evaluasi penggunaan perangkat video...

18
i EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO SHOOTING PADA SISWA KELAS XII MULTIMEDIA DI SMK NEGERI 1 PRINGAPUS ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh: SULISTYO ADJIE ADHI KURNIAWAN NIM: 702012132 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2016

Upload: lekhanh

Post on 18-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

i

EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO

SHOOTING PADA SISWA KELAS XII MULTIMEDIA

DI SMK NEGERI 1 PRINGAPUS

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:

SULISTYO ADJIE ADHI KURNIAWAN

NIM: 702012132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2016

Page 2: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

ii

Page 3: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

iii

Page 4: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

iv

Page 5: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

v

Page 6: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

6

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi didalam dunia global semakin

meningkat di berbagai bidang, tidak terkecuali didalam dunia pendidikan [1]. Dalam kehidupan

sehari-harinya, teknologi informasi dan komunikasi atau biasa didalam masyarakat disebut dengan

information technology and communication (ITC) dijadikan salah satu aspek yang menunjang

pendidikan masa kini dimana sekolah kejuruan terutama program keahlian multimedia juga wajib

menggunakan ITC dan perangkat-perangkatnya sebagai media belajar. Didalam hal ini

berhubungan dengan bidang kejuruan sekolah terkhususnya jurusan multimedia dimana terdapat

mata pelajaran video shooting. Untuk mempelajari materi video shooting diperlukan penguasaan

keterampilan terhadap perangkat yang digunakan dalam kegiatan belajar. Selain untuk menyokong

kegiatan belajar belajar supaya lebih efektif, penguasaan serta semakin seringnya siswa dalam

mendapat kesempatan melakukan praktik langsung terhadap perangkat akan memudahkan siswa

didalam dunia kerja yang akan mereka hadapi setelah lulus nanti. Namun pada kenyataannya

efektivitas penggunaan perangkat multimedia sendiri dirasa masih cukup kurang disebabkan

berbagai faktor di lapangan. Tentu hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi pembelajaran

dikarenakan penguasaan teori yang mendalam memberikan pengaruh yang sangat kuat saat

melakukan praktik [2] Maka dari itu dilakukan evaluasi dengan tujuan mengetahui apakah

penggunaan perangkat video shooting sudah mencapai tahapan yang diharapkan.

Menindaklanjuti permasalahan tersebut maka peneliti melakukan evaluasi pada

penggunaan perangkat video shooting di SMK N 1 Pringapus. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam mengoperasikan perangkat video shooting dan

bagaimana pendapat siswa tentang pembelajaran yang menggunakan perangkat video shooting

tersebut. Selain kedua hal tadi penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa sering

siswa menggunakan perangkat video shooting serta bagaimana kendala yang dihadapi saat

pembelajaran berlangsung. Dan untuk kedepannya semoga penelitian ini akan berguna bagi

sekolah serta bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam usaha mengembangkan pendidikan

memanfatkan teknologi informasi yang tersedia.

1. Studi Pustaka

1.1 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang telah mengkaji tentang evaluasi penggunaan perangkat

multimedia. Seperti yang telah dilakukan oleh Alfi Nur Bayti pada tahun 2013, Destianingtyas

pada 2013, Wuri Prastiwi Listyarini pada 2012, dan Wulan Ditar Lutfiani pada 2015.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alfi Nur Bayti yang berjudul “Evaluasi Terhadap

Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada tahun 2013

mengatakan jika hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi, kreatifitas dan motivasi belajar

siswa, dalam hal ini dijelaskan jika motivasi belajar siswa meningkat prestasi belajar siswapun

meningkat [3].Penelitian dari Alfi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama

memakai metode evaluasi untuk penggunaan multimedia hanya perbedaannya penelitian

sebelumnya memakai model CIPP, sementara penelitian sekarang memakai model provus, yang

juga dikutip dari penelitian sebelumnya.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Destianingtyas dengan judul “Evaluasi

Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) pada

Page 7: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

7

Siswa Kelas XI di SMK Texmaco Pemalang” pada tahun 2013 menyatakan bahwa prestasi belajar

KKPI yang baik tentunya didukung oleh komponen komponen yang baik pula, sarana yang

mendukung, motivasi belajar siswa, proses belajar yang kondusif semuanya harus saling

melengkapi satu dengan yang lain. Terutama dalam hal pembelajaran praktek, faktor sarana harus

lebih diutamakan [4]. Dari penelitian diatas, perbedaan dengan penelitian sekarang adalah peneliti

melakukan penelitian pembelajaran multimedia khusus kemampuan murid dalam penguasaan

penggunaan perangkat video shooting.

Penelitian yang dilakukan oleh Wuri Prastiwi Listyarini dengan judul “Pengelolaan Kelas

di SD Pajang 03 No.206 Kecamatan Laweyan Surakarta Tahun 2012” dari hasil penelitianya

bahwa peran guru sebagai perancang mengandalkan jiwa visioner guru. kegiatan direncanakan

dengan baik sebagai persiapan dan antisipasi dalam manajemen kelas, dengan membuat keputusan

mengenai arah yang akan diambil , sumber daya yang akan diolah dan tehnik atau metode yang

dipilih untuk digunakan dalam proses pembelajaran [5]. Dari penelitian terdahulu adalah meneliti

pengelolaan atau manajemen kelasdari segi kemampuan guru,, perbedaan dengan penelitian

sekarang adalah penelitian inijuga mau melihat bagaimana pengelolaan kelas dan kaitannya

dengan manajemen perangkat dalam kegiatan pembelajaran video shooting di SMK N 1 Pringapus.

Kemudian yang terakhir adalah penelitian dari Wulan Ditar Lutfiani dalam skripsinya yang

berjudul “PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA

PRANCIS UNTUK KELAS XI SEMESTER 1” pada tahun 2015 menyatakan bahwa media video

pembelajaran adalah media mengajar yang berisi pesan pesan pembelajaran secara audio visual.

Video mempunyai unsur gerak sehingga dapat menarik perhatian peserta didik sehingga

menimbulkan motivasi belajar peserta didik. Video memiliki unsur gerak dan animasi yang

mampu menarik perhatian siswa lebih lama dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain

[6]. Penelitian sekarang adalah melihat bagaimana aspekvideo yang berkaitan dengan penggunaan

perangkat video shooting.

1.2 Evaluasi

Evaluasi adalah proses penentuan hasil yang dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan

untuk mendukung pencapaian tujuan [7]. Kegunaan evaluasi sendiri adalah untuk menentukan

tujuan yang akan dicapai dengan melihat indikator-indikator yang sudah ada. Tahap pertama dari

evaluasi adalah menentukan variabel beserta indikatornya yang kemudian akan digunakan sebagai

parameter untuk terjun ke lapangan guna mendapatkan data sesuai dengan model evaluasi yang

sudah ditentukan.

Didalam penelitian pendidikan yang berorientasi pada evaluasi sendiri terdapat beberapa

macam model evaluasi yang digunakan. Model-model tersebut antara lain seperti evaluasi model

program, Kirkpatrick, CIPP (Context, Input, Process, Product), Wheel, Stake, serta Provus.

Peneliti telah memilih model yang paling tepat untuk digunakan didalam penelitian ini, yaitu

evaluasi model Provus. Model evaluasi Provus dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan suatu

program dimana evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan

terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada

tidaknya kesenjangan, ketidaksesuaian (discrepancy) antara standar yang ditetapkan dengan

kinerja. Evaluasi dilaksanakan oleh evaluator untuk menganalisis kesenjangan yang ada pada

setiap komponen program. Constance Mc Kenna dalam jurnal penelitiannya “Making Evaluation

Manageable” pada tahun 1981, menjelaskan bahwa “Dalam model Provus, proses evaluasi

Page 8: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

8

dilakukan dengan mengidentifikasi permasalahan dengan cara membandingkan antara kinerja atau

pelaksanaan program dengan rancangan program standar yang telah ditetapkan. Hasil yang

diperoleh ketika program dilaksanakan tidaklah selalu sesuai dengan rencana awal ketidaksesuaian

atau discrepancy dapat saja terjadi. Provus menganggap discrepancy sebagai petunjuk yang paling

mendasar dalam evaluasi program. Discrepancy menjelaskan perbedaan-perbedaan yang ada

antara apa yang perencana program pikirkan terjadi dalam program dengan apa yang terjadi

sebenarnya” [8].

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan standard, performance dan discrepancy adalah

: (1) Standard, mengacu pada Standard Kriteria Ketuntasan Minimal. Penguasaan 11 Fungsi yang

ada pada kamera. Kondisi Kelas yang diharapkan. Serta Sarana dan Prasarana penunjang jurusan

Multimedia. (2) Performance, mengacu pada kemampuan guru mengelola kelas multimedia.

