evaluasi tingkat kepuasan pasien badan …digilib.unila.ac.id/59470/3/tesis tanpa bab...

106
EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG (Tesis) PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2019 DEFI YUNIA SARI

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN

TERHADAP PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

(Tesis)

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

DEFI YUNIA SARI

ABSTRAK

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIENBADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN

TERHADAP PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHDR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Oleh

DEFI YUNIA SARI

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek merupakan rumah sakit unit swadanadaerah dan menjadi rumah sakit rujukan tertinggi kelas B, namun pada kenyataannyapelayanan yang diberikan belum mampu memenuhi kepuasan pasien terutama kalanganmenengah ke bawah sehingga masih terdapat keluhan baik dari sisi pelayanan medismaupun pelayanan administrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan danmengevaluasi penyebab pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatantidak puas terhadap pelayanan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.Penelitian ini menggunakan tipe kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknikpengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitianmenggunakan lima indikator penilaian untuk mengevaluasi penyebab pasien tidak puasyaitu (1) Health care facilities, dilihat dari kapasitas ruangan khususnya kelas III yangover sehingga membuat pasien harus dirawat di selasar ruangan dan kurang terjaganyakebersihan toilet. (2) Health service knowledge, dilihat dari sikap tidak ramah danbersifat apatis, bahkan perawatnya terkenal galak. (3) Health service process, dilihat darimasalah banyaknya jumlah antrian layanan pasien yang menggunakan kartu BPJSKesehatan dengan pasien umum hingga berjam-jam bahkan hingga setengah hari. (4)Health care appropriate, kehandalan baik dokter dan perawat sudah memiliki sertifikatBLS/PPGD/GELS/ALS dan banyak dokter yang terkenal. (5) Respect and care, padadasarnya dapat mengatasi keluhan dari pasien, namun belum memberikan pelayanansecara merata. Berdasarkan tingkat kepuasan pasien BPJS di rumah sakit cenderung padaindikator Health service process. Hal ini disebabkan karena persyaratan birokasi yangharus dipenuhi. Fenomena ini menunjukan bahwa dilihat dari aspek manajemenpelayanan kesehatan khususnya yang menggunakan fasilitas BPJS tidak memberikanjaminan dari aspek kepuasan pasien (customer).

Kata Kunci: Evaluasi, Kepuasan, Pelayanan Publik

ABSTRACT

EVALUATION OF BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)HEALTH PATIENT SATISFACTION LEVEL FOR SERVICES

AT DR. H. ABDUL MOLOEK HOSPITALPROVINSI LAMPUNG

By:

DEFI YUNIA SARI

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek one hospital became a regional self-help hospital andbecame the highest class B hospital, but in reality the services provided were unable tomeet patient satisfaction, especially the lower middle class, so there were still complaintsboth in terms of medical services and administrative services. This study aims to describeand evaluate the causes of BPJS Health patients who are not satisfied with the services atRSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. This research uses a qualitative typewith a descriptive approach. The technique of collecting data through observation,interviews and documentation. The results of the study use 5 assessment indicators toevaluate the cause of dissatisfied patients, namely (1) Health care facilities, seen from thecapacity of the room, especially class III which is over so it makes the patient must betreated in the hall of the room and poorly maintained toilet cleanliness. (2) Health serviceknowledge, seen from a hostile and apathetic attitude. Even the nurses are fierce. (3)Health service process seen from the problem of the large number of patient servicequeues using BPJS Health cards with public patients for hours and even up to half a day,(4) Health care appropriate, reliability both doctors and nurses already have BLS / PPGD/ GELS / ALS certificates and many famous doctors. (5) Respect and care, basically canovercome complaints from patients, but has not provided services evenly. Based on thelevel of patient satisfaction BPJS in hospitals tend to be indicators of the Health serviceprocess. This shows that because the bureaucratic requirements must be met. Thisphenomenon shows that seen from the aspect of health service management, especiallythose using BPJS facilities do not provide guarantees from the aspect of patientsatisafaction.

Keywords: Evaluation, Satisfaction, Public Service

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIENBADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN DI RSUD DR. H. ABDULMOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Oleh

DEFI YUNIA SARI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2019

RIWAYAT HIDUP

Defi Yunia Sari lahir di Bandar Lampung pada

tanggal 1 Juni 1994. Penulis merupakan anak

pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan dari

pasangan Najmi Amro dan Minhum S.Sos.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar di

SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung dan lulus

pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 10 Bandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di

SMAN 7 Bandar Lampung, lulus pada tahun 20012. Kemudian melanjutkan ke

jenjang perguruan tinggi Sarjana Ilmu Pemerintahan, di Universitas Lampung

lulus pada tahun 2016. Selanjutnya pada tahun 2016 penulis terdaftar sebagai

mahasiswi Magister Ilmu Pemerintahan di Universitas Lampung

MOTTO

Apabila Allah berkendak menetapkan sesuatu,

maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:

“Jadilah”, lalu jadilah dia.

(QS. Ali Imran: 47)

Be the best

Do your best

Allah will take care of the rest

(Defi Yunia Sari)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai

kemampuannya

(QS Al Baqarah; 286)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati Kupersembahkan Karya

Kecilku ini sebagai tanda baktiku Kepada:

Kedua orang tua ku tercinta yang telah senantiasa

tulus mendoakan keberhasilanku, serta telah

banyak memberikam sumbangan baik dari segi moril

maupun materil, terima kasih banyak atas

semua pengorbanan yang telah kalian berikan,

tidak ada yang dapat Ananda berikan

semoga Allah SWT membalas semua kebaikan

Ayah dan Mama selama ini.

Keluargaku tersyang, terima kasih atas dorongan,

motivasi, kesabarab dan do’anya sehingga penulis dapat

mencapai keberhasilan ini.

Almamater Tercinta Universitas Lampung

SANWACANA

Alhamdullilah puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan

berbagai nikmat yang tak terhitung banyaknya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis dengan judul “Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Terhadap Pelayanan Di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung” ini

ditujukan untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh gelar

Magister (S2) pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.

Penulis memperoleh banyak bantuan baik dari segi moril, materil serta

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga Tesis ini dapat

terselesaikan dengan lancar dan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis

sampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada ayahanda Najmi Amro

dan Ibunda Minhum, S.sos tercinta atas kasih sayang yang tak terhingga serta

adikku Muhamad Anhar, SH. Penulis persembahkan karya ini sebagai wujud

penghargaan bagi mereka selaku orang tua yang selalu ikhlas memberikan doa

dan dukungan hingga diraihnya keberhasilan dalam menempuh pendidikan. Pada

kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus sebagai Dosen Pembimbing

Utama yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan, masukan serta arahan dalam menyelesaikan Tesis ini;

3. Ibu Dr. Novita Tresiana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pembantu, yang

telah banyak memberi bimbingan dan masukan yang berguna dalam

proses penyusunan Tesis ini;

4. Bapak Dr. Maulana Mukhlis, M.IP. selaku Dosen Pembahas tesis ini yang

sudah banyak memberikan kritik, saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan tesis ini;

5. Ayah dan Mama yang selalu mendoakan setiap waktu, menguatkan dan

memberikan motivasi serta fasilitas yang luar biasa. Terimakasih untuk

kesabaran, keikhlasannya, kasih sayang dan segala sesuatu yang telah

diberikan kepadaku hingga saat ini

6. Adikku Muhamad Anhar, SH yang selalu mendoakan, memberi semangat

dan dukungan yang tiada henti hingga saat ini

7. Sahabat Terbaikku Milla Amalia, Ani Erlina, Barastia yang selalu

memberi semangat, doa, selalu sabar dan selalu mendengar keluh kesahku.

8. Sahabat-sahabat kantorku Kak Lina, Renvil, Kak Sari, Afif Endut, Dewi

Galau, Muti Bujang yang senantiasa memberikanku semangat dan doa.

9. Sahabat seperjuangan Magister Ilmu Pemerintahan Uncu Widya, Atu Cita,

Winda Alay, Mba Mulia, Ubi, Atu Faira dan Bang Trio yang sudah

banyak membantu dan memberikan semangat. Terimakasih atas

kebersamaannya selama menempuh perkuliahan ini;

Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan serta kasih sayang yang diberikan

kepada penulis dirahmati Allah SWT dan penulis mengharapkan semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 1 Oktober 2019

Penulis

Defi Yunia Sari, S.IP

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN…………………………………………. .................. 1A. Latar BelakangMasalah……………………………........ .................... 1B. Rumusan Masalah ………………………………............. .................. 11C. Tujuan Penelitian ……………………………………........................ 11D. Kegunaan Penelitian …………………………………........................ 11

II. TINJAUAN PUSTAKA …….…………………………….................... 13A. Konsepsi Evaluasi .......................................................................... ..... 13

1. Pengertian Evaluasi ........................................................................ 132. Tujuan Evaluasi ....................................................................... ....... 163. Jenis Evaluasi ................................................................................. 18

B. Konsepsi Kepuasan Publik .................................................................. 191. Pengertian Kepuasan Publik…….................................................... 192. Aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Publik ............................... 223. Manfaat dan Tujuan Pengukuran Tingkat Kepuasan Publik .... ...... 23

C. Konsepsi Pelayanan Publik .................................................................... 291. Pengertian Pelayanan Publik ………………... ............................... 292. Klasifikasi Pelayanan Publik ........................................................... 333. Standar Pelayanan Publik ....................................................... ........ 36

D. Konsepsi Pelayanan Kesehatan ........................................................... 42E. Konsepsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS)Kesehatan ...... 46

1. Pengertian BPJS Kesehatan ............................................................ 462. Visi, Misi dan Manfaat BPJS Kesehatan ........................................ 473. Peserta BPJS Kesehatan ......................................................... ........ 52

F. Kerangka Pikir ..................................................................................... 54

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... . 57A. TipePenelitian…………………………...……………........................ 57B. FokusPenelitian………………………...……………......... ................ 58C. Informan ................................................................. ............................. 59D. Jenis Data............................................................................. ................ 60E. TeknikPengumpulan Data……………………..……......... ................. 61F. TeknikAnalisis Data…………………………………........ ................. 62G. Teknik Keabsahan Data........................................................................ 63

ii

IV. GAMBARAN UMUM ................... ........................................................ 65A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung......................................................... ....................... 651. Sejarah Singkat RSUD Dr. H. Abdul Moelok Provinsi Lampung... 652. Visi, Misi dan Moto RSUD Dr. H. Abdul Moelok Provinsi Lampung

...................................................................... ................................... 673. Tugas, PokokdanFungsiRSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung ......................................................................................... 684. Tata Kelola RSUD Dr. H. Abdul Moelok Provinsi Lampung... ..... 71

V. HASIL DAN PEMBAHASAN................... ............................................ 81A. Hasil Penelitian ............................................................................... .... 81

1. HealtCare Facilities................. ....................................................... 812. HealtCare Knowledge............................... ...................................... 883. HealtCare Process........................................................................... 924. HealtCare Appropriate ................................................................... 975. Respect and Caring ....................................... ................................. 101

B. Pembahasan ....................................................................................... .. 1031. HealtCare Facilities................. ....................................................... 1042. HealtCare Knowledge............................... ...................................... 1063. HealtCare Process........................................................................... 1104. HealtCare Appropriate ................................................................... 1155. Respect and Caring ....................................... ................................. 117

VI. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 126A. Simpulan............................................................................................... 126B. Saran..................................................................................................... 126

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Komplain Pengguna Jasa Terkait Pelayanan Kesehatan .................. 62. Penilaian Pasien BPJS Terhadap Pelayanan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung..................................................................................... 73. Fokus Penelitian........................................................................................ 604. Informan Penelitian................................................................................... 595. Nama Informan Penelitian .................................................................... 606. Inventaris Ruangan Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung .................................................................................. 837. Data Presentase Jumlah Keluhan Pasien ............................................... 1098. Matriks Hasil dan Pembahasan ............................................................. 119

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Survey Tingkat PelayananMasyarakat ………………………................. 242. Kerangka Pikir ......................................................................................... 563. Alur Pelayanan Administrasi..................................................................... 1124. Bagan Alur Informasi dan Solusi Pelayanan Publik................................ . 117

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan masyarakat, ia tidaklah diadakan

untuk melayani dirinya sendiri, tapi untuk melayani masyarakat serta

menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat

mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan

bersama. Oleh karena itu, maka birokrasi publik berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk memberikan layanan publik yang baik dan

profesional. Pelayanan publik adalah upaya memberikan layanan atau

melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan

terhadap barang maupun jasa dari pemerintah (Moenir, 2007:88) dan salah

satu contoh pelayanan publik yaitu pelayanan kesehatan.

Menurut Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health

Organization (WHO) yang menjadi salah satu landasan Undang-Undang

Nomor36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menetapkan kesehatan adalah hak

fundamental setiap warga, oleh karena itu masyarakat berhak memperoleh

perlindungan terhadap kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengatur

agar terpenuhi hak hidup sehat bagi masyarakatnya.Mengingat bahwa sebuah

negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung

oleh masyarakat yang sehat secara jasmanin dan rohani.

2

Untuk itu upaya pemerintah dalammemenuhi kebutuhan masyarakat serta hak

kesehatan tiap individu terutama kalangan menengah kebawahterhadap

pelayanan di bidang kesehatan maka dibuatlah lembaga kesehatan yang

disebut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Lembaga ini

merupakan lembaga BUMN dan ditugaskan oleh pemerintah untuk

menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat

Indonesia, khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu dari segi

ekonomi, tidak tanggung-tanggung anggaran yang dikucurkan pemerintah

untuk pembiayaan program jaminan kesehatan ini adalah 20% dari total

APBN(www.liputan6.com di akses pada 15 Februari 2018 pukul 15.40).

Anggaran tersebut digunakan untuk mengcover seluruh pembiayaanan peserta

BPJS yang berobat di pusat kesehatan diantaranya pusat pelayanan kesehatan

milik pemerintah mulai dari tingkat pusat sampai daerah, seperti Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Rumah Sakit Umum milik

Pemerintah.

Berbicara masalah pusat pelayanan kesehatan milik pemerintah seperti Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Rumah Sakit Umum yang berada

dibawah naungan BPJS Kesehatan tentu tidak lepas dari mekanisme

pelayanan yang diberikan kepada peserta BPJS kesehatan, karena pada

dasarnya motif dan konsekuensi dari adanya BPJS Kesehatan adalah setiap

pusat pelayanan kesehatan milik pemerintah mulai dari tingkat pusat sampai

daerah diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan optimal

3

sertaadil dan merata kepada seluruh rakyat Indonesiayang terdaftar menjadi

peserta BPJS Kesehatan.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek merupakan salah satu

pusat pelayanan kesehatan yang ada di Provinsi Lampung dan menjadi rumah

sakit rujukan tertinggi kelas B serta menjadi rumah sakit Unit Swadana

Daerah. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: HK.03.05/I/2603/08 dan berdasarkan Peraturan

Daerah Provinsi Lampung Nomor 25 tahun 2000. Adanya rumah sakit ini

diharapkan dapat memenuhi hak kesehatan tiap individu masyarakatdan

membantu pemerintah pusat dalam meningkatkan pembangunan kesehatan

khususnya di Provinsi Lampung, namun pada kenyataannya pelayanan yang

diberikan belum mampu memenuhi kepuasan pasien terutama kalangan

menengah ke bawah sehingga masih terdapat keluhan. Seperti yang dikutip

dari (www.nasional.kompas.com, diakses pada 15 Februari 2018 pukul

15.36) menyatakan bahwa:

“Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) mendesakKementerian Kesehatan untuk meninjau ulang pelayanan RumahSakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung danpelayanan BPJS Kesehatan mengenai peserta BPJS membawapulang jenazah balita menggunakan angkutan umum, dikarenakanpusing dengan administrasi yang bertele-tele.”

Data lain yang menggambarkan kurang maksimalnya pelayanan yang

diterima oleh pasien BPJS di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah dikutip

dari (http://www.harianlampung.com,diakses pada 15 Februari 2018 pukul

15.40) diketahui bahwa:

“Keluarga pasien cidera rahang akibat kecelakaan mengeluhkanpelayanan medis RSUD Abdul Moeleok. Hal itu diungkapkan

4

Mujiono, ayah pasien cidera rahang, Repi S (24), warga Rawajitu,Tulangbawang, kepada wartawan, Kamis (13/7). Dia menjelaskan,anaknya merupakan pasien BPJS, namun sebelum operasidilaksanakan pihak RSUD Abdoel Moeloek meminta untukmembeli alat sendiri. "Istri saya sudah menyanggupi beli alat itusenilai Rp1,5 juta, tapi setelah kami sanggupi, sampai hari ininggak jadi operasi, ujarnya. Mujiono juga mengaku semakinbingung, pasalnya bukan mendapat kepastian operasi anaknya,malah mendapatkan informasi dari dokter bahwa anak nya harusdirujuk ke Rumah Sakit Urip Sumoharjo, ditambah dengan sikappetugas yang tidak bersahabat”.

Berita lain yang menggambarkan tentang buruknya pelayanan BPJS di RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Lampung adalahsebagaimana berita yang dirilis

(https://republika.co.id/berita/nasional,diakses pada 15 Februari 2018 pukul

15.55) diketahui bahwa:

“Penerapan proses administrasi yang berbelit-belit, membuatbanyak pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul MoeloekBandar Lampung, mengeluh. Pelayanan BPJS membuat pasienterpaksa menunggu lama dan sering ditolak dengan alasan kurangsurat.Menurut Kamal (58 tahun), warga Kemiling, BandarLampung, yang berobat di RSUAM menyatakan, sejak berobatdengan pelayanan BPJS sekarang ini terasa berbeli-belit prosesadministrasinya. "Mulai dari berobat sampai mengambil obat,terasa lama sekali dan proses surat-suratnya berbelit-belit"Berangkat pagi, bisa pulangnya sore," katanya. Hal ini jugadikarenakan petugasnya kurang responsif serta tidak maumemberikan kemudahan untuk mendapatkan informasi. Beritalainnya Ahmad, pasien warga Bumi Rahayu, Bumi Ratu Nuban,Lampung Tengah, terpaksa menunggu lama keluarganya mengurusadminsitrasi BPJS. Padahal, ia sudah ingin dirawat di rumah sakit,karena sudah pecah pembuluh darah di kepalanya”.

Permasalahan di atas seiring dengan data yang dirilis dari Ombudsman

Republik Indonesia pada tahun 2017 menempatkan pelayanan kesehatan

berada posisi ke tujuh sebagai substansi laporan, seperti yang terlihat grafik

dibawahini:

5

Sumber: Data Ombusdman RI tahun 2017

Berdasarkan hasil observasi dan data yang penulis peroleh juga dari Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek indikasi yang menunjukkan

rendahnya pelayanan yang diterima pasien BPJS adalah tingginya jumlah

komplain pasien BPJS yang selalu meningkat setiap tahunnyabaik di kotak

saran maupun di SMS Center seperti diketahui, bahwaRSUD Dr. H. Abdul

Moeloekmemiliki beberapa kotak saran yang tersebar diberbagai sudut

ruangan, serta SMS Center yang dimaksudkan sebagai evaluasi dalam

kepuasan pasien yang telah berkunjung di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan

juga sebagai masukan bagi pihak RSUD Dr. H. Abdul Moeloekterhadap

pelayanan yang sudah diberikan.

Berdasarkan database RSUD Dr. H. Abdul Moeloek mengenai komplain

pasien BPJS terkait pelayanan diperoleh data sebagai berikut:

6

Tabel 1.1Data Komplain Pengguna Jasa Terkait Pelayanan Kesehatan

Tahun JumlahKomplain

PermasalahanDominanPelayanan

2015

2016

2017

217

268

303

1. Dari segi tenaga kesehatan: Kurang responsif,lamban dan kurang tanggap, ketidakramahanpetugas kesehatan

2. Dari segi birokrasi: mata rantai birokrasi yangpanjang, berbelit-belit dan waktu pelayananyang lama

3. Dari segi fasilitas: minimnya kapasitas huniantempat tidur atau BOR (Bed Occupancy Rate),pendingin serta kebersihan kamar mandi

Sumber: Database RSUD Dr. H. Abdul MoeloekTahun 2019

Meningkatnya data komplainpasien BPJS daritahun2015-2017 sebagaimana

dijelaskan pada tabel 1.1 di atas mencerminkanbahwapasien

BPJSmerasatidakpuasterhadappelayanan yang diberikanoleh di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek, berpijak pada data-data di atas peneliti juga mencoba

melakukan observasi pendahuluan pada tanggal 20 Februari 2019 terhadap 20

orang pasien BPJS yang sedang berobat di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

dengan menggunakan metode pertanyaan tertutup berupa kuesioner dan

pertanyaan terbuka dengan wawancara langsung dan hasilnya dapat

digambarkan sebagai

berikut:

7

Tabel 2.1PenilaianPasien BPJS terhadapPelayanan di RSUD Dr. H.AbdulMoeloek

No MateriPertanyaan

KategoriSangat

Tidak PuasTidakPuas

CukupPuas Puas

SangatPuas

1. Waktutungguuntukpelayanan 20% 40% 10% 20% 10%

2. KetanggapanPetugas dalammelayani pasien

15% 60% 15% 5% 5%

3. Ketepatanwaktupelayanan 20% 50% 15% 5% 10%

4. Sikappetugassaatmemberikanpelayanan

25% 40% 5% 20% 10%

5 Fasilitasruanganpelayanan

30% 40% 10% 10% 10%

6 Peralatanmedis(wujudfisik)

20% 10% 40% 10% 20%

Sumber: Hasil SurveyPendahuluanterhadapPasienBPJS, 2019

Tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pasien BPJS

menyatakan tidak puas terhadap waktu tunggu untuk pelayanan yaitu

sebanyak 40%, tidak puas terhadap ketanggapan petugas dalam melayani

pasien yaitu sebanyak 60%, tidak puas terhadap ketepatan waktu pelayanan

yaitu sebanyak 50%, tidak puas terhadap sikap petugas saat memberikan

pelayanan yaitu sebanyak 40% serta tidak puas terhadap fasilitas ruangan

pelayanan yaitu sebanyak 40%.

Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kepuasaan pasien salah

satunya adalah kualitas pelayanan, mengutip pendapat Prastiwi dan Ayubi

(2008: 89) tingkat kepuasan pengguna fasilitas kesehatanmerupakan salah

satu indikator mutu pelayananfasilitas kesehatan tersebut. Berdasarkan hasil

8

observasi sementara penulis dan wawancara di atas secara keseluruhan pasien

BPJS menyatakan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek, artinya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek terhadap pasien BPJS masih rendah dan tentu

saja ini berimplikasi pada tingkat kepuasan pasien peserta BPJS.

Pemandangan akan jauh berbeda jika melihat pasien pada ruangan berkelas

VIP atau pasien umum yang mampu membayar secara pribadi. Petugas

kesehatan akan lebih cepat tanggap dalam menangani keluhan pasien, tidak

terlihat antrian dalam pengurusan persyaratan administrasi maupun dalam

pengambilan obat, ruangan hunian yang super nyaman dilengkapi dengan

pendingin udara seperti AC, TV, Kulkas dan kamar mandi yang bertaraf hotel

bintang 5 (lima). Pelayanan kesehatan yang berbeda seperti fenomena di atas

menimbulkan kesan bahwa pelayanan kesehatan yang berkualitas hanya bisa

dinikmati masyarakat yang mampu atau kelas menengah atas sebaliknya

pelayanan yang berkualitas rendah diberikan kepada masyarakat kurang

mampu atau kelas menengah ke bawah.

Fenomena di atas sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Fuzna Elsa Ulinuha (2014) dimana hasil yang diperoleh bahwa

tingkatkepuasan pasien BPJS terhadap pelayanan di Unit Rawat Jalan (URJ)

Rumah Sakit Permata Medika Semarang tahun 2014 masuk dalam kategori

rendah terutama dalam hal keandalan petugas kesehatan dalam memberikan

pelayanan, waktu pelayanan yang lamban, fasiltas kesehatan yang kurang

memadai, serta adanya perlakuan dikriminatif bagi pasien BPJS.

9

Lebih lanjut hasil penelitian Alya Hazfiarini, Ernawaty (2015)dapat diketahui

bahwa indeks kepuasan pasien BPJS Kesehatan terhadap pelayanan Rumah

Sakit MataMasyarakat Jawa Timur berdasarkan pengukuran 14 indikator

yang diadopsi dari Kepmenpan Nomor Kep/25/M.PAN/2/2004, secara umum

dinilai sangat baik namun bila dilihat tiap indikatornya, masih terdapat lima

indikator dengan nilai terendah yaitu indikator kecepatan pelayanan,

kejelasan petugas pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kenyamanan

lingkungan dan keamanan pelayanan.

Sejalan juga dengan penelitian Saiful (2010)dapat diketahui bahwa tingkat

kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik pada Sekretariat

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (SPTSP) Kabupaten Lampung Selatan dalam

kategori kurang puas, baik dari indikator bukti langsung, jaminan, daya

tanggap, keandalan, dan empati.

Penelitian yang dilakukan oleh Fuzna Elsa Ulinuha (2014), Alya Hazfiarini,

Ernawaty (2015)dan Saiful (2010) di atas hampir memiliki kesamaan dengan

yang peneliti lakukan diantaranya adalah: 1) Terjadi kesenjangan antara

harapan dan kenyataan dilihat dari sisi pelayanan 2) Metode analisa data atau

jenis penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan jenis penelitian

kualitatif, 3) Instrumen penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan

pedoman wawancara, 4) Metode pengumpulan data sama-sama menggunakan

metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

10

Disisi lain ada perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Fuzna Elsa Ulinuha

(2014), Alya Hazfiarini, Ernawaty (2015) dan Saiful (2010) diantaranya

adalah: 1) Objek, lokasi, tempat dan waktu penelitian berbeda dengan penulis,

2) Subjek yang dipilih peneliti terdahulu jumlahnya tidak sama yaitu,

menggunakan total populasi sedangkan penulis menggunakan sumber

informasi yang telah ditentukan 3) Indikator teori yang dipakai sebagai

instrumen penelitian (kisi-kisi) wawancara tidak sama dengan yang penulis

gunakan 4) Jumlah kisi-kisi wawancara sebagai instrumen penelitian tidak

sama dengan yang penulis gunakan.

Harapan dan tujuan utama yang ingin dicapai dari adanya lembaga BPJS

Kesehatan berdasarkan Pasal 57 Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun

2014 menyatakan setiap fasilitas kesehatan dituntut untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang paripurna kepada masyarakat. Namun fakta yang

terjadi dilapangan berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan bahkan

rumor yang sedang berkembang saat ini adalah “orang miskin dilarang sakit”,

rumor ini muncul sebagai refleksi ketidakpuasan masyarakat golongan kelas

menengah kebawah terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah

sakit. Maka penulis tertarik untuk menelaah dan menganalisis penelitian tesis

dengan judul “Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan terhadap Pelayanan di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung”. Mengingat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Abdul Moeloek merupakan salah satu pusat rujukan tertinggi seluruh rumah

sakit yang ada di Provinsi Lampung khusunya bagi pasien yang tidak mampu.

11

B. Rumusan Masalah

Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Mengapa Pasien Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak puas terhadap

pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi

penyebab pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

tidak puas terhadap pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian terbagi kedalam 2 (dua) aspek diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan

dan wawasan bagi penulis, sebagai bahan rujukan referensi bagi

penelitian lebih lanjut serta sumbangan akademis bagi para penelitian

ilmiah mengenai tingkat kepuasan terhadap kualitas pelayanan.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan:

a) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung: sebagai referensi

dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien BPJS Kesehatan.

b) Masyarakat/pasien: sebagai bahan informasi publik selaku pengguna

jasa yang mempunyai kewajiban memperoleh hak-hak dasar

12

kesehatan yang layak, serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas, prima, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

perlindungan konsumen.

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsepsi Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,

organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka

tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam

rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2005:71) evaluasi diartikan sebagai penilaian. Sejalan dengan hal tersebut

Dunn (2003:608-609), memberikan arti pada istilah evaluasi bahwa:

“Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran(appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment),kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasilkebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebihspesifik, evaluasi, berkenaan dengan produksi informasi mengenainilai atau manfaat hasil kebijakan”.

Ndraha (2003:201) mengatakan bahwa evaluasi adalah proses

pembandingan antara standar dengan fakta dan analisis hasilnya. Lebih

lanjut Desseler (dalam Ndraha, 2007:202) mendefinisikan evaluasi yaitu

“Comparing your subordinate’s actual performance on the standards that

have been set.” Selanjutnya Siagian (dalam Suwatno dkk 2002:16)

mengungkapkan bahwa “Evaluasi merupakan proses pengukuran dan

membandingkan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Evaluasi atau

14

penilaian merupakan fungsi organisasi, karena fungsi tersebut turut

menentukan mati hidup suatu organisasi”.

Evaluasi pada dasarnya adalah suatu proses pengukuran dan

pembandingan hasil-hasil kegiatan operasional yang nyatanya dicapai

dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai menurut target dan standar

yang telah ditetapkan. Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan penilaian

tentang kinerja ataupun kemanfaatan sesuatu kegiatan tertentu (LAN

2005). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang tata

Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan,

definisi evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi

masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana

dan standar.

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dipahami

sebagai sebuah metode penilaian kinerja yang hasilnya diperoleh dari

perbandingan antara tujuan yang hendak dicapai untuk melihat sejauh

mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri

dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

Karenanya dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat di dalamnya

yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara

output dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input

untuk menghasilkan output lewat suatu proses.

