evaluasi program kebun bibit rakyat (kbr) di...
TRANSCRIPT
EVALUASI PROGRAM KEBUN BIBIT RAKYAT (KBR) DI DESA
BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN
TAHUN 2015
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
ERVAN MURSYAHRIZAL
NIM. 120565201118
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
2
ABSTRAK
Rehabilitas Hutan dan Lahan (RHL) di lahankritis, lahan kosong dan
lahan tidak produktif merupakan salah satu upaya pemulihan kondisi DAS yang
kritis. Salah satu kegiatan untuk mendukung program rehabilitas hutan dan lahan
dengan pemberdayaan masyarakat adalah pembangunan Kebun Bibit Rakyat
(KBR). KBR dimaksud adalah untuk menyediakan bibit tanaman kayu-kayuan
atau tanaman serbaguna (MPTS) denga ntujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kebun Bibit Rakyat dilaksanakan secara swakelola oleh kelompo
kmasyarakat. Bibit hasil Kebun Bibit Rakyat digunakan untuk merehabilitas hutan
dan lahan kritis serta kegiatan penghijauan lingkungan.
Tujuan peneliti ini ingin menilai dan mengkaji hasil dan dampak dari
kebijakan program KBR yang sudah dilaksanakan. Lokasi penelitian yaitu di Desa
Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan dan metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teori yang digunakan dalam
penelitian penelitian ini adalah teori James Anderson dalam M. Irfan Islamy
tentang dampak kebijakan yang terdiridari 3 dampak yaitu hasil kebijakan,
dampak kebijakan yang diharapkan, dan dampak kebijakan yang tidak diharapkan.
Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan teori yang digunakan bahwa
pada tahun 2015 di Desa Bintan Buyu pembangunan KBR sudah berjalan dengan
baik dan telah menghasilkan bibit karet yang sudah unggul bersertifikat dengan
label akan tetapi dalam proses pembuatan dan penanaman KBR yang telah
diberikan tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan sehingga mendesak petani
dalam pekerjaan waktu yang singkat sehingga petani melakukan pembelian
dengan seedling (tunas) yang dibeli langsung di Palembang.
Kata Kunci : Evaluasi Kebijakan, Program KBR, Hasil dan Dampak
3
ABSTRACT
Forest and Land Rehabilitation (RHL) on degraded land, vacant land and
unproductive land is one attempt recovery of critical watershed. One of the
activities to support forest and land rehabilitation program with community
development is the construction of the People's Garden Seeds (KBR). KBR is
intended to provide a woody plant seeds or plant multipurpose (MPTS) with the
goal of improving the welfare of society. People's Garden Seeds implemented self-
managed by community groups. Nursery seedlings People used to rehabilitate
degraded land and forest and environmental greening activities.
The purpose of this research want to judge and assess the results and
impact of policies that have been implemented KBR program. The research
location is in the village of TelukBintanBintanBuyuBintan District and the
research method used was qualitative research. The theory used in this research
study is the theory of James Anderson in M. IrfanIslamy about the impact of
measures consists of three impacts are the result of the policy, the policy
implications are expected, and the impact of policies are not expected.
The conclusion of this study is based on theories used that in 2015 in the
village of BintanBuyu development KBR has been running well and has produced
rubber seedlings was superior certified by the label but in the process of making
and planting KBR has been given may not run as expected thus urged farmers in
the job a short time so that farmers make a purchase with seedlings (shoots)
purchased directly in Palembang.
Keywords: Evaluation of Policy, Program KBR, Results and Impacts
1
A. Latar Belakang Masalah
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai,
mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan
bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis,
ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan
nasional. Sesuai dengan undang-undang nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan
yaitu berfungsi untuk meningkatkan kemakmuran & kesejahteraan rakyat serta
penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Salah satu tujuan dari
pembangunan perkebunan adalah untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki
mutu hasil, meningkatkan pendapatan, memperbesar nilai ekspor, mendukung
industri, menciptakan dan memperluas kesempatan kerja serta pemerataan
pembangunan.
