executive summary

32
Executive Summary Perencanaan DED Jaringan Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar 1. Umum Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan hasil analisa pelaksanaan pekerjaan Perencanaan DED Jaringan Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar. Dalam laporan ini dibahas mengenai lingkup pekerjaan, rencana kerja, metodologi pelaksanaan pekerjaan, lokasi pekerjaan, dan hasil analisa. Untuk menangani hal yang berkaitan dengan jenis pekerjaan kami menyadari bahwa masalah-masalah yang terkait dalam pekerjaan tersebut cukup luas dan kompleks, sehingga diperlukan suatu penanganan yang terpadu diantara beberapa disiplin ilmu yang terkait, agar dapat diperoleh hasil yang effisien dan optimal. Mengingat hal tersebut di atas, maka dalam laporan ini akan dibahas dalam beberapa bab yang berbeda. Adapun uraian umum mengenai pekerjaan ini adalah: 1. Nama Pekerjaan : Perencanaan DED Jaringan Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar. 2. Lokasi Pekerjaan :Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya. 3. Waktu Pelaksanaan : 45 (empat puluh lima) hari kalender. 2. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian besar masayarakat masih tetap memilihara kegiatan pertanian. Sehubungan dengan itu, maka perlu direncanakan DED jaringan irigasi yang berupa satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaanya. Dengan tersusunnya DED jaringan irigasi ini diharapkan dapat meningkatkan 1 Executive Summary

Upload: ndang-ndunk

Post on 27-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TTTTTTTTTT

TRANSCRIPT

BAB I

Executive Summary

Perencanaan DED Jaringan IrigasiDesa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar

1. UmumLaporan ini dimaksudkan untuk memberikan hasil analisa pelaksanaan pekerjaan Perencanaan DED Jaringan Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar. Dalam laporan ini dibahas mengenai lingkup pekerjaan, rencana kerja, metodologi pelaksanaan pekerjaan, lokasi pekerjaan, dan hasil analisa. Untuk menangani hal yang berkaitan dengan jenis pekerjaan kami menyadari bahwa masalah-masalah yang terkait dalam pekerjaan tersebut cukup luas dan kompleks, sehingga diperlukan suatu penanganan yang terpadu diantara beberapa disiplin ilmu yang terkait, agar dapat diperoleh hasil yang effisien dan optimal. Mengingat hal tersebut di atas, maka dalam laporan ini akan dibahas dalam beberapa bab yang berbeda.Adapun uraian umum mengenai pekerjaan ini adalah:

1.Nama Pekerjaan:Perencanaan DED Jaringan Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar.

2.Lokasi Pekerjaan:Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya.

3.Waktu Pelaksanaan :45 (empat puluh lima) hari kalender.

2. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian besar masayarakat masih tetap memilihara kegiatan pertanian. Sehubungan dengan itu, maka perlu direncanakan DED jaringan irigasi yang berupa satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaanya. Dengan tersusunnya DED jaringan irigasi ini diharapkan dapat meningkatkan optimalisasi kegiatan pertanian yang ada di Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar.

3. Maksud dan Tujuan

Pekerjaan Perencanaan DED Jaringan Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar di Kabupaten Kubu Raya dimaksudkan untuk membuat detail desain jaringan irigasi di Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan produksi pertanian di wilayah Kabupaten Kubu Raya khususnya di Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar.

4. SasaranAdapun pelaksanaan pekerjaan ini memiliki sasaran-sasaran yang hendak dicapai, antara lain :

a) Melakukan pekerjaan pengukuran dan perencanaan, termasuk pengumpulan data dan inventarisasi, pemasangan benchmark (BM), survey pengukuran dan site survey secara detail, desain teknis gambar-gambar rencana dan perhitungan volume pekerjaan (BOQ) serta RAB untuk seluruh jaringan irigasi yang termasuk dalam kontrak.

b) Hasil perencanaan yang telah dilaksanakan harus sedemikian rupa sehingga selesainya pekerjaan konstruksi, kegiatan pengelolaan irigasi yang mencakup operasi dan pemeliharaan (O&P) dapat dilaksanakan dengan baik.5. Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan Perencanaan DED Jaringan Irigasi ini adalah di Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya.

Gambar 1. Wilayah Administrasi Kecamatan Batu Ampar6. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan Perencanaan DED Jaringan Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar meliputi kegiatan sebagai berikut :

a) Pengumpulan data

1) Aspek Topografi

2) Aspek Pertanian

3) Aspek Hidrologi

4) Aspek Geologi

5) Aspek Multisektor

b) Survey

1) Topografi

2) Penyelidikan Geologi Teknik/Mekanika Tanah

c) Analisis Geoteknik

d) Analisis Hidrologi

e) Analisis Hidrolika

7. Referensi HukumAdapun referensi hokum yang digunakan dalam pekerjaan Perencanaan DED Jaringan Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

2. Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1999 Pemerintah Daerah

3. Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

4. Peraturan Presiden R.I No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah

5. Peraturan Presiden R.I No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden R.I No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah

6. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air

7. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi

8. Peraturan Menteri PU No. 13/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Aset Irigasi

9. Peraturan Menteri PU No. 30/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif

10. Peraturan Menteri PU No. 31/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Komisi Irigasi

11. Peraturan Menteri PU No. 32/PRT/M/2007 Tentang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

12. Peraturan Menteri PU No. 33/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Perkumpulan Petani Pemakai Air

13. Keputusan Menteri PU No. 390/KPTS/M/2007 Tentang Penetapan Status Irigasi8. Keluaran

Hasil pekerjaan penyedia jasa sebagai berikut :

a) Laporan Pendahuluan

b) Laporan Antara

c) Draft Laporan Akhir

d) Laporan Akhir

e) Gambar Desain A3

f) Rencana Anggaran Biaya

9. Daerah Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar

Gambar 2. Peta Situasi Daerah Irigasi Desa Padu Empat Kecamatan Batu Ampar10. Analisa Hidrologi

Dalam kaitannya dengan pekerjaan review jaringan irigasi, diperlukan adanya analisa hidrologi untuk memprediksikan keberadaan sumber air maupun kebutuhan air di areal rencana dengan menggunakan persamaan-persamaan empiris yang memperhitungkan parameter-parameter alam terkait. Dari analisa hidrologi akan didapatkan estimasi besaran-besaran keandalan sumber air, kebutuhan air irigasi, neraca air, modulus drainase serta besaran debit banjir rencana yang mungkin terjadi. Besaran-besaran tersebut merupakan data masukan yang sangat diperlukan dalam perencanaan hidrolis baik saluran maupun bangunan irigasi.

Data curah hujan yang tersedia dan relevan dengan lokasi pekerjaan diperoleh dari Stasiun Cuaca PTK-11 dan PTK-16. Data curah hujan pada stasiun ini cukup panjang yaitu dari tahun 1982-2011, namun pada tahun-tahun tertentu ada beberapa data yang hilang.11. EvapotranspirasiBesaran evapotranspirasi didapatkan dari hasil analisa dengan menggunakan rumus Penman Modifikasi , hasilnya adalah berikut :Tabel 1. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi

Sumber; Hasil Perhitungan12. Debit Andalan

Prediksi mengenai besaran debit andalan pada daerah irigasi rencana dilakukan dengan menggunakan metode Dr. F.J. Mock. Berikut resume debit andalan.Tabel 2. Debit Andalan 80%

Sumber : Hasil analisaGambar 3. Grafik Debit Andalan 80%

13. Alternatif Pola Tata Tanam Rencana

Untuk mendapatkan pola dan jadwal tanam yang menguntungkan, maka dibuat 12 (dua belas) alternatif masa tanam yang merupakan penggeseran jadwal tanam dengan periode setengah bulan. Pola tanam yang digunakan adalah Padi-Padi. Dari hasil alternatif-alternatif ini, nantinya diambil nilai selisih kebutuhan air dengan debit andalan yang paling kecil.Berikut akan diberikan tabel contoh perhitungan kebutuhan air irigasi dengan mulai tanam awal April.Tabel 3. Kebutuhan Air Sawah dengan Permulaan Penyiapan Lahan Awal April

