreasury

Pembentukan KPPN PercontohanSetting Up of Pilot State Treasury O" ces (KPPN)

Penataan Organisasi dan Tata Kerja Instansi VertikalOrganization and Work Procedure of Vertical Institutions

Realisasi Penyerapan Anggaran K/LRealization of Budget Absorption at Ministries/Institutions

113

113

113

118

130

113

119

130

115

124

120

131

116

126

124

136

122

Page 9: FA LTKK 2012.indb

8Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Mekanisme Spending ReviewSpending Review Mechanism

Remunerasi di BI dan Bank UmumRemuneration at Bank Indonesia and Commercial Banks

Treasury Dealing Room (TDR)Treasury Dealing Room (TDR)

Asset Liability Management (ALM)Asset Liability Management (ALM)

Penyaluran Dana Investasi PemerintahDistribution of Government’s Investment Fund

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012Central Government’s Financial Report 2012

Government Finance Statistics (GFS)Government Finance Statistics (GFS)

Peningkatan Pembinaan Satker BLUIncrease of the Public Service Body (BLU) Work Units Development

Perkembangan Implementasi SPANDevelopment of the State Budget and Treasury System (SPAN) Implementation

Pembangunan SAKTIDevelopment of Institutional Financial Application System (SAKTI)

Penerimaan Negara PerpajakanGovernment Revenues Taxation

Penyempurnaan Kebijakan Perpajakan Perfecting Taxation Policies

Pengalihan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2)Diversion of the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-P2)

Penggalian PotensiPotential Exploration

Ekstensi!kasiExtensi!cation

Sensus Pajak NasionalNational Tax Census

Intensi!kasiIntensi!cation

Penanganan Perkara/Sengketa PerpajakanHandling Case/Tax Con#ict

Pelayanan, Penyuluhan, dan KehumasanService, Counseling, and Public Relations

Kring Pajak 500200Kring Pajak 500200

PenyuluhanCounselling

KehumasanPublic Relations

Penerimaan PerpajakanTaxation Revenues

Penegakan HukumLaw Enforcement

138

142

143

151

162

170

145

151

162

171

145

160

167

156

164

163

147

161

168

159

165

163

160

166

Page 10: FA LTKK 2012.indb

9

PemeriksaanInquiry

PenagihanBilling

PenyidikanInvestigation

Kepabeanan dan CukaiCustoms and Excise

Pencapaian Penerimaan TargetAchievement of Revenues Target

Bea MasukImport Duties

CukaiExcise

Bea KeluarExport Duties

Pajak Dalam Rangka ImporTaxes in the framework of Imports

Pengawasan dan PenindakanSupervision and Action

PengawasanSupervision

PenindakanActions

Pengelolaan UtangDebt Management

Kebijakan Pembiayaan UtangDebt Financing Policy

Sumber dan Penggunaan Pembiayaan UtangSource And Use Of Debt Financing

PinjamanLoan

Surat Berharga NegaraGovernment Securities (SBN)

Capaian Pengelolaan UtangDebt Management Achievement

Perkembangan Debt To GDP RatioDevelopment of Debt to GDP Ratio

Risiko UtangDebt Risk

Biaya UtangDebt Cost

Isu Terkini Dalam Pengelolaan UtangLatest Issues In Debt Management

E!siensi Pengelolaan UtangDebt Management E"ciency

Fleksibilitas Pembiayaan UtangFlexibility of Debt Financing

171

173

173

176

192

202

174

177

191

205

172

184

201

178

199

194

175

191

202

178

199

196

178

200

Page 11: FA LTKK 2012.indb

10Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

SBSN ProyekProject Based Sukuk

Kewajiban KontingensiContingency Liability

Perimbangan KeuanganFiscal Balance

Kebijakan dan Pengelolaan Anggaran Transfer Ke DaerahPolicies and Management of Block Grant

Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH)Policy of Revenue-Sharing (DBH)

Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU)Policy of General Allocation Fund (DAU)

Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK)Policy of Special Allocation Fund (DAK)

Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2P)Fund for Local Government and Decentralization Projects (P2D2)

Kebijakan Dana Otonomi KhususPolicy of Special Autonomy Fund (Otsus)

Kebijakan Dana PenyesuaianPolicy of Adjustment Fund

Penyaluran Anggaran Transfer Ke DaerahDistribution of Block Grant

Penyaluran Dana PerimbanganDistribution of Balance Fund

Penyaluran Dana Otonomi Khusus dan PenyesuaianDistribution of Special Autonomy and Adjustment Fund

Penyaluran Dana Proyek Pemerintah Daerah dan DesentralisasiDistribution of Local Government and Decentralization Projects Fund (P2D2)

Pengelolaan Kekayaan NegaraState Assets Management

Arah dan Strategi Pengelolaan Kekayaan NegaraDirection and Strategy of The State Assets Management

Utilisasi kekayaan negaraUtilization of State Assets

207

208

209

215

228

209

217

230

211

223

218

230

213

227

218

231

221

Page 12: FA LTKK 2012.indb

11

Tindak lanjut hasil penertiban barang milik negaraFollow up to Putting Into Order Result of State Owned Asset (BMN)

Pengelolaan dan penatausahaan investasi pemerintahGovernment Investment’s Management and Administration

Perencanaan Investasi PemerintahGovernmment’s Investment Planning

Pelaporan Investasi PemerintahThe Government’s Investment Reporting

Pembelian 7 Persen Saham Divestasi NewmontPurchase of 7-Percent Shares of Newmont Divestment

Pengambilalihan Aset Eks Proyek Asahan/PT InalumAssets Take Over of Ex-Asahan Project/Pt. Inalum

Pengelolaan Aset Eks PertaminaManagement of Ex-Pertamina’s Assets

Penanganan Penyelesaian Aset-Aset Eks IJJDFHandling Settlement Of Ex-Ijjdf’s Assets

Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga KeuanganCapital Market And Financial Institutions Supervision

Kinerja Pasar Modal IndonesiaPerformance of the Indonesian Capital Market

Kinerja Pasar ModalCapital Market Performance

Kinerja Industri Keuangan Non-BankPerformance of Non-Bank Financial Industry

RegulasiRegulations

Penegakan HukumLaw Enforcement

Pemeriksaan dan PenyidikanInquiry and Investigation

Pengenaan SanksiSanctions

Satuan Tugas InvestasiInvestment Task Force

Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa KeuanganPreparation of the Establishment of the Financial Service Authority

233

237

237

244

265

239

247

265

240

256

249

269

265

242

261

249

268

251

Page 13: FA LTKK 2012.indb

12Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Daftar IsiTable of Content

7DWD�.HOROD�3HPHULQWDKDQGOVERNANCE

BABChapter

Sistem Pengendalian InternInternal Control System

Manajemen RisikoRisk Management

Penilaian Manajemen RisikoRisk Management Assessment

Budaya Kerja Work Culture

Whistleblowing SystemWhistleblowing System

Aplikasi WISEWISE Application

Mekanisme Penanganan PengaduanMechanism of Complains Handling

276

282

283

284

291

293

293

05

Page 14: FA LTKK 2012.indb

131313

Daftar IsiTable of Content

Sosialisasi Aplikasi WISEWISE Application Socialisation

Integrasi Aplikasi WISEWISE Application Integration

Data Pengelolaan Pengaduan Berbasis WISEData of WISE-based Complains Management

Implementasi Pengelolaan PengaduanImplementation of Complains Management

Keterbukaan InformasiInformation Disclosure

294

295

296

298

299

Page 15: FA LTKK 2012.indb

Balap KarungBalap karung adalah permainan yang menggunakan karung, dan peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir. Caranya bebas asal tetap dalam karung. Ada yang melompat, melangkah pelan-pelan, atau lari. Yang paling sering digunakan dengan cara melompat. Dalam permainan ini diperlukan semangat yang tinggi dan sportivitas dalam berkompetisi.

Sack race is a game that uses a sack, and participants are required to enter the lower body into a sack and then race to the finish line. Free trick origin remains in the sack. There are jumps, stepping slowly, or run. The most frequently used by jumping. In this game required a high spirit and sportsmanship in competition.

Page 16: FA LTKK 2012.indb

Balap KarungBalap karung adalah permainan yang menggunakan karung, dan peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir. Caranya bebas asal tetap dalam karung. Ada yang melompat, melangkah pelan-pelan, atau lari. Yang paling sering digunakan dengan cara melompat. Dalam permainan ini diperlukan semangat yang tinggi dan sportivitas dalam berkompetisi.

Sack race is a game that uses a sack, and participants are required to enter the lower body into a sack and then race to the finish line. Free trick origin remains in the sack. There are jumps, stepping slowly, or run. The most frequently used by jumping. In this game required a high spirit and sportsmanship in competition.

Page 17: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 01

Kilas Kinerja 2012Performance Summary 2012

Pengelolaan Kinerja Organisasi Organizational Performance Management

Highlight Laporan KeuanganFinance Statement Highlights

Peristiwa Penting Event Highlights

Penghargaan Dan SertifikatRewards and Certificates

Sambutan Presiden RISpeech by the President of the Republic of Indonesia

Sambutan Menteri KeuanganSpeech by the Minister of Finance

Page 18: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 01

Kilas Kinerja 2012Performance Summary 2012

Pengelolaan Kinerja Organisasi Organizational Performance Management

Highlight Laporan KeuanganFinance Statement Highlights

Peristiwa Penting Event Highlights

Penghargaan Dan SertifikatRewards and Certificates

Sambutan Presiden RISpeech by the President of the Republic of Indonesia

Sambutan Menteri KeuanganSpeech by the Minister of Finance

Page 19: FA LTKK 2012.indb

18Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Since2008, the Ministry of Finance has implemented modern organizational performance management based on the principle of strategy-focused organization, or performance management based on a balanced scorecard. The implementation of this performance management system was de! ned in Ministry of Finance Decree Number 454/KMK.01/2011 on performance management in the Ministry of Finance sphere.

Using the balanced scorecard, the Ministry of Finance strategy has been comprehensively ordered with a long term vision encompassing four perspectives: stakeholders, customers, internal processes, and learning and growth. This means that the Ministry of Finance strategy is oriented towards ful! lling the needs of all relevant stakeholders and clients. In order to achieve this, the Ministry of Finance has to continually work to improve internal performance and better manage organizational

Sejak tahun 2008, Kementerian Keuangan telah menerapkan pengelolaan kinerja organisasi modern berdasarkan prinsip strategy-focused organization atau pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard. Pelaksanaan model pengelolaan kinerja tersebut dirumuskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan.

Dengan balanced scorecard, strategi Kementerian Keuangan disusun secara komprehensif dan bervisi jangka panjang yang mencakup empat perspektif : stakeholder, customer, internal process, dan learning and growth. Hal ini berarti strategi Kementerian Keuangan berorientasi untuk memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dan pelanggan. Untuk mencapainya, Kementerian Keuangan terus berusaha membenahi kinerja internal dan mengelola sumber daya organisasi dengan lebih

Pengelolaan Kinerja Organisasi2UJDQL]DWLRQDO�3HUIRUPDQFH�0DQDJHPHQW

Page 20: FA LTKK 2012.indb

19Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

baik. Dengan demikian, terdapat keseimbangan dalam perumusan dan pelaksanaan strategi yang akan memperkuat output dan daya dukung organisasi dalam mewujudkan visi dan misinya.

Strategi melalui empat perspektif tersebut selanjutnya dituangkan menjadi peta strategi Kementerian Keuangan dalam suatu dokumen komitmen kinerja Menteri Keuangan. Dalam dokumen tersebut dirumuskan sasaran strategis yang akan dicapai dalam setiap perspektif dan Indikator Kinerja Utama (IKU).

Peta strategi Kementerian Keuangan ini kemudian diturunkan ke seluruh unit Eselon I (Kemenkeu-One), Eselon II (Kemenkeu-two), Eselon III (Kemenkeu-three), Eselon IV (Kemenkeu-four) hingga Pelaksana (Kemenkeu-!ve) melalui proses cascading, yang semuanya dituangkan dalam Kontrak Kinerja Pegawai. Dengan cascading, strategi Kementerian Keuangan menjadi strategi seluruh pegawai di tiap level.

Sebagai penanggung jawab pengelolaan kinerja ditunjuk seorang penanggung jawab di setiap level. Pada level Kementerian ditunjuk Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (Pushaka), sebuah unit Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal sebagai pengelola kinerja. Untuk level unit Eselon I, pengelola kinerja dilaksanakan oleh Manajer Kinerja Organisasi. Sementara untuk level unit Eselon II dan Kantor Pelayanan, pengelolaan kinerja dilaksanakan oleh Mitra Manajer Kinerja.

Pada tahun 2012, Kementerian Keuangan telah merumuskan peta strategi Kementerian Keuangan yang diturunkan dalam kontrak kinerja. Setelah kontrak kerja ditandatangani, dilakukan pengawasan dan evaluasi atas pencapaian setiap triwulan. Pada level Kementerian Keuangan, proses tersebut dilakukan dalam rapat pimpinan yang khusus membahas pencapaian kinerja (Rapimja). Rapimja pada tahun 2012 dilaksanakan pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.

Dalam pelaksanaan Rapimja, Menteri Keuangan mengalokasikan waktu cukup banyak untuk memantau pencapaian kinerja dan memberi masukan. Hal ini membuktikan komitmen pimpinan Kementerian Keuangan dalam mewujudkan setiap sasaran strategis yang telah ditetapkan bersama. Hasilnya dapat dilihat dengan tercapainya target

resources. As such, a balance is achieved in de!ning and implementing a strategy which will strengthen output and organizational capacity in achieving the mission and vision.

This strategy through four perspectives has been mapped into a Ministry of Finance strategy in the form of a Ministry of Finance performance commitment document. This document de!nes the strategic targets which will be achieved for each perspective and Main Performance Indicators (IKU).

This Ministry of Finance strategic map is then broken down through all units, Echelon I (Kemenkeu-One), Echelon II (Kemenkeu-two), Echelon III (kemenkeu-three), Echelon IV (Kemenkeu-four) to Implementation (kemenkeu-!ve) through a process of cascading, all of which is condensed into the Employee Performance Contract. Through cascading, the Ministry of Finance strategy is the strategy of all employees at every level.

A person responsible for performance management is appointed at each level. At the Ministerial level, the Centre for Policy Analysis and Hamonization(Pushaka), an Echelon II unit in the sphere of the Secretariat-General is appointed for performance management.At the Echelon I unit level, performance management is implemented by the Organizational Performance Manger, while at the Echelon II unit level and Service Centre, performance management is undertaken by the Performance Partnership Manager.

In 2012,the Ministry of Finance de!ned a Ministry of Finance strategic map which was condensed into a performance contract. Since the signing of this work contract, monitoring and evaluation of quarterly achievements has been undertaken.At the Finance Ministerial level, this process was undertaken at a leadership meeting speci!cally to discuss performance achievement (Rapimja). In 2012, these meetings were held in January, April, July and October.

In the implementation of these Rapimja meetings,the Finance Minister allocates su"cient time to monitor performance achievements and provide input. This proves the commitment of the Ministry of Finance leadership to realizing each agreed strategic target. The result can be seen from the overall achievement of the Ministry of Finance performance targets, with

Page 21: FA LTKK 2012.indb

20Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

kinerja Kementerian Keuangan secara keseluruhan dengan Nilai Kinerja Organisasi mencapai 104,61 (Baik).

Kementerian Keuangan juga melaksanakan survei Strategy-Focused Organization yang dilakukan unit Strategy Management O"ce dalam hal ini Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan pada tahun 2012. Survei dilakukan terhadap sampel yang mewakili seluruh unit Eselon I. Tujuan survei ini untuk menilai penerapan prinsip strategy-focused organization pada Kementerian Keuangan berdasarkan persepsi pegawai. Hasilnya menunjukkan, Kementerian Keuangan telah berhasil menerapkan prinsip strategy-focused organization dengan baik. Dari survei juga diperoleh beberapa masukan sebagai bahan untuk perbaikan pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan.

Pembenahan pengelolaan kinerja pada tahun 2012 juga dapat dilihat dari upaya meningkatkan kualitas Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi ukuran keberhasilan pencapaian sasaran strategis. Upaya perbaikan berujung pada penyusunan peta strategi tahun 2013 yang telah disahkan pada bulan Maret 2013, bersamaan dengan penandatanganan Kontrak Kinerja Eselon I.

Peningkatan efektivitas pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan juga dilakukan dengan sosialisasi kepada pegawai melalui penyusunan buletin kinerja setiap tiga bulan, pembagian gimmick bertema kinerja, layanan konsultasi pengelolaan kinerja dan pelatihan pengelolaan kinerja bagi pegawai. Dengan sosialisasi tersebut, diharapkan pemahaman dan kesadaran pegawai akan meningkat dalam implementasi pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard.

Melalui upaya-upaya seperti yang disebutkan di atas, diharapkan efektivitas pengelolaan kinerja dapat terus meningkat. Hal itu dapat dirasakan dengan semakin terpacunya setiap pegawai Kementerian Keuangan untuk mencapai target kinerjanya. Demikian juga sumber daya organisasi lainnya diharapkan semuanya secara sinergis diberdayakan untuk meningkatkan kinerja Kementerian Keuangan. Akhirnya, misi Kementerian Keuangan dalam pengelolaan !skal dan kekayaan negara dapat tercapai dengan hasil sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan, terutama masyarakat luas.

an Organizational Performance value of 104,61 (Good).

The Ministry of Finance has also implemented aStrategy-Focused Organizationsurvey in 2012, undertaken by theStrategy Management O"ceunit, in this case the Centre for Policy Analysis and Hamonization. The survey was undertaken on a sample representing the entire Echelon I unit. The aim of the survey was to evaluate the application of the strategy-focused organization principle on the Ministry of Finance, based on employee perceptions.The results show that the Ministry of Finance has succeeded in applying the principle of a strategy-focused organizationwell. The survey also provided several inputs to improve the performance management of the Ministry of Finance.

The improvement in performance management in 2012 can also be seen from the e#ort to increase the Key Performance Indicator (IKU) quality, which forms a measurement of success of strategic target achievement.The e#ort to improve resulted in the creation of the 2013 strategic map, formalized in March 2013 at the same time as the signing of the Echelon I Performance Contract.

The increase in e#ectiveness of Ministry of Finance performance management has also been undertaken with socialization to employees through the creation of a performance bulletin every three months, sharing of performance-themed gimmicks, a performance management consultation service and training on performance management for employees.This socialization is hoped to increase understanding and awareness of employees in implementing performance management based on the balanced scorecard.

E#orts such as those mentioned above are hoped to continually improve e#ectiveness of performance management. This can be felt in the increased motivation of each Ministry of Finance employee to achieve performance targets. As such it is hoped that all other organizational resources can be empowered in synergy to increase Ministry of Finance performance. Finally, the Ministry of Finance mission in !scal management and state wealth can be achieved in accordance with the expectations of relevant stakeholders, particularly the wider public.

Page 22: FA LTKK 2012.indb

21Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 dan telah diubah dengan PMK Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL). Laporan itu meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola ! skal, dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2012 disusun dan disajikan sesuai dengan

Based on Article 55 verse (2) Act Number 1 2004 on the State Treasury and Ministry of Finance Regulation (PMK)Number 171/PMK.05/2007 and amended Ministry of Finance Regulation (PMK) Number 233/PMK.05/2011 onChanges in Ministry of Finance Regulations Number 171/PMK.05/2007 on Central Government Financial Reporting and Accountancy System, the Minister / Organization Leader as Budget User / Goods User creates and delivers a National / Line MinistriesFinance Statement (LKKL). That report covers the Actual Budget Report, Balance Statement, and Notes on the Finance Report to the Finance Minister as the ! scal manager,in creation of the Central Government Finance Statement (LKPP).

The Ministry of Finance Financial Report for the Budget Year 2012 is created and presented

+LJKOLJKW�Laporan Keuangan)LQDQFH�6WDWHPHQW�+LJKOLJKWV

Page 23: FA LTKK 2012.indb

22Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya. Laporan ini mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2012.

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Tahun Anggaran (TA) 2012 sebesar Rp986.400.749.109.760,00 atau 96,96 persen dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) TA 2012 sebesar Rp1.017.371.947.232.192,00. Jumlah tersebut terdiri atas Penerimaan Pajak sebesar Rp979.712.121.958.818,00 atau mencapai 96,41 persen dari pagu anggarannya dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp6.688.627.150.942,00 atau mencapai 589,51 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan.

Realisasi Belanja Negara termasuk Imbalan Bunga pada TA 2012 sebesar Rp16.321.354.860.276,00 atau mencapai 93,79 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.195.788.545.029,00 (termasuk di dalamnya realisasi belanja Imbalan Bunga yang tidak tersedia pagu anggarannya dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp610.940.774.951,00 atau 94,07 persen dari anggarannya dan Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp125.566.315.247,00 atau 67,87 persen dari anggarannya. Adapun realisasi Belanja Negara tanpa Imbalan Bunga pada TA 2012 adalah sebesar Rp15.710.414.085.325,00 atau mencapai 90,28 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi belanja Negara tersebut terdiri atas realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp15.584.847.770.078,00 atau 90,52 persen dari anggarannya, dan Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp125.566.315.247,00 atau 67,87 persen dari anggarannya.

Ringkasan atas Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 beserta perbandingan dengan Realisasi Anggaran TA 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

accordingto Government Regulation Number 71 2010 on Government Accounting Standards (SAP).

ACTUAL BUDGET REPORT

The Actual Budget Report depicts the comparison between the Budget and its realization, covering the elements of income and spending for the period 1 January – 31 December 2012.

The Actual State Revenue and Grants for the Budget Year 2012 amounted to Rp986.400.749.109.760,00or96,96percent of the target set in the Annual National Budget for 2012(APBN-P TA 2012)ofRp1.017.371.947.232.192,00.This amount comprises Tax Revenue ofRp979.712.121.958.818,00 or reaching96,41 percentof the budgetted amount, and Non Tax Revenue ofRp6.688.627.150.942,00OR589,51percent of the de!ned budget amount.

Actual State Expenditure including Interest Repaymentfor the Budget Year 2012 amounted toRp16.321.354.860.276,00or93,79 percent of the budgeted amount. This Actual Spending consists ofactual Pure Rupiah Spending amounting toRp16.195.788.545.029,00 (included within this is actual spending on Interest Repaymentof Rp610.940.774.951,00for which there is no budgeted amount in the DIPA [budget]) or94,07percentof the budget,Borrowing and International Grant Spending ofRp125.566.315.247,00or67,87 percentof the budget.Actual State Spending without Interest Repayment for the 2012 Budget Year wasRp15.710.414.085.325,00or90,28 percent of the budgetted amount. This Actual Spending comprises Pure Rupiah Spending ofRp15.584.847.770.078,00 or90,52 percent of the budget, and Borrowing and International Grant Spending ofRp125.566.315.247,00or67,87 percent of the budget.

A summary of the Actual BudgetReport for Budget Year 2012, alongwith a comparison of the Actual BudgetReport for Budget Year 2011 is shown in Table 1.1.

Page 24: FA LTKK 2012.indb

23Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

NERACA

Neraca yang dijabarkan berikut ini menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada 31 Desember 2012 dan 2011.

Nilai aset adalah sebesar Rp108.538.464.823.910,00 yang terdiri atas Aset Lancar sebesar Rp68.374.808.813.264,00, Aset Tetap sebesar Rp39.265.517.222.522,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp170.783.795,00, dan Aset Lainnya sebesar Rp897.968.004.329,00.

Nilai Kewajiban adalah sebesar Rp812.928.850.900,00 yang terdiri atas Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp812.928.850.900,00 dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp0,00.

Sementara itu, nilai Ekuitas Dana adalah sebesar Rp107.725.535.973.010,00 yang terdiri atas Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp67.561.879.962.364,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp40.163.656.010.646,00.

BALANCE STATEMENT

The Balance Statement depicts the ! nancial position of an entity regarding assets, liabilities, and fund equity as of 31 December 2012 and 2011.

Assets are valued atRp108.538.464.823.910,00consisting of Current Assets ofRp68.374.808.813.264,00,Fixed Assets ofRp39.265.517.222.522,00, Long Term Receivables ofRp170.783.795,00, andOther Assets ofRp897.968.004.329,00.

Liabilities are valued atRp812.928.850.900,00comprising Short-Term liabilities ofRp812.928.850.900,00and Long Term Liabilities ofRp0,00.

Meanwhile, Fund Equity amounts to Rp107.725.535.973.010,00comprising Unrestricted Fund EquityofRp67.561.879.962.364,00and Investment Fund Equity ofRp40.163.656.010.646,00.

Uraian Item AnggaranBudget

AnggaranBudget

RealisasiActual

RealisasiActual

TA 2012 TA 2011

Pendapatan Negara dan Hibah KASCash State Revenue and Grants

PNBP Non Tax Revenue

PNBP Non Tax Revenue

Hibah Grants

Penerimaan Perpajakan Tax Revenue

Pendapatan Negara dan Hibah Transaksi NON KasNon-Cash State Revenue and Grant Transactions

Jumlah Pendapatan dan HibahTotal Revenue and Grants

Penerimaan Perpajakan Tax Revenue

Belanja Transaksi KAS Cash Transaction Spending

Belanja Rupiah Murni Pure Rupiah Spending

Belanja PHLN Borrowing and International Grant Spending

Belanja Transaksi Non KAS Non cash Transaction Spending

Belanja Barang Non KAS Non cash Goods Spending

Jumlah Belanja Total Spending

1.017.371.947.232.192

1.016.237.341.511.000

1.134.605.721.192

0

0

0

0

1.017.371.947.232.192

17.402.097.003.000

17.217.079.527.000

185.017.476.000

0

0

17.402.097.003.000

986.400.749.109.760

979.712.121.958.818

6.688.627.150.942

0

0

0

0

986.400.749.109.760

16.321.354.860.276

16.195.788.545.029

125.566.315.247

0

0

16.321.354.860.276

879.328.211.203.898

878.685.216.762.000

642.994.441.898

0

0

0

0

879.328.211.203.898

17.346.872.669.000

17.183.692.670.000

163.179.999.000

0

0

17.346.872.669.000

875.490.823.295.438

873.721.483.886.873

1.769.339.408.565

0

0

0

0

875.490.823.295.438

16.096.296.744.832

15.986.719.279.081

109.577.465.751

4.036.475.457

4.036.475.457

16.100.333.220.289

Tabel 1.1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011Table 1.1 Summary of the Budget Realization Report in Fiscal Year 2012 and 2011

Page 25: FA LTKK 2012.indb

24Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat disajikan sebagai Tabel 1.2.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan atau daftar perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintah serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.

The Balance Statement Summary per31 December 2012 and per 31 December 2011 is shown in Table 1.2.

NOTES ON THE FINANCE REPORT

Notes to the Finance Report (CaLK) cover explanations, details, or analysis on the values provided in the Actual Budget Report and Balance Statement. Furthermore, Notes on the Finance Report include information required and recommended by the Government Accounting Standards and other disclosures required for presentation in a ! nance report.

Tabel 1.2 Ringkasan Neracaper 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011Table 1.2 Summary of Balance per December 31st, 2012 and per December 31st, 2011

Uraian Item31 Desember 2012

(Rp)31 Desember 2011

(Rp)Rp %

Tanggal NeracaDate of Balance Statement

Kenaikan/ PenurunanIncrease/Decrease

Piutang Jangka Panjang Long-term Receivables

Kewajiban Jangka Panjang Long Term Liabilities

Jumlah Kewajiban Total Liabilities

Aset Lainnya Other Assets

Aset Tetap Fixed Assets

Aset Lancar Current Assets

Aset Assets

Jumlah Aset Total Assets

Kewajiban Liabilities

Ekuitas Dana Fund Equity

Kewajiban Jangka Pendek Short Term Liabilities

Ekuitas Dana Lancar Unrestricted Fund Equity

Ekuitas Dana Investasi Investment Fund Equity

Jumlah Ekuitas Dana Total Fund Equity

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Total Liabilities and Equity

68.374.808.813.264

39.265.517.222.522

170.783.795

897.968.004.329

108.538.464.823.910

812.928.850.900

0

812.928.850.900

67.561.879.962.364

40.163.656.010.646

107.725.535.973.010

108.538.464.823.910

62.816.187.789.195

37.731.845.000.870

0

801.376.507.540

101.349.409.297.605

806.982.593.139

0

806.982.593.139

62.084.362.174.070

38.458.064.530.396

100.542.426.704.466

101.349.409.297.605

5.558.621.024.069

1.533.672.221.652

170.783.795

96.591.496.789

7.189.055.526.305

5.946.257.761

0

5.946.257.761

5.477.517.788.294

1.705.591.480.250

7.183.109.268.544

7.189.055.526.305

8,85

4,06

0,00

12,05

7,09

0,74

0,00

0,74

8,82

4,43

7,14

7,09

Page 26: FA LTKK 2012.indb

25Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

PERISTIWA PENTING(YHQW�+LJKOLJKWV�

Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2012Menteri Keuangan Agus Martowardojo mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 di Jakarta. Tema perdagangan BEI pada tahun 2012 adalah “Memperkecil Dampak dari Krisis Perekonomian Global”. Dalam sambutannya, Presiden memberikan apresiasi kepada para pelaku ekonomi yang bersama dengan pemerintah telah berhasil meningkatkan perekonomian Indonesia.

Lokakarya APIP K/L dan PemdaKementerian Keuangan bekerja sama dengan Forum Bersama Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) menyelenggarakan lokakarya APIP Kementerian Negara/Lembaga dan Pemerintah Daerah di Aula Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta. Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Boediono. Lokakarya bertujuan untuk memperbesar peran APIP dalam peningkatan kualitas pengelolaan keuangan negara dan kinerja instansi pemerintah

Opening of the 2012 Indonesian Stock Exchange tradingAccompanying President Susilo Bambang Yudhoyono, the Minister of Finance opened the 2012 Indonesia Stock Exchange trading at the Indonesian Stock Exchange building, Jakarta. The theme of the 2012 Indonesia Stock Exchange trading was “Minimizing Impacts of the Global Economic Crisis”/ in his speech, the President expressed his appreciation to economic practitioners who, along with the government, had successfully increased the Indonesian economy.

APIP workshops of ministries/institutions and regional governmentsThe Ministry of Finance, in cooperation with the Joint Forum of Government Internal Supervisors (APIP), will hold an APIP workshop of ministries/institutions and regional governments at Aula Dhanapala, the Ministry of Finance, Jakarta. The event, which will be o" cially opened by the Vice President, is held to increase APIP’s role in increasing quality of the state ! nancial management and government institutions’ performance.

2 Januari 2012 2012 2012 January 2nd

21 Februari 2012 2012 2012 February 21st

Page 27: FA LTKK 2012.indb

26Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

2012 2012 2012 7 Maret March 7thPenerimaan Penghargaan dari FinanceAsiaIndonesia memperoleh penghargaan “Best Sovereign BondRepublic of Indonesia $2.5 billion 10-year bond” dan “Borrower of the Year 2011” dari majalah FinanceAsia. Penghargaan diberikan secara simbolis oleh perwakilan majalah FinanceAsia, Stuart Wadsworth, kepada Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar di Jakarta. Indonesia juga diakui telah menjadi salah satu penerbit obligasi global yang profesional dan berpengalaman di kawasan Asia.

Penandatanganan MoU Kementerian Keuangandan POLRI Kementerian Keuangan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing lembaga di Aula Djuanda Kementerian Keuangan, Jakarta. MoU ini merupakan langkah awal untuk mendorong terwujudnya tata kelola yang baik dan pemerintahan yang bersih.

Receiving an award from FinanceAsiaIndonesia obtained the “Best Sovereign BondRepublic of Indonesia $2.5 billion 10-year bond” and the “Borrower of the Year 2011” in December 2011 and January 2012. The awards were presented symbolically by representative of FinanceAsia magazine, Stuart Wadsworth, to the Vice Minister of Finance, Mahendra Siregar, on March 7th, 2012, in Jakarta. Indonesia was also acknowledged as one of the professional and experienced global bond issuers in the Asian region.

MoU signing between the Ministry of Finance and the Indonesian Police The Ministry of Finance and the Indonesian Police (POLRI) signed a Memorandum of Understanding (MoU) in relation with the implementation of tasks and function of the respective institution, on Thursday (8/3), at Aula Djuanda of the Ministry of Finance, Jakarta. It was an initial step to encourage the realization of good and clean governance.

2012 2012 2012 8 Maret March 8th

Page 28: FA LTKK 2012.indb

27Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

Penyampaian RKA-K/L APBN-P TA 2012 Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Kementerian Keuangan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2012 kepada komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, di Jakarta. Menteri Keuangan mengungkapkan, Kementerian Keuangan akan melakukan penghematan anggaran sebesar Rp925 miliar untuk Tahun Anggaran 2012.

Penandatanganan MoU Kementerian Keuangan dan Kejaksaan AgungPenandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Keuangan dan Kejaksaan Agung untuk meningkatkan pengelolaan keuangan negara. Kerja sama difokuskan pada pengamanan penerimaan negara, pengelolaan aset negara, penegakan hukum, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, kerja sama tersebut merupakan langkah strategis dan bentuk sinergi kuat dalam penegakan hukum.

Submission of the Work Plan and Budget of Ministries/Institutions of the State Budget Review Fiscal Year 2012 The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, submitted the Work Plan and Budget of ministries/institutions of the Ministry of Finance at State Budget Review Fiscal Year 2012 to Commission XI of the House of Representatives, in Jakarta. The Minister of Finance stated that the Ministry of Finance would carry out budget e" ciency of IDR925 billion.

MoU signing between the Ministry of Finance and the Attorney General O! ce To increase the state’s ! nancial management, the Ministry of Finance works together with the Attorney General O" ce through the signing of a memorandum of understanding (MoU). Cooperation between the two parties was focused on security of the government revenues, state’s assets management, law enforcement, and increase of the human resources capacity. The Minister of Finance, Agus Martowardojo, stated that the cooperation was a strategic step and strong synergy in the law enforcement.

13 Maret 2012 2012 2012 March 13th

5 April 2012 2012 2012 April 5th

Page 29: FA LTKK 2012.indb

28Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

O! cial Launch Asia Bond MonitorDirektur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto menghadiri peluncuran Asia Bond Monitor, terbitan Asian Development Bank (ADB) di Hotel Four Season, Jakarta. Asia Bond Monitor merupakan sarana dalam pasar obligasi yang dapat bermanfaat bagi negara-negara di kawasan Asia.

The 1st ASEAN Conferenceon Financial InclusioMenteri Keuangan Agus Martowardojo membuka ‘The 1st ASEAN Conference on Financial Inclusion’ di Jakarta Convention Centre. Acara ini merupakan konferensi tingkat ASEAN yang membahas peningkatan kesempatan bagi masyarakat luas untuk mendapatkan akses keuangan. Konferensi dihadiri pembicara dari berbagai institusi dan lembaga keuangan dan perekonomian, baik dalam negeri, regional maupun global.

O! cial Launch of Asia Bond Monito The Director General of Debts Management (DJPU) of the Ministry of Finance, Rahmat Waluyanto, attended the launching of Asia Bond Monitor, issued by the Asian Development Bank (ADB) at Four Seasons Hotel, Jakarta. Rahmat said that the Asia Bond Monitor was a facility in the bonds market advantageous for countries in the Asian region.

The 1st ASEAN Conferenceon Financial InclusionThe Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, o" cially opened the 1st ASEAN Conference on Financial Inclusion at the Jakarta Convention Centre. It was an ASEAN-level conference that discussed increase of opportunities for the public to gain ! nancial access. Speakers from various ! nance and economy-related institutions, domestic, regional, and global, attended the conference.

2012 2012 2012 26 April April 26th

2012 2012 2012 27 Juni June 27th

Page 30: FA LTKK 2012.indb

29Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

Kunjungan Managing Director IMFPemerintah Indonesia menyambut baik kedatangan Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde yang baru saja terpilih. Indonesia merupakan salah satu negara yang dikunjungi Lagarde dalam lawatannya dari sejumlah negara di Asia. Pertemuan dengan IMF membahas perkembangan ekonomi dunia yang mengalami koreksi, dan juga reformasi IMF sebagaimana diminta oleh pimpinan G20.

Visit of IMF Managing Director The Government welcomed visit of the International Monetary Fund (IMF) managing Director, Christine Lagarde, to Indonesia, which was one of the countries visited in Asia. Based on the previous experience, the meeting with the new Managing Director would discuss update of the world economic development, including correction of the world economic growth. During the meeting, the new Managing Director explained IMF reform program as urged by G20 leaders.

27 Juni June 27th 29 Agustus 2012 2012 2012 August 29th

9 Juli 2012 2012 2012 July 9th

Rapat Paripurna DPR: RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN TA 2011Menteri Keuangan Agus Martowardojo beserta jajarannya menghadiri rapat paripurna DPR yang mengagendakan pembicaraan tingkat II/pengambilan keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2011, serta Pandangan Umum Fraksi atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2013.

Plenary session of the House of Representatives: Draft Law on the Accountability of the State Budget Fiscal Year 2011 Implementation The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, and his sta# attended a plenary session of the House of Representatives. The session’s agenda was II-level discussion on the Draft Law of Accountability of the State Budget Implementation Fiscal Year 2011, and the general views of the factions on the State Budget Fiscal Year 2013.

Page 31: FA LTKK 2012.indb

30Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Annual Report Award 2012Bapepam-LK, Direktorat Jendral Pajak, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Governance, dan Ikatan Akuntan Indonesia menyelenggarakan Annual Report Award (ARA) 2011. Acara dihadiri Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Tema ARA ke-11 adalah “Transparasi Informasi Sebagai Upaya Penerapan Pengelolaan Perusahaan yang Bersih dan Berintegrasi untuk Meningkatkan Daya Saing Perusahaan dalam Perekonomian Regional”.

Annual Report Award 2012The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), the Directorate General of Tax, the Ministry of State-owned Enterprises, Bank Indonesia, the Indonesia Stock Exchange, the National Committee of the Governance Policy, and the Association of Indonesian Accountants held the 11th Annual Report Award (ARA) 2011. The event was attended by the Minister of Finance, Agus Martowardojo, and the Minister of State-owned Enterprises, Dahlan Iskan. The theme was “Information Transparence as E# ort to Apply Clean and Integrated Company Management to Increase Corporate Competitiveness in the Regional Economy.”

Launching ORI 009Pemerintah Indonesia menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI). Penerbitan ORI bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBNP 2012, dan mengembangkan pasar Surat utang Negara domestik melalui diversi! kasi instrumen sumber pembiayaan dan perluasan basis investor. ORI009 menawarkan 6,25 persen dengan target investor individu domestik.

Launching of ORI 009The government, through the Directorate General of Debt Management of the Ministry of Finance, issued Retail Government Bonds (ORI).Through ORI009, the government o# ered coupons of 6.25 percent. According to Robert, the issuance of ORI009 was aimed at ful! lling the need to ! nance the State Budget Review 2012, and at developing the domestic market of Government Bonds (SUN) through diversi! cation of ! nancing source instruments and investors basis expansion.

2012 2012 2012 21 September September 21st

2012 2012 2012 18 September September 18st

Page 32: FA LTKK 2012.indb

31Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

Kesepakatan Bersama tentang Penserti" katan Tanah antara Kementerian Keuangan dan BPNMenteri Keuangan Agus Martowardojo dan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Hendarman Supandji menandatangani kesepakatan bersama pembuatan serti! kat tanah yang berlaku selama lima tahun di Aula Mezzanie Gedung Juanda I, Jakarta Pusat. Kementerian Keuangan memiliki 717 bidang tanah yang belum diserti! kasi, sehingga perlu kerja sama dengan BPN agar barang milik negara lebih tertib administrasi dan memiliki kejelasan hukum.

Joint agreement on Land Certi" cation between the Ministry of Finance and the National Land Agency The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, and Head of the National Land Agency (BPN), Hendarman Supandji, signed a joint agreement on 5-year land certi! cation at Aula Mezzanine Gedung Djuanda I, Central Jakarta. At present, the Ministry of Finance has 717 pieces of land which are not certi! ed yet, so that cooperation with the National Land Agency (BPN) is required to put state’s property into order, both in terms of administration as well as legal certainty.

10 Oktober 2012 2012 2012 October 10th

2 Oktober 2012 2012 2012 October 2nd

Wisuda STAN 2012Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) menyelenggarakan wisuda 3.546 mahasiswanya dari berbagai program Diploma Keuangan I dan III di Sentul International Convention Center (SICC), Jawa Barat. Acara dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Kiagus Ahmad Badaruddin yang secara khusus mewisuda 12 wisudawan terbaik dari masing-masing spesialisasi Program Diploma Keuangan.

Graduation of the State Institute of Accountancy 2012 The State Institute of Accountancy (STAN) held a graduation for its 3,546 students from various programs of Financial Diploma I and III at Sentul International Convention Centre (SICC), West Java. The graduation was attended by the Secretary General of the Ministry of Finance, Kiagus Ahmad Badaruddin. He particularly awarded 12 best graduates from each specialization of the Finance Diploma program.

Page 33: FA LTKK 2012.indb

32Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Pencanangan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas KorupsiKementerian Keuangan mencanangkan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi di Aula Dhanapala, Kementerian Keuangan. Sebagai pengemban tugas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara, reformasi birokrasi yang dilakukan Kementerian Keuangan bertujuan untuk membangun public trust. Untuk mendapatkan kepercayaan ini, korupsi harus dicegah dan diberantas sehingga Kementerian Keuangan dapat menciptakan birokrasi yang bersih, dengan kualitas pelayanan yang lebih baik lagi.

Launching of Integrity Zone towards Corruption-Free AreaMinistry of Finance launched the Integrity Zone towards Corruption-Free Area at Aula Dhanapala of the Ministry of Finance. As a state ! nancial and assets manager, the bureaucracy reform conducted by the Ministry of Finance is aimed at building a public trust.As such, corruption must be prevented and eradicated, so that the Ministry of Finance can create a clean bureaucracy with better service quality.

Re# eksi dan Apresiasi Pengelolaan BMN pada Kementerian/Lembaga (K/L) Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Hadiyanto membuka acara ‘Re$ eksi dan Apresiasi Pengelolaan BMN pada Kementerian/Lembaga (K/L)’. Nilai BMN meningkat dari Rp323,51 triliun menjadi Rp1.726,33 triliun selama periode 2006-2012, menunjukkan adanya komitmen untuk mewujudkan pengelolaan BMN yang andal. Sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan tren positif tersebut, DJKN memberikan apresiasi dengan melibatkan 85 K/L melalui acara tersebut.

Re# ection and Appreciation of State’s Property Management at Ministries/Institutions The Minister of Finance, Agus Martowardojo, with the Director General of State Assets, Hadiyanto, opened an event entitled “Re$ ection and Appreciation of State’s Property Management at Ministries/Institutions.’The State’s Property value increased from IDR323.51 trillion to IDR1,726.33 trillion during the period of 2006-2012, showing a strong commitment to create reliable State’s Property management. To maintain and increase the positive trend, the Directorate General of State Assets presented an appreciation by involving 85 ministries/institutions in the event.

2012 2012 2012 1 November November 1st

2012 2012 2012 31 Oktober October 31st

6 Desember December 6th

30 November November 30th

Page 34: FA LTKK 2012.indb

33Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

Penandatanganan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Ketua Dewan Komisioner OJKAcara Penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Ketua Dewan Komisioner OJK Mengenai Penggunaan Kekayaan Negara dan Dokumen Kemenkeu oleh OJK di Aula Djuanda Kementerian Keuangan, Jakarta. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegaskan kembali komitmen Kementerian Keuangan untuk mendukung penuh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Signing of Joint Decree between the Minister of Finance and Chairman of the Board of Commissioners of the Financial Service Authority The signing of a Joint Decree of the Minister of Finance and Chairman of the Board of Commissioners of the Financial Service Authority (OJK) on the Use of State Assets and Documents of the Ministry of Finance by the Financial Service Authority (OJK) was held on Friday (30/11), at Aula Djuanda of the Ministry of Finance, Jakarta. The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, re-a" rmed the Ministry of Finance’s commitment to fully support the Financial Service Authority (OJK).

6 Desember 2012 2012 2012 December 6th

30 November 2012 2012 2012 November 30th

Seminar Internasional: Financial Stability Through E$ ective Crisis Management and Inter-agency CoordinationMenteri Keuangan Agus Martowardojo membuka seminar internasional ””, di Nusa Dua, Bali. Seminar dihadiri sekitar 250 orang dari beberapa negara, yang bergerak di sektor ! nansial. Dalam pidatonya, Menteri Keuangan menyampaikan, Indonesia sudah belajar dari krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008 sehingga meningkatkan sistem peringatan dini dan protokol manajemen menghadapi krisis.

International seminar: Financial Stability Through E$ ective Crisis Management and Inter-agency CoordinationThe Minister of Finance, Agus Martowardojo, o" cially opened an international seminar on “Financial Stability Through E# ective Crisis Management and Inter-agency Coordination”, at Nusa Dua, Bali. The seminar was attended by 250 persons from various countries, dealing in the ! nancial sector. In his speech, the Minister of Finance stated that Indonesia had learnt from the economic crisis in 1998 and 2008. From the condition, Indonesia has increased the early warning system and management protocol to face a crisis.

Page 35: FA LTKK 2012.indb

34Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Paripurna DPR: Pengesahan UU Lembaga Keuangan MikroDPR mengesahkan RUU Lembaga Keuangan Mikro menjadi UU. UU tersebut merupakan inisiatif dari Komisi BUMN dan Koperasi DPR. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, saat ini banyak LKM yang berdiri di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah dan pengusaha kecil dan mikro. Karena itu, harus ada payung hukum yang memadai agar dapat memberikan rasa aman dan pelayanan yang baik.

Plenary session of the House of Representatives: Rati" cation of Law on the Micro Financial Institution The House of Representatives rati! ed the Draft Law on Micro Financial Institution to law. The law was initiated by the Commission of State-owned Enterprises and Cooperatives of the House of Representatives. The Minister of Finance, Agus Martowardojo, stated that many Micro Financial Institutions had been set up in Indonesia to ful! ll the need of low-income people, and small and micro businessmen, so that a su" cient legal umbrella was required to provide security and better service.

2012 2012 2012 11 Desember December 11th

Penutupan Perdagangan Bursa 2012Menteri Keuangan Agus Martowardojo didampingi Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulyaman D Haddad dan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito menutup perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir di tahun 2012 tercatat naik 34 poin di posisi 4.316.

Closing of the 2012 stock exchange trading The Minister of Finance, Agus Martowardojo, blew a trumpet accompanied by the Vice Minister of Finance, Mahendra Siregar, Chairman of the Financial Service Authority (OJK), Mulyaman D. Haddad (third from right), President Director of the Indonesia Stock Exchange, Ito Warsito, at the closing of 2012 stock exchange trading. The Jakarta Composite Index closed the ! nal trading in 2012 with an increase of 34 points to 4,316.

2012 2012 2012 28 Desember December 28th

Page 36: FA LTKK 2012.indb

35Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

Page 37: FA LTKK 2012.indb

36Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

“Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan Kementerian Keuangan agar dapat membawa perekonomian Indonesia lebih baik sekaligus mendapatkan pengakuan dunia internasional. Hal itu dilandasi oleh visi Kementerian Keuangan sebagai Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang terpercaya dan terbaik di tingkat regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan”.

“The Ministry of Finance has endeavored every bit of improvement they can make in order to bring forth a better Indonesia’s economy as well as to have the world acknowledged it. This is given birth by the world acknowledged it. This is given birth by the Ministry of Finance’s vision to be the best and Ministry of Finance’s vision to be the best and worth-trusting Administrator of the State Finance worth-trusting Administrator of the State Finance and Assets at regional level in order to materialize a and Assets at regional level in order to materialize a prosperous, democratic, and fair Indonesia”.prosperous, democratic, and fair Indonesia”.

Page 38: FA LTKK 2012.indb

37Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,Salam sejahtera untuk kita semua,

Tahun 2012 merupakan serangkaian langkah panjang dari perjalanan Transformasi dan Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan. Pada tahun tersebut, seluruh pejabat dan pegawai telah bekerja keras untuk membawa Kementerian Keuangan ke dalam fase yang lebih baik. Namun demikian, perjalanan transformasi menuju Kementerian Keuangan yang bersih dan sesuai dengan nilai-nilai masih harus dilanjutkan. Untuk menuju sasaran itu, Kementerian Keuangan juga harus dilengkapi dengan perbaikan di beberapa aspek fundamental yang tentunya akan sangat berpengaruh secara jangka panjang.

Implementasi budaya yang berakar pada nilai-nilai Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan telah ditetapkan Kementerian Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 312/KMK.01/2011. Pelaksanaan program itu akan terus diperkuat karena merupakan katalisator penentu dalam transformasi Kementerian Keuangan dan mendukung Reformasi Birokrasi. Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan sudah semestinya diperkuat, karena sejak dicanangkan telah memberikan dampak positif pada peningkatan belanja negara. Sejak tahun 2005 hingga 2012, tercatat rata-rata pertumbuhan belanja negara sebesar 17 persen per tahun.

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,May His blessings are all upon us,

2012 has witnessed a series of signi!cant steps of Ministry of Finance’s long journey toward its Bureaucracy Transformation and Reform. It was in that year that all of its o"cials and employees have worked hard to bring the Ministry of Finance to a better stage. Nevertheless, the necessity to continue such journey of transformation toward a better, cleaner Ministry of Finance that conforms the noble values remains there. To achieve the goal, the Ministry of Finance should also equip themselves with some advancement in several fundamental aspects which certainly will a#ect it in its long run.

The Ministry of Finance has applied those cultures rooting in values of Integrity, Pro#esionalism, Synergy, Commitment, and Perfection through the establishment of Ministerial Decree of Finance Number 312/KMK.01/2011. The program implementation should be continuously improved since it serves as a determinant catalyst in transforming the Ministry of Finance and in supporting the Bureaucracy Reform. It is safe to say, then, that the Ministry of Finance’s Bureaucracy Reform should be reinforced due to its self-evident positive impact it had on the government expenditure improvement since its !rst promotion. Since 2005 to 2012, it is reported that the government expenditure has seen an average growth of 17 percent per annum.

6DPEXWDQ�0HQWHUL�.HXDQJDQ�5HSXEOLN�,QGRQHVLD�3DGD�/DSRUDQ�7DKXQDQ�.HPHQWHULDQ�.HXDQJDQ�7DKXQ�����)RUHZRUG�0LQLVWHU�RI�)LQDQFH�RI�7KH�5HSXEOLF�RI�,QGRQHVLD,Q������$QQXDO�5HSRUW�RI�0LQLVWU\�RI�)LQDQFH

Page 39: FA LTKK 2012.indb

38Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan Kementerian Keuangan agar dapat membawa perekonomian Indonesia lebih baik sekaligus mendapatkan pengakuan dunia internasional. Hal itu dilandasi oleh visi Kementerian Keuangan sebagai Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang terpercaya dan terbaik di tingkat regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Dalam hal ini, pada September tahun 2012, Jepang melalui salah satu lembaganya yaitu Rating and Investment Information, Inc. (R&I) menaikkan tingkat sovereign credit rating Indonesia menjadi BBB-/ dengan stable outlook atau investment grade. Hal serupa juga telah diberikan oleh lembaga pemeringkat Fitch Ratings dan Moody’s pada tahun lalu, yang menaikkan peringkat sovereign credit rating Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Naiknya peringkat utang Indonesia ini berdasarkan pada peningkatan kinerja perekonomian, kuatnya likuiditas eksternal, rasio utang Pemerintah yang rendah dan trennya menurun, serta kebijakan rasio yang prudent atau menerapkan azas kehati-hatian. Tidak hanya itu, in$asi year on year pada tahun 2012 yang sebesar 4,3 persen dinyatakan sebagai in$asi terendah oleh Badan Pusat Statistik selama tiga tahun terakhir. Besaran in$asi ini lebih rendah dari prediksi Pemerintah yang sebesar 5,3 persen dan sebagian besar dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan.

Indikator-indikator tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia masih mampu bertahan di tengah ketidakpastian perkembangan ekonomi dunia dan memperlihatkan kepada dunia tahapan-tahapan pertumbuhan ekonominya yang semakin baik di tengah terpaan krisis ekonomi global sejak tahun 2008 lalu. Kinerja pertumbuhan ekonomi pada angka 6,3 persen tahun 2012 bahkan dapat dikatakan sebagai kondisi pertumbuhan ekonomi terbaik setelah China yang berada pada kisaran 8,3 persen.

Mengawal perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian dunia tentu membutuhkan sebuah kebijakan makro dan !skal yang tepat. Sejalan dengan tema pembangunan nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012, yaitu Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif dan Berkeadilan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, kebijakan alokasi anggaran belanja negara dalam APBN tahun 2012 diarahkan kepada upaya untuk mendorong pertumbuhan di daerah melalui pengembangan

The Ministry of Finance has endeavored every bit of improvement they can make in order to bring forth a better Indonesia’s economy as well as to have the world acknowledged it. This is given birth by the Ministry of Finance’s vision to be the best and worth-trusting Administrator of the State Finance and Assets at regional level in order to materialize a prosperous, democratic, and fair Indonesia. In this case, in September, 2012, Japan through one of their institution Rating and Investment Information, Inc. (R&I) had placed Indonesia’s sovereign credit rating to BBB-/ with stable outlook or investment grade. The same had also been granted by the rating institutions Fitch Ratings and Moody’s last year, who placed Indonesia’s sovereign credit rating from BB+ to BBB-. Such improvement in Indonesia’s sovereign credit rating was based on its improved economic performance, strong external liquidity, low and decreasing public debt, and its prudent ratio policy (application of principles of prudence). In addition, the year-on-year in$ation in 2012 of only 4.3 percent has been deemed as the lowest in$ation rate by Statistics Indonesia for the last three years. This in$ation rate is even lower than the Government prediction, i.e. 5.3 percent, and mostly in$uenced by food group commodity.

Those indicators indicate that Indonesia’s economy is still capable of surviving despite the uncertain world economic growth and show the world its developing economic growth stages in the midst of global economic crisis hit since 2008. Its economic growth performance at 6.3 percent in 2012 could even be said to be the second best economic growth after China’s at a range of 8.3 percent.

In order to secure the Indonesia’s economy amidst the uncertain world economy there is a need for an appropriate macro and !scal policy. In line with the theme of national development in the Government Work Plan (RKP) 2012, i.e. the Acceleration and Extension of Quality, Inclusive and Fair Economic Growth for People Welfare Improvement, the policy of state budget allotment in 2012 APBN is addressed to the e#ort in promoting growth at regional level by developing economic corridor, and constructing infrastructure to support the realization of

Page 40: FA LTKK 2012.indb

39Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

koridor ekonomi, membangun infrastruktur yang mendukung terwujudnya keterhubungan wilayah (globally connected dan domestically integrated). Sementara, untuk menjaga kesinambungan !skal, arah kebijakan ekonomi makro juga mengacu pada penguatan konsumsi masyarakat, perbaikan iklim investasi, perbaikan kinerja perdagangan internasional, dan penguatan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta.

Fluktuasi perekonomian global juga menuntut pengawasan dan sikap kehati-hatian dalam merespons setiap perkembangan ekonomi global. Dibutuhkan peranan seluruh pejabat/pegawai dari berbagai unit eselon I Kementerian Keuangan untuk terus memperkuat pengawasan kebijakan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, maupun memperkuat penerapan budaya berbasis kinerja. Reformasi birokrasi juga harus terus dijalankan agar tercipta sebuah organisasi yang efektif dan e!sien sehingga siap menghadapi berbagai perkembangan di dalam dan luar negeri.

Sebagai perwujudan dari komitmen Kementerian Keuangan untuk terus menggalakkan reformasi biokrasi dan meningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan kebijakan di lingkungan internal, pada Hari Oeang ke 66 Kementerian Keuangan meresmikan Zona Integritas dalam acara yang bertajuk Zona Integritas dengan Nilai-nilai Kementerian Keuangan. Dalam pencanangan Zona Integritas tersebut, seluruh pejabat eselon I menyatakan komitmennya untuk terus menjaga amanat dari nilai-nilai Kementerian Keuangan. Selain itu, langkah Inspektorat Jenderal untuk menciptakan rofes yang menutup potensi adanya celah korupsi, kolusi dan nepotisme yang dapat dilakukan oleh oknum pegawai yaitu WISE (Whistleblowing System) perlu diapresiasi dan diharapkan dapat menunjukkan dukungan yang penuh Kementerian Keuangan kepada Komisi Pemberantas Korupsi untuk bersama memberantas korupsi di kementerian/lembaga.

Dalam rangka membangun high performance organization, maka pembangunan regulasi dan tools pengelolaan budaya berbasis kinerja merupakan prasyarat mutlak. Hal ini dilakukan melalui metode balanced scorecard yang telah dirintis Kementerian Keuangan pada tahun 2007. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan untuk meningkatkan kualitas kinerja sumber daya manusia, pada tahun 2012 Kementerian Keuangan mengeluarkan website www.e-performance.depkeu.com sebagai

regional connectedness (globally and domestically connected). Meanwhile, in order to maintain the !scal sustainability, the macro economic policy direction has also referred to the strengthened public consumption, improved investment climate, increased international trade performance, and reinforced investment !nancing partnership scheme with private sector.

The global economic $uctuation also demands a great deal of monitoring and prudence in respoding to any development of global economy. All o"cials/employees from various echelon I unit of the Ministry of Finance are required to play some role in order to constantly strengthen its policy monitoring, improve its human resources, as well as reinforce the implementation of its performance-based culture. The bureaucracy reform should also be consistently performed to allow an e#ective, e"cient organization capable of dealing with any possible domestic and international development.

In the e#ort of realizing the Ministry of Finance’s commitment to incessantly promote bureaucracy reform and enhance the supervision of policy implementation within its internal environment, on the 66th Hari Oeang, the Ministry of Finance inaugurated an Integrity Zone in an event entitled Integrity Zone with the Ministry of Finance’s Values. In setting such Integrity Zone, all echelon I o"cials declare their commitments to persistently maintain the mandates originated from the Ministry of Finance values. Additionally, the steps the Inspectorate General has taken to create a system disabling any potential gap to corruption, collusion and nepotism an individual employee might commit, i.e. WISE (Whistleblowing System), need to be appreciated and it is expected that the Ministry of Finance can display a whole-hearted support to the Corruption Eradication Commission to jointly eliminate corruption in any ministry/institution. To build a high-performance organization, one indispensable prerequisite is to construct regulation and tools to manage its performance-based culture. It can be performed through a method called balanced scorecard the Ministry of Finance has pioneered in 2007. With the development of the need to improve its human resource performance quality, in 2012 the Ministry of Finance released its website www.e-performance.depkeu.com as a tool to facilitate the implementation of

Page 41: FA LTKK 2012.indb

40Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

perangkat untuk mempermudah implementasi proses pengelolaan kinerja. Hingga tahun ini proses pengelolaan kinerja telah sampai pada level individu melalui Kontrak Kinerja Kementerian Keuangan yang telah ditandatangani oleh seluruh jajaran pegawai Kementerian Keuangan.

Sejalan dengan upaya optimalisasi pendapatan Negara untuk meningkatkan kemandirian dalam pendanaan anggaran belanja rofes, realisasi pendapatan Negara dalam satu dekade terakhir mengalami peningkatan yang cukup signi!kan. Pendapatan Negara pada periode 2001–2012 bertumbuh rata-rata sebesar 14,68 persen per tahun. Pertumbuhan itu berasal dari konstribusi penerimaan perpajakan yang tumbuh rata-rata sebesar 16,72 persen per tahun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang tumbuh rata-rata sebesar 10,38 persen per tahun. Sedangkan penerimaan hibah yang tumbuh rata-rata sebesar 26,39 persen per tahun. Secara umum ada tiga pendekatan yang diterapkan dalam pengelolaan anggaran Negara sebagai tindak lanjut dari reformasi di bidang penganggaran, yaitu penganggaran terpadu, pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja.

Tahun 2012 ini juga merupakan tahun transisi Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan dialihkan menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pengalihan ini antara lain dalam menghadapi berbagai tantangan dalam sektor !nansial. Sehingga dibutuhkan pengembangan kebijakan (policy development) yang salah satunya tertuang dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK). Dalam UU OJK ini ditetapkanlah protokol koordinasi dalam bentuk Forum Koordinasi Stabilitas Keuangan yang tentu saja harus diikuti dengan pengesahan Undang-Undang Jaring Pengaman Sektor keuangan sebagai landasan hukum dibentuknya Crisis Management Protocol (CMP). Diharapkan dengan dibangunnya OJK sebagai lembaga tersendiri di luar Kementerian Keuangan, maka sistem pengawasan yang lebih intensif di sektor keuangan dapat terwujud.

Pada kesempatan kali ini, kami berharap Kementerian Keuangan dapat terus menjalankan visi dan misinya sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara serta dapat berkontribusi penuh dalam menyokong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di tahun berikutnya. Proses pencapaian visi dan misi ini tidak lepas kiranya dari dukungan seluruh pemangku

performance management process. Until recently, such performance management process has reached to individual level through the Ministry of Finance’s Performance Contract signed by the entire employees of the Ministry of Finance.

Consistent with the e#ort of optimizing the Government revenue to promote its independence in funding the state budget, there has been a signi!cant improvement in the realization of Government revenue within one last decade. The Government revenue for 2001–2012 grew at an average of 14.68 percent per annum. Such growth derived from the contribution of tax income growing at an average of 16.72 percent per annum and Non-Tax Government Revenue gwroing at an average of 10.38 percent per annum. Meanwhile, grant income grew at an average of 26.39 percent per annum. In general, three approaches are applied in managing the State budget as a follow up of the reform in budgeting !eld, namely integrated budgeting, medium-term expenditure and performance-based budgeting.

2012 has also witness the transition of the Capital Market and Financial Institution Supervisoru Agency into Financial Services Authority (OJK). This transition aims at dealing with various challenges in !nancial sector. Therefore, there is a need for policy development one of which is contained in the Law Number 21 of 2011 concerning the Financial Services Authorities (UU OJK). In this UU OJK, a coordination protocol in the form of Coordination Forum for Financial System Stability (FKSSK) is established and, of course, followed by the promulgation of Financial Sector Safety Net Law as the legal basis of the formation of Crisis Management Protocol (CMP). It is expected that the establishment of OJK as a separate, external institution to the Ministry of Finance enable a more intensive supervisory system in the !nancial sector.

In this occassion, we would like to hope for the Ministry of Finance to be able to ceaselessly implement their vision and missions as the administrator of state !nance and assets and to fully contribute to the promotion of a better economic growth in the following years. The process to achieve such vision and missions cannot be separated from

Page 42: FA LTKK 2012.indb

41Bab 01 | Kilas Kinerja 2012

Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance

the supports given by the entire Ministry of Finance’s stakeholders. Through this Annual Report of Ministry of Finance, the stakeholders of the Ministry of Finance are expected to enrich their information with regard to the achievement the Ministry of Finance has made during 2012.

I would like to congratulate those o"cials and employees of the Ministry of Finance who hold new positions this year in several echelon I units both within the Ministry of Finance and within the new OJK. I wish that the mandates of the Ministry of Finance’s values to realize an integrity zone remains deeply rooted in the souls of each individual and that we can implement them in any post we are holding to serve the country.

Along with our steps forward, let me extend my gratitude to all o"cials and employees for their hard work to continuously apply the Ministry of Finance’s value in their performance during 2012. I solemnly wish that through an excellent coordination and participation of all personnel of the Ministry of Finance they will be able to unendingly contribute to a sound synergy to achieve the Ministry of Finance’s goal to materialize the ideal of fair and evenly-distributed economy for a prosperous Indonesia.

Jakarta, Mei 2013Menteri Keuangan Republik Indonesia

Minister of Finance of the Republic of Indonesia

Agus D.W. Martowardojo

kepentingan Kementerian Keuangan. Diharapkan melalui Laporan Tahunan Kementerian Keuangan ini, para pemangku kepentingan Kementerian Keuangan dapat lebih memperkaya informasi mengenai pencapaian Kementerian Keuangan selama tahun 2012.

Saya sampaikan selamat kepada pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan yang pada tahun ini menempati posisi yang baru di beberapa unit eselon I baik di lingkungan Kementerian Keuangan maupun di lingkungan baru OJK. Semoga amanat nilai-nilai Kementerian Keuangan untuk mewujudkan zona integritas terus berakar dalam jiwa masing-masing individu dan dapat diimplementasikan di manapun kita berada.

Seiring langkah kita ke depan, saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pejabat dan pegawai atas kerja kerasnya untuk terus senantiasa menerapkan nilai-nilai Kementerian Keuangan dalam kinerjanya selama tahun 2012 dengan menjaga semangat Transformasi dan Reformasi Birokrasi di Kementerian Keuangan. Koordinasi yang baik dan peran serta seluruh jajaran Kementerian Keuangan saya harapkan mampu terus memberikan sinergi yang baik bagi pencapaian tujuan Kementerian Keuangan dalam rangka mewujudkan perekonomian yang adil dan merata demi masyarakat Indonesia yang sejahtera.

Page 43: FA LTKK 2012.indb

Lompat Bambupermainan ini dimainkan secara berkelompok, aturan permainan ini sangat mudah bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat. Lalu gagal melompati bambu, maka anak tersebut akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang bambu. Permainan ini serupa dengan tarian tektek alu yang biasa dilakukan orang NTT dalam menyambut hasil panen pertanian, Dalam permainan ini diperlukan ketepatan dalam melompat dan ketelitian dalam mengikuti ritme alunan bambu.

This game is played in groups, the rules of this game is very easy for a child who was a turn jumping. Then failed to jump over the bamboo, then the child will be a change of position jumper into bamboo holder. This game is similar with tektek alu dance commonly performed in NTT for welcoming agricultural crops, in this game required accuracy and precision in jumping in rhythm of bamboo.

Page 44: FA LTKK 2012.indb

Lompat Bambupermainan ini dimainkan secara berkelompok, aturan permainan ini sangat mudah bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat. Lalu gagal melompati bambu, maka anak tersebut akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang bambu. Permainan ini serupa dengan tarian tektek alu yang biasa dilakukan orang NTT dalam menyambut hasil panen pertanian, Dalam permainan ini diperlukan ketepatan dalam melompat dan ketelitian dalam mengikuti ritme alunan bambu.

This game is played in groups, the rules of this game is very easy for a child who was a turn jumping. Then failed to jump over the bamboo, then the child will be a change of position jumper into bamboo holder. This game is similar with tektek alu dance commonly performed in NTT for welcoming agricultural crops, in this game required accuracy and precision in jumping in rhythm of bamboo.

Page 45: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 02

Visi, Misi dan Tata NilaiVision, Mision and Values

Sejarah Kementerian KeuanganHistory of the Ministry of Finance

Struktur OrganisasiStructure of Organization

Profil PejabatProfile of Officials

3URͤO�.HPHQWHULDQ0LQLVWHULDO�3URͤOH

Page 46: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 02

Visi, Misi dan Tata NilaiVision, Mision and Values

Sejarah Kementerian KeuanganHistory of the Ministry of Finance

Struktur OrganisasiStructure of Organization

Profil PejabatProfile of Officials

3URͤO�.HPHQWHULDQ0LQLVWHULDO�3URͤOH

Page 47: FA LTKK 2012.indb

46Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

VISI

Menjadi pengelola keuangan negara yang terpercaya, akuntabel, dan terbaik di tingkat regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.

MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Keuangan mempunyai empat misi, yaitu:

(i) Misi FiskalMengembangkan kebijakan ! skal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati (prudent), dan bertanggung jawab.

(ii) Misi Kekayaan NegaraMewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, e! sien, dan bertanggung jawab.

(iii) Misi Pasar Modal dan Lembaga KeuanganMewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global.

(iv) Misi Penguatan Kelembagaan1. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan

tuntutan masyarakat.2. Membangun dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang amanah, profesional,

berintegritas tinggi dan bertanggung jawab.3. Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta

sarana dan prasarana strategis lainnya.

Visi, Misi, dan Tata Nilai

Vision, Mision and Values

Page 48: FA LTKK 2012.indb

47Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

Visi, Misi, dan Tata Nilai

Vision, Mision and Values

VISION

To become a trusted manager of state funds, accountable and best at a regional level, in order to achieve a prosperous, democratic and just Indonesia.

MISION

To achieve this vision, the Ministry of Finance has four missions, namely:

(i) Fiscal mission To develop healthy, sustainable, prudent and responsible ! scal policies.

(ii) State Wealth Mission To achieve optimal management of state wealth in accordance with functional principles, legislation, transparency, e" ciency and responsibility.

(iii) Market Investment and Financial Institution Mission To achieve a strong and globally competitive market investment industry and non-bank ! nancial institutions to move and strengthen the national economy.

(iv) Institutional Strengthening Mission 1. To build and develop public administration organizations according to public demand.2. To build and develop trustworthy, professional, responsible Human Resources with a high level of

integrity.3. To build and develop modern ! nancial information technology, integrated with other strategic

infrastructures.

Page 49: FA LTKK 2012.indb

48Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

VALUES

Integrity

Think, speak, behave and act appropriately, as well as keeping a tight hold on the code of ethics and moral principles.

Professionalism

Complete and accurate work based on the best competence, full responsibility and a high level of commitment.

Synergy

Develop and ensure productive internal teamwork and harmonic partnerships with key stakeholders, to create useful and high quality work.

Service

Provide service to the satisfaction of key stakeholders, undertaken whole-heartedly, transparently, quickly, accurately and safely.

Excellence

Continuously attempting to improve in every !eld, in order to become and to provide the best.

NILAI-NILAI

Integritas

Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.

Profesionalisme

Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.

Sinergi

Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.

Pelayanan

Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.

Kesempurnaan

Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.

Page 50: FA LTKK 2012.indb

49Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

Tabel 2.1 Tata Nilai dan Perilaku UtamaTable 2.1 Prime Values and Behaviour

IntegritasIntegrity

ProfesionalismeProfessionalism

SinergiSynergy

PelayananService

KesempurnaanPerfection

Bertindak transparan dan konsistenActively transparent and consistent

(2) Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela(2) Safeguard standards and avoid reprehensible behaviour

Bertanggung jawab atas hasil kerjaBe responsible for work results

Bersikap obyektifBe objective

(4) Bekerja dengan hati(4) Work from the heart

(1) Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya(1) Honesty, sincerity and trustworthyness

(3) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas(3) Having wide expertise and knowledge

(5) Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati. Melayani dengan berorientasi pada pemangku kepentingan(5) Positive thinking, trustingand respecting others. Providingtowards key stakeholders

(7) Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan(7) Providing service oriented towards satisfying keystakeholders

Berwawasan ke depan dan adaptifForward thinking andadaptable

Memiliki kepercayaan diri yang tinggiBe Con!dent

Berkomunikasi dengan sikapterbuka dan menghargai perbedaanOpen communication and respectful of di"erences

Menghindari arogansi kekuasaanAvoidance of authoritative arrogance

(9) Melakukan perbaikan terus menerus(9) Constantlyimproving

Bekerja e!sien dan efektifWork e#ciently and e"ectively

(6) Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik(6) Find and implement the best solutions

Bersikap ramah dan santunBe politeand friendly

(10) Mengembangkan inovasi dan kreativitas(10) Develop innovation andcreativity

Bekerja cerdas, cepat, cermat, dan tuntasWork intelligently, quickly, carefully and completely

Berorientasi pada hasil yang memberikan nilai tambahBe oriented towards results with added value

(8) Bersikap proaktif dan cepat tanggap(8) Be Proactive and respond rapidly

Peduli lingkunganConcern for the environment

TATA NILAI DAN PERILAKU UTAMA VALUES AND MAIN BEHAVOURS

Page 51: FA LTKK 2012.indb

50Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

As a part of the government, the Ministry of Finance forms an institution with a vital role in developing the economy. Economic development will progress if it is accompanied by good administration in the management of state funds. The vital role of the Ministry of Finance is to manage state funds and assist state leadership in the ! eld of ! nance and wealth of the state, as the protector of state wealth (Nagara Dana Rakca).

Pre-IndependenceThe history of ! nancial management in Indonesia goes back to the age of the kingdoms. However, what can be underlined is that when the Dutch began to stick their nails in to the East Indies through the VereenigdeOost-IndischeCompagnie(VOC). VOC was given the right of octrooi, one of which was to print money and several economic policies such as verplichteleverentie (the obligation to give natural produce to the VOC), contingenten (produce tax, limits on quantatitofspices farmed so prices would be high), and preangerstelsel(obligation to plant co# ee).

When control of the East Indies $ owed towards England, there were changes in economic policy. English power was marked by the policy of landrent (land tax), di# erent from the style of property tax implemented by the Dutch beforehand.

As control over the East Indies returned to the Dutch, economic improvements started to take place. Governor GeneralLeonard Poerre Joseph Du Bus de Gisignies (1826)founded De Javasche Bank (DJB) on the grounds that the ! nancial conditions of the East Indies were considered to be in need of order and regulation of the payment system.

Du Bus was then replaced by Johannes van den Bosch. In 1836, van Den Bosch enacted cultuurstelsel (a system of forced planting) with the aim of producing several commodities requested by the global market. Another policy applied by the Dutch governance of the East Indies was laissez faire laissez passer, which left the economy in private hands (capitalist groups). This policy was implemented at the insistence of Dutch humanists, who wanted to improve the fate of local citizens.These new agrarian

Sebagai bagian dari pemerintahan, Kementerian Keuangan merupakan instansi yang memiliki peranan vital dalam pembangunan perekonomian. Pembangunan ekonomi akan berjalan lancar apabila disertai dengan administrasi yang baik dalam pengelolaan keuangan negara. Peranan vital Kementerian Keuangan adalah mengelola keuangan negara dan membantu pimpinan negara dalam bidang keuangan dan kekayaan negara sehingga bisa disebut sebagai penjaga keuangan negara (Nagara Dana Rakca).

Sebelum KemerdekaanSejarah pengelolaan keuangan Indonesia sudah dimulai sejak zaman kerajaan. Namun, yang bisa digarisbawahi adalah ketika Belanda mulai menancapkan kukunya di Hindia Belanda, melalui Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). VOC diberi hak octrooi yang salah satunya adalah mencetak uang dan sejumlah kebijakan perekonomian seperti verplichte leverentie (kewajiban menyerahkan hasil bumi pada VOC), contingenten (pajak hasil bumi, pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah agar harganya tinggi), dan preangerstelsel (kewajiban menanam pohon kopi).

Ketika kekuasaan Hindia Belanda beralih ke Inggris, terjadi pula perubahan kebijakan perekonomian. Kekuasaan Inggris ditandai dengan kebijakan landrent (pajak tanah) untuk menggantikan pola pajak bumi yang diterapkan Belanda sebelumnya.

Ketika kekuasaan Hindia Belanda kembali dikuasai Belanda, perbaikan perekonomian mulai dilaksanakan. Gubernur Jenderal Leonard Pierre Joseph Du Bus de Gisignies (1826) mendirikan De Javasche Bank (DJB) dengan alasan kondisi keuangan di Hindia Belanda dianggap memerlukan penertiban dan pengaturan sistem pembayaran.

Du Bus kemudian digantikan oleh Johannes van den Bosch. Pada tahun 1836, van den Bosch memberlakukan cultuurstelsel (sistem tanam paksa) dengan tujuan memproduksi berbagai komoditas yang diminati di pasar dunia. Kebijakan lain yang diterapkan Pemerintah Belanda di Hindia Belanda adalah laissez faire laissez passer, yaitu menyerahkan perekonomian pada pihak swasta (kaum kapitalis). Kebijakan ini dilakukan atas desakan kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib

Sejarah Kementerian

Keuangan

History of the Ministry of Finance

Page 52: FA LTKK 2012.indb

51Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

warga agar lebih baik. Peraturan agraria baru ini bukannya mengubah keadaan menjadi lebih baik melainkan menimbulkan penderitaan. Pada masa ini dibentuklah Departement van Financien karena keadaan perekonomian yang memprihatinkan.

Departement van Financien bertempat di bangunan istana yang digagas oleh Daendels karena pusat pemerintahan berpindah ke tempat lain. Gedung ini dijadikan sebagai tempat pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administratif keuangan ke tempat lain. Terpusatnya tempat pengelolaan keuangan dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan pemasukan dan pengeluaran negara.

Karena kekurangan tenaga ahli keuangan, Pemerintah Belanda menyelenggarakan berbagai kursus bagi orang Belanda dan orang Pribumi yang dipandang mampu. Kursus yang diikuti adalah kursus ajun kontrolir dan treasury/perbendaharaan.

Situasi kemudian berubah ketika Perang Dunia II pecah di Eropa dan terus menjalar hingga ke wilayah Asia Pasi! k. Kedudukan Indonesia sebagai jajahan Belanda sangat sulit, ditambah dengan terjepitnya Pemerintah Belanda akibat serbuan Jepang. Menjelang kedatangan Jepang di Pulau Jawa, Presiden DJB, Dr. G.G. van Buttingha Wichers berhasil memindahkan semua cadangan emas ke Australia dan Afrika Selatan melalui pelabuhan Cilacap.

Selama menduduki Indonesia, Jepang menjadikan Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan. Gedung Departement van Financien dijadikan tempat untuk melakukan aktivitas keuangan sehari-hari. Gedung ini dijadikan sebagai tempat pengolahan keuangan dan pemutusan kebijakan ekonomi oleh Jepang. Pada 7 Maret 1943, patung Jan Pieterzoon Coen yang berada di depan gedung Departement van Financien dihancurkan Jepang karena dianggap sebagai lambang penguasa Batavia.

Banyak tenaga ahli keuangan Belanda ditawan Jepang, dan beberapa orang yang ahli dan berpengalaman dijadikan sebagai tenaga pengajar keuangan putra-putri Indonesia. Jepang mendidik rakyat Hindia Belanda untuk mengikuti pendidikan keuangan karena kekurangan tenaga keuangan.

regulations did not change things for the better, but rather caused su# ereing. During this era the Departement van Financienwas formed, because of the alarming economic conditions.

The location of the Departement van Financienin the palace was initiated by Daendelsbecause the central government was moved elsewhere. This building was used for coordination of tasks to be implemented, development, and providing ! nancial administrative support to other places. This central place of ! nancial management was meant to facilitate control of state income and spending.

Because of a lack of ! nancial expertise, the Dutch government arranged several courses for Dutch people and locals considered capable. The courses followed were courses on adjunct control and treasury.

The situation then changed when World War II broke in Europe and spread across to the Asia Paci! c region.Indonesia’s position as a Dutch colony was very di" cult, added to which the Dutch governance were trapped by the Japanese invasion.Approaching the Japanese arrival on Java, the President of the DJB, Dr. G.G. van ButtinghaWicherssucceeded in moving all of the gold reserves to Australia andSouth Africa through the port ofCilacap.

For the duration of their occupation of Indonesia, Japan made Jakarta the centre of government. The DepartementvanFinancien building was used to conduct daily ! nancial activities.This building was used by the Japanese for ! nancial management and economic policy making. On 7 March 1943, the statue of Jan PieterzoonCoenin front of theDepartement van Financien was destroyed by the Japanese because it was seen as a symol of Batavian rule.

Manya Dutch ! nancial experts were captured by Japan, and several of those with expertise and experience were made ! nancial teachers for the sons and daughters of Indonesia. Japan taught the East Indies society to join ! nancial education, because ofa shortage of ! nancial power.

Page 53: FA LTKK 2012.indb

52Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Selama tahun 1942-1945, Jepang menerapkan beberapa kebijakan seperti, memaksa penyerahan seluruh aset bank, melakukan ordonansi berupa perintah likuidasi untuk seluruh Bank Belanda, Inggris, dan China. Jepang juga melakukan invasion money senilai 2,4 miliar gulden di pulau Jawa hingga 8 miliar gulden pada tahun 1946. Tujuan invasion money adalah menghancurkan nilai mata uang Belanda yang sudah terlanjur beredar di Hindia Belanda.

Jepang merombak besar-besaran struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan karena produksi minyak jarak. Jepang juga menguras kekayaan alam dan hasil bumi, serta menjadikan para tenaga produktif sebagai romusha. Terjadi hiperin$asi yang menyebabkan pengeluaran bertambah besar, padahal pemasukan pajak dan bea masuk turun drastis. Kebijakan ala tentara Dai Nippon merugikan penduduk Indonesia dan menimbulkan krisis. Masa KemerdekaanIndonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Keadaan ekonomi keuangan awal kemerdekaan amat buruk, terjadi in$asi yang tinggi akibat beredarnya tiga mata uang di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang Pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.

Dengan demikian, tantangan mempertahankan kemerdekaan selain dengan kekuatan senjata juga harus ada dukungan dana untuk membiayai perjuangan itu. Dr. Samsi sebagai menteri keuangan pada kabinet presidensil pertama, sangat berperan dalam upaya mencari dana untuk membiayai perjuangan Indonesia ketika itu. Dr. Samsi mendapatkan informasi bahwa di Bank Escompto Surabaya tersimpan uang peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang dikuasai Jepang. Dia kemudian menggunakan kedekatannya dengan Pemerintah Jepang untuk mencairkan dana tersebut sehingga dapat digunakan membantu perjuangan. Dr. Samsi mengundurkan diri pada 26 September 1945 dan digantikan oleh A.A. Maramis.

Sejarah keuangan Indonesia kembali diukir setelah mencetak mata uangnya sendiri. Pada 24 Oktober 1945, Menteri Keuangan A.A Maramis menginstruksikan tim serikat buruh G. Kol# selaku tim pencari data untuk menemukan

From1942-1945, Japan applied several policies, such as forced handover of all bank assets, ordonansiin the form of liquidation instructions for all Dutch, English and Chinese banks. Japan also undertook invasion money of 2,4billion gulden so that inJava there was 8 billion gulden in 1946. The aim of this invasion moneywas to destroy the value of the Dutch currency which had already spread through the East Indies.

Japan drastically remodeled the economic structure of society. Public prosperity degenerated sharply and food shortages occurred because of the production of castor oil. Japan drained natural wealth and produce, as well as turning the productive workforce into romusha. Hyperin$ation occurred, causing huge increases in spending, even though tax and customs revenue reduced drastically. Policy ala Dai Nippon army in$icted !nancial loss on Indonesian citizens and created crisis.

The Era of Independence Indonesia gained independence on 17 August 1945 after Japan gave up to the Allies.The !nancial economy at the dawn of independence was in a terrible condition, with high in$ation caused by the three currencies in circulation in the Republic of Indonesia territory, namely theDe Javasche Bankcurrency, the Dutch East Indies government currency, and the currency of the Japanese occupation.

As such, the challenge to preserve independence, other than through weapons, required !nancial support to pay for the struggle. Dr. Samsi,as the Finance Minister of the !rst presidential cabinet, was highly in$uential in !nding funds to support Indonesia’s struggle at that time. Dr. Samsi received information that at the Bank Escompto Surabaya there remained money left by the Dutch East Indies government controlled by Japan. He then used proximity with the Japanese government to liquefy these funds to aid the struggle. Dr. Samsi resigned on 26 September 1945and was replaced by A.A. Maramis.

Indonesia’s !nancial history was carved once again after the printing of our own currency. On24 October 1945, Finance Minister A.A Maramisinstructed the workers’ union team of G. Kol#as the team to !nd data and locate

Page 54: FA LTKK 2012.indb

53Bab 02 | Pro!l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro!le

tempat percetakan uang dengan teknologi yang relatif modern. Hasilnya, percetakan G. Kol# Jakarta dan Nederlands Indische Mataaalwaren en Emballage Fabrieken (NIMEF) Malang dianggap memenuhi persyaratan. Menteri pun menetapkan pembentukan Panitia Penyelenggaraan Percetakan Uang Kertas Republik Indonesia yang diketuai oleh TBR Sabarudin. Akhirnya, Oeang Republik Indonesia (ORI) pertama berhasil dicetak dan ditandatangani oleh RAS Winarno dan Joenet Ramli.

Pada 14 November 1945, terjadi pergantian menteri keuangan pada era Kabinet Sjahrir I. Mr. Sunarjo Kolopaking ditunjuk sebagai menteri keuangan baru. Pada masa tersebut, Kabinet Sjahrir menghadapi kendala kekurangan uang untuk peredaran ORI. Pada 5 Desember 1945, kembali terjadi pergantian menteri keuangan. Kali ini, posisi menteri keuangan dipegang oleh Ir. Surachman Tjokroadisurjo.

Namun, pada 2 Oktober 1946, terjadi lagi perubahan di kabinet. Mr. Sjafruddin Prawiranegara dipercaya menjadi menteri keuangan selanjutnya. Masa tersebut ditandai dengan berhasilnya penerbitan uang pertama yakni uang kertas ORI pada tanggal 30 Oktober 1946. Sejak tanggal tersebut, hanya ORI yang dinyatakan sah. Tanggal 30 Oktober kemudian disahkan sebagai Hari Keuangan Republik Indonesia.

Untuk menghargai jasa A.A Maramis, maka gedung Departement van Financien atau gedung Daendels diberi nama gedung A.A Maramis. Gedung ini menjadi pusat kerja Menteri Keuangan selaku pimpinan Departemen Keuangan Republik Indonesia saat menjalankan tugasnya sehari-hari. Seiring dengan kebutuhan koordinasi antar unit, sejak tahun 2007 gedung Menteri Keuangan dipindah ke Gedung Djuanda 1 yang berlokasi di seberang gedung A.A Maramis.

Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara juncto Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta merujuk pada surat edaran Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Nomor SE-11 MK.1/2010 tentang perubahan Nomenklatur Departemen Keuangan menjadi Kementerian Keuangan, maka sejak 2009, Departemen Keuangan resmi berubah nama menjadi Kementerian Keuangan.

a mint, or cash printing house, with relatively modern technology.The result, G. Kol#Printing, Jakarta, and NederlandsIndischeMataaalwaren en EmballageFabrieken (NIMEF), Malang were considered to ful!l the necessary criteria.The Minister established the formation of the Committee for the Management of Printing Republic of Indonesia Banknotes(PanitiaPenyelenggaraanPercetakanUangKertasRepublik Indonesia),chaired by TBR Sabarudin. Finally, the !rstOeangRepublik Indonesia (ORI) was printed and signed by RAS Winarno andJoenetRamli.

On 14 November 1945, there was a change in Finance Minister in the era of the cabinet of Sjahrir I. Mr. SunarjoKolopakingwas appointed as the new Finance Minister. In this new era, the cabinet of Sjahrir faced an obstacle in a lack of money for the circulation of ORI. On 5 December 1945, there was a further change in Finance Minister. This time, the position of Finance Minister was held by Ir. SurachmanTjokroadisurjo.

However, on 2 October 1946, there was a further change in cabinet. Mr. SjafruddinPrawiranegarawas trusted to become the next Finance Minister.This era was marked by the success of the currency printing e#ort, with the emission of the !rst ORI banknote being printed on 30 October 1946. From this date, only ORI was declared valid. 30th October has subsequently been formalized asHariKeuanganRepublik Indonesia (Republic of Indonesia Currency Day).

As a sign of appreciation for the services of A.A Maramis, theDepartementvanFinancienorDaendelsbuilding was given the name A.A Maramis building. This buildingis the headquarters of the Finance Minister as the leader of the Department of Finance of the Republic of Indonesia, for carrying out daily tasks.Concomitant with the requirements of inter-unit coordination, since 2007 the Finance Minister has relocated to Djuanda 1 Building, which is located at the oppositeof A.A Maramis building.

Following on from Act Number 39 2008 on State Ministries in conjunction with Presidential Decree Number 47 2009 on Formation and Organization of State Ministries, and referring to the circular of the Secretary General of the Department of Finance, Number SE-11 MK.1/2010 on Change in Nomenclature Department of Finance becoming Ministry of Finance, since 2009, the name of Department of Finance o"cially changed to become the Ministry of Finance.

Page 55: FA LTKK 2012.indb

54Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Wakil Menteri Keuangan

Menteri KeuanganMinister of Finance

Vice Minister of Finance

Direktorat Jenderal AnggaranDirector General of Budget

Direktorat Jenderal PajakDirector General of Tax

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Director General of Customs and Excise

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Director General of Treasury

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Director General of the State Assets Management

Direktorat Jenderal Perimbangan KeuanganDirector General of Fiscal Balance

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Director General of Debt Management

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency

Badan Kebijakan FiskalFiscal Policies Agency

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Financial Education and Training Agency

Sekretariat JendralSecretary General

Inspektorat JenderalInspector General

StafAhli Menteri

Expert Sta! Minister

Specialized Sta!Staf Khusus

BAGAN ORGANISASI

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

CHART OF FINANCIAL MINISTRY’S ORGANIZATION REPUBLIC INDONESIA

Page 56: FA LTKK 2012.indb

55Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

Wakil Menteri Keuangan

Menteri KeuanganMinister of Finance

Vice Minister of Finance

Direktorat Jenderal AnggaranDirector General of Budget

Direktorat Jenderal PajakDirector General of Tax

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Director General of Customs and Excise

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Director General of Treasury

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Director General of the State Assets Management

Direktorat Jenderal Perimbangan KeuanganDirector General of Fiscal Balance

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Director General of Debt Management

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency

Badan Kebijakan FiskalFiscal Policies Agency

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Financial Education and Training Agency

Sekretariat JendralSecretary General

Inspektorat JenderalInspector General

StafAhli Menteri

Expert Sta! Minister

Specialized Sta!Staf Khusus

Page 57: FA LTKK 2012.indb

56Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3UR �ͤO�3HMDEDW3UR �ͤOH�RI�WKH�2I �ͤFLDOV�

Agus D.W. Martowardojo

Menteri KeuanganMinister of Finance

Agus D.W. Martowardojo

Menteri KeuanganMinister of Finance

Page 58: FA LTKK 2012.indb

57Bab 02 | Pro!l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro!le

Kelahiran Amsterdam, Belanda, 24 Januari 1956. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia. Pendidikannya dilanjutkan di sejumlah institusi seperti State University of New York, Harvard Business School, Standford University, dan Wharton Executive Education.

Pada tahun 1986 bergabung di PT Bank Niaga dengan jabatan terakhir sebagai Vice President-Corporate Banking Head, Corporate Banking Group. Karir di bidang perbankan berlanjut sebagai Direktur Utama PT Bank Bumiputera (1995) dan Direktur Utama PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (1998).

Pada tahun 1999 hingga 2000 menjabat sebagai Managing Director Bank Mandiri yang membawahi berbagai bidang, seperti Risk Management & Credit Restructuring, Retail Banking & Operations. Setelah menjabat sebagai Penasihat Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), ditugaskan menjadi Direktur Utama PT Bank Permata Tbk mulai Oktober 2002. Sejak Mei 2005 hingga Mei 2010 menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Pada tanggal 20 Mei 2010 dilantik sebagai Menteri Keuangan oleh Presiden Republik Indonesia.

Meraih sejumlah penghargaan, antara lain Indonesia’s Best Executive in 2009 oleh Asia Money dan The Indonesian Banker Leadership Achievement Award 2010 dari The Asian Banker. Pada Februari 2012, terpilih sebagai Finance Minister of the Year 2012 untuk level dunia dan Asia-Pasi!k versi The Banker.

Born in Amsterdam, the Netherlands, on January 24th, 1956. He obtained Bachelor in Economics from Universitas Indonesia. His studies continued at a number of institutions, including the State University of New York, Harvard Business School, Standford University, and Wharton Executive Education.

In 1986, he joined PT. Bank Niaga with the last position as Vice President-Corporate Banking Head, Corporate Banking Group. His banking career continued as President Director of PT. Bank Bumiputera in 1995 and President Director of PT. Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) in 1998.

From 1999-2000, he was Managing Director of Bank Mandiri supervising various !elds, such as Risk Management & Credit Restructuring, Retail Banking & Operations. Following a position as Advisor of the National Banking Restructuring Body (BPPN), he was assigned as President Director of PT. Bank Permata Tbk in October 2002. From May 2005 to May 2010, he was President Director of PT. Bank Mandiri (Persero). On May 20th, 2010, he was installed as Minister of Finance by the President of the Republic of Indonesia.

He has won a number of awards, among others Indonesia’s Best Executive in 2009 by Asiamoney and The Indonesian Banker Leadership Achievement Award 2010 from The Asian Banker. In February 2012, he was awarded Minister of Finance of the Year 2012 for the world and Asia Paci!c level by The Banker’s version.

Page 59: FA LTKK 2012.indb

58Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Anny Ratnawati

Wakil Menteri Keuangan IVice Minister of Finance I

3UR �ͤO�3HMDEDW

Born in Yogyakarta, on February 24th, 1962. She obtained Bachelor in Agribusiness from Bogor Institute of Agriculture (IPB) in 1985. She then ! nished her Master program in Agricultural Economy in 1989 and graduated cum laude in her Doctoral degree in Agricultural Economy in 1996 from the same university. From February 25th, 2008 – July 2008, she was Head of the Financial Education and Training Agency (BPPK). Her career continued to rise when she was appointed as Director General of Budget, before she was installed as Vice Minister of Finance I by the President of the Republic of Indonesia on May 20th, 2010.

on 20th July, she was appointed as the member of Ex O" cio of ministry of ! nance commissioners board in Financial Service Authority (OJK)

Kelahiran Yogyakarta, 24 Februari 1962. Meraih gelar Sarjana Agribisnis dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1985. Setelah itu, menyelesaikan program Magister Ekonomi Pertanian pada tahun 1989 dan Doktor Ekonomi Pertanian pada tahun 1996 dari kampus yang sama dengan predikat cumlaude. Pada 25 Februari 2008 - Juli 2008 sempat menjabat sebagai sebagai Kepala

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Karirnya berlanjut

sebagai Direktur Jenderal Anggaran sebelum akhirnya dilantik oleh Presiden

Republik Indonesia menjadi Wakil Menteri Keuangan I pada 20 Mei 2010.

Pada tanggal 20 Juli 2012 ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Anggota Dewan Komisioner Ex O" cio Kementerian Keuangan pada Otoritas Jasa Keuangan.

Anny Ratnawati

Wakil Menteri Keuangan IVice Minister of Finance I

Kelahiran Yogyakarta, 24 Februari 1962. Meraih gelar Sarjana Agribisnis dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1985. Setelah itu, menyelesaikan program Magister Ekonomi Pertanian pada tahun 1989 dan Doktor Ekonomi Pertanian pada tahun 1996 dari kampus yang sama dengan predikat cumlaude. Pada 25 Februari 2008 - Juli 2008 sempat menjabat sebagai sebagai Kepala

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Karirnya berlanjut

sebagai Direktur Jenderal Anggaran sebelum akhirnya dilantik oleh Presiden

Republik Indonesia menjadi Wakil Menteri Keuangan I pada 20 Mei 2010.

Pada tanggal 20 Juli 2012 ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Anggota Dewan Komisioner Ex O" cio Kementerian Keuangan pada Otoritas Jasa Keuangan.

Page 60: FA LTKK 2012.indb

59Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

Mahendra Siregar

Wakil Menteri Keuangan IIVice Minister of Finance II

3UR �ͤOH�RI�WKH�2I �ͤFLDOV�

Born in Bandung, on October 17th, 1962. He obtained Bachelor in Economics from the Faculty of Economics Universitas Indonesia in 1986 and Master in Economics from Monash University, Australia, in 1991. He joined the Ministry of Foreign A# airs in 1986 and was Economic Third Secretary at the Indonesian Embassy (KBRI) in London from 1992 to 1995. From 1998 to 2001, he was Information Councellor at the Indonesian Embassy in Washington, D.C. In 2001, he joined the Coordinating Ministry of Economic A# airs as an Expert Sta# .

In 2005, he was Deputy Minister of International Cooperation Coordination until 2009 and was Chairman and CEO of the Indonesian Export Financing Institution for ! ve years. He was assigned to represent the Indonesian government in a number of meetings and international organizations, including in 2007 to 2008 as member of the Adaptation Fund Brand UNFCCC representing Asia. Since 2009 until present, he is Sherpa of the President at G20. He was once commissioner representing the Indonesian government at PT. Dirgantara Indonesia, PT Aneka Tambang, Tbk., PT Rajawali Nusantara Indonesia and at present President Commissioner of PT. Semen Gresik Group Tbk. He was installed as Vice Minister of Trade by the President of the Republic of Indonesia on November 11th, 2009 and Vice Minister of Finance on October 19th, 2011.

Lahir di Bandung, 17 Oktober 1962. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1986 dan Master Ekonomi dari Monash University, Australia, pada tahun 1991. Bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada 1986 dan pernah menjabat sebagai Economic Third Secretary pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London tahun 1992 hingga 1995. Pada tahun 1998 hingga 2001 menjadi Konselor Penerangan KBRI di Washington, D. C. Pada tahun 2001 juga bergabung dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai staf ahli.

Tahun 2005 menjabat sebagai Deputi Menteri Bidang Koordinasi Kerjasama Internasional hingga tahun 2009 dan sempat menjadi Chairman dan CEO Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia selama 5 tahun. Ditugaskan mewakili Pemerintah Indonesia di berbagai pertemuan dan organisasi internasional, seperti tahun 2007 hingga 2008 menjadi anggota Adaptation Fund Brand UNFCCC mewakili Asia dan sejak 2009 hingga saat ini menjadi Sherpa Presiden RI di G20. Pernah menjabat sebagai komisaris yang mewakili Pemerintah Indonesia pada PT Dirgantara Indonesia, PT Aneka Tambang, Tbk, PT Rajawali Nusantara Indonesia dan saat ini menjadi Komisaris Utama PT Semen Gresik Group, Tbk. Dilantik menjadi Wakil Menteri Perdagangan oleh Presiden RI pada 11 November 2009 dan menjadi Wakil Menteri Keuangan sejak tanggal 19 Oktober 2011.

of Economics Universitas Indonesia in 1986 and Master in Economics from Monash University, Australia, in 1991. He joined the Ministry of Foreign A# airs in 1986 and was Economic Third Secretary at the Indonesian Embassy (KBRI) in London from 1992 to 1995. From 1998 to 2001, he was Information Councellor at the Indonesian Embassy in Washington, D.C. In 2001, he joined the Coordinating Ministry of Economic A# airs as an Expert Sta# .

In 2005, he was Deputy Minister of International Cooperation Coordination until 2009 and was Chairman and CEO of the Indonesian Export Financing Institution for ! ve years. He was assigned to represent the Indonesian government in a number of meetings and international organizations, including in 2007 to 2008 as member of the Adaptation Fund Brand UNFCCC representing Asia. Since 2009 until present, he is Sherpa of the President at G20. He was once commissioner representing the Indonesian government at PT. Dirgantara Indonesia, PT Aneka Tambang, Tbk., PT Rajawali Nusantara Indonesia and at present President Commissioner of PT. Semen Gresik Group Tbk. He was installed as Vice Minister of Trade by the President of the Republic of Indonesia on November 11th, 2009 and Vice Minister of Finance on

Page 61: FA LTKK 2012.indb

60Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3UR �ͤO�3HMDEDW

Herry Purnomo

Direktur Jenderal AnggaranDirector General of Budget

Kiagus Ahmad Badaruddin

Sekretaris JenderalSecretary General

Born in Palembang, on March 29th, 1957. He ! nished his D III in Corporate Economics and Bachelor in Management Economics from Universitas Sriwijaya, Palembang. He obtained his bachelor degree in 1986. He continued his master degree at the University of Illinois at Urbana-Champaign and obtained Master of Science in 1991. In 2006, he was Director of Treasury System, then Director of Budget Implementation from 2008 to 2009, at the Directorate General of Budget. He was then installed as Secretary of the Directorate General, Directorate General of Treasury in 2009. In January 2011, he was Expert Sta# of the State Expenditure until he was assigned as Secretary General of the Ministry of Finance since January 2012.

Born in Ciamis, on May 8th, 1953. He obtained baccalaureate and bachelor degree from the Institute of Financial Science in 1980. His Master in Social Science was obtained from the University of Birmingham in 1989. He was Director General of Treasury for around ! ve years, since 2006. Other positions include Director of the State Assets Development, Directorate General of Budget and Director of the State’s Property/Assets Management. He is Director General of Budget at the Ministry of Finance since February 16th, 2011.

Kelahiran Palembang, 29 Maret 1957. Menyelesaikan pendidikan Diploma III Ekonomi Perusahaan dan S1 Ekonomi Manajemen di Universitas Sriwijaya Palembang. Gelar Sarjana Ekonomi diraihnya pada tahun 1986. Menempuh pendidikan S2 di Universitas of Illinois at Urbana-Champaign dan mendapatkan gelar Master of Science pada tahun 1991. Pada tahun 2006 menjabat sebagai Direktur Sistem Perbendaharaan, kemudian dipercaya menduduki jabatan

Direktur Pelaksanaan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Anggaran sejak tahun 2008

hingga 2009. Selanjutnya dilantik menjadi Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktorat Jenderal Perbendaharaan di tahun 2009. Pada Januari 2011, menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara hingga ditugaskan

sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan mulai bulan Januari 2012.

Kelahiran Ciamis, 8 Mei 1953. Meraih gelar sarjana muda dan sarjana dari Institut Ilmu Keuangan pada tahun 1980. Gelar Master of Social Science diperoleh dari University of Birmingham pada tahun 1989. Pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan selama kurang lebih 5 tahun, yaitu sejak tahun 2006 sampai dengan awal tahun 2011. Sebelumnya pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Pembinaan Kekayaan Negara dan Direktur Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara. Selanjutnya, menjabat sebagai Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan sejak tanggal 16 Februari 2011.

Herry Purnomo

Direktur Jenderal AnggaranDirector General of Budget

Born in Ciamis, on May 8th, 1953. He obtained baccalaureate and bachelor degree from the Institute of Financial Science in 1980. His Master in Social Science was obtained from the University of Birmingham in 1989. He was Director General of Treasury for around ! ve years, since 2006. Other positions include Director of the State Assets Development, Directorate General of Budget and Director of the State’s Property/Assets Management. He is Director General of Budget at the Ministry of Finance since February 16th,

Page 62: FA LTKK 2012.indb

61Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

3UR �ͤOH�RI�WKH�2I �ͤFLDOV�

Born in Banyuwangi, on March 29th, 1967. He obtained Bachelor in Forestry from Bogor Institute of Agriculture in 1990, and Master of Arts in Economics at the University of Colorado in 1997. He began his career at the Ministry of Finance as Penata Muda in 1991, and was Director of Customs Technics and Director of Customs Facility in 2008 and 2010. Since April 25th, 2011, he is Director General of Customs and Excise at the Ministry of Finance.

Born in Singapore, on November 11th, 1954. He obtained Bachelor in Economics from Universitas Indonesia in 1981. He ! nished his Master of Arts in Economics at Duke University, Durham, North Carolina in 1987, and Doctor of Philosophy in Economics from Vanderblit University in 1997. He joined the Ministry of Finance in 1981. He was Chairman of the Capital Market and Financial Instutions Supervisory Agency (Bapepem-LK) since 2006, before he was appointed as Director General of Tax at the Ministry of Finance on January 21st, 2011.

Agung Kuswandono

Direktur Jenderal Bea dan CukaiDirector General of Customs and Excise

Ahmad Fuad Rahmany

Direktur Jenderal PajakDirector General of Tax

Kelahiran Singapura, 11 November 1954. Meraih gelar Sarjana dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1981. Menyelesaikan Master of Arts

in Economics di Duke University, Durham, North Carolina pada tahun 1987 dilanjutkan

dengan Doctor of Philosophy in Economics dari Vanderblit University pada tahun 1997. Bergabung dengan Kementerian Keuangan pada Agustus 1981. Menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sejak tahun 2006, dan dilantik sebagai Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan pada 21 Januari 2011.

Kelahiran Banyuwangi, 29 Maret 1967. Meraih gelar Sarjana Kehutanan dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1990, kemudian mendapatkan gelar Master of Arts Economics di University of Colorado pada tahun 1997. Memulai karirnya di Kementerian Keuangan sebagai Penata Muda pada tahun 1991 dan pernah menjabat sebagai Direktur Teknis Kepabeanan dan Direktur Fasilitas Kepabeanan pada tahun 2008 dan 2010. Sejak 25 April 2011, menjabat sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.

Ahmad Fuad Rahmany

Direktur Jenderal PajakDirector General of Tax

Kelahiran Singapura, 11 November 1954. Meraih gelar Sarjana dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1981. Menyelesaikan Master of Arts

in Economics di Duke University, Durham, North Carolina pada tahun 1987 dilanjutkan

dengan Doctor of Philosophy in Economics dari Vanderblit University pada tahun 1997. Bergabung dengan Kementerian Keuangan pada Agustus 1981. Menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sejak tahun 2006, dan dilantik sebagai Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan pada 21 Januari 2011.

Page 63: FA LTKK 2012.indb

62Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3UR �ͤO�3HMDEDW

Agus Suprijanto

Direktur Jenderal PerbendaharaanDirector General of Treasury

Hadiyanto

Direktur Jenderal Kekayaan NegaraDirector General of the State Assets Management

Born in Yogyakarta, on August 14th, 1953. He obtained Bachelor in Civil Law from Universitas Udayana in 1985. He then obtained Master of Arts in Economics and Doctor of Philosophy in Economics from the University of Colorado at Boulder in 1991 and 1995. He started his career as a civil servant candidate on March 1st, 1975. He was Head of Pushaka, Expert Sta# of the Minister of Finance for Government Revenue, and Head of the Fiscal Policy Agency (BKF). On January 21st, 2011, he was o" cially appointed as Director General of Treasury at the Ministry of Finance.

Born in Ciamis, on October 10th, 1962. He obtained Bachelor in Law from Universitas Padjadjaran Bandung in 1986, and Master in Law from Harvard University, the United States, in 1993. He started his career as a civil servant candidate at the Ministry of Finance on March 1st, 1987. He was Head of the Legal Bureau at the Secretariat General in 2005. Since 2006 until present, he is Director General of State Assets at the Ministry of Finance.

Kelahiran Yogyakarta, 14 Agustus 1953. Meraih gelar S1 Hukum Perdata dari Universitas Udayana pada tahun 1985. Meraih gelar Master of Arts in Economics dan Doctor of Philosophy in Economics dari University of Colorado at Boulder

pada tahun 1991 dan 1995. Mulai bekerja sebagai CPNS Kementerian Keuangan pada 1 Maret 1975. Pernah menjabat sebagai

Kepala Pushaka, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Penerimaan Negara, dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal. Pada 21 Januari 2011, resmi menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan.

Kelahiran Ciamis, 10 Oktober 1962. Gelar Sarjana Hukum diraihnya dari Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1986, sementara gelar Master of Law diperoleh dari Harvard University, Amerika Serikat pada tahun 1993. Meraih gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Padjajaran pada tahun 2012. Mulai bekerja sebagai CPNS Kementerian Keuangan pada tanggal 1 Maret 1987. Pernah menjabat sebagai Kepala Biro Hukum Sekretariat Jenderal pada tahun 2005. Sejak tahun 2006 hingga saat ini, memimpin Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.

Hadiyanto

Direktur Jenderal Kekayaan NegaraDirector General of the State Assets Management

, 1962. He obtained Bachelor in Law from Universitas Padjadjaran Bandung in 1986, and Master in Law from Harvard University, the United States, in 1993. He started his career as a civil servant candidate at the Ministry of Finance

, 1987. He was Head of the Legal Bureau at the Secretariat General in 2005. Since 2006 until present, he is Director General of State Assets at the Ministry of Finance.

Agus Suprijanto

Direktur Jenderal PerbendaharaanDirector General of Treasury

Kelahiran Yogyakarta, 14 Agustus 1953. Meraih gelar S1 Hukum Perdata dari Universitas Udayana pada tahun 1985. Meraih gelar Master of Arts in Economics dan Doctor of Philosophy in Economics dari University of Colorado at Boulder

pada tahun 1991 dan 1995. Mulai bekerja sebagai CPNS Kementerian Keuangan pada 1 Maret 1975. Pernah menjabat sebagai

Kepala Pushaka, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Penerimaan Negara, dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal. Pada 21 Januari 2011, resmi menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan.

Page 64: FA LTKK 2012.indb

63Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

3UR �ͤOH�RI�WKH�2I �ͤFLDOV�

Marwanto Harjowiryono

Direktur Jenderal Perimbangan KeuanganDirector General of Fiscal Balance

5REHUW�3DNSDKDQ(Kuasa Khusus) Direktur Jenderal Pengelolaan Utang

(Special Power of Attorney) Director General of Debt Management

Born in Yogyakarta, on June 6th, 1959. He obtained Bachelor in Economics from Universitas Gajah Mada (UGM) in 1983, and ! nished his Master degree at Vanderbilt University, USA, in 1991. His Doctoral degree was obtained from UGM in 2009. He started his career as a civil servant candidate at the Ministry of Finance on December 1st, 1983. He was Head of the Public Relations Bureau at the Secretariat General from 2004 to 2006. Other positions included Expert Sta# of the Minister of Finance for the State Expenditure. He has an experience as the Executive Director of the Asian Development Bank from 2009 to 2011. Since January 21st, 2011, he is Director General of Fiscal Balance at the Ministry of Finance.

Born in Tanjung Balai, on October 20th, 1959. He graduated from D III of ! nancial program with specialization in Accountancy from the State College of Accountancy (STAN) in 1981. He preceeded his study to D IV at the same campus from 1985 to 1987. In 1998, he obtained his Doctoral degree in Philosopy in Economics from the University of North Carolina at Chapel Hill, the United States. He was reviewer of the Tax Extensi! cation and Intensi! cation Unit from 2003 to 2005. He was then Director of Tax Potential and System until 2006, and Director of Business Process Transformation. He was installed as Expert Sta# in the State’s Revenue in 2011, and since July 2012, he is also Special Power of Attorney of the Director General of Debt Management.

Kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1959. Meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi

Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1983 dan menamatkan pendidikan S2 di Vanderbilt University, USA, pada tahun 1991. Gelar S3 diraih dari Sekolah Pascasarjana

UGM pada tahun 2009. Mulai bekerja sebagai CPNS Kementerian Keuangan pada tanggal

1 Desember 1983. Pernah menjabat sebagai Kepala Biro Hubungan Masyarakat di Sekretariat Jenderal dari tahun 2004 hingga 2006. Jabatan lain yang pernah didudukinya adalah Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara. Berpengalaman sebagai Direktur Eksekutif Bank Pembangunan Asia sejak tahun 2009 hingga 2011. Sejak tanggal 21 Januari 2011, menjabat sebagai Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan.

Kelahiran Tanjung Balai, 20 Oktober 1959. Lulus program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 1981. Melanjutkan pendidikan Diploma IV di kampus yang sama pada tahun 1985 hingga 1987. Meraih Gelar Doctor of Philosophy in Economics dari University of North Carolina at Chapel Hill, USA pada tahun 1998. Sempat menjadi Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensi! kasi dan Intensi! kasi Pajak pada tahun 2003 hingga tahun 2005. Menjabat sebagai Direktur Potensi dan Sistem Perpajakan hingga tahun 2006 dan Direktur Transformasi Proses Bisnis. Dilantik menjadi Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara pada tahun 2011 dan sejak Juli 2012 merangkap jabatan sebagai Kuasa Khusus Dirjen Pengelolaan Utang.

Marwanto Harjowiryono

Direktur Jenderal Perimbangan KeuanganDirector General of Fiscal Balance

Kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1959. Meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi

Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1983 dan menamatkan pendidikan S2 di Vanderbilt University, USA, pada tahun 1991. Gelar S3 diraih dari Sekolah Pascasarjana

UGM pada tahun 2009. Mulai bekerja sebagai CPNS Kementerian Keuangan pada tanggal

1 Desember 1983. Pernah menjabat sebagai Kepala Biro Hubungan Masyarakat di Sekretariat Jenderal dari tahun 2004 hingga 2006. Jabatan lain yang pernah didudukinya adalah Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara. Berpengalaman sebagai Direktur Eksekutif Bank Pembangunan Asia sejak tahun 2009 hingga 2011. Sejak tanggal 21 Januari 2011, menjabat sebagai Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan.

5REHUW�3DNSDKDQ(Kuasa Khusus) Direktur Jenderal Pengelolaan Utang

(Special Power of Attorney) Director General of Debt Management

Born in Tanjung Balai, on October 20th, 1959. He graduated from D III of ! nancial program with specialization in Accountancy from the State College of Accountancy (STAN) in 1981. He preceeded his study to D IV at the same campus from 1985 to 1987. In 1998, he obtained his Doctoral degree in Philosopy in Economics from the University of North Carolina at Chapel Hill, the United States. He was reviewer of the Tax Extensi! cation and Intensi! cation Unit from 2003 to 2005. He was then Director of Tax Potential and System until 2006, and Director of Business Process Transformation. He was installed as Expert Sta# in the State’s Revenue in 2011, and since July 2012, he is also Special Power of Attorney of the Director General of Debt Management.

Page 65: FA LTKK 2012.indb

64Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3UR �ͤO�3HMDEDW

1JDOLP�6DZHJD(Kuasa Khusus) Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(Special Power of Attorney) Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency

Vincentius Sonny Loho

Inspektorat JenderalInspector General

Born in Jakarta, on June 1st, 1957. He started working at the Ministry of Finance on November 1st, 1979. He obtained D III in Finance with specialization in Accountancy at the State College of Accountancy (STAN) in 1980, and continued his D IV study at STAN until 1987. He obtained his Master in Public Management at Carnegie Mellon University in Pitsburgh, Pennsylvania, in 1998. He was appointed as Director of Financial Management Development of the Public Service Board, at the Directorate General of Treasury on November 9th, 2006. He then became Director of Accountancy and Financial Reporting, Directorate General of Treasury, since October 17th, 2008. He was appointed as Inspector General at the Ministry of Finance on January 21st, 2011.

Born in Surakarta, on May 30th, 1955. He obtained Bachelor in Law and Economics from Universitas Indonesia in 1988. He continued his study to Master of Science at the University of Illinois, the United States, in 1992. He joined the Ministry of Finance in 1977. He was Director of Banking and Financing Service at the Directorate General of Financial Institution in 2005. In May 2006, he was appointed as Head of Banking, Financing and Guarantee Bureau at the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), before he was ! nally appointed as Secretary of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) in December 2006. In January 2012, he was installed as Expert Sta# in the ! nancial and capital market policies and regulation unit, and also Special Power of Attorney of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) since July 2012.

Kelahiran Jakarta, 1 Juni 1957. Mulai bekerja di Kementerian Keuangan pada tanggal 1 November 1979. Menempuh pendidikan Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pada tahun 1977 hingga 1980 dan kemudian

melanjutkan pendidikan Diploma IV di STAN hingga tahun 1987. Mendapat gelar Master of Public Manajemen di Carnegie

Mellon University Pitsburgh, Pennsylvania, pada tahun 1998. Sempat menjabat sebagai

Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Direktorat Jenderal

Perbendaharaan pada tanggal 9 November 2006. Menjadi Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan

mulai 17 Oktober 2008. Dilantik sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan pada tanggal 21 Januari 2011.

Kelahiran Surakarta, 30 Mei 1955. Meraih gelar Sarjana Hukum dan Ekonomi di Universitas Indonesia pada tahun 1988. Melanjutkan pendidikan Master of Science di University of Illinois, AS pada tahun 1992. Bergabung dengan Kementerian Keuangan sejak tahun 1977. Menjabat sebagai Direktur Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan pada tahun 2005. Pada Mei 2006, ditunjuk menjadi Kepala Biro Perbankan, Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam LK sebelum akhirnya ditunjuk menjadi Sekretaris Bapepam-LK pada Desember 2006. Pada Januari 2012, dilantik menjadi staf ahli bidang kebijakan dan regulasi jasa keuangan dan pasar modal dan merangkap jabatan sebagai Kuasa Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sejak Juli 2012.

Vincentius Sonny Loho

Inspektorat JenderalInspector General

Kelahiran Jakarta, 1 Juni 1957. Mulai bekerja di Kementerian Keuangan pada tanggal 1 November 1979. Menempuh pendidikan Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pada tahun 1977 hingga 1980 dan kemudian

melanjutkan pendidikan Diploma IV di STAN hingga tahun 1987. Mendapat gelar Master of Public Manajemen di Carnegie

Mellon University Pitsburgh, Pennsylvania, pada tahun 1998. Sempat menjabat sebagai

Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Direktorat Jenderal

Perbendaharaan pada tanggal 9 November 2006. Menjadi Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan

mulai 17 Oktober 2008. Dilantik sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan pada tanggal 21 Januari 2011.

(Kuasa Khusus) Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan(Special Power of Attorney) Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency

Born in Surakarta, on May 30th, 1955. He obtained Bachelor in Law and Economics from Universitas Indonesia in 1988. He continued his study to Master of Science at the University of Illinois, the United States, in 1992. He joined the Ministry of Finance in 1977. He was Director of Banking and Financing Service at the Directorate General of Financial Institution in 2005. In May 2006, he was appointed as Head of Banking, Financing and Guarantee Bureau at the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), before he was ! nally appointed as Secretary of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) in December 2006. In January 2012, he was installed as Expert Sta# in the ! nancial and capital market policies and regulation unit, and also Special Power of Attorney of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK)

Page 66: FA LTKK 2012.indb

65Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

3UR �ͤOH�RI�WKH�2I �ͤFLDOV�

.DPLO�6MRHLEKepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Head of Financial Education and Training Agency

%DPEDQJ�%URGMRQHJRURKepala Badan Kebijakan FiskalHead of Fiscal Policies Agency

Born in Jakarta, on October 3rd, 1966. He studied Development Economy and Regional Economy at the Faculty of Economics Universitas Indonesia in 1985 – 1990. He then continued his study at the University of Illinois at Urbana-Champaign, the United States, and obtained a Master degree in 1995. A Doctoral degree was obtained from the same campus in 1997. He was a guest lecturer at the Department of Urban and Regional Planning, University of Illinois at Urbana-Champaign, the United States, in November 2002. He was Dean of the Faculty of Economics Universitas Indonesia from 2005 – 2009. He was Director General of Islamic Research and Training Institute at the Islamic Development Bank until 2011. On January 21st, 2011, he was appointed as Acting Head of the Fiscal Policies Agency at the Ministry of Finance. He is now professor in economics at the Faculty of Economics Universitas Indonesia.

Born in Padang, on December 17th, 1952. He studied D III program at the Institute of Financial Science belonging to the Ministry of Finance from 1972 to 1975. He obtained a Bachelor degree from the same campus in 1979. Master of Arts in Economics was obtained from the Ohio University in 1986. He was Secretary at the Directorate General of Customs and Excise for three years, from June 2007 to October 2010. On October 12th, 2010, he was appointed as Director of International Customs. He was then installed as Head of the Financial Education and Training Agency (BPPK) at the Ministry of Finance in January 2011.

Kelahiran Jakarta, 3 Oktober 1966. Menempuh pendidikan sarjana di bidang Ekonomi

Pembangunan dan Ekonomi Regional di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1985-1990. Lalu melanjutkan pendidikan di University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master pada tahun 1995 dan gelar Ph.D Agustus 1997 di tempat yang

sama. Pernah menjadi dosen tamu pada The Department of Urban and Regional

Planning, University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat, pada bulan

November 2002. Menjadi Dekan FE-UI sejak tahun 2005 hingga 2009. Menjabat Director

General Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank hingga tahun 2011.

Ditunjuk menjadi Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan sejak tanggal 21

Januari 2011. Saat ini masih menjabat sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Kelahiran Padang, 17 Desember 1952. Menempuh pendidikan Sarjana Muda di Institut Ilmu Keuangan milik Kementerian Keuangan pada tahun 1972 hingga 1975. Mendapatkan gelar Sarjana dari kampus yang sama pada tahun 1979. Gelar Master of Arts in Economics diraih dari Ohio University pada tahun 1986. Menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dari bulan Juni 2007 hingga Oktober 2010. Pada tanggal 12 Oktober 2010, menduduki jabatan sebagai Direktur Kepabeanan Internasional. Dilantik sebagai Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Kementerian Keuangan pada bulan Januari 2011.

Kepala Badan Kebijakan FiskalHead of Fiscal Policies Agency

Kelahiran Jakarta, 3 Oktober 1966. Menempuh pendidikan sarjana di bidang Ekonomi

Champaign, Amerika Serikat, pada bulan November 2002. Menjadi Dekan FE-UI sejak

tahun 2005 hingga 2009. Menjabat Director General Islamic Research and Training Institute,

Islamic Development Bank hingga tahun 2011. Ditunjuk menjadi Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan sejak tanggal 21

Januari 2011. Saat ini masih menjabat sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

.DPLO�6MRHLEKepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Head of Financial Education and Training Agency

Born in Padang, on December 17th, 1952. He studied D III program at the Institute of Financial Science belonging to the Ministry of Finance from 1972 to 1975. He obtained a Bachelor degree from the same campus in 1979. Master of Arts in Economics was obtained from the Ohio University in 1986. He was Secretary at the Directorate General of Customs and Excise for three years, from June 2007 to October 2010. On October 12th, 2010, he was appointed as Director of International Customs. He was then installed as Head of the Financial Education and Training Agency (BPPK) at the Ministry of Finance

Page 67: FA LTKK 2012.indb

66Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3UR �ͤO�3HMDEDW

Boediarso Teguh Widodo

Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Pengeluaran NegaraExpert Sta# in Government Expenditure

Permana Agung

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan InternasionalExpert Sta# in Macro Economics and International Finance

Born in Rembang, on August 23rd, 1958. He obtained Bachelor in General Economy from Universitas Diponegoro in 1982. His study continued to a Master degree in Economics, Planning Study and Public Policies from Universitas Indonesia in 2005. He joined the Ministry of Finance in 1982. He was Head of The Financial and Monetary Analysis Agency in 1984. In 2004, he was appointed as Director of the State Budget Arrangement. In January 2012, he was appointed as Expert Sta# in Government Expenditure.

Born in Cakranegara, Lombok, on October 27th, 1952. He ! nished his D III degree from the Institute of Financial Science in 1975. He continued his D IV degree at the same campus from 1977 to 1979. He obtained his Master of Science degree from the University of Illinois-Urbana Champaign in 1985 and Master of Arts in Public Finance from the University of Notre Dame in 1988. He took his Doctoral degree at the University of Notre Dame. He was Director General of Customs and Excise from 1999 to 2002. He was also Director General of State Assets until 2006. He chaired the Inspectorate General until 2006 and has been Expert Sta# in the International Financial and Economic Relations since August 2008.

Kelahiran Rembang, 23 Agustus 1958. Meraih gelar Sarjana Ekonomi Umum dari Universitas

Diponegoro pada tahun 1982. Pendidikannya berlanjut ke Magister Ekonomi, Studi Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia pada tahun 2005. Bergabung dengan Kementerian Keuangan

sejak tahun 1982. Menjabat sebagai Kepala Badan Analisa Keuangan dan Moneter pada tahun 1984. Pada tahun 2004, diangkat sebagai Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sejak Januari 2012 diangkat sebagai Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara.

Kelahiran Cakranegara, Lombok, 27 Oktober 1952. Lulusan Sarjana Muda Institut Ilmu Keuangan pada tahun 1975. Melanjutkan pendidikan D4 di kampus yang sama pada tahun 1977 hingga 1979. Mendapat gelar Master of Science dari University of Illinois-Urbana Champaign pada tahun 1985 dan Master of Arts Public Finance dari University of Notre Dame pada tahun 1988. Menempuh pendidikan S3 di University of Notre Dame. Dilantik sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai dari tahun 1999 hingga 2002. Pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Kekayaan Negara hingga tahun 2006. Sempat memimpin Inspektorat Jenderal hingga tahun 2006 dan menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional sejak bulan Agustus 2008.

Boediarso Teguh Widodo

Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Pengeluaran NegaraExpert Sta# in Government Expenditure

Kelahiran Rembang, 23 Agustus 1958. Meraih gelar Sarjana Ekonomi Umum dari Universitas

Diponegoro pada tahun 1982. Pendidikannya berlanjut ke Magister Ekonomi, Studi Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia pada tahun 2005. Bergabung dengan Kementerian Keuangan

sejak tahun 1982. Menjabat sebagai Kepala Badan Analisa Keuangan dan Moneter pada tahun 1984. Pada tahun 2004, diangkat sebagai Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sejak Januari 2012 diangkat sebagai Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara.

Permana Agung

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan InternasionalExpert Sta# in Macro Economics and International Finance

Born in Cakranegara, Lombok, on October 27th, 1952. He ! nished his D III degree from the Institute of Financial Science in 1975. He continued his D IV degree at the same campus from 1977 to 1979. He obtained his Master of Science degree from the University of Illinois-Urbana Champaign in 1985 and Master of Arts in Public Finance from the University of Notre Dame in 1988. He took his Doctoral degree at the University of Notre Dame. He was Director General of Customs and Excise from 1999 to 2002. He was also Director General of State Assets until 2006. He chaired the Inspectorate General until 2006 and has been Expert Sta# in the International Financial and Economic

Page 68: FA LTKK 2012.indb

67Bab 02 | Pro! l Kementerian

Chapter 02 | Ministry’s Pro! le

3UR �ͤOH�RI�WKH�2I �ͤFLDOV�

5LRQDOG�6LODEDQStaf Ahli Menteri Keuangan Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi InformasiExpert Sta# in Organization, Bureaucracy, and Information Technology

in Pekanbaru, on April 23rd, 1966. He obtained his Bachelor in Law from Universitas Indonesia in 1989. His study continued until he obtained LLM ComExpert at Stamon Law Georgetown University in 1993. He began working at the Ministry of Finance in 1990. He was acting Secretary General twice, in 2002 and 2006. He was appointed as Division Head of Recommendation Formulating of Fiscal Risk Management in 2006, until he became Head of the Analysis and Policies Harmonization Centre in 2008. Since January 13th, 2012, he is Expert Sta# in Organization, Bureaucracy, and Information Technology.

Kelahiran Pekanbaru, 23 April 1966. Meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Indonesia pada tahun 1989. Jenjang pendidikannya berlanjut di LLM Common Law Georgetown University pada tahun 1993. Mulai bekerja di Kementerian Keuangan pada tahun 1990. Pernah menjabat

sebagai Pelaksana Sekretariat Jenderal dua kali yakni pada tahun 2002 dan 2006. Diangkat

menjadi Kepala Bidang Perumusan Rekomendasi Pengelolaan Risiko Fiskal pada tahun 2006 hingga kemudian menjadi Kepala Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan pada tahun 2008. Sejak 13 Januari 2012 dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi.

5LRQDOG�6LODEDQStaf Ahli Menteri Keuangan Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi InformasiExpert Sta# in Organization, Bureaucracy, and Information Technology

Kelahiran Pekanbaru, 23 April 1966. Meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Indonesia pada tahun 1989. Jenjang pendidikannya berlanjut di LLM Common Law Georgetown University pada tahun 1993. Mulai bekerja di Kementerian Keuangan pada tahun 1990. Pernah menjabat

sebagai Pelaksana Sekretariat Jenderal dua kali yakni pada tahun 2002 dan 2006. Diangkat

menjadi Kepala Bidang Perumusan Rekomendasi Pengelolaan Risiko Fiskal pada tahun 2006 hingga kemudian menjadi Kepala Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan pada tahun 2008. Sejak 13 Januari 2012 dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi.

Page 69: FA LTKK 2012.indb

DeduplakPermainan ini disebut juga egrang bathok, permainan ini menggunakan bathok kelapa/tempurung, meletakan kaki diatas masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya bertumpu pada tempurung lainnya ditanah seperti layaknya berjalan. Dalam permainan ini diperlukan ketangkasan dan kecepatan berjalan diatas tempurung tersebut, siapa yang paling cepat berjalan tanpa harus jatuh dianggap sebagai pemenang.

This game is also called bathok stilts, this game uses coconut shell / shell, put feet on each shell, then lifted one leg, while the other foot rests on the ground like any other shell running. In this game the necessary agility and speed runs on the shell, who is the fastest run without falling regarded as the winner.

Page 70: FA LTKK 2012.indb

DeduplakPermainan ini disebut juga egrang bathok, permainan ini menggunakan bathok kelapa/tempurung, meletakan kaki diatas masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya bertumpu pada tempurung lainnya ditanah seperti layaknya berjalan. Dalam permainan ini diperlukan ketangkasan dan kecepatan berjalan diatas tempurung tersebut, siapa yang paling cepat berjalan tanpa harus jatuh dianggap sebagai pemenang.

This game is also called bathok stilts, this game uses coconut shell / shell, put feet on each shell, then lifted one leg, while the other foot rests on the ground like any other shell running. In this game the necessary agility and speed runs on the shell, who is the fastest run without falling regarded as the winner.

Page 71: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 03

Profil SDM Human Resource Profile

Pendidikan dan LatihanEducation and Training

RekrutmenRecruitment

Pengelolaan Kinerja PegawaiEmployee Performance Management

Pengawasan dan Penegakan DisiplinSupervision and Enforcement of Discipline

Pengukuran Kepuasan PegawaiEmployee Satisfaction Measurement

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Page 72: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 03

Profil SDM Human Resource Profile

Pendidikan dan LatihanEducation and Training

RekrutmenRecruitment

Pengelolaan Kinerja PegawaiEmployee Performance Management

Pengawasan dan Penegakan DisiplinSupervision and Enforcement of Discipline

Pengukuran Kepuasan PegawaiEmployee Satisfaction Measurement

Sumber Daya ManusiaHuman Resources

Page 73: FA LTKK 2012.indb

72Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Mengikuti dinamika organisasi agar semakin efektif dan dapat melayani dengan baik, pegawai Kementerian Keuangan juga terus mengalami perubahan, baik dari sisi jumlah maupun pro!lnya.Hingga akhir tahun 2012, Kementerian Keuangan diperkuat oleh 61.091 orang pegawai yang terbagi dalam 12 unit Eselon I dan tersebar di seluruh Indonesia. Pro!l Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Keuangan per periode 31 Desember 2012 dapat dilihat sebagai berikut:

BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN

Kementerian Keuangan diperkuat SDM dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Pegawai yang telah menempuh pendidikan Doktoral (S3) sebanyak 94 orang, jenjang Pascasarjana (S2) sebanyak 6.798 orang (11 persen), Sarjana (S1) sebanyak 19.755 orang (32 persen), jenjang Diploma I hingga IV sebanyak 21.117 orang (35 persen), jenjang SD hingga SMA sebanyak 13.327 orang (22 persen).

Following the organizational dynamic to be increasingly e"ective and to provide good service, employees of the Ministry of Finance also continuously experience change, whether in terms of quantity or pro!le. At the end of 2012, the Ministry of Finance was strengthened by 61,091 employees, divided into 12 Echelon units and spread throughout Indonesia. The human resource pro!le of the Ministry of Finance as per period 31 December 2012 can be seen below.

BASED ON QUALIFICATIONS

The Ministry of Finance was strengthened by human resources with a high level of education. Employees with Doctoral Education (S3) amount to 94 people, Post-graduate or Masters quali!cations (S2) of 6,798 people (11 percent), Bachelor’s degree level (S1) of 19,755 people (32 percent), Diploma I to IV quali!cations of to 21,117 people (35 percent), and elementary (SD) to senior high school (SMA) graduates of 13,327 people (22 percent).

Sumber : SIMPEG Source: SIMPEG

S2

S1

D4

D3

D2

D1

SMA Senior High School

SMP Junior High School

SD Primary School

S3 94

6798

19755

1446

11806

43

7822

12272

801

254

0 5000 10000 15000 20000 25000

Gra!k 3.1 Komposisi SDM berdasarkan pendidikanDiagram 3.1. Compositionof Human Resources based on Education

3URͤO�6'0+XPDQ�5HVRXUFH�3URͤOH

Page 74: FA LTKK 2012.indb

73Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

BERDASARKAN USIA

Sebagai organisasi yang terus berkembang, Kementerian Keuangan ditopang oleh SDM yang usianya relatif masih muda dan produktif. SDM Kementerian Keuangan sebagian besar diisi oleh kelompok pegawai dengan usia produktif di bawah 40 tahun. Kelompok pegawai Kementerian Keuangan dengan usia produktif antara 20 hingga 39 tahun mencapai 35.149 orang (58 persen) atau lebih besar dibanding kelompok usia senior ( di atas 40 tahun) yang mencapai 25.942 orang (42 persen).

BERDASARKAN JABATAN

Komposisi terbesar SDM Kementerian Keuangan berdasarkan jabatan adalah kelompok jabatan Pelaksana. Pada kelompok ini ada 44.185 orang atau sebesar 72 persen dari keseluruhan pegawai. Komposisi terbesar kedua adalah pejabat Eselon IV A, sebanyak 7.857 orang atau 13 persen. Komposisi terbesar ketiga adalah kelompok jabatan fungsional sebanyak 5.504 orang atau 9 persen.

Komposisi SDM berdasarkan jabatan pada Kementerian Keuangan dibagi menjadi beberapa kelompok. Pertama, Kelompok pejabat Wakil Menteri yang terdiri dari 2 orang. Selanjutnya kelompok

BASED ON AGE

As a continuously developing organization, the Ministry of Finance was sustained by a human resource pool which is relatively young and productive. The human resources of the Ministry of Finance was mostly !lled with employees in the productive age group of under 40 years. Ministry of Finance employees in the productive age range of 20 to 39 years old amount to 35,149 people (58 percent), larger than the senior aged group (over 40 years old) which amounts to 25,942 people (42 percent).

BASED ON POSITION

The composition of the largest group of Ministry of Finance human resources was at the implementation level. There were 44,185 people in this group, or 72 percent of the total employees.Composition of the second largest group was the Echelon IVA O"cials,amounting to 7,857 people, or 13 percent.Composition of the third largest group was the functional o"cials, of to 5,504 people, or 9 percent.The composition based on position of Ministry of Finance human resources is divided into several groups. The group of Vice-Ministers comprised 2 people. Next is the group of Echelon I A/B O"cials, comprising 15people, the Echelon II

Gra!k 3.2 Komposisi SDM berdasarkan usiaDiagram 3.2. Composition of Human Resources Based on Age

55 s.d. 59

50 s.d. 54

45 s.d. 59

40 s.d. 44

35 s.d. 39

30 s.d. 34

25 s.d. 29

20 s.d. 24

di atas 60 Over 60 12

1892

9230

6139

8669

9633

8017

13929

3570

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Sumber : SIMPEG Source: SIMPEG

Page 75: FA LTKK 2012.indb

74Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

pejabat Eselon I A/B sebanyak 15 orang, kelompok pejabat Eselon II A/B sebanyak 199 orang (di bawah 1 persen dari keseluruhan pegawai). Kelompok pejabat Eselon III A/B sebanyak 1.579 orang atau 2,58 persen, pejabat Eselon IV A/B sebanyak 7.841 orang atau 12,43 persen, pejabat Fungsional sebanyak 8.106 orang atau sebesar 13,27 persen, pejabat Eselon V A sebanyak 867 atau sebesar 1,42 persen, serta Pelaksana sebanyak 44.185 orang atau sebesar 72,33 persen.

BERDASARKAN GENDER

Kementerian Keuangan berkomitmen untuk menerapkan kebijakan pembinaan pegawai yang pro-gender. Dari tahun ke tahun, jumlah pegawai perempuan terus meningkat meski komposisinya saat ini masih lebih rendah dibandingkan jumlah pegawai pria. Pegawai pria di Kementerian Keuangan sebanyak 46.286 orang atau sebesar 76 persen, sementara pegawai perempuan sebanyak 14.805 orang atau 24 persen.

A/B O!cialsamounting to 199 people (less than 1 percent of the total employees). The group of o!cials in Echelon III A/B comprises 1,579 people, or 2.58 percent, O!cials in Echelon IV A/B amount to 7,841 people, or 12.43 percent, Functional O!cals of 8,106 people, or 13.27 percent, Echelon V A O!cials of 867, or 1.42 percent, and sta" of 44,185 people, or 72.33 percent.

BASED ON GENDER

The Ministry of Finance is commited to applying a pro-gender development policy. From year to year, the number of female employees continues to increase, even though the composition at the current time is still lower than the quantity of male employees. Male employees in the Ministry of Finance amounted to 46,286 people, or 76 percent, while female employees comprised 14,805 people, or 24 percent.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000

102484

4418549

5504867

2497857

251554

16183

4102

IV.AIV.BV.A

Fungsional FunctionalKoordinator Coordinator

Pelaksana ExecutorDipekerjakan Hired

Diperbantukan Employeed

III.BIII.AII.BII.AI.BI.A

Eselon Menteri Ministerial Echelon

Sumber : SIMPEG Source: SIMPEG

Gra!k 3.3 Komposisi SDM berdasarkan jabatanDiagram 3.3.Composition of Human Resources Based on Position

Page 76: FA LTKK 2012.indb

75Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

Pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan di Kementerian Keuangan. Terdapat sebuah badan khusus yang bertanggung jawab untuk pengembangan SDM di Kementerian Keuangan yakni Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), yang merupakan sebuah unit Eselon I.

Dalam melaksanakan diklat di bidang keuangan negara, BPPK memiliki delapan unit Eselon II, yaitu Sekretariat Badan, Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan (AP), Pusdiklat Pajak, Pusdiklat Bea dan Cukai (BC), Pusdiklat Keuangan Umum (KU), Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan (KNPK), serta Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

Human Resource Development through education and training (diklat) forms one aspect of great concern to the Ministry of Finance. There is an agency speci!cally responsible for Human Resource Development, Financial Education and Training Agency (BPPK), which forms an Echelon I unit.

In implementing education and training in the !eld of national !nance, BPPK has also eight Echelon II units, namely the Secretariate Board, The Human Resource Development Centre for Education and Training (PSDM), The Treasury and Budget Centre for Education and Training (AP), The Tax Centre for Education and Training, The Customs and Excise Centre for Education and Training (BC), The General Finance Centre for Education and Training (KU), The Financial Balance and State Wealth Centre for Education and Training (KNPK), andthe National Accountancy Institute (STAN).

3HQGLGLNDQGDQ�3HODWLKDQ(GXFDWLRQ�DQG�7UDLQLQJ

Page 77: FA LTKK 2012.indb

76Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Untuk menjangkau seluruh SDM Kementerian Keuangan di Indonesia, BPPK juga memiliki Balai Diklat Keuangan (BDK), sebuah unit Eselon III yang tersebar di 12 kota Indonesia. Kota yang memiliki BDK adalah Medan, Pekanbaru, Palembang, Cimahi, Yogyakarta, Magelang, Malang, Denpasar, Pontianak, Balikpapan, Makassar, dan Manado.

BPPK juga melakukan koordinasi dengan unit Eselon I lain untuk menyelenggarakan program diklat yang sesuai dengan kebutuhan tugas dan fungsi masing-masing. Selama tahun 2012, BPPK sudah mendidik dan melatih 33.117 pegawai dan 6.743 mahasiswa STAN (calon pegawai negeri sipil Kementerian Keuangan)

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN

Kementerian Keuangan menyelenggarakandiklat sebelum pegawai diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Keuangan.Diklat prajabatan adalah diklat yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan untuk pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian, dan etika PNS. Diklat juga bertujuan memberikan pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan serta bidang tugas dan budaya organisasi, sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Diklat Prajabatan merupakan syarat pengangkatan calon PNS untuk menjadi PNS.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM JABATAN

Setelah menjadi PNS Kementerian Keuangan, pegawai terus dibekali dengan diklat. Diklat dalam jabatan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. Terdapat enam jenis diklat dalam jabatan, yaitu Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim), Diklat Fungsional (DF), Diklat Teknis (DT), Diklat Ujian Dinas (DUD), Diklat Penyesuaian Ijazah, Diklat Penyegaran.

To reach all Ministry of Finance human resources throughout Indonesia, BPPK also Finance Education and Training Centres (BDK), anEselon III unit, distributed in 12 Indonesian cities. The cities with BDK areMedan, Pekanbaru, Palembang, Cimahi, Yogyakarta, Magelang, Malang, Denpasar, Pontianak, Balikpapan, Makassar, and Manado.

BPPK also utilizes coordination with other Echelon I units to provide education and training programs appropriate to the needs of each task and function.In 2012, BPPK educated and trained 33,117employees and 6,743 National Accountancy Institute (STAN) students (Ministry of Finance civil servant candidates).

PRE-EMPLOYMENT EDUCATION AND TRAINING

The Ministry of Finance provides education and training before employees are appointed as Civil Servants in the Ministry of Finance. Pre-employment education and training includes education and training aimed to provide knowledge to shape a national perspective, personality and civil servant ethics. Education and training is also aimed to provide basic knowledge about the government distribution system, !elds of work, and organizational culture, to enable functions and tasks to be undertaken as community servants. Pre-employment education and training constitutes a requirement for civil servant candidates to become civil servants.

EMPLOYMENT EDUCATION AND TRAINING

After becoming Ministry of Finance civil servants, employees are continuously provided education and training. Employment education and training aims to develop knowledge, skills and attitudes of civil servants, to enable optimal implementation of government tasks and development. There are six types of employment education and training, namely Leadership Education and Training (Diklatpim), Functional Education and Training (DF), Technical Education and Training (DT), Departmental Exam Education and Training (DUD), Appropriate Certi!cation Education and Training, and Refresher Education and Training.

Page 78: FA LTKK 2012.indb

77Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

PENGEMBANGAN KAPASITAS SDM LAIN

Selain diklat, BPPK juga menyelenggarakan bentuk pengembangan kapasitas SDM lain yang berupa seminar, workshop, diskusi, sarasehan, ujian serti!kasi, dan Placement Test TOEFL Preparation.

PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN

Pendidikan Tinggi Kedinasan (PTK) terdiri dari akademi, politeknik, dan sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian yang kuali!kasinya belum dipenuhi oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS). PTK di Kementerian Keuangan diselenggarakan oleh STAN.STAN menyelenggarakan program pendidikan untuk menghasilkan SDM di bidang keuangan negara dengan spesialisasi tertentu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan,serta keahlian profesional dalam memenuhi kebutuhan pegawai. Selain itu juga untuk mencetak kader pengelola keuangan negara di Kementerian Keuangan.

Penyelenggaraan program pendidikan tinggi kedinasan tidak hanya diselenggarakan di kampus STAN, tetapi juga beberapa Balai Diklat Keuangan (BDK), khususnya untuk program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai. Pada tahun 2012, total peserta Program PTK yang dilaksanakan oleh STAN sebanyak 6.743 mahasiswa. Perinciannya sebagai berikut :

1) Program Diploma I Administrasi Perpajakan dan Kepabean dan Cukai sebanyak 1.587 mahasiswa;

2) Program Diploma III Kebendaharaan Negara, Administrasi Perpajakan, Pengurusan Piutang Lelang Negara, Pajak Bumi dan Bangunan, Kepabeanan dan Cukai, dan Akuntansi Pemerintahan sebanyak 4.320 mahasiswa;

3) Program Diploma III Kurikulum Khusus Akuntansi Pemerintahan dan Administrasi Perpajakan sebanyak 393 mahasiswa;

4) Program Diploma IV Akuntansi Pemerintah sebanyak 443 mahasiswa.

OTHER HUMAN RESOURCES CAPACITY DEVELOPMENT

Other than Education and Training, BPPK also provides other types of human resource capacity development in the form of seminars, workshops, discussions, certi!ed exams, and TOEFL Preparation Placement Tests.

OFFICIAL INSTITUTE OF FURTHER EDUCATION

O"cial Institutes of Further Education (PTK) comprise of acadamies, polytechnics and institutes of further education which are provided by ministries or non-ministerial governmental institutions, which do not yet ful!l the quali!cation of State College (PTN) or Private College (PTS).The O"cial Institute of Further Education (PTK) in the Mininstry of Finance is provided bythe National Institute of Accountancy (STAN).STAN provides an education program and produces human resources in the !eld of state !nance, particularly specializing in providing the knowledge, skills, abilities and professional expertise to ful!l employee needs, in addition to creating government !nancial management cadre for the Ministry of Finance.

O"cial further education programs are not only provided at the STAN campus, but also at several BDK, particularly for the Diploma I program in Finance Specializing in Customs and Excise. In 2012, a total of 6,743 students participated in the PTK Program implemented by STAN. Details are as follows:

1) Diploma I Program in Tax Administration andCustoms and Excise, totaling 1,587 students;

2) Diploma III Program in State Treasury, Tax Administration, Arranging the Auction of State Liabilities, Building and Property Tax, Customs and Excise, and Government Accountancy, totaling 4,320 students;

3) Diploma III Program in Special Curriculum Government Accountancy and Tax Administration, totaling 393 students;

4) Diploma IV Program in Government Accountancy, totaling 443 students.

Page 79: FA LTKK 2012.indb

78Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA di LUAR BPPK

Mengingat kebutuhan diklat yang sangat tinggi dan melampaui kapasitas BPPK, maka unit Eselon I di Kementerian Keuangan juga melaksanakan pengembangan kapasitas pegawainya sendiri. Pengembangan kapasitas pegawai di unit Eselon I juga dilakukan karena kebutuhan yang sangat spesi!k dan mendesak bagi unit yang bersangkutan sesuai tugas pokok dan fungsinya.Diklat yang dilaksanakan berupa pelatihan teknis, in-house training, dan diklat fungsional.

HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT OUTSIDE BPPK

Bearing in mind that education and training needs are very high and exceed the capacity of BPPK, the Echelon I units of the Ministry of Finance also undertake capacity building of their own employees. This capacity building of Echelon I unit employees is also undertaken because of their very speci!c needs and is pressing for related units according to main roles and functions. Education and training undertaken are in the form of technical training, in-house training and functional education and training.

Jenis Diklat Type of Education and TrainingJumlah Peserta

Total ParticipantsNo

Diklat Pengembangan Sumber Daya Manusia Human Resource Development Education & Training (PSDM) 3.815

5.041

13.169

3.756

2.708

4.628

6.743

39.860

Diklat Anggaran dan Perbendaharaan Treasury and Budget Education & Training (AP)

Diklat Pajak Tax Education & Training

Diklat Bea dan Cukai Customs and Excise Education & Training (BC)

Diklat Kekayaan Negara dan Pertimbangan Keuangan Financial Balance and State Wealth Education & Training (KNPK)

Diklat Keuangan Umum General Finance Education & Training (KU)

Diklat Program,Diploma Sekolah Tingi Akuntansi Negara Diploma Program from theNational Accountancy Institute (STAN)

Jumlah Total

1

2

3

4

5

6

7

Sumber : BPPK Source: BPPK

Tabel 3.1 Pengembangan Kapasitas SDM yang diselenggarakan BPPK Tahun 2012Table 3.1 Human resources capacity development organized by the Financial Education and Training Agency (BPPK) in 2012

Page 80: FA LTKK 2012.indb

79Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

SDM merupakan salah satu pilar penting dalam program reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Peran SDM semakin penting karena Kementerian Keuangan merupakanlembaga yang sangat besar dengan tugas dan fungsi beragam dalam mengemban dan mengelola keuangan negara. Kementerian Keuangan membutuhkan SDM yang memiliki integritas tinggi, profesional, mampu bersinergi, memberikan pelayanan terbaik, dan selalu menyempurnakan kemampuan diri.

Oleh karena itu, rekrutmen pegawai baru dan pengembangan kapasitas pegawai menjadi sangat penting. Rekrutmen bertujuan agar kebutuhan pegawai Kementerian Keuangan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang dapat dipenuhi sesuai kompetensi dan jumlah yang dibutuhkan tanpa mengorbankan prinsip e!siensi. Tujuan lainnya untuk mengimbangi dinamika perubahan lingkungan strategis Kementerian Keuangan.

3HQJHORODDQ.LQHUMD5HFUXLWPHQW���

Human Resources form one of the important pillars in the Ministry of Finance’s bureaucracy reform program. The role of human resources is increasingly important because the Ministry of Finance is a very large institution with a variety of roles and functions in holding and managing national !nances. The Ministry of Finance needs human resources of high integrity, professionalism, capable of synergy, providing the best service and always striving towards self-improvement.

As a result, recruitment of new employees and capacity development of employees is extremely important. Recruitment aims to ful!l the short-, medium- and long-term needs of the Ministry of Finance according to the competencies and quantity required, without sacri!cing the principle of e"ciency. An additional aim is to balance the dynamic of change in the strategic environment of the Ministry of Finance. At the same time,

Page 81: FA LTKK 2012.indb

80Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Sementara pengembangan kapasitas SDM ditujukan untuk meningkatkan komptensi baik soft maupun hard skills.

Proses rekrutmen di Kementerian Keuangan diatur melalui ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002. Peraturan ini menjadi landasan dalam setiap kebijakan pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) atau pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan.

Pada tahun 2012, proses rekrutmen CPNS Kementerian Keuangan tetap dilaksanakan meski pemerintah memberlakukan moratorium penerimaan CPNS melalui Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan dengan Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011; Nomor 800-632 Tahun 2011; Nomor 141/PMK.01/2011.

Pemberlakuan moratorium CPNS merupakan upaya pemerintah untuk mengevaluasi dan menata SDM di kementerian/lembaga (K/L) yang ada di Indonesia. Sistem ini dimaksudkan untuk memperbaiki penghitungan kebutuhan pegawai di masing-masing K/L sekaligus mempersiapkan perbaikan sistem rekrutmen pegawai. Diharapkan, setiap K/L dapat menghitung kebutuhan pegawai dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, serta melakukan rekrutmen secara profesional, transparan, dan terpercaya, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pelaksanaan rekrutmen CPNS di Kementerian Keuangan tetap dilaksanakan, karena dalam peraturan itu juga disebutkan bahwa, penundaan sementara penetapan tambahan formasi untuk penerimaan CPNS dikecualikan bagi K/L yang membutuhkan PNS untuk melaksanakan tugas salah satunya untuk jabatan yang bersifat khusus dan mendesak atau memiliki ikatan dinas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kementerian Keuangan merupakan instansi pertama yang memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk mendapatkan pengecualian dari moratorium

human resource capacity building aims to increase competence, whether soft or hard skills.

The Ministry of Finance recruitment process is regulated through Government Regulation Number 98, 2000, on Procurement of Civil Servants and the amendments in Government Regulation Number 11, 2002. These regulations form the cornerstone of each policy on the procurement of Civil Servant Candidates (CPNS), or employees in the Ministry of Finance sphere.

In 2012, the Ministry of Finance Civil Servant Candidate recruitment process continued, even though the government undertook a moratorium on Civil Servant Candidate recruitment through joint Regulation with the National Minister of State Apparatus Reform and Bureaucratic Reform, Minister for the Interior, and Finance Minister, Number 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011; Number 800-632, 2011; Number 141/PMK.01/2011.

Enforcement of the Civil Servant Candidate moratorium was part of the government e!ort to evaluate and arrange human resources within the existing ministries and institutions in Indonesia. This system is meant to improve calculations of the need for employees in each ministry/institution, at the same time as preparing improvement of the employee recruitment system. It is hoped that each ministry/institution will be to calculate the number of employees required accurately, according to individual needs, and undertake recruitment professionally, transparently and trustworthily, as well as free from corruption, collusion and nepotism.

Recruitment of Civil Service Candidates was still undertaken in the Ministry of Finance as under the regulations it is also stated that: the temporary postponement of additional appointments in the formation of Civil Service Candidate acceptance is with the exception of those ministries/institutions that require Civil Servants to undertake roles such as special or urgent positions, or those which are connected to an agency according to the regulations in the legislation.

The Ministry of Finance is the "rst institute to ful"l all of the criteria stated by the Ministry of State Apparatus Reform and Bureaucratic Reform to be exempt from the aforementioned moratorium. The Ministry of Finance all of the requirements,

Page 82: FA LTKK 2012.indb

81Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

namely Workload Analysis, Chart of Organizational Structure, Five-Year Employee Projection, List of Exempt Positions and reasoning, and Explanation for Employee Redistribution. As such, the Ministry of Finance was entitled to conduct employee recruitment in 2012.

The recruitment process in the Ministry of Finance has special regulations adopted from the closed career system used in Indonesia. This means that a person cannot come and go within the bureaucratic system. However, not all new employees ful!l the desired criteria, so new employee selection is required.

In order to aquire the necessary high quality human resources with the expected competencies, the process of recruitment of applicants is implemented through quality and weighted selection. There are several stages of selection decreed, which must be passed by all applicants. These stages start from Administrative Selection, Basic Competency Test (TKD), Psychotest, Health & Fitness Test (TKK), through to the interview stage which forms a test appropriate to the role requirements and position.

The Administrative Selection stage was arranged from 16 July - 28 August 2012. Some 30,429 people participated in this stage, with a total of 14,078 participants (46.2 percent) succesfuly completing this stage. The following stage was the Basic Competence Test (TKD), held on 8 September 2012.A total of 10,977 participants undertook this TKD test, with 1,082 (9.9 percent) of participants completing the test successfully.The selection continued with the psychotest from17-18 October 2012, joined by 1,049 participants, with 494 succesful candidates (47.1 percent). At the Health and Fitness Test(TKK) from 6-8 November 2012, 479 participantsjoined the test, with a total of 235succesful participants (49.1 percent). The !nal stage was the interview, also held from 6-8 November 2012, with 235 succesful participants from a total of 350 applicants who participated in the test, or 38.6 percent.

The selection process was undertaken in 7 major cities, namely: Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Balikpapan, andJayapura. In Balikpapan, interview selection did not take place, as there were no participants to !ll the Category III position.

tersebut. Kementerian Keuangan menyerahkan persyaratan yang diminta yaitu Analisa Beban Kerja, Peta Jabatan, Proyeksi Pegawai per lima tahun, Daftar Jabatan yang dikecualikan dan argumentasinya, serta Penjelasan Redistribusi Pegawai. Dengan demikian Kementerian Keuangan berhak melaksanakan rekrutmen pegawai tahun 2012.

Proses rekrutmen di Kementerian Keuangan mempunyai regulasi khusus dengan mengadopsi sistem karir tertutup sesuai yang berlaku di Indonesia. Artinya, seseorang tidak dapat keluar masuk ke dalam birokrasi. Namun, tidak semua pegawai baru dapat memenuhi kriteria yang diinginkan sehingga perlu seleksi pegawai baru.

Dalam rangka mendapatkan SDM berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kompetensi yang diharapkan, proses rekrutmen terhadap para pelamar dilaksanakan melalui seleksi yang berkualitas dan berbobot. Untuk itu, ditetapkan beberapa tahapan seleksi yang harus dilalui oleh para pelamar. Tahapan itu dimulai dari Seleksi Administrasi, Tes Kompetensi Dasar (TKD), Psikotes, Tes Kesehatan dan Kebugaran (TKK), hingga wawancarayang merupakan tes yang disesuaikan dengan kebutuhan persyaratan tugas dan jabatan.

Tahapan Seleksi Administrasi diselenggarakan pada tanggal 16 Juli hingga 28 Agustus 2012. Tahap ini diikuti oleh 30.429 peserta dengan jumlah peserta yang lulus sebanyak 14.078 peserta (46,2 persen). Tahapan berikutnya adalah Tes Kompetensi Dasar (TKD), yang diselenggarakan pada tanggal 8 September 2012.TKD diikuti oleh 10.977 peserta dengan jumlah peserta yang lulus sebanyak 1.082 (9,9 persen). Seleksi berlanjut dengan psikotes, yang diselenggarakan pada 17 hingga 18 Oktober 2012 dan diikuti oleh 1.049 peserta dengan jumlah peserta yang lulus sebanyak 494 (47,1 persen). Pada tahap TKK yang diselengarakan pada tanggal 6 hingga 8 November 2012, sebanyak 479 peserta mengikuti tes dengan jumlah peserta yang lulus sebanyak 235 peserta (49,1 persen). Tahapan terakhir adalahwawancara pada tanggal 6 hingga 8 November 2012, terdapat 235 peserta yang lulus dari total 350 peserta yang mengikuti tes atau sebesar 38,6 persen.

Proses seleksi dilaksanakan di 7 kota besar yaitu: Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Balikpapan, dan Jayapura. Adapun untuk Kota Balikpapan, tidak dilakukan seleksi wawancara karena tidak terdapat peserta untuk mengisi posisi di Golongan III.

Page 83: FA LTKK 2012.indb

82Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Penyelenggaraan kegiatan rekrutmen pegawai Kementerian Keuangan pada tahun 2012 sudah berjalan dengan sangatbaik. Total penerimaan CPNS Kementerian Keuangan jalur umum sebanyak 235 orang. Berdasarkan hasil Survei Persepsi Pelamar kepada peserta yang lulus seleksi, 97,9 persen menyatakan proses rekrutmen Kementerian Keuangan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebanyak 2,1 persen sisanya menyatakan ragu-ragu, tetapi tidak dapat memberikan bukti telah terjadi praktik KKN. Kepercayaan masyarakat tersebut perlu dijaga dengan selalu meningkatkan kualitas sistem rekrutmen di Kementerian Keuangan agar putra-putri terbaik bangsa dapat bergabung bersama Kementerian Keuangan membangun bangsa.

The organization of Ministry of Finance employee recruitment activities in 2012 went very well. Procurement of Ministry of Finance Civil Servant Candidates through the public stream totaled 235 people.Based on the results of the Applicant Perception Survey, 97.9 percent of the applicants who succesfuly completed the selection process stated the the Ministry of Finance recruitment process was free from corruption, collusion and nepotism (KKN). The remaining 2.1 percent stated they were uncertain, but were unable to provide any proof of malpractice. Public trust needs to be safeguarded through continual quality-improvement of the Ministry of Finance recruitment system, in order that the country’s !nest younger generation join the Ministry of Finance to develop the nation.

Page 84: FA LTKK 2012.indb

83Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

Pengelolaan kinerja merupakan salah satu mata rantai penting dalam proses Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan di Kementerian Keuangan. Untukmembangun organisasi dengan kinerja yang tinggi, maka pembangunan regulasi dan perangkat pengelolaan kinerja merupakan prasyarat mutlak.Suatu hal yang sangat penting bagi organisasi adalah dapat mentransmisikan kebijakan dan strategi organisasi yang sudah digariskan menjadi kegiatan operasional yang sukses. Menyadari rumitnya hal tersebut, Kementerian Keuangan menyusun suatu sistem pengelolaan kinerja yang mampu menjaga derap langkah organisasi dari jajaran tertinggi sampai dengan level pelaksana.

Pelaksanaan pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan yang menggunakan metode balanced scorecard telah dirintis secara bertahap sejak tahun 2007. Seiring dengan berkembangnya

3HQJHORODDQ.LQHUMD�3HJDZDL(PSOR\HH�3HUIRUPDQFH�0DQDJHPHQW��

Performance management is an important link in the process of Bureaucratic Reform and Organizational Transformation in the Ministry of Finance. To develop the organization with a high level of performance, then developing performance management regulations and devices is an absolute prerequisite. A particularly important aspect for the organization is how to transmit the policies and organizational strategies, which have already been outlined, to become successful operational activities. In awareness of how complicated this is, the Ministry of Finance has arranged a performance management system capable of safeguarding each level of organization, ranging from the highest down to the operational level.

Performance Management implementation in the Ministry of Finance sphere uses a balanced scorecardmethod, pioneered in stages since 2007. Concurrent with developing performance

Page 85: FA LTKK 2012.indb

84Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

kebutuhan akan pengelolaan kinerja, Menteri Keuangan menetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan yang selanjutnya disebut “Pengelolaan Kinerja Kementerian Keuangan”.

