evaluasi penataan ruang di daerah aliran · pdf filediarahkan pada kegiatan yang dapat...

35
BAB 4 PENATAAN RUANG DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU Bab ini akan membahas hasil analisis penyimpangan penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu dengan cara membandingkan penataan ruang menurut RTRW dengan keadaan nyata di lapangan (eksisting). Selain itu juga dijelaskan faktor-faktor penyebab penyimpangan penataan ruang yang terjadi. 4.1 Penataan Ruang DAS Ciliwung Bagian Hulu Menurut Rencana Dalam RTRW disusun arahan kegiatan yang meliputi aspek perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Menurut RTRW Kabupaten Bogor tahun 1999-2009, penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya dilakukan dengan memperhatikan pola topografi, jenis tanah, pola aliran air (hidrologi), pemanfaatan lahan yang ada, serta berbagai penetapan kawasan lindung yang berskala luas diperoleh suatu pola bahwa kawasan lindung dimaksud terletak di kawasan hulu sungai (termasuk hulu Sungai Ciliwung). DAS Ciliwung Bagian Hulu termasuk dalam bagian selatan wilayah Kabupaten Bogor yang merupakan hulu mayor/utama. Bentuk kawasan lindung lainnya adalah kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai dan sempadan situ/danau), kawasan cagar alam/suaka alam, kawasan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana. Strategi pemanfaatan ruang di bagian wilayah selatan, dengan dominasi fungsi lindung, secara konseptual merupakan kompleks ekologi hulu yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Dalam DAS Ciliwung Bagian Hulu ini masih dimungkinkan adanya fungsi budidaya, namun dibatasi agar dominasi fungsi lindung dapat dipertahankan dan dimantapkan. Pengembangan prasarana wilayah, yaitu jalan raya relatif lebih terbatas dan diharapkan langsung berfungsi ganda, yaitu internal dan eksternal. Hal ini dimaksudkan agar tidak merangsang perkembangan fungsi budidaya ke bagian wilayah ini. Strategi pengelolaan kawasan lindung meliputi langkah-langkah pengelolaan kawasan lindung dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan lindung. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya dampak lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka

Upload: lamhuong

Post on 02-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

BAB 4

PENATAAN RUANG DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU

Bab ini akan membahas hasil analisis penyimpangan penataan ruang di DAS

Ciliwung Bagian Hulu dengan cara membandingkan penataan ruang menurut RTRW

dengan keadaan nyata di lapangan (eksisting). Selain itu juga dijelaskan faktor-faktor

penyebab penyimpangan penataan ruang yang terjadi.

4.1 Penataan Ruang DAS Ciliwung Bagian Hulu Menurut Rencana

Dalam RTRW disusun arahan kegiatan yang meliputi aspek perencanaan,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Menurut RTRW

Kabupaten Bogor tahun 1999-2009, penetapan kawasan lindung dan kawasan

budidaya dilakukan dengan memperhatikan pola topografi, jenis tanah, pola aliran air

(hidrologi), pemanfaatan lahan yang ada, serta berbagai penetapan kawasan lindung

yang berskala luas diperoleh suatu pola bahwa kawasan lindung dimaksud terletak di

kawasan hulu sungai (termasuk hulu Sungai Ciliwung). DAS Ciliwung Bagian Hulu

termasuk dalam bagian selatan wilayah Kabupaten Bogor yang merupakan hulu

mayor/utama. Bentuk kawasan lindung lainnya adalah kawasan perlindungan

setempat (sempadan sungai dan sempadan situ/danau), kawasan cagar alam/suaka

alam, kawasan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana.

Strategi pemanfaatan ruang di bagian wilayah selatan, dengan dominasi fungsi

lindung, secara konseptual merupakan kompleks ekologi hulu yang berbatasan dengan

Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Dalam DAS Ciliwung Bagian Hulu ini

masih dimungkinkan adanya fungsi budidaya, namun dibatasi agar dominasi fungsi

lindung dapat dipertahankan dan dimantapkan. Pengembangan prasarana wilayah,

yaitu jalan raya relatif lebih terbatas dan diharapkan langsung berfungsi ganda, yaitu

internal dan eksternal. Hal ini dimaksudkan agar tidak merangsang perkembangan

fungsi budidaya ke bagian wilayah ini.

Strategi pengelolaan kawasan lindung meliputi langkah-langkah pengelolaan

kawasan lindung dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan lindung.

Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya dampak

lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang memberikan

perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka

Page 2: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

52

alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya, dan kawasan lindung lainnya,

serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana alam.

Untuk kawasan lindung ini secara umum strategi pengelolaan yang dilakukan

adalah berupa pemantapan dan pengendalian kawasan lindung yang berfungsi baik

untuk wilayah Kabupaten Bogor sendiri maupun untuk wilayah yang lebih luas

(Jabodetabek). Sehubungan dengan itu maka kebijaksanaan yang terkait dengan

kawasan lindung ini mencakup usaha mempertahankan melalui rehabilitasi dan

reboisasi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,

Rehabilitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan, dan

meningkatan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas, dan

peranannya dalam mendukung sistem kehidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi

Hutan dan Lahan diselenggarakan melalui kegiatan Reboisasi, Penghijauan,

Pemeliharaan, Pengayaan tanaman, atau Penerapan teknik konservasi tanah secara

vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis yang tidak produktif.

Kebijaksanaan kawasan lindung ini mencakup tentang kawasan hutan yang

telah ditetapkan perlu dipertahankan keberadaannya pada beberapa bagian kawasan

hutan tersebut. Hal yang perlu dilakukan dapat berupa upaya-upaya untuk

mengembalikan fungsi hutan dengan vegetasi yang sesuai dalam bentuk penanaman

kembali atau reboisasi dan rehabilitasi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28

tahun 1985, Kegiatan Perlindungan Hutan bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan

agar dapat memenuhi fungsinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan segala

usaha, kegiatan dan tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan

hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya alam,

hama dan penyakit, serta untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas

hasil hutan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,

penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan

dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi

tercapai secara optimal dan lestari.

Di dalam kawasan lindung tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya

apapun kecuali bangunan penunjang fungsi kegiatan utama yang

bersangkutan/kepentingan umum/dan aktivitas wisata dan olahraga. Sasaran

pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk:

a) meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa,

serta nilai budaya dan sejarah bangsa; dan

Page 3: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

53

b) mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan

alam.

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi

hutan lindung dan kawasan resapan air. Dalam mencegah kerusakan fungsi hutan

lindung, maka strategi pengelolaan yang diperlukan yaitu dengan jalan

mempertahankan hutan lindung untuk menegakkan fungsi hidrologis yaitu tidak boleh

dikonversi untuk kepentingan lain. Hutan yang merupakan fungsi hutan lindung dan

atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi

kepentingan umum dan kegiatan wisata lain harus dipertahankan. Strategi

pengelolaannya yaitu dengan membuat pos pengamat kebakaran, pos penjagaan,

papan petunjuk atau penerangan, patok triangulasi, tugu, tiang listrik, dan menara teve

serta jalan setapak untuk pariwisata yang sifat bangunannya permanen.

Pada kawasan lindung yang ditetapkan pemanfaatannya untuk kawasan

lindung diperkenankan mendirikan bangunan yang diperlukan untuk menunjang

fungsi kawasan perkebunan dan atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu

jaringan/transmisi dari kepentingan umum. Dalam kawasan lindung juga

diperkenankan menambah lansekap yang tidak mengganggu fungsi utama kawasan.

Kegiatan yang tidak diperkenankan adalah adanya budidaya termasuk mendirikan

bangunan yang tidak menunjang fungsi hutan lindung.

Upaya atau langkah pemanfaatan ruang pada kawasan hutan lindung adalah

untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi

hidrologis tanah di kawasan hutan lindung sehingga ketersediaan unsur hara tanah, air

tanah, dan air permukaan selalu terjamin. Upaya yang dilakukan juga mencakup

upaya pengendalian hidrologi wilayah yang berfungsi sebagai penambat air dan

pencegah banjir.

Pengelolaan kawasan resapan air di wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu

diprioritaskan pada kawasan resapan utama sebagai kontribusi terbesar dalam

imbuhan air tanah. Tujuan dari pengelolaan kawasan resapan air ini adalah untuk

diarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping

arahan perlindungan daerah erosi. Upaya pemanfaatan ruang untuk kawasan resapan

air, upaya yang dilakukan adalah memberikan ruang yang cukup bagi resapan air

hujan pada kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan

penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan setempat.

Strategi pengelolaan kawasan resapan air ini adalah sbb:

Page 4: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

54

a) pemulihan, penataan, dan pemeliharaan situ-situ terutama pada kawasan

resapan utama;

b) Pemulihan dan pemanfaatan daerah-daerah kritis khususnya pada kawasan

resapan sungai;

c) Pemulihan dan penataan daerah-daerah terbangun pada kawasan resapan

utama;

d) Pemulihan, pemanfaatan, dan pengembangan lahan kritis;

e) Penataan, pemeliharaan, dan pengendalian sumber mata air; dan

f) Pengendalian, pengawasan, dan pemanfaatan air tanah.

Pengelolaan air bawah tanah yang hanya menekankan asas pemanfaatan akan

memberikan dampak buruk terhadap sumber daya alam. Apabila terjadi degradasi

jumlah dan mutu air bawah tanah, pemulihannya akan memerlukan keahlian tinggi,

mahal dan memerlukan waktu yang sangat lama. Kebijakan pengelolaan dan

pemanfaatan air tanah harus menempatkan tuntutan lingkungan paling tidak dengan

tuntutan ekonomi dengan harapan tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat

berlangsung untuk generasi selanjutnya. Konservasi air tanah harus segera

dilaksanakan agar pemanfaatan air dapat dilakukan secara berkesinambungan selain

itu ditetapkan pula upaya konservasi air tanah untuk memenuhi kebutuhan baik dari

segi peraturan dan kelembagaan.

Pada kawasan lindung yang dimanfaatkan sebagai kawasan perlindungan

setempat untuk sempadan sungai, kegiatan yang direkomendasikan adalah bangunan

yang diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan dan jaringan/transmisi. Sempadan

sungai sekurang-kurangnya hanya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter

di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Pada sempadan sungai

tidak diperkenankan adanya budidaya. Upaya pemanfaatan ruang untuk sempadan

sungai dimaksudkan untuk menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari

kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi

fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai.

Kawasan cagar alam/suaka alam adalah kawasan yang ditunjuk mempunyai

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta tipe ekosistemnya. Cagar alam

mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya yang mempunyai

kondisi alam masih asli atau belum diganggu manusia. Cagar alam berfungsi sebagai

daerah penyangga dan keberadaanya memerlukan konservasi. Untuk kawasan lindung

yang dimanfaatkan sebagai suaka alam ini, kegiatan yang direkomendasikan adalah

Page 5: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

55

penyelenggaraan kegiatan dan bangunan yang menunjang fungsi, penanganan dan

pengelolaan terhadap obyek maupun penunjang hutan suaka alam dan hutan wisata

sesuai petunjuk teknis dari Departemen Kehutanan. Untuk kawasan lindung yang

berfungsi sebagai jalur pengaman aliran sungai, kegiatan perlindungan pada jalur

kanan dan kiri aliran yang parsial pencemaran erosi dan longsor. Selain itu juga

direkomendasikan kegiatan penggunaan lahan pada luas-luas tertentu dipertahankan.

Kawasan suaka alam ini terdapat di Gunung Gede Pangrango dan Megamendung.

Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang diidentifikasi dan berpotensi

tinggi sering mengalami bencana alam seperti letusan gunung merapi, gempa bumi,

dan longsor. Kawasan ini tidak dapat diubah oleh eksploitasi manusia baik secara

materi dan fisik. Kawasan rawan bencana memiliki keadaan alam yang asli dan alami

untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam. Kawasan ini terbagi dalam zona inti,

zona pemanfaatan, dan zona lain yang dapat mendukung upaya pelastarian sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan ini terdapat di sekitar Gunung Gede

(Kecamatan Cisarua, KecamatanMegamendung, dan Kecamatan Ciawi).

Pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya terbagi menjadi kawasan hutan

produksi, kawasan pertanian, kawasan pariwisata, dan kawasan permukiman.

Kawasan hutan produksi adalah kawasan yang digunakan untuk budidaya hutan alam

(hutan produksi terbatas), serta untuk budidaya hutan alam dan hutan tanaman (hutan

produksi tetap). Kawasan ini dicadangkan untuk pengembangan transportasi,

transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain (untuk

kawasan hutan yang dapat dikonversi).

Kawasan hutan produksi diharapkan dapat meningkatkan perkembangan

pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.

meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan, meningkatkan

pendapatan masyarakat, meningkatkan kesempatan kerja, mendorong perkembangan

usaha dan peran serta masyarakat, meningkatkan pendapatan daerah dan nasional,

meningkatkan ekspor, dan meningkatkan fungsi lindung. Kawasan hutan produksi

selain mempunyai fungsi tersebut juga berperan sebagai pendukung untuk konservasi.

Oleh karena itu sebarannya adalah sekitar kawasan lindung/suaka alam/taman

nasional (yang dahulu dikenal sebagai kawasan penyangga) dan pada hulu-hulu tata

air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan Cisarua, Kecamatan

Megamendung, dan Kecamatan Ciawi. Hutan produksi yang direncanakan adalah

seluas 5777 hektar (38,85% dari total luas DAS Ciliwung Bagian Hulu).

Page 6: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

56

Untuk kawasan pertanian yang diperbolehkan adalah kawasan pertanian lahan

basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan tanaman tahunan/perkebunan.

Kawasan pertanian lahan basah adalah sawah yang beririgasi teknis dengan kriteria

tanah/lahannya mempunyai drainase buruk, tekstur halus, lereng landai antara 0-15%,

tersedianya potensi air baku untuk pengairan, dan terdapat jaringan irigasi. Kawasan

pertanian lahan basah terdapat di seluruh kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua,

Kecamatan Megamendung, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Sukaraja, dan Kecamatan

Kota Bogor Timur. Luas pertanian lahan basah yang direncanakan adalah sebesar

1115 hektar (7,49%).

Kawasan pertanian lahan kering dipertahankan sejauh tidak terintervensi oleh

perkembangan kawasan permukiman. Kawasan pertanian lahan kering memiliki

kriteria kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pertanian

lahan kering, kawasan yang apabila dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian lahan

kering secara ruang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah, dan

berdasarkan kelas kemampuan lahan adalah tanah/lahannya mempunyai drainase

baik, teksturnya sedang sampai kasar, serta pada kelerengan yang landai antara 8-

25%. Kawasan pertanian lahan kering terdapat di Kecamatan Cisarua, Kecamatan

Sukaraja, dan Kecamatan Megamendung dengan luas 846 hektar (5,69%).

Kawasan tanaman tahunan/perkebunan mencakup pola tanaman (perkebunan)

rakyat maupun perkebunan besar seperti perkebunan teh. Selain berfungsi produksi

juga diharapkan kawasan tanaman tahunan/perkebunan berperan sebagai pendukung

untuk konservasi. Kawasan perkebunan teh ini direncanakan seluas 3326 (22,37%)

dan kawasan tanaman tahunan yang didominasi oleh tanaman karet, kelapa, dan

coklat direncanakan seluas 654 hektar (4,39%). Kawasan tanaman tahunan/

perkebunan terdapat di Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung, dan

Kecamatan Ciawi. Kawasan ini memiliki kriteria sbb:

a) Kawasan yang mempunyai fungsi hidrologis/pelestarian ekosistem luas

penutupan tajuk minimal 50% dan merupakan tanaman cepat tumbuh;

b) Kawasan yang apabila dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian tanaman

tahunan secara ruang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan

pemerintah; dan

c) Berdasarkan kelas kemampuan lahan adalah tanah/lahannya mempunyai

drainase baik, tekstur sedang sampai kasar, lereng landai antara 15-40%

Page 7: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

57

Untuk kawasan pariwisata, arahan pengembangan kawasan pariwisata terkait

dengan pengembangan kegiatan pengembangan pariwisata yang ada dewasa ini dan

pengembangan kawasan yang baru. Kawasan ini diharapkan pada wilayah kecamatan

Cisarua, Megamendung, dan Sukaraja. Selain itu, untuk objek-objek wisata lainnya

relatif tersebar mengikuti potensi yang ada berupa taman, danau, pegunungan, dan

gua. Objek wisata tersebut antara lain Taman Safari Indonesia (Kecamatan Cisarua),

Talaga Warna (Kecamatan Cisarua), Gunung Mas (Kecamatan Cisarua), Riung

Gunung (Kecamatan Cisarua), serta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan

Gunung Halimun (Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung, Kecamatan

Ciawi).

Kawasan permukiman terdiri atas permukiman perkotaan dan permukiman

perdesaaan. Secara prinsip permukiman perkotaan dominan akan kegiatan non

pertanian, sementara kawasan permukiman perdesaan dominan kegiatan pertanian.

Untuk kawasan permukiman perkotaan pengembangannya didasarkan pada perkotaan

yang ada sekarang, perubahan yang pertama Peraturan Daerah (Perda) No.14/1989

tentang penetapan batas wilayah kota di Kabupaten Bogor, izin-izin perkembangan

permukiman atau perumahan, dan kecenderungan perkembangann permukiman

perkotaan seperti yang dijelaskan berikut ini.

Mengingat salah satu fungsi utama wilayah ini adalah sebagai penyangga bagi

DKI Jakarta dalam bentuk pengembangan permukiman perkotaan dan kecenderungan

perkembangan internal, maka secara khusus ditelaah mengenai perkembangan

tersebut. Pola sebaran desa-urban, yang mengindikasikan sebaran kawasan

permukimam perkotaan menunjukkan tiga bentuk, yaitu fringe area/pinggiran kota

utama, koridor/sumbu wilayah, dan local centre/pusat lokal. Kawasan permukiman

perkotaan didominasi oleh kegiatan perumahan dan perdagangan/jasa. Kawasan

permukiman perkotaan yang direncanakan adalah seluas 1006 hektar (6,76 %) dan

pusat kota seluas 402 (2,70%). Penyebaran permukiman perkotaan ini ada pada

Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Ciawi, Kecamatan

Sukaraja dan Kecamatan Kota Bogor Timur.

Dihubungkan dengan pemanfaatan ruang di sekitar permukiman serta

kemungkinan-kemungkinan pergeseran yang terjadi (antisipasi), maka terhadap

permukiman perkotaan ada dua pola kawasan permukiman yang berkaitan dengan

pemanfaatan ruang sekitar (Pola KU-1) dan permukiman tidak berkaitan dengan

pemanfaatan ruang yang cenderung bersifat penduduk commuter (Pola KU-2).

Page 8: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

58

Pola KU-1 adalah perukiman penduduk berada di sekitar atau berdekatan

dengan kegiatan perkotaan seperti industri, jasa-jasa pelayanan, dan kegiatan lainnya

yang bercirikan perkotaan. Dalam hal ini penduduk perkotaan tersebut mempunyai

hubungan kegiatan langsung dengan pemanfaatan ruang di sekitarnya tersebut

(misalnya sebagai pekerja). Pola KU-2 adalah permukiman penduduk yang berada di

sekitar atau berdekatan dengan kegiatan non-perkotaan (terutama pertanian). Dalam

hal ini dominan penduduk perkotaan tersebut tidak mempunyai hubungan kegiatan

langsung dengan pemanfaatan ruang di sekitarnya. Penduduknya memiliki

kegiatan/pekerjaan di wilayah/kawasan lain (commuter). Kegiatan di KU-2 ini hanya

sebagai tempat tinggal saja dan bahkan kemungkinan sebagai resort area.

Sementara untuk permukiman perdesaan ada empat pola:

a) Pola KR-1 : permukiman sekitar sawah beririgasi teknis yang dihuni oleh

pemilik/penggarapnya.

b) Pola KR-2 : permukiman sekitar hutan (lindung/produksi)

c) Pola KR-3 : permukiman sekitar perkebunan besar yang penduduknya

merupakan pekerja di perkebunan tersebut.

d) Pola KR-4 : permukiman sekitar kebun campuran, tegalan, sawah tidak

beririgasi teknis. Penduduk mempunyai hubungan langsung

dengan dengan pemanfaatan ruang sekitarnya.

Adanya kemungkinan perkembangan perdesaaan menjadi perkotaan, maka

pola KR-1 dan pola KR-2 dibatasi perkembangannya menjadi kawasan perkotaan.

Permukiman ini akan masih dominan menjadi kawasan perdesaan. Pola KR-3 akan

berpeluang bergeser menjadi kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan dengan pola

lainnya, bila bergeser pula kegiatan perkebunan yang ada. Hal ini diantisipasi karena

adanya kemungkinan perkebunan bergeser akibat pola usahanya atau hak guna

usahanya (HGU). Pola KR-4 sangat berpeluang bergeser menjadi kawasan perkotaan,

terutama lokasi-lokasi yang berdekatan atau terletak pada bagian-bagian wilayah yang

diidentifikasi sebagai fringe area, corridor, dan local center.

Kawasan permukiman perdesaan bersasaran untuk mewujudkan pemanfaatan

ruang dan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap

memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan permukiman perdesaan

di DAS Ciliwung Bagian Hulu sebagian besar sudah mulai bercirikan perkotaan

(desa-urban), yaitu di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung (30-55%

desa-urban). Sedangkan Kecamatan Ciawi dan Kecamatan Sukaraja sudah semakin

Page 9: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

59

mendekati urban (55-85% desa urban). Kawasan permukiman perdesaan

direncanakan seluas 1745 (11,73%).

Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu

menurut rencana (RTRW) dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL IV.1 PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU MENURUT RTRW No Guna Lahan Luas (Ha) (%)

1 Hutan 5777 38,852 Perkebunan 3326 22,375 Permukiman Desa 1745 11,733 Pertanian Lahan Basah 1115 7,496 Permukiman Kota 1006 6,764 Pertanian Lahan Kering 846 5,697 Tanaman Tahunan 654 4,398 Pusat Kota 402 2,70 JUMLAH 14.871 100

Sumber: RTRW Kabupaten Bogor 1999-2009 & RTRK Bogor 2000-2010

Selain dilakukan kegiatan perencanaan dan pemanfaatan ruang juga disusun

kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang

merupakan suatu piranti manajemen pengelolaan ruang yang sangat diperlukan oleh

manajer wilayah untuk memastikan bahwa perencanaan tata ruang telah berlangsung

sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Pengendalian pemanfaatan ruang

diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan, penertiban terhadap pemanfaatan

ruang, dan mekanisme perizinan.

Pengendalian pemanfaatan kawasan lindung dilaksanakan melalui kegiatan

pengawasan dan penertiban dalam pemanfaatan ruang termasuk terhadap penguasaan,

penggunaan, dan pemanfaatan air, tanah, udara, dan sumber daya alam lainnya.

Kegiatan pengawasan dalam pemanfaatan ruang di kawasan lindung dilakukan

melalui larangan melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan, kecuali berbagai usaha

dan/atau kegiatan yang tidak mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam

dan ekosistem alam. Pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat

mempertahankan fungsi lindung untuk pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan

lindung. Pengendalian juga dilakukan melalui pengawasan kegiatan penelitian

eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan

pencegahan bencana alam agar pelaksanaan kegiatannya tetap mempertahankan

Page 10: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

60

fungsi lindung. Kegiatan pengawasan dilakukan dalam upaya menjaga agar tetap

terjaminnya kesesuaian penataan ruang dengan fungsi ruang yang telah ditetapkan

dalam rencana yang dilakukan dalam bentuk pelaporan kegiatan, pemantauan, dan

evaluasi.

Sedangkan kegiatan penertiban adalah usaha untuk mengambil tindakan agar

pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Kegiatan penertiban dilakukan

melalui penegakkan prosedur perizinan dan pemberian perizinan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penertiban di kawasan lindung

dilakukan melalui penerapan ketentuan yang berlaku tentang analisis mengenai

dampak lingkungan hidup bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di

kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan

hidup. Penerapan juga dilakukan pada ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan

fungsi lindung kawasan yang telah terganggu kepada fungsi kawasan lindung yang

diharapkan secara bertahap. Penertiban juga dilakukan melalui penegakkan peraturan

yang mewajibkan dilaksanakannya kegiatan perlindungan terhadap lingkungan hidup

dan rehabilitasi daerah bekas penambangan.

Setiap tindakan pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang akan diberi sanksi

berupa:

• sanksi adminitrasi

Sanksi administrasi berupa tindakan pembatalan izin dan pencabutan. Sanksi

ini dikeluarkan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat pada

terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang.

• sanksi perdata

Sanksi perdata yang diberikan berupa tindakan pengggunaan denda atau

penggunaan ganti rugi. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang

yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok, orang atau

badan usaha.

• sanksi pidana

Sanksi pidana yang diberikan adalah penahanan atau kurungan. Sanksi ini

dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya

kepentingan umum.

Page 11: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan
Page 12: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

63

4.2 Penataan Ruang DAS Ciliwung Bagian Hulu Saat Ini

DAS Ciliwung mendapat banyak sorotan dibanding DAS yang lain karena

wilayah hilir DAS Ciliwung mencakup daerah ibukota DKI Jakarta. Kerusakan

wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu akan berdampak langsung terhadap kondisi

lingkungan di bagian tengah (kota Bogor) dan hilir (kota Jakarta). DAS Ciliwung

mempunyai potensi menimbulkan banjir yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu

topografi, kemunduran daerah resapan air, intensitas hujan yang cukup tinggi, dan

bentuk DAS yang seperti corong dimana bagian hulu luas dan lebar mengalir ke hilir

yang menyerupai pipa. Bentuk penutupan lahan di wilayah DAS Ciliwung Bagian

Hulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

TABEL IV.2 PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU SAAT INI No Guna Lahan Luas (Ha) (%)

1 Hutan 5.066,49 34,062 Kebun Teh 2.783,63 18,713 Sawah 2.524,58 16,974 Permukiman 1.837,99 12,355 Kebun Campuran 1.529,78 10,286 Tegalan 700,57 4,717 Semak Belukar 426,53 2,878 Hutan Campuran 111,43 0,75 JUMLAH 14.876 100

Sumber: RTL-RLKT Sub DAS Ciliwung Hulu Tahun 2000

Penutupan lahan terbesar pada areal DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah

berupa hutan seluas 5.066,49 Ha atau 34,06 % dari keseluruhan luas wilayah DAS.

Pada wilayah hutan lindung, penyebaran vegetasinya tidak merata, sehingga terdapat

daerah gundul yang perlu segera direhabilitasi. Sekitar 30% kawasan Hutan di DAS

Ciliwung Bagian Hulu merupakan Hutan Produksi yang didominasi oleh jenis Pinus

yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Selain hal tersebut dapat

dijelaskan bahwa perubahan fungsi lahan yang terjadi terutama pada lahan budidaya

pertanian dan budidaya non pertanian (berupa permukiman perdesaan) dengan hak

kepemilikan perseorangan yang kemudian beralih fungsi menjadi lahan budidaya non

pertanian berupa permukiman perkotaan atau lahan untuk pariwisata.

Kebun teh juga banyak terdapat di DAS Ciliwung Bagian Hulu. Pada daerah

yang sangat tinggi dan sejuk, tanaman teh dapat tumbuh dengan subur. Hamparan

Page 13: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

64

kebun teh ini memakan lahan yang luas, yaitu sekitar 2.783,63 hektar atau 18,71%

dari luas keseluruhan DAS Ciliwung Bagian Hulu. Sebaran kebun teh ini banyak

terdapat di DAS Ciliwung Bagian Hulu yang arahnya menuju puncak, yaitu di

Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua.

Penggunaan lahan untuk sektor pertanian seperti sawah dan kebun campuran

juga cukup banyak dengan letak sangat menyebar. Mengingat sebagian besar

penduduk di DAS Ciliwung Bagian Hulu memiliki mata pencaharian di sektor ini.

Sawah dan kebun campuran ada di setiap kecamatan dari Kecamatan Kota Bogor

Timur, Sukaraja, Ciawi, Megamendung, sampai Kecamatan Cisarua. Luas lahan

persawahan yang termasuk dalam pertanian lahan basah di DAS Ciliwung Bagian

Hulu adalah sebesar 2.524,58 hektar atau 16,97% dari total keseluruhan DAS

Ciliwung Bagian Hulu. Sedangkan kebun campuran yang termasuk pertanian lahan

kering luasnya 1.529,78 hektar (10,28%).

Pemanfaatan lahan di DAS Ciliwung yang menempati urutan keempat adalah

permukiman. Permukiman menghabiskan wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu

sebesar 12,35% atau 1.837,99 hektar. Permukiman ini berupa permukiman penduduk

desa, tempat peristirahatan, hotel, villa, dan real estate. Sebelumnya, DAS Bagian

Hulu ditetapkan sebagai daerah tangkapan air hujan, namun penggunaan lahan untuk

permukiman dari tahun ke tahun terus meningkat. Selain karena pertumbuhan dari

penduduknya sendiri, permukiman tumbuh karena adanya permintaan dari pihak

pendatang.

Pemanfaatan lahan untuk permukiman ini juga menyebar di setiap kecamatan

di DAS Ciliwung Bagian Hulu. Permukiman yang ada paling luas berada di

Kecamatan Cisarua sebesar 920,88 hektar atau lebih dari setengah luas permukiman

yang ada di DAS Ciliwung Bagian Hulu. Luas permukiman di Kecamatan

Megamendung adalah 589,84 hektar, di Kecamatan Ciawi sebesar 145,48 hektar, di

Kecamatan Sukaraja terdapat lahan permukiman sebesar 14,41 hektar, dan di

Kecamatan Kota Bogor Timur seluas 167,29 hektar. Kawasan permukiman ini

tumbuh di dekat jalan-jalan utama (ada jalan propinsi yang menghubungkan Kota

Jakarta dan Kota Bandung) dan jalan lokal. Permukiman juga terdapat di sekitar tepi

sungai dan di pegunungan yang iklimnya sejuk.

Daerah yang sejuk dan adanya objek wisata seperti Taman Safari dan Taman

Wisata Gn. Gd. Pangrango menjadikan daya darik orang-orang untuk datang.

Page 14: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

65

Keberadaan tempat rekreasi membutuhkan prasarana penunjang seperti tempat

peristirahatan/hotel, restoran, tempat oleh-oleh, dan lain-lain. Perkembangan sektor

pariwisata akhirnya menjalar kepada perkembangan sektor jasa dan perdagangan.

Sektor ini menyerap cukup banyak tenaga kerja sehingga banyak penduduk desa yang

kemudian beralih pekerjaan ke sektor ini. Pertumbuhan sektor jasa dan perdagangan

ini akhirnya meluas menjadi pertumbuhan permukiman penduduk, baik itu

permukiman penduduk miskin sampai permukiman penduduk elit (villa dan real

estate). Dari tahun ke tahun pertumbuhan permukiman ini semakin bertambah dan

mengindikasikan pada keadaan yang tidak memiliki keteraturan terutama

pertumbuhan tempat peristirahatan dan villa.

Pemanfaatan lahan selanjutnya adalah berupa tegalan yang menghabiskan

lahan seluas 700,57 hektar atau 4,71% dari total keseluruhan luas DAS Ciliwung

Bagian Hulu. Tegalan ini hanya terdapat di Kecamatan Cisarua, Megamendung, dan

Sukaraja. Tegalan ini paling banyak terdapat di Kecamatan Megamendung (378,76

hektar), selanjutnya di Kecamatan Cisarua (216,72 hektar), dan paling sedikit di

Kecamatan Sukaraja (105,09 hektar). Tegalan ini biasanya berupa tanaman kayu-

kayuan, tanaman semusim, buah-buahan, dan tanaman obat-obatan milik masyarakat

yang juga termasuk pertanian lahan kering.

Sisa dari lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah berupa semak belukar

sebesar 426,53 hektar (2,87%) dan hutan campuran sebesar 111,43 hektar (0,75%).

Pemanfaatan lahan berupa semak belukar hanya terdapat di dua kecamatan, yaitu

Kecamatan Cisarua dan Megamendung yang luasnya tersebar cukup merata di dua

kecamatan tersebut. Di Kecamatan Cisarua penggunaan lahan untuk semak belukar

sebesar 229,97 hektar dan di Kecamatan Megamendung terdapat 196,56 hektar semak

belukar.

Hutan campuran adalah pemanfaatan lahan campuran yang terdiri dari hutan

dan perkebunan teh. Hutan campuran sendiri terdapat di Kecamatan Cisarua dan

Megamendung. Di Kecamatan Megamendung terdapat 94,43 hektar hutan campuran

dan 17 hektar hutan campuran terdapat di Kecamatan Cisarua.

Page 15: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

TABEL IV.3 PENGGUNAAN LAHAN

DI SUB-SUB DAS CILIWUNG BAGIAN HULU Penggunaan Lahan No. Sub-sub DAS

Kecamatan Luas (Ha) Permukiman Sawah Kebun Campur Tegalan Semak Belukar Teh Hutan/teh Hutan

I Sub-sub DAS Ciesek Kec. Cisarua 233,8 60,21 59,55 0 0 114,04 114,04 0 0 Kec. Megamendung 2218,98 227,4 132,86 186,35 104,7 163,91 356,64 0 147,04 Jumlah 2452,78 287,61 192,41 186,35 104,7 277,95 470,68 0 147,04 II Sub-sub DAS Hulu

Ciliwung

Kec. Cisarua 3739,35 558,79 782,35 57,21 79,77 115,93 1117,89 0 1028,01 Kec. Megamendung 853,08 9,64 8,85 0 0 32,65 103,29 0 689,65 Jumlah 4592,43 568,43 791,20 57,21 79,77 148,58 1221,18 0 1717,66 III Sub-sub DAS

Cibogo-Cisarua

Kec. Ciawi 83,76 0 0 0 0 0 0 0 83,76 Kec. Cisarua 2962,48 301,97 398,95 260,16 136,91 0 595,18 17 1252,31 Kec. Megamendung 1064,10 123,48 234,81 213,93 66,07 0 353,38 39 33,43 Jumlah 4110,34 425,45 633,76 474,09 202,98 0 948,56 56 1369,5 IV Sub-sub DAS

Ciseupan/ Cisukabirus

Kec. Ciawi 1261,02 145,48 107,10 147,20 0 0 21,13 0 840,11 Kec. Megamendung 1868,52 229,32 623,30 538,22 207,99 0 122,08 55,43 92,18 Kec. Sukaraja 221,47 14,41 33,94 68,03 105,09 0 0 0 0 Kec. Kota Bogor

Timur (Kodya Bogor) 368,84 167,29 142,87 58,68 0 0 0 0 0

Jumlah 3719,85 556,50 907,21 812,13 313,08 0 143,21 55,43 932,29 TOTAL 14875,40 1837,99 2524,58 1529,78 700,57 426,53 2783,63 111,43 5066,49

Sumber: RTL-RLKT Sub DAS Ciliwung Hulu Tahun 2000

Page 16: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

67

Page 17: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

69

Terjadinya penyimpangan penggunaan lahan sampai 36,99% di DAS

Ciliwung Bagian Hulu. Aktivitasnya sendiri masih didominasi oleh kinerja ekonomi

dibanding kinerja lingkungan. Masih banyak terdapat pembangunan fisik dan nonfisik

tanpa mengindahkan serta menghormati peraturan hukum, tata tertib, dan standar

yang sudah ditentukan. Hal ini sangat terlihat menonjol pada banyaknya perumahan,

villa, dan bangunan-bangunan lainnya yang tidak memiliki IMB (izin mendirikan

bangunan), izin lokasi, PBB (pajak bumi dan bangunan).

Kawasan hulu DAS Ciliwung memang patut menjadi perhatian sebab daerah

tersebut pada hakikatnya diperuntukkan sebagai kawasan konservasi. Namun, dari apa

yang dilihat kawasan tersebut sudah berubah dengan banyaknya berdiri bangunan

villa, serta lahan yang ditanami dengan pepohonan yang tidak berfungsi untuk

menyerap air. Pada akhirnya terjadilah lahan kritis di DAS Ciliwung Bagian Hulu

karena banyak berdiri bangunan villa dan alih fungsi lahan. Pemilik villa-villa

tersebut 80% adalah penduduk Jakarta.

TABEL IV.4

VILLA DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU No. Kecamatan Jumlah villa (unit) Luas (Ha)

1 Cisarua 1046 20,92 2 Megamendung 669 13,38 3 Ciawi 321 0,12 TOTAL 2036 34,42

Sumber: Nining, 2003

Villa-villa yang dibangun seringkali menyalahi aturan, yaitu dibangun pada

lahan dengan kemiringan >40%. Meskipun demikian villa tersebut tetap diizinkan

untuk dibangun. Lahan dengan kemiringan >40% rawan akan longsor sehingga

ditetapkan sebagai kawasan lindung. Secara luasan lahan, penggunaan lahan untuk

permukiman di DAS Ciliwung Hulu saat ini masih kurang 6,14% dari luas lahan

yang ditetapkan dalam RTRW. Namun letak penggunaan lahan untuk permukiman

saat ini juga sudah menunjukkan penyimpangan. Sebagian besar permukiman saat

ini berada di Kecamatan Cisarua yang seharusnya menjadi kawasan lindung dan

resapan air karena memiliki kemiringan lereng yang lebih tinggi daripada

kecamatan-kecamatan lain. Akan tetapi kenyataannya sendiri penggunaan lahan di

Kecamatan Cisarua lebih besar daripada kecamatan-kecamatan lain. Permukiman

seharusnya berada di kawasan perkotaan atau mendekati kota (daerah commuter),

seperti di Kecamatan Kota Bogor Timur, Sukaraja, Ciawi, dan Megamendung.

Page 18: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

70

Pembangunan permukiman seperti real estate juga banyak dilakukan oleh

para developer dengan membuka lahan baru dari hutan yang ada. Penggundulan

hutan untuk membangun kawasan real estate ini mengambil luasan hutan yang

cukup besar dan cukup mengganggu keseimbangan lingkungan. Pembangunan ini

seharusnya dilarang karena tidak mendukung fungsi kawasan lindung dan resapan

air. Penyimpangan terhadap hutan adalah sebesar 4,79%, penggunaan lahan untuk

hutan saat ini masih kurang dibandingkan hutan yang direncanakan dalam RTRW.

Penggunaan lahan untuk hutan saat ini sebenarnya sudah menyimpang, yaitu

sebesar 34,13%. Menurut UU No.41/1999 tentang kehutanan, luas kawasan hutan

yang harus dipertahankan minimal 30% dari luas DAS dengan sebaran yang

proporsional. Penggunaan lahan untuk hutan di daerah tengah dan hilir sangat

sedikit. Di daerah tengah (Kota Bogor) misalnya hanya ada hutan di daerah Kebun

Raya Bogor. Apalagi penggunaan lahan untuk hutan di daerah hilir (DKI Jakarta)

yaitu berupa hutan kota yang sangat sedikit. RTH total di DKI Jakarta sendiri hanya

mencapai belasan persen saja dari total seluruh wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu

penggunaan hutan di daerah hulu seharusnya lebih dari 30%. Penggunaan lahan

untuk hutan saat ini yang hanya sebesar 34,06% sudah menunjukkan angka yang

sangat kritis.

Selain penggunaan lahan untuk permukiman dan hutan, penggunaan lahan

yang masih kurang dari rencana adalah penggunaan lahan untuk perkebunan.

Penggunaan lahan untuk perkebunan masih kurang dari 3,66% yang telah

direncanakan. Lahan yang seharusnya menjadi perkebunan saat ini masih berupa

padang rumput, semak belukar, dan hutan campuran (campuran hutan dan kebun teh).

Atau bahkan lahan yang seharusnya menjadi perkebunan malah dimanfaatkan oleh

masyarakat menjadi sawah atau tegalan milik mereka. Penyimpangan ini terjadi di

Kecamatan Cisarua, Megamendung, dan Ciawi.

Penyimpangan penggunaan lahan terbesar dilakukan oleh masyarakat

setempat adalah dengan melakukan penggundulan hutan untuk membuka lahan

pertanian baru. Kegiatan penggundulan hutan yang mengubah kawasan lindung

menjadi kawasan budidaya ini banyak terjadi di Kecamatan Cisarua, Megamendung,

dan Ciawi. Penjarahan terselubung dapat dilihat dari data perubahan luas lahan yang

cukup tajam. Hal ini ditandai dengan hilangnya hutan negara sebesar 719,00 Ha,

sedangkan hutan rakyat naik 1.913,00 Ha, belum lagi industri, tegalan, padang

rumput, dan lain-lain. Dalam jangka waktu lima tahun (1995-1999) luas lahan

Page 19: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

71

perkebunan hilang 5.107,51 Ha (Hilman, 2005). Luas penggunaan lahan untuk

pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering melebihi dari yang direncanakan

dengan penyimpangan sebesar 9,48% untuk pertanian lahan basah dan 9,30% untuk

pertanian lahan kering.

Adapun penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RTRW, yaitu hutan

campuran (0,75%) dan semak belukar (2,87%). Penggunaan lahan untuk hutan

campuran dan semak belukar ini terjadi karena daerah tersebut belum dimanfaatkan

secara optimal untuk kepentingan masyarakat. Untuk lebih jelasnya besaran

penyimpangan penggunaan lahan di DAS Ciliwung Bagian Hulu dapat dilihat pada

Tabel IV.5. Angka yang tertera di bawah ini bukanlah angka yang sebenarnya dan

“saklek” untuk digunakan namun hanya sebagai pendekatan saja.

TABEL IV.5 PENYIMPANGAN PENGGUNAAN LAHAN

DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU No. Penggunaan Lahan RTRW

(%) Saat Ini

(%) Penyimpangan

(%) 1. Hutan 38,85 34,06 - 4,79 2. Perkebunan 22,37 18,71 - 3,66 3. Permukiman 18,49 12,35 - 6,14 4. Pertanian Lahan Basah 7,49 16,97 + 9,48 5. Pertanian Lahan Kering 5,69 14,99 + 9,30 6. Semak Belukar - 2,87 2,87 7. Hutan Campuran - 0,75 0,75 TOTAL 36,99

Sumber:Hasil Analisis, 2007

Page 20: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

72

Page 21: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

75

4.3 Dampak-dampak Penyimpangan Peraturan Pemanfaatan Kawasan Lindung

dan Resapan Air

DAS Ciliwung Bagian Hulu sebagai daerah konservasi air dan tanah

seharusnya tetap memiliki kawasan hijau yang cukup guna mempertahankan fungsi

tersebut. Fakta bahwa kemudian terjadi pembangunan villa-villa di DAS Ciliwung

Bagian Hulu ini secara berlebihan adalah juga faktor yang menjadi penyebab banjir di

kawasan Jakarta yang berakhir pada timbulnya kerugian akibat banjir yang terjadi.

Bencana banjir yang melanda Ibukota Jakarta disinyalir dipicu oleh tidak

terkendalinya pembangunan di Kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu. Ini ditandai

banyaknya pengembang di kawasan wisata itu melanggar perizinan akibat lemahnya

fungsi pengawasan dan longgarnya kebijakan perizinan yang diterbitkan pemerintah

setempat.

Banjir merupakan indikator dari rusaknya daerah aliran sungai (DAS).

Bencana banjir yang terjadi pada tanggal 1-6 Februari 2007 merendam hampir 70%

wilayah DKI Jakarta, dan juga sebagian wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan

Bekasi. Banjir tersebut memakan korban setidak-tidaknya puluhan orang meninggal

dan 320.000 warga mengungsi. Kerugian yang dihasilkan pun mencapai 8,8 trilyun

rupiah yang terdiri dari 5,2 trilyun rupiah kerusakan dan kerugian langsung dan 3,6

trilyun rupiah yang merupakan kerugian tidak langsung.

Faktor yang berpengaruh terhadap fenomena alam banjir dapat dikelompokkan

menjadi dua kelompok, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam meliputi

iklim, morfologi, dan pasang surut muka air laut. Sedangkan yang termasuk dalam

faktor manusia adalah penggunaan lahan, saluran drainase, dan pembuangan sampah.

Bencana banjir tersebut membuktikan telah terjadinya kerusakan lingkungan di DAS

bagian hulu. Aktivitas manusia yang telah mengubah penutupan lahan dalam suatu

DAS akan mengganggu tata air DAS.

Banjir di wilayah Jadebotabek terjadi pula karena suplai air dari hulu DAS.

DKI Jakarta merupakan wilayah yang paling parah terkena banjir karena dilewati oleh

tiga belas sungai, yaitu Sungai Ciliwung, Sungai Angke, Sungai Pesanggrahan,

Sungai Sunter, Sungai Grogol, Sungai Bekasi, Sungai Cipinang, Sungai Baru Barat,

Sungai Baru Timur, Sungai Mookevart, Sungai Cakung, Sungai Krukut, dan Sungai

Mampang. Tingginya intensitas hujan di daerah Bogor dan sekitarnya (DAS Ciliwung

Bagian Hulu) pada tanggal 1-2 Februari 2007 menjadi salah satu penyebabnya.

Intensitas yang pada awalnya 16 mm/hari meningkat menjadi 245 mm/hari dan masih

Page 22: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

76

meningkat pada beberapa hari berikutnya secara berturut-turut. Pendangkalan dan

penyempitan badan S. Ciliwung pun terjadi di hulu sungai yang bermuara ke wilayah

DKI Jakarta ini.

Perencanaan pengelolaan DAS hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang

optimal, meskipun kegiatan konservasi tanah dan air sudah dilaksanakan secara

nasional sejak Pelita I hingga sekarang. Meningkatnya luas lahan kritis dan degradasi

lahan menunjukkan bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan kerusakan

lingkungan belum dapat diatasi dengan tuntas. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh

kerusakan DAS tersebut sangat merugikan kehidupan penduduk, seperti banjir,

kekeringan, erosi, sedimentasi, menurunnya kesuburan tanah, produksi pertanian

menurun, dan sebagainya. Kerusakan DAS tersebut perlu segera ditangani secara

komprehensif melalui perencanaan pengelolaan DAS yang baik sehingga kerusakan

lingkungan dapat segera diminimumkan dan pada gilirannya dapat memberikan

peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan penduduk

Kerusakan lingkungan yang terjadi di DAS Ciliwung Bagian Hulu saat ini

telah masuk dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Jika kondisi tersebut dibiarkan

dan tidak segera ditangani, ancaman bencana alam seperti banjir, tanah longsor,

serta berkurangnya kandungan air tanah akan semakin sering terjadi. Adanya

permukiman di DAS Ciliwung Bagian Hulu mengakibatkan semakin sedikitnya area

hutan sebagai penyerapan air hujan, sehingga air terus mengalir ke arah muara

dengan membawa kikisan sedimentasi tanah yang mengakibatkan banjir. Pada

akhirnya air tersebut mengarah ke kawasan laut sehingga laut di kawasan hilir

(Jakarta) tercemar. Oleh karena itu kelestarian hutan memberikan manfaat jauh lebih

bernilai ekonomi bila dibandingkan dengan melakukan konversi area hutan (Bahtiar,

2006).

Pembangunan villa yang tidak teratur dan tidak terkontrol mengakibatkan

terjadinya degradasi lingkungan. Hal ini juga berdampak pada ketidakteraturan

dalam tata letak bangunan, sehingga pembangunan yang ada dapat mengurangi

keindahan alam di DAS Ciliwung Bagian Hulu dan menimbulkan ketidakmerataan

pembangunan. Pembangunan fisik yang tidak merata juga mengakibatkan

persebaran pembangunan ekonomi terutama pada sektor ekonomi formal dan

persebaran penduduk. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas rendah,

mengakibatkan sebagian besar penduduk lokal DAS Ciliwung Bagian Hulu bekerja

pada sektor informal. Sedangkan pekerja pada sektor formal kebanyakan bukan

Page 23: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

77

berasal dari penduduk lokal. Pembangunan villa dan real estate yang tidak terencana

dalam skala besar menyebabkan kerusakan lingkungan dan penurunan daya dukung

lingkungan. Selain itu, pembangunan villa yang mengkonversi guna lahan dari

pertanian ke perumahan mengakibatkan berkurangnya lapangan pekerjaan bagi

penduduk setempat di bidang pertanian.

Rusaknya DAS adalah salah satu akibat dari masih lemahnya penegakan

hukum. Serta harus disadari bahwa air semakin lama akan semakin langka, karena

itu harus diupayakan agar air tetap tersedia. Sesuai dengan sistem hidrologi, air akan

mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan Jakarta letaknya memang lebih rendah dari

Kabupaten Bogor sehingga air dipastikan akan mengalir ke Jakarta. Untuk itu, DAS

Ciliwung Bagian Hulu sebagai daerah penyangga perlu dijaga sehingga bisa menjadi

tempat konservasi air. Namun sayangnya kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu sudah

banyak yang dijadikan daerah permukiman, sehingga tidak lagi mengindahkan tata

ruang dan lingkungan, dan kondisi tersebut berakibat terjadinya erosi dan banjir.

Padatnya perumahan mewah di sejumlah lahan yang dianggap kritis selama ini

telah menyebabkan air hujan yang terus mengguyur DAS Ciliwung Bagian Hulu tidak

tertampung dan terus mengalir hingga daerah sekitarnya. Puluhan hektar hutan yang

dalam sepuluh tahun belakangan ini menjadi paru-paru Ibukota, kini tinggal kenangan

karena banyak yang telah berubah menjadi lahan beton. Meskipun ada Keppres dan

ketentuan lain dari pemerintah tentang pembangunan di kawasan tersebut, para

investor tetap melirik DAS Ciliwung Bagian Hulu sebagai lahan bisnis untuk

membangun villa mewah bagi kalangan berduit.

Selama ini pelaksanaan peraturan yang mengatur pembangunan di DAS

Ciliwung Bagian Hulu dinilai sangat longgar. Hutan sudah gundul karena

pembangunan kawasan real estate, atau untuk perkebunan sayur-sayuran dan buah-

buahan. Keadaan hidrologis sudah rusak. Air hujan tak lagi bisa diserap tanah dan

langsung saja mengalir ke sungai (http://www.kompas.com diakses pada 14 januari

2007 pukul 09.45).

Pada akhirnya kesemua itu berdampak pada kemacetan lalu lintas yang

semakin hari semakin parah terutama pada jalur-jalur jalan protokol menuju kawasan

Puncak, pencemaran air dan udara akibat industri dan transportasi, dan meningkatnya

kriminalitas dan pola kehidupan yang menyimpang. Semua itu mewarnai kehidupan

sosial ekonomi yang mengakibatkan makin tidak terjangkaunya perwujudan rasa

tertib, aman, dan nyaman dalam kehidupan kota pegunungan, begitu pula yang terjadi

Page 24: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

78

terhadap pengguna jalan yang melewati DAS Ciliwung Bagian Hulu baik dari arah

Jakarta-Bandung maupun sebaliknya. Jika keadaan tersebut di atas dibiarkan berlarut-

larut tanpa ada upaya, antisipasi dini, pemikiran, perencanaan, solusi, dan pelaksanaan

yang terpadu terutama dari pihak-pihak terkait, sudah bisa dipastikan bahwa

perkembangan pembangunan fisik, sosial ekonomi, keamanan, ketertiban akan lebih

semrawut. Kalau kesemrawutan, keamburadulan tidak teratasi, daya tarik kawasan

DAS Ciliwung Bagian Hulu akan menurun baik bagi investor, masyarakat, maupun

pengguna jalan yang menuju Puncak. Akibatnya, kegiatan ekonomi akan terhambat,

kekumuhan akan berkembang, dan kualitas kehidupan akan menurun.

Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah menciptakan

untuk selanjutnya mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan

hidup manusia dan keterlanjutan pemanfaatan dan keberadaan sumber daya alam.

Dengan demikian, adalah juga merupakan keterlajutan keberadaan dan layanan

lingkungan (ecological services) bagi kehidupan manusia. Keterlanjutan pemanfaatan

dan pencagaran sumber daya alam didefinisikan sebagai suatu proses perubahan

dimana kesinambungan pemanfaatan dan pencagaran sumber daya alam, arah

investasi pemanfaatan sumber daya alam, dan perubahan kelembagaan yang berkaitan

dengan sasaran pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam tersebut konsisten

dengan sasaran pemanfaatan saat ini dan di masa yang akan datang (World

Commission on Environment And Development, 1987). Dalam bahasa yang lain

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) seperti yang telah

dikenal secara luas melalui buku “our common future”, pembangunan yang dikatakan

berkelanjutan adalah bila “developments that meets the needs of da present without

compromising the ability of future generation to meet their own needs” (Dieren,

1995). Pengelolaan DAS diharapkan dapat mencapai pembangunan yang

berkelanjutan.

Pengelolaan DAS sangat penting untuk mendukung konsep pengembangan

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable developmant). Masalah Pembangunan

Berkelanjutan merupakan isu yang menarik dan terus berkembang sampai saat ini.

Pembangunan berkelanjutan harus dihadapi dan disikapi secara arif dan bijaksana,

konsisten, menjunjung tinggi aspek hukum, sosial, dan kemanusiaan, serta melibatkan

semua elemen pembangunan secara holistik/integratif. Pengelolaan ini meliputi proses

formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumber

daya alam dan sumber daya manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk

Page 25: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

79

memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa mengakibatkan kerusakan sumber daya

air dan tanah. Pengelolaan dan alokasi sumber daya alam di daerah aliran sungai

meliputi pencegahan banjir dan erosi, serta pelindungan nilai keindahan yang

berkaitan dengan daerah hulu dan hilir suatu DAS. Hal ini sangat diprioritaskan

mengingat segala kegiatan yang terjadi di daerah hulu akan mempengaruhi aktivitas

yang dilakukan di daerah hilir. Pengelolaan DAS perlu mempertimbangkan aspek-

aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan luar

daerah aliran sungai yang bersangkutan.

Konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) saat ini

sedang hangat dibicarakan. Dalam konteks DAS, pembangunan yang berkelanjutan

dapat dicapai apabila perangkat kebijaksanaan yang akan diterapkan pada pengelolaan

DAS telah mempertimbangkan banyak hal. Pengelolaan DAS dan konservasi tanah

dan air merupakan “alat” untuk tercapainya pembangunan sumber daya air dan tanah

yang berkelanjutan. Pengelolaan sumber daya alam yang tidak memadai (pada skala

DAS) telah menyebabkan degradasi tanah dan air, dan pada nantinya menurunkan

kemakmuran rakyat pedesaan

Penyebab utama tidak memadainya cara pengelolaan sumber daya air tersebut

di atas seringkali berkaitan dengan kurangnya pemahaman keterkaitan biogeofisik

antara daerah hulu-hilir DAS sehingga produk kebijaksanaan yang dihasilkan tidak

atau kurang memadai untuk dijadikan landasan pengelolaan DAS. Adanya

ketidaksesuaian antara batas alamiah (ekologi) dan batas administrasi (politik) suatu

DAS seringkali menjadi kendala bagi tercapainya usaha pengelolaan DAS yang

komprehensif dan efektif. Tantangan kebijakan dalam pengelolaan DAS yang cukup

mendesak adalah mengusahakan tercapainya keselarasan persepsi antara dua sisi

pandang tersebut di atas.

Oleh karenanya, kebijakan pengelolaan DAS yang perlu dibuat dan

dilaksanakan adalah yang mendorong semua aktor yang terlibat dalam aktivitas

pengelolaan sumber daya alam pada skala DAS saling menyadari dampak apa yang

akan ditimbulkan oleh aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian, dapat

dilakukan evaluasi dini terhadap gejala-gejala terjadinya degradasi lingkungan dan

tindakan perbaikan yang diperlukan dapat segera dilaksanakan.

Tuntutan kebutuhan lahan bagi kegiatan pembangunan perumahan,

perdagangan, pertanian dan lain-lain mengarah pada penggunaan lahan non-budidaya,

kawasan hutan lindung, dan banyak lagi pembangunan di tempat-tempat yang

Page 26: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

80

dilarang untuk dibangun. Namun karena berbagai alasan dan tekanan ekonomi serta

tekanan berbagai pihak, maka pembangunan yang ilegal tersebut menjadi marak dan

tidak terelakkan lagi. Ketidaksesuaian pemanfaatan lahan, penggunaan lahan,

ditambah dengan ketidaktertiban pembangunan, terjadi pelanggaran peraturan, terjadi

penyerobotan hak kepemilikan lahan, dan lain sebagainya. Itu semua mengakibatkan

banyak masalah dan ujung-ujungnya bermuara pada degradasi lahan, ekologi

terganggu yang berdampak pada bencana dan malapetaka bagi kehidupan manusia itu

sendiri.

Dari aspek-aspek tersebut di atas kalau kita perhatikan bahwa gejala dan

perkembangan penyimpangan pembangunan perumahan, villa dan bangunan-

bangunan lainnya yang terjadi telah menunjukkan merosotnya nilai lingkungan hidup

(sosial dan lingkungan) dan degradasi lahan (fisik). Secara fisik dapat dilihat dalam

bentuk,

a) makin pesatnya perkembangan pembangunan perumahan, villa, pedagang

sayuran, buah-buahan dan bangunan liar lainnya yang tidak terkendali;

b) maraknya pembangunan serta peningkatan sarana dan prasarana kota

pegunungan yang tidak terstruktur;

c) meningkatnya pergeseran fungsi kawasan hijau menjadi perumahan, villa, dan

lain-lain; dan

d) belum tertibnya tata cara pembangunan fisik, sosial, dan lingkungan yang

sesuai dengan aturan yang berlaku.

Untuk mengatasi masalah pendirian villa-villa ini, tidak ada program terpadu

yang menghentikan masalah ini sekaligus menanggulangi masalah banjir, dimana hal

tersebut menjadi kewenangan Pemerintah Daerah untuk melaksanakannya. Kebijakan

pendirian villa atau bangunan adalah tanggung jawab Pemerintah Daerah. Jika

kemudian ada hal-hal yang menyimpang seharusnya menjadi tanggung jawab

Pemerintah Daerah pula. Jika Pemerintah Daerah memang telah memuat kebijakan

yang turut memperhatikan adanya program pengendalian banjir, namun kemudian

melihat adanya penyimpangan dalam hal tersebut seperti pembuatan villa-villa di

DAS Ciliwung Bagian Hulu, pendirian bangunan tanpa IMB, dan pembuangan

sampah oleh masyarakat yang sembarangan, seharusnya mereka sebagai pihak yang

berwenang dapat menindak dan memberi sanksi pada para pelakunya.

Jadi bagaimana nasib kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu yang asalnya asri,

indah menawan, sejuk, dengan panorama yang menawan, kini menjadi kota

Page 27: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

81

pegunungan yang tidak aman, tidak nyaman, jauh dari tertib. Apakah akan kita

biarkan masa depan DAS Ciliwung Bagian Hulu tersayang menjadi suram. Itu semua

terpulang pada kita semua, baik aparat pemerintah, swasta, masyarakat, pengusaha,

dan semua lapisan untuk bisa menyadari bahwa lingkungan DAS Ciliwung Hulu

harus betul-betul dapat mempertahankan ekologinya sesuai karakter aslinya. Hasil

usaha "kita" semua mudah-mudahan dapat memberikan andil dalam rangka

melestarikan kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu untuk dapat diwariskan kepada

anak-anak bangsa Indonesia di masa depan.

4.4 Faktor-faktor Penyebab Penyimpangan Penataan Ruang di DAS Ciliwung

Bagian Hulu

Kenyataan di lapangan mengatakan bahwa peraturan tidak berjalan seperti

sebagaimana mestinya. Terjadi banyak pelanggaran dalam pengendalian DAS

Ciliwung Bagian Hulu. Penyimpangan ini tentu saja dipengaruhi banyak hal dan

faktor-faktor penyebab penyimpangan penataan ruang di DAS Ciliwung Bagian Hulu

perlu diidentifikasi untuk dicari solusi pemecahannya.

A. EKONOMI

Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat menyebabkan pertumbuhan

permukiman yang tidak teratur. Perkembangan sektor pariwisata berdampak pada

perkembangan sektor perdagangan dan jasa, terutama di bidang sektor informal bagi

penduduk setempat dan sekitarnya. Banyak penduduk yang terserap pada bidang

perdagangan dan jasa seperti hotel/restoran, atau membuka usaha tempat oleh-oleh

dan warung untuk berjualan sendiri. Keadaan yang menguntungkan ini menyebabkan

penduduk perdesaan bermigrasi untuk mengadu nasib. Hal ini menyebabkan

permintaan pembangunan permukiman yang baru meningkat. Akhirnya penduduk

membangun permukiman baru bahkan sampai merambah pada pinggir sungai.

Permukiman kumuh pun muncul di pinggir sungai dan menyebabkan pencemaran

pada sungai karena penduduknya langsung membuang limbahnya ke sungai.

Penyimpangan penggunaan lahan lebih banyak dilakukan oleh pembangunan

permukiman yang bersifat mewah seperti villa, resort, dan real estate. Permukiman

mewah yang banyak dibangun oleh warga Jakarta ini mengganggu fungsi kawasan

lindung karena dibangun tanpa mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan alam. Villa

yang dibangun biasanya berada di kemiringan >40%. Real estate dibangun dengan

Page 28: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

82

melakukan penggundulan hutan dan dengan kerapatan yang tinggi sehingga tidak

dapat menyerapkan air ke dalam tanah. Warga Jakarta yang memang mempunyai

kemampuan ekonomi yang jauh lebih baik daripada penduduk setempat senang

menghabiskan weekend-nya di daerah ini. Mulanya banyak penduduk yang membeli

tanah untuk membangun villa/resort tetapi akhirnya developer mulai melirik daerah

ini dan mengembangkan real estate. Keadaan ini tentunya juga memberikan

keuntungan bagi penduduk setempat, biasanya mereka berprofesi sebagai penjaga

villa atau tukang kebun.

B. HUKUM DAN PERATURAN

Aturan pembangunan di DAS Ciliwung Bagian Hulu sebenarnya sudah diatur

dalam RTRW Kabupaten Bogor. DAS Ciliwung Bagian Hulu sudah ditetapkan

sebagai kawasan lindung dan resapan air. Kawasan hutan lindung di bagian hulu ini

minimal sebesar 30% dari total luas kawasan. Di sampng penggunaan lahan untuk

hutan saat ini sudah sangat kritis (34,06%), pembangunan di DAS Ciliwung Bagian

Hulu juga sudah tidak mengacu pada RTRW lagi. Pertumbuhan permukiman

berkembang dengan pesat karena pertambahan jumlah penduduk. Hutan semakin

berkurang karena pohon-pohon ditebang dan terjadi penggundulan hutan secara liar.

Alih fungsi lahan juga terjadi, yaitu dari kawasan budidaya pertanian menjadi

kawasan budidaya non pertanian.

Pembangunan di DAS Ciliwung Bagian Hulu juga diatur dalam RTRW

Bopunjur Keppres tahun 1969 dan Keppres No 114 tahun 1999 tentang kawasan

Bopunjur. Ketentuan penguasaan dan penggunaan lahan sudah ditentukan dalam

keppres ini. Namun penggunaan lahan ini lagi-lagi dilanggar oleh masyarakat. Banyak

bangunan tanpa IMB dibangun di bantaran kali. Villa-villa dan tempat peristirahatan

lainnya juga dibangun sembarangan dan ada yang tidak memiliki IMB. Hal ini

menyebabkan lahan kritis di DAS Ciliwung Bagian Hulu meningkat.

Villa-villa ini biasanya dimiliki oleh orang-orang besar atau para pejabat di

Ibukota. Mereka yang “melek” Undang-undang seharusnya menaati peraturan yang

ada dengan tidak membangun villa di kawasan lindung dan resapan air. Usaha

pembokaran villa-villa yang menyalahi aturan memang pernah dilakukan namun

sayangnya hanya menindak sebagian kecil villa saja padahal jumlah villa yang

menyalahi aturan mencapai ratusan dari ribuan villa yang ada. Pemerintah seharusnya

Page 29: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

83

lebih tegas dalam menindak villa-villa yang sudah dibangun dan tidak menerbitkan

izin pembangunan villa lagi di kawasan lindung dan resapan air.

Apa yang dilakukan oleh para pengembang di DAS Ciliwung Bagian Hulu,

terutama yang termasuk kawasan puncak, itu hanyalah salah satu contoh di antara

banyak praktik para pengembang di berbagai daerah lainnya di Indonesia, termasuk

yang di daerah Jabotabek. Dalam banyak praktik para pengembang, “uang semir”

(suapan) bagi para pejabat merupakan faktor yang memainkan peran penting. Artinya,

izin diperjualbelikan, dan pelanggaran dibiarkan saja oleh para pejabat, asal KUHP

(kasih uang habis perkara).

Meskipun sudah banyak peraturan yang mengatur dan menata DAS Ciliwung

Bagian Hulu, namun pelanggaran pembangunan dan penggunaan lahan masih tetap

berjalan terus. Ada beberapa penyebab terjadinya pelanggaran tersebut antara lain:

a) lemahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang akibat degradasi

lahan dan terganggunya ekologi;

b) lemahnya penegakan hukum;

c) lemahnya pengawasan dan pengendalian pembangunan di kawasan tersebut;

dan

d) masih terjadi praktik-praktik KKN dalam berbagai skala.

Dengan banyaknya kawasan real estate yang diselenggarakan oleh para

pengembang (developer), maka terjadi banyak juga pelanggaran-pelanggaran.

Berbagai proyek real estate yang dibangun di masa lalu merupakan proyek

“kongkalikong” antara para pengembang (atau para konglomerat) dengan para pejabat

di banyak instansi yang berhak mengeluarkan berbagai izin. Jika tata ruang kawasan

DAS Ciliwung Bagian Hulu yang merupakan kawasan resapan air sudah tersusun

secara benar, Pemda setempat juga seharusnya konsekuen menegakkan aturan dengan

melarang bangunan real estate berada di kawasan resapan air dan kawasan hutan

lindung yang ada.

Perencanaan pembangunan juga sudah dilaksanakan oleh pihak Bappeda bagian tata ruang. Namun sayangnya masih terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini Bappeda juga tidak mau disalahkan karena Bappeda berperan sebagai perencana, bukan pelaksana. Harus diakui sistem pengendalian tata ruang kita, baik daerah maupun skala nasional sangat lemah. (Danny, 2004) Salah satu faktor penting dalam sistem pengendalian adalah dijadikannya

pajak sebagai "senjata" pengendalian tata ruang. Sampai saat ini Pemda memandang

Page 30: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

84

pajak hanya sebagai instrumen pendapatan bukan instrumen pengendalian. Padahal

negara-negara maju sudah sejak lama menerapkan pajak sebagai instrumen

pengendalian tata ruang mereka. Dalam kasus pengendalian DAS Ciliwung Bagian

Hulu pada daerah yang termasuk Kawasan Puncak misalnya, bisa saja pemerintah

menaikkan nilai pajak di Puncak. Sekarang ini, orang-orang yang membangun di

kawasan Puncak dengan pajak yang terlalu murah. Pajak tanah sendiri hanya 1,5

persen, seandainya untuk pembangunan di Puncak dapat dibesarkan (Ernan, 2004).

Tidak hanya pajak tanah, tetapi hal ini juga dapat dilakukan pada PBB (Pajak

Bumi dan Bangunan) yang ikut dinaikkan. Misalnya 10 kali lipat dari yang biasanya

tercantum di awal pengurusan surat-surat ketika di Pemda. Dengan begitu, orang atau

pengembang akan berpikir berkali-kali lipat sebelum membangun di Puncak. Selain

itu, dalam pengurusan IMB (izin membangun bangunan) bukan sekadar dipersulit,

tetapi biayanya juga dinaikkan sehingga untuk memperoleh IMB itu tidak semudah

seperti sekarang. Sistem pengendalian sudah di-input oleh instrumen perpajakan,

instrumen infrastruktur, dan instrumen-instrumen lainnya ini akan percuma bila

budaya korupsi masih mengakar. Korupsi adalah masalah mendasar di tata ruang kita.

Korupsi berada di setiap lapisan elemen pemerintah dan menjangkiti setiap lapisan

masyarakat.

Sebagai kawasan penyangga dan merupakan daerah konservasi, seharusnya

Pemerintah Pusat juga turut menunjukkan komitmen yang jelas dalam menjaga

kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu, tidak hanya Pemkab Bogor saja. Namun,

selama ini komitmen seperti itu tidak pernah terwujud. Bahkan, selama ini tidak jelas

apa saja yang telah dilakukan untuk kawasan tersebut. Wajar saja muncul pandangan

dan opini bahwa pemerintah kurang peduli dan tidak jelas komitmennya terhadap

kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu. Kemudian, yang berkembang adalah penilaian

miring yakni lebih mengedepankan perolehan pendapatan di kawasan tersebut

dibandingkan menjaga lingkungannya.

Pemerintah tidak memiliki keberanian untuk menertibkan pembangunan villa

di DAS Ciliwung Bagian Hulu. Padahal, pembangunan villa jelas dapat mengancam

kawasan korservasi. Apalagi jumlah villa di kawasan tersebut begitu banyak dan

menjadi beban bagi DAS Ciliwung Bagian Hulu. Seharusnya pemerintah mempunyai

komitmen terhadap menjaga lingkungan DAS Ciliwung Bagian Hulu, harusnya berani

bersikap dalam soal pembangunan villa. Misalnya, menyatakan bahwa DAS Ciliwung

Bagian Hulu adalah daerah tertutup untuk pembangunan villa. Sikap seperti itu tidak

Page 31: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

85

pernah ada. Sebaliknya, pembangunan villa semakin hari semakin bertambah

sehingga muncul pandangan kurang baik bahwa pemerintah tidak peduli dalam

menjaga kawasan DAS Ciliwung Bagian Hulu sebagai daerah konservasi. Jika

dinyatakan DAS Ciliwung Bagian Hulu tertutup untuk pembangunan villa-villa dan

sejenisnya, jelas akan berdampak positif dalam menjaga kelestarian kawasan DAS

Ciliwung Bagian Hulu.

Villa yang berdiri tanpa IMB atau izin lainnya harus ditindak. Izin untuk

membangun villa, hotel dan restoran juga harus dihentikan. Jika hal itu tidak

dilakukan maka yang akan muncul adalah ancaman terhadap kawasan konservasi dan

penyangga itu. Dampaknya sudah mulai dirasakan, yaitu jika terjadi banjir di daerah

Jakarta maka yang dituding adalah kawasan hulunya (Puncak-Bogor). Kawasan DAS

Ciliwung Bagian Hulu memang kian gundul dan melemah daya resap airnya. Hutan

tropis yang lebat beralih menjadi hutan beton, sebagian besar milik orang-orang kaya

Jakarta. Belum lagi ruang terbuka hijau digantikan villa, perumahan baik elit maupun

sederhana, dan mal-mal yang terus menjamur.

Saat ini, tingkat kemampuan meresap air di DAS Ciliwung Bagian Hulu hanya

sekitar 20%, sangat jauh dari angka ideal yakni 80%. Kemampuan meresap hanya

20% ini berarti 80% air langsung "dikirim" ke Jakarta, dan inilah yang membuat

Jakarta tetap kebanjiran meskipun curah hujan di Jakarta normal atau sedang. Oleh

karena itu penguatan hukum dan peraturan harus dilakukan agar fungsi utama DAS

Ciliwung Bagian Hulu sebagai kawasan lindung dan resapan air kembali.

Sistem insentif dan disinsetif belum dijalankan dengan baik dalam

Pengelolaan DAS Ciliwung Bagian Hulu. Hukum dan peraturan tentang kawasan

lindung dan resapan air jelas-jelas sudah ada. Peraturan pembangunan di DAS

Ciliwung Bagian Hulu juga sudah ditetapkan dalam Keppres. Denda akan

pelanggaran peraturan juga sudah ditentukan. Namun sistem punishment tidak

dilaksanakan oleh aparat pemerintah. Sebenarnya jika sistem punishment ini

dihidupkan kembali maka pengendalian tata ruang di DAS Ciliwung Hulu dapat

berjalan dengan baik. DAS Ciliwung Hulu dapat menjalankan fungsinya untuk

mendukung kawasan bawahannya.

Kegagalan sistem insentif dan disinsentif ini menimbulkan pertanyaan, apakah

pemerintah membutuhkan dorongan untuk menjalankan tugasnya dalam melayani

masyarakat dan melestarikan lingkungan? Seperti yang kita ketahui bangsa kita masih

mengidap penyakit lama, yaitu korupsi. Banyak kasus yang meloloskan terdakwanya

Page 32: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

86

hanya dengan diberi imbalan yang besar. Pemerintah Daerah juga mudah disuap

untuk meloloskan izin pembangunan yang sebenarnya menyalahi aturan. Sebenarnya

bagaimanakah cara yang efektif untuk menegakkan hukum dan menjalankan

punishment dengan jujur dan adil.

C. WADAH KOORDINASI

Keberadaan wadah organisasi dalam pengelolaan DAS Ciliwung Bagian Hulu

ini memegang peran yang sangat penting untuk mewujudkan pengendalian tata ruang.

Wadah organisasi dapat berupa organisasi yang bersifat sektoral dalam kabupaten.

Kabupaten yang berwenang dalam pengelolaan DAS Ciliwung Bagian Hulu adalah

Pemerintah Kabupaten Bogor. Pemkab juga harus mengkoordinasikan kegiatannya

dengan pemerintah yang berada di kawasan hilir (DKI Jakarta). Karena setiap

kegiatan yang akan dilakukan di daerah hulu akan berdampak pada daerah hilirnya.

Kegiatan harus dijalankan secara koordinatif melalui lintas sektor dan lintas

kabupaten-kota.

Koordinasi juga tidak hanya dilakukan antar Pemerintah Kabupaten-Kota,

tetapi juga dengan Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat telah membentuk badan

pengelolaan sendiri untuk menangani masalah DAS. Badan tersebut antara lain adalah

Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung dan Induk Pelaksana Kegiatan

Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (IPK-PWSCC). Kedua badan

tersebut memiliki program kerjanya masing-masing. Misalnya saja Balai Pengelolaan

DAS Ciliwung Cisadane yang memiliki fokus pada usaha rehabilitasi hutan dan lahan.

Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung merupakan badan pengelolaan asuhan

Dinas Kehutanan sedangkan Induk Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wilayah

Ciliwung Cisadane dikelola dibawah naungan Departemen Pekerjaan Umum (PU).

IPK-PWSCC selama ini lebih concern terhadap penanggulangan masalah banjir di

DKI Jakarta dan sekitarnya. Salah satu proyek yang dikerjakannya bersama pihak

swasta adalah proyek Banjir Kanal Timur (BKT).

Badan pengelolaan membuat program berdasarkan kebutuhan untuk

pengelolaan DAS yang dapat mendukung usaha konservasi tanah dan air. Misalnya

program tata ruang bagi permukiman, industri, pertanian, pengelolaan limbah

domestik cair dan padat, penanggulangan lahan kritis, dan konservasi daerah resapan.

Pengelolaan ini melibatkan aspek lingkungan, hidrologi dan hidrogeologi, pertanian,

pekerjaan sipil, lingkungan, dan planologi.

Page 33: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

87

D. Hubungan Pemerintah-Masyarakat

Masyarakat sebagai pengguna sumber daya merupakan salah satu penyebab

terjadinya ketidakteraturan dalam pengelolaan DAS Ciliwung Bagian Hulu.

Masyarakat perdesaan misalnya, membuka hutan untuk menciptakan lahan baru yang

akan digunakan untuk bertani dan bercocok tanam. Masyarakat perdesaan juga

membangun permukiman tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan tidak

mengetahui dampaknya bagi kawasan hilir sungai. Masyarakat pendatang juga sama

saja, mereka membangun villa, real estate, usaha perhotelan, restoran seenaknya.

Banyak bangunan yang dibangun dengan menyalahi aturan dan tanpa IMB.

Kegiatan pengrusakan hutan dilakukan masyarakat karena mereka kurang

mengetahui program pemerintah. Rencana pengelolaan dan peraturan hanya diketahui

oleh Bupati, Camat, dan Lurah tanpa disebarluaskan kepada masyarakat. Masyarakat

yang memang gaya hidupnya demikian tidak mengetahui bahwa tindakan pembukaan

lahan pertanian baru dapat mengganggu keseimbangan alam. Tindakan penggundulan

hutan juga menyebabkan kualitas air menurun dan warna air sungai menjadi keruh

dan tidak jernih lagi.

Program pemerintah hanya sebatas pelaksanaan saja, hanya bersifat proyek.

Hal ini menyebabkan program yang dilakukan pemerintah tidak berkesinambungan.

Pemerintah membangun tanpa diketahui maksudnya apa dan kurang disadari hasilnya

oleh masyarakat. Hubungan pemerintah dan masyarakat tidak mendalam padahal

menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya tugas pemerintah saja. Untuk

mengoptimalkan pewujudan otonomi daerah seharusnya masyarakat harus

diikutsertakan dalam perumusan masalah sampai pengambilan keputusan.

E. Masyarakat

Upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan di sepanjang DAS Ciliwung ini

sebenarnya tak terlalu sulit, yaitu hanya berupa perangkat peraturan. Bangunan-

bangunan villa dan rumah peristirahatan yang sudah terlanjur dibangun tidak perlu

dibongkar. Peraturan itu adalah keharusan bagi setiap bangunan di DAS tersebut

untuk membuat sumur-sumur resapan, seperti yang sudah dilakukan di Jepang. Kalau

keharusan itu bisa dikaitkan dengan IMB (Izin Mendirikan Bangunan), barangkali

"sakitnya" Sungai Ciliwung yang membawa bencana buat orang Jakarta itu akan bisa

sedikit berkurang.

Page 34: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

88

Namun sayangnya walaupun sudah ada perangkat peraturan, usaha konservasi

masih sulit dilaksanakan. Masalah yang dirasakan pada masyarakat yang tinggal di

daerah hulu mencakup:

a) Kurangnya sosialisasi program kepada masyarakat;

b) Peran serta masyarakat masih relatif rendah; dan

c) Budaya masyarakat yang tidak kondusif dengan konservasi (perilaku

masyarakat kurang baik, budidaya pertanian tidak mengikuti kaidah

konservasi tanah dan air).

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS Ciliwung Bagian Hulu masih

kurang. Pengelolaan DAS seharusnya menggunakan prinsip partisipatif dan

mendukung kemitraan antara pemerintah dan masyarakat. Dalam usaha kemitraan,

masyarakat perlu dilibatkan dalam merencanakan dan mengambil keputusan bersama

dengan pemerintah. Masyarakat selama ini hanya sebagai pemanfaat program

pemerintah saja. Partisipasi masyarakat dapat saja dilakukan melalui pengiriman

wakil-wakil masyarakat dalam tubuh badan pengelolaan DAS yang dibangun oleh

pemerintah. Pengelolaan DAS perlu mendapat perhatian yang serius berupa terobosan

pemikiran bagi upaya percepatan pembangunan dan pengembangan ekonomi lokal

yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses dan pelaksanaan

pengelolaannya. Terobosan pemikiran itu juga diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Perilaku masyarakat saat ini juga kurang mendukung usaha konservasi. Selain

membuka lahan pertanian baru, masyarakat juga membangun rumah di bantaran

sungai. Pembangunan villa dan resort juga sering mengambil daerah pinggir sungai

untuk menambah keindahan dan menumbuhkan sifat alaminya. Penghuni

permukiman di bantaran sungai membuang limbah rumah tangganya langsung ke

sungai. Sungai juga berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah bagi mereka.

Padahal hal ini akan mencemari sungai dan air membuat sampah yang dibuang sulit

membusuk.

Masyarakat perlu mengetahui rencana pengelolaan dan peraturan yang

diterapkan dalam pengendalian DAS Ciliwung Bagian Hulu. Badan pengelolaan yang

dibentuk oleh pemerintah seharusnya dapat berfungsi sebagai sarana untuk

mempublikasikan kegiatan penanganan DAS Ciliwung Bagian Hulu kepada

masyarakat. Badan pengelolaan tidak hanya mengambil informasi dari masyarakat,

tetapi juga mengembalikan lagi informasi kepada masyarakat. Masyarakat yang

Page 35: EVALUASI PENATAAN RUANG DI DAERAH ALIRAN · PDF filediarahkan pada kegiatan yang dapat memperbesar koefisien infiltrasi disamping ... air. Kawasan hutan produksi terdapat di Kecamatan

89

memang tidak memiliki pengetahuan dan penguasaan teknologi konservasi harus

diberitahu. Pelatihan dan penyuluhan mengenai pentingnya pelestarian kawasan DAS

bagian hulu (terutama hutan) perlu diberikan kepada petani. Transform teknologi

konservasi juga harus diberikan kepada masyarakat agar kegiatan mereka tidak

mengganggu fungsi kawasan lindung dan resapan air.

F. Pendanaan

Aspek pendanaan dalam pengelolaan DAS Ciliwung Bagian Hulu juga masih

menjadi persoalan. Pemerintah membutuhkan investasi dalam bentuk uang yang tidak

sedikit. Pembiayaan pengelolaan DAS secara terpadu dapat menggunakan alokasi

dana yang ada di setiap departemen yang terkait, baik yang berasal dari APBN,

APBD, atau bantuan luar negeri dengan cara merubah diversifikasi dan distribusi

sehingga lebih efektif dan efisien. Untuk dana yang berasal dari PAD, dana dapat

diambil dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), atau Dana

Alokasi Khusus (DAK).

Di samping itu pemerintah perlu mengikutsertakan masyarakat dan swasta

untuk membiayai sektor pengelolaan DAS. Masyarakat dan swasta tentu mau diajak

bekerjasama untuk membiayai pengelolaan DAS jika mereka memperoleh

keuntungan, misalnya pembuatan bendungan yang bertujuan untuk tempat rekreasi

dan sumber air bersih. Begitu pula dipikirkan mekanisme pembiayaan pengelolaan

DAS melalui kebijaksanaan satu pintu termasuk juga untuk tindakan atau kegiatan

yang akan dilakukan harus melalui penyaringan agar tidak terjadi tumpang tindih

penelitian dan konflik kepentingan (conflict of interest).

Mekanisme pendanaan pengelolaan DAS Ciliwung Bagian Hulu juga harus

dikoordinasikan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. DAS Ciliwung

melewati dua propinsi, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Hulu DAS Ciliwung

terdapat di Kabupaten Bogor, daerah tengah melewati Kota Bogor, dan daerah hilir

berada di Kota Jakarta. Oleh karena itu mekanisme pendanaannya dilakukan dengan

cara lintas kabupaten. Pengelolaan DAS Ciliwung harus dilakukan secara terpadu atau

terintegrasi agar tumpang tindih program tidak terjadi.