Sumber; Hasil PerhitunganHasil perhitungan kebutuhan air (NFR) yang didapat kemudian dikalikan dengan luasan sawah potensial yaitu seluas 520 Ha, sehingga didapat kebutuhan air untuk pemulaan tanam awal April adalah sebagai berikut;

Tabel 4. Kebutuhan Air Irigasi Untuk Setiap Bulan

14. Neraca AirNeraca air merupakan perbandingan antara debit andalan dengan kebutuhan air irigasi untuk setiap alternatif permulaan tanam. Dari neraca air nantinya dapat ditentukan alternatif permulaan tanam yang paling efektif.

Tabel 5. Neraca Air

15. Analisa Debit BanjirA. Analisa Curah Hujan RencanaUntuk keperluan analisa debit banjir rencana maka dilakukan analisa curah hujan rencana 1 (satu) harian dengan menggunakan metode Normal.Hasil Perhitungan Curah Hujan Tiap Periode Ulang Dengan Metode NormalR2=142,720mm/hari

R5=172,636mm/hari

R10=188,306mm/hari

B. Analisa Debit BanjirBerikut hasil debit banjir rencana dengan metode Snyder disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Periode ulang yang digunakan adalah 2, 5, dan 10 tahun sesuai dengan NSPM.Tabel 6. Intensitas Curah Hujan

Sumber : Hasil analisaTabel 7. Debit Maksimum Periode Ulang 2 Tahun Berdasarkan Hidrograf Snyder

Tabel 8. Debit Maksimum Periode Ulang 5 Tahun Berdasarkan Hidrograf Snyder

Tabel 9. Debit Maksimum Periode Ulang 10 Tahun Berdasarkan Hidrograf Snyder

Gambar 3. Hydrograf Snyder

Q2 =0,902m3/detik

Q5 =1,091m3/detik

Q10 =1,190m3/detik

16. Desain Penampang Saluran

A. Saluran Penampung

Direncanakan saluran penampung harus dapat menampung debit banjir. Direncanakan berupa saluran beton dengan dimensi seperti gambar dibawah;

Gambar 4. Dimensi Rencana Saluran Penampung

B. Saluran Irigasi

Direncanakan saluran irigasi harus dapat menampung debit kebutuhan air irigasi, yaitu Q=389,35 liter/detik. Direncanakan berupa saluran tanah dengan dimensi seperti gambar dibawah;

Gambar 5. Dimensi Rencana Saluran Irigasi ke Hamparan 1

Untuk saluran irigasi menuju hamparan 2 dan 3 digunakan pipa dengan diameter 750mm, dan saluran dengan dimensi

Gambar 6. Dimensi Rencana Pipa ke Hamparan 2 dan 3

Gambar 7. Dimensi Rencana Saluran Irigasi ke Hamparan 2 dan 3

17. Analisa Tanah PertanianKondisi Lingkungan

Lingkungan adalah salah satu faktor yang dapat mempengruhi proses pembentukan tanah. Kondisi lingkungan yang diamati meliputi topografi, iklim, tipe luapan air, kedalaman air tanah, kedalaman efektif, drainase, periode banjir, tata guna lahan dan vegetasi.1. Topografi

Bentuk wilayah atau kondisi topografinya relatif datar dengan ketinggian dari permukaan laut sekitar 0-3 meter (dataran rendah), kemiringan lahannya sekitar 0-2 % dengan kedalaman tanah efektif 40 cm dan tidak terdapat lokasi genangan air yang sifatnya permanen. Dapat diartikan bahwa disekitar areal survei memiliki tingkat kelerengan dari 0-3% atau 0-1,5 meter dari permukaan laut merupakan lahan yang cukup cocok untuk budidaya tanaman padi.