Ndraha (2007:207) menyatakan evaluasi memiliki beberapa model

diantaranya sebagai berikut:

15

a) Model before-after, yaitu pembandingan antara sebelum dansesudah suatu tindakan (perlakuan, treatment). Tolak ukurnyaadalah kondisi before.

b) Model das sollen-das sein, yaitu membandingkan antara yangseharusnya dengan yang nyatanya. Tolak ukurnya adalah dassollen.

c) Model koelompok control–kelompok tes, yaitu pembandinganantara kelompok control (tanpa perlakuan) dengan kelompok tes(diberi perlakuan). Tolak ukurnya adalah kelompok control.

Agar tidak terjadinya penyimpangan data atau bahkan kesalahan data,

evaluator harus memiliki langkah-langkah atau tahap apa yang akan

dilakukan dalam melakukakan kegiatan evaluasi hal tersebut

diperuntukkan sebagai pedoman atau landasan bagi evaluator sehingga

hasil dari evaluasi tidak keluar dari konsep. Menurut Ndraha (2007:208)

menyatakan ada beberapa langkah dalam melakukan evaluasi:

a) Pembuatan standar (kendali, S); beberapa standar: das sollen, datasebelumnya terhadap data-sesudah atau sebaliknya, atau data-testdengan data-kontrol.

b) Pemantauan fakta (F)c) Perbandingan F dan Sd) Hasil perbandingan: F=S, F<S, F>Se) 1). ?----- > F=S ----- > ?

2). ?----- > F<S ----- > ?3) ?----- > F>S ----- > ?

f) Analisis hasil perbandingan berdasarkan model-model di atas,g) Tindak lanjut:

1). Tindakan korelatif2). Tindakan afirmatif3). Feedback

Proses evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yang

berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana memperoleh informasi yang

berguna dalam beberapa kondisi. Semua pendekatan tersebut paling tidak

mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana memperoleh informasi yang

berarti atau tepat untuk klien atau pemakai. Beberapa pendekatan tersebut

16

seperti yang dikemukakan oleh Stecher, Brian M dan W. Alan Davis (dalam

Tayibnapis, 2008:23) adalah:

a) Pendekatan Experimental, yaitu pendekatan yang berorientasipada penggunaan experimental science dalam programevaluasi. Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yangbersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yangmengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasipengaruh program.

b) Pendekatan yang berorientasi pada tujuan (Goal OrientedApproach), yaitu pendekatan yang memberi petunjuk kepadapengembangan program, menjelaskan hubungan antara kegiatankhusus yang ditawarkan dan hasil yang akan dicapai.

c) Pendekatan yang berfokus kepada keputusan (The DecisionFocused Approach), yaitu pendekatan yang menekankan padaperanan informasi yang sistematik untuk pengelola programdalam menjalankan tugasnya.

d) Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai (The UserOriented Approach), yaitu pendekatan yang menggunakan caramengumpulkan bukti-bukti empiris yang membatasi pemakaianinformasi.

e) Pendekatan yang responsif (The Responsive Approach), yaitupendekatan yang mencari pengertian suatu isu dari berbagaisudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yangberminat, dan yang berkepentingan dengan program.

2. Tujuan Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu program atau

kebijakan yang dilakukan oleh evaluator dengan agenda atau tujuan

tertentu. Menurut Subarsono (2006:120) terdapat enam tujuan evaluasi,

yaitu sebagai berikut:

a) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan melalui evaluasimaka dapat diketahui derajad pencapaian tujuan dan sasarankebijakan;

b) Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasijuga dapat diketahui biaya dan manfaat dari suatu kebijakan;

c) Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan;d) Mengukur dampak (poitif atau negatif) suatu kebijakan;e) Untuk mengetahui apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan

yang mungkin terjadi;f) Sebagai masukan (input) untuk kebijakan yang akan terjadi.

17

Pendapat senada menurut Luankali (2007:94) tentang tujuan atau fungsi

evaluasi adalah:

a) Memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya tentangkinerja kebijakan (kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telahdicapai via tindakan publik). Sebenarnya tujuan–tujuan tertentu(%) dicapai.

b) Memberi sumbangan klarifikasi dan kritik terhadap nilai–nilaiyang mendasar dari pemilihan tujuan dan target.

Teori di atas secara spesifik menyatakan bahwa evaluasi merupakan suatu

aktivitas yang berkenaan dengan produk informasi mengenai nilai atau

manfaat hasil suatu program atau kegiatan. Luankali (2007:94)

menyatakan hasil atau manfaat dari evaluasi yang bersifat evaluatif seperti

antara lain:

a. Fokus nilai

b. Interdependensi data

c. Orientasi masa kini dan masa lampau

d. Dualitas nilai (tujuan sekaligus cara)

Pendapat-pendapat di atas dapat dilihat bahwa tujuan dan manfaat dari

evaluasi secara umum digariskan sebagai tolak ukur dari suatu pencapaian

hasil kerja (performance).Peneliti mengharapkan hasil evaluasi tersebut

akan menjadi acuan bagi pemerintah kedepannya, sehingga dapat

disimpulkan dengan analisa akhir bagaimana langkah-langkah ke depan

yang akan diambil.

18

3. Jenis Evaluasi

Banyak ragam atau jenis evaluasi yang dipakai sebagai strategi atau

pedoman kerja pelaksaan evaluasi. Menurut Hamalik (2003:212)

mengemukakan bahwa model atau jenis evaluasi tersebut adalah:

a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan. Sasaran utamanya adalah

memberikan bantuan kepada penyusun program dengan cara

menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka mendesain suatu

program. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk meramalkan

implementasi program dan kemungkinan tercapai tidaknya program

dikemudian hari.

b. Evaluasi monitoring dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa apakah

program tersebut mencapai sasaran efektif. Apakah hal-hal dan kegiatan

yang telah didesain secara spesifik dalam program itu terlaksana

sebagaimana mestinya. Kenyataan tidak jarang program justru

mencapai sasaran, karena apa yang teleh didesain dalam program tidak

dapat dilaksanakan dengan berbagai alasan seperti pengadaan personil,

fasilitas, perlengkapan, biaya dan faktor-faktor penyebab lainnya.

c. Evaluasi dampak bertujuan menilai seberapa jauh program dapat

memberikan pengaruh tertentu pada sasaran yang telah ditetapkan,

apakah program berdampak positif atau justru sebaliknya. Dampak

tersebut diukur berdasarkan kriteria-kriteria keberhasilan, sehingga

program tersebut perlu dispesifikasi agar dapat diamati dan diukur

setelah program itu dilaksanakan.

19

d. Evaluasi efisiensi yaitu dimaksud untuk menilai seberapa besar tingkat

efisiensi program tersebut. Apakah program mampu memberikan

keuntungan memadai ditinjau dari segi biaya yang dikeluarkan, tenaga

yang digunakan dan waktu yang terpakai.

e. Evaluasi program komprehensip, yaitu dampak menyeluruh terhadap

program yang meliputi:implementasi program, dampak atau pengaruh

setelah program dilaksanakan dan tingkat efesiensi program.

Selanjutnya menurut Wirawan (2012:17) indikator untuk mengukur

evaluasi dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yang berbeda yaitu:

1. Evaluasi Masukan (input evaluation) yaitu sebagai masukan agar sistem

berfungsi. Evaluasi ini bertujuan memastikan bahwa rencana yang akan

dilaksanakan sesuai.

2. Evaluasi Proses (process evaluation) yaitu proses diperlukan untuk

mengubah masukan menjadi hasil (keluaran) yang direncanakan.

Evaluasi proses bertujuan untuk menilai apakah program yang telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana awal.

3. Evaluasi Keluaran (output evaluation)merupakan hasil dari proses.

Evaluasi ini memperlihatkan apakah suatu program telah memberikan

pengaruh terhadap perilaku sesuai rencana.

B. Konsepsi Kepuasan Publik

1. Pengertian Kepuasan Publik

Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk/jasa

yang berkaitannya dengan ekspektasi, jika kinerja produk/jasa tersebut

20

tidak memenuhi ekspektasi, publik tersebut tidak puas dan kecewa, namun

jika kinerja produk/jasa sesuai dengan ekspektasi, publik tersebut puas.

Menurut Kotler (2008:79) mendifinisikan kepuasan adalah “Tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakan dengan harapannya. kepuasan masyarakat merupakan perasaan

senang atau kecewa sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau

produk yang dirasakan dan diharapkan”.

Pada dasarnya pengertian kepuasan publik menurut Syafwani (dalam

Andreasen,2008:76) adalah:

“Mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yangdirasakan. Kepuasan publik adalah suatu keadaan dimanakeinginan, harapan dan keperluan publik dipenuhi, dapat diartikankepuasan publik adalah perasaan senang atau kecewa seseorangyangmuncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannyaterhadap kinerja(atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya,a) Jika kinerja di bawahharapan, publik tidak puas, b) Jika kinerjamemenuhi harapan, publik akan puas, c) Jika kinerja melebihiharapan, publik sangat puas”.

Kepuasan masyarakat terhadap organisasi publik sangat penting karena

adanya hubungan kepercayaan masyarakat. Menurut Harbani (2011:221-

222) menyatakan semakin baik kepemerintahan dan kualitas pelayanan

yang diberikan, maka semakin tinggi kepercayaan masyarakat (high trust),

kepercayaan masyarakat akansemakin tinggi apabila masyarakat

mendapatkan pelayanan yang baik dan merasa terpuaskan akan pelayanan

tersebut. Kepmenpan Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik menyebutkan bahwa ukuran

keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan

penerima pelayanan, kepuasan pelayanan dicapai apabila penerima

21

pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan

diharapkan.

Kepuasan publik, masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan

menentukan keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik karena

masyarakat adalah pengguna dari produk layanan yang dihasilkannya.

Oleh karena itu, pemerintah selaku penyelenggara pelayanan publik harus

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat, sehingga mencapai

kepuasan dan lebih jauh lagi kedepannya dapat dicapai kesetiaan

masyarakat untuk tetap menggunakan jasa/produk pemerintah, sebab bila

pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan publik, maka

pada akhirnya berdampakrendahnya kesetian masyarakat untuk

menggunakan layanan yang disuguhkan pemerintah selaku pelayan publik.

Berdasarkan konsep-konsep di atas, maka peneliti dapat mengambil

kesimpulanmengenai konsep kepuasan publik dalam hal ini pasien Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah keadaanyang

menunjukkan reaksi emosional, keadaan saat keinginan, harapan dan

kebutuhanpasien dapat dipenuhi, artinya pelayanan dinilai memuaskan bila

pelayanantersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien, jadi

kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara

harapan danpengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang

diberikan.

22

2. Aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Publik

Kepuasan publik merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan

keberhasilan suatu organisasi atau badan pemerintahan karena masyarakat

adalah pengguna dari produk atau pelayanan yang di hasilkannya. Menurut

Lupiyoadi (2010:158), menjelaskan dalam menentukan tingkatkepuasan

publik,terdapat 2 (dua) faktor yang harus diperhatikan oleh organisasi

pelayanan yaitu:1) Kualitas produk/jasa: publik akan merasa puas bila

hasil evaluasi merekamenunjukkan bahwa produk/jasa yang mereka

gunakan berkualitas. 2) Kualitas pelayanan: publik akan merasa puas bila

mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang

diharapkan.

Kepuasan publik menurut Abedin (2015:128) dipengaruhi banyak

faktoryaitu:

“a)Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan masyarakat terutamasaat pertama kali datang. b) Mutu informasi yang diterima, sepertiapa yang dikerjakan, apa yang dapat diharap. c) Prosedurperjanjian. d) Waktu tunggu. e) Fasilitas umum yang tersedia,seperti mutu makanan, privasi, dan pengaturan kunjungan. f)Terapi dan perawatan yang diterima.”

Lain halnya dengan Zeithaml dan Bitner (2010:89) yang menyatakan

bahwa kepuasan publik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah kualitas pelayanan, kualitas produk, harga, faktor situasi dan faktor

pribadi publik. Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan

masyarakat sebagai suatu kewajiban negara terhadap warganya, jika dilihat

dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan publik di atas, untuk itu

23

suatu pusat pelayanan kesehatan harus dapat melaksanakan beberapa

tahapan untuk dapat memperoleh kepuasan pasien yaitu memberi

pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan harapan publik (pasien

dan keluarganya) bila pelayanan yang diberikan memenuhi harapan

mereka dengan sendirinya mereka akan puas dan loyal pada unit pelayanan

kesehatan yang bersangkutan.

3. Manfaat dan tujuan

Pengukuran tingkat kepuasan publik merupakan elemen penting dalam

menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif,

apabila publik merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang

disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan

tidak efisien. Tingkat kepuasan publik terhadap pelayanan merupakan

faktor yang penting dalam mengembangkan suatu sistim penyediaan

pelayanan.

Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang

diselenggarakan oleh instansi pemerintah, sebagaimana amanat yang

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, Negara memiliki kewajiban melayani setiap warga negara dan

penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka

pelayanan publik. Oleh karena itu berbagai terobosan dan perbaikan telah

dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik baik itu instansi

pemerintah pusat maupun daerah untuk meningkatkan kualitas

pelayanannya salah satunya dengan melakukansurvei tingkat kepuasan

24

masyarakat yang di atur dalam Permenpan RB Nomor 14 Tahun 2017

tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat.

Adapun tujuan survei tingkat kepuasan masyarakatini diharapkan dapat

mengetahui informasi pengguna layanan yang terdiri dari profil pengguna

layanan, persepsi pengguna layanan, dan keluhan, saran perbaikan serta

aspirasi pengguna layanan. Berikut dijelaskan ke dalam gambar berkaitan

dengan tujuansurvei tingkat kepuasan masyarakat sebagai berikut:

Gambar 1.2 Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat

Survei tingkat kepuasan masyarakat jugabertujuan untuk mengukur tingkat

kepuasan masyarakat sebagai pengguna layanan dan meningkatkan

kualitas penyelenggaraan pelayanan publik, dengan sasaran:

a) Mendorong partisipasi masyarakat sebagai pengguna layanandalam

menilai kinerja penyelenggara pelayanan.

b) Mendorong penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan public.

c) Mendorong penyelenggara pelayanan menjadi lebih inovatif

dalam menyelenggarakan pelayanan public.

25

d) Mengukur kecenderungan tingkat kepuasan masyarakat

terhadap pelayanan publik.

Lebih lanjut tujuan yang ingin dicapai dengan adanya survei tingkatan

kepuasan masyarakat sebagaimana yang diatur dalam Permenpan RB

Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan

Masyarakatantara lain:

“a). Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masingunsur dalam penyelenggara pelayanan publik.b). Diketahui kinerja penyelenggara pelayanan yang telahdilaksanakan oleh unit pelayanan publik secara periodik.c). Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil danupaya tindak lanjut yang perlu dilakukan atas hasil SurveiKepuasan Masyarakat.d). Diketahui tingkat kepuasan masyarakat secara menyeluruhterhadap hasil pelaksanaan pelayanan publik pada lingkupPemerintah Pusat dan Daerah.e). Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayananpada lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upayapeningkatan kinerja pelayanan bagi masyarakat dapat diketahuigambaran tentang kinerja unit pelayanan”.

Dalam rangka mengembangkan suatu mekanisme pemberian pelayanan

yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan publik, menurut Irawan

(2004:56) perlu mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a) Mengetahui apa yang publik pikirkan tentang pelayanan.b) Mengukur dan meningkatkan kinerja.c) Mempergunakan kelebihan ke dalam pemilahan pasar.d) Memanfaatkan kelemahan anda ke dalam peluang

pengembangan – sebelum orang lain memulainya.e) Membangun wahana komunikasi internal sehingga setiap orang

tahu apa yang mereka kerjakan.f) Menunjukkan komitmen anda terhadap kualitas dan publik andag) Umpan balik dan informasi merupakan elemen yang penting

dalam membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif,termasuk: Tingkat kepuasan publik.

26

Dalam rangka kelancaran pelaksanaan survei diperlukan pemenuhan

tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan. Tahapan tersebut meliputi

penyiapan kuesioner, menguji coba kuesioner, menentukan sampel,

mengumpulkan data, dan mengolah data survey.Teknis survei tingkatan

kepuasan masyarakat sebagaimana yang diatur dalamPermenpan RB

Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan

Masyarakat dapat dilakukan denganteknik survei diantaranya :

a) Kuisioner dengan wawancara tatap muka.

b) Kuesioner melalui pengisian sendiri termasuk yang dikirimkan

melalui surat.

c) Kuesioner elektronik (e-survei).

d) Diskusi kelompok terfokus.

e) Wawancara tidak berstruktur melalui wawancara mendalam.

Masih berkaitan dengan pengukuran kepuasan publik menurut Triatmojo

(2006:78) kepuasan publik dapat diukur dengan cara sebagai berikut:

a) Traditional approach, berdasarkan pendekatan ini publikdiminta memberikan penilaian atas masing-masing indikatorproduk atau jasa yang mereka nikmati (pada umumnyamenggunakan skala likert) yaitu dengan cara memberikan ratingdari 1 (Sangat Tidak Puas) sampai 5 (Sangat Puas), selanjutnyadihitung nilai rata-rata tiap variabel dan dibandingkan dengannilai secara keseluruhan.

b) Analisis secara deskriptif, seringkali penilaian kepuasan publiktidak hanya berhenti sampai diketahui puas atau tidak puas,yaitu dengan menggunakan analisis statistic secara deskriptif,misalnya melalui penghitungan nilai rata-rata, nilai distribusi,serta standar devisiasi.

c) Analisis importance dan performance matrix. konsep inisebenarnya berasal dari konsep servqual. Intinya adalahmengukur tingkat kepentingan publik (customer expectation)diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan

27

oleh suatu organisasi agar menghasilkan produk atau jasa yangberkualitas tinggi.

Mengukur kepuasan publikterhadap suatu pelayanan menurut Tjiptono

(2012:65) dilihat dari beberapa aspek yang berkaitan yaitu:

a) Kepuasan publik keseluruhan (Overall CustomerSatisfacation),pengukuran ini dilakukan dengan cara wawancara langsung.

b) Dimensi kepuasan publik: pengukuran ini dilakukan denganmenilai produk sendiri dengan produk atau jasa pesaingberdasarkan item yang spesifik.

c) Konfirmasi harapan (Confirmation of Expectation): pengukuranini berdasarkan tingkat kesesuaian atau ketidak sesuaian antaraharapan dengan kinerja suatu layanan.

d) Minat pembelian ulang (Repurchase Intent): pengukurandilakukan dengan menanyakan apakah publik akan membeli lagiatau mau menggunakan jasa suatu perusahaan tersebut lagi.

e) Kesediaan untuk merekomendasi (Willingness to Recommend):pengukuran ini dilakukan dengan menanyakan apakah publikmerekomendasikan produk tersebut kepada keluarga atau teman.

Ada 4 (empat) metode yang dapat dipergunakan oleh suatu organisasi

untuk mengukur kepuasan publik, termasuk cara untuk mengukur

kepuasan pasien menurut Kotler (2008:115) yaitu sebagai berikut:

“1. Sistem keluhan dan saran: organisasi yang berpusat pada pasienmemberikan kesempatan yang luas kepada pasiennya untukmenyampaikan keluhan dan saran. 2. Ghost shooping: cara untukmengetahui gambaran mengenai kepuasan dengan memperkerjakanbeberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembelipotensial, kemudian melaporkan temuannya mengenai kekuatandan kelemahan produk tersebut. 3. Lost customer analysis:menghubungi pasien yang berhenti mengunjungi rumah sakit. 4.Survey kepuasan: umumnya dilakukan dengan penelitian baikmelalui kuisioner, pos, telepon maupun wawancara langsung”.

Manfaat utama dari pengukuran kepuasan publik adalah tersedianya

umpan balik yang obyektif, dengan hasil pengukuran tersebut dapat dilihat

bagaimana organisasi melakukan pekerjaannya, membandingkan dengan

28

standar kerja dan memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan

perbaikan berdasarkan pengukuran kepuasan tersebut. Ada beberapa

manfaat dari pengukuran kepuasaan publikmenurut Gerson (2014:34)

antara lain sebagai berikut :

a) Pengukuran ini menyebabkan seseorang memiliki rasakeberhasilan dan prestasi yang kemudian diterjemahkan menjadipelayanan yang prima kepada masyarakat.

b) Pengukuran ini bisa dijadikan dasar menentukan standar kinerjadan standar prestasi yang harus dicapai.

c) Pengukuran ini memberitahu apa yang harus dilakukan untukmemperbaiki mutu dan kepuasan masyarakat, informasi ini jugabisa datang dari masyarakat.

d) Pengukuran ini memotivasi orang untuk melakukan danmencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi”.

Kepuasan publik terjadi jika kebutuhan atau harapannya terpenuhi, oleh

karena itu kepuasan publik adalah selisih (gap) antara pelayanan yang

diterima oleh masyarakat dengan harapan masyarakat pada pelayanan

tersebut. Menurut Hirmukhe (2012:78) bagian penting dalam

menimbulkan kepuasan pada pasien adalah:

a) Harapan pasien: keyakinan seseorang sebelum mencoba ataumembeli suatu produk yang dapat dijadikan standar atau acuandalam menilai kinerja suatu produk tersebut.

b) Kenyataan yang diterima pasien: kepuasan terpenuhi walautidak maksimal ataupun tidak sesuai dengan harapan pasien”.

Pengukuran kepuasan merupakan elemen penting dalam proses evaluasi

kinerja dimana tujuan akhir yang hendak dicapai adalah menyediakan

pelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih efektif berbasis dari

kebutuhanmasyarakat.Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan

tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna layanan,

kepuasan masyarakat dapat juga dijadikan acuan bagi berhasil atau

29

tidaknya pelaksanaan program yang dilaksanakan pada suatu lembaga

layanan publik seperti halnya pemerintah.

C. Konsepsi Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, dapat juga dikatakan

bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.

Pelayanan merupakan terjemahan dari istillah service dalam bahasa Inggris

yang menurut Kotler yang dikutip Tjiptono (2012:113), yaitu berarti setiap

tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke pihak

yang lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik)

dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sutopo dan Sugiyanti (2008:67) yang

mengemukakan bahwa pelayanan mempunyai pengertian sebagai

membantu menyiapkan (atau mengurus) apa yang diperlukan seseorang.

Lain halnya dengan Purnama (2006:43) mengemukakan pengertian

pelayanan sebagai berikut : “Cara melayani, menyiapkan atau menjamin

keperluan seseorang atau kelompok orang. Melayani adalah meladeni atau

membantu mengurus keperluan atau kebutuhan seseorang sejak diajukan

permintaan sampai penyampaian atau penyerahannya”.

Pengertian pelayanan secara terinci yang dikemukakan oleh Mukarom

(2015:38) yaitu sebagai berikut:

“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yangbersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagaiakibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau

30

hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanandimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen ataupublik. Pelayanan juga mempunyai lima sifat dasar yaitu: 1) Tidakberwujud (intangible), 2) Tidak dapat dipisah-pisahkan(inseperability), 3) Berubah-ubah / beragam (variability), 4) Tidaktahan lama (perishability) dan 5) Tidak ada kepemilikan(unowwership)”.

Menurut Gasperz dan Vincent (2007:75) memberi pengertian pelayanan

publik dengan menyatakan bahwa pelayanan publik diartikan segala

sesuatu yang menentukan kepuasan publik dan upaya perubahan kearah

perbaikan terus-menerus, sehingga dikenal istilah Q=MATCH

(Quality=Meets Agreed and Changes). Dalam kaitannya dengan pelayanan

publik Sedarmayanti (2009:21) mengungkapkan bahwa yang dimaksud

dengan pelayanan publik adalah melayani suatu jasa yang dibutuhkan oleh

masyarakat dalam segala bidang.

Hal senada juga diungkapkan oleh Saefullah (2009:30), yang menyatakan

bahwa pelayanan publik (public service) adalah pelayanan yang diberikan

pada masyarakat umum yang menjadi warga negara atau yang secara sah

menjadi penduduk negara yang bersangkutan.Lebih jelas lagi ditegaskan

oleh Boediono (2006:20) bahwa pada hakekatnya pelayanan publik yang

berkualitas itu adalah:

a) Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas danfungsi instansi pemerintah dibidang pelayanan publik.

b) Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksanapelayanan, sehingga pelayanan publik dapat diselengarakansecara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

c) Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran sertamasyarakat dalam membangun serta meningkatkankesejahteraan masyarakat luas”.

31

Kemudian menurut Sedarmayanti (2009:101) menyebutkan bahwa pada

dasarnya kualitas pelayanan publik itu meliputi:

a) Aspek kemampuan sumber daya manusia yang terdiri dariketerampilan, pengetahuan, dan sikap diupayakan untukditingkatkan, maka hal tersebut akan mempengaruhipelaksanaan tugasnya, dan apabila pelaksanaan tugas dilakukansecara lebih profesional, maka akan menghasilkan kualitaspelayanan yang lebih baik.

b) Apabila sarana dan prasarana dikelola secara tepat, cepat danlengkap, sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat,maka hal tersebut akan menghasilkan kualitas pelayanan yanglebih baik.

c) Prosedur yang dilaksanakan harus memperhatikan danmenerapkan ketepatan prosedur, kecepatan prosedur, sertakemudahan prosedur, sehingga dapat meningkatkan kualitaspelayanan yang lebik baik dari sebelumnya.

d) Bentuk jasa yang diberikan kepada masyarakat dapat berupakemudahan dalam memperoleh informasi, ketepatan, kecepatanpelayanan, sehingga kualitas pelayanan yang lebih baik akandapat diwujudkan.

Pelayanan publik menurut Pamudji (2007:55) adalah berbagai kegiatan

pemerintah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di

bidang barang dan jasa. Definisi lain diungkapkan Moenir (2007:90) yang

dimaksud pelayanan publik, yaitu proses produksi barang dan jasa yang

ditujukan kepada publik Adapun pengertian pelayanan publik menurut

Purnama (2006: 98) adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang

atau masyarakat yang mempunyai kepntingan pada organisasi itu sesuai

dengan aturan pokok dan tatacara yang ditetapkan.

Sementara itu menurut Sinambela (2011:75) memberikan pengertian

pelayanan publik sebagai berikut: “Setiap kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang

32

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan

kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pda suatu produk secara fisik”.

Pelayan publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayan Publik, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan

publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi

setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik menyatakan dalam melaksanakan pelayanan publik,

penyelenggara berkewajiban :

a) Menyusun dan menetapkan standar pelayanan;b) Menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat

pelayanan;c) Menempatkan pelaksana yang kompeten;d) Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan

publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yangmemadai;

e) Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asaspenyelenggaraan pelayanan publik;

f) Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standard pelayanan;g) Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayananpublik;

h) Memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yangdiselenggarakan;

i) Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggungjawabnya;

j) Bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggarapelayanan publik;

k) Memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yangberlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggungjawab atas posisi atau jabatan; dan

l) Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir ataumelaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan

33

pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansipemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai denganperaturan perundang-undangan.

Beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan juga bahwa

pelayanan publik adalah kegiatan pemberi layanan oleh penyelenggara

pelayanan publik yaitu pemerintah, BUMN, atau BUMD yang

dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip, asas dalam pelayanan publik

dan ketentuan perundang-undangan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik dengan

tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Klasifikasi Pelayanan Publik

Menurut Mahmudi (dalam Hardiansyah, 2011:20-23) pelayanan publik

yang harus diberikan oleh pemerintah diklasifikasikan kedalam dua

kategori utama, yaitu:

a. Pelayanan Kebutuhan Dasar

Pelayanan kebutuhan dasar adalah pelayanan yang meliputi kebutuhan

dasar masyarakat yaitu:

1) Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat,

maka kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang

dilindungi oleh Undang-Undang Dasar. Setiap negara mengakui

bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk mencapai

kesejahteraan. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan kesehatan

34

pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya manusia

untuk mencapai masyarakat yang sejahtera (welfare society).

2) Pendidikan dasar

Bentuk pelayanan dasar lainnya adalah pendidikan dasar, sama

halnya seperti kesehatan. Pendidikan merupakan suatu bentuk

investasi sumber daya manusia. Masa depan suatu bangsa akan

sangat ditentukan oleeh seberapa besar perhatian pemerintah

terhadap pendidikan masyrakatnya. Tingkat pendidikan juga

berpengaruh pada kemiskinan, karena pendidikan merupakan salah

satu komponen utama dalam lingkaran setan kemiskinan. Oleh

karena itu untuk memotong lingkaran setan dengan cara melalui

perbaiakan kualitas pendidikan.

3) Bahan kebutuhan pokok masyarakat

Selain kesehatan dan pendidikan, pemerintah juga harus

memberikan pelayanan kebutuhan dasar yang lain yaitu bahan

kebutuhan pokok. Bahan kebutuhan pokok masyarakat itu misalnya

beras, minyak goreng, minyak tanah, gula pasir, daging, telur

ayam, susu, garam, tepung terigu, sayur, semen dan sebagianya.

Dalam hal penyediaan bahan kebutuhan dasar, pemerintah perlu

menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat dan menjaga

ketersediannya di pasar maupun di gudang dalam bentuk cadangan

atau persediaan.

b. Pelayanan Umum

35

Selain pelayanan kebutuhan dasar, pemerintah sebagai instansi

penyedia pelayanan publik juga harus menyediakan pelayanan umum

kepada masyarakatnya. Pelayanan umum yang harus diberikan terbagi

dalam tiga kelompok yaitu:

1) Pelayanan Administratif

Merupakan pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk

dokumen yang dibutuhkan oleh publik misalnya: pembuatan Kartu

Tanda Penduduk (KTP), sertifikat tanah, Akta Kelahiran, Akta

Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat

Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Izin Mendirikan

Bangunan dan pasport.

2) Pelayanan barang

Pelayanan barang adalah pelayanan yang mengasilkan berbagai

bentuk/jenis barang yang meliputi kebutuhan publik meliputi:

jaringan telepon, penyediaan tenaga listik, penyediaan air bersih.

3) Pelayanan Jasa

Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya: pendidikan,

pemeliharaan kesehatan, penyelenggara transportasi, jasa pos,

sanitasi lingkungan, penanggulangan bencana alam dan pelayanan

sosial.

