evaluasi konsep produk dengan pendekatan green …

12
EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT III Erwin Saputra Mahasiswa Sarjana S1 Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta NIM = 0844290001 Email : [email protected] Al Ikbal Arbi Kepala Lab dan Studio Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta Email : [email protected] ABSTRAK Persaingan yang tajam, ketidakpastian dan tuntutan yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan atau keinginan pelanggan, terutama keinginan konsumen atau pelanggan akan sebuah produk. Hal ini membuat produk menjadi alat strategis atau alat bersaing bagi perusahaan agar dapat tetap survive dalam pasar yang sangat bersaing melalui metode Green Quality Function Deployment III yang akan dapat dilakukan sebuah penelitian untuk dapat menerapkan dalam mengevaluasi konsep suatu produk. Floveyor merupakan alat untuk mengangkut bahan material, mengaluskan, dan mengantarkan bahan material yang sudah dihaluskan ke satu tempat ke tempat lain. Metode ini digunakan untuk mempertimbangkan aspek kualitas, biaya dan lingkungan ke dalam matriks-matriksnya. Dari aspek kualitas berupa performa (Performance), kehandalan, daya tahan, kemampuan pelayanan, dan kualitas yang dipersepsikan. Aspek biaya yang berupa harga (price), pelayanan (service), dan pesaing (competitor). Dan pada aspek lingkungan berupa lingkungan hidup yang mencangkup tanah, air dan lingkungan. Sehingga dapat dilakukan evaluasi yang nantinya aspek-aspek tersebut terjabarkan dalam House Of Quality dengan menggunakan Fuzzy-Multi Attribute Utility Theory (F-MAUT), akan diperoleh bobot nilai sehingga melalui evaluasi konsep produk digunakan Fuzzy Pairwaise Comparison dengan nilai “sangat sukses” sebesar 27%, “cukup sukses” sebesar 20% , dan “gagal” sebesar 53%. Kata kunci : Konsep produk, green desain, QFD, F-MAUT ABSTRACT Fierce competition, uncertainty and high demands for the fulfillment of customer needs or desires, especially desires of consumers or customers of a product. This makes the product a strategic tool or a tool to compete for the company to continue to survive in a highly competitive market through the method of Green Quality Function Deployment III to be able to do a study to be applied in evaluating the concept of a product.Floveyor a means to transport materials, cutting and deliver materials that have been mashed into one place to another. This method is used to consider aspects of quality, cost and environmental concerns into the matrix-matrix. From the aspect of quality of performance (Performance), reliability, durability, service ability, and perceived quality. Aspect of the cost price (price), service (service), and competitors (competitors). And on the environmental aspects of the enviroment which covers soil, water and enviroment. So it can be evaluated that these aspects will span the 'hierarchy in the House Of Quality using Fuzzy Multi-Attribute Utility Theory (F-MAUT), so that weight value will be obtained through evaluation of product concepts used Pairwaise Fuzzy Comparison with the "very successful" at 27%, "moderately successful" by 20%, and “failed” by 53%. Key words: concept of products, green design, QFD, F-MAUT

Upload: others

Post on 15-Apr-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT III

Erwin Saputra

Mahasiswa Sarjana S1 Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta NIM = 0844290001

Email : [email protected]

Al Ikbal Arbi Kepala Lab dan Studio Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta

Email : [email protected]

ABSTRAK Persaingan yang tajam, ketidakpastian dan tuntutan yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan atau keinginan pelanggan, terutama keinginan konsumen atau pelanggan akan sebuah produk. Hal ini membuat produk menjadi alat strategis atau alat bersaing bagi perusahaan agar dapat tetap survive dalam pasar yang sangat bersaing melalui metode Green Quality Function Deployment III yang akan dapat dilakukan sebuah penelitian untuk dapat menerapkan dalam mengevaluasi konsep suatu produk. Floveyor merupakan alat untuk mengangkut bahan material, mengaluskan, dan mengantarkan bahan material yang sudah dihaluskan ke satu tempat ke tempat lain. Metode ini digunakan untuk mempertimbangkan aspek kualitas, biaya dan lingkungan ke dalam matriks-matriksnya. Dari aspek kualitas berupa performa (Performance), kehandalan, daya tahan, kemampuan pelayanan, dan kualitas yang dipersepsikan. Aspek biaya yang berupa harga (price), pelayanan (service), dan pesaing (competitor). Dan pada aspek lingkungan berupa lingkungan hidup yang mencangkup tanah, air dan lingkungan. Sehingga dapat dilakukan evaluasi yang nantinya aspek-aspek tersebut terjabarkan dalam House Of Quality dengan menggunakan Fuzzy-Multi Attribute Utility Theory (F-MAUT), akan diperoleh bobot nilai sehingga melalui evaluasi konsep produk digunakan Fuzzy Pairwaise Comparison dengan nilai “sangat sukses” sebesar 27%, “cukup sukses” sebesar 20% , dan “gagal” sebesar 53%. Kata kunci : Konsep produk, green desain, QFD, F-MAUT

ABSTRACT

Fierce competition, uncertainty and high demands for the fulfillment of customer needs or desires, especially desires of consumers or customers of a product. This makes the product a strategic tool or a tool to compete for the company to continue to survive in a highly competitive market through the method of Green Quality Function Deployment III to be able to do a study to be applied in evaluating the concept of a product.Floveyor a means to transport materials, cutting and deliver materials that have been mashed into one place to another. This method is used to consider aspects of quality, cost and environmental concerns into the matrix-matrix. From the aspect of quality of performance (Performance), reliability, durability, service ability, and perceived quality. Aspect of the cost price (price), service (service), and competitors (competitors). And on the environmental aspects of the enviroment which covers soil, water and enviroment. So it can be evaluated that these aspects will span the 'hierarchy in the House Of Quality using Fuzzy Multi-Attribute Utility Theory (F-MAUT), so that weight value will be obtained through evaluation of product concepts used Pairwaise Fuzzy Comparison with the "very successful" at 27%, "moderately successful" by 20%, and “failed” by 53%. 

Key words: concept of products, green design, QFD, F-MAUT

Page 2: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

1. PENDAHULUAN

Semakin tajamnya lingkungan bisnis,

membuat industri untuk membuat suatu produk

sebagai alat persaingan di pasaran. Menurut

Kotler dan Amstrong (1996), produk yang

sukses adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke

pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,

dipergunakan sehingga dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan konsumen. Sehingga

produk yang akan ditawarkan ke pasaran akan

diarahkan pada produk yang ramah lingkungan

karena konsumen sekarang lebih memilih

produk yang berkualitas baik.

Banyak fungsi yang mempengaruhi kualitas

tentang produk. Yoji Akao tahun 1972

memperkenalkan QFD yang mana perusahaan

harus mampu dalam mengintegrasikan kualitas,

biaya dan lingkungan ke dalam matriks-

matriksnya. Zhang dkk (1998) mulai melakukan

pengembangan QFD sehingga mampu

mengintegrasikan aspek kualitas, lingkungan,

dan biaya ke dalam matriks-matriksnya.Pada

penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi

konsep produk dengan menggunakan Green

QFD III. Dengan objek yang diamati adalah

floveyor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menentukan atribut dari produk didasarkan pada

Life Cycle Cost (LCC) dan Life Cycle

Assessment (LCA) serta mengukur seberapa

besar pengaruh atribut terhadap konsep produk.

Sehingga dari penelitian ini, kita dapat

mengetahui apakah konsep produk kita itu akan

sukses atau tidak ke depannya.

2. Landasan Teori

2.1 Permasalahan Sekitar Floveyor

Seiring berkembangnya perindustrian yang

bersifat global. Banyak perusahaan yang

menggunakan produk floveyor. Floveyor

merupakan alat untuk mengangkut bahan

material, mengaluskan, dan mengantarkan bahan

material yang sudah dihaluskan ke satu tempat

ke tempat lain. Perusahaan sering dihadapkan

pada kompetisi yang sangat kuat dan terbatasnya

kemungkinan untuk berkembang. Sulit

berkembangnya perusahaan dipengaruhi oleh

dampak negatif dari produk floveyor tersebut

terhadap lingkungan di sekitar. Oleh karena itu,

penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi

konsep produk tersebut apakah konsep produk

yang sudah ada ini sukses atau tidak.

2.2 Produk

Menurut Kotler dan Amstrong (1996),

produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke

pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,

dipergunakan dan yang dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan konsumen. Sedangkan

menurut Nasution (2008), mendefinisikan

konsep sebagai adalah suatu gagasan/ide yang

relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian

tentang suatu objek, produk subjektif yang

berasal dari cara seseorang membuat pengertian

terhadap objek-objek atau benda-benda melalui

pengalamannya.

Page 3: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

2.3 Strategi Perancangan dan Pengembangan

Produk

Dalam lingkungan bisnis yang berubah,

pengembangan produk baru memainkan peranan

penting bagi suatu keberhasilan bisnis. Oleh

karena itu, untuk memaksimalkan benefit dari

suatu produk baru, setiap Chief Executive Officer

(CEO) seharusnya memiliki pemahaman yang

baik tentang peranan manajemen pengembangan

produk baru sebagai cara untuk meraih sukses

dalam persaingan pasar. sehingga CEO

seharusnya memiliki pula kemampuan yang

prima dalam mengendalikan manajemen

pengembangan produk baru itu sendiri.

Menurut Leonard-Barten (1987),

perancangan produk merupakan sebuah langkah

strategis untuk bisa menghasilkan produk-

produk industri yang secara komersial harus

mampu dicapai guna menghasilkan laju

pengembalian modal (rate of investment).

Menurut Kotler (2000), pengembangan

produk adalah tiap perusahaan harus

mengembangkan produk baru. Pengembangan

produk baru membentuk masa depan

perusahaan. Produk pengganti harus diciptakan

untuk mempertahankan atau membangun

penjualan.

2.4 Kualitas

Menurut Garvin dan Davis (1994) menyatakan

bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis

yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja,

proses dan tugas, serta lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan pelanggan /

konsumen. Pada tahun 1997 mengidentifikasikan

8 dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk

menganalisis karakteristik kualitas barang, yaitu

sebagai berikut : Performa (performance),

keandalan (reliability), daya tahan (durability),

kemampuan pelayanan (service ability), dan

kualitas yang dipersepsika (perceived quality).

2.5 Quality Function Deployment (QFD)

Menurut Yoji Akao tahun 1972, QFD

merupakan suatu metodologi yang digunakan

oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan

menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan

konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan

keinginan konsumen tersebut dalam produk dan

jasa yang disediakan bagi konsumen.

Pada QFD II ini, untuk mengevaluasi konsep

produk digunakan matriks Concept Comparison

House (CCH) yang mampu mengintegrasikan

aspek kualitas, lingkungan, dan biaya. Hasil dari

QFD II ini adalah diperoleh konsep produk

terbaik dan karakteristik produk yang

berkualitas, ramah lingkungan, dan biaya rendah.

Sedangkan pada QFD III adalah sebuah alat

inovatif membantu dalam pengembangan produk

sadar lingkungan dan proses. QFD III adalah

biaya siklus hidup ditentukan dengan

menggunakan Fuzzy Multi Atribut Utilitas Teori

(F-MAUT). F-MAUT costing merupakan

metode estimasi biaya yang sangat baik pada

tahap desain awal dalam pengembangan produk.

Langkah-langkah metode QFD ini memiliki

beberapa tahap perencanaan dan pengembangan

yaitu :

Page 4: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

1. Matrik perencanaan produk (House Of

Quality)

2. Matrik perencanaan part (Part

Deployment)

3. Matrik perencanaan proses (Process

Planning)

4. Matrik perencanaan manufacturing/

produksi (Production Planning)

Gambar 2.1 The House Of Quality Sumber : Ariani, Manajemen Kualitas, hal 89

Keterangan : 1. Bagian A (Customer Need and Benefit)

berisi daftar semua kebutuhan dan harapan

pelanggan.

2. Bagian B (Planning Matrix) berisi hubungan

penting antara kebutuhan kepentingan antara

kebutuhan dan harapan dengan pelanggan,

dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap

organisasi atau perusahaan.

3. Bagian C (Technical Response) berisi

penggambaran teknik disusun dari

kebutuhan dan harapan pelanggan pada

bagian A.

4. Bagian D (Relationship) berisi pertimbangan

tim tentang hubungan yang kuat atau lemah

antara kebutuhan dan harapan pelanggan

dengan tanggapan teknis.

5. Bagian E (Technical Correlations) mengenai

hubungan teknis, berisi penilaian mengenai

penerapan antar hubungan elemen-elemen

dalam tanggapan teknis dari tim

pengembangan.

6. Bagian F (Technical Matrix) berisi

perbandingan dengan performansi teknis

milik pesaing.

2.6 Green Desain

Ditemukan pertama kali oleh Nautilus

Cornelius Drebbel pada tahun 1780-an.

Bersamaan dengan pesatnya pembangunan fisik

dalam lingkungan binaan di seluruh dunia,

berkembang pula suatu kesadaran di dunia

arsitektur terhadap kondisi lingkungan yang

tercemar.

Green desain adalah suatu pendekatan pada

bangunan yang dapat meminimalisir pengaruh-

pengaruh membahayakan pada kesehatan

manusia dan lingkungan. Perancang green

desain berupaya untuk menjaga aliran udara, air,

dan tanah, dengan memilih bahan bangunan

dalam praktek-praktek konstruksi yang

dilaksanakan. Green desain yang baik dapat

menekan pemakaian energi, air dan bahan-

bahan. Tidak itu saja, juga mampu mengurangi

jumlah buangan oleh pemakai bangunan,

sehingga tidak banyak merusak tanah di

sekelilingnya.

D Relationship

(tanggapan atas kebutuhan pelanggan)

A Customer Needs and

Benefit

F Technical Matriks

(Prioritas tanggapan teknis, target teknis,

Benchmarking)

B Planning Matriks

(Riset Pasar & Perencanaan Strategik)

E. Technical Correlation

C. Technical Response

Page 5: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

2.7 Fuzzy Multi-Attribute Utility Theory

Menurut Schaefer, Fuzzy Multi-Attribute

Utility Theory merupakan suatu skema yang

evaluasi akhir, v(x), dari suatu objek x

didefinisikan sebagai bobot yang dijumlahkan

dengan suatu nilai yang relevan terhadap nilai

dimensinya. Ungkapan yang biasa digunakan

untuk menyebutnya adalah nilai utilitas. Nilai

evaluasi seluruhnya dapat didefinisikan dengan

persamaan:

……………… (2.1)

Dimana vi(x) merupakan nilai evaluasi dari

sebuah objek ke i dan wi merupakan bobot yang

menentukan nilai dari seberapa penting elemen

ke i terhadap elemen lainnya. Dan n merupakan

jumlah elemen. Total dari bobot adalah 1.

………… (2.2)

Secara ringkas, langkah-langkah yang dilakukan

dalam metode MAUT dapat dituliskan sebagai

berikut :

1. Pecah sebuah keputusan ke dalam

dimensi yang berbeda

2. Tentukan bobot relatif pada masing-

masing dimensi

3. Daftar semua alternatif.

4. Masukkan utility untuk masing-masing

alternatif sesuai atributnya.

5. Kalikan utility dengan bobot untuk

menemukan nilai masing-masing

alternatif.

Matrik perbandingan fuzzy yang baru diturunkan

dari matrik perbandingan Saat yang mengadopsi

sistem fuzzy dalam skala penilaiannya. Jika

matrik perbandingan tersebut diatas konsisten

maka akan memenuhi syarat seperti berikut ini :

………… (2.3)

Adapun skala perbandingan fuzzy-nya adalah

sebagai berikut :

……………(2.4)

Kita dapat menggunakan persamaan dibawah ini

untuk menghitung index konsistensi (CI). Matrik

perbandingan akan menjadi konsisten jika

(Consistency Ratio) 1 . 0 ��RICI CR . Adapun

variasi nilai dari RI (Random Index) dapat dilihat

dari tabel berikut: Tabel 2.1 Skala Random Index

Perhitungan Bobot Prioritas

Page 6: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

…………… (2.5)

Integrasi Fuzzy-AHP

Penggunaan AHP dalam menyelesaikan

problem MCDM sering dikritisi sehubungan

dengan kurang mampunya pendekatan ini untuk

mengatasi faktor ketidakpresisian yang dialami

oleh pengambil keputusan ketika harus

memberikan nilai yang pasti dalam pairwise

comparison (Deng, 1999). Tulisan ini

mengajukan penggunaan teori fuzzy set untuk

menangani ketidakpresisian yang terjadi. Tidak

seperti dalam metoda AHP orisinal yang

menggunakan skala 1-9 dalam pairwise

comparison, tulisan ini, sebagai gantinya,

menggunakan fuzzy numbers.

Pairwise comparison dengan Fuzzy numbers

Seperti dibahas sebelumnya, tulisan ini

menggunakan fuzzy numbers (bilangan fuzzy)

untuk membantu pengambil keputusan

menghadapi ketidakpresisian. Bilangan fuzzy

dapat dituliskan sebagai berikut: F {(x, (x)),x R}

A = μ , dimana x merupakan bilangan real, R :

−∞ < x < +∞ dan (x) A μ merupakan tingkat

keyakinan (degree of belief) dari x, yang bernilai

dalam interval [0,1]. Tulisan ini menggunakan

triangular fuzzy numbers, yang merupakan

bagian dari L-R fuzzy sets (Dubois, 1980).

Bilangan fuzzy di atas dapat ditabulasikan

sebagai berikut: Tabel 2.2 Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy

(fuzzymembership function) Fuzzy membership function Lower

value Mean Upper

value Equally important (E) 1.0 1.0 3.0 Moderately more important (M) 1.0 3.0 5.0 Strongly more important (S) 3.0 5.0 7.0 Very strongly more important (V) 5.0 7.0 9.0 Extremely more important (EX) 7.0 9.0 11.0

Mengukur tingkat kesuksesan konsep produk

Sekarang mari kita lihat problem keputusan

seperti pemilihan konsep produk (product

concept selection) yang tepat untuk

dikembangkan. Dengan menggunakan analogi

choice between gambles1, problem ini dapat

digambarkan sebagai pemilihan lotere yang

dapat memaksimalkan expected utility. Dengan

menggunakan analogi lotere ini, pengambil

keputusan dihadapkan pada ketidakpastian dari

peristiwa seperti apakah produk akan “sangat

sukses” dengan probabilitas p1, “cukup sukses”

dengan probabilitas p2, atau “gagal” dengan

probabilitas p3. Payoff atau reward, R akan

diperoleh perusahaan dari pemilihan suatu

konsep produk terjadinya suatu peristiwa terjadi.

Problem keputusan selanjutnya dapat

digambarkan sebagai berikut : S1: sangat sukses R1i

P(S1|Ai)

Konsep produk, A i S2: cukup sukses

R2i P(S2|Ai)

S3 :gagal R3i

P(S3|Ai)

Pengambil keputusan selanjutnya akan memilih

konsep produk dengan expected utility yang

paling besar, dimana expected utility

Page 7: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

dari setiap konsep produk, EU(Ai) adalah

EU(Ai) = P(S1|Ai) U(R1i) + P(S2|Ai) U(R2i)+

P(S3|Ai) U(R3i)

Kemungkinan sukses atau gagalnya produk

di pasar sulit ditentukan secara akurat.

Pengambil keputusan akan menggunakan

subyektifitas-nya ketika mengukur apakah

konsep produk akan berhasil atau tidak. Tentu

ada beberapa kriteria yang dapat digunakan

untuk mengukur tingkat kesuksesan alternatif

konsep produk yang ada. Problem keputusan

kemudian dapat distrukturkan menjadi problem

MCDM dengan hirarki keputusan seperti terlihat

dalam Gambar 3. Untuk keperluan diskusi,

hanya ada tiga kriteria desain (form, ease of use,

dan durability) dan tiga kemungkinan peristiwa

(S1 = sangat sukses, S2 = cukup sukses, S3 =

gagal) yang diperhitungkan

Tujuan utama Kriteria Alternative peristiwa

Gambar 2.2 Hirarki Keputusan untuk Mengukur Kesuksesan Konsep Produk

Gambar 2.2 di atas memperlihatkan ukuran

kesuksesan produk di pasar ditentukan oleh

kriteria yang impresisi, yaitu form, ease of use,

dan durability. Dengan menggunakan

pendekatan AHP, pertama kali kita mencoba

mencari bobot dari masing kriteria. Tabel 2.3

memperlihatkan hasil pairwise comparison

untuk kriteria.

Tabel

2.3

Fuzzy pairwise comparisons untuk kriteria

Terlihat bahwa kriteria Form sebagai kriteria

terpenting, sebagaimana kriteria tersebut dinilai

moderately more important dibandingkan

kriteria Ease of use, dan strongly more important

dibandingkan kriteria Durability. Dari

persamaan (5), diperoleh bilangan fuzzy untuk

bobot dari masing-masing kriteria sebagai

berikut:

vform = (0.25, 0.64, 1.40); vease of use = (0.10,

0.26, 0.73); vdurability = (0.05, 0.10, 0.30).

Proses pairwise comparison kemudian

dilanjutkan pada level alternatif peristiwa untuk

setiap konsep produk. Tabel 2.4 memperlihatkan

matriks pairwise comparison untuk konsep

produk tertentu.

Tabel 2.4 Fuzzy pairwise comparisons untuk alternatif

peristiwa dari konsep produk From  S1  S2  S3 S1  (1,1,1)  M   S2    (1,1,1)   S3  S  V  (1,1,1) Ease of use  S1  S2  S3 

S1  (1,1,1)     S2  E  (1,1,1)   S3  M  S  (1,1,1) Durability  S1  S2  S3 S1  (1,1,1)  S  V S2    (1,1,1)  M S3      (1,1,1) 

Form Ease of use Durability

Form (1,1,1) M S

Ease of use (1,1,1) M

Durability (1,1,1)

Menentukan probabilitas peristiwa

Form Ease of use Form

S3 (gagal) S1 (sangat sukses) S2 (cukup sukses)

Page 8: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

Hasil penilaian setiap kandidat pemasok

berdasarkan masing-masing kriteria diperoleh

sebagai berikut:

Tabel 2.5 Hasil Penilaian Alternatif berdasarkan Kriteria Form Ease of use Durability

0.25 0.64 1.40 0.10 0.26 0.73 0.05 0.10 0.30 S1 0.09 0.19 0.36 0.08 0.18 0.42 0.43 0.73 1.22 S2 0.05 0.08 0.18 0.10 0.16 0.42 0.09 0.19 0.36 S3 0.43 0.73 1.22 0.27 0.66 1.38 0.05 0.08 0.18

Form

S1 = bobot : nilai fuzzy S, S2 = bobot : nilai

fuzzy V

S3 = bobot + S1

Ease of use

S1 = bobot : nilai fuzzy M, S2 = bobot : nilai

fuzzy S, dan S3 = bobot + S1

Durability

S1 = S3 form, S2 = S1 form, dan S3 = S2

form

Cara perhitungan untuk mendapatkan prioritas

global adalah : Form Ease of use Form Bobot A B C D E F G H I S1 A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 S2 A2 B2 C2 D2 E2 F2 G2 H2 I2 S3 A3 B3 C3 D3 E3 F3 G3 H3 I3

Sehingga diperoleh prioritas global atau

urutan terbaik dari setiap kriteria, yaitu :

Pada S1 (form) = C – B – A + A1 – B1 – C1

Pada S2 (form) = C – B – A + A2 - B2 – C2

Pada S3 (form) = C + B – A + A3 – B3 – C3

Pada S1 (ease of use) = F + E – D – D1 – E1 –

F1

Pada S2 (ease of use) = F + E – D – D2 – E2 –

F2

Pada S3 (ease of use) = C + B – A + D3 + E3 –

F3

Pada S1 (form) = I + H + G + G1 – H1 + I1

Pada S2 (form) = I + H + G + G2 – H2 + I2

Pada S3 (form) = I + H + G + G2 + H2 + I2

akhirnya diperoleh prioritas global atau urutan

terbaik dari setiap kandidat pemasok, yaitu

S1 = (0.05, 0.21, 1.37); S2 = (0.3, 0.21, 0.71); S3

= (0.27, 0.64, 0.76)

Hasil yang fuzzy di atas dapat dijadikan angka

defisifikasi dengan menggunakan persamaan (8)

dan hasilnya adalah

S1 = jumlah S1 : 3 = 0.54; S2 = jumlah S2 : 3 =

0.41; S3 = jumlah S3 : 3 = 0,56. Atau setelah

dinormalkan akhirnya diperoleh penilaian

masing-masing pemasok sebagai berikut: Setelah

dinormalkan akhirnya diperoleh penilaian

masing-masing sebagai berikut :

Penjumlahan S = S1 + S2 + S3

(S1)N = S1 : S , (S2)N = S2 : S ,dan (S3)N =

S3 : S

(S1)N = 0.25; (S2)N = 0.14; (S3)N = 0.61.

Dengan demikian konsep produk yang sedang

dinilai memiliki kemungkinan “sangat sukses”

sebesar 25%, “cukup sukses” sebesar 14% dan

“gagal” 61%. Dengan cara yang sama,

probabilitas kesuksesan dari konsep produk

lainnya dapat diperoleh.

3. Metodologi Penelitian

Penelitian meliputi operasional konsep dan

QFD. Operasional konsep meliputi analisis

faktor dan analisis variabel. Pada analisis faktor

Page 9: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

meliputi kualitas, biaya dan lingkungan.

Sedangkan pada analisis variabel, dari aspek

kualitas berupa performa (Performance),

kehandalan, daya tahan, kemampuan pelayanan,

dan kualitas yang dipersepsikan. Aspek biaya

yang berupa harga (price), pelayanan (service),

dan pesaing (competitor). Dan pada aspek

lingkungan berupa lingkungan hidup yang

mencangkup tanah, air dan lingkungan. Pada

regresi berganda dapat dilakukan dengan melalui

beberapa tahapan yaitu : membuat Ha dan Ho

dalam bentuk kalimat, membuat Ha dan Ho

dalam bentuk statistik, membuat tabel penolong

ntuk menghitung angka statistik, hitung nilai-

nilai persamaan b1, b2 dan a dengan rumus nilai

persamaan untuk 2 variabel bebas, mencari

korelasi ganda, mencari nilai kontribusi korelasi

ganda, menguji signifikan dengan

membandingkan Fhitung dengan Ftabel.

Berdasarkan QFD, terbentuk dari : kebutuhan

konsumen dengan tingkat kepentingannya,

tuntutan konsumen dengan tingkat kesulitannya,

hubungan antara kebutuhan konsumen dengan

tuntutan konsumen, hubungan antar tuntutan

konsumen, tingkat perbandingan dalam pesaing,

dan penilaian tingkat kepentingan relatif dan

tingkat kepentingan absolute.

4. Pembahasan

Hasil penyelesaian masalah yang peneliti

lakukan terhadap evaluasi konsep produk dengan

menggunakan Green QFD III dapat dilihat

antara lain : variabel yang berpengaruh, hasil

nilai utility tiap atribut, dan hasil penilaian

berdasarkan Green QFD III.

Dengan melihat hasil penilaian utility

terhadap masing-masing atribut. Atribut yang

sangat berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan dari konsep produk ini adalah atribut

lingkungan karena nilai utilitynya < 1. Sehingga

konsep produk ini memiliki kemungkinan

“sangat sukses” sebesar 27%, “cukup sukses”

sebesar 20% , dan “gagal” sebesar 53%.

Pada House Of Quality dapat dilihat pada

pembuatan karakteristik teknis dapat dilihat apa

saja tuntutan konsumen terhadap produk agar

perusahaan mampu memperbaikinya agar

menjadi produk yang ramah lingkungan.

Dilihat dari tingkat keunggulan perusahaan

dengan pesaingnya. Perusahaan ini mampu

memberikan garansi mesin yang lebih baik,

masa pakai yang lebih lama, brand name image

yang lebih baik, dan karyawannya yang dituntut

perusahaan untuk bersikap sopan terhadap

pelanggannya.

Setelah itu dilihat juga dari perhitungan tingkat

kepentingan absolute dan tingkat kepentingan

relatif. Kesopanan memiliki nilai tertinggi

dengan 1 pada tingkat absolute dan 24,04 pada

tingkat relatif. Sedangkan kenaikan atau

penurunan harga memiliki nilai terendah dengan

0,14 pada tingkat absolute dan 3,37 pada tingkat

relatif.

5. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis

uraikan pada bab pendahuluan dan penyelesaian

Page 10: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

masalahnya yang telah dilakukan pada

pengolahan data, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu :

Adapun atribut pembentuk produk floveyor

ini didasarkan pada Life Cycle Cost (LCC) dan

Life Cycle Assessment (LCA). Atribut-atribut

tersebut adalah atribut kualitas, biaya dan

lingkungan. Untuk atribut Life Cycle Cost (LCC)

berupa biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan

selama siklus hidup produknya, yaitu berupa

harga jual (price), biaya pelayanan (service),

dan biaya persaingan (competitor). Dan untuk

atribut Life Cycle Assessment (LCA) berupa cara

untuk mengatur input sampai output yang

mempengaruhi lingkungan. Lingkungan yang

dimaksud berupa tanah, air dan lingkungan.

Setelah melakukan pengukuran dalam

penelitian ini, nilai bobot yang didapatkan pada

atribut kualitas = 1,042579, atribut biaya =

1,073714, atribut lingkungan = 0,536103 dengan

atribut utama = 1,388888. Sehingga didapatkan

pengaruh atribut terbesar adalah atribut

lingkungan karena didapatkan nilai utilitynya <

1. Sehingga atribut lingkungan sangat

berpengaruh pada kesuksesan produk.

Sehingga dapat melalukan evaluasi konsep

pembentuk produk dengan menggunakan Fuzzy

Pairwaise comparisons. Dari hasil diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa konsep produk yang

sedang dinilai memiliki kemungkinan “sangat

sukses” sebesar 27%, “cukup sukses” sebesar

20% , dan “gagal” sebesar 53%.

Daftar Pustaka

Grigoroudis, Evangelos, Siskos, Yannis . 2009.

Customer Satisfaction Evaluation:

Methods for Measuring and

Implementing Service Quality

[International Series in Operations

Research & Management Science] :

Springer.

Hamidi, Sofyan. 2007. Laporan Tugas Akhir

Y.A.I tentang Penerapan Quality

Function Deployment dengan Logika

Fuzzy. Jakarta.

Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu

Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hardi, H. P. 2008. Inovasi Nilai Pelanggan

Dalam Perencanaan Pengembangan

Produk. Jakarta : Graha Ilmu.

Ridwan. 2008. Laporan Tesis Universitas

Indonesia tentang Pengukuran Kinerja

dan Pemeringkatan Kontraktor Jasa

Kapal Tanker Minyak Dengan Metode

MAUT. Depok.

Roy. 2006. Laporan Tugas Akhir Universitas

Indonesia tentang Aplikasi Fuzzy

Numbers Dalam Fuzzy Quality Function

Deployment Pada Pengembangan

Pelayanan Starone PT Indosat, Tbk.

Depok.

Page 11: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

Sekarrani, Herdina. 2010. Laporan Tugas Akhir

Universitas Trisakti tentang Penerapan

Fuzzy Quality Function Deployment

untuk Pengembangan Air Minum Dalam

Kemasan di CV. Oiro Indonesia. Jakarta.

Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptrif

untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Tahid, S.et.el. 2007. Konsep Teknologi Dalam

Pengembangan Produk Industri. Jakarta:

Kencana.

Ulrich. Et. El. 2001. Perancangan dan

Pengembangan Produk. Jakarta:

Salemba Teknika.

Widodo, I. D. 2003. Perancangan dan

Pengembangan Produk. Yogyakarta: UII

Pres Indonesia.

 

Page 12: EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN …

 

Gambar 2.3 Gambar House Of Quality Produk Floveyor