2. Iklim

Berdasarkan klasifikasi zona iklim Oldeman (1974), daerah survei tergolong ke dalam zona iklim A yaitu daerah yang mempunyai bulan basah > 9 bulan dengan curah hujan > 200 mm dan bulan kering < 2 bulan dengan curah hujan < 100 mm. Parameter yang diambil untuk analisis karakteristik lahan adalah data suhu udara dan curah hujan. Pada lokasi survei curah hujan tahunan rata rata 2.901,3 mm/tahun, dengan jumlah curah hujan bulanan 241,8 mm/bulan dan jumlah hari hujan tahunan rata rata 204 hari/tahun, dengan jumlah hari hujan bulanan rata-rata 17 hari/bulan, keadaan suhu rata-rata bulanan di lokasi survei berkisar 26oC dengan suhu minimum 21oC dan suhu maksimum 31oC.

3. Tipe Luapan Air.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa lahan pada areal survei tergolong kedalam tipe luapan B. Pengamatan keadaan muka air tanah di lokasi survei 34 cm ini disebabkan oleh pengaruh musim kemarau agak panjang pada saat survei.

4. Drainase

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa keadaan drainase tergolong agag terhambat, karena sedikit bercak yang tersebar dalam minifit. Drainase dimaksudkan sebagai pengeringan tanah secara alami.5. Kedalaman Air Tanah

Lokasi survei merupakan daerah yang mengalami genangan secara periodik. Kondisi ini dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi dan dipengaruhi pasang surut air laut/sungai pada bulan Nopember-Januari tiap tahunnya. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara dengan penduduk diketahui bahwa daerah pada lokasi survei tergenang, sedangkan kedalaman muka air tanah pada saat tergenang 30-50 cm dari permukaan tanah selama 24 jam.

6. Kedalaman Efektif

Kedalaman efektif merupakan suatu kedalaman yang di ukur dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap air (lapisan pirit, lapisan pasir, lapisan kerikil, batu). Kedalaman efektif sangat ditentukan dari tingkat pelapukan humus yang ada di permukaan dan jenis batuan induk yang melapuk menjadi tanah. Tanah-tanah di lokasi survei terbentuk dari proses pengendapan yang dibawa oleh pasang surut air laut/sungai. Tanah pada lokasi survei memiliki kedalaman lapisan pirit 41 cm. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa lahan di lokasi survei sebagian merupakan areal pertanian masyarakat bercocok tanam padi.

7. Periode Banjir

Kondisi kadar air di dalam tanah menentukan serapan unsur hara oleh tanaman padi. Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa sistem fisiografi lahan pasang surut pada kondisi drainase agak buruk dan tidak ditemui genangan air (karena musim kemarau), sehingga lahan lokasi survei berada dalam keadaan teroksidasi. Seperti telah dijelaskan di atas, periode banjir Nopember- Januari tiap tahunnya. Oleh sebab itu di lokasi survei perlu dibangun tanggul, saluran-saluran dan pintu air.

8. Tata Guna Lahan dan Vegetasi

Berdasarkan hasil dari pengamatan langsung di lapangan pada lokasi survei terdapat jenis vegetasi : bekas tanaman padi, kebun kelapa, kebun campuan dan semak belukar. Penggunaan lahan yang digunakan oleh petani adalah untuk areal persawahan. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah penting peranannya dalam penyediaan sarana tumbuh tanaman. Dalam survei ini aspek fisik hanya dibatasi pada pengamatan terhadap tekstur, konsistensi dan warna tanah, kedalaman lapisan pirit, dan kematangan tanah. 1. Tekstur

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat dalam massa tanah. Tekstur dapat diamati langsung di lapangan dan melalui pengukuran di laboratorium dengan metode Hydrometer. Pada survei ini, pengamatan tekstur dilakukan secara kasar di lapangan dengan cara memijat dan memirit tanah tersebut dan untuk lebih teliti tekstur diukur di laboratorium. Hasil pengukuran tekstur di laboratorium dapat diketahui bahwa pada lapisan 0-30 cm, perbandingan % Pasir, Debu, Liat, adalah 0,57 : 33,86 : 65,57 yang termasuk dalam kelas tekstur Liat.2. Konsistensi

