evaluasi kinerja reksa dana saham di …. kencana sinergi nusaindo ciledug tahun 2012 . vii...

159
EVALUASI KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA DENGAN METODE EROV, SORTINO, DAN SHARPE Oleh: Lina Meytasari NIM: 109081000129 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2013 M

Upload: hadieu

Post on 01-May-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EVALUASI KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA

DENGAN METODE EROV, SORTINO, DAN SHARPE

Oleh:

Lina Meytasari

NIM: 109081000129

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2013 M

i

EVALUASI KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA

DENGAN METODE EROV, SORTINO, DAN SHARPE

Oleh:

Lina Meytasari

NIM: 109081000129

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2013 M

ii

iii

iv

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lina Meytasari

No. Induk Mahasiswa : 109081000129

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 23 Oktober 2013

Yang Menyatakan

(Lina Meytasari)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Lina Meytasari

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Mei 1991

3. Alamat : Jl. KH. Hasyim Ashari

Gg. H. Al-fitroh RT 05/05,

Sud. Pinang, Pinang,

Tangerang, 15145

4. Telepon : 08999843337/08888919912

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SDN Sudimara VII Tahun 1997-2003

2. SLTPN 3 Tangerang Tahun 2003-2006

3. SMAN 3 Tangerang Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sukamto

2. Ibu : Sarinah

3. Alamat : Sudimara Pinang, Tangerang

IV. PENGALAMAN KERJA

CV. Kencana Sinergi Nusaindo Ciledug Tahun 2012

vii

EVALUATION PERFORMANCE OF EQUITY FUNDS IN INDONESIA

WITH EROV, SORTINO AND SHARPE RATIOS

Lina Meytasari

Abstract

The aim of this research is to evaluate the performance of Equity Funds

listed in BAPEPAM Indonesia with EROV, Sortino and Sharpe Ratios. This study

used Equity Funds that were active from 2008 until 2012. The data used in this

research were collected from 30 Equity Funds. The sampling technique used in

this research is purposive sampling method. The test used in this research is

Kruskal-Wallis test. The results of this research showed that performance of

Equity Funds with 3 ratios, EROV, Sortino and Sharpe have no a significant

impact at significant level 5%. This test indicated that the performance of these

ratios were not different. And the test of the second hypotesis indicated that they

have a significant impact at significant level 5% and have a better performance

than market performance. Overall, Sortino is the highest ratio performance in this

research.

Keyword: Post-Modern Portfolio Theory, Evaluation Performance, Equity Fund,

EROV, Sortino, Sharpe Ratio

viii

EVALUASI KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA

DENGAN METODE EROV, SORTINO, DAN SHARPE

Lina Meytasari

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Reksa Dana

Saham yang terdaftar di BAPEPAM Indonesia dengan rasio EROV, Sortino dan

Sharpe. Penelitian ini menggunakan Reksa Dana Saham yang aktif dari tahun

2008 sampai tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

data sekunder yang didapatkan dari 30 sampel Reksa Dana Saham. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,

kemudian data akan diolah dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa kinerja dari Reksa Dana Saham dengan 3 rasio, EROV,

Sortino dan Sharpe tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Tes ini

mengindikasikan bahwa kinerja dari ketiga rasio tersebut tidak berbeda. Dan

pengujian pada hipotesis kedua mengindikasikan bahwa ketiga rasio tersebut

signifikan pada 5% dan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan

kinerja pasar. Secara keseluruhan, Sortino merupakan rasio yang memiliki kinerja

paling besar dalam penelitian ini.

Kata kunci: Post-Modern Portfolio Theory, Evaluasi Kinerja, Reksa Dana

Saham, rasio EROV, Sortino, Sharpe

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang

mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang

ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat

guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua, ayahanda Sukamto dan ibunda Sarinah yang telah

memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-

hentinya kepada penulis. Untuk Kakakku Wahyu yang juga selalu

memberikan arahan dan doa selalu untuk penulis.

2. Untuk Rusjdie Arief Djaelani, S.Kom., yang telah menemani proses

pembuatan skripsi ini sampai dengan selesai, dan untuk seluruh keluarga

besarnya yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat bagi penulis.

3. Untuk seluruh keluarga besar yang selalu setia mendoakan dan mendukung

baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Ahmad Dumyati Bashori, MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah banyak berkenan untuk memberikan tambahan ilmu dan solusi pada

x

setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini, dan selalu

,menjadi motivator bagi penulis pribadi. Terima kasih banyak, Pak...

8. Bapak Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB., selaku dosen Pembimbing

Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap

permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan

arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen, dan civitas akademika Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama

masa perkuliahan.

10. Seluruh teman-teman Manajemen D Angkatan 2009, terutama CENIL, Arief,

Dhimas, Henry dan Iqbal yang selalu menemani saat suka dan duka dalam

berjuang bersama. I‘m gonna missing you, guys!

11. Seluruh teman-teman Manajemen Keuangan dan seluruh teman-teman

Manajemen Angkatan 2009 yang selalu mengisi hari-hari menjadi

menyenangkan. Untuk Arfian Utama, terima kasih sudah bekerja sama untuk

memahami penelitian ini. Dan Sucahyono yang sudah membantu mengoreksi

abstrakku.

12. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan

kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang akuntansi

manajemen.

Jakarta, 23 Oktober 2013

Penulis

(Lina Meytasari)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi

ABSTRACT . .................................................................................................. vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12

A. Landasan Teori ......................................................................... 12

1. Reksa Dana ......................................................................... 12

a. Definisi Reksa Dana ...................................................... 12

b. Perkembangan Reksa Dana ............................................ 16

c. Bentuk Hukum Reksa Dana ........................................... 17

d. Pihak-Pihak yang Terkait ............................................... 18

e. Tipe Reksa Dana ............................................................ 19

f. Macam dan Jenis Reksa Dana ........................................ 20

g. Keuntungan dan Manfaat Reksa Dana ............................ 27

h. Risiko Reksa Dana ......................................................... 30

xii

2. Kinerja Pasar....................................................................... 31

3. Portofolio ............................................................................ 33

B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 47

C. Kerangka Pemikiran ................................................................ 53

D. Hipotesis Penelitian……………. .............................................. 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 58

A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 58

B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 58

C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 61

D. Metode Analisis Data ............................................................... 62

1. Return Benchmark dan NAB RDS ...................................... 63

2. Varians Saham .................................................................... 63

3. Resiko Reksa Dana .............................................................. 64

4. Evaluasi Kinerja Reksa Dana................................................ 64

a. Excess Return on Value at Risk (EROV) ........................ 64

b. Rasio Sortino ................................................................. 65

c. Metode Sharpe ............................................................... 66

5. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov....................... 67

6. ANOVA dengan Tukey Test ................................................. 67

7. Uji Kruskal-Wallis................................................................ 71

E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 73

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................... 78

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ................................ 78

1. Reksa Dana Saham ............................................................. 78

B. Analisa dan Pembahasan .......................................................... 79

1. Analisis Deskriptif .............................................................. 79

a. EROV ............................................................................. 79

b. Sortino ............................................................................ 84

c. Sharpe ............................................................................. 88

d. Benchmark/IHSG ............................................................ 92

2. Uji Normalitas .................................................................... 92

xiii

3. Uji Homogenitas ................................................................. 95

4. Uji Kruskal-Wallis .............................................................. 97

a. Hipotesis Pertama ............................................................ 97

b. Hipotesis Kedua .............................................................. 103

5. Interpretasi Hasil ................................................................... 110

a. Hipotesis Pertama ........................................................... 111

b. Hipotesis Kedua ............................................................. 112

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 117

A. Kesimpulan............................................................................... 117

B. Saran .................................................................................. 118

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 120

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia ................................. 3

2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................. 51

3.1 Sampel Reksa Dana ................................................................ 60

4.1 Analisis Deskriptif (1) ............................................................. 80

4.2 Hasil Perhitungan EROV ........................................................ 81

4.3 Analisis Deskriptif (2) ............................................................. 84

4.4 Hasil Perhitungan Sortino ....................................................... 85

4.5 Analisis Deskriptif (3) ............................................................. 88

4.6 Hasil Perhitungan Sharpe ........................................................ 89

4.7 Analisis Deskriptif (4) ............................................................. 92

4.8 Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) ................................... 93

4.9 Uji Homogenitas ..................................................................... 96

4.10 Hasil Uji Kruskal-Wallis (1) .................................................... 98

4.11 Hasil Chi-Square (1) ............................................................... 99

4.12 Hasil Uji Kruskal-Wallis (2) .................................................... 100

4.13 Hasil Uji Kruskal-Wallis (3) .................................................... 101

4.14 Hasil Uji Kruskal-Wallis (4) .................................................... 103

4.15 Hasil Uji Kruskal-Wallis (5) .................................................... 104

4.16 Hasil Chi-Square (2) ............................................................... 105

4.17 Hasil Uji Kruskal-Wallis (6) .................................................... 107

4.18 Hasil Uji Kruskal-Wallis (7) .................................................... 108

4.19 Hasil Uji Kruskal-Wallis (8) .................................................... 110

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Komposisi NAB Reksa Dana ...................................................... 4

2.2 Kerangka Berpikir ................................................................. 54

3.1 Pengelompokan Sampel ........................................................... 59

4.1 Normal P-Plot .......................................................................... 94

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Mentah

Lampiran 2 : Output Hasil Pengujian Data dengan IBM SPSS 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan perekonomian negara pada era globalisasi saat ini banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor dari struktur perekonomian negara tersebut.

Salah satu faktor tersebut adalah pasar modal. Pasar modal sendiri berfungsi

sebagai perantara pihak surplus (kelebihan dana) dengan pihak defisit

(kekurangan dana). Di negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika, pasar

modal dijadikan tolak ukur untuk melihat perkembangan perekonomian negara

tersebut setiap tahunnya. Semakin maju pasar modal suatu negara, maka dapat

dikatakan bahwa negara tersebut mempunyai perekonomian yang baik. Karena

kemajuan pasar modal menggambarkan tingginya investasi yang ditanamkan para

investor di negara tersebut dan banyaknya modal yang dapat digunakan untuk

pertumbuhan perekonomian.

Perkembangan pasar modal Indonesia saat ini masih didominasi oleh para

investor besar dan perusahaan. Masih banyak masyarakat awam yang belum

mengetahui tentang pasar modal dan jenis instrumennya. Salah satu instrumen

investasi yang saat ini dikenal di Indonesia selain deposito, saham, obligasi atau

Efek lainnya adalah Reksa Dana. Model investasi sejenis Reksa Dana mempunyai

akar sejarah yang panjang menurut berbagai versi, bahkan terungkap bahwa

2

commenda adalah bentuk Reksa Dana klasik yang sudah dipraktekkan oleh para

pelaut yang berniaga di Medival Italy.

Reksa Dana sudah ada sejak 1920-an, meski popularitasnya baru

meningkat dalam 25 tahun. Reksa Dana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah

Mutual Fund, di Inggris dan Malaysia dikenal dengan Unit Trust, dan di Jepang

dikenal dengan sebutan Investment Trust. (Rodoni, 2006:79-80)

Reksa Dana sendiri mulai diperkenalkan di Indonesia ketika PT Danareksa

didirikan pada tahun 1976 dimana perusahaan ini dapat menerbitkan sertifikat

yang dikenal dengan Sertifikat Danareksa I dan II. Kemudian pada tahun 1995

berdiri sebuah Reksa Dana Tertutup yaitu PT BDNI Reksa Dana dengan

menawarkan 600 juta saham dengan nilai satu saham Rp 500,- sehingga

terkumpul dana sebesar Rp 300 miliar. Pendirian Reksa Dana terus berkembang

dimana pada tahun 1996 berdiri sebanyak 25 Reksa Dana Terbuka yang dikelola

oleh 12 Manajer Investasi. Pada saat itu total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sudah

berkembang sebesar Rp 2,8 triliun dan meningkat menjadi sekitar Rp 8 triliun

pada Juni 1997.

Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 turut bereaksi negatif untuk

Reksa Dana. Banyak masyarakat yang menarik dananya dan meyebabkan Nilai

Aktiva Bersih (NAB) menurun menjadi Rp 4,9 triliun. Pertumbuhan Reksa Dana

mulai normal kembali sejak tahun 2001 dengan total NAB sebesar Rp 8 triliun

dengan jumlah Reksa Dana sebanyak 108 Reksa Dana. Dan mengalami

peningkatan yang cukup tajam pada akhir tahun 2002 dengan total Rp 46,6 triliun

3

dengan jumlah Reksa Dana sebesar 131 dan terus meningkat hingga akhir tahun

2004.

Tabel 1.1

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia

Periode Jumlah Reksa

Dana Penyertaan

Pemegang

Unit

NAB (Rp

Juta)

Jumlah Unit

Penyertaan

1996 25 2.441 2.782.323 2.942.232.211

1997 77 20.234 4.916.605 6.007.373.759

1998 81 15.482 2.992.171 3.680.892.097

1999 81 24.127 4.974.105 4.349.952.951

2000 94 39.487 5.515.954 5.006.049.770

2001 108 51.723 7.492.206 7.246.205.820

2002 131 125.820 46.613.833 41.665.523.049

2003 186 171.712 69.477.720 60.020.745.573

2004 246 299.063 104.037.824 84.700.701.703

2005 331 252.132 29.415.787 21.262.143.380

2006 355 202.991 50.869.193 38.242.502.919

Apr-07 408 245.222 59.602.645 41.700.904.667

Sumber: Adler Manurung, BAPEPAM, Data Diolah

Namun pada tahun 2005, Reksa Dana mulai mengalami krisis kembali.

Pemerintah menaikkan tingkat bunga sehingga total NAB Reksa Dana mengalami

penurunan sampai Rp 29 triliun. Penurunan itu sangat tajam bila dibandingkan

dengan akhir tahun 2004 total NAB mencapai Rp 104 triliun. Penurunan ini tidak

terlepas juga terhadap rumor pajak dan Marked to Market harga obligasi yang ada

di Reksa Dana. Tetapi NAB mulai mengalami kenaikan karena penurunan tingkat

suku bunga sehingga NAB mencapai Rp 59 triliun pada April 2007. (Manurung,

2007:12)

Menurut data BAPEPAM-LK untuk tahun 2013 ini, komposisi Reksa

Dana yang paling besar dipegang oleh Reksa Dana Saham yakni sebesar 39,71%

4

dan yang terendah adalah Reksa Dana Syariah-Fixed Income sebesar 0,39%.

Menurut Adler Manurung (2007:31) Reksa Dana Saham di Indonesia tidak

sebesar Reksa Dana lainnya. Karena berdasarkan data Bapepam pada akhir Mei

2007 total aset Reksa Dana Saham sebesar Rp 5,02 triliun dan sudah terkalahkan

oleh Reksa Dana Terproteksi. Hal itu membuktikan bahwa Reksa Dana Saham

berkembang dengan sangat pesat. Dan hingga saat ini pertumbuhan total NAB

keseluruhan sudah mencapai lebih dari Rp 250 triliun.

Gambar 1.1

Komposisi NAB Reksa Dana

Sumber: BAPEPAM, Data Diolah

Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat sudah mulai mengenal

produk Reksa Dana dan responnnya cukup baik. Agar dapat memberikan

keuntungan dan mendapatkan kepercayaan dari para calon investor maupun

investornya, para Manajer Investasi berlomba-lomba untuk memberikan tingkat

pengembalian yang cukup menarik melalui strategi investasi yang digunakan.

5

Untuk melihat sampai sejauh mana kinerja Reksa Dana yang dimiliki, biasanya

para Manajer Investasi melakukan evaluasi kinerja portofolio dengan berbagai

metode. Hal itu dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja portofolio, dalam

hal ini Reksa Dana tersebut berkembang. Karena kinerja historis Reksa Dana

menjadi pertimbangan utama dari investor dalam memilih Reksa Dana. Lebih dari

70% responden memilih Reksa Dana berdasarkan kinerja yang telah dihasilkan.

(Pratomo dan Nugraha, 2005:173)

Menurut Reilly dan Brown (2006), para investor yang rasional mencari

tingkat risiko yang dapat diterima untuk memaksimalkan hasil yang akan mereka

dapatkan. Setelah pemilihan portofolio, mengevaluasi kinerjanya sangatlah

penting. Evaluasi kinerja portofolio terutama mengacu pada penentuan bagaimana

portofolio investasi tertentu dilakukan sehubungan dengan beberapa perbandingan

berdasarkan benchmark yang dilakukan. Evaluasi dapat menunjukkan sejauh

mana portofolio lebih unggul, lebih rendah ataukah setara dengan benchmark

yang dijadikan perbandingan. (Ataie, 2012:01)

Beberapa model telah dikembangkan untuk mengevaluasi kinerja

portofolio. Model yang paling terkenal beberapa diantaranya yaitu metode

Sharpe, Treynor dan Jensen. Model yang dikembangkan tersebut termasuk

kedalam Modern Portfolio Theory. Saat ini ada metode lain yang dikembangkan

oleh Sortino pada awal tahun 1980, memperkenalkan suatu rasio baru. Rasio ini

menghitung excess return portofolio dari Minimum Acceptable Return (MAR)

untuk setiap downside deviation. Rasio ini kemudian dikenal dengan nama

Sortino ratio. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan Ataie (2012) Post-

6

Modern Portfolio Theory juga ada rasio yang dikenal dengan nama EROV dan

M3.

Dari evaluasi kinerja portofolio berupa Reksa Dana yang dilakukan oleh

Manajer Investasi, maka akan didapatkan hasil kinerja yang nantinya akan

dipromosikan kepada para investor. Semakin tinggi nilai kinerja Reksa Dana

tersebut, biasanya kinerjanya dianggap baik. Terlebih bila hasil kinerjanya lebih

besar jika dibandingkan dengan kinerja pasar (benchmark) yang dijadikan acuan,

maka Manajer Investasi akan semakin mempromosikan Reksa Dana tersebut

secara besar-besaran agar para investor tertarik dan menanamkan investasinya.

Selain para Manajer Investasi yang menggunakan evaluasi kinerja untuk

menarik minat para investor, cukup banyak pula peneliti yang telah melakukan

penelitian tentang evaluasi kinerja portofolio untuk menilai bagaimana kinerja

portofolio tersebut, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa

diantaranya:

Ataie (2012) melakukan penelitian dengan judul “Evaluation Performance

of 50 Top Companies Listed in Tehran Stock Exchange by Sortino, EROV and

M3”. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan-

perusahaan dengan menggunakan model Sortino, EROV dan M3. Penelitian ini

menggunakan data dari tahun 2006 sampai dengan 2010 dengan menggunakan 42

sampel perusahaan. Dimana peneliti menginginkan apakah terdapat perbedaan

hasil kinerja dari ketiga model tersebut, dan membandingkannya dengan kinerja

pasar apakah lebih baik atau tidak. Penelitian ini menggunakan pengukuran

kinerja dengan model Sortino, EROV dan M3 dan menggunakan metode statistik

7

ANOVA dengan Tukey Test. Peneliti menemukan bahwa kinerja perusahaan-

perusahaan ternyata berbeda, dan hasil perhitungan dengan metode rasio EROV

terbukti signifikan dan lebih besar dibandingkan dengan hasil dari metode Sortino

dan M3. Dan didapatkan juga bahwa kinerja perusahaan menggunakan rasio

Sortino dan M3 ternyata berbeda dan tidak lebih unggul dari benchmark (pasar).

Kinerja benchmark (pasar) terbukti lebih baik dari kedua rasio tersebut. Dan

evaluasi kinerja perusahaan dengan menggunakan metode EROV yang

dibandingkan dengan kinerja benchmark (pasar) terbukti tidak menunjukkan

perbedaan.

Tehrani, dkk (2011) meneliti tentang “Analyzing Performance of

Investment Companies Listed in the Tehran Stock Exchange by Selected Ratios

Measure”. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalisis kinerja portofolio dari

perusahaan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Tehran pada periode 2006

sampai dengan 2010 dengan menggunakan metode Sharp, Treynor dan Sortino.

Hasil pengujian data dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan

Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal. Akhirnya peneliti

menggunakan uji non-parametrik untuk menguji hipotesis. Dan dengan

menggunakan uji Freidman dan Wilcoxon, hasilnya menunjukkan bahwa ketiga

metode tersebut memiliki kontrol yang lebih baik untuk risiko sistematis daripada

komponen lainnya. Dan dengan menggunakan Anova dan Multiple Anova,

menunjukkan bahwa perputaran portofolio perusahaan terbukti positif dan

signifikan dalam kinerja perusahaan daripada ukuran lainnya.

8

Simforianus dan Hutagaol (2008) melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Raw Return, Sharpe,

Treynor, Jensen dan Sortino”. Peneliti melakukan penelitian terhadap 16 Reksa

Dana yang ada di Indonesia pada periode 31 Desember 2002 sampai dengan 31

Desember 2007. Penelitian ini menggunakan metode probabilitas dan uji chi-

squared untuk melihat posisi Reksa Dana yang tergolong superior dan ada

tidaknya konsistensi kinerja Reksa Dana tersebut. Reksa Dana yang terbaik adalah

Reksa Dana yang paling banyak dinyatakan unggul menurut kelima metode di

atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pengujian metode probabilitas

menunjukkan tingkat konsistensi besar dengan rata-rata sebesar 71.50%. Dan

didukung oleh hasil pengujian menggunakan chi-square, dimana hipotesis yang

menyatakan terdapat konsistensi antara kinerja Reksa Dana terbukti dan

didapatkan 9 Reksa Dana yang tergolong superior.

Dengan merujuk pada penelitian-penelitian di atas, maka penulis merasa

tertarik untuk membuat penelitian sejenis dengan melakukan perbandingan antara

evaluasi kinerja Reksa Dana Saham dengan kinerja pasar dengan judul

“EVALUASI KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA DENGAN

METODE EROV, SORTINO, DAN SHARPE”.

Alasan peneliti menggunakan sampel Reksa Dana Saham yaitu karena

saham merupakan instrumen Efek yang lebih familiar di masyarakat pada

umumnya, selain itu karena persentase NAB Reksa Dana Saham terbesar

dibandingkan Reksa dana lainnya. Penelitian ini mengambil data berupa nilai

NAB Reksa Dana Saham di Indonesia selama periode penelitian tahun 2008-

9

2012. Penelitian dilakukan pada periode tersebut agar terlihat perbedaan kinerja

Reksa Dana Saham secara historis saat terjadinya krisis keuangan global dan

setelah krisis terjadi. Penelitian ini sendiri dilakukan untuk mengevaluasi kinerja

Reksa Dana Saham di Indonesia dan melihat kinerja RDS yang lebih baik dengan

menggunakan tiga metode, yaitu EROV, Sortino dan Sharpe dan akan

dibandingkan juga dengan kinerja pasar yang akan dicerminkan oleh IHSG yang

ada di Bursa Efek Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah terdapat perbedaan kinerja Reksa Dana Saham dengan metode

EROV, Sortino dan Sharpe secara simultan dan parsial selama periode

2008-2012.

2) Apakah kinerja Reksa Dana Saham dengan metode EROV, Sortino

dan Sharpe berbeda dan lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja

pasar (IHSG) secara simultan dan parsial selama periode 2008-2012.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:

1. Melihat perbedaan kinerja Reksa Dana Saham yang dihitung

menggunakan metode EROV, Sortino dan Sharpe secara simultan dan

parsial selama periode 2008-2012.

10

2. Melihat perbedaan dan perbandingan dari hasil kinerja Reksa Dana

Saham yang dihitung menggunakan metode EROV, Sortino dan

Sharpe dengan kinerja pasar (IHSG) secara simultan dan parsial

selama periode 2008-2012.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi

dibidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan.

b) Penelitian ini mungkin merupakan latihan dan pembelajaran dalam

menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan

dan pengalaman ilmiah. Dan dapat dipergunakan sebagai bahan

masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan

penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Analis dan Investor

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada para calon investor mengenai kinerja Reksa Dana

Saham di Indonesia dan bermanfaat pula sebagai bahan

11

pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi investor yang

ingin melakukan investasi di Reksa Dana Saham tersebut.

2) Bagi Akademisi

Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan dalam berpikir

dan dalam meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan yang

selama ini telah didapatkan oleh penulis selama masa kuliah. Selain

itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan,

landasan berpijak dan referensi bagi para peneliti yang tertarik

untuk meneliti dengan kajian yang sama untuk waktu yang akan

datang.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Reksa Dana

a) Definisi Reksa Dana

Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi

masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak

memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas

investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk

menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai

keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu

dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, Reksa Dana juga diharapkan

dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar

modal Indonesia (Martalena dan Malinda, 2011:83).

Awalnya Mutual Fund berasal dari kata fund dimana Giles dkk

(2003) menyatakan, “Fund is a pool of money contributed by a range of

investors who may be individuals or companies or other organisations,

which is managed and invested as a whle, on behalf of those investors.”

(Manurung, 2008:01).

Di Amerika Serikat, Reksa Dana disebut dengan Unit Investment

Trust, yakni merupakan himpunan dana yang diinvestasikan dalam

13

sebuah portofolio tetap (tidak berubah) sepanjang umur Reksa Dana

tersebut (Bodie dkk, 2006:141).

Di Indonesia dipakai istilah Reksa Dana. Reksa yang berarti

menjaga atau penjaga. Menjaga disini dalam arti dana itu harus aman

dan memberikan penghasilan. Pada umumnya Reksa Dana

mengumpulkan dana dari investor dengan jalan menerbitkan sekuritas

di pasar modal (Darmawi, 2006:230).

Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1

ayat (27) didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang

dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk

selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer

Investasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK

013/1990 dikatakan bahwa lembaga Reksa Dana adalah emiten

(penerbit) unit-unit sertifikat saham yang kegiatan utamanya adalah

melakukan investasi dalam Efek, investasi kembali atau perdagangan

efek di Bursa Efek (Darmawi, 2006:230).

Reksa Dana merupakan perusahaan yang menanamkan modalnya

dalam berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portfolio).

Seorang investor yang melakukan investasi dapat menaikkan

keuntungan yang diharapkan (expected return) dan meminimalkan

risiko (Rodoni, 2006:171).

14

Menurut Martalena dan Malinda (2011:83), ada tiga hal yang

terkait dari definisi di atas, yaitu: pertama, adanya dana dari masyarakat

pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek,

dan ketiga, dana tersebut dikelola oleh Manajer Investasi. Dengan

demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana merupakan dana bersama

para pemodal, sedangkan Manajer Investasi adalah pihak yang

dipercaya untuk mengelola dana tersebut.

Dalam kamus keuangan sendiri, Reksa Dana didefinisikan sebagai

portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai

perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada

masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai

aktiva bersihnya (Manurung, 2008:01).

Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, "unit trust is an

investment scheme that pools from many investors who share similiar

financial objective investment strategy and risk tolerance" (Rodoni,

2009:80).

Selanjutnya menurut Manurung (2008:02), Reksa Dana

mempunyai beberapa karakteristik yaitu pertama, kumpulan dana dan

pemilik, dimana pemilik Reksa Dana adalah berbagai pihak yang

menginvestasikan atau memasukkan dananya ke Reksa Dana dengan

berbagai variasi. Artinya, investor dari Reksa Dana dapat perorangan

dan lembaga dimana pihak tersebut melakukan investasi ke Reksa Dana

sesuai dengan tujuan investor tersebut. Kedua, diinvestasikan kepada

15

efek yang dikenal dengan instrumen investasi. Dana yang dikumpulkan

dari masyarakat tersebut diinvestasikan kedalam instrumen investasi

seperti deposito, surat utang jangka pendek, Comercial Paper, obligasi,

saham, dan efek lainnya.

Ketiga, Reksa Dana tersebut dikelola oleh Manajer Investasi, baik

sebagai lembaga maupun sebagai perorangan. Keempat, Reksa Dana

merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang. Hal

tersebut merupakan refleksi dari investasi Reksa Dana tersebut, karena

umumnya Reksa Dana melakukan investasi kepada instrumen investasi

jangka panjang seperti obligasi dan saham. Kelima, Reksa Dana

merupakan produk investasi yang berisiko. Berisikonya Reksa Dana

karena intrumen investasi yang menjadi portofolio Reksa Dana tersebut,

dan pengelola Reksa Dana (Manajer Investasi) yang bersangkutan.

Jadi pada intinya Reksa Dana merupakan sebuah wadah dimana

Manajer Investasi mengelola dana yang dikumpulkan dari para investor

untuk diinvestasikan. Dana yang terkumpul tersebut diinvestasikan

dalam portofolio Efek terdiversifikasi oleh Manajer Investasi. Di

Indonesia, sekuritas-sekuritas yang diperkenankan untuk dibeli adalah

yang mendapat pengesahan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal).

Di Malaysia sekuritas yang dibeli adalah yang mendapat otorisasi dari

Securitas Commision (SC) atau Suruhanjaya Sekuriti sebagai badan

pengawas pasar modal Malaysia (Rodoni, 2009:80).

16

b) Perkembangan Reksa Dana

Reksa Dana sendiri mulai diperkenalkan di Indonesia ketika PT

Danareksa didirikan pada tahun 1976 dimana perusahaan ini dapat

menerbitkan sertifikat yang dikenal dengan Sertifikat Danareksa I dan

II. Kemudian pada tahun 1995 berdiri sebuah Reksa Dana Tertutup

yaitu PT BDNI Reksa Dana dengan menawarkan 600 juta saham

dengan nilai satu saham Rp 500,- sehingga terkumpul dana sebesar Rp

300 miliar.

Pendirian Reksa Dana terus berkembang dimana pada tahun 1996

berdiri sebanyak 25 Reksa Dana Terbuka yang dikelola oleh 12

Manajer Investasi. Pada saat itu total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sudah

berkembang sebesar Rp 2,8 triliun dan meningkat menjadi sekitar Rp 8

triliun pada Juni 1997.

Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 turut bereaksi negatif

untuk Reksa Dana. Banyak masyarakat yang menarik dananya dan

meyebabkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) menurun menjadi Rp 4,9

triliun. Pertumbuhan Reksa Dana mulai normal kembali sejak tahun

2001 dengan total NAB sebesar Rp 8 triliun dengan jumlah Reksa Dana

sebanyak 108 Reksa Dana. Dan mengalami peningkatan yang cukup

tajam pada akhir tahun 2002 dengan total Rp 46,6 triliun dengan jumlah

Reksa Dana sebesar 131 dan terus meningkat hingga akhir tahun 2004.

Namun pada tahun 2005, Reksa Dana mulai mengalami krisis

kembali. Pemerintah menaikkan tingkat bunga sehingga total NAB

17

Reksa Dana mengalami penurunan sampai Rp 29 triliun. Penurunan itu

sangat tajam bila dibandingkan dengan akhir tahun 2004 total NAB

mencapai Rp 104 triliun. Penurunan ini tidak terlepas juga terhadap

rumor pajak dan Marked to Market harga obligasi yang ada di Reksa

Dana. Tetapi NAB mulai mengalami kenaikan karena penurunan

tingkat suku bunga sehingga NAB mencapai Rp 59 triliun pada April

2007. (Manurung, 2007:12)

Hingga saat ini pertumbuhan total NAB sudah mencapai lebih dari

Rp 250 triliun. Hal itu membuktikan bahwa Reksa Dana berkembang

dengan cukup pesat. Dan menurut data BAPEPAM-LK untuk tahun

2013 ini, komposisi Reksa Dana justru yang paling besar dipegang oleh

Reksa Dana Saham yakni sebesar 39,71% dan yang terendah adalah

Reksa Dana Syariah-Fixed Income sebesar 0,39%.

c) Bentuk Hukum Reksa Dana

Reksa Dana sebagai emiten, memiliki ciri spesifik, sehingga perlu

diatur secara khusus dalam bentuk Undang-Undang. Melalui Undang-

Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Reksa Dana, posisi Reksa Dana

mendapat penekanan secara khusus, mulai dari pasal 18 hingga pasal

29. Pasal-pasal tersebut dibagi kedalam dua bagian, yakni: pertama,

menguraikan bentuk hukum dan perizinan, dan kedua menguraikan

tentang pengolahan Reksa Dana.

18

Dengan adanya pengaturan yang jelas mengenai Reksa Dana ini,

maka akan mendorong meningkatnya kepercayaan masyarakat

(investor) terhadap berbagai produk Reksa Dana yang ditawarkan.

Apabila pengolahan investasi pada Reksa Dana didominasi oleh equity

funds atau fixed income fund (bonds) atau kombinasi diantara keduanya,

maka Reksa Dana akan memberikan andil yang besar bagi

perkembangan Pasar Modal di Indonesia (Rodoni, 2006:178).

d) Pihak-Pihak yang Terkait

Menurut Martalena dan Malinda (2011:87) ada lima pihak yang

berkaitan dengan Reksa Dana, yaitu:

1. Manajer Investasi

Adalah pihak yang mengelola Reksa Dana. Pada diumumnya

dilakukan oleh perusahaan sekuritas atau lembaga yang sudah

mendapatkan izin sebagai Manajer Investasi dari BAPEPAM.

2. Bank Kustodian

Adalah pihak yang ditunjuk untuk mewakili kepentingan

pemodal untuk mengawasi ketaatan Manajer Investasi terhadap

KIK, bertanggung jawab untuk menyimpan aset Reksa Dana,

menjalankan transaksi Efek sesuai perintah Manajer Investasi,

melaksanakan administrasi Reksa Dana, menghitung Nilai

Aktiva Bersih dan memelihara catatan investor.

19

3. Auditor

Yaitu sebagai pihak yang ditunjuk untuk memeriksa secara

berkala kgiatan pengelolaan dana, pembukuan dan perpajakan,

pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang dilakukan Manajer

Investasi.

4. Konsultan Hukum/Notaris

Pihak yang memberikan opini hukum terhadap pembentukan

Reksa Dana dan membuat kontrak Kontrak Investasi Kolektif

(KIK).

5. Agen Penjual

Adalah pihak yang ditunjuk oleh Manajer Investasi untuk

membantu memasarkan Reksa Dana kepada nasabah.

e) Tipe Reksa Dana

Menurut Martalena dan Malinda (2011:87), ada dua tipe Reksa

Dana yang dikenal di Indonesia, yaitu tipe Perseroan dan tipe Kontrak

Investasi Kolektif (KIK).

1. Tipe Perseroan

Bentuk Reksa Dana ini adalah Perusahaan Terbatas (PT) di

Indonesia. Tipe ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Reksa Dana

terbuka dan Reksa Dana tertutup.

20

2. Tipe Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

Merupakan kontrak diantara Manajer Investasi dan Bank

Kustodian yang mewakili legalisasi dari pemilik unit atau investor.

Kontrak ini memberikan kewenangan kepada Manajer Investasi

untuk mengelola portofolio investasi kolektif, dan kewenangan

Bank Kustodian untuk bertindak sebagai kustodi bagi dana

kolektif. Di Indonesia, tipe Reksa Dana ini hanya dalam bentuk

Reksa Dana terbuka, yang mendominasi Reksa Dana yang ada di

pasar.

f) Macam dan Jenis Reksa Dana

Menurut Rodoni (2009:231), ada dua macam Reksa Dana bila

dilihat dari sifatnya, yakni dikelompokkan menjadi dua yaitu, Reksa

Dana tertutup dan Reksa Dana terbuka.

1. Reksa Dana Tertutup (Closed-end Funds)

Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang tidak dapat

membeli kembali dan tidak melakukan redemption saham-saham

yang telah dijual kepada investor. Karakteristik Reksa Dana jenis

ini adalah:

a. Saham Reksa Dana dicatat di Bursa Efek

b. Pada umumnya hanya satu kali melakukan penawaran

21

c. Pemodal tidak dapat menjual kembali saham Reksa Dana yang

dimilikinya kepada perusahaan Reksa Dana atau Manajer

Investasi

d. Jual beli saham Reksa Dana dilakukan di Bursa Efek dengan

harga diatas (dengan premium) atau dibawah (dengan diskon)

dari Nilai Aktiva Bersih (NAV)

e. NAV dari jenis ini tergantung dari nilai harga pasar closed-end

funds tidak harus selalu sama dengan NAV; bahkan dikatakan

bahwa, "The NAV and the market price of a closed-end funds

are almost never the same!"

Pada Reksa Dana tertutup tidak ada aliran uang terus menerus

dari penjualan saham Reksa Dana, karena penjualan saham

dilakukan dengan proses penawaran umum yaitu melalui right

issue.

Investor akan memperoleh penghasilan jika terjadi kenaikan

nilai unit sertifikat dananya dalam bentuk capital gain, yaitu jika

harga unit di Bursa Efek yang mencatat unit tersebut naik

dibandingkan dengan harga pada emisi perdana (Darmawi,

2006:231).

Berikut ini rumus untuk menghitung premium saham Reksa

Dana tertutup:

Premium = Ps - NAV

NAV

22

Dimana: Ps = Harga pasar

NAV = Net Asset Value per saham Reksa Dana

Premium saham Reksa Dana ini umumnya dinyatakan dalam

presentasi terhadap NAV sehingga pada rumus tersebut dibagi

dengan NAV.

2. Reksa Dana Terbuka (Open-end Funds)

Reksa Dana terbuka adalah Reksa Dana yang dapat

menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal

sampai dengan sejumllah modal yang telah dikeluarkan.

Setelah IPO, Manajer Investasinya dapat menjual tambahan

unit penyertaan dengan harga senilai NAV, ditambah atau tidak

ditambah dengan biaya penjualan (sales charge). Manajer Investasi

juga berkewajiban membeli kembali (redemption) unit penyertaan

yang dijual pemegang unit, pada harga pasar NAV, dengan atau

tanpa redemption fees. Dengan demikian harga unit penyertaan

selalu sama dengan NAV yang ditentukan oleh nilai portofolio

yang dikelola manajer.

Karakteristik Reksa Dana jenis ini adalah:

a. Saham Reksa Dana tidak dicatat di Bursa Efek

b. Pemodal dapat menjual kembali saham Reksa Dana yang

dimilikinya kepada Manajer Investasi atas beban rekening

Reksa Dana atau rekening sendiri

23

c. Harga jual beli saham Reksa Dana berdasarkan Nilai Aktiva

Bersih. Saham yang diterbitkan pada Reksa Dana terbuka dijual

pada harga sesuai dengan NAV/NAB.

Rumus perhitungan NAV adalah:

NAVn = NAVn-1 + NCIN

Dimana: NAVn = Net Asset Value (yang ke n)

NAVn-1 = Net Asset Value sebelumnya (yang ke n-1)

NCIN = Net Change in NAV (perubahan bersih

NAV)

Jadi untuk menghitung NAV pada hari tertentu, maka harus

dicari terlebih dahulu perubahan bersih NAV yang terjadi sampai

hari itu (NCIN) dari perhitungan NAV sebelumnya, yang kemudian

ditambah dengan NAV sebelumnya. Untuk menghitung Net

Change in NAV (NCIN) digunakan rumus sebagai berikut:

NCIN = NII – DI + NCG – CGD

Dimana:

NCIN = Net Change in NAV

NII = Net Investment Income

DI = Dividend Income

NCG = Net Capital Gain

CGD = Capital Gain Distribution

24

Menurut Martalena dan Malinda (2011:85), bila dilihat dari

portofolio investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis, yaitu:

1) Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)

Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek

bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun.

Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan

modal. Karakteristiknya yakni memiliki risiko yang rendah dan

berpotensi memberi hasil investasi yang lebih tinggi daripada

deposito.

Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) merupakan Reksa Dana yang

digemari para investor sebelum melakukan investasi kepada Reksa

Dana jenis lain. Awalnya para investor tidak menyukai RDPU

karena penjelasan yang kurang memadai. Namun Reksa Dana ini

cukup berkembang dari waktu ke waktu, dimana besarnya hanya

Rp 658 miliar pada akhir tahun 2000 dan meningkat menjadi Rp

4,8 triliun pada akhir tahun 2007 (Manurung, 2007:15).

2) Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

Reksa Dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya

80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana

ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar

Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian

yang stabil. Karakteristiknya yaitu berisiko relatif rendah, bertujuan

25

memberikan tingkat penghasilan yang relatif pasti dan berpotensi

memberikan hasil yang lebih tinggi daripada Reksa Dana Pasar

Uang.

3) Reksa Dana Saham (Equity Funds)

Jenis Reksa Dana ini merupakan sebuah Reksa Dana yang

melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya

dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena investasinya dilakukan

pada saham, risikonya lebih tinggi dari dua jenis Reksa Dana

sebekumnya, namun Reksa Dana jenis ini menghasilkan tingkat

pengembalian yang cukup tinggi.

Menurut Manurung (2007:31), Reksa Dana saham di Indonesia

tidak sebesar yang lainnya. Berdasarkan data BAPEPAM pada

akhir Mei 2007 total aset RDS sebesar Rp 5,02 triliun dan

terkalahkan oleh Reksa Dana terproteksi.

Namun berdasarkan data BAPEPAM pada Mei 2013, justru

persentase RDS adalah komposisi yang paling besar dibandingkan

dengan Reksa Dana lainnya, yakni sekitar Rp 76,4 triliun.

4) Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)

Reksa Dana jenis ini melakukan investasinya dalam Efek

bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang dengan komposisi yang

tidak dibatasi/ditentukan. Reksa Dana jenis ini memiliki

karakteristik yaitu memiliki risiko moderat, pengelolaannya lebih

26

fleksibel dan dapat memperoleh tingkat hasil yang lebih tinggi dari

Reksa Dana Pendapatan Tetap.

5) Reksa Dana Terproteksi

Reksa Dana ini memberikan proteksi terhadap nilai awal

investasi pada saat jatuh tempo. Manajer Investasi wajib

melakukan investasi pada Efek hutang dengan peringkat layak

investasi. Jatuh tempo Efek hutang setidaknya lebih awal dari jatuh

tempo Reksa Dana terproteksi. Karakteristik dari Reksa Dana

terproteksi ini yaitu menginvestasikan sebagian Efek kelolaannya

pada Efek bersifat hutang yang masuk dalam investment grade dan

memiliki risiko moderat.

6) Reksa Dana Penjaminan

Reksa Dana ini mmemberikann penjaminan atas nilai modal

beserta hasil investasi yang akan diperoleh pada saat jatuh tempo.

Mekanisme penjaminan melalui pihak ketiga yaitu bank atau

perusahaan asuransi. Memiliki karakteristik yaitu memiliki risiko

yang kecil dan penjaminan dilakukan melalui mekanisme

penunjukan lembaga penjamin.

7) Reksa Dana Indeks

Reksa Dana Indeks memiliki pertumbuhan yang mengikuti

pertumbuhan indeks yang menjadi acuan Reksa Dana tersebut.

Manajer Investasi wajib menginvestasikan sekurang-kurangnya

80% dari NAB Reksa Dana tersebut pada sekurang-kurangnya

27

80% dari Efek-efek yang merupakan bagian dari kumpulan Efek

yang ada dalam indeks tersebut.

Pembobotan masing-masing Efek dalam Reksa Dana tersebut

sekurang-kurangnya 80% dan sebanyak-banyaknya 120% dari

pembobotan atas masing-masing Efek dalam indeks acuan.

