evaluasi penggunaan obat antihipertensi di instalasi rawat inap...

119
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA TANGERANG DENGAN METODE ANATOMICAL THERAPEUTIC CHEMICAL/DEFINED DAILY DOSE PADA TAHUN 2015 SKRIPSI ANISSA FLORENSIA 1112102000040 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2016

Upload: dangmien

Post on 11-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI

DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA

TANGERANG DENGAN METODE ANATOMICAL

THERAPEUTIC CHEMICAL/DEFINED DAILY DOSE

PADA TAHUN 2015

SKRIPSI

ANISSA FLORENSIA

1112102000040

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2016

Page 2: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI

DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA

TANGERANG DENGAN METODE ANATOMICAL

THERAPEUTIC CHEMICAL/DEFINED DAILY DOSE

PADA TAHUN 2015

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi

ANISSA FLORENSIA

1112102000078

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2016

Page 3: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Anissa Florensia

Program studi : Farmasi

Judul Skripsi : Evaluasi Penggunaan Obat Antihipirtensi di Instalasi Rawat

Inap RSUD Kota Tangerang dengan Metode Anatomical Therapeutic

Chemical/Defined Daily Dose Pada Tahun 2015.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan

morbiditas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas

penggunaan obat antihipertensi dengan metode Anatomical Therapeutic

Chemical/Defined Daily Dose serta mengetahui obat-obat antihipertensi apa saja

yang masuk dalam segmen Drug Utilization 90%. Penelitian ini menggunakan

data sekunder, yaitu data diambil dari Rekam Medis pasien. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif.

Data penggunaan antihipertensi dan data kunjungan rawat inap diperoleh dari

Instalasi Rekam Medik. Semua data tersebut selanjutnya diolah untuk mengetahui

kuantitas penggunaan antihipertensi dalam satuan DDD/100 patient-days dan

profil Drug Utilization (DU90%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat antihipertensi yang digunakan

pada pasien hipertensi di RSUD Tangerang selama tahun 2015 adalah amlodipin

40,27%, ramipril 28,57%, captopril 7,88%, irbesartan 9,02%, furosemid 5,65%,

candesartan 2,64%, bisoprolol 1,71%, lisinopril 1,69%, nifedipin 1,11 %, klonidin

0,66%, spironolakton 0,42%, valsartan 0,21%, nimodipin 0,08%, nicardipin

0,02%. Dan dari tabel DU90% obat yang masuk dalam segmen DU90% adalah

amlodipin, ramipril, irbesartan dan captopril.

Kata kunci : antihipertensi, ATC/DDD, DU90%.

Page 7: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Nama : Anissa Florensia

Program studi : Srata-1 pharmacy

Judul Skripsi : Evaluation of Antihypertensive Drug Use in Inpatient RSUD

Kota Tangerang using Anatomical Therapeutic Chemical/

Defined Daily Dose methods in 2015

Hypertension is one of the leading causes of mortality and morbidity in

Indonesia. This research aims to determine the quantity of antihypertensive drugs

used with Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose methods and

determine antihypertensive drugs which include in Drug Utilization 90% segment.

This research used secondary data which were taken from the patient's Medical

Record. This research was quantitative descriptive research, the data were

collected retrospectively. Data of antihypertensive drugs utilization and inpatient

visit obtained from Medical Record Installation. Entire data then were processed

to determine the quantity of antihypertensive drugs utilization in DDD/100 unit of

inpatient day and Drug Utilization profile (DU90%).

The results showed that the antihypertensive drugs utilization in

hypertensive patients in RSUD Kota Tangerang during 2015 were amlodipin

40,27%, ramipril 28,57%, captopril 7,88%, irbesartan 9,02%, furosemid 5,65%,

candesartan 2,64%, bisoprolol 1,71%, lisinopril 1,69%, nifedipin 1,11 %, klonidin

0,66%, spironolakton 0,42%, valsartan 0,21%, nimodipin 0,08%, nicardipin

0,02%.And from the DU90% table, drugs which include in the DU90% segment

were amlodipin, ramipril, irbesartan dan captopril.

Keywords : antihypertensive drugs, ATC / DDD, DU90%.

Page 8: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “EVALUASI PENGGUNAAN OBAT

ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA

TANGERANG DENGAN METODE ANATOMICAL THERAPEUTIC

CHEMICAL/DEFINED DAILY DOSE PADA TAHUN 2015”.

Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang taat

hingga akhir zaman.

Skripsi ini dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan doa,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali

ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orang tua saya, Gusnizal dan Cucu Aminah terimakasih atas kasih sayang,

kesabaran, doa dan perjuangannya sehingga penulis dapat melanjutkan

pendidikan hingga saat ini.

2. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Yardi, Ph.D, Apt selaku dosen pembimbing I dan Ibu DR. Delina

Hasan, M.Kes Apt selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

ilmu, nasehat, waktu, tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan

skripsi ini.

4. Ibu Nurmeilis, M.Si, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen program studi Farmasi yang telah

memberikan bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di

Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak dr. Feriyansah selaku Direktur RSUD Kota Tangerang yang telah

memberikan izin untuk saya melakukan penelitian di RSUD Kota

Tangerang

Page 9: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 10: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 11: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

1.5 Ruang Lingkup ........................................................................... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi ........................................... 8

2.2 Epidemiologi ............................................................................. 10

2.3 Patofisiologi Hipertensi ............................................................... 11

2.4 Gejala Klinis Hipertensi .............................................................. 12

2.5 Faktor Resiko .............................................................................. 12

2.6 Farmakoterapi Hipertensi.......................................................... 16

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi ...................................................... 20

2.8 Komplikasi Hipertensi ............................................................. 28

2.9 Review Literatur ....................................................................... 33

2.10 Anatomical Therapeutic Chemical ........................................... 40

2.11 Unit Pengukuran Defined Daily Dose....................................... 41

2.12 Drug Utilization 90% ................................................................ 46

2.13 Rekam Medik ............................................................................ 46

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........ 48

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 48

3.2 Definisi Operasional.................................................................. 49

BAB 4. METODE PENELITIAN ............................................................... 51

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 51

4.1.1 Tempat Penelitian ............................................................. 51

Page 12: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.2 Waktu Penelitian ............................................................... 51

4.2 Desain Penelitian ....................................................................... 51

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 51

4.3.1 Populasi ............................................................................. 51

4.3.2 Sampel............................................................................... 51

4.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 52

4.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel .......................................... 52

4.5.1 Kriteria Inklusi .................................................................. 52

4.5.2 Kriteria Ekslusi ................................................................ 52

4.6 Prosedur Penelitian ................................................................... 53

4.6.1 Bagan Alur Penelitian ....................................................... 53

4.6.2 Persiapan (Permohonan Izin Penelitian) ........................... 53

4.7 Pelaksanaan Pengumpulan Data ............................................... 53

4.7.1 Penelusuran Dokumen ...................................................... 53

4.7.2 Manajemen Data .............................................................. 54

4.8 Pengolahan Data ........................................................................ 54

4.9 Rencana Analisa Data ............................................................... 55

4.9.1 Analisis Univariat ............................................................ 55

4.9.2 Analisis Data dengan Metode ATC/DDD ........................ 55

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 57

5.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 57

5.1.1 Karakteristik Pasien ......................................................... 57

5.1.2 Distribusi Pola Penggunaan Terapi Antihipertensi .......... 59

5.1.3 Jumlah Hari Rawat Pasien Hipertensi Pada Tahun 2015 . 61

5.1.4 Kuantitas Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien

Hipertensi di RSUD Kota Tangerang Tahun 2015 .......... 61

5.1.5 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan

Formularium Rumah Sakit................................................ 64

5.2 Pembahasan ................................................................................ 65

5.2.1 Karakteristik Pasien ........................................................... 65

5.2.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia ................. 65

5.2.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin. 65

5.2.1.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit

Penyerta................................................................. 66

5.2.2 Klasifikasi Pasien Hipertensi Berdasarkan Tingginya

Tekanan Darah ................................................................... 67

5.2.3 Distribusi Pola Penggunaan Terapi Antihipertensi ............ 68

5.2.4 Profil Penggunaan Antihipertensi ..................................... 69

5.2.4.1 Evaluasi Kuantitas Penggunaan Antihipertensi

dalam Unit DDD ................................................... 69

5.2.4.2 Profil Penggunaan Antihipertensi Pada Tahun

2015 Berdasarkan Profil DU 90% ........................ 74

5.2.5 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan

Formularium Rumah Sakit ................................................. 76

5.3 Peran Apoteker di Rumah Sakit .................................................. 77

5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 80

Page 13: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 80

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 80

6.2 Saran .......................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80

LAMPIRAN ................................................................................................... 81

Page 14: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII .............................. 8

Tabel 2.2 Penyebab Hipertensi yang Dapat di Identifikasi ................................. 10

Tabel 2.3 Obat Antihipertensi ............................................................................. 21

Tabel 2.4 Modifikasi Gaya Hidup untuk Hipertensi ........................................... 27

Tabel 2.5 Strategi Dosis untuk Obat-Obat Antihipertensi .................................. 32

Tabel 2.6 Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Survey NHANES

1999-2004 .......................................................................................... 49

Tabel 2.7 Kontrol Tekanan Darah dan Faktor Resiko Kardiovaskular Pada

Pasien Hipertensi Berdasarkan Survey NHANES 1999-2004 ........... 50

Tabel 5.1 Persentase Karakteristik Pasien Hipertensi di RSUD Kota Tangerang

Pada Tahun 2015 ................................................................................. 71

Tabel 5.3 Distribusi Penggunaan Antihipertensi dan Perhitungan Nilai

DDD/ 100 Patient-days di RSUD Kota Tangerang Pada Tahun 2015 76

Tabel 5.4 Jumlah Hari Rawat Pasien Hipertensi Pada Tahun 2015 di RSUD

Kota Tangerang ................................................................................... 77

Tabel 5.5 Profil DU 90% Penggunaan Obat Antihipertensi di RSUD Kota

Tangerang Pada Tahun 2015 ............................................................... 78

Tabel 5.6 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium

Rumah Sakit di RSUD Kota Tangerang Tahun 2015 ......................... 79

Page 15: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 2.1 Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah ......................................... 11

Gambar 2.2 Algoritma Tatalaksana Hipertensi .................................................. 17

Gambar 2.3 Algoritma dan Target Tekanan Darah Pengobatan Hipertensi ...... 18

Gambar 2.4 Kombinasi Obat Antihipertensi ...................................................... 20

Gambar 2.5 Mekanisme Terjadinya Gagal Jantung Akibat Hipertensi ............ 30

Gambar 2.6 Algoritma Terapi Hipertensi Berdasarkan Komplikasi Penyakit ... 31

Gambar 2.7 Prevalensi pasien hipertensi di Amerika Serikat Pada Tahun

2011-2012 ...................................................................................... 36

Gambar 2.8 Tingkat Kesadaran, Pengobatan, dan Pengontrolan Tekanan

Darah pada Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat Pada

Tahun 2009-2012 .......................................................................... 36

Gambar 2.9 Tingkat Kesadaran Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat

Pada Tahun 2009-2010 .................................................................... 37

Gambar 2.10 Tingkat Pengobatan Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat

Pada Tahun 2011-2012 ................................................................... 38

Gambar 2.11 Tingkat Pengobatan Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat

Pada Tahun 2011-2012 ................................................................... 38

Gambar 2.12 Review Defined Daily Dose dalam DUR di China ......................... 39

Page 16: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta…………. 86

Lampiran 2. Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik……………………………. 87

Lampiran 3. Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari

RSUD Kota Tangerang………………………………………….. 89

Lampiran 4. Perhitungan DDD/100 patient-days Pada Pasien Hipertensi

Rawat Inap di RSUD Kota Tangerang Tahun 2015…………….. 90

Lampiran 5. Hasil Perhitungan DDD/100 patient-days Pada Pasien Hipertensi

Rawat Inap di RSUD Kota Tangerang Tahun 2015……………... 91

Lampiran 6. Arsip Data Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2015…………………………………………… 93

Page 17: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ATC : Anatomical Therapeutic Chemical

DDD : Dosis pemeliharaan rata-rata perhari / Defined Daily Dose

WHO : World Health Organization

JNC : Joint National Comitte

ESH : European Science Hypertension

LOS : Length of Stay

Depkes : Departemen Kesehatan

PERKI : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia

DU : Drug Utilization

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

AHA : American Heart Association

Page 18: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang (KemenkesRI, 2013). Hipertensi sering

disebut silent killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa

mereka menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan

darahnya, serta hipertensi umumnya tidak menimbulkan suatu tanda atau gejala

sebelum terjadi komplikasi (Chobanian dkk., 2004).

Di dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita

hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun

2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 34,25% berada di negara maju dan

65,74% sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia

(WHO, 2000). Namun, hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5%

penderita hipertensi menyadari bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9%

menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol

(tekanan darah sistolik <140mmHg dan diastolik <90 mmHg) dan 47,5% pasien

yang tekanan darahnya tidak terkontrol (KemenkesRI, 2013).

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas

di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, penderita hipertensi di

Indonesia pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8% sedangkan menurut

Riskesdas Banten, data penderita hipertensi khususnya di Kota Tangerang

mempunyai angka yang cukup tinggi yaitu 24,5%. Namun, yang terdiagnosis

oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal

ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum

terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (KemenkesRI, 2013).

Page 19: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Umumnya tekanan darah meningkat dengan bertambahnya umur.Resiko

untuk menderita hipertensi pada populasi ≥55 tahun yang sebelumnya tekanan

darahnya normal adalah 90%. Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah

pre hipertensi sebelum mereka terdiagnosis hipertensi, dan kebanyakan

terdiagnosis hipertensi pada umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima

(Chobanian dkk., 2004). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011

menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan

kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi

kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia

(Kemenkes RI,2012).

Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyakit jantung koroner

dan iskemik serta stroke hemoragik. Dalam beberapa kelompok usia, resiko

penyakit kardiovaskular menjadi dua kali lipat setiap kenaikan tekanan darah

20/10 mmHg, mulai dari 115/75 mmHg. Selain penyakit jantung koroner dan

stroke, komplikasi lain akibat hipertensi adalah gagal jantung, penyakit

pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan retina dan gangguan

penglihatan. Oleh karena itu, pengobatan hipertensi perlu dilakukan dalam

menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sampai <140/90

mmHg sehingga resiko penyakit kardiovaskuler berkurang (WHO, 2000).

Healthy People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya

pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif agar mencapai pengontrolan

tekanan darah secara optimal. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut,

diperlukan partisipasi aktif para sejawat Apoteker dalam melaksanakan praktek

profesinya pada setiap tempat pelayanan kesehatan. Apoteker dapat bekerja

sama dengan dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi,

memonitor respons pasien melalui farmasi komunitas, kepatuhan terhadap

terapi obat dan non-obat, mendeteksi dan mengurangi efek samping, dan

mencegah dan/atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian

obat (Depkes, 2006). Selain itu, Apoteker terutama yang berada di Rumah Sakit

Page 20: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dapat melakukan pelayanan farmasi klinik sesuai dengan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit.Salah satu pelayanan farmasi klinik yang dapat

dilakukan yaitu evaluasi penggunaan obat (PMK No. 58, 2014).

Evaluasi penggunaan obat perlu dilakukan untuk mengevaluasi obat

terkait dengan efikasi dan keamanan yang diharapkan sesuai dengan kondisi

pasien. Evaluasi penggunaan obat dibagi menjadi 2 yaitu kualitatif

dankuantitatif. Salah satu studi kuantitatif adalah dengan menggunakan metode

Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Metode

ini direkomendasikan oleh WHO untuk mengevaluasi penggunaan obat (WHO,

2011).

Sistem ATC/DDD merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran

penggunaan obat yang saat ini telah menjadi salah satu pusat perhatian dalam

pengembangan penelitian penggunaan obat. Klasifikasi ATC dan metode DDD

biasa digunakan untuk membandingkan konsumsi penggunaan obat antar

negara karena dapat merefleksikan dosis obat secara global tanpa dipengaruhi

oleh variasi genetik dari setiap etnik. Apabila diterapkan di lingkungan rumah

sakit maka perhitungan DDD/100 patient-days atau DDD/100 bed days adalah

yang paling di rekomendasikan. Sementara untuk perhitungan antar negara

biasanya digunakan DDD/100- inhibitans per day atau DDD per inhibitans per

year (WHO Int WG for Drug Statistics Methodology, 2003).

Tujuan metode ATC/DDD adalah sebagai sarana penelitian

penggunaan obat untuk meningkatkan kualitas penggunaan obat. Salah satu dari

komponen ini yaitu perbandingan konsumsi obat pada tingkat internasional atau

antar sistem pelayanan kesehatan. Adanya perbandingan penggunaan obat

bermanfaat untuk mengetahui adanya perbedaan. Evaluasi lebih lanjut

dilakukan ketika ditemukan perbedaan yang bermakna sehingga mengarahkan

pada identifikasi masalah dan perbaikan sistem penggunaan obat (WHO, 2011).

Perkembangan lebih lanjut dari metode DDD adalah Drug Utilization

90% (DU 90%). DU 90% menunjukkan jumlah obat yang penggunaannya

mencapai 90% dari seluruh obat yang diresepkan setelah perhitungan DDD,

Page 21: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10% sisanya merupakan obat-obatan tertentu yang digunakan untuk kondisi

yang jarang terjadi pada pasien dengan riwayat intoleransi obat atau efek

samping. Metode DU 90% telah diusulkan sebagai metode tunggal untuk

menilai secara umum kualitas obat yang diresepkan. Prinsip dari metode DU

90% adalah mengidentifikasi obat yang banyakdiresepkan atau digunakan

(WHO Int WG for Drug Statistics Methodology, 2003).

Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang dapat

terjadi jika hipertensi tidak ditangani dengan tepat, maka evaluasi penggunaan

obat antihipertensi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan efikasi dan

keamanan penggunaan obat agar tercapai tekanan darah yang optimal. Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Tangerang adalah Rumah Sakit yang dibentuk

berdasarkan Perda Kota Tangerang No. 12 Tahun 2012 sebagai upaya tindak

lanjut Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang

komprehensif kepada masyarakat Kota Tangerang, yang bertujuan untuk

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. RSUD Kota

Tangerang merupakan Rumah Sakit Umum kelas C dengan kapasitas 300

tempat tidur. Di RSUD Kota Tangerang ini, penelitian mengenai evaluasi

penggunaan obat menggunakan metode ATC/DDD belum pernah dilakukan.

Sedangkan di Rumah Sakit lain di Indonesia sudah banyak yang melakukan

penelitian penggunaan obat terutama obat antihipertensi menggunakan metode

ATC/DDD, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian serupa di

RSUD Kota Tangerang menggunakan metode ATC/DDD yang belum pernah

dilakukan sebelumnya.

Hasil penelitian Ivonia, dkk (2013), menunjukan antihipertensi yang

banyak digunakan (90%) di RSUD Karanganyar adalah captopril (60,69%),

furosemid (11,30%), nifedipine (9,45%), dan amlodipine (8,17%). Sedangkan

antihipertensi yang sedikit digunakan (10%) adalah hidroklorotiazid (5,94%),

lisinopril (3,44%), dan bisoprolol (1,05%).

Hasil penelitian Raden, A.W.K.S.P (2012), menunjukan antihipertensi

yang banyak digunakan (90%) di RSUD Moewardi adalah captopril (47,07%),

Page 22: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

furosemid (19%), nifedipin (12,61%), amlodipin (6,96%), dan clonidin

(6,56%). Sedangkan antihipertensi yang sedikit digunakan (10%) adalah

diltiazem (2,25%), lisinopril (1,81%), hidroklorotiazid (1,51%), valsartan

(1,22%), ramipril (0,60%), dan spironolakton (0,41%).

Hasil penelitian Prasetyo, dkk (2015), menunjukan antihipertensi yang

banyak digunakan (90%) di RSUD A.W. Sjahranie Samarinda tahun 2012

adalah amlodipin (39,19 %), furosemid (24,14 %), captopril(14,14 %),

telmisartan (11,36%), valsartan (2,04%), sedangkan tahun 2013 adalah

amlodipin (35,11%), furosemid (22,88%), captopril (18,80%), telmisartan

(7,02%), valsartan (6,51%).

Hasil penelitian Handayani, PD (2013), menunjukan antihipertensi yang

banyak digunakan (90%) pada tahun di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

tahun 2011 adalah amlodipin (49,02%), captopril (15,55%), furosemid

(12,25%), valsartan (9,15%), nifedipin (4,20%), dan hidroklorotiazid (4,44%)

sedangkan tahun 2012 adalah captopril (36,20%), amlodipin (28,91%),

valsartan (21,18%), furosemid (7,00%).

Hasil penelitian Mohammed, dkk (2014), menunjukan antihipertensi

yang paling banyak digunakan (90%) di suatu rumah sakit tipe A adalah

amlodipin (37%), losartan (11%) dan telmisartan (10%). Terapi kombinasi

antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah

telmisartan+hidroklorotiazid (15%), amlodipine+atenolol (7%) dan

metoprolol+amlodipine (1%).