Konsistensi merupakan manipestasi gayagaya fisika yaitu kohesi dan adhesi yang bekerja dalam tanah pada kandungan air yang berbedabeda, baik basah, lembab, ataupun kering. Dengan berkurangnya kandungan air maka tanah tanah akan kehilangan sifat melekatnya plastisitas serta dapat menjadi gembur dan lunak sehingga jika kering dapat menjadi keras.

Berdasarkan hasil survei di lapangan bahwa kondisi tanah dalam kondisi agak kering dan memiliki konsistensi lekat hingga sangat lekat dengan plastisitas agak plastis hingga plastis, karena waktu survei merupakan musim kemarau.

3. Warna Tanah dan Karatan

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dapat diketahui bahwa warna tanah pada areal survei dari minipit yang dibuat terdiri dari 3 lapisan, yaitu pada lapisan pertama 0-24 cm warna matrik 10 YR 3/2 dan warna karatan 5 YR 5/4, lapisan ke dua 24 47 cm warna matrik 10 YR 4/1 dan wakna karatan 5 YR 5/8, lapisan ketiga 47120 cm warna matrik 10 YR 5/3.

Warna tanah yang bervariasi dapat digambarkan sebagai petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Kandungan bahan organik, kondisi drainase, dan aerasi adalah sifat-sifat tanah yang berkaitan dengan warna tanah. Warna tanah dapat menggambarkan beberapa sifat tanah atau faktorfaktor yang mempengaruhi pembentukan warna tanah tersebut. 4. Kedalaman Lapisan Pirit

Kedalaman lapisan pirit merupakan pirit yang terdapat di dalam tanah yang diukur dari permukaan tanah dan merupakan batas lapisan dimana terdapat bahan sulfidik. Kedalaman lapisan pirit di bagi menjadi 4 kelas yaitu : (1) lapisan pirit dangkal (0 25 cm), (2) lapisan pirit agak dalam (26 50 cm), (3) lapisan pirit dalam (51 100 cm), (4) lapisan pirit sangat dalam (>100 cm). Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium, maka diketahui pada lokasi survei kedalaman 41 cm (agak dalam).

5. Kematangan Tanah.

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung di lapangan dapat diketahui bahwa tanah pada lokasi survei tergolong belum matang, karena ketika diremas dengan menggunakan telapak tangan bagian tanah yang keluar pada sela-sela jari tangan banyak, pada saat tanah dibasahkan (jenuh air). Sifat Kimia Tanah

1. pH H2O (Kemasaman Tanah)

Kemasaman tanah ditetapkan dengan menggunakan pH meter digital dengan perbandingan air dan tanah adalah 2:1. Tujuan dari penentuan pH tanah adalah selain untuk menggetahui keseimbangan hara dalam tanah, juga untuk mengetahui kesesuaian dengan pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil analisis Laboratorium, bahwa untuk kedalaman 0-30 cm nilainya pH 4,97 (masam). Kemasaman tanah disebabkan oleh tingkat perlindian yang telah lanjut dan bahan penyusun mineral yang bereaksi masam karena terakumulasi asam-asam organik hasil perombakan anaerob dari bahan organik atau dapt pula disebabkan oleh pengaruh garam-garam sulfat dari laut.

2. Nilai KTK Tanah

Dari hasil analisis Laboratorium nilai Kapasitas Tukar Kation tergolong sedang, dimana Minipit pada kedalaman 0-30 nilai Kapasitas Tukar Kation 36,09 me/100g (sangat tinggi).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa KTK pada minipit termasuk kategori sangat tinggi, hal ini disebabkan kandungan C-organiknya yang termasuk sangat tinggi. Dijelaskan bahwa semakin tinggi kandungan C-organik suatu tanah, maka semakin tinggi pula KTK-nya. KTK merupakan kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. KTK dalam suatu tanah sangat beragam, terutama dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri antara lain, pH, tekstur tanah atau jumlah liat, jumlah mineral liat, bahan organik, pengapuran dan pemupukan.

3. Kandungan C-Organik

Berdasarkan hasil analisis di laboratorium, tanah di lokasi survei nilai kandungan C-organiknya tergolong tinggi dimana pada Minipit kedalaman 0-30 kandungan C-organik 16,54%. Berdasarkan data tersebut, kandungan C-organik tergolong sangat tinggi. Kandungan C-organik dalam tanah menunjukan besarnya kandungan bahan organik dalam tanah. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia dan biologi tanah. Bahan organik dapat memantapkan agregat tanah, sumber hara bagi tanaman dan sumber energi bagi sebagian mikroorganisme tanah. 4. Kandungan N Total

Berdasarkan hasil analisis di laboratorium, tanah di lokasi survei pada minipit kedalaman 0-30 kandungan N-Total 0,78. Berdasarkan data di atas, kandungan N-total dalam tanah tergolong sangat tinggi. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang sangat penting dalam pertumbuhan tanama dikarenkan tinggi rendahnya N tersedia dalam tanah akan sangat menentukan produksi tanaman. Ketersediaan N di dalam tanah dalam jumlah yang relatif rendah dibandingkan dengan jumlah N yang diserap oleh tanaman, sementara N yang berada di udara bebas tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman untuk keperluan hidupnyatanpa melalui proses dekomposisi. Dekomposisi merupakan sumber utama N tanah, di samping dapat juga bersal dari hujan dan irigasi.

5. Kandungan Kalsium

Dari Hasil analisis laboratorium, kandungan Kalsium (Ca) pada lokasi survei minipit pada kedalaman 0-30 cm adalah 0,73 me/100gr tergolong sangat rendah. Diketahui bahwa kandungan kalsium termasuk kategori sangat rendah, kadar Ca berkaitan dengan kemasaman tanah, dimana pH tanah yang rendah menyebabkan kadar Ca juga rendah. Selain itu Ca merupakan kation yang sering dihubungkan dengan kemasaman tanah, karena dapat mengurangi efek kemasaman tanah.

Ketersediaan kebutuhan Ca dalam tanah dipengaruhi oleh tingkat kemasaman tanah. Kekurangan Ca pada tanaman mengakibatkan terganggunya pucuk tanaman hingga ujung akar.

6. Kandungan Kalium (K)

Hasil analisis laboratorium untuk kandungan Kalium (K) minipit pada kedalaman 0-30 cm tegolong kategori rendah, memiliki kandungan 0,26 %. Kandungan K yang tergolong kategori rendah disebabkan oleh bentuk kalium yang berada dalam mineral sehingga kurang tahan terhadap air. Pada dasarnya K ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk berupa ion K. Kalium merupakan ion ketiga setelah N dan P, diserap dalam jumlah mendekati atau bahkan kadang-kadang melebihi jumlah N.7. Kandungan P2O5 Dari hasil pengamatan di laboratorium, tanah pada Minipit kedalaman 0-30 cm tergolong kategori tinggi, memiliki kandungan P2O5 30,46 %. Fospor (P) terdapat dalam jumlah yang sedikit pada tanah mineral, sebagian besar P berada dalam bentuk senyawa yang tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Tanaman akan menyerap P dalam bentuk orthophosphat. Kandungan P yang tersedia didalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat diekstraksi atau larut dalam asam sitrat dan air.