Pada tahun 2012, pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan telah selesai dibangun sampai ke level individu untuk seluruh jajaran Kementerian Keuangan, yaitu dengan ditandatanganinya Kontrak Kinerja oleh seluruh pegawai. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Pengelolaan Kinerja Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan menerbitkan Instruksi Menteri Keuangan Nomor 11/IMK.01/2012 tentang Diseminasi Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan yang mewajibkan penunjukan trainers di setiap unit Eselon I. Para trainers telah dibekali workshop pengelolaan kinerja dan disiapkan untuk melakukan diseminasi tentang Pengelolaan Kinerja Kementerian Keuangan kepada seluruh pegawai di unit kerja masing-masing.

Untuk mendukung Pengelolaan Kinerja Kementerian Keuangan, sepanjang tahun 2012 telah dilakukan diseminasi pengelolaan kinerja yang terdiri dari:

1. Sosialisasia. Sebanyak 14 kali kegiatan sosialisasi yang

merupakan inisiatif unit-unit Eselon I telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan Maret 2012;

b. Sosialisasi terhadap 1.884 pegawai di sembilan kota pada bulan Februari sampai dengan Maret 2012;

c. Sosialisasi terhadap 18.180 pegawai yang dilakukan oleh para trainers di unit-unit Eselon I pada bulan Februari sampai dengan Juli 2012.

2. Workshop Pengelolaan Kinerja Tahap IIKegiatan ini merupakan lanjutan dari workshop pengelolaan kinerja tahap I yang dilakukan pada akhir tahun 2011 dengan total 130 peserta.Workshop tahap II dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di Jakarta dan dihadiri oleh 172 peserta dari unit-unit Eselon I Kementerian Keuangan.

3. Survei Pengelolaan KinerjaSurvei Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan merupakan bentuk

management needs, the Ministry of Finance established the Ministry of Finance Decree Number 454/KMK.01/2011 on Performance Management in the Ministry of Finance Sphere, subsequently referred to as “Ministry of Finance Performance Management”.

In 2012, Ministry of Finance performance management completed development to the individual level for all strata of Ministry of Finance employees through the signing of Performance Contracts by all employees.To optimize the implementation ofMinistry of Finance performance management, The Minister of Finance published Ministerial Instruction Number 11/IMK.01/2012 on Dissemination of Performance Management in the Ministry of Finance sphere, which obliges the nomination of trainers in each Echelon I unit. These trainers have been equipped through performance management workshops and prepared to undertake dissemination on Ministry of Finance Performance Management for all employees in their individual work units.

To support Ministry of Finance Performance Management, dissemination of performance management for the duration of 2012 comprised of:

1. Socialisationa. 14 socialisation activities in the form of

Echelon I unit to unit initiatives, undertaken from October 2011 - March 2012;

b. Socialisation for 1,884 employees in nine cities from February - March 2012;

c. Socialisation for 18,180 employees, undertaken by trainers in Echelon I units from February-Juli 2012.

2. Stage II Performance Management WorkshopsThis activity is a continuation of the stage I performance management workshops undertaken at the end of 2011, with a total of 130 participants. Stage II workshops were undertaken in February 2012 in Jakarta and were attended by 172 participants from Ministry of Finance Echelon I units.

3. Performance Management SurveyThe Survey of Performance Management in the Ministry of Finace Sphere is a form of monitoring

Page 86: FA LTKK 2012.indb

85Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

pengawasan sekaligus evaluasi atas pelaksanaan Pengelolaan Kinerja. Survei dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 23 Oktober 2012 di 11 kota, dengan melibatkan 1.939 responden dari pejabat Eselon II sampai IV, pejabat Fungsional, serta pelaksana di lingkungan Kementerian Keuangan. Hasil survei menunjukkan, pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan berada pada tingkat 3 (de!ned) dari skala 5 tingkatan.

Tahun 2012 juga merupakan babak baru bagi pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan dengan diluncurkannya aplikasi web pengelolaan kinerja bernama e-performance pada situs www.e-performance.depkeu.go.id. Pembuatan aplikasi ini bertujuan menunjang e!siensi dan efektivitas pelaksanaan Pengelolaan Kinerja Pegawai Kementerian Keuangan.

Pada fase pertama (Januari-Juni 2012) telah dikembangkan secara in house aplikasi pengelolaan kinerja yang mampu menangani core system, meliputi penyusunan sasaran strategis, kontrak kinerja dan cascading Indikator Kinerja Utama (IKU), penilaian kinerja (Capaian Kinerja Pegawai) dan proses pengukuran Nilai Perilaku (NP) serta akhirnya menyusun Nilai Kinerja Pegawai (NKP). Laporan modul serta pengawasan sudah dikembangkan juga dengan !tur-!tur inti tersebut.Pada fase kedua, !tur tambahan dan menu untuk pengelolaan kinerja pegawai yang mutasi akan dikembangkan agar dapat menampung semua kebutuhan pengguna (user).

Survei pengelolaan kinerja menunjukkan bahwa secara umum, implementasi pengelolaan kinerja pegawai telah on the right track.Namun, pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan merupakan proses berkelanjutan yang masih memerlukan penyempurnaan. Penyempurnaan meliputi kelengkapan peraturan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan kebijakan nasional, infrastruktur informasi teknologi, aplikasi, dan yang paling penting pemberian knowledge bagi seluruh jajaran pegawai tentang proses dan pentingnya pengelolaan kinerja.

and evaluation of the implementation of Performance Management. The survey was undertaken from 1- 23 October 2012 in 11 cities, involving1,939 respondents from Echelon II – IV o"cials, Functional O"cials, and sta# in the Ministry of Finance sphere.The survey results show that Ministry of Finance Performance Management is at level 3 (de!ned) from a scale of 5 levels.

2012 was also the start of a new chapter in performance management in the Ministry of Finance sphere, with the launch of a performance management web application namede-performanceon the sitewww.e-performance.depkeu.go.id. The creation of this application was aimed to bolster e"ciency and e#ective implementation of Ministry of Finance Employee Performance Management.

In the !rst phase (Januari-Juni 2012), a performance management application was developed in house, with the capability of handling the core system, covering strategic target organization, performance contract and cascading Key Performance Indicators (IKU), performance value (Employee Performance Achievement) and the Behaviour Value (NP)measurement process as well as !naly creating an Employee Performance Value (NKP). Module reports and supervision have been developed with these key features. In the second phase, additional features and a menu for changing employee performance managementwill be developed to accommodate the needs of all users.

The performance management survey showed that, in general, employee performance management is on the right track.However, Ministry of Finance performance management is an ongoing process which still needs to be perfected. Improvement includes the completion of more comprehensive regulations in line with national policy, information technology infrastructure, applicantions, and most importantly, provision of knowledge for all levels of employees regarding the process and importance of performance management.

Page 87: FA LTKK 2012.indb

86Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Sesuai dengan falsafah man behind the gun, roda organisasi sangat tergantung pada perilaku-perilaku SDM yang bekerja di dalamnya. Terkait hal ini, disiplin SDM menjadi penting untuk menjamin segala peraturan organisasi ditaati dan dilaksanakan atas dasar kesadaran diri dalam mencapai tujuan organisasi. Upaya peningkatan disiplin untuk mendorong produktivitas SDM Kementerian Keuangan selama ini dijalankan melalui pengawasan dan penegakan disiplin SDM. Bagian dari program reformasi birokrasi itu akan terus digulirkan untuk menjaga perilaku dan memastikan disiplin kerja SDM serta meminimalisasi berbagai penyelewengan dan pelanggaran, termasuk tindakan korupsi oleh aparatur di lingkungan Kementerian Keuangan.

1. Penetapan Kode Etik dan Pemantauan Penerapannya

According to the philosophy of the man behind the gun, the wheels of an organization are heavily dependent on the behavior of the human resources who work there.Linked to this, human resource discipline is important in order to guarantee that all organizational regualations are obeyed an implemented consciously to achieve the aims of the organization. The Ministry of Finance’s e!orts to improve discipline in order to support human resource productivity have been undertaken so far through human resource supervision and enforcement of discipline.Part of that bureaucratic reform process is continual rolling, to protect behavior and ensure discipline of human resources, as well as minimalise various misappropriation and transgressions, including corruption, by the apparatus in the Ministry of Finance sphere.

1. De"ning a Code of Ethics and Monitoring its Implementation

3HQJDZDVDQGDQ�3HQHJDNDQ�'LVLSOLQ6XSHUYLVLRQ�$QG�(QIRUFHPHQW�2I�'LVFLSOLQH

��

Page 88: FA LTKK 2012.indb

87Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

Untuk meningkatkan, mengaplikasikan, dan menegakkan disiplin SDM di lingkungan Kementerian Keuangan, diterbitkan PMK Nomor 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 71/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Keuangan. PMK tersebut mewajibkan setiap unit Eselon I Kementerian Keuangan menyusun kode etik pegawai negeri sipil yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing unit. Saat ini, kode etik 12 unit Eselon I telah ditetapkan sejalan dengan PMK tersebut. Selain itu, Kementerian Keuangan juga membentuk majelis kode etik yang akan memeriksa pelanggaran kode etik, sebagaimana diatur dalam PMK No. 72/PMK.01/2007 tentang Majelis Kode Etik di lingkungan Kementerian Keuangan.

Pemantauan penerapan kode etikdan penegakan disiplin SDM dilakukan secara simultan di unit Eselon I Kementerian Keuangan. Beberapa Eselon I telah memiliki unit yang menjalankan peran tersebut, antara lain Inspektorat Bidang Investigasi di Itjen, Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur di DJP, Unit Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Utama DJBC, serta Unit Kepatuhan Internal (UKI) di unit Eselon I lainnya yang sedang dalam proses pembentukan.

2. Internalisasi Nilai-nilai Kementerian Keuangan

Nilai-nilai Kementerian Keuangan sebagaimana telah ditetapkan dalam KMK Nomor 312/KMK.01/2011, yaitu Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan, tak hanya berhenti pada tahapan pencetusannya saja. Menteri Keuangan sebagai pelopor dan inisiator dari gagasan nilai-nilai Kementerian Keuangan mengimbau agar agar nilai-nilai ini diinternalisasikan ke seluruh pegawai Kementerian Keuangan agar dapat dipahami, dihayati, dan diterapkan dalam pekerjaan keseharian.

Seluruh unit Eselon I telah melakukan internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan kepada seluruh pegawainya selama tahun 2012. Bentuk internalisasi yang paling umum dilakukan adalah outbond dan/atau capacity

To remind, apply, and uphold discipline of human resources in the Ministry of Finance sphere, Finance Minister Regulation Number 29/PMK.01/2007 and amendment Number 71/PMK.01/2007 regarding Guidance for the Increase of Civil Servant Discipline in the Ministry of Finance Sphere were published. These Ministry of Finance Regulations (PMK) oblige each Ministry of Finance Echelon I unit to create a code of ethics for civil servants, according to the characteristics of each unit. At this point in time, the code of ethics of 12 Echelon I units have been set in accordance with the aforementioned Ministry of Finance Regulations. Furthermore, the Ministry of Finance has also formed a code of ethics board, which will inspect violations of the code of ethics, as regulated under PMK No. 72/PMK.01/2007 on Code of Ethics Board in the Ministry of Finance Sphere.

Monitoring implementation of the code of ethics and establishment of discipline amongst human resources is undertaken simultaneously in Ministry of Finance Echelon I units. Several Echelon I have units that undertake this role, including the Investigation Sector of the General Inspectorate, the Internal Conformity and Apparatus Resource Directorate in the Directorate General of Tax, the Internal Conformity Unit of the Main Service O!ce of the Directorate General of Customs and Excise, and the Internal Conformity Unit of other Echelon I units which are still being formed.

2. Internalisation of Ministry of Finance Values

The values of the Ministry of Finance as de"ned in Finance Minister Decree (KMK) Number 312/KMK.01/2011, namely Integrity, Professionalism, Synergy, Service, and Excellence, do not stop at the level of instigation.The Minister of Finance, as the pioneer and initiator of the concept of these Ministry of Finance values, appealed that these values should be internalized by each Ministry of Finance employee, so that they can be understood, internalized, and applied in daily work.

All Echelon I units have internalized the Ministry of Finance values to all employees during 2012. The most general form of internalization undertaken was outbound and/or capacity building. Internalizing Ministry of Finance values

Page 89: FA LTKK 2012.indb

88Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

building. Internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan terus dilakukan dengan harapan seluruh pegawai dapat menjiwai corporate value dan mengaplikasikannya dalam pekerjaan sehari-hari sehingga menjadi pendorong disiplin kerja dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan Kementerian Keuangan.

3. Sosialisasi anti korupsi

Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi terus dilakukan di Kementerian Keuangan, antara lain dalam bentuk sosialisasi pencegahan korupsi. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan sikap tidak korupsi para pegawai/pejabat dan mendorong keberanian melaporkan pelanggaran (whistleblowing) di lingkungan Kementerian Keuangan.

Kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan sejak tahun 2011 (10 kegiatan), dan terus berlanjut pada tahun 2012 sebanyak 17 kali sosialisasi di berbagai kota besar di Indonesia, antara lain: Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Batam, Serang, Pekanbaru, Banda Aceh, dan Mataram. Materi sosialisasi meliputi: Korupsi dan Pencegahannya, Peran Itjen Dalam Kegiatan Pencegahan dan Penindakan Korupsi, PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan Whistleblowing System (WISE).

4. Kewajiban penyampaian LHKPN

Kementerian Keuangan telah menerbitkan KMK Nomor 38/KMK.01/2011 tentang Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). KMK ini tidak hanya membatasi pejabat/pegawai yang berkewajiban untuk menyampaikan LHKPN pada Penyelenggara Negara sebagaimana dide!nisikan dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999, melainkan kepada pejabat/pegawai lain yang memiliki posisi/peran strategis dalam melaksanakan tugasnya mereka antara lain: Pejabat Pembuat Komitmen, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Bendahara, dan Pejabat Fungsional Auditor. Melalui KMK ini, Kementerian Keuangan memperluas cakupan kewajiban pelaporan LHKPN bagi pegawai yang semula berjumlah 7.442 orang menjadi 24.808 orang (naik 333,335 persen).

is continuously undertaken in the hope that all employees come to embody the corporate values and apply them in their daily work, so that work discipline is supported in providing service to society and Ministry of Finance key stakeholders.

3. Socialisation ofAnti-Corruption

Corruption prevention and eradication e"orts are continuously undertaken in the Ministry of Finance, one form of which is thesocialisation of corruption prevention. This activity is undertaken in order to develop a non-corrupt attitude in employees/o#cials and support having the courage to report violations (whistleblowing) in the Ministry of Finance sphere.

Socialisation activities have been implemented since 2011 (10 activities), and continued in 2012 with 17 socialisation activities in several major Indonesian cities, including: Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Batam, Serang, Pekanbaru, Banda Aceh, and Mataram. The material sosialised covered: corruption and prevention, the role of the General Inspectorate in corruption prevention and action, Government Regulation (PP) Number 53, 2010 on Civil Servant Discipline and the Whistleblowing System (WISE).

4. Obligation to submit Government O#cials’ Asset Report (LHKPN)

The Ministry of Finance has published a Finance Ministerial Decree(KMK) Number 38/KMK.01/2011 on Government O#cials in the Ministry of Finance Sphere who are Obliged to Submit a Government O#cals’ Asset Report (LHKPN). This Decree not only limits o#cials/employees who are required to submit a State O#cials’ Wealth Report to the Government O#cials as de!ned in article 2, Act No. 28, 1999, but to other o#cials/employees who hold a strategic position/role in implementing their tasks, including: Commitment Creation O#cials, Goods and Services Procurement Committee, Treasurer, and Functional O#cials’ Auditor. Through this Decree, the Ministry of Finance has extended the scope of those required to submit an LHKPN report from the original quantity of 7,442 to 24,808 people (anincrease of 333.335 percent).

Page 90: FA LTKK 2012.indb

89Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

Berdasarkan data aplikasi LHKPN KPK per 5 Maret 2013, dari 24.705 orang wajib LHKPN di lingkungan Kementerian Keuangan, sejumlah 24.430 orang telah menyampaikan LHKPN (98,89 persen). Kementerian Keuangan terus memantau penyampaian LHKPN di lingkungan Kementerian Keuangan serta mengingatkan pengenaan sanksi bagi pegawai negeri yang tidak menyampaikan LHKPN sesuai ketentuan.

5. Kewajiban Penyampaian LP2P dan DHK

Kementerian Keuangan melalui KMK Nomor 07/KMK.09/2011 sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 366/KMK.09/2012 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7/KMK.09/2011 Tentang Penyampaian dan Pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) Pejabat/Pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan, mewajibkan para pejabat/pegawai yang memiliki golongan minimal III/a atau para pejabat/pegawai yang terkait dengan pelayanan publik untuk menyampaikan LP2P beserta Daftar Harta Kekayaan (DHK).

Untuk menguji kebenaran pelaporan dan perolehan atau kepemilikan harta secara wajar dilakukan eksaminasi atas LP2P dan DHK yang telah disampaikan. Selama tahun 2011 telah dilakukan kegiatan eksaminasi terhadap 50 pegawai, dan tahun 2012 telah dilakukan kegiatan eksaminasi terhadap 90pegawai.

6. MoU Kementerian Keuangan dengan Instansi Penegak Hukum

Untuk mewujudkan kerjasama dalam pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, Kementerian Keuangan telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan instansi-instansi penegak hukum (Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan RI), yaitu :

a) MoU antara Kementerian Keuangan dengan Kepolisian Negara RI pada tanggal 8 Maret 2012 ;

b) MoU antara Kementerian Keuangan dengan Kejaksaan RI pada tanggal 5 April 2012.

Based on Corruption Eradication Committee (KPK) data, LHKPN applications per 5 March 2013, from a total of 24,705 people required to submit LHKPN reports in the Ministry of Finance sphere, some 24,430 have submitted the report (98.89 percent). The Ministry of Finance continually monitors the submission of LHKPN in the Ministry of Finance sphere and increase the imposition of sanctions for civil servants who fail to submit LHKPN according to the requirements.

5. Obligation to Submit a Personal Tax Report (LP2P) andAsset Register (DHK)The Ministry of Finance, through Finance Ministerial Decree (KMK) Number 07/KMK.09/2011 and amendment KMK Number 366/KMK.09/2012 on Changes in Finance Minister Decree Number 7/KMK.09/2011 on Submission and Management of Personal Tax Report (LP2P) for O!cials/Employees in the Ministry of Finance schere, requires all o!cials/employees of at least category III/a or o!cials/employees connected to public service to submit a Personal Tax Report and Asset Register.

To test the accuracy of reports and acquisition or ownership of wealth reasonably, examination of Personal Tax Reports and Asset Registers submitted was undertaken. In 2011, examination of 50 employees was undertaken, while in 2012 some 90 employees were examined.

6. Ministry of Finance MoU with Law Enforcement Agencies

To achieve partnership in eradicating corruption and law enforcement, the Ministry of Finance has signed Memorandum of Understanding/MoU with Law Enforcement Agencies (Republic of Indonesia National Police and Republic of Indonesia Attornies), namely:

a) MoU between the Ministry of Finance and Republic of Indonesia National Police on 8 March 2012;

b) MoU between the Ministry of Finance and Republic of Indonesia Attornies on 5 April 2012.

Page 91: FA LTKK 2012.indb

90Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi, Itjen sebagai unit pengawas semua unsur di lingkungan Kementerian Keuangan juga telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan KPK dan PPATK, yaitu :

a) MoU antara Itjen dengan KPK pada tanggal 18 Februari 2005;

b) MoU antara Itjen dengan PPATK pada tanggal 12 Januari 2007.

7. Optimalisasi peran Inspektorat Bidang Investigasi

Inspektorat Bidang Investigasi (IBI) merupakan unit investigasi pada Itjen yang dibentuk sebagai upaya penegakan disiplin di lingkungan Kementerian Keuangan.Selama tahun 2012, IBI melaksanakan kegiatan sosialisasi pencegahan korupsi, pengumpulan bahan dan keterangan (PULBAKET),eksaminasi harta kekayaan, pelaksanaan audit investigasi, serta kegiatan terkait lainnya.

Untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan investigasi agar dapat diproses secara hukum, Itjen telah melakukan pelimpahan kasus hasil pemeriksaan investigasi kepada instansi penegak hukum (Kepolisian Negara RI dan Komisi Pemberantas Korupsi) karena adanya unsur tindak pidana korupsi. Itjen telah melimpahkan kasus kepada instansi penegak hukum sebanyak lima kasus pada tahun 2011, dan tiga kasus pada tahun 2012.

8. Penjatuhan hukuman disiplin

Sebagai bentuk tindakan penegakan disiplin dan upaya pembinaan pegawai, sejumlah pegawai telah dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Hukuman disiplin dijatuhkan karena pegawai yang bersangkutan terbukti bersalah melakukan penyimpangan dan atau penyalahgunaan wewenang terkait tugas dan jabatannya. Selain itu, penjatuhan hukuman disiplin telah pula dilakukan terhadap pegawai yang telah melakukan tindakan indisipliner terkait tata tertib jam kerja (kehadiran) sebagaimana ditetapkan dalam PMK Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin

With the aim of corruption eradication and prevention, the Inspectorate General as the supervisory unit for all elements in the Ministry of Finance sphere has also signed MoU with the Corruption Eradication Committee (KPK) and the Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Center (PPATK), namely:

a) MoU between the Inspectorate General and KPKon 18 February 2005;

b) MoU between the Inspectorate General and PPATKon 12 January 2007.

7. Optimizing the role of the Field Investigation Inspectorate

The Field Investigation Inspectorate (IBI) is an investigation unit of the Inspectorate General, which was formed as an e!ort to enforce discipline in the Ministry of Finance sphere. For the duration of 2012, IBI undertook corruption eradication socialization activities, collection of materials and information, examination of assets, implementation of audit investigations, and other related activities.

To further the investigation results to be processed under law, the Inspectorate General undertook devolution of cases resulting from investigations to law enforcement agencies (national police and the Corruption Eradication Committee) because of the criminal element of corruption.The Inspectorate General devolved "ve cases to the law enforcement agencies in 2011, and threein 2012.

8. Imposition of disciplinary sanctions

As a sign of action of enforcement of discipline and an e!ort to develop employees, a number of employees had disciplinary sanctions imposed, in accordance with Government Regulation Number 53, 2010 on Civil Servant Discipline. Disciplinary sanctions are imposed after the relevant employee is proven guilty of a deviation and/or misuse of authority related to their role and position. Other than that, disciplinary sanctions are also imposed on employees who have faced disciplinary action in observing working hours (absence), as de"ned in Finance Minister Regulation (PMK) Number 41/PMK.01/2011 on Establishing Discipline in Relation to the Provision of Special State Funded Development Allowance for Cicil Servants in

Page 92: FA LTKK 2012.indb

91Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

dalam Kaitannya dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan, serta pelanggaran atas peraturan terkait kepegawaian lainnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan investigasi, terdapat 137 pegawai yang direkomendasikan untuk mendapatkan hukuman disiplin selama kurun waktu 2011 dan 2012. Dari jumlah itu, sebanyak 75 pegawai telah dijatuhi hukuman disiplin. Penjatuhan hukuman disiplin secara terperinci disajikan sebagai berikut.

the Ministry of Finance Sphere, and violation of other employment related regulations.

Based on investigation results, 137 employees were recommended for disciplinary sanctions during the 2011 and 2012 period. From this total, 75 employees had disciplinary sanctions imposed. Details of the disciplinary actions imposed are as shown below.

75

0

Hukdis Ringan Light Sanctions

Hukdis Sedang Medium Sanctions

Hukdis Berat Heavy SanctionsTahun

Year

Jumlah Number

Jumlah Total

Rek /Rec Rek /Rec Rek /Rec Rek /Rec/ImpTL /ImpTL /ImpTL /ImpTL Blm TL

2011

2012

47

12

27

0

29

7

18

0

35

7

30

0

36

26

111

7559 27 36 18 42 30 62137

26

Sumber : Itjen Source: Inspectorate General

Tabel 3.3. Hukuman Disiplin Pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2011 dan 2012Table 3.3. Employee Disciplinary Action in the Ministry of Finance Sphere 2011 and 2012

Page 93: FA LTKK 2012.indb

92Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Satu hal penting lainnya terkait pengelolaan SDM adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja diyakini dapat mendorong dan mempengaruhi semangat kerja pegawai. Tingginya kepuasan kerja pegawai diharapkan dapat berimplikasi secara positif baik terhadap produktivitas pegawai itu sendiri maupun organisasi secara keseluruhan.

Kementerian Keuangan memberi perhatian lebih akan hal kepuasan kerja. Untuk mengetahui sejauh mana kepuasan serta ekspektasi yang dirasakan oleh pegawai Kementerian Keuangan atas kondisi Tata Kelola SDM dan Organisasi Kementerian Keuangan, selama Oktober hingga November 2012 telah dilakukan Survei Kepuasan Pegawai secara online dengan jumlah responden sebanyak 38.894. Selain itu dilakukan pula in depth interview pada 10 orang responden terpilih dari 5 kota besar yaitu: Medan, Balikpapan, Makassar, Surabaya, dan Batam.

Another important point related to human resource management is job satisfaction. It is believed that job satisfaction can support and in!uence employee spirits. High employee job satisfaction is hoped to have a positive implication on employee productivity itself, as well as the organization as a whole.

The Ministry of Finance pays particular attention to the issue of job satisfaction.In order to discover how far satisfaction and expectations are felt by Ministry of Finance employees regarding human resource management conditions and Ministry of Finance organization, from October to November 2012 an online Employee Satisfaction Survey was undertaken, with 38,894 respondants.In addition, in depth interviews were carried out for 10 respondants chosen from"ve major cities, namely: Medan, Balikpapan, Makassar, Surabaya, and Batam. The

3HQJXNXUDQ.HSXDVDQ�3HJDZDL(PSOR\HH�6DWLVIDFWLRQ�0HDVXUHPHQW��

Page 94: FA LTKK 2012.indb

93Bab 03 | Sumber Daya Manusia

Chapter 03 | Human Resources

Hasil survei ini dapat memberikan umpan balik dan masukan untuk peningkatan kepuasan kerja SDM di lingkungan Kementerian Keuangan.

Dari hasil survei kepuasan pegawai tersebut, dengan menggunakan skala likert 1–5, diperoleh indeks kepuasan pegawai Kementerian Keuangan sebesar 3,39 (dari target sebesar 3,04) atau dalam kategori “Puas”. Perincian nilai indeks hasil survei kepuasan pegawai disajikan per unit Eselon I dapat dilihat pada Gra!k 3.4.

Variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur indeks kepuasan pegawai adalah hal-hal terkait dengan: pekerjaan, imbalan, pengembangan kompetensi/skill pegawai, mutasi/rotasi pegawai, supervisi, dan rekan kerja. Nilai indeks kepuasan pegawai berdasarkan variabel yang diteliti dapat dilihat pada Gra!k 3.5.

results of these surveys provided feedback and input to increase job satisfaction of human resources in the Ministry of Finance sphere.

From the results of these employee satisfaction surveys, using the likert 1–5 scale, a Ministry of Finance employee satisfaction index of 3.39 was obtained (from a target ofr 3.04), or in the category of “Satis!ed”. Details of the employee satisfaction survey index value results per Echelon I unit can be seen in Figure 3.4.

Variables used to measure the employee satisfaction indexwere the following linked points: work, rewards, employee skill/competence development, employee rolling/rotation, supervision, and co-workers. Employee satisfaction index values based on the investigated variables can be seen in Figure 3.5.

Graphic 3.4 Nilai Indeks Kepuasan Pegawai tahun 2012Figure 3.4. Index Value of Employee Satisfaction 2012

Sumber : Itjen Source: Inspectorate General

Kemenkeu

Ministry of Finance

Inspectorate General

Secretary General

Directorate General of Budget

Directorate General of Tax

Directorate General of Customs and Excise

Directorate General of Treasury

Directorate General of State Assets

Directorate General of Fiscal Balance

Directorate General of Debt Management

Capital Market and Financial Institutions

Supervisory Agency

Fiscal Policie

s Board

Financial Education and Training AgencyItje

nSetjen DJA DJP DJBC

DNKNDJPK DJPU

Bapepam-LK BKFBPPK

DJPB

3

2.9

3,1

3,2

3,3

3,4

3,5

3,6

3,393,38

3,183,13

3,32

3,53

3,42

3,52

3,25

3,19

3,44

3,21

3,33

Page 95: FA LTKK 2012.indb

94Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Dilihat dari nilai indeks per variabel penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel mutasi/rotasi memiliki nilai yang relatif rendah bila dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya, yaitu sebesar 2,88. Terkait ketidakpuasan pegawai pada mutasi/rotasi, beberapa responden menyebutkan bahwa tidak berjalannya pola mutasi dapat menimbulkan efek negatif ketika seorang pejabat menduduki suatu posisi terlalu lama. Mutasi hendaknya mempertimbangkan pengembangan kompetensi pegawai sehingga dapat mencegah demotivasi pegawai. Selain itu, rotasi antar bagian juga diperlukan oleh para pegawai untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh terhadap tugas dan fungsi unit kerja.

Dari hasil in depth interview, diperoleh beberapa masukan, meliputi: perlunya kejelasan pola mutasi pegawai, pentingnya kenaikan tunjangan disesuaikan dengan tingkat in!asi dan disesuaikan dengan tingkat biaya hidup masing-masing daerah penempatan, serta perlu adanya percepatan proses penyebaran informasi dari pusat.

From the research of index value per variable, it can be concluded that the variable of rolling/rotation has a relatively low value in comparison with the other variables, namely of 2.88. Related to the employee dissatisfaction towards rolling/rotation, several respondents stated that ine"ectiveness of the rolling system caused a negative e"ect when an o#cial stayed in a position for too long. Rolling should balance development of employee competence to prevent employee demotivation. Furthermore, rotation between sections is also necessary for employees to gain holistic understanding of the tasks and functions of the work unit.

From the results of thein-depth interviews, several inputs were obtained, covering: the necessity for information on the employee rolling system; the importance of increases in rewards to $t the rate of in!ation and adjustment to the cost of living in each placement area, and the need for an increase in speed of the process of dissemination of information from the centre.

Graphic 3.5 Nilai Indeks Per Variabel Figure 3.5.Index Value Per Variable

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sources: Data Processing Results

Pekerjaan work

Imbalan Reward

Pengembangan Kompentensi/Skill PegawaiEmployees’ competence/skill development

Mutasi/Rotasi PegawaiEmployees’ mutation/rotation

Supervisi Supervision

Rekan Kerja Colleagues

3.44

3.12

3.19

2.88

3.56

3.66

2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80

Page 96: FA LTKK 2012.indb
Page 97: FA LTKK 2012.indb

Dampu Gunung/ Engklek / SudamandaPermainan dampu digambar di atas tanah, membentuk diagram gambar yang terdiri dari beberapa blok, masing-masing blok mengandung makna: gunung, rumah, dan tangga. Dampu berasal dari kata Melayu, yaitu panggilan kehormatan pada seseorang, atau kata dampu berasal dari kata di + ampu, atau diampu yang berarti angkat, para pemain mengangkat sebelah kakinya meIoncat dari satu blok ke blok lain. Permainan ini diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam melangkah dan meniti blok.

Dampu game drawn on the ground, forming a picture diagram consists of several blocks, each block contains the meaning: the mountains, houses, and stairs. Dampu derived from the Malay word, which calls on one's honor, or is derived from the word di + ampu, or diampu which means lift, the players lifted his legs and jumping from one block to another block. This game takes accuracy and prudent in moving and pursue blocks.

Page 98: FA LTKK 2012.indb

Dampu Gunung/ Engklek / SudamandaPermainan dampu digambar di atas tanah, membentuk diagram gambar yang terdiri dari beberapa blok, masing-masing blok mengandung makna: gunung, rumah, dan tangga. Dampu berasal dari kata Melayu, yaitu panggilan kehormatan pada seseorang, atau kata dampu berasal dari kata di + ampu, atau diampu yang berarti angkat, para pemain mengangkat sebelah kakinya meIoncat dari satu blok ke blok lain. Permainan ini diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam melangkah dan meniti blok.

Dampu game drawn on the ground, forming a picture diagram consists of several blocks, each block contains the meaning: the mountains, houses, and stairs. Dampu derived from the Malay word, which calls on one's honor, or is derived from the word di + ampu, or diampu which means lift, the players lifted his legs and jumping from one block to another block. This game takes accuracy and prudent in moving and pursue blocks.

Page 99: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 04

Perumusan Kebijakan FiskalFiscal Policies Formulation

Pengelolaan Keuangan NegaraState Financial Management

Pengelolaan Kekayaan NegaraState Assets Management

Pengawasan Pasar Modal Dan Lembaga KeuangaSupervision of Capital Market and Financial Institutions

Analisis KinerjaPerformance Analysis

Page 100: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 04

Perumusan Kebijakan FiskalFiscal Policies Formulation

Pengelolaan Keuangan NegaraState Financial Management

Pengelolaan Kekayaan NegaraState Assets Management

Pengawasan Pasar Modal Dan Lembaga KeuangaSupervision of Capital Market and Financial Institutions

Analisis KinerjaPerformance Analysis

Page 101: FA LTKK 2012.indb

100Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA

Arah kebijakan pendapatan negara pada tahun 2012 dirumuskan dalam kerangka kebijakan ! skal terkait pemberian insentif dan/atau disinsentif di bidang perpajakan yang bertujuan untuk:

(i) Optimalisasi pendapatan negara; (ii) Melakukan pengendalian harga pangan pokok; (iii) Meningkatkan investasi dan menggerakkan

sektor riil; (iv) Meningkatkan daya saing produk dalam negeri; (v) Memulihkan injury industri dalam negeri karena

adanya perdagangan yang tidak fair.

Kebijakan-kebijakan tersebut dituangkan ke dalam program-program perumusan kebijakan ! skal, yaitu:

a. Optimalisasi penerimaan perpajakan dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB), melalui

GOVERNMENT REVENUES POLICY

The direction of the Government Revenues policy in 2012 was formulated in ! scal policy framework related to the provision of incentives and/or disincentives in the tax sector, aimed at:

(i) Optimizing revenues; (ii) Controlling staple food prices; (iii) Increasing investment and driving the real sector; (iv) Increasing competitiveness of domestic

products; (v) Recovering domestic industrial injury due to

unfair trading.

These policies were mentioned in the programs of ! scal policy formulation, including:

a. Optimization of Tax Revenues and Non-Tax Revenues (PNBP), through policies related to tax

PERUMUSAN KEBIJAKAN FISKALFISCAL POLICY FORMULATION

Page 102: FA LTKK 2012.indb

101Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kebijakan perpajakan (pajak, bea masuk, bea keluar, cukai) dan PNBP;

b. Stabilisasi harga pangan pokok dilaksanakan melalui kebijakan !skal dalam kerangka pengendalian harga pangan pokok. Hal ini dilaksanakan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau;

c. Peningkatan investasi untuk lebih menggerakkan sektor riil dilaksanakan dengan beberapa cara. Misalnya dengan menerbitkan kebijakan untuk mendukung peningkatan investasi seperti pemberian fasilitas atau keringanan perpajakan bagi Wajib Pajak yang melakukan investasi baru maupun perluasan usaha;

d. Peningkatan daya saing produk dalam negeri dilaksanakan melalui perubahan sistem klasi!kasi barang dan pembebanan tarif bea masuk impor. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri;

e. Peningkatan perdagangan dilaksanakan dengan cara memperluas akses pasar melalui skema-skema perjanjian perdagangan internasional, termasuk kerjasama-kerjasama tarif preferensi. Upaya ini dilakukan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait dengan perjanjian-perjanjian perdagangan internasional (free trade area).

f. Penetapan tarif bea masuk antidumping dan pengamanan atas sejumlah produk. Langkah ini ditujukan untuk memulihkan industri dalam negeri karena terjadi unfair trade dan ketidakseimbangan perdagangan yang dilakukan oleh satu atau sejumlah negara. Kementerian Keuangan menerbitkan PMK pengenaan Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.

Sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan, output yang dihasilkan oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara pada tahun 2012 sebanyak 45 buah PMK.

KEBIJAKAN APBN

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Presiden memberi kuasa kepada Menteri Keuangan untuk bertindak selaku pengelola !skal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Sebagai pengelola !skal, salah satu tugas Kementerian Keuangan adalah menyusun kebijakan !skal dan kerangka ekonomi

policies (tax, import tax, export tax, excise) and Non-Tax Revenues (PNBP).

b. Stabilisation of staple food prices implemented through !scal policies in the framework of controlling staple food prices. It is implemented to ful!ll people’s needs at an a"ordable price.

c. Increase of investment to encourage the real sector implemented in various ways. For instance, by issuing a policy to support investment increase such as tax relief for Tax Payers who make new investments or business expansion.

d. Increase of domestic products competitiveness through a change of goods classi!cation and imposition of import tari". This is aimed at increasing domestic products’ competitiveness.

e. Increase of trade by expanding market access through international trade agreements, including tari" preferences cooperation. It is executed by the issuance of Regulations of the Minister of Finance related to the international trade agreements (Free Trade Area).

f. Stipulation of antidumping import tari" and security of a number of products. It is aimed at recovering domestic industry due to unfair and imbalanced trade committed by one or a number of countries. The Ministry of Finance has issued a regulation on Antidumping Import Tax and Security E"orts Import Tax.

According to the stipulated work plan, in 2012, the Government Revenues Policies Centre produced 45 Regulations of the Minister of Finance, as follow:

STATE BUDGET POLICIES

Under Law No. 17/2003 on State Finance, the Minister of Finance shall be empowered by the President to act as the !scal manager and the government representative in the possession of separated state assets. As the !scal manager, one of the Ministry of Finance’s tasks shall be to prepare !scal policies and macro economic framework. The Ministry of Finance

Page 103: FA LTKK 2012.indb

102Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

makro. Kementerian Keuangan juga bertugas menyusun RAPBN dan RAPBN perubahan (RAPBN-P), serta tugas-tugas lain di bidang pengelolaan !skal berdasarkan ketentuan UU.

Secara substansi, kerangka ekonomi makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) disusun dengan berlandaskan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Hal tersebut merupakan perwujudan dari visi, misi, dan program kerja pemerintah setiap tahun dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). PPKF menjabarkan arah kebijakan !skal untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional.

Pada tahun 2012, tema RKP 2012 adalah “Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif dan Berkeadilan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat”. Sejalan dengan itu kebijakan !skal disusun untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi di daerah melalui beberapa langkah. Di antaranya adalah pengembangan koridor ekonomi, pembangunan infrastruktur untuk mewujudkan keterhubungan wilayah, dan memperluas program perlindungan sosial.

Sehubungan dengan hal tersebut, kebijakan !skal di tahun 2012 diarahkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan negara, meningkatkan e!siensi dan efektivitas belanja negara, serta mengoptimalkan pengelolaan pembiayaan secara berhati-hati. Di samping itu juga untuk meningkatkan pemanfaatannya bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif.

Kebijakan !skal yang sehat, prudent, dan berkesinambungan, merupakan salah satu kunci utama kekuatan perekonomian nasional. Ada tiga fungsi utama dari APBN, yaitu mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, mendistribusikan barang dan jasa, serta menjaga stabilitas dan akselerasi kinerja perekonomian. Salah satu indikator kebijakan !skal yang digunakan pemerintah untuk mengukur ketahanan !skal adalah surplus/de!sit APBN atau surplus/de!sit anggaran. Penetapan postur APBN yang ekspansif atau kontraktif menjadi pilihan dalam mempengaruhi perekonomian nasional, khususnya pada saat terjadi kegagalan pasar (market failure).

APBN tahun 2012 bukan merupakan APBN biasa karena disusun pada saat perekonomian global masih menghadapi ketidakpastian. Perekonomian dunia, khususnya negara-negara maju, masih

shall also have the task to prepare the State Budget Draft and the State Budget Revised Draft, and other tasks in the !scal management sector as stipulated in the Law.

Substantially, the macro economic framework and Fiscal Policies Principals are arranged based on the Government’s Work Plan (RKP). It is a manifestation of the government’s vision, mission, and annual work plan and contained in the Medium-Term Development Plan (IDRJM). The Government’s Work Plan shall elaborate the !scal policy direction to support the achievement of the national development target.

In 2012, the theme of the Government’s Work Plan was “Acceleration and Expansion of Inclusive and Equal Economic Growth to Increase People’s Welfare”. Along with it, the !scal policies were arranged to support the realization of economic growth in regions through some steps, including the economic gateways development, the infrastructure development to create regional connectivities, and expansion of social protection programs.

In relation with it, the 2012 !scal policies were directed to optimize sources of Government Revenues, to increase e#ciency and e"ectiveness of the state expenditures, as well as to optimize prudent !nancing management. In addition, the policies were also directed to increase advantages of productive activities.

Sound, prudent, and sustainable !scal policies are one of the main keys in the national economic strength. There are three main functions of the State Budget, including to allocate economic sources, to distribute goods and services, and to maintain stability and acceleration of economic performance. One of the !scal policies indicators used by the government to measure the !scal resilience is the State Budget’s surplus/de!cit or budget surplus/de!cit. The stipulation of expansive and contractive posture of the State Budget is a choice in in$uencing the national economy, especially in the event of a market failure.

The 2012 State Budget was not an ordinary State Budget as it was prepared when the global economy remained in an uncertainty. The global economy, especially in the developed countries, was

Page 104: FA LTKK 2012.indb

103Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

dibayang-bayangi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Keadaan perekonomian global itu dikhawatirkan berdampak pada perekonomian regional dan domestik. Kenaikan harga minyak, potensi tidak tercapainya lifting minyak dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga turut memberikan tekanan terhadap ketahanan !skal nasional.

Untuk merespons dan mengantisipasi tekanan terhadap !skal tersebut, pemerintah menempuh kebijakan melakukan percepatan perubahan APBN tahun 2012. Secara umum, latar belakang diajukannya rancangan APBN-P meliputi empat hal pokok, yaitu (i) penyesuaian asumsi ekonomi makro atas perkembangan perekonomian global, regional, dan domestik; (ii) perubahan kebijakan !skal untuk menjaga kesinambungan !skal dan stabilitas perekonomian; (iii) pergeseran antarjenis belanja dan antarkegiatan untuk meningkatkan e!siensi dan akuntabilitas; dan (iv) penggunaan Sisa Anggaran Lebih (SAL) untuk mendukung kegiatan produktif yang dapat menstimulasi perekonomian.

Dalam APBN-P tahun 2012, pemerintah menerapkan lima langkah besar kebijakan !skal, yaitu: pertama menjaga kesinambungan !skal melalui pengendalian de!sit anggaran dalam batas aman, pengendalian subsidi, dan peningkatan e!siensi belanja kementerian/lembaga (K/L) dan diarahkan untuk kegiatan yang lebih produktif. Kedua, melakukan counter cyclical untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tetap tinggi melalui peningkatan pembangunan infrastruktur. Ketiga, memanfaatkan SAL untuk kegiatan produktif dalam memberikan stimulasi perekonomian melalui pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, mitigasi bencana, dan kebutuhan mendesak lainnya. Keempat, menjaga rasio anggaran pendidikan tetap minimal 20 persen, dan kelima, mencari sumber-sumber pembiayaan yang berisiko rendah, e!sien, dan diarahkan untuk kegiatan yang produktif.

Kementerian Keuangan juga telah mempersiapkan langkah-langkah antisipatif lainnya dalam menghadapi kondisi perekonomian global tahun 2012. Langkah-langkah tersebut antara lain penyusunan crisis management protocol (CMP), pembentukan bond stabilization framework (BSF), dan melakukan kerjasama internasional penanganan krisis. Pemerintah juga memiliki otoritas untuk menangani krisis melalui pasal mitigasi krisis dalam UU APBN tahun 2012, khususnya Pasal 40, 41, dan 43.

shadowed by a slow down in the economic growth. The condition was feared to a"ect both the domestic as well as the regional economy. Oil price raise, the potential of unreached oil lifting, and rupiah devaluation towards US dollar also gave pressure to the national !scal endurance.

To respond and anticipate the pressure towards the !scal, the government took a policy to accelerate the 2012 State Budget Review. In general, the draft of the State Budget Review included four principal things: (i) adjustment of the macro economic assumptions to the development of the global, regional, and domestic economy; (ii) change of the !scal policy to maintain sustainability between the !scal and the economic stability; (iii) switch between the expenditures and activities to increase e#ciency and accountability; (iv) use of the Remaining Budget (SAL) to support productive activities able to stimulate the economy.

In the State Budget Review 2012, the government applied !ve major steps in the !scal policy, including: !rst, to maintain !scal sustainability by controlling the budget de!cit in a safe zone, controlling the subsidy, and increasing the expenditures e#ciency in ministries/institutions and to be directed into more productive activities. Second, to execute a counter cyclical to maintain momentum of a high economic growth through an increase in the infrastructure development. Third, to take advantage of the Remaining Budget (SAL) for productive activities to stimulate the economy through infrastructure development, food security, disasters mitigation, and other urgent needs. Fourth, to maintain the budget ratio for education at a minimum of 20 percent, and !fth, to seek low-risk, e#cient !nancing sources, directed for productive activities.

The Ministry of Finance also prepared other anticipative steps to face the global economic condition in 2012. The steps included preparation of a Crisis Management Protocol (CMP), establishment of a Bond Stabilization Framework (BSF), and setting up of international cooperation in crisis management. The government also had an authority to handle a crisis through the articles on crisis mitigation in Law on 2012 State Budget, especially Articles 40, 41, and 43.

Page 105: FA LTKK 2012.indb

104Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Dengan berbagai langkah responsif dan antisipatif tersebut, realisasi de!sit anggaran tahun 2012 mencapai 1,77 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh lebih rendah dari targetnya dalam APBN-P 2012 sebesar 2,23 persen terhadap PDB. Namun demikian, untuk pertama kalinya realisasi keseimbangan primer dalam posisi negatif. Hal ini merupakan sinyal perlunya peningkatan kewaspadaan dalam menjaga kesinambungan !skal. Salah satu faktor yang menyebabkannya kewaspadaan ini adalah tingginya realisasi subsidi energi akibat kegagalan dalam upaya pengendalian konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan batalnya kenaikan harga BBM dalam negeri. Selain berdasarkan perkembangan perekonomian makro serta prioritas dan sasaran pembangunan, perumusan kebijakan !skal juga memperhatikan berbagai rekomendasi dari hasil kajian dan analisis di bidang !skal. Beberapa kajian yang dilaksanakan selama tahun 2012 untuk mendukung perumusan kebijakan !skal antara lain: kajian teoretis !scal space dan penyusunan model kebutuhan !scal space terhadap pembangunan infrastruktur; antisipasi dan mitigasi krisis !skal melalui pengembangan crisis management protocol (CNP) !skal; desain subsidi tepat sasaran; pengaturan batas kumulatif de!sit APBD; rekomendasi, pemantauan, evaluasi efektivitas dan kesesuaian alokasi Dana Alokasi Umum (DAU).

KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO

Berbagai hal yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi makro Indonesia dirumuskan oleh Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM), yang merupakan bagian dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan. PKEM memiliki sejumlah tugas, di antaranya melaksanakan pemantauan dini perkembangan ekonomi makro, analisis kebijakan dan perumusan rekomendasi kebijakan ekonomi makro.

Dalam melaksanakan tugasnya, PKEM menyelenggarakan fungsi:

a. Memantau secara dini dan menganalisis perkembangan ekonomi yang berpotensi berdampak terhadap APBN dan perekonomian nasional;

Thanks to the responsive and anticipative steps, the realization of budget de!cit in 2012 was 1.77 percent to the Gross Domestic Product. However, for the !rst time, the realization of the primary balance was in a negative position. This was a signal of the need of increasing awareness in maintaining the !scal sustainability. One of the factors that caused the awareness was the high realization of the energy subsidy as a result of the failure to control fuel consumption and the cancelled raise of domestic oil price.

Apart from the macro economic development, and the development priorities and targets, the formulation of the !scal policies also took various recommendations from assessment results and !scal analysis into consideration. Some assessments made in 2012 to support the formulation of the !scal policies included: a theoretical assessment on the !scal space and the preparation of !scal space model towards the infrastructure development; anticipation and mitigation of the !scal crisis through the development of the !scal Crisis Management Protocol; a subsidy design that is right on target; arrangement of the Regional Budget de!cit accumulative limit; recommendation, observation, evaluation of the General Allocation Fund (DAU) e"ectiveness and suitability.

MACRO ECONOMIC POLICY

A variety of things related to the Indonesian macroeconomic policy were formulated by the Macro Economic Policy Centre, a part of the Fiscal Policy Agency of the Ministry of Finance. The Centre had a number of tasks, among others, to implement an early observation of the macroeconomic development, policy analysis, and formulation of a recommendation on the macroeconomic policy.

In implementing its tasks, the Macro Economic Policy Centre has the following functions:

a. To observe early and to analyse the economic development potential to a"ect the State Budget and the national economy;

Page 106: FA LTKK 2012.indb

105Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

b. To formulate outline of the !scal policy and framework of the macro economy;

c. To prepare a projection of the macro economic basic assumption as a calculation basic for the Financial Statement and the State Budget Draft;

d. To prepare materials for the Financial Statement and the State Budget Draft, semester I report and semester II prognosis of the implementation of the State Budget, the State Budget Review Draft, the Presidential speech and speech attachments, the government’s answers to questions of the House of Representatives and the Regional Representatives Board, answers to questions and consultation from international and regional institutions in the macro economic sector;

e. To analyse the real, !scal, monetary sector and the !nancial institution;

f. To prepare draft of the decree of the Minister of Finance on the exchange rate as a basis for tax and import duties of goods and service calculation;

g. To prepare coordination materials of targets, observation, and in$ation controlling, investors relations and the !nancial sector stabilization;

h. To develop a model of macro economic analysis;

i. To develop an application and management of the macro economic data basis;

j. To plan an assessment, dissemination, and publication program of the assessment result; and

k. To implement the central governance.

FISCAL RISK MANAGEMENT POLICY

In the development for the people’s welfare, a country will always relate to !scal management. However, in the implementation, the country will always face a !scal vulnerability if it fails to coordinate the !scal policy comprehensively. One of the indicators of the !scal vulnerability as a result of the government’s coordination failure is the risk of uncertainty in the implementation of the !scal policy. Wheras the !scal policy has three important roles, including: budget allocation, distribution of subsidy revenues, and economic stabilization. These three roles are important in the national economic management.

The economic development, both local, regional, as well as global, is very fast. Various pressures

b. Merumuskan pokok-pokok kebijakan !skal dan kerangka ekonomi makro;

c. Menyusun proyeksi asumsi dasar ekonomi makro sebagai dasar perhitungan Nota Keuangan dan RAPBN;

d. Menyusun bahan Nota Keuangan dan RAPBN, laporan semester I dan prognosa semester II pelaksanaan APBN, RAPBN Perubahan, bahan Pidato dan Lampiran Pidato Presiden, Jawaban Pemerintah atas pertanyaan DPR dan DPD, jawaban pertanyaan dan bahan konsultasi dengan Lembaga Internasional dan Regional di bidang ekonomi makro;

e. Menganalisis sektor riil, !skal, moneter dan lembaga keuangan;

f. Menyusun rancangan KMK tentang penetapan nilai tukar sebagai dasar perhitungan pajak dan bea masuk atas barang dan jasa;

g. Mempersiapkan bahan koordinasi penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian in$asi, hubungan investor dan stabilisasi sektor keuangan;

h. Mengembangkan model analisis ekonomi makro;

i. Mengembangkan aplikasi dan pengelolaan basis data ekonomi makro;

j. Merencanakan program pengkajian, diseminasi dan publikasi hasil kajian; dan

k. Melaksanakan tata kelola pusat.

KEBIJAKAN PENGELOLAAN RISIKO FISKAL

Ketika melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan rakyatnya, sebuah negara akan selalu berhubungan dengan pengelolaan !skal. Namun dalam pelaksanaannya, negara akan selalu menghadapi kerentanan !skal jika gagal melaksanakan koordinasi kebijakan !skal secara keseluruhan. Salah satu indikasi kerentanan !skal akibat kegagalan koordinasi pemerintah adalah adanya risiko ketidakpastian dalam pelaksanaan kebijakan !skal. Padahal kebijakan !skal memiliki tiga peran penting yaitu : alokasi anggaran, distribusi pendapatan subsidi dan stabilisasi ekonomi. Ketiganya memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan perekonomian nasional.

Perkembangan perekonomian lokal, regional maupun global sangat cepat berubah. Berbagai

Page 107: FA LTKK 2012.indb

106Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

tekanan terhadap perekonomian, baik berasal dari internal maupun eksternal akan berpengaruh secara signi!kan terhadap APBN. Pemerintah harus mengelola !skal agar tercapai ketahanan !skal, sehingga dapat menjaga kesinambungan !skal. Kesinambungan !skal akan terbentuk jika pemerintah dapat menjaga de!sit anggaran maksimum sebesar 3 persen dari PDB dan pinjaman pemerintah maksimum sebesar 60 persen dari PDB.

Persoalan menjaga kesinambungan !skal dan ketahanan !skal merupakan manajemen pengendalian dan pengelolaan risiko !skal. De!nisi risiko !skal dalam beberapa referensi berbeda-beda, tetapi ada beberapa kesamaan pendapat secara garis besar. Risiko !skal pertama dapat dide!nisikan sebagai tingginya ketidakpastian kondisi makro ekonomi seperti volatilitas harga minyak internasional dan nilai tukar rupiah. Perubahan ini secara signi!kan akan mempengaruhi postur APBN baik pada sisi pendapatan negara, belanja negara maupun pembiayaan atas membengkaknya de!sit. De!nisi kedua risiko !skal adalah meningkatnya kewajiban kontijensi pemerintah yang antara lain disebabkan oleh perluasan peran pemerintah. Seiring dengan tuntutan perbaikan ekonomi Indonesia pascakrisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998, pemerintah melakukan program percepatan pembangunan khususnya di bidang infrastruktur. Keterbatasan kemampuan APBN menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan program ini. Mengingat program percepatan pembangunan membutuhkan modal yang sangat besar. Salah satu solusi dalam mengatasi hambatan adalah dengan menjalin kerjasama antara pemerintah dengan swasta (public private partnership). Untuk menjembatani hubungan antara pemerintah dan swasta serta kehati-hatian dalam pengelolaan keuangan negara, pada tahun 2005 melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 518/KMK.01/2005 dibentuklah Komite Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur (KPRPI).

Perkembangan perekonomian terjadi begitu cepat dan pemenuhan terhadap kebutuhan masyarakat sangat luas dan bervariasi. Di sisi lain, APBN terbatas untuk dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat sehingga diperlukan prioritas. Apabila prioritas tersebut telah dilaksanakan, tetapi APBN belum memenuhi hajat negara seperti dimaksud,

towards the economy, both internally as well as externally, will signi!cantly a"ect the State Budget. The government must manage the !scal to achieve a !scal resilience, so that it can maintain a !scal sustainability. The !scal sustainability will be formed if the government can maintain a budget de!cit of maximum three percent of the Gross Domestic Product (GDP) and a government loan of maximum 60 percent of the Gross Domestic Product (GDP).

Maintaining !scal sustainability and resilience is a matter of control management and !scal risk management. The de!nition of !scal risk in some references varies, yet there are some similar opinions in general. The !rst !scal risk can be de!ned as the high uncertainty of the macro economic condition such as the volatility of the international oil price and rupiah exchange rate. The change will signi!cantly a"ect the State Budget posture both the revenues, the expenditures as well as the !nancing of the swallowing de!cit. The second de!nition of the !scal risk is the increase of the government’s contingency obligation which is among others caused by the expansion of the government’s roles.

In line with a demand of the Indonesian economic improvement after the economic crisis in 1997-1998, the government accelerates the development, in particular the infrastructure sector. The limited capacity of the State Budget was the main constraint in the program implementation. As the development acceleration program requires a huge capital, one of the solutions is to set up cooperation between the government and the private sector (public private partnership). To bridge cooperation between the government and the private sector as well as prudence in the state !nancial management, the Committee of Risk Management on the Infrastruture Provision (KPIDRI) was set up in 2005 through Decree of the Minister of Finance Number 518/KMK.01/2005.

There has been a fast economic development, and extensive and varied needs of the people. On the other hand, the State Budget is limited to ful!ll all needs of the people that priorities are a must. When a certain priority has been implemented, but the State Budget has not ful!lled the state needs as mentioned, then the government must expand its

Page 108: FA LTKK 2012.indb

107Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

maka pemerintah harus melakukan perluasan peran demi kepentingan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Polackova (1998) mengemukakan, pemerintah di berbagai negara sekarang ini menghadapi risiko !skal dan ketidakpastian yang lebih tinggi dibandingkan periode-periode sebelumnya. Alasan utamanya adalah perubahan peran negara/pemerintah. Jika sebelumnya berperan sebagai penyedia pembiayaan (!nancier), peran pemerintah kemudian bergeser sebagai penjamin (guarantor) dalam penyediaan jasa-jasa dan proyek pembangunan baik secara implisit maupun eksplisit. Tugas itu akan semakin luas jika ada kesenjangan dan keterbatasan APBN untuk membantu penyediaan infrastruktur. Karena itu, dalam Nota Keuangan Tahun 2008, pemerintah memasukkan subbab risiko !skal dalam APBN.

Hal tersebut dimaksudkan agar tercapai hasil kestabilan !skal yang dapat terukur. Apabila di kemudian hari terjadi ketidakpastian atau kejadian tertentu yang berdampak pada APBN, maka APBN dapat dibuat lebih $eksibel. APBN dapat menalangi dan memberikan bantalan terhadap anggaran tertentu apabila terjadi tekanan yang dapat mengguncang APBN.

Untuk memantau risiko-risiko !skal, Kementerian Keuangan membentuk Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal (PPRF) unit Pengelolaan Risiko Fiskal yang berada di bawah BKF. Pembentukan unit ini berdasarkan PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan. Tugas PPRF adalah melakukan analisis, perumusan rekomendasi, dan evaluasi pengelolaan risiko ekonomi, keuangan, sosial, BUMN, dan dukungan pemerintah.

PPRF juga menentukan sumber risiko !skal dan menjalankan mitigasi risiko !skal berkelanjutan. Risiko !skal yang diungkapkan dalam Nota Keuangan Negara dan APBN dapat dirinci sebagai berikut.

1. Sensitivitas Asumsi Ekonomi MakroDalam penyusunan APBN, indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi serta tingkat in$asi. Jika mengacu kepada standar akuntansi internasional (IAS 37.10), kewajiban kontijensi dide!nisikan sebagai kewajiban yang mungkin timbul dan bergantung kepada

roles for the sake of the welfare and high economic growth.

Polackova (1998) stated that the government in various countries is currently facing a higher !scal risk and uncertainty compared to the previous periods. The main reason is the change of the state/government’s role. If previously, its role was a !nanicer, its current role is a guarantor in providing services and development projects both implicitely as well as explicitely. The task becomes broader when there is a gap and limitation in the State Budget to help providing the infrastructure. Therefore, in the 2008 Financial Statement, the government put a sub chapter of !scal risk in the State Budget.

It was aimed at obtaining a measurable !scal stability. When in the future, there is an uncertainty or certain event a"ecting the State Budget, then the State Budget could be made more $exible. The State Budget could !rst bail certain budgets upon pressures that might a"ect the State Budget.

To observe the !scal risks, the Ministry of Finance has set up a Fiscal Risk Management Centre, a unit of !scal risk management under the Fiscal Policy Agency. The unit was set up under the Regulation of the Minister of Finance Number 184/PMK.01/2010 on the Organization and Work Procedures of the Ministry of Finance. Its tasks include to analyse, to formulate recommendations, and to evaluate economic, !nancial, social, state-owned enterprises, and the government’s risk management.

The Fiscal Risk Management Centre also determines the !scal risk sources and implements the !scal risk mitigation to realize sustainable !scal. The !scal risk as disclosed in the State Financial Statement can be detailed as follows:

1. Sensitivity of Macro Economic Assumptions In preparing the State Budget, macro economic indicators used as a setting basis is the economic growth and the in$ation rate. Referring to the international accountancy standard (IAS 37.10), the contingency obligation is de!ned as a possible obligation that depends on uncertain future events. For instance, the three-month

Page 109: FA LTKK 2012.indb

108Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

interest rate of Bank Indonesia Certi!cate, the exchange rate, the Indonesian Crude Oil Price, and the oil lifting.

2. The Government’s Debt Risk One of the aspects of !scal risk management is the management of the government’s debt risk. Risks faced in managing the government’s debt risk may be both externally as well as internally from the debt managing organization. Risks mentioned include (1) !nancial risk, that is the interest rate and the re!nancing risk, and (2) operational risk.

3. Infrastructure Development Project The budget reserve of !scal risk is the amount of the expenditures budget that the government must provide as a reserve to anticipate economic changes. This aims to measure and observe the absorption of the !scal risk reserve as well as to measure the accuracy of the !scal risk budget. The !scal risk reserve used consists of two components, macro assumption reserve and landscaping reserve.

Fiscal risk related to infrastructure development projects comes from the support/guarantee provided by the government towards some projects, including the acceleration project of 10,000-MW power plant construction, the construction project of Jakarta Outer Ring Road II (JORR II), and the construction project of Jakarta monorail, as well as the Business Feasibility Guarantee Letter (SJKU) and SJPP for partnership projects between the private sector and the government. PPRF assesses the sources of !scal risks when there is a guarantee from the government to the assignment of the infrastructure projects executed by PT PII, PT SMI, IIF dan PIP.

4. State-Owned Enterprises Risk Changes in the exchange rate, the interest rate, and the crude oil price may a"ect performance of state-owned enterprises’ !nance, that it may possibly a"ect their contribution to the State

suatu peristiwa yang tidak pasti pada masa mendatang. Misalnya saja tingkat suku bunga Serti!kat Bank Indonesia (SBI) tiga bulan, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP), dan lifting minyak.

2. Risiko Utang PemerintahSalah satu aspek pengelolaan risiko !skal adalah pengelolaan risiko utang pemerintah. Risiko yang dihadapi dalam pengelolaan risiko utang pemerintah dapat muncul dari lingkungan eksternal maupun internal organisasi pengelola utang. Risiko dimaksud antara lain (1) risiko keuangan yang terdiri dari risiko tingkat suku bunga, risiko nilai tukar, dan risiko re!nancing, serta (2) risiko operasional.

3. Proyek Pembangunan InfrastrukturCadangan anggaran risiko !skal adalah besaran anggaran belanja yang harus disediakan pemerintah sebagai cadangan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan ekonomi yang terjadi. Tujuannya untuk mengukur dan memantau penyerapan cadangan risiko !skal serta mengukur ketepatan proyeksi anggaran risiko !skal. Cadangan anggaran risiko !skal yang digunakan terdiri dari dua komponen, yaitu cadangan asumsi makro dan cadangan land capping (jaminan pemerintah atas kenaikan harga tanah).

Risiko !skal yang terkait dengan proyek pembangunan infrastruktur berasal dari dukungan/jaminan yang diberikan oleh pemerintah terhadap beberapa proyek, yaitu proyek percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 megawatt (MW), proyek pembangunan jalan tol trans Jawa, proyek pembangunan jalan tol Jakarta outer ring road II (JORR II), dan proyek pembangunan monorail Jakarta, surat jaminan kelayakan usaha (SJKU) dan SJPP untuk proyek kemitraan swasta dan pemerintah. PPRF melakukan kajian sumber risiko !skal ketika ada penjaminan dari pemerintah terhadap penugasan proyek infrastruktur yang dilaksanakan oleh PT PII, PT SMI, IIF dan PIP.

4. Risiko Badan Usaha Milik Negara (BUMN)Perubahan nilai tukar, tingkat suku bunga, dan harga minyak mentah berdampak pada kinerja keuangan BUMN, sehingga tidak tertutup kemungkinan akan mempengaruhi

Page 110: FA LTKK 2012.indb

109Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Budget. The decrease of the contribution is a part of the !scal risks sourcing from the state-owned enterprises. To !nd out to what extent the changes, the government has examined the sensitivity or conducted a macro stress test using some !scal risk indicators, including (1) net contribution of state-owned enterprises to the State Budget, (2) net debt of the state-owned enterprises, and (3) the need of gross !nancing of the state-owned enterprises. This simulation is conducted as an e"ort to identify early the !scal risks sourcing from the state-owned enterprises to maintain the State Budget’s sustainability.

Macro stress test is a simulation conducted assuming that rupiah will be depreciated towards the US dollar, the oil price will soar, and the interest rate will rise. The changes will then change parameter of the !nancial performance and the !scal risks indicators of the state-owned enterprises. The macro stress test is conducted to !scal risks projection of the state-owned enterprises, both partially as well as comprehensively. The test samples include some non-!nancial state-owned enterprises having the most signi!cant relations with the State Budget representing the energy, mining, telecommunication, fertilizer, and transportation sectors.

The Service Level Agreement (SLA) of the state owned electricity company (PLN) was assessed to decrease the electricity subsidy and to be more on target. The result was the signing of a contract agreement in front of the vice president and some ministers. Under the agreement, the electricity subsidy is stipulated and it is hoped that the subsidy will decrease by IDR20 trillion per year due to the signi!cant e#ciency.

5. Financial Sector Fiscal risks related to the !nancial sector included from Bank Indonesia and the Indonesia Deposit Insurance Corporation (LPS). Both were joined in one group as they had the same source of risks: the government’s obligation to inject funds upon a lack of early capital as required in Bank Indonesia’s legislation.

kontribusinya terhadap APBN. Penurunan kontribusi ini merupakan bagian dari risiko !skal yang bersumber dari BUMN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan tersebut, pemerintah telah melakukan pengujian sensitivitas atau macro stress test dengan menggunakan beberapa indikator risiko !skal yang meliputi (1) kontribusi bersih BUMN terhadap APBN, (2) utang bersih BUMN, dan (3) kebutuhan pembiayaan bruto BUMN. Simulasi ini dilakukan sebagai upaya untuk dapat mengidenti!kasi secara dini risiko !skal yang bersumber dari BUMN, sehingga kesinambungan APBN dapat lebih terjaga. Macro stress test merupakan simulasi yang dilakukan dengan asumsi rupiah akan terdepresiasi terhadap dolar AS, harga minyak melonjak dan suku bunga naik. Selanjutnya perubahan ini akan mengubah parameter kinerja keuangan BUMN dan indikator risiko !skal BUMN. Pengujian macro stress test dilakukan atas proyeksi risiko !skal BUMN secara parsial maupun keseluruhan. Sampel pengujian meliputi beberapa BUMN nonkeuangan yang mempunyai hubungan paling signi!kan dengan APBN yang mewakili sektor energi, pertambangan, telekomunikasi, pupuk, dan transportasi.

Sementara agar subsidi listrik berkurang dan lebih tepat sasaran, dilakukan kajian tentang Service Level Agreement (SLA) PLN. Hasilnya telah dilakukan penandatanganan kesepakatan kontrak di hadapan Wakil Presiden dengan beberapa Kementerian. Hasil kesepakatan akan menentukan suatu besaran subsidi listrik dan diharapkan terjadi penurun subsidi listrik sebesar Rp 20 triliun per tahun karena terjadi e!siensi yang cukup sigini!kan.

5. Sektor Keuangan

Risiko !skal yang terkait dengan sektor keuangan di antaranya bersumber dari Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). BI dan LPS dijadikan dalam satu kelompok karena sumber risikonya sama yaitu kewajiban pemerintah menyuntikkan dana jika terjadi kekurangan modal awal sebagaimana disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan Bank Indonesia.

Page 111: FA LTKK 2012.indb

110Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

6. Program Pensiun dan Tunjangan Hari Tua (THT)PNS dan BPJSSumber risiko !skal yang berasal dari Program Pensiun PNS di antaranya berasal dari pembagian beban pembayaran pensiun antara APBN dan PT Taspen. Jumlah pembayaran ini meningkat dari tahun ke tahun. Dengan terus meningkatnya beban APBN untuk pembayaran pensiun dan sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 1969, pemerintah perlu membentuk suatu dana pensiun dan menerapkan sistem fully funded dalam program pensiun PNS, yaitu pemerintah sebagai pemberi kerja bersama-sama PNS memupuk dana untuk dikelola oleh suatu Dana Pensiun sehingga pembayaran pensiun di kemudian hari tidak akan membebani APBN.

Terkait dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), PPRF telah melakukan kajian dan rekomendasi terhadap penyelenggaran BPJS dimaksud. Telah disusun peraturan pelaksanaan Amanah UU SJSN dan UU BPJS yang di antaranya Perpres tentang Jaminan Kesehatan dan RPP tentang Penerima Bantuan Iuran Jamkes.

7. Desentralisasi FiskalKebijakan desentralisasi !skal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Beberapa sumber risiko !skal yang terkait dengan desentralisasi !skal di antaranya: (a) pemekaran daerah, (b) hold harmless, dan (c) alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Pemekaran Daerah dengan penambahan daerah otonom baru memiliki dampak terhadap APBN yaitu pada (i) Dana Alokasi Umum (DAU); (ii) Dana Alokasi Khusus (DAK); dan (iii) kebutuhan pada instansi vertikal. Hold Harmless sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

6. Pension and Old Age Bene!ts Program for Civil Servants and Social Guarantee Organizing Agency (BPJS)The source of !scal risks from the Pension Program for civil servants among others comes from the distribution of pension payment load between the State Budget and PT. Taspen. The amount of payment increases from year to year. With the increasing load of the State Budget to pay pension and pursuant to Law Number 11/1969, the government has set up a pension fund and applies a fully-funded system in the pension program for civil servants, in which the government as the employer jointly collects fund with the civil servants to be managed by the Pension Fund, so that in the future, pension payment will not burden the State Budget.

In relation to the National Social Insurance System (SJSN) and the Social Guarantee Organizing Agency (BPJS), PPRF has made an assessment and recommendation on the said Social Guarantee Organizing Agency (BPJS). An implementation regulation on the mandate of the Laws on National Social Insurance System (SJSN) and the Social Guarantee Organizing Agency (BPJS) has been set of which are a Presidential Regulation on the Health Insurance and a Government Regulation Draft on Receivers of the Health Insurance Dues Assistance.

7. Fiscal Decentralization The policy of !scal decentralization is aimed at accelerating the realization of the people’s welfare through an increase of service, empowerment, and the public participation, as well as regional competitiveness by taking the democracy principles, equity, justice, distinction, and speci!city of a region in the Republic of Indonesia into consideration.

Some sources of !scal risks related to !scal decentralization include: (a) regional expansion, (b) hold harmless, and (c) Natural Resources Revenue Sharing. i. Regional expansion, addition of new autonomous regions has impacts to the State Budget, including to the (i) General Allocation Fund (DAU); (ii) Special Allocation Fund (DAK); and (iii) needs of the vertical institutions. ii. Hold harmless, Law Number 33/2004 on the Fiscal Balance between the Central and the Regional Government regulating that the

Page 112: FA LTKK 2012.indb

111Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Pusat dan Pemerintahan Daerah mengatur bahwa pemberian DAU ke daerah dilakukan berdasarkan suatu formula tertentu. Apabila perhitungan realisasi Dana Bagi Hasil suatu daerah lebih tinggi daripada alokasi, pemerintah harus mentransfer selisih dana tersebut ke daerah yang bersangkutan.

8. Tuntutan Hukum kepada PemerintahTuntutan hukum kepada pemerintah akan terjadi jika kasus telah diputuskan pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum yang kuat dan tetap. Pihak ketiga mengajukan tuntutan hukum kepada pemerintah melalui pengadilan pada kasus yang diperkarakan, dan secara !nal mempunyai kekuatan hukum. Pemerintah akan membayarkan tuntutan hukum tersebut melalui kewajiban kontijensi yang harus disediakan dalam APBN. PPRF memberikan suatu rekomendasi pembayaran kasus akibat kekuatan hukum itu akan dilaksanakan melalui anggaran Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) K/L yang diperkarakan.

9. Keanggotaan pada Organisasi dan LembagaKeuangan InternasionalKeanggotaan Indonesia pada organisasi dan lembaga keuangan internasional dapat menimbulkan risiko !skal terkait adanya komitmen pemerintah untuk memberikan kontribusi dan penyertaan modal kepada organisasi-organisasi atau lembaga keuangan internasional tersebut.

10. Bencana AlamBerdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di antaranya adalah memberikan perlindungan terhadap masyarakat dari dampak bencana, pemulihan kondisi dari dampak bencana dan pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam APBN. Anggaran tersebut untuk kegiatan-kegiatan tahap prabencana, saat tanggap darurat bencana, dan pascabencana. Mengingat Indonesia memiliki kondisi geogra!s, geologis, hidrologis, dan demogra!s yang memungkinkan terjadinya bencana, probabilitas kejadian bencana yang meningkat, dan nilai kerugian akibat bencana yang besar, maka PPRF menyusun kajian tentang skema alternatif pembiayaan bencana alam dengan menggunakan skema asuransi; dan juga

General Allocation Fund (DAU) is provided based on a certain formula. If the calculation of the Revenue Sharing realization is higher than the allocation, the government shall transfer the fund di"erence to the related regions.

8. Legal Demand to the Government A legal demand to the government shall take place if a case has been decided by the court and has a strong and permanent legal power. A third party shall submit a legal demand to the government through the court on a sued case, and shall !nancially have a legal power. The government shall pay the legal demand through a contingence obligation provided in the State Budget. PPRF shall provide a recommendation of a case payment as a result of the legal power, which shall be executed through the budget sued.

9. Membership in International Financial Organizations and Institutions The Indonesian membership in international !nancial organizations and institutions may result in related !scal risks due to the government’s commitment to contribute and to invest in the international !nancial organizations.

10. Disasters Under Law Number 24/2007 on Disasters Management, the government’s responsibility in disasters management includes the people’s protection from the disaster impacts, recovering the condition from the disaster impacts, and allocating a budget for disasters management in the State Budget. The budget is allocated for pre-disaster activities, during the disaster emergency, and post-disaster. Considering that Indonesia has a geographic, geological, hydrological, and demographic condition prone to disasters, increasing probability of disasters, and a huge loss due to the disasters, PPRF has assessed an Alternative Scheme of Natural Disasters Financing Using an Insurance Scheme. PPRF has also prepared a Minister of Finance’s Regulation draft on Fiscal Endurance in Facing Disasters. The discussion on the regulation draft will continue

Page 113: FA LTKK 2012.indb

112Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

menyusun draf Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) Ketahanan Fiskal dalam Menghadapi Bencana. Pembahasan tentang RPMK ini akan terus dilakukan melalui rapat koordinasi dengan DJA, Bapepam LK, Ditjen Perbendaharaan, Itjen, dan Sekjen.

to be made through coordinating meetings with the Directorate General of Budget, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), the Directorate General of Treasury, the Inspectorate General, and the Secretariat General.

Page 114: FA LTKK 2012.indb

113Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

PENGELOLAAN ANGGARAN

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Target dan realisasi PNBP

Pemerintah berkewajiban menjaga de! sit APBN tidak melampaui 3 persen terhadap PDB. Untuk itu harus dilakukan langkah-langkah pengamanan di antaranya dengan meningkatkan pendapatan negara dari Rp301 trilliun pada tahun 2001 menjadi Rp1.358 trilliun pada tahun 2012. Peningkatan pendapatan salah satunya disumbangkan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang pada tahun 2011 hanya ditargetkan Rp115 trilliun menjadi Rp341 trilliun pada tahun 2012.

Peningkatan PNBP tersebut berasal dari kontribusi penerimaan migas sebesar 65 persen. Sementara

BUDGET MANAGEMENT

Non-Tax Revenues (PNBP)

Target and Realization of Non-Tax Revenues

The government had the obligation to maintain the State Budget de! cit to not exceed three percent towards the Gross Domestic Product. Safety steps should be made, among others, by increasing the Government Revenues from IDR301 trillion in 2001 to IDR1,358 trillion in 2012. The revenues increase was contributed by the Non-Tax Revenues (PNBP) which in 2011 was only targeted IDR115 trillion, and raised to IDR341 trillion in 2012.

The increase of the Non-Tax Revenues (PNBP) came from the contribution of oil and gas revenues of

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARASTATE FINANCE MANAGEMENT

Page 115: FA LTKK 2012.indb

114Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

kontribusi PNBP lainnya sebesar 23 persen, dividen BUMN sebesar 9 persen, dan Sumber Daya Alam (SDA) non-migas sebesar 3 persen. Dalam APBNP tahun 2012, PNBP ditargetkan sebesar Rp341,1 triliun. Berdasarkan laporan per 31 Desember 2012, realisasi PNBP mencapai Rp344,9 triliun atau 101,14 persen dari target APBN-P 2012. Komposisinya terdiri dari penerimaan SDA Migas sebesar Rp205,85 triliun (59,7 persen), PNBP lainnya sebesar Rp73,21 triliun (2 persen), penerimaan bagian laba BUMN sebesar Rp30,79 triliun (8,9 persen), penerimaan SDA Non Migas sebesar

65 percent, other sectors 23 percent, state-owned enterprises’ dividends 9 percent, and non-oil and gas Natural Resources 3 percent. In the State Budget Review 2012, the Non-Tax Revenues (PNBP) was targeted IDR341,1 trillion. Based on the report per December 31st, 2012, the Non-Tax Revenues (PNBP) realization reached IDR344,9 trillion or 101.4 percent above the 2012 Non-Tax Revenues (PNBP) target. The composition consisted of Oil and gas Natural Resources revenues in amount of IDR205,85 trillion (59.7 percent), other Non-Tax Revenues (PNBP) in amount of IDR73,21

350

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P2012

300

250

200

150

100

50

0

BLU SDA Non Migas Dividen BUMN PNBP Lainnya SDA Migas

Sumber : DJA Source : Directorate General of Budget

Tabel 4.1. PNBP dari Tahun ke TahunTable 4.1. Non-Tax Revenues (PNBP) from Year to Year

Gra!k 4.1. Realisasi PNBP TA 2012 berdasarkan Buku Merah hingga 31 Desember 2012Graphic 4.1. Realization of Non Tax Revenues Fiscal Year 2012 based on the Red Book until December 31st, 2012

20132012

BLU

SDA Non Migas

Dividen BUMNPNBP Lainnya

SDA Migas

22T,7%

23T,7%

78T,23%

206 T, 60%

21T,6%

15T, 4%

73T,21

31T,9%

34T,10%

175T,53%

Sumber : DJA Source : Directorate General of Budget

Page 116: FA LTKK 2012.indb

115Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Rp20,61 triliun (6 persen), dan pendapatan Badan Layanan Umum sebesar Rp14,53 triliun (4,2 persen). Realisasi PNBP TA 2012 dan target PNBP 2013 dapat dilihat dalam Gra!k 4.1.

Regulasi PNBP

Salah satu upaya penting untuk meningkatkan peranan PNBP sebagai sumber penerimaan negara adalah dengan penyempurnaan UU Nomor 20/1997 tentang PNBP. Rencana revisi UU tersebut termasuk salah satu Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2010-2014 yang telah ditetapkan oleh DPR RI berdasarkan Surat Keputusan DPR RI Nomor: 41A/DPR RI/I/2009. Hingga akhir tahun 2012, rancangan revisi UU tersebut masih terus disempurnakan dan diharapkan tahun 2013 sudah dapat diajukan ke DPR untuk dilakukan pembahasan.

Beberapa peraturan dan keputusan terkait pengelolaan PNBP dan subsidi yang telah berhasil diselesaikan selama tahun 2012 meliputi : 1) KMK 10/KMK.02/2012 tentang Persetujuan

Penggunaan sebagian Dana PNBP pada Ditjen Administrasi Hukum dan HAM, Kementerian Hukum dan HAM;

2) KMK 20/KMK.02/2012 tentang Persetujuan Penggunaan sebagian Dana PNBP Ditjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan;

3) KMK 03/KMK.02/2013 tentang Persetujuan Penggunaan sebagian Dana PNBP Kem. Sekretariat Negara ditetapkan pada 2 Januari 2013;

4) PMK 79/PMK.02/2012 tentang Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan Penerimaan Negara dari Kegiatan Hulu Migas dan Perhitungan PPh untuk Keperluan pembayaran PPh Migas berupa Volume Migas;

5) PMK 05/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran PNBP dari Dividen tgl 2 Januari 2013;

trillion (two percent), revenues from state-owned enterprises pro!t in amount of IDR30,79 trillion (8.9 percent), non oil and gas Natural Resources revenues of IDR20,61 trillion (six percent), and Public Service Agencies revenues of IDR14,53 trillion (4.2 percent). Realization of Non-Tax Revenues (PNBP) Fiscal Year 2012 and the Target of Non-Tax Revenues (PNBP) Fiscal Year 2013 can be seen in graphic 4.1:

Non-Tax Government Revenues Regulations

One of the important e"orts to increase Non-Tax Revenues (PNBP) role as a source of the Government Revenues is by perfecting Law Number 20/1997 on Non-Tax Revenues (PNBP). The law revision was one of the National Legislation Program (Prolegnas) 2010-2014, stipulated by the House of Representatives of the Republic of Indonesia based on Decree of the House of Representatives of the Republic of Indonesia Number: 41A/DPR RI/I/2009. Through to end of 2012, the law revision remained perfected and was expected to be submitted to the House of Representatives for endorsement in 2013.

Some regulations and decrees related to the Non-Tax Revenues (PNBP) and subsidy management successfully completed in 2012, include: 1) Decree of the Minister of Finance Number 10/

KMK.02/2012 on Approval of the Use of a Part of the Non-Tax Revenues (PNBP) at the Directorate General of Legal Administration and Human Rights, Ministry of Justice and Human Rights.

2) Decree of the Minister of Finance Number 20/KMK.02/2012 on Approval of the Use of a Part of the Non-Tax Revenues (PNBP) at the Directorate General of Air Transportation, Ministry of Transportation.

3) Decree of the Minister of Finance Number 03/KMK.02/2013 on Approval of the Use of a Part of the Non-Tax Revenues (PNBP) at the Ministry of State Secretariat, stipulated on January 2nd, 2013.

4) Regulation of the Minister of Finance Number 79/PMK.02/2012 on Procedure of Depositing and Reporting Government Revenues from Oil and Gas Upstream Activities and Income Tax Calculation for Oil and Gas Income Tax Payment in the Form of Oil and Gas Volume.

5) Regulation of the Minister of Finance Number 05/PMK.02/2013 on Procedure of Depositing Non-Tax Revenues (PNBP) from Dividends dated January 2nd, 2013.

Page 117: FA LTKK 2012.indb

116Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

6) PMK 06/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran PNBP dari Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah pada tanggal 2 Januari 2013;

7) PMK 64/PMK.02/2012 tentang Perubahan atas PMK 218/PMK.02/2011 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, Pertanggungjawaban Subsidi Liqui!ed Petroleum Gas 3 Kg;

8) PMK 65/PMK.02/2012 tentang Perubahan atas PMK 217/PMK.02/2011 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, dan Pertanggungjawaban Subsidi Jenis BBM Tertentu;

9) Keputusan Dirjen Anggaran Nomor : KEP-04/AG.6/2012 tentang Tata Cara dan Prosedur Penelitian dan Veri!kasi Data Pendukung Permintaan Pembayaran Subsidi LPG Tabung 3 Kg;

10) Keputusan Dirjen Anggaran Nomor : KEP-05/AG.6/2012 tentang Tata Cara dan Prosedur Penelitian dan Veri!kasi Data Pendukung Permintaan Pembayaran Subsidi Jenis BBM Tertentu.

Sistem Informasi Bidang PNBP

Meningkatnya PNBP sebagai salah satu komponen penerimaan dalam negeri perlu diiringi dengan penyempurnaan administrasi penerimaan yang sudah dirancang dan dikembangkan sejak 2011. Yaitu melalui sistem informasi berbasis web secara online yang dinamakan Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI), yang terintegrasi dengan Sistem Modul Penerimaan Negara generasi ke-2 (MPN-2).

Beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya dibuat SIMPONI diantaranya adalah data setoran PNBP yang diragukan keakuratannya, banyaknya rekening pemerintah yang dikelola, pelayanan kepada wajib bayar/wajib setor kurang terlayani dengan baik dan penggunaan sistem informasi teknologi informasi yang kurang mengikuti perkembangan zaman.

Pengintegrasian SIMPONI dengan MPN-2 bertujuan untuk mendukung penyempurnaan pembangunan sistem pengadministrasian pendapatan negara yang modern. Selain itu juga untuk membangun database realisasi PNBP yang komprehensif sebagai

6) Regulation of the Minister of Finance Number 06/PMK.02/2013 on Procedure of Depositing Non-Tax Revenues (PNBP) from Bank Indonesia’s Surplus of the Government’s Part dated January 2nd, 2013.

7) Regulation of the Minister of Finance Number 64/PMK.02/2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 218/PMK.02/2011 on Procedure of Providing Budget, Calculation, Responsibility of 3-kilogram LPG Subsidy.

8) Regulation of the Minister of Finance Number 65/PMK.02/2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance 217/PMK.02/2011 on Procedure of Providing Budget, Calculation, Payment, and Subsidy of Certain Fuel.

9) Decree of the Director General of Budget Number: KEP-04/AG.6/2012 on Procedure of Assessment and Veri!cation of Supporting Data of Subsidy Payment Request of 3-Kilogram LPG.

10) Decree of the Directorate General of Budget Number: KEP-05/AG.6/2012 on Procedure of Assessment and Veri!cation of Supporting Data of Subsidy Payment Request of Certain Fuel.

Information System in Non-Tax Revenues (PNBP) Sector

The continuous increase of Non-Tax Revenues (PNBP) as one of the domestic revenue components must be in line with the perfection of revenues administration which has been designed and developed since 2011. It was implemented through a web-based information system named Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System (SIMPONI), integrated with the 2nd Generation of Government Revenues Module System (MPN-2).

Some factors which were a background of the setting up of the Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System were the Non-Tax Revenues (PNBP) deposit data of which the accuracy was doubted, the large number of managed government’s accounts, insu#cient service to the tax payers, and the use of information technology which was not updated.

The integration of the Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System and the 2nd Generation of Government Revenues Module System (SIMPONI) was aimed at supporting perfection of a modern Government Revenues administration system

Page 118: FA LTKK 2012.indb

117Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

alat analisa dalam perumusan kebijakan dan perencanaan PNBP terkait serta untuk memperbaiki kualitas perencanaan dan perumusan kebijakan PNBP.

Diharapkan di tahun 2013, semua kementerian lembaga atau wajib bayar PNBP sudah dapat mengoperasikan SIMPONI. Ada beberapa manfaat yang akan dirasakan oleh kementerian lembaga yaitu :

a. Mempermudah dan menyederhanakan proses pengisian data dan pelaporan PNBP.;

b. Menghindari kemungkinan terjadinya human error. Hal ini dimungkinkan karena tidak ada proses input ulang data pembayaran oleh teller di bank/pos persepsi serta dengan digunakannya rekening yang spesi!k sesuai jenis PNBP yang berkaitan dengan pelayanan satuan kerja;

c. Memperbanyak pilihan tempat pembayaran, sehingga lebih mudah dan $eksibel;

d. K/L dapat memperoleh akses untuk melakukan pemantauan realisasi pembayaran PNBP dan mendapatkan laporan realisasi (sesuai kewenangannya) secara berkala.

Kehadiran SIMPONI diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan dalam pembayaran PNBP. Selain itu juga meningkatkan ketersediaan dan realibilitas data PNBP, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan PNBP., serta menciptakan sinergi antara perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan PNBP.

Sementara untuk meningkatkan koordinasi terkait pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan PNBP, maka pada tanggal 14 Desember 2012 telah dilaksanakan penandatanganan MoU antara Menteri Keuangan dengan para menteri/ketua lembaga. Isi MoU meliputi hal-hal yang terkait dengan pengelolaan PNBP, evaluasi dan pelaporan pengelolaan PNBP, kesepahaman koordinasi dalam hal optimalisasi pengelolaan PNBP.

development. In addition, it was also aimed at a comprehensive database of the Non-Tax Revenues (PNBP) realization as an analysis tool in formulating policies and plans of the related Non-Tax Revenues (PNBP), as well as to improve quality of the planning and formulating of Non-Tax Revenues (PNBP) policies.

It is expected that in 2013, all ministries/institutions or Non-Tax Revenues (PNBP) payers can already operate the Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System. Some advantages that ministries/institutions perceive, include:

a. It facilitates and simpli!es the process of data !lling and Non-Tax Revenues (PNBP) reporting.

b. It prevents a human error possibility. This is possible because there is no process of payment data re-input by tellers at the bank/post o#ce, and the use of a speci!c account according to the Non-Tax Revenues (PNBP) type in relation with the work unit service.

c. It multiplies the payment place choices, so that it is easier and more $exible.

d. Ministries/institutons can gain access to observe the realization of Non-Tax Revenues (PNBP) payment and to obtain the realization report (according to its authority) periodically.

The Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System (SIMPONI) is expected to increase performance and service quality in the Non-Tax Revenues (PNBP) payment. In addition, it also increases the availability of Non-Tax Revenues (PNBP) data, increases accountability and transparence of Non-Tax Revenues (PNBP) management, as well as to create a synergy between planning, observation, and evaluation of the Non-Tax Revenues (PNBP) management.

To increase coordination related to supervision and controlling of the Non-Tax Revenues (PNBP) management, on December 14th, 2012, a Memorandum of Understanding (MoU) was signed between the Minister of Finance and ministers/heads of institutions. The MoU contains matters related to the Non-Tax Revenues (PNBP) management, evaluation and reporting of the Non-Tax Revenues (PNBP) management, and a coordination understanding in the optimization of the Non-Tax Revenues (PNBP) payment.

Page 119: FA LTKK 2012.indb

118Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Kebijakan Sistem Penganggaran

Dalam siklus penyusunan APBN, Ditjen Anggaran (DJA) memegang peranan sangat penting terkait alokasi dana. DJA juga berperan penting untuk menyusun sistem penganggaran yang digunakan. Sistem itu menyangkut standar biaya untuk menghitung biaya kegiatan yang akan dilaksanakan setiap K/L maupun tata acara penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) serta tata cara revisi pergeseran dananya.

Pada tahun 2012 beberapa kebijakan penganggaran yang telah dilaksanakan meliputi :

1. Menyempurnakan rumusan kinerja agar sesuai dengan ketentuan serta tugas dan fungsi K/L atau instansi;

2. Penerapan pengkajian angka dasar (baseline) terhadap prakiraan maju yang telah dicantumkan dalam RKA-K/L. Pengkajian angka dasar merupakan suatu tahapan dalam pengalokasian anggaran yang sangat penting. Sekitar 90 persen output dalam APBN dialokasikan berdasarkan angka dasar, sehingga tahapan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas APBN yang disusun;

3. Penyusunan inisiatif baru untuk program/kegiatan/output baru yang akan dilaksanakan K/L. Inisiatif baru ini harus diajukan kepada Bappenas dan Kemenkeu c.q. DJA untuk mendapatkan persetujuan agar dapat dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan;

4. Penerapan sistem pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi (reward dan punishment) dalam pengalokasian anggaran. Penetapan reward dan punishment ini mengacu pada hasil evaluasi atas pencapaian kinerja K/L tahun sebelumnya. Hal ini bertujuan mendorong K/L agar melakukan e!siensi dalam pelaksanaan anggaran tanpa mengurangi sasaran kinerjanya;

5. Pengintegrasian antara proses penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA. Langkah pengintegrasian merupakan upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada K/L. Selama ini antara penelaahan RKA-K/L dengan pengesahan DIPA dilaksanakan oleh dua unit Eselon I yaitu DJA dan Ditjen Perbendaharaan. Dengan pengalihan pengesahan DIPA dari Ditjen Perbendaharaan ke DJA, e!siensi dan efektivitas

Budgeting System Policy

In preparing the State Budget, the Directorate General of Budget plays a very important role in relation with the fund allocation. The Directorate General of Budget also plays an important role in arranging the used budgeting system. The system involves a cost standard to calculate the activities cost to be implemented by each ministries/institutions as well as the procedure of Work Plan arrangement of ministries/institutions, and the procedure of revising the fund switch.

In 2012, some budgeting policies already implemented included:

1. Perfection of the performance formulation to be suitable with the tasks and functions of ministries/institutions.

2. Application of the baseline assessment towards the advance prediction already mentioned in the Work Plan of ministries/institutions. The baseline assessment was a step in allocating a very important budget. Some 90 percent of the output in the State Budget has been allocated based on the baseline so that the step greatly a"ected the State Budget quality.

3. Arrangement of new initiatives for new programs/activities/outputs to be implemented by the ministries/institutions. The new initiatives should be submitted to the State Ministry/National Development Planning Agency (Bappenas) and the Ministry of Finance c/q the Directorate General of Budget for an approval of the execution in the planned year.

4. Application of a reward and punishment system in budget allocating. The stipulation of the reward and punishment referred to an evaluation result obtained by ministries/institutions in the previous year. This was aimed at encouraging the ministries/institutions to be e#cient in the budget implementation without reducing the performance target.

5. Integration between the Work Plan assessment process and the endorsement of the Budget Allocation List (DIPA). The integration step was an e"ort to increase services to the ministries/institutions. To date, assessment of the Work Plan at the ministries/institutions was made by two Echelon I units, the Directorate General of Budget and the Directorate General of Treasury. The transfer of the Budget Allocation List DIPA

Page 120: FA LTKK 2012.indb

119Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

tidak hanya dirasakan oleh K/L tapi juga oleh Ditjen Perbendaharaan dan DJA.

Standar Biaya

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 pasal 5 ayat (3) tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L), penerapan anggaran berbasis kinerja memerlukan tiga persyaratan. Persyaratan itu adalah indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja.

Standar biaya merupakan salah satu instrumen dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja yang meliputi standar biaya masukan (SBM) dan standar biaya keluaran (SBK).

Secara umum fungsi standar biaya adalah sebagai acuan penghitungan kebutuhan anggaran dalam penyusunan RKA-K/L. Dalam konteks perencanaan anggaran, maka fungsi SBM dan SBK adalah sebagai batas tertinggi yang tidak dapat dilampaui besaran biayanya.

Meski SBM merupakan batas tertinggi, tetapi mulai tahun 2012 setiap instansi dapat menggunakan standar biaya sendiri yang melampaui standar biaya yang ditetapkan oleh menteri keuangan. Namun, dalam pelaksanaannya harus disertai dengan catatan bahwa K/L melampirkan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA). Dengan menandatangani surat pernyataan tersebut, berarti K/L bertanggung jawab penuh atas penggunaan satuan biaya, baik jenis maupun besarannya. Khusus mengenai besaran honorarium yang akan melebihi standar biaya, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari menteri keuangan.

Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk pengajuan usulan biaya kegiatan yang melampui standar biaya yaitu :

a. adanya kekhususan satuan biaya yang dimiliki oleh K/L;

b. adanya tuntutan peningkatan kualitas pelayanan publik tertentu; dan/atau

c. daerah terpencil/daerah perbatasan/pulau terluar.

endorsement from the Directorate General of Treasury to the Directorate General of Budget, e#ciency and e"ectiveness were not just enjoyed by the ministries/institutions but also by the Directorate General of Treasury and the Directorate General of Budget.

Cost Standard

Under the Government Regulation Number 90/2010 article 5 paragraph (3) on the Preparation of Work Plan and Budget at ministries/institutions, the performance-based budgeting application requires three factors, including the work indicator, the cost standard, and the performance evaluation.

The cost standard is one of the instruments in the performance-based budgeting application that includes input cost standard (SBM) and output cost standard (SBK).

In general, the cost standard’s function is a reference of the budget needs calculation in the preparation of Work Plan and Budget at ministries/institutions. In the context of budget planning, both standards are the highest limit of which the amount cannot be exceeded.

Although the input cost standard is the highest limit, beginning in 2012, each agency can use its own cost standard that exceeds the cost standard stipulated by the Minister of Finance. However, in the implementation, it must be accompanied with a note that the ministries/institutions attach a Statement Letter of Absolute Liabiliity (SPTJM) signed by the Budget User/Power of Budget User (PA/KPA). By signing the statement letter, the ministries/institutions shall be fully responsible for the use of the cost units, both the types as well as the amount. Particularly on the amount of honorarium exceeding the cost standard, it must have a prior approval from the Minister of Finance.

There are some criteria that must be considered in proposing an activity cost that exceeds a cost standard, including:

a. Special cost units owned by the ministries/institutions;

b. A demand of increasing the quality of certain public services; and/or

c. Isolated regions/border regions/outer islands

Page 121: FA LTKK 2012.indb

120Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Evaluasi Kinerja Penganggaran

Evaluasi kinerja penganggaran sudah mulai diterapkan pada tahun 2011 dengan tujuan meningkatkan e!siensi anggaran dan mengoptimalkan belanja K/L sekaligus untuk mencapai target kinerja serta sasaran prioritas pembangunan nasional. Sementara untuk meningkatkan e!siensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran belanja pemerintah pusat, telah diterapkan sistem pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi (reward and punishment). Sanksi dapat dijatuhkan kepada K/L yang tidak melaksanakan anggaran dengan baik. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan disiplin anggaran serta mendorong terwujudnya kualitas perencanaan dan kualitas belanja yang semakin baik.

Penerapan evaluasi kinerja penganggaran dan kebijakan reward and punishment tersebut merupakan tindak lanjut dari PP No. 90 Tahun 2010 tentang RKA-K/L. Dalam PP tersebut diatur bahwa dalam menyusun rencana kerja anggarannya, setiap K/L harus menggunakan instrumen indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja. Setiap tahun, menteri/pimpinan lembaga wajib melakukan pengukuran dan mengkaji kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L tahun sebelumnya dan tahun anggaran berjalan. Evaluasi kinerja meliputi tingkat keluaran (output), capaian hasil (outcome), tingkat e!siensi, konsistensi antara perencanaan dan implementasi, serta realisasi penyerapan anggaran.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

DIPA sebelumnya dide!nisikan sebagai dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) dan disahkan oleh Ditjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. De!nisi ini mengacu oleh pengesahan DIPA oleh Ditjen Perbendaharaan, seperti yang tercantum dalam PMK Nomor 164/PMK.05/2011. Namun semenjak tahun 2012, DIPA dide!nisikan sebagai dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh PA/KPA. De!nisi ini seperti yang tercantum dalam PMK Nomor 160/PMK.02/2012. Meski memiliki de!nisi berbeda, secara substansi tidak ada perubahan bahwa DIPA disusun oleh PA/KPA setelah melakukan penelaahan RKA-K/L dengan DJA. Hal yang membedakan adalah surat pengesahannya, dimana

Budgeting Performance Evaluation

Evaluation of the budgeting performance has been applied since 2011 with the objective of increasing the budget e#ciency and optimizing the ministries/institutions as well as achieving the performance target and the national development priorities. To increase e#ciency and e"ectiveness of the central government budget implementation, the government has also been applying a reward and punishment system. Sanctions are given to ministries/institutions that are not implementing the budget properly. The policy is expected to increase the budget discipline and to encourage realization of a better planning and expenditures quality.

The application of the budget performance evaluation and the reward and punishment policy are a follow up to the Government Regulation No. 90/2010 on the Work Plan and Budget of ministries/institutions. Under the regulation, each ministry/institution shall use a performance indicator instrument, a cost standard and a performance evaluation to prepare its work plan and budget. Every year, ministers/head of institutions shall have the obligation to measure and to assess performance of the Work Plan and Budget from the previous year and the current year. The performance evaluation includes the output, the outcome, e#ciency level, consistence between the planning and the implementation, and realization of the budget absorption.

Budget Allocation List (DIPA)

The Budget Allocation List (DIPA) was de!ned as a document of the budget implementation arranged by a Budget User/Power of Budget User (PA/KPA), and endorsed by the Directorate General of Treasury or Head of Regional O#ce of the Directorate General of Treasury on behalf of the Minister of Finance as the State Treasurer. The de!nition referred to the endorsement of the List of Budget Implementation by the Directorate General of Treasury as contained in Regulation of the Minister of Finance Number 164/PMK.05/2011. However, since 2012, the Budget Allocation List (DIPA) is de!ned as a document of the budget implementation arranged by the Budget Executor/Power of the Budget Executor (PA/KPA). The de!nition is contained in Regulation of the Minister of Finance Number 160/PMK.02/2012. Despite the di"erent de!nition, there is no substantial change

Page 122: FA LTKK 2012.indb

121Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

sejak 2012 (untuk DIPA tahun 2013) dilakukan oleh DJA.

Format DIPA tahun anggaran 2013 juga berubah. Jika pada tahun-tahun anggaran sebelumnya format DIPA terdiri dari satu format, maka sejak tahun anggaran 2013 format DIPA terdiri atas dua format yaitu DIPA Induk dan DIPA Petikan. Namun, keduanya merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan sebagai dokumen DIPA. Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi pengintegrasian antara proses penelaahan RKA-KL dengan pengesahan DIPA antara lain:

a. Memantapkan penerapan Penganggaran Terpadu, Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM);

b. Menyempurnakan ketentuan terkait tata cara penyusunan dan pengesahan DIPA, sejalan dengan adanya pengalihan kewenangan pengesahan DIPA dari semula dilaksanakan oleh Ditjen Perbendaharaan menjadi DJA;

c. Menyederhanakan proses dalam pengurusan RKA-K/L dan DIPA serta penyelesaian revisi anggaran, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan Kementerian Keuangan kepada para pemangku kepentingan;

d. Menjamin tersedianya integritas dan validitas data anggaran.

Adapun pertimbangan yang mendasari perubahan format DIPA yaitu :

a. Menjaga konsistensi penerapan penganggaran berbasis kinerja, mulai dari penetapan prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), penyusunan RKA-K/L dan pengesahan DIPA;

b. Memberikan $eksibilitas kepada Pengguna Anggaran jika diperlukan adanya pergeseran

that the Budget Allocation List (DIPA) is prepared by the Budget Executor/Power of Budget Executor (PA/KPA) following an assessment of the Work Plan and Budget of the ministries/institutions with the Directorate General of Budget. The di"erence is that since 2012 (for the Budget Allocation List (DIPA) in 2013), the Endorsement Letter of the Budget Allocation List (DIPA) is endorsed by the Directorate General of Budget.

Format of the Budget Allocation List (DIPA) of Fiscal Year 2013 has also changed. If in the previous !scal years, the format had only one format, since Fiscal Year 2013, it consists of two formats, the Parent Budget Allocation List and the Excerpt of Budget Allocation List (DIPA). However, both are an inseparable unit as a document of the Budget Allocation List (DIPA).

Some background considerations of integrating the process of Work Plan and Budget of ministries/institutions assessment and the Budget Allocation List (DIPA) endorsement:

a. To stabilize the application of Integrated Budgeting, Performance-based Budgeting, and the Medium-term Expenditures Framework.

b. To perfect provisions related to the preparation and endorsement of the Budget Allocation List (DIPA), along with the transfer of authority of the Budget Allocation List (DIPA) from the Directorate General of Treasury to the Directorate General of Budget.

c. To simplify the process of arranging the Work Plan and Budget of ministries/institutions and the Budget Allocation List (DIPA), including completion of the budget revision to increase the service quality of the Ministry of Finance to the stakeholders.

d. To ensure integrity and validity of the budget data.

Some considerations of changing the Budget Allocation List (DIPA) format:

a. To maintain consistency in the application of performance-based budgeting, from stipulation of the development priorities in the Government’s Work Plan (RKP), preparation of the Work Plan and Budget of ministries/institutions, and endorsement of the Budget Allocation List (DIPA).

b. To provide $exibility to the Budget Users in the event a budget switch is required among work

Page 123: FA LTKK 2012.indb

122Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

anggaran antarsatuan kerja dalam satu unit Eselon I dan satu program, sepanjang pagu anggaran dan target kinerja tidak berubah sehingga dapat menyederhanakan proses revisi anggaran;

c. Meningkatkan akuntabilitas K/L sebagai penanggung jawab pelaksanaan program dan target kinerja yang harus dicapai termasuk koordinasi terhadap satuan kerja-satuan kerja (satker) yang berada di bawah program yang bersangkutan;

d. Mengurangi beban DJA dalam penandatanganan Surat Pengesahan DIPA yaitu hanya DIPA induk (per Unit Eselon I yang jumlahnya sekitar 287 DIPA).

DIPA Induk terdiri atas empat bagian yaitu :

a. Lembar Surat Pengesahan DIPA Induk (SP DIPA Induk);

b. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Anggaran Program;

c. Halaman II memuat Rincian Alokasi Anggaran per satker;

d. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan.

Sedangkan DIPA Petikan terdiri atas lima bagian yaitu :

a. Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan (SP DIPA Petikan );

b. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Sumber Dana : • Halaman I A mengenai Informasi Kinerja;• Halaman I B mengenai Sumber Dana;

c. Halaman II memuat Rincian Pengeluaran; d. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana

dan Perkiraan Penerimaan;e. Halaman IV memuat Catatan.

Isi dari pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer) pada Surat Pengesahan DIPA Induk dan DIPA Petikan, yaitu :

1. Surat Pengesahan DIPA Induk

units in one Echelon I unit and one program, as long as the budget ceiling and the performance target remain unchanged that the budget revision process can be simpli!ed.

c. To increase ministries/institutions’ accountability as the responsible party in the program implementation and performance target that must be achieved, including coordination of work units under the related program.

d. To reduce load of the Directorate General of Budget in signing the Budget Allocation List (DIPA), as there are a lot of Budget Allocation List (DIPA) per Echelon I unit (287 Budget Allocation Lists), not necessarily Budget Allocation List for all work units (24.000 work units). The Budget Allocation List (DIPA) for all work units are legal for payment/fund disbursement basis.

Parent Budget Allocation List (DIPA) consists of four parts, including:

a. Endorsement Letter of the Parent Budget Allocation List (DIPA);

b. Page I contains Performance Information and Program Budget;

c. Page II contains Detail of Budget Allocation per Work Unit;

d. Page III contains Plan of Fund Withdrawal and Revenues Prediction.

Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) consists of !ve parts, including:

a. Endorsement Letter of Excerpt of Budget Allocation List (DIPA);

b. Page I contains Performance Informaton and Source of Fund: • Page IA on Performance Information;• Page IB on Source of Fund;

c. Page II contains Expenditures Detail; d. Page III contains Fund Withdrawal Plan and

Revenues Prediction;e. Page IV contains Note.

Content of the terms and conditions statement (disclaimer) of the Endorsement Letter of the Parent Budget Allocation List (DIPA) and Excerpt of Budget Allocation List (DIPA):

1. Endorsement Letter of the Parent Budget Allocation List (DIPA):

Page 124: FA LTKK 2012.indb

123Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

a. DIPA Induk yang telah disahkan, lebih lanjut dituangkan ke dalam DIPA Petikan untuk masing-masing satker;

b. Pengesahan DIPA Induk sekaligus merupakan pengesahan DIPA Petikan;

c. DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan satker dan dasar pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara;

d. DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otenti!kasi);

e. Informasi mengenai KPA, Bendahara Pengeluaran dan Pejabat Penanda tangan SPM untuk masing-masing satker terdapat pada DIPA Petikan;

f. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III DIPA Induk diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan;

g. Tanggung jawab terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada PA/KPA;

h. DIPA Induk berlaku sejak tanggal 1 Januari 2XXX sampai dengan 31 Desember 2XXX.

2. Surat Pengesahan DIPA Petikan

a. DIPA Petikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk (Nama Program, Unit Organisasi dan Kementerian Negara/Lembaga);

b. DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otenti!kasi);

c. DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan satker dan pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara;

d. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam halaman III DIPA Petikan diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan;

e. Tanggung jawab terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Petikan sepenuhnya berada pada PA/KPA;

a. Parent Budget Allocation List (DIPA) which has been passed, will further be contained in the Excerpt of List of Budget Allocation List (DIPA) for the respective work unit;

b. Endorsement of the Parent Budget Allocation List (DIPA) is also endorsement of Excerpt of Budget Allocation List (DIPA);

c. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) functions as an implementation basis for work unit activities and fund withdrawal/endorsement for the State Treasurer/Power of the State Treasurer;

d. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) is printed automatically through a system equipped with a security code in the form of a digital stamp as a substitute of an ensorsement signature

e. Information on Power of Budget Users, Expenditures Treasurers, and Signing O#cials for the respective work unit is contained in the Excerpt of Budget Allocation List (DIPA);

f. Fund Withdrawal Plan and Revenues Prediction mentioned in page III of the Parent Budget Allocation List (DIPA) are !lled according to the activities plan;

g. Responsibility of the use of the fund is contained in the Parent Budget Allocation List (DIPA) entirely in the Budget Users/Power of Budget Users;

h. The Parent Budget Allocation List (DIPA) shall be valid from January 1st, 2XXX to December 31st, 2XXX.

2. Endorsement Letter of Excerpt of Budget Allocation List (DIPA):

a. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) is an inseperable part of the Parent Budget Allocation List (DIPA) (program name, organization unit, and ministries/institutions);

b. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) is printed automatically through a system equipped with s safety code in the form of a digital stamp as a substitute of an endorsement signature;

c. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) functions as a basis of work units actvitities implementation and fund withdrawal/endorsement for the State Treasurer/Power of the State Treasurer;

d. Fund Withdrawal Plan and Revenues Prediction as contained in page III of the Budget Allocation List (DIPA) are !lled according to the activities implementation;

e. Responsibility for the use of fund as contained in the Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) is entirely in the Budget Users/Power of Budget Users;

Page 125: FA LTKK 2012.indb

124Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

f. Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan, maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan (berdasarkan bukti-bukti yang ada); dan

g. DIPA Petikan berlaku sejak tanggal 1 Januari 2XXX sampai dengan 31 Desember 2XXX.

Seluruh DIPA tahun anggaran 2013 telah diselesaikan pada tanggal 5 Desember 2012 atau lebih awal dari target waktu yang ditentukan. Presiden RI secara simbolis telah menyerahkan DIPA kepada para gubernur dan K/L pada tanggal 11 Desember 2012 di Istana Negara. Selanjutnya, DJA bekerja sama dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Gubernur/Pemda Provinsi menyerahkan DIPA Petikan kepada ketua Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKBD) dan para Bupati/ Walikota terkait dana transfer daerah. Jumlah DIPA Induk yang berhasil diselesaikan adalah sebanyak 263 buah dan DIPA Petikan berjumlah 23.192 buah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

APBN Perubahan Tahun 2012

Tanda-tanda kelesuan perekonomian global sudah terlihat sejak pertengahan tahun 2011. Memasuki tahun 2012, gejolak perekonomian global semakin besar akibat masalah perekonomian di Yunani, Spanyol serta beberapa negara Eropa lainnya. Gejolak ekonomi tersebut berdampak ke negara-negara di luar Eropa, termasuk Asia. Harga minyak mentah di pasar internasional bergerak tidak menentu dengan kecenderungan yang terus naik. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus bergerak $uktuatif. Kondisi tersebut juga berdampak pada perekonomian Indonesia, meski tidak sampai menyebabkan krisis !nansial dalam negeri.

Kondisi tersebut mengharuskan perubahan APBN 2012. Setidaknya ada empat faktor utama yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan

f. In the event there is a di"erence in the data between the Excerpt Budget Allocation List (DIPA) and the Work Plan and Budget of ministries/institutions at the Ministry of Finance, then the database in the Work Plan and Budget of ministries/institutions (based on existing evidence) is valid; and

g. The Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) shall be valid from January 1st, 2XXX to December 31st, 2XXX.

All Budget Allocation Lists (DIPA) Fiscal Year 2013 were completed on December 5th, 2012 or earlier than the set time target. The President of the Republic of Indonesia symbolically presented the Budget Allocation List (DIPA) to the governors and ministries/institutions on December 11th, 2012 at the State Palace. Further, the Directorate General of Budget in cooperation with the Regional O#ces of the Directorate General of Treasury and the provincial governments presented the Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) of their respective province to Heads of the Regional O#ce of the ministries/institutions, Head of Regional Work Units, and regents related to the regional fund transfer. The number of Parent Budget Allocation Lists (DIPA) completed amounted to 263 and Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) 23,192.

State Budget (APBN)

State Budget Review 2012

Global economic downturn has been seen since mid 2011. Entering the year 2012, the global economic $uctuation was greater due to the economic crisis in Greece, Spain, and some other European countries. The economic $uctuation has a"ected non-European countries, including Asia. The crude oil price in the international market $uctuated wildly with a trend of going up. Meanwhile, rupiah exchange rate to the US dollar continued to $uctuate. The condition has also a"ected the Indonesian economy, though it did not end up in a domestic !nancial crisis.

Such a condition required an amendment in the 2012 State Budget. At least there were four main factors causing the amendment. First, the global

Page 126: FA LTKK 2012.indb

125Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

tersebut. Pertama, melambatnya perekonomian global akibat krisis utang dan ! skal di Eropa. Kondisi ini akan berdampak pada neraca pembayaran dan juga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kedua, harga minyak minyak mentah di pasar dunia cenderung terus naik sehingga beban subsidi BBM dan listrik naik tajam. Hal ini akan berdampak secara signi! kan terhadap APBN. Ketiga, nilai tukar rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar AS, sebagai akibat dari ketidakpastian penyelesaian krisis global. Keempat, perkiraan tidak tercapainya asumsi lifting minyak dalam APBN 2012 yang berdampak pada penurunan penerimaan dari sektor migas.

Pada tanggal 7 hingga 30 Maret 2012 dilakukan pembahasan RAPBNP 2012 antara DPR RI dengan pemerintah. Sebelumnya, pada akhir bulan Februari 2012 pemerintah telah menyampaikan dokumen Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan 2012. Pada tanggal 31 Maret 2012 disahkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012.

Asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan pada Nota Keuangan (APBN awal tahun anggaran 2012) dan pada saat melakukan perubahan (APBN-P) 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2. Dalam APBN-P tahun 2012, pemerintah menyesuaikan kebijakan anggaran dengan pokok-pokok besaran sebagai berikut:

1. Pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.358,2 triliun, terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.016,2 triliun, PNBP Rp341,1 triliun, dan penerimaan hibah Rp825,1 miliar;

economy slowed down due to the debt and ! scal crisis in Europe. Second, the crude oil price at the world market continued to rise that the oil and electricity subsidy sharply soared. This signi! cantly a" ected the State Bdget. Third, the rupiah exchange rate tended to depreciate to the US dollar, as a result of uncertainty in the global crisis solution. Fourth, prediction that the oil lifting assumption was not achieved in the State Budget 2012 due to the decrease of revenues from the oil and gas sector.

From March 7th to 30th, 2012, a State Budget Review 2012 was discussed between the House of Representatives and the government, after the government presented the Financial Statement and State Budget Review 2012 at the end of February 2012. On March 31st, 2012, Law Number 4/2012 on Amendment of Law Number 22/2011 on the State Budget 2012 was passed.

The macroeconomic basic assumptions used in the Financial Statement (State Budget of the early Fiscal Year 2012) and during the amendment of the State Budget 2012 can be seen in Table 4.2. In the State Budget Review 2012, the government adjusted the budget policies with the following assumptions:

1. Government Revenues totalling IDR1,358.2 trillion, consisting of tax revenues IDR1,016.2 trilion, Non-Tax Revenues (PNBP) IDR341,1 trililion, and grant IDR825,1 billion;

6,7

5,3

6,0

8.800,0

90

950

6,5

6,8

5,0

9.000,0

105

930

6,2

4,3

3,2

9.384,0

112,7

861,0

Tingkat Suku Bunga SP SPN Three-Month Interest Rate (%)

Nilai Tukar (RP/US$) (%) Exchange Rate (IDR/US$) (%)

In!asi (%, yoy) In!ation (%,yoy)

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) Economi Growth (%,yoy)

Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) Indonesian Crude Oil Price (US$/barrel)

Lifting Minyak Indonesia (Ribu barel per hari) Indonesian Oil Lifting (thousands of barrel per day)

URAIAN DESCRIPTION APBNP

2012

STATE BUDGET REVIEWREALISASI

REALIZATIONAPBN

STATE BUDGET

Sumber : DJA Source: Directorate General of Budget

Tabel 4.2. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2012URAIAN 2012Table 4.2. Macro Economic Basic Assumptions 2012

Page 127: FA LTKK 2012.indb

126Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

2. Belanja negara direncanakan sebesar Rp1.548,3 triliun, terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp1.069,5 triliun dan transfer ke daerah Rp478,8 triliun;

3. De! sit anggaran diperkirakan sebesar Rp190,1 triliun (2,2 persen terhadap PDB); serta

4. Pembiayaan de! sit APBN 2013 direncanakan berasal dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp194,5 triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp4,4 triliun.

APBN Tahun 2013

Sebagai wujud pelaksanaan pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen keempat, pemerintah menyusun dan mengajukan RUU APBN 2013 beserta Nota Keuangannya kepada DPR. Setelah melalui proses pembahasan yang intensif dan mendalam, DPR RI dalam Sidang Paripurna menyepakati dan mengesahkan RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013 pada tanggal 23 Oktober 2012. Penetapan ini tertuang dalam UU nomor 19 Tahun 2012.

Sesuai ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, penyusunan RAPBN 2013

2. State expenditures totalling IDR1,548.3 trillion, consisting of the central government’s expenditures IDR1,069.5 trillion and block grant of IDR478,8 trillion;

3. Budget de! cit in amount of IDR190,1 trillion (2.2 percent from the GDP); and

4. De! cit ! nancing of the State Budget 2013 was planned to be from domestic ! nancing in amount of IDR194,5 trillion, and foreign ! nancing (net) in amount of negative IDR4,4 trillion.

State Budget 2013

As a manisfestation of implementing the mandate of article 23 of the Constitution 1945 fourth amendment, the government has prepared and submitted draft bill on the State Budget 2013 and the Financial Statement to the House of Representatives. Following a process of intensive and in-depth discussions, the House of Representatives approved and passed the draft bill on the State Budget 2013 in a Plenary Session on October 23rd, 2012. The stipulation was contained in Law Number 19/2012.

Under Law Number 17/2003 on the State’s Finance, arrangement of the State Budget Plan 2013 was

POSTUR APBN DAN APBN - PERUBAHAN TAHUN 2012 (Trilliun Rupiah)POSTURE OF THE STATE BUDGET AND THE STATE BUDGET REVIEW 2012 (Trillion Rupiah) APBN APBN-P

A. Pendapatan Negara Government Revenues

i. Penerimaan Dalam Negeri Domestic Revenues

1. Penerimaan Perpajakan Tax Revenues

(% terhadap PDB) (% to GDP)

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) (PNBP)

II. Penerimaan Hibah Grant

B. Belanja Negara State Expenditures

I. Belanja Pemerintah Pusat Central Goverment Expenditures

II. Transfer Ke Daerah Block Grant

C. Keseimbangan Primer Primary Balance

D. Surplus/De!sit Anggaran (A-B) Budget Surplus/De!cit (A-B)

% terhadap PDB % to GDP

E. Pembiayaan Financing

III. Pembiayaan Dalam Negeri Domestic Financing

IV. Pembiayaan Luar Negeri (Netto) Foreign Financing (Net)

1.311,4

1.310,6

1.032,6

12,7

278,0

0,8

1.435,4

965,0

470,4

(1,8)

(124,0)

(1,53)

124,0

125,9

(1,9)

1,358.2

1.357,4

1.016,2

11,9

341,1

0,8

1.548,3

1.069,5

478,8

(72,3)

(190,1)

(2,23)

190,1

194,5

(4,4)

Sumber : DJA Source: Directorate General of Budget

Tabel 4.3. Postur APBN dan APBNP Tahun 2012Table 4.3 Posture of the State Budget and the State Budget Review 2012

Page 128: FA LTKK 2012.indb

127Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2013. Penyusunan ini merupakan satu mata rantai dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 - 2014, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal tahun 2013. Hal-hal tersebut telah disepakati dalam pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR RI tanggal 29 Mei hingga 3 Juli 2012.

Proses dan mekanisme penyiapan, penyusunan, dan pembahasan RAPBN Tahun Anggaran 2013 juga dilakukan berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Proses penyusunan sampai dengan penetapan APBN 2013 dapat diikuti pada bagan berikut ini.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2013, ditetapkan tema pembangunan nasional: “Memperkuat Perekonomian Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat”. Tema itu dipilih dengan mempertimbangkan tantangan dan masalah yang dihadapi, capaian

guided by the Government’s Work Plan 2012. The arrangement was a link to the implementation of the National Middle-Term Develoment Plan (IDRJMN) 2010 – 2014, and the Framework of Macro Economy and Fiscal Policies 2013. These were approved in a preliminary discussion between the government and the House of Representatives from May 29th, 2012 to July 3rd, 2012.

Process and mechanism of preparation, arrangement, and discussion of the State Budget Plan Fiscal Year 2013 were executed under Law Number 27/2009 on the People’s Consultative Assembly, the House of Representatives, and the Regional House of Representatives. The process from the arrangement until the sipulation of the State Budget 2013 can be seen in the following chart: In the Government’s Work Plan 2013, the national development theme was set: “To strengthen domestic economy for the increase and expansion of the people’s welfare”. The theme was chosen considering the challenges and problems that the government was facing, the performance achievement and

Kapasitas FiskalJanuari - Februari 2012

SB Pagu Indikatif MenteriKeuangan + Menteri Perencanaan PembangunanNasional 30 Maret 2012

Pidato PresidenPenyampaian NotaKeuangan 16 Agustus 2012

Pembahasan denganDPR 4 September 2012 - 22 Oktober 2012

Keputusan Menteri Keuangantentang Pagu AnggaranK/L 6 Juli 2012

Pembicaraan Pendahuluan30 Mei - 3 Juli 2012

Sidang Paripurna DPR tentang Pengesahan UU APBN 23 Oktober 2012

UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN 201323 Oktober 2012

Surat Mentri Keuangantentang Alokasi Anggaran23 Oktober 2012

Keputusan Presidententang Rincian Anggaran30 November 2012

Januari - Februari 2012Keuangan + Menteri Perencanaan PembangunanNasional 30 Maret 2012

Januari - Februari 2012Keuangan + Menteri Perencanaan PembangunanNasional 30 Maret 2012

30 Mei - 3 Juli 2012Keuangan + Menteri Perencanaan PembangunanNasional 30 Maret 2012

Penyampaian NotaKeuangan 16 Agustus 2012

DPR 4 September 2012 - 22 Oktober 2012

Penyampaian NotaKeuangan 16 Agustus 2012

DPR 4 September 2012 -

tentang APBN 201323 Oktober 2012

tentang Alokasi Anggaran23 Oktober 2012

tentang APBN 201323 Oktober 2012

tentang Rincian Anggaran30 November 2012

tentang Alokasi Anggaran23 Oktober 2012

Pidato Presiden

tentang Pagu AnggaranK/L 6 Juli 2012

30 Mei - 3 Juli 2012

Page 129: FA LTKK 2012.indb

128Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

kinerja dan potensi yang dimiliki, serta sasaran-sasaran pembangunan yang akan dicapai.

Sejalan dengan tema pembangunan tersebut, ditetapkan arah kebijakan ! skal: “Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan melalui Upaya Penyehatan Fiskal”. Arah kebijakan tersebut menekankan pentingnya mengupayakan terwujudnya kondisi ! skal yang sehat dalam rangka mendorong terjaganya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Adapun strategi untuk menjaga kesinambungan ! skal ditempuh melalui empat hal pokok, yaitu: (1) optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi, keberlanjutan dunia usaha, dan kelestarian lingkungan hidup; (2) meningkatkan kualitas belanja negara melalui e! siensi belanja yang kurang produktif dan meningkatkan belanja infrastruktur untuk memacu pertumbuhan; (3) menjaga de! sit anggaran pada batas aman (di bawah 3 persen terhadap PDB); dan (4) menurunkan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang terkendali.

Tabel 4.4. menyajikan perbandingan asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan pada saat menyusun pada Nota Keuangan dan APBN tahun anggaran 2013 dengan tahun anggaran 2012.

Dalam tahun 2013, pemerintah masih menempuh kebijakan anggaran ekspansif dengan pokok-pokok besaran sebagai berikut: 1. Pendapatan negara direncanakan mencapai

Rp1.529,7 triliun, terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.193,0 triliun, PNBP Rp332,2 triliun, dan penerimaan hibah Rp4,5 triliun;

potential, as well as the development target to be achieved.

Along with the development theme, the ! scal policies direction was stipulated: “To encourage sustainable economic growth through ! scal restructuring e" orts”. The policies direction stressed out the importance of trying to realize a healthy ! scal condition to maintain a sustainable economic growth. The strategy to maintain the ! scal sustainability included four main things, including: (1) to optimize the Government Revenues by maintaining the investment climate, the business sustainability, and the environmental preservation; (2) to increase quality of the government expenditures through unproductive expenditures e# ciency and by increasing infrastructure expenditures to spur economic growth; (3) to maintain the budget de! cit in a safe limit (below three percent of GDP); and (4) to decrease the debt to GDP ratio in a controlled limit.

Table 4.4. presents comparison of the macro economic basic assumptions used in preparing the Financial Statement and the State Budget Fiscal Year 2013 and 2012.

In 2013, the government still took an expansive budget policy with the following assumptions:

1. Government revenues was planned to amount to IDR1,529.7 trillion, consisting of tax revenues IDR1,193.0 trillion, Non-Tax Revenues (PNBP) IDR332.2 trillion, and grant IDR4.5 trillion;

6,5

6,8

5,0

9,000,0

105

930

n,a

6,2

4,3

3,2

9.384,0

112,7

861,0

n,a

6,8

4,9

5,0

9.300,0

100,0

900,0

1.360,0

Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) Goverment Treasury Bill Three-Month Interest Rate (%)

Nilai Tukar (RP/US$) (%) Exchange Rate (IDR/USD) (%)

In!asi (%, yoy) In!ation (%,yoy)

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) Economic Growth (%,yoy)

Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) Indonesian Crude Oil Price (USD/barel)

Lifting Minyak Indonesia (Ribu barel per hari) Indonesian Oil Lifting (thousand of barrels per day)

Lifting Gas (ribu barel per hari setara minyak) Gas Lifting (thousaand of barrels per day equivalent to oil)

URAIAN DESCRIPTION APBNP

2012 2013

STATE BUDGET REVIEWREALISASI

REALIZATIONAPBN

STATE BUDGET

Sumber : DJA Source: Directorate General of Budget

Tabel 4.4. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2012-2013Tabel 4.4. Macro Economic Basic Assumptions 2012-2013

Page 130: FA LTKK 2012.indb

129Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

2. Belanja negara direncanakan sebesar Rp1.683,0 triliun, terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp1.154,4 triliun dan transfer ke daerah Rp528,6 triliun;

3. De! sit anggaran diperkirakan sebesar Rp153,3 triliun (1,65 persen terhadap PDB); serta

4. Pembiayaan de! sit APBN 2013 direncanakan berasal dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp172,8 triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp19,5 triliun.

Ringkasan postur APBN-Perubahan 2012 dan APBN tahun anggaran 2013 terangkum dalam Tabel 4.5.

2. State expenditures was planned to total IDR1,683.0 trillion, consisting of the central government expenditures IDR1,154.4 trillion and block grant IDR528.6 trillion;

3. Budget de! cit was predicted to total IDR153.3 trillion (1.65 percent of GDP); and

4. De! cit ! nancing of the State Budget 2013 was planned to be from domestic ! nancing of IDR172.8 trillion, and foreign ! nancing (net) of negative IDR19.5 trillion.

Resume of the posture of the State Budget Review 2012 and the State Budget 2013 is contained in Table 4.5.

Tabel 4.5. Ringkasan APBN 2012-2013 (dalam triliun rupiah) Table 4.5. Summary of the State Budget 2012-2013 (in trillion of rupiahs)

APBN

2012 2013

APBNP APBN

A. Pendapatan Negara Government Revenues

i. Penerimaan Dalam Negeri Domestic Revenues

1. Penerimaan Perpajakan Tax Revenues

(% terhadap PDB) % to GDP

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Non-Tax Revenues (PNBP)

II. Penerimaan Hibah Grant

B. BELANJA NEGARA State Expenditures

I. Belanja Pemerintah Pusat Central Government Expenditures

II. Transfer Ke Daerah Block Grant

C. Keseimbangan Primer Primary Balance

D. Surplus/De!sit Anggaran (A-B) Budget Surplus/De!cit (A_B)

% terhadap PDB % to GDP

E. Pembiayaan Financing

III. Pembiayaan Dalam Negeri Domestic Financing

IV. Pembiayaan Luar Negeri (Netto) Foreign Financing (net)

1.311,4

1.310,6

1.032,6

12,7

278,0

0,8

1.435,4

965,0

470,4

(1,8)

(124,0)

(1,53)

124,0

125,9

(1,9)

1.358,2

1.357,4

1.016,2

11,9

341,1

0,8

1.548,3

1.069,5

478,8

(72,3)

(190,1)

(2,23)

190,1

194,5

(4,4)

1.529,7

1.525,2

1.193,0

12,9

332,2

4,5

1.683,0

1.154,4

528,6

(40,1)

(153,3)

(1,65)

153,3

172,8

(19,5)

Sumber : DJA Source : Directorate General of Budget

Tabel 4.6. Alokasi Anggaran TA 2013 per Jenis BelanjaTable 4.6. Budget Allocation of Fiscal Year 2013 per Expenditure Item (in rupiah)

Jenis Belanja Type of Expenditure Jumlah AmountNo

Belanja Pegawai Employee expenditure 139.890.094.501.000

200.735.154.495.000

184.363.520.833.000

69.608.838.275.000

594.597.608.104.000

Belanja Barang Goods expenditure

Belanja Modal Capital expenditure

Bantuan Sosial Social Assistance

Jumlah Amount

1

2

3

4

Sumber : Keppres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) Source: Presidential Decree on the Detailed Central State Budget (RABPP)

Page 131: FA LTKK 2012.indb

130Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

PERBENDAHARAAN

Pembentukan KPPN Percontohan

Perubahan desain organisasi yang signi! kan di tubuh Ditjen Perbendaharaan salah satunya diwujudkan melalui pembentukan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Percontohan. Ada dua layanan yang diberikan KPPN Percontohan yakni penyelesaian Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan penatausahaan penerimaan negara. Di KPPN Percontohan, dua layanan tersebut dilaksanakan sesuai dengan fungsi front o" ce, middle o" ce, dan back o" ce yang didukung oleh penyesuaian layout kantor.

Pemisahan ini untuk menunjang pemisahan tugas antar bagian; pengkartuan satker secara elektronik non-departemental job; dan tersedianya customer service yang akan melayani satker jika menghadapi permasalahan. Pemisahan fungsi ditujukan untuk memperpendek jalur birokrasi serta memutus peluang-peluang terjadinya ma! a birokrasi dan korupsi. Demikian pula Pencairan SP2D non Belanja Pegawai yang pada proses layanan konvensional memakan waktu satu hari, tetapi dengan adanya prosedur operasi standar di KPPN Percontohan, proses itu dapat disingkat menjadi satu jam saja.

TREASURY

Setting up of Pilot State Treasury O" ces (KPPN)

A signi! cant change in the organization design of the Directorate General of Treasury was realized by the setting up of Pilot State Treasury O# ces (KPPN). There are two services provided by the Pilot State Treasury O# ces (KPPN), including Instruction Letter of Fund Disbursement (SP2D) and administering of Government Revenues. At the Pilot State Treasury O# ces (KPPN), these two services are implemented according to the front o# ce, middle o# ce, and back o# ce functions supported by the o# ces’ layout.

The separation aims to support tasks separation among divisions: electronic work units card system; non-departmental jobs; and customer service to help the work units whenever they face problems. The functions separation aims to shorten bureaucracy and to cut opportunities of bureaucracy ma! a and corruption. On the other hand, under the conventional service, the Instruction Letter of Fund Disbursement for Non Employees Expenditure takes one day to process; however, thanks to the standard operation procedure at the Pilot State Treasury O# ces (KPPN), the process takes only one hour.

Tabel 4.7. 10 Kementerian Lembaga Dengan Alokasi Anggaran Terbesar Tahun Anggaran 2013Table 4.7. 10 Ministries/institutions with the Largest Budget Allocation Fiscal Year 2013

Kementerian / LembagaMinistry / Institution Pegawai

EmployeeBarangGoods

ModalCapital

BansosSocial Assistance

JENIS BELANJA TYPE OF EXPENDITUREJumlahAmount

Pendidikan Education

Polri Indonesia Police

PU Public Works

Pertahanan Defense

Agama Religious A!airs

Perhubungan Transportation

Kesehatan Health

ESDM Energy and Mineral Resources

Keuangan Finance

Pertanian Agriculture

37.045.556.539

1.400.764.849

9.895.938.617

29.859.419.544

21.312.962.566

1.567.862.834

4.739.775.041

621.159.414

8.415.555.703

1.250.025.520

62.583.138.404

10.040.697.297

36.959.136.720

8.940.660.245

8.332.605.412

7.332.643.986

14.770.903.782

5.646.758.819

7.052.062.711

8.869.665.281

32.029.004.285

62.583.138.405

3.312.135.454

6.821.952.516

3.002.905.680

27.778.739.824

6.964.628.562

12.535.973.135

2.766.779.066

1.660.733.595

-

3.953.417.017

22.920.294.616

-

11.312.042.045

-

8.106.650.000

-

-

6.039.120.816

81.963.562.678

77.978.017.568

73.087.504.957

45.622.032.305

43.960.515.703

43.960.515.703

34.581.957.385

18.803.891.368

18.234.397.480

17.819.545.212

Page 132: FA LTKK 2012.indb

131Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Pembentukan KPPN Percontohan telah dimulai sejak tanggal 30 Juli 2007. Saat itu operasional KPPN Percontohan didirikan di 18 KPPN dari 17 ibukota provinsi mulai dilaksanakan secara penuh. Pada tahun 2008 telah dibentuk 14 KPPN Percontohan dan pada tahun 2009 telah dibentuk 5 KPPN Percontohan. Hingga tahun 2012, 117 KPPN seluruhnya telah menjadi KPPN Percontohan.

Penataan Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal

Kinerja Kantor Vertikal di lingkungan Ditjen Perbendaharaan terus ditingkatkan untuk mendukung terwujudnya tata kelola keuangan negara dan kekayaan negara yang profesional, produktif, transformatif sesuai dengan transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan. Peningkatan kinerja juga ditujukan mendukung sinergi antar unit Eselon I Kementerian Keuangan. Untuk itu, perlu dilakukan penyempurnaan organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. Penyempurnaan organisasi Kantor Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan diatur melalui PMK Nomor: 169/PMK/2012 pada tanggal 6 November 2012.

Beberapa faktor utama penataan organisasi kantor vertikal Ditjen Perbendaharaan antara lain:

1. Rencana implementasi Sistem Perbendaharaan Anggaran Negara (SPAN) dan transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan serta penajaman fungsi Perbendaharaan;

2. Berdasarkan perhitungan full time equivalent (FTE) dengan implementasi SPAN, beban kerja pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan berkurang 23 persen, dan KPPN berkurang 18 persen;

3. Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan perlu mempertajam fungsi kantor wilayah sebagai unit koordinatif, pembinaan, supervisi teknis dan pengembangan kapasitas kantor operasional serta menjalankan fungsi wakil Kementerian Keuangan di bidang !skal di daerah (pembinaan keuangan pusat-daerah, analisis belanja

The setting up of Pilot State Treasury O#ces (KPPN) started on July 30th, 2007 at 18 State Treasury O#ces in 17 provincial capitals. In 2008, 14 Pilot State Treasury O#ces (KPPN) were set up, and in 2009, an additional 5 Pilot State Treasury O#ces (KPPN) were established. Until 2012, all 177 State Treasury O#ces have become Pilot State Treasury O#ces (KPPN).

Organization and Work Procedure of Vertical Institutions

Performance of vertical o#ces at the Directorate General of Treasury continues to be increased to support the realization of professional, productive, and transformative state’s !nance and state’s assets governance in accordance with the institutional transformation at the Ministry of Finance. The performance increase is also aimed at supporting synergy among Echelon I units at the Ministry of Finance. For this purpose, the organization and work procedures of the Regional O#ces and State Treasury O#ces of the Directorate General of Treasury must be perfected. The organizational improvement of the vertical o#ces at the Directorate General of Treasury is regulated under Regulation of the Minister of Finance Number: 169/PMK/2012 dated November 6th, 2012.

Some main factors of the organizational improvement of vertical o#ces at the Directorate General of Treasury include:

1. Implementation plan of the State Budget and Treasury System (SPAN) and the institutional transformation of the Ministry of Finance as well as sharpening the Treasury’s functions;

2. Based on the Full Time Equivalent (FTE) calculation with the State Budget and Treasury System (SPAN) implementation, the work load of the Regional O#ces at the Directorate General of Treasury has decreased 23 percent, and of the State Treasury O#ces 18 percent;

3. Regional O#ces at the Directorate General of Treasury need to sharpen their functions as a unit to coordinate, develop, technically supervise, and develop capacity of the operational o#ces as well as to represent the Ministry of Finance in the !scal sector in regions (development of

Page 133: FA LTKK 2012.indb

132Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

pemerintah, konsolidasi APBN-APBD dalam Government Finance Statistics);

4. KPPN perlu mempertajam fungsi sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara yang melaksanakan tugas pencairan dana APBN, pemantauan, dan bimbingan teknis kepada satker, serta standardisasi pengelolaan keuangan pemerintah.

Struktur Baru Kantor Vertikal Ditjen Perbendaharaan berdasarkan PMK 169/PMK.01/2012 adalah sebagai berikut.

central-regional !nance, analysis of the state’s expenditures, consolidation of the State Budget and the Regional Budget in the Government Finance Statistics);

4. The State Treasury O#ces need to sharpen their function as Power of the State’s General Treasurer that implement the State Budget fund disbursement, observation and technical guidance to work units, as well as standardization of the government !nancial management.

Struktur Baru Kantor Vertikal Ditjen Perbendaharaan berdasarkan PMK 169/PMK.01/2012 adalah sebagai berikut.

Page 134: FA LTKK 2012.indb

133Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN

BIDANG PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN I

BIDANG PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN II

BAGIAN UMUM

SUBBAGIANPENILAIAN KINERJA

SUBBAGIANTATA USAHA DAN RUMAH TANGGA

SUBBAGIANKEUANGAN

SUBBAGIANKEPEGAWAIAN

BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN DAN

PELAPORAN KEUANGAN

KANTOR PELAYANANPEMBENDAHARAAN NEGARA

SEKSI PEMBINAANAKUNTANSI PEMERINTAH

PUSAT

SEKSI PEMBINAANSISTEM AKUNTANSI

PEMERINTAH DAERAH

SEKSI ANALISA, STATISTIK,DAN PENYUSUNAN

LAPORAN KEUANGAN

SEKSI SUPERVISI

PROSES BISNIS

SEKSISUPERVISI TEKNIS

APLIKASI

SEKSI KEPATUHANINTERNAL

SEKSI PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN I D

SEKSI PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN II A

SEKSI PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN II B

SEKSI PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN II C

SEKSI PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN I A

SEKSI PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN I B

SEKSI PEMBINAANPELAKSANAAN ANGGARAN I C

BIDANG SUPERVISI KPPNDAN KEPATUHAN

KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL

Kanwil Ditjen PerbendaharaanRegional O"ces at the Directorate General of Treasury

Page 135: FA LTKK 2012.indb

134Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

KPPN Tipe A1KPPN Tipe A1

KPPN Tipe A2KPPN Tipe A2

KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAANNEGARA TIPE A1

SEKSIPENCAIRAN DANA

SEKSI MANAJEMEN SATKERDAN KEPATUHAN INTERNAL SEKSI BANK

SEKSI VERIFIKASIDAN AKUNTANSI

SUBBAGIANUMUM

KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL

KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAANNEGARA TIPE A2

SEKSI PENCAIRAN DANADAN MANAJEMEN SATKER

SEKSI BANK SEKSI VERIFIKASIDAN AKUNTANSI

SUBBAGIANUMUM

KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL

Page 136: FA LTKK 2012.indb

135Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

SUBBAGIAN UMUM

KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL

SEKSI MANAJEMEN SATKER DAN

KEPATUHAN INTERNAL

SEKSI PENYALURANPINJAMAN DAN HIBAH II

SEKSI PENYALURANPINJAMAN DAN HIBAH I

SEKSI BANKSEKSI

VERIFIKASI DAN AKUNTANSI

KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAANKHUSUS PINJAMAN DAN HIBAH

KPPN Khusus Pinjaman dan HibahState Treasury O"ces particularly for Loan and Grant

KPPN Khusus PenerimaanState Treasury O"ces particularly for Revenues

KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAANNEGARA KHUSUS PENERIMAAN

SEKSI PELAPOR DANKEPATUHAN INTERNAL

SEKSIREKONSILIASI

SEKSI VERIFIKASI, AKUNTANSI,DAN ANALISA STATISTIK

SEKSI LAYANAN DAN PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI

SUBBAGIAN UMUM

KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL

Page 137: FA LTKK 2012.indb

136Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Realisasi Penyerapan Anggaran K/L

Dengan kecenderungan belanja negara yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka Ditjen Perbendaharaan selaku Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) semakin bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang prima. Hal itu untuk mendorong K/L merealisasikan anggarannya secara optimal agar berdampak signi!kan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Realisasi penyerapan anggaran TA 2012 seluruh K/L secara nasional yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan aplikasi monitoring dan evaluasi penyerapan Anggaran adalah sebesar Rp492,8 triliun, atau sebesar 88,21 persen dari pagu sebesar Rp558,7 triliun. Jumlah ini tidak berbeda jauh dengan TA 2011 yang juga berkisar 88,21 persen dan pada TA 2010 sebesar 89,47 persen. Apabila dibedakan per jenis belanja, Belanja Pegawai mempunyai persentase penyerapan anggaran tertinggi yaitu sebesar 97,53 persen. Sedangkan persentase penyerapan anggaran terendah adalah Belanja Modal sebesar 81,41 persen.

Realization of Budget Absorption at Ministries/institutions

Considering the continuously increasing government expenditures from year to year, the Directorate General of Treasury as Power of the General State Treasurer (BUN) is increasingly responsible of providing prime service. This is to encourage ministries/institutions realize their budget optimally to a"ect signi!cantly in the people’s welfare.

Realization of the budget absorption Fiscal Year 2012 for all ministries/institutions as contained in the Budget Allocation List (DIPA) based on the monitoring and evaluation application was in amount of IDR492,8 trillion, or 88.21 percent from the ceiling totalling IDR558,7 trillion. The percentage was slightly di"erent from Fiscal Year 2011 which was 88.21 percent and Fiscal Year 2010 which was 89.47 percent. Grouped per expenditure item, the Employees Expenditure had the highest percentage of the budget absorption, which was 97.53 percent; while the Capital Expenditure had the lowest percentage of the budget absorption, which was 81.41 percent.

KPPN Khusus InvestasiState Treasury O"ces particularlly for Investment

KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAANNEGARA KHUSUS INVESTASI

SEKSI PENYALURANINVESTASI

SEKSI SETELMENINVESTASI II

SEKSI SETELMENINVESTASI II

SEKSI VERIFIKASI, AKUNTANSI,DAN ANALISA STATISTIK

SUBBAGIAN UMUM

KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL

Page 138: FA LTKK 2012.indb

137Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Tahun Anggaran 2012201120102009200820072006

Pagu Belanja (Miliar) 1.435.406,71.320.751,31.042.117,2937.382,1985.730,7757.649,9667.128,7

Sumber : Data Pokok APBN 2006 – 2012 Source: Principal Data of the State Budget 2006 – 2012

Gra! k 4.2. Pagu Belanja TA 2006-2012Graphic 4.2. Expenditure Ceiling Fiscal Year 2006-2012

Tabel 4.8. Rekapitulasi Pagu dan Realisasi DIPA K/L T.A. 2012 per Jenis BelanjaTable 4.8. Recapitulation of Ceiling and Realization of the List of Budget Implementation of Ministries/Institutions Fiscal Year 2012

per Expenditure Item (billion rupiah)

Jenis Belanja Type of Expenditure Presentasei PercentageRealisasi RealizationPagu CeilingNo

Belanja Pegawai Personnel Expenditure 97,53%

86,06%

81,42%

92,61%

88,21%

128.096,49

141.790,17

147.212,21

75.716,85

492.815,72

131.339,11

164.762,17

180.804,35

81.762,20

558.667,83

Belanja Barang Goods Expenditure

Belanja Modal Capital Expenditure

Bantuan Sosial Social Expenditure

Jumlah Total

1

2

3

4

Sumber : Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran (data sementara per 13 Februari 2013)Source : Monitoring and Evaluation Application of Budget Absorption (temporary data per February 13th, 2013)

2006 2007 2008

Tahun Anggaran

Milia

r Rup

iah

2009 2010 2011 20120

200.000

400.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

600.000

Pagu Belanja T.A. 2006 - 2012

Page 139: FA LTKK 2012.indb

138Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Mekanisme Spending Review

Kecenderungan belanja negara semakin meningkat dari tahun ke tahun, bahkan volume APBN saat ini sudah mencapai tiga kali lipat dibanding tahun 2005. Namun, perkembangan tersebut belum diikuti dengan peningkatan angka Human Development Indeks (HDI) di Indonesia. Pada tahun 2005 volume APBN sebesar Rp509,6 triliun, sedangkan pada tahun 2011 jumlah APBN sebesar Rp1.320, 8 triliun. Sementara itu, HDI Indonesia pada tahun 2005 berada pada nilai 0,572, sedangkan nilai pada tahun 2011 dalam angka 0,617. Jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya, pertumbuhan nilai HDI Indonesia masih berada di bawah Thailand. Demikian pula jika dibandingkan dengan Korea yang sama-sama mengalami pertumbuhan pascakrisis bersama Indonesia, saat ini nilai HDI-nya sudah jauh di atas Indonesia.

Sementara !scal space pemerintah dari tahun ke tahun hanya berkisar antara 5,11 -5,10 persen dari PDB. Pada tahun 2011, !csal space sebesar 5,10 persen dari PDB dengan kondisi Belanja Terikat memiliki rasio 71,30 persen dari total belanja. Ruang Pemerintah untuk mengalokasikan belanja modal yang berperan signi!kan dalam pertumbuhan

Spending Review Mechanism

The government expenditures tend to continuously increase from year to year, the current State Budget’s volume is even three times higher than that in 2005. However, the development is not followed with an increase in the Indonesian Human Development Index (HDI). In 2005, the State Budget’s volume totalled IDR509.6 trillion, while in 2011, the State Budget was in amount of IDR1,320.8 trillion. Meanwhile, the Indonesian HDI in 2005 was 0.572, and in 2011, it was 0.617. Compared with other Asian countries, the Indonesian HDI’s growth was lower than Thailand. Also, if compared with South Korea that is experiencing post-crisis growth with Indonesia, the current HDI is far above Indonesia.

The government’s !scal space from year to year only ranges between 5.11 – 5.10 percent from the GDP. In 2011, the !scal space was 5.10 percent from the GDP where the Bonded Expenditures had a ratio of 71.30 percent from the Total Expenditures. The government’s space to allocate capital expenditures playing a signi!cant role in the economic growth, was

Gra!k 4.3. Perbandingan Pagu dan Realisasi DIPA K/L TA 2010-2012Graphic 4.3. Comparison of Ceiling and Realization of the Budget Allocation List (DIPA) of Ministries/Institutions Fiscal Year 2010-2012

Tahun Anggaran

Milia

r Rup

iah

2010 2011 20120

100.000

200.000

400.000

500.000

600.000

300.000

Perbandingan Pagu dan Realisasi DIPA K/L T.A. 2010-1012

RealisasiPagu

Sumber: Aplikasi Monev Penyerapan Anggaran (data per 13 Februari 2013)Source: Monitoring and Evaluation Application of Budget Absorption (data per February 13th, 2013)

Page 140: FA LTKK 2012.indb

139Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

ekonomi menjadi terbatas. Hal itu menunjukan rendahnya outcome pelaksanaan anggaran K/L.

Dalam hal penyerapan belanja negara, khususnya belanja barang dan belanja modal K/L, tidak berjalan secara optimal dan cenderung menumpuk pada akhir tahun anggaran. Akibatnya, peran stimulus !skal dari kontribusi belanja negara tidak tercapai dan tidak menguntungkan bagi pengelolaan kas yang baik. Dilihat dari sisi kualitas belanja (value for money), belanja operasional birokrasi lebih besar dari pada belanja modal atau belanja pelayanan langsung kepada publik, serta ketidakterkaitan antara komponen input dengan output. Hal ini mengindikasikan terjadi pemborosan, ine!siensi dan tidak terukurnya pengaruh belanja pemerintah terhadap kualitas penyediaan layanan publik. Dibutuhkan peran pemerintah yang semakin besar untuk memastikan belanja kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik dapat terlaksana dengan efektif dan e!sien.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, diputuskan untuk melaksanakan kebijakan berupa penajaman

then limited. This showed the low outcome of the budget implementation at ministries/institutions, where there remained a discrepancy between the input and the outcome.

Absorption of the government expenditures, especially goods and capital expenditures at ministries/institutions, did not run optimally and tended to accumulate by the end of the !scal year. As a result, the role of the !scal stimulus contributed from the government expenditures, was not achieved and advantageous in the good cash management. From the point of view of the value for money, expenditures for bureaucracy operational were higher than capital expenditures or public direct service expenditures. There was no relation between the input and output either. This indicated a waste, ine#ciency, and unmeasurable expenditures of the government to the quality of public service. A greater role of the government was required to ensure that the expenditures for the people’s welfare and the public service were implemented e"ectively and e#ciently.

Based on the facts mentioned above, it was decided to implement a policy on sharpening the

Gra!k 4.4. Komparasi Belanja Negara dengan Indeks Pembangunan Manusia Periode 2005-2011. Graphic 4.4. Comparison of the Government Expenditures with the Human Development Index 2005-2011

2006 2007 2008

Bela

nja N

egar

a

TMilia

r Rup

iah

2009 2010 201120050

200

400

800

1.000

1.200

1.400

1.600

600

Komparasi Belanja Negara Dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Periode 2005-2011

509.6

667.1 757.6

985.7 937.4

1.042.1

1.320.8

0.5720.579

0.591 0.598 0.607 0.613 0.617

BELANJA NEGARA HUMAN DEVELOPMENT INDEXS

Page 141: FA LTKK 2012.indb

140Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

fungsi pengawasan dan evaluasi pelaksanaan anggaran melalui spending review. Untuk menindaklanjuti hal tersebut dibentuk Tim Penyusun Modul Spending Review Pelaksanaan Anggaran melalui Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. KEP-150/PB/2012. Rapat awal Tim Penyusun Modul Spending Review dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2012. Rapat ini dipimpin Tenaga Pengkaji Bidang Perbendaharaan, disusul rapat tim kerja pada tanggal 25-27 Juli 2012 dan tanggal 1-3 Agustus 2012 untuk menyusun referensi dan metodologi spending review dalam pelaksanaan anggaran.

De! nisi spending review secara umum adalah kajian komprehensif terhadap performa belanja pemerintah (APBN) untuk mengetahui e! siensi, efektivitas dan value for money atas alokasi anggaran dan pelaksanaan anggaran pemerintah. Spending review adalah alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah, yang hasilnya dijadikan rekomendasi untuk proses penganggaran dan pelaksanaan anggaran pemerintah agar belanja pemerintah lebih efektif dan e! sien (value for money).

Spending review akan dilaksanakan oleh unit kantor pusat maupun kantor vertikal Ditjen Perbendaharaan.

supervision and evaluation function in the budget implementation through a spending review. As a follow up, a Drafting Team of Spending Review Module of the Budget Implementation was set up under Decree of the Director General of Treasury No. KEP-150/PB/2012. The ! rst meeting of the Drafting Team of Spending Review Module was held on July 19th, 2012. The meeting was chaired by Assessors in Treasury, followed by a meeting of the working team on July 25th – 27th, 2012 and on August 1st – 3rd, 2012 to draft references and methodology of spending review in the budget implementation.

The de! nition of spending review is in general a comprehensive assessment of the State Budget to know its e# ciency, e" ectiveness, and value for money of the budget allocation and the state’s budget implementation. Spending review is a tool to evaluate the government’s performance, of which the result is a recommendation for the budgeting process and implementation so that the government expenditures are more e" ective and e# cient.

Spending review will be executed by units at both the central o# ce as well as vertical o# ces at the Directorate General of Treasury.

Pagu / Realisasi Kesimpulan

In-E!siensi

Duplikasi

Einmalegh

BAEs I

ProgramSatker

KegiatanOutput

Jenis BelanjaAkun

INPUT OUTPUT

Proses

Tren Penyerapan

Proporsi Pagu

Relevan

Standar Biaya

Indeks Baseline

Analisis

METODOLOGI SPENDING Review 2012

Gra! k 4.5. Metodologi Spending Review 2012Graphic 4.5. Spending Review Methodology 2012

Page 142: FA LTKK 2012.indb

141Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Sebagai langkah awal dan mempertimbangkan keterbatasan data, maka spending review tahun 2012 dilaksanakan terhadap 10 K/L yang memiliki pagu terbesar. Di 10 K/L tersebut pelaksanaan spending review difokuskan pada Belanja Barang serta Belanja Modal 104 Satuan Kerja Pusat. Dari Belanja Barang dan Belanja Modal tersebut dipilih mata anggaran tertentu yang umumnya terdapat pada semua satker. Proporsi pagu sampel terpilih dibandingkan dengan pagu 10 K/L adalah 13,81 persen. Sepuluh K/L dimaksud adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan sumber Daya Mineral, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Kepolisian RI.

Data sampel 104 satker pusat dari 10 K/L, total pagu Belanja Barang dan Belanja Modal yang dijadikan sampel obyek kajian sebesar Rp37,4 triliun. Dari sampel ini didapat nilai ine! siensi dan inefektivitas sebesar Rp4,87 triliun atau 15,85 persen dari pagu sampel. Sedangkan untuk norma duplikasi dan einmalegh (bersifat insidentil) diperoleh nilai sebesar Rp50,4 miliar. Dari hasil kajian tersebut diperoleh nilai sebesar Rp4,92 triliun (16,03 persen) dari total pagu sampel sebesar Rp37,4 triliun, yang diindikasikan merupakan alokasi pagu yang bersifat ine! siensi, inefektivitas, duplikasi maupun einmalegh. Angka sebesar Rp4,92 triliun dari hasil kajian dimaksud

As an initial step and considering the limited data, the spending review 2012 was implemented in 10 ministries/institutions with the largest ceiling. Out of the 10 ministries/institutions, the spending review was focused on Goods and Capital Expenditure in 104 central work units. Out of the Goods Expenditure and the Capital Expenditure, certain budget items were selected generally existing in all work units. Proportion of the selected ceiling sample compared to the ceiling in 10 ministries/institutons was 13.81 percent. The 10 ministries/institutions included Ministry of Homes A" airs, Ministry of Finance, Ministry of Agriculture, Ministry of Energy and Mineral Resources, Ministry of Transportation, Ministry of Education and Culture, Ministry of Health, Ministry of Religious A" airs, and Ministry of Public Works, as well as the Indonesian Police.

Based on the data of 104 central work units in 10 ministries/institutions, the total ceiling of the Goods Expenditure and Capital Expenditure made sample of the assessment object was IDR37.4 trillion. Out of the sample, the values of ine# ciency and ine" ectiveness amounted to IDR4.87 trillion or 15.85 percent from the sample ceiling. For duplication norm and einmalegh (incidental), the value was IDR50.4 billion. Based on the assessment, IDR4.92 trillion (16.03 percent) from the total sample ceiling of IDR37.4 trillion, was indicated ine# cient, ine" ective, duplicate, and enimalegh. The total IDR4.92 trillion from the said assessment proved a ! scal space

4,87 T

0.05 T

0,0004 T

4.92 T

Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal 104 Satker

Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal 104 Satker

Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal 104 Satker

0,18

15,85

0,0013

16,0330,74 T

30,47 T

30,47 T

30,47 T

Einmaligh

Duplikasi

IN-E!siensi & IN-Efekti!tas

OBJEK REVIEW Keterangan Nilai %Pagu Belanja Barangdan Belanja Modal

Potensi Fiscal Space 2012

POTENSI FISCAL SPACE PADA SAMPEL YANG DIAMBIL DRI 10 K/L2012

Tabel 4.9. Potensi Fiscal Space Pada Sampel di 10 K/L tahun 2012Table 4.9. Fiscal Space Potential in Samples in 10 Ministries/Institutions 2012

Page 143: FA LTKK 2012.indb

142Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

membuktikan adanya potensi ! scal space yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih prioritas, misalnya untuk dana infrastruktur.

Jika diasumsikan kondisi seluruh K/L sama dengan kondisi sampel dari 10 K/L yang dianalisis, sehingga persentase ! scal space sampel dari 10 K/L yang dianalisis merupakan persentase ! scal space pada seluruh K/L, maka dari pagu Belanja Barang dan Modal Tahun Anggaran 2012 pada seluruh K/L sebesar Rp341,54 triliun hasilnya diperoleh potensi tambahan ! scal space sebesar Rp54,75 triliun yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih utama.

Remunerasi di BI dan Bank Umum

Dalam melaksanaan fungsi pengelolaan kas Negara, Ditjen Perbendaharaan juga mendapatkan PNBP, khususnya atas pengelolaan rekening tunggal perbendaharaan dan/ atau atas penempatan uang negara dan pengelolaan valuta asing sebesar Rp 6.223.880.083.941,00 dengan rincian sebagai berikut.

potential which could have been allocated for other more prioritized, for instance infrastructure fund.

Assuming that all ministries/institutions and 10 analysed ministries/institutions had the same condition, that the ! scal space percentage at 10 analysed ministries/institutions was the ! scal space percentage at all ministries/institutions, that the Goods Expenditure and Capital Expenditure ceiling in 2012 at all ministries/institutions amounted to IDR341,54 trillion, then an additional potential of ! scal space in amount of IDR54,75 trillion could’ve been allocated for other more prioritized needs.

Remuneration at Bank Indonesia and Commercial Banks

In executing its functions in the state’s cash management, the Directorate General of Treasury also obtains Non-Tax Revenues (PNBP), especially on the management of the treasury’s single account and/or on placement of the state’s money and management of the foreign exchange in amount of IDR6,223,880,083,941.00 with the following detail:

Tabel 4.10. Potensi Fiscal Space di Seluruh K/LTable 4.10. Fiscal Space Potential at all Ministries/institutions

54,13 T

0.61 T

0,0004 T

54,75 T

Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal Seluruh K/L

Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal Seluruh K/L

Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal Seluruh K/L

0,18

15,85

0,0013

16,03341,54 T

341,54 T

341,54 T

341,54 T

Einmaligh

Duplikasi

IN-E!siensi & IN-Efektivitas

OBJEK REVIEW Keterangan Nilai %Pagu Belanja Barangdan Belanja Modal

Potensi Fiscal Space 2012

Angka Fiscal Space diperoleh dengan asumsi bahwa kondisi seluruh K/L sama dengan kondisi sampai dari 10 K/L sehingga persentase !scal space sampel dari 10 K/L yang dianalisis merupakan persentase !scal space pada seluruh K/L.

POTENSI FISCAL SPACE PADA SELURUH K/L

Page 144: FA LTKK 2012.indb

143Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Treasury Dealing Room (TDR)

Treasury Dealing Room (TDR) dibangun untuk meningkatkan efektivitas dan e! siensi pengelolaan uang negara, khususnya pengelolaan kelebihan/kekurangan kas. Kegiatan pengelolaan kelebihan/ kekurangan kas yang akan disentralisasi pada TDR berupa:

1. Penempatan dana atas kelebihan kas pemerintah (placement) di pasar uang (money market) baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing;

2. Penempatan dana atas kelebihan kas pemerintah dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN), baik dalam denominasi mata uang rupiah maupun valuta asing;

3. Transaksi penukaran suatu mata uang terhadap mata uang lainnya di pasar valuta asing (foreign exchange market), untuk tujuan pemenuhan kebutuhan/kewajiban, optimalisasi dan atau lindung nilai (hedging);

4. Transaksi pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dalam rangka stabilisasi;

5. Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) untuk memenuhi kekurangan kas dan berkoordinasi dengan DJPU;

6. Pembuatan kebijakan dan Standard Operating Procedure (SOP) TDR;

7. Pengelolaan risiko transaksi (manajemen risiko);8. Penyelesaian transaksi, pembukuan dan

pelaporan;9. Pembukuan dan pelaporan transaksi yang

dilakukan.

TDR akan didukung sarana prasarana standar dealing room perbankan baik aplikasi dan jaringan yang digunakan, infrastruktur, SOP transaksi, sistem

Treasury Dealing Room (TDR)

A Treasury Dealing Room (TDR) was set up to increase e" ectiveness and e# ciency of the state’s money management, especially cash surplus/de! cit management. The cash surplus/de! cit management to be decentralized at the Treasury Dealing Room (TDR) includes:

1. Placement of fund from the government’s cash surplus at the money market both in rupiah as well as foreign currency;

2. Placement of fund from the government’s cash surplus by purchasing Government Securities, both in rupiah as well as foreign currency;

3. Transaction of a foreign exchange to another currency at the foreign exchange market, aiming at ful! lling the needs/obligation, optimization and/or hedging;

4. Transaction of purchasing Government Securities in the framework of stabilisation;

5. Issuance of Treasury Bills to ful! ll a lack of cash and to coordinate with the Directorate General of Debt Management;

6. Making policies and the Standard Operating Procedure of the Treasury Dealing Room (TDR);

7. Transaction risks management;8. Transaction, bookkeeping, and reporting

settlement;9. Bookkeeping and reporting of made transactions.

The Treasury Dealing Room (TDR) will be supported by standard infrastructures of a banking dealing room, both the application and netrworks,

Tabel 4.11. Pengelolaan Rekening Tunggal PerbendaharaanTable 4.11. Management of the Treasury’s Single Account

Uraian DescriptionJumlah Rp

Amount (IDR)Akun

Account

Pendapatan atas penerbitan SP2D dalam rangka TSA Revenues from the issuance of SP2D in the framework of TSA 84.071.217.929,00

176.929.365.876,00

4,156,871,253,564.00

1,806,008,246,572.00

6,223,880,083,941.00

Pendapatan dari pelaksanaan Treasury National Pooling Revenues from the implementation of treasury National Pooling

Pendapatan dari penempatan uang negara di Bank Indonesia Revenues from placement of the state’s cash at Bank Indonesia

Keuntungan atas pengelolaan selisih kurs Pro!ts from the exchange rate di"erence management

Jumlah Total

423251

423253

423254

423941

Sumber data: Buku Laporan Realisasi APBN (buku merah) 31 Desember 2012Source of data: Book of the State Budget Realization Report (red book) December 31st, 2012

Page 145: FA LTKK 2012.indb

144Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

infrastructure, transactions SOP, security system, and the employees’ competence projected to be assigned in the Treasury Dealing Room (TDR).

For the human resources, a Treasury Dealing Room (TDR) training program was held in Cipanas, Bogor, in March 2012. The training was divided into two phases, participated by 49 participants, including employees at the Head O#ce, the Regional O#ce of the Directorate General of Treasury, and State Treasury O#ces (KPPN) who passed a basic !nance online selection. A training program on reading/analyzing Bloomberg data was also provided. Bloomberg is an information and international !nancial transaction system used to monitor the movement of instrument price, such as !xed income, risk management, and other economic analysis.

A part from Bloomberg, the Treasury Dealing Room (TDR) will also use an information system and !nancial transaction system from Thomson-Reuters to monitor the movement of foreign exchange price and to make transactions of the state’s money placement at banks, government securities purchase/sale transactions, repo/reverse repo, and foreign exchange purchase/sale transactions. As Bloomberg, the Thomson-Reuters system will also be installed at the State’s Cash Management of the Directorate General of Treasury for education and monitoring of the state’s instruments data.

On November 30th, 2012, the Head O#ce of the Directorate General of Treasury signed a Treasury Dealing Room (TDR) infrastructure construction contract Number PRJ-335001/PB.15/2012 totalling IDR33.4 billion after it has obtained a multiyears contract Number S-187/MK.2/2012 on August 31st, 2012 from the Minister of Finance, in relation with the infrastructure construction planned for more than one !scal year. The Treasury Dealing Room (TDR) construction is scheduled to be completed at the end of third quarter 2013.

Based on the contract, a third party has begun the work. By the end of 2012, completed infrastructure construction work included demolition and server providing works. Most of the materials and works will be provided and completed in Fiscal Year 2013.

pengamanan, maupun kompetensi pegawai-pegawai yang diproyeksikan bertugas di TDR.

Dari sisi SDM, telah dilakukan pelatihan TDR di Cipanas Bogor pada bulan Maret 2012 dalam dua gelombang yang diikuti 49 peserta. Peserta pelatihan adalah para pegawai dari kantor pusat maupun Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN yang lulus seleksi online pengetahuan !nance dasar. Dilakukan pula pelatihan pembacaan/analisis data Bloomberg. Bloomberg merupakan sistem informasi dan transaksi keuangan internasional yang nantinya akan digunakan untuk memantau pergerakan harga instrumen !xed income, pengelolaan risiko, dan analisis perekonomian lainnya.

Selain Bloomberg, TDR nantinya akan menggunakan sistem informasi dan transaksi keuangan Thomson-Reuters untuk keperluan pemantauan pergerakan harga valuta asing dan untuk melakukan transaksi penempatan uang negara di perbankan, transaksi jual/beli Surat Berharga Negara (SBN), repo/reverse repo, serta transaksi jual/beli valuta asing. Sebagaimana Bloomberg, sistem Thomson-Reuters juga akan dipasang di fungsi Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan untuk keperluan edukasi dan pemantauan data instrumen keuangan.

Pada tanggal 30 November 2012, Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan menandatangani kontrak pembangunan infrastruktur TDR nomor PRJ-335001/PB.15/2012 senilai Rp33,4 miliar setelah mendapat izin kontrak tahun jamak (multiyears contract) nomor S-187/MK.2/2012 tanggal 31 Agustus 2012 dari Menteri Keuangan, terkait dengan masa pembangunan infrastruktur yang direncanakan lebih dari satu tahun anggaran. Pembangunan TDR dijadwalkan selesai pada akhir triwulan III tahun 2013.

Atas dasar kontrak tersebut pihak ketiga mulai melaksanakan pekerjaan. Sampai dengan akhir tahun 2012 pekerjaan pembangunan infrastruktur yang telah diselesaikan meliputi pekerjaan pembongkaran dan pengadaan server. Mayoritas material dan pekerjaan akan diadakan dan diselesaikan pada tahun anggaran 2013.

Page 146: FA LTKK 2012.indb

145Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Asset Liability Management (ALM)

The Asset Liability Management (ALM) has been arranged to mitigate liquidity risks, interest risks, exchange rate risks, and credit risks, as well as to create an Early Warning System toward a !nancial crisis condition and its impact to the state’s balance. To develop the Asset Liability Management (ALM) system, the Minister of Finance has appointed the Directorate General of Debt Management as leader and the Directorate General of Treasury as its main partner as it is the central government’s balance manager.

The Asset Liability Management (ALM) of the Minister of Finance was built based on an international Asset Liability Management (ALM) best practice concept, using data of which one comes from the receiving data (blue book) and the budget realization data (red book) of the State’s Cash Management at the Directorate General of Treasury. For data projection, the Asset Liability Management (ALM) system also coordinates with a Cash Planning Information Network (CPIN) team, coordinated by the State’s Cash Management function of the Directorate General of Treasury. The Asset Liability Management (ALM) system of the Ministry of Finance can be accessed using an intranet with IP: 10.100.93.129.

Distribution of the Government’s Investment Fund

From 2006 until 2012, The Directorate General of Treasury distributed fund from the State Budget to the Government Investment Agency (PIP) as an operator of the government investment implementation. The distribution of the fund from the State Budget was aimed as capital for the government’s investment. The total investment fund (regular) distributed from the State Budget to the Government Investment Agency (PIP) from 2006 until 2012 was in amount of IDR7,727.1 billion.

Menawhile, the government’s debt were settled through debt settlement to the Regional Water Utility Company (PDAM) based on Regulation of the Minister of Finance Number 120/PMK.05/2008 on the State’s Debt Settlement from Foreign Loan, Investment Fund Accounts and PDAM’s Regional Development Account. As a result, out of 175 PDAM in arrears, 84 PDAM have obtained an approval of debt restructuring and/or settlement. The detail

Asset Liability Management (ALM)

Asset Liability Management (ALM) disusun untuk memitigasi risiko-risiko likuiditas, risiko bunga, risiko nilai tukar dan risiko kredit serta menciptakan early warning system terhadap kondisi krisis keuangan dan dampaknya terhadap neraca pemerintah. Untuk membangun sistem ALM, Menteri Keuangan telah menunjuk Ditjen Pengelolaan Utang sebagai lead dengan Ditjen Perbendaharaan sebagai mitra utama karena merupakan pengelola neraca pemerintah pusat.

ALM Kementerian Keuangan dibangun berlandaskan konsep best practice ALM internasional dan menggunakan data-data yang salah satunya berasal dari data penerimaan (buku biru) dan data realisasi anggaran (buku merah) fungsi Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan. Adapun untuk keperluan proyeksi data, sistem ALM juga berkoordinasi dengan tim Cash Planning Information Network (CPIN) yang dikoordinir fungsi Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan. Sistem ALM Kementerian Keuangan dapat diakses menggunakan intranet dengan IP: 10.100.93.129.

Penyaluran Dana Investasi Pemerintah

Sejak tahun 2006 hingga 2012, Ditjen Perbendaharaan telah menyalurkan dana APBN kepada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) selaku operator pelaksanaan investasi pemerintah. Penyaluran dana APBN tersebut merupakan modal untuk investasi pemerintah. Total dana investasi (reguler) yang disalurkan dari APBN ke PIP sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 sebesar Rp7.727,1 miliar.

Sedangkan penyelesaian piutang pemerintah di antaranya dilaksanakan melalui penyelesaian piutang kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan berlandaskan pada PMK 120/PMK.05/2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi dan Rekening Pembangunan Daerah PDAM. Hasilnya, dari 175 PDAM yang menunggak, sebanyak 84 PDAM telah

Page 147: FA LTKK 2012.indb

146Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

memperoleh persetujuan restrukturisasi dan/atau menyelesaikan pinjaman. Perinciannya, 75 PDAM melalui restrukturisasi utang berdasarkan PMK 120, satu PDAM melalui penjadwalan kembali pinjaman di luar mekanisme PMK 120, dan delapan PDAM diselesaikan (dilunasi atau diambil alih menjadi pinjaman pemda atau PDAM Induk).

Terkait penyelesaian pinjaman pemda dilakukan atas tunggakan pinjaman per 22 Oktober 2008 dengan ketentuan:

a. Penjadwalan kembali tunggakan pokok;b. Penghapusan atas seluruh tunggakan non

pokok;c. Kombinasi antara penghapusan atas sebagian

tunggakan non pokok dan debt swap.

Hingga 31 Desember 2012, permohonan restrukturisasi utang 47 pemda telah disetujui.

Untuk membantu sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKM-K) termasuk petani, peternak, pekebun, dan nelayan yang usahanya kurang feasible tetapi bankable, pemerintah meluncurkan kredit program pemerintah. Kredit itu memiliki skema subsidi bunga bekerjasama dengan perbankan nasional. Kredit program skema subsidi bunga dilakukan dengan cara pemerintah menanggung selisih tingkat bunga komersial yang berlaku untuk kegiatan usaha sejenis dan tingkat bunga yang menjadi beban UMKMK.

Saat ini terdapat lima jenis kredit program skema subsidi bunga, yakni Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPENRP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Subsidi Resi Gudang (SRG), Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias (KPP NAD-Nias) korban bencana alam gempa dan tsunami.

Selain kredit program skema subsidi bunga, sejak tahun 2009 pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan skema penjaminan. KUR ditujukan untuk calon debitur yang usahanya feasible, tetapi tidak mampu menyediakan agunan tambahan kepada perbankan (not bankable). Dengan adanya KUR diharapkan pelaku UKM yang

is 75 PDAM through debt restructuring based on Regulation of the Minister of Finance Number 120, 1 PDAM through debt reschedulling outside mechanism of Regulation of the Minister of Finance Number 120, and 8 PDAM have settled their debt (paid or taken over to debt of the Regional Government or the Parent PDAM).

In relation to the settlement of the regional governments’ debt, the debt was made arrears as of October 22nd, 2008, with the following provisions:

a. Reschedulling of the principal arrears;b. Deletion of all non-principal arrears;

c. Combination between deletion of a part of the non-principal arrears and debt swap.

Until December 31st, 2012, debt restructuring requests from 47 regional governments had been approved.

To help the micro, small, medium business, and cooperatives sector (UMKM-K), including farmers, breeders, planters, and !shermen whose business is not feasible enough but bankable, the government has launched a government program credit. The credit has an interest subsidy scheme in cooperation with the national banking industry. The interest subsidy scheme program credit is conducted with the government bears the di"erence between the prevailing national commercial interest rate for a similar activity with the interest rate borne by the micro, small, medium business, and cooperatives sector.

At present, there are !ve types of interest subsidy scheme program credit, including Food and Energy Endurance Credit (KKPE), Vegetable Energy Development and Plantation Revitalisation Credit (KPENIDR), Cattle Breeding Business Credit (KUPS), Warehouse Receipt Credit (SRG), Aceh and Nias Businessmen Empowerment Credit (KPP NAD-Nias) as victims of the earthquake and the tsunami natural disasters.

In addition to the interest subsidy scheme program credit, in 2009, the government launched the People Business Credit (KUR) with a guarantee scheme. The credit was addressed to prospective debtors whose business was feasible, yet could not provide an additional collateral to the banking sector. With the credit, it was hoped that micro, small, medium

Page 148: FA LTKK 2012.indb

147Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

baru memulai usaha dan terkendala dengan agunan kredit akan tetap dapat mengakses pembiayaan kredit dari perbankan. Target penyaluran KUR selama lima tahun (dari 2009 hingga 2014) sebesar Rp100 triliun atau Rp20 triliun per tahun. Terhadap penyaluran KUR yang dilakukan perbankan tersebut, pemerintah membayar imbal jasa penjaminan kepada perusahaan penjamin sebesar 3,25 persen per tahun untuk menjamin risiko KUR sebesar maksimal 80 persen dari plafon kredit.

Sebagai dampak peningkatan penyaluran KUR, pemerintah telah meningkatkan alokasi anggaran subsidi imbal jasa penjaminan pada APBN.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012

Salah satu wujud nyata penerapan transparansi dan akuntabilitas adalah melalui penyusunan laporan keuangan pemerintahan yang relevan dan andal, disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan sistem akuntansi yang menyediakan prosedur pemrosesan transaksi sampai menjadi laporan keuangan.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. LKPP tersebut disampaikan Presiden kepada DPR paling lambat enam bulan setelah tahun anggaran berakhir, sebagaimana diatur dalam pasal 55 ayat (4) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Pemerintah telah menerbitkan SAP yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai pengganti PP Nomor 24 Tahun 2005. PP tersebut telah mengakomodasikan perubahan yang signi! kan dalam akuntansi pemerintahan di

businessmen who just started their business and faced a credit collateral contraint, would still be able to access credit ! nancing from the banking sector. The People Business Credit (KUR) distribution during ! ve years (2009 – 2014) was targeted of IDR100 trillion or IDR20 trillion per year. Towards the distribution of the People Business Credit by the banking sector, the government paid a guarantee reward to the guarantor companies 3.25 percent annually to guarantee the People Business Credit risks of maximum 80 percent from the credit ceiling.

As an impact of the increase of the People Business Credit distribution, the government has increased the subsidy budget for guaranty reward to the State Budget.

Central Government’s Financial Report 2012

One of the concrete manifestations of transparency and accountability application is a relevant and reliable government’s ! nancial report, which is arranged based on the Government Accounting Standard (SAP) and an accountancy system providing a transaction processing process until it becomes a ! nancial report.

The Central Government’s Financial Statement (LKPP) consists of Report of the Budget Realization, Balance, Cash$ ow Report, and Note on the Financial Statement. The Central Government’s Financial Statement is submitted by the President to the House of Representatives no later than six months after the end of a ! scal year, as regulated in article 55 paragraph (4) of Law No. 1/2004 on the State’s Treasury.

The government has issued a Government Accounting Standard (SAP) stipulated by the Government regulation Number 71/2010 as a substitute of the Government Regulation Number 24/2005. The Government Regulation accommodates signi! cant

APBN 2012State Budget 2012

APBN 2011State Budget 2011

Alokasi Imbal Jasa Penjaminan Allocation of guarantee reward

Rp801 MiliarIDR801 billion

Rp801 Miliar (100%)IDR801 billion (100%)

Rp636 Miliar IDR636 billion

Rp624 Miliar (98%) IDR624 billion (98%)

Realisasi Pembayaran Imbal Jasa Penjaminan Realization of guarantee reward payment

Page 149: FA LTKK 2012.indb

148Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

BPKLKPPLRA

NeracaLAKCaLK

PRESIDEN

KONSOLIDASI

DPR

APK-DJPB [1]

Kanwil DJPB [30]

KPPN/PKN [177]

TransaksiKhusus

BadanLainnya

PenerusanPinjaman

Transferke Daerah

Utang danHibah

InvestasiPemerintah

K/L[76]

Eselon 1[270]

Wilayah / Provinsi[4.006]

Satker BLU[108**]

Satker[20.145*]

BUN

LKBUN

Lap. Arus KasLRA

NeracaCaLK

Belanja Subsidi danBelanja Lain-lain

LRANeracaCaLK

LKKL

MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG Sistem Akuntansi Instansi

Page 150: FA LTKK 2012.indb

149Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Indonesia berupa akuntansi berbasis akrual. Namun demikian, bagi entitas pemerintah yang belum dapat menerapkan akuntansi berbasis akrual dapat menerapkan akuntansi berbasis kas menuju akrual sampai dengan tahun 2014. Selanjutnya, SAP tersebut perlu dituangkan ke dalam suatu sistem akuntansi dan pelaporan keuangan untuk dapat menghasilkan LKPP, yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Ketentuan ini diatur dalam PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, sebagaimana diubah menjadi PMK Nomor 233/PMK.05/2011.

Penyusunan laporan keuangan dilakukan secara berjenjang dan terdesentralisasi dengan pembentukan Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang di masing-masing tingkat, mulai dari tingkat satuan kerja, wilayah, Eselon I dan K/L. Laporan Keuangan K/L tersebut, disertai dengan Ikhtisar Laporan Keuangan BUMN dan Badan Layanan Umum, disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk dikonsolidasikan dalam penyusunan LKPP.

Keterangan: *) Jumlah satker menurut Buku Satuan Kerja Pengguna Anggaran Pemerintah Pusat 2011.

**) data per 31 Desember 2010.

changes in the government’s accounting in Indonesia in the form of accrual-based accountancy. However, a government entity which is not able yet to apply the accrual-based accountancy, can apply the cash-based accountancy until 2014. Further, the Government Accounting Standard (SAP) must be contained in an accountancy system and ! nancial reporting to produce a Central Government’s Financial Report (LKPP), stipulated by the Minister of Finance as the State’s General Treasurer (BUN). The provision is regulated in Regulation of the Minister of Finance Number 171/PMK.05/2007 on the Accountancy System and the Central Government’s Financial Reporting, as has been amended in Regulation of the Minister of Finance Number 233/PMK.05/2011.

The ! nancial report is arranged in stages and decentralized with the setting up of a Financial Accountancy Unit and Goods Accountancy Unit in each level, from the work unit, region, Echelon I and ministries/institutions. The ! nancial statement of the ministries/institutions is accompanied by a Summary of the Financial Statement of State-owned enterprises and general Public Agencies, submitted to the Minister of Finance for consolidation in preparing the Central Government’s Financial Statement.

Note: *) Number of work units according to the Book of the Central Government’s Budget Using Work Units 2011. **) Data per December 31st, 2010.

SAPP

SA-BUN

999.99999.08999.07999.05999.04999.03999.01999.02

SAUSAKUN

SA-IPSAUP&HSiAPSIMAK-BMN

SAK

SAI

SA-BL SA-TKSA-BSSA-TDSA-PP

Gra! k 4.6. Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)Graphic 4.6. General Framework of the Central Government Accounting System (SAPP)

Page 151: FA LTKK 2012.indb

150Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Proses penyusunan dan penyampaian LKPP tahun 2011 sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN adalah sebagai berikut:

a. Konsolidasi dan Penyampaian LKPP (unaudited) oleh Menteri Keuangan kepada BPK untuk diaudit pada Februari dan Maret 2012;

b. Pembahasan tiga pihak (Kemenkeu, BPK, dan K/L) pada April 2012;

c. Pembahasan Temuan Pemeriksaan BPK atas LKPP terkait K/L dan BUN pada Mei 2012;

d. Penyampaian Tanggapan Pemerintah terhadap LHP BPK atas LKPP oleh Menkeu kepada Ketua BPK pada Mei 2012;

e. Penyampaian LKPP (audited) kepada BPK pada akhir Mei 2012;

f. Penyampaian dan pembahasan RUU P2 APBN oleh Presiden kepada DPR. UU Nomor 14 tahun 2011 P2APBN TA 2011 ditetapkan tanggal 19 September 2012;

g. Penyampaian Rencana Tindak terhadap temuan BPK atas LKPP oleh Menteri Keuangan kepada BPK;

h. Penyampaian Laporan Pemantauan Tindak Lanjut terhadap Temuan BPK atas LKPP oleh Menteri Keuangan kepada Wakil Presiden;

i. Penyampaian Rencana Tindak Pemerintah atas Temuan Pemeriksaan BPK terhadap LKBUN, LKKL dan LKPP Tahun 2011 oleh Menkeu kepada BPK;

j. Penyusunan LKPP semester I tahun 2012. Kegiatan penyusunan LKPP semester I tahun 2012 meliputi penyusunan dan pembahasan draf Laporan Arus Kas, Laporan Realisasi APBN, Neraca Pemerintah Pusat, dan Catatan atas Laporan Keuangan;

k. Penyusunan Pemantauan Rencana Tindak Pemerintah atas Temuan Pemeriksaan BPK terhadap LKKL, LKBUN, dan LKPP 2010;

Process of preparing and submitting the Central Government’s Financial Statement 2011 as a liability report of the State Budget Implementation was as follows:

a. Consolidation and submission of the Central Government’s Financial Statement (unaudited) by the Minister of Finance to the Supreme Audit Agency to be audited in February 2012.

b. Discussion by three parties (Ministry of Finance, the Supreme Audit Agency, and ministries/insitutions) in April 2012.

c. Discussion of Examination Findings by the Supreme Audit Agency on the Central Government’s Financial Statement in relation to ministries/institutions and BUN in May 2012.

d. Submission of the government’s response to the Examination Result Report of the Supreme Audit Agency on the Central Government’s Financial Statement by the Minister of Finance to Chairman of the Supreme Audit Agency in May 2012.

e. Submission of the Central Government’s Financial Statement (audited) to the Supreme Audit Agency in end of May 2012.

f. Submission and discussion of the draft of Law on the State Budget by the President to the House of Representatives. Law Number 14/2011 on the draft of the Law on the State Budget Fiscal Year 2011 was stipulated on September 19th, 2012.

g. Submission of Action Plan towards !ndings of the Supreme Audit Agency on the Central Government’s Financial Statement by the Minister of Finance to the Supreme Audit Agency.

h. Submission of the Follow Up Monitoring Report towards !ndings of the Supreme Audit Agency on the Central Government’s Financial Statement by the Minister of Finance to the Vice President.

i. Submission of the Government’s Action Plan towards Examination Findings by the Supreme Audit Agency towards LKBUN, LKKL and the Central Government’s Financial Statement by the Minister of Finance to the Supreme Audit Agency.

j. Preparation of the Central Government’s Financial Statement of semester I/2012.

k. The preparation activities of the Central Government’s Financial Statement semester I/2012 included arrangement and discussion of the draft of Cash$ow Report, the State Budget

Page 152: FA LTKK 2012.indb

151Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

l. Penyusunan Laporan Penertiban Rekening Pemerintah.

Government Finance Statistics (GFS)

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mengimplementasikan GFS selama tahun 2012 antara lain:

a. Pembentukan Tim Statistik Keuangan Pemerintah;

b. Pelatihan Sistem Statistik Keuangan Pemerintah (IMF expert);

c. Lokakarya Statistik Keuangan Pemerintah.

Peningkatan Pembinaan Satker BLU

Konsep Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) tertuang dalam UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan. BLU melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip e!siensi dan produktivitas.

Dengan semakin bertumbuh dan berkembangnya satker yang menerapkan pola Pengelolaan Keuangan BLU, peran dan tanggung jawab Ditjen Perbendaharaan dalam melakukan pembinaan akan semakin bertambah besar. Ditjen Perbendaharaan memberikan bimbingan, asistensi, dan konsultasi dalam penyusunan tarif/pola tarif, menyelenggarakan pembahasan pengkajian usulan tarif/pola tarif, dan menyampaikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan mengenai penetapan usulan tarif/pola tarif instansi PK BLU. Bimbingan teknis berupa pemberian bimbingan dalam rangka penyusunan persyaratan administratif bagi satker yang akan mengajukan usulan menjadi satker yang menerapkan PK BLU dan bimbingan teknis bagi satker yang telah menerapkan PK BLU seperti

Realization Report, the Central Government’s Balance, and Note of the Financial Statement.

l. Arrangement of the Government’s Action Plan on the Examination Findings of the Supreme Audit Agency towards LKKL, LKBUN, and the Central Government’s Financial Statement 2010.

m. Arrangement of the Government’s Account Made into Order Report.

Government Finance Statistics (GFS)

Some activities to implement the Government Finance Statistics (GFS) in 2012:

a. Establishment of a team of the Government Finance Statistics (GFS);

b. Training of a Government Finance Statistics System (GFS) (IMF Expert);

c. Workshop on the Government Finance Statistics (GFS).

Increase of the Public Service Body (BLU) Work Units Development

Concept of the Public Service Body (BLU) Financial Management is stated in Law Number 1/2004 on the State Treasury. Public Service Body is a government institution established to serve the people in the form of providing goods and/or service sold without prioritizing pro!t-seeking. The Public Service Body (BLU) runs its activities based on the e#ciency and productivity principle.

In line with the growing and developing work units that apply the Public Service Body (BLU) Financial Management pattern, the role and responsibilty of the Directorate General of Treasury in the development also increases. The Directorate General of Treasury provides guidance, assistance, and consultation in the preparation of tari"/tari" pattern, and submits a recommendation to the Minister of Finance on the tari"/tari" pattern of the Public Service Body (BLU). The technical guidance is aimed at preparing administrative requirements for work units that will propose a recommendation to be work unit, that applies the Public Service Body (BLU) !nancial management and technical guidance for work units that already apply the Public Service Body (BLU) !nancial management such as

Page 153: FA LTKK 2012.indb

152Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

pembuatan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), tarif dan remunerasi.

Ditjen Perbendaharaan melakukan pembinaan secara langsung antara lain:

a. Memberikan arahan terkait dengan pengelolaan keuangan BLU;

b. Menindaklanjuti permasalahan yang dihadapi satker BLU, dengan cara melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait;

c. Menyelenggarakan Help Desk sebagai sarana bagi satker BLU dalam menyampaikan berbagai permasalahannya terkait dengan implementasi PK BLU.

Penyusunan grand design BLU merupakan salah satu kegiatan yang sangat krusial dilakukan Ditjen Perbendaharaan selama tahun 2012. Grand design akan mengubah tata kelola dan administrasi manajerial BLU. Latar belakang perlunya penyusunan grand design di antaranya adalah:

1. Perubahan eksternal/regulasi yang akan berimbas terhadap tata kelola BLU;

2. Reorganisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang berimbas pada proses pembinaan BLU;

3. Kecenderungan beberapa satker BLU implementasi PK BLU tidak sesuai dengan latar belakang pembentukan BLU seperti PNBP yang tidak tergarap secara optimal;

4. Beberapa BLU yang perlu penanganan khusus.

Dengan beberapa alasaan tersebut, penyusunan grand design menjadi hal yang krusial dan mendesak untuk dilaksanakan sebagai pijakan kuat dalam rancangan peraturan BLU di masa yang akan datang.

Kebijakan dan strategi pengembangan BLU ke depan, yakni;

1. Penetapan satker BLU baru dilakukan secara lebih selektif dengan mempertimbangkan jenis layanan, kelayakan skala layanan dan kemampuan pendanaan PNBP BLU dalam bentuk threshold;

2. Penyempurnaan mekanisme penganggaran BLU sehingga satker BLU dapat mengoptimalkan

making Business and Budget Plan (RBA), tari" and remuneration.

The Directorate General of Treasury provides a direct development, including:

a. Providing directions related to the Public Service Body (BLU) !nancial management;

b. Following up to problems faced by the Public Service Body (BLU) work units, by coordinating with the related parties;

c. Organizing a Help Desk as a facility for the Public Service Body (BLU) work units in submitting various problems related to the implementation of the Public Service Body (BLU) !nancial management.

Preparation of the General Service Body grand design was one of the most crucial activities of the Directorate General of Treasury in 2012. The grand design will change the governance and managerial administration of the Public Service Body (BLU). Background of making the grand design included:

1. External/internal changes that a"ected the Public Service Body (BLU) governance;

2. Reorganization at the Ministry of Finance that a"ected the developing process of the Public Service Body (BLU);

3. Tendency of some Public Service Body (BLU) work units where the Public Service Body (BLU) !nancial management was not implemented as the background of the Public Service Body (BLU) establishment, as the Non-Tax Revenues (PNBP) that was not optimally explored;

4. Some Public Service Bodies (BLU) that needed a special treatment.

Considering these reasons, preparation of the grand design was a crucial and urgent thing to be implemented as a strong based to design the Public Service Body (BLU)’s future regulations.

Future policies and strategies of the Public Service Body (BLU) development:

1. New Public Service Body (BLU) work units were stipulated more selectively considering service types, service scale worthiness, and the funding capacity of the Public Service Body (BLU) by Non-Tax Revenues (PNBP) in threshold;

2. Perfection of the Public Service Body (BLU) budgeting mechanism, so that the Public Service

Page 154: FA LTKK 2012.indb

153Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

PNBP, meningkatkan e! siensi biaya, transparansi dan akuntabilitas;

3. Pengaturan kembali $ eksibilitas yang diberikan kepada satker BLU agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja layanan dan optimalisasi PNBP;

4. Pengaturan kembali mengenai pengelolaan aset tetap satker BLU sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja layanan, mengurangi aset tetap yang idle/terbengkalai, mengamankan aset tetap/BMN, dan optimalisasi PNBP;

5. Peningkatan peran sistem pengendalian intern (SPI) sebagai pemeriksa internal dan Dewas sebagai pengawas terhadap satker BLU;

Selama tahun 2012 terdapat penambahan 15 satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU.

Body (BLU) work units can optimize Non-Tax Revenues (PNBP), increase the cost e# ciency, transparence, and accountability;

3. Re-arrangement of $ exibility provided to the Public Service Body (BLU) work units to be used to increase service performance and optimize Non-Tax Revenues (PNBP);

4. Re-arrangement of assets management of the Public Service Body (BLU) work units to be used to increase service performance, to decrease idle ! xed assets, to secure ! xed assets, and to optimize Non-Tax Revenues (PNBP);

5. Increase of the role of the internal controlling system as an internal examiner and the Board of Governors as supervisor of the Public Service Body (BLU) work units;

In 2012, there was an additional 15 work units that applied the Public Service Body (BLU) ! nancial management pattern.

Penyusunan dan revisi regulasimulai TW II 2012 s/d akhir 2013

Pengukuran kinerja 2012 yang komprehansifdilaksanakan mulai Semester II 2012

s/d akhir TW II 2013

Implementasi PK BLU berdasar regulasi yang telah disempurnakan

mulai awal 2104

Tata kelola yang transparan dan akuntabelKinerja layanan dan keuangan yangbaik dan e!sienKemandirian pendanaan meningkatBerkontribusi dalam penghematanRM APBN Akhir 2015

Page 155: FA LTKK 2012.indb

154Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Sampai dengan 31 Desember 2012 jumlah satker BLU yang telah ditetapkan sebanyak 144 satker yang tersebar di 23 wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan di seluruh Indonesia. Gra!k 4.7 menggambarkan diagram satker BLU berdasarkan Tahun Pengesahan, K/L, jenis layanan, rumpun layanan, dan sebaran satker BLU di Kanwil Ditjen Perbendaharaan seluruh Indonesia.

Until December 31st, 2012, the number of stipulated Public Service Body (BLU) work units was 144, spreading in 23 regions under the coverage of the Directorate General of Treasury throughout Indonesia. Below is a diagram of the Public Service Body (BLU) work units based on the endorsement year, ministries/institutions, service types, service groups, and the distribution at Regional O#ces

Gra!k 4.7. Jumlah Satker BLU Berdasarkan Sejumlah Kriteria Graphic 4.7. Number of Public Service Body (BLU) Work Units based on a Number of Criteria

Jumlah Satker BLU berdasarkan Tahun Pengesahan s.d 31 Desember 2012

2006 2007 2008 2009 2010 2011 20122005

0

5

10

20

25

30

15

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Satker BLU berdasarkan Tahun Pengesahan s.d 31 Desember 2012

Keua

ngan

Perin

dustr

ian

ESDM

Perh

ubun

gan

Dikbu

d

Kese

hatan

Agam

a

Nake

rtran

s

Kehu

tanan

Pek U

mum

Ristek

KUKM

Komi

nfo BPPT

LAPA

N

Setn

eg

Perta

nian

KEME

NPER

A

Kepo

lisian

BP BA

TAM

BPKP

Saba

ng

03 31 1 1 1 1 1 1 11 12 2 2

107

33

15

52

510

20

40

50

60

30

Kementerian / Lembaga

Juml

ah

Page 156: FA LTKK 2012.indb

155Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Selama tahun 2012 terdapat tiga proses pencabutan status BLU terhadap satker BLU yang tidak lagi memenuhi aspek substantif, teknis, dan administratif sebagaimana diatur dalam PP no. 23 tahun 2005, yaitu: Balai Besar Latihan Kerja Industri Serang, Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Dalam Negeri Bandung, Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri Bekasi.

Pada tahun 2012 juga dilakukan penilaian terhadap kinerja 117 satker BLU yang meliputi aspek keuangan dan aspek kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Satker BLU dinyatakan memiliki kinerja keuangan baik apabila memperoleh total skor penilaian lebih besar dari 50 atau BB.

of the Directorate General of Treasury throughout Indonesia.

In 2012, there were three processes of Public Service Body (BLU) status revocation towards Public Service Body (BLU) work units that no longer ful!lled the substantive, technical, and administrative aspects as regulated in the Government Regulation No. 23/2005, including Industrial Training Unit in Serang, Domestic Training Development Unit in Bandung, Foreign Training Development Unit in Bekasi.

In 2012, performance of 11 Public Service Body (BLU) work units was also assessed, including the !nancial and compliance aspects towards the legislation. A Public Service Body (BLU) work unit was stated to have a GOOD !nancial performance when it obtained a total score of more than 50 or BB.

Kesehatan Pendidikan Barang/Jasa

LainnyaDana Kawasan

0

20

40

80

60

Jumlah Satker BLU Berdasarkan Rumpun Layanan s.d 31 Desember 2012

Pendidikan

Barang/Jasa Lainnya Dana Kawasan

Kesehatan 49

73

12 6 4

Jumlah Satker BLU Berdasarkan Jenis Layanan s.d 31 Desember 2012

Pengelolaan Wil/ Kawasan

Pengelolaan Dana Khusus

Penyediaan Barang/Jasa

134,93%6,4%

4,3%

Page 157: FA LTKK 2012.indb

156Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Dari 117 satker BLU yang dilakukan penilaian, 108 satker BLU kinerja keuangannya baik dengan perincian sebagai berikut:

1. Dari 42 satker BLU bidang kesehatan yang dinilai, 40 satker kinerja keuangannya dinyatakan baik.

2. Dari 56 satker BLU bidang pendidikan yang dinilai, 50 satker kinerja keuangannya dinyatakan baik.

3. Dari 19 satker BLU lainnya yang dinilai, 18 satker kinerja keuangannya dinyatakan baik.

Perkembangan Implementasi SPAN

Rancangan proses bisnis Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) telah mendapatkan persetujuan dan ditandatangani pada 13 Januari 2012. Pada awal tahun 2012 dilaksanakan fase unit test yang merupakan pengujian terhadap aplikasi berdasarkan skenario transaksi keuangan per modul. Setelah unit test selesai, tim SPAN bekerja sama dengan LG-CNS melaksanakan fase Integration Test secara intensif sejak November 2012. Dilakukan pengujian aplikasi secara menyeluruh (cross module) dengan skenario komprehensif (end to end process). Prosedur pengujian seperti ini dilakukan untuk menguji keterkaitan dan pengaruh antar modul.

Out of the 117 assessed Public Service Body (BLU) work units, 108 units showed a good !nancial performance, with the following detail:

1. Out of 42 Public Service Body (BLU) work units in the health sector, 40 units were stated to have a good !nancial performance.

2. Out of 56 Public Service Body (BLU) work units in the education sector, 50 units were stated to have a good !nancial performance.

3. Out of 19 Public Service Body (BLU) work units in other sectors, 18 units were stated to have a good !nancial performance.

Development of the State Budget and Treasury System (SPAN) Implementation

Design of the State Budget and Treasury System (SPAN) business process was approved and signed on January 13th, 2012. In early 2012, the application based on a !nancial transation per module scenario was tested. Following the test, the State Budget and Treasury System (SPAN) team, in cooperation with the LG-CNS, carried out an intensive Integration Test since November 2012. A cross module test was carried out on the application with an end to end process. The Integration Test should absolutely be carried out as the real !nancial transactions involved some module cores in a series. Until end of 2012, the integration test was still carried out and it was

BLU Kesehatan BLU Pendidikan BLU Lainnya

0

10

20

40

50

60

4240

5650

1918

30

Satker yang kinerjanya baik

Satker yang dinilai

Gra!k 4.8 Penilaian Kinerja Keuangan Satker BLU Graphic 4.8 Assessment of Financial Performance of Public Service Body (BLU) Work Units

Page 158: FA LTKK 2012.indb

157Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Integration Test mutlak dilaksanakan karena transaksi keuangan yang sesungguhnya melibatkan beberapa core modul dalam satu rangkaian. Hingga akhir tahun 2012, Integration Test masih terus berlangsung dan diharapkan dapat selesai pada tahun 2013 untuk segera memasuki fase UAT (User Acceptance Test).

Untuk mempercepat proses transaksi keuangan Negara, SPAN disambungkan ke sistem perbankan. Pembahasan teknis sudah dimulai sejak Januari, dengan pihak perbankan yang terlibat adalah Bank Operasional I (BO I): Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Ditjen Perbendaharaan melakukan perintah transfer kepada Bank Indonesia dari rekening kas umum negara ke rekening BO I melalui aplikasi BIG-eB. Untuk menjembatani SPAN dengan BIG-eB dibangun interkoneksi antara keduanya pada bulan Maret. Dengan jembatan ini, surat perintah transfer dari rekening kas umum negara ke BO I dapat dilakukan secara otomatis by system.

Pelaksanaan SPAN juga dilandasi oleh sebuah peraturan. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) tentang Pelaksanaan SPAN dimulai dengan pembentukan Tim Penyusun Peraturan yaitu dengan KEP-181/PB/2012 tanggal 13 Agustus 2012. Pihak Direktorat Transformasi Perbendaharaan (Dit. TP) kemudian melakukan inventarisir atas proses bisnis SPAN dan peraturan-peraturan saat ini yang akan terkena dampak implementasi SPAN.

Kajian atas perubahan-perubahan proses bisnis saat ini yang dilakukan dalam SPAN selanjutnya diolah untuk disusun sebagai pokok-pokok pikiran yang akan menjadi batang tubuh RPMK. Pada bulan Oktober, penyusunan legal drafting RPMK yang dilakukan oleh Dit. TP diserahkan kepada Dit. SP agar dilakukan harmonisasi peraturan. Dan setelah itu, secara bersama-sama, Dit. TP dan Dit. SP melakukan pembahasan draft RPMK dengan pihak-pihak terkait seperti fungsi-fungsi lingkup DJPBN selaku business owner, Bagian OTL Setditjen PBN, serta Biro Hukum Setjen Kemenkeu.

Sistem teknologi informasi harus didukung komponen infrastruktur yang komprehensif, tidak

expected that it would be completed in 2013 and followed by a User Acceptance Test (UAT).

To accelerate the state’s !nancial transaction process, the State Budget and Treasury System (SPAN) will be connected to a banking system. Technical discussions have begun since January, in which banks involved included Operational Banks I (BO I): Bank Mandiri, BRI, BNI, and BTN. The Directorate General of Treasury would instruct a transfer to Bank Indonesia from the state’s account to BO I’s account through the BIG-eB application. To connect the State Budget and Treasury System (SPAN) and the BIG-eB, an interconnection was set up in March. With the interconnection, a transfer instruction letter from the state’s account to the BO I’s account could be automatically made by system.

Implementation of the State Budget and Treasury System (SPAN) was also based on a regulation. The draft of Regulation of the Minister of Finance on the Implementation of State Budget and Treasury System (SPAN) began with the setting up of a team with KEP-181/PB/2012 dated August 13th, 2012. The Directorate of Treasury’s Transformation made inventories of the State Budget and Treasury System (SPAN) business process and current regulations that would be a"ected by the implementation of the State Budget and Treasury System (SPAN).

The assessment on changes of the current business process in the State Budget and Treasury System (SPAN) was then processed to be prepared as principal thoughts of the content of the draft of Regulation of the Minister of Finance (RPMK). In October, the draft of Regulation of the Minister of Finance (RPMK) by the Directorate of TP was submitted to the Directorate of SP for regulation harmonization. Further, the Directorate of TP and Directorate of SP jointly discussed the draft of Regulation of the Minister of Finance (RPMK) with related parties such as functions in the Directorate General of State Treasury as the business owner, OTL party at the Secretariat of the Directorate General of State Treasury, and the Legal Bureau of the Secretariat General at the Ministry of Finance.

The information technology system must be supported by a comprehensive infrastructure,

Page 159: FA LTKK 2012.indb

158Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

terkecuali untuk SPAN. Sistem infrastruktur SPAN dirancang untuk menghubungkan data center sampai ke end user (baik Kantor Pusat, Kanwil, dan KPPN). Sejak tahun 2009 hingga 2011, tim SPAN melakukan pengumpulan data dari seluruh lokasi (Kanwil/KPPN) untuk menyusun strategi instalasi (deployment). Dengan bantuan fungsi sistem perbendaharaan dan fungsi kesekretariatan Ditjen Perbendaharaan, Kanwil/KPPN, Pusintek, dan DJA, strategi ini dilaksanakan mulai November 2011 hingga Juli 2012 terhadap 30 Kanwil DJPBN dan 177 KPPN serta unit pusat yang terkait proses bisnis SPAN. Namun demikian, terdapat tiga KPPN yang melakukan proses renovasi maupun pembangunan gedung baru, sehingga deployment pada kantor-kantor tersebut baru bisa dilaksanakan pada November 2012.

Pada saat implementasi SPAN, para pengguna akan didukung dengan layanan bantuan (service desk). Layanan ini akan menjadi single point of contact apabila pengguna menghadapi permasalahan operasional, yang dibagi menjadi tiga area: gangguan proses bisnis, gangguan aplikasi, dan gangguan infrastruktur. Pada bulan Mei 2012, tim infrastruktur DTP menyelenggarakan workshop service desk SPAN yang menghimpun seluruh anggota service desk (Pusintek) dan tim ITSU (Information Technology Service Unit - terdiri dari tim gabungan Ditjen Perbendaharaan, DJA dan Pusintek). Workshop ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh peserta tentang urgensi ITSU dalam Implementasi SPAN dan rentang layanan yang akan diberikan kepada pengguna. Selain itu, kepada staf pusat layanan DJA juga telah diberikan pelatihan proses bisnis SPAN.

Perubahan sistem secara luas seperti implementasi SPAN tentunya akan memberikan dampak bagi organisasi dan SDM. Strategi komunikasi dan pengelolaan perubahan diperlukan agar memudahkan pegawai menjalani proses transisi sistem lama ke sistem yang baru. Untuk itu dalam program pengelolaan perubahan dan komunikasi melibatkan para pegawai dari Ditjen Perbendaharaan, DJA, dan Pusintek Setjen. Ada

the State Budget and Treasury System (SPAN) is no exception. The State Budget and Treasury System (SPAN) infrastructure has been designed to connect the data centre to the end user (Head O#ces, Regional O#ces, and State Treasury O#ces). Since 2009 to 2011, a team of the State Budget and Treasury System (SPAN) collected data from all locations (Regional O#ces/State Treasury O#ces) to arrange the installation deployment. Assisted by the Treasury’s system function and the Secretariat at the Directorate General of Treasury, Regional O#ces/State Treasury O#ces, Information and Technology Centre, and the Directorate General of Budget, the strategy was implemented from November 2011 to July 2012 to 30 Regional O#ces and 177 StateTreasury O#ces as well as central units related to the State Budget and Treasury System (SPAN) business process. However, three State Treasury O#ces were renovating or constructing a new building, so that installation in these o#ces was deployed in November 2012.

During the State Budget and Treasury System (SPAN) implementation, the users will be supported by a service desk. It will be a single point of contact when the users face operational problems, including a business process disturbance, an application disturbance, and an infrastructure disturbance. In May 2012, an infrastructure team from the Directorate of Treasury Transformation held a service desk workshop to gather all members of the service desk and a team from the Information Technology Service Unit (ITSU), consisting of the Directorate General of Treasury, the Directorate General of Budget, and the service desk. The workshop was aimed at providing knowledge to all participants on the urgency of Information Technology Service Unit (ITSU) in the implementation of the State Budget and Treasury System, and the service provided to the users. In addition, the service desk sta" of the Directorate General of Budget was provided with training on the State Budget and Treasury System (SPAN) business process.

A vast system change such as the implementation of the State Budget and Treasury System (SPAN) would de!nitely a"ect the organization and human resources. A communication strategy and change management was required to facilitate the employees in undergoing the transition from the old system to the new system. The program of change management and communication involved employees from the Directorate General

Page 160: FA LTKK 2012.indb

159Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

empat fokus utama dalam penyusunan strategi perubahan: workstream pengelolaan perubahan, workstream komunikasi, workstream pelatihan, dan workstream organisasi.

Pembangunan SAKTI

Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang digunakan satker untuk membantu administrasi pengelolaan keuangan negara. Proses pembangunan SAKTI dan SPAN terus berjalan beriringan secara terpisah dengan tetap memperhatikan kebutuhan interkoneksi antara keduanya. Ke depan, database SPAN akan mendapat input data dari database SAKTI. Proses pembangunan sistem dimulai dengan menyusun Software Requirement Speci!cation (SRS) dan pembentukan peta jurnal pada bulan Januari-Juni. SRS adalah dokumen acuan dalam pengembangan sistem yang mencakup tujuan dan batasan sistem, aktor, user interface, desain layout reporting, dan proses bisnis pada setiap modul. Sedangkan peta jurnal merupakan ketentuan perlakuan akuntansi untuk setiap variasi transaksi yang dirumuskan dalam bentuk jurnal standar. Setelah !nalisasi SRS, pembangunan aplikasi kemudian dilakukan bersama PT. Quadra sebagai vendor.

Pada masa implementasi sistem diperlukan standar penggunaan yang didokumentasi dalam Prosedur Implementasi. Setiap aplikasi memiliki keterbatasan ruang lingkup. Dalam hal ini, Prosedur Implementasi juga bisa digunakan sebagai salah satu sumber informasi dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada aplikasi. Terhadap aplikasi yang selesai dibangun oleh pihak pengembang, dilakukan pengujian untuk mengetahui kesiapan setiap modul dalam mengeksekusi transaksi. Pada bulan Oktober, skenario pengujian sudah dibahas dan dipersiapkan. Pada bulan November, aplikasi mulai dipasang pada komputer penguji untuk melaksanakan proses unit test dan masih berlangsung hingga akhir tahun 2012.

Seperti pada pembangunan SAKTI, pada bulan Februari hingga Juni dilakukan kajian terhadap

of Treasury, the Directorate General of Budget, and the Information and Technology Centre of the Secretariat General. There were four focuses in the change strategy: change management workstream, communication workstream, training workstream, and organization workstream.

Development of Institutional Financial Application System (SAKTI)

Institutional Financial Application System (SAKTI) is an application used by the work units at ministries/institutions to help administer the state’s !nancial management. Development process of the Institutional Financial Application System (SAKTI) and the State Budget and Treasury System (SPAN) continued separately by still taking the interconnection of both systems into consideration. In the future, database of the State Budget and Treasury System (SPAN) will be able to receive input from the Institutional Financial Application System (SAKTI). The process of setting up the system started with making a Software Requirement Speci!cation (SRS) and a journal map in January – June. The Software Requirement Speci!cation (SRS) is a reference document in the system development covering the system’s goal and de!nition, actor, user interface, reporting layout design, and the business process in each module. A journal map is a provision of accountancy treatment for every transaction variation formulated in a standard journal. After the Software Requirement Speci!cation (SRS) has been !nalized, the application was then set up with PT. Wuadra as the vendor. During the system implementation, a documented usage standard is needed in the implementation procedure. Every application has a coverage limitation. In this case, the implementation standard can also be used as one of the information sources in the settlement of any problems in the application. The application, of which the setting up has been completed by the developer, has been tested to !nd out the readiness of every module in executing transactions. In October, a test scenario was discussed and prepared. In November, the application was installed in the examining computers to process the Unit Test, and this last until end of the year.

Like the Institutional Financial Application System (SAKTI), from February to June, the Software

Page 161: FA LTKK 2012.indb

160Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

SRS Interkoneksi SPAN-SAKTI. Data pada aplikasi KPPN merupakan data yang diperoleh dari satker dalam bentuk ADK. Saat implementasi SAKTI, proses pengiriman data (data inbound dan outbound) juga harus ditentukan. Proses ini dirumuskan pada bulan Juli untuk modul anggaran, modul manajemen komitmen, modul pembayaran, dan modul akuntansi dan pelaporan pada aplikasi SAKTI. Pembahasan SOP interkoneksi SPAN-SAKTI dan skenario uji cobanya dilakukan pada bulan September hingga Oktober.

PENERIMAAN NEGARA PERPAJAKAN

Penyempurnaan Kebijakan Perpajakan Ditjen Pajak (DJP) membutuhkan data dan informasi perpajakan dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lainnya untuk pengawasan kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan sebagai konsekuensi penerapan sistem self assessment. Data dan informasi dimaksud adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan. Informasi itu termasuk mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar DJP.

Penghimpunan data itu sudah diatur dalam sebuah aturan. UU Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Pasal 35A mengamanatkan pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Sebagai implementasi dari pengaturan dalam UU KUP tersebut, pada tanggal 27 Februari 2012, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi Yang Berkaitan Dengan Perpajakan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2012.

Requirement Speci!cation (SRS) interconnected with the State Budget and Treasury System (SPAN) and the Institutional Financial Application System (SAKTI) was tested. As in the current process, data in the State Treasury O#ces was obtained from work units in the form of ADK. During the implementation, the data inbound and outbound delivery process should also be determined. The process was formulated in July for the budget module, commitment management module, payment module, and accountancy module, as well as reporting in the Institutional Financial Application System (SAKTI) application. The Standard Operation Procedure of the interconnection between the State Budget and Treasury System (SPAN) and the Institutional Financial Application System (SAKTI) was discussed and tested from September to October.

GOVERNMENT REVENUES TAXATION

Perfecting Taxation Policies

The Directorate General of Tax required taxation data and information from the government institutions, associations, and other parties to supervise compliance of the taxation obligation implementation as a consequence of the self assessment system application. The said data and information included both personal as well as agencies describing the business, business distribution, income and/or wealth of the related person or agency. The information included the debtors, !nancial transaction data and foreign currency tra#c, credit cards, and !nancial report and/or business activities report submitted to other agencies other than the Directorate General of Tax.

The data was collected according to the regulation. Law on Tax General Stipulation (KUP) article 35A mandates a further arrangement in the Government Regulation. As an implementation of the Law on Tax General Stipulation, on February 27th, 2012, the Government Regulation Number 31/2012 on Presenting and Collecting Data and Information in relation with Taxation was enacted In the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 56/ 2012.

Page 162: FA LTKK 2012.indb

161Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Pengalihan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) akan dialihkan sebagai Pajak Daerah selambatnya-lambatnya 1 Januari 2014. Sepanjang tahun 2012, DJP beserta tim dari Kementerian Keuangan melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap persiapan pengalihan dan pelaksanaan pemungutan PBB-P2 ke pemerintah kabupaten/kota yang telah mengadministrasikan PBB-P2.

Agar persiapan pengalihan dan pelaksanaan pemungutan PBB-P2 dapat berjalan dengan baik, DJP menindaklanjuti dengan:

a. Memantau kesiapan 105 kabupaten/kota yang akan mengelola PBB-P2 tahun 2013;

b. Melakukan bimbingan teknis pengelolaan PBB-P2 ke pemda. Bimbingan dilakukan Kantor Wilayah (Kanwil) DJP dan/atau Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama;

c. Mendorong Kanwil DJP untuk membentuk tim bersama pemda setempat untuk membantu pemerintah kabupaten/kota dalam persiapan pemungutan PBB-P2;

d. Mengadakan – terkait teknologi informasi khususnya untuk instalasi dan kustomisasi aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) pada 105 kabupaten/kota yang akan mengelola PBB-P2;

e. Mengadakan workshop Penilaian pada 18 kabupaten/kota yang telah melaksanakan pemungutan PBB-P2 pada tahun 2011 dan 2012;

f. Mengadakan kerja sama dengan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dalam menyelenggarakan program Diploma I Perpajakan Konsentrasi Penilai dan Operator Console dengan pengajar yang sebagian besar dari pegawai DJP.

Diversion of the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-P2)

Under the provision of Law Number 28/2009 on the Regional Tax and the Regional Retribution, the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) will be diverted to Regional Tax no later than January 1st, 2014. Along 2012, the Directorate General of Tax and a team from the Ministry of Finance observed and evaluated preparation of the diversion and implementation of collecting Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) to the regency/city governments already administered the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2).

To well prepare the diversion and implementation of collecting the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2), the Directorate General of Tax followed it up by:

a. Observing the readiness of 105 regencies/municipalities that manage the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) in 2013.

b. Providing a technical guidance on managing the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) to regional governments. The guidance was held in Regional O#ces of the Directorate General of Tax and/or Pratama Tax Service O#ces (KPP).

c. Encouraging Regional O#ces of the Directorate General of Tax to set up a joint team with the local regional government to help the regency/municipality governments in the preparation of collecting the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2).

d. Organizing a workshop related to information technology, particularly for installation and customization of the Tax Payer Information Management System (SISMIOP) application in 105 regencies/municipalities managing the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2).

e. Organizing assessment workshops in 18 regencies/municipalities that have collected the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) in 2011 and 2012.

f. Setting up up cooperation with the State Institute of Accountancy (STAN) in organizing a Diploma I program on Taxation of Evaluator and Console Operator consentration of which most of the lecturers were employees of the Directorate General of Tax.

Page 163: FA LTKK 2012.indb

162Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Pada tahun 2011, baru kota Surabaya yang melaksanakan pemungutan PBB-P2. Pada tahun 2012, jumlahnya meningkat menjadi 17 kabupaten/kota. Diharapkan pada 1 Januari 2014 seluruh pemerintah kabupaten/kota sudah melaksanakan pemungutan PBB-P2 sendiri.

Penggalian Potensi

Ekstensi! kasi

Salah satu program atas kebijakan umum perpajakan 2012 dalam nota keuangan APBN 2012 adalah program ekstensi! kasi perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) berbasis profesi, pemberi kerja, feeding dari 1.000 Wajib Pajak Besar dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT)

Program Ekstensi! kasi WP OP masuk dalam peta strategis DJP 2008-2012. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperluas basis pengenaan pajak (tax base broadening) dengan meningkatkan Wajib Pajak (WP) terdaftar, meningkatkan kepatuhan wajib pajak, serta meningkatkan penerimaan pajak. Program ekstensi! kasi merupakan upaya proaktif DJP sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Pendekatan yang digunakan adalah berbasis karyawan dan properti. Pendekatan berbasis karyawan dilakukan melalui pemberi kerja. Karyawan yang masuk dalam daftar ini termasuk komisaris, pemegang saham, direksi dan karyawan pada perusahaan swasta atau BUMN serta PNS baik tingkat pusat maupun daerah.

Peningkatan jumlah WP terdaftar dan Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 4.12.

In 2011, only Surabaya has collected the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-P2). In 2012, the number increased to 17 regencies/municipalities. It is hoped that on January 1st, 2014, all regencies/municipalities have collected their own Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-P2).

Potential Exploration

Extensi! cation

One of the programs on 2012 taxation general policy in the State Budget 2012 was the taxation extensi! cation aimed at increasing the number of Individual Tax Payers (WP OP) of profession, employer, feeding basis from 1,000 Large Tax Payers and Individual Tax Payers of Certain Businessmen (WP OPPT)

The extensi! cation program of the Individual Tax Payers (WP OP) was inserted in the strategic map of the Directorate General of Tax 2008-2012. The activity was aimed at expanding the tax imposition base by increasing the registered Tax Payers, their compliance, and tax revenues. The extensi! cation program was a proactive e" ort of the Directorate General of Tax as a service to the public to have a tax number (NPWP). The approach used was employees and property basis. The employees-based approach was made through the employers. Employees inserted in this list included commissioners, shareholders, directors and employees of private companies or state-owned enterprises and civil servants both in the central as well as regional governments.

Increase of the number of registered Tax Payers and Individual Tax Payers from year to year can be seen in the following table 4.12.

Wajib Pajak Tax Payers 2010 20112008 2009 2012

1. Orang Pribadi Individual 22.131.323

545.232

2.136.014

24.812.569

2.249.639

16.880.649

471.833

1.760.108

19.112.590

3.019.396

19.881.684

507.882

1.929.507

22.319.073

3.001.035

8.807.666

392.509

1.481.924

10.682.099

3.375.977

13.861.253

441.986

1.608.337

15.911.576

5.053.587

2. Bendahara Treasurer

3. Badan Entity

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (1+2+3)Number of Registered Tax Payers (1+2+3)

Penambahan Wajib Pajak Orang PribadiAddition of Individual Tax Payers

Sumber: DJP Source: Directorate General of Tax

Tabel 4.12. Jumlah Wajib Pajak terdaftar dan Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi Table 4.12. Number of Registered Tax Payers and Individual Tax Payers

Page 164: FA LTKK 2012.indb

163Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Sensus Pajak Nasional

Program Sensus Pajak Nasional (SPN) 2012 dicanangkan kembali oleh DJP di Jakarta pada tanggal 1 Mei 2012. Tujuan dari SPN adalah menjaring seluruh potensi perpajakan dalam rangka Tridharma Perpajakan yaitu seluruh WP terdaftar, seluruh Objek Pajak dipajaki, dan pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah.

SPN dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Pemilihan lokasi sensus menggunakan hasil pemetaan dan monogra! ! skal. Prioritas adalah sentra ekonomi/kawasan bisnis, high rise building, pemukiman serta kawasan potensial lainnya seperti perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan lainya. Pada lokasi sensus, seluruh subjek dan objek pajak didata menggunakan Formulir Isian Sensus (FIS) dan diikuti dengan penyuluhan dan imbauan. Tempat usaha dan/atau tempat tinggal responden yang telah disensus selanjutnya dipasang stiker sebagai tanda telah dilakukan sensus.

Keterangan:• Kategori 1: Responden dapat ditemui di

lokasi sensus, dan bersedia menjawab serta menandatangani FIS

• Kategori 2: Responden dapat ditemui di lokasi sensus akan tetapi tidak bersedia menjawab dan menandatangani FIS

• Kategori 3: Responden tidak berada ditempat saat sensus, tetapi ada pihak yang memiliki hubungan dengan responden

• Kategori 4: Objek sensus tidak/belum berpenghuni

Intensi! kasi

Salah satu program dari kebijakan umum perpajakan dalam nota keuangan APBN 2012 adalah program intensi! kasi. Program intensi! kasi dilakukan melalui (a) pengamanan pembayaran masa; (b) pemantapan

National Tax Census

The National Tax Census (SPN) 2012 program was relaunched by the Directorate General of Tax on May 1st, 2012. The aim of the National Tax Census was to encompass all tax potentials in the framework of Tridharma Perpajakan, including registered Tax Payers, all taxed Tax Objects, and implementation of on-time and on-amount tax obligation.

The National Tax Census was implemented simultaneously throughout Indonesia. The census locations were selected by using mapping and ! scal monography result. Priorities included economic centres/business areas, high-rise buildings, housing complexes, and other potential areas such as palm oil plantations, mining areas, and others. At the census locations, all tax subjects and objects were registered by using a Census Form (FIS), followed by a guidance and appeal. A sticker was then attached on the business locations and/or housing complexes of the respondents who have been censused as a sign that the respondents have been registered.

Note:• Category 1: Respondents could be met at the

census location and were willing to answer and sign the Census Form

• Category 2: Respondents coud be met at the census location but were not willing to answer and sign the Census Form

• Category 3: Respondents were not present at the location during the census but there were parties related to the respondents

• Category 4: Census objects were not (yet) inhabited

Intensi! cation

One of the programs of the general taxation policy in the Financial Note of the State Budget 2012 was the intensi! cation program. The intensi! cation program was conducted through (a) security of the period

Tabel 4.13. Hasil Sensus Pajak Nasional 2011-2012 Table 4.13. Result of National Tax Census 2011-2012

1.030.903

3.588.000

62,73%

97,70%

646.655

3.505.615

54,29%

96,30%

559.704

3.455.336

86.951

50.279

101.385

454.922

15.206

78.410

443.113

2.922.004

2011

2012

TahunYear

RencanaPlan

Jumlah Kategori1-2-3

Number of Category 1-2-3

Jumlah Kategori1-2-3-4

Number of Category 1-2-3-4

% Kategori1-2-3

% Category 1-2-3

% Kategori1-2-3-4

% Category1-2-3-41 2 3 4

FIS Kategori FIS Category

Page 165: FA LTKK 2012.indb

164Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

pro!l seluruh WP di Kantor Pelayanan Pajak Madya, Kantor Pajak Wajib Pajak Besar (Large Tax O"ce-LTO), Kanwil Jakarta Khusus; (c) pemantapan & bedah pro!l 1.000 WP utama Kantor Pelayanan Pajak Pratama; (d) penambahan pembuatan 500 pro!l WP dari 1.000 WP yang wajib pro!l sebagai tindak lanjut dari program feeding di KPP Pratama; (e) pengamanan penerimaan WP sektor tertentu; (f ) pengamanan penerimaan WP OP Pengusaha Tertentu (OPPT) dan high wealth individuals (HWI); (h) pengamanan penerimaan dari WP bendahara; (i) pengamanan penerimaan berbasis transaksi; dan (j) pengamanan penerimaan berbasis high rise building.

Kegiatan intensi!kasi juga didukung dengan berbagai program seperti:

a. program feeding yaitu pertukaran data WP antar KPP berbasis pro!l dan pengawasan pemanfaatan data dalam rangka pembuatan dan/atau pemutakhiran pro!l WP serta penggalian potensi pajak;

b. Penggalian potensi sektoral yaitu penggalian potensi pajak terhadap sektor-sektor yang booming pada tahun 2012;

c. Penggalian potensi orang pribadi berbasis pencarian di internet;

d. Pengawasan Pembayaran Masa yaitu pengawasan Pembayaran Masa yang tidak mencerminkan jumlah pembayaran pajak seharusnya dan/atau jumlah pembayaran pajak berdasarkan analisis;

e. Benchmarking yaitu mengukur tingkat risiko kepatuhan dan kinerja WP dibandingkan dengan WP lain pada sektor industri/klasi!kasi yang sama.

Penanganan Perkara/Sengketa Perpajakan

Penyelesaian sengketa perpajakan senantiasa menjadi hal penting bagi DJP untuk memberikan keadilan dan kepastian hukum terhadap WP. Dalam penyelesaian sengketa perpajakan, WP bisa melakukannya di DJP, Pengadilan Pajak ataupun Mahkamah Agung. Penyelesaian sengketa pajak di DJP terdiri dari dari proses keberatan, pembetulan, pengurangan, penghapusan dan pembatalan ketetapan pajak. Sementara proses yang diselesaikan di luar DJP adalah banding dan gugatan yang diselesaikan di Pengadilan Pajak dan proses peninjauan kembali yang dapat diajukan WP atau DJP ke Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.

payment; (b) strengthening the pro!le of all Tax Payers in the Medium Tax O#ces, Large Tax O#ces, Regional O#ces of Jakarta; (c) strengthening of pro!les of 1.000 prime Tax Payers at Prime Tax O#ces; (d) addition of making 500 out of 1.000 pro!les of Tax Payers as a follow up to the freeding program at Prime Tax O#ces; (e) securing Tax Payers acceptance from certain sectors; (f ) securing certain corporate Tax Payers acceptance and high wealth individuals (HWI); (h) securing treasurer Tax Payers acceptance; (i) securing transaction-based acceptance; and (j) securing high rise building-based acceptance.

The intensi!cation activity was also supported by a variety of programs, such as:

a. Feeding program, an exchange of Tax Payers’ data between Tax O#ces based on the pro!le and supervision of the data use to make and/or to update the Tax Payers’ pro!le, as well as to explore tax potentials.

b. To explore sectoral potentials against booming sectors in 2012;

c. To explore individual potentials based on searching in the internet;

d. To supervise Mass Payment not expressing the amount of expected tax payment and/or the amount of analysis-based tax payment;

e. Benchmarking, to measure the level of compliance risk and performance of the Tax Payers compared with other Tax Payers in the same industrial sector/classi!cation.

Handling Case/Tax Con#ict

A tax con$ict settlement should always be an important matter for the Directorate General of Tax to provide justice and legal certainty for Tax Payers. A Tax Payer can settle a tax con$ict at the Directorate General of Tax, Tax Court, or the Supreme Court. The settlement of a tax con$ict at the Directorate General of Tax consists of an objection, a correction, a deletion, and a cancellation process of tax stipulation, while a process settled outside the Directorate General of Tax includes an appeal and a claim settled at the Tax Court, of which the reconsideration process can be submitted by a Tax Payer or the Directorate General of Tax to the Supreme Court through the Tax Court.

Page 166: FA LTKK 2012.indb

165Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Pengajuan banding atau gugatan ke Pengadilan Pajak yang telah diputuskan oleh Majelis Hakim dan telah diterima putusannya oleh DJP selama tahun 2012 adalah 3.718 putusan

Pelayanan, Penyuluhan dan Kehumasan

Sasaran strategis DJP dalam perspektif para pemangku kepentingan adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat dan tercapainya kepuasan yang tinggi dari pengguna layanannya. Berdasarkan hasil Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Perpajakan yang dilaksanakan oleh pihak independen, Indeks Kepuasan Pengguna Layanan mencapai 3.093 (dengan skala 1-4) atau 77,3 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengguna layanan cenderung puas dengan pelayanan yang diberikan DJP. Sementara hasil survei DJP menunjukkan Indeks Kepercayaan Masyarakat pada angka 84,16 persen. Sebanyak 49,51 persen responden menyatakan citra DJP lebih baik dari tahun lalu dan 43,52 persen responden menyatakan sama dengan tahun lalu.

Perbaikan layanan perpajakan terus dilakukan. Secara umum, layanan perpajakan yang diberikan oleh DJP harus dilakukan berdasarkan prosedur operasi standar yang telah ditetapkan. DJP telah menetapkan 16 layanan sebagai Layanan Unggulan DJP, yaitu:

The number of appeals or claims to the Tax Court which has been decided by the Board of Judges of which the verdict has been accepted by the Directorate General of Tax in 2012 amounted to 3,718.

Service, Counseling, and Public Relations

The strategic target of the Directorate General of Tax in the stakeholders’ perspective is to increase public trust and the achievement of a high satisfaction from the service customers. Based on the result of the Survey on the Public Satisfaction Level towards Tax Service conducted by an independent party, the Index of Satisfaction of Service Customers was 3,093 (scale 1 – 4) or 77.3 percent. The ! gure showed that the service customers tended to be satis! ed with the service provided by the Directorate General of Tax. Meanwhile, result of the Directorate General of Tax survey showed that the Public Trust Index was 84.16 percent. Even better, 49.51 percent of the respondents stated that the image of the Directorate General of Tax was better than the previous year, while 43.52 percent stated tha same compared to the previous year.

Tax service continued to be improved. In general, taxation service provided by the Directorate General of Tax should be executed based on the standard operational procedure which has been set. The Directorate General of Tax has decided 16 services as the Examplary Service of the Directorate General of Tax, including:

Amar Putusan VerdictBandingAppeal

GugatanClaim

JumlahTotal

Menolak To reject 560

619

840

65

2

419

1

113

2.516

421

48

146

40

17

411

-

6

1.083

981

667

996

105

19

830

1

119

3.599

Mengabulkan Sebagian To approve partly

Mengabulkan Seluruhnya To approve entirely

Menghapus dari daftar sengketa To delete from the list of con!icts

Membatalkan To cancel

Tidak dapat diterima Unacceptable

Menambah To add

Membetulkan salah tulis / hitung To correct mis-writing/mis-calculation

Jumlah Total

Sumber: DJP Source: Directorate General of Tax

Tabel 4.14. Distribusi Putusan Banding dan Gugatan selama tahun 2012Table 4.14. Distribution of Appeals and Claims based on Verdicts Received by the Directorate General of Tax in 2012

Page 167: FA LTKK 2012.indb

166Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Kring Pajak 500200

DJP juga terus berusaha agar selaras dengan reformasi birokrasi melalui upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan layanan publik yang berkualitas. Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean government) dengan prinsip-prinsip tata

Kring Pajak 500200

The Directorate General of Tax continued to make e" orts to be consistent with the bureaucracy reform through e" orts to ful! ll the people’s needs on quality public service. The e" orts to realize a clean government with good governance principles must

Pelayanan penyelesaian permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Service of request settlement of Tax Number (NPWP) registration

Pelayanan penyelesaian permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Service of request settlement request of Businessman Tax Payers (PKP) strengthening

Pelayanan penerbitan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Service of request issuance of Value Added Tax (PPN) reimbursement

Jenis Layanan Unggulan Perpajakan Type of Taxation Prime ServiceNo

Pelayanan penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)

Service of issuance of Tax Excess Payment Instruction Letter (SPMKP)

Pelayanan penyelesaian permohonan keberatan penetapan Pajak PPh, PPN dan PPnBm

Service of request settlement of stipulation of Income Tax, Value Added Tax and PPnBM objection

Pelayanan penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor

Service of settlement of Free Information Letter (SKB) of Income Tax Collection Article 22 Import

Pelayanan penyelesaian permohonan pengurangan PBB

Service of request settlement of Property Tax reduction

Pelayanan pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian Kantor

Service of registration of new Tax Objects with an o!ce’s assessment

Pelayanan penyelesaian mutasi seluruh Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Service of mutation settlement of all Objects and Subjects of Property Tax (PBB)

Pelayanan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh Pasal 23

Service of request settlement of Free Information Leter (SKB) of Income Tax reduction Article 23

Pelayanan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskon SBI

yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

Service of request settlement of Free Informaton Letter (SKB) of Income Tax reduction on time deposits and savings interest and SBI discount

received or obtained by a Pension Fund of which the establishment was endorsed by the Minister of Finance

Pelayanan penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh atas Penghasilan dan Pengalihan Hak Atas tanah dan /atau Bangunan

Service of settlement of Free Information Letter (SKB) of Income Tax on Income and Transfer of Right on land and/or building

Pelayanan penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Barang Kena Pajak (BKP) tertentu

Service of settlement of Free Information Letter (SKB) of Value Added Tax (PPN) on certain Taxed Goods (BKP)

Pelayanan penyelesaian permohonan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Service of request settlement of Property Tax objection

Pelayanan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi

Service of request settlement on reduction or deletion of administrative sanction

Pelayanan penyelesaian permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan Pajak yang tidak benar

Service of request settlement of reduction or cancelation of incorrect tax stipulation

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

12

13

14

15

16

11

Page 168: FA LTKK 2012.indb

167Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

kelola pemerintahan yang baik (good governance) harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat modern akan layanan dengan karakteristik berbeda dengan layanan konvensional. Berangkat dari pemikiran tersebut, DJP telah mengoperasikan sebuah proyek percontohan layanan berupa Contact Center Kring Pajak 500200 sejak 8 Januari 2008. Proyek percontohan itu menjalankan dua fungsi utama, yaitu Pusat Layanan Informasi dan Pusat Pengaduan Pajak.

Penyuluhan

Tahun 2012 merupakan tahun pertama implementasi kebijakan penyuluhan yang dituangkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-98/PJ/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Selain itu, diimplementasikan juga SE-99/PJ/2011 tentang Pedoman Pembentukan Tim Penyuluhan Perpajakan Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Amanat dua surat edaran tersebut adalah masing-masing unit kerja menyusun rencana kerja penyuluhan berdasarkan tiga fokus penyuluhan. Ketiga fokus itu ditujukan bagi calon WP, WP baru, dan WP terdaftar.

be able to ful! ll modern people’s needs on services with a di" erent characteristic from conventional services. Based on the thought, the Directorate General of Tax has been operating an pilot project in the form of a contact centre Kring Pajak 500200 since January 8th, 2008. The pilot project had two main functions, Information Service Centre and Tax Claim Centre.

Counselling

2012 was the ! rst year of implementing a counselling policy as contained in the Circular Note of the Director General of Tax Number SE-98/PJ/2011 on Guidance of Preparing the Work Plan and Taxation Counselling Activities Report of the Vertical Units at the Directorate General of Tax. In addition, SE-99/PJ/2011 on Guidance of setting up a Taxacation Counselling Team of the Vertical Units at the Directorate General of Tax was also implemented. Mandate of these two circular notes was that each work unit prepares a work plan of guidance based on three guidance focuses. The three focuses were addressed to prospective Tax Payers, new Tax Payers, and registered Tax Payers.

BulanMonth

Panggilan MasukIncoming Calls Jumlah

Total%

Panggilan Terjawab Answered Calls

Maret March

April April

Februari February

Januari January

Mei May

Juni June

Juli July

Agustus August

September September

Oktober October

November November

Desember December

Jumlah Total

37.625

35.437

47.723

36.408

23.390

24.856

30.294

22.803

24.777

21.626

27.556

26.473

358.968

28.855

30.969

37.408

31.835

22.569

23.841

26.691

22.051

23.036

18.974

23.467

22.552

312.248

Sumber: DJP Source: Directorate General of Tax

76.69%

87.39%

78.39%

87.44%

96.49%

95.92%

88.11%

96.70%

92.97%

87.74%

85.16%

85.19%

86.98%

Tabel 4.15. Kinerja Layanan Informasi dan Konsultasi Kring Pajak 500200 Tahun 2012Table 4.15. Performance of Information Service and Kring Pajak 500200 consultation in 2012

Page 169: FA LTKK 2012.indb

168Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Pelaksanaan diklat tenaga penyuluh perpajakan untuk pertama kalinya dilaksanakan pada tahun 2012. Diklat ini penting untuk meningkatkan kompetensi tenaga penyuluh yang telah dibentuk oleh unit kerja Kanwil/KPP. Diklat tenaga penyuluh perpajakan dilaksanakan selama lima hari kerja dan dibagi ke dalam empat gelombang mulai 30 Mei hingga 22 Juni 2012. Diklat diikuti oleh 548 orang yang merupakan perwakilan dari anggota tim tenaga penyuluh di KPP.

Penyempurnaan pola penyuluhan menjadi lebih terstruktur juga dilakukan dalam bentuk penyiapan sarana penyuluhan yang mendukung penyuluhan mulai awal WP mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, yaitu dalam bentuk starter kit NPWP Panduan Dasar Wajib Pajak Orang Pribadi. Isi paket starter kit terdiri atas satu buah CD interaktif dan tiga buah buklet panduan singkat bagi WP OP. Ketiga buklet itu ditujukan untuk WP OP Pegawai atau Karyawan, WP OP Yang Melakukan Pekerjaan Bebas, dan WP OP Pengusaha dan Pengusaha Tertentu.

Tahun 2012 ditutup dengan evaluasi efektivitas kegiatan penyuluhan oleh penyedia jasa survei independen. Hasil survei menunjukkan perolehan nilai sebesar 73,744, yang berarti hampir memenuhi target nilai efektivitas kegiatan penyuluhan yang ditetapkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2012, yaitu sebesar 74,00. Dengan demikian, tingkat pencapaian target efektivitas kegiatan penyuluhan perpajakan pada tahun 2012 adalah sebesar 99,65 persen.

Kehumasan

Serangkaian kegiatan kehumasan dilakukan DJP selama tahun 2012. Tujuan utama kebijakan kehumasan DJP antara lain:

a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pajak bagi pembangunan bangsa (awareness);

b. Membangun kepercayaan masyarakat pada DJP (image);

c. Mendorong WP untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (compliance).

Untuk mencapai tujuan kehumasan tersebut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan kehumasan selama tahun 2012, yaitu:

An education and training program for taxation guidance o#cers was !rst held in 2012. The education and training program was important to increase competence of the guidance o#cers set up by the work units at the Regional O#ces/Tax O#ces. The education and training program for taxation guidance o#cers was held !ve days and divided into four phases from May 30th to June 22nd, 2012. Some 548 persons took part in the program as representatives of the guidance teams at the Tax O#ces.

The guidance pattern has been more structurized. Facilities for the guidance have been prepared to support the program, from the Tax Payers registered themselves to get a Tax Number (NPWP), in the form of a starter kit, a Basic Guidance for Individual Tax Payers. The starter kit consisted of one interactive CD and three books of short guidance for Individual Tax Payers. The three books were addressed to Employee Individual Tax Payers, Invidual Tax Payers Doing Free Jobs, and Individual Tax Payers Certain Businessmen.

The year 2012 was closed by an evaluation of the guidance activities e"ectiveness by an independent surveyor. Result of the survey showed a score of 73.744, meaning that it almost achieved the targeted score of the guidance activities e"ectiveness stipulated in the KPI 2012, which was 74.00. Therefore, the achievement level of the taxation guidance activities e"ectiveness in 2012 was 99.65 percent.

Public Relations

A range of public relations activities was organized by the Directorate General of Tax in 2012. The main goals of the public relations policies of the Directorate General of Tax included:

a. To increase public awareness and understanding of the importance of tax in the national development;

b. To develop public trust to the Directorate General of Tax;

c. To encourage Tax Payers to comply with their taxation obligation.

To achieve the public relations’ goals, a variety of public relations activities was organised in 2012, including:

Page 170: FA LTKK 2012.indb

169Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

a. Penyebaran informasi perpajakan kepada pihak internal dan eksternal melalui majalah elektronik e-Magazine dan situs resmi DJP, www.pajak.go.id;

b. Produksi dan penayangan iklan layanan masyarakat DJP melalui media cetak, media elektronik (televisi dan radio), media online, dan media luar ruang (billboard kereta api, stasiun kereta api, dan bandara);

c. Sosialisasi perpajakan secara interaktif melalui media televisi dan radio;

d. Menjalin hubungan dengan wartawan/media melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan/kelas pajak bagi wartawan, media tour, media gathering, konferensi pers, dan wawancara media televisi/radio/cetak/online;

e. Penerbitan siaran pers untuk menyebarluaskan informasi mengenai kebijakan dan kinerja DJP maupun isu terkini perpajakan kepada masyarakat;

f. Pelaksanaan analisa dan tanggapan atas

a. Dissemination of taxation information to both internal as well as external parties through e-magazine and the o# cial web of the Directorate General of Tax, www.pajak.go.id ;

b. Production and showing of Public Service Advertisements of the Directorate General of Tax through print media, electronic media (television and radio), online media, and outdoor media (billboard on trains, at railway stations and airports);

c. Interactive taxation socialisation through television and radio;

d. Setting up relations with journalists/media through various activities, such as tax training/classes for journalists, media tours, media gatherings, press conferences, and interviews with print and electronic media;

e. Publication of press releases to disseminate information on the policies and performance of the Directorate General of Tax as well as on the latest taxation issues to the people;

f. Analysis and responses on news, opinions, and

Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Badan Reserse Kriminal POLRI tentang Koordinasi dalam Penegakan Hukum di Bidang PerpajakanJoint agreement between the Directorate General of Tax and the Indonesian Police on Coordination on Law Enforcement in Taxation

KEP-40/Pj/2012 dan B/15/III/2012

KEP-40/Pj/2012 and B/15/III/2012

8 Maret 2012

March 8th, 2012

March 8th, 2012

March 8th, 2012

Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Badan Pemelihara Keamanan POLRI tentang Koordinasi Dalam Penegakan Hukum di Bidang Perpajakan Joint agreement between the Directorate General of Tax and the Indonesian Police on Coordination on Law Enforcement in Taxation

KEP-41/Pj/2012 dan B/18/III/2012

KEP-41/Pj/2012 and B/18/III/2012

8 Maret 2012

Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Badan Intelijen Keamanan POLRI tentang Kerjasama Intelijen Dalam Rangka Penghimpunan Data dan InformasiJoint agreement between the Directorate General of Tax and the Indonesian Police on Intelligence Cooperation to collect Data and Information

KEP-42/Pj/2012 dan B/21/III/2012

KEP-42/Pj/2012 and B/21/III/2012

8 Maret 2012

Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum tentang Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang PerpajakanJoint agreement between the Directorate General of Tax and the Vice Attorney General in Criminal Acts on Law Enforcement of Criminal Acts in Taxation

KEP-109/Pj/2012 dan KEP - 03/E/EJP/04/2012KEP-109/Pj/2012 and KEP - 03/E/EJP/04/2012

5 April 2012

April 5th, 2012

Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara tentang Penanganan Masalah Hukum Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Joint agreement between the Directorate General of Tax and Vice Attorney General of Civil Acts and State Administration on Handling Civil and State Administration Legal Issues

KEP-110/Pj/2012 dan B/169/G/Gs.1/04/2012KEP-110/Pj/2012 and B/169/G/Gs.1/04/2012

5 April 2012

Nomor Number Tanggal Date Hal SubjectNo

1

2

3

4

5

6

7

8

Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen tentang Kerjasama Dalam Rangka Mendukung Kinerja Penegakan Hukum di bidang PerpajakanJoint agreement between the Directorate General of Tax and Vice Attorney General of Intelligence to Support Law Enforcement Performance in Taxation

KEP-111/Pj/2012 dan B/1474/D/Ds/04/2012KEP-111/Pj/2012 andB/1474/D/Ds/04/2012

5 April 2012

Kesepakatan Bersama antara DJP dengan PASPAMPRES tentang Kerjasama dalam Pelaksanaan Tugas dan FungsiJoint agreement between the Directorate General of Tax and the Presidential Security Force on the Implementation of Tasks and Functions

KEP-180/Pj/2012 dan NK-228/VI/2012KEP-180/Pj/2012 andNK-228/VI/2012

14 Juni 2012

Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Perpustakaan KantorPusat BI tentang Peminjaman Bahan PustakaJoint agreement between the Directorate General of Tax and the Library of Bank Indonesia’s Head O!ce on Borrowing Books

KEP-42/Pj/2012 dan B/21/III/2012KEP-42/Pj/2012 and B/21/III/2012

21 Juni 2012

April 5th, 2012

April 5th, 2012

June 14th, 2012

June 21th, 2012

Page 171: FA LTKK 2012.indb

170Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

pemberitaan, opini, dan surat pembaca mengenai DJP yang terdapat pada media cetak dan media online;

g. Penerbitan majalah kliping media cetak dan online PamorKu (Pajak, Moneter dan Keuangan) secara internal, yang berisi tentang berita-berita mengenai perpajakan, moneter dan keuangan;

Selama tahun 2012, DJP telah berhasil menjalin kerjasama kelembagaan dalam bentuk MoU sebagai berikut:

Penerimaan Perpajakan

Berdasarkan data realisasi penerimaan pajak sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 yang berasal dari Ditjen Perbendaharaan, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:

• Realisasi Penerimaan DJP tahun 2012 sebesar Rp835.255,12 miliar atau 94,38 persen dari rencana APBN-P 2012. Angka ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 2011 yang sebesar 97,24 persen dari APBN-P 2011. Penurunan ini dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 6,23 persen, sedangkan, pada tahun 2011 mencapai 6,5 persen;

• Penerimaan DJP tahun 2012 mencapai 12,47 persen atau mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2011 yang tumbuh 19,81 persen. Namun, pertumbuhan penerimaan DJP masih di atas pertumbuhan produk domestik bruto tahun 2012 yang berada pada level 10,87 persen.

• Penurunan pertumbuhan penerimaan DJP terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan penerimaan PPh nonmigas yang turun dari 20,19 persen (2011) menjadi 6,49 persen (2012). Pertumbuhan PPh nonmigas berpengaruh signi!kan terhadap pertumbuhan penerimaan perpajakan karena memiliki kontribusi terbesar, yaitu sebesar 45,64 persen.

Sedangkan data penerimaan pajak dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam Tabel 4.16.

complains towards the Directorate General of Tax in both print media as well as online media;

g. Publication of PamorKu (Pajak, Moneter dan Keuangan) clipping magazine internally from both print media as well as online media, containing news on taxation, monetary and !nancial issues;

In 2012, the Directorate General of Tax set up cooperation with institutions in the form of Memorandum of Understanding (MoU), as follows:

Taxation Revenues

Based on the data of tax revenues realization until December 31st, 2012, from the Directorate General of Treasury, following is some information:

• Revenues realization of the Directorate General of Tax in 2012 was in amount of IDR835,255.12 billion or 94.38 percent of the State Budget Review 2012 plan. The !gure was lower compared to 2011, which achieved 97.24 percent from the State Budget Review 2011. The decrease was a"ected by the slowing down of the Indonesian economic growth. In 2012, the economic growth only reached 6.23 percent, while in 2011, it reached 6.5 percent.

• Revenues of the Directorate General of Tax in 2012 reached 12.47 percent or a slow down compared to 2011, which grew 19.81 percent. However, the revenues growth of the Directorate General of Tax remained above the Gross Domestic Product (GDP) 2012 which was at the level of 10.87 percent.

• Decrease of the revenues growth at the

Directorate General of Tax was mainly caused by the slowing revenues growth of non oil and gas Income Tax, which went down from 20.19 percent (2011) to 6.49 percent (2012). The non oil and gas Income Tax growth signi!cantly a"ected the taxation revenues growth as it had the largest contribution, 45.64 percent.

Data of tax revenues from year to year can be seen in Table 4.16.

Page 172: FA LTKK 2012.indb

171Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Penegakan Hukum

Pemeriksaan

Selain meningkatkan pelayanan dan pengawasan kepada WP, DJP juga berupaya meningkatkan kepatuhan sukarela (voluntary compliance) WP, untuk memenuhi kewajiban perpajakan melalui kegiatan penegakan hukum. Dengan peningkatan kepatuhan sukarela WP maka tugas DJP dalam menghimpun penerimaan negara akan semakin e! sien.

Terdapat tiga bentuk penegakan hukum yang dilakukan oleh DJP, yaitu melalui pemeriksaan, penagihan, dan penyidikan. Selain memberikan dampak pada peningkatan kepatuhan sukarela WP, tindakan penegakan hukum ini secara jangka pendek diharapkan memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak. Oleh karena itu, tindakan penegakan hukum harus dilakukan secara terukur, konsisten, dan profesional. Pelaksanaan penegakan

Law Enforcement

Inquiry

In addition to increase service and supervision to Tax Payers, the Directorate General of Tax also makes e" orts to increase Tax Payers’ voluntary compliance to ful! ll their taxation obligation through law enforcement activities. With the increased voluntary compliance of the Tax Payers, the Directorate General of Tax has more e# cient tasks in collecting Government Revenues.

There are three forms of law enforcement conducted by the Directorate General of Tax, including inquiry, billing, and investigation. Apart from a" ecting the Tax Payers’ voluntary compliance, in the short term, the law enforcement is expected to contribute tax revenues. Therefore, law enforcement must be conducted in a measurable, consistent, and professional way. Such low enforcement will minimize any possible con$ ict between the Tax

No Uraian Description2008 2009 2010 2011 2012

Tahun Year

Pendapatan Negara & Pajak Daerah Government Revenues & Regional Tax

Pendapatan Negara Government Revenues

PDB Atas Dasar Harga Berlaku GDP based on Prevailing Price

Trend Penerimaan Negara (triliun) Government Revenues Trend (trillion)

Penerimaan Dalam Negeri Domestic Revenues

Total Penerimaan Perpajakan (Pajak Pusat) Total Tax Revenues (Central Tax)

Total Penerimaan DJP termasuk PPh Migas Total Revenues of the Directorate General of Tax including Oil &Gas income Tax

Penerimaan DJP tanpa PPh Migas Revenues of the Directorate General of Tax excluding Oil & Gas Income Tax

Pajak Daerah Regional Tax 1)

Penerimaan SDA Revenues from Natural Resources

Tax Ratio Perpajakan Tax RatioTax Ratio Pajak Pusat+ Daerah+SDA terhadap PDB Central+Regional+Natural Resoutces Tax Ratio to GDPTax Ratio Pajak Pusat+Daerah terhadap PDB Central Regional Tax Ratio to GDP

Tax Ratio Pajak Pusat terhadap PDB Central Tax Ratio to GDP

1

I

2

3

4

5

6

7

8

9

II

1

2

3

7.427,09

1.227,35

1.165,25

1.205,35

873,87

742,74

669,65

62,10

213,82

15,48%

12,60%

11,77%

8.234,48

1.375,61

1.311,40

1.357,38

1.016,24

835,83

752,37

64,21

217,16

15,76%

13,12%

12,34%

5.606,20

891,65

848,76

847,10

619,92

544,53

494,49

42,89

138,96

14,30%

11,82%

11,06%

4.948,69

1.018,55

981,61

979,30

658,70

571,11

494,09

36,94

224,46

18,59%

14,06%

13,31%

6.436,27

1.041,30

995,27

992,25

723,31

628,23

569,35

46,03

168,83

14,58%

11,95%

11,24%

1) Tahun 2011 & 2012 masih target/ rencana Sumber: Direktorat PKP, Ditjen Pajak 2013(diusulkan hanya angka akhir penerimaan dan tax ratio)

1) Years 2011 & 2012 remained a target/planSource: Directorate PKP, Directorate Genderal of Tax 2013

(Only the !nal !gures of revenues and tax ratio are recommended)

Tabel 4.16. Penerimaan Pajak Tahun 2008-2012Table 4.16. Tax Revenues 2008 – 2012

Page 173: FA LTKK 2012.indb

172Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

hukum yang demikian, akan meminimalkan kemungkinan terjadinya sengketa antara WP dengan DJP.

Pemeriksaan merupakan tindakan awal penegakan hukum yang dilakukan oleh DJP. Langkah ini dilakukan untuk dua keperluan. Pertama, menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan WP. Kedua, untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka menguji kepatuhan serta menguji kebenaran pengisian SPT WP akan menghasilkan surat ketetapan pajak. Sementara pemeriksaan bertujuan lain dilakukan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan tertentu. Misalnya penentuan daerah terpencil untuk pemberian fasilitas perpajakan, penentuan Saat Produksi Komersial dalam pemberian fasilitas perpajakan, pertukaran Informasi dengan negara lain dan tujuan-tujuan lainnya. Pemeriksaan untuk tujuan lain bukan dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan pajak, tetapi lebih untuk kepentingan pelayanan tertentu kepada WP.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan berdasarkan hasil analisis risiko baik secara manual maupun terkomputerisasi atas pro! l WP atau berdasarkan hasil analisis Informasi, Data, Laporan dan Pengaduan (IDLP), yang mengindikasikan adanya

Payers and the Directorate General of Tax.

Inquiry is the preliminary action of law enforcement conducted by the Directorate General of Tax. This is aimed at two goals: ! rst, to examine Tax Payers’ compliance in ful! lling their taxation obligation; second, to implement taxation legislation. The inquiry to test the Tax Payers’ compliance and correctness in ! lling the Tax Form will result in a tax stipulation letter. The inquiry is also aimed at implementing certain taxation legislations. For instance, selecting isolated areas to provide taxation facilities, deciding a commercial production time to provide tax facilities, exchange of information with other countries, and other purposes. The inquiry for other purposes is not aimed at issuing a tax stipulation letter, instead it is more for certain services to the Tax Payers.

The Tax Payers’ compliance in ful! lling their taxation obligation is inquired based on the risk analysis result of the Tax Payers’ pro! le both manually as well as computerized, or based on the analysis result on information, data, report and complain, indicating the Tax Payers’ incompliance. In addition, the Tax

Persentase pencapaian target Percentage of target achievement

Target penerimaan dari pemeriksaan Receipt target from examination

Penyelesaian pemeriksaan (hasil konversi) Examination completion (conversion result)

Target penyelesaian pemeriksaan (hasil konversi) Target of examination completion (conversion result)

Realisasi penerimaan dari pemeriksaan Receipt realization from examination

Persentase pencapaian target Percentage of target achievement

Target persentase hasil pemeriksaan dan Refund Discrepancy terhadap Penerima Pajak Target percentage of examination result and discrepancy result towards tax receipt

Realisasi penerimaan dari hasil pemeriksaan Receipt realization from examination result

Refund Discrepancy Refund Discrepancy

Realisasi penerimaan pajak Realization of tax receipt

Persentase hasil pemeriksaan dan Refund Discrepancy terhadap penerimaan pajak Percentage of examination result and discrepancy refund towards tax receipt

1

2

3

29.487,00 LHP

103,03%

Rp13.30 triliun IDR 13.30 trillion

IDR 14.24 trillionRp14.24 triliun

107,07%

2%

IDR 14.24 trillionRp14.24 triliun

IDR 2.86 trillionRp2.86 triliun

IDR 752.37 trillionRp752.37 triliun

28.618,81 LHP

2,27%

Sumber : DJP Source: Directorate General of Tax

Tabel 4.17. Kinerja dan Pencapaian Target Pemeriksaan Tahun 2012Table 4.17. InquiryTarget Performance and Achievement in 2012

Page 174: FA LTKK 2012.indb

173Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

ketidakpatuhan WP. Selain itu, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan juga dilakukan dalam hal terdapat permohonan restitusi oleh WP selain WP yang memperoleh pengembalian pendahuluan.

Penagihan

Kebijakan Umum dan Strategi Penagihan 2012

1. Prioritas Tindakan Penagihan dan Prognosis Pencairan Piutang

a) KPP diwajibkan melakukan analisis risiko piutang pajak dengan berpedoman pada Tabel Parameter Analisis Piutang Pajak dan Kertas Kerja Analisis Risiko Piutang Pajak;

b) KPP mengelompokkan Penunggak Pajak/WP berdasarkan total skor dari Kertas Kerja Analisis Risiko Piutang Pajak dan menjadi dasar skala prioritas tindakan penagihan pajak;

c) Menyusun Kertas Kerja Penagihan terhadap 200 penunggak pajak terbesar Pemutakhiran Data Piutang;

d) Dukungan data dan evaluasi atas penyelesaian piutang pajak yang bermasalah untuk dapat dilakukan penyelesaian sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

2. Pelaksanaan Pemutakhiran Data Piutang Pajak a) Pemutakhiran Piutang Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dalam Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) (SE-86/PJ/2011);

b) Pemeliharaan Basis Data Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam rangka Pemutakhiran Data Piutang PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan (SE-12/PJ/2012).

3. Pengembangan outbond call center untuk penagihan pajak dalam rangka optimalisasi tindakan penagihan pajak.

Penyidikan

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan merupakan upaya penegakan hukum terakhir (ultimum remedium) yang dimiliki DJP sesuai amanat UU. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti. Bukti yang ditemukan itu akan membuat tindak pidana bidang perpajakan terlihat terang sehingga tersangkanya bisa ditemukan. Penyidik adalah pejabat PNS tertentu di lingkungan DJP yang

Payers’ compliance is also examined in the event there is a restitution request by Tax Payers other than Tax Payers who obtain a preliminary refund.

Billing

General policy and billing strategy 2012

1. Billing priority and debt disbursement prognosis

a) Tax O#ces are obliged to analyse tax credit risks with guidance to the Table of Tax Credit Analysis Parameter and the Work Paper of Tax Credit Risk Analysis.

b) Tax O#ces group Tax Payers based on the total score from the Work Paper of Tax Credit Risk Analysis which is a base of tax billing priority.

c) Tax O#ces arrange a Billing Work Paper for 200 largest Tax Payers from the Credit Data Updating.

d) Tax O#ces collect data and evaluate support for

troubled tax credit settlement according to the prevailing taxation provision.

2. Updating Tax Credit Data a) Updating credits of Income Tax, Value Added Tax,

and Luxurious Goods Sales Tax in the Information System of the Directorate General of Tax; (SE-86/PJ/2011);

b) Maintenance of Property Tax basis data to update data of Property Tax credit in the regional and urban areas; (SE-12/PJ/2012).

3. Development of outbond call centre for tax billing to optimize tax billing.

Investigation

Investigation of criminal acts in the taxation sector is an e"ort of the ultimate law enforcement (ultimum remedium) by the Directorate General of Tax pursuant to the law mandate. The investigation of criminal acts in the taxation sector is a range of actions made by investigators to search and collect evidence. The evidence will make the criminal acts obvious, so that the suspect can be found. The investigators are certain o#cials at the Directorate General of Tax granted a special authority as

Page 175: FA LTKK 2012.indb

174Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Proses penyidikan dimulai dari pengembangan dan analisis IDLP. Apabila dalam pengembangan dan analisis IDLP ditemukan indikasi kuat tindak pidana di bidang perpajakan, akan ditindaklanjuti dengan usul pemeriksaan bukti permulaan. Bila pada proses pemeriksaan ditemukan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan, akan ditindaklanjuti dengan usul penyidikan.

Keterangan: Saldo per tanggal untuk berkas perkara yang telah diserahkan ke Kejaksaan tetapi belum dinyatakan lengkap.

KEPABEANAN DAN CUKAI

Pencapaian Target Penerimaan

Meski menghadapi berbagai kendala, terutama terkait dengan krisis perekonomian global sepanjang

investigators to investigate any criminal act in the taxation sector pursuant to the legislation.

The investigation process starts IDLP development and analysis. If in the IDLP development and analysis, a strong indication of a criminal act in the taxation sector is found, the investigation will be followed with a probe recommendation of the preliminary evidence. If during the probe, a preliminary evidence is found of an alleged criminal act in the taxation sector, the probe will be followed with an investigation recommendation.

Note: Balance per date for documents already submitted to the Attorney’s o# ce but not stated complete yet.

CUSTOMS AND EXCISE Achievement of Revenues Target

Despite various constraints, particularly related to the global economic crisis throughout the year

Keterangan Explanation 20122011201020092008No

Berkas diserahkan ke Kejaksaan Documents submitted to the Attorney’s o!ce

3

5

6

24

169

18

24

1.412

13

11

131

11

13

463

115

17

14

233

12

19

509

16

13

409

301

11

15

58

42

14

20

1.540

1

27

144,7

25

26

1.550

3.270

19

18

288

633

14

19

162

16

24

239

18

Berkas P-19* P-19* Document

Kerugian Negara (Miliar Rupiah) State’s loss (billion rupiahs)

Tersangka Suspect

Berkas P-21 Documents are P-21

Kerugian Negara (Miliar Rupiah) State’s loss (billion rupiah,)

Tersangka Suspect:

Jumlah Sudah Divonis Number of documents sentenced

Berkas Sudah Divonis Documents are sentenced

Kerugian Negara (Miliar Rupiah) State’s loss (billion rupiahs)

Denda Pidana (Miliar Rupiah) Criminal "ne (billion rupiahs)

Terdakwa Suspect

Sumber : DJP Source: Directorate General of Tax

Keterangan :Saldo per tanggal untuk berkas perkara yang telah diserahkan ke Kejaksaan Tetapi belum dinyatakan lengkap. Note: Balance per date for documents already submitted to the Attorney’s o!ce but not stated complete yet.

B

I

II

A

Tabel 4.18. Kinerja Penyidikan Tahun 2007 - 2011Table 4.18. Investigation Performance in 2007 - 2011

Page 176: FA LTKK 2012.indb

175Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

tahun 2012, penerimaan Bea dan Cukai tetap berhasil mencapai target Tahun Anggaran 2012. Hingga 31 Desember 2012, realisasi penerimaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) mencapai Rp144.536,76 miliar atau 110,16 persen dari target. Perincian realisasi penerimaan disajikan dalam Tabel 4.19.

Capaian masing-masing penerimaan bisa dijelaskan sebagai berikut.

Bea Masuk

1. Realisasi penerimaan Bea Masuk hingga 31 Desember 2012 sebesar Rp28.280,49 miliar setara dengan 114,32 persen dari target APBN-P 2012 yang sebesar Rp24.737,9 miliar.

2. Target penerimaan Bea Masuk per 31 Desember 2012 tercapai karena beberapa faktor, yakni:

• Bertambahnya tingkat importasi yang ditunjukkan dengan Devisa Impor Bayar

2012, the Directorate General of Customs and Excise successfully achieved the revenues target for Fiscal Year 2012. Until December 31st, 2012, revenues realization of the Directorate General of Customs and Excise amounted IDR144,536.76 billion or 110.16 percent from the target. Detail of the revenues realization is presented in table 4.19

Revenues of each unit can be explained as follows:

Import Duties

1. Revenues realization from Import Duties until December 31st, 2012 was in amount of IDR28,280.49 billion, equivalent to 114.32 percent from the State Budget Review 2012 target, in amount of IDR24,737.9 billion.

2. Revenues target from Import Duties per December 31st, 2012 was achieved thanks to some factors, including:• The increasing importation level as shown

by the Pay Import Foreign Exchange of

Tabel 4.19. Realisasi Penerimaan Bea Cukai Table 4.19. Revenues Realization of Customs and Excise

No Jenis Penerimaan Target APBN-P Realisasis.d. 31

Desember Tahunan Nominal %

Target s.d.31 Desember

Pencapaian Target Surplus (De!sit Per 31 Desember

11 2 3 4 6(5/4) 7(5/3) 8(5-4) 9(8/4)5

2

3

116,98%

114,32%

7,14%

114,11%

91,51%

110,16%

116,98%

114,32%

7,14%

114,11%

91,51%

110,16%

4.099.762,28

3.542.585,15

(557.177,14)

11.752.646,07

(1.969.191,77)

13.326.039,45

16,98%

14,32%

-92,86%

14,11%

-8,49%

10,16%

28.237.662,28

28.280.485,15

42.822,87

95.019.271,07

21.237.008,24

144.536.764,45

126.609.743,58

8.422.809,25

31.610.210,42

166.642.763,25

180.799.351,24

325.336.115,69

14.156.587,99

24.737.900,00

24.137.900,00

600.000,00

83.266.625,00

23.206.200,00

131.210.725,00

24.737.900,00

24.137.900,00

600.000,00

83.266.625,00

23.206.200,00

131.210.725,00

Bea Masuk DTP

CUKAI

Bea Masuk Riil

BEA MASUK

BEA KELUARi

Sub Total

PPN Impor

PPn BM Impor

PPn Pasal 22 Impor

Sub Total PDRI

PPN Cukai HT

Total Pajak

TOTAL DJBC + PERPAJAKAN

Keterangan 1. Data sampai dengan 31 Desember 2012 2. Data Bea Masuk dan Cukai sudah termaksud pendapatan DA dan sudah dikurang Restitusi 3. Sumber Data : Direktorat Pengelolaan Kas Negara - Ditjen Perbendaharaan 4. Data Penerimaan PPNCukai HT dari MPO

Page 177: FA LTKK 2012.indb

176Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

sebesar 146,14 miliar dolar AS atau meningkat 3,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 141,06 miliar dolar AS;

• Tingginya tarif efektif rata-rata. Hingga Desember 2012 tarif efektif rata-rata tercatat sebesar 2,06 persen, naik 1,02 persen dari periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 2,04 persen. Angka ini di atas tarif yang diasumsikan dalam APBN-P pada tahun 2012 sebesar 1,92 persen;

• Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS. Nilai kurs rata-rata hingga Desember 2012 sebesar Rp9.396,09 per dolar AS. Rupiah melemah sebesar Rp620,88 per dolar AS (7,08 persen) dibanding periode yang sama tahun 2011 (Rp 8.775,21 per dolar AS). Kurs rupiah terhadap dolar AS ini berada di atas asumsi makro APBN-P 2012 yang sebesar Rp9.000 per dolar AS;

• Upaya internal DJBC berupa efektivitas pemeriksaan melalui akurasi nilai pabean, klasi!kasi barang, dan hasil audit

Cukai

1. Sampai 31 Desember 2012, realisasi penerimaan cukai yang bersumber dari Cukai Hasil Tembakau (CHT), Etil Alkohol (EA), dan Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) sebesar Rp95.019,27 miliar atau mencapai 114,11 persen dari target APBN-P 2012 yang sebesar Rp83.266,62 miliar;

2. Terlampauinya target penerimaan Cukai antara lain disebabkan adanya upaya internal DJBC dalam pemberantasan peredaran rokok ilegal menjadi legal dan tingginya produksi bayar Cukai HT hingga Desember 2012. Dari sisi produksi bayar, pendapatan dari Cukai HT hingga Desember 2012 dihasilkan dari produksi bayar HT sebesar 338,4 miliar batang. Angka ini naik sebesar 5,88 persen dibandingkan dengan produksi bayar HT pada periode yang sama tahun 2011 yang sebanyak 319,6 miliar batang. Kenaikan produksi HT tersebut, lebih disebabkan karena meningkatnya pesanan pita cukai pada bulan Desember 2011 yang jatuh tempo pembayarannya bulan Februari 2012.

USD146.14 billion or an increase of 3.59 percent compared to the same period in 2011, which was USD141.06 billion;

• The high average e"ective tari". Until December 2012, the average e"ective tari" was 2.06 percent, an increase of 1.02 percent compared to the same period in 2011, which was 2.04 percent. The !gure is above the tari" assumed in the State Budget Review 2012, which was 1.92 percent;

• The depreciation of rupiah to the US dollar. The average exchange rate until December 2012 was IDR9,396.09 per US dollar. Rupiah was depreciated IDR620,88 per US dollar (7.08 percent) compared to the same period in 2011 (IDR8,775.21 per US dollar). The exchange rate of rupiah towards the US dollar was above the macro assumption of the State Budget Review 2012, which was IDR9,000 per US dollar;

• Internal e"orts of the Directorate General of Customs and Excise included examination e"ectiveness through value accuracy of the cutoms, goods classi!cation, and audit result.

Excise

1. Until December 31st, 2012, revenues realization from Tobacco Excise (HT), Alcohool Ethyl (EA), and Alcohool Ethyl-contained Beverages (MMEA) was in amount of IDR95,019,27 billion or 114.11 percent from the State Budget Review target, which was in amount of IDR83,266,625 billion;

2. The Excise revenues target was exceeded because of, among others, an internal e"ort of the Directorate General of Customs and Excise to eradicate the distribution of illegal cigarettes and the high pay production of Tobacco Excise until December 2012. From the pay production side, revenues from Tobacco Excise until December 2012 came from Tobacco Excise pay production of 338.4 billion cigarettes. The !gure increased 5.88 percent compared to the Tobacco Excise pay production in the same period of 2011, of 319.6 billion cigarettes. The Tobacco Excise production increase was caused by the increasing demand of excise ribbon in December 2011 of which the due date was February 2012.

Page 178: FA LTKK 2012.indb

177Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Bea Keluar

1. Sampai dengan 31 Desember 2012, realisasi penerimaan Bea Keluar sebesar Rp21.237,01miliar atau 91,51 persen dari target APBN-P 2012 yang sebesar Rp23.206,2 miliar;

2. Rendahnya penerimaan Bea Keluar hingga 31 Desember 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut:• Komoditi utama penghasil Bea Keluar adalah

dari ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil-CPO) dan turunannya;

• Pada Tahun 2012, harga pasaran internasional CPO dan turunannya menurun sehingga tarif Bea Keluar juga turun. Penurunan ini berdampak pada rendahnya penerimaan Bea Keluar dari ekspor CPO dan turunannya;

• Terjadi pergeseran komoditi ekspor dari CPO ke turunannya terutama re! nied bleached deodorised palm oil (RBD). Tarif RBD lebih rendah sehingga berdampak pada rendahnya penerimaan Bea Keluar;

• Penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral yang mulai berlaku mulai Juni 2012 belum efektif menghasilkan penerimaan. Sampai dengan Desember 2012 penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral logam sebesar Rp1.746,41 miliar. Kontribusi dari masing-masing Kantor Pelayanan adalah sebagaimana pada Tabel 4.20.

Export Duties

1. Until December 31st, 2012, revenues realization from Export Duties was in amount of IDR21,237.01 billion or 91.51 percent from the State Budget Review 2012 target, which was in amount of IDR23,206.2 billion;

2. The low revenues from Export Duties until December 31st, 2012 can be explained as follows:• The main commodities producing Export

Duties include Crude Palm Oil (CPO) and its derivatives;

• In 2012, there was a decrease in the price of CPO and its derivatives, so that Export Duties also decreased. The decrease a" ected to the low revenues of Export Duties from CPO export and its derivatives;

• There was a switch of export commodities from CPO to its derivatives, mainly re! ned bleached deodorised palm oil (RBD). RBD tari" was lower that it a" ected to the low revenues of Export Duties;

• Revenues from Export Duties from mineral exports e" ective as of June 2012, was was not e" ective yet to produce revenues. Until December 2012, revenues from Export Duties from mineral exports totalled IDR1,746.41 billion. Contribution from each Service O# ce is as in Table 4.20.

No KPPBC Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Total Rata-rata Bulanan

1

2

3

4

5

6

7

8

10

11

9

0,00

0,00

23.185,85

8.242,86

5.478,88

7.817,07

0,00

44.521,06

0,00

0,00

0,00

89.245,72

9.890,40

6.737,18

31.989,54

28.888,37

7.729,74

13.771,46

0,00

43.069,54

0,00

0,00

0,00

142.071,24

11.218,26

12.008,14

39,073,44

43.556,79

2.450,18

12.602,00

0,00

43.736,98

0,00

0,00

0,00

164.645,79

1.524,08

17.983,33

38.729,60

47.537,86

7.263,33

24.566,54

0,00

66.328,73

0,00

0,00

0,00

203.933,47

21.265,76

19.233,63

28.636,94

66.998,41

29.956,62

20.846,73

12.527,53

77.787,21

6.361,15

2.661,19

3.663,31

289.938,47

22.882,03

26.204,42

50.907,78

153.823,78

43.046,24

33.179,86

10.561,36

53.310,44

3.916,44

8.218,58

23.459,23

429.510,16

24.082,49

18.671,72

37.815,45

135.880,76

60.882,08

13.221,20

9.142,87

85.549,30

3.499,17

11.164,88

27.153,29

427.063,20

90.863,02

100.833,43

250.338,61

484.928,82

156.807,06

126.004,86

32.231,76

414.303,26

13.776,76

22.044,65

54.275,83

1.746,408,05

18.172,60

16.805,57

35.762,66

69.275,55

22.401,01

18.000,69

10.743,92

59.186,18

4.592,25

7.348,22

18.091,94

262.288,65

Ketapang

Pontianak

Kotabaru

Pomalaa

Kendari

Poso

Luwuk

Ternate

Sorong

Dabo Singkep

Rj. Pinang

Total

Tabel 4.20. Penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral logamTable 4.20. Revenues from Export Duties from Metal Mineral Exports

Page 179: FA LTKK 2012.indb

178Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Masih rendahnya penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral disebabkan adanya kendala perizinan terhadap eksportir. Eksportir harus mendapat izin Clear and Clean dari Kementerian ESDM dan rekomendasi Eksportir Terdaftar dari Kementerian Perdagangan. Karena adanya keterlambatan proses penerbitan perizinan tersebut, para pengusaha pertambangan terlambat melakukan ekspor mineral sehingga penerimaan Bea Keluar tertunda.

Pajak Dalam Rangka Impor

Selain memungut jenis penerimaan Bea Masuk, Bea Keluar, dan Cukai, DJBC juga melakukan pemungutan terhadap jenis penerimaan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) dan PPN Cukai Hasil Tembakau yang menjadi persepsi Direktorat Jenderal Pajak.

Sampai Desember 2012, realisasi penerimaan mencapai Rp166.642,76 miliar (meningkat 18,45 persen dari tahun 2011 pada periode yang sama). Sementara, PPN Hasil Tembakau sebesar Rp14.156,6 miliar (naik 10,11 persen dari tahun 2011). Perincian realisasi penerimaan PDRI terangkum dalam Tabel 4.21.

Pengawasan dan Penindakan

Pengawasan

Realisasi atas program kerja yang ditetapkan pada tahun 2012, yaitu :

The low revenues from Export Duties from mineral exports were caused by a license constraint faced by the exporters. The exporters must obtain a Clear and Clean from the Ministry of Energy and Mineral Resources and a recommendation of registered Exporter from the Ministry of Trade. Due to the late process of the license issuance, the mining businessmen were late in exporting mineral, so that revenues from Export Duties were delayed.

Taxes in the framework of Imports

In addition to collect revenues from Import Duties, Export Duties, and Excise, the Directorate General of Customs and Excise also collects revenues from Tax in the framework of Imports (PDRI) and Income Tax of Tobacco Excise, which have been perception of the Directorate General of Customs and Excise.

Until December 2012, revenues realization from the Tax in the framework of Imports (PDRI) was in amount of IDR166,642,76 billion (an increase of 18.45 percent from the same period in 2011). Meanwhile, the Income Tax of Tobacco Excise totalled IDR14,156,6 billion (an increase of 10.11 percent from 2011). Detail of the revenues realization from Tax in the framework of Imports (PDRI) is summarized in Table 4.21.

Supervision and Action

Supervision

Realization of the work plan stipulated in 2012, includes:

126.609,74

8.422,81

31.610,21

166.642,76

14.156,59

180.799,35

107.016,02

5.374,48

28.295,19

140.685,69

12.856,79

153.542,47

1

2

3

4

19.593,73

3.048,33

3.315,02

25.957,08

1.299,80

27.256,88

18,31%

56,72%

11,72%

18,45%

10,11%

17,75%

PPhPs 22 Impor

Sub Total PDRI

PPnBM Impor

PPN Impor

PPN HT

Total PDRI

Jenis Penerimaan No

Real s.d Desember GROWTH

20122011 Nominal %

Sumber Data : Ditjen Perbendaharaan

Tabel 4.21. Realisasi Penerimaan PDRITable 4.21. Realization of Tax in the framework of Imports Revenues (PDRI)

Page 180: FA LTKK 2012.indb

179Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

a. Melakukan operasi pengawasan penyelundupan !sik dan pelanggaran administrasi barang impor.

Operasi pengawasan kegiatan impor dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pelanggaran ketentuan kepabeanan di bidang impor yang dilaksanakan di wilayah kerja kantor-kantor berikut. Selama tahun 2012, dilakukan 72 kali operasi dengan rincian Kanwil DJBC Sumatera Utara (2 kali), Kanwil DJBC Riau dan Sumbar (3 kali), Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau (2 kali), Kanwil DJBC Sumbagsel (2 kali), Kanwil DJBC Jakarta (1 kali), Kanwil DJBC Jateng dan DIY (3 kali), Kanwil DJBC Jatim I (1 kali), Kanwil DJBC Jatim II (2 kali), Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat (1 kali), KPU BC Tipe A Tanjung Priok (5 kali), KPU BC Tipe B Batam (3 kali), KPPBC Belawan (5 kali), KPPBC Teluk Nibung (1 kali), KPPBC Pekanbaru (2 kali), KPPBC Dumai (2 kali), KPPBC B. Lampung (3 kali), KPPBC Merak (4 kali), KPPBC Jakarta (1 kali), KPPBC Marunda (1 kali), KPPBC Tangerang (1 kali), KPPBC Soekarno Hatta (1 kali), KPPBC Bekasi (1 kali), KPPBC Bogor (1 kali), KPPBC Bandung (3 kali), KPPBC Purwakarta (1 kali), KPPBC Cilacap (1 kali), KPPBC Tanjung Emas (7 kali), KPPBC Kudus (1 kali), KPPBC Surakarta (1 kali), KPPBC Perak (6 kali), KPPBC Juanda (1 kali), KPPBC Juanda (1 kali), KPPBC Gresik (1 kali), KPPBC Kediri (1 kali), KPPBC Pasuruan (1 kali).

a. To conduct supervisory operations of physical smuggling and administrative violations of imported goods.The supervisory operations of import activities were aimed at preventing any violation of the excise provisions in the import sector as implemented in the following o#ces of work areas. In 2012, 72 operations were conducted with the detail: North Sumatra Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (twice), Riau and West Sumatra Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (three times), Riau Islands Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (twice), Southern Part of Sumatra Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (twice), Jakarta Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (once), Central Java and Yogyakarta Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (three times), East Java I Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (once), East Java II Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (twice), Western Part of Kalimantan Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (once), Tanjung Priok Customs and Excise Prime O#ce Type A (!ve times), Batam Customs and Excise Prime O#ce Type B (three times), Belawan Customs and Excise O#ce (!ve times), Teluk Nibung Customs and Excise O#ce (once), Pekanbaru Customs and Excise O#ce (twice), Dumai Customs and Excise O#ce (twice), Lampung Customs and Excise O#ce B (three times), Merak Customs and Excise O#ce (four times), Jakarta Customs and Excise O#ce (once), Marunda Customs and Excise O#ce (once), Tangerang Customs and Excise O#ce (once), Tangerang Customs and Excise O#ce (once), Soekarno Hatta Customs and Excise O#ce (once), Nekasi Customs and Excise O#ce (once), Bogor Customs and Excise O#ce(once), Bandung Customs and Excise O#ce (three times), Purwakarta Customs and Excise O#ce (once), Cilacap Customs and Excise O#ce (once), Tanjung Emas Customs and Excise O#ce (seven times), Kudus Customs and Excise O#ce (once), Surakarta Customs and Excise O#ce (once), Perak Customs and Excise O#ce (once), Perak Customs and Excise O#ce (six times), Juanda Customs and Excise O#ce (once), Juanda Customs and Excise O#ce (once), Gresik Customs and Excise O#ce (once), Kediri Customs and Excise O#ce (once), Pasuruan Customs and Excise O#ce (once).

Page 181: FA LTKK 2012.indb

180Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Dari hasil pengawasan ditemukan beberapa jenis pelanggaran. Pelanggaran yang ditemukan antara lain berupa kesalahan pemberitahuan jumlah dan jenis barang, barang impor yang terkena larangan dan pembatasan yang tidak dilengkapi izin dari instansi terknis terkait. Ada pula pelanggaran tipe, merek, spesi!kasi, ukuran, dan berat yang tidak sesuai pemberitahuan, nilai pabean yang tidak wajar, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.

b. Melaksanakan pemberantasan penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai.Operasi pengawasan terhadap perusahaan penerima fasilitas Kawasan Berikat (KB), Gudang Berikat (GB), dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), dilaksanakan khususnya di wilayah pengawasan Kantor Wilayah DJBC Jakarta, Kantor Wilayah DJBC Banten, Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat, Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY, dan Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur I.

Dalam operasi tersebut, masih ditemukan pelanggaran berupa pengeluaran barang tanpa persetujuan pejabat Bea dan Cukai, pengeluaran barang yang diperuntukkan untuk ekspor namun dijual ke pasar dalam negeri, kesalahan pemberitahuan jenis barang, klasi!kasi dan tarif bea masuk, dan kesalahan pemberitahuan jumlah dan jenis barang, dan lain-lain. Komoditas umumnya berupa tekstil dan produk tekstil serta elektronik.

c. Melaksanakan pengawasan dan penindakan penyelundupan di daerah rawan dan perbatasan Operasi pengawasan untuk mencegah terjadinya penyelundupan di daerah rawan dan perbatasan dilaksanakan melalui operasi patroli laut di wilayah perairan Kantor Wilayah DJBC Nangroe Aceh Darussalam, Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara, Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau, Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat, Kantor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Selatan, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam. Selain itu, pengawasan serupa juga dilakukan di wilayah Kantor Wilayah DJBC Jakarta, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur I, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II, Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT, Kantor Wilayah DJBC Sulawesi dan Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua

From the supervision, some violations were discovered, including noti!cation mistakes of the number and types of goods, prohibited and limitation-imposed imported goods not completed with a technical permit from the related institution. There were also violations of types, brands, speci!cation, sizes, and weight irrelevant with the noti!cation, improper duties values, and other violations.

b. To eradicate abuse of customs and excise facilities.Supervisory operations towards facilities-receiving companies in Bonded Zones, Bonded Warehouses, and Imports Facilities for Exports were conducted especially in the supervisory areas in Jakarta Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, Banten Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise,West Java Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise,Central Java and Yogyakarta Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise,and East Java I Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise. In the operations, violations in the form of releasing goods without any approval from the Customs and Excise o#cial, releasing of goods for exports but sold in the domestic markets, noti!cation mistakes of the types of goods, classi!cation and tari" of import duties, and noti!cation mistakes of the number of types of goods, and so on, were still discovered. Common commodities included textile and textile products as well as electronic goods.

c. To supervise and to bring an action against smugglings in troubled and border areas.Supervisory operations to prevent any smuggling in troubled and border areas were conducted through a sea patrol operations in the waters of Nangroe Aceh Darussalam Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, North Sumatra Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, Riau Islands Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, Riau and West Sumatra Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, Southern Part of Sumatra Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, and Batam Prime O#ce Type B of the Directorate General of Customs and Excise. In addition, similar supervision operations

Page 182: FA LTKK 2012.indb

181Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

dan Papua Barat. Operasi dilakukan dengan menggunakan kapal patroli Bea dan Cukai. Kapal patroli berasal dari Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Balai Karimun, dari Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Batam, Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tanjung Priok, Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Pantoloan. Semenatara Komandan Patroli berasal dari pegawai Subdirektorat Penindakan Direktorat Penindakan.

Patroli laut selama tahun 2012 dilaksanakan 9 kali dengan rincian perairan wilayah Sumatera dan sekitarnya (2 kali), perairan Selat Malaka (3 kali), wilayah kerja Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau (1 kali), perairan wilayah tengah Indonesia (1 kali), perairan Selat Makassar dan Laut Sulawesi (1 kali), perairan Laut Jawa, Laut Bali dan Laut Flores (1 kali).

Hasil patroli laut menemukan kapal mengangkut barang yang dilarang diimpor atau ekspor tanpa pemberitahuan pada manifest dengan komoditi antara lain berupa kayu dan ball press.

d. Melaksanakan pemberantasan ekspor !ktif, ekspor barang larangan pembatasan dan barang yang terkena Bea Keluar. Operasi pengawasan ekspor dilakukan dengan sistem targetting Operasi yang dilaksanakan telah berhasil menegah upaya penyelundupan kayu dan rotan melalui pelabuhan Tanjung Priok. Salah satu proses penegahan dilakukan dengan melakukan pengejaran terhadap sarana pengangkut yang telah berada di perairan Laut Jawa.

e. Memberantas pemalsuan pita cukai, pemakaian pita cukai palsu, penggunaan pita cukai yang bukan haknya, penggunaan pita cukai yang tidak sesuai peruntukannya, dan hasil tembakau tidak dilekati pita cukai (rokok polos)

were also conducted in Jakarta Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, East Java I Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, East Java II Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, Bali Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, West Nusa Tenggara Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, and East Nusa Tenggara Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, Sulawesi Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise, and Maluku, Papua and West Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise. The operations were conducted using Customs and Excise’ patrol boats, from the Customs and Excise Type A Operational Facilities Base at Tanjung Balai Karimun, from the Customs and Excise Operational Facilities Base at Batam, the Customs and Excise Operational Facilities Base at Tanjung Priok, the Customs and Excise Operational Facilities Base at Pantoloan. Patrol commanders were employees of the Sub Directorate of Action of the Directorate of Action. Sea patrols in 2012 was conducted nine times in Sumatra area and its surrounding (twice), Malaka Strait (three times), Riau Islands Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise (once), the central waters of Indonesia (once), Makassar Strait and Sulawesi Sea (once), Java Sea, Bali Sea, and Flores Sea (once).

The sea patrol discovered boats transporting goods prohibited to be imported or exported without a manifest with commodities, among others logs and ball press.

d. To eradicate !ctive exports, prohibited and limited goods exports, and Export Duties-imposed goods. The supervisory operations were conducted with a targeting system. The operations successfully prevented timber and rattan smuggling through Tanjung Priok harbor. One of the preventive processes was conducted by chasing transportation means already on the Java sea territory.

e. To eradicate excise stamp forgery, use of false excise ribbon, use of excise ribbon which was not one’s right, use of excise ribbon of which the allocation was not accordingly, and tobacco product not attached with excise ribbon.

Page 183: FA LTKK 2012.indb

182Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Operasi pencegahan pelanggaran di bidang cukai khususnya hasil tembakau dilaksanakan di wilayah pengawasan Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara, Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat, Kantor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Selatan, Kantor Wilayah DJBC Banten, Kantor Wilayah DJBC Jakarta. Juga dilakukan di wilayah pengawasan Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat, Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur I, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II, Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT, Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat, Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur, dan Kantor Wilayah DJBC Sulawesi. Dari operasi tersebut masih ditemukan adanya pelanggaran berupa peredaran rokok tanpa dilekati pita cukai, peredaran rokok yang dilekati pita cukai palsu, peredaran rokok yang dilekati pita cukai yang tidak sesuai peruntukannya, peredaran rokok yang dilekati pita cukai bukan haknya (salah personalisasi), produksi rokok tanpa memiliki izin, produksi rokok di luar perizinan yang dimiliki, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.

Perbandingan kegiatan pengawasan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 dan 2012 dapat terlihat dari Tabel 4.22.

Preventive operations on violations in excise especially tobacco excise were conducted in the supervisory areas of North Sumatra Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, Riau and West Sumatra Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, Southern Part of Sumatra Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, Banten Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, Jakarta Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise. Supervisory operations were also conducted in West Java Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, Central Java and Yogyakarta Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, East Java I Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, East Java II Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, Bali, West Nusa tenggara, and East Nusa Tenggara Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, Western Part of Kalimantan Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, East Part of Kalimantan Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise, and Sulawesi Regional O# ce of the Directorate General of Customs and Excise. From the operations, distribution of cigarettes attached with false excise ribbon, distribution of cigarettes attached with excise ribbon of which the allocation was not accordingly, distribution of cigarettes attached with excise ribbon not one’s right, production of cigarettes without a license, production of cigarettes o" the possessed licensing, and other violations, were still discovered. Comparison of supervisory activities conducted in 2011 and 2012 can be seen in Table 4.22:

1

2

3

4

5

6

Operasi patroli laut Sea patrol operations

Operasi pengawasan terhadap perusahaan penerima fasilitas kepabeanan dan cukai Supervisory operations towards companies receiving customs and excise facilities

Operasi Pengawasan Kegiatan Impor Supervisory operations of import activities

Operasi pengawasan kegiatan ekspor Supervisory operations of export activities

Operasi pengawasan hasil tembakau Supervisory operations of tobacco

Operasi pengawasan MMEA Supervisory operations of MMEA

Jumlah Number

Kegiatan Pengawasan Supervisory activitiesNo

Jumlah Pengawasan (Kali)Number of Supervisions (times)

Tahun 2011 Tahun 2012

30Menjadi satu denganpengawasan impor

Simultaneously with imports supervision

58

9

7

12

9

12

9

3

15

9

54

Sumber Data : DJBC Source: Directorate General of Customs and Excise

Tabel 4.22. Data Kegiatan Pengawasan Direktorat Penindakan dan Penyidikan Table 4.22. Data of Supervisory Activities Directorate of Action and Investigation

Page 184: FA LTKK 2012.indb

183Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

f. Kegiatan Pengawasan di bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (NPP)Melaksanakan pengawasan di bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (NPP) dan asistensi kegiatan pengawasan NPP ke KPPBC.

Pengawasan di bidang NPP selama tahun 2012 dilakukan melalui kegiatan patroli dan operasi NPP, serta asistensi terhadap kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh KPU BC atau KPPBC.

f. Supervision activities in Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP)To supervise Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) and to assist the supervision activities in Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) to the Customs and Excise O# ce.In 2012, Narcotics, Psychotropics, and Precursor (NPP) were supervised through patrol and operation activities, as well as assistance in the supervisory activities by the Customs and Excise O# ces.

KPPBC Custom and Excise O!ceKegiatan Activities Jumlah NumberNo

1 12

1

1

1

1

1

1

1

1

2

2

1

1

1

1

2

1

2

1

1

1

1

2

KPU BC Tanjung Priok Tanjung Priok Customs and Excise O!ce

KPPBC Soekarno Hatta Soekarno Hatta Customs and Excise O!ce

KPPBC Jakarta Jakarta Customs and Excise O!ce

KPPBC Bandung Bandung Customs and Excise O!ce

KPPBC Kantor Pos Pasar Baru Pasar Baru Post O!ce Customs and Excise O!ce

KPPBC Teluk Bayur Teluk Bayur Customs and Excise O!ce

KPPBC Palembang Palembang Customs and Excise O!ce

KPPBC Jayapura Jayapura Customs and Excise O!ce

KPPBC Belawan Belawan Customs and Excise O!ce

KPPBC Nunukan Nunukan Customs and Excise O!ce

KPU BC Batam Batam Customs and Excise O!ce

KPPBC Bengkalis Bengkalis Customs and Excise O!ce

KPPBC Dumai Dumai Customs and Excise O!ce

KPPBC Selat Panjang Selat Panjang Customs and Excise O!ce

KPPBC Pekan Baru Pekan Baru Customs and Excise O!ce

KPPBC Ngurah rai Ngurah rai Customs and Excise O!ce

KPPBC Balikpapan Balikpapan Customs and Excise O!ce

KPPBC Tanjung Emas Tanjung Emas Customs and Excise O!ce

KPPBC Lampung Lampung Customs and Excise O!ce

KPPBC Merak Merak Customs and Excise O!ce

KPPBC Teluk Nibung Teluk Nibung Customs and Excise O!ce

Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau Riau Islands Regional O!ce of the Directorate eneral of Customs and Excise O!ce

KPPBC Tanjung Perak Tanjung Perak Customs and Excise O!ce

KPPBC Tanjung Pinang Tanjung Pinang Customs and Excise O!ce

KPPBC Tanjung Balai Karimun Tanjung Balai Karimun Customs and Excise O!ce

KPPBC Jambi Jambi Customs and Excise O!ce

Patroli NPP Rutin Bulanan

Monthly routine NPP Patrols

Patroli NPP Khusus

Special NPP Patrols

Sumber Data : DJBC Source: Directorate General of Customs and Excise

Tabel 4.23. Kegiatan Pengawasan Sepanjang tahun 2012Table 4.23. Supervisory Activities in 2012

Page 185: FA LTKK 2012.indb

184Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Penindakan

a. Melakukan kegiatan penindakan atas pelanggaran ketentuan di bidang kepabeanan dan cukai

Selama periode Januari hingga Desember 2012, Subdirektorat Penindakan telah melakukan 49 kali penindakan, dengan rincian penindakan di bidang impor (30 kasus), penindakan di bidang ekspor (7 kasus), penindakan di bidang cukai (12 kasus).

Penindakan tersebut menghasilkan temuan sebanyak 27 Surat Bukti Penindakan (SBP), hasil sesuai dengan pemberitahuan sebanyak tujuh SBP dan masih dalam proses penelitian sebanyak 15 SBP.

Saat ini sedang dikembangkan sistem aplikasi data penindakan untuk mengisi data penindakan secara detail dan tindak lanjut temuan yang berbasis web base yakni http://app.penindakan.net sebagai sarana untuk melakukan rekapitulasi data penindakan. Aplikasi ini akan melengkapi format S-275/BC/2010 dan konten yang ada di Sistem Informasi Direktorat P2 (SiDiA). Penggunaan aplikasi bersifat user friendly dan dapat diakses dengan internet kapan saja sehingga data penindakan dapat disajikan secara update. Sebagian data yang telah diterima dari masing-masing Kanwil/KPU sampai dengan bulan Agustus 2012 via email ([email protected]) telah dilakukan entry data secara manual.

b. Sebagai Liason Unit dalam pelaksanaan Patroli Koordinasi (Patkor Kastima) yang diselenggarakan setiap tahun.

1. PATKOR KASTIMA – 18A/2012 yang dilaksanakan pada tanggal 11 September sampai dengan 22 September yang diawali dengan upacara pembukaan Patkor Kastima 18 / 2012 pada tanggal 11 September 2012 di Kompleks Kastam Seberang Jaya, Pulau Pinang, Malaysia. Unsur-unsur yang terlibat dari masing-masing negara adalah sebagai berikut:

. DJBC yaitu Kapal Patroli Cepat FPB28 BC–10002, Kapal Patroli Cepat FPB 28 BC – 800, Kapal Patroli Cepat FPB28 BC – 8006,

Actions

a. To to bring an action against violations in customs and excise.

From January to December 2012, the Subdirectorate of Enforcement brought an action against 49 cases, including 30 cases in imports, 7 cases in exports, and 12 cases in excise.

The action found 27 SBP, 7 SBP of which the result was according to the noti!cation, and 15 SBP still in assessment.

A data action application system is currently being developed to !ll in action data in detail and the !ndings follow up based on a website, http://app.action.net as a facility to recapitulate the action data. The application will complete the S-275/BC/2010 format and the content in SIDIA. It is a friendly user application, which can be accessed through the internet at any time, so that the action data can be presented update. The data that have been partly received from each Regional O#ce until August 2012 by email ([email protected]) have been put into entry manually.

b. As a Liaison Unit in annual coordination patrols (Patkor Kastima).

1. PATKOR KASTIMA – 18A/2012 was held on September 11th – 22nd, 2012 and o#cially opened with an opening ceremony on September 11th, 2012 at Kompleks Kastam Seberang Jaya, Pulau Pinang, Malaysia. Parties involved from each country included:

. From Indonesia’s Directorate General of Customs and Excise: FPB28 BC–10002 patrol speed boat, FPB 28 BC – 800 patrol

Page 186: FA LTKK 2012.indb

185Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Kapal Patroli VSV BC – 1601, Kapal Patroli Speed Boat BC – 15015 dan Kapal Patroli Speed Boat BC – 15031;

. Jabatan Kastam Diraja Malaysia yaitu Perantas KB – 51, Perantas KB – 82, Perantas KB – 85, Perantas KB – 86, Perantas KB – 90, Penumpas P – 052 dan Penumpas P – 055;

2. PATKOR KASTIMA - Patkor Kastima 18B/2012, diselenggarakan pada tanggal 15 – 25 November 2012, dan diakhiri dengan upacara penutupan Patkor Kastima 18 / 2012 pada tanggal 27 November 2012 di Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara dengan unsur-unsur yang terlibat dari masing-masing negara adalah sebagai berikut:

. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Republik Indonesia yaitu Kapal Patroli Cepat FPB28 BC–10002, Kapal Patroli Cepat FPB 28 BC – 8001, Kapal Patroli Cepat FPB28 BC – 8006, Kapal Patroli VSV BC – 1608, Kapal Patroli Speed Boat BC – 15015 dan Kapal Patroli Speed Boat BC – 15031;

. Jabatan Kastam Diraja Malaysia yaitu Perantas KB – 51, Perantas KB – 82, Perantas KB – 83, Perantas KB – 85 dan Perantas KB – 8.

Operasi di wilayah Indonesia mulai dari Perairan Kuala Langsa (Aceh) ke Perairan Pulau Karimun Anak (Kepulauan Riau). Sedangkan operasi di wilayah Malaysia mulai dari Perairan Pulau Pinang ke Perairan Sungai Pulai yang semuanya terbagi dalam 5 sektor.

c. Melakukan pemantauan dan pembaruan data penindakan dari seluruh Kantor Wilayah DJBC, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

Jumlah penindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai di seluruh Indonesia dari bulan Januari hingga Desember 2012 sebanyak 3.669 kasus dan menghasilkan temuan sebanyak sebanyak 2.975 kasus, sehingga tingkat capaian IKU sebesar 81,08 persen.

speed boat, FPB28 BC – 8006 patrol speed boat, BC – 1601 patrol speed boat,–15015 patrol speed boat and BC – 15031 patrol speed boat;

. From Malaysia’s Customs and Excise o#ce: Perantas KB – 51, Perantas KB – 82, Perantas KB – 85, Perantas KB – 86, Perantas KB – 90, Penumpas P – 052 and Penumpas P – 055;

2. PATKOR KASTIMA - Patkor Kastima 18B/2012 was held on November 15th – 25th, 2012 and o#cially closed with a closing ceremony of Patkor Kastima 18 / 2012 on November 27th, 2012, at the North Sumatra Regional O#ce of the Directorate General of Customs and Excise. Parties involved from each country included:

. From Indonesia’s Directorate General of Customs and Excise: FPB28 BC–10002 patrol speed boat, FPB 28 BC – 8001 patrol speed boat, FPB28 BC – 8006 patrol speed boat, VSV BC – 1608 patrol boat, BC – 15015 patrol speed boat , and BC – 15031 patrol speed boat;

. From Malaysia’s Customs and Excise o#ce: Perantas KB – 51, Perantas KB – 82, Perantas KB – 83, Perantas KB – 85 and Perantas KB – 8;

Operations in the Indonesian territory started from Kuala Angsa waters (Aceh) to Pulau Karimun Anak waters (Riau Islands), while operations in the Malaysian territory started from Pulau Pinang waters to Sungai Pulai waters, all divided into !ve sectors.

c. To monitor and update enforcement data from all Regional O#ces of the Directorate General of Customs and Excise, Prime O#ces of Customs and Excise, and Supervision and Service O#ces of Customs and Excise.

The number of action towards customs and excise violations in Indonesia from January to December 2012 was 3,669, of which 2,975 or 81.08 percent resulted in !ndings.

Page 187: FA LTKK 2012.indb

186Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

d. Kegiatan Koordinasi Lintas Sektoral;

1. Selama periode tahun 2012, DJBC berpartisipasi dalam patroli bersama yang dilaksanakan di bawah koordinasi Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), yakni Operasi Gurita, sebanyak dua kali, periode Juli-Agustus 2012 dan Oktober-November 2012.

2. Ditandatangani kesepakatan bersama antara Kementerian Keuangan (DJBC) dengan Bakorkamla Nomor: KEP-131/BC/2012 dan Nomor: MoU-008/Kalakhar/Bakorkamla/ VII/2012 tentang Peningkatan Kerja Sama Pemberantasan Penyelundupan di Laut.

Kesepakatan bersama tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama dalam rangka pemberantasan penyelundupan di laut sesuai tugas dan fungsi DJBC-Bakorkamla. Ruang lingkup kerja sama di bidang sosialisasi, bimbingan teknis, operasional dan pertukaran informasi.

d. Inter-sectoral coordination activities;

1. During the period of 2012, the Directorate General of Customs and Excise participated in two joint patrols under the coordination of the Sea Security Coordinating Board, that was Gurita Operation, in July-August 2012 and October-November 2012.

2. A joint agreement was signed between the Ministry of Finance (Directorate General of Customs and Excise) and the Sea Security Coordinating Board Number: KEP-131/BC/2012 and Number: MoU-008/Kalakhar/Bakorkamla/ VII/2012 on Cooperation Increase in Smugglings Eradication at Sea.

The joint agreement was aimed at increasing cooperation in eradicating smugglings at sea according to the tasks and functions of the Directorate General of Customs and Excise-Sea Security Coordinating Board. The cooperation included socialization, technical and operational training, and exchange of information.

Jumlah Tindak Lanjut Temuan Hasil Penindakan

Periode Tahun2012

JumlahPenindakan

Saks

i Adm

inistr

asi

Peny

idika

n

Pena

tapan

Seba

gai

BDN a

tau B

MN

Pelim

paha

nke

Insta

nsi Te

rkait

Reko

mend

asi T

dk di

layan

iPe

mesa

nan P

ita Cu

kai

Pemb

elokir

an

Reko

mend

asi A

udit

Reek

spor

Pemb

ekua

n NPP

BKC

Penc

abut

an NP

PBKC

Pemu

snah

an BK

C

MemaksimalkanTemuan

Jan

Feb

Mar

Mei

Apr

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nop

Des

Jumlah

339

445

402

388

356

334

333

232

261

367

212

-

3669

334

369

328

295

275

300

207

209

202

147

-

2975

84

78

86

82

65

75

71

42

37

49

40

-

709

4

18

7

5

13

3

2

2

6

7

2

-

69

196

186

221

205

186

164

182

141

135

112

84

-

1812

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

0

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

0

-

1

-

-

-

-

3

4

-

-

-

-

8

-

1

-

2

1

2

3

-

-

1

-

-

10

-

-

-

-

1

1

3

-

-

1

1

-

0

16

25

37

25

21

21

20

15

21

28

14

-

243

3

1

7

2

2

4

6

2

2

-

3

-

32

6

24

11

7

6

5

10

1

8

4

3

-

85

Periode: 1 Januari s.d 1 Desember 2012Unit Kerja : DJBC

Capaian 81.08%Sumber : DJBC Source: Directorate General of Customs and Excise

Tabel 4.24. Data Temuan Pelanggaran Kepabeanan dan CukaiTable 4.24. Data of Customs and Excise Violation Findings

Page 188: FA LTKK 2012.indb

187Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

3. Partisipasi dalam kegiatan kunjungan delegasi pimpinan MPR ke Pulau Sebatik dengan mengerahkan kapal patroli BC 9005 dari Pangkalan Sarana Operasi Pantoloan.

4. Partisipasi dalam kegiatan Parade Nusantara oleh kementerian dengan mengerahkan kapal patroli BC 8004 dari Pangkalan Sarana Operasi Tanjung Priok.

5. Partisipasi dan koordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) terkait pengawasan terhadap MMEA Ilegal dengan jalan pemberian sosialisasi terhadap importir MMEA mengenai pemberian izin ML dan SKI.

e. Melakukan penindakan di bidang NPP di seluruh Indonesia sebanyak 131 kasus yang tersebar pada 28 Kantor, dengan total barang bukti seberat 546.542,25 gram senilai Rp515.014.837.800.

Perincian penindakan NPP adalah KPP BC TMC Soekarno Hatta (39 kasus), KPU Batam (14 kasus), KPPBC Medan (11 kasus), KPPBC Ngurah Rai (9 kasus), KPPBC Tanjung Balai Karimun (6 kasus), KPPBC Teluk Nibung (5 kasus), KPPBC Banda Aceh (5 kasus), KPPBC Jayapura (4 kasus), KPPBC Juanda (3 kasus), KPPBC Bandung (3 kasus), KPPBC Dumai (3 kasus), KPPBC Yogyakarta (3 kasus), KPPBC Entikong (3 kasus), KPPBC Tanjung Pinang (3 kasus). Dua kasus masing-masing ditemukan di KPPBC Kantor Pos Pasar Baru, KPPBC Mataram, KPPBC Balikpapan, KPPBC Jakarta, KPPBC Manado, KPPBC Atapupu. Sementara 1 kasus masing-masing ditemukan di KPPBC Surakarta, KPPBC Bengkalis, KPPBC Selat Panjang, KPU BC Tanjung Priok, KPPBC Pekanbaru, KPPBC Makassar, KPPBC Teluk Bayur, KPP BC MP Tanjung Emas.

Realisasi asistensi pengawasan yang menghasilkan penindakan NPP Subdirektorat narkotika selama

3. Participation in a visit by a delegation of the People’s Consultative Assembly to Sebatik island by mobilizing BC 9005 patrol boat from Pantoloan operational facility base.

4. Participation in the Parade Nusantara by the Ministry by mobilizing BC 8004 patrol boat from Tanjung Priok operational facility base.

5. Participation and coordination with the Medicine and Food Supervisory Board in relation to the supervision of illegal MMEA by socializing to MMEA importers on granting ML and SKI license.

e. To bring an action against all 131 Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) cases, spreading in 28 o#ces, with a total evidence wieghing 546,542.25 grams in amount of IDR515,014,837,800.

Detail of Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) actions included Soekarno Hatta Customs and Excise O#ce (39 cases), Batam Prime Customs and Excise O#ce (14 cases), Medan Customs and Excise O#ce (11 cases), Ngurah Rai Customs and Excise O#ce (nine cases), Tanjung Balai Karimun Customs and Excise O#ce (six cases), Teluk Nibung Customs and Excise O#ce (!ve cases), Banda Aceh Customs and Excise O#ce (!ve cases), Jayapura Customs and Excise O#ce (four cases), Juanda Customs and Excise O#ce (three cases), Bandung Customs and Excise O#ce (three cases), Dumai Customs and Excise O#ce (three cases), Yogyakarta Customs and Excise O#ce (three cases), Entikong Customs and Excise O#ce (three cases), Tanjung Pinang Customs and Excise O#ce (three cases). Two cases were respectively found at Pasar Baru Post O#ce Customs and Excise O#ce, Mataram Customs and Excise O#ce, Balikpapan Customs and Excise O#ce, Jakarta Customs and Excise O#ce, Manado Customs and Excise O#ce, Atapupu Customs and Excise O#ce. While one case was respectively found at Surakarta Customs and Excise O#ce, Bengkalis Customs and Excise O#ce, Selat Panjang Customs and Excise O#ce, Tanjung Priok Prime Customs and Excise O#ce, Pekanbaru Customs and Excise O#ce, Makassar Customs and Excise O#ce, Teluk Bayur Customs and Excise MP O#ce, Tanjung Emas Customs and Excise O#ce.

Realization of supervision assistance resulting in actions in Narcotics, Psychtropics, and Precursors

Page 189: FA LTKK 2012.indb

188Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

tahun 2012 meliputi 22 kasus dengan rincian: KPPBC TMP Soekarno Hatta (10 kasus), KPPBC Pasar Baru (2 kasus), KPPBC Jakarta (2 kasus) dan selebihnya masing-masing 1 kasus yakni di KPU Tanjung Priok, KPU Batam, KPPBC TMP Yogyakarta, KPPBC TMP Atapupu, KPPBC Ngurah Rai, KPPBC Teluk Nibung, KPPBC Balikpapan, KPPBC Medan.

1. Kegiatan PenyidikanKegiatan penyidikan dalam tahun 2012 mencapai 97 kasus, sebanyak 82 kasus (84,54 persen) di antaranya telah diserahkan ke kejaksaan dengan status P-21. Pencapaian ini melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 50 persen.

2. Kegiatan IntelijenTerkait tugas Direktorat Penindakan dan Penyidikan di bidang Intelijen sebagai langkah pelaksanaan program pengawasan sesuai rencana kerja yang ditetapkan untuk tahun 2012 adalah :

a. Meningkatkan kepatuhan di bidang kepabeanan dan cukai;Selama periode tahun 2012 telah diberikan perizinan di bidang kepabeanan dan cukai

(NPP) at the Narcotics Subdirectorate in 2012 was 22 cases, including: TMP Soekarno Hatta Customs and Excise O# ce (10 cases), Pasar Baru Customs and Excise O# ce (two cases), Jakarta Customs and Excise O# ce (two cases), and the rest respectively one case at Tanjung Priok Prime O# ce, Batam Prime O# ce, TMP Yogyakarta Customs and Excise O# ce, TMP Atapupu Customs and Excise O# ce, Ngurah Rai Customs and Excise O# ce, Teluk Nibung Customs and Excise O# ce, Balikpapan Customs and Excise O# ce, Medan Customs and Excise O# ce.

1. Investigation activitiesInvestigation activities in 2012 totalled 97 cases, out of which 82 cases (84.54 percent) have been submitted to the attorney o# ce with P 21 status. The achievement exceeded the target, which had been previously set, 50 percent.

2. Intelligence activities In relation to tasks of the Directorate of Enforcement and Investigation in Intelligence, the supervisory programs according to the work plan in 2012 included:

a. To increase compliance in the customs and excise sector;In 2012, licenses in the customs and excise sectors were granted by the Directorate

JENIS TYPENo JUMLAH (Gram) AMOUNT (gram)

1

2

3

4

5

6

7

8

10

11

9

96.383,09

10.471,00

33.882,90

383.127,05

3.432,48

211,25

6.847,50

8.148,00

2,98

536,00

3.500,00

546.542,25

Methamphetmanie

Ketamine

Heroin

Mariyuana

Extacy

Erimin Five/Happy Five

Cocain

Hashish

Ephedrine

Levometrofan

Levometrofan

Jumlah Total

Sumber Data : DJBC Source: Directorate General of Customs and Excise

Tabel 4.25. Penindakan NPP DJBC Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Table 4.25. Enforcement of Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) at the Directorate General of Customs and Excise 2012 Based on the Type

Page 190: FA LTKK 2012.indb

189Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

oleh DJBC. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemblokiran terhadap perusahaan yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang diatur dalam KEP-14/BC/2001. Perincian jumlah perizinan dan pemblokiran untuk periode tahun 2012 terdapat pada Tabel 4.26:

b. Meningkatkan efektivitas kegiatan intelijen di bidang kepabeanan melalui penerbitan Nota Hasil Intelijen (NHI) yang akurat;Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama tahun 2012, telah dilakukan proses klasi! kasi dan analisa yang dituangkan dalam Lembar Kerja Analisa Informasi (LKAI) dan ditindaklanjuti baik dengan atensi maupun penerbitan NHI yang dikirimkan ke KPPBC;

NHI yang telah diterbitkan selama tahun 2012 mencapai 92, dan semuanya telah ditindaklanjuti. Jumlah NHI yang akurat adalah 61, sehingga persentase akurasi adalah 66,30 persen.

c. Melaksanakan bimbingan teknis dalam rangka peningkatan fungsi intelijen;Dalam rangka meningkatkan fungsi intelijen telah dilakukan bimbingan teknis mengenai aplikasi SiDiA dan Passenger Analyzing Unit (PAU) pada setiap kantor wilayah.

d. Melaksanakan evaluasi yang efektif terhadap kegiatan intelijen di bidang kepabeanan dan cukai;

Dalam rangka efektivitas pengawasan yang berkaitan dengan pengamanan hak-hak negara dan dipenuhinya ketentuan kepabeanan tentang ekspor kelapa sawit, CPO dan produk turunannya maka Subdit Intelijen telah menyusun Kajian Evaluasi Pengawasan Ekspor Kelapa Sawit.

General of Customs and Excise. In addition, companies that violated provisions in the Decree KEP-14/BC/2001 had been blocked. The number of licenses and blockings in 2012 is as follows in Table 4.26:

b. To increase e" ectiveness of intelligence activities in the excise sector through the issuance of accurate Notes of Intelligence Results (LHI).Based on the data and information obtained in 2012, classi! cation and analysis had been processed as contained in the Work Sheet of Information Analysis (LKAI) which was followed up with both attention as well as the issuance of Notes of Intelligence Results sent to Customs and Excise O# ces.

The number of Notes of Intelligence Results issued in 2012 was 92, out of which all have been followed up. The accurate number of Notes of Intelligence Results was 61, so that the accurate percentage was 66.30 percent.

c. To provide a technical guidance to increase the intelligence function. To increase the intelligence function, a technical guidance on SIDIA and PAU application was provided in each Regional O# ce.

d. To make an e" ective evaluation on the intelligence activities in the customs and excise sector.

In the framework of supervision e" ectiveness in relation to security of the state’s rigts and the ful! llness of excise provisions on the exports of Crude Palm Oil and its derivatives, the Sub Directorate of Intelligence has prepared an Assessment of Supervision Evaluation on Crude Palm Oil Exports.

Tabel 4.26. Jumlah perizinan dan pemblokiran selama tahun 2012Table 4.26. Number of Licenses and Blockings in 2012

PersentasePercentage

Jumlah Seluruh PerizinanTotal number of licenses

Jumlah PemblokiranTotal Number of blockings

Perusahaan Company

Importir & PPJK Importers & PPJK 0,45%

0,45%

32993

32993

147

147Total

Sumber Data : DJBC Source: Directorate General of Customs and Excise

Page 191: FA LTKK 2012.indb

190Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

e. Pemanfaatan Sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terintegrasi secara optimal;

a) Menerapkan dan mengembangkan PAU untuk mengawasi penumpang pesawat udara. PAU ini telah terinstalasi di 8 Kantor Wilayah Bea dan Cukai (KWBC) dan 16 Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC). Beberapa kasus penangkapan penyelundupan narkotika di bandara adalah merupakan hasil analisa dengan menggunakan PAU;

b) Dalam rangka optimalisasi kegiatan pengawasan juga telah dibuat aplikasi SiDiA yang telah terpasang di 16 KWBC, 2 Kantor Pelayanan Utama (KPU) dan 18 KPPBC;

c) Untuk memudahkan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai saat ini juga sedang dikembangkan desain aplikasi tata laksana pengawasan.

f. Penerapan manajemen risiko yang efektif dalam pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai;Penerapan dan pengembangan manajemen risiko kepabeanan dan cukai dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan e!siensi kegiatan intelijen dalam rangka pengawasan. Pelaksanaannya dengan melakukan pro!ling terhadap importir, komoditi, perusahaan pemilik Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC), perusahaan penerima fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan kepabeanan dan cukai.

g. Pro!l ImportirPro!ling perusahaan yang ter-update selama tahun 2012 mencapai 2.925 perusahaan atau rata-rata 243,75 per bulan.

h. Pro!l Pengusaha Hasil Tembakau (Pemilik NPPBKC HT)Database Pro!l Pengusaha Hasil Tembakau saat ini sudah ada pada Sistem Aplikasi Cukai (SAC). Telah diselesaikan proses legal formal untuk dasar hukumnya dengan diterbitkannya Surat Rahasia Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SR-27/BC/2010 yang ditujukan kepada KPPBC terkait untuk dilaksanakan dan laporan

e. To take advantage of an integrated Information and Communication Technology optimally.

a) To develop and to apply a Passenger Analyzing Unit (PAU) to monitor airline passengers. The Passenger Analyzing Unit (PAU) has been installed in eight Regional O#ces of Customs and Excise and 16 Customs and Excise O#ces. Some narcotics smuggling cases at airports were an analysis result using the PAU.

b) To optimize supervision, a Directorate Information System P2 (SIDIA) has also been installed in 16 Regional O#ces of Customs and Excise, two Prime O#ces of Customs and Excise, and 18 Customs and Excise O#ces.

c) To facilitate supervision in customs and excise, a design of supervision procedure application is currently being developed.

f. To apply an e"ective risk management in Customs and Excise service and supervision.Customs and Excise risk management has been developed and applied to increase the e"etiveness and e#ciency of intelligence activities in supervision. It was implemented by pro!ling importers, commodities, companies possessing NPPBKC, companies receiving facilities related to customs and excise activities.

g. Importers pro!le The number of companies pro!led in 2012 was 2,925 or an average of 243.75 companies per month.

h. Tobacco Produce Companies Pro!le (owner of NPPBKC HT)Database of Tobacco Produce companies pro!le is at present in the Excise Application System (SAC). The formal legal process has been completed for the legal basis of the issuance of a Con!dential Letter of the Director General of Customs and Excise Number SR-27/BC/2010 addressed to related Customs and Excise O#ces for

Page 192: FA LTKK 2012.indb

191Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

pelaksanaannya akan menjadi input dalam proses pembentukan dan pengembangan Database Pro!l Pengusaha Hasil Tembakau.

i. Menerapkan dan mengembangkan sistem PAU untuk mengawasi penumpang pesawat udara;

Sistem PAU ini sangat bermanfaat untuk efektivitas dan e!siensi pengawasan/targeting penumpang pesawat udara beserta barang bawaannya yang memiliki tingkat risiko tinggi sebagai kurir NPP. Pada awalnya (tahun 2010) sistem PAU diterapkan di lima bandar udara internasional di Indonesia yaitu Bandara Soekarno Hatta Jakarta, Ngurah Rai Denpasar, Juanda Surabaya, Polonia Medan dan Husein Sastranegara Bandung. Pada pertengahan tahun 2011 telah dilakukan sosialisasi sistem PAU ke beberapa KWBC;KPU;KPPBC yang membawahi bandara-bandara internasional seperti : KWBC Sumatera Bagian Selatan. KWBC Banten; KWBC Bali; NTT dan NTB; KWBC Sulawesi; KWBC Riau dan Sumatera Barat; KWBC Kalimantan Bagian Timur; KWBC Jawa Timur I; KPU Batam dan KPPBC Yogyakarta. Beberapa kasus penegahan NPP di bandara adalah merupakan hasil analisa dengan menggunakan sistem PAU.

Pengembangan PAU dilakukan dengan penambahan konten, penambahan jumlah maskapai penerbangan yang terhubung dengan sistem PAU serta perluasan penggunaan PAU di bandara-bandara internasional lainnya.

PENGELOLAAN UTANG

Pemerintah mengambil kebijakan de!sit pada tahun 2012 untuk mendorong tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Untuk menutup de!sit tersebut, pembiayaan melalui utang masih paling dominan mengingat semakin

implementation of which the report will be an input in the setting up and development process of the database of Tobacco Produce Companies Pro!le.

i. To develop and apply a Passenger Analyzing Unit (PAU) system to monitor airline passengers.

The PAU system is very advantageous to e"ectively and e#ciently monitor airline passengers and their baggages having a high risk as Narcotics, Psychotropics, and Percursors (NPP) courrier. At the beginning (2010), the PAU system was applied in !ve international airports in Indonesia: Soekarno Hatta Jakarta, Ngurah Rai Denpasar, Juanda Surabaya, Polonia Medan, and Husein Sastranegara Bandung. In mid 2011, the PAU system was socialized in a number of Regional O#ces of Customs and Excise/Prime Customs O#ces/Customs and Excise O#ces supervising international airports, including southern part of Sumatra Regional O#ce of Customs and Excise, Banten Regional O#ce of Customs and Excise, Bali Regional O#ce of Customs and Excise, East Nusa Tenggara and West Nusa Tenggara Regional O#ce of Customs and Excise, Sulawesi Regional O#ce of Customs and Excise, Riau and West Sumatra Regional O#ce of Customs and Excise, Eastern part of Kalimantan Regional O#ce of Customs and Excise, East Java Regional O#ce of Customs and Excise, Batam Prime Customs O#ce, and Yogyakarta Customs and Excise O#ce. Some Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) cases at airports had been prevented thanks to analysis using the PAU system.

The PAU system has been developed by adding the content, the number of airlines connected with the PAU system, and expanding the use of PAU system in other international airports.

