evaluasi rehabilitas sosial rumah tidak layak...
TRANSCRIPT
1
EVALUASI REHABILITAS SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-
RTLH) DALAM PENAANGGULANGAN KEMISKINAN DESA
MANTANG LAMA KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN
TAHUN 2010
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
ABU BAKAR
NIM : 100565201224
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2015
1
EVALUASI REHABILITAS SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-
RTLH) DALAM PENAANGGULANGAN KEMISKINAN DESA
MANTANG LAMA KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN
TAHUN 2010
ABU BAKAR
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan
kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan
berbasis bantuan sosial. Banyak program yang digulirkan dengan melalui berbagai
macam bentuk, namun dalam pelaksanaannya program pemerintah tersebut
banyak yang tidak tepat sasaran sehingga masih tidak dapat mengurangi
kemiskiskinan khususnya di Desa Mantang Kabupaten Bintan. Jika dilihat masih
banyak warga desa yang ada dibawah garis kemiskinan, yang tidak hanya hidup
dengan serba kekurangan tetapi juga memiliki rumah yang tidak layak huni.
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui dampak
rehabilitas sosial rumah tidak layak huni dalam penanggulangan kemiskinan dan
sejauh mana program ini mampu mengatasi kemiskinan Desa Mantang Lama
Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan Pada Tahun 2010. Untuk mengetahui
hambatan dalam Pelaksanaan Program Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak
Huni. Dalam penelitian ini informan terdiri dari 13 orang. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif
kualitatif.
Kesimpulan penelitian adalah bahwa Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak
Huni dalam pengentasan kemiskinan Desa Mantang Lama Kecamatan Mantang
Kabupaten Bintan sudah baik. hal ini dapat dilihat dari : Di Desa Mantang
program RS-RTLH ini memang sudah berjalan, memang program ini tidak dapat
langsung mengurangi angka kemiskinan namun sudah membuat masyarakat
merasakan lebih sejahtera. RS-RTLH telah meningkatkan kondisi psikologisl
tentram, aman, nyaman dan perilaku hidup bersih. Program RS-RTLH di Desa
Mantang sudah berjalan tepat sasaran. Namun memang tingkat kepuasan
masyarakat berbeda-beda dalam program RS-RTLH ini, program RTLH
seharusnya dilakukan merata serta terpenuhinya seluruh kebutuhan.
Kata Kunci : Evaluasi, Kemiskinan, Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni
2
EVALUATION OF SOCIAL REHABILITATION UNINHABITABLE HOUSES
(RS-RTLH) PENAANGGULANGAN POVERTY IN OLD DISTRICT VILLAGE
MANTANG MANTANG BINTAN DISTRICT IN 2010
ABU BAKAR
Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH
The Government currently has a wide range of integrated poverty
reduction programs ranging from poverty reduction programs based on social
assistance. Many programs initiated through various forms, but in practice many
such government programs that are not targeted so that they can not reduce
kemiskiskinan particularly in the Village Mantang Bintan regency. If the views
are still many villages that exist below the poverty line, which not only live with
deprivation but also has homes uninhabitable.
The purpose of this study is basically to determine the impact of social
rehabilitation homes uninhabitable in pengetasan poverty and the extent to which
the program is able to overcome poverty Mantang Lama sub-district village
Mantang Bintan regency in 2010. In order to determine the obstacles in the
Implementation of Social Rehabilitation Program Houses Not Livable , In this
study the authors used qualitative descriptive type of research that will be a
portrait of the rehabilitation of homes uninhabitable. In this study, the informants
consist of 5 people. Data analysis techniques used in this research is descriptive
qualitative data analysis techniques.
Conclusion of the study is that the Social Rehabilitation Not Livable house
in village poverty alleviation Mantang Lama sub-district Mantang Bintan regency
is good. this can be seen from: In the village of RS-RTLH Mantang program is
already running, the program does not directly reduce poverty but has made
people feel more prosperous. RS-RTLH have improved conditions psikologisl
peaceful, safe, comfortable and hygienic behavior. Mantang RTLH program has
been running in the village right on target. But it is the level of community
satisfaction vary in RTLH this program, RTLH program should be done equally
as well as the fulfillment of all requirements.
Keywords: Evaluation, Poverty, Social Rehabilitation Houses Not Livable
3
EVALUASI REHABILITAS SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-
RTLH) DALAM PENAANGGULANGAN KEMISKINAN DESA
MANTANG LAMA KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN
TAHUN 2010
A. Latar Belakang
Kemiskinan diartikan kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang
tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain;
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman. tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sosial-politik. Data kemiskinan yang dapat dapat menjadi instrumen
tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi
hidup orang miskin dan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan
pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan
daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk
memperbaiki kondisi mereka.
Untuk mengatasi masalah kemiskinan, pemerintah memiliki peran yang
besar. Namun dalam kenyataannya, program yang dijalankan oleh pemerintah
belum mampu menyentuh pokok yang menimbulkan masalah kemiskinan ini. Ada
beberapa program pemerintah yang sudah dijalankan dan dimaksudkan sebagai
solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan ini. Seperti di antaranya adalah
program Bantuan Langsung Tunai yang merupakan kompensasi yang diberikan
usai penghapusan subsidi minyak tanah dan program konversi bahan bakar gas
4
dan sekarang adalah program perbaikan rumah tidak layak huni. Selain itu ada
juga pelaksanaan bantuan di bidang kesehatan yaitu jaminan kesehatan
masyarakat atau Jamkesnas. Namun kedua hal tersebut tidak memiliki dampak
signifikan terhadap pengurangan angka kemiskinan. Bahkan beberapa pakar
kebijakan negara menganggap, bahwa hal tersebut sudah seharusnya dilakukan
pemerintah. Baik ada atau tidak ada masalah kemiskinan di indonesia.
Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan
kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan
berbasis bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang
berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen
Pemerintah baik pusat maupun daerah.
Dalam meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan,
Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan
angka kemiskinan hingga 8 % sampai 10 % pada akhir tahun 2014. Terdapat
empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan percepatan
penanggulangan kemiskinan, yaitu:
1. Menyempurnakan program perlindungan sosial
2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
3. Pemberdayaan masyarakat, dan
4. Pembangunan yang inklusif
5
Program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Bintan berlanjut dengan
pemberian makanan tambahan balita atau anak sekolah dan ibu hamil dari
Keluarga Miskin Tahun 2005 sebesar Rp20 juta, naik menjadi 356 juta lebih
untuk 600 ibu hamil dan 200 orang balita yang berusia kurang dari 2 tahun.
Perawatan kasus gizi buruk juga diberikan bagi penduduk miskin/desa tertinggal
sejak tahun 2006 hingga tahun 2012, tahun 2012 diberikan bantuan sebesar Rp300
juta untuk 240 orang balita. Pengobatan Gratis Bagi Penduduk Miskin/ Desa
Tertinggal (Jamkesda) diberikan pada tahun 2012 sebesar Rp5,4 miliyar untuk
8.945 jiwa. Pada Tahun 2012 Pemkab Bintan menyediakan rumah singgah bagi
penduduk miskin yang akan berobat di Jakarta. (Sumber : Data Dinas Kesehatan,
2012)
Rumah singgah terletak di Pasar Kembang Cikini, Jakarta. Pengobatan
Gratis Bagi Penduduk Miskin/Desa Tertinggal tahun 2012 sebesar lebih dari
Rp1,6 miliyar. Alokasi Anggaran Pembangunan/Rehabilitasi/ Revitalisasi
Posyandu/Pustu pada tahun 2012 lebih dari 1,5 M. Anggaran juga diberikan untuk
bantuan biaya Pendidikan siswa dan BOS Kabupaten Bintan. Melalui K3S juga
diberikan bantuan peralatan untuk anak sekolah. RTLH diberikan pada tahun 2012
sebanyak 489 bersumber dari APBD dan Kemensos dengan total lebih dari 10 M
rupiah. Mulai dari tahun 2006 hingga 2012 sudah sebanyak 2.222 unit rumah di
Bintan mendapatkan bantuan RTLH. Bantuan Panti Jompo bernama Rumah
Bahagia tahun 2012 sebesar Rp300 juta kepada 30 orang jompo. Kegiatan
menumbuhkembangkan Usaha Nelayan Miskin/Desa Tertinggal diberikan kepada
730 orang penerima dengan anggaran sebesar 4 M rupiah lebih. (Sumber:
6
http://haluankepri.com/news/bintan/37136, diakses tanggal 20 Agustus 2014
Pukul 18.24 Wib )
Banyak program yang digulirkan dengan melalui berbagai macam bentuk,
namun dalam pelaksanaannya program pemerintah tersebut banyak yang tidak
tepat sasaran sehingga masih tidak dapat mengurangi kemiskiskinan khususnya di
Desa Mantang Kabupaten Bintan. Jika dilihat masih banyak warga desa yang ada
dibawah garis kemiskinan, yang tidak hanya hidup dengan serba kekurangan
tetapi juga memiliki rumah yang tidak layak huni.
Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak
saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi
rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu
aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan
secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga, menjadi media bagi
pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga. Dengan terpenuhinya salah
satu kebutuhan dasar berupa rumah yang layak huni, diharapkan tercapai
ketahanan keluarga.
Rumah dalam pengertian ini tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan
ancaman dan gangguan yang berasal dari luar rumah, seperti panas, angin, dan
hujan. Akan tetapi rumah juga terkait dengan pemenuhan kebutuhan sosial
psikologis, seperti tempat yang menjamin kelangsungan hidup, pelembagaan nilai,
norma dan pengembangan pola relasi sosial, memberikan rasa aman dan damai,
dan meningkatkan harkat dan martabat. Rumah tidak layak huni secara fisik
psikologis, akan mempengaruhi komunikasi dan relasi sosial anggota keluarga,
7
kebiasaan, pola pikir dan cara hidup, interaksi dengan lingkungan, dimana situasi
tersebut akan mempengaruhi produktivitas (Yamantoko, 2012; Widodo 2012),
berbagai keterbatasan pada orang miskin tersebut, menyebabkan mereka tidak
mampu menempati rumah layak huni. Mereka hanya mampu membangun rumah
tidak permanen dari bahan-bahan yang mudah rusak atau bahan-bahan bekas.
Pada kenyataannya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi
persyaratan tersebut bukanlah hal yang mudah. Ketidakberdayaan mereka
memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan
dan pengetahuan tentang fungsi rumah itu sendiri. Pemberdayaan fakir miskin
juga mencakup upaya Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RSTLH).
Demikian juga persoalan sarana prasarana lingkungan yang kurang memadai
dapat menghambat tercapainya kesejahteraan suatu komunitas. Lingkungan yang
kumuh atau sarana prasarana lingkungan yang minim dapat menyebabkan
masalah sosial dan kesehatan.
Berkaitan dengan kebijakan sosial bahwa kebijakan sosial merupakan
upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian
beragam tunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program
sosial lainnya. (Suharto:2007). Maka kebijakan sosial yang dikembangkan
Kementerian Sosial dalam bentuk RS-RTLH merupakan program dan pelayanan
sosial yang relevan dengan amanat undang-undang dan realitas sosial dalam
upaya mewujudkan kesejahteraan sosial. Meskipun demikian, kebutuhan rumah
hanya salah satu unsur dari kebutuhan dasar, yaitu sandang, pangan, papan dan
kesehatan. Atau kebutuhan rumah merupakan sub unsur dari kesejahteraan sosial.
8
Kegiatan Selama ini program RTLH sangat dirasakan langsung dampak
positifnya oleh masyarakat yang membutuhkan perbaikan rumah. Skala prioritas
pembangunan RTLH adalah bagi warga yang sangat membutuhkan karena dinilai
berpenghasilan rendah.
Permasalahan Rumah Tidak Layak Huni yang dihuni atau dimiliki oleh
kelompok fakir miskin memiliki multidimensional. Oleh sebab itu, kepedulian
untuk menangani masalah tersebut diharapkan terus ditingkatkan dengan
melibatkan seluruh komponen masyarakat (stakeholder) baik pemerintah pusat
maupun daerah, dunia usaha, masyarakat, LSM dan elemen lainnya. Untuk
memperbaiki RTLH tersebut, Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin
mengalokasikan kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RSTLH)
yang dipadukan dengan pembuatan Sarana dan Prasarana Lingkungan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang dapat diakses secara umum.
Salah satu program pemerintah Kabupaten Bintan dalam mengurangi
angka kemiskinan adalah merehab rumah tidak layak huni bagi masyarakat.