Page 23: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

• Dari hasil penelitian Ivonia, Raden, Prasetyo, Handayani dan

Mohammed, penggunaan antihipertensi di Rumah Sakit lain sudah

melakukan analisa dengan menggunakan sistem DDD.

• Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, menunjukan bahwa

RSUD Tangerang belum melakukan sistem DDD (Defined Daily Dose)

dalam mengetahui kuantitas penggunaan obat.

• Penggunaan sistem DDD sangat penting guna untuk mengetahui obat

apa saja yang penggunaanya 90% di RSUD Kota Tangerang.

• Dengan sistem DDD dapat diketahui kuantitas penggunaan obat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kuantitas penggunaan obat pada pasien hipertensi

yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang.

1.3.2 Tujuan Khusus

• Untuk mengetahui jenis-jenis obat antihipertensi yang digunakan pasien

hipertensi yang di rawat inap di RSUD Kota Tangerang.

• Untuk mengetahui nilai DDD dari masing-masing jenis antihipertensi

yang digunakan pasien hipertensi yang di rawat inap di RSUD Kota

Tangerang.

• Untuk mengetahui persentase penggunaan obat antihipertensi yang

digunakan pasien hipertensi yang di rawat inap di RSUD Kota

Tangerang.

Page 24: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang

penggunaan sistem DDD dalam menentukan kuantitas penggunaan obat

antihipertensi pada pasien hipertensi di RSUD Kota Tangerang.

1.4.2 Manfaat Metodologi

Metodologi penelitian ini hendaknya dapat digunakan untuk penelitian

serupa dalam penelitian farmasi klinis sejenis lainnya.

1.4.3 Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai bahan masukan

dalam menyusun atau membuat kebijakan di RSUD Kota Tangerang dalam

penggunaan obat antihipertensi.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian dengan judul Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang dengan

metode ATC/DDD pada tahun 2015 hanya dibatasi pada evaluasi penggunaan

obat yang dilihat dari perhitungan nilai DDD masing-masing jenis

antihipertensi dan persentase penggunaan antihipertensi. Jenis penelitian yang

dilakukan adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan

pada bulan Januari sampai Juni2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Tangerang.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 215 dengan

sampel sebesar 100 sampel melalui teknik purposive sampling.

Page 25: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Pusat Data dan lnformasi Kementerian Kesehatan Rl).

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan darah yang

lebih tinggi dari 140/90 mmHg (JNC VII, 2003).

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan darah

dan berdasarkan etiologinya. Berdasarkan tingginya tekanan darah, seseorang

dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg. Klasifikasi tekanan

darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa (usia ≥ 18 tahun) berdasarkan rata-rata

pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis

dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 ≥ 160 mmHg (atau) ≥ 100 mmHg

Klasifikasi tekanan darah yang telah dirilis oleh JNC VIII pada tahun

2013 masih merujuk klasifikasi tekanan darah JNC VII. Tetapi, manajemen

terapi hipertensi dalam JNC VIII lebih berdasarkan Evidence Based Medicine

Page 26: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(EBM), komplikasi penyakit, ras dan riwayat penderita. Target tekanan darah

pada managemen terapi hipertensi dalam JNC VIII bergantung pada komplikasi

penyakit penderita (James, et.al., 2014).

Hipertensi berdasarkan etiologi patofisiologinya dibagi menjadi dua

yaitu hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan

hipertensi sekunder atau non esensial yang diketahui penyebabnya (Depkes RI,

2006).

a Hipertensi primer

Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi

esensial (primer). Penyebab hipertensi esensial ini masih belum

diketahui, tetapi faktor genetik dan lingkungan diyakini memegang

peranan dalam menyebabkan hipertensi esensial (Weber dkk., 2014).

Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan

lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium,

kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap

vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang

termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress

emosi, obesitas dan lain-lain (Gunawan, dkk., 2007). Penurunan

ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal merupakan

peristiwa awal dalam hipertensi esensial.Penurunan ekskresi natrium

dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan

vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Faktor

lingkungan dapat memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan.

Stres, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi

garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam

hipertensi (Robbins dkk., 2007).

b Hipertensi sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari

penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan

tekanan darah. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,

Page 27: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi.

Penghentian penggunaan obat tersebut atau mengobati kondisi komorbid

yang menyertainya merupakan tahap pertama dalam penanganan

hipertensi sekunder (Depkes, 2006). Beberapa penyebab hipertensi

sekunder dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.2. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi (Depkes, 2006)

Penyakit Obat

Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH

Hiperaldosteronisme primer Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar

estrogen tinggi)

Penyakit renovaskular NSAID, cox-2 inhibitor

Sindroma cushing Fenilpropanolamin dan analog

Phaeochromocytoma Siklosforin dan takromilus

Koarktasi aorta Eritropoietin

Penyakit tiroid atau paratiroid Sibutramin

Antidepresan (terutama venlafaxine)

2.2 Epidemiologi

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang

memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk

otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang

ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada didunia (Armilawaty,

2007). Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan

hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah (Yogiantoro M, 2006).

Diperkirakan sekitar 80% akan terjadi kenaikan kasus hipertensi terutama di

negara berkembang dari 639 juta kasus di tahun 2000 menjadi 1,15 milyar

kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkanpadaangka penderita hipertensi saat

ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty, 2007).

Page 28: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung

(cardiac output) dan resistensi vaskular perifer (peripheral vascular resistence).

Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi

sekuncup (stroke volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik

vena (venous return) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer

ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh

darah dan viskositas darah. Semua parameter tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis, sistem

renin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan

vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah. Mekanisme

pengaturan tekanan darah ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Mekanisme pengaturan tekanan darah (Dipiro, et.al.,2008)

Page 29: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

RAA diaktivasi oleh sekresi renin, yang merupakan katalisator

pembentukan angiotensin I dari hidrolisis angiotensinogen. Angiotensin I

kemudian dihidrolisis oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE) menjadi

angiotensin II. Angiotensin II dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh

darah, peningkatan sintesis aldosteron, peningkatan absorbsi natrium,

menaikkan tahanan perifer serta meningkatkan curah jantung sehingga

menyebabkan hipertensi. Korteks adrenal adalah bagian ginjal yang

memproduksi hormon mineral kortikoid dan glukokortikoid, yaitu aldosteron

dan kortisol. Kelebihan aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi air dan

natrium, sedangkan kelebihan kortisol meningkatkan sintesa epinefrin dan

norepinefrin yang bertindak sebagai vasokonstriktor pembuluh darah. Secara

tidak langsung, ini akan mempengaruhi peningkatan volume darah, curah

jantung dan menyebabkan peningkatan tahanan perifer total (Dipiro,et.al.,

2008).

2.4 Gejala Klinis Hipertensi

Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit.

Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita

hipertensi selalu merasakan gejala penyakit. Kenyataannya justru sebagian

besar penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit. Hipertensi

terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri

dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan,

tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (WHO,

2013).

Page 30: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Faktor Resiko

Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi:

A. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

a) Usia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena

dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi resiko terkena hipertensi.

Kejadian hipertensi meningkat dengan meningkatnya usia.Setelah umur 45

tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot polos pembuluh darah,

kemudian pembuluh darah akan berangsur angsur menyempit dan menjadi

kaku sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah sistolik.

Tekanan sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang

berkurang seiring penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan

tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam

kemudian menetap atau cenderung menurun. Selain itu, peningkatan umur

akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, seperti peningkatan

resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu

refleks baroresptor pada usia lanjut akan mengalami penurunan sensivitas,

serta fungsi ginjal juga sudah berkurang yang menyebabkan aliran darah

ginjal dan laju filtrasi glomelurus menurun (Kumar et al., 2008).

b) Jenis kelamin

Angka kejadian hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause

sehingga pria lebih beresiko terkena hipertensi (Cortas K et.al., 2008).

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor

pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek

perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita

pada usia menopause. Pada pramenopause wanita mulai kehilangan sedikit

Page 31: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh

darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen

tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,

yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar et al.,

2008).

c) Riwayat keluarga

Penderita hipertensi mempunyai faktor hipertensi dalam

keluarganya sebesar 70-80%. Berbagai penelitian dan studi kasus

menguatkan bahwa faktor keturunan merupakan salah satu penyebab

terjadinya hipertensi, dimana jika dalam keluarga/orangtua ada yang

menderita hipertensi, 25-60% akan terjadi pada anaknya (Lili & Tantan,

2007).

Menurut Sheps (2005), jika salah satu dari orangtua menderita

hipertensi maka sepanjang hidup kita beresiko menderita hipertensi pula.

Dan jika kedua orangtua menderita hipertensi, resikonya meningkat

menjadi sekitar 60% untuk mengalaminya.

d) Genetik

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti

dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada

kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).

Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer

(esensial) apabila diberikan secara alamiah tanpa intervensi terapi, akan

menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50

tahun akan timbul tanda dan gejala (Chunfang Qiu et.al., 2003).

B. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi:

a) Stress

Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis, peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan

Page 32: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tekanan darah yang menetap tinggi.Walaupun hal ini belum terbukti tetapi

angka kejadian hipertensi pada masyarakat di perkotaan lebih tinggi daripada

di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan denganpengaruh stres yang dialami

kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Roehandi, 2008). Menurut

Anggraini (2009) mengatakan bahwa stres akan meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi

aktivitas saraf simpatis.

b) Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok

berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insidensi maligna dan resiko

terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami aterosklerosis (Armilawaty,

2007).

Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya

menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat

menurunkan insiden penyakit jantung koroner (PJK) sekitar 24.4% (Karyadi

2002).Tandra (2003) menyatakan bahwa nikotin mengganggu sistem saraf

simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.

Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan

frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhanoksigen jantung,

merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama

jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian

tubuh lainnya.

c) Pola asupan garam

Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain

yang ikut berperan yaitu sistem renin angiotensin yang berperan penting

dalam pengaturan tekanan darah. Produksi rennin dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan dalam proses

konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan

Page 33: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air.

Keadaan ini yang berperan padatimbulnya hipertensi (Susalit dkk,2001).

d) Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah

pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National

Institutes for Health USA, prevalensi tekanan darah tinggi pada orang

dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria

dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan

17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal).

Data dari studi Farmingham (AS) yang diacu dalam Khomsan

(2004) menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria

akan meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan

kolesterol darah 11 mg/dl. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang

memiliki IMT>30 pada laki-laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding

dengan 18% laki-laki dan 17% perampuan yang memiliki IMT<25

(Krummel, 2004).

2.6 Farmakoterapi Hipertensi

a Terapi Farmakologis

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan

morbiditas yang berhubungan dengan kerusakan organ target seperti gagal

jantung, penyakit jantung koroner atau penyakit ginjal kronik.Target nilai

tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII adalah <140/90

mmHg untuk pasien dengan tanpa komplikasi, <130/80 mmHg untuk pasien

dengan diabetes dan penyakit ginjal kronis (Dipiro, et al., 2008). Menurut

PERKI (2015), terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien

hipertensi stadium 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah

>6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi

stadium ≥ 2 seperti terlihat pada Gambar 2.2 dibawah ini :

Page 34: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.2Algoritma tatalaksana hipertensi (PERKI, 2015).

Selain itu, menurut JNC VIII (2013), target penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi berbeda-beda tergantung berdasarkan komplikasi

penyakit dan ras penderita hipertensi seperti terlihat pada Gambar 2.3

dibawah ini:

ACEI atau ARB CCB atau Tiazid

CCB atau Tiazid

ACEI atau ARB

Jika perlu tambahkan

CCB + Tiazid + ACEI

atau ARB

Jika perlu

tambahkan CCB

atau Tiazid

Jika perlu

tambahkan ACEI

atau ARB

Jika perlu tambahkan

CCB + Tiazid + ACEI

atau ARB

Pasien dewasa ≥ 18 tahun dengan tekanan

darah ≥ 140/90 mmHg

Mulai perubahan gaya hidup

(Turunkan berat badan, kurangi garam diet dan alkohol, stop merokok)

Terapi Farmakologi

(Pertimbangkan untuk tunda pada pasien stage

1 tidak terkomplikasi)

Mulai Terapi Farmakologi

(pada semua pasien)

Stage 1

140-159/90-99

Usia<60 thn Usia≥60 thn

Stage 2

>160/100 Kasus khusus

Semua pasien

Mulai dengan 2 obat

- Penyakit

Ginjal

- Diabetes

- Penyakit

jantung

koroner

- Riwayat

Stroke

- Gagal

Jantung

Jika perlu, tambah obat lain misal Spironolactone, agen kerja sentral, beta blocker

Page 35: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.3 Algoritma dan target tekanan darah pengobatan hipertensi (JNC VIII, 2013).

Walaupun hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum

dijumpai, tetapi kontrol tekanan darah masih buruk.Kebanyakan pasien

dengan hipertensi tekanan darah diastoliknya sudah tercapai tetapi tekanan

darah sistolik masih tinggi.Diperkirakan dari populasi pasien hipertensi yang

diobati tetapi belum terkontrol, 76.9% mempunyai tekanan darah sistolik

Hipertensi dewasa usia ≥18 tahun

Terapkan gaya hidup sehat

(disertai regimen obat antihipertensi)

Mengatur target tekanan darah dan memulai terapi antihipertensi

berdasarkan umur, diabetes dan penyakit ginjal kronis (PGK)

Umur ≥60

tahun

Umur ≤60

tahun

Semua umur

disertai diabetes

tanpa PGK

Semua umur

disertai diabetes

dan PGK

Target tekanan

darah:

TDS <150 mmHg

TDD <90 mmHg

Target tekanan

darah:

TDS <140 mmHg

TDD <90 mmHg

Target tekanan

darah:

TDS <140 mmHg

TDD <90 mmHg

Target tekanan

darah:

TDS <140 mmHg

TDD <90 mmHg

Lini pertama diuretik

tiazid , ACEi atau ARB

atau CCB tunggal atau

kombinasi

Lini pertama diuretik

tiazid atau CCB tunggal

atau kombinasi dengan

kelas obat lain

Lini pertama ACEi atau

ARB tunggal atau

kombinasi dengan kelas

obat lain

Populasi umum tanpa diabetes dan PGK Disertai diabetes dan PGK

Ras kulit putih Ras kulit hitam Semua ras

Page 36: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik≥90 mmHg. Tekanan darah sistolik

diperoleh selama kontraksi jantung dan tekanan darah diastolik diperoleh

setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Pada kebanyakan pasien,

tekanan darah diastolik yang diinginkan akan tercapai apabila tekanan darah

sistolik yang diinginkan sudah tercapai. Karena tekanan darah sistolik

berkaitan dengan resiko kardiovaskular dibanding tekanan darah diastolik,

maka tekanan darah sistolik harus digunakan sebagai petanda klinis utama

untuk pengontrolan penyakit pada hipertensi. Kebanyakan pasien dengan

hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai

target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas

yang berbeda dimulai apabila pengunaan obat tunggal dengan dosis lazim

gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10

mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan

dua obat (Depkes RI, 2006).

Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:

1. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI) dengan diuretik

2. Angiotensin Reseptor Blocker II (ARB) dengan diuretik

3. Beta Blocker dengan diuretik

4. Diuretik dengan Calcium Chanel Blocker (CCB)

5. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI) dengan Calcium Chanel

Blocker (CCB)

6. Agonis α-2 dengan diuretik

7. Penyekat α-1 dengan diuretik (ESH, 2003).

Menurut European Society of Hypertension (2003), kombinasi dua

obat untukhipertensi ini dapat dilihat pada gambar 2.4 dimana kombinasi

obat yangdihubungkan dengan garis tebal adalah kombinasi yang paling

efektif.

Page 37: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.4 Kombinasi Obat Antihipertensi (ESH, 2003).

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

a. Terapi Farmakologis

Ada 9 kelas obat antihipertensi yang umum digunakan.Obat-obat ini

baik secara tunggal atau kombinasi, harus digunakan untuk mengobati

mayoritas pasien dengan hipertensi karena terbukti menunjukkan keuntungan

dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan

antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana memiliki perbedaan dalam

mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa 1, agonis

alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat

alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama (Depkes, 2006).

Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas

bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara

sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit.

Praktik evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu

berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas

kardiovaskular atau kerusakan organ target akibat hipertensi.

Page 38: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.3 Obat Anthihipertensi (Dipiro et.al., 2008).

Golongan Sub

Golongan

Mekanisme kerja Obat Dosis

lazim

(mg/hari)

Frekuensi

pemberian

Catatan

Diuretik Thiazid Menghambat

transport bersama

(symport) Na-Cl di

tubulus distal

ginjal, sehingga

eksresi Na+ dan Cl

-

meningkat

Klortalidone,

Hidroklorotiazid

Indapamide,

Metolazone

6.25-25

12.5-50

1.25-2.5

0,5

1

1

1

1

Pemberian pagi hari

untuk menghindari

diuresis malam hari,

sebagai antihipertensi

gol.tiazid lebih efektif

dari diuretik loop

kecuali pada pasien

dengan GFR rendah (±

ClCr <30ml/min);

gunakan dosis lazim

untuk mencegah efek

samping metabolik,;

hiroklorotiazid (HCT)

dan klortalidon lebih

disukai,dengan dosis

efektif maksimum 25

mg/hari; klortalidon

hampir 2 kali lebih kuat

dibanding HCT;

keuntungan tambahan

untuk pasien

osteoporosis;

monitoring tambahan

untuk pasien dengan

sejarah pirai atau

hiponatremia

Loops Menghambat

reabsorpsi elektrolit

di ansa henle

assendens di bagian

epitel tebal, di

permukaan sel

epitel bagian

luminal sehingga

menyebabkan

meningkatnya

eksresi K+, Ca

2+

dan Mg 2+

Bumetamide,

Furosemide,

Torsemide

0.5-4

20-80

5

2

2

1

Pemberian pagi dan

sore untuk mencegah

diuresis malam hari;

dosis lebih tinggi

mungkin diperlukan

untuk pasien dengan

GFR sangat rendah

atau gagal jantung

Hemat

Kalium

Mengurangi

absorbs Na+ di

tubulus dan duktus

kolektivus

Amiloride,

Triamteren

50-100

1

Pemberian pagi dan

sore untuk mencegah

diuresis malam hari;

diuretik lemah,biasanya

dikombinasi dengan

diuretik tiazid

untuk meminimalkan

hipokalemia; karena

hipokalemia dengan

dosis rendah tiazid

Page 39: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak lazim, obatobat

ini diberikan pada

pasien yang mengalami

hipokalemia akibat

diuretik; hindari pada

pasien denganpenyakit

ginjalkronis (± ClCr

<30 ml/min); dapat

meyebabkan

hiperkalemia,terutama

kombinasi dengan

ACEI,ARB, atau

supplemen kalium

Antagonis

aldosteron

Meningkatkan

aktivitas Na+/K

+

ATP-ase dan

aktivitas channel

Na+ dan K

+

Eplerenone,

spironolactone

50-100

25-50

1 atau 2

1

Pemberian pagi dan

sore untuk mencegah

diuresis malam hari;

diuretik ringan

biasanya di kombinasi

dengan tiazid untuk

meminimalkan

hipokalemia; karena

hipokalemia dengan

diuretik tiazid dosis

rendah tidak lazim,

obat-obat ini biasanya

dipakai untuk pasien-

pasien yang mengalami

diuretic induced

hipokalemia; hindari

pada pasien dengan

penyakit ginjal kronis

(± ClCr < 30ml/min);

dapat menyebabkan

hiperkalemia, terutama

kombinasi dengan

ACEI, ARB, atau

suplemen kalium)

ACEInhibit

or

Menghambat secara

langsung

angiotensin

converting enzyme

(ACE) dan

menghambat

konversi

angiotensin-1

menjadi

angiotensin-2

sehingga terjadi

vasodilatasi dan

penurunan sekresi

aldosteron

Benazepril,

Captopril,

Enalapril,

Fosinopril,

Lisinopril,

Moexipril,

Perindopril,

Quinapril,

Ramipril,

Trandolapril

10-40

12.5-150

5-40

10-40

10-40

7.5-30

4-16

10-80

2.5-10

1-4

1 atau 2

2 atau 3

1 atau 2

1

1

1 atau 2

1

1 atau 2

1 atau 2

Dosis awal harus

dikurangi 50% pada

pasien yang sudah

dapat diuretik, yang

kekurangan cairan, atau

sudah tua sekali karena

resiko hipotensi; dapat

menyebabkan

hiperkalemia pada

pasien dengan penyakit

ginjal kronis atau

pasien yang juga

mendapat diuretik

penahan kalium,

antagonis aldosteron,

atau ARB; dapat

Page 40: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyebabkan

gagal ginjal pada

pasiendengan renal

arteri stenosis;

jangan digunakan pada

perempuan hamil atau

pada pasien dengan

sejarah angioedema

ARB

Menghambat secara

langsung reseptor

angiotensin-2 tipe 1

(AT1) yang

memediasi efek

angiotensin-2 yaitu

vasokonstriksi,

pelepasan

aldosteron, aktivasi

saraf simpatik,

pelepasan hormon

antidiuretik, dan

konstriksi arteriol

eferen dari

glomerulus.

Candesartan,

Eprosartan,

Irbesartan,

Losartan,

Olmesartan,

Telmisartan,

Valsartan

8-32

600-800

150-300

50-100

20-40

20-80

80-320

1 atau 2

1 atau 2

1

1 atau 2

1

1

1

Dosis awal harus

dikurangi 50% pada

pasien yang sudah

dapat diuretik, yang

kekurangan cairan, atau

sudah tua sekali karena

resiko hipotensi; dapat

menyebabkan

hiperkalemia pada

pasien dengan penyakit

ginjal kronis atau

pasien yang juga

mendapat diuretik

penahan kalium,

antagonis aldosteron,

atau ACEI; dapat

menyebabkan gagal

ginjalpada pasien

dengan renal arteri

stenosis; tidak

menyebabkan batuk

kering seperti

ACEI;jangan

digunakan pada

perempuan hamil

β-blocker

Kardioselekt

if

Mengurangi curah

jantung melalui

efek inotropik dan

kronotropik

negative dan

menghambat

pelepasan renin dari

ginjal

Atenolol,

Betaxolol,

Bisoprolol,

Metoprolol,

25-100

5-20

2.5-10

50-200

50-200

1

1

1

1

1

Pemberhentian tiba-

tiba dapat

menyebabkan rebound

hypertension; dosis

rendah s/d sedang

menghambat reseptor

β1, pada dosis tinggi

menstimulasi reseptor

β2;dapat menyebabkan

eksaserbasi asma bila

selektifitas hilang;

keuntungan tambahan

pada pasien dengan

atrial takiaritmia atau

preoperatif hipertensi

Nonselektif Nadolol,

Propanolol,

Timolol

40-120

160-480

80-320

1

2

1

Pemberhentian tiba-

tiba dapat

menyebabkan rebound

hypertension,

menghambat reseptor

Page 41: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

β1 dan β2 padasemua

dosis; dapat

memperparah asma;

ada keuntungan

tambahan pada pasien

dengan essensial

tremor,

migraine,tirotoksikosis

Aktifitas

Simpatomim

etikintrinsik

Acebutolol,

Carteolol,

Penbutolol,

Pindolol

200-800

2.5-10

10-40

10-60

2

1

1

2

Pemberhentian tiba-

tiba dapat

menyebabkan rebound

hypertension; secara

parsial merangsang

reseptor β sementara

menyekat terhadap

rangsangan tambahan;

tidak ada keuntungan

tambahan untuk obat-

obat ini kecuali

pada pasien-pasien

dengan bradikardi,

yang harus mendapat

penyekat

beta;kontraindikasi

pada pasien pasca

infark miokard, efek

samping dan efek

metabolic lebih sedikit,

tetapi tidak

kardioprotektif seperti

penyekat beta yang

lain.

Campuranα-

dan

β-blockers

Carvedilol,

Labetolol

12.5-50

200-800

2

2

Pemberhentian tiba-

tiba dapat

menyebabkan rebound

hypertension;

penambahan penyekat

α mengakibatkan

hipotensi ortostatik

Calcium

channel

blockers

Dihidropridi

n

Merelaksasi otot

jantung dan otot

polos dengan cara

memblok kanal ion

kalsium sehingga

mengurangi

masuknya kalsium

ekstraseluler ke

dalam sel.

Amlodipine,

Felodipine,

Isradipine,

Nicardipine,

Nifedipine,

Nisoldipine

2.5-10

5-20

5-10

5-20

60-120

30-90

10-40

1

1

2

1

2

1

1

Dihidropiridin yang

bekerja cepat (long-

acting) harusdihindari,

terutama nifedipin dan

nicardipin

dihidropiridin

adalah vasodilator

perifer yang kuat dari

pada non dihidropiridin

dan dapat

menyebabkan

pelepasan simpatetik

refleks(takhikardia),

pusing, sakit kepala,

Page 42: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

flushing, dan edema

perifer; keuntungan

tambahan pada

sindroma Raynaud

Non-

Dihidropiridi

n

Diltiazem,

Verapamil

180-360 1

1

Produk lepas lambat

lebihdisukai untuk

hipertensi; obat obat

ini menyekat slow

channels di jantung dan

menurunkan denyut

jantung;dapat

menyebabkan

heartblock; keuntungan

tambahan untuk pasien

dengan atrial

takhiaritmia

Penyekat

alfa-1

Menghambat

pengambilan

katekolamin pada

sel otot halus,

menyebabkan

vasodilatasi dan

menurunkan

tekanan darah

Doxazosine,

Prazosine,

Terazosine

1-8

2-20

1-20

1

2 atau 3

1 atau 2

Dosis pertama harus

diberikan malam

sebelum tidur;

beritahu pasien untuk

berdiri perlahan-lahan

dari posisi

duduk atau berbaring

untuk meminimalkan

resiko hipotensi

ortostatik;

keuntungan tambahan

untuk laki-laki dengan

BPH (benign prostatic

hyperplasia)

Agonis alfa-

2 sentral Merangsang

reseptor alfa-2

adrenergik di otak

sehingga

menurunkan aliran

simpatik dari pusat

vasomotor di otak,

curah jantung,dan

tahanan perifer

Klonidin,

Metildopa

01-0.8

250-1000

2

2

Pemberhentian tiba-

tiba dapat

menyebabkan rebound

hypertension; paling

efektif bila diberikan

bersama diuretik untuk

mengurangi retensi

cairan.

Vasodilator

arteri

langsung

Merelaksasi

langsung otot polos

arteriolar dengan

cara meningkatkan

konsenstrasi cGMP

intraseluler

Minoksidil,

Hydralazine

10-40

20-100

1 atau 2

2 atau 4

Gunakan dengan

diuretic dan penyekat

beta untuk mengurangi

retensi cairan dan

refleks takhikardi

Peripheral

adrenergic

antagonist

Mendeplesi

norepinefrin dari

ujung saraf simpatis

dan memblok

transportasi

norepinefrin

kedalamnya.

Reserpin 0.05-0.25 Gunakan dengan

diuretik untuk

mengurangi retensi

cairan

Page 43: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Terapi non farmakologis

Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya melakukan modifikasi gaya

hidup seperti pada tabel 2.3 yaitu menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan

dengan menjaganya pada kisar body mass index (BMI) yaitu 18,5-24,9; mengadopsi

pola makan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yang kaya dengan

buah, sayur, dan produk susu rendah lemak; mengurangi konsumsi garam yaitu

tidak lebih dari 100 meq/L; melakukan aktivitas fisik dengan teratur seperti jalan kaki

30 menit/hari; serta membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali/hari pada

pria dan 1 kali/hari pada wanita (Chobanian dkk., 2004). Selain itu, pasien juga

disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok (Weber, dkk.,2014). Selain dapat

menurunkan tekanan darah, perubahan gaya hidup juga terbukti meningkatkan

efektivitas obat antihipertensi dan menurunkan risiko kardiovaskular (Gunawan, dkk.,

2007).

Untuk hipertensi tingkat 1 tanpa faktor risiko dan kerusakan organ target,

perubahan pola hidup dapat dicoba sampai 12 bulan. Sedangkan bila disertai kelainan

penyerta (compelling indications) seperti gagal jantung, pasca infark miokard,

penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan riwayat stroke, maka terapi

farmakologi harus dimulai lebih dini mulai dari hipertensi tingkat 1. Bahkan untuk

pasien dengan kelainan ginjal atau diabetes, pengobatan dimulai pada tahap

prehipertensi dengan target tekanan darah <130/80 mmHg (Gunawan, dkk., 2007).

Page 44: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi (JNC VII, 2007).

Modifikasi gaya hidup Rekomendasi Perkiraan penurunan

tekanan darah sistolik

Penurunan berat badan Mempertahankan berat badan ideal (BMI

18,5-24,9 kg/m2)

5-20 mmHg/10 kg

penurunan berat

badan

DIET makanan sesuai

DASH

Konsumsi diet kaya buah, sayur, dan produk

susu rendah lemak dengan kandungan lemak

jenuh dan lemak total yang sedikit

8-14 mmHg

Diet rendah natrium Mengurangi asupan natrium hingga ≤100

mmol per hari (2,4 g Na atau 6 g NaCl

2-8 mmHg

Olahraga Rutin olahraga aerobik seperti jalan cepat

minimal 30 menit per hari

4-9 mmHg

Mengurangi konsumsi

alkohol

Membatasi konsumsi alkohol, tidak lebih

dari 1 oz atau 30 ml etanol; 24 oz bir, 10 oz

wine, atau 3 oz 80-proof whiskey perhari

untuk pria dan setengahnya untuk wanita dan

orang dengan berat badan rendah

2-4 mmHg

2.8 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel

arteri dan mempercepat aterosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk

rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah

perifer.Hipertensiadalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular

(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard,

angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi (Dosh, 2001).

a. Stroke

Stroke merupakan kerusakan organ target pada otak yang diakibatkan

oleh hipertensi. Hipertensi mengakibatkan arteri-arteri yang mendarahi otak

mengalami hipertropi atau penebalan sehingga menyebabkan terjadinya

aterosklerosis melalui efek penekanan pada sel endotel/lapisan dalam

dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin

Page 45: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cepat. Akibatnya, aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya

termasuk otak akan berkurang sehingga otak tidak mendapat suplai oksigen

yang cukup. Kebutuhan oksigen yang tidak mencukupi menyebabkan

terjadinya stroke (AHA, 2011).

Resiko dan keuntungan menurunkan tekanan darah semasa stroke akut

masih belum jelas; pengontrolan tekanan darah sampai kira-kira

160/100mmHg sangat penting sampai kondisi pasien stabil atau membaik.

Kambuhnya stroke berkurang dengan penggunaan kombinasi ACEI dan

diuretik tipe tiazid (Haynes RB et.al., 2002).

b. Penyakit Ginjal Kronis

Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan (parenkim)

atau arteri renal. Pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis, tujuan

terapeutiknya adalah untuk memperlambat deteriorasi fungsi ginjal dan

mencegah penyakit kardiovaskular. Hipertensi terdeteksi pada mayoritas

pasien dengan penyakit ginjal kronis dan pengontrolan tekanan darahnya

harus agresif, sering dengan dua atau lebih obat untuk mencapai target

tekanan darah <130/80 mmHg (K/DOQI, 2004).

ACEI dan ARB mempunyai efek melindungi ginjal (renoprotektif)

dalam progres penyakit ginjal diabetes dan non-diabetes (Bakris GL et al.,

2000). Salah satu dari kedua obat ini harus digunakan sebagai terapi lini

pertama untuk mengontrol tekanan darah dan memelihara fungsi ginjal pada

pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis. Naiknya serum kreatinin

sebatas 35% diatas baseline dengan ACEI dan ARB dapat diterima dan

bukan alasan untuk menghentikan pengobatan kecuali bila terjadi

hiperkalemia. Karena pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis

memerlukan beberapa obat antihipertensi, diuretik dan kelas obat

antihipertensi ketiga diperlukan (beta blocker atau CCB). Diuretik tiazid

dapat digunakan tetapi tidak seefektif diuretik loop bila clearence kreatinin

<30 ml/min. Untuk penyakit ginjal lanjut (perkiraan GFR<30 ml/min per

1.73m3, setara dengan serum kreatinin 2.5–3.0mg/dl), dosis diuretik loop

Page 46: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(furosemid) lebih tinggi, bila perlu dikombinasi dengan obat lain (Gijn JV,

2002).

c. Gagal Jantung

Gagal jantung, dalam bentuk disfungsi vetrikular sistolik atau

diastolik, terutama sebagai akibat dari hipertensi sistolik dan penyakit

jantung iskemik. Lima kelas obat didaftarkan untuk indikasi khusus gagal

jantung. Rekomendasi ini khususnya untuk gagal jantung sistolik, dimana

kelainan fisiologi utama adalah berkurangnya kontraktilitas jantung. Pada

gambar 2.5 terlihat proses-proses yang terjadi akibat dari hipertensi sampai

ke gagal gantung. ACEI adalah pilihan obat utama berdasarkan hasil dari

beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas.

Diuretik juga merupakan terapi lini pertama karena mengurangi edema

dengan menyebabkan diuresis. ACEI harus dimulai dengan dosis

rendah.Pada pasien dengan gagal jantung, terutama pada pasien dengan

eksaserbasi akut. Gagal jantung menginduksi suatu kondisi renin tinggi,

sehingga memulai ACEI pada kondisi ini akan menyebabkan efek dosis

pertama yang menonjol dan memungkinan hipotensi ortostatik.

Terapi dengan beta blocker digunakan untuk mengobati gagal jantung

sistolik untuk pasien-pasien yang sudah mendapat standar terapi dengan

ACEI dan Furosemid. Studi menunjukkan beta blocker menurunkan

mortalitas dan morbiditas (AHA, 2011). Dosis beta blocker haruslah tepat

karena beresiko menginduksi eksaserbasi gagal jantung akut. Dosis awal

harus sangat rendah, jauh dibawah dosis untuk mengobati darah tinggi, dan

dititrasi secara perlahan-lahan ke dosis yang lebih tinggi.

ARB dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk pasien-pasien

yang tidak dapat menoleransi ACEI. Untuk pasien dengan disfungsi

ventrikular yang simptomatik atau dengan penyakit jantung tahap akhir,

ACEI, beta blocker, ARB, dan antagonis aldosterone direkomendasikan

bersamaan dengan diuretik loop (furosemid).

Page 47: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.5 Mekanisme Terjadinya Gagal Jantung Akibat Hipertensi.

d. Pasca Infark Miokard

Hipertensi adalah faktor resiko yang kuat untuk infark miokard.Sekali

pasien mengalami infark miokard, pengontrolan tekanan darah sangat

penting sebagai pencegahan sekunder untuk mencegah kejadian

kardiovaskular berikutnya.Guideline untuk pasca infark miokard oleh

American College of Cardiology/American Heart Association

merekomendasikan terapi dengan beta blocker (tanpa aktifitas intrinsik

simpatomimetik dan ACEI (AHA, 2011).

Beta blocker menurunkan stimulasi adrenergik jantung (cardiac

adrenergic stimulation) dan pada trial klinis beta blocker telah menunjukkan

penurunan resiko infark miokard berikutnya atau kematian jantung tiba-tiba

(K/DOQI, 2004). ACE inhibitor memperbaiki cardiac remodeling, fungsi

jantung dan menurunkan kejadian kardiovaskular setelah infark miokard

(Yusuf et.al., 2000).

Penanganan menurunan tekanan darah pada komplikasi hipertensi

dapat memberikan penurunan insidensi stroke sebesar 35-40%, infark

miokard 20-25%, dan gagal jantung lebih dari dari 50%. Diperkirakan

Page 48: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bahwa pada pasien dengan hipertensi stadium 1 yang disertai dengan faktor

resiko penyakit kardiovaskuler, jika dapat menurunkan tekanan darahnya

sebesar 12 mmHg selama 10 tahun akan mencegah angka kematian 1 dari 11

pasien yang diobati (Arif M dkk, 2001).

Komplikasi penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh hipertensi

seperti gagal jantung, penyakit jantung koroner, infark miokard dan stroke

memiliki algoritma terapi yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 2.6

dibawah ini:

Gambar 2.6 Algoritma terapi hipertensi berdasarkan komplikasi penyakit (Dipiro

et.al., 2008).

KOMPLIKASI

PENYAKIT

Gangguan

ventrikel

kiri

Penyakit

jantung

koroner

Diabetes

mellitus

Penyakit

ginjal

kronis

Stroke Infark

miokard

Kombinasi

diuretik dan

ACEi lalu

tambahkan

β-blocker

β-blocker

lalu

tambahkan

ACEi atau

ARB

ACEi

atau

ARB

ACEi

atau

ARB

Kombinasi

diuretik

dan ACEi

atau ARB

β-blocker

lalu

tambahkan

ACEi atau

ARB

ARB atau

antagonis

aldosteron

Antagonis

aldosteron

CCB atau

diuretik

Diuretik

β-blocker

atau CCB

Page 49: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.5 Strategi dosis untuk obat-obat antihipertensi (JNC VIII, 2013)

Strategi Deskripsi Keterangan

A Mulai dengan satu

obat, tingkatkan

hingga dosis

maksimum, dan

kemudian tambah

dengan obat kedua

Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan obat pertama,

tingkatkan dosis obat pertama sampai dosis maksimum yang

direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan.

Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan satu obat

walaupun dosisnya sudah ditingkatkan sampai dosis maksimum yang

direkomendasikan, tambahkan obat kedua sesuai algoritma (tiazid-

gol.duretik, CCB, ACEI, atau ARB) dan tingkatkan dosis obat kedua

sampai dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan

darah yang diharapkan.

Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan dua obat, pilih

obat ketiga dari algoritma (tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB)

hindari kombinasi ACEI dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai

dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah

yang diharapkan.

B Mulai dengan satu

obat, dan kemudian

tambah obat kedua

sebelum obat

pertama mencapai

dosis maksimum

Mulai dengan satu obat kemudian tambahkan obat kedua sebelum obat

pertama mencapai dosis maksimum yang direkomendasikan, kemudian

tingkatkan kedua obat hingga dosis maksimum yang disarankan untuk

mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jika tekanan darah yang

diharapkan tidak tercapai dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari algoritma

(tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB), hindari kombinasi ACEI

dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang

direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan.

C Mulai dengan dua

obat pada waktu

yang sama, baik

sebagai 2 pil yang

terpisah atau sebagai

kombinasi pil

tunggal

Mulai terapi dengan 2 obat secara bersamaan, baik sebagai 2 obat yang

terpisah atau sebagai kombinasi pil tunggal.

Beberapa anggota komite menyarankan mulai terapi dengan ≥2 obat

ketika tekanan darah sistolik >160 mm Hg dan / atau tekanan darah

diastolik >100 mm Hg, atau jika tekanan darah sistolik >20 mm Hg di

atas tekanan darah yang diharapkan dan / atau tekanan darah diastolik

>10 mm Hg di atas tekanan darah yang diharapkan. Jika tujuan tekanan

darah tidak tercapai dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari algoritma

(tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB), hindari kombinasi ACEI

dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang

direkomendasikan

Page 50: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8 Review literatur

2.8.1 Gender Difference in Blood Pressure Control and Cardiovascular Risk Factors

in Americans With Diagnosed Hypertension (Ong et.al., 2008).

Hipertensi merupakan penyakit yang kompleks yang diderita 972 juta orang di

dunia. Prevalensi hipertensi akan meningkat dari 26,4% di tahun 2000 menjadi 29,2%

di dunia (Kearney PM, et.al., 2005). Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk

penyakit kardiovaskular dan menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

(Lawes CM, et.al,. 2006). Berdasarkan hasil survey pada tahun 1999-2004 yang

dilakukan National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) terhadap

3.475 pasien yang berusia 18 tahun dan terdiagnosa hipertensi, didapatkan hasil

54,91,2% terjadi pada wanita. Pada tabel 2.6 menunjukan karakteristik jenis kelamin

secara spesifik pasien yang terdiagnosa hipertensi. Berdasarkan usia, wanita yang

terdiagnosa hipertensi mempunyai usia yang lebih tua dibandingkan pria. Terjadi

peningkatan prevalensi diabetes yang signifikan pada wanita selama periode 1999-

20004, tetapi prevalensi diabetes tidak jauh berbeda antara wanita dan pria.

Prevalensi mikroalbuminaria rendah dan menurun secara signifikan pada wanita

dibandingkan pria.Tetapi dilihat dari 6 bulan terakhir, wanita lebih sering mengecek

tekanan darahnya ke dokter dibandingkan pria. Berdasarkan tingkat konsumsi

alkohol, pria lebih banyak mengurangi konsumsi alkoholnya untuk mengontrol

tekanan darah dibanding wanita, terbukti dengan persentase konsumsi alkohol yang

menurun secara signifikan antara periode1999-2000 dan 2003-2004.

Page 51: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.6 Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Survey NHANES 1999–2004

Pada tabel 2.7 menjelaskan tingkat kontrol tekanan darah berdasarkan jenis

kelamin dan prevalensi faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien yang

terdiagnosa hipertensi yang dilakukan NHANES selama periode 1999–2004. Selama

periode ini, wanita mempunyai tekanan darah sistolik yang tinggi dan tekanan darah

diastolik yang rendah dibanding pria.Dimana prevalensi tekanan darah tidak

terkontrol tidak jauh berbeda antara pria dan wanita selama periode ini.

Prevalensi obesitas, kadar kolesterol total, dan kadar HDL meningkat secara

signifikan pada wanita dibanding pria. Namun, berdasarkan riwayat merokok, pria

mempunyai prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita dan antara 1999-2000

dengan 2003-2004 terjadi peningkatan konsumsi rokok yang signifikan pada pria.

Page 52: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.7 Kontrol Tekanan Darah dan Faktor Resiko Kardiovaskular pada Pasien Hipertensi

berdasarkan survey NHANES 1999–2004

Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak terdapat perbedaan yang signifikan

dalam kontrol tekanan darah antara pria dan wanita pada periode 1999-2004.

Prevalensi obesitas, kolesterol total, HDL rendah, dan jumlah rata-rata faktor resiko

penyakit kardiovaskular lebih tinggi terjadi pada wanita. Wanita mempunyai faktor

resiko lebih banyak daripada pria, karena disebabkan prevalensi obesitas yang tinggi.

2.8.2 Hypertension Among Adults in the United States: National Health and

Nutrition Examination Survey, 2011–2012

Hipertensi merupakan faktor resiko yang penting pada penyakit

kardiovaskular dan terjadi pada hampir sepertiga dari populasi orang dewasa Amerika

Serikat. Prevalensi seluruh pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat yang berusia

lebih dari 18 tahun adalah 29,1% pada tahun 2011-2012 dan dengan laki-laki

sebanyak 29,7% danperempuan sebanyak 28,5%.

Page 53: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.7 Prevalensi pasien hipertensi di Amerika Serikat pada tahun 2011-2012.

Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, dari 7,3% pada

usia 18-39, menjadi 32,4% pada usia 40-59, dan menjadi 65,0% pada usia diatas 60

tahun.Prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan ras terjadi pada orang dewasa kulit

hitam non-Hispanik sebanyak 42,1%, non-Hispanik kulit putih sebanyak 28,0%,

Hispanik sebanyak 26,0%, dan non-Hispanik Asia sebanyak 24,7%.

Pada tahun 2009-2010, hampir 82% orang dewasa menyadari bahwa mereka

terkena hipertensi, dan hampir 76% yang minum obat.Tidak ada perubahan yang

signifikan dari tahun 2009-2010 dalam hal kesadaran, pengobatan, dan pengontrolan

tekanan darah pada pasien hipertensi dewasa.

Gambar 2.8 .Tingkat kesadaran, pengobatan, dan pengontrolan tekanan darah pada pasien hipertensi

dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2009-2012.

Page 54: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prevalensi tingkat kesadaran pada pasien pria dan wanita hampir sama yaitu

pada pria sebanyak 80,2% dan pada perempuan sebanyak 85,4%. Di antara pasien

hipertensi dewasa, tingkat kesadaran pada pasien yang berusia 18-39 adalah 61,8%

lebih rendah dibandingkan pasien yang berusia 40-59 yaitu 83,0% dan pada pasien

yang berusia 60 keatas yaitu 86,1%. Berdasarkan ras, pasien hipertensi dewasa

kelompok Non-Hispanik Asia kurang menyadari kondisi mereka (72,8%)

dibandingkan yang non-Hispanik kulit hitam (85,7%), Hispanik (82,2%), dan non-

Hispanik kulit putih (82,7%).

Gambar 2.9 Tingkat kesadaran pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2009-2010.

Berdasarkan pengobatan, wanita lebih banyak 80.6% daripada pria 70.9%

dalam hal mendapatkan pengobatan antihipertensi dimana terjadi peningkatan

penggunaan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah dari usia 18-39

sebanyak 44,5%, kemudian pada usia 40-59 sebanyak 73,7% dan meningkat pada

usia 60 tahun keatas yaitu 82,2%.Selain itu, kelompok Non-Hispanic Asia adalah

kelompok yang paling sedikit minum obat antihipertensi yaitu 65.2% dibanding

kelompok non-Hispanik kulit hitam yaitu 77.4% dan non-Hispanik kulit putih 76.7%

Page 55: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.10.Tingkat pengobatan pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2011-2012.

Persentase pengontrolan tekanan darah pada wanita lebih tinggi 55,2%

dibanding pria yang hanya 49,3%. Diantara orang dewasa yang terkena hipertensi,

pasien yang berusia 18-39 hanya 34,4% tekanan darahnya terkontrol, dibanding

pasien yang berusia 40-59 sebanyak 57,8% tekanan darahnya terkontrol, dan

meningkat pada usia 60 tahun keatas dimana 50,5% tekanan darahnya terkontrol.

Namun, tidak ada perbedaan yang bemakna dalam hal pengontrolan tekanan darah

pada pasien kelompok non hispanik asia yaitu 46,0% dengan kelompok hispanik

yaitu 46,5%.

Gambar 2.11 Tingkat pengobatan pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2011-2012.

2.8.3. Review of the use of defined daily dose concept in drug utilisationresearch in

China (L. Teng, et.al., 2012).

Di Cina, penelitian penggunaan obat (drug utilization review) dengan ATC /

DDD diperkenalkan di akhir 1980-an. Sejak itu, beberapa artikel telah diterbitkan

untuk memperkenalkan konsep DUR dan ATC /DDD. Penelitian DUR di Cina

Page 56: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pertama kali dilakukan oleh Zouet al.untuk menilai konsumsi obat-obatan di 10

rumah sakit militer di Cina antara tahun 1992 dan 1994. Konsep WHO ATC / DDD

diperkenalkan, tetapi nilai WHO tidak diterapkan untuk analisis data. Dosis rata-rata

dihitung berdasarkan dosisrekomendasidalam Farmakope Cina dan/atauMateria

Medica baru.Informasi yang dimaksud dalam sumber-sumber Cina mungkin berbeda

dari nilai WHO. Misalnya, dosis harian untuk pemberian oral parasetamol (WHO

ATC Kode N02BE01; DDD = 3 g) didefinisikan sebagai "0,3-0,6 g setiap empat jam

atau empat kali per hari, tidak lebih dari 2 g per hari" dalam Farmakope Cina dan

"0,3- 0,6 g per dosis, 0.6 - 0.8g per hari, tidak lebih dari 2 g per hari" pada New

Materia Medica.Di Cina, sebagian DURs dilakukan di rumah sakit,

berdasarkanpenggunaan obat pada pasien rawat inap dan rawat jalan.Saat ini, DUR

adalah teknik umum di Cina untuk menilai penggunaan obat, dan menetapkan dosis

harian. Karena populasi yang besar dengan konsumsi obat jauh lebih besar,

penggunaan obat yang rasional di Cina mempunyai pengaruh yang besardalam

memastikan keamanan obat. Pada gambar 1, dapat dilihat perkembangan penggunaan

metode DDD dalam penggunaan obat di China.

Gambar 2.12 Review Defined Daily Dose dalam DUR di China

Page 57: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 ATC

Dalam sistem klasifikasi Anatomi Terapi Kimia (ATC), zat aktif

dibagi menjadi kelompok-kelompok yang berbeda sesuai dengan organ atau

sistem di mana obat tersebut bekerja dan menghasilkan efek terapi,

farmakologi dan sifat kimia. Obat diklasifikasikan dalam lima kelompok

tingkat yang berbeda. Tingkat pengelompokan obat dijabarkan sebagai

berikut:

Level pertama, kelompok utama anatomis

A Alimentary tract and metabolism

B Blood and blood forming organs

C Cardiovascular system

D Dermatologicals

G Genito urinary system and sex hormones

H Systemic hormonal preparations, excl. sex hormones

and insulins

J Antiinfectives for systemic use

L Antineoplastic and immunomodulating agents

M Musculo-skeletal system

N Nervous system

P Antiparasitic products, insecticides and repellents

R Respiratory system

S Sensory organs

V Various

Level kedua, subkelompok terapi/farmakologis

Level ketiga dan keempat, subkelompok terapi/farmakologis/kimia

Level kelima, senyawa kimia

(WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, 2014).

Page 58: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Obat-obat antihipertensi yang akan diteliti masuk ke dalam kelompok

C (cardiovascular system). Contoh klasifikasi ATC lengkap untuk lisinopril

sebagai berikut:

C Cardiovascular system

(level pertama, kelompok utama anatomis)

C09 Agents acting on the rennin-angiotensin system

(level kedua, subkelompok terapetik)

C09A ACE-Inhibitors, plain

(level ketiga, subkelompok farmakologis)

C09AA ACE-Inhibitors, plain

(level keempat, subkelompok kimia)

C09AA03 Lisinopril

(level kelima, senyawa kimia)

Jadi, dalam sistem ATC semua sediaan lisinopril standar diberi kode

C09AA03 (WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology,

2014). Prinsip umum pada sistem klasifikasi ini adalah produk obat

dikelompokkan berdasarkan fungsi terapeutik utama dari senyawa aktif,

dengan prinsip dasar satu kode ATC hanya untuk satu rute administrasi.

Sediaan farmasi dengan komposisi yang sama namun kekuatannya berbeda

tetap memiliki kode ATC yang sama. Suatu obat dapat memiliki lebih dari

satu kode ATC bila tersedia dalam dua atau lebih kekuatan atau rute

administrasi dengan kegunaan terapi yang jelas berbeda (WHO Collaborating

Centre for Drug Statistics Methodology, 2014).

Sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif dikategorikan

sebagai sediaan kombinasi. Prinsip dalam pengklasifikasian sediaan tersebut

ada tiga, yaitu:

a Sediaan kombinasi yang mengandung dua atau lebih zat aktif yang

berasal dari level empat yang sama maka klasifikasi pada level kelima

menggunakan kode 20 atau 30

Page 59: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b Sediaan kombinasi yang mengandung dua atau lebih zat aktif yang

berasal dari level empat yang berbeda maka menggunakan kode seri 50

pada level kelima.

c Sediaan kombinasi yang mengandung obat psikoleptik yang tidak

masuk dalam klasifikasi N05 – psikoleptik atau N06 – psikoanaleptik

maka diklasifikasikan dalam level lima yang terpisah menggunakan

seri 70.

(WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, 2014).

2.8 Unit Pengukuran DDD

Defined Daily Dose (DDD) merupakan unit satuan yang digunakan

dalam sistem ATC/DDD. DDD diasumsikan sebagai dosis pemeliharaan rata-

rata perhari yang digunakan untuk indikasi utamanya orang dewasa. DDD

hanya dimiliki oleh obat yang mempunyai kode ATC (WHO, 2006).Unit ini

memiliki keunggulan yaitu dapat merefleksikan dosis obat secara global tanpa

dipengaruhi oleh variasi genetik dari setiap etnik. DDD tidak diberikan untuk

sediaan topical, sera, vaksin, agen antineoplastik, ekstrak allergen, anastesi

umum dan lokal, serta media kontras. Analisis penggunaan obat dalam unit

kuantitas dapat membantu dalam mengidentifikasi penggunaan

yang overuse dan underuse dalam pengobatan sendiri dan kelompok (WHO

Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, 2014).

Jumlah unit DDD yang direkomendasikan pada pengobatan mungkin

dinyatakan dalam satuan gram untuk sediaan padat oral seperti tablet dan

kapsul, atau milliliter untuk sediaan cair oral dan sediaan injeksi. Perubahan

data penggunaan dapat diperoleh dari data catatan inventaris farmasi atau data

statistik pejualan yang akan menunjukan nilai DDD kasar untuk

mengidentifikasi seberapa potensial terapi harian dari pengobatan yang

diperoleh, terdistribusi atau yang dikonsumsi.

Unit DDD dapat digunakan untuk membandingkan penggunaan obat

yang berbeda dalam satu kelompok terapi yang sama, dimana mempunyai

Page 60: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kesamaan efikasi tapi berbeda dalam dosis kebutuhan, atau pengobatan dalam

terapi yang berbeda. Penggunaan obat dapat dibandingkan setiap waktu untuk

memonitor tujuan dan untuk menjamin dari adanya intervensi komite terapi

medik dalam meningkatan pengggunaan obat. Klasifikasi ATC dan metode

DDD biasa digunakan untuk membandingkan konsumsi penggunaan obat

antar negara. Apabila diterapkan di lingkungan rumah sakit maka perhitungan

DDD/100-patient days atau DDD/100 bed days adalah yang paling

direkomendasikan. Sementara untuk perhitungan antar negara biasanya

digunakan DDD/100-inhibitans per day atau DDD per inhibitans per

year.Sebagai contoh, nilai 10 DDDs/1000 inhabitants/day dapat di artikan

bahwa 1% dari populasi rata-rata mendapatkan terapi obat tersebut setiap

harinya (WHO, 2003).Penetapan DDD ditetapkan dengan prinsip umum

sebagai berikut :

a Dosis rata-rata yang digunakan untuk indikasi utama pada orang

dewasa. Orang dewasa dianggap memiliki berat badan 70 kg. Pada

keadaan yang khusus, terutama untuk anak-anak (seperti mixture,

suppositoria) digunakan DDD untuk orang dewasa. Kecuali yang

dibuat khusus untuk anak-anak, seperti hormon pertumbuhan dan

tablet fluoride.

b Dosis pemeliharaan (dosis terapi jangka panjang lebih diutamakan

dalam menetapkan DDD daripada dosis inisial). Beberapa obat

digunakan dalam dosis yang berbeda tetapi tidak direfleksikan

dalam DDD.

c DDD biasanya ditetapkan berdasarkan kekuatan zat aktif dalam

sediaan. Zat aktif dalam bentuk garam biasanya tidak memberikan

DDD yang berbeda kecuali untuk beberapa obat pengecualian.

d Pada umumnya dosis yang digunakan adalah dosis pengobatan,

namun jika indikasi utama obat adalah untuk profilaksis maka

dosis inilah yang digunakan, misalnya tablet fluoride (A01AA01)

dan beberapa antimalaria.

Page 61: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e Bentuk stereoisomerik yang berbeda memberikan DDD dan kode

ATC yang berbeda.

f Untuk beberapa golongan sediaan obat, diciptakan prinsip khusus

untuk menetapkan DDD.

g Prodrug yang tidak diberikan kode ATC yang berbeda tidak

memiliki DDD yang berbeda pula.

h DDD untuk suatu obat dalam berbagai kekuatan sediaan adalah

sama. DDD yang berbeda diberikan untuk sediaan yang

bioavailabilitasnya berbeda karena rute pemberian yang berbeda

atau bentuk sediaan dengan indikasi utama yang berbeda.

i Sediaan parenteral dengan rute administrasi yang berbeda memiliki

DDD yang sama.

DDD untuk sediaan kombinasi didasarkan pada prinsip utama yaitu

perhitungan kombinasi sebagai satu dosis harian tanpa memperhatikan jumlah

zat aktif yang terkandung dalam kombinasi. Jika pengobatan pasien

menggunakan dua sediaan dengan masing-masing satu zat aktif tunggal maka

DDD akan dihitung dari masing-masing sedian dengan zat aktif tunggal

secara terpisah. Namun jika pengoabtan pasien menggunakan satu sediaan

kombinasi yang mengandung dua zat aktif maka DDD akan lebih kecil karena

digunakan DDD untuk kombinasi.

Contoh I:

Pengobatan dengan dua sediaan , masing-masing mengandung satu zat

aktif:

Sediaan A: tablet mengandung 20 mg senyawa X (DDD =20 mg)

Sediaan B: tablet mengandung 25 mg senyawa Y (DDD =25 mg)

Dosis regimen 1 tablet A dan 1 tablet B sehari, maka dihitung

konsusminya adalah 2 DDD.

Contoh II:

Page 62: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengobatan dengan satu sediaan kombinasi yang mengandung dua zat

aktif:

Sediaan C: tablet mengandung 20 mg senyawa X dan 12,5 mg

senyawa Y.

DDD dari senyawa kombinasi adalah 1 UD (unit dose) = 1 tablet.

Dosis regimen 1 tablet C sehari maka dihitung 1 DDD (meskipun

setara dengan 1,5 DDD zat aktif tunggal) (WHO Collaborating Centre

for Drug Statistics Methodology, 2014).

Prinsip penetapan DDD untuk senyawa kombinasi adalah sebagai berikut:

a Untuk sediaan kombinasi (selain yang digunakan untuk hipertensi)

dimana zat aktif utamanya terdapat dalam kode ATC (kombinasi seri

50 dan 70 dan untuk beberapa kombinasi level empat), DDD sediaan

kombinasi tersebut sama dengan DDD zat akif utamanya.

b Untuk sediaan kombinasi yang digunakan untuk hipertensi (kelompok

ATC C02, C03, C07, C08 dan C09), DDD didasarkan jumlah rata-rata

interval dosis per hari. Hal ini berarti DDD 1 tablet untuk sediaan yang

diebrikan 1 kali sehari, DDD 2 tablet untuk sediaan yang diberikan 2

kali sehari, dan DDD 3 tablet untuk sediaan yang diberikan 3 kali

sehari, dan seterusnya.

Perhitungan Kuantitas Penggunaan obat dengan unit pengukuran DDD dapat

dilakukan sebagai berikut :

a Dihitung data total penggunaan obat dalam unit; tablet, vial dan

kekuatan; g, iu dan kemudian disesuaikan dengan ATC.

b Dihitung total kuantitas yang dikonsumsi (unit dikali dengan

kekuatan)

c Dibagi total kuantitas dengan DDD yang ditetapkan (DDD definitif)

d Dibagi kuantiti total (DDD) dengan jumlah pasien (WHO, 2006).

Page 63: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9 DU 90%

DU 90% merupakan jumlah obat yang membentuk 90% obat yang

digunakan.Indikator ini dapat digunakan untuk menentukan kualitas peresepan

obat dan untuk membandingkan kesesuaian obat yang digunakan dengan

formularium yang ada. DU 90% dapat diperoleh dengan cara mengurutkan

obat berdasarkan volume penggunaannya dalam DDD kemudian diambil obat

yang memenuhi segmen 90% penggunaan. Obat tersebut kemudian dapat

dilihat kecocokannya dengan formularium yang ada (Bergman, 1997).

Penelitian penggunaan obat (DUR) dapat dibagi menjadi studi

deskriptif dan analitik. Perhatian khusus dilakukan untuk mengambarkan

penggunaan obat dan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Pada studi

analitik mencoba untuk melihat data penggunaan obat sehingga dapat

diketahui morbiditas, hasil dari pengobatan dan kualitas pengobatan dengan

penggunaan obat yang rasional (Sjoquist dan Birket, 2003).

2.10 Rekam Medik

Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam

medik dan memadai dari setiap penderita, baik untuk penderita rawat tinggal

maupun penderita rawat jalan.Rekam medik ini harus secara akurat

didokumentasikan, segera tersedia, dapat dipergunakan, mudah ditelusuri

kembali (retrieving) dan lengkap informasi.Rekam medik adalah sejarah

ringkas, jelas, dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari

sudut pandang medik.

Definsi rekam medik menurut surat keputusan Direktur jenderal

pelayanan medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan tindakan dan

pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama dirawat

dirumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat tinggal (Siregar dan Lia, 2003).

Kegunaan dari rekam medik :

Page 64: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a Digunakan sebagai dasar perencanaan berkelanjutan perawatan

penderita.

b Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter dan setiap

professional yang berkontribusi pada perawatan penderita.

c Melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab kesakitan atau

penderita dan penanganan atau pengobatan selama tiap tinggal di

rumah sakit.

d Digunakan sebagai dasar untuk kajian ulang studi dan evaluasi

perawatan yang diberikan kepada pasien.

e Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit

dan praktisi yang bertanggung jawab.

f Menyediakan atau untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.

g Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan data rekam

medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan

seorang penderita (Siregar dan Lia, 2003).