DEBT MANAGEMENT

The government took a de!cit policy in 2012 to achieve high economic growth. To compensate the de!cit, !nancing through debt remained the most dominant method considering the increasingly limited !nancing through non debt. Apart from

Page 193: FA LTKK 2012.indb

192Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

terbatasnya pembiayaan melalui nonutang. Selain sebagai instrumen untuk menutup de!sit, utang juga digunakan untuk membiayai pengeluaran pembiayaan seperti investasi pemerintah, penjaminan, dan pengeluaran pembiayaan lainnya.

Peningkatan jumlah outstanding utang ini perlu diwaspadai mengingat beberapa negara Eropa mengalami krisis akibat outstanding utang yang tinggi dan kurang hati - hati dalam pengelolaan utang. Sebagai dampak dari krisis tersebut, beberapa negara menerapkan kebijakan konsolidasi !skal melalui pengetatan anggaran untuk menekan de!sit dalam rangka mengendalikan utangnya. Untuk mengantisipasi pengaruh krisis keuangan dan belajar dari pengalaman negara-negara yang terkena krisis di Eropa tersebut, Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan pembiayaan APBN secara lebih berhati-hati. Hal ini sejalan dengan arahan presiden agar jumlah utang berada dalam tingkat yang aman dengan mengupayakan rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) pada tahun 2014 maksimal 22 persen. Salah satu implementasi dari kebijakan tersebut adalah menyusun arah kebijakan APBN dalam jangka menengah menuju anggaran berimbang.

Dalam hal pemerintah menetapkan kebijakan APBN berimbang maupun surplus, pengadaan utang tetap diperlukan pada kondisi antara lain sebagai berikut:

(1) Membiayai utang yang jatuh tempo;(2) Menciptakan benchmark risk free asset di pasar

keuangan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan;

(3) Pengelolaan portofolio utang pemerintah;(4) Membiayai investasi pemerintah; serta(5) Melanjutkan proyek-proyek tahun sebelumnya

yang masih berlangsung masa penarikannya.

Kebijakan Pembiayaan utang Dalam 10 tahun terakhir, pemerintah mengambil kebijakan de!sit sehingga konsekuensinya adalah jumlah utang yang semakin meningkat. Kondisi ini memerlukan pengelolaan utang yang prudent, efektif, e!sien, dan terpercaya. Untuk mendukung hal tersebut, telah disusun strategi pengelolaan utang jangka menengah sebagai pedoman bagi unit pengelola utang. Strategi tersebut menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan e!siensi pengelolaan utang dengan tetap memperhatikan risiko utang secara terukur. Tujuan tersebut

being an instrument to compensate the de!cit, debt was also used to !nance expenditures such as the government investment, guarantee, and other !nancing expenditures.

The increase of outstanding debt should be paid attention as some European countries are experiencing a crisis due to high outstanding debt and non-prudent debt management. As an impact of the crisis, some countries apply a !scal consolidation policy through budget tightening to press the de!cit in the framework of controlling their debt. To anticipate the impact of the !nancial crisis and to learn from the experience of the countries experiencing the crisis in Europe, the Indonesian government made a more prudent policy on the State Budget’s !nancing. This is in line with the President’s direction that the Debt to GDP ratio should be at a safe level, that is maximum 22 percent in 2014. One of the e"orts to implement the policy is to prepare a medium-term State Budget to a balanced budget.

Whether it is balanced or surplus budget, debt remains to be needed in such conditions as:

(1) To !nance maturity of debt;(2) (To create a benchmark of risk-free assets in the

money market to maintain stability in the money market;

(3) To manage the government’s debt portfolio;(4) To !nance the government’s investment; and (5) To continue projects of the previous years of

which the withdrawal period still remains.

Debt Financing Policy During the last 10 years, the government has been applying a de!cit policy with a consequence of continuous increasing debt. Such a condition requires a prudent, e"ective, e#cient, and trusted debt management. To support the policy, a strategy of mid-term debt management has been prepared as a guidance for the debt management unit. The strategy is focused on e"orts to increase debt management e#ciency by still adhering to measurable debt risks. The goal is implemented in the policy of the Government Securities (SBN)

Page 194: FA LTKK 2012.indb

193Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

diimplementasikan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan SBN dan pinjaman. Strategi pengelolaan SBN dititikberatkan pada peningkatan likuiditas dan daya serap pasar domestik melalui pengembangan pasar perdana dan sekunder, serta memperkuat basis investor. Adapun strategi pengelolaan pinjaman dititikberatkan pada penarikan dana secara tepat waktu serta peningkatan kualitas proses bisnis, data, dan informasi.

Strategi jangka menengah menjadi acuan bagi penyusunan strategi dan kebijakan pembiayaan utang tahunan dengan mempertimbangkan kondisi pasar keuangan terkini, besaran pembiayaan nonutang, dan pengelolaan pasar sekunder SBN. Pada tahun 2012, kebijakan pengelolaan utang diarahkan pada:

1. Mengoptimalkan potensi pembiayaan domestik;2. Memelihara likuiditas pasar SBN domestik;

3. Melakukan diversi!kasi instrumen utang;4. Pengadaan pinjaman/kredit luar negeri

dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan prioritas dan tidak ada ikatan politik;

5. Meningkatkan penarikan pinjaman yang telah efektif untuk mengendalikan biaya;

6. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas jasa keuangan dalam mendorong !nancial deepening;

7. Meningkatkan fungsi pemantauan dan evaluasi pinjaman untuk mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan pinjaman.

Sumber dan Penggunaan Pembiayaan Utang

Utang pemerintah, berdasarkan jenisnya, dapat dikelompokkan dalam dua instrumen yaitu instrumen pinjaman dan SBN. Instrumen pinjaman berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Berdasarkan jenisnya instrumen pinjaman, dibedakan menjadi pinjaman yang berbentuk tunai (program loan) atau terkait dengan proyek (project loan). Instrumen SBN mencakup Surat Utang Negara (SUN) yang merupakan surat berharga konvensional dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang merupakan surat berharga berbasis syariah. Berdasarkan jenis mata uangnya, SBN dapat diterbitkan dengan menggunakan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing. Sesuai dengan strategi pengelolaan utang kedua instrumen utang tersebut akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pasar keuangan.

and loan policy. The strategy of the Government Securities (SBN) management is focused on the increase of liquidities and the domestic market absorption through the development of primary and secondary market, as well as strengthening the investors’ basis. The strategy of loan management is focused on a timely fund withdrawal and an increase of the business, data, and information process quality.

The mid-term strategy becomes a reference for the preparation of annual debt !nancing strategy and policy, by considering the latest !nancial market condition, the non-debt !nancing amount, and the Government’s Securities secondary market management. In 2012, the debt management was directed to:

1. Optimize domestic !nancing potentials;2. Maintain domestic Government Securities

market liquidity;3. Diversify debt instruments;4. Provide Foreign Loans/credits by taking the

priority needs and no political bind into consideration;

5. Increase e"ective loans withdrawal to control costs;

6. Increase coordination with the monetary and !nancial service authorities to encourage !nancial deepening;

7. Increase the loans monitoring and evaluation function to encourage an acceleration of the activities implementation and loans absorption.

Source and Use of Debt Financing

Based on the type, the government’s loan can be grouped into two instruments, loan and Government Securities (SBN). Based on the source, loan consists of Foreign Loan and domestic loan, while based on the type, it consists of program loan and project loan. The Government Securities (SBN) consists of the Government Bonds (SUN) which are conventional marketable securities and the Sovereign Sharia Securities which are sharia-based marketable securities. Based on the currency, Government Securities (SBN) can be issued using rupiah and/or foreign currency. According to the debt management strategy, both instruments will continue to develop in line with the needs and development of the !nancial market.

Page 195: FA LTKK 2012.indb

194Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Pinjaman

1. Pinjaman Dalam Negeri

Pinjaman Dalam Negeri (PDN) merupakan salah satu bentuk instrumen utang yang mulai dimanfaatkan pada tahun 2010 untuk mendukung pemberdayaan industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur. Pengembangan instrumen ini juga sebagai salah satu alternatif mengurangi ketergantungan pada pinjaman luar negeri komersial. Pada tahap awal, pemanfaatan PDN masih difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pemerintah (pinjaman proyek) dengan besaran target penarikan Rp1 triliun setiap tahunnya.

Pada tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah realisasi pinjaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan target penarikan pada APBNP. Realisasi penarikan PDN tahun 2012 sebesar Rp1,5 triliun atau lebih tinggi 135 persen dibandingkan target APBN-P sebesar Rp1,1 triliun. Peningkatan penarikan PDN ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah:

• Koordinasi yang intensif antara kementerian/lembaga sebagai pelaksana kegiatan, Bappenas sebagai perencana kegiatan dan Kementerian Keuangan;

• Kebijakan peluncuran dana dan kebijakan pelaksanaan kegiatan tahun jamak (multiyears) sehingga terdapat kegiatan luncuran tahun 2011 yang dananya ditarik pada tahun 2012.

Loan

1. Domestic Loan

Domestic Loan (PDN) is one of the debt instruments taken advantage since 2010 to support the domestic industrial empowerment and infrastructure development. Development of the instrument is also one of the alternatives to decrease dependence on commercial Foreign Loan. At the beginning, the Domestic Loan was focused on the implementation of the government activities (project loan) with an annual withdrawal target of IDR1 trillion.

In 2012, the loan realization was higher compared to the withdrawal target as mentioned in the Revised State Budget. The realization of Domestic Loan withdrawal in 2012 was in amount of IDR1.5 trillion or 135 percent higher than the Revised State Budget target in amount of IDR1.1 trillion. Increase of the Domestic Loan withdrawal was caused by some reasons, including:

• An intensive coordination between ministries/institutions as the activities executors, and the National Planning and Development Agency (Bappenas) and the activities planner, and the Ministry of Finance;

• The policies of fund launching and multiyears activities implementation, so that a launching activity took place in 2011 of which the fund was withdrawn in 2012.

991,20

1.132,50

(141,30)

1.467,20

1.537,80

(70,60)

148,02%

135,80%

50,00%

1.452,10

1.522,10

(70)

619,40

619,40

-

42,70%

40,70%

-Pembayaran Pokok

Penarikan

Pinjaman Dalam Negeri

APBNP LKPP %APBNP LKPP %APBNPAPBNP

2011 2012

Tabel 4.27. Realisasi penarikan pinjaman dalam negeriTable 4.27. Realization of Domestic Loan Withdrawal

Page 196: FA LTKK 2012.indb

195Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

2. Pinjaman Luar Negeri

Pengelolaan pinjaman luar negeri terdiri atas tiga komponen utama, yaitu penarikan pinjaman, penerusan pinjaman dan pembayaran cicilan pokok pinjaman. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (PLN) dalam tahun 2012 terdiri atas pinjaman program dan pinjaman kegiatan yang memiliki tingkat realisasi keseluruhan 63,6 persen dari pagu. Rendahnya realisasi ini disebabkan adanya tingkat penyerapan pinjaman proyek yang tidak mencapai target dalam dua tahun terakhir. Di sisi lain, penarikan pinjaman program lebih tinggi dibandingkan pinjaman kegiatan. Realisasi pinjaman program mencapai 96,2 persen. Kekurangan target sebesar 3,8 persen disebabkan adanya selisih kurs dan tidak tercapainya rencana penarikan pinjaman program re! nancing modality .

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong tingkat penyerapan pinjaman luar negeri tersebut di antaranya adalah penetapan PP Nomor 10 tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah sebagai pengganti PP No. 2 Tahun 2006.

Namun demikian, sampai tahun 2012 masih banyak hal yang perlu ditingkatkan untuk mempercepat pelaksanaan pinjaman dalam mendorong penyerapan pinjaman luar negeri agar lebih optimal. Hal-hal yang perlu ditingkatkan di antaranya :

• Peningkatan koordinasi antar unit terkait (Kementerian Keuangan, Bappenas, dan K/L) dalam perencanaan kegiatan. Perencanaan

2. Foreign Loan

Foreign Loan management consisted of three main components, including loan withdrawal, Subsidiary Loan, and payment of loan principal installment. The Foreign Loan (PLN) withdrawal in 2012 consisted of program loan and project loan of which the total realization level was 63.6 percent from the ceiling. The low realization was caused by the project loan absorption level which did not reach the target in the last two years. On the other hand, the program loan realization reached 96.2 percent, 3.2 percent lower than the target. The total amount was 3.8 percent under the target because of a currency discrepancy and the fact that the program loan withdrawal plan for re! nancing modality was not achieved.

A variety of e" orts have been made to encourage Foreign Loan absorption, among others with the stipulation of the Government Regulation Number 10/2011 on the Method of Foreign Loan Provision and Grant Receipt as a replacement of the Government Regulation Number 2/2006.

However, until 2012, there remained a lot of things to be increased to accelerate loan implementation to encourage more optimal Foreign Loan absorption. Things to be increased included:

• Increasing coordination amongst related units (the Ministry of Finance, the National Planning and Development Agency

Tabel 4.28. Realisasi Pinjaman Luar Negeri 2011-2012Table 4.28. Realization of Foreign Loan 2011-2012

(4.425,6)

53.731,1

15.603,9

(19.147,6)

34.170,9

15.003,5

-

63,6%

96,2%

(2.776,6)

56.182,9

19.201,8

(17.799,1)

33.747,2

15.266,1

-

60,1%

79,5%Pinjaman Program

Penarikan

Pinjaman Luar Negeri

APBNP LKPP %APBNP LKPP %APBNPAPBNP

2011 2012

Pembayaran Pokok

Penerusan Pinjaman

Pinjaman Proyek 50,0%

36,0%

100,2%

18.481,1

(4.223,8)

(47.234,7)

36.981,1

(11.724,8)

(47.234,7)

38.127,2

(8.431,8)

(49.724,9)

19.167,4

(2.160,9)

(51.157,6)

50,3%

25,6%

102,9%

Page 197: FA LTKK 2012.indb

196Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

tersebut seharusnya telah mengakomodir kemampuan pelaksanaan kegiatan oleh K/L dan mempertimbangkan kendala yang berpotensi muncul dalam pelaksanaan kegiatan;

• Peningkatan tingkat kesadaran pelaksana kegiatan

• Optimalisasi pemantauan dan evaluasi serta fungsi unit pemeriksa untuk mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan.

Surat Berharga Negara Pada tahun 2012, kepemilikan asing pada SBN domestik cenderung semakin meningkat. Hal ini berarti ada peningkatan tingkat kepercayaan investor asing terhadap pasar keuangan domestik khususnya dan perekonomian Indonesia pada umumnya. Kepemilikan asing SBN pada tahun 2012 mencapai mencapai 33 persen (dari outstanding SBN tradable) dengan nilai sekitar Rp270 triliun. Secara keseluruhan pada tahun 2011, dana asing yang masuk ke pasar obligasi Indonesia cukup besar, hal ini dapat dilihat dari peningkatan nominal outstanding SBN yang dimiliki oleh asing dari Rp222 triliun menjadi Rp270 triliun atau terjadi peningkatan sebesar Rp40 triliun.

(Bappenas), and line ministries). The planning should accomodate capacity of the activities implementation by the ministries/institutions and contraints that may emerge in the activities implementation;

• Increasing awareness of the activities executors;

• Optimizing the monitoring and evaluation as well as the examiner units to encourage acceleration of the activities implementation.

Government Securities (SBN)

In 2012, the foreign ownership of the domestic Government Securities (SBN) tended to increase. This showed an increase in the foreign investors’ trust in the domestic !nancial market in particular and the Indonesian economy in general. The foreign ownership of Government Securities (SBN) in 2012 reached 33 percent from the tradeable outstanding Government Securities (SBN) with an amount of some IDR270 trillion. In total in 2011, foreign fund that entered the Indonesian bond market was su#ciently signi!cant, as seen in the increase of the outstanding Government Securities (SBN) nominal owned by the foreign party, from IDR222 trillion to IDR270 trillion, or an increase of some IDR40 trillion.

Des’08

Perbankan Lorem

Des’09 Des’10 Des’11 28-Des-12Des’ 070

100

200

400

500

600

700

800

900

300

0

5%

10%

20%

25%

30%

35%

15%

AsingLorem % Asing terhadap Total Lorem iusumNON-BANK

Sumber Data : Bloomberg, diolah Source: Bloomberg, processed

Gra!k 4.9. Kepemilikan SBN Tradeable Tahun 2005-2011Graphic 4.9. Tradeable Government Securities (SBN) Ownership in 2005-2011

Page 198: FA LTKK 2012.indb

197Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Peningkatan kepemilikan asing ini juga perlu diwaspadai karena jika terjadi pembalikan modal asing dapat menimbulkan gejolak di pasar keuangan domestik. Namun demikian, pengelolaan SBN pada tahun 2012 menunjukkan indikator yang semakin membaik melalui peningkatan indeks SUN dan penurunan imbal hasil SBN yang diminta investor. Selain itu, pemerintah juga telah mengembangkan early warning system (EWS) terhadap indikator pergerakan kepemilikan asing tersebut, yang dapat memberikan sinyal kepada pemberi kebijakan untuk mengambil langkah-langkah jika terjadi gejolak di pasar keuangan. Dengan EWS, diharapkan gejolak yang kemungkinan menimbulkan krisis dapat ditanggulangi lebih dini melalui kebijakan yang tepat sehingga dampaknya dapat diminimalkan.

Tingginya arus modal asing yang akan berinvestasi di pasar SBN dan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi serta peningkatan tingkat kepercayaan investor domestik mendorong peningkatan likuiditas pasar SBN domestik. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah penawaran yang masuk pada setiap lelang perdana SBN yang dilaksanakan jika dibandingkan dengan tingkat penawaran yang

The increase of the foreign ownership should be paid attention as foreign capital reversal may result in $uctuation in the domestic !nancial market. However, Government Securities (SBN) management in 2012 showed an improving indicator through the increasing index of the Government Bonds (SUN) and the decreasing Government Securities (SBN) yields requested by the investors. In addition, the government has also developed an Early Warning System (EWS) towards the movement indicator of the foreign ownership, that may provide a signal to the policy makers to take steps in the event of $uctuation in the !nancial market. With the Early Warning System (EWS), it is hoped that the $uctuation that may result in a crisis could be early solved through a correct policy to minimize the impact.

The high foreign capital $ow investing in the Government Securities (SBN) and the relatively high economic growth as well as the increasing trust of the domestic investors have encouraged an increase in the domestic Government Securities (SBN) market liquidity. This can be seen from the high number of o"ers at every Government Securities (SBN) public bid compared to the o"ers

'ƌĂĮŬ�ϰ͘ϭϬ͘ Bid to Cover Ratio Penerbitan SBN Tahun 2007-2011Graphic 4.10. Bid to Cover Ratio, Issuance of Government Securities (SBN) 2007-2011

2008

Total Bid

Triliu

n Rup

iah

2009 2010 2011 201220070

100

200

400

500

600

300

-

0,5

1,0

2,0

2,5

3,0

3,5

1,5

Bid to Cover RatioTotal Awarded

Sumber Data : Ditjen Pengelolaan Utang Source: Directorate General of Debt Management

Page 199: FA LTKK 2012.indb

198Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

dimenangkan (bid to cover ratio) hingga mencapai 2,48 kali. Pada kondisi likuiditas yang tinggi ini, akan tercipta tingkat biaya yang diperoleh pemerintah menjadi semakin rendah. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan yield SBN yang cenderung menurun. Pasar SBN yang likuid ini perlu senantiasa dijaga agar dapat mendorong pertumbuhan pasar keuangan domestik sehingga pemerintah bahkan swasta dapat memperoleh pembiayaan dengan mudah dan biaya yang relatif murah.

Target penerbitan SBN bruto berdasarkan APBN-P 2012 adalah sebesar Rp270,42 triliun dan dapat direalisasikan sebesar Rp268,55 triliun dengan memperhitungkan buyback sebesar Rp1,14 triliun. Target yang besar tersebut masih terkendala pada keterbatasan sumber utang domestik, baik kedalaman pasar SBN domestik maupun likuiditasnya. Untuk menjaga agar penerbitan SBN tidak menyebabkan adanya crowding out e# ect, maka pemerintah mengambil kebijakan menerbitkan SBN dalam mata uang asing (SBN Valas) secara terukur. Pada tahun 2012 pemerintah menerbitkan SBN Valas dengan dua jenis mata uang yaitu dalam yen dan dolar AS. Realisasi penerbitan SBN tersebut terdiri atas penerbitan SUN sebesar Rp211,46 trilliun dan penerbitan SBSN sebesar Rp57,09 trilliun. Realisasi penerbitan SBN terdiri atas penerbitan SBN domestik sebesar Rp212,89 triliun dan penerbitan SBN Valas sebesar Rp55,66 triliun.

won (bid to cover ratio) that reached 2.48 times. In such a high liquidity condition, the government will obtain a lower cost level, as seen in the descending Government Securities (SBN) yield movement. The liquid Government Securities (SBN) market must be maintained at all times to encourage a domestic ! nancial market growth, so that the government and even the private sector can obtain an easy and relatively cheap ! nancing.

The target of issuing gross Government Securities (SBN) based on the State Budget Review 2012 was IDR270.42 trillion, of which IDR268.55 trillion could be realised by calculating buyback of IDR1.14 trillion. The large target still faced a constraint of limited source of domestic loan both in the domestic Government Securities (SBN) market as well as the liquidity. To keep the Government Securities (SBN) issuance from resulting in a crowding out e" ect, the government has made a policy of issuing Government Securities (SBN) in foreign currency in a measurable way. In 2012, the government issued such Government Securities (SBN) in two foreign currencies, including yen and US dollars. Realization of the Government Securities (SBN) issuance consisting of the issuance of the Government Bonds (SUN) in amount of IDR211.46 trillion and the issuance of Sovereign Sharia Securities (SBSN) of IDR57.09 trillion. The realization of Government Securities (SBN) issuance consisted of the issuance of domestic Government Securities (SBN) in amount of IDR212.89 trillion and the issuance of foreign currency Government Securities (SBN) in amount of IDR55.66 trillion.

INSTRUMEN SUN SBSN SBN

Denominasi Rupiah 165.442

30.520

12.677

122.245

46.017

39.005

7.012

47.450

1.380

13.614

32.456

9.639

9.639

-

212.892

31.900

26.291

154.701

55.656

48.644

7.012

SPN/SPNS

Ritel

Denominasi Valas

Fixed

USD

JPY

Sumber Data : Ditjen Pengelolaan Utang Source: Directorate General of Debt Management

Tabel 4.29. Rincian Penerbitan SBN Tahun 2012 (dalam triliun rupiah)Table 4.29. Detail of Government Securities (SBN) Issuance in 2012 ( in trillion of rupiahs)

Page 200: FA LTKK 2012.indb

199Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Capaian Pengelolaan Utang

Pada tahun 2012, realisasi pembiayaan utang adalah sebesar Rp142 triliun yang meningkat Rp39,3 triliun atau 38 persen dibandingkan tahun 2011 yang hanya sebesar Rp102,3 triliun. Kenaikan pembiayaan utang disebabkan naiknya kebutuhan pembiayaan APBN dan adanya kebutuhan pembayaran kembali utang jatuh tempo. Dari jumlah tersebut, penerbitan SBN pada tahun 2012 masih mendominasi pemenuhannya yaitu sebesar Rp159,7 triliun. Sementara penarikan pinjaman luar negeri masih tetap negatif Rp19,1 triliun dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp1,5 triliun.

Realisasi pembiayaan utang tersebut menambah jumlah outstanding utang pemerintah pada akhir tahun 2012 menjadi Rp1.975,4 triliun yang terdiri atas SBN sebesar Rp1.361,1 triliun dan pinjaman sebesar Rp614,3 triliun. Jumlah outstanding ini berarti meningkat sebesar Rp166,5 triliun atau 9,2 persen jika dibandingkan dengan jumlah outstanding utang akhir tahun 2011 sebesar Rp1.808,9 triliun. Namun demikian, perubahan jumlah outstanding utang ini bukan hanya disebabkan oleh pengadaan utang baru, melainkan juga dampak perubahan nilai tukar rupiah mengingat portofolio utang pemerintah terdiri atas berbagai mata uang. Dalam hal nilai rupiah melemah, maka outstanding utang akan bertambah dan sebaliknya, apabila nilai tukar rupiah menguat, maka outstanding utang akan berkurang.

Perkembangan Debt to GDP Ratio

Outstanding utang cenderung meningkat pada akhir tahun 2012. Namun demikian rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) mengalami penurunan yang cukup signi!kan. Rasio debt to GDP tahun 2009 sebesar 28,3 persen turun menjadi 23,97 persen pada tahun 2012. Rasio ini menunjukkan peningkatan kemampuan !skal pemerintah dalam jangka panjang untuk memenuhi kewajiban utangnya. Penurunan rasio ini didorong oleh upaya pengendalian !skal dan pengelolaan utang pemerintah yang hati-hati, e!sien, efektif dan terpercaya sehingga peningkatan nominal PDB lebih tinggi dibandingkan peningkatan nominal utang. Beberapa kebijakan yang mendukung upaya pengendalian utang tersebut, antara lain:

(i) Pelaksanaan kebijakan net negative $ow yang diterjemahkan dengan menetapkan jumlah penarikan PLN diupayakan lebih

Debt Management Achievement

In 2012, realization of the debt !nancing was in amount of IDR142 trillion, an increase of IDR39.3 trillion or 38 percent, compared to 2011 which amounted to IDR102.3 trillion. The increase of debt !nancing was caused by an increase of the State Budget !nancing need and the maturity date debt re!nancing need. Out of the total amount, the Government Securities (SBN) issuance in 2012 still dominated the ful!llment, totalling IDR159.7 trillion, while the foreign loan withdrawal remained negative, IDR19.1 trillion, and the domestic loan was IDR1.5 trillion.

The realization of the debt !nancing added the number of government’s outstanding debt at the end of 2012 to IDR1,975.4 trillion, consisting of Government Securities (SBN) in amount of IDR1,361.1 trillion and loan in amount of IDR614.3 trillion. The number of outstanding debt thus increased IDR166.5 trillion or 9.2 percent compared to the amount of outstanding debt at the end of 2011 of IDR1,808.9 trillion. However, the change of the number of outstanding debt was not only caused by new debt, but also by a change in rupiah exchange rate as the government’s debt polio consisted of various foreign currencies. In the event of depreciating rupiah, the amount of outstanding debt would increase, and on the contrary, in the event of appreciating rupiah, the outstanding debt would decrease.

Development of Debt to GDP Ratio

The outstanding debt tended to increase at the end of 2012, yet the debt to GDP ratio signi!cantly decreased. The debt to GDP ratio in 2009 was 28.3 percent, and decreased to 23.97 percent in 2012. The ratio showed an increasing long-term !scal capacity of the government to ful!ll its debt liability. The decreasing ratio was encouraged by e"orts to control !scal and debt management by the government in a prudent, e#cient, e"ective, and trustworthy way, so that the increase of GDP nominal was higher compared to the increase of debt nominal. Some policies supported the debt-controlling e"orts, among others:

(i) Implementation of the net negative $ow policy, interpreted as to stipulated the amount of Foreign Loan withdrawal lower than the amount

Page 201: FA LTKK 2012.indb

200Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

rendah dari jumlah cicilan pokok PLN yang jatuh tempo, namun tetap sesuai dengan kebutuhan pembiayaan bagi K/L. Kebijakan ini diimplementasikan melalui penyusunan Batas Maksimum Pinjaman Luar Negeri (BMPLN);

(ii) Penerbitan dan penarikan utang semaksimal mungkin mengacu pada kebutuhan riil de!sit APBN;

(iii) Pemilihan jenis mata uang dan tingkat bunga utang baru yang stabil dan menguntungkan dalam jangka panjang.

Risiko UtangPeningkatan outstanding utang akan meningkatkan risiko, baik risiko pasar (market risk) yang terdiri atas risiko mata uang (currency risk) dan risiko tingkat bunga (interest rate risk), maupun risiko pembayaran kembali (re!nancing risk). Sebagai upaya untuk mengendalikan risiko tersebut, pemerintah memprioritaskan pengadaan utang yang bersumber dari dalam negeri melalui penerbitan SBN dengan tingkat bunga tetap dan pengadaan pinjaman dalam negeri dalam mata uang rupiah.

Tingkat risiko pengelolaan utang pemerintah semakin membaik, yang terlihat dari penurunan tingkat risiko suku bunga dan risiko nilai tukar. Sementara risiko pembiayaan kembali mengalami peningkatan yang disebabkan oleh strategi utang

of maturity of Foreign Loan principal installment. However, the policy remained according to the !nancing need for ministries/institutions. The policy was implemented through the preparation of the Maximum Limit of Foreign Loan (BMPLN);

(ii) Issuance and withdrawal of debt as maximum possible by referring to the State Budget de!cit real need;

(iii) Selection of foreign currencies and a stable and advantageous interest for the new long-term debt.

Debt RiskIncreasing outstanding debt will increase the risk, both market risk, currency risk, and interest rate risk, as well as re!nancing risk. As an e"ort to control the risks, the government prioritizes Domestic Debt through the issuance of Government Securities (SBN) with a !xed interest rate and domestic loan provision in rupiah currency.

The risk level of the government’s debt management was improving, as seen from the decreasing interest rate risk and currency risk. While the re!nancing risk increased due to the government’s debt strategy to increase debt !nancing e#ciency by issuing

2008

Triliu

n

2009 2010 2011 201220070

500

1.000

2.000

1.500

20%

25%

35%

40%

30%

Outstanding Utang

Sumber Data : Ditjen Pengelolaan Utang Source: Directorate General of Debt Management

35,1%33,0%

26,1%24,4%

23,9%

28,3%

Rasio Utang terhadap. PDB (RHS)

'ƌĂĮŬ�ϰ͘ϭϭ͘ Perkembangan Debt to GDP Ratio Tahun 2005-2011Graphic 4.11. Development of Debt to GDP Ratio 2005-2011

Page 202: FA LTKK 2012.indb

201Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

pemerintah untuk meningkatkan e! siensi biaya utang dengan menerbitkan utang jangka pendek, meskipun secara keseluruhan tingkat risiko utang pemerintah masih berada pada tingkat yang terkendali.

Biaya utang

Dari sisi biaya utang, khususnya untuk penerbitan SBN, terdapat e! siensi biaya akibat kecenderungan penurunan yield. Hal itu didorong oleh ekspektasi investor bahwa perekonomian Indonesia yang semakin membaik dan pencapaian peringkat kredit pada level layak investasi (investment grade). E! siensi biaya utang didorong pula oleh pengembangan pasar SBN menuju ke arah pasar yang dalam, likuid, dan aktif.

short-term debt. However, comprehensively, the government’s debt risk remained in a controlled rate.

Debt Cost

From the debt cost point of view, in particular for the issuance of Government Securities (SBN) there has been a cost e# ciency due to the tend of yield decrease. This was encouraged by investors’ expectation that the Indonesian economy was improving and the credit rate achieved an investment grade. The debt cost e# ciency was also encouraged by the Government Securities (SBN) market development to a deep, liquid, and active market.

Tabel 4.30. Perkembangan Indikator Risiko Utang Tahun 2011-2012Table 4.30. Development of Debt Risk Indicator 2011-2012

Indikator Des-2011 Des-2012

Outstanding (Miliar Rupiah)

1.187.655,04

621.291,79

1.808.946,83

18,8%

25,8%

1.361.100,90

614.322,47

1.975.423,37

16,1%

22,4%

812,4% 873,7%

932,5%

22,7%

971,0%

21,5

34,6% 32,4%

45,1%

11,0%

44,4%

10,7%

24,4% 23,9%

SBN

Pinjaman

Interest Rate Risk

Total

VR Proportion

Re!xing Rate

Re!xing Rate

Re!nancing Rick

ATM (Years)

Matured in 3 years

Matured in 5 years

Exchange Rate Risk

FX Proportion

FX thd PDB

Debt to DGP

Sumber Data : Ditjen Pengelolaan Utang Source: Directorate General of Debt Management

Page 203: FA LTKK 2012.indb

202Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Isu Terkini dalam Pengelolaan Utang

E!siensi Pengelolaan Utang

E!siensi pengelolaan utang merupakan salah satu upaya mencapai tujuan pengelolaan utang yaitu memenuhi target pembiayaan utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali. E!siensi pengelolaan utang yang telah dilakukan dalam beberapa cara, meliputi pemilihan dan optimalisasi pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari utang, pemilihan jenis instrumen utang yang memberikan biaya dan risiko optimal, pelaksanaan penerbitan SBN sesuai dengan kebutuhan kas negara dan kebutuhan untuk pengembangan pasar SBN, serta pengelolaan portofolio utang.

Secara umum, pelaksanaan e!siensi pengelolaan utang dapat dijelaskan sebagai berikut:

. Pemilihan dan optimalisasi pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari utangPemilihan kegiatan yang dapat dibiayai dari utang bertujuan agar utang yang diperoleh memberikan nilai tambah yang maksimal bagi pertumbuhan ekonomi. Saat ini, proses

Latest Issues in Debt Management

Debt Management E"ciency

Debt management e#ciency was one of the e"orts to achieve debt management goals, including debt !nancing with low cost at a controlled risk rate. The debt management e#ciency was conducted in various methods, including selecting and optimizing activities implementation !nanced by the debt, selecting the debt type that provided optimal cost and risk, issuing Government Securities (SBN) according to the needs of the state’s cash and the Government Securities (SBN) market development, as well as debt portfolio management.

In general, activities which has been done in relating to debt management e#ciency can be explained as follows:

. Selecting and optimizing activities implementation !nanced by the debt Selecting activities !nanced by the debt was aimed at providing a maximal additional value from the debt for the economic growth. At present, there has been a better process of

Feb-09 Feb-10 Feb-11 Feb-12 Feb-13Feb-08

4

8

16

20

24

12

4

8

16

20

24

12

Sumber Data : Bloomberg, diolah Source: Bloomberg, processed

SUN 27 SUN 10ySUN 5y SUN 30y

Gra!k 4.12. Perkembangan Yield SUN untuk Tenor 2, 5, 10, dan 30 TahunGraphic 4.12. Development of Government Bonds (SUN) yield for 2,5,10, and 30 year-tenors

Page 204: FA LTKK 2012.indb

203Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

pemilihan jenis kegiatan yang dapat dibiayai dari utang semakin baik. Caranya dengan mengutamakan sektor-sektor yang memberikan dampak ekonomi besar seperti untuk belanja modal dan membiayai barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri serta memberikan manfaat alih teknologi. Hal ini didukung oleh arahan Presiden agar menggunakan pinjaman luar negeri untuk membiayai sektor infrastruktur dan energi serta tidak digunakan untuk belanja barang dan pendidikan. Sedangkan optimalisasi pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui pengawasan dan evaluasi pemanfaatan pinjaman luar negeri.

Sampai saat ini, pemanfaatan pinjaman luar negeri belum menunjukkan hasil optimal. Hal ini diindikasikan oleh masih rendahnya penyerapan pinjaman luar negeri. Rendahnya penyerapan ini disebabkan belum selarasnya perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain melalui peningkatan koordinasi dengan para pemangku kepentingan dan penetapan BMPLN.

. Pemilihan jenis instrumen utang Pemilihan jenis utang dalam memenuhi target pembiayaan meliputi pemilihan tenor, mata uang, jenis bunga, dan instrumen utang. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan hasil analisis biaya dan risiko utang dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk pengembangan pasar SBN. Dalam rangka e!siensi pengelolaan utang, pemilihan utang dengan tenor pendek dapat dilakukan sepanjang peningkatan risiko re!nancing masih dalam batas yang terkendali. Beberapa tahun terakhir, dalam rangka e!siensi biaya utang di tengah kondisi pasar keuangan yang cukup kondusif, diterbitkan SBN dengan tenor pendek berupa SPN dan SBN ritel dengan tenor tiga tahun. Jumlah yang diterbitkan lebih besar dari target semula. Hal ini dapat menurunkan biaya utang karena yield SBN tenor pendek lebih rendah dari tenor panjang, meskipun menyebabkan peningkatan risiko re!nancing khususnya porsi utang jatuh tempo kurang dari tiga tahun.

Sementara itu, pemilihan utang dengan mata uang valas relatif memberikan tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan utang dengan mata uang rupiah. Namun, hal ini dibatasi untuk

selecting activities types that can be !nanced by the debt. The method is by prioritizing sectors that provide great economic impacts, such as capital expenditures and goods that cannot be produced domestically as well as transfer of technology. This is supported by the President’s direction to use Foreign Loan to !nance the infrastructure and energy sectors and not to be used for goods and education expenditures. The activities implementation is optimized through supervision and evaluation of the Foreign Loan use.

To date, the Foreign Loan use has not shown an optimal result. This is indicated by the still low absorption of the Foreign Loan. The low absorption was caused by the inconsistent planning and implementation of the activities. Some e"orts that have been made included increasing coordination with the stakeholders and stipulating the Foreign Loan Maximum Limit (BMPLN)

. Selecting debt instrument types Selecting debt types to ful!ll the !nancing target included selecting the tenor, the currency, the interest type, and the debt instrument. The selection was based on the cost analysis and debt risk result by taking the need to develop the Government Securities (SBN) market into consideration. For debt management e#ciency, short-tenor debt could be selected as long as the re!nancing risk increase remained in a controlled limit. During the last few years, for debt !nancing e#ciency in the condusive !nancial market condition, short-term Government Securities (SBN) was issued in the form of the Government Treasury Bill (SPN) and retail Government Securities (SBN) with a three-year tenor. The amount issued was larger than the initial target. This could decrease the debt cost as the short-tenor Government Securities (SBN) yield was lower than the long-tenor Government Securities (SBN), although it may increase the re!nancing risk particularly the maturity of debt portion of less than three years.

Meanwhile, selecting foreign currency debt would relatively provide a lower interest rate compared to the debt in rupiah. However, this option was limited to decrease dependence on

Page 205: FA LTKK 2012.indb

204Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

mengurangi ketergantungan pada sumber utang dari luar negeri dan mengurangi risiko nilai tukar yang berdampak cukup besar. Selanjutnya, pemilihan utang dengan tingkat bunga mengambang pada dasarnya memberikan tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan utang dengan tingkat bunga tetap. Penerbitan utang dengan tingkat bunga mengambang saat ini tidak diminati oleh investor karena rendahnya suku bunga acuan yaitu yield SPN bertenor tiga bulan. Sedangkan pemilihan utang berdasarkan instrumen utang dilakukan dengan mengacu pada kebijakan umum pengelolaan utang untuk mengurangi pinjaman luar negeri dan kondisi pasar pasar SBN yang belum cukup dalam dan likuid sehingga sangat dipengaruhi oleh perkembangan pasar keuangan global.

. Pelaksanaan penerbitan SBN Pelaksanaan penerbitan SBN meliputi penetapan waktu dan besaran penerbitan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan pengembangan pasar SBN dan kebutuhan kas Negara untuk membiayai de!sit APBN serta re!nancing utang jatuh tempo. Penerbitan SBN untuk kebutuhan pengembangan pasar dilakukan melalui penerbitan SBN seri benchmark secara rutin setiap bulan untuk memberikan kepastian suplai kepada investor domestik yang memerlukan penempatan dana investasinya. Sebelum melakukan penerbitan SBN, Kementerian Keuangan terlebih dahulu mempublikasikan indikasi jadwal dan besaran penerbitan sehingga investor memiliki gambaran tentang waktu dan alokasi dana yang akan diinvestasikan. Sedangkan penerbitan SBN untuk kebutuhan kas dilakukan berdasarkan proyeksi kondisi kas negara. Secara umum, pola kebutuhan kas negara menunjukkan bahwa kas negara mengalami de!sit menjelang akhir tahun anggaran karena belanja negara dalam jumlah cukup besar terjadi menjelang akhir tahun. Oleh karena itu, penerbitan SBN untuk kebutuhan kas akan cenderung dilakukan pada akhir tahun atau pada bulan tertentu apabila terjadi kekurangan kas akibat ketidaksesuaian antara penerimaan dengan belanja negara. Keberhasilan penerbitan SBN sesuai kebutuhan kas ditentukan oleh koordinasi penyusunan proyeksi belanja dan penerimaan negara yang akurat terutama belanja K/L negara yang tidak bersifat rutin.

the foreign debt source and exchange rate risk that might have a relatively large impact. Further, selecting debt with a $oating interest rate basically provided a lower interest rate compared to debt with a !xed interest rate. However, the issuance of debt with a !xed interest rate does not attract investors due to the low reference interest rate, namely the Government Treasury Bill (SPN) yield with a three-year tenor. While debt based on the instrument was selected by referring to the general policy of debt management to reduce Foreign Loan, and the Government Securities (SBN) market condition, which was not deep and liquid enough, so that it was very much in$uenced by the development of the global !nancial market.

. Government Securities (SBN) Issuance The Government Securities (SBN) issuance included the time stipulation and the issuance amount based on the need of the Government Securities (SBN) market development and the state’s cash to !nance the State Budget de!cit as well as to re!nance due-date debt. The Government Securities (SBN) issuance for the market development need was conducted through the issuance of benchmark-series Government Securities (SBN) monthly to ensure supply to the domestic investors in need of investment fund. Prior to the Government Securities (SBN) issuance, the Ministry of Finance !rst published a schedule indication and isuance amount, so that investors had a picture of the time and fund allocation to be invested. Meanwhile, the Government Securities (SBN) for cash was issued based on the projection of the state’s cash condition. In general, the state’s cash need pattern showed a de!cit by end of the Fiscal Year because the state’s expenditures was in a large amount by end of the year. Therefore, Government Securities (SBN) issuance for cash need tended to be caried out at the end of the year or certain months in the event of a cash de!cit as a result of discrepancy between the government revenues and the government expenditures. The success of Government Securities (SBN) issuance accoding to the cash need was determined by the coordination of the government accurate expenditures and revenues projection in particular for non-routine expenditures in ministries/institutions.

Page 206: FA LTKK 2012.indb

205Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Saat ini sedang dikembangkan pengelolaan asset dan liability yang antara lain bertujuan agar penarikan/penerbitan utang dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan sehingga pengelolaan utang menjadi semakin e!sien.

. Pengelolaan portofolio utangPengelolaan portofolio utang untuk e!siensi biaya utang dilakukan melalui program pembelian kembali dan percepatan pembayaran (prepayment) utang yang memiliki tingkat bunga tinggi. Keberhasilan upaya ini terutama ditentukan oleh kondisi pasar keuangan dan hasil negosiasi dengan pemberi pinjaman. Untuk memaksimalkan dampak program tersebut, diperlukan kemampuan membuat proyeksi yield atau tingkat bunga utang secara akurat. Dalam beberapa tahun terakhir program pembelian kembali SBN melalui buyback dan debt switch belum memberikan hasil yang cukup baik karena rendahnya minat dari investor untuk mengikuti program tersebut. Hal ini disebabkan kondisi pasar keuangan yang masih cukup volatile sehingga investor cenderung tidak mengikuti lelang pembelian kembali yang ditawarkan oleh pemerintah.

Sementara itu, program percepatan pembayaran (prepayment) utang telah beberapa kali dilakukan untuk pinjaman luar negeri yang diteruspinjamkan kepada BUMN. Sedangkan tawaran prepayment atas pinjaman luar negeri yang bersifat lunak saat ini sedang dalam proses analisis untuk menghitung keuntungan dan kerugian yang akan ditanggung oleh pemerintah.

Fleksibilitas Pembiayaan Utang

Target pembiayaan utang yang besar di tengah kondisi pasar keuangan yang dinamis dan ketidakpastian penyerapan belanja dalam APBN memerlukan $eksibilitas. Dalam beberapa tahun terakhir, DPR melalui UU APBN telah menyetujui adanya $eksibilitas pembiayaan utang. Pada awalnya, $eksibilitas yang diberikan oleh UU APBN hanya meliputi utang tunai, yaitu SBN dan pinjaman program. Namun, seiring dengan tantangan pengelolaan utang yang semakin besar dan kompleks, sejak tahun 2012, $eksibilitas pembiayaan utang diperluas hingga mencakup seluruh utang, baik tunai maupun utang yang terkait dengan kegiatan tertentu. Fleksibilitas pembiayaan utang

At present, an asset and liability management is being developed which is aimed at, among others, debt withdrawal/issuance according to the need for a more e#cient debt management.

. Debt portfolio management Debt portfolio management for debt cost e#ciency was carried out for buyback and prepayment program of the debt with a high interest rate. The e"ort success was mainly determined by the !nancial market condition and the negotiation result with the creditors. To maximize the program impact, a capacity was required to make a yield projection or debt interest rate accurately. During the last few years, the Government Securitties (SBN) buyback and debt switch did not produce su#ciently good result due to the low interest of the investors to take part in the program. This was caused by the volatile !nancial market, so that investors tended to not take part in buyback bid o"ered by the government.

Meanwhile, the prepayment program has been carried out several times for Foreign Loan, which was borrowed by state-owned enterprises. A soft prepayment o"er on the Foreign Loan is currently in an analysis process to calculate the pro!t and loss borne by the government.

Flexibility of Debt Financing

A large debt !nancing target in the dynamic !nancial market condition and the expenditures absorption uncertainty in the State Budget required $exibility. During the last few years, the House of Representatives, through Law on the State Budget, has approved $exibility in the debt !nancing. Initially, the $exibility provided by Law on the State Budget only included cash money, namely Government Securities (SBN) and program loan. However, in line with the larger and more complex challenges in debt management, since 2012, the debt !nancing $exibility has been expanded that it covered all debt, both cash as well as debt related to certain activities. The debt !nancing $exibility was carried out in the

Page 207: FA LTKK 2012.indb

206Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

dapat dijalankan dalam hal terdapat instrumen pembiayaan utang yang lebih menguntungkan dan/atau ketidaktersediaan salah satu instrumen pembiayaan utang. Pertimbangan tersebut menjadi relevan ketika kondisi pasar keuangan internasional tidak kondusif sehingga menyebabkan ketidaktersediaan instrumen pinjaman luar negeri atau pinjaman tersebut tersedia tetapi dengan cost of borrowing yang tinggi. Dengan demikian $eksibilitas pembiayaan utang meliputi perubahan penerbitan SBN neto atau penarikan pinjaman dalam negeri, dan/atau penarikan pinjaman luar negeri, tanpa menyebabkan tambahan utang neto.

Penerapan $eksibilitas utang tunai relatif lebih mudah dilakukan karena tidak mempengaruhi perencanaan kegiatan dan tidak terdapat perubahan dokumen pelaksanaan anggaran. Sedangkan penerapan $eksibilitas yang melibatkan utang yang terkait (earmarked) dengan kegiatan-kegiatan prioritas relatif lebih sulit dilakukan. Saat ini utang yang earmarked dengan kegiatan-kegiatan prioritas memanfaatkan instrumen pinjaman luar negeri dan SBSN dengan skema project !nancing.

Dalam pelaksanaannya, realisasi penyerapan kegiatan yang dibiayai dari utang terutama pinjaman luar negeri cenderung rendah. Salah satu penyebabnya adalah proses pengadaan pembiayaan yang memerlukan waktu relatif panjang atau bahkan tidak dapat diperoleh pada tahun anggaran berjalan. Keterlambatan pelaksanaan kegiatan prioritas di satu sisi dapat menimbulkan tambahan biaya pinjaman, dan di sisi lain dapat menunda pencapaian target pembangunan yang telah dirancang sebagaimana ditetapkan dalam APBN.

Penerapan kebijakan $eksibilitas pembiayaan utang merupakan suatu jaminan atas pembiayaan kegiatan mengingat instrumen pembiayaan tidak dibatasi pada salah satu instrumen pembiayaan tertentu, tetapi dapat memanfaatkan instrumen pembiayaan lain. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan tidak terhambat oleh permasalahan dalam proses pengadaan pembiayaan sehingga dapat menjadi solusi atas permasalahan-permasalahan dalam pemenuhan pembiayaan, khususnya pembiayaan kegiatan. Namun, untuk memperlancar penerapan $eksibilitas pembiayaan utang, khususnya yang terkait dengan kegiatan prioritas, saat ini sedang disusun aturan pelaksanaan dan koordinasi diantara pemangku kepentingan agar penerapannya tidak berdampak negatif pada realisasi pelaksanaan kegiatan.

event there was a more advantageous debt !nancing instrument and/or one of the debt !nancing instruments was unavailable. The consideration became relevant when the international !nancial market condition was not conducive resulting in the unavailability of Foreign Loan instrument or the availability of the loan but at a high borrowing cost. Thus, the debt !nancing $exibility included a change in the net Government Securities (SBN) issuance or Domestic Loan withdrawal, and/or Foreign Loan withdrawal, without causing any net debt addition.

Flexibility in cash debt was relatively more easily applied as it did not a"ect the activities planning and there was no change in the budget implementation document. Flexibility in debt related to priority activities was relatively more di#cult to be applied. At present, the debt earmarked with priority activities takes advantage of Foreign Loan and the Sovereign Sharia Securities (SBSN) instruments with a project !nancing scheme.

In the implementation, realization of the activities absorption !nanced by the debt particularly Foreign Loan tended to be low. One of the reasons was the process of providing the !nancing took a relatively long time or even could not be completed in the current !scal year. Such delay in the implementation of priority activities might result in additional loan cost on one side, and on the other side, it might delay the designed development target as had been stipulated in the State Budget.

Application of the debt !nancing $exibility policy was a guarantee of the activities !nancing as the !nancing instrument was not limited to a certain !nancing, instead it could take advantage of other !nancing instruments. Thus, the activities implementation was not hampered by problems in the !nancing provision process so that it could be a solution in !nancing-ful!llment problems. However, to smoothen the application of debt !nancing $exibility, an implementation and coordination regulation is currently being prepared by the stakeholders, so that the application would not result in negative impacts in the realization of the activities implementation.

Page 208: FA LTKK 2012.indb

207Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

SBSN Proyek

Dalam rangka meningkatkan kapasitas pembiayaan utang dan e!siensi pengelolaan utang, diperlukan upaya pengembangan instrumen dan perluasan basis investor SBN, antara lain melalui penerbitan SBSN yang terkait dengan proyek tertentu. Berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara, pemerintah dapat melaksanakan pembiayaan proyek melalui penerbitan SBSN - Project Based Sukuk (SBSN Proyek). Penerbitan SBSN proyek dapat dilakukan melalui dua skema yaitu project underlying dan project !nancing. Project underlying adalah penerbitan SBSN menggunakan proyek pemerintah yang sedang berjalan sebagai dasar penerbitan. Sedangkan project !nancing adalah penerbitan SBSN secara khusus digunakan untuk membiayai proyek-proyek baru yang akan berjalan.

Pada tahun 2012, telah diterbitkan empat seri SBSN proyek dengan skema project underlying dengan total penerbitan sebesar Rp15 triliun dan tenor 6 hingga 25 tahun. Sedangkan penerbitan SBSN proyek dengan skema project !nancing diperkirakan akan dilakukan pada tahun 2013.

Untuk mendukung penerbitan SBSN – project underlying, pemerintah menetapkan indikasi kemampuan penyediaan pembiayaan proyek melalui penerbitan SBSN yang dituangkan dalam Batas Maksimal Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek. Penetapan besaran tersebut mempertimbangkan kebutuhan riil pembiayaan, kemampuan membayar kembali, batas maksimal kumulatif utang, dan risiko utang.

BMP SBSN Proyek pada tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1 triliun yang antara lain direncanakan untuk membiayai pembangunan Jalur Ganda Kereta Api Cirebon – Kroya segmen I dengan indikasi kebutuhan sebesar Rp800 miliar. Dalam perspektif portofolio pembiayaan SBSN untuk tahun 2013, seharusnya masih dimungkinkan lebih besar, tetapi ketersediaan proyek yang memenuhi persyaratan syariah untuk dibiayai dari SBSN tahun 2013 masih terbatas, sehingga besaran BMP ditetapkan hanya sebesar Rp1 triliun.

Project Based Sukuk

To increase debt !nancing capacity and debt management e#ciency, an instrument development and Government Securities (SBN) investors basis expansion were required, among others through the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN) related to certain projects. Under Law Number 19/2008 on the State’s Sharia Marketable Securities and the Government Regulation Number 56/2011 on the Projects Financing through the Issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN), the government shall implement projects !nancing through the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN)-Project Based Sukuk. The Sovereign Sharia Securities (SBSN) shall be issued in two schemes, including the project underlying, the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN) using a current government project as an issuance base, and the project !nancing, the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN) particularly used to !nance new projects which were about to run.

In 2012, four series of project based sukuk were issued with the project underlying scheme with a total amount of IDR15 trillion and tenor of 6 – 25 years. Project based sukuk with the project !nancing scheme is predicted to be issued in 2013.

To support the project based sukuk issuance, the government has indicated an ability of providing the project !nancing through the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN) as contained in the Maximum Limit of Sovereign Sharia Securities Issuance (SBSN) and Project Financing. The amount considered the real need of the !nancing, the ability of re!nancing, and the maximum limit of debt commulative, as well as the debt risk.

The Maximum Limit of the Project based sukuk in 2013 was determined to total IDR1 trillion, planned among others to !nance the construction of Cirebon – Kroya segment I double railway with a need indication of IDR800 billion. In the portfolio perspective of !nancing the Sovereign Sharia Securities (SBSN) in 2013, it could be possibly larger, however there were limited projects that ful!lled sharia requirements to be !nanced from the Sovereign Sharia Securities (SBSN) in 2013, so that the total amount of the Maximum Limit was only IDR1 trillion.

Page 209: FA LTKK 2012.indb

208Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

BMP SBSN disusun untuk periode satu tahun anggaran dengan mempertimbangkan dinamika pasar SBN, kebutuhan $eksibilitas penerbitan SBN, dan memberikan keleluasaan dalam menilai dan menentukan proyek yang akan dibiayai pada tahun anggaran berikutnya. Pemenuhan dan kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah merupakan salah satu kriteria proyek yang akan dibiayai dengan SBSN. Selain itu, proyek yang dibiayai harus memenuhi readiness criteria sesuai ketentuan yang berlaku dengan tetap memperhatikan kualitas penyiapannya. Keberhasilan penerbitan SBSN dengan skema project !nancing mensyaratkan koordinasi intensif dalam penyediaan pembiayaan, serta disiplin dalam pelaksanaan proyek secara tepat waktu.

Terkait penyelesaian kegiatan yang dibiayai dari SBSN – project underlying melebihi tahun anggaran berjalan, maka kegiatan tersebut menjadi prioritas pada tahun anggaran berikutnya. Dalam penetapan batas maksimal penerbitan tahun anggaran berikutnya, proyek-proyek multiyears akan diperhitungkan. Selain bertujuan untuk mendukung upaya percepatan pembangunan infrastruktur, pemerintah juga mengharapkan beberapa manfaat penerbitan SBSN, antara lain mendukung pengembangan pasar keuangan (khususnya pasar keuangan syariah), mendorong peningkatan pelayanan umum, pemberdayaan industri dalam negeri, serta meningkatkan transparansi pelaksanaan kegiatan oleh kementerian/lembaga, karena perkembangan pelaksanaan proyek akan dipantau oleh investor dan publik.

Kewajiban Kontinjensi

Untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur dan mempertimbangkan besarnya kebutuhan dana investasi, pemerintah memberikan dukungan berupa penjaminan atas pembiayaan proyek-proyek infrastruktur. Pemberian penjaminan pemerintah sampai dengan Desember 2012 mencakup berbagai program/proyek berikut ini:

1. Program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik Tahap I dan II,

2. Program percepatan penyediaan air minum yang dilaksanakan oleh PDAM,

3. Program Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Swasta (KPS).

Sampai dengan Desember 2012, alokasi APBN untuk penjaminan pemerintah tidak dicairkan. Hal

The Maximum Limit of Sovereign Sharia Securities (SBSN) was prepared for a period of one !scal year considering the dynamic of Government Securities (SBN) market, the need of Government Securities (SBN) issuance $exibility, and $exibility to assess and determine the projects to be !nanced in the following !scal year. The ful!llment and suitability of Sharia principles are one of the projects criteria to be !nanced by the Sovereign Sharia Securities (SBSN). In addition, projects to be !nanced should ful!ll the readiness criteria according to the prevailing provision by adhering to the preparation quality. The success of the State Sharia Securities (SBSN) issuance with project !nancing scheme required an intensive coordination in providing the !nancing and discipline in the project implementation on time.

In the event completion of an activity !nanced by the project underlying Sovereign Sharia Securities (SBSN) exceeds the current !scal year, the activity will be a priority in the following !scal year. In stipulating the maximum limit of issuance in the following !scal year, multiyears projects will be calculated. Through the issuance of Sovereign Sharia Securities (SBSN) to !nance the projects, apart from supporting e"orts of infrastructure development acceleration, the government also expected some other advantages, among others to support the development of Sharia market (particularly Sharia !nancial market), to encourage public service increase, to empower domestic industry, and to increase transparency of the activities implementation by ministries/institutions, as the projects implementation were monitored by the investors and the public.

Contingency Liability

To support acceleration of the infrastructure development and considering the large amount of the investment fund, the government had supported a guarantee of the infrastructure projects !nancing. The guarantee provided by the government until December 2012 included the following programs/projects:

1. Fast track program thase 1 and 22. Clean water avaliability program provided by the

Regional Water Utility Company (PDAM); 3. Cooperation program between the government

and private business entities (KPS / Public Privat Partnership).

Until December 2012, the State Budget allocation for the government’s guarantee was not disbursed. This

Page 210: FA LTKK 2012.indb

209Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

ini menunjukkan bahwa pengelolaan kewajiban kontinjensi telah dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi gagal bayar oleh pihak yang dijamin.

PERIMBANGAN KEUANGAN

Kebijakan dan Pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah

Pendanaan pembangunan melalui dana transfer ke daerah merupakan bagian dari pendanaan pembangunan nasional yang bersumber dari APBN. Dana transfer daerah ditujukan untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah melalui pembangunan daerah dalam bingkai NKRI. Dana transfer ke daerah merupakan manifestasi dukungan pemerintah pusat terhadap kegiatan pembangunan di daerah. Alokasi dana transfer mengalami peningkatan setiap tahun seiring makin dinamisnya kebutuhan pembangunan di daerah. Dana transfer terdiri atas (i) Dana Perimbangan dan (ii) Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan serta mengacu pada hasil pembahasan antara DPR-RI dan pemerintah dalam penyusunan APBN tahun 2012, kebijakan Anggaran Transfer ke Daerah pada tahun 2012 diarahkan untuk:

(1) Meningkatkan kapasitas ! skal daerah dan mengurangi kesenjangan ! skal antara pusat dan daerah (vertical ! scal imbalance) dan antardaerah (horizontal ! scal imbalance);

showed that the contingency liability management was well performed that no payment failure happened by the guaranteed party.

FISCAL BALANCE

Policies and Management of Block Grant

The development ! nancing through block grant is a part of the national development ! nancing having its source from the State Budget. The block grant is aimed at supporting the implementation of decentralization and regional authonomy through regional development in the Republic of Indonesia. The block grant is a manifestation of the central government’s support to development in the regions. The transfer fund allocation increases every year in line with the increasingly dynamic needs of development in the regions. Transfer fund consists of (i) Balancing Fund and (ii) Special Authonomy Fund and Adjustment Fund.

Pursuant to the legislation and with reference to the discussion result between the House of Representatives and the government in preparing the State Budget 2012, the policies of Block Grant in 2012 were aimed at:

(1) increasing the regional ! scal capacity and decreasing ! scal imbalance between the central and regional governments (vertical ! scal imbalance) and among regions (horizontal ! scal imbalance);

1.000,0

50,0

1.050,0

889,0

15,0

904,0

611.2

35,0

283,0

283,0

-Program Percepatan Penyediaan Air Minum Clean Water avaliability program

Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta Public Private Partnership project

Fast Track Program Fhase 1 (FTP1)

201220122012201220122012No Program Penjaminan

Alokasi Dana Penjamin APBN (Miliar Rupiah)Jumlah Surat

JaminanNilai JaminanMiliar Rupiah

1

2

3

4

1.000,0

1.000,0

-

623,3

10,0

633,3

Fast Track Program Fhase 2 (FTP2)

Jumlah Total

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

59,8

706,0

-

34

4

1

4

74.386,80

95,16

30,944,00

20.347,76

125.773,72

Catatan: asumsi kurs Rp 9670 perdolar AS Note: Exchange rate assumption IDR9,670

Tabel 4.31. Nilai Penjaminan Pemerintah dan Alokasi APBN per 31 Desember 2012Table 4.31. Government’s Guarantee Value and State Budget Allocation per December 31st, 2012

Page 211: FA LTKK 2012.indb

210Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

(2) Menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sejalan dengan pembagian urusan pemerintahan antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota;

(3) Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah;

(4) Mendukung kesinambungan !skal nasional (!scal sustainability) dalam rangka kebijakan ekonomi makro;

(5) Meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah;

(6) Meningkatkan e!siensi pemanfaatan sumber daya nasional;

(7) Meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah; serta

(8) Meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, terdepan dan pascakon$ik.

Mekanisme penyaluran anggaran transfer ke daerah terus disempurnakan dengan memutakhirkan mekanisme penyaluran sesuai dengan dinamika kebijakan pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Penyempurnaan itu dilakukan

(2) harmonizing the regional needs of fund along with the division between the central, regional, and regency/city a"airs;

(3) increasing the quality of public service in the regions and at decreasing imbalance of the public service among regions;

(4) supporting national !scal sustainability in the framework of macroeconomic policies;

(5) increasing the regional capacity in exploring regional potentials;

(6) increasing e#ciency of the national resources advantages;

(7) increasing synchronization between the national development plan and the regional development plan, and

(8) increasing attention to development in isolated, outermost, foremost regions post-con$ict.

Mechanism of the block grant distribution continues to be perfected by updating it according to the policy of the central and regional government’s !nancial management. The mechanism is also perfected by issuing Regulation of the Minister of Finance Number

Perkembangan Anggaran Transfer Ke Daerah (Miliar Rp.),2007-2012

2007 2008 2009 2010 2011 2012

0.0

50,000.0

100,000.0

200,000.0

250,000.0

300,000.0

150,000.0

400,000.0

450,000.0

500,000.0

350,000.0

Sumber: DJPK Source: Directorate General of Fiscal Balance

DBH DAU DAK Dana Otsus Dana Penyesuaian

Gra!k 4.13. Perkembangan Anggaran Transfer ke Daerah Tahun 2007-2012Graphic 4.13. Development of Block Grant in 2007-2012

Page 212: FA LTKK 2012.indb

211Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

dengan menerbitkan PMK 06/PMK.07/2012 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Sementara untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kepastian hukum dalam pengalokasian anggaran transfer ke daerah, serta perencanaan dan penetapan alokasi anggaran transfer ke daerah yang sinergis antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses penetapan alokasi transfer ke daerah, telah diterbitkan PMK 165/PMK.07/2012 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah.

Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH)

Perhitungan dan penetapan alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) kepada daerah diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004 dan PP No. 55 Tahun 2005. Kebijakan alokasi dari tahun ke tahun telah menyempurnakan proses perhitungan, penetapan alokasi, dan ketepatan waktu penyaluran. Kebijakan Dana Bagi Hasil Tahun 2012, yaitu:

1. Meningkatkan akurasi data melalui koordinasi dengan institusi pengelola PNBP seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian ESDM, serta dengan melibatkan unit-unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan (DJA, DJP, dan Ditjen Perbendaharaan) untuk menyediakan data yang lebih akurat;

2. Menyempurnakan proses perhitungan dan penetapan alokasi DBH secara lebih transparan dan terpercaya;

3. Menyempurnakan sistem penyaluran DBH lebih tepat waktu;

4. Penyelesaian kurang bayar DBH Sumber Daya Alam (SDA) dan DBH Pajak.

New design transfer dalam pengelolaan DBH telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dan terus dilakukan pengembangan dan perbaikan. Mekanismenya antara lain dengan mengubah pola penyaluran DBH yang semula murni berdasarkan realisasi penyetoran PNBP dari hasil rekonsiliasi triwulanan menjadi penyaluran dengan pola penggabungan antara penetapan persentase dengan realisasi penyetoran PNBP melalui rekonsiliasi.

PMK 06/PMK.07/2012 on the Implementation and Responsibility of Block Grant. Meanwhile, to increase transparence, accountability, and legal certainty in allocating block grant, as well as planning and determining allocation of transfer fund to regions, which are synergic among the parties involved in the process of determining the allocation of block grant, Regulation of the Minister of Finance Number PMK 165/PMK.07/2012 on Allocation of Block Grant, has been issued.

Policy of Revenue-Sharing (DBH)

Calculation and stipulation of Revenue-Sharing (DBH) allocation to the regions are regulated in Law No. 33/2004 and Government Regulation No. 55.2005. The allocation policy has been perfecting the process of calculation, allocation, and time accuracy for the distribution from year to year. The policy of Revenue-Sharing 2012 included:

1. To increase data accuracy through coordination with Non-Tax Revenues (PNBP) managing institutions, such as the Ministry of Forestry, the Ministry of Marine and Fisheries, the Ministry of Energy and Natural Resources, involving Echelon I units at the Ministry of Finance (the Directorate General of Budget, the Directorate General of Tax, and the Directorate General of Treasury) to provide more accurate data.

2. To perfect the calculation and stipulation process of the Revenue-Sharing allocation in a more transparent and trustworthy way.

3. To perfect the system of the Revenue-Sharing distribution to be more timely.

4. To settle a lack of payment of the Natural Resources Revenue-Sharing and Tax Revenue-Sharing.

A new design of transfer in the Revenue-Sharing management was set up in 2008, and it will continue to be developed and improved. The mechanism includes among others a change in the Revenue-Sharing distribution pattern from previously purely based on the realization of Non-Tax Revenues (PNBP) deposit from a quarterly reconciliation to the distribution based on the incorporating pattern between the percentage stipulation and the realization of Non-Tax Revenues deposit through reconciliation.

Page 213: FA LTKK 2012.indb

212Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

DBH telah mencapai sasaran sesuai dengan Renstra 2010-2014. Pelaksanaannya mengacu pada kebijakan dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur bagian pemerintah pusat dan bagian pemda dengan persentase tertentu dari realisasi penyetoran ke kas negara dari Penerimaan Negara Pajak (PNP) dan PNBP. Jenis DBH dalam UU tersebut ada delapan jenis. Dalam tahun 2005 hingga 2008 telah dilaksanakan tujuh jenis. Sedangkan satu jenis DBH, yaitu panas bumi dilaksanakan mulai tahun 2009. Untuk pertama kalinya, DBH panas bumi pada tahun 2009 dibagikan kepada daerah di wilayah Provinsi Jawa Barat, yaitu DBH dari PNBP tahun 2006 hingga 2009.

Catatan :• DBH SDA TA 2010 mengacu pada APBN

Perubahan 2010

• DBH SDA TA 2011 mengacu pada APBN Perubahan 2011

The Revenue-Sharing has achieved its target according to Renstra 2010-2014. The implementation refers to Law Number 33/2004 that regulates both the central government’s and the regional government’s part with a certain percentage from the deposit realization to the state cash from the Tax Revenues and Non-Tax Revenues (PNBP). Under Law Number 33.2004, there are eight types of Revenue-Sharing, of which seven types were implemented from 2005 to 2008. The remaining one type, Revenue-Sharing from geothermal, started to be implemented in 2009. For the ! rst time, Revenue-Sharing from geothermal in 2009 was distributed to regions in West Java province, that was Revenue-Sharing from Non-Tax Revenues (PNBP) from 2006 to 2009.

Note:• Revenue-Sharing from Natural Resources

Fiscal Year 2010 referred to State Budget Review 2010

• Revenue-Sharing from Natural Resources Fiscal Year 2011 referred to State Budget Review 2011

Komponen Component 201220112010200920082007No

Pajak Tax

22,37

7,35

9,98

0,2

39,9

17,28%

4,24

1,71

23,44

0,16

-

29,55

1,79%

69,45

10,15%

21,79

4,29

7,94

-

34,02

22,02%

2,85

1,52

24,46

0,20

-

29,03

-6,39%

63,05

7,06%

27,12

7,69

10,93

1,2

46,94

13,11%

7,79

1,75

35,196

0,12

0,305

45,165

68,4%

92,1

34,81%

22,8

7,65

10,09

0,96

41,5

4,01%

6,98

1,51

17,6

0,12

0,26

26,82

-9,24%

68,32

-1,63%

26,03

-

19,37

1,73

47,13

11,95%

12,86

1,53

47,39

0,179

0,626

62,60

14,5%

109,98

13,65%

27,59

-

13,16

1,16

42,10

-10,31%

15,14

1,75

37,306

0,12

0,351

54,673

21,05%

96,77

4,98%

PBB Property Tax

BPHTB BPHTB

PPh Income Tax

Cukai HT Tobacco Result Excise

Sub Jumlah (A) Sub total (A)

% Kenaikan % Increase

Minyak & Gas Oil & Gas

Sumber daya Manusia Natural Resources

Perikanan Fishery

Pertambangan Umum General Mining

Kehutanan Ministry

Panas Bumi Geothermal

Sub Jumlah (B) Sub total (B)

% Kenaikan % Increase

Total (A+B) Total (A+B)

% Kenaikan % Increase

A

B

C

1

2

3

4

1

2

3

4

5

Sumber : DJPK, data diolah Sumber: Directorate General of Fiscal Balance, data processed

Tabel 4.32.Perkembangan Alokasi DBH per Komponen Tahun 2007- 2012 (dalam triliun rupiah)Table 4.32. Development of Revenue-Sharing Allocation per Component 2007- 2012 (in trillion of rupiahs)

Page 214: FA LTKK 2012.indb

213Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

• DBH SDA TA 2011 mengacu pada APBN Perubahan 2012

• DBH Pajak TA 2008, 2009 dan 2010 belum termasuk Biaya Pemungutan PBB bagian daerah.

Pada tahun 2008 dikenal DBH Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) berdasarkan UU No 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU No 11 Tahun 1999 tentang Cukai. Pada Tahun 2008 dan 2009 DBH-CHT diberikan kepada lima daerah di wilayah provinsi penghasil CHT, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Berbeda dengan DBH SDA pada umumnya yang sifatnya sebagai block grant, DBH CHT bersifat speci!c grant.

Sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 35 UU No 33 Tahun 2004, DBH SDA minyak dan gas dibagikan kepada daerah. Pembagian itu dengan porsi 15,5 persen dari PNBP minyak bumi dan 30,5 persen dari PNBP gas bumi. Porsi tambahan 0,5 persen yang merupakan speci!c grant, harus dimanfaatkan untuk menambah anggaran pendidikan dasar di daerah. Pembagiannya untuk provinsi/daerah penghasil/daerah lainnya masing-masing sebesar 0,1 persen, 0,2 persen dan 0,2 persen.

Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU)

Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2012 diarahkan untuk mewujudkan fungsi DAU sebagai equalization grant, antara lain sebagai berikut.

1. Menerapkan besaran pagu DAU Nasional sekurang-kurangnya 26 persen dari Pendapatan Dalam Negeri Neto (PDNN) ;

2. Melanjutkan prinsip non hold harmless, yaitu prinsip pengalokasian yang memungkinkan suatu daerah mendapat alokasi DAU yang lebih rendah dari tahun anggaran sebelumnya;

3. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah, dengan parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah adalah Williamson Index (WI);

4. Meningkatkan akurasi data tentang dasar perhitungan DAU yang bersumber dari lembaga/instansi yang berwenang.

• Revenue-Sharing from Natural Resources Fiscal Year 2012 referred to State Budget Review 2012

• Revenue-Sharing from Tax Fiscal Year 2008, 2009, and 2010 excluded Property Tax collection fee for regions.

In 2008, Revenue-Sharing from Tobacco Result Excise was introduced pursuant to Law No. 39/2007 on Amendement of Law No. 11/1999 on Excise. In 2008 and 2009, Revenue-Sharing from Tobacco Result Excise was granted to !ve tobacco-producing regions, including North Sumatra, West Java, Central Java, D.I, Yogyakarta, and East Java. Unlike Revenue-Sharing from Natural Resources in block grant, Revenue-Sharing from Tobacco Result Excise is in speci!c grant

As an implementation of the provision Article 35 of Law No. 33/2004, Revenue-Sharing from oil and gas is distributed to regions. The portion is 15.5 percent from Non-Tax Revenues (PNBP) from oil and 30.5 percent from Non-Tax Revenues (PNBP) from natural gas. An additional portion of 0.5 percent is speci!c grant which must be used as an additional budget for basic education in the regions. The allocation is as follows, for provinces/producing regions/other regions respectively 0.1 percent, 0.2 percent, and 0.2 percent.

Policy of General Allocation Fund (DAU)

The policies of General Allocation Fund (DAU) in 2012 were aimed at realising the fund’s function as an equalization grant. The policies included:

1. Stipulating ceiling of the national General Allocation Fund at least 26 percent from the Net Domestic Revenues (PDNN);

2. Following a non hold harmless principle which enabled a region to obtain a General Allocation Fund portion lower than the previous !scal year;

3. Increasing the equity of inter-regional !nancial capacity, with parameter used to measure the equity of inter-regional !nancial capacity was Willioamson Index (WI);

4. Increasing the accuracy of calculation base data of the General Allocation Fund (DAU) from the authorized institutions.

Page 215: FA LTKK 2012.indb

214Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Guna mendukung pelaksanaan perhitungan DAU tahun 2012, formula perhitungan tetap diarahkan untuk (i) mendukung fungsi DAU sebagai alat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah; (ii) meningkatkan akurasi tentang data dasar perhitungan DAU yang bersumber dari lembaga/instansi yang berwenang; (iii) alokasi dasar memperhitungkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kenaikan gaji pokok, formasi CPNS Daerah, dan kebijakan-kebijakan lainnya yang terkait dengan penggajian; (iv) proporsi DAU sebesar 10 persen untuk semua provinsi dan 90 persen untuk semua kabupaten/kota dari besaran DAU nasional; (v) tetap melanjutkan penerapan kebijakan non hold harmless.

Sejak tahun 2007, upaya mempercepat perhitungan DAU per daerah dengan WI yang terbaik telah dilakukan dengan menggunakan aplikasi berbasis teknologi informasi, yaitu dynamic model. Melalui dynamic model, perilaku dan pengaruh setiap variabel dalam formula DAU dapat langsung terlihat dan terkontrol. Sehingga memudahkan operator dan pejabat pengambil keputusan untuk mengintegrasikan kebijakan pemerataan antara daerah berdasarkan WI atau Weighted Coe!cien of Variation yang berbasis akademik. Di samping itu, proses penghitungan dilakukan oleh beberapa orang pejabat dan staf sebagai bentuk pengendalian internal yang bertujuan meminimalisasi kesalahan penghitungan.

Nilai dan persentase DAU meningkat dari tahun ke tahun. Besaran DAU sangat dipengaruhi oleh PDNN yang ditetapkan dalam APBN. PDNN adalah penerimaan negara yang berasal dari pajak dan PNBP setelah dikurangi penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada daerah. Sesuai pasal 107 UU No. 33 Tahun 2004, sampai dengan tahun 2007 Pagu DAU Nasional ditetapkan sekurang-kurangnya 25,5 persen dari PDNN. Adapun sejak Tahun 2008, sesuai Pasal 27, besaran DAU menjadi sekurang-kurangnya 26 persen dari PDN. Pada APBN 2012 besaran Alokasi DAU (murni) untuk provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan sebesar Rp273.814.438.203.000,00. Perkembangan DAU dari tahun 2007 hingga 2012 dapat dilihat dalam Tabel 4.33 dan Gra!k 4.33.

To support calculation of the General Allocation Fund (DAU) 2012, the calculation formula was still directed (i) to support the General Allocation Fund’s (DAU) function as an equity tool of the inter-regional !nancial capacity; (ii) to increase accuracy of the calculation base data of the General Allocation Fund (DAU) from the authorized institutions; (iii) to consider policies related to the raise of basic salary, formation of regional Civil Servant Candidates, and other policies related to remuneration; (iv) to allocate 10 percent of the national General Allocation Fund (DAU) for all provinces and 90 percent for all regencies/municipalities; (v) to still apply the non hold harmless policy.

Since 2007, e"orts to accelerate calculation of the General Allocation Fund (DAU) per region with the best WI have been made by using an information technology-based application, namely dynamic model. Through the dynamic model, the behaviour and impact of each variable in the General Allocation Fund (DAU) formula could be directly seen and controlled. This facilitated the operator and decision-making o#cials to integrate the policy of inter-regional equity based on the academic-based WI or Weighted Coe!cien of Variation. In addition, the calculation was made by some o#cials and sta" as a form of internal control aimed at minimizing any miscalculation.

The value and percentage of the General Allocation Fund increases from year to year. The total amount was much a"ected by the Net Domestic Revenues (PDNN) stipulated in the State Budget. The Net Domestic Revenues is the government revenues from tax and non-tax after having been substracted by the government revenues which have been shared with the regions. Pursuant to Article 107 of Law No. 33/2004, until 2007, ceiling of the national General Allocation Fund was stipulated at least 25.5 percent from the Net Domestic Revenues. Since 2008, pursuant to Article 27, the ceiling was stipulated 26 percent from the Net Domestic Revenues. In the State Budget 2012, the (pure) General Allocation Fund for provinces, regencies, and municipalities amounted to IDR273,814,438,203,000.00. Development of the General Allocation Fund from 2007 to 2012 can be seen in Table 4.33 and Graphic 4.33.

Page 216: FA LTKK 2012.indb

215Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK)

DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus. Kegiatan itu harus merupakan bagian dari program dan menjadi prioritas nasional serta menjadi urusan daerah. Kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program prioritas nasional dimaksud termuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun Anggaran 2012. Berdasarkan RKP tersebut, menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Selanjutnya menteri teknis menyampaikan kegiatan khusus tersebut kepada Menteri Keuangan.

Arah Kebijakan DAK Tahun 2012, yaitu:

(1) Mendukung program yang menjadi Prioritas Nasional dalam RKP 2012 sesuai kerangka pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja;

(2) Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dalam membiayai pelayanan publik sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam rangka pemerataan pelayanan dasar publik;

Policy of Special Allocation Fund (DAK)

Special Allocation Fund (DAK) is allocated to certain regions to ! nance special activities. The activities must be a part of a program and a national priority as well as the region’s issue. The special activities as a part of the national priorities mentioned were contained in the Government Work Plan (RKP) Fiscal Year 2012. Based on the Government Work Plan (RKP), the technical ministers proposed special activities which were then stipulated after having been coordinated with the Minister of Home A" airs, the Minister of Finance, and the State Ministry/National Development Planning Agency (Bappenas). The technical ministers then submitted the special activities to the Minister of Finance.

Directions of the Policy of Special Allocation Fund (DAK) 2012 included:(1) To support programs which were the national

priorities in the Government Work Plan 2012 in accordance to the mid-term expenditures and performance-based budgeting;

(2) To assist regions with low ! nancial capacity in ! nancing the public service according to the Minimum Service Standard (SPM) in the framework of public basic service equity; and

Alokasi Tahun Allocation yearPerpres (Miliar Rupiah)

Presidential Regulation (in billion Rupiah) Jumlah Daerah Number of regions

Perpres 104 Tahun 2006 Presidential Regulation 104/2006

164.787,40

179.507,14

Perpres 110 Tahun 2007 Presidential Regulation 110/2007

Perpres 74 Tahun 2008 Presidential Regulation 74/2008

192.490,34

Perpres 53 Tahun 2009 Presidential Regulation 53/2009

Perpres 6 Tahun 2010 Presidential Regulation 6/2010

273.814,4

Perpres 96 Tahun 2011 Presidential Regulation 96/2011

225.532,83

186.414,1

434 kab/kota 434 Regencies/cities

33 provinsi 33 Provinces

451kab/kota 451 Regencies/cities

33 provinsi 33 Provinces

477 kab/kota 477 Regencies/cities

33 provinsi 33 Provinces

477 kab/kota 477 Regencies/cities

33 provinsi 33 Provinces

491 kab/kota 491 Regencies/cities

33 provinsi 33 Provinces

491 kab/kota 491 Regencies/cities

33 provinsi 33 Provinces

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Sumber Data : DJPK, data diolah Source: Directorate General of Fiscal Balance, data processed

Tabel 4.33. Perpres Alokasi DAU Yang Diterbitkan Tahun Anggaran 2007 – 2012Table 4.33. Presidential Regulation on General Allocation Fund (DAU) Issued for Fiscal Year 2007 – 2012

Page 217: FA LTKK 2012.indb

216Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

(3) Meningkatkan kualitas perhitungan alokasi DAK, serta mempercepat penyusunan petunjuk teknis penggunaan DAK yang ditujukan untuk mendorong penyusunan APBD yang efektif, e!sien, dan tepat waktu;

(4) Meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah sehingga terwujud sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai dari sumber-sumber pendanaan lainnya;

(5) Meningkatkan penyediaan data-data teknis yang akurat sebagai basis kebijakan kementerian dan lembaga dalam rangka meningkatkan keserasian dan menghindari duplikasi kegiatan antarbidang DAK;

(6) Mendorong kinerja pelaporan sebagai salah satu pertimbangan dalam penyusunan kriteria pengalokasian DAK.

Adapun kebijakan penetapan alokasi DAK 2012 adalah:1. Mempertimbangkan kemampuan keuangan

negara;2. Menggunakan/mempertimbangkan Pagu DAK

2011 sebagai baseline;3. Mengacu kepada Tema Prioritas RKP 2012 yang

telah disetujui DPR;4. Menyesuaikan dengan kebijakan:

• Pemenuhan Anggaran Pendidikan 20 persen;• Sinergi dengan belanja K/L (pencapaian

sasaran).

Perhitungan alokasi DAK dilakukan dengan perhitungan indeks dari tiga kriteria, yaitu: kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Indeks kriteria teknis memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan bobot indeks kriteria lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian pembangunan infrastruktur di daerah.

Alokasi DAK tahun 2012 naik 19,4 persen dari alokasi DAK tahun 2011, yaitu Rp25,2 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp26,11 triliun pada tahun 2012. Jumlah bidang yang didanai DAK tahun 2012 tetap sama dengan yang didanai DAK tahun 2011, yakni 19 bidang. Perkembangan alokasi DAK sebagaimana terlihat dalam Gra!k 4.14.

(3) To increase the quality of Special Allocation Fund (DAK) calculation, and to accelerate preparation of the technical guidance of the Special Allocation Fund (DAK) use, aimed at encouraging an e"ective, e#cient, and timely preparation of the Regional Budget.

(4) To increase a comprehensive and integrated coordination of the Special Allocation Fund (DAK) management in both the centre as well as the regions to synchronize the Special Allocation Fund (DAK) activities with other activities !nanced by other funding sources.

(5) To provide accurate technical data as a basis for the ministerial and institutional policies to increase harmony and to prevent activities duplication among the !elds of the Special Allocation Fund (DAK).

(6) To encourage reporting performance as one of the considerations in preparing criteria for allocating the Special Allocation Fund (DAK).

Policies in stipulating the Special Allocation Fund (DAK) 2012 included:1. To consider the state !nancial capacity.2. To use/consider ceiling of the Special Allocation

Fund (DAK) 2012 as a baseline.3. To refer to the priority theme of the Government

Work Plan 2012 approved by the House of Representatives.

4. To adjust with the policies:• Ful!lling the 20-percent education budget;• Synergy with the ministries/institutions’

expenditures (targets achievement).

The Special Allocation Fund (DAK) was calculated with index of three criterias: general criteria, special criteria, and technical criteria. The technical criteria index had a more weight compared to the other criterias index. This was aimed at accelerating achievement of the regional infrastructure development.

The Special Allocation Fund (DAK) 2012 increased 19.4 percent from the Special Allocation Fund (DAK) 2011, from IDR25.2 trillion in 2011 to IDR26.11 trillion in 2012. The number of sectors funded by the Special Allocation Fund (DAK) 2012 remained the same as the number of sectors funded by the Special Allocation Fund (DAK) 2011, which was 19 sectors. Development of the Special Allocation Fund (DAK) can be seen in Graphic 4.14.

Page 218: FA LTKK 2012.indb

217Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Dari 491 kabupaten/kota terdapat tiga kota yang tidak menerima alokasi DAK, yaitu Kota Tarakan, Kota Dumai, dan Kota Bontang. Sementara dari 33 provinsi terdapat satu daerah yang tidak menerima alokasi DAK, yaitu Provinsi DKI Jakarta. Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)

Dana P2D2 merupakan dana yang bersumber dari APBN dan dialokasikan sebagai insentif kepada daerah provinsi, kabupaten, dan kota yang termasuk sebagai daerah percontohan P2D2. Penentuan besaran insentif dimaksud berdasarkan hasil veri! kasi keluaran yang dilakukan oleh BPKP. Veri! kasi itu berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman antara Pemerintah RI dan Bank Dunia tentang Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi tanggal 23 Juni 2010 (Loan Agreement No. 7914 ID, No. Registrasi 10809501).

Dana P2D2 disalurkan kepada daerah sebagai penghargaan atas pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK, khususnya DAK bidang infrastruktur.

Out of 491 regencies/cities, three cities did not receive the Special Allocaton Fund, including Tarakan, Dumai, and Bontang. While out of 33 provinces, one province did not receive the Special Allocation Fund, that was DKI Jakarta.

Fund for Local Government and Decentralization Projects (P2D2)

Fund for Local Government and Decentralization Projects (P2D2) comes from the State Budget and is allocated as an incentive to provinces, regencies, and cities included as pilot regions of the project. The amount of the incentive is stipulated based on the output veri! cation result by the Financial and Development Examination Agency (BPKP). The veri! cation is based on criterias stipulated in the loan agreement between the Indonesian government and the World Bank on Local Government and Decentralization Projects (P2D2) dated June 23rd, 2010 (Loan Agreement No. 7914 ID, Registration Number 10809501).

The fund for Local Government and Decentralization Projects (P2D2) is distributed to regions as a reward of transparence and accountability of activities funded by the Special Allocation Fund (DAK), especially in the infrastructure sector.

Perkembangan Alokasi DAU dan DAJ 2007-2012

Milia

r Rp.

2006 2008 2009 2010 2011 20120

50.000

100.000

200.000

250.000

300.000

150.000

DAU

2007 2008 2009 2010 2011 2012

DAK

164.787,4

16.237,8

179.507,1

20.787,3

186.414,1

24.707,4

203.571,5

20.956,3

225.533,7

25.232,8

273.814,4

26.115,9

Gra! k 4.14. Perkembangan Alokasi DAU dan DAK tahun 2007-2012Graphic 4.14. Development of General Allocation Fund (DAU) and Special Allocation Fund (DAK) 2007-2012

Page 219: FA LTKK 2012.indb

218Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Kebijakan Dana Otonomi Khusus

Besaran Dana Otonomi Khusus (Otsus) telah ditetapkan dalam UU No 11 Tahun 2006 pasal 183 ayat 2 sebesar 2 persen dari DAU Nasional. Kebijakan penetapan besaran DAU Nasional dalam setiap APBN secara langsung berdampak pada perubahan besaran Dana Otsus. Dana Otsus ini diberikan untuk Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Aceh. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan Dana Otsus, Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri mensyaratkan adanya rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri pada setiap tahap penyaluran. Kebijakan ini bertujuan mendorong daerah-daerah penerima Dana Otsus agar merencanakan pemanfaatan dana tersebut dengan baik dan menghasilkan output yang optimal bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Besaran Dana Otsus Provinsi Aceh dialokasikan setara 2 persen dari pagu Dana Alokasi Umum Nasional atau sebesar Rp5.476.288.764.000,00. Besaran Dana Otsus untuk Provinsi Papua sebesar Rp3.833.402.135.000,00, sementara Provinsi Papua Barat mendapatkan alokasi Dana Otsus sebesar Rp1.642.886.629.000,00. Total Dana Otsus untuk Papua Barat adalah Rp5.476.288.764.000,- atau setara dengan 2 persen dari total DAU Nasional.

Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otsus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat diutamakan untuk pendanaan pembangunan infrastruktur, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus bagi Provinsi Papua. Besaran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otsus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebesar Rp1.000.000.000.000,00 dengan proporsi untuk Provinsi Papua sebesar Rp571.428.571.000,00 dan untuk Provinsi Papua Barat sebesar Rp428.571.429.000,00.

Kebijakan Dana Penyesuaian

Kebijakan yang menyangkut Dana Penyesuaian pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :

1. Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD), yang merupakan tunjangan profesi untuk guru PNSD yang telah memiliki serti!kat pendidik dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan

Policy of Special Autonomy Fund (Otsus)

The amount of Special Autonomy Fund (Otsus) has been stipulated in the law, two percent of the national General Allocation Fund (DAU). The policy of the national General Allocation Fund (DAU) in every State Budget has directly a"ected the change of the Special Autonomy Fund (Otsus) amount. The fund was granted to the provinces of Papua, West Papua, and Aceh. To optimize the use of the Special Autonomy Fund (Otsus), the Ministries of Finance and of Home A"airs have required a recommendation from the Minister of Home A"airs in every phase of the distribution. The policy was aimed at encouraging the receiving regions of the Special Autonomy Fund (Otsus) to plan a proper use of the fund and to produce optimal outputs to improve public service.

The Special Autonomy Fund (Otsus) for Aceh was allocated equivalent to two percent of the national General Allocation Fund (DAU) or IDR5,476,288,764,000.00. The Special Autonomy Fund (Otsus) for Aceh was in amount of IDR3,833,402,135,000.00, while for West Papua IDR1,642,886,629,000.00. The total amount of the Special Autonomy Fund (Otsus) for Aceh reached IDR5,476,288,764,000.00 or equivalent to two percent of the national General Allocation Fund (DAU).

The Infrastructure Additional Fund in the framework of the Special Autonomy for the provinces of Papua and West Papua was prioritized for infrastructure development, pursuant to Law Number 21/2001 on Special Autonomy for the provinces of Papua. The Infrastructure Additional Fund in the framework of Special Autonomy for the provinces of Papua and West Papua was in amount of IDR1,000,000,000,000.00 of which IDR571,428,571.000.00 was for the province of Papua and IDR428,571,429,000.00 for the province of West Papua.

Policy of Adjustment Fund

Policies related to Adjustment Fund 2012 included:

1. Allowance for Regional Civil Servant teachers (PNSD). It was a professional allowance provided to Regional Civil Servant teachers already having a teacher certi!cate and ful!lling requirements stipulated by the Ministry of Education and

Page 220: FA LTKK 2012.indb

219Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

dan Kebudayaan. Tunjangan Profesi Guru PNSD diberikan sebesar satu kali gaji pokok guru PNSD yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan. Tunjangan Profesi Guru PNSD mulai ditetapkan menjadi komponen transfer ke daerah sejak tahun 2010. Besaran alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD dalam APBN 2012 adalah sebesar Rp30.559.800.000.200,00.

2. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD merupakan tambahan penghasilan yang diberikan kepada guru PNSD yang belum mendapatkan tunjangan profesi guru PNSD dimulai sejak tahun 2009. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD diberikan sebesar Rp250.000,00 per orang per bulan. Besaran alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD dalam APBN 2012 adalah sebesar Rp2.898.900.000.000,00.

3. Dana Insentif Daerah (DID) adalah dana yang dialokasikan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai bentuk apresiasi atas prestasi yang dinilai melalui Kriteria Utama dan Kriteria Kinerja. Batas Minimum Kelulusan Kinerja ditetapkan sebagai dasar untuk menentukan daerah penerima alokasi DID dan penghitungan besaran alokasi DID.

Kriteria Utama adalah kriteria yang harus dipenuhi sebagai penentu kelayakan daerah calon penerima DID. Kriteria itu antara lain, daerah sekurang-kurangnya mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan pemda. Daerah tersebut harus menetapkan Peraturan Daerah APBD secara tepat waktu, dan menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) kepada BPK tepat waktu.

Kriteria Kinerja adalah kriteria yang ditetapkan sebagai unsur penilaian terhadap kinerja dan upaya daerah, terdiri dari:

a. Kriteria Kinerja Keuangan Kriteria ini mengharuskan daerah mampu

meningkatkan atau mempertahankan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan

Culture. The allowance for Regional Civil Servant teachers was provided equal to one time basic salary of the related Regional Civil Servant teachers according to the stipulation. The allowance for Regional Civil Servant teachers was stipulated to become a transfer component to the regions in 2010. The allowance for Regional Civil Servant teachers in 2012 totalled IDR30,559,800,000,200.00.

2. Income Additional Fund for Regional Civil Servant teachers was an additional revenue provided to Regional Civil Servant teachers who have not obtained the professional allowance for Regional Civil Servants teacher since 2009. The Income Additional Fund for Regional Civil Servant teachers amounted to IDR250,000.00 per person per month. The Income Additional Fund for Regional Civil Servant teachers in the State Budget 2012 totalled IDR2,898,900,000,000.00.

3. Regional Incentive Fund (DID) was allocated for provinces and regencies/cities as a token of appreciation of their performance assessed through the Main Criteria and Performance Criteria. The Minimum Benchmark of Performance has been stipulated as a basis to determine the regions receiving the Regional Incentive Fund (DID) and to calculate the amount of the fund.

The main criteria that must be ful!lled to determine the feasibility of the Regional Incentive Fund receiver candidates were among others, the region obtained at least Quali!ed Opinion from the Supreme Audit Agency (BPK) on the regional government’s !nancial report. The related region must stipulate a regional regulation on the Regional Budget timely and submit the Regional Government Financial Report to the Supreme Audit Agency (BPK) timely.

The work performance criteria has been stipulated as an assessment element of the regional performance and e"orts, consisting of:

a. Financial performance criteria The criteria required regions to increase or

maintain quality of the Regional Government Financial Report to obtain Unquali!ed Opinion or Quali!ed Opinion from the Supreme Audit Agency (BPK). The regions

Page 221: FA LTKK 2012.indb

220Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Pengecualian (WDP) dari BPK. Daerah juga harus menetapkan Perda tentang APBD tepat waktu setiap tahunnya, dan mendapatkan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas rata-rata nasional.

b. Kriteria Kinerja Pendidikan Kriteria itu mensyaratkan daerah mampu

mencapai Angka Partisipasi Kasar Sekolah Dasar dan sederajatnya di atas rata-rata nasional. Daerah juga harus mampu mencapai Angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah Pertama dan sederajatnya di atas rata-rata nasional serta mampu mengurangi jarak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap IPM ideal (100) di atas rata-rata nasional.

c. Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan Kriteria ini mensyaratkan daerah mampu

mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.

Besaran alokasi DID dalam APBN 2012 adalah sebesar Rp1.387.800.000.000,-.

4. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam APBN 2012 sebesar Rp23.594,8 miliar. BOS adalah dana yang digunakan terutama untuk biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, dan dapat dimungkinkan untuk mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Komponen Dana Penyesuaian relatif berubah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, Dana Penyesuaian hanya dialokasikan untuk program yang terkait dengan pendidikan, yakni Bantuan Operasional Sekolah, Tunjangan Profesi Guru, Dana Tambahan Penghasilan Guru, dan Dana Insentif Daerah. Perubahan Dana Penyesuaian dari tahun 2007 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.34.

must also stipulate a regional regulation on the Regional Budget timely every year, and to obtain a raise in the Regional Original Revenue (PAD) above the national average.

b. Education performance criteria The criteria required Primary Schools and

schools of the same level in regions to achieve Gross Participation Scores above the national average. The regions should also achieve Gross Participation Scores of Junior High School and schools of the same level above the national average. In addition, the regions should also reduce the gap of the Human Development Index towards the ideal Human Development Index above the national average.

c. Economic and welfare performance criteria The criteria required regions to achieve an

economic growth rate above the average of the national economic growth rate.

The amount of the Regional Incentive Fund in the State Budget 2012 was IDR1,387,800,000,000.

4. School Operational Assistance (BOS) in the State Budget 2012 amounted to IDR23,594.8 billion. The School Operational Assistance was fund mainly used for non-personnel cost for basic education units as executor of the compulsory education program. The fund was also possible to !nance other activities according to the technical guidance of the Minister of Education and Culture.

Components of the Adjustment Fund relatively changed from year to year. In 2012, the Adjustment Fund was only allocated for programs related to education, including School Operational Assistance, Teachers Allowance, Teachers Additional Income Fund, and Regional Incentive Fund. Changes of the Adjustment Fund from 2007 to 2012 can be seen in Table 4.34.

Page 222: FA LTKK 2012.indb

221Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah

Realisasi penyaluran dana Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2012 mencapai Rp480.471,37 miliar, atau 100,35 persen dari pagu APBNP Rp478.775,93 miliar dan 100,03 persen dari pagu alokasi de! nitif yang sebesar Rp480.342,25 miliar. Realisasi tersebut terdiri atas Dana Perimbangan sebesar Rp411.074,59 miliar (100,67 persen dari pagu APBN-P) dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Rp69.396,78 miliar (98,54 persen dari pagu APBN-P). Penyaluran anggaran transfer ke daerah dilaksanakan langsung dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) oleh DJPK selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD). Penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah dilaksanakan berdasarkan PMK

Distribution of Block Grant

Realization of distribution of block grant Fiscal Year 2012 reached IDR480,471.37 billion, or 100.35 percent from the State Budget Review ceiling of IDR478,775.93 billion and 100.03 percent from the de! nitive allocation ceiling in amount of IDR480,342.25 billion. The realization consisted of Balancing Fund IDR411,074.59 billion (100.67 percent from the State Budget Review ceiling) and Special Autonomy and Adjustment Fund IDR69,396.78 billion (98.54 percent from the State Budget Review ceiling). The transfer fund to regions was distributed directly from the General State Cash Account (RKUN) by the Directorate General of Fiscal Balance as Power of the Budget User (KPA)

Nomenklatur 201220112010200920082007No

Dana Penyesuaian DAU Adjustment Fund of the General Allocation Fund (DAU)

Dana Penyeimbang DAU Balancing Fund of the General Allocation Fund (DAU)

Dana Tunjangan Kependidikan Education Supporting Fund

Dana Penyesuaian Ad Hoc Ad Hoc Adjustment Fund

Dana Tambahan DAU Additional Fund for General Allocation Fund (DAU)

Dana Penyesuaian Infrastruktur Jalan Adjustment Fund for Road Infrastructure

Dana Tambahan Penghasilan Guru Income Additional Fund for Teachers

Dana Insentif Daerah Regional Incentive Fund

Kurang Bayar DAK dan DISP Lack of Payment of DAK and DISP

Tunjangan Profesi Guru Teachers Profession Fund

Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah Adjustment Fund for Regional Bantuan Operasi Sekolah (BOS) School Operational Assistance (BOS)

Kurang Bayar Dana Sarana dan Prasarana Infrastruktur Provinsi Papua Barat TA 2008 Lack of Payment of Infrastructure at West Papua Province Fiscal Year 2008

Dana Penyesuaian Infrastruktur Sarana dan Prasarana (DISP) Adjustment Fund for Infrastructure (DISP)

Dana penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD) Strengthening Fund for Regional Insfrastructure (DPIPD)

Dana percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP) Education Infrastructure Development Acceleration Fund (DPPIP)

Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah (DPDF dan PPD) Strengthening Fund for Fiscal Decentralization and Regional Development Acceleration (DPDF and PPD)

1

2

3

5

4

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Sumber : DJPK Source: Directorate General of Fiscal Balance

66

6

6

6

6 6

6

6 6 6

66

66

6

6

6

6

6

6 6

6

6

6

Tabel 4.34. Perubahan Nomenklatur Dana PenyesuaianTahun 2007-201Tabel 4.34 Nomenclature changes of Adjustment Fund 2007-2012

Page 223: FA LTKK 2012.indb

222Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

No. 06/PMK.07/2012 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Adapun pola penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah berdasarkan PMK dimaksud ditunjukkan pada Tabel 4.35.

to Regional Accounts (RKUD). The block grant was distributed under Regulation of the Minister of Finance No. 06/PMK.07/2012 on the Implementation and Liability of Block Grant. The distribution pattern of Block Grant under the said regulation is shown in Table 4.35.

I.

A.

a. DBH PBB Bagian Pusat (10%) Revenue-sharing fromCentral Property Tax (10%)

Tahap I : 25%; Tahap II : 50%; Tahap III : selisih alokasi de!nitif dengan yang telah disalurkan.Phase I : 25%; Phase II : 50%; Phase III : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund.

c. DBH biaya pemungutan PBB bagian Daerah (9%) Revenue-sharing from collecting fee of Regional Property Tax (9%)

Setiap minggu, yaitu sebesar 9 % dari realisasi penerimaan secara mingguan.Weekly of 9% from the weekly revenues realization.

b. DBH PBB Bagian Daerah (81%) Revenue-sharing fromRegional Property Tax (81%)

Setiap minggu yaitu sebesar 81% (64,8 % untuk kabupaten/kota; 16,2% untuk provinsi) dari realisasi penerimaan secara mingguan. Weekly of 81% (64.8 % for regencies/cities; 16.2% for provinces) from the weekly revenues realization.

d. DBH PBB & biaya penerimaan secara mingguan.sektor pertambangan Migas & Panas Bumi Revenue-sharing from Property Tax & collecting of Property Tax in oil and gas & geothermal mining sector

Setiap triwulan sebesar 25% (Maret, Juni, September,Desember); Triwulan IV : selisih alokasi de!nitif dengan yang telah tersalur. Quarterly of 25% (March, june,September, December); quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund.

a. DBH PPh Pasal 21 Revenue-sharing from Income Tax Article 21

Migas & Panas Bumi Oil and gas & Geothermal

Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

b. DBH PPh Pasal 25/29 Revenue-sharing from Income Tax Article 25/29

Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

Triwulan I : 20%; Triwulan II & Triwulan III : 30%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II & Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

Triwulan I & II: 20% ; Tw III: selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: 20%; Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

DBH PBB Revenue-sharing from Property Tax

B.

A.

Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur Special Autonomy Fund and Infrastructure Additional Fund

Penyaluran dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan dari Mendagri - Tahap I (Maret) :30%; Tahap II (Juli) : 45%; Tahap III (Oktober) : 25%. Distributed after a consideration of the Minister of Home A"airs Phase I (March) : 30% ; Phase II (July) : 45%; Phase III (October) : 25%.

A.

Dana Insentif Daerah Regional Incentive Fund

Penyaluran dilakukan setelah menyampaikan perda APBD 2011 dan surat pernyataan, disalurkan Sekaligus Distributed after a region has submitted regional regulation on the Regional Budget 2011 and a statement letter, distributed at once

D.

Dana Cadangan BOS School Operational Assistance (BOS) Reserve Fund

Triwulanan. Disalurkan setiap akhir triwulan (tentatif berdasarkan rekomendasi kurang salur BOS dari Mendikbud).Quarterly. Distributed every end of quarter (tentative based on a recommendation of lack of distribution of school Operational Assistance (BOS) from the minister of Education and Culture).

F.

BOS School Operational Assistance (BOS)

Tw I: Januari; Tw II: April; Tw III: Juli; Tw IV: Oktober. Penyaluran per triwulan sebesar 25% dari alokasi. Quarter I : January; Quarter II: April; quarter III: July; quarter IV : October. Distributed quarterly 25% from the allocation.

E.

Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD Fund for Additional Income for Civil Servant Teachers

Penyaluran dilakukan per triwulan, masing-masing sebesar 25%; triwulan I disalurkan tanpa syarat. triwulan II s/d IV disalurkan dengan syarat pemda menyampaikanlaporan realisasi semester II TA 2011 Distributed quarterly, respectively 25%; phase I distributed without any terms; quarters II to IV distributed if a region has submitted realization report of semester II Fiscal Year 2011

B.

Tunjangan Profesi GuruTeachers Allowance

C.

Kehutanan & Perikanan Forestry & Fishery C.

Pertambangan Umum General Mining Triwulan I & II: 20% & 15% ;selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: 20% & 15% ; discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

Triwulan I & II: masing-masing 15% ;selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: Respectively 15% ; discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

Penyaluran tahap I (30% dari total DAK) Dilaksanakan setelah daerah menyampaikan Perda APBD tahun 2012, Laporan Penggunaan DAK tahun sebelumnya, dan Surat Pernyataan Dana Pendamping DAK TA 2012.Distribution phase I (30% from total Special Allocation Fund (DAK) Distributed after a region has submitted Regional Regulation of the Regional Budget 2012, Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous year, and Statement Letter of Accompanying Fund of Special Allocation Fund (DAK) Fiscal Year 2012.

B.

1.

2.

DBH PPh Revenue-sharing from Income

Dana Bagi Hasil Pajak Tax Revenue-sharing

II. DHB Cukai Hasil Tembakau Revenue-sharing from Tobacco Result Excise

III. Dana Bagi Hasil Sumber daya Alam Revenue-sharing from Natural Resources

IV. Dana Alokasi Umum General Alocation Fund (DAU)

V. Dana Alokasi Umum Special Allocation Fund (DAK)

VI. Dana Alokasi Umum Special Autonomy and Adjustment Fund

Penyaluran Tahap II (45%) dan Tahap III (25%) Dilaksanakan setelah menyampaikan Laporan Penggunaan DAK tahap sebelumnya yang secara kumulatif telah mencapai 90%.Distribution phase II (45%) and Phase III (25%) Distributed after a region has submitted Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous phase, which cumulatively reached 90%

Tiap bulan sebesar 1/12 dari alokasi Monthly of 1/2 from the allocation.

Tabel 4.35. Pola Penyaluran Anggaran Transfer Ke DaerahTable 4.35 Distribution Pattern of Block Grant

Page 224: FA LTKK 2012.indb

223Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Penyaluran Dana Perimbangan

1. Dana Bagi Hasila. Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil

(DBH) Tahun Anggaran 2012 mencapai Rp111.142,27 miliar, atau Rp2.720,60 miliar lebih tinggi dari pagu APBN-P yang sebesar Rp108.421,67 miliar. Realisasi tersebut berarti mencapai 102,67 persen dari pagu APBN-P dan 101,21 persen dari pagu alokasi de! nitif sebesar Rp109.987,99 miliar. Pagu alokasi de! nitif dihitung berdasarkan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan dan ditetapkan dengan PMK. Realisasi DBH tersebut terdiri atas:

1) Realisasi DBH Pajak sebesar Rp48.541,99 miliar (93,93 persen dari pagu APBN-P dan 102,44 persen dari pagu alokasi de! nitif ). Realisasi DBH Pajak yang lebih rendah Rp3.034,33 miliar dari pagu APBN-P tersebut disebabkan karena capaian realisasi penerimaan pajak, khususnya PPh dan PBB Migas, lebih rendah dari rencana penerimaan yang ditargetkan.

2) Realisasi DBH CHT mencapai Rp1.722,78 miliar (104,67 persen dari pagu APBN-P

Distribution of Balancing Fund

1. Revenues-Sharinga. Realization of Revenue-Sharing distribution

Fiscal Year 2012 totalled IDR111,142.27 billion, or IDR2,720.60 billion higher than the State Budget Review ceiling in amount of IDR108,421.67 billion. It means that the realization was 102.67 percent from the State Budget Review ceiling, and 101.21 percent from the de! nitive allocation ceiling which was IDR109,987.99 billion. The de! nitive allocation ceiling was calculated based on the Government Revenues realization, shared and stipulated with Regulation of the Minister of Finance. Realization of the Revenue-Sharing consisted of:

1) Realization of Tax Revenue-Sharing in amount of IDR48.541,99 billion (93.93 percent from the State Budget Review ceiling and 102.44 percent from the de! nitive allocation ceiling). Realization of the Tax Revenue-Sharing was lower IDR3,034.33 billion from the State Budget Review ceiling because the realization of tax revenues, mainly Income Tax and Oil and Gas Property Tax, was lower than the targeted revenues.

2) Realization of Tobacco Result Excise Revenue-Sharing reached IDR1,722.78

I.

A.

a. DBH PBB Bagian Pusat (10%) Revenue-sharing fromCentral Property Tax (10%)

Tahap I : 25%; Tahap II : 50%; Tahap III : selisih alokasi de!nitif dengan yang telah disalurkan.Phase I : 25%; Phase II : 50%; Phase III : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund.

c. DBH biaya pemungutan PBB bagian Daerah (9%) Revenue-sharing from collecting fee of Regional Property Tax (9%)

Setiap minggu, yaitu sebesar 9 % dari realisasi penerimaan secara mingguan.Weekly of 9% from the weekly revenues realization.

b. DBH PBB Bagian Daerah (81%) Revenue-sharing fromRegional Property Tax (81%)

Setiap minggu yaitu sebesar 81% (64,8 % untuk kabupaten/kota; 16,2% untuk provinsi) dari realisasi penerimaan secara mingguan. Weekly of 81% (64.8 % for regencies/cities; 16.2% for provinces) from the weekly revenues realization.

d. DBH PBB & biaya penerimaan secara mingguan.sektor pertambangan Migas & Panas Bumi Revenue-sharing from Property Tax & collecting of Property Tax in oil and gas & geothermal mining sector

Setiap triwulan sebesar 25% (Maret, Juni, September,Desember); Triwulan IV : selisih alokasi de!nitif dengan yang telah tersalur. Quarterly of 25% (March, june,September, December); quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund.

a. DBH PPh Pasal 21 Revenue-sharing from Income Tax Article 21

Migas & Panas Bumi Oil and gas & Geothermal

Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

b. DBH PPh Pasal 25/29 Revenue-sharing from Income Tax Article 25/29

Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

Triwulan I : 20%; Triwulan II & Triwulan III : 30%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II & Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

Triwulan I & II: 20% ; Tw III: selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: 20%; Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

DBH PBB Revenue-sharing from Property Tax

B.

A.

Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur Special Autonomy Fund and Infrastructure Additional Fund

Penyaluran dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan dari Mendagri - Tahap I (Maret) :30%; Tahap II (Juli) : 45%; Tahap III (Oktober) : 25%. Distributed after a consideration of the Minister of Home A"airs Phase I (March) : 30% ; Phase II (July) : 45%; Phase III (October) : 25%.

A.

Dana Insentif Daerah Regional Incentive Fund

Penyaluran dilakukan setelah menyampaikan perda APBD 2011 dan surat pernyataan, disalurkan Sekaligus Distributed after a region has submitted regional regulation on the Regional Budget 2011 and a statement letter, distributed at once

D.

Dana Cadangan BOS School Operational Assistance (BOS) Reserve Fund

Triwulanan. Disalurkan setiap akhir triwulan (tentatif berdasarkan rekomendasi kurang salur BOS dari Mendikbud).Quarterly. Distributed every end of quarter (tentative based on a recommendation of lack of distribution of school Operational Assistance (BOS) from the minister of Education and Culture).

F.

BOS School Operational Assistance (BOS)

Tw I: Januari; Tw II: April; Tw III: Juli; Tw IV: Oktober. Penyaluran per triwulan sebesar 25% dari alokasi. Quarter I : January; Quarter II: April; quarter III: July; quarter IV : October. Distributed quarterly 25% from the allocation.

E.

Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD Fund for Additional Income for Civil Servant Teachers

Penyaluran dilakukan per triwulan, masing-masing sebesar 25%; triwulan I disalurkan tanpa syarat. triwulan II s/d IV disalurkan dengan syarat pemda menyampaikanlaporan realisasi semester II TA 2011 Distributed quarterly, respectively 25%; phase I distributed without any terms; quarters II to IV distributed if a region has submitted realization report of semester II Fiscal Year 2011

B.

Tunjangan Profesi GuruTeachers Allowance

C.

Kehutanan & Perikanan Forestry & Fishery C.

Pertambangan Umum General Mining Triwulan I & II: 20% & 15% ;selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: 20% & 15% ; discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

Triwulan I & II: masing-masing 15% ;selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: Respectively 15% ; discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

Penyaluran tahap I (30% dari total DAK) Dilaksanakan setelah daerah menyampaikan Perda APBD tahun 2012, Laporan Penggunaan DAK tahun sebelumnya, dan Surat Pernyataan Dana Pendamping DAK TA 2012.Distribution phase I (30% from total Special Allocation Fund (DAK) Distributed after a region has submitted Regional Regulation of the Regional Budget 2012, Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous year, and Statement Letter of Accompanying Fund of Special Allocation Fund (DAK) Fiscal Year 2012.

B.

1.

2.

DBH PPh Revenue-sharing from Income

Dana Bagi Hasil Pajak Tax Revenue-sharing

II. DHB Cukai Hasil Tembakau Revenue-sharing from Tobacco Result Excise

III. Dana Bagi Hasil Sumber daya Alam Revenue-sharing from Natural Resources

IV. Dana Alokasi Umum General Alocation Fund (DAU)

V. Dana Alokasi Umum Special Allocation Fund (DAK)

VI. Dana Alokasi Umum Special Autonomy and Adjustment Fund

Penyaluran Tahap II (45%) dan Tahap III (25%) Dilaksanakan setelah menyampaikan Laporan Penggunaan DAK tahap sebelumnya yang secara kumulatif telah mencapai 90%.Distribution phase II (45%) and Phase III (25%) Distributed after a region has submitted Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous phase, which cumulatively reached 90%

Tiap bulan sebesar 1/12 dari alokasi Monthly of 1/2 from the allocation.

I.

A.

a. DBH PBB Bagian Pusat (10%) Revenue-sharing fromCentral Property Tax (10%)

Tahap I : 25%; Tahap II : 50%; Tahap III : selisih alokasi de!nitif dengan yang telah disalurkan.Phase I : 25%; Phase II : 50%; Phase III : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund.

c. DBH biaya pemungutan PBB bagian Daerah (9%) Revenue-sharing from collecting fee of Regional Property Tax (9%)

Setiap minggu, yaitu sebesar 9 % dari realisasi penerimaan secara mingguan.Weekly of 9% from the weekly revenues realization.

b. DBH PBB Bagian Daerah (81%) Revenue-sharing fromRegional Property Tax (81%)

Setiap minggu yaitu sebesar 81% (64,8 % untuk kabupaten/kota; 16,2% untuk provinsi) dari realisasi penerimaan secara mingguan. Weekly of 81% (64.8 % for regencies/cities; 16.2% for provinces) from the weekly revenues realization.

d. DBH PBB & biaya penerimaan secara mingguan.sektor pertambangan Migas & Panas Bumi Revenue-sharing from Property Tax & collecting of Property Tax in oil and gas & geothermal mining sector

Setiap triwulan sebesar 25% (Maret, Juni, September,Desember); Triwulan IV : selisih alokasi de!nitif dengan yang telah tersalur. Quarterly of 25% (March, june,September, December); quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund.

a. DBH PPh Pasal 21 Revenue-sharing from Income Tax Article 21

Migas & Panas Bumi Oil and gas & Geothermal

Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

b. DBH PPh Pasal 25/29 Revenue-sharing from Income Tax Article 25/29

Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

Triwulan I : 20%; Triwulan II & Triwulan III : 30%; Triwulan IV : selisih de!nitif dengan yang telah disalurkanQuarterly I : 20%; Quarter II & Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund

Triwulan I & II: 20% ; Tw III: selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: 20%; Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

DBH PBB Revenue-sharing from Property Tax

B.

A.

Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur Special Autonomy Fund and Infrastructure Additional Fund

Penyaluran dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan dari Mendagri - Tahap I (Maret) :30%; Tahap II (Juli) : 45%; Tahap III (Oktober) : 25%. Distributed after a consideration of the Minister of Home A"airs Phase I (March) : 30% ; Phase II (July) : 45%; Phase III (October) : 25%.

A.

Dana Insentif Daerah Regional Incentive Fund

Penyaluran dilakukan setelah menyampaikan perda APBD 2011 dan surat pernyataan, disalurkan Sekaligus Distributed after a region has submitted regional regulation on the Regional Budget 2011 and a statement letter, distributed at once

D.

Dana Cadangan BOS School Operational Assistance (BOS) Reserve Fund

Triwulanan. Disalurkan setiap akhir triwulan (tentatif berdasarkan rekomendasi kurang salur BOS dari Mendikbud).Quarterly. Distributed every end of quarter (tentative based on a recommendation of lack of distribution of school Operational Assistance (BOS) from the minister of Education and Culture).

F.

BOS School Operational Assistance (BOS)

Tw I: Januari; Tw II: April; Tw III: Juli; Tw IV: Oktober. Penyaluran per triwulan sebesar 25% dari alokasi. Quarter I : January; Quarter II: April; quarter III: July; quarter IV : October. Distributed quarterly 25% from the allocation.

E.

Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD Fund for Additional Income for Civil Servant Teachers

Penyaluran dilakukan per triwulan, masing-masing sebesar 25%; triwulan I disalurkan tanpa syarat. triwulan II s/d IV disalurkan dengan syarat pemda menyampaikanlaporan realisasi semester II TA 2011 Distributed quarterly, respectively 25%; phase I distributed without any terms; quarters II to IV distributed if a region has submitted realization report of semester II Fiscal Year 2011

B.

Tunjangan Profesi GuruTeachers Allowance

C.

Kehutanan & Perikanan Forestry & Fishery C.

Pertambangan Umum General Mining Triwulan I & II: 20% & 15% ;selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: 20% & 15% ; discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

Triwulan I & II: masing-masing 15% ;selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: Respectively 15% ; discrepancy between the de!nitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund

Penyaluran tahap I (30% dari total DAK) Dilaksanakan setelah daerah menyampaikan Perda APBD tahun 2012, Laporan Penggunaan DAK tahun sebelumnya, dan Surat Pernyataan Dana Pendamping DAK TA 2012.Distribution phase I (30% from total Special Allocation Fund (DAK) Distributed after a region has submitted Regional Regulation of the Regional Budget 2012, Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous year, and Statement Letter of Accompanying Fund of Special Allocation Fund (DAK) Fiscal Year 2012.

B.

1.

2.

DBH PPh Revenue-sharing from Income

Dana Bagi Hasil Pajak Tax Revenue-sharing

II. DHB Cukai Hasil Tembakau Revenue-sharing from Tobacco Result Excise

III. Dana Bagi Hasil Sumber daya Alam Revenue-sharing from Natural Resources

IV. Dana Alokasi Umum General Alocation Fund (DAU)

V. Dana Alokasi Umum Special Allocation Fund (DAK)

VI. Dana Alokasi Umum Special Autonomy and Adjustment Fund

Penyaluran Tahap II (45%) dan Tahap III (25%) Dilaksanakan setelah menyampaikan Laporan Penggunaan DAK tahap sebelumnya yang secara kumulatif telah mencapai 90%.Distribution phase II (45%) and Phase III (25%) Distributed after a region has submitted Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous phase, which cumulatively reached 90%

Tiap bulan sebesar 1/12 dari alokasi Monthly of 1/2 from the allocation.

Page 225: FA LTKK 2012.indb

224Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

dan 99,25 persen dari pagu alokasi de! nitif ). Realisasi DBH CHT yang lebih tinggi Rp76,89 miliar dari pagu APBN-P tersebut disebabkan karena realisasi penerimaan cukai hasil tembakau yang melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan. Sementara realisasi penyaluran DBH-CHT yang lebih rendah dari pagu alokasi de! nitif disebabkan karena ada sebagian daerah yang tidak menyampaikan laporan konsolidasi penggunaan dana semester I TA 2011. Padahal laporan itu menjadi syarat penyaluran DBH-CHT triwulan IV TA 2012.

3) Realisasi DBH SDA mencapai Rp62.600,28 miliar (110,32 persen dari pagu APBN-P dan 100 persen dari pagu alokasi de! nitif ). Realisasi DBH Sumber Daya Alam (SDA) yang lebih tinggi Rp5.854,43 miliar dari pagu APBN-P. Penyebabnya karena capaian realisasi PNBP SDA, terutama dari Migas dan Pertambangan Panas Bumi, lebih tinggi dari rencana penerimaan yang ditargetkan.

billion (104.67 percent from the State Budget Review ceiling and 99.25 percent from the de! nitive allocation ceiling). Realization of the Tobacco Result Excise Revenue-Sharing was higher IDR76.89 billion from the State Budget Review ceiling because realization of the Tobacco Result Excise exceeded the stipulated revenues plan. On the other hand, distribution of the Tobacco Result Excise Revenue-Sharing was lower than the de! nitive allocation ceiling because some regions did not submit their consolidation report on the use of the fund for semester I Fiscal Year 2012. Whereas, the report was a requirement for the distribution of Tobacco Result Excise Revenue-Sharing for quarter IV Fiscal Year 2012.

3) Realization of Natural Resources Revenue-Sharing reached IDR62,600.28 billion (110.32 percent from the State Budget Review ceiling and 100 percent from the de! nitive allocation ceiling). Realization of the Natural Resources Revenue-Sharing was higher IDR5,854.43 billion from the State Budget Review ceiling because the realization of Natural resources Revenue-Sharing, mainly from oil & gas and geothermal mining, was higher than the targeted revenues plan.

Tabel 4.36. Pagu dan Realisasi DBH Pajak TA 2012Table 4.36..Ceiling and Realization of Tax Revenue-Sharing Fiscal Year 2012

Jenis Dana Type of Fund Pagu Ceiling %

26.034.891.478.128

19.378.280.456.694

1.735.723.719.623

238.813.021.056

47.387.708.675.501

Realisasi (Miliar Rupiah)Realization

27.202.117.543.056

19.378.280.456.694

1.722.781.272.658

238.813.021.056

48.541.992.293.464

104,48%

100,00%

100,00%

99,25%

102,44%

DBH PPh Revenue-sharing from Income Tax

DBH PBB Revenue-sharing from Property Tax

DBH BPHTB Revenue-sharing from BPHTB

DBH CHT Revenue-sharing from Tobacco Result Excise

Jumlah Total

Page 226: FA LTKK 2012.indb

225Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

b. Realisasi DBH sebesar Rp111.142,27 miliar pada akhir TA 2012 tersebut, termasuk:

1) Dana Cadangan DBH SDA (escrow) Rp13.429,20 miliar, akan dipindahbukukan dari rekening kas negara ke rekening dana cadangan Menteri Keuangan (rekening escrow) pada bank umum yang ditunjuk Kuasa Bendahara Umum Negara. Dana pada rekening escrow tersebut akan dipindahbukukan ke rekening kas daerah setelah diketahuinya identi! kasi daerah penghasil SDA. Adapun pembentukan dan pencairan Dana Cadangan DBH SDA dilakukan sesuai dengan PMK Nomor 256/PMK.05/2010 tentang Tata cara penyimpanan dan pencairan Dana Cadangan.

2) Penyaluran DBH Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah yang dilakukan oleh 175 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) berdasarkan realisasi penerimaan PBB secara mingguan. Realisasi penyalurannya mencapai Rp7.821,61 miliar, atau 120,74 persen dari pagu APBN-P Rp6.557,53 miliar.

3) Kurang Bayar DBH yang dianggarkan dalam APBN/APBN-P 2012 yang terdiri dari DBH Pajak Rp2.966,86 miliar, DBH CHT Rp48,72 miliar, dan DBH SDA Rp4.535,04 miliar.

b. Realization of Revenue-Sharing totalling IDR111,142,27 billion at the end of Fiscal Year 2012, included:

1) Reserve fund of Natural Resources Revenue-Sharing in amount of IDR13,429.20 billion, which will be transferred from the state’s account to an escrow account of the Minister of Finance at a commercial bank appointed by the State Treasurer. The fund in the escrow account will be transferred to regions’ account after the the related regions have been identi! ed as natural resources producers. The reserve fund of the natural resources Revenue-Sharing was set up and disbursed pursuant to Regulation of the Minister of Finance Number 256/PMK.05/2010 on the Procedure of Reserve Fund Deposit and Disbursement.

2) Distribution of Property Tax and Regional Property Tax Collecting Fee Revenue-Sharing by 175 State Treasurer O# ces, which was based on the weekly Property Tax revenues realization. The distribution realization reached IDR7,821.61 billion, or 120.74 percent from the State Budget Review ceiling of IDR6,557.53 billion.

3) Revenue-Sharing under payment which was budgeted in State Budget/State Budget Review 2012 consisting of Tax Revenue-Sharing IDR2,966.86 billion, Tobacco Result Excise Revenue-Sharing IDR48.72 billion, and Natural Resources Revenue-Sharing IDR4,535.04 billion.

Tabel 4.37. Pagu dan Realisasi DBH SDA TA 2012Tabel 4.37. Ceiling and Realization of Natural Resources Revenue-Sharing Fiscal Year 2012

Jenis Dana Type of Fund Pagu Ceiling %Realisasi (Miliar Rupiah)Realization

DBH Migas Oil & Gas Revenue-Sharing

DBH Pertambangan Umum General Mining Revenue-Sharing

DBH Kehutanan Forestry Revenue-Sharing

DBH Perikanan Fishery Revenue-sharing

Jumlah Total

DBH Panas Bumi Geothermal Revenue-sharing

47.397.497.222.732

12.860.854.426.197

179.764.557.362

1.535.890.432.615

626.278.978.409

62.600.285.617.315

47.397.497.222.732

12.860.854.426.197

179.764.557.362

1.535.890.432.615

626.278.978.409

62.600.285.617.315

100,00 %

100,00 %

100,00 %

100,00 %

100,00 %

100,00 %

Page 227: FA LTKK 2012.indb

226Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

2. Dana Alokasi Umum (DAU)Realisasi penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU) TA 2012 mencapai Rp273.814,43 miliar, atau 100 persen dari pagu APBN. Pada bulan November dan Desember 2012 terdapat 12 daerah yang mendapatkan sanksi penundaan penyaluran DAU sebesar 25 persen DAU yang disalurkan pada bulan bersangkutan. Sanksi dijatuhkan karena daerah tersebut belum menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA 2011. Namun, DAU yang ditunda penyalurannya tersebut telah disalurkan kembali ke daerah pada penyaluran DAU untuk bulan Desember 2012. Sanksi penundaan penyaluran DAU kepada 12 daerah tersebut akan dilanjutkan pada tahun 2013, sampai daerah tersebut menyampaikan laporan dimaksud.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK) Realisasi penyaluran DAK TA 2012 mencapai Rp25.941,48 miliar, atau 99,33 persen dari pagu APBN Rp26.115,94 miliar. Penyaluran DAK dilakukan dalam 3 tahap, yakni:

a. Tahap I sebesar 30 persen dari pagu alokasi, setelah daerah menyampaikan persyaratan berupa : (1) Perda APBD; (2) Laporan Penyerapan DAK tahap III tahun sebelumnya dan Laporan Penggunaan DAK tahun sebelumnya; dan (3) Surat Pernyataan Penyediaan Dana Pendamping dalam APBD. Dalam kondisi ini, seluruh daerah penerima DAK tahun 2012 (sejumlah 520 daerah) telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan penyaluran DAK tahap I.

b. Tahap II sebesar 45 persen dari pagu alokasi, setelah daerah menyampaikan laporan realisasi penyerapan minimal sebesar 90 persen dari dana yang sudah disalurkan tahap I. DAK tahun 2012 tahap II telah disalurkan kepada 516 daerah, sementara terdapat 4 daerah yang tidak mendapatkan penyaluran DAK tahap II dikarenakan daerah yang bersangkutan tidak menyampaikan laporan penyerapan DAK tahap I.

2. General Allocation Fund (DAU)Realization of the General Allocation Fund (DAU) distribution Fiscal Year 2012 amounted to IDR273,814.43 billion, or 100 percent from the State Budget ceiling. In November and December 2012, 12 regions were punished of delayed distribution of the General Allocation Fund (DAU), 25 percent of the General Allocation Fund (DAU) distributed on the related month. The sanction was given as the regions had not yet submitted Report of the Regional Budget Fiscal Year 2012 Implementation Accountability. However, the General Allocation Fund (DAU) of which the distribution was delayed, had been re-distributed to the regions for the distribution of the General Allocation Fund (DAU) for December 2012. The sanction of delayed distribution of the General Allocation Fund (DAU) to the 12 regions will continue in 2013, until the regions have submitted the said report.

3 Special Allocation Fund (DAK) Realization of the Special Allocation Fund (DAK) distribution Fiscal Year 2012 was in amount of IDR25,941.48 billion, or 99.33 percent of the State Budget ceiling of IDR26,115.94 billion. The Special Allocation Fund (DAK) was distributed in three phases, including:

a. Phase I, 30 percent from the allocation ceiling, after the regions have submitted the requirements: (1) Regional Regulation of the Local Government Budget; (2) Report of the Special Allocation Fund (DAK) absorption phase III of the previous year and Report of the Special Allocation Fund (DAK) use of the previous year; and (3) Statement Letter of Accompanying Fund Provision in the Local Government Budget. In such a condition, all receiving regions of the Special Allocation Fund (DAK) in 2012 (520 regions) have ful!lled the requirements to obtain Special Allocation Fund (DAK) phase I.

b. Phase II, 45 percent from the allocation ceiling, after the regions have submitted a report of the absorption realization of minimum 90 percent from the distributed fund in phase I. The Special Allocation Fund (DAK) 2012 phase II was distributed to 516 regions, of which four regions did not obtain Special Allocation Fund (DAK) distribution of phase II as the related regions did not submit the report of the Special Allocation Fund (DAK) absorption phase I.

Page 228: FA LTKK 2012.indb

227Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

c. Tahap III sebesar 25 persen dari pagu alokasi, setelah daerah menyampaikan laporan realisasi penyerapan minimal sebesar 90 persen dari dana yang sudah disalurkan tahap II. DAK tahun 2012 tahap III telah disalurkan kepada 503 daerah, sedangkan terdapat 17 daerah yang tidak menyampaikan laporan penyerapan DAK tahap II sehingga tidak mendapatkan penyaluran DAK tahap III.

Penyaluran Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

1. Dana Otonomi Khusus (Otsus)Realisasi penyaluran dana Otsus untuk Provinsi Papua, Papua Barat dan Aceh TA 2012 mencapai Rp11.952,57 miliar, atau 100 persen dari pagu alokasi APBN 2012.

2. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)Pada tahun 2012, penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dilakukan dari RKUN ke RKUD provinsi. Hal ini berbeda dari penyaluran tahun 2011 yang dilakukan dari RKUN ke RKUD kabupaten/kota. Perubahan pola penyaluran ini merupakan salah satu bentuk penyempurnaan dan perbaikan penyaluran BOS tahun 2011. Realisasi penyaluran dana BOS TA 2012 mencapai Rp22.584,88 miliar, atau 95,72 persen dari pagu APBN sebesar Rp23.594,80 miliar. Rincian penyaluran BOS adalah sebagai berikut:

a. Realisasi BOS (murni) Rp22.441,11 miliar atau 100 persen dari pagu APBN;

b. Realisasi dana cadangan (bu#er fund) BOS Rp143,77 miliar, atau 12,46 persen dari pagu APBN Rp1.153,68 miliar.

3. Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSDRealisasi penyaluran Tunjangan Profesi Guru (TPG) TA 2012 mencapai Rp30.557,99 miliar, atau 99,99 persen dari pagu APBN Rp30.559,80 miliar.

c. Phase III, 25 percent from the allocation fund, after the regions have submitted a report of the absorption realization of minimum 90 percent from the distributed fund in phase II. The Special Allocation Fund 2012 phase III was distributed to 503 regions, of which 17 regions did not submit the report of the Special Allocation Fund phase II absorption, so that they did not obtain the Special Allocation Fund phase III distribution.

Distribution of Special Autonomy and Adjustment Fund

1. Special Autonomy Fund (Otsus)Realization of the Special Autonomy Fund (Otsus) distribution to the provinces of Papua, West Papua, and Aceh Fiscal Year 2012 amounted to IDR11,952.57 billion, or 100 percent from the State Budget 2012 allocation ceiling.

2. School Operational Assistance Fund (BOS)In 2012, the School Operational Assistance (BOS) fund was distributed from the State’s Account to the Regional Account in the provinces. This was di"erent from 2011 where the fund was distributed from the State’s Account to the Regional Account in regencies/cities. The change in the distribution pattern was an improvement from the School Operational Assistance (BOS) distribution in 2011. Realization of the School Operational Assistance (BOS) distribution Fiscal Year 2012 amounted to IDR22,584.88 billion, or 95.72 percent from the State Budget ceiling of IDR23,594.80 billion. Detail of the School Operational Assistance (BOS) distribution was as follows:

a. Realization of (pure) School Operational Assistance (BOS) totalling IDR22,441.11 billion, or 100 percent from the State Budget ceiling;

b. Realization of School Operational Assistance (BOS) bu"er fund totalling IDR143.77 billion, or 12.46 percent from the State Budget ceiling, which was in amount of to IDR1,153.68 billion

. 3. Regional Civil Servants Teachers Allowance (TPG)

Realization of Teachers Allowance (TPG) distribution Fiscal Year 2012 was in amount of IDR30,557.99 billion, or 99.99 percent from the

Page 229: FA LTKK 2012.indb

228Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Realisasi penyaluran TPG yang tidak mencapai 100 persen tersebut disebabkan karena ada satu daerah, yakni Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua yang tidak menyampaikan Laporan Realisasi Penyerapan dana semester II 2011. Sehingga, TPG untuk triwulan II hingga IV TA 2012 tidak dapat disalurkan. Sesuai dengan ketentuan PMK No.34/PMK.07/2011, penyaluran TPG dilakukan secara triwulanan, yakni sebesar 25 persen per triwulan. Penyaluran triwulan II hingga IV dilakukan setelah daerah menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana semester II tahun sebelumnya.

4. Dana Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil Guru) PNSDSesuai dengan ketentuan PMK No. 35/PMK.07/2012, penyaluran dana Tamsil Guru dilakukan secara triwulanan, yakni sebesar 25 persen per triwulan. Penyaluran triwulan II hingga IV dilakukan setelah daerah menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana semester II tahun sebelumnya.

Realisasi penyaluran Dana Tambahan Penghasilan (Tamsil) Guru TA 2012 mencapai Rp2.883,52 miliar, atau 99,47 persen dari pagu APBN sebesar Rp2.898,90 miliar. Realisasi penyaluran yang tidak mencapai 100 persen tersebut karena ada 15 daerah yang tidak menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana Tamsil Guru semester II TA 2011, sehingga dana Tamsil Guru untuk triwulan II hingga IV TA 2012 tidak dapat disalurkan.

5. Dana Insentif Daerah (DID)Realisasi penyaluran Dana Insentif Daerah (DID) TA 2012 mencapai Rp1.387,80 miliar, atau 100 persen dari pagu alokasi APBN 2012. DID tersebut disalurkan kepada 66 daerah penerima guna membantu pelaksanaan fungsi pendidikan.

Penyaluran Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)

Realisasi penyaluran dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) TA 2012 mencapai Rp30

State Budget ceiling of IDR30,559.80 billion. The realization of Teachers Allowance (TPG) distribution did not reach 100 percent as one region, Yahukimo regency in Papua province, did not submit Report on Realization of the Fund Absorption of semester II 2011. The Teachers Allowance (TPG) for quarters II to IV Fiscal Year 2012 was consequently not distributed. Pursuant to Regulation of the Minister of Finance No.34/PMK.07/2011, Teachers Allowance (TPG) is distributed quarterly, that is 25 percent quarterly. The allowance for quarters II to IV will be distributed after a region has submitted a Report on Realization of the Fund Absorption of semester II of the previous year.

4. Regional Civil Servants Teachers Additional Income Fund (Tamsil Guru)Pursuant to provision of Regulation of the Minister of Finance No. 35/PMK.07/2012, Teachers Additional Income (Tamsil Guru) fund is distributed quarterly, that is 25 percent quarterly. The fund for quarters II to IV will be distributed after a region has submitted a Report on Realization of the Fund Absorption of semester II of the previous year.

Realization of the Teachers Additional Income (Tamsil Guru) fund distribution Fiscal Year 2012 amounted to IDR2,883.52 billion, or 99.47 percent from the State Budget ceiling totalling IDR2,898.90 billion. Realization of the distribution did not reach 100 percent as 100 regions did not submit a Report on Realization of the Teachers Additional Income Fund Absorption for semester II of Fiscal Year 2011, so that the Teachers Additional Income (Tamsil Guru) fund for quarter II to IV of Fiscal Year 2012 could not be consequently distributed.

5. Regional Incentive Fund (DID)Realization of Regional Incentive Fund (DID) distribution Fiscal Year 2012 was in amount of IDR1,387.80 billion, or 100 percent from the State Budget 2012 allocation ceiling. The fund was distributed to 66 receiving regions to help implement the education function.

Distribution of Local Government and Decentralization Projects Fund (P2D2)

Realization of the Local Government and Decentralization (P2D2) projects fund Fiscal Year

Page 230: FA LTKK 2012.indb

229Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

miliar, atau mencapai 100 persen dari pagu APBN. Dana P2D2 disalurkan kepada daerah sebagai reward atas pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK, khususnya DAK bidang infrastruktur. Penyaluran dana P2D2 ke daerah percontohan berdasarkan PMK No.149/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi Tahun Anggaran 2012.

2012 amounted to IDR30 billion, or 100 percent from the State Budget ceiling. The fund was distributed to regions as a reward of the transparence and accountability of activities implementation funded by the Special Allocation Fund, mainly in the infrastructure sector. The fund distribution to pilot regions was based on Regulation of the Minister of Finance No.149/PMK.07/2012 on the Local Guidance and Fund Allocation for Regional Government and Decentralization Projects Fiscal Year 2012.

Page 231: FA LTKK 2012.indb

230Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Arah dan Strategi Pengelolaan Kekayaan Negara

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan di bidang pengelolaan kekayaan negara, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) mengemban tugas untuk mewujudkan penataan dan pengelolaan aset negara yang tertib, terpercaya dan transparan. Sesuai Arah dan Strategi Pengelolaan Kekayaan Negara, tahun 2012 merupakan periode utilisasi dan persiapan terwujudnya tugas yang diemban DJKN tersebut.

Pada periode ini, banyak hal telah dilakukan oleh pengelola barang maupun pengguna barang. Dalam rangka persiapan optimalisasi Barang Milik Negara (BMN), perlu terlebih dahulu diketahui berapa sebenarnya BMN yang digunakan untuk tugas dan fungsi serta penunjangnya (utilisasi). Faktor penting

Direction and Strategy of the State Assets Management

In the implementation of tasks and functions at the Ministry of Finance in the state assets management, the Directorate General of State Assets has the tasks to realize orderly, trusted, and transparent state assets management. According to the Direction and Strategy of the State Assets Management, 2012 was the preparatory period to realize the tasks of the Directorate General of State Assets.

During this period, many things have been done by both managers and users of the property. To optimize the State Owend Asset (BMN), the State’s Property (BMN) used for the tasks and functions as well as the utilization must ! rst be known. An important factor for a successful implementation

PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARASTATE ASSETS MANAGEMENT

Page 232: FA LTKK 2012.indb

231Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

suksesnya pelaksanaan utilisasi antara lain adanya serti!kat BMN berupa tanah dan/atau kelengkapan dokumen kepemilikan BMN lainnya selain tanah dan/atau bangunan. Apabila dokumen tersebut telah dilengkapi, maka kewajiban Pengguna Barang selanjutnya adalah meminta agar ditetapkan status penggunaannya untuk tugas dan fungsi K/L.

Dalam periode ini, walaupun masih terdapat hal-hal yang masih perlu diperbaiki, tetapi upaya dan kerja keras pengelola dan pengguna barang perlu diapresiasi. Dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK terdapat kenaikan yang signi!kan atas pencapaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh K/L. Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) yang mendapat opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 lalu, LKKL yang mendapatkan opini WTP hanya tujuh atau 8,6 persen dari total 81 K/L. Sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi 67 K/L atau 77 persen dari dari total 87 K/L. Kontribusi dari pengelolaan BMN atas opini LKPP sangat signi!kan, mengingat BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), karena masalah utamanya adalah aset, baik aset pada K/L terkait pelaksanaan dan pencatatan hasil inventarisasi dan penilaian (IP) aset tetap maupun masalah terkait aset eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Utilisasi Kekayaan Negara

Utilisasi kekayaan negara adalah optimalisasi pendayagunaan kekayaan negara melalui pemanfaatan, penetapan status penggunaan, tukar menukar, dan penyertaan modal pemerintah (PMN). Utilisasi kekayaan negara merupakan bagian dari siklus pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang meliputi perencanaan, penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, dan pengawasan atau pengendalian.

Pada tahun 2012, kekayaan negara yang terutilisasi secara optimal mencapai Rp103,31 triliun atau 100,73 persen dari target awal Rp102,56 triliun. Nilai ini antara lain berasal dari:

1. Penyampaian Daftar Nominasi Aset (DNA) untuk penerbitan SBSN kepada DJPU sebesar Rp21,17 triliun;

of the utilization includes a certi!cate of the State’s Property (BMN) in the form of land and/or buildings, and others. When the documents are completed, the state owned asset user next responsibility is to ask that the utilization be stipulated for the tasks and functions of the ministries/institutions.

During this period, although there remained things to be improved, the e"orts and hard work of the property’s owners and users should be appreciated. From the Audit Report (LHP) Supreme Audit Board, there was a signi!cant increase in the Unquali!ed opinion by ministries/institutions. The number of ministries/institutions’ Financial Statement awarded with the Unquali!ed opinion by the Supreme Audit Board (BPK) increases from year to year. In 2006, there was only 7 or 8.6 percent out of the total 81 Financial Report of ministries/intitutions that were awarded with the Unquali!ed opinion. In 2011, the number increased to 67 or 77 percent from the total 87 ministries/institutions. Contribution of the State’s Property (BMN) to the Financial Statement of ministries/institutions (LKPP) was signi!cant, as the Supreme Audit Board (BPK) awarded Quali!ed (WDP) opinion, because the main problem was assets, both assets at ministries/institutions related to the implementation and registration of Investory Taking and Valuation (IP) of !xed assets, as well as ex assets of the Indonesia Bank Restruckturing Agency (BPPN).

Utilization of State Assets

Utilization of the state assets is the optimized utilization of the state assets through the utilization, stipulation of the utilization status, exchange, and the State Capital Investment (PMN). Utilization of the state assets is a part of the management cycle of the State’s Property (BMN) including planning, budgeting, procurement, usage, utilization, maintenance, Valuation, Disposal, Asset transfer, administering, and supervision or controlling.

In 2012, the state’s assets optimally utilized was in amount of IDR103.31 trillion or 100.73 percent from the initial target of IDR102.56 trillion. The amount came from:

1. Submission of the List of Nominated Assets (DNA) for the issuance of the State Sharia Bond (SBSN) to the Directorate General of Debt Management in amount of IDR21.17 trilion;

Page 233: FA LTKK 2012.indb

232Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

2. Utilization of the State’s Property through the stipulation of usage, utilization, and grant status, which have been completed by the Head O#ce of the Directorate General of State Owned Asset in amount of IDR71.01 trillion;

3. Utilization of the State Owned Asset through the stipulation of State Capital Investment (PMN) from settled assets conversion in amount of IDR8.47 trillion;

4. Utilization of the State’s Property through the stipulation of usage, utilization, and grant status, which have been settled by the Regional O#ces of the Directorate General of State Owned Asset in amount of IDR2.6 trillion;

5. Utilization of the State Owned Asset from the usage of the State Owned Asset of Cooperation Contract Contractors in amount from production sharing contract IDR11.31 billion.

Despite the achieved target, there remained constraints in achieving the utilization value from the State Capital Investment (PMN) of conversion assets in the form of Undetined Status of Government Assistance at PT. PLN with a total value of IDR23,449,906,876,319.00. This was caused by the direction of the State Secretariat at the Ministry of Finance to ask for a prior approval from the House of Representatives, before the Government Regulation Draft (IDRP) on the State Capital Investment (PMN) is stipulated by the President.

2. Utilisasi BMN melalui penetapan status penggunaan, pemanfaatan, maupun hibah masuk yang diselesaikan oleh Kantor Pusat DJKN sebesar Rp71,01 triliun;

3. Utilisasi BMN melalui penetapan PMN dari konversi aset yang diselesaikan sebesar Rp8,47 triliun;

4. Utilisasi BMN melalui penetapan status penggunaan, pemanfaatan, maupun hibah masuk yang diselesaikan oleh Kanwil DJKN sebesar Rp2,6 triliun;

5. Utilisasi BMN dari pemanfaatan Barang Milik Negara Kontraktor Kontrak Kerja Sama sebesar Rp11,31 miliar

Walaupun target telah tercapai, tetapi terdapat kendala dalam pencapaian nilai utilisasi yang berasal dari PMN aset konversi berupa aset Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPBDS) pada PT. PLN dengan nilai sebesar Rp23.449.906.876.319,00. Hal ini disebabkan adanya arahan dari Sekretariat Negara kepada Kementerian Keuangan untuk meminta persetujuan terlebih dahulu kepada DPR, sebelum RPP tentang PMN tersebut ditetapkan oleh Presiden.

Utilisasi Kekayaan Negara

0

20

40

80

100

120

60

200920102011

2012

103,31102,45

52,68

0,21

Gra!k 4.14.Utilisasi Kekayaan Negara Tahun 2009-2012Graphic 4.14.Utilization of the State Assets 2009-2012

Page 234: FA LTKK 2012.indb

233Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Tindak Lanjut Hasil Penertiban Barang Milik Negara

Kegiatan penertiban BMN yang dilaksanakan berdasarkan amanat Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Tim Penertiban Barang Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 telah selesai dilakukan pada K/L. Untuk mewujudkan pelaksanaan penertiban BMN yang efektif, e!sien, dan terpercaya, telah diterbitkan PMK Nomor 109/PMK.06/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, dan Pelaporan dalam Rangka Penertiban BMN. Namun, berdasarkan hasil penertiban BMN, masih terdapat sejumlah permasalahan yang memerlukan kebijakan dalam upaya tindak lanjut penyelesaian. Sehingga diterbitkan KMK Nomor 271/KMK.06/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Penertiban BMN pada Kementerian Negara/Lembaga. Keputusan Menteri Keuangan ini dijadikan petunjuk pelaksanaan guna tercapainya keseragaman persepsi, langkah, dan optimalisasi tindak lanjut hasil penertiban dalam 10 permasalahan BMN sebagai berikut :

1. BMN yang tidak ditemukan;2. BMN dalam kondisi rusak berat namun masih

tercatat dalam daftar BMN;

3. BMN berupa tanah yang berada dalam penguasaan K/L, tetapi belum berserti!kat atas nama K/L.;

4. BMN berupa tanah yang berada dalam penguasaan K/L, tetapi tidak didukung dengan dokumen kepemilikan;

5. BMN dikuasai oleh pihak lain;

6. BMN dalam sengketa;7. BMN dimanfaatkan oleh pihak lain dengan

kompensasi, tetapi tidak sesuai dengan ketentuan;

8. BMN dimanfaatkan oleh pihak lain tanpa kompensasi;

9. Gedung berdiri di atas tanah pihak lain atas dasar kontrak dan masa kontrak telah habis;

10. Gedung sudah dibongkar tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

Pada tahun 2012 dilakukan kegiatan pemetaan dan pengkajian BMN berupa tanah dan/atau bangunan

Follow up to Putting into Order Result of State Owned Asset (BMN)

The State Owned Asset (BMN) were put into order based on the Presidential Decree Number 17/2007 on the Putting into Order Team of State’s Property as has been amended in the Presidential Decree Number 13/2009 which has been completed by ministries/institutions. To realize an e"ective, e#cient, and trusted putting into order of the State Owned Asset (BMN), Decree of the Minister of Finance Number 109/PMK.06/2009 on the Guidance of Inventarisation, Appraisal, and Reporting in the framework of putting into order of State Owned Asset (BMN) has been issued. However, based on the State Owned Asset (BMN) putting into order result, there remained a number of problems of which the settlement should be followed up. Decree of the Minister of Finance Number 271/KMK.06/2011 dated August 15th, 2011 on the Guidance of Follow up of the State Owned Asset Putting into Order Result in ministries/institutions was therefore issued. The Decree of the Minister of Finance became a guidance to achieve a uniformed perception, step, and optimization of the putting into order follow up in 10 problems of the State Owned Asset (BMN), as follow:

1. Undiscovered State Owned Asset (BMN).2. Heavily damaged State Owned Asset (BMN) yet

still registered in the list of State Owned Asset (BMN).

3. State Owned Asset (BMN) in the form of land controlled by ministries/institutions, yet not certi!ed in the name of the ministries/institutions.

4. State Owned Asset (BMN) in the form of land controlled by ministries/institutions, yet not supported by an ownership document.

5. State Owned Asset (BMN) controlled by another party.

6. State Owned Asset (BMN) in con$ict.7. State Owned Asset (BMN) used by another party

with a compensation, yet not according to the provision.

8. State Owned Asset used by a another party without any compensation.

9. Buildings on another party’s land based on a contract and the contract period has expired.

10. Buildings which have been demolished without a prior approval from the Minister of Finance.

In 2012, the State Owned Asset (BMN) in the form of troubled land and/or buildings towards 31

Page 235: FA LTKK 2012.indb

234Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

ministries/institutions were mapped and assessed, as a follow up to a similar activity in 2010 and 2011. It was a follow up to the ! ndings of the Supreme Audit Board (BPK) on the Central Government Financial Statement (LKPP) 2009 towards the inventarisation and assessment of the State Owned Asset (BMN). Recapitulation of the State Owned Asset (BMN)’s data in the form of troubled and identi! ed land/buildings in the mapping of troubled State Owned Asset from 2010 to 2012 can be seen in Table 4.39.

Based on the data, it can be concluded that:

a. From three years mapping and assessment, most of the problems were the absence of ownership evidence.

b. In 2012, mapped ministries/institutions as Property Users (UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W, and UAKPB) were more orderly in the usage and transfer of usage status (almost the same number of ministries/institutions and work units from 2010 to 2012, of which only three usages of the State’s were not suitable with the tasks and functions);

c. Out of mapped ministries/institutions in 2012, it tended to be con$ icts on the State Owned Asset (BMN) (272 cases). During a disccusson with the ministries/institutions, it was found that most of the con$ icts were caused by a lack of ownership document of the State Owned Asset and the asset Users not being ! rm yet in applying regulation on the State Owned Asset (BMN)’s management, so that there were a lot of claims from other parties.

bermasalah terhadap 31 K/L yang merupakan lanjutan atas kegiatan serupa pada tahun 2010 dan 2011, sebagai tindak lanjut temuan BPK atas LKPP tahun 2009 terhadap pelaksanaan inventarisasi dan penilaian (IP) BMN. Rekapitulasi data BMN berupa tanah/bangunan bermasalah yang diidenti! kasi dalam kegiatan pemetaan BMN bermasalah mulai tahun 2010 sampai 2012 terdapat dalam Tabel 4.39.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa:

a. Dari tiga tahun pemetaan dan pengkajian yang dilakukan, permasalahan yang paling banyak adalah tidak adanya bukti kepemilikan;

b. Untuk K/L yang dipetakan di tahun 2012 cenderung K/L selaku Pengguna Barang (UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W, dan UAKPB) telah lebih tertib dalam pelaksanaan penetapan status penggunaan, pengalihan status penggunaan (dengan jumlah K/L dan satker yang hampir sama dari tahun 2010 sampai tahun 2012, penggunaan BMN yang tidak sesuai tugas dan fungsi hanya tiga bidang);

c. Untuk K/L yang dipetakan di tahun 2012, terdapat kecenderungan banyak sengketa atas BMN (272 kasus). Pada saat pembahasan dengan K/L diketahui sebagian besar sengketa tersebut disebabkan oleh kurangnya dokumen kepemilikan BMN dan belum tegasnya Pengguna Barang dalam menerapkan peraturan mengenai pengelolaan BMN, sehingga terjadi banyak klaim dari pihak lain.

60

222

52

11

345

1

2

3

4

87

565

58

51

761

3

316

272

17

608

Sengketa In dispute

Tidak sesuai ketentuan Not according to the provision

Tidak ada bukti kepemilikan No proof of ownership

Tidak sesuai tugas dan fungsi Not in accordance of duty and function

Total

Keriteria BMN Bermasalah Criteria of Troubled State’s PropertyNo

Jumlah Bidang Tanah dan / atau Bangunan Number of Land and/or Buildings

Pendataan K/L T.A. 2010Data of Ministries/

Institutions Fiscal Year 2010

Pendataan K/L T.A. 2011Data of Ministries/

Institutions Fiscal Year 2010

Pendataan K/L T.A. 2012Data of Ministries/

Institutions Fiscal Year 2010

Tabel 4.39. Rekapitulasi BMN BermasalahTable 4.39. Recapitulation of troubled State Owned Asset

Page 236: FA LTKK 2012.indb

235Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Dari ketiga simpulan tersebut di atas, DJKN merekomendasikan :

a. Untuk BMN berupa tanah yang belum berserti!kat dan/atau belum memiliki bukti dokumen kepemilikan, agar K/L mengajukan permohonan serti!kat atas seluruh tanah yang digunakan atau dikuasainya dengan berpedoman kepada Peraturan Bersama Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.06/2009 dan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia (BPN RI) Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pensertipikatan BMN Berupa Tanah. K/L juga diharapkan melakukan koordinasi dengan BPN RI dan DJKN atas penyelesaian serti!kat yang masih dalam proses pengajuan. Sedangkan untuk penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan, K/L diharapkan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat;

b. Untuk K/L yang penggunaan BMN-nya telah sesuai tugas dan fungsi, agar tetap berkoordinasi dengan Pengelola Barang (DJKN, Kanwil DJKN, dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang setempat);

c. Untuk BMN yang berada dalam sengketa, K/L diminta lebih memperhatikan upaya dalam melengkapi BMN dan pengelolaannya dengan dokumen kepemilikan dan menyelesaikan sengketa BMN. Upaya yang dilakukan antara lain pendekatan persuasif ataupun upaya hukum yang melibatkan Pengelola Barang. Selain itu K/L juga diharapkan lebih meningkatkan upaya dalam pengamanan BMN.

Upaya pembenahan terhadap pengelolaan dan penatausahaan BMN telah dilakukan sejak digulirkannya Reformasi Keuangan Negara melalui penetapan tiga paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

From the three conclusions mentioned above, the Directorate General of State Asset Management recommends:

a. For the State Owned Asset in the form of land not certi!ed and/or has no proof of ownership document yet, the ministries/institutions should submit a request for a certi!cate of all land used or controlled by guiding to the Joint Regulation of the Minister of Finance Number 186/PMK.06/2009 and Head of the Land Agency of the Republic of Indonesia Number 24/2009 on the Certi!cation of the State’s Property in the form of Land. The ministries/institutions are also expected to coordinate with the Land Agency of the Republic of Indonesia and the Directorate General of State Asset Management on the settlement of certi!cates still in the submission process. For License of Building Construction, ministries/institutions were expected to coordinate with the local regional government;

b. Ministries/institutions of which the usage of the State Owned Asset (BMN) already meets the tasks and functions, should still coordinate with the Property Managers (the Directorate General of State Asset Management, Regional O#ces of the Directorate General of State Asset Management, and local State Assets and Auction O#ces);

c. For con$icted State Owned Asset (BMN), ministries/institutions are requested to pay more attention to complete the State’s Property and its management with the ownership document and to settle the con$ict of the State Owned Asset (BMN). The e"orts include a persuasive approach or a legal action involving the Asset Manager. In addition, the ministries/institutions are also expected to increase e"orts to secure the State Owned Asset (BMN).

The State Owned Asset (BMN) management and administration have been improved since the launching of the State’s Financial Reform through the stipulation of three laws in the state !nance, including Law Number 17/2003 on the State’s Finance, Law Number 1/2004 on the State’s Treasury, and Law Number 15/2004 on the Examination of the State’s Financial Management and Responsibility.

Page 237: FA LTKK 2012.indb

236Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

There has also been an increasing quality in the State Owned Asset (BMN) management and administration in line with e"orts to improve quality by the government internally and externally, for instance from the examination result by the Supreme Audit Board (BPK). To increase quality of the State Owned Asset (BMN) management and administration, in 2012, the Directorate General of State Assets followed up all recommendations from the Supreme Audit Board (BPK) as contained in the Examination Result Report (LHP) of the Central Government Financial Statement (LKPP) 2011. The said recommendations of the Supreme Audit Board (BPK) were related to !ndings in relation to assets in the Central Government Financial Statement (LKPP) 2011, including:

1. There remained a discrepancy of IP result correction value at the Directorate General of State Asset Management and SIMAK BMN at 40 ministries/institutions in amount of IDR1.54 trillion.

2. Fixed Assets at 14 ministries/institutions in amount of IDR6.89 trillion of which the whereabout is not known.

3. Fixed Assets of IP result at three ministries/institutions in amount of IDR3.88 trillion which are registered twice.

4. IP implemantation has not covered appraisal of the Fixed Assets’ usage period, so that the government has not depreciated the Fixed Assets.

5. Fixed Assets have not been supported by an ownership document at 23 ministries/institutions in amount of IDR81.06 trilion.

6. Fixed Assets controlled/used by other parties not pursuant to the provision of State’s Property (BMN) management at 20 ministries/institutions in amount of IDR1 trillion.

A follow up to the recommendations of the Supreme Audit Board (BPK) has been implemented by the Directorate General of State Asset Management, of which a part has been completed in 2012. However, some still need to be followed up of which the completion will take the following years.

In 2012, the Minister of Finance also settled troubled State Owned Asset (BMN) categorized heavily damaged or lost with an achievement realization of 65 percent from the average settlement of the State Owned Asset (BMN) disposal request at the Minister of Finance, including:

Kualitas pengelolaan dan penatausahaan BMN juga semakin meningkat seiring dengan upaya-upaya peningkatan kualitas oleh internal pemerintah, maupun upaya-upaya perbaikan yang berasal dari pihak eksternal, misalnya dari hasil pemeriksaan BPK RI. Guna meningkatkan kualitas pengelolaan dan penatausahaan BMN, pada tahun 2012 DJKN telah melaksanakan tindak lanjut seluruh rekomendasi dari BPK RI yang tertuang di dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas LKPP Tahun 2011. Rekomendasi BPK RI dimaksud berkenaan dengan adanya temuan pemeriksaan berkaitan dengan aset di dalam LKPP Tahun 2011, yaitu :

1. Masih terdapat selisih nilai koreksi hasil IP pada DJKN dan SIMAK BMN pada 40 KL senilai Rp1,54 triliun;

2. Aset Tetap pada 14 K/L senilai Rp6,89 triliun tidak diketahui keberadaannya;

3. Aset Tetap hasil IP pada tiga K/L senilai Rp3,88 triliun dicatat ganda;

4. Pelaksanaan IP belum mencakup penilaian masa manfaat Aset Tetap sehingga Pemerintah belum dapat melakukan penyusutan Aset Tetap;

5. Aset Tetap belum didukung dokumen kepemilikan pada 23 K/L senilai Rp81,06 triliun;

6. Aset Tetap dikuasai/digunakan pihak lain yang tidak sesuai ketentuan pengelolaan BMN pada 20 K/L senilai Rp1 triliun.

Tindak lanjut atas rekomendasi BPK RI telah dilaksanakan oleh seluruh jajaran di DJKN,sebagian selesai ditindaklanjuti di tahun 2012, namun sebagian lagi masih memerlukan tindak lanjut dengan jangka waktu penyelesaian di tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun 2012 juga telah dilakukan penyelesaian BMN Kementerian Keuangan yang bermasalah dengan kategori rusak berat atau hilang dengan realisasi capaian sebesar 65 persen yang diperoleh dari rata-rata penyelesaian permohonan penghapusan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu:

Page 238: FA LTKK 2012.indb

237Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

1. Penyelesaian permohonan penghapusan BMN sebanyak 31.159 unit dari 190.402 unit atau sebesar 16,36 persen;

2. Penyelesaian permohonan penghapusan BMN usang sebanyak 1.708.615 unit atau sebesar 100 persen yang terdiri dari Barang persediaan pada Kanwil DJPB DIY sebanyak 19.197 unit dan pita cukai pada Kantor Pusat DJBC sebanyak 1.689.418 lembar.