36

Secara umum pelayanan publik dapat dipahami sebagai jenis pelayanan

yang disediakan untuk masyarakat, baik yang dilakukan oleh pemerintah

maupun swasta. Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan pelayanan

yang terbaik bagi publik atau masyarakat. Pelayanan yang terbaik adalah

pelayanan yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang diinginkan

dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pelayanan terbaik akan membawa

implikasi terhadap kepuasaan publik atas pelayanan yang diterima.

3. Standar Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan berbagai kegiatan yang harus dilakukan oleh

pemerintah baik di Pusat, di Daerah dan BUMN/BUMD untuk memenuhi

kebutuhan yang menjadi tuntutan dari masyarakat, kebutuhan tersebut

meliputi produk pemerintah yang berupa barang dan jasa yang tergolong

sebagai jasa publik dan layanan sipil. Adapun menurut Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2009 pasal 21 tentang Pelayanan Publik menyatakan

komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

a) Dasar hukum, yaitu Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

penyelenggaraan pelayanan.

b) Persyaratan, yaitu Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu

jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administrative.

c) Sistem, mekanisme, dan prosedur, yaitu Tata cara pelayanan yang

dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan.

d) Jangka waktu penyelesaian, yaitu Jangka waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.

37

e) Biaya/tarif, yaitu Ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan

dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara

yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara

penyelenggara dan masyarakat.

f) Produk pelayanan, yaitu Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

g) Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, yaitu Peralatan dan fasilitas yang

diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk peralatan dan

fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan.

h) Kompetensi pelaksana, yaitu Kemampuan yang harus dimiliki oleh

pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan

pengalaman.

i) Pengawasan internal, yaitu Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan

satuan kerja atau atasan langsung pelaksana.

j) Penanganan pengaduan, saran, dan masukan, yaitu Tata cara

pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.

k) Jumlah pelaksana, yaitu Tersedianya pelaksana sesuai dengan beban

kerja.

l) Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan

dilaksanakan sesuai dengan standard pelayanan.

m)Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk

komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko

keragu-raguan, yaitu Kepastian memberikan rasa aman dan bebas dari

bahaya, risiko, dan keragu-raguan.

38

n) Evaluasi kinerja pelaksana yaitu Penilaian untuk mengetahui seberapa

jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan.

Selain itu menurut Lukman (2000:55) ada beberapa asas yang menjadi

dasar pelayanan publik, yaitu:

1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yangdiberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alurpelayanan.

2) Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis danadministratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanansesuai dengan jenis pelayanannnya;

3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastianpetugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan sertakewenangan dan tanggung jawabnya).

4) Kedisiplinan petugas pelayanan, kesungguhan petugas dalammemberikan peyananan terutama terhadap konsistensi waktukerja sesuai ketentuan yang berlaku.

5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenangdan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan danpenyelesaian pelayanan.

6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian danketrampilan yang dimiliki petugas dalammemberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

7) Kecepatan pelayanan, yaitu target pelayanan dapat diselesaikandalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggarapelayanan.

8) Keadilan mendapatkan pelayanan; yaitu pelaksanaan pelayanandengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yangdilayani.

9) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilakupetugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secarasopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

10) Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakatterhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

11) Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yangdibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

12) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktupelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasaranapelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapatmemberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

14) Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamananlingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yangdigunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk

39

mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkandari pelaksanaan pelayanan.

Masih berkaitan dengan asas–asas pelayanan dalam rangka memberikan

pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, berdasarkan Keputusan

Menpan Nomor 63 Tahun 2004 tentang Prinsip Pelayanan Publik yang

menyatakan penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi, asas–asas

pelayanan sebagai berikut:

“a). Transparansi bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses olehsemua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadaiserta mudah dimengerti. b). Akuntabilitas dapatdipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang–undangan. c). Kondisional sesuai dengan kondisi dankemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetapberpegang pada efisiensi dan efektifitas. d) Partisipatif mendorongperan serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publikdengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapanmasyarakat. e) Kesamaan hak tidak diskriminatif dalam arti tidakmembedakan suku, ras, agama, gender, dan status ekonomi. f).Keseimbangan hak dan kewajiban,pemberi dan penerimapelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing–masing pihak”.

Pelayanan kepada masyarakat merupakan perwujudan dari fungsi aparatur

pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, sehingga

penyelenggaraannya harus terus ditingkatkan sesuai dengan sasaran

pembangunan. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 pasal 4

tentang Pelayanan Publik menyatakan asas-asas pelayanan publik adalah:

“a).Kepentingan umum, yaitu; pemberian pelayanan tidak bolehmengutamakan kepentingan pribadi dan/atau golongan.b).Kepastian hukum, yaitu jaminan terwujudnya hak dan kewajibandalam penyelenggaraan pelayanan. c). Kesamaan hak, yaitupemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama,golongan, gender, dan status ekonomi. d). Keseimbangan hak dankewajiban, yaitu pemenuhan hak harus sebanding dengankewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupunpenerima pelayanan. e). Keprofesionalan, yaitu pelaksana

40

pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangtugas. f). Partisipatif, yaitu peningkatan peran serta masyarakatdalam penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikanaspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat. g). Persamaanperlakuan/tidak diskriminatif, yaitu setiap warga negara berhakmemperoleh pelayanan yang adil. h). Keterbukaan, yaitu setiappenerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses danmemperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan. i).Akuntabilitas, yaitu proses penyelenggaraan pelayanan harus dapatdipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan. j). Fasilitas dan perlakuan khusus bagikelompok rentan, yaitu pemberian kemudahan terhadap kelompokrentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan. k). Ketepatanwaktu, yaitu penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepatwaktu sesuai dengan standar pelayanan. l). Kecepatan, kemudahan,dan keterjangkauan, yaitu Setiap jenis pelayanan dilakukan secaracepat, mudah, dan terjangkau”.

Mengenai hak dan kewajiban pemberi maupun penerima pelayanan publik

menjelaskan bahwa Putra (2000:34) pemerintah sebagai pemberi

pelayanan publik harus memperhatikan hak-hak masyarakat sebagai

pengguna layanan, yaitu:

a) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalammengkonsumsi barang dan/atau jasa.

b) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkanbarang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dankondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisidan jaminan barang dan/atau jasa.

d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barangdan/atau jasa yang digunakan.

e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upayapenyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.\g) Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif.h) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidaksesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya”.

41

Nisjar (2007:299) menyebutkan ada beberapa ciri-ciri atau kriteria dari

pelayanan publik yaitu:

a) Prosedur pelayanan harus mudah dimengerti dan mudahdilaksanakan, sehingga terhindar dari prosedur birokratik yangsangat berlebihan, berbelit-belit.

b) Pelayanan diberikan secara jelas dan pasti, sehingga ada suatukejelasan dan kepastian bagi publiknya dalam menerimapelayanan tersebut.

c) Pemberian pelayanan senantiasa diusahakan agar pelayanandapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

d) Pelayanan harus senantiasa memperhatikan kecepatan danketepatan waktu yang sudah ditentukan.

e) Publik setiap saat dapat dengan mudah memperoleh berbagaiinformasi yang berkaitan dengan pelayanan secara terbuka.

f) Dalam berbagai kegiatan pelayanan, baik teknis maupunadmnistrasi publik selalu diperlakukan dengan motto: costumeris king and costumer is always right”.

Kualitas pelayanan publik merupakan sebuah indikator utama dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang baik, mulai pemerintah pusat hingga

pemerintah daerah.Prinsip-prinsip pelayanan yang berkualitas menurut

Batinggi (2009:72) adalah sebagai berikut:

a) Sebelum segala sesuatu dimulai, maka proses dan prosedurharus ditetapkan lebih awal.

b) Proses dan prosedur itu harus diketahui oleh semua pihak yangterlibat. Proses dan prosedur tidak boleh membingungkan danmengandunginterpretasi ganda.

c) Kualitas muncul dari orang-orang yang bekerja dalam sistem,satu mata rantai yang akhirnya membuahkan hasil. Apabilasistem itu baik, makakecil kemungkinan kesalahan akan terjadi.

d) Peninjauan kualitas oleh para eksekutif perlu dilakukan secaraperiodik dalam arti perlu diadakan penyempurnaan dari prosedurkerja jika dipandang perlu dengan memperhatikan selera pihakyang dilayani.

e) Kualitas pelayanan dapat dicapai hanya apabila para pemimpinorganisasi menciptakan suatu iklim budaya organisasiyangmemusatkan perhatian secarakonsisten pada peningkatankualitas dan kemudian menyempurnakannya secara berkala.

f) Kualitas berarti memenuhi kebutuhan, keinginan dan selerakonsumen/publik.

42

g) Kualitas menuntut kerjasama yang erat. Setiap orangdalamorganisasi hendaknya memandang orang lain sebagaipartnernya yang dapat dilihatdan dihargai sebagai bagian daripenentu berhasilnya melaksanakan kewajiban.

D. Konsepsi Pelayanan Kesehatan

Pengertian kesehatan di dalam Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang

pokok-pokok, Bab 1 pasal 1 yang di definisikan sebagai berikut: “Kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan soail yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi”. Merujuk dari

pemaparan tersebut pelayanan kesehatan adalah pemberian jasa pelayanan

yang dituntut memiliki kualitas yang baik bagi pelanggannya. Pelayanan

kesehatan akan dirasakan berkualitas oleh para pelanggan jika

penyampaiannya dirasakan melebihi harapan para pengguna layanan.

Definisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang

Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan

sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atapun masyarakat.

Pelayanan kesehatan menurut Pohan (2007:28) merupakan suatu alat

organisasi untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan kedalam terminologi

operasional, sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan

akan terikat dalam suatu sistem baik pasien, penyedia layanan kesehatan,

penunjang layanan kesehatan ataupun manajemen organisasi layanan

43

kesehatan dan akan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan

perannya masing-masing.

Menurut Azwar (2002:112) mendifinisikan pengertian tentang kualitas

pelayanan kesehatan adalah:

“Kualitas pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang dapatmemuaskan setiap pemakai jasa kesehatan sesuai dengan tingkatkepuasan rata–rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuaidengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telahditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan menunjukkan tingkatkesempurnaan pelayanan profesional yang sudah ditetapkan. disamping itu kualitas pelayanan kesehatan juga berkaitan denganketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien,kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, perhatian dankeramahan petugas dalam melayani pasien serta berkaitan dengankesembuhan penyakit yang diderita pasien”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan menurut Azwar

(2002:76) meliputi:

a. Faktor pelayanan kesehatan:

1) Dokter dan tenaga medis lainya terlatih dengan baik baik

2) Perhatian pribadi dokter terhadap pasien

3) Privacy dalam diskusi penyakit

4) Ongkos klinik terbuka

5) Waktu tunggu dokter yang singkat

6) Informasi dari dokter

7) Ruang pemeriksaan yang baik

8) Staf yang menyenangkan

9) Ruang tunggu yang nyaman

44

b. Faktor sistem kerja tenaga kesehatan:

1) Pelayanan medis yang baik adalah praktek kedokteran

(pengobatan) yang rasional yang berdasarkan ilmu pengetahuan.

2) Menekankan pencegahan

3) Memerlukan kerjasama yang cerdik (intilligent) antara pasien

yang awam dan para praktisi yang ilmiah medis

4) Memerlukan individu seutuhnya

5) Mempertahankan hubungan pribadi yang akrab dan

berkesinambungan antara dokter dan pasien

6) Mengkordinasikan semua jenis pelayanan kesehatan

7) Pelaksanaan semua pelayanan yang diperlukan dari ilmu

8) Kedokteran modern sesuai dengan kebutuhan semua orang.

Mainz (dalam Thabrany, 2013:89) mengklaim bahwa mengukur dan

memantau mutu kualitas pelayanan kesehatan dapat menggunakan

pendekatan Health Care System dengan indikator:

a. Health care facilities

Di bidang pelayanan kesehatan, kriteria ini berhubungan dengan

proses pelayanan. Sistem layanan kesehatan ditentukan dengan

fasilitas fisik dan kenyaman lingkungan layanan kesehatan.Fasilitas

pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik

promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

penyedia jasa layanan kesehatan.

45

b. Health service knowledge

Di bidang pelayanan kesehatan, kriterian ini berhubungan

dengantingkat kesembuhan. Sistem pelayanan kesehatan ini terkait

dengan sikap, perilaku, pengetahuan dan keterampilan tenaga

kesehatan dalam memberikan pelayanan pada waktu dan tempat saat

dibutuhkan.

c. Health service process

Di bidang pelayanan kesehatan, kriteria ini berhubungan dengan

proses pelayanan. Sistem pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan

prosedur pelayanan, alur birokrasi dalam memberikan pelayanan

baikdalam keadaan darurat maupun tidak darurat.

d. Healt care appropriate

Di bidang pelayanan kesehatan, kriteria ini berhubungan

dengantingkat kesembuhan pasien. Sistem pelayanan kesehatan yang

berkaitan dengan kehandalan petugas dalam memberikan pelayanan

sesuai dengan standar operasional prosedur sehingga memberikanrasa

puas dan amanterhadap pasien Oleh karena itu, tingkat kepuasan

terhadap kewajaran (appropriate) sangat mempengaruhi pelayanan.

e. Respect and caring:

Di bidang pelayanan kesehatan, kriteria ini berhubungan dengan

proses pelayanan. Sistem pelayanan yang berkaitan dengan respon dan

tanggap tentang keluhan yang diderita pasien, misalnya cara tenaga

kesehatan dalam berkomunikasi, berinteraksi dan menanggapi tentang

keluhan yang diderita pasien.

46

Berdasarkan beberapa pendapat dan teori-teori di atas dapat ditarik asumsi

bahwa kualitas pelayanan publik menunjuk pada pengertian tingkat

keunggulan yang diharapkan dalam penyelenggaraan pelayanan kepada

masyarakat sesuai dengan harapan atau keinginan masyarakat sebagai

penerima layanan. Sehingga pelayanan publik baru dapat dikatakan

berkualitas jika sesuai dengan harapan atau keinginan penerima layanan,

yaitu pelayanan yang sederhana, jelas dan pasti, aman, terbuka, efisiensi,

ekonomis, adil, dan tepat waktu, serta adanya fasilitas pelayanan yang

lengkap, aman dan memadai dengan demikian pelayanan tersebut dapat

memberikan kepuasan bagi pengguna layanan.

E. Konsepsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

Definisi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menurut

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Pasal 5 ayat (1) merupakan Badan Usaha Milik Negara

yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk

Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,

Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya

ataupun rakyat biasa.

Lebih lanjut menurut Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan Nomor 1 tahun 2014 pasal 1 tentang Penyelenggaraan

47

Jaminan.Kesehatan yang dimaksud Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan, dimana setiap peserta

berhak mendapatkan pelayanan yang promotif,preventif, kuratif dan

rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahanmedis habis pakai sesuai

dengan kebutuhan medis yang diperlukan.

2. Visi, Misi dan Manfaat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS)Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam mencapai

tujuannya mempunyai visi dan misi untuk mencapai mutu pelayanan yang

baik. Visi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah

paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki

jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatannya yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatan yang handal, unggul, dan terpercaya.

