evaluasi pendidikan indonesi1

29
EVALUASI PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Rasional Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan tidak akan pernah ada batasnya. Selama manusia ada, persoalan pendidikan tidak akan pernah hilang dari wacana suatu bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa. Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Jadi secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai

Upload: rindi-purnawan

Post on 08-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

EVALUASI PENDIDIKAN INDONESI1

TRANSCRIPT

EVALUASI PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Rasional

Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan

selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul

masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi

pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru

yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan

tidak akan pernah ada batasnya. Selama manusia ada, persoalan pendidikan tidak akan

pernah hilang dari wacana suatu bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor

pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu

bangsa.

Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam

setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan  seberapa jauh perkembangan

atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas

pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan

serta mudah mencari jalan keluar  untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.

Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan

tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Jadi secara umum

evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu

program.

Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan

informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau

menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar

tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan

pengajaran.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1

mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin

terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara.

Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk

selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan

memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional quality) karena muara

dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang

berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai

tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program

pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan

kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya

peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap

kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan

pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran

kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu

dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik,  hasil evaluasi

program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat begitu luasnya pembahasan evaluasi sistem pendidikan, pada makalah ini

kami membatasi masalah pada pembahasan evaluasi program pembelajaran di sekolah

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari evalusi pendidikan secara menyeluruh. Adapun

masalah yang penulis ajukan adalah :

1. Bagaimana proses evaluasi program pembelajaran di sekolah ?

2. Siapakah yang layak menjadi evaluator program pembelajaran di sekolah ?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran teoritis tentang proses evaluasi program pembelajaran di

sekolah

2. Untuk memperoleh gambaran teoritis tentang orang yang layak menjadi evaluator

program pembelajaran sekolah.

D. Metoda Pendekatan

Dalam membahas makalah ini, penulis akan menggunakan metode, yaitu studi

literatur, yaitu penggunaan bahan-bahan penulisan yang bersumber dari buku-buku referensi

dan website.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.  Konsep Dasar  Evaluasi Pendidikan

Sebagaimana dikemukakan oleh Edwint Wandt dan Gerald W, Brown (1997) bahwa

evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian   “  suatu tindakan atau suatu

proses untuk menentukan nilai dari sesuatu “.

Apabila definisi evaluasi yang dikemukakan Edwint Wandt dan Gerald W, Brown

untuk memberikan  definisi tentang eveluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat

diberi pengertian sebagai suatu tindakan atau kegitan (yang dilaksanakan dengan maksud 

untuk) atau suatu proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala

sesuatu dalam dunia pendidikan. Secara singkat Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan atau

proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan di Indonesia, lembaga Administrasi

Negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai berikut :

Evaluasi pendidikan adalah :

1)       Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan

yang telah ditentukan

2)       Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi

penyempurnaan pendidikan Bertitik tolak dari uraian di atas, maka apabila definisi tentang

evalusi pendidikan itu dituangkan dalam bentuk bagan akan terlihat seperti di bawah ini.

Hasil-hasil Pendidikan yang telah dapat dicapai

Tujuan  Pendidikan yang telah ditentukan

BAGIAN TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN

Proses/Kegiatan Pencapaian Tujuan

Pembandingan antara Tujuan dengan Hasil yang telah dicapai

Informasi {Sesuai/tidak sesuai, Berhasil/Gagal Bermutu/Kurang Bermutu ? Mengapa,

Bagaimana ?)

Feed Back/Umpan Balik Upaya perbaikan/Penyempurnaan Program Pendidikan

Bagan tersebut memperlihatkan , bahwa dalam proses penilaian, dilakukan pembandingan

antara informasi-informasi yang telah berhasil dihimpun dengan kriteria tertentu, untuk

kemudian diambil keputusan atau dirumuskan kebijakan tertentu. Kriteria atau tolok ukur

yang dipegang adalah tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan

pendidikan itu dilaksanakan.

Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya

diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang

lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu

kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif.

Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai.

Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam

rangka pengambilan keputusan.

Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan,

pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui

sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi

dimana siswa mendapatkan nilai yang memuaskan maka akan memberikan dampak berupa

suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana

hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan

belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar

agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan

balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN

1.  Fungsi Secara Umum

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses memiliki 3 macam fungsi

pokok, yaitu  (1) mengukur kemajuan, (2) menunjang penyusunan rencana, (3) memperbaiki

atau melakukan penyempurnaan kembali. Setidak-tidaknya ada dua macam kemungkinan

hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi, yaitu :

1)  Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi

evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan

2)  Hasil evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkhawatirkan, dengan

alasan bahwa berdasar hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan-

penyimpangan, hambatan atau kendala , sehingga mengharuskan evaluator untuk  bersikap

waspada. Ia perlu memikirkan dan melakukan pengkajian  ulang terhadap rencana yang telah

disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya. Berdasar data hasil evaluasi

itu selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat dan lebih sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan. Sudag barang tentu perubahan-perubahan itu membawa konsekuensi

berupa perencanaan ulang ( re-pl;anning) atau perencanaan baru, Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa evaluasi itu memiliki fungsi; menunjang penyusunan rencanal.

Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan akan membuka peluang bagi

evaluator untuk membuat perkiraan (estimasi), apakah tujuan yang telah dirumuskan akan

dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak, Apabila berdasar data hasil

evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka

evaluator akan berusaha untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebabnya, serta

mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Bukan tidak mungkin

bahwa atas dasar data hasil evaluasi itu evaluator perlu mengadakan perubahan-perubahan,

penyempurnaan-penyempurnaan atau perbaikan-perbaikan, baik perbaikan yang menyangkut

organisasi, tata kerja, dan bahkan mungkin juga perbaikan terhadap tujuan organisasi itu

sendiri. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan

atau penyempurnaan usaha. Perbaikan usaha tanpa didahului oleh kegiatan evaluasi adalah

tidak mungkin; sebab untuk mengadakan perbaikan terlebih dahulu harus diketahui apa yang

harus diperbaiki, dan mengapa hal itu perlu diperbaiki. Kegiatan evaluasi yang tidak

menghasilkan titik tolak untuk perbaikan adalah  hampa dan tidak ada artinya sama sekali.

2.  Fungsi Secara Khusus.

Secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari 3 segi, yaitu :

(1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif.

Secara psikologis kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disorot dari

dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan dari sisi pendidik.

Bagi peserta didik evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman

atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kepastian dan status dirinya masing-

nasing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya. Dengan dilakukannya evaluasi terhadap

hasil belajar siswa misalnya, maka para siswa akan mengetahui apakah dirinya termasuk

siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan rata-rata, ataukah berkemampuan rendah,

juga para siswa yang bersangkutan akan menjadi tahu atau mengerti di manakah posisi

dirinya ditengah teman-temannya. Apakah ia termasuk kelompok pandai, sedang ataukah

termasuk dalam kelompok bodoh.

Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan emberikan kepastian atau ketetapan hati

kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya

selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau

pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu,

dilakukan selanjutnya.  Misalnya dengan menggunakan metode-metode mengajar tertentu,

hasil-hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan daya serap terhadap materi yang

telah diberikan kepada para siswa tersebut, karena itu penggunaan metode-metode mengajar

tadi akan terus dipertahankan.Sebaliknya, apabila hasil-hasil belajar siswa ternyata tiak

menggembirakan, maka pendidik akan berusaha melakukan perbaikan-perbaikan  dan

penyempurnaan sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan (khususnya evaluasi hasil

belajar) akan dapat memberikan dorongan kepada mereka untuk dapat memperbaiki

meningkatkan dan mempertahankan prestasinya. Evaluasi hasil belajar itu misalnya akan

menghasilkan nilai-nilai hasi belajar untuk masing-masing individu siswa. Ada siswa yang

nilainya jelek, karena itu siswa tersebut terdorong untuk memperbaikinya, agar untuk waktu-

waktu yang akan datang nilai hasil belajarnya tidak sejelek sekarang, sementara itu untuk

siswa yang sudah baik prestasinya akan termotivasi untuk selalu mempertahankan

prestasinya

.

Bagi pendidik secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima

macam fungsi, yaitu ;

Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha/prestasi yang telah dic apaiu oleh

peserta didiknya.

Disini evaluasi dikatakan berfungsi memeriksa (mendiagnosa), yaitu memeriksa pada

bagian-bagian manakah para peserta didik pada umumnya mengalami kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran, untuk selanjutnya dapat dicari dan ditemukan jalan eluar

pemecahannya. Jadi disini evaluasi berfungsi diagnostic.

Memberikan  informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing

peserta didik di tengah-tengah kelompoknya

Dalam hubungan ini evaluasi pendidikan sangat diperlukan untuk dapatmenentukan

secara pasti, pada kelompok manakah kiranya seorang peserta didik seharusnya ditempatkan.

Dengan kata evaluasi evaluasi pendidikan berfungsi menempatkan peserta didik menurut

kelompoknya masing-masing; misalnya kelompok atas (pandai), tengah (rata-rata) tau

kelompok rendah (lemah)

Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status

peserta didik.

Dalam hubungan ini evaluasi pendidikan dlakukan untuk menetapkan, apakah seorang

peserta didik dapat dinyatakan lulus atau  tidak lulus, dapat dinyatakan naik kelas ataukah

tinggal kelas, dapat diterima pada jurusan tertentu atau tidakMemberikan pedoman untuk

mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.

Berdasarkan pada hasil evaluasi, pendidik dimungkinkan untuk dapat memberikan

petunjuk dan bimbingan kepada para peserta didik; misalnya tentang bagaimana cara belajar

yang baik, cara mengatur waktu belajar dan sebagainya, sehngga kesulitan-kesulitan yang

dihadap peserta didik dalam PBM dapat diatasi sebaik-baiknya. Jadi evaluasi pendidikan

berfungsi bimbingan.

Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah

ditentukan telah dapat dicapai.

Disini evaluasi pendidikan dikatakan memlilki fungsi instruksional, yaitu melakukan

pembandingan antara Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditentukan untuk masing-masing

mata pelajaran dengan hasil-hasil belajar yang telah dicapau oleh pesrta didik.

Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki tiga

macam fungsi, yaitu ;

1. Memberikan Laporan

Dengan melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai

kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran

dalam jangka waktu tertentu. Laporan mengenai hal ini biasanya tertuang dalam bentuk

Buku Laporan Kemajuan Belajar Siswa (Rapor).

2.  Memberikan Bahan-bahan Keterangan (Data)

Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat.

Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari kegiatan

evaluasi, adalah merupakan data yang sangat penting untuk keperluan pengambilan

keputusan pendidikan dan lembaga pendidikan. Apakah peserta didik dapat dinyatakan lulus

atau tidak lulus, naik kelas atau tidak, dan sebagainya

3. Memberikan Gambaran

Gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran

tercermin  antara lain dari hasil-hasil belajar para peserta didik setelah dilakukannya evaluasi

hasil belajar. Dari kegiatan evaluasi hasil belajar yang telah dilakukan untuk berbagai jenis

mata-mata pelajaran tertentu (misalnya Matematika dan IPA) pada umumnya kemampuan

siswa sangat memprihatinkan. Gambaran tentang kualitas hasil belajar peserta didik juga

dapat diperoleh berdasar data yang berupa Nilai Ujian Nasional (NUN), Nilai Ulangan

Umum dan lain-lain.

C.  Tujuan Evaluasi Pendidikan

1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu :

1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterengan yang akan dijadikan sebagai bukti

mengenai taraf perkembangan peserta didik, setelah mereka mengikuti proses

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum dari evaluasi

dalam pendidkan adalah untuk memperoleh data pembuktian , yang akan menjadi

petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik

dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh pembelajaran

dalam jangka waktu yang ditentukan.

2. untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah

di[ergunakan dalam prosese pembelajarn dalam jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umu

yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai

dimanakah efektivitas mengajar dan metode-metode mengajara yang telah diterapkan

atau dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik

.

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam pendidikan adalah:

1. untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa

adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri

peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.

2. untuk mencari dan menemukan faktror-faktor penyebab keberhasihan dan

ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan. Sehingga dapat

dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

D. Kegunaan Evaluasi Pendidikan

Diantara kegunaan yang dapat dipetik dalam bidang pendidikan adalah:

1. terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh evaluasi tentang hasil-hasil

yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.

2. terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan

yang telah dirumuskan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

3. terbukanya kemungkinan untuk dalap dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian dan

penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil

guna sehingga tujuan yang dicita-citakan akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-

baiknya.

E.  Proses Evaluasi Pendidikan

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan

terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan

secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila

proAsesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan

hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran

yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam

melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :

1. perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan   

evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana,

penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)

2. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).

3. verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).

4. pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah

hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non

parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )

5. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis

ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf

signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan

evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat

tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan

penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk

menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons

seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008: 67). Tes merupakan

salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi

karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta did, sikap, minat,

maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan

kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.

Pngukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which

information about the attributes or characteristics of thing are determinied and

differentiated (Oriondo, 1998: 2). Guilford mendefinisi pengukuran dengan “assigning

numbers to, or quantifying, things according to a set of rules” (Griffin & Nix, 1991: 3).

Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau

karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen

mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk

menyatakan keadaan individu (Djemari Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi dari

pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan

individu menurut aturan-aturan tertentu.  Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes.

Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan

pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentukkuantitatif.

Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham

(1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara

formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan.

Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang

individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang

berkaitan dengan sistem institusi. “processes that provide information about individual

students, about curricula or programs, about institutions, or about entire systems of

institutions” (Stark & Thomas,1994: 46). Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa assessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan

data hasil pengukuran.

Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.

Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyatakan bahwa : Evaluation is the process of

delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth

and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide

decision making, serve needs for accountability, and promote understanding of the involved

phenomen

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan

sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan

yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,

membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.

Menurut rumusan tersebut,  inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation)

dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa : Evaluation is the process of

ascertaining the decision of concern, selecting  appropriate information, and collecting and

analyzing information in order to report summary data useful to decision makers in selecting

amongalternatives.

Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan

penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program,

prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi

pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program

selanjutnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses

yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,

mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar

membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk

memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut

dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta

pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk

mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga

dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan

kebijakan yang terkait dengan program.

B. Program Pembelajaran

Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin (2008: 3 – 4) ada dua pengertian untuk

istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara

umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang siswa ditanya oleh guru,

apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti, maka

arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan

dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan ke

pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang tua dalam membina

usaha, atau mungkin juga belum menenukan program apapun. Apabila program ini langsung

dikaitkan dengan evaluasi progam, maka program didefinisikan sebagai satu  unit atau

kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,

berlangsung dalam program yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi

yang melibatkan sekelompok orang.

Dalam buku yang lain Suharsimi (2008: 291) mendefinisikan program sebagai suatu

kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Sedangkan Farida Yusuf Tayibnabis (2000: 9)

mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan

akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dengan demikian dapat  diartikan program sebagai

serangkain kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan dalam pelaksanaannya

berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang

melibatkan banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat

dikategorikan sebagai program, yaitu:

1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal rancangan,

tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat,

2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang

lain. Dengan kata lain ada  keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan

sesudahnya,

3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal maupun

organisasi non formal bukan kegiatan individual,

4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan banyak orang,

bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan

orang lain.

Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik

memerlukan perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaanya melibatkan berbagai orang,

baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu

dengan kegiatan pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai kompetensi bidang studi yang

pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam

organisasi. Agar pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya

dibuat suatu program pembelajaran. Program pembelajaran yang biasa disebut juga dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan panduan bagi guru atau pengajar dalam

melaksanakan pembelajaran. Program pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya

bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program

pembelajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program

pembelajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pembelajaran.

C. Kegunaan Evaluasi Program Pembelajaran

Sekurang-kurangnya ada empat kegunaan utama evaluasi program pembelajaran,

yaitu :

1. Mengomunikasikan program kepada publik

Tidak jarang publik termasuk orang tua siswa mendapat laporan bersifat garis besar

dari media massa tentang efektivitas program sekolah termasuk program pembelajaran.

Laporan demikian biasanya hanya menyajikan angka-angka statistik tanpa disertai penjelasan

secara detail tentang makna dan hal-hal yang tekait. Ada pula sebagian orang tua menerima

laporan tentang program pembelajaran dari siswanya. Informasi demikian bagaimanapun

kurang lengkap. Padahal laporan atau informasi demikian dapat saja membentuk opini sistem

pembelajaran atau bahkan kinerja guru. Oleh karena itu mengkomunikasikan hasil evaluasi

program pembelajaran yang lengkap akan memiliki keuntungan dan kebaikan bagi guru dan

sekolah. Bagaimanapun orang tua maupun masyarakat luas lainnya memiliki kepentingan

terhadap pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu sekolah memiliki kewajiban untuk

mengomunikasikan efektivitas program pembelajarannya kepada orang tua maupun publik

lainnya melalui hasil-hasil evaluasi yag dilaksanakan, dengan demikian publik dapat menilai

tentang efektivitas program pembelajaran dan memberikan dukungan yang diperlukan.

2. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan

Informasi yang dihasilkan dari evaluasi program pembelajaran akan berguna bagi

setiap tahapan dari manajemen sekolah mulai sejak perencanaan, pelaksanaan ataupun ketika

akan mengulangi dan melanjutkan program pembelajaran. Hasil evaluasi dapat dijadikan

dasar bagi pembuatan keputusan, sehigga keputusan tersebut lebih valid dibandingkan

keputusan yang hanya berdasarkan intuisi saja. Pembuat keputusan biasanya memerlukan

informasi yang akurat agar dapat memutuskan sesuatu secara tepat. Informasi yang akurat

tersebut antara lain dapat diperoleh dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan secara

sistematis. Penyediaan informasi hasil evaluasi bagi pembuatan keputusan tersebut tidak

terbatas pada keputusan oleh kepala sekolah tetapi juga oleh guru. Misalnya guru membuat

keputusan tingkat kelas, sedangkan kepala sekolah membuat keputusan untuk tingkat

sekolah. Masing-masing pembuat keputusan memerlukan informasi dari hasil

evaluasi,karenanya hal ini harus diperhatikan ketika rencana evaluasi dikembangkan.

3. Penyempurnaan program yang ada

Evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu

upaya-upaya dalam rangka menyepurnakan jalannya program pembelajaran sehingga lebih

efektif. Dengan instrumen yang ada, hasil yang dicapai dapat diukur dan didiagnosis.

Berbagai kelemahan dan kendala yang mungkin timbul dapat ditemukan dan dikenali,

kemudian dianalisis serta ditentukan alternatif pemecahannya yang paling tepat. Komponen-

komponen dalam sistem pembelajaran yang memiliki kekurangan dan kelemahan dapat

dipelajari dan dicari solusinya. Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat diperoleh informasi

tentang dampak dari berbagai aspek program terhadap siswa, dan berhasil juga teridentifikasi

berbagai faktor yang perlu diperhatikan atau perlu penyempurnaan, misalnya kinerja guru,

fasilitas pembelajaran, strategi pembelajaran yang digunakan, dan sebagainya. Singkatnya

evaluasi program pembelajaran dapat berfungsi sebagai koreksi terhadap kesalahan maupun

kekurangan program pembelajaran.

4. Meningkatkan partisipasi

Dengan adanya informasi hasil evaluasi program pembelajaran, maka orang tua atau

masyarakat akan terpanggil untuk berpartisipasidan ikut mendukung upaya-upaya

peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil evaluasi progam pembelajaran yang

dimasyarakatkan akan menggugah kepedulian masyarakat terhadap program pembelajaran,

menarik perhatiannya, dan akhirnya akan menumbuhkan rasa ikut memiliki (self of

belonging). Apabila hal ini terbina dengan baik, maka akan tercipta suatu control yang ikut

memacu dan mengawasi kualitas pembelajaran. Selain itu, evaluasi juga merupakan upaya

meningkatkan motivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya. Informasi hasil evaluasi akan

memberikan konfirmasi tentang komponen-komponen program pembelajaran yang masih

lemah dan perlu ditingkatkan. Bagi siswa informasi hasil evaluasi yang berupa kemajuan

hasil belajar siswa juga mempunyai manfaat untuk meningkatkan motivasi belajar.

D. Objek Evaluasi  Pembelajaran

Berdasarkan asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa

unsur, yaitu masukan, proses dan keluaran/hasil; maka objek atau sasaran evaluasi program

pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: evaluasi masukan, proses dan

keluaran/hasil pembelajaran.

1. Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian karakteristik peserta didik,

kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan

guru, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan

mata pelajaran, serta keadaan lingkungan di mana pembelajaran berlangsung.

2. Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian pengelolaan pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru meliputi kinerja guru dalam kelas, keefektifan media

pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa.

3. Penilaian hasil pembelajaran merupakan upaya untuk melakukan pengukuran terhadap

hasil belajar siswa, baik menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini adalah

penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing – masing

mata pelajaran

.

Terkait dengan ketiga objek atau sasaran evaluasi program pembelajaran tersebut,

menurut Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan

Universitas Sebelas Maret (2007: 5) dalam praktek pembelajaran secara umum, pelaksanaan

evaluasi program pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran atau evaluasi

manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi substansial. Hal ini didasarkan pada

pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kedua jenis evaluasi tersebut merupakan

komponen sistem pembelajaran yang sangat penting. Evaluasi kedua jenis komponen yang

dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil

pembelajaran. Selanjutnya masukan tersebut pada gilirannya dipergunakan sebagai bahan

dan dasar memperbaiki kualitas proses pembelajaran menuju ke perbaikan kualitas hasil

pembelajaran. Dengan kata lain untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa harus

didahului dengan perbaikan terhadap kualitas proses pembelajaran.

Dalam konsep manajemen mutu, menurut Sudarwan Danim (2007: 12 -13) mutu

pendidikan dilihat dari empat perspektif, yaitu masukan, proses, keluaran atau prestasi

belajar, dan dampak atau utilitas lulusan. Dengan demikian, kebiasaan menilai mutu proses

pembelajaran hanya dengan melihatnya dari prestasi belajar siswa semata tidaklah tepat.

Dilihat dari pendekatan sistem pemecahan masalah, prestasi belajar siswa yang buruk

bukanlah masalah, melainkan gejala atau indikator adanya masalah. Disebut bukan masalah

karena prestasi belajar siswa yang buruk adalah sebuah realitas. Rahasia mengenai factor-

faktor apa yang mempengaruhi buruknya hasil belajar siswa, strategi manajemen sekolah

macam apa yang harus diterapkan, strategi pembelajaran apa yang harus dikemas agar siswa

tahu bagaimana memecahan masalahnya sendirilah yang menjadi masalah.

Berdasarkan beberapa asumsi dan pendapat di atas, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa

objek evaluasi program pembelajaran yang pokok harus mencakup dua hal, yaitu:

1. Aspek manajerial, yaitu implementasi rancangan pembelajaran yang telah disusun oleh

guru dalam bentuk proses pembelajaran, atau disebut juga dengan evaluasi kualitas

proses pembelajaran.

2. Aspek substansial, yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian proses

pembelajaran yang dirancang oleh guru, atau disebut juga dengan penilaian hasil belajar

siswa, baik menggunakan tes maupun non tes

.

E. Evaluator Program Pembelajaran

Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk dapat menjadi evaluator

program ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-masing mempunyai kelebihan

dan kekurangan. Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang

yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi.  Berdasarkan pertimbangan

tersebut Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin (2008: 23 – 25) mengklasifikasikan evaluator

menjadi dua macam, yaitu evaluator dari dalam (internal evaluator) dan evaluator dari luar

(external evaluator).

1. Evaluator dari dalam

Yang dimaksud dengan evaluator dari dalam adalah petugas evaluasi program yang

sekaligus merupakan salah saeorang dari anggota pelaksana program yang evaluasi.

Berdasarkan batasan tersebut maka dalam evaluasi program pembelajaran guru menjadi

evaluator dari dalam karena guru selain sebagai perencana sekaligus pelaksana program

pembelajaran mempunyai kewajiban menilai, sikap dan perilaku maupun partisipasi siswa

dalam proses pembelajaran, juga mempunyai kewajiban menilaihasil belajar siswa. Adapun

kelebihan dan kekurangan evaluator dari dalam antara lain:

a. Kelebihan Evaluator dari dalam

1. Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga ke-khawatiran untuk

tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada

sasaran.

2. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak banyak mengeluarkan

waktu dan biaya yang cukup banyak

b. Kekurangan  Evaluator dari dalam

1. Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek

positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat

diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat

dikhawatirkan akan bertindak subjektif.

2. Karena sudah memahami seluk belum program, jika evaluator kurang sabar, kegiatan

evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.

2. Evaluator dari luar

Yang dimaksud dengan evaluator dari luar adalah orang-orang yang tidak terkait

dengan implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan

untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran. Termasuk evaluator eksternal

dalam evaluasi program pembelajaran di antaranya evaluasi yang dilakukan petugas yang

ditunjuk oleh kepala sekolah maupun evaluasi yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk

oleh dinas pendidikan.

a. Kelebihan Evaluator dari luar

1. Karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program pembelajaran, evaluator dari

luar dapat bertindak secara efektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil

kesimpulan. Apapun hasil evaluasi tidak akan ada respon emosional dari evaluator

karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil.

Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang

sebenarnya.

2. Seorang ahli yang ditunjuk biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya,

dengan begitu ia akan bekerja secara serius dan hati – hati.

b. Kekurangana Evaluator dari luar

1. Evaluator dari luar biasanya belum mengenal lebih dalam tentang program pembelajaran

yang akan dievaluasi. Hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses

kegiatannya. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut

setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Dampak dari kekurang pengetahuan

tersebut memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.

2. Pemborosan waktu dan biaya, pengambil keputusan harus mengeluarkan waktu dan

biaya untuk membayar evaluator tersebut

Melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing evaluator, serta untuk lebih

mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka sebaiknya

evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi antara evaluator dari

dalam dan evaluator dari luar. Sebagai contoh untuk evaluasi program pembelajaran pada

setiap akhir pelaksanaan pembelajaran berkenaan dengan satu kompetensi dasar atau satu

pokok bahasan evaluasi dilakukan oleh guru yang merancang dan melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Sedangkan untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir semester

atau pada akhir tahun dapat dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dan diberi tanggung

jawab oleh pimpinan sekolah, baik itu dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum

maupun bagian tertentu yang bertanggung jawab terhadap manajemen mutu sekolah.

F. Kriteria Evaluator

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang akurat, maka diperlukan kriteria keberhasilan dan

kriteria tertentu terutama bagi evaluator program, di bawah ini diuraikan kriteria tersebut

a. Memahami materi

Memahami materi yaitu memahami tentang seluk beluk program yang dievaluasi, antara

lain :

1 . Tujuan program yang telah ditentukan sebelum dimulai kegiatan

2. Komponen komponen program

3. Variabel yang akan diujicobakan atau dilaksanakan

4. Jangka waktu dan penjadualan kegiatan

5. Mekanisme pelaksanaan program

6. Pelaksanaan program

7. Sistem monitoring kegiatan program

Kriteria keberhasilan yang ditetapkan adalah dilihat dari materi, maka Evaluator

membuat format pencapaian materi program yang direncanakan dibandingkan dengan yang

telah digapai berdasarkan penjabaran point 1 sampai dengan 7.

b. Menguasai Tekni

Menguasai teknik yaitu menguasai cara – cara atau teknik yang digunakan di dalarn

melaksanakan evaluasi program. Karena kegiatan evaluasi program mengenai sejumlah

evaluasi, maka evaluator program dituntut agar menguasai metodologi evaluasi, yang

meliputi

1. Cara membuat perencanaan evaluasi

2. Teknik menentukan populasi dan sampel

3. Teknik menyusun instrumen

4. Prosedur dan teknik pengumpulan data

5. Penguasaan teknik pengolahan data

6. Cara menyusun laporan evaluasi

Untuk metodologi yang terakhir ini evaluator program harus menguasai sesuatu yang

lebih dibandingkan dengan peneliti karena apa yang disampaikan akan sangat menentukan

kebijaksanaan yang terkadang memiliki resiko lebih besar.

Kriteria keberhasilannya adalah seorang evaluator harus dapat membuat point 1 sampai

dengan 6 secara opersional.

1. Objektif dan Cermat

Tim evaluator adalah sekelompok orang yang mengemban tugas mengevaluasi program

serta ditopang oleh data yang dikumpulkan secara cermat dan objektif. Atas dasar tersebut

mereka diharapkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah dan sebagainya secara

cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan pengambilan strategi penyusunan

laporan, evaluator tidak boleh memandang satu atau dua aspek sebagai hal yang istimewa

dan tidak boleh pula memihak. Kriteria keberhasilan yang dipakai adalah apabila hasil

penilaian dari evaluator dapat menunjukkan hasil yang objektif dengan alasan rasional dan

didukung oleh data data yang akurat.

2. Jujur dan Dapat Dipercaya

Terdapat  beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang evaluator agar Evaluator

adalah orang yang dipercaya oleh pengelola dan pengambil keputusan, oleh karena itu

mereka harus jujur dan dapat dipercaya. Mereka harus dapat memberikan penilaian yang

jujur, tidak membuat baik dan jelek, menyajikan data apa adanya. Dengan demikian

pengelola dan pengambil keputusan tidalk salah membuat treatment akan programnyadapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara tepat, yaitu :

1. Evaluator hendaknya merupakan evaluator yang otonom artinya orang luar yang sama

sekali tidak ada ikatan dengan pengambilan kebijaksanaan maupun pengelola dan

pelaksanaan program

2. Ada hubungan baik dengan responden dalam arti dapat memahami sedalam dalamnya

watak, kebiasaan dan cara hidup klien yang akan dijadikan sumber data evaluasi.

3. Tanggap akan masalah politik dan sosial karena tujuan evaluasi adalah pengembangan

program

4. Evaluator berkualitas tinggi, dalarn arti jauh dari biasa. Evaluator adalah orang yang

mempunyai self concept yang tinggi, tidak mudah terombang-ambing.

5. Menguasai teknik untuk membuat desain dan metodologi penelitian yang tepat untuk

program yang dievaluasi.

6. Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi dan menahan diri dari bias, maka

evaluator memberi peluang kepada orang luar untuk melihat apa yang sedang dan telah

dilakukan

7. Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta bersikap jujur, menyampaikan

(menerangkan) kelemahan dan keterbatasan tentang evaluasi yang dilakukan.

8. Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan positif dan negatif. Evaluator harus

berpandangan luas dan bersikap tenang apabila menemukan data yang tidak mendukung

program dan berpendapat bahwa penemuan negatif sama pentingnya dengan penemuan

positif.

9. Bersedia menyebarluaskan hasil evaluasi. Untuk program kegiatain yang penting dan

menentukan, hasil evaluasi hanya pantas dilaporkan kepada pengambil keputusan dalam

sidang tertutup atau pertemuan khusus. Namun untuk program yang biasa dan dipandang

bahwa masyarakat dapat menarik manfaat dari evailuasinya, sebaiknya hasil evaluasi

disebarluaskan, khususnya bagi pihak pihak yang membutuhkan

10. Tidak mudah membuat kontrak. Evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan persyaratan

yang telah disebutkan sebaiknya tidak dengan mudah menyanggupi menerima tugas

karena secara etis dan moral akan merupakan sesuatu yang kurang dapat dibenarkan.

BAB  IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  KESIMPULAN

1. Peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya peningkatan kualitas program

pembelajaran secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas

program pembelajaran membutuhkan informasi tentang implementasi program

pembelajaran sebelumnya. Hal ini dapat diperoleh dengan dilakukannya evaluasi

terhadap program pembelajaran secara periodik.

2. Untuk lebih mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka

sebaiknya evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi antara

evaluator dari dalam dan evaluator dari luar dimana evaluator tersebut mempunyai

integritas memehami materi, menguasai teknik evaluasi, obbjektif dan cermat, jujur dan

dapat dipercaya.

B.  SARAN

1. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus

mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi

yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses

belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan

meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar

mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

2. Kepada evaluator di tingkat sekolah, seperti Kepala Sekolah dan Pengawas Pembina

hendaknya dalam tugas monitoringnya memiliki jadwal yang terprogram dan simultan,

agar Program Pembelajaran Guru dapat terkontrol dengan baik.

DAFTAR  PUSTAKA

Anas Sudijono (1998) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta ; P>T. Raja Grafindo Persada

Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Penilaian dan Pengujian Untuk Guru.

Sudarwan Danim. (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Djemari Mardapi. (2000). Evaluasi pendidikan. Makalah disampaikan pada Konvensi

Pendidikan Nasional tanggal 19 – 23 September 2000 di Universitas Negeri Jakarta.

Djemari Mardapi. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra

Cendekia

Farida Yusuf Tayibnapis. (2000). Evaluasi Program. Jakarta:  Rineka Cipta.

Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout Brace

Javanovich, Publisher Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

http//www.evaluasipendidikan.blogspot.com.

Nana Sudjana, Ibrahim, 2007,Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru Algesindo,

Suharsimi arikunto dan cep safrudin A.J. (2008). Evaluasi program pendidikan. Jakarta:

Bumi aksara