Perkebunan mempunyai peranan yang cukup penting dan strategis dalam
pembangunan nasional maupun daerah. Komoditi Karet termasuk dalam
komoditas prioritas utama perkebunan dan merupakan komoditas yang terkait
dengan revitalisasi perkebunan. Pembangunan sektor perkebunan di Kabupaten
masih terfokus pada komoditi karet khususnya perkebunan kebun karet rakyat
dengan luas kepemilikan rata rata dibawah 2 Ha disamping beberapa komoditi
lainnya seperti kelapa, cengkeh, kelapa sawit, jambu mete dan lada.
2
Luas wilayah Kabupaten Bintan 88.038,54 Km2, namun luas daratannya
hanya 2,21 % (1.946,13 Km2) atau 194.613 Ha, sedangkan luas perkebunan
rakyat ± 10.168 Ha dan potensi perkebunan ± 3.164 Ha. Komoditas perkebunan
yang dominan di Kabupaten Bintan yakni Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Cengkeh,
Lada dan Jambu mete.
Komoditi Karet tahun 2013, luas ± 4.322 Ha (± 42,51` %) dengan rincian
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seluas ± 827 Ha, Tanaman Menghasilkan
(TM) ± 1.685 Ha dan Tanaman Tua Rusak (TTR) seluas ± 1.810 Ha. Potensi
pengembangan perkebunan Karet di wilayah Kabupaten Bintan seluas ± 1.495 Ha.
Produksi Karet sebesar 5.284,32 Ton dalam bentuk Karet Kering dengan
jumlah petani 1.376 KK (http://distanhut.bintankab.go.id/?p=125).
Perkembangan luas areal karet diwilayah Kabupaten Bintan pada tahun
2012 seluas 4.363 dengan jumlah produksi 6.261,48 Ton dalam bentuk karet
kering dengan jumlah petani 1.131 KK. Luas karet tahun 2013 mengalami
penurunan seluas 41 Ha disebabkan banyak tanaman karet yang tua dan rusak di
kecamatan Tambelan. Tahun 2013 peremajaan/perluasan karet dana APBN seluas
100 Ha. Rata-rata kepemilikan lahan 0,25 s/d 3 Ha. Kondisi tanaman karet masih
banyak yang sudah tua dan tidak terpelihara. Peremajaan karet petani yang sudah
tua dan rusak di Kabupaten Bintan diharapkan dapat dilakukan dengan
menggunakan bibit okulasi unggul , baik itu dari dana APBN, APBD I dan APBD
II Bintan sehingga dapat meningkatkan produksi karet petani dan mensejahterakan
perani karet di Kabupaten Bintan (http://distanhut.bintankab.go.id/?p=125).
3
Dalam rangka meningkatkan jumlah tanaman untuk merehabilitasi hutan
dan lahan (RHL) di lahan kritis, lahan kosong dan lahan tidak produktif di
Kabupaten Bintan maka Dinas Pertanian dan Kehutanan telah melaksanakan
berbagai upaya diantaranya melalui kegiatan pembangunan Kebun Bibit Rakyat
(KBR). KBR dimaksud adalah untuk menyediakan bibit tanaman kayu-kayuan
atau tanaman serbaguna (MPTS) dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat . KBR dilaksanakan secara swakelola oleh kelompok masyarakat
dasar pelaksanaan KBR sebagaimana tercantum pada Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P. 29/Menlhk-setjen/2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kebun Bibit Rakyat. Manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan KBR yakni
meningkatkan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, mengurangi tingkat kemiskinan
dan menurunkan emisi karbon.
Kelompok tani pengelola KBR merupakan kumpulan petani hutan dalam
suatu wadah organisasi yang berdasarkan kebersamaan, keserasian, kesamaan
profesi dan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang dikuasai
serta berkeinginan untuk bekerja sama dalam rangka meningkatkan produktivitas
usaha tani, kesejateraan anggota dan masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan KBR di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten Bintan ditujukan untuk menyediakan bibit berkualitas dalam rangka
penangan lahan kritis dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui
pemberdayaan kelompok masyarakat setempat oleh pemerintah. Sehingga dalam
kurun waktu lima tahun terakhir ini (tahun 2010 sampai dengan tahun 2015)
kelompok tani yang melaksanakan program KBR di Kecamatan Teluk Bintan
4
yaitu sebanyak 1 kelompok tani dengan keanggotaan kelompok sebanyak 15
orang.
Pembangunan KBR merupakan salah satu program prioritas Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dilaksanakan sejak tahun 2010, yang
bertujuan untuk menyediakan bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup
untuk mendukung program penanaman di areal lahan sasaran Rehabilitas Hutan
dan Lahan di seluruh indonesia. Dasar pelaksanaan kegiatan KBR ini adalah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 29/Menlhk-
Setjen/2015 atas perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 93/Menhut-
II/2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat yang telah dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) merupakan unit
pelaksana teknis pengelolaan daerah aliran sungai yang berada di bawah dan
tanggungjawab kepala Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS) dan Perhutanan Sosial. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan
No. P. 15/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, BPDAS Kahayan mempunyai tugas
yaitu melaksanakan penyusunan rencana, pengembangan kelembagaan dan
evaluasi pengelolaan DAS. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut ditetapkan
rencana strategi yaitu tersedianya data pelaksanaan Rahabilitas Hutan dan Lahan
(RHL).
Surat Perjanjian Kerjasama (SPKS) adalah perjanjian antara kelompok
masyarakat dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang memuat hak dan
5
kewajiban masing-masing pihak dalam pelaksanaan pembuatan KBR. SPKS
ditandatangani oleh PPK dan Ketua Kelompok.
Pola Pelaksanaan Kebun Bibit Rakyat (KBR) yaitu :
1. Pembuatan KBR dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat
dengan mekanisme SPKS.
2. Penanggung jawab pengelola anggaran pembuatan KBR adalah Kuasa Penguna
Anggaran (KPA) pada satuan kerja BPDAS dan PPK pada Dinas
Kabupaten/Kota atau BPDAS.
Sasaran Penggunaan Program Kebun Bibit Rakyat digunakan untuk
kegiatan hutan rakyat, penghijauan lingkungan pada fasilitas umum/fasilitas sosial
(ruang terbuka hijau, turus jalan, kanan kiri sungai, halaman
sekolah/perkantoran/rumah ibadah/ pertokoan/ pasar), penanaman di kawasan
hutan yang telah diarahkan sebagai areal kerja Hutan Kemasyarakatan
(HKm)/Hutan Desa (HD) atau yang telah memiliki Izin Usaha Pemanfaatan Hutan
Kemasyarakatan (IUPHKm) dan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD).
Rencana Usulan Kegiatan Kelompok yang selanjutnya disingkat RUKK
adalah rencana pembangunan KBR yang disusun oleh kelompok, antara lain
memuat nama dan alamat kelompok, lokasi, jenis dan jumlah bibit, asal benih,
komponen kegiatan dan rencana pemanfaatan bibit.
Persyaratan calon kelompok Kebun Bibit Rakyat diantaranya :
1. Jumlah anggota paling sedikit 15 (lima belas) orang baik laki-laki maupun
perempuan yang berdomisili di desa/kelurahan setempat, antara petani,
mahasiswa, santri/siswa, maupun anggota organisasi masyarakat lainnya.
6
2. Terdapat areal hutan/lahan untuk lokasi penanaman bibit KBR ekuivalen
minimal 40 ha.
Penetapan Program KBR adalah kelompok masyarakat dan lokasi KBR
ditetapkan dengan keputusan Kepala BPDAS dan disampaikan kepada kelompok
yang bersangkutan dengan tembusan kepada Dinas Kabupaten/Kota, Dinas
Provinsi yang menangani kehutanan, dan Direktorat Jenderal BPDASPS.
Usulan permintaan pembayaran dari kelompok masyarakat, PPK
melakukan penyaluran dana melalui KPPN setempat dengan mekanisme langsung
(LS) ke rekening kelompok masyarakat pelaksana KBR dengan 3 (tiga) tahap
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Sebagaimana mekanisme penyaluran dana sebagai
berikut:
1. Pembayaran Tahap I sebesar 40% dari keseluruhan dana dilakukan jika
RUKK telah disetujui oleh PPK dan SPKS telah ditandatangani oleh Ketua
Kelompok Masyarakat Pelaksana KBR dan PPK.