Misi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah

sebagai berikut:

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan

mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

48

2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan

yang efektif,efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan

yang optimal dengan fasilitas kesehatan.

3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana

BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel untuk

mendukung kesinambungan program.

4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsipprinsip

tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai

untuk mencapai kinerja unggul.

5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan

evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen resiko atas seluruh

operasionalisasi BPJS Kesehatan.

6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan Bab V tentang manfaat Jaminan Kesehatan yang

tercantum dalam pasal 21 sebagaimana yang dikutip oleh Yustisia

(2014:113) yaitu diantaranya :

a) Peserta jaminan kesehatan mendapat jaminan kesehatan meliputifasilitas primer, sekunder dan tersier, baik milik pemerintahmaupun swasta yang bekerja sama dengan Badan PenyelenggaraJaminan Sosial.

b) Menjamin kesehatan medis dari administrasi pelayanan,pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis seseorangsampai non-medis seperti akomodasi dan ambulan.

c) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non-operatif, kemudian pelayanan transfusi darah sesuai kebutuhanmedis.

49

d) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan kesehatanperorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratifdan rehabilitatif. Di mana pelayanan promotif dan preventifmeliputi pemberian pelayanan, penyuluhan kesehatanperorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skriningkesehatan. 1) Penyuluhan Kesehatan Perorangan meliputi palingsedikitpenyuluhan mengenai faktor resiko penyakit dan perilakuhidup bersih dan sehat;2) Pelayanan Imunisasi Dasar meliputiBaccile Calmett Guerin(BCG), Difteri Pertusis Tetanus danHepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak yang disediakanolehPemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;3) Pelayanan KeluargaBerencana meliputi konseling, kontrasepsi,vasektomi, dantubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangikeluarga berencana yang disediakan oleh Pemerintah dan/atauPemerintah Daerah; 4) Pelayanan Skrining Kesehatan, diberikansecara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi resiko penyakitdan mencegah dampak lanjutan dari resiko penyakit tertentu

e) Kemudian pemeriksaan penunjang diagnostik laboratoriumtingkat pertama dan pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuaidengan keluhan penyakit.

f) Menjamin pelayanan kesehatan sebanyak lima anggota keluarga,termasuk pembayar iuran.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bertujuan untuk

memberikan perlindungan kesehatan agar setiap peserta memperoleh

manfaat pemeliharaan kesehatan, dalam melaksanakan fungsi sebagaimana

tersebut di atas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

bertugas untuk:

a). Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

b). Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

c). Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;

d). Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;

e). Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;

f). Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

dengan ketentuan program jaminan sosial; dan

50

e).Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan

sosial kepada peserta dan masyarakat.

Dengan kata lain tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data

kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan

iuran dari Pemerintah, pengelolaan dana jaminan sosial, pembayaran

manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian

informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan

keterbukaan informasi.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berwenang:

a) Menagih pembayaran Iuran;

b) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek

dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,

solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

c) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan

pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

d) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar

pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif

yang ditetapkan oleh Pemerintah;

e) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas

kesehatan;

51

f) Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja

yang tidak memenuhi kewajibannya;

g) Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang

mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam

memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

h) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka

penyelenggaraan program jaminan sosial.

i) Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta

pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau

kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan

kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada

BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

Sejak tahun 2014 pemerintah melaksanakan program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan sebagai penyelenggara program kesehatan. Program pemerintah

ini bertujuan meningkatkan pelayanan rumah sakit secara maksimal

sehingga semestinya kepuasan pasien BPJS dapat terpenuhi dengan baik

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 tentang

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional). Keberadaan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan diharapakan mampu

mencapai target universal coverage pada tahun 2019. Paling lambat 1

Januari 2019, seluruh pendudukIndonesia memiliki jaminan kesehatan

nasional untuk memperoleh manfaatpemeliharaan kesehatan dan

52

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasarkesehatannya yang

diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan, sehingga kepuasanpasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan terhadap mutu pelayanan rumah sakit sangat perlu

dipantau(BPJS Kesehatan, 2010).

3. Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

Dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) dijelaskan bahwa seluruh penduduk wajib menjadi

peserta jaminan kesehatan dan membayar iuran jaminan kesehatan. Bagi

yang mempunyai upah atau gaji, besaran iuran berdasarkan presentase

upah atau gaji dibayar oleh pekerja dan pemberi kerja. Bagi yang tidak

mempunyai gaji atau upah besaran iurannya ditentukan dengan nilai

nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu

membayar iuran makan iurannya dibayari oleh pemerintah (Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2013 pasal 16 tentang

Jaminan Kesehatan).

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

2013 tentang Jaminan Kesehatan Bab II tentang peserta dan kepesertaan

yang tercantum dalam pasal 2 bahwa peserta Jaminan kesehatan dibagi

menjadi dua jenis yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Bukan

Penerima Bantuan Iuran (PBI).

53

Secara umum peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan ada 2 (dua) golongan, pertama peserta PBI (Penerima Bantuan

Iuran) yaitu warga tak mampu atau paska Pemutusan Hubunhgan Kerja

(PHK) atau fakir miskin yang iuranya dibayar negara. Kedua peserta Non

PBI atau Bukan Penerima Bantuan Iuran yaitu peserta yang wajib

membayar iuranya baik pegawai yang kerja pada negara, swasta formal

atau non formal.

Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (PPK) adalah fasilitas kesehatan yang

bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS)Kesehatan, menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) terdiri dari:

a). Fasilitas kesehatan tingkat pertama, terdiri dari:

1. Puskesmas

2. Praktik dokter

3. Praktik dokter gigi

4. Klinik Pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat

pertama milik TNI/POLRI; dan

5. Rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara.

b). Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, terdiri dari:

1. Klinik utama atau yang setara;

2. Rumah sakit umum; dan

3. Rumah sakit khusus

54

F. Kerangka Pikir

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat

merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan masyarakat

sehingga kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan publik (public

services) sangat strategis karena akan menentukan sejauhmana pemerintah

mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat

sehingga menimbulkan atau berdampak pada kepuasan publik.

Mengingat jenis pelayanan sangat beragam dengan sifat dan karakteristik

yang berbeda, maka untuk memudahkan mengevaluasi penyebab pasien

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak puas terhadap

pelayanan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung mengutip

dari pendapat Mainz (dalam Thabrany, 2013:89) yaitu dapat menggunakan

pendekatan Health Care System dengan indikator:

a. Health care facilities

Sistem layanan kesehatan ditentukan dengan fasilitas fisik dan kenyaman

lingkungan layanan kesehatan.

b. Health service knowledge

Sistem pelayanan kesehatan ini terkait dengan sikap, perilaku,

pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan pada waktu dan tempat saat dibutuhkan.

55

c. Health service process

Sistem pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan prosedur pelayanan,

alur birokrasi dalam memberikan pelayanan baikdalam keadaan darurat

maupun tidak darurat.

d. Healt care appropriate

Sistem pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kehandalan petugas

dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standar operasional

prosedur sehingga memberikanrasa puas dan amanterhadap pasien.

e. Respect and caring

Sistem pelayanan yang berkaitan dengan respon dan tanggap tentang

keluhan yang diderita pasien, misalnya cara tenaga kesehatan dalam

berkomunikasi, berinteraksi dan menanggapi tentang keluhan yang

diderita pasien.

56

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka dapat dibuat kedalam diagram

skematis penyusunan alur pikir sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Evaluasi Tingkat Kepuasan PasienBPJS Kesehatan terhadap

pelayanan di RSUD Dr. H. AbdulMoeloek Prov Lampung

Health CareFacilities

Health CareKnowledge

Health CareProcess

Health CareAppropriate

Respect andCare

Jenis Pelayanan:1. Instalasi Gawat Darurat2. Instalasi Rawat Jalan3. Instalasi Rawat Inap4. Instalasi Radiologi

57

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan tipe penelitian

kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang mendeskripsikan

fenomena secara terperinci. Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif

adalah prosuder penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti objek dengan cara

menuturkan dan menafsirkan data yang ada. Selain itu menurut Sugiyono

(2013:195) penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi

sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan

mendeskripsikan suatu masalah.

Alasan memilih pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu: pertama,

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data

lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Alasan yang kedua,

pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji

dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat

dipisahkan dari latar belakang alamiah.

58

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dipandang penting karena dengan adanya fokus penelitian

penulis dapat membatasi studi yang akan dilakukan dan juga berperan

dalam memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Berdasarkan latar

belakang dan rumusan masalah yang ada dalam penelitian, penulis ingin

memfokuskan penelitian ini dengan mendeskripsikan dan mengevalusasi

penyebab pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

tidak puas terhadap pelayanan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung dengan menitikberatkan pada pendekatan Health Care System

(Mainz dalam Thabrany 2013) dengan indikator sebagai berikut:

Tabel 3.3 Fokus Penelitian

Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara JaminanSosial Kesehatan terhadap Pelayanan

Fokus Penelitian Indikator PenelitianHealth carefacilities

a) ruang kamar perawatanb) kebersihan toiletc) ruang tunggud) tempat parkir

Health serviceknowledge

a) Petugas melayani dengan ramahb) Petugas melayani dengan sopanc) Ketrampilan petugas dalam melayani dengan cepat

dan tepatHealth serviceprocess

a) Prosedur pelayanan yang mudah tak berbelit belitb) Waktu pelayanan yang akurat sesuai dengan

standar yang adac) Pelayanan dilengkapi dengan alat tekhnologi

Healt careappropriate

a) Kehandalan dalam memberikan pelayanan sesuaidengan tingkat pengetahuan yang sesuai denganuraian kerjanya

b) Kehandalan dalam memberikan pelayanan yangterampil sesuai dengan tingkat ketrampilan kerjayang dimiliki

c) Kehandalan dalam mengaplikasikan penguasaan

59

teknologiRespect andcaring

a) Menerima setiap keluhan pasien yang diajukanb) Menanggapi setiap keluhan pasienc) Petugas mampu membantu memecahkan masalah

yang dialami pasienSumber: Diolah oleh peneliti, 2019

C. Informan

Informan merupakan orang yang memberikan informasi sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Informan ditentukan melalui sebuah teknik penentuan

yang dipilih berdasarkan pertimbangan tingkat kepentingan dan status.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan

informan. Menurut Sugiyono (2012:85) purvosive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan sampel

dengan menggunkan purposive sampling adalah karena tidak semua sampel

memiliki kriteria sesuai dengan yang telah peneliti tentukan. Oleh karena

itu, sampel yang dipilih sengaja ditentukan berdasarkan kriteria tertentu

yang telah ditentukan oleh peneliti untuk mendapatkan sampel yang

representatif.

Tabel 4.3 Informan Penelitian

No Kelompok Kriteria Nama1. Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

H Abdul Moeloek ProvinsiLampung

Linovski Adam, S.STP, M.IP

Ns. Hendra Susanto, S.Kep

Zainudin HasanMusningah

Yuli RahmawatiHendri Kuswanto

Joko Susilo

Dede Masitoh

2. Lembaga Swadaya MasyarakatKota Bandar Lampung

Rudi Hartono

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019

60

D. Jenis Data

Menurut Sugiyono (2013:173) data kualitatif adalah data yang tidak dapat

diukur dengan satuan ukuran tertentu dan menunjukkan kualitas objek

penelitian. Adapun sumber data dikelompokkan menjadi dua, yakni sumber

data primer dan sumber data sukender. Sumber data primer adalah sumber

data yang langsung berasal dari informan dengan tujuan memberikan data

yang akurat kepada peneliti. Sumber data sukender adalah data yang

diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Berikut ini adalah data

primer penelitian:

Tabel 5.3 Nama Informan Penelitian

No Nama Informan Kelompok/Instansi

1.Linovski Adam,S.STP,M.IP

Kasubbag Umum RSUD Dr. H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung

2. Ns. Hendra Susanto, S.KepKepala Ruangan Rawat InapKenanga RSUD Dr. H. AbdulMoeloek Provinsi Lampung

3. Zainudin Hasan Pasien Ruang Inap Kenanga4. Musningah Pasien Ruang Inap Murai

5. Yuli RahmawatiKeluarga Pasien Ruang InapKenanga

6. Hendri KuswantoKeluarga Pasien Ruang InapKenanga

7. Joko Susilo Keluarga Pasien Ruang Inap Murai8. Dede Masitoh Keluarga Pasien Ruang Delima

9. Rudi HartonoAnggota Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM) Kota BandarLampung

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2019

61

Data sekunder pada penelitian ini yaitu dokumen berupa Undang-Undang,

pemberitaan media online antara lain: liputan6.com, nasional.kompas.com,

harianlampung.com dan republika.co.id.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini adalah melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan

langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan

diteliti. Observasi yang dilakuakan peneliti dengan melakukan

peninjauan terhadap lokasi tempat penelitian disesuaikan dengan

kebutuhan peneliti.

2. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan

dalam penelitian kualitatif. Wawancara secara umum adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

secara langsung antara pewawancara dengan informan. Wawancara

dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dari informan

terkait dengan fokus penelitian, sehingga sasaran yang akan

diwawancarai adalah pihak-pihak yang terkait.

3. Dokumentasi adalah suatu penyelidikan yang menggunakan sumber-

sumber dokumentasi untuk mendapatkan data yang diperlukan.

Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu: Undang-Undang Nomor 44

62

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Standar Operasional Prosedur (SOP),

Sruktur organisasi dan gambaran umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung maupun dari koran atau majalah

yang berkaitan dengan pemberitaan tentang pasien BPJS Kesehatan.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2005:180) proses analisis data dimulai dengan

menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,

dirangkum dan difokuskan pada hal yan penting. Teknis analisis data dalam

penelitian ini meliputi:

1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan penelitian pada

penyederhanaan, dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan yang tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu

bentuk analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan sehingga

kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik. Reduksi data peneliti lakukan dari

data hasil wawancara, dalam hal ini memilih kata-kata yang bisa

digunakan untuk melakukan pembahasan serta menggunakan teori-teori

untuk menganalisis fokus dalam penelitian ini.

2. Display data yaitu sekumpulan informasi yang akan memberikan

gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data dalam penelitian

ini yaitu catatan penting di lapangan, kemudian disajikan dalam bentuk

teks deskriptif untuk mempermudah pembaca memahami secara praktis.

63

3. Verifikasi Data

Verifikasi merupakan tahap terkhir dalam menaganalisis data. Data diuji

keabsahannya melalui uji validitas internal yaitu aspek kebenaran,

validitas eksternal yaitu penerapan, reabilitas yaitu konsistensi dan

obyektifitas. Data yang sudah diuji kemudian dapat ditarik kesimpulan.

Verifikasi data dalam penelitian ini sudah dilakukan, kemudian peneliti

menarik kesimpulan bahwa penyebab pasien BPJS Kesehatan tidak puas

terhadap pelayanan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

dilihat dari indikator Health care facilities, Health care knowledge dan

Health service process.

G. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data adalah cara menyelaraskan antara data yang

dilaporkan peneliti dengan data yang terjadi pada obyek penelitian. Teknik

keabsahan data dilakukan untuk mendapatkan data yang valid. Penelitian ini

menggunakan teknik keabsahan data dengan cara uji kredibilitas melalui

proses triangulasi. Teknik triangulasi merupakan proses membandingkan

dan mengecek tingkat kepercayaan informasi melalui proses wawancara dan

studi dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber

adalah teknik menguji data dan informasi dengan cara mencari data yang

sama dengan informan satu dan lainnya. Data dari informan telah

dikompilasikan dengan hasil dokumentasi yang memiliki kesamaan

64

informasi. Teknik triangulasi sumber bertujuan untuk memperoleh data

yang sama dan memiliki tingkat validitas yang tinggi

65

IV. GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung

1. Sejarah Singkat RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

yang berlokasi di Jalan Dr. Rivai Nomor 6 Bandar Lampung berdiri sejak

tahun 1914 oleh perkebunan (Onderneming) pemerintah Hindia Belanda

untuk merawat buruh perkebunan, waktu itu bangunan Rumah Sakit semi

permanen dengan kapasitas 100 tempat tidur. Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dari tahun ke tahun mengalami

fase pengelolaanya, berikut dijelaskan secara rinci:

1. Tahun 1942-1945 sebagai rumah sakit untuk merawat tentara jepang

2. Tahun 1945-1950 sebagai Rumah Sakit Umum dikelola oleh

Pemerintah Pusat Republik Indonesia.

3. Tahun 1950-1964 sebagai Rumah Sakit Umum dikelola Pemerintah

Provinsi Sumatera Selatan.

4. Tahun 1964-1965 sebagai Rumah Sakit Umum dikelola Kotamadya

Tanjung Karang.

66

5. Tahun 1965 sampai sekarang Rumah Sakit Umum Provinsi Lampung

dikelola oleh Pemerintah Provinsi Lampung.

6. Tahun 1984 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Lampung

No:G/180/b/HK/1984 Pada tanggal 17 Agustus 1984 nama Rumah

Sakit Umum Provinsi Lampung diganti menjadi Rumah Sakit Umum

Daerah Dr.H.Abdul Moeloek.

7. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri keseHatan RI

Nomor.1163/MenKes/SK/XII/1993 ditetapkan menjadi Rumah Sakit

Kelas B Non Pendidikan.

8. Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Lampung Nomor: 8 Tahun

1995 RSU Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Daerah Tingkat I Lampung

diubah menjadi Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Daerah Tingkat I

Lampung, disahkan oleh Menteri dalam Negeri dengan Surat

Keputusan Nomor : 168 Tanggal 28 November 1995.

9. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung melalui peraturan

Daerah Provinsi Lampung Nomor: 12 tahun 2000 tanggal 8 juni 2000

(persetujuan DPRD Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2000 tanggal

8 Juni 2000) ditetapkan menjadi Rumah Sakit Unit Swadana Daerah

dan dalam rangka tertib pelaksanaannya telah dikeluarkan Petunjuk

Pelaksanaan (Juklak) melalui Keputusan Gubernur Provinsi Lampung

Nomor 25 tahun 2000 tanggal 25 juli tahun 2000 tentang Juklak Perda

Nomor 12 tahun 2000.

10. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun

2007 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja lembaga teknis

67

daerah Provinsi lampung maka RSUD Dr.H.Abdul Moeloek

ditetapkan sebagai suatu lembaga teknis daerah Provinsi Lampung

yang merupakan unsur pendukung tugas Gubernur dan berkedudukan

dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melaui Sekretaris

Daerah.

Sejak berdiri hingga saat ini RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi

Lampung telah mengalami lebih dari 20 kali pergantian Direktur, yang

paling lama menjabat sebagai Direktur adalah Dr.H.Abdul Moeloek yaitu

selama 17 tahun, dan berkat jasa pengabdian beliau maka namanya

diabadikan menjadi nama rumah sakit yang sekarang terkenal dengan

nama RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Secara umum

fungsi RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung merupakan salah

satu institusi pemerintah daerah yang bertujuan memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat luas dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal.

2. Visi Misi dan Moto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Visi dari RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah “Rumah

Sakit Unggul dalam Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian Kesehatan di

Sumatera”, sedangkan misi dari RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi

Lampung yaitu :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, Profesional

dengan mengutamakan keselamatan pasien

68

2. Menyelenggarakan proses pendidikan yang menunjang pelayanan

kesehatan prima berdasar standar Nasional dan Internasional

3. Mewujudkan Rumah Sakit menjadi pusat penelitian yang mengarah

pada pengembangan ilmu dan tekhnologi di bidang kedokteran dan

perumah sakitan

4. Menyelenggarakan tata kelola sistem, Sumber Daya Manusia, sarana

dan prasarana Rumah Sakit yang handal

Moto dari RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah “ASRI”

(Aktif, Segera, Ramah, dan Inovatif)”.

3. Tugas, Pokok dan Fungsi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2014

tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah dan Lembaga Tekhnis Daerah Provinsi Lampung,

RSUD Drs H. Abdul Moloek Provinsi Lampung mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang

layanan rumah sakit, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang

diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan

kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas pokok,

RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung menyelanggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan rumah sakit;

69

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang

pelayanan rumah sakit;

3. Pembinaan dan Pelaksanaan tugas dibidang pelayanan rumah sakit;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang

Pelayanan rumah sakit; dan

5. Pengelolaan administratif

Susunan Organisasi RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung

berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2014

tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan

PerencanaanPembangunan Daerah dan Lembaga Tekhnis Daerah Provinsi

Lampung terdiri dari :

1. Direktur Utama

2. Direktur Pelayanan membawahi

a. Bidang Pelayanan, terdiri dari

1) Sub Bidang Pelayanan Medik

2) Sub Bidang Penunjang Medik

b. Bidang Keperawatan, terdiri dari:

1) Seksi Mutu Pelayanan Keperawatan

2) Seksi Peralatan dan Tenaga Keperawatan

3. Direktur Diklat dan SDM membawahi:

a. Bagian Diklat, terdiri dari:

1) Sub Bagian Diklat Medik dan Non Medik

2) Sub Bagian Diklat Keperawatan

b. Bagian Perlindungan dan Pengembangan SDM, terdiri dari :

70

1) Sub Bagian Hukum dan Perlindungan SDM

2) Sub Bagian Pengembangan SDM

4. Direktur Umum dan Keuangan, membawahi:

a. Bagian Umum, terdiri dari :

1) Sub Bagian Umum

2) Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan

3) Sub Bagian Kepegawaian

b. Bagian Perencanaan dan Rekam Medik, Terdiri dari:

1) Sub Bagian Penyusunan Program dan Laporan

2) Sub Bagian Rekam Medik

3) Sub Bagian Hubungan Masyarakat

c. Bagian Keuangan terdiri dari;

1) Sub Bagian Penyusunan Anggaran dan Perbendaharaan

2) Sub Bagian Mobilisasi dana

3) Sub Bagian Akuntasi dan Verifikasi

5. Satuan Pengawas Internal

6. Dewan Pengawas

7. Komite medik

8. Komite Perawatan

9. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan

fungsional yang terbagi berbagai kelompok sesuai dengan bidang

keahliannya.

71

4. Tata Kelola BPJS di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Ada dua kondisi bagi pemegang kartu BPJS Kesehatan untuk berobat di

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Pertama adalah melalui

fasilitas kesehatan pertama dan mengikuti prosedur selanjutnya. Kondisi

kedua adalah ketika kondisi darurat dan langsung masuk Instalasi Gawat

Darurat (IGD). Syarat pertama adalah kartu BPJS Kesehatan sebagai

bukti kepesertaan. Kartu tersebut tidak harus fisik, tapi bisa juga versi

digital dengan mengunduh di aplikasi Mobile JKN di ponsel. Berikut

prosedur berobat pakai kartu BPJS Kesehatan:

1) Kondisi pertama: a. Datang ke fasilitas kesehatan (faskes) tingkat

pertama (puskesmas, klinik pratama, atau dokter praktik perorangan

yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan) yang sesuai dengan pada

kartu BPJS Kesehatan. b Pasien diperiksa di faskes tingkat pertama.

Apabila menurut dokter perlu langkah berikutnya, akan dirujuk ke

faskes rujukan tingkat lanjutan (rumah sakit). c. Di rumah sakit,

pasien harus kembali menunjukkan kartu BPJS Kesehatan. d. Pasien

bisa saja mendapatkan pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap di

RS jika dirujuk oleh dokter yang memeriksa. e. Ada tiga kelas dalam

kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional, maka kelas saat rawat inap

disesuaikan. Jika tak dapat menunjukkan nomor kepesertaan, pasien

dirawat dengan tarif pasien umum. f. Dokter bisa saja memberikan

surat rujuk balik, sehingga pelayanan kesehatan kembali ke faskes

tingkat pertama. g. Jika dokter di RS tidak memberikan surat

72

keterangan kontrol, pemeriksaan selanjutnya kembali ke faskes

tingkat pertama.

2) Kondisi kedua: a. Pasien bisa langsung ke IGD di rumah sakit dalam

kondisi darurat. b. Pasien (atau yang mendampingi) harus

menunjukkan kartu BPJS Kesehatan berupa fisik atau digital di

aplikasi Mobile JKN. Jika tidak, akan dimasukkan ke tarif pasien

umum. c. Pasien bisa mendapatkan pelayanan rawat jalan dan/atau

rawat inap sesuai indikasi kesehatan.

Prosedur pelayanan kesehatan dan tata laksana pelayanan kesehatan bagi

peserta dan anggota keluarganya sebagai dimaksud dalam perjanjian

berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri

Dalam Negeri. Ruang lingkup pelayanan kesehatan yang diterima peserta

askes berdasarkan perjanjian kerjasama antara BPJS dengan RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung Nomor 143/PKS/III.08/0412 adalah:

1. Ruang lingkup pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Pihak Kedua

meliputi:

a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), dilaksanakan pada poliklinik

spesialis rumah sakit yang terdiri atas:

1) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan oleh dokter

spesialis/umum.

2) Pemeriksaan fisik/assesmen.

3) Pemeriksaan penunjang diagnostik: laboratorium klinik,

radiologi dan elektromedik.

4) Tindakan medis.

73

5) Pelayanan rehabilitasi medis.

6) Pemeriksaan dan pengobatan gigi lanjutan.

7) Pemberian obat-obatan sesuai DPHO.

8) Pelayanan darah.

b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang kelas

perawatan sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian ini, yang terdiri

atas:

1) Akomodasi.

2) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan.

3) Pemeriksaan fisik.

4) Pemeriksaan penunjang diagnostik: laboratorium klinik,

radiologi dan elektromedik.

5) Tindakan medis.

6) Pelayanan rehabilitasi medis.

7) Perawatan intensif (HCU).

8) Pemberian obat-obatan sesuai DPHO.

9) Pelayanan darah.

10) Bahan dan alat kesehatan habis pakai.

c. Pelayanan Gawat Darurat.

1. Tata cara/prosedur pemberian layanan bagi peserta dalam memperoleh

hak atas pelayanan kesehatan di PPK tingkat lanjutan diatur sebagai

berikut:

74

a. Pelayanan RJTL

1) Peserta datang ke rumah sakit, menunjukkan Kartu Peserta dan

menyerahkan surat rujuan dari PPK tingkat pertama kepada

petugas di unit pelayanan Askes/Askes Center.

2) Petugas meneliti kelengkapan dan keabsahan surat rujukan dan

Kartu Peserta. Apabila tidak lengkap, langsung dikembalikan ke

peserta untuk segera dilengkapi.

3) Pada kondisi gawat darurat, peserta dapat langsung ke rumah

sakit melalui Unit Gawat Darurat (UGD) tidak perlu surat

rujukan dari PPK Tingkat Pertama.

4) Apabila berkas sudah dipenuhi, maka:

a) Petugas menerbitkan SJP-RJTL.

b) Peserta menuju poli spesialis tujuan, menunjukkan Kartu

Peserta dan menyerahkan SJP-RJTL.

c) Bila peserta hanya mendapat pelayanan di poli spsesialis

yang dituju, SJP-RJTL diserahkan ke poli spesialis dan

peserta menandatangani bukti pelayanan.

d) Bila peserta mendapatkan pemeriksaan penunjang diagnostik

atau tindakan medik, peserta membawa surat permintaan

dokter, menunjukkan kartu peserta dan menyerahkan SJP-

RJTL ke unit tersebut. Bila pelayanan selesai, SJP-RJTL

ditinggalkan di unit tersebut dan bukti pelayanan

ditandatangani oleh peserta dan petugas unit tersebut.

75

e) Bila peserta mendapat pelayanan di poli spesialis lain, poli

spesialis pertama memberikan surat rujukan intern. Pada poli

spesialis tempat penerima surat rujukan intern, peserta

menyerahkan surat rujukan interen, SJP-RJTL dan

menunjukkan kartu peserta. Bila pelayanan selesai SJP-RJTL

ditinggalkan pada poli tersebut. Petugas poli dan peserta

menandatangani bukti pelayanan.

5) Peserta yang datang untuk kontrol ulang, membawa surat

perintah kontrol dan diserahkan ke petugas loket pelayanan

Askes/Askes Center untuk mendapatkan SJP-RJTL baru.

6) Pelayanan obat RJTL:

a) Berdasarkan resep dari dokter spesialis di rumah sakit yang

ditunjuk, berpedoman pada DPHO yang berlaku dan obat

diambil di apotek atau instalasi farmasi rumah sakit yang

ditunjuk.

b) Resep dokter (spesialis) di poliklinik rumah sakit dibawa ke

petugas loket pelayanan Askes/Askes Center untuk

dilegalisasi dan selanjutnya obat diambil di apotek atau

instalasi farmasi rumah sakit yang bekerjasama dengan PT.

Askes.\

c) Resep obat biasa (Daftar I DPHO)

Setelah dilegalisasi petugas loket pelayanan Askes/Askes

Center, resep dibawa ke apotek atau instalasi farmasi dengan

menunjukkan kartu peserta dan menyerahkan SJP-RJTL.

76

Setelah mendapat obat, peserta menandatangani bukti

pelayanan.

d) Resep obat khusus (Daftar II DPHO)

Resep obat, protokol terapi atau keterangan khusus dibawa ke

petugas loket pelayanan Askes/Askes Center untuk

dilegalisasi, kemudian resep dibawa ke apotek/instalasi

farmasi rumah sakit, diserahkan bersama dengan SJP-RJTL

dengan menunjukkan kartu peserta. Setelah mendapat obat

peserta menandatangani bukti pelayanan.

b. Pelayanan RITL

1) Peserta mendapat surat rujukan atau perintah rawat inap PPK

tingkat pertama, poli spesialis atau dari UGD.

2) Peserta menyerahkan surat rujukan atau perintah rawat inap ke

petugas loket pelayanan Askes untuk mendapatkan surat jaminan

pelayanan rawat inap lanjutan (SJP-RITL). SJP-RITL harus

diurus paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak didrawat.

