evaluasi kurikulum (1)

Upload: evi-sudaryanti

Post on 13-Jul-2015

344 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

EVALUASI KURIKULUM DALAM MENYONSONG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKANWORKSHOP PENYUSUNAN KURIKULUM S1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 27 Agustus 2007 Oleh : Dr. H. Iskandar Wiryokusumo, MSc

PENGANTAR Kurikulum saat ini perannya sangat strategis, mulai sebagai pedoman dalam pelaksanakan akademis, hingga sebagai sarana persaingan. Akibat peran yang strategis ini memungkinkan kurikulum untuk dijadikan sentra pencermatan. Sisi lain akibat kemajuan teknologi yang tidak mungkin dibendung sehingga kurikulum sering mati muda, artinya kurikulum membuat dirinya selalu tertingal jauh dengan realitas sosial, sehingga gap antara printed curriculum dengan real curriculum sulit dihindari. Berubahnya pradigma baru dari paradigma kurikulum yang dikendalikan oleh institusi sekolahp [driver instution/driven school] menuju kurikulum atas keinginan para pemakainya [driver customer]. Kenyataan ini memungkinkan keterlibatan semua pihak [stakeholder] dalam menetapkan isi arah kebijakan pembuatan kurikulum yang acap kali di kenal dengan neeed assesment. Dinamika perkembangan juga merupakan variabel yang tidak boleh diabaikan, inilah yang memungkin kurikulum harus di evaluasi secara cermat dan cerdas. Namun demikian siapakah yang harus melakukan evaluasi, dan mekanisme apa saja yang harus dijadikan indikatornya inilah titik pencermatan dalam pelatihan ini. MENGAPA EVALUASI eminjam buah pikir dari Audery dan Hovard Nicholls dalam bukunya yang berjudul Developing Curriculum : A Practical Guide 1978, menyatakan bahwa sebuah kurikulum harus tidak boleh retan adanya revisi apalagi adanya keinginan memproteksi, sisi lain terkait dengan makin ketatnya persaingan antar perguruan tinggi dalam membangun keunggulan komparatif dan keunggulan kempetitif. Keunggulan daya kompetitif yang dibangun biasanya diarahkan kepada pengembangan keunggulan dari visi program studi, sebagai gugus terdepan perguruan tinggi. Visi program studi inilah yang dapat dijadikan daya tarik, sehingga memungkinkan calon mahasiswa memilih program studi sesuai dengan minat dan yang dicita-citakan. Untuk memandu dalam mendekatkan penyusunan visi program studi perlu diperhatikan serangkaian pertanyaan berikut : 1. Apakah kekhasan dari program studi dikaitkan dengan kurikulum kita? 2. Nilai [values] apa yang dianut oleh program studi? Bagaimana nilai tersebut dapat memberikan arah kurikulum kita kemasa depan yang menjadi perioritas program studi? 3. Apakah kebutuhan stakeholder yang dapat diberikan/dipenuhi oleh program studi terkait dengan kurikulum yang kita rancang? 4. Apa yang dapat dijadikan jaminan oleh program studi [khususnya yang terkait dengan kurikulum] agar program studi tetap memiliki komitmen pada visinya

M

2 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc 5. Apakah jaminan tersebut dapat diandalkan /[reliable] KEKUATAN MODEL NICHOLLS UNTUK EVALUASI Melakukan : y Situasional analysis [analisis situasi] y Selection of objective [seleksi tujuan] y Selection and organization content [seleksi dan organisasi isi] y Selection and Orgnization methods [Seleksi dan organisasi metode] y Evaluation [evaluasi]

Evaluation analysis

Selection of objective Evaluation

Selection organization of content

Selection and organization of method KURIKULUM PROSES MODEL NICHOLLS DARI DRIVER INSTITUTION KE DRIVER CUSTOMER

etika paradigma berubah dalam memandang kurikulum, semula meletakkan institusi/universitas merupakan penentu segalanya, kini berbalik customer dalam hal ini penguna adalah sumber inspirasi yang harus dikuti. Inilah yang memungkinkan dalam merancang kurikulum melibatkan pihak yang berkepentingan yakni stakeholders terdiri dari mahasiswa, orangtua mahasiswa,dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang. Paradigma ini akhirnya mensyaratkan sebuah kurikulum harus memenuhi kebutuhan stakeholder, yang dalam pencermatan sebuah kurikulum yakni tereliminasinya gap, yang memberikan jarak antara relevansi kompetensi lulusan dengan kebutuhan stakeholders. Kompetensi relevan yang dibutuhkan oleh stakeholders dicapai hanya melalui kurikulum yang memenuhi dinamika perkembangan tekonologi dan seni. Artinya dalam menetapkan kurikulum yang memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan , tidak dilakukan

K

3 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc oleh pihak program studi sendiri secara internal, namun harus dilakukan melalui proses penetapan yang melibatkan stakeholders. Langkah awal yang acapkali dilakukan adalah sebuah kegiatan yang amat sederhana dengan mengundang berbagai komponen stakeholders untuk memberikan masukkan. Lebih lanjut juga dapat dilakukan dengan model pelacakkan [studi sinyal pasar] kompetensi yang dibutuhkan. Untuk membantu memastikan bahwa proses pelacakan kebutuhan stakeholders telah memenuhi kebutuhan minimal, perlu diperiksa diantaranya adalah : 1. Apakah sudah dikumpulkan berbagai kompetensi yang dibutuhkan stakeholders; 2. Apakah unsur-unsur stakeholders yang minimal [pemakai/user, masyarakat, pemerintah, asosiasi profesi, dll] sudah diikut sertakan ? 3. Bagaimana tingkat kepuasan stakeholders dalam menggunakan lulusan? KONSEP PENJAMINAN MUTU: Sekolah sebagai institusi pendidikan dinyatakan bermutu atau kerkualitas, jika : y Sekolah tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya [amanat KTSP Aspek deduktif y Sekolah sebagai institusi tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholders Aspek induktif, berupa: 1. kebutuhan masyarakat [societal needs] 2. kebutuhan dunia kerja [industrial needs] 3. kebutuhan professional [professional needs]

EVALUASI MELALUI BENCHMARKING alam melakukan evaluasi kurikulum dapat pula dilakukan melalui benchmarking, dengan bencmarking ini akan kita kita lakukan pembandingan efektivitas, efesiensi, kualiatas atau produktivitas sebuah kurikulum. Dalam melaksanakan bencmarking sedikitnya ada dua manfaat yang kita raih, diantarannya adalah : 1. Benchmarking ditujukan langsung pada peningkatan efesiensi, efektivitas, kualitas dan produktivitas. 2. Mengarah pada suatu reorientasi budaya menuju pembelajaran [learning], perbaikan yang selanjutnya mengarah ke suatu proses pengembangan keunggulan. Dalam mencapai keunggulan ini pada hakikatnya sangat tergantung pada tingkat keluasan pandangan kita, makin luas cakrawala pandang, semakin unggul dalam penyampaian. Secara analisis bencmarking dapat dibedakan menjadi tiga kategori:

D

4 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Benchmarking intern [internal benchmarking] berhubungan dengan perbandingan yang dibuat dalam organisasi yang sama/se level, antar program studi dalam ligkup perguruan tinggi. y Benchmarking ekstern [external benchmarking] membuat perbandingan dengan kegiatan yang sama dengan perguruan tinggi yang lain. y Benchmarking fungsional [funcional benchmarking] adalah kategori yang ketiga dan yang mungkin paling menarik. Pembanding dibuat antara fungsi dengan proses yang berlainan. Ide dasarnya adalah mencari keunggulan di manapun dijumpai Di antara ketiga kategori tersebut yang dipilih sangat tergantung pada situasi dan dimana Benchmark terbaik dijumpai. Berikut tabel yang menunjukkan jika kita melakukan benchmark. y Sasaran kunci dan hasil yang diharapkan melalui benchmark TANPA MELAKUKAN JIKA MELAKUKAN Penetapan syarat: y Didasarkan atas histori atau kebiasaan y Realitas pasar y Persepsi y Evaluasi obyective y Kesesuai yang dicapai rendah y Keseusaian yang dicapai tin Penegakan tujuan dan sasaran efektif: y Kekurangan focus eksternal [katak dalam tempurung y Reaktif y Perguruan tinggi yang ketinggalan Pengenbangan ukuran target: y Mengejar akreditasi/proyek y Kekuatan dan kelemahan tidak dipahami y Rute ketahanan sedikit Kopetitif: y Fokus internal Perubahan evolusi cenderung slow change y Komitmen rendah Praksis terbaik dari perguruan tinggi: y Tidak ada penemuan y Sedilit solusi y Kemajuan yang dicapai rata-rata y Kegiatan hanya mengejar kepanikkan y Kredibel, takmudah disangkal Proaktif Perguruan tinggi unggul Memecahkan masalah sesungguhnya Pemahaman out-put Didasarkan atas produk perguruan tinggi yang mendunia. Pemahaman yang nyata tentang kompetensi Ide baru dari praktik teknologi yang baru Komitmen tiggi Penemuan proaktif untuk perubahan Banyak option Terobosan praktik Penampilan superior

y y y y y y

y y y y y y y

5 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MScSumber: Memodifikasi dari Namcy B. Graham, Quality in helth Care, An Aspen Publication, 1995 dari R.C camp, Benchmarking, WI:ASQC Quality Press

KONSEP BECNHMARKING y Tidak berangkat dari pikiran yang kosong, kita harus memiliki, konsep atau produk terlebih dahulu y Tujuan utama mencapai keunggulan y Cari Benchmark yang MENDUNIA y Kagiatan kehendak proaktif

PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN Tindak lanjut dari evaluasi kurikulum adalah berupa pengembagan berkelanjutan [continous improvement], yang merujuk pada pemikiran kaizen. Adapun prinsip-prinsip Dapat divisualisasikan sebagai berikut : APAPlanIndentifikasi masalah mutu Analisa masalah, cari sebabsebab masalah Rencana penyelesaian masalah

MENGAPA BAGAIMANA

Do

Implementasi Solusi

Check

Pengukuran hasil

Act

Standarisasi, menjaga hasil pencapaian

6 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Siklus PDCA yang disebut pula dengan siklus KAIZEN merupakan wahana terbaik untuk perbaikan yang berkelanjutan [Continous Improvement]. Sangat relevan untuk menkaji lebih cermat dalam mengevaluasi kurrikulum. Jika dalam praksisnya dikaitkan dengan pengendalian qualitas [Quality Control], maka mekanisme dapat di visualisasikan sebagai berikut.

PLAN

DO

CHECK

ACTION

CORRECTIVE ACTION

FOLLOW UP

IMPROVEMENT

RELATIONSHIP BETWEEN CONTROL AND IMPROVEMENT UNDER P-D-C-A

RUJUKKAN YANG DIGUNAKAN

Agus Suryana [2004]. Kiat dan Teknik Evaluasi Pelatihan : Penerbit Progres Jakarta Bengt Karl f & Svante stblom [1996]. Benchmarking : PT Penerbit Andi Ofsset Yogyakarta Djoko Wiyono [1999] Menejemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Airlangga Universty Perss Dale H. Bestyerfield [2004] Quality Control Pearson Education Upper Saddle River, New Jersey Columbus, Ohaio 107 : 118

7 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc David.l.Goetsch & Stanley b. Davis [2002] Pengantar Manajemen mutu ; Person Education Asia PT Prehalindo Jakarta Donna C.s. Summers [2003] Quality Prentice may Upper Saddle River, New Jersey Columbus, Ohaio Dorothe Wahyu Ariani [2004] Pengendalian Kuliatas Statistik Penerbit PT Andi Yogyakarta

Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut. A. Tujuan Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Seperti yang disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu: 1. Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes, knowledge, and ability so that they can manage their personal and collective life to the greatest possible extent. 2. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by coverring them an equal basic education. 3. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generation but also guide education towards mutual

8 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc understanding and towards what has become a worldwide realization of common destiny.) Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.. Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut. 1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.

9 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Berikut ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang berkaitan dengan pembelajaran ekonomi, sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar : 1Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP/MTS Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 2. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi di SMA

Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional 3. Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan pada SMK/MAK

Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat Berwirausaha dalam bidangnya

10 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha. 4. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMK/MAK

Memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial Berkomitmen terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan Berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan tujuan mata pelajaran masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena itu perlu dioperasionalkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran.

Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat spesifik dan lebih menggambarkan tentang what will the student be able to do as result of the teaching that he was unable to do before (Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang hendak dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom, maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaran, yakni : 1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan : (a) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati; (b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (c) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber

11 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama. 2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons. 3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku peserta didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau lingkungan psikologis. Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat penting.. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat operasional ini akan menentukan terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya. Terlepas dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan kurikulum sangat terkait erat dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum yang dikembangkan menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka tujuan kurikulum lebih banyak diarahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan pada upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif. Apabila kurikulum yang dikembangkan menggunakan filsafat progresivisme sebagai pijakan utamanya, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada upaya pengembangan aspek afektif. Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat rekonsktruktivisme sebagai dasar utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial yang krusial dan kemampuan bekerja sama. Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi.

12 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Dalam implementasinnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan dengan tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu secara konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan dan kebutuhan pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat yang ada, sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan secara bereimbang. . B. Materi Pembelajaran Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk : 1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususankekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.

2. 3. 4. 5. 6.

13 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc 7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi. 8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat. 9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya. 10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif. Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya sangat menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara fleksibel.. filsafat yang menentukan sulit untuk satu filsafat eklektik dan

Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :.

14 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan. 2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari. 3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat. 5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka. Terlepas dari filsafat yang mendasari pengembangan materi, Nana Syaodih Sukamadinata (1997) mengetengahkan tentang sekuens susunan materi pembelajaran, yaitu : Sekuens kronologis; susunan materi pembelajaran yang mengandung urutan waktu. 2. Sekuens kausal; susunan materi pembelajaran yang mengandung hubungan sebab-akibat. 3. Sekuens struktural; susunan materi pembelajaran yang mengandung struktur materi. 4. Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan materi pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-bagian, dan dari yang kompleks 1. 1.

15 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun dari nyata ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah bagaimana ke masalah mengapa. 5. Sekuens spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik atau bahan tertentu yang populer dan sederhana, kemudian dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan bahan yang lebih kompleks. 6. Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah akhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut : (a) pembatasan masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c) pengumpulan data; (d) pengujian hipotesis; dan (e) interpretasi hasil tes. 7. Dalam mengajarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai (d), dan peserta didik diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e). Pada kasempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c) dan peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya. 8. Sekuens berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran dimulai menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mulamula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir. CStrategi pembelajaran Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasiintelektual,sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budayaataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap

16 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual. Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok. Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya. Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya sebagaifasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar. Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal. Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual. Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau

17 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri. Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini mulai muncul konsep pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang merupakan akronim dariPembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. D. Organisasi Kurikulum Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu: Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama 2. Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu. 3. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. 1.

18 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan core subject, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut. 4. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran. 5. Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi. 6. Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik. Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi ke dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu : (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) kelompok mata pelajaran estetika; dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam sejumlah mata pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri. E. Evaluasi Kurikulum Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum

19 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; objective, its scope, the quality of personnel in charger of it, the capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so on. Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratanpersyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syaratsyarat evaluasi kurikulum yaitu acknowledge presence of value and valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity and integration. Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, catatan anekdot dan sebagainya Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang penentuan keputusan digunakan kurikulum

20 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya. (disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi kurikulum, yaitu : (1) pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan (3) pendekatan campuran multivariasi. Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan Product. Menurut model ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program pendidikan dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai berikut : 1. Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu

21 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya. 2. Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti : dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan yang digunakan dan sebagainya. 3. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi : pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain. 4. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup : jangka pendek dan jangka lebih panjang. Sumber Bacaan : Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. ________. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang ________. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. ________. 2003. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. ________. 2003. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. ________. 2003. Penilaian Kelas; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. _________. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. _________. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya

22 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. Permendiknas No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007 Tim Pengembang MKDK. 2002.. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek

oleh Dr. Hermana Somantrie, MA. Prinsip utama evaluasi kurikulum adalah evaluasi kurikulum yang komprehensif, evaluasi yang sistematik mencakup seluruh aspek kurikulum, demikian pula dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sudah banyak sekolah yang telah mengimplementasikan KTSP, baik yang dikembangkan secara mandiri maupun dengan cara mengadopsi atau mengadaptasi KTSP yang telah dibuat oleh pihak lainnya. Setelah melewati suatu periode waktu tertentu, KTSP perlu dievaluasi agar kekuatan dan kelemahannya dapat teridentifikasi. Hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penyempurnaan KTSP di masa yang datang atau sebagai informasi yang dapat digunakan bagi perumusan kebijakan pendidikan khususnya kurikulum. A. Pendahuluan Evaluasi terhadap kurikulum (curriculum evaluation) dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kekuatan dan kelemahan suatu kurikulum. Di Amerika Serikat, misalnya, evaluasi kurikulum dianggap sebagai suatu aktivitas yang sangat penting karena hasilnya dapat digunakan bagi upaya peningkatan mutu dan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Mengingat begitu pentingnya evaluasi kuri-kulum, The American Evaluation Association telah mengeluarkan satu set kode etik bagi para evaluator dalam bidang pendidikan yang dinamakan dengan the Guiding Principles for Evaluators. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) Systematic Inquiry: Evaluators conduct systematic, data based inquiries about whatever is being evaluated; (2) Competence: Evaluators provide competent per-formance to stakeholders; (3) Integrity/Honesty: Evaluators ensure the honesty and integrity of the entire evaluation process; (4) Respect for People: Evaluators respect the security, dignity and self-worth of the respondents, program participants, clients, and other stakeholders with whom they interact; and (5)Responsibilities for General and Public Welfare: Evaluators articulate and take into account the diversity of interests and values that may be related to the general and public welfare.

23 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Dengan adanya kode etik semacam itu, evaluasi kurikulum yang dilakukan oleh para evaluator yang handal akan menghasilkan informasi kekuatan dan kelemahan kurikulum yang akurat dan obyektif. B. Kebijakan dan Teori 1. Kebijakan Evaluasi KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang kita kenal sekarang ini dalam dunia pendidikan di Indonesia, adalah kurikulum operasional yang disusun dan diimplementasikan sendiri oleh satuan pendidikan atau sekolah. KTSP mulai diperkenalkan pada tahun 2006 seiring dengan pemberlakuan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang menjadi acuan utama dalam pengembangan KTSP. Sejak saat itu sudah banyak sekolah yang telah mengimplementasikan KTSP, baik yang dikembangkan secara mandiri maupun dengan cara mengadopsi atau mengadaptasi KTSP yang telah dibuat oleh pihak lainnya. Setelah melewati suatu periode waktu tertentu, KTSP perlu dievaluasi agar kekuatan dan kelemahannya dapat teridentifikasi. Hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pe-nyempurnaan KTSP di masa yang datang atau sebagai informasi yang dapat digunakan bagi perumusan kebijakan pendidikan khususnya berkenaan dengan kurikulum. Secara kebijakan sebagai-mana yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, evaluasi kurikulum merupakan salah satu aktivitas evaluasi pendidikan karena kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan. Hal itu tampak dalam pernyataan Pasal 1 Ayat (21) yang menjelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dalam pasal-pasal selanjut-nya tampak sangat jelas bahwa evaluasi kurikulum dianggap sebagai aktivitas evaluasi pendidikan yang sangat penting sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 57 dan Pasal 58. Selengkapnya, pernyataan pasal-pasal tersebut adalah: (a) Pasal 57 Ayat (1) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihakpihak yang berkepentingan; Ayat (2) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan; dan (b) Pasal 58 Ayat (1) menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan; Ayat (2) menyatakan bahwa evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.

24 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kurikulum mempunyai makna sebagai: (1) unsur pengendali mutu, (2) bentuk akuntabilitas, (3) program evaluasi pendidikan, (4) pemantauan proses, kemajuan, dan perbaikan program pendidikan, (5) aktivitas yang dilakukan oleh lembaga yang mandiri, dan (6) program yang harus diselenggarakan secara berkala, menyeluruh, trans-paran, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. 2. Teori Evaluasi Kurikulum Prinsip utama dari evaluasi kurikulum yaitu bahwa untuk evaluasi kurikulum yang komprehensif harus secara sistematik mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan kurikulum. Sejumlah teoriti-kus menawarkan model-model untuk evaluasi kurikulum yang telah mereka kembangkan, antara lain sebagaimana yang diuraikan berikut ini. a. Model Tyler Model penilaian kurikulum yang dikembangkan oleh Tyler (1950) dinamakan dengan Goal Attainment Model. Langkah-langkah pendekatan penilaian Tyler adalah: (1) Mulai dengan penentuan tujuan penilaian. Tujuan ini harus menyatakan dengan jelas materi yang akan dinilai dalam kurikulum; (2) Memilih, mengubah, atau menyusun alat penilaian dan menguji obyektivitas, realibilitas, dan validitas alat tersebut; (3) Gunakan alat penilaian untuk memperoleh data; (4) Bandingkan data yang diperoleh dengan hasil penilaian sebelumnya yang memperoleh data; (5) Analisa data untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari kurikulum dan jelaskan alasan dari kekuatan dan kelemahan tersebut; dan (6) Gunakan data untuk membuat perubahan yang dianggap perlu dalam kurikulum. b. Model Bloom, Hastings, dan Madaus Bloom, Hastings, dan Madaus (1971) dalam penilaian kurikulum mengembangkan model pe-nilaian sumatif dan formatif. Perbedaan pokok diantaranya sumatif dan formatif adalah (1) tujuan, (2) waktu, dan (3) tingkat generalisasi. Penilaian formatif adalah penilaian terhadap kualitas kurikulum yang dilakukan setiap saat atau terus menerus selama proses pelaksanaan kurikulum berlangsung. Hasil penilaiannya digunakan sebagai data pelengkap dalam penilaian akhir keseluruhan pelaksanaan kurikulum. Sebaliknya, penilaian sumatif adalah penilaian menyeluruh yang dilakukan terhadap kualitas kurikulum pada akhir suatu periode pelaksanaan program kurikulum. Hasil penilaiannya digunakan sebagai pertimbangan akhir terhadap keberhasilan pelaksanaan kurikulum. c. Model Stufflebeam Stufflebeam (1971) dikenal dengan model penilaian yang ia namakan (1) context evaluation, (2) input evaluation, (3) process evaluation, and (4) product evaluation, atau lebih populer dengan singkatan CIPP Model Evaluation. Context evaluation adalah penilaian yang dilakukan terhadap segala

25 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc hal yang menjadi precede atauantecedent (pendahulu) suatu program dan memiliki implikasi keberhasilan atau kegagalan dalam menjalankan program tersebut. Input evaluation adalah penilaian yang dilakukan terhadap segala hal yang mendukung ter-selenggaranya suatu program. Process evaluation adalah penilaian yang dilakukan terhadap aspek-aspek implementasi suatu program. Product evaluation adalah penilaian yang dilakukan terhadap hasil atau outcomeatau capaian suatu program. d. Model Stake Stake (1967) mengembang-kan suatu model penilaian kurikulum dengan nama Continguency-Conngruence Model (CCM) atau sering juga disebut dengan Countenance Model. Perhatian utama dalam model Stake adalah hubungan antara tujuan penilaian dengan keputusan berikutnya berdasarkan sifat data yang dikumpulkan. Stake melihat adanya ketidaksesuaian antara harapan penilai dan guru. Menurut Stake penilaian yang dilakukan oleh guru tidak akan sama hasilnya dengan penilaian yang dilakukan oleh ahli penilaian. Model CCM dimaksudkan guna memastikan bahwa semua data dikumpulkan dan diolah untuk melengkapi informasi yang dapat digunakan oleh pemakai data. Hal ini berarti bahwa penilai harus mengumpulkan data deskriptif yang lengkap tentang hasil belajar murid dan data pelaksanaan pengajaran, dan hubungan antara kedua faktor tersebut. Di samping itu juga, jugment data harus dikumpulkan. Stake mengartikan judgment data adalah data yang berasal dari pertimbangan berbagai ahli mata pelajaran dan kelompok masyarakat yang berkepen tingan dengan kurikulum. e. Model Provus Provus (1971; 1972) mengembangkan suatu pen-dekatan yang menggabungkan penilaian dengan teori management. Model ini mencerminkan asumsi Provus bahwa penilaian kurikulum hendaknya memenuhi dua tujuan: (1) melengkapi suatu proses untuk pengembangan kurikulum; dan (2) melengkapi suatu cara penilaian manfaat suatu kurikulum. Provus menamakan model penilaiannya dengan the discrepancy evaluation model. Model ini membedakan antara pe-laksanaan atau kenyataan dan patokan. Perbedaan tersebut oleh Provus dinamakan discrepancy(perbedaan antara dua hal yang harusnya sama). Provus menyarankan bahwa karakteristik model penilaian diskrepansi antara standar dan realitas ditandai dengan 5 karakteristik: (1) design, (2) installation, (3) process, (4) product, dan (4) cost. C. Metodologi Evaluasi Kurikulum Para evaluator harus secara hati-hati menentukan meto-dologi evaluasi kurikulum karena hal itu akan menentukan kualitas in-formasi yang diperlukan dari sasaran penilaian. Beberapa pertanyaan berikut ini perlu dipertimbangkan agar penilaian kurikulum meme-nuhi ketentuan ilmiah yang berlaku pada umumnya: What is the evaluation design?

26 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Why was this one chosen? What are the limits of this design? How were instruments selected? Are they the most appropriate available for these students, this curriculum? How can validity and reliability be demon-strated? Were instruments developed by the staff? What was the develop-ment process? What was done to ensure the validity and reliability of the instruments? Were instructors trained to administer, score, and interpret the results of the testing instruments? How was this done? What was the schedule for data collection? When were instruments administered? Were all students measured, or were sapling procedures used? What other types of information were collected, by whom, and when? What was the purpose of the various data collected (e.g., context indicators, implementation indicators)? Apa desain evaluasi? Mengapa yang satu ini dipilih? Apa batas-batas desain ini? Bagaimana instrumen yang dipilih? Apakah mereka yang paling tepat tersedia bagi para siswa, kurikulum ini? Bagaimana validitas dan reliabilitas menjadi setan-didemonstrasikan? Apakah instrumen yang dikembangkan oleh staf? Apa proses pembangunan pemerintah? Apa yang dilakukan untuk menjamin validitas dan reliabilitas instrumen? Apakah instruktur terlatih untuk mengelola, skor, dan menafsirkan hasil alat uji? Bagaimana ini dilakukan? Apa jadwal untuk pengumpulan data? Kapan instrumen diberikan? Apakah semua siswa diukur, atau yang sedang berkembang prosedur yang digunakan? Jenis informasi lain dikumpulkan, oleh siapa, dan kapan? Apa tujuan dari berbagai data yang dikumpulkan (misalnya, konteks indikator,indikator implementasi)? D. Ruang Lingkup Evaluasi Kurikulum Cakupan evaluasi kurikulum sangat tergantung pada informasi yang diinginkan atau dihasilkan dari penyelenggaraan evaluasi. Oleh karena itu, cakupan dapat berskala luas atau berskala sempit. Namun demikian, cakupan minimal yang

27 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc dapat dijadikan sebagai acuan adalah sebagaimana yang diuraikan di bawah ini. Objectivesclarity; limits achievable and suitable for evaluation. Contentsappropriate levels for the students; modern integration with other elements; achieving the objectives, infusing variety and information dissemination so that it is able to cope with the individual differences. Some elements used for evaluation of content include: probing, teachers reports, meetings, and views of inspectors, parents, as well as specialists. Methods of teaching and educational aidsasking students and teachers about the efficiency appropriate to the methods through questionnaires, observations, surveys, studies, and other evaluating teaching aids. Evaluating studentsthere are targeted classes to ensure achieving the objectives through essays, trends, achievement and attitude tests. Evaluating teachersteachers are evaluated with regard to their efficiency, extent of achieving and imple-menting the curriculum, weakness in scientific and methods of teaching aspects, knowledge and information. They are evaluated by: inspectors, reports, student opinions, self-evaluation, written tests to discover competencies. Tujuan-kejelasan, batas dicapai dan cocok untuk evaluasi. Isi yang sesuai tingkat bagi siswa; integrasi modern dengan unsur-unsur lain,mencapai tujuan, menanamkan berbagai diseminasi dan informasi sehingga mampu mengatasi dengan perbedaan individu. Beberapa elemen yang digunakan untukevaluasi konten meliputi: menyelidik, laporan guru, pertemuan, dan pandanganinspektur, orang tua, serta spesialis. Metode pengajaran dan pendidikan bantu-meminta siswa dan guru tentang efisiensisesuai dengan metode melalui kuesioner, observasi, survei, studi, dan lainnya alat bantu mengajar mengevaluasi. Mengevaluasi siswa-ada ditargetkan kelas untuk memastikan pencapaian tujuanmelalui esai, tren, prestasi dan tes sikap. Mengevaluasi guru-guru dievaluasi berkenaan dengan, sejauh mana efisiensimencapai dan implementasi menting kurikulum, kelemahan dalam metode ilmiah danaspek pengajaran, pengetahuan dan informasi. Mereka dievaluasi oleh: inspektur, laporan, pendapat siswa, evaluasi diri, tes tertulis untuk menemukan kompetensi. E. Pemanfaatan Temuan Evaluasi Kurikulum Temuan atau findings adalah jantungnya dari seluruh proses evaluasi kurikulum. Temuan akan sangat ditentukan oleh metodologi yang digunakan dalam evaluasi kurikulum. Jika instrumen yang digunakan relevan, sahih, dan valid, temuan tidak perlu diragukan lagi otentisitasnya dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Temuan dapat dimanfaatkan antara lain untuk berikut ini.

28 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc To provide us with a database of information regarding pedagogical processes. To provide us with information and to facilitate decision-making regarding the curriculum and its elements. The outcomes of evaluation are the basis for developing and modifying the curriculum. To discover ways of learning and finding the points of strength and weakness in the curriculum. To show students a productive pathway to learning. To discover the students areas of strengths and weaknesses. To discover the aspects of teaching that require greater focus and efforts. To share with teachers all they need to learn to teach students better. Untuk memberikan kita dengan database informasi tentang proses pedagogis. Untuk memberikan kami informasi dan untuk memfasilitasi pengambilan keputusantentang kurikulum dan unsur-unsurnya. Hasil dari evaluasi adalah dasar untuk mengembangkan dan memodifikasi kurikulum. Untuk menemukan cara belajar dan menemukan titik-titik kekuatan dan kelemahandalam kurikulum. Untuk menunjukkan siswa jalur yang produktif untuk belajar. Untuk menemukan daerah siswa 'kekuatan dan kelemahan. Untuk menemukan aspek pengajaran yang memerlukan fokus yang lebih besar dan upaya. Untuk berbagi dengan semua guru mereka perlu belajar untuk mengajar siswa yang lebih baik. F. Pelaporan Hasil Evaluasi Ketika menulis laporan hasil evaluasi kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: Address all points specified in the funding agencys guidelines, Avoid using technical terms or jargon, Write in the active voice, Use a visually appealing format, including tables and figures, Organize the findings around objectives or evaluation questions, Be objective, reporting both positive and negative findings. Provide plausible explanations wherever possible, Speculate about findings only when the data or reasoned arguments justify such conjectures, Acknowledge the pitfalls encountered, Write one report that will meet the needs of various audiences, Solicit comments on the draft report from various audiences, and

29 WORKSHOP PENYUSUNA KURIKULUM 1 PGSD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Oleh : Dr.H.Iskanadar Wiryo Kusumo, MSc Present oral evaluation report(s) before finalizing the written document Alamat semua titik yang ditentukan dalam pedoman lembaga pendanaan itu, Hindari menggunakan istilah-istilah teknis atau jargon, Tulis dalam kalimat aktif, Gunakan format visual menarik, termasuk tabel dan gambar, Mengatur temuan di sekitar tujuan atau pertanyaan evaluasi, Bersikaplah obyektif, pelaporan baik temuan positif dan negatif. Memberikanpenjelasan yang masuk akal sedapat mungkin, Menspekulasi tentang temuan hanya ketika data atau argumen beralasanmembenarkan dugaan tersebut, Akuilah perangkap yang dihadapi, Menulis satu laporan yang akan memenuhi kebutuhan berbagai audiens, Mintalah komentar pada draft laporan dari berbagai audiens, dan Menyajikan laporan evaluasi lisan (s) sebelum menyelesaikan dokumen tertulis