Program ini ditargetkan, tuntas pada tahun 2014. Dalam pelaksanaan di lapangan,
Pemkab Bintan melakukan pendataan sebelum mengucurkan bantuan. Dengan
jumlah rumah yang tidak layak huni, tahun 2006 Pemkab mengalokasikan dana
program RTLH senilai Rp345 juta untuk merehab 169 unit rumah. Tahun 2007
kembali dikucurkan dana untuk bantuan 180 unit rumah dan 400 unit pada tahun
2008. (Sumber: http://www.sidaknews.com/melalui-program-rtlh-pemkab-bintan
di akses pada tanggal 20 Mei 2014 Pukul 15.30 Wib)
9
Tahun 2009, Pemkab Bintan kembali mendapatkan dukungan dari
Kemensos. Sehingga Bintan menyediakan dana untuk RS-RTLH sebanyak 150
unit rumah serta ditambah pada tahun anggaran 2010 untuk bantuan sosial
sebanyak 275 unit rumah. Tahun 2011 lalu, Pemprov Kepri di masa
kepemerintahan Sani-Soeryo memberikan dukungan kepada Pemkab Bintan.
Tahun 2011, Bintan merehab rumah masyarakat miskin sebanyak 550 unit. Saat
itu APBD Bintan menyediakan dana shearing senilai Rp3,6 miliar. Sedangkan
APBD provinsi hampir menyediakan dua kali lipat dari Pemkab Bintan. (Sumber :
http://www.infopublik.org di download pada 18 Mei 2014 Pukul 20:00 Wib)
Dengan menggalakan program bantuan RS-RTLH, masyarakat Bintan
justru menuntut agar rumahnya mendapat bantuan dengan berbagai cara. Bahkan,
beberapa kelompok warga membangun rumah dengan bentuk awal asal-asalan.
Melihat kondisi itu, Pemkab Bintan memberikan bantuan secara kolektif sesuai
kriteria yang sudah ditentukan. Pada tahun 2012, program rehabilitasi rumah tidak
layak huni di Bintan diserahkan kepada 498 unit. Kegiatan itu merupakan dana
dari APBD Bintan, APBD Provinsi Kepri dan dukungan dari pemerintah pusat.
Secara keseluruhan, program RS-RTLH di Bintan sudah ditujukan untuk 2.222
unit rumah. Dari jumlah penerima itu, dana untuk program RS-RTLH di Bintan
mencapai Rp30,144 miliar. Hampir 50 persen, dana program RS-RTLH untuk
menuntaskan kemiskinan daerah itu berasal dari APBD Kabupaten Bintan.
Pemerintah Kabupaten Bintan menargetkan, tahun 2014 semua rumah miskin
yang direhab sudah tuntas. (Sumber: http://www.infopublik.org didownload pada
20 Mei 2014 Pukul 17.21 Wib)
10
Sesuai dengan program tahun 2014 Pemkab Bintan akan membedah tiga
desa melalui program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), yakni Desa Mapur
Kecamatan Bintan Pesisir,Tembeling Kecamatan Teluk Bintan, dan Belakang Sidi
Kecamatan Mantang. Pembedahan tersebut tidak hanya dilakukan terhadap rumah
dari ketiga desa tersebut, namun juga akan mempermanenkan setiap pelantar
nantinya. Anggaran yang disiapkan oleh Pemkab Bintan tahun 2014 untuk Rehab
sebanyak 450 Unit RTLH, dengan rincian dan sumber dananya dari kabupaten
Bintan sebanyak Rp3 miliar dan dari Pemprov kepulauan Riau sebesar Rp 6
miliar. Adapun peruntukkan Untuk pembangunan pelantar dengan anggaran
APBD Bintan tahun 2014 Rp 200 juta untuk setiap pelantar dikampung tersebut.
(Sumber:http://sindikasi.inilah.com/read/ydetail/2080557/pemprov-kepri-rehab-
595-rumah-tak-layak-huni)
Dalam pelaksanaannya selama lima tahun terakhir program ini di
Kabupaten Bintan khususnya di Desa Mantang juga dirasakan belum tepat sasaran
yang dimaksud adalah tidak tepatnya pembagian perbaikan Rumah Tidak layak
Huni (RTLH) terhadap masyarakat di Desa Mantang Lama hal ini disebabkan
karena kurangnya komunikasi, koordinasi antara pegawa kelurahan, aparatur desa
dengan masyarakat sehingga data yang diperoleh tidak tepat sasaran, masih ada
rumah-rumah warga yang seharusnya layak untuk diperbaiki namun belum dapat
bantuan hingga saat ini.
Pelaksanaan program Rumah Tidak layak huni di Desa mantang lama ini
diawasi oleh pegawai kantor Kelurahan yang bertindak selaku seksi pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat. Bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
11
(RTLH) di Desa Mantang Lama ini sebelumnya telah dilakukan penyaringan data
warga miskin yang diajukan dari Ketua Rukun Tetangga (RT) yang ada. Program
bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak huni (RTLH) terlaksana karena adanya
kerjasama Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Kota Kabuparen
Bintan dalam rangka pelaksanaan perbaiakn Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Kurangnya pengawasan menyebabkan pelaksanaan perbaikan Rumah
Tidak layak Huni (RTLH) ini berjalan kurang maksimaal. Proses pengerjannya
cenderung berjalan lambat namun hal ini juga bisa disebabkan oleh tingkat
keparahan rumah yang diperbaiki. Sehingga hal ini dapat menyebabkan
pengerjaan RTLH ini tidak selesai tepat pada waktunya.
Output dari Program ini yaitu sudah 50 persen rumah tidak layak huni di
Kabupaten Bintan termasuk Desa Mantang sudah direhabilitasi, sedangkan
Outcome dalam kebijakan ini adalah kesejahteraan masyarakat dimana program
ini mengatasi sebagian masalah kemiskinan, tersedianya rumah yang layak
huni, adanya kenyamanan bertempat tinggal, meningkatnya kemampuan
keluarga dalam melaksanakan peran dan fungsi keluarga untuk memberikan
perlindungan, bimbingan dan pendidikan, meningkatnya kualitas kesehatan
lingkungan permukiman dan meningkatnya harkat dan martabat (Dit.
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, 2011).
Rumah Tidak layak Huni (RTLH) ini sangat membantu warga miskin, tapi
standar penilaian yang berhak mendapat RS-RTLH ini tidak jelas. Dan akhirnya
dimanfaatkan oleh petugas RT RW yang diberi amanah oleh pemerintah daerah
untuk mendata warga yang berhak mendapat RTLH. Dapat dilihat selama ini
12
ternyata banyak rumah yang kondisinya masih bagus dan semi permanen. Meski
masih layak dihuni dan boleh dikatakan masih bagus, namun rumah-rumah ini
mendapat bantuan RTLH.
Kemudian kebutuhan rumah merupakan sub unsur dari kesejahteraan
sosial. Kegiatan RS-RTLH sesungguhnya masih jauh dari upaya pengurangan
angka kemiskinan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan sosial lebih lanjut yang
diarahkan pada peningkatan kemampuan ekonomi keluarga miskin. Program
RTLH juga harus diimbangi dengan program lain seperti program pemberdayaan
ekonomi warga seperti Koperasi dan pemberian dana bergulir.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk memilih judul :
“EVALUASI REHABILITAS SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI
(RS-RTLH) DALAM PENGETASAN KEMISKINAN DESA MANTANG
LAMA KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN TAHUN 2010”
B. Landasan Teoritis
Evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu proses
pekerjaan, karena dengan adanya evaluasi maka hal tersebut akan mempermudah
jalannya suatu proses kerja dalam sebuah organisasi. Soemardi (1992:165)
mengatakan “Penilaian (evaluation) dapat diberikan pengertian/definisi sebagai
suatu proses/rangkaian kegiatan pengukuran dan pembanding dari pada hasil-hasil
pekerjaan/produktivitas kerja yang telah tercapai dengan target yang
direncanakan”. Dunn (2003:610) menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi
kebijakan bahwa:
13
1. Efektivitas : Berkenaan dengan apakah program/kebijakan tersebut
mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari
diadakannya kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Efektifitas, yang secara
dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit
produk atau layanan atau nilai moneternya
2. Efisiensi : Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan
sinonim dari rasionalitas ekonomi adalah merupakan hubungan antara
efektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter.
3. Kecukupan : Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan menumbuhkan adanya
masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara
alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan
4. Perataan : Kebijakan/program tersebut dilaksanakan merata serta
terpenuhinya seluruh kebutuhan.
5. Responsivitas: berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok
masyarakat tertentu. kriteria responsivitas adalah penting karena analisis
yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya. efektifitas, efisiensi,
kecukupan, kesamaan, masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan
aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu
kebijakan
14
6. Ketepatan : suatu hasil pelaksanaan yang dilihat dari kesesuaian biaya
dengan standar dan bentuk Surat Pertanggung Jawaban yang sesuai dengan
ketentuan juklak dan juknis.