Penyelesaian seluruh BMN bermasalah di Kementerian Keuangan sesuai dengan roadmap Penyelesaian BMN Bermasalah ditargetkan selesai tahun 2013 dan 2014. Sedangkan untuk tahun 2013, dalam rangka penyelesaian tindak lanjut BMN bermasalah akan dilakukan beberapa hal yaitu:

1. Veri!kasi terhadap BMN rusak berat yang telah teridenti!kasi untuk diproses lebih lanjut melalui cek !sik BMN untuk mengetahui !sik BMN beserta nilai ekonomisnya;

2. Pemeriksaan kelengkapan dokumen persyaratan penghapusan BMN;

3. Koordinasi dengan Setjen Kemenkeu untuk !nalisasi pelimpahan kewenangan penghapusan BMN di tingkat Pengguna Barang.

Pengelolaan dan Penatausahaan Investasi Pemerintah

Perencanaan Investasi Pemerintah

Dengan ditetapkannya PMK Nomor 247/PMK.02/2012 tentang Tata Cara Perencanaan, Penetapan Alokasi, Dan Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Bendahara Umum Negara, menjadi awal peran DJKN sebagai perencana anggaran investasi pemerintah. Walaupun PMK ini dikoordinasikan dan diinisiasi oleh DJA, tetapi DJKN sepanjang tahun 2012 secara aktif terlibat dalam penyusunan PMK ini, baik pada batang tubuhnya dan modul yang menjadi lampiran PMK ini.

Pada PMK Nomor 247/PMK.02/2012, DJKN telah ditetapkan sebagai Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara (PPA-BUN) untuk lingkup investasi pemerintah yang bertanggung jawab

1. Settlement of 31,159 units of 190,402 units or 16.36 percent of deletion requests of the State Owned Asset (BMN);

2. Settlement of 1,708,615 units or 100 percent of obsolete State Owned Asset (BMN) consisting of logistics at the Yogyakarta Regional O#ce of the Directorate General of Treasury totalling 19,197 units and excise stamp at the Head O#ce of the Directorate General of Customs and Excise totalling 1,689,418 pieces.

Settlement of all troubled State Owned Asset (BMN) at the Ministry of Finance is in accordance to the roadmap of the troubled State Owned Asset (BMN) settlement targeted to be completed in 2013 and 2014. In 2013, as a follow up to the troubled State Owned Asset (BMN) settlement, some steps will be made, including:

1. Veri!cation of heavily damaged State Owned Asset which has been identi!ed for further process through a physical test of the State Owned Asset to !nd out the State Owned Asset (BMN)’s physics and its economic value;

2. Examination of the requirement documents of the State Owned Asset (BMN) disposal;

3. Coordination with the Secretary General of the Minsitry of Finance to !nalize the authority delegation of State Owned Asset (BMN) disposal at the Property Users level.

Government Investment’s Management and Administration

Governmment’s Investment Planning

Stipulation of Regulation of the Minister of Finance Number 247/PMK.02/2012 on the Procedure of Planning, Determining Allocation, and Endorsement of the Document of Budget Implementation of the State’s General Treasurer, was the initial role of the Directorate General of State Assets as the government’s investment budget planner. Although the Regulation of the Minister of Finance is coordinated and initiated by the Directorate General of Budget, the Directorate General of State Assets was actively involved in the drafting in 2012, both the content as well as the module, which were then the Regulation’s attachment.

Pursuant to Regulation of the Minister of Finance Number 247/PMK.02/2012, the Directorate General of State Assets has been stipulated as Assistant of the Budget User of the State’s General Treasurer

Page 239: FA LTKK 2012.indb

238Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

(PPA-BUN) for the government’s investment to be responsible of the government’s investment initial planning through discussions with all Budget Users (KPA) of the government’s investment, which are then prepared to a Plan of Expenditure Fund of the State’s General Treasurer (RDP-BUN) and further submitted to the Directorate General of Budget. Therefore, the stipulation of the Directorate General of State Assets as Assistant of the Budget User of the State’s General Treasurer (PPA-BUN) of the government’s investment largely implies to the tasks and functions of the Directorate General of State Assets. The Directorate General of State Assets shall have a big authority in planning the government’s investment budget planning. The coverage of the government’s investment includes revolving fund, the State’s Capital Accompaniment to state-owned enterprises, organizations/international ! nancial institutions, and investment managed by the Government Investment Center (PIP) involving many parties in the government’s investment budget preparation every year.

The budget planning coverage prepared by the Directorate General of State Assets is pictured in Table 4.40.

The authority as Assistant of the Budget User of the State’s General reassurer (PPA-BUN) has made the Directorate General of State Asset Management a full investment manager as it shall be responsible of the government’s investment from the upstream to the downstream. Previously, under Regulation of the Minister of Finance Number 190/PMK.05/2011 on the Government’s Investment Accounting System, the Directorate General of State Asset Management has been stated as the unit administering and formulating policies related to the government’s investment reporting.

melakukan perencanaan awal investasi pemerintah melalui pembahasan dengan semua Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Investasi Pemerintah, yang kemudian disusun dalam bentuk Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara (RDP-BUN) dan selanjutnya, disampaikan kepada DJA. Karena itu, penetapan DJKN sebagai PPA-BUN Investasi Pemerintah memberikan implikasi yang sangat besar terkait tugas dan fungsi DJKN. DJKN akan mempunyai kewenangan yang besar dalam melakukan perencanaan anggaran investasi pemerintah. Besarnya ruang lingkup investasi pemerintah, antara lain dana bergulir, Penyertaan Modal Negara kepada BUMN, Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional dan investasi yang dikelola PIP, akan melibatkan banyak pihak dalam rangka penyusunan anggaran investasi pemerintah setiap tahunnya.

Besarnya cakupan perencanaan anggaran yang disusun oleh DJKN tergambar dalam Tabel 4.40.

Kewenangan selaku PPA-BUN menjadikan DJKN sebagai unit pengelola investasi secara penuh karena akan bertanggung jawab atas investasi pemerintah dari hulu ke hilir. Sebelumnya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah, DJKN telah ditetapkan sebagai unit yang melakukan penatausahaan dan perumusan kebijakan terkait pelaporan investasi pemerintah

Jenis Type 2010 2013

Investasi regular Regular investment

PMN BUMN Government Participation Capital (PMN) in state-owned enterprises

PMN kepada LKI Government Participation Capital (PMN) in LKI

PMN Lainnya Other Government Participation Capital (PMN)

Jumlah Total

Dana Bergulir Revolving fund

Dana Pengembangan Pendidikan Nasional National Education Development fund

Rp3,61 T

Rp6,04 T

-

-

Rp3,27 T

Rp1,0 T

Rp13,92 T

20122011

Rp1,85 T

Rp9,38 T

Rp0,36 T

Rp0,72 T

Rp8,8 T

Rp2,62 T

Rp23,73 T

Rp3,3 T

Rp8,0 T

Rp0,38 T

Rp0,5 T

Rp7,04 T

Rp7,0 T

Rp26,22 T

Rp6,0 T

Rp4,5 T

Rp1,38T

Rp0,5 T

Rp4,83 T

Rp5,0 T

Rp22,21 T

Tabel 4.40. Cakupan Perencanaan AnggaranTable 4.40. Budget Planning Coverage

Page 240: FA LTKK 2012.indb

239Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Pelaporan Investasi Pemerintah

Sebagai pelaksanaan PMK Nomor 190/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SAIP), pada tahun 2012 DJKN telah melakukan penatausahaan dan pelaporan semua investasi jangka panjang yang dimiliki oleh pemerintah. Selain melakukan pelaporan, DJKN juga mempunyai kewenangan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka pelaporan investasi pemerintah.

Fungsi pelaporan dan pelaksanaan investasi pemerintah merupakan fungsi dan kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Dengan telah ditetapkannya PMK Nomor 190/PMK.05/2011 tersebut, DJKN telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menjalankan sebagian fungsi Bendahara Umum Negara, terkait pelaporan investasi pemerintah. Jika mengacu pada Laporan Keuangan BA 999.03 tahun 2011, nilai investasi yang menjadi kewenangan DJKN adalah sebesar Rp773 triliun, atau sebesar 25 persen dari total aset pada LKPP tahun 2011. Secara rinci, investasi jangka panjang yang menjadi kewenangan DJKN tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyertaan Modal Negara pada BUMN dan Non-BUMN;

2. Penyertaan Modal Negara pada Lembaga Keuangan Internasional;

3. Penyertaan Modal Negara pada Badan Lainnya, misal Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan;

4. Investasi reguler pemerintah;5. Investasi dana bergulir;6. Investasi-investasi jangka panjang yang dimiliki

oleh Satuan Kerja Badan Layanan Umum.

Selama tahun 2012, dalam melaksanakan SAIP, DJKN telah melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menyusun Laporan Keuangan BA 999.03 tahun 2011, yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan dari BPK;

2. Menyusun Laporan Keuangan BA 999.03 semester I tahun 2012;

The Government’s Investment Reporting

As an implementation of Regulation of the Minister of Finance Number on the Government’s Investment Accounting System (SAIP), in 2012, the Directorate General of State Asset Management administered and reported all long-term investments owned by the government. Apart from reporting, the Directorate General of State Asset Management also had the authority to stipulate policies in the framework of reporting the government’s investments.

The reporting and implementing function of the government’s is an authority of the Minister of Finance as the State’s General Treasurer. Under Regulation of the Minister of Finance Number 190/PMK.05/2011, the Directorate General of State Asset Managementhas been appointed by the Minister of Finance to execute a part of the State’s General Treasurer functions, related to the government’s investments reporting. With reference to the Financial Report BA 999.03/2011, the investment value being the authority of the Directorate General of State Asset Management amounted to IDR773 trillion or 25 percent from the total asset at the Central Government Financial Statement (LKPP). In detail, the long-term investment which was the authority of the Directorate General of State Asset Management was as follows:

1. State’s Capital Investment at state-owned enterprises and non state-owned enterprises;

2. State’s Capital Investment at internatonal !nancial institutions;

3. State’s Capital Investment at other entities, such as Bank Indonesia and Deposit Insurance Corporation;

4. The government’s regular investments;5. Revolving fund investment;6. Long-term investments owned by the Work Units

of the Public Service Agency (BLU).

In 2012, in implementing the Government’s Investment Accountancy System (SAIP), the Directorate General of State Asset Management made the following steps:

1. To prepare the Financial Report BA 999.03/2011, which obtained Unquali!ed opinion with an Explanation Paragraph from the Supreme Audit Board (BPK);

2. To prepare the Financial Report BA 999.03/Semester I 2012;

Page 241: FA LTKK 2012.indb

240Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3. To coordinate and develop all accountancy units of the Budget Users BA 999.03;

4. To play an active role with the Directorate General of Treasury to discuss revision of Regulation of the Minister of Finance Number 190/PMK.05/2011 on the Government’s Investment Accountancy System (SAIP). Regulation of the Minister of Finance Number 225/PMK.05/2012 on the Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 190/PMK.05/2011 on the Government’s Investment Accountancy System (SAIP);

5. To perfect the standard operation procedure of the Government’s Investment Accountancy System (SAIP) at the Directorate General of State Asset Management;

6. To follow up all !ndings and recommendations of the Supreme Audit Board as well as assessment result of the Inspectorate General of the Ministry of Finance.

Purchase of 7-percent Shares of Newmont Divestment

Article 24 number 3 of Work Contract of PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) regulates that PT. NNT’s shares owned by a foreign party shall be o"ered or issued, !rst to the government and second (provided the government does not accept or approve the o"er within 30 days as of the o"ering date), to Indonesian citizens or Indonesian companies controlled by Indonesian citizens. As such, the ownership of Indonesian citizens shall be at least 51 percent in 2010.

However, the divestment from 2006 to 2008 did not run pursuant to provision of Article 24 paragraph 4. Therefore, in 2008, the Indonesian government !led a claim to the internatonal arbitrage that PT. NNT immediately implemented a divestment of the shares according to the number of shares to be divested in 2006 and 2007, namely 10 percent. The arbitrage process was cut in March 2009 and won by the Indonesian government. In accordance to that, the government surrendered its right to purchase 14 percent of PT. NNT’s divestment shares in 2008 and 2009 to the regional government. Thus, until 2009, PT. NNT’s liability to divest 24 percent of its shares has been implemented by PT.NNT. The divestment

3. Berkoordinasi dan pembinaan kepada semua Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran BA 999.03;

4. Berperan aktif dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk membahas revisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah. Saat ini telah terbit PMK Nomor 225/PMK.05/2012 tentang Perubahan atas PMK Nomor 190/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah;

5. Melakukan penyempurnaan prosedur operasi standar pelaksanaan SAIP pada DJKN;

6. Melakukan tindak lanjut atas semua temuan dan rekomendasi BPK serta hasil kajian Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.

Pembelian 7 Persen Saham Divestasi Newmont

Berdasarkan Pasal 24 Angka 3 Kontrak Karya PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) diatur bahwa saham PT NNT yang dimiliki oleh asing harus ditawarkan untuk dijual atau diterbitkan. Pertama ditawarkan kepada pemerintah dan kedua (jika pemerintah tidak menerima atau menyetujui penawaran dalam 30 hari sejak tanggal penawaran) kepada WNI atau perusahaan Indonesia yang dikendalikan oleh WNI. Sehingga, kepemilikan peserta Indonesia minimal sebanyak 51 persen pada tahun 2010.

Namun, divestasi tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 tidak berjalan sesuai ketentuan Pasal 24 ayat 4. Oleh karena itu, pada tahun 2008, Pemerintah RI mengajukan gugatan kepada arbitrase internasional agar PT NNT segera melaksanakan divestasi saham sesuai jumlah yang harus didivestasikan pada tahun 2006 dan 2007 yaitu sebesar 10 persen. Proses arbitrase diputus pada Maret 2009 dan dimenangkan oleh Pemerintah Indonesia. Sehubungan dengan itu, pemerintah menyerahkan hak untuk membeli 14 persen saham divestasi PT NNT tahun 2008 dan 2009 kepada pemda. Dengan demikian, sampai dengan tahun 2009, kewajiban PT NNT untuk mendivestasi saham sebesar 24 persen telah dilaksanakan oleh PT

Page 242: FA LTKK 2012.indb

241Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

NNT. Pembelian saham divestasi tersebut dilakukan oleh Pemda NTB melalui PT Multi Daerah Bersaing, sehingga kepemilikan peserta Indonesia mencapai 44 persen.

Pada Tahun 2010, PT NNT masih mempunyai kewajiban melakukan divestasi terakhir sebesar 7 persen saham yang dimiliki asing. Menteri Keuangan memutuskan hak utama (!rst right of refusal) pemerintah tersebut perlu dilaksanakan secara langsung oleh negara melalui suatu satuan kerja yang melaksanakan pengelolaan keuangan BLU yaitu Pusat Investasi Pemerintah (PIP), yang tugas utamanya melakukan investasi untuk Pemerintah. Namun, hingga kini proses divestasi tersebut masih belum tuntas.

Berkenaan dengan divestasi 7 persen saham PT NNT tahun 2010 tersebut, DJKN c.q Direktorat KND turut berperan:

1. Melakukan penelitian atas kebijakan pemerintah terhadap divestasi saham PT NNT tahun 2010;

2. Bersama dengan PIP dan konsultan, melakukan negosiasi term and condition dalam Sale and Purchase Agreement (SPA) termasuk nilai saham PT NNT;

3. Menyampaikan permintaan perpanjangan tenggat waktu SPA dengan PT NNT karena syarat dan ketentuan SPA belum disepakati dengan PT NNT;

4. Bersama dengan Biro Bantuan Hukum dan PIP mendampingi Menteri Keuangan dalam proses Sengketa Kewenangan Lembaga Negara (SKLN) di Mahkamah Konstitusi, dan berupaya mencari alternatif-alternatif lain pasca putusan Mahkamah Konstitusi agar hak utama pemerintah terhadap 7 persen saham divestasi PT NNT tidak terlepas.

DJKN bersama Biro Bantuan Hukum dan PIP serta para pakar hukum dan akademisi selalu berkoordinasi untuk menyusun strategi dalam memenangkan SKLN tersebut. Namun, pada tanggal 31 Juli 2012, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa “pembelian 7 persen saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara oleh Pemerintah menggunakan dana APBN perlu mendapat persetujuan DPR RI”. Terhadap putusan tersebut, pemerintah akan taat hukum dan siap melaksanakan putusan MK.

shares were purchased by the Regional Government of West Nusa Tenggara through PT. Multi Daerah Bersaing, so that the Indonesian ownership reached 44 percent.

In 2010, PT. NNT still had a liability to make the last divestment of seven percent of the shares owned by the foreign party. The Minister of Finance decided that the !rst right of the government should be implemented directly by the state through a work unit of the government that manages the Public Service Board (BLU) !nancial management, namely the Government Investment Agency (PIP), of which the main tasks is to invest for the government. However, to date, the divestment process has not been completed.

In relation to the divestment of seven percent of shares of PT. NNT in 2010, the Directorate General of State Asset Management, in this case the Directorate of Separated State Assets (KND), participated by:

1. Asessing the government’s policy in the shares divestment of PT.NNT in 2010;

2. With the Government Investment Center (PIP) and consultants, negotiating the terms and conditions of the Sale and Purchase Agreement (SPA), including the value of PT. NNT’s shares;

3. Submitting a request of time extention of the Sale and Purchase Agreement with PT. NNT as the terms and conditions of the Sale and Purchase Agreement have not been agreed with PT. NNT;

4. With the Legal Assistance Bureau and the Government Investment Agency (PIP), accompanying the Minister of Finance in the process of Authority Dispute Among State Agency (SKLN) at the Constitutional Court, and seeking other e"orts after the decision of the Constitutional Court that the government’s main right of seven percent of PT. NNT’s divesment shares not be released.

The Directorate General of State Asset Management with the Legal Assistance Bureau and the Government Investment Agency (PIP) as well as legal experts and academicians coordinate at all times to set a strategy to win the Authority Dispute Among State Agency (SKLN). However,on July 31st, 2012, the Constitutional Court decided that the “purchase of seven percent of PT.Newmont Nusa Tenggara’s divestment shares by the government using the State Budget fund, should obtain an approval by the House of Representatives.” The government adhered

Page 243: FA LTKK 2012.indb

242Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

to the decision and was ready to execute the decision of the Constitutional Court.

Related to the Sale and Purchase Agreement, until the stipulated period of time of six months, the e"ective requirements of the Sale and Purchase Agreement have not been ful!lled. Therefore, the Government Investment Center (PIP) and PT. NNT’s foreign shareholders signed an extension of the Sales and Purchase Agreement on November 3rd, 2011. The Government Investment Center (PIP) and Nusa Tenggara Partnership BV agreed to extend the time period of ful!lling the e"ective requirements of the Sale and Purchase Agreement until January 31st, 2013. The Directorate General of State Assets played an active role in the negotiating process of the Sale and Purchase Agreement extention and will continue to make e"orts that the government’s right of seven percent of PT.NNT’s divestment shares is not released.

Assets Take Over of ex-Asahan Project/PT. Inalum

The Indonesian government has set up cooperation with 12 Japanese investors, joined in Nippon Asahan Aluminium (NAA) consortium. This is mentioned in a Master Agreement (MA). Under the agreement, within 30 years, both parties agreed to use the hidroelectric potential of Asahan river as a power plant to support the development of an aluminium smelter at Kuala Tanjung. The plant was then known as Indonesia Asahan Aluminium (PT. Inalum). The aluminium smelter began its operation in 1983, using electricity from Sigura-gura hydro power plant having a power of 292.8 MW and Tangga hydro power plant with a power of 324.4 MW.

The Indonesian government decided to terminate cooperation with PT. NAA which will terminate on December 31st, 2013. The Indonesian government’s decision, according to provision in the Master Agreement, will bring a consequence of an obligation to pay compensation of the assets take over of ex-Asahan project/PT. Inalum to the Japanese investors. The take over of PT. Inalum was based on the following considerations:

1. The aluminium industry has a good prospect and pro!tability;

Terkait dengan SPA, sampai dengan jangka waktu yang ditentukan yaitu selama enam bulan, persyaratan efektif SPA belum terpenuhi. Oleh karenanya, PIP dan pihak pemegang saham asing PT NNT telah menandatangani perpanjangan SPA pada tanggal 3 November 2011. PIP dan Nusa Tenggara Partnership BV sepakat memperpanjang jangka waktu pemenuhan syarat-syarat efektif perjanjian jual beli tersebut sampai dengan 31 Januari 2013. DJKN turut berperan aktif dalam proses negosiasi perpanjangan SPA dan akan terus berupaya agar hak Pemerintah untuk membeli 7 persen divestasi saham PT NNT tidak terlepas.

Pengambilalihan Aset Eks Proyek Asahan/PT Inalum

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan 12 investor Jepang yang tergabung dalam konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA). Hal ini tertuang dalam Master Agreement (MA). Isinya antara lain, dalam jangka waktu 30 tahun kesepakatan untuk menggunakan potensi hidrolistrik sungai Asahan sebagai pembangkit listrik untuk, menyokong pengembangan pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung. Pabrik ini kemudian dikenal sebagai Indonesia Asahan Aluminium (PT Inalum). Pabrik peleburan aluminium tersebut mulai beroperasi tahun 1983 dengan menggunakan listrik dari PLTA Sigura-gura yang berdaya 292,8 MW dan PLTA Tangga dengan daya 324,4 MW.

Pemerintah Indonesia telah mengambil sikap untuk mengakhiri kerjasama dengan NAA yang akan berakhir pada tanggal 31 Oktober 2013. Keputusan Pemerintah Indonesia tersebut, sesuai dengan ketentuan dalam Master Agreement, membawa konsekuensi kewajiban pembayaran kompensasi atas pengalihan aset eks Proyek Asahan/PT Inalum kepada investor Jepang. Pengambilalihan PT Inalum tersebut didasari pertimbangan :

1. Industri aluminium memiliki prospek dan pro!tabilitas yang baik;

Page 244: FA LTKK 2012.indb

243Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

2. PT Inalum merupakan satu-satunya di Asia Tenggara dan memiliki fasilitas yang lengkap seperti pembangkit listrik tenaga air, pabrik karbon, pabrik reduksi, pabrik penuangan, pelabuhan dan fasilitas penunjang lainnya;

3. Industri aluminium dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri;

4. Komitmen pemerintah menuju integrasi industrialisasi Indonesia antara industri hilir (otomotif, peralatan rumah tangga, listrik) dan industri hulu (pengolahan bauksit menjadi alumina dan pengolahan aluminium ingot menjadi aluminium alloy). Saat ini PT Inalum tidak melakukan proses alloying untuk menghasilkan aluminium alloy bahan baku industri hilir.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2010 tanggal 1 Desember 2010, DJKN ditunjuk sebagai anggota Tim Negosiasi Proyek Asahan dengan Menteri Perindustrian sebagai Ketua Tim Negosiasi. Selanjutnya, Menteri Perindustrian menunjuk Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) sebagai Ketua Tim Teknis Pengambilalihan PT Inalum.

Sebagai Ketua Tim Teknis Pengambilalihan PT Inalum, Direktur KND bertanggung jawab dalam menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengambilalihan PT Inalum. Selain itu, melakukan kajian serta merumuskan langkah-langkah yang diperlukan dalam pengambilalihan PT Inalum, antara lain menentukan besarnya nilai kompensasi, pengelolaan PT Inalum setelah tahun 2013, penyelesaian masalah karyawan, dan persediaan PT Inalum.

Proses perundingan dengan NAA yang memerlukan waktu cukup panjang. Telah beberapa kali dilakukan pertemuan informal maupun formal baik di Jakarta maupun di Jepang. Berbagai upaya juga telah dilakukan dalam mempersiapkan proses peralihan agar berjalan dengan lancar, baik koordinasi dengan pihak-pihak terkait, maupun pembahasan dengan DPR tentang penyediaan dana pengambilalihan dalam APBN. Selain itu diupayakan pula menghimpun pendapat ahli hukum dan ahli akuntansi dalam suatu focus group discussion, maupun berdialog langsung dengan manajemen dan karyawan PT Inalum yang dipimpin sendiri oleh Dirjen Kekayaan Negara, termasuk kunjungan langsung ke lokasi pabrik peleburan dan pembangkit listrik (PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga).

2. PT. Inalum is the only company in South East Asia and has complete facilities such as a hydro power plant, a carbon plant, a reduction plant, a casting plant, a port and other supporting facilities;

3. The aluminium industry is able to ful!ll the domestic need;

4. The government’s commitment to integrate the Indonesian industrialization between the upstream industry (automotive, household appliance, electricity) and the downstream industry (bauxite processing to aluminium and aluminium ingot processing to aluminium alloy). At present, PT. Inalum does not process alloy to produce aluminium alloy for raw materials for the upstream industry.

Under Presidential Decree Number 27/2010 dated December 1st, 2010, the Directorate General of State Asset Management was appointed as member of the negotiating team of Asahan Project with the Minister of Industry as head of the negotiating team. Further, the Minister of Industry appointed the Director of Separated State Assets (KND) as head of the technical team of the take over of PT. Inalum.

As head of the technical team of the take over of PT. Inalum, the Director of Separated State Assets has the responsibility to prepare required materials for PT. Inalum’s take over. In addition, to assess and to formulate required steps in the take over of PT.Inalum, including to determine the compensation value, PT. Inalum management after 2013, settlement of employees problems, and PT. Inalum’s logistics.

The negotiating process with NAA required a relatively long time. Some meetings, both informal as well as formal, both in Jakarta as well as Japan, have been held. Various e"orts have also been made to prepare the take over process to run smoothly, both coordination with the related parties, discussions with the House of Representatives on the fund procurement for the take over in the State Budget. In addition, the team also collected opinions from legal and accountancy experts in focus group discussions, direct dialogues with PT.Inalum’s management and employees, chaired by the Directorate General of State Asset Management, including a site visit to the smelter and power plant location (Siguragura and Tangga hydro power plants).

Page 245: FA LTKK 2012.indb

244Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Pengelolaan Aset Eks Pertamina

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 92/KMK.06/2008 tentang Penetapan Status Aset Eks Pertamina Sebagai Barang Milik Negara, telah ditetapkan aset eks Pertamina yang tidak dalam penyertaan modal Negara pada PT Pertamina (vide KMK 23/KMK.06/2008). Aset tersebut berupa 10 aset dalam berbagai bentuk seperti tanah dan bangunan, aktiva kilang yang dikelola oleh LNG Arun dan LNG Badak, dan aset eks kontrak kerjasama yang dipergunakan oleh Pertamina EP sebagai Barang Milik Negara yang dalam penguasaan Pengelola Barang.

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Menteri Keuangan sebagai Pengelola Barang aset eks Pertamina, DJKN melakukan inventarisasi dan penilaian atas aset-aset eks Pertamina. Sehingga inventarisasi itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh Menteri Keuangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan terkait dengan permasalahan pengelolaan BMN. Khususnya mengenai utilisasi, optimalisasi, dan pengamanan BMN serta penyusunan Laporan Keuangan Bendahara Umum Sistem Akuntansi Transaksi Khusus sebagaimana diamanatkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.05/2011 tanggal 23 Desember 2011.

Tercapainya optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Menteri Keuangan terkait permasalahan penetapan status dan pengamanan BMN aset eks Pertamina diharapkan dapat meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara khususnya PNBP yang berasal dari sewa dan penjualan BMN eks Pertamina.

Hasil Inventarisasi dan Penilaian atas aset eks Pertamina adalah sebagai berikut:

a. Sepuluh Aset Berupa Tanah dan BangunanTerhadap kelompok aset tersebut, Pengelola Barang telah menunjuk PT Pertamina (Persero) sebagai pengelola sementara atas sepuluh aset berupa tanah dan bangunan. Untuk aset yang berlokasi di Jalan Tanjung 34 Jakarta Pusat telah ditetapkan peruntukkannya kepada Kementerian Keuangan dan Jalan Brawijaya VIII/30 Jakarta Selatan ditetapkan pada Kementerian ESDM.

Management of ex-Pertamina’s Assets

Pursuant to Decree of the Minister of Finance Number 92/KMK.06/2008 on the Stipulation of Ex-Pertamina’s Assets Status as State Owned Asset, ex-Pertamina’s assets have been stipulated which are not the state’s equity at PT. Pertamina (vide Decree of the Minister of Finance Number 23/KMK.06/2008). The assets consisted of 10 assets, including land and buildings, plants managed by LNG Arun and LNG Badak, and ex assets of coperation contract used by Pertamina EP as the State Owned Asset in control of the Asset Manager.

To implement the tasks and functions of the Minister of Finance as the Property Manager of ex-Pertamina, the Directorate General of State Asset Management has made inventory and assessment on the ex-Pertamina’s assets. The inventory could then be used as a consideration by the Minister of Finance in making decisions and policies related to the State’s Property management, in particular the utilization, optimalization, and security of the State’s Property, and to prepare the Financial Report of the General Treasurer of the Special Transaction Accountancy System as mandated in Regulation of the Minister of Finance Number 234/PMK.05/2011 dated December 23rd, 2011.

With the optimalization of the tasks and functions of the Minister of Finance related to the issue of the stipulation of status and security of ex-Pertamina’s assets as the State Owned Asset, it is hoped that the Government Revenues will increase, especially Non-Tax Revenues (PNBP) from the rent and sale of ex-Pertamina’s assets as the State Owned Asset.

Result of inventory and assessment of ex-Pertamina’s Assets is as follows:

a. Ten assets in the form of land and buildings Towards the group of assets, the Asset Manager has appointed PT.Pertamina (Persero) as a temporary manager of the ten assets in the form of land and buildings. The asset located at Jalan Tanjung 34 Jakarta Pusat has been stipulated to be used by the Ministry of Finance and at Jalan Brawijaya VIII/30 Jakarta Selatan to be used by the Ministry of Energy and Mineral Resources.

Page 246: FA LTKK 2012.indb

245Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Catatan: *) Masih menggunakan nilai PT Ujatek Baru.**) Proses identi! kasi lokasi aset karena minimnya dokumen pendukung yang ada dan masih menggunakan nilai PT Ujatek Baru.

b. Aktiva Kilang LNG Arun dan LNG BadakHasil Inventarisasi dan Penilaian LNG Arun dan LNG Badak oleh DJKN tercantum dalam Tabel 4.42.

Terhadap kelompok aset tersebut, Pengelola Barang telah menunjuk PT Pertamina (Persero) sebagai penanggung jawab sementara atas kegiatan operasional aktiva kilang LNG sampai dengan ditetapkannya peruntukan atas aset tersebut secara de! nitif oleh Menteri Keuangan.

c. Aset eks Kontrak Kerjasama yang digunakan oleh Pertamina EPHasil Inventarisasi dan Penilaian atas aset eks Kontrak kerjasama yang digunakan oleh Pertamina EP tergambar dalam Tabel 4.33.

Note: *) Still uses the value of PT Ujatek Baru.**) In identi! cation process of assets location due to the small number of supporting documents and it still uses the value of PT Ujatek Baru.

b. LNG Arun and LNG Badak Plants Result of inventory and assessment of LNG Arun and LNG Badak by the Directorate General of State Asset Management is contained in Table 4.42.

Towards the group of assets, the Property Manager has appointed PT. Pertamina (Persero) to be temporarily responsible of the operational activities of LNG plants until the usage of the assets have been de! nitely stipulated by the Minister of Finance.

c. Assets of Ex-Cooperation Contract used by Pertamina EPResult of inventory IP of Asset of ex-coperation contract used by Pertamina EP is presented in Table 4.33.

Tabel 4.42. Aktiva Kilang LNG Arun dan LNG BadakTable 4.42. LNG Arun ad LNG Badak Plants

Aset Assets Nilai ValueLokasi LocationNo

Aktiva LNG Arun LNG Arun 11.029.729.944.488

16.302.447.401.562

Blang Lancang, Lhokseumawe, NAD

Bontang, Kalimantan TimurAktiva LNG Badak LNG Badak

1

2

Lokasi Aset Asset LocationNilai Wajar (Rp)

Proper Value (IDR)No

Jalan Agus Salim 108 & 108A Jakarta Pusat 35.037.558.000

36.505.456.000

14.490.489.000

1.233.433.545.000

15.379.053.000

2.991.056.000

1.284.185.000*)

22.465.100.000**)

265.899.043.000

77.191.137.000

Jalan Surabaya 60 & 60 Pav Jakarta Pusat

Jalan Brawijaya VIII/30 Jakarta Selatan

Jalan Tarogong, Jakarta Selatan

Jalan Tanjung 34 Jakarta Selatan

Jalan Dipati Ukur No 31 Bandung

Jalan Jatibarang IV Jakarta Timur

Sawangan Depok Jawa Barat

Jalan Abdul Muis 68 Jakarta Pusat

Jalan Kapten Tendean Jakarta Selatan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tabel 4.41. Aset eks PertaminaTable 4.41. Ex-Pertamina’s Assets

Page 247: FA LTKK 2012.indb

246Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

The Directorate General of State Asset Management has carried out:

1. To make an inventory and assessment module for assets used by PT. Pertamina EP involving the Ministry of Energy and Mineral Resources, PT. Pertamina, and PT. Pertamina EP;

2. To make inventory of ex-Pertamina’s assets involving 13 Regional O# ces of the Directorate General of State Asset Management, PT. Pertamina, and PT. Pertamina EP;

3. To coordinate with the Legal Assistance Bureau, Secretariat General of the Directorate General of State Asset Management, and PT.Pertamina in settling the cancellation case of Building Certi! cate No. 263/Kuningan Barat;

4. To manage the State Owned Asset of ex-Pertamina’ s assets;

5. To observe Government Revenues deposit from the management of ex-Pertamina’s assets, Jakarta International School (JIS), auction of assets at Pertamina EP Cirebon, and auction of assets at LNG Badak;

6. To socialise Regulation of the Minister of Finance Number 234/PMK.05/2011 on the Special Transaction Accounting System;

7. To prepare a ! nancial statement of the Special Transaction Accounting System for ex-Pertamina’s assets consolidated with the State’s General Treasurer for Semesters I and II and annually.

Hal-hal yang telah dilakukan oleh DJKN:

1. Menyusun Modul Inventarisasi dan Penilaian atas aset yang digunakan PT Pertamina EP dengan melibatkan Kementerian ESDM, PT Pertamina, dan PT Pertamina EP;

2. Melakukan inventarisasi atas aset eks Pertamina dengan melibatkan 13 Kanwil DJKN, PT Pertamina, dan PT Pertamina EP;

3. Berkoordinasi dengan Biro Bantuan Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dan PT Pertamina dalam penyelesaian perkara pembatalan SHGB No. 263/Kuningan Barat;

4. Melakukan pengelolaan BMN atas aset eks Pertamina;

5. Pemantauan atas setoran penerimaan negara atas pengelolaan aset eks Pertamina, yaitu setoran Jakarta International School (JIS), setoran hasil lelang aset di Pertamina EP Cirebon, dan setoran hasil lelang aset di LNG Badak;

6. Menyelenggarakan sosialisasi mengenai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.05/2011 mengenai Sistem Akuntansi Transaksi Khusus;

7. Menyusun Laporan Keuangan Sistem Akuntansi Transaksi Khusus Aset Eks Pertamina yang akan dikonsolidasikan ke Laporan Bendahara Umum Negara untuk semester I, semester II, dan tahunan.

Tabel 4.33. Aset Eks KKS yang Dipakai Pertamina EPTable 4.33. Assets of ex-Cooperation Contract used by Pertamina EP

Deskripsi Aset Assets DescriptionWajah (RP)

Fair Value (IDR)No

Tanah Land 2.416.567.379.972

2.380.901.187.546

1.296.348.000

7.885.170.937

6.309.315.327.275

770.995.092.309

5.962.844.342

8.240.478.849

2.675.137.730

11.903.838.966.960

Perumahan & sarana sosial Housing complex & social facilities

Perlengkapan Konstruksi Construction equipment

Produksi Pengeboran Drilling production

Fasilitas Produksi Production facilities

Perabot & Perlengkapan Kantor Furniture & o!ce equipment

Truk besar &Trailer Heavy truck & trailers

Truk kecil & Traktor Light trucks & tractors unit

Mobil Auto Mobile

Jumlah Total

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Page 248: FA LTKK 2012.indb

247Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Penanganan Penyelesaian Aset-Aset Eks IJJDF

Latar belakang penanganan aset-aset eks The Irian Jaya Joint Development Foundation (IJJDF) oleh DJKN adalah transformasi kelembagaan unit-unit Eselon I Kementerian Keuangan pada tahun 2004 dan 2006. Khususnya tugas dan fungsi pengelolaan kekayaan negara dari sebelumnya oleh DJA dan Ditjen Perbendaharaan menjadi oleh DJKN.

IJJDF dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk mencapai pembangunan ekonomi Irian Jaya dan mengadakan persiapan/perlengkapan untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut. Langkah yang diambil dengan kegiatan antara lain: (vide Akta Notaris Eliza Pondaag Nomor 42 Tahun 1970) (i) penyelidikan/perumusan dan pelaksanaan proyek yang menghasilkan pendapatan yang dapat membantu pembangunan ekonomi Irian Jaya, (ii) penanaman modal dalam proyek-proyek tersebut, (iii) penyediaan jasa-jasa nasihat teknis, latihan dan perluasan, (iv) kerjasama dengan badan perencanaan daerah.

Di tahun 1997, IJJDF dilikuidasi dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 292/KMK.01/1997 dan dibentuk Tim Likuidasi. Sehubungan dengan reorganisasi Kementerian Keuangan, penanganan aset eks IJJDF oleh Tim Likuidasi terhenti. Berdasarkan dokumen laporan kegiatan Tim Likuidasi (IJJDF) terakhir yang tersedia per Desember 2002, diperoleh informasi bahwa terkait aset-aset eks IJJDF, Tim Likuidasi telah menyelesaikan sebagai berikut (i) inventarisasi daftar aset; (ii) penjualan sebagian aset IJJDF dan anak perusahaan; (iii) penggunaan hasil penjualan aset IJJDF dan anak perusahaan untuk pembayaran utang kepada pihak ketiga, pembiayaan kegiatan operasional Tim Likuidasi, dan pembayaran pajak terutang.

Untuk kejelasan status aset eks IJJDF ini, Direktorat KND telah menugaskan Kanwil XVII DJKN Jayapura untuk meneliti lebih lanjut status aset eks IJJDF dan diperoleh hasil bahwa aset eks IJJDF yang saat ini masih atas nama IJJDF sebanyak 41 aset. Hanya 21 bidang tanah yang didukung dengan bukti kepemilikan berupa surat pelepasan hak adat sebanyak 18 bidang tanah (luas ±7.200 ha) dan berupa serti!kat sebanyak tiga bidang tanah (luas ±0,95 ha).

Handling Settlement of ex-IJJDF’s Assets

The background of handling ex The Irian Jaya Joint Development Foundation (IJJDF)’s assets by the Directorate General of State Asset Management was the institutional transformation of Echelon I units at the Ministry of Finance in 2004 and 2006. The tasks and functions of the state’s assets management from previously the Directorate General of Budget and the Directorate General of Treasury were handed over to the Directorate General of State Assets.

IJJDF was set up with the aim of achieving an economic development in Irian Jaya and of providing preparations/equipment for the related purposes. The steps taken included (vide Notarial Deed Eliza Pondaag Number 42/1970) (i) investigation/formulation and execution of projects of which the revenues could help Irian Jaya’s economic development, (ii) investment in the projects, (iii) provision of technical consultancy, training and expansion, (iv) cooperation with the regonal planning agency.

In 1997, IIJDF was liquidated under Decree of the Minister of Finance Number 292/KMK.01/1997 and a liquidation team was set up. In relation to the reorganisation of the Ministry of Finance, handling of the ex-IIJDF’s assets by the liquidation team was terminated. Based on the last report document of IIJDF’s liquidation team provided per December 2002, information on ex-IIJDF’s assets was obtained that the liquidation team had (i) made an inventory of the list of assets; (ii) sold a part of the assets of IIJDF and its subsidiary; (iii) used the yield from selling assets of IIJDF and its subsidiary to pay debt to third parties, to !nance operational activities of the liquidation team, and to pay debted tax.

To clarify the status of ex-IIJDF’s assets, the Directorate of Seperated State Assets has assigned the Regional O#ce XVII of the Directorate General of State Assets in Jayapura to further assess ex-IIJDF’s assets from which the result is that ex-IIJDF’s assets currently in the name of IIJDF are 41 assets. Only 21 pieces of land are supported by an ownership evidence in the form of a release letter of traditional right for 18 pieces of land (±7,200 hectares) and certi!cates for three pieces of land ±0.95 hectares).

Page 249: FA LTKK 2012.indb

248Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 68 UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 28 Tahun 2004, pelaksanaan penyerahan sisa hasil likuidasi kepada yayasan lain atau badan hukum lain cukup sulit dilakukan. Status aset-aset eks IJJDF tidak semuanya free and clear. Dengan demikian, pilihan penyerahan kepada negara menjadi opsi yang paling relevan (vide Pasal 68 ayat (3) UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 28 Tahun 2004). Opsi penyelesaian aset eks IJJDF dapat dilakukan dengan cara:

a. Dimantapkan statusnya hukumnya sebagai Barang Milik Negara;

b. Dimantapkan statusnya hukumnya sebagai Barang Milik Daerah; atau

c. Dijual lelang melalui Kantor Vertikal DJKN.

Berdasarkan hasil due diligence atas permasalahan dimaksud telah dilaporkan kepada Menteri Keuangan (vide ND-358/KN/2012 tanggal 5 November 2012) dengan rekomendasi penyelesaian aset eks IJJDF ini dikoordinasikan bersama dalam sebuah Tim ad hoc yang dibentuk oleh Menteri Keuangan

As stipulated in Article 68 of Law Number 16/2001 on Foundation, as has been amended with Law Number 28/2004, submission of the remaining liquidation yields to ther foundations or legal entities was di#cult. Status of ex-IIJDF’s assets was not all free and clear. Therefore, submission to the state was the most relevant option (vide Article 68 paragraph (3) Law Number 16/2001 on Foundation as has been amended with Law Number 28/2004. The option of settling ex-IIJDF’sassets could be carried out by:

a. Establishing its legal states as the state owned asset

b. DEstablishing its legal status as Regional owned assets; or

c. Auctioning the assets through the Vertical O#ces of the Directorate General of State Asset Management.

Based on a due dilligence, the said issues has been reported to the Minister of Finance (vide ND-358/KN/2012 dated December 5th, 2012) with a recommendation that the settlement of ex-IIJDF’s assets be coordinated in an ad-hoc team, set up by the Minister of Finance.

Page 250: FA LTKK 2012.indb

249Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Kinerja Pasar Modal Indonesia

Di tengah kondisi perekonomian global yang mengalami kelesuan akibat krisis di Eropa dan kelesuan ekonomi di Amerika Serikat, pasar modal dunia selama tahun 2012 tetap mencetak kinerja yang positif, tak terkecuali di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia hingga akhir perdagangan Kamis, 27 Desember 2012 ditutup pada posisi 4.281,86 atau menguat 12,03 persen dibandingkan posisi pada penutupan hari perdagangan terakhir di tahun 2011 di posisi 3.821,99. Penguatan IHSG di BEI sepanjang tahun 2012 mengikuti tren penguatan indeks-indeks saham lain di kawasan Asia Pasi! k. Perkembangan indeks saham di beberapa bursa utama di Asia Pasi! k dapat diperlihatkan dalam Tabel 4.44.

Performance of the Indonesian Capital Market

In the sluggish global economy due to the crisis in Europe and the economic sluggishness in the United States, the global capital market in 2012 still had a positive performance, including in Indonesia. The Jakarta Composite Index (JCI) at the Indonesian Stock Exchange until the last trading on Thursday, December 27th, 2012, was closed at a position of 4,281.86 or strengthened 12.03 percent compared to the position at the last day of trading in 2011, at 3,821.99. The strengthening of Composite Index at the Indonesian Stock Exchange during 2012 followed the strengthening trend of other shares index in the Asia Paci! c region.

PENGAWASAN PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGANCAPITAL MARKET AND FINANCIAL INSTITUTIONS SUPERVISION

Page 251: FA LTKK 2012.indb

250Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Development of shares index at some main stock exchanges in Asia Paci! c is presented in Table 4.44.Table 4.44. Movement of Shares Index in Asia Paci! c 2011-2012

However, the net value of shares transactions by foreign investors in 2012 decreased due to the negative sentiment from the stock exchanges in the United States and Europe. Until December 27th, 2012, the net value of shares transactions by foreign investors amounted to IDR15.44 trillion, lower compared to 2011 which amounted to IDR25.67 trillion.

The stock exchange condition in the United States and Europe which remained sluggish had a" ected foreign investors’ interest to enter the Indonesian shares market. In such an uncertain global economic condition, the US dollar had become the safest asset for foreign investors.

Total shares transactions at the Indonesian Stock Exchange until December 27th, 2012, was IDR1,111.14 trillion, a decrease of 10.11 percent from the total transaction value in 2011 which amounted to IDR1,223.44 trillion. The daily average transaction value also decreased from IDR4.95 trillion in 2011 to IDR4.55 trillion in 2012.

Seiring penguatan IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham BEI juga meningkat hingga 15,69 persen, dari Rp3.537,29 triliun pada akhir tahun 2011 menjadi Rp4.092,23 triliun pada akhir perdagangan tanggal 27 Desember 2012.

Namun, dari sisi nilai bersih transaksi saham oleh investor asing selama tahun 2012 menurun akibat sentimen negatif dari bursa Amerika Serikat dan Eropa. Hingga 27 Desember 2012, nilai bersih transaksi saham oleh investor asing mencapai Rp15,44 triliun, turun dibandingkan tahun 2011 yang sebesar Rp25,67 triliun.

Kondisi bursa AS dan Eropa yang masih dilanda kelesuan mempengaruhi minat investor asing masuk ke pasar saham Indonesia. Dalam keadaan perekonomian global yang dilanda ketidakpastian tersebut, dolar AS menjadi aset yang paling aman bagi investor asing.

Total transaksi saham di BEI hingga 27 Desember 2012 mencapai Rp1.111,14 triliun, turun 10,11 persen dari total nilai transaksi saham sepanjang tahun 2011 yang sebesar Rp1.223,44 triliun. Demikian pula nilai transaksi rata-rata harian turun dari Rp4,95 triliun di tahun 2011 menjadi Rp4,55 triliun pada tahun 2012.

31 Desember 2011December 31st, 2011

27 Desember 2012December 27th, 2012

Perubahan (%)Fluctuation (%) Negara CounrtyIndeks Index

3821,99

1025,32

4371,96

1825,74

1530,73

15454,92

2646,35

7072,08

18434,39

2199,42

866,65

8455,35

4056,56

4281,86

1397,19

5794,89

1987,35

1674,16

19323,80

3183,93

7648,41

22619,78

2205,90

862,82

10322,98

4647,96

12,03%

36,27%

32,55%

8,85%

9,37%

25,03%

20,31%

8,15%

22,70%

0,29%

-0,44%

22,09%

14,58%

Indonesia

Thailand

Filipina

Korea

Malaysia

India

Singapura

Taiwan

Hong Kong

China

China

Jepang

Australia

IHSG BEI Indonesian Stock Exchange

Bangkok SET Bangkok Stock Exchange

Philippine SE Philippine Stock Exchange

Bursa Malaysia KLCI Malaysian Stock Exchange

Korea Composite

Sensex 30

Straits Times

Taiwan SE/TAIEX

Hang Seng

Shanghai Composite

Shenzhen Composite

Nikkei 225

S&P/ASX 200

Sumber: BEI, Bloomberg Source: The Indonesian Stock Exchnage, Bloomberg

Tabel 4.44. Pergerakan Indeks Saham di Asia Pasi! k Tahun 2011-2012Table 4.44. Movement of Shares Index in Asia Paci! c 2011-2012

Page 252: FA LTKK 2012.indb

251Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Terkait transaksi obligasi melalui sistem penerimaan laporan transaksi efek (PLTE), total volume pelaporan pada periode 2 Januari hingga 27 Desember 2012, untuk Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp1.989.855,13 miliar dengan rata-rata volume pelaporan harian Rp8.121,86 miliar. Termasuk di dalam nilai tersebut adalah sukuk negara ritel sebesar Rp77.646,8 miliar dengan rata-rata volume pelaporan harian Rp316,92 miliar. Sementara obligasi negara ritel sebesar Rp81.505,18 miliar dengan rata-rata volume pelaporan harian Rp332,67 miliar. Sedangkan obligasi korporasi (konvensional dan syariah) sebesar Rp159,642,37 miliar dengan rata-rata volume pelaporan harian sebesar Rp651,60 miliar serta obligasi korporasi konvensional berdenominasi dolar AS sebesar 25,44 juta dolar AS dengan rata-rata volume pelaporan harian sebesar 100.000 dolar AS.

Kinerja Pasar Modal

1. Industri Efek Bapepam-LK selama periode Januari hingga 20 Desember 2012 telah mengeluarkan 95 surat pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum yang telah disampaikan kepada Bapepam-LK (di luar reksa dana). Total nilai hasil penawaran umum itu mencapai Rp96,98 triliun. Perinciannya adalah sebagai berikut:

• Pernyataan efektif untuk emiten atau perusahaan publik yang melakukan penawaran umum perdana saham dengan total nilai emisi Rp9,91 triliun;

• Pernyataan efektif untuk emiten atau perusahaan publik yang melakukan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan total nilai emisi Rp19,75 triliun;

• Pernyataan efektif untuk emiten atau perusahaan publik yang melakukan penawaran umum obligasi dan/atau sukuk dengan total nilai emisi Rp24,01 triliun;

• Pernyataan efektif untuk emiten atau perusahaan publik yang melakukan penawaran umum obligasi dan/atau sukuk berkelanjutan, dengan total nilai emisi Rp43,31 triliun. Nilai emisi ini termasuk 11 penawaran umum obligasi dan/atau sukuk berkelanjutan tahap II dan tahap III.

Concerning bond transactions through the system of Share Transaction Reporting Receipt (PLTE), the total reporting volume in the period of January 2nd to December 27th, 2012, the Government Securities (SBN) totalled IDR1,989,855.13 trillion with an average volume of daily reporting of IDR8,121.86 billion. Included in the value was retail sovereign sukuk totalling IDR77,646.8 billion with an average volume of daily reporting of IDR 316.92 billion. The retail state bonds totalled IDR81,505.18 billion with an average volume of daily reporting of IDR332.67 billion. The corporate bonds (both conventional as well as Sharia) totalled IDR159,642.37 billion with an average volume of daily reporting of IDR651.60 billion, and conventional corporate bonds in US dollar totalled USD25.44 million with an average volume of daily reporting of USD100,000.

Capital Market Performance

1. Share IndustryDuring the period of January to December 20th, 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) issued 95 letters of e"ective statement on the registration in the framework of public o"ering submitted to the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), excluding mutual funds. The total yield of the public o"ering was in amount of IDR96.98 trillion, with the following detail:

• E"ective statement for emitents or public companies carrying out a share initial public o"ering with a total emission value of IDR9.91 trillion

• E"ective statement for emitents or public companies carrying out a limited public o"ering to shareholders with the Right of First Share Reservation with a total emission value of IDR19.75 trillion;

• E"ective statement for emitents or public companies carrying out a public o"ering of bonds and/or sukuk with a total emission value of IDR24.01 trillion;

• E"ective statement for issuers or public companies carrying out a public o"ering of sustainable bonds and/or sukuk with a total emission value of IDR43.31 trillion. The emission value included 11 public o"erings of sustainable bonds and/or sukuk phases II and III.

Page 253: FA LTKK 2012.indb

252Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

2. Industri Pengelolaan InvestasiDari sisi pengelolaan produk investasi, selama tahun 2012 terjadi pertumbuhan. Jumlah reksa dana sampai dengan tanggal 26 Desember 2012 meningkat sebesar 5,2 persen, dari 767 reksa dana pada akhir tahun 2011 menjadi 807 reksa dana pada tanggal 26 Desember 2012. Sementara itu, nilai aktiva bersih (NAB) dan jumlah unit penyertaan reksa dana juga meningkat cukup signi! kan. NAB reksa dana meningkat dari Rp202,4 triliun pada akhir Desember 2011 menjadi Rp223,03 triliun pada tanggal 26 Desember 2012 atau meningkat sebesar 10,19 persen. Sedangkan jumlah unit penyertaan reksa dana meningkat dari 98,98 miliar unit pada akhir Desember 2011 menjadi 114,02 miliar unit pada tanggal 26 Desember 2012 atau meningkat sebesar 15,20 persen.

Sampai dengan tanggal 26 Desember 2012, jumlah reksa dana yang ada mencapai 809, dengan rincian seperti pada Tabel 4.45.

Keterangan: Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) merupakan reksa dana yang khusus ditawarkan secara terbatas kepada pemodal profesional dan tidak ditawarkan melalui penawaran umum. NAB RDPT dilaporkan setiap tiga bulan sekali.

2. Investment Management Industry In 2012, the investment product management continued to grow. The number of mutual funds until December 26th, 2012 increased 5.2 percent, from 767 mutual funds at the end of 2011 to 807 mutual funds on December 26th, 2012. Meanwhile, the Net Asset Value and the number of mutual fund participation units also signi! cantly increased. The Net Asset Value of mutual fund increased from IDR202.4 trillion by end of December 2011 to IDR223.03 trillion on December 26th, 2012 or an increase of 10.19 percent. The number of mutual fund participation units increased from 98.98 billion units by end of December 2011 to 114.02 billion units on December 26th, 2012 or an increase of 15.20 percent.

Until December 26th, 2012, the number of mutual funds reached 809, with the detail as in Table 4.45.

Note: Limited Participation Mutual Fund (RDPT) is a mutual fund especially and limitedly o" ered to professional investors and not o" ered in a public o" ering. The Net Asset Value of Limited Participation Mutual Fund is reported every three months.

JumlahNumber

Nilai Aktiva Bersih (NAB)Net Asset ValueJenis Reksa Dana Type of mutual fund

118

92

32

98

317

4

8

12

17

12

1

3

95

809

Rp34,47 triliun

Rp69,23 triliun

Rp12,20 triliun

Rp22,01 triliun

Rp43,18 triliun

Rp0,34 triliun

Rp0,70 triliun

Rp2,67 triliun

Rp2,5 triliun

Rp0,18 triliun

Rp0,23 triliun

Rp1,53 triliun

Rp33,80 triliun

Rp223,03 triliun

IDR 34,47 trillion

IDR 69,23 trillion

IDR 12,20 trillion

IDR 22,01 trillion

IDR 43,18 trillion

IDR 0,34 trillion

IDR 0,70 trillion

IDR 2,67 trillion

IDR 2,5 trillion

IDR 0,18 trillion

IDR 0,23 trillion

IDR 1,53 trillion

IDR 33,80 trillion

IDR 223,03 trillion

Reksa Dana Pendapatan tetap Fixed Income Mutual Fund

Reksa Dana Saham Share Mutual Fund

Reksa Dana Pasar Uang Money Market Mutual Fund

Reksa Dana Terproteksi Protected Mutual Fund

Reksa Dana Campuran Mixed Mutual Fund

Reksa Daba Indeks Index Mutual Fund

Reksa Dana Syariah - Pendapatan Tetap Fixed Income Sharia Mutual Fund

Reksa Dana Syariah - Saham Share Sharia Mutual Fund

Reksa Dana Syariah - Campuran Mixed Sharia Mutual Fund

Reksa Dana Syariah - Terproteksi Protected Sharia Mutual Fund

Reksa Dana Syariah - Indeks Index Sharia Mutual Fund

Reksa Dana ETF ETF Mutual Fund

Reksa Dana Penyertaan Terbatas Limited Participation Mutual Fun*

Jumlah Total

Tabel 4.45. Tabel reksa dana hingga 26 Desember 2012Table 4.45. Table of Mutual Fund until December 26th, 2012

Page 254: FA LTKK 2012.indb

253Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Selama periode tahun 2012 Bapepam-LK telah memberikan:

i. Pernyataan efektif kepada 171 reksa dana yang meliputi 63 reksa dana konvensional, 104 reksa dana terproteksi, tiga reksa dana indeks dan satu reksa dana yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek.

ii. Mencatatkan sebanyak 10 reksa dana penyertaan terbatas.

iii. Persetujuan untuk pembubaran 141 reksa dana

Dalam rangka pengembangan basis investor domestik, Bapepam-LK bekerja sama dengan Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) secara konsisten memberikan pemahaman maupun sosialisasi kepada masyarakat pemodal khususnya di daerah-daerah yang memiliki potensi ekonomi. Salah satu kegiatan yang berhasil dilaksanakan pada tahun 2012 yaitu Pekan Reksa Dana Nasional yang berlangsung dari 18 – 21 Oktober 2012, bertempat di Atrium Laguna, Mal Central Park Jakarta dengan tema “Reksa Dana Pilihan Investasi Masa Depan Keluarga Indonesia”. Acara tersebut diikuti oleh 45 peserta yang terdiri dari 36 manajer investasi dan sembilan agen penjual efek reksa dana (APERD).

Penyelenggaraan acara tersebut mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat pemodal.Hal itu terlihat dari jumlah pengunjung yang hadir selama pekan reksa dana tersebut, yaitu sekitar 17.000 orang atau rata-rata lebih dari 4.000 orang per hari. Selain itu, terdapat pembukaan rekening reksa dana baru sebanyak 2.000 rekening dengan nilai sekitar Rp20 miliar (on the spot), serta masih banyak calon investor lainnya yang memberikan data untuk ditindaklanjuti oleh manajer investasi maupun APERD.

Pada tahun 2012 telah terbit satu produk investasi baru pasar modal dengan menggunakan wadah Kontrak Investasi Kolektif, yaitu Dana Investasi Real Estat (DIRE) Ciptadana Properti Ritel Indonesia. DIRE ini telah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK pada tanggal 6 November 2012. Aset Real Estate yang menjadi underlying asset DIRE Ciptadana Properti Ritel Indonesia adalah tanah dan bangunan mall atau pusat perbelanjaan, yaitu Solo Grand Mall (SGM), yang berlokasi di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah.

In 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has:

i. Provided an e"ective statement to 171 mutual funds, consisting of 63 conventional mutual funds, 104 protected mutual funds, 3 index mutual funds, and 1 mutual fund of which the participation unit was traded at the stock exchange.

ii. Registered 10 limited participation mutual funds.

iii. Approved to dissolve 141 mutual funds.

To develop the domestic investors basis, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) in cooperation with the Assosication of the Indonesian Mutual Fund Managers (APRDI) consistently provide an understanding and socialization to the public, particularly investors in the regions who have economic potential. One of the activities held in 2012 was the “National Mutual Fund Week”, held on Otober 18th – 21st, 2012, at Atrium Laguna, Mal Central Park, Jakarta, having the theme “Mutual Fund, the Future Investment Choice for Indonesian Families”. The event was taken part by 45 participants, consisting of 36 investment managers and 9 mutual fund selling agents (APERD).

The event was responded with anthusiasm by the investors, as seen by the number of visitors atending the mutual fund week, around 17,000 guests or more than 4,000 guests daily. In addition, 2,000 new mutual accounts were opened with a total value of IDR20 billion (on the spot), while many other prospective investors provided their data to be folowed up by the investment managers or mutual fund selling agents (APERD).

In 2012, a new investment product in the capital market was issued, using the Collective Investment Contract, namely the Ciptadana Properti Ritel Indonesia Real Estate Investment Fund (DIRE). The product obtained an e"ective statement from the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) on November 6th, 2012. The real estate’s assets being the Ciptadana Properti Ritel Indonesia DIRE’s underlying asset was the Solo Grand Mall (SGM), located at Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Solo, Central Java.

Page 255: FA LTKK 2012.indb

254Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Tahun 2012 juga diterbitkan produk sekuritisasi Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset (KIK-EBA) kelima dengan underlying tagihan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Danareksa BTN03-KPR. KIK-EBA ini telah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK pada tanggal 5 Desember 2012. Sampai dengan akhir tahun 2012, nilai sekuritisasi dari kelima produk EBA senilai Rp2.955,8 miliar.

Selama tahun 2012, Bapepam-LK juga memberikan sejumlah izin dan sekaligus mencabut izin sejumlah perusahaan efek dan wakil perusahaan efek.

Catatan:• * tidak termasuk spin-o#• Hingga 10 Desember 2012, total jumlah

perusahaan efek yang telah memiliki izin usaha sebagai perantara pedagang efek (PPE) dan penjamin emisi efek (PEE) dari Bapepam-LK tercatat 141 perusahaan efek. Terdiri atas 117 perusahaan efek anggota bursa dan 24 perusahaan efek bukan Anggota Bursa (AB);

• Bapepam-LK terus meningkatkan kehati-hatian dalam memberikan persetujuan terhadap perubahan manajemen dan pengendali dari perusahaan efek dan Self Regulatory Organization (SRO).

Perizinan lainnya yang diberikan oleh Bapepam-LK adalah:

1. Penasihat InvestasiJumlah pemilik izin perorangan (5 pihak)Jumlah pemilik izin institusi (2 pihak)Selama tahun 2012, terdapat 2 perorangan dan satu institusi yang mengajukan izin baru sebagai penasihat investasi, tetapi Bapepam-LK tidak mengeluarkan izin atas ketiganya.

2. Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD)Jumlah APERD (22 pihak)Jumlah WAPERD (16.127 pihak).

In 2012, a securitization product of the !fth Collective Invesment Contract-Share having Asset Collateral (KIK-EBA) with an underlying of House Ownership Credit (KPR) claim of Danareksa BTN03-KPR, was issued. The Collective Invesment Contract-Share having Asset Colateral (KIK-EBA) obtained an e"ective statement from the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) on December 5th, 2012. Until the end of 2012, the securitization value of the Collective Invesment Contract-Share having Asset Collateral (KIK-EBA) was in amount of IDR2,955.8 billion.

In 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Board (Bapepam-LK) granted and revoked licenses of a number of share companies and company representatives.

Note:• * spin-o" excluded• Until December 10th,2012, the total number

of share companies already having a business license as a ShareTrading Broker (PPE) and Underwriter (PEE) from the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) was 141, consisting of 117 members of the stock exchange and 24 non-members of the stock exchange.

• The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) continues to increase prudence in approving management and control changes of share companies and Self Regulatory Organization (SRO).

Other licenses provided by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) included:

1. Investment consultants Number of individual license owners (5) Number of institutional license owners (2) In 2012, two individuals and one institution submitted a new license as investment consultant, however, no license was provided by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK).

2. Mutual Fund Share Trading Agent (APERD) and Mutual Fund Share Vice Trading Agents (WAPERD)Number of Mutual Fund ShareTrading Agents (APERD) (22)

Page 256: FA LTKK 2012.indb

255Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Number of Mutual Fund Share Vice Trading Agents (WAPERD) (16,127)

In 2012, no new license was submitted as Mutual Fund ShareTrading Agen (APERD); on the other hand, 3,503 new licenses as Mutual Fund Share Vice Trading Agents (WAPERD) were submitted to the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK).

Approvals and registrations of bond industry provided by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Board (Bapepam-LK) in 2012 is detailed in Table 4.47.

Selama tahun 2012, tidak ada pengajuan izin baru sebagai APERD. Sedangkan untuk WAPERD terdapat 3.503 izin baru yang diajukan Bapepam-LK.

Untuk persetujuan dan pendaftaran terkait industri efek yang diberikan Bapepam-LK selama tahun 2012 dapat dirinci dalam Tabel 4.47.

Tabel 4.47. Jumlah Persetujuan dan Pendaftaran Industri Efek oleh Bapepam LK Table 4.47. Number of Approvals and Registrations of Share Industry by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Board (Bapepam LK)

Profesi/Lembaga Profession/InstitutionNoPenerbitan STTDIssuance of STTD

Pencabutan STTDRevocation of STTD

Jumlah STTDNumber of STTD

Konsultan Hukum Pasar Modal Capital Market Legal Consultant

Notaris Pasar Modal Capital Market Notary

Akuntan Pasar Modal Capital Market Accountant

Penilai Pasar Modal Capital Market Accountant

Jumlah Total

Bank Kustodian Capital Market Appraisal

19

148

13

45

1

226

-

-

-

-

-

-

709

1647

160

669

21

3206

1

2

4

3

5

Uraian Description Total Hingga 20 Desember 2012Total to December 20th, 2012

PencabutanRevocationNo

Perusahaan Efek Share companies

75*

124

94

2.250

6.893

1.833

19

6

2

21

2

-

10

1

1

242

552

60

Manajer Investasi Investment managers

Perantara Pedagang Efek Share trading brokers

Penjamin Emisi Efek Underwriter

Orang Perseorangan untuk Wakil PE Individuals for share company representative

Wakil Manajer Investasi Vice investment managers

Wakil Perantara Pedagang Efek Vice share trading brokers

Wakil Penjamin Emisi Efek Vise Underwriter

1

2

Izin Usaha BaruNew business license

Tabel 4.46. Daftar Pemberian dan Pencabutan Izin Perusahaan Efek dan Wakil Perusahaan Efek Table 4.46. List of Granting and Revoking License of Share Companies and Company Representatives

Page 257: FA LTKK 2012.indb

256Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Kinerja Industri Keuangan Non-Bank

1. Industri Asuransi

Selama periode 1 Januari hingga 21 Desember 2012, Bapepam-LK telah memberikan izin baru bagi perusahaan asuransi.

Produk baru yang telah dilaporkan dan dicatat Biro Perasuransian Bapepam-LK selama periode 1 Januari hingga 21 Desember 2012 terlihat dalam Tabel 4.48.

Sementara itu, berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan triwulan III per 30 September 2012, diketahui jumlah aset, kewajiban dan modal sendiri industri asuransi konvensional, seperti tertuang dalam Tabel 4.49.

Untuk aset, kewajiban dan modal industri asuransi syariah berdasarkan hasil analisis laporan keuangan triwulan III per 30 September 2012 terinci dalam Tabel 4.50.

Performance of Non-Bank Financial Industry

1. Insurance Industry

During the period of January 1st – December 21st, 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) granted new licenses to insurance companies.

New products already reported and registered at the Insurance Bureau of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) from January 1st – December 21st, 2012, can be seen in Table 4.48.

Meanwhile, based on an analysis on the ! nancial report of quarter III per September 30th, 2012, the number of assets, liabilities, and self capital of conventional insurance industry can be seen in Table 4.49.

Assets, liabilities, and self capital of Sharia insurance industry based on an analysis of the ! nancial report of quarter III per September 30th, 2012, are presented in Table 4.50.

Keterangan DescriptionNoAsuransi Umum

General insuranceReasuransi

Re-insuranceTotalTotal

Aset Assets

Investasi Investment

Non-Investasil Non-Investment

Kewajiban Liabilities

Modal Sendiri Self capital

60.559.743

44.134.865

27.301.803

16.424.878

33.190.494

Asuransi JiwaLife insurance

246.877.156

219.869.862

202.742.205

27.007.295

43.952.250

3.348.416

2.669.050

2.166.795

679.367

1.106.622

310.785.316

266.673.777

232.210.803

44.111.540

78.249.366

1

2

4

3

5

Tabel 4.49. Aset dan Kewajiban Industri Asuransi Konvensional (dalam ribuan) Table 4.49. Assets and Liabilities of Conventional Insurance Industry (in thousands)

Tabel 4.48. Jumlah Produk Baru Asuransi yang Dicatat Bapepam LKTable 4.48. Number of Insurance New Products Registered by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK)

Perusahaan CompanyNoKonvensionalConvensional

SyariahSharia

JumlahNumber

Asuransi Jiwa Life insurance

Asuransi Umum General insurance

Jumlah Total

478

263

741

82

31

113

560

294

854

1

2

Page 258: FA LTKK 2012.indb

257Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

2. Industri Dana Pensiun

Hingga 14 Desember 2012, terdapat tiga pengesahan pembentukan dana pensiun baru. Ketiganya merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dengan satu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan dua Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Selain itu, terdapat tiga pengesahan pembubaran dana pensiun yang merupakan DPPK yang menyelenggarakan PPMP.

Terdapat pula perubahan program dari PPMP menjadi PPIP sebanyak satu dana pensiun. Dengan demikian, jumlah dana pensiun aktif hingga 14 Desember 2012 dapat dilihat dalam Tabel 4.51.

Dari sisi peserta dana pensiun, hingga 31 Desember 2011 terdapat 3.082.708 orang peserta. Jumlah ini meningkat 9,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 2.817.997 orang peserta.

2. Pension Fund Industry

Until December 14th, 2012, three new pension funds were endorsed, all were employer pension fund (DPPK) of which one was a pension program with con! rmed advantages (PPMP) and two were a pension program with con! rmed dues (PPIP). In addition, three pension funds were dissolved, all were employer pension fund (DPPK) organizing a pension program with con! rmed advantages (PPMP).

There was also a change from a pension program with con! rmed advantages (PPMP) to a pension program with con! rmed dues (PPIP). The number of active pension funds per December 14th, 2012 can be seen in Table 4.51.

Until December 31st, 2012, the number of participants of pension fund was 3,082,708 , an increase of 9.39 percent compared to the previous year which was 2,817,997. Meanwhile, total net assets

Tabel 4.51. Jumlah Dana Pensiun Aktif Hingga 14 DesemberTable 4.51. Number of Active Pension Funds per December 14th, 2012

73

30

43

308

105

203

381

135

246

38

13

25

419

148

271

Jumlah Dana Pensiun yang memperoleh pengesahan Menteri Number of pension funds endorsed by the MinisterJumlah Pembubaran Dana PensiunNumber of pension funds dissolutionJumlah Dana Pensiun AktifNumber of pension active pension funds

Uraian Description

DPPKEmployer pension fund (DPPK)

DPLK TOTAL

PPIP PPMPJumlahNumber

Tabel 4.50. Aset dan Kewajiban Industri Asuransi SyariahTable 4.50. Assets and Liabilities of Sharia Insurance Industry

Keterangan DescriptionNoAsuransi Umum

General insuranceReasuransi

Re-insuranceTotalTotal

Aset Assets

Investasi Investment

Non-Investasil Non-Investment

Modal Sendiri Akumulasi Dana Tabarru’, & Akumulasi Dana Investasi PesertaSelf capital, tabarru’ fund accumulation & participants investment fund accumulation

2.251.245

1.313.25

1.015.893

937.321

Asuransi JiwaLife insurance

9.149.694

8.031.512

7.672.736

1.118.182

576.589

442.847

346.236

133.742

11.977.528

9.788.283

9.034.864

2.189.245

1

2

4

3

Page 259: FA LTKK 2012.indb

258Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

of the pension fund were in amount of IDR148.03 trillion, of which most was absorbed in investments with a total proper value of IDR143.47 trillion.

3. Financing and Underwriting Industry

. Financing Company

Until November 2012, the Financing and Underwriting Bureau of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has developed and monitored 198 !nancing companies supervising 3,092 branch o#ces throughout Indonesia.

The number of new business licenses provided by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) until November 2012 was seven.

On the other hand, in the development activity, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) revoked the business license of four !nancing companies.

. Venture Capital

To develop venture capital companies, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has developed and monitored 90 capital companies throughout Indonesia. Until end of November 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has provided four new business licenses.

. Infrastucture Financing Company

To accelerate infrastructure development in Indonesia, the government has encouraged the private sector, including multilateral !nancial institutions, through the mechanism of Government and Private Cooperation (KPS) or Public Private Partnership (PPP). To support the private sector’s involvement in !nancing infrastructure development projects, the government has issued Presidential Regulation Number 9/2009 on the Financing Institution which was an improvement of Presidential Regulation Number 61/1988 on the Financing Institution. Further, on May 27th, 2009,

Sementara dari sisi perkembangan aktiva bersih, total aktiva bersih dana pensiun telah mencapai Rp148,03 triliun hingga Desember 2011. Sebagian besar dari kekayaan dana pensiun terserap dalam bentuk investasi dengan total nilai wajar investasi mencapai Rp143,47 triliun.

3. Industri Pembiayaan dan Penjaminan

. Perusahaan Pembiayaan

Hingga akhir November 2012, Biro Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam-LK membina dan mengawasi 198 perusahaan pembiayaan yang membawahi 3.092 kantor cabang di seluruh Indonesia.

Jumlah izin usaha baru yang diberikan Bapepam-LK hingga November 2012 mencapai 7 izin usaha.

Sedangkan untuk kegiatan pembinaan, telah dilakukan pencabutan izin usaha terhadap empat perusahaan pembiayaan.

. Modal Ventura

Untuk perkembangan perusahaan modal ventura, Bapepam-LK telah membina dan mengawasi 90 perusahaan modal di seluruh Indonesia. Hingga akhir November 2012, Bapepam-LK telah memberikan empat izin usaha baru.

. Perusahaan Pembiayaan Pembiayaan Infrastruktur

Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia, Pemerintah mendorong peran serta pihak swasta termasuk lembaga keuangan multilateral melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau Public Private Partnership (PPP). Untuk mendukung keterlibatan pihak swasta dalam pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988

Page 260: FA LTKK 2012.indb

259Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

tentang Lembaga Pembiayaan. Selanjutnya, Menteri Keuangan pada tanggal 27 Mei 2009 telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrasruktur yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009.

Sampai dengan tahun 2012, terdapat dua Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan PT Indonesia Infrastructure Finance.

. Perusahaan Penjaminan

Perusahaan penjaminan adalah perusahaan yang kegiatan utamanya menjamin pemenuhan kewajiban !nansial penerima kredit dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank atau lembaga keuangan lainnya berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Adapun dasar hukum Perusahaan Penjaminan adalah Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 222/PMK.010/2008 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit, sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 99/PMK.010/2011.

Per 21 Desember 2012, di Indonesia terdapat enam perusahaan penjaminan, yang terdiri dari 11 kantor cabang dan tujuh kantor anak cabang perusahaan penjaminan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selama tahun 2012, jumlah perusahaan penjaminan yang telah mendapatkan izin usaha sebagai perusahaan penjaminan baru adalah sebanyak dua perusahaan, yaitu PT Jamkrida Riau dan PT Jamkrida NTB Bersaing.

. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) adalah lembaga khusus yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 dalam rangka mendorong pengembangan ekspor nasional. Kegiatan LPEI meliputi pemberian fasilitas pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultasi.

Dengan dibentuknya LPEI berarti Indonesia memiliki bank exim yang juga dikenal dengan istilah Export Credit Agency (ECA). ECA ini dalam format yang sama dengan yang dimiliki oleh negara lain, yaitu

the Minister of Finance issued Regulation of the Minister of Finance Number 100/PMK.010/2009 on Infrastructure Financing Company which was the implementation regulation of the Presidential Regulation Number 9/2009.

Until 2012, two Infrastructure Financing Companies have obtained a business license from the Minister of Finance, including PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) and PT. Indonesia Infrastructure Finance.

. Underwriting Company

An Underwriting Company is a company of which the main activity is to guarantee ful!llment of !nancial obligations of a debtor and/or !nancing based on Sharia principles to banks or other !nancial institutions based on an agreed agreement. The legal basis of an Underwriting Company is Presidential Regulation Number 2/2008 on Underwriting Institution and Regulation ofthe Minister of Finance Number 222/PMK.010/2008 on Credit Underwriting Company and Credit Re- Underwriting Company as has been amended with Regulation of the Minister of Finance Number 99/PMK.010/2011.

Per December 21st, 2012, there were six Underwriting Companies, consisting of 11 branch o#ces and 7 subsidiaries throughout Indonesia. In 2012, the number of Underwriting Companies which had obtained a business license as a new Underwriting Company was 2, including PT. Jamkrida Riau and PT. Jamkrida NTB Bersaing.

. Indonesian Exports Financing Institution

The Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) is a special institution established under Law Number 2/2009 to encourage national exports development. Activities of the Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) include providing facilities of !nancing, underwriting, insurance, and consultation.

With the establishment of the Indonesian Exports Financing Institution (LPEI), Indonesia has an exports imports bank, also known as export credit agency (ECA). Having the same format as in other countries,

Page 261: FA LTKK 2012.indb

260Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

ECA is an institution that provides !nancing, underwriting, and insurance related to exports. The Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) can help !nancing areas which banks or !nancial institutions are not allowed to enter (to !ll the market gap), such as !nancing buyers abroad to purchase goods and service produced in Indonesia (buyer’s credit). In addition, the Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) can also accept a special task from the government to !nance transactions or projects which are commercially di#cult to implement, by both commercial !nancial institutions as well as by the Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) itself, however the government considers it required to support the national exports policies or programs. The Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) started its operations on September 1st, 2009, through the transformation from PT. Bank Ekspor Indonesia (Persero).

. PT. Sarana Multigriya Finansial

To increase the provision of proper and a"ordable houses for the people, a more e"ective and e#cient fund for housing construction through a housing secondary !nancing. To support the program, Presidential Regulation Number 19/2005 on Housing Secondary Financing as amended with Presidential Regulation Number 1/2008 stipulates the housing secondary !nancing mechanism and the establishment of PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) which will implement the said housing secondary !nancing.

The housing secondary !nancing is implemented through securitization, by purchasing !nancial assets in the form of Housing Loan (KPR) from originating creditors and the issuance of shares having asset collaterals, which can be executed by PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero), special purpose vehicle (SPV), or trustee. In the securitization, PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) shall act as a global coordinator.

Until November 2012, four securitisation transactions had been executed. Three transactions were executed in 2009 and 2010, in which PT. Sarana Multigriya Finansial acted as a global coordinator and credit supporter. One last transaction was executed in 2011, in which PT. Sarana Multigriya Finansial acted as an arranger and credit supporter. The

lembaga yang dapat memberikan pembiayaan, penjaminan, dan asuransi terkait ekspor. LPEI dapat membantu memberikan pembiayaan di area yang tidak dimasuki oleh bank atau lembaga keuangan (!ll the market gap), seperti pemberian fasilitas pembiayaan kepada pembeli di luar negeri untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia (buyer’s credit). Selain itu, LPEI juga dapat menerima penugasan khusus dari pemerintah untuk menyediakan pembiayaan bagi transaksi atau proyek yang secara komersial sulit dilaksanakan, baik oleh lembaga keuangan komersial maupun oleh LPEI sendiri, tetapi dinilai perlu oleh pemerintah untuk menunjang kebijakan atau program ekspor nasional (national interest account/NIA). LPEI mulai beroperasi tanggal 1 September 2009 melalui transformasi dari PT Bank Ekspor Indonesia (Persero).

. PT Sarana Multigriya Finansial

Dalam rangka meningkatkan penyediaan perumahan yang layak dan terjangkau oleh masyarakat, perlu diupayakan tersedianya dana pembangunan perumahan yang lebih efektif dan e!sien melalui pembiayaan sekunder perumahan. Untuk menunjang hal tersebut, melalui Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008, ditetapkan mekanisme pembiayaan sekunder perumahan sekaligus pendirian PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) yang akan melaksanakan kegiatan pembiayaan sekunder perumahan dimaksud.

Pembiayaan sekunder perumahan dilakukan melalui sekuritisasi, yaitu dengan melakukan pembelian aset keuangan berupa kredit kepemilikan rumah (KPR) dari kreditor asal dan penerbitan efek beragun aset, yang dapat dilakukan oleh PT SMF (Persero), Special Purpose Vehicle (SPV), atau wali amanat. Dalam sekuritisasi, PT SMF (Persero) dapat juga bertindak sebagai koordinator global.

Sampai dengan bulan November 2012, telah dilaksanakan empat kali transaksi sekuritisasi. Dalam tiga transaksi sekuritisasi yang dilakukan pada tahun 2009 hingga 2010, PT SMF bertindak sebagai koordinator global dan pendukung kredit. Sedangkan dalam transaksi sekuritisasi terakhir yang dilakukan pada tahun 2011, PT SMF bertindak

Page 262: FA LTKK 2012.indb

261Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

House Loan (KPR) securitized until November 2012 was in amount of IDR1,955 billion.

To build and develop a housing secondary market, the company can also provide loan facilities to banks and/or !nancial institutions to be distributed as Housing Loan (KPR). The loan facility shall last no later than 10 years as of the stipulation date of Presidential Regulation Number 1/2008 with a loan period of maximum 15 years.

REGULATIONS In 2012, a number of Regulations of the Minister of Finance related to the capital market and !nancial institutions was issued, including:

1. Regulation of the Minister of Finance Number 18/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Venture Capital Companies;

2. Regulation of the Minister of Finance Number 32/PMK.010/2012 dated February 23rd, 2012 on Provision on Participation Capital of Financing Companies in Shipping Sector;

3. Regulation of the Minister of Finance Number 43/PMK.010/2012 dated March 15th, 2012 on the Down Payment of Consumer Financing for Motor Vehicles at Financing Companies;

4. Regulation of the Minister of Finance Number 53/PMK.010/2012 dated April 3rd, 2012 on the Financial Health of Insurance Companies and Re-Insurance Companies;

5. Regulation of the Minister of Finance Number 121/PMK.010/2012 dated July 17th, 2012 on the Provision on Liabilities for Financing Companies in the Electricity Sector;

6. Regulation of the Minister of Finance Number 130/PMK.010/2012 dated August 7th, 2012 on the Registration of Fiduciary Guarantee for Financing Companies that Finance Consumers for Motor Vehicles with Fiduciary Guarantee Imposition;

7. Regulation of the Minister of Finance Number 152/PMK.010/2012 dated October 3rd, 2012 on the Good Corporate Governance for Insurance Companies.

A number of Regulations of the Minister of Finance has been perfected, including:

sebagai arranger dan pendukung kredit. Jumlah piutang KPR yang telah disekuritisasi sampai dengan bulan November 2012 mencapai Rp1.955 miliar.

Dalam rangka membangun dan mengembangkan pasar sekunder perumahan, perusahaan dapat pula memberikan fasilitas pinjaman kepada bank dan/atau lembaga keuangan untuk disalurkan sebagai KPR. Pemberian fasilitas pinjaman dilakukan paling lama 10 tahun sejak tanggal ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 dengan jangka waktu pinjaman paling lama 15 tahun.

REGULASI Selama tahun 2012, telah terbit sejumlah Peraturan Menteri Keuangan terkait industri pasar modal dan lembaga keuangan, antara lain:

1. PMK Nomor 18/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura;

2. PMK Nomor 32/PMK.010/2012 tanggal 23 Februari 2012 tentang Ketentuan Penyertaan Modal Perusahaan Pembiayaan di Bidang Pelayaran;

3. PMK Nomor 43/PMK.010/2012 tanggal 15 Maret 2012 tentang Uang Muka Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan;

4. PMK Nomor 53/PMK.010/2012 tanggal 3 April 2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi;

5. PMK Nomor 121/PMK.010/2012 tanggal 17 Juli 2012 tentang Ketentuan Mengenai Batasan Kewajiban Bagi Perusahaan Pembiayaan di Bidang Ketenagalistrikan;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tanggal 7 Agustus 2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.010/2012 tanggal 3 Oktober 2012 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Bagi Perusahaan Perasuransian.

Dilakukan pula penyempurnaan sejumlah Peraturan Menteri Keuangan yakni:

Page 263: FA LTKK 2012.indb

262Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

1. PMK Nomor 19/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.010/2008 tentang Investasi Dana Pensiun;

2. PMK Nomor 20/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 509/KMK.06/2002 tentang Laporan Keuangan Dana Pensiun;

3. PMK Nomor 21/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 510/KMK.06/2002 tentang Pendanaan Dan Solvabilitas Dana Pensiun Pemberi Kerja;

4. PMK Nomor 22/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.010/2007 tentang Laporan Teknis Dana Pensiun;

5. PMK Nomor 50/PMK.010/2012 tanggal 3 April 2012 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.017/1998 tentang Iuran Dan Manfaat Pensiun;

6. PMK Nomor 55/PMK.010/2012 tanggal 16 April 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Badan Penyelenggara Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil.

Sementara Bapepam-LK juga menerbitkan sejumlah aturan. Untuk aturan pasar modal, rinciannya sebagai berikut.

1. Peraturan Nomor II.A.4, tanggal 14 September 2012. Penyelenggaraan Sistem Pelayanan Elektronik;

2. Peraturan Nomor VI.B.2, tanggal 14 Juni 2012 Pembuatan Nomor Tunggal Identitas Pemodal pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Oleh Biro Administrasi Efek atau Emiten dan Perusahaan Publik yang Menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri;

3. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-09/BL/2012 tanggal 12 Juli 2012 Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal 2;

1. Regulation of the Minister of Finance Number 19/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 199/PMK.010/2008 on Pension Fund Investment;

2. Regulation of the Minister of Finance Number 20/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 509/KMK.06/2002 on Pension Fund Financial Report;

3. Regulation of the Minister of Finance Number 21/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Second Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 510/KMK.06/2002 on Funding and Solvability of Employer’s Pension Fund;

4. Regulation of the Minister of Finance Number 22/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 100/PMK.010/2007 on Pension Fund Technical Report;

5. Regulation of the Minister of Finance Number 50/PMK.010/2012 dated April 3rd, 2012 on Third Amendment of the Regulation of the Minister of Finance Number 343/KMK.017/1998 on Pension Dues and Advantages;

6. Regulation of the Minister of Finance Number 55/PMK.010/2012 dated April 16th, 2012 on Amendment of the Regulation of the Minister of Finance Number 79/PMK.010/2011 on the Financial Health the Organizing Bodies of Old Age Savings Program for Civil Servants.

The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has also issued a number of regulations. For capital market, the regulations include:

1. Regulation Number II.A.4, dated September 14th, 2012 on Organizing Electronic Service System;

2. Regulation Number VI.B.2, dated June 4th, 2012 on Making Identity Single Number; Investors in Deposit Institutions and Settlement by Share or Emitent Administration Bureau and Public Companies Organizing Share Administration by Themselves;

3. Circular Note of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number SE-09/BL/2012 dated July 12th, 2012 on the Guidance of Assessment and Presentation of Crude Palm Plantation Property Assessment Report at the Capital Market 2;

Page 264: FA LTKK 2012.indb

263Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

4. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor: Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi dan Sukuk yang Dilakukan Secara Bersamaan.

Untuk peraturan Lembaga Keuangan adalah:1. Peraturan Ketua Bapepam-LK Nomor PER-01/

BL/2012 tanggal 20 Januari 2012 tentang Format Laporan Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil oleh PT Taspen;

2. Peraturan Ketua Bapepam-LK Nomor PER-02/BL/2012 tanggal 29 Februari 2012 tentang Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur;

3. Peraturan Ketua Bapepam-LK Nomor PER-03/BL/2012 tanggal 10 April 2012 tentang Bentuk dan Susunan Pengumuman Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

4. Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER-04 /BL/2012 tanggal 1 Oktober 2012 tentang Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian;

5. Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER-05/BL/2012 tanggal 17 Oktober 2012 tentang Penyusunan Laporan Keuangan dan Dasar Penilaian Investasi bagi Dana Pensiun

Disempurnakan sejumlah peraturan Bapepam-LK, aturan bidang pasar modal.

1. Peraturan Nomor X.N.1, tanggal 24 Mei 2012 tentang Laporan Kegiatan Bulanan Manajer investasi;

2. Peraturan Nomor IV.C.2, tanggal 9 Juli 2012 tentang Nilai Pasar Wajar Dari Efek Dalam Portofolio Reksa Dana;

3. Peraturan Nomor IV.C.3, 21 September 2012 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Terbuka;

4. Peraturan Nomor III.A.3 tanggal 24 Februari 2012 tentang Direktur Bursa Efek;

5. Peraturan Nomor III.C.7 tanggal 14 Juni 2012 tentang Sub Rekening Efek Pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;

4. Circular Note of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number: Prospectus for Public O"ering of Bonds and Sukuk Simultaneously Implemented.

For the Financial Institutions, the regulations include:1. Regulation of Chairman of the Capital Market

and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-01/BL/2012 dated January 20th, 2012 on Format of Civil Servants Old Age Savings Program Report by PT. Taspen;

2. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-02/BL/2012 dated February 29th, 2012 on Guidance of Infrastructure Financing Company Examination;

3. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-03/BL/2012 dated April 10th, 2012 on the Form and Arrangement of Announcement of Insurance Company and Re-Insurance Company Financial Report;

4. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-04 /BL/2012 dated October 1st, 2012 on the Guidance of Insurance Company Examination;

5. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-05/BL/2012 dated October 17th, 2012 on the Arrangement of Financial Report and Investment Assessment Basis for Pension Fund.

A number of regulations of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LKK) on the capital market has been perfected, including:

1. Regulation Number X.N.1, dated May 24th, 2012 on the Report of Investment Managers Monthly Activities;

2. Regulation Number IV.C.2, dated July 9th, 2012 on the Proper Market Value of Share in Mutual Fund Portfolio;

3. Regulation Number IV.C.3, dated September 21st, 2012 on the Guidance of Open Mutual Fund Net Assets Value Daily Announcement;

4. Regulation Number III.A.3, dated February 24th, 2012 on the Director of the Stock Exchange;

5. Regulation Number III.C.7, dated June 14th, 2012 on the Sub-Share Account at Deposit and Settlement Institution;

Page 265: FA LTKK 2012.indb

264Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

6. Peraturan Nomor V.B.5, tanggal 31 Oktober 2012 tentang Tata Cara Permohonan Pengakuan Serti!kat Keahlian Wakil Perusahaan Efek Oleh Lembaga Pendidikan Khusus di Bidang Pasar Modal;

7. Peraturan Nomor X.H.1, tanggal 13 Desember 2012 tentang Laporan Biro Administrasi Efek atau Emiten dan Perusahaan Publik yang Menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri;

8. Peraturan Nomor VIII.C.3, tanggal 19 April 2012 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal;

9. Peraturan Nomor II.K.1, tanggal 24 April 2012 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah;

10. Peraturan Nomor VIII.G.7, tanggal 25 Juni 2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik;

11. Peraturan Nomor VIII.C.1, tanggal 9 Juli 2012 tentang Pendaftaran Penilai Yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal;

12. Peraturan Nomor IX.A.14, tanggal 1 Agustus 2012 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal;

13. Peraturan Nomor X.K.6, tanggal 1 Agustus 2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik;

14. Peraturan Nomor IX.I.5, tanggal 7 Desember 2012 tentang Peraturan Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit

Untuk penyempurnaan peraturan lembaga keuangan.

1. Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER-06/BL/2012 tanggal 22 November 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER-03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah

6. Regulation Number V.B.5, dated October 31st, 2012 on the Procedure of Request of Expertise Certi!cate Acknowledgement of Share Company Representative by a Special Education Institution in Capital Market;

7. Regulation Number X.H.1, dated December 13th, 2012 on the Report of Share or Emitent Administration Bureau and Public Companies Organizing Share Administration by Themselves;

8. Regulation Number VIII.C.3, dated April 19th, 2012 on the Guidance of Assessment and Presentation of Business Assessment in the Capital Market;

9. Regulation Number II.K.1, dated April 24th, 2012 on the Criteria and Issuance of List of Sharia Shares;

10. Regulation Number VIII.G.7, dated June 25th, 2012 on the Presentation and Reveal of Emitent and Public Companies Financial Report;

11. Regulation Number VIII.C.1, dated July 9th, 2012 on the Registration of Appraisals who Conduct Activities in the Capital Market;

12. Regulation Number IX.A.14, dated August 1st, 2012 on the Certi!cates Used in the Issuance of Sharia Shares in the Capital Market;

13. Regulation Number X.K.6, dated August 1st, 2012 on the Submission of Emitents or Public Companies Annual Report;

14. Regulation Number IX.I.5, dated December 7th, 2012 on the Establishment and Guidance of Audit Committee’s Work Implementation.

A regulation of the !nancial institutions has been perfected:

1. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-06/BL/2012 dated November 22nd, 2012 on the Amendment of Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-03/BL/2007 on the Activities of Sharia-Based Financing Companies.

Page 266: FA LTKK 2012.indb

265Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

PENEGAKAN HUKUM

Pemeriksaan dan Penyidikan

Hingga akhir tahun 2012, Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, atas 169 kasus dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Bapepam-LK juga melakukan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 101 Undang-undang Pasar Modal terhadap 12 kasus dugaan tindak pidana di bidang pasar modal.

Kasus-kasus dugaan pelanggaran pasar modal yang ditangani Bapepam-LK adalah kasus-kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten dan perusahaan publik, perdagangan efek, dan pengelolaan investasi. Kasus-kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten dan perusahaan publik antara lain dugaan pelanggaran atas ketentuan transaksi yang mengandung benturan kepentingan, transaksi material, keterbukaan pemegang saham tertentu, informasi atau fakta material yang harus segera diumumkan kepada publik, penyajian laporan keuangan, penggunaan dana hasil penawaran umum dan lain-lain.

Kasus-kasus yang berkaitan dengan perdagangan efek antara lain dugaan pelanggaran manipulasi pasar, perdagangan semu, perdagangan orang dalam, penipuan, dan lain-lain. Kasus-kasus yang berkaitan dengan pengelolaan investasi antara lain dugaan pelanggaran dalam pengelolaan reksa dana, kewajiban pelaporan reksa dana dan lain-lain.

Dari 169 kasus, 40 kasus telah selesai proses pemeriksaannya dan telah dikenakan sanksi oleh Bapepam-LK. Sanksi itu dalam bentuk sanksi administratif dan atau perintah untuk melakukan tindakan tertentu kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran. Sementara 59 kasus telah selesai proses pemeriksaannya, tetapi masih menunggu proses pengenaan sanksi dan proses lebih lanjut dan 70 kasus masih dalam proses pemeriksaan.

Pengenaan Sanksi

Pengenaan sanksi di industri pasar modal dapat dirinci dalam Tabel 4.52.

LAW ENFORCEMENT

Inquiry and Investigation

Until end of 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has examined 169 cases of legislation violation allegations in the capital market as mentioned in article 100 of Law Number 8/1995 on the Capital Market. The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has also investigated 12 criminal cases in the capital market as mentioned in article 101 of Law on the Capital Market.

Cases of the capital market violation allegations handled by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) were related to emitents and public companies openness, shares trading, and investment management. Cases related to the emitents and public companies openness included violation allegations of transaction provisions containing a con$ict of interest, material transactions, certain shareholders openness, information or material facts that must be immediately announced to the public, presentation of a !nancial report, usage of fund from a public o"ering, and so on.

Cases related to the shares trading included violations of market manipulation, !ctive trading, internal person trading, fraud, and so on. Cases related to investment management included violation allegations in mutual fund management, obligation of mutual fund reporting, and so on.

Out of 169 cases, the inquiry process of 40 cases has been completed and the cases have been sanctioned by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK). The sanctions included administrative sanctions and/or an instruction of actions to the parties commiting the allegations. Meanwhile, 59 cases have been settled but are still waiting for a sanction and a further process, and 70 cases are still in the inquiry process.

Sanctions

Sanctions in the capital market industry can be detailed in Table 4.52.

Page 267: FA LTKK 2012.indb

266Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Sementara sanksi terhadap lembaga keuangan non-bank dengan perincian sebagai berikut:

i. Pengenaan Sanksi terhadap perusahaan perasuransian Sampai dengan 11 Desember 2012, Perusahaan Perasuransian yang telah dikenakan sanksi adalah sebagai berikut:

1. Surat Peringatan Pertama, sebanyak 176 sanksi;

2. Surat Peringatan Pertama dan Terakhir, jumlah sebanyak 38 sanksi;

Sanctions to non-bank ! nancial institutions are detailed as follow:

i. Sanctions to insurance companies. Until December 2012, insurance companies which have been sanctioned include:

1. First warning letter, 176 sanctions.

2. First and last warning leter, 38 sanctions.

Emiten Emitents

Perusahaan Publik Public Companies

Perusahaan Efek Share Companies

Penjamin Emisi Efek Underwriters

Manajemen Investasi Investment Managers

Penasihat Investasi Investment Consultants

Akun Publik Public Accountants

Penilai Appraisals

Biro Administrasi Efek Share Administration Bureau

Wali Amanat Trustee

Bank Kustodian Custodian Banks

Wakil Perantara Pedagang Efek Vice Share Trader Brokers

Wakil Penjamin Emisi Efek Vice underwriters

Perorangan (Direktur/Komisaris Perusahaan Efek)Individual (Director/Commissioner of Share Companies

Wakil Manajer Investasi Investment Vice Managers

Partisipan Transaksi Efek Share Transaction Participants

Konsultan Hukum Legal Consultants

SRO

Jumlah Number

Direksi, Komisaris, Emiten/Perusahaan Publik atau Pemegang Saham Emiten/Perusahaan Publik di atas 15%Board of Directors, Board of Commissioners, Emitents/Public Companies or Emitents Shareholders/Public Companies above 5%

191

2

63

11

28

5

65

35

8

1

-

1

-

-

5

417

18

2

2

854

6.022.000

3.200

5.982.860

107.000

94.284

105.920

179.900

101.600

48.700

100.000

-

50.000

-

-

15.900

709.710

1.177.500

50.000

1.000

14.749.574

69

1

4

1

7

1 1

1

1 1

3

4

5

3 (Selaku PPE) (as PPE)

5

2

6

3

85 1 8 13

Sanksi Pihak Sanction of Party Pembahasan Kegiatan UsahaBusiness ActivitiesLimited

PeringatanTertulisWriten Warning

PencabutanIzin UsahaBusiness ActivitiesRevoked

PembekuanKegiatan UsahaBusiness Activities Freezed

Jumlah PihakNumber of parties

Rp (000)IDR (000)

Denda Pinalty

Tabel 4.52. Sanksi di Industri Pasar ModalTable 4.52. Sanctions in the Capital Market Industry

Page 268: FA LTKK 2012.indb

267Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

3. Surat Peringatan Kedua, jumlah sebanyak 39 sanksi;

4. Surat Peringatan kedua dan Terakhir, jumlah sebanyak 7 sanksi;

5. Surat Peringatan Ketiga, jumlah sebanyak 15 sanksi;

6. Surat Pembatasan Kegiatan Usaha, jumlah sebanyak 7 sanksi;

7. Surat Penegasan Pembatasan Kegiatan Usaha, jumlah sebanyak 33 sanksi;

8. Pencabutan Izin Usaha, jumlah sebanyak 6 sanksi.

9. Pengenaan sanksi terhadap pengelola dana pensiun

Sampai dengan 14 Desember 2012, Bapepam dan LK mengeluarkan sanksi denda atas keterlambatan penyampaian laporan berkala kepada 16 pendiri dana pensiun dengan total denda sebesar Rp19.384.000,00.

ii. Pengenaan sanksi terhadap perusahaan pembiayaan

Bapepam-LK juga menindaklanjuti tindak lanjut atas pemeriksaan terhadap perusahaan pembiayaan yang telah dilakukan selama tahun 2011 dan 2012. Terkait dengan kewajiban penyampaian laporan keuangan yang diaudit tahun 2011 sampai dengan selambat-lambatnya akhir April tahun 2012 sebagaimana diatur dalam pasal 33 Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, selama tahun 2012 Bapepam-LK telah memberikan beberapa sanksi.

Sanksi tersebut berupa surat peringatan pertama sampai dengan ketiga, pembekuan kegiatan usaha, dan pencabutan izin usaha terhadap perusahaan pembiayaan yang telah melanggar ketentuan-ketentuan di bidang perusahaan pembiayaan. Perinciannya adalah surat peringatan pertama (50), surat peringatan kedua (14), surat peringatan ketiga (8), pembekuan kegiatan usaha (3), pencabutan izin usaha (1).

iii. Pengenaan sanksi terhadap perusahaan penjaminan

Selama tahun 2012, sebagai tindak lanjut atas pengawasan o#-site dan on-site yangdilaksanakan terhadap perusahaan penjaminan,

3. Second warning letter, 39 sanctions.

4. Second and last warning letter, 7 sanctions.

5. Third warning letter, 15 sanctions.

6. Business Activity Limitation Letter, 7 sanctions.

7. Business Activity Limitation Con!rming Letter, 33 sanctions.

8. Business license revocation, 6 sanctions.

9. Sanctions to pension fund managers

Until December 14th, 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has issued penalty sanctions on the late submission of periodical reports to 16 pension fund founders with a total penalty of IDR19,384,000.00.

ii. Sanctions to !nancing companies

The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has also followed up to inquiry of !nancing companies in 2011 and 2012. Concerning the obligation to submit an audited !nancial report in 2011 until no later than April 2012 as regulated in article 33 Regulation of the Minister of Finance No. 84/PMK.012/2006 on the Financing Companies, in 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has given some sanctions.

The sanctions included !rst to third warning letters, freezed business activities, and revoked business activities of !nancing companies that had violated prevailing provisions in the !nancing company sector. The detail is !rst warning letter (50), second warning letter (14), third warning letter (8), freezed business activities (3), revoked business activities (1).

iii. Sanctions to underwriting companies

In 2012, as a follow up to o"-site and on-site supervision to underwriting companies, the Financing and Underwriting Bureau of

Page 269: FA LTKK 2012.indb

268Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Biro Pembiayaan dan PenjaminanBapepam-LK telah memberikan sanksi administratif kepada perusahaan penjaminan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang Perusahaan Penjaminan.

Satuan Tugas Investasi

Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-124/BL/2012 tanggal 19 Maret 2012, masa tugas Satuan Tugas Penanganan Dugaan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi (Satgas Waspada Investasi) diperpanjang. Keberadaan satgas ini masih diperlukan pada tahun 2012 untuk menyelesaikan dan melanjutkan program-program yang telah ditetapkan.

Anggota Satgas Waspada Investasi terdiri atas perwakilan pejabat/pegawai pada sembilan instansi yaitu Bapepam-LK Kementerian Keuangan, BI, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ditjen Perdagangan Dalam Negeri - Kementerian Perdagangan, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) – Kementerian Perdagangan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara Komunikasi dan Informatika serta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Satgas Waspada Investasi memiliki dua program kerja yaitu Program Pencegahan dan Program Penanganan. Program Pencegahan bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat luas sehingga masyarakat dapat mengidenti!kasi bentuk-bentuk penghimpunan dana dan pengelolaan investasi, baik yang legal maupun yang ilegal. Dengan demikian diharapkan akan timbul sikap kritis dan waspada pada masyarakat terhadap berbagai bentuk penawaran investasi.

Program Pencegahan diwujudkan melalui sosialisasi kepada masyarakat luas berupa siaran pers/paparan publik, penayangan iklan layanan masyarakat, penyebaran brosur dan poster, serta menyelenggarakan seminar/workshop di kota-kota besar di Indonesia. Materi yang diberikan mengenai tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan investasi.

the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) gave administrative sanctions to underwriting companies that had violated legislations in the underwriting company sector.

Investment Task Force

Under Decree of the Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number Kep-124/BL/2012 dated March 19th, 2012, the term of o#ce of the Taskforce of Handling against the Law Allegations in the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) was extended. The taskfoce was still required in 2012 to settle and continue the stipulated programs.

Members of the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) consisted of representatives of o#cials/employees at nine institutions, including the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) at the Ministry of Finance, Bank Indonesia, the Indonesian Attorney General O#ce, the Indonesian Police, the Centre of Financial Transactions Reporting and Analysis (PPATK), the Directorate General of Domestic Trading at the Ministry of Trade, the Commodity Exchanges Supervisory Agency (Bappebti) at the Ministry of Trade, the State Ministry of Cooperatives and Small to Medium Enterprises, the State Ministry of Communication and Informatics, and the Investment Coordination Agency (BKPM).

The Public Fund Collecation Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) had two work programs, including prevention and handling programs. The prevention program was aimed at educating the people, so that they could identify the forms of fund collection and investment management, both legal as well as illegal. It was therefore hoped that the people would be critical and aware of the various forms of investment o"ers.

The prevention program was materialized through socialization to the people in the form of press conferences/public presentations, public service announcements, brochures and pam$ets, and seminars/workshops in major cities in Indonesia. Topics were actions against the law in the public fund collection and investment management. Until end of 2012, the Public Fund Collection Sector and

Page 270: FA LTKK 2012.indb

269Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

Sampai akhir tahun 2012 Satgas Waspada Investasi telah melaksanakan empat kali seminar/sosialisasi Waspada Investasi di empat kota besar di Indonesia yaitu Samarinda, Medan, Makassar dan Pekanbaru. Untuk lebih menyebarluaskan keberadaan Satgas Waspada Investasi dan program-programnya, sosialisasi juga dilaksanakan melalui penayangan iklan layanan masyarakat terkait Waspada Investasi di media cetak dan media elektronik seperti penayangan iklan pada televisi swasta dan pada transportasi kereta api. Selain itu Satgas juga menyebarkan brosur Waspada Investasi kepada masyarakat.

Program Penanganan dilaksanakan melalui tindakan penanganan atas kasus yang dilaporkan masyarakat yaitu dalam bentuk analisis awal kasus yang dilaporkan masyarakat oleh Sekretariat Satgas, pertemuan antar instansi anggota Satgas Waspada Investasi untuk membahas kasus-kasus yang masuk, tindakan pemeriksaan atau penyidikan kasus, serta pemeriksaan/investigasi bersama atas suatu dugaan pelanggaran. Selama tahun 2012 Satgas Waspada Investasi telah menangani 89 pengaduan masyarakat yang masuk. Pada tahun 2012, pengaduan masih didominasi oleh dugaan penipuan berkedok investasi melalui media internet dengan modus perdagangan komoditi seperti emas, minyak atau perdagangan kontrak berjangka. Selain itu, laporan kasus dugaan penyalahgunaan izin koperasi juga menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

PERSIAPAN PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka terhitung mulai 31 Desember 2012, tugas dan fungsi Bapepam-LK akan berpindah ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk memberikan dukungannya dalam pembentukan OJK, pemerintah menugaskan beberapa pegawai Bapepam-LK untuk menjadi anggota Tim Transisi OJK, penyediaan infrastruktur OJK, pemindahan aset dan dokumen ke OJK, pemenuhan sumber daya manusia, dan anggaran operasional OJK. Dari 1.036 pejabat/pegawai Bapepam-LK, sebanyak 938 pejabat/pegawai Bapepam-LK menjadi pegawai OJK.

Investment Management (Satgas Waspada Investasi) held four seminars/socializations in four major cities in Indonesia, including Samarinda, Medan, Makassar and Pekanbaru. To further disseminate the existence of the the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) and its programs, socializations were conducted by Public Service Annoucements in both print as well as electronic media such as advertisements in private TV stations and trains. In addition, the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) also distributed brochures to the people.

The handling program was implemented through handling actions on cases reported by the people, including initial analysis of the cases reported by the people to the Taskforce Secretariat, meetings between member institutions of the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) to discuss the cases, inquiry or investigation of the cases, and joint inquiry/investigation of alleged violations. In 2012, the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) handled 89 complains from the people. The complains were dominated by alleged investment frauds through the internet media with a modus of commodity trading, such as gold, oil or futures contract trading. In addition, there was also an increase of reports of alleged misuse of coperatives licenses, compared to the previous year.

PREPARATION OF THE ESTABLISHMENT OF THE FINANCIAL SERVICE AUTHORITY

Pursuant to Law Number 21/2011 on the Financial Service Authority, as of December 31st, 2012, the tasks and functions of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) shall be transferred to the Financial Service Authority (OJK). To support the establishment of the Financial Service Authority (OJK), the government has assigned some employees of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) to be members of the Financial Service Authority (OJK) transition team, to provide the Financial Service Authority (OJK) infrastructure, to transfer assets and documents to the Financial Service Authority (OJK), to ful!ll the human resources, and the Financial Service Authority (OJK)’s operational budget. Out of 1,036 o#cials/employees

Page 271: FA LTKK 2012.indb

270Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), 938 o#cials/employees of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) shall be employees of the Financial Service Authority (OJK).

Although most of the tasks of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) shall be delegated to the Financial Service Authority (OJK), there remain some tasks and functions of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) that will be still implemented by the Ministry of Finance (not delegated to the Financial Service Authority (OJK), including:

a. Regulating function i To represent the government in submitting

the Law Draft related to the tasks of the Financial Service Authority (OJK) to the House of Representatives. At present, there remain drafts that need to be !nalized, including the Law Draft on Micro Financial Institutions, the Law Draft on Insurance, the Law Draft on Pension Fund, the Law Draft on Financial Sector Safety Net, the Law Draft on Underwriting and the Law Draft on Underwriting Policy;

ii To provide inputs to the ex o#cio o#cials of the Financial Service Authority (OJK) from the Ministry of Finance on the draft substance of the Regulation of the Financial Service Authority (OJK) to ensure that the Regulation of the Financial Service Authority (OJK) is in line with the government policies.

b. Secretariat Function of the Financial Sector Coordination Forum In article 44 paragraph (2) of the Law on the Financial Service Authority (OJK), it is stated that the Financial Sector Coordination Forum is assisted by a Secretariat chaired by an Echelon I o#cial at the Ministry of Finance, so that the function shall be accomodated in a replacing unit of ex-Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK).

c. International relations function The function is required to accomodate the Financial Service Authority (OJK)’s interest in government-to-government international relations.

Meski sebagian besar tugas Bapepam-LK akan diserahkan ke OJK, tetapi ada beberapa tugas fungsi Bapepam-LK yang tetap dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan (tidak berpindah ke OJK), yaitu:

a. Fungsi Pengaturani Mewakili pemerintah dalam mengajukan

Rancangan Undang-Undang terkait bidang tugas OJK kepada DPR. Saat ini terdapat RUU yang masih memerlukan proses penyelesaian, antara lain RUU Lembaga Keuangan Mikro, RUU Perasuransian, RUU Dana Pensiun, RUU Jaring Pengaman Sektor Keuangan, RUU Penjaminan dan RUU Penjaminan Polis;

ii Memberikan masukan kepada pejabat ex o"cio OJK dari Kementerian Keuangan atas substansi draft Peraturan OJK untuk memastikan bahwa Peraturan OJK sejalan dengan kebijakan Pemerintah.

b. Fungsi Kesekretariatan Forum Koordinasi Stabilitas Sektor KeuanganDalam pasal 44 ayat (2) Undang-Undang OJK dinyatakan bahwa “Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan dibantu Kesekretariatan yang dipimpin salah seorang pejabat eselon I di Kementerian Keuangan”, sehingga fungsi tersebut harus diakomodasikan dalam unit pengganti eks Bapepam-LK.

c. Fungsi Hubungan InternasionalFungsi ini diperlukan untuk mengakomodasikan kepentingan OJK dalam hubungan internasional yang bersifat government to government.

Page 272: FA LTKK 2012.indb

271Bab 04 | Analisis Kinerja

Chapter 04 | Performance Analysis

d. Penanganan dokumen dan permasalahan eks UP3 (Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah);

e. Perizinan dan pengawasan aktuarisMengingat cakupan jasa aktuaris sangat luas, tidak terbatas pada industri jasa keuangan, maka tidak tepat apabila perizinan dan pengawasannya tetap berada pada OJK. Perizinan dan pengawasan aktuaris mungkin akan lebih tepat apabila ditangani oleh Kementerian Keuangan bersama dengan profesi lainnya yaitu akuntan dan penilai;

f. Pembinaan atas jaminan sosial dan dana pensiun PNS saat ini menjadi salah satu tugas Biro Dana Pensiun;

g. Pelaksanaan UU No 33 dan 34 tahun 1964 tentang Dana Pertanggung jawaban WajibKecelakaan Penumpang dan UU Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungjawaban Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan;

h. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

d. Handling documents and problems of ex-Government Underwriting Implementation Unit (UP3);

e. Licensing and actuaris supervison Considering the vast coverage of actuaris service, not limited to the !nancial service industry, it shall not be proper if the licensing and supervision functions remain at the Financial Service Authority (OJK). The licensing and supervision functions shall be more properly handled by the Ministry of Finance with other professions, such as accountant and appraisal;

f. Development of social guarantee and civil servants pension fund is at present one of the tasks of the Pension Fund;

g. Implementation of Laws No. 33 and 34/1964 on the Compulsory Liability Fund of Passenger Accidents and No. 34/1964 on the Compulsory Liability Fund of Road Tra#c Accidents;

h. Social Guarantee Organizing Agency (BPJS)

Page 273: FA LTKK 2012.indb

GasingPermainan yang menggunakan mainan yang bisa berputar pada poros dan seimbang pada suatu titik. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon atau kulit pohon. Setiap anak hanya dapat memainkan gasingnya satu kali dalam satu putaran. Gasing peserta yang berputar lebih lama dalam lingkaran dari yang lainnya dianggap sebagai pemenang,dalam permainan ini diperlukan keterampilan dan kejujuran.

Game that uses toy that can be spin on the shaft and balance at some point. Most of the gasing are made of wood, although often made of plastic, or other materials. Top rope is generally made of nylon or tree bark. Each child can only play gasing one time in one round. Gasing participants in the circle spins longer than the other is considered as the winner, in this game takes skill and honesty.

Page 274: FA LTKK 2012.indb

GasingPermainan yang menggunakan mainan yang bisa berputar pada poros dan seimbang pada suatu titik. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon atau kulit pohon. Setiap anak hanya dapat memainkan gasingnya satu kali dalam satu putaran. Gasing peserta yang berputar lebih lama dalam lingkaran dari yang lainnya dianggap sebagai pemenang,dalam permainan ini diperlukan keterampilan dan kejujuran.

Game that uses toy that can be spin on the shaft and balance at some point. Most of the gasing are made of wood, although often made of plastic, or other materials. Top rope is generally made of nylon or tree bark. Each child can only play gasing one time in one round. Gasing participants in the circle spins longer than the other is considered as the winner, in this game takes skill and honesty.

Page 275: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 05

Sistem Pengendalian InternalInternal Control System

Manajemen RisikoRisk Management

Budaya KerjaWork Culture

Whistle Blowing SystemWhistle Blowing System

Keterbukaan InformasiInformation Openness

Tata Kelola PemerintahanGovernance

Page 276: FA LTKK 2012.indb

BABCHAPTER 05

Sistem Pengendalian InternalInternal Control System

Manajemen RisikoRisk Management

Budaya KerjaWork Culture

Whistle Blowing SystemWhistle Blowing System

Keterbukaan InformasiInformation Openness

Tata Kelola PemerintahanGovernance

Page 277: FA LTKK 2012.indb

276Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Ekspektasi publik terhadap organisasi pemerintahan diartikulasikan dalam berbagai cara, di antaranya fokus pada organisasi dan bagaimana pimpinan mengatur organisasi. Oleh karenanya, para pengambil kebijakan dan jajaran manajemen di sektor pemerintahan selalu berusaha untuk mencari cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dan meminimalkan permasalahan operasional adalah menyelenggarakan suatu sistem pengendalian intern yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini disebabkan karena ketahanan penerapan sistem pengendalian internal diyakini menjadi salah satu elemen kunci kesuksesan jangka panjang suatu organisasi.

Sistem Pengendalian Intern di Kementerian Keuangan diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 (PP 60/2008)

The public expectation towards the government organization is articulated in various ways, among others on the organization and how leaders manage the organization. Therefore, the decision makers and the management in the government continue to seek a better way to reach the organization’s goals and targets. The key factor to reach a success and to minimize operational problems is to organize an internal controlling system suitable with the organization’s needs. This is because the application of the internal controlling system is believed to be a key element of an organization’s long-term success.

The internal controlling system at the Ministry of Finance is organized pursuant to the Government Regulation No. 60/2008 on the Government’s Internal

Sistem Pengendalian InternInternal Controlling System

Page 278: FA LTKK 2012.indb

277Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Skema SPIP berdasarkan PP 60/2008 secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Pelaksanaan sistem pengendalian intern dilimpahkan kepada Itjen Kementerian Keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 130/KMK.09/2011 (KMK 130/2011) tentang Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Keuangan.

Pada tingkat entitas, tata kelola pemerintahan di lingkungan Kementerian Keuangan telah memenuhi sebagian unsur SPIP yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern. Unsur pemantauan, belum mendapatkan perhatian cukup di lingkungan Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 152/KMK.09/2011 (KMK 152/2011) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 435/KMK.09/2012 (KMK 435/2012) tentang Peningkatan Pengendalian Intern di lingkungan Kementerian Keuangan, merupakan salah satu upaya peningkatan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan.

Controlling System (SPIP). Based on the regulation, the scheme can be simply seem in Picture 5.1.

Implementation of the internal controlling system has been delegated to the Ministry of Finance’s Inspectorate General pursuant to Decree of the Finance Minister Number 130/KMK.09/2011 on the Policy of the Finance Ministry’s Internal Supervision.

At the entity level, governance at the Ministry of Finance has ful! lled some of the elements of the Gvernment’s Internal Controlling System, including: controlling environment, risk assessment, controlling activities, information and communication, and internal controlling monitor. The monitor element has not been given su" cient attention at the Finance Ministry. Decree of the Finance Minister Number 152/KMK.09/2011 as has been amended by Decree of the Finance Minister Number 435/KMK.09/2012 on the enchancement of Internal Controlling at the Finance Ministry is one of the e# orts to increase internal controlling at the Finance Ministry.

IntegrationIntegrasi

(State’s Financial Management)Pengelolaan Keuangan Negara

(GOAL)GOAL

Reformasi ManajemenKeuangan Negara

(State’s Financial Management Reform)

Menteri/ Pimpinan Lembaga/Gubernur/ Bupati/ WalikotaWajib Menyelenggarakan

(Minsters/Leaders/Institutions/Governors/Regents/Mayors/Obliged to Organise)

- Lingkungan Pengendalian- Penilaian Risiko- Kegiatan Pengendalian- Informasi & Komunikasi- Pemantauan Pengendalian Intern

- Controlling Environment - Risk Assessment- Controlling Activities - Information & Communication- Internal Controlling Monitoring

Negara / Pemerintah(State/Government)

- Accountability- Trust- Service- People’s Welfare

- Akuntabilitas- Trust- Pelayanan- Kesejahteraan Rakyat

Kinerja Perusahaan(Corporate Performance)

- Value of the Firm- Public Service- Corruption, Collusion, Nepotism- Public Welfare

- Value of the !rm- Pelayanan Publik- KKN- Kesejahteraan Rakyat

PerencanaanPelaksanaanPengawasanPertanggung-JawabanPlanningImplementationSupervisionResponsibility

In OrderControledE!cientE"ective

TertibTerkendali E!sien Efektif

SPIP (Versi COSO)SPIP (Coso version)

Diagram 5.1 Tujuan SPIP Menurut PP 60/2008 (Iman Bastari, 2009)Diagram 5.1 Target of the Government’s Internal Controlling System according to Government Regulation No. 60/2008

Page 279: FA LTKK 2012.indb

278Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Selain best practices berupa COSO Internal Control Framework dan beberapa regulasi sebagaimana tersebut di atas, peningkatan pengendalian internal di lingkungan Kementerian Keuangan juga dilandaskan pada arahan Menteri Keuangan. Menteri Keuangan telah menginstruksikan kepada Itjen untuk memimpin pembentukan unit kepatuhan intern di seluruh Eselon I. Penguatan unsur pemantauan tersebut didasarkan pada penerapan konsep terkini dalam pengendalian internal yaitu konsep “three lines of defense” (tiga lini pertahanan) seperti tampak pada Gambar 5.2.

Mengingat luasnya lingkup kerja Kementerian Keuangan, maka konsep pengendalian intern secara berjenjang sangat penting diterapkan. Hal ini akan memicu peningkatan penguatan unsur lingkungan pengendalian, unsur penilaian risiko, unsur kegiatan pengendalian, dan unsur informasi dan komunikasi. Secara garis besar, penerapan program peningkatan pengendalian intern yang dilaksanakan pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan struktur Unit Kepatuhan Internal (UKI) pada setiap unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan;

b. Pengembangan perangkat dan mekanisme kerja pemantauan pengendalian intern pada kegiatan selain kegiatan yang dipantau tahun 2011;

Apart from best practices in the form of COSO Internal Controlling Framework and some regulations as mentioned above, increase of the internal controlling at the Finance Ministry is also based on the Finance Minister’s direction. The Finance Minister has instructed the Inspectorate General to lead an establishment of an internal compliance unit in all echelon I units. The strengthening of the controlling element is based on the latest concept application in internal controlling, that is the “three lines of defense” concept as seen in Picture 5.2.

Considering the vast work coverage of the Ministry of Finance, a gradual internal controlling concept is very important to be applied. This will trigger a more strengthened element of controlling environment, element of risk assessment, element of controlling activities, and element of information and communication. In general, the application of internal controlling enchancement program implemented in 2012, is as follows:

a. Establishment of an Internal Compliance Unit in each echelon I unit at the Ministry of Finance;

b. Development of work tools and mechanism for internal controlling monitoring in activities exclude activities monitored in 2011;

Penerapan SPIP (SPIP Application)Unit Operasi

MonitoringUnit Kontrol Intern (Internal Control Unit)

Internal AuditInspektorat Jenderal (Inspectorate General)

Diagram 5.2 Three lines of defenseDiagram 5.2 Three lines of defense

Page 280: FA LTKK 2012.indb

279Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

c. Pengembangan metodologi, perangkat, dan mekanisme kerja seluruh unsur pengendalian intern sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai sistem pengendalian intern pemerintah.

Realisasi rencana aksi peningkatan penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan selama tahun 2012 adalah sebagai berikut:

a. Penetapan road map Percepatan Implementasi UKI melalui Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-08/IJ/2012.

b. Penetapan struktur UKI pada instansi vertikal di lingkungan Kementerian Keuangan dengan 12 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) seperti pada Tabel 5.1.

c. Pengembangan kerangka kerja, pedoman teknis pemantauan, revisi pedoman manajemen risiko, pedoman penanganan pengaduan dan pemantauan kode etik, serta prinsip mutasi, penilaian kinerja, dan kompetensi pegawai UKI. Kerangka kerja dan Pedoman Teknis Pengendalian Intern telah diterbitkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/

c. Development of methodology, tools, and work mechanism of all internal controlling elements as mentioned in the legislation that regulates the government’s internal controlling system.

Reliazation of the action plan of the internal controlling application enchancement at the Ministry of Finance in 2012 is as follows:

a. Road map stipulation of the acceleration of Internal Controlling Units implementation through Regulation of the Inspector General Number PER-08/IJ/2012.

b. Stipulation of Internal Controlling Units structure in vertical o" ces at the Finance Ministry with 12 Regulations of the Ministry of Finance (PMK) as in Table 5.1.

c. Work plan development, monitoring technical guidance, revision of the risk management guidance, complains handling guidance, and code of ethics monitoring, as well as mutation principle, performance assessment, and competence of the Internal Controlling Unit employees. The work plan and Internal Controlling Technical Guidance have been

Tabel 5.1 PMK terkait Penetapan Struktur UKITable 5.1 Regulations of the Finance Minister related to the Internal Controlling Units Structure

Unit Eselon I Echelon I unitNomor PMK

Number of Finance Minister Regulation (PMK)No

Direktorat Jenderal Pajak Directorate General of Tax PMK Nomor 167/PMK.01/2012

PMK Nomor 171/PMK.01/2012

PMK Nomor 172/PMK.01/2012

PMK Nomor 173/PMK.01/2012

PMK Nomor 174/PMK.01/2012

PMK Nomor 168/PMK.01/2012

PMK Nomor 175/PMK.01/2012

PMK Nomor 176/PMK.01/2012

PMK Nomor 169/PMK.01/2012

PMK Nomor 170/PMK.01/2012

PMK Nomor 177/PMK.01/2012

PMK Nomor 178/PMK.01/2012

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Directorate General of Customs and Excise

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Directorate General of Treasury

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Directorate General of State’s Assets

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Financial Education and Training Board

1

2

3

4

5

Page 281: FA LTKK 2012.indb

280Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

KMK.09/2013. Pedoman Teknis Pengendalian Intern tersebut meliputi pedoman pemantauan pengendalian utama dan pedoman efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan.

d. Penambahan kegiatan yang dipantau, penyusunan perangkat, serta pelaksanaan uji coba dan pemantauan di setiap Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dengan asistensi Itjen.

e. Pemantauan pelaksanaan pada tiap-tiap Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan oleh Itjen.

f. Jumlah kegiatan yang dipantau pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup signi!kan yaitu sebanyak 130 kegiatan, dibandingkan tahun 2011 sebanyak 37 kegiatan. Rincian perbandingan kegiatan yang dipantau pada tahun 2011 dan 2012 per unit Eselon I dapat dilihat pada Gambar 5.3.

g. Penyusunan pedoman pemantauan kode etik yang ditetapkan melalui Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-14/IJ/2012.

issued by Decree of the Finance Minister Number 32/KMK.09/2013. The Internal Controlling Technical Guidance includes a guidance in the main controlling monitoring and a guidance in the implementation e#ectiveness and design su"ciency.

d. Addition of the monitored activities, devices preparation, and the trial and monitoring implementation in each echelon I unit at the Ministry of Finance, assisted by the Inspectorate General.

e. Implementation monitoring in each echelon I unit at the Ministry of Finance by the Inspectorate General.

f. The number of activities monitored in 2012 increased signi!cantly to 130, compared to 37 in 2011. A detailed comparison of the activities monitored in 2011 and 2012 per unit I echelon can be seen in Picture 5.3.

g. Forming of code of conducts monitoring guidance through Regulation of the Inspector General Number PER-14/IJ/2012.

DJA DJP DJBC

DJPB

DJKNDJPU

Itjen

Setjen

Bapapam-LK

BKF

BPPK

DJPK

2 2 2 2 2 21 1

8

5 56 6

33

8

18

15 14

26

111210

2011

2012

Directorate General of Budget

Directorate General of Ta

x

Directorate General of Custo

ms and ExciseDirecto

rate General of State’s Asse

ts

Directorate General of Debt M

anagement

Directorate General of Fisca

l BalanceInspecto

rate GeneralSecre

tariate General

Fiscal Policy

Body

Financial Education and Training Body

Market and Financial Instit

ution

Supervisory Agency

Gra!k 5.3 Jumlah Kegiatan Yang Dipantau Periode 2011 – 2012 Per Unit Eselon IGraphic 5.3 Number of activities monitored Period of 2011 – 2012 per echelon I unit

Page 282: FA LTKK 2012.indb

281Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

h. Pembentukan Forum Koordinasi UKI di Lingkungan Kementerian Keuangan melalui Keputusan Inspektur Jenderal Nomor KEP-133/IJ/2012,dengan masa kerja hingga Oktober 2013.

Untuk tahun 2013, rencana peningkatan penerapan pengendalian internal di lingkungan Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut:

a. Penyelesaian regulasi terkait struktur UKI unit pusat;

b. Pengisian kelengkapan struktur UKI permanen (pengangkatan pejabat/pegawai, SOP, Uraian Jabatan);

c. Pelatihan masif dengan tema Akselerasi Implementasi UKI yang diperuntukan bagi kelas manajerial dan operasional guna membangun kesadaran pimpinan dan pembentukan pegawai UKI yang kompeten;

d. Uji coba pemantauan efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan dalam rangka evaluasi seluruh pengendalian internal; dan

e. Pemantauan dan evaluasi peningkatan pengendalian internal oleh Itjen.

h. Establishment of Internal Controlling Unit Coordination Forum at the Ministry of Finance through Decree of the Inspector General Number KEP-133/IJ/2012, with a work period until October 2013.

For 2013, the plan of enchancement the internal controlling application at the Ministry of Finance is as follows:

a. Completion of the regulation related to the central unit’s Internal Controlling Unit structure;

b. Ful!lment of the permanent Internal Controlling Unit structure (appointment of o"cials/employees, SOP, job description);

c. Massive trainings with the theme Acceleration of Internal Controlling Unit Implementation addressed to the managerial and operational levels to build leadership awareness and forming competent Internal Controlling Unit employees;

d. Trial of implementation e#ectiveness monitoring and design su"ciency to evaluate all internal controlling; and

e. Monitoring and evaluation of internal controlling enchancement by the Inspectorate General.

Page 283: FA LTKK 2012.indb

282Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Manajemen RisikoRisk Management

Penerapan Manajemen Risiko merupakan perwujudan prinsip good governance yang dilakukan secara terus menerus, sistematis, logis, dan terukur terutama pada fungsi-fungsi utama unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Penerapan Manajemen Risiko merupakan wujud pelaksanaan amanat pasal 13 ayat (1) PP 60/2008.Sebagai pedoman penerapan manajemen risiko di Kementerian Keuangan, pada tahun 2008 ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/2008 (PMK 191/2008) tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan.

Untuk menyukseskan implementasiPMK 191/2008, proses komunikasi kebijakan, strategi, dan asistensi penerapan manajemen risiko dilakukan kepada seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan. Komunikasi tersebut telah dan terus dilaksanakan baik dalam bentuk pendidikan dan

Application of the risk management is a manifestation of the good governance principle which is conducted in a continuous, systematic, logical, and measured way, especially on the main functions of echelon I units at the Finance Ministry. Application of the risk management is also a manifestation of implementing mandate of article 13 paragraph (1) of Government Regulation Number 60/2008. As a guidance of the risk management application at the Finance Ministry, Regulation of the Finance Minister Number 191/PMK.09/2008 was stipulated in 2008 on Risk Management Application at the Finance Ministry.

In order to successfully implement Regulation of the Finance Minister Number 191/2008, the communication process of policies, strategy, and risk management application assistance is disseminated to all employees at the Finance Ministry. Such communication has and will continue to be

Page 284: FA LTKK 2012.indb

283Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

pelatihan, sosialisasi, workshop, ataupun seminar tentang PMK 191/2008 yang sampai dengan saat ini telah dilaksanakan pada seluruh manajemen puncak di setiap unit Eselon I dan 172 Eselon II dari 203 Eselon II yang ada di lingkungan Kementerian Keuangan. Selain itu program training of trainers (TOT) juga dilaksanakan dengan melibatkan perwakilan pegawai dari setiap unit Eselon II selaku unit pemilik risiko di setiap unit Eselon I. TOT ini telah diberikan kepada seluruh unit Eselon I kecuali Setjen.

Pembimbingan dan konsultasi manajemen risiko di Kementerian Keuangan dilakukan oleh Itjen selaku Compliance O!ce for Risk Management (CORM) yang dijalankan sejak awal tahun 2009. Hingga saat ini, seluruh unit Eselon II pada 12 unit Eselon I di Kementerian Keuangan telah memiliki pro!l risiko dengan jumlah risiko yang berhasil diidenti!kasi sebanyak 5.327 risiko.

Penilaian Manajemen Risiko

Penilaian penerapan manajemen risiko bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan penerapan manajemen risiko dalam suatu unit organisasi dengan mengevaluasi empat komponen, yaitu: kepemimpinan, proses manajemen risiko, aktivitas penanganan risiko, dan hasil penerapan manajemen risiko. Di Kementerian Keuangan, penilaian manajemen risiko untuk pertama kali dilaksanakan pada Itjen dengan dasar hukum pelaksanaannya mengacu kepada peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-11/IJ/2012 tentang penilaian mandiri penerapan manajemen risiko di lingkungan Itjen Kementerian Keuangan. Pada Tahun 2012, hasil penilaian tingkat penerapan manajemen risiko di lingkungan Itjen berada pada level risk de"ned (level 3).

Dengan menggunakan perangkat penilaian yang sama, tahun 2012 dilakukan pula uji coba penilaian penerapan manajemen risiko di DJKN dan dihasilkan gambaran mengenai tingkat penerapan manajemen risiko di DJKN yaitu berada pada level risk de"ned (level 3).

Sebagai bentuk komitmen penerapan manajemen risiko, pada tahun 2013 hasil penilaian tingkat penerapan manajemen risiko diusulkan akan menjadi indikator kinerja di seluruh unit Eselon I di Kementerian Keuangan dengan target kinerja berada pada level risk de!ned (level 3).

implemented, both in the form of education and training, socialization, workshops, and seminars on Regulation of the Finance Minister Number 191/2008. To date, all top managers at echelon I units, 172 out of 203 o"cials at echelon II units at the Finance Ministry have implemented the communication. In addition, training of trainers programs have also been organized involving representatives from each echelon II units as risk owner units in each echelon I unit. The programs have also been provided to all echelon I units, except the Secretariate General. The training of trainers programs have been provided to all echelon I units except the Secretariate General.

Guidance and consultation of risk management at the Finance Ministry have been implemented by the Inspectorate General as the Compliance O"cer for Risk management (CORM) since beginning of 2009. To date, all echelon II units at 12 echelon I units at the Finance Ministry already have a risk pro!le with the number of risks identi!ed of 5,327.

Risk Management Assessment

Assessment of the risk management application is aimed at !nding out the maturity level of the risk management application in one organization unit by evaluating four units, including: leadership, risk management process, risk handling activities, and result of the risk management application. At the Finance Ministry, assessment of the risk management was implemented for the !rst time at the Inspectorate General of which the legal basis was Regulation of the Inspector General Number PER-11/IJ/2012 on the independent assessment of risk management application at the Finance Ministry’s Inspectorate General. In 2012, resut of the assessment of the risk management application at the Inspectorate General was risk de!ned level (level 3).

Using the same assessment tools, in 2012, an assessment trial of the risk management application at the Directorate General of State’s Assets was conducted, producing a picture on the level of risk management application at the Directorate General of State’s Assets which was risk de!ned level (level 3).

As a commitment to the risk management application, in 2013, result of the assessment of risk management application will be recommended as a performance indicator in all echelon I units at the Finance Ministry with a performance target at risk de!ned level (level 3).

Page 285: FA LTKK 2012.indb

284Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Budaya kerja yang baik diharapkan memberikan tuntunan atas pola pikir dan perilaku kepada pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari serta reformasi birokrasi. Output/outcome yang diharapkan adalah sebuah perubahan mindset sehingga para pegawai secara profesional dapat menjalankan agenda reformasi yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada para pemangku kepentingan.

Pada tahun 2012, dilaksanakan perumusan nilai-nilai Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu langkah untuk menciptakan sistem budaya kerja yang terinternalisasi dan terintegrasi.

Tujuan dibentuknya nilai-nilai Kementerian Keuangan antara lain untuk membentuk pola pikir, tutur kata, sikap, dan perilaku kerja yang andal bagi seluruh PNS Kementerian Keuangan dengan didasari visi, misi, dan tata nilai Kementerian Keuangan. Kehadiran nilai-nilai diharapkan dapat

A good work culture is expected to guide employees’ paradigm and behaviour in executing daily tasks and bureaucracy reform. The output expected is a change in the mindset so that all employees work professionally on the reform agenda which in turn will increase service quality to the stakeholders.

In 2012, values of the Finance Ministry were formulated as one of the steps to create an internalized and integrated work culture.

The formulation of the Finance Ministry’s values was aimed at forming a reliable paradigm, speech, attitude, and work behaviour for all Finance Ministry’s employees, based on the Finance Minstry’s vision, mission, and values. The values were expected to increase performance and to create an e# ective

Budaya KerjaWork Culture

Page 286: FA LTKK 2012.indb

285Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

and e"cient management through a change of the the Finance Ministry’s civil servants attitude and behaviour based on such values.

The Finance Ministry’s values and behaviour were formulated and con!rmed with Decree of the Finance Minister Number 312/KMK.01/2011, arranged upon recommendation of all echelon I units at the Finance Ministry. The values include integrity, professionalism, synergy, service, and perfection.

To internalize the Finance Ministry’s values to all o"cials/employees, in 2012, some activities were organized, including:

a. WorkshopAs a follow up to the echelon II workshop on November 28th and 29th, 2011, which produced behavioural examples as the Finance Ministry’s values, a workshop was held for 91 o"cials at all echelon II units of the Finance Ministry, both at the head o"ce as well as at vertical o"ces. The o"cials were accompanied by sources from April 10th to 12th, 2012, at Borobudur Hotel, Jakarta. The workshop was aimed at:

1) Understanding the importance of cultural transformation at the Finance Ministry;

2) Understanding the meaning of values and prime behaviour of the Finance Ministry;

3) Understanding the roles of the management as a change leader/change champion; and

4) Encouraging a joint commitment to support a success of the Finance Ministry’s cultural transformation.

The workshop was conducted with a combination method of various approaches consisting of presentations by the sources, group discussions, group presentations, and a short-!lm presentation as well as a simulation through games. The discussions touched on the importance of cultural transformation at the Finance Ministry, the meaning of values and prime behaviour at the Finance Ministry, the roles of the management as a change leader/change champion, and a joint commitment

meningkatkan kinerja dan mewujudkan tata kelola yang efektif dan e!sien melalui perubahan sikap dan perilaku PNS Kementerian Keuangan berdasarkan nilai-nilai tersebut.

Nilai-nilai Kementerian Keuangan dan Perilaku Utama telah dirumuskan dan dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 312/KMK.01/2011 yang disusun dari usulan seluruh unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Nilai-nilai tersebut adalah Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan.

Dalam rangka internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan kepada seluruh pejabat/pegawai, pada tahun 2012 telah dilaksanakan beberapa kegiatan yang terdiri dari:

a. Workshop Menindaklanjuti workshop pejabat Eselon II pada tanggal 28 dan 29 November 2011 yang menghasilkan contoh-contoh perilaku sebagai pencerminan nilai-nilai Kementerian Keuangan, telah diselenggarakan workshop terhadap 91 pejabat Eselon II seluruh unit di lingkungan Kementerian Keuangan baik kantor pusat maupun kantor vertikal. Para pejabat itu didampingi oleh narasumber pada tanggal 10 sampai dengan 12 April 2012, bertempat di Hotel Borobudur Jakarta. Workshop tersebut bertujuan untuk:

1) memahami pentingnya transformasi budaya Kementerian Keuangan;

2) memahami makna nilai-nilai dan perilaku utama Kementerian Keuangan;

3) memahami peran jajaran pimpinan sebagai Change Leader/Change Champion; dan

4) menggalang komitmen bersama untuk mendukung keberhasilan transformasi budaya Kementerian Keuangan.

Workshop dilaksanakan dengan metode kombinasi sejumlah pendekatan yang terdiri atas pemaparan materi oleh narasumber, diskusi kelompok, presentasi kelompok, dan tayangan !lm pendek serta simulasi melalui permainan. Pembahasan mencakup materi pentingnya transformasi budaya Kementerian Keuangan, makna nilai-nilai dan perilaku utama Kementerian Keuangan, peran jajaran pimpinan sebagai Change Leader/Change Champion, dan komitmen bersama untuk mendukung

Page 287: FA LTKK 2012.indb

286Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

keberhasilan transformasi budaya Kementerian Keuangan.

Workshop menghasilkan perilaku-perilaku yang harus segera dihentikan karena tidak selaras dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan. Dihasilkan pula perilaku-perilaku yang perlu mulai dibangun dan ditumbuhkembangkan karena belum dijalankan secara merata oleh pegawai pada umumnya; serta perilaku-perilaku yang saat ini sudah baik dan selaras dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan dan perlu dilanjutkan dengan uraian sebagai berikut:

1) Perilaku-perilaku yang harus segera dihentikan karena tidak selaras dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan, antara lain:

a) Mementingkan kepentingan unit sendiri;b) Kurang disiplin dan tidak produktif

selama jam kerja;c) Mempersulit pelayanan dan tidak

tulus dalam melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan;

d) Arogansi kekuasaan dengan melakukan penyalahgunaan wewenang dan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi;

e) Masih adanya praktek pungutan liar yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pemangku kepentingan;

f ) Tidak adanya kepedulian terhadap kondisi lingkungan;

g) Berprasangka buruk dan tidak mau menerima masukan dari orang lain; dan

h) Cepat puas dengan kondisi saat ini sehingga enggan mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik lagi (zona nyaman).

2) Perilaku-perilaku yang perlu mulai dibangun dan ditumbuhkembangkan karena belum dijalankan secara merata oleh pegawai pada umumnya, antara lain:

a) Orientasi bekerja pada dampak (outcome), bukan sekedar hasil (output);

b) Berkoordinasi dengan seluruh unit kerja serta menumbuhkan rasa kebersamaan, sense of belonging sebagai satu Kementerian Keuangan;

c) Berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang lebih cepat daripada prosedur operasi

to support a success of the Finance Ministry’s cultural transformation.

The workshop produced behaviours which should be immediately stopped as they were not consistent with the Finance Ministry’s values. It also produced behaviours that need to be built and developed as they have not been evenly implemented by the employees in general; and already good and consistent behaviours with the Finance Ministry’s values which will be continued, with the following description:

1) Behaviours that must be immediately stopped as they are not consistent with the Finance Ministry’s values, including:

a) To be concerned of one’s own unit’s interest;

b) Lack of discipline and not to be productive during the working hours;

c) To complicate services, and to implement the tasks and to provide services unsincerely;

d) Power arrogance by committing an abuse of power and o"ce facilities for one’s own personal interest;

e) Illegal levies practices in providing services to the stakeholders;

f ) Absence of concern towards the environmental condition;

g) Prejudice and unwilling to accept any input from other people; and

h) To get satis!ed fast with the current condition that one is reluctant to develop oneself to be a better one (comfort zone).

2) Behaviours that need to be built and developed as they are not evenly implemented by the employees in general, including:

a) Outcome-oriented work, instead of output-oriented work;

b) To coordinate with all work units and to build togetherness, a sense of belonging as one Finance Ministry;

c) To be oriented at customers’ satisfaction by providing a faster service than the standard operation procedure as

Page 288: FA LTKK 2012.indb

287Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

standar yang ditetapkan dengan tetap berorientasi pada risiko;

d) Tegas dan berani menegakkan peraturan dengan tidak menolerir kesalahan atau pelanggaran;

e) Peduli terhadap lingkungan dan rekan kerja serta berprasangka baik/membangun kepercayaan antar sesama rekan kerja; dan

f ) Proaktif dan berinisiatif untuk melakukan perbaikan.

3) Perilaku-perilaku yang saat ini sudah baik dan selaras dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan dan perlu dilanjutkan antara lain:

a) Melaksanakan kode etik secara konsisten;b) Senantiasa berupaya untuk

meningkatkan kompetensi diri dan kapasitas sumber daya manusia secara berkesinambungan;

c) Memberikan pelayanan prima dan meningkatkan kualitas layanan unggulan;

d) Melakukan kajian atas hasil kerja dan menjalankan tindak lanjutnya;

e) Proaktif mencari solusi yang berorientasi pada pengembangan inovasi dan kreativitas; dan

f ) Menjadi role model dalam transformasi birokrasi.

b. Training of Trainers (TOT)

Sebagai lanjutan dari rangkaian Internalisasi Nilai-Nilai dan Perilaku Utama Kementerian Keuangan, pada tanggal 7 sampai dengan 31 Mei 2012 telah diselenggarakan Training Of Trainer (TOT) Change Agent 2012. Pesertanya ada 142, terdiri atas pejabat Eselon III dan Eselon IV terpilih yang dibagi menjadi 6 Batch.

Tujuan dari pelaksanaan Training Of Trainer (TOT) Change Agent 2012 adalah :

1) Membangun pemahaman yang sama mengenai pengertian budaya organisasi dan mengapa transformasi budaya Kementerian keuangan penting;

2) Membangun pemahaman yang sama mengenai makna Nilai-nilai dan Perilaku Utama Kementerian Keuangan;

3) Membekali peserta sebagai Change Agent

stipulated by still being risk-oriented;

d) To be !rm and bold in upholding regulations without any tolerance in mistakes or violations;

e) To be concerned with the environment and colleagues, and to build trust amongst colleagues; and

f ) To be proactive and initiative to make improvements.

3) Behaviours which are already good and consistent with the Finance Ministry’s values, and need to be continued include:

a) To implement the code of conducts consistently;

b) To make e#orts at all times to increase self competence and human resources capacity in a sustainable way;

c) To provide prime service and to increase service quality;

d) To assess work results and to follow them up;

e) To proactively look for a solution which is oriented on the innovation and creativity development; and

f ) To be a role model in the bureaucracy transformation.

b. Training of Trainers (TOT)

As a follow up to the series of Internalisation of the Finance Ministry’s Prime Values and Behaviour, a Training of Trainers (TOT) Change Agent program 2012 was held on May 7th – 31st, 2012. Some 142 employees participated in the training program, consisting of selected echelon III and IV o"cials, who were divided into six batches.

The Training of Trainers (TOT) Change Agent 2012 program was aimed at:

1) Building a same understanding on the de!nition of the organization’s culture and why a cultural transformation at the Finance Ministry is important;

2) Building a same understanding on the de!nition of Prime Values and Behaviour at the Finance Ministry;

3) Supplying participants as a Change

Page 289: FA LTKK 2012.indb

288Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Transformasi Budaya Kementerian Keuangan dan melakukan simulasi presentasi sosialisasi/cascading; dan

4) Merumuskan usulan program Budaya Kementerian Keuangan.

c. Pemantauan

Pada tanggal 19 hingga 22 November 2012 telah dilaksanakan kegiatan kunjungan pemantauan oleh pejabat dan pegawai pada Biro SDM, Setjen, Kementerian Keuangan dengan didampingi oleh narasumber ke-15 unit kerja yang berada di beberapa kantor pusat maupun vertikal di Jakarta. Pemilihan unit kerja yang dikunjungi ditentukan berdasarkan lokasi maupun wilayah kerja Change Agent yang telah mengikuti Training Of Trainer (TOT) Change Agent pada bulan Mei 2012.

Tujuan kegiatan pemantauan adalah untuk melihat sejauh mana:

1) insan Kementerian Keuangan telah mengetahui dan mampu menyebutkan Nilai-nilai Kementerian Keuangan, tahu dan paham makna nilai atau bahkan telah menjalankannya secara konsisten dalam bentuk perilaku;

2) komitmen serta peran Jajaran pimpinan dan Change Agent dalam melakukan sosialisasi dan internalisasi Nilai Budaya Kementerian Keuangan;

3) efektivitas pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan; dan

4) iklim kerja di unit kerja.

Metode pemantauan menggunakan kombinasi sejumlah pendekatan yaitu:

1) melaksanakan focus group discussion (FGD) bersama jajaran pimpinan dan Change Agent dari direktorat terkait;

2) membagikan angket/kuesioner secara sampling (10–20 pegawai per unit Kerja) dan melakukan wawancara/FGD dengan pegawai (jumlah total pegawai yang mengisi angket/kuesioner: 331 dari 15 unit kerja); dan

3) melakukan pengamatan langsung di lapangan/kunjungan keliling di unit kerja.

Agent of the Finance Ministry’s Cultural Transformation and at conducting a simulation of socialization presentation/cascading; and

4) Formulating recommendations of cultural programs at the Finance Ministry.

c. Monitoring

On November 19th – 22nd, 2012, some o"cials and employees of the Human Resources bureau and the Secretariate General of the Finance Ministry, accompanied by sources of 15 working units in both the head o"ce as well as in vertical o"ces in Jakarta, paid a monitoring visit. The working units visited were selected based on the location and work area of the Change Agents who have taken part in the Training of Trainers (TOT) Change Agent program in May 2012.

The monitoring visit was aimed at seeing to what extend:

1) The Finance Ministry’s employees are aware and able to mention the Finance Ministry’s values, aware and understand the values, or even implement the values consistently in their behaviour;

2) The management and Change Agents’ commitment and roles in the socialization and internalization of the Finance Ministry’s cultural values;

3) E#ectiveness of the socialization and internalization activities of the Finance Ministry’s values; and

4) The working climate at the work units.

Monitoring method used a combination of numerous approaches, including:

1) To implement a Focus Group Discussion with the management and Change Agents of the related directorate;

2) To distribute questioners randomly to 10-20 employees and to interview the said employees (the number of employees who !lled the questioners was 331 from 15 work units); and

3) To make a direct survey in the !eld/visit in the work units.

Page 290: FA LTKK 2012.indb

289Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Berdasarkan kunjungan pamantauan dapat diketahui bahwa hampir seluruh Change Agent telah melakukan sosialisasi melalui metode dan intensitas yang berbeda-beda antara lain yaitu:

1) secara informal;2) secara intensif menggunakan berbagai

pendekatan/media;3) menerapkan program-program budaya

untuk mengakselerasi proses internalisasi;4) melibatkan pegawai sebagai tim monitoring

implementasi program budaya; dan5) pimpinan secara khusus meminta sosialisasi

dilakukan dalam setiap sesi pelatihan yang diselenggarakan oleh direktorat

Hasil pemantauan terhadap pengetahuan nilai-nilai dan perilaku utama serta pemahaman makna nilai Pegawai Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa 51 persen mengetahui tentang nilai-nilai dan perilaku utama, serta 82 persen paham akan makna nilai.

d. Change Agent Sharing Session

Kegiatan Change Agent Sharing Session dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 9 Desember 2012 yang dipimpin oleh Menteri Keuangan dengan dihadiri oleh para wakil menteri keuangan, para pejabat Eselon I, sejumlah pejabat Eselon II (Change Leader), 142 pejabat Eselon III dan IV yang telah mengikuti

Based on the survey visit, it was found out that almost all Change Agents have socialised the values through a di#erent method and intensity, including:

1) Informally;2) Intensively using a variety of approaches/

media;3) Applying cultural programs to accelerate the

internalization process;4) Involving employees as a monitoring team

of the cultural program implementation; and 5) The management who made a special

request that the socialization be conducted in every training session held by a Directorate.

Result of the survey on prime values and behaviour, and the understanding of the values meanings by the Finance Ministry’s employees shows that 51 percent were aware of the prime values and behaviour, and 82 percent understood the values meanings.

d. Change Agents Sharing Session

A Change Agents sharing session was held on Sunday, December 9th, 2012, presided over by the Finance Minister and attended by Vice Finance Ministers, echelon I o"cials, a number of echelon II o"cials (Change Leaders), 142 echelon III and IV o"cials who have taken part in the TOT Change

Pemahaman Makna Nilai Undertanding of values meaning

Tahu Aware

Belum Tahu Not aware yet

Paham

Belum Paham

Pengetahuan Nilai-nilai danPerilaku Utama

51%

82%

49%

18%

Knowledge of prime values and behaviour

Gra!k 5.4 Hasil Pemantauan terhadap Pengetahuan Nilai-nilaiGraphic 5.4 Result of the Survey on Values Awareness

Page 291: FA LTKK 2012.indb

290Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

TOT Change Agent 2012, dan sejumlah pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan yang mengikuti Executive Training pada tahun 2011 dan 2012.

Change Agent Sharing Session adalah kegiatan yang bertujuan untuk:

1) menyelesaikan permasalahan dan kendala yang dihadapi change agent dalam menginternalisasikan nilai-nilai;

2) membahas hasil pengawasan dan evaluasi; dan

3) mencanangkan Program Budaya Kementerian Keuangan 2013

Agents 2012, and a number of other o"cials at the Finance Ministry who had participated in Executive Training programs in 2011 and 2012.

The Change Agent Sharing Session was an activity with the aim of:

1) Solving problems and constraints faced by the Change Agents in the values internalization;

2) Discussing results of the supervision and evaluaton; and

3) Launching a cultural program of the Finance Ministry 2013

Page 292: FA LTKK 2012.indb

291Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Semangat reformasi birokrasi mendorong Kementerian Keuangan untuk terus berusaha menciptakan tata kelola pemerintahan yang bebas dari praktik KKN. Salah satu upayanya adalah melalui pengumpulan informasi dugaan KKN baik dari pihak internal (pejabat/pegawai Kementerian Keuangan) maupun pihak eksternal (masyarakat).

Berdasarkan hasil survei Association Certi" ed Fraud Examiner (ACFE) tahun 2012, diketahui bahwa cara paling efektif dalam pengungkapan kecurangan (fraud) adalah melalui laporan yang disampaikan oleh pihak dalam organisasi (whistleblower/tip). Metode deteksi melalui whistleblower/tip memiliki tingkat efektivitas yang sangat signi! kan sebesar 43,3 persen bila dibandingkan dengan metode lain seperti hasil kajian manajemen, temuan internal audit, informasi eksternal audit, atau kegiatan

The spirit of bureaucracy reform has encouraged the Finance Ministry to continue its e# orts to create governance free from corruption, collusion, and nepotism practices. One of the e# orts was collecting information in corruption, collusion, and nepotism allegations from both internal party (o" cials/employees of the Finance Ministry) as well as external party (public).

Based on the Association Certi! ed Fraud Examiner (ACFE) survey in 2012, it was found out that the most e# ective way to disclose frauds is through reports submitted by any party within the organization (whistleblowing/tip). The detecting method through whistleblowing/tip has a very signi! cant e# ectiveness level of 43,3 percent, compared to any other method such as result of management assessment, internal audit ! ndings, external audit information, or other activities. A diagram of the

Whistleblowing SystemWhistleblowing System

Page 293: FA LTKK 2012.indb

292Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

lainnya. Diagram hasil survei ACFE terkait efektivitas metode deteksi fraud disajikan pada Gambar 5.5.

ACFE survey result related to the e#ectiveness of fraud detection method is presented in Picture 5.5.

Gambar 5.1 Tampilan aplikasi WISEPicture 5.1 WISE application view

Gra!k 5.5 Efektivitas Metode Deteksi FraudGraphic 5.5 E"ectiveness of Fraud Detection Method

Other

Sumber: ACFE 2012 Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (diolah, Excel 2007)

External Audit

IT Controls

Source: ACFE 2012 Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (processed by Excel 2007)

Confession

Noti!eld by Police

Surveillance / Monitoring

Document Examination

Account ReconciliationBy Accident

Internal AuditManagement Review

Tip 43.3%

14.6%

14.4%

7.0%

4.8%

4.1%

3.3%

1.9%

3.0%1.5%

1.1%

1.1%

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0%

Page 294: FA LTKK 2012.indb

293Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Aplikasi WISE

Mengingat tingginya tingkat efektivitas metode deteksi fraud melalui whistleblower/tip, Kementerian Keuangan mencoba membangun sebuah sistem aplikasi yang diharapkan dapat mendorong pejabat/pegawai Kementerian Keuangan maupun masyarakat untuk melaporkan setiap dugaan penyimpangan dan/atau praktik KKN yang dilakukan oleh pejabat/pegawainya. Aplikasi pengelolaan pengaduan tersebut dinamakan Whistleblowing System (WISE) yang dapat diakses melalui www.wise.depkeu.go.id dan diresmikan pada tanggal 5 Oktober 2011 oleh Menteri Keuangan pada acara peluncuran Aplikasi WISE.

Landasan hukum aplikasi WISE adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.09/2010 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) di Lingkungan Kementerian Keuangan dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 149/KMK.09/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) serta Tata Cara Pelaporan dan Publikasi Pelaksanaan Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Pengelolaan aplikasi WISE (menerima, mengelola, dan menindaklanjuti pengaduan) sepenuhnya dilaksanakan oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan yaitu: Itjen, Unit Kepatuhan Internal (UKI), dan Unit Tertentu (UT) yaitu unit kerja setingkat Eselon II di lingkungan unit Eselon I yang ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan Unit Eselon I, untuk menerima, mengelola, dan menindaklanjuti pengaduan.

Mekanisme Penanganan Pengaduan

Kementerian Keuangan telah membuka berbagai saluran penyampaian pengaduan baik melalui surat, telepon, pesan singkat (SMS), email, faksimili, situs, atau penyampaian secara langsung. Semua informasi yang diterima melalui berbagai saluran pengaduan tersebut akan di-entry ke aplikasi WISE untuk ditindaklanjuti. Mekanisme penanganan pengaduan melalui aplikasi WISE dapat dilihat pada Gambar 5. 2.

Seluruh pengaduan yang masuk melalui aplikasi WISE akan dilakukan veri!kasi untuk menentukan langkah selanjutnya yang diambil. Pengaduan

WISE Application

Considering the high level of e#ectiveness of the fraud detection method through whistleblower/tip, the Finance Ministry has built an application system which is expected to encourage o"cials/employees of the Finance Ministry as well as the public to report every allegation of violatons and/or corruption, collusion, and nepotism practices committed by the Ministry’s o"cials/employees. The complain management application is named Whistleblowing System (WISE) which can be accessed through www.wise.depkeu.go.id and was o"ciated on October 5th, 2011, by the Finance Minister during the WISE Application launching.

The legal basis of WISE application is Regulation of the Finance Minister Number 103/PMK.09/2010 on Procedure of Management and Follow up to Violation Reporting (whistleblowing) at the Finance Ministry and Decree of the Finance Minister Number 149/KMK.09/2011 on Procedure of Management and Follow up to Violation Reporting (whistleblowing) as well as Procedure of Reporting and Publication of the Management Implementation of Violation Reporting (whistleblowing) at the Finance Ministry.Management of WISE application (receiving,

managing, and following up complains) is fully implemented by units at the Finance Ministry, including the Inspectorate General, the Internal Compliance Unit, and Certain Units including working units of echelon II level at echelon I units, as stipulated by Decree of Echelon I Management, to receive, to manage, and to follow up complains.

Mechanism of Complains Handling

The Finance Ministry has opened a variety of channels to report complains, both by letters, phone calls, short message service/SMS, email, facsimile, sites, as well as directly. All information received through the various channels will be put entry in the WISE applicaton for a follow up. The mechanism of complains handling through the WISE application can be seen in Picture 5. 2.

All complains received through the WISE application will be veri!ed to determine the next step. Complains with an indication of violation allegations involving

Page 295: FA LTKK 2012.indb

294Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

yang memiliki indikasi dugaan penyimpangan terkait pejabat/pegawai Kementerian Keuangan akan dilakukan analisis/kajian untuk menentukan perlu/tidaknya dilakukan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket)/audit investigasi/pemeriksaan.

Pengaduan yang ditindaklanjuti dengan pulbaket/audit investigasi/pemeriksaan yang terbukti adanya penyimpangan dan/atau penyalahgunaan wewenang oleh pejabat/pegawai Kementerian Keuangan, akan direkomendasikan hukuman disiplin PNS) terhadap pejabat/pegawai Kementerian Keuangan yang terbukti bersalah. Penjatuhan hukuman disiplin PNS mengikuti prosedur Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Apabila ditemukan adanya indikasi tindak pidana yang dilakukan oleh pejabat/pegawai Kementerian Keuangan terkait pengaduan tersebut, Kementerian Keuangan akan melimpahkan kasus dugaan tindak pidana tersebut kepada instansi penegak hukum (Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian Republik Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia).

Sosialisasi Aplikasi WISE

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran para pejabat/pegawai Kementerian Keuangan baik yang berada di pusat maupun di daerah atas

the Finance Ministry’s o"cials/employees will be analyzed/assessed to determine whether or not materials and information should be collected/an investigative audit is needed.

Complains which are followed up with materials and information collection/an investigative audit as there is an evidence of a violation and/or abuse of power by the Finance Ministry’s o"cials/employees, will be recommended a disciplinary sanction to the Finance Ministry’s o"cials/employees proved guilty. The disciplinary sanction of civil servants is based on a procedure of the Government Regulation Number 53/2010 (PP 53/2010) on Civil Servants Discipline.

Should an indication of criminal act be found to be committed by the Finance Ministry’s o"cial/employee, the Finance Ministry will delegate the case to the low enforcement institutions (the Corruption Eradication Commission, the Indonesian Police, the Attorney General O"ce).

WISE Application Socialisation

One of the e#orts to increase awareness of the Finance Ministry’s o"cials/employees both at the head o"ce as well as at regional o"ces of the

SERVER WISE

HELP DESK SUPPORT

VERIFICATIONVERIFIKASI

ANALYSIS / ASSESSMENTANALISIS / KAJIAN

INVESTIGATIVE AUDIT/EXAMINATION

PULBAKET/ AUDITINVESTIGASI/ PEMERIKSAAN

Gambar 5.2 Mekanisme Penanganan Pengaduan Melalui Aplikasi WISEPicture 5.2 Mechanism of Complains Handling through WISE Application

Page 296: FA LTKK 2012.indb

295Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

keberadaan aplikasi WISE, Itjen telah melakukan sosialisasi aplikasi WISE di 20 kota besar di Indonesia pada periode tahun 2011–2012 dengan rincian seperti pada Tabel 5.2.

Integrasi Aplikasi WISE

Selain aplikasi WISE, Kementerian Keuangan memiliki saluran pengaduan berbasis website lainnya yaitu Sistem Informasi Pengaduan Pajak (SIPP) yang dikelola oleh DJP dan Sistem Aplikasi Pengaduan Masyarakat (SIPUMA) yang dikelola oleh DJBC. Keberadaan aplikasi SIPP dan SIPUMA yang dibangun pada tahun 2011 dan 2012 tersebut adalah sebagai tindak lanjut atas Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011. Dengan demikian, pada tahun 2012 Kementerian Keuangan memiliki 3 aplikasi yang digunakan untuk mengelola pengaduan dan tindak lanjutnya, yaitu aplikasi WISE, SIPP, dan SIPUMA.

Ketiga aplikasi tersebut memiliki fungsi yang saling melengkapi dan direncanakan terintegrasi secara online pada tahun 2013. Proses integrasi antara aplikasi WISE dengan aplikasi SIPP dan SIPUMA secara manual telah dilaksanakan sejak tahun 2012. Itjen sebagai koordinator akan melakukan kompilasi atas seluruh pengaduan yang dikelola dan ditindaklanjuti pada aplikasi WISE, SIPP, dan SIPUMA serta secara berkala melaporkan kepada Menteri Keuangan.

existence of WISE Application, the Inspectorate General has socialized the WISE Application to 20 major cities in Indonesia during the period of 2011 – 2012 as detailed in Table 5.2.

WISE Application Integration

In addition to the WISE Application, the Finance Ministry also has a web-based complains channel, namely the Tax Complain Information System (SIPP) which is managed by the Directorate General of Tax and the Public Complain Application System (SIPUMA) which is managed by the Directorate General of Customs and Excise. These applications, built in 2011 and 2012, are a follow up to the Presidential Instruction Number 9/2011 on the Action Plan of Corruption Prevention in 2011. Thus, in 2012, the Finance Ministry had three applications used to manage complains and their follow up, including WISE, SIPP, and SIPUMA applications.

These three applications have complementary functions and are planned to be online integrated in 2013. The integration process between the WISE, SIPP and SIPUMA applications have been implemented manually since 2012. The Inspectorate General as the coordinator will compile all complains managed and followed up by the WISE, SIPP, and SIPUMA applications and will report them periodically to the Finance Minister.

Nama Kota Name of cities Nama Kota Name of citiesNo No

Jakarta

Banda Aceh

Medan

Padang

Batam

Pekan Baru

Palembang

Serang

Bandung

Semarang

Yogyakarta

Surabaya

Denpasar

Mataram

Ambon

Makasar

Kendari

Balikpapan

Banjarmasin

Samarinda

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Tabel 5.2 Kota Tempat Penyelenggaraan Sosialisasi Aplikasi WISE Periode tahun 2011 – 2012Table 5.2 Cities of WISE Application Socialization Period of 2011 – 2012

Page 297: FA LTKK 2012.indb

296Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Eksternal: 225

Internal : 186

Gra!k 5.6 Sumber Pengaduan Graphic 5.6 Source of complains

Data Pengelolaan Pengaduan Berbasis WISE

Sejak diresmikannya aplikasi WISE pada 5 Oktober hingga 31 Desember 2012, Kementerian Keuangan telah menerima 411 laporan pengaduan. Dari 411 laporan pengaduan tersebut, sebanyak 186 laporan pengaduan bersumber dari internal Kementerian Keuangan dan 225 laporan pengaduan lainnya berasal dari eksternal Kementerian Keuangan (Lihat Gra!k 5.6).

Jika diklasi!kasikan berdasarkan ada/tidaknya indikasi tindak kecurangan (fraud), dari 411 laporan pengaduan yang diterima dapat dikatakan bahwa sebanyak 118 laporan terindikasi adanya dugaan fraud dan 293 non fraud (Lihat Gra!k 5.7).

Sedangkan berdasarkan status tindak lanjutnya, 108 pengaduan dinyatakan masih dalam proses di Itjen, 135 pengaduan masih dalam proses di unit UKI/UT pada Eselon I terkait, dan 168 pengaduan telah dinyatakan selesai ditindaklanjuti (Lihat Gra!k 5.8). Dari 168 laporan pengaduan yang telah selesai ditindaklanjuti, 26 terbukti kebenarannya, 136 tidak terbukti kebenarannya dikarenakan substansi pengaduan bersifat tidak jelas (sumir), dan 6 laporan pengaduan lainnya menyangkut permasalahan di luar Kementerian Keuangan (lihat Gra!k 5.9). Dari 26 pengaduan yang terbukti kebenarannya, 19 pengaduan merupakan hasil pemeriksaan/audit investigasi dan tujuh laporan pengaduan lainnya ditindaklanjuti dengan kegiatan lainnya.

Data of WISE-based Complains Management

Since the launching of WISE application, from October 5th to December 31st, 2012, the Finance Ministry received 411 complain reports. Out of the 411 complain reports, 186 complain reports came from internal Finance Ministry and 225 complain reports from external Finance Ministry (see Graphic 5.6).

If classi!ed based on whether or not there’s an indication of fraud existance, out of the 411 complain reports received, 118 reports were indicated of fraud allegations and 293 of non-fraud allegations (see Graphic 5.7).

Based on the follow up status, 108 complains were stated in process at the Inspectorate General, 135 in process at the related echelon I units, and 168 complains were stated to have been followed up (see Graphic 5.8).

Out of 168 complain reports of which the follow up has been completed, 26 were proved to be true, 136 were not proved to be true as the complain substance was unclear, and other 6 complain reports were related to problems outside the Finance Ministry (see Graphic 5.9). Out of 26 complains of which the truth was proved, 19 complains were examination result/investigative audit and 7 other complain reports were followed up to other activities.

Page 298: FA LTKK 2012.indb

297Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Gra!k 5.7 Klasi!kasi Pengaduan Berdasarkan ada/tidaknya Fraud Graphic 5.8 Classi!cation of Complains based on Fraud/non-Fraud

50

0

100

150

200

250

300

Fraud Non Fraud

118

293

Gra!k 5.8 Klasi!kasi Pengaduan Berdasarkan Status Tindak Lanjut Graphic 5.9 Classi!cation of Complains based on Follow Up Status

Dalam Proses di Itjen

Being processed at the Inspectorate GeneralDalam Proses di UKI/UT Es I

Being processed at Internal Work Units/echelon I UnitsSelesai di Tindak

Follow up completed

108

135

168

Page 299: FA LTKK 2012.indb

298Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Implementasi Pengelolaan Pengaduan

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 (Inpres 1 Tahun 2013) tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013 merupakan wujud pelaksanaan amanat dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012 – 2014 (Stranas PPK). Sebagai implementasinya dilakukan penyusunan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) setiap tahun.

Dalam angka VIII.8 Inpres 1 Tahun 2013 yaitu terkait dengan pelaksanaan sistem dan pengelolaan pengaduan internal dan eksternal (termasuk masyarakat) atas penyalahgunaan kewenangan, Kementerian Keuangan mempunyai dua aksi yaitu:

a. Terintegrasinya whistleblowing system dan penanganan pengaduan masyarakat di Kementerian Keuangan; dan

b. Tersedianya data statistik pengaduan per unit dan tindak lanjut penanganan pengaduan.

Kedua aksi di atas diuraikan lebih lanjut dalam suatu rencana kegiatan dengan ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan setiap periodenya dengan target penyelesaian tertentu.

Implementation of Complains Management

Presidential Instruction Number 1/2013 about the Corruption Prevention and Eradication Actions in 2013 is a manifestation of the mandate implementation of the Presidential Regulation Number 55/2012 on the National Strategy of Long Term Corruption Prevention and Eradication 2012 – 2025 and Medium Term 2012 - 2014. As an implementation, a Corruption Prevention and Eradication Action is drawn up every year.

In VIII.8 of the Presidential l Instruction 1/2013, related to the implementation of internal and external complains system (including the public) on abuse of authority, the Finance Ministry has two actions, including:

a. The integrated whistleblowing system with the public complains management at the Finance Ministry; and

b. The availability of statistical data of complains per unit and the follow up to the complains handling.

These two actions above will be elaborated in an activity plan with a success measurement which has been stipulated periodically with a certain settlement target.

Gra!k 5.9 Klasi!kasi Pengaduan Yang Selesai Ditindaklanjuti Graphic 5.10 Classi!cation of Complains of which the Follow Up is Completed

500 100 150

136

26

6Permasalahan di Luar Kemenkeu

Problems outside Finance Ministry

Tidak Terbukti BenarNot proved to be true

Terbukti BenarProved to be true

Page 300: FA LTKK 2012.indb

299Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 28 F, yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menjamin hak warga negara untuk memperoleh informasi publik. Melalui UU KIP, publik dapat mengetahui, ikut mengawasi serta berperan aktif atas jalannya pemerintahan apakah sudah berjalan sesuai dengan koridor yang ada. Menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk menjalankannya dengan menerbitkan PP Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008.

Sejalan dengan tuntutan reformasi yang mensyaratkan tata kelola pemerintahan yang

Obtaining information is human rights as regulated in Constitution 1945 Article 28F, which states that every person is entitled to communicate and to obtain information to develop its personality and social environment, as well as to seek, to obtain, to possess, and to keep information using all available channels. Law Number 14/2008 on the Public Information Openness ensures the right of every citizen to obtain public information. Through the Law on the Public Information Openness, the public can be aware, supervise, and play an active role in the governance whether it runs according to the existing corridor. As a follow up, the government is committed to implement the law by issuing Government Regulation Number 61/2010 on the Implementation of Law Number 14/2008.

Along with the reform demand that requires a good and responsible governance with reference to the

Keterbukaan InformasiInformation Openness

Page 301: FA LTKK 2012.indb

300Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

baik dan bertanggung jawab (good governance) dengan mengacu prinsip-prinsip akuntabilitas, meningkatkan transparansi, dan partisipasi masyarakat dalam setiap proses kebijakan publik, Kementerian Keuangan turut berpartisipasi mewujudkan good governance tersebut, salah satunya dengan mengimplementasikan UU KIP melalui penetapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi Publik di Lingkungan Kementerian Keuangan. PMK tersebut mengatur tugas dan wewenang masing-masing Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di tiap-tiap unit Eselon I, sebagai upaya dalam menyeragamkan implementasi UU KIP di lingkungan Kementerian Keuangan.

Implikasi selanjutnya dari pelaksanaan UU KIP tersebut, Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 278/KMK.01/2012 tentang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dan Koordinator PPID di lingkungan Kementerian Keuangan, menetapkan pejabat Eselon II yang membidangi penyediaan dan/atau pelayanan informasi publik dan/atau kehumasan atau Sekretaris Direktorat/Inspektorat/Badan pada kantor pusat masing-masing unit Eselon I sebagai PPID. Keputusan itu juga menetapkan PPID Sekretariat Jenderal sebagai Koordinator PPID Kementerian Keuangan. Susunan PPID di Kementerian Keuangan dapat dilihat dalam Tabel 5.3.

Catatan: Dengan berlakunya UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka Bapepam-LK telah beralih menjadi OJK pada tahun 2012 dan menjadi badan publik di luar Kementerian Keuangan.

accountability principles, increasing transparency and public participation in every process of the public policies, the Finance Minister participates in the creation of such good governance, one of which is by implementing the Law on the Public Information Openness through Regulation of the Finance Minister Number 132/PMK.01/2012 on the Guidance of Public Information Service at the Finance Ministry. The Regulation of the Finance Minister regulates tasks and authorities of the respective Information and Documentation Management O"cial in each echelon I unit, as an e#ort to uniform the implementation of the Law on Public Information Openness at the Finance Ministry.

As a further implication of the implementation of the Law on Public Information Openness, the Finance Minister through Decree of the Finance Minister Number 278/KMK.01/2012 on Information and Documentation Management O"cial and Coordinator of Information and Documentation Management O"cial at the Finance Ministry, stipulates that echelon II o"cials supervising the provision and/or service of public information and/or public relations or Secretary of the Directorate/Inspectorate/Board in each o"ce of echelon I units as Information and Documentation Management O"cial. The decree also stipulates that the Information and Documentation Management O"cial of the Secretariate General as Coordinator of the Information and Documentation Management O"cial at the Finance Ministry. Following is the list of Information and Documentation Management O"cial at the Finance Ministry:

Note: With the prevailing Law Number 21/2011 on the Financial Service Authority (OJK), the Capital Market and Financial Institution Supervisory Agency changed over the Financial Service Authority in 2012 and became a public entity outside the Finance Ministry.

Page 302: FA LTKK 2012.indb

301Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Sesuai dengan amanat UU KIP, maka seluruh PPID di Kementerian Keuangan bertanggung jawab untuk melakukan penyediaan, penyimpanan, pendokumentasian, pelayanan dan pengamanan informasi publik. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya tersebut, PPID bertugas untuk:

1. Menetapkan prosedur operasional dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewenangan PPID;

2. Melaksanakan uji konsekuensi terhadap informasi publik yang tidak dapat diakses oleh pemohon informasi publik sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-udangan mengenai keterbukaan informasi publik, atau yang disebut sebagai informasi publik yang dikecualikan;

Under the mandate of the Law on Public Information Openness, all Information and Documentation Management O" cials at the Finance Ministry are responsible to provide, to keep, to document, to serve, and to secure public information. In bearing the responsibility, the Information and Documentation Management O" cials have the following assignments:1. To stipulate an operational procedure to

implement the tasks and authorities of the Information and Documentation Management O" cials;

2. To carry out consequence examination towards inaccessible public information by the public information applicants as mentioned in the legislation on the public information openness, or referred to as excluded public information;

Unit PPID Information and Documentation Management O!cial

No

Sekretariat Jenderal Secretariate General

Direktorat Jenderal Anggaran Directorate General of Budget

Direktorat Jenderal Pajak Directorate General of Tax

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Directorate General of Customs and Excise

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Directorate General of Treasury

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Directorate General of State’s Assets

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Directorate General of Fiscal Balance

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Directorate General of Debt Management

Inspektorat Jenderal Inspectorate General

Badan Kebijakan Fiskal Fiscal Policies Board

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Financial Education and Training Board

Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Capital Market and Financial Institution Supervisory Agency*

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan InformasiHead of Communication and Information Service Bureau

Sekretaris Direktorat JenderalSecretary of the Directorate General

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan MasyarakatDirector of Counseling, Service, and Public Relations

Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan CukaiDirector of Revenue and Customs and Excise Regulations

Sekretaris Direktorat JenderalSecretary of the Directorate General

Direktur Hukum dan Hubungan MasyarakatDirector of Legal A!airs and Public Relations

Sekretaris Direktorat JenderalSecretary of the Directorate General

Sekretaris Direktorat JenderalSecretary of the Directorate General

Sekretaris Inspektorat JenderalasinSecretary of the Inspectorate General

Sekretaris BadanBoard Secretary

Sekretaris BadanBoard Secretary

Sekretaris BadanAgency Secretary

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Tabel 5.3. Daftar PPID Kementerian Keuangan Table 5.3. List of Information and Documentation Management O# cial Finance Ministry

Page 303: FA LTKK 2012.indb

302Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3. Menetapkan klasi!kasi informasi publik yang dikecualikan dan/atau perubahannya, dengan persetujuan Atasan PPID;

4. Menetapkan pertimbangan tertulis atas setiap kebijakan yang diambil guna memenuhi hak setiap orang atas informasi publik;

5. Menghitamkan atau mengaburkan informasi publik yang dikecualikan beserta alasannya;

6. Membuat, memelihara, dan/atau memutakhirkan Daftar Informasi Publik secara berkala

7. Melaksanakan koordinasi dalam rangka:a. pengumpulan informasi publik pada masing-

masing unit Eselon I;b. pemberian pelayanan informasi publik yang

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. pendataan informasi publik yang dikuasai olehmasing-masing unit Eselon I, dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi Publik;

d. pengembangan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka peningkatan kualitas layanan informasi publik; dan

e. pemberian alasan tertulis atas pengecualian informasi publik secara jelas dan tegas, dalam hal permohonan informasi publik ditolak;

8. Menyampaikan laporan layanan informasi publik kepada:a. Atasan PPID setiap bulan; dan

b. Koordinator PPID setiap bulan Januari tahun anggaran berikutnya dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan

Adapun tugas dari Koordinator PPID adalah mengoordinasi, mengharmonisasi dan memfasilitasi seluruh PPID di lingkungan Kementerian Keuangan. Selain itu, Koordinator juga bertugas menyampaikan laporan tahunan layanan Informasi Publik kepada Komisi Informasi Pusat dan salinannya diserahkan kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris Jenderal.

3. To classify excluded public information and/or its amendments, with the approval of the superior of the Information and Documentation Management O"cials;

4. To give a written consideration on every policy made to ful!ll the right of every person on pubic information;

5. To discolor or to blur excluded public information and its reasons;

6. To make, to maintain, and/or to update a List of Public Information periodically;

7. To coordinate in the frame of:a. Collecting public information in each

echelon I unit;b. Providing public information service which is

implemented pursuant to the legislation;

c. Listing public information of each unit I unit to make and to update the List of Public Information;

d. Developing capacity of functional o"cials and/or information o"cers to icrease the quality of public information service; and

e. Giving a clear and !rm written reason on the exclusion of public information, in the event of any rejection of the public information;

8. To submit reports on the public information service to:a. Superior of the Information and

Documentation Management O"cials monthly; and

b. Coordinator of the Information and Documentation Management O"cials every January of the following !scal year and/or anytime required.

Coordinator of the Information and Documentation Management O"cials is assigned to coordinate, to harmonize, and to facilitate all Information and Documentation Management O"cials at the Finance Ministry. In addition, the coordinator is also assigned to submit an annual report of the public information service to the Central Information Commission of which a copy is submitted to the Finance Minister through the Secretary General.

Page 304: FA LTKK 2012.indb

303Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Setelah ditetapkannya PMK Nomor 132/PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi Publik di Lingkungan Kementerian Keuangan, Koordinator PPID Kementerian Keuangan segara melakukan sosialisasi mengenai PMK tersebut kepada seluruh PPID setiap unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.

Selanjutnya dalam rangka melaksanakan tugas yang telah diamanatkan, PPID di lingkungan Kementerian Keuangan melaksanakan hal-hal sebagai berikut.

1. Penyusunan prosedur operasi standar (SOP) terkait layanan informasi publik, antara lain

a. SOP Pengklasi!kasian Informasi b. SOP Pelayanan Informasi Publikc. SOP Penanganan Keberatand. SOP Penanganan Sengketa Informasi melalui

Sidang Ajudikasi non Litigasi

e. SOP Penanganan Sengketa Informasi melalui Mediasi

f. SOP Pelayanan Pengaduang. SOP Penyusunan dan Penyampaian Laporan

Informasi Publik ;

2. Penetapan Daftar Informasi Publik (yaitu daftar informasi yang dapat diakses informasinya oleh publik) dan Daftar Informasi Yang Dikecualikan (yang merupakan daftar informasi yang berdasarkan hasil uji konsekuensi tidak dapat diakses oleh publik);

3. Penyediaan sarana dan prasarana layanan informasi publik seperti ruang layanan beserta fasilitas komunikasi, lemari arsip, meja dan kursi layanan secara khusus. Ada juga beberapa PPID yang memanfaatkan fasilitas yang sudah ada untuk memberikan layanan informasi tanpa menambah fasilitas baru;

4. Pelayanan informasi publik melalui tatap muka, persuratan, telepon, maupun faksimili yang dilaksanakan setiap hari kerja mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB;

5. Pemutakhiran konten pada portal Kementerian Keuangan (www.kemenkeu.go.id) yang terkait dengan Informasi Publik sesuai dengan Pasal 9 UU KIP yaitu tentang informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala.

After Regulation of the Finance Minister Number 132/PMK.01/2012 on the Guidance of Public Information Service at the Finance Ministry has been stipulated, coordinator of the Information and Documentation Management O"cials of the Finance Ministry immediately socializes the Regulation to each echelon I unit at the Finance Ministry.

Further, to implement the tasks that have been mandated, the Information and Documentation Management O"cials at the Finance Ministry carry out the following tasks:

1. To make a Standard Operation Procedure (SOP) in relation to the public information service, among others a. SOP of Information Classi!cation;b. SOP of Public Information Service; c. SOP of Objection Handling; d. SOP of Information Dispute Settlement

through a non Litigation Adjudication Session Court;

e. SOP of Information Dispute Settlement through a Mediation;

f. SOP of Complains Service; g. SOP of Arrangement and Submission of

Public Information Report;

2. Stipulation of a List of Public Information (a list of information accessible to the public) and a List of Excluded Information (a list of information based on the result of consequence examination inaccessible to the public);

3. Provision of facilities and infrastructure for public information service, such as service rooms with communication facilities, !ling cabinets, tables and chairs. Some Information and Documentation Management O"cials also take advantage of the existing facilities to provide information without adding any new facility.

4. Public information service through direct meetings, mails, phones, or facsimiles is provided every working day from 08.00 to 17.00 West Indonesia Time.

5. Updating of the content in the Finance Ministry’s portal (www.kemenkeu.go.id) in relation to the public information pursuant to Article 9 of Law on Public Information Openness, namely information obliged to

Page 305: FA LTKK 2012.indb

304Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

JumlahPermohonan

Number ofRequests

Waktu Rata-rataPelayanan Average

Service Time

Jumlah Permohonanyang DitolakNumber of

Rejected Requests

Jumlah Permohonan yang DikabulkanNumber of Approved Requests

Alasan Permohonan yang Ditolak Reason of Rejected Requests

DikecualikanExcluded

Belum SelesaiUnsettled

SepenuhnyaEntirely

SebagianPartly

LainnyaOthers

BulanMonth

11

16

11

11

13

37

15

12

19

16

12

27

200

1

1

4

1

1,5

1,56

4,06

2,58

2,42

3,3

10,3

2,8

2,74

11

16

9

11

12

37

14

10

17

15

9

23

184

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

-

-

-

1

-

-

-

-

-

3

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Total

-

-

2

-

1

-

-

2

2

1

3

4

16

-

-

-

-

1

-

-

2

2

1

3

4

13

Tabel 5.4. Rekapitulasi Penyampaian Informasi PublikTable 5.4. Recapitulation of the Submission of Public Information

Antara lain, informasi yang berkaitan dengan Kementerian Keuangan, informasi mengenai kegiatan dan kinerja, informasi mengenai laporan keuangan dan/atau informasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu dilakukan juga pemutakhiran informasi publik yang ada pada masing-masing website unit kerja PPID;

6. Pelatihan implementasi UU KIP melalui workshop penyediaan Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala (Pasal 9 UU KIP) dan penyediaan Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat (Pasal 11 UU KIP);

7. Rapat koordinasi PPID di lingkungan Kementerian Keuangan secara reguler.

Rekapitulasi penyampaian informasi publik dapat disampaikan dalam Tabel 5.4

be provided and announced periodically. This includes information related to the Finance Ministry, information on activities and performance, information on ! nancial report and/or information regulated in the legislation. In addition, the public information in each website of the Information and Documentation Management O" cials’ work unit must also be updated.

6. Implementation training of the Law on Public Information Openness through a workshop of the provision of Information Obliged to be Provided and Announced Periodically (Article 9 of Law on Public Information Openness) and Information Obliged to be Provided at anytime (Article 11 of Law on Public Information Openness).

7. Regular coodinating meetings of the Information and Documentation Management O" cials at the Finance Ministry.

Recapitulation of the submission of public information can be seen in the following table 5.4.

Page 306: FA LTKK 2012.indb

305Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Requests of public information to the Information and Documentation Management O" cials at the Finance Ministry in 2012 are as follow:

1. Number of requests for public information was 200.

2. Out of the 200 requests for public information, 184 requests for public information were entirely approved, and 16 requests for public information were rejected with a reason of exclusion and others.

3. The average time needed to ful! ll the request for public information in 2012 was 2,74 days or equal to 3 working days.

Recapitulation of the settlement of information disputes is as follows.

Disputes settlement of public information in 2012 is as follows:

1. The number of objections received by the Information and Documentation Management

Permohonan informasi publik yang masuk ke PPID di lingkungan Kementerian Keuangan tahun 2012 adalah sebagai berikut:

1. Jumlah permohonan informasi publik adalah sebanyak 200 permohonan.

2. Dari 200 permohonan informasi publik yang masuk, 184 permohonan informasi dikabulkan sepenuhnya dan 16 permohonan informasi publik ditolak dengan alasan dikecualikan dan lainnya.

3. Waktu rata-rata yang diperlukan dalam memenuhi permohonan informasi publik selama tahun 2012 adalah 2,74 hari atau setara dengan 3 hari kerja.

Untuk rekapitulasi penyelesaian sengketa informasi dapat disampaikan berikut ini.

Penyelesaian sengketa informasi publik tahun 2012 adalah sebagai berikut:

1. Jumlah pengajuan keberatan yang diterima oleh PPID Kementerian Keuangan atas tidak

Tabel 5.5. Rekapitulasi Penyelesaian SengketaTable 5.5. Recapitulation of Dispute Settlement

Jumlah PermohonanKeberatan

Number of Objection Requests

PenyelesaianSengketa ke Komisi

InformasiDispute Settlement to the Information

Commission

Jumlah Permohonan yang DikabulkanSuperior’s Response on the Objections

Hasil Mediasi/Ajudikasi Non Litigasi di Komisi Informasi

Mediation/Non Litigation Adjudication Result at the Information Commission

Status Putusan Komisi Informasi

Menguatkan Atasan PPID

Con!rming SuperiorMenerima

AcceptMenolak

RejectBerhasil

SuccessfulGagal

Fail

Menguatkan Pemohon Informasi

BulanMonth

-

-

-

1

-

-

1

-

-

-

-

-

1

-

-

-

1

-

-

1

-

-

-

-

-

1

-

-

-

1

1 Sengketa TH 2011

1 dispute in 2011

-

1

-

-

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

-

-

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1 (Informasi yang dimohon

dibuka sebagian)

-

1

-

-

-

-

-

2

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Total

Page 307: FA LTKK 2012.indb

306Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

terpenuhinya permohonan informasi publik tahun 2012 adalah sebanyak 1 keberatan.

2. Atasan PPID telah memberi tanggapan atas satu pengajuan keberatan tersebut.

3. Terdapat satu pengajuan keberatan yang diteruskan oleh Pemohon kepada Komisi Informasi Pusat untuk mendapatkan mediasi, namun tidak ditemukan kesepakatan sehingga dilanjutkan hingga sidang ajudikasi non litigasi.

4. Terdapat dua perkara yang harus maju ke sidang ajudikasi non litigasi. Sebanyak satu perkara merupakan lanjutan dari keberatan tahun 2011 namun baru disidangkan pada tahun 2012. Dari dua perkara tersebut, keputusan Komisi Informasi Pusat adalah sebagai berikut:a. Atas perkara yang diputuskan bulan Mei

2012 hasilnya informasi yang dimohon dibuka sebagian.

b. Atas perkara yang diputuskan bulan Juli 2012 hasilnya informasi yang dimohon dibuka seluruhnya.

Dengan berkembangnya dinamika permohonan informasi publik serta hasil diskusi internal, maka dirasa perlu untuk merevisi PMK Nomor 132/PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi Publik Di Lingkungan Kementerian Keuangan dengan menambahkan:

1. Pengaturan mengenai pelimpahan beberapa wewenang PPID unit Eselon I kepada pejabat kantor vertikal.

2. Pengaturan mengenai permohonan informasi melalui mekanisme PPID sepanjang permintaan informasi tersebut memenuhi ketentuan Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 UU KIP.

Pengaturan mengenai pelimpahan beberapa wewenang PPID tersebut dimaksudkan untuk mempercepat pelayanan informasi bagi unit Eselon I yang memiliki kantor vertikal di daerah dan mengintegrasikan beberapa media/saluran layanan informasi yang ada di lingkungan Kementerian Keuangan guna memberikan layanan informasi sesuai dengan ketentuan yang ada.

O"cials at the Finance Ministry on the unful!llment of public information in 2012 was 1.

2. Superior of Information and Documentation Management O"cials has responded the objection.

3. There was 1 objection submitted by the applicant to the Central Informatin Commission for mediation, however, no agreement was reached so that the objection was submitted to a non litigation adjudicaton session.

4. There were 2 cases to a non litigation adjudication session. One case was a follow up to an objection in 2011 but went on a trial in 2012. Out of these 2 cases, the decision of the Central Information Commission was as follows:

a. Of the case decided in May 2012, the requested information was partly opened.

b. Of the case decided in July 2012, the requested information was entirely opened.

With the development of the dynamics of public information requests and result of internal discussions, Regulation of the Finance Minister Number 132/PMK.01/2012 on the Guidance of Public Information Service at the Finance Ministry, should be revised by adding:

1. Regulation on the transfer of authorities from Information and Documentation Management O"cials at echelon I units to o"cials at vertical o"ces.

2. Regulation on information requests through a mechanism of Information and Documentation Management O"cials as long as the information requests meet provision of Articles 9, 10, and 11 of Law on Public Information Openness.

The regulation on the transfer of authorities from the Information and Documentation Management O"cials is aimed at accelerating information service for echelon I units that have regional vertical o"ces and integrate some media/channels of information service at the Finance Ministry to provide information service pursuant to the existing provision.

Page 308: FA LTKK 2012.indb

307Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Beberapa kendala yang dihadapi oleh PPID di lingkungan Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut:

1. Adanya beberapa unit yang belum memiliki unit khusus yang menangani kehumasan dan layanan informasi, sehingga fokus dalam memberikan layanan informasi dirasa kurang optimal.

2. Belum seluruh pegawai Kementerian Keuangan memahami mengenai materi UU KIP beserta implikasinya, sehingga kewajiban badan publik belum dapat terlaksana dengan baik.

3. Karakteristik unit vertikal yang tidak seragam sehingga mempersulit pemenuhan permohonan informasi yang waktunya terbatas.

4. Kurangnya pemahaman pemohon informasi di daerah mengenai PPID di lingkungan Kementerian Keuangan, sehingga sering kali membutuhkan waktu untuk mengirimkan berkas permohonan informasi di daerah ke PPID yang ada di kantor pusat.

Rekomendasi dan rencana tindak lanjut peningkatan kualitas pelayanan informasi bagi PPID di lingkungan Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan SOP pelimpahan permohonan informasi kepada PPID yang terkait di lingkungan Kementerian Keuangan.

2. Merevisi PMK Nomor 132/PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi Publik Di Lingkungan Kementerian Keuangan dengan menambahkan:a. Pengaturan mengenai pelimpahan beberapa

wewenang PPID unit eselon I kepada pejabat kantor vertikal.

b. Pengaturan mengenai pemohon informasi melalui mekanisme PPID sepanjang permintaan informasi tersebut sesuai dengan Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 UU KIP.

Some constraints faced by the Information and Documentation Management O"cials at the Finance Ministry are as follow:

1. Some units have no special unit yet that handle public relations and information service so that the focus on providing information service is not optimal.

2. Not all employees of the Finance Ministry understand yet the content of Law on Public Information Openness and its implication so that the obligations of the public body have not been well executed.

3. Ununiformed characteristic of the vertical units so that it is di"cult to fu!ll information requests of which the time if limited.

4. Lack of understanding of information applicants at the regional areas on the Information and Documentation Management O"cials at the Finance Ministry so that it frequently requires time to send the information request !les from the regional areas to the Information and Documentation Management O"cials at the head o"ce.

Recommendations and follow up plans to increase information service quality for Information and Documentation Management O"cials at the Finance Ministry include:

1. Preparation of SOP on information requests delegation to related Information and Documentation Management O"cials at the Finance Ministry.

2. Revision of Regulation of the Finance Minister 132/PMK.01/2012 on Guidance of Public Information Service at the Finance Ministry by adding:a. Regulation on delegating some authorities

from echelon I unit Information and Documentation Management O"cials to vertical o"ce o"cials.

b. Regulation on information applicants through a mechanism of the Information and Documentation Management O"cials as long as the information requests are pursuant to Articles 9, 10, and 11 of Law on Public Information Openness.

Page 309: FA LTKK 2012.indb

308Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3. Development of an integrated information service administration system.

4. Perception uniformity to recapitulate all information requests to the public entity. If the information is already available in the system and can be provided at that time, no form will be required. In the event no information is available and/or a consideration is required, the procedure must use a form and follow the existing SOP.

3. Pembangunan sistem administrasi layanan informasi terintegrasi.

4. Penyeragaman persepsi untuk rekapitulasi seluruh permohonan informasi yang masuk ke Badan Publik. Jika informasi sudah tersedia di dalam sistem dan dapat disediakan saat itu juga, maka tidak perlu menggunakan form dsb. Dalam hal informasi belum tersedia dan/atau butuh pertimbangan maka perlu menggunakan formulir dan mengikuti SOP yang ada.

Page 310: FA LTKK 2012.indb

309Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan

Chapter 05 | Governance

Page 311: FA LTKK 2012.indb

Congklak/ DakonPermainan congklak menggunakan sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil. Dalam permainan ini kita diharuskan untuk cermat, teliti dan berstrategi untuk memenangkan permainan ini, nilai lainnya adalah kejujuran dalam menjalankan biji yang ada digenggaman tangannya.

In the game, a type of clam shells are used as seed congklak and if not there, sometimes also used seeds from plants and small stones.In this game we are required to carefully, thoroughly and strategizing to win this game, the other is the value of honesty in running the existing seed in hands.

Page 312: FA LTKK 2012.indb

Congklak/ DakonPermainan congklak menggunakan sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil. Dalam permainan ini kita diharuskan untuk cermat, teliti dan berstrategi untuk memenangkan permainan ini, nilai lainnya adalah kejujuran dalam menjalankan biji yang ada digenggaman tangannya.

In the game, a type of clam shells are used as seed congklak and if not there, sometimes also used seeds from plants and small stones.In this game we are required to carefully, thoroughly and strategizing to win this game, the other is the value of honesty in running the existing seed in hands.

Page 313: FA LTKK 2012.indb

2012

Laporan TahunanKementerian Keuangan

Audited

Bagian Anggaran 015

Tahun Anggaran

Page 314: FA LTKK 2012.indb

2012

Laporan TahunanKementerian Keuangan

Audited

Bagian Anggaran 015

Tahun Anggaran

Page 315: FA LTKK 2012.indb

314Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Page 316: FA LTKK 2012.indb

315

Page 317: FA LTKK 2012.indb

316Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Page 318: FA LTKK 2012.indb

317

Page 319: FA LTKK 2012.indb

318Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Laporan Keuangan Bagian Anggaran 015 (BA 015) Kementerian Keuangan yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2012 sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Jakarta, Mei 2013 Plt. Menteri Keuangan,

M. Hatta Rajasa

Pernyataan Tanggung Jawab

Page 320: FA LTKK 2012.indb

319

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.

Kementerian Keuangan adalah salah satu entitas pelaporan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Keuangan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat serta Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Informasi yang disajikan di dalamnya telah disusun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Laporan Keuangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para pemakai laporan, khususnya sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada Kementerian Keuangan. Disamping itu laporan keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Jakarta, Mei 2013 Sekretaris Jenderal,

Kiagus Ahmad Badaruddin NIP 195703291978031001

Kata Pengantar

Page 321: FA LTKK 2012.indb

320Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Page 322: FA LTKK 2012.indb

321

Ringkasan

Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola ! skal, dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2012 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara Anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2012.Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2012 sebesar Rp982.829.932.056.170,00 atau 96,60 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp1.017.371.947.232.192,00. Jumlah tersebut terdiri dari Penerimaan Pajak sebesar Rp980.470.822.097.887,00 atau mencapai 96,48 persen dari pagu anggarannya dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp2.359.109.958.283,00 atau mencapai 207,92 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan.

Realisasi Belanja Negara termasuk Imbalan Bunga pada TA 2012 sebesar Rp16.325.448.043.171,00 atau mencapai 93,81 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.199.881.727.924,00 (termasuk didalamnya realisasi belanja Imbalan Bunga yang tidak tersedia pagu anggarannya dalam DIPA sebesar Rp615.634.747.251,00) atau 94,09 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp125.566.315.247,00 atau 67,87 persen dari anggarannya. Adapun realisasi Belanja Negara tanpa Imbalan Bunga pada TA 2012 adalah sebesar Rp15.709.813.295.920,00 atau mencapai 90,28 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp15.584.246.980.673,00 atau 90,52 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp125.566.315.247,00 atau 67,87 persen dari anggarannya.

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan TA 2011 dapat disajikan sebagai berikut:

Page 323: FA LTKK 2012.indb

322Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Uraian Description AnggaranBudget

RealisasiRealization

Persentase (%) Realisasi Terhadap Anggaran

Percentage (%) Realization to Budget

RealisasiRealization

TA 2012 Fiscal Year 2012 TA 2011 Fiscal Year 2011

Pendapatan Negara dan Hibah KASGovernment Revenues and Cash Grant

PNBP Non Tax Revenues

PNBP Non Tax Revenues

Hibah Grant

Penerimaan Perpajakan Tax Revenues

Pendapatan Negara dan Hibah Transaksi NON KasState Income and Non Cash Transaction Grant

Jumlah Pendapatan dan HibahTotal Revenues and Grant

Penerimaan Perpajakan Tax Revenues

Belanja Transaksi KAS Cash Transaction Expenditure

Belanja Rupiah Murni Pure Rupiah Expenditures

Belanja PHLN

Belanja Transaksi Non KAS Non cash Transaction Expenditures

Belanja Barang Non KAS Non cash Goods Expenditures

Jumlah Belanja Total Expenditures

1.017.371.947.232.192

1.016.237.341.511.000

1.134.605.721.192

0

0

0

0

1.017.371.947.232.192

17.402.097.003.000

17.217.079.527.000

185.017.476.000

0

0

17.402.097.003.000

982.829.932.056.170

980.470.822.097.887

2.359.109.958.283

0

0

0

0

982.829.932.056.170

16.325.448.043.171

16.199.881.727.924

125.566.315.247

0

0

16.325.448.043.171

96,60

96,48

207,92

0

0

0

0

96,60

93,81

94,09

67,87

0

0

93,81

875.490.823.295.438

873.721.483.886.873

1.769.339.408.565

0

0

0

0

875.490.823.295.438

16.096.296.744.832

15.986.719.279.081

109.577.465.751

4.036.475.457

4.036.475.457

16.100.333.220.289

2. NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada 31 Desember 2012 dan 2011.

Nilai Aset adalah sebesar Rp93.150.323.894.383,00 yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp53.004.852.749.265,00, Aset Tetap sebesar Rp39.244.462.867.245,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp170.783.795,00, dan Aset Lainnya sebesar Rp900.837.494.078,00.

Nilai Kewajiban adalah sebesar Rp814.697.948.478,00 yang terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp814.697.948.478,00 dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp0,00.

Sementara itu, nilai Ekuitas Dana adalah sebesar Rp92.335.625.945.905,00 yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp52.190.154.800.787,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp40.145.471.145.118,00.

Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan 2011 dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 1Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

Page 324: FA LTKK 2012.indb

323

3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.

Uraian Description31 Desember 2012

(Rp)31 Desember 2011

(Rp)Rp %

Tanggal NeracaBalance Date

Kenaikan/ PenurunanIncrease/Decrease

Piutang Jangka Panjang Long-term Receivable

Kewajiban Jangka Panjang Long-term Liabilities

Jumlah Kewajiban Total Liabilities

Aset Lainnya Other Assets

Aset Tetap Fixed Assets

Aset Lancar Current Assets

Aset Assets

Jumlah Aset Total Assets

Kewajiban Liabilities

Ekuitas Dana Equity Fund

Kewajiban Jangka Pendek Short-term liabilities

Ekuitas Dana Lancar Current Equity Fund

Ekuitas Dana Investasi Investment Equity Fund

Jumlah Ekuitas Dana Total Equity Fund

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Total Liabilities and Equity

53.004.852.749.265

39.244.462.867.245

170.783.795

900.837.494.078

93.150.323.894.383

814.697.948.478

0

814.697.948.478

52.190.154.800.787

40.145.471.145.118

92.335.625.945.905

93.150.323.894.383

62.816.187.789.195

37.713.845.000.870

0

801.376.507.540

101.349.409.297.605

806.982.593.139

0

806.982.593.139

62.084.362.174.070

38.458.064.530.396

100.542.426.704.466

101.349.409.297.605

(9.811.335.039.930)

170.783.795

(8.199.085.403.222)

7.715.355.339

0

7.715.355.339

(15,62)

4,01

0,00

12,41

(8,09)

0,96

0,00

0,96

(15,94)

4,39

(8,16)

(8,09)

1.512.617.866.375

99.460.986.538

(9.894.207.373.283)

1.687.406.614.722

-8.206.800.758.561

-8.199.085.403.222

Tabel 2Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan 2011

Page 325: FA LTKK 2012.indb

324Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

I. Laporan Realisasi Anggaran

KEMENTERIAN KEUANGANLAPORAN REALISASI ANGGARAN

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011

TA 2011

Anggaran Realisasi%

Realisasi Anggaran

Realisasi

TA 2012

Catatan Uraian

B.1

B.1.1.1 1.016.237.341.511.000 980.470.822.097.887 96,48 873.721.483.886.873

B.1.1.1.2 47.944.100.000.000 49.615.591.991.698 103,49 53.995.099.481.079

B.1.1.2.1 355.648.561.192 856.424.264.729 240,81 647.774.605.376

B.1.2 - - - -

B.2

B.2.2 7.127.781.800.025 6.097.847.421.003 85,54 5.277.837.278.247

B.2.4 0 615.634.747.251 0,00 1.247.399.871.387

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

a.

ii. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

i. Pendapatan PNBP Lainnya

2.

B. BELANJA

2.

4.

Penerimaan Perpajakan

Pembayaran Bunga Utang

HIBAH

Belanja Barang

B.1.1 1.017.371.947.232.190 982.829.932.056.170 96,60 875.490.823.295.4381. PENERIMAAN DALAM NEGERI

B.1.1.1.1 968.293.241.511.000 930.855.230.106.189 96,13 819.726.384.405.794i. Pendapatan Pajak Dalam Negeri

B.1.1.2 1.134.605.721.192 2.359.109.958.283 207,92 1.769.339.408.565b. Penerimaan Negara Bukan Pajak

B.1.1.2.2 778.957.160.000 1.502.685.693.554 192,91 1.121.564.803.189ii. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

1.017.371.947.232.190 982.829.932.056.170 96,60 875.490.823.295.438JUMLAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

B.2.1 8.375.082.920.608 7.976.346.217.823 95,25 7.490.514.041.0941. Belanja Pegawai

B.2.3 1.899.232.282.367 1.635.619.657.094 86,12 2.084.582.029.5613. Belanja Modal

17.402.097.003.000 16.325.448.043.171 93.79 16.100.333.220.289JUMLAH BELANJA

Page 326: FA LTKK 2012.indb

325

II. Neraca

KEMENTERIAN KEUANGANNERACA

PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011

NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBER 2012 31 DESEMBER 2011

Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di Bendahara Penerimaan

ASET

ASET LANCAR

Kas Lainnya dan Setara Kas

Kas pada Badan Layanan Umum

Belanja Dibayar Dimuka (prepaid)

Uang muka belanja (prepayment)

Piutang Perpajakan

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Perpajakan

Piutang Perpajakan (Netto)

Piutang Bukan Pajak

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak

Piutang Bukan Pajak (Netto)

Bagihan Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan Ganti Rugi

Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto)

Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU

Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (Netto)

Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU

Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (Netto)

Persediaan

Persediaan Badan Layanan Umum

JUMLAH ASET LANCAR

Tanah

ASET TETAP

Tanah Badan Layanan Umum

Peralatan dan Mesin

Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum

Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan Badan Layanan Umum

C.1

C.1.1

C.1.2

C.1.3

C.1.4

C.1.5

C.1.6

C.1.7

C.1.8

C.1.9

C.1.10

C.1.11

C.1.12

C.1.13

C.1.14

C.1.15

C.1.16

C.1.17

C.1.18

8.796.459.747

6.659.080.618

20.739.677.126

3.641.157.122.268

23.212.842.494

3.723.250.772

93.468.526.344.200

(44.550.942.630.944)

48.917.583.713.256

96.450.818.001

(51.808.973.643)

44.641.844.358

9.625.650.721

(9.414.674.698)

210.976.023

20.520.519.164

(112.142.971)

20.408.376.193

32.766.356.150

(633.092.250)

32.133.263.900

284.672.873.440

913.269.070

53.004.852.749.265

1.439.660.756

3.060.880.248

8.115.195.871

2.168.961.124.597

10.002.522.352

16.924.326.150

108.063.462.383.641

(47.817.309.090.339)

60.246.153.293.302

85.849.145.052

(44.869.379.520)

40.979.765.532

9.874.029.786

(9.478.786.128)

395.243.658

14.938.119.944

(95.448.100)

14.842.671.844

22.027.746.408

(553.181.649)

21.474.564.759

282.731.013.941

1.107.526.185

62.816.187.789.195

C.2

C.2.1 17.296.534.823.816 17.210.633.268.536

C.2.2 545.192.062.827 545.192.062.827

C.2.3 8.849.450.471.389 8.021.195.465.644

C.2.4 51.293.956.632 43.188.928.397

C.2.5 11.211.918.159.435 10.635.543.677.167

C.2.6 196.710.647.484 194.255.849.179

Page 327: FA LTKK 2012.indb

326Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

CATATAN 31 DESEMBER 2012 31 DESEMBER 2011

PIUTANG JANGKA PANJANG

Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto)

JUMLAH PIUTANG JANGKA PANJANG

ASET LAINNYA

Aset Tak Berwujud

Aset Tak Berwujud- Badan Layanan Umum

Aset Lain-lain

Aset Lain-lain-Badan Layanan Umum

JUMLAH ASET LAINNYA

JUMLAH ASET

NAMA PERKIRAAN

KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Utang kepada Pihak Ketiga

Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan

Pendapatan Diterima Dimuka

Uang Muka

Uang Muka dari KPPN

Pendapatan Yang Ditangguhkan

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

JUMLAH KEWAJIBAN

EKUITAS DANA

EKUITAS DANA LANCAR

Cadangan Piutang

Cadangan Persediaan

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek

Keuntungan/Kerugian yang belum terealisasi

Dana Lancar BLU

Barang/Jasa yang Harus Diterima

Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan

JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR

C.3

C.3.1

C.3.2

C.4

C.4.1

C.4.2

C.4.3

C.4.4

C.5

C.5.1

C.5.2

C.5.3

C.5.4

C.5.5

C.5.6

C.6

C.6.1

C.6.2

C.6.3

C.6.4

C.6.5

C.6.6

C.6.7

171.642.005

(858.210)

170.783.795

170.783.795

518.108.669.309

3.177.745.040

379.512.337.729

38.742.000

900.837.494.078

93.150.323.894.383

39.060.216.445

753.033.696.543

4.367.814.771

8.796.376.249

9.439.844.470

814.697.948.478

814.697.948.478

49.016.779.361.599

285.586.142.510

(774.134.999.714)

83.498

3.641.157.122.268

25.134.905.397

(4.367.814.771)

52.190.154.800.787

26.443.698

(132.218)

26.311.480

26.311.480

474.893.975.396

2.898.446.790

248.393.281.860

75.164.492.014

801.350.196.060

101.349.409.297.605

17.174.929.541

704.320.653.776

1.583.445.635

4.155.000

1.435.505.756

82.463.903.431

806.982.593.039

806.982.593.039

60.326.557.849.853

283.838.540.126

(717.825.069.672)

0

2.168.961.124.597

24.214.537.744

(1.384.808.578)

62.084.362.174.170

Jalan. Irigasi dan Jaringan

Jalan.Irigasi. dan Jaringan Badan Layanan Umum

Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum

Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan Badan Layanan Umum

JUMLAH ASET TETAP

C.2.7 348.573.649.280 332.477.687.395

C.2.8 18.437.121.332 18.437.121.332

C.2.9 26.339.299.995 21.169.879.443

C.2.10 11.807.907.831 11.467.292.040

C.2.11 677.317.480.494 698.283.768.910

C.2.12 10.887.286.730 0

39.244.462.867.245 37.731.845.000.870

Page 328: FA LTKK 2012.indb

327

A. PENJELASAN UMUM

A.1. DASAR HUKUM1. UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud

dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan;

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (1) menetapkan bahwa

Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir;

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 55 ayat (4)menetapkan bahwa Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa Pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan;

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menetapkan bahwa Laporan Keuangan (Audited) disusun berdasarkan Laporan Keuangan (Unaudited) yang telah dikoreksi atau disesuaikan menurut hasil pemeriksaan BPK;

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pungutan Ekspor atas Barang

Ekspor Tertentu;10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang

Negara/Daerah;11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah

No. 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;14. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 49 Tahun 1991 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai, dan Pungutan-Pungutan Lainnya terhadap Pelaksanaan Kuasa dan Ijin Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik;

15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

16. Instruksi Presiden RI No. 12 tahun 1975 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara yang berasal dari

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

EKUITAS DANA INVESTASI

Diinvestasikan Dalam Aset Tetap

Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya

JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI

JUMLAH EKUITAS DANA

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

C.7

C.7.1

C.7.2

39.244.462.867.245

901.008.277.873

40.145.471.145.118

92.335.625.945.905

93.150.323.894.383

37.731.845.000.870

726.219.529.526

38.458.064.530.396

100.542.426.704.566

101.349.409.297.605

CATATAN 31 DESEMBER 2012 31 DESEMBER 2011NAMA PERKIRAAN

Dasar Hukum

Page 329: FA LTKK 2012.indb

328Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

pelaksanaan Kontrak Karya, Kontrak Production Sharing dan kegiatan Pertamina sendiri;17. Peraturan Menteri Keuangan No. 64/PMK.02/2005 tentang Tata Cara Pembayaran Kembali PPN dan PPnBM

Atas Perolehan BKP dan atau JKP yang Digunakan Oleh BU atau BUT Dalam Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi;

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.010/2005 tentang Penetapan Tarif Pungutan Ekspor atas Batubara;

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.05/2007tentang Modul Penerimaan Negara;20. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening

Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja;21. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening

Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja;22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar;23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.05/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan,

Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara;24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.05/2007 tentang Kode!kasi Barang Milik Negara;25. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/KM.05/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara;26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat sebagaimana terakhirdiubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011;

27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/PMK.011/2008 tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.02/2005 tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu dan Besaran Tarif Pungutan Ekspor;

28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;

29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.03/2008 tanggal 4 November 2008 tentang Mekanisme Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah dan Penghitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik;

30. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara dalam Rangka Ekspor, Penerimaan atas Barang Kena Cukai, dan Penerimaan Negara yang berasal dari Pengenaan Denda Administrasi atas Pengangkutan Barang Tertentu;

31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2009 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja pada Kategori Usaha Tertentu;

32. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.05/2009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;

33. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;

34. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih;

35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Dana Operasional Khusus Pengamanan Penerimaan Negara;

36. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah;37. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 236/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pelaksanaan dan

Pertanggungjawaban Atas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah;38. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.05/2012 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi

dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga;39. Keputusan Menteri Keuangan No.766/KMK.04/1992 tentang Tatacara Penghitungan, Penyetoran, dan

Pelaporan Bagian Pemerintah, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pungutan-Pungutan Lainnya atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik;

40. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-07/PB/2005 tentang Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran;

41. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-38/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;

Page 330: FA LTKK 2012.indb

329

42. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-40/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan;

43. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-48/PB/2006 tentang SP3;44. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-67/PB/2006 tentang Tata Cara Pembukaan dan

Pengesahan atas Realisasi Hibah Luar Negeri Pemerintah yang Dilaksanakan Secara Langsung;45. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-69/PB/2006 tentang Pedoman Koreksi Kesalahan

Laporan Keuangan;46. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-78/PB/2006 tentang Penatausahaan Penerimaan

Negara Melalui Modul Penerimaan Negara;47. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-02/PB/2007 tentang Pedoman Penatausahaan

dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak;48. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian

Laporan Keuangan Badan Layanan Umum ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga;49. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-08/PB/2009 tentang Penambahan dan Perubahan

BAS;50. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-62/PB/2009 Tahun 2009 tentang Tata Cara

Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan;51. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan

Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga;52. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-90/PB/2011 tentang Rekonsilias Data Transaksi

Penerimaan Negara pada Sistem Modul Penerimaan Negara;53. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-58/BC/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang

di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai;54. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak

dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak;55. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan

Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.

A.2. KEBIJAKAN TEKNIS KEMENTERIAN KEUANGAN

A.2.1. Visi Kementerian KeuanganVisi Kementerian Keuangan adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang dipercaya dan akuntabel untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.

Dari visi yang ditetapkan tersebut, yang dimaksud dengan pengelola keuangan dan kekayaan negara adalah Kementerian Keuangan sebagai lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun dan mengalokasikan keuangan negara dan kekayaan negara. Dipercaya adalah semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan negara, belanja negara, dan pembiayaan de!sit anggaran dilakukan melalui mekanisme APBN. Akuntabel adalah pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang mengacu pada praktik terbaik internasional yang berlandaskan asas profesionalitas, proporsionalitas, dan keterbukaan.

A.2.2. Misi Kementerian KeuanganUntuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan, maka Kementerian Keuangan memiliki misi:

1. Misi !skal adalah mengembangkan kebijakan !skal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati (prudent), dan bertanggungjawab;

2. Misikekayaan negara adalah mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, e!sien, dan bertanggungjawab;

3. Misi pasar modal dan lembaga keuangan adalah mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non-bank sebagai penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global;

4. Misi penguatan kelembagaan adalah:

Kebijakan Teknis Kementerian Keuangan

Page 331: FA LTKK 2012.indb

330Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

• Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat;

• Membangun dan mengembangkan SDM yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung jawab;

• Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya.

A.2.3. Tujuan Kementerian KeuanganGuna mengaktualisasikan visi dan misi tersebut, maka Kementerian Keuangan menetapkan tujuan pencapaian organisasi sebagai berikut:

A.2.4. Sasaran Strategis

a. asaran strategis dalam tema pendapatan negara adalah:1. Tingkat pendapatan yang optimal;

Tingkat pendapatan yang optimal adalah tingkat pencapaian penerimaandalam negeri yang sesuai dengan target sebagaimana tercantum dalam APBN atau APBN- P.

2. Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi dan citra yang meningkat yang didukung oleh tingkat pelayanan yang handal;Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi diukur berdasarkan hasil survey kepuasan stakeholder oleh lembaga independen. Hasil survey yang positif akan meningkatkan citra Kementerian Keuangan dimata stakeholder.

3. Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai yang tinggi.Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai terhadap peraturan perundang-undangan yang pada akhirnya menunjukkan potensi pendapatan pajak, kepabeanan, dan cukai.

b. Sasaran strategis dalam tema belanja negara:1. Alokasi belanja negara yang tepat sasaran, tepat waktu, efektif, e! sien, dan akuntabel;

. Alokasi belanja negara yang tepat sasaran adalah alokasi anggaran yang dapat mencapai kinerja program dan kegiatan kementerian negara/lembaga yang telah ditetapkan dalam APBN;

. Alokasi belanja negara yang tepat waktu adalah pengesahan DIPA yang dapat diselesaikan sesuai jadwal yang ditetapkan;

. Alokasi belanja negara yang e! sien adalah penuangan anggaran pada DIPA yang dapat digunakan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tujuan 2

Tujuan 3

Tujuan 1 Meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan keadilan masyarakat;

Meningkatkan efektivitas dan e!siensi pengelolaan belanja negara untuk mendukung penyelenggaraan tugas K/L dan pelaksanaan desentralisasi !skal;

Tujuan 4

Tujuan 5

Tujuan 6

Pengelolaan perbendaharaan negara yang profesional dan akuntabel serta mengedepankan kepuasan stakeholders atas kinerja perbendaharaan negara;

Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal serta menjadikan nilai kekayaan negara sebagai acuan dalam berbagai keperluan;

Membangun otoritas pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global.

Mewujudkan kapasitas pembiayaan yang mampu memberikan daya dukung bagi kesinambungan !skal;

Page 332: FA LTKK 2012.indb

331

untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan;. Alokasi belanja negara yang akuntabel adalah alokasi belanja negara yang proporsional sesuai

dengan prioritas rencana kerja pemerintah dan dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya.

2. Tata kelola yang yang tertib, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan belanja negara;. Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan belanja negara sesuai dengan sistem dan prosedur yang

telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;. Tata kelola yang transparan dan akuntabel adalah pengelolaan belanja Negara yang dilakukan

secara terbuka sehingga proses pengelolaannya dapat diketahui oleh stakeholder dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Peningkatan efektivitas dan e!siensi pengelolaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah;Perimbangan keuangan adalah pelaksanaan kebijakan hubungan keuangan Pusat dan daerah yang dapat menjamin keseimbangan keuangan terkait dengan besarnya beban, tanggung jawab, dan kewenangan yang dimiliki oleh pusat maupun daerah sesuai dengan norma dan standar yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

4. Terciptanya tata kelola yang tertib sesuai peraturan perundang-undangan, transparan, kredibel, akuntabel, dan profesional dalam pelaksanaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah. . Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan transfer ke daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan;. Transparan adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat diakses oleh seluruh stakeholder;. Akuntabel adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat dipertanggungjawabkan.

c. Sasaran strategis dalam tema pembiayaan APBN adalah:1. Terpenuhinya pembiayaan APBN melalui utang secara tepat waktu, cukup, dan e!sien;

Memenuhi target pembiayaan APBN melalui utang yang bersumber dari dalam negeri dan luar negeri, dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan Pinjaman, dengan mempertimbangkan biaya dan risiko untuk mendukung kesinambungan !skal.

2. Terciptanya kepercayaan para pemangku kepentingan (investor, kreditor, dan pelaku pasar lainnya) terhadap pengelolaan utang yang transparan, akuntabel, dan kredibel;Tersedianya informasi terkait pengelolaan utang kepada publik secara transparan dan akurat, dan terjaganya kredibilitas pengelolaan utang dengan melakukan pembayaran kewajiban secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran.

3. Terciptanya struktur portofolio utang yang optimal;Mengoptimalkan struktur jatuh tempo SBN dengan memperhatikan jenis, tingkat bunga dan tenor, serta kondisi pasar keuangan.

4. Terciptanya pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid.Mengembangkan pasar SBN dengan menyediakan alternatif instrumen SBN yang variatif serta meningkatkan sebaran investor.

d. Sasaran strategis dalam temaperbendaharaan negara adalah:1. E!siensi dan akurasi pelaksanaan belanja negara;

Penyaluran belanja negara untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan secara akurat dan tepat waktu berarti pelaksanaan penyaluran belanja dilakukan sesuai dengan norma waktu yang ditetapkan.

2. Optimalisasi pengelolaan kas;Optimalisasi pengelolaan kas negara meliputi perencanaan kas, pengendalian kas, dan pemanfaatan idle kas yang dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan kas dalam jumlah yang cukup.Optimalisasi pengelolaan kas negara adalah dalam rangka mewujudkan e!siensi pengelolaan kas dengan mengedepankan prinsip ”meminimumkan biaya” dan ”memaksimalkan manfaat” bila terjadi

Page 333: FA LTKK 2012.indb

332Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

kekurangan kas (cash mismatch) atau pemanfaatan kelebihan kas (idle cash).3 Optimalisasi tingkat pengembalian dana di bidang investasi dan pembiayaan lainnya;

Salah satu bagian dari pengembalian dana dibidang investasi dan pembiayaan lainnya adalah pengembalian penerusan pinjaman. Dana penerusan pinjaman tersebut harus dioptimalkan pengembalian dan penyetorannya kembali ke APBN sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan pengembalian dana tersebut mempunyai kontribusi dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri dan penerimaan de!sit APBN.

4. Peningkatan pelayanan masyarakat melalui penyempurnaan pengelolaan BLU;Melalui penyempurnaan regulasi terkait dengan pengelolaan BLU, peningkatan penilaian kinerja satker BLU serta pembinaan yang berkelanjutan, diharapkan satker yang menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU akan dapat melaksanakan fungsinya secara lebih efektif dan e!sien. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja keuangan pada satker BLU, sehingga selanjutnya akan dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.

5. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara;Salah satu kebijakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah melalui penerapan akuntansi pemerintah modern sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Sampai dengan saat ini LKPP yang telah disusun masih berdasarkan basis Kas Menuju Akrual. Selanjutnya, secara bertahap LKPP akan disusun berdasarkan akrual basis sehingga diharapkan akan terwujud peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara serta peningkatan opini BPK (dari Disclaimer menjadi Wajar Tanpa Pengecualian) melalui LKPP yang lebih berkualitas.

6. Terciptanya sistem perbendaharaan negara yang modern, handal, dan terpadu. Untuk menciptakan sistem perbendaharaan negara yang modern, handal, dan terpadu mulai tahun anggaran 2009 telah dilaksanakan proyek penyempurnaan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang dikenal dengan Proyek Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN).

e. Sasaran strategis dalam temakekayaan negara adalah:1. Terlaksananya perencanaan kebutuhan barang milik negara yang optimal;

Mengoordinasikan pemberian data dan informasi keberadaan asset idle kementerian dan lembaga dalam rangka perencanaan pengadaan belanja modal dari kementerian dan lembaga serta penghematan penggunaan anggaran dengan mengoptimalkan BMN idle yang ada di kementerian dan lembaga.

2. Terlaksananya penatausahaan kekayaan negara yang handal dan akuntabel;Penatausahaan kekayaan negara yang handal dan akuntabel adalah tercatatnya seluruh kekayaan negara/BMN dalam daftar barang baik di kementerian dan lembaga sebagai pengguna dan di Kementerian Keuangan sebagai pengelola.

3 Terwujudnya pemanfaatan BMN berdasarkan prinsip thehighest and best use;Pemanfaatan BMN adalah upaya penggunaan secara maksimal seluruh BMN untuk mendukung penyelenggaraan tupoksi penyelenggaraan negara.

4. Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan pengelolaan kekayaan negara;Pelayanan pengelolaan kekayaan negara meliputi pelayanan permohonan penetapan status pemanfaatan, penggunaan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik negara.

5. Terwujudnya database nilai kekayaan negara yang kredibel.Mendapatkan, mengumpulkan, dan mengolah data kekayaan negara sehingga menjadi informasi eksekutif yang utuh, tepat waktu, akurat, dan dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan bagi pimpinan Kementerian Keuangan.

f. Sasaran strategis dalam temapasar modal dan lembaga keuangan non bank adalah:1. Terwujudnya regulator bidang pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional;2. Terwujudnya pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai sumber pendanaan yang mudah

diakses, e!sien, dan kompetitif;3. Terwujudnya pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai sarana investasi yang menarik dan

kondusif dan sarana pengelolaan risiko yang handal;

Page 334: FA LTKK 2012.indb

333

4. Terwujudnya industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang stabil, resilience,dan liquid;5. Tersedianya kerangka regulasi yang menjamin adanya kepastian hukum, keadilan dan keterbukaan

(fairness and transparency);6. Tersedianya infrastruktur pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang kredibel, dapat

diandalkan, dan berstandar internasional.

g. Sasaran strategis pembelajaran dan pertumbuhan dalam menunjang pencapaian tujuan strategis 6 tema pokok adalah:1. Terwujudnya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi;

Sistem rekrutmen yang kredibel dan pengembangan SDM yang tertata dan berkelanjutan diharapkan menghasilkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi dalam mengelola keuangan negara.

2. Terwujudnya organisasi yang handal dan modern;Pengembangan organisasi dilakukan berdasarkan fungsi masing-masing unit organisasi dan SOP yang dimiliki, yaitu:. Fungsi unit organisasi merupakan fungsi yang telah disusun berdasarkan keputusan menteri

keuangan;. SOP (Standar Operating Procedure) adalah standar yang dijadikan panduan bagaimana suatu kegiatan

dilaksanakan sehingga akan memberikan kepastian mengenai apa yang harus dilaksanakan, waktu penyelesaian, dan biaya (bila ada biaya). SOP yang disusun harus memenuhi prinsip e!siensi.

3. Terwujudnya good governance;Good governance adalah terciptanya tata kelola pemerintahan dalam menerapkan prinsip good governance (transparansi, akuntabilitas, responsiveness, responsibilitas, efektivitas, dan e!sien).

4. Terwujudnya dan termanfaatkannya TIK yang terintegrasi;Sistem informasi/aplikasi yang ada di seluruh lingkungan Kementerian Keuangan diupayakan terintegrasi didukung dengan kualitas layanan infrastruktur yang prima.

5. Tercapainya akuntabilitas laporan keuangan.Sasaran strategis ini terkait dengan product/service yang dihasilkan oleh Inspektorat Jenderal yang difokuskan pada hasil pengawasan yang dapat memberikan nilai tambah bagi kinerja Kementerian Keuangan melalui asistensi, monitoring, dan review penyusunan laporan keuangan pada unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan dan Laporan Keuangan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

A.2.5. Program dan Kegiatan Kementerian Keuangan

Berdasarkan visi, misi, tujuan,dan sasaranstrategis yang telah ditetapkan, dengan mengacu kepada RPJM Nasional 2010–2014, Kementerian Keuangan menetapkan 12 (dua belas) program.

A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Page 335: FA LTKK 2012.indb

334Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA2012merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sstem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.

Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2012 ini merupakan laporan konsolidasi dari seluruh jenjang struktural di bawah Kementerian Keuangan seperti eselon I,wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas anggaran yang diberikan.

Kementerian Keuangan TA2012ini memperoleh anggaran yang berasal dari APBN-P sebesar Rp17.402.097.003.000,00 meliputi:

• Satuan kerja kantor pusat (KP)termasuk2 satker BLU PIP dan LPDPsebesar Rp11.400.433.554.000• Satuan kerjakantor daerah (KD)termasuk 1 satker BLU STANsebesar Rp6.001.663.449.000.

Dari total anggaran diatas,rincian anggaran satuan kerja BLU adalah sebagai berikut:

Jumlah satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan adalah 1.073satker termasuk 3satker BLU . Dari jumlah

PROGRAMKODE ANGGARAN REALISASI %

Program Dukungan dan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan

101

103

104

106

107

108

109

110

111

112

113

114

6.787.055.145.000

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan

Program Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank

Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Program Pengelolaan Kekayaan Negara Pengurusan Piutang Negara danPelayanan Lelang

Program Pengelolaan Anggaran Negara

Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara

Program Perumusan Kebijakan Fiskal

Program Pengamanan dan Pengamanan Penerimaan Pajak

Program Pengawasan Pelayanan dan Penerimaan di Bidang Kepabean dan Cukai

Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang

JUMLAH

Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Keuangan

94.741.699.000

421.882.973.000

361.099.484.000

139.374.773.000

117.463.308.000

1.534.467.641.000

601.260.888.000

145.989.695.000

4.997.443.575.000

2.130.567.822.000

70.750.000.000

17.402.097.003.000

6.048.322.601.993

88.443.110.197

395.209.374.815

183.322.470.015

125.576.715.215

112.558.982.775

1.413.946.938.378

553.136.540.358

131.400.076.992

5.222.442.377.430

1.983.136.295.944

67.952.559.059

16.325.448.043.171

89,12

93,35

93,68

50,77

90,10

95,82

92,15

92,00

90,01

104,50

93,08

96,05

93,81

REALISASI DIPA PER PROGRAMKEMENTERIAN KEUANGANTAHUN ANGGARAN 2012

Pendekatan Penyusunan Laporan

Keuangan

Page 336: FA LTKK 2012.indb

335

tersebut,yang menyampaikan laporan keuangan dan dikonsolidasikan sejumlah 1.073 satker (100%). Rincian satuan kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel3 berikut.

Selain memperoleh dana dari DIPA BA 015Kementerian Keuangan juga mengelola dana yang berasal dari

BA 999.07(BelanjaSubsidi)sebesar Rp316.194.201.433.000,00dan dari BA 999.08 (Belanja Lain-Lain) sebesar Rp45.229.003.000,00.

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.

A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI

Jumlah SatkerTahunAnggaran APBN

Jenis Sumber Dana

BLU

83.471.637.000

70.238.748.000

53.222.987.000

347.537.304.000

2011

2012

2

3

UraianKodeEselon I

JumlahSatker

Jumlah Jenis Kewenangan

TM

KP KD DK TP

M TMM TMM TMM

01

02

Sekretariat Jenderal

Inspektorat Jenderal

Ditjen Anggaran

Ditjen Pajak

Ditjen Bea dan Cukai

Ditjen Perimbangan Keuangan

Ditjen Pengelolaan Utang

Ditjen Perbendaharaan

Ditjen Kekayaan Negara

Keterangan:M : Menyampaikan LKTM : Tidak Menyampaikan LK

Bapepam-LK

BPPK

BKF

Jumlah

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

10 -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

22

-

-

568

138

-

-

207

87

-

13

-

1035

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

4

6

1

1

4

1

1

7

1

38

32

1

1

572

144

1

1

211

88

1

20

1

1073

Tabel 3Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut Eselon 1

Page 337: FA LTKK 2012.indb

336Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN.

Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN.

Penyusunan dan penyajian LK TA2012telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam penyusunan LKKL telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.

Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK Kementerian Keuangan adalah:

1. Pendapatan;Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.

2. Belanja;Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di lembar muka (face) laporan keuangan menurut klasi!kasi ekonomi/jenis belanja, adapun di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasi!kasi organisasi dan fungsi.

3. Aset.Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.

Aset diklasi!kasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya.

a. Aset Lancar;Aset lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan.

Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.

Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya.

Kebijakan Akuntansi

Pendapatan

Belanja

Aset

AsetLancar

Page 338: FA LTKK 2012.indb

337

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak, Kualitas Piutang Pajak digolongkan menjadi kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.

Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas lancar apabila:a. belum jatuh tempo;b. telah jatuh tempo tetapi belum diberitahukan Surat Paksa; atauc. telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak dan belum

melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut.

Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas kurang lancar apabila:a. telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak tetapi telah

melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut;b. telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus;c. telah diberitahukan Surat Paksa; ataud. telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang Sitaan yang tercantum dalam

Berita Acara Pelaksanaan Sita lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas diragukan apabila:a. telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang Sitaan yang tercantum dalam

Berita Acara Pelaksanaan Sita sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita;

b. sedang diajukan keberatan atau banding;c. Wajib Pajak Non Efektif (NE);d. hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk dihapuskan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan belum diusulkan untuk dihapuskan.

Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas macet apabila:a. hak penagihannya telah daluwarsa; ataub. hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk dihapuskan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan dan telah diusulkan untuk dihapuskan.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-58/BC/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai pasal 11 ayat (3), penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan: a. Jatuh tempo piutang; danb. Upaya penagihan.

Penilai kualitas piutang dilakukan dengan cara mengelompokkan piutang berdasarkan:a. Umur piutang;b. Status debitur;c. Status proses pelimpahan penagihan piutang.

sejak timbulnya piutang sampai dengan akhir periode pelaporan.Kualitas piutang ditetapkan menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Lancar, ditetapkan apabila umur piutang belum lebih dari 1 tahun;2. Kurang lancar, ditetapkan apabila umur piutang lebih dari 1 tahun sampai dengan 2 tahun;3. Diragukan, ditetapkan apabila umur piutang lebih dari 2 tahun sampai dengan 3 tahun;4. Macet, ditetapkan apabila:

a. umur piutang lebih dari 3 tahun;

Page 339: FA LTKK 2012.indb

338Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

b. proses penagihan telah dilimpahkan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL); dan/atau

c. kondisi debitur:I. orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan, dan tidak mempunyai

ahli waris atau ahli waris tidak ditemukan;II. bubar, likuidasi, atau pailit, dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal,

atau pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator, atau kurator tidak dapat ditemukan; dan

III. tidak memiliki harta kekayaan lagi.

Berdasarkan PMK 201/PMK.06/2010,Piutang PNBP dikelompokkan menjadi kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet. Kualitas lancar apabila sejak tanggal terjadinya transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo (diterbitkannya Surat Tagihan Pertama) belum dibayar, piutang lancar disisihkan lima permil dari total piutang. Piutang kurang lancar apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Pertama diterbitkan belum dibayar, piutang kurang lancar disisihkan sepuluh persen dari total piutang. Piutang diragukan apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Kedua diterbitkan belum dibayar, piutang diragukan disisihkan lima puluh persen dari total piutang. Piutang macet apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Ketiga diterbitkan belum dibayar atau piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN, piutang macet disisihkan seratus persen dari total piutang.

Berdasarkan Buletin Teknis 06 tentang Akuntansi Piutang menyatakan bahwa Tagihan Ganti Rugi merupakan piutang yang timbul karena pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada pegawai negeri bukan bendahara, sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas yang menjadi kewajibannya.

Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai bagian lancar TPA/TGR.

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan dicatat di neraca berdasarkanhargapembelian terakhir apabila diperoleh melalui pembelian,hargastandar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, dan harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

b. Investasi

Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Investasi pemerintah diklasi!kasikan kedalam investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam kurun waktu setahun atau kurang, ditujukan dalam rangka manajemen kas, dan berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga yang signi!kan. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari setahun.

Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non permanen dan permanen.

I. Investasi Non PermanenInvestasi non permanen adalah investasi jangka panjang yangtidak termasuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi non permanen sifatnya bukan penyertaan

Investasi

Page 340: FA LTKK 2012.indb

339

modal saham melainkan berupa pinjaman jangka panjang yang dimaksudkan untuk pembiayaan investasi perusahaan negara/ daerah, pemerintah daerah, dan pihak ketiga lainnya, investasi dalam bentuk dana bergulir, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi non permanen lainnya.Investasi Non Permanen meliputi:• Seluruh dana pemerintah yang bersumber dari dana pinjaman luar negeri yang diteruspinjamkan

melalui Subsidiary Loan Agreement (SLA) dan dana dalam negeri dalam bentuk Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD) yang dipinjamkan kepada BUMN/BUMD dan Pemda.

• Seluruh dana pemerintah yang diberikan dalam bentuk Pinjaman Dana Bergulir kepada pengusaha kecil, anggota koperasi, anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), nasabah Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), nasabah Usaha Simpan Pinjam/Tempat Simpan Pinjam (USP/TSP) atau nasabah BPR, dan pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Dana pemerintah yang ditanamkan dalam bentuk surat berharga pada BUMN terjadi dalam rangka penyelamatan perekonomian.

II. Investasi PermanenInvestasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signi!kan dalam jangka panjang. Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal Negara (PMN) pada perusahaan negara, lembaga internasional, dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara. PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang sama dengan atau lebih dari 51 persen disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Hukum Milik Negara (BHMN). PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang kurang dari 51 persen (minoritas) disebut sebagai Non BUMN.

PMN dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan.

Penilaian investasi jangka panjang diprioritaskan menggunakan metode ekuitas. Jika suatu investasi bisa dipastikan akan diperoleh kembali atau terdapat bukti bahwa investasi hendak dilepas, maka digunakan metode nilai bersih yang direalisasikan. Investasi dalam bentuk pinjaman jangka panjang kepada pihak ketiga dan non earning asset atau hanya sebagai bentuk partisipasi dalam suatu organisasi, seperti penyertaan pada lembaga-lembaga keuangan internasional, menggunakan metode biaya.

Investasi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs tengah BI pada tanggal transaksi. Pada setiap tanggal neraca, pos investasi dalam mata uang asing dilaporkan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.

c. Aset Tetap

Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh Pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan pada neraca Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012berdasarkan harga perolehan.

Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu:

a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); dan

b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

Aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2004 disajikan berdasarkan hasil penilaian

Aset Tetap

Page 341: FA LTKK 2012.indb

340Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Terhadap aset tetap per 31 Desember 2004 yang belum dilakukan penilaian disajikan dengan harga perolehan.

Berdasarkan BuletinTeknis 09 tentang akuntansi aset tetap menyatakan bahwa pengakuan aset tetap renovasi yang telah selesai pada akhir periode pelaporan harus segera diserahterimakan kepada satker kuasa pengguna barang. Apabila sampai dengan akhir periode pelaporandokumen sumber penyerahan telah diterbitkan atau aset renovasi belum diserahkan, maka aset tetap renovasi tersebut dieliminasi dari neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporanakan mencatat dan menambahkannya sebagai aset tetap terkait.Aset Tetap Renovasi yang belum selesai pada akhir periode pelaporan maka Aset Tetap Renovasi tersebut dieliminasi dari neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporan akan mencatat dan menambahkannya sebagai Kontruksi Dalam Pengerjaan Aset Tetap terkait.

d. Aset Lainnya

Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, Dana Kelolaan BLU,dan Aset Lain-lain.

TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.

TPA dan TGR yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lainnya.

Selain itu kebijakanmengenaiaset lain diatur dalamPMK Nomor:201/ PMK.06/2010 tanggal 23 November 2010 tentang Kualitas Piutang pada Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih, antara lain:

a. Pasal 5 ayat (1) poin d. Angka 2 menyatakan bahwa Piutang yang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara digolongkan dalam kualitas macet.

b. Pasal 6 ayat (3) poin c. PMK tersebut menyatakan bahwa Penyisihan Piutang Tidak Tertagih atas piutang macet dibentuk “Penyisihan Piutang Tidak Tertagih” sebesar 100% dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.

c. Untuk dapat menyajikan informasi yang memadai berkenaan dengan piutang yang dapat direalisasikan Piutang PNBP pada K/L yang telah diserahkan ke PUPN/DJKN tidak disajikanpada akun Aset Lain-Lain, melainkan tetap disajikan pada akun piutangnya (baik piutang jangka pendek maupun piutang jangka panjang) dengan penyisihan piutang sebagaimana piutang dengan kualitas macet.

Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.

Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Aset Lainnya

Page 342: FA LTKK 2012.indb

341

Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidenti!kasi dan tidak mempunyai wujud !sik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya; dan hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang.

Dana Kelolaan BLU adalah bagian dari dana yang disediakan pada PIP, yang sampai dengan tanggal pelaporan belum direalisasikan sebagai pinjaman kepada pihak lain atau belum diinvestasikan.

Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset lain-lain dapat berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah.

Di samping itu, piutang macet Kementerian Keuangan yang dialihkan penagihannya kepada Kementerian Keuangan cq. Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-lain.

4. Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.

Kewajiban pemerintah diklasi!kasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.a. Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasi!kasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest), dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

b. Kewajiban Jangka PanjangKewajiban diklasi!kasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.

Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

5. Ekuitas Dana

Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasi!kasikan menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan merupakan akun lawan dari Dana Cadangan.

Kewajiban

Ekuitas Dana

Page 343: FA LTKK 2012.indb

342Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

6. Kebijakan Akuntansi atas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuksebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongankualitas piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan denganmempertimbangkan jatuh tempo dan perkembangan upaya penagihan yangdilakukan pemerintah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masing-masingpiutang pada tanggal pelaporan sesuai dengan Peraturan MenteriKeuangan Nomor: 201/PMK.06/2011 tentang Kualitas Piutang KementerianNegara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.

Penyisihan piutang tidak tertagih ditetapkan sebesar:a. 5‰ (lima permil) dari piutang dengan kualitas lancar;b. 10% (sepuluh perseratus) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai

agunan atau nilai barang sitaan;c. 50% (lima puluh perseratus) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai

agunan atau nilai barang sitaan; dand. 100% (seratus perseratus) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan

atau nilai barang sitaan.

7. Kebijakan Akuntansi atas Penyusutan Aset Tetap

Sampai saat Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2012, Kementerian Keuangan belum menerapkan penyusutan Barang Milik Negaraberupa Aset Tetap, hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri KeuanganNomor 53/KMK.06/2012 tentang Penerapan Penyusutan Barang Milik Negaraberupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat, yang menyebutkan bahwapenerapan penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada seluruhentitas Pemerintah Pusat dilaksanakan mulai tahun 2013.

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

B.1. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAHRealisasi Pendapatan Negara dan Hibah Neto Kementerian Keuangan pada TA 2012 adalah sebesar Rp982.829.932.056.170,00 atau 96,60 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp1.017.371.947.232.192,00.

Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Kualitas Piutang Uraian Penyisihan

Kurang Lancar

Diragukan

Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo

Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan

Macet

10%

50%

0,5%

100%1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara / DJKN

Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan

REALISASIURAIAN ANGGARAN %

982.829.932.056.170 96,60

980.470.822.097.887 96,48

2.359.109.958.283 207,92

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah 1.017.371.947.232.192

Penerimaan Perpajakan 1.016.237.341.511.000

Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.134.605.721.192

Tabel 5Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2012 (dalam rupiah)

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Penyusutan Aset Tetap

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah

Neto TA 2012 Rp982.829.932.056.170,00

Page 344: FA LTKK 2012.indb

343

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto Kementerian Keuangan pada TA 2012 adalah sebesar Rp1.036.295.266.757.850,00 atau 101,86 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp1.017.371.947.232.192,00. Dibandingkan dengan TA 2011, realisasi pendapatan TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp114.990.226.359.288,00 atau 12,48 persen.

Kenaikan ini berasal dari Pendapatan Pajak Dalam Negeri Rp118.771.193.423.752,00 dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Rp590.556.917.659,00. Sedangkan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional mengalami penurunan sebesar Rp4.371.523.982.123,00.

Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gra! k 1 berikut.

Tabel 6Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

Gra! k 1Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012

1.033.935.003.832.590 101,74

983.623.506.847.429 101,58

50.311.496.985.161 104,94

2.360.262.925.264 208,02

1.036.295.266.757.850 101,86

REALISASIURAIAN ANGGARAN %

Penerimaan Perpajakan 1.016.237.341.511.000

Pendapatan Pajak Dalam Negri 968.293.241.511.000

Pend. Pajak Perdagangan Internasional 47.944.100.000.000

Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.134.605.721.192

Jumlah 1.017.371.947.232.192

1.200.000.000

1.000.000.000

800.000.000

600.000.000

400.000.000

200.000.000

dalam jutaan rupiah

0PENERIMAAN PERPAJAKAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

ESTIMASI REALISASI

Page 345: FA LTKK 2012.indb

344Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Perbandingan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2012 dan TA 2011 dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Komposisi realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Gra! k 2 berikut.

1. Penjelasan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Per Unit Eselon I (Bruto)

Realisasi pendapatan per unit eselon I bruto lingkup Kementerian Keuangan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

TA 2011URAIAN TA 2012

%

Jumlah

Penerimaan Perpajakan 1.033.935.003.832.590 919.535.334.390.961 114.399.669.441.629 12,44

Pendapatan Pajak Dalam Negri 983.623.506.847.429 864.852.313.423.677 118.771.193.423.752 13,73

Pend. Pajak Perdagangan Internasional 50.311.496.985.161 54.683.020.967.284 (4.371.523.982.123) (7,99)

Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.360.262.925.264 1.769.706.007.605 590.556.917.659 33,37

1.036.295.266.757.850 921.305.040.398.566 114.990.226.359.288 12,48

Rp

Kenaikan/ Penurunan

Tabel 7Perbandingan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 dan 2011

Gra! k 2Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012

99.77%PENERIMAAN PERPAJAKAN

0.23%

PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK

Page 346: FA LTKK 2012.indb

345

Perbandingan realisasi pendapatan per unit eselon I bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 8Realisasi Pendapatan Per Unit Eselon I Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

Tabel 9Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Unit Eselon I Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

NO ESELON 1 ESTIMASI %REALISASI

1 SETJEN

2 ITJEN

3 DJA

4 DJP

5 DJBC

6 DJPK

7 DJPU

8 DJPB

9 DJKN

10 BAPEPAM-LK

11 BPPK

12 BFK

JUMLAH

761.307.265.000 1.509.182.136.455 198,24

80.000.000 89.308.578 111,64

0 1.238.566.482 0,00

885.031.926.607.755 888.618.235.460.407 100,41

131.463.998.610.000 145.704.898.810.369 110,83

0 710.608.590 0,00

0 1.170.551.644 0,00

8.295.619.437 102.760.577.333 1.238,73

86.475.530.000 250.015.146.383 289,12

0 88.750.639.852 0,00

19.863.600.000 17.910.018.810 90,17

0 304.932.951 0,00

1.017.371.947.232.192 1.036.295.266.757.850 101,86

NO URAIAN TA 2012 TA 2011

Kenaikan/ Penurunan

%RP

1 SETJEN

2 ITJEN

3 DJA

4 DJP

5 DJBC

6 DJPK

7 DJPU

8 DJPB

9 DJKN

10 BAPEPAM-LK

11 BPPK

12 BFK

JUMLAH

391.640.111.382 35,04

(600.374.179) (87,05)

(351.824.560) (22,12)

100.767.714.343.708 12,79

13.686.393.217.171 10,37

314.031.657 79,19

1.117.918.674 2.123,99

96.683.485.216 1.590,95

51.185.340.679 25,74

(6.321.555.750) (6,65)

3.364.600.686 23,13

(912.935.396) (74,96)

1.509.182.136.455

89.308.578

1.238.566.482

888.618.235.460.407

145.704.898.810.369

710.608.590

1.170.551.644

102.760.577.333

250.015.146.383

88.750.639.852

17.910.018.810

304.932.951

1.036.295.266.757.850

1.117.542.025.073

689.682.757

1.590.391.042

787.850.521.116.699

132.018.505.593.198

396.576.933

52.632.970

6.077.092.117

198.829.805.704

95.072.195.602

14.545.418.124

1.217.868.347

921.305.040.398.566 114,990.226.359.288 12,48

Page 347: FA LTKK 2012.indb

346Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Per Jenis Penerimaan (Bruto)

Pendapatan Kementerian Keuangan terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Komposisi realisasi pendapatan bruto TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Perbandingan realisasi pendapatan per jenis penerimaan TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

B.1.1. PENERIMAAN DALAM NEGERI

B.1.1.1. Penerimaan Perpajakan

Penerimaan Perpajakan berasal dari Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2012 adalah sebesar Rp980.470.822.097.887,00 atau 101,74 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp1.016.237.341.511.000,00. Realisasi Penerimaan Perpajakan TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp114.399.669.441.629,00 atau 12,44 persen dari realisasi Penerimaan Perpajakan TA 2011. Kenaikan Penerimaan Perpajakan terutama terjadi pada Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp40.393.767.566.308,00, Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp61.028.694.237.992,00, Pendapatan Cukai sebesar Rp18.020.010.844.834,00, dan Pendapatan Bea Masuk sebesar Rp3.160.413.389.023,00.

Tabel 10Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

Tabel 11Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

URAIAN ESTIMASI %

Penerimaan Perpajakan

Pendapatan Pajak Dalam Negri

Pend. Pajak Perdagangan Internasional

Penerimaan Negara Bukan Pajak

Jumlah

1.016.237.341.511.000

968.293.241.511.000

47.944.100.000.000

1.134.605.721.192

1.017.371.947.232.190

1.033.935.003.832.590

983.623.506.847.429

50.311.496.985.161

2.360.262.925.264

1.036.295.266.757.850

REALISASI

101,74

101,58

104,94

208,02

47,72

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Penerimaan Perpajakan 1.033.935.003.832.590 919.535.334.390.961 114.399.669.441.629 12,44

Pendapatan Pajak Dalam Negri 983.623.506.847.829 864.852.313.423.677 118.771.193.423.752 13,73

Pend. Pajak Perdagangan Internasional 50.311.496.985.161 54.683.020.967.284 (4.371.523.982.123) (7,99)

Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.360.262.925.264 1.769.706.007.605 590.556.917.659 33,37

Jumlah 1.036.295.266.757.850 921.305.040.398.566 114.990.226.359.288 12,48

Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto

Rp980.470.82 2.097.887,00

Page 348: FA LTKK 2012.indb

347

Realisasi Penerimaan Perpajakan Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp1.033.935.003.832.590,00 atau 101,74 persen dari target, dimana terjadi pengembalian pendapatan sebesar Rp53.464.181.734.703,00 sehingga realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2012 adalah sebesar Rp980.470.822.097.887,00.

Realisasi Penerimaan Perpajakan per jenis penerimaan Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Perbandingan realisasi Penerimaan Perpajakan Bruto TA 2012 dan 2011 per Jenis Penerimaan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 12Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

Tabel 12Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

URAIAN ESTIMASI %REALISASI BRUTO REALISASI NETTOPENGEMBALIAN

101,74

101,58

94,28

110,42

97,62

114,13

75,37

104,94

116,79

Penerimaan Perpajakan

Pendapatan Pajak Dalam Negri

Pendapatan PPh

Pendapatan PPN

Pendapatan PPB

Pendapatan Cukai

Pendapatan Pajak Lainnya

Pend. Pajak Perdagangan Internasional

Pendapatan Bea Masuk

Pendapatan Bea Keluar

1.016.237.341.511.000

968.293.241.511.000

513.650.160.000.000

336.056.979.511.000

29.687.507.000.000

83.266.625.000.000

5.631.970.000.000

47.944.100.000.000

24.737.900.000.000

23.206.200.000.000

1.033.935.003.832.590

983.623.506.847.429

484.283.016.840.601

371.084.491.032.279

28.980.801.281.600

95.030.359.803.014

4.244.837.889.935

50.311.496.985.161

28.890.244.732.223

21.421.252.252.938

(53.464.181.734.703)

(52.768.276.741.240)

(19.217.183.600.003)

(33.501.728.811.261)

(12.345.632.796)

(3.057.355.600)

(33.961.341.580)

(695.904.993.463)

(510.208.505.567)

(185.696.487.896)

980.470.822.097.887

930.855.230.106.189

465.065.833.240.598

337.582.762.221.018

28.968.455.648.804

95.027.302.447.414

4.210.876.548.355

49.615.591.991.698

28.380.036.226.656

21.235.555.765.042 92,31

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Penerimaan Perpajakan

Pendapatan Pajak Dalam Negri

Pendapatan PPh

Pendapatan PPN

Pendapatan PPB

Pendapatan Cukai

Pendapatan Pajak Lainnya

Pend. Pajak Perdagangan Internasional

Pendapatan Bea Masuk

Pendapatan Bea Keluar

1.033.935.003.832.590

983.623.506.847.429

484.283.016.840.601

371.084.491.032.279

28.980.801.281.600

95.030.359.803.014

4.244.837.889.935

50.311.496.985.161

28.890.244.732.223

21.421.252.252.938

919.535.334.390.961

864.852.313.423.677

443.889.249.274.293

310.055.796.794.287

29.900.911.038.417

77.010.348.958.180

3.996.007.358.500

54.683.020.967.284

25.729.831.843.200

28.953.189.624.084

114.399.669.441.629

118.771.193.423.752 40.393.767.566.308

61.028.694.237.992

(920.109.756.817)

18.020.010.844.834

248.830.531.435

(4.371.523.982.123)

3.160.412.389.023

(7.531.937.371.146)

12,44

13,73

9,10

19,68

(3,08)

23,40

6,23

(7,99)

12,28

(26,01)

Page 349: FA LTKK 2012.indb

348Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Komposisi realisasi Penerimaan Perpajakan Bruto TA 2012 per jenis penerimaan dapat dilihat pada Gra!k 3 berikut.

Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp983.623.506.847.429,00 yang berarti mengalami kenaikan sebesar Rp118.771.193.423.752,00 atau 13,73 persen dibanding realisasi TA 2011 yang besarnya Rp864.852.313.423.677,00.

Adapun realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp50.311.496.985.161,00. Dibandingkan dengan TA 2011, realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 mengalami penurunan sebesar Rp4.371.523.982.123,00 atau 7,99 persen terutama disebabkan oleh penurunan Bea Keluar sebesar Rp7.531.937.371.146,00.

Penurunan Bea Keluar TA 2012 disebabkan oleh penurunan tarif Bea Keluar dan Harga Patokan Ekspor (HPE) sehingga terjadi pergeseran komoditi ekspor dari Crude Palm Oil (CPO) menjadi komoditi turunannya.

Untuk memberikan kepastian hukum dan meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak yang menghendaki pembayaran pajaknya melalui perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak dan/atau bunga yang diterima dan/atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain, Kementerian Keuangan mengatur tata cara pembayaran pajak melalui pemindahbukuan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 88/KMK.04/1991 tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan, Pemindahbukuan meliputi:

a. Pemindahbukuan karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang berdasarkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak atau surat keputusan lainnya yang menyebabkan timbulnya kelebihan pembayaran pajak.

b. Pemindahbukuan karena adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak akibat kelambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

c. Pemindahbukuan karena diperolehnya kejelasan Surat Setoran Pajak (SSP) yang semula diadministrasikan dalam Bermacam-macam Penerimaan Pajak (BPP).

d. Pemindahbukuan karena salah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain.

e. Pemindahbukuan karena adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari Surat Setoran Pajak.

Gra!k 3Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012

95,13%

PENDAPATAN PAJAK DALAM NEGERI

4,87%

PENDAPATAN PAJAKINTERNASIONAL

Pemindahbukuan (Pbk) Penerimaan Pajak

Page 350: FA LTKK 2012.indb

349

f. Pemindahbukuan karena adanya pelimpahan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangka impor atas dasar inden sebelum berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.04/ 1990 tentang Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah untuk kegiatan usaha di bidang impor atas dasar inden.

Pemindahbukuan yang terjadi selama TA 2012 adalah sebesar Rp1.400.997.781.312,00. Nilai tersebut merupakan pemindahbukuan yang disebabkan oleh perubahan Mata Anggaran Pendapatan (MAP) dan bukan merupakan pelunasan tunggakan pajak. Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud belum terakomodasi dalam nilai penerimaan perpajakan dalam laporan keuangan dikarenakan belum ada Peraturan dalam Pedoman Induk Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak (TUPRP) yang mengatur pemindahbukuan berdasarkan data MPN. Perubahan terhadap TUPRP (saat ini masih mengacu pada KEP-11/PJ./1994) masih dalam proses pembahasan. Pendapatan Pajak Internasional sangat dipengaruhi oleh Penerimaan Bea Masuk dan Bea Keluar. Bea Masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah pabean. Pendapatan Bea Masuk ditentukan oleh beberapa variabel antara lain: Nilai Devisa Bayar, Tarif Efektif Rata-rata dan Nilai Tukar Rupiah atau Kurs. Adapun Bea Keluar dikenakan terhadap barang yang dikeluarkan dari daerah pabean. Tujuan pengenaan Bea Keluar berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri dan menjaga stabilitas harga komoditi ekspor tertentu di dalam negeri. B.1.1.1.1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri (Neto)

Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2012 adalah sebesar Rp930.855.230.106.189,00 atau 101,58 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp968.293.241.511.000,00. Jika dibandingkan dengan realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2011 terjadi kenaikan sebesar Rp118.771.193.423.752,00 atau naik 13,73 persen.

Pendapatan Pajak Dalam Negeri (Bruto)Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp983.623.506.847.429,00 atau 101,58 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp968.293.241.511.000,00. Hal ini berarti Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp118.771.193.423.752,00 atau naik 13,73 persen dari realisasi TA 2011.

Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gra! k 4 berikut.

Tabel 14Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012

NO URAIAN ESTIMASI %REALISASI

1

2

3

4

5

6

Pendapatan Pajak Dalam Negri

Pendapatan PPh

Pendapatan PPN

Pendapatan PPB

Pendapatan Cukai

Pendapatan Pajak Lainnya

968.293.241.511.000

513.650.160.000.000

336.056.979.511.000

29.687.507.000.000

83.266.625.000.000

5.631.970.000.000

983.623.506.847.429

484.283.016.840.601

371.084.491.032.279

28.980.801.281.600

95.030.359.803.014

4.244.837.889.935

101,58

94,28

110,42

97,62

114,13

75,37

Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto

Rp930.855.230.106.189,00

Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto

Rp983.623.506.847.429,00

Page 351: FA LTKK 2012.indb

350Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Perbandingan realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 15 dan Gra! k 5 berikut.

Gra! k 4Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012

Tabel 15Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

dalam milyar rupiah

0

PENDAPATAN PPh

PENDAPATAN PPN

PENDAPATAN PBB

PENDAPATAN CUKAI

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

ESTIMASI REALISASI

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Pendapatan Pajak Dalam Negri

Pendapatan PPh

Pendapatan PPN

Pendapatan PPB

Pendapatan Cukai

Pendapatan Pajak Lainnya

983.623.506.847.429

484.283.016.840.601

371.084.491.032.279

28.980.801.281.600

95.030.359.803.014

4.244.837.889.935

864.852.313.423.677

443.889.249.274.293

310.055.796.794.287

29.900.911.038.417

77.010.348.958.180

3.996.007.358.500

118.771.193.423.752

40.393.767.566.308

61.028.694.237.992

(920.109.756.817)

18.020.010.844.834

248.830.531.435

13,73

9,10

19,68

(3,08)

23,40

6,23

Page 352: FA LTKK 2012.indb

351

Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Gra!k 6 berikut.

Jika dibandingkan dengan TA 2011, Pendapatan Pajak Dalam Negeri mengalami kenaikan, diantaranya disebabkan oleh kenaikan Pendapatan PPh sebesar Rp40.393.767.566.308,00 atau 9,10 persen, PPN sebesar Rp61.028.694.237.992,00 atau 19,68 persen, Pendapatan Cukai Rp18.020.010.844.834 atau 23,40 persen, dan Pendapatan Pajak Lainnya sebesar Rp248.830.531.435,00 atau 6,23 persen. Sedangkan Pendapatan PBB mengalami penurunan sebesar Rp920.109.756.187,00 atau 3,08 persen dari tahun sebelumnya.

Gra!k 5Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011

Gra!k 6Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

dalam milyar rupiah

0

PENDAPATAN PPh

PENDAPATAN PPN

PENDAPATAN PBB

PENDAPATAN CUKAI

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

TA 2012 TA 2011

49,21%PENDAPATAN PPh37,74%PENDAPATAN PPN

2,95%PENDAPATAN PBB9,67%PENDAPATAN CUKAI

49,21%PENDAPATAN PAJAK LAINNYA

Page 353: FA LTKK 2012.indb

352Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Realisasi Pendapatan Cukai TA 2012 sebesar Rp95.030.359.803.014,00 mengalami kenaikan sebesar Rp18.020.010.844.834,00 atau 23,40 persen dari realisasi TA 2011. Penyebab kenaikan tersebut karena kenaikan tarif Cukai HT dan efekti!tas pengawasan peredaran MMEA melalui pelekatan pita cukai.

Pencapaian penerimaan pajak yang mencapai target APBN-P TA 2012 adalah penerimaan PPh Migas dan PPN & PPnBM. Pencapaian PPh Migas mencapai 122,88 persen dari target atau sebesar Rp83.460,91 miliar, sementara PPN & PPnBM mencapai 100,42 persen dari target APBN-P 2012 atau sebesar Rp371.084,49 miliar. Dilihat dari komposisi penerimaan Pajak Dalam Negeri, penerimaan PPh nonmigas menyumbang kontribusi terbesar, namun demikian pertumbuhan penerimaannya hanya tumbuh sebesar 6,49 persen.

Beberapa hal yang menjadi penyebab naik/turunnya beberapa penerimaan pajak di TA 2012 ini antara lain:

1. Penerimaan PPh Pasal 21 sebesar Rp79.672,76 miliar dan mengalami pertumbuhan sebesar 19,23 persen. Pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 21 ini tidak jauh dari pertumbuhan pada tahun 2011 yang meningkat 20,93 persen. Hal itu dapat terlihat sejalan dengan angka in"asi dan pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun terakhir yang relatif stabil.

2. PPh Pasal 22 mengalami pertumbuhan sebesar 11,21 persen dengan nilai penerimaaan sebesar Rp5.547,50 miliar. Pencapaian penerimaan PPh Pasal 22 tahun 2012 masih dibawah target tahun 2012. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya penyerapan anggaran untuk belanja barang dan belanja modal kementerian/lembaga pemerintahan. Penyerapan anggaran pemerintah yang diserap kementerian dan lembaga tahun 2012 hanya mencapai 87,5 persen atau Rp479,3 triliun dari pagu APBN-P 2012 sebesar Rp547,9 triliun. Pencapaian penyerapan anggaran tahun 2012 ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2011 yang mencapai 90,5 persen.

3. PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor, dan PPnBM Impor mengalami pertumbuhan sebesar 11,21 persen, 18,31 persen, dan 56,72 persen dengan nilai sebesar Rp31.614,34 miliar untuk PPh Pasal 22 Impor, Rp126.631,92 miliar untuk PPN Impor dan Rp8.423,37 miliar untuk PPnBM Impor. Kondisi yang mempengaruhi peningkatan realisasi tersebut adalah tumbuhnya impor dengan pertumbuhan mencapai 9,40 persen selama periode Januari 2012 s.d November 2012 dengan nilai impor mencapai US$176,09 miliar (data http://www.bps.go.id). Hal ini ditopang oleh naiknya nilai impor non migas terutama golongan barang mesin dan peralatan mekanik yang mencapai US$38,85 miliar atau meningkat sebesar 17,94 persen seiring dengan meningkatnya investasi yang mencapai Rp229.900 miliar atau meningkat 27,0 persen (data BKPM s.d Tw.III 2012).

4. Penerimaan PPh Pasal 23 sebesar Rp20.535,75 miliar atau tumbuh 8,50 persen dibandingkan penerimaan 2011. Pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 23 tahun 2012 mengalami perlambatan disebabkan oleh karena menurunnya kegiatan produksi pada sektor pertambangan dan penggalian akibat dari krisis global, kondisi geogra!s yang tidak optimal (rendahnya kadar konsentrat mineral di area pertambangan), adanya gangguan sosial (mogok kerja), serta gangguan keamanan memberikan dampak negatif yang signi!kan terhadap penerimaan PPh Pasal 23.

5. Penerimaan PPh Pasal 25/29 OP mengalami pertumbuhan 14,31 persen atau sebesar Rp3.782,21 miliar. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang semakin membaik.

6. PPh Pasal 25/29 Badan sebesar Rp 170.296,53 miliar merupakan jenis pajak dengan kontribusi terbesar. Namun demikian pertumbuhan pada PPh Pasal 25/29 Badan mengalami perlambatan, dengan pertumbuhan negatif sebesar -1,85 persen dimana pada tahun sebelumnya pertumbuhannya mencapai 17,85 persen. Secara umum, perlambatan pertumbuhan pada jenis PPh 25/29 Badan antara lain dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global yang berdampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan terutama yang berorientasi ekspor seperti pada sektor industri pengolahan dan menurunnya produksi di sektor pertambangan dan penggalian terkait dengan kondisi geogra!s (rendahnya kadar konsentrat mineral di area pertambangan), gangguan keamanan serta terjadinya mogok kerja. Peranan sektor

Page 354: FA LTKK 2012.indb

353

industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian pada penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan berkontribusi 50,82 persen di Tahun 2012, lebih rendah dari kontribusi tahun 2011 sebesar 58,59 persen.

7. Sama halnya dengan PPh Pasal 25/29 Badan, penerimaan PPh Pasal 26 juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari 29,12 persen di tahun 2011 menjadi -7,48 persen di tahun 2012. Melambatnya realisasi penerimaan PPh Pasal 26 tahun 2012 dipengaruhi oleh menurunnya kegiatan produksi pada sektor pertambangan dan penggalian, sehingga beberapa Wajib Pajak menurunkan pembayaran PPh Pasal 26 nya.

8. Penerimaan PPh Final mengalami pertumbuhan yang cukup baik sebesar 18,83 persen atau secara nominal sebesar Rp 60.486,44 miliar. Pertumbuhan PPh !nal di topang oleh meningkatnya pembayaran PPh !nal atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan yang tumbuh sebesar 34,94 persen dan atas jasa konstruksi sebesar 33,52 persen dampak dari meningkatnya pendapatan masyarakat kelas menengah di Indonesia.

9. Penerimaan PPN Dalam negeri sebesar Rp224.895,17 miliar atau mencapai 97,97 persen. Pencapaian penerimaan PPN Dalam Negeri tahun 2012 lebih rendah dari target APBN-P 2012 dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Indonesia yang pertumbuhannya dibawah dari angka yang diharapkan (realisasi pertumbuhan ekonomi 6,3 persen dari target 6,5 persen). Namun demikian jika dilihat dari sisi pertumbuhan, penerimaan PPN Dalam Negeri masih tumbuh sebesar 22,07 persen, hal ini dipengaruhi oleh adanya tambahan subsidi BBM sebesar Rp7.000 miliar serta perbaikan sistem administrasi registrasi ulang Pengusaha Kena Pajak.

10. Penerimaan PPnBM DN mengalami pertumbuhan yang signi!kan sebesar 29,70 persen atau mencapai Rp 10.936,55 milyar. Pertumbuhan ini ditopang oleh meningkatnya penjualan kendaraan bermotor sebagaimana data yang berasal dari Gaikindo, bahwa produksi otomotif tahun 2012 meningkat 24,84 persen dan terjual sebanyak 1.116.230 unit.

11. Pencapaian PBB di tahun 2012 mencapai 97,57 persen dengan pertumbuhan -3,09 persen. Pencapaian penerimaan PBB tahun 2012 sebesar Rp 28,980,80 miliar lebih rendah dari angka target penerimaan APBN-P 2012 sebesar Rp 29.687,51 miliar disebabkan karena perubahan mekanisme pengenaan areal on-shore yang dikenakan tidak seluas Wilayah Kerja, namun seluas areal yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan (PMK.15/PMK.03/2012). Selain itu, adanya penangguhan pembayaran SPPT PBB Migas oleh Dirjen Anggaran dengan jumlah sebesar Rp 1.935,80 miliar turut mempengaruhi pencapaian penerimaan PBB Tahun 2012.

12. Penerimaan Pajak Lainnya mengalami pertumbuhan 7,23 persen dan mencapai Rp4.244,84 miliar yang didominasi oleh penjualan benda materai dan penerimaan bea materai yang tumbuh 8,84 persen dan 4,07 persen.

Penerimaan perpajakan merupakan sumber utama pendapatan negara. Dalam 5 tahun terakhir, penerimaan perpajakan sangat mendominasi penerimaan negara walaupun jika dilihat dari tingkat pencapaian target penerimaan perpajakan, sedikit mengalami "uktuasi. Realisasi penerimaan perpajakan pada tahun 2012 adalah sebesar Rp980,20 triliun atau meningkat sebesar 49 persen dari realisasi penerimaan perpajakan tahun 2008 yang sebesar Rp658,70 triliun. Pada tahun 2009 terjadi penurunan tingkat realisasi menjadi sebesar 95,09 persen. Di tahun 2010 terjadi sedikit peningkatan realisasi penerimaan perpajakan menjadi 97,3 persen dari pagu, dan di tahun 2011 meningkat menjadi 99,45 persen. Selama tahun 2012 tingkat realisasi penerimaan perpajakan mengalami penurunan menjadi 96,45 persen dari pagu APBN-P 2012. Target APBN dan APBN-P serta realisasi penerimaan perpajakan tahun 2008-2012 dapat dilihat pada gra!k di bawah ini.

Tren realisasi penerimaan perpajakan selama 5 tahun

terakhir

Page 355: FA LTKK 2012.indb

354Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Realisasi penerimaan perpajakan terdiri dari penerimaan pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri TA 2012 adalah sebesar Rp930.542.644.885.415,00 atau mencapai 96,10 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P sebesar Rp968.293.241.511.000,00.

Penerimaan Pajak Dalam Negeri dikelola oleh dua Satuan Kerja di Kementerian Keuangan yaitu Direktorat Jenderal Pajak yang mengelola penerimaan pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mengelola penerimaan cukai.

Dalam 5 tahun terakhir, penerimaan pajak yang dikelola oleh Direktorat Jenderal pajak sangat mendominasi penerimaan negara walaupun jika dilihat dari tingkat pencapaian target penerimaan pajak, cenderung mengalami penurunan. Realisasi penerimaan pajak yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2012 adalah sebesar Rp835,83 triliun atau kurang Rp49,20 triliun dari target APBN-P sebesar Rp885,03 triliun dan kurang 78,37 triliun dari target APBN sebesar Rp914,20 triliun. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008 mencapai 106,82 persen dari target APBN-P. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2009 mencapai 94,33 persen dari target APBN-P atau kurang sebesar Rp32,72 triliun dari target. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2010 mencapai 94,85 persen dari target APBN-P atau kurang sebesar Rp34,04 triliun dari target. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2011 mencapai 97,26 persen dari target APBN-P atau kurang sebesar Rp20,95 triliun dari target.

Target dan realisasi penerimaan pajak yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak tahun 2008-2012 dalam triliun rupiah dapat dilihat pada gra!k di bawah ini.

Target penerimaan pajak ditetapkan dalam APBN dan selanjutnya apabila terjadi perubahan target, ditetapkan dalam APBN-P. Selama lima tahun terakhir, perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan target APBN dan APBN-P dapat dilihat pada tabel berikut:

Perubahan target penerimaan pajak dari APBN menjadi APBN-P disebabkan antara lain karena terjadi perkembangan dan perubahan asumsi dasar ekonomi makro yang sejalan dengan kondisi perekonomian global dan domestik antara lain meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, rata-rata nilai tukar rupiah, tingkat in"asi, harga minyak ICP, lifting minyak, suku bunga SBI, yang disertai dengan perubahan kebijakan !skal yang berdampak cukup signi!kan sehingga perlu dilakukan penyesuaian atas berbagai sasaran pendapatan negara

Gra!k Target dan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012

APBN APBN-P REALISASI

1,000.00

1,200.00

800.00

600.00

400.00

200.00

0.00

Page 356: FA LTKK 2012.indb

355

agar menjadi lebih realistis. Perkembangan tersebut salah satunya adalah kinerja perekonomian Indonesia Tahun 2012 yang diperkirakan mengalami perlambatan dan mencapai sebesar 6,5% dari yang semula diperkirakan sebesar 6,7%.

Tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008 melebihi target yaitu mencapai 106,84% dari target APBN-P. Namun tahun 2009 – 2012 realisasi penerimaan pajak tidak mencapai target berkisar 94,31% - 97,26% dari target APBN-P. Dengan demikian selama periode empat tahun terakhir (2009 – 2012) penerimaan pajak yang tidak tercapai apabila dibandingkan dengan APBN-P sebesar Rp136.564.598.965.992 dan dengan APBN sebesar Rp233.760.009.921.992.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan realisasi penerimaan pajak tahun 2009 – 2012 tidak mencapai target penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh kurangnya ketersediaan data pihak ketiga sebagai pembanding untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Sebagaimana dimaklumi, sistem perpajakan yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 adalah sistem self assessment yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh kepatuhan sukarela Wajib Pajak dan pengawasan dari aparatur perpajakan. Sistem ini memberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dalam rangka melaksanakan sistem sistem self assessment tersebut, telah diatur ketentuan dalam Pasal 35A Undang-Undang KUP berlaku efektif sejak 1 Januari 2008 yang mengharuskan setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain memberikan data dan informasi perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak.Mengingat sampai dengan pertengahan tahun 2011 Pasal 35A UU KUP belum dapat diimplementasikan karena belum dibuat peraturan pelaksanaan di bawahnya, maka saat menyampaikan pidato pada acara penyerahan LHP LKPP Tahun 2010 kepada Presiden tanggal 1 Juni 2011, Ketua BPK menegaskan kepada pemerintah untuk mengimplementasikan ketentuan Pasal 35A UU KUP dengan harapan Direktorat Jenderal Pajak dapat menghimpun data perpajakan dari para pihak yang disebutkan dalam ketentuan tersebut dan menjadikannya sebagai pusat data pajak yang dapat dipergunakan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak.

Gra!k Target APBN/APBN-P dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012

APBN APBN-P REALISASI

500

600

400

300

900

1000

800

700

200

100

0

Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam

NegeriRp52.768.276.741.240,00

Page 357: FA LTKK 2012.indb

356Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Selanjutnya Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tanggal 27 Februari 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan. Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain wajib memberikan Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Walaupun peraturan pemerintah tersebut telah berlaku efektif pada tanggal 27 Februari 2012, namun secara

Tabel Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak dengan APBN dan APBN-P Tahun 2008 – 2012 (Dalam Triliun Rupiah)

TAHUN JENIS PAJAK REALISASITARGET SELISIH

APBN REALISASI DENGANAPBN

REALISASI DENGANAPBN-PAPBN-P

264,31

187,63

29,01

2,94

41,65

525,55

2008

2009

2010

2010

2010

A. PPh Non Migas

B. PPN dan PPnBM

C. PBB dan BPHTB

D. Pajak lainnya

E. PPh Migas

Jumlah

251,37

195,46

30,70

3,35

53,65

534,53

249,96

210,25

30,65

3,03

77,12

571,01

(14,36)

22,63

1,64

0,09

35,47

45,46

(1,41)

14,79

(0,05)

(0,32)

23,47

36,48

A. PPh Non Migas

B. PPN dan PPnBM

C. PBB dan BPHTB

D. Pajak lainnya

E. PPh Migas

Jumlah

296,94

249,51

36,67

4,27

56,72

644,11

291,18

203,08

30,84

3,25

49,03

577,39

267,64

193,20

30,67

3,12

50,04

544,66

(29,30)

(56,31)

(6,00)

(1,16)

(6,68)

(99,45)

(23,54)

(9,89)

(0,17)

(0,13)

1,01

(32,72)

A. PPh Non Migas

B. PPN dan PPnBM

C. PBB dan BPHTB

D. Pajak lainnya

E. PPh Migas

Jumlah

303,96

269,54

33,90

3,85

47,02

658,27

306,84

262,96

32,47

3,84

55,38

661,50

297,96

230,05

36,61

3,97

58,87

627,46

(6,00)

(39,48)

2,71

0,12

11,85

(30,81)

(8,87)

(32,91)

4,13

0,13

3,49

(34,04)

A. PPh Non Migas

B. PPN dan PPnBM

C. PBB dan BPHTB

D. Pajak lainnya

E. PPh Migas

Jumlah

364,94

312,11

27,68

4,20

55,55

764,49

366,75

298,44

29,06

4,19

65,23

763,67

358,01

277,79

29,89

3,93

73,10

742,72

(6,93)

(34,32)

2,21

(0,27)

17,54

(21,77)

(8,73)

(20,65)

0,83

(0,27)

7,86

(20,95)

Jumlah

459,05

352,95

35,65

5,63

60,92

914,19

445,73

336,06

29,69

5,63

67,92

885,03

381,60

337,58

28,97

4,21

83,46

835,83

A. PPh Non Migas

B. PPN dan PPnBM

C. PBB dan BPHTB

D. Pajak lainnya

E. PPh Migas

Total tidak mencapai target

(77,44)

(15,37)

(6,68)

(1,42)

22,55

(78,37)

(184,93)

(64,13)

1,53

(0,72)

(1,42)

15,54

(49,20)

(100,43)

Page 358: FA LTKK 2012.indb

357

teknis peraturan dimaksud baru dapat diimplementasikan setelah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur rincian jenis data, tata cara penyampaian, dan saat penyampaian data dan informasi perpajakan.

Sebagai tindak lanjut amanat Peraturan Pemerintah tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2013 yang mulai berlaku efektif tanggal 4 Januari 2013 tentang Rincian Jenis Data dan Informasi serta Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan. Peraturan Menteri Keuangan tersebut menetapkan 14 instansi pemerintah, lembaga, asosiasi atau pihak lain (ILAP) yang diminta memberikan data. Selanjutnya Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2013 yang menambah lima ILAP.

Masih terbatasnya instansi pemerintah, lembaga, asosiasi atau pihak lain (ILAP) yang ditetapkan dalam PMK ini disebabkan antara lain adanya kekurang pahaman ILAP terhadap ketentuan perpajakan, dan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang pengelolaan data dan informasi ILAP yang dipahami oleh mereka bersifat rahasia termasuk apabila data dan informasi tersebut diberikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini berakibat pada resistensi atau penolakan untuk memberikan data kepada Direktorat Jenderal Pajak. Oleh karena itu, agar Pasal 35A UU KUP dapat dilaksanakan secara efektif, diperlukan adanya pemahaman dari seluruh ILAP dan masyarakat bahwa Pasal 35A Undang-Undang KUP bersifat lex specialis bagi Undang-Undang lainnya.

Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Dalam Negeri TA 2012 adalah sebesar Rp52.768.276.741.240,00. Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

B.1.1.1.2. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional (Neto)

Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2012 adalah sebesar Rp49.615.591.991.698,00 atau 104,94 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp47.944.100.000.000,00.

Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional (Bruto)

Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp50.311.496.985.161,00 atau 104,94 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp47.944.100.000.000,00. Pendapatan tersebut terdiri dari Pendapatan Bea Masuk sebesar Rp28.890.244.732.223,00 atau 116,79 persen dari target yang ditetapkan dan Pendapatan Bea Keluar sebesar Rp21.421.252.252.938,00 atau 92,31 persen dari target yang ditetapkan. Dalam target Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 sudah termasuk

Tabel 16Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

45.125.198.866.204 7.643.077.875.036 16,94

12.780.598.096.532 6.436.585.503.471 50,36

32.263.710.525.245 1.238.018.286.016 3,84

9.218.833.354 3.126.799.442 33,92

3.820.585.340 (763.229.740) (19,98)

Pendapatan Pajak Dalam Negri

Pendapatan PPh

Pendapatan PPN

Pendapatan PPB

Pendapatan Cukai

Pendapatan Pajak Lainnya

52.768.276.741.240

19.217.183.600.003

33.501.728.811.261

12.345.632.796

3.057.355.600

33.961.341.580 67.850.825.733 (33.889.484.153) (49,95)

Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

NetoRp49.615.591.991.698.,00

Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

BrutoRp50.311.496.985.161,00

Page 359: FA LTKK 2012.indb

358Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

target Penerimaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP) sebesar Rp600.000.000.000,00. Untuk target BM-DTP masih tetap diberikan mengingat insentif ! skal masih harus diberikan kepada beberapa sektor untuk meningkatkan investasi di dalam negeri. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 mengalami penurunan sebesar Rp4.371.523.982.123,00 atau 7,99 persen dari realisasi TA 2011 terutama berasal dari penurunan Bea Keluar sebesar Rp7.531.937.371.146,00. Besarnya realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.

Adapun tantangan yang dihadapi dalam Pencapaian Target Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tahun 2012 antara lain sebagai berikut:

a. Sektor Bea Masuk 1. Konsekuensi dari banyaknya Kerjasama Perdagangan Internasional melalui skema Free Trade Agreement

(FTA) pada IJ-EPA, EFTA/CEITA ASEAN, China, Korea; 2. Adanya Fasilitas Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk; 3. Tarif umum Bea Masuk (MFN) yang cenderung turun (tarif efektif rata-rata Bea Masuk menurun); 4. Kebijakan non tarif (Non Tarif Measure) yang berorientasi pada pengendalian dan pembatasan barang

impor serta penggunaan produksi dalam negeri;5. Implementasi Free Trade Zone (FTZ) di Kawasan Batam Bintan Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK).

b. Sektor Bea Keluar 1. Harga internasional Crude Palm Oil (CPO) cenderung " uktuatif, sehingga berpengarh pada struktur tarif

Bea Keuar dan berpengaruh pada volume ekspor;2. Kebijakan hilirisasi produk CPO menyebabkan pengusaha cenderung mengekspor produk turunan

CPO yang mempunyai tarif Bea Keluar; 3. Perizinan ekspor bijih mineral dari instansi teknis yang terlambat dan dipersulit, sehingga menurunkan

volume ekspor;4. Pasar internasional beberapa komoditi utama ekspor yang sedang menurun karena terjadinya Global

Economic Slow-Down sehingga berpengaruh pada volume ekspor.

Dalam menghadapi tantangan tersebut diperlukan strategi dalam Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2012 sebagai berikut:

1. Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasi! kasi barang impor dan Peningkatan efektivitas pemeriksaan ! sik barang;

2. Perubahan kebijakan bea keluar, terutama berkaitan dengan tarif dan jenis barang kena bea keluar; 3. Optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui pengembangan Risk Management peningkatan patroli darat

dan laut dan Peningkatan pengawasan di daerah perbatasan terutama jalur rawan penyelundupan.

Perbandingan realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.

Tabel 17Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

NO URAIAN ESTIMASI %REALISASI

1

2

3

Pend. Pajak Perdagangan Internasional 47.944.100.000.000 50.311.496.985.161 104,94

Pendapatan Bea Masuk 24.737.900.000.000 28.890.244.732.223 116,79

Pendapatan Bea Keluar 23.206.200.000.000 21.421.252.252.938 92,31

Page 360: FA LTKK 2012.indb

359

Pendapatan Bea Masuk ditentukan oleh beberapa variabel antara lain: Nilai Devisa Bayar, Tarif Efektif Rata-rata dan Nilai Tukar Rupiah atau Kurs. Ketiga variabel tersebut berbanding lurus terhadap peningkatan nilai pendapatan Bea Masuk. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, diharapkan meningkatkan Devisa Bayar yang akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan Bea Masuk. Namun demikian terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan dampak penurunan terhadap penerimaan, yaitu antara lain: adanya komitmen perdagangan internasional, dimana Indonesia terikat perjanjian dengan negara-negara lain di bidang liberalisasi perdagangan. Kesepakatan seperti: ASEAN Free Trade Area (AFTA), IJEPA dengan Jepang dan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), berdampak pada penurunan tarif, demikian pula adanya berbagai fasilitas perdagangan dan industri yang diberikan pemerintah dalam rangka mendorong peningkatan daya saing.

Variabel lain yang mempengaruhi penerimaan Bea Masuk adalah Nilai tukar Rupiah/kurs terhadap US$, yang menjadi salah satu variabel Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk (NDPBM). Faktor nilai tukar rupiah akan berpengaruh terhadap penerimaan Bea Masuk, dimana nilai tukar rupiah yang tinggi cenderung meningkatkan Bea Masuk, namun disisi lain dapat mempengaruhi tingkat importasi, yang berdampak negatif terhadap tingkat penerimaan Bea Masuk. Terjadinya penurunan Tarif Efektif rata-rata dan nilai tukar Rupiah akan sangat berpengaruh terhadap tingkat penerimaan Bea Masuk.

Realisasi Pendapatan Bea Masuk selama TA 2012 tercatat sebesar Rp28.890.244.732.223,00 atau 116,79 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp24.737.900.000.000,00. Hal ini berarti Pendapatan Bea Masuk TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp3.160.413.389.023,00 atau 12,28 persen dari realisasi TA 2011.

Kenaikan Pendapatan Bea Masuk pada TA 2012 tersebut disebabkan oleh meningkatnya importasi yang ditunjukkan dengan naiknya Dutiable impor sebesar US$146,14 Miliar (3,59%) dibandingkan tahun sebelumnya. Disamping itu meningkatnya tarif efektif rata-rata sebesar 2,06% atau naik 0,02% dari periode sebelumnya.

Tujuan pengenaan Bea Keluar sebagaimana dimaksud Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2006 antara lain adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri, melindungi kelestarian sumber daya alam, mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional atau menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri. Pengenaan Bea Keluar terhadap beberapa komiditi ekspor tidak semata-mata ditujukan untuk menghimpun penerimaan negara tetapi ada tujuan lain sebagaimana disebutkan di atas. Saat ini komiditi ekspor yang dikenakan Bea Keluar adalah ekspor komiditi CPO dan turunannya, kayu, kulit, rotan, dan biji kakao.

Realisasi Pendapatan Bea Keluar selama TA 2012 tercatat sebesar Rp21.421.252.252.938,00 atau 92,31 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp23.206.200.000.000,00. Rendahnya tingkat pencapaian Bea Keluar disebabkan harga pasaran internasional CPO dan Turunannya mengalami penurunan. Penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral yang mulai berlaku mulai Juni 2012 belum efektif menghasilkan penerimaan. Sampai dengan Desember 2012 Penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral logam sebesar Rp.

Tabel 18Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 dan 2011

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Pend. Pajak Perdagangan Internasional

Pendapatan Bea Masuk

Pendapatan Bea Keluar

50.311.496.985.161 54.683.020.967.284 (4.371.523.982.123) (7,99)

28.890.244.732.223 25.729.831.843.200 3.160.413.389.023 12,28

21.421.252.252.938 28.953.189.624.084 (7.531.937.371.146) (26,01)

Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak

Perdagangan Internasional Rp695.904.993.463,00

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak NetoRp2.359.109.958.283,00

Page 361: FA LTKK 2012.indb

360Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

1.746,41 Miliar.

Pendapatan Bea Keluar Tahun 2012 menurun cukup signi! kan yaitu dari sebesar Rp28.953.189.624.084,00 pada Tahun 2011 menjadi sebesar Rp21.421.252.252.938,00 pada Tahun 2012. Penurunan Pendapatan Bea Keluar pada Tahun 2012 antara lain disebabkan:

a. Tarif Bea Keluar dan Harga Patokan Ekspor (HPE) Tahun 2012 lebih rendah dari Tahun 2011 menjadi salah satu penyebab turunnya penerimaan Bea Keluar selama Tahun 2012;

b. Terjadinya pergeseran komoditi ekspor dari CPO menjadi komoditi turunannya terutama Re! ned Bleached Deodorized (RBD) karena tarif Bea Keluarnya rendah;

c. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat atas lalu lintas perdagangan CPO dan produk turunannya baik ekspor maupun dalam negeri dari kemungkinan adanya upaya penghindaran Bea Keluar melalui berbagai modus penyelundupan mengingat harga CPO di pasaran internasional masih tinggi.

Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 adalah sebesar Rp695.904.993.463,00. Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 19 berikut.

B.1.1.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Neto)Penerimaan Negara Bukan Pajak berasal dari Pendapatan PNBP Lainnya dan Pendapatan Badan Layanan Umum. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Neto TA 2012 adalah sebesar Rp2.359.109.958.283,00

atau 208,02 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp1.134.605.721.192,00.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (Bruto)Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp2.360.262.925.264,00 atau 208,02 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp1.134.605.721.192,00. Besarnya

Tabel 19Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 dan 2011

Tabel 20Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Pend. Pajak Perdagangan Internasional

Pendapatan Bea Masuk

Pendapatan Bea Keluar

695.904.993.463

510.208.505.567

185.696.487.896

687.921.486.205

586.812.093.834

101.109.392.371

7.983.507.258

(76.603.588.267)

84.587.095.525

1,16

(13,05)

83,66

NO URAIAN ESTIMASI %REALISASI

1

2

3

Pendapatan PNPB Lainnya

Pendapatan BLU

Jumlah

355.648.561.192

778.957.160.000

1.134.605.721.192

857.577.231.710

1.502.685.693.554

2.360.262.925.264

241,13

192,91

208,02

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto

Rp2.360.262.925.264,00

Page 362: FA LTKK 2012.indb

361

realisasi PNBP TA 2012 dapat dilihat dalam Tabel 20 berikut.

Apabila dibandingkan dengan TA 2011, PNBP TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp590.556.917.659,00 atau 33,37 persen dari realisasi TA 2011. Kenaikan PNBP ini terjadi pada pos-pos PNBP yaitu PNBP Lainnya mengalami kenaikan sebesar Rp209.436.027.294,00 atau 32,31 persen dan Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) mengalami kenaikan sebesar Rp381.120.890.365,00 atau 33,98 persen.

Kenaikan Pendapatan PNBP Lainnya berasal dari penerimaan Pendapatan Jasa Perbendaharaan yaitu pengelolaan Treasury Single Account (TSA). Adapun kenaikan Pendapatan Badan Layanan Umum terutama terjadi pada satuan kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yaitu Pendapatan Pengelolaan Dana Khusus Lainnya.

Perbandingan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 21 dan Gra! k 7 berikut.

Tabel 21Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011

Gra! k 7Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011

NO URAIAN ESTIMASI %REALISASI

1

2

3

Pendapatan PNPB Lainnya

Pendapatan BLU

Jumlah

857.577.231.710 648.141.204.416 32,31

1.502.685.693.554 1.121.564.803.189 33,98

2.360.262.925.264 1.769.706.007.605 33,37

1.200.000.000

1.000.000.000

1.600.000.000

1.400.000.000

800.000.000

600.000.000

400.000.000

200.000.000

dalam jutaan rupiah

0 PENDAPATAN PNBP LAINNYA PENDAPATAN BLU

TA 2012 TA 2011

Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto

Rp856.424.264.729,00

Page 363: FA LTKK 2012.indb

362Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Komposisi realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2012 dapat dilihat pada Gra! k 8 berikut.

B.1.1.2.1. Pendapatan PNBP Lainnya (Neto)

Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2012 adalah sebesar Rp856.424.264.729,00 atau 241,13 persen

dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012, yaitu sebesar Rp355.648.561.192,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2011, Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp209.436.027.294,00 atau 32,31 persen dari realisasi TA 2011.

Pendapatan PNBP Lainnya (Bruto)Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp857.577.231.710,00 atau 241,13 persen dari target sebesar Rp355.648.561.192,00 yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012. Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp209.436.027.294,00 atau 32,31 persen dari realisasi TA 2011. Besarnya realisasi Pendapatan PNBP Lainnya dapat dilihat pada Tabel 22 berikut.

Gra! k 8Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012

Tabel 22Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012

PNBP

NO URAIAN ESTIMASI %REALISASI

1

2

3

4

5

6

348.833.272.800 659.283.528.662

189,00

0 153.077 0,00

0 174.000.000 0,00

26.411.151 97.525.495.002 369.258,78

2.218.355.437 63.096.339.509 2.844,28

355.648.561.192 857.577.231.710 241,13

Pendapatan Jasa

Pendapatan Bunga

Pendapatan Pendidikan

Pendapatan Iuran dan Denda

Pendapatan Lain - lain

Jumlah

Pendapatan dari Pengelolaan BMN

(Pemanfaatan dan Pemindahtanganan) serta

Pendapatan dari penjualan

4.570.521.804 37.497.715.460 820,43

Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto

Rp857.577.231.710,00

Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya

Rp1.152.966.981,00

Realisasi Pendapatan BLU Neto

Rp1.502.685.693.554,00

Page 364: FA LTKK 2012.indb

363

Perbandingan realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 23 berikut.

Jika dibandingkan dengan TA 2011, terjadi kenaikan realisasi Pendapatan PNBP Lainnya sebesar Rp209.436.027.249,00 atau 32,31 persen. Kenaikan yang signi! kan terutama terjadi pada pendapatan atas Pengelolaan Treasury Single Account (TSA) pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang mengalami kenaikan

sebesar Rp83.699.976.987,00 akibat adanya implementasi PMK Nomor 233/PMK.05/2011 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 234/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Transaksi Khusus, yang menyatakan bahwa PNBP yang dihasilkan dari penertiban SP2D dalam rangka TSA dibukukan pada SAI Bagian Anggaran 015.08 mulai 1 Januari 2012 (pada TA 2011 pendapatan TSA dibukukan sebagai pendapatan Bagian Anggaran 999). Kenaikan Pendapatan PNBP Lainnya juga terjadi pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, yaitu berupa pengembalian belanja lainnya TAYL atas nilai sisa pekerjaan renovasi gedung kantor DJPU TA 2011 yang belum diselesaikan PT Pembangunan Perumahan (persero) Tbk sebesar Rp768.258.211,00 dan pengembalian belanja lainnya TAYL atas perjalanan dinas TA 2011 sebesar Rp40.098.100,00.

Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 adalah sebesar Rp1.152.966.981,00. Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.

Tabel 23Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 dan 2011

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rupiah

Kenaikan/ Penurunan

Pendapatan dari Pengelolaan BMN 37.497.715.460 37.537.226.245 (39.510.785) (0,11)

Pendapatan Jasa 659.283.528.662 486.164.070.905 173.119.457.757 35,61

Pendapatan Bunga 153.077 16.021.292 (15.868.215) (99,04)

Pendapatan Pendidikan 174.000.000 227.918.000 (53.918.000,00) (23,66)

Pendapatan Iuran dan Denda 97.525.495.002 105.887.365.290

(8.361.870.288,00) (7,90)

Pendapatan Lain - lain 63.096.339.509 18.299.495.804

44.796.843.705,00 244,80

Jumlah 857.577.231.710 648.141.204.416

209.436.027.294,00 32,31

Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan dan Hasil Tindak Pidana Korupsi

0 506.880 (506.880,00) (100,00)

Pendapatan Grati!kasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi

0 8.600.000 (8.600.000,00) (100,00)

Page 365: FA LTKK 2012.indb

364Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

B.1.1.2.2. Pendapatan Badan Layanan Umum (Neto)

Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2012 adalah sebesar Rp1.502.682.693.554,00 atau mencapai 192,91 persen

dari target yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012 yaitu sebesar Rp778.957.160.000,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2011, Pendapatan BLU TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp381.120.890.365,00 atau 33,98 persen dari realisasi TA 2011.

Pendapatan Badan Layanan Umum (Bruto)Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp1.502.685.693.554,00 atau 192,91 persen dari target sebesar Rp778.957.160.000,00 yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012. Pendapatan BLU TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp381.107.390.365,00 atau 33,98 persen dari realisasi TA 2011. Rincian Realisasi Pendapatan BLU yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.

Perbandingan realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 26 berikut.

Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2011 mencakup 3 (tiga) unit satker Badan Layanan Umum

(BLU) yaitu Pusat Investasi Pemerintah (PIP), Lembaga Penjamin Dana Pendidikan (LPDP), dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

Secara keseluruhan jika dibandingkan dengan TA 2011, Realisasi Pendapatan BLU TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp381.120.890.365,00 atau 33,98 persen karena adanya kenaikan Pendapatan Jasa Layanan Umum

Tabel 24Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 dan 2011

Tabel 25Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rupiah

Kenaikan/ Penurunan

Pendapatan Jasa855.719.297 205.683.239 650.036.058 316,04

Pendapatan Iuran dan Denda 15.577.884 0 15.577.884,00 0,00

Pendapatan Lain - lain 269.974.337 2.241.345 267.732.992,00 11.945,19

Jumlah 1.152.966.981 366.599.040 786.367.941,00 214,50

(146.978.993) (92,63) Pendapatan dari Pengelolaan BMN

(Pemanfaatan dan Pemindahtanganan)

11.695.463 158.674.456

NO URAIAN ESTIMASI %REALISASI

1

2

3

4

Pendapatan Jasa Layanan Umum 690.611.671.000 867.166.738.870 125,57

Pendapatan Hibah Badan Layanan Umum 0 13.500.000 0.00

Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU 0 13.358.952.300 0.00

Pendapatan BLU Lainnya 88.345.489.000 622.146.502.384 704,22

Jumlah 778.957.160.000 1.502.685.693.554 192,91

Realisasi Pengembalian Pendapatan BLU Rp0,00

Realisasi Penerimaan Hibah Rp0,00

Page 366: FA LTKK 2012.indb

365

sebesar Rp806.310.608.751,00 atau sebesar 1.324,95 persen dan kenaikan Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU sebesar Rp9.251.882.300,00 atau 225,27 persen. Namun terjadi penurunan pada Pendapatan BLU lainnya sebesar Rp434.455.100.686,00 atau 41,12 persen dari TA 2011.

Kenaikan Pendapatan Jasa Layanan Umum sebesar Rp806.310.608.751,00 terdiri dari kenaikan Pendapatan Investasi pada Pusat Investasi Pemerintah sebesar Rp384.482.753.505,00 terutama dari kenaikan Penerimaan Hasil Dana Kelolaan BLU PIP dari bunga pinjaman Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan kenaikan Pendapatan Pengelolaan Dana Khusus Lainnya pada LPDP sebesar Rp428.349.818.048,00. Sedangkan Pendapatan Jasa Layanan Umum pada STAN mengalami penurunan sebesar Rp6.521.962.802,00 yaitu berupa Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan Kementerian Keuangan, yaitu tidak ada penerimaan mahasiswa baru Diploma I dan III reguler untuk TA 2012/2013.

Kenaikan Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU sebesar Rp9.251.882.300,00 seluruhnya merupakan Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU pada STAN.

Penurunan Pendapatan BLU Lainnya sebesar Rp434.455.100.686,00 atau sebesar 41,12 persen dari TA 2011 disebabkan terutama dari penurunan Pendapatan Jasa Layanan Perbankan BLU pada PIP, yaitu penerimaan bunga deposito jangka pendek yang dananya dialihkan menjadi pinjaman .

Realisasi Pendapatan BLU Bruto berdasarkan satuan kerja dapat dilihat pada Tabel 27 berikut.Tidak terdapat Realisasi Pengembalian Pendapatan BLU TA 2012 dan 2011.

B.1.2. HIBAH

Tabel 26Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 dan 2011

Tabel 27Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 Berdasarkan Satuan Kerja (dalam rupiah)

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rupiah

Kenaikan/ Penurunan

Pendapatan Jasa Layanan Umum 867.166.738.870 60.856.130.119 806.310.608.751 1.324,95

Pendapatan Hibah Badan Layanan Umum 13.500.000 0 13.500.000 0,00

Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU 13.358.952.300 4.107.070.000 9.251.882.300 225,27

Pendapatan BLU Lainnya 622.146.502.384 1.056.601.603.070 (434.455.100.686,00) (41,12)

Jumlah 1.502.685.693.554 1.121.564.803.189 381.120.890.365,00 33,98

NO URAIAN ESTIMASI %REALISASI

1

2

3

Pusat Investasi Pemerintah (PIP) 759.112.160.000 1.058.537.639.078 139,44

Lembaga Penjamin Dana Pendidikan (LPDP) 0 428.349.818.048 0,00

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) 19.845.000.000 15.798.236.428 79,61

Jumlah 778.957.160.000 1.502.685.693.554 192,91

Page 367: FA LTKK 2012.indb

366Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2012 tentang Sistem Akuntansi Hibah, yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mewakili Pemerintah dalam pencatatan Penerimaan Hibah adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, oleh karena itu di dalam Laporan Keuangan Bagian Anggaran 015 ini tidak ada Penerimaan Hibah.

B.2.BELANJA

Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Neto pada TA 2012 adalah sebesar Rp16.325.448.043.171,00 atau 93,81persen dari pagu belanja dalam DIPA sebesar Rp17.402.097.003.000.00. Adapun Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Bruto padaTA 2012 adalah sebesar Rp16.350.636.678.743,00 atau 93,96persen dari pagu belanja. Dalam Tahun Anggaran 2012 jumlah pengembalian belanja Kementerian Keuangan adalah sebesar Rp25.188.635.572,00sehingga jumlah Realisasi Belanja Kementerian Keuangan netoadalah sebesar Rp16.325.448.043.171,00.

Realisasi belanja neto TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp225.114.822.882,00 atau 1,40 persen dari realisasi belanja neto TA 2011 sebesar Rp16.100.333.220.289.00. Realisasi belanja tersebut termasuk belanja pembayaran imbalan bunga sebesar Rp615.634.747.251,00. Apabila angka ini dikeluarkan maka realisasi belanja Kementerian Keuangan (tidak memperhitungkan pengembalian belanja) adalah sebesar Rp15.735.001.931.492,00 atau 90,42 persen dari pagu.

Perbandingan antara Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Kementerian Keuangan TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Gra! k 9 berikut.

Realisasi BelanjaBelanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan e! siensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian

Gra! k9Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2012 dan 2011 (dalam jutaan rupiah)

17.500.000

17.000.000

16.500.000

16.000.000

15.500.000

15.000.000

dalam

jutaa

n rup

iah

0PAGU REALISASI BRUTO

TA 2012 TA 2011

17.402.097 17.346.873

16.350.637 16.126.000

NO URAIAN TA 2012 TA 2011

1

2

Pagu 17.402.097.003.000 17.346.872.669.000

Realisasi Brutu 16.350.636.678.743 16.125.999.666.457

Realisasi Belanja NetoRp16.325.448.043.171,00

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto

Kementerian KeuanganTA 2012 dan 2011

Page 368: FA LTKK 2012.indb

367

Keuangan.

Belanja Kementerian Keuangan diklasi! kasikan berdasarkan Sumber Dana, Unit Eselon I, Fungsi, Program dan Jenis Belanja.

1. Belanja Kementerian KeuanganBruto Menurut Sumber Dana

Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp16.350.636.678.743,00, terdiri dari Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.186.866.897.680,00, Belanja Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp120,004,000,377,00, Rupiah Murni Pendamping sebesar Rp7.713.769.933,00, Badan Layanan Umum sebesar Rp30.489.695.883,00, Hibah Luar Negeri sebesar Rp5.562.314.870,00. Realisasi tersebut dapat dirinci sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 28 dan Gra! k 10 berikut.

Perbandingan antara Realisasi Belanja Bruto TA 2012 dan 2011menurut Sumber Dana dapat dilihat pada Tabel 29berikut. 2. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Unit Eselon I Bruto

Tabel 28Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Sumber Dana TA 2012

URAIAN PAGU %ESTIMASI

Belanja Transaksi Kas

Belanja Rupiah Murni

Belanja Pinjaman Luar Negri

Rupiah Murni Pendamping

Badan Layanan Umum

Hibah Luar Negri

Hibah Langsung Luar Negri

Hibah Langsung Jasa Luar Negri

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Belanja Transaksi Non Kas

Hibah Langsung Jasa Luar Negri

Jumlah Transaksi Non Kas Bruto

Jumlah Belanja Bruto

16.834.872.632.000

171.542.505.000

34.669.591.000

347.537.304.000

10.126.208.000

3.348.763.000

0

17.402.097.003.000

0

0

17.402.097.003.000

16.186.866.897.680

120.004.000.377

7.713.769.933

30.489.695.883

5.562.314.870

0

0

16.350.636.078.743

0

0

16.350.636.678.743

96,15

69,96

22,25

8,77

54,93

0,00

0,00

93,96

0,00

0,00

93,96

Realisasi Belanja Bruto

TA 2012Menurut Sumber Dana

Page 369: FA LTKK 2012.indb

368Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2012 dapat dirinci menurut Unit Eselon I Bruto sebagaimana

Gra! k 10PerbandinganPagu dan RealisasiBelanja Bruto Menurut Sumber Dana TA 2012 (dalam jutaan rupiah)

Tabel 29PerbandinganRealisasiBelanjaMenurut Sumber Dana TA 2012 dan 2011 (dalamrupiah)

BELANJA RUPIAH

MURNIBELANJA PINJAMAN

LUAR NEGERIRUPIAH MURNI

PENDAMPINGBADAN LAYANAN

UMUMHIBAH

LUAR NEGERIHIBAH LANGSUNG

LUAR NEGERI

PAGU REALISASI

10.000.000

12.000.000

8.000.000

16.000.000

18.000.000

14.000.000

6.000.000

4.000.000

2.000.000

0

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Belanja Transaksi Kas

Belanja Rupiah Murni

Belanja Pinjaman Luar Negri

Rupiah Murni Pendamping

Badan Layanan Umum

Hibah Luar Negri

Hibah Langsung Luar Negri

Hibah Langsung Jasa Luar Negri

Jumlah Belanja Bruto

Pengembalian Belanja

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Belanja Transaksi Non Kas

Hibah Langsung Jasa Luar Negri

Jumlah Belanja Bruto

Pengembalian Belanja

Jumlah Transaksi Non Kas Bruto

Jumlah Belanja Bruto

16.186.866.897.680

120.004.000.377

7.713.769.933

30.489.695.883

5.562.314.870

0

0

16.350.636.678.743

25.188.635.572

16.325.448.043.171

0

0

0

0

16.325.448.043.171

15.969.969.008.138

101.364.595.447

4.090.811.443

38.325.905.668

6.375.929.639

1.836.940.665

0

16.121.963.191.000

25.666.446.168

16.096.296.744.832

4.036.475.457

0

4.036.475.457

16.100.333.220.289

216.897.889.542

18.639.404.930

3.622.958.490

(7.836.209.785)

(813.614.769)

(1.836.940.665)

0

228.673.487.743

(477.810.596)

229.151.298.339

-

(4.036.475.457)

(4.036.475.457)

-

(4.036.475.457)

225.114.822.882

1,36

18,39

88,56

(20,45)

(12,76)

(100,00)

0,00

1,42

(1,86)

1,42

(100,00)

0,00

0,00

(100,00)

1,40

Page 370: FA LTKK 2012.indb

369

dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar adalah pada Setjen sebesar Rp6.064.064.989.816,00 atau 37,09persen dari total Realisasi Belanja Kementerian Keuangan. Berdasarkan realisasi TA 2012, penyerapan terbesar terdapat pada DJP sebesar Rp5.224.198.081.849,00 atau 104,54 persen dari pagu belanja DJP. Adapun realisasi belanja DJP tersebut termasuk didalamnya pembayaran imbalan bunga sebesar Rp615.634.747.251,00yang tidak tersedia pagu anggarannya di dalam DIPA. Apabila imbalan bunga ini dikeluarkan maka realisasi belanja DJP adalah sebesar Rp4.608.563.334.598,00 atau 92,22 persen dari pagu belanja DJP.

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja menurut Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 30 berikut. Perbandingan antara Realisasi Belanja per Unit Eselon I bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 31berikut.

3. Belanja Kementerian Keuangan Bruto Menurut Fungsi

Belanja Kementerian Keuangan juga dapat dikelompokkan berdasarkan Fungsi. Perbandingan Pagu dan

Tabel 30Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2012 (dalam rupiah)

NO UNIT ESELON 1 %PAGU REALISASI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Belanja Transaksi Non Kas

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

BAPEPAM - LK

BKF

JUMLAH

6.787.055.145.000

94.741.699.000

139.374.773.000

4.997.443.575.000

2.130.567.822.000

117.463.308.000

70.750.000.000

1.534.467.641.000

601.260.888.000

361.099.484.000

421.882.973.000

145.989.695.000

17.402.097.003.000

0

0

17.402.097.003.000

6.064.064.989.816

88.873.285.659

126.019.645.030

5.224.198.081.849

1.984.344.041.674

113.380.175.841

68.153.789.249

1.415.197.849.226

554.225.778.601

183.956.179.724

396.654.114.466

131.568.747.608

16.350.636.678.743

0

0

16.350.636.678.743

89,35

93,81

104,54

104,54

93,14

96,52

96,33

92,23

92,18

50,94

94,02

90,12

93,96

0,00

0,00

93,96

Realisasi Belanja Per Eselon I Bruto

Page 371: FA LTKK 2012.indb

370Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Bruto menurut Fungsi pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 32 dan Gra! k 11 berikut.

Perbandingan Realisasi Belanja Bruto berdasarkan Fungsi dalam kurun waktu dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 33berikut.

Tabel 31Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

TA 2011UNIT ESELON 1NO TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Kas Neto

Belanja Transaksi Non Kas

BKF

Jumlah Belanja Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Non Kas Bruto

6.064.064.989.816

88.873.285.659

126.019.645.030

5.224.198.081.849

1.984.344.041.674

113.380.175.841

68.153.789.249

1.415.197.849.226

554.225.778.601

183.956.179.724

396.654.114.466

131.568.747.608

16.350.636.678.743

25.188.635.572

16.325.448.043.171

0

0

0

0

0

16.325.448.043.171

5.963.937.082.788

93.791.092.203

114.765.543.793

5.397.033.396.680

1.726.841.144.537

115.201.678.220

107.415.130.754

1.385.436.301.213

543.878.523.670

140.999.075.196

396.304.767.440

136.359.454.506

16.121.963.191.000

25.666.446.168

16.096.296.744.832

3.050.373.457

986.102.000

4.036.475.457

0

4.036.475.457

16.100.333.220.289

100.127.907.028

(4.917.806.544)

11.254.101.237

(172.835.314.831)

257.502.897.137

(1.821.502.379)

(39.261.341.505)

29.761.548.013

10.347.254.931

42.957.104.528

349.347.026

(4.790.706.898)

228.673.487.743

(477.810.596)

229.151.298.339

(3.050.373.457)

(986.102.000)

(4.036.475.457)

(4.036.475.457)

225.114.822.882

1,68

(5,24)

9,81

(3,20)

14,91

(1,58)

(36,55)

2,15

1,90

30,47

0,09

(3,51)

1,42

(1,86)

1,42

(100,00)

(100,00)

(100,00)

0,00

(100,00)

1,40

Belanja Transaksi Kas

Belanja Transaksi Non Kas

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

2

10

11

12

Jumlah Belanja Netto

Realisasi Belanja Bruto TA 2012 Menurut Fungsi

Page 372: FA LTKK 2012.indb

371

URAIAN PAGU %ESTIMASI

Belanja Transaksi Kas

Badan Layanan Umum

Badan Pendidikan

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Belanja Transaksi Non Kas

Badan Layanan Umum

Badan Pendidikan

Jumlah Transaksi Non Kas Bruto

Jumlah Belanja Bruto

17.313.711.996.000

88.385.007.000

17.402.097.003.000

0

0

0

17.402.097.003.000

16.281.052.008.574

69.584.670.169

16.350.636.678.743

0

0

0

16.350.636.678.743

94,04

78,73

93,96

0,00

0,00

0,00

93,96

Tabel 32Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Fungsi TA 2012

Gra! k 11Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Fungsi TA 2012 (dalam jutaan rupiah)

15.000.000

20.000.000

10.000.000

5.000.000

dalam

jutaa

n rup

iah

0BELANJA PELAYANAN

UMUMBELANJA PENDIDIKAN

PAGU REALISASI

17.313.712 16.281.052

88.385 69.585

Page 373: FA LTKK 2012.indb

372Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2012 menurut Fungsi yang terbesar digunakan untuk Fungsi Pelayanan Umum yaitu sebesar Rp16.281.052.008.574,00 atau 99,57 persen dari total realisasi belanja Kementerian Keuangan.

4. Belanja Kementerian Keuangan Bruto Menurut Program

Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2012 menurut Program dapat dilihat pada Tabel 34 berikut ini:

5. Belanja Kementerian Keuangan Bruto Menurut Jenis Belanja

Belanja Kementerian Keuangan Bruto menurut Jenis Belanja terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang,

Tabel 33Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

Tabel 34Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2012 (dalam rupiah)

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Badan Layanan Umum

Badan Pendidikan

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Belanja Transaksi Non Kas

Badan Layanan Umum

Badan Pendidikan

Jumlah Transaksi Non Kas Bruto

Jumlah Belanja Bruto

16.281.052.008.574

69.584.670.169

16.350.636.678.743

0

0

0

16.350.636.678.743

16.035.157.249.021

86.805.941.979

16.121.963.191.000

4.036.475.457

0

4.036.475.457

16.125.999.666.457

245.894.759.553

(17.221.271.810)

228.673.487.743

(4.036.475.457)

(4.036.475.457)

224.637.012.286

1,53

(19,84)

1,42

(100,00)

0,00

(100,00)

1,39

KODE PROGRAM %ANGGARAN REALISASI

Program Dukungan dan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan

Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Keuangan

Program Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank

Program Pengelolaan Anggaran Negara

Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara

Program Pengelolaan Kekayaan Negara Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang

Program Perumusan Kebijakan Fiskal

Program Pengamanan dan Pengamanan Penerimaan Pajak

Program Pengawasan Pelayanan dan Penerimaan di Bidang Kepabean dan Cukai

Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang

JUMLAH

1

3

4

6

7

8

9

10

11

12

13

14

6.787.055.145.000

94.741.699.000

421.882.973.000

361.099.484.000

139.374.773.000

117.463.308.000

1.534.467.641.000

601.260.888.000

145.989.695.000

4.997.443.575.000

2.130.567.822.000

70.750.000.000

17.402.097.003.000

6.064.064.989.816

88.873.285.659

396.654.114.466

183.956.179.724

126.019.645.030

113.380.175.841

1.415.197.849.226

554.225.778.601

131.568.747.608

5.224.198.081.849

1.984.344.041.674

68.153.789.249

16.350.636.678.743

89,35

93,81

94,02

50,94

90,42

96,52

92,23

92,18

90,12

104,54

93,14

96,33

93,96

Realisasi Belanja Bruto TA 2012

MenurutProgram

Page 374: FA LTKK 2012.indb

373

Belanja Modal, dan Belanja Pembayaran Kewajiban Utang (SPM-IB Pajak). Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja menurut Jenis Belanja dapat dilihat pada Tabel 35 dan Gra! k 12.

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto berdasarkan Jenis Belanja untuk TA 2012 dapat dilihat pada Gra! k 12 berikut.

KODE PROGRAM %ANGGARAN REALISASI

Program Dukungan dan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan

Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Keuangan

Program Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank

Program Pengelolaan Anggaran Negara

Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara

Program Pengelolaan Kekayaan Negara Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang

Program Perumusan Kebijakan Fiskal

Program Pengamanan dan Pengamanan Penerimaan Pajak

Program Pengawasan Pelayanan dan Penerimaan di Bidang Kepabean dan Cukai

Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang

JUMLAH

1

3

4

6

7

8

9

10

11

12

13

14

6.787.055.145.000

94.741.699.000

421.882.973.000

361.099.484.000

139.374.773.000

117.463.308.000

1.534.467.641.000

601.260.888.000

145.989.695.000

4.997.443.575.000

2.130.567.822.000

70.750.000.000

17.402.097.003.000

6.064.064.989.816

88.873.285.659

396.654.114.466

183.956.179.724

126.019.645.030

113.380.175.841

1.415.197.849.226

554.225.778.601

131.568.747.608

5.224.198.081.849

1.984.344.041.674

68.153.789.249

16.350.636.678.743

89,35

93,81

94,02

50,94

90,42

96,52

92,23

92,18

90,12

104,54

93,14

96,33

93,96

KODE PROGRAM %ANGGARAN REALISASI

Program Dukungan dan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan

Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Keuangan

Program Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank

Program Pengelolaan Anggaran Negara

Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara

Program Pengelolaan Kekayaan Negara Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang

Program Perumusan Kebijakan Fiskal

Program Pengamanan dan Pengamanan Penerimaan Pajak

Program Pengawasan Pelayanan dan Penerimaan di Bidang Kepabean dan Cukai

Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang

JUMLAH

1

3

4

6

7

8

9

10

11

12

13

14

6.787.055.145.000

94.741.699.000

421.882.973.000

361.099.484.000

139.374.773.000

117.463.308.000

1.534.467.641.000

601.260.888.000

145.989.695.000

4.997.443.575.000

2.130.567.822.000

70.750.000.000

17.402.097.003.000

6.064.064.989.816

88.873.285.659

396.654.114.466

183.956.179.724

126.019.645.030

113.380.175.841

1.415.197.849.226

554.225.778.601

131.568.747.608

5.224.198.081.849

1.984.344.041.674

68.153.789.249

16.350.636.678.743

89,35

93,81

94,02

50,94

90,42

96,52

92,23

92,18

90,12

104,54

93,14

96,33

93,96

Tabel 35Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Jenis Belanja TA 2012 (dalam rupiah)

URAIAN PAGU %ESTIMASI

Belanja Transaksi Kas

Badan Layanan Umum

Badan Pendidikan

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Belanja Transaksi Non Kas

Badan Layanan Umum

Badan Pendidikan

Jumlah Transaksi Non Kas Bruto

Jumlah Belanja Bruto

17.313.711.996.000

88.385.007.000

17.402.097.003.000

0

0

0

17.402.097.003.000

16.281.052.008.574

69.584.670.169

16.350.636.678.743

0

0

0

16.350.636.678.743

94,04

78,73

93,96

0,00

0,00

0,00

93,96

Realisasi Belanja Bruto TA 2012

Menurut Jenis Belanja

Page 375: FA LTKK 2012.indb

374Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Komposisi Realisasi Belanja berdasarkan Jenis Belanja Bruto untuk TA 2012 juga dapat dilihat pada Gra!k 13 berikut.

Perbandingan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Bruto menurut Jenis Belanja TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 36 berikut.

Gra!k 12Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Jenis Belanja TA 2012 (dalam jutaan rupiah)

Gra!k 13Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Bruto TA 2012

6.000.000

8.000.000

10.000.000

4.000.000

2.000.000

0 BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL PEMBAYARAN KEWAJIBANUTANG (SPM-IB PAJAK)

PAGU REALISASI

8.375.083 7.993.249

7.127.782 6.105.899

1.899.232 1.635.8540 615.635

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG

BELANJA MODAL

PEMBAYARAN KEWAJIBAN UTANG (SPM-IB PAJAK)

48,89 %

10,00 %37,34 %

3,77 %

Page 376: FA LTKK 2012.indb

375

B.2.1. Belanja Pegawai

Realisasi Belanja Pegawai Neto TA 2012 adalah sebesar Rp7.976.346.217.823,00 atau 95,24 persen dari pagu

yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012 sebesar Rp8.375.082.920.608,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2011, Realisasi Belanja Pegawai TA 2012 mengalami kenaikansebesar Rp485.832.176.729,00 atau 6,49 persen dari Realisasi TA 2011. Kenaikan ini disebabkan karena adanya kenaikan gaji PNS tahun 2012 dan penerimaan pegawai baru yang menyebabkan naiknya pembayaran gaji, TKPKN dan pembayaran uang makan.

Realisasi Belanja PegawaiBruto TA 2012 adalah sebesar Rp7.993.248.823.707,00 atau 95,44 persen dari pagu. Jumlah Pengembalian Belanja Pegawai pada TA 2012 adalah sebesar Rp16.902.605.884,00 sehingga Realisasi Belanja Pegawai Neto TA 2012adalah sebesar Rp7.976.346.217.823,00.

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 37.

Realisasi Belanja Pegawai BLU nihil karena gaji masih dibayar oleh satuan kerja asal pegawai BLU.Komposisi Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Gra! k 14 berikut.

Tabel 36Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Bruto TA 2012 dan TA 2011 (dalam rupiah)

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Transaksi Kas

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Pembayaran Kewajiban Utang (SPM-IB Pajak)

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Kas Neto

Transaksi Non Kas

Belanja Barang

Pengembalian

Jumlah Transaksi Non Kas Neto

Jumlah Belanja Netto

7.993.248.823.707

6.105.898.670.123

1.635.854.437.662

615.634.747.251

16.350.636.678.743

25.188.635.572

16.325.448.043.171

0

0

0

16.325.448.043.171

7.510.455.351.495

5.279.309.268.307

2.084.798.699.811

1.247.399.871.387

16.121.963.191.000

25.666.446.168

16.096.296.744.832

4.036.475.457

0

4.036.475.457

16.100.333.220.289

482.793.472.212

826.589.401.816

(448.944.262.149)

(631.765.124.136)

228.673.487.743

(477.810.596)

229.151.298.339-

(4.036.475.457)

0

(4.036.475.457)

225.114.822.882

6,43

15,66

(21,53)

(50,65)

1,42

(1,86)

1,42

(100,00)

(100,00)

1,40

Realisasi Belanja Pegawai Neto

Rp7.976.346.217.823,00

Page 377: FA LTKK 2012.indb

376Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Perbandingan antara Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 38 berikut.

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 39 berikut.

Perbandingan Belanja Pegawai Kementerian Keuangan per Unit Eselon I TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada

Tabel 37Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

Gra! k 14Komposisi Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012

URAIAN PAGU %ESTIMASI

Transaksi Kas

Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 2.987.789.417.564 2.847.113.253.870 95,29

Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara 7.045.140.000 7.044.300.920 99,99

Belanja Gaji dan Tunj. Peg. Non PNS 0 0 0,00

Belanja Honorarium 666.000.000 643.500.000 96,62

Belanja Lembur 147.008.597.044 129.256.278.480 87,92

Belanja Vakasi 5.335.827.000 4.039.448.200 75,70

B. Tunj. Khusus & B. Peg. Transito 5.227.237.939.000 5.005.152.042.237 95,75

Belanja Pegawai BLU 0 0 0,00

Jumlah Transaksi Kas Bruto 8.375.082.920.608 7.993.248.823.707 95,44

Transaksi Non Kas

Belanja Pegawai 0 0 0,00

Jumlah Transaksi Non Kas Bruto 0 0 0,00

Jumlah Belanja Bruto 8.375.082.920.608 7.993.248.823.707 95,44

B. Tunj. Khusus dan B. Pegawai TransitoBelanja Gaji dan Tunjangan PNSBelanja Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara

62,62 %35,62 %0,09 %

Belanja HonorariumBelanja LemburBelanja Vakasi

0,01 %1,62 %

0,05 %

Page 378: FA LTKK 2012.indb

377

Tabel 40 berikut:

B.2.2. Belanja Barang

Tabel 38Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

-

Transaksi Kas

Belanja Gaji dan Tunjangan PNS

Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara

Belanja Gaji dan Tunj. Peg. Non PNS

Belanja Honorarium

Belanja Lembur

Belanja Vakasi

B. Tunj. Khusus & B. Peg. Transito

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Kas Neto

Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Neto

2.847.113.253.870

7.044.300.920

0

643.500.000

129.256.278.480

4.039.448.200

5.005.152.042.237

7.993.248.823.707

16.902.605.884

7.976.346.217.823

0

7.976.346.217.823

2.619.409.669.125

0

0

6.615.548.921

93.882.789.620

0

4.790.547.343.829

7.510.455.351.495

19.941.310.401

7.490.514.041.094

0

7.490.514.041.094

227.703.584.745

7.044.300.920

0

(5.972.048.921)

35.373.488.860

4.039.448.200

214.604.698.408

482.793.472.212

(3.038.704.517)

485.832.176.729

0

485.832.176.729

8,69

0,00

0,00

(90,27)

37,68

0,00

4,48

6,43

(15,24)

6,49

6,49

Tabel 39Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2012 (dalam rupiah)

NO UNIT ESELON 1 %PAGU REALISASI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Belanja Transaksi Non Kas

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

Jumlah Belanja Bruto

5.341.984.127.000

28.762.337.000

47.402.050.000

1.552.002.135.608

539.708.990.000

21.986.792.000

16.635.827.000

499.680.535.000

186.833.330.000

54.096.491.000

63.512.958.000

22.477.348.000

8.375.082.920.608

0

8.375.082.920.608

5.107.223.659.495

24.938.779.824

45.109.247.514

1.488.993.656.113

495.294.389.085

21.734.076.324

15.932.387.495

485.148.515.235

177.963.597.667

48.819.456.916

59.694.456.166

22.396.601.873

7.993.248.823.707

0

7.993.248.823.707

95,61

86,71

95,16

95,94

91,77

98,85

95,77

97,09

95,25

90,25

93,99

99,64

95,44

0,00

95,44

Page 379: FA LTKK 2012.indb

378Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Realisasi Belanja Barang Neto TA 2012adalah sebesar Rp6.097.847.421.003.00 yang berarti 85,55 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012 sebesar Rp7.127.781.800.025,00. Apabila dibandingkan dengan

TA2011, realisasi Belanja Barang TA 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp819.514.592.821,00 atau 15,53persen dari TA 2011. Kenaikan berasal dari belanja barang operasional, belanja barang non operasional, belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas dalam negeri dan belanja perjalanan luar negeri. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya volume kerja/kegiatan dibandingkan tahun sebelumnya dan adanya kenaikan indeks/harga satuan sesuai dengan Standar Biaya Tahun 2012.

Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012adalah sebesar Rp6.105.898.670.123,00 yang berarti 85,66 persen dari pagu.Jumlah Pengembalian Belanja Barang TA 2012 adalah sebesar Rp8.051.249.120,00 sehingga Realisasi Belanja Barang Neto TA 2012 adalah sebesar Rp6.097.847.421.003,00.

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 41 berikut.

Komposisi Belanja Barang Bruto TA 2012dapat dilihat dalam Gra! k 15.

Perbandingan antara Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 42 berikut.

Tabel 40Perbandingan Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan TA 2011 (dalam rupiah)

TA 2011URAIANNO TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Kas Neto

5.107.223.659.495

24.938.779.824

45.109.247.514

1.488.993.656.113

495.294.389.085

21.734.076.324

15.932.387.495

485.148.515.235

177.963.597.667

48.819.456.916

59.694.456.166

22.396.601.873

7.993.248.823.707

16.902.605.884

7.976.346.217.823

0

7.976.346.217.823

4.878.316.572.393

23.571.787.195

39.682.719.229

1.354.681.299.686

453.640.814.986

18.968.838.639

14.396.946.704

450.427.443.892

160.682.419.341

45.035.140.949

50.781.153.373

20.270.215.108

7.510.455.351.495

19.941.310.401

7.490.514.041.094

0

7.490.514.041.094

228.907.087.102

1.366.992.629

5.426.528.285

134.312.356.427

41.653.574.099

2.765.237.685

1.535.440.791

34.721.071.343

17.281.178.326

3.784.315.967

8.913.302.793

2.126.386.765

482.793.472.212

(3.038.704.517)

485.832.176.729

0

485.832.176.729

4,69

5,80

13,67

9,91

9,18

14,58

10,67

7,71

10,75

8,40

17,55

10,49

6,43

(15,24)

6,49

0,00

6,49

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Belanja Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Netto

Belanja Transaksi Kas

Realisasi Belanja Barang Rp6.097.847.421,003,00

Page 380: FA LTKK 2012.indb

379

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang per Unit Eselon I Bruto dapat dilihat pada Tabel 43 berikut.Perbandingan Realisasi Belanja Barang per Unit Eselon I TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 44 berikut.

Gra! k 15Komposisi Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012

Tabel 41Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

URAIAN PAGU %ESTIMASI

2.479.307.813.385

1.496.839.815.583

936.722.461.903

0

803.597.043.304

1.013.223.337.650

55.587.380.200

342.503.948.000

7.127.781.800.025

0

7.127.781.800.025

2.365.429.344.632

1.309.144.116.812

677.050.374.892

0

750.141.678.122

931.189.826.825

45.250.041.882

27.693.286.958

6.105.898.670.123

0

6.105.898.670.123

95,41

87,46

72,28

0,00

93,35

91,90

81,40

8,09

85,66

0,00

85,66

Belanja Barang Operasional

Belanja Barang Non Operasional

Belanja Jasa

Belanja Jasa untuk Hibah

Belanja Pemeliharaan

Belanja Perjalanan Dalam Negeri

Belanja Perjalanan Luar Negeri

Belanja Barang BLU

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Belanja Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Bruto

Transaksi Kas

Belanja Barang Operasional

Belanja Barang Non Operasional

Belanja Jasa

38,74 %

21,44 %

11,09 %

Belanja Pemeliharaan

Belanja Perjalanan Dalam Negeri

Belanja Perjalanan Luar Negeri

12,29 %

15,25 %

0,74 %

Belanja Barang BLU 0,45 %

Page 381: FA LTKK 2012.indb

380Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

B.2.3. BelanjaModal

Realisasi Belanja Modal Neto TA 2012 adalah sebesar Rp1.635.619.657.094,00 yang berarti 86,12 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012 sebesar Rp1.899.232.282.367,00. Apabila dibandingkan dengan TA

Tabel 42Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

Tabel 43Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Barang Per Eselon I TA 2012 (dalam rupiah)

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

-

Transaksi Kas

Belanja Barang Operasional

Belanja Barang Non Operasional

Belanja Jasa

Belanja Jasa untuk Hibah

Belanja Pemeliharaan

Belanja Perjalanan Dalam Negeri

Belanja Perjalanan Luar Negeri

Belanja Barang BLU

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Kas Netto

Transaksi Non Kas

Belanja Jasa untuk Hibah

Pengembalian

Jumlah Transaksi Non Kas Bruto

Jumlah Belanja Neto

2.365.429.344.632

1.309.144.116.812

677.050.374.892

0

750.141.678.122

931.189.826.825

45.250.041.882

27.693.286.958

6.105.898.670.123

8.051.249.120

6.097.847.421.003

0

0

0

6.097.847.421.003

2.096.014.777.419

1.069.287.145.857

567.381.655.911

0

661.590.235.968

815.902.481.274

36.806.266.398

32.326.705.480

5.279.309.268.307

5.508.465.517

5.273.800.802.790

4.036.475.457

0

4.036.475.457

5.277.837.278.247

269.414.567.213

239.856.970.955

109.668.718.981

0

88.551.442.154

115.287.345.551

8.443.775.484

(4.633.418.522)

826.589.401.816

2.542.783.603

824.046.618.213

(4.036.475.457)

0

(4.036.475.457)

(4.036.475.457)

12,85

22,43

19,33

0,00

13,38

14,13

22,94

(14,33)

15,66

46,16

15,63

(100,00)

(100,00)

0,00

(0,08)

NO UNIT ESELON 1 %PAGU REALISASI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

BAPEPAM - LK

BKF

Jumlah Belanja Bruto

912.342.718.000

59.565.061.000

74.507.679.000

3.068.304.026.025

1.210.977.144.000

77.326.004.000

43.604.353.000

705.469.035.000

291.232.034.000

280.987.737.000

302.792.532.000

100.673.477.000

7.127.781.800.025

0

00

7.127.781.800.025

501.155.727.611

57.554.093.890

64.742.235.160

2.825.943.594.865

1.149.475.435.272

74.051.441.413

42.111.016.243

648.575.035.271

262.338.806.792

109.939.181.696

282.490.114.575

87.521.987.335

6.105.898.670.123

0

00

6.105.898.670.123

54,93

96,62

86,89

92,10

94,92

95,77

96,58

91,94

90,08

39,13

93,29

86,94

85,66

0,00

0,000,00

85,66

Belanja Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Bruto

Belanja Transaksi Kas

1

2

Page 382: FA LTKK 2012.indb

381

2011, realisasi Belanja Modal TA 2012 mengalami penurunan sebesar Rp448.962.372.467,00 atau 21,54persen

NO UNIT ESELON 1 %PAGU REALISASI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

BAPEPAM - LK

BKF

Jumlah Belanja Bruto

912.342.718.000

59.565.061.000

74.507.679.000

3.068.304.026.025

1.210.977.144.000

77.326.004.000

43.604.353.000

705.469.035.000

291.232.034.000

280.987.737.000

302.792.532.000

100.673.477.000

7.127.781.800.025

0

00

7.127.781.800.025

501.155.727.611

57.554.093.890

64.742.235.160

2.825.943.594.865

1.149.475.435.272

74.051.441.413

42.111.016.243

648.575.035.271

262.338.806.792

109.939.181.696

282.490.114.575

87.521.987.335

6.105.898.670.123

0

00

6.105.898.670.123

54,93

96,62

86,89

92,10

94,92

95,77

96,58

91,94

90,08

39,13

93,29

86,94

85,66

0,00

0,000,00

85,66

Belanja Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Bruto

Belanja Transaksi Kas

1

2

NO UNIT ESELON 1 %PAGU REALISASI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

BAPEPAM - LK

BKF

Jumlah Belanja Bruto

912.342.718.000

59.565.061.000

74.507.679.000

3.068.304.026.025

1.210.977.144.000

77.326.004.000

43.604.353.000

705.469.035.000

291.232.034.000

280.987.737.000

302.792.532.000

100.673.477.000

7.127.781.800.025

0

00

7.127.781.800.025

501.155.727.611

57.554.093.890

64.742.235.160

2.825.943.594.865

1.149.475.435.272

74.051.441.413

42.111.016.243

648.575.035.271

262.338.806.792

109.939.181.696

282.490.114.575

87.521.987.335

6.105.898.670.123

0

00

6.105.898.670.123

54,93

96,62

86,89

92,10

94,92

95,77

96,58

91,94

90,08

39,13

93,29

86,94

85,66

0,00

0,000,00

85,66

Belanja Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Bruto

Belanja Transaksi Kas

1

2

Tabel 44Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2012 dan TA 2011 (dalam rupiah)

TA 2011URAIANNO TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Kas Neto

1 BAPEPAM-LK

2 BFK

Pengembalian

Jumlah Transaksi Non Kas Netto

Jumlah Belanja Netto

501.155.727.611

57.554.093.890

64.742.235.160

2.825.943.594.865

1.149.475.435.272

74.051.441.413

42.111.016.243

648.575.035.271

262.338.806.792

109.939.181.696

282.490.114.575

87.521.987.335

6.105.898.670.123

8.051.249.120

6.097.847.421.003

0

0

0

0

6.097.847.421.003

402.180.191.697

60.576.192.520

56.184.593.724

2.370.575.755.219

923.844.690.772

80.537.799.012

50.596.233.720

679.370.514.810

251.272.820.620

67.506.248.657

228.580.025.303

108.084.202.253

5.279.309.268.307

5.508.465.517

5.273.800.802.790

3.050.373.457

986.102.000

0

4.036.475.457

5.277.837.278.247

98.975.535.914

(3.022.098.630)

8.557.641.436

455.367.839.646

225.630.744.500

(6.486.357.599)

(8.485.217.477)

(30.795.479.539)

11.065.986.172

42.432.933.039

53.910.089.272

(20.562.214.918)

826.589.401.816

2.542.783.603

824.046.618.213

3.050.373.457

986.102.000

0

4.036.475.457

820.010.142.756

24,61

(4,99)

15,23

19,21

24,42

(8,05)

(16,77)

(4,53)

4,40

62,86

23,58

(19,02)

15,66

46,16

15,63

(100,00)

(100,00)

Jumlah Belanja Bruto 0 4.036.475.457 4.036.475.457 (100,00)

(0,00)

(100,00)

15,54

Belanja Transaksi Kas

Belanja Transaksi Non Kas

Page 383: FA LTKK 2012.indb

382Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

dari TA 2011. Penurunan terbesar berasal dari belanja modal tanah yaitu pada tahun 2011 terdapat pembayaran angsuran atas tanah pada PT Taspen oleh Kantor Pusat Sekretariat Jenderal.

Sedangkan Realisasi Belanja Modal Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp1.635.854.437.662,00 yang berarti 86,13 persen dari pagu. Terdapat pengembalian belanja modal pada TA 2012 sebesar Rp234.780.568,00 sehingga Realisasi Belanja Modal Neto TA 2012 adalah sebesar Rp1.635.619.657.094,00.

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 45berikut. Komposisi Belanja Modal Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Gra! k 16 berikut.Perbandingan antara Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 46 berikut.

Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 47 berikut.

Perbandingan Belanja Modal per Unit Eselon I Kementerian Keuangan TA 2012 dan TA 2011dapat dilihat pada

Tabel 48 berikut.

Tabel 45Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Modal TA 2012 (dalam rupiah)

Gra! k 16Komposisi Realisasi Belanja Modal Bruto TA 2012

URAIAN PAGU %ESTIMASI

13.587.533.000

938.771.911.000

835.601.651.000

30.989.834.367

75.247.997.000

5.033.356.000

1.899.232.282.367

0

1.899.232.282.367

11.905.150.600

848.335.043.486

710.862.344.644

3.961.122.061

57.994.367.946

2.796.408.925

1.635.854.437.662

0

1.635.854.437.662

87,62

90,37

85,07

12,78

77,07

55,56

86,13

0,00

86,13

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan & Mesin

Belanja Modal Gedung & Bangunan

Belanja Modal Jalan, Irigasi & Jaringan

Belanja Modal Lainnya

Belanja Barang BLU

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Bruto

Transaksi Kas

Belanja Modal Peralatan Mesin

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

51,95 %

43,53 %

0,24 %

Belanja Modal Lainnya

Belanja Modal Tanah

3,55 %

0,73 %

Realisasi Belanja Modal Neto TA 2012Rp1.635.619.657.094,00

Page 384: FA LTKK 2012.indb

383

B.2.4. Pembayaran Bunga UtangRealisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang TA 2012 adalah sebesar Rp65.634.747.251,00, yaitu merupakan

Imbalan Bunga kepada Wajib Pajak atas keterlambatan pembayaran pengembalian kelebihan bayar pajak atau

Tabel 46Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

Tabel 47Realisasi Belanja Modal Per Eselon I Bruto TA 2012 (dalam rupiah)

TA 2011URAIAN TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

Transaksi Kas

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan & Mesin

Belanja Modal Gedung & Bangunan

Belanja Modal Jalan, Irigasi & Jaringan

Belanja Modal Lainnya

Belanja Barang BLU

Jumlah Transaksi Kas Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Kas Neto

Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Neto

11.905.150.600

848.335.043.486

710.862.344.644

3.961.122.061

57.994.367.946

2.796.408.925

1.635.854.437.662

234.780.568

1.635.619.657.094

0

1.635.619.657.094

352.139.360.349

835.704.317.459

798.701.703.233

13.795.617.424

78.458.501.158

5.999.200.188

2.084.798.699.811

216.670.250

2.084.582.029.561

0

2.084.582.029.561

(340.234.209.749)

12.630.726.027

(87.839.358.589)

(9.834.495.363)

(20.464.133.212)

(3.202.791.263)

(448.944.262.149)

18.110.318

(448.962.372.467)

0

(448.962.372.467)

(96,62)

1,51

(11,00)

(71,29)

(26,08)

(53,39)

(21,53)

8,36

(21,54)

0.00

(21,54)

NO UNIT ESELON 1 %PAGU REALISASI

1

2

3

4

5

6

7

8

910

1112

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKNBAPEPAM-LK

BPPKBFK

Jumlah Belanja Bruto

Belanja Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Bruto

Belanja Transaksi Kas

532.728.300.000

6.414.301.000

17.465.044.000

377.137.413.367

379.881.688.000

18.150.512.000

10.509.820.000

329.318.071.000

123.195.524.00026.015.256.000

55.577.483.00022.838.870.000

1.899.232.282.367

0

1.899.232.282.367

455.685.602.710

6.380.411.945

16.168.162.356

293.626.083.620

339.574.217.317

17.594.658.104

10.110.385.511

281.474.298.720

113.923.374.14225.197.541.112

54.469.543.72521.650.158.400

1.635.854.437.662

0

1.635.854.437.662

85,54

99,47

92,57

77,86

89,39

96,94

96,20

85,47

92,4796,86

98,0194,80

86,13

0,00

86,13

Page 385: FA LTKK 2012.indb

384Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

keputusan keberatan, putusan banding dan peninjauan kembali yang mengabulkan permohonan Wajib Pajak. Realisasi Pembayaran Bunga Utang TA 2012 mengalami penurunan sebesar Rp631.765.124.136,00 atau 50,65

persen apabila dibandingkan dengan pengeluaran yang sama untuk TA 2011.

B.3. CATATAN PENTING LAINNYA

B.3.1 Program PINTAR Direktorat Jenderal PajakProject for Indonesian Tax Administration Reform (PINTAR) adalah program penyempurnaan proses bisnis perpajakan serta pengembangan platform dan fondasi sistem informasi yang terintegrasi. PINTAR mengadopsi praktik administrasi perpajakan terbaik di dunia, baik dalam aspek pelayanan perpajakan maupun aspek pengawasan kepatuhan. PINTAR bertujuan meningkatkan e! siensi dan efektivitas operasional DJP dan menurunkan compliance cost. Selain itu, PINTAR bertujuan untuk menyempurnakan penerapan good governance dengan meningkatkan transparansi, integritas, profesionalisme, dan akuntabilitas.

PINTAR mencakup pengembangan dan penyempurnaan empat komponen yaitu:1. Sistem perpajakan inti, yang terdiri dari Pendaftaran Wajib Pajak, Pengolahan Surat Pemberitahuan,

Rekening Wajib Pajak, Manajemen Dokumen, dan Arsitektur Sistem yang terintegrasi;2. Sumber Daya Manusia;3. Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak yang terdiri dari Pemeriksaan, Penagihan, serta Keberatan dan Banding;

Tabel 48Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

TA 2011URAIANNO TA 2012

%Rp

Kenaikan/ Penurunan

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BFK

Jumlah Belanja Bruto

Pengembalian

Jumlah Transaksi Kas Neto

455.685.602.710

6.380.411.945

16.168.162.356

293.626.083.620

339.574.217.317

17.594.658.104

10.110.385.511

281.474.298.720

113.923.374.142

25.197.541.112

54.469.543.725

21.650.158.400

1.635.854.437.662

234.780.568

1.635.619.657.094

0

1.635.619.657.094

683.440.318.698

9.643.112.488

18.898.230.840

424.376.470.388

349.355.638.779

15.695.040.569

42.421.950.330

255.638.342.511

131.923.283.709

28.457.685.590

116.943.588.764

8.005.037.145

2.084.798.699.811

216.670.250

2.084.582.029.561

2.084.582.029.561

(227.754.715.988)

(3.262.700.543)

(2.730.068.484)

(130.750.386.768)

(9.781.421.462)

1.899.617.535

(32.311.564.819)

25.835.956.209

(17.999.909.567)

(3.260.144.478)

(62.474.045.039)

13.645.121.255

(448.944.262.149)

18.110.318

(448.962.372.467)

0

(448.962.372.467)

(33,32)

(33,83)

(14,45)

(30,81)

(2,80)

12,10

(76,17)

10,11

(13,64)

(11,46)

(53,42)

170,46

(21,53)

8,36

(21,54)

0,00

(21,54)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Belanja Transaksi Non Kas

Jumlah Belanja Netto

Belanja Transaksi Kas

Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang TA 2012Rp615.634.747.251,00

Page 386: FA LTKK 2012.indb

385

dan4. Manajemen Proyek.

Total pendanaan PINTAR pada Tahun Anggaran 2012 sebesar USD146,262,000.00. Dana sebesar USD110,000,000.00 dibiayai oleh pinjaman lunak dari World Bank Nomor 7631 ID. Sedangkan sisa dana sebesar USD36,262,000.00 dibiayai oleh APBN. Loan Agreement PINTAR (Loan Number 7631 ID) ditandatangani 9 Februari 2009 dan berlaku efektif (Loan E"ectiveness) sejak 7 Agustus 2009. Closing date dari loan agreement PINTAR adalah 31 Desember 2015.

Pengadaan PINTAR Tahun Anggaran 2012 dibagi menjadi 3 (tiga) paket pengadaan yaitu :

• Paket Core Tax dengan nilai sebesar USD109,419,000.00 (berdasarkan procurement plan), Menteri Keuangan telah menyampaikan surat kepada World Bank mengenai pembatalan pengadaan Paket Core Tax PINTAR dan World Bank telah memberikan jawaban atas surat Menteri Keuangan yang menyatakan bahwa World Bank dapat menerima alasan pembatalan pengadaan. Berdasarkan hal tersebut, DJP mengajukan revisi anggaran Paket Core Tax tahun anggaran 2012;

• Paket Human Resources Management Information System dengan nilai sebesar USD4,736,000.00 (berdasarkan procurement plan), perubahan scope paket Human Resources Management Information System (HRMIS) melalui revisi DGT AD HRMIS belum mencapai kesepakatan; dan

• Paket Owner’s Agent dengan nilai sebesar USD7,116,000.00 (berdasarkan procurement plan), Sehubungan dengan pembatalan pengadaan Paket Core Tax PINTAR, DJP mengajukan permohonan pembatalan Paket Owner’s Agent yang merupakan salah satu paket pendukung Core Tax. Permohonan pembatalan ini telah mendapatkan persetujuan World Bank. Berdasarkan hal tersebut, DJP mengajukan revisi anggaran Paket Owner’s Agent Tahun Anggaran 2012.

DIPA PINTAR dan CTF-7 telah mengalami revisi sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu:

• Revisi ke-1 tanggal 29 Februari 2012, mengubah pagu DIPA dari semula Rp350.688.294.000,00 menjadi Rp158.416.314.000,00;

• Revisi ke-2 tanggal 9 April 2012, mengubah Kode Nomor Perjanjian Pinjaman (NPP) dan Kantor Bayar / KPPN;

Revisi ke-3 tanggal 20 November 2012, mengubah pagu DIPA dari semula Rp158.416.314.000,00 menjadi Rp33.540.928.000,00, dengan mengurangi alokasi pagu anggaran yang bersumber dari Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp113.556.159.000,00 dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp11.319.227.000,00.

B.3.2 Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengembalian Penerimaan pada DJPDalam rangka menjaga validitas data realisasi pendapatan khususnya untuk data penerimaan pajak telah dilakukan rekonsiliasi antara Direktorat Jenderal Pajak selaku Pengguna Anggaran dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Bendahara Umum Negara sesuai dengan BAR Penerimaan Pajak nomor BAR-112/SM II/PB.64/2013 tanggal 6 Mei 2013. Rekonsiliasi dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji bahwa jumlah penerimaan pajak yang disajikan Rp888.593.147.044.415,00 telah didukung uang (kas) yang masuk ke negara dengan jumlah yang sama.

Hasil rekonsiliasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pemindahbukuan yang terjadi selama TA 2012 adalah sebesar Rp1.400.997.781.312,00. Nilai tersebut merupakan pemindah bukuan yang disebabkan oleh perubahan Mata Anggaran Pendapatan (MAP) dan bukan merupakan pelunasan tunggakan pajak. Pemindah bukuan sebagaimana dimaksud belum terakomodasi dalam nilai

Page 387: FA LTKK 2012.indb

386Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

penerimaan perpajakan dalam laporan keuangan dikarenakan belum ada Peraturan dalam Pedoman Induk Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak (TUPRP) yang mengatur pemindah bukuan berdasarkan data MPN.

Perubahan terhadap TUPRP (saat ini masih mengacu pada KEP-11/PJ./1994) masih dalam proses pembahasan.

Dalam rangka menjaga validitas data pengembalian pendapatan pajak dilakukan rekonsiliasi pengembalian pendapatan pajak sebesar Rp52.765.219.385.640,00 antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Rekonsiliasi dilakukan dengan membandingkan (mencocokan) data transaksi pengembalian pendapatan pajak berupa daftar SP2D pengembalian pendapatan pajak antara data SAI dengan data SAU. Rincian pengembalian pendapatan pajak berdasarkan hasil rekonsiliasi antara SAI dan SAU sebagai berikut:

Dari hasil rekonsiliasi tersebut terdapat perubahan data terkait dengan pelaksanaan rekonsiliasi Laporan Keuangan TA 2012 Eselon I Unaudited dengan rincian sebagai berikut:

Selanjutnya atas data tersebut diatas terdapat perubahan data terkait dengan pelaksanaan rekonsiliasi Laporan Keuangan TA 2012 Eselon I – Audited dengan rincian sebagai berikut:

Nilai pengembalian pendapatan pajak untuk periode yang berakhir per 31 Desember 2012 sebesar Rp52.765.219.385.640,00 dan per 31 Desember 2011 sebesar Rp45.122.108.432.543,00 serta pengembalian

URAIAN SAU(RUPIAH)

SAI(RUPIAH)

SELISIH(RUPIAH)

MPN

Pemotongan SPM

BUN

Pengembalian Pajak

Total Penerimaan Bruto

Total Penerimaan Netto

722.314.613.327.188

49.819.704.366.049

116.464.854.458.978

52.765.219.385.640

888.599.172.152.215

835.833.952.766.575

722.310.059.773.188

49.818.232.812.250

116.464.854.458.978

52.765.219.385.640

888.593.147.044.416

835.827.927.658.776

4.553.554.000

1.471.553.799

0

0

6.025.107.799

6.025.107.799

URAIAN SAU(RUPIAH)

SAI(RUPIAH)

SELISIH(RUPIAH)

1. SAI dan SAU sama (semua elemen)

2. SAI dan SAU beda MAP (nilai sama)

3. SAI dan SAU beda nomor dokumen (nilai sama)

4. SAI dan SAU beda nomor KPPN (nilai sama)

5. SAI dan SAU beda nominal

6. Data Hanya ada di SAI

7. Data Hanya ada di SAU

8. SAI dan SAU beda dua variabel atau lebih

9. Bukan Satker DJP

Total

52.653.565.493.224

2.025.981.345

17.849.387.723

38.240.721.999

4.124.032.946

247.296.891

53.853.524.499

11.050.258

6.961.934

52.769.924.450.819

52.653.565.493.224

2.025.981.345

17.849.387.723

38.240.721.999

4.124.032.946

53.944.766.109

11.050.258

106.252.934

52.769.867.686.538

-

-

-

-

-

(247.296.891)

91.241.610

-

99.291.000

(56.764.281)

-

Page 388: FA LTKK 2012.indb

387

pendapatan periode-periode sebelumnya merupakan produk dari surat ketetapan pajak lebih bayar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Nominal surat ketetapan pajak (SKPLB)/keputusan/putusan yang menyatakan lebih bayar yang diajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan

sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali yang belum diterbitkan keputusan atau putusan per tanggal 31 Desember 2012 adalah Rp21.168.709.416.540,00.

B.3.3. Sensus Pajak NasionalSensus Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kegiatan SPN merupakan program ekstensi! kasi yang proaktif yaitu dengan mendatangi subjek pajak secara langsung di lokasi tempat usaha dan atau tempat tinggal mereka. Kegiatan SPN juga diikuti dengan kegiatan penyuluhan dan himbauan kepada wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya.

Dalam pidato presiden pada penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangan tanggal 16 Agustus 2011 menyatakan bahwa dalam mengoptimalkan penggalian potensi perpajakan, pada bulan September 2011 Pemerintah berencana melakukan Sensus Pajak Nasional. Menindaklanjuti pidato presiden tersebut, dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang SPN. Beberapa peraturan pelaksanaannya yaitu:

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.03/2011 tentang Pembentukan Tim SPN.2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2011 tentang Pedoman Teknis SPN.

Launching SPN dilakukan pada 30 September 2011 oleh Menteri Keuangan Agus DW Martowardoyo. Metodologi

FLAG URAIANKOREKSI PENYUSUNAN LKSELISIH

(RUPIAH)SELISIH AKHIR

(RUPIAH)SAI(RUPIAH)

SAU(RUPIAH)

MENJADISAI

(RUPIAH)SAU

(RUPIAH)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

SAU dan SAI Sama

SAU dan SAI Beda MAP

SAU dan SAI Beda Nomor Dokumen

SAU dan SAI Beda Nomor KPPN

SAU dan SAI Beda Nominal

Data Hanya Ada di SAI

Data Hanya Ada di SAU

SAU dan SAI Beda Dua Variabel / Lebih

Data Bukan Satker DJP

-

-

-

-

-

(247.296.891)

91.241.610

-

99.291.000

(56.764.281)

-

-

-

-

-

(102.914.489)

84.634.002

-

-

(18.280.487)

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

52.653.565.493.224

2.025.981.345

17.849.387.723

38.240.721.999

4.124.032.946

144.382.402

53.944.766.109

11.050.258

7.541.934

52.765.219.385.640

52.653.565.493.224

2.025.981.345

17.849.387.723

38.240.721.999

4.124.032.946

-

53.944.766.109

11.050.258

106.252.934

52.769.867.686.538

-

-

-

-

-

(144.382.402)

-

98.711.000

(45.671.402)Grand Total

URAIANTRN SAU(RUPIAH)

SAI(RUPIAH)

SELISIH(RUPIAH)

24.780 SAU dan SAI Sama 52.765.219.385.640 52.765.219.385.640 -

24.780 Grand Total 52.765.219.385.640 52.765.219.385.640 -

Page 389: FA LTKK 2012.indb

388Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

yang digunakan dalam SPN secara umum sebagai berikut:

1. dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah tanah air Indonesia oleh 299 KPP Pratama.2. pemilihan lokasi sensus menggunakan hasil pemetaan (mapping) dan monogra! !skal dengan skala

prioritas: sentra ekonomi/ kawasan bisnis, bangunan tingkat tinggi (high rise building) dan kawasan pemukiman (potensial).

3. pelaksanaan sensus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan.4. pendataan terhadap seluruh subjek dan objek pada lokasi sensus menggunakan Formulir Isian Sensus (FIS)

dan diikuti dengan penyuluhan dan himbauan.5. Pemasangan sticker di tempat usaha dan/atau tempat tinggal WP setelah dilakukan sensus.6. perekaman/ pemutakhiran data atau hasil sensus7. pemilihan waktu sensus disesuaikan dengan kondisi subjek sensus (pagi, siang, sore atau malam hari).

Dengan pelaksanaan SPN diharapkan seluruh Wajib Pajak terdaftar, seluruh objek pajak dipajaki serta pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah. Dengan demikian basis pajak akan semakin luas, kepatuhan penyampaian SPT akan semakin meningkat, penerimaan pajak akan semakin meningkat dan basis data perpajakan akan semakin mutakhir.

B.3.4. Rekonsiliasi Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan pada DJBCDirektorat Jenderal Bea dan Cukai telah mencatat penerimaan berdasarkan bukti setor SSPCP/SSBP secara berjenjang (bottom-up) dari tingkat UAKPA ke UAPPA-W dan ke UAPPA-Es-1, dan telah dilakukan rekonsiliasi internal secara periodik dan berjenjang dari tingkat Satker, Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-58/BC/2012.

Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengembalian Penerimaan Perpajakan tingkat Eselon I tahun anggaran 2012 antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA E1) dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Bendahara Umum Negara melalui Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jenderal selaku Kompilator Laporan Keuangan Kementerian Keuangan telah dilakukan pada tanggal tanggal 25 April 2013 yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Nomor : BAR-5.1/SJ.1/2013.

1. Rekonsiliasi Penerimaan PerpajakanRekonsiliasi Penerimaan Perpajakan antara SAI dengan SAU dilakukan dengan 8 metode dan key rekon unik dalam setiap metodenya. Key rekon unik dalam setiap level digunakan untuk menghindari hasil rekon ganda. 8 Metode tersebut yaitu:1. Metode-1 dengan elemen kunci NTPN, TGL. NTPN, AKUN, NILAI;2. Metode-2 dengan elemen kunci NTPN, AKUN, NILAI;3. Metode-3 dengan elemen kunci NTPN, TGL. NTPN, NILAI;4. Metode-4 dengan elemen kunci NTB/NTP, AKUN, NILAI;5. Metode-5 dengan elemen kunci NTPN, NILAI;6. Metode-6 dengan elemen kunci TGL. NTPN, AKUN, NILAI;7. Metode-7 dengan elemen kunci BULAN NTPN, AKUN, NILAI;8. Metode-8 dengan elemen kunci NTPN.

Hasil Rekonsiliasi :

*) Data SAI tidak termasuk Realisasi Bea Masuk Ditanggung Pemerintah senilai Rp 99.813.751.137,00

Keterangan :

Page 390: FA LTKK 2012.indb

389

1. Metode 3 (NTPN, Tgl. NTPN, Nilai) merupakan metode yang mengabaikan akun sehingga data yang

dihasilkan adalah data penerimaan dimana akun pada SAI tidak sesuai dengan akun pada SAU dan telah dilakukan penelitian atas data tersebut didapati 12 transaksi senilai Rp 1.719.909.000,00 pada data SAU unaudited tercatat sebagai akun Bea Masuk (412111) namun pada data SAU audited tercatat sebagai akun Bea Masuk KITE (412114) serta 27 transaksi senilai Rp74.615.120,00 merupakan kesalahan akun pada data bank yang tidak dapat diajukan koreksi karena keterbatasan waktu koreksi data audited;

2. Metode 6 (Tgl. NTPN, Akun, Nilai) 55 transaksi senilai Rp23.460.874,00 merupakan hasil metode 6 yang belum dapat ditelusuri, 1 transaksi senilai Rp172.000,00 merupakan SAI Unmatch yang disebabkan atas NTPN tersebut pada data SAU digabung, 11 transaksi senilai Rp969.000,00 merupakan SAI Unmatch yang belum dapat ditelusuri (hasil kk.b);

3. Metode 7 (Bln. NTPN, Akun, Nilai) 43 transaksi senilai Rp63.403.200,00 merupakan hasil metode 7 yang belum dapat ditelusuri, 1 transaksi senilai Rp274.000,00 merupakan SAI Unmatch yang disebabkan atas NTPN tersebut pada data SAU ada pada akun 411222 yang karena keterbatasan waktu koreksi maka pada data audited belum terkoreksi, 10 transaksi senilai Rp8.856.000,00 merupakan SAI Unmatch yang belum dapat ditelusuri (hasil kk.b);

4. Metode 8 (NTPN) merupakan metode yang mengabaikan Nilai sehingga data yang dihasilkan adalah data penerimaan dimana Nilai pada SAI tidak sesuai dengan Nilai pada SAU dan telah dilakukan penelitian terdapat data tersebut didapati dari 112 transaksi senilai Rp1.203.943.174,00 :

a. 11 transaksi senilai Rp403.577.000,00 Nilai pada SAI telah sesuai dengan BPN yang dicetak oleh bank namun nilai pada SAU lebih tinggi;

b. 2 transaksi senilai Rp11.143.000,00 Nilai pada data SAU merupakan gabungan tagihan Pabean, PDRI dan PNBP;

c. 99 transaksi senilai Rp789.223.174,00 pada SAI dan Rp558.660.903,00 pada SAU merupakan data hasil rekonsiliasi yang belum dapat ditelusuri perbedaaannya.

5. Terdapat SAI Unmatch 217 transaksi senilai Rp2.262.792.607,00 dengan rincian sebagai berikut :a. 2 transaksi senilai Rp554.460,00 pada data SAU unaudited ada namun pada data SAU audited tidak ada;b. 7 transaksi senilai Rp57.448.000,00 telah diajukan koreksi akun namun tidak dapat dilakukan koreksi

pada data SAU audited;c. 21 transaksi senilai Rp678.853.634 terjadi kesalahan akun pada data SAU namun tidak dimintakan

URAIAN1

trx SAI2

trx SELISIH6 = 4-2

JUMLAH SELISIH7 = 5-3

trx SAU4

Jumlah SAI (Rp)3

Jumlah SAU (Rp)5

Data Awal

Hasil Rekonsiliasi

Metode 1

Metode 2

Metode 3

Metode 4

Metode 5

Metode 6

Metode 7

Metode 8

SAI Unmatch

SAU Unmatch

1.542.087

1.541.592

0

39

0

0

67

60

112

217

0

145.242.043.037.038

145.236.684.642.063

0

1.794.524.120

0

0

24.601.874

72.533.200

1.203.943.174

2.262.792.607

0

1.561.176

1.541.592

0

39

0

0

67

60

112

0

19.306

145.283.354.490.808

145.236.684.642.063

0

1.794.524.120

0

0

24.601.874

72.533.200

982.651.703

0

43.795.537.848

19.089

0

0

0

0

0

0

0

0

(217)

19.306

41.311.453.770

0

0

0

0

0

0

0

(221.291.471)

(2.262.792.607)

43.795.537.848

Page 391: FA LTKK 2012.indb

390Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

koreksi karena keterbatasan waktu koreksi data audited;d. 187 transaksi senilai Rp1.525.393.513,00 merupakan data SAI unmatch yang belum dapat ditelusuri.

2. Rekonsiliasi Pengembalian Penerimaan PerpajakanAdapun hasil rekonsiliasi Pengembalian Penerimaan Perpajakan Kepabeanan dan Cukai antara data SAU dan SAI terdapat perbedaan dengan rincian hasil sebagai berikut:

Keterangan :1. Pengembalian pendapatan dengan nomor SP2D 038890X senilai Rp30.861.544,00 tidak tercatat di DJBC

karena kode satker bukan kode satker DJBC;2. Pengembalian pendapatan dengan nomor SP2D 040458Y senilai Rp23.036.653,00 pada SAI tercatat pada

akun 412111 (sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK) sedangkan pada SAU tercatat pada akun 412115;

3. Pengembalian pendapatan dengan nomor SP2D 044231Y senilai Rp270.295.272,00 pada SAI tercatat pada akun 412114 (sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK) sedangkan pada SAU tercatat pada akun 412111.

B.3.5. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP)Untuk meningkatkan daya beli masyarakat, menjaga daya tahan dunia usaha dan meningkatkan daya saing usaha dan industri, Pemerintah memberikan fasilitas bea masuk yang ditanggung pemerintah (BM DTP). Pemberian BM DTP diawali sejak krisis pertengahan tahun 2008 yang sampai dengan sampai saat ini. Melalui pemberian BM DTP diharapkan penyediaan barang dan jasa bagi kepentingan umum dapat terpenuhi. Selain itu, sektor riil yang sempat terguncang dapat bertahan dan meningkatkan daya saingnya.

Mekanisme Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Atas BM DTP diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.05/2010 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 72/PMK.05/2012 secara umum yaitu:

a. Proses Planning (Perencanaan) yaitu berdasarkan permohonan dari Instansi Pembina Sektor, Menteri Keuangan setiap tahunnya menetapkan sektor-sektor industri yang mendapat insentif ! skal berupa BM DTP sesuai kriteria penilaian tertentu;

b. Proses Budgeting (Penganggaran) yaitu berdasarkan penetapan insentif ! skal per sektor, masing-masing Kuasa Pengguna Anggaran Instansi Pembina Sektor mengajukan RKAKL alokasi belanja subsidi insentif BM DTP yang akan diberikan kepada perusahaan penerima kepada Ditjen Anggaran untuk selanjutnya diterbitkan DIPA Belanja Subsidi BM DTP;

NAMA AKUNSAI SAU SELISIH

AKUNNILAINILAItrx trx trx NILAI

411511

412111

412113

412114

412115

412119

412211

Pendapatan Cukai Hasil Tembakau

Pendapatan Bea Masuk

Pendapatan Denda Administrasi Pabean

Pendapatan BM dalam rangka KITE

Denda Atas Sanksi Administrasi

Dari Pelaksanaan Pengawasan

Terhadap Barang Tertentu Yang

Pengangkutannya Di Dalam

Daerah Pabean (Antar Pulau)

Pendapatan Pabean Lainnya

Pendapatan Bea Keluar

6

2.636

2.022 780

-

39

305

5.788JUMLAH

3.057.355.600

158.776.928.047

71.133.493.541

279.308.882.636

989.201.343

185.696.487.896

698.962.349.063

1

6

2.637

2.022

779

39

305

5.789

3.057.355.600

159.055.048.210

71.133.493.541

279.038.587.364

23.036.653

989.201.343

185.696.487.896

698.993.210.607

-

-

(1)

1

(1)

-

-

(1)

-

-

(278.120.163)

-

270.295.272

(23.036.653)

-

(30.861.544)

-

Page 392: FA LTKK 2012.indb

391

c. Proses Execution (Pelaksanaan) yaitu:1. Perusahaan calon penerima insentif BM DTP mengajukan penandasahan RIB (Rencana Impor Barang)

kepada Instansi Pembina Sektor (IPS). Selanjutnya RIB yang telah ditandasahkan oleh perusahaan diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p Direktur Fasilitas Kepabeanan;

2. Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan memberikan insentif !skal BM-DTP kepada perusahaan dengan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan (SKMK) pemberian BM DTP.

3. Berdasarkan SKMK pemberian BM DTP tersebut, perusahaan melaksanakan importasi barang dan menyelesaikan formalitas kepabeanan di KPPBC pelabuhan bongkar;

4. KPPBC pelabuhan bongkar melakukan pemotongan quota BM DTP dan memberikan stempel BM DTP pada PIB dan SSPCP. Setiap bulan KPPBC mengirimkan laporan realisasi BM DTP beserta dokumen PIB dan SSPCP yang telah distempel BM DTP kepada Direktur Fasilitas Kepabeanan dan Direktur PPKC;

5. Direktur Fasilitas Kepabeanan menatausahan Laporan realisasi BM DTP beserta dokumen PIB dan SSPCP yang telah distempel BM DTP dan menyampaikan kepada Instansi Pembina Sektor sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM).

d. Proses Accountability & Reporting (Pertanggungjawaban dan Pelaporan):1. Setelah menerima PIB dan SSPSCP yang telah distempel BM DTP, Instansi Pembina Sektor menerbitkan

Alur Proses Bisnis BM DTP

MENKEU DJBC DITJENPEMBINA SEKTOR

PENETAPAN SEKTOR 2 INDUSTRI YANG

PERMOHONAN UNTUK SEKTOR

PENGAJUAN RKAKL& TORALOKASI BELANJA SIBSIDI

PENELITIAN, KETERSEDIAAN PAGU PERSETUJUAN & PENANDASAHAN RIB YANG MENDAPAT

PENGESAHAN DIPA

DIPADIPA

PENELAHAAN

PENERTIBAN SKEP MENKEU UNTUK RIB YANG DISETUJUI

IMPORTASI

SP2D SP2D

SAI SA-BSBL SAU

PIB & SSPCPSSPCP, VERIFIKASI & PENERTIBAN

REKONSILIASI

PENERBITAN SP2D PENGESAHAN

2

3

4

8

6

7

5

1

Page 393: FA LTKK 2012.indb

392Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

SPM kepada Kuasa BUN dalam hal ini KPPN Jakarta II untuk diterbitkan SP2D Pengesahan;2. SPM dan SP2D Pengesahan tersebut dicatat sebagai realisasi belanja subsidi BM DTP oleh Instansi

Pembina Sektor dan dicatat sebagai realisasi pendapatan BM DTP oleh Kantor Pusat DJBC;3. Setiap Triwulan dilakukan rekonsiliasi antara realisasi penerimaan BM DTP Satker Kantor Pusat DJBC,

realisasi belanja subsidi BM DTP Satker Belanja Subsidi Instansi Pembina Sektor, dan Kuasa BUN;4. Belanja subsidi BM DTP dan penerimaan BM DTP merupakan transaksi yang mempengaruhi kas

pemerintah dan dilaporkan dalam Laporan Arus Kas.

BM DTP TAHUN 2012Pemberian Insentif Bea Masuk ditanggung pemerintah (BM DTP) Tahun 2012 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.011/2012 tanggal 2 Februari 2012. BM DTP diberikan kepada Industri Sektor tertentu dengan kriteria penilaian:

a. memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum, dikonsumsi oleh masyarakat luas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen;

b. meningkatkan daya saing;c. meningkatkan penyerapan tenaga kerja; dand. meningkatkan pendapatan negara. BM DTP tidak diberikan atas :a. Barang dan Bahan yang dikenakan tarif umum bea masuk sebesar 0% (nol persen)b. Barang dan Bahan yang dikenakan tarif bea masuk sebesar 0% (nol persen) berdasarkan perjanjian atau

kesepakatan internasional c. Barang dan Bahan yang dikenakan Bea Masuk Anti Dumping/Bea Masuk Anti Dumping Sementara, Bea

Masuk Tindakan Pengamanan/ Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara, Bea Masuk Imbalan, atau Bea Masuk Tindakan Pembalasan

d. Barang dan Bahan yang diimpor ke dalam Kawasan Berikat menggunakan dokumen pemberitahuan pabean impor dengan mendapat penangguhan bea masuk dan pajak dalam rangka impor

e. Barang dan Bahan yang diimpor dalam rangka pemanfaatan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.

Alokasi Pagu BM DTP Tahun 2012Pemerintah bersama dengan DPR telah menetapkan pagu BM DTP tahun 2012 yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-P) Tahun 2012 sebesar Rp600 Milyar. Sampai dengan saat ini Kementerian Keuangan berdasarkan usulan dari Instansi Pembina Sektor Industri telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan tentang alokasi BM DTP tahun 2012 yaitu:

a. PMK No. 96/PMK.011/2012 untuk Industri Plastik;b. PMK No. 97/PMK.011/2012 untuk Industri Telekomunikasi;c. PMK No. 98/PMK.011/2012 untuk Industri Tinta Toner;d. PMK No. 99/PMK.011/2012 untuk Industri Infus;e. PMK No. 100/PMK.011/2012 untuk Industri Pesawat;f. PMK No. 101/PMK.011/2012 untuk Industri Resin;g. PMK No. 102/PMK.011/2012 untuk Industri Pupuk;h. PMK No. 103/PMK.011/2012 untuk Industri Serat Optik;i. PMK No. 104/PMK.011/2012 untuk Industri Elektronika;j. PMK No. 105/PMK.011/2012 untuk Industri Kapal;k. PMK No. 106/PMK.011/2012 untuk Industri Kereta Api;l. PMK No. 107/PMK.011/2012 untuk Industri Otomotif.m. PMK No. 108/PMK.011/2012 untuk Industri Karpet;n. PMK No. 109/PMK.011/2012 untuk Industri Ballpoint;o. PMK No. 110/PMK.011/2012 untuk Alat Besar.

Page 394: FA LTKK 2012.indb

393

Realisasi BM DTP 2012Dari alokasi pagu BM DTP tersebut, nilai Surat Keputusan Menteri Keuangan (SKMK) pemberian BM DTP tahun 2012 yang telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebesar Rp234.620.154.172,00. Dari jumlah tersebut direalisasikan impornya sebesar Rp99.813.751.138,00 atau sebesar 42,54% dengan rincian sebagai berikut:

Tabel Perbandingan Nilai SKMK yang terbit dengan realisasi impor

Realisasi importasi BM DTP tersebut telah terbit SP2D pengesahannya sehingga oleh Kantor Pusat DJBC dicatat sebagai pendapatan bea masuk ditanggung pemerintah (412116) sebesar Rp99.813.751.138,00.

Realisasi Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (412116) 106 transaksi SP2D senilai Rp99.813.751.137,00 sesuai dengan data SAU.

PM SEKTOR REALISASIINDUSTRIINSTANSI PEMBINA SEKTOR NILAI SKMK %

99/PMK.011/2012

97/PMK.011/2012

96/PMK.011/2012

110/PMK.011/2012

109/PMK.011/2012

108/PMK.011/2012

107/PMK.011/2012

105/PMK.011/2012

104/PMK.011/2012

103/PMK.011/2012

102/PMK.011/2012

101/PMK.011/2012

100/PMK.011/2012

BPOM

Ditjen IUBTT

Ditjen Basis Industri Manufaktur

Ditjen IUBTT

Ditjen Basis Industri Manufaktur

Ditjen Basis Industri Manufaktur

Ditjen IUBTT

Ditjen IUBTT

Ditjen IUBTT

Ditjen IUBTT

Ditjen Basis Industri Manufaktur

Ditjen Basis Industri Manufaktur

Ditjen Perhubungan Udara

Infus

Telekomunikasi

Plastik

Alat Besar

Ballpoint

Karpet

Otomotif

Kapal

Elektronika

Serat Optik

Pupuk

Resin

Pesawat

9.206.063.500

4.905.853.773

57.619.879.162

7.542.096.556

544.169.908

9.685.664.962

71.769.485.705

728.565.419

7.078.082.593

2.528.455.018

11.057.803.350

544.362.973

51.409.671.254

234.620.154.172

7.844.566.138

1.908.864.000

31.909.882.000

4.785.777.000

248.821.000

8.932.515.000

26.026.424.000

735.176.000

3.239.772.000

904.486.000

11.799.918.000

271.361.000

1.206.189.000

99.813.751.138

85,21%

38,91%

55,38%

63,45%

45,72%

92,22%

36,26%

100,91%

45,77%

35,77%

106,71%

49,85%

2,35%

42,54%

80.000.000.000

10.000.000.000

Infus Plastik Ballpoint Otomotif Elektronika Pupuk Pesawat

20.000.000.000

30.000.000.00040.000.000.000

50.000.000.000

60.000.000.000

70.000.000.000

Nilai SKMK Realisasi

Page 395: FA LTKK 2012.indb

394Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Realisasi BM DTP tahun 2012 dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya berdasarkan jenis industri adalah sebagai berikut:

Industri 2012 2011 2010

Pesawat 1.206.189.000 1.178.584.000 10.291.768.000

Resin 271.361.000 1.817.763.000 0

Pupuk 11.799.918.000 0 0

Serat Optik 904.486.000 0 2.297.403.000

Elektronika 3.239.772.000 1.981.864.000 16.054.782.000

Kapal 735.176.000 1.327.722.000 3.156.020.000

Otomotif 26.026.424.000 0 0

Karpet 8.932.515.000 438.740.000 0

Ballpoint 248.821.000 593.544.000 1.016.720.000

Alat Besar 4.785.777.000 12.201.434.000 58.023.114.000

Plastik 31.909.882.000 15.797.883.000 47.468.206.957

Telekomunikasi 1.908.864.000 4.282.967.000 15.282.588.000

Infus 7.844.566.138 1.685.576.000 7.118.574.000

kendaraan bermotor 32.004.599.000 124.763.755.000

Kawat Ban (Steel Cord) 7.911.192.000

PLTU 57.516.000

Sorbitol 650.546.000

99.813.751.138 73.310.676.000 294.092.184.957

Page 396: FA LTKK 2012.indb

395

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA PENJELASAN UMUM NERACA

Posisi Neraca Kementerian Keuangan pada tanggal 31 Desember 2012 terdiri dari Aset sebesar Rp93.150.323.894.383,00, Kewajiban sebesar Rp814.697.948.478,00, dan Ekuitas Dana sebesar Rp92.335.625.945.905,00.

Nilai Aset per 31 Desember 2012 sebesar Rp93.150.323.894.383,00 terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp53.004.852.749.265,00, Aset Tetap sebesar Rp39.244.462.867.245,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp170.783.795,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp900.837.494.078,00.

Nilai Kewajiban per 31 Desember 2012 sebesar Rp814.697.948.478,00 terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp814.697.948.478,00 dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp0,00.

Nilai Ekuitas Dana per 31 Desember2012sebesar Rp92.335.625.945.905,00 terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp52.190.154.800.787,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp40.145.471.145.118,00.

Komposisi Neraca per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011dapat dilihat pada Tabel 49 berikut.

Tabel 49Komposisi Neraca Per31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 4.149.790.622 (1.279.591.407) 5.429.382.029 (424,31)

DJA 1.399.376.816 1.399.376.816 -

DJP 1.786.093.794 1.325.869.577 460.224.217 34,71

DJBC 319.734.538 991.716.122 (671.981.584) (67,76)

DJPB 242.392.866 210.947.593 31.445.273 14,91

DJKN 279.532.097 190.631.871 88.900.226 46,63

BAPEPAM-LK 574.739.014 -

-

574.739.014 -

BPPK 44.800.000 87.000 44.713.000 51.394,25

JUMLAH 8.796.459.747 1.439.660.756 7.356.798.991 511,01

Komposisi Neraca per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Gra! k 17 berikut.

Tabel50Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

Aset 93.150.323.894.383 101.349.409.297.605 (8.199.085.403.222) (8,09)

Kewajiban 814.697.948.478 806.982.593.139 7.715.355.339 0,96

Ekuitas Dana 92.335.625.945.905 100.542.426.704.466 (8.206.800.758.561) (8,16)

Page 397: FA LTKK 2012.indb

396Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

PENJELASAN PER POS NERACA

C.1. Aset LancarC.1.1. Kas di Bendahara Pengeluaran

Nilai Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp8.796.459.747,00 dan Rp1.439.660.756,00. Saldo tersebut merupakan saldo Uang Persediaan yang belum disetor dan bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggung jawabkan Bendahara Pengeluaran ke Kas Negara pada tanggal neraca.

Posisi Kas di Bendahara Pengeluaran pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 50 berikut.

Tabel50Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 4.149.790.622 (1.279.591.407) 5.429.382.029 (424,31)

DJA 1.399.376.816 1.399.376.816 -

DJP 1.786.093.794 1.325.869.577 460.224.217 34,71

DJBC 319.734.538 991.716.122 (671.981.584) (67,76)

DJPB 242.392.866 210.947.593 31.445.273 14,91

DJKN 279.532.097 190.631.871 88.900.226 46,63

BAPEPAM-LK 574.739.014 -

-

574.739.014 -

BPPK 44.800.000 87.000 44.713.000 51.394,25

JUMLAH 8.796.459.747 1.439.660.756 7.356.798.991 511,01

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp8.796.459.747,00 merupakan saldo rekening koran bank yang dibuka oleh Bendahara Pengeluaran untuk kepentingan operasional, saldo kas tunai (brankas), dan kuitansi-kuitansi yang belum dipertanggung jawabkan oleh Bendahara Pengeluaran. Rincian daftar rekening bank dapat dilihat pada Lampiran Daftar Rekening Dipertahankan.

C.1.2. Kas di Bendahara Penerimaan

Nilai Kas di Bendahara Penerimaan per31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp6.659.080.618,00 dan Rp3.060.880.248,00. Nilai tersebut mencakup seluruh kas, baik saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Penerimaan.

Posisi Kas di Bendahara Penerimaan pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 51 berikut.

Kas di Bendahara Pengeluaran

Rp8.796.459.747,00

Kas di Bendahara Penerimaan

Rp6.659.080.618,00

Page 398: FA LTKK 2012.indb

397

C.1.3. Kas Lainnya dan Setara Kas

Nilai Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp20.739.677.126,00 dan Rp8.115.195.871,00. Nilai tersebut terdiri dari bunga dan jasa giro rekening Bendahara Pengeluaran yang belum menerapkan Treasury Notional Pooling (TNP) dan uang pihak ketiga yang belum dibayarkan kepada yang bersangkutan, baik saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran. Pendapatan bunga jasa giro yang berasal dari rekening Bendahara Penerimaan yang belum disetor dapat dilihat di akun Kas di Bendahara Penerimaan.Posisi Kas Lainnya dan Setara Kas pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 52 berikut.

C.1.4. Kas pada BLU

Nilai Kas pada Badan Layanan Umum per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp3.641.157.122.268,00 dan Rp2.168.961.124.597,00. Posisi Kas pada Badan Layanan Umum pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember2012

Tabel 51Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Tabel 52Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

DJBC

DJKN

BPPK

JUMLAH

1.343.412.007

5.315.668.611

-

6.659.080.618

884.854.990

2.176.025.158

100

3.060.880.248

458.557.017

3.139.643.453

(100)

3.598.200.370

51,82

144,28

(100,00)

117,55

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN

SETJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK -

-

DJPU -

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

1.373.855.852

-

1.415.967.753

682.852.812

60.985.716

374.788.740

-

15.020.274.450

62.087.803

938.841.656

4.446.804

805.575.540

20.739.677.126

3.406.882.454

4.537.500

287.441.232

344.534.657

838.930.772

1.999.836.105

315.151.750

9.045.651

107.466.300

8.115.195.871

(2.033.026.602)

(4.537.500)

614.598.303

395.411.580

(283.548.941)

374.788.740

-

14.181.343.678

(1.937.748.302)

623.689.906

(4.598.847)

698.109.240

12.624.481.255

(59,67)

(100,00)

76,69

137,56

(82,30)

-

-

1,690,41

(96,90)

197,90

(50,84)

649,61

155,57 JUMLAH

Kas pada BLURp3.641.157.122.268,00

Kas Lainnya dan Setara Kas

Rp20.739.677.126,00

Page 399: FA LTKK 2012.indb

398Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 53 berikut.

Penjelasan Kas pada Badan Layanan Umum

1. Kas pada Badan Layanan Umum pada Setjen terdiri dari Kas Pada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebesar Rp3.193.448.804.264,00 dan Kas Pada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebesar Rp423.093.920.570,00.

Rincian Kas pada Badan Layanan Umum pada Setjen dapat dilihat pada tabel 54 berikut ini:

Kas pada PIP sebesar Rp3.193.448.804.264,00 terdiri atas Kas pada BLU dan Kas di Bendahara Penerimaan yang disimpan dalam bentuk giro, deposito pada bank umum maupun kas pada pihak ketiga untuk pembayaran belanja yang sudah dibayar secara kas oleh PIP tetapi belum disahkan untuk pencatatan pada kas negara. Nilai tersebut merupakan besaran kas milik PIP (baik dalam bentuk giro maupun deposito jangka pendek) yang terdiri dari kas tunai, kas di rekening pendapatan giro dollar AS (bank BRI dengan nomor rekening 0329.02.0002255.30.2), kas di rekening bendahara penerimaan (bank BRI dengan nomor rekening 0329.01.002911.30.6) dan tercatat pada kas Negara serta kas di bendahara pengeluaran. Pengelolaan kas untuk pendapatan dan belanja yang telah disahkan dan belum disahkan dikelola dalam rekening bersama. Untuk pendapatan dikelola dalam rekening pendapatan dan untuk belanja dikelola dalam rekening bendahara pengeluaran. Kas BLU yang dibukukan pada Giro Dollar AS merupakan pendapatan bunga atas giro Dollar AS pada bank BRI pada Bank BRI sebesar USD200.226,24 yang merupakan bagian dari BA 999.03, sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 telah menghasilkan pendapatan bunga yang sebesar USD912,04 atau setara dengan Rp8.819.427,00. sedangkan untuk kas di Rekening Pendapatan adalah sebesar Rp9.000.000,00 atau setara USD1.048,34 pada saat rekening tersebut dibuka pada tanggal 25 Mei 2011 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 telah mendapatkan bunga total sebesar USD6,56 atau setara Rp63.435,00 dengan kurs tengah BI pada tanggal neraca sebesar Rp9.670/USD. Rincian Kas baik untuk Kas pada BLU maupun Kas di Bendahara Penerimaan disajikan secara gabungan pada Tabel 55 berikut.

Tabel 53Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Tabel 54Rincian Kas pada BLU Sekretariat Jenderal (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 3.616.542.724.834 2.152.191.089.517 1.464.351.635.317 68,04

BPPK 24.614.397.434 16.770.035.080 7.844.362.354 46,78

JUMLAH 3.641.157.122.268 2.168.961.124.597 1.472.195.997.671 67,88

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

PIP 3.193.448.804.264 2.152.191.089.517 1.041.257.714.747 48,38

LPDP 423.093.920.570 - 423.093.920.570 -

JUMLAH 3.616.542.724.834 2.152.191.089.517 1.464.351.635.317 68,04

Page 400: FA LTKK 2012.indb

399

Kas pada BLU-LPDP sebesar Rp423.093.920.570,00 disimpan dalam bentuk tunai, giro, dan deposito pada bank umum.

Rincian Kas pada BLU – LPDP disajikanpada Tabel 56 berikut.

2. Nilai sebesar Rp24.614.397.434,00 di BPPK merupakan Saldo Kas pada BLU STAN. Rincian Saldo Kas pada

Tabel 55Rincian Kas pada PIP (dalam rupiah)

Tabel 56Rincian Kas pada LPDP (dalam rupiah)

Nomor Nama Bank Jumlah Rupiah

1 Deposito BRI (16 bilyet)

2 Deposito Bank Mandiri (5 bilyet)

3 Deposito BTN (7 bilyet)

4 Deposito Bank Bukopin (7 bilyet)

5 Deposito Bank Muamalat (4 bilyet)

6 Deposito Bank BJB Syariah (1 bilyet)

7 Deposito Bank Syariah Bukopin (2 bilyet)

8 Deposito Bank Sumut (2 bilyet)

9 Deposito Bank Sulut (1 bilyet)

10 Deposito Bank BRI Syariah (2 bilyet)

11 Kas di Bendahara pengeluaran

12 Kas di Rekening Pendapatan

13 Kas di Rekening Pendapatan Giro Dollar AS

14 Kas di Rek. Pendapatan Dana Geothermal

15 Kas yang berada pada pihak ketiga

16 Selisih Kurs

17 Pembulatan

Jumlah

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

1.145.000.000.000

601.000.000.000

280.000.000.000

690.500.000.000

139.000.000.000

37.500.000.000

40.500.000.000

91.500.000.000

20.000.000.000

95.000.000.000

619.715.015

6.044.313.421

19.020.310

46.767.421.430

-

(1.666.014)

101

3.193.448.804.264

No Jenis Saldo 31 Desember 2012

1

2

3

4

5

6

Deposito pada Bank Umum Rp420.600.000.000

Kas di Rekening Operasional DPPN Rp2.328.584.241

Kas di Rekening Dana Endowment Fund Rp26.271

Kas di Rekening Induk DPPN Rp4.109.809

Kas Tunai Rp161.200.252

Pembulatan (Rp3)

JUMLAH Rp423.093.920.570

Page 401: FA LTKK 2012.indb

400Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

BLU STAN disajikan pada Tabel 57 berikut.

*) Pada tanggal neraca, STAN memiliki 2 deposito berjangka yaitu:

a. Deposito berjangka 3 bulan pada Bank BTN dengan tanggal penempatan 17 Desember 2012 senilai Rp7.000.000.000,00, tingkat bunga 6,25%, jatuh tempo 17 Maret 2013, dan

b. Deposito berjangka 5 hari pada Bank BTN dengan tanggal penempatan 28 Desember 2012 senilai Rp5.000.000.000,00 tingkat bunga 6,25%, jatuh tempo 2 Januari 2013.

C.1.5. Belanja Dibayar Dimuka

NilaiBelanja Dibayar Dimuka per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp23.212.842.494,00 dan Rp10.002.522.352,00. Posisi Belanja Dibayar Dimuka per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 58 berikut.

Nilai Belanja Dibayar Dimukaper 31 Desember 2012 sebesar Rp23.212.842.494,00terdiri dari:

Tabel 57Rincian Kas pada LPDP (dalam rupiah)

Tabel 58Belanja Dibayar Dimuka Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

No Nama RekeningBank/No Rekening Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Mandiri/1280005548885 Bendahara Administrasi Keuangan BLU 1.880.767.426,00Rp

Mandiri/1010006650434 Dana Kelolaan BLU 3.833.677.808,00Rp BTN/00044.01.30.000408.3 Pengelolaan Kas BLU 8.208.225.932,89Rp Deposito Berjangka* 12.000.000.000,00Rp Uang Tunai 99.397.500,00Rp Cek yang masih beredar (1.407.670.782,00)Rp Kesulitan pecahan (451,00)Rp

Jumlah 24.614.397.433.89Rp

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 2.724.137.221 - 2.724.137.221 -

DJP 17.724.276.407 5.531.094.158 12.193.182.249 220,45

DJBC 78.733.696 53.431.433 25.302.263 47,35

DJPB 1.808.910.061 2.782.161.134 (973.251.073) (34,98)

DJKN 709.210.065 902.191.699 (192.981.634) (21,39)

BKF 167.575.044 733.643.928 (566.068.884) (77,16)

JUMLAH 23.212.842.494 10.002.522.352 13.210.320.142 132,07

Belanja Dibayar Di Muka

Rp23.212.842.494,00

Page 402: FA LTKK 2012.indb

401

. Belanja Pegawai Dibayar Dimuka (prepaid) Rp 1.844.120.654,00

. Belanja Barang yang Dibayar Dimuka (prepaid) Rp 21.368.721.840,00

C.1.6. Uang Muka Belanja

Nilai Uang Muka Belanja per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp3.723.250.772,00 dan Rp16.924.326.150,00.

Posisi Uang Muka Belanja per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 59 berikut.

Nilai Uang Muka Belanja per 31 Desember 2012 sebesar Rp3.723.250.772,00 terdiri dari:

. Uang Muka Belanja Pegawai (prepayment) Rp 37.712.105,00

. Uang Muka Belanja Barang (prepayment) Rp3.685.538.667,00

C.1.7. Piutang Pajak

Nilai Piutang Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp93.468.526.344.200,00 dan Rp108.063.462.383.641,00. Apabila dibandingkan dengan saldo per 31 Desember 2011 mengalami penurunan sebesar Rp14.594.936.039.441,00 atau 13,51 persen.Posisi Piutang Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 60 berikut.

Sedangkan Nilai Piutang Pajak per 31 Desember 2012 setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang dapat

dilihat pada Tabel 61 berikut.Nilai Piutang Pajak per 31 Desember 2012 sebesar Rp48.917.583.713.256,00 merupakan nilai neto setelah

Tabel 59Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Tabel 60Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon IPer 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

DJP 3.723.250.772 16.885.041.667 (13.161.790.895) (77,95)

DJKN - 39.284.483 (39.284.483) (100,00)

JUMLAH 3.723.250.772 16.924.326.150 (13.201.075.378) (78,00)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

DJP

DJBC

JUMLAH

70.721.181.887.660 86.801.366.456.341 (16.080.184.568.681) (18,53)

22.747.344.456.540 21.262.095.927.300 1.485.248.529.240 6,99

93.468.526.344.200 108.063.462.383.641 (14.594.936.039.441) (13,51)

Piutang Pajak Rp93.468.526.344.200,00

Uang Muka Belanja Rp3.723.250.772,00

Page 403: FA LTKK 2012.indb

402Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

dilakukan penyisihan terhadap piutang. Adapun nilai Piutang Pajak bruto per 31 Desember 2012 sebesar Rp93.468.526.344.200,00 dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Nilai Piutang Pajak pada DJP per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp70.721.181.887.660,00 dan Rp86.801.366.456.341,00 merupakan tagihan pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang belum mendapat pelunasan sampai dengan 31 Desember2012.

Rincian Piutang Pajak per Jenis Pajak per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 62 berikut.

Komposisi Piutang Pajak per Jenis Pajak pada DJP per 31 Desember2012dapat dilihat pada Gra! k 18 berikut.

Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember2012dapat dilihat pada Tabel 63 berikut.

Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 63 berikut.

Tabel 61Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Gra! k 18Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2012

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

DJP

DJBC

JUMLAH

27.792.164.525.637 40.595.674.369.318 (12.803.509.843.681) (31,54)

21.125.419.187.619 19.650.478.923.984 1.474.940.263.635 7,51

48.917.583.713.256 60.246.153.293.302 (11.328.569.580.046) (18,80)

PPh Non Migas 41,22%

22,21%

0,25%

33,08%

3,24%

PPN

PPNBM

PBB

Pajak tidak Langsung Lainnya

Page 404: FA LTKK 2012.indb

403

Dalam rangka melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan

Tabel 62Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Tabel 63Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

Piutang PPh Pasal 21 1.391.617.937.283 1.085.067.767.115 306.550.170.168 28,25

Piutang PPh Pasal 22 468.432.815.179 466.665.742.712 1.767.072.467 0,38

Piutang PPh Pasal 23 4.918.350.082.956 1.971.735.365.857 2.946.614.717.099 149,44

Piutang PPh Pasal 25/29 OP 1.218.354.326.211 1.011.913.424.152 206.440.902.059 20,40

Piutang PPh Pasal 25/29 Badan 18.473.224.608.353 14.272.978.070.717 4.200.246.537.636 29,43

Piutang PPh Pasal 26 2.093.962.968.364 2.831.091.117.252 (737.128.148.888) (26,04)

Piutang PPh Final 589.715.652.211 517.874.742.847 71.840.909.364 13,87

Jumlah Piutang PPh Non Migas 29.153.658.390.557 22.157.326.230.652 6.996.332.159.905 31,58

Piutang PPN Dalam Negeri 15.704.901.728.808 42.235.408.556.549 (26.530.506.827.741) (62,82)

Jumlah Piutang PPN 15.704.901.728.808 42.235.408.556.549 (26.530.506.827.741) (62,82)

Piutang PPnBM dalam Negeri 176.236.958.386 208.754.851.900 (32.517.893.514) (15,58)

Jumlah Piutang PPnBM 176.236.958.386 208.754.851.900 (32.517.893.514) (15,58)

Piutang PBB Pedesaan 2.996.934.810.829 2.401.365.978.916 595.568.831.913 24,80

Piutang PBB Perkotaan 11.591.237.794.772 11.291.484.268.102 299.753.526.670 2,65

Piutang PBB Perkebunan 661.307.597.823 394.209.918.227 267.097.679.596 67,76

Piutang PBB Kehutanan 558.001.107.117 630.580.993.822 (72.579.886.705) (11,51)

Piutang PBB Pertambangan 7.587.645.821.758 5.602.915.905.581 1.984.729.916.177 35,42

Jumlah Piutang PBB 23.395.127.132.299 20.320.557.064.648 3.074.570.067.651 15,13

Piutang Pajak Tidak Langsung Lain 15.396.781 691.914.937 (676.518.156) (97,77)

Piutang Bunga Penagihan PPh 2.291.242.280.829 1.878.627.837.655 412.614.443.174 21,96

Jumlah Piutang Pajak Lainnya 2.291.257.677.610 1.879.319.752.592 411.937.925.018 21,92

JUMLAH 70.721.181.887.660 86.801.366.456.341 (16.080.184.568.681) (18,53)

JumlahUmur Piutang

Sampai dengan 1 Tahun 20.573.515.583.316

Lebih dari 1 Tahun sampai dengan 2 Tahun 6.881.679.095.571

Lebih dari 2 Tahun sampai dengan 3 Tahun 7.430.393.929.500

Lebih dari 3 Tahun sampai dengan 4 Tahun 8.059.452.008.491

Lebih dari 4 Tahun sampai dengan 5 Tahun 4.844.915.814.960

Lebih dari 5 Tahun 22.931.225.455.842

Jumlah*)

*Selisih antara neraca dengan data piutang per umur sebesar Rp20,00 karena pembulatan

70.721.181.887.681

Page 405: FA LTKK 2012.indb

404Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

penyitaan terhadap harta benda Wajib Pajak sebagai jaminan piutang pajak yang tidak dilunasi Wajib Pajak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai estimasi harga pasar aset Wajib Pajak yang dilakukan penyitaan yang belum dilakukan penjualan secara lelang dan atau penjualan yang dikecualikan dari lelang sebesar Rp1.613.884.528.878,00. dan dari piutang pajak sebesar Rp1.111.018.063.133,00. Dari aset Wajib Pajak tersebut dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih sebesar Rp133.363.003.763,00.

DJBC telah menyampaikan data SP3DRI selama tahun 2012 dari DJBC kepada DJP sebagai berikut:

a. DJBC telah menyampaikan data SP3DRI kepada DJP yang dikompilasi dari hasil validasi piutang selama tahun 2012 di lingkungan DJBC yaitu sebanyak 438 dokumen, dengan nilai sebesar Rp75.782.080.686,00 dengan rincian sebagai berikut :

b. Data SP3DRI dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang diterima Direktorat Jenderal Pajak selama 2012

senilaiRp75.782.080.686,00. Atas nilai tersebut dapat dijelaskan dengan data sebagai berikut:

2. Nilai Piutang Pajak bruto pada DJBC per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar

Rp22.747.344.456.540,00 dan Rp21.262.095.927.300,00. Piutang pajak merupakan tagihan pajak yang telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

Rincian Piutang Pajak per Jenis Pajak per 31 Desember2012 dapat dilihat pada Tabel 64 berikut.

Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 65 berikut.

Nilai (Rp)AkunNama Akun

PPN Impor 115132 22.424.380.099

PPN Lain 115139 -

PPnBM 115142 16.391.192.097

PPh Pasal 22 Impor 115123 5.158.542.518

Piutang Bunga Penagihan PPnBM 115173 -

Piutang Bunga Penagihan PPN 115174 131.144.138

Piutang Bunga Penagihan PPh 115175 30.400.000

75.782.080.686JUMLAH

JumlahTahun 2010Tahun 2011Tahun 2012

Tindak LanjutNilai (Rp)Jml SP3DRI Nilai (Rp)Jml SP3DRI Nilai (Rp)Jml SP3DRI

4.854.888.389 38 37 15.248.688.112 24.769.338.029

10.307.536.360 42 84 19.680.125.824 93.174.410.343

40.531.000 12 13 4.271.135.559 14.431.889.617

60.579.124.937 155 311 23.742.697.798 331.996.901.813

Lunas

Telah diterbitkan SKPKB

Himbauan

Masih dalam proses penelitian

Total

30

 10

8

390

438 75.782.080.686 247

4.665.761.528

63.186.748.159

10.120.223.058

247.675.079.078

325.647.811.823 445 62.942.647.293 464.372.539.802

Barang Sitaan dalam Rangka

Penagihan Pajak

SP3DRI

Page 406: FA LTKK 2012.indb

405

C.1.8. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Perpajakan

Tabel 64Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Uraian 31 Desember 2012

6.545.000

38.935.638.305

3.208.801.445.758

203.237.408.922

0

62.468.918.221

17.033.037.355.284

889.000.000

3.130.764.100

106.520.802.678

46.852.066.615

0

4.652.265.594

0

902.381.234.997

800.768.267.334

177.749.777.036

149.477.642.624

8.143.652.172

291.671.900

22.747.344.456.540

Piutang PPh Pasal 22

Piutang PPh Pasal 22 Impor

Piutang PPN Dalam Negeri

Piutang PPN Impor

Piutang PPN Lainnya

Piutang PPnBM Impor

Piutang Cukai Hasil Tembakau

Piutang Cukai Ethyl Alkohol

Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol

Piutang Pendapatan Denda Administrasi Cukai

Piutang Pendapatan Cukai Lainnya

Piutang Bunga Penagihan PPH

Piutang Bunga Penagihan PPN

Piutang Bunga Penagihan PPnBM

Piutang Bea masuk

Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean

Piutang Pendapatan Pabean Lainnya

Piutang Pajak/pungutan ekspor

Piutang Pendapatan Denda Administrasi Bea Keluar

Piutang Pendapatan Bunga Bea Keluar

Jumlah

Page 407: FA LTKK 2012.indb

406Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp44.550.942.630.944,00 dan Rp47.817.309.090.339,00 yang terdiri atas Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJP sebesar Rp42.929.017.362.023,00 dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJBC sebesar Rp1.621.925.268.921,00.

Adapun nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak per 31 Desember 2012 sebesar Rp44.550.942.630.944,00 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJP sebesar Rp42.929.017.362.023,00 per 31 Desember 2012. Perhitungan nilai penyisihan piutang tidak tertagih per 31 Desember2012 dapat disajikan sebagai berikut:

Perubahan penyisihan piutang pajak tidak tertagih selama tahun 2012 adalah sebagai berikut:2012

Penyisihan Piutang Pajak Tidak Tertagih-awal (2011) Rp46.205.692.087.049,00Penghapusan Piutang Pajak Tidak Tertagih Rp28.075.790.794.612,00Penyisihan Piutang Pajak Tidak Tertagih-akhir Rp42.929.017.362.025,00Penambahan Penyisihan Piutang Pajak Tahun 2012 Rp24.799.116.069.588,00

Tabel 65Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang (dalam rupiah)

AKUN 0 s.d. 1 Thn 1 s.d. 2 Thn 2 s.d. 3 Thn > 3 Tahun JUMLAH

115122 PPh Pasal 22 6.545.000 - - - 6.545.000

115123 PPh Pasal 22 Impor 16.362.200.392 1.912.033.199 359.810.057 20.301.594.657 38.935.638.305

115131 PPN Dalam Negeri 3.208.801.445.758 - - - 3.208.801.445.758

115132 PPN Impor 0 0 0 0 -

115139 PPN Lain 82.086.680.936 7.294.116.637 2.823.515.938 111.033.095.411 203.237.408.921

115142 PPN-BM 60.266.071.500 0 14.391.000 2.188.455.721 62.468.918.221

115161 Cukai Hasil Tembakau 17.015.075.010.600 - 2.966.480.724 14.995.863.960 17.033.037.355.284 115162 Cukai Etil Alkohol 0 889.000.000 0 0 889.000.000 115163 Cukai MMEA 22.717.500 146.592.000 351.009.600 2.610.445.000 3.130.764.100 115164 Denda Administrasi Cukai 1.749.662.680 774.437.680 1.897.430.771 102.099.271.547 106.520.802.678 115169 Cukai Lainnya 346.878.410

209.503.436 705.856.444 45.589.828.325 46.852.066.615

115174 Piutang Bunga Penagihan PPN 308.583.323 0 0 4.343.682.271 4.652.265.594 115175 Piutang Bunga Penagihan PPnBM - -

- - -

115181 Bea Masuk 284.364.342.472 86.084.017.693 9.375.790.594 522.557.084.238 902.381.234.997 115183 Denda Administrasi Pabean 86.429.390.685

385.079.141.624

9.279.698.839

319.980.036.186

800.768.267.334

115184 Pabean Lainnya 2.282.414.215 27.913.735.050 5.463.227.451 142.090.400.320 177.749.777.036

115185 Bea Keluar 9.077.038.085

9.442.070.668

6.322.914.220

124.635.619.651

149.477.642.624

115186 Denda Administrasi Bea Keluar 82.774.482 2.178.280.000 3.598.596.892 2.284.000.798 8.143.652.172

115187 Bunga Bea Keluar 1.744.540

98.079.833

- 191.847.527

291.671.900

20.767.263.500.578 522.021.007.821 43.158.722.530 1.414.901.225.612 22.747.344.456.541JUMLAH

Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak

Rp44.550.942.630.944,00

Page 408: FA LTKK 2012.indb

407

Dari nilai piutang pajak kualitas macet sebesar Rp36.808.330.098.772,00 tersebut termasuk piutang yang telah daluwarsa penagihannya sebesar Rp8.638.230.038.255,00. Selama tahun anggaran 2012 telah diusulkan penghapusan sebesar Rp1.176.047.212.013,00 dan termasuk didalamnya piutang pajak yang telah daluwarsa sebesar Rp805.985.347.953,00 dan terdapat nilai piutang pajak yang mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan untuk dihapus bukukan.

Pada Laporan Keuangan DJP Tahun Anggaran 2011 Audited, terdapat piutang pajak yang berasal dari 5 (lima) SKPKB pada Kanwil DJP Wajib Pajak Besar yang dicatat dalam neraca pada akun piutang pajak dan telah disisihkan sebesar Rp28.075.790.794.612,00.

Rincian 5 (lima) SKPKB pada Kanwil DJP Wajib Pajak Besar sebagai berikut:

Dengan mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2012 sebagaimana telah

diubah dengan PER-07/PJ/2013 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak, terhadap piutang sebesar Rp28.075.790.794.612,00 di atas, dikategorikan dalam kualitas piutang pajak macet.

Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian administrasi yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak telah disimpulkan bahwa piutang pajak tersebut sudah tidak dapat ditagih lagi dan memenuhi syarat untuk dihapuskan.

Sebagai tindak lanjut hasil penelitian tersebut, Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pengusulan penghapusan piutang tersebut di atas kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 13 April 2012.

Berdasarkan usulan tersebut, telah diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 146/KMK.03/2012

UraianMacetDiragukanKurang LancarLancar

TotalKualitas Piutang

Piutang Pajak (Rp)

Barang Sitaan/Agunan yang dapat dikurangkan

Dasar PerhitunganPenyisihan

Prosentasi Penyisihan

Nilai Penyisihan Piutang Pajak

Keterangan: * Selisih antara neraca dengan data piutang per kualitas sebesar Rp21,00 karena pembulatan ** Barang sitaan/agunan tidak mengurangi kualitas piutang lancar *** Selisih pembulatan atas penyisihan Rp2,00 dengan Neraca

13.813.564.537.647 9.941.825.452.568 10.157.461.798.694 36.808.330.098.772 70.721.181.887.681*

71.891.509.057** 31.771.327.253 23.166.592.278 6.533.575.174 133.363.003.763

13.813.564.537.647 9.910.054.125.315 10.134.295.206.415 36.801.796.523.597 70.659.710.392.975

0,50% 10% 50% 100%

69.067.822.688 991.005.412.531 5.067.147.603.208 36.801.796.523.597 42.929.017.362.025***

No Tahunan Tebit Nilai Pokok Piutang

1 2010 10.756.581.796.425,00

2 2010 7.864.054.879.049,00

3 2010 1.285.884.600.000,00

4 2011 5.040.345.700.138,00

5 2011 3.128.923.819.000,00

28.075.790.794.612,00Jumlah

Penyisihan, Daluwarsa, Penghapusan Piutang Pajak, dan

Sengketa Pajak

Page 409: FA LTKK 2012.indb

408Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

tanggal 3 Mei 2012 tentang Penghapusan Piutang Pajak sebesar Rp28.075.790.794.612,00 pada Kanwil DJP Wajib Pajak Besar.

Berdasarkan KMK penghapusan tersebut, maka untuk Tahun Anggaran 2012, Direktorat Jenderal Pajak telah menghapus penyisihan piutang pajak sebesar Rp28.075.790.794.612,00.

Dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali. Nominal ketetapan pajak kurang bayar yang menjadi sengketa pajak, yang belum diterbitkan keputusan atau putusan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 adalah Rp55.217.723.152.085,00. Dari nilai nominal ketetapan pajak kurang bayar tersebut, piutang pajak yang menjadi sengketa pajak dan belum diterbitkan keputusan atau putusan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp6.518.524.812.804,00.

Nilai nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan nilai piutang pajak Per 31 Desember 2012. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, nilai nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak tersebut adalah atas nilai ketetapan pajak awal, bukan atas nilai piutang pajak atau tunggakan pajak yang belum dibayar. Kedua, nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak untuk SKPKB/SKPKBT hasil pemeriksaan tahun pajak 2008 dan seterusnya, sebagian nilai dalam SKPKB/SKPKBT tersebut yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak belum diakui sebagai piutang pajak.

2. Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJBC sebesar Rp1.621.925.268.921,00 per 31 Desember 2012. Rincian Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada DJBC per 31 Desember2012 dapat dilihat pada Tabel 66 berikut.

C.1.9. Piutang Bukan Pajak

Nilai Piutang Bukan Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp96.450.818.001,00 dan Rp85.849.145.052,00. Piutang Bukan Pajak merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran dan diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari

Tabel 66Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Akun Uraian Akun Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Total

Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak PPh Non Migas

79.749.786 20.686.840.247 21.019.574.558

16.446.064.870 113.357.176.149 131.145.724.668

Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak PPnBM

Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak PPN

Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Cukai dan Bea Meterai

301.330.358 2.188.455.721 2.489.786.079

85.084.734.947 170.485.856.893 256.378.420.163

Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak Lainnya 1.542.916 4.343.682.271 4.345.225.187

Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Cukai Lainnya

Jumlah

1.897.634.453 1.149.197.207.568 1.206.546.538.268

1.621.925.268.923

132.082.320

525.927.914

-

172.348.243

-

44.776.701.877

45.607.060.353103.811.057.329

120.902.205

816.555.737

-

635.480.080

-

10.674.994.371

12.247.932.392 1.460.259.218.848

116112

116113

116114

116116

116117

116118

Piutang Bukan Pajak Rp96.450.818.001,00

Page 410: FA LTKK 2012.indb

409

satu tahun.

Posisi Piutang Bukan Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011dapat dilihat pada Tabel 67 berikut.

Sedangkan Nilai Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2012 setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang

dapat dilihat pada Tabel 68 berikut

Nilai Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2012 sebesar Rp44.641.844.358,00 merupakan nilai neto setelah

dilakukan penyisihan terhadap piutang.

Saldo Piutang Bukan Pajak bruto per Eselon I per 31 Desember 2012 sebesar Rp96.450.818.001,00 dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Saldo Piutang Bukan Pajak di Setjen per 31Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing

Tabel 67Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Tabel 68Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 66.292.680 544.011.696 (477.719.016) (87,81)

DJP 6.708.240 3.183.687.618 (3.176.979.378) (99,79)

DJBC 18.021.785.000 25.004.513.000 (6.982.728.000) (27,93)

DJPK 100.803.067 - 100.803.067 -

DJPB 14.485.227.455 138.308.846 14.346.918.609 10.373,10

DJKN - 6.252.903 (6.252.903) (100,00)

BAPEPAM-LK 63.379.536.332 56.508.964.892 6.870.571.440 12,16

BPPK 390.465.227 463.406.097 (72.940.870) (15,74)

JUMLAH 96.450.818.001 85.849.145.052 10.601.672.949 12,35

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN

DJP

DJBC

DJPK

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

JUMLAH

65.961.217 541.291.638 (475.330.421) (87,81)

6.674.789 3.167.769.180 (3.161.094.391) (99,79)

7.790.755.075 19.658.449.460 (11.867.694.385) (60,37)

100.299.052 - 100.299.052 -

14.412.801.301 137.617.302 14.275.183.999 10.373,10

- 6.221.639 (6.221.639) (100,00)

22.114.233.860 17.242.320.313 4.871.913.547 28,26

151.119.064 226.096.000 (74.976.936) (33,16)

44.641.844.358 40.979.765.532 3.662.078.826 8,94

Page 411: FA LTKK 2012.indb

410Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

sebesarRp66.292.680,00 dan Rp544.011.696,00Jumlah Piutang Bukan Pajak (netto) per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp65.961.217,00 dan Rp541.291.638,00 merupakan nilai Piutang Bukan Pajak yang dihitung setelah dikurangi dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih –Piutang Bukan Pajak.

2. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJP per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp6.708.240,00 dan Rp3.183.687.618,00. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Selain itu, terdapat penyisihan piutang bukan pajak yang dikategorikan lancar karena diharapkan dapat dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan pada tahun berikutnya

3. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJBC per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar

Rp18.021.785.000,00 dan Rp25.004.513.000,00.Piutang PNBP pada DJBC pada umumnya disebabkan adanya fasilitas penundaan pembayaran pita cukai dimana PNBP atas penerimaan cukai tersebut juga dibayarkan bersamaan dengan pembayaran piutang cukai hasil tembakau. Selain itu juga disebabkan adanya fasilitas PNBP berkala kepada beberapa importir.

Daftar Kualitas Piutang PNBP pada DJBC per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut:

4. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPK per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar

Rp Rp100.806.607,00 dan Rp0,00. Piutang Bukan Pajak DJKN TA 2012 terdiri dari kelebihan pembayaran gaji pegawai sebesar Rp3.106.377,00 dan belanja sewa mesin fotocopy sebesar Rp97.696.690,00 yang telah disetorkan kembali ke Kas Negara pada TA 2012.

Uraian Kenaikan/ (Penurunan)31 Des 201131 Des 2012 %

Piutang PNBP 6.708.240 3.183.687.618 (3.183.687.618) (99,79)

kdkanwil Kanwil Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah

002 SUMUT 134.910.000 134.910.000

003 RIAU SUMBAR 13.760.000 13.760.000

004 KEP. RIAU 1.140.000 1.140.000

005 SUMBAGSEL 2.790.000 2.790.000

006 BANTEN 53.400.000 558.500.000 611.900.000

007 JAKARTA 99.090.000 9.670.000 7.110.000 20.130.000 136.000.000

008 JAWA BARAT 94.200.000 94.200.000

009 JATENG & DIY 41.340.000 41.340.000

010 JATIM 1 737.020.000 300.000 737.320.000

011 JATIM 2 21.060.000 300.000 330.000 21.690.000

013 KALBAGBAR 2.070.000 2.070.000

014 KALBAGTIM 18.005.000 18.005.000

017 KPU BC PRIOK 16.206.660.000 16.206.660.000

1.218.785.000 568.470.000 7.410.000 16.227.120.000 18.021.785.000JUMLAH

Page 412: FA LTKK 2012.indb

411

5. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPB per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp14.485.227.455,00 dan Rp138.308.846,00. Saldo per 31 Desember 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp14.346.918.609,00 atau 10.373,1 persen apabila dibandingkan dengan saldo tahun sebelumnya.

Adapun posisi saldo Piutang Bukan Pajak di DJPB per wilayah adalah sebagai berikut:

6. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJKN per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar

No UAKPA/UAPPA-W 31 Des 2012 31 Des 2011

1 Kantor Pusat 432.568.132 86.384.844

2 KSAP - -

3 SPAN - -

4 PPAKP - -

5 Kanwil DJPBN Prov NAD 308.782.161 -

6 Kanwil DJPBN Prov Sumut 215.656.224 8.196.800

7 Kanwil DJPBN Prov Sumbar 174.018.875 -

8 Kanwil DJPBN Prov Riau 126.057.400 -

9 Kanwil DJPBN Prov Jambi 36.732.545 8.224.000

10 Kanwil DJPBN Prov Sumsel 90.937.850 -

11 Kanwil DJPBN Prov Lampung 23.680.230 -

12 Kanwil DJPBN Prov Bengkulu 90.025.000 -

13 Kanwil DJPBN Prov Babel 6.158.145 -

14 Kanwil DJPBN Prov Banten 35.362.925 504.9.000

15 Kanwil DJPBN Prov DKI Jakarta 6.863.476.370 2.803.200

16 Kanwil DJPBN Prov Jabar 874.071.320 152.000

17 Kanwil DJPBN Prov Jateng 753.981.353 17.958.100

18 Kanwil DJPBN Prov DI Yogyakarta 70.173.675 -

19 Kanwil DJPBN Prov Jatim 858.253.950 284.000

20 Kanwil DJPBN Prov Kalbar 303.694.575 341.632

21 Kanwil DJPBN Prov Kalteng 201.912.863 -

22 Kanwil DJPBN Prov Kalsel 349.784.688 240.000

23 Kanwil DJPBN Prov Kaltim 318.050.659 -

24 Kanwil DJPBN Prov Bali 69.700.150 -

25 Kanwil DJPBN Prov NTB 241.250.610 6.706.830

26 Kanwil DJPBN Prov NTT 114.359.850 -

27 Kanwil DJPBN Prov Sulsel 319.464.395 715.675

28 Kanwil DJPBN Prov Sulteng 192.178.800 -

29 Kanwil DJPBN Prov Sultra 198.344.474 180.000

30 Kanwil DJPBN Prov Gorontalo 139.304.660 771.856

31 Kanwil DJPBN Prov Sulut 212.975.400 1.352.640

32 Kanwil DJPBN Prov Malut 176.676.225 2.952.369

33 Kanwil DJPBN Prov Maluku 98.690.709 -

34 Kanwil DJPBN Prov Papua 588.903.242 540.000

JUMLAH 14.485.227.455 138.308.846

Page 413: FA LTKK 2012.indb

412Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Rp0,00 dan Rp6.252.903,00. Piutang Bukan Pajak DJKN TA 2011 merupakan kelebihan pembayaran uang makan yang telah disetorkan kembali ke Kas Negara pada TA 2012.

7. Saldo Piutang Bukan Pajak di Bapepam-LK per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp63.379.536.332,00 dan Rp56.508.964.892,00. Piutang Bukan Pajak Bapepam-LK berasal dari Piutang atas Denda di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bidang Perasuransian dan Dana Pensiun) serta piutang yang berasal dari Iuran Badan Usaha di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Saldo Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2012 sebesar Rp63.379.536.332,00, terdiri dari:

1. Piutang Denda di Bidang Pasar Modal sebesar Rp31.299.807.887,00 meliputi:. Piutang denda yang belum jatuh tempo sebesar Rp2.566.730.000,00.. Piutang denda yang sudah jatuh tempo, tetapi belum terbayar dan belum dilimpahkan ke DJKN

sebesar Rp1.065.621.600,00, terdiri dari pokok sebesar Rp1.048.660.000,00 dan bunga sebesar Rp16.961.600,00

. Piutang yang telah dilimpahkan ke DJKN sebesar Rp27.667.456.287,00 merupakan piutang dimana jangka waktu yang diberikan dalam surat tegoran kedua untuk melunasi piutang telah lewat, maka piutang dikategorikan sebagai piutang macet yang pengurusannya dilimpahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).

2. Piutang Denda di Bidang Perasuransian sebesar Rp11.760.017.265,00 merupakan piutang yang telah dilimpahkan ke DJKN (piutang dimana jangka waktu yang diberikan dalam surat tegoran kedua untuk melunasi piutang telah lewat, maka piutang dikategorikan sebagai piutang macet yang pengurusannya dilimpahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).

3. Piutang Denda di Bidang Dana Pensiun sebesar Rp694.258.909,00 merupakan piutang yang telah dilimpahkan ke DJKN (piutang dimana jangka waktu yang diberikan dalam surat tegoran kedua untuk melunasi piutang telah lewat, maka piutang dikategorikan sebagai piutang macet yang pengurusannya dilimpahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).

4. Piutang dari iuran badan usaha di bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan triwulan IV tahun 2012 sebesar Rp19.625.452.271,00. Pembayaran iuran tahunan ini akan dilakukan paling lambat tanggal 15 Januari 2013.

Rincian Piutang Bukan Pajak per31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di atas, maka piutang bukan pajak Bapepam-LK per 31 Desember 2012 mengalami kenaikan

sebesar Rp6.870.571.440,00 atau 12,15 persen apabila dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2011. Adapun perubahan/mutasi tersebut berasal dari :

a. Bidang Pasar Modal mengalami kenaikan sebesar Rp2.623.750.549,00 atau 9,15 persen.

No Uraian 31-Dec-12 31-Dec-11 Naik/ (Turun) %

Piutang atas Denda di Bidang Pasar Modal

Piutang atas Denda di Bidang Perasuransian

Piutang atas Denda di Bidang Dana Pensiun

Jumlah

Piutang dari iuran badan usaha di bidang pasar modal dan lembaga keuangan

1

2

3

4

31.299.807.887 28.676.057.338 2.623.750.549 9,15

11.760.017.265 10.055.118.180 1.704.899.085 16,96

694.258.909 720.658.909 (26.400.000) (3,66)

19.625.452.271 17.057.130.465 2.568.321.806 15,06

63.379.536.332 56.508.964.892 6.870.571.440 12,15

Page 414: FA LTKK 2012.indb

413

b. Bidang Perasuransian mengalami kenaikan sebesar Rp1.704.899.085,00 atau 16,96 persen.c. Bidang Dana Pensiun mengalami penurunan sebesar Rp26.400.000,00 atau 3,66 persen.d. Piutang dari iuran badan usaha di bidang pasar modal dan lembaga keuangan mengalami kenaikan

sebesar Rp 2.568.321.806,00 atau 15,06 persen.

Perubahan/mutasi tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Bidang Pasar Modal

Adapun rincian atas penyesuaian tersebut sebesar Rp358.618.400,00 adalah sebagai berikut.

b. Bidang Perasuransian

1. 28.676.057.338

2.

Saldo Awal (1 Januari 2012)

Penambahan (a+b) 21.160.323.200

a.

a.

b.

Tambahan Piutang Bidang Pasar Modal 21.160.323.200Rp

3. Pengurangan (a+b)

Saldo Akhir 31 Desember 2012 (1+2-3)

18.536.572.651

18.177.954.251Rp

358.618.400Rp

Rp

Rp

Rp

Rp 31.299.807.887

Pembayaran Piutang Bidang Pasar Modal

Penyesuaian

A.

B.

Penambahan

Pengurangan

-Rp

358.618.400

-

Rp

400.000Rp

2.000.000Rp

100.000.000Rp

74.400.000Rp

74.400.000Rp

64.200.000Rp

25.400Rp

17.000Rp

8.000Rp

20.600.000Rp

17.000.000Rp

324.000Rp

5.000Rp

4.636.800Rp

602.200Rp

Total (A-B) (358.618.400)Rp

Pembatalan Sanksi PT Indosetu Bara Resources Tbk

Ralat denda dan bunga a.n. PT Bank DBS Indonesia

Ralat bunga a.n. PT Bank OCBC NISP

Ralat denda dan bunga a.d. HSBC Bank

Ralat denda dan bunga a.n. PT Bank Permata

Ralat Bunga PT Bank CIMB Niaga

Ralat Bunga PT Bank CIMB Niaga

Ralat Bunga PT Bank CIMB Niaga

Ralat denda a.n. Fofo Sariatmaja

Penyesuain pembayaran a.n. PT.Capital Bridge Indonesia

Ralat denda PT Inovisi Intracom

Pembatalan Sanksi PT Ladang Ira Panen

Pembatalan Sanksi PT Diptanala Bahana

Pembatalan Sanksi PT Gira Sole

Pembatalan Sanksi PT Lucasta Murni Cemerlang

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Page 415: FA LTKK 2012.indb

414Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

c. Bidang Dana Pensiun

d. Iuran Badan Usaha di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

8. Piutang Bukan Pajak di BPPK per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp390.465.227,00 dan Rp463.406.097,00. Mutasi piutang PNBP dapat dilihat pada Tabel 69 berikut.

Nilai Piutang Bukan Pajak sebesar Rp390.465.227,00 diatas merupakan nilai bruto, Nilai Piutang Bukan Pajak

1. 10.055.118.180

2.

Saldo Awal (1 Januari 2012)

Penambahan Piutang Bidang Perasuransian 2.100.670.000

a.

b.

3. Pengurangan (a+b)

4. Penyesuaian

Saldo Akhir 31 Desember 2012 (1+2-3+4)

395.770.915

395.770.915Rp

-

-

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

11.760.017.265

Pembayaran Piutang

Pelimpahan Piutang ke DJKN

1. 720.658.909

2.

Saldo Awal (1 Januari 2012)

Penambahan (a) 27.330.000

a.

a.

b.

Tambahan Piutang Bidang Dana Pensiun 27.330.000Rp

3. Pengurangan (a+b+c)

Saldo Akhir 31 Desember 2012 (1+2-3)

53.730.000

53.484.000Rp

246.000Rp

Rp

Rp

Rp

Rp 694.258.909

Pembayaran Piutang Bidang Dana Pensiun

Penyesuaian

1. 17.057.130.465

2.

Saldo Awal (1 Januari 2012)

Penambahan (a) 71.968.852.582

a.

a.

Tambahan Piutang SRO (iuran bulan April-Des 2012) 71.968.852.582Rp

3. Pengurangan (a+b+c)

Saldo Akhir 31 Desember 2012 (1+2-3)

69.400.530.776

69.400.530.776Rp

Rp

Rp

Rp

Rp 19.625.452.271

Pembayaran Iuran

Tabel 69Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Saldo per 31 Desember 2011 463.406.097

135.223.900

3.376.400

7.107.750

1.023.000

2.840.000

4.720.240

(114.577.000)

(106.653.360)

(6.001.800)

Mutasi tambah:

- Kelebihan pembayaran uang makan Des 2012

- Piutang sewa tanah. gedung. dan bangunan

- Piutang atas kelebihan pembayaran pekerjaan PBJ

- Piutang atas denda keterlambatan

- Piutang dari Kelebihan Pembayaran Tunjangan

- Piutang dari Penerimaan Kembali Uang Muka Gaji

Mutasi kurang:

- Pelunasan Uang Makan Tahun 2011

- Pelunasan Piutang Lainnya di Tahun 2012

- Overvalued Nilai Piutang per 31 Des 2011

Saldo per 31 Desember 2012 390.465.227

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Page 416: FA LTKK 2012.indb

415

neto adalah Rp147.029.548,00 setelah dikurangi penyisihan piutang tidak tertagih sebesar Rp239.310.097,00. Rincian penyisihan piutang bukan pajak adalah sebagaimana Tabel 70 berikut.

C.1.10. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan PajakTabel 70

Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2012

Saldo per 31 Desember 2011 463.406.097

135.223.900

3.376.400

7.107.750

1.023.000

2.840.000

4.720.240

(114.577.000)

(106.653.360)

(6.001.800)

Mutasi tambah:

- Kelebihan pembayaran uang makan Des 2012

- Piutang sewa tanah. gedung. dan bangunan

- Piutang atas kelebihan pembayaran pekerjaan PBJ

- Piutang atas denda keterlambatan

- Piutang dari Kelebihan Pembayaran Tunjangan

- Piutang dari Penerimaan Kembali Uang Muka Gaji

Mutasi kurang:

- Pelunasan Uang Makan Tahun 2011

- Pelunasan Piutang Lainnya di Tahun 2012

- Overvalued Nilai Piutang per 31 Des 2011

Saldo per 31 Desember 2012 390.465.227

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Uraian Kualitas Nilai Piutang Penyisihan Nilai Penyisihan

Lancar

Macet

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Lancar

Kurang Lancar

Lancar

Macet

Lancar

Kurang Lancar

Lancar

26.130.100.00

7.219.940.00

23.140.000.00

4.221.450.00

7.037.750.00

11.231.150.00

13.027.100.00

19.689.000.00

8.684.000.00

1.184.000.00

5.729.250.00

1.432.800.00

9.002.750.00

-

-

-

-

5.878.490.00

2.342.700.00

1.794.000.00

2.900.000.00

3.888.350.00

231.080.397.00

1.579.000.00

100.000.00

3.173.000.00

0,5%

100,00%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

0,5%

10,00%

0,5%

100,00%

0,5%

10,00%

0,5%

130.651

7.219.940

115.700

21.107

35.189

56.156

65.136

98.445

43.420

5.920

28.646

7.164

45.014

29.392

11.714

8.970

290.000

19.442

231.080.397

7.895 10.000 15.865

239.346.163

Pusdiklat AP

Pusdiklat BC

Pusdiklat PSDM

Pusdiklat KNPK

Pusdiklat KU

Pusdiklat Pajak

STAN

BDK Medan

BDK Palembang

BDK Pekanbaru

BDK Cimahi

BDK Yogyakarta

BDPim Magelang

BDK Malang

BDK Denpasar

BDK Balikpapan

Sekretariat Badan

BDK Manado

BDK Pontianak

Jumlah

Page 417: FA LTKK 2012.indb

416Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011masing-masing sebesar sebesar Rp51.808.973.643,00dan Rp44.869.379.520,00. Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak Berdasarkan Kualitas Piutang per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 71 berikut.

C.1.11. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

Nilai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp9.625.650.721,00 dan Rp9.874.029.786,00. Saldo per 31 Desember 2012 merupakan saldo Tagihan TGR Kementerian Keuangan yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal neraca (sampai dengan 31 Desember 2012) dengan memperhitungkan penyisihan nilai piutang. Posisi Bagian Lancar TGR bruto per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 72 berikut

Nilai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2012 sebesar Rp9.625.650.721,00

Tabel 71Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Tabel 72Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi BrutoPer Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN

DJP

DJBC

DJPK

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

JUMLAH

(331.463) 2.388.595 (87,81)

(33.451) 15.884.987 (99,79)

(10.231.029.925) (4.884.966.385) 91,38

(504.015) (504.015) -

(72.426.154) (71.734.610) 10.373,11

- 31.264 (100,00)

(41.265.302.472) (1.998.657.893) 5,09

(239.346.163) (2.036.066) 0,86

(51.808.973.643)

(2.720.058)

(15.918.438)

(5.346.063.540)

-

(691.544)

(31.264)

(39.266.644.579)

(237.310.097)

(44.869.379.520) (6.939.594.123) 15,47

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN

ITJEN

DJP

DJBC

DJPK

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

JUMLAH

1.813.534.683 1.902.459.183 (88.924.500) (4,67)

38.622.100 47.022.100 (8.400.000) (17,86)

570.740.541 654.527.261 (83.786.720) (12,80)

3.950.057.583 3.940.212.411 9.845.172 0,25

- 12.000.000 (12.000.000) (100,00)

2.149.670.048 2.242.691.993 93.021.945 (4,15)

11.519.600 7.200.000 4.319.600 59,99

79.983.182 80.165.000 (181.818) (0,23)

1.011.522.984 987.751.838 23.771.146 2,41

9.625.650.721 9.874.029.786 (248.379.065) (2,52)

Bagian Lancar TGR Rp9.625.650.721,00

Page 418: FA LTKK 2012.indb

417

merupakan nilai bruto, adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan Bagian lancar TGR adalah sebesar Rp210.976.023,00.

C.1.12. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar TGR

Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar sebesar Rp9.414.674.698,00 dan Rp9.478.786.128,00.Adapun rincian nilai bruto dan penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) dapat dilihat pada Tabel 73 berikut.

C.1.13.Piutang dari Kegiatan Operasional BLU

Nilai Piutang dari Kegiatan Operasional BLU bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp20.520.519.164,00 dan Rp14.938.119.944,00.

Posisi Piutang dari Kegiatan Operasional BLU bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 74 berikut

Nilai Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2012 sebesar Rp20.520.519.164,00 merupakan

nilai bruto, adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU adalah sebesar Rp20.408.376.193,00.Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2012 sebesar

Tabel 73Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Tabel 74Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Eselon I Nilai NetoNilai Bruto Penyisihan

1.813.534.683 3.557.622

38.622.100 597.000

570.740.541 49.860.858

3.950.057.583 129.736.065

2.149.670.048 15.762.476

11.519.600 11.462.002

79.983.182 -

1.011.522.984 -

SETJEN

ITJEN

DJP

DJBC

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

JUMLAH 9.625.650.721

(1.809.977.061)

(38.025.100)

(520.879.683)

(3.820.321.518)

(2.133.907.572)

(57.598)

(79.983.182)

(1.011.522.984)

(9.414.674.698) 210.976.023

UraianRupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 16.576.174.712 11.451.919.944 5.124.254.768 44,75

BPPK 3.944.344.452 3.486.200.000 458.144.452 13,14

JUMLAH 20.520.519.164 14.938.119.944 5.582.399.220 37,37

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Bagian Lancar TGR

Rp9.414.674.698,00

Piutang dari Kegiatan Operasional BLU

Rp20.520.519.164,00

Page 419: FA LTKK 2012.indb

418Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Rp16.576.174.712,00. Nilai tersebut merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Operasional PIP berupa investasi jangka panjang. Investasi yang dilakukan berupa investasi langsung maupun investasi dalam bentuk Surat Berharga menghasilkan piutang yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun anggaran.Nilai sebesar Rp16.576.174.712,00 merupakan piutang yang dihitung secara akrual pada tanggal 31 Desember 2012.

Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember 2012 merupakan piutang penerimaan bukan pajak dari Kegiatan Operasional BLU STAN sebesar Rp3.943.344.452,00.

C.1.14. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Piutang dari Kegiatan Operasional BLU

Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp112.142.971,00 dan Rp95.448.100,00.Adapun nilai bruto dan penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 75 berikut.

Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 76 berikut.

Rincian Piutang dan Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember

Tabel 75Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Tabel 76Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Setjen-PIP Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Eselon I Nilai NetoNilai Bruto Penyisihan

SETJEN 16.576.174.712 (82.880.874) 16.493.293.838

BPPK 3.944.344.452 (29.262.097) 3.915.082.355

JUMLAH 20.520.519.164 (112.142.971) 20.408.376.193

Nama Mitra

Uraian

Fee Bunga Denda

Penyisihan PiutangPiutang Imbal Hasil

1.500.000.000

525.000.000

7.500.000.000

9.525.000.000

6.525.118.350

57.877.255

23.423.864

111.550.184

44.342.592

32.937.651

255.924.516

7.051.174.412

300

300

1. Pemprov Sulawesi Tenggara

a. RSUD

b. Jalan dan Jembatan

2. Pemkot Surakarta

3. Pemkab Muko-Muko

4. Pemkab. Karangasem

5. Pemkab Lombok Timur

6. Pemkot Bandar Lampung

7. Pemkot Palu

8. Pemkot Gorontalo

9. Pemprov Sulawesi Selatan

Jumlah

Jumlah Piutang

32.625.591.75

289.386.28

117.119.32

557.750.92

221.712.96

164.689.76

1.279.622.58

7.500.000.00

2.625.000.00

37.500.000.00

82.880.874

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp 16.576.174.712

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari

Kegiatan Operasional BLU Rp112.142.971,00

Page 420: FA LTKK 2012.indb

419

2012 dapat dilihat pada Tabel 77 dan Tabel 78 berikut.

C.1.15. Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU

Nilai Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU bruto yang diperkirakan terealisasi per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp32.766.356.150,00 dan Rp22.027.746.408,00.

Posisi Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU bruto yang diperkirakan terealisasi per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 disajikan pada Tabel 79 berikut.

Nilai Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2012 sebesar Rp32.766.356.150,00

Tabel 77Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Tabel 78Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2012

Tabel 79Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

No Debitur Jumlah

1

2

3

4

Pendapatan Jasa Pelayanan Tenaga. Pekerjaan. Informasi. Pelatihan. dan Teknologi 206.425.000.00

Pendapatan Hasil kerjasama lembaga / Badan Usaha 45.000.000.00

Pendapatan Hasil kerjasama Pemerintah Daerah 3.677.440.000.00

Pendapatan jasa layanan perbankan

Jumlah

15.479.452.003.944.344.452.00

Rp

Rp

Rp

Rp Rp

Uraian Nilai PenyisihanPenyisihanKualitas Nilai Piutang

Pendapatan Jasa Pelayanan Tenaga. Pekerjaan. Informasi. Pelatihan. dan Teknologi 755.000

5.542.500

Pendapatan Hasil kerjasama lembaga / Badan Usaha 4.500.000

Pendapatan Hasil kerjasama Pemerintah Daerah 18.387.200

Pendapatan jasa layanan perbankan

Total

lancar

kurang lancar

kurang lancar

lancar

lancar

0,50%10,00%

10,00%

0,50%

0,50% 77.397

151.000.000

55.425.000

45.000.000

3.677.440.000

15.479.452

3.944.344.452 29.262.097

Uraian

SETJEN 31.771.667.295 21.573.963.222 10.197.704.073 47,27

BPPK 994.688.855 453.783.186 540.905.669 119,20

JUMLAH 32.766.356.150 22.027.746.408 10.738.609.742 48,75

Rupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU

Rp32.766.356.150,00

Page 421: FA LTKK 2012.indb

420Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

merupakan nilai bruto adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang adalah sebesar Rp32.133.263.900,00.

Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2012 merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional PIP sebesar Rp31.771.667.295,00. Piutang tersebut merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal Neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun sehingga memiliki penyisihan dengan kategori lancar (5 permil). Piutang tersebut berasal dari kekurangan setor bunga deposito yang dihitung secara akrual pada tanggal 31 Desember 2012. Sedangkan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2011 merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional PIP sebesar Rp21.466.093.406,00.

Rincian Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU di SETJEN-PIP per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 80 dan Tabel 81 berikut.

Nilai Bruto Piutang dari Kegiatan Non Operasional pada Eselon I BPPK per 31 Desember 2012 sebesar

Rp994.688.855,00 merupakan Piutang Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional BLU STAN. Piutang tersebut berasal dari perkiraan ketidak tertagihan piutang atau denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Sedangkan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember

Tabel 80Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-PIP berupa Bunga Akrual Deposito Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Tabel 81Rincian Piutang Dari selain Bunga Akrual Deposito Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Kode akun

113991

Jumlah RupiahUraian

Bunga Deposito Bank BRI - 27 bilyet

Bunga Deposito Bank Mandiri - 9 bilyet

Bunga Deposito Bank BTN - 13 bilyet

Bunga Deposito Bank Bukopin - 12 bilyet

Bunga Deposito Bank BJB Syariah - 2 bilyet

Bunga Deposito Bank Sumut - 3 bilyet

Bunga Deposito Bank Sulut - 1 bilyet

Bunga Deposito Bank Muamalat - 6 bilyet

Bunga Deposito Bank Syariah Bukopin - 4 bilyet

Bunga Deposito Bank BRI Syariah - 4 bilyet

Jumlah

16.531.502.055

4.316.280.822

1.883.013.699

2.170.890.411

200.136.986

684.895.833

123.287.671

727.917.808

302.931.907

283.493.151

27.224.349.943

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Kode akun Jumlah RupiahUraian

113991 Bunga Deposito Bank Mandiri Rp. 2.130.650.685

Bunga Deposito Bank Sumut Rp. 2.416.666.667

Jumlah Rp. 4.547.317.352

Page 422: FA LTKK 2012.indb

421

2011 merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional STAN sebesar Rp453.783.186,00 yang berasal dari denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan.

C.1.16. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU

Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLUper 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp633.092.250,00 dan Rp553.181.649,00.

Adapun nilai bruto dan penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 82 berikut.

Rincian Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2012 dapat

dilihat pada tabel berikut.

C.1.17. Persediaan

Nilai Persediaan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp284.672.873.440,00 dan Rp282.731.013.941,00. Nilai tersebut merupakan hasil stock opname yang dinilai berdasarkan harga pembelian/perolehan terakhir. Satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan Akuntansi Persediaan melalui aplikasi yang merupakan bagian dari SIMAK BMN.

Posisi Persediaan per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 84 berikut.

Tabel 82Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Tabel 83Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

SETJEN 31.771.667.295 (158.858.336) 31.612.808.959

BPPK 994.688.855 (474.233.914) 520.454.941

JUMLAH 32.766.356.150 (633.092.250) 32.133.263.900

Eselon I Nilai Bruto Penyisihan Nilai Neto

Rincian Saldo Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Saldo Bagian Lancar TGR (Netto)

PIP 31.771.667.295 31.612.808.959

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (5/1000)

158.858.336

PT Sarana Karya Jasa (sudah dilimpahkan ke DJKN) Macet 286.664.703 100,00% 286.664.703

Desada Theamada Lancar 2.774.772 0,50% 13.874

PT Karya Cipta Mandiri Sejati Lancar 479.715.470 0,50% 2.398.577

Asuransi Jasindo Kurang Lancar 44.863.500 10,00% 4.486.350

PT Nugraha Adi Taruna Macet 180.670.410 100,00% 180.670.410

814.018.445 474.233.914Total

Debitur Kualitas Nilai Piutang Penyisihan Nilai Penyisihan

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Piutang dari

Kegiatan Non Operasional BLU Rp633.092.250,00

Persediaan Rp284.672.873.440,00

Page 423: FA LTKK 2012.indb

422Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Rincian saldo Persediaan per 31 Desember 2012 per jenis persediaan dapat dilihat pada Tabel 85 berikut.C.1.18. Persediaan BLU

Nilai Persediaan BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp913.269.070,00 dan Rp1.107.526.185,00. Nilai tersebut merupakan hasil stock opname yang dinilai berdasarkan harga pembelian/perolehan terakhir. Satuan kerja BLU lingkup Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan akuntansi persediaan melalui aplikasi yang merupakan bagian dari SIMAK BMN.

Tabel 84Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Tabel 85Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Uraian 31 Desember 2012 31 Desember 2011Kenaikan (Penurunan)

Rupiah %

SETJEN 4.243.288.524 3.964.923.629 7,02

ITJEN 728.412.186 566.024.806 28,69

DJA 842.657.415 863.820.154 (2,45)

DJP 180.039.374.560 184.170.135.826 (2,24)

DJBC 66.905.917.117 61.001.391.665 9,68

DJPK 1.124.302.813 502.722.419 123,64

DJPU 2.386.784.473 1.248.899.154 91,11

DJPB 19.649.686.572 21.271.969.657 (7,63)

DJKN 5.366.720.077 5.231.507.835 2,58

BAPEPAM-LK 619.888.330 968.660.948 (36,01)

BPPK 1.827.050.501 2.137.225.952 (14,51)

BKF 938.790.872 803.731.896 16,80

JUMLAH 284.672.873.440 282.731.013.941

278.364.895

162.387.380

(21.162.739)

(4.130.761.266)

5.904.525.452

621.580.394

1.137.885.319

(1.622.283.085)

135.212.242

(348.772.618)

(310.175.451)

135.058.976

1.941.859.499 0,69

Kode Akun Uraian 31 Desember 2012

115111 Barang konsumsi 177.471.748.400

115112 Amunisi 1.367.687.832

115113 Bahan untuk pemeliharaan 12.136.261.906

115114 Suku cadang 15.972.027.346

115121 Pita cukai, materai dan leges 55.878.349.038

115124 Peralatan dan mesin untuk dijual/diserahkan masyarakat 459.757.580

115127 Aset lain-lain untuk diserahkan kepada masyarakat 2.045.000

115128 Barang persediaan lainnya untuk dijual/ diserahkan ke masyarakat 15.941.807.424

115131 Bahan baku 2.926.192.395

115191 Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga 79.942.465

115199 Persediaan lainnya 2.437.054.054

JUMLAH 284.672.873.440

Persediaan BLU Rp913.269.070,00

Page 424: FA LTKK 2012.indb

423

Posisi Persediaan BLU per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012dan 31 Desember 2011dapat dilihat pada Tabel 86 berikut.

Tabel 86Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Uraian

SETJEN

BPPK

JUMLAH

Rupiah %

Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

40.662.037 27.660.665 13.001.372 47,00

872.607.033 1.079.865.520 (207.258.487) (19,19)

913.269.070 1.107.526.185 (194.257.115) (17,54)

Page 425: FA LTKK 2012.indb

424Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

ASET TETAPC.2. Aset Tetap

Nilai Aset Tetap Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing–masing sebesar Rp39.244.462.867.245,00 dan Rp37.731.845.000.870,00. Adapun rincian Aset Tetap menurut jenis Aset Tetap dapat dilihat pada Tabel 87 berikut.

Tabel 87Aset Tetap Per Jenis Aset

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

31 Desember 2011Uraian 31 Desember 2012

%Rp

Kenaikan (Penurunan)

Tanah

Tanah BLU

Peralatan dan Mesin

Peralatan dan Mesin BLU

Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan BLU

Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU

Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya BLU

Konstruksi Dalam Pengerjaan

KDP BLU

Jumlah

17.296.534.823.816

545.192.062.827

8.849.450.471.389

51.293.956.632

11.211.918.159.435

196.710.647.484

348.573.649.280

18.437.121.332

26.339.299.995

11.807.907.831

677.317.480.494

10.887.286.730

39.244.462.867.245

17.210.633.268.536

545.192.062.827

8.021.195.465.644

43.188.928.397

10.635.543.677.165

194.255.849.179

332.477.687.395

18.437.121.332

21.169.879.443

11.467.292.040

698.283.768.910

0

37.731.845.000.868

85.901.555.280

0

828.255.005.745

8.105.028.235

576.374.482.270

2.454.798.305

16.095.961.885

0

5.169.420.552

340.615.791

(20.966.288.416)

10.887.286.730

1.533.672.221.654

0,00

0,00

0,10

0,19

0,05

0,01

0,05

0.00

0,24

0,03

(0,03)

0.00

4,06

Komposisi Aset Tetap menurut Jenis Aset per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Gra! k 19 berikut

Gra! k 19Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset

Per 31 Desember 2012

Tanah

Tanah BLU

44,07 %

1,39 %

24 %

PM BLU

PM

GB

0,13 %

28,57 %

GB BLU 0,50 %

JIJ 0,89 %

ATL 0,07 %

Aset Tetap Rp39.244.462.867.245,00

Page 426: FA LTKK 2012.indb

425

Perkembangan Aset Tetap per jenis Aset Tetap dapat dilihat pada Gra! k 20 berikut.

Gra! k 20Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap

Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap

Tanah

Tanah BLU

Tanah

PM

PM BLU

PM

BG

GB BLUGB JIJ JIJ BLU ATL ATL BLU KDP KDP BLU

10.000.000

8.000.000

14.000.000

12.000.000

18.000.000

Dalam Jutaan Rupiah

16.000.000

6.000.000

4.000.000

2.000.000

0

31 Desember 2012 31 Desember 2011

Mutasi Aset Tetap selain Aset Tetap BLU Kementerian Keuangan selama periode TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 88 berikut.

Tabel 88Mutasi/Perubahan Aset Tetap

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset yang dihentikan BLU

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Hibah (Masuk)

Rampasan

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Pembatalan Penghapusan

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Perolehan Reklasi!kasi Dari Intra ke Eks

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghapusan semu karena reklasi!kasi dari Intra ke ekstra

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

37.731.845.000.870

20.236.317

812.541.253.775

-62.258.000

38.544.344.232.962

103.308.620.121

705.253.264.965

811.635.639.818

2.748.061.271

920.215.400

596.817.105.045

264.698.000

2.420.704.832.956

13.501.096.129

4.165.269.748

24.321.632.892

5.789.532.913

60.252.581.549

66.187.961.787

119.602.656.131

67.522.158.097

232.402.005.106

846.224.962.703

6.081.622.294.631

-133.595.283.786

-45.439.598.653

-88.163.388.081

-799.701.277.083

-2.400.085.682.927

-23.154.348.050

-1.599.449.057

-210.018.972.216

-839.144.549.689

-4.547.174.677.512

40.078.791.850.081

-834.328.982.836

39.244.462.867.245

100

101

102

103

104

105

106

107

112

113

177

199

202

204

205

206

208

204

205

301

302

304

305

399

401

SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

UraianURAIAN TRN

Page 427: FA LTKK 2012.indb

426Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset yang dihentikan BLU

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Hibah (Masuk)

Rampasan

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Pembatalan Penghapusan

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Perolehan Reklasi!kasi Dari Intra ke Eks

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghapusan semu karena reklasi!kasi dari Intra ke ekstra

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

37.731.845.000.870

20.236.317

812.541.253.775

-62.258.000

38.544.344.232.962

103.308.620.121

705.253.264.965

811.635.639.818

2.748.061.271

920.215.400

596.817.105.045

264.698.000

2.420.704.832.956

13.501.096.129

4.165.269.748

24.321.632.892

5.789.532.913

60.252.581.549

66.187.961.787

119.602.656.131

67.522.158.097

232.402.005.106

846.224.962.703

6.081.622.294.631

-133.595.283.786

-45.439.598.653

-88.163.388.081

-799.701.277.083

-2.400.085.682.927

-23.154.348.050

-1.599.449.057

-210.018.972.216

-839.144.549.689

-4.547.174.677.512

40.078.791.850.081

-834.328.982.836

39.244.462.867.245

100

101

102

103

104

105

106

107

112

113

177

199

202

204

205

206

208

204

205

301

302

304

305

399

401

SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

UraianURAIAN TRN

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset yang dihentikan BLU

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Hibah (Masuk)

Rampasan

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Pembatalan Penghapusan

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Perolehan Reklasi!kasi Dari Intra ke Eks

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghapusan semu karena reklasi!kasi dari Intra ke ekstra

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

37.731.845.000.870

20.236.317

812.541.253.775

-62.258.000

38.544.344.232.962

103.308.620.121

705.253.264.965

811.635.639.818

2.748.061.271

920.215.400

596.817.105.045

264.698.000

2.420.704.832.956

13.501.096.129

4.165.269.748

24.321.632.892

5.789.532.913

60.252.581.549

66.187.961.787

119.602.656.131

67.522.158.097

232.402.005.106

846.224.962.703

6.081.622.294.631

-133.595.283.786

-45.439.598.653

-88.163.388.081

-799.701.277.083

-2.400.085.682.927

-23.154.348.050

-1.599.449.057

-210.018.972.216

-839.144.549.689

-4.547.174.677.512

40.078.791.850.081

-834.328.982.836

39.244.462.867.245

100

101

102

103

104

105

106

107

112

113

177

199

202

204

205

206

208

204

205

301

302

304

305

399

401

SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

UraianURAIAN TRN

Rincian mutasi aset dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 89 berikut.

Tabel 89Rincian Belanja Modal

Sampai dengan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

5311

5321

5331

5341

5342

5343

5361

5371

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Jalan dan jembatan

Belanja Modal irigasi

Belanja Modal Jaringan

Belanja Modal Lainnya

Belanja Modal BLU

11.905.150.600

848.335.043.486

710.862.344.644

3.961.122.061 - -

57.994.367.946

2.796.408.925

JUMLAH MAK URAIAN

Page 428: FA LTKK 2012.indb

427

5311

5321

5331

5341

5342

5343

5361

5371

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Jalan dan jembatan

Belanja Modal irigasi

Belanja Modal Jaringan

Belanja Modal Lainnya

Belanja Modal BLU

11.905.150.600

848.335.043.486

710.862.344.644

3.961.122.061 - -

57.994.367.946

2.796.408.925

JUMLAH MAK URAIAN

5311

5321

5331

5341

5342

5343

5361

5371

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Jalan dan jembatan

Belanja Modal irigasi

Belanja Modal Jaringan

Belanja Modal Lainnya

Belanja Modal BLU

11.905.150.600

848.335.043.486

710.862.344.644

3.961.122.061 - -

57.994.367.946

2.796.408.925

JUMLAH MAK URAIAN

Posisi saldo awal aset tetap pada neraca SAK dibandingkan dengan posisi aset tetap pada SIMAK-BMN per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 90 berikut.

Tabel 90Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap

Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

SelisihSIMAK SAKUraian

Tanah

Tanah BLU

Peralatan dan Mesin

Peralatan dan Mesin BLU

Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan BLU

Jalan dan Jembatan

Irigasi

Jaringan

Jalan Irigasi dan Jaringan BLU

Aset Tetap dalam Renovasi

Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya BLU

Konstruksi Dalam pengerjaan

KDP BLU

17.755.825.331.363

0

8.064.384.394.041

0

10.737.179.222.226

0

192.327.764.014

45.639.342.276

112.947.702.437

0

96.300.665.435

28.945.917.483

0

698.283.768.910

0

17.210.633.268.536

545.192.062.827

8.021.195.465.644

43.188.928.397

10.635.543.677.165

194.255.849.179

181.212.780.653

43.403.172.596

107.861.734.146

18.437.121.332

89.810.000

21.080.069.443

11.467.292.040

698.283.768.910

0

545.192.062.827

(545.192.062.827)

43.188.928.397

(43.188.928.397)

101.635.545.061

(194.255.849.179)

11.114.983.361

2.236.169.680

5.085.968.291

(18.437.121.332)

96.210.855.435

7.865.848.040

(11.467.292.040)

0

0

Penjelasan selisih aset tetap dalam neraca SAK dengan laporan posisi BMN di neraca SIMAK-BMN per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut.1. Selisih kurang Tanah sebesar Rp545.192.062.827,00 merupakan nilai Tanah BLU. Akun Tanah pada SIMAK-

BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK, Tanah diklasi! kasikan sebagai Tanah (kode akun 131111) dan Tanah BLU (kode akun 135111).

2. Selisih kurang Peralatan dan Mesin sebesar Rp43.188.928.397,00 terdiri dari merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU. Akun Peralatan dan Mesin pada SIMAK-BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Peralatan dan Mesin diklasi! kasikan sebagai Peralatan dan Mesin (kode akun 131311) dan Peralatan dan Mesin BLU (kode akun 135211).

3. Selisih kurang Gedung dan Bangunan sebesar Rp101.635.545.059,00 terdiri dari: - Selisih kurang sebesar Rp194.255.849.179,00 merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU. Akun Gedung

dan Bangunan pada SIMAK-BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Gedung dan Bangunan diklasi! kasikan sebagai Gedung dan Bangunan dan Gedung dan Bangunan BLU.

- Selisih kurang sebesar Rp14.646.317,00 adalah Bangunan Olah Raga Terbuka Permanen (lapangan tenis) pada Pusdiklat Keuangan Umum yang sudah direkonstruksi namun masih menunggu SK penghapusan.

- Selisih kurang sebesar Rp5.590.000,00 adalah nilai denda atas instalasi listrik pada KPPBC Selat Panjang. Nilai tersebut pada SAK telah dikurangkan dan nilai dendanya telah diakui sebagai piutang, sedangkan pada SIMAK nilai tersebut akan dikurangkan pada saat denda dibayar sesuai rekomendasi BPK.

Page 429: FA LTKK 2012.indb

428Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

- Selisih tambah sebesar Rp92.640.540.435,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasi! kasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi.

4. Selisih kurang Jalan dan Jembatan, Irigasi, dan Jaringan sebesar Rp18.437.121.332,00 merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU. Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Jalan, Irigasi, dan Jaringan diklasifikasikan sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan (kelompok akun 1317) dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU (kode akun 135411).

5. Selisih kurang Aset Tetap Lainnya sebesar Rp7.865.848.040,00 terdiri atas : - Selisih kurang sebesar Rp7.865.848.040,00 merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU. Akun Aset Tetap

Lainnya pada SIMAK-BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Tanah diklasi! kasikan sebagai Aset Tetap Lainnya (kode akun 131921) dan Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511)

- Selisih pada Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511) sebesar Rp11.467.292.040,00 antara lain terdiri dari Aset BLU sebesar Rp7.865.848.040,00 yang diklasi! kasikan ke Aset Tetap Lainnya, Aset BLU sebesar Rp31.129.000,00 yang diklasi! kasikan pada Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan (kode akun 154112) dan Aset BLU sebesar Rp3.570.315.000 yang diklasi! kasikan pada Aset Tetap dalam Renovasi (kode akun 131911).

Posisi aset tetap pada neraca SAK dibandingkan dengan posisi aset tetap pada SIMAK BMN per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 91 berikut.

Tabel 91Perbandingan Posisi Aset Tetap

Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

SelisihSIMAKSAKUraian

Tanah

Tanah BLU

Peralatan dan Mesin

Peralatan dan Mesin BLU

Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan BLU

Jalan dan Jembatan

Irigasi

Jaringan

Jalan Irigasi dan Jaringan BLU

Aset Tetap dalam Renovasi

Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya BLU

Konstruksi Dalam pengerjaan

KDP BLU

17.296.534.823.816

545.192.062.827

8.849.450.471.389

51.293.956.632

11.211.918.159.435

196.710.647.484

188.835.578.812

38.471.716.958

121.266.353.510

18.437.121.332

5.779.374.000

20.559.925.995

11.807.907.831

677.317.480.494

10.887.286.730

17.841.726.886.643

0

8.900.744.428.021

0

11.321.182.345.283

0

199.950.562.173

40.707.886.638

126.352.321.801

0

106.697.255.736

28.797.518.826

0

688.204.767.224

0

(545.192.062.827)

545.192.062.827

(51.293.956.632)

51.293.956.632

(109.264.185.848)

196.710.647.484

(11.114.983.361)

(2.236.169.680)

(5.085.968.291)

18.437.121.332

(100.917.881.736)

(8.237.592.831)

11.807.907.831

(10.887.286.730)

10.887.286.730

Penjelasan selisih aset tetap dalam neraca SAK dengan laporan posisi BMN di neraca SIMAK-BMN per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut.1. Selisih kurang Tanah sebesar Rp545.192.062.827,00 merupakan nilai Tanah BLU. Akun Tanah pada SIMAK-

BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK, Tanah diklasi! kasikan sebagai Tanah (kode akun 131111) dan Tanah BLU (kode akun 135111).

Page 430: FA LTKK 2012.indb

429

2. Selisih kurang Peralatan dan Mesin sebesar Rp51.293.956.632,00 merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU. Akun Peralatan dan Mesin pada SIMAK-BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Peralatan dan Mesin diklasi! kasikan sebagai Peralatan dan Mesin (kode akun 131311) dan Peralatan dan Mesin BLU (kode akun 135211).

3. Selisih kurang Gedung dan Bangunan sebesar Rp109.264.185.848,00 terdiri dari: - Selisih kurang sebesar Rp196.710.647.484,00 merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU. Akun Gedung

dan Bangunan pada SIMAK-BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Gedung dan Bangunan diklasi! kasikan sebagai Gedung dan Bangunan dan Gedung dan Bangunan BLU.

- Selisih lebih sebesar Rp87.446.461.636,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasi! kasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi.

4. Selisih kurang Jalan dan Jembatan, Irigasi, dan Jaringan sebesar Rp18.437.121.332,00 merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU. Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada SIMAK-BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Jalan, Irigasi, dan Jaringan diklasi! kasikan sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan (kelompok akun 1317) dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU (kode akun 135411).

5. Selisih kurang Aset Tetap Renovasi Rp100.917.881.736,00 dan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.237.592.831,00 terdiri atas: - Selisih lebih sebesar Rp87.446.461.636,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK

Kementerian direklasi! kasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi

- Aset Tetap Renovasi yang dimiliki BLU sebesar Rp3.570.315.000 yang diklasi! kasikan pada pada SAK menjadi Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511)

- Selisih kurang Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.237.592.831,00 merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511). Akun Aset Tetap Lainnya pada SIMAK-BMN tidak diklasi! kasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Tanah diklasi! kasikan sebagai Aset Tetap Lainnya (kode akun 131921) dan Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511).

C.2.1. Tanah

Nilai Tanah per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp17.296.534.823.816,00 dan Rp17.210.633.268.536,00. Terdapat peningkatan nilai aset tanah pada TA 2012 sebesar Rp85.901.555.280,00 atau 0,50 persen.Perbandingan rincian nilai Tanah yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 92 berikut.

Tabel 92Aset Tetap Tanah per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

Jumlah

5.393.010.958.623

8.183.833.948

0

6.053.832.477.708

2.925.383.710.153

0

89.500.950.000

2.104.657.852.206

249.012.953.712

0

471.828.087.466

1.124.000.000

17.296.534.823.816

5.310.790.595.138

8.183.833.948

0

6.014.980.591.166

2.874.333.716.251

0

89.500.950.000

2.088.140.787.498

244.585.425.022

99.961.416.247

479.031.953.266

1.124.000.000

17.210.633.268.536

82.220.363.485

0

0

38.851.886.542

51.049.993.902

0

0

16.517.064.708

4.427.528.690

(99.961.416.247)

(7.203.865.800)

0

85.901.555.280

1,55

0,00

0,00

0,65

1,78

0,00

0,00

0,79

1,81

-100,00

-1,50

0,00

0,50

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

UraianNo.

Tanah Rp17.296.534.823.816,00

Page 431: FA LTKK 2012.indb

430Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

Jumlah

5.393.010.958.623

8.183.833.948

0

6.053.832.477.708

2.925.383.710.153

0

89.500.950.000

2.104.657.852.206

249.012.953.712

0

471.828.087.466

1.124.000.000

17.296.534.823.816

5.310.790.595.138

8.183.833.948

0

6.014.980.591.166

2.874.333.716.251

0

89.500.950.000

2.088.140.787.498

244.585.425.022

99.961.416.247

479.031.953.266

1.124.000.000

17.210.633.268.536

82.220.363.485

0

0

38.851.886.542

51.049.993.902

0

0

16.517.064.708

4.427.528.690

(99.961.416.247)

(7.203.865.800)

0

85.901.555.280

1,55

0,00

0,00

0,65

1,78

0,00

0,00

0,79

1,81

-100,00

-1,50

0,00

0,50

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

UraianNo.

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

Jumlah

5.393.010.958.623

8.183.833.948

0

6.053.832.477.708

2.925.383.710.153

0

89.500.950.000

2.104.657.852.206

249.012.953.712

0

471.828.087.466

1.124.000.000

17.296.534.823.816

5.310.790.595.138

8.183.833.948

0

6.014.980.591.166

2.874.333.716.251

0

89.500.950.000

2.088.140.787.498

244.585.425.022

99.961.416.247

479.031.953.266

1.124.000.000

17.210.633.268.536

82.220.363.485

0

0

38.851.886.542

51.049.993.902

0

0

16.517.064.708

4.427.528.690

(99.961.416.247)

(7.203.865.800)

0

85.901.555.280

1,55

0,00

0,00

0,65

1,78

0,00

0,00

0,79

1,81

-100,00

-1,50

0,00

0,50

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

UraianNo.

Nilai Tanah per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp17.296.534.823.816,00 dan Rp17.210.633.268.536,00. Terdapat peningkatan nilai aset tanah pada TA 2012 sebesar Rp85.901.555.280,00 atau 0,50 persen.Perbandingan rincian nilai Tanah yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 92 berikut. Adapun rincian mutasi/perubahan nilai Tanah pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 93 berikut.

Tabel 93Mutasi/Perubahan Tanah

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Jumlah Uraian Transaksi

Reklasi!kasi BLU TAYL

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

17.210.633.268.536

545.192.062.827

17.755.825.331.363

22.448.284.869

8.792.840.000

219.762.535.213

1.534.183.789.650

10.939.762.229

878.014.334

23.523.818.851

78.866.824.576

32.573.900

2.332.023.553

1.901.760.467.175

(62.149.401.189)

(16.976.301.455)

(196.263.486.523)

(1.519.862.628.118)

(12.589.352.110)

(566.500.000)

(1.808.407.669.395)

17.849.178.129.143

(545.192.062.827)

17.303.986.066.316

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

Page 432: FA LTKK 2012.indb

431

Jumlah Uraian Transaksi

Reklasi!kasi BLU TAYL

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

17.210.633.268.536

545.192.062.827

17.755.825.331.363

22.448.284.869

8.792.840.000

219.762.535.213

1.534.183.789.650

10.939.762.229

878.014.334

23.523.818.851

78.866.824.576

32.573.900

2.332.023.553

1.901.760.467.175

(62.149.401.189)

(16.976.301.455)

(196.263.486.523)

(1.519.862.628.118)

(12.589.352.110)

(566.500.000)

(1.808.407.669.395)

17.849.178.129.143

(545.192.062.827)

17.303.986.066.316

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

Jumlah Uraian Transaksi

Reklasi!kasi BLU TAYL

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

17.210.633.268.536

545.192.062.827

17.755.825.331.363

22.448.284.869

8.792.840.000

219.762.535.213

1.534.183.789.650

10.939.762.229

878.014.334

23.523.818.851

78.866.824.576

32.573.900

2.332.023.553

1.901.760.467.175

(62.149.401.189)

(16.976.301.455)

(196.263.486.523)

(1.519.862.628.118)

(12.589.352.110)

(566.500.000)

(1.808.407.669.395)

17.849.178.129.143

(545.192.062.827)

17.303.986.066.316

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

Adapun rincian mutasi Tanah dari belanja modal pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 94 berikut.

Tabel 94Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

BELANJA ASET TANAH

531

MUTASI :

TOTAL MUTASI ASET

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Belanja Modal Tanah

Pembelian

Penyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

BM Tanah untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain

Perolehan/Pengembangan Tanah dari BM lain

Perolehan/Pengembangan Tanah dari Bel Barang/Bel pegawai

Kurang/ lebih kapitalisasi

Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM)

11.905.150.600

5.460.787.273

725.148.545

247.494.100

2.625.281.300

9.058.711.218 2.846.439.382

3.178.557.032

(332.117.650)

-

(460.000)

460.000

Luas tanah yang dimiliki oleh Kementerian Keuangan senilai Rp17.296.534.823.816,00 berdasarkan Aplikasi SIMAK BMN UAPB adalah 10.238.582 M2. Dari luas tanah tersebut seluas 1.852.144 M2 pada 803 satuan kerja belum bersertipikat atas nama Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan bersama Badan Pertanahan Nasional telah bekerjasama untuk menyelesaikan masalah persertipikatan tanah ini dengan membuat Memorandum of Understanding dengan nomor MOU-7/MK.01/2012 mengenai Persertipikatan Tanah Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Rincian tanah dalam proses pensertipikatan dapat dilihat pada Lampiran LK BA 015.

C.2.2. Tanah BLU

Nilai Tanah BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp545.192.062.827,00 dan Rp545.192.062.827,00. Nilai tersebut merupakan nilai Tanah BLU STAN pada BPPK. Tidak terdapat penambahan/penurunan nilai aset Tanah BLU pada TA 2012.Perbandingan rincian Tanah BLU yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 95 berikut.

Tanah BLU Rp545.192.062.827,00

Page 433: FA LTKK 2012.indb

432Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Tabel 95Aset Tetap Tanah BLU per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

01 BPPK 545.192.062.827 545.192.062.827 0 0

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan/ Penurunan

Rp %

UraianNo.

Selama TA 2012 tidak terdapat mutasi/perubahan Tanah BLU.

C.2.3. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan Mesin Rp8.849.450.471.389,00 Nilai Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp8.849.450.471.389,00 dan Rp8.021.195.465.644,00. Terdapat peningkatan nilai aset peralatan dan mesin pada TA 2012 sebesar Rp828.255.005.745,00 atau 10,33 persen.Perbandingan rincian nilai Peralatan dan Mesin yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 96 berikut.

Tabel 96Aset Tetap Peralatan dan Mesin per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

UraianNo.

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

Jumlah

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

1.003.616.999.971

39.527.010.841

69.583.972.759

3.909.210.659.511

2.371.993.416.332

44.213.940.255

41.622.002.584

858.567.560.256

311.494.200.424

2.706.000

148.775.131.331

50.842.871.125

8.849.450.471.389

569.946.033.968

33.693.923.953

59.678.724.279

3.822.116.114.333

2.209.810.148.373

36.643.824.308

27.551.773.884

714.994.712.683

271.717.188.880

97.090.748.115

133.190.173.730

44.762.099.138

8.021.195.465.644

433.670.966.003

5.833.086.888

9.905.248.480

87.094.545.178

162.183.267.959

7.570.115.947

14.070.228.700

143.572.847.573

39.777.011.544

(97.088.042.115)

15.584.957.601

6.080.771.987

828.255.005.745

76,09

17,31

16,60

2,28

7,34

20,66

51,07

20,08

14,64

(100,00)

11,70

13,58

10,33

Adapun mutasi/perubahan nilai aset Peralatan dan Mesin pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 97 berikut.

Peralatan dan Mesin Rp8.849.450.471.389,00

Page 434: FA LTKK 2012.indb

433

Tabel 97Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Uraian URAIAN TRN

0

0

100

101

102

103

104

105

106

107

112

113

177

199

202

204

205

206

208

201

204

205

301

302

304

305

399

401

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Hibah (Masuk)

Rampasan

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Pembatalan Penghapusan

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Perolehan Reklasi!kasi Dari Intra ke Eks

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

MUTASI KURANG

Pengurangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghapusan semu karena reklasi!kasi dari Intra ke ekstra

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

8.021.195.465.644

43.188.928.397

8.064.384.394.041

49.824.750.207

667.710.733.157

473.761.708.452

2.734.561.271

920.215.400

188.198.414.441

264.698.000

670.164.935.760

1.601.395.250

1.238.789.300

13.175.332.332

2.802.644.941

3.001.643.519

7.184.541.566

3.070.313.577

5.953.946.000

14.475.423.220

2.106.084.046.393

-4.373.235.113

-12.712.394.838

-4.178.330.169

-422.287.485.341

-632.478.586.721

-3.745.257.230

-1.593.027.146

-188.355.695.855

(1.269.724.012.413)

8.900.744.428.021

(51.293.956.632)

8.849.450.471.389

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

SALDO AKHIR (SAK)

Page 435: FA LTKK 2012.indb

434Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Rincian mutasi Peralatan dan Mesin dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 98 berikut.

Tabel 98Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

BELANJA ASET PERALATAN MESIN

531

MUTASI :

TOTAL MUTASI ASET

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Pembelian

Penyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

Pembelian Ekstrakomptabel

BM Peralatan Mesin untuk Pengembangan/Perolehan Aset lain

Perolehan/Pengembangan Peralatan Mesin dari BM lain

Perolehan/Pengembangan Peralatan Mesin dari Bel Barang/bel pegawai

Kurang/ Lebih Kapitalisasi

Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM)

848.335.043.486

664.513.094.003

2.817.801.943

4.317.776.845

36.361.898.946

118.613.726.195

826.624.297.932 21.710.745.554

4.586.301.078

43.395.624.235 (25.540.836.309)

(1.755.206.167)

1.013.516.717

11.346.000

C.2.4. Peralatan dan Mesin BLU

Nilai Peralatan dan Mesin BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp51.293.956.632,00 dan Rp43.188.928.397,00. Nilai tersebut merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK. Terdapat peningkatan nilai aset Peralatan dan Mesin BLU pada TA 2012 sebesar Rp8.105.028.235,00 atau 18,77 persen.Perbandingan rincian nilai Peralatan dan Mesin BLU yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 99 berikut.

Tabel 99Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

UraianNo.

01

02

SETJEN

BPPK

Jumlah

10.850.354.768

40.443.601.864

51.293.956.632

8.103.945.843

35.084.982.554

43.188.928.397

2.746.408.925

5.358.619.310

8.105.028.235

33,89

15,27

18,77

Peralatan dan Mesin BLU Rp51.293.956.632,00

Page 436: FA LTKK 2012.indb

435

Mutasi/perubahan Peralatan dan Mesin BLU dapat dapat dilihat pada Tabel 100 berikut.

Tabel 100Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Uraian Transaksi Jumlah

SALDO AWAL

MUTASI TAMBAH

Pembelian

Transfer Masuk

Hibah (Masuk)

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

MUTASI KURANG

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

SALDO AKHIR

43.188.928.397,00

4.250.641.985,00

1.358.500,00

13.500.000,00

3.849.751.750,00

8.115.252.235,00

-10.224.000,00

-10.224.000,00

51.293.956.632,00

Rincian mutasi Peralatan dan Mesin BLU dari Belanja Modal dapat dilihat pada Tabel 101 berikut.

Tabel 101Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin BLU dari Belanja Modal

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

URAIAN BELANJA DAN MUTASI JUMLAH

5372

MUTASI :

TOTAL MUTASI ASET

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Belanja Modal Peralatan dan Mesin BLU

Pembelian

Dari belanja Modal Peralatan dan Mesin

2.746.408.925

2.043.262.135

2.043.262.135

703.146.790

703.146.790

C.2.5. Gedung dan Bangunan

Nilai Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp11.211.918.159.435,00 dan Rp10.635.543.677.167,00. Terdapat penurunan nilai aset Gedung dan Bangunan pada TA 2012 sebesar Rp576.374.482.268,00 atau 5,42 persen.Perbandingan rincian nilai Gedung dan Bangunan yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 102 berikut.

Gedung dan Bangunan Rp11.211.918.159.435,00

Page 437: FA LTKK 2012.indb

436Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Tabel 102Aset Tetap Gedung dan Bangunan per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %UraianNo.

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

Jumlah

88.951.145.909

1.405.688.299

5.725.154.676

96.263.733.426

125.581.688.445

35.408.965.800

136.380.096.721

37.796.564.392

(395.843.550)

34.975.516.697

1.380.939.000

2.977.791.894.067

3.749.181.414

6.839.554.676

4.544.423.951.761

1.586.797.144.043

62.561.850.800

1.345.060.156.380

320.157.489.129

0

349.886.435.712

1.749.669.000

11.211.918.159.435

2.888.840.748.158

2.343.493.115

1.114.400.000

4.448.160.218.335

1.461.215.455.598

27.152.885.000

1.208.680.059.659

282.360.924.737

395.843.550

314.910.919.015

368.730.000

10.635.543.677.167 576.374.482.268

3,08

59,98

513,74

2,16

8,59

130,41

11,28

13,39

(100,00)

11,11

374,51

5,42

Adapun rincian mutasi/perubahan nilai aset Gedung dan Bangunan pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 103 berikut.

Tabel 103Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

UraianURAIAN TRN

100

101

102

105

107

112

113

177

199

202

204

205

206

208

201

204

205

301

302

304

305

399

401

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset Tetap Renovasi

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Perolehan Reklasi!kasi Dari Intra ke Eks

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Pengurangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghapusan semu karena reklasi!kasi dari Intra ke ekstra

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

Reklasi!kasi Aset Tetap Renovasi

10.635.543.677.167

20.236.317

194.255.849.179

(92.640.540.435)

10.737.179.222.228

12.625.344.759

3.330.507.226

110.613.124.528

352.657.653.337

195.668.828.937

369.888.650

1.360.508.406

11.135.038.560

2.986.887.972

37.519.767.730

21.757.272.910

37.286.359.617

60.001.913.827

200.131.145.310

0

1.047.444.241.769

0

-50.324.179.835

-10.636.058.675

-77.886.200.758

-111.134.991.347

-195.324.735.262

-6.766.383.460

-6.421.911

-11.362.147.466

(463.441.118.714)

11.321.182.345.283

(196.710.647.484)

87.446.461.636

11.211.918.159.435SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAKBMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAKBMN)

Page 438: FA LTKK 2012.indb

437

UraianURAIAN TRN

100

101

102

105

107

112

113

177

199

202

204

205

206

208

201

204

205

301

302

304

305

399

401

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset Tetap Renovasi

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Perolehan Reklasi!kasi Dari Intra ke Eks

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Pengurangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghapusan semu karena reklasi!kasi dari Intra ke ekstra

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

Reklasi!kasi Aset Tetap Renovasi

10.635.543.677.167

20.236.317

194.255.849.179

(92.640.540.435)

10.737.179.222.228

12.625.344.759

3.330.507.226

110.613.124.528

352.657.653.337

195.668.828.937

369.888.650

1.360.508.406

11.135.038.560

2.986.887.972

37.519.767.730

21.757.272.910

37.286.359.617

60.001.913.827

200.131.145.310

0

1.047.444.241.769

0

-50.324.179.835

-10.636.058.675

-77.886.200.758

-111.134.991.347

-195.324.735.262

-6.766.383.460

-6.421.911

-11.362.147.466

(463.441.118.714)

11.321.182.345.283

(196.710.647.484)

87.446.461.636

11.211.918.159.435SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAKBMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAKBMN)

UraianURAIAN TRN

100

101

102

105

107

112

113

177

199

202

204

205

206

208

201

204

205

301

302

304

305

399

401

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset Tetap Renovasi

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Reklasi!kasi Masuk

Perolehan Lainnya

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Perolehan Reklasi!kasi Dari Intra ke Eks

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Pengurangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghapusan semu karena reklasi!kasi dari Intra ke ekstra

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

Reklasi!kasi Aset Tetap Renovasi

10.635.543.677.167

20.236.317

194.255.849.179

(92.640.540.435)

10.737.179.222.228

12.625.344.759

3.330.507.226

110.613.124.528

352.657.653.337

195.668.828.937

369.888.650

1.360.508.406

11.135.038.560

2.986.887.972

37.519.767.730

21.757.272.910

37.286.359.617

60.001.913.827

200.131.145.310

0

1.047.444.241.769

0

-50.324.179.835

-10.636.058.675

-77.886.200.758

-111.134.991.347

-195.324.735.262

-6.766.383.460

-6.421.911

-11.362.147.466

(463.441.118.714)

11.321.182.345.283

(196.710.647.484)

87.446.461.636

11.211.918.159.435SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAKBMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAKBMN)

Rincian mutasi Gedung dan Bangunan dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 104 berikut.

Tabel 104Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan dari Belanja Modal

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

URAIAN BELANJA dan MUTASI JUMLAH

533

MUTASI :

TOTAL MUTASI ASET

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Pembelian

Penyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

Pembelian Ekstrakomptabel

BM Gedung Bangunan untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain

Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari BM lain

Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari Bel Barang/ Bel pegawai

Kurang/ Lebih kapitalisasi

Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM)

710.862.344.644

3.330.507.226

1.182.445.676

65.824.095.933

68.656.719.365

517.212.089.196 656.205.857.396

54.656.487.248

40.368.300

63.293.690.032

(9.818.703.381)

(1.997.789.660)

2.915.947.389

222.974.568

Page 439: FA LTKK 2012.indb

438Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

URAIAN BELANJA dan MUTASI JUMLAH

533

MUTASI :

TOTAL MUTASI ASET

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Pembelian

Penyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

Pembelian Ekstrakomptabel

BM Gedung Bangunan untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain

Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari BM lain

Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari Bel Barang/ Bel pegawai

Kurang/ Lebih kapitalisasi

Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM)

710.862.344.644

3.330.507.226

1.182.445.676

65.824.095.933

68.656.719.365

517.212.089.196 656.205.857.396

54.656.487.248

40.368.300

63.293.690.032

(9.818.703.381)

(1.997.789.660)

2.915.947.389

222.974.568

URAIAN BELANJA dan MUTASI JUMLAH

533

MUTASI :

TOTAL MUTASI ASET

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Pembelian

Penyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

Pembelian Ekstrakomptabel

BM Gedung Bangunan untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain

Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari BM lain

Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari Bel Barang/ Bel pegawai

Kurang/ Lebih kapitalisasi

Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM)

710.862.344.644

3.330.507.226

1.182.445.676

65.824.095.933

68.656.719.365

517.212.089.196 656.205.857.396

54.656.487.248

40.368.300

63.293.690.032

(9.818.703.381)

(1.997.789.660)

2.915.947.389

222.974.568

Pada Gedung dan bangunan senilai Rp11.211.918.159.435,00 terdapat rumah dinas sebanyak 10.398 rumah pada 7 unit Eselon I. Atas rumah dinas tersebut sebanyak 2.543 rumah masih dikuasai oleh pihak ketiga antara lain dikuasai janda dari pensiunan pegawai, anak dari pensiunan pegawai, pihak ketiga diluar pegawai, dan lain-lain. Permasalahan tersebut telah ditindaklanjuti dengan pembentukan tim gabungan yang terdiri dari BPK, Pihak Ombudsman, Kejaksaan Agung, Kepolisian, dan Unit Eselon I di Kementerian Keuangan berdasarkan Surat Keputusan nomor 239/KM.1/2013 tentang Tim Penyelesaian Sengketa BMN di Lingkungan Kementerian Keuangan. Rincian data rumah dinas yang dikuasai pihak ketiga per unit Eselon I dapat dilihat pada Lampiran LK BA 015.

C.2.6. Gedung dan Bangunan BLU

Nilai Gedung dan Bangunan BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp196.710.647.484,00 dan Rp194.225.849.179,00. Terjadi kenaikan nilai Nilai Gedung dan Bangunan BLU sebesar Rp2.454.798.305,00 atau 1,26 persen. Keseluruhan nilai tersebut merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU STAN pada BPPK.Rincian Gedung dan Bangunan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 105 berikut.

Tabel 105Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

UraianNo.

01 BPPK 2.454.798.305196.710.647.484 194.255.849.179 1,26

Mutasi/perubahan Gedung dan Bangunan BLU TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 106 berikut:

Tabel 106Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Uraian Transaksi Jumlah

SALDO AWAL

MUTASI TAMBAH

Transfer Masuk

Pengembangan Nilai Aset

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

MUTASI KURANG

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

SALDO AKHIR

194.255.849.179,00

67.376.100,00

542.471.910,00

1.399.547.370,00

1.677.455.750,00

3.686.851.130,00

-1.232.052.825,00

-1.232.052.825

196.710.647.484,00

Gedung BLU Rp196.710.647.484,00

Page 440: FA LTKK 2012.indb

439

Terdapat mutasi Gedung dan Bangunan BLU dari Belanja Modal TA 2012 dengan uraian belanja modal dapat dilihat pada Tabel 107 berikut.

Tabel 107Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan BLU dari Belanja Modal

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

URAIAN BELANJA dan MUTASI JUMLAH

5373

MUTASI :

TOTAL MUTASI ASET

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Belanja Modal Gedung dan Bangunan BLU

Pengembangan langsung

Dari belanja Modal Gedung Bangunan

50.000.000

542.471.910 542.471.910

(492.471.910)

(492.471.910)

C.2.7. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Nilai Jalan dan Jembatan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp348.573.649.280,00 dan Rp332.477.687.395,00. Terdapat peningkatan nilai aset Jalan dan Jembatan pada TA 2012 sebesar Rp16.095.961.885,00 atau 4,84 persen.Perbandingan rincian nilai Jalan dan Jembatan yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 108 berikut.

Tabel 108Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

Uraian

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

Jumlah

52.188.436.079

0

0

45.640.658.515

213.969.237.346

0

0

15.342.370.235

3.639.238.976

0

17.625.091.634

168.616.495

348.573.649.280

43.438.646.825

0

0

41.793.942.213

212.686.496.356

0

0

15.023.935.761

3.011.679.772

0

16.354.369.973

168.616.495

332.477.687.395

8.749.789.254

0

0

3.846.716.302

1.282.740.990

0

0

318.434.474

627.559.204

0

1.270.721.661

0

16.095.961.885

20,14

0,00

0,00

9,20

0,60

0,00

0,002,12

20,84

0,00

7,77

0,00

4,84

No.

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

Uraian

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

Jumlah

52.188.436.079

0

0

45.640.658.515

213.969.237.346

0

0

15.342.370.235

3.639.238.976

0

17.625.091.634

168.616.495

348.573.649.280

43.438.646.825

0

0

41.793.942.213

212.686.496.356

0

0

15.023.935.761

3.011.679.772

0

16.354.369.973

168.616.495

332.477.687.395

8.749.789.254

0

0

3.846.716.302

1.282.740.990

0

0

318.434.474

627.559.204

0

1.270.721.661

0

16.095.961.885

20,14

0,00

0,00

9,20

0,60

0,00

0,002,12

20,84

0,00

7,77

0,00

4,84

No.

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

Adapun rincian mutasi/perubahan nilai aset Jalan dan Jembatan dapat dilihat pada Tabel 109 berikut.

Jalan Irigrasi, dan Jaringan sebesar Rp348.337.022.003,00

Page 441: FA LTKK 2012.indb

440Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Tabel 109Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Uraian URAIAN TRN

100

101

102

105

107

113

177

202

204

205

206

208

204

205

301

304

305

401

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Reklasi!kasi Masuk

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Penerimaan Aset Tetap Renovasi

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)

Penghapusan

Reklasi!kasi Keluar

Koreksi Pencatatan

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

332.477.687.395

0

18.437.121.332

350.914.808.727

0

17.894.065.286

4.621.169.350

151.800.000

14.847.857.997

20.285.304.909

389.365.769

5.150.000

964.157.100

116.522.060

248.268.952

134.177.000

13.782.957.273

0

73.440.795.696

-2.760.965.278

-5.104.619.685

-244.457.154

-48.797.358.274

-32.058.750

-405.374.670

0

(57.344.833.811)

367.010.770.612

(18.437.121.332)

348.573.649.280SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

Page 442: FA LTKK 2012.indb

441

Rincian mutasi Jalan dan Jembatan dari belanja modal pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 110 berikut.

Tabel 110Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal

Per 31 Desember 2012

URAIAN BELANJA DAN MUTASI JUMLAH

5341

TOTAL BELANJA

MUTASI :

TOTAL MUTASI ASET

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Belanja Modal Jalan, irigasi dan jaringan

Pembelian

Penyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

BM Jalan Irigasi dan Jaringan untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain

Perolehan/Pengembangan Jalan Irigasi dan Jaringan dari BM lain

Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari Bel Barang/ Bel pegawai

Kurang/ Lebih Kapitalisasi

Selisih SPM Simak Sakpa

3.961.122.061

4.703.569.612 389.365.769

700.251.600 1.039.002.929

10.272.761.648 17.104.951.558

(13.143.829.497)

403.830.000 (13.542.759.497)

(4.900.000) -

-

C.2.8. Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU

Nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp18.437.121.332,00 dan Rp18.437.121.332,00. Nilai tersebut merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK.Rincian Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 111 berikut.

Tabel 111Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

UraianNo.

SETJEN

BPPK

1

2

Jumlah

73.072.318

18.364.049.014

18.437.121.332

73.072.318

18.364.049.014

18.437.121.332

0

0

0

0,00

0,00

0,00

Selama TA 2012 tidak terdapat mutasi/perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU.

Jalan, irigasi, dan jaringan BLU Rp Rp18.437.121.332,00

Page 443: FA LTKK 2012.indb

442Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

C.2.9. Aset Tetap Lainnya

Nilai Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp26.339.299.995,00 dan Rp21.169.879.443,00 . Terdapat peningkatan nilai aset tetap Lainnya pada TA 2012 sebesar Rp5.169.420.552,00 atau 24,42 persen.Perbandingan rincian nilai Aset Tetap Lainnya yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 112 berikut.

Tabel 112Aset Tetap Lainnya per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

31 Desember 201131 Desember 2012Kenaikan (Penurunan)

Rp %

UraianNo.

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

Jumlah

2.217.345.527

752.055.322

551.529.369

5.247.757.003

7.644.065.103

542.031.502

419.278.426

1.263.129.140

1.083.886.092

0

6.038.913.211

579.309.300

26.339.299.995

1.853.777.082

722.106.711

522.608.169

4.574.400.565

4.537.412.504

442.041.682

419.278.426

1.095.420.952

815.173.702

173.861.145

5.509.981.305

503.817.200

21.169.879.443

363.568.445

29.948.611

28.921.200

673.356.438

3.106.652.599

99.989.820

0

167.708.188

268.712.390

(173.861.145)

528.931.906

75.492.100

5.169.420.552

19,61

4,15

5,53

14,72

68,47

22,62

-

15,31

32,96

(100,00)

9,60

14,98

24,42

Adapun mutasi/perubahan Aset Tetap Lainnya pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 113 berikut.

Tabel 113Mutasi/Perubahan Aset Tetap LainnyaPer 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

URAIAN TRN Uraian

100

101

102

105

107

113

177

202

204

205

208

204

301

302

304

401

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset Tetap Renovasi

Aset yang dihentikan BLU

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Reklasi!kasi Masuk

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

Reklasi!kasi Aset Tetap Renovasi

21.169.879.443

11.467.292.040

92.640.540.435

(31.129.000)

125.246.582.918

2.000.000

16.904.248.456

7.277.737.025

36.999.722.520

194.636.200

1.176.606.273

6.112.000

16.842.626.456

13.605.806.400

16.185.998

1.500.000

93.027.181.328

-14.056.707.751

-5.854.400.000

-69.888.678.872

-2.853.231.761

-27.076.400

(92.680.094.784)

125.593.669.462

(11.807.907.831)

(87.446.461.636)

26.339.299.995SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

Aset Tetap Lainnya Rp26.339.299.995,00

Page 444: FA LTKK 2012.indb

443

URAIAN TRN Uraian

100

101

102

105

107

113

177

202

204

205

208

204

301

302

304

401

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset Tetap Renovasi

Aset yang dihentikan BLU

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Reklasi!kasi Masuk

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

Reklasi!kasi Aset Tetap Renovasi

21.169.879.443

11.467.292.040

92.640.540.435

(31.129.000)

125.246.582.918

2.000.000

16.904.248.456

7.277.737.025

36.999.722.520

194.636.200

1.176.606.273

6.112.000

16.842.626.456

13.605.806.400

16.185.998

1.500.000

93.027.181.328

-14.056.707.751

-5.854.400.000

-69.888.678.872

-2.853.231.761

-27.076.400

(92.680.094.784)

125.593.669.462

(11.807.907.831)

(87.446.461.636)

26.339.299.995SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

URAIAN TRN Uraian

100

101

102

105

107

113

177

202

204

205

208

204

301

302

304

401

Koreksi SAK

Reklasi!kasi BLU Periode Sebelumnya

Aset Tetap Renovasi

Aset yang dihentikan BLU

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Transfer Masuk

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Reklasi!kasi Masuk

Penyelesaian Pembangunan Langsung

Reklasi!kasi Dari Aset Lainnya ke Aset T

Pengembangan Nilai Aset

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)

Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)

Pengembangan Melalui KDP

Mutasi Tambah KDP

Jumlah Mutasi Tambah

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Penghapusan

Transfer Keluar

Reklasi!kasi Keluar

Penghentiaan Aset Dari Penggunaan

Mutasi kurang KDP

Jumlah Mutasi Kurang

Reklasi!kasi BLU

Reklasi!kasi Aset Tetap Renovasi

21.169.879.443

11.467.292.040

92.640.540.435

(31.129.000)

125.246.582.918

2.000.000

16.904.248.456

7.277.737.025

36.999.722.520

194.636.200

1.176.606.273

6.112.000

16.842.626.456

13.605.806.400

16.185.998

1.500.000

93.027.181.328

-14.056.707.751

-5.854.400.000

-69.888.678.872

-2.853.231.761

-27.076.400

(92.680.094.784)

125.593.669.462

(11.807.907.831)

(87.446.461.636)

26.339.299.995SALDO AKHIR (SAK)

SALDO AWAL (SAK)

SALDO AWAL (SIMAK BMN)

MUTASI TAMBAH :

MUTASI KURANG :

SALDO AKHIR (SIMAK BMN)

Rincian mutasi Aset Tetap Lainnya dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 114 berikut.

Tabel 114Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

JUMLAHURAIAN BELANJA DAN MUTASI

Transfer Keluar

MUTASI TERKAIT BELANJA :

TOTAL MUTASI ASET

BELANJA PEROLEHAN/PENGEMBANGAN ATL :

51 atau '52

531

532

533

534

536537TOTAL BELANJA

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Pembelian INTRA

pembelian EKSTRAPenyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

Belanja Pegawai/ Belanja Barang

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Gedung dan BangunanBelanja Modal JIJ

Belanja Modal Lainnya

Belanja Modal BLU

Kurang/ Lebih Kapitalisasi

22.765.818.897

2.942.500 12.301.566.734

6.763.087.554 2.659.505.287

24.851.417.664

69.344.338.636

55.292.000 -

6.461.728.500

47.166.730.505 13.938.150 15.643.706.981

-

69.341.396.136

2.942.500

2.942.500

Page 445: FA LTKK 2012.indb

444Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

JUMLAHURAIAN BELANJA DAN MUTASI

Transfer Keluar

MUTASI TERKAIT BELANJA :

TOTAL MUTASI ASET

BELANJA PEROLEHAN/PENGEMBANGAN ATL :

51 atau '52

531

532

533

534

536537TOTAL BELANJA

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Pembelian INTRA

pembelian EKSTRAPenyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

Belanja Pegawai/ Belanja Barang

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Gedung dan BangunanBelanja Modal JIJ

Belanja Modal Lainnya

Belanja Modal BLU

Kurang/ Lebih Kapitalisasi

22.765.818.897

2.942.500 12.301.566.734

6.763.087.554 2.659.505.287

24.851.417.664

69.344.338.636

55.292.000 -

6.461.728.500

47.166.730.505 13.938.150 15.643.706.981

-

69.341.396.136

2.942.500

2.942.500

JUMLAHURAIAN BELANJA DAN MUTASI

Transfer Keluar

MUTASI TERKAIT BELANJA :

TOTAL MUTASI ASET

BELANJA PEROLEHAN/PENGEMBANGAN ATL :

51 atau '52

531

532

533

534

536537TOTAL BELANJA

SELISIH

PENJELASAN SELISIH:

Pembelian INTRA

pembelian EKSTRAPenyelesaian pembangunan langsung

Pengembangan langsung

Perolehan KDP

Pengembangan KDP

Belanja Pegawai/ Belanja Barang

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Gedung dan BangunanBelanja Modal JIJ

Belanja Modal Lainnya

Belanja Modal BLU

Kurang/ Lebih Kapitalisasi

22.765.818.897

2.942.500 12.301.566.734

6.763.087.554 2.659.505.287

24.851.417.664

69.344.338.636

55.292.000 -

6.461.728.500

47.166.730.505 13.938.150 15.643.706.981

-

69.341.396.136

2.942.500

2.942.500

C.2.10. Aset Tetap Lainnya BLU

Nilai Aset Tetap Lainnya BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp11.807.907.831,00 dan Rp11.467.292.040,00. Nilai tersebut merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK. Terdapat kenaikan nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada TA 2012 sebesar Rp340.615.791,00 atau 2,97 persen.Rincian Aset Tetap Lainnya BLU per eselon I 2012 dapat dilihat pada Tabel 115 berikut.

Tabel 115Aset Tetap Lainnya BLU per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

Rp

Kenaikan (Penurunan)

%31 Desember 201131 Desember 2012UraianNo

SETJEN 3.612.539.380 3.643.668.380 (31.129.000) (0,85)

BPPK 8.195.368.451 7.823.623.660 371.744.791 4,75

01

02

Jumlah 11.807.907.831 11.467.292.040 340.615.791 2,97

Mutasi/perubahan Aset Tetap Lainnya BLU TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 116 berikut

Tabel 116Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

JumlahUraian Transaksi

11.436.163.040,00

Pembelian 233.174.791,00

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP 263.705.000,00Pengembangan Melalui KDP 1.500.000,00

498.379.791,00

Transfer Keluar -126.635.000,00

-126.635.000,00

11.807.907.831,00

SALDO AWAL

MUTASI TAMBAH

MUTASI KURANG

SALDO AKHIR

Aset Tetap Lainnya BLU Rp11.807.907.831,00

Page 446: FA LTKK 2012.indb

445

Rincian mutasi Aset Tetap Lainnya BLU dari Belanja Modal dapat dilihat pada Tabel 117 berikut.

Tabel 117Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya BLU dari Belanja Modal

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

JUMLAHURAIAN BELANJA DAN MUTASI

5376 Belanja Modal BLU - MUTASI :

Pembelian 233.174.791 TOTAL MUTASI ASET 233.174.791 SELISIH (233.174.791)

PENJELASAN SELISIH:

Dari belanja Modal Aset Tetap Lainnya (233.174.791)

C.2.11. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp677.317.480.494,00 dan Rp698.283.768.910,00. Terdapat penurunan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada TA 2012 sebesar Rp20.966.288.416,00 atau 3,00 persen.Perbandingan rincian nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan yang dimiliki UAPPA-EI lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 118 berikut.

Tabel 118Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

Rp

Kenaikan (Penurunan)

%31 Desember 201131 Desember 2012UraianNo

01 SETJEN 131.432.804.603 170.256.416.552 (38.823.611.949) (22,80)

02 ITJEN 0

03 DJA 308.808.000 0 308.808.000 0,00

04 DJP 349.138.895.914 304.223.274.958 44.915.620.956 14,76 05 DJBC 51.752.290.618 39.294.366.591 12.457.924.027 31,70 06 DJPK 0

07 DJPU 0 40.296.178.800 (40.296.178.800) (100,00) 08 DJPB 115.687.671.970 108.606.931.562 7.080.740.408 6,52 09 DJKN 19.762.973.374 3.898.707.630 15.864.265.744 406,91

10 BAPEPAM-LK 0 0 0 0,0011 BPPK 9.184.783.515

31.670.168.317 (22.485.384.802) (71,00)

12 BFK 49.252.500

37.724.500

11.528.000

30,56

Jumlah 677.317.480.494 698.283.768.910 (20.966.288.416) (3,00)

Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp677.317.480.494,00

Page 447: FA LTKK 2012.indb

446Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Adapun mutasi/perubahan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 119 berikut.

Tabel 119Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

JumlahUraian

SALDO AWAL KDP 698.283.768.910

MUTASI TAMBAH

501 (Saldo Awal KDP) 3.002.462.210

502 (Perolehan/Penambahan KDP) 98.091.545.361 503 (Pengembangan KDP) 723.260.823.156

504 (Koreksi Nilai KDP) 4.564.183.276 506 (reklasi!kasi KDP menjadi Barang Jadi) 146.534.000

829.065.548.003

MUTASI KURANG

505 (Penghapusan/ Penghentian KDP) (9.344.262.380)507 (Transfer Keluar KDP) (2.497.802.402)

599 (Reklasi!kasi KDP menjadi Barang Jadi) (827.302.484.907) (839.144.549.689)

SALDO AKHIR KDP (SIMAK) 688.204.767.224

REKLASIFIKASI BLU 10.887.286.730

SALDO AKHIR KDP (SAKPA) 677.317.480.494

C.2.12. Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU

Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp10.887.286.730,00 dan Rpnihil. Nilai tersebut merupakan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU pada STAN BPPK.Rincian Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU pereselon I dapat dilihat pada Tabel 120 berikut.

Tabel 120Aset Tetap KDP BLU per Unit Eselon 1

Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011

Rp

Kenaikan (Penurunan)

%31 Desember 201131 Desember 2012UraianNo.

SETJEN 50.000.000 0 50.000.000 0,00

BPPK 10.837.286.730 0 10.837.286.730 0,00

01

02

Jumlah 10.887.286.730 0 0 0,00

Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Rp10.887.286.730,00

Page 448: FA LTKK 2012.indb

447

Mutasi/perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 121 berikut.

Tabel 121Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

JumlahUraian Transaksi

Saldo Awal 0,00Mutasi tambah

502 (perolehan/Penambahan KDP) 2.661.504.431,00

503 (Pengembangan KDP) 14.497.910.269,00

17.159.414.700,00Mutasi kurang

504 (Koreksi Nilai KDP) -479.715.470,00

599 (Reklasi!kasi KDP menjadi Barang Jadi) -5.792.412.500,00

-6.272.127.970,00

Saldo akhir 10.887.286.730,00

Page 449: FA LTKK 2012.indb

448Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

C.3 Piutang Jangka Panjang

Nilai Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp170.783.795,00 dan Rp26.311.480,00, seluruhnya merupakan saldo Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR).

RincianPiutang Jangka Panjang dapat dilihat pada Tabel 122 berikut.

Tabel 122Komposisi Piutang Jangka Panjang

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Uraian %Kenaikan (Penurunan)31 December 2012 31 Desember 2011

Tagihan Tuntutan Perbendaharaan / TGR 171.642.005 145.198.307 549,08

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - TP/ TGR (858.210)

26.443.698

(132.218)

26.311.480

26.311.480

(725.992) 549,09

Tagihan TP/ TGR - Netto 170.783.795 144.472.315 549,08

Jumlah 170.783.795 144.472.315 549,08

C.3.1 Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi yang ada pada Kementerian Keuangan hanya berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi. Nilai Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR merupakan tagihan yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan mendatang.

Nilai bruto Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp171.642.005,00 dan Rp26.443.698,00. Berkurangnya nilai Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR tersebut dikarenakan adanya pelunasan ganti rugi, dan reklasi! kasi akun Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi menjadi akun Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.

Rincian Tuntutan Perbendaharaan/ TGR Bruto dapat dilihat pada Tabel 123 berikut.

Tabel 123Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I Brutoper 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

ITJEN 0 9.000.000 (9.000.000) (100,00)

DJP 14.750.005 8.332.014 6.417.991 77,03

DJBC 1.797.000 1.400.000 392.000 28,00

DJPB 150.000.000 3.841.684 146.158.316 3.804,54

DJKN 5.100.000 3.870.000 1.230.000 31,78

JUMLAH 171.642.005 26.443.698 300.651.576 1.136,95

Piutang Jangka Panjang Rp170.783.795,00

Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi

Rp171.642.005,00

Page 450: FA LTKK 2012.indb

449

Adapun rincian Tuntutan Perbendaharaan/TGR Neto per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 124 berikut.

Tabel 124Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I Netoper 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

ITJEN

DJP

DJBC

DJPB

DJKN

JUMLAH

0 8.955.000 (8.955.000) (100,00)

14.676.255 8.290.354 6.385.901 77,03

1.783.040 1.393.000 390.040 28,00

149.250.000 3.822.476 145.427.524 3.804,54

5.074.500 3.850.650 1.223.850 31,78

170.783.795 26.311.480 144.472.315 549,08

Adapun daftar rincian Tuntutan Perbendaharaan/TGR dapat dilihat pada lampiran daftar Tagihan TGR Kementerian Keuangan TA 2012.

C.3.2 Penyisihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Tagihan TP/TGR adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun Tagihan TP/TGR berdasarkan penggolongan kualitas piutang.

Penyajian akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga.

Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih–Tagihan TP/TGR periode 31 Desember 2012 sebesar (Rp858.210,00) dihitung berdasarkan persentase penyisihan piutang sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga.

Rincian Penyisihan Piutang Tidak Tertagih –Tagihan TP/TGR dapat dilihat pada Tabel 125 berikut.

Tabel 125Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I Nilai NetoNilai Bruto Penyisihan

DJP 14.750.005 (73.750) 14.676.255

DJBC 1.792.000 (8.960) 1.783.040

DJPB 150.000.000 (750.000) 149.250.000

DJKN 5.100.000 (25.500) 5.074.500

JUMLAH 171.642.005 (858.210) 170.783.795

Penyisihan Tuntutan Perbendaharaan/

Tuntutan Ganti Rugi (Rp858.210,00)

Page 451: FA LTKK 2012.indb

450Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

C.4. Aset Lainnya

Nilai Aset Lainnya per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp900.837.494.078,00 dan Rp801.350.196.060,00 merupakan saldo Aset Tak Berwujud, Aset Tak Berwujud - Badan Layanan Umum, Aset Lain-lain dan Aset Lain-lain- Badan Layanan Umum.

RincianAset Lainnya per Jenis Aset dapat dilihat pada Tabel 126 berikut.

Tabel 126Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dalam rupiah)

Uraian %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

Aset Tak Berwujud 518.108.669.309 474.893.975.396 43.214.693.913 9,10

Aset Tak Berwujud - BLU 3.177.745.040 2.898.446.790 279.298.250 9,64

Aset Lain - lain 379.512.337.729 248.393.281.860 131.119.055.869 52,79

Aset Lain - lain-BLU 38.742.000 75.164.492.014 (75.125.750.014) (99,95)

Jumlah 900.837.494.078 801.350.196.060 99.487.298.018 12,41

Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset dapat dilihat pada Gra! k 21 berikut.

Gra! k 21Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset

Per 31 Desember 2012

Aset Tak Berwujud57,51%

Aset Tak Berwujud-BLU0,35%

Aset lain-lain-BLU0,00%

Aset Lain-lain42,13%

C.4.1. Aset Tak Berwujud

Nilai Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp518.108.669.309,00 dan Rp474.893.975.396,00. Aset Tak Berwujud terdiri dari Software, Lisensi, Hasil Kajian/Penelitian, dan Aset Tak Berwujud Lainnya.

Aset Lainnya Rp900.837.494.078,00

Aset Tak BerwujudRp518.108.669.309,00

Page 452: FA LTKK 2012.indb

451

Rincian Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada Tabel 127 berikut.

Tabel 127Aset Tak Berwujud per Jenis Aset

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

Software 452,722,715,729 409,152,806,967 43,569,908,762 10.65

Lisensi 40,289,625,584 36,874,147,584 3,415,478,000 9.26

Hasil Kajian 828,985,000 828,985,000 0 0.00

Aset Tak Berwujud Lainnya 24,267,342,996 28,038,035,845 (3,770,692,849) (13.45)

Jumlah 518,108,669,309 474,893,975,396 43,214,693,913 9.10

Rincian Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 128 berikut.

Tabel 128Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 107.131.056.402 75.401.042.390 31.730.014.012 42,08

ITJEN 8.727.854.688 8.177.453.342 550.401.346 6,73

DJA 4.997.499.933 4.884.969.933 112.530.000 2,30

DJP 242.253.533.046 235.652.806.089 6.600.726.957 2,80

DJBC 102.149.641.171 79.838.215.247 22.311.425.924 27,95

DJPK 2.145.199.377 2.097.599.377 47.600.000 2,27

DJPU 8.334.116.005 7.825.404.405 508.711.600 6,50

DJPB 15.029.739.280 17.449.000.108 (2.149.260.828) (13,86)

DJKN 14.168.137.051 15.284.332.726 (1.116.195.675) (7,30)

BAPEPAM-LK 0 16.414.368.825 (16.414.368.825) (100,00)

BPPK 8.086.040.522 7.764.132.822 321.907.700 4,15

BKF 5.085.851.834 4.104.650.132 981.201.702 23,90

JUMLAH 518.108.669.309 474.893.975.396 43.214.693.913 9,10

Apabila dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2011, Aset Tak Berwujud mengalami kenaikan sebesar Rp43.214.693.913,00. Kenaikan yang signi! kan terutama terjadi pada Unit Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Kenaikan Aset Tak Berwujud pada Sekretariat Jenderal sebesar Rp31.730.014.012,00 selain karena pembelian software oleh Pusintek juga karena transfer masuk Aset Tak Berwujud dari Bapepam-LK. Sedangkan kenaikan Aset Tak Berwujud pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar Rp22.311.425.924,00 merupakan perolehan software/aplikasi Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai.

Page 453: FA LTKK 2012.indb

452Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Mutasi/perubahan Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada Tabel 129 berikut.

Tabel 129Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud (dalam rupiah)

SALDO AWAL

MUTASI TAMBAH

Penambahan Saldo Awal

Pembelian

Pengembangan Nilai Aset

Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP

Reklasi!kasi Masuk

Transfer Masuk

MUTASI KURANG

Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)

Penghentian Aset Dari Penggunaan

Reklasi!kasi Keluar

Transfer Keluar

SALDO AKHIR

474.893.975.396

71.254.696.794

9.507.302

44.730.246.470

1.647.164.825

3.541.822.387

4.207.409.615

17.118.546.195

(28.040.002.881)

(3.494.333.578)

(3.159.967.959)

(4.167.825.149)

(17.217.876.195)

518.108.669.309

C.4.2. Aset Tak Berwujud - Badan Layanan Umum

Nilai Aset Tak Berwujud - BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp3.177.745.040,00 dan Rp2.898.446.790,00. Aset Tak Berwujud - BLU tersebut merupakan Aset Tak Berwujud Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).Rincian Aset Tak Berwujud- BLU dapat dilihat pada Tabel 130 berikut.

Tabel 130Aset Tak Berwujud BLU per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 892.533.790 892.533.790 0 0,00

BPPK 2.285.211.250 2.005.913.000 279.298.250 13,92

JUMLAH 3.177.745.040 2.898.446.790 279.298.250 9,64

Dibandingkan dengan periode 31 Desember 2011, Aset Tak Berwujud - BLU mengalami kenaikan sebesar Rp279.298.250,00 atau 9,64 persen. Kenaikan tersebut berasal dari kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Keuangan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)

Aset Tak Berwujud Sekretariat Jenderal per 31 Desember 2012 sebesar Rp892.533.790,00 berupa perangkat sistem informasi manajemen PIP; aplikasi cash management dan investasi jangka pendek PIP; website dan webmail PIP serta sistem pengelolaan kinerja (pendekatan balanced scorecard) dan kompetensi berbasis web. Adapun Aset Tak Berwujud BPPK per 31 Desember 2012 sebesar Rp2.285.211.250,00 merupakan Software Sistem Informasi Keuangan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Keuangan (STAN).

Aset Tak Berwujud BLU Rp3.177.745.040,00

Page 454: FA LTKK 2012.indb

453

Rincian Aset Tak Berwujud - BLU per jenis aset dapat dilihat pada Tabel 131 berikut.

Tabel 131Aset Tak Berwujud BLU Per Jenis Aset (dalam rupiah)

Uraian Nilai

JUMLAH

Software - Badan Layanan Umum 3.010.670.040

Aset Tak Berwujud Lainnya - Badan Layanan Umum 167.075.000

3.177.745.040

C.4.3. Aset Lain-lain

Nilai Aset Lain-lain per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp379.512.337.729,00 dan Rp248.393.281.860,00.

Rincian Aset Lain-lain dapat dilihat pada Tabel 132 berikut.

Tabel 132Aset Lain-lain per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 18.186.753.884 5.897.161.885 12.289.591.999 208,40

ITJEN 1.455.032.139 1.455.032.139 0 0,00

DJA 392.012.500 2.121.043.217 (1.729.030.717) (81,52)

DJP 159.637.213.628 111.775.086.480 47.862.127.148 42,82

DJBC 109.986.144.883 59.603.901.693 50.382.243.190 84,53

DJPK 627.297.279 153.297.279 474.000.000 309,20

DJPB 56.326.590.000 48.120.869.752 8.205.720.248 17,05

DJKN 14.143.087.418 9.969.842.186 4.173.245.232 41,86

BAPEPAM-LK 0 859.816.400 (859.816.400) (100,00)

BPPK 14.968.991.611 8.437.230.829 6.531.760.782 77,42

BKF 3.789.214.387 0 3.789.214.387 0,00

JUMLAH 379.512.337.729 248.393.281.860 131.119.055.869 52,79

Aset Lain-lain sebesar Rp379.512.337.729,00 seluruhnya merupakan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan.

Terdapat perbedaan saldo akhir akun Aset Tetap per 31 Desember 2012 yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan (166112) pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca pada SIMAK-BMN

sebesar Rp3.034.574.820,00 dengan rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 133 berikut.

Aset Lain-lainRp379.512.337.729,00

Page 455: FA LTKK 2012.indb

454Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Tabel 133Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap yang Tidak Digunakan

Dalam Kegiatan Operasional Pemerintahan pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca (dalam rupiah)

Unit Eselon I SelisihSAK 31 Desember 2012 SIMAK-BMN 31 Desember 2012

SETJEN 18.186.753.884 18.265.276.179 (78.522.295)

ITJEN 1.455.032.139 1.473.461.139 (18.429.000)

DJA 392.012.500 392.012.500 0

DJP 159.637.213.628 159.656.413.628 (19.200.000)

DJBC 109.986.144.883 110.645.900.133 (659.755.250)

DJPK 627.297.279 640.442.279 (13.145.000)

DJPU 0 0

0

0

DJPB 56.326.590.000 57.243.777.450 (917.187.450)

DJKN 14.143.087.418 14.143.087.418 0

BAPEPAM-LK 0 0

BPPK 14.968.991.611 16.225.257.436 (1.256.265.825)

BKF 3.789.214.387 3.861.284.387 (72.070.000)

JUMLAH 379.512.337.729 382.546.912.549 (3.034.574.820)

1. Selisih kurang pada Eselon I Setjen sebesar Rp78.522.295,00 merupakan write-o! nilai aset rusak berat yang

hilang pada GKN Denpasar I, GKN Denpasar II, dan Kantor Pusat Setjen sebesar Rp47.393.295,00, dan aset BLU pada Pusat Investasi Pemerintah sebesar Rp31.129.000,00 yang direklasi! kasi ke Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan - BLU;

2. Selisih kurang sebesar Rp18.429.000,00 pada Inspektorat Jenderal merupakan write-o! 1 unit sepeda motor hilang yang belum diterbitkan SK penghapusan;

3. Selisih kurang sebesar Rp19.200.000,00 pada Direktorat Jenderal Pajak merupakan write-o! 2 unit sepeda motor di Kanwil DJP Sumatera Utara I dan Kanwil DJP Jakarta Timur yang hilang dan belum dihapuskan dari Laporan BMN masing-masing senilai Rp11.200.000,00 dan Rp8.000.000,00;

4. Selisih kurang sebesar Rp659.755.250,00 pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan write-o! 5 Unit mobil hilang pada KPPBC Bogor Rp147.680.000,00, KPPBC Merak Rp147.966.000,00, KPPBC Tangerang Rp138.380.000,00, Kantor Pusat Rp39.860.000,00, KPPBC Purwakarta Rp147,833,000,00; 4 unit sepeda motor pada Kanwil DJBC Sumbagsel Rp10.200.000,00,KPPBC Bogor Rp7.101.250,00, KPPBC Lampung Rp8.906.000,00dan KPPBC Manado Rp11.270.000,00; serta terdapat senjata api yang hilang pada KPPBC Merauke sebesar Rp559.000,00;

5. Selisih kurang sebesar Rp13.145.000,00 pada Ditjen Perimbangan Keuangan merupakan write-o! 1 unit laptop merk Toshiba sebesar Rp13.145.000,00;

6. Selisih kurang sebesar Rp917.187.450,00 pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan merupakan write-o! 5 unit mobil hilang pada KP DJPB sebesar Rp173.640.500,00, KPPN Banjarnegara sebesar Rp219.800.000,00, KPPN Cirebon sebesar Rp219.410.000,00, Kanwil DJPB Provinsi Sumsel sebesar Rp19.165.250,00, dan Kanwil DJPB Provinsi Maluku sebesar Rp31.500.000,00;5unit sepeda motor hilang yaitu 4 unit pada KP DJPB senilai total Rp57.759.700,00 dan 1 unit pada Kanwil DJPB Provinsi Jawa Barat sebesar Rp9.952.000,00 dan compact disc yang hilang pada Kanwil DJPB Papua sebesar Rp185.960.000,00;

7. Selisih kurang sebesar Rp1.256.265.825,00 pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan merupakan write-o! Gedung B STAN yang telah dibongkar namun belum melalui mekanisme penghapusan sebesar Rp1.232.052.825,00, aset hilang berupa 1 unit laptop merk Toshiba yang belum dihapuskan sebesar Rp16.600.000,00 dan reklasi! kasi ke Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan - BLU sebesar Rp7.613.000,00.

Page 456: FA LTKK 2012.indb

455

8. Selisih kurang sebesar Rp72.070.000,00 pada Badan Kebijakan Fiskal merupakan write-o! Bangunan Gudang Arsip yang dihancurkan pada TA 2012 namun KMK Penghapusan Aset tersebut terbit pada bulan Januari 2013.

C.4.4. Aset Lain-lain - Badan Layanan Umum

Nilai Aset Lain-lain - BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp38.742.000,00 dan Rp75.164.492.014,00.

Rincian Aset Lain-lain - BLU dapat dilihat pada Tabel 134 berikut.

Tabel 134Aset Lain-lain - BLU per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I 31 Desember 2012 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) %

SETJEN 31.129.000 75.156.978.014 (75.125.849.014) (99,96)

BPPK 7.613.000 7.514.000 99.000 1,32

JUMLAH 38.742.000 75.164.492.014 (75.125.750.014) (99,95)

Aset Lain-lain - BLU pada Sekretariat Jenderal sebesar Rp31.129.000,00 merupakan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan-BLU yang dihentikan dari penggunaan karena kondisinya rusak berat dan menunggu proses penghapusan.

Aset Lain-lain - BLU pada BPPK sebesar Rp7.613.000,00 merupakan BMN yang berada dalam kondisi rusak berat dan tidak lagi digunakan dalam operasional Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) serta dalam proses penghapusan. Penambahan Aset Lain-lain – BLU terjadi karena perbedaan nilai penghapusan aset hilang antara SAKPA dan SIMAK. Pada periode sebelumnya, terdapat penghapusan Aset Lain-lain – BLU pada SAKPA senilai Rp150.569.000,00, namun kondisi yang sebenarnya hanya senilai Rp150.470.000,00 sehingga menimbulkan selisih Rp99.000,00 yang ditambahkan pada saldo Aset Lain-lain – BLU pada SAKPA.

Apabila dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2011, Aset Lain-lain BLU mengalami penurunan signi! kan sebesar Rp75.125.750.014,00. Penurunan tersebut terjadi karena serah terima Endowment Fund dari PIP sebagai satker pencatat sementara kepada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Pada LPDP, dana tersebut dibukukan sebagai Pendapatan Pengelola Dana Lainnya.

C.5. Kewajiban Jangka Pendek

Nilai Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp814.697.948.478,00 dan Rp806.982.593.139,00. Kewajiban Jangka Pendek ini terdiri dari Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan, Pendapatan Diterima Dimuka, Uang Muka, Uang Muka dari KPPN, dan Pendapatan yang Ditangguhkan.

Rincian Kewajiban Jangka Pendek dapat dilihat pada Tabel 135 berikut.

Aset Lain-lain - BLURp38.742.000,00

Kewajiban Jangka Pendek Rp814.697.948.478,00

Page 457: FA LTKK 2012.indb

456Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Tabel 135Rincian Kewajiban Jangka Pendek

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Uraian %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

Utang kepada Pihak Ketiga 39.060.216.445 17.174.929.541 21.885.286.904 127,43

Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan 753.033.696.543 704.320.653.776 48.713.042.767 6,92

Pendapatan Diterima Dimuka 4.367.814.771 1.583.445.635 2.784.369.136 175,84

Uang Muka 0 4.155.000 (4.155.000) (100,00)

Uang Muka dari KPPN 8.796.376.249 1.435.505.756 7.360.870.493 512,77

Pendapatan Yang Ditangguhkan 9.439.844.470 82.463.903.431 (73.024.058.961) (88,55)

Jumlah 814.697.948.478 806.982.593.139 7.715.355.339) 0,96

C.5.1. Utang Kepada Pihak Ketiga

Nilai Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp39.060.216.445,00dan Rp17.174.929.541,00.

Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel136 berikut.

Tabel 136Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

JUMLAH

269.901.750 2.697.798.197 (2.247.896.447) (90,00)

0 0 0 0,00

1.415.022.900 870.463.992 544.558.908 62,56

16.572.048.275 7.659.369.008 8.912.679.267 116,36

1.637.455.032 2.435.789.853 (798.334.821) (32,78)

89.082.782 66.927.191 22.155.591 33,10

154.377.905 49.682.201 104.695.704 210,73

16.699.191.909 1.767.754.047 14.931.437.862 844,66

236.613.630 315.178.998 (78.565.368) (24,93)

225.966.856 20.417.059 205.549.797 1.006,76

876.940.652 1.102.054.949 (225.114.297) (20,43)

883.614.754 189.494.046 694.120.708 366,30

39.060.216.445 17.174.929.541 21.885.286.904 127,43

Dibandingkan dengan periode 31 Desember 2011, Utang Kepada Pihak Ketiga mengalami kenaikan sebesar Rp21.885.286.904,00 atau 127,43 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya, hal ini terkait dengan saldo kas selain uang persediaan yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang belum dibagikan kepada pihak lain.

Utang Kepada Pihak Ketiga Rp39.060.216.445,00

Page 458: FA LTKK 2012.indb

457

Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga Per Akun dapat dilihat pada Tabel 137 berikut.

Tabel 137Utang Kepada Pihak Ketiga per Akun

per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Akun 31 Desember 2012Uraian Akun

212111 Belanja pegawai yang masih harus dibayar 2.415.066.234

212112 Belanja barang yang masih harus dibayar 5.897.740.297

212113 Belanja modal yang masih harus dibayar

212121 Utang kepada Pihak Ketiga BLU 73.239.272

212191 Utam kepada Pihak Ketiga Lainnya 30.674.170.642

Jumlah 39.060.216.445

C.5.2. Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan

Nilai Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp753.033.696.543,00 dan Rp704.320.653.776,00. Nilai tersebut merupakan SPMKP per 31 Desember 2012 yang belum diterbitkan SP2D-nya di DJP dan pengembalian pungutan ekspor yang belum direalisasikan oleh eksportir di DJBC.

Rincian Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 138 berikut.

Tabel 138Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I 31 Desember 2012 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) %

DJP

DJBC

JUMLAH

749.662.687.283 702.376.172.734 47.286.514.549 6,73

3.371.009.260 1.944.481.042 1.426.528.218 73,36

753.033.696.543 704.320.653.776 48.713.042.767 6,92

Rincian Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Per Akun dapat dilihat pada Tabel 139 berikut.

Tabel 139Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Akun

per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Akun 31 Desember 2012Uraian Akun

219111 Utang Kelebihan Bayar Pajak PPh 291.560.917.605

219112 Utang Kelebihan Bayar Pajak PPh/PPnBM 458.084.584.753

219114 Utang Kelebihan Bayar Pajak PBB 17.184.925

219116 Utang Kelebihan Bayar Bea Masuk 2.137.214.058

219117 Utang Kelebihan Bayar Bea Keluar 1.233.795.202

219123 Utang Kelebihan pembayaran Pendapatan Non Pajak Lainnya

Jumlah 753.033.696.543

Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan

Rp753.033.696.543,00

Page 459: FA LTKK 2012.indb

458Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

C.5.3. Pendapatan Diterima Dimuka

Nilai Pendapatan Diterima Dimukaper 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp4.367.814.771,00 dan Rp1.583.445.635,00.

Rincian Pendapatan Diterima Dimukadapat dilihat pada Tabel 140 berikut.

Tabel 140Pendapatan Diterima Dimuka per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN 1.085.667.136 682.709.621 402.957.515 59,02

DJBC 2.059.066.400 218.189.167 1.840.877.233 843,71

DJPB 24.583.333 20.828.097 3.755.236 18,03

BPPK 1.198.497.902 661.718.750 536.779.152 81,12

JUMLAH 4.367.814.771 1.583.445.635 2.784.369.136 175,84

1. Pendapatan Diterima Dimuka Setjen sebesar Rp1.085.667.136,00 terdiri dari Pendapatan Sewa Diterima Dimuka pada GKN Yogyakarta, GKN Surabaya I, GKN Surabaya II, GKN Medan, GKN Palembang, GKN Banda Aceh, GKN Makassar dan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan;

2. Pendapatan Diterima Dimuka Ditjen Bea dan Cukai sebesar Rp2.059.066.400,00 merupakan pendapatan Sewa Diterima Dimuka pada Kantor Pusat, KPPBC Bandungdan KPPBC Juanda;

3. Pendapatan Sewa Diterima Dimuka DJPB sebesar Rp24.583.333,00 merupakan sewa BMN (Gedung dan Bangunan) yang diterima dimuka pada KPPN Jakarta I sebesar Rp13.333.333,00, dan KPPN Cirebon sebesar Rp11.250.000,00.

4. Pendapatan Bukan Pajak Lainnya BPPK pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara sebesar Rp1.198.497.902,00.

C.5.4. Uang Muka

Nilai Uang Muka per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp0,00 dan Rp4.155.000,00. Nilai tersebut merupakan uang muka yang berasal dari penarikan kembali kelebihan setoran sisa UP TA 2008 pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Tengah yang dilakukan pada TA 2010.

Rincian Uang Muka dapat dilihat pada Tabel 141 berikut.

Tabel 141Uang Muka per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

DJPB 0 4.155.000 (4.155.000) (100,00)

C.5.5.Uang Muka dari KPPN

Nilai Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp8.796.376.249,00 dan Rp1.435.505.756,00. Nilai tersebut merupakan saldo Uang Persediaan yang ada pada Bendahara Pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan dan selisih kurs yang belum terealisasi satker

Pendapatan Diterima Dimuka Rp4.367.814.771,00

Uang Muka Rp0,00

Page 460: FA LTKK 2012.indb

459

perwakilan/atase pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Uang Muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Pengeluaran.

Rincian Uang Muka dari KPPN dapat dilihat pada Tabel 142 berikut.

Tabel 142Uang Muka dari KPPN per Unit Eselon I

per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BPPK

BKF

JUMLAH

4.149.790.622 (1.279.591.407) 5.429.382.029 (424,31)

0 0 0 0,00

1.399.376.816 0 1.399.376.816 0,00

1.786.093.794 1.325.869.577 460.224.217 34,71

319.651.040 991.716.122 (672.065.082) (67,77)

0 0 0 0,00

0 0 0 0,00

242.392.866 206.792.593 35.600.273 17,22

279.532.097 190.631.871 88.900.226 46,63

574.739.014 0 574.739.014 0,00

44.800.000 87.000 44.713.000 51.394,25

0 0 0 0,00

8.796.376.249 1.435.505.756 7.360.870.493 512,77

BAPEPAM-LK

Uang Muka dari KPPN Rp8.796.376.249,00

Page 461: FA LTKK 2012.indb

460Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

C.5.6. Pendapatan Yang Ditangguhkan

Nilai Pendapatan Yang Ditangguhkan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp9.439.844.470,00 dan Rp82.463.903.431,00. Nilai tersebut merupakan PNBP yang belum disetor ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan dan pendapatan BLU yang dibatasi penggunaannya yang belum disahkan per 31 Desember 2012. Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Penerimaan, Kas Lainnya dan Setara Kas, dan Kas BLU yang dibatasi penggunaannya.Rincian Pendapatan yang Ditangguhkan dapat dilihat pada Tabel 143 berikut.

C.6. Ekuitas Dana Lancar

Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara nilai Aset Lancar dengan Kewajiban Jangka Pendek.Rincian Ekuitas Dana Lancar dapat dilihat pada Tabel 144 berikut.

Tabel 143Pendapatan yang Ditangguhkan per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Tabel 144Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Unit Eselon I %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJBC

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BAPEPAM-LK

BPPK

BKF

JUMLAH

1.373.780.852 76.913.137.633 (75.539.356.781) (98,21)

0 4.537.500 (4.537.500) (100,00)

14.780.303 0 14.780.303 0,00

71.138.894 27.735.915 43.402.979 156,49

1.360.190.433 910.473.709 449.716.724 49,39

374.788.740 0 374.788.740 0,00

0 0 0 0,00

147.684.800 138.689.827 8.994.973 6,49

5.347.336.064 4.151.689.346 1.195.646.718 28,80

745.695.356 315.151.750 430.543.606 136,61

4.446.804 2.487.751 1.959.053 78,75

2,224 0 2,224 0,00

9.439.844.470 82.463.903.431 (73.024.058.961) (88,55)

Uraian %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

Cadangan Piutang 49.076.505.292.934 60.326.557.849.853 (11.250.052.556.919) (18,65)

Cadangan Persediaan 285.586.142.510 283.838.540.126 1.747.602.384 0,62

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek (774.134.999.714) (717.825.069.672) (56.309.930.042) 7,84

Keuntungan/Kerugian yang belum terealisasi 83,498 0 83,498 0,00

Dana Lancar BLU 3.641.157.122.268 2.168.961.124.597 1.472.195.997.671 67,88

Barang/Jasa yang Harus Diterima 25.134.905.397 24.214.537.744 920.367.653 3,80

Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan (4.367.814.771) (1.384.808.578) (2.983.006.193) 215,41

Jumlah 52.249.880.732.122 62.084.362.174.070 (9.834.481.441.948) (15,84)

Ekuitas Dana Lancar Rp52.249.880.732.122,00

Page 462: FA LTKK 2012.indb

461

C.6.1. Cadangan Piutang

Cadangan Piutang sebesar Rp49.016.779.361.599,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang dan Belanja Dibayar Dimuka (prepaid).Rincian Cadangan Piutang dapat dilihat pada Tabel 145 berikut.

C.6.2. Cadangan Persediaan

Cadangan Persediaan Rp285.586.142.510,00 Cadangan Persediaan sebesar Rp285.586.142.510,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Persediaan. Jumlah tersebut terdiri dari:

- Persediaan Rp284.672.873.440,00 - Persediaan BLU Rp 913.269.070,00

C.6.3. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek sebesar Rp774.134.999.714,00. Rincian Dana Yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek dapat dilihat pada Tabel 146 berikut.

C.6.4. Keuntungan/Kerugian Yang Belum Terealisasi

Keuntungan/Kerugian yang Belum Terealisasi sebesar Rp83.498,00 merupakan akun penyeimbang dari Kas di Bendahara Pengeluaran yang berasal dari selisih kurs.

C.6.5. Dana Lancar BLU

Dana Lancar BLU Rp3.641.157.122.268,00 Dana Lancar BLU sebesar Rp3.641.157.122.268,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Kas pada BLU.

Tabel 145Rincian Cadangan Piutang per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Akun 31 Desember 2012Uraian Akun

1151 Piutang Pajak 93.468.526.344.200

1152 Piutang Bukan Pajak 96.450.818.001

1141 Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) 1.801.187.869

1142 Uang muka belanja 0

1154 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi 9.625.650.721

1157 Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum 20.520.519.164

1158 Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum 32.766.356.150

1161 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Pajak (44.550.942.630.944)

1162 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak (51.808.973.643)

1164 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan TP/TGR (9.414.674.698)

1166 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Keg Operasional BLU (112.142.971)

1167 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Keg Non Operasional BLU (633.092.250)

Jumlah 49.016.779.361.599

Dana Lancar BLU RpRp3.641.157.122.268,00

Keuntungan/Kerugian yang Belum Terealisasi

Rp83.498,00

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran

Utang Jangka Pendek (Rp774.134.999.714,00)

Cadangan Persediaan Rp285.586.142.510,00

Cadangan Piutang Rp49.016.779.361.599,00

Page 463: FA LTKK 2012.indb

462Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

C.6.6. Barang/Jasa Yang Harus Diterima

Barang/Jasa yang Harus Diterima sebesar Rp25.134.905.397,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Uang Muka Belanja.

C.6.7. Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan

Barang/Jasa yang Harus Diserahkan sebesar (Rp4.367.814.771,00) merupakan akun penyeimbang dari akun Pendapatan Diterima Dimuka.

C.7. Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas Dana Investasi Rp40.145.471.145.118,00 Ekuitas Dana Investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2012.Rincian Ekuitas Dana Investasi dapat dilihat pada Tabel 147 berikut.

Tabel 146Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2012

Tabel 147Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Akun 31 Desember 2012Uraian

212111 Belanja pegawai yang masih harus dibayar (2.415.066.234)

212112 Belanja barang yang masih harus dibayar (5.897.740.297)

212113 Belanja modal yang masih harus dibayar 0

212121 Utang kepada Pihak Ketiga BLU (73.239.272)

212191 Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya (12.715.257.368)

219111 Utang Kelebihan Bayar Pajak PPh (291.560.917.605)

219112 Utang Kelebihan Bayar Pajak PPN/PPnBM (458.084.584.753)

219114 Utang Kelebihan Bayar Pajak PBB (17.184.925)

219116 Utang Kelebihan Bayar Bea Masuk (2.137.214.058)

219117 Utang Kelebihan Bayar Bea Keluar (1.233.795.202)

219123 Utang Kelebihan pembayaran Pendapatan Non Pajak Lainnya 0

219611 Pendapatan yang Ditangguhkan 0

Jumlah (774.134.999.714)

Uraian %Kenaikan (Penurunan)31 Desember 2012 31 Desember 2011

Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 39.244.462.867.245 37.731.845.000.870 1.512.617.866.375 4,01

Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 901.008.277.873 726.219.529.526 174.788.748.347 24,07

Jumlah 40.145.471.145.118 38.458.064.530.396 1.687.406.614.722 4,39

Ekuitas Dana Investasi Rp40.145.471.145.118,00

Barang/Jasa yang Harus Diserahkan

(Rp4.367.814.771,00)

Barang/Jasa yang Harus Diterima

Rp25.134.905.397,00

Page 464: FA LTKK 2012.indb

463

C.7.1. Diinvestasikan Dalam Aset Tetap

Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp39.244.462.867.245,00 Diinvestasikan dalam Aset Tetap sebesar Rp39.244.462.867.245,00 merupakan akun penyeimbang Aset Tetap.

C.7.2. Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya

Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Rp901.008.277.873,00 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya sebesar Rp901.008.277.873,00 merupakan akun penyeimbang Piutang Jangka Panjang sebesar Rp170.783.795.00 dan Aset Lainnya sebesar Rp900.837.494.078,00.

D. CATATAN PENTING LAINNYA

1. Penatausahaan Barang Milik Negara di Direktorat Jenderal PajakDalam rangka penatausahaan dan pengamanan BMN, Direktorat Jenderal Pajak telah melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Revaluasi Aset.Aset DJP yang belum dilakukan Inventarisasi dan Penilaian (IP) berdasarkan temuan pemeriksaan BPK RI sebesar Rp195.330.450.986,00, DJP telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Setelah dilakukan veri!kasi lebih lanjut, diketahui bahwa terhadap aset dimaksud, saat ini jumlah yang belum dinilai kembali adalah sebesar Rp13.084.481.413,00.

2. Terhadap aset-aset yang belum dinilai telah disampaikan kepada KPKNL terkait untuk segera dilakukan penilaian kembali.

b. Serti!kasi TanahLuas tanah di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak sebanyak 3.346.404 m2, sebanyak 406 bidang tanah yang belum memiliki serti!kat. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi dengan DJKN dalam rangka serti!kasi tanah.2. Melakukan koordinasi dengan Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta termasuk didalamnya 5 Kantor

Pertanahan di wilayah DKI Jakarta.3. KPDJP telah memerintahkan kepada seluruh Kanwil DJP untuk berkoordinasi dengan Kanwil DJKN

dan Kanwil BPN di wilayah masing-masing dalam rangka melakukan serti!kasi tanah.

c. Penertiban Rumah Dinas (Bangunan Tempat Tinggal). Dari 3.022 unit Bangunan Tempat Tinggal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, terdapat 378 unit yang dihuni oleh pihak yang tidak berhak. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan upaya–upaya pengamanan baik secara administrastif maupun secara hukum. Upaya tersebut antara lain:

1. Upaya Administratif, yaitu:1. Penerbitan surat-surat kepada penghuni yang tidak berhak;2. Penerbitan surat-surat dalam rangka pengamanan aset tanah, yaitu surat dalam rangka

melakukan koordinasi dengan instansi terkait;3. Telah diusulkan Penetapan Status Golongan Rumah Negara kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian Keuangan untuk Rumah Negara yang terdapat di Kanwil DJP Banten, Kanwil DJP Jawa Timur I dan Kanwil DJP Kalimantan Timur sebagai Rumah Negara Golongan I.

4. Pembentukan Tim Satuan Tugas Penertiban Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: KEP-83/PJ./2009 tanggal 14 Juli 2009 dimana seluruh Kabag Umum Kanwil DJP terlibat dalam Tim Satuan Tugas tersebut.

Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Rp901.008.277.873,00

Catatan Penting Lainnya

Diinvestasikan Dalam Aset Tetap

Rp39.244.462.867.245,00

Page 465: FA LTKK 2012.indb

464Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

5. Pembentukan Tim Penertiban Rumah Negara di lingkungan Kementerian Keuangan Nomor: 534/KM.1/2009 tanggal 5 Desember 2009.

Upaya Hukum, yaitu dengan melaporkan 119 (seratus sembilan belas) orang pensiunan penghuni rumah negara kepada Polda Metro Jaya dengan tuduhan telah memasuki pekarangan tanpa ijin yang berhak (Pasal 167 KUHP).

2. Sengketa PajakTunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis ketetapan pajak/keputusan/putusan dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Selanjutnya, tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis sengketa dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Sengketa Pajak

Jenis Ketetapan Jumlah Ketetapan/ Keputusan/ Putusan

Nominal Ketetapan/Keputusan/Putusan

Dalam USDDalam Rp Total Rp

SKPKB/SKPKBT/STP/SPPT/Keputusan/ Putusan Kurang Bayar

SKPLB/Keputusan/ Putusan Lebih Bayar 1.999 17.411.257.439.641 388.567.940 21.168.709.416.540

SKPN/Keputusan/ Putusan Nihil 1.323 -  -   -

Jumlah 120.498 62.899.878.594.493 1.406.065.007 76.496.527.216.147

117.176 45.488.621.154.852 1.017.497.068 55.327.817.799.607

Jenis Sengketa Pajak Jumlah Ketetapan/ Keputusan/ Putusan

Nominal Ketetapan

Dalam USDDalam Rp Total Rp

Jumlah

Non Keberatan 101.645 3.054.115.992.198 347.264.117 6.412.159.999.527

Keberatan 8.570 14.793.003.233.604 547.429.168 20.086.643.289.905

Banding/Gugatan 6.764 34.116.917.811.784 434.817.496 38.321.602.994.816

Peninjauan Kembali 3.519 10.935.841.556.907 76.554.227 11.676.120.931.900

120.498 62.899.878.594.493 1.406.065.007 76.496.527.216.147

Page 466: FA LTKK 2012.indb

465

Tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis pajak per 31 Desember 2012 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tunggakan sengketa pajak berdasarkan kantor wilayah per 31 Desember 2012 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Jenis PajakNo Jumlah Ketetapan/ Keputusan/Putusan

Jumlah Sengketa Pajak

Nilai Dalam USDNilai Dalam Rp Total Dalam Rp

1 PPh Pasal 25 OP 443 169.028.493.872 0,00 169.028.493.872

2 PPh Pasal 25 Badan 3.348 22.584.464.722.204 1.139.314.013 33.601.631.224.182

3 PPh Pasal 21 1.023 1.062.829.572.466 0,00 1.062.829.572.466

4 PPh Pasal 22 81 67.520.599.241 0,00 67.520.599.241

5 PPh Pasal 23 1.358 2.536.350.270.370 0,00 2.536.350.270.370

6 PPh Pasal 26 889 6.226.280.167.557 265.588.012 8.794.516.239.729

7 PPh Final (Pasal 4(2), Pasal 15, Pasal 19 dsb) 852 809.802.021.643 201.635 811.751.834.027

8 PPN 15.827 28.355.184.382.838 0,00 28.355.184.382.838

9 PPn BM 103 408.445.541.809 0,00 408.445.541.809

10 Bunga Penagihan 317 137.385.761.093 0,00 137.385.761.093

11 PKK 0 0 0,00 0

12 PBB Sektor Pedesaan 73.286 7.752.084.403 0,00 7.752.084.403

13 PBB Sektor Perkotaan 22.682 28.629.054.597 0,00 28.629.054.597

14 PBB Sektor Perkebunan 169 103.616.164.814 0,00 103.616.164.814

15 PBB Sektor Perhutanan 33 30.294.915.603 0,00 30.294.915.603

16 PBB Sektor Pertambangan Non Migas 85 340.608.653.894 961.348 349.904.889.054

17 PBB Sektor Pertambangan Migas 1 31.686.188.090 0,00 31.686.188.090

18 BPHTB 1 0 0,00 0

Jumlah 120.498 62.899.878.594.494 1.406.065.007 76.496.527.216.147

Kanwil DJPNo Jumlah Ketetapan/Keputusan/Putusan Total Dalam Rp

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Kanwil DJP Nanggroe Aceh

Kanwil DJP Sumatera Utara I

Kanwil DJP Sumatera Utara II

Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau

Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi

Kanwil DJP Sumatera Selatan Dan Kepulauan Bangka Belitung

Kanwil DJP Bengkulu Dan Lampung

Kanwil DJP Jakarta Pusat

Kanwil DJP Jakarta Barat

Kanwil DJP Jakarta Selatan

Kanwil DJP Jakarta Timur

Kanwil DJP Jakarta Utara

Kanwil DJP Jakarta Khusus

Kanwil DJP Banten

Kanwil DJP Jawa Barat I

Kanwil DJP Jawa Barat II

Kanwil DJP Jawa Tengah I

Kanwil DJP Jawa Tengah II

Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta

Kanwil DJP Jawa Timur I

Kanwil DJP Jawa Timur II

Kanwil DJP Jawa Timur III

Kanwil DJP Kalimantan Barat

Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah

Kanwil DJP Kalimantan Timur

Kanwil DJP Sulawesi Barat, Selatan dan Tenggara

Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara

Kanwil DJP Bali

Kanwil DJP Nusa Tenggara

Kanwil DJP Papua Dan Maluku

Kanwil DJP Wajib Pajak Besar

JUMLAH

245

362

476

592

73.947

1.743

372

1.457

545

1.148

898

425

5.207

1.511

1.243

1.329

939

406

444

709

782

897

2,64

916

317

747

16.294

446

456

194

2.811

120.498

123.351.911.559

445.295.544.037

92.465.628.507

495.246.243.830

163.441.686.681

825.899.435.609

146.984.116.758

3.505.877.426.916

490.993.032.029

3.453.217.035.007

480.928.605.244

444.632.003.712

17.192.295.845.353

494.015.512.751

490.020.242.794

952.257.988.589

238.575.787.722

161.227.002.567

31.593.158.976

221.135.060.500

299.730.614.295

166.857.189.792

91.990.322.122

709.814.148.302

410.850.686.801

195.776.546.080

41.944.143.798

195.853.539.245

51.249.279.218

658.022.809.274

43.224.984.668.079

76.496.527.216.147

Page 467: FA LTKK 2012.indb

466Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

3. PBB Pertambangan Migas

Pemungutan PBB terutang kepada Wajib Pajak didahului dengan penerbitan SPPT kepada Wajib Pajak, selanjutnya Wajib Pajak melakukan pelunasan dengan membayar PBB terutang yang tercantum dalam SPPT tersebut. Khusus terhadap Wajib Pajak KKKS atau PBB Pertambangan Migas, mekanisme pemungutan dan penagihannya dilaksanakan secara berbeda dari Wajib Pajak pada umumnya, karena Wajib Pajak terikat pada kontrak dengan pemerintah sehingga diberlakukan lex specialist.

Dalam pemungutan PBB Wajib Pajak KKKS terdapat beberapa institusi yang terkait dalam pelaporan, penagihan dan pelunasan PBB terutang kepada Wajib Pajak KKKS, yaitu DJP, BP Migas, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Secara garis besar mekanisme pemungutan PBB Migas dapat disampaikan sebagai berikut:

a. Wajib Pajak KKKS yang sudah berproduksi wajib menyetorkan prosentase tertentu sesuai kontrak karya dari net operating income (NOI) ke pemerintah;

b. Bagian pemerintah tersebut akan dikurangi dengan unsur-unsur pajak yaitu PPN reimbursement, Pajak Bumi dan Bangunan, dan PDRD;

c. PBB tersebut dibayarkan ke daerah melalui mekanisme pemindahbukuan sebagaimana diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer Ke Daerah;

d. Setiap awal tahun Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak menetapkan ketetapan sementara besarnya pajak terhutang terhadap objek pajak pertambangan migas dan pada membuat ketetapan rampung berdasarkan SPPT;

e. Direktur Jenderal Pajak menyampaikan permintaan pemindahbukuannya ke Direktur Jenderal Anggaran;f. Direktur Jenderal Anggaran membuat surat permintaan pemindahbukuan ke Direktur Jenderal

Perbendaharaan dan ke Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan;

Kanwil DJPNo Jumlah Ketetapan/Keputusan/Putusan Total Dalam Rp

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Kanwil DJP Nanggroe Aceh

Kanwil DJP Sumatera Utara I

Kanwil DJP Sumatera Utara II

Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau

Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi

Kanwil DJP Sumatera Selatan Dan Kepulauan Bangka Belitung

Kanwil DJP Bengkulu Dan Lampung

Kanwil DJP Jakarta Pusat

Kanwil DJP Jakarta Barat

Kanwil DJP Jakarta Selatan

Kanwil DJP Jakarta Timur

Kanwil DJP Jakarta Utara

Kanwil DJP Jakarta Khusus

Kanwil DJP Banten

Kanwil DJP Jawa Barat I

Kanwil DJP Jawa Barat II

Kanwil DJP Jawa Tengah I

Kanwil DJP Jawa Tengah II

Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta

Kanwil DJP Jawa Timur I

Kanwil DJP Jawa Timur II

Kanwil DJP Jawa Timur III

Kanwil DJP Kalimantan Barat

Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah

Kanwil DJP Kalimantan Timur

Kanwil DJP Sulawesi Barat, Selatan dan Tenggara

Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara

Kanwil DJP Bali

Kanwil DJP Nusa Tenggara

Kanwil DJP Papua Dan Maluku

Kanwil DJP Wajib Pajak Besar

JUMLAH

245

362

476

592

73.947

1.743

372

1.457

545

1.148

898

425

5.207

1.511

1.243

1.329

939

406

444

709

782

897

2,64

916

317

747

16.294

446

456

194

2.811

120.498

123.351.911.559

445.295.544.037

92.465.628.507

495.246.243.830

163.441.686.681

825.899.435.609

146.984.116.758

3.505.877.426.916

490.993.032.029

3.453.217.035.007

480.928.605.244

444.632.003.712

17.192.295.845.353

494.015.512.751

490.020.242.794

952.257.988.589

238.575.787.722

161.227.002.567

31.593.158.976

221.135.060.500

299.730.614.295

166.857.189.792

91.990.322.122

709.814.148.302

410.850.686.801

195.776.546.080

41.944.143.798

195.853.539.245

51.249.279.218

658.022.809.274

43.224.984.668.079

76.496.527.216.147

Kanwil DJPNo Jumlah Ketetapan/Keputusan/Putusan Total Dalam Rp

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Kanwil DJP Nanggroe Aceh

Kanwil DJP Sumatera Utara I

Kanwil DJP Sumatera Utara II

Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau

Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi

Kanwil DJP Sumatera Selatan Dan Kepulauan Bangka Belitung

Kanwil DJP Bengkulu Dan Lampung

Kanwil DJP Jakarta Pusat

Kanwil DJP Jakarta Barat

Kanwil DJP Jakarta Selatan

Kanwil DJP Jakarta Timur

Kanwil DJP Jakarta Utara

Kanwil DJP Jakarta Khusus

Kanwil DJP Banten

Kanwil DJP Jawa Barat I

Kanwil DJP Jawa Barat II

Kanwil DJP Jawa Tengah I

Kanwil DJP Jawa Tengah II

Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta

Kanwil DJP Jawa Timur I

Kanwil DJP Jawa Timur II

Kanwil DJP Jawa Timur III

Kanwil DJP Kalimantan Barat

Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah

Kanwil DJP Kalimantan Timur

Kanwil DJP Sulawesi Barat, Selatan dan Tenggara

Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara

Kanwil DJP Bali

Kanwil DJP Nusa Tenggara

Kanwil DJP Papua Dan Maluku

Kanwil DJP Wajib Pajak Besar

JUMLAH

245

362

476

592

73.947

1.743

372

1.457

545

1.148

898

425

5.207

1.511

1.243

1.329

939

406

444

709

782

897

2,64

916

317

747

16.294

446

456

194

2.811

120.498

123.351.911.559

445.295.544.037

92.465.628.507

495.246.243.830

163.441.686.681

825.899.435.609

146.984.116.758

3.505.877.426.916

490.993.032.029

3.453.217.035.007

480.928.605.244

444.632.003.712

17.192.295.845.353

494.015.512.751

490.020.242.794

952.257.988.589

238.575.787.722

161.227.002.567

31.593.158.976

221.135.060.500

299.730.614.295

166.857.189.792

91.990.322.122

709.814.148.302

410.850.686.801

195.776.546.080

41.944.143.798

195.853.539.245

51.249.279.218

658.022.809.274

43.224.984.668.079

76.496.527.216.147

PBB Pertambangan Migas

Page 468: FA LTKK 2012.indb

467

g. Direktur Jenderal Perbendaharaan membuat permintaan pemindah bukuan dari Bank Indonesia ke Bank Mintra KPPN Jakarta II;

h. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan mengeluarkan Surat Perintah Membayar (SPM) dari Bank Mitra KPPN Jakarta II ke rekening kas daerah maupun pusat.

i. Pengungkapan lain yang tidak kalah pentingnya yaitu penerimaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi sampai dengan 31 Desember 2012 sebagai berikut:

1). PBB Migasa. Telah dilakukan pembayaran PBB Migas tahun 2011 atas Kontraktor CBM (coalbed methane) sebesar

Rp186.989.438.000,00.b. Ketetapan PBB Migas tahun 2012 sebesar Rp21.385.938.328.078,00, dengan rincian pembayaran

sebagai berikut: • PBB Migas Onshore : Rp 2.782.850.484.279,00• PBB Migas O!shore : Rp 5.990.031.367.059,00• PBB Migas Tubuh Bumi : Rp12.613.074.476.740,00

Total PBB Migas 2012 : Rp21.385.956.328.078,00

c. Realisasi pembayaran PBB Migas tahun 2012 sebesar Rp19.427.128.685.369,00, dengan rincian pembayaran sebagai berikut: • Tahap I : Rp 8.437.646.318.618,00• Tahap I : Rp10.651.063.312.919,00• Tahap III : Rp 338.419.053.832,00

Total PBB Migas 2012 : Rp19.427.128.685.369,00

2). PBB Panas Bumia. Ketetapan PBB Panas Bumi Tahun 2012 sebesar Rp185.364.925.550,00, dengan rincian:

• PBB Panas Bumi Onshore : Rp 69.978.731.833,00• PBB Panas Bumi Tubuh Bumi : Rp115.386.193.717,00

Total PBB Panas Bumi 2012 : Rp185.364.925.550,00

b. Realisasi pembayaran PBB Panas Bumi Tahun 2012 sebesar Rp179.196.585.210,00.

4. Pengalihan BPHTB dan PBB Sektor Pedesaan dan PerkotaanHal-hal penting terkait pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), adalah sebagai berikut:a. PBB-P2 dan BPHTB merupakan 2 (dua) jenis Pajak Pusat yang dialihkan ke kabupaten/kota dan menjadi

bagian dari 11 (sebelas) jenis Pajak kabupaten/kota yang diamanatkan UU PDRD;b. DJP masih tetap mengelola PBB-P2 sampai dengan 31 Desember 2013, sepanjang belum terbitnya

Peraturan Daerah;c. DJP masih tetap mengelola BPHTB untuk tahun 2010, sejak tahun 2011 BPHTB menjadi Pajak Kabupaten/

Kota;d. Tahapan pengalihan PBB-P2 serta BPHTB diatur bersama oleh Menteri Keuangan dengan Menteri

Dalam Negeri; dane. Secara umum pengaturan PBB-P2 serta BPHTB dalam UU PDRD adalah sama dengan yang diatur dalam

UU PBB dan UU BPHTB, kecuali yang terkait dengan tarif pajak, NJOPTKP dan NPOPTKP.

Pengalihan BPHTB dan P2

Page 469: FA LTKK 2012.indb

468Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Daftar Kabupaten/Kota yang melaksanakaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan adalah sebagai berikut:

Kabupaten/KotaNo Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Kota Bandar Lampung

Kota Palu

Kabupaten Sidoarjo

Kabupaten Gresik

Kota Balikpapan

Kota Samarinda

Kota Medan

Kabupaten Deli Serdang

Kota Yogyakarta

Kabupaten Sukoharjo

Kota Semarang

Kota Depok

Kabupaten Bogor

Kota Pekanbaru

Kota Pontianak

Kota Gorontalo

KPP Pratama Tanjung Karang, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Teluk Betung

KPP Pratama Sidoarjo Barat, KPP Pratama Sidoarjo Utara, KPP Pratama Sidoarjo Selatan

KPP Pratama Palu

KPP Pratama Gresik Utara dan KPP Pratama Gresik Selatan

KPP Pratama Balikpapan

KPP Pratama Samarinda

KPP Pratama Medan Barat, KPP Pratama Medan Belawan, KPP Pratama Medan Timur, KPP Pratama Medan Polonia, KPP Pratama Medan Kota, KPP Pratama Medan Petisah

KPP Pratama Lubuk Pakam

KPP Pratama Yogyakarta

KPP Pratama Sukoharjo

KPP Pratama Semarang Barat, KPP Pratama Semarang Timur, KPP Pratama Semarang Selatan, KPP Pratama Semarang Tengah satu, KPP Pratama Semarang Tengah dua, KPP Pratama Semarang Candisari, KPP Pratama Semarang Gayamsari.

KPP Pratama Cibinong, KPP Pratama Cileungsi, KPP Pratama Ciawi

KPP Pratama Pekanbaru Senapelan, KPP Pratama Pekanbaru Tampan

KPP Pratama Depok

KPP Pratama Pontianak

KPP Pratama Gorontalo

KPP Pratama Palembang Ilir Timur, KPP Pratama Palembang Ilir Barat, KPP Pratama Palembang Seberang Ulu

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17 Kota Palembang

Page 470: FA LTKK 2012.indb

469

Daftar Kabupaten/Kota yang akan Melakukan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan Tahun 2013

KANWIL DJPNo KABUPATEN/KOTAKPP PRATAMA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

NILAI PIUTANG cfm. LP3 PBB

Aceh

Sumatera Utara I

Kanwil DJP Jakarta Barat 664.914.508.311

Kanwil DJP Jakarta Selatan 1.299.263.829.726

Kanwil DJP Jakarta Timur 805.553.924.267

Kanwil DJP Jakarta Utara 702.066.277.317

Kanwil DJP Jakarta Barat

Kanwil DJP Jakarta Selatan

Kanwil DJP Jakarta Timur

KPP Pratama Jakarta Penjaringan

Bengkulu Lampung

Sumatera Barat dan Jambi

Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Utara II

Riau dan Kepulauan Riau

Kanwil DJP Jakarta Pusat

KPP Pratama Banda Aceh

KPP Pratama Arga Makmur

KPP Pratsama Metro

KPP Pratama Kotabumi

KPP Pratama Kotabumi

KPP Pratama Metro

KPP Pratama Arga Makmur

KPP Pratama Jambi

KPP Pratama Jambi

KPP Pratama Payakumbuh

KPP Pratama Bangko

KPP Pratama Padang

KPP Pratama Tanjung Pandan

KPP Pratama Sekayu

KPP Pratama Pangkal Pinang

KPP Pratama Binjai

KPP Pratama Tebing Tinggi

KPP Pratama Kisaran

KPP Pratama Rantau Prapat

KPP Pratama Pematang Siantar

KPP Pratama Pematang Siantar

KPP Pratama Kisaran

KPP Pratama Sibolga

KPP Pratama Dumai

KPP Pratama Batam

KPP Pratama Rengat

KPP Pratama Tanjungpinang

KPP Pratama Pangkalan Kerinci

KPP Pratama Bangkinang

KPP Pratama Bangkinang

KPP Pratama Rengat

KPP Pratama Dumai

KPP Pratama Pangkalan Kerinci

Kanwil DJP Jakarta Pusat

Kota Banda Aceh

Kabupaten Bengkulu Utara

Kabupaten Lampung Tengah

Kabupaten Way Kanan

Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kota Metro

Kabupaten Mukomuko

Kabupaten Muaro Jambi

Kabupaten Batang Hari*

Kabupaten Tanah Datar

Kabupaten Merangin

Kota Padang

Kabupaten Belitung Timur*

Kabupaten Musi Banyuasin*

Kota Pangkalpinang

Kota Binjai*

Kabupaten Serdang Bedagai*

Kabupaten Asahan*

Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kabupaten Simalungun

Kota Pematang siantar

Kabupaten Batubara

Kota Sibolga

Kabupaten Rokan Hilir*

Kota Batam

Kabupaten Indragiri Hulu*

Kota Tanjungpinang

Kabupaten Siak*

Kabupaten Kampar

Kabupaten Rokan Hulu

Kabupaten Kuantan Singingi

Kota Dumai

Kabupaten Pelalawan

Provinsi DKI Jakarta

35.716.021.043

3.804.867.262

39.959.074.800

2.178.551.233

1.338.260.876

6.744.324.320

1.628.312.514

22.326.955.141

9.592.227.421

15.360.741.136

9.684.272.572

136.172.152.654

1.226.290.146

13.817.010.432

12.507.596.078

21.682.788.805

20.387.453.963

23.963.604.537

15.254.401.251

45.130.386.879

22.749.011.436

12.699.711.384

4.629.265.354

16.834.846.203

191.946.410.120

20.202.435.904

32.351.813.137

7.429.231.190

64.446.063.383

32.325.979.977

12.697.520.770

24.318.855.797

17.664.946.596

372.277.161.731

Page 471: FA LTKK 2012.indb

470Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

13

14

15

16

Banten Kabupaten Pandeglang 33.803.407.827

Kota Bandung* 98.293.412.815

147.159.711.241

130.623.694.723

112.133.769.181

217.264.401.270

Kabupaten Bandung 156.950.422.853

Kota Tasikmalaya* 5.928.533.225

Kabupaten Bandung* 163.809.172.951

Kabupaten Bandung Barat* 162.979.516.098

Kabupaten Sukabumi 166.555.377.760

Kota Cimahi* 98.335.325.747

KPP Pratama Pandeglang

KPP Pratama Bandung Tegallega

KPP Pratama Bandung Bojanagara

KPP Pratama Cicadas

KPP Pratama Bandung Karees

KPP Pratama Bandung Cibeunying

KPP Pratama Soreang

KPP Pratama Tasikmalaya

KPP Pratama Majalaya

KPP Pratama Cimahi

KPP Pratama Sukabumi

KPP Pratama Cimahi

KPP Pratama Ciamis Kota Banjar* 1.248.357.587

KPP Pratama Karawang Utara Kabupaten Karawang* 167.011.724.620

KPP Pratama Karawang Selatan 143.715.815.930

KPP Pratama Cikarang Utara Kabupaten Bekasi 73.784.315.256

KPP Pratama Cikarang Selatan 117.296.397.803

KPP Pratama Cibitung 124.638.570.025

KPP Pratama Bogor Kota Bogor* 180.376.839.263

KPP Pratama Kuningan Kabupaten Majalengka* 6.316.252.661

KPP Pratama Cirebon Kota Cirebon 46.774.831.434

KPP Pratama Bekasi Selatan Kota Bekasi 227.648.698.227

KPP Pratama Bekasi Utara 103.463.774.256

KPP Pratama Bantul Kabupaten Bantul* 58.144.699.240

KPP Pratama Sleman Kabupaten Sleman* 162.736.966.326

KPP Pratama Demak Kabupaten Demak* 7.313.458.851

KPP Pratama Pekalongan Kota Pekalongan* 25.560.775.216

KPP Pratama Pati Kota Rembang 13.109.850.519

KPP Pratama Blora Kabupaten Grobogan 5.566.071.717

KPP Pratama Salatiga Kabupaten Semarang* 32.227.070.484

KPP Pratama Tegal Kota Tegal* 11.959.250.649

KPP Pratama Pekalongan Kota Pemalang 16.975.885.114

KPP Pratama Tegal Kabupaten Tegal 25.228.289.665

KPP Pratama Batang Kabupaten Batang 10.582.956.586

KPP Pratama Pekalongan Kabupaten Pekalongan 13.364.027.495

KPP Pratama Kudus Kabupaten Kudus 11.278.014.890

KPP Pratama Purwokerto Kabupaten Banyumas 110.758.935.415

KPP Pratama Temanggung Kabupaten Wonosobo* 11.119.493.757

KPP Pratama Klaten Kabupaten Klaten* 38.766.043.027

KPP Temanggung Kabupaten Temanggung* 14.077.776.889

KPP Pratama Surakarta Kota Surakarta* 141.241.136.549

KPP Pratama Cilacap Kabupaten Cilacap 70.811.693.328

Jawa Barat II

Jawa Barat I

DIY

17 Jawa Tengah I

18 Jawa Tengah II

KANWIL DJPNo KABUPATEN/KOTAKPP PRATAMA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

NILAI PIUTANG cfm. LP3 PBB

Aceh

Sumatera Utara I

Kanwil DJP Jakarta Barat 664.914.508.311

Kanwil DJP Jakarta Selatan 1.299.263.829.726

Kanwil DJP Jakarta Timur 805.553.924.267

Kanwil DJP Jakarta Utara 702.066.277.317

Kanwil DJP Jakarta Barat

Kanwil DJP Jakarta Selatan

Kanwil DJP Jakarta Timur

KPP Pratama Jakarta Penjaringan

Bengkulu Lampung

Sumatera Barat dan Jambi

Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Utara II

Riau dan Kepulauan Riau

Kanwil DJP Jakarta Pusat

KPP Pratama Banda Aceh

KPP Pratama Arga Makmur

KPP Pratsama Metro

KPP Pratama Kotabumi

KPP Pratama Kotabumi

KPP Pratama Metro

KPP Pratama Arga Makmur

KPP Pratama Jambi

KPP Pratama Jambi

KPP Pratama Payakumbuh

KPP Pratama Bangko

KPP Pratama Padang

KPP Pratama Tanjung Pandan

KPP Pratama Sekayu

KPP Pratama Pangkal Pinang

KPP Pratama Binjai

KPP Pratama Tebing Tinggi

KPP Pratama Kisaran

KPP Pratama Rantau Prapat

KPP Pratama Pematang Siantar

KPP Pratama Pematang Siantar

KPP Pratama Kisaran

KPP Pratama Sibolga

KPP Pratama Dumai

KPP Pratama Batam

KPP Pratama Rengat

KPP Pratama Tanjungpinang

KPP Pratama Pangkalan Kerinci

KPP Pratama Bangkinang

KPP Pratama Bangkinang

KPP Pratama Rengat

KPP Pratama Dumai

KPP Pratama Pangkalan Kerinci

Kanwil DJP Jakarta Pusat

Kota Banda Aceh

Kabupaten Bengkulu Utara

Kabupaten Lampung Tengah

Kabupaten Way Kanan

Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kota Metro

Kabupaten Mukomuko

Kabupaten Muaro Jambi

Kabupaten Batang Hari*

Kabupaten Tanah Datar

Kabupaten Merangin

Kota Padang

Kabupaten Belitung Timur*

Kabupaten Musi Banyuasin*

Kota Pangkalpinang

Kota Binjai*

Kabupaten Serdang Bedagai*

Kabupaten Asahan*

Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kabupaten Simalungun

Kota Pematang siantar

Kabupaten Batubara

Kota Sibolga

Kabupaten Rokan Hilir*

Kota Batam

Kabupaten Indragiri Hulu*

Kota Tanjungpinang

Kabupaten Siak*

Kabupaten Kampar

Kabupaten Rokan Hulu

Kabupaten Kuantan Singingi

Kota Dumai

Kabupaten Pelalawan

Provinsi DKI Jakarta

35.716.021.043

3.804.867.262

39.959.074.800

2.178.551.233

1.338.260.876

6.744.324.320

1.628.312.514

22.326.955.141

9.592.227.421

15.360.741.136

9.684.272.572

136.172.152.654

1.226.290.146

13.817.010.432

12.507.596.078

21.682.788.805

20.387.453.963

23.963.604.537

15.254.401.251

45.130.386.879

22.749.011.436

12.699.711.384

4.629.265.354

16.834.846.203

191.946.410.120

20.202.435.904

32.351.813.137

7.429.231.190

64.446.063.383

32.325.979.977

12.697.520.770

24.318.855.797

17.664.946.596

372.277.161.731

Page 472: FA LTKK 2012.indb

471

21

22

19 Jawa Timur II

20 Jawa Timur III

Bali

24 Kalimantan Timur

26 Sulawesi Selatan, barat, dan Tenggara

KPP Pratama Magelang Kota Magelang 7.478.570.173

KPP Pratama Magelang Kabupaten Magelang 114.128.691.537

KPP Pratama Purworejo Kabupaten Purworejo 8.448.990.556

KPP Pratama Karanganyar Kabupaten Karanganyar 36.408.877.069

KPP Pratama Boyolali Kabupaten Boyolali 23.806.764.695

KPP Pratama Kebumen Kabupaten Kebumen 19.003.351.139

KPP Pratama Mojokerto Kota Mojokerto* 7.166.908.494

KPP Pratama Mojokerto Kabupaten Mojokerto* 28.159.006.077

KPP Pratama Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro* 8.169.455.650

KPP Pratama Tuban Kabupaten Tuban* 7.044.897.344

KPP Pratama Ponorogo Kabupaten Ponorogo 1.303.491.510

KPP Pratama Jember

KPP Pratama Kediri

KPP Pratama Malang Utara

KPP Pratama Malang Selatan

KPP Pratama Pasuruan

KPP Pratama Pare

KPP Pratama Batu

KPP Pratama Probolinggo

KPP Pratama Banyuwangi

KPP Pratama Pasuruan

Kabupaten Jember*

Kota Kediri*

Kota Malang*

Kabupaten Pasuruan*

Kabupaten Kediri

Kota Batu

Kota Probolinggo

Kabupaten Banyuwangi

Kota Pasuruan

81.775.497.363

24.252.959.341

53.472.789.614

56.876.085.638

118.367.181.185

18.758.292.317

14.764.577.225

9.904.573.047

33.204.105.249

11.874.774.813

KPP Pratama Badung Selatan Kabupaten Badung 146.630.439.452

KPP Pratama Badung Utara 59.053.687.555

KPP Pratama Denpasar Barat Kota Denpasar 98.681.870.394

KPP Pratama Denpasar Timur 130.834.089.157

KPP Pratama Tabanan Kabupaten Jembrana 23.410.468.217

KPP Pratama Tabanan Kabupaten Tabanan 48.179.243.402

KPP Pratama Praya Kabupaten Lombok Barat 26.928.469.754

KPP Pratama Mataram Barat Kota Mataram 28.648.773.271

KPP Pratama Mataram Timur 15.566.170.042

Nusa Tenggara

23 Kalimantan Barat KPP Pratama Pontianak Kabupaten Kubu Raya* 31.650.349.644

KPP Pratama Tarakan Kota Tarakan 31.437.470.212

KPP Pratama Bontang Kota Bontang 22.741.276.034

KPP Pratama Tanjung Redeb Kabupaten Berau 14.358.029.274

KPP Pratama Tenggarong Kabupaten Kutai Barat 8.748.602.750

KPP Pratama Banjarmasin Kota Banjarmasin* 68.849.048.619

KPP Pratama Sampit Kabupaten Katingan 2.311.330.386

25 Kalimantan Selatan dan Tengah

KPP Pratama Bantaeng Kabupaten Gowa* 17.513.256.309

KPP Pratama Kolaka Kabupaten Kolaka* 12.656.073.202

KPP Pratama Makassar Selatan Kota Makassar 39.012.714.154

KPP Pratama Makassar Utara 69.483.177.388

KPP Pratama Makassar Barat 33.319.226.036

KANWIL DJPNo KABUPATEN/KOTAKPP PRATAMA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

NILAI PIUTANG cfm. LP3 PBB

Aceh

Sumatera Utara I

Kanwil DJP Jakarta Barat 664.914.508.311

Kanwil DJP Jakarta Selatan 1.299.263.829.726

Kanwil DJP Jakarta Timur 805.553.924.267

Kanwil DJP Jakarta Utara 702.066.277.317

Kanwil DJP Jakarta Barat

Kanwil DJP Jakarta Selatan

Kanwil DJP Jakarta Timur

KPP Pratama Jakarta Penjaringan

Bengkulu Lampung

Sumatera Barat dan Jambi

Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Utara II

Riau dan Kepulauan Riau

Kanwil DJP Jakarta Pusat

KPP Pratama Banda Aceh

KPP Pratama Arga Makmur

KPP Pratsama Metro

KPP Pratama Kotabumi

KPP Pratama Kotabumi

KPP Pratama Metro

KPP Pratama Arga Makmur

KPP Pratama Jambi

KPP Pratama Jambi

KPP Pratama Payakumbuh

KPP Pratama Bangko

KPP Pratama Padang

KPP Pratama Tanjung Pandan

KPP Pratama Sekayu

KPP Pratama Pangkal Pinang

KPP Pratama Binjai

KPP Pratama Tebing Tinggi

KPP Pratama Kisaran

KPP Pratama Rantau Prapat

KPP Pratama Pematang Siantar

KPP Pratama Pematang Siantar

KPP Pratama Kisaran

KPP Pratama Sibolga

KPP Pratama Dumai

KPP Pratama Batam

KPP Pratama Rengat

KPP Pratama Tanjungpinang

KPP Pratama Pangkalan Kerinci

KPP Pratama Bangkinang

KPP Pratama Bangkinang

KPP Pratama Rengat

KPP Pratama Dumai

KPP Pratama Pangkalan Kerinci

Kanwil DJP Jakarta Pusat

Kota Banda Aceh

Kabupaten Bengkulu Utara

Kabupaten Lampung Tengah

Kabupaten Way Kanan

Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kota Metro

Kabupaten Mukomuko

Kabupaten Muaro Jambi

Kabupaten Batang Hari*

Kabupaten Tanah Datar

Kabupaten Merangin

Kota Padang

Kabupaten Belitung Timur*

Kabupaten Musi Banyuasin*

Kota Pangkalpinang

Kota Binjai*

Kabupaten Serdang Bedagai*

Kabupaten Asahan*

Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kabupaten Simalungun

Kota Pematang siantar

Kabupaten Batubara

Kota Sibolga

Kabupaten Rokan Hilir*

Kota Batam

Kabupaten Indragiri Hulu*

Kota Tanjungpinang

Kabupaten Siak*

Kabupaten Kampar

Kabupaten Rokan Hulu

Kabupaten Kuantan Singingi

Kota Dumai

Kabupaten Pelalawan

Provinsi DKI Jakarta

35.716.021.043

3.804.867.262

39.959.074.800

2.178.551.233

1.338.260.876

6.744.324.320

1.628.312.514

22.326.955.141

9.592.227.421

15.360.741.136

9.684.272.572

136.172.152.654

1.226.290.146

13.817.010.432

12.507.596.078

21.682.788.805

20.387.453.963

23.963.604.537

15.254.401.251

45.130.386.879

22.749.011.436

12.699.711.384

4.629.265.354

16.834.846.203

191.946.410.120

20.202.435.904

32.351.813.137

7.429.231.190

64.446.063.383

32.325.979.977

12.697.520.770

24.318.855.797

17.664.946.596

372.277.161.731

Page 473: FA LTKK 2012.indb

472Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

5. Siaran Pers DJP Mengenai Putusan Mahkamah Agung Tentang Kasus Pajak Asian Agri

Dalam Siaran Pers Direktorat Jenderal Pajak tanggal 3 Januari 2013 menginformasikan mengenai putusan Mahkamah Agung yang mengabulkan permohonan kasasi Jaksa/ Penuntut Umum dengan Putusan MA Nomor 2239.K/PID.SUS/2012 tanggal 18 Desember 2012. Dalam petikan putusannya sesuai informasi dari siaran pers tersebut, MA menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap secara berlanjut. Dalam siaran pers juga informasikan bahwa kepada terdakwa dipidana dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan mensyaratkan dalam 1 (satu) tahun sebanyak 14 (empat belas) perusahaan yang tergabung dalam AAG yang pengisian SPT Tahunan diwakili oleh Terdakwa untuk membayar denda 2 (dua) kali pajak terutang dengan jumlah total sebesar Rp2.519.995.391.304,- (Dua triliun lima ratus sembilan belas miliar sembilan ratus sembilan puluh lima juta tiga ratus sembilan puluh satu ribu tiga ratus empat rupiah) secara tunai.

6. Pungutan Ekspor/Bea Keluara. Mutasi pungutan ekspor selama Tahun 2012 secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1). Piutang Pungutan EksporSaldo piutang pungutan ekspor per 31 Desember 2012 tidak mengalami perubahan dari posisi saldo per 31 Desember 2011.

2) Penyisihan Piutang Tak TertagihSesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor SE-18/BC/2011 tentang Pelaksanaan Penyisihan Piutang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kualitas piutang PE per 31 Desember 2012 dikategorikan sebagai piutang macet karena telah dilimpahkan penagihannya ke KPKNL .

3) Utang Kepada Pihak Ketiga (Utang Kelebihan Pembayaran Bea Keluar)Saldo utang kelebihan pembayaran bea keluar per 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebesar Rp1.233.795.102,00 dan Rp1.944.480.942,00 atau turun sebesar Rp710.685.840,00 karena adanya realisasi

AKUN Saldo Awal Saldo Akhir12/31/2011 Koreksi

Penambahan Reklasi!kasi Pembayaran(Realisasi Restitusi)

12/31/2012

ASET LANCAR

124.151.001.519

1.944.480.942 710.685.840 1.233.795.102

124.151.001.519 -

-

- -

- -

Piutang PE

ASET LAIN-LAIN

Piutang PE (DJKN)

KEWAJIBAN

UTANG KELEBIHANPEMBAYARAN BK

Mutasi

Siaran Pers Asian Agri

Pungutan Ekspor/Bea Keluar

27 Papua dan Maluku KPP Pratama Timika Kabupaten Mimika* 10.902.207.393

KPP Pratama Sorong Kabupaten Fak Fak 1.793.675.545

9.836.861.292.363JUMLAH

KANWIL DJPNo KABUPATEN/KOTAKPP PRATAMA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

NILAI PIUTANG cfm. LP3 PBB

Aceh

Sumatera Utara I

Kanwil DJP Jakarta Barat 664.914.508.311

Kanwil DJP Jakarta Selatan 1.299.263.829.726

Kanwil DJP Jakarta Timur 805.553.924.267

Kanwil DJP Jakarta Utara 702.066.277.317

Kanwil DJP Jakarta Barat

Kanwil DJP Jakarta Selatan

Kanwil DJP Jakarta Timur

KPP Pratama Jakarta Penjaringan

Bengkulu Lampung

Sumatera Barat dan Jambi

Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Utara II

Riau dan Kepulauan Riau

Kanwil DJP Jakarta Pusat

KPP Pratama Banda Aceh

KPP Pratama Arga Makmur

KPP Pratsama Metro

KPP Pratama Kotabumi

KPP Pratama Kotabumi

KPP Pratama Metro

KPP Pratama Arga Makmur

KPP Pratama Jambi

KPP Pratama Jambi

KPP Pratama Payakumbuh

KPP Pratama Bangko

KPP Pratama Padang

KPP Pratama Tanjung Pandan

KPP Pratama Sekayu

KPP Pratama Pangkal Pinang

KPP Pratama Binjai

KPP Pratama Tebing Tinggi

KPP Pratama Kisaran

KPP Pratama Rantau Prapat

KPP Pratama Pematang Siantar

KPP Pratama Pematang Siantar

KPP Pratama Kisaran

KPP Pratama Sibolga

KPP Pratama Dumai

KPP Pratama Batam

KPP Pratama Rengat

KPP Pratama Tanjungpinang

KPP Pratama Pangkalan Kerinci

KPP Pratama Bangkinang

KPP Pratama Bangkinang

KPP Pratama Rengat

KPP Pratama Dumai

KPP Pratama Pangkalan Kerinci

Kanwil DJP Jakarta Pusat

Kota Banda Aceh

Kabupaten Bengkulu Utara

Kabupaten Lampung Tengah

Kabupaten Way Kanan

Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kota Metro

Kabupaten Mukomuko

Kabupaten Muaro Jambi

Kabupaten Batang Hari*

Kabupaten Tanah Datar

Kabupaten Merangin

Kota Padang

Kabupaten Belitung Timur*

Kabupaten Musi Banyuasin*

Kota Pangkalpinang

Kota Binjai*

Kabupaten Serdang Bedagai*

Kabupaten Asahan*

Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kabupaten Simalungun

Kota Pematang siantar

Kabupaten Batubara

Kota Sibolga

Kabupaten Rokan Hilir*

Kota Batam

Kabupaten Indragiri Hulu*

Kota Tanjungpinang

Kabupaten Siak*

Kabupaten Kampar

Kabupaten Rokan Hulu

Kabupaten Kuantan Singingi

Kota Dumai

Kabupaten Pelalawan

Provinsi DKI Jakarta

35.716.021.043

3.804.867.262

39.959.074.800

2.178.551.233

1.338.260.876

6.744.324.320

1.628.312.514

22.326.955.141

9.592.227.421

15.360.741.136

9.684.272.572

136.172.152.654

1.226.290.146

13.817.010.432

12.507.596.078

21.682.788.805

20.387.453.963

23.963.604.537

15.254.401.251

45.130.386.879

22.749.011.436

12.699.711.384

4.629.265.354

16.834.846.203

191.946.410.120

20.202.435.904

32.351.813.137

7.429.231.190

64.446.063.383

32.325.979.977

12.697.520.770

24.318.855.797

17.664.946.596

372.277.161.731

Page 474: FA LTKK 2012.indb

473

pengembalian pada KPPBC Dumai yang terdiri atas:

Adapun rincian saldo Utang Kelebihan Pembayaran Bea Keluar per 31 Desember 2012 yaitu:

7. Pengelolaan Barang Hasil Tegahan, Sitaan/Rampasan, Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara, dan Barang yang Menjadi Milik Negara

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.04/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008, kriteria dari Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan Barang Yang Menjadi Milik Negara adalah sebagai berikut.1) Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai adalah:

a. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang berada di dalam area pelabuhan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penimbunannya;

b. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang berada di luar area pelabuhan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak penimbunannya;

c. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat yang telah dicabut izinnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pencabutan izin; atau Barang yang dikirim melalui Pos :1) yang ditolak oleh si alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat dikirim kembali kepada

pengirim di luar Daerah Pabean;2) dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena ditolak atau tidak dapat

disampaikan kepada alamat yang dituju dan tidak diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Pemberitahuan dari Kantor Pos.

2) Barang yang Dikuasai Negara adalah :a. Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau

diberitahukan secara tidak benar dalam Pemberitahuan Pabean;b. Barang dan/atau sarana pengangkut yang dicegah oleh Pejabat Bea dan Cukai;atau c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak

dikenal.3) Barang yang Menjadi Milik Negara adalah:

a. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai yang merupakan barang yang dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai yang merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor atau diimpor, yang tidak diselesaikan oleh pemiliknya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean;

No Satker Perusahaan (Eksportif) Persetujuan Pengembalian SP2D Nilai

KEP-63/KM.02/2008; 500209C tgl. 12/27/2012

500210C tgl. 12/27/2012

500211C tgl. 12/27/2012

58.238.104

KEP-72/KM.02/2008 266.565.176

PT Multimas Nabati Asahan KEP-78/KM.02/2008 385.882.560

JUMLAH 710.685.840

KPPBC Dumai

KPPBC Dumai

1

2

PT Intibenua Perkasatama

No Satker Perusahaan (Eksportif) Persetujuan Pengembalian Nilai

KPPBC Balikpapan PT Bayan Resources No.627 tgl 7/12/2009 939.519.412

KPPBC Balikpapan PT Gunung Bayan Pratama Coal No.659 tgl 16/12/2009 33.693.613

KPPBC Dumai

JUMLAH

PT Bukit Kapur Reksa KEP-82/KM.02/2008 116.000.280

KEP-53/KM.02/2008

1

2

3

144.581.797

1.233.795.102

Pengelolaan Barang Hasil Tegahan, Sitaan/

Rampasan, BDD, BDN dan BMN

Page 475: FA LTKK 2012.indb

474Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang dicegah oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal;

d. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal yang tidak diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean;

e. Barang yang Dikuasai Negara yang merupakan barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor;atau

f. Barang dan/atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan dirampas untuk negara.

Atas barang yang menjadi milik negara yang dinilai dan dicatat dalam laporan keuangan sebagai persediaan adalah barang yang telah memiliki status akan dilelang dan sudah mendapat keputusan dari Menteri Keuangan. Sedangkan barang yang berstatus dihibahkan, dimusnahkan dan barang yang belum ada peruntukannya hanya diungkapkan di Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai lampiran. Hal ini karena barang-barang tersebut berada dibawah pengawasan Kantor Bea dan Cukai, tetapi belum ada keputusan dari Menteri Keuangan tentang peruntukannya .

Berkenaan dengan penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari penjualan hasil sitaan/tegahan masih disajikan secara netto. Kebijakan tersebut diambil melalui surat Sekretaris DJBC ke Kementerian Keuangan nomor S-260/BC.1/2009 tanggal 12 Juni 2009, dan telah dijawab oleh Kepala Biro Hukum Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan dengan suratnya nomor S-684/SJ.3/2009, yang pada intinya menyatakan bahwa:

a. Untuk barang yang tidak dikuasai dan barang yang dikuasai negara, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB IV Pelelangan Permenkeu Nomor 13/PMK.04/2006 tentang Penyelesaian Terhadap Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan Barang Yang Menjadi Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008 yang mengatur bahwa :

1. Harga terendah untuk barang yang dinyatakan tidak dikuasai dan barang yang dikuasai negara yang akan dilelang paling sedikit, meliputi:a. Bea Masuk, Cukai, PPN, PPnBM dan PPh Ps 22;b. Sewa gudang TPS untuk paling lama 2 (dua) bulan;c. Sewa gudang di TPP;d. Biaya pencacahan dan penimbunan di Tempat Penimbunan Pabean.

2. Hasil pelelangan setelah dikurangi bea masuk, cukai, PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22, sewa gudang serta biaya-biaya yang dikeluarkan, sisanya disediakan untuk pemiliknya.

Apabila atas sisa hasil lelang barang tidak dikuasai dan atau barang dikuasai negara sampai dengan 90 hari sejak tanggal pelelangan tidak diambil oleh pemiliknya, maka atas hasil pelelangan tersebut disetor ke kas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak.

b Untuk barang yang menjadi milik negara, sesuai ketentuan yang diatur dalam pasal 53 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, ditetapkan bahwa hasil penjualan barang milik negara/daerah wajib disetor seluruhnya ke rekening kas umum negara/daerah sebagai penerimaan negara/daerah.

Merujuk rekomendasi dapat diungkapkan sebagai berikut : 1. Bahwa terhadap pendapatan hasil penjualan hasil lelang barang yang tidak dikuasai dan barang dikuasai

negara, dikecualikan dari azas bruto dalam pencatatan pendapatannya, karena terhadap barang tersebut masih melekat hak keuangan negara seperti pungutan pabean dan PDRI, dan utang pada pihak ketiga seperti sewa gudang, biaya lelang dsb, sehingga atas biaya biaya tersebut dikurangkan terlebih dahulu dari dari pendapatan penjualan hasil lelang (azas netto). Apabila atas sisa hasil lelang barang tidak dikuasai

Page 476: FA LTKK 2012.indb

475

dan atau barang dikuasai negara sampai dengan 90 hari sejak tanggal pelelangan tidak diambil oleh pemiliknya, maka atas hasil pelelangan tersebut disetor ke kas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak.

2. Pemberlakukan azas bruto dalam pelaksanaaan penjualan barang tegahan/barang milik negara, DJBC mengalami kendala–kendala antara lain:

a. Bahwa untuk pengalokasian biaya lelang harus menunggu tahun berikutnya, karena atas usulan RKAK/L harus dibuat pada awal tahun sebelumnya.

b. Kesulitan dalam memprediksikan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk biaya lelang, karena frekuensi dan jumlah barang yang akan dilelang dalam satu tahun anggaran sulit untuk diprediksikan.

c. Dengan mengalokasikan sebagian anggaran DJBC yang terbatas untuk biaya pelelangan, akan dapat mempengaruhi pembiayaan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi utama DJBC.

Saat ini atas pelaksanaaan penjualan barang tegahan/barang milik negara telah menggunakan azaz bruto sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.04/2011 tanggal 30 Maret 2011 Tentang Penyelesaian terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, Barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara, di mana dalam pasal 22 disebutkan sebagai berikut:

(1) Harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta Lelang yang telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat Lelang merupakan harga Lelang.

(2) Harga Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. harga BMN;b. sewa gudang di TPS untuk paling lama 2 (dua) bulan;c. sewa gudang di TPP;d. biaya pencacahan dan penimbunan di TPP; dane. biaya lain yang dipergunakan untuk keperluan Lelang BMN.

(3) Jumlah penerimaan negara yang berasal dari lelang BMN sesuai harga Lelang BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disetor seluruhnya ke kas negara.

(4) Hasil Lelang yang merupakan bagian dari harga Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, disediakan untuk yang berhak.

Sebagai petunjuk pelaksananaan penyetoran PNBP dimaksud telah dikeluarkan Surat Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor S-1388/BC/2011 tanggal 30 Desember 2011 hal Petunjuk Pelaksanaan Penyetoran PNBP Atas Hasil Lelang Barang Menjadi Milik Negara.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada PSAP 02 paragraf 24 dinyatakan bahwa dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan LRA bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.

Merujuk pada PSAP tersebut maka penerimaan hasil lelang barang tegahan/barang menjadi milik negara pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang disajikan secara netto termasuk yang dikecualikan dari ketentuan penyajian pendapatan berdasarkan azaz bruto.

Selama Tahun Anggaran 2011 terdapat realiasasi Pendapatan Penjualan hasil sitaan/rampasan (423114) senilai Rp21.114.479.434,00. Terdapat juga hasil pelelangan atas Barang Menjadi Negara yang disetorkan dengan akun yang salah, yaitu KPPBC Tipe Madya Pabean Belawan senilai Rp559.034.000,00 disetorkan dengan akun Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang berlebih/rusak/dihapuskan (423129) dan KPPBC Tipe Madya Pabean Soekarno Hatta senilai Rp266.940.000,00 disetorkan dengan akun Pendapatan Pabean Lainnya (412119). Berikut ini disajikan rincian data penerimaan hasil lelang per pelaksanan lelang.

Page 477: FA LTKK 2012.indb

476Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

8. Jaminan TunaiBerdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 259/PMK.04/2010 tentang Jaminan dalam rangka Kepabeanan, de! nisi jaminan dalam rangka kepabeanan adalah garansi pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan dan/atau pemenuhan kewajiban yang disyaratkan dalam peraturan kepabeanan yang diserahkan kepada Kantor Pabean.

Jaminan dalam rangka kepabeanan dapat berbentuk:a. Jaminan tunai;b. Jaminan bank;c. Jaminan dari perusahaan asuransi; ataud. Jaminan Indonesia Exim Bank;e. Jaminan perusahaan penjaminan;f. Jaminan perusahaan (corporate guarantee); ataug. Jaminan tertulis.

Jaminan dapat digunakan untuk:a. menjamin pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan:

1) atas impor yang diberikan penundaan pembayaran;2) atas pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan Jaminan;3) atas impor sementara;4) atas pengajuan keberatan;5) yang berdasarkan peraturan kepabeanan dipersyaratkan adanya Jaminan;

b. memenuhi kewajiban penyerahan Jaminan yang dipersyaratkan dalam peraturan kepabeanan.

Jumlah Jaminan yang diserahkan sebesar:a. pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan yang terutang; ataub. jumlah tertentu yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan penyerahan Jaminan.

Jangka waktu Jaminan yang diserahkan adalah selama jangka waktu:a. izin penundaan pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan;b. izin pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan Jaminan;c. pembebasan ditambah jangka waktu paling lama penelitian realisasi ekspor barang dengan

pembebasan impor tujuan ekspor;d. izin impor sementara ditambah jangka waktu paling lama realisasi ekspor;e. paling lama diputuskannya keberatan; atauf. yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan penyerahan Jaminan.

Nama Kantor Sewa TPPTanggal

PelaksanaanLelang

BeaLelangPenjual

Jasa PraLelang

BiayaPencacahan

HasilBersihLelang

Nilai Tercatatdi SAKPA

Hasil Terbentuk

(0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(2)-(3)-(4) (8)

KPPBC BELAWAN 4/28/2011 705.000.000 145.866.000 100.000 - - 559.034.000 559.034.000

KPPBC BANDAR LAMPUNG - - - - - - 22.755.000 22.755.000

KPPBC SOEKARNO HATTA 3/17/2011 307.100.000 40.060.000 100.000 - - 266.940.000 266.940.000

KPPBC SOEKARNO HATTA 7/27/2011 1.743.000.000 184.664.000 100.000 - - 1.558.236.000 1.558.236.000

KPPBC BOGOR 2/14/2011 78.967.000 61.646.000 - - - 17.321.000 17.321.000

KPPBC BOGOR 4/20/2011 1.610.985.000 252.766.608 - 240.660.000 - 1.358.218.392 1.117.558.392

KPPBC JUANDA 5/31/2011 585.165.000 125.283.000 100.000 105.329.700 14.629.125 459.782.000 459.782.000

KPPBC BANJARMASIN 12/7/2011 1.681.000.000 - 100.000 302.580.000 42.025.000 1.680.900.000 1.680.900.000

KPU BC TANJUNG PRIOK - - - - - - 16.257.927.042 16.257.927.042

6.006.217.000 664.419.608 400.000 648.569.700 56.654.125 21.622.079.434 21.381.419.434 JUMLAH

Jaminan Tunai

Page 478: FA LTKK 2012.indb

477

Jaminan tunai merupakan Jaminan berupa uang tunai yang diserahkan oleh Terjamin pada Kantor Pabean dan harus disimpan pada rekening khusus Jaminan Kantor Pabean. Dalam hal Jaminan tunai diserahkan untuk menjamin kegiatan kepabeanan oleh penumpang atau pelintas batas, Jaminan tunai dapat disimpan di Kantor Pabean. Penyerahan Jaminan tunai dapat dilakukan dengan cara:

a. menyerahkan uang tunai kepada bendahara penerimaan di Kantor Pabean; dan/ataub. menyerahkan bukti pengkreditan rekening khusus Jaminan Kantor Pabean kepada bendahara penerimaan

di Kantor Pabean.

Atas setiap uang tunai yang diterima, bendahara penerimaan di Kantor Pabean harus menyimpan ke rekening khusus Jaminan Kantor Pabean paling lama pada hari kerja berikutnya. Pembukaan rekening khusus Jaminan di Kantor Pabean dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan rekening milik kementerian negara/lembaga/kantor/satker. Penerimaan jasa giro perbankan dari rekening khusus Jaminan wajib disetorkan ke Kas Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Selain bertanggung jawab atas rekening Bendahara Penerimaan pada beberapa satker Bendahara Penerimaan juga bertanggung jawab atas rekening Jaminan Tunai. Jaminan tunai ini terkait dengan jaminan yang harus dipertaruhkan oleh importir apabila yang bersangkutan mengajukan keberatan atau banding atas penetapan DJBC. Atas uang jaminan ini tidak disajikan dalam neraca karena uang tersebut bukan hak negara. Adapun rincian jaminan tunai per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut.

Jaminan Tunai per 31 Desember 2012 pada DJBC

KODE KANWIL SATKER SATKER NILAI

002

002

002

003

003

005

005

006

006

007

007

008

008

008

008

009

009

010

010

010

010

012

012

013

013

014

014

014

015

015

015

016

017

018

KPPBC MEDAN

KPPBC TELUK NIBUNG

KPPBC BELAWAN

KPPBC DUMAI

KPPBC PEKANBARU

KPPBC JAMBI

KPPBC PALEMBANG

KPPBC MERAK

KPPBC SOEKARNO HATTA

KPPBC JAKARTA

KPPBC MARUNDA

KPPBC BANDUNG

KPPBC BOGOR

KPPBC PURWAKARTA

KPPBC BEKASI

KPPBC YOGYAKARTA

KPPBC TANJUNG MAS

KPPBC JUANDA

KPPBC GRESIK

KPPBC TANJUNG PERAK

KPPBC PASURUAN

KPPBC NGURAH RAI

KPPBC BENOA

KPPBC SINTETE

KPPBC PONTIANAK

KPPBC KOTABARU

KPPBC BALIKPAPAN

KPPBC SANGATA

KPPBC BITUNG

KPPBC MANADO

KPPBC MAKASSAR

KPPBC TERNATE

KPU BC TANJUNG PRIOK

KPU BC BATAM

59.612.000

8.000.000

24.058.787.548

3.215.000.000

56.165.476

500.000

208.695.250

59.000.000

23.750.313.957

1.395.720.339

887.786.918

244.364.193

2.842.876.593

3.515.962.764

7.487.938.988

15.588.000

985.623.416

819.741.000

24.599.734

9.866.988.687

183.454.200

542.453.074

55.990.000

10.602.772

31.210.000

100.000.000

967.996.246

11.040.000

70.000.000

10.500.000

177.875.906

21.180.000

38.232.512.474

595.902.749

120.513.982.283

410951

410976

411651

411033

411042

411130

411702

410713

532530

411611

447532

410707

410722

613281

636736

410810

411620

410832

410857

411636

526856

411384

561115

411560

411718

411240

411259

561288

411296

411300

411755

411378

447501

447517

JUMLAH

Page 479: FA LTKK 2012.indb

478Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

9. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)

1) Hibah pada DJPDana Hibah Indonesia: Technical Assistance to Indonesia Tax Administration Reform under the Support to Public Financial Management and Revenue Administration Multi Donor Trust Fund Grant No. TF 093998 Child Trust Fund-7 (CTF-7)

Dana Hibah Indonesia: Technical Assisstance to Indonesia Tax Administration Reform under the Support to Public Financial Management and Revenue Administration Multi Donor Trust Fund Grant No. 093998 Child Trust Fund-7 (PFM-MDTF CTF-7) merupakan program hibah yang digulirkan untuk tujuan reformasi administrasi perpajakan. Proyek yang didanai oleh hibah ini ditujukan untuk penyempurnaan sistem administrasi perpajakan guna mendukung PINTAR, peningkatan kapasitas manajemen proyek dan implementasi manajemen perubahan, pengembangan kapasitas intelijen dan penyidikan pajak, serta knowledge management.

ketiga). Grant Agreement ditanda tangani dan mulai berlaku efektif tanggal 22 April 2009. Closing date dari Trust Fund Grant No. 093998 adalah 31 Oktober 2012.

Dana ini digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan sebagai berikut:• Consultancy Services for Independent Bid Evaluation (IBE);

Jasa konsultansi Independent Bid Evaluation (IBE) bertujuan untuk memastikan bahwa proses pengadaan PINTAR sejalan dengan ketentuan yang berlaku (World Bank Procurement Guidelines). Konsultan IBE telah menyelesaikan evaluasi proposal Paket Core Tax dan evaluasi proposal teknis Paket Owner’s Agent.

• Change Management Consultancy Services to Support PINTAR;Jasa konsultansi Change Management bertujuan untuk memastikan bahwa setiap perubahan yang dilakukan oleh Project Implementation Unit (PIU) DJP dalam rangka mengimplementasikan PINTAR telah dilakukan berdasarkan pemahaman yang baik mengenai perlunya perubahan. Sehubungan dengan pembatalan pengadaan Paket Core Tax PINTAR, DJP mengajukan permohonan pembatalan kegiatan Change Management yang merupakan salah satu paket pendukung Core Tax. Permohonan pembatalan ini telah mendapatkan persetujuan dari World Bank.

KODE KANWIL SATKER SATKER NILAI

002

002

002

003

003

005

005

006

006

007

007

008

008

008

008

009

009

010

010

010

010

012

012

013

013

014

014

014

015

015

015

016

017

018

KPPBC MEDAN

KPPBC TELUK NIBUNG

KPPBC BELAWAN

KPPBC DUMAI

KPPBC PEKANBARU

KPPBC JAMBI

KPPBC PALEMBANG

KPPBC MERAK

KPPBC SOEKARNO HATTA

KPPBC JAKARTA

KPPBC MARUNDA

KPPBC BANDUNG

KPPBC BOGOR

KPPBC PURWAKARTA

KPPBC BEKASI

KPPBC YOGYAKARTA

KPPBC TANJUNG MAS

KPPBC JUANDA

KPPBC GRESIK

KPPBC TANJUNG PERAK

KPPBC PASURUAN

KPPBC NGURAH RAI

KPPBC BENOA

KPPBC SINTETE

KPPBC PONTIANAK

KPPBC KOTABARU

KPPBC BALIKPAPAN

KPPBC SANGATA

KPPBC BITUNG

KPPBC MANADO

KPPBC MAKASSAR

KPPBC TERNATE

KPU BC TANJUNG PRIOK

KPU BC BATAM

59.612.000

8.000.000

24.058.787.548

3.215.000.000

56.165.476

500.000

208.695.250

59.000.000

23.750.313.957

1.395.720.339

887.786.918

244.364.193

2.842.876.593

3.515.962.764

7.487.938.988

15.588.000

985.623.416

819.741.000

24.599.734

9.866.988.687

183.454.200

542.453.074

55.990.000

10.602.772

31.210.000

100.000.000

967.996.246

11.040.000

70.000.000

10.500.000

177.875.906

21.180.000

38.232.512.474

595.902.749

120.513.982.283

410951

410976

411651

411033

411042

411130

411702

410713

532530

411611

447532

410707

410722

613281

636736

410810

411620

410832

410857

411636

526856

411384

561115

411560

411718

411240

411259

561288

411296

411300

411755

411378

447501

447517

JUMLAH

KODE KANWIL SATKER SATKER NILAI

002

002

002

003

003

005

005

006

006

007

007

008

008

008

008

009

009

010

010

010

010

012

012

013

013

014

014

014

015

015

015

016

017

018

KPPBC MEDAN

KPPBC TELUK NIBUNG

KPPBC BELAWAN

KPPBC DUMAI

KPPBC PEKANBARU

KPPBC JAMBI

KPPBC PALEMBANG

KPPBC MERAK

KPPBC SOEKARNO HATTA

KPPBC JAKARTA

KPPBC MARUNDA

KPPBC BANDUNG

KPPBC BOGOR

KPPBC PURWAKARTA

KPPBC BEKASI

KPPBC YOGYAKARTA

KPPBC TANJUNG MAS

KPPBC JUANDA

KPPBC GRESIK

KPPBC TANJUNG PERAK

KPPBC PASURUAN

KPPBC NGURAH RAI

KPPBC BENOA

KPPBC SINTETE

KPPBC PONTIANAK

KPPBC KOTABARU

KPPBC BALIKPAPAN

KPPBC SANGATA

KPPBC BITUNG

KPPBC MANADO

KPPBC MAKASSAR

KPPBC TERNATE

KPU BC TANJUNG PRIOK

KPU BC BATAM

59.612.000

8.000.000

24.058.787.548

3.215.000.000

56.165.476

500.000

208.695.250

59.000.000

23.750.313.957

1.395.720.339

887.786.918

244.364.193

2.842.876.593

3.515.962.764

7.487.938.988

15.588.000

985.623.416

819.741.000

24.599.734

9.866.988.687

183.454.200

542.453.074

55.990.000

10.602.772

31.210.000

100.000.000

967.996.246

11.040.000

70.000.000

10.500.000

177.875.906

21.180.000

38.232.512.474

595.902.749

120.513.982.283

410951

410976

411651

411033

411042

411130

411702

410713

532530

411611

447532

410707

410722

613281

636736

410810

411620

410832

410857

411636

526856

411384

561115

411560

411718

411240

411259

561288

411296

411300

411755

411378

447501

447517

JUMLAH

Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)

Page 480: FA LTKK 2012.indb

479

• Consultancy Services for Criminal Investigations;Jasa konsultansi Criminal Investigation bertujuan untuk melakukan scoping atas pengembangan proses bisnis yang dilakukan di Direktorat Intelijen dan Penyidikan dengan berfokus pada optimalisasi struktur organisasi, peningkatan pada manajemen sumber daya manusia, dan mendukung kebutuhan teknologi investigasi. Hasil yang diharapkan berupa analisis organisasi, struktur dan alur kerja, proposal proses otomasi, penilaian kebutuhan pelatihan, public a!airs dan outreach analysis, serta legal assisstance review. DJP telah mengajukan permohonan pembatalan kegiatan Criminal Investigation karena tujuan yg ingin dicapai dalam proyek ini telah overlap dengan kegiatan-kegiatan di bidang intelijen dan penyidikan yang telah dilaksanakan DJP sejak tahun 2007. Permohonan pembatalan ini telah mendapatkan persetujuan dari World Bank.

• Knowledge Management Consultancy Services for The Development of Knowledge Management Strategy, Analysis, and Implementation Roadmap for DGT;Jasa konsultansi Knowledge Management dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas operasional. Hasil yang diharapkan dari jasa konsultansi ini adalah knowledge management strategy, organization impact document, knowledge management analysis document, implementation roadmap, dan estimasi biaya penerapan knowledge management system. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011.

• Procurement Assistance Services; Jasa Konsultansi Procurement Assistance Service bertujuan melakukan asistensi terhadap PIU, Panitia Pengadaan, dan Technical Team selama tahap persiapan kontrak sampai dengan penandatanganan kontrak. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011.

• Executive Program on Comparative Tax Policy and Administration;Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas dan memperdalam pemahaman mengenai desain dan implementasi sistem perpajakan dalam tataran internasional. Pelatihan diikuti oleh tiga peserta dari Direktorat Jenderal Pajak. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011.

• Duke University’s Program on Tax Policy Analysis and Revenue Forecasting;Tujuan program pelatihan ini adalah adalah untuk meningkatkan kapasitas tax policy analysis dan revenue forecasting bagi pegawai Direktorat Jenderal Pajak melalui pelatihan intensif selama empat minggu di Duke University, North Carolina, California, Amerika Serikat. Pelatihan diikuti oleh tiga peserta dari Direktorat Jenderal Pajak. Peserta pelatihan telah mengikuti program pada tanggal 24 Juni - 20 Juli 2012.

• Project and Programme Management, Monitoring, and Control (SETYM International Training Center);Program pelatihan Project and Programme Management, Monitoring, and Control bertujuan untuk memberikan pandangan global dan prosedur khusus dalam perencanaan, monitoring, dan proses kontrol dengan menekankan pada langkah-langkah penting yang harus dicapai serta penyiapan aspek-aspek pendukung pelaksanaan proyek. Kegiatan telah dilaksanakan di SETYM International Training Center, Montreal, Kanada dan diikuti oleh dua peserta dari Direktorat Jenderal Pajak. Peserta pelatihan telah mengikuti program sejak tanggal 2 Juli s.d. 20 Juli 2012.

• Project and Programme Impact Assessment (SETYM International Training Center);Program pelatihan Project and Programme Impact Assessment bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kerangka kerja dan proses evaluasi di dalam proyek serta menetapkan posisi penilaian dampak proyek. Kegiatan telah dilaksanakan di SETYM International Training Center, Montreal, Kanada dan diikuti oleh dua peserta dari Direktorat Jenderal Pajak. Peserta pelatihan telah mengikuti program sejak tanggal 20 Agustus s.d. 31 Agustus 2012.

Page 481: FA LTKK 2012.indb

480Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

2) Hibah Pada Ditjen Perimbangan KeuanganPada tahun 2012 Ditjen Perimbangan Keuangan menerima hibah langsung dari luar negeri berbentuk jasa atau technical assistance. Daftar hibah tersebut adalah:

a. Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD)Hibah diperoleh dari Australian Aid (AusAID) untuk mendukung program Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) dengan nomor register 71483301. Sesuai dengan Berita Acara Nomor BA-1/PK.1./2013, pada tahun 2012 AusAID menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai Rp7.588.645.230,00.

b. Desentalisastion as Contribution to Good Governance (GIZ-DeCGG)Hibah diperoleh dari Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) untuk mendukung program Decentalisastion as Contribution to Good Governance (GIZ-DeCGG) dengan nomor register 72234001. Sesuai dengan Berita Acara Nomor BA-9/PK.1./2013, pada tahun 2012 AusAID menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai Rp5.435.927.000,00.

3) Pinjaman dan Hibah Luar Negeri pada Badan Kebijakan FiskalDalam rangka membantu penyempurnaan manajemen keuangan Pemerintah Indonesia, Word Bank telah memberikan pinjaman dengan nomor PHLN LN/Cr 4762-IND dan 4026-IDA: Government Financial Management and Revenue administion Project (GFMRAP) sebesar USD1.661.730,32 setara dengan Rp15.121.745.912,00 (US$1 = Rp9.100).

Pinjaman tersebut berlaku efektif mulai tanggal 22 Maret 2005 dan mempunyai closing date tanggal 31 Desember 2013 serta telah mendapat register dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dengan nomor 10694001 dan 10695701.

Pada Tahun Anggaran 2012, BKF mempunyai pagu anggaran untuk kegiatan GFMRAP sebesar Rp1.436.745.000. Dari anggaran tersebut dapat direalisasikan sebesar Rp1.200.466.267 atau 83,55 persen, sehingga terdapat sisa pagu anggaran sebesar Rp236.278.733. Realisasi anggaran untuk kegiatan GFMRAP tersebut digunakan untuk membiayai beasiswa tugas belajar 7 pegawai BKF, dengan rincian :

• Program S2 = 3 orang di Jepang• Program S3 = 4 orang di Australia, Jerman dan Universitas Indonesia

Sampai dengan akhir tahun 2012, realisasi pinjaman GFMRAP adalah sebagai berikut :

Pinjaman Realisasi

15.121.745.912 Rp Total Rp 13.620.562.202

Tahun 2005 Rp -

Tahun 2006 Rp 2.264.060.478

Tahun 2007 Rp 3.238.201.236

Tahun 2008 Rp 1.848.740.727

Tahun 2009 Rp 1.880.579.127

Tahun 2010 Rp 1.278.808.438

Tahun 2011 Rp 1.909.705.929

Tahun 2012 Rp 1.200.466.267

Page 482: FA LTKK 2012.indb

481

Penerimaan Hibah Luar Negeri BKF : Hibah TA ADB 4872-INO (70712601)Dalam rangka membantu penyediaan infrastruktur di Indonesia, World Bank melalui Asian Development Bank berkomitmen untuk memberikan hibah kepada Pemerintah Indonesia dalam bentuk Technical Assistance dengan nomor PHLN 4872-INO : Enhancing Private Sector Participation in Infrastructure Provision.

Hibah tersebut berlaku efektif mulai tanggal 12 April 2007 dan mempunyai closing date tanggal 31 November 2011. Pihak ADB telah memperpanjang masa closing date sampai dengan tanggal 30 September 2012. Hibah dimaksud telah mendapat register dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dengan nomor 70712601.

Pada Tahun Anggaran 2012 pagu anggaran untuk Hibah Technical Assistance ADB 4872-INO sebesar Rp3.348.763.000,00 yang terdiri dari :1. Belanja Barang Operasional Lainnya sebesar Rp1.336.754.000,00.2. Belanja Jasa Konsultan sebesar Rp1.913.094.000,00.3. Belanja Modal Peralatan dan Mesin sebesar Rp98.915.000,00.

Dari anggaran tersebut tidak ada yang dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 dan 2012 dengan total pengeluaran sebesar US$258,654.82 baru mendapat pengesahan dari negara donor pada tanggal 18 Desember 2012. Sedangkan batas akhir pengajuan SP3HL-BJS ke Direktorat EAS DJPU adalah tanggal 18 Desember 2012.

Adapun kegiatan yang telah mendapat pengesahan dari negara donor tersebut adalah :1. Training/Workshop dengan jumlah pengesahan sebesar RpUS$143,259.74.2. Jasa Konsultan dengan jumlah pengesahan sebesar US$115,395.08.

Sampai dengan akhir tahun 2012, realisasi hibah Technical Assistance ADB 4872-INO adalah sebagai berikut :

4). Bantuan Tenaga Ahli Luar Negeri pada Bapepam-LK

Mata Uang Rupiah USD

Total Hibah 13.517.560.000 1.469.300,00

Total Realisasi 8.874.708.013 931.111,69

2007 - -

2008 - -

2009 3.731.850.491 373.185,05

2010 3.305.916.857 359.338,79

2011 1.836.940.665 198.587,85

2012 - -

Sisa Hibah 4.642.851.987 538.188,31

Page 483: FA LTKK 2012.indb

482Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Pada tahun anggaran 2012, Bapepam-LK menerima bantuan dari luar negeri berupa tenaga ahli dengan rincian sebagai berikut :

Bantuan dari luar negeri berupa tenaga ahli tersebut diatas tidak masuk dalam DIPA Bapepam-LK.

Negara Asing/Donor Jenis Bantuan Proyek Periode KonsultanNo.

The Government overseas aid program (AusAID)

1

2

3

Asian Development Bank (ADB)*

Technical Assistance of AIPEG Australian Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG)

- Gavin Forte

TA 7466-INO:Strengthening Indonesia’s Capital Market

United States Agency for International Development (USAID)

Technical Assistance Support for Economic Analysis and Development in Indonesia (SEADI)

16 Mar 2011- 31 Agt 2014

James R Hambric

2011 – 2013 Fariz RabidinTechnical Assistance

5) Hibah pada Ditjen AnggaranRealisasi Hibah Luar Negeri pada Direktorat Jenderal Anggaran sebesar Rp1.520.110.451,00 dipergunakan untuk :1. Workshop Penerapan KPJM dan Penganggaran Berbasis Kinerja2. Study Visit ke Luar Negeri3. Jasa Konsultan

10. Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Pasca disahkannya UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 22 November 2011 (UU Nomor 21 Tahun 201 tentang OJK), Bank Indonesia (BI) dan Bapepam-LK mulai berkoordinasi untuk membangun OJK. OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Adapun sasaran akhirnya adalah agar krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu tidak terulang kembali.

Berdasarkan Bab XIII Ketentuan Peralihan Pasal 55 UU tersebut di atas, sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. Sementara itu, sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka per 31 Desember telah diterbitkan Laporan Penutup Bapepam-LK untuk selanjutnya akan dilakukan proses likuidasi dan diakhiri dengan penerbitan Laporan Likuidasi Bapepam-LK.

11. Hal-hal terkait Konsolidasi

Berkaitan dengan konsolidasi Laporan Keuangan seluruh UAPPA-E1 TA 2012 menjadi Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2012 (Audited), terdapat kebijakan akuntansi yang mempengaruhi penyajian laporan keuangan pada nilai pos-pos tertentu. Adapun kebijakan akuntansi dilakukan melalui jurnal penyesuaian konsolidasi.Koreksi reklasi! kasi transaksi internal Kementerian Keuangan berupa Aset Tetap Renovasi ke akun Gedung dan Bangunan dirinci sebagai berikut:

Pembentukan OJK

Hal-hal terkait Konsolidasi

Page 484: FA LTKK 2012.indb

483

E. PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYA

Eselon 1 Koreksi Reklasi!kasi ATR ke Gedung dan BangunanNo.

01

02

03

04

06

07

08

09

11

21.252.829.142

(1.405.688.299)

(5.698.431.056)

1.907.638.259

(12.900.832.453)

23.441.964

(619.442.000)

(818.273.900)

(1.741.241.657)

0

SETJEN

ITJEN

DJA

DJP

DJPK

DJPU

DJPB

DJKN

BPPK

Jumlah

E.1. Temuan dan Tindak Lanjut Temuan BPK

Daftar temuan dan tindak lanjut temuan BPK RI terlampir.

E.2. Rekening Pemerintah

Jumlah rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan yang terdata sampai dengan 31 Desember 2012 adalah 5.663 rekening dengan rincian 5.646 rekening senilai Rp15.663.404.471.424,60 dan 9 rekening senilai US$1.210.960,25. Perkembangan rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan dapat dilihat pada Tabel 148 berikut.

Pengelompokan RekeningRek. Rek. Rek.Rupiah Rupiah

per 30 Juni 2011 per 31 Desember 2011No.

Rek. Dolar Dolar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

Rek. Bend. Penerimaan

Rek. Bend. Pengeluaran

Rek. Penampungan Dana Dukungan Pelayanan Khusus yang Bersifat Permanen (Diusulkan menjadi BLU)

Rek. Penampungan Dana Jaminan Pihak Ketiga

Rek. Penampungan Dana Titipan

Rek. Penampungan Hibah dan Kerjasama Terikat

Rek. Penerimaan Non DIPA

Rek. Aktif Lainnya

Ditutup setor ke Kas Negara

Ditutup setor ke Non Kas Negara

Ditutup digabung ke rekening pemerintah lainnya

Ditutup setor ke Kas Negara dan Non Kas Negara

Penutupan yang belum/tidak dilaksanakan

Tidak jelas identitas pemilik rekening

Pembahasan deadlock (dokumen/informasi tidak lengkap)

15

1.125

92

46

1

-

-

4.367

5.646

11

0

0

0

11

0

0

0

0

5.657

52.871.748.211,78

176.534.281.454,56

14.454.542.833.412,70

155.985.725.409,14

154.505.800,00

-

-

823.315.377.136,45

15.663.404.471.424,60

0,00

0,00

0,00

0,00

0

0,00

0

0

0,00

15.663.404.471.424,60

1

-

1

-

-

2

-

5

9

0

0

0

0

0

9

1.966,94

-

200.266,24

-

-

0,23

-

1.008.726,84

1.210.960,25

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1.210.960,25

10

1.138

3

52

1

0

0

2.590

3.794

1.914

313

191

4

2.422

178

0

0

178

6.394

7.146.701.582,88

3.768.524.541,50

17.447.292.532,00

164.678.166.841,73

707.275.349,00

0,00

0,00

718.376.790.669,38

912.124.751.516,49

391.755.263.543,13

18.746.180.248,11

1.944.156.528,16

2.190,29

412.445.602.509,69

31.112.535.666,76

0

0

31.112.535.666,76

1.355.682.889.692,94

0

0

1

0

0

2

0,00

5

8

2

0

0

0

2

10

0,00

0,00

200.266,24

0,00

0,00

0,00

0,00

1.003.858,10

1.204.124,34

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1.204.124,34Total

I. Dipertahankan

Sub Total

II. Ditutup

Sub Total

Sub Total

Tabel 148Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam rupiah)

Page 485: FA LTKK 2012.indb

484Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Pengelompokan RekeningRek. Rek. Rek.Rupiah Rupiah

per 30 Juni 2011 per 31 Desember 2011No.

Rek. Dolar Dolar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

Rek. Bend. Penerimaan

Rek. Bend. Pengeluaran

Rek. Penampungan Dana Dukungan Pelayanan Khusus yang Bersifat Permanen (Diusulkan menjadi BLU)

Rek. Penampungan Dana Jaminan Pihak Ketiga

Rek. Penampungan Dana Titipan

Rek. Penampungan Hibah dan Kerjasama Terikat

Rek. Penerimaan Non DIPA

Rek. Aktif Lainnya

Ditutup setor ke Kas Negara

Ditutup setor ke Non Kas Negara

Ditutup digabung ke rekening pemerintah lainnya

Ditutup setor ke Kas Negara dan Non Kas Negara

Penutupan yang belum/tidak dilaksanakan

Tidak jelas identitas pemilik rekening

Pembahasan deadlock (dokumen/informasi tidak lengkap)

15

1.125

92

46

1

-

-

4.367

5.646

11

0

0

0

11

0

0

0

0

5.657

52.871.748.211,78

176.534.281.454,56

14.454.542.833.412,70

155.985.725.409,14

154.505.800,00

-

-

823.315.377.136,45

15.663.404.471.424,60

0,00

0,00

0,00

0,00

0

0,00

0

0

0,00

15.663.404.471.424,60

1

-

1

-

-

2

-

5

9

0

0

0

0

0

9

1.966,94

-

200.266,24

-

-

0,23

-

1.008.726,84

1.210.960,25

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1.210.960,25

10

1.138

3

52

1

0

0

2.590

3.794

1.914

313

191

4

2.422

178

0

0

178

6.394

7.146.701.582,88

3.768.524.541,50

17.447.292.532,00

164.678.166.841,73

707.275.349,00

0,00

0,00

718.376.790.669,38

912.124.751.516,49

391.755.263.543,13

18.746.180.248,11

1.944.156.528,16

2.190,29

412.445.602.509,69

31.112.535.666,76

0

0

31.112.535.666,76

1.355.682.889.692,94

0

0

1

0

0

2

0,00

5

8

2

0

0

0

2

10

0,00

0,00

200.266,24

0,00

0,00

0,00

0,00

1.003.858,10

1.204.124,34

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1.204.124,34Total

I. Dipertahankan

Sub Total

II. Ditutup

Sub Total

Sub Total

Pengelompokan RekeningRek. Rek. Rek.Rupiah Rupiah

per 30 Juni 2011 per 31 Desember 2011No.

Rek. Dolar Dolar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

Rek. Bend. Penerimaan

Rek. Bend. Pengeluaran

Rek. Penampungan Dana Dukungan Pelayanan Khusus yang Bersifat Permanen (Diusulkan menjadi BLU)

Rek. Penampungan Dana Jaminan Pihak Ketiga

Rek. Penampungan Dana Titipan

Rek. Penampungan Hibah dan Kerjasama Terikat

Rek. Penerimaan Non DIPA

Rek. Aktif Lainnya

Ditutup setor ke Kas Negara

Ditutup setor ke Non Kas Negara

Ditutup digabung ke rekening pemerintah lainnya

Ditutup setor ke Kas Negara dan Non Kas Negara

Penutupan yang belum/tidak dilaksanakan

Tidak jelas identitas pemilik rekening

Pembahasan deadlock (dokumen/informasi tidak lengkap)

15

1.125

92

46

1

-

-

4.367

5.646

11

0

0

0

11

0

0

0

0

5.657

52.871.748.211,78

176.534.281.454,56

14.454.542.833.412,70

155.985.725.409,14

154.505.800,00

-

-

823.315.377.136,45

15.663.404.471.424,60

0,00

0,00

0,00

0,00

0

0,00

0

0

0,00

15.663.404.471.424,60

1

-

1

-

-

2

-

5

9

0

0

0

0

0

9

1.966,94

-

200.266,24

-

-

0,23

-

1.008.726,84

1.210.960,25

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1.210.960,25

10

1.138

3

52

1

0

0

2.590

3.794

1.914

313

191

4

2.422

178

0

0

178

6.394

7.146.701.582,88

3.768.524.541,50

17.447.292.532,00

164.678.166.841,73

707.275.349,00

0,00

0,00

718.376.790.669,38

912.124.751.516,49

391.755.263.543,13

18.746.180.248,11

1.944.156.528,16

2.190,29

412.445.602.509,69

31.112.535.666,76

0

0

31.112.535.666,76

1.355.682.889.692,94

0

0

1

0

0

2

0,00

5

8

2

0

0

0

2

10

0,00

0,00

200.266,24

0,00

0,00

0,00

0,00

1.003.858,10

1.204.124,34

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1.204.124,34Total

I. Dipertahankan

Sub Total

II. Ditutup

Sub Total

Sub Total

Rincian mutasi rekening Kementerian Keuangan disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2012.

Daftar rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan terlampir.

E.3. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual

Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul. Informasi pendapatan dan belanja secara akrual tingkat pemerintah pusat merupakan suplemen yang dilampirkan pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahunan, secara berjenjang dari mulai UAKPA sampai dengan UAPA, dimulai dari Laporan Keuangan Tahunan TA 2009.

Transaksi pendapatan secara akrual terdiri dari:1. Pendapatan yang masih harus diterima (disajikan sebagai penambah pada informasi pendapatan

secara akrual dan sebagai piutang di neraca); dan/atau2. Pendapatan diterima dimuka (disajikan sebagai pengurang pada informasi pendapatan secara akrual

dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca).

Sedangkan transaksi belanja secara akrual terdiri dari:1. Belanja yang masih harus dibayar (disajikan sebagai penambah pada informasi belanja secara akrual

dan sebagai kewajiban jangka pendek di neraca); dan/atau2. Belanja dibayar dimuka (disajikan sebagai pengurang pada informasi belanja secara akrual dan sebagai

piutang pada neraca).

Pendapatan dan belanja secara akrual tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 149 berikut.

Tabel 149Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Pendapatan/ BelanjaTambah Kurang

Realisasi Menurut Basis Kas

(Rp)

Penyesuaian Akrual (Rp) Realisasi Menurut

Basis Akrual (Rp)

A. Pendapatan Negara dan Hibah

I. Penerimaan Perpajakan

1.Pajak Dalam Negeri

2. Pajak Perdagangan Internasional

II. Penerimaan Negara Bukan Pajak

1. Penerimaan Sumber Daya Alam

2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

3. Pendapatan PNBP Lainnya

4. Pendapatan Badan Layanan Umum

III. Penerimaan Hibah *)

Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah

B. Belanja Negara

I. Belanja Pemerintah Pusat

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang

3. Belanja Modal

4. Pembayaran Bunga Utang

5. Belanja Hibah *)

6. Subsidi

7. Bantuan Sosial

8. Belanja Lain - lain

II. Transfer ke Daerah

1. Dana Perimbangan

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

a. Dana otonomi Khusus

b. Dana penyesuaian

Jumlah Belanja Negara

980.470.822.097.887

930.855.230.106.189

49.615.591.991.698

2.359.109.958.283

0

0

856.424.264.729

1.502.685.693.554

982.829.932.056.170

16.325.448.043.171

7.976.346.217.823

6.097.847.421.003

1.635.619.657.094

615.634.747.251

16.325.448.043.171

30.544.400.996.580

30.217.492.161.366

326.908.835.214

38.596.693.795

34.607.349.343

3.989.344.452

30.582.997.690.375

30.396.627.665

2.467.738.168

15.175.713.297

37.918.833

12.715.257.368

30.396.627.665

22.732.742.890.834

22.446.689.845.706

286.053.045.128

45.928.145.293

0

0

41.783.695.293

4.144.450.000

22.778.671.036.127

21.156.596.009

2.030.701.642

18.639.071.147

486.823.220

0

21.156.596.009

988.282.480.203.632

938.626.032.421.848

49.656.447.781.784

2.351.778.506.785

0

0

849.247.918.779

1.502.530.588.006

990.634.258.710.417

16.334.688.074.827

7.976.783.254.349

6.094.384.063.153

1.635.170.752.707

628.350.004.619

16.334.688.074.827

Page 486: FA LTKK 2012.indb

485

Pendapatan/ BelanjaTambah Kurang

Realisasi Menurut Basis Kas

(Rp)

Penyesuaian Akrual (Rp) Realisasi Menurut

Basis Akrual (Rp)

A. Pendapatan Negara dan Hibah

I. Penerimaan Perpajakan

1.Pajak Dalam Negeri

2. Pajak Perdagangan Internasional

II. Penerimaan Negara Bukan Pajak

1. Penerimaan Sumber Daya Alam

2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

3. Pendapatan PNBP Lainnya

4. Pendapatan Badan Layanan Umum

III. Penerimaan Hibah *)

Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah

B. Belanja Negara

I. Belanja Pemerintah Pusat

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang

3. Belanja Modal

4. Pembayaran Bunga Utang

5. Belanja Hibah *)

6. Subsidi

7. Bantuan Sosial

8. Belanja Lain - lain

II. Transfer ke Daerah

1. Dana Perimbangan

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

a. Dana otonomi Khusus

b. Dana penyesuaian

Jumlah Belanja Negara

980.470.822.097.887

930.855.230.106.189

49.615.591.991.698

2.359.109.958.283

0

0

856.424.264.729

1.502.685.693.554

982.829.932.056.170

16.325.448.043.171

7.976.346.217.823

6.097.847.421.003

1.635.619.657.094

615.634.747.251

16.325.448.043.171

30.544.400.996.580

30.217.492.161.366

326.908.835.214

38.596.693.795

34.607.349.343

3.989.344.452

30.582.997.690.375

30.396.627.665

2.467.738.168

15.175.713.297

37.918.833

12.715.257.368

30.396.627.665

22.732.742.890.834

22.446.689.845.706

286.053.045.128

45.928.145.293

0

0

41.783.695.293

4.144.450.000

22.778.671.036.127

21.156.596.009

2.030.701.642

18.639.071.147

486.823.220

0

21.156.596.009

988.282.480.203.632

938.626.032.421.848

49.656.447.781.784

2.351.778.506.785

0

0

849.247.918.779

1.502.530.588.006

990.634.258.710.417

16.334.688.074.827

7.976.783.254.349

6.094.384.063.153

1.635.170.752.707

628.350.004.619

16.334.688.074.827

Pendapatan/ BelanjaTambah Kurang

Realisasi Menurut Basis Kas

(Rp)

Penyesuaian Akrual (Rp) Realisasi Menurut

Basis Akrual (Rp)

A. Pendapatan Negara dan Hibah

I. Penerimaan Perpajakan

1.Pajak Dalam Negeri

2. Pajak Perdagangan Internasional

II. Penerimaan Negara Bukan Pajak

1. Penerimaan Sumber Daya Alam

2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

3. Pendapatan PNBP Lainnya

4. Pendapatan Badan Layanan Umum

III. Penerimaan Hibah *)

Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah

B. Belanja Negara

I. Belanja Pemerintah Pusat

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang

3. Belanja Modal

4. Pembayaran Bunga Utang

5. Belanja Hibah *)

6. Subsidi

7. Bantuan Sosial

8. Belanja Lain - lain

II. Transfer ke Daerah

1. Dana Perimbangan

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

a. Dana otonomi Khusus

b. Dana penyesuaian

Jumlah Belanja Negara

980.470.822.097.887

930.855.230.106.189

49.615.591.991.698

2.359.109.958.283

0

0

856.424.264.729

1.502.685.693.554

982.829.932.056.170

16.325.448.043.171

7.976.346.217.823

6.097.847.421.003

1.635.619.657.094

615.634.747.251

16.325.448.043.171

30.544.400.996.580

30.217.492.161.366

326.908.835.214

38.596.693.795

34.607.349.343

3.989.344.452

30.582.997.690.375

30.396.627.665

2.467.738.168

15.175.713.297

37.918.833

12.715.257.368

30.396.627.665

22.732.742.890.834

22.446.689.845.706

286.053.045.128

45.928.145.293

0

0

41.783.695.293

4.144.450.000

22.778.671.036.127

21.156.596.009

2.030.701.642

18.639.071.147

486.823.220

0

21.156.596.009

988.282.480.203.632

938.626.032.421.848

49.656.447.781.784

2.351.778.506.785

0

0

849.247.918.779

1.502.530.588.006

990.634.258.710.417

16.334.688.074.827

7.976.783.254.349

6.094.384.063.153

1.635.170.752.707

628.350.004.619

16.334.688.074.827Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Realisasi pendapatan Tahun Anggaran 2012 menurut basis kas adalah sebesar Rp982.829.932.056.170,00

terdapat penyesuaian akrual tambah sebesar Rp30.582.997.690.375,00 dan penyesuaian akrual kurang sebesar Rp22.778.671.036.127,00. Berdasarkan mutasi penyesuaian tersebut maka realisasi pendapatan TA 2012 secara akrual adalah sebesar Rp990.634.258.710.417,00.

2. Realisasi belanja Tahun Anggaran 2012 menurut basis kas adalah sebesar Rp16.325.448.043.171,00 terdapat penyesuaian akrual tambah sebesar Rp30.396.627.665,00 dan penyesuaian akrual kurang sebesar Rp21.156.596.009,00. Berdasarkan mutasi penyesuaian tersebut maka realisasi belanja TA 2012 secara akrual adalah sebesar Rp16.334.688.074.827,00. Daftar Informasi pendapatan dan belanja secara akrual terlampir.

Page 487: FA LTKK 2012.indb

486Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

E.4. Barang Tegahan

Daftar Barang Tegahan DJBC lingkup Kementerian Keuangan terlampir.

E.5. Barang Sitaan

Daftar Barang Sitaan DJP lingkup Kementerian Keuangan terlampir

E.6. Rekapitulasi Piutang Negara Instansi Pemerintah/Lembaga Negara yang aktif diurus oleh PUPN/DJKN

Jumlah Piutang Negara yang diserahkan oleh Instansi Pemerintah/Lembaga Negara kepada DJKN per 31 Desember 2012 sebesar Rp41.849 miliar.

Jumlah tersebut terdiri dari:1. Piutang yang diserahkan oleh Instansi Pemerintah Rp41.848 miliar2. Piutang yang diserahkan oleh Lembaga Negara

(semua lembaga Negara selain kementerian) Rp 1,11 miliar

Rekapitulasi Piutang Negara dapat dilihat pada tabel 150 berikut.

NO URAIAN

BKPN BKPN BKPNNILAI NILAI NILAI

INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA NEGARA JUMLAH

1 Saldo Awal (1 Januari 2012)

2 Mutasi Tambah

Jumlah

3 Mutasi Kurang

4 Saldo Akhir (31 Desember 2012)

23.141

3.013

26.154

2.872

23.282

38.091.744,04

4.337.292,47

42.429.036,51

581.067,54

41.847.968,97

20

7

27

0

27

1.027,45

82,87

1.110,32

1,08

1.109,24

23.161

3.020

26.181

2.872

23.309

38.092.771,49

4.337.375,34

42.430.146,83

581.068,62

41.849.078,21

PIUTANG NEGARA

Tabel 150Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2012

Saldo awal Piutang Negara merupakan Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara (SP3N) yang belum selesai per 1 Januari 2012 sebanyak 23.161 Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN) senilai Rp38.093 miliar . Mutasi tambah berasal dari SP3N selama tahun 2012 sebanyak 3.020 BKPN senilai Rp4.337 miliar, sedangkan mutasi kurang berasal dari Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas (SPPNL), Piutang Sementara Belum dapat Ditagih (PSBDT), Surat Pernyataan Piutang Negara Selesai (SPPNS), Surat Pengembalian,Pembayaran, dan Koreksi sebanyak 2.872 BKPN senilai Rp581 miliar. Sehingga saldo akhir piutang Negara 31 Desember 2012 adalah sebanyak 23.309 BKPN senilai Rp41.849 miliar.

E.7. Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2012

Jumlah Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2012 sebanyak 10.115 senilai Rp1.847 miliar.

Page 488: FA LTKK 2012.indb

487

Jumlah tersebut terdiri dari:1. Barang Bergerak sebanyak 4.0172. Barang Tidak Bergerak sebanyak 6.098

Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan dapat dilihat pada tabel 151 berikut.

NO KPKNLBarang

Bergerak

Barang Tidak

bergerak

Jml Barang

Jaminan Nilai Barang Jaminan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

KPKNL Banda Aceh

KPKNL Lhokseumawe

KPKNL Medan

KPKNL P. Siantar

KPKNL Kisaran

KPKNL Padang

KPKNL Pekanbaru

KPKNL Jambi

KPKNL Palembang

KPKNL B. Lampung

KPKNL Metro

KPKNL Serang

KPKNL Tangerang

KPKNL Serpong

KPKNL Jakarta I

KPKNL Jakarta II

KPKNL Jakarta III

KPKNL Jakarta IV

KPKNL Jakarta V

KPKNL Bandung

KPKNL Bekasi

KPKNL Bogor

KPKNL Purwakarta

KPKNL Tasikmalaya

KPKNL Cirebon

KPKNL Semarang

KPKNL Surakarta

KPKNL Pekalongan

KPKNL Tegal

KPKNL Yogyakarta

KPKNL Surabaya

KPKNL Sidoarjo

KPKNL Malang

KPKNL Jember

KPKNL Pamekasan

82

225

373

44

61

14

47

14

9

24

3

-

32

191

24

43

24

54

734

330

13

266

43

-

2

11

6

-

-

-

-

1

-

163

7

28

15

3

28

212

137

47

52

2

60

-

-

-

-

33

174

47

9

821

1.178

67

91

56

206

981

156

14

41

39

7

20

207

59

11

2

3

140

72

62

11

1

110

437

510

91

113

16

107

14

42

198

50

9

853

1369

91

134

80

260

1715

486

27

307

82

7

22

218

65

11

3

3

303

79

90

26

4

64.272.250.000

1.175.010.000

400.000.000

290.741.128

899.366.394

308.400.000

51.500.000

1.310.000.000

101.000.000

322.839.600

41.366.349.191

463.775.120.000

349.212.672.725

38.798.512.562

5.470.677.750

832.848.815.749

5.799.061.000

882.381.000

2.106.326.529

750.075.580

219.993.000

400.000.000

95.700.000

545.000.000

16.320.000

7.758.000.000

593.608.239

525.000.000

90.940.000

Tabel 151Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2012

Page 489: FA LTKK 2012.indb

488Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

KPKNL Madiun

KPKNL Pontianak

KPKNL Singkawang

KPKNL Banjarmasin

KPKNL Balikpapan

KPKNL Samarinda

KPKNL Tarakan

KPKNL Denpasar

KPKNL Singaraja

KPKNL Mataram

KPKNL Kupang

KPKNL Makassar

KPKNL ParePare

KPKNL Palopo

KPKNL Kendari

KPKNL Manado

KPKNL Gorontalo

KPKNL Ambon

Jumlah

1

3

6

2

4

6

-

23

11

52

1

200

54

22

-

746

-

-

4.017

3

1

22

46

-

-

-

-

-

-

-

-

1

9

15

18

23

5

270

9

36

2

561

29

2

6.098

4

4

28

48

4

7

9

38

29

75

6

470

63

58

2

1307

29

2

10.115

302.600.000

232.000.000

490.000.000

1.489.281.000

888.436.000

16.109.749.200

1.358.844.600

4.637.327.445

3.221.000

1.038.900.000

80.000.000

1.847.016.019.692

NO KPKNLBarang

Bergerak

Barang Tidak

bergerak

Jml Barang

Jaminan Nilai Barang Jaminan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

KPKNL Banda Aceh

KPKNL Lhokseumawe

KPKNL Medan

KPKNL P. Siantar

KPKNL Kisaran

KPKNL Padang

KPKNL Pekanbaru

KPKNL Jambi

KPKNL Palembang

KPKNL B. Lampung

KPKNL Metro

KPKNL Serang

KPKNL Tangerang

KPKNL Serpong

KPKNL Jakarta I

KPKNL Jakarta II

KPKNL Jakarta III

KPKNL Jakarta IV

KPKNL Jakarta V

KPKNL Bandung

KPKNL Bekasi

KPKNL Bogor

KPKNL Purwakarta

KPKNL Tasikmalaya

KPKNL Cirebon

KPKNL Semarang

KPKNL Surakarta

KPKNL Pekalongan

KPKNL Tegal

KPKNL Yogyakarta

KPKNL Surabaya

KPKNL Sidoarjo

KPKNL Malang

KPKNL Jember

KPKNL Pamekasan

82

225

373

44

61

14

47

14

9

24

3

-

32

191

24

43

24

54

734

330

13

266

43

-

2

11

6

-

-

-

-

1

-

163

7

28

15

3

28

212

137

47

52

2

60

-

-

-

-

33

174

47

9

821

1.178

67

91

56

206

981

156

14

41

39

7

20

207

59

11

2

3

140

72

62

11

1

110

437

510

91

113

16

107

14

42

198

50

9

853

1369

91

134

80

260

1715

486

27

307

82

7

22

218

65

11

3

3

303

79

90

26

4

64.272.250.000

1.175.010.000

400.000.000

290.741.128

899.366.394

308.400.000

51.500.000

1.310.000.000

101.000.000

322.839.600

41.366.349.191

463.775.120.000

349.212.672.725

38.798.512.562

5.470.677.750

832.848.815.749

5.799.061.000

882.381.000

2.106.326.529

750.075.580

219.993.000

400.000.000

95.700.000

545.000.000

16.320.000

7.758.000.000

593.608.239

525.000.000

90.940.000

Page 490: FA LTKK 2012.indb

489

Page 491: FA LTKK 2012.indb

490Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011 2

Tabel 2 Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan 2011 3

Tabel 3 Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut Eselon 1 18

Tabel 4 Penggolongan Kualitas Piutang 27

Tabel 5 Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2012 29

Tabel 6 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 29

Tabel 7 Perbandingan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 dan 2011 30

Tabel 8 Realisasi Pendapatan Per Unit Eselon I Bruto TA 2012 30

Tabel 9 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Unit Eselon I Bruto TA 2012 dan 2011 31

Tabel 10 Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 31

Tabel 11 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 dan 2011 31

Tabel 12 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan TA 2012 32

Tabel 13 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 dan 2011 32

Tabel 14 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 35

Tabel 15 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 dan 2011 35

Tabel 16 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011 43

Tabel 17 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 44

Tabel 18 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 dan 2011 45

Tabel 19 Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 dan 2011 46

Tabel 20 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 47

Tabel 21 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011 47

Tabel 22 Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 49

Tabel 23 Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 dan 2011 49

Tabel 24 Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 dan 2011 50

Tabel 25 Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 50

Tabel 26 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 dan 2011 51

Tabel 27 Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 Berdasarkan Satuan Kerja 51

Tabel 28 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Sumber Dana TA 2012 54

Tabel 29 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2012 dan 2011 55

Tabel 30 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2012 56

Tabel 31 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I Bruto TA 2012 dan 2011 56

Tabel 32 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Fungsi TA 2012 57

Tabel 33 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2012 dan 2011 58

Tabel 34 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2012 58

Tabel 35 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Jenis Belanja TA 2012 59

Page 492: FA LTKK 2012.indb

491

Tabel 36 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Bruto TA 2012 dan TA 2011 61

Tabel 37 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 62

Tabel 38 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan 2011 63

Tabel 39 Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2012 63

Tabel 40 Perbandingan Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan TA 2011 64

Tabel 41 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012 65

Tabel 42 Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2012 dan 2011 66

Tabel 43 Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Barang Per Eselon I TA 2012 66

Tabel 44 Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2012 dan TA 2011 67

Tabel 45 Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Modal TA 2012 68

Tabel 46 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011 69

Tabel 47 Realisasi Belanja Modal Per Eselon I Bruto TA 2012 69

Tabel 48 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011 70

Tabel 49 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 81

Tabel 50 Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 82

Tabel 51 Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 31 Desember 2011 83

Tabel 52 Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 83

Tabel 53 Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 84

Tabel 54 Rincian Kas BLU Sekretariat Jenderal 84

Tabel 55 Rincian Kas pada PIP 85

Tabel 56 Rincian Kas pada LPDP 85

Tabel 57 Rincian Kas pada LPDP 85

Tabel 58 Belanja Dibayar Di Muka Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 86

Tabel 59 Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 87

Tabel 60 Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 87

Tabel 61 Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 87

Tabel 62 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 88

Tabel 63 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2012 89

Tabel 64 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember 2012 91

Tabel 65 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2012 92

Tabel 66 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2012 94

Tabel 67 Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 95

Tabel 68 Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 95

Tabel 69 Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 100

Tabel 70 Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2012 101

Tabel 71 Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 102

Tabel 72 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 31 Desember 2011 102

Page 493: FA LTKK 2012.indb

492Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Tabel 73 Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31 Desember 2012 103

Tabel 74 Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 31 Desember 2011 103

Tabel 75 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 104

Tabel 76 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Setjen-PIP Per 31 Desember 2012 104

Tabel 77 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2012 105

Tabel 78 Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2012 105

Tabel 79 Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 105

Tabel 80 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-PIP selain Bunga Akrual Deposito Per 31 Desember 2012 106

Tabel 81 Rincian Piutang Dari Selain Bunga Akrual Deposito Per 31 Desember 2012 106

Tabel 82 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 107

Tabel 83 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember 2012 107

Tabel 84 Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 108

Tabel 85 Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2012 108

Tabel 86 Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 109

Tabel 87 Aset Tetap per Jenis Aset per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 110

Tabel 88 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Per 31 Desember 2012 111

Tabel 89 Rincian Belanja Modal Sampai dengan 31 Desember 2012 112

Tabel 90 Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 31 Desember 2011 113

Tabel 91 Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2012 114

Tabel 92 Aset Tetap Tanah Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 116

Tabel 93 Mutasi/Perubahan Tanah Per 31 Desember 2012 116

Tabel 94 Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal per 31 Desember 2012 117

Tabel 95 Aset Tetap Tanah BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 117

Tabel 96 Aset Tetap Peralatan dan Mesin Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 118

Tabel 97 Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2012 118

Tabel 98 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 119

Tabel 99 Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 120

Tabel 100 Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2012 120

Tabel 101 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin BLU dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 120

Tabel 102 Aset Tetap Gedung dan Bangunan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 121

Tabel 103 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2012 121

Tabel 104 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan terkait Belanja Modal Per 31 Desember 2012 122

Tabel 105 Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 123

Tabel 106 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU Per 31 Desember 2012 123

Tabel 107 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan BLU terkait Belanja Modal Per 31 Desember 2012 124

Tabel 108 Aset Tetap Jalan , Irigasi dan Jaringan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 124

Tabel 109 Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan Per 31 Desember 2012 125

Page 494: FA LTKK 2012.indb

493

Tabel 110 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 126

Tabel 111 Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 126

Tabel 112 Aset Tetap Lainnya Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 127

Tabel 113 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya Per 31 Desember 2012 127

Tabel 114 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 128

Tabel 115 Aset Tetap Lainnya BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 128

Tabel 116 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU Per 31 Desember 2012 128

Tabel 117 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya BLU terkait Belanja Modal Per 31 Desember 2012 129

Tabel 118 Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 129

Tabel 119 Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan Per 31 Desember 2012 130

Tabel 120 Aset Tetap KDP BLU Per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 130

Tabel 121 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU per 31 Desember 2012 130

Tabel 122 Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 131

Tabel 123 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 131

Tabel 124 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR NetoPer Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 132

Tabel 125 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 132

Tabel 126 Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 133

Tabel 127 Aset Tak Berwujud per Jenis Aset per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 134

Tabel 128 Aset Tak Berwujud Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 134

Tabel 129 Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud 135

Tabel 130 Aset Tak Berwujud BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 135

Tabel 131 Aset Tak Berwujud - BLU Per Jenis Aset 135

Tabel 132 Aset Lain-lain Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 136

Tabel 133Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap Yang Tidak Digunakan Dalam Operasi Pemerintahan Pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi

BMN di Neraca137

Tabel 134 Aset Lain-lain BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 138

Tabel 135 Rincian Kewajiban Jangka Pendek Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 139

Tabel 136 Utang Kepada Pihak Ketiga Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 139

Tabel 137 Utang Kepada Pihak Ketiga Per Akun Per 31 Desember 2012 140

Tabel 138 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 140

Tabel 139 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Per Akun Per 31 Desember 2012 140

Tabel 140 Pendapatan Diterima di Muka Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 141

Tabel 141 Uang Muka Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 141

Tabel 142 Uang Muka dari KPPN Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 142

Tabel 143 Pendapatan Yang Ditangguhkan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 143

Tabel 144 Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 143

Tabel 145 Rincian Cadangan Piutang Per 31 Desember 2012 144

Tabel 146 Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek Per 31 Desember 2012 144

Page 495: FA LTKK 2012.indb

494Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

Tabel 147 Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 145

Tabel 148 Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 170

Tabel 149 Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2012 171

Tabel 150 Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2012 172

Tabel 151 Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2012 173

Page 496: FA LTKK 2012.indb

495

DAFTAR GRAFIK

Gra!k 1 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 29

Gra!k 2 Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 30

Gra!k 3 Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 27

Gra!k 4 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 35

Gra!k 5 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011 36

Gra!k 6 Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 36

Gra!k 7 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011 31

Gra!k 8 Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 48

Gra!k 9 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2012 dan 2011 32

Gra!k 10 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2012 35

Gra!k 11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2012 57

Gra!k 12 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2012 60

Gra!k 13 Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2012 69

Gra!k 14 Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2012 70

Gra!k 15 Komposisi Realisasi Belanja Barang TA 2012 78

Gra!k 16 Komposisi Realisasi Belanja Modal TA 2012 80

Gra!k 17 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2012 dan 2011 85

Gra!k 18 Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2012 90

Gra!k 19 Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2012 100

Gra!k 20 Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap 111

Gra!k 21 Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset Per 31 Desember 2012 133

Page 497: FA LTKK 2012.indb

496Annual Report of Ministry of Finance 2012

Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Neraca Percobaan 29

LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja 30

LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan 27

Laporan Kuasa Pengguna Barang 33

Berita Acara Rekonsiliasi Aset Tetap 35

Berita Acara Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan 36

Berita Acara Rekonsiliasi TP/TGR 36

Lampiran II Rincian Piutang Pajak 31

Rincian Piutang PNBP 31

Rincian Penyisihan Piutang PNBP 31

Rincian SP3DRI 48

Informasi Akrual 32

Matriks Tindak Lanjut Temuan BPK RI 35

Lampiran III Laporan Keuangan KSAP 35

Laporan Keuangan PIP 43

Laporan Keuangan LPDP 57

Laporan Rekening Pemerintah 45

Lampiran IV Daftar Barang Tegahan DJBC 49

Page 498: FA LTKK 2012.indb

Kementerian KeuanganRepublik Indonesiawww.kemenkeu.go.id