8. Kandungan Natrium

Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa kadar natrium (Na) dapat ditukar pada minipit tanah pada kedalaman 0-30 cm termasuk dalam kategori sedang memiliki kandungan 0,44 %. Untuk Kadar Na dengan kondisi yang demikian di dalam tanah cukup tersedia bagi tanaman. 9. Kejenuhan Basa

Dari hasil pengamatan di laboratorium, tanah pada minipit kedalaman 0-30 cm tergolong kategori sangat rendah memiliki kejenuhan basa 4,57%. Nilai Kejenuhan Basa dipengaruhi oleh iklim dan pH tanah. Pada tanah dengan pH yang rendah, Kejenuhan Basa tanah akan rendah. Hal ini disebabkan oleh jumlah-jumlah kation basa yang dapat ditukarkan rendah dan koloid tanah dipenuhi oleh ion-ion H+ dan Al3+.

10. Daya Hantar Listrik

Hasil analisis di laboratorium menunjukan bahwa kadar DHL pada minipit kedalaman 30 cm tanah sebesar 0,75 mmhos/cm, ini menunjukan pewakil tanah tergolong ke dalam kriteria agak garaman (mengandung sedikit garam). Daya Hantar Listrik (DHL) digunakan untuk mengetahui kadar garam terlarutkan dalam tanah.

Salinitas pada lahan pasang surut berhubungan erat dengan tingginya kandungan garam natrium, sebagai akibat dari adanya intrusi air asin/laut yang biasanya berlangsung pada lahan-lahan kering musim kemarau (Juni-Agustus). Salinitas tinggi pada zone perakaran akan menghambat penyerapan air dan unsur hara yang terlarut di dalamnya. Deskripsi dan Klasifikasi Tanah

Tanah diklasifikasikan menurut kondisi geografis, morfologi, dan proses pembentukannya. Pengklasifikasian ini dilakukan menurut Sistem Taksonomi Tanah USDA 1999 hingga tingkat Sub Group. Sebagai dasar identifikasi digunakan hasil pengamatan di lapangan dan hasil analisis di laboratorium.

Dari pengamatan morfologi yang dilakukan di lapangan baik berupa boring maupun minipit yang dibuat pada SPT dan didukung oleh data hasil analisis, tanah di lokasi survei tergolong belum matang dengan nilai n-value > 1,00, mempunyai bahan sulfidik < 50 cm, sehingga tanah termasuk ordo Entisol.

Dari data hasil pengamatan di lapang dan data hasil laboratorium ditemukan bahwa tanah pada lokasi survei tergolong dalam ordo Entisol. Hal ini dicirikan atas tidak adanya perkembangan struktur tanah yang pada lokasi survei, kemudian hasil analisis laboratorium untuk tingkat kematangan yaitu pada minipit kedalaman 0-30 cm (> 1,00) dan nilai kematangan tanah ini tergolong belum matang karena memiliki nilai n > 0,7.

Kondisi jenuh air di seluruh lapisan pada waktu-waktu tertentu menjadikan tanah-tanah pada lokasi penelitian tergolong dalam sub ordo Aquents. Berdasarkan keberadaan jeluk pirit dan kematangan lapisan tanahnya, maka sub ordo Aquents ini dapat diklasifikasikan sebagai great group Sulfaquents.

Pada great group Sulfaquents ini bercirikan memiliki bahan sulfidik pada kedalaman < 50 cm, maka hal ini dapat menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian dapat digolongkan kedalam sub group Typic Sulfaquents. Ciriciri Typic Sulfaquents adalah tanah yang memiliki jeluk pirit < 50 cm dan memiliki nilai kematangan matang (n > 0,7).

Satuan Peta Tanah dan Uraiannya

Satuan peta tanah menunjukan kumpulan tanah dengan sifat-sifatnya sama atau hampir sama yang dideleniasi dalam satu peta tanah. Penyusunan satuan peta tanah dilakukan atas dasar sifat fisik tanah, kondisi lingkungan, dan faktor yang menjadi kendala pada tanah untuk pengembangan tanaman padi di lokasi survei. Untuk menyusun satuan peta tanah digunakan unsur-unsur dari fase tanah sebagai sifat pembeda yang merupakan unsur-unsur yang berguna atau erat hubungannya dengan pertunbuhan tanaman.

SPT: Typic Sulfaquents

Memiliki ciri morfologi yang tampak pada lapisan atas 0-120 cm diantaranya adalah warna tanah mulai dari 10 YR 3/2 dan warna karatan 5 YR 5/4 (0-24 cm), warna tanah 10YR4/1 dan warna karatan 5 YR 5/8 (24-47 cm) , dan warna tanah 10YR5/3, tekstur tanah liat, konsistensi tanah lekat dan plastisitas. Nilai kematangan tanah (n) > 0,7. Tanah bereaksi kuat dengan H2O2 35 % pada kedalaman < 50 cm (41 cm/agak dalam).Kesesuaian Lahan

Hasil perbandingan antara persyaratan penggunaan lahan dari jenis penggunaan lahan tertentu dengan kualitas lahan suatu satuan peta tanah yang didapat dari hasil pengamatan di lapangan dan hasil analisis di laboratoriun akan mengahasilkan suatu kelas kesesuaian lahan yang menunjukan kesesuaian lahan satuan peta tanah untuk jenis penggunaan tertentu, dimana dalam survei ini ditujukan pada pengguaan lahan untuk tanaman padi. Pada survei ini pengklasifikasian tanah dilakukan dengan menggunakan sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976).

Berdasarkan hasil analisis kimia dan fisik tanah yang kemudian dipadukan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi, maka dapat disusun suatu hasil penilaian kesesuaian lahan pada kualitas lahan, selanjutnya diperoleh kelas kelas kesesuaian lahan aktual pada Satuan Peta Tanah.1. Kesesuaian Lahan Aktual

Kelas Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability) menyatakan kesesuaian lahan dari hasil survei tanah atau sumberdaya lahan dan belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang berupa lingkungan fisik, termasuk sifat-sifat tanah dalam hubungannya dengan persyaratan tumbuh tanaman yang akan dievaluasi. Lahan tersebut dapat berupa areal yang belum dibuka/diusahakan atau sudah berupa lahan pertanian namun belum dikelola secara optimal. Dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada, sebenarnya lahan tersebut potensinya masih dapat ditingkatkan. Seperti diketahui, untuk kelas kesesuaian lahan apabila tergolong N (tidak sesuai) maka mempunyai faktor pembatas yang sangat berat, dan secara ekonomik tidak sesuai maka di golongkan sebagai kelas N1 (tidak sesuai saat ini), Sedangkan jika secara fisik tidak sesuai maka tergolong sebagai kelas N2 (tidak sesuai selamanya) atau sangat berat untuk mengatasi faktor-faktor pembatas.

Berdasarkan hasil analisis data fisik, kimia dan kesuburan tanah, diketahui bahwa daerah survei memiliki kelas kesesuaian lahan aktual tidak sesuai saat ini (S3-x) dengan faktor pembatas terutama pada kedalaman sulfidik.

2. Kesesuaian Lahan Potensial

Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya.Tabel 10. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Padi Sawah

Kualitas/Karakteristik LahanKesesuaian Lahan AktualPerbaikanKesesuaian Lahan Potensial

Satuan Peta Tanah

Temperatur (t)

- Rata-rata Tahunan (oC)27-31oCS2

Ketersediaan Air (w)

- Bulan Kering>3 blnS1

- Curah Hujan/Tahun (mm)2901 mm/thnS1

- Media Perakaran (r)

- Drainase TanahAgak terhambatS1

- TeksturClS1

- Kedalaman Efektif (cm)41 cmS2

Retensi Hara (f)(T)

- KTK tanahTinggiS1

- pH tanah4,97 (m)S2

- C organik3,06S1

Kegaraman (c)

-Salinitas (mmhos/cm)>2S1

Toksisitas (x)

- Kedalaman Sulfidik (cm)41 cmS3+S2

Hara Tersedia (n)

- Total N0,78 (ST)S1

- P2O530,46 (T)S2+

- K2O0,26 (Rendah)S2

Terrain/Potensi Mekanisasi (s/m)

- Lereng (%)