evaluasi kesesuaian lahan tanaman kakao

14
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN Listin Fitrianah 1 http://listinfitrianah.blogspot.com/ I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan kebutuhan dunia terhadap biji kakao cenderung meningkat. Berdasarkan dari data data International Cocoa Organization (2003), Negara yang menjadi konsumen besar adalah Belanda, Amerika Serikat, Pantai Gading, Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, Jepang Brazil yang masing masing mengkonsumsi 456 ribu ton, 285 ribu ton, 227 ribu ton dan 195 ribu ton pada tahun 2000/01. Keberhasilan Budidaya suatu jenis komoditas tanaman sangat tergantung kepada kultivar tanaman yang ditanam, agroekologis/lingkungan tempat tumbuh tempat melakukan budidaya tanaman dan pengelolaan yang dilakukan oleh petani/pengusaha tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh (agroekologis), walaupun pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang mempunyai kondisi agroekologis/faktor tempat tumbuh yang relatif sesuai. Hambatan dalam pengembangan areal tanaman kakao di Indonesia adalah belum adanya informasi sumberdaya lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman 1 Mahasiswa Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Upload: listinfitrianah

Post on 24-Jun-2015

1.563 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAODI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Listin Fitrianah1

http://listinfitrianah.blogspot.com/

I. PENDAHULUAN

1. Latar BelakangTanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan. Hal

ini dikarenakan kebutuhan dunia terhadap biji kakao cenderung meningkat.

Berdasarkan dari data data International Cocoa Organization (2003), Negara

yang menjadi konsumen besar adalah Belanda, Amerika Serikat, Pantai Gading,

Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, Jepang Brazil yang masing masing mengkonsumsi

456 ribu ton, 285 ribu ton, 227 ribu ton dan 195 ribu ton pada tahun 2000/01.

Keberhasilan Budidaya suatu jenis komoditas tanaman sangat tergantung

kepada kultivar tanaman yang ditanam, agroekologis/lingkungan tempat tumbuh

tempat melakukan budidaya tanaman dan pengelolaan yang dilakukan oleh

petani/pengusaha tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh

(agroekologis), walaupun pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh

suatu tanaman dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang

tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama

kali yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang

akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang mempunyai kondisi

agroekologis/faktor tempat tumbuh yang relatif sesuai.

Hambatan dalam pengembangan areal tanaman kakao di Indonesia adalah

belum adanya informasi sumberdaya lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman

1 Mahasiswa Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Page 2: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

tembakau. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan adanya

evaluasi lahan untuk tanaman kakao. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan suatu

kajian terhadap suatu wilayah, dalam hal ini daya dukung terhadap komoditi

tanaman kakao.

Kecamatan Babat meruapakan salah satu kecamatan dari Kabupaten

Lamongan dengan kelembaban 20 – 300 C dan rata-rata curah hujan 1.500 – 1.900

mm/tahun. Dengan kondisi iklim tersebut nantinya dapat dilihat apakah kawasan

kecamatan babat sesuai atau cocok untuk pengembangan tanaman kakao.

2. TujuanTujuan dari tugas mata kuliah ini adalah untuk mengetahui tingkat

kesesuaian lahan berdasarkan kondisi iklim untuk tanaman kakao di kecamatan

Babat Kabupaten Lamongan.

Page 3: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

II. GAMBARAN UMUM KECAMATAN BABAT

Kecamatan Babat merupakan satu diantara duapuluh tujuh Kecamatan

yang ada di Kabupaten Lamongan yang terletak disepanjang jalan jurusan Jakarta,

Surabaya, dan mempunyai letak yang strategis karena letaknya dipersimpangan

menuju dan dari kota :

S e l a t a n : Jombang

B a r a t : Bojonegoro

T i m u r : Lamongan /

Surabaya

U t a r a : T u b a n

Dengan luas wilayah + 6.375,475 Ha. dengan penduduk + 75.717 Jiwa yang

terdiri dari 37.234 Laki-laki dan 38.483 Perempuan, yang terbagi menjadi 21 Desa,

2 Kelurahan, 47 Dusun dan 7 Lingkungan dengan posisi melintang yang dilalui

jalan arteri Surabaya-Jakarta. Kondisi alam wilayah Kecamatan Babat disebelah

utara jalan raya Surabaya - Jakarta merupakan dataran rendah ( rawa-rawa) yang

dilalui oleh aliran Bengawan Solo, sedang diselatan jalan raya sebagian besar

merupakan dataran tinggi ( batu kapur ). Dengan demikian potensi pertanian

disebelah utara jalan digunakan sebagai lahan pertambakan dan Pertanian sedang

di selatan jalan digunakan sebagai lahan pertanian, tegalan yang merupakan Lahan

tadah hujan.

1. Tinjauan Karakter Fisik Dasar

Karakteristik fisik dasar yang ada di Kabupaten Bangkalan meliputi

topografi, kemampuan tanah, hidrologi dan klimatologi.

Page 4: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

A. Topografi

Ketinggian

Berdasarkan letak ketinggian dari permukaan laut (yang dihitung dari titik 0

meter permukaan air laut/pasang terendah), Kecamatan Babat terletak antara 3 –

5 meter dari permukaan laut. Menurut kriteria ketinggian tempat.

Kelerengan

Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang

horizontal yang dinyatakan dalam persen (%). Kelerengan wilayah Kecamatan

Babat berkisar antara 0 – 5 % .

B. Kemampuan Tanah

Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah keadaan kasar dan halusnya bahan padat organik

tanah yang ditentukan berdasarkan perbandingan fraksi-fraksi pasir, lempung,

debu, dan air. Tekstur tanah di Kecamatan Babat bertekstur tanah halus

Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di Kecamatan Babat secara umum terdiri dari

kelompok tanah tanah Zonal. Tanah Zonal adalah tanah-tanah yang sudah

mengalami perkembangan yang lebih sempurna, yaitu tanah Grumosol, Mediteran.

C. Klimatologi

Iklim suatu daerah sangat besar peranannya terhadap kegiatan usaha,

khususnya curah hujan yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia di

bidang pertanian. Intensitas dan besar kecilnya curah hujan sangat

menentukan/mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap jenis dan pola penggunaan lahan.

Iklim di Kecamatan Babat terbagi menjadi 2 (dua) musim yang sangat jelas

yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

Page 5: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

Data curah hujan dan hari hujan tahunan selama 5 (lima) tahun terakhir

sebagaimana data yang diperoleh dari Dinas PU Pengairan Kabupaten Lamongan

bahwa curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.500 – 1.900 mm/tahun

.2. Persyaratan Tumbuh Komoditi Kakao (Theobroma cacao L.)

Secara umum persyaratan tumbuh tanaman Kakao yaitu pada zona dataran

rendah beriklim basah. Tanaman kakao toleran terhadap pH rendah (keasaman

tinggi) memerlukan curah hujan tahunan memerlukan curah hujan tahunan rendah

(memerlukan iklim yang relatif lebih kering). Zona dataran rendah beriklim basah

yang cocok untuk pengembangan tanaman kakao di Indonesia mencapai luasan

44,12 juta hektar menyebar di Sumatera, Kalimantan, Papua, Maluku, Jawa, dan

Sulawesi. Lahannya bervariasi mulai dari dataran pantai, gambut, volkan, dan karst.

Topografinya mulai dari datar, berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah

terbentuk dari bahan alluvium, batuan sedimen masam, batuan volkan, dan batu

gamping, sehingga tanahnya bervariasi. Di Sumatera zona dataran rendah

beriklim basah mencapai luasan 15,65 juta ha menyebar dari Provinsi NAD (Aceh

Timur, Aceh Barat dan Sebulussalam), Sumatera Utara (Labuhan batu, Asahan,

Gunung Sitoli, Natal, Simalungun dan Langkat), Riau (Dumai, Bengkalis, Indragiri

Hilir, Kampar dan Riau Kepulauan), Jambi (Muara Bulian, Bangko, Muarabungo,

Bungotebo), Sumatera Barat (Lunang, Tiku, Pasaman, Sawahlunto Sijunjung dan

Kepulauan Mentawai), Bengkulu (memanjang dari Bengkulu Utara sampai

Bengkulu Selatan), Sumatera Selatan (OKI, Muba, Muara Enim, Lahat, dan Muara

Dua) dan Lampung ( Sukadana, Kotabumi, dan Talang Padang) Zona dataran

rendah beriklim basah di pulau Kalimantan seluas 14,34 juta ha meliputi

Kalimantan Barat (Pontianak, Singkawang, Sanggau, Sambas, Mepawah dan

Ketapang), Kalimantan Tengah (Sebanggou, Kahayan, Kotawaringin Barat, Kota

Waringin Timur, Barito Utara dan Kapuas), Kalimantan Selatan (Kutai Barat, Kutai

Timur, Pasir, Kutai Kartanegara, Bulungan, dan Berau).

Page 6: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

3. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditi Kakao

Potensi lahan untuk pengembangan komoditi kakao pada dasarnya

ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan lingkungan yang mencakup: tanah,

topografi/bentuk wilayah, hidrdogi dan iklim. Kecocokan antara sifat-sifat fisik

dengan persyaratan penggunaan suatu komoditas yang dievaluasi akan

memberikan gambaran atau informasi bahwa tahan tersebut potensial untuk

pengembangan komoditas tersebut. Hal tersebut juga memiliki pengertian bahwa

jika lahan digunakan untuk penggunaan tertentu dengan memberikan masukan

(Input) yang diperlukan maka akan memberikan hasil (ouput) sesuai dengan yang

diharapkan.

4. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Menurut Widiatmaka (2002), penilaian klasifikasi kesesuaian lahan

dibedakan menurut tingkatannya, yaitu sebagai berikut:

Ordo : Pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergotong

sesuai (S) dan tidak sesuai (N).

Kelas : Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara sangat

sesuai (S1). cukup sesuai (S2) dan marginal sesuai (S3).

Lahan kelas sangat sesuai (S1) adalah lahan yang relatif tidak memiliki faktor

pem batas yang berarti/nyata terhadap penggunaannya secara

berkelanjutan.

Lahan kelas cukup sesuai (S2) adalah tahan mempunyai faktor pembatas yang

berpengaruh terhadap produktifitasnya, sehingga memerlukan tambahan

(input) untuk meningkatkan produktifitas pada tingkat yang optimum.

Lahan kelas sesuai marginal (S3) adalah lahan mempunyal faktor pembatas

yang berat sehingga berpengaruh terhadap produktifitasnya dan memerlukan

input lebih besar dari pada lahan kelas S2.

Page 7: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

Lahan kelas tidak sesuai (N) adalah lahan yang tidak sesuai karena memiliki

faktor pembatas yang berat. Lahan ketas ini dibedakan menjadi lahan kelas

tidak sesuai sementara (N1), dan lahan kelas tidak sesuai permanen (N2).

Lahan kelas N1 mempunyai faktor pembatas yang sangat berat tapi sifatnya

tidak permanen, sehingga dengan input pada tingkat tertentu masih dapat

ditingkatkan produktifitasnya. Sedangkan tahan kelas N2 mempunyai faktor

pembatas sangat berat dan sifatnya permanen sehingga tidak mungkin

diperbaiki.

5. Kriteria Kesesuaian Lahan

Kriteria kesesuian lahan yang dimaksud adalah pedoman yang digunakan

dalam menentukan/mengevaluasi lahan yang disurvai bagi keperluan

pengembangan perkebunan kelapa sawit. Dalam kegiatan ini digunakan

pedoman/kriteria kesesuaian lahan menurut Pusat Penelitian Tanah, 1993.

Berikut ini adalah uraian dari setiap faktor yang dapat mempengaruhi

penilaian kesesuaian lahan di lokasi:

Iklim, unsur Iklim terpenting adalah curah hujan. - Hidrologi, unsur yang

penting adatah ketersediaan air pengairan dan dampak keberadaan air tanah

terhadap kondisi drainase, serta bahaya banjir. Masalah hidrologi di sebagian

lokasi lebih berupa teknis pengaturan tata air/drainase yang berdampak

langsung terhadap proses pertumbuhan tanaman, khususnya di lahan-lahan

yang saat ini sering atau selalu tergenang.

Kemiringan Lereng. Kemiringan lereng merupakan salah satu masalah serius di

sebagian lokasi. terutama pada areal dengan kemiringan lereng lebih dari 40%.

Faktor kemiringan lereng lebih sebagai kendala dalam teknis pengelolaan

kebun, seperti pengangkutan hasil atau panen, Tanah dengan kemiringan

lereng lebih dari 40% juga beresiko besar mengalami erosi permukaan cukup

berat. Penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) sebaiknya tidak

Page 8: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

terlambat dilaksanakan pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng di atas

15%.

Tanah. Retensi hara pada sebagian besar jenis tanah yang ada memberikan

indikasi bahwa pemupukan dengan dosis yang tepat merupakan kunci

keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman. Beberapa jenis tanah juga

memiliki karakteristik sangat buruk, seperti tanah Regosol dan Podsol yang

memiliki tekstur sangat kasar di seluruh lapisan.

Page 9: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

Tabel kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kakao (Theobroma cacao L.)

KRITERIAPENILAIAN

S1 S2 S3 NElevasi (m dpl)1. Kakao Mulia2. Kakao Landak

0-6000-300

600-700300-450

700-800450-600

>800>600

Curah Hujan1. Bulan kering (< 60

mm/bln)2. Rata-rata tahunan

0-1

1500-2500

1-31500-12502500-3000

3-51250-11003000-4000

>5<1100>4000

Kondisi Tanah1. Drainase tanah

2. Tekstur tanah

3. Kedalaman perakaran

4. Lereng (%)

Baik

Lempung berpasir, lempung liat berpasir, lempung berdebu, debu lempung berliat, lempung liat berdebu

>150

0-8

Agak terhambat, agak baikPasir berlempung, liat berpasir

150-100

8-15

Agak cepat

Liat berdebu, liat

100-600

15-45

Sangat terhambatKerikil pasir, liat massif

<60

>45Sifat Kimia1. KTK (me/100 gr

tanah)2. pH3. C organik (%)

>15

6.0-7.02-5

10-15

5.0-6.07.5-7.0

5-10

7.5-8.04.0-5.0

<5

>8.0<0.5

Ketersediaan Unsur Hara1. N total2. P2O5 tersedia3. K2O tersedia

SedangSedangRendah

RendahRendahSangat rendah

Sangat rendahSangat rendah

Toksisitas1. Salinitas 2. Kejenuhan AI

<1<5

1-35-20

3-620-60

>6>60

Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember

Page 10: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dari data yang diperoreh maka diperoleh tingkat kesesuaian

lahan tanaman kakao sebagai berikut :

1. Elevasi

Elevasi di Kecamatan babat menunjukkan 3 – 5 meter dari permukaan laut. Dari

data tersebut kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan dengan

membandingkan data elevasi untuk tanaman kakao, sehingga dapat ditentukan

bahwa tingkat kesesuain lahan untuk komoditi di wilayah Babat adalah S1

(sangat sesuai) 0-600 meter dari permukaan laut adalah sangat sesuai.

2. Curah Hujan

Rata-rata curah hujan di wilayah Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan antara

1.500 – 1.900 mm/tahun. Dari data tersebut kemudian dilakukan analisis

kesesuaian lahan dengan membandingkan data curah hujan dengan tabel

kriteria kesesuaian untuk tanaman kakao / matching. Sehingga dapat

ditentukan bahwa tingkat kesesuaian lahan untuk komoditi kakao di wilayah

kecamatan Babat adalah S1 (sangat sesuai). Karena dari tabel kriteria yang ada,

menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan 1.500 – 1.900 mm/tahun adalah

sangat sesuai.

3. Kondisi Tanah

Drainase tanah

Drainase tanah di Kecamatan Babat adalah agak baik dan agak terhambat.

Dari analisis kesesuaian lahan untuk komoditi kakao di wilayah kecamatan

Babat adalah S2 (sesuai).

Page 11: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

Tekstur tanah

Tekstur tanah di Kecamatan Babat bertekstur halus dan berliat. Dari data

tersebut kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan dengan

membandingkan data tekstur tanah dengan tabel kriteria kesesuaian untuk

tanaman kakao. Sehingga dapat ditentukan bahwa tingkat kesesuaian lahan

untuk komoditi kakao di wilayah kecamatan Babat adalah S3 (sesuai

marginal). Karena dari tabel kriteria yang ada, menunjukkan bahwa tekstur

tanah liat berdebu, liat adalah sesuai marginal.

Kedalaman perakaran

Jenis tanah yang ada di Kecamatan Babat adalah jenis tanah grumusol

dengan kedalaman efektif 100cm. dari data tersebut kemudian dapat

ditentukan tingkat kesesuaian lahannya adalah S2 (Sesuai).

Lereng

Lereng di Kecamatan Babat adalah 0 – 5 %, dari data tersebut kemudian

dapat ditentukan tingkat kesesuaian lahannya adalah S1 (Sangat sesuai).

Karena pada tabel kriteria kesesuaian lahan lereng 0 – 8 % berada pada

tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai).

4. Sifat Kimia

PH

Berdasarkan jenis tanah yang ada di Kecamatan Babat maka dapat diketahui

bahwa pH tanah grumosol 7,2. Kemudian setelah dibandingkan dengan

tabel kriteria kesesuaian lahan adalah S3 (sesuai marginal).

KTK

C organic

Pada tanah grumosol kandungan C organic dalam tanah berada antara 0 –

5 %. Kemudian ketika dibandingkan dengan criteria kelas kesesuaian lahan

kakao diperoleh kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai)

Page 12: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

5. Ketersediaan Unsur Hara

N total

Pada tanah grumosol kandungan N total dalam tanah termasuk kategori

sedang, sehingga tingkat kesesuaian lahannya dapat ditentukan adalah S1

(sangat sesuai).

P2O5

Pada tanah grumosol kandungan P2O5 total dalam tanah termasuk kategori

sedang, sehingga tingkat kesesuaian lahannya dapat ditentukan adalah S1

(sangat sesuai).

K2O

Pada tanah grumosol kandungan K2O total dalam tanah termasuk kategori

rendah, sehingga tingkat kesesuaian lahannya dapat ditentukan adalah S1

(sangat sesuai).

6. Toksisitas

Salinitas

Salinitas di Kecamatan Babat termasuk kelas kesesuaian lahan S1 (sangat

sesuai)

Kejenuhan Al

Kejenuhan Al di Kecamatan Babat termasuk kelas kesesuaian lahan S1

(sangat sesuai)

Setelah semua parameter parameter dalam tabel kelas kesesuaian lahan

untuk tanaman kakao, kemudian dapat ditentukan hasil penilaian kesesuaian lahan

yang ada di Kecamatan Babat. Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan

kelas kesesuain lahan aktual di desa Kecamatan Babat, berupa kelas S3 : sesuai

marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas yang besar untuk

mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan

Page 13: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang

diberikan.

Pembatas yang diidentifikasi berupa kondisi tanah (khususnya komponen

tekstur tanah) dan pH. Kelas kesesuain tersebut masih dapat diperbaiki melalui

sejumlah perbaikan sehingga kelas kesesuain naik satu tingkat. (kesesuaian

potensial). Perbaikan yang bisa dilakukan terdapat pada komponen tekstur tanah,

upaya perbaikan kondisi lahan melalui pengolahan lahan (pembajakan), sehingga

pembajakan nantinya mampu memperbaiki tekstur tanah.

Sedangkan untuk komponen pH, upaya pengelolaan yang dapat diberikan

adalah pengapuran. Pengapuran yang dilakukan akan mampu memperbaiki sifat

kimia tanah dan menambah ketersedian unsur hara dalam tanah dalam

mendukung pertumbuhan tanaman.

Kondisi paling mendukung bagi pertumbuhan kakao terdapat di

Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Hasil evaluasi kesesuaian menunjukkan

wilayah tersebut memiliki tingkat kesesuaian sedang (moderately suitable/S2).

Page 14: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO

IV. KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman

kakao yang dilakukan di Kecamatan Babat, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

kesesuaian lahan untuk tanaman kakao adalah kesesuaian sedang (moderately

suitable/S2).

2. Saran

Hasil analisis yang dilakukan dalam makalah ini belum bisa dijadikan acuan

dalam pengembangan tanaman kakao di wilayah kecamatan Babat. Hal ini

dikarenakan data yang digunakan dalam analisis ini hanya data sekunder. Oleh

karena perlu dilakukan analisis lanjutan.