2. Pembayaran Tahap II sebesar 30% dari keseluruhan dana dilakukan jika
pembuatan KBR telah mencapai realisasi fisik minimal 30% yaitu telah
tersedia sarana dan prasarana serta benih generatif telah ditabur pada bedeng
tabung atau benih vegetatif telah ditanam ke dalam media semai didalam
polybag/kantong/wadah lainnya. Realisasi fisik ini dibuktikan dengan berita
acara pemeriksaan pekerjaan yang ditanda tangani oleh tim pengawas dan
diketahui oleh Ketua Tim Pelaksana, Ketua Kelompok dan pendamping
7
3. Pembayaran Tahap III sebesar 30% dari keseluruhan dana dilakukan jika
pembuatan KBR telah mencapai realisasi fisik minimal 60% yaitu semua
bibit, baik generatif maupun vegetatif, dalam jumlah cukup dan sehat, sudah
di dalam polybag/kantong/wadah lainnya. Realisasi fisik ini dibuktikan
dengan berita acara ditandatangani oleh Tim Pengawas dan diketahui oleh
Ketua Tim Pelaksana, Ketua Kelompok dan Pendamping.
Upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta upaya menambah jumlah
tanaman di Kabupaten Bintan, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan
bekerjasama dengan BPDAS PS sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
telah melaksanakan kegiatan KBR sebanyak 66 Kelompok dengan jumlah bantun
sebesar Rp. 4.762.575.000.- yang tersebar di 10 Kecamatan dan hingga sampai
saat ini program KBR tersebut telah menghasilkan bibit tanaman sebanyak
2.300.000 batang dan bibit tersebut telah ditanam di lokasi yang telah ditentukan
sebanya 1.906.619 batang.
Rekapitulasi Kegiatan Kebun Bibit Rakyat di Kabupaten Bintan Tahun 2015
No. Nama
Kelompok
Jumlah
Bibit Dibuat
Jumlah
Ditanam
Prosen Bibit
Yang Hidup (%) Luas (Ha)
1. Tunas Jaya 25.000 23.7800 95.12 25.00
2. Bina Muda 25.000 23.970 95.88 25.00
Sumber : BPDAS Kepulauan Riau, tahun 2015
Penanaman bibit yang sudah siap tanam dapat ditanam pada tahun berjalan
di lokasi sebagaimana ditentukan dalam RUKK dan rancangan penanaman
sedangkan insentif penanaman dibayar pada tahun berikutnyaa. Kemudian
evaluasi hasil penanaman sebagai berikut :
1. Terhadap bibit yang sudah ditanam akan dilakukan evaluasi.
8
2. Evaluasi hasil penanaman dilakukan sekurang kurangnya 1(satu) bulan setelah
ditanam
3. Evaluasi penanaman dilakukan oleh tim pengawas bersama dengan
pendamping yang hasilnya dituangkan dalam berita acara evaluasi hasil
penanaman
4. Hasil evaluasi penanaman sebagai dasar untuk pembayaran insentif
penanaman
5. PPK melakukan supervisi pelaksanaan evaluasi hasil penanaman bibit KBR
oleh tim pengawas.
Produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Bintan masih kurang optimal
hal ini disebabkan beberapa hal diantaranya :
1. Sebagian besar tanaman tua menggunakan bibit karet non unggulan sehingga
produktifitas tanaman rendah.
2. Kondisi tanaman karet masih banyak yang telah tua dan rusak
3. Masih rendahnya sebagian kualitas SDM petani dalam penyadapan dan
pengolahan hasil karet.
4. Kurangnya modal petani untuk perluasan, peremajaan dan pemeliharaan
tanaman perkebunan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan diatas, maka peneliti
tertarik untuk maneliti suatu penelitian yang diambil dengan judul “Evaluasi
Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) Di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk
Bintan Kabupaten Bintan tahun 2015”.
