evprog saya

47
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Menurut Hendrik L. Bloom, ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini jelas bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja perlu mendapatkan prioritas. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit seperti diare, tifoid, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program upaya kesehatan lingkungan sebagai program kesehatan wajib yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi dasar. 1-2 Berdasarkan hasil UNICEF/WHO Joint Monitoring Programme (JMP), perkembangan cakupan sanitasi di Indonesia sejak tahun 1990 hingga 2004 sangat lambat, yakni di perdesaan peningkatan cakupannya hanya sekitar 3% dari 37% hingga ke 40%, sedangkan di perkotaan mencapai 8%, yakni dari 65% hingga 73%. Menurut kriteria JMP 2006 yang dikatakan memiliki akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) yaitu rumah tangga 1

Upload: momo-taros

Post on 22-Nov-2015

76 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Bab 1Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Menurut Hendrik L. Bloom, ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini jelas bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja perlu mendapatkan prioritas. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit seperti diare, tifoid, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program upaya kesehatan lingkungan sebagai program kesehatan wajib yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi dasar.1-2Berdasarkan hasil UNICEF/WHO Joint Monitoring Programme (JMP), perkembangan cakupan sanitasi di Indonesia sejak tahun 1990 hingga 2004 sangat lambat, yakni di perdesaan peningkatan cakupannya hanya sekitar 3% dari 37% hingga ke 40%, sedangkan di perkotaan mencapai 8%, yakni dari 65% hingga 73%. Menurut kriteria JMP 2006 yang dikatakan memiliki akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) yaitu rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved adalah rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri, jenis tempat BAB jenis leher angsa atau plengsengan, dan tempat pembuangan akhir tinja jenis tangki septik. Sedangkan yang dikatakan fasilitas sanitasi unimproved adalah fasilitas milik bersama, umum dan atau BAB sembarangan, sarana jamban cemplung, pembuangan akhir tinja tidak di tangki septik.3-4Dari hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar sembarangan (BABS). Hal ini menyebabkan tingginya angka kejadian diare di Indonesia dan dapat terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 implikasi dari perilaku BABS adalah diare ataupun penyakit berbasis lingkungan yang merupakan pembunuh nomor satu untuk kematian bayi di Indonesia dan 42% dari penyebab kematian bayi usia 0-11 bulan. Hal seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu dengan pendekatan sanitasi total. Ini dibuktikan melalui hasil studi WHO 2007 yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar. Maka, Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 menetapkan undang-undang tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di mana salah satu pilarnya adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sanitasi dasar untuk mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS atau Open Defecation Free (ODF). 3-6Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Susenas 2011 proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan perdesaan sebesar 55,60% dengan target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 62,41%.7Dari data Riskesdas 2013, sebanyak 59,8% rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved sedangkan 40,2% rumah tangga dengan fasilitas sanitasi unimproved. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri lebih tinggi di perkotaan (84,9%); sedangkan proporsi BAB sembarangan lebih tinggi di perdesaan (20,8%). Pembuangan akhir tinja rumah tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%).8,9Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018 didapatkan 38,77% masyarakat masih melakukan BAB sembarangan. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC umum dan 38% BABS.10Dari laporan triwulan I-II Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Batujaya 2014 didapatkan cakupan pengawasan jamban sebesar 34,15% dari target yang ditetapkan propinsi Jawa Barat yaitu 75%. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan, menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa: 1. Berdasarkan hasil UNICEF/WHO Joint Monitoring Programme, perkembangan cakupan sanitasi di Indonesia sejak tahun 1990 hingga 2004 sangat lambat, yakni di perdesaan peningkatan cakupannya hanya sekitar 3% sedangkan di perkotaan mencapai 8%.2. Dari hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar sembarangan. 3. Angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur.4. Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 implikasi dari perilaku BABS adalah diare ataupun penyakit berbasis lingkungan yang merupakan pembunuh nomor satu untuk kematian bayi di Indonesia dan 42% dari penyebab kematian bayi usia 0-11 bulan.5. Dari hasil studi WHO 2007, kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar.6. Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Susenas 2011 proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan perdesaan sebesar 55,60% dengan target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 62,41%.7. Dari data Riskesdas 2013, sebanyak 59,8% rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved sedangkan 40,2% rumah tangga dengan fasilitas sanitasi unimproved. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri lebih tinggi di perkotaan (84,9%); sedangkan proporsi BAB sembarangan lebih tinggi di perdesaan (20,8%). 8. Dari data Riskesdas 2013, pembuangan akhir tinja rumah tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%).9. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018 didapatkan 38,77% masyarakat masih melakukan BAB sembarangan

10. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC umum dan 38% BABS.11. Dari laporan triwulan I-II Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Batujaya 2014 didapatkan cakupan pengawasan jamban sebesar 34,15% dari target yang ditetapkan propinsi Jawa Barat yaitu 75%.

1.3 Tujuan 1.3.1. Tujuan UmumUntuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengawasan jamban di UPTD Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai Agustus 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus Diketahuinya jumlah sarana jamban yang ada, jumlah penduduk yang menggunakan jamban, jenis jamban yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Diketahuinya presentase akses fasilitas jamban yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Diketahuinya cakupan penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan tentang program pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014.

1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Evaluator1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah. 2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban.3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkanantara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. 4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi. 5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi. 2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan. 3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas. 1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja Puskesmas Batujaya. 2. Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja puskesmas Batujaya. 3. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik.4. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pengawasan jamban sehingga mutu dari pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.4.4 Bagi Masyarakat1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Batujaya.2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan prevalensi berbagai penyakit masyarakat yang berbasis kesehatan lingkungan melalui program pengawasan jamban.3. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia. 4. Masyarakat dapat memperoleh akses fasilitas jamban yang layak untuk kebutuhan sehari-hari.

1.5 SasaranMasyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya, desa Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014.

Bab IIMateri dan Metode2.1 Materi Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014 di UPTD Puskesmas Batujaya, desa Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, antara lain: 1. Pendataan jumlah sarana jamban yang ada.1. Jumlah penduduk yang menggunakan jamban.1. Jenis jamban yang ada/yang digunakan.1. Jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan.1. Hasil inspeksi jamban keluarga yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya.1. Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.1. Penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban. 1. Pencatatan dan Pelaporan.

2.2 Metode Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program pengawasan jamban di Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.

Bab IIIKerangka Teoritis

3.1 Kerangka Teoritis

Bagan 1.Teori Pendekatan Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu : 1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information). 2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling). 3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. 5. Umpan balik (feedback) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan. 6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2 Tolok Ukur KeberhasilanTolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan jamban. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan jamban di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Agustus 2014. Uraian tolok ukur lihat di Lampiran 1.

Bab IVPenyajian Data

4.1. Sumber DataSumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari: Data Sekunder : Profil Puskesmas Batujaya tahun 2013. Data Demografi Puskesmas Kecamatan Batujaya tahun 2013 Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Batujaya tahun 2013, Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Laporan Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas Batujaya tahun 2014. Laporan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Batujaya, Karawang periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Laporan Bulanan Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Batujaya, Karawang periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Laporan Kemajuan Akses Sanitasi Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.

4.2. Data Umum4.2.1 Geografia. Lokasi UPTD Puskesmas Batu Jaya terletak di desa Batu Jaya Kecamatan Batu Jaya Kabupaten Karawang, dengan berjarak + 1 km dari kantor kecamatan Batu Jaya dan 40 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dengan waktu tempuh 100 menit menggunakan roda empat.

b. Wilayah Kerja Luas wilayah 8.138,139 Ha, dengan kondisi fisik dataran rendah, di dominasi oleh sebagian besar persawahan dan sebagian pantai. Terdiri dari 10 desa, 45 Dusun, 45 RW dan 135 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas Batujaya dengan waktu tempuh 20 menit dengan roda dua dan 30 menit dengan roda empat. Batas Wilayah KerjaPuskesmas Batujaya memiliki batas-batas fisik sebagai berikut : Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Tirta Jaya Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Bekasi Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pakis Jaya Sebelah Timur: berbatasan dengan Kecamatan Jayakerta Wilayah administrasi UPTD Puskesmas Batujaya terdiri dari 10 desa: Desa Kuta Ampel Desa Karya Makmur Desa Karya Mulya Desa Teluk Bango Desa Teluk Ambulu Desa Karya Bhakti Desa Batu Raden Desa Batujaya Desa Segaran Desa Segarjaya4.2.2 IklimSesuai dengan bentuk morfologinya UPTD Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang merupakan dataran rendah dengan temperatur udara rata-rata 27C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66% dan kelembaban nisbi 80%. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 3.200 mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin antara 30 35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5 7 jam.

4.2.3 Hidrografi UPTD Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke utara arah sungai Citarum dan merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi.

4.2.4 Demografi Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya pada tahun 2013 berdasarkan sumber data kependudukan kecamatan Batujaya sebanyak 86.970 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 28.379 rumah tangga. Jumlah penduduk tersebut bervariasi berdasarkan sumber datanya. Penduduk laki-laki 43.330 jiwa dan perempuan 43.140 jiwa. Berdasarkan tabel yang terdapat dalam lampiran dapat dilihat bahwa desa Batujaya mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 14.675 jiwa, dan rumah tangga terbanyak sebanyak 4.160 rumah tangga.

Sebagian besar penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya berpendidikan SD 55,54% (lihat tabel). Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja sebagian besar adalah petani 67,60% (lihat tabel 5-7, lampiran). Jumlah penduduk miskin tahun 2013 berdasarkan data dari Kecamatan Batujaya yaitu sebanyak 37.710 jiwa tersebar di sepuluh desa dan sebagian besar pengunjung puskesmas menggunakan jaminan kesehatan Jamkesmas. (lampiran)

4.2.5 Sarana KesehatanJenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang antara lain: Puskesmas perawatan, Puskesmas Pembantu/Pustu, Polindes Plus, BP Pratama, BP Madya/Klinik 24 jam, Posyandu, Posbindu, Praktek Bidan. (Lampiran 3 tabel 5).

4.3 Data Khusus 4.3.1 Masukana. Tenaga(Man)Petugas Kesehatan Lingkungan (Sanitarian):1 orang sebagai koordinator program dan pelaksana program.

b. Dana (Money)Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari : APBD : Cukup

c. SaranaSarana medis: Sanitarian kit: Tidak ada Sarana non medis: Infocus: Ada, 1 buah Layar: Ada, 1 buah Leaflet: Tidak ada Lembar balik: Tidak ada Poster (tentang BABS/jamban): Tidak ada Formulir pengawasan sarana jamban: Ada Buku pedoman Kesling : Ada, 1 Alat tulis: Cukup Sarana transportasi: Ada

d. Metode (Method) Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai akhir tahun berupa jumlah jamban yang ada, jumlah penduduk yang memakai sarana jamban, jumlah akses fasilitas yang layak (jamban yang memenuhi syarat) dan jenis jamban yang digunakan. Pendataan biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi. Penyuluhan mengenai sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan yang berdasarkan program STBM. Penyuluhan dilakukan di dalam dan di luar gedung. Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat.Pemetaan jamban dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa binaan. Pemetaan dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan melalui lingkup area/daerah. Dimana pemetaan berisikan tentang kondisi sarana jamban yang ada, rumah yang memakai jamban, akses fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) dan rumah dengan kasus diare/penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh sarana jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengawasan/inspeksi sarana jamban.Inspeksi dilakukan secara berkala 8 kali (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama dengan kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi satu persatu rumah di wilayah kerja puskesmas Batujaya. Pengawasan/inspeksi jamban diperiksa secara fisik dimana fasilitas pembuangan tinja dan menggunakan tangki septik dengan sarana air bersih dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah. Jamban terdiri dari 3 bagian: rumah jamban, lubang jamban dan tempat penampungan tinja yang disebut septic tank. Kriteria jamban sehat antara lain ruangan cukup leluasa untuk bergerak, pencahayaan dan ventilasi cukup, lantai tidak licin, tidak menjadi sarang serangga, tangki septik sekurang-kurangnya 10m dari sumber air. Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi sarana jamban. Pencatatan dan pelaporan PencatatanPetugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format pencatatan pengawasan sarana jamban (register dan formulir lain yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan dan tahunan). PelaporanPuskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan secara periodik (bulanan dan tahunan).4.3.2 Proses a. Perencanaan Pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana jamban dan jumlah pengguna. Perencanaan kegiatan di buat 1 bulan sebelumnya, setahun sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan pendataan dan inspeksi sarana jamban 8 kali (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 09.00 11.00 WIB. Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali) yang berada di kantor kepala desa. Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan dan sosialisi program STBM. Pencatatan dan pelaporan : Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul 11.00-13.00 WIB). Pelaporan dilakukan setiap awal bulan.

b. PengorganisasianDibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung jawab program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program. Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:

Kepala PuskesmasTeti Suhernayati, SKM

Staff Promkes

Koordinator Kesehatan LingkunganAhmad Taufik, AMK

Lintas Program (Bidan, Dokter, dsb)Lintas Sektoral (Ketua RW, RT)

Bagan 2. Struktur organisasi bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Batujaya* Struktur Organisasi selengkapnya terdapat pada Lampiran X

Pengorganisasian dalam program pengawasan jamban dibagi berdasarkan jabatan: a. Kepala Puskesmas Sebagai penanggung jawab program. Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di wilayah kerja. b.Koordinator Kesehatan Lingkungan Koordinator program. Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah setempat. Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas dalam waktu tiap bulan.

c. PelaksanaanSesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara berkala: Pengumpulan data 1x/tahun. Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor. Pengawasan jamban 8x/sebulan. Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun sekali), namun tidak dilakukan.

d. Pengawasan1. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.2. Adanya rapat bulanan di puskesmas Batujaya tentang hasil pencapaian program pengawasan jamban.

4.3.3 Keluaran a. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban

Cakupan Pengawasan Jamban=Jumlah jamban diperiksa di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahunx 100%

Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun

1809**Cakupan : ------------------- x 100 % = 45,42% 3983*

Target (untuk 8 bulan): 75% x 8 = 50% 12

b. Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat

Presentase penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi layak/jamban sehat

= Jumlah penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi layak (jamban sehat) di suatu wilayah pada periode tertentux 100%

Jumlah penduduk di wilayah pada periode yang sama

29115***Presentase : ------------------- x 100 % = 33,48% 86970*Ket : (*) diambil dari laporan data dasar penyehatan lingkungan tahun 2014.(**) diambil dari laporan bulanan pemeriksaan penyehatan lingkungan Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014.(***) diambil dari laporan Profil Puskesmas Batujaya tahun 2013.

c. Catatan dan pelaporan (kurang lengkap) Laporan yang disajikan merupakan laporan cakupan hasil inspeksi pengawasan jamban yang terdiri dari jumlah jamban yang ada serta jumlah jamban yang memenuhi syarat. Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang digunakan oleh penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya. Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat. Tidak ada laporan tentang penyuluhan yang dilakukan.

4.3.4 Lingkungana. Lingkungan FisikLokasi : Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor. Walaupun sebagian jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak jalan yang belum diaspal tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan.Iklim : Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Tetapi bila musim hujan beberapa tempat becek dan terkadang banjir.Kondisi Geografis : Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban. Berdasarkan keterangan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Batujaya tidak mempengaruhi.

b. Lingkungan Non Fisik Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan program. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan terdapat 37.710 penduduk yang miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana jamban yang memadai. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yaitu SD. Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan seperti di saluran irigasi, selokan, sawah, sungai, tempat pemeliharaan ikan dan kebun mempengaruhi keberhasilan program. Sebagian besar masyarakat masih belum memiliki sarana jamban yang memenuhi syarat.

4.3.4 Umpan Balika. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan. b. Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukanakan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program pengawasan jamban selanjutnya.

Bab VPembahasan Masalah

Tabel 1.Variabel-Variabel dari MasalahNoVariabelTolok UkurPencapaianMasalah

1Keluaran Cakupan hasil pengawasan/ inspeksi jamban Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehatTarget total provinsi Jawa Barat75%

75%Puskesmas Medangasem65.55 %

27.85%

Puskesmas Medangasem(+) 12,6%

(+) 62,86%

2Masukan Tenaga (Man)

Dana (Money)

Sarana (Material)

Metode (Method)

Tersedianya petugas sebagai koordinator dan pelaksanaprogram pengawasan jamban yang terampil di bidangnya.

Tersedianya dana yang cukup berasal dari BOK dan APBD untuk petugas, sebesar Rp25.000,tiap RW.

Sanitarian kitInfocusLayarLeafletLembar balikPoster

Formulir wawancara/formulir pengawasan jambanBuku pedoman Kesling Alat tulis, sarana Ttansportasi

1.Pendataan2.Penyuluhan tentang sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan di dalam dan di luar gedung.3.Pengawasan/inspeksi sarana jamban.4.Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat5. Pencatatan dan pelaporan

1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinatordan pelak- sana program pengawasan jamban yang terampil/kompeten di bidangnya.Tidak ada laporan penggunaan dana secara terperinci.

Tidak AdaAda, 1 buahAdaTidak AdaTidak AdaAda, tetapi untuk pengelolaan makan bukan poster stop BABS atau tentang sarana jamban.AdaAdaCukup

1. Pendataan dilakukan tetapi terbatas pada jumlah jamban yang adadan jumlah jamban yang memenuhi syarat. Tidak ada pendataan jenis jamban tersebut.2. Penyuluhan lebih terfokus di dalam gedung dan posyandu. Penyuluhan di luar gedung kurang.3. Pengawasan/inspeksi jamban dinilai secara fisik saja, sesuai dengan yang tertera di halaman 144. Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memadai5. Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan yang tertera di halaman 14.(-)

(+)

(+)

(+)

3Proses-Pengorganisasian

-Pelaksanaan

-Pengawasan

Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggungjawab program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian melakukan koordinasi dengan pelaksana program.

Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara berkala : pengumpulan data 1x/tahun, Pengawasan jamban 8x/sebulan, Penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor.

1. Pencatatan setiap bulan/tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.2. Rapat bulanan di Puskesmas

Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral

Dilakukan pendataan hanya saja tidak ada data jenis jamban yang digunakan.Dilakukan perencanaan.Pengawasan sarana jamban telah dilakukan sesuai jadwal.Penyuluhan hanya terbatas di posyandu saja serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.

Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.Adanya rapat bulanan.Namun data yang disajikan berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan, laporan pembangunan kesehatan.

(+)

(+)

(+)

4

5.Umpan Balik

Lingkungan Fisik

Non-Fisik

Adanya rapat kerja bulanan dengan Dinas satu bulan satu kali yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.

Lokasi Iklim

Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan program.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan program.

Perilaku masyarakat terhadap penggunaan sarana jamban dapat mempengaruhi keberhasilan program.

Dilakukan rapat kerja bulanan Dilakukanpencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Berdasarkan keterangan petugas antara lain :1. Desa Ciptamarga agak sulit dijangkau terutama bagian pendalaman desa sebab harus menyebrangi saluran irigasi.2. Pada saat musim hujan yang agak sulit sebab jalan becek dan beberapa tempat banjir.

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian 54,06% petani dan 40,02% buruh tani dari total jumlah penduduk merupakan 5136 KKmasyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana jamban yang memadai. Tingkat pendidikan masih rendah yaitu 35,54% SD dan 35,37% tidak bersekolah. Perilaku masyarakat yang masih BAB sembrangan seperti di saluran irigasi, selokan, sawah, kebunmempengaruhi keberhasilan program. (-)

( + )

( + )

( + )

( + )

Bab VIPerumusan Masalah

6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran) Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 65,55% dari target 75%, besar masalah 12,6%. Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 27,85%dari target 75%, besar masalah 62,86%.

6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab) Masukan Dana (Money ) Tidak laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci khususnya di bagian kesehatan lingkungan. Sarana (Material)Tidak ada poster, leafet dan lembar timbal balik yang mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS. Metode (Method)Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memadai. Proses PengorganisasianStruktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban. Pelaksanaan Penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan tentang penting sarana jamban yang memenuhi syarat kepada masyarakat.Tidak ada pendataan jenis sarana jamban tersebut Pengawasan dan PelaporanAdanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.Namun data yang disajikan berbeda-beda dengan hasil laporan PKP, laporan bulanandan tahunan penyehatan lingkungan dan laporan pembangunan kesehatan tahunan.

Lingkungan FisikDesa Ciptamarga agak sulit dijangkau terutama bagian pendalaman desa sebab harus menyebrangi saluran irigasi.Pada saat musim hujan yang agak sulit sebab jalan becek dan beberapa tempat banjir. Sebab masih banyak jalan yang belum diaspal. Non-FisikSebagian besar penduduk bermata pencaharian 54,06% petani dan 40,02% buruh tani dari total jumlah penduduk merupakan 5136 KKmasyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana jamban yang memadai. Tingkat pendidikan masih rendah yaitu 35,54% SD dan 35,37% tidak bersekolah sehingga kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sanitasi dasar yang berkualitas (sarana jamban yang memadai) terhadap kesehatan.Perilaku masyarakat yang masih BABS seperti di saluran irigasi, selokan, sawah, kebunmempengaruhi keberhasilan program.

Bab VIIPenyelesaian Masalah

7.1 Masalah 1Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 65,55% dari target 75%.Penyebab antara lain : PengorganisasianStruktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban. Pengawasan dan PelaporanData yang disajikan berbeda-beda dengan hasil laporan PKP, laporan bulanan penyehatan lingkungan dan laporan laporan pembangunan kesehatan tahunan.

Penyelesaian antara lain : Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator program, koordinator dengan pelaksanaserta mengoptimalkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan bekerja sama dengan promosi kesehatan, bidan desa dan sebagainya. Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.

7.2 Masalah IIPresentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 27,85%Penyebab antara lain : PengorganisasianBelum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban. MetodeTidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat padahal sudah ada data pencatatan setiap bulan tentang jumlah jamban yang memenuhi syarat. Pelaksanaan Penyuluhan hanya terbatas di posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sehingga sasaran target penyuluhan kurang. Lingkungan FisikBagian pendalaman dari Desa Ciptamarga agak sulit dijangkau sebab harus menyebrangi saluran irigasi.Pada saat musim hujan agak sulit sebab sebagian besar jalan tidak diaspal (berupa tanah) dan berupa tanah sehingga jalan menjadi becek dan beberapa tempat banjir. Non-FisikSebagian besar penduduk bermata pencaharian adalah petani dan buruh tani, 5136 KKmasyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana jamban yang memadai. Tingkat pendidikan masih rendah sehingga kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sanitasi dasar yang berkualitas (sarana jamban yang memadai) terhadap kesehatan.Perilaku masyarakat yang masih BABS menjadi suatu tradisi atau kebiasaan hidup.

Penyelesaian antara lain : Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator program, koordinator dengan pelaksanaserta mengoptimalkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan bekerja sama dengan promosi kesehatan, bidan desa dan sebagainya. Melakukan pemetaan jamban yang memenuhi syarat sesuai dengan pencatatan bulan yang ada. Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tidak hanya 1x dalam 1 bulan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan. Penyuluhan tentang pentingnya sarana jamban sehat dengan kesehatan. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan masyarakat sehingga mengubah sikap dan perilaku dalam hal BABS. Mulai mensosialisasikan dan menerapkan sistem program STBM yang salah satu pilarnya adalah ODF atau stop BABS.

Bab VIIIPenutup8.1 KesimpulanDari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan Program Pengawasan Jamban di UPTD Puskesmas Medangasem periode Agustus 2013 hingga Juli 2014 dikatakan belum berhasil sebabtidak sesuai dengan tolak ukur yang sudah ditentukan.Dari hasil kegiatan program, didapatkan :a. Jumlah sarana jamban yang ada sebanyak 2.372, jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 1.107.b. Tidak ada pendataan jenis jamban yang digunakan.c. Tidak ada pemetaan sarana jamban yang memandai.d. Tidak ada data tertulis tentang penyuluhan sarana jamban sehat.e. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 65,55% dari target 75%f. Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 27,58%

8.2 Saran Meningkatkan koordinasi lintas program dengan promosi kesehatan, bidan desa dan sebagainya.Mengoptimalkan kerjasama lintas sektoralseperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan. Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan dengan prinsip STBM dilakukan tidak hanya di dalam gedung dan posyandu saja tetapi di luar gedung misalnya dalam bentuk Trade walk. Mengusulkan pengadaan sarana yang menunjang penyuluhan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Peningkatan dalam ketelitian penulisan dan penyajian data hasil kegiatan setiap selesai dilakukan kegiatan tersebut. Melakukan pendataan meliputi jenis dan membuat pemetaan sarana jamban berguna untuk melihat wilayah kerja yang belum memiliki akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat, terutama di daerah desa binaan yang dapat dipantau setiap tahun.

Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program pengawasan jambanpada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.

21