Kemampuan siswa yang terlihat dan yang mereka tampilkan dalam mengoperasikan perangkat

multimedia. Kemampuan siswa yang terlihat dan yang mereka tampilkan dalam mengoperasikan

perangkat multimedia. Serta Pembagian perangkat multimedia kepada siswa. (3) Discrepancy,

yaitu Melakukan perbandingan antara tampilan dengan hasil yang sebenarnya diharapkan.

Penilaian dari data yang telah diperoleh. Penjabaran terkait gap yang diperoleh dari pengolahan

data hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

1.3 Penggunaan

Penggunaan adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang dapat dijabarkan

sebagai: proses, cara memakai, menggunakan dan sebagainya [9]. Dari uraian ini dapat

disimpulkan jika maksud dari penggunaan itu adalah bagaimana aktivitas perilaku dan cara

seseorang menggunakan suatu peralatan atau benda lainnya.

1.4 Perangkat Video Shooting

Perangkat adalah benda yang kita gunakan untuk mempermudah kehidupan kita sehari-

hari. Dalam penelitian ini, konteks dari perangkat itu sendiri adalahalat peraga pendidikan. Yang

dimaksud alat peraga pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar

dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak bosan dalam meraih tujuan –tujuan

belajar [10].Pada penelitian ini peneliti akan meneliti salah satu aspek dari multimedia yaitu

perangkat video shooting.

Kemudian pada perangkat video shooting yang akan disinggung adalah perangkat utama

yang sering digunakan yaitu kamera. Melihat bagaimana penggunaan kamera lebih kompleks

daripada peralatan lain seperti misalnya clipper, tripod, lighting dan lain sebagainya. Alasan

peneliti melakukan penelitian terhadap penggunaan kamera dalam video shooting ini adalah fungsi

kamera yang cenderung lebih rumit dikarenakan kamera tersusun dari bagian-bagian yang

terpisah. Selain itu, akan dijelaskan beberapa indikator yang harus dikuasai oleh sebagai

kemampuansiswa didalam mengoperasikan kamera sebagai berikut:

Kontrol

Page 9: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

9

Kemampuan siswa dalam mengontrol perangkat itu penting karena kontrol merupakan elemen

dasar yang menjadi patokan dalam menguasai bagian lain. Yang dimaksud dengan control disini

adalah bagaimana siswa memegang kamera, perilaku siswa terhadap kamera, dan lain sebagainya.

Aperture

Apertur atau biasa disebut dengan bukaan, mengacu pada mekanisme buka-tutup pada

bilah-bilah yang tersusun didalam lensa. Dalam pengoperasiannya aperture digunakan untuk

mengatur rentang fokus (DoF) serta mengatur jumlah cahaya yang masuk. Biasa dilambangkan

dengan huruf F. seperti contohnya f1.2, 1.4, 1.8, 2.8, 3.5, 5.6, 8, 11, 16 dst. Semakin besar angka

maka semakin kecil lubang yang terbuka dari hasil mekanisme bilah (blade).

Exposure

Eksposur atau exposure adalah jumlah cahaya paparan cahaya yang terima oleh sensor

dalam kamera kita dalam suatu pemotretan. Jika paparan cahaya yang diterima terlalu banyak atau

lama maka hasil foto menjadi terlalu terang / over exposure. Begitu sebaliknya, jika paparan

cahaya yang diterima sensor terlalu sedikit atau cepat maka hasil foto menjadi terlalu gelap / under

exposure. Hampir semua kamera digital saat ini sudah dilengkapi dengan pengukur cahaya yang

akan mengatur paparan cahaya / eksposur / exposure secara otomatis untuk memperoleh hasil yang

optimal.

Shutter Speed

Shutter speed adalah pengaturan pada kamera yang mengontrol lamanya waktu shutter

terbuka, sehingga memungkinkan cahaya masuk melalui lensa ke sensor di dalam kamera. Shutter

speed diukur dalam detik – atau dalam fraksi yang sangat kecil dari satu detik. Semakin besar

penyebut, maka shutter speed mempunyai kecepatan yang lebih cepat (1/1000 jauh lebih cepat dari

1/30).

ISO

ISO dapat dikatakan merupakan ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya.

Semakin tinggi nilai ISO maka gambar akan semakin meningkat noda (noise) nya. Kebanyakan

ISO tinggi digunakan jika shutter speed yang digunakan juga tinggi.

White Balance

White Balance (WB) dapat diartikan sebagai kemampuan kamera dalam

membaca/menterjemahkan warna putih berdasarkan sumber cahaya yang ada. Dalam kamera

sendiri dapat ditemukan berbagai pilihan white balance. Seperti daylight, tungsten, fluorescent,

cloudy, dan lain sebagainya. White balance digunakan sesuai dengan kebutuhan.

Zoom

Zoom artinya menggunakan kamera untuk mendekatkan atau menjauhkan objek. Dalam

hal ini fungsi utama dari zoom perlu menggunakan lensa yang bertipe zoom juga. Karena dengan

menggunakan zoom berarti kita tidak perlu mendekat kepada objek.

Focus

Page 10: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

10

Focus adalah bagaimana kamera mendapatkan titik terjelas dari sebuah objek yang disorot.

Dalam kamera dapat ditemukan dua pilihan yaitu autofocus dan manual focus. Untuk pilihan auto

kamera akan mencari focus secara otomatis, sementara manual focus kamera akan mencari focus

secara manual.

Depth of Field

Depth of Field (DoF) adalah jarak antara benda-benda terdekat dan terjauh dalam sebuah

latar (dalam hal ini sebuah foto) yang bisa diterima ketajaman gambarnya – suatu zona yang bisa

diterima ketajaman gambarnya. Meskipun suatu lensa hanya bisa fokus pada satu jarak tertentu,

penurunan ketajaman yang terjadi adalah secara bertahap pada sisi depan dan belakangnya. Oleh

karena itu, ketidaktajaman yang terjadi tidak begitu terlihat dalam kondisi normal.

Audio Level

Audio level adalah mengatur jumlah suara yang masuk, serta mengendalikan kondisi tata

suara pada setiap adegan. Dalam audio level ini terdapat beberapa perangkat pendukung seperti

mic gantung (boomer), mic jepit, dan lain sebagainya.

Shooting Angle

Shooting Angle adalah sudut pengambilan gambar yang menekankan tentang posisi

kamera berada pada situasi tertentu dalam membidik obyek. Pernyataan ini menegaskan, bahwa

kamera yang dipakai dalam membidik obyel atau dengan istlah lebih populer “Obyek dalam View

Camera” itu,menggambarkan tentang keberadaan kamera berada diposisi mana dalam keadaan

seperti apa. Pemakaian Camera Angle ini diharapkan dapat menghasilkan suatu peristiwa atau

keadaan obyek dalam bidikan kamera agar lebih terlihat menarik dan mampu mengilustrasikan

kedinamisan suatu keadaan. Setiap hasil bidikan dalam pandangan kamera mempunyai kandungan

makna dan nilai tertentu dari jenis angle yang dipakainya.

Dari indikator-indikator yang sudah dijelaskan diatas, maka telah diketahui aspek yang

harus dikuasai siswa sehubungan dengan kemampuannya mengoperasikan perangkat video

shooting. Pada hasil wawancara terhadap guru di SMK N 1 Pringapus diketahui beberapa indikator

yang digunakan sebagai bahan ajar. Dalam setiap indikator diberikan kriteria kompetensi atau

kriteria ketuntasan minimal (KKM) bernilai 80 [11].

2. Metode Penelitian

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian evaluasi yang bersifat deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Menurut (Soerjono Soekanto, 1986 dalam Wiwik 2009) pendekatan

kualitatif adalah suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang

dinyatakan responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku nyata, yang diteliti dan dipelajari

sebagai sesuatu yang utuh [12].

Selain itu metode statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dimana data

kuantitatif yang diperoleh akan dikumpulkan, diolah, dianalisis, dan disajikan dalam bentuk yang

mudah dipahami atau dibaca, dan direpresentasikan dalam bentuk tabel. Hal ini dilakukan karena

model yang digunakan adalah model Provus atau DEM (discrepancy evaluation model).

Page 11: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

11

3.2 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Pendidikan” pada

tahun 2015 halaman 117, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Maka dari penjelasan tersebut, penulis menetapkan populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Pringapus jurusan Multimedia.

3.3 Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik non-

partisipan tetapi secara terstruktur. Jumlah sampel yang diambil sejumlah 56 siswa kelas XII SMK

Negeri 1 Pringapus.

3.4 Metode pengambilan data

Metode pengambilan data yang digunakan peneliti adalah dengan dengan menggunakan

kuesioner. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner yang selanjutnya akan diisi oleh

siswa sesuai dengan kompetensi yang mereka kuasai. Sesuai dengan model evaluasi yang

digunakan yaitu model Provus, maka kuesioner yang ada akan digunakan untuk mengetahui

pemahaman dan kemampuan siswa dalam menggunakan perangkat video shooting.