9
B. Perumusan Masalah
Dari uraian rumusan masalah diatas, maka dalam penelitian ini menarik
sebuah perumusan yakni : “ Bagaimana Hasil Dan Dampak Program Kebun Bibit
Rakyat (KBR) Di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan
Tahun 2015 ? ”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui Bagaimana
Hasil Dan Dampak Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) Di Desa Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Tahun 2015.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani
didaerahnya.
b. Secara akademis untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu
Pemerintahan di Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
c. Sebagai bahan informasi dan penambah wawasan bagi penulis untuk
mengetahui lebih lanjut tentang Evaluasi Program Kebun Bibit Rakyat Di
Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Tahun 2015.
10
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Diskriptif Kualitatif. Penelitian deskiptif yaitu berusaha untuk menjelaskan suatu
fenomena secara diskriptif untuk melakukan analisis serta menilai mengenai
fenomena atau gejala tentang Pelaksanaan Program Kebun Bibit Rakyat Oleh
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten Bintan. Adapun alasan peneliti mengambil objek penelitian ini yaitu
berdasarkan persentase dari 2 kecamatan di Kabupaten Bintan yang dilakukan
pada tahun 2015 antara Kecamatan Toapaya Utara dan Kecamatan Teluk Bintan
terdapat hasil bibit penanaman yang hidup di Kecamatan Teluk Bintan lebih
rendah bila dibandingkan di Kecamatan Toapaya Utara oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang hasil bantuan fasilitas kepada
masyarakat petani dengan objek penelitian di Kecamatan Teluk Bintan yang
terletak di Desa Bintan Buyu.
3. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dalam menentukan
jumlah informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut
Sugiyono (2012:96) mendefinisikan purposive sampling yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Karena tidak semua masyarakat yang
bergabung dalam Program KBR mengetahui lebih detail tentang Kebun Bibit
11
Rakyat sehingga dalam penelitian ini peneliti memilih 7 (tujuh) informan yang
terdiri dari sebagai berikut :
Key Informan : Kepala Seksi Rehabilitas Hutan dan Lahan dari Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan sebagai Penjabat Pembuat Komitmen
Kebun Bibit Rakyat.
Informan terdiri dari 6 orang yakni :
a. BPDAS Kepuluan Riau yaitu sebagai Kuasa Pengguna Anggaran.
b. Staff oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan
c. Pedamping oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan
d. Ketua Kelompok Tani Tunas Jaya
e. Sekretaris Kelompok Tani Tunas Jaya
f. Anggota Kelompok Tani Tunas Jaya
4. Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari
informan yang telah ditetapkan berdasarkan sampel penelitian. Dalam
penelitian ini mengambil data dari informan berdasarkan pertanyaan
wawancara yang diajukan sesuai dengan permasalahan yang berhubungan
dengan Pelaksanaan Program Kebun Bibit Rakyat Oleh Dinas Pertanian dan
Kehutanan Di Kabupaten Bintan.
b. Data Sekunder, yaitu data pendukung yang melengkapi data primer,yang
diperoleh dari dokumen – dokumen atau laporan tertulis , seperti data tentang
gambaran objek penelitian dan sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah data dikumpulkan dari Kantor Dinas Pertanian dan Kehutanan
12
Kabupaten Bintan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kepuluan Riau
dan data dari perorangan yang menjalankan program kebun bibit rakyat sesuai
dengan keperluan data untuk penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan
terdiri dari :
1). Struktur Organisasi Kantor Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bintan.
2). Struktur Organisasi Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)
Kepuluan Riau..
3). Gambaran umum kelompok masyarakat tani Kabupaten Bintan.
5. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dan informasi dilapangan,
menggunakan teknis dan alat pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data dengan
melalui wawancara. Dimana dua orang atau lebih secara fisik yang saling
berhadap-hadapan. Dalam penelitian ini akan dilakukan Tanya jawab secara
langsung kepada informan yang dianggap sudah mengetahui secara baik
bagaimana selama ini Pelaksanaan Program Kebun Bibit Rakyat Oleh Dinas
Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Bintan Dan Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (BPDAS) Kepuluan Riau.
b. Observasi, yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan secara langsung agar mendapat data yang lengkap dan akurat
mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan.