Page 65: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

48 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Pasien:

- Usia

- Jenis Kelamin

- Penyakit penyerta - Obat Hipertensi

- Obat lainnya

Pasien Hipertensi

100 sampel

Memenuhi

kriteria inklusi

dan ekslusi

Dosis Obat

Hipertensi

Obat yang

banyak

digunakan

Page 66: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara Pengukuran Kategori Skala

Rekam

medik

Berkas yang

berisikan catatan

dan dokumen

tentang identitas,

diagnosis, dan

pengobatan

pasien

Diambil dari Instalasi

Rekam Medik

Pasien

Hipertensi

Pasien yang saat

pengobatan

terdiagnosa

Hipertensi dan

menerima

antihipertensi

Dilihat dari rekam

medis pasien

Length Of

Stay

Lama hari rawat

pasien sejak

dipindahkan ke

Instalasi Rawat

Inap

Dilihat dari rekam

medis pasien lalu

dihitung dari tanggal

masuk dan tanggal

keluar

Nominal

Standar

Defined

Daily Dose

(DDD)

Nilai DDD dari

setiap jenis

antihipertensi

yang sudah

ditetapkan oleh

WHO

Dilihat dari website

WHO resmi

http://www.whocc.no/

atc_ddd_index

Nominal

Jenis

Kelamin

Jenis kelamin

pasien yang

menjalani

pengobatan

Dilihat dari rekam

medis pasien lalu

dikelompokkan

0 : Laki-laki

1 : Perempuan

Nominal

Usia Umur pasien saat

menjalani

pengobatan

Dilihat dari rekam

medis pasien lalu

dikelompokkan

dengan interval

tertentu

- 30-39 tahun

- 40-49 tahun

- 50-59 tahun

- 60-69 tahun

- 70-79 tahun

- >80 tahun

Interval

Penyakit

Penyerta

Penyakit yang

menyertai

hipertensi terkait

dengan

komplikasi

Dilihat dari rekam

medis pasien lalu

dikelompokkan

0:Tidak

terdapat

penyakit

penyerta

1:Terdapat

Nominal

Page 67: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mikrovaskular

dan

makrovaskular.

penyakit

penyerta

Pola

penggunaan

obat

antihipertensi

Jenis dan jumlah

obat-obat yang

digunakan untuk

mengontrol

tekanan darah

pada penderita

hipertensi

Data obat dari rekam

medis dan resep

pasien dikelompokkan

berdasarkan kode

ATC dan dihitung

jumlah penggunaan

obatnya berdasarkan

satuan DDD/100

patient-days

Pola

penggunaan

obat

antihipertensi

Nominal

Persentase

penggunaan

obat

antihipertensi

Besarnya persen

nilai DDD obat

antihipertensi

yang digunakan

Perhitungan dengan

rumus:

Keterangan:

= jumlah nilai DDD

suatu obat

antihipertensi

= jumlah semua

nilai DDD

antihipertensi yang

diresepkan

Rasio

DU90% Jumlah

penggunaan obat

yang masuk

dalam segmen

90%

Jenis obat yang sudah

dikonversi sesuai

indeks ATC/DDD

diurutkan berdasarkan

besarnya nilai DDD

yang digunakan,

dimulai dari yang

terbesar menuju yang

terkecil dan dihitung

persentase

kumulatifnya

kemudian diambil

jenis obat yang masuk

segmen 90%

kumulatif obat yang

digunakan

Nominal

Page 68: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

4.1.1 Tempat Penelitian

Pelaksanaan ini dilaksanakan di Ruang Instalasi Rekam Medis

RSUD Kota Tangerang dengan alamat Jl. Pulau Putri Raya, Kel. Kelapa

Indah, Tangerang, Kec. Tangerang, Banten 15118.

4.1.2 Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Februari

sampai bulan Maret 2016.

4.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan

mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi, dengan desain cross sectional

yaitu pengumpulan data variabel untuk mengetahui kuantitas penggunaan obat

antihipertensi dalam satuan DDD/100 patient-days.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh unsur yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang dirawat inap di RSUD Kota

Tangerang pada periode Januari sampai dengan Desember 2015.Jumlah

populasi berdasarkan hasil studi pendahuluan yaitu sebanyak 215 sampel.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan cara systematic

random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dan sistematik dengan

menggunakan kelipatan dua tiap pengambilan sampel hingga mendapatkan 100

sampel.

Page 69: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

retrospektif yaitu penelitian berdasarkan rekam medis pasien berupa:

1) Nama antihipertensi

2) Bentuk sediaan, dosis, kekuatan sediaan, rute penggunaan, dan aturan

pemakaian

3) Jumlah antihipertensi yang diresepkan

4) Tanggal perawatan pasien.

4.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sampel

4.5.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk

sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

a Pasien rawat inap bulan Januari - Desember 2015

b Pasien yang di dalam rekam medisnya terdiagnosa Hipertensi

yang mengkonsumsi antihipertensi

c Pasien dengan rekam medis yang lengkap dan jelas terbaca

4.5.2 Kriteria Ekslusi Sampel

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana keadaan yang menyebabkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikut sertakan.

Kriteria ekslusi untuk sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Pasien pulang paksa sebelum terapi selesai dilaksanakan.

2) Wanita hamil.

3) Rekam medis yang tidak lengkap, tidak jelas dan hilang.

4) Antihipertensi yang butuh penyesuaian dosis pada pasien gagal

ginjal (ex:amlodipin, ramipril, nicardipine) (Drug Information

Handbook 21th

edition).

Page 70: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Bagan alur penelitian

4.6.2 Persiapan (Permohonan Izin Penelitian)

Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan

penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi

Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta kepada Direktur Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Tangerang dan Kepala Kantor KESBANGPOL Kota

Tangerang.

4.7 Pelaksanaan Pengumpulan Data

4.7.1 Penelusuran Dokumen

a Penelusuran pada data pasien hipertensi di ruang rawat inap RSUD

Kota Tangerang pada periode Januari sampai dengan Desember 2015.

b Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi.

c Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medis diruang

administrasi medis berupa:

1) Nomor rekam medis.

Pencatatan Data

(Data

Persiapan (permohonan izin penelitian)

Mengumpulkan data rekam medik

Mengidentifikasi kriteria sampel

Menganalisis Data :

Analisis Univariat

Analisis Data dengan Metode ATC/DDD

Pengolahan Data (Data )

Page 71: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Identitas pasien(nama, jenis kelamin, umur, penyakit komplikasi,

dan penyakit penyerta).

3) Tanggal perawatan.

4) Diagnosa penyakit, riwayat penyakit pasien, dan keluhan pasien.

5) Besarnya tekanan darah

6) Data penggunaan obat (jenis, regimen dosis, aturan penggunaan,

rute pemberian, jumlah antihipertensi yang diresepkan).

4.7.2 Manajemen Data

Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola peresepan terapi

pengobatan hipertensi yang dilanjutkan dengan transkrip data yang

dikumpulkan ke dalam logbook dan komputer.

4.8 Pengolahan data

a Editing data

Hal ini dengan melakukan penilaian terhadap data mentah, namun

terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang

diperoleh dan mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian.

b Coding data

Dengan melakukan pengkodean untuk mempermudah peneliti

memasukkan data yang diperoleh dari rekam medis.

c Entry data

Setelah dilakukan coding lalu memasukkan data ke dalam program

Microsoft Excel untuk selanjutnya data dibagi berdasarkan kebutuhan untuk

data demografi, data pola penyakit, data pola peresepan, data untuk

perhitungan nilai DDD/100 patient-days dan data untuk menyusun segmen

DU90%.

d Cleaning data

Dengan melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan

kedalam sistem komputer untuk menghindari terjadinya ketidaklengkapan

atau kesalahan data.

Page 72: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.9 Analisa Data

Analisa data yang dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2007

akan dianalisis dengan analisa univariat dan metode DDD/ATC sebagai berikut:

4.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk

menganalisis setiap variabel (terikat maupun bebas) yang akan diteliti

secara deskriptif. Data yang telah dikategorikan ditampilkan sebagai

frekuensi kejadian. Adapun pengolahan data dengan menggunakan

analisis univariat ialah:

a Karakteristik pasien:

1) Usia

2) Jenis Kelamin

3) Penyakit Penyerta

4) Tekanan Darah

b Penggunaan antihipertensi

c Jumlah hari rawat (Length of Stay)

4.9.2 Analisis Data dengan Metode DDD/ATC

Analisis dilakukan dengan menghitung kuantitas penggunaan

antihipertensi pada pasien hipertensi dengan metode DDD, yang diproses

dengan kombinasi program Microsoft Excel 2007. Berikut tata cara

analisis dengan menggunakan metode DDD:

a Klasifikasi kode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) suatu

antihipertensi berdasarkan guidelines yang telah ditetapkan oleh

WHO Collaborating Centre tahun 2011.

b Identifikasi jenis antihipertensi, baik tunggal maupun kombinasi,

yang digunakan.

c Identifikasi Defined Daily Dose (DDD) untuk masing-masing

antihipertensi, berdasarkan guidelines yang telah ditetapkan oleh

WHO Collaborating Centre tahun 2012.

Page 73: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Hitung jumlah kekuatan antihipertensi (dalam miligram) yang

digunakan.

e Hitung jumlah hari rawat pasien hipertensi di rawat inap RSUD

Kota Tangerang tahun 2015.

f Hitung nilai DDD/100 patient-days untuk masing-masing jenis

antihipertensi atau kombinasi antihipertensi dengan menggunakan

rumus seperti yang tertera dibawah ini.

DDD/100 patient-days=

Untuk mengetahui nilai standar DDD WHO dalam miligram (per-

antihipertensi/per-kombinasi antihipertensi) yang digunakan, dapat

dilihat pada website WHO resmi.

g Data hasil perhitungan DDD/100 patient-days diubah dalam

bentuk persentase kemudian dikumulatifkan. Dari hasil kumulatif

tersebut didapatkan Drug Utilization 90% (DU 90%) untuk

dikelompokkan dalam segmen 90%.

Page 74: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

57 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Pasien

Demografi pasien dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

jenis penyakit penyerta dan tekanan darah. Evaluasi Penggunaan Obat

Antihipertensi dengan menggunakan metode ATC/DDD pada pasien

digambarkan secara deskriptif dalam bentuk persentase. Jumlah pasien

hipertensi di RSUD Kota Tangerang pada tahun 2015 adalah 215 pasien dan

kemudian dipilih 100 pasien yang masuk kriteria inklusi dalam penelitian ini.

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien rawat inap dengan

hipertensi yang menerima terapi antihipertensi serta memiliki rekam medis

yang lengkap.

Tabel 5.1 Persentase Karakteristik Pasien Hipertensi di RSUD Kota Tangerang pada

Tahun 2015

No Karakteristik N Persentase

1 Jenis Kelamin:

1. Pria

2. Wanita

47

53

47%

53%

2 Usia:

1. 30-39

2. 40-49

3. 50-59

4. 60-69

5. 70-79

6. >80

4

23

39

25

7

2

4%

23%

39%

25%

7%

2%

3 Penyakit Penyerta:

1. Stroke Iskemik

2. Gagal Jantung Akut

3. Stroke Hemorragic

4. DM tipe 2

5. Unstable Angina

6. Gagal Ginjal Kronis

7. STEMI

40

14

12

8

4

4

3

40%

14%

12%

8%

4%

4%

3%

Page 75: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Supraventrikular Takikardi

9. Aneurisma Aorta

10. Infark Serebral

1

1

1

1%

1%

1%

4 Tekanan Darah

1. Normal

TD Sistolik <120 mmHg

TD Diastolik <80 mmHg

2. Pre-Hipertensi

TD Sistolik 120-139 mmHg

TD Diastolik 80-89 mmHg

3. Hipertensi Stadium 1

TD Sistolik 140-159 mmHg

TD Diastolik 90-99 mmHg

4. Hipertensi Stadium 2

TD Sistolik ≥ 160 mmHg

TD Diastolik ≥ 100 mmHg

0

6

6

5

22

22

72

67

0%

6%

6%

5%

22%

22%

72%

67%

Pada tabel 5.1, dapat dilihat karakteristik pasien terdiri dari usia, jenis

kelamin, penyakit penyerta, dan tekanan darah. Usia subjek penelitian paling

banyak berkisar antara 40-69 tahun yang di dominasi oleh pasien wanita

sebanyak 53%, dengan penyakit penyerta stroke iskemik sebanyak 40%, gagal

jantung akut sebanyak 14%, stroke hemorragik sebanyak 12% dan penyakit

penyerta yang lainnya dibawah 10%. Berdasarkan tingginya tekanan darah,

terdapat 72% subjek penelitian dengan tekanan darah sistolik tinggi (≥ 160

mmHg) dan 67% subjek penelitian dengan tekanan darah diastolik tinggi

(≥100 mmHg).

Page 76: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.1.2 Distribusi Pola Penggunaan Terapi Antihipertensi

Tabel 5.2 Distribusi Pola Penggunaan obat Antihipertensi berdasarkan Jenis Terapi

Antihipertensi di RSUD Kota Tangerang pada tahun 2015

No Kelas Frekuensi Persentase

1 Monoterapi:

1. CCB

2. ACEI

3. Beta Blocker

4. Diuretik

5. ARB

14

12

3

2

1

43,75%

37,50%

9,38%

6,25%

3,13%

Total 32%

2 Terapi Kombinasi:

1. Kombinasi 2 Antihipertensi

a. CCB + ACEI

b. Diuretik + ACEI

c. CCB + ARB

d. CCB + CCB

e. CCB + Diuretik

f. Beta Blocker + ACEI

g. ARB + Diuretik

h. Beta Blocker + CCB

i. Beta Blocker + ARB

j. ACEI + ACEI

2. Kombinasi 3 Antihipertensi

a. ACEI + Beta Blocker + Diuretik

b. CCB + ACEI + ARB

c. CCB + ACEI + Beta Blocker

d. CCB + ACEI + Diuretik

e. Agonis α2 sentral + ARB + Diuretik

f. ARB + ACEI + Beta Blocker

g. CCB + ACEI + Agonis α2 sentral

h. Beta Blocker + ARB + Diuretik

3. Kombinasi 4 Antihipertensi

a. Diuretik + ACEI +CCB + Beta Blocker

b. CCB + Beta Blocker + ARB + Diuretik

4. Kombinasi 5 Antihipertensi

a. CCB + ARB + ACEI + Beta Blocker + Diuretik

b. Agonis α2 sentral + ACEI + ARB + Diuretik +

CCB

17

8

6

2

2

2

1

1

1

1

5

4

4

3

2

1

1

1

2

1

2

1

25,00%

11,76%

8,82%

2,94%

2,94%

2,94%

1,47%

1,47%

1,47%

1,47%

7,35%

5,88%

5,88%

4,41%

2,94%

1,47%

1,47%

1,47%

2,94%

1,47%

2,94%

1,47%

Total 68%

Page 77: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa penggunaan antihipertensi

dikelompokkan berdasarkan jenis terapi yang diterima oleh pasien. Dari

seluruh pasien hipertensi, terdapat 32% pasien yang mendapatkan monoterapi

antihipertensi dan 68% pasien yang mendapatkan terapi kombinasi

antihipertensi.Obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan sebagai

monoterapi adalah CCB 43.75%.Sedangkan, obat yang paling banyak

diresepkan sebagai terapi kombinasi dikelompokkan sesuai golongannya dan

disusun berdasarkan banyaknya terapi kombinasi.Pada terapi kombinasi

dengan 2 obat antihipertensi, kombinasi golongan CCB + ACEI adalah yang

paling banyak diresepkan sebanyak 25%. Selanjutnya, untuk terapi kombinasi

dengan 3 obat antihipertensi, kombinasi golongan ACEI + Beta Blocker +

Diuretik adalah yang paling banyak diresepkan sebanyak 7,35%. Untuk terapi

kombinasi dengan 4 obat antihipertensi, kombinasi golongan Diuretik + ACEI

+CCB + Beta Blocker adalah yang paling banyak diresepkan sebanyak 2,94%.

Untuk terapi kombinasi dengan 5 obat antihipertensi, kombinasi golongan

CCB + ARB + ACEI + Beta Blocker + Diuretik adalah yang paling banyak

diresepkan sebanyak 2,94%

Page 78: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.1.3 Jumlah Hari Rawat Pasien Hipertensi pada Tahun 2015

Data jumlah hari rawat diperlukan untuk menghitung penggunaan

antihipertensi dengan unit satuan DDD/100 patient-days.

Tabel 5.3 Jumlah Hari Rawat Pasien Hipertensi pada Tahun 2015 di RSUD Kota Tangerang

Bulan N LOS (hari) Rata-rata (hari)

Januari 16 102 6,38

Februari 11 70 6,36

Maret 7 37 5,29

April 9 49 5,44

Mei 11 80 7,27

Juni 8 67 8,38

Juli 6 35 5,83

Agustus 5 46 9,20

September 9 44 4,89

Oktober 4 19 4,75

November 10 65 6,50

Desember 4 16 4,00

Total 100 630 74,29

Rata-rata 8,33 52,50 6,19

LOS (length of stay) merupakan lama rawat inap pasien terhitung

sejak hari pertama pasien masuk rumah sakit sampai dengan hari dimana

pasien keluar dari rumah sakit. LOS didapatkan dari rekam medis 100 sampel

penelitian. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata LOS tahun 2015 adalah 6

hari. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2015 dari 100 subjek penelitian, rata-

rata dirawat inap selama 6 hari dan total jumlah hari rawat pasien adalah 630

hari.

5.1.4 Kuantitas Penggunaan Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2015

Kuantitas penggunaan obat antihipertensi dihitung menggunakan unit

pengukuran DDD dengan satuan DDD/100 patient-days. Total DDD/100

patient-days dibuat dalam bentuk persentase, kemudian dikumulatifkan

berdasarkan presentase dari terbesar ke presentase terkecil untuk melihat

jenis-jenis obat yang masuk segmen DU 90%.

Page 79: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.4 Distribusi Penggunaan Antihipertensi dan Perhitungan nilai

DDD/100 Pasien-haridi RSUD Kota Tangerang pada Tahun 2015

Golongan Obat

Antihipertensi

Bentuk

Sediaan

Nilai

Standar

DDD

dari

WHO

(mg)

Kekuatan

sediaan

(mg)

Jumlah

penggunaan

(mg)

DDD/100

Patient-days

ACE

Inhibitor

Captopril

Oral

50

12,5 112,5

17,50 25 2350

50 3050

Ramipril

Oral

2,5

1,25 3,75

63,41 2,5 75

5 920

Lisinopril

Oral

10

2,5 27,5

3,77 5 50

10 160

Calcium

Chanel

Blocker

Amlodipin

Oral

5

5 355

89,36 10 2475

Nifedipin

Oral

30

10 230

2,49 30 240

Nicardipin

Parenteral

90

2,5 mg/jam 7,5

0,07 5 mg/jam 5

25 mg/jam 25

Nimodipin Oral 300 60 360 0,19

Diuretik

Spironolacton Oral 75 25 450 0,95

Furosemid

Oral

40

40 1720

12,34 Parenteral 10 mg/ml 1380

Angiotensin

Reseptor

Blocker

Valsartan Oral 80 80 240 0,48

Candesartan

Oral

8

4 16

5,87 8 40

16 240

Irbesartan

Oral

150

150 3600

20,00 300 15300

-blocker

Bisoprolol

Oral

10

1,25 12,5

3,81 2,5 132,5

5 95

Central 2

Agonis

Klonidin Oral 0,45 0,15 4,2 1,48

Page 80: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari tabel 5.4 menunjukan bahwa ada 6 golongan antihipertensi yang

digunakan untuk terapi pengobatan oleh pasien hipertensi.Terdapat 4 besar

antihipertensi yang banyak digunakan dengan metode DDD yaitu amlodipin

89,36 DDD/100 patient-days, kemudian ramipril 63,412 DDD/100 patient-

days, irbesartan 20 DDD/100 patient-days, dan captopril 17,5 DDD/100

patient-days.

Tabel 5.5Profil DU 90% Penggunaan Obat Antihipertensidi RSUD Kota Tangerang

pada Tahun 2015

No Kode ATC Antihipertensi DDD/100

Patient-

days

Penggunaan

(%)

Segmen

DU

1 C08CA01 Amlodipin 89,36 40,27

90% 2 C09AA05 Ramipril 63,41 28,57

3 C09CA04 Irbesartan 20,00 9,01

4 C09AA01 Captopril 17,50 7,89

5 C03CA01 Furosemid 12,54 5,65

10%

6 C09CA06 Candesartan 5,87 2.65

7 C07AB07 Bisoprolol 3,81 1.72

8 C09AA03 Lisinopril 3,77 1.70

9 C08CA05 Nifedipin 2,49 1.12

10 C02AC01 Klonidin 1,48 0.67

11 C03DA01 Spironolakton 0,95 0.43

12 C09CA03 Valsartan 0,48 0.22

13 C08CA06 Nimodipin 0,19 0.09

14 C08CA04 Nicardipin 0,07 0.03

Jumlah 221,92 100,00

Tabel 5.5 menunjukan bahwa obat-obat yang masuk ke dalam segmen

DU 90% setelah dikumulatifkan adalah amlodipin, ramipril, irbesartan, dan

captopril. Obat yang masuk ke dalam segmen DU 90% adalah obat-obat yang

paling banyak penggunaannya di RSUD Kota Tangerang.

Page 81: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.1.5 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium

Rumah Sakit

Tabel 5.6 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium Rumah Sakit di

RSUD Kota Tangerang tahun 2015

Golongan Nama Generik Sediaan Kesesuaian dengan

Formularium RS

ACE Inhibitor Captopril

Lisinopril

Ramipril

Tablet

Tablet

Tablet

-blocker Bisoprolol Fumarat Tablet salut selaput √

Calcium Chanel Blocker Amlodipin besilat

Nicardipin

Nifedipin

Nimodipin

Tablet

Injeksi

Tablet, oros

Injeksi

Angiotensin Reseptor

Blocker

Valsartan

Candesartan

Irbesartan

Tablet

Tablet

Tablet

Diuretik Furosemid

Spironolakton

Tablet, injeksi

Tablet

Central 2 Agonis Klonidin HCL Tablet √

% Kesesuaian

Keseluruhan penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

rawat inap di RSUD Kota Tangerang dibandingkan dengan Formularium

Rumah Sakit.Tabel 5.6 menunjukan bahwa penggunaan obat antihipertensi

sudah sesuai dengan Formlarium Rumah Sakit dengan kesesuaian mencapai

100%.

Page 82: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Pasien

5.2.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian, penderita hipertensi di RSUD Kota

Tangerangmulai terjadi pada usia 30 sampai 80 tahun keatas, dan yang paling

banyak terjadi berkisar pada usia 40 tahun keatas. Hal ini hampir serupa

dengan data RISKESDAS tahun 2013, dimana terjadi peningkatan pasien

hipertensi pada usia 35-44 yaitu sebanyak 24,8%. Selain itu, hasil penelitian

ini juga hampir sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nidiananda (2013) yang menunjukkan bahwa proporsi kejadian hipertensi

yang berusia ≥40 tahun (39.4%) lebih besar dibandingkan dengan pasien yang

berusia <40 tahun (7.5%).

Semakin bertambahnya usia, maka tekanan darah juga akan

meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan

oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot polos

pembuluh darah, kemudian pembuluh darah akan berangsur angsur

menyempit dan menjadi kaku sehingga akibat tersebut adalah meingkatnya

tekanan darah sistolik. Peningkatan umur juga menyebabkan beberapa

perubahan fisiologis, yaitu terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas

simpatik. Sistem pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroresptor pada usia

lanjut akan mengalami penurunan sensivitas, serta fungsi ginjal juga sudah

berkurang yang menyebabkan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomelurus

menurun (Kumar et.al, 2008).

5.2.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah pasien hipertensi perempuan

lebih banyak daripada pasien laki-laki.Hal ini sesuai dengan data

RISKESDAS tahun 2013 yang menyatakan bahwa pasien hipertensi

perempuan lebih tinggi yaitu 28,8% sedangkan pada pria 22,8%. Selain itu,

data profil kesehatan Indonesia tahun 2011 jugamenyebutkan bahwa

Page 83: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap

terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria

dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (KemenkesRI,2012).

Pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap regulasi tekanan darah

dapat dikaitkan dengan peran hormon sex terhadap sistem renin angiotensin

dalam mengatur fungsi kardiovaskular dan tekanan darah.Mekanisme pasti

bagaimana hormon sex tersebut mempengaruhi regulasi fungsi kardiovaskular

dan tekanan darah belum diketahui secara pasti namun semakin banyak bukti

yang menyatakan bahwa modulasi aktivitas sistem hormonal aktif lokal

adalah salah satu mekanisme utama dari aksi hormon seks pada organ target,

termasuk pembuluh darah dan ginjal.Hormon estrogen dan androgen

merupakan hormon sex yang turut mempengaruhi perkembangan penyakit

kardiovaskular dan hipertensi, dimana estrogen secara umum berfungsi untuk

melindungi sedangkan androgen mendorong terjadinya penyakit

kardiovaskular dan hipertensi.Wanita yang belum mengalami menopause

dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan

kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

wanita pada usia premenopause. Pada pra menopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon

estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara

alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun

(Anggraini, 2009).

5.2.1.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta

Penyakit penyerta merupakan keluhan yang diderita oleh pasien selain

penyakit hipertensi dan penyakit komplikasi lainnya. Penyakit penyerta yang

dialami oleh pasien pada penelitian ini terdiri dari gangguansistem

kardiovaskular seperti stroke, gagal jantung,aneurisma aorta, gagal ginjal, dan

Page 84: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diabetes mellitus.Dari data hasil yang didapatkan, penyakit penyerta yang

paling banyak diderita adalah stroke iskemik sebanyak 40%.Berbeda halnya

pada penelitian yang dilakukan di poliklinik RSUD Dr. M. Djamil yang

menyebutkan bahwa penyakit penyerta terbanyak yaitu diabetes mellitus

sebanyak 63 pasien, diikuti stroke dengan 13 pasien (Fitrianto, dkk., 2011).

Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 662 pasien yang

terkena stroke,terdapat 59,4% yang mempunyai riwayat hipertensi. Resiko

pasien yang mempunyai riwayat hipertensi lebih besar daripada pasien yang

tidak mempunyai riwayat hipertensi.Semakin tinggi tekanan darah pasien

kemungkinan stroke akan semakin besar, karena hipertensi dapat

mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan

penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat proses

aterosklerosis. Hipertensi berperan dalam proses aterosklerosis melalui efek

penekanan pada sel endotel/lapisan dalam dinding arteri yang berakibat

pembentukan plak pembuluh darah semakin cepat (AHA, 2000).

5.2.2 Klasifikasi Pasien Hipertensi berdasarkan Tingginya Tekanan Darah

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan darah

dan berdasarkan etiologinya. Berdasarkan tingginya tekanan darah, seseorang

dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya sistoliknya >140mmHg dan

tekanan darah diastolik >90 mmHg. Klasifikasi tekanan darah dibagi menjadi

4 kategori, yaitu kategori normal, pre-hipertensi, hipertensi stadium 1 dan

hipertensi stadium 2. Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi

dimulai bila pada pasien hipertensi stadium 1 yang tidak mengalami

penurunan tekanan darahsetelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada

pasien denganhipertensi stadium ≥ 2(PERKI, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian, pasien hipertensi di RSUD Kota

Tangerang paling banyak mengalami hipertensi stadium 2 yaitu tekanan darah

sistolik ≥160 dan tekanan darah diastolik ≥100 mmHg.Tingginya tekanan

darah ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengobati pasien.Tujuan

utama dalam pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan

Page 85: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

morbiditas yang berhubungan dengan faktor resiko penyakit

kardiovaskular.Target nilai tekanan darah pada pasien hipertensi yang

direkomendasikan dalam JNC VIII berbeda-beda berdasarkan komplikasi

penyakit dan ras penderita hipertensi. Pemilihan obat hipertensi tergantung

pada tingginya tekanan darah dan adanya indikasi khusus. Pada kebanyakan

pasien, tekanan darah diastolik yang diinginkan akan tercapai apabila tekanan

darah sistolik yang diinginkan sudah tercapai. Karena kenyataannya tekanan

darah sistolik berkaitan dengan resikokardiovaskular dibanding tekanan darah

diastolik,maka tekanan darah sistolik harus digunakan sebagai petanda klinis

utama untuk pengontrolan penyakit pada hipertensi(Depkes, 2006).

5.2.3 Distribusi Pola Penggunaan Terapi Antihipertensi

Distribusi pola penggunaan obat bertujuan untuk mengetahui obat apa

saja yang digunakan oleh pasien hipertensi di RSUD Kota Tangerang.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa pasien lebih banyak

mendapatkan terapi antihipertensi lebih dari satu obat yaitu terapi kombinasi

antihipertensi sebanyak 78%. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa pada pasien dengan hipertensi stadium 2 disarankan menggunakan

terapi kombinasi 2 obat atau lebih (Depkes, 2006).

Dalam pemilihan obat antihipertensi perlu dipertimbangkan selain

untuk menurunkan tekanan darah juga dapat mempertahankan tekanan darah

secara optimal.Hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan pengobatan dengan

monoterapi atau terapi kombinasi.Antihipertensi terbanyak yang digunakan

sebagai monoterapi oleh subjek penelitian ini adalah CCB.Sedangkan untuk

terapi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah terapi kombinasi

dengan 2 obat antihipertensi yaitu golongan CCB + ACEI.

Menurut JNC VIII, monoterapi dapat diberikan sebagai terapi inisial

untuk hipertensi stadium 1 dengan faktor risiko total kardiovaskuler rendah

atau moderat/sedang, dimulai dengan dosis awal kemudian dapat dinaikkan

sampai dosis maksimal jika target tekanan darah belum tercapai. Selanjutnya,

Page 86: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jika target tekanan darah belum juga tercapai dapat diganti dengan obat yang

mempunyai mekanisme kerja berbeda, dimulai dengan dosis rendah kemudian

dosis dinaikkan sampai dosis maksimal. Bila masih belum tercapai target

yang diinginkan dapat ditambah 2 sampai 3 macam obat.Terapi kombinasi 2

obat dosis rendah diberikan untuk terapi inisial pada hipertensi stadium 2

dengan faktor risiko tinggi atau sangat tinggi, bila dengan 2 macam obat

target tekanan darah tidak tercapai dapat diberikan 3 macam obat anti

hipertensi.

5.2.4 Profil Penggunaan Antihipertensi

5.2.4.1 Evaluasi Kuantitas Penggunaan Antihipertensi Dalam Unit DDD

Dari data rekam medik pasien, didapatkan data meliputi nomor rekam

medik, lama hari rawat pasien, jenis kelamin, umur pasien, dan penggunaan

antihipertensi yang terdiri dari nama dagang dan nama generik, rute

pemberian, kekuatan/dosis, frekuensi, jumlah hari penggunaan, dan jumlah

penggunaan antihipertensi. Bentuk sediaan pada antihipertensi antara sedian

per oral maupun sedian parenteral mempunyai nilai Defined Daily Dose

(DDD) yang sama. Selama tahun 2015, terdapat 14 jenis obat antihipertensi

dari 6 golongan antihipertensi yang digunakan pada pasien yaitu obat

antihipertensi golongan ACE Inhibitor, CCB, Diuretik, ARB, Beta blocker,

dan Central 2 Agonis.

Dari data-data yang telah diperoleh, kemudian dihitungkuantitas

penggunaan antihipertensi dengan mengikuti aturan-aturan perhitungan yang

telah ditetapkan oleh WHO Collaborating Centre 2011. Antihipertensi

dikelompokkan sesuai dengan kode ATC dan golongannya, kemudian bentuk

sediaan disesuaikan dengan satuan DDD definitif masing-masing

antihipertensi. Satuan DDD definitif menggunakan satuan miligram, maka

satuan dosis antihipertensi harus dikonversikan ke dalam satuan miligram

terlebih dahulu (WHO, 2011).

Nilai DDD diperoleh dengan menghitung total penggunaan

antihipertensi dibagi dengan nilai DDD definitif yang ditetapkan oleh

Page 87: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

WHOCollaborating Centre berdasarkan masing-masing jenis antihipertensi.

DDD definitif bermakna satu kekuatan per pasien. Dari DDD definitif

diperoleh DDD penggunaan dengan cara membagi total penggunaan suatu

antihipertensi dalam satuan milligram dengan DDD definitif mg/pasien.

Setelah didapatkan DDD penggunaan, dihitung DDD/100 patient-days.

DDD/100 patient-days dihitung dengan cara membagi total DDD penggunaan

dengan jumlah total hari rawat pasien rawat inap selama satu tahun yang

sebelumnya telah dibagi 100 patient-days.

DDD merupakan unit pengukuran yang tidak tergantung pada harga

dan formulasi obat, akan tetapi merupakan suatu unit pengukuran independen

yang mencerminkan dosis global tidak terpengaruh dengan variasi genetik,

sehingga memungkinkan untuk menilai tingkat konsumsi obat dan

membandingkan antar kelompok populasi atau sistem pelayanan kesehatan.

DDD diasumsikan sebagai dosis rata-rata pemeliharaan per hari untuk obat

yang digunakan orang dewasa. Perlu ditekankan bahwa DDD adalah unit

pengukuran dan tidak selalu sesuai dengan dosis harian yang

direkomendasikan atau ditentukan (Prescribed Daily Dose). Salah satu

komponen dalam DDD ini yaitu persentase dan perbandingan statistika

konsumsi obat di tingkat nasional dan lainnya. Dengan membandingkan

tingkat konsumsi obat di suatu unit pelayanan kesehatan dengan yang lainnya,

dapat ditentukan apakah penggunaan satu macam/kelompok obat berlebihan,

sedang, atau kurang (WHO, 2012).

Selama periode Januari-Desember 2015, diperoleh total hari rawat

inap (Length of Stay) dari 100 pasien adalah 630 hari yang ditunjukan pada

tabel 5.3. Total LOS yang digunakan pada penelitian ini digunakan pada

perhitungan DDD sebagai pembagi dengan nilai standar DDD dari WHO.

Berdasarkan rumusan dari metode DDD, nilai LOS berbanding terbalik

dengan hasil nilai DDD yang akan didapat. Nilai DDD yang didapat akan

semakin kecil apabila nilai total LOS semakin besar. Akan tetapi besarnya

nilai LOS tidak selalu berarti nilai DDD akan lebih kecil dan sesuai dengan

Page 88: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

standar (Hadi et al., 2008). Pada dasarnya, DDD adalah metode untuk

mengkonversi dan menstandarisasi data kuantitas produk menjadi estimasi

kasar penggunaan obat dalam klinik dan tidak menggambarkan penggunaan

obat sesungguhnya (WHO, 2012).

Kuantitas penggunaan antihipertensi di RSUD Kota Tangerang dalam

satuan DDD/100 patient-days ditunjukkan pada tabel 5.4. Kuantitas

penggunaan antihipertensi yang memiliki jumlah tertinggi pada tahun 2015

adalah amlodipin. Perhitungan DDD untuk amlodipin pada tahun 2015

mencapai 89,36 DDD/100 patient-days. Artinya, ada 89 pasien dari seluruh

subjek penelitian yang mengkonsumsi 1 DDD amlodipine sebesar 5 mg setiap

harinya.

Amlodipin merupakan golongan CCB dihidropiridin. Obat CCB

digunakan pada pasien hipertensi sistolik lanjut usia (Dipiro, et.al., 2008).

Systolic Hypertension–Europe melakukan uji coba pada placebo terkontrol

yang menunjukkan bahwa CCB dihydropyridine long-acting mengurangi

risiko kejadian kardiovaskular secara bermakna pada hipertensi sistolik.

Berdasarkan hasil sistematika review terhadap 13 guidelines untuk terapi

pengobatan hipertensi, JNC 8 masuk ke dalam guidelines yang dapat

dipercaya untuk mengobati hipertensi. Dalam JNC 8 dijelaskan bahwa untuk

mengatasi hipertensi pada pasien yang lanjut usia, terapi lini pertamanya

adalah CCB dihydropyridine long-acting. CCB menyebabkan relaksasi

jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif

terhadap tegangan (voltage sensitive), sehingga mengurangi masuknya

kalsium ekstraseluler ke dalam sel. Relaksasi otot vaskular menyebabkan

vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah (Dipiro, et al.,

2008)

Terdapat 2 kelas CCB yaitu dihidropiridin (amlodipine dan nifedipin)

dan non-dihidropiridin (verapamil, diltiazem).Non-dihidropiridin bekerja

dengam cara memblok kanal kalsium baik di jantung maupun vaskular,

Page 89: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sehingga konduksi pada atrioventikular diperlambat dan menyebabkan

takiaritmia supraventrikular. Diltiazem (non-dihidropiridin) digunakan pada

pasien dengan komplikasi penyakit jantung dan angina.Sedangkan

dihidropiridin bekerja dengan cara menstimulasi baroreseptor sehingga

menimbulkan refleks takikardia karena mempunyai efek vasodilatasi perifer

yang kuat. Dihidropiridin tidak merubah konduksi melalui nodus

atrioventrikular sehingga tidak menyebabkan takiaritmia supraventrikuler.

Dihidropiridin memiliki afinitas yang lebih besar pada kanal kalsium vaskular

daripada kanal kalsium dalam jantung. Kanal tersebut relatif lebih

terdepolarisasi daripada otot vaskular jantung, efek amlodipin lebih kepada

vasodilatasi pembuluh darah. Hasil uji coba Syst-Eur pada plasebo terkontrol

yang diberikan dengan terapi CCB dihidropiridin long-acting menunjukan

bahwa 42% efektif pada stroke,26% efektifpada penyakit jantung koroner, dan

29% efektif pada gagal jantung. Percobaan yang samadilakukan pada populasi

Cina yang terdiagnosa hipertensi sistolik. Hasil penelitian menunjukan adanya

penurunan dalam morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada pasien lansia

dengan hipertensi sistolik, dengan menggunakan diuretik thiazide dan CCB

dihidropiridin long-acting (Wang, 2000)

Antihipertensi dengan presentase penggunaan terbesar kedua adalah

ramipril dengan 63,41 DDD/100 patient-days. Ramipril adalah obat golongan

ACE inhibitor yang bekerja dengan cara menghambat angiotensin converting

enzyme(ACE) yang dalam keadaan normal bertugas mengaktifkan angiotensin

I menjadi angiotensin II. Dimana,angiotensin II merupakan zat vasokontriktor

kuat yang selanjutnya dapat menstimulasi sekresi aldosterone. ACE inhibitor

juga menghambat degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis zat

vasodilator lain seperti prostaglandin E2 dan prostasiklin. Peningkatan

bradikinin dapat meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE

inhibitor tetapi juga menyebabkan efek samping batuk kering (Dipiro, et.al.,

2008).

Page 90: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terdapat 3 ACE inhibitor yang biasa digunakan di RSUD Kota

Tangerang, yaitu ramipril, captopril dan lisinopril. Penggunaan ramipril

merupakan yang paling tertinggi dibanding captopril dan lisinopril.Perbedaan

ini didasari alasan pemilihan ketiga jenis obat tersebut tergantung kondisi

klinis pasien. Berdasarkan hasil penelitian dalam skala besar untuk menilai

keefektifan dan keamanan dari golongan ACE inhibitor, dilakukan

perbandingan terhadap lima jenis antihipertensi yang mempunyai efikasi dan

keamanana dalam jangka panjang. Adapun kelima jenis antihipertensi

golongan ACE inhibitor tersebut adalah captopril, enalapril, lisinopril,

ramipril dan trandopril. Dari kelima antihipertensi tersebut, ramipril dengan

dosis 10 mg/hari dapat menunjukan penuruan mortalitas pada pasien

kardiovaskular tanpa disfungsi ventrikel kiri, dan juga pada pasien yang

beresiko tinggi diabetes (Curt et.al., 2001).

Penggunaan antihipertensi terbanyak selanjutnya adalah irbesartan

sebanyak 20 DDD/100 patient-days. Irbesartan merupakan obat golongan

ARB yang bekerja dengan caramemblok reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1)

yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, pelepasan aldosterone,aktivasi

simpatetik, pelepasan hormone antidiuretik, dan konstriksi dan konstriksi

arteriol eferen dari glomerulus (Dipiro et al., 2008).

Penelitian ini merupakan penelitian pertama kali yang dilakukan di

RSUD Kota Tangerang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Puput D.A tentang penggunaan

antihipertensi pada pasien hipertensi di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2010

dan 2011, dalam hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa penggunaan

antihipertensi paling banyakyaitu captopril 59,85 DDD/100 pasien-hari;

furosemid 47,64 DDD/100 pasien-hari dan klonidin 16,70 DDD/100 pasien-

hari. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan tingkat

konsumsi obat antihipertensi di RSUD Kota Tangerang dengan rumah sakit

lain yang setara sehingga nantinya dapat ditentukan apakah penggunaan obat

antihipertensi dari hasil penelitian ini berlebihan, sedang, atau kurang. Dengan

Page 91: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

demikian terapi antihipertensi diharapkan dapat memberikan hasil yang

optimal.

Dengan adanya perhitungan sistem DDD/100 patient-days diharapkan

penggunaan antihipertensi diinstalasi atau bangsal tertentu dapat

dibandingkan dengan instalasilain, bahkan antar rumah sakit atau antar negara

sekalipun dapat dibandingkan sehingga dapat meningkatkan kualitas

penggunaan antihipertensi.

5.2.4.2 Profil Penggunaan Antihipertensi pada Tahun 2015 Berdasarkan Profil

DU 90%

Drug Utilization (DU) 90% diperoleh dengan cara membagi jumlah

DDD/100 patient-daysdari antihipertensi dengan total DDD/100 patient-

daysdari semua antihipertensi yang digunakan kemudian dikali 100%.

Persentase penggunaan antihipertensi selanjutnya dikumulatifkan dan

diurutkan dari persentase tertinggi ke persentase terendah. Obat yang masuk

dalam segmen DU 90% adalah obat yang masuk dalam akumulasi 90%

penggunaan. Profil DU 90% penggunaan antihipertensi berdasarkan jenis

antihipertensi di RSUD Kota Tangerang tahun 2015 dapat dilihat di tabel 5.5.

Dari data pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa obat antihipertensi yang

masuk segmen DU 90% terdiri dari golongan CCB (amlodipin 40,27%),

golongan ACE Inhibitor (ramipril 28,57%, captopril 7,89%), golongan ARB

(irbesartan 9,01%). Sedangkan yang masuk dalam segmen DU10% adalah

furosemid 5,65%, candesartan (2,65%), bisoprolol (1,72%), lisinopril

(1,70%), nifedipin (1,12%), clonidin (0,67%), spironolakton (0,43%),

valsartan (0,22%), nimodipin (0,09%), dan nicardipin (0,03%).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ivonia, dkk., 2015 yang menunjukkan bahwa obat antihipertensi yang

digunakan pada pasien geriatri (60 tahun ke atas) di RSUD Karanganyar

selama tahun 2011 adalah captopril (60,69%), furosemid (11,26%), amlodipin

(8,17%), nifedipin (9,45%), hidroklorotiazid (5,94%), lisinopril (3,44%),

Page 92: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bisoprolol (1,05), dan obat yang masuk dalam segmen DU 90% adalah

captopril, furosemid, dan amlodipine.

Hal ini dikarenakan formularium yang digunakan oleh masing-masing

rumah sakit berbeda. Formularium adalah daftar obat yang digunakan oleh

rumah sakit, yang disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi yang terdiri dari

beberapa dokter dan apoteker. Formularium RS akan membuat pengelolaan

RS lebih efektif, karena pengadaan obat menjadi jelas, mengingat bahwa

selain memiliki sisi aspek medis juga memiliki sisi ekonomis sehingga

formularium dijadikan sebagai panduan oleh dokter dalam memberikan terapi

obat-obat sesuai dengan yang tersedia di rumah sakit.

Menurut pedoman tatalakasana hipertensi yang disusun oleh

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardioaskuler Indonesia (PERKI) menyatakan

bahwa terapi lini pertama pada pasien hipertensi dewasa ≥18 tahun dengan

tekanan darah ≥140/90 mmHg adalah modifikasi gaya hidup untuk

mengontrol tekanan darahnya. Jika target tekanan darah belum tercapai, mulai

diberikan terapi farmakologi terutama pada pasien hipertensi stadium 2 dan

pasien yang mempunyai penyakit komplikasi. Pada pasien stadium 1

pemilihan terapi dibedakan kembali berdasarkan usia, jika pasien berusia <60

tahun terapi lini pertama yang diberikan adalah ACEI atau ARB dan jika

pasien berusia ≥60 tahun maka terapi lini pertamanya adalah CCB atau

Tiazid. Sedangkan pada pasien stadium 2, sebaiknya dimulai dengan terapi

kombinasi dua obat. Terapi kombinasi yang dapat diberikan adalah CCB atau

Tiazid kombinasi dengan ACEI atau ARB.Algoritma PERKI ini telah

dilaksanakan dalam pengobatan pasien hipertensi di RSUD Kota Tangerang,

yang dapat dilihat pada tabel 5.2 dan tabel 5.1 dimana pasien paling banyak

mengalami hipertensi stadium 2 dan menggunakan terapi kombinasi 2 obat.

Kombinasi dua obat terbanyak digunakan adalah CCB + ACEI.Setelah itu,

terapi kombinasi kedua terbanyak yang digunakan adalah ACEI + diuretik.

Page 93: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.3 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium Rumah

Sakit di RSUD Kota Tangerang

Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf

medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh

Pimpinan Rumah Sakit (PMK no.58, 2014). Penggunaan formularium dapat

menjamin standar peresepan yang berkualitas baik dan cost-effective agar dapat

mewujudkan penggunaan obat yang rasional. Berdasarkan hasil penelitian yang

dapat dilihat pada tabel 5.6, persentase kesesuaian penggunaan obat

antihipertensi dengan formularium berdasarkan nama generik pada pasien rawat

inap di RSUD Kota Tangerang adalah 100%.

Penggunaan obat generik di rumah sakit pemerintah seperti di RSUD

Kota Tangerang menjadi sangat penting seperti halnya yang telah diatur pada

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat

Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Pada pasal empat

disebutkan bahwa dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi

medis. Namun, dalam kondisi tertentu terdapat pengecualian yaitu apabila

sediaan obat generik belum tersedia. Dalam pasal delapan disebutkan apabila

obat generik belum tersedia maka dokter di fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah dapat mengganti resep obat generik dengan obat generik

bermerek/obat dagang. Selain itu, dalam peraturan ini apoteker memiliki peran

dan tanggung jawab tersendiri sebagaimana pada pasal tujuh yang menyebutkan

bahwa apoteker dapat mengganti obat merek dagang/paten dengan obat generik

yang sama komponen aktifnya dengan persetujuan dokter dan atau pasien.

Dengan demikian, apabila dokter meresepkan obat merek dagang/paten, maka

apoteker dapat secara langsung mengganti dengan obat generik cukup hanya

dengan persetujuan pasien dengan kata lain boleh tanpa persetujuan dokter

(Depkes RI, 2010).

Page 94: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.4 Peran Apoteker di Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menyebutkan bahwa peran Apoteker

di Rumah Sakit salah satunya adalah melakukan Pelayanan Farmasi Klinik.

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan

Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan

meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan

keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of

life) terjamin (PMK Nomor 58, 2014).

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:

A. Pengkajian dan pelayanan Resep

B. Penelusuran riwayat penggunaan Obat

C. Rekonsiliasi Obat

D. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

E. Konseling

F. Visite

G. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

H. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

I. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

J. Dispensing sediaan steril

K. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

Salah satu pelayanan farmasi klinik yang dapat dilakukan adalah

Evaluasi Pengunaan Obat (EPO). EPO merupakan program yang terstruktur

dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan dari EPO

adalah mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat,

membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu,

memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat, menilai pengaruh

intervensi atas pola penggunaan obat (PMK Nomor 58, 2014).

Page 95: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Evaluasi penggunaan obat dapat dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Salah satu cara untuk mengevaluasi penggunaan obat secara

kuantitatif adalah dengan metode ATC/DDD. Dengan metode ini, hasil yang

didapatkan dapat dibandingkan dengan penggunaan obat di rumah sakit yang

setara, sehingga dapat ditentukan apakah penggunaan satu macam / kelompok

obat berlebihan, sedang, atau kurang.

Sedangkan, secara kualitatif evaluasi penggunaan obat dapat dilakukan

dengan cara menilai aspek-aspek dalam penggunaan obat seperti indikasi,

kontraindikasi, efek samping, dosis, terapi duplikasi, interaksi obat, hasil

terapi dan biaya seluruh terapi. Evaluasi penggunaan obat sangat penting

dilakukan oleh Apoteker karena dapat menjamin ketepatan peresepan dan

penggunaan obat,cost effective serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan sehingga dapat menentukan dasar pengobatan yang rasional.Hasil

pengkajian selanjutnya menjadi dasar dalam mengidentifikasi kekurangan dan

menyusun strategi untuk perbaikan. Bila suatu masalah teridentifikasi,

dirancang suatu intervensi dan diterapkan untuk memperbaiki pola

penggunaan obat. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi program

pendidikan, penyediaan informasi obat, perubahan kebijakan dan prosedur

RS, serta perubahan formularium RS (WHO Collaborating Centre for Drug

Utilization Research and Clinical Pharmacological Services, 2003).

Page 96: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.4 Keterbatasan Penelitian

5.4.1 Kendala

1.Pengambilan data dan jumlah sampel

Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang

lengkap serta pasien yang sedang dirawat kembali sehingga tidak dapat

diambil data pasien.

5.4.2 Kelemahan

Penelitian ini memiliki kekurangan, diantaranya:

1. Penelitian deskriptif retrospektif

Pada penelitian deskriptif hanya dapat dilakukan demografi berupa

hasil analisis untuk mengetahui penggunaan obat pada terapi yang digunakan

oleh pasien.Selain itu metode retrospektif, dimana waktu kejadian sudah

terjadi, tidak dapat dilakukan pertanyaan secara langsung pada pasien, dokter

dan farmasis.

2. Penelitian ini tidak dapat dikatakan seutuhnya rasional, dikarenakan

penilaian diagnosis pasien tidak secara langsung, melainkan menarik

kesimpulan dari diagnosis yang tercatat di rekam medis.

Page 97: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

80 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Berdasarkan usia dan jenis kelamin, pasien hipertensi didominasi oleh

perempuan dengan usia berkisar antara 40-69 tahun.

2. Berdasarkan jenis penyakit penyerta, stroke iskemik merupakan penyakit

penyerta terbesar yang dialami pasien hipertensi.

3. Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik,pasien hipertensi paling

banyak memiliki tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan paling banyak

memiliki tekanan darah diastolik ≥100 mmHg.

4. Berdasarkan jumlah penggunaan, didapatkan penggunaan antihipertensi

terbanyak pada pasien hipertensi di RSUD Kota Tangerang adalah

amlodipin yaitu 89,36 DDD/100 patient-days

5. Berdasarkan profil DU 90%, obat antihipertensi yang masuk segmen DU

90% berturut turut adalah amlodipin, ramipril, captopril, dan irbesartan.

6. Penggunaan antihipertensi di RSUD Kota Tangerang sudah sesuai dengan

formularium rumah sakit.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian menggunakan metode prospektif dan

pengoptimalan evaluasi dengan wawancara kepada pasien, dokter, dan

farmasis untuk menggali informasi lebih dalam mengenai pengobatan yang

diberikan kepada pasien.

2. Dengan metode ATC/DDD ini, dapat digunakan untuk penelitan

penggunaan obat lain terutama untuk obat-obat yang diduga banyak

digunakan secara tidak rasional, digunakan oleh pasien beresiko tinggi,

mempunyai efek samping bermakna dan indeks terapi sempit.

Page 98: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

81 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., et.al,. 2009. Drug Information Handbook, 21th

edition.Lexi-Comp for

the American Pharmacists Association.

American Heart Association, 2011. Heart International Cardiovascular Disease

Statistic. http://www.american.heart.org/ diakses tanggal 5 juni 2016.

Anggraini, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi

Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang

Periode Januari sampai Juni 2008. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R.2007.Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam

Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.

Bergman, Uet.al. 1998. Drug utilization 90%--a simple method for assessing the

quality of drug prescribing. Diakses dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/962691416 pada tanggal 06 Januari

2016. 113-118

Carter, et.al. 2003. How Pharmacist Can Assist Physicians with Controlling Blood

Pressure.J ClinHypertens. 31-37

Cortas K, et.al. Hypertension. Last update May 11 2008. [cited 2015 Jan 10].

Available from: http//:www.emedicine.com.

Chobanian, et.al. 2004.The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. US

Departement of Health and Human Services, Boston.2560-2572

Chunfang Qiu, Michelle A. Williams, Wendy M. Leisenring, et.al. 2003. Family

History of Hypertension. North Seattle: American Heart Association. 408

Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat Bina

Farmasi Komunitas dan Klinis Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.12-54

Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:

HK.02.02/MENKES/068/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik

Page 99: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

82 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Departemen Kesehatan

RI.

Dosh, S.A. 2001.The diagnosis of essential and secondary hypertension in

adults.J.FamPract. 707-712

European Society of Hypertension-European Society of Cardiology Guidelines

Committee.2003 European Society of Hypertension-European cardiology

Guidelines for Management of Arterial Hypertension. J Hypertens.Diakses dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12777938 pada tanggal 30 januari 2015.

Freedman, et.al,. (2002). Medication errors in acute cardiac care an American Heart

Association scientific statement from the council on clinical cardiology

subcommittee on acute cardiac care, council on cardiopulmonary and critical

care, council on cardiovascular nursing, and council on stroke. Diunduh

darihttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12427661 pada tanggal 02 Februari

2016. 1-8

Gunawan, dkk. 2007.Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.Hal: 341-360

Handayani, PD., 2013.Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien

Hipertensi Disertai Diabetes Mellitus Rawat Inap RSUP Dr.Soeradji

Tirtonegoro Klaten Tahun 2011 dan 2012 Menggunakan Metode ATC/DDD.

Fakultas Farmasi Universitas Setiabudi

http://www.whocc.no/atc_ddd_index

Fitrianto H,dkk. 2011. (Skripsi) Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien

Hipertensi Essensial di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSUP DR. M. Djamil

Tahun 2011. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Ivonia,O.S.,Kisrini.,Pudiastuti.,2013.(Skripsi) Evaluasi Penggunaan Obat

Antihipertensi pada Pasien Geriatri Rawat Inap di RSUD Karanganyar dengan

Metode ATC/DDD. Fakultas Farmasi Universitas Setiabudi

Joseph, T. Dipiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gr R. Matzkee, Barbara G. Wells,

L. Michael Polsey (Eds.). 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach. Edisi ke-7, New York : McGraw-Hill Medical Publishing Division.

185–214.

Page 100: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

83 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

James P.A, et. al. 2014.Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood

Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth

Joint National Committee (JNC 8).doi:10.1001/jama.2013.284427.1-14

Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat dan Jantung

Koroner. Intisari Mediatama, Jakarta.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robin and

Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders,

2005.p 528- 529

Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 77

Kemenkes RI. 2013.Riset Kesehatan Dasar:Riskesdas 2013. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta. 117-132

Kemenkes RI. 2013. Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Banten Tahun 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 102

L. Teng, et.al., 2012. Review of the use of defined daily dose concept in drug

utilisation research in China. Pharmacoepidemiology and Drug Safety.

Diunduh dari wileyonlinelibrary.com pada tanggal 19 Juni 2016 DOI:

10.1002/pds.3240

Marliyani Lili dan H. Tantan. 2007. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo.

M Alter, G Friday, S M Lai, J’O Conell dan E Sobel. 2000. Hypertension and risk of

stroke recurrence. American Heart Association. Diunduh dari

http://stroke.ahajournals.org/content/25/8/1605 pada tanggal 2 Juni 2016

Mohammed Altaf, dkk.,2014. Drug Utilisation of Antihypertensives in Geriatric

Patients in A Tertiary Care Hospital.Int J Pharm Pharm Sci, Vol 6, Issue 9,

261-264

Nidiananda A.P dan Diah M.U, 2013. (Skripsi) Perbedaan Proporsi Berbagai Faktor

Risiko Hipertensi Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cilandak Jakarta

Selatan.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Page 101: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

84 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ong, et.al., 2008. Gender Difference in Blood Pressure Control and Cardiovascular

Risk Factors in Americans With Diagnosed Hypertension. American Heart

Association. Diunduh dari http://hyper.ahajournals.org/ pada tanggal 19 Juni

2016

PERKI.2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardivaskular.Edisi

Pertama. Jakarta

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Diunduh dari

http://www.depkes.go.id pada tanggal 25 Desember 2015.2-8

PMK Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Sakit. 23-34

Prasetyo, E.Y, dkk. 2015. (Skripsi) Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada

Penyakit Hipertensi Disertai Gagal Ginjal Kronik (ICD I12.0) Pasien Geriatri

Rawat Inap di RSUD A.W. Sjahranie Samarinda Pada Tahun 2012 dan 2013

dengan Metode ATC/DDD. Fakultas Farmasi Universitas Setiabudi

Puput, D.A. 2012. (Skripsi) Evaluasi Ketepatan Dosis dan Aplikasi Metode

ATC/DDD Pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.

Moewardi Tahun 2010 dan 2011. Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Raden, A.W.K.S.P. 2012. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Dengan

Metode ATC/DDD Pada Pasien Stroke Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun

2010 Dan 2011. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Robbins, L.S. Cotran, S.R. dan Kumar, V. 2007.Buku Ajar Patologi.Volume 2,Edisi

7, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 379-383

Staessen JA, Fagard R, Thijs L, et al. Randomised double-blind comparison of

placebo and active treatment for older patients with isolated systolic

hypertension. The Systolic Hypertension in Europe (Syst-Eur)Trial

Investigators. Lancet 1997;350:757–764.

Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.

Jakarta: PT. Intisari Mediatama

Page 102: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

85 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tatiana Nwankwo, M.S, et.al., 2013. Hypertension Among Adults in the United

States: National Health and Nutrition Examination Survey, 2011–2012.U.S.

Department Of Health & Human Services. 1-8

Tariq M. Alhawassi, Ines Krass, Lisa G.Pont. 2015. (Review Paper) Hypertension in

Older Persons: A Systematic Review of National and International

Treatment Guideline.

Wang JG, Staessen JA, Gong L, Liu L. 2000. Chinese trial on isolated systolic

hypertension in the elderly.Systolic Hypertension in China (Syst-China)

Collaborative Group.Arch Intern Med.211–220.

Weber, et.al. 2014. Clinical practice guidelines for the management of hypertension

in the community a statement by the American society of hypertension and the

international society of hypertension. J Hypertens.3-15

WHO. 2013. A global brief on Hypertension: Silent Killer, global public health

crisis. World Health Organization Press, Geneva. 9,20

WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology. 2014. Guideliness for

ATC classification and DDD assignment 2015. Oslo, Norway. Diunduh dari

http://www.whocc.no/filearchive/publications/2015_guidelines.pdf pada

tanggal 10 Januari 2016.

WHO Int WG for Drug Statistics Methodology.2003. Introduction to Drug

Utilization Research Solutions.1-48

Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I

Edisi ke IV. 2006. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas

Kedokteran Universitas Riau. Jakarta. 610-14.

Wang JG, Staessen JA, Gong L, Liu L. Chinese trial on isolated systolic hypertension

in the elderly.Systolic Hypertension in China (Syst-China)Collaborative

Group. Arch Intern Med 2000;160:211–220.

Page 103: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

86 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1.Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 104: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

87 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2.Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari Kantor Kesatuan Bangsa

dan Politik

Page 105: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

88 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

( Lanjutan )

Lampiran 3. Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari RSUD Kota

Tangerang

Page 106: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

89 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 107: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

90 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4.Perhitungan DDD 100 patient-days pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kota

Tangerang Tahun 2015

Obat

Antihipertensi

Bentuk

Sediaan

Nilai Standar

DDD dari

WHO

(mg)

Kekuatan

sediaan

(mg)

Lama

pemakaian

(hari)

Jumlah

penggunaan

(mg)

Total

penggunaan

(mg)

Captopril

Oral

50

12,5 9 112,5

5512,5 25 94 2350

50 61 3050

Ramipril

Oral

2,5

1,25 3 3,75

998,75 2,5 30 75

5 184 920

Lisinopril

Oral

10

2,5 11 27,5

237,5

5 10 50

10 16 160

Amlodipin

Oral

5

5 69 345

2695 10 235 2350

Nifedipin

Oral

30

10 23 230

470 30 8 240

Nicardipin

Parenteral

90

2,5 mg/jam 3 7,5

37,5 5 mg/jam 1 5

25 mg/jam 1 25

Nimodipin Oral 300 60 6 360 360

Spironolactone Oral 75 25 18 450 450

Furosemid

Oral

40

40 43 1720

3100 Parenteral 10 mg/ml 138 1380

Valsartan Oral 80 80 3 240 240

Candesartan

Oral

8

4 4 16

296 8 5 40

16 15 240

Irbesartan

Oral

150

150 24 3600

18900 300 51 15300

Bisoprolol

Oral

10

1,25 10 12,5

240 2,5 53 132,5

5 19 95

Clonidin Oral 0,45 0,15 28 4,2 4,2

Page 108: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

91 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Hasil perhitungan DDD 100 patient-days pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD

Kota Tangerang Tahun 2015

Obat

Antihipertensi

Total

penggunaan

(mg)

Nilai Standar DDD

dari WHO

(mg)

Total LOS

semua pasien

Perhitungan DDD/100

patient-days

Captopril

5512,5

50

630

17,5

Ramipril

998,75

2,5

63,412

Lisinopril

237,5

10

3,769

Amlodipin

2695

5

89,36

Nifedipin

470

30

2,468

Nicardipin

37,5

90

0,066

Nimodipin 360 300

0,190

Spironolactone 450 75

0,952

Furosemid

3100

40

12,340

Valsartan 240 80

0,476

Candesartan

296

8

5,873

Irbesartan

18900

150

20

Bisoprolol

240

10

3,809

Page 109: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

92 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Clonidin

4,2

0,45

1,48

Rumus:

Page 110: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

93 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6.Arsip Data Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kota Tangerang Tahun 2015

No Nama Usia

Jenis

Kelamin LOS TEKANAN DARAH Antihipertensi

Bentuk

sediaan

kekuatan

(mg)

Durasi

pemakaian

Penyakit

penyerta

PRE-

TREATMENT

POST-

TREATMENT

1

Tn. A

30

pria

7 hari(15-22 jan)

220/100 mmHg

130/90 mmHg

nicardipine infus 0,5 mcg/jam 2

Gagal Ginjal

Kronis

clonidine tablet 0,15mg 5

amlodipine tablet 5mg 1

Ramipril tablet 5 mg 4

2

Ny. I

54

wanita

6 hari(14-20 jan)

140/80 mmHg

130/90 mmHg

irbesartan tablet 150 mg 2

DM tipe 2

bisoprolol tablet 2,5 mg 2

3

Ny. K

31

wanita

6 hari (21-27 jan)

140/90 mmHg

120/90 mmHg

spironolactone tablet 25 mg 3

Gagal Jantung

Akut

lisinopril tablet 2,5 mg 6

furosemid injeksi 10 mg/ml 2

4

Ny. E

67

wanita

4 hari (14-17 jan)

150/90 mmHg

120/90 mmHg

ramipril tablet 2,5 mg 5

Gagal Jantung

Akut

ramipril tablet 5 mg 1

bisoprolol tablet 2,5 mg 3

furosemid injeksi 10 mg/ml 4

5

Ny. L

45

wanita

5 hari (19-23 feb)

150/110 mmHg

120/70 mmHg

ramipril tablet 5 mg 5

Stroke Iskemik

furosemid tablet 40 mg 2

furosemid injeksi 10 mg/ml 1

6

Ny. P

50

wanita

6 hari (14-19 feb)

180/110 mmHg

150/90 mmHg

amlodipine tablet 10 mg 6 Stroke Iskemik

ramipril tablet 5 mg 4

7

Tn. S

54

pria

7 hari (4-10 feb)

190/100mmHg

140/90 mmHg

ramipril tablet 2,5 mg 9

Gagal Jantung

Akut

amlodipin tablet 10 mg 7

furosemid injeksi 10 mg/ml 1

furosemid tablet 40 mg 5

8 Ny. S 64 wanita 6 hari (03-08 jan) 160/70 mmHg 160/80 mmHg amlodipine tablet 5 mg 1

Gagal Ginjal

Kronis

Page 111: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

94 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

furosemid injeksi 40 mg 9

9

Ny. E

59

wanita

8 hari (30-06 jan)

170/100 mmHg

140/80 mmHg

captopril tablet 50 mg 23

Stroke

Hemorragic

amlodipine tablet 10 mg 14

bisoprolol tablet 2,5 mg 4

bisoprolol tablet 5 mg 3

furosemid tablet 40 mg 5

10 Tn. A 59 pria 5 hari (27-31 jan) 190/130 mmHg 140/80 mmHg ramipril tablet 5 mg 5 DM tipe 2

11

Ny. T

44

wanita

4 hari (22-25

maret)

180/100 mmHg

120/90 mmHg

amlodipine tablet 10 mg 4

Stroke Iskemik

ramipril tablet 5 mg 2

12

Ny. N

55

wanita

5 hari (24-28

maret)

130/110 mmHg

110/80 mmHg

bisoprolol tablet 2,5 mg 5

DM tipe2

ramipril tablet 2,5 mg 4

candesartan tablet 4 mg 4

13

Tn. D

56

pria

4 hari (20-23

maret)

160/90 mmHg

110/80 mmHg

lisinopril tablet 10 mg 7 DM tipe 2

bisoprolol tablet 2,5 mg 5

furosemid injeksi 10 mg/ml 9

14

Tn. T

65

pria

2 hari (22-23

maret)

180/90 mmHg

130/80 mmHg

ramipril tablet 5 mg 3 Stroke Iskemik

nicardipin infus 10 mg/10 ml

15

Tn. A

58

pria

3 hari (4-6april)

170/100 mmHg

150/90 mmHg

amlodipine tablet 5 mg 3 Hipertensi

urgency

ramipril tablet 5 mg 3

bisoprolol tablet 5 mg 1

16

Ny. S

55

wanita

8 hari (30-07 mei)

170/70 mmHg

150/90 mmHg

amlodipine tablet 10 mg 8 Hipertensi

stadium 2

captopril tablet 12,5 mg 8

17

Ny. P

60

wanita

6 hari (25-30

april)

200/110 mmHg

120/90 mmHg

captopril tablet 25 mg 8 Stroke Iskemik

amlodipine tablet 10 mg 6

irbesartan tablet 300 mg 3

18

Ny. P

85

wanita

7 hari (20-26 juni)

170/70 mmHg

140/70 mmHg

ramipril tablet 5 mg 7 Stroke Iskemik

furosemid ampul 10mg/10 ml 3

19 Tn. R 66 pria 8 hari (26-04juni) 160/100 mmHg 130/90 mmHg bisoprolol tablet 2,5 mg 1 Stroke Iskemik

Page 112: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

95 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bisoprolol tablet 5 mg 6

ramipril tablet 5 mg 6

furosemid ampul 10mg/ml 21

20

Tn. M

47

pria

11 hari (06-

16juni)

180/120 mmHg

140/110 mmHg

ramipril tablet 5 mg 2

Stroke

Hemoragic

amlodipine tablet 10 mg 10

captopril tablet 50 mg 11

21

Ny. C

55

wanita

5 hari (11-15mei)

150/100 mmHg

150/90 mmHg

clonidin tablet 0,15mg 10 Gagal Ginjal

Kronis

irbesartan tablet 150 mg 4

furosemid injeksi 10mg/ml 10

22

Ny. T

57

wanita

5 hari (6-10mei)

150/90 mmHg

120/80mmHg

candesartan tablet 8mg 2 Gagal Jantung

Akut

candesartan tablet 16mg 1

furosemid injeksi 10 mg/ ml 2

23 Tn. Y 77 pria 4 hari (30-02feb) 150/100 mmHg 120/80 mmHg captopril tablet 12,5mg 1 Hipertensi

24

Tn. S

56

pria

8 hari (2-9feb)

160/90 mmHg

100/70 mmHg

bisoprolol tablet 1,25mg 5 Stroke Iskemik

amlodipine tablet 5mg 2

25 Tn. A 48 pria 7 hari (30-5feb) 210/110 mmHg 160/90 mmHg amlodipine tablet 10mg 6

stroke

hemorragic

candesartan tablet 16mg 3

26 Ny. M 68 wanita 8 hari (29-5feb) 180/110 mmHg 120/90 mmHg amlodipine tablet 10mg 8 Stroke iskemik

27

Tn. K

42

pria

6 hari (26-31jan)

170/100 mmHg

110/90 mmHg

ramipril tablet 5mg 9 Stroke

Hemorragic

amlodipine tablet 10mg 4

28

Ny. A

57

wanita

6 hari (25-30jan)

190/100 mmHg

140/80 mmHg

amlodipine tablet 10 mg 5 Stroke Iskemik

nicardipin injeksi 10 mg/10 ml 1

29 Tn. D 62 pria 6 hari (23-28jan) 190/100 mmHg 130/80 mmHg amlodipine tablet 10mg 5 DM tipe 2

30

Tn. S

65

pria

8 hari (04-21feb)

220/140 mmHg

130/90 mmHg

furosemid tablet 40 mg 4 Stroke Iskemik

clonidin tablet 0,15mg 7

valsartan tablet 80mg 3

captopril tablet 50mg 5

Page 113: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

96 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

amlodipine tablet 10mg 2

31

Ny. A

52

wanita

5 hari (21-25feb)

190/110 mmHg

140/100 mmHg

amlodipine tablet 10mg 6 Stroke Iskemik

ramipril tablet 5mg 2

32

Ny. R

35

wanita

7 hari (04-10feb)

140/100 mmHg

130/90 mmHg

irbesartan tablet 150mg 5 DM tipe 2

amlodipine tablet 10mg 4

33

Ny. T

61

wanita

5 hari (19-23feb)

210/110 mmHg

110/70 mmHg

irbesartan tablet 150mg 4 Hipertensi

emergency

clonidin tablet 0,15mg 6

furosemid injeksi 10 mg/ml 8

34

Ny. R

45

wanita

7 hari (26-

04maret)

140/100 mmHg

140/60 mmHg

bisoprolol tablet 2,5mg 1 atrial flutter

paroxymal

bisoprolol tablet 5mg 1

35

Ny. M

62

wanita

10 hari (01-

10maret)

200/130 mmHg

180/130 mmHg

amlodipin tablet 10mg 13 Stroke Iskemik

ramipril tablet 5mg 7

36 Ny. N 51 wanita

6 hari (14-

19april) 180/110 mmHg 140/90 mmHg ramipril tablet 5mg 2 Stroke Iskemik

37 Ny. R 50 wanita

5 hari (12-

16april) 190/100 mmHg 140/80 mmHg ramipril tablet 5mg 2 Stroke Iskemik

38 Tn. A 79 pria 5 hari (12-16sep) 170/90 mmHg 160/80 mmHg lisinopril tablet 10mg 4 aneurisma aorta

39

Tn. L

60

pria

4 hari (3-6

januari)

130/100 mmHg

100/70 mmHg

ramipril tablet 5mg 5 Gagal Jantung

Akut

furosemid injeksi 10 mg/ml 10

40 Ny. N 45 wanita

5 hari (09-13

maret) 230/130 mmHg 180/90 mmHg amlodipin tablet 10 mg 4 Stroke Iskemik

irbesartan tablet 300 mg 4

41 Tn. M 61 pria 6 hari (4-9april) 170/100 mmHg 180/110 mmHg ramipril tablet 5mg 3 Stroke Iskemik

42 Ny. C 46 wanita 5 hari (02-6april) 120/70 mmHg 110/80 mmHg amlodipin tablet 5 mg 5 Stroke Iskemik

43

Ny. M

51

wanita

7 hari (02-

08april)

160/90 mmHg

130/90 mmHg

ramipril tablet 5mg 3 Stroke Iskemik

lisinopril tablet 10 mg 3

Page 114: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

97 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44

Ny. A

57

wanita

15 hari (4-18

agustus)

170/120 mmHg

110/80 mmHg

amlodipin tablet 10 mg 7 Stroke Iskemik

captopril tablet 25mg 3

ramipril tablet 5mg 3

irbesartan tablet 300mg 6

45

Tn. S

58

pria

12 hari (10-21

agustus)

240/110 mmHg

130/90 mmHg

ramipril tablet 5mg 20 Stroke Iskemik

amlodipin tablet 10mg 11

irbesartan tablet 300mg 8

46

Tn. A

53

pria

4 hari (07-10sep)

150/100 mmHg

110/70 mmHg

ramipril tablet 2,5 mg 4 Gagal Jantung

Akut

bisoprolol tablet 2,5 mg 1

furosemid injeksi 10 mg/ml 3

47

Tn. A

76

pria 7 hari (27-02 mei) 150/100 mmHg 110/80 mmHg bisoprolol tablet 1,25 mg 5 Stroke Iskemik

bisoprolol tablet 2,5 mg 1

ramipril tablet 5 mg 4

48

Tn. S

65

pria

4 hari (15-18

april)

170/110 mmHg

150/100 mmHg

ramipril tablet 5 mg 3 stroke

hemoragik

amlodipin tablet 5 mg 2

49 Ny. T 95 wanita 14 hari (26-9mei) 170/80 mmHg 150/70 mmHg amlodipin tablet 10 mg 3 Stroke Iskemik

ramipril tablet 5 mg 3

50 Ny. R 50 wanita 8 hari (25-1juni) 180/100 mmHg 180/100 mmHg ramipril tablet 5 mg 7 stroke iskemik

51

Tn. A

30

pria

7 hari (09-

15april)

130/90 mmHg

110/60 mmHg

ramipril tablet 2,5 mg 4

Gagal Jantung

Akut

ramipril tablet 5 mg 4

spironolactone tablet 25 mg 5

furosemid injeksi 10 mg/10 ml 12

52 Tn. U 75 pria 6 hari (24-29mei) 160/90 mmHg 150/90 mmHg amlodipin tablet 5 mg 2 stroke iskemik

captopril tablet 25 mg 7

Page 115: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

98 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53

Ny. A

44

wanita

5 hari (26-30 mei)

170/100 mmHg

130/70 mmHg

amlodipin tablet 5 mg 9

Hipertensi

emergency

candesartan tablet 16 mg 4

bisoprolol tablet 2,5 mg 1

furosemid injeksi 10 mg/ml 12

54 Ny. I 67 wanita 8 hari (04-11 juni) 170/100 mmHg 140/90 mmHg amlodipin tablet 5 mg 7 stroke iskemik

55

Tn. R

52

pria

5 hari (17-21mei)

160/100 mmHg

120/80 mmHg

bisoprolol tablet 2,5 mg 3

Gagal Jantung

Akut

candesartan tablet 8 mg 2

furosemid injeksi 20 mg 5

56 Ny. R 49 wanita 4 hari (17-20 juli) 130/70 mmHg 220/120 mmHg bisoprolol tablet 2,5 mg 4

supraventrikular

takikardi

57

Ny. E

43

wanita

9 hari (11-19 juni)

220/130 mmHg

150/100 mmHg

amlodipin tablet 10 mg 10

Stroke Iskemik

irbesartan tablet 300 mg 15

captopril tablet 50 mg 16

furosemid tablet 40 mg 4

bisoprolol tablet 5 mg 4

58

Ny. A

59

wanita

3 hari (13-15 juli)

120/70 mmHg

140/90 mmHg

ramipril tablet 1,25 mg 3 Gagal Jantung

Akut

furosemid tablet 40 mg 2

spironolactone tablet 25 mg 3

furosemid injeksi 10 mg/ml 4

59 Tn. N 60 pria

7 hari (2-8

agustus) 160/90 mmHg 140/100 mmHg lisinopril tablet 5 mg 5

Stroke

Hemorragic

60

Ny. E

49

wanita

10 hari (18-27

juli)

200/100 mmHg

110/80 mmHg

captopril tablet 25 mg 9

Stroke Iskemik

amlodipin tablet 10 mg 4

furosemid injeksi 10mg/ml 4

61

Tn. H

58 pria

11 hari (06-16

juni) 190/100 mmHg 120/70 mmHg captopril tablet 25 mg 26 Stroke Iskemik

amlodipin tablet 10 mg 8

Page 116: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

99 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

62

Tn. J

69

pria

5 hari (04-08 juni)

200/110 mmHg

130/90 mmHg

irbesartan tablet 300 mg 5 Stroke Iskemik

amlodipin tablet 10 mg 5

ramipril tablet 5 mg 5

63 Tn. W 56 wanita 2 hari (24-25 sep) 160/90 mmHg 160/90 mmHg cardesartan tablet 8 mg 1

unstable angina

pectoris

64 Tn. U 50 pria 6 hari (21-26 sep) 140/90 mmHg 110/80 mmHg amlodipin tablet 10 mg 2 Stroke Infark

65

Tn. S

46

pria

7 hari (29-04 nov)

150/90 mmHg

140/90 mmHg

captopril tablet 25 mg 9

Stroke Iskemik

amlodipin tablet 10 mg 3

66

Tn. N

58

pria

11 hari (01-11

nov)

180/140 mmHg

120/80 mmHg

captopril tablet 25 mg 24

Stroke

Hemoragic

amlodipin tablet 10 mg 10

captopril tablet 50 mg 5

67 Ny. A 52 wanita 2 hari (06-07 sep) 170/110 mmHg 250/140 mmHg captopril tablet 25 mg 1

stroke

hemoragic

68 Ny. M 60 wanita

12 hari (04-15

sep) 160/100 mmHg 160/100 mmHg amlodipin tablet 5 mg 10 stroke iskemik

amlodipin tablet 10 mg 2

69

Ny. S

56

wanita

4 hari (28-31 okt)

160/80 mmHg

150/90 mmHg

amlodipine tablet 5 mg 4 Hipertensi

stadium 1

irbesartan tablet 150 mg 1

70

Ny. M

42

wanita

6 hari (30-05 des)

150/100 mmHg

110/80 mmHg

lisinopril tablet 2,5 mg 5 N STEMI

bisoprolol tablet 2,5 mg 4

bisoprolol tablet 5 mg 1

71 Tn. M 64 pria 6 hari (01-06 des) 160/100 mmHg 150/100 mmHg ramipril tablet 5 mg 7 N STEMI

72 Tn. R 58 pria 7 hari (24-30 nov) 210/110 mmHg 130/90 mmHg amlodipin tablet 10 mg 7 infark cerebral

73 Ny. D 47 wanita 1 hari (15-16 des) 150/100 mmHg 120/90 mmHg furosemid tablet 40 mg 1 DM tipe 2

74 Ny. S 40 wanita 4 hari (26-29 mei) 170/80 mmHg 140/80 mmHg amlodipin tablet 10 mg 3

Hipertensi

stadium 2

75 Tn. P 62 pria 5 hari (23-27 nov) 160/100 mmHg 130/90 mmHg ramipril tablet 5 mg 5 stroke iskemik

Page 117: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

100 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

76

Ny. B

50

wanita

8 hari (12-19 okt)

230/110 mmHg

140/80 mmHg

nifedipin tablet 10 mg 19

Hipertensi

urgency

captopril tablet 25 mg 19

furosemid tablet 40 mg 9

77 Tn. B 76 pria 5 hari (11-15 sep) 180/80 mmHg 140/90 mmHg amlodipin tablet 10 mg 3 Stroke Iskemik

78

Ny. S

62

wanita

8 hari (17-29 nov)

150/90 mmHg

90/70 mmHg

furosemid tablet 40 mg 2 Gagal Jantung

Akut

furosemid injeksi 20 mg 5

79

Tn. A

55

pria

7 hari (29-04

agustus)

170/100 mmHg

150/100 mmHg

nifedipin tablet 30 mg 5

DM tipe 2

captopril tablet 25 mg 6

captopril tablet 50 mg 1

amlodipin tablet 10 mg 3

80

Tn. R

50

pria

4 hari (22-25 juli)

210/130 mmHg

130/80 mmHg

amlodipin tablet 10 mg 3

Hipertensi

emergency

captopril tablet 25 mg 6

nifedipin tablet 30 mg 2

bisoprolol tablet 2,5 mg 2

nicardipin injeksi 2,5 mg 3

81 Ny. E 48 wanita 2 hari (9-10 sep) 160/100 mmHg 140/90 mmHg amlodipin tablet 10 mg 2 unstable angina

pectoris bisoprolol tablet 2,5 mg 2

lisinopril tablet 10 mg 2

82

Tn. D

61

pria

10 hari (19-28

nov)

140/100 mmHg

130/90 mmHg

amlodipin tablet 5 mg 9

Stroke Iskemik ramipril tablet 5 mg 16

83

Tn. M

60

pria

2 hari (19-20 nov)

150/100 mmHg

120/90 mmHg

ramipril tablet 2,5 mg 2

Gagal Jantung

Akut

ramipril tablet 5 mg 2

furosemid injeksi 10 mg/ml 1

84

Tn. R

55

pria

4 hari (26-29 nov)

170/90 mmHg

150/90 mmHg

ramipril tablet 5 mg 6

Gagal Jantung

Akut

spironolactone tablet 25 mg 3

bisoprolol tablet 2,5 mg 3

furosemid injeksi 10 mg/ml 6

amlodipin tablet 10 mg 7

Page 118: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

101 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

85

Tn. I

46

pria

8 hari (10-17 nov)

200/120 mmHg

160/100 mmHg

candesartan tablet 16 mg 7 Stroke

Hemorragic

nifedipin tablet 30 mg 1

86 Tn. S 42 pria 5 hari (13-17 okt) 180/100 mmHg 160/100 mmHg amlodipin tablet 5 mg 2 Stroke Iskemik

87

Tn. M

71

pria

9 hari (1-9 jan)

190/100 mmHg

150/90 mmHg

amlodipin tablet 10 mg 8

Stroke Iskemik amlodipin tablet 5 mg 2

88

Ny. Y

78

wanita

3 hari (14-16 des)

140/90 mmHg

120/80 mmHg

nimodipin tablet 60 mg 6 Stroke

Hemorragic

amlodipin tablet 5 mg 3

89 Ny. S 60 wanita 3 hari (14-16 nov) 180/110 mmHg 120/90 mmHg bisoprolol tablet 5 mg 3 STEMI

90

Ny. A

56

wanita

10 hari (19-28

jan)

180/90 mmHg

140/90 mmHg

amlodipin tablet 5 mg 1

unstable angina

pectoris

bisoprolol tablet 2,5 mg 8

irbesartan tablet 150 mg 8

furosemid tablet 40 mg 9

amlodipin tablet 10 mg 12

91

Ny. S

50

wanita

6 hari (21-26 jan)

230/150 mmHg

140/90 mmHg

ramipril tablet 5 mg 9 Stroke

Hemorragic

amlodipin tablet 10 mg 5

92

Tn. A

46

pria

6 hari (16-21 jan)

160/100 mmHg

110/70 mmHg

ramipril tablet 5 mg 8 unstable angina

pectoris

bisoprolol tablet 2,5 mg 3

nifedipin tablet 10 mg 4

93 Ny. S 65 wanita 7 hari (3-9 jan) 190/110 mmHg 120/80 mmHg amlodipin tablet 10 mg 5 Stroke Iskemik

94 Ny. T 47 wanita 6 hari (11-16 sep) 160/110 mmHg 110/80 mmHg ramipril tablet 5 mg 8

Gagal Jantung

Akut

95

Tn. W

58

pria

8 hari (03-10 juli)

150/100 mmHg

150/80 mmHg

spironolactone tablet 25 mg 4 Gagal Jantung

Akut

amlodipin tablet 5 mg 4

furosemid injeksi 10 mg/ ml 11

96

Tn. P

44

pria

13 hari (29-11

mei)

140/90 mmHg 110/80 mmHg irbesartan tablet 300 mg 10 Gagal Ginjal

Kronis

amlodipin tablet 10 mg 13

97

Tn. M

55

pria

6 hari (11-16 juli)

140/90 mmHg

140/100 mmHg

ramipril tablet 5 mg 3 Stroke

Hemorragic

amlodipin tablet 10 mg 3

Page 119: EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33393/1/Anisa... · ii uin syarif hidayatullah jakarta. uin syarif

102 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

98

Tn. S

67

pria

5 hari (19-23

agustus)

160/90 mmHg

160/90 mmHg

amlodipin tablet 5 mg 1 Stroke Iskemik

amlodipin tablet 10 mg 4

99

Ny. S

59

wanita

2 hari (30-01 okt)

160/90 mmHg

110/80 mmHg

ramipril tablet 2,5 mg 2 Hipertensi

stadium 1

furosemid injeksi 10 mg/ml 1

100

Ny. I

49

wanita

8 hari (08-15 mei)

270/110 mmHg

140/90 mmHg

amlodipin tablet 5 mg 3 Hipertensi

emergency

amlodipin tablet 10 mg 5

lisinopril tablet 5 mg 5