etika bisnis islam tentang manajemen...

105
ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: HANNI KHAIRANI NIM 1111046100114 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M. / 1436 H.

Upload: nguyenhuong

Post on 06-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

HANNI KHAIRANI

NIM 1111046100114

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M. / 1436 H.

Page 2: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN
Page 3: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN
Page 4: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

iv

Page 5: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

v

ABSTRAK

Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG

MANAJEMEN LABA. Skripsi, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam),

Konsentrasi Perbankan Syariah. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1436H/2015M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik manajemen laba

ditinjau dari sudut pandang etika bisnis Islam dengan tujuan untuk memaparkan

pandangan etika Islam mengenai manajemen laba. Jenis penelitian pada skripsi ini

ialah penelitian kepustakaan (Library research) dengan teknik pengumpulan data

studi dokumentasi literatur terkait manajemen laba dan etika bisnis Islam. Sedangkan

teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan metode dekriptif kualitatif dan

analisis isi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bentuk manajemen laba yang

dibolehkan menurut syariat. Dan praktik manajemen laba belum sesuai dengan

ajaran agama Islam maupun prinsip-prinsip dasar Etika Bisnis Islam karena masih

mengandung unsur penipuan, kecurangan dan gharar. Serta tidak mencerminkan

perilaku-perilaku pebisnis Islami yaitu Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.

Kata Kunci : Etika Bisnis Islam, Manajemen Laba

Pembimbing : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA

Daftar Pustaka : Tahun 1993 s.d Tahun 2013

Page 6: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis khususnya dan seluruh umat

manusia pada umumnya. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada nabi

Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan

terang benderang.

Penulisan skripsi ini berjudul “ Etika Bisnis Islam tentang Manajemen Laba”,

ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis,

sehingga dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang penulis

sayangi dan semua pihak yang terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi

ini.

Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, dan saran-saran dari berbagai

pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam menyelesaikan skripsi ini tentu akan

terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

Page 7: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

vii

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku ketua program studi

Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris program studi

Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu selama perkuliahan

sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A selaku dosen pembimbing

yang tiada hentinya membimbing, meluangkan waktu dan memberi saran di

dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Muhammad Zen, M.A dan Ibu Nurul Handayani, S.Pd., M.Pd,

selaku dosen penguji sidang munaqasyah yang telah memberikan banyak

koreksi, saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu, pelajaran

dan pengalamannya selama perkuliahan. Kepada Bapak Drs. Noryamin Aini,

M.A, selaku dosen penguji proposal yang telah memberikan banyak

kontribusi pemikiran di dalam penulisan skripsi ini.

6. Ayah Ibu tercinta Hanri Wirata dan Agatsih Purwiyani yang tidak henti-

hentinya memberikan dukungan moril dan materil. Terima kasih untuk

kesabaran, nasehat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada

penulis. Doa yang dipanjatkan, menjadikan motivasi tersendiri yang

Page 8: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

viii

memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

meskipun begitu banyak halangan dan rintangan. Farid Mahendra yang

menjadi adik sekaligus teman penulis saat dirumah. Andung yang selalu

memberikan kekuatan dan doa. Reihan, sebagai sepupu sekaligus teman satu

kostan yang selalu membantu penulis dalam berbagi pengalaman dan bertukar

pikiran dari mulai proposal skripsi sampai dengan penyelesaian skripsi ini

sehingga kita bisa lulus bersama-sama. Dan juga seluruh keluarga besar yang

turut mendoakan.

7. Sahabat-sahabat kesayangan, untuk Yella Novela, Assy Shella, Meiga

Gemala, Astri Wulandari, Novita Zuhrowiya dan Siti Haura Ibtisamah yang

selalu bersama selama dari awal hingga akhir masa kuliah, terima kasih atas

kesetiaannya, waktunya, tawanya, candanya, kehadirannya yang selalu

mengisi hari-hari penulis selama 4 tahun belakangan ini. Semoga

persahabatan kita terus berlanjut sampai tua nanti.

8. Brahmantyo Akhmedika Fauzie, yang selalu memberikan doa, support dan

dukungan tiada henti dikala penulis jenuh dan tidak bersemangat dalam

mengerjakan skripsi ini. Terimakasih atas kata-katanya yang selalu

memotivasi.

9. Anak-anak Kostan ibu Jahit : Niswah, Landu, Mira, Afida, Aul, Fajrin,

Eftrida, Nissa, yang sudah dianggap sebagai keluarga dan adik-adik sendiri,

Terimakasih atas seluruh canda tawa dan keceriaannya sehingga dapat

Page 9: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

ix

menjadi energi dan semangat baru bagi penulis saat berada di rumah keduanya

di Ciputat.

10. Teman-teman KKN CERIA 2014 terimakasih untuk Chea, Vita, Wulan,

Babeh, Aziz, Bonte, Salman, Haikal, Riduan, Fauzan, Mahe, Amal, Yuan dan

Anif. 1 Bulan di desa Harkatjaya telah memberikan pengalaman dan cerita

tersendiri yang membekas di hati penulis, banyak sekali momen-momen seru

yang berkesan selama tinggal disana. Terimakasih pula untuk warga desa

yang masih tetap menjaga silaturahmi dan selalu mendoakan kelancaran

perkuliahan penulis.

11. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah C angkatan 2011, terimakasih

untuk segala kekompakan, kebersamaannya. Semoga jalinan ukhuwah tetap

terjaga sekalipun kita telah berada pada aktivitas masing-masing.

Ciputat, 7 Juli 2015

Penulis

Page 10: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….. i

ABSTRAK ……………………………………………………………………..... ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1

B. Pembatasan Masalah ……………………………………………... 8

C. Perumusan Masalah …………………………………………….… 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………….………... 9

E. Metode Penelitian ………………………………………………… 10

F. Literatur Review ………………………………………………….. 15

G. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 18

BAB II KONSEP DASAR ETIKA BISNIS ISLAM ……………….……….. 20

A. Etika …………………………………….................................... 20

B. Etika Bisnis ………………………………………………….… 22

C. Etika Bisnis Islam ………………………………………….….. 25

D. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam ………………..…….. 31

E. Tujuan Bisnis Islam …………………………………….……... 40

F. Pedoman Bisnis dalam Islam ………………………….………. 42

G. Aktivitas Bisnis yang terlarang dalam Syariah ………….…….. 44

H. Etika Bisnis Islam kaitannya dengan Manajemen Laba ………. 46

BAB III KONSEP DASAR MANAJEMEN LABA ……………….………… 47

A. Laporan Keuangan …………………………….…………………... 47

B. Agency Theory ………………………….………………………….. 47

C. Asimetri Informasi ………………………….……………………… 50

Page 11: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

xi

D. Manajemen Laba ……………………………………………….….. 50

E. Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual …………………………….….. 52

F. Motivasi Manajemen Laba ………………………………………… 53

G. Bentuk-Bentuk Manajemen Laba …………………………………. 57

H. Manajemen Laba, Apakah Legal dan Etis ………………………… 58

BAB IV TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP MANAJEMEN

LABA ……………………………………………………………………………. 64

A. Bentuk Manajemen Laba menurut Syariah ………………………. 61

B. Manajemen Laba ditinjau dari Etika Bisnis Islam ……………….. 68

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………. 79

Kesimpulan ……………………………………………………………. 79

Saran …………………………………………………………………… 80

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 81

LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 85

Page 12: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, konsep-konsep materialistik menjangkau lebih besar dunia

ekonomi dan bisnis dibandingkan dengan konsep nilai-nilai spiritual. Konsep-konsep

materialistik pun lebih mendominasi kebanyakan orang, khususnya para pelaku

bisnis. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekayaan, kedudukan dan kekuasaan menjadi

kriteria umum dalam penilaian berhasil atau tidaknya seseorang dalam berbisnis.

Akan tetapi kebanyakan mereka melupakan nilai-nilai moral dan perilaku yang sehat

dalam berbisnis. Materi adalah makanan bagi tubuh, sementara etika adalah nutrisi

bagi jiwa. Karena itulah, setiap saat masalah bisnis seringkali bertambah, sedangkan

keberkahan dalam berusaha menjadi berkurang.1

Yang membedakan Islam dengan materialisme ialah bahwa Islam tidak pernah

memisahkan ekonomi dengan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu

dengan akhlak, politik dengan etika, perang dengan etika dan kerabat sedarah daging

dengan kehidupan Islam. Islam berbeda dengan konsep kapitalisme yang

memisahkan akhlak dengan ekonomi. Manusia muslim, individu maupun kelompok,

dalam lapangan ekonomi atau bisnis, disatu sisi diberi kebebasan untuk mencari

1 Husain Syahatah dan Siddiq Muh. Al-Amin, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, Penerjemah

Saptono Budi Satryo dan Fauziah R (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), h. 22.

Page 13: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

2

keuntungan sebesar-besarnya. Namun, di sisi lain, ia terikat dengan iman dan etika

sehingga ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau

membelanjakan hartanya, namun tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam.2

Di dalam melakukan bisnis, Islam telah memperlihatkan adanya suatu struktur

yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur lainnya. Hal ini disebabkan bahwa

dalam ilmu akhlak (moral), struktur etika dalam Islam lebih banyak menjelaskan

nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada niat hingga perilaku atau perangainya.

Nilai moral tersebut tercakup dalam empat sifat yaitu shiddiq, amanah, tabligh dan

fathonah. Keempat sifat ini diharapkan dapat menjaga keberlangsungan institusi

ekonomi dan keuangan secara professional dan menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan

sosial berjalan sesuai dengan aturan permainan yang berlaku.

Salah satu problematika yang serius dalam dunia bisnis ialah rendahnya nilai

dan moral, sehingga dapat membahayakan setiap transaksi-transaksi bisnis yang

dilakukan oleh pebisnis. Rendahnya nilai moral ini dapat mempengaruhi hilangnya

sistem kepercayaan, serta menimbulkan ketidakjujuran dan persekongkolan yang

tidak baik.3

Teori yang dapat menjelaskan mengenai hal ini adalah Agency Theory. Agency

Theory adalah hubungan antara Principal dan Agent. Principal dalam dunia bisnis

2 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam. (Jakarta: Gema insani Press, 1997), h. 51. 3 Husain Syahatah dan Siddiq Muh. Al-Amin, Transaksi dan Etika Bisnis Islam, Penerjemah

Saptono Budi Satryo dan Fauziah R (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), h. 15.

Page 14: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

3

disini ialah para investor maupun calon investor. Sedangkan Agent ialah para manajer

perusahaan atau orang yang mengelola perusahaan. Teori ini mengasumsikan bahwa

masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri

sehingga menimbulkan konflik kepentingan. Pihak principal termotivasi mengadakan

kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.

Sedangkan agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi

dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun

kontrak kompensasi. Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja

agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan

kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini lah yang mengakibatkan adanya

ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent.

Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi.

Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana adanya gap antara pengetahuan

informasi yang dimiliki satu pihak dengan pihak lainnya. Dalam kondisi ini, dapat

memunculkan kesempatan bagi pihak yang satu untuk melakukan manipulasi atau

ketimpangan informasi atau ketidaktahuan informasi yang dimiliki oleh pihak yang

lainnya. Dengan demikian terdapat adanya konflik kepentingan serta asumsi bahwa

individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri. Dalam dunia

bisnis, asimetri informasi ini dapat dialami oleh principal dan agent kaitannya dengan

laporan keuangan dan besaran laba.

Page 15: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

4

Setiap perusahaan tak terkecuali entitas bisnis syariah perlu untuk menampilkan

sisi baik keuangan perusahaan, hal ini diperlukan sebagai bentuk tolak ukur hasil

kinerja perusahaan dimata umum terutama stakeholder maupun investor. Hal ini

terkait dengan kejamnya pasar kepada perusahaan yang tidak mampu memenuhi

target atau meleset dari perkiraan pasar. Sehingga tekanan ini dapat mengakibatkan

munculnya motif-motif tindakan manajerial terhadap tampilan laba yang dapat

menurunkan kualitas laporan keuangan, yang mana tindakan ini disebut dengan

manajemen laba. Manajemen laba adalah salah satu bentuk praktik masalah etis yang

terjadi di perusahaan.

Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan dan

merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode

dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan. Manajemen laba adalah satu

bentuk dari bentuk kebijakan manajemen untuk memaksimumkan kepentingannya

sesuai dengan asumsi teori akuntansi positif. Namun intervensi yang dapat

dilaksanakan oleh manajemen ini terkadang dapat membawa praktik yang seharusnya

bersifat baik, menjadi tidak baik.

Hasil penelitian Beattie et al. (1994) menunjukkan bahwa investor cenderung

lebih mementingkan informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana proses yang

digunakan untuk mencapai tingkat laba tersebut. Investor juga cenderung

menghindari risiko (risk averse). Kondisi ini yang memotivasi manajer untuk

melakukan praktik manajemen laba dengan cara menutupi kinerja perusahaan yang

Page 16: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

5

sebenarnya, dan menampilkan kinerja yang sesuai dengan apa yang ingin manajer

tampilkan.

Contoh kasus intervensi manajemen laba yang memunculkan skandal akuntansi

ialah pada kasus Enron Energy tahun 2000, kasus peningkatan pendapatan Xerox

tahun 1997-2000 serta PT Kimia Farma, Global Crossing, Tyco , Green Tree

Financial Corporation, Xerox, Worldcom.4 Di Indonesia, kasus serupa pun terjadi

pada kasus mark up laba Indofarma tahun 2001 dan kasus pembukuan ganda Lippo

Bank tahun 2002, kasus PT Citra Marga Nusapala Persada, Bank Duta, PT

Perusahaan Gas Negara tahun 2006, PT Bank Lippo tahun 2002 , PT Ades Alfindo

tahun 200 yang melakukan praktik manajemen laba melalui manipulasi berbagai

prosedur akuntansi di bagian persediaan, produksi, penjualan, keuangan dan metode

akuntansinya 5.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky Syahfandi dan Siti Mutmainah juga

menunjukkan bahwa 6 dari 9 bank umum syariah di Indonesia melakukan praktik

manajemen laba dengan teknik income smoothing yang terjadi para tahun 2009

sampai dengan 2011. Hasil Penelitian Gandi Sukmajati (2012) juga menunjukkan

adanya beberapa perusahaan public dalam Jakarta Islamic Index yang melakukan

teknik manajemen laba dengan cara perataan laba, perusahaan tersebut diantaranya

adalah Barito Pasific Tbk, Indika Energy Tbk, Telkom Indonesia Tbk, Truba Alam

Manunggal Tbk, dan Wijaya Karya Tbk. Kemudian faktor yang berpengaruh

4 Kompas, 15 Juli 2002. 5 Dedhy Sulistiawan, dkk, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal

Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 53.

Page 17: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

6

signifikan ialah leverage, dimana para perusahaan perusahaan tersebut cenderung

memanipulasi besaran hutangnya untuk menghindari default. Dapat dikatakan bahwa

telah cukup banyak kasus manajemen laba baik yang telah diketahui oleh publik,

maupun belum diketahui publik.

Watts dan Zimmerman (1985) menyatakan bahwa indikasi praktik manajemen

laba ialah dilakukan karena motivasi bonus, motivasi utang, motivasi pajak, motivasi

penjualan saham, motivasi pergantian direksi, serta motivasi politis. Motivasi-

motivasi ini lah yang dapat mendorong suatu manajer atau otoritas di perusahaan

untuk melakukan manajemen laba. Bertepatan dengan akan dibukanya pintu gerbang

Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015, atas motivasi penjualan saham,

diperkirakan akan terjadi banyak praktik manajemen laba dimana perusahaan akan

berlomba-lomba menampilkan sisi terbaik perusahaannya demi menarik investor

asing yang akan menginvestasikan dananya ke Indonesia.

Dari beberapa contoh yang disebutkan diatas bahwa tidak sedikit pula

perusahan atau entitas yang melakukan atau menerapkan praktik manajemen laba di

dalam pelaporan tampilan keuangannya, tentunya dengan berbagai macam motif yang

mendasarinya.

Pada kenyataannya sampai saat ini terdapat pandangan yang berbeda-beda

terhadap praktik manajemen laba. Pada satu sisi, manajemen laba dipandang sebagai

suatu tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena dengan adanya

menejemen laba maka informasi yang diberikan tidak mencerminkan keadaan

Page 18: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

7

perusahaan dan mengaburkan nilai perusahaan sesungguhnya. Sehingga dengan

adanya tindakan tersebut dapat menyebabkan stakeholder keliru dalam mengambil

keputusan. Sedangkan pada sisi yang lain, manajemen laba dianggap sebagai sesuatu

yang wajar dan merupakan tindakan rasional untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam

ketentuan untuk pelaporan keuangan asalkan masih sesuai dengan Prinsip Akuntansi

Berlaku Umum.

Di Indonesia pun terdapat Prinsip Akuntansi Berlaku Umum yang

menggunakan dasar akrual sebagai metode pencatatan laporan keuangan. Fatwa

Dewan Syariah Nasional No. 14/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sistem Distribusi Hasil

Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah menyebutkan bahwa untuk kemaslahatan

dalam pencatatan (laporan keuangan) sebaiknya digunakan system akrual basis,

meskipun juga disebutkan bahwa dalam distribusi hasil usaha hendaknya ditentukan

atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi (Cash Basis). Berdasarkan PSAK No.

101 tentang Akuntansi Bank Syariah, diambil asumsi dasar konsep akuntansi bank

syariah sama dengan asumsi dasar konsep akuntansi dasar konsep akuntansi

keuangan secara umum yaitu konsep kelangsungan usaha (going concern) dan dasar

akrual.

Namun secara syariah, walaupun muamalat dilakukan tidak secara tunai, namun

pencatatannya haruslah benar. Seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 282:

Page 19: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

8

Artinya: “Hai, orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua’malah tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah

seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.”

Dengan demikian perspektif etika terhadap suatu aktivitas bisnis sangatlah

penting, khususnya pada bisnis-bisnis yang bergerak di bidang syariah, tentu tuntutan

akan praktik secara Islami mengikuti visi dan misi dari entitas itu sendiri. Karena

etika bisnis dapat digunakan sebagai cara untuk menyelaraskan kepentingan strategis

suatu bisnis dengan tuntutan moralitas.

Bagaimana etika bisnis Islam memandang praktik manajemen laba. Apakah

bersifat sesuatu yang baik atau buruk, wajar atau tidak wajar, atau diperbolehkan atau

tidaknya perilaku manusia tersebut dalam kerangka etika bisnis Islam. Sehingga

penelitian ini akan berusaha melihat aspek moralitas atau aspek normatif etika bisnis

Islam tentang menejemen laba.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut dalam bentuk penelitian dengan judul “ETIKA BISNIS ISLAM

TENTANG MANAJEMEN LABA”

B. Pembatasan Masalah

Page 20: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

9

Penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti pada aspek yang dianalisis

agar tidak keluar dari pembahasan. Maka penelitian dibatasi pada Sumber yang

digunakan adalah kajian kepustakaan dengan data yang bersumber pada Al-Quran,

Al-Hadist, serta serta literatur-literatur terkait.

Penelitian ini bersifat kajian normatif, karena hanya melihat fenomena

manajemen laba secara keseluruhan dan ditarik kesimpulan berdasarkan konsep nilai-

nilai etika bisnis Islam. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis isi, dimana penulis mengkaji materi atau literatur tertentu dari pokok

bahasan masalah yang telah diteliti. Pembatasan masalah perihal objek yang menjadi

fokus bahasan dalam penelitian ini adalah Motivasi manajemen laba, Bentuk – bentuk

manajemen laba, dan Praktik Manajemen Laba.

C. Perumusan Masalah

Untuk dapat melihat lebih mendalam mengenai praktik manajemen laba agar

lebih terfokus pada tema yang dimaksud, akan dikumpulkan sumber-sumber

kepustakaan yang nantinya akan diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti.

Serta masalah yang dapat diidentifikasi penulis adalah sebagai berikut:

1. Adakah bentuk manajemen laba yang diperbolehkan menurut Syariah?

2. Bagaimana manajemen laba ditinjau dari etika bisnis Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Page 21: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

10

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab isu-isu tekait dengan bagaimana etika

bisnis Islam memandang permasalahan manajemen laba. Tujuan dalam penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk manajemen laba yang diperbolehkan atau tidak

diperbolehkan oleh syariah.

2. Untuk mengetahui manajemen laba ditinjau dari etika bisnis Islam.

Manfaat yang dapat diberikan dengan adanya penelitian ini yaitu :

1. Manfaat teoritis adalah dapat memperluas dan menambah khazanah

pengetahuan mengenai permasalahan terkait penelitian, serta dapat menjadi

referensi untuk keperluan studi dan penelitian mengenai hal-hal yang terkait

dengan penelitian.

2. Manfaat praktis adalah dapat menjadi rambu-rambu sekaligus pengingat bagi

para praktisi agar dapat mengatur manajemen selaras dengan prinsip-prinsip

islami.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini ialah bentuk penelitian kualitatif deskriptif yang berarti

bahwa penelitian hanya menggunakan data literatur sebagai alat mempertajam dan

memperkuat hasil analisis dan bukan merupakan data primer penelitian. Berikut ini

adalah langkah-langkah penelitian yang dilakukan:

Page 22: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

11

1. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara

library research , yaitu melakukan penelitian dengan cara mencari bahan materi

baik teori maupun praktis melalui literatur berupa bahan-bahan pustaka (buku,

majalah, jurnal, artikel, dokumen, dan sebagainya) dan dokumen-dokumen

yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti sebagai data primer

maupun sekunder, dalam penelitian ini, yang menjadi data primer adalah Al-

Quran, sedangkan data sekunder berasal dari bahan-bahan pustaka dan

dokumen-dokumen terkait permasalahan diatas. Ini merupakan suatu penelitian

yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data

penelitiannya.6

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian dengan studi

kepustakaan dengan mengandalkan teori-teori dan konsep-konsep yang ada

untuk diinterpretasikan berdasarkan tulisan-tulisan yang mengarah kepada

pembahasan. Sumber-sumber tersebut di dapat dari karya yang ditulis oleh

intelektual dan ahli yang berkompeten tentang etika bisnis Islam dan

manajemen laba, diantara sumber-sumber yang digunakan peneliti ialah:

a. Al- Quran

b. Al- Hadist

6 Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan. (Jakarta: Yayasan Obor Nasional, 2004), h. 2-3

Page 23: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

12

c. Husain Syahatah, dan Siddiq Muh. Al-Amin. Transaksi dan Etika Bisnis

Islam. (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005)

d. Faisal Badroen et al., Etika Bisnis dalam Islam. (Ciputat: UIN Jakarta Press,

2005)

e. Muhammad Djakfar. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. (Malang: UIN

Malang Press, 2007)

f. Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam. (Bandung: Alfabeta, 2013)

g. Veithzal Rivai, dkk. Islamic Bussiness and Economic Ethics. (Jakarta: Bumi

Aksara, 2012)

h. Dedhy Sulistyawan et al., Creative Accounting. (Jakarta: Salemba Empat,

2011)

i. Sri Sulistyanto. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. (Jakarta:

Grasindo, 2008)

j. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2006)

k. Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islami. (Bandung: Alfabeta, 2003)

2. Data yang Diperlukan

Data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini bersifat kualitatif tekstual

dengan menggunakan pijakan terhadap proporsi-proporsi ilmiah yang

dikemukakan oleh para pakar etika bisnis Islam dan pakar akuntansi yang erat

kaitannya dengan pembahasan.

Page 24: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

13

3. Sumber Data

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan sumber data

berupa teori-teori yang berasal dari literatur dan karya ilmiah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, mengidentifikasi wacana

dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web atau internet,

ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan untuk

mencari hal-hal atau variabel yang dapat berupa catatan, transkrip, buku, dan

sebagainya yang memiliki keterkaitan dengan kajian tentang konsepsi etika

bisnis islam kaitannya dengan manajemen laba.

5. Metode Pengolahan Data / Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis

untuk mendapatkan konklusi, bentuk-bentuk dalam teknik analisis data ialah

sebagai berikut:

a. Metode Deskriptif, yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu

data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. Pengolahan data

yang dilakukan dengan cara memaparkan data-data yang ada secara apa

adanya bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai

keadaan saat ini dan melihat kaitan antara permasalahan penelitian dengan

teori dalam Fikih Muamalat dan Etika Bisnis islam.

Page 25: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

14

a) Analisis isi (content analysis), yaitu proses pengolahan data dengan cara

menganalisis materi/isi tertentu dari data-data yang telah dipaparkan secara

deskriptif sesuai dengan batasan masalah yang terkait. Menurut Weber,

Content Analysis adalah metodologi yang memanfaatkan seperangkat

prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah dokumen.

Menurut Hostli, Content Analysis adalah teknik apapun yang digunakan

untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk menemukan karakteristik

pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis.7

Dengan cara analisis isi dapat dibandingkan antara satu buku dengan

buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan

waktu penulisannya maupun mengenai kemampuan buku-buku tersebut

dalam mencapai sasaran sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat

atau sekelompok masyarakat tertentu. Syarat tentang Cintent Analysis yaitu

objektif, sistematis, dan general.

6. Metode Pembahasan

Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka sangat diperlukan untuk

menggunakan pendekatan-pendekatan yaitu:

7 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda, 2010), h.

163

Page 26: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

15

a) Metode induktif adalah berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa

kusus dan kongkrit, kemudian digeneralisasikan menjadi kesimpulan yang

bersifat umum.

b) Metode deduktif adalah metode yang berangkat dari pengetahuan yang

bersifat umum itu dan hendak menilai sesuatu kejadian yang sifatnya

khusus.

c) Metode komparasi adalah meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan

dengan situsi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu

faktor dengan yang lain, dan penyelidikan bersifat komparatif.

F. Literatur Review

1. Sirman Dahwal, “Etika Bisnis Menurut Hukum Islam (Suatu Kajian

Normatif)

Bahwa secara normative, etika bisnis menurut hukum Islam

memperlihatkan adanya struktur yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur

lainnya. Hal ini disebabkan karena struktur etika dalam agama Islam lebih

banyak menjelaskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat

atau ide hingga perilaku dan perangai. Nilai moral tersebut tercakup dalam

empat sifat, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Serta etika bisnis

menurut hukum Islam harus dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip

kesatuan (unity), keadilan/keseimbangan (equilibrium), kehendak

bebas/ikhtiar (free will), pertanggungjawaban (responsibility) dan kebenaran

(truth), kebajikan (wisdom) dan kejujuran (fair). Kemudian harus memberikan

Page 27: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

16

visi bisnis masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan yang

bersifat sesaat melainkan mencari keuntungan yang mengandung hakikat baik

yang berakibat atau berdampak baik pula bagi semua umat manusia.

2. Azharsyah Ibrahim, “Income Smoothing dan Implikasinya terhadap

Laporan Keuangan Perusahaan dalam Etika Ekonomi Islam”. Jurnal

Media Syariah Vol. XII No. 24, Juli 2010.

Hasil kajian menunjukkan bahwa dari sudut pandang etika secara umum

ada dua pendapat yang bertolak belakang yaitu yang menganggap wajar; dan

yang menganggap tidak etis. Akan tetapi pendapat kedua lebih kuat. Praktik

yang dilakukan pun memberi pengaruh yang signifikan terhadap laporan

keuangan perusahaan karena mempengaruhi jumlah laba yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan, yang efeknya dapat mengelabui stakeholder terhadap

kondisi keuangan perusahaan tersebut.

3. Syafrudin Arif, “Etika Islam dalam Manajemen Keuangan”, Jurnal HI

Volume 9, Nomor 2, Desember 2011.

Bahwa Islam mengakui motif laba, namun juga mengikat motif itu

dengan syarat-syarat moral, social, dan temperance (pembatasan diri).

Sehingga kalau ajaran Islam itu dilaksanakan, pemakaian motif laba seorang

individu/perorangan, tidak sampai menjadikan individualism yang ekstrem,

yaitu manusia yang hanya ingat akan kepentingan diri tanpa memperdulikan

masyarakat. Sistem Ekonomi Islam jika diikuti dan dilaksanakan, merupakan

Page 28: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

17

imbangan yang harmonis antara kepentingan individu dan kepentingan

masyarakat.

4. Tatang Ary Gumati. “Earning Management: Suatu Telaah Pustaka”.

Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No.2, Nopember 2000.

Penelitian ini meneliti bahwa earning management atau manajemen laba

merupakan suatu fenomena baru yang telah menambah wacana perkembangan

teori akuntansi. Istilah manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung

dari upaya manager untuk melakukan manajemen informasi akuntansi,

khususnya laba demi kepentingan pribadi atau perusahaan. Manajemen laba

tidak selamanya merupakan suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak

selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba.

Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa praktek manajemen laba

ditemui dalam banyak konteks. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa atau

variabel-variabel ekonomi tertentu dapat dijadikan sarana untuk memanage

laba. Dan hasil secara teoritis menunjukkan bahwa pada teori akuntansi positif

menjelaskan bahwa manajer memiliki insentif atau dorongan untuk

memaksimalkan kesejahteraannya.

5. Astri Faradila dan Ari Dewi Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada

Perbankan Syariah” Jurnal RAK Vol 4 No. 1, Februari 2013.

Page 29: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

18

Penelitian ini mencari dan menganalisis adanya praktik manajemen laba

pada bank syarah, menggunakan 11 BUS, dengan menggunakan Model Jones

Modifikasi. Hasil menunjukkan bahwa nilai accrual discretioner pada sampel

11 Bank Umum Syariah masih berkisar di bawah angka 0 (nol), hal ini berarti

bank syariah melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba.

Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya ialah terletak pada tema

penelitian, yaitu ada yang membahas mengenai etika bisnis Islam dan juga ada yang

membahas mengenai manajemen laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-

penelitian sebelumnya ialah pada penelitian ini mengkaji fenomena manajemen laba

yang kerap terjadi pada entitas bisnis syariah ditinjau dari segi etika bisnis menurut

Islam, karena sejauh ini telah banyak sekali penelitian yang mengkaji perihal

manajemen laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya namun tidak dikaitkan

secara langsung terhadap tataran atau nilai-nilai Islam. Sehingga penelitian ini

bertujuan untuk mengaitkan secara langsung bagaimana etika bisnis menejemen laba

menurut Islam.

G. Sistematika Penulisan

Metode Penulisan yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah

metode penulisan yang mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi oleh Fakultas

Syariah dan Hukum tahun 2012. Selanjutnya untuk memudahkan dan lebih

sistematisnya skripsi ini, penulis menyusunnya ke dalam lima (5) bab, yaitu:

Page 30: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

19

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi permasalahan

pembatasan dan perumusan masalah, metodolgi penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Pada bab ini akan dibahas dan dijelaskan mengenai Konsep Dasar Etika

Bisnis Islam, yang mencakup didalamnya mengenai Etika, Etika Bisnis,

Etika Bisnis Islam, Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam, Tujuan Bisnis Islam,

Pedoman Bisnis dalam Islam, setika Bisnis Islam kaitannya dengan

Manajemen Laba.

Bab III : Pada bab ini akan dibahas mengenai Konsep Manajemen Laba yang

mencakup didalamnya Laporan Keuangan, Agency Theory, Asimetri

Informasi, Manajemen Laba, Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual, Motivasi

Manajemen Laba, Bentuk-Bentuk Manajemen Laba, serta Manajemen

Laba, Apakah Legal dan Etis.

Bab IV : Pada Bab ini membahas tentang bagaimana Tinjauan Etika Bisnis Islam

terhadap Manajemen Laba.

Bab V : Pada Bab ini berisi Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

Page 31: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

20

BAB II

KONSEP DASAR ETIKA BISNIS ISLAM

A. Etika

Etika adalah tata nilai yang diletakkan sebagai regulator kehidupan guna

mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh tingkah laku manusia.1 Ethics yang

menjadi padanan dari etika, secara etimologis berarti ‘the discipline dealing with

what is good and bad and with moral duty and obligation’, ;a set of moral principle

or values’, ‘a theory or system moral values.’2

Etika dapat diartikan sebagai sikap untuk memahami opsi-opsi yang harus

diambil diantara sekian banyak pilihan tindakan yang ada. Etika tidaklah ditafsiri

sebagai sesuatu yang merampas kebebasan manusia dalam berbuat. Malah etika

sangat erat kaitannya dengan kebebasan namun kebebasan yang bertanggung jawab.

Hal ini dapat dikatakan bahwa Etika adalah suatu kesadaran pada diri seseorang

atas dasar nilai dan rasa tanggung jawab atas sesuatu yang dianggapnya baik atau

buruk, wajar atau tidak wajar, diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sehingga

keseluruhan perbuatan yang dilakukan berdasarkan pada satu pemahaman kata yaitu

benar dan baik. Etika mempunyai kendali intern dalam hati, berbeda dengan aturan

hukum yang mempunyai unsur paksaan ekstern.

1 Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 1.

2 Joseph H, dkk, Webster’s New Collegiate Dictionary, (USA: Houghton Mifflin Hartcourt, 2012), h.

13-15

Page 32: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

21

Sedangkan dalam Islam, istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah

etika dalam al- quran adalah khuluq. Al-quran juga menggunakan sejumlah istilah

lain untuk menggambarkan konsep tentang kebaikan: khair (kebaikan), birr

(kebenaran), qist (persamaan), „adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan

kebaikan), ma’ruf (mengetahui dan menyetujui) dan takwa (ketakwaan). Tindakan

yang terpuji disebut sebagai shalihat dan tindakan yang tercela disebut sebagai

sayyi’at.3

Etika dalam Islam, dipahami sebagai akhlak atau adab yang bertujuan untuk

mendidik moralitas manusia. Etika merupakan jiwa ekonomi Islam yang

membangkitkan kehidupan dalam peraturan dan syariat. Oleh sebab itu, etika atau

akhlak adalah hakikat-hakikat yang menempati ruang luas dan mendalam pada akal,

hati nurani, dan perasaan seorang muslim.

Terdapat dua macam etika, yaitu:4

1. Etika Deskriptif

Adalah etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan

perilaku manusia, secara apa yang dikejar setiap orang dalam hidupnya sebagai

sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta

secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu

fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.

3 Rafik Issa Beekun, dalam Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economic Ethics. (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2012), h. 3. 4 Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), h. 13.

Page 33: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

22

2. Etika Normatif

Etika Normatif adalah etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku

yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya

dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi

etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia

bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan

kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

B. Etika Bisnis

Definisi etika bisnis ialah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, salah

dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip moralitas. Atau dapat disebut juga

prinsip dan norma dimana para pelaku binis harus commit padanya dalam

bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan

selamat.5

Penerapan Etika pada Organisasi Perusahaan

Apakah bisa pengertian moral seperti tanggung jawab perbuatan yang salah dan

kewajiban, diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan? Ada dua pandangan

yang muncul atas masalah ini, pandangan pertama, berpendapat bahwa karena aturan

yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa

perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa

5 Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 15

Page 34: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

23

yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan bahwa tindakan mereka bermoral atau

tidak bermoral dalam pengertian sama yang dilakukan manusia. Pandangan kedua

ialah pandangan filsuf yang berpendirian, bahwa tidaklah masuk akal jika organisasi

bisnis secara moral bertanggung jawab, karena ia gagal mengikuti standar moral, atau

mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis seperti

mesin yang anggotanya harus secara membabi buta menaati peraturan formal yang

tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk

menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti

standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak

secara moral. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan

tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan

bertindak secara moral, maka hal ini disebabkan oleh pilihan individu dalam

perusahaan yang bertindak secara bermoral.6

Mengapa perusahaan harus menetapkan kode etik dalam keseharian roda

perjalanannya?

Pertama, perusahaan yang punya standar etika dapat menciptakan suasana

psikologis lingkungan kerja yang sehat, dan perusahaan yang tidak demikian akan

mengalami sebaliknya.

Kedua, ialah trust (kepercayaan) dalam sebuah perusahaan adalah hal yang

sangat fundamental guna mencapai efisiensi transaksi dalam bisnis. Dan upaya

6 Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2012), h. 5.

Page 35: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

24

mempertahankan perilaku etis yang konsisten sangat diperlukan guna

mempertahankan trust konsumen tersebut.

Ketiga, melakukan tindakan yang benar atau salah di tempat kerja akan berefek

pada produk-produk dan pelayanan yang dihasilkan serta menjamin hubungan baik

dengan para stakeholder.

Keempat, etika bisnis semata-mata persoalan menerapkan dasar apa yang baik

atau buruk, salah atau benar, wajar atau tidak wajar, layak atau tidak layak, dan

sebagainya sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk atau jasa yang baik dan

berharga.

Kelima, etika bisnis adalah persoalan menghadapi posisi dilematis yang kerap

dihadapi dalam aktivitas rutin bisnis yang tidak jelas dasar hukumnya, apakah itu

benar atau salah.7

Namun apa yang mendasari para pengambil keputusan yang berperan untuk

pengambilan keputusan yang tak pantas dalam bekerja? Para manajer menunjuk pada

tingkah laku dari atasan-atasan mereka dan sifat alami kebijakan organisasi mengenai

pelanggaran etika atau moral. Karena dari itu dapat diasumsikan bahwa suatu

organisasi merasa terikat dan dapat menciptakan beberapa struktur yang berwenang

untuk mendorong organisasi ke arah etika dan moral bisnis. Lalu selanjutnya timbul

pertanyaan, dapatkah suatu organisasi mendorong tingkah laku etis pada pihak-pihak

manajerial-manajerial pembuat keputusan?

7 Faisal Badroen. 2005. Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 17-18.

Page 36: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

25

Alasan mengejar keuntungan, atau lebih tepat, keuntungan adalah hal pokok

bagi kelangsungan bisnis ialah hal utama bagi setiap perusahaan untuk berperilaku

tidak etis.

Pada hakikatnya keuntungan adalah hal yang baik. Karena pertama, keuntungan

memungkinkan perusahaan bertahan (survive) dalam kegiatan bisnisnya. Kedua,

keuntungan adalah salah satu indikator yang dilihat oleh para investor untuk

menanamkan dananya pada perusahaan. Ketiga, keuntungan tidak hanya

memungkinkan perusahaan survive melainkan dapat menghidupi karyawannya

kearah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai

pengembangan atau ekspansi perusahaan sehingga hal ini akan membuka lapangan

kerja baru.8

C. Etika Bisnis Islam

Secara sederhana mempelajari etika dalam bisnis berarti mempelajari tentang

mana yang baik atau buruk, benar atau salah, serta halal atau haram dalam dunia

bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas Islam.

Etika bisnis dalam kaitannya dengan ajaran Islam ialah sebuah pemikiran atau

refleksi tentang moralitas yang membatasi kerangka acuannya kepada konsepsi

sebuah organisasi dalam ekonomi dan bisnis yang didasarkan atas ajaran Islam. Etika

bisnis Islam mengatur tentang sesuatu yang baik atau buruk, wajar atau tidak wajar,

8 Achyar Eldine, “Etika Bisnis Islam”. Jurnal Khazanah, Vol. 3 No. 3, Oktober 2007.

Page 37: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

26

atau diperbolehkan atau tidaknya perilaku manusia dalam aktivitas bisnis baik dalam

lingkup individu maupun organisasi yang didasarkan atas ajaran Islam.

Titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak

dan bertanggungjawab karena kemahakuasaan Tuhan. Hanya saja kebebasan manusia

itu tidaklah mutlak, dalam arti, kebebasan yang terbatas. Dengan kebebasan tersebut

manusia mampu memiih antara yang baik dan jahat, benar dan salah, halal dan

haram.9

Bisnis memberikan banyak dampak dalam kehidupan karena merupakan pilar

ekonomi. Karena itu, bisnis juga menjadi wilayah hukum yang diatur oleh Islam

dengan turunnya wahyu mengenai muamalah maupun hadits dan sunnah dari Nabi

Muhammad saw. Seperti Nabi saw pernah bersabda bahwa sembilan dari sepuluh

pintu rezeki terdapat dalam aktivitas dagang alias bisnis.10

Bagan 2.1 Akhlak Pebisnis Muslim

9 Syed Nawaib Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Penerjemah M. Saiful Anam

dan Muhammad Ufuqul Mubin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) 10

Bambang Trim. Bussiness Wisdom of Muhammad SAW, (Bandung: Madania Prima, 2008), h.

12

Jujur

Akhlak Pebisnis

Muslim

Amanah

Toleran

Page 38: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

27

Sumber : Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, 2005.

Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelaku bisnis itu

sendiri, seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan

moral bisnis Islami. Akhlak yang baik dalam bisnis Islam, Pertama ialah Kejujuran,

bahwa dalam Hadist “Tetapkanlah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran

mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan kepada

surga”. Kedua ialah Amanah, Islam menginginkan seorang pebisnis muslim

mempunyai hati yang tanggap, dengan menjaganya dengan memenuhi hak-hak Allah

dan manusia, serta menjaga muamalahnya dari unsur yang melampaui batas. Ketiga

ialah Toleran, bahwa rasa toleransi dapat mempermudah pergaulan, mempermudah

urusan jual beli, dan mempercepat kembalinya modal.

Rasulullah saw. Sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis

berikut ini adalah uraiannya.11

1. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam tataran ini, beliau

bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang

mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (HR. Al- Quzwani).

2. Kesadaran tentang signifikansi social kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut

Islam, tidak hanya mengajar keuntungan sebanyak-banyaknya, namun juga

memberikan manfaat dalam menolong orang lain.

3. Tidak melakukan sumpah palsu.

11

Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2012), h. 39-43

Page 39: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

28

4. Seorang pelaku bisnis harus bersikap ramah tamah dalam melakukan bisnis.

Nabi Muhammad mengatakan, ”:Allah merahmati seseorang yang ramah dan

toleran dalam berbisnis”(HR. Bukhari dan Tarmizi)

5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik

membeli dengan harga tersebut.

6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar membeli kepadanya.

7. Tidak melakukan ikhtikar atau menumpuk dan menyimpan barang dalam masa

tertentu , dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan

besar pun diperoleh.

8. Dalam melakukan pengukuran, takaran, ukuran, dan timbangan nya harus

benar.

9. Bisnis tidak boleh mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah swt

10. Membayar upah sebelum keringat karyawan kering.

11. Tidak melakukan monopoli.

12. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang

dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan social.

13. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang

yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, narkotika, dan sebagainya.

14. Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan.

15. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya.

Page 40: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

29

16. Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditur) belum mampu

membayar.

17. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Seperti dalam Firman

Allah swt dalam Surat Al-Baqarah ayat 278:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba

(yang belum di pungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.

Berikut ini adalah persamaan dan perbedaan antara etika bisnis Islami dengan

Etika Bisnis Konvensional :

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Etika Bisnis Islami dengan Etika Bisnis

Konvensional

Aspek Etika Bisnis Islami Etika Bisnis

Konvensional

1. Azas Tauhid (nilai-nilai

transendental)

Sekularisme (nilai-nilai

material)

2. Motivasi Dunia dan akhirat Dunia

3. Orientasi Profit dan berkah

Profit

4. Etos Kerja Bekerja adalah ibadah Bekerja adalah

kebutuhan pribadi

5. Sikap Mental Menjadi yang terbaik

karena Allah

Menjadi yang terbaik

karena aktualisasi diri

6. Keahlian dan Kewajiban sebagai Kewajiban perusahaan

Page 41: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

30

Pengetahuan muslim

7. Keberhasilan Usaha dan doa Usaha

8. Pertanggung

Jawaban

Khalifah (wakil) Allah

di muka bumi

Pemimpin perusahaan

9. Modal Halal Halal dan haram

10. Suber Daya Tidak terbatas,

keinginan manusia

dibatasi

Terbatas, keinginan

manusia tidak terbatas

11. Informasi Ayat qauliyah (Al-

Quran dan Sunnah)

dan ayat kauniyah

(peristiwa alam)

Ayat-ayat kauniyah

(peristiwa alam)

12. Manajemen

Strategi

Ayat qauliyah (Al-

Quran dan Sunnah)

dan ayat kauniyah

(peristiwa alam)

Ayat-ayat kauniyah

(peristiwa alam)

13. Manajemen

Operasi

Sesuai koridor syariah Efektif dan Efisien

14. Manajemen

Keuangan

Terhindar dari

Maghrib (Maysir,

gharar, riba)

Maksimalisasi profit

15. Manajemen

Pemasaran

Menciptakan produk

kebutuhan masyarakat

Menciptakan produk

keinginan masyarakat

(menimbulkan

konsumerisme)

16. Manajemen

SDM

Kepribadian Islami Kebudayaan perusahaan

17. Instrumen Zakat, infaq, CSR

Page 42: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

31

pemberdayaan

masyarakat

shadaqah, waqf

Sumber : Siti Najma, Bisnis Syariah dari Nol.

Tindakan dan keputusan dianggap sesuai dengan etika ialah apabila tergantung

pada niatnya. Niat yang baik diikuti dengan tindakan yang baik dinilai sebagai

ibadah. Islam membolehkan individu untuk bebas percaya dan bertindak sesuai

dengan apa yang ia inginkan, selama tidak mengorbankan akuntabilitas dan keadilan.

Keputusan yang etis mendasarkan rujukan kepada ayat yang tertulis (Al-Quran) dan

ayat yang tersebar di alam semesta (Kauniyyah). Tidak seperti sistem etika yang lain,

etika Islam mendorong manusia untuk membersihkan diri (tazkiyyah) melalui

partisipasi aktif dalam hidup. Dengan melakukan segala tindakan dalam koridor

etika.12

Persamaan antara etika bisnis Islam dengan Konvensional ialah pada etika

bisnis konvensional hubungannya hanya kepada sesama individu, selama tidak ada

yang mengetahui bahwa perbuatan itu merugikan orang lain, maka hal itu dianggap

sah-sah saja. Lain halnya dengan pada sistem etika bisnis Islam, yang hubungannya

tidak hanya kepada sesama manusia, namun juga pada Allah. Segala perbuatannya

ialah akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Sehingga dalam melakukan

bisnis dan transaksi akan berdampak pada kehidupannya di dunia dan akhirat.

12

Rafik Issa Beekun. 1997. Islamic Bussiness Ethics. Virginia: International Institute of

Islamic Thought.

Page 43: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

32

D. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam

Aksioma Dasar Etika Bisnis Islam

Berikut ialah rumusan aksioma atau ketentuan umum yang diharapkan

menjadi rujukan bagi moral awareness para pebisnis muslim untuk

menentukan prinsip-prinsip yang dianut dalam menjelankan bisnisnya.

Aksioma-aksioma tersebut adalah sebagai berikut:13

a. Keesaan (Tauhid)

Bahwa Konsep persatuan atau juga disebut Tauhid ialah dimensi vertikal

Islam. Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah

kepercayaan total dan murni terhadap keesaan Tuhan.14

Yang mana berarti

Allah SWT sebagai Tuhan Maha Esa yang menetapkan batas-batas tertentu

atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat pada

individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya. Bahwa konsep ini

menekankan bahwa sumber utama etika Islam adalah kepercayaan total dan

murni terhadap keesaan Tuhan. Aturan-aturan itu sendiri bersumber pada

kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya vertikal dengan Allah

Swt dan hubungan horizontal dengan kehidupan sesama manusia dan alam

semesta secara keseluruhan untuk menuju tujuan akhir yang sama.

Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai

manusia. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban ekonomik setiap individu

13

Haider Naqvi, Etika …. 14

Djakfar, Etika Bisnis… h. 12

Page 44: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

33

disesuaikan dengan kapabilitas dan kapasitas yang dimiliki dan sinkronisasi

pada setiap peranan normatif masing-masing dalam struktur sosial.

Dengan mengintegrasikan aspek religius dengan aspek-aspek lainnya,

seperti ekonomi, akan menimbulkan perasaan dalam diri manusia bahwa ia

akan selalu merasa direkam segala aktivitas kehidupannya, termasuk dalam

aktivitas berekonomi sehingga dalam melakukan segala aktivitas bisnis tidak

akan mudah menyimpang dari segala ketentuanNya. Perhatian terus menerus

untuk emmenuhi kebutuhan etik dan dimotivasi oleh ketauhidan kepada

Tuhan Yang Maha Esa akan meningkatkan kesadaran individu mengenai

insting altruistiknya, baik terhadap sesama manusia maupun alam

lingkungannya. Ini berarti konsep tauhid akan emmiliki pengaruh yang paling

mendalam terhadap diri seorang muslim.15

b. Keseimbangan

Keseimbangan atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran

Islam dan hubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta. Dalam

beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,

tak terkecuali kepada pihak manapun. Adil dalam Islam bahwa agar hak

semua orang sama dimata Allah, serta agar hak tersebut dapat ditempatkan

sebagaimana mestinya sesuai dengan aturan syariah. Karena apabila dengan

15

Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 33

Page 45: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

34

tidak mengakomodir hak salah satu pihak, maka hal tersebut dapat dikatakan

kedzaliman. Karenanya orang yang adil akan lebih dekat kepada ketakwaan.

Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah (5) : 8

Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-

kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Berlaku adil akan dekat dengan takwa, karena itu dalam perniagaan

(tijarah), Islam melarang untuk menipu, walau hanya „sekedar‟ membawa

sesuatu pada kondisi yang menimbulkan keraguan sekalipun. Kondisi ini

dapat terjadi seperti gangguan adanya mekanisme pasar atau karena adanya

informasi penting mengenai transaksi yang tidak diketahui oleh salah satu

pihak (assymetric information). Gangguan pada mekanisme pasar dapat

berupa gangguan dalam penawaran dan gangguan dalam permintaan.16

Konsep equilibrium juga dapat dipahami bahwa keseimbangan hidup di

dunia dan di akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis muslim. Maka

karenanya, konsep keseimbangan berarti menyerukan kepada pengusaha

16

Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 78

Page 46: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

35

muslim untuk bisa merealisasikan tindakan-tindakan (dalam bisnis) yang

dapat menempatkan dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan

keselamatan akhirat.

Moral hazard (perilaku mendzolimi) adalah suatu tindakan yang

tercipta akibat ketidakseimbangan moral yang dapat mengakibatkan mudharat

(kesulitan) atau mufsadaat (kerusakan). Moral hazard dalam tindakan bisnis

muslim ialah bertindak curang dalam bertransaksi, tidak menuliskan yang

sebenarnya dalam pelaporan keuangan, serta memanfaatkan kekurangan

informasi pada pihak lain guna kepentingan diri sendiri.

c. Kehendak Bebas

Kehendak bebas ialah suatu rasa yang tertanam dalam diri manusia untuk

dapat bertindak secara tidak dibatasi dalam pengendalian kehidupannya

sendiri. Institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kegiatan

ekonomi. Hal ini dapat berlaku apabila persaingan bebas dapat berlaku secara

efektif, dimana pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak

manapun, tak terkecuali negara dengan otoritas penentuan harga atau private

sektor dengan kegatan monopolistik.

Aktivitas ekonomi dalam konsep ini mengarahkan kepada kebaikan setiap

kepentingan bagi seluruh komunitas, baik sektor pertanian, perindustrian,

perdagangan, maupun lainnya. Larangan adanya bentuk monopoli,

kecurangan, dan praktik riba adalah jaminan terhadap terciptanya suatu

Page 47: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

36

mekanisme pasar yang sehat dan persamaan peluang untuk berusaha tanpa

adanya keistimewaan pada pihak tertentu.

Dalam ekonomi Islam, kebebasan disini ialah tetap menggabungkan

antara nilai-nilai moral dan spiritual. Karena apabila tidak ada filter moral,

maka kegiatan ekonomi akan rawan kepada perilaku destruktif yang dapat

merugikan masyarakat luas. Telah menjadi tradisi di masyarakat sekarang ini

bahwa dalam kegiatan ekonominya cenderung mengedepankan materialisme,

tanpa memperdulikan moralitas. Rasululla bersabda, “Pedagang yang jujur

lagi terpercaya adalah bersama-sama para nabi, orang shadiqin dan para

syuhada” (HR Tarmidzi dan Hakim). Hadist tesebut mengemukakan bahwa

para pedagang yang utama ialah yang berlaku jujur dan terpercaya baik dalam

proses penjualan maupun produksinya, pedagang harus berlaku jujur agar

kunci keberkahan akan selalu ada padanya, terlebih lagi bagi pedagang yang

berlaku jujur serta dapat dipercaya, maka mereka ialah bersama dengan para

nabi, shadiqin serta para syuhada, karena mereka ialah merupakan para

pedagang yang amanah dan profesional.

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam,

kebebasan bagi individu dibuka lebar, tetapi kebebasan itu tidak merugikan

kepentingan kolektif. Tidak ada pula batasan pendapatan bagi seseorang untuk

aktif bekerja dan berkarya dengan segala potensi yang dimilikinya.

Page 48: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

37

d. Tanggung Jawab (Responsibility)

Dengan adanya kebebasan ekonomi, maka tanggung jawab Muslim

begitu diperlukan agar menghasilkan tindakan-tindakan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab ini dimulai dari kebebasan yang

luas, kemudian kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan

keputusan yang tegas yang perlu diambilnya. Tanggung jawab sangat

berhubungan dengan kebebasan, karena tanggung jawab dapat menetapkan

batasan atas semua hal yang dilakukannya.

Kebebasan dan Tanggung Jawab

Kebebasan manusia yang ada adalah kebebasan yang bertanggung

jawab yaitu kebebasan yang didasari oleh ‘ilm (ilmu) dan kesadaran penuh.

Manusia bebas dalam bertindak, yaitu manusia bebas berbuat sesuatu dengan

tujuan dan disengaja yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal dirinya.

Bisa jadi hal itu disebabkan oleh pengaruh ajaran, agama, bacaan, lingkungan

dan lain sebagainya. Kebebasan dengan kewajiban moral, yaitu bahwa

seseorang yang melakukan sesuatu kewajiban karena ia setuju, walau itu

membutuhkan pengorbanan, karena didapati tindakan tersebut ternyata dapat

membuat ia merasa bebas. Kebebasan bertanggung jawab, yaitu sesungguhnya

Page 49: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

38

sikap moral yang mature atau dewasa adalah sikap yang bertanggung jawab,

dan tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan.17

Dapat disimpulkan bahwa kebebasan itu mengandung anasir berikut:18

- Kemampuan seseorang untuk menentukan suatu tindakan secara independen.

- Kemampuan untuk bertanggung jawab secara sadar.

- Sikap yang dewasa dengan penuh pertimbangan dan konsekuen.

- Adanya semua kondisi di mana seseorang dapat mewujudkan tujuan

hidupnya.

e. Kebajikan

Kebajikan artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan

kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang

mengharuskan perbuatan tersebut atau dengan kata lain beribadah dan berbuat

baik seakan melihat Allah, jika tidak mampu maka yakinlah Allah melihat.

Aksioma ihsan dalam bisnis, yaitu : (1) kemurahan hati (leniency); (2) motif

pelayanan (service motives); dan (3) kesadaran akan adanya Allah dan aturan

yang berkaitan dengan pelaksanaan yang menjadi prioritas.

Guna menyempurnakan prinsip-prinsip etika bisnis Islam sebagaimana

dikemukakan diatas, perlu dikemukakan pula pendapat Rafik Issa Beekun

dalam sebuah karyanya Etika Bisnis Islam. Dalam bukunya ia mengemukakan

sembilan pedoman etika umum bagi bisnis kaum muslim, yaitu jujur dan

17

Faisal Badroen. 2005. Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 11. 18

Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), Ed. III, h. 13-15

Page 50: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

39

berkata benar, menepati janji, mencintai Allah lebih dari mencintai

perniagaan, berbisnis dengan muslim sebelum dengan non muslim, rendah

hati dalam menjalani hidup, menjalankan musyawarah dalam semua masalah,

tidak terlibat dalam kecurangan, tidak boleh menyuap, dan berbisnis secara

adil.19

M. Quraish Shihab menetapkan terdapat empat prinsip dalam ekonomi, yaitu

Tauhid, Keseimbangan, Kehendak Bebas, dan Tanggung Jawab.

Selanjutnya dalam menetapkan etika bisnis ia merincinya yaitu: 20

a) Kejujuran

b) Keramahtamahan

c) Penawaran yang jujur

d) Pelanggan yang tidak sanggup membayar diberi waktu

e) Penjual hendaknya tidak memaksa pembeli dan tidak bersumpah dalam

menjual

f) Tegas dan adil dalam timbangan dan takaran

g) Tidak dibenarkan monopoli

h) Tidak dibenarkan adanya harga komoditi yang boleh dibatasi

i) Kesukarelaan.

19

Muhammad Djakfar, Agama, Etika, dan Ekonomi: Wacana Menuju Pengembangan ekonomi

Rabbaniyah, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 30-32. 20

Quraish Shihab, “Etika Bisnis dalam Wawasan Al- Qur‟an”, dalam Jurnal Ulum Al— Quran,

No. 3 VII/1997, h. 5-9.

Page 51: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

40

Lain halnya dengan Abd. Muin Salim; ia memberikan uraian tentang prinsip-

prinsip filosofi ekonomi Qur‟ani, yaitu: a) Tauhid, b) Isti’mar atau Istikhlaf, b)

Kemaslahatan (Al-silah) dan keserasian (al-adalah), d) Keadilan (al- qist), e)

Kehidupan sejahtera dan kesentosaan dunia akhirat.

E. Tujuan Bisnis Islam

Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan

hidupnya, dan salah satu upaya untuk memperolehnya adalah dengan cara bekerja.

Islam mewajibkan Muslim untuk bekerja. Dan Allah melapangkan bumi dan

seisinya dengan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk

mencari rezeki, antara lain seperti dalm firman Allah swt. QS Al-Mulk : 15

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu , maka berjalanlah

di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya”

Selanjutnya, firman-Nya dalam QS. Al-A‟raf : 10

Artinya: “Sesungguhya kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi

dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan”

Page 52: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

41

Demikian pula firman Allah Swt dalam QS. Hud : 61

Artinya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan

kamu pemakmurnya.”

Di samping anjuran untuk mencari rezeki, Islam sangat menekankan atau

mewajibkan aspek kehalalan, baik dari segi perolehan maupun pendayagunaannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bisnis Islam dapat diartikan sebagai

berbagai macam bentuk aktivitas bisnis yang tidak dibatasi, namun dibatasi dalam

cara perolehan dan pendanan hartanya. Dalam hal kendali syariah, bisnis dalam

Islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama, yaitu sebagai berikut:21

1) Target Hasil ; Profit Materi dan Benefit Nonmateri

Terdapat paling tidak tiga tujuan atau orientasi bisnis, yaitu pertama nilai materi

(qimah madiyah) yang berhubungan dengan nilai profit atau keuntungan.

Kedua, ialah nilai-nilai Akhlak (qimah khuluqiyah) yaitu nilai-nilai akhlak

mulia yang menjadi suatu kemestian yang muncul dalam kegiatan bisnis,

sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang islami. Ketiga, (qimah ruhiyah)

berarti perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah,

atau dalam melaksanakan kegiatan bisnis semata-mata kesadaran hubungannya

dengan Allah. Inilah yang dimaksud bahwa setiap perbuatan muslim adalah

21

Veithzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economics Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2012) h. 13.

Page 53: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

42

ibadah. Amal perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan

hubungannya dengan Allah ketika melakukan bisnis dinamakan ruhnya.

2) Pertumbuhan

Jika profit materi dan non materi telah diraih, maka diupayakan pertumbuhan

atau kenaikan akan terus menerus meningkat setiap tahunnya dari profit dan

benefit tersebut.

3) Keberlangsungan

Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus diupayakan keberlangsungannya

dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga keberlangsungan itu

baik dalam koridor syariat Islam.

4) Keberkahan

Faktor keberkahan atau upaya dalam menggapai ridho Allah, merupakan

puncak kebahagiaan hidup Muslim. Para pengelola bisnis harus mematok

orientasi keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan

bisnis selalu berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan Allah.22

Dalam ekonomi Islam yang berlandaskan ketuhanan, maka tujuan akhir

pencapaiannya adalah ridho Allah SWT, dengan tetap memegang syariat Islam

dalam segala aktivitasnya, begitu pula dengan aktivitas ekonomi yang tidak

dapat pula dipisahkan dengan nilai-nilai keIslaman.

22

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 31.

Page 54: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

43

F. Pedoman Bisnis dalam Islam

Di dalam Islam, manusia berhak dan diperbolehkan untuk bekerja dan

mencari rezeki sesuka hatinya, namun dibatasi pada kerangka yang boleh dan

tidak boleh, seperti yang tidak diperbolehkan itu diantaranya adalah penipuan,

kecurangan, sumpah palsu, dan perbuatan bathil lainnya. Dalam melakukan

bisnis juga antara pihak yang bertransaksi harus mencapat kesepakatan suka

sama suka, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Semua jalan yang

saling mendatangkan manfaat antara individu-individu dengan saling rela-

merelakan dan adil, adalah dibenarkan. Prinsip ini telah ditegaskan dalam QS.

An-Nisa : 29-30

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar

hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu

adalah mudah bagi Allah.

Ayat ini menjelaskan bahwa sangat dilarang sekali bagi orang yang

beriman untuk memakan harta dengan jalan yang bathil. Maksudnya ialah

dengan jalan curang yang memberikan kerugian di pihak lain, sedangkan

Page 55: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

44

memberikan keuntungan di pihak kita. Karena sesungguhnya yang berbuat

demikian melanggar hak dan menganiaya pihak lainnya, sehingga balasannya

adalah neraka.

Dapat diambil kesimpulan dalam ayat ini ialah perdagangan boleh

dilangsungkan dengan dua hal, yaitu perdagangan harus dilakukan atas dasar

saling rela antara kedua belah pihak. Tidak boleh bermanfaat untuk satu pihak

dengan merugikan pihak yang lain; tidak boleh saling merugikan, baik untuk

diri sendiri maupun orang lain. Sebab, hal ini seolah menghisap darahnya dan

membuka jalan kehancuran untuk dirinya sendiri, misalnya mencuri, menyuap,

berjudi, menipu, mengaburkan, mengelabui, riba, atau pekerjaan lain yang

diperoleh dengan jalan yang tidak dibenarkan.

Pada masa Rasulullah, nilai-nilai moralitas sangat diperhatikan dalam

kehidupan pasar. Bahkan sampai pada masa awal kerasulannya, beliau adalah

seorang pelaku pasar yang aktif, dan kemudian menjadi seorang pengawas yang

cermat sampai akhir hayatnya. Beliat telah memulai pengalaman dagangnya

sejak usia 12 tahun.23

G. Aktivitas Bisnis yang Terlarang dalam Syariah

Dalam melakukan bisnis, pelaku usaha diharapkan tidak melakukan hal-

hal yang dilarang dalam Syariah, diantaranya ialah:24

23

Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, Penerjemah: Dewi Nurjulianti, (Jakarta:

Yayasan Swarna Bhumy, 1997), h.5. 24

Veitzal Rivai, Islamic and Bussiness Ethics, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012)

Page 56: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

45

a. Melakukan transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam. Seorang muslim

harus berkomitmen dalam berinteraksi dengan hal-hal yang dihalalkan oleh

Allah SWT. Seorang pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis

dalam hal-hal yang diharamkan oleh syariah serta dituntut untuk selalu

melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan dan masyarakat. Bisnis,

makanan tak halal atau mengandung bahan tak halal, minuman keras, narkoba,

pelacuran atau semua yang berhubungan dengan dunia gemerlap seperti night

club diskotik, suguhan minuman dan makanan tak halal dan lain-lain (QS: Al-

A‟Raf : 32. QS: Al Maidah : 100) adalah kegiatan bisnis yang diharamkan.

b. Memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal. Praktik riba yang

menyengsarakan agar dihindari, Islam melarang riba dengan ancaman berat

(QS. Al Baqarah : 275-279).

c. Melakukan pemalsuan dan penipuan, Islam sangat melarang perbuatan

memalsukan dan menipu karena dapat menyebabkan kerugian, kezaliman,

serta dapat menimbulkan permusuhan dan percekcokan. Allah berfirman dalam

QS. Al-Isra : 35, yang berbunyi ”Dan sempurnakanlah takaran ketika kamu

menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar”. Nabi bersabda ”Apabila

kamu menjual maka jangan menipu orang dengan kata-kata manis”.

Kemudian contoh penawaran atau promosi yang tidak terpuji ialah yang tidak

fair. Hal sangat dicela oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an

Page 57: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

46

surat Al Baqarah: 188: ”Janganlah kamu memakan sebagian harta sebagian

kamu dengan cara yang batil”.

1) Penawaran dan pengakuan (testimoni) fiktif

2) Iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan

3) Eksploitasi wanita.

Islam sebagai agama yang menyeluruh mengatur tata cara hidup manusia,

setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Demikian pula pada

proses jual beli harus dikaitkan dengan ‟etika Islam‟ sebagai bagian utama. Jika

penguasa ingin mendapatkan rezeki yang barokah, dan dengan profesi sebagai

pedagang tentu ingin dinaikkan derajatnya sestara dengan para Nabi, maka ia harus

mengikuti syari‟ah Islam secara menyeluruh, termasuk ‟etika jual beli‟.

H. Etika Bisnis Islam kaitannya dengan Manajemen Laba

Pekerjaan jual beli atau berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis.

Kebanyakan masyarakat jika berdagang, selalu ingin mencari laba besar. Jika ini

tujuan usahanya, maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara untuk

mencapai tujuan tersebut. dan hal ini yang kemudian seringkali melatarbelakangi

mereka untuk berbuat atau berperilaku negatif. Salah satunya dengan berbuat curang,

penipuan, melakukan pengukuran atau timbangan tidak benar, utang yang selalu

ditunda pembayarannya, bila dipercaya ia khianat. Perilaku demikian sangat ditentang

dalam ajaran Islam.

Page 58: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

47

Sedangkan manajemen laba ialah suatu tindakan yang banyak menuai

kontroversi, dan dapat dikatakan sebagai praktik manipulasi yang dapat merugikan

pihak lainnya bila diteliti. Jikalau seseorang memiliki kode etik dan prinsip-prinsip

etika bisnis islam di dalam dirinya, maka sejatinya ia takkan berbuat praktik yang

dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan seperti manajemen laba.

Page 59: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

48

BAB III

KONSEP MANAJEMEN LABA

A. Laporan Keuangan

Laporan keuangan ialah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dapat dikatakan bahwa laporan keuangan

adalah suatu alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak

yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan

dan kinerja perusahaan. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara

wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai

posisi keuangan dan hasil usaha.1

B. Agency Theory

Konsep teori keagenan menurut Anthony dan Govindarajatan (1995) dalam

Pudyastuti (2009) adalah hubungan antara principal dan agent yang dibuat

berdasarkan angka akuntansi sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara

principal dan agent.

Agency Conflict atau konflik keagenan timbul pada berbagai hal seperti berikut:

(Jensen & Meckling, 1976, Jensen, 1986, Alijoyo & Zaini, 2004).

1 Hery, Teori Akuntansi, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. 1, h. 46

Page 60: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

49

1. Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya

dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Misalnya, investasi

yang bisa meningkatkan nilai individu manajer walaupun biaya penugasannya

tinggi, sehingga para manajer berada pada posisi untuk mengekstrak tingkat

renumerasi yang lebih tinggi dari perusahaan (Moral Hazard).

2. Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan yang

stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih

tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif (internal

positive investment oppurtunities).

3. Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam

mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan

kemampuan manajer. Mereka akan menghindari keputusan investasi yang

dianggap menambah risiko bagi perusahaannya walaupun hal itu bukan

pilihan terbaik bagi perusahaan (Risk Adversion).

4. Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan

dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam

pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan

pengembalian akuntansi yang tinggi (short term high accounting return

project) dan tidak berpihak pada proyek jangka panjang dengan pengembalian

positif yang jauh lebh besar (Time-Horizon).

5. Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency problem

yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang

Page 61: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

50

saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki

kepentingan agar dana yang diinvestasikannya mendapatkan return yang

maksimal, sedangkan manajer bekepentingan terhadap perolehan insentif atas

pengelolaan dana pemilik (Agency Problem).

Teori agensi mengasumsikan bahwa principal tidak memiliki informasi yang

cukup tentang kinerja agent (Azlina, 2010 :3). Agent dalam hal ini adalah manajemen

suatu perusahaan dimana mereka yang menjalankan aktivitas operasi perusahaan.

Sedangkan principal adalah para pihak khususnya investor yang telah menanamkan

dananya dalam perusahaan tersebut.

Agent atau manajemen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas

diri, lingkungan kerja, perusahan secara keseluruhan dan prospek di masa yang akan

datang. Sedangkan principal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja

agent. Sehingga dapat saja agent membuat praktik yang tidak diketahui oleh

principal. Hubungan antara agen dan prinsipal didasarkan pada suatu kepercayaan

(Luhgiatno, 2010: 18). Sehingga dalam praktiknya dapat terjadi konflik kepentingan

ketika tidak semua keadaan diketahui oleh semua pihak. Dan sebagai akibatnya,

ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak

tersebut, hal ini dapat mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi

(assimetric information) yang dimiliki oleh principal dan agent.

Page 62: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

51

C. Asimetri Informasi

Asimetri informasi adalah ketidaksembangan informasi yang dimiliki satu pihak

dengan pihak lainnya. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dan pemilik

(principal) dapat membuka kesempatan bagi manajemen dalam penyajian

informasi yang tidak sebenarnya seperti menyembunyikan beberapa informasi yang

tidak ingin disampaikan kepada pemilik terutama yang berkaitan dengan

pengukuran kinerja manajemen. Dan pengukuran kinerja manajemen itu

ditunjukkan oleh laporan keuangan dan salah satu indikator utamanya ialah laba.

Sehingga dalam hal ini praktik yang dapat dilakukan berkenaan dengan asimetri

informasi princpal dan agent dalam pengukuran laba ialah praktik manajemen laba.

D. Manajemen Laba

Sampai saat ini, beberapa penulis mendefinisikan manajemen laba secara

berbeda-beda. Ada yang menggunakan kalimat bersifat netral (tidak memihak), ada

juga yang menggunakan kalimat bersifat skeptis (cenderung tidak menyetujui).

Bahkan beberapa referensi menunjukkan istilah lain dengan konteks yang negatif,

seperti magic accounting, cosmetic accounting, atau financial shenanigan.2

Scott (1997) mendefinisikan manajemen laba ialah bentuk upaya yang dilakukan

manajer untuk mencapai keuntungan pribadi melalui rekayasa komponen akrual

yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yng dapat mengakibatkan

2 Dedhy Sulistiawan, dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal

Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.18

Page 63: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

52

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang dapat merugikan pihak

lain, karena dengan adanya manajemen laba, laporan perusahaan tidak

mencerminkan nilai fundamental dari perusahaan.

Sulistyawan (2003) mendefinisikan manajemen laba yaitu aktivitas badan usaha

untuk memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang

diinginkan.

Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba adalah campur tangan dalam

proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan

keuntungan-keuntungan pribadi.

Healy & Wahlen (1999) mendefinisikan manajemen laba terjadi apabila manajer

menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi

untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai

prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang

mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Gumati (2001) menyatakan bahwa manajemen laba tidak harus selalu dikaitkan

dengan upaya untuk manipulasi data atau informasi, tetapi lebih dikaitkan dengan

pemilihan metode akuntansi (accounting method) untuk mengukur kuntungan yang

bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa manajemen laba ialah

suatu bentuk cara mempermainkan atau mengubah angka-angka dalam laporan

keuangan dengan memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan

Page 64: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

53

hasil yang diinginkan, namun pada praktiknya hal ini dapat membawa kepada

praktik yang menyesatkan pemegang saham.

Menurut Gunny (2005) manajemen laba dapat diklasifikasikan dalam tiga

kategori, yaitu fraudalent accounting, accrual earning management dan real

earning management. Fraudalent accounting merupakan pilihan akuntansi yang

melanggar General Accepted Accounting Principle (GAAP), sedangkan accrual

earning management merupakan pilihan GAAP yang menutupi kinerja ekonomi

yang sebenarnya dan real earning management terjadi ketika manajer melakukan

tindakan yang menyimpang dari praktek yang sebenarnya untuk meningkatkan laba

yang dilaporkan.

E. Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual

Pada dasarnya ada dua prinsip pencatatan yang umum digunakan yaitu accrual

basis dan cash basis. Accrual basis merupakan dasar pencatatan akuntansi yang

mewajibkan perusahaan untuk mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan

kas akan diterima atau dikeluarkan. Basis akrual ini timbul karena akuntansi

menggunakan periode waktu sebagai takaran pengukuran laba.

Sedangkan cash basis hanya mengakui hak dan kewajiban apabila kas benar-

benar diterima. Dengan demikian, laba yang diakui dalam satu periode baru akan

diakui bila kas telah diterima.3

3 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 161

Page 65: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

54

Diantara keduanya, prinsip berbasis akrual lah yang digunakan pada prinsip

akuntansi berterima umum. Karena prinsip akuntansi berbasis kas tidak dapat

mencerminkan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan prinsip

akuntansi berbasis akrual dipandang lebih baik dalam mencerminkan kinerja

perusahaan dalam satu periode. Namun kelemahan yng melekat pada akuntansi

berbasis akrual ini yaitu adalah sifat account akrual yang rawan untuk direkayasa,

tanpa harus melanggar prinsip akuntansi berterima umum.4

Dan letak manajemen laba ialah berada didalam koridor tatanan sistem metode

akuntansi accrual basis dimana pos yang dituliskan dapat sekali di rekayasa, karena

tidak perlu ada perpindahan kas namun transaksi telah dicatat didalam laporan

keuangan.

F. Motivasi Manajemen Laba

Passer dan Smith (2008) dalam Sulistiawan et al., 2011) mendefinisikan motivasi

sebagai sebuah proses yang mempengaruhi arah, ketekunan, dan kekuatan perilaku

individu atau organisasi dalam mencapai tujuan. Melalui pendekatan kognitif,

perilaku pencapaian tujuan ini dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor ekspektasi dan

faktor imbalan yang diformulasikan ke dalam model matematis sebagai berikut:

4 Ibid.,h. 211.

Motivasi = ekspektasi x Imbalan

Page 66: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

55

Dalam hal ini manajemen laba, maka suatu badan usaha akan semakin

termotivasi untuk berperilaku kreatif dalam memanfaatkan teknik dan kebijakan

akuntansi ketika badan usaha itu memiliki keyakinan (ekspektasi) akan menerima

imbalan atas tindakan kreatifnya tersebut. Semakin tinggi imbalan yang akan

didapatkan, semakin tinggi ekspektasi yang diterapkan sehingga motivasi untuk

mencapai nilai tersebut pun semakin besar.5

Menurut studi yang dilakukan oleh Healy (1985) serta Watts dan Zimmerman

(1986), Ada beberapa motivasi di balik perilaku manajemen laba yang dilakukan

oleh manajer, yaitu:6

1. Motivasi Bonus

Dalam bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah insentif dan bonus

sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer dalam menjalankan

operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif tetap dan

rutin. Sementara bonus yang relatif besar nilainya hanya diberikan ketika kinerja

manajer berada di area pencapaian bonus yang diterapkan oleh pemegang saham.

Kinerja manajemen salah satunya dapat diukur dari pencapaian laba usaha.

Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para

manajer untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup peluang

mereka melakukan tindakan manajemen laba.

5 Dedhy Sulistiawan dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal

Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 30. 6 Ibid, h. 31.

Page 67: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

56

2. Motivasi Utang

Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham, manajer juga

melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, atau kreditur. Agar

kreditur mau menginvestasikan dananya di perusahaan, maka manajer harus

menunjukkan performa yang baik dari perusahannya. Selain untuk mendapatkan

pinjaman, kasus seperti itu berlaku untuk menjaga perjanjian utang. Jika suatu

perusahaan mendapatkan dana dari kreditur, perusahaan berkewajiban menjaga

rasio keuangannya agar berada pada batas bawah tertentu. Jika hal ini dilanggar,

maka perjanjian utang dibatalkan.

3. Motivasi Pajak

Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan

selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan perpajakan.

Kepentingan ini lebih didominasi oleh perusahaan yang belum go public.

Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan menginginkan

untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai

sebenarnya.kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif untuk

melakukan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan lebih

rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan akuntani perpajakan.

4. Motivasi Penjualan Saham

Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public ataupun

sudah go public. Perusahaan yang akan go public akan melakukan penawaran

saham perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public

Page 68: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

57

Offering (IPO) untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor.

Demikian juga dengan perusahaan yang suah go public, untuk kelanjutan dan

ekspansi usahanya, perusahaan akan menjual sahamnya ke publik baik melalui

penawaran kedua, penawaran ketiga, dan seterusnya (Seasoned eiuty offerings –

SEO), melalui penjualan saham kepada pemilik lama (right issue), maupun

melakukan akuisisi perusahaan lain.

5. Pergantian Direksi

Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar pergantian direksi atau

Chief Executive Officer (CEO). Menjelang berakhirnya masa jabatan, direksi

cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar performa kerjanya

tetap baik pada tahun terakhir ia menjabat. Perilaku ini ditunjukkan dengan

terjadinya peningkatan laba yang cukup signifikan pada periode menjelang

berakhirnya masa jabatan.

6. Motivasi Politik

Memotivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya

banyak menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan-perusahaan industri

strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi tetap mendapatkan subsidi,

perusahaan-perusahaan tersebut cendrung menjaga posisi keuangannya dalam

keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak terlalu baik. Hal ini

dikarenakan jika performa baik maka subsidi tidak akan diberikan.

Page 69: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

58

G. Bentuk Manajemen Laba

Scott (1997) dalam Sulistyawan (2011) merangkum pola umum yang banyak

dilakukan dalam praktik manajemen laba, yaitu:

1. Taking a bath

Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi

sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode tahun sebelumnya

atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang

mengalami masalah organisasi (organisational stress) atau sedang dalam proses

pergantian pimpinan manajemen perusahaan.

Pada perusahaan yang baru mengalami pergantian pimpinan , jika perusahaan

berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan

kerugian, manajer baru cenderung bersemangat melaporkan nilai kerugian dalam

jumlah yang sangat ekstrim agar pada periode berikutnya dapat melaporkan laba

sesuai target.

2. Income Minimization

Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah

dari laba sebenarnya. Secara praktis, pola ini sering dilakukan dengan motivasi

perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi,

manajer cenderung menurunkan laba periode tahun berjalan , baik melalui

penghapusan aset tetap maupun melalui pengakuan biaya-biaya periode

mendatang ke periode tahun berjalan.

Page 70: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

59

3. Income Maximization

Pola ini dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari

laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Seperti menunda

pelaporan biaya-biaya tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode

akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah

penjualan dan produksi.

Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan yang akan melakukan

IPO agar mendapat kepercayaan dari kreditor. Hampir semua perusahaan go

public meningkatkan laba dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.

4. Income Smoothing

Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang

dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat risk

adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan.

Dalam dunia keuangan, fluktuasi harga saham atau fluktuasi laba merupakan

indikator risiko.

H. Manajemen Laba, Apakah Legal dan Etis?

Praktik manajemen laba melalui akrual dan aktivitas riil merupakan praktik

akuntansi yang legal, karena tidak melanggar Pernyataan Akuntansi Berterima

Umum (PABU), namun praktik ini dapat memberikan penafsiran (interpretasi) yang

salah bagi investor, kreditur, dan pihak-pihak lain terhadap informasi laba yang

diperoleh perusahaan dalam laporan keuangan. (Sulistiawan, et al., 2011).

Page 71: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

60

Masalah utama dalam manajemen laba terdapat pada kecenderungan manusia

untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya sendiri. Karena manusia

cenderung memanfaatkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki guna

mendapatkan tujuannya masing-masing. Teknik dan kebijakan akuntansi hanyalah

alat untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dapat membedakan apakah legal atau

tidaknya, etis atau tidaknya, baik atau buruknya sebuah praktik manajemen laba

ialah motivasi dan perilaku manusia di belakangnya.

Masalah terbesar dalam praktik akuntansi adalah etika. Henderson dan Peirson

(2002) menjelaskan kriteria untuk menilai perilaku akuntan dalam pelaporan

keuangan ialah sebagai berikut:

a. Kejujuran

Kemampuan dan kemauan akuntan menyampaikan realitas ekonomi yang

terjadi dan tidak memberikan informasi yang menyimpang.

b. Reabilitas

Kemampuan untuk memberikan keyakinan bagi pihak pengguna laporan

keuangan bahwa informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

c. Taat Pada Hukum

Kebijakan dan teknik akuntansi harus sesuai aturan. Pelanggaran terhadap

aturan berarti pelanggaran terhadap hukum.

d. Kompetensi

Kejujuran tanpa kompetensi juga merupakan pelanggaran etika karena akuntan

disewa jasanya atau dibayar oleh pihak lain karena kemampuannya

Page 72: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

61

menjelaskan kejadian ekonomis dan melaporkannya dalam laporan keuangan

perusahaan. Ketidakmampuan menganalisis fenomena bisnis menurut

perspektif akuntansi mengakibatkan kesalahan dalam penyajian material

laporan keuangan. Hasilnya, informasi yang salah akan merugikan orang lain

walaupun didasari oleh motivasi dan kepentingan tertentu, Djakman (2003:

145) menyatakan bahwa manajemen laba yang dilakukan melalui manajemen

akrual tidak sama dengan manipulasi laba. Manajemen laba dilakukan untuk

memenuhi kepentingan manajemen dengan memanfaatkan kelemahan inheren

dari kebijakan akuntansi akrual dan masih berada dalam koridor prinsip

akuntansi berterima umum. Sedangkan, manipulasi laba merupakan tindak

pelanggaran terhadap prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan

kinerja keuangan perusahaan sesuai dengan kepentingan manajer atau

perusahaan. Begitu pula dengan pernyataan Schroeder dan Clark (1998: 248)

yang menyatakan bahwa apabila manejemen laba dilakukan atas dasar

pertimbangan-pertimbanagan manajerial yang sehat atau melalui pemilihan

metode dan prosedur akuntansi dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh

standar akuntansi, manajemen laba bukanlah suatu tindak kecurangan (fraud),

meskipun manajemen laba dengan cara-cara tersebut dapat mempengaruhi

keputusan stakeholder.

Fischer dan Rosenweig (1994:436) pula mendefinisikan manajemen laba

hanyalah upaya untuk “mempermainkan” angka laba diatas kertas. Dan tidak

menimbulkan kerugian materi bagi siapapun. Permainan angka laba di atas kertas

Page 73: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

62

ini dilakukan oleh manajer dengan memanfaatkan fleksibilitas standar akuntansi

yang tersedia. Hal ini dimungkinkan karena standar akuntansi cukup memberikan

peluang kepada manajer untuk mencatat fakta tertentu dengan cara yang berbeda,

serta peluang untuk menggunakan subjektivitas dalam melakukan estimasi

akuntansi. (Worthy, 1984: 52)

Pendapat ini juga senada dengan pendapat para akuntan pendidik, akuntan

manajemen dan akuntan publik yang mengatakan bahwa manajemen laba

dibenarkan sepanjang tidak melanggar standar akuntansi keuangan. Para pemangku

kebijakan tidak dapat disalahkan karena manajemen laba dengan cara yang seperti

itu bukan merupakan tindakan curang, kecuali manajer atau akuntan yang

melanggar standar akuntansi dalam bentuk manipulasi data, perhitungan dan

pelaporan. Pendapat ini juga mengatakan manajemen laba hanyalah bentuk

pemanfaatan dari kebebasan memilih bentuk dari metode akuntansi.

Pemilihan metode akuntansi ialah fleksibel walau pada akhirnya hal itu akan

berpengaruh pada besaran angka laba, dan hal ini bukanlah praktik kecurangan,

dalam hal ini mereka mengikuti teori akuntansi positif sehingga dengan mengikuti

pendapat diatas maka praktik manajemen laba dengan menurut pendapat diatas

menjadi boleh-boleh saja dilakukan.

Pandangan diatas ialah berasal dari perspektif akuntan yang mengatakan bahwa

praktik manajemen laba bukanlah tindakan kecurangan sepanjang dilakukan dalam

koridor standar akuntansi.

Page 74: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

63

Sebaliknya, dalam perspektif yang berbeda Mujianto (penasihat investasi) tidak

membenarkan adanya praktik manajemen laba karena walaupun ia adalah bentuk

intervensi yang disengaja oleh manajer atau akuntan pada proses pelaporan

keuangan eksternal atas motif tertentu namun tanpa melanggar standar akuntansi,

tetap saja hal itu adalah tindakan atau perilaku koruptif. Karena menurutnya,

walaupun dilakukan dengan menggunakan strategi apa pun, dengan melanggar

standar akuntansi ataupun tidak, praktik manajemen laba adalah tindakan koruptif.

Dikarenakan praktik tersebut pasti didasari oleh motivasi dan kepentingan pribadi

dengan cara mengesampingkan kepentingan pihak lain. Praktik manajemen laba

menyebabkan angka laporan keuangan terpengaruh dan berpihak pada kepentingan

manajer.7

Seiring pula dengan pendapat Mujianto, IAI (2007) dalam KDPPLK paragraf 16

berkaitan dengan netralitas laporan keuangan, dan PSAK No. 1 (Revisi 1998)

paragraf 5 berkaitan dengan tujuan laporan keuangan yaitu Informasi harus

diarahkan pada kebutuhan umum pengguna dan tidak bergantung pada kebutuhan

dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi

yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak

lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.8

Menurut penasihat investasi, Mujianto, tidak ada manajemen laba yang

dilakukan tanpa motivasi atau kepentingan, baik kepentingan pribadi maupun

7 Ahmad Yusuf, “Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Jurnal Dinamika

Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1 Maret 2010. H. 8

8 KDPPLK Paragraf 16.

Page 75: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

64

kepentingan perusahaan. “Untuk mencapai kepentingan tersebut, manajemen laba

pasti dilakukan secara sengaja dan sistematis” Karena menurutnya, bahwa

pemilihan metode akuntansi seharusnya dilakukan tanpa motivasi dan kepentingan

tertentu yang memberikan manfaat lebih unggul pada satu pihak daripada pihak

lainnya.9

Ia menyatakan bahwa praktik manajemen laba merupakan peilaku yang tidak

dapat diterima, karena manajemen laba berimplikasi pada hilangnya kredibilitas

laporan keuangan, menambah bias informasi dalam laporan keuangan, sehingga

mengganggu pengguna laporan keuangan yang mempercayai angka laba tersebut

sebagai angka laba tanpa rekayasa. Karena dengan adanya manajemen laba, investor

tidak menerima informasi yang cukup akurat tentang laba dalam rangka

mengevaluasi hasil dan risiko portofolio investasinya.

9 Riduwan, Akhmad. “Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik Manajemen Laba: Studi

Hermeneutika”. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. h. 8

Page 76: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

65

BAB IV

TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABA

A. Bentuk Manajemen Laba menurut Syariah

Mengenai bentuk manajemen laba, tidak ada ketentuan dari Dewan Syariah

Nasional mengenai bentuk manajemen laba yang diperbolehkan, karena nilai-nilai

yang terkandung pada praktik ini belum sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Saat ini terdapat fatwa mengenai salah satu bentuk dari manajemen laba, yaitu

Income Smoothing.1 Namun fatwa ini memperbolehkan Income smoothing dengan

pendekatan untuk melindungi lembaga keuangan dari risiko pengalihan dana besar-

besaran, dan bukan dalam konteks ingin mengambil keuntungan, serta dengan seizin

nasabah, bukan secara sembunyi-sembunyi. Dalam Fatwa Nomor 87/DSN-

MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan (Income Smoothing).

Disebutkan bahwa Income smoothing, yaitu perataan laba, ialah pengaturan

pengakuan dan pelaporan laba atau penghasilan dari waktu ke waktu dengan cara

menahan sebagian laba/penghasilan dalam satu periode, dan dialihkan pada periode

lain dengan tujuan mengurangi fluktuasi yang berlebihan atas bagi hasil antara

Lembaga keuangan Syariah (LKS) dan nasabah penyimpan dana (Dana Pihak

Ketiga/DPK). Fatwa menyebutkan bahwa dalam kondisi tertentu yang diduga kuat

akan menimbulkan risiko pengalihan/penarikan dana nasabah dari Lembaga

1 FatwaDSN-MUI Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan

(Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga.

Page 77: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

66

Keuangan Syariah akibat tingkat imbalan yang tidak kompetitif dan wajar (displaced

commercial risk). Hal itu pun diperbolehkan, namun dengan ketentuan-ketentuan

seperti yang disebutkan di dalam fatwa.2

Dengan kata lain, tidak serta merta semua tenik income smoothing

diperbolehkan, namun yang diperbolehkan ialah yang memenuhi ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan oleh fatwa. Salah satunya ialah bahwa praktik perataan laba

hanya diperbolehkan dengan syarat apabila bagi hasil aktual melebihi tingkat imbalan

yang diproyeksikan, dan dengan izin nasabah pemilik dana, serta dengan alasan kuat

yang darurat dengan memperhatikan opini Dewan Pengawas Syariah. Sehingga

dalam pelaksanaannya tetap menekankan kepada unsur transparansi dan keterbukaan

terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.

Hal ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua Lembaga Keuangan Syariah

atau khususnya perbankan syariah kemudian boleh malaksanakan income smoothing,

karena yang diperbolehkan itu ialah yang memenuhi syarat dan ketentuan-ketentuan

tersebut. Namun pada praktiknya, tidak jarang ditemukan perbankan syariah yang

melakukan praktik perataan laba ini. Padahal Allah telah berfirman dalam Surah Al-

Maidah : 1

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…”

2 FatwaDSN-MUI Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan

(Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga, h. 6-8, diakses tanggal 1 Juli 2015.

Page 78: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

67

Begitu pula anjuran untuk menunaikan janji, karena janji itu akan dimintai

pertanggungjawaban, seperti dalam Surat Al-Isra ayat 34:

Artinya: "….. Dan tunaikanlah janji-janji itu, Sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawaban ….. “

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia

karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Untuk

memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu

mempertanggungjawabkan tindakannya.3 Tanggung jawab merupakan suatu prinsip

dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia. Bahkan merupakan kekuatan

dinamis individu untuk mempertahankan kualitas kesetimbangan dalam

masyarakat.4

Kaidah fikih juga menyebutkan,

.األصم فى انمعامالت اإلباحة إال أن يدل دنيم عهى تحزيمه

“Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengaramkannya.”

الضزر يزال“Kemudharatan harus dihilangkan.”

3 Rafik Issa Beekun, Islamic Bussiness Ethics, (Virginia: International Institute of Islamic

Thought, 1997), h. 26. 4 Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Qur‟an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta:

Salemba Diniyah, 2002), h. 16

Page 79: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

68

Maksudnya ialah jika sesuatu itu dianggap sedang atau akan bahkan memang

menimbulkan kemadharatan, maka keberadaanya wajib dihilangkan.Yang dimaksud

“darurat” ialah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal jika tidak diatasi dengan cara

yang luar biasa dan bahkan terkadang dengan cara melanggar hukum. Sedangkan

yang dimaksud “hajat” ialah suatu keadaan biasa tidak diperkenankan

menanganinya secara khusus, bisa timbul kesukaran dan kerepotan.

Seperti dalam kaidah fikih,

Artinya : “Hajat tidak menyebabkan bagi seseorang boleh mengambil harta

milik pihak lain.”5

Di sisi lain, pebisnis pun juga harus tetap jujur tanpa merugikan pihak

lain. Seperti hadist riwayat Tirmidzi dan Hakim berikut ini,

Artinya : “Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama para

nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada”(HR. Tirmidzi dan Hakim)

5 Ali Ahmad Al-Nadwi. Al-Qawa‟id al-Fiqhiyyah … , „(Damaskus: Dar al-Qalam. 1994), h.

102

Page 80: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

69

Tempat yang terhormat ba‟i pedagang yang jujur disejajarkan dengan para

Nabi. Karena bedagang dengan jujur berarti menegakkan kebenaran dan keadilan

yang merupakan bagian dari amal salehnya, sedangkan persamaan degan para

syuhada, karena berdagang adalah berjuang membela kepentingan dan kehormatan

diri dan keluarganya dengan cara yang benar dan adil.

Dalam melakukan perdagangan atau bisnis , baik dalam skala besar ataupun

skala kecil, kebenaran ialah sangat diutamakan. Walaupun adalah hal yang sangat

sulit, namun kebenaran ini akan membawa kepada ketenangan, seperti dinyatakan

dalam hadist riwayat Tirmidzi berikut ini:

...إن انصدق طمأنينة، وانكذب ريبة...

Artinya: “Sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan dan kedustaan

menimbulkan keragu-raguan.”6

B. Manajemen Laba ditinjau dari Etika Bisnis Islam

Manajemen laba jelas terjadi dengan alasan – alasan tertentu yang melandasinya,

apapun bentuk yang melandasinya, maka disana terdapat faktor pendorong dalam diri

individu khususnya manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Praktik

manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral yang tinggi. Moral dan

tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri.

6 HR. Tirmidzi, no. 2518.

Page 81: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

70

Motivasi ialah satu bentuk kendali intern dalam hati yang sangat erat kaitannya

dengan etika.7

Letak etika ialah rasa dan pikiran yang mengkontrol motivasi sendiri. Hal ini

tidak dapat ditakar dan dilihat oleh mata, namun implikasinya dapat berdampak besar.

Apabila terdapat motivasi–motivasi yang mengunggulkan kepentingan satu pihak dan

membuat pihak yang lain mengalami kerugian, hal tersebut disebut perbuatan curang

atau dzalim. Perbuatan curang dalam bisnis seringkali dilakukan dalam menakar,

menimbang, dan sebagainya. Al-Qur‟an sangat tidak setuju dengan segala penipuan

dalam bentuk apapun. Penipuan (kelicikan) digambarkan oleh Al-Quran sebagai

karakter utama kemunafikan, Allah berfirman dalam Surah An Nisa ayat 145:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada

tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan

mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”

Prinsip Umum Etika Bisnis Islami ialah Kesatuan, Keseimbangan, Kehendak

Bebas, Tanggung Jawab, dan Kebenaran.8

Pertama, Kesatuan. Dalam konteks kesatuan, hendaknya pebisnis muslim

mempunyai satu asa antara kegiatan bisnis dengan moralitas dan pencarian ridha

7 Dedhy Sulistiawan, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal

Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 8 Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia

Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 45.

Page 82: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

71

Allah, karena pada hakikatnya kekayaan ialah merupakan amanah dari Allah. Bila

Tauhid tidak ada didalam diri manusia, hal ini dapat mengakibatkan kehancuran

karena sifat dasar manusia yang tidak pernah puas,dan salah satu contoh implikasinya

ialah motivasi manajemen laba ini.

Kesatuan di sini ialah adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep

tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam

bidang ekonomi, politik, sosial, menjadi suatu “homogenous whole” atau keseluruhan

yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang

menyeluruh.9

Kedua, Keseimbangan. Dalam beraktivitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan

untuk berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai.10

Seperti dalam Surat

Al-Maidah ayat 8, yaitu:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-

kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

9 Syed Nawab Naqvi, Ethics and Economics: An Islamic Syntesis, Penerjemah Husin Asin:

Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Alami, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 50-51. 10

Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia

Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 46

Page 83: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

72

Rasulullah melaknat semua bentuk ketidakadilan dan menyatakan bahwasanya

ketidakadilan dan kezaliman adalah bentuk kejahatan yang tidak akan pernah

diampuni, dan orang yang melakukan kezaliman itu akan berada di kegelapan pada

hari Kiamat. Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,

“Kezhaliman itu adalah kegelapan di hari Kiamat”11

Ketiga, Kehendak Bebas. Kebebasan merupakan bagian penting dalam etika bisnis

Islam, akan tetapi kebabasan yang diperkenankan disini ialah yang tidak merugikan

kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar, tidak ada batasan bagi seseorang

untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.

Seperti halnya dengan adanya kontrak kepentingan antara pemilik dana dan juga

manager, manager telah diberi kebebasan oleh pemilik dana untuk menggunakan dananya

untuk usaha, sehingga sepatutnya amanah itu dipergunakan sebaik-baiknya, bukan malah

dimanfaatkan untuk mengelabui dan mengedepankan keinginan nya sendiri.

Keempat, tanggung Jawab. Kebebasan tanpa batas adalah hal yang mustahil dilakukan

oleh manusia karena segala kebebasan tetap akan dimintai pertanggungjawabannya. Prinsip

ini berhubungan erat dengan kehendak bebas, ia menetapkan batasan mengenai apa yang

bebas dilakukan oleh manusia namun disertai rasa tanggung jawab atas semua yang telah

dilakukannya.

Begitu pula lah dengan melakukan aktivitas bisnis, apapun yang tertuliskan dan

dilakukan dengan benar saja dimintai pertanggungjawaban, apalagi pada praktik-praktik

kecurangan yang dapat merugikan orang lain, hal ini tentu akan dimintai pertanggung

jawaban. Tidak hanya oleh manusia, namun juga oleh Allah SWT.

11

Mustaq Ahmad, Etika bisnis dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 126

Page 84: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

73

Kelima, Kebenaran. Kebenaran dalam konteks ini mengandung dua unsur yaitu

kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis, kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap,

dan perlaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) ataupun dalam proses merah atau

menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini, maka etika bisnis Islam sangat

menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang

melakukan transaksi, kerja sama, atau perjanjian dalam bisnis.12

Dalam melaksanakan prinsip-prinsip dasar etika tersebut, Islam menuntut

pemeluknya menjadi orang yang jujur dan amanah. Jujur disini ialah dengan

menuliskan sebenar-benarnya laporan keuangan secara benar. Prinsip nilai kejujuran

harus dianut oleh setiap pebisnis, dan bila ia menjual, maka wajib baginya

menjelaskan apa kekurangan dari barang yang dijualnya agar pembeli tidak sakit hati

setelah membeli. Dan apabila melakukan transaksi muamalah tidak secara tunai,

maka hendaknya dituliskan dengan benar. Seperti dalam firman Allah dalam surat Al-

Baqarah ayat 282:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar.”

Selain jujur, sifat seorang pebisnis muslim ialah amanah. Sudah seharusnya

pebisnis muslim ialah ia yang bener-benar bisa dipercaya, sehingga jika satu urusan

12

Abdul Aziz. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Nilai Etika Islami untuk Dunia

Usaha. (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 46

Page 85: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

74

diserahkan kepadanya, maka orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Amanah di dalam kasus manajemen laba ini ialah dipegang

penuh oleh manajer atau akuntan yang telah dipercayai stakeholder untuk mengelola

keuangan dengan baik dan melaporkan keseluruhan transaksi dengan benar dan dapat

diandalkan. Dalam Al- Qur‟an Allah berfirman,

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati

Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati

amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”

Kemudian sebuah hadist menyatakan:

“Tiada beriman orang yang tidak memegang amanat dan tidak ada agama

bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR. Adailami)

Sehingga apabila ditinjau berdasarkan literatutur buku-buku terkait

mengenai motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba, dan bagaimana

sebenarnya sebaiknya para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sesuai

prinsip dasar etika bisnis Islam, maka motivasi manajemen laba belum sesuai

dengan ajaran-ajaran agama Islam amupun prinsip-prinsip dasar etika bisnis

Islam.

Terdapat perbedaan beberapa kalangan di dalam menyikapi fenomena

manajemen laba, namun kategori praktik manajemen laba ini termasuk kedalam

Page 86: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

75

praktik yang mengandung ketidakjelasan (gharar) dan bathil. Seperti dalam surat An

Nisa ayat 29:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan

harta orang lain dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kalian…”

Ketidakjelasan (Gharar)

Kata gharar dalam bahasa arab berarti akibat, bencana, bahaya dan risiko.

Secara umum, bila dipandang dari sisi stakeholder manajemen laba dipandang

sebagai sesuatu yang mengandung unsur ketidakjelasan (gharar). Gharar di

dalam manajemen laba mencakup ambiguitas atau ketidakpastian mengenai mutu

dari sebuah materi pokok kontrak yang dalam hal ini adalah laporan keuangan,

reabilitasnya dipertanyakan. Apakah perusahaan ini laporan keuangannya dapat

mencerminkan keadaan sebenarnya perusahaan atau tidak. Karena sebagai pihak

yang hanya melihat laporan keuangan berdasarkan laporan angka-angka

akuntansi, kita tidak mengetahui apakah laporan keuangan perusahaan ini telah

dilakukan manajemen laba, ataukah laporan keuangan perusahaan itu tidak

melakukan manajemen laba. Karena manajemen laba sesungguhnya hanya bisa

dideteksi dengan menggunakan suatu teknik analisa tertentu yang membutuhkan

perhitungan khusus. Sehingga dari kacamata pembaca laporan keuangan yang

Page 87: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

76

tidak memperhatikan aspek lain selain dari aspek fundamental, hal ini sangat

mengandung ketidakjelasan.

Larangan utama gharar ialah merujuk kepada ketidakpastian atau risiko yang

disebabkan kurangnya kejelasan sehubungan dengan pokok masalah atau harga

dalam kontrak atau perdagangan. Sebuah jual beli atau kontrak bisnis lain yang

menyebabkan unsur gharar adalah dilarang.13

Terdapat kaidah yang didasari sabda Nabi SAW, yaitu:

نه رسىل الله صل الله عليه وسلم عن بيع الحصاة وعن بيع الغزر

Artinya: “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam melarang jual beli al-

hashah dan jual beli al-gharar.” (HR. Muslim)

Sedangkan Sayyid Sabiq mengartikan gharar sebagai berikut:

الغزراي الغزوروهىالخدالذ هىمظنة عدم الز ضابه عند تحقيقه

Artinya: “Gharar adalah penipuan yang mana dengannya diperkirakan

mengakibatkan tidak adanya kerelaan jika diteliti”

Sehingga dapat dikatakan bahwa fenomena manajemen laba mengandung

unsur gharar dari sisi pengguna laporan keuangan. Karena tidak dapat dipastikan

mengenai pelaporannya bersifat bersih atau tidak. Gharar disini juga melekat

dengan unsur penipuan melalui pelalaian oleh satu pihak atau lebih terhadap

kontrak.

Prinsip yang umum untuk menghindar gharar dalam transaksi jual beli atau

dalam hal ini bisnis yang menggunakan laporan keuangan sebagai “display” ialah,

13

Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethics. (Jakarta: Buki Aksara, 2012),

462.

Page 88: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

77

kontrak haruslah bebas dari ketidakpastian yang berlebihan mengenai isi

pokoknya dan nilai berlawanan dalam pertukaran; komoditinya harus jelas

disebutkan; ditetapkan dan bisa dikirimkan serta diketahui dengan jelas oleh

pihak-pihak yang berkontrak; mutu dan kualitas harus ditetapkan; kontrak tidak

boleh meragukan atau samar-samar, karena hak dan kewajiban para pihak

berkontrak disebutkan; dilarang ada jahl atau ketidakpastian mengenai

ketersediaan; keberadaan dan keterkiriman barang dan para pihak harus tahu

keadaan terkini barang-barang tersebut.14

Penipuan

Al-Quran sangat tidak setuju dengan penipuan dalam bentuk apapun.

Penipuan (kelicikan digambarkan oleh Al- Quran sebagai karakter utama

kemunafikan, dimana Al- Quran telah menyediakan siksa yang pedih bagi tindakan

ini, di dalam neraka. Allah berfirman seperti dalam Surah An Nisa ayat 145:

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan

yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat

seorang penolongpun bagi mereka”

Dalam kasus manajemen laba yang terjadi ini, maka penulisan laporan

keuangan telah sedemikian pula direkayasa oleh manajer untuk menarik hati

masyarakat agar menempatkan dana pada perusahaannya dengan memanfaatkan

14

Ibid, h. 469

Page 89: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

78

gap informasi yang tidak diketahui oleh pemilik dana atau stakeholder, dan hal ini

dianggap sebagai penipuan atau kelicikan. Orang yang melakukan penipuan dan

kelicikan tidak dianggap sebagai umat Islam yang sesungguhnya. Sebagaimana

sabda Rasulullah, “Barang siapa yang melakukan penipuan maka dia bukan dari

golongan kami” (HR. Ibnu Hibban dan Abu Nu‟aim)

Apalagi penipuan tersebut asalnya dari persekutuan pihak-pihak yang

berwenang diatasnya. Berkaitan dengan hal ini Firman Allah dalam surat Shaad

ayat 24 berbunyi:

Artinya : “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat

itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat

sedikitlah mereka ini. “

Al-Quran juga memberi petunjuk agar di dalam bisnis tercipta hubungan yang

harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi seperti dalam surat Al- Baqarah

ayat 188:

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang

lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

Page 90: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

79

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal

kamu mengetahui.”

Hendaknya seorang pebisnis muslim memiliki konsep dan nilai-nilai etika

di dalam dirinya, seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fathonah. Agar di dalam

melakukan bisnis tetap terhindar dari perbuatan-perbuatan yang mengarah

kepada perbuatan yang dilarang oleh Islam seperti penipuan dan gharar.

Page 91: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan referensi/buku-buku/literatur yang memuat etika bisnis Islam dan

manajemen laba, maka peneliti mempunyai pandangan (interpretasi) bahwa:

1. Tidak ada ketentuan mengenai bentuk manajemen laba yang diperbolehkan

oleh syariat Islam. Hanya saja menurut Fatwa DSN-MUI bagi Lembaga

Keuangan Syariah, Income Smoothing diperbolehkan dengan kondisi tertentu

dengan motif menghindari penarikan dana besar-besaran oleh nasabah, dan

yang diperbolehkan juga berdasarkan transparansi dan atas seizin nasabah

DPK. Namun hal ini tidak berkaitan langsung dengan praktik bentuk

manajemen laba keseluruhan yang dilakukan. Sehingga tidak ada ketentuan

mengenai bentuk manajemen laba yang diperbolehkan.

2. Apapun motivasi yang melandasi manajemen laba ialah belum sesuai dengan

apa yang dituntunkan oleh ajaran agama Islam karena cenderung mengarah

kepada praktik-praktik yang menguntungkan satu pihak, serta merugikan

pihak lainnya. Sehingga terdapat unsur penipuan didalamnya.

3. Perilaku manajemen laba dengan memanipulasi angka laba diatas kertas, hal

tersebut belum sesuai dengan ajaran agama Islam maupun prinsip-prinsip

dasar Etika Bisnis Islam.

Page 92: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

81

B. Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, agar dapat melakukan penelitian lapangan dengan

melakukan wawancara kepada pihak narasumber langsung seperti manajer,

akuntan, penasihat investasi, maupun investor dari berbagai kalangan untuk

meneliti praktik manajemen laba dalam tataran praktis.

2. Bagi para pelaku bisnis, agar senantiasa menanamkan prinsip-prinsip etika

bisnis islami di dalam menjalankan aktivitas dan kegiatan usahanya, agar

tidak hanya mengejar hal duniawi saja namun juga akhirat.

Page 93: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

82

DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Pedagang, Penerjemah Dewi Nurjulianti,

Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997.

Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.

Ahmad, Yusuf, “Manajemen Laba dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Jurnal

Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1 Maret 2010.

Alma, Buchari. Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam. Bandung: Alfabeta, 2003

Al-Nadwi, Ali Ahmad. Al-Qawa’id al-Fiqhiyyah … ,. Damaskus: Dar al-Qalam,

1994.

Arifin, Johan. Etika Bisnis Islami. Semarang: Walisongo Press, 2009.

Aziz, Abdul. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia

Usaha. Bandung: Alfabeta, 2013.

Badroen, Faisal. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006

Beekun, Rafik Issa. Islamic Bussiness Ethics. Virginia: International Institute of

Islamic Thought, 1997.

Dahwal, Sirman. Etika Bisnis Menurut Hukum Islam (Suatu Kajian Normatif).

Dewan Syariah Nasional. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor

87/DSNMUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Penghasilan (Income

Smoothing) Dana Pihak Ketiga, Jakarta: DSN, 2012.

Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis dalam Perspektif islam. Malang: UIN Malang

Press, 2007.

Eldine, Achyar. “Etika Bisnis Islam”. Jurnal Khazanah, Vol. 3 No. 3, Oktober 2007.

Faradila, Astri dan Ari Dewi Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan

Syariah”, Jurnal RAK Vol 4 No. 1, Februari 2013.

Gumati, Tatang Ary. “Earning Management: Suatu Telaah Pustaka”. Jurnal

Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No.2, Nopember 2000.

Page 94: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

83

Ibrahim, Azharsyah. “Income Smoothing dan Implikasinya terhadap Laporan

Keuangan Perusahaan dalam Etika Ekonomi Islam”. Jurnal Media Syariah

Vol. XII No. 24, Juli 2010.

Jayanto. “Manajemen Laba: Mengapa Banyak Menuai Kontroversi?”. Jurnal Fokus

Ekonomi Vol. 3 No 1 Juni 2008.

Joseph H, dkk. Webster’s New Collegiate Dictionary. USA: Houghton Mifflin

Hartcourt, 2012

Jusmaliani. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Kompas, 15 Juli 2002.

Kompas. “Kasus Kimia Farma Kesalahan Manajemen Lama”. Kompas, 21 November

2002.

Luhgiatno. (2010). “Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba

(Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di Indonesia)”, Fokus

Ekonomi, Vol. 5, No. 2.

Marzuqi, Ahmad Yusuf dan Achmad Badarudin. “Manajemen Laba dalam Tinjauan

Etika Bisnis Islam”. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis Vol. 7 No. 1 Maret

2010.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda,

2010.

Muhammad dan Lukman Fauroni. Visi Al-Quran tentang Etika dan Bisnis. Jakarta:

Salemba Diniyah, 2002.

Naqvi, Syed Nawab. Ethics and Economics: An Islamic Syntesis, Penerjemah Husin

Asin: Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Alami. Bandung: Mizan, 1993.

Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu, 2012.

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press,

1997.

Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta:

Rabbani Press, 1997.

Page 95: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

84

Riduwan, Akhmad. Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik Manajemen Laba:

Studi Hermeneutika. Jurnal pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

(STIESIA) Surabaya.

Rivai, Veithzal, dkk. Islamic Bussiness and Economics Ethics, Jakarta: PT Bumi,

2012.

Shihab, Quraish. “Etika Bisnis dalam Wawasan Al- Qur’an”, dalam Jurnal Ulum

Al— Quran, No. 3 VII, 1997.

Shihab, Umar. Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum

dalam Al-Qur’an. Jakarta: Penamadani, 2005.

Sulistiawan, Dedhy, dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan

Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Sulistyanto, Sri. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo,

2008.

Syafrudin Arif, “Etika Islam dalam Manajemen Keuangan”, Jurnal Hukum Islam

Volume 9, Nomor 2, Desember 2011.

Syahatah, Husain dan Siddiq Muh. Al Amin Adh-Dhahir. Transaksi dan Etika Bisnis

Islam, Penerjemah Saptono Budi Satryo dan Fauziah R. Jakarta: Visi Insani

Publishing, 2005.

Syahfandi, Rizky dan Siti Mutmainah. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan

Laba Penyiihan Penghapusan Aktiva Produktif (Praktik Manajemen Laba

pada Perbankan Syariah di Indonesia).

Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Penerjemah M. Saiful

Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. Jakarta: Dhana Bhakti Prima Yasa, 1995.

Trim, Bambang. Bussiness Wisdom of Muhammad SAW, Bandung: Madania Prima,

2008.

Watts, R. L., and Zimmerman, J. L. “Positive Accounting Theory: A Ten Year

Perspective,” The Accounting Review. 65(1), 1990.

Widarto, dkk. Analisa Kritis Praktek Akuntansi Kreatif dalam Konteks Budaya

Organisasi PT. Bumi dan Pandangan Islam dalam Menyikapi Praktek

Tersebut. Jurnal WACANA Vol. 12 No. 2 April 2009, ISSN. 1411-0199.

Page 96: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

85

Zed, Mustika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Nasional,

2004.

Zubair, Achmad Charris. Kuliah Etika, Rajawali Press, Ed III, Januari 1995.

Page 97: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN
Page 98: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

FATWA

DEWAN SYARI’AH NASIONAL

Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012

Tentang

Metode Perataan Penghasilan (Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga

د١ ٱغه د ٱغه ٱلله ثس

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah

Menimbang :

a. bahwa dalam kondisi tertentu yang diduga kuat akan menimbulkan risiko

pengalihan/penarikan dana nasabah dari Lembaga Keuangan Syariah

(LKS) akibat tingkat imbalan yang tidak kompetitif dan wajar (displaced

commercial risk), LKS membuat kebijakan yang dikenal dengan metode

perataan pendapatan yang antara lain berupa: 1) perataan pendapatan

tanpa membentuk cadangan penyesuaian keuntungan, dan 2) perataan

pendapatan dengan membentuk cadangan penyesuaian keuntungan

(Profit Equalization Reserve/PER);

b. bahwa praktik perataan pendapatan dengan atau tanpa pembentukan

cadangan penyesuaian keuntungan dalam bagi hasil dana pihak ketiga

yang dilakukan oleh LKS memerlukan ketentuan syariah yang dapat

dijadikan acuan dalam kegiatan operasionalnya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b, DSN-MUI memandang

perlu menetapkan fatwa tentang Metode Perataan Pendapatan (Income

Smoothing) Dana Pihak Ketiga untuk dijadikan pedoman oleh LKS.

Mengingat :

1. Firman Allah SWT:

a. QS. al-Ma'idah [5]: 1:

ص ؼم ا ثب ف ا أ آ … ٠بأ٠ب اهظ٠

"Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu …"

b. QS. al-Isra' [17]: 34:

ال ... سئ ض وب ؼ ه ا ضئ ؼ ا ثب ف أ ...

"… Dan tunaikanlah janji-janji itu, sesungguhnya janji itu akan

dimintai pertanggung jawaban …"

c. QS. al-Baqarah [2]: 275:

ثب ... اغ دغه ج١غ ا ه للاه أد ...

"… Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

Page 99: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

riba ..."

d. QS. al-Baqarah [2]: 278:

١ إ ز و ثب ئ اغ ب ثم ا طع ا ارهما للا آ ٠بأ٠ب اهظ٠

"Hai orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang beriman."

e. QS. al-Nisa' [4]: 29:

رغ رجبعح ػ رى ئاله أ جبط ثب ث١ى اى ا أ ا ال رأو آ ٠بأ٠ب اهظ٠ ى اع

...

"Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan

(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa

perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian ..."

f. QS. al-Baqarah [2]: 283:

... ١زهك للا عثه بز، أ ١إص اهظ اؤر ثؼضب ف ثؼضى أ ... فا

"… Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,

hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan

hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya …"

g. QS. al-Nisa' [4]: 58:

ه ا ؼضي .ئ ا ثب رذى اهبؽ أ ث١ ز ئطا دى ب ببد ئ أ ا األ رإص أ غو ٠أ

...

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan

hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkan hukum

dengan adil …"

2. Hadis Nabi SAW:

a. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari 'Ubadah bin Shamit, riwayat

Ahmad dari Ibnu 'Abbas, dan riwayat Imam Malik dari Yahya:

ه عس ال ضغاع أ ال ضغع لض أ سه ػ١ طه للاه طا ةا طعرأ)ي للاه

جبة : ث ىب، ا زبة: األد ى ، ا س ظبذ ف ا جبصح ث ػ ػ

ش : 1332، عا أدض ػ اث ذض٠ ا جبع، عل ضغ ث ب٠ م د ف

ذ) ه ػ ٠ ب جبؽ، ػ

"Rasulullah SAW menetapkan: tidak boleh membahayakan/

Page 100: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya

(kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya

(perbuatan yang merugikannya)."

(HR. Ibnu Majah)

b. Hadis Nabi riwayat ath Thabarani dari Ibnu Abbas::

ال وب أ ضبعثخ اشزغط ػ طبدج بي طت ئطا صفغ ا ػجض ا ؼجهبؽ ث س١ضب ا

طي فؼ صاثهخ طاد وجض عطجخ، فا ث ال ٠شزغ اص٠ب، ؼي ث ال ٠ ثذغا، ن ٠سه ث

، فأجبػ ض سه آ ي للا طه للا ػ١ اعةطيا اع)فجغ شغط عس

جبؽ) ػ سظ ػ اث األ ف

"Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai

mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak

mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak

membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia

(mudharib) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan

yang ditetapkan Abbas itu sampai pada Rasulullah, beliau

membolehkannya."

(HR. Thabarani dari Ibnu Abbas)

c. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib::

لبي سه آ ه طه للا ػ١ ه اهج جغوخ :أ ه ا مبعضخ، :صالس ف١ ا ، اج١غ ئ أج

ج١غ ج١ذ ال ؼ١غ جغ ثبشه ظ ا س ١ت) ةا اع) ط بج ػ

"Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli

tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur

gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan

untuk dijual."

(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)

d. Hadis riwayat Imam Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, Kitab Ahkam,

bab: "ma dzukira 'an Rasulillah", No: 1272:

ػ س ا ب ه دغا أد دالال أ ذب دغه ئاله ط ١ س ا خ جبئؼ ث١ اظ

أح دالال أ ئاله شغطب دغه بشغط .يه دغا

"Shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk

mufakat) boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali shulh

yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;

dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali

syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram."

e. Atsar dari Sayyidina 'Ali karramallahu wajhah (al-Mushannaf,

Page 101: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

Abdurrazzaq, 8/238, al-Maktab al-Islami 1403 H cet. II):

ض١ؼخ ػ عة ا ا ا ػ١ ب اططذ ثخ ػ اغ اي

"Keuntungan ditentukan sesuai dengan kesepakatan, dan

kerugian ditanggung pemilik modal."

3. Kaidah fikih, antara lain:

a. ب ػ رذغ٠ ٠ضيه ص١ الد اإلثبدخ ئاله أ ؼب ف ا األط

"Pada dasarnya, segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali

ada dalil yang mengharamkannya."

b. للا ه دى ظذخ فض جضد ا ب أ٠

"Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah."

c. ع ال ٠ججغ اـزجغ

"Orang yang berderma tidak boleh dipaksa." (Durar al-Hukkam

fi Syarh al-Majallah al-Ahkam, pasal 761, hlm. 216)

d. ظذخ ط ثب ػ١هخ ػ اغه ب ف اإل ةط يع عباظيا اةشأيا)رظغ

غح: مب ١، ا ج ١ ث غا اث ث ض٠ ؼبث ا ؼ٠ ؼب فخ ا ١ د أث

سخ س إ غ ف ظبئ جب ا ش ب، 8691، ص. 321؛ األ شغو ج ذ ا

ىغ ث أث غد ث جض ا ػ ض٠ جالي ا ١خ ؼ شبف م ا غع ف اػض ف ل

، 7891، ص. 332) ؼغث زبة ا ى ١غد: صاع ا ١ط، ث س ا

"Kebijakan pemimpin terhadap rakyat harus mempertimbangkan

mashlahat."

(al-Asybah wa al-Nazha`ir 'ala Madzhab Abi Hanifah al-Nu'man,

Zain al-Abidin Ibnu Ibrahim Ibn Nujaim, Kairo: Mu`assasah al-

Halabi wa Syirkah. 1968, hlm. 123;dan al-Asybah wa al-

Nazha`ir fi Qawa'id wa Furu' Fiqh al-Syafi'iyyah, Jalal al-Din

'Abd al-Rahman Ibnu Abi Bakr al-Suyuthi, Beirut: Dar al-Kitab

al-'Arabi. 1987, hlm. 233)

e. عح غ ؼخ اضه ؼي حفح ةأ ةط يع عباظيا اةشأيا)اذبجخ ر

سخ س غح: إ مب ١، ا ج ١ ث غا ئث ث ض٠ ؼبث ا ؼ٠ ؼب ا

غع اػض ف ل غ ف ظبئ جب ا ش ب، 8691، ص. 19؛ األ شغو ج ذ ا

١خ ؼ شبف م ا ١ط، ف س ىغ ا ث أث غد ث جض ا ػ ض٠ جالي ا

، 7891، ص. 971) ؼغث زبة ا ى ١غد: صاع ا ث

"Hajat menempati tempat darurat."

(Dalam pengertian, hajat dapat berstatus sama dengan

darurat).(al-Asybah wa al-Nazha`ir ala Madzhab Abi Hanifah al-

Page 102: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

Nu`man, Zain al-Abidin Ibnu Ibrahim Ibnu Nujaim, Kairo:

Mu`assasah al-Halabi wa Syirkah. 1968, hlm. 91; al-Asybah wa

al-Nazha`ir fi Qawa'id wa Furu` Fiqh al-Syafi`iyah, Jalal al-Din

Abd al-Rahman Ibnu Bakr al-Suyuthi, Beirut: Dar al-Kitab al-

Arabi, 1987, hlm. 179)

f. اذبجخ ال بي غ١غ ٠أسظ ،ادأش ،اف حقفيا صعاقيا)رذك ألدض أ

أدض ب، ػ مبر ١ ج ط ب، ر ز ب، ز ب، أص فبر سخ إ ب، صعا طع ر

، 4991، ص. 201) م شك: صاع ا ض، ص ا

"Hajat tidak menyebabkan bagi seseorang boleh mengambil harta

milik pihak lain."(al-Qawa'id al-Fiqhiyyah ..., 'Ali Ahmad al-

Nadwi, Damaskus: Dar al-Qalam. 1994, hlm. 102)

g. بي أدض ثال سجت شغػ ٠أسظ ػ ألدض أ ،حقفيا صعاقيا حعش)ال ٠ج

، 9891، ص. م شك: صاع ا ب، ص ؼعل ١ز ذض ا ش ا ١ز أدض ث ش

465)

"Seseorang/pihak tidak boleh mengambil harta milik pihak lain

tanpa sebab yang sah menurut syara'."

(Syarh al-Qawa'id al-Fiqhiyyah, Syekh Ahmad Ibn Syekh

Muhammad al-Zarqa, Damaskus: Dar al-Qalam. 1989, hlm.

465).

Memperhatikan :

a. Keputusan AAOIFI dalam Mi'yar Syar'i, nomor: 12 (angka 3/1/5/14)

yang menyatakan bahwa:

غوبء ػ االدزفبظ ثأع اش ئ لغاع غوخ أ اش ػ اهض ثبالسزبص ئ ظب ٠ج غوخ ثبح اش

ػ٠غ، أ ر ص ٠ زى غوخ، أ الءح اش ٠خ رم ع ص األعثبح ثشى خ ؼ١ه سجخ دسػ٠غ األ ي ر ؼضه ذبفظخ ػ بي، أ شبطغ سسبعح عأؽ ا اجخ سبص ادز١بط .عثبح

"Berdasarkan anggaran dasar perusahaan atau keputusan dari para

pemegang saham, perusahaan boleh menahan keuntungan perusahaan

tanpa dibagikan, atau menyisihkan keuntungan dalam jumlah tertentu

secara periodik untuk memperkuat kinerja perusahaan (solvency

reserve), atau membentuk cadangan khusus untuk menanggulangi risiko

kerugian modal (investment risk reserve), atau untuk menjaga kestabilan

pembagian keuntungan (profit equalization reserve)."

b. Pendapat Wahbah al-Zuhaili dalam kitab al-Fiqh al-Islami wa

Adillatuhu(juz V, hlm. 3939):

ػاص اغ خ ئ ؼ صح ؼض صعا ؼبلض٠ ٠شزغط ألدض ا ذف١هخ أ ض ا ػ ػ ٠ج مضاع وظا ثخ ػ

ضبع خ ا طذه ، فظه شغط طذ١خ ال ٠إصغ ف عا اضه ثخ ال ٠إص ئ جبخ اغ .ثخ، أله

"Ulama Hanafiah membolehkan untuk membuat syarat bahwa salah satu

pihak yang berakad memperoleh dinar dengan jumlah tertentu yang

Page 103: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

diketahui dalam hal keuntungan usaha melebihi nilai tertentu; syarat

tersebut dipandang sah dan tidak berdampak pada sahnya akad

mudharabah, karena hal tersebut tidak menyebabkan ketidakjelasan

(bagian) keuntungan."

c. Kesimpulan dan Rekomendasi Working Group Perbankan Syariah

(Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia,

dan Ikatan Akuntan Indonesia) tentang Pengaturan Pendapatan

danPembentukan Cadangan dalam Rangka Penyesuaian Keuntungan

(Profit Equalization Reserve), tanggal 20 Desember 2012;

d. Pendapat peserta Rapat Pleno DSN-MUI pada hari Jumat, tanggal 21

Desember 2012.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : METODE PERATAAN PENGHASILAN (INCOME SMOOTHING) DANA

PIHAK KETIGA

Pertama :

Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

1. Metode Perataan Penghasilan/Laba (Income Smoothing Method) adalah

pengaturan pengakuan dan pelaporan laba atau penghasilan dari waktu ke

waktu dengan cara menahan sebagian laba/penghasilan dalam satu periode

dan dialihkan pada periode lain dengan tujuan mengurangi fluktuasi yang

berlebihan atas bagi hasil antara Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan

Nasabah penyimpan dana (Dana Pihak Ketiga/DPK);

2. Metode Perataan Penghasilan dengan Membentuk Dana Cadangan adalah

pengaturan distribusi keuntungan dari waktu ke waktu atas bagi hasil antara

LKS dan Nasabah Penyimpan Dana dengan cara membentuk cadangan

perataan laba/penghasilan (Profit Equalization Reserve);

3. Profit Equalization Reserve (PER) adalah dana cadangan yang dibentuk

oleh LKS yang berasal dari penyisihan selisih laba LKS yang melebihi

tingkat imbalan/hasil yang diproyeksikan untuk penyesuaian bagi hasil dana

mudharabah (muthlaqah); dan dalam hal simpanan dana Nasabah

menggunakan akad mudharabah muqayyadah, jika disepakati para pihak,

pembentukan cadangan penyesuaian bagi hasil dapat pula berasal dari

penyisihan keuntungan Nasabah yang melebihi tingkat bagi hasil yang

diproyeksikan;

4. Metode Perataan Penghasilan Tanpa Membentuk Cadangan adalah

pengaturan pengakuan dan pelaporan laba dari waktu ke waktu untuk tujuan

pengaturan bagi hasil antara LKS dan Nasabah tanpa pembentukan

cadangan.

Kedua : Ketentuan Hukum Metode Perataan Penghasilan dengan atau tanpa membentuk cadangan boleh

Page 104: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

dilakukan dalam Bagi Hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan mengikuti ketentuan-

ketentuan yang terdapat dalam fatwa ini.

Ketiga :

Ketentuan terkait Pembentukan Dana Cadangan

1. LKS boleh membentuk Dana Cadangan (PER) untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya realisasi bagi hasil untuk Nasabah penyimpan dana

di bawah tingkat imbalan yang diproyeksikan;

2. Dana Cadangan (PER) secara prinsip boleh dibentuk melalui penyisihan

keuntungan sebelum dibagihasilkan dengan syarat:

a. bagi hasil aktual melebihi tingkat imbalan yang diproyeksikan, dan

b. dengan izin Nasabah DPK;

3. Dana Cadangan (PER) tidak boleh dibentuk dengan mengurangi bagi hasil

yang merupakan hak nasabah DPK apabila bagi hasil aktual lebih kecil dari

tingkat imbalan yang diproyeksikan;

4. Dalam hal akad Mudharabah Muqayyadah, Dana Cadangan (PER) boleh

juga dibentuk melalui penyisihan keuntungan hak Nasabah yang melebihi

tingkat imbalan yang diproyeksikan setelah dibagihasilkan dengan izin

Nasabah DPK;

5. Dana Cadangan (PER) yang dibentuk LKS dari penyisihan keuntungan

sebelum dibagihasilkan yang melebihi tingkat imbalan yang diproyeksikan

merupakan hak Nasabah DPK secara kolektif yang harus dikelola secara

terpisah oleh LKS untuk proses pengaturan pendapatan dan tingkat imbalan

bagi Nasabah DPK;

6. Pengaturan dan pengawasan lebih lanjut terhadap kebijakan dan pelaksanaan

LKS dalam Pembentukan Dana Cadangan (PER) dan penggunaannya

merupakan kewenangan pihak otoritas.

Keempat :

Ketentuan terkait Perataan Penghasilan dengan atau tanpa Pembentukan

Cadangan

1. Metode Perataan Penghasilan yang dibolehkan adalah: dengan membentuk

cadangan atau tanpa membentuk cadangan;

2. Perataan Penghasilanhanya boleh digunakan LKS dalam kondisi yang

diduga kuat berpotensi menimbulkan risiko penarikan dana nasabah akibat

tingkat imbalan dari LKS yang tidak kompetitif (displaced commercial

risk);

3. Kondisi sebagai dimaksud pada angka 2 di atas harus ditentukan oleh

pengurus LKS berdasarkan pedoman operasional/standard operating

prosedure (SOP) LKS dengan memperhatikan opini Dewan Pengawas

Syariah;

4. Kebijakan Perataan Penghasilan hanya boleh diberlakukan terhadap Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang menggunakan akad mudharabah;

5. Kebijakan Metode Perataan Penghasilan tidak boleh dilakukan apabila

dalam implementasinya menimbulkan kecenderungan praktik ribawi

terselubung di mana imbalan diberikan tanpa memperhatikan hasil nyata;

dan

Page 105: ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN LABArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28058/1/HANNI... · Hanni Khairani, NIM. 1111046100114. ETIKA BISNIS ISLAM TENTANG MANAJEMEN

6. Dalam penggunaan Metode Perataan Penghasilan Tanpa Cadangan yang

dilakukan dalam hasil usaha yang dibagihasilkan lebih rendah dari

proyeksi, LKS boleh melepaskan haknya (isqath al-haqq / at-tanazul 'an al-

haqq) untuk menyesuaikan imbalan bagi nasabah DPK agar kompetitif dan

dapat diberitahukan kepada nasabah.

Kelima :

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari

ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana

mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal

:

07 Shafar 1434 H

21 Desember 2012 M

DEWAN SYARI'AH NASIONAL

MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua

K.H. MA Sahal Mahfudh

Sekretaris

Drs. H. M Ichwan Sam