Sugiyono (2015) mengemukakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui frekuensi penggunaan

perangkat video shooting dan bagaimana perangkat-perangkat digunakan, persepsi siswa, serta

hambatan atau tantangan yang dialami saat menggunakan perangkat tersebut [13]. Dengan melihat

model evaluasi yang akan dipakai, maka pengambilan data yang dilakukan akan digunakan untuk

menentukan kesenjangan yang ada di lapangan.

3.5 Analisis data

Analisis datadilakukan untuk memperoleh data yang dimaksud. Analisis dilakukan dengan

menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada dengan pendekatan atau desain yang

diambil [14].

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan cara memilih, memilah,

mengelompokkan, data yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang

mudah dibaca atau dipahami. Penyajian hasil analisis data kualitatif dibuat dalam bentuk uraian

singkat, atau tabel sesuai dengan hakikat data yang dianalisis.

3.5.1. Analisis data Penelitian

Penelitian dilakukan dengan sederhana untuk konfirmasi dari temuan yang ada terhadap

siswa SMK Negeri 1 Pringapus. Hasil penelitian kemudian dianalisis dan dijabarkan secara

deskriptif.

3.5.2. Analisis data kuesioner

Page 12: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

12

Analisis data kuesioner dilakukan dengan cara memilih, memilah, mengelompokkan data

yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah dibaca atau dipahami.

Diperoleh data 56 responden yang terdiri dari 25 laki-laki dan 31 perempuan. Penyajian hasil

analisis data kualitatif dibuat dalam bentuk uraian singkat, atau tabel sesuai dengan hakikat data

yang dianalisis.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Prosentase penggunaan kamera secara pribadi

Berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis, dapat dipaparkan hasil dari penelitian

sebagai berikut:

Aspek yang diteliti Prosentase

Siswa memiliki Kamera 63%

Siswa sering menggunakan kamera 45%

Siswa merasa mahir menggunakan kamera 23%

Siswa sering menggunakan kamera untuk mengambil video 25%

Tabel 1. Prosentase penggunaan kamera secara pribadi

Tabel 1 menunjukkan frekuensi penggunaan kamera secara pribadi. Secara umum

pertanyaan yang ada di kuesioner akan menggambarkan apakah siswa memiliki perlengkapan

sendiri dan frekuensi mereka menggunakannya. Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan,

mereka menyebutkan bahwa tidak semua dari mereka memiliki peralatan sendiri dan hanya sedikit

yang mampu mengoperasikan dengan baik.

Prosentase siswa SMK Negeri 1 Pringapus yang memiliki kamera sebesar 63% atau bisa

dikatakan lebih dari separuh sampel yang diambil sudah memiliki perangkat sendiri. Kemudian

frekuensi siswa yang sering menggunakan kamera sebesar 45%. Dari data ini dapat dikatakan

bahwa tidak semua siswa yang memiliki kamera sering menggunakan perangkat tersebut.

Kemudian diperoleh data bahwa siswa yang mahir menggunakan kamera hanya sebesar 23% serta

siswa yang sering menggunakan kamera untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan

video sebesar 25%.

4.2 Frekuensi akses dan penggunaan kamera di sekolah

Dalam kaitan penggunaan kamera milik sekolah, maka perlu diperiksa bagaimana akses

yang diperoleh siswa terhadap sarana yang telah disediakan. Untuk itu peneliti menyajikan data

sebagai berikut:

Page 13: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

13

Poin Tidak

Pernah

Tidak Tahu Sekali

Sebulan

2-3 kali

Seminggu

1 sampai (n)

Kali Sehari

Poin A 27% 34% 25% 12% 2%

Poin B 20% 30% 25% 14% 11%

Tabel 2. Frekuensi akses dan penggunaan kamera di sekolah

Keterangan:

Poin A : Mengindikasikan siswa mendapatkan akses pada perangkat milik sekolah

Poin B : Mengindikasikan siswa menggunakan kamera milik sekolah

Tabel 2 menampilkan prosentase akses dan penggunaan kamera berdasarkan kriteria yang

diteliti. Semua siswa mendapatkan akses tetapi yang tidak mengetahui hal tersebut sebesar 34%,

sementara 66% sisanya telah mengetahui hal tersebut. Meskipun sebagian siswa telah mengetahui

jika mereka mendapatkan akses, 20% diantaranya tidak pernah menggunakan peralatan tersebut.

Sementara yang tidak mengetahui cara penggunaannya sebesar 30% dan 25% diantaranya

menggunakan sebulan sekali. 14% siswa lebih sering menggunakannya antara 2-3 kali seminggu,

sementara 11% sisanya lebih sering menggunakan dengan rentang pemakaian 1 sampai beberapa

kali sehari.

Grafik 1. Grafik akses siswa terhadap perangkat sekolah

Sehingga dapat dikatakan jika, penggunaan kamera milik sekolah belum efektif. Hal ini

menyebabkan siswa mengalami hambatan dalam mengoperasikan peralatan video shooting.

0%

10%

20%

30%

40%

Siswa mendapat aksesperangkat sekolah

Siswa menggunakanperangkat milik sekolah

Grafik Akses Siswa Terhadap Perangkat Sekolah

Tidak Pernah Tidak Tahu Sekali Senulan 2-3 Kali Seminggu 1 sampai (n) Kali Sehari

Page 14: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

14

4.3. Data kemampuan siswa dalam menggunakan perangkat video shooting di

sekolah menurut model evaluasi Provus

Dalam tabel 3 yang terlampir ditampilkan bagaimana kemampuan siswa dalam

mengoperasikan perangkat video shooting di sekolah.

Standard Performance Discrepanc

y

Kriteria STS TS KS S SS Gap yang ada:

Kontrol Kamera 7,1% 30,4% 41,1% 12,5% 8,9% - Siswa kurang menguasai standard yang ada.Kemampuan siswa lebih menonjol pada satu aspek saja seperti Zoom, Focus, dan kontrol kamera secara umum.

- Siswa mengalami kelemahan pada aspek seperti Apertur, Shutter Speed, DoF, Shoot Angle, dan Audio Level

Fungsi Eksposur 7,1% 51,8% 26,8% 12,5% 1,8%

Fungsi Apertur 16,1% 41,1% 33,9% 8,9% -

Fungsi Shutter Speed 7,1% 44,6% 32,1% 16,1% -

Fungsi White Balance 3,6% 42,9% 39,3% 8,9% 5,4%

Fungsi ISO 12,5% 37,5% 39,3% 8,9% 1,8%

Fungsi Zoom 21,4% 12,5% 16,1% 39,3% 10,7%

Fungsi Focusing 17,9% 25% 25% 23,2% 8,9%

Fungsi Depth of Field 16,1% 37,5% 35,7% 10,7% -

Fungsi Shoot Angle 14,3% 39,3% 35,7% 10,7% -

Fungsi Audio Level 7,1% 41,1% 41,1% 10,7% -

Tabel 3. Tabel analisis penggunaan sesuai model evaluasi provus

4.4. Pembahasan

Tabel 3 menunjukkan prosentase data yang telah dideskripsikan satu persatu, maka dapat

dikatakan jika pada penguasaan kontrol kamera siswa dominan kurang setuju dengan kemampuan

mereka menguasai control kamera tersebut dibuktikan dengan prosentase 41%. Kemudian siswa

yang tidak setuju sebesar 30.4%. Siswa yang sangat tidak setuju sebesar 7.1% dan siswa yang

setuju sebesar 12.5% serta sangat setuju hanya 8.9%. Kondisi ini diakibatkan karena teori

menggunakan kontrol kamera yang dirasa masih kurang sehingga mereka masih sulit

membiasakan diri dalam mengontrol kamera.

Kemudian pada kompetensi penggunaan fungsi eksposur. Didalam tabel dijelaskan jika

siswa yang menguasai fungsi eksposur yang sangat tidak setuju hanya 7.1%, kemudian didominasi

oleh siswa yng tidak setuju sebesar 51.8%, kurang setuju sebesar 26.8%, setuju 12.5% dan sangat

setuju hanya 1.8%.

Page 15: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

15

Sehubungan dengan eksposur maka tentu saja berkaitan dengan fungsi aperture. Tabel

diatas menjelaskan jika 16.1% siswa menyatakan sangat tidak setuju dengan kemampuan mereka

dalam menggunakan fungsi aperture, 41.1% diantaranya tidak setuju, 33.9% diantaranya kurang

setuju dan 8.9% sisanya setuju.

Untuk fungsi apertur sendiri 7.1% siswa sangat tidak setuju. 44.6% diantaranya tidak

setuju, 32.1% kurang setuju dan 16.1% menyatakan setuju. Fungsi aperture ini sering diabaikan

oleh siswa.

White Balance adalah aspek yang sering tidak diperhatikan siswa dengan siswa yang

sangat tidak setuju dengan kemampuan mereka memahami white balance dengan baik sebesar

3.6%, tidak setuju 42.9%, kemudian 39.3% kurang setuju. Sisanya yang setuju menampilkan

prosentase sebesar 8.9% dan sangat setuju hanya 5.4%.

Kemudian pada aspek ISO. 12.5% siswa menyatakan sangat tidak setuju, 37.5% tidak

setuju, 39.3% kurang setuju, 8.9% setuju dan hanya 1.8% saja yang sangat setuju. Kebanyakan

siswa tidak mengetahui fungsi dari SIO ini. Padahal aspek ini sangat penting. Hal ini mungkin

disebabkan oleh teori yang kurang mengenai segitiga eksposur.

Kemudian pada aspek zoom. 21.4% ssiwa sangat tidak setuju jika mereka kompeten,

kemudian 12.5% tidak setuju. 16.1% kurang setuju, 39.3% diantaranya setuju dan 10.7% siswa

sangat setuju.

Pada aspek focusing tabel menunjukkan jika 17.9% siswa sangat tidak setuju jika mereka

kompeten, 25% menyatakan tidak setuju. 25% menyatakan kurang setuju, kemudian 23.2% setuju

dan 8.9% menyatakan sangat setuju.

Depth of Field merupakan aspek yang sering diabaikan oleh siswa. Terbukti dengan

prosentase tabel yang menunjukkan 16.1% siswa sangat tidak setuju, 37.5% diantaranya tidak

setuju. Kemudian 35.7% diantaranya kurang setuju sementara 10.7% dari mereka menyatakan

setuju.

Dari penelitian juga ditemukan siswa cenderung sangat tidak setuju dengan kemampuan

mereka merepresentasikan teknik pengambilan gambar (shooting angle) dibuktikan dengan 14.3%

siswa sangat tidak setuju. Kemudian 39.3% siswa tidak setuju. 35.7% diantaranya kurang setuju

dan hanya 10.7% yang setuju.

Dan yang terakhir pada aspek audio level. Dalam setiap video, pasti ada audio yang

mengiringi jalannya video tersebut sebagai unsur intrinsiknya. Namun hal ini kadang diabaikan

siswa terbukti dari siswa sangat tidak setuju hanya 7.1%, kemudian yang tidak setuju 41.1%. Siswa

yang kurang setuju 41.1% dan yang setuju juga 10.7% saja.

Data yang telah dianalisis diatas juga ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Page 16: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

16

Grafik 3. Grafik penguasaan aspek-aspek perangkat video shooting oleh siswa

Dari berbagai indikator yang telah diukur serta melihat data yang tersaji dapat dikatakan

jika sebenarnya siswa lebih memahami fungsi yang umumnya terdengar lebih familiar oleh

mereka. Seperti contohnya zoom dan focus. Frekuensi siswa yang setuju pada dua indikator itu

sangat baik begitupun prosentase siswa yang sangat setuju. Hal ini dapat disebabkan juga oleh

fungsi umum dari kamera yang mereka gunakan sehari-hari. Karena kebanyakan kamera hanya

menawarkan fungsi yang menonjol dan jelas hanya pada dua aspek tersebut. Sementara dari aspek

lainnya seperti dijelaskan pada poin 2,3,4,6,9,10, dan 11, kemampuan siswa dirasa masih kurang

atau belum menguasai beberapa indikator tersebut dengan baik dibuktikan dengan prosentase yang

telah ditampilkan. Hal ini dikarenakan siswa tidak menganggap poin yang disebutkan sebagai hal

yang menarik sehingga mereka mengabaikan hal tersebut. Padahal sebenarnya fungsi-fungsi

tersebut sangat penting kaitannya dengan skill mereka dalam mengoperasikan perangkat video

shooting.

Dari hasil wawancara dengan siswa, diperoleh pendapat-pendapat yang berhubungan

dengan kegiatan pembelajaran serta penggunaan video shooting. Dari sampel yang telah

diwawancarai, sebagian besar menginginkan jika pembelajaran harus seimbang antara teori

dengan praktek. Selain itu mereka juga mengeluh dengan kurangnya sarana dan prasarana yang

tersedia sehingga menghambat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Selanjutnya beberapa

siswa mengatakan jika mereka membutuhkan pengajar yang mumpuni untuk penggunaan

perangkat video shooting, karena menurut mereka pembelajaran video shooting kurang efektif.

Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan jika peningkatan kualitas pengajar, pemberian akses

terhadap fasilitas yang memadai, serta frekuensi praktek yang lebih ditingkatkan adalah harapan

utama siswa dalam peningkatan proses kegiatan belajar mengajar dimasa yang akan datang.

4. Simpulan dan Saran

4.1 Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil bahwa penggunaan perangkat

video shooting di SMK Negeri 1 Pringapus belum optimal. Siswa belum menguasai penggunaan

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

Grafik Penguasaan Aspek Perangkat Video Shooting

Sangat tidak setuju Tidak Setuju Kurang setuju Setuju Sangat Setuju

Page 17: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

17

tiap perangkat dikarenakan akses yang mereka rasa kurang serta manajemen distribusi kamera

yang kurang tertata dengan baik. Kendati demikian, siswa yang memiliki kamera sendiri juga

hanya menggunakan seadanya tanpa mau mengeksplorasi lagi perangkat yang mereka miliki. Serta

hambatan berupa jumlah peralatan yang kurang, kualitas serta kurangnya sumber daya manusia

yang masih ada sehingga mereka masih belum mampu mencapai KKM yang ditetapkan (11).

Selain itu, mereka juga hanya menguasai aspek umum yang diajarkan. Hal ini sangat disayangkan

karena seandainya mereka mau mengeksplorasi lebih, akan ditemukan manfaat-manfaat baru dari

perangkat video shooting yang akan sangat berguna bagi pembelajaran sehingga mereka mampu

bersaing didalam dunia kerja.

4.2 Saran Untuk Penelitian Lanjutan

Berdasarkan kaseluruhan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka diberikan

beberapa saran. Sran tersebut antara lain:

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih meneliti tentang manajemen serta

kompetensi pengajar yang ada. Hal ini diperlukan karena selain peningkatan

manajemen perangkat akan menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar dengan baik,

penelitian terhadap kompetensi pengajar akan semakin mendukung keberhasilan dari

kegiatan belajar mengajar tersebut.

2. Sesuai dengan hasil penelitian ini maka diharapkan sekolah dapat menambah perangkat

video shooting sehingga siswa akan mendapatkan akses perangkat secara mencukupi,

sehingga proses belajar-mengajar akan lebih optimal.

3. Guru diharapkan mampu menjelaskan pengunaan perangkat video shooting secara

lebih rinci. Dikarenakan siswa yang tidak mendapatkan peralatan akan lebih paham

secara teoritis. Dan untuk praktiknya guru harus lebih mampu untuk mendampingi

siswa-siswinya.

DAFTAR PUSTAKA.

[1] Noor-Ul-Amin, S. (2013). An effective use of ICT for education and learning by drawing

on worldwide knowledge, research, and experience: ICT as a change agent for education.

Scholarly Journal of Education, 2(4), 38-45.

[2] Andi Purba, Januarius. 2013. Shooting Yang Benar. Jogjakarta: Andi Press.

[3] Nur Bayti, Alfi. 2013. Evaluasi Terhadap Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di

SMK N 11 Semarang. (lib.unnes.ac.id/19700/1/1102408021.pdf), diakses 23 Juni 2016.

[4] Destianingtyas. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Komputer dan

Pengelolaan Informasi (KKPI) pada Siswa Kelas XI di SMK Texmaco Pemalang.

(lib.unnes.ac.id/17137/1/1102408032.pdf), diakses 26 Juni 2016.

[5] Listyarini, Wuri Prastiwi. 2012. Pengelolaan Kelas di SD Pajang 03 No.206 Kecamatan

Laweyan Surakarta Tahun 2012. (http://eprints.ums.ac.id/17524/), diakses 27 Juni 2016.

Page 18: EVALUASI PENGGUNAAN PERANGKAT VIDEO …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10815/2/T1_702012132_Full... · Proyek Siswa Kelas XII Jurusan Multimedia Di SMK N 11 Semarang“ pada

18

[6] Lutfiani, Wulan Ditar. 2015. PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN

MENYIMAK BAHASA PRANCIS UNTUK KELAS XI SEMESTER 1.

(lib.unnes.ac.id/21438/1/2301410008-s.pdf), diakses 27 Juni 2016.

[7] Arikunto, S. Jabar, C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi. Aksara.

[8] Syukriya, Hatma. 2013. Evaluasi Implementasi Penilaian Kurikulum 2013 Mata Pelajaran

Kimia Kelas XI Di Kabupaten Tanggamus.

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=372903&val=7224&title=EVALU

ASI%20IMPLEMENTASI%20PENILAIAN%20KURIKULUM%202013), diakses 13

juli 2016.

[9] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, 2008, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

[10] Cece Wijaya dan A.Tabrani Rusyan (1994). Kemampuan Dasar Guru Dalam. Proses

Belajar Mengajar. Bandung: PT remaja Rosdakarya.

[11] Wawancara dengan staff pengajar multimedia di SMKN 1 Pringapus.

[12] Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta.

[13] Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

[14] Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.