evaluasi pelaksanaan pembiayaan akad ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48928...i...

87
EVALUASI PELAKSANAAN PEMBIAYAAN AKAD MUDHARABAH PADA BMT MEKAR DA’WAH SERPONG 2017 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: RAHMAT WIBOWO 1113053000088 KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1439 H

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EVALUASI PELAKSANAAN PEMBIAYAAN

    AKAD MUDHARABAH PADA BMT MEKAR DA’WAH

    SERPONG 2017

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    RAHMAT WIBOWO

    1113053000088

    KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN

    SYARIAH

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2017 M / 1439 H

  • EVALUASI PELAKSANAAI{ PEMBXAYAAhI AKAD

    MI]DHARABAH PADA BMT MEKAR DA'WAH

    SERPOI{G 2017

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperolell

    Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    Rahmat Wibowo1113053000088

    KOI{SENTRASI MAI{AJEMEI\ LEMBAGA KEUANGAI{

    SYARIAH

    PROGRAM STUDI MANAJEMEI\ DAKWAH

    FAKI]tr,TAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    Uil\ SYARTF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Di Bawah Bimbingan

    NIP. 195501011983021001

    2017M/1439rr

  • l.

    2.

    3.

    LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah penulisan skripsi yang berjudul

    ..EVALUASI PELAKSANAAN PADA PEMBIAYAAN AKAD

    MUDHARABAH PADA BMT MEKAR DA'WAH", dengan ini saya

    menyatakan bahwa :

    Skripsi ini menyatakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (satu) di Universitas Islam

    Negri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (Uf$ Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

    merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan

    sebagaimana mestinya. Terima kasih.

    eptember 2017

    Rahmat Wi

    3817122

    ffibowo

    111

    NIM 11130530000088

  • PIINGESAIIAN PANI'I'IA UJIAN

    Skripsi ini berjudul "EVALUASI PELAKSANAAN PEMBIAYAAN AKA[)

    MUDHARABAH PADA BMT MEKAR DA'WAI{ SERPONG 201.7" telah

    diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 27

    September 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

    rnemperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Studi Manajemen Dakwah

    konsentrasi Manajemen Lernbaga Keuangan Syariah (MLKS).

    Jakarta, 27 Septernber 2017

    Sidang Munaqasyah

    1 001

    Penguj i

    Drs. M. Sungaidi, MANIP. 19600803 199703 1 006

    MuhamadNrP. 19780 tlz 20t4ll | 001

    I-I. Mulkanasir.I].A.. S.Pd.. MMNrP.19ss0101 198302 1 001

    NIP. 19580910 I

  • i

    ABSTRAK

    Rahmat Wibowo, 1113053000088, Evaluasi Pelaksanaan pada Pembiayaan Akad Mudharabah pada BMT Mekar Da’wah Serpong, Dosen Pembimbing H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM

    Akad adalah sebuah kegiatan manusia untuk manyatakan perjanjian atau kesepakatan antara dua belah pihak, baik tertulis maupun tidak tertulis. Akad digunakan dalam hal pembiayaan pada produk-produk Lembaga Keuangan Syariah (LKS), salah satunya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Di Baitul Maal wat Tamwil (BMT), pembiayaan merupakan aktivitas utama, yang berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Pembiyaaan dibagi menjadi tiga prinsip yakni prinsip jual beli, bagi hasil, dan jasa. Dan salah satunya Akad Mudharabah yaitu akad yang dari para ulama telah disepakati akan kehalalannya Namun dalam pelaksanaanya ada beberapa lembaga keuangan syariah di lapangan masih jauh dari apa yang di fatwakan oleh DSN (Dewan Syariah Nasional).

    Penelitian ini mengkaji tentang masalah yang ada di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah pada akad mudharabah, yang di khwatirkan belum menerapkan fatwa DSN. Maka dari itu dalam skripsi ini membahas secara menyeluruh tentang evaluasi pelaksanaan pada pembiayaan akad mudharabah dengan meggunakan jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pelaksaanaan pada pembiayaan akad mudharabah di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah dan untuk mengevaluasi pelaksanaan pada pembiayaan akad mudharabah di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Dakwah.

    Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan pembiyaan akad mudharabah pada BMT Mekar Da’wah dalam pelaksanaan akad sudah sesusai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Sedangkan pada pengajuan pembiayaan akad mudharabah sudah menggunakan prinsip 5C pengajuan (Character, Capacity, Capital, Condition, Collacteral), namun kurang maksimal dalam pelaksanaannya. Dan hasil evaluasi pelaksanaan akad mudharabah pada BMT Mekar Da’wah pada aspek process seleksi pengajuan pembiyaan, sebagian besar tidak tercapai. ketidak tercapaian terjadi pada tahapan seleksi pengajuan (Character, Capacity, Capital, Condition, Collacteral) tidak maksimal. Sedangkan pada pelaksanaan akad mudharabah sudah sangat baik dalam menerapkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000, serta sudah sesuai dengan prinsip syariah. Kata kunci: Pembiayaan, Akad Mudharabah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT), dan Evaluasi.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah

    mengatur, membimbing semua hamba-Nya, sekaligus ketentuan hidup yang harus

    dilalui sebagai makhluk ciptaan-Nya senantiasa memberikan berbagai nikmat

    kepada insan semua. Semoga dengan kenikmatan iman, islam, dan ihsan selalu

    tersimpan dalam diri kita sebagai cerminan manusia yang bertaqwa.

    Alhamdulillahhirabbil’alamin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah

    Pada BMT Mekar Da’wah Serpong 2017”, dengan baik yang disusun untuk

    memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Untuk itu mari kita memanjatkan puja-puji tasyakur ke hadirat Allah

    SWT, Biqouli: “Al Hamdulillaahi Robbil ‘Aalamiin”, yang mana atas limpahan

    rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan penelitian evaluasi

    ini. Dan tidak lupa sanjungan sholawat, salam barokah yang seindah-indahnya

    dan yang setepat-tepatnya, mudah-mudahan senantiasa terlimpah ruah ke

    pangkuan Baginda Agung Rosulullah SAW, “Wa ‘Alaa Saairil Ambiya’i Wal

    Mursaliin, Wal Malaaikatil Muqorrobiin ‘Alaihimus Sholaatu Was Salaam. Wa

  • iii

    ‘alaa Aalihim, Wa Ash Haabihim, Wa Taabi’ihim, Wa Taabi’it Taabi’iinaa Ilaa

    Yaumil Qiyaamah”.

    Tundanya salam ikrooman, wa Ta’dziiman wa Mahabbatan yang tulus, ke

    pangkuan para Auliyaa’illah wa Ahbaabillah min Awwaalihim, Ila Aakhirihim

    khususon khooshshoh Ila Hadroti Ghoutsi Hadzaz Zaman RA. “Waa A’aada

    ‘Alaina Mim Barokaatihim , Wa Syafaa’atihim, Wa Karoomatihim, Wa

    Amaddana Biamdaadihim Kama Yaliku Bika Wabihim”. Amin …3x Yaa Robbal

    ‘Alamin.

    Serta bantuan dari semua pihak yang turut andil dalam memberikan do’a,

    moril materi, serta keikhlasan dalam membimbing penulis. Oleh karena itu hanya

    ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya yang dapat penulis hanturkan kepada

    :

    1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang

    Akademik, Dr. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan Bidang

    Administrasi, Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang

    Kemahasiswaan.

    2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen

    Dakwah serta selaku Dosen Penasihat Akademik , dan Drs. Sugiharto,

    MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.

    3. H. Mulkansair, BA, S.Pd, MM., selaku Dosen Pembimbing dalam

    penyusunan skripsi, dan juga telah meluangkan waktunya untuk

  • iv

    mengoreksi, membimbing, menyemangati, serta mengarahkan penulis

    guna mendapatkan skripsi yang baik.

    4. Untuk para dosen yang telah membimbing dan meridhoi atas ilmunya

    kepada penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Manajemen

    Dakwah, Kosentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Syariah

    (MLKS) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    5. Dikhususkan dan lebih terhormat teruntuk Ayahanda Sukino dan

    Ibunda Suyatmi yang selalu memberikan kasih sayang tiada batas,

    dukungan, semangat, arahan, serta selalu percaya kepada penulis

    dalam

    menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Semoga selalu dalam

    lindungan Allah SWT. Aamiin.

    6. Keluarga BMT Mekar Da’wah Serpong, kepada Pak Ismail, Pak Irfan,

    Bang Oji, Chandra, Risma, Sarah dan Bu Amah, yang sudah

    memberikan izin, dukungan, bantuan, arahan, dan saran kepada

    penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Adik-adikku Alvina Ramadhan dan Rizqy Maulana, yang selalu

    merepotkan dan mengganggu tetapi selalu ada sayang untuk adikku,

    trimaksih telah memberi semangat. Dan kepada sepupu Ariana yang

    telah membantu meminjamkan leptop untuk mengerjakan skripsi

    hingga selesai.

    8. Seluruh keluarga besar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    serta Jurusan Manajemen Dakwah angkatan 2013 Khususnya

  • v

    Nawfalsks Bagis M.K, M. Taufiq, Gusphia H, Choirunnisa, Elis

    Sa’adah, Jannah, Mei, Jekhaw, Hamni, Deba, Inne, Uzem, Lisa, Meli,

    Intan, Dewi, Sayyi, Iffi, Hanna, Apip, yang telah membantu dan

    menginspirasi penulis dalam penulisan serta memnemani penulis

    dikala bosan dalam penulisan skripsi ini.

    9. Kepada yang telah membantu memberiakn kontribusi penyelesian

    skirpsi ini khususnya Pak Ismail, Nurisma, Andriansah, Eva,

    Nurhasanah, Gusphia, Firman dan abang Photocopy.

    10. Semua Pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap

    penyelesaian skripsi ini tidak dapat disebutkan satu persatu namun

    tidak mengurangi rasa hormat penulis, Semog seluruh kontribusinya

    dicatat sebagai amal shaleh oleh Allah SWT, Aamiin.

    Jakarta, 5 Muharram 1439 H 25 September 2017 M

    Rahmat Wibowo NIM 11130530000088

  • vi

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .........................................................................................................i

    KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................vi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................viii

    DAFTAR GAMBAR .........................................................................................ix

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

    A. Latar belakang ...........................................................................1

    B. Identifikasi Masalah ..................................................................6

    C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................6

    D. Tujuan dan Manfaat ..................................................................6

    E. Tinjauan Pustaka .......................................................................7

    F. Sistematika Penulisan ...............................................................9

    BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................11

    A. Evaluasi .....................................................................................11

    1. Pengertian Evaluasi ..............................................................11

  • vii

    2. Urgensi Evaluasi ..................................................................12

    3. Model Evaluasi CIPP ...........................................................13

    B. Pembiayaan Mudharabah ..........................................................14

    1. Pengertian Pembiayaan ........................................................14

    2. Pemberian Pembiayaan ........................................................16

    3. Pengertian Mudharabah ........................................................18

    4. Jenis dan Hukum Pembiayaan Mudharabah ........................20

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................28

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................28

    B. Jenis Penelitian ..........................................................................28

    C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................28

    D. Instrumen dan Pengumpulan Data ............................................30

    E. Teknik Analisi Data ..................................................................32

    F. Pedoman Penulisan ...................................................................33

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................34

    A. Objek Evaluasi ..........................................................................34

    B. Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT

    Mekar Da”wah ..........................................................................46

    C. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah

    di BMT Mekar Da’wah .............................................................53

    BAB V PENUTUP ........................................................................................56

    A. Kesimpulan ...............................................................................56

    B. Saran ..........................................................................................56

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................61

    LAMPIRAN

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Table 3.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Program Pelaksanaan Pembiayaan

    Akad Mudharabah di BMT Mekar Dakawah Serpong ..................30

    Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara BMT Mekar Dakwah Serpong ..30

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Studi Dokumen Pembiayaan Akad Mudharabah

    di BMT Mekar Da’wah Serpong ...................................................32

    Tabel 4.1 Tabel Unit Analisis Ketercapaian Pengajuan Pembiayaan Pada

    BMT Meker Da’wah Seropong .....................................................53

    Tabel 4.2 Tabel Unit Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Pada BMT

    Mekar Da’awah ..............................................................................55

    Tabel 4.3 Rekap Pencapaian Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah

    di BMT Mekar Da’wah ..................................................................56

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Sekema akad mudharabah .............................................................27

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT Mekar Dakwah .....................................39

    Gambar 4.2 Proses Pengajuan Pembiayaan .......................................................51

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Akad adalah sebuah kegiatan manusia untuk menyatakan perjanjian atau

    kesepakatan antara dua belah pihak, baik tertulis maupun tidak tertulis. Akad

    atau kontrak berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan atau simpulan baik

    ikatan yang nampak (hissyy) maupun tidak nampak (ma’nawy).1Kamus al-

    Mawrid, menterjemahkan al-‘Aqd sebagai contract and agreement atau

    kontrak dan perjanjian.2

    Sedangkan akad atau kontrak menurut istilah adalah suatu kesepakatan

    atau komitmen bersama baik lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua pihak

    atau lebih yang memiliki implikasi hukum yang mengikat untuk

    melaksanakannya.3 Dalam hukum Islam istilah kontrak tidak dibedakan

    dengan perjanjian, keduanya identik dan disebut akad. Sehingga dalam hal ini

    akad didefnisikan sebagai pertemuan ijab yang dinyatakan oleh salah satu

    pihak dengan qabul dari pihak lain secara sah menurut syarak yang tampak

    akibat hukumnya pada obyeknya.4 Akad juga digunakan dalam hal

    pembiayaan pada produk-produk Lembaga Keuangan Syariah (LKS), salah

    satunya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Baitul Maal Wat Tamwil

    adalah salah satu lembaga keuangan mikro, yang memiliki angka

    1Fayruz Abadyy Majd al-Din Muhammad Ibn Ya’qub, Al-Qamus al-Muhit, jilid 1.(Beirut: D Jayl), h. 327.

    2Munir al-Ba’labakiyy, Qamus Al-Mawrid.(Beirut: Dar al-‘Ilm al-Malayyin: 1990), , h.770. 3 Muhammad Salam Madkur. Al--adkhal al-fiqh al–Islamiyy. (ttp: Daral-Nahdah al-

    ‘Arabiy-yah), 1963, h.506. 4Syamsul Anwar, Kontrak dalam Islam, makalah disampaikan pada Pelatihan

    Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah Di Pengadilan Agama.(Yogyakarta: Kerjasama Mahkamah Agung RI Dan Program Pascasarjana Ilmu Hukum Fakultas Hukum UII: 2006), h.7.

  • 2

    pertumbuhan sangat pesat dari tahun ke tahun, sebagaimana disampaikan oleh

    Joelarso.5

    Di Baitul Maal wat Tamwil (BMT), pembiayaan merupakan aktivitas

    utama, yang berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan.6

    Pembiyaaan dibagi menjadi tiga prinsip yakni prinsip jual beli, bagi hasil, dan

    jasa. Dari ketiga prinsip pembiayaan tersebut, pembiayaan bagi hasil

    merupakan salah satu ciri pokok yang membedakan antara lembaga keuangan

    syari’ah, dan konvensional.7 Dalam produk pembiayaan di BMT yaitu,

    Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan Bai’ Salam.

    Pada umumnya dalam lembaga keuangan syariah pelaksanaanya harus

    sesuai dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia). MUI sebagai lembaga yang

    memiliki kewenangan dalam bidang keagamaan yang berhubungan dengan

    kepentingan umat Islam di Indonesia membentuk suatu dewan syariah yang

    berskala nasional yang bernama Dewan Syariah Nasional (DSN), sesuai

    dengan Surat Keputusan (SK) MUI No. kep-754/MUI/II/1999. Lembaga DSN

    MUI ini merupakan lembaga yang memiliki otoritas kuat dalam penentuan

    dan penjagaan penerapan prinsip syariah dalam operasional di lembaga

    keuangan syariah.8 Sejak berdirinya DSN, telah mengeluarkan lebih dari 80

    fatwa tentang ekonomi syariah, antara lain, fatwa tentang giro, tabungan,

    5Novita Dewi Masyithoh, “Analisis Normatif Undang-Undang NO.1 Tahun 2013 Tentang

    Lemabaga Keuangan Mikro (LKM) Atas Status Badan Hukum Dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)”, Volume V/Edisi 2/Oktober 2014, h. 21

    6 Muhammad Ridwa, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 163

    7Maryanah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiyaan Bagi Hasil di Bank Syari’ah Mandiri,” Ekonomi keuangan dan Bisnis Islam (EKSiS),Vol 4:1, Januari-Maret, 2008, h.5 .

    8Bambang Iswanto, “Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan Wakaf Indonesia dan Baznas dalam Pengembangan Produk Hukum Ekonomi Islam di Indonesia” Vol. 9, No. 2, 2016, h. 430

  • 3

    murabahah, mudharabah, musyarokah, pembiayaan pengurus haji, dan

    sebagainya.9

    Namun ada beberapa pelaksanaan lembaga keuangan syariah di lapangan

    masih jauh dari apa yang di fatwakan oleh DSN (Dewan Syariah Nasional).

    Apabila lembaga keuangan syariah benar-benar menerapkan ketentuan DSN,

    niscaya masyarakat berbondong-bondong mengajukan pembiayaan dengan

    skema mudharabah. Dalam waktu singkat pertumbuhan perbankan syariah

    akan mengungguli lembaga keuangan konvensional. Tetapi pada faktanya

    tidak seindah teori, lembaga keuangan syariah yang ada belum menerapkan

    fatwa DSN secara utuh. Sehingga pelaku usaha yang mendapatkan

    pembiayaan modal dari lembaga keuangan syariah, masih diwajibkan

    mengembalikan modal secara utuh, walaupun mengalami kerugian usaha.

    Terlalu banyak cerita dari nasabah mudharabah bank syariah yang mengalami

    perlakuan ini.10

    Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) juga menuliskan

    bahwa tidak semua klaim yang dikemukakan bank syariah telah sesuai dengan

    bukti praktek di lapangan. Agar dikatakan layak secara syariah, bank syariah

    menyatakan, sesuai dengan fatwa DSN MUI. Namun pada kenyataannya,

    banyak praktek lembaga keuangan syariah yang bertentangan dengan fatwa

    DSN MUI.

    Akad Mudharabah adalah akad yang dari para ulama telah disepakati

    akan kehalalannya. DSN-MUI telah menerbitkan Fatwa No: 07/DSN-

    9Ahyar Ari Gayo, Ade Irawan Taufik, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariha Nasionla

    Majelis Ulama Indonesia dalam Mendorong Perkembangan Bisnis Perbankan Syariah (Perspektif Hukum Perbankan Syariha)”, Volume1 No. 2, Agustus 2012, h. 260

    10 http://pengusahamuslim.com/2728-fatwa-dsn-mui-1451.html, 10 Juni 2017

    http://pengusahamuslim.com/2728-fatwa-dsn-mui-1451.html

  • 4

    MUI/IV/2000, yang kemudian menjadi pedoman bagi praktek perbankan

    syariah. Tetapi pelaksanaan bank syariah perlu ditinjau ulang. Pada fatwa

    dengan nomor tersebut, DSN menyatakan: “LKS (lembaga Keuangan Syariah)

    sebagai penyedia dana, menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah

    kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai,

    atau menyalahi perjanjian.” Pada ketentuan lainnya, DSN kembali

    menekankan akan hal ini dengan pernyataan: “Penyedia dana menanggung

    semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh

    menanggung kerugian apapun, kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja,

    kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.” (Himpunan Fatwa Dewan syariah

    Nasional MUI )11

    Disamping itu pada pembiayaan akad mudhorabah di BMT Mekar

    Da’wah Serpong, mengalami penurunan yang sangat signifikan dari

    pertumbuhan nasabah. Pada tahun 2012 sampai 2017, nasabah yang

    mengajukan pembiayaan akad Mudharobah mencapai 50 nasabah, akan tetapi

    dari tahun ketahun dan seiring berjalannya waktu nasabah mengalami

    permasalahan pengembalian modal. Pada tahun 2012 hingga 2016 ada 15

    nasabah yang bermasalah dalam pelunasan tersebut. Kemudian nasabah yang

    masih aktif pada tahun 2017 hanya 1(satu) nasabah. Banyak kemungkinan

    yang terjadi oleh nasabah dengan BMT Mekar Da’wah pada pembiayaan akad

    mudharobah.12 Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya dalam

    penurunan nasabah di BMT seperti tidak patuhnya terhadap DSN MUI,

    11 http://pengusahamuslim.com/2728-fatwa-dsn-mui-1451.html, 14 juni 2017 12 Hasil wawancara dengan Bapak Irfan Ahmad Rivai sebagai Manager BMT Mekar

    Da’wah pada tanggal 5 Juni 2017 di BMT Mekar Da’wah.

    http://pengusahamuslim.com/2728-fatwa-dsn-mui-1451.html

  • 5

    kurangnya prosedur pelaksanaan yang baik, sumber daya manusia yang

    kurang baik dan lain sebagainya.

    Dengan adanya fenomena di atas, seharusnya setiap lembaga keuangan

    syariah bisa mengevaluasi dan mengambil pelajaran sehingga dapat

    meminimalisir penurunan nasabah. Karena dengan evaluasi dapat mencapai

    sebuah keberhasilan dan memperbaiki kesalahan yang menghambat

    keberhasilan. Maka dari itu evaluasi merupakan suatu hal penting dilakukan,

    harapannya setiap pelaksanaan dalam pembiayaan akad mudharabah tentunya

    harus tetap menjaga asas-asas dalam bermuamalat seperti keadilan,

    keseimbangan, menghindari mudharat dan mengedapankan maslahat. Dimana

    dalam prinsip utamanya, mudharabah dilakukan dengan menyepakati nisbah

    bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang

    timbul menjadi resiko pemilik dana sepanjang tidak ada bukti bahwa pihak

    pengelola tidak melakukan kecurangan.13

    Dengan ini, dari uraian di atas dimana pihak pertama (shahibul maal)

    menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib), perlu yang namanya akad

    yang jelas dan kerangka akuntansi yang menyeluruh sehingga dapat

    menghasilkan data yang tepat dan berkualitas, serta sebagai lembaga keuangan

    syariah BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah.

    Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan

    berkembang.14

    13Inna Kurniawati, “Analisis Penerapan PSAK No.105 Atas Pembiayaan Mudharabah

    Pada PT.Bank Muamalat Indonesia, Tbk”, FKIP – Pendidikan Ekonomi.h. 3 14Isma Ilmi Hayati Ginting,Ilyda Sudardjat,“analisis Strategi Pengembangan Bmt (Baitul

    Maal Wat Tamwil) Di Kota Medan”, Ekonomi dan Keuangan Vol.2 No. h.673.

  • 6

    Maka dari itu pelaksanaan pembiayaan akad mudharabah dari BMT

    Mekar Da’wah harus sesuai dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang

    telah diatur jelas dalam Fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 dengan

    sebuah manajemen yang baik dan didukung oleh sumber daya manusia yang

    baik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

    membahas “Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah pada

    BMT Mekar Da’wah Serpong 2017”

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pada BMT Mekar

    Da’wah adalah adanya kendala nasabah dalam pelunasan akad mudharabah di

    BMT Mekar Da’wah Serpong.

    C. Batasan dan Rumusan Masalah

    Pembatasan masalah yang dibuat agar tidak meluas dalam mengevaluasi

    maka penulis lebih menekankan kepada Pelaksanaan dalam Pembiayaan Akad

    Mudharabah di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong.

    Adapun pertanyaan pokok peneliti dalam skripsi ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Bagaimana Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah di Baitul

    Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong?

    2. Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Akad Mudharabah di

    Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong?

  • 7

    D. Tujuan dan Manfaat

    1. Tujuan

    a. Untuk mengetahui pelaksaanaan pada pembiayaan akad mudharabah di

    Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong.

    b. Untuk mengevaluasi pelaksanaan pada pembiayaan akad mudharabah

    di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Bagi Akademi

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik

    dan dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan.

    b. Bagi Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

    Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan akan menjadi sebuah

    pertimbangan dalam pelaksanaan pembaiyaan akad Mudharabah, untuk

    mencapai sebuah tujuan lembaga.

    c. Bagi Peneliti

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan

    dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan, khususnya bagi

    penulis, umumnya bagi pembaca.

    E. Tinjauan Pustaka

    Ada karya ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai tinjauan

    pustaka, yang mana Karya Ilmiah tersebut penulis anggap sebagai bahan

    referensi yang ada hubungannya dengan pembahasan yang akan di angkat

    pada Karya Ilmiah ini, yakni di antaranya :

  • 8

    1. Betari Tyas Maharani, 1112046100054 Penerapan Akad Mudharabah

    dalam Penghimpuan Dana dan Pengelolaannya pada baitul maal wa

    tamwil (BMT) Global Insani Cirebon Jawa Barat, Program Studi

    Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    2016M/1437H.

    Menurut penulis, di dalam skripsinya dituliskan membahas

    mekanisme, penerapan akad dan kesesuaian akad mudharabah dari sisi

    penghimpunan dana dan pengelolaan atas dana yang berhasil dihimpun

    tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah menghapus kekhawatiran

    masyarakat terhadap BMT, memahami mekanisme penghimpunan dana

    dan pengelolaan dan serta menghasilkan kesesuaian penerapan akad

    Mudharabah secara konsep syariah dan praktek.

    Namun yang membedakan dengan penulis tuliskan dalam skripsi

    ini adalah mengevaluasi pelaksanaan akad mudharabah di BMT Mekar

    Da’wah.

    2. Noer Chalish, A31107059, Program S1, Analisis Perlakuan Akutansi

    Pembiayaan Mudharabah Pada PT.Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

    Makassar,Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Hasanuddin Makasar, 2012.

    Pada Skripsi ini, penelitian lebih mengkhususkan pada Pembiayaan

    kepada koperasi karyawan untuk para anggotanya yang menggunakan

    system pembiayaan mudharabah. Analisis penelitian ini menggunakan

    analisis kualitatif deskriptif. Karena permasalahan yang ingin dianalisis

  • 9

    adalah bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada PT

    Bank Syariah Mandiri Kantor CabangMakassar.

    Namun penulis lebih menganalisis tentang Akad Mudharabah itu

    sendiri secara prosedur syariah dan praktek di BMT Mekar Da’wah.

    3. Ulfah Azizah, 1112053000046, Program S1, Evaluasi Strategi Bauran

    Pemasaran Produk Pembiayaan Warung Mikro pada PT.Bank Syariah

    Mandiri Kantor Cabang Tangerang Ciputat, Kosentrasi Manajemen

    Lembaga Keuangan Syariah, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jakarta, 2016.

    Pada skripsi ini mengevaluasi dari sebuah strategi pemasaran

    produk dengan bertujuan mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan

    Pt.Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciputat dalam memasarkan

    produk pembiayaan dan mendapat hasil evaluasi yang baik, sehingga dapat

    menjawab masalah yang dapat menghambat keberhasilan.

    Sedangkan penulis mengevaluasi sebuah pelaksanaan pembiayaan

    akad mudharabah BMT Mekar Da’wah Serpong, agar dapat menilai

    sebuah pelaksanaan untuk mencapai sebuah keberhasilan.

    F. Sistematika Penulisan

    Dalam pembahasan dan gambaran sederhana serta memudahkan penulis

    dalam penelitian, maka penulis akan membuat sistematika penulisan yang

    tersusun dalam lima bab, yang masing-masing memiliki sub-sub, agar lebih

    terarah dengan susunan sebagai berikut :

  • 10

    BAB I PENDAHULUAN

    Menerangkan secara garis besar mengenai pembahasan tentang

    latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan,

    manfaat, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan

    sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini, penjelasan mengenai definisi-definisi yang

    bersangkutan dengan judul penelitian yang bersandar dari

    kepustakaan yakni dengan membahas Evaluasi, Pembiayaan

    dan akad Mudharabah.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai

    metode penelitian yang mernguraikan tempat dan waktu,

    bagaimana data itu diperoleh dan mengolah data agar bisa

    menjadi sebuah informasi yang bermanfaat.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Menjelaskan gambaran umum dan program BMT Mekar

    Da’wah serta membahas tentang hasil penelitian dari BMT

    Mekar Da’wah Serpong mengenai evaluasi pelaksanaan

    pembiayaan akad mudharabah.

  • 11

    BAB V PENUTUP

    Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh

    pembahasan sebelumnya yang dapat sekaligus menjawab

    permasalahan pokok yang dikemukakan sebelumnya dan

    kemudian penulis mengemukakan saran-saran.

  • 12

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Evaluasi

    1. Pengertian Evaluasi

    Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation,

    dalam bahasa Arab Al-Taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian.1

    Menurut pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana

    untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen

    dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh

    kesimpulan.2 Secara Etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga

    mengevaluasi yang intinya memberikan penilaian atau menilai.3

    Sedangkan menurut Husein Umar, evaluasi adalah suatu proses

    untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu

    telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar

    tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta

    bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan

    harapan – harapan yang ingin diperoleh.4 Sedangkan menurut Nurul

    Hidayati dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Dakwah,

    evaluasi memiliki pengertian mengkritisi suatu program dengan melihat

    1 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.1 2M. Chatib Toha, Tenik Evaluasi Pendidikan, Edisi Ke-2, (Jakarta: Rajawali Press, 1991),

    h. 1. 3Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: Balai Pustaka,

    1995), cet. Ke-1 4 Husein Umar, Evaluasi Kinerja Perusahaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

    2005), h. 36.

  • 13

    kekurangan, kelebihan, pada kontek, input, proses, dan produk pada

    sebuah program.5

    Dari penjelasan di atas, menerangkan bahwa evaluasi adalah suatu

    proses penilaian terhadap kegiatan atas kegiatan yang telah terlaksana.

    Untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan menganalisis

    data, menyimpulkan hasil yang telah dicapai, dan dapat menjadi rumusan

    kebijakan. Sehingga dapat mengetahui keberhasilan sebuah kegiatan yang

    sudah direncanakan serta harapan – harapan yang ingin diperoleh.

    2. Urgensi Evaluasi

    Seperti yang dipaparkan di atas, setiap kegiatan tentunya ingin

    mencapai sebuah keberhasilan dalam kegiatan yang sudah direncanakan

    serta harapan-harapan yang ingin diperoleh, dan memperbaiki kesalahan

    yang menghambat keberhasilan. Maka dari itu evaluasi merupakan suatu

    hal penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan sepuluh alasan

    mengapa evaluasi perlu dilakukan:6

    a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai

    b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif

    program

    c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik

    d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat

    program itu sendiri

    5 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, UIN Jakarta Press, h. 124 6Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyaraka dan Intervensi

    Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta : FEUI Press), Cet Ke-3, Edisi Revisi, h. 188

  • 14

    e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat

    perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.

    f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup

    masuk akal.

    g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan

    program secara lebih baik.

    h. Berbagai pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam

    kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut

    melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah

    berhasil dengan baik.

    i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih

    luas.

    j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan

    kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas

    fungsional dan komunitas local.

    3. Model Evaluasi CIPP

    Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh para

    ahli atau pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan

    pembuatnya atau tahap evaluasinya.

    Farida pada bukunya mengutip Stufflebeam & Shinkfield,

    merumuskan evaluasi sebagai “Suatu proses menggambarkan,

    memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai

  • 15

    alternative keputusan”. Dan membagi evaluasi CIPP menjadi 4(empat)

    macam:7

    a. Contex evaluation to serve planning decision.

    Evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan

    kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan oleh program.

    b. Input evaluation, structuring decision.

    Evaluasi ini untuk mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber

    yang ada, apa rencana strategi untuk mencapai kebutuhan dan

    bagaimana prosedur untuk mencapainya.

    c. Process evaluation, to serve implementing decision.

    Evaluasi ini membantu mengimplementasikan keputusan, mengukur

    sejauh mana rencana yang telah diterapkan, apa saja yang harus

    direvisi, dan apabila sudah terjawab, langkah selanjutnya yaitu

    prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.

    d. Product evaluation, to serve recycling decision.

    Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya, apa hasil

    yang telah dicapai, apa yang akan dilakukan setelah program berjalan.

    Huruf pertama dari konteks evaluasi dijadikan ringkasan CIPP, model

    ini terkenal dengan nama model CIPP oleh Stufflebeam.

    B. Pembiayaan Mudharabah

    1. Pengertian Pembiayaan

    Pembiayaan berasal dari kata biaya, yang menurut kamus besar

    Bahasa Indonesia berarti uang yang dikeluarkan untuk menggunakan

    7Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan instrumen Evaluasi: untuk Program

    Pendidikan dan Penelitian,(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 14.

  • 16

    (mendirikan, melakukan, dan sebagainya) sesuatu.8 Sedangkan kata

    pembiayaan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.9

    Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

    perbankan Bab 1 pasal 1 No. 12 bahwasanya pembiayaan berdasarkan

    prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

    dipersamakan dengan berdasarkan pesetujuan atau kesempatan antara bank

    dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang membiayai untuk

    mengembalikan uang atau tagihan tersebut setalah jangka waktu tertentu

    dengan imbalan atau bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.10

    Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, ‘saya

    percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiyaan yang

    artinya kepercayaan, berarti lembaga pembiyaan selaku shahibul maal

    menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksankan amanah yang

    diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus

    disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling

    menguntungkan bagi kedua belah pihak, sebagaimana firman Allah

    Subhanallah wa ta’ala dalam surat AN Nisa 4:2911

    8 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, edisi III,

    (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h 146. 9 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, h 147. 10 www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4cce89fb14e43/parent/334. 22 Juli

    2017 11 Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta:

    PT.Raja Grafindo Persada), h.3

    http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4cce89fb14e43/parent/334

  • 17

    artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

    memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

    jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu. Dan

    janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha

    penyanyang kepadamu. (AN Nisa 4:29)

    dan Surat Al-Ma’idah 5:1

    artinya: Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan

    bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang

    demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

    mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum

    menurut yang dikehendaki-Nya. (Al-Ma’idah 5:1)

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pembiayaan

    merupakan kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh bank kepada

    nasabah untuk membentuk suatu usaha atau investasi, agar dana yang

    dimiliki tidak menganggur (idle). Dari hasil penyaluran dana tersebut,

    bank memperoleh imbalan berupa bagi hasil, margin, sewa, atau bahkan

    tanpa imbalan dengan syarat dan ketentuan yang sudah disepakati.

    2. Pemberian Pembiayaan

    Menurut pasal 8 Undang-Undang Perbankan sebelum memberikan

    pembiayaan setiap pengajuan pembiayaan harus dinilai berdasarkan

  • 18

    prinsip syariah yaitu watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek

    usaha dari nasabah, yang dikenal dengan sebutan “The Five C of credit

    analysis” atau prinsip 5C’s, dalam pemberian pembiayaan, yaitu:12

    a. Character (Penilaian Watak)

    Bank harus meniliti karakter atau permohonan yang merupakan

    penilaian terhadap individu atau calon debitor sejauh mana dapat

    mengemban amanah pembiayaan dari bank. Sehingga tidak akan

    menyulitkan atau menjadi kendala dalam proses pengembalian

    terhadap bank.

    b. Capacity (Kemampuan)

    Bank harus meneliti mengenai kemampuan atau keahlian calon

    debitor dalam bidang usahanya dan kemampuan

    manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan

    dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga

    calon debitornya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi

    atau mengembalikan pinjamannya.

    c. Capital, (Pemodalan)

    Penilaian terhadap permodalan usaha yang dijalankan,

    termasuk juga penilaian atas aspek keuangan pemohon. Bank harus

    melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh

    mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat

    diketahui kemampuan permodalan calon debitor dalam menunjang

    pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.

    12 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama,

    2013), h. 246

  • 19

    d. Condition (Kondisi)

    Penilaian terhadap kondisi umum yang mempengaruhi

    kegiatan usaha seperti kondisi pasar, persaingan dagang,

    peraturan pemerintah, peraturan negara lain terkait ekspor-

    impor, dan sebagainya.

    e. Collateral (Jaminan)

    Penilaian terhadap jaminan kredit untuk meyakinkan bank atas

    kesanggupan calon debitur dalam melunasi kreditnya. Untuk

    menangung pembayaran kredit macet, calon debitor umumnya

    wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi

    dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah

    kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.

    3. Pengertian Mudharabah

    Mudharabah berasal dari kata “ad-dhorbu fi’l ardhi” berpergian

    untuk berdagang. Sinonim kata dari qiradh, yang berasal dari kata Al-

    Qardhu atau potong. Karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk

    diperdagangkan atau memperoleh sebagian keuntungannya, dan sering

    pula disebut dengan kata muamalah. Menurut Imam Syafi’i, qiradh

    dalam bahasa artinya seseorang yang pergi berdagang. Menurut istilah

    harta yang diserahkan kepada seseorang supaya diperdagangkan,

    sedangkan keuntungan dibagi antara keduanya.13

    Secara teminologi, para ulama fiqh medefinisikan mudharabah

    adalah pemilik modal menyertakan modalnya kepada pekerja

    13 M. Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan

    Lainya di Negara Hukum Indonesia(Rajawali Pers, 2008), h. 1458

  • 20

    (pengusaha) untuk diinvestasikan, sedangkan keuntungan yang diperoleh

    menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama.14

    Menurut Abdur Rahman L.Doi, dalam buku Sultan Remi Sjahdeini

    menyatakan bahwa mudharabah dalam terminology hukum islam adalah

    suatu kontrak dimana suatu kekayaan atau persediaan tertentu

    ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurus (Rabb Al-Mal) kepada pihak

    lain untuk membentuk suatu kemitraan itu akan berbagi keuntungan.

    Pihak yang lain berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya

    mengelola kekayaan itu. Orang ini disebut mudharib. dan perjanjian ini

    adalah suatu Contract Of Copartnership.15

    Sedangkan menurut Wahbah Az-Zuhaily sebagaimana yang

    dikutip oleh Andrian Sutedi bahwa mudharabah adalah pemilik modal

    menyertakan hartanya kepada pengusaha untuk diperdagangkan dengan

    pembagian keuntungan yang disepakati dengan ketentuan bahwa

    kerugian ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan pengusaha tidak

    dibebani kerugian sedikitpun, kecuali kerugian tenaga dan

    kesungguhannya.16

    Dari beberapa penjelasana di atas penulis menyimpulkan bahwa

    pembiayaan mudharabah adalah suatu pembiayaan kerjasama yang

    diberikan antara pengelola dana oleh pemilik dana, dimana keuntungan

    dari usaha tersebut akan dibagi menurut kesepakatan bersama atau

    menurut akad yang telah disepakati sebelumnya, dan apabila mengalami

    14 AH. Azharudin Lathif, Fiqh Mu’amalat (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005). h. 134. 15Sultan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum Perbankan

    Indonesia, (Jakarta: PT.Temprint,1999),h. 29 16Andrian Sutedi, Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Jakarta:

    Ghalia Indonesia, 2009), h. 69

  • 21

    kerugian, maka pemilik modal akan menanggung kerugian tersebut

    selama bukan dari kesalahan pengelola.

    4. Jenis dan Hukum Pembiayaan Mudharabah

    a. Jenis Mudharabah

    Secara umum pembiayaan mudharobah terbagi menjadi tiga

    jenis yaitu, Mudharobah Muthlaqoh, Mudharobah Muqayyadah

    dan Mudharabah Musytarakah:

    1) Mudharabah Muthlaqoh

    Dalam mudhharabah muthlaqoh, pengelola dana tidak

    diberi batasan mengenai bisnis yang akan dijalani dan daerah

    tempat usaha. Dalam pembahasan fiqh ulama salafus saleh

    sering kali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta

    (lakukanlah sesukamu).17 Itu artinya pengelola memiliki

    kebebasan yang penuh untuk menyalurkan dananya ke dalam

    bisnis apapun selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

    Namun ketika pengelola dana lalai atau berbuat curang sehingga

    merugikan pemilik dana maka pengelola dana bertanggung

    jawab atas perbuatannya itu.

    2) Mudharabah Muqayyadah

    Dalam jenis mudharabah ini, pemilik dana memberi

    batasan-batasan kepada pengelola dana mengenai tata cara

    bisnis, tempat usaha maupun sektor usaha yang nantinya akan

    dijalankan. Nasabah terkait dengan syarat-syarat yang

    17Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,h.97-98

  • 22

    ditetapkan oleh bank syariah sehingga mudharabah

    muqayyadah ini dikenal sebagai investasi terikat.18 Dalam akad

    ini peran bank syariah hanya sebagai agen yang

    menghubungkan pemilik dana mudharabah muqayyadah yang

    telah menetapkan batasan tertentu dengan pelaksanaan usaha.

    Kemudian bank akan menginvestasikan dana shahibul mal

    tersebut pada proyek tertentu yang telah ditentukan shahibul

    mal. Disini bank hanya memperoleh fee sejumlah tertentu

    sebagaimana yang telah disepakati.

    3) Mudharabah Musytarakah

    Akad ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan

    usaha, pengelola dana memiliki dana yang dapat dikontribusikan

    dalam investasi dan dengan penambahan dana tersebut akan

    meningkatkan kemajuan investasi. Pembagian bagi hasil usaha

    mudharabah antara pemilik dana dengan pengelola dana dapat

    dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing)/bagi

    laba (profit sharing). Dalam prinsip bagi hasil, dasar pembagian

    hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total

    pendapatan usaha (omset), sedangkan dalam prinsip bagi laba,

    dasar pembagian laba bersih, yaitu laba bruto dikurangi beban

    yang berkaitan dengan pengelolaan mudharabah.19

    18 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Jakarta: PT.Raja

    Grafindo, 2002), h. 73 19Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syariah, Lengkap dengan Kasus-kasus

    Penerapan PSAK Syariah untuk Perbankan Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) h.78

  • 23

    b. Landasan Hukum Mudharabah

    1) Al-Qur’an

    Dalam Al-Qur’an tidak disebutkan dengan jelas tentang

    mudharabah, walaupun demikian ulama’ di kalangan kaum

    muslimin telah sepakat tentang bolehnya melakukan kerjasama

    semacam perniagaan ini. Istilah mudharabah sesunggungnya

    muncul pada masa Nabi Muhammad SAW, tapi jauh sebelum

    Nabi Muhammad SAW lahir pun sudah ada, kerjasama

    perniagaan ini di zaman Jahiliyah telah dikenal kemudian

    dilestarikan oleh Islam karena membawa kemaslahatan.20

    Namun demikian, ada ayat-ayat yang walaupun tidak

    langsung, tetapi maksudnya dapat digunakan sebagai dasar atau

    landasan kebolehan mudharabah, seperti QS. Al-Muzammil,

    (73): 20):

    Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah.” (QS. Al-Muzammil, (73): 20)

    Ayat tersebut menjelaskan bahwa sebagai manusia yang

    hidup hendaknya senantiasa mencari rizki (karunia Allah)

    dengan bermuamalah, salah satunya yaitu dengan kerjasama

    antara manusia. Didalam Al-Qur’an, termasuk dalam ayat di

    atas memang tidak ada secara tegas menerangkan tentang

    20 Mahmudatus Sa’diyah dan Meuthiya Athifa Arifin, Mudharabah Fiqih dan Perbankan

    Syari’ah, Volume 1, No.2, Desember 2013, h. 307

  • 24

    pelaksanaan mudharabah, tetapi dari berbagai ayat tentang

    muamalah, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk

    bekerjasama mudharabah diperbolehkan.21

    2) Al-Sunnah

    Hadits sebagai salah satu sumber hukum Islam juga

    memberikan landasan tentang mudharabah, atau Qiradh.

    Adapun hadits tentang mudharabah atau Qirdh:

    Artinya: Nabi bersabda, ada Tiga hal yang didalamnya mengandung berkah: jual beli yang temponya tertentu, muqaradlah (nama lain dari mudharabah) dan mencampur antara burr dengan syair untuk rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)22.

    3) Ijma

    Kata Ijma’ secara bahasa berarti “Kebulatan tekad terhadap

    sesuatu persoalan” atau “Kesepakatan tentang suatu masalah”.

    Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan Abdul Karim

    Zaidan adalah “Kesepakatan para mujahid di kalangan umat

    Islam tentang hukum syara’ pada satu masa setelah Rasulullah

    wafat”23

    21 Mahmudatus Sa’diyah dan Meuthiya Athifa Arifin, Mudharabah Fiqih dan Perbankan

    Syari’ah, h. 308 22 Al-Imam Abu Abdillah Muhammad Quznawi bin Yazid Ibnu Majah, Al-. tt. Sunnan Ibnu

    Majah, Jilid II. Beitut: Dar al-Fikr, h. 768 23 Alaidin Koto, Ilmu fiqh dan ushul fiqh (Suatu Pengantar), Jakarta: Rajawali Pers, 2004,

    h. 125

  • 25

    4) Qiyas

    Mudharabah dapat diqiyaskan sebagi bentuk interaksi antara

    sesama manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk

    sosial, kebutuhan akan kerjasama antara satu pihak dengan

    pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan

    kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan lain, tidak bisa

    diabaikan. Diperlukan adanya kerjasama pemilik modal dengan

    orang-orang yang tidak mempunyai atau kekurangan modal.

    Pada bentuk kerjasama seperti ini, pihak miskin yang

    kekurangan modal itu akan sangat terbantu, dan para pemilik

    modalpun tidak pula dirugikan karena pemindahan modalnya

    kepada pihak lain tersebut.24

    5) Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah: 25

    a) Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib)

    harus cakap hukum.

    b) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak

    untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan

    kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal, yang

    pertama penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit

    menunjukkan tujuan kontrak (akad). Kedua penerimaan dari

    penawaran dilakukan pada saat kontrak. Ketiga akad

    dituangkan secara tertulis, melalui orespondensi, atau

    dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

    24 Helmi Karim. 1993. Fiqih Mu’amalah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 12 25 Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 07/DSN-MUI/IV/2000, tentang Akad Mudharabah

  • 26

    c) Modal ialah sejumlah uang dana atau aset yang diberikan

    oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha

    dengan syarat, yang pertama modal harus diketahui jumlah

    dan jenisnya. Kedua modal dapat berbentuk uang atau

    barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset,

    maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad. Ketiga

    modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan

    kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai

    dengan kesepakatan dalam akad.

    d) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat

    sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini

    harus dipenuhi yang pertama harus diperuntukkan bagi

    kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu

    pihak. Kedua bagian keuntungan proporsional bagi setiap

    pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak

    disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari

    keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus

    berdasarkan kesepakatan. Ketiga penyedia dana menangg-

    ung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola

    tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali

    diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau

    pelanggaran kesepakatan.

    e) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai

    pertimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh

  • 27

    penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal, yang pertama

    kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur

    tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk

    melakukan pengawasan. Kedua penyedia dana tidak boleh

    mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang

    dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu

    keuntungan. Ketiga pengelola tidak boleh menyalahi hukum

    Syari’ah Islam dalam tindakannya yang berhubungan

    dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang

    berlaku dalam aktifitas itu.

    6) Skema Akad Mudharabah

    Untuk pengajuan pembiayaan akad mudharabah, yang

    pertama harus ada 2(dua) belah pihak, antara modharib (pengelola

    modal), dan sahibul maal (pemilik modal). Diantara kedua belah

    pihak bertemu dan membuat perjanjian atas pengelolaan suatu

    usaha yang produktif dan halal, serta keuntungan dibagi sesuai

    kesepakatan bersama, jika terjadi kerugian ditanggung shahibul

    maal. Setelah proses usaha berjalan lalu keuntungan dibagi sesuai

    ketentuan awal, mudharib juga mengembalikan modal pokok

    kepada sahibul maal.26

    Untuk lebih jelas dalam proses akad mudharabah, dapat

    dilihat sekema dibawah ini:

    26 Muh. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (gema insani 2001), h.134

  • 28

    Nisbah Nisbah X% Y%

    Gambar 2.1 : Sekema akad mudharabah

    Sumber: (Muh. Syafi’i Antonio, Gema Insani,2001, h.134)

    Perjanjian Bagi Hasil

    Mudharib (Keahlian)

    Sahibul Maal (Modal 100%)

    Proyek/ usaha

    Pembagian Keuntungan

    Modal

  • 29

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Mekar

    Dakwah yang beralamat di Jl. Raya Serpong km 1, samping Kantor Pos dan

    Giro Serpong - Kota Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian

    dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Agustus 2017.

    B. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif

    dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

    bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal.1Dan metode

    kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

    diamati.2

    Dengan memilih metode kualitatif ini, peneliti mengharapkan data yang

    didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna, serta

    tujuan penelitian dapat dicapai, sehingga dapat memperoleh data yang tepat

    dan akurat serta memudahkan stake holder dalam pengambilan keputusan

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini berbentuk studi kasus dan bersifat mendapatkan

    penjelasan terkait “Evaluasi Pelaksanaan pada Pembiayaan Akad Mudharabah

    1 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi

    Lembaga Administrasi Negara: 2004), h.23 2L.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-26, (PT Remaja Rosdakarya:

    Bandung 2009). h. 3

  • 30

    pada BMT Mekar Da’wah Serpong”. Untuk meneliti secara cermat masalah

    ini, ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian,

    yaitu:

    1. Observasi

    Observasi adalah pengamatandan pencatatan suatu obyek dengan

    sistematika fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk

    memperoleh data tentang pelaksanaan pembiayaan serta latar belakang

    BMT Mekar Dakwah Serpong.

    2. Wawancara

    Metode Wawancara yakni suatu komunikasi yang bertujuan memperoleh

    informasi secara sistematis.3 Pada metode wawancara ini dilakukan untuk

    memperoleh data-data mengenai permasalahan dan hal-hal yang berkaitan

    dengan apa yang akan ditanyakan yaitu dari pelaksanaan pembiayaan akad

    mudharabah dari sisi penerapan DSN MUI.

    3. Studi Dokumentasi

    Penulis mendapat informasi dari semua yang dibutuhkan mengenai hal-hal

    yang menyangkut tentang tema dalam penelitian ini. Selain itu peneliti

    meminta dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tema yang

    diusung peneliti dan berkas-berkas yang diperlukan.

    4. Studi Kepustakaan

    Mengumpulkan data dan informasi dengan melakukan penelaahan

    terhadap berbagai macam material yaitu dari buku-buku, literatur, majalah,

    3Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2003,

    cet.VI, h. 27

  • 31

    serta laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan

    khususnya yang mendukung dalam penelitian ini.

    D. Instrumen Pengumpulan Data

    Table 3.1

    Kisi-kisi Instrumen Observasi Program Pelaksanaan Pembiayaan Akad

    Mudharabah di BMT Mekar Dakawah Serpong

    No Aspek Penelitian Indikator

    1 Program Pembiayaan akad mudhrabah

    2 Pelaksanaan Pembiayaan

    Akad Mudharabah

    Penerapan dengan 5c (Character, Capacity,

    Capital, Condition, Collacteral)

    Penerapan Akad Mudharabah

    Tabel 3.2

    Kisi-Kisi Instrumen Wawancara BMT Mekar Dakwah Serpong

    Aspek Sub Aspek Indikator

    Context Profil BMT Mekar

    Dakwah Serpong

    1. Sejarah Berdirinya BMT

    2. Visi Misi BMT

    3. Tokoh pendiri BMT

    4. Tujuan didirikan BMT

    5. Program yang dimiliki BMT

    Profil Prodak

    Pembiayaan Akad

    Mudharabah

    1. Latar belakang prodak akad

    mudharabah

    2. Tujuan diadakan akad mudharabah

    3. Persyratan pembiayaan akad

    mudharabah

    Input Pengelola 1. Pembina BMT

    a. Kebijakan akad mudharabah

  • 32

    b. Tugas pokok fungsi struktur

    organisasi

    c. Mekanisme kewenangan, jenis

    pengeambilan keputusan apa saja

    oleh ketua Pembina.

    2. Ketua Pengurus

    a. Mekanisme kewenangan,

    jenis pengambilan keputusan

    oleh ketua pengurus.

    Process Pengelolaan Pengajuan Pembiayaan akad mudharabah

    1. Mekanisme pengajuan

    2. Mekanisme pembiayaan

    3. Mekanisme akad mudharabah

    Pelaksanaan 1. Hukum mudharabah yang digunakan

    2. Strategi pelaksanaan Pembiyaan

    Akad Mudhrabah

    Product/

    Output

    dan

    Outcome

    Track Record Karaktristik produk

    1. Perkembangan usaha kecil menengah

    Output prodak pembiayaan akad

    mudharabah

    1. Bentuk pengakuan atas kegiatan

    pembiayaan akad mudharabah

    1. Manfaat program pembiayaan akad

    mudharabah bagi BMT

    2. Manfaat pembiayaan akad

    mudharabah bagi masyarakat.

  • 33

    Tabel 3.3

    Kisi-kisi Studi Dokumen Pembiayaan Akad Mudharabah

    di BMT Mekar Da’wah Serpong

    No Studi Dokumen

    1 Dokumen BMT dan Akad Mudharabah

    a. Profil BMT

    b. Bukti Legalitas

    c. Struktur Organisasi BMT

    d. Sekema Pembiayaan Akad Mudharabah

    e. Data Suber Daya Manusia

    2 Tata tertib dan peraturan akad mudharabah

    3 Dokumen Evaluasi

    a. Jadwal evaluasi internal

    b. Mekanisme evaluasi

    c. Laporan hasil evaluasi

    E. Teknik Analisis Data

    Data yang telah diperoleh di lapangan akan dianalisa melalui proses

    klasifikasi data, kategorisasi dan penarikan kesimpulan. Adapun penjelasan

    sebagai berikut:4

    1. Data Reduction (Reduksi Data), yakni merangkum, memilih hal-hal yang

    pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,

    serta membuang yang tidak perlu.

    2. Data Display (Penyajian Data), dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

    bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

    4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif dan R&D ,

    (Bandung: Penerbit Alafabeta, 2016), h. 338-345

  • 34

    3. Conclusion Drawing/Verification merupakan temuan baru yang

    sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

    gambaran suatu objek yang sebelumnya masing remang-remang atau

    gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan

    kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

    F. Pedoman Penulisan

    Adapun metode penyusunan skripsi ini, penulis mengacu kepada

    buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, Tesis dan Disertasi)

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA, April

    2007, Cetakan, Ke-2, “Pedoman Penulisan Skripsi: Fakultas Ilmu Tarbiyah

    dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.

  • 35

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Objek Evaluasi

    1. Profil BMT Mekar Dakawah Serpong

    Nama Lengkap : Baitul Maal Wat Tamwil

    Alamat Lenkap : Jl. Raya Serpong km 1, samping Kantor Pos dan

    Giro Serpong - Kota Tangerang Selatan

    No. Telp/HP : (021) 53152779

    Nama Ketua : Ismail

    Legalitas BMT

    1) Akta Pendirian : 01/KUS-SMD/II/2004

    2) Badan Hukum : 518/7/BH/DISKUK/2004

    3) Domisili : 503/74.Kel-Srp/2014

    4) SIUP : 503/001205-BP2T/30-08/PK/IX/2012

    5) TDP : 30.08.2.47.00081 (berlaku s/d 10-09-2017)

    6) NPWP : 02.629.064.3-411.00

    2. Sejarah BMT Mekar Da’wah1

    Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga

    keuangan mikro yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah.

    Dalam pelaksanaan usahanya, BMT Menjalankan konsep Baitul Maal

    dan Baitul Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha

    pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut

    1Hasil Wawancara dengan Bapak Ismail (Ketua Pengurus) Mekar Da’wah pada tanggal 3

    Juli 2017 di BMT Mekar Da’wah. 10:00 WIB

  • 36

    menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga

    pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan

    Islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi

    masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Islam atau

    BPR syariah. Prinsip operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual

    beli (ijarah), dan titipan (wadiah). Karena itu, meskipun mirip dengan

    Bank syariah, bahkan boleh dikata menjadi cikal bakal dari Bank Islam,

    BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak

    terjangkau layanan perbankan serta pelaku usaha kecil yang mengalami

    hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan pihak bank.

    Peningkatan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada usaha mikro

    (kecil bawah) di wilayah serpong dan sekitarnya mengalami kendala,

    yaitu sulitnya mendapat dana pinjaman (pembiayaan) dari Bank Umum

    dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), khususnya dalam

    menjangkau masyarakat kalangan bawah yang mayoritas dan yang tidak

    memenuhi persyaratan formal untuk mendapatkan pembiayaan (kredit)

    dari Bank.

    Berawal dari itu, untuk mengembangkan ekonomi umat dengan

    berbasis Islam dengan berbentuk lembaga keuangan mikro atau BMT.

    Awal nama BMT Taruna Qur’an yang memulai usaha atau operasional

    pada awal November 2003 dan resmi berdiri tanggal 12 Februari 2004

    dengan nama BMT Mekar Da’wah, manajemennya BMT Taruna Qur’an

    Yogyakarta. Manajemen Taruna Yogyakarta mengalami kendala cukup

    berat yang menyebabkan bulan Juni 2004 penanganan BMT Mekar

  • 37

    Da’wah terpisah dari BMT Taruna Qur’an Yogyakarta sebagai induk,

    sehingga diambil alih sebuah komunitas yang peduli syariah di Jakarta.

    Pembenahan manajemen itu dilaksanakan oleh Tim Counterpart hingga

    mengalami perkembangan yang positif sehingga cukup layak dianggap

    sebuah lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah. Meskipun

    kondisi baik dari eksternal maupun internal BMT Mekar Da’wah

    mengalami pasang surut tetapi kinerja operasional membaik walau sering

    terjadi pergantian pengurus, pengelola, dan lokasi usaha. Pergantian

    tersebut mulai membentuk tim kinerja BMT yang semakin baik

    menginjak tahun 2008. Pemulihan keadaan yang semakin solid terlihat

    pada tahun 2009. Kinerja dari BMT baik di baitul maal tertata rapi dan

    pada sisi baitul tamwil menunjukkan peranannya. BMT Mekar Da’wah

    di Serpong makin diakui serta dipercaya, bahkan menjadi lembaga yang

    mendapat tempat tersendiri. Fungsi BMT dengan pemberdayaan ekonomi

    umat dari sosial dan bisnis, BMT Mekar Da’wah makin berkembang

    dengan ada program-program kemaslahatan umat, didukung oleh

    lembaga-lembaga yang bersinergi dengan BMT, baik lembaga keuangan

    pendidikan, sosial, pemerintahan, dan lainnya.

    3. Visi dan Misi BMT Mekar Da’wah Serpong2

    a. Visi

    Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang handal karena

    kualitas pelayanan dan kinerja operasional, dalam pengembangan dan

    2 Dokumen “Rapat Anggota Tahunan XII” Mekar Da’wah Serpong, pada tanggal 3 juli

    2017

  • 38

    pemberdayaan sumber dayanya hingga berkesinambungan dan selalu

    berusaha sesuai prinsip syariah

    b. Misi

    1) Meningkatkan taraf hidup dan kemampuan baik sosial maupun

    ekonomi masyarakat melalui muamalah sesuai syariah.

    2) Meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas pelayanan dan

    kinerja operasional dalam bermuamalah.

    3) Membangun kepercayaan dan mengengembangkan kerjasama

    dengan berbagai pihak, baik di Serpong hingga skala nasional.

    4) Usaha yang memiliki keunggulan kompetitif, accountable serta

    terpercaya dalam bermuamalah dan tetap dalam koridor yang

    sesuai dengan prinsip syariah.

    5) Mewujudkan lembaga yang ideal bagi pengembangan diri dan

    pembentukan sumber daya yang selalu tetap konsisten dalam

    menerapkan kinerjanya sesuai dengan prinsip syariah.

    4. Tokoh Pendiri BMT Mekar Da’wah3

    BMT Mekar Da’wah berdiri karna melihat masyarakat usaha

    mikro, kecil dan menengah yang tidak berkesempatan untuk

    mendapatkan pembiayaan dari pihak perbankan untuk mengembangkan

    ushanya. Sehingga para tokoh dengan visi dan misi yang sama berusaha

    membantu masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Sebenarnya

    BMT Mekar Da’wah didirikan oleh Moh Ridwan. Beliau mendirikan

    BMT mekar Da’wah karena dilandasi keresahan masyarakat kecil yang

    3 Hasil Wawancara pribadi dengan Bapak Ismail (Ketua Pengurus) Mekar Da’wah pada

    tanggal 3 Juli 2017 di BMT Mekar Da’wah. 10:00 WIB

  • 39

    belum bisa memenuhi persyaratan untuk layanan perbankan serta para

    pengusaha kecil yang mengalami hambatan “jiwa” kepada pihak bank.

    Dan nama-nama dibawah ini yang membantu dalam pembentukan BMT

    Mekar Dakwah serpong, yaitu:

    Pengawas : Wiroso, Euis amalia, dan Yusuf

    Ketua Pengurus : Ismail

    Sekretaris : Mudzakir

    Bendahara : Azhar Ahmad Mas

    Peningkatan ekonomi pada masyarakat yang mengarah pada usaha

    mikro (kecil bawah) di wilayah serpong dan sekitarnya mengalami ken-

    dala, yaitu sulitnya mendapat dana pembiayaan dari Bank Umum dan

    Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), yang utamanya pada

    masyarakat kalangan bawah dan yang tidak memenuhi persyaratan

    formal untuk mendapatkan pembiayaan (kredit) dari Bank. Struktur

    Organisasi BMT Mekar Da’wah.

    5. Organisasi BMT Mekar Da’wah4

    a. Sturuktur Organisasi

    Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara

    tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu perusahaan dalam

    menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang diing-

    inkan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan

    antara pekerjaan yang satu dengan yang lain dan setiap organi-sasi

    mempunyai tanggung jawab masing-masing. Pada struktur organ-

    4Dokumen “Rapat Anggota Tahunan XII” Mekar Da’wah Serpong, pada tanggal 3 juli 2017

  • 40

    isasi, rapat anggota merupakan pengambilan keputusan tertinggi

    dalam perusahaan, serta ada pengawas dan pembina dalam kegiatan

    di perusahaan yang di lakukan oleh dewan pengurus, badan pengelola

    dan tim pembatu lainya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

    gambar berikut:

    Gambar 4.1 :Struktur Organisasi BMT Mekar Dakwah

    Sumber : Dokumen BMT Mekar Dakawah

    Rapat Anggota Tahunan

    Pembina & Pengawas Syariah & Manajemen

    Mitra Usaha, Kerja, dan Pemberdayaan

    Dewan Pengurus

    Badan Pengelola

    Baitul Tamwil Baitul Maal

  • 41

    b. Fungsi dan Tugas

    1) Struktur Organisasi

    Adapun struktur organisasi yang terdapat pada BMT mekar

    Da’wah serta tugas dan fungsi organisasi pada BMT Mekar

    Da’wah adalah sebagai berikut:

    a) Rapat Anggota Tahunan

    Tugas Utama: Mengesahkan laporan keuangan yang dibuat

    oleh dewan pengurus.

    b) Pembina & Pengawas Syariah dan Manajemen

    Mengawasi dalam setiap kegiatan pembiayaan

    c) Dewan Pengurus

    Fungsi Utama: Pengendali, Pengarah, Pengontrol, Pengawas

    dan pengembangan BMT dalam menjalankan usaha agar

    tetap sesuai Syariah Islam.

    2) Dewan Pengurus pada BMT Mekar Da’wah

    a) Ketua Pengurus

    Fungsi Utama : Koordinator badan pengurus BMT agar

    berjalan sesuai syariah Islam dalam bermuamalah.

    Tugas Utama : Pengembangan sumber daya BMT baik

    usaha maupun insani baik dalam opersional dan kinerjanya

    dapat berjalan sesuai dengan syariah Islam.

    b) Sekretaris Pengurus

    Fungsi Utama : Pengarah, pengontrol dan pengawas kinerja

    pengelola dalam muamalah sesuai syariah.

  • 42

    Tugas Utama : Pengarah, pengontrol dan pengawasan

    terhadap kinerja marketing baik penghimpunan, penyaluran

    maupun pemberdayaan usaha dapat berjalan sesuai dengan

    syariah Islam.

    c) Bendahara Pengurus

    Fungsi Utama : Pengarah, pengontrol dan pengawas kinerja

    pengelola dalam muamalah sesuai syariah.

    Tugas Utama : Pengarah, Pengontrol dan Pengawasan

    terhadap sistem dan kinerja operasional BMT agar

    manajemen berjalan sesuai dengan Syariah Islam.

    d) Badan Pengelola

    Fungsi Utama :Merupakana badan manajemen yang

    menjalankan usaha atau opersional BMT secara teknis

    sehari-hari agar tetap pada visi dan misinya sesuai dengan

    muamalah syariah Islam

    e) Pembantu Lainnya

    Fungsi Utama :Penanggung jawab manajemen dari

    Pengelola dalam muamalah sesuai Syariah .

    Tugas Utama :Koordinator dari sistem, kinerja dan

    operasional dalam pengelolaan muamalah BMT dapat

    berjalan sesuai dengan Syariah Islam.

    1) Baitul Maal

    Fungsi Utama :Penanggung jawab manajemen dari

    bagian Baitul Maal.

  • 43

    Tugas Utama : Koordinator segala pelasanaan jenis

    kegiatan yang berhubungan dalam usaha

    pengembangan BMT sebagaimana fungsi sosial agar

    tetap sesuai syariah Islam.

    2) Baitul Tamwil

    Fungsi Utama :Penanggung jawab kinerja manajemen

    dari bagian Baitul Tamwil.

    Tugas Utama :Koordinator dari segala pelaksanaan

    kegiatandalam muamalah BMT agar tetap sesuai

    syariah Islam.

    3) Tim Pembantu

    Adapun tim yang membantu didalamnya untuk menjalankan

    aktivitas di BMT Mekar Da’wah:

    a) Bagian Operasional

    Fungsi Utama: Menjalankan fungsi kinerja manajemen yang

    berhubungan pada operasional BMT.

    Tugas Utama: Pendukung sistem, kinerja dan operasional

    BMT dalam administrasi dan alam perihal pelaporannya.

    b) Bagian Marketing

    Fungsi Utama: Menjalankan fungsi kinerja manajemen yang

    berhubungan pada marketing BMT.

    Tugas Utama: Pendukung sistem, kinerja dan operasional

    muamalah dari BMT yang meliputi penghimpunan dana,

    penyaluran dana dan remedial hingga pemberdayaan.

  • 44

    c) Teller

    Tugas Utama: Melayani setiap mitra yang ingin membayar

    ansguran atau melakukan pembiayaan. (Mitra Usaha, Kerja

    dan Pemberdayaan)

    6. Teknologi dan Jaringan Kerja BMT Mekar Da’wah

    a. Teknologi Kerja Operasional BMT Mekar Da’wah

    BMT Mekar Da’wah telah menggunakan sistem komputerisasi,

    baik administrasi maupun keuangan, transaksi maupun pelaporan telah

    berbasis teknologi informasi (TI). Dengan sistem komputerisasi

    tersebut akan meminimalkan resiko kesalahan manusia yang berarti

    menjamin adanya transparansi dan accountable. Sistem TI ini

    diharapkan dapat menjadi jaminan meningkatnya kualitas pelayanan

    terhadap masyarakat makin baik sehingga kepercayaan dari

    masyarakat semakin baik.

    b. Jaringan Kerja Operasional BMT Mekar Da’wah

    BMT Mekar Da’wah merupakan bagian tak terpisah dari

    komunitas Serpong dan komunitas yang lebih besar yakni Kota

    Tangerang Selatan khususnya, bahkan jangkauannya se-Jabodetabek

    hingga lingkup nasional umumnya. Komunitas tersebut merupakan

    salah satu bentuk dari fungsi BMT sebagai salah satu lembaga

    pemberdayaan sosial maupun ekonomi. BMT Mekar Da’wah

    diharapkan dapat menjalankan fungsi-fungsinya secara baik, demi

    kemaslahatan umat yang sesuai dengan syariah Islam.

  • 45

    7. Produk-produk BMT Mekar Da’wah

    a. Produk Penghimpunan Dana

    1) Simpanan pihak kedua yang bersifat titipan maupun berbagi hasil

    yaitu Simpanan Mekar Da’wah (tabungan) dengan ketentuan:

    a) Setoran awal minimal Rp. 10.000,-.

    b) Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-.

    c) Saldo akhir minimal Rp. 10.000,-.

    2) Investasi pihak kedua untuk mendapat keuntungan yang halal

    dengan nilai kompetitif yaitu simpanan berjangka Mekar Da’wah

    (deposito) dengan ketentuan:

    a) Jangka waktu deposito 3, 6, 9, dan 12 bulan.

    b) Minimal nominal deposito Rp. 500.000,-.

    3) Program pemberdayaan dan sosial yaitu dana ZIS (Zakat, Infaq,

    dan Shadaqah).

    a) Fasilitas penyaluran dana / permodalan

    b) Dana bisnis yaitu sistem jua beli, yakni murabahah.

    Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang dilakukan

    untuk transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga

    perolehan dengan keuntungan (margin) yang disepakati oleh

    penjual dan pembeli.

    c) Dana pengembangan usaha, yaitu musyarakah dan mudharabah.

    Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama diantara 2

    (dua) pihak atau lebih untuk suatu usaha tertetu yang masing-

    masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa

  • 46

    keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan

    kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.

    Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha

    antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah)

    yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (amil,

    mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana

    dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan

    yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung

    sepenuhnya oleh pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank

    Syariah) kecuali jika pihak kedua (amil, mudharib, atau

    nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau

    menyalahi perjanjian.

    d) Dana pinjaman untuk kepentingan pemberdayaan diri, keluarga

    maupun memulai usaha, yaitu al-Qardh/Qardhul Hasan.

    Pembiayaan Qardh adalah pembiayaan yang ditujukan kepada

    nasabah yang tidak mampu.

    b. Produk Layanan Anggota

    Bentuk produk layanan kemudahan dalam membantu

    pembayaran untuk tagihan seperti:

    1) Pembayaran listrik.

    2) Pembayaran telepon.

    3) Pembelian pulsa.

    Semua aktivitas produk-produk BMT Mekar Da’wah di

    atas didasarkan atas kepentingan masyarakat yang memang

  • 47

    membutuhkan pelayanan dalam masalah keuangan, untuk

    membantuk meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dan bagi

    masyarakat yang memiliki harta dapat memanfaatkan harta yang

    dimiliki.5

    B. Pelakasanaan Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Mekar Da’wah

    1. Landasan Hukum Akad Mudharabah di BMT Mekar Da’wah

    Berdasarkan hasil wawancara saya kepada bapak Irfan Ahmad

    Rivai selaku manager di BMT Mekar Da’wah bahwasanya landasan

    hukum akad mudharabah yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah

    mengacu kepada fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan mudharabah dan

    pembiayaan lainya karena DSN-MUI dibentuk berdasarkan Al-Qur’an

    dan Hadits, yang memberikan pedoman bagi lembaga keuangan syariah

    agar pembiayaan mudharabah sebagai salah satu produk perbankan

    syariah sesuai dengan syariah Islam. Pemberian pembiayaan dengan

    sistem mudharabah ini dalam rangka mengembangkan dan

    meningkatkan dana lembaga keuangan syariah termasuk perbankan

    syariah. Dengan sistem mudharabah, pihak perbankan syariah (BMT)

    dapat menyalurkan dananya kepada pihak lain, yaitu suatu bentuk akad

    kerja sama suatu usaha dua pihak.

    Dalam hal ini pihak pertama (Sahibul Mal, LKS) menyediakan

    seluruh modal, sedang pihak kedua (amil/mudarib) nasabah, bertindak

    sebagai pengelola dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai

    dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Adapun dalil-dalil

    5 Dokumen dan Profil Baitul Maal wat Tamwil Mekar Da’wah, 13 Juli 2017

  • 48

    yang dipergunakan dalam penetapan fatwa tentang pembiayaan

    mudarabah terdiri dari kutipan-kutipan ayat Al-Qur’an dan Hadis.6

    2. Pengajuan Pembiayaan Akad Mudharabah

    Semua aktivitas produk-produk BMT Mekar Da’wah di atas

    didasarkan atas kepentingan masyarakat yang memang membutuhkan

    pelayanan dalam masalah keuangan, untuk membentuk meningkatkan

    taraf hidup menjadi lebih baik dan bagi masyarakat yang memiliki harta

    dapat memanfaatkan harta yang dimiliki.

    Melalui wawancara peniliti dengan narasumber Bapak Irfan Ahmad

    Rivai, sebelum nasabah mengajukan permohonannya, terlebih dahulu

    harus menjadi anggota BMT Mekar Da’wah. Adapun syarat keanggotaan

    BMT Mekar Da’wah yaitu:

    a. Fotokopi KTP/SIM/identititas diri lainnya.

    b. Mengisi formulir biodata anggota/nasabah.

    c. Membuka salah satu rekening simpanan (tabungan/deposito)

    d. Bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan/pendanaan.

    Setelah syarat keanggotaan terpenuhi, maka untuk melakukan

    permohonan pembiayaan/permodalan/pendanaan dari BMT Mekar

    Da’wah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    a. Sudah resmi terdaftar sebagai anggota/nasabah di BMT Mekar

    Da’wah, dibuktikan dengan adanya No. Base Nasabah serta sudah

    memiliki salah satu rekening simpanan yang aktif di BMT Mekar

    Da’wah.

    6 Hasil Wawancara pribadi dengan Bapak Irfan Ahmad Rivai sebagai Manager BMT Mekar Da’wah pada tanggal 6 Juli 2017 di BMT Mekar Da’wah. 10:00 WIB

  • 49

    b. Mengisi formulir permohonan pembiayaan.

    c. Fotokopi KTP pasangan (suami/istri) bagi yang sudah menikah dan

    menyertakan surat keterangan lainnya yang dipersyaratkan.

    d. Bersedia survey (tempat usaha/rumah) dan diwawancara oleh petugas.

    e. Bersedia mengikuti seluruh aturan/prosedur/ketentuan yang

    diterbitkan oleh BMT Mekar Da’wah.7

    Tujuan setiap BMT adalah menolong masyarakat sekitar dan

    masyarakat yang kurang dalam memenuhi persyaratan mengajukan

    pembiayaan kepada perbankan untuk modal usaha atau perkembangan

    usahanya. Salah satu produk yang ada dalam BMT Mekar Da’wah

    adalah pembiayaan akad mudharabah. Dalam setiap pengajuan

    pembiayaan harus melaksanakan prosedur.

    Setelahnya pihak BMT akan melakukan analisis kelayakan usaha

    dengan berbagai pertimbangan. Pihak BMT Mekar Dakwah menerapkan

    penggunaan jaminan sebagai bentuk sikap kehati-hatian. Pada hakikatnya

    penggunaan jaminan tidak diperbolehkan dalam system perekonomian

    Islam yang lebih mengedepankan asas kepercayaan. Namun untuk

    mencegah mitra melakukan kelalaian, kesalahan yang disengaja dan

    melanggar perjanjian yang telah disepakati, maka pihak penyedia

    pembiayaan dapat meminta jaminan kepada mitra.

    Sistem jaminan yang diterapkan BMT Mekar Da’wah adalah jika

    permohonan pembiayaan yang diajukan bernilai dibawah 3 juta rupiah

    maka pihak BMT meminta jaminan berupa alat-alat elektronik seperti

    7Hasil Wawancara pribadi dengan Bapak Irfan Ahmad Rivai sebagai Manager BMT Mekar

    Da’wah pada tanggal 6 Juli 2017 di BMT Mekar Da’wah.10:00 WIB

  • 50

    handphone, computer dan lain sebagainya. Apabila permohonan

    pembiayaan yang diajukan bernilai di atas 3 juta maka jaminan yang

    diminta disesuaikan dengan jumlah permohonan pembiayaan seperti

    BPKB motor, mobil, surat tanah dan lain sebagainya.

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan manajer

    BMT Mekar Da’wah, prosedur pengajuan pembiayaan Mudharabah

    adalah sebagai berikut:

    a. Pengajuan permohonan pembiayaan

    Mitra yang ingin mengajukan permohonan pembiayaan harus mengisi

    formulir permohonan pembiayaan di BMT Mekar Da’wah. Mitra juga

    harus membawa persyaratan yang BMT Mekara da’wah minta,

    seperti fotocopy KTP suami/istri (jika sudah berpasangan), fotocopy

    KK, surat domisili, dan jaminan. Mitra yang mengajukan pembiayaan

    Mudharabah harus terlebih dahulu membuka tabungan di BMT Mekar

    Da’wah minimal 3 bulan agar pihak BMT Mekar Da’wah dapat

    memperhatikan karakteristik dan kemampuan calon mitra pembiayaan.

    b. Penyelidikan berkas

    Setelah mitra mengisi formulir dan memenuhi persyaratan, pihak

    BMT Mekar Da’wah memeriksa dokumen-dokumen persyaratan. Jika

    menurut pihak BMT persyaratannya belum memenuhi, maka mitra

    diminta untuk segera memenuhi persyaratan tersebut.

    c. Wawancara

    Wawancara dilaksanakan langsung kepada mitra, dalam wawancara

    ini pihak BMT Mekar Da’wah menegaskan kembali isi formulir

  • 51

    permohonan pembiayaan yang diajukan dengan wawancara secara

    langsung kepada mitra tentang maksud permohonan pembiayaan,

    jumlah pembiayaan, jumlah penghasilan mitra dan jangka waktu

    pembiayaan.

    d. Peninjauan lokasi

    Selanjutnya pihak BMT Mekar Da’wah akan terjun langsung kelokasi

    usaha. Ini bertujuan untuk memastikan usaha yang dijalankan sesuai

    dengan apa yang ditulis di formulir pengajuan pembiayaan. BMT

    Mekar Da’wah juga mengunjungi tempat tinggal mitra untuk mencari

    informasi oleh masyarakat sekitar tentang karakter mitra yang

    mengajukan permohonan pembiayaan.

    e. Analisis kelayakan pembiayaan

    Dalam penilaian kelayakan pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah

    memperhatikan beberapa aspek yang meliputi kepemilikan usaha,

    karakter mitra, kemampuan mitra dalam memenuhi kewajiban,

    jaminan yang disertakan oleh mitra dan usaha yang dilakukan mitra