Untuk dapat mengusahakan agar pekerjaan sesuai dengan rencana atau
maksud yang telah ditetapkan, maka pemimpin harus melakukan kegiatan-
kegiatan pemeriksaan, pengecekan, pencocokan, inspeksi, pengendalian dan
pelbagai tindakan yang sejenis dengan itu, bahkan bilamana perlu mangatur dan
mencegah sebelumnya terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang
mungkin terjadi. Apabila kemudian ternyata ada penyimpangan, penyelewengan
atau ketidak cocokan maka pemimpin dihadapkan kepada keharusan menempuh
langkah-langkah perbaikan atau penyempurnaan. Dan apabila semuanya berjalan
baik, demi kemajuan organisasi, yang bersangkutan selalu harus diadakan
aktivitas penyempurnaan atau melakukan evaluasi
C. Hasil Penelitian
1. Efektivitas
Dari informan diatas maka dapat dianalisa bahwa adanya program
Rumah Tidak Layak Huni di Desa Mantang belum dapat secara signifikan
menurunkan angka kemiskinan. Namun program ini mampu membantu
masyarakat miskin memenuhi kebutuhan ancaman dan gangguan yang berasal
dari luar rumah, seperti panas, angin, dan hujan. Rumah juga terkait dengan
pemenuhan kebutuhan sosial psikologis, seperti tempat yang menjamin
kelangsungan hidup, pelembagaan nilai, norma dan pengembangan pola relasi
sosial, memberikan rasa aman dan damai, dan meningkatkan harkat dan martabat.
15
2. Efisiensi
Dari hasil wawancara dengan informan maka dapat diketahui bahwa
jumlah rumah yang sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada di Desa Mantang.
Dinas Sosial Bintan sudah merampungkan verifikasi pengajuan bantuan
rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH) di Bintan tahun 2015. Namun,
penyaluran bantuan rehabilitasi ini belum bisa lekas dilakukan. Setelah rampung
verifikasi di tingkat provinsi data itu kemudian dikembalikan lagi ke kabupaten
untuk menetapkan RTLH-RTLH yang berhak menerima bantuan tahun ini. Untuk
tahun ini, ada lebih dari 500 unit RTLH yang bakal dibantu. Jika dilihat berapa
bulan belakangan ini termasuk Mantang.
3. Kecukupan
Dari hasil wawancara dengan informan diatas maka dapat dianalisa bahwa
program RTLH di Desa Mantang sudah berjalan tepat sasaran. Tujuan dari
penanggulangan kemiskinan di Desa Mantang adalah menurunkan jumlah
penduduk miskin secara bertahap Tujuan dari penanggulangan kemiskinan ini
juga untuk membebaskan dan melindungi masyarakat dari kemiskinan dalam arti
luas, jadi tidak hanya mencakup upaya mengatasi ketidakmampuan untuk
konsumsi dasar saja tetapi juga mewujudkan penghormatan, perlindungan dan
pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin lainnya seperti kesehatan,
pendidikan, dan partisipasi kehidupan ekonomi, sosial, politik dan budaya secara
penuh agar dapat menjalani kehidupan yang bermartabat.
16
4. Perataan
Dari hasil wawancara dengan informaan diatas diketahui bahwa di Mantang,
jumlah rumah yang direhabilitasi sesuai dengan pendataan yang dilakukan.
Disadari bahwa upaya mengentaskan kemiskinan tidak mudah, serta
membutuhkan strategi yang terpadu, karena persoalan kemiskinan bersifat multi
dimensi. Saat ini, pemerintah sedang menyusun strategi penanggulangan
kemiskinan agar program-program pengentasan kemiskinan di berbagai bidang
kehidupan dapat dilaksanakan secara efektif. Pemerintah juga berusaha
menurunkan angka kemiskinan dengan cara membantu meringankan beban
kehidupan mereka secara langsung. Atas dasar hal tersebut pemerintah merasa
perlu melakukan Pendataan rumahtangga miskin yang berskala nasional.
Pendataan yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas,
baik bagi pemerintah maupun masyarakat dan berskala nasional. Oleh sebab itu
pemerintah memberikan tanggungjawab kepada Badan Pusat Statistik (BPS)
untuk melakukan kegiatan pendataan rumahtangga miskin. Untuk skala kecilnya
maka ada RT, RW lurah hingga pihak Kecamatan yang harus turut mendata warga
yang tinggal di lingkungannya.
5. Responsivitas
Dari hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa
tingkat kepuasan masyarakat berbeda-beda dalam program RTLH ini. RTLH
merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan
infrastruktur. Berbagai masalah yang dialami oleh masyarakat miskin
menunjukkan bahwa kemiskinan bersumber dari ketidakberdayaan dan
17
ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi hak-hak dasar, kebijakan
pembangunan yang bersifat sektoral, berjangka pendek dan parsial serta lemahnya
koordinasi antar instansi dalam menjamin penghormatan, perlindungan dan
pemenuhan hak-hak dasar.
6. Ketepatan
Bantuan RTLH tersebut mempunyai nilai sebesar Rp. 17 Juta untuk masing-
masing rumah, dan total bantuan telah diberikan pada tahun itu sebanyak 388
RTLH. Pada peninjauan terakhir ini, pelaksanaan pembangunan RTLH sudah
terlihat pada tahap finishing, dan sudah terealisasi sebanyak 95 persen. Bagi
masyarakat penerima manfaat harus bersyukur, disamping itu juga, tentunya
warga penerima manfaat agar dapat mempertahankan komposisi rumah dari yang
tidak layak huni menjadi layak huni.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara dan observasi
maka adalah bahwa Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dalam
pengentasan kemiskinan Desa Mantang Lama Kecamatan Mantang Kabupaten
Bintan sudah baik. Namun memang tingkat kepuasan masyarakat berbeda-beda
dalam program RTLH ini. RTLH merupakan salah satu program pengentasan
kemiskinan melalui peningkatan infrastruktur. Berbagai masalah yang dialami
oleh masyarakat miskin menunjukkan bahwa kemiskinan bersumber dari
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi hak-hak
dasar, kebijakan pembangunan yang bersifat sektoral, berjangka pendek dan
18
parsial serta lemahnya koordinasi antar instansi dalam menjamin penghormatan,
perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar. Dari indikator diatas, idikator paling
dominan dalam keberhasilan program RTLH adalah Perataan dimana program
RTLH seharusnya dilakukan merata serta terpenuhinya seluruh kebutuhan,
program ini akan berjalan dengan baik apabila pendataan dilakukan dengan benar
oleh instansi terkait.
2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Program berkelanjutan dari program RTLH seperti bantuan usaha agar
masyarakat miskin tersebut dapat lebih berdaya dan mampu mandiri,
merubah hidupnya dengan modal yang diberikan pemerintah.
2. Pemerintah bekerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti RT, RW Lurah
dan Camat agar pendataan terhadap penduduk miskin di Desa Mantang
dapat dilakukan dengan baik agar setiap program pengentasan kemiskinan
seperti RS-RTLH dapat tepat sasaran
19
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha
Arikunto. Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dunn, W William. 2003. Analisa kebijakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Gunawan Sumodiningrat, 1998. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan
Pengaman Sosial, Jakrta: PT Gramedia Pustaka Utama
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
Nawawi. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di LingkunganPerusahaan dan
Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi Ilmu Pemerintahan Baru, Jilid I. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Nugroho, Riant D. 2004. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta : PT.Elex Media Komputindo
Prijono dan A.M.W Pranarka. 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: CSIS
Rasyid, Ryaas. 2000. Makna Pemerintahan. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya.
Sumardi, M., dan H. D. Evers, ed., 1993. Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok.
Rajawali, Jakarta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku Kita.
20
Perundang-Undangan :
Peraturan Bupati Bintan Nomor: 3 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Program Pemberdayaafi
Fakir Miskin Kabupaten Bintan
Internet :
http://haluankepri.com/news/bintan/37136 di akses pada tanggal 15 Mei 2014
http://www.sidaknews.com/melalui-program-rtlh-pemkab-bintan di akses pada
tanggal 20 Mei 2014
http://www.infopublik.org di download pada 18 Mei 2014
http://www.infopublik.org didownload pada 20 Mei 2014
http://sindikasi.inilah.com/read/detail/2080557/pemprov-kepri-rehab-595-rumah-
tak-layak-huni