3) Setiap kali peserta mendapat tindakan, penunjang diagnostik atau

obat, peserta menunjukkan SJP-RITL ke petugas rumah sakit.

4) Peserta menyerahkan resep yang telah dilegalisasi dan SJP-RITL

ke apotek atau instalasi farmasi untuk pengambilan obat pertama

kali.

5) Pelayanan obat RITL:

77

a) Berdasarkan resep dokter spesialis di rumah sakit yang

ditunjuk, berpedoman pada DPHO yang berlaku dan diambil

di apotek atau instalasi farmasi yang ditunjuk.

b) Resep dari dokter yang merawat di rumah sakit ke petugas

akses di loket pelayanan askes untuk dilegalisasi dan

selanjutnya obat diambil di apotek atau instalasi farmasi

rumah sakit yang telah bekerjasama dengan PT. Askes.

c) Peserta menyerahkan resep yang telah dilegalisasi dan SJP-

RITL ke apotek atau instalasi farmasi untuk pengambilan

obat pertama kali.

d) Apabila selama dirawat mendapat resep obat khusus yang

meliputi cairan nutrisi, obat life saving, obat kanker, maka

peserta harus membawa resep obat, protokol terapi dan atau

keterangan khusus dibawa ke petugas loket pelayanan

Askes/Askes Center untuk dilegalisasi, kemudian resep

dibawa ke apotek atau instalasi farmasi rumah sakit,

diserahkan bersama dengan SJP-RJTL dengan menunjukkan

kartu peserta. Setelah mendapat obat peserta menandatangani

bukti pelayanan.

Berdasarkan perjanjian BPJS Kesehatan dengan RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung Nomor 143/PKS/III.08/0412 membentuk dua

pihak penanggung dan tertanggung, dimana penanggung adalah BPJS

Kesehatan dan tertanggung adalah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung. Hak penanggung adalah :

78

a. Melakukan penilaian atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan

cara termasuk tetapi tidak terbatas pada mendapatkan data dan informasi

tentang fasilitas Pihak Kedua, kunjungan peserta, rata-rata jumlah hari

rawat inap, dan tingkat kepuasan peserta.

b. Memeriksa rekam medis dan bukti pelayanan peserta, apabila

diperlukan.

c. Memberikan teguran atau peringatan tertulis kepada Pihak Kedua dalam

hal terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan kewajiban Pihak

Kedua dalam perjanjian ini.

d. Mengakhiri perjanjian ini apabila teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali

tidak mendapatkan tanggapan dari Pihak Kedua.

e. Mengakhiri perjanjian ini apabila Pihak Kedua tidak lulus tahap evaluasi

dan penilaian atas kesiapan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi

peserta.

Kewajiban penanggung adalah:

a. Mengatur biaya pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada

peserta, sesuai tagihan yang diajukan berdasarkan ketentuan dan

prosedur yang telah disepakati Pihak Pertama.

b. Bersama-sama Pihak Kedua melakukan sosialisasi DPHO, prosedur

pelayanan, tata cara pengajuan klaim, kepada pihak yang

berkepentingan.

c. Melaksanakan proses evaluasi dan penilaian secara berkala atas kesiapan

Pihak Kedua untuk menjadi PPK dalam rangka pemberian pelayanan

kesehatan kepada peserta.

79

d. Memberikan informasi dan fasilitas terkait sistem informasi manajemen

pelayanan kepada peserta dalam rangka tata laksana administrasi

penyelenggaraan asuransi pelayanan kesehatan.

Hak tertanggung adalah:

a. Memperoleh informasi tentang peserta yang berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.

b. Memperoleh informasi tentang ruang lingkup dan prosedur pelayanan

kesehatan yang disediakan bagi peserta.

c. Memperoleh informasi tentang tata cara pembayaran atas pelayanan

kesehatan yang diberikan Pihak Kedua.

d. Memperoleh pembayaran atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan

kepada peserta sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang disepakati

Pihak Pertama.

e. Memperoleh DPHO yang berlaku dari Pihak Pertama.

f. Mendapat informasi dan fasilitas terkait dengan sistem informasi

manajemen yang berlaku dalam rangka tata laksana administrasi.

Kewajiban tertanggung adalah:

a. Melayani peserta dengan baik sesuai dengan standar profesionalisme dan

prosedur pelayanan kesehatan yang berlaku bagi rumah sakit.

b. Menyediakan data dan informasi tentang fasilitas milik Pihak Kedua,

kunjungan peserta, rata-rata jumlah hari rawat inap, tingkat kepuasan

peserta, termasuk rekam medis dan bukti pelayanan peserta, apabila

diperlukan oleh Pihak Pertama.

80

c. Memberikan jawaban atau tanggapan tertulis atas teguran dan atau

peringatan Pihak Pertama.

d. Menyediakan data dan informasi secara benar dan akurat tentang

fasilitas dan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta terkait

evaluasi dan penilaian yang dilakukan oleh Pihak Pertama.

e. Mengajukan tagihan atas biaya pelayanan kesehatan peserta secara

teratur dan tertib setiap bulan kepada Pihak Pertama.

f. Menjamin penelitian resep obat bagi peserta yang berpedoman pada

DPHO yang berlaku.

g. Menggunakan sistem informasi manajemen yang berlaku dalam rangka

tata laksana administrasi.

126

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian menunjukkan tiga dari lima

indikator penyebab pasien tidak puas yaitu sebagai berikut:

1. Hasil penilaian pada indikator Health care facilities tidak puas, hal

tersebut dikarenakan kapasitas ruangan yang terlalu over yang tidak

sebanding dengan luas ruangan sehingga menyebabkan beberapa pasien

harus dirawat di selasar ruangan. Begitu pula dengan bangku untuk

menunggu yang tidak disediakan oleh pihak rumah sakit sehingga banyak

keluarga pasien yang duduk dilantai bahkan tidur diluar atau di selasar

rumah sakit. Pendingin ruangan yang hanya berupa kipas angin besar

dan tidak ada AC (Air Coinditioner), kurang terjaga kebersihan toilet

sehingga bau yang tidak sedap juga ikut membuat ruang rawat inap tidak

nyaman serta fasilitas parkir yang kurang memadai

2. Hasil penilaian pada indikator health service knowledge tidak puas, hal

tersebut disebakan karena sikap acuh tak acuh petugas dalam

memberikan pelayanan, bahkan ketika ada yang bertanya perawatnya

tidak peduli dengan menjawab nada ketus serta raut muka yang tidak

ramah. Bahkan dari informasi yang ada bahwa perawat-perawatnya

terkenal galak dan bersifat apatis.

127

3. Hasil penilaian pada indikator health service process tidak puas, hal

tersebut dikarenakan masalah jumlah antrian layanan antara pasien

umum dengan pasien yang menggunakan kartu BPJS Kesehatan,

banyaknya jumlah pasien yang menggunakan BPJS membuat pasien

harus menunggu hingga berjam-jam bahkan hingga setengah hari.

4. Hasil penilaian pada indikator healt care appropriate hal tersebut

dikarenakan kehandalan baik dokter dan perawatnya terlihat dari

sertifikat dan pelatihan yang diikuti dan terbukti bahwa di rumah sakit ini

banyak dokter yang terkenal serta hebat.

5. Hasil penilaian pada indikator respect and caring, hal tersebut

dikarenakan para perawat pada dasarnya dapat mengatasi keluhan dari

pasien, hanya saja mereka belum mampu memberikan pelayanan secara

rata kepada seluruh pasien.

B. Saran

Adapun saran yang penulis ajukan pada penelitian berdasarkan hasil

penelitian diatas adalah sebagai berikut:

1. Perlunya penambahan fasilitas kesehatan seperti kapasitas tempat tidur,

toilet, pendingin udara, tempat duduk sehingga menimbulkan

kenyamanan bagi pasien maupun keluarga pasien yang sedang

melakukan pengobatan rawat inap.

2. Perlu adanya aturan punishment dan reward untuk paramedis yang tidak

memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur yang ada.

3. Perlu menerapkan pelayanan berbasis IT, agar merampingkan birokrasi

pelayanan yang berbelit-belit, antrian panjang dan berjam-jam.

128

4. Perlu mendistribusikan secara merata untuk tenaga kesehatan khususnya

perawat yang mempunyai ketrampilan sertfikat serta pelatihan

keruangan-ruangan rawat inap yang ada di rumah sakit tersebut.

5. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap aplikasi pengaduan Quick Response

SIAP kepada seluruh pasien baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat

inap.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abedin, Conner. 2015. Belajar EKG Tanpa Guru. Jakarta. YayasanEssentia. Medica.

Ainur Rohman, Ahmad & dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Malang.Avverroes Press.

Andreassen, 2008. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan danPengendalian Jilid 1. Jakarta. PT. Prenhalindo.

Azwar, A. 2002. Ilmu Kesehatan Mayarakat. Jakarta. EGC.

Barata, Atep. 2014. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta. Elex MediaKomputindo.

Batinggi, Ahmad. 2009. Manajerial Pelayanan Umum. Jakarta. UniversitasTerbuka.

Boediono, B. 2006. Pelayanan Prima. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Dunn, N. William. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua,Terjemahan Purwanto dkk. Jakarta. Elex Media Computind.

Gasperz, Vincent. 2007. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa. Jakarta.PT. Gramedia Pustaka.

Gerson, Richard F. 2014. Mengukur Kepuasan Pelanggan, Terjemahan.Jakarta. PPM.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. PT Bumi Karsa.

Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta. Gava Media.

Harbani. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan. Jakarta. PT Gramedia.

Hasibuan, Malayu S. P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. JakartaBumi Aksara.

Herdiansyah, Haris. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-IlmuSosial. Jakarta Selatan. Salemba Humanika.

Hirmukhe, J. 2012. Measuring Internal Customers' Perception on Service.Quality Using SERVQUAL in Administrative Services.

Hoffman, K. Doglas, dan Bateson, John E.G.. 2011. Service Marketing:Concept, Strategies & Cases. South-Western College.

Irawan, Handi. 2004. Kualitas Layanan (Service Quality).Yogyakarta.Media Pressindo.

Kotler Philip dan Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13.Jakarta. Erlangga.

Luankali, Bernadus. 2007. Analisis Kebijakan Publik dalam ProsesPengambilan Keputusan. Jakarta. Amelia Press.

Lukman. 2000. Kualitas Pelayanan. Jakarta. STIA LAN Press.

Lupiyodi, Rambat. 2010. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta. SalembaEmpat.

Moenir. 2007. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta. PTBumi Aksara.

Moleong, J. Lexy. 2005. Metedologi Penelitian Kualitatif EdisiRevisi.Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Mukarom, Zaenal. 2015. Manajemen Pelayanan Publik. Bandung. PustakaSetia.

Ndraha, Tazidulu. 2007. Kybernology (ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta.Rineka Cipta.

Pamudji. 2007. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, edisi kedua.Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Pohan. 2007. Pelayanan Publik dan Aplikasinya. Jakarta. Grasindo.

Purnama, Nursya’bani. 2006. Manajemen Kualitas: Perspektif Global.Yogyakarta. Ekonisia.

Putra, Fadillah. 2000. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Bandung.Fokusmedia.

Sedarmayanti. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Modern.Yogyakarta. Jaya Putra.

Sinambela Lijan Poltak, dkk, 2011. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta.Bumi Aksara.

Soekidjo, Notoatmodjo. 1996. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.Rieneka Cipta.

Subarsono, AG. 2006. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori danAplikasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R dan D.Bandung. Alfabeta.

Sutopo, Sugiyanti. 2008. Kapita Selekta Manajemen Pemerintah. Bandung.Focus Media.

Suwatno. 2002. Analisis Dampak dan Praktek Implementasi Kebijakan.Jakarta. PT. Ganta Media Persada.

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program. Jakarta. PradanyaPramita.

Thabrany, H. 2013. Telaah Konperhensif Jaminan PemeliharaanKesehatan. Jakarta. YPKMI.

Thoha, M. 2010. Pembinaan Organisasi. Jakarta. PT Raja GrafindoPersada.

Tjiptono, Fandly. 2012. Administrasi Perusahaan dan Pelayanan Publik.Jakarta. Nimas Multima.

Triatmojo, 2006. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Bandung. Alfabeta.

Wirawan. 2012. Evaluasi Teori, Model Standar, Aplikasi dan Profesi.Jakarta. Rajawali Pers.

Yustisia, P. 2014. Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Kesehatan dariBPJS. Jakarta. Penerbit: Visi Media.

Zeithaml dan Bitner, 2010. Service Marketing Integrating Customer Focus,Edisi Terjemahan. Jakarta. Binarupa Aksara.

Jurnal dan Tesis

Alya Hazfiarini Ernawaty, 2015, Indeks Kepuasan Pasien BPJS Kesehatanterhadap Pelayanan Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur,Jurnal Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Vol 1-17, UniversitasAirlangga Surabaya. Hal

Fuzna Elsa Ulinuha, 2014, Tingkat Kepuasan Pasien BPJS TerhadapPelayanan di Unit Rawat Jalan (URJ) Rumah Sakit Permata Medika,Jurnal Tesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol 1-12,Universitas Brawijaya.

Nisjar S. Karhi. 2007. Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”.Jurnal Administrasi dan Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik, Vol. 1 no.2, Himpunan Sarjana Administrasi Indonesia,Jakarta.

Saiful. 2010. Analisis Kualitas Pelayanan Publik pada SekretariatPelayanan Terpadu Satu Pintu (SPTSP) Kabupaten Lampung Selatan,Jurnal Tesis, Magister Ilmu Pemerintahan, Vol 1-10, Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Peraturan dan Perundangan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayan Publik.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan.

Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 tahun 2014 pasal 1 tentang

Penyelenggaraan Jaminan. Kesehatan.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004

tentang Prinsip Pelayanan Publik.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 tahun 2004

tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat

Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

Internet

https://www.liputan6.com/bisnis/read/2637018/sri-mulyani-anggaran-pendidikan-dan-kesehatan-rp-520-triliun di akses pada tanggal 15September 2018 pukul 15.40 WIB

https://nasional.kompas.com/2017/09/21/SPRI-minta-kemenkes-tinjau-ulang-pelayanan-Rumah-Sakit-dan-BPJS-dilampung diakses pada 17September 2018 pukul 15.36 WIB

https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/02/24/n1hqcs-pasien-bpjs-di-rsuam-keluhkan-administrasi-berbelit diakses pada 21September 2018 pukul 10.56 WIB

http://www.harianlampung.com/2018/07/13/keluarga-pasien-keluhkan-layanan-RSUD-Abdul-Moeloek diakses pada 20 September 2018pukul 22.09 WIB

http://www.lampungpro.com/2018/10/19/optimalisasi-ambulans-RSUDAM-gunakan-sistem-pelayanan-berbasis-teknologi diakses pada 19Agustus 2019 pukul 20.54 WIB

http://medianers.blogspot.com/2017/11/19/inovasi-perawat-smart-ruangan-melati-diapresiasi-direktur-rsud dr adnan wd diakses pada 22 Agustus2019 pukul 19.30 WIB