Karakteristik Reksa Dana indeks ini yaitu memiliki risiko yang

moderat dan mempunyai perkembangan investasi yang mengikuti

indeks acuan.

g) Keuntungan dan Manfaat Reksa Dana

Menurut Rodoni (2006,173), Keuntungan memiliki Reksa Dana:

1) Pengelola secara profesional

Reksa Dana dikelola oleh profesional pasar modal yang

memiliki akses pada informasi dan perdagangan Efek, sehingga

selalu dapat meneliti berbagai peluang investasi terbaik bagi para

nasabahnya.

2) Pembagian risiko/minimalisasi risiko

Pola pembagian risiko ini biasa disebut diversifikasi. Pada

diversfikasi, dana investasi ditempatkan pada beberapa macam

instrumen investasi di pasar modal. Dengan demikian risiko

kerugian investasi secara keseluruhan akan lebih kecil.

28

3) Kemudahan Pencairan

Investasi Reksa Dana mudah untuk diuangkan kembali secara

efisien. Anda dapat menjual kembali kepada pengelola investasi.

4) Kemudahan Investasi

Investasi di Reksa Dana relatif mudah karena selain prosesnya

tidak rumit, juga diberikan beberapa pilihan dalam investasi,

melalui strategi yang sesuai dengan risiko dan keuntungan yang

diharapkan.

5) Keleluasaan Investasi

Dalam Reksa Dana terdapat keleluasaan memilih suatu jenis

investasi dan leluasa pula untuk pindah ke jenis lainnya sesuai

dengan tujuan investasi.

6) Keringanan Biaya

Melakukan investasi melalui Reksa Dana relatif lebih ringan

biayanya dibandingkan bila melakukannya sendiri. Hal ini

disebabkan karena pengelola investasi menghimpun dana dalam

skala besar sehingga dapat mengalokasikan.

7) Keringanan Pajak

Hasil keuntungan dan hasil penjualan kembali Reksa Dana tidak

dikenai pajak sehingga investasi mendapatkan keuntungan yang

bersih.

Manfaat Reksa Dana sendiri dalam suatu pasar modal harus dilihat

dari sisi para pelaku yang terlibat, yakni para investor, bursa efek dan

29

pemerintah. Manfaat yang diberikan Reksa Dana bagi para investor

antara lain:

a) Memperoleh penghasilan (return) dari investasinya dimasa

depan

b) Wahana mengakumulasi kekayaan untuk membagi-bagi risiko

investasi

c) Meminimalkan risiko investasi

Manfaat yang diberikan Reksa Dana bagi pemerintah dan Bursa

Efek yaitu:

1. Memobilisasi dana masyarakat, dimana Reksa Dana (sebagai

emiten) merupakan lahan yang tepat bagi investasi pemodal segala

strata, baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga (seperti

asuransi dan yayasan dana pensiun) akan lebih percaya kepada

manajer investasi yang mengelola Reksa Dana.

2. Meningkatkan peranan swasta nasional dalam penghimpun dana

masyarakat. Selama ini produk Reksa dana dikelola oleh manajer

investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan capital

outflows yang berimplikasi pada mengguncangnya stabilitas neraca

pembayaran (balance of payment).

3. Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal

Indonesia sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa dan

kapitalisasi pasar (market capitalization). Tingginya transaksi

30

perdagangan Efek di bursa akan menarik masuknya modal asing

(capital inflows) sehingga makin menguatkan neraca pembayaran.

4. Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena ada pergeseran dana

dari bank ke capital market.

h) Risiko Reksa Dana

Kendati Reksa dana dengan diversifikasinya secara teori akan

meminimalkan risiko, akan tetapi sebagai salah satu alternatif investasi

Reksa Dana juga memiliki beberapa risiko yang mungkin saja bisa

terjadi dan harus diwaspadai oleh para investor. Menurut Rodoni

(2006:180), terdapat lima hal yang bisa menimbulkan risiko Reksa

Dana, yaitu:

1. Konsultasi investasi Reksa Dana biasanya pada individu

tertentu dan memilih salah satu diantara bentuk investasi yang

ada, open-end atau close-end, atau kontrak investasi kolektif

(KIK). Pilihan tersebut mungkin cocok untuk kondisi ekonomi

tertentu, akan tetapi untuk kondisi ekonomi yang berubah, bisa

jadi hasil yang diharapkan tidak sesuai yang diharapkan.

2. Setiap Reksa Dana memiliki prospektus ketika Reksa Dana

tersebut diluncurkan (masa penawaran) atau initial public

offering (IPO). Bisa saja, prospektus tidak mencerminkan

keadaan perusahaan yang sesungguhnya.

31

3. Perusahaan Reksa Dana diharuskan menetapkan nilai aset

mereka pada tingkat harga pasar (current market price) yang

dihitung setiap hari.

4. Aset dalam perusahaan Reksa Dana sebagian besar adalah

sekuritas yang memiliki hak dan klaim hukum terhadap yang

menerbitkannya dan tidak mempunyai wujud fisik.

5. Ada kemungkinan, pemodal tertentu yang menguasai sebagian

aset dapat mempengaruhi manajemen Reksa Dana biasanya ada

orang dalam atau yang memiliki hubungan langsung dengan

Reksa Dana melakukan transaksi di Reksa Dana tersebut.

2. Kinerja Pasar

Kondisi perekonomian mempengaruhi pasar dan keadaan pasar akan

mempengaruhi pemodal memperkirakan perubahan perekonomian/pasar

tidak mungkin dapat dilakukan secara tepat sekali. Yang lebih mungkin

adalah memperkirakan gejala-gejala perekonomian dimasa yang akan

datang untuk memperkirakan arah gerakan pasar dan berapa lama perubahan

tersebut akan terjadi.

Kondisi pasar mencerminkan kondisi ekonomi sehingga perubahan

ekonomi akan terlihat pada kondisi pasar. Akan tetapi, kondisi pasar

merupakan cerminan harapan pemodal terhadap kondisi ekonomi yang akan

datang

32

Oleh karena itu biasanya kinerja pasar yang dikeluarkan oleh BEI sudah

banyak digunakan oleh Manajer-Manajer Investasi sebagai pembanding

untuk mengukur kinerja Reksa Dana Saham yang dikelolanya. Kinerja pasar

yang digunakan sebagai pembanding biasanya adalah Indeks LQ 45 ataupun

IHSG.

Menurut Rodoni dan Ali (2010:183), indeks pasar merupakan alat ukur

kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di bursa yang digunakan

oleh bursa-bursa dunia. IHSG digunakan untuk mengukur kinerja saham.

Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja portofolio, indikator trend pasar,

indikator tingkat keuntungan dan sebagai fasilitas perkembangan produk

derivatif.

Indeks LQ 45 maupun IHSG biasanya turun bila ada kenaikan suku

bunga atau kekhawatiran terjadinya resesi. Umumnya diharapkan ada

hubungan perubahan jumlah uang beredar di masyarakat dengan perubahan

harga saham. (Martalena dan Malinda, 2011:48)

Dalam penelitian ini indeks pasar yang digunakan sebagai benchmark

adalah IHSG. Karena dalam portofolio Reksa Dana Saham semuanya

merupakan bagian dari dalam IHSG tersebut. Dimana return benchmark

akan diperbandingkan dengan return Reksa Dana Saham itu sendiri.

Rm,t = IHSGt – IHSGt-1

IHSGt-1

Dimana: Rm,t = Return pasar harian pada periode t

IHSGt = Nilai IHSG pada periode t

33

IHSGt-1 = Nilai IHSG pada periode t-1

3. Portofolio

“Jangan tempatkan semua telur dalam satu keranjang!”. Kalimat

seperti itu sering kita dengar dalam bidang investasi. Hal itu karena

sebaiknya kita menaruh telur-telur tersebut ke dalam beberapa wadah agar

menghindari kerugian yang bisa terjadi. Demikian pula dengan investasi,

sebaiknya investor menempatkan uangnya tidak hanya pada satu jenis

intrumen saja, namun pada berbagai intrumen investasi seperti saham,

obligasi, deposito, logam mulia dan lainnya. Gabungan dari berbagai

instrumen investasi disebut sebagai portofolio. (Zubir, 2011:01)

Setiap investasi memiliki karakteristik (hubungan return dan risiko)

tertentu. Secara umum kita mengatakan bahwa high risk high return, artinya

hasil investasi yang tinggi, mengandung risiko yang besar pula.

Karakteristik tersebut mulai dikembangkan sejak Harry Markowitz

mempublikasikan artikel yang berjudul Portfolio Selection dalam Journal of

Finance pada Maret 1952. Markowitz menekankan bahwa investor

menganalisis dan memilih suatu sekuritas berdasarkan expected return dan

variance return sekuritas tersebut.

Ada beberapa teori yang membahas tentang kinerja investasi portofolio,

salah satunya adalah teori Markowitz tersebut, yang lebih dikenal dengan

Modern Portfolio Theory (MPT). Teori Portofolio Modern memungkinkan

investor untuk memperkirakan risiko dan tingkat return yang diharapkan,

34

seperti pengukuran secara statistik untuk portofolio investasi mereka. Teori

ini lebih menjelaskan hubungan timbal balik antara risiko dan return.

Menurut Rom dan Kathleen (1994) serta Clark dan Taylor (2000), asumsi

teoritis terhadap teori modern tersebut dianggap tidak memuaskan karena

sebagai berikut:

a) Distribusi return dari semua sekuritas dan aset adalah normal

b) Varians dari return aset merupakan indeks yang tepat untuk

mengukur risiko (Ataie, 2012:02)

Menurut Fabozzi (1995:81), teori portofolio Markowitz tersebut

mengimplikasikan bahwa untuk dapat menerima risiko yang besar, investor

harus dikompensasi dengan kesempatan untuk mendapatkan return yang

besar pula (Zubir, 2011:02).

Menurut Wiesinger (2010), bertentangan dengan teori portofolio

modern, Post-modern Portfolio Theory (PMPT) lebih meyakini pada

distribusi probabilitas return yang tidak normal. Metode ini memusatkan

kerangka kerjanya yang mengakui preferensi investor pada upside over

downside volatility. Dengan demikian indeks semi varians dan semi-deviasi

untuk mengukur risiko dianggap lebih sesuai. Risiko merugikan yang tidak

diinginkan sebagai indikator risiko tersebut menganggap bahwa perubahan

negatif dalam output ekonomi di masa depan.

Rom dan Brian (2002) percaya bahwa Post-modern Portfolio Theory

(PMPT) telah berkembang didua bidang utama melengkapi teori portofolio

modern, yaitu:

35

a) Penerapan standar deviasi sebagai kriteria risiko yang merugikan

bukan menjadi alat penilaian risiko

b) Post-modern Portfolio Theory termasuk return yang tidak

berdistribusi normal

PMPT awalnya diciptakan untuk meningkatkan optimasi portofolio dan

alokasi aset. Namun kini telah banyak diterapkan untuk mengukur kinerja

investasi portofolio bagi para Manajer Investasi terhadap Reksa Dana. Salah

satu alasannya bahwa teori portofolio modern yang sebelumnya telah

digunakan sebagai dasar untuk analisis portofolio selama empat dasawarsa

menggunakan standar deviasi dan mengasumsikan distribusi normal

terhadap tingkat pengembalian dana yang diinvestasikan (Rom dan

Ferguson, 2001). PMPT mengakui bahwa risiko investasi harus saling

terkait dengan tujuan spesifik para investor. Seringkali, target dari tingkat

return disebut dengan return minimum yang dapat diterima (Minimum

Acceptable Return/MAR). MAR mewakili tingkat pengembalian yang harus

diperoleh untuk menghindari kegagalan untuk mencapai beberapa tujuan

keuangan yang penting (Alenius, 2007). (Ataie, 2012:02).

Salah satu alat yang digunakan oleh PMPT adalah downside deviation.

Hal ini diukur oleh target dari semi-deviasi yang disebut downside

deviation, yang dalam hal ini dinyatakan dalam persentase dan

memungkinkan peringkat dalam cara yang sama seperti standar deviasi juga

(Rom dan Ferguson, 2001).

36

PMPT berdasarkan pada hubungan antara return dan adjusted risk,

menjelaskan tentang perilaku investor dan kriteria pemilihan portofolio

optimal. PMPT merupakan kriteria yang tepat untuk mengevaluasi kinerja

portofolio. Karena teori ini menyajikan kriteria yang lebih akurat dengan

memanfaatkan indikator adjusted risk. Dalam PMPT, hanya return yang

nilainya lebih rendah dari besarnya target yang dianggap sebagai risiko

(Wiesinger, 2010). (Ataie, 2012:02).

Agar dapat mengetahui kinerja dari suatu portofolio sudah seharusnya

dilakukan evaluasi. Sehingga saat ini evaluasi kinerja portofolio sudah

berkembang dengan pesat dan memiliki banyak metode. Evaluasi kinerja

portofolio merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengambilan

keputusan investasi, baik investasi yang dilakukan sendiri maupun melalui

Manajer Investasi. Dana yang dikelola meliputi mutual funds, dana pensiun,

dana abadi perguruan tinggi (college endowment), dan lain-lain.

Evaluasi kinerja investasi sudah berkembang pesat. Teori portofolio

modern telah mengubah proses evaluasi yang tidak hanya didasarkan pada

return dan risiko tetapi juga sumber return dan risiko tersebut. Karena

pengukuran kinerja saham dan portofolio berkaitan dengan pengukuran

perubahan return dan risiko investasi tersebut dari waktu ke waktu. Elton

dan Gruber mengatakan bahwa ada empat prinsip yang harus diperhatikan

dalam mengevaluasi portofolio, yaitu: (Zubir, 2011:248)

a) Mengukur kinerja investasi keseluruhan

b) Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja investasi

37

c) Mengetahui karakter yang bersifat umum dari Manajer Investasi

untuk menghasilkan yang terbaik, dan

d) Memprediksi kinerja Manajer Investasi

Evaluasi kinerja portofolio berkaitan dengan perbandingan antara

return suatu portofolio terhadap portofolio lain. Tetapi perlu diperhatikan

bahwa yang dibandingkan tersebut harus dibatasi oleh kendala yang sama.

Pengukuran kinerja suatu portofolio terhadap portofolio lain dilakukan

dengan membandingkan return yang diperoleh ada tingkat risiko yang sama

(Zubir, 2011:250).

Pengukuran kinerja portofolio saat ini banyak menggunakan ukuran

risk adjusted return index. Pengukuran kinerja portofolio dengan teknik ini

berdasarkan pada fenomena bahwa pengukuran atas kinerja portofolio yang

terjadi selama ini sebagian besar hanya didasarkan kepada tingkat hasil yang

diperoleh portofolio (portofolio rate of return). Imbal hasil ini bukan

sekedar mengukur return tetapi risk-adjusted, karena adanya trade off antara

return dan risiko. Asumsi bahwa investor biasanya risk averse juga

membuat risk adjusted return sebagai parameter yang relevan untuk

perbandingan. Semakin tinggi tingkat risiko membuat return yang

diekspektasikan pun semakin naik. Dengan demikian risk averse akan

mendorong investor meminta kenaikan return untuk setiap penambahan

tingkat risiko (Rodoni,2009:98).

38

Menurut Rodoni (2009:99), metode yang biasa digunakan dalam

pengukuran risk-adjusted return adalah:

a) Metode Sharpe (Excess Return to Valiability Measure)

Pengukuran yang dilakukan oleh Sharpe ini lebih menekankan pada

rasio variabilitas dari portofolio, metode ini lebih dikenal dengan rasio

Sharpe, yang diformulasikan sebagai berikut:

Sp = E(Ri – Rf) / σp

Dimana:

Sp = Sharpe index

Ri = Return portofolio i pada periode t

Rf = Return risk-free rate untuk periode t

σp = Standar deviasi atau total risiko portofolio

Metode ini melakukan pengukuran terhadap risk premium dari

portofolio relatif terhadap total risiko dari portofolio, dimana risk

premium adalah excess return yang dibutuhkan oleh investor dalam

menilai risiko.

Risk-free rate of return merujuk pada return sekuritas yang

dianggap tidak memiliki risiko, atau σ sama dengan 0; biasanya surat

hutang pemerintah, misalnya T-bills di US dianggap sebagai risk free.

Metode Sharpe digambarkan sebagai slope yang dihasilkan oleh

rata-rata return (garis vertikal) dengan risiko (garis horizontal) pada

39

tingkat bebas risiko sebesar Rf. Semakin besar slope yang terjadi, maka

semakin baik kinerja portofolio.

b) Metode Treynor (Excess Return to Beta)

Model ini dikembangkan oleh Treynor (1965) yang diperkenalkan

dalam artikelnya di Harvard Business Review Jan-Feb 1965, “How to

rate management of investment funds”. Treynor lebih menekankan pada

tingkat volatilitas portofolio.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa metode Treynor merupakan

hasil dari realisasi return portofolio dikurangi dengan tingkat bebas

risiko yang dimilikinya. Kemudian hasil dari pengurangan tersebut

dibagi dengan volatilitas return yang dinotasikan dalam beta (β) dari

portofolio. Pernyataan tersebut dapat dijadikan persamaan matematis

dengan formula:

T = E (Rp) – Rf / β

Dimana:

T = Treynor ratio

E(Rp) = Rata-rata expected return yang terjadi pada portofolio

Rf = Tingkat bebas risiko yang dimiliki portofolio

β = Beta portofolio

Perhitungan yang dilakukan dengan metode Treynor adalah untuk

mengukur risiko premium dari portofolio, dimana risiko premium

tersebut adalah selisih antara return portofolio dengan tingkat bebas

40

risiko yang dimiliki oleh portofolio. Risiko premium ini berhubungan

dengan systematic risk yang diasumsikan terdapat dalam portofolio.

c) Metode Jensen

Jensen (1968) membuat model untuk mengevaluasi kinerja

portofolio yang didasarkan pada Capital Aset Pricing Model (CAPM).

Expected return untuk beberapa sekuritas atau portofolio adalah:

α = (Rp – Rf) – β (Rm – Rf)

Dimana:

α = Nilai Jensen atau perpotongan persamaan regresi portofolio

dengan sumbu Y

Rp = Return rata-rata portofolio selama jangka waktu pengukuran

Rf = Return rata-rata risk free rate asset selama jangka waktu

pengukuran

Rm = Return rata-rata pasar selama jangka waktu pengukuran

β = Slope regresi garis lurus

Terdapat catatan yang perlu digaris bawahi dalam penggunaan

ukuran-ukuran risk-adjusted ini. Angka peringkat tidak absolut tetapi

bersifat relatif, dan tidak bisa menunjukkan dengan pasti apakah

perbedaan-perbedaan yang timbul tersebut signifikan secara statistik.

41

d) Market Timing Ability and Stock Selection Ability

Market Timing merupakan ukuran kemampuan manajer portofolio

dalam hal antisipasi terhadap perubahan pasar bilamana pasar menurun.

Manajer portofolio akan merubah komposisi portofolio yang

dikelolanya kesekuritas yang lebih rendah volatilitasnya. Sedangkan

Stock Selection Ability adalah kemampuan manajer portofolio dalam

memilih saham yang tepat. Baik dalam hal Market Timing maupun

Stock Selection dapat dilihat dari model Market Timing Ability. Model

Market Timing Ability untuk pertama kalinya dikembangkan oleh

Trreynor dan Mazury (1966) dan dikembangkan oleh Henrikson dan

Merton (1981). Formulasinya adalah:

Rp – Rf = α + β1 (Rm – Rf) + β2 (Rm – Rf) D + αp

Dimana:

Rp = Return portofolio Reksa Dana

Rm = Return dari pasar saham

Rf = Return untuk aset bebas risiko

β1 = Koefisien regresi excess return pasar atau slope pada waktu pasar

turun

Adapun metode yang digunakan dalam Post-modern Portfolio Theory

dalam penelitian yang dilakukan oleh Ataie (2012,04) ada tiga metode,

yakni EROV, Sortino dan M3.

42

a. Excess Return on Value-at-Risk (EROV)

Excess Return on Value-at-Risk pada dasarnya adalah rasio Sharpe

yang menggunakan volatilitas dari Value-at-Risk sebagai ukuran risiko

(Carl R. Bacon, 2004). Dengan mengasumsikan bahwa nilai return

berdistribusi normal, VaR dihitung sebagai kuantil dari standar distribusi

normal pada tingkat kepercayaan α tertentu, menggunakan nilai yang

diharapkan (expected value), yaitu mean dan standar deviasi (Jorion,

2006:110).

VaR = - (R + Zα * σ)

Dimana:

α = tingkat kepercayaan (confidence level)

Zα = Kuantil dari standar distribusi normal

Menurut Wiesinger (2010) Ketika VaR digunakan untuk

menentukan kinerja risk-adjusted, ukuran Excess Return on VaR

(EVaR) digunakan. Hal ini memperbandingkan antara excess return

aset dengan nilai VaR suatu aset. EvaR dapat dihitung dengan

menggunakan formula berikut: (Ataie, 2012:04)

EROV = (R – Rf) / VaR

Dimana:

EROV = Excess Return on VaR

R = Return portofolio

Rf = Risk free rate (suku bunga bebas risiko)

43

VaR = Portofolio VaR (parametrik VaR diasumsikan

berdistribusi normal)

b. Rasio Sortino

Pada awal tahun 1980, Sortino memperkenalkan suatu rasio baru.

Rasio ini menghitung excess return portofolio dari Minimum

Acceptable Return (MAR) untuk setiap downside deviation. Rasio ini

kemudian dikenal dengan nama Sortino ratio.

Mengutip dari jurnal yang ditulis oleh Sortino dan Lee di tahun

1994 dikatakan bahwa :

“If there is a minimum return that must be earned to accomplish

some goal (the minimal acceptable return /MAR), then any returns

below the MAR will produce unfavorable outcomes and any returns

greater will produce good outcomes. The MAR separates the good

volatility (above the MAR) from the bad volatility (below the MAR). We

argue that the proper measurement of risk should deal only with the

returns that could have been below the MAR. Returns above the MAR

should be viewed as a reward.” (The Journal of Investing Fall 1994, 3)

Because standard deviation measures risk as dispersion on either

side of the mean, it cannot distinguish between good volatility and bad

volatility. Downside deviations measures the deviations below the

MAR.” (The Journal of Investing Fall 1994, 6)

Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia digunakan sebagai

tingkat suku bunga bebas risiko. Besarnya Minimal Acceptable Return

(MAR) adalah tingkat suku bunga minimum yang diharapkan sebagai

return oleh setiap investor dari investasi yang dilakukannya. Namun

karena penelitian ini dilakukan terhadap reksa dana secara umum,

bukan untuk suatu investor tertentu, maka tingkat suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia digunakan sebagai MAR.

44

Return yang berada dibawah MAR maka akan dianggap sebagai

return yang tidak menguntungkan atau risiko dan return yang lebih

besar dari MAR akan dikatakan sebagai return yang menguntungkan

(Simforianus dan Hutagaol, 2008).

Metode ini hampir serupa dengan pengukuran yang dilakukan oleh

metode Sharpe dengan dua perbedaan utama yaitu imbal hasil aset

bebas risiko diganti dengan imbal hasil minimum yang diharapkan dan

standar deviasi yang digunakan hanya standar deviasi dari imbal hasil

portofolio yang berada dibawah imbal hasil minimum yang ditetapkan

dimana dalam penelitian ini hasil minimum yang ditetapkan berasal dari

nilai suku bunga Bank Indonesia. Adapun formula perhitungan yang

digunakan adalah:

𝑺𝑶𝑹 = 𝑹𝑷 − 𝑹𝒇

/ 𝝈𝒅𝒐𝒘𝒏

Dimana:

Rp = Rata-rata return portofolio Reksa Dana

Rf = Suku bunga bebas risiko yang ditetapkan sebagai MAR

σdown = Downside deviation

Menurut Chaudry dan Johnson (2008) adapun downside deviation

(DD) sendiri dapat dihitung dengan formula berikut:

𝑫𝑫𝟐 = 𝟏

𝑵 ∑(𝑹𝒑𝒕 − 𝑴𝑨𝑹)

𝑵

𝒕=𝟏

Dimana:

Rpt = Return portofolio pada periode t, (Rpt ≤ MAR)

45

MAR = Minimum Acceptable Return, yakni suku bunga bebas

risiko (BI rate)

Dengan syarat (Simforianus, dkk, 2008):

jika (Rp - MAR) negatif, maka digunakan (Rp - MAR)

jika (Rp - MAR) positif, maka digunakan angka 0

c. Ukuran M3

Metode ini mengevaluasi efek dari adjusted-correlation antara

faktor yang terdapat dalam portofolio, tanpa memperhatikan investasi

portofolio yang aktif maupun tidak aktif, ataupun berinvestasi pada

sekuritas tanpa risiko. Dengan metode M3, return adalah adjusted-

correlation dengan memanfaatkan dana yang aktif, pasif dan bebas

risiko sehingga volatilitas yang dihasilkan sama dengan volatilitas

benchmark dan TE (Tracking Error) sama dengan TTE (Target

Tracking Error). M3 mengukur tentang risiko mutlak serta relatif

(Muralidhar, 2000) (Cogneau dan Hubner, 2009). Hal ini dapat dihitung

sebagai berikut: (Ataie, 2012:05)

M3 = a * avr (Portofolio) + b * avr (Benchmark) + (1–a–b) * Rf

Dengan:

a = v (benchmark) / v (portfolio) * sqrt [{1-tc2} / {1-c2}]

b = tc – c * sqrt {1-tc2} / {1-c2}

tc = 1 – tTE2 / {2 * v (benchmark)2}

46

Dimana:

tc = Target korelasi antara portofolio dan benchmark

c = Korelasi aktual antara portofolio dan benchmark

tTE = Target Tracking Error

Tracking error mengukur variabilitas dari return portofolio

terhadap return benchmark, lebih jelasnya maka tracking error adalah

volatilitas dari selisih antara return portofolio dengan return benchmark

(excess return), atau dapat juga diintrepretasikan sebagai volatilitas dari

kompensasi yang diterima investor atas keputusan investasinya di aset

berisiko. Makin besar nilai tracking error mengindikasikan makin besar

pula ketidakpastian akan kompensasi yang didapatkan dari Reksa Dana

yang dikelola Manajer Investasi (Manurung, 2008:329).

Model ini menggambarkan faktor correlation-adjusted dari dana

investasi dengan style manajemen terhadap portofolio aktif yang

berkaitan. Metode ini bisa menjadi ukuran yang tepat untuk

pembentukan struktur portofolio. Jika risiko sistematis tidak ada, maka

hasil dari M3 akan sama dengan ukuran M2 (Aragon dan Ferson, 2006).

M3 lebih disukai dari semua metode pengukuran kinerja dengan risk-

adjusted lainnya, karena: (Ataie, 2012:05)

1) Mencakup investasi dalam semua aset, termauk uang tunai dan

benchmark yang pasif, agar menghasilkan risk-adjusted return

tertinggi untuk target tracking error.

47

2) Hanya metode ini yang peringkat portofolio (diukur selama periode

waktu yang sama) identik menjadi peringkat berdasarkan tingkat

kepercayaan

B. Penelitian Terdahulu

Cukup banyak penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya untuk melakukan penilaian terhadap kinerja Reksa Dana. Namun

untuk ketiga metode yang digunakan dalam penelitian ini terhitung masih jarang

digunakan, terlebih di Indonesia. Berikut diantaranya literature baik dari

Indonesia mapun luar negeri yang digunakan sebagai perbandingan dan acuan

bagi penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Younes Ataie (2012) melakukan penelitian dengan judul “Evaluation

Performance of 50 Top Companies Listed in Tehran Stock Exchange by Sortino,

EROV and M3”. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja

perusahaan-perusahaan dengan menggunakan model Sortino, EROV dan M3.

Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2006 sampai dengan 2010 dengan

menggunakan 42 sampel perusahaan. Dimana peneliti menginginkan apakah

terdapat perbedaan hasil kinerja dari ketiga model tersebut, dan

membandingkannya dengan kinerja pasar apakah lebih baik atau tidak. Penelitian

ini menggunakan pengukuran kinerja dengan model Sortino, EROV dan M3 dan

menggunakan metode statistik ANOVA dengan Tukey Test. Peneliti menemukan

bahwa kinerja perusahaan-perusahaan ternyata berbeda, dan hasil perhitungan

dengan metode rasio EROV terbukti signifikan dan lebih besar dibandingkan

48

dengan hasil dari metode Sortino dan M3. Dan didapatkan juga bahwa kinerja

perusahaan menggunakan rasio Sortino dan M3 ternyata berbeda dan tidak lebih

unggul dari benchmark (pasar). Kinerja benchmark (pasar) terbukti lebih baik dari

kedua rasio tersebut. Dan evaluasi kinerja perusahaan dengan menggunakan

metode EROV yang dibandingkan dengan kinerja benchmark (pasar) terbukti

tidak menunjukkan perbedaan.

Kolbadi dan Ahmadinia (2011) melakukan penelitian dengan judul

“Examining Sharp, Sortino and Sterling Ratios in Portfolio Management,

Evidence from Tehran Stock Exchange”. Penelitian ini dilakukan selama periode

tahun 2005 sampai dengan 2010. Dari hasil penelitian pada hipotesis pertama

menggunakan metode statistik LSD pre-test didapatkan bahwa kinerja portofolio

dari perusahaan investasi terbukti berbeda dengan ketiga rasio, yaitu Sharpe,

Sortino dan Sterling. Dan rasio Sterling menunjukkan kinerja yang lebih baik dari

ketiganya. Dari hipotesis kedua didapatkan hasil bahwa kedua rasio yakni Sharpe

dan Sterling menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja

pasar. Dan hasil akhir dari tes Kruskal Wallis dan Square Statistic menunjukkan

bahwa dengan menggunakan ketiga rasio tersebut terbukti memiliki hasil yang

serupa.

Tehrani, dkk (2011) meneliti tentang “Analyzing Performance of

Investment Companies Listed in the Tehran Stock Exchange by Selected Ratios

Measure”. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalisis kinerja portofolio dari

perusahaan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Tehran pada periode 2006

sampai dengan 2010 dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Sortino.

49

Hasil pengujian data dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan

Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal. Akhirnya peneliti

menggunakan uji non-parametrik untuk menguji hipotesis. Dan dengan

menggunakan uji Freidman dan Wilcoxon, hasilnya menunjukkan bahwa ketiga

metode tersebut memiliki kontrol yang lebih baik untuk risiko sistematis daripada

komponen lainnya. Dan dengan menggunakan Anova dan Multiple Anova,

menunjukkan bahwa perputaran portofolio perusahaan terbukti positif dan

signifikan dalam kinerja perusahaan daripada ukuran lainnya.

Simforianus dan Hutagaol (2008) melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Raw Return, Sharpe,

Treynor, Jensen dan Sortino”. Peneliti melakukan penelitian terhadap 16 Reksa

Dana yang ada di Indonesia pada periode 31 Desember 2002 sampai dengan 31

Desember 2007. Penelitian ini menggunakan metode probabilitas dan uji chi-

squared untuk melihat posisi Reksa Dana yang tergolong superior dan ada

tidaknya konsistensi kinerja Reksa Dana tersebut. Reksa Dana yang terbaik adalah

Reksa Dana yang paling banyak dinyatakan unggul menurut kelima metode di

atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pengujian metode probabilitas

menunjukkan tingkat konsistensi besar dengan rata-rata sebesar 71.50%. Dan

didukung oleh hasil pengujian menggunakan chi-square, dimana hipotesis yang

menyatakan terdapat konsistensi antara kinerja Reksa Dana terbukti dan

didapatkan 9 Reksa Dana yang tergolong superior.

Chaudry dan Johnson (2008) melakukan penelitian dengan judul “The

Efficacy of the Sortino Ratio and Other Benchmarked Performance Measures

50

Under Skewed Return Distribution”. Penelitian ini dilakukan menggunakan data

Reksa Dana di Australian selama periode Desember 1980 sampai dengan

November 2006 dengan menggunakan indeks ASX300 sebagai benchmark.

Penelitian ini menggunakan rasio Sortino, SSR (Sharpe Selection Ratio), Student

t-test dan decay rate measure. Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan

hasil bahwa rasio Sortino memiliki nilai yang paling besar jika dibandingkan

dengan metode-metode lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa rasio Sortino

bisa digunakan untuk memilih kinerja Reksa Dana yang optimal.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lye dan Yusof (2011)

dengan judul, “Performance of Listed State-owned Enterprise using Sortino Ratio

Optimization”. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kinerja dari perusahaan-

perusahaan milik negara dan swasta di Malaysia, Singapura dan Indonesia dengan

menggunakan rasio Sortino. Penelitian ini dilakukan selama Januari 2004 sampai

Desember 2009. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa secara

keseluruhan, perusahaan milik negara (BUMN) di Indonesia secara relatif

memiliki hasil rasio Sortino, return dan risiko yang lebih tinggi dibandingkan

dengan Malaysia dan Singapura. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio

Sortino dapat diaplikasikan sebagai metode alternatif dalam menilai performa

perusahan yang listing dan terseleksi.

Adapun untuk ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam tabel pada

halaman selanjutnya.

51

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Alat Statistik Kesimpulan

1. Younes

Ataie

Evaluation

Performance of

50 Top

Companies

Listed in Tehran

Stock Exchange

by Sortino,

EROV and M3

One-Way

ANOVA with

Tukey Test

1.Terdapat perbedaan

antara kinerja metode

Sortino, EROV dan M3.

Dengan metode EROV

memiliki kinerja paling

besar.

2.Hasil kinerja pasar

memiliki hasil kinerja

terbaik di antara Sortino

dan M3. Sedangkan

dengan kinerja EROV

tidak memiliki

perbedaan.

2. Kolbadi

dan

Ahmadinia

Examining

Sharp, Sortino

and Sterling

Ratios in

Portfolio

Management,

Evidence from

Tehran Stock

Exchange

LSD pre-test

dan Kruskal-

Wallis

1. Kinerja portofolio

dengan rasio Sharpe,

Sterling dan Sortino

terbukti berbeda, dengan

Sterling sebagai rasio

dengan kinerja terbaik.

2. Kinerja Sharpe dan

Sterling memiliki

kinerja yang lebih baik

dibandingkan dengan

kinerja pasar.

Sumber: Data Diolah

52

Tabel lanjutan

No. Peneliti Judul Penelitian Alat Statistik Kesimpulan

3. Tehrani,

dkk

Analyzing

Performance of

Investment

Companies Listed

in the Tehran

Stock Exchange

by Selected Ratios

Measure

Uji Friedman,

Wilcoxon,

ANOVA dan

Multiple

ANOVA

1. Hasil kinerja antara

rasio Sharp-Sortino dan

Treynor-Sortino

terbukti tidak memiliki

perbedaan.

2. Perputaran portofolio

perusahaan terbukti

positif dan signifikan

dalam kinerja

perusahaan daripada

ukuran lainnya.

4. Simforianus

dan

Hutagaol

Analisis Kinerja

Reksa Dana

Saham dengan

Metode Raw

Return, Sharpe,

Treynor, Jensen

dan Sortino

Metode

Probabilitas

dan Uji Chi-

Square

Terdapat konsistensi

antara kinerja RDS

sebesar 71,50% dan

terdapat 9 RDS yang

tergolong superior

5. Chaudry

dan

Johnson

The Efficacy of

the Sortino Ratio

and Other

Benchmarked

Performance

Measures Under

Skewed Return

Distribution

Rasio Sortino,

SSR (Sharpe

Selection

Ratio), Student

t-test, dan

Decay Rate

Measures

Rasio Sortino memiliki

nilai yang paling besar

jika dibandingkan

dengan metode lainnya.

Sehingga dapat

dikatakan bahwa rasio

Sortino bisa digunakan

untuk memilih kinerja

Reksa Dana yang

optimal.

6. Lye dan

Yusof

Performance of

Listed State-

owned Enterprise

Using Sortino

Ratio

Optimization

MATLAB Perusahaan milik

negara (BUMN) di

Indonesia secara relatif

memiliki hasil rasio

Sortino, return dan

risiko yang lebih tinggi

dibandingkan dengan

Malaysia dan

Singapura.

Sumber: Data Diolah

53

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan suatu proses yang dilakukan oleh peneliti

dari memperoleh data hingga mengolah data tersebut dan kemudian

menginpretasikan hasil data yang telah diolah. Berdasarkan landasan teori dan

hasil dari penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan,

maka kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Sumber: Data Diolah

54

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut:

1. Hipotesis Pertama

Terdapat perbedaan Mean dari hasil kinerja Reksa Dana Saham pada

periode 2008-2012 dengan metode EROV, Sortino dan Sharpe.

H0: µ1, µ2, µ3 : = (Tidak terdapat perbedaan mean antara EROV, Sortino

dan Sharpe)

Ha: µ1, µ2, µ3 : ≠ (Terdapat perbedaan mean antara EROV, Sortino dan

Sharpe)

1a) Terdapat perbedaan antara hasil kinerja RDS dengan metode EROV

dengan Sortino

H0: µ1 = µ2 : Tidak terdapat perbedaan mean antara EROV dan Sortino

Ha: µ1 ≠ µ2 : Terdapat perbedaan mean antara EROV dan Sortino

55

1b) Terdapat perbedaan antara hasil kinerja RDS dengan metode EROV

dengan Sharpe

H0: µ1 = µ3 : Tidak terdapat perbedaan mean antara EROV dan Sharpe

Ha: µ1 ≠ µ3 : Terdapat perbedaan mean antara EROV dan Sharpe

1c) Terdapat perbedaan antara hasil kinerja RDS dengan metode Sortino

dengan Sharpe

H0: µ2 = µ3 : Tidak terdapat perbedaan mean antara Sortino dan Sharpe

Ha: µ2 ≠ µ3 : Terdapat perbedaan mean antara Sortino dan Sharpe

2. Hipotesis Kedua

Terdapat perbedaan Mean antara hasil kinerja Reksa Dana Saham pada

periode 2008-2012 antara ketiga metode yaitu EROV, Sortino dan Sharpe dengan

kinerja pasar (IHSG).

H0: µ1, µ2, µ3, µ4 : = (Tidak terdapat perbedaan mean antara EROV,

Sortino, Sharpe dan IHSG)

Ha: µ1, µ2, µ3, µ4 : ≠ (Terdapat perbedaan mean antara EROV, Sortino,

Sharpe dan IHSG)

56

2a) Hasil kinerja RDS dengan metode EROV lebih besar jika dibandingkan

dengan kinerja pasar (IHSG)

H0: µ1 = µ4 : Tidak terdapat perbedaan mean antara EROV dan IHSG

Ha: µ1 > µ4 : Nilai mean dengan kinerja EROV lebih besar dibandingkan

dengan IHSG

2b) Hasil kinerja RDS dengan metode Sortino lebih besar jika dibandingkan

dengan kinerja pasar (IHSG).

H0: µ2 = µ4 : Tidak terdapat perbedaan mean antara Sortino dan IHSG

Ha: µ2 > µ4 : Nilai mean dengan kinerja Sortino lebih besar dibandingkan

dengan IHSG

2c) Hasil kinerja RDS dengan metode Sharpe lebih besar jika dibandingkan

dengan kinerja pasar (IHSG).

H0: µ3 = µ4 : Tidak terdapat perbedaan mean antara Sharpe dan IHSG

Ha: µ3 > µ4 : Nilai mean dengan kinerja Sharpe lebih besar dibandingkan

dengan IHSG

57

Untuk membuktikan hipotesis ini dilakukan dengan uji ANOVA dengan

Tukey Test. Dan akan dilakukan uji Kruskal Wallis apabila data tidak normal dan

tidak memenuhi asumsi ANOVA. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan

perbandingan rata-rata antara evaluasi kinerja Reksa Dana Saham yang dihitung

dengan model Sortino, EROV dan Sharpe dan diperbandingkan dengan kinerja

pasar (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

58

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada Reksa Dana Saham non-syariah

yang aktif pada periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Penelitian ini

dilakukan untuk mengevaluasi bagaimana kinerja reksa dana saham yang ada di

Indonesia. Penilaian terhadap reksa dana saham tersebut akan menggunakan

model EROV, Sortino dan Sharpe. Adapun yang menjadi variabel dependen

adalah nilai EROV, Sortino dan Sharpe. Penelitian ini menggunakan metode

statistik ANOVA dengan Tukey Test. Dan menggunakan metode statistik Kruskal

Wallis apabila data yang digunakan dinyatakan tidak normal. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kinerja reksa dana

saham yang diukur dengan metode EROV, Sortino dan Sharpe yang juga akan

dibandingkan dengan kinerja pasar yang mengacu pada nilai IHSG, apakah

kinerja RDS lebih baik dibandingkan kinerja pasar atau sebaliknya.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling. Pada teknik ini unsur populasi yang ditentukan menjadi

sampel didasarkan pada tujuan penelitian. Menurut Suharyadi dan Purwanto

(2004:332), purposive sampling adalah penarikan sampel dengan pertimbangan

59

tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan

penelitian.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Reksa Dana Saham

yang aktif dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Dari 102 Reksa Dana yang

aktif pada tahun penelitian, namun hanya ada 30 Reksa Dana saham yang

mewakili kriteria sampel. Adapun kriteria sampel yang dipilih adalah Reksa Dana

yang mempunyai syarat-syarat seperti di bawah ini:

1) Reksa dana yang dijadikan sampel adalah Reksa Dana Saham.

2) Bukan Reksa Dana Syariah

3) Merupakan Reksa Dana aktif, agar peneliti bisa melihat bagaimana

perkembangan kinerja Reksa dana tersebut

4) Reksa Dana Saham yang telah beroperasi dari Januari 2008 sampai dengan

Desember 2012

5) Reksa Dana yang mempublikasikan laporan NAB bulanan periode

Desember 2007 – Desember 2012

Gambar 3.1

Pengelompokan Sampel

1. 102 RDS yang aktif (Sesuai kriteria poin 1), 2) dan 3)

2. 30 RDS yang sesuai dengan

kriteria poin 4) dan 5)

60

Tabel 3.1

Sampel Reksa Dana

No. Nama Reksa Dana Manajer Investasi

1. Bahana Dana Prima PT Bahana TCW Investment

Management

2. Batavia Dana Saham PT Batavia Prosperindo Aset

Manajemen

3. Batavia Dana Saham Optimal PT Batavia Prosperindo Aset

Manajemen

4. BNI Reksadana Berkembang PT BNI Asset Management

5. BNP Paribas Ekuitas PT BNP Paribas Investment Partners

6. BNP Paribas Pesona PT BNP Paribas Investment Partners

7. CIMB-Principal Equity

Aggressive

PT CIMB Principal Asset

Management

8. Danareksa Mawar PT Danareksa Investment

Management

9. First State Indoequity Sectoral

Fund

PT First State Investment Indonesia

10. FS Indoequity Dividend Yield

Fund

PT First State Investment Indonesia

11. GMT Dana Ekuitas PT GMT Aset Manajemen

12. Grow-2-Prosper PT Corfina Capital

13. Manulife Dana Saham PT Manulife Aset Manajemen

Indonesia

14. Manulife Saham Andalan PT Manulife Aset Manajemen

Indonesia

15. Panin Dana Maksima Panin Asset Management

16. Panin Dana Prima Panin Asset Management

17. Pratama Saham PT Pratama Capital Asset

Management

18. Reksa Dana AXA Citradinamis PT AXA Asset Management

Indonesia

19. Reksa Dana BNP paribas

Infrastruktur Plus

PT BNP Paribas Investment Partners

20. Reksadana Dana Ekuitas Andalan PT Bahana TCW Investment

Management

61

Tabel Lanjutan

No. Nama Reksa Dana Manajer Investasi

21. Reksa Dana Dana Ekuitas Prima PT Bahana TCW Investment

Management

22. Reksadana Dana Pratama Ekuitas PT Pratama Capital Asset

Management

23. Reksa Dana Mandiri Investa

Atraktif

PT Mandiri Manajemen Investasi

26. Reksa Dana Simas Danamas

Saham

PT Sinarmas Asset Management

27. Reksadana Lautandhana Equity PT Lautandhana Investment

Management

28. Rencana Cerdas PT Ciptadana Asset Management

29. Schroder Dana Prestasi Plus PT Schroder Investment

Management Indonesia

30. Syailendra Dana Prestasi Plus PT Syailendra Capital

Sumber: Data diolah

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi, yakni dimana metode tersebut merupakan metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dan data kepustakaan.

1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara

mengumpulkan pengetahuan teoritis yang relevan dengan cara membaca

dan mempelajari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, serta literatur keterangan-

keterangan dari sumber lain baik Indonesia maupun asing yang mempunyai

hubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

62

2) Data Sekunder (Internet Research)

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara

mengumpulkan dokumen atau laporan yang bersumber dari instansi atau

pihak-pihak lain yang berkaitan dan mendukung terhadap penelitian ini.

Dalam penelitian ini jenis data yang diambil adalah:

a) List Reksa Dana Saham yang aktif dan data NAB Reksa Dana selama

periode bulan Desember tahun 2007 sampai dengan bulan Desember

tahun 2012.

(http://aria.bapepam.go.id/reksadana/)

b) Data tingkat suku bunga bebas risiko yakni menggunakan suku bunga

(BI Rate), berupa tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh Bank

Indonesia selama tahun penelitian. (http://www.bi.go.id)

c) Data harga IHSG yang diperoleh dari (http://finance.yahoo.com)

Dalam melakukan pengujian, peneliti melakukan pengolahan data

dengan menggunakan Software IBM Statistic SPSS Vol.20, dan Microsoft

Excel 2010.

D. Metode Analisis Data

Merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengolah suatu data

penelitian dengan menggunakan proses penyederhanaan data dalam bentuk yang

mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Dalam penelitian ini digunakan metode EROV, Sortino dan Sharpe untuk

mengevaluasi kinerja Reksa Dana Saham.

63

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, barulah dilakukan

pengujian dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Return Benchmark ( IHSG) dan NAB Reksa Dana Saham

Return benchmark (IHSG) dan NAB Reksa Dana Saham dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

Rm,t : Return IHSG pada periode t

IHSGt : Nilai IHSG pada periode t

IHSGt-1 : Nilai IHSG pada periode t-1

Ri,t : Return Reksa Dana i pada periode t

NABt : Nilai NAB pada periode t

NABt-1 : Nilai NAB pada periode t-1

2. Menghitung Varians Saham (Volatilitas Saham)

Untuk menghitung varians saham dapat menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

𝑟�� : Rata-rata return saham

𝑟 : return saham

σ2 : varians saham

Ri,t = NABt - NABt-1

NABt-1

Rm,t = IHSGt - IHSGt-1

IHSGt-1

𝝈𝟐 = ∑ (𝒓��𝒏𝒊=𝟏 – r)2 / (n-1)

64

3. Menghitung Resiko Reksa Dana

Untuk menghitung resiko Reksa Dana dapat digunakan rumus berikut:

𝜎 = √∑(𝑟𝑖 − 𝑟��

2)2 ∶ (𝑛 − 1)

4. Evaluasi Kinerja Reksa Dana

a) Excess Return on Value-at-Risk (EROV)

VaR = - (R + Zα * σ)

Dimana:

α = tingkat kepercayaan (confidence level)

Zα = Kuantil dari standar distribusi normal

Ketika VaR digunakan untuk menentukan kinerja risk-adjusted,

ukuran Excess Return on VaR (EVaR) digunakan. Hal ini

memperbandingkan antara excess return aset dengan nilai VaR suatu

aset. EvaR dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut:

(Wiesinger, 2010)

EROV = (R – Rf) / VaR

Dimana:

EROV = Excess Return on VaR

R = Return portofolio

Rf = Risk free rate (suku bunga bebas risiko)

VaR = Portofolio VaR (parametrik VaR diasumsikan

berdistribusi normal)

65

b) Rasio Sortino

Metode ini hampir serupa dengan pengukuran yang dilakukan oleh

metode Sharpe dengan dua perbedaan utama yaitu imbal hasil aset

bebas risiko diganti dengan imbal hasil minimum yang diharapkan dan

standar deviasi yang digunakan hanya standar deviasi dari imbal hasil

portofolio yang berada dibawah imbal hasil minimum yang ditetapkan

dimana dalam penelitian ini hasil minimum yang ditetapkan berasal dari

nilai suku bunga Bank Indonesia. Adapun formula perhitungan yang

digunakan adalah:

𝑺𝑶𝑹 = 𝑹𝑷 − 𝑹𝒇

/ 𝝈𝒅𝒐𝒘𝒏

Dimana:

Rp = Rata-rata return portofolio Reksa Dana

Rf = Suku bunga bebas risiko yang ditetapkan sebagai MAR

σdown = Downside deviation

Menurut Chaudry dan Johnson (2008) adapun downside deviation

(DD) sendiri dapat dihitung dengan formula berikut:

𝑫𝑫𝟐 = 𝟏

𝑵 ∑(𝑹𝒑𝒕 − 𝑴𝑨𝑹)

𝑵

𝒕=𝟏

Dimana:

Rpt = Return portofolio pada periode t, (Rpt ≤ MAR)

MAR = Minimum Acceptable Return, yakni suku bunga bebas

risiko (BI rate)

66

Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia digunakan sebagai

tingkat suku bunga bebas risiko. Besarnya Minimal Acceptable Return

(MAR) adalah tingkat suku bunga minimum yang diharapkan sebagai

return oleh setiap investor dari investasi yang dilakukannya. Namun

karena penelitian ini dilakukan terhadap reksa dana secara umum,

bukan untuk suatu investor tertentu, maka tingkat suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia digunakan sebagai MAR.

Return yang berada dibawah MAR maka akan dianggap sebagai

return yang tidak menguntungkan atau risiko dan return yang lebih

besar dari MAR akan dikatakan sebagai return yang menguntungkan.

c) Metode Sharpe (Excess Return to Valiability Measure)

Pengukuran yang dilakukan oleh F. Sharpe ini lebih menekankan

pada rasio variabilitas dari portofolio, metode ini lebih dikenal dengan

rasio Sharpe, yang diformulasikan sebagai berikut:

Sp = E(Ri – Rf) / σp

Dimana:

Sp = Sharpe indeks

Ri = Return portofolio i pada periode t

Rf = Return risk-free rate untuk periode t

σp = Standar deviasi atau total risiko portofolio

Metode ini melakukan pengukuran terhadap risk premium dari

portofolio relatif terhadap total risiko dari portofolio, dimana risk

67

premium adalah excess return yang dibutuhkan oleh investor dalam

menilai risiko.

Risk-free rate of return merujuk pada return sekuritas yang

dianggap tidak memiliki risiko, atau σ sama dengan 0; biasanya surat

hutang pemerintah, misalnya T-bills di US dianggap sebagai risk free.

Dalam penelitian ini digunakan data BI Rate sebagai return risk free

rate.

Metode Sharpe digambarkan sebagai slope yang dihasilkan oleh

rata-rata return (garis vertikal) dengan risiko (garis horizontal) pada

tingkat bebas risiko sebesar Rf. Semakin besar slope yang terjadi, maka

semakin baik kinerja portofolio.

5. Melakukan Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini bisa dilakukan dengan

banyak cara, seperti dengan melihat nilai Skewness-Kurtosis, normal p-plot,

maupun yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Kolmogorov-

Smirnov.

Dalam uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov data dapat

diketahui berdistribusi normal bila data tersebut terbukti tidak signifikan

atau p>α (p > 0,05). Dan data terbukti tidak berdistribusi normal bila data

tersebut signifikan atau p<α (p < 0,05).

68

6. ANOVA dengan Tukey Test

Setelah dilakukan perhitungan kinerja Reksa Dana dengan metode

EROV, Sortino dan M3, setelah itu akan diperbandingkan dengan kinerja

pasarnya. Dan setelah dilakukan uji normalitas, apabila data tersebut

berdistribusi normal, maka untuk mengetahui keakuratan hasil ketiga

metode tersebut maka dilakukanlah uji ANOVA dengan Tukey Test.

Menurut Imam Ghazali (2011:68), Analysis of Variance (ANOVA)

merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen

(skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik

atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua). Hubungan antara satu

variabel dependen dengan satu variabel independen disebut One Way

ANOVA. Pada kasus satu variabel dependen metrik dan dua atau tiga

variabel independen kategorikal sering disebut Two Ways ANOVA dan

Three Ways ANOVA.

ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect)

dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen

kategorikal (sering disebut faktor) terhadap variabel dependen metrik.

Pengaruh utama atau main effect adalah pengaruh langsung variabel

independen terhadap variabel dependen.

Untuk dapat menggunakan uji statistik ANOVA harus dipenuhi

beberapa asumsi terlebih dahulu, yaitu:

69

a. Homogeneity of Variance

Variabel dependen harus memiliki varian yang sama dalam setiap

kategori variabel independen. Jika terdapat lebih dari satu variabel

independen, maka harus ada homogeneity of variance didalam cell yang

dibentuk oleh variabel independen kategorikal. Dalam SPSS diberikan

tes dengan nama Levene’s test of Homogeneity of variance. Jika nilai

Levene test signifikan (probabilitas < 0.05) maka hipotesis nol akan

ditolak bahwa grup memiliki variance yang berbeda dan hal ini

menyalahi asumsi. Jadi yang dikehendaki adalah tidak dapat menolak

hipotesis nol atau hasil Levene test tidak signifikan (probabilitas >

0.05). walaupun asumsi variance sama ini dilanggar, Box (1954)

menyatakan bahwa ANOVA masih tetap dapat digunakan oleh karena

ANOVA robust untuk penyimpangan yang kecil dan moderat dari

homogeneity of variance. Perhitungan kasarnya rasio terbesar ke

terkecil dari grup variance haru 3 atau kurang dari 3.

b. Random Sampling

Untuk tujuan uji signifikansi, maka subjek didalam grup harus

diambil secara random.

c. Multivariate Normality

Untuk tujuan uji signifikansi, maka variabel harus mengikuti

distribusi normal multivariate. Variabel dependen terdistribusi secara

normal dalam setiap kategori variabel independen. ANOVA masih tetap

robust walaupun terdapat penyimpangan asumsi multivariate normality

70

Analysis of variance yang digunakan untuk membandingkan nilai rata-

rata tiga atau lebih sampel yang tidak berhubungan pada dasarnya adalah

menggunakan F test yaitu estimate between groups variance (atau mean-

squares) dibandingkan dengan estimate within groups variance atau secara

rumus sebagai berikut:

F = Between groups estimated variance atau mean-squares

Within groups estimated variance atau mean-squares

Total variance dalam variabel dependen dapat dipandang memiliki 2

(dua) komponen yaitu variance yang berasal dari variabel independen dan

variance yang berasal dari faktor lainnya. Variance dari faktor lain ini

sering disebut dengan error atau residual variance. Variance yang berasal

dari variabel independen disebut dengan explained variance. Jika between

group (explained) variance lebih besar dari within group (residual)

variance, maka nilai F ratio akan tinggi yang berarti perbedaan antara nilai

means terjadi acak.

Within group variance atau sum of squares adalah jumlah variance dari

group. Sedangkan mean squares adalah jumlah sum of squares dibagi

dengan degree of freedom. Degree of freedom adalah jumlah kasus

dikurangi 1 (satu) pada setiap grup [ (jumlah kasus grup satu – 1) + (jumlah

kasus grup 2 – 1) dan seterusnya ]. Sedangkan between group variance

dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:

71

Total Variance = Between Group (Explained) Variance

+ Within Group (Error) Variance

7. Melakukan Uji Kruskal Wallis

Apabila setelah dilakukan uji Homogeneity of Variance, data yang

digunakan untuk penelitian dinyatakan tidak normal atau tidak memiliki

varians yang sama, maka untuk penelitian selanjutnya digunakan uji statistik

Kruskal Wallis. Uji statistik tersebut termasuk dalam statistik non

parametrik, yaitu merupakan alternatif untuk memenuhi validitas

berdasarkan asumsi-asumsi umum. Pengujian statistik non-parametrik

digunakan untuk pengujian populasi yang seringkali dihadapkan pada uji

yang harus dilakukan tanpa ketergantungan pada asumsi-asumsi kaku yang

bersifat khusus. Oleh karena itu, prosedur yang digunakan dalam statistik

non parametrik tidak harus berdistribusi normal. (Pidekso, 2009:145)

Uji Kruskal Wallis dikenal juga dengan nama Analisis Varian Data

Berperingkat. Analisis varian itu sendiri digunakan untuk membandingkan

dua atau lebih nilai rata-rata populasi secara bersamaan atau simultan.

Analisis varians melihat apakah varians dari populasi tersebut sama. Dalam

menggunakan analisis varians juga harus dipenuhi syarat-syaratnya, yakni

seperti di bawah ini:

a) Populasi yang diteliti mempunyai distribusi normal

b) Populasi mempunyai standar deviasi yang sama

72

c) Dan sampel yang ditarik dari populasi bersifat bebas serta diambil

secara acak.

Uji Kruskal Wallis juga dimaksudkan sama dengan ANOVA, namun

hanya memerlukan data skala ordinal atau peringkat. Nilai pengamatan yang

ada diberikan peringkat, dan data peringkat itulah yang akan digunakan

untuk uji varians. Uji Kruskal Wallis juga tidak memerlukan asumsi atau

syarat sebagaimana analisis varians lainnya. Untuk menentukan nilai uji

Kruskal Wallis dinyatakan dengan H1 dan dirumuskan sebagai berikut:

(Suharyadi dan Purwanto, 2009:328)

𝑯 = 𝟏𝟐

𝑵 (𝑵 + 𝟏)[(∑ 𝑹𝟏)𝟐

𝒏𝟏+

(∑ 𝑹𝟐)𝟐

𝒏𝟐+ ⋯ +

(∑ 𝑹𝒌)𝟐

𝒏𝒌] − 𝟑(𝑵 + 𝟏)

dimana:

H : Nilai statistik Kruskal Wallis

N : Jumlah total sampel

R1 : Jumlah peringkat sampel 1

Rk : Jumlah peringkat sampel ke-k

n1 : Jumlah sampel 1

nk : Jumlah sampel ke-k

73

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah return NAB Reksa

Dana Saham yang diperdagangkan di BAPEPAM, yang akan diperbandingkan

dengan kinerjanya secara teoritis berdasarkan perhitungan yang didapat melalui

metode EROV, Sortino dan Sharpe. Dari perhitungan melalui ketiga metode

tersebut akan diuji keakuratannya terhadap kinerja pasar (IHSG) di Indonesia

melalui uji ANOVA denga Tukey Test, dan bila data tidak normal menggunakan

uji Kruskal-Wallis.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: adalah evaluasi kinerja Reksa Dana Saham yang digambarkan dengan

tiga rasio yang digunakan, EROV, Sortino, Sharpe dan IHSG.

1) Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah:

a. Excess Return on Value-at-Risk (EROV)

VaR = - (R + Zα * σ)

Dimana:

α = tingkat kepercayaan (confidence level)

Zα = Kuantil dari standar distribusi normal

Ketika VaR digunakan untuk menentukan kinerja risk-adjusted,

ukuran Excess Return on VaR (EVaR) digunakan. Hal ini

memperbandingkan antara excess return aset dengan nilai VaR suatu

aset. EvaR dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut:

(Wiesinger, 2010)

74

EROV = (R – Rf) / VaR

Dimana:

EROV = Excess Return on VaR

R = Return portofolio

Rf = Risk free rate (suku bunga bebas risiko)

VaR = Portofolio VaR (parametrik VaR diasumsikan

berdistribusi normal)

b. Rasio Sortino

Adapun formula perhitungan yang digunakan adalah:

𝑺𝑶𝑹 = 𝑹𝑷 − 𝑹𝒇

/ 𝝈𝒅𝒐𝒘𝒏

Dimana:

Rp = Rata-rata return portofolio Reksa Dana

Rf = Suku bunga bebas risiko yang ditetapkan sebagai MAR

σdown = Downside deviation

Menurut Chaudry dan Johnson (2008) adapun downside deviation

(DD) sendiri dapat dihitung dengan formula berikut:

𝑫𝑫𝟐 = 𝟏

𝑵 ∑(𝑹𝒑𝒕 − 𝑴𝑨𝑹)

𝑵

𝒕=𝟏

Dimana:

Rpt = Return portofolio pada periode t, (Rpt ≤ MAR)

MAR = Minimum Acceptable Return, yakni suku bunga bebas

risiko (BI rate)

75

Dengan syarat (Simforianus, dkk, 2008):

jika (Rp - MAR) negatif, maka digunakan (Rp - MAR)

jika (Rp - MAR) positif, maka digunakan angka 0

Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia digunakan sebagai

tingkat suku bunga bebas risiko. Besarnya Minimal Acceptable Return

(MAR) adalah tingkat suku bunga minimum yang diharapkan sebagai

return oleh setiap investor dari investasi yang dilakukannya. Namun

karena penelitian ini dilakukan terhadap reksa dana secara umum,

bukan untuk suatu investor tertentu, maka tingkat suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia digunakan sebagai MAR.

Return yang berada dibawah MAR maka akan dianggap sebagai

return yang tidak menguntungkan atau risiko dan return yang lebih

besar dari MAR akan dikatakan sebagai return yang menguntungkan.

c. Metode Sharpe (Excess Return to Valiability Measure)

Pengukuran yang dilakukan oleh F. Sharpe ini lebih menekankan

pada rasio variabilitas dari portofolio, metode ini lebih dikenal dengan

rasio Sharpe, yang diformulasikan sebagai berikut:

Sp = E(Ri – Rf) / σp

Dimana:

Sp = Sharpe indeks

Ri = Return portofolio i pada periode t

76

Rf = Return risk-free rate untuk periode t

σp = Standar deviasi atau total risiko portofolio

Metode ini melakukan pengukuran terhadap risk premium dari

portofolio relatif terhadap total risiko dari portofolio, dimana risk

premium adalah excess return yang dibutuhkan oleh investor dalam

menilai risiko.

Risk-free rate of return merujuk pada return sekuritas yang

dianggap tidak memiliki risiko, atau σ sama dengan 0; biasanya surat

hutang pemerintah, misalnya T-bills di US dianggap sebagai risk free.

Metode Sharpe digambarkan sebagai slope yang dihasilkan oleh

rata-rata return (garis vertikal) dengan risiko (garis horizontal) pada

tingkat bebas risiko sebesar Rf. Semakin besar slope yang terjadi, maka

semakin baik kinerja portofolio.

d. Return Benchmark ( IHSG)

Menurut Rodoni dan Ali (2010:183), indeks pasar merupakan alat

ukur kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di bursa yang

digunakan oleh bursa-bursa dunia. IHSG digunakan untuk mengukur

kinerja saham. Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja portofolio,

indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan dan sebagai fasilitas

perkembangan produk derivatif.

Return benchmark (IHSG) dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut:

77

Keterangan:

Rm,t : Return IHSG pada periode t

IHSGt : Nilai IHSG pada periode t

IHSGt-1 : Nilai IHSG pada periode t-1

2. Variabel Faktor (Grouping Variable)

Dalam uji ANOVA maupun Kruskal-Wallis yang diuji adalah variabel

dependennya terhadap variabel faktor yang melatarbelakanginya. Dalam

penelitian ini yang menjadi grouping variable adalah metode kinerja yang

digunakan untuk mengevaluasi kinerja Reksa Dana Saham yaitu, EROV,

Sortino dan Sharpe, dan diperbandingkan juga dengan kinerja pasar (IHSG).

Rm,t = IHSGt - IHSGt-1

IHSGt-1

78

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian

1) Reksa Dana Saham

Reksa Dana saham (RDS) adalah Reksa Dana yang melakukan

investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya

kedalam Efek bersifat ekuitas (saham). Berbeda dengan Efek pendapatan

tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi pada

pendapatan bunga, Efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang

lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham.

Selain hasil dari capital gain, Efek saham juga memberikan hasil lain

berupa dividen.

Di Indonesia hanya sebagian kecil investor yang sudah melakukan

investasi pada saham. Memang tidak mudah berinvestasi di saham. Kendala

utama yang dihadapi investor antara lain adalah terbatasnya kemampuan

untuk menganalisa dan memilih saham, terbatasnya dana untuk melakukan

diversifikasi, serta terbatasnya waktu untuk terus memonitor kondisi pasar.

Dibandingkan dengan RDPU dan RDPT, RDS memberikan potensi

pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demikian juga risikonya. RDS

menjadi alternatif menarik bagi investor yang mnegerti potensi investasi

pada saham untuk jangka panjang, sehingga dana yang digunakan untuk

berinvestasi merupakan dana untuk kebutuhan jangka panjangnya. Jadi

79

selain harus mengerti bahwa investasi saham merupakan investasi jangka

panjang, investor juga harus mengerti dan bersedia menerima risiko

investasi yang menyertainya. (Pratomo dan Nugraha, 2001:72)

B. Analisa dan Pembahasan

1) Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan 30 sampel Reksa Dana Saham selama

periode 5 tahun yakni dari 2008-2012. Data yang digunakan merupakan data

tahunan setiap sampel Reksa Dana Saham. Ketiga puluh sampel yang

digunakan dihitung menggunakan ketiga metode yakni EROV, Sortino dan

Sharpe untuk menguji kinerja Reksa Dana Saham tersebut, dan akan

diperbandingkan dengan return market yang dicerminkan oleh IHSG.

Adapun yang tercermin dalam hasil deskriptif yang telah diolah

menunjukkan banyaknya total kasus (N), mean, standar deviation,

minimum, dan nilai maximum.

a. EROV

Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel di halaman selanjutnya bahwa nilai N atas variabel EROV

atau banyaknya data yang digunakan berjumlah 150 karena penelitian

menggunakan 30 sampel selama lima tahun. Data yang digunakan

terbukti valid semua dengan N sejumlah 150. Variabel EROV dalam

hasil uji deskriptif tersebut memiliki nilai mean atau nilai rata-rata

sebesar 0,1725 dan nilai standard error yakni besarnya nilai error

80

pada data yang digunakan sebesar 0,2889. Dan memiliki nilai standar

deviasi atau besarnya nilai risiko sebesar 0,3538. Dengan nilai

minimum sebagai nilai yang paling terendah sebagai batas bawah

yakni -0,3295 dan nilai maksimum sebagai nilai tertinggi sebagai

batas atas sebesar 1,4179.

Tabel 4.1

Analisis Deskriptif (1)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error

Statistic

EROV 150 -,3295 1,4179 ,172531 ,0288920 ,3538528

Valid N (listwise)

150

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat pada

tabel di halaman selanjutnya bahwa kinerja RDS menggunakan

metode EROV dengan hasil terendah berada pada tahun 2008 dengan

nilai return rata-rata bernilai negatif. Hal itu mungkin karena pada

tahun 2008 ada krisis keuangan global yang turut memberikan

dampak negatif pada perkembangan Reksa Dana dan indeks saham

dunia. Dan kinerja RDS paling besar berada pada tahun 2009 dengan

kisaran antara 33% sampai dengan 83%. Hal itu mungkin karena

adanya efek pasca krisis tahun 2008, sehingga membuat dunia

investasi khususnya pada RDS menjadi sangat tinggi kinerjanya agar

dapat menarik bagi investor untuk menanamkan investasinya kembali.

81

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan EROV

No. Nama Reksa

Dana Manajer Investasi

EROV

2008 2009 2010 2011 2012

1 Bahana Dana Prima

PT Bahana TCW Investment Management

-22,32

%

74,20%

28,23%

-4,06

%

8,45%

2 Batavia Dana Saham

PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen

-21,38

%

59,04%

27,82%

-7,59

%

-0,36

%

3 Batavia Dana Saham Optimal

PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen

-27,23

%

50,54%

34,57%

-6,35

%

8,83%

4 BNI Reksadana Berkembang

PT BNI Asset Management

-32,95

%

33,63%

27,93%

-7,37

%

8,38%

5 BNP Paribas Ekuitas

PT BNP Paribas Investment Partners

-22,73

%

76,32%

38,57%

-3,44

%

7,27%

6 BNP Paribas Pesona

PT BNP Paribas Investment Partners

-23,09

%

80,55%

38,35%

-2,22

%

9,00%

7

CIMB-Principal Equity Aggressive

PT CIMB Principal Asset Management

-25,11

%

74,40%

24,49%

-5,55

%

-1,17

%

8 Danareksa Mawar

PT Danareksa Investment Management

-25,41

%

68,22%

31,97%

-0,12

%

-0,21

%

9 First State Indoequity Sectoral Fund

PT First State Investments Indonesia

-22,21

%

83,07%

32,02%

-0,53

%

5,56%

10 FS Indoequity Dividend Yield Fund

PT First State Investments Indonesia

-22,27

%

66,18%

30,86%

-1,85

%

8,90%

11 GMT Dana Ekuitas

PT GMT Aset Manajemen

-22,09

%

77,43%

28,88%

0,59%

8,13%

82

Tabel lanjutan

No. Nama Reksa Dana

Manajer Investasi

EROV

2008 2009 2010 2011 2012

12 Grow-2-Prosper

PT Corfina Capital

-21,95%

70,07%

37,07% -

8,09% 2,13%

13 Manulife Dana Saham

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

-25,03%

82,94%

35,61% -

6,16% 10,68%

14 Manulife Saham Andalan

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

-22,07%

83,60%

41,47% -

5,77% 7,06%

15 Panin Dana Maksima

Panin Asset Management

-17,07%

83,19%

141,79%

4,32% 5,94%

16 Panin Dana Prima

Panin Asset Management

-16,82%

61,52%

66,72% 2,18% 10,15%

17 Pratama Saham

PT Pratama Capital Asset Management

-22,43%

64,08%

28,97% -

8,71% -1,57%

18 Reksa Dana AXA Citradinamis

PT AXA Asset Management Indonesia

-25,02%

64,93%

23,73% -

6,38% 9,28%

19

Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus

PT BNP Paribas Investment Partners

-22,10%

68,45%

31,79% -

9,09% 16,18%

83

Tabel lanjutan

No. Nama Reksa

Dana Manajer Investasi

EROV

2008 2009 2010 2011 2012

20 Reksadana Dana Ekuitas Andalan

PT Bahana TCW Investment Management

-22,06

%

77,28%

29,89%

-6,71

% 3,32%

21 Reksa Dana Dana Ekuitas Prima

PT Bahana TCW Investment Management

-21,88

%

72,28%

29,94%

-4,39

%

16,28%

22

Reksadana Dana Pratama Ekuitas

PT Pratama Capital Asset Management

-24,61

%

57,57%

25,73%

-9,24

%

-5,28%

23

Reksa Dana Mandiri Investa Atraktif

PT Mandiri Manajemen Investasi

-23,01

%

73,86%

38,51%

-6,13

% 5,25%

24

Reksa Dana NISP Indeks Saham Progresif

PT NISP Asset Management

-19,49

%

79,70%

36,68%

-6,92

%

-1,12%

25

Reksa Dana Shcroder Dana Istimewa

PT Schroder Investment Management Indonesia

-22,59

%

83,62%

17,22%

1,04%

4,54%

26

Reksa Dana Simas Danamas Saham

PT Sinarmas Asset Management

-26,80

%

72,79%

23,45%

-9,95

%

-13,09

%

27 Reksadana Lautandhana Equity

PT Lautandhana Investment Management

-29,81

%

63,22%

20,75%

-6,31

% 7,71%

28 Rencana Cerdas

PT Ciptadana Asset Management

-21,82

%

83,55%

42,91%

-2,92

% 1,54%

29 Shcroder Dana Prestasi Plus

PT Schroder Investment Management Indonesia

-22,05

%

87,47%

35,35%

-2,26

%

-1,87%

30 Syailendra Dana Prestasi Plus

PT Syailendra Capital

-19,30

%

39,43%

71,21%

-2,71

%

37,83%

84

b. Sortino

Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel di bawah bahwa nilai N atas variabel Sortino atau

banyaknya data yang digunakan berjumlah 150 karena penelitian

menggunakan 30 sampel selama lima tahun. Data yang digunakan

terbukti valid semua dengan N sejumlah 150. Variabel Sortino dalam

hasil uji deskriptif tersebut memiliki nilai mean atau nilai rata-rata

sebesar 0,7653 dan nilai standard error yakni besarnya nilai error

pada data yang digunakan sebesar 0,1233. Dan memiliki nilai standar

deviasi atau besarnya nilai risiko sebesar 1,5100. Dengan nilai

minimum sebagai nilai yang paling terendah sebagai batas bawah

yakni -0,6374 dan nilai maksimum sebagai nilai tertinggi sebagai

batas atas sebesar 7,9372.

Tabel 4.3

Analisis Deksriptif (2)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error

Statistic

SORTINO 150 -,6374 7,9372 ,765359 ,1232960 1,5100615

Valid N (listwise)

150

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat pada

tabel di halaman selanjutnya bahwa kinerja RDS menggunakan

metode Sortino dengan hasil terendah berada pada tahun 2008 dengan

nilai return rata-rata bernilai negatif. Hal itu mungkin karena pada

85

tahun 2008 ada krisis keuangan global yang turut memberikan

dampak negatif pada perkembangan Reksa Dana dan indeks saham

dunia. Dan kinerja RDS dengan menggunakan metode EROV paling

besar berada pada tahun 2009 dengan kisaran antara 155% sampai

dengan 793%. Hal itu mungkin karena adanya efek pasca krisis tahun

2008, sehingga membuat dunia investasi khususnya pada RDS

menjadi sangat tinggi kinerjanya agar dapat menarik bagi investor

untuk menanamkan investasinya kembali.

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Sortino

No. Nama Reksa

Dana Manajer Investasi

SORTINO

2008 2009 2010 2011 2012

1 Bahana Dana Prima

PT Bahana TCW Investment Management

-45,38

%

349,15%

64,73%

-8,62% 16,15%

2 Batavia Dana Saham

PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen

-44,17

%

270,89%

61,40%

-15,48

%

-0,66

%

3 Batavia Dana Saham Optimal

PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen

-54,33

%

241,62%

76,13%

-13,16

%

15,28%

4 BNI Reksadana Berkembang

PT BNI Asset Management

-63,74

%

155,91%

52,73%

-16,35

%

16,16%

5 BNP Paribas Ekuitas

PT BNP Paribas Investment Partners

-46,27

%

352,27%

85,80%

-7,39% 13,52%

6 BNP Paribas Pesona

PT BNP Paribas Investment Partners

-46,70

%

339,93%

85,90%

-4,66% 16,49%

7

CIMB-Principal Equity Aggressive

PT CIMB Principal Asset Management

-50,56

%

316,82%

57,38%

-11,70

%

-2,23

%

86

Tabel lanjutan

No. Nama Reksa

Dana Manajer Investasi

SORTINO

2008 2009 2010 2011 2012

8 Danareksa Mawar

PT Danareksa Investment Management

-50,50

%

298,18%

82,29%

-0,24%

-0,43%

9 First State Indoequity Sectoral Fund

PT First State Investments Indonesia

-45,61

%

274,77%

74,78%

-1,11%

10,55%

10 FS Indoequity Dividend Yield Fund

PT First State Investments Indonesia

-45,36

%

239,94%

72,69%

-3,82%

17,06%

11 GMT Dana Ekuitas

PT GMT Aset Manajemen

-44,87

%

793,72%

63,10%

1,46% 15,36

%

12 Grow-2-Prosper

PT Corfina Capital

-46,91

%

549,19%

80,18%

-17,44

% 3,98%

13 Manulife Dana Saham

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

-49,96

%

330,10%

86,97%

-12,92

%

20,10%

14 Manulife Saham Andalan

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

-44,81

%

365,80%

100,03%

-12,13

%

13,76%

15 Panin Dana Maksima

Panin Asset Management

-35,85

%

401,45%

353,62%

9,68% 10,44

%

16 Panin Dana Prima

Panin Asset Management

-34,38

%

547,09%

138,01%

4,78% 18,11

%

17 Pratama Saham

PT Pratama Capital Asset Management

-45,28

%

402,64%

63,94%

-19,02

%

-3,04%

18 Reksa Dana AXA Citradinamis

PT AXA Asset Management Indonesia

-50,43

%

245,18%

54,67%

-13,06

%

18,21%

19

Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus

PT BNP Paribas Investment Partners

-45,18

%

299,53%

70,99%

-19,41

%

30,10%

87

Tabel lanjutan

No. Nama Reksa

Dana Manajer Investasi

SORTINO

2008 2009 2010 2011 2012

20 Reksadana Dana Ekuitas Andalan

PT Bahana TCW Investment Management

-44,96

%

321,96%

67,86%

-14,05

% 6,44%

21 Reksa Dana Dana Ekuitas Prima

PT Bahana TCW Investment Management

-44,47

%

326,85%

64,85%

-9,49%

29,42%

22

Reksadana Dana Pratama Ekuitas

PT Pratama Capital Asset Management

-48,93

%

309,50%

56,99%

-20,04

%

-10,22

%

23

Reksa Dana Mandiri Investa Atraktif

PT Mandiri Manajemen Investasi

-46,94

%

343,83%

85,08%

-13,07

% 9,89%

24

Reksa Dana NISP Indeks Saham Progresif

PT NISP Asset Management

-39,53

%

415,86%

88,60%

-14,50

%

-2,20%

25

Reksa Dana Shcroder Dana Istimewa

PT Schroder Investment Management Indonesia

-45,09

%

300,07%

147,94%

2,23% 8,43%

26

Reksa Dana Simas Danamas Saham

PT Sinarmas Asset Management

-52,04

%

277,25%

52,33%

-21,37

%

-26,22

%

27 Reksadana Lautandhana Equity

PT Lautandhana Investment Management

-59,56

%

306,36%

42,91%

-12,43

%

16,31%

28 Rencana Cerdas

PT Ciptadana Asset Management

-44,87

%

294,80%

101,87%

-6,34%

3,13%

29 Shcroder Dana Prestasi Plus

PT Schroder Investment Management Indonesia

-44,47

%

321,78%

83,48%

-4,81%

-3,56%

30 Syailendra Dana Prestasi Plus

PT Syailendra Capital

-39,52

%

169,88%

149,28%

-5,88%

72,22%

88

c. Sharpe

Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel di bawah bahwa nilai N atas variabel Sharpe atau

banyaknya data yang digunakan berjumlah 150 karena penelitian

menggunakan 30 sampel selama lima tahun. Data yang digunakan

terbukti valid semua dengan N sejumlah 150. Variabel Sharpe dalam

hasil uji deskriptif tersebut memiliki nilai mean atau nilai rata-rata

sebesar 0,1144 dan nilai standard error yakni besarnya nilai error

pada data yang digunakan sebesar 0,0329. Dan memiliki nilai standar

deviasi atau besarnya nilai risiko sebesar 0,0,4026. Dengan nilai

minimum sebagai nilai yang paling terendah sebagai batas bawah

yakni -0,7817 dan nilai maksimum sebagai nilai tertinggi sebagai

batas atas sebesar 0,9162.

Tabel 4.5

Analisis Deskriptif (3)

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat pada

tabel di halaman selanjutnya bahwa kinerja RDS menggunakan

metode Sharpe dengan hasil terendah berada pada tahun 2008 dengan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error

Statistic

SHARPE 150 -,7817 ,9162 ,114447 ,0328760 ,4026475

Valid N (listwise)

150

89

nilai return rata-rata bernilai negatif. Hal itu mungkin karena pada

tahun 2008 ada krisis keuangan global yang turut memberikan

dampak negatif pada perkembangan Reksa Dana dan indeks saham

dunia. Dan kinerja RDS dengan menggunakan metode EROV paling

besar berada pada tahun 2009 dengan kisaran antara 33% sampai

dengan 83%. Hal itu mungkin karena adanya efek pasca krisis tahun

2008, sehingga membuat dunia investasi khususnya pada RDS

menjadi sangat tinggi kinerjanya agar dapat menarik bagi investor

untuk menanamkan investasinya kembali.

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Sharpe

No. Nama Reksa

Dana Manajer Investasi

SHARPE

2008 2009 2010 2011 2012

1 Bahana Dana Prima

PT Bahana TCW Investment Management

-45,78

%

67,42%

34,15%

-6,59% 11,90

%

2 Batavia Dana Saham

PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen

-43,09

%

58,74%

33,06%

-12,57

%

-0,53%

3 Batavia Dana Saham Optimal

PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen

-59,58

%

53,15%

38,96%

-10,40

%

12,09%

4 BNI Reksadana Berkembang

PT BNI Asset Management

-78,17

%

40,48%

33,81%

-12,45

%

11,91%

5 BNP Paribas Ekuitas

PT BNP Paribas Investment Partners

-46,90

%

68,59%

43,22%

-5,57% 10,39

%

6 BNP Paribas Pesona

PT BNP Paribas Investment Partners

-47,60

%

70,33%

42,95%

-3,53% 12,59

%

7 CIMB-Principal Equity Aggressive

PT CIMB Principal Asset Management

-53,28

%

67,27%

30,39%

-9,12% -

1,80%

90

Tabel lanjutan

No. Nama Reksa

Dana Manajer Investasi

SHARPE

2008 2009 2010 2011 2012

8 Danareksa Mawar

PT Danareksa Investment Management

-54,01

%

64,05%

37,76%

-0,18% -

0,32%

9 First State Indoequity Sectoral Fund

PT First State Investments Indonesia

-45,45

%

71,31%

37,47%

-0,83% 8,05%

10 FS Indoequity Dividend Yield Fund

PT First State Investments Indonesia

-45,60

%

62,75%

36,36%

-2,93% 12,49

%

11 GMT Dana Ekuitas

PT GMT Aset Manajemen

-44,90

%

69,38%

35,10%

0,94% 11,58

%

12 Grow-2-Prosper

PT Corfina Capital

-44,40

%

65,73%

42,25%

-13,78

% 3,20%

13 Manulife Dana Saham

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

-52,85

%

71,42%

40,49%

-10,19

%

14,65%

14 Manulife Saham Andalan

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

-45,05

%

72,01%

45,23%

-9,55% 10,14

%

15 Panin Dana Maksima

Panin Asset Management

-32,65

%

72,02%

91,62%

6,47% 8,38%

16 Panin Dana Prima

Panin Asset Management

-32,19

%

60,97%

62,44%

3,32% 13,83

%

17 Pratama Saham

PT Pratama Capital Asset Management

-46,26

%

62,78%

35,28%

-15,08

%

-2,47%

18 Reksa Dana AXA Citradinamis

PT AXA Asset Management Indonesia

-53,02

%

62,17%

29,66%

-10,58

%

13,00%

19

Reksa Dana BNP Paribas Infrastruktur Plus

PT BNP Paribas Investment Partners

-45,24

%

64,41%

37,56%

-15,65

%

21,33%

91

Tabel lanjutan

No. Nama Reksa

Dana Manajer Investasi

SHARPE

2008 2009 2010 2011 2012

20 Reksadana Dana Ekuitas Andalan

PT Bahana TCW Investment Management

-44,97

%

68,79%

35,71%

-11,21

% 4,88%

21 Reksa Dana Dana Ekuitas Prima

PT Bahana TCW Investment Management

-44,65

%

66,44%

35,85%

-7,19% 21,44

%

22 Reksadana Dana Pratama Ekuitas

PT Pratama Capital Asset Management

-52,06

%

58,59%

32,07%

-16,05

% -8,61%

23

Reksa Dana Mandiri Investa Atraktif

PT Mandiri Manajemen Investasi

-47,77

%

67,18%

42,79%

-10,17

% 7,65%

24

Reksa Dana NISP Indeks Saham Progresif

PT NISP Asset Management

-38,36

%

69,95%

41,21%

-11,56

% -1,73%

25 Reksa Dana Shcroder Dana Istimewa

PT Schroder Investment Management Indonesia

-46,09

%

71,64%

24,19%

1,61% 6,65%

26

Reksa Dana Simas Danamas Saham

PT Sinarmas Asset Management

-57,28

%

66,79%

29,42%

-17,39

%

-23,43

%

27 Reksadana Lautandhana Equity

PT Lautandhana Investment Management

-67,31

%

61,30%

26,58%

-10,59

%

11,01%

28 Rencana Cerdas

PT Ciptadana Asset Management

-44,38

%

71,53%

46,48%

-4,70% 2,34%

29 Shcroder Dana Prestasi Plus

PT Schroder Investment Management Indonesia

-44,70

%

73,35%

40,28%

-3,60% -2,92%

30 Syailendra Dana Prestasi Plus

PT Syailendra Capital

-38,14

%

45,31%

64,27%

-4,36% 41,77

%

92

d. Benchmark (IHSG)

Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel di bawah bahwa nilai N atas variabel IHSG atau banyaknya

data yang digunakan berjumlah 150 karena penelitian menggunakan

30 sampel selama lima tahun. Data yang digunakan terbukti valid

semua dengan N sejumlah 150. Variabel IHSG dalam hasil uji

deskriptif tersebut memiliki nilai mean atau nilai rata-rata sebesar

0,0041 dan nilai standard error yakni besarnya nilai error pada data

yang digunakan sebesar 0,0003. Dan memiliki nilai standar deviasi

atau besarnya nilai risiko sebesar 0,0033. Dengan nilai minimum

sebagai nilai yang paling terendah sebagai batas bawah yakni -0,0008

dan nilai maksimum sebagai nilai tertinggi sebagai batas atas sebesar

0,0077.

Tabel 4.7

Analisis Deskriptif (4)

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

2) Uji Normalitas

Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

menguji apakah variabel-variabel yang digunakan berdistribusi normal atau

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

IHSG 150 -,0008 ,0077 ,004094 ,0002742 ,0033582

Valid N (listwise)

150

93

tidak.yang diperlukan sebagai syarat untuk dapat diuji dengan model One-

Way ANOVA. Sebuah pengujian parametrik diwajibkan bahwa data harus

berdistribusi normal. Karena prosedur yang digunakan pada statistik

parametrik dilandasi oleh asumsi-asumsi tertentu, yang antara lain data

harus berdistribusi normal (Pidekso, 2009:127). Uji normalitas pada data

bisa menggunakan banyak cara, salah satunya yang digunakan dalam

penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya, yaitu uji

normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.8

Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov)

Tests of Normality

Metodekinerja Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

nilaikinerja

EROV ,156 150 ,000 ,913 150 ,000

Sortino ,228 150 ,000 ,767 150 ,000

Sharpe ,086 150 ,009 ,958 150 ,000

IHSG ,235 150 ,000 ,816 150 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

94

Gambar 4.1

Normal P-Plot

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dapat dilihat dari tabel sebelumnya pada kolom Kolmogorov-Smirnov

dan Shapiro-Wilk pada indeks df, dapat diketahui bahwa masing-masing

data memiliki jumlah 150. Dan terlihat bahwa masing-masing masing-

masing variabel di atas memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05 ( p < α :

0,000 , 0,05) yang berarti data tersebut signifikan dan H0 ditolak. Oleh

karena dalam uji normalitas yang diharapkan adalah data tersebut tidak

signifikan (p > α) dan H0 diterima, maka dapat dinyatakan bahwa data yang

digunakan dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal. Hal tersebut

didukung juga dengan nilai signifikansi Shapiro-Wilk yang juga lebih kecil

dari nilai α (0,05) yang berarti kesemua variabelnya signifikan. Dan bila

melihat gambar grafik Normal P-Plot di atas juga dapat dilihat pula bahwa

penyebaran data menjauhi garis normal. Oleh karena itu disimpulkan bahwa

95

data berdistribusi tidak normal, sehingga penelitian ini akan menggunakan

uji statistik non-parametrik yakni uji Kruskall-Wallis.

3) Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui uji

Homogeneity of Variance dengan uji Levene Test . Dimana dalam uji

statistik tersebut, variabel dependen harus memiliki varian yang sama dalam

setiap kategori variabel independen. Jika terdapat lebih dari satu variabel

independen, maka harus ada homogeneity of variance didalam cell yang

dibentuk oleh variabel independen kategorikal. Dalam SPSS diberikan tes

dengan nama Levene’s test of Homogeneity of variance. Jika nilai Levene

test signifikan (probabilitas < 0.05) maka hipotesis nol akan ditolak bahwa

grup memiliki variance yang berbeda dan hal ini menyalahi asumsi.

Jadi yang dikehendaki adalah tidak dapat menolak hipotesis nol atau

hasil Levene test tidak signifikan (probabilitas > 0.05). Walaupun asumsi

variance sama ini dilanggar, Box (1954) menyatakan bahwa ANOVA masih

tetap dapat digunakan oleh karena ANOVA robust untuk penyimpangan

yang kecil dan moderat dari homogeneity of variance. Perhitungan kasarnya

rasio terbesar ke terkecil dari grup variance harus 3 atau kurang dari 3.

96

Tabel 4.9

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Nilaikinerja

Levene Statistic df1 df2 Sig.

128,583 3 596 ,000

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dari hasil uji Levene test di atas, didapatkan nilai Levene statistic

sebesar 128,583 dan terbukti siginifikan sebesar 0,000. Hal itu berarti nilai

sig < α (0,000 < 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis nol (H0)

yang menyatakan bahwa varians sama ditolak dan Ha diterima, yakni

terbukti data memiliki varians yang tidak sama (berbeda). Oleh karena itu

berarti uji ANOVA tidak terpenuhi dan tidak dapat diteruskan karena hal

tersebut menyalahi asumsi yang harus dipenuhi, yakni data harus memiliki

varians yang sama.

Menurut Imam Ghazali (2011:75), pada kasus dimana asumsi ini

dilanggar, yakni bila hasil uji levene test menunjukkan hasil probabilitas

signifikan yang berarti varians tidak sama (berbeda), hal ini tidak fatal untuk

ANOVA dan analisis masih bisa dapat diteruskan sepanjang grup memiliki

sample size yang sama (secara proporsional). Namun peneliti tetap

menggunakan statistik non-parametrik untuk menghindari adanya kesalahan

dalam asumsi distribusi data normal, dikarenakan dalam uji normalitas

dengan Kolmogorov Smirnov data yang digunakan dalam penelitian

97

dinyatakan tidak normal. Selain itu juga data yang digunakan tidak lolos

dalam uji homogenitas karena terbukti memiliki varians yang tidak sama

(berbeda). Oleh karena itu peneliti menggunakan uji Kruskal Wallis untuk

menguji hipotesis yang dikehendaki dalam penelitian ini.

4) Uji Kruskal Wallis

Setelah sebuah data diuji dan layak untuk diolah dengan metode

statistik Kruskal Wallis, maka selanjutnya adalah pembahasan mengenai

hasil analisis metode Kruskal Wallis.

Uji Kruskal Wallis digunakan untuk menguji hipotesis nol dari

beberapa sampel yang diambil dari populasi-populasi yang sama atau

identik dengan Analis Varians satu arah berdasarkan peringkat. Uji Kruskal

Wallis adalah untuk menguji mean suatu variabel apakah sama pada

beberapa sampel independen yang ditentukan oleh suatu variabel grup.

(Pidekso, 2010:169)

a. Hipotesis Pertama

Hasil dari pengujian hipotesis pertama dalam analisis

perbandingan kinerja antara ketiga metode evaluasi kinerja Reksa

Dana Saham diharapkan yakni adanya perbedaan (tidak sama) dari

hasil kinerja Reksa Dana Saham pada periode 2008-2012 dengan

metode EROV, Sortino dan Sharpe. Untuk menjawab hipotesis yang

diinginkan, sebagai indikatornya ketiga metode tersebut itu pun

diperbandingkan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis.

98

Tabel 4.10

Hasil Uji Kruskal Wallis (1)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

KinerjaRDS N Mean Rank

nilaikinerja

EROV 150 189,83

SORT 150 254,88

SHAR 150 231,80

Total 450

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 30 sampel selama

beberapa tahun dan dilakukan uji Kruskal Wallis, dapat dilihat pada

tabel di atas bahwa kinerja dengan metode Sortino lebih unggul

dibandingkan EROV dan Sharpe. Dan dapat dilihat pada tabel

selanjutnya, yakni hasil uji chi-square statistik menunjukkan nilai

sebesar 4,036. Dan uji chi-square hitung dengan mengacu pada tabel

chi-square dengan nilai α sebesar 5% (0,05) dan jumlah df yaitu 2 (df

= 2), maka didapatkan nilai chi-square hitung sebesar 5,991. Hal itu

berarti menunjukkan bahwa perhitungan nilai chi-square statistik

terbukti lebih rendah daripada nilai chi-quare hitung (tabel), yakni

4,036 < 5,991.

99

Tabel 4.11

Hasil Chi-Square (1)

Test Statisticsa,b

Nilaikinerja

Chi-Square 4,036

df 2

Asymp. Sig. ,133

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Sehingga dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (0,05), dapat

dilihat pada tabel di atas dari hasil pengujian didapatkan nilai

signifikansi sebesar 0,133. Hal itu menunjukkan bahwa sig > α (0,133

> 0,05) yang berarti terbukti bila hipotesis nol (H0) yang

menggambarkan mean ketiga metode kinerja RDS tidak berbeda

(sama) diterima dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan bahwa mean dengan metode

EROV, Sortino dan Sharpe memiliki persamaan (tidak berbeda)

dengan kata lain Hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif

(Ha) ditolak. Sehingga dapat dikatakan ketiga metode kinerja RDS

yakni EROV, Sortino dan Sharpe terbukti tidak signifikan dan tidak

terdapat perbedaan (sama).

Lalu selanjutnya adalah pengujian hipotesis secara parsial,

yakni membandingkan ketiga metode tersebut secara masing-masing.

100

1. Hipotesis 1a

Dalam hipotesis 1a) diharapkan dalam hasil pengujian

terdapat perbedaan antara hasil kinerja RDS dengan metode

EROV dengan Sortino.

Tabel 4.12

Hasil Uji Kruskal-Wallis (2)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

Nilaikinerja

EROV 150 144,82

Sortino 150 156,18

Total 300

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel di atas, antara kinerja RDS dengan menggunakan

metode EROV dengan metode Sortino terbukti tidak signifikan.

Hal itu karena nilai signifikansi lebih besar daripada nilai α

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 1,285

Df 1

Asymp. Sig. ,257

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

101

(0,257 > 0,05), sehingga bisa dikatakan bahwa hipotesis 1a)

ditolak, yaitu antara kinerja RDS dengan menggunakan metode

EROV dan Sortino tidak memiliki perbedaan (sama).

2. Hipotesis 1b

Untuk pengujian hipotesis 1b) diharapkan pada hasil

pengujian terdapat perbedaan antara hasil kinerja RDS dengan

metode EROV dengan Sharpe.

Tabel 4.13

Hasil Uji Kruskal-Wallis (3)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Metodekinerja N Mean Rank

Nilaikinerja

EROV 150 154,25

SHARPE 150 146,75

Total 300

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square ,562

Df 1

Asymp. Sig. ,454

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel di atas, antara kinerja RDS dengan menggunakan

102

metode EROV dengan metode Sharpe terbukti tidak signifikan.

Hal itu karena nilai signifikansi lebih besar daripada nilai α

(0,454 > 0,05), sehingga bisa dikatakan bahwa hipotesis 1a)

ditolak, yaitu antara kinerja RDS dengan menggunakan metode

EROV dan Sortino tidak memiliki perbedaan (sama).

3. Hipotesis 1c

Dan pada hipotesis 1c) dalam pengujian ini diharapkan

terdapat perbedaan antara hasil kinerja RDS dengan metode

Sortino dengan Sharpe.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel selanjutnya, antara kinerja RDS dengan

menggunakan metode Sortino dengan metode Sharpe terbukti

signifikan. Hal itu karena nilai signifikansi lebih rendah

daripada nilai α (0,040 < 0,05), sehingga bisa dikatakan bahwa

hipotesis 1a) diterima, yaitu antara kinerja RDS dengan

menggunakan metode Sortino dan Sharpe memiliki perbedaan

(tidak sama), dengan metode Sortino merupakan kinerja dengan

mean yang lebih besar.

103

Tabel 4.14

Hasil Uji Kruskal Wallis (4)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

Nilaikinerja

SORTINO 150 160,78

SHARPE 150 140,22

Total 300

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

b. Hipotesis Kedua

Dalam hipotesis ini sampel yang diuji adalah ketiga metode

yaitu EROV, Sortino dan Sharpe, dan juga digunakan kinerja pasar

(IHSG). Hasil yang diharapkan dari pengujian yang dilakukan yaitu

terdapat perbedaan antara hasil kinerja Reksa Dana Saham pada

periode 2008-2012 antara ketiga metode yang diperbandingkan

dengan kinerja pasar (IHSG).

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,210

Df 1

Asymp. Sig. ,040

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

104

Tabel 4.15

Hasil Uji Kruskal Wallis (5)

Kruskal-Wallis Test

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa kinerja Reksa Dana

Saham dengan menggunakan metode Sortino terbukti lebih besar

dibandingkan dengan kinerja pasar yakni dicerminkan oleh IHSG dan

juga dengan dua metode lainnya yaitu EROV dan Sharpe. sedangkan

metode EROV merupakan metode dengan hasil kinerja yang lebih

tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode Sharpe yang

memiliki hasil terendah dibandingkan ketiga metode tersebut. Namun

dalam hasil uji Kruskal-Wallis di atas didapatkan hasil bahwa ternyata

di Indonesia kinerja pasar yang dicerminkan oleh IHSG memiliki

kinerja terburuk dibandingkan dengan kinerja Reksa Dana Saham

yang digambarkan oleh ketiga metode tersebut. Hal itu mungkin

karena data yang diambil selama penelitian merupakan periode selama

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

Nilaikinerja

EROV 150 309,18

Sortino 150 327,45

Sharpe 150 297,47

IHSG 150 267,90

Total 600

105

krisis keuangan terjadi dan periode setelah terjadinya krisis keuangan

tersebut, sehingga tampaknya kinerja pasar masih belum bisa bangkit

seutuhnya dan cenderung fluktuatif karena adanya faktor-faktor

ekonomi makro lainnya.

Tabel 4.16

Hasil Chi-Square (2)

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 9,359

Df 3

Asymp.

Sig. ,025

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 30 sampel selama

beberapa tahun dan dilakukan uji Kruskal Wallis, dapat dilihat dari

tabel di atas, yakni hasil uji chi-square statistik menunjukkan nilai

sebesar 9,359. Dan uji chi-square hitung dengan mengacu pada tabel

chi-square dengan nilai α sebesar 5% (0,05) dan jumlah df yaitu 3 (df

= 3), maka didapatkan nilai chi-square hitung sebesar 7,81472. Hal itu

berarti menunjukkan bahwa perhitungan nilai chi-square statistik

terbukti lebih besar daripada nilai chi-quare hitung (tabel), yakni

9,359 > 7,81472.

Dan dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (0,05), dapat dilihat

dari hasil pengujian didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,025. Hal

itu menunjukkan bahwa sig < α (0,025 < 0,05) yang berarti terbukti

106

bila hipotesis nol (H0) yang menggambarkan mean ketiga metode

kinerja RDS tidak berbeda (sama) ditolak dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa

mean dengan metode EROV, Sortino, Sharpe dan IHSG memiliki

persamaan (tidak berbeda) dengan kata lain Hipotesis nol (H0) ditolak

dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Sehingga dapat dikatakan ketiga

metode kinerja RDS yakni EROV, Sortino, Sharpe dan IHSG terbukti

signifikan dan terdapat perbedaan (tidak sama).

Oleh karena itu secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

untuk hipotesis kedua ini dinyatakan diterima, (H0 ditolak dan Ha

diterima) karena berdasarkan hasil Chi-Square dan tingkat kesalahan

(α = 5%) terbukti signifikan, yang berarti mean ketiga metode tersebut

tidak sama (berbeda), dan kinerja RDS dengan ketiga metode yaitu

EROV, Sortino dan Sharpe terbukti lebih besar dibandingkan dengan

kinerja pasar (IHSG).

Selanjutnya untuk pengujian hipotesis kedua secara parsial atau

menguji secara masing-masing metode sebagai berikut:

1. Hipotesis 2a

Untuk hipotesis 2a) yang diharapkan dari pengujian yang

telah dilakukan adalah hasil kinerja RDS dengan metode EROV

lebih besar jika dibandingkan dengan kinerja pasar (IHSG).

107

Tabel 4.17

Hasil Uji Kruskal-Wallis (6)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

EROV 150 161,10

IHSG 150 139,90

Total 300

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

tabel di atas bahwa untuk hipotesis 2a) dinyatakan terbukti

signifikan dengan tingkat 0,034 (0,034 < 0,05). Hal itu berarti

pernyataan hipotesis 2a) diterima, yakni kinerja RDS dengan

metode EROV terbukti lebih besar jika dibandingkan dengan

kinerja pasar (IHSG). Hal itu juga dapat dilihat pada kolom

Ranks dengan melihat nilai mean rank-nya, terbukti bahwa nilai

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,502

Df 1

Asymp. Sig. ,034

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

108

mean rank metode EROV terbukti lebih besar jika dibandingkan

dengan kinerja pasar (IHSG).

2. Hipotesis 2b

Dalam hipotesis 2b) dari pengujian yang telah dilakukan

diharapkan bahwa hasil kinerja RDS dengan metode Sortino

lebih besar jika dibandingkan dengan kinerja pasar (IHSG).

Tabel 4.18

Hasil Uji Kruskal-Wallis (7)

Kruskal-Wallis Test

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,848

Df 1

Asymp. Sig. ,028

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

Ranks

Metodekinerja N Mean Rank

Nilaikinerja

SORTINO 150 161,50

IHSG 150 139,50

Total 300

109

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

tabel sebelumnya bahwa untuk hipotesis 2b) dinyatakan terbukti

signifikan dengan tingkat 0,028 (0,028 < 0,05). Hal itu berarti

pernyataan hipotesis 2b) diterima, yakni kinerja RDS dengan

metode Sortino terbukti lebih besar jika dibandingkan dengan

kinerja pasar (IHSG). Hal itu juga dapat dilihat pada kolom

Ranks dengan melihat nilai mean rank-nya, terbukti bahwa nilai

mean rank metode Sortino terbukti lebih besar jika

dibandingkan dengan kinerja pasar (IHSG).

3. Hipotesis 2c

Pada hipotesis 2c) dari pengujian yang telah dilakukan

diharapkan bahwa hasil kinerja RDS dengan metode Sharpe

lebih besar jika dibandingkan dengan kinerja pasar (IHSG).

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pada

tabel selanjutnya bahwa untuk hipotesis 2c) dinyatakan terbukti

signifikan dengan tingkat 0,028 (0,028 < 0,05). Hal itu berarti

pernyataan hipotesis 2c) diterima, yakni kinerja RDS dengan

metode Sharpe terbukti lebih besar jika dibandingkan dengan

kinerja pasar (IHSG). Hal itu juga dapat dilihat pada kolom

Ranks dengan melihat nilai mean rank-nya, terbukti bahwa nilai

mean rank metode Sharpe terbukti lebih besar jika dibandingkan

dengan kinerja pasar (IHSG).

110

Tabel 4.19

Hasil Uji Kruskal-Wallis (8)

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

SHARPE 150 161,50

IHSG 150 139,50

Total 300

Sumber: Hasil Olah Data dengan IBM SPSS 20

5) Interpretasi Hasil

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui uji normalitas

dengan Kolmogorov-Smirnov didapatkan hasil bahwa distribusi data yang

digunakan dalam penelitian tidak normal karena nilai p > α (0,00 < 0,05).

Lalu melalui uji homogenitas dengan Levene Test didapatkan hasil

signifikansi sebesar 0,000 yang kurang dari nilai α (0,05) sehingga dapat

dikatakan bahwa data memiliki varians yang berbeda sehingga tidak lolos

uji homogenitas.

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,848

Df 1

Asymp. Sig. ,028

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

111

a. Hipotesis Pertama

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis dapat diketahui bahwa kinerja

Reksa Dana Saham di Indonesia berdasarkan metode EROV, Sortino

dan Sharpe terbukti tidak memiliki perbedaan. Hal itu karena

berdasarkan pengujian hasil yang didapatkan tidak signifikan dengan

nilai 0,133 ( 0,133 > 0,05).

Untuk uji parsial pada hipotesis pertama, dapat diketahui bahwa

untuk hipotesis 1a) didapatkan hasil bahwa hipotesis ditolak, karena

tidak signifikan pada tingkat 0,257 sehingga untuk metode EROV

dengan Sortino terbukti tidak memiliki perbedaan. Dalam pengujian

hipotesis 1b) didapatkan hasil bahwa hipotesis juga ditolak karena

hasil tidak signifikan pada tingkat 0,454, sehingga antara metode

EROV dengan Sharpe terbukti tidak memiliki perbedaan. Dan untuk

hipotesis 1c) didapatkan bahwa hasil signifikan pada tingkat sebesar

0,40 sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis 1c) diterima dan antara

metode Sortino dengan Sharpe terbukti memiliki perbedaan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Ataie, dkk (2012) yang menunjukkan hasil yang

signifikan dengan adanya perbedaan (ketidaksamaan) antara mean

ketiga metode yang digunakan, yakni EROV, Sortino dan M3. Dengan

metode EROV memberikan hasil yang paling besar dibandingkan dua

metode lainnya.

112

Lalu penelitian yang dilakukan oleh Kolbadi dan Ahmadinia

(2011) yang mendapatkan hasil signifikan terbukti memiliki

perbedaan (tidak sama) antar ketiga metode yang diujikan yaitu

Sharpe, Sortino dan Sterling. Dengan metode Sterling yang memiliki

hasil lebih baik dibandingkan dengan dua metode lainnya.

Adapun mengapa hasil pengujian dalam penelitian ini tidak

signifikan mungkin dikarenakan adanya faktor-faktor ekonomi makro

yang melatarbelakangi data yang digunakan, yakni dengan adanya

krisis keuangan pada tahun 2008 yang membuat nilai indeks saham

dan nilai NAB Reksa Dana menurun dan tingkat suku bunga

meningkat. Sehingga membuat nilai mean pada hasil penelitian tidak

terpaut jauh sehingga membuat hipotesis pertama ditolak dan terbukti

tidak memiliki perbedaan.

b. Hipotesis Kedua

Untuk uji hipotesis kedua yaitu menguji perbandingan kinerja

RDS dengan tiga metode yaitu EROV, Sortino dan Sharpe dengan

kinerja pasar yaitu IHSG di Indonesia terbukti signifikan memiliki

mean yang berbeda dengan nilai 0,025 (0,025 < 0,05). Dari hasil yang

telah diuji, diketahui bahwa kinerja RDS di Indonesia sangat bagus

sekali, hal itu karena berdasarkan pengujian ternyata terbukti kinerja

RDS memiliki mean lebih besar jika dibandingkan dengan kinerja

pasar yang dicerminkan oleh IHSG. Bila diurutkan dengan peringkat

dapat ditulis sebagai berikut ini:

113

1. Sortino

2. EROV

3. Sharpe

4. Market

Dalam uji parsial untuk hipotesis kedua, dapat diketahui bahwa

untuk hipotesis 2a) didapatkan hasil yang terbukti signifikan pada

tingkat 0,034, sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis 2a) diterima

dan kinerja RDS dengan metode EROV terbukti lebih besar jika

dibandingkan oleh kinerja pasar (IHSG). Untuk pengujian hipotesis

2b) juga terbukti signifikan pada tingkat 0,028, sehingga hipotesis 2b)

diterima dan kinerja RDS dengan metode Sortino terbukti lebih besar

jika dibandingkan oleh kinerja pasar (IHSG). Dan untuk hipotesis 2c),

dapat diketahui bahwa hasil terbukti signifikan pada tingkat 0,028,

sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis dinyatakan diterima dan

kinerja RDS antara metode Sharpe dengan kinerja pasar (IHSG)

terbukti lebih besar.

Kinerja pasar yang dicerminkan oleh IHSG tersebut mungkin

memiliki kinerja lebih rendah dikarenakan nilai indeks saham yang

cenderung stabil dan tidak mengalami kenaikan yang sangat drastis

bila dilihat selama periode 2008-2012. Selain itu mungkin kinerjanya

lebih rendah karena data yang digunakan terkait selama krisis

keuangan terjadi, sehingga data indeks saham tersebut lebih fluktuatif

dan unpredictable. Selama proses krisis terjadi nilai indeks saham

114

menurun karena banyaknya investor yang menarik dana mereka.

Sehingga banyak para Manajer Investasi membuat Reksa Dana

menjadi terkesan menyilaukan dan menjanjikan serta meningkatkan

kinerja Reksa Dana agar terlihat menarik untuk investor agar lebih

merasa aman dalam berinvestasi dan mendapatkan return yang tinggi,

sehingga mereka tidak jatuh terpuruk terlalu dalam selama krisis

keuangan berlangsung dan periode setelah krisis terjadi.

Hal ini menunjukkan bahwa bila seorang investor berinvestasi

pada Reksa Dana Saham di Indonesia bisa mendapatkan keuntungan

yang cukup menjanjikan untuk ke depannya dengan risiko yang

mendampinginya juga. Dan untuk perkembangan Reksa Dana Saham

yang masih terbuka sangat lebar peluangnya agar tidak disia-siakan

oleh Pemerintah untuk bisa mensosialisasikan kepada masyarakat.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Ataie, dkk (2012) yang

melakukan penelitian di Tehran Stocks Exchange, menunjukkan

bahwa hasil penelitian yang dilakukan terbukti signifikan dengan

kinerja pasar lebih besar dibandingkan dengan kinerja portofolio

dengan metode EROV, Sortino dan M3. Hal ini menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian tersebut ditolak, karena kinerja portofolio dengan

ketiga metode tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kinerja

pasar.

Lalu hasil kinerja RDS dengan menggunakan metode Sortino

memiliki hasil yang besar didukung oleh penelitian yang dilakukan

115

oleh Lye, dkk (2011) yang menunjukkan bahwa rasio Sortino dapat

dioptimalkan untuk mengetahui kinerja dari perusahaan-perusahaan

yang listing. Dari penelitian yang dilakukan mengenai kinerja

perusahaan BUMN dan non-BUMN di negara Malaysia, Singapura

dan Indonesia dengan menggunakan rasio Sortino, didapatkan hasil

bahwa Indonesia memiliki nilai rasio Sortino, return dan risiko

tertinggi dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Chaudry, Johnson

(2008) menunjukkan bahwa rasio Sortino memberikan hasil performa

yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode Sharpe, student t-test

dan decay rate measures. Chaudry menyarankan untuk menggunakan

rasio Sortino dalam memilih kinerja portofolio yang optimal.

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa metode Sortino

merupakan metode yang memiliki kinerja terbaik dibandingkan

dengan metode lainnya didukung oleh pernyataan dari Sortino (1994)

bahwa:

“If there is a minimum return that must be earned to accomplish

some goal (the minimal acceptable return /MAR), then any returns

below the MAR will produce unfavorable outcomes and any returns

greater will produce good outcomes. The MAR separates the good

volatility (above the MAR) from the bad volatility (below the MAR).

We argue that the proper measurement of risk should deal only with

the returns that could have been below the MAR. Returns above the

MAR should be viewed as a reward.”

Because standard deviation measures risk as dispersion on either

side of the mean, it cannot distinguish between good volatility and bad

volatility. Downside deviations measures the deviations below the

MAR.” (The Journal of Investing Fall 1994, 6).

116

Sehingga dapat diketahui bahwa rasio Sortino lebih baik

dibandingkan yang lainnya karena dalam penggunaan rasio ini

menggunakan komponen MAR (Minimum Acceptable Return) yaitu

tingkat minimal return yang dapat diterima. Dengan komposisi bila

return yang berada dibawah MAR maka akan dianggap sebagai return

yang tidak menguntungkan atau risiko dan return yang lebih besar

dari MAR akan dikatakan sebagai return yang menguntungkan (jika

(Rp - MAR) negatif, maka digunakan (Rp - MAR) dan jika (Rp -

MAR) positif, maka digunakan angka 0).

Dalam Sortino (1994) dikatakan bahwa MAR memisahkan antara

volatilitas baik dengan volatilitas yang dianggap buruk dan standar

deviasi tidak menggambarkan kedua hal tersebut sehingga

penggunaan MAR dirasa lebih baik dibandingkan dengan

menggunakan standar deviasi. Sehingga kinerja dengan menggunakan

rasio Sortino mendapatkan hasil kinerja yang lebih baik dibandingkan

dengan rasio lainnya yaitu EROV dan Sharpe.

117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa tentang perbandingan evaluasi

kinerja Reksa Dana Saham dengan menggunakan metode EROV, Sortino dan

Sharpe selama periode 2008-2012. Dalam penelitian ini perbandingan yang

dilakukan juga untuk menguji kinerja RDS terhadap kinerja pasar yang

dicerminkan oleh IHSG, dengan menggunakan sampel sebanyak 30 Reksa Dana

Saham yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada

bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Dari hasil pengujian penelitian yang telah dibahas sebelumnya, diketahui

bahwa evaluasi kinerja RDS dengan metode EROV, Sortino dan Sharpe

selama periode 2008-2012 secara simultan didapatkan bahwa antara ketiga

metode tersebut tidak terdapat perbedaan. Hal itu mungkin karena nilai

statistik mean antara ketiganya tidak terpaut jauh berbeda. Untuk

pengujian secara parsial didapatkan bahwa antara kinerja EROV dengan

Sortino tidak terdapat perbedaan, antara kinerja EROV dengan Sharpe

terbukti sama tidak berbeda dan antara Sortino dengan Sharpe terbukti

memiliki perbedaan. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa antara ketiga metode tersebut tidak memiliki perbedaan.

118

2) Dari pengujian hipotesis kedua secara simultan menunjukkan bahwa

antara metode EROV, Sortino, Sharpe dan kinerja pasar (IHSG)

didapatkan hasil yaitu terbukti signifikan memiliki perbedaan, dan benar

terbukti bahwa kinerja RDS lebih besar jika dibandingkan dengan kinerja

pasar yang dicerminkan oleh IHSG. Hal itu didukung oleh pengujian

secara parsial antara kinerja EROV dengan IHSG, Sortino dengan IHSG

dan Sharpe dengan IHSG terbukti bahwa secara parsial terbukti memiliki

perbedaan dan kinerja EROV, Sortino dan Sharpe lebih besar jika

dibandingkan dengan kinerja pasar (IHSG). Hal itu menunjukkan bahwa

kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia memiliki perkembangan yang

sangat bagus dan prospek yang cerah. Dari pengujian hipotesis kedua ini

diketahui bahwa kinerja RDS dengan menggunakan metode Sortino

terbukti memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang

lainnya. Dan kinerja pasar (IHSG) memiliki kinerja yang paling terendah

dibandingkan dengan kinerja RDS dengan ketiga metode tersebut.

B. Saran

Berdasarkan uraian teori, pengolahan data, pembahasan pada bab

sebelumnya, dan kesimpulan di atas maka peneliti menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1) Peneliti tidak melanjutkan penelitian dengan metode M3 karena adanya

masalah dengan perhitungan korelasi. Sehingga bagi peneliti selanjutnya

119

diharapkan untuk menggunakan metode evaluasi kinerja portofolio dengan

PMPT (Post Modern Portfolio Theory) lainnya seperti M3 atau Sterling.

2) Peneliti hanya menggunakan tiga metode pengukuran kinerja, yaitu

EROV, Sortino dan Sharpe. Sehingga dapat dimungkinkan terjadinya

ketidakakuratan pada hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Oleh karena

itu disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambahkan jumlah

metode evaluasi kinerja Reksa dana agar diperoleh hasil yang lebih akurat.

3) Peneliti hanya menggunakan 30 sampel Reksa Dana Saham, sehingga bagi

peneliti selanjutnya diharapkan bisa lebih banyak menggunakan sampel

Reksa Dana yang lebih banyak. Dan diharapkan bisa menggunakan alat

statistik dengan jenis lain.

4) Untuk para Manajer Investasi dan pelaku Pasar Modal diharapkan untuk

bisa menggunakan Post-Modern Portfolio Theory untuk mengevaluasi

kinerja portofolio yang dikelolanya, terlebih dengan rasio Sortino agar

hasil kinerja portofolio lebih optimal.

5) Bagi para investor hendaknya melihat kinerja Reksa Dana tersebut terlebih

dahulu sebelum berinvestasi agar mengetahui bagaimana tingkat

keuntungan dan risiko yang bisa didapatkan, dan melihat juga bagaimana

kondisi pasar pada saat berinvestasi. Peneliti menyarankan untuk mencoba

berinvetasi pada Reksa Dana Saham Panin Dana Maksima maupun

Syailendra Dana Prestasi Plus.

120

Daftar Pustaka

Ataie, Younes. Evaluation Performance of 50 Top Companies Listed in Tehran

Stock Exchange by Sortino, EROV, and M3. International Journal of

Economics and Finance. 2012.

Bacon, Carl R.. Practical Portfolio Performance Measurement and Attribution.

John Wiley & Sons Ltd. 2004.

Bodie, Alex Kane, Alan J. Marcus. Investasi. Salemba Empat: Jakarta. 2006.

Chaudhry, Ashraf, & Helen L. Johnson. The Efficacy of the Sortino Ratio and

Other Benchmarked Performance Measures Under Skewed Return

Distributions. Australian Journal of Management, Vol. 32, No. 3, Special

Issue. 2008.

Darmawi, Herman. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial, Edisi

Pertama. PT Bumi Aksara: Jakarta. 2006.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19,

Edisi Lima. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. 2011.

Kolbadi. P., & Ahmadinia. H. Examining Sharp, Sortino and Sterling Ratios in

Portfolio Management, Evidence from Tehran Stock Exchange.

International Journal of Business and Management, 6(4):222-236.

http://dx.doi.org/10.5539/ijbm.v6n4p222 . 2011.

Pidekso, Ari. Komputer, Wahana. Seri Panduan Praktis: SPSS 17 untuk

Pengolahan Data Statistik, Edisi Pertama. Andi: Yogyakarta. 2009.

Pidekso, Ari. Komputer, Wahana. Seri Panduan Praktis: SPSS 18 untuk

Pengolahan Data Statistik, Edisi Pertama. Andi: Yogyakarta. 2010.

Lye, Chun Teck., Nurul Afidah. Performance of Listed State-owned Enterprises

using Sortino Ratio Optimization. Journal of Applied Science 11 (19). 2011.

121

Manurung, Adler. Panduan Lengkap: Reksa Dana Investasiku. PT Kompas Media

Nusantara: Jakarta. 2008.

Martalena., Maya Malinda. Pengantar Pasar Modal, Edisi Satu. Yogyakarta:

Andi. 2011.

Muralidhar, Arun S. Risk-Adjusted Performance: The Correlation Correction.

Financial Analysts Journal, September/October. 2000.

Pratomo, Eko Priyo., Ubaidillah Nugraha. Reksa Dana:Solusi Perencanaan

Investasi di Era Modern. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2005.

Rodoni, Ahmad. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Pertama. Center

for Social and Economics Studies (CSES) Press: Jakarta. 2006.

Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Lembaga Penelitian UIN: Jakarta. 2009.

Rodoni, Ahmad., Herni, Ali. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media:

Jakarta. 2010

Rom Brian M., & Ferguson Kathleen W. (1994). Post-Modern Portfolio Theory

Comes of Age. Journal of Investing 1, 349-364 a.

Rom Brian M., & Ferguson Kathleen W. A software developer’s view: using

Post-Modern Portfolio Theory to improve investment performance

measurement in the book of Sortino Frank A & Satchell Stephen E.

Managing Downside Risk in Financial Markets; Butterworth-Heinemann,

UK b. 2001.

Rom, Brian M. (2002). Using Downside Risk to Improve Performance

Measurement. Investment Technologies, taken from: www.investtech.com.

Simforianus., Yanthi Hutagaol. Analisis Kinerja Reksa Dana Saham dengan

Metode Raw Return, Sharpe, Treynor, Jensen dan Sortino. Journal of

Applied Finance and Accounting Vol. 1. 2008.

Sortino, Frank A., Lee N Price. Performance Measurement in a Downside Risk

Framework. The Journal of Investing Fall. 1994.

122

Suharyadi, Purwanto S.K. Statistika: Untuk Ekonomi & Keuangan Modern, Edisi

Pertama. Salemba Empat: Jakarta. 2004.

Tehrani, Reza., Hamed Ahmadinia., Amaneh Hasbaei. Analyzing Performance of

Investment Companies Listed in the Tehran Stock Exchange by Selected

Ratios and Measures. African Journal of Business Management Vol. 5 (17).

2011.

Zubir, Zalmi. Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham.

Salemba Empat: Jakarta. 2011.

LAMPIRAN 1

Data BI Rate Tahun 2008-2012

TAHUN BULAN BI RATE

2008

Jan 8,00%

Feb 8,00%

Mar 8,00%

Apr 8,00%

Mei 8,25%

Jun 8,50%

Jul 8,75%

Ags 9,00%

Sep 9,25%

Okt 9,50%

Nov 9,50%

Des 9,25%

2009

Jan 8,75%

Feb 8,25%

Mar 7,75%

Apr 7,50%

Mei 7,25%

Jun 7,00%

Jul 6,75%

Ags 6,50%

Sep 6,50%

Okt 6,50%

Nov 6,50%

Des 6,50%

2010

Jan 6,50%

Feb 6,50%

Mar 6,50%

Apr 6,50%

Mei 6,50%

Jun 6,50%

Jul 6,50%

Ags 6,50%

Sep 6,50%

Okt 6,50%

Nov 6,50%

Des 6,50%

LAMPIRAN 1

Data BI Rate Tahun 2008-2012

Tabel lanjutan

Tahun Bulan BI Rate

2011

Jan 6,50%

Feb 6,75%

Mar 6,75%

Apr 6,75%

Mei 6,75%

Jun 6,75%

Jul 6,75%

Ags 6,75%

Sep 6,75%

Okt 6,50%

Nov 6,00%

Des 6,00%

2012

Jan 6,00%

Feb 5,75%

Mar 5,75%

Apr 5,75%

Mei 5,75%

Jun 5,75%

Jul 5,75%

Ags 5,75%

Sep 5,75%

Okt 5,75%

Nov 5,75%

Des 5,75%

LAMPIRAN 1

Data IHSG Tahun 2008-2012

TAHUN BULAN OPEN CLOSE RETURN

2008

Jan 2608,75 2627,25 0,00709

Feb 2745,46 2721,94 -0,00857

Mar 2467,85 2447,3 -0,00833

Apr 2300,92 2304,52 0,00156

Mei 2450,16 2444,35 -0,00237

Jun 2333,59 2349,1 0,00665

Jul 2307,44 2304,51 -0,00127

Ags 2154,96 2165,94 0,00510

Sep 1844,11 1832,51 -0,00629

Okt 1186,52 1256,7 0,05915

Nov 1207,68 1241,54 0,02804

Des 1345,28 1355,41 0,00753

AVERAGE = 0,00736

2009

Jan 1324,52 1332,67 0,00615

Feb 1292,28 1285,48 -0,00526

Mar 1419,09 1434,07 0,01056

Apr 1644,19 1722,77 0,04779

Mei 1903,19 1916,83 0,00717

Jun 2034,98 2026,78 -0,00403

Jul 2298,65 2323,24 0,01070

Ags 2377,45 2341,54 -0,01510

Sep 2444,25 2467,59 0,00955

Okt 2345,06 2367,7 0,00965

Nov 2393,42 2415,84 0,00937

Des 2520,3 2534,36 0,00558

AVERAGE = 0,00768

LAMPIRAN 1

Data IHSG Tahun 2008-2012

Tabel lanjutan

TAHUN BULAN OPEN CLOSE RETURN

2010

Jan 2619,26 2610,8 -0,00323

Feb 2579,31 2549,03 -0,01174

Mar 2798,68 2777,3 -0,00764

Apr 2927,26 2971,25 0,01503

Mei 2714,32 2796,96 0,03045

Jun 2892,58 2913,68 0,00729

Jul 3096,72 3069,28 -0,00886

Ags 3098,77 3081,88 -0,00545

Sep 3495,76 3501,3 0,00158

Okt 3639,21 3635,32 -0,00107

Nov 3631,54 3531,21 -0,02763

Des 3698,94 3703,51 0,00124

AVERAGE = -0,00084

2011

Jan 3487,14 3409,17 -0,02236

Feb 3443,62 3470,35 0,00776

Mar 3641,16 3678,67 0,01030

Apr 3807,99 3819,62 0,00305

Mei 3826,32 3836,97 0,00278

Jun 3830,46 3888,57 0,01517

Jul 4146,76 4130,8 -0,00385

Ags 3842,51 3841,73 -0,00020

Sep 3537,27 3549,03 0,00332

Okt 3830,88 3790,85 -0,01045

Nov 3688,13 3715,08 0,00731

Des 3808,95 3821,99 0,00342

AVERAGE = 0,00136

LAMPIRAN 1

Data IHSG Tahun 2008-2012

Tabel lanjutan

TAHUN BULAN OPEN CLOSE RETURN

2012

Jan 3914,62 3941,69 0,00692

Feb 3903,83 3985,21 0,02085

Mar 4105,26 4121,55 0,00397

Apr 4164,07 4180,73 0,00400

Mei 3879,06 3832,82 -0,01192

Jun 3903,66 3955,58 0,01330

Jul 4108,95 4142,34 0,00813

Ags 4005,04 4060,33 0,01381

Sep 4236,74 4262,56 0,00609

Okt 4358,17 4350,29 -0,00181

Nov 4312,75 4276,14 -0,00849

Des 4298,93 4316,69 0,00413

AVERAGE = 0,00491

LAMPIRAN 2

Uji Normalitas

Tests of Normality

metodekinerj

a

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

nilaikinerja

EROV ,156 150 ,000 ,913 150 ,000

Sortino ,228 150 ,000 ,767 150 ,000

Sharpe ,086 150 ,009 ,958 150 ,000

IHSG ,235 150 ,000 ,816 150 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

nilaikinerja

LAMPIRAN 2

Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

IHSG 150 -,0008 ,0077 ,004094 ,0002742 ,0033582

Valid N (listwise) 150

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

EROV 150 -,3295 1,4179 ,172531 ,0288920 ,3538528

Valid N (listwise) 150

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

SORTINO 150 -,6374 7,9372 ,765359 ,1232960 1,5100615

Valid N (listwise) 150

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

SHARPE 150 -,7817 ,9162 ,114447 ,0328760 ,4026475

Valid N (listwise) 150

LAMPIRAN 2 Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

nilaikinerja

Levene Statistic df1 df2 Sig.

128,583 3 596 ,000

ANOVA

nilaikinerja

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

Between Groups

52,447 3 17,482 27,235 ,000

Within Groups 382,577 596 ,642

Total 435,024 599

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Kruskal-Wallis

Hipotesis 1

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilaikinerja 450 ,350779 ,9688937 -,7817 7,9372

metodekinerja 450 2,00 ,817 1 3

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

EROV 150 223,58

Sortino 150 241,45

Sharpe 150 211,47

Total 450

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,036

df 2

Asymp. Sig. ,133

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Kruskal-Wallis

Hipotesis 2

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilaikinerja 600 ,264108 ,8522034 -,7817 7,9372

metodekinerja 600 2,50 1,119 1 4

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

EROV 150 309,18

Sortino 150 327,45

Sharpe 150 297,47

IHSG 150 267,90

Total 600

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 9,359

df 3

Asymp. Sig. ,025

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Kruskal-Wallis

Uji Parsial EROV-Sortino

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilaikinerja 300 ,468945 1,1344080 -,6374 7,9372

metodekinerja 300 1,50 ,501 1 2

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

EROV 150 144,82

Sortino 150 156,18

Total 300

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 1,285

df 1

Asymp. Sig. ,257

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Kruskal-Wallis

Uji Parsial EROV-Sharpe

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilaikinerja 300 ,143489 ,3795183 -,7817 1,4179

metodekinerja 300 1,50 ,501 1 2

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

EROV 150 154,25

SHARPE 150 146,75

Total 300

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square ,562

df 1

Asymp. Sig. ,454

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Kruskal-Wallis

Uji Parsial Sortino-Sharpe

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilaikinerja 300 ,439903 1,1503899 -,7817 7,9372

metodekinerja 300 1,50 ,501 1 2

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

SORTINO 150 160,78

SHARPE 150 140,22

Total 300

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,210

df 1

Asymp. Sig. ,040

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Kruskal-Wallis

Uji Parsial EROV-IHSG

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilaikinerja 300 ,088312 ,2636638 -,3295 1,4179

metodekinerja 300 1,50 ,501 1 2

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

EROV 150 161,10

IHSG 150 139,90

Total 300

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,502

df 1

Asymp. Sig. ,034

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Kruskal-Wallis

Uji Parsial Sortino-IHSG

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilaikinerja 300 ,384727 1,1321224 -,6374 7,9372

metodekinerja 300 1,50 ,501 1 2

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

SORTINO 150 161,50

IHSG 150 139,50

Total 300

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,848

df 1

Asymp. Sig. ,028

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Kruskal-Wallis

Uji Parsial Sharpe-IHSG

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

nilaikinerja 300 ,059271 ,2895715 -,7817 ,9162

metodekinerja 300 1,50 ,501 1 2

Kruskal-Wallis Test

Ranks

metodekinerja N Mean Rank

nilaikinerja

SHARPE 150 161,50

IHSG 150 139,50

Total 300

Test Statisticsa,b

nilaikinerja

Chi-Square 4,848

df 1

Asymp. Sig. ,028

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: metodekinerja