13
Menurut Tan dan Alfian (1980) dalam Muslimin (2002): “cara penelitian yang
mengandalkan motode observasi amat penting, terutama jika penelitian
tersebut dilakukan terhadap masyarakat yang masih belum terbiasa untuk
mengutarakan perasaan, gagasan, maupun pengetahuannya”.
Dengan cara observasi partisipasi, penelitian dapat lebih memahami dan
menyelami pola pikir dan pola kehidupan masyarakat yang diteliti. Dalam
penelitian ini akan diobservasi tentang Evaluasi Program Kebun Bibit Rakyat
melalui Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Bintan.. Dimana akan
diobservasi partisipasi yang menjalankan program tersebut, sumber daya yang
ada, sikap para pelaksana dalam menjalankan program tersebut, kemudian struktur
birokrasi yang ada dalam Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) melalui Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan Dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (BPDAS) Kepuluan Riau.
c. Dokumentasi merupakan pengambilan data berdasarkan atas catatan yang ada
dilokasi penelitian untuk melengkapi data yang digali melalui teknik
pengumpulan data lainnya.
Menurut Arikunto ( 2006;158): “ Dalam melaksanakan Dokumentasi,
menyelidiki benda – benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan
pemerintah, hasil rapat, catatan harian, dan sebagainya “.
Adapun dokumentasi dalam hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan
dokumen – dokumen yang berhubungan dengan penulisan, membuat catatan –
catatan yang ditemui dilapangan serta mengambil beberapa gambar yang
14
berhubungan dengan peranan pemerintah, alat yang digunakan dalam metode ini
yaitu catatan harian serta kamera yang digunakan untuk mengambil gambar.
E. Teknik Analisa Data
Pada prinsipnya analisis merupakan proses mengolah data dan menyusun
data secara sistematis untuk mempermudah dibaca dan di interpretasikan. Untuk
mewujudkan ini peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif. Metode ini
digunakan untuk menjelaskan data yang telah disusun dalam kalimat-kalimat yang
mengandung pengertian dan dapat disimpulkan. Dengan analisis secara kualitatif,
peneliti berharap dapat memberikan penjelasan yang akan mudah untuk dicerna
dan dimengerti oleh masyarakat.
Adapun tahap-tahap analisis adalah dimulai dengan cara, antara lain :
1. Pengumpulan data, peneliti mencatat semua data secara objektif sesuai dengan
hasil observasi dan wawancara dilapangan.
2. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yang telah
dipelajari.
3. Mengadakan reduksi data dengan membuat abstraksi yaitu rangkuman inti,
proses dan pernyataan perlu dijaga sehinggaa tetap berada didalamnya.
4. Menyusun data tersebut kedalam satuan – satuan yang selanjutnya satuan
tersebut dikategorisasikan pada langkah berikutnya.
5. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
6. Penyajian data, sekumpulan informasi yang telah tersusun dan memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
15
M. Irfan Islamy (2009:114) berpendapat sebagai suatu teknik penilai yang
objektif, scientific, dan systematic evalution mempunyai kecenderungan semakin
banyak dipakai, karena dengan kemampuan untuk mengumpulkan dan
menganalisa data secara akurat, teknik ini akan mampu menunjukkan hasil dan
dampak kebijakan secara akurat. Hal inilah yang sangat dibutuhkan oleh pembuat
kebijakan dan masyarakat secara luas, karena sengan mengetahui hasil dan
dampak kebijakan tersebut akan dapat dikenali tingkat efektivitas kebijakan –
kebijakan tersebut dan sebagai bahan dan masukkan yang sangat berguna dalam
memperbaiki kebijakan-kebijakan yang telah ada atau perumusan kebijakan –
kebijakan yang baru.
Ada tiga dampak kebijakan menurut (James Anderson dalam M. Irfan
Islamy (2009: 115-116 ) adalah :
1. Hasil Kebijakan
Hasil kebijakan adalah apa-apa yang telah dihasilkan dengan adanya
proses perumusan kebijakan pemerintah. Hasil kebijakan bisa dilihat dari lima
indikatornya, yaitu:
a. Tersalurnya dana KBR
b. KBR tepat sasaran untuk pemanfaatan hutan kemasyarakatan
c. Tepat waktu dalam pelaksanaan KBR
d. Pengajuan usulan (proposal) KBR sesuai dengan ketetapan yang berlaku
1. Dampak kebijakan yang diharapkan
16
Dampak kebijakan adalah akibat-akibat yang ditimbulkan dengan
dilaksanakannya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Dampak kebijakan
yang diharapkan dapat dilihat dari dua indikatornya, yaitu:
a. Meningkatkan kualitas bibit karet yang unggul
b. Penghijauan lingkungan
2. Dampak kebijakan yang tidak diharapkan
3. Dampak kebijakan ini adalah adanya akibat-akibat yang kurang baik dari
kebijakan yang telah ditetapkan. Dampak kebijakan yang tidak diharapkan
dapat dilihat dari indikatornya, yaitu:
a. Mengurangi prakarsa masyarakat untuk menjadi lebih maju,
Menurut Stufflebeam dan Shinkfeild dalam Widoyoko (2009:3)
mendefinisikan evaluasi sebagai :
“Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the
worrt and merit) dari tujuan yang mencapai, desain, implementasi dan
dampak untuk membanty pertanggung jawaban dan meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena”.
Sedangkan evaluasi menurut Stark dan Thomas dalam Widoyoko (2009:4)
adalah:
“Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya”.
Dari beberapa makna evaluasi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai
rancangan, mengumpulkan informasi tentang cara kerja sesuatu selanjutnya
17
menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap
implementasi dan efektifitas suatu program dalam pengambilan keputusan.
F. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil kebijakan.
Berdasarkan indikator mengenai hasil kebijakan menurut James Anderson
dalam M. Irfan Islamy (2009:115-116) yaitu tersalurnya dana program KBR yang
diterima untuk oleh kelompok tani sudah diterima dengan baik dengan adanya
ketetapan yang dilakukan berjalan dengan lancar, kemudian program KBR tepat
sasaran untuk pemanfaatan hutan kemasyarakatan sudah sesuai dengan keadaan
daerah yang ada di Desa Bintan Buyu yakni memiliki keadaan lahan yang petani
miliki minimal 25 Ha dan sudah ditanami bibit karet yang mencapai persentase
bibit tanaman yang hidup mencapai 95.12%, kemudian pengajuan proposal yang
diminta oleh masyarakat kelompok petani kepada pemerintah sudah berjalan
dengan baik akan tetapi dalam ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah kepada petani tidak sesuai dengan ketatapan yang ada
pada aturan yang sudah ditentukan hal ini disebabkan karena pada saat
pengambilan data dalam mengverifikasi administrasi kepada petani terdapat
keterlambatan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana yang sudah
ditentukan sehingga pada saat itu petani mendesak petani pemerintah untuk
pelaksanaan yang dilakukan tidak melalui dengan adanya bibit tanaman
melainkan petani meminta untuk pembelian langsung dengan adanya seedling
(tunas) yang di beli pada saat itu di bulan sembilan yang petani beli di palembang.
2. Dampak kebijakan yang diharapkan
18
Mengenai dampak kebijakan yang diharapkan dengan indikator
meningkatkan kualitas bibit karet yang unggul yakni dari sebelumnya petani
kurang dalam memproduksi bibit yang berkualitas sekarang sudah petani dapatkan
kualitas yang unggul dari pemerintah sehingga apa yang diharapkan petani sudah
berjalan dengan baik, kemudian mengenai penghijauan lingkungan yang ada di
Desa Bintan Buyu dapat dilihat dengan adanya SK. Menhut Nomor :
76/MenLHK-II/2015 tanggal 06 Maret 2015 mengenai lokasi penanaman KBR
terdapat keterangan titik –titik sumber penanaman yang dilakukan sudah berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dengan adanya titik penanaman yang
dilakukan oleh pemerintah sudah dapat meningkatkan penghijauan lingkungan
yang ada di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan.
3. Dampak kebijakan yang tidak diharapkan
Dampak kebijakan ini adalah adanya akibat yang kurang baik dari
kebijakan yang telah dijalankan atau dilaksanakan. Mengenai dampak kebijakan
yang tidak diharapkan yaitu adanya akibat-akibat yang kurang baik dari kebijakan
ini terdapat bahwa untuk memajukan petani dalam pengolahan perkebunannya
yang mereka miliki itu kembali kepada petani sendiri sehingga apa yang tidak ada.
G. Kesimpulan
Kebun Bibit Rakyat yang disalurkan untuk Kelompok Tani Tunas Jaya
dengan jumlah 15 orang sudah berjalan dengan baik sesuai dengan ketetapan yang
berlaku, tetapi belum tepat dalam waktu pelaksanaan KBR karna berdasarkan
ketetapan jadwal pelaksanaan KBR yang tidak sesuai pada waktu yang ditentukan
sehingga mendesak petani dalam mempersiapkan pembuatan bedeng tabur dan
19
naungan pengadaan bahan dan peralatan. Hal ini disebabkan karna keterlambatan
dari BPDAS dalam verifikasi administrasi dan teknis di Desa Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Tahun 2015.
Pada dasarnya perkebunan karet di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk
Bintan Kabupaten Bintan menggunakan tanaman karet yang sudah tua, bibit karet
yang tidak unggul sehingga produktifitas tanaman karet di Desa Bintan Buyu
masih rendah. Setelah adanya bantuan yang diberikan pemerintah untuk kelompok
tani, masyarakat petani memproduksi perkebunan melalui bibit yang dibeli dari
penangkar benih resmi yang melaksanakan waralaba dengan balai penelitian karet
yang telah memiliki Tanda Registrasi Usaha Pembenihan (TRUP) yang
bersertifikat dengan label.
Program KBR ini bisa mengurangi prakarsa (pemikiran atau tindakan)
masyarakat petani untuk menjadi lebih maju, bahwa dampak kebijakan yang tidak
diharapkan tidak ada melainkan jika petani ingin memajukan pengolahan hasil
perkebunannya kembali kepada petani itu sendiri.
H. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat memberikan saran
guna masukkan sebagai berikut :
1. Kepada Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kepulauan Riau dan Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan di harapkan kinerja teknis yang
bekerja dalam pelaksanaan kegiatan perkebunan lebih disiplin selanjutnya
lebih mengutamakan masyarakat petani karena selama ini kegiatan pemerintah
yang memberdayakan petani hanya.
20
2. Kepada masyarakat petani di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten Bintan adalah upaya kesadaran bahwa petani dapat memanfaatkan
keadaan lahan demi kelestarian dilingkungan di daerahnya .
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Arikunto, Suharsimi dan Jabar Syafruddin Abdul, 2010, Evaluasi Program
Pendidikan Edisi Kedua, Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, 2013, Prosedur Suara Pendekatan Praktik,Yogyakarta: Rineka
Cipta
Fermana, Surya. 2009, Kebijakan Publik: Sebuah Tinjauan Filosofis,
Yogyakarta Ar-Ruzz Media
Islamy, Irfan, 2009, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi
Aksara: Jakarta.
Nugroho, Riant D,2004, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan
Evaluasi, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Pasolong, Harbani, 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Suharto Edi,2013, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta
Subarsono, Agus, 2006, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan
Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: ALFABETA
Widodo, Joko, 2006, Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis,
Proses Kebijakan Publik, Malang: Bayumedia Publishing
Winarno, Budi, 2014, Kebijakan Publik: Teori , Proses, dan Studi Kasus,
Yogyakarta: CAPS ( Center of Academic Publishing Service )
Widoyoko, Eko Putro, 2009, Evaluasi Program Pembelajaran Panduan
Praktis Bagi Pendidikan Calon Pendidik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2. Website dan Peraturan Menteri
http://distanhut.bintankab.go.id , di akses tanggal 14/12/2013
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P. 29/Menlhk-
setjen/2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat