evaluasi pemberian informasi obat pada pelayanan …

42
EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP DI APOTEK DI DESA MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Tika Kurnia NIM: 178114147 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP

DI APOTEK DI DESA MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK

KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Tika Kurnia

NIM: 178114147

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

i

EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP

DI APOTEK DI DESA MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK

KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Tika Kurnia

NIM: 178114147

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

ii

Persetujuan Pembimbing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP DI

APOTEK DI DESA MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK KABUPATEN

SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh:

Tika Kurnia

NIM: 178114147

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Pada tanggal: 21 Juli 2021

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Yustina Sri Hartini

Panitia Penguji: Tanda Tangan

1. apt. Putu Dyana Christasani, M.Sc.

………………………

2. apt. T.B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph.D.

………………………

3. Dr. apt. Yosef Wijoyo, M.Si.

……………………….

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

v

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Tika Kurnia

Nomor Mahasiswa : 178114147

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Evaluasi Pemberian Informasi Obat Pada Pelayanan Resep Di Apotek Di Desa

Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta beserta perangkat

yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media

lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan,

gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari

(search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 24 Juli 2021

Yang menyatakan

(Tika Kurnia)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

vi

ABSTRAK

Pelayanan informasi obat adalah kegiatan yang dijalankan apoteker pada

pemberian informasi terkait obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan

dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat pada profesi kesehatan lain,

pasien atau masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik pelayanan

informasi obat mengenai pelayanan resep di apotek di Desa Maguwoharjo Kecamatan

Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta dan melihat kesesuaian praktik pelayanan

informasi obat pada pelayanan resep dengan standar yang tertera dalam Permenkes No.

73 tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan

pendekatan kualitatif. Pengambilan data menggunakan metode wawancara mendalam.

Data diperoleh dari 5 responden yang diwawancarai dan disajikan secara deskriptif

dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun

2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Penelitian menunjukkan

bahwa pelayanan informasi obat yang dilakukan di apotek di Desa Maguwoharjo

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta belum sesuai dengan standar yang

ada pada Permenkes no. 73 tahun 2016. Responden tidak melakukan pelayanan

informasi obat sesuai dengan ketentuan dikarenakan beberapa alasan seperti

keterbatasan waktu pelayanan dan informasi yang hendak disampaikan dirasa tidak

terlalu berpengaruh pada pasien.

Kata kunci: pelayanan resep, informasi obat, apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

vii

ABSTRACT

Drug information service is an activity performed by pharmacists in providing

impartial drug-related information, critically evaluated and with the best evidence in

all aspects of drug use in other health professionals, patients or public. This study aims

to determine the practice of drug information services regarding prescription services

at pharmacies in Maguwoharjo Village, Depok District, Sleman Regency, Yogyakarta

and see the drug information service practices suitability in prescription services with

the standards stated in the Permenkes RI No. 73 tahun 2016. This research is a

descriptive observational study with a qualitative approach. Data collection using

indepth interview method. Data obtained from 5 respondents who were interviewed

and presented descriptively compared to the Permenkes RI No. 73 tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Research shows that drug information

services which performed at pharmacies in Maguwoharjo Village, Depok District,

Sleman Regency, Yogyakarta are not in accordance with the standards in Permenkes

no. 73 tahun 2016. Respondents didn't provide drug information services according to

the provisions due to several reasons such as limit service time and the information to

be conveyed didn't seem to have much effect on patients.

Keywords: prescription service, drug information, pharmacy

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... vi

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

METODE PENELITIAN .............................................................................................. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 7

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

LAMPIRAN ............................................................................................................................ 23

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................................ 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden ................................................................................. 6

Tabel 2. Teknis Pelayanan Informasi Obat Pada Pelayanan Resep Di Apotek ............ 8

Tabel 3. Komponen Informasi Obat yang Disampaikan Responden ......................... 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clereance ................................................................................... 23

Lampiran 2. Permohonan lzin Penelitian dan Pengambilan Data ............................... 24

Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden ........................................................... 25

Lampiran 4. Formulir Validitas Instrumen Penelitian ................................................ 26

Lampiran 5. Daftar Panduan Wawancara ................................................................... 28

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian ............................ 29

Lampiran 7. Pedoman Observasi ................................................................................ 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

1

PENDAHULUAN

Apotek ialah lembaga pelayanan farmasi dimana dilakukannya praktik

kefarmasian. Dalam praktik pelayanannya, apoteker harus bertanggung jawab

langsung pada pasien dalam meningkatkan kualitas layanan. Hal ini berarti apoteker

mempunyai kewajiban dan tanggung jawab langsung untuk menyediakan berbagai

informasi obat yang digunakan pasien. Penting bagi apoteker untuk memberikan

pelayanan informasi obat untuk menghindari kemungkinan kesalahan pengobatan

(medication error) dalam proses identifikasi, mencegah dan mengatasi masalah terkait

obat (KEMENKES, 2016).

Pelayanan informasi obat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pemberian

informasi dan edukasi pada pasien. Penelitian Supardi, dkk., (2019) menunjukkan

bahwa hanya 5,3% apoteker yang memberikan informasi obat kepada konsumennya.

Selain itu, penelitian terhadap 32 apotek di Kabupaten Bantul menyatakan bahwa

standar pelayanan kefarmasian di apotek belum dilaksanakan dengan baik, yaitu 56,2%

apotek dikategorikan baik, 40,6% apotek dikategorikan cukup, dan 3,1% apotek

dikategorikan kurang (Supardi, 2019).

Berdasarkan uraian data, penelitian ini penting dijalankan untuk melihat sejauh

mana pelayanan informasi obat pada pelayanan resep oleh apoteker di apotek yang

sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek yang berlaku. Penelitian ini

perlu dilakukan sebagai bentuk evaluasi pelayanan informasi obat pada pelaksanaan

pelayanan resep di apotek-apotek di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok, Kabupaten

Sleman, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

2

METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Rancangan penelitian

bersifat kualitatif dengan metode triangulasi yaitu pengamatan langsung, wawancara,

dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di apotek-apotek di daerah Desa

Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta periode Mei-Juni

2021. Penelitian observasional deskriptif ditujukkan mendeskripsikan kondisi dalam

masyarakat maupun komunitas (Heryana, 2020).

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu informasi saat PIO yang disampaikan

responden di apotek-apotek meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan

cara pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,

keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,

stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat di Desa Maguwoharjo,

Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Subjek Penelitian

Responden dalam penelitian ini yaitu apoteker yang bekerja di apotek di Desa

Maguwoharjo yang mau diwawancara dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Berikut merupakan kriteria inklusi dan eksklusi dari responden:

1. Kriteria inklusi

a. Apoteker bekerja di apotek di Desa Maguwoharjo dan menandatangani

inform consent

b. Apoteker tersebut bekerja di apotek (minimal 3 tahun)

c. Apoteker yang berusia < 36 tahun serta apotek yang menyediakan praktik

dokter.

2. Kriteria eksklusi

a. Apoteker yang tidak bersedia mengikuti penelitian hingga akhir dan tidak

menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

3

Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 16 apotek.

Dari 16 apotek, hanya 7 apotek yang memiliki praktik dokter. Dari 7 responden ini,

hanya 5 responden yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini. Subjek yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 5 orang apoteker.

Instrumen

Instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah daftar panduan

wawancara yang dibuat dengan mengacu pada pedoman pelayanan informasi obat di

apotek yang sesuai standar Permenkes No. 73 tahun 2016. Panduan wawancara

tersusun atas: 5 pertanyaan terkait identitas responden, dan 14 pertanyaan terkait

pelayanan informasi obat yang dilaksanakan oleh responden.

Tata Cara Penelitian

1. Tahap pra penelitian

Tahap pra penelitian adalah tahap awal jalannya penelitian yang meliputi:

a. Persiapan, penentuan lokasi penelitian dan pengajuan izin.

Persiapan yang telah dipersiapkan yaitu membuat proposal penelitian.

Menentukan lokasi dengan tujuan menetapkan lokasi yang dipakai saat

melakukan penelitian. Setelah itu, mengurus izin kepada pihak terkait.

Penelitian ini sudah memperoleh persetujuan Ethical Clearance dari

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor

KE/FK/0487/EC/2021.

b. Penentuan responden penelitian

Responden penelitian didapat dengan melihat kriteria inklusi dan ekslusi.

c. Pembuatan daftar panduan wawancara

Daftar panduan wawancara berisikan pokok pertanyaan yang

ditanyakan kepada subjek yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Pokok

pertanyaan berisikan mengenai pelayanan informasi obat berupa informasi

dan edukasi kepada pasien yang diberikan responden didasarkan pada

Permenkes RI No. 73 tahun 2016. Daftar panduan wawancara ini sudah

tervaliditas. Daftar panduan wawancara terlampir di lampiran 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

4

d. Pengujian validitas daftar panduan wawancara

Uji validitas bertujuan mengetahui kejelasan dari tujuan dan

lingkup informasi yang ingin didapat, yaitu sejauh mana pertanyaan-

pertanyaan yang tercantum di daftar panduan wawancara dapat mencakup

seluruh objek yang hendak diukur. Jenis uji validitas yang dapat dilakukan

adalah uji validitas konten yaitu memastikan jika instrumen yang dipakai

telah mencakup semua hal yang perlu diukur. Uji validitas isi panduan

wawancara dilakukan berdasarkan analisis rasional oleh professional

judgement. Professional judgement yaitu mengkonsultasikan validitas

daftar panduan wawancara dengan seorang yang ahli dalam bidangnya

yang dalam hal ini yaitu seorang apoteker.

2. Tahap pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan daftar pertanyaan yang telah

disusun. Observasi dilakukan dengan menentukan objek observasi, data yang

diobservasi, dan melakukan pengamatan langsung. Dokumentasi dilakukan dengan

menanyakan kepada apoteker mengenai dokumentasi/catatan pelayanan informasi

obat di apotek.

3. Tahap pengolahan dan analisis data

Hasil data yang diperoleh dari wawancara kemudian melalui proses editing,

coding, dan tabulating. Editing meliputi pengeditan cuplikan wawancara sesuai

dengan PUEBI. Coding dengan memberikan kode penamaan kepada responden

agar mempermudah pembahasaan. Sedangkan tabulating dengan membuat tabel

dari hasil pengamatan. Kemudian data disajikan dalam bentuk uraian narasi, bagan,

diagram alur, ataupun tabel. Selanjutnya memastikan kebenaran data berdasarkan

temuan dan melakukan verifikasi data, kesimpulan yang diperoleh masih bersifat

sementara dan dapat berubah sesuai dengan bukti-bukti lain yang memperkuat

suatu data. Analisis data diawali dengan proses pengumpulan data yang telah

diolah, kemudian data tersebut diamati secara mendalam, kemudian diberi tanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

5

atau catatan pada suatu data yang dianggap penting. Selanjutnya peneliti

mengelompokkan data yang diperoleh. Peneliti harus dapat menemukan inti dari

suatu informasi kemudian dituliskan pada suatu uraian (textual description).

Selanjutnya data dari penelitian dianalisis secara deskriptif sesuai Permenkes No.

73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kemudian ditarik

kesimpulan apakah praktik PIO pada pelayanan resep di apotek di Desa

Mahuwoharjo sebanding dengan Permenkes No. 73 tahun 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan teknik analisis tematik yang dipakai, hasil penelitian dikategorikan

menjadi 3, yaitu sumber daya manusia, teknis pelayanan informasi obat, dan hasil

evaluasi informasi obat pada pelayanan resep di apotek di Desa Maguwoharjo,

Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam pembahasan ini bertujuan mendeskripsikan

apoteker di apotek di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,

Yogyakarta dari karakteristik responden.

A. Karakteristik Responden

Karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, dan lama bekerja di apotek. Berikut merupakan tabel yang

berisi karakteristik responden.

Tabel I. Karakteristik Responden

No. Kode

Apoteker

Usia

(tahun)

Jenis

Kelamin

Pendidikan

Terakhir

Lama Bekerja

di Apotek

(tahun)

1. A 26 P Profesi Apoteker 3

2. B 34 P Profesi Apoteker 8

3. C 29 P Profesi Apoteker 5

4. D 27 P Profesi Apoteker 3

5. E 31 P Profesi Apoteker 7

Penjelasan mengenai karakteristik subjek akan diuraikan secara detail sebagai berikut:

1. Karakteristik Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel I. dapat dilihat bahwa umur dari subjek yaitu antara

26-34 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa para subjek tergolong muda dan

masih bisa mengalami perkembangan pola pikir, sehingga dapat berpikir

rasional saat berhadapan dengan permasalahan pelayanan informasi obat pada

pelayanan resep di apotek yang dikelola. Dipilih responden yang berusia kurang

dari 36 tahun karena menurut Satibi (2018) “pekerja yang lebih muda lebih

mudah beradaptasi, fleksibel, mudah menerima teknologi baru serta memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

7

kepuasan yang lebih tinggi”. Hal ini dapat dilihat dari kelima responden saat

memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien. Responden terlihat lebih

cakap dan pasien terlihat nyaman saat berkonseling dengan responden. Selain

itu, tidak membutuhkan waktu lama saat konseling dikarenakan para responden

bisa mengoperasikan alat berupa handphone dalam pencarian informasi yang

diperlukan saat dilakukan PIO.

2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel I. menunjukkan bahwa semua subjek adalah perempuan. Menurut

Satibi (2018) perempuan cenderung untuk bekerja di bidang yang berhubungan

dengan orang lain. Perempuan yang bekerja di bidang yang didominasi

perempuan cenderung menghasilkan kinerja lebih optimal, seperti menjadi

apoteker yang berhubungan dengan orang lain dan didominasi oleh perempuan.

Perempuan juga memiliki ketelitian yang tinggi.

3. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan terakhir

Tingkat pendidikan semua responden adalah profesi apoteker (100%).

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya

dalam menghadapi kejadian di sekitarnya (Nursalam, 2003). Profesi apoteker

merupakan tingkat pendidikan yang harus ditempuh agar dapat menjadi seorang

apoteker. Responden A, B, C, D, dan E mempunyai tingkat pendidikan yang

cukup untuk menjadi seorang apoteker. Dalam melakukan pelayanan informasi

obat, kelima responden terlihat sangat profesional saat berinteraksi dengan

pasien. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan yang dimiliki responden

dimana saat menempuh pendidikan profesi apoteker, responden mendapatkan

pengetahuan sebagai persiapan memasuki dunia kerja.

4. Karakteristik Berdasarkan Lama Bekerja

Berdasarkan Tabel I. diketahui bahwa para responden memiliki

pengalaman kerja di apotek yaitu selama 3-8 tahun. Semakin lama masa

pegawai maka kemampuan karyawan akan meningkat hal ini berpengaruh pada

pengalaman kerja seseorang (Satibi, 2018). Kinerja responden yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

8

pengalaman kerja di atas 5 tahun lebih baik dari pada responden yang memiliki

pengalaman kerja 3 tahun. Terlihat dari saat melakukan pelayanan informasi

obat apoteker yang lama kerjanya lebih dari 5 tahun lebih mudah

mengkomunikasikan informasi yang ingin disampaikan kepada pasien.

B. Teknis Pelayanan Informasi Obat Di Apotek

Teknis pelayanan informasi obat di apotek yang diteliti dalam penelitian

ini, antara lain: metode pelayanan informasi obat, kegiatan lain yang dilakukan

di apotek selain pemberian informasi dan edukasi pasien, sumber informasi

yang digunakan dalam pelayanan infromasi obat, dan dokumentasi.

Tabel II. Teknis Pelayanan Informasi Obat Pada Pelayanan Resep Di Apotek.

Responden Kegiatan Lain Sumber

Informasi

Dokumentasi

Menerima dan menjawab pertanyaan

Metode Jenis pertanyaan

A Lisan ESO Tersier Tidak Dilakukan

B Lisan Cara pakai obat Tersier Dilakukan

C Lisan ESO Tersier Dilakukan

D Lisan ESO Tersier Dilakukan

E Lisan ESO Tersier Dilakukan

Berikut adalah penjelasan terkait teknis pelayanan informasi obat pada pelayanan resep

di apotek:

1. Metode Pelayanan Informasi Obat

Berdasarkan hasil wawancara yang dapat dilihat pada tabel III semua

subjek menggunakan metode lisan saat melakukan pelayanan informasi obat.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden B:

“Saya menggunakan metode lisan saat melakukan pelayanan informasi obat.

Alasannya karena situasi dimana pasien datang langsung ke apotek untuk menebus

resep. Selain itu, metode ini juga dapat mengurangi risiko kesalahpahaman terhadap

informasi yang disampaikan dan saya dapat memastikan apakah informasi yang

diberikan telah dipahami pasien atau belum”

Semua subjek melakukan pelayanan informasi obat saat menyerahkan obat.

Metode pelayanan informasi obat yang digunakan kelima responden yaitu metode

lisan. Metode pelayanan informasi obat secara lisan merupakan metode yang dimana

informasi disampaikan dengan langsung tatap muka. Komunikasi lisan sering disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

9

komunikasi antarpribadi. Cara ini mempunyai dampak besar di antara orang yang

berkomunikasi karena komunikasi ini terjadi secara langsung sehingga orang-orang

tersebut bisa memberi tanggapan dan respon baik dalam bentuk verbal ataupun non-

verbal sehingga mudah mencapai pemahaman bersama (Majid, 2020).

Jenis pertanyaan yang sering ditanyakan pasien yaitu terkait efek samping obat

yang diterima dan cara pengatasan efek samping tersebut (Salpina, 2018). Hal ini sering

ditanyakan pasien karena pasien takut efek samping dari obat yang akan dikonsumsi

membahayakan pasien dan pasien ingin mengetahui cara untuk mengatasi efek

samping tersebut.

2. Sumber Informasi yang Digunakan

Berdasarkan hasil wawancara yang dapat dilihat pada tabel III, semua

subjek menggunakan sumber informasi primer dan tersier saat melakukan

pelayanan informasi obat.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden D:

“Saya memakai pustaka primer dan tersier saat melakukan pelayanan

informasi obat. Namun, lebih sering menggunakan pustaka tersier karena pustaka

tersebut tersedia di apotek saya”

Sumber informasi yang dipakai responden saat pelayanan informasi obat

merupakan pustaka primer dan tersier. Kelima responden yaitu responden A, B, C, D,

dan E menggunakan pustaka tersier karena pustaka tersier merupakan sumber

informasi yang telah tersedia di apotek yang dikelola. Selain itu, pustaka tersier juga

dapat mempermudah apoteker dalam melakukan pelayanan informasi kepada pasien.

Pustaka tersier yang digunakan responden merupakan pustaka terbaru. Sumber

informasi yang dipakai bertujuan agar informasi yang disampaikan responden adalah

informasi konsisten, akurat, tidak ambigu, dan terbaru (KEMENKES, 2016).

Berdasarkan pengamatan, responden selalu menggunakan sumber-sumber informasi

terbaru saat melakukan pelayanan informasi obat kepada pasien. Pembaharuan

terhadap pustaka yang digunakan sangat penting guna mendapatkan informasi terbaru

terkait obat maupun penyakit yang diderita pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

10

3. Dokumentasi yang Dilakukan

Berdasarkan hasil wawancara yang dapat dilihat pada tabel III, tidak

semua subjek melaksanakan dokumentasi saat memberikan pelayanan

informasi obat dalam bentuk catatan pengobatan pasien.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden A:

“Saya tidak melakukan dokumentasi setelah pelayanan informasi obat

karena memakan banyak waktu”.

Dari 5 responden hanya responden A yang tidak melakukan

dokumentasi. Responden yang tidak melakukan dokumentasi (responden A)

mempunyai alasan yaitu karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Responden

yang melakukan dokumentasi (responden B, C, D, E) catatan pengobatan

pasien dilakukan secara manual.

Pada penelitian ini, responden yang melakukan dokumentasi hanya

mencatat informasi mengenai tanggal dan waktu pelayanan informasi obat,

metode (lisan, tertulis, lewat telepon), data pasien (umur, jenis kelamin, berat

badan, informasi lain seperti riwayat alergi). Dilakukannya dokumentasi yaitu

untuk membantu menelusuri kembali data informasi. Pendokumentasian

tersebut juga memperjelas beban kerja dari apoteker. Apabila

pendokumentasian tidak dilakukan maka akan semakin besar kemungkinan

terjadinya medication error seperti apabila tidak ada dokumentasi mengenai

informasi riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu pada pasien maka

akan meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping obat dan tujuan

terapi akan lebih lama dicapai (Mashuda, 2011).

4. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil pengamatan, sarana dan prasarana yang sediakan oleh

semua responden saat pelayanan informasi obat yaitu antara lain ruang

konsultasi yang dilengkapi dengan meja, kursi, lemari buku, dan beberapa buku

referensi, leaflet, buku catatan konseling serta catatan pengobatan pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

11

sehingga sarana dan prasarana yang dimiliki kelima apotek sesuai dengan

Permenkes No. 73 tahun 2016.

C. Jenis Pelayanan Informasi Obat yang Diberikan

Jenis pelayanan informasi obat yang diteliti pada penelitian ini adalah

pemberian informasi dan edukasi pada pasien terkait resep yang diterima

pasien. Berikut adalah tabel yang memuat informasi obat yang diberikan

responden pada saat menyerahkan obat:

Tabel III. Komponen Informasi Obat yang Disampaikan Responden

No Komponen Informasi Obat Responden

A B C D E

1 Nama Obat dan Dosis S S S S S

2 Bentuk sediaan S S TS S S

3 Cara pemberian S S S S S

4 Aturan pakai S S S S S

5 Keamanan penggunaan pada ibu hamil dan

menyusui

TS S S S S

6 Nomor batch dan Tanggal kadarluarsa S S S S S

7 Kondisi penyimpanan TS S S S S

8 Farmakokinetik TS TS TS TS TS

9 Efek samping obat TS TS S S TS

10 Stok obat di apotek, merk obat, dan harga

obat.

S S S S S

Keterangan: S: selalu disampaikan; TS: hanya disampaikan untuk obat-obatan tertentu

Hasil evaluasi informasi obat yang disampaikan responden berdasarkan standar yang

ada:

1. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Nama Obat Dan Dosis

Berdasarkan hasil wawancara, semua subjek menyampaikan informasi terkait

nama obat dan dosis.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden D:

“Informasi tentang nama obat dan dosis ini selalu saya sampaikan di awal saat

memulai pelayanan informasi obat kepada pasien. Informasi ini diberitahukan

kepada pasien agar pasien tahu mengenai terapi yang pasien jalani dan apabila

pasien nanti datang untuk berobat kembali atau ke tempat lain dan ditanya

mengenai obat-obatan yang digunakan sebelumnya, pasien dapat menjawab”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

12

Informasi mengenai nama obat dan dosis berguna dalam pemantauan terapi

pasien. Apabila tujuan terapi tidak tercapai dengan dosis awal yang diberikan,

maka dosis bisa dinaikkan hingga dapat mencapai tujuan terapi. Selain itu, dengan

memberitahu informasi mengenai dosis kepada pasien, hal ini juga bisa mencegah

timbulnya efek yang tidak diharapkan dari obat apabila dosis obat terlalu tinggi

(KEMENKES, 2017).

2. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Bentuk Sediaan

Berdasarkan hasil wawancara, responden A, B, D, dan E memberikan

informasi mengenai bentuk sediaan. Sedangkan responden C tidak memberikan

informasi tersebut karena menurut responden C pasien telah mengetahui hal

tersebut.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden C:

“Untuk bentuk sediaan tidak selalu saya sampaikan karena saya rasa

pasien sudah dapat melihat dari obat yang kita berikan”

Pemberian informasi terkait bentuk sediaan harus disampaikan kepada

pasien agar pasien mengetahui dengan lengkap mengenai obat yang diterima.

Selain itu, informasi ini harus disampaikan karena setiap pasien memiliki latar

kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, dan usia yang berbeda sehingga ini dapat

menyebabkan perbedaan pemahaman tiap pasien (Asnasari, 2017).

3. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Cara Pemberian

Berdasarkan hasil wawancara, semua subjek memberikan informasi

terkait cara pemberian.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden B:

“Informasi ini selalu saya sampaikan karena ini penting untuk menghindari

kesalahan dalam pemakaian obat yang dapat menyebabkan pasien tidak

sembuh”

Cara pemberian obat merupakan cara yang digunakan saat

mengkonsumsi obat. Cara pemberian obat sendiri bisa melalui inhalasi, topikal,

rektal, parenteral, sublingual, dan peroral. Faktor yang dipertimbangkan dalam

pemilihan rute pemberian yaitu target obat yang diinginkan, sifat fisika dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

13

kimia obat, kecepatan respon yang diharapkan, dan kondisi pasien. Cara

pemberian obat berpengaruh pada efek dari obat yang digunakan

(KEMENKES, 2017).

Apabila informasi mengenai cara pemberian obat ini tidak disampaikan

kepada pasien maka akan terjadi kesalahan penggunaan yang dapat

menyebabkan obat tidak menimbulkan efek yang diinginkan seperti efek terapi

tidak tercapai. Selain itu, hal ini juga dapat membahayakan pasien apabila obat

yang seharusnya diberikan secara topikal diberikan melalui oral (KEMENKES,

2017).

4. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Aturan Pakai

Berdasarkan hasil wawancara, semua subjek memberikan informasi

terkait aturan pakai.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden E:

“Informasi ini selalu saya sampaikan karena ini penting dalam terapi

pasien dimana informasi ini berkaitan sama dosis yang akan diterima pasien”

Aturan pakai obat adalah ketentuan yang harus dipatuhi pasien saat

menerima suatu obat. Aturan pakai obat sendiri berkaitan dengan kapan dan

berapa banyak obat yang harus dikonsumsi pasien saat menerima obat biasanya

disampaikan terkait kapan dan berapa banyak obat yang harus dikonsumsi

pasien dalam 24 jam. Aturan pakai obat berkaitan dengan dosis dan interaksi

obat (KEMENKES, 2017).

Apabila informasi ini tidak disampaikan maka akan berpengaruh pada

tujuan terapi pasien. Apabila tujuan terapi tidak tercapai dengan dosis awal

yang diberikan, maka dosis bisa dinaikkan hingga dapat mencapai tujuan terapi.

Selain itu, dengan memberitahu informasi mengenai aturan pakai kepada

pasien, hal ini juga dapat mengontrol dosis obat yang diterima pasien yang

dimana hal ini bisa mencegah timbulnya efek yang tidak diharapkan dari obat

apabila dosis obat terlalu tinggi (KEMENKES, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

14

5. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Keamanan Penggunaan Pada Ibu Hamil Dan

Menyusui

Berdasarkan hasil penelitian, responden B, C, D, dan E memberikan

informasi berupa keamanan pada ibu hamil dan menyusui. Sedangkan

responden A tidak menyampaikan informasi tersebut.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden A:

“Saya tidak selalu menyampaikan informasi terkait keamanan pada ibu

hamil dan menyusui. Saya hanya menyampaikan apabila pasien mendapat

resep yang berisi obat-obatan yang dapat membahayakan untuk ibu dan

janin”.

Berdasarkan hasil penelitian, responden menyampaikan informasi

meliputi keamanan obat terhadap ibu hamil dan menanyakan usia kandungan,

usia bayi, frekuensi menyusui per hari. Informasi mengenai keamanan obat

terhadap ibu hamil sangat penting karena beberapa obat dapat membahayakan

janin yang dikandung pasien. Memberikan informasi ini dapat mencegah efek

obat yang berbahaya terhadap ibu dan janin (Elvina, 2016).

6. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Farmakokinetik

Berdasarkan hasil penelitian, semua subjek memberikan informasi

mengenai farmakokinetik.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden E:

“Informasi ini selalu saya sampaikan karena ini penting dalam terapi

pasien dimana informasi ini berkaitan sama dosis yang akan diterima pasien”

Farmakokinetik merupakan ilmu yang mempelajari cara obat memasuki

tubuh, mencapai targetnya, dimetabolisme, dan dikeluarkan dari dalam tubuh

(Glassman, 2019). Dokter, apoteker, dan perawat menggunakan pengetahuan

farmakokinetik saat memberikan obat, memilihkan rute pemberian obat,

menilai risiko perubahan kerja obat, dan mengobservasi respon pasien. Empat

proses yang termasuk di dalamnya yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme

(biotransformasi), dan ekskresi (KEMENKES, 2017).

7. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Interaksi Obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

15

Berdasarkan hasil penelitian, semua apoteker menyampaikan informasi

meliputi nama obat yang diduga mempunyai interaksi, dosis, dan lama terapi.

Informasi ini sangat penting agar pasien mengetahui bagaimana cara untuk

mengatasi interaksi yang terjadi antara obat yang tertera di resep.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden A:

“Kalau terkait interaksi obat selalu saya sampaikan agar pasien tahu cara

untuk menghindari interaksi antar obat. Biasanya saya edukasi untuk memberi

jarak antar obat yang berinteraksi”

Interaksi obat merupakan perubahan efek obat saat dikonsumsi

bersamaan dengan obat lain atau makanan dan minuman tertentu. Interaksi

antar obat dapat menjadikan obat kurang efektif, menaikkan reaksi obat, atau

menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan. Pada kondisi khusus,

efek interaksi obat dapat berbahaya bagi nyawa pasien (Cascorbi, 2012).

Dengan disampaikannya informasi mengenai interaksi obat diharapkan

agar pasien dapat mengetahui obat yang berinteraksi dan memahami bagaimana

cara mencegah terjadinya interaksi antar obat tersebut.

8. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Stabilitas

Berdasarkan hasil penelitian, semua responden memberikan informasi

meliputi tanggal kadarluarsa dan kondisi penyimpanan. Namun semua

responden tidak menyampaikan informasi mengenai nomor batch. Menurut

responden A, B, C, dan E informasi mengenai nomor batch tidak terlalu

berpengaruh pada pengobatan pasien. Sedangkan responden D mengatakan

bahwa penyampaian informasi terkait nomor batch sering saya lupakan.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden A:

“Informasi mengenai nomor batch tidak terlalu penting sehingga tidak saya

sampaikan, selain itu bisa mempersingkat waktu pelayanan juga”

Berikut cuplikan wawancara dengan responden C:

“Tidak saya sampaikan karena tidak berpengaruh pada pengobatan yang

dijalani pasien. Saya lebih memperhatikan tempat penyimpanan obat dan

waktu kadarluarsa”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

16

Berikut cuplikan wawancara dengan responden D:

“Saya sering lupa untuk menyampaikan informasi mengenai nomor batch

kepada pasien”

Informasi mengenai stabilitas perlu disampaikan untuk menjaga agar

obat tetap dalam keadaan layak konsumsi (stabil). Stabilitas obat merupakan

kemampuan produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar

sama dengan yang dimilikinya saat pembuatan (identitas, kekuatan, kemurnian,

kualitas) dalam batasan yang telah ditentukan selama periode penyimpanan dan

penggunaan (shelf-l ife).

Stabilitas sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek dimana salah

satunya dapat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan. Apabila obat disimpan

di kondisi penyimpanan yang tidak sesuai dengan kondisi seharusnya, obat

akan cepat rusak atau tidak stabil. Saat obat telah rusak, obat tersebut dapat

tidak berefek atau bahkan dapat membahayakan pasien apabila dikonsumsi

(Gozali, 2016).

Apabila informasi ini tidak disampaikan maka pasien dapat menyimpan

obat di tempat yang salah sehingga obat lebih cepat rusak dan tidak

menimbulkan efek saat dikonsumsi bahkan bisa membahayakan nyawa pasien

(KEMENKES, 2017).

9. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Efek Samping

Berdasarkan hasil penelitian, subjek C dan D selalu memberikan

informasi terkait efek samping seperti nama obat yang menimbulkan efek

samping dan cara pengatasan efek samping. Sedangkan responden A, B, dan E

hanya menyampaikan informasi terkait efek samping obat pada obat-obat

tertentu yang dirasa akan menimbulkan efek samping pada sebagian besar

pasien.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden E:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

17

“Saya hanya menyampaikan informasi terkait efek samping obat pada saat

memberikan obat-obat tertentu yang berkemungkinan memberi efek samping

yang mungkin akan mempengaruhi aktifitas pasien”

Efek samping obat merupakan suatu keadaan yang terjadi di luar efek

yang diharapkan. Kondisi ini dapat terjadi pada beberapa obat dengan atau

tanpa resep dokter. Terjadinya efek samping bergantung pada kondisi individu.

Pada saat pengobatan dengan dosis yang normal, sering timbul efek yang tidak

diharapkan. Efek samping timbul beberapa saat setelah mengkonsumsi obat.

Efek samping bisa timbul pada saluran cerna seperti rasa mual, diare, perut

sembelit, selain itu juga terjadi pada kulit, seperti bercak merah, gatal, rasa

panas di kulit, dan juga dapat menyebabkan wajah menjadi bengkak, sesak

nafas dan lainnya (KEMENKES, 2017).

Dengan adanya informasi yang disampaikan mengenai efek samping

obat dari apoteker kepada pasien diharapkan pasien dapat melakukan tindakan

yang tepat saat mengalami efek samping dari obat yang diresepkan.

10. Hasil Evaluasi Informasi Terkait Ketersediaan Obat Dan Harga

Berdasarkan hasil penelitian, semua subjek menyampaikan informasi

meliputi stok obat di apotek, merk obat, dan harga obat.

Berikut cuplikan wawancara dengan responden B:

“Saya selalu menyampaikan informasi mengenai ketersediaan obat di

apotek, merk obat, dan harga obat agar pasien dapat mengetahuinya dan

mengambil keputusan untuk menebus resep atau tidak”

Pemberian informasi mengenai ketersediaan obat dan harga harus

disampaikan oleh apoteker. Beberapa responden menyampaikan informasi ini

di awal sebelum melakukan pelayanan informasi obat dan beberapa lainnya

menyampaikan informasi ini di akhir setelah melakukan pelayanan informasi

obat.

Penyampaian mengenai informasi ini berguna agar pasien dapat

menyesuaikan jumlah obat yang akan ditebus dengan keadaan ekonomi dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

18

pasien sendiri. Dalam beberapa kasus, apoteker berdiskusi bersama dokter

terkait hal penggantian obat yang dikarenakan apotek kehabisan ketersediaan

atau pasien tidak dapat menebus obat dengan harga yang dirasa mahal.

Dari penelitian, informasi obat yang disampaikan pada saat memberikan

obat tidak sesuai dengan standar pada Permenkes no. 73 tahun 2016. Hal ini

dikarenakan apoteker merasa hanya obat-obat khusus yang harus dilengkapi

informasinya dan juga untuk mempersingkat waktu agar semua pasien dapat

dilayani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi yang dilaksanakan di apotek di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok

Kabupaten Sleman Yogyakarta tentang pelaksanaan pelayanan informasi obat

mengenai pelayanan resep dapat diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut

dipaparkan sebagai berikut:

1. Tidak semua responden menyampaikan komponen informasi saat pelayanan

informasi obat. Hanya 20% dari 5 responden yang menyampaikan komponen

informasi secara lengkap. Sedangkan 80% dari 5 responden lainnya tidak

menyampaikan secara lengkap.

2. Pelaksanaan pelayanan informasi obat untuk pelayanan belum sepenuhnya sesuai

dengan standar yang tertera dalam Permenkes No. 73 tahun 2016 dikarenakan

beberapa alasan seperti keterbatasan waktu pelayanan dan informasi yang hendak

disampaikan dirasa tidak terlalu berpengaruh pada pasien.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan terkait

pelaksanaan pelayanan informasi obat pada pelayanan resep di apotek di Desa

Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta, sehingga peneliti

mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Perlu dilakukannya pemahaman dan sosialisasi kepada apoteker mengenai

pentingnya penyampaian informasi terkait efek samping obat dan farmakokinetik

obat kepada pasien

2. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan mengenai pelayanan informasi obat pada

pelayanan resep di apotek yang sangat berguna untuk meningkat kualitas kesehatan

pasien dengan memberikan informasi obat yang tepat dan dengan peningkatan

kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

20

DAFTAR PUSTAKA

Asnasari, L., 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Swamedikasi Dengan Pola

Penggunaan Obat Pada Masyarakat Di Dusun Kenaran, Yogyakarta.

Budiasa, K., 2016. Menentukan Dosis Obat Dan Cara Pemberiannya.

Cascorbi, I., 2012. Drug Interactions—Principles, Examples and Clinical

Consequences. Dtsch Arztebl International. 109(33), 546-566.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2018. Daftar Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Sleman.https://dinkes.slemankab.go.id/daftar-fasilitas-kesehatan-kabupaten-

sleman, diakses pada 07 November 2020

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012. Promosi Ksesehatan.

https://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/07/Media-

Promkes.pdf, diakses pada 17 Juni 2021.

Elvina, R., Hersunaryati, Y., dan Abdushshofi, F.M., 2016. Evaluasi Ketepatan

Penggunaan Obat Ibu Hamil Di Departemen Obstetri Dan Ginekologi Rumah

Sakit “X”. Farmasains, 3(1).

Fitriani, Y.N., INHS. Cakra., Yuliati, N., Aryantini. D., 2015. Formulasi dan Evaluasi

Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.) dengan Suspending

Agent CMC Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi Sains

Dan Terapan. 2(1).

Glassman, M.P., and Vladimir R.M., 2019. Pharmacokinetics, Biodistribution, and

Pharmacodynamics of Drug Delivery Systems. Journal of Pharmacology and

Experimental Therapeutics.

Gozali, D., Zaini, N.A., 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Obat Sediaan

Suspensi. Farmaka, 14(2).

Heryana, A., 2020. Desain Penelitian Non Eksperimental. Esa Unggul, hal. 3-4.

Heryanto Catharina, A.W., Korangbuku Claudia S.F., Djeen, Maria, I.A., Widayati, A.,

2019 Pengembangan dan Validasi Kuesioner untuk Mengukur Penggunaan

Internet dan Media Sosial dalam Pelayanan Kefarmasian. Jurnal Farmasi:

Klinik Indonesia. 8(3)

Janti, S., 2014. Analisis Validitas Dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap

Pengembangan Si/Ti Dalam Penentuan Pengambilan Keputusan Penerapan

Strategic Planning Pada Industri Garmen. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi

Sains & Teknologi (SNAST).

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek.

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.

Kementerian Kesehatan RI, 2009. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah

nomor 51tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. Pemerintah Republik

Indonesia, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

21

Kementerian Kesehatan RI, 2017. Farmakologi. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Majid, N.H.M., 2020. Identifikasi Fungsi Komunikasi Dalam Interaksi Tenaga

Kefarmasian Dan Pasien Prolanis Di Puskesmas Muntilan 2 Dan Puskesmas

Tempuran.

Mashuda, A., 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB)/Good

Pharmacy Practice (GPP). Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 7, 27,28,

69, 80.

Mukhsin, R., Mappigau, P., Tenriawaru, N.A., 2017. Pengaruh Orientasi

Kewirausahaan Terhadap Daya Tahan Hidup Usaha Mikro Kecil Dan

Menengah Kelompok Pengolahan Hasil Perikanan Di Kota Makassar. Jurnal

Analisis. 6(2), 188-193.

Mulyadi, Kumat, T.L., Sari, T.U., 2015. Hubungan Pelaksanaan Identifikasi Pasien

Secara Benar Dengan Kepuasan Pasien Di Instalasi Gawat Dadurat (Igd) Rsup

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. eJournal Keperawatan. 3(2), 1-6.

Noviani, N., dan Nurilawati, V., 2017. Farmakologi. Kemenkes RI, 9.

Novitasari, L.A., 2016. Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien Di Instalasi

Farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.

Nusair, B.M., et al., 2020. The prevalence and severity of potential drug-drug

interactions among adult polypharmacy patients at outpatient clinics in Jordan.

Saudi Pharmaceutical Journal. 28 (2), 155-160.

Pionas, 2020. Pedoman Umum. http://pionas.pom.go.id/ioni/pedoman-umum, diakses

pada tanggal 30 Oktober 2020.

Pratiwi, H., Choironi, A.N., dan Warsinah., 2017. Pengaruh edukasi apoteker terhadap

pengetahuan dan sikap masyarakat terkait teknik penggunaan obat. Jurnal

Ilmiah Farmasi. 5(2), 44-49. Rokhman, R.M., Widiastuti, M., Satibi, Fatmawati, F.R., Munawaroh, N., Pramesti,

A.Y., 2017. Penyerahan Obat Keras Tanpa Resep Di Apotek. Jurnal

Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 7(3), 2443-2946.

Rusli, 2018. Farmasi Klinik. Kemenkes RI. 3-4.

Salpina, S., 2018. Komunikasi Interpersonal Jarak Jauh Antara Orangtua Dan Anak.

Satibi, Daulay, H.E., Oviani, A.G., Erlianti, K., Fudholi, A., Puspandari, A.D., 2018.

Analisis Kinerja Apoteker dan Faktor Yang Mempengaruhi Pada Era Jaminan

Kesehatan Nasional di Puskesmas. JMPF. 8(1)

Sulistya, A.Y., Pramestutie, R.H., dan Sidharta, B., 2017. Profil Kualitas Pelayanan

Resep oleh Apoteker di Beberapa Apotek Kecamatan Klojen Kota Malang.

Pharmaceutical Journal of Indonesia. 3(1), 1-9.

Supardi, S., Yuniar, Y., Sari, D.I., 2019. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek di Beberapa Kota Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pelayanan Kesehatan. 3(3),152-159.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

22

Syamsiah, N., 2013. Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan

Intensi Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.

Syaripuddin, M., 2013. Peranan Pharmaceutical Care dalam Meningkatkan Hasil

Klinis dan Kualitas Hidup Pasien Penderita Diabetes Melitus. Jurnal

Kefarmasian Indonesia. 3(2), 52-59.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

23

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Medican Health Research Ethnics

Committee Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

24

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

25

Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

26

Lampiran 4. FORMULIR VALIDITAS INSTRUMEN PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

28

Lampiran 5. Daftar Panduan Wawancara

Identitas Responden

Nama:

Umur:

Jenis kelamin:

Pendidikan Terakhir: Profesi Apoteker/S-2/S-3

Lama Bekerja (di apotek ini):

Pelayanan Informasi Obat yang Diberikan Oleh Responden

1. Apa metode pelayanan informasi obat yang digunakan di apotek ini (lisan,

tertulis, lewat telepon)? Bagaimana metode tersebut dilakukan?

2. Apa sarana fisik yang disediakan untuk menunjang pelayanan informasi obat?

3. Apa saja pelayanan informasi obat yang dijalankan di apotek, sebutkan?

4. Apakah sesudah pelayanan informasi obat dilakukan dokumentasi?

5. Apakah informasi mengenai identitas pasien (umur, jenis kelamin, berat badan,

informasi lain seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui,

data laboratorium) ditanyakan kepada pasien?

6. Jika saat ini pasien mengkonsumsi obat, apakah efek samping obat tersebut

ditanyakan?

7. Informasi apakah yang diberikan dengan kondisi hamil dan menyusui?

8. Informasi apakah yang diberikan terkait efek samping obat?

9. Informasi apakah yang diberikan terkait dosis?

10. Informasi apakah yang diberikan terkait interaksi obat?

11. Informasi apakah yang diberikan terkait stabilitas obat?

12. Informasi apakah yang diberikan terkait farmakokinetik?

13. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait ketersedian dan harga

obat?

14. Informasi apa sajakah yang diberikan pada pasien terkait formulasi khusus?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

29

Lampiran 6. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

30

Lampiran 7. Pedoman Observasi

Pedoman Observasi

Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian

2. Dokumentasi Penelitian

3. Sarana dan Prasarana

4. Informasi yang disampaikan saat pelayanan informasi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: EVALUASI PEMBERIAN INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN …

31

BIOGRAFI PENULIS

Tika Kurnia, penulis skripsi dengan judul “Evaluasi Pemberian

Informasi Obat Pada Pelayanan Resep Di Apotek Di Desa

Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

Yogyakarta”, adakah anak ketiga dari empat bersaudara

pasangan Alm. Bapak Anwar dan Ibu Rasmaini. Dilahirkan di

Kabupaten Ende pada tanggal 28 Mei 1999. Peneliti

menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar di SDI Ende 9 di

Kabupaten Ende pada tahun 2011. Pada tahun itu juga peneliti

melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 1 Ende dan tamat pada

tahun 2014 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 1 Ende pada tahun 2014 dan selesai pada tahun 2017. Pada tahun 2017

penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta Fakultas Farmasi pada Program Studi Farmasi. Penulis

menyelesaikan kuliah strata satu (S1) pada tahun 2021. Selama masa perkuliahan,

penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi serta mengikuti banyak

perlombaan antara lain, anggota divisi publikasi dan dokumentasi panitia pelepasan

wisuda 2017, panitia Faction, panitia LK, panitia SICON, dan panitia Koordinator

Media Farmasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (BEMFF) 2018-2019.

Penulis juga memenangkan perlombaan seperti juara I Lomba desain nasional, juara II

Lomba Poster Nasional, dan Juara Favorit lomba poster nasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI