evaluasi apotik puskesmas

Upload: ernie-yantho

Post on 19-Oct-2015

336 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Evaluasi Apotik Puskesmas

TRANSCRIPT

  • EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN

    DI PUSKESMAS KELURAHAN PENJARINGAN 1

    Oleh:

    Marissa Gondo Suwito 2012.061.085

    Ernie Yantho 2012.061.090

    DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMAJAYA

    Periode 13 Januari 2013 15 Februari 2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Salah satu pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat

    yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas adalah sarana kesehatan

    masyarakat lini pertama. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

    menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya ini

    diselenggarakan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan

    mutu pelayanan pada perorangan.

    Dalam sarana kesehatan puskesmas, farmasi memegang peranan penting dalam

    menunjang pelayanan kesehatan. Saat ini profesi farmasi telah berubah paradigmanya

    menjadi orientasi pada pasien dengan berdasarkan asas pharmaceutical care yaitu bentuk

    pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi farmasi dengan tujuan akhir yaitu

    peningkatan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber

    daya (sumber daya manusia, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,

    serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, racikan obat,

    penyerahan obat, informasi obat, dan pencatatan atau penyimpanan resep).

    1.2. Tujuan

    1.2.1. Tujuan umum

    Mengevalusasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang merata, bermutu,

    dan terjangkau dengan didukung sumber daya dan manajemen terpadu di

    puskesmas.

    1.2.2. Tujuan khusus

    Mengevaluasi ketersediaan obat dan perbekalan serta alat kesehatan dalam

    jenis dan jumlah sesuai standar di puskesmas.

    Mengevaluasi penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi Puskesmas

    Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang

    menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat

    diterima dan terjangkau oleh masyarkat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

    menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan

    biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Puskesmas merupakan unit

    pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

    pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2006).

    Pelayanan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi:

    1. Upaya peningkatan kesehatan (promotif) yaitu suatu upaya kegiatan untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat

    kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan merupakan konsep kesatuan upaya

    kesehatan.

    2. Upaya pencegahan (preventif) yaitu merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka

    pencegahan suatu penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan maupun

    perorangan.

    3. Pelayanan pengobatan (kuratif) yaitu merupakan suatu rangkaian dari pengelolaan

    obat yang merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan yang akan ikut

    menentukan efektifitas upaya pengobatan oleh tenaga medis kepada pasien.

    4. Upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yaitu merupakan suatu kegiatan dalam

    upaya pemulihan kesehatan.

    Hal tersebut menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk

    Puskesmas yang merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang

    bersifat pokok yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya

    pelayanan kefarmasian di Puskesmas ditunjukan kepada semua penduduk dan tidak

    membedakan jenis kelamin dan golongan umur (Depkes RI, 2006).

    2.2. Pelayanan Farmasi di Puskesmas

    Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada

    apoteker untuk menyediakan obat dan menyerahkan bagi pasien sesuai peraturan

    perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek

  • teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat

    sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan terhadap resep merupakan salah

    satu pelayanan farmasi di Puskesmas, selain itu penyediaan sediaan farmasi dan perbekalan

    farmasi untuk Puskesmas. Pelayanan obat bertujuan agar pasien mendapat obat sesuai dengan

    resep dokter dan dapat informasi bagaimana menggunakannya. Pelayanan obat adalah proses

    kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari

    menerima resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien. (Anief,2007)

    Apotek harus dikelola oleh tenaga kefarmasian, yaitu tenaga yang melakukan

    pekerjaan kefarmasian, terdiri atas apoteker pengelola apotek yang dapat dibantu oleh

    apoteker pendamping dan/ tenaga teknis kefarmasian. Dalam melakukan pekerjaannya

    seorang apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus memiliki:

    STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker): bukti tertulis yang diberikan oleh Menetri

    Kesehatan kepada apoteker yang telah diregistrasi.

    STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian): bukti tertulis yang

    diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.

    SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker): bagi apoteker yang melakukan pekerjaan

    kefarmasian di apotek, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, atau apoteker yang

    melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker pendamping.

    SIK (Surat Izin Kerja): bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di

    fasilitas kefarmasian di luar apotek dan instalasi farmasi rumah sakitar atau tenaga

    teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas

    kefarmasian.

    Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA):

    Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.

    Telah mengucapkan sumpah apoteker.

    Memiliki surat izin kerja dari Menteri.

    Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya

    sebagai apoteker.

    Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi apoteker pengelola di

    apotek lain.

  • Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh apoteker.

    Namun jika di daerah terpencil tidak terdapat apoteker, Menteri dapat menempatkan tenaga

    teknis kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar

    yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.

    Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, Apoteker dapat:

    Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA.

    Mengganti obat merk dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya

    atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.

    Menyerahkan obat keras, narkotika, dan psikotropika kepada masyarakat atas resep

    dari dokter sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Beberapa pelayanan farmasi di Puskesmas, yaitu:

    1. Perencanaan

    Suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

    untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan

    jumlah, jenis dan waktu yang tepat.

    Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah :

    i. Mendapat jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

    yang sesuai kebutuhan

    ii. Menghindari terjadinya kekosongan obat/penumpukan obat.

    Perencanan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan

    oleh pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan (POPPK) di Puskesmas.

    Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor

    utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Oleh

    karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di

    Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh

    terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota. Dalam

    proses perencanaan kebutuhan obat per tahun Puskesmas diminta menyediakan

    data pemakaian obat (LPLPO). Selanjutnya UPOPPK (Unit Pengelola Obat

    Publik dan Perbekalan Kesehatan) yang akan melakukan kompilasi dan analisa

    terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2003).

    2. Pengadaan

    i. Permintaan obat

  • Tujuannya permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan di masing-

    masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di

    wilayah kerjanya. Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di

    Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun

    oleh menteri kesehatan dan merujuk kepada daftar obat esensial nasional

    (DOEN).

    Adapun macam-macam permintaan obat, sebagai berikut:

    1) Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh dinas

    kesehatan kabupaten/kota.

    2) Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila:

    kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan kejadian luar

    biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa.

    ii. Penerimaan obat

    Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang

    diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola

    dibawahnya. Tujuannya penerimaan adalah agar obat yang diterima sesuai

    dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan di Puskesmas. Setiap

    penyerahan obat oleh UPOPPK, kepada Puskesmas dilaksanakan setelah

    mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat

    yang diberi wewenang untuk itu. Semua petugas yang terlibat dalam kegiataan

    pengelolaan obat bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,

    pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang

    menyertainya. Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas

    Pembantu dan sub unit kesehatan lainnya merupakan tanggung jawab Kepala

    Puskesmas Induk.

    Petugas penerimaan obat wajib menerima pengecekan terhadap obat-obat

    yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk

    obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas

    penerima/diketahui Kepala Puskesmas bila tidak memenuhi syarat petugas

    penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan

    lain-lain). Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerima

    obat dan kartu stok (Depkes RI, 2003).

    3. Penyimpanan

  • Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan

    yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan

    mutunya tetap terjamin. Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia di

    unit pelayanan kesehatan mutunya dapat dipertahankan. Gudang obat Puskesmas

    merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua perbekalan farmasi

    untuk kegiatan yang dilakukan di Puskesmas.

    Adapun persyaratan gudang obat Puskesmas sebagai berikut:

    1. Cukup luas minimal 3 x 4 meter

    2. Ruangan kering tidak lembab

    3. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau panas

    4. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai

    perlindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung

    5. Lantai dibuat dari semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya

    debu atau kotoran lain. Bila perlu dibuat alas papan

    6. Dinding dibuat licin

    7. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam

    8. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat

    9. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda

    10. Tersedia lemari atau laci khusus untuk narkotika dan psikotropika

    yang selalu terkunci

    11. Sebaiknya ada pengukuran suhu ruangan

    Pengaturan penyimpanan obat yaitu :

    1. Obat disusun secara alfabetis

    2. Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO

    3. Obat disimpan pada rak

    4. Obat yang disimpan pada lantai harus diletakan di atas palet

    5. Cairan dipisahkan dari padatan

    6. Sara, vaksin, suppositoria, disimpan dalam lemari pendingin

    4. Distribusi

    Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat

    secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan

    kesehatan antara lain sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas

  • (kamar obat, laboratorium). Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat

    sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,

    mutu, jumlah dan tepat waktu.

    Kegiatan distribusi meliputi:

    1. Menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan :

    a. Jarak sub unit pelayanan

    b. Biaya distribusi tersedia

    2. Menentukan jumlah obat

    Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan :

    a. Pemakaian rata-rata perjenis obat

    b. Sisa stok

    c. Pola penyakit

    d. Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan

    kesehatan

    5. Pelayanan resep

    a. Skrining resep

    Apoteker melakukan skrining resep meliputi:

    i. Persyaratan administratif

    Nama, SIP, dan alamat dokter

    Tanggal penulisan resep

    Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep

    Nama, alamat, umur, dan jenis kelamin pasien

    Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta

    Cara pemakaian yang jelas

    Informasi lainnya

    ii. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

    inkompabilitas, cara dan lama pemberian

    iii. Pertimbangan klinis: Adanya alergi, efek samping, interaksi,

    kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain lain). Jika ada

    keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter

    penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif

    seperlunya bila perlu menggunakan persetujana setelah

    pemberitahuan.

  • b. Persiapan obat

    i. Peracikan

    Kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan

    memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat

    harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis,

    dan jumlah obat, serta penulisan etiket yang benar.

    ii. Etiket

    Etiket harus jelas dan dapat dibaca

    iii. Kemasan obat yang diserahkan

    Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

    sehingga terjaga kualitasnya

    iv. Penyerahan obat

    Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan

    pemeriksaan akhir tehadap kesesuaian antara obat dengan resep.

    Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi

    obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan

    v. Informasi obat

    Apoteker haus memberikan informasi yiang benar, jelasm dan

    mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi

    obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi:

    Cara pemakaian obat

    Cara penyimpanan obat

    Jangka waktu pengobatan

    Aktifitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama

    terapi

    vi. Konseling

    Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,

    pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat

    memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

    bahaya penyalahgunaan atau pengunaan salah sediaan farmasi atau

    perbekalan kesehatan lainnya.

    vii. Monitoring penggunaan obat

  • Setelah penyerahan obat kepada pasien apoteker harus

    melaksanakan pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien

    tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TB, asma, dan penyakit kronis

    lainnya.

    6. Administrasi pencatatan dan laporan

    Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian

    kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-

    obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas

    atau unit pelayanan lainnya

    Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu

    kegiatan yang telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan

    pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan stok obat juga

    bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan obat, sehingga mudah

    dimonitor. Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat

    Narkotika, Psikotropika ataupun bukan jenis obat lain yang dicatat dalam kartu

    stok masing-masing. Pencatatan stok dapat dilakukan untuk periode tertentu, baik

    per hari, minggu ataupun perbulan. Pencatatan pada buku pemasukan, hanya

    dilakukan pada waktu barang masuk ke-apotek di Puskesmas.

    2.3. Sarana dan Prasarana

    Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada

    halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat

    dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produksi kefarmasian diberikan

    pada tempat yang terpisah dari aktifitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini

    berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

    penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk

    memperoleh informasi dan konseling.

    Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan

    pengerat, serangga/pest. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari

    pendingin.

    Apotek harus memiliki :

    Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

  • Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi

    informasi.

    Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan

    kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien

    Ruang racikan

    Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien

    Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan

    barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang

    berlebihanserta diletakkan pada kondisi ruangan dengan tempratur yang telah ditetapkan

    (150C 300C).

  • BAB III

    ANALISA SITUASI

    Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 Januari 2014 7 Februari 2014 di

    Puskesmas Kelurahan Penjaringan 1, Jakarta Utara.

    3.1. Data Umum

    3.1.1. Data Geografis

    Puskesmas Kelurahan Penjaringan I terletak di Jalan Raya Pluit

    Selatan no 2, Jakarta Utara.

    Akses ke Puskesmas Kelurahan Penjaringan I mudah dicapai baik

    dengan berjalan kaki maupun dengan mobil pribadi, motor dan

    angkutan umum lainnya. Lokasi ini strategis karena dekat dengan

    tempat tinggal penduduk Penjaringan I dan berada di sebelah kantor

    Kelurahan Penjaringan.

