evaluasi pelaksanaan pembiayaan akad ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48928...i...
TRANSCRIPT
-
EVALUASI PELAKSANAAN PEMBIAYAAN
AKAD MUDHARABAH PADA BMT MEKAR DA’WAH
SERPONG 2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
RAHMAT WIBOWO
1113053000088
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M / 1439 H
-
EVALUASI PELAKSANAAI{ PEMBXAYAAhI AKAD
MI]DHARABAH PADA BMT MEKAR DA'WAH
SERPOI{G 2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperolell
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Rahmat Wibowo1113053000088
KOI{SENTRASI MAI{AJEMEI\ LEMBAGA KEUANGAI{
SYARIAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEI\ DAKWAH
FAKI]tr,TAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Uil\ SYARTF HIDAYATULLAH JAKARTA
Di Bawah Bimbingan
NIP. 195501011983021001
2017M/1439rr
-
l.
2.
3.
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah penulisan skripsi yang berjudul
..EVALUASI PELAKSANAAN PADA PEMBIAYAAN AKAD
MUDHARABAH PADA BMT MEKAR DA'WAH", dengan ini saya
menyatakan bahwa :
Skripsi ini menyatakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (satu) di Universitas Islam
Negri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (Uf$ Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Terima kasih.
eptember 2017
Rahmat Wi
3817122
ffibowo
111
NIM 11130530000088
-
PIINGESAIIAN PANI'I'IA UJIAN
Skripsi ini berjudul "EVALUASI PELAKSANAAN PEMBIAYAAN AKA[)
MUDHARABAH PADA BMT MEKAR DA'WAI{ SERPONG 201.7" telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 27
September 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
rnemperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Studi Manajemen Dakwah
konsentrasi Manajemen Lernbaga Keuangan Syariah (MLKS).
Jakarta, 27 Septernber 2017
Sidang Munaqasyah
1 001
Penguj i
Drs. M. Sungaidi, MANIP. 19600803 199703 1 006
MuhamadNrP. 19780 tlz 20t4ll | 001
I-I. Mulkanasir.I].A.. S.Pd.. MMNrP.19ss0101 198302 1 001
NIP. 19580910 I
-
i
ABSTRAK
Rahmat Wibowo, 1113053000088, Evaluasi Pelaksanaan pada Pembiayaan Akad Mudharabah pada BMT Mekar Da’wah Serpong, Dosen Pembimbing H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM
Akad adalah sebuah kegiatan manusia untuk manyatakan perjanjian atau kesepakatan antara dua belah pihak, baik tertulis maupun tidak tertulis. Akad digunakan dalam hal pembiayaan pada produk-produk Lembaga Keuangan Syariah (LKS), salah satunya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Di Baitul Maal wat Tamwil (BMT), pembiayaan merupakan aktivitas utama, yang berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Pembiyaaan dibagi menjadi tiga prinsip yakni prinsip jual beli, bagi hasil, dan jasa. Dan salah satunya Akad Mudharabah yaitu akad yang dari para ulama telah disepakati akan kehalalannya Namun dalam pelaksanaanya ada beberapa lembaga keuangan syariah di lapangan masih jauh dari apa yang di fatwakan oleh DSN (Dewan Syariah Nasional).
Penelitian ini mengkaji tentang masalah yang ada di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah pada akad mudharabah, yang di khwatirkan belum menerapkan fatwa DSN. Maka dari itu dalam skripsi ini membahas secara menyeluruh tentang evaluasi pelaksanaan pada pembiayaan akad mudharabah dengan meggunakan jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pelaksaanaan pada pembiayaan akad mudharabah di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah dan untuk mengevaluasi pelaksanaan pada pembiayaan akad mudharabah di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Dakwah.
Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan pembiyaan akad mudharabah pada BMT Mekar Da’wah dalam pelaksanaan akad sudah sesusai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Sedangkan pada pengajuan pembiayaan akad mudharabah sudah menggunakan prinsip 5C pengajuan (Character, Capacity, Capital, Condition, Collacteral), namun kurang maksimal dalam pelaksanaannya. Dan hasil evaluasi pelaksanaan akad mudharabah pada BMT Mekar Da’wah pada aspek process seleksi pengajuan pembiyaan, sebagian besar tidak tercapai. ketidak tercapaian terjadi pada tahapan seleksi pengajuan (Character, Capacity, Capital, Condition, Collacteral) tidak maksimal. Sedangkan pada pelaksanaan akad mudharabah sudah sangat baik dalam menerapkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000, serta sudah sesuai dengan prinsip syariah. Kata kunci: Pembiayaan, Akad Mudharabah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT), dan Evaluasi.
-
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
mengatur, membimbing semua hamba-Nya, sekaligus ketentuan hidup yang harus
dilalui sebagai makhluk ciptaan-Nya senantiasa memberikan berbagai nikmat
kepada insan semua. Semoga dengan kenikmatan iman, islam, dan ihsan selalu
tersimpan dalam diri kita sebagai cerminan manusia yang bertaqwa.
Alhamdulillahhirabbil’alamin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah
Pada BMT Mekar Da’wah Serpong 2017”, dengan baik yang disusun untuk
memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Untuk itu mari kita memanjatkan puja-puji tasyakur ke hadirat Allah
SWT, Biqouli: “Al Hamdulillaahi Robbil ‘Aalamiin”, yang mana atas limpahan
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan penelitian evaluasi
ini. Dan tidak lupa sanjungan sholawat, salam barokah yang seindah-indahnya
dan yang setepat-tepatnya, mudah-mudahan senantiasa terlimpah ruah ke
pangkuan Baginda Agung Rosulullah SAW, “Wa ‘Alaa Saairil Ambiya’i Wal
Mursaliin, Wal Malaaikatil Muqorrobiin ‘Alaihimus Sholaatu Was Salaam. Wa
-
iii
‘alaa Aalihim, Wa Ash Haabihim, Wa Taabi’ihim, Wa Taabi’it Taabi’iinaa Ilaa
Yaumil Qiyaamah”.
Tundanya salam ikrooman, wa Ta’dziiman wa Mahabbatan yang tulus, ke
pangkuan para Auliyaa’illah wa Ahbaabillah min Awwaalihim, Ila Aakhirihim
khususon khooshshoh Ila Hadroti Ghoutsi Hadzaz Zaman RA. “Waa A’aada
‘Alaina Mim Barokaatihim , Wa Syafaa’atihim, Wa Karoomatihim, Wa
Amaddana Biamdaadihim Kama Yaliku Bika Wabihim”. Amin …3x Yaa Robbal
‘Alamin.
Serta bantuan dari semua pihak yang turut andil dalam memberikan do’a,
moril materi, serta keikhlasan dalam membimbing penulis. Oleh karena itu hanya
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya yang dapat penulis hanturkan kepada
:
1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Dr. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi, Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah serta selaku Dosen Penasihat Akademik , dan Drs. Sugiharto,
MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.
3. H. Mulkansair, BA, S.Pd, MM., selaku Dosen Pembimbing dalam
penyusunan skripsi, dan juga telah meluangkan waktunya untuk
-
iv
mengoreksi, membimbing, menyemangati, serta mengarahkan penulis
guna mendapatkan skripsi yang baik.
4. Untuk para dosen yang telah membimbing dan meridhoi atas ilmunya
kepada penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Manajemen
Dakwah, Kosentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Syariah
(MLKS) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dikhususkan dan lebih terhormat teruntuk Ayahanda Sukino dan
Ibunda Suyatmi yang selalu memberikan kasih sayang tiada batas,
dukungan, semangat, arahan, serta selalu percaya kepada penulis
dalam
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT. Aamiin.
6. Keluarga BMT Mekar Da’wah Serpong, kepada Pak Ismail, Pak Irfan,
Bang Oji, Chandra, Risma, Sarah dan Bu Amah, yang sudah
memberikan izin, dukungan, bantuan, arahan, dan saran kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Adik-adikku Alvina Ramadhan dan Rizqy Maulana, yang selalu
merepotkan dan mengganggu tetapi selalu ada sayang untuk adikku,
trimaksih telah memberi semangat. Dan kepada sepupu Ariana yang
telah membantu meminjamkan leptop untuk mengerjakan skripsi
hingga selesai.
8. Seluruh keluarga besar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
serta Jurusan Manajemen Dakwah angkatan 2013 Khususnya
-
v
Nawfalsks Bagis M.K, M. Taufiq, Gusphia H, Choirunnisa, Elis
Sa’adah, Jannah, Mei, Jekhaw, Hamni, Deba, Inne, Uzem, Lisa, Meli,
Intan, Dewi, Sayyi, Iffi, Hanna, Apip, yang telah membantu dan
menginspirasi penulis dalam penulisan serta memnemani penulis
dikala bosan dalam penulisan skripsi ini.
9. Kepada yang telah membantu memberiakn kontribusi penyelesian
skirpsi ini khususnya Pak Ismail, Nurisma, Andriansah, Eva,
Nurhasanah, Gusphia, Firman dan abang Photocopy.
10. Semua Pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap
penyelesaian skripsi ini tidak dapat disebutkan satu persatu namun
tidak mengurangi rasa hormat penulis, Semog seluruh kontribusinya
dicatat sebagai amal shaleh oleh Allah SWT, Aamiin.
Jakarta, 5 Muharram 1439 H 25 September 2017 M
Rahmat Wibowo NIM 11130530000088
-
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
A. Latar belakang ...........................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................6
C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................6
D. Tujuan dan Manfaat ..................................................................6
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................7
F. Sistematika Penulisan ...............................................................9
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................11
A. Evaluasi .....................................................................................11
1. Pengertian Evaluasi ..............................................................11
-
vii
2. Urgensi Evaluasi ..................................................................12
3. Model Evaluasi CIPP ...........................................................13
B. Pembiayaan Mudharabah ..........................................................14
1. Pengertian Pembiayaan ........................................................14
2. Pemberian Pembiayaan ........................................................16
3. Pengertian Mudharabah ........................................................18
4. Jenis dan Hukum Pembiayaan Mudharabah ........................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................28
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................28
B. Jenis Penelitian ..........................................................................28
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................28
D. Instrumen dan Pengumpulan Data ............................................30
E. Teknik Analisi Data ..................................................................32
F. Pedoman Penulisan ...................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................34
A. Objek Evaluasi ..........................................................................34
B. Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT
Mekar Da”wah ..........................................................................46
C. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah
di BMT Mekar Da’wah .............................................................53
BAB V PENUTUP ........................................................................................56
A. Kesimpulan ...............................................................................56
B. Saran ..........................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................61
LAMPIRAN
-
viii
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Program Pelaksanaan Pembiayaan
Akad Mudharabah di BMT Mekar Dakawah Serpong ..................30
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara BMT Mekar Dakwah Serpong ..30
Tabel 3.3 Kisi-kisi Studi Dokumen Pembiayaan Akad Mudharabah
di BMT Mekar Da’wah Serpong ...................................................32
Tabel 4.1 Tabel Unit Analisis Ketercapaian Pengajuan Pembiayaan Pada
BMT Meker Da’wah Seropong .....................................................53
Tabel 4.2 Tabel Unit Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Pada BMT
Mekar Da’awah ..............................................................................55
Tabel 4.3 Rekap Pencapaian Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah
di BMT Mekar Da’wah ..................................................................56
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sekema akad mudharabah .............................................................27
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT Mekar Dakwah .....................................39
Gambar 4.2 Proses Pengajuan Pembiayaan .......................................................51
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad adalah sebuah kegiatan manusia untuk menyatakan perjanjian atau
kesepakatan antara dua belah pihak, baik tertulis maupun tidak tertulis. Akad
atau kontrak berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan atau simpulan baik
ikatan yang nampak (hissyy) maupun tidak nampak (ma’nawy).1Kamus al-
Mawrid, menterjemahkan al-‘Aqd sebagai contract and agreement atau
kontrak dan perjanjian.2
Sedangkan akad atau kontrak menurut istilah adalah suatu kesepakatan
atau komitmen bersama baik lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua pihak
atau lebih yang memiliki implikasi hukum yang mengikat untuk
melaksanakannya.3 Dalam hukum Islam istilah kontrak tidak dibedakan
dengan perjanjian, keduanya identik dan disebut akad. Sehingga dalam hal ini
akad didefnisikan sebagai pertemuan ijab yang dinyatakan oleh salah satu
pihak dengan qabul dari pihak lain secara sah menurut syarak yang tampak
akibat hukumnya pada obyeknya.4 Akad juga digunakan dalam hal
pembiayaan pada produk-produk Lembaga Keuangan Syariah (LKS), salah
satunya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Baitul Maal Wat Tamwil
adalah salah satu lembaga keuangan mikro, yang memiliki angka
1Fayruz Abadyy Majd al-Din Muhammad Ibn Ya’qub, Al-Qamus al-Muhit, jilid 1.(Beirut: D Jayl), h. 327.
2Munir al-Ba’labakiyy, Qamus Al-Mawrid.(Beirut: Dar al-‘Ilm al-Malayyin: 1990), , h.770. 3 Muhammad Salam Madkur. Al--adkhal al-fiqh al–Islamiyy. (ttp: Daral-Nahdah al-
‘Arabiy-yah), 1963, h.506. 4Syamsul Anwar, Kontrak dalam Islam, makalah disampaikan pada Pelatihan
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah Di Pengadilan Agama.(Yogyakarta: Kerjasama Mahkamah Agung RI Dan Program Pascasarjana Ilmu Hukum Fakultas Hukum UII: 2006), h.7.
-
2
pertumbuhan sangat pesat dari tahun ke tahun, sebagaimana disampaikan oleh
Joelarso.5
Di Baitul Maal wat Tamwil (BMT), pembiayaan merupakan aktivitas
utama, yang berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan.6
Pembiyaaan dibagi menjadi tiga prinsip yakni prinsip jual beli, bagi hasil, dan
jasa. Dari ketiga prinsip pembiayaan tersebut, pembiayaan bagi hasil
merupakan salah satu ciri pokok yang membedakan antara lembaga keuangan
syari’ah, dan konvensional.7 Dalam produk pembiayaan di BMT yaitu,
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan Bai’ Salam.
Pada umumnya dalam lembaga keuangan syariah pelaksanaanya harus
sesuai dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia). MUI sebagai lembaga yang
memiliki kewenangan dalam bidang keagamaan yang berhubungan dengan
kepentingan umat Islam di Indonesia membentuk suatu dewan syariah yang
berskala nasional yang bernama Dewan Syariah Nasional (DSN), sesuai
dengan Surat Keputusan (SK) MUI No. kep-754/MUI/II/1999. Lembaga DSN
MUI ini merupakan lembaga yang memiliki otoritas kuat dalam penentuan
dan penjagaan penerapan prinsip syariah dalam operasional di lembaga
keuangan syariah.8 Sejak berdirinya DSN, telah mengeluarkan lebih dari 80
fatwa tentang ekonomi syariah, antara lain, fatwa tentang giro, tabungan,
5Novita Dewi Masyithoh, “Analisis Normatif Undang-Undang NO.1 Tahun 2013 Tentang
Lemabaga Keuangan Mikro (LKM) Atas Status Badan Hukum Dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)”, Volume V/Edisi 2/Oktober 2014, h. 21
6 Muhammad Ridwa, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 163
7Maryanah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiyaan Bagi Hasil di Bank Syari’ah Mandiri,” Ekonomi keuangan dan Bisnis Islam (EKSiS),Vol 4:1, Januari-Maret, 2008, h.5 .
8Bambang Iswanto, “Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan Wakaf Indonesia dan Baznas dalam Pengembangan Produk Hukum Ekonomi Islam di Indonesia” Vol. 9, No. 2, 2016, h. 430
-
3
murabahah, mudharabah, musyarokah, pembiayaan pengurus haji, dan
sebagainya.9
Namun ada beberapa pelaksanaan lembaga keuangan syariah di lapangan
masih jauh dari apa yang di fatwakan oleh DSN (Dewan Syariah Nasional).
Apabila lembaga keuangan syariah benar-benar menerapkan ketentuan DSN,
niscaya masyarakat berbondong-bondong mengajukan pembiayaan dengan
skema mudharabah. Dalam waktu singkat pertumbuhan perbankan syariah
akan mengungguli lembaga keuangan konvensional. Tetapi pada faktanya
tidak seindah teori, lembaga keuangan syariah yang ada belum menerapkan
fatwa DSN secara utuh. Sehingga pelaku usaha yang mendapatkan
pembiayaan modal dari lembaga keuangan syariah, masih diwajibkan
mengembalikan modal secara utuh, walaupun mengalami kerugian usaha.
Terlalu banyak cerita dari nasabah mudharabah bank syariah yang mengalami
perlakuan ini.10
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) juga menuliskan
bahwa tidak semua klaim yang dikemukakan bank syariah telah sesuai dengan
bukti praktek di lapangan. Agar dikatakan layak secara syariah, bank syariah
menyatakan, sesuai dengan fatwa DSN MUI. Namun pada kenyataannya,
banyak praktek lembaga keuangan syariah yang bertentangan dengan fatwa
DSN MUI.
Akad Mudharabah adalah akad yang dari para ulama telah disepakati
akan kehalalannya. DSN-MUI telah menerbitkan Fatwa No: 07/DSN-
9Ahyar Ari Gayo, Ade Irawan Taufik, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariha Nasionla
Majelis Ulama Indonesia dalam Mendorong Perkembangan Bisnis Perbankan Syariah (Perspektif Hukum Perbankan Syariha)”, Volume1 No. 2, Agustus 2012, h. 260
10 http://pengusahamuslim.com/2728-fatwa-dsn-mui-1451.html, 10 Juni 2017
http://pengusahamuslim.com/2728-fatwa-dsn-mui-1451.html
-
4
MUI/IV/2000, yang kemudian menjadi pedoman bagi praktek perbankan
syariah. Tetapi pelaksanaan bank syariah perlu ditinjau ulang. Pada fatwa
dengan nomor tersebut, DSN menyatakan: “LKS (lembaga Keuangan Syariah)
sebagai penyedia dana, menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai,
atau menyalahi perjanjian.” Pada ketentuan lainnya, DSN kembali
menekankan akan hal ini dengan pernyataan: “Penyedia dana menanggung
semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh
menanggung kerugian apapun, kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.” (Himpunan Fatwa Dewan syariah
Nasional MUI )11
Disamping itu pada pembiayaan akad mudhorabah di BMT Mekar
Da’wah Serpong, mengalami penurunan yang sangat signifikan dari
pertumbuhan nasabah. Pada tahun 2012 sampai 2017, nasabah yang
mengajukan pembiayaan akad Mudharobah mencapai 50 nasabah, akan tetapi
dari tahun ketahun dan seiring berjalannya waktu nasabah mengalami
permasalahan pengembalian modal. Pada tahun 2012 hingga 2016 ada 15
nasabah yang bermasalah dalam pelunasan tersebut. Kemudian nasabah yang
masih aktif pada tahun 2017 hanya 1(satu) nasabah. Banyak kemungkinan
yang terjadi oleh nasabah dengan BMT Mekar Da’wah pada pembiayaan akad
mudharobah.12 Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya dalam
penurunan nasabah di BMT seperti tidak patuhnya terhadap DSN MUI,
11 http://pengusahamuslim.com/2728-fatwa-dsn-mui-1451.html, 14 juni 2017 12 Hasil wawancara dengan Bapak Irfan Ahmad Rivai sebagai Manager BMT Mekar
Da’wah pada tanggal 5 Juni 2017 di BMT Mekar Da’wah.
http://pengusahamuslim.com/2728-fatwa-dsn-mui-1451.html
-
5
kurangnya prosedur pelaksanaan yang baik, sumber daya manusia yang
kurang baik dan lain sebagainya.
Dengan adanya fenomena di atas, seharusnya setiap lembaga keuangan
syariah bisa mengevaluasi dan mengambil pelajaran sehingga dapat
meminimalisir penurunan nasabah. Karena dengan evaluasi dapat mencapai
sebuah keberhasilan dan memperbaiki kesalahan yang menghambat
keberhasilan. Maka dari itu evaluasi merupakan suatu hal penting dilakukan,
harapannya setiap pelaksanaan dalam pembiayaan akad mudharabah tentunya
harus tetap menjaga asas-asas dalam bermuamalat seperti keadilan,
keseimbangan, menghindari mudharat dan mengedapankan maslahat. Dimana
dalam prinsip utamanya, mudharabah dilakukan dengan menyepakati nisbah
bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang
timbul menjadi resiko pemilik dana sepanjang tidak ada bukti bahwa pihak
pengelola tidak melakukan kecurangan.13
Dengan ini, dari uraian di atas dimana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib), perlu yang namanya akad
yang jelas dan kerangka akuntansi yang menyeluruh sehingga dapat
menghasilkan data yang tepat dan berkualitas, serta sebagai lembaga keuangan
syariah BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah.
Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan
berkembang.14
13Inna Kurniawati, “Analisis Penerapan PSAK No.105 Atas Pembiayaan Mudharabah
Pada PT.Bank Muamalat Indonesia, Tbk”, FKIP – Pendidikan Ekonomi.h. 3 14Isma Ilmi Hayati Ginting,Ilyda Sudardjat,“analisis Strategi Pengembangan Bmt (Baitul
Maal Wat Tamwil) Di Kota Medan”, Ekonomi dan Keuangan Vol.2 No. h.673.
-
6
Maka dari itu pelaksanaan pembiayaan akad mudharabah dari BMT
Mekar Da’wah harus sesuai dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang
telah diatur jelas dalam Fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 dengan
sebuah manajemen yang baik dan didukung oleh sumber daya manusia yang
baik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
membahas “Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah pada
BMT Mekar Da’wah Serpong 2017”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pada BMT Mekar
Da’wah adalah adanya kendala nasabah dalam pelunasan akad mudharabah di
BMT Mekar Da’wah Serpong.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Pembatasan masalah yang dibuat agar tidak meluas dalam mengevaluasi
maka penulis lebih menekankan kepada Pelaksanaan dalam Pembiayaan Akad
Mudharabah di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong.
Adapun pertanyaan pokok peneliti dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah di Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong?
2. Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah di
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong?
-
7
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui pelaksaanaan pada pembiayaan akad mudharabah di
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong.
b. Untuk mengevaluasi pelaksanaan pada pembiayaan akad mudharabah
di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Akademi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik
dan dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan.
b. Bagi Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan akan menjadi sebuah
pertimbangan dalam pelaksanaan pembaiyaan akad Mudharabah, untuk
mencapai sebuah tujuan lembaga.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan
dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan, khususnya bagi
penulis, umumnya bagi pembaca.
E. Tinjauan Pustaka
Ada karya ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai tinjauan
pustaka, yang mana Karya Ilmiah tersebut penulis anggap sebagai bahan
referensi yang ada hubungannya dengan pembahasan yang akan di angkat
pada Karya Ilmiah ini, yakni di antaranya :
-
8
1. Betari Tyas Maharani, 1112046100054 Penerapan Akad Mudharabah
dalam Penghimpuan Dana dan Pengelolaannya pada baitul maal wa
tamwil (BMT) Global Insani Cirebon Jawa Barat, Program Studi
Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016M/1437H.
Menurut penulis, di dalam skripsinya dituliskan membahas
mekanisme, penerapan akad dan kesesuaian akad mudharabah dari sisi
penghimpunan dana dan pengelolaan atas dana yang berhasil dihimpun
tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah menghapus kekhawatiran
masyarakat terhadap BMT, memahami mekanisme penghimpunan dana
dan pengelolaan dan serta menghasilkan kesesuaian penerapan akad
Mudharabah secara konsep syariah dan praktek.
Namun yang membedakan dengan penulis tuliskan dalam skripsi
ini adalah mengevaluasi pelaksanaan akad mudharabah di BMT Mekar
Da’wah.
2. Noer Chalish, A31107059, Program S1, Analisis Perlakuan Akutansi
Pembiayaan Mudharabah Pada PT.Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Makassar,Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin Makasar, 2012.
Pada Skripsi ini, penelitian lebih mengkhususkan pada Pembiayaan
kepada koperasi karyawan untuk para anggotanya yang menggunakan
system pembiayaan mudharabah. Analisis penelitian ini menggunakan
analisis kualitatif deskriptif. Karena permasalahan yang ingin dianalisis
-
9
adalah bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada PT
Bank Syariah Mandiri Kantor CabangMakassar.
Namun penulis lebih menganalisis tentang Akad Mudharabah itu
sendiri secara prosedur syariah dan praktek di BMT Mekar Da’wah.
3. Ulfah Azizah, 1112053000046, Program S1, Evaluasi Strategi Bauran
Pemasaran Produk Pembiayaan Warung Mikro pada PT.Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Tangerang Ciputat, Kosentrasi Manajemen
Lembaga Keuangan Syariah, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jakarta, 2016.
Pada skripsi ini mengevaluasi dari sebuah strategi pemasaran
produk dengan bertujuan mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan
Pt.Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciputat dalam memasarkan
produk pembiayaan dan mendapat hasil evaluasi yang baik, sehingga dapat
menjawab masalah yang dapat menghambat keberhasilan.
Sedangkan penulis mengevaluasi sebuah pelaksanaan pembiayaan
akad mudharabah BMT Mekar Da’wah Serpong, agar dapat menilai
sebuah pelaksanaan untuk mencapai sebuah keberhasilan.
F. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan dan gambaran sederhana serta memudahkan penulis
dalam penelitian, maka penulis akan membuat sistematika penulisan yang
tersusun dalam lima bab, yang masing-masing memiliki sub-sub, agar lebih
terarah dengan susunan sebagai berikut :
-
10
BAB I PENDAHULUAN
Menerangkan secara garis besar mengenai pembahasan tentang
latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan,
manfaat, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, penjelasan mengenai definisi-definisi yang
bersangkutan dengan judul penelitian yang bersandar dari
kepustakaan yakni dengan membahas Evaluasi, Pembiayaan
dan akad Mudharabah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai
metode penelitian yang mernguraikan tempat dan waktu,
bagaimana data itu diperoleh dan mengolah data agar bisa
menjadi sebuah informasi yang bermanfaat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan gambaran umum dan program BMT Mekar
Da’wah serta membahas tentang hasil penelitian dari BMT
Mekar Da’wah Serpong mengenai evaluasi pelaksanaan
pembiayaan akad mudharabah.
-
11
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh
pembahasan sebelumnya yang dapat sekaligus menjawab
permasalahan pokok yang dikemukakan sebelumnya dan
kemudian penulis mengemukakan saran-saran.
-
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation,
dalam bahasa Arab Al-Taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian.1
Menurut pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan.2 Secara Etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga
mengevaluasi yang intinya memberikan penilaian atau menilai.3
Sedangkan menurut Husein Umar, evaluasi adalah suatu proses
untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar
tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta
bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan
harapan – harapan yang ingin diperoleh.4 Sedangkan menurut Nurul
Hidayati dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Dakwah,
evaluasi memiliki pengertian mengkritisi suatu program dengan melihat
1 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.1 2M. Chatib Toha, Tenik Evaluasi Pendidikan, Edisi Ke-2, (Jakarta: Rajawali Press, 1991),
h. 1. 3Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), cet. Ke-1 4 Husein Umar, Evaluasi Kinerja Perusahaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2005), h. 36.
-
13
kekurangan, kelebihan, pada kontek, input, proses, dan produk pada
sebuah program.5
Dari penjelasan di atas, menerangkan bahwa evaluasi adalah suatu
proses penilaian terhadap kegiatan atas kegiatan yang telah terlaksana.
Untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan menganalisis
data, menyimpulkan hasil yang telah dicapai, dan dapat menjadi rumusan
kebijakan. Sehingga dapat mengetahui keberhasilan sebuah kegiatan yang
sudah direncanakan serta harapan – harapan yang ingin diperoleh.
2. Urgensi Evaluasi
Seperti yang dipaparkan di atas, setiap kegiatan tentunya ingin
mencapai sebuah keberhasilan dalam kegiatan yang sudah direncanakan
serta harapan-harapan yang ingin diperoleh, dan memperbaiki kesalahan
yang menghambat keberhasilan. Maka dari itu evaluasi merupakan suatu
hal penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan sepuluh alasan
mengapa evaluasi perlu dilakukan:6
a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai
b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif
program
c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat
program itu sendiri
5 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, UIN Jakarta Press, h. 124 6Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyaraka dan Intervensi
Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta : FEUI Press), Cet Ke-3, Edisi Revisi, h. 188
-
14
e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat
perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.
f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup
masuk akal.
g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan
program secara lebih baik.
h. Berbagai pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam
kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut
melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
berhasil dengan baik.
i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih
luas.
j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan
kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas
fungsional dan komunitas local.
3. Model Evaluasi CIPP
Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh para
ahli atau pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap evaluasinya.
Farida pada bukunya mengutip Stufflebeam & Shinkfield,
merumuskan evaluasi sebagai “Suatu proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai
-
15
alternative keputusan”. Dan membagi evaluasi CIPP menjadi 4(empat)
macam:7
a. Contex evaluation to serve planning decision.
Evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan
kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan oleh program.
b. Input evaluation, structuring decision.
Evaluasi ini untuk mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber
yang ada, apa rencana strategi untuk mencapai kebutuhan dan
bagaimana prosedur untuk mencapainya.
c. Process evaluation, to serve implementing decision.
Evaluasi ini membantu mengimplementasikan keputusan, mengukur
sejauh mana rencana yang telah diterapkan, apa saja yang harus
direvisi, dan apabila sudah terjawab, langkah selanjutnya yaitu
prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.
d. Product evaluation, to serve recycling decision.
Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya, apa hasil
yang telah dicapai, apa yang akan dilakukan setelah program berjalan.
Huruf pertama dari konteks evaluasi dijadikan ringkasan CIPP, model
ini terkenal dengan nama model CIPP oleh Stufflebeam.
B. Pembiayaan Mudharabah
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berasal dari kata biaya, yang menurut kamus besar
Bahasa Indonesia berarti uang yang dikeluarkan untuk menggunakan
7Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan instrumen Evaluasi: untuk Program
Pendidikan dan Penelitian,(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 14.
-
16
(mendirikan, melakukan, dan sebagainya) sesuatu.8 Sedangkan kata
pembiayaan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.9
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan Bab 1 pasal 1 No. 12 bahwasanya pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan berdasarkan pesetujuan atau kesempatan antara bank
dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang membiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setalah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.10
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, ‘saya
percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiyaan yang
artinya kepercayaan, berarti lembaga pembiyaan selaku shahibul maal
menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksankan amanah yang
diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus
disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak, sebagaimana firman Allah
Subhanallah wa ta’ala dalam surat AN Nisa 4:2911
8 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, edisi III,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h 146. 9 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, h 147. 10 www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4cce89fb14e43/parent/334. 22 Juli
2017 11 Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada), h.3
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4cce89fb14e43/parent/334
-
17
artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha
penyanyang kepadamu. (AN Nisa 4:29)
dan Surat Al-Ma’idah 5:1
artinya: Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya. (Al-Ma’idah 5:1)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pembiayaan
merupakan kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh bank kepada
nasabah untuk membentuk suatu usaha atau investasi, agar dana yang
dimiliki tidak menganggur (idle). Dari hasil penyaluran dana tersebut,
bank memperoleh imbalan berupa bagi hasil, margin, sewa, atau bahkan
tanpa imbalan dengan syarat dan ketentuan yang sudah disepakati.
2. Pemberian Pembiayaan
Menurut pasal 8 Undang-Undang Perbankan sebelum memberikan
pembiayaan setiap pengajuan pembiayaan harus dinilai berdasarkan
-
18
prinsip syariah yaitu watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek
usaha dari nasabah, yang dikenal dengan sebutan “The Five C of credit
analysis” atau prinsip 5C’s, dalam pemberian pembiayaan, yaitu:12
a. Character (Penilaian Watak)
Bank harus meniliti karakter atau permohonan yang merupakan
penilaian terhadap individu atau calon debitor sejauh mana dapat
mengemban amanah pembiayaan dari bank. Sehingga tidak akan
menyulitkan atau menjadi kendala dalam proses pengembalian
terhadap bank.
b. Capacity (Kemampuan)
Bank harus meneliti mengenai kemampuan atau keahlian calon
debitor dalam bidang usahanya dan kemampuan
manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan
dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga
calon debitornya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi
atau mengembalikan pinjamannya.
c. Capital, (Pemodalan)
Penilaian terhadap permodalan usaha yang dijalankan,
termasuk juga penilaian atas aspek keuangan pemohon. Bank harus
melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh
mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat
diketahui kemampuan permodalan calon debitor dalam menunjang
pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.
12 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama,
2013), h. 246
-
19
d. Condition (Kondisi)
Penilaian terhadap kondisi umum yang mempengaruhi
kegiatan usaha seperti kondisi pasar, persaingan dagang,
peraturan pemerintah, peraturan negara lain terkait ekspor-
impor, dan sebagainya.
e. Collateral (Jaminan)
Penilaian terhadap jaminan kredit untuk meyakinkan bank atas
kesanggupan calon debitur dalam melunasi kreditnya. Untuk
menangung pembayaran kredit macet, calon debitor umumnya
wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi
dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah
kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.
3. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata “ad-dhorbu fi’l ardhi” berpergian
untuk berdagang. Sinonim kata dari qiradh, yang berasal dari kata Al-
Qardhu atau potong. Karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk
diperdagangkan atau memperoleh sebagian keuntungannya, dan sering
pula disebut dengan kata muamalah. Menurut Imam Syafi’i, qiradh
dalam bahasa artinya seseorang yang pergi berdagang. Menurut istilah
harta yang diserahkan kepada seseorang supaya diperdagangkan,
sedangkan keuntungan dibagi antara keduanya.13
Secara teminologi, para ulama fiqh medefinisikan mudharabah
adalah pemilik modal menyertakan modalnya kepada pekerja
13 M. Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan
Lainya di Negara Hukum Indonesia(Rajawali Pers, 2008), h. 1458
-
20
(pengusaha) untuk diinvestasikan, sedangkan keuntungan yang diperoleh
menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama.14
Menurut Abdur Rahman L.Doi, dalam buku Sultan Remi Sjahdeini
menyatakan bahwa mudharabah dalam terminology hukum islam adalah
suatu kontrak dimana suatu kekayaan atau persediaan tertentu
ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurus (Rabb Al-Mal) kepada pihak
lain untuk membentuk suatu kemitraan itu akan berbagi keuntungan.
Pihak yang lain berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya
mengelola kekayaan itu. Orang ini disebut mudharib. dan perjanjian ini
adalah suatu Contract Of Copartnership.15
Sedangkan menurut Wahbah Az-Zuhaily sebagaimana yang
dikutip oleh Andrian Sutedi bahwa mudharabah adalah pemilik modal
menyertakan hartanya kepada pengusaha untuk diperdagangkan dengan
pembagian keuntungan yang disepakati dengan ketentuan bahwa
kerugian ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan pengusaha tidak
dibebani kerugian sedikitpun, kecuali kerugian tenaga dan
kesungguhannya.16
Dari beberapa penjelasana di atas penulis menyimpulkan bahwa
pembiayaan mudharabah adalah suatu pembiayaan kerjasama yang
diberikan antara pengelola dana oleh pemilik dana, dimana keuntungan
dari usaha tersebut akan dibagi menurut kesepakatan bersama atau
menurut akad yang telah disepakati sebelumnya, dan apabila mengalami
14 AH. Azharudin Lathif, Fiqh Mu’amalat (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005). h. 134. 15Sultan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta: PT.Temprint,1999),h. 29 16Andrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009), h. 69
-
21
kerugian, maka pemilik modal akan menanggung kerugian tersebut
selama bukan dari kesalahan pengelola.
4. Jenis dan Hukum Pembiayaan Mudharabah
a. Jenis Mudharabah
Secara umum pembiayaan mudharobah terbagi menjadi tiga
jenis yaitu, Mudharobah Muthlaqoh, Mudharobah Muqayyadah
dan Mudharabah Musytarakah:
1) Mudharabah Muthlaqoh
Dalam mudhharabah muthlaqoh, pengelola dana tidak
diberi batasan mengenai bisnis yang akan dijalani dan daerah
tempat usaha. Dalam pembahasan fiqh ulama salafus saleh
sering kali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta
(lakukanlah sesukamu).17 Itu artinya pengelola memiliki
kebebasan yang penuh untuk menyalurkan dananya ke dalam
bisnis apapun selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Namun ketika pengelola dana lalai atau berbuat curang sehingga
merugikan pemilik dana maka pengelola dana bertanggung
jawab atas perbuatannya itu.
2) Mudharabah Muqayyadah
Dalam jenis mudharabah ini, pemilik dana memberi
batasan-batasan kepada pengelola dana mengenai tata cara
bisnis, tempat usaha maupun sektor usaha yang nantinya akan
dijalankan. Nasabah terkait dengan syarat-syarat yang
17Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,h.97-98
-
22
ditetapkan oleh bank syariah sehingga mudharabah
muqayyadah ini dikenal sebagai investasi terikat.18 Dalam akad
ini peran bank syariah hanya sebagai agen yang
menghubungkan pemilik dana mudharabah muqayyadah yang
telah menetapkan batasan tertentu dengan pelaksanaan usaha.
Kemudian bank akan menginvestasikan dana shahibul mal
tersebut pada proyek tertentu yang telah ditentukan shahibul
mal. Disini bank hanya memperoleh fee sejumlah tertentu
sebagaimana yang telah disepakati.
3) Mudharabah Musytarakah
Akad ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan
usaha, pengelola dana memiliki dana yang dapat dikontribusikan
dalam investasi dan dengan penambahan dana tersebut akan
meningkatkan kemajuan investasi. Pembagian bagi hasil usaha
mudharabah antara pemilik dana dengan pengelola dana dapat
dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing)/bagi
laba (profit sharing). Dalam prinsip bagi hasil, dasar pembagian
hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total
pendapatan usaha (omset), sedangkan dalam prinsip bagi laba,
dasar pembagian laba bersih, yaitu laba bruto dikurangi beban
yang berkaitan dengan pengelolaan mudharabah.19
18 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Jakarta: PT.Raja
Grafindo, 2002), h. 73 19Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syariah, Lengkap dengan Kasus-kasus
Penerapan PSAK Syariah untuk Perbankan Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) h.78
-
23
b. Landasan Hukum Mudharabah
1) Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an tidak disebutkan dengan jelas tentang
mudharabah, walaupun demikian ulama’ di kalangan kaum
muslimin telah sepakat tentang bolehnya melakukan kerjasama
semacam perniagaan ini. Istilah mudharabah sesunggungnya
muncul pada masa Nabi Muhammad SAW, tapi jauh sebelum
Nabi Muhammad SAW lahir pun sudah ada, kerjasama
perniagaan ini di zaman Jahiliyah telah dikenal kemudian
dilestarikan oleh Islam karena membawa kemaslahatan.20
Namun demikian, ada ayat-ayat yang walaupun tidak
langsung, tetapi maksudnya dapat digunakan sebagai dasar atau
landasan kebolehan mudharabah, seperti QS. Al-Muzammil,
(73): 20):
Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah.” (QS. Al-Muzammil, (73): 20)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sebagai manusia yang
hidup hendaknya senantiasa mencari rizki (karunia Allah)
dengan bermuamalah, salah satunya yaitu dengan kerjasama
antara manusia. Didalam Al-Qur’an, termasuk dalam ayat di
atas memang tidak ada secara tegas menerangkan tentang
20 Mahmudatus Sa’diyah dan Meuthiya Athifa Arifin, Mudharabah Fiqih dan Perbankan
Syari’ah, Volume 1, No.2, Desember 2013, h. 307
-
24
pelaksanaan mudharabah, tetapi dari berbagai ayat tentang
muamalah, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
bekerjasama mudharabah diperbolehkan.21
2) Al-Sunnah
Hadits sebagai salah satu sumber hukum Islam juga
memberikan landasan tentang mudharabah, atau Qiradh.
Adapun hadits tentang mudharabah atau Qirdh:
Artinya: Nabi bersabda, ada Tiga hal yang didalamnya mengandung berkah: jual beli yang temponya tertentu, muqaradlah (nama lain dari mudharabah) dan mencampur antara burr dengan syair untuk rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)22.
3) Ijma
Kata Ijma’ secara bahasa berarti “Kebulatan tekad terhadap
sesuatu persoalan” atau “Kesepakatan tentang suatu masalah”.
Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan Abdul Karim
Zaidan adalah “Kesepakatan para mujahid di kalangan umat
Islam tentang hukum syara’ pada satu masa setelah Rasulullah
wafat”23
21 Mahmudatus Sa’diyah dan Meuthiya Athifa Arifin, Mudharabah Fiqih dan Perbankan
Syari’ah, h. 308 22 Al-Imam Abu Abdillah Muhammad Quznawi bin Yazid Ibnu Majah, Al-. tt. Sunnan Ibnu
Majah, Jilid II. Beitut: Dar al-Fikr, h. 768 23 Alaidin Koto, Ilmu fiqh dan ushul fiqh (Suatu Pengantar), Jakarta: Rajawali Pers, 2004,
h. 125
-
25
4) Qiyas
Mudharabah dapat diqiyaskan sebagi bentuk interaksi antara
sesama manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial, kebutuhan akan kerjasama antara satu pihak dengan
pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan
kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan lain, tidak bisa
diabaikan. Diperlukan adanya kerjasama pemilik modal dengan
orang-orang yang tidak mempunyai atau kekurangan modal.
Pada bentuk kerjasama seperti ini, pihak miskin yang
kekurangan modal itu akan sangat terbantu, dan para pemilik
modalpun tidak pula dirugikan karena pemindahan modalnya
kepada pihak lain tersebut.24
5) Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah: 25
a) Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib)
harus cakap hukum.
b) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal, yang
pertama penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukkan tujuan kontrak (akad). Kedua penerimaan dari
penawaran dilakukan pada saat kontrak. Ketiga akad
dituangkan secara tertulis, melalui orespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
24 Helmi Karim. 1993. Fiqih Mu’amalah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 12 25 Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 07/DSN-MUI/IV/2000, tentang Akad Mudharabah
-
26
c) Modal ialah sejumlah uang dana atau aset yang diberikan
oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha
dengan syarat, yang pertama modal harus diketahui jumlah
dan jenisnya. Kedua modal dapat berbentuk uang atau
barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset,
maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad. Ketiga
modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.
d) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat
sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini
harus dipenuhi yang pertama harus diperuntukkan bagi
kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu
pihak. Kedua bagian keuntungan proporsional bagi setiap
pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak
disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari
keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus
berdasarkan kesepakatan. Ketiga penyedia dana menangg-
ung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola
tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali
diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan.
e) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai
pertimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh
-
27
penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal, yang pertama
kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur
tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk
melakukan pengawasan. Kedua penyedia dana tidak boleh
mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang
dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu
keuntungan. Ketiga pengelola tidak boleh menyalahi hukum
Syari’ah Islam dalam tindakannya yang berhubungan
dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang
berlaku dalam aktifitas itu.
6) Skema Akad Mudharabah
Untuk pengajuan pembiayaan akad mudharabah, yang
pertama harus ada 2(dua) belah pihak, antara modharib (pengelola
modal), dan sahibul maal (pemilik modal). Diantara kedua belah
pihak bertemu dan membuat perjanjian atas pengelolaan suatu
usaha yang produktif dan halal, serta keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan bersama, jika terjadi kerugian ditanggung shahibul
maal. Setelah proses usaha berjalan lalu keuntungan dibagi sesuai
ketentuan awal, mudharib juga mengembalikan modal pokok
kepada sahibul maal.26
Untuk lebih jelas dalam proses akad mudharabah, dapat
dilihat sekema dibawah ini:
26 Muh. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (gema insani 2001), h.134
-
28
Nisbah Nisbah X% Y%
Gambar 2.1 : Sekema akad mudharabah
Sumber: (Muh. Syafi’i Antonio, Gema Insani,2001, h.134)
Perjanjian Bagi Hasil
Mudharib (Keahlian)
Sahibul Maal (Modal 100%)
Proyek/ usaha
Pembagian Keuntungan
Modal
-
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Mekar
Dakwah yang beralamat di Jl. Raya Serpong km 1, samping Kantor Pos dan
Giro Serpong - Kota Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian
dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Agustus 2017.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal.1Dan metode
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.2
Dengan memilih metode kualitatif ini, peneliti mengharapkan data yang
didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna, serta
tujuan penelitian dapat dicapai, sehingga dapat memperoleh data yang tepat
dan akurat serta memudahkan stake holder dalam pengambilan keputusan
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini berbentuk studi kasus dan bersifat mendapatkan
penjelasan terkait “Evaluasi Pelaksanaan pada Pembiayaan Akad Mudharabah
1 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Lembaga Administrasi Negara: 2004), h.23 2L.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-26, (PT Remaja Rosdakarya:
Bandung 2009). h. 3
-
30
pada BMT Mekar Da’wah Serpong”. Untuk meneliti secara cermat masalah
ini, ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian,
yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatandan pencatatan suatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang pelaksanaan pembiayaan serta latar belakang
BMT Mekar Dakwah Serpong.
2. Wawancara
Metode Wawancara yakni suatu komunikasi yang bertujuan memperoleh
informasi secara sistematis.3 Pada metode wawancara ini dilakukan untuk
memperoleh data-data mengenai permasalahan dan hal-hal yang berkaitan
dengan apa yang akan ditanyakan yaitu dari pelaksanaan pembiayaan akad
mudharabah dari sisi penerapan DSN MUI.
3. Studi Dokumentasi
Penulis mendapat informasi dari semua yang dibutuhkan mengenai hal-hal
yang menyangkut tentang tema dalam penelitian ini. Selain itu peneliti
meminta dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tema yang
diusung peneliti dan berkas-berkas yang diperlukan.
4. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan data dan informasi dengan melakukan penelaahan
terhadap berbagai macam material yaitu dari buku-buku, literatur, majalah,
3Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2003,
cet.VI, h. 27
-
31
serta laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan
khususnya yang mendukung dalam penelitian ini.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Table 3.1
Kisi-kisi Instrumen Observasi Program Pelaksanaan Pembiayaan Akad
Mudharabah di BMT Mekar Dakawah Serpong
No Aspek Penelitian Indikator
1 Program Pembiayaan akad mudhrabah
2 Pelaksanaan Pembiayaan
Akad Mudharabah
Penerapan dengan 5c (Character, Capacity,
Capital, Condition, Collacteral)
Penerapan Akad Mudharabah
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara BMT Mekar Dakwah Serpong
Aspek Sub Aspek Indikator
Context Profil BMT Mekar
Dakwah Serpong
1. Sejarah Berdirinya BMT
2. Visi Misi BMT
3. Tokoh pendiri BMT
4. Tujuan didirikan BMT
5. Program yang dimiliki BMT
Profil Prodak
Pembiayaan Akad
Mudharabah
1. Latar belakang prodak akad
mudharabah
2. Tujuan diadakan akad mudharabah
3. Persyratan pembiayaan akad
mudharabah
Input Pengelola 1. Pembina BMT
a. Kebijakan akad mudharabah
-
32
b. Tugas pokok fungsi struktur
organisasi
c. Mekanisme kewenangan, jenis
pengeambilan keputusan apa saja
oleh ketua Pembina.
2. Ketua Pengurus
a. Mekanisme kewenangan,
jenis pengambilan keputusan
oleh ketua pengurus.
Process Pengelolaan Pengajuan Pembiayaan akad mudharabah
1. Mekanisme pengajuan
2. Mekanisme pembiayaan
3. Mekanisme akad mudharabah
Pelaksanaan 1. Hukum mudharabah yang digunakan
2. Strategi pelaksanaan Pembiyaan
Akad Mudhrabah
Product/
Output
dan
Outcome
Track Record Karaktristik produk
1. Perkembangan usaha kecil menengah
Output prodak pembiayaan akad
mudharabah
1. Bentuk pengakuan atas kegiatan
pembiayaan akad mudharabah
1. Manfaat program pembiayaan akad
mudharabah bagi BMT
2. Manfaat pembiayaan akad
mudharabah bagi masyarakat.
-
33
Tabel 3.3
Kisi-kisi Studi Dokumen Pembiayaan Akad Mudharabah
di BMT Mekar Da’wah Serpong
No Studi Dokumen
1 Dokumen BMT dan Akad Mudharabah
a. Profil BMT
b. Bukti Legalitas
c. Struktur Organisasi BMT
d. Sekema Pembiayaan Akad Mudharabah
e. Data Suber Daya Manusia
2 Tata tertib dan peraturan akad mudharabah
3 Dokumen Evaluasi
a. Jadwal evaluasi internal
b. Mekanisme evaluasi
c. Laporan hasil evaluasi
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh di lapangan akan dianalisa melalui proses
klasifikasi data, kategorisasi dan penarikan kesimpulan. Adapun penjelasan
sebagai berikut:4
1. Data Reduction (Reduksi Data), yakni merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
serta membuang yang tidak perlu.
2. Data Display (Penyajian Data), dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif dan R&D ,
(Bandung: Penerbit Alafabeta, 2016), h. 338-345
-
34
3. Conclusion Drawing/Verification merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masing remang-remang atau
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
F. Pedoman Penulisan
Adapun metode penyusunan skripsi ini, penulis mengacu kepada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, Tesis dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA, April
2007, Cetakan, Ke-2, “Pedoman Penulisan Skripsi: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.
-
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Objek Evaluasi
1. Profil BMT Mekar Dakawah Serpong
Nama Lengkap : Baitul Maal Wat Tamwil
Alamat Lenkap : Jl. Raya Serpong km 1, samping Kantor Pos dan
Giro Serpong - Kota Tangerang Selatan
No. Telp/HP : (021) 53152779
Nama Ketua : Ismail
Legalitas BMT
1) Akta Pendirian : 01/KUS-SMD/II/2004
2) Badan Hukum : 518/7/BH/DISKUK/2004
3) Domisili : 503/74.Kel-Srp/2014
4) SIUP : 503/001205-BP2T/30-08/PK/IX/2012
5) TDP : 30.08.2.47.00081 (berlaku s/d 10-09-2017)
6) NPWP : 02.629.064.3-411.00
2. Sejarah BMT Mekar Da’wah1
Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga
keuangan mikro yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah.
Dalam pelaksanaan usahanya, BMT Menjalankan konsep Baitul Maal
dan Baitul Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut
1Hasil Wawancara dengan Bapak Ismail (Ketua Pengurus) Mekar Da’wah pada tanggal 3
Juli 2017 di BMT Mekar Da’wah. 10:00 WIB
-
36
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan
Islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi
masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Islam atau
BPR syariah. Prinsip operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual
beli (ijarah), dan titipan (wadiah). Karena itu, meskipun mirip dengan
Bank syariah, bahkan boleh dikata menjadi cikal bakal dari Bank Islam,
BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak
terjangkau layanan perbankan serta pelaku usaha kecil yang mengalami
hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan pihak bank.
Peningkatan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada usaha mikro
(kecil bawah) di wilayah serpong dan sekitarnya mengalami kendala,
yaitu sulitnya mendapat dana pinjaman (pembiayaan) dari Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), khususnya dalam
menjangkau masyarakat kalangan bawah yang mayoritas dan yang tidak
memenuhi persyaratan formal untuk mendapatkan pembiayaan (kredit)
dari Bank.
Berawal dari itu, untuk mengembangkan ekonomi umat dengan
berbasis Islam dengan berbentuk lembaga keuangan mikro atau BMT.
Awal nama BMT Taruna Qur’an yang memulai usaha atau operasional
pada awal November 2003 dan resmi berdiri tanggal 12 Februari 2004
dengan nama BMT Mekar Da’wah, manajemennya BMT Taruna Qur’an
Yogyakarta. Manajemen Taruna Yogyakarta mengalami kendala cukup
berat yang menyebabkan bulan Juni 2004 penanganan BMT Mekar
-
37
Da’wah terpisah dari BMT Taruna Qur’an Yogyakarta sebagai induk,
sehingga diambil alih sebuah komunitas yang peduli syariah di Jakarta.
Pembenahan manajemen itu dilaksanakan oleh Tim Counterpart hingga
mengalami perkembangan yang positif sehingga cukup layak dianggap
sebuah lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah. Meskipun
kondisi baik dari eksternal maupun internal BMT Mekar Da’wah
mengalami pasang surut tetapi kinerja operasional membaik walau sering
terjadi pergantian pengurus, pengelola, dan lokasi usaha. Pergantian
tersebut mulai membentuk tim kinerja BMT yang semakin baik
menginjak tahun 2008. Pemulihan keadaan yang semakin solid terlihat
pada tahun 2009. Kinerja dari BMT baik di baitul maal tertata rapi dan
pada sisi baitul tamwil menunjukkan peranannya. BMT Mekar Da’wah
di Serpong makin diakui serta dipercaya, bahkan menjadi lembaga yang
mendapat tempat tersendiri. Fungsi BMT dengan pemberdayaan ekonomi
umat dari sosial dan bisnis, BMT Mekar Da’wah makin berkembang
dengan ada program-program kemaslahatan umat, didukung oleh
lembaga-lembaga yang bersinergi dengan BMT, baik lembaga keuangan
pendidikan, sosial, pemerintahan, dan lainnya.
3. Visi dan Misi BMT Mekar Da’wah Serpong2
a. Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang handal karena
kualitas pelayanan dan kinerja operasional, dalam pengembangan dan
2 Dokumen “Rapat Anggota Tahunan XII” Mekar Da’wah Serpong, pada tanggal 3 juli
2017
-
38
pemberdayaan sumber dayanya hingga berkesinambungan dan selalu
berusaha sesuai prinsip syariah
b. Misi
1) Meningkatkan taraf hidup dan kemampuan baik sosial maupun
ekonomi masyarakat melalui muamalah sesuai syariah.
2) Meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas pelayanan dan
kinerja operasional dalam bermuamalah.
3) Membangun kepercayaan dan mengengembangkan kerjasama
dengan berbagai pihak, baik di Serpong hingga skala nasional.
4) Usaha yang memiliki keunggulan kompetitif, accountable serta
terpercaya dalam bermuamalah dan tetap dalam koridor yang
sesuai dengan prinsip syariah.
5) Mewujudkan lembaga yang ideal bagi pengembangan diri dan
pembentukan sumber daya yang selalu tetap konsisten dalam
menerapkan kinerjanya sesuai dengan prinsip syariah.
4. Tokoh Pendiri BMT Mekar Da’wah3
BMT Mekar Da’wah berdiri karna melihat masyarakat usaha
mikro, kecil dan menengah yang tidak berkesempatan untuk
mendapatkan pembiayaan dari pihak perbankan untuk mengembangkan
ushanya. Sehingga para tokoh dengan visi dan misi yang sama berusaha
membantu masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Sebenarnya
BMT Mekar Da’wah didirikan oleh Moh Ridwan. Beliau mendirikan
BMT mekar Da’wah karena dilandasi keresahan masyarakat kecil yang
3 Hasil Wawancara pribadi dengan Bapak Ismail (Ketua Pengurus) Mekar Da’wah pada
tanggal 3 Juli 2017 di BMT Mekar Da’wah. 10:00 WIB
-
39
belum bisa memenuhi persyaratan untuk layanan perbankan serta para
pengusaha kecil yang mengalami hambatan “jiwa” kepada pihak bank.
Dan nama-nama dibawah ini yang membantu dalam pembentukan BMT
Mekar Dakwah serpong, yaitu:
Pengawas : Wiroso, Euis amalia, dan Yusuf
Ketua Pengurus : Ismail
Sekretaris : Mudzakir
Bendahara : Azhar Ahmad Mas
Peningkatan ekonomi pada masyarakat yang mengarah pada usaha
mikro (kecil bawah) di wilayah serpong dan sekitarnya mengalami ken-
dala, yaitu sulitnya mendapat dana pembiayaan dari Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), yang utamanya pada
masyarakat kalangan bawah dan yang tidak memenuhi persyaratan
formal untuk mendapatkan pembiayaan (kredit) dari Bank. Struktur
Organisasi BMT Mekar Da’wah.
5. Organisasi BMT Mekar Da’wah4
a. Sturuktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara
tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang diing-
inkan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan
antara pekerjaan yang satu dengan yang lain dan setiap organi-sasi
mempunyai tanggung jawab masing-masing. Pada struktur organ-
4Dokumen “Rapat Anggota Tahunan XII” Mekar Da’wah Serpong, pada tanggal 3 juli 2017
-
40
isasi, rapat anggota merupakan pengambilan keputusan tertinggi
dalam perusahaan, serta ada pengawas dan pembina dalam kegiatan
di perusahaan yang di lakukan oleh dewan pengurus, badan pengelola
dan tim pembatu lainya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4.1 :Struktur Organisasi BMT Mekar Dakwah
Sumber : Dokumen BMT Mekar Dakawah
Rapat Anggota Tahunan
Pembina & Pengawas Syariah & Manajemen
Mitra Usaha, Kerja, dan Pemberdayaan
Dewan Pengurus
Badan Pengelola
Baitul Tamwil Baitul Maal
-
41
b. Fungsi dan Tugas
1) Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi yang terdapat pada BMT mekar
Da’wah serta tugas dan fungsi organisasi pada BMT Mekar
Da’wah adalah sebagai berikut:
a) Rapat Anggota Tahunan
Tugas Utama: Mengesahkan laporan keuangan yang dibuat
oleh dewan pengurus.
b) Pembina & Pengawas Syariah dan Manajemen
Mengawasi dalam setiap kegiatan pembiayaan
c) Dewan Pengurus
Fungsi Utama: Pengendali, Pengarah, Pengontrol, Pengawas
dan pengembangan BMT dalam menjalankan usaha agar
tetap sesuai Syariah Islam.
2) Dewan Pengurus pada BMT Mekar Da’wah
a) Ketua Pengurus
Fungsi Utama : Koordinator badan pengurus BMT agar
berjalan sesuai syariah Islam dalam bermuamalah.
Tugas Utama : Pengembangan sumber daya BMT baik
usaha maupun insani baik dalam opersional dan kinerjanya
dapat berjalan sesuai dengan syariah Islam.
b) Sekretaris Pengurus
Fungsi Utama : Pengarah, pengontrol dan pengawas kinerja
pengelola dalam muamalah sesuai syariah.
-
42
Tugas Utama : Pengarah, pengontrol dan pengawasan
terhadap kinerja marketing baik penghimpunan, penyaluran
maupun pemberdayaan usaha dapat berjalan sesuai dengan
syariah Islam.
c) Bendahara Pengurus
Fungsi Utama : Pengarah, pengontrol dan pengawas kinerja
pengelola dalam muamalah sesuai syariah.
Tugas Utama : Pengarah, Pengontrol dan Pengawasan
terhadap sistem dan kinerja operasional BMT agar
manajemen berjalan sesuai dengan Syariah Islam.
d) Badan Pengelola
Fungsi Utama :Merupakana badan manajemen yang
menjalankan usaha atau opersional BMT secara teknis
sehari-hari agar tetap pada visi dan misinya sesuai dengan
muamalah syariah Islam
e) Pembantu Lainnya
Fungsi Utama :Penanggung jawab manajemen dari
Pengelola dalam muamalah sesuai Syariah .
Tugas Utama :Koordinator dari sistem, kinerja dan
operasional dalam pengelolaan muamalah BMT dapat
berjalan sesuai dengan Syariah Islam.
1) Baitul Maal
Fungsi Utama :Penanggung jawab manajemen dari
bagian Baitul Maal.
-
43
Tugas Utama : Koordinator segala pelasanaan jenis
kegiatan yang berhubungan dalam usaha
pengembangan BMT sebagaimana fungsi sosial agar
tetap sesuai syariah Islam.
2) Baitul Tamwil
Fungsi Utama :Penanggung jawab kinerja manajemen
dari bagian Baitul Tamwil.
Tugas Utama :Koordinator dari segala pelaksanaan
kegiatandalam muamalah BMT agar tetap sesuai
syariah Islam.
3) Tim Pembantu
Adapun tim yang membantu didalamnya untuk menjalankan
aktivitas di BMT Mekar Da’wah:
a) Bagian Operasional
Fungsi Utama: Menjalankan fungsi kinerja manajemen yang
berhubungan pada operasional BMT.
Tugas Utama: Pendukung sistem, kinerja dan operasional
BMT dalam administrasi dan alam perihal pelaporannya.
b) Bagian Marketing
Fungsi Utama: Menjalankan fungsi kinerja manajemen yang
berhubungan pada marketing BMT.
Tugas Utama: Pendukung sistem, kinerja dan operasional
muamalah dari BMT yang meliputi penghimpunan dana,
penyaluran dana dan remedial hingga pemberdayaan.
-
44
c) Teller
Tugas Utama: Melayani setiap mitra yang ingin membayar
ansguran atau melakukan pembiayaan. (Mitra Usaha, Kerja
dan Pemberdayaan)
6. Teknologi dan Jaringan Kerja BMT Mekar Da’wah
a. Teknologi Kerja Operasional BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da’wah telah menggunakan sistem komputerisasi,
baik administrasi maupun keuangan, transaksi maupun pelaporan telah
berbasis teknologi informasi (TI). Dengan sistem komputerisasi
tersebut akan meminimalkan resiko kesalahan manusia yang berarti
menjamin adanya transparansi dan accountable. Sistem TI ini
diharapkan dapat menjadi jaminan meningkatnya kualitas pelayanan
terhadap masyarakat makin baik sehingga kepercayaan dari
masyarakat semakin baik.
b. Jaringan Kerja Operasional BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da’wah merupakan bagian tak terpisah dari
komunitas Serpong dan komunitas yang lebih besar yakni Kota
Tangerang Selatan khususnya, bahkan jangkauannya se-Jabodetabek
hingga lingkup nasional umumnya. Komunitas tersebut merupakan
salah satu bentuk dari fungsi BMT sebagai salah satu lembaga
pemberdayaan sosial maupun ekonomi. BMT Mekar Da’wah
diharapkan dapat menjalankan fungsi-fungsinya secara baik, demi
kemaslahatan umat yang sesuai dengan syariah Islam.
-
45
7. Produk-produk BMT Mekar Da’wah
a. Produk Penghimpunan Dana
1) Simpanan pihak kedua yang bersifat titipan maupun berbagi hasil
yaitu Simpanan Mekar Da’wah (tabungan) dengan ketentuan:
a) Setoran awal minimal Rp. 10.000,-.
b) Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-.
c) Saldo akhir minimal Rp. 10.000,-.
2) Investasi pihak kedua untuk mendapat keuntungan yang halal
dengan nilai kompetitif yaitu simpanan berjangka Mekar Da’wah
(deposito) dengan ketentuan:
a) Jangka waktu deposito 3, 6, 9, dan 12 bulan.
b) Minimal nominal deposito Rp. 500.000,-.
3) Program pemberdayaan dan sosial yaitu dana ZIS (Zakat, Infaq,
dan Shadaqah).
a) Fasilitas penyaluran dana / permodalan
b) Dana bisnis yaitu sistem jua beli, yakni murabahah.
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang dilakukan
untuk transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dengan keuntungan (margin) yang disepakati oleh
penjual dan pembeli.
c) Dana pengembangan usaha, yaitu musyarakah dan mudharabah.
Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama diantara 2
(dua) pihak atau lebih untuk suatu usaha tertetu yang masing-
masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa
-
46
keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha
antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah)
yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (amil,
mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana
dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan
yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung
sepenuhnya oleh pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank
Syariah) kecuali jika pihak kedua (amil, mudharib, atau
nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian.
d) Dana pinjaman untuk kepentingan pemberdayaan diri, keluarga
maupun memulai usaha, yaitu al-Qardh/Qardhul Hasan.
Pembiayaan Qardh adalah pembiayaan yang ditujukan kepada
nasabah yang tidak mampu.
b. Produk Layanan Anggota
Bentuk produk layanan kemudahan dalam membantu
pembayaran untuk tagihan seperti:
1) Pembayaran listrik.
2) Pembayaran telepon.
3) Pembelian pulsa.
Semua aktivitas produk-produk BMT Mekar Da’wah di
atas didasarkan atas kepentingan masyarakat yang memang
-
47
membutuhkan pelayanan dalam masalah keuangan, untuk
membantuk meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dan bagi
masyarakat yang memiliki harta dapat memanfaatkan harta yang
dimiliki.5
B. Pelakasanaan Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Mekar Da’wah
1. Landasan Hukum Akad Mudharabah di BMT Mekar Da’wah
Berdasarkan hasil wawancara saya kepada bapak Irfan Ahmad
Rivai selaku manager di BMT Mekar Da’wah bahwasanya landasan
hukum akad mudharabah yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah
mengacu kepada fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan lainya karena DSN-MUI dibentuk berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits, yang memberikan pedoman bagi lembaga keuangan syariah
agar pembiayaan mudharabah sebagai salah satu produk perbankan
syariah sesuai dengan syariah Islam. Pemberian pembiayaan dengan
sistem mudharabah ini dalam rangka mengembangkan dan
meningkatkan dana lembaga keuangan syariah termasuk perbankan
syariah. Dengan sistem mudharabah, pihak perbankan syariah (BMT)
dapat menyalurkan dananya kepada pihak lain, yaitu suatu bentuk akad
kerja sama suatu usaha dua pihak.
Dalam hal ini pihak pertama (Sahibul Mal, LKS) menyediakan
seluruh modal, sedang pihak kedua (amil/mudarib) nasabah, bertindak
sebagai pengelola dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai
dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Adapun dalil-dalil
5 Dokumen dan Profil Baitul Maal wat Tamwil Mekar Da’wah, 13 Juli 2017
-
48
yang dipergunakan dalam penetapan fatwa tentang pembiayaan
mudarabah terdiri dari kutipan-kutipan ayat Al-Qur’an dan Hadis.6
2. Pengajuan Pembiayaan Akad Mudharabah
Semua aktivitas produk-produk BMT Mekar Da’wah di atas
didasarkan atas kepentingan masyarakat yang memang membutuhkan
pelayanan dalam masalah keuangan, untuk membentuk meningkatkan
taraf hidup menjadi lebih baik dan bagi masyarakat yang memiliki harta
dapat memanfaatkan harta yang dimiliki.
Melalui wawancara peniliti dengan narasumber Bapak Irfan Ahmad
Rivai, sebelum nasabah mengajukan permohonannya, terlebih dahulu
harus menjadi anggota BMT Mekar Da’wah. Adapun syarat keanggotaan
BMT Mekar Da’wah yaitu:
a. Fotokopi KTP/SIM/identititas diri lainnya.
b. Mengisi formulir biodata anggota/nasabah.
c. Membuka salah satu rekening simpanan (tabungan/deposito)
d. Bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan/pendanaan.
Setelah syarat keanggotaan terpenuhi, maka untuk melakukan
permohonan pembiayaan/permodalan/pendanaan dari BMT Mekar
Da’wah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Sudah resmi terdaftar sebagai anggota/nasabah di BMT Mekar
Da’wah, dibuktikan dengan adanya No. Base Nasabah serta sudah
memiliki salah satu rekening simpanan yang aktif di BMT Mekar
Da’wah.
6 Hasil Wawancara pribadi dengan Bapak Irfan Ahmad Rivai sebagai Manager BMT Mekar Da’wah pada tanggal 6 Juli 2017 di BMT Mekar Da’wah. 10:00 WIB
-
49
b. Mengisi formulir permohonan pembiayaan.
c. Fotokopi KTP pasangan (suami/istri) bagi yang sudah menikah dan
menyertakan surat keterangan lainnya yang dipersyaratkan.
d. Bersedia survey (tempat usaha/rumah) dan diwawancara oleh petugas.
e. Bersedia mengikuti seluruh aturan/prosedur/ketentuan yang
diterbitkan oleh BMT Mekar Da’wah.7
Tujuan setiap BMT adalah menolong masyarakat sekitar dan
masyarakat yang kurang dalam memenuhi persyaratan mengajukan
pembiayaan kepada perbankan untuk modal usaha atau perkembangan
usahanya. Salah satu produk yang ada dalam BMT Mekar Da’wah
adalah pembiayaan akad mudharabah. Dalam setiap pengajuan
pembiayaan harus melaksanakan prosedur.
Setelahnya pihak BMT akan melakukan analisis kelayakan usaha
dengan berbagai pertimbangan. Pihak BMT Mekar Dakwah menerapkan
penggunaan jaminan sebagai bentuk sikap kehati-hatian. Pada hakikatnya
penggunaan jaminan tidak diperbolehkan dalam system perekonomian
Islam yang lebih mengedepankan asas kepercayaan. Namun untuk
mencegah mitra melakukan kelalaian, kesalahan yang disengaja dan
melanggar perjanjian yang telah disepakati, maka pihak penyedia
pembiayaan dapat meminta jaminan kepada mitra.
Sistem jaminan yang diterapkan BMT Mekar Da’wah adalah jika
permohonan pembiayaan yang diajukan bernilai dibawah 3 juta rupiah
maka pihak BMT meminta jaminan berupa alat-alat elektronik seperti
7Hasil Wawancara pribadi dengan Bapak Irfan Ahmad Rivai sebagai Manager BMT Mekar
Da’wah pada tanggal 6 Juli 2017 di BMT Mekar Da’wah.10:00 WIB
-
50
handphone, computer dan lain sebagainya. Apabila permohonan
pembiayaan yang diajukan bernilai di atas 3 juta maka jaminan yang
diminta disesuaikan dengan jumlah permohonan pembiayaan seperti
BPKB motor, mobil, surat tanah dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan manajer
BMT Mekar Da’wah, prosedur pengajuan pembiayaan Mudharabah
adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan permohonan pembiayaan
Mitra yang ingin mengajukan permohonan pembiayaan harus mengisi
formulir permohonan pembiayaan di BMT Mekar Da’wah. Mitra juga
harus membawa persyaratan yang BMT Mekara da’wah minta,
seperti fotocopy KTP suami/istri (jika sudah berpasangan), fotocopy
KK, surat domisili, dan jaminan. Mitra yang mengajukan pembiayaan
Mudharabah harus terlebih dahulu membuka tabungan di BMT Mekar
Da’wah minimal 3 bulan agar pihak BMT Mekar Da’wah dapat
memperhatikan karakteristik dan kemampuan calon mitra pembiayaan.
b. Penyelidikan berkas
Setelah mitra mengisi formulir dan memenuhi persyaratan, pihak
BMT Mekar Da’wah memeriksa dokumen-dokumen persyaratan. Jika
menurut pihak BMT persyaratannya belum memenuhi, maka mitra
diminta untuk segera memenuhi persyaratan tersebut.
c. Wawancara
Wawancara dilaksanakan langsung kepada mitra, dalam wawancara
ini pihak BMT Mekar Da’wah menegaskan kembali isi formulir
-
51
permohonan pembiayaan yang diajukan dengan wawancara secara
langsung kepada mitra tentang maksud permohonan pembiayaan,
jumlah pembiayaan, jumlah penghasilan mitra dan jangka waktu
pembiayaan.
d. Peninjauan lokasi
Selanjutnya pihak BMT Mekar Da’wah akan terjun langsung kelokasi
usaha. Ini bertujuan untuk memastikan usaha yang dijalankan sesuai
dengan apa yang ditulis di formulir pengajuan pembiayaan. BMT
Mekar Da’wah juga mengunjungi tempat tinggal mitra untuk mencari
informasi oleh masyarakat sekitar tentang karakter mitra yang
mengajukan permohonan pembiayaan.
e. Analisis kelayakan pembiayaan
Dalam penilaian kelayakan pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah
memperhatikan beberapa aspek yang meliputi kepemilikan usaha,
karakter mitra, kemampuan mitra dalam memenuhi kewajiban,
jaminan yang disertakan oleh mitra dan usaha yang dilakukan mitra