etiologi & pem diagnostik.docx

Upload: yanisa-s

Post on 05-Mar-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

etiologi inkontinensia berdasarkan klasifikasinya dan pemeriksaan diagnostik inkontinensia urin

TRANSCRIPT

ETIOLOGISeiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: Melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali Kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. Gangguan di saluran kemih bagian bawah, bisa karena infeksi. Efek obat-obatan Produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet.Etiologi inkontinensia urin berdasarkan jenisnya antara lain :JenisPenyebab

Inkontinensiadesakan Infeksi saluran kemih. Kandung kemih yg terlalu aktif. Penyumbatan aliran kemih. Batu & tumor kandung empedu. Obat, terutama diuretic.

Inkontinensia stress Kelemahan pada sfingter (otot yang mengendalikan aliran kemih dari kandung kemih). Pada wanita,berkurangnya tahanan terhadap aliran kemih melalui uretra, biasanya karena kekurangan estrogen. Perubahan anatomis yang disebabkan oleh melahirkan banyak anak atau pembedahan panggul. Pada pria, pengangkatan prostat atau cedera pada bagian atas uretra atau leher kandung kemih.

Inkontinensia aliran berlebih (overflow) Penyumbatan aliran air kemih, biasanya disebabkan oleh pembesaran atau kanker prostat (pada pria) dan karena penyempitan uretra (pada anak-anak). Kelemahan otot kandungkemih. Kelainan fungsi saraf. Obat-obatan.

Inkontinensia total : kebocoran karena spingter tidak menutup Cacat bawaan Cedera pada leher kandung kemih (misalnya karena pembedahan)

Inkontinensia psikogenik : Hilangnya pengendalian karena kelainan psikis Gangguan emosional (misalnya depresi)

Inkontinensia campuran : Gabungan dari berbagai keadaan diatasBanyak wanita yang mengalami inkontinensia campuran antara stress & desakan Gabungan dari berbagai penyebab diatas

DIAGNOSTIKTahapan diagnostik meliputi anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang seksama, diharapkan sudah dapat dibedakan antara enuresis primer (enuresis nokturnal) dengan inkontinensia urin. Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain pola berkemih (voiding) dan mengompol, frekuensi dan volume urin, kebiasaan defekasi serta pola kepribadian. Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi pemeriksaan abdomen, vaginal, pelvis, rektal dan penilaian neurologis. Pada pemeriksaan abdomen bisa didapatkan distensi kandung kemih, yang menunjukkan suatu inkontinensia luapan, dan dikonfirmasi dengan kateterisasi. Inspeksi daerah genital dan punggung, refleks lumbosakral dan pengamatan terhadap pola berkemih. Inspeksi bisa tampak prolaps genital, sistokel dan rektokel. Adanya urine dalam vagina terutama pasca histerektomi mungkin mengetahui adanya massa pelvis.Tahapan diagnostik berikutnya ialah pemeriksaan penunjang baik laboratorik (urinalisis, biakan urin, pemeriksaan kimia darah dan uji faal ginjal perlu dilakukan terhadap semua kasus inkontinensia urin) maupun pencitraan. Ultrasonografi dipakai sebagai pilihan pertama (penyaring), kemudian dilanjutkan dengan miksio-sisto-uretrografi (MSU). MSU merupakan pemeriksaan radiografi vesika urinaria dengan pemakaian kontras yang dimasukkan melalui kateter urin kemudian dilakukan pemeriksaan fluoroskopi secara intermitten selama pasien berkemih.Test diagnostik lanjut yaitu sistourethroskopi dan diagnostik imaging. Sistourethroskopi dikerjakan dengan anestesi umum maupun tanpa anestesi, dapat dilihat keadaan patologi seperti fistula, ureter ektopik maupun divertikulum. Test urodinamik meliputi uroflowmetri dan sistometri. Sistometri merupakan test yang paling penting, karena dapat menunjukan keadaan kandungkemih yang hiperaktif, normal maupun hipoaktif. Diagnostik imaging lainnya meliputi USG, CT scan dan IVP yang digunakan untuk mengidentifikasi kelainan patologi (seperti fistel/tumor) dan kelainan anatomi (ureter ektopik).Test tambahan yang diperlukan untuk evaluasi diagnostik yaitu Pessary Pad Test. Penderita minum 500 ml air selama 15 menit untuk mengisi kandung kemih. Setelah jam, penderita melakukan latihan selama 45 menit dengan cara : berdiri dari duduk (10 kali), batuk (10 kali), joging di tempat (11 kali), mengambil benda dari lantai (5 kali), dan mencuci tangan dari air mengalir selama 1 menit. Test positif bila berat Pad sama atau lebih besar dari 1g. Test ini dapat menunjukan adanya inkontinesia stres hanya bila tidak didapatkan kandung kemih yang tidak stabil.DAFTAR PUSTAKA1. Charlene, R. [et al.]. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.2. Dandy & Dedi. 2009. Inkontinensia Urin. Bandung : FK UNPAD