    Luas Wilayah Kerja :

    o Luas wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Penjaringan I yang

    diambil pada laporan ini 42,56 Ha, yang terdiri dari 8 rukun

    warga dan 122 rukun tetangga wilayah kerja Puskesmas

    Kelurahan Penjaringan I dari 16 RW yang ada di Kelurahan

    Penjaringan dengan luas wilayah 395,43 Ha (3,9543 km2)

    3.1.2. Jadwal Pelayanan Puskesmas

    Puskesmas buka pada hari Senin hingga Jumat, dari pukul 07.30-12.00.

    Adapun jadwal pelayanan Puskesmas Kelurahan Penjaringan 1 di antaranya

    adalah sebagai berikut, pelayanan balai pengobatan umum dilakukan hari

    Senin-Jumat, pelayanan poli gigi dilakukan pada hari Senin-Jumat,

    pemeriksaan kehamilan dilakukan pada hari Senin dan Kamis, pelayanan KB

    dilakukan pada hari Selasa dan Jumat, dan pelayanan imunisasi yang

    dilakukan pada hari Rabu.

    3.1.3. Data Tenaga Kesehatan

    Puskesmas Kelurahan Penjaringan I dikepalai oleh 1 orang dokter

    umum, membawahi 1 orang dokter gigi, 2 orang perawat, 10 orang bidan, 1

  • orang asisten apoteker, 1 orang petugas tata usaha dan 1 orang petugas SIK

    (Sistem Informasi Kesehatan)

    3.1.4. Data Peran Serta Masyarakat

    Pada wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Penjaringan I, terdapat 19

    posyandu dari 8 RW, dengan masing-masing 5 kader per posyandu.

    3.2.Data Khusus

    3.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

    Jumlah tenaga kerja di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I:

    Tenaga farmasi di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I adalah seorang

    asisten apoteker.

    Nama : Sentiar Napitupulu

    NIP : 196709151997032002/123761

    Tugas:

    Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik,

    mempersiapkan obat sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai

    resep dan menjelaskan kepada pasien tentang pemakaian obat

    Melaksanakan pencatatan harian ruang pelayanan apotek berupa

    pencatatan data obat yang masuk dan keluar serta jumlah resep yang

    masuk dan keluar serta jumlah resep yang masuk untuk laporan tiap

    bulan.

    No Jenis Tenaga Jumlah

    1 Kepala Puskesmas (Dokter Umum) 1 orang

    2 Dokter Gigi 1 orang

    3 Perawat Kesehatan (SPK) 2 orang

    4 Bidan 10 orang

    5 Petugas Tata Usaha 2 orang

    6 Penjaga Keamanan/Kebersihan 3 orang

    Jumlah 19 orang

  • 3.2.2. Manajemen Perbekalan Farmasi

    Manajemen perbekalan farmasi mencakup manajemen pengelolaan

    obat yang bertujuan agar obat yang diperlukan selalu tersedia setiap saat

    dalam jumlah yang cukup dan mutu serta kualitas yang terjamin. Pengelolaan

    obat meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan

    resep, administrasi pencatatan dan pelaporan.

    3.2.2.1.Perencanaan

    Perencanaan obat dan perbekalan farmasi Puskesmas

    Kelurahan Penjaringan I dilakukan tiap satu tahun sekali oleh petugas

    farmasi puskesmas yang disusun berdasarkan data pemakaian obat

    tahun lalu, pola penyakit yang sering muncul dan gabungan yang

    disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah ditentukan oleh

    Gudang Farmasi Puskesmas Kecamatan Penjaringan.

    Selain perencanaan tahunan, setiap bulannya juga dilakukan

    perencanaan dalam bentuk pengisian Laporan Pemakaian dan Lembar

    Permintaan Obat (LPLPO).

    3.2.2.2.Pengadaan

    Permintaan obat di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

    dilakukan setiap tiga bulan sekali dan ditujukan kepada Kepala

    Gudang Farmasi Puskesmas Kecamatan Penjaringan dengan format

    LPLPO yang ditandatangani oleh pimpinan puskesmas dan Apoteker

    Pengelola Apotek (APA). LPLPO tersebut berisi stok awal,

    penerimaan, persediaan, pemakaian, dan sisa obat.

    Jika terjadi kebutuhan obat meningkat atau kekosongan obat

    tertentu, maka Puskesmas Kelurahan Penjaringan I akan melakukan

    permintaaan khusus ke Gudang Farmasi Puskesmas Kecamatan

    Penjaringan dengan menggunakan bon obat, yang nantinya data dari

    bon tersebut akan dimasukkan ke LPLPO bulan berikutnya

    Jumlah dan jenis obat yang sudah dipenuhi oleh Gudang

    Farmasi akan dikirim biasanya pada pertengahan bulan, kemudian

    oleh petugas penerima wajib melakukan pengecekan terhadap obat

    yang diserahkan. Pengecekan tersebut mencakup jenis, jumlah, dan

    kemasan obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan

    ditandatangani oleh petugas penerima jika barang yang diserahkan

  • sesuai dengan permintaan, kemudian barang tersebut dimasukkan dan

    disusun dalam lemari atau rak yang telah tersedia. Jika terdapat

    kekurangan, penerima wajib menuliskan jenis yang kurang. Setiap

    penerimaan obat dicatat pada buku register penerimaan obat.

    3.2.2.3.Penyimpanan

    3.2.2.3.1. Penyimpanan Obat

    Penyimpanan obat dalam gudang Puskesmas Kelurahan

    Penjaringan I secara sistematik berdasarkan jenis penyakit dan

    golongan obat tersebut. Beberapa obat yang perlu disimpan

    khusus yaitu obat golongan narkotik dan psikotropik disimpan

    dalam lemari khusus yang terkunci. Obat kelompok vaksin dan

    suppositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk

    menjamin stabilitas sediaan.

    3.2.2.3.2. Penyimpanan Resep

    Resep dikumpulkan setiap hari kemudian digabungkan

    per bulan dan disimpan per tahun. Resep-resep tersebut

    disimpan selama tiga tahun kemudian dikirimkan ke Puskesmas

    Kecamatan Penjaringan.

    3.2.2.4.Distribusi

    Obat dan alat kesehatan yang datang dari Gudang Farmasi

    Puskesmas Kecamatan akan diterima oleh apotek, kemudian apotek

    akan menyerahkan obat atau alat kesehatan tertentu ke unit pelayanan

    tertentu. Obat-obatan seperti vitamin A, parasetamol dalam bentuk

    puyer dibagikan kepada posyandu. Obat-obatan dan alat untuk

    imunisasi diserahkan ke bagian KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

    puskesmas. Obat diserahkan ke unit pelayanan berdasarkan bon obat

    dari masing-masing unit pelayanan yang diserahkan ke apotek sebagai

    data untuk pelaporan.

    3.2.2.5.Pelayanan

    Pelayanan di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I diberikan

    setiap hari kerja, yaitu Senin Jumat pukul 08.00 12.00 WIB.

    Kegiatan pelayanan di Apotek Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

    meliputi :

    Penerimaan resep

  • Peracikan dan penyediaan obat

    Penyerahan obat beserta pelayanan informasi obat

    Pendokumentasian resep

    Pendokumentasian data pemakaian obat (register harian

    dan bulanan/LPLPO)

    Pendistribusian obat

    Pelayanan pengunjung di apotek puskesmas Kelurahan

    Penjaringan I yaitu pasien yang telah diperiksa oleh dokter atau bidan

    menyerahkan resep ke bagian apotek. Petugas apotek menyiapkan

    obat dan diberi etiket, lalu diserahkan kepada pasien serta

    memberikan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

    obat tersebut yang perlu diketahui oleh pasien. Di apotek Puskesmas

    Kelurahan Penjaringan I hanya melayani resep dari dokter yang

    bertugas di puskesmas bersangkutan.

    3.2.2.6. Administrasi Pencatatan dan Pelaporan

    3.2.2.6.1. Resep

    Pencatatan jumlah semua resep harian yang masuk.

    Mengarsipkan resep per harinya sesuai tanggal.

    Menyimpan arsip tersebut secara berurutan dan

    diletakkan ditempat yang mudah dicari dan dilihat.

    Melakukan pengiriman resep yang telah disimpan

    selama tiga tahun ke Puskesmas Kecamatan

    Penjaringan.

    3.2.2.6.2. Obat

    LPLPO dibuat setiap bulannya terhitung mulai

    tanggal tutup buku, yaitu setiap tanggal 25 dan

    pelaporannya paling lambat diterima oleh Gudang

    Farmasi Pusksemas Kecamatan Penjaringan setiap

    tanggal 1 pada bulan berikutnya.

    Register penerimaan obat, yaitu kegiatan yang

    dilakukan dengan mencatat semua penerimaan

  • obat yang diperoleh oleh Gudang Farmasi ke

    Puskesmas.

    Register kadaluarsa obat, yaitu pencatatan setiap

    kadaluarsa obat yang diterima setiap bulannya

    selama setahun untuk mempermudah mengetahui

    obat dan alat kesehatan apa saja yang mempunyai

    kadaluarsa dekat agar dapat dikeluarkan terlebih

    dahulu. Untuk obat yang kadaluarsa, maka

    pelaporannya ditujukan ke Puskesmas kecamatan

    Penjaringan.

    Register pengeluaran harian dan bulanan obat

    apotek.

    Register pengeluaran obat dalam ruangan, yaitu

    pencatatan terhadap pengeluaran obat atau alat

    kesehatan yang diminta oleh pengelola ruangan

    yang ada di puskesmas.

    Register bon obat, yaitu pencatatan yang

    dikhususkan kepada pemberian obat tertentu di

    luar LPLPO.

    Register pengeluaran bulanan untuk acuan dalam

    membuat LPLPO.

    Register tahunan.

    Register narkotika dan psikotropik, dilakukan

    setiap bulannya berdasar LPLPO yang akan dibuat,

    lalu dijumlahkan selama setahun berdasarkan

    pemakaian bulanan.

    Pencatatan 20 macam pemakaian obat terbanyak,

    yaitu pencatatan yang dilakukan tiap bulan

    berdasar LPLPO yang akan dibuat, lalu

    dijumlahkan selama setahun berdasar pemakaian

    bulanan.

    Pencatatan jumlah kunjungan resep yang masuk

    Apotek dan Posyandu.

  • BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan

    Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

    merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, salah satunya adalah Puskesmas

    Kelurahan Penjaringan I Kecamatan Penjaringan. Dalam sarana kesehatan Puskesmas,

    farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang pelayanan kesehatan. Pada

    Puskesmas Kelurahan Penjaringan I perencanaan obat dilakukan setiap satu tahun sekali

    berdasarkan jumlah pemakaian obat tahun sebelumnya, stok obat yang masih ada, dan

    diajukan kepada Gudang Farmasi Puskesmas di Kecamatan. Selain perencanaan tahunan,

    setiap bulannya juga dilakukan perencanaan dalam bentuk pengisisan LPLPO.

    Pengadaan obat dilakukan setiap bulan dengan menggunakan LPLPO ke Gudang

    Farmasi dan Dinas Kesehatan. Penyimpanan obat dilakukan secara sistematik berdasarkan

    jenis penyakit dan golongan obat tersebut, dan disimpan secara rapi di dalam lemari yang

    tersedia. Pendistribusian obat dilakukankepada posyandu dan bagian KIA.

    Administrasi dan pelaporan obat di apotek Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

    dilakukan dengan mencatat semua pengeluaran obat dalam register harian dan bulanan

    sebagai acuan membuat LPLPO. Pelaporan peresepan penggunaan obat dilakukan setiap tiga

    bulan sekali kepada Kepala Gudang Farmasi Puskesmas Kecamatan Penjaringan.

    4.2 Saran

    1. Agar Puskesmas Kecamatan Penjaringan I tetap mempertahankan dan lebih

    meningkatkan manajemen pengelolaan obat dan alat kesehatan serta pelayanan

    kefarmasian yang sudah ada

    2. Sebaiknya Gudang Farmasi yang ada di Puskesmas bisa dibuat lebih luas dan

    lebih bagus sehingga obat dan alat kesehatan dapat tersusun dengan lebih baik.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Anief, Mohammad, 2007, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

    2. Depkes RI, 2003, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di

    Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

    3. Depkes RI, 2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta