executive summary of kali pepe riverbank slum mapping & review (internship)

31
1

Upload: lia-s-purnamasari

Post on 31-Jul-2016

232 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

This publication is the output of Lia Sparingga's internship activity at Surakarta Department of Public Works in June 2015 to September 2015. The internship activity includes (1) data and policy review of Kali Pepe riverbank slum area, (2) theory and standard comparison of slum criteria, and (3) the result of review-mapping to delineate slum area alonside Kali Pepe, Surakarta.

TRANSCRIPT

Page 1: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1

Page 2: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2

Pakar perkotaan dunia memprediksikan penduduk wilayah urban akan meningkat

hingga 60% pada tahun 2020 hingga 2025. Hal ini disebabkan oleh kota yang seakan men-

jadi magnet bagi masyarakat yang memberi harapan dan kesempatan akan penghidupan

yang lebih baik. Urbanisasi adalah hal yang tidak bisa dibendung. Peningkatan jumlah

penduduk di perkotaan akan sejalan dengan peningkatan kebutuhan akan lahan, padahal

keterseidaannya sangat terbatas. Seiring dengan berkurangnya luas lahan di perkotaan,

harga lahan semakin mahal. Keadaan ini menyebabkan terjadinya persaingan dalam

mendapatkan lahan dan menyisakan permukiman kumuh di lahan—lahan sisa. Bukan be-

rarti hanya pendatang baru yang tak bisa mengakomodasi harga lahanlah yang menempati

permukiman kumuh. Sebaliknya, permukiman lama juga seiring berjalannya waktu

mengalami penurunan kualitas dan bertransformasi menjadi permukiman kumuh.

Seperti kota-kota lainnya yang menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah

sekitarnya, Kota Surakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang mengalami dampak

dari arus urbanisasi serta pesatnya pembangunan. Keadaan tersebut menyebabkan Kota

Surakarta juga menghadapi permasalahan permukiman kumuh. Keunikan dari fenomena

permukiman kumuh di Kota Surakarta adalah sebagian besar permukiman tersebut

bukan ada dan dibangun oleh penduduk pendatang seperti pada umumnya. Selain

ditemukan menyebar dan membaur dengan permukiman baru kota. Luasan permuki m a n

latarbelakang kumuh paling besar di Kota Surakarta terdapat di bantaran sungai serta jalur kereta api.

Salah satu luasan permukiman kumuh terbesar ditemukan disepanjang Kali Pepe yang

membentang kurang lebih lima kilometer dari Kelurahan Sangkrah di bagian timur hingga

Kelurahan Gilingan di ujung barat.

Kali Pepe adalah sungai yang bersejarah bagi Kota Surakarta. Sungai ini dalam

sejarah kota diingat sebagai alasan berdirinya Kota Surakarta, yaitu pertemuan dua sungai;

Kali Pepe dan Bengawan Solo. Selama masa belum dikenalnya transportasi darat, Kali

Pepe berperan besar dalam mengakomodasi mobilitas kota. Mulai dari transportasi barang

yang menyuplai pasar-pasar, serta transportasi manusia. Semenjak tren transportasi darat

dan perkembangan teknologi kendaraan bermotor, transportasi sungai mulai ditinggalkan

dan pada akhirnya dilupakan. Dalam mengusung motto pembangunan Kota Surakarta

yang berbunyi “Solo masa lalu adalah Solo masa depan” pemerintah Kota Surakarta

bertekad mengembalikan Kali Pepe menjadi ikon sejarah kota. Sungai yang membelah

Kota Surakarta mejadi dua bagian ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak

ekonomi masyarakat lokal dan pariwisata kota jika dioptimalkan dengan baik. Mengembali-

kan masa kejayaan Kali Pepe saat ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang

inovatif bagi penyelesaian permasalahan permukiman kumuh di Bantaran Kali Pepe.

Page 3: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

3

programpenanganan P E R M U K I M A N K U M U H K A L I P E P E

wisata sungai

kali pepe

partisipasi masyarakat Keseluruhan proses dari pelaksanaan program—program

penanganan permukiman kumuh di bantaran Kali Pepe

menggunakan prinsip “berbasis masyarakat” dimana

masyarakat dapat menyampaikan aspirasi, kritik, dan

pertanyaan terhadap perencanaan yang akan dilakukan

pemerintah. Beberapa program juga menggunakan

metode pemetaan dengan masyarakat sehingga data yang

digunakan untuk perencanaan adalah data yang valid.

rumah susun

Program rumah susun Kali Pepe terletak di Jl.

RM Said & Keprabon. Rumah susun ini merupa-

kan bentuk penanganan in—situ. Proses

pelaksanaan program tersebut melalui tahap :

1 S O S I A L I S A S I A W A L Pada tahap ini dilakukan perkenalan

dengan pihak pemerintah, survey awal,

serta penggalian potensi & masalah.

2 P E M E E T A A N O L E H W A R G A Pemetaan dengan warga mencakup aspek

fisik, lingkungan, sosial sehinga didapatkan

data yang akurat.

3 S O S I A L I S A S I H A S I L P E M E T A A N

Sosialisasi dilakukan untuk menjelaskan

tindak lanjut perencanaan rusun.

kampung deret

Kampung Deret terletak pada Kampung

Pringgading, Kelurahan Setabelan. Program ini

mengutamakan SWADAYA MASYARAKAT

dalam proses pembangunan rumah. Tahap

program ini meliputi :

Mengidentifikasi

Masyarakat

Berpenghasilan

Rendah

1 Rembug Warga

(Diskusi) RAB, &

Desain

Bersama Lurah

2

(1) Menyusun

Proposal

Mangkunegaran

(2) Mendapat

Palilah, (3)

Menyusun DED

3 Fasilitasi IMB,

Pembiayaan

Konstruksi,

Penyediaan

SPBM & MCK

4

Proses

Konstruksi Oleh

Masyarakat

5

Perbaikan dan perawatan infrastruktur

lingkungan dilakukan pada seluruh bagian

kawasan permukiman kumuh Bantaran Kali

Pepe dari hulu ke hlir. Perbaikannya

infrastruktur lingkungan meliputi:

perbaikan infrastruktur

pengadaan

MCK Komunal

pengadaan

sumur pompa

Pengadaan instalasi

pengolah air limbah

Pengadaan jalan paving

& jalur pedestrian

Pemerintah Kota Surakarta

menggagas Kali Pepe menjadi

salah satu objek wisata Kota

Surakarta di masa yang akan

datang. Konsep wisata ini akan

mengembalikan fungsi Kali Pepe

di masa lampau yaitu jalur

transportasi air. Diharapkan

pengembangan wisata ini dapat

b e r d a m p a k p o s i t i f b a g i

masyarakat sekitar.

Page 4: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

4

permasalahan

Meski program penataan Kali Pepe telah berjalan

dengan baik, namun dalam mewujudkan Kali Pepe

yang bebas permukiman kumuh pada tahap selan-

jutnya masih menghadapi kendala berupa :

Tidak akuratnya data yang digunakan

dalam perencanaan penanganan

permukiman kumuh Kali Pepe

SK Walikota Surakarta No. 032/97-C/1/2014 tentang

Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh

di Kota Surakarta telah disahkan pada 12 Desember

2014 yang kemudian dijadikan dasar perencanaan dan

pelaksanaan program—program penanganan

permukiman kumuh di Kota Surakarta sebagai

pendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional bidang Cipta Karya s.d tahun 2019, termasuk

di dalamnya Kali Pepe. Namun dalam perjalanannya

dalam koordinasi dengan Kementrian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat, Dinas Pekerjaan Umum Kota

Surakarta mengalami kendala keakuratan data lokasi

dan luasan permukiman kumuh.

P E N A N G A N A N P E R K I M K U M U H

K A L I P E P E

Page 5: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

5

K R I T E R I A P E R M U K I M A N K U M U H

reviewpedoman & teoriterkait

Perbandingan pedoman penentuan (kriteria) permukiman kumuh Kementrian

Pekerjaan Umum yang digunakan untuk menentukan permukiman kumuh di

sepanjang Kali Pepe dan teori terkait dilakukan untuk melihat tingkat

kesesuaiannnya dengan teori. Diharapkan dengan melakukan review ini

didapatkan kriteria yang lebih spesifik untuk penetapan kawasan permukiman

kumuh serta data yang dihasilkan menjadi lebih komprehensif bagi dasar

perencanaan.

K R I T E R I A K E A D A A N B A N G U N A N

1. Kumuh bangunan

meliputi bangunan

mudah dipindah dan

dibangun dengan

material seadanya.

2. Kumuh turunan meli-

puti rumah—rumah

lama (berlokasi di

tempat yang sah di

kota) yang kondisinya

semakin memburuk.

3. Kumuh in site project

meliputi bangunan

yang diperluas dari

bangunan aslinya.

Jenis material atap,

lantai dan dinding

tidak memenuhi

persyaratan

kesehatan. Misalnya

lantai masih tanah

atau dinding atau

atap terbuat dari

dedaunan, tidak

dapat menahan hujan

dan terik matahari,

serta sirkulasi tata

udara tidak sehat.

Dalam mengidentifikasi

material pembentuk

bangunan di per-

mukiman kumuh, kriteria

yang digunakan telah

spesifik. Namun kriteria

tersebut belum memper-

hatikan bahwa terdapat

jenis—jenis lain dari

permukiman kumuh

seperti permukiman

lama yang bangunannya

secara material layak,

tetapi karena sudah

berumur tua menjadi

lapuk dan tidak layak

untuk dihuni.

K R I T E R I A L U A S B A N G U N A N

Keadaan rumah pada

permukiman kumuh

terpaksa dibawah standar,

rata-rata 6 m2/orang

Rumah tidak

memenuhi luas lantai

per kapita > 7,2 m2.

(MDGs)

Terdapat perbedaan

ketentuan luas rumah

y a n g d i i n d i k a s i

sebagai permukiman

kumuh.

K R I T E R I A K E T E R A T U R AN B A N G U N A N

Tata bangunan sangat

tidak teratur dan

bangunan-bangunan pada

umunya tidak permanen

dan malahan banyak

sangat darurat.

K e t i d a k t e r a t u r a n

bangunan dilihat dari

orientasi, ukuran dan

bentuk, sebagai contoh: 1. Bila orientasi bangunan

berbeda-beda antara

satu dengan yang lain,

m i s a l n y a t i d a k

menghadap jalan, mem-

belakangi sungai, dll

2. Bila orientasi bangunan

cenderung menghambat

pelayanan PSD Per-

mukiman karena ter-

hadang oleh bangunan

lainnya (ketidakserasian

pola blok hunian dan

sarana )

3. Bila bangunan hunian

berdiri diatas lahan

d e n g a n t o p o g r a f i

kemiringan melebihi 15%

4. Bila jaringan jalan

berkelok-kelok tidak

menandakan struktur

dan arah akses yang

jelas

5. Bangunan berdiri diatas

lahan kawasan lindung

(catchment area), dae-

rah buangan limbah

pabrik, diatas lahan rawa

tanpa pertimbangan

syarat ekologis, lahan

bantaran sungai, lahan

dibawah jaringan listrik

tegangan .

Kriteria yang digunakan

cukup spesifik.

Teori Kriteria Perkim Kumuh Kali Pepe

Analisis

Page 6: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

6

K R I T E R I A P E R M U K I M A N K U M U H

reviewpedoman & teoriterkait

K R I T E R I A A K S E S I B I L I T A S P R A S A R A N A J A L A N

Jalan-jalan sempit tidak

dapat dilalui oleh

kendaraan roda empat,

karena sempitnya, kadang

-kadang jalan ini sudah

tersembunyi dibalik atap-

atap rumah yang sudah

bersinggungan satu sama

lain.

1.Jangkauan pelayanan

jaringan jalan ditentukan

dengan melihat jaringan

jalan di dalam lokasi kajian,

bila ada bagian dalam

lokasi yang tidak terlayani

maka cakupan layanan

jaringan jalan belum

memadai.

2.Kemudahan pencapaian

(ak s es ib i l i t as ) , j a l an

permukiman yang mem-

berikan rasa aman, nyaman

bagi pergerakan pejalan

kaki, pengendara sepeda

dan pengendara bermotor

dengan ketersed iaan

prasarana pendukung jalan

(co. perkerasan, drainase,

trotoar, rambu, lansekap,

dll)

3.Jalan yang dimaksud

a d a l a h j a l a n y a n g

menghubungkan int ra

perumahan dalam satu

satuan permukiman, se-

hingga memungkinkan

terjadinya sirkulasi lalu-

lintas orang dan kendaraan

secara aman dan sekaligus

mendukung terciptanya

perumahan yang layak,

sehat, aman, dan nyaman

4. Diidentifikasi juga kondisi

jalan sehingga dapat

diketahui tingkat kerusa-

kannya.

Kriteria permukiman

kumuh berdasarkan

aksesibilitas jalan tergo-

long spesifik. Hanya saja

perlu diidentifikasi lebar

jalan yang pasti untuk

m e m u d a h k a n

identifikasi.

K R I T E R I A A I R B A K U

Fasilitas penyediaan air

bersih sangat minim,

memanfaatkan air sumur

dangkal, air hujan atau

membeli secara kalengan.

1. Kebutuhan pelayanan

air baku ditentukan

dengan penggunaan

air oleh individu dalam

rumah tangga untuk

minum/konsumsi, man-

di, dan cuci minimal 60

liter per orang per hari.

2. Kualitas air baku terlin-

dungi d i tentukan

dengan melihat kondisi

sumber air yang terse-

dia, yaitu kondisi

warna, kondisi bau

dankondisi rasa.

3. Sumber air baku yang

tidak memenuhi di-

maksud berasal dari

non perpipaan seperti

air permukaan dan air

tanah/sumur tidak

terlindungi.

Kriteria yang digunakan

tergolong s p e s i f i k.

K R I T E R I A D R A I N A S E

Fasilitas drainase sangat

tidak memadai, dan

bahkan biasa terdapat

jalanjalan

tanpa drainase, sehingga

apabila hujan kawasan ini

dengan mudah akan

tergenang oleh air.

Kondisi drainase ditentukan

dengan melihat genangan

pada lokasi permukiman.

Apakah di lokasi kajian terjadi

genangan dengan:

1. tinggi lebih dari 30 cm

(setinggi betis dewasa);

2. selama lebih dari 2 jam;

3. terjadi lebih dari 2 kali

setahun.

4. Apabila genangan yang

terjadi tidak lebih dari

ketiga hal tersebut, maka

masih dalam batasan

toleransi.

Kriteria permukiman

kumuh berdasarkan

penilaian drainage

tergolong spesifik.

Hanya saja perlu

diidentifikasi lebar

drainase yang pasti

untuk memudahkan

identifikasi.

Teori Kriteria Perkim Kumuh Kali Pepe

Analisis

Adanya tingkat frekuensi

dan kepadatan volume

yang tinggi dalam

penggunaan ruang-ruang

yang ada di pemukiman

kumuh sehingga

mencerminkan adanya

kesemrawutan tata ruang

dan ketidakberdayaan

ekonomi penghuninya.

Fasilitas kekotaan secara

langsung tidak terlayani

karena tidak tersedia. Na-

mun karena lokasinya dek-

at dengan permukiman

yang ada, maka fasilitas

lingkungan tersebut tak

sulit mendapatkannya.

Page 7: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

7

K R I T E R I A P E R M U K I M A N K U M U H

reviewpedoman & teoriterkait

K R I T E R I A P R A S A R A N A L I M B A H

Fasilitas pembuangan air

kotor/tinja sangat minim

sekali. Ada diantaranya

yang langsung membuang

tinjanya ke saluran yang

dekat dengan rumah.

Persyaratan teknis air

limbah ditentukan dengan

melihat apakah sistem

pengelolaan air limbah

pada lokasi tidak memenuhi

pe rsy a ratan s ebaga i

berikut:

1. Kloset leher angsa

terhubung dengan

septik tank, atau

2. Sistem pengolahan

komunal atau terpusat

(Septik tank/ MCK

Komunal).

Kriteria yang digunakan

cukup spesifik.

K R I T E R I A P E R S A M P A H A N

Fasilitas kekotaan secara

langsung tidak terlayani

karena tidak tersedia. Na-

mun karena lokasinya dek-

at dengan permukiman

yang ada, maka fasilitas

lingkungan tersebut tak

sulit mendapatkannya.

Sistem persampahan

pada lokasi tidak

memenuhi ketentuan

dengan melihat sistem

pengangkutan

sampah skala ling-

kungan (Gerobak/

Angkutan Sampah)

dengan frekuensi

pengangkutan

sampah dua kali

seminggu.

Kriteria yang digunakan

tergolong s p e s i f i k.

Teori Kriteria Perkim Kumuh Kali Pepe

Analisis

Sampah adalah limbah

yang bersifat padat yang

berasal dari

zat organik dan anorganik

yang dianggap tidak

berguna lagi dan harus

dikelola agar tidak

menganggu lingkungan

K R I T E R I A K E P A D A T A N B A N G U N A N

Adanya tingkat frekuensi

dan kepadatan volume

yang tinggi dalam

penggunaan ruang-ruang

yang ada di pemukiman

kumuh sehingga

mencerminkan adanya

kesemrawutan tata ruang

dan ketidakberdayaan

ekonomi penghuninya

Kepadatan tinggi bangunan

ditentukan dengan jumlah unit

bangunan terhadap satuan luas

(ha).

Kota Metro & Kota Besar

1. Kepadatan Bangunan

tinggi (>350 Unit/Ha)

2. Kepadatan Bangunan

sedang (250 - 300 Unit/

Ha)

3. Kepadatan Bangunan

rendah (<250 Unit/Ha)

Kota Sedang & Kota Kecil

1. Kepadatan Bangunan

tinggi (>250 Unit/Ha)

2. Kepadatan Bangunan

sedang (200 - 250 Unit/

Ha)

3. Kepadatan Bangunan

rendah (<200 Unit/Ha)

Kriteria yang digunakan

cukup spesifik.

Page 8: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

8

K R I T E R I A P E R M U K I M A N K U M U H

reviewpedoman & teoriterkait

Kriteria yang digunakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta memang

sesuai dengan Kementrian Pekerjaan Umumu & Perumahan Rakyat yang

memfokuskan penetapan berdasarkan kriteria fisik. Namun pada fakta lapangan

diperlukan pemahaman terhadap dimensi non—fisik seperti dimensi sosial dan

ekonomi masyarakat. Hal tersebut akan bermanfaat dalam perencanaan ter-

hadap permukiman kumuh agar lebih tepat sasaran. Berikut adalah kriteria non-

fisik yang berhasil dihimpun :

K R I T E R I A K E P A D A T A N P E N D U D U K

“Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/

Ha. Bahkan Kepadatan nyata diatas 500 jiwa/ha

untuk kota besar dansedang, dan diatas 750

jiwa/ha untuk kota metropolitan.”

(Sinulingga, 2005)

Kriteria kepadatan penduduk dapat mengidentifikasi tipologi dari permukiman

kumuh serta penting untuk diperhatikan karena mempengaruhi tingkat urgensi

penanganan. Semakin padat penduduk di suatu kawasan permukiman kumuh

maka tingkat urgensi penanganannya lebih meningkat. Kriteria ini juga

bermanfaat untuk mengetahui kebutuhan dan ketersediaan sarana dan prasa-

rana lingkungan yang dibutuhkan.

K R I T E R I A L A T A R B E L A K A N G E K O N O M I

“Sebagian besar penghuni permukiman kumuh

adalah mereka yang bekerja di sektor informal

ataumempunyai mata pencaharian tambahan di

sektor informal.”

(Supardi Suparlan)

Mengidentifikasi latar belakang ekonomi diperlukan untuk mengetahui

kebutuhan masyarakat yang akan menjadi prioritas penanganan secara

spesifik. Misalnya apabila penduduk tergolong sangat miskin namun ternyata

memiliki skill pembuatan kerajinan tertentu, maka dalam penanganan

permukiman kumuh dan usaha meningkatkan taraf ekonomi masyarakat

permukiman kumuh dapat dilakukan pelatihan skill dan sebagainya.

Dengan mengidentifikasi latar belakang ekonomi juga dapat diketahui

preferensi lokasi masyarakat permukiman kumuh. Misalnya jika masyarakat

memilih tinggal di kawasan tersebut karena lokasinya yang dekat dengan tem-

pat kerja, maka dalam penanganannya akan berbeda; misalnya seharusnya

dibangun rusun di kawasan yang sama karena jika tidak mereka harus menge-

luarkan biaya yang mahal untuk biaya transportasi ke tempat kerja.

K R I T E R I A L E G A L I T A S L A H A N

“Pemilikan hak atas lahan sering ilegal, artinya

status tanahnya masih merupakan tanah negara

dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa.

Kriteria kepemilikan lahan perlu untuk diidentifikasi karena dapat menjadi ben-

tuk perbedaan penanganan antara permukiman kumuh yang legal dengan

yang illegal. Misalnya jika legal maka prioritas penanganan langsung kepada

peningkatan kualitas lingkungan, namun jika illegal maka penanganan priori-

tasnya dapat berbentuk pemberian hak milik atau relokasi.

K R I T E R I A L A T A R K E S E S U A I A N D E N G A N

R E N C A N A P E N A T A A N R U A N G

Kesesuaian dengan kebijakan penataan ruang perlu untuk diperhatikan karena

akan mempengaruhi bentuk penanganan permukiman kumuh. Misalnya apabila

permukiman kumuh ternyata terletak pada guna lahan kawasan lindung seperti

sempadan sungai yang rawan terhadap banjir maka semestinya dapat

dipindahkan demi kebaikan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman

kumuh tersebut dan bagi masyarakat kota.

Page 9: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

9

P R O F I L

P E R M U K I M A N K U M U H

K A L I P E P E

Page 10: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

10

karakter P E R M U K I M A N K U M U H K A L I P E P E

S. K A L I P E P E

S. K A L I P E P E

1

2

S E J A R A H P E M B E N T U K A N

P E R M U K I M A N K U M U H K A L I P E P E

Gambar (1) menjelaskan Kali Pepe pada masa lampau yang pada awalnya

merupakan jalur transportasi di zaman penjajahan Belanda, maka disepan-

jang jalan muncul permukiman. Beberapa permukiman masyarakat ini

bahkan memiliki relasi dengan Keraton Kasunanan & Mangkunegaran di-

mana masyarakatnya merupakan abdi dalem yang ditugaskan untuk

magersari (merawat tanah milik kerajaan).

Gambar (2) menjelaskan kondisi permukiman kumuh di sepanjang Kali Pepe

saat ini. Permukiman kumuh yang ada merupakan permukiman lama dimana

hampir seluruh penduduknya adalah penduduk yang telah turun temurun

tinggal di kawasan tersebut. Hanya seiring berjalannya waktu dan pesatnya

pembangunan kota, banyak tanah yang berpindah hak milik dan berubah

menjadi permukiman modern.

1

2

Permukiman lama

Permukiman modern

Gambar ilustrasi pembentukan permukiman kumuh Kali Pepe

Lia Sparingga (2015), sumber wawancara terhadap warga.

K A R A K T E R U M U M

P E R M U K I M A N K U M U H K A L I P E P E

karakter hunian karakter lingkungan

Page 11: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1110

P E R M U K I M A N K U M U H

K A L I P E P E

L E G E N D A

Sungai

Rel Kereta Api

Jalan Arteri Primer

Jalan Kolektor Primer

Jalan Lokal

Jalan Setapak

Delineasi Kumuh Baru

Delineasi Kumuh Lama

Bangunan

Wilayah Kelurahan

L E G E N D A

Sungai

Rel Kereta Api

Jalan Arteri Primer

Jalan Kolektor Primer

Jalan Lokal

Jalan Setapak

Delineasi Kumuh Baru

Delineasi Kumuh Lama

Bangunan

Wilayah Kelurahan

Page 12: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

12

L E G E N D A

Sungai

Rel Kereta Api

Jalan Arteri Primer

Jalan Kolektor Primer

Jalan Lokal

Jalan Setapak

Delineasi Kumuh Baru

Delineasi Kumuh Lama

Bangunan

Wilayah Kelurahan

P E R K I M K U M U H

K E L U R A H A N

S A N G K R A H

K U M U H

S E D A N G

PROFIL

MASALAH

Perbedaan delineasi disebabkan

bahwa beberapa bagian telah beru-

bah menjadi perkim modern. Namun

di bantaran sungai masih dapat

ditemukan permukiman kumuh.

L E G E N D A

Sungai

Rel Kereta Api

Jalan Arteri Primer

Jalan Kolektor Primer

Jalan Lokal

Jalan Setapak

Delineasi Kumuh Baru

Delineasi Kumuh Lama

Bangunan

Wilayah Kelurahan

Sangkrah masih menghadapi permasala-

han lingkungan; Hampir 60% kondisi

jalan masih kurang baik, drainase yang

tidak berfungsi, dan masih adanya rumah

semi-permanen. Sebagian masyarakatnya

masih bekerja di sektor informal.

Kelurahan ini juga memiliki sebaran IKRT

dan heritage sites berupa Stasiun Kota

yang dapat dijadikan potensi.

11

Page 13: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1312

Page 14: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1413

Page 15: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1514

Page 16: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1615

Page 17: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1716

Page 18: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1817

Page 19: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

1918

Page 20: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2019

Page 21: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2120

Page 22: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2221

Page 23: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2322

Page 24: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2423

Page 25: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2524

Page 26: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2625

Page 27: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

2726

Page 28: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

28

K E S I M P U L A N

Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat beberapa

kriteria quick count yang kurang mendalam terutama dalam dimensi sosial

dan ekonomi. Dalam mengidentifikasi permukiman kumuh perlu adanya

perhatian khusus terhadap latar belakang ekonomi dan sosial serta legali-

tas dan kebijakan penataan ruang karena hal tersebut akan mempengaruhi

bentuk dan prioritas penanganan. Disamping itu perlu adanya perhatian

khusus pada tipologi permukiman kumuh yang juga akan berimplikasi pada

perbedaan bentuk dan prioritas penanganan.

R E K O M E N D A S I

Dari kegiatan pendataan dan pemetaan kawasan kumuh di Kelurahan

Sepanjang Kali Pepe Kota Surakarta, memberikan gambaran perencanaan

dalam penataan kawasan dan pemenuhan kebutuhan penaggulangan kem-

iskinan Pemerintah daerah Kota Surakarta. Dari analisa yang telah dil-

akukan terhadap data- data pada Kelurahan-kelurahan tersebut dapat

disimpulkan bahwa diperlukan adanya kriteria-kriteria yang lebih spesifik

dan komprehensif. Adanya quick count memang mempermudah hasil yang

nantinya didapatkan berdasarkan survey. Akan tetapi quick count tersebut

tidak mewakili karakteristik kawasan yang berbeda-beda tersebut. Kompre-

hensifitas kriteria-kriteria harus dipertimbangka, bukan hanya kriteria fisik

saja. Misalnya Kriteria mengenai keadaan social, keadaan budaya, dan

keadaan ekonomi dapat dijadikan tolak ukur yang lain. Dengan adanya

kriteria-kriteria non fisik tersebut diharapkan mampu mewakili karakteristik

masing-masing kawasan secara komprehensif. Setiap wilayah memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, begitu pula isu-isu yang berkembang.

Jika dilihat berdasarkan karakteristik dan isu-isu yang berkembang pada

suatu wilayah tersebut diharapkan hasil yang didapatkan lebih akurat dan

mewakili isu-isu yang terdapat didalam kawasan tersebut.

Page 29: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

29

P O T E N S I

K A L I P E P E

Pemerintah Kota Surakarta memiliki agenda besar

terhadap pengembangan Kali Pepe di masa yang akan

datang. Salah satunya sebagai pariwisata air. Sebagai

sungai yang memiliki nilai historis, Kali Pepe memiliki

berbagai potensi yang dapat dioptimalkan dan

dikembangkan untuk mewujudkan agenda pemerintah

dan disisi lain dapat membawa peningkatan taraf hidup

yang baik bagi masyarakat, terutama yang bermukim di

sekitar Kali Pepe. Melalui penelusuran yang dilakukan di

sepanjang sungai, ditemukan dua potensi utama yang

dominan; home—industry dan sebaran bangunan cagar

budaya yang dapat diintegrasikan dengan agenda

pemerintah.

Page 30: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

30

1. STASIUN

SANGKRAH

Stasiun ini ber-

fungsi sebagai

penghubung

dengan jalur

Wonogiri serta

pemberhentian

kereta wisata

Jalardara

2. K A W A S A N

T I T I K N O L P a d a k a w a s a n i n i

terdapat beberapa seba-

ran BCB yang menjadi ikon

Kota Solo berupa Pasar

Gede, Vihara Tiong Ting,

Vastenburg, Gedung BI

Lama , Kawasan Lojiwetan,

dan Gereja St. Antonius.

3. PURA

MANGKUNEGARAN Pura Mangkunegaran

merupakan salah satu

pusat kebudayaan di Kota

Surakarta.

4. MONUMEN 45

BANJARSARI Selain taman kota, pada

kawasan ini banyak

ditemukan bangunan ko-

lonial (indische houses)

5. P O N T E N Ponten merupakan toilet

umum masyarakat pen-

inggalan Mangkunegaran,

bangunan ini merupakan

BCB

6. STASIUN BALAPAN Selain sebagai stasiun

yang melayani jalur KA

lintas provinsi, Stasiun

Balapan merupakan salah

satu BCB Kota Surakarta

7. BALEKAMBANG

8. KAWASAN KERATON

KASUNANAN SURAKARTA

9. NGARSOPURO 10. SRIWEDARI & RADYA

PUSTAKA

Page 31: Executive Summary of Kali Pepe Riverbank Slum Mapping & Review (Internship)

31

P E R S E B A R A N K E R A J I N A N S E P A